1 I. MAKSUD DAN TUJUAN A. MAKSUD Agar praktikan dapat mampu menguasai cara dan metoda serta menganalisa dan mengevaluasi hasil proses simultan untuk polyester. B. TUJUAN Menghilangkan berbagai macam kotoran alam dan luar pada bahan tekstil secara cepat dan murah dengan memberikan hasil yang relative baik. II. DASAR TEORI TEORI SERAT Serat polyester dikembangkan oleh J.R . Whinfield dan J.T. Dickson dari Calico Printers Association. Serat ini merupakan pengembangan dari polyester yang telah ditemukan oleh Carothers. I.C.I. di Inggris memproduksi serat polyester dengan nama Terylene dan kemudian du Pont di Amerika pada tahun 1953, juga membuat serat polyester berdasarkan patent dari Inggris dengan nama Dacron. Serat polyester adalah serat sintetik yang terbentuk dari molekul polimer polyester linier dengan susunan paling sedikit 85% berat senyawa dari hidroksi alcohol dan asam terftalat. Poliester atau yang dikenal dengan nama Terylene di Inggris ini dibuat dari asam tereftalat dan etilena glikol. Etilena yang berasal dari penguraian minyak tanah dioksidasi dengan udara, menjadi etilena oksida yang kemudian dihidrasi menjadi etilena glikol. Asan tereftalat dibuat dari pra-Xilena yang harus bebas dari isomer meta dan orto. P-Xilena merupakan bagian dari destilasi minyak tanah dan tidak dapat dipisahkan dari isomer meta dan orto dengan cara destilasi. Poliester termasuk ke dalam serat sintetik yang sangat pesat sekali perkembanganya dan banyak digunakan untuk tekstil. Serat polyester cepat sekali memperoleh perhatian konsumen oleh karena sifat mudah penanganannya (ease of care), bersifat cuci pakai (wash and wear), tahan kusut dan awet. Sifat-sifat pakaiannya lebih sempurna apabila dicampur dengan serat wol atau kapas. Pebuatan serat poliester Serat polyester dibuat secara pemintalan leleh dari dua jenis asam terftalat. Molekul-molekulnya besar dan kaku, sukar dibengkokkan dan mudah kembali
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
I. MAKSUD DAN TUJUAN
A. MAKSUD
Agar praktikan dapat mampu menguasai cara dan metoda serta menganalisa dan
mengevaluasi hasil proses simultan untuk polyester.
B. TUJUAN
Menghilangkan berbagai macam kotoran alam dan luar pada bahan tekstil secara
cepat dan murah dengan memberikan hasil yang relative baik.
II. DASAR TEORI
TEORI SERAT
Serat polyester dikembangkan oleh J.R . Whinfield dan J.T. Dickson dari Calico
Printers Association.
Serat ini merupakan pengembangan dari polyester yang telah ditemukan oleh
Carothers.
I.C.I. di Inggris memproduksi serat polyester dengan nama Terylene dan kemudian
du Pont di Amerika pada tahun 1953, juga membuat serat polyester berdasarkan
patent dari Inggris dengan nama Dacron.
Serat polyester adalah serat sintetik yang terbentuk dari molekul polimer polyester
linier dengan susunan paling sedikit 85% berat senyawa dari hidroksi alcohol dan
asam terftalat.
Poliester atau yang dikenal dengan nama Terylene di Inggris ini dibuat dari asam
tereftalat dan etilena glikol. Etilena yang berasal dari penguraian minyak tanah
dioksidasi dengan udara, menjadi etilena oksida yang kemudian dihidrasi menjadi
etilena glikol. Asan tereftalat dibuat dari pra-Xilena yang harus bebas dari isomer
meta dan orto. P-Xilena merupakan bagian dari destilasi minyak tanah dan tidak
dapat dipisahkan dari isomer meta dan orto dengan cara destilasi.
Poliester termasuk ke dalam serat sintetik yang sangat pesat sekali perkembanganya
dan banyak digunakan untuk tekstil. Serat polyester cepat sekali memperoleh
perhatian konsumen oleh karena sifat mudah penanganannya (ease of care),
bersifat cuci pakai (wash and wear), tahan kusut dan awet. Sifat-sifat pakaiannya
lebih sempurna apabila dicampur dengan serat wol atau kapas.
Pebuatan serat poliester
Serat polyester dibuat secara pemintalan leleh dari dua jenis asam terftalat.
Molekul-molekulnya besar dan kaku, sukar dibengkokkan dan mudah kembali
2
kebentuk semula setelah berubah bentuknya. Filamen yang terjadi ditarik dalam
keadaan panas sampai lima kali panjang semula, kecuali filament yang kasar ditarik
dalam keadaan yang dingin. Jika hendak dibikin staple, filamennya dibuat keriting
kemudian dipotong-potong dalam panjang tertentu.
Pencelupannya dapa dilakukan pada suhu dibawah 100°C dengan dibantu zat
penggelembung serat. Zat tersebut akan memudahkan zat warna masuk kedalam
serat.
Serat polyester asli (kecuali kodel 11) dipintal dari senyawa homopolimer, yakni
polimernya terdiri dari pengulangan unit-unit molekul yang serupa atau dari satu
jenis monomer. Tetapi sekarang ada pula yang merupakan kopolimer yakni
polimernya terdiri dari lebih satu jenis monomer.
Sifat-sifat polyester:
Sifat fisika:
Poliester memiliki sifat yang khas, yakni dalam pengerjaan dengan larutan kaudtik
soda bagian kulitnya akan larut, sehingga diperoleh kain, benang atau serat yang
lebih tipis dengan tidak mengubah serat secara hebat. Pengerjaanini membuat
polyester mempunyai sifat pegangan seperti sutera. Pada umumnya kehilangan
berat sebesar 5% dianggap cukup baik.
Kekuatan dan mulur Terylene mempunyai kekuatan 4.5 gram/denier sampai 7.5 gram/denier dan
mulur 25% sampai 7.5% tergantung pada jenisnya. Kekuatan dan mulur dalam
keadaan basahnya hampir sama dengan dalam keadaan kering. Kekuatan
polyester dapat tinggi disebabkan karena proses peregangan dingin pada waktu
pemintalannya akan menyebabkan terjadinya pengkristalan molekul dengan
baik, demikian pula berat molekulnya dapat tinggi.
Elastisitas Poliester mempunyai elastisitas yang baik sehingga kain polyester tahan kusut.
Jika benang polyester ditarik dan kemudian dilepaskan pemulihan yang terjadi
dlam 1 menit adalah sebagai berikut:
Penarikan 2%.................... pulih 97%
Penarikan 4%.................... pulih 90%
3
Penarikan 8%.................... pulih 80%
Moisture Regain Dalam kondisi standard moisture regain polyester hanya 0.4%. Dalam RH 100%
moisture regainnya hanya 0.6-0.8%
Modulus Polyester mempunyai modulus yang tinggi. Pada pembeban 0.9 gram/denier
polyester hanya mulur 1% dan pada pembeban 1.75 gram/denier hanya mulur
2%. Modulus yang tinggi menyebabkan polyester pada tegangan kecil di dalam
penggulungan tidak akan mulur.
Berat jenis Berat jenis polyester 1.38
Morfologi Poliester berbentuk silinder dengan penampang lintang yang bulat.
Sifat kimia
Polyester tahan asam lemah meskipun pada suhu didih dan tahan asam kuat dingin.
Polyester tahan basa lemah tetapi kurang tahan basa kuat. Poliester tahan zat
oksidasi,alcohol,keton,sabun dan zat-zat untuk pencucian kering. Demikian pula
tahan terhadap serangga, jamur dan bakteri, sedangkan terhadap sinar matahari
ketahanannya cukup baik.
Poliester larut dalam meta-kresol panas, trifluoroasetat-orto-khlorofenol, campuran
7 bagian berat trikhlorofenol dan 10 bagian fenol dan campuran 2 bagian berat
tetrakhloroetena dan 3 bagian fenol.
Zat penggelembung Polyester akan menggelembungkan dalam larutan 2% asam benzoate asam
salisilat, fenol dan meta-kresol dalam air, disperse ½% monokhlorobenzena, p-
dikhlorobenzena, tetrahidronaftalena, metilbenzoat dan metal salisilat dalam air,
disperse 0.3% orto-fenil-fenol dan para-fenifenol dalam air.
Titik leleh
4
Poliester meleleh diudara pada suhu 250°C dan tidak menguning pada suhu
tinggi.
Sifat biologi Poliester tahan serangga, jamur dan bakteri
Tahan sinar Seperti serat tekstil lainnya, polyester juga berkurang kekuatannya dalam
penyinaran yang lama tetapi tahan sinarnya masih cukup baik dibanding dengan
serat lain. Dibalik kaca tahan sinar polyester lebih baik dari kebanyakan serat.
Mengkeret Benang terylena apabila direndam dalam air mendidih akan mengkeret sampai
7% atau lebih.
Pembakaran. Poliester meskipun dapat dibakar tetapi karena diikuti oleh pelelehan yang
kemudian akan terlepas jatuh, maka nyala api tidak akan menjalar. Tetapi
apabila dicampur dengan serat lain yang membantu pembakaran, kain campuran
tersebut akan terbakar.
Heat-set Dimensi kain polyester dapat distabilkan dengan cara heat-set. Heat-set
dilikukan dengan cara mengerjakan kain dalam dimensi yang telah diatur
(biasanya dalam bentuk lebih) pada suhu 30-40°C lebih tinggi dari suhu
penggunaan kain sehari-hari. Untuk pakaian biasanya pada suhu 220-230°C.
Jenis polyester
Selain polyester biasa yang didalam perdagangan didagangkan dengan nama
Terylena, Dacron, Tetoron, Trivera, dan lainnya. Dikenal juga jenis lainnya yaitu
Dacron jenis 62, Kodel, Vycron, Grilene dan A-Tell.
Penggunaan
Karena sifat-sifatnya yang sangat baik, terutama sifat tahan kusut dan dimensinya
yang stabil, polyester banyak digunakan untuk bahan pakaian dan dasi. Untuk
pakaian ringan/tipis, polyester sangat baik jika dicampur dengan kapas. Selain itu,
5
polyester juga banyak digunakan untuk kain tirai karena ketahanannya terhadap
sinar dibalik kaca baik.
Polyester banyak pula dipergunakan untuk tekstil industri umpama untuk kantung
Grafik Perbandingan Antara Waktu Daya Serap Dengan Waktu Proses
15
Grafik Perbandingan Waktu Daya Serap Bahan dengan Konsentrasi NaOH
16
Grafik Perbandingan Persentase Kekuatan Mulur Lusi dengan Persentase Kekuatan Mulur Pakan
17
Grafik Perbandingan Kekuatan Tarik Lusi dengan Persentase Kekuatan Mulur Lusi
18
Grafik Perbandingan Kekuatan Tarik Pakan dengan Persentase Kekuatan Mulur Pakan
19
IV. DISKUSI
Dari data percobaan di atas dapat didiskusikan bahwa adanya hasil yang
menunjukan perbedaan daya serap yang di pengaruhi oleh konsentrasi NaOH dan
lamanya waktu proses perendaman. Terlihat pada kain A dan Kain B yang diberikan
konsentrasi NaOH yang sama yaitu 1 ml namun pada kain B waktu perendamannya
lebih lama yaitu 45 menit dari pada kain A yang hanya 30 menit lama prosesnya
menunjukan bahwa daya serap pada kain B lebih cepat daripada kain A, ini
dipengaruhi karena semakin banyak NaOH yang diberikan pada suatu bahan maka
daya serapnya akan semakin cepat. Dan pada hasil percobaan simultan ini terlihat
hasil bahwa pada kain terjadi pengkeretan. Pengkeretan ini disebabkan karena
adanya pemakaian NaOH pada bahan dimana fungsi NaoH disini yaitu tidak hanya
menghilangkan kotoran tapi juga menggembungkan kain sehingga terjadi
pengkeretan.
V. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan sebagai berikut :
Semakin besar persentase pengurangan berat maka semakin besar sifat daya
serap bahan.
Semakin lama perendaman kainnya maka akan cepat waktu daya serapnya.
20
LAMPIRAN
PENGUJIAN BAN
Alat dan Bahan Alat yang digunakan :
1. Buret 50 ml
2. Labu ukur
3. Gelas ukur
4. Gelas kaca
Bahan yang digunakan :
1. Larutan HCl
2. Larutan contoh
3. Larutan Blanko
Apabila contoh uji telah diketahui tidak mengandung kanji atau bahan penyempurnaan maka dapat langsung dikerjakan pengujian, tetapi kalau contoh uji tersebut mengandung kanji atau bahan penyempurnaan maka untuk mendapatkan keadaan yang sama dari seluruh contoh-contoh uji termaksuk bahan pembanding dikerjakan sebagai berikut : 1. Penghilangan bahan penyempurnaan
Contoh uji bersama-sama dengan bahan pembanding masing-masing paling sedikit 5 g dididihkan dengan pelarut petroleum selama 1 jam dalam Erlenmeyer berpendingin reflux. Kemudian pengerjaan tersebut diulangi dengan menggunakan alcohol selama 1 jam dan kemudian dengan menggunakan air suling selama 1 jam. Untuk pemanasan sebaiknya menggunakan pemanas listrik karena pelarut petroleum mudah terbakar atau setidaknya digunakan penanggas air.
2. Penghilangan kanji Contoh uji dan bahan pembanding kemudian dimasukkan ke dalam larutan enzyme pelarut kanji 3% dalam air suling hingga semua bahan terendam dan dipanaskan sampai suhu 60oC dan pemanasan dijaga sampai 1 jam. Larutan enzim kemudian dibuang dan bahan-bahan dicuci. Setelah bahan bebas dari kanji dan bahan-bahan penyempurnaan kemudian dikerjakan sebagai berikut. Contoh uji bersama-sama dengan contoh pembanding dididihkan dalam 1 liter larutan yang mengandung 10 gram sabun netral dan 2 gram natrium karbonat selama 1 jam. Kemudian dicuci berkali-kali dengan air hangat hingga bebas dari sabun dan basa ( tes indicator pp), diperas dan dikeringkan dalam tungku pengering pada suhu 100oC sampai benar-benar kering. Kemudian contoh uji dan bahan pembanding tersebut dibiarkan dalam suhu kamar dan masing-masing contoh uji dan bahan pembanding dipotong kecil-kecil untuk ditimbang.
3. Pengujian
21
- Dari tiap-tiap contoh uji dan bahan pembanding yang telah dilakukan pengerjaan pendahuluan ditimbang seberat 2 gram dan masukkan ke dalam Erlenmeyer tutup asah 250 ml
- Kedalam masing-masing Erlenmeyer dimasukkan 30 ml barium hidroksida 0,25 N dan juga kedalam 2 buah Erlenmeyer kosong untuk pengujian blanko dengan menggunakan pipet gondok 30 ml.
- Setelah penambahan barium hidroksida segera Erlenmeyer tersebut ditutup dan diletakkan di atas penanggas air pada suhu kamar ( 0-25oC ) selama paling sedikit 2 jam dan sering dikocok-kocok.
- Dari hasil titrasi tersebut dapat dihitung perbandingan antara jumlah barium hidroksida yang diserap oleh contoh uji dengan yang diserap oleh bahan pembanding. Hasil perbandingan ini dikalikan dengan 100 didapatkan angka aktivitas barium.
Perhitungan
Angka aktifitas barium =
Keterangan : a = titrasi blangko b = titrasi contoh uji c = titrasi pembanding
Hasil Titrasi
Percobaan I Percobaan IIte Rata-rata
V Awal VAkhir Titrasi I VAwal VAkhir Titrasi II
Kain A 2,2 ml 8,4 ml 6,2 ml 8,4 ml 14,4 ml 6,0 ml 6,1 ml
Kain B 36,4 ml 42,2 ml 5,8 ml 42,2 ml 48,4 ml 6,2 ml 6,0 ml
Kain C 14,6 ml 20,1 ml 5,5 ml 20,1 ml 26,0 ml 5,9 ml 5,7 ml
Kain D 22,4 ml 28,1 ml 5,7 ml 28,1 ml 33,4 ml 5,3 ml 5,5 ml
Kain E 36,4 ml 42,0 ml 5,6 ml 42,0 ml 47,2 ml 5,2 ml 5,4 ml
Blanko 6,1 ml 14,6 ml 8,5 ml 14,6 ml 21,8 ml 7,2 ml 7,85 ml
Pembanding 0,0 ml 6,1 ml 6,1 ml 6,1 ml 12,2 ml 6,1 ml[ 6,1 ml
Rumus :
Keterangan :
a = larutan blanko
b = larutan uji (contoh)
22
c = Larutan Pembanding
Diketahui :
Larutan uji contoh :
Kain A = 6,1 ml
Kain B = 6,0 ml
Kain C = 5,7 ml
Kain D = 5,5 ml
Kain E = 5,4 ml
Larutan Blanko (a) = 7,85 ml
Larutan Pembanding (c) = 6,1 ml
Persentase kain BAN
Praktikan Nilai BAN (%)
Kain A 100
Kain B 105,71
Kain C 122,86
Kain D 134,28
Kain E 140
0
20
40
60
80
100
120
140
160
Kain A Kain B Kain C Kain D Kain E
Grafik persentase kain BAN
Nilai BAN
23
0
20
40
60
80
100
120
140
160
BA
N
NaOH
Grafik hubungan antara nilai BAN terhadap kosentrasi NaOH
28˚Be
30˚Be
0
20
40
60
80
100
120
140
160
BA
N
Suhu
Grafik hubungan antara nilai BAN terhadap suhu
15˚C
80˚C
24
Tabel uji kekuatan daya tarik kapas
Rumus :
Kekuatan daya tarik = massa x gravitasi
Dengan gravitasi = 9,8 m/s2
Kekuatan daya mulur =
Dengan jarak = 7,5 cm
0
20
40
60
80
100
120
140
160B
AN
Waktu
Grafik hubungan antara nilai BAN terhadap waktu
30 detik
60 detik
0
20
40
60
80
100
120
140
160
BA
N
Bahan Kain
Grafik hubungan antara nilai BAN dengan bahan kain
Kain Greigh
Kain Putih
25
Lusi
Kekuatan daya tarik (kg)
Kekuatuan daya tarik (N)
Kekuatan daya mulur
(cm)
Kekuatan daya mulur
(%)
Kain A 24 235,2 3,2 42,67
Kain B 16 156,8 3,5 46,67
Kain C 18 176,4 2,9 38,67
Kain D 15 147 2,3 30,67
Kain E 20 196 1,8 24
Lusi
X ( x – ) ( x – )2
Kain A 24
18,6
5,4 29,16
Kain B 16 -2,6 6,76
Kain C 18 -0,6 0,36
Kain D 15 -3,6 12,96
Kain E 20 1,4 1,96
∑ = 93 ∑ = 51,2
S2 = –
=
= 12,8 kg
= 12,8 x 9,8
= 125,44 N
S =
= 11,2 N
CV =
=
= 60,21 %
26
Pakan
Kekuatan tarik (kg)
Kekuatuan tarik (N)
Kekuatan mulur (cm)
Kekuatan mulur (%)
Kain A 15 147 1,7 22,67
Kain B 16,5 161,7 2,9 38,67
Kain C 18 176,4 2,5 33,33
Kain D 17 166,6 2,7 36
Kain E 24 235,2 2,4 32
Pakan
X ( x – ) ( x – )2
Kain A 15
18,1
-3,1 9,61
Kain B 16,5 -1,6 2,56
Kain C 18 -0,1 0,01
Kain D 17 -1,1 1,21
Kain E 24 5,9 34,81
∑ = 90,5 ∑ = 48,2
S2 = –
=
= 12,05 %
S =
= 3,47 %
CV =
=
= 19,17 %
Diskusi
Pada nilai BAN ini, akan terlihat hasil merser dengan kain greigh dan kain putih. Dan pada nilai
BAN ini pengaruh banyaknya konsentrasi NaOH, pengaruh suhu dan waktu proses berpengaruh
27
dalam penilaian BAN. Terlihat bahwa bahan-bahan pada kain putih berada pada kategori
merser lemah, ini disebabkan larutan yang dititrasi tidak sampai 10 ml karena kainnya saat
perendaman 2 jam lebih banyak menyerap air, sehingga mempengaruhi hasil titrasi. Begitupun
pada hasil BAN pada kain grey, menunjukan hasil BAN berada pada kategori merser baik, ini
disebabkan kain greigh memiliki NaOH lebih banyak daripada kain putih, nilai BAN pada kain
greigh lebih tinggi daripada kain putih. Pada kain putih terlihat bahwa kain putih dikategorikan
merser lemah sedangkan pada kain greigh dikategorikan merser kuat. Jadi, semakin tinggi
konsentrasi NaOH, suhu dan waktu prosesnya maka nilai BANnya semakin tinggi. Dan pada
percobaan ini hasil titrasi yang kurang tepat satu tetes tak berwarna akan mempengaruhi hasil
merser.
Kesimpulan
Dari data percobaan dapat disimpulkan bahwa :
Semakin tinggi suhunya maka semakin besar pula nilai BANnya.
Semakin tinggi konsentrasi NaOHnya maka semakin tinggi pula nilai BANnya.
Semakin lama waktu proses yang dibutuhkan maka akan semakin tinggi nilai BANnya.
28
DAFTAR PUSTAKA
M. Ichwan S.Teks, dkk. Pedoman Praktikum Teknologi Persiapan
Penyempurnaan. STTT : Bandung
Ichwan, Muhammad, Wiewiek Eka mulyani, Nono C. Pedoman Praktikum
Teknologi Persiapan penyempurnaan. STT Tekstil. 2004.
8023 Hỏllriegelskreuth. A Bleachers Handbook. Interox Peroxid-Chemie GmbH.
Soeparman,dkk. Teknologi Penyempurnaan Tekstil. ITT. 1977.