BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Malaria merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus plasmodium dan hidup intra sel serta bersifat akut dan kronik. 1 Malaria disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium yaitu Plasmodium malariae, Plasmodium ovale, Plasmodium vivax, dan Plasmodium falcifarum 2 World Health Organization (WHO) mendefinisikan malaria berat jika terdapat parasit Plasmodium falcifarum fase aseksual disertai satu atau lebih gambaran seperti: 1) Manifestasi klinis, antara lain: kelemahan, gangguan kesadaran, respiratory distress (pernapasan asidosis), kejang berulang, syok, edema paru, perdarahan abnormal, ikterik, dan hemoglobinuria; 2) Pemeriksaan laboratorium, antara lain: anemia berat, hipoglikemia, asidosis, gangguan fungsi ginjal, hiperlaktatemia, hiperparasitemia. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Malaria merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus
plasmodium dan hidup intra sel serta bersifat akut dan kronik.1 Malaria disebabkan
oleh protozoa genus Plasmodium yaitu Plasmodium malariae, Plasmodium ovale,
Plasmodium vivax, dan Plasmodium falcifarum 2
World Health Organization (WHO) mendefinisikan malaria berat jika terdapat
parasit Plasmodium falcifarum fase aseksual disertai satu atau lebih gambaran seperti:
1) Manifestasi klinis, antara lain: kelemahan, gangguan kesadaran, respiratory
10. Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi malaria akut (bukan karena
obat anti malaria pada kekurangan G6PD)
11. Diagnosa Post mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada
pembuluh darah kapiler otak.
7
Beberapa keadaan lain yang juga digolongkan sebagai malaria berat sesuai
dengan gambaran klinik daerah setempat ialah:5
1. Gangguan kesadaran ringan (GCS < 15) .
2. Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan) tanpa kelainan neurologik.
3. Hiperparasitemia > 5% pada daerah hipoendemik atau daerah tak stabil
malaria
4. Ikterik (Bilirubin > 3 mg%)
5. Hiperpireksia (temperatur > 40°C) pada orang dewasa atau anak
I.8 Diagnosis
Diagnosis dibuat dengan menemukan parasit malaria seperti tropozoit yang
berbentuk cincin pada sediaan darah tepi, preparat darah tebal dan tipis. Sedian
sebaiknya dibuat pada waktu serangan demam.8,11
I.9 Penatalaksanaan
Obat malaria terdiri dari 5 jenis antara lain:4
1. Skizontisid jaringan primer yang membasmi parasit praeritrosit, yaitu:
proguanil dan pirimetamin.
2. Skinzontisid jaringan sekunder yang membasmi parasit eksoeritrosit, yaitu
primakuin.
3. Skinzontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit yaitu kina, klorokuin,
dan amidokuin.
8
4. Gametosid yang menghancurkan bentuk seksual. Primakuin adalah gametosid
yang ampuh bagi keempat spesies. Gametosid untuk P. vivaks, P. malariae, P.
ovale adalah kina, klorokuin, dan amidokuin.
5. Sporontosid mencegah gametosit dalam darah untuk membentuk ookista dan
sporozoit dalam nyamuk Anopheles, yaitu primakuin dan proguanil.
Tiga jenis pengobatan malaria adalah:4,5
1. Pengobatan supresi ditujukan untuk menyingkirkan semua parasit dari
tubuh penderita dengan memberikan skizontosid darah dalam waktu
lama, lebih lama dari masa hidup parasit. Untuk P. vivaks, P.
malariae dan P. falcifarum (klorokuin dosis tunggal 1 kali, Primakuin
dosis tunggal, 1 hari, khusus daerah yang resisten klorokuin).
2. Pengobatan profilkasis digunakan skizontisid jaringan yang bekerja
pada skizon yang baru memasuki jaringan hati.
- Klorokuin seminggu sekali. Dimulai satu minggu sebelum
masuk ke daerah endemis malaria dan diteruskan sampai 4
minggu setelah meninggalkan daerah tersebut.
- Di daerah resisten klorokuin. Sulfadoksin atau pirimetamin 1
minggu sekali. Klorokuin tetap diberikan untuk mencegah P.
vivaks, dan P. malaria.
3. Pengobatan radikal ditujukan untuk memusnahkan parasit dalam fase
eritrosit dan eksoeritrosit. Untuk P. vivaks, P. malariae dan P.
9
falcifarum klorokuin dosis tunggal sampai hari ke 3. Primakuin dosis
tunggal hari 1 s/d 3 untuk P. falcifarum. Untuk daerah resisten
klorokuin digunakan sulfadoksin/pirimetamin dosis tunggal 1 kali atau
kuinin 7 hari berturut-turut, primakuin dosis tunggal 1 hari.
Untuk terapi malaria dengan infeksi campuran Plasmodium Falcifarum
dengan Plasmodium vivax digunakan kombinasi antara artesunat dengan amodiakuin.
I.11 Pencegahan
- Mencegah dari gigitan nyamuk
- Pencegahan dengan membunuh jentik di sarang nyamuk dengan larvasida
- Pencegahan dengan menyemprot dinding rumah atau tenda dengan insektisida
- Pencegahan dengan minum obat profilaksis yaitu doksisiklin untung
pendatang berusia > 8 tahun (1tablet 100 mg), untuk pendatang dewasa tiap
hari 1 tablet sejak 1 minggu sebelum masuk sampai 1 bulan setelah kembali.
BAB II
10
SIMULASI KASUS
II.1 Kasus
Tn. Tony, usia 27 tahun, alamat jalan Sultan Adam RT 12 No 23 Banjarmasin,
pekerjaan tenaga field officer di sebuah LSM Internasional, datang ke poliklinik
dengan keluhan panas menggigil. Panas dirasakan sejak 5 hari yang lalu, bila malam
menggigil lalu berkeringat, tidak diingat oleh pasien setiap berapa hari dia menggigil.
Perut terasa sakit dan makan tidak berselera, karena agak mual. Kepala pusing dan
terasa berkunang-kunang. Pasien baru datang dari daerah sungai danau. Pasien sudah
makan obat panas Sanmol, tetapi badan tetap panas, Pasien juga disarankan teman
untuk minum Fansidar, tapi pasien hanya sempat makan klorokuin 2 biji. Tidak ada
kelainan pada buang air kecil.
Pemeriksaan fisik:
Tanda vital: TD = 130/80 mmHg
N = 88 x/menit
RR = 18 x/menit
T = 390C
Kepala dan leher : konjungtiva pucat
Thorax : Jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen : Splenomegali schufner I
Ekstremitas : Tidak ada kelainan
11
Pemerikksaan darah rutin : Anemia ringan (HB 10 gram%), Leukositosis
Pemeriksaan apusan darah tepi saat demam: trofozoid P. Falciparum dan plasmodium
vivax
Diagnosis : Malaria
II.2 Tujuan pengobatan
Tujuan pengobatan malaria antara lain:
• Pengobatan kausatif: mengendalikan serangan klinik dan sebagai terapi
supresi dan terapi radikal yaitu dengan pemberian antimalaria yang bersifat
skizontosid, baik di eritrosit dan eksoeritrosit darah Plasmodium falcifarum
dan Plasmodium vivax.
• Pengobatan simptomatik: mengurangi gejala demam dengan pemberian
antipiretik.
II.3 Perbandingan kelompok obat menurut khasiat, keamanan dan
kecocokannya
Kelompok jenis obat Khasiat Keamanan BSO
(efek samping)Kecocokan (Kontraindikasi BSO)
Skizontisid darah Klorokuin
Kina
Antimalaria
Antimalaria
Sakit kepala ringan, gangguan pencernaan, gangguan penglihatan, gatal-gatal, ototoksisitas, dan retinopati menetap.Sindrom Sinkonisme (mirip salisilismus):
Hati-hati pada pasien dengan penyakit hati, gangguan saluran cerna, neurologik, defisiensi G6PD, penderita psoriasis, gangguan retina.Hati-hati pada pasien yang
12
Artemisin
Artesunate
Antimalaria
Antimalaria
tinitus, sakit kepala, gangguan pendengaran, pandangan kabur, diare, dan mual.
Mual, muntah, dan diare
Sakit kepala, mual, muntah, sakit perut, gatal, demam, perdarahan abnormal, urin berwarna kemerahan.
hipersensitif dengan kina.
Tidak dianjurkan pada wanita hamil.
Reaksi hipersensitifitas, Tidak dianjurkan pada wanita hamil (trimester pertama)
Skizontozid jaringan primer Pirimetamin
Antimalaria Anemia makrositik Tidak dianjurkan pada wanita hamil.
Skizontisid jaringan sekunder Primakuin
Antimalaria Mual, nyeri epigastrik, kejang perut, anoreksia, sakit kepala (Katzung), dan anemia hemolitik akut (pasien G6PD).
Hati-hati pada pasien artritis reumatoid, lupus eritematosus, G6PD, wanita hamil, anak < 1 tahun.
Gametosid Amodiakuin Antimalaria Mual, muntah, sakit
perut, diarem dan gatal-gatal
Hati-hati pada pasien yang hipersensitif terhadap amodiakuin, penderita gangguan hepar.
Paraaminofenol Paracetamol
Analgetik-antipiretik
Jarang dapat terjadi reaksi alergi berupa eritema, urtikaria,
Penderita gangguan hati, ginjal, hipersensitif
13
demam dan lesu pada mukosa anemia hemolitik, methemoglobinemia, nefropati analgetik, toksisitas akut berupa nekrosis hati, nekrosis tubuli renalis, hipoglikemik
terhadap paracetamol
AINS Ibuprofen
Salisilat (Asetosal atau aspirin)
Pirazolon (Metampiron atau dipiron)
Analgetik-antipiretik
Analgetik-antipiretik
Analgetik-antipiretik
Gangguan saluran cerna, eritema kulit, sakit kepala, trombositopenia, ambliopia toksik yang reversible
Masa perdarahan memanjang, hepatotoksik, anoreksia, mual, ikterik, perdarahan lambung
Tidak boleh digunakan bersaman dengan warfarin, furosemid, tiazid, beta bloker prazozin, kaptopril juga tidak dianjurkan pada wanita hamil dan menyusui
Penderita gangguan hati, protrombonemia
Hati-hati pada penderita ginjal dan hati, kelainan darah serta ada riwayat hipersensitifitas dengan obat ini
14
II.4 Pemilihan obat dan alternatif obat yang digunakan
Uraian Obat Pilihan Obat AlternatifNama Obat Artesunat + amodiakuin +