1 LAPORAN TUGAS AKHIR SIKAP PETANI DALAM PENGENDALIAN JAMUR AKAR PUTIH (Rigidoporus lignosus) PADA TANAMAN KARET (Hevea brassiliensis) DI DESA NOGO REJO KECAMATAN GALANG KABUPATEN DELI SERDANG Oleh WINDRI SAFITRI 01.4.3.15.0374 PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERKEBUNAN PRESISI JURUSAN PERKEBUNAN POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MEDAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2019
101
Embed
SIKAP PETANI DALAM PENGENDALIAN JAMUR AKAR PUTIH ... SAFITRI.pdfLAPORAN TUGAS AKHIR SIKAP PETANI DALAM PENGENDALIAN JAMUR AKAR PUTIH (Rigidoporus lignosus) ... Alhamdulillah telah
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
LAPORAN TUGAS AKHIR
SIKAP PETANI DALAM PENGENDALIAN JAMUR
AKAR PUTIH (Rigidoporus lignosus) PADA TANAMAN
KARET (Hevea brassiliensis) DI DESA NOGO REJO
KECAMATAN GALANG KABUPATEN
DELI SERDANG
Oleh
WINDRI SAFITRI
01.4.3.15.0374
PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERKEBUNAN PRESISI
JURUSAN PERKEBUNAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MEDAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2019
i
SIKAP PETANI TERHADAP PENGENDALIAN JAMUR AKAR
PUTIH (Rigidoporus lignosus) PADA TANAMAN KARET (Hevea
brassiliensis) DI DESA NOGO REJO KECAMATAN GALANG
KABUPATEN DELI SERDANG
TUGAS AKHIR
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Pertanian
Oleh
WINDRI SAFITRI
Nirm. 0143150374
PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERKEBUNAN PRESISI
JURUSAN PERKEBUNAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MEDAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2019
ii
iii
iv
v
vi
HALAMAN PERUNTUKAN
“Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada
TuhanMu lah engkau berharap.” (Q.S. Al -Insyirah : 6-8)
Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil‟alamin aku bersyukur pada-Mu ya Rabb atas nikmat dan karunia-Mu yang telah Engkau curahkan tiada henti kepada hambamu ini, Kepada idola dan panutanku Rasulullah Muhammad Shallallahu ‟alaihi wasallam kupersembahkan sholawat dan salam kepadamu ( Allahumma shalli „ala sayyidina Muhammad wa‟ala ali sayyidina Muhammad) Alhamdulillah telah kuselesaikan tugas dan tanggung jawab ini, setahap perjuangan telah
kulalui yang Insya allah merupakan awal dari perjuangan panjang selanjutnya untuk menggapai kesuksesan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Ayahanda dan Ibunda tercinta.....
Kupersembahkan karya ini kepada kalian yang telah melahirkan, membesarkan dan mendidikku hingga saat ini, Hamba mohon kepada-Mu ya Rabb Sehatkan Panjangkan dan
Ridhai lah umur kedua Orang Tua hamba dalam ketaatan kepada-Mu Aamiin...... Saudariku satu-satunya Mbak Tari Puspita, engkaulah selama ini penyemangatku semoga
kita semua dapat menajdi anak yang shalihah, berbakti kepada orang tua dan agama hamba memohon kepada-Mu ya Rabb jadikan keluarga kecil kami ini keluarga yang Sakinah
Mawaddah dan Warahmah Aamiin..... Terima kasih yang tak terhingga kepada dosen pembimbing Dr. Iman Arman, SP.,MM dan Firman RL. Silalahi, STP, M.Si. Kepada dosen penguji Mawar Indah P., STP, M.Si dan Herawaty, SP, M.Si untuk kesabarannya membimbing saya dalam menyelesaikan Tugas
Akhir ini. Terima kasih juga kepada keluarga besar POLBANGTAN Medan, BPP Jaharun, penyuluhku pak Eko dan para petani di Desa Nogo Rejo
Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang
Kepada sahabat-sahabatku ANAK KOREK ( Christna, Endang, Emma, Khoirunnisa, Romaito, dan Tamara ) big thank‟s untuk kalian semua semoga persahabatan kita di ridhai
Allah Subhanahu Wata‟ala dunia akhirat Untuk keluarga besar Masyarakat BUN‟15 dan TAN‟15 temen temen seperjuangan semoga
kitalah penerus orang-orang sukses kedepannya Aamiin..... Terima kasih juga kepada adik asuhku (Indah, Ayu, Annisa, dan Putri), Abangnda
Muhammad Risky Prayogi, teman baikku Intan Kusumawati dan seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu karena telah membantu dalam penyelesaian pengkajian ini .
Jazakumullah Khairan Katsiran
Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
vii
RIWAYAT HIDUP
Windri Safitri lahir di Desa Pasar Miring Kecamatan
Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang. Merupakan
anak kedua dari dua bersaudara, putri dari pasangan
Ayahanda Suladi dan Ibunda Saminah. Bertempat
tinggal di Dusun Gotong Royong Desa Pasar Miring
Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang
Provinsi Sumatera Utara. Pendidikan yang pernah
ditempuh yakni tahun 2003, masuk di SD Negeri
105352 dan lulus pada tahun 2009. Kemudian pada
tahun 2009 melanjutkan studi di SMP Negeri 2 Lubuk
Pakam dan lulus pada tahun 2012. Selanjutnya pada
tahun 2012 melanjutkan studi ke SMK Negeri 1 Galang
Jurusan Agribisnis Tanaman Perkebunan dan lulus pada
tahun 2015. Selama mengenyam pendidikan di SMK N 1 Galang penulis telah
melaksanakan Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) dibidang Perkebunan Kearet
dan Kelapa Sawit selama enam bulan di PT. Timbang Deli Indonesia dan PT.
Batu Rata. Pada tahun 2015 berkesempatan melanjutkan studi di Politeknik
Pembangunan Pertanian (POLBANGTAN) Medan Program Studi Penyuluhan
Perkebunan Presisi dan lulus pada tanggal 5 Juli 2019 berhasil menyandang gelar
Sarjana Sains Terapan Pertanian (S.Tr.Pt) dengan melakukan pengkajian Tugas
Akhir (TA) yang berjudul “Sikap Petani Dalam Pengendalian Jamur Akar Putih
(Rigidoporus lignosus) Pada Tanaman Karet (Hevea brassiliensis) di Desa Nogo
Rejo Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang” di bawah bimbingan Dr. Iman
Arman, SP.,MM. dan Firman RL. Silalahi, STP, M.Si.
viii
ABSTRAK
Windri Safitri, NIRM. 01.4.3.15.0374, Sikap petani dalam pengendalian
jamur akar putih (Rigidoporus lignosus) pada tanaman karet (Hevea brassiliensis)
di Desa Nogo Rejo Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang. Pengkajian ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat sikap petani, untuk mengetahui tingkat faktor-
faktor pembentuk sikap, dan untuk mengetahui hubungan antara faktor pembentuk
sikap dan tingkat sikap dalam pengendalian jamur akar putih (Rigidoporus
lignosus) pada tanaman karet (Hevea brassiliensis). Pengkajian ini dilaksanakan
pada wilayah Desa Nogo Rejo Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang pada
tanggal 25 Maret-24 Mei 2019. Metode pengumpulan data yaitu metode
observasi, wawancara, dan pencatatan. Metode analisis data yang digunakan yaitu
uji validitas dan reliabilitas pada kuisioner, serta uji hubungan dengan
menggunakan skala likert. Hasil pengkajian menunjukan bahwa tingkat sikap
petani dalam pengendalian jamur akar putih (Rigidoporus lignosus) pada tanaman
karet (Hevea brassiliensis) dalam kategori tinggi yaitu 79,8 persen, hasil tingkat
faktor internal pembentuk sikap petani dalam kategori sedang yaitu 51,2 persen
dan hasil tingkat faktor eksternal pembentuk sikap petani dalam kategori tinggi
yaitu 77,7 persen, sementara ada hubungan yang signifikan antara umur,
pendidikan, pengalaman pribadi, ketersediaan saprodi, dan penyuluhan dalam
tingkat sikap petani Dalam pengendalian jamur akar putih pada tanaman karet di
Desa Nogo Rejo Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang.
Kata Kunci : Sikap, Jamur Akar Putih, Trichoderma Harzianum, dan Nogo Rejo
ix
ABSTRACT
Windri Safitri, NIRM. 01.4.3.15.0374, The attitude of farmers in controlling
the white root mushroom (Rigidoporus lignosus) in the Rubber Plants (Hevea
brassiliensis) at Nogo Rejo village Galang Subdistrict, Deli Serdang regency. This
assessment aims to determine the level of attitude of farmers, to determine the
level of attitude forming factors, and to know the relationship between the attitude
forming factors and level of attitude in controlling the mushroom white root
(Rigidoporus lignosus) in plants Rubber (Hevea brassiliensis). This assessment
was conducted in Nogo Rejo village Galang Subdistrict, Deli Serdang Regency on
March 25th-May 24th, 2019. Data collection methods include observation,
interviews, and recording methods. The data analysis methods used are validity
and test reliability in questionnaires, as well as testing relationships using the
Likert scale. Results showed that the level of the farmer's attitude in controlling
the mushroom white root (Rigidoporus lignosus) in rubber plants (Hevea
brassiliensis) in the high category of 79,8 percent, the result of the internal factor
rate of the farmer's attitude in the medium The category is 51,2 percent and results
in the level of external factors of the farmer's attitude in the high category of 77,7
percent, while there is a significant relationship between age, education, personal
experience, availability of Production facilities and counseling at the level of
farmer attitudes In controlling the white root mushroom in the rubber plant at
Nogo Rejo village Galang subdistrict Deli Serdang regency.
Keywords: Posture, root white mushroom, Trichoderma harzianum, and Nogo
Rejo
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................. i
Lembar Pengesahan Penguji ....................................................................... ii
Lembar Pengesahan Pembimbing .............................................................. iii
Halaman Pernyataan Orisinalitas .............................................................. iv
Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi ............................................ v
Halaman Peruntukan .................................................................................. vi
Riwayat Hidup .............................................................................................. vii
Abstrak .......................................................................................................... viii
Abstract ......................................................................................................... ix
Kata Pengantar ........................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv
I.PENDAHULUAN
Latar Belakang .............................................................................................. 1
Identifikasi Masalah ...................................................................................... 3
Tujuan ........................................................................................................... 3
Sampir, Petangguhan, Pulau Gambar, Pulau Tagor Batu, Sungai Putih, Tanah
Abang, Tanah Merah, Tanjung Siporkis, Galang Kota, Jaharun A, Kampung
Galang Suka, Kampung Kelapa Satu, Kotangan, Petumbukan, Pisang Pala, Sungai
Karang, Tanjung Gusti, dan Timbang Deli.
Desa Nogo Rejo berada dalam wilayah Kecamatan Galang Kabupaten Deli
Serdang Provinsi Sumatera Utara dengan batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Tanjung Siporkis
Sebelah Barat berbatasan dengan : Desa Naga Timbul
Sebelah Utara berbatasan dengan : Desa Bandar Dolok
Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Kotasan
Desa Nogo Rejo terdiri dari 7 dusun dengan luas 400 ha. Secara
karakteristik, lahan dan iklim Desa Nogo Rejo ummnya adalah wilayah dengan
keadaan topografi yang merupakan lahan dengan relief datar dan bergelombang
dengan presentase 70% dan 30%, yaitu berada pada ketinggian ± 12 meter diatas
permukaan laut. Kondisi geografis tersebut merupakan faktor pendukung
berkembangnya usaha masyarakat di bidang pertanian, peternakan, perikanan dan
perkebunan rakyat.
29
2. Keadaan Penduduk
Secara umum keadaan penduduk di Desa Nogo Rejo Kecamatan Galang, sesuai
dengan Data Statistik Kecamatan Galang tahun 2019 dapat disajikan pada Tabel
7.
Tabel.7 Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No
Dusun
Jeni Kelamin
Jumlah Penduduk
Jumlah Rumah
Tangga Laki-laki Perempuan
1 I 406 363 769 185
2 II 307 258 565 154
3 III 465 517 982 245
4 IV 290 246 536 151
5 V 431 352 783 196
6 VI 511 485 996 257
7 VII 582 508 1090 300
Jumlah 2992 2729 5721 1488
Sumber: Kantor Kepala Desa Nogo Rejo
Dari Tabel 7 diatas dapat dijelaskan bahwa keadaan penduduk menurut
jenis kelamin di Desa Nogo Rejo Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang
memiliki 1.488 kepala rumah tangga, 2.992 jumlah laki-laki, dan 2.729 jumlah
perempuan dengan total jumlah penduduknya 5.721 jiwa.
Tabel. 8 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
No. Dusun Petani Wiraswasta PNS/TNI/
POLRI Buruh Karyawan Jasa
1 I 98 43 3 56 52 4
2 II 64 42 5 39 25 5
3 III 109 63 3 54 45 7
4 IV 57 38 2 35 22 4
5 V 98 72 5 65 30 9
6 VI 97 82 11 67 47 12
7 VII 120 89 8 72 56 15
Jumlah 643 429 37 388 277 56
Sumber: Kantor Kepala Desa Nogo Rejo
Dari Tabel 8 dapat diketahui jumlah kepala keluarga berdasarkan pekerjaan
di Desa Nogo Rejo, Sebanyak 643 orang bekerja sebagai petani, selanjutnya
disusul sebanyak 429 orang bekerja sebagai wiraswasta, sebanyak 388 orang
bekerja sebagai buruh, 277 orang bekerja sebagai karyawan, 56 orang bekerja
sebagai jasa dan 37 orang bekerja sebagai PNS/TNI/POLRI. Data diatas
menunjukan bahwa mayoritas penduduk Desa Nogo Rejo bermata pencarian
sebagai petani. Besarnya jumlah penduduk yang bekerja sebagai petani ini
mengindikasikan bahwa Desa Nogo Rejo ini adalah daerah potensi pertanian dan
perkebunan. Dimana luas areal didesa ini sebagian besar diusahakan untuk
30
kegiatan-kegiatan pertanian, baik itu perkebunan, pertanian tanaman pangan dan
hortikultura.
Tabel. 9 Keadaan Penduduk Berdasarkan Etnis/Suku
No Dusun Etnis/suku
Melayu Batak Karo Mandailing Simalungun Jawa Jumlah
1 I - 12 8 6 - 743 769
2 II - 2 4 - - 559 565
3 III 4 5 5 6 - 962 982
4 IV - - - 8 - 528 536
5 V 10 56 67 23 21 606 783
6 VI - 78 88 56 46 728 996
7 VII - 53 49 34 22 932 1090
Jumlah 14 206 221 133 89 5058 5721
Sumber: Kantor Kepala Desa Nogo Rejo
Dari Tabel 9 dapat dijelaskan bahwa di Desa Nogo Rejo terdapat beberapa
ragam etnis/suku yang dimiliki penduduk. Macam-macam etnis/sukunya yaitu
melayu, batak, karo, maindailing, simalungun, dan jawa. Suku di Desa Nogo Rejo
berdominan suku jawa dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu 5.058 orang
dengan jumlah seluruh penduduk 5.721 orang.
Tabel. 10 Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama
No Dusun Agama Jumlah
Islam Protestan Katolik Hindu Budha
1 I 759 10 - - - 769
2 II 565 - - - - 565
3 III 982 - - - - 982
4 IV 536 - - - - 536
5 V 629 154 - - - 783
6 VI 860 136 - - - 996
7 VII 1066 24 - - - 1090
Jumlah 5397 324 - - - 5721
Sumber: Kantor Kepala Desa Nogo Rejo
Bedasarkan Tabel 10 diatas dapat dijelaskan bahwa, di Desa Nogo Rejo
penduduknya beragama islam dan kristen protestan. Yang beragama islam
sebanyak 5.397 orang dan yang beragama protestan sebanyak 324 orang dengan
jumlah seluruh penduduk 5.721 orang.
3. Keadaan Pertanian
Sektor pertanian mempunyai peranan pentig dalam perekonomian di Desa
Nogo Rejo Kecamatan Galang. Peran pentig tersebut dalam hal pemenuhan
kebutuhan pangan masyarakat. Berikut adalah luas areal produksi tanaman
perkebuanan yang menjadi mata pencaharian penduduk disajikan pada Tabel 11.
31
Tabel. 11 Keadaan luas Tanam Komoditi Tanaman Perkebunan (Inventarisasi
Kelompok Tani) Desa Nogo Rejo Kecamatan Galang.
No Komoditas Perkebun Luas (Ha)
1. Kelapa Sawit 176,3
2. Karet 85,7
3. Kakao 7,7
4. Kelapa -
5. Pinang -
Total 269,7 Sumber : Programa Penyuluhan Desa
Berdasarkan Tabel 11 penggunaan lahan untuk kegiatan budidaya tanaman
perkebunan, Luas lahan yang dijadikan untuk budidaya tanaman perkebunan oleh
rakyat mencapai 269,7 Ha dari total lahan yang dimanfaatkan. Untuk luas areal
perkebunan kelapa sawit dengan jumlah 176,3 Ha, perkebunan karet dengan luas
85.7 Ha, dan perkebunan kakao dengan luas 7,70 Ha. Luasnya lahan yang
dipergunakan untuk budidaya tanaman perkebunan tersebut menandakan bahwa
penduduk Desa Nogo Rejo lebih memilih untuk membudidayakan tanaman
perkebunan sebagai mata pencaharian dalam memenuhi kebutuhan hidup.
32
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan hasil pengkajian adalah cara yang digunakan untuk
menganalisis dan menginterpretasikan data hasil pengkajian kedalam penyajian
yang lebih sederhana sehingga memudahkan orang lain untuk membaca dan
memahaminya. Analisis hasil pengkajian ini juga merupakan penyelesaian dari
hipotesis dalam pengkajian sikap petani Dalam pengendalian jamur akar putih
pada tanaman karet di Desa Nogo Rejo Kecamatan Galang Kabupaten Deli
Serdang. Analisis hasil pengkajian dapat di jelaskan sebagai berikut :
A. Tingkat Sikap Petani Dalam Pengendalian Jamur Akar Putih
Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk
bertindak sesuai objek. Untuk mengetahui tingkat sikap petani Dalam
pengendalian jamur akar putih pada tanaman karet diukur dengan skala likert
dengan perhitungan Riduwan (2015). Analisis tingkat sikap petani Dalam
pengendalian jamur akar putih pada tanaman karet disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Tabulasi Data Tingkat Sikap Petani Dalam Pengendalian Jamur Akar
Putih Pada Tanaman Karet.
No
Nama
Responden
Tingkat Sikap
Total
Presentase
(%)
Kriteria
Kognitif afektif Konatif
1 Ngadi 5 5 5 15 100 ST
2 Tulus 4 5 4 13 86 ST
3 Teguh 5 5 4 14 93 ST
4 Jono 4 5 4 13 86 ST
5 Jaiman 5 5 5 15 100 ST
6 Suwardi 4 4 4 12 80 T
7 Bambang 5 4 5 14 93 ST
8 Sugianto 5 5 5 15 100 ST
9 Poniman 4 5 4 13 86 ST
10 Lukito 5 5 4 14 93 ST
11 Mingun 3 3 3 9 60 S
12 Siman 4 4 4 12 80 T
13 Jio 5 3 5 13 86 ST
14 Jingan 4 3 4 11 73 T
15 Asnan 3 3 3 9 60 S
16 Kardi 3 4 3 10 66 T
17 Sasno 2 4 2 8 53 S
33
Lanjutan tabel 12. Tabulasi Data Tingkat Sikap Petani Dalam Pengendalian
Jamur Akar Putih Pada Tanaman Karet.
No Nama
Responden
Tingkat Sikap
Total
Presentase
(%)
Kriteria
Kognitif Afektif Konatif
18 Supri 4 5 4 13 86 ST
19 Tumidi 4 5 4 13 86 ST
20 Sarbini 5 4 3 12 80 T
21 Toni 3 5 3 11 73 T
22 Misdi 4 3 5 12 80 T
23 Sangkep 3 4 4 11 73 T
24 Manik 4 3 3 10 66 T
25 Musirah 5 4 4 13 86 ST
26 Subur 5 5 5 15 100 ST
27 Suriadi 5 5 5 15 100 ST
28 Tukino 4 5 2 11 73 T
29 Wagiran 4 2 3 9 60 S
30 Ponirin 4 4 4 12 80 T
31 Saimin
Purba 4 3 4 11 73 T
32 Suyono 3 3 3 9 60 S
33 Lukito 3 4 3 10 66 T
34 Sarnoto 2 4 2 8 53 S
35 Legiman 4 5 4 13 86 ST
36 Sukandi 4 5 4 13 86 ST
37 Boimin 5 4 3 12 80 T
38 Irwanto 3 5 3 11 73 T
39 Suheri 4 5 4 13 86 ST
Total 156 164 147 467 79,5 T Sumber : Analisis Data Primer(2019)
Tabel 13.Tingkat Sikap Petani Dalam Pengendalian Jamur Akar Putih Pada Tanaman
Karet Di Desa Nogo Rejo. No
Sikap
Petani
Kriteria Nilai
Jumlah
(orang) Total skor Persentase (%)
1. Kognitif
Sangat setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak setuju
Sangat tidak
setuju
5
4
3
2
1
12
17
8
2
0
60
68
24
4
0
31
43,5
20,5
5
0
2. Afektif
Sangat setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak setuju
Sangat tidak
setuju
5
4
3
2
1
18
12
8
1
0
90
48
24
2
0
46
31
20,5
2,5
0
3. Konatif
Sangat setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak setuju
Sangat tidak
setuju
5
4
3
2
1
8
17
11
3
0
40
68
33
6
0
20,5
43,5
28
8
0
Total 15 39 467 300
Skor Perolehan
Skor Maksimum
467
585
Persentase Tingkat Sikap 79,8%
Sumber : Analisis Data Primer(2019)
34
Jumlah skor yang diperoleh sebesar 467 dan skor maksimum sebesar 585.
Berdasarkan data yang diperoleh dari 39 responden maka tingkat sikap petani
Dalam pengendalian jamur akar putih pada tanaman karet di Desa Nogo Rejo
tinggi. Dari jawaban responden dan setelah dilakukan perhitungan persentase
tingkat sikap petani Dalam pengendalian jamur akar putih pada tanaman karet
sebagai berikut :
Tingkat Sikap = 467 x 100% = 79,82%
585
Dapat diartikan sikap petani Dalam pengendalian jamur akar putih pada
tanaman karet dalam kategori tinggi dan hal ini menunjukan bahwa hipotesis
bahwa sikap petani rendah ditolak. Secara garis kontinum dapat dilihat pada
Gambar 4.
0 20 40 60 79,8 80 100
Sangat
Rendah Rendah Cukup Tinggi Sangat
Tinggi
Gambar 4. Garis Kontinum Persentase Tingkat Sikap
Menurut Wawan dan Dewi (2017), sikap petani terbagi menjadi tiga bagian
yaitu kognitif berupa keyakinan dan kepercayaan, afektif berupa perasaan rasa
senang atau tidak senang, dan konatif berupa komitmen atau kecenderungan
bertindak. Berdasarkan hasil pengkajian dilapangan, sikap petani Dalam
pengendalian jamur akar putih pada tanaman karet di Desa Nogo Rejo Kecamatan
Galang Kabupaten Deli Serdang dalam kategori tinggi. Maksudnya petani yakin
bahwa dengan mengendalikan penyakit jamur akar putih akan memiliki produksi
yang tinggi dibandingkan dengan pada saat tanaman karet terserang penyakit
jamur akar putih, dan petani mau ketika diajak mengendalikannya. Namun pada
saat ini tidak banyak tanaman karet petani yang terserang untuk setiap satu orang
pemilik lahan, penyakit jamur akar putih akan banyak menyerang tanaman pada
saat musim hujan dan keadaannya menyakatan bahwa hujan jarang terjadi
sehingga tidak terdapat banyak penyakit yang menyerang tanaman petani. Petani
mau melakukan pengendalian apabila sudah banyak terdapat tanaman yang
35
terserang, jika hanya satu pohon petani hanya menebang dan membakarnya saja.
Untuk itu meskipun sikapnya tinggi tidak serta merta mereka pada saat ini benar-
benar mengendalikan jamur akar putih. Pada pengkajian ini, sikap petani yang
dimaksudkan lebih kepada suatu kecenderungan petani dalam suatu obyek
tertentu. Berdasarkan hasil kuisioner yang telah dilakukan kepada responden
dengan wawancara menunjukkan juga bahwa tidak banyak petani yang memiliki
sikap ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Kondisi ini merupakan suatu
kecenderungan yang baik untuk semakin didorong agar dapat terimplementasikan
di lapangan yaitu melakukan pengendalian jamur akar putih pada tanaman karet
yang semakin intensif. Keadaan ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Azwar
(2013), bahwa seseorang berperilaku dalam kondisi tertentu dan Dalam stimulus
tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaanya
Dalam stimulus tersebut. Kecenderungan bertindak secara konsisten, selaras
dengan kepercayaan dan perasaan dalam membentuk sikap individu.
B. Faktor-faktor Pembentuk Sikap Petani Karet di Desa Nogo Rejo
Petani bukan saja menunjukkan perbedaan-perbedaan dalam kemampuan
mereka untuk melakukan sesuatu, tetapi keinginan mereka untuk melakukan
seuatu atau sikap. Sikap adalah keadaan dalam diri manusia yang menggerakan
untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu
didalam menanggapi objek situasi atau kondisi dilingkungan sekitarnya.
Indikator yang digunakan dalam mengukur faktor-faktor yang berhubungan
dengan tingkat sikap terdiri dari umur, pendidikan, pengalaman, luas lahan,
kosmopolitan, ketersediaan saprodi, penyuluhan dan sumber permodalan. Masing-
masing indikator diwakili oleh satu pertanyaan, sehingga dari delapan indikator
diperoleh delapan pertanyaan.
36
1. Faktor Internal
a. Umur
Karakteristik berdasarkan tingkat umur petani yang ada di Desa Nogo Rejo
Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang dapat disajikan pada Tabel 14.
Tabel . 14 Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Umur Kategori
Jawaban
Nila
i
Jumlah
Responden
Total
skor Persentase
< 30 Tahun Sangat Tinggi 5 - - - 31 Tahun-40 Tahun Tinggi 4 2 8 5 41 Tahun-50Tahun Sedang 3 17 51 44 51 Tahun-60 Tahun Rendah 2 14 28 36 >60 Tahun Sangat Rendah 1 6 6 15
Jumlah 39 93 100
Skor yang diperoleh 93
Skor Ideal 195
%Tingkat Umur 47,6%
Sumber : Analisis Data Primer(2019)
Berdasarkan Tabel 14 diatas, tingkat umur responden berkisar <30 tahun
sampai >60 tahun memperoleh persentase tingkat umur sebesar 47,6% dan dapat
diartikan umur responden Dalam pengendalian jamur akar putih pada tanaman
karet dalam kategori sedang didominasi oleh petani yang berumur produktif. Jika
digambarkan kedalam garis kontinum adalah sebagai berikut
0 20 40 47,6 60 80 100
Sangat
Rendah Rendah Cukup Tinggi Sangat
Tinggi
Gambar 5. Garis Kontinum Persentase Tingkat Umur
Berdasarkan Tabel 14 diatas menunjukan bahwa responden didominasi usia
pada kritera 41-50 tahun sebanyak 17 orang. Maka dapat diartikan bahwa pada
umumnya petani yang menjadi responden adalah petani dengan kelompok usia
produktif yang berarti sangat berpeluang dalam upaya peningkatan produktivitas
usaha pertanian karena umur produktif sangat berpengaruh dengan kemampuan
fisik petani untuk bekerja secara optimal. Dengan keadaan responden dalam
pengkajian ini berada pada usia produktif, banyak keuntungan yang akan dicapai
dengan kondisi ini, sebab menurut Mardikanto (2009) petani yang berada pada
37
kisaran umur 20-50 tahun termasuk kedalam umur yang masih produktif untuk
mengelola usahatani dan dianggap mampu untuk mengadopsi inovasi teknologi
yang terus berkembang dengan pesat.
b. Pendidikan
Karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan formal petani di Desa Nogo
Rejo Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal
Pendidikan Kategori
Jawaban Nilai
Jumlah
Responden
Total
skor Persentase
SI Sangat Tinggi 5 - - -
Diploma Tinggi 4 - - -
SMA/Sederajat Sedang 3 13 39 33,3
SMP/Sederajat Rendah 2 14 28 36
SD/Sederajat Sangat Rendah 1 12 12 30,7 Jumlah 39 79 100
Skor yang diperoleh 79
Skor Ideal 195
%Tingkat pendidikan 40,5%
Sumber : Analisis Data Primer (2019)
Berdasarkan Tabel 15 diatas, tingkat pendidikan responden diperoleh
persentase tingkat pendidikan sebesar 40,5% dan dapat diartikan pendidikan
petani Dalam pengendalian jamur akar putih pada tanaman karet dalam kategori
sedang didominasi oleh petani yang berpendidikan SMP/Sederajat. Jika
digambarkan kedalam garis kontinum adalah sebagai berikut:
0 20 40 40,5 60 80 100
Sangat
Rendah Rendah Cukup Tinggi Sangat
Tinggi
Gambar 6. Garis Kontinum Persentase Tingkat Pendidikan
Berdasarkan Tabel 15 diatas menunjukan bahwa sebaran tingkat pendidikan
responden yang berpendidikan terendah yaitu Sekolah Dasar mencapai 12 orang.
Namun demikian, responden dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi pada
Sekolah Menengah Pertama mencapai 14 orang maka secara umum tingkat
pendidikan responden di Desa Nogo Rejo sudah baik. Berdasarkan pendidikan
38
responden yang rata-ratanya lulusan SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan SMA
(Sekolah Menengah Atas) hal inilah yang membuat tingkat pendidikan formal di
Desa Nogo Rejo berada dalam kategori sedang jika dilihat dari garis kontinum.
Hasbullah (2005) dalam Bahri (2015) mengatakan bahwa, tingkat
pendidikan formal petani sangat berpengaruh Dalam kemampuan dalam merespon
suatu inovasi. Makin tinggi tingkat pendidikan formal pertani, diharapkan
semakin rasional pola fikir dan nalarnya. Tingkat pendidikan, baik formal dan non
formal besar sekali pengaruhnya Dalam penyerapan ide-ide baru, sebab pengaruh
pendidikan Dalam seseorang akan memberikan suatu wawasan yang luas,
sehingga petani tidak mempunyai sifat yang tidak terlalu tradisional. Jadi tingkat
pendidikan masyarakat merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi pola
pikir seseorang dalam menentukan keputusan menerima inovasi baru.
c. Luas lahan
Luas lahan yang dimiliki responden dapat diukur berdasarkan luas lahan
yang dimiliki responden pada usaha taninya,dan diukur dalam luasan hektar.
Distribusi untuk luas lahan responden terdapat pada Tabel 16 sebagai berikut:
Tabel 16. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Luas lahan
Luas Lahan Kategori
Jawaban Nilai
Jumlah
Responden
Total
skor Persentase
>2,5ha Sangat Tinggi 5 - - -
2 s/d 2,5 ha Tinggi 4 - - -
1,6 s/d 1,9 ha Sedang 3 7 21 18
1 s/d 1,5 ha Rendah 2 10 20 25,6
< 1 ha Sangat Rendah 1 22 22 56,4
Jumlah 39 63 100
Skor yang diperoleh 63
Skor Ideal 195
%Tingkat luas lahan 32,3%
Sumber : Analisis Data Primer (2019)
Berdasarkan Tabel 16 diatas, tingkat luas lahan responden diperoleh
persentase tingkat pendidikan sebesar 32,3% dan dapat diartikan luas lahan petani
Dalam pengendalian jamur akar putih pada tanaman karet dalam kategori rendah
didominasi oleh petani yang memiliki luas <1 ha. Jika digambarkan kedalam garis
kontinum adalah sebagai berikut:
39
0 20 32,3 40 60 80 100
Sangat
Rendah Rendah Cukup Tinggi Sangat
Tinggi
Gambar 7. Garis Kontinum Persentase Tingkat Luas lahan
Berdasarkan Tabel 16 diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah petani yang
memiliki luas lahan 1,6-1,9 ha sebanyak 7 orang (18%), dan untuk luas lahan 1-
1,5 ha sebanyak 10 orang (25,6%), dan petani yang memiliki luas lahan <1 ha
sebanyak 22 orang atau (56,4%). Maka dapat disimpulkan petani di Desa Nogo
Rejo banyak yang memiliki luas lahan karet antara <1 ha dengan persentase
56,4%. Dengan banyak nya petani yang memiliki luas lahan dibawah 1 ha dapat
membuat petani semakin yakin dalam melakukan pegendalian penyakit jamur
akar putih yang akan menyerang tanaman karetnya, semakin sedikit luas lahan
petani dapat membuat petani lebih intensif dalam melakukan perawatannya dan
memiliki rasa sayang yang tinggi Dalam tanaman yang ditanam. Hal ini dilakukan
agar petani tetap memiliki penghasilan yang besar meskipun luas lahan mereka
tidak luas.
d. Pengalaman Pribadi
Karakteristik petani berdasarkan pengalaman pribadi dalam melakukan
kegiatan usahatani dibidang perkebunan karet di Desa Nogo Rejo Kecamatan
Galang Kabupaten Deli Serdang disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengalaman Pribadi
Pengalaman
pribadi
Kategori
Jawaban Nilai
Jumlah
Responden
Total
skor Persentase
> 20 tahun Sangat Tinggi 5 11 55 28,2
16 s/d 20 tahun Tinggi 4 19 76 48,7
11 s/d 15 tahun Sedang 3 9 27 23
6 s/d 10 tahun Rendah 2 - - -
< 5 tahun Sangat Rendah 1 - - -
Jumlah 39 158 100
Skor yang diperoleh 158
Skor Ideal 195
%Tingkat pengalaman pribadi 81%
Sumber : Analisis Data Primer (2019)
40
Berdasarkan Tabel 17 diatas, tingkat pengalaman pribadi responden
diperoleh persentase sebesar 81% dan dapat diartikan pengalaman pribadi petani
Dalam pengendalian jamur akar putih pada tanaman karet dalam kategori sangat
tinggi didominasi oleh petani yang memiliki lama berusahatani 16-20 tahun. Jika
digambarkan kedalam garis kontinum adalah sebagai berikut:
0 20 40 60 80 81 100
Sangat
Rendah Rendah Cukup Tinggi Sangat
Tinggi
Gambar 8. Garis Kontinum Persentase Tingkat Pengalaman Pribadi
Berdasarkan Tabel 17 diatas dapat disimpulkan bahwa petani yang memiliki
pengalaman paling lama yaitu >20 tahun sebanyak 11 orang (38,2%), pada 15-20
tahun sebanyak 19 orang (48,7%), 11-14 tahun sebanyak 9 orang (23%). Maka
dapat diketahui bahwa petani yang ada di Desa Nogo Rejo banyak petani yang
sudah lama berusahatani karet. Berdasarkan hasil dilapangan sebahagian petani
memiliki pengalaman cukup lama berkisar 16-20 tahun. Menurut Songko (2018),
Pengalaman bertani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi petani
dalam menerima suatu inovasi. Pengalaman berusahatani terjadi karena pengaruh
waktu yang telah dialami oleh para petani, petani yang berpengalaman dalam
menghadapi hambatan-hambatan usahataninya akan tahu cara mengatasinya.
Semakin banyak pengalaman yang diperoleh petani, diharapkan produktivitas
petani akan semakin tinggi, sehingga dalam mengusahakan usahataninya akan
semakin baik. Berdasarkan pengkajian dilapangan petani rata-rata memiliki
pengalaman yang lama berkisar 16-20 tahun dan banyak juga petani yang sudah
lama bekerja sejak kecil ikut bersama kedua orang tua nya yang memiliki lahan
karet sendiri, hal inilah yang membuat tingkat pengalaman pribadi bila dilihat
berdasarkan garis kontinum memiliki nilai yang tinggi.
e. Kosmopolitan
Tingkat kosmopolitan merupakan besar kecilnya intensitas responden dalam
melakukan kontak dengan lingkungan dalam masyarakat sehingga berdampak pada
41
keterbukaan diri responden dalam menerima sesuatu yang baru dari luar
lingkungannya tersebut. Semakin luas wawasan dan pengalamannya maka
responden akan semakin mudah dalam menentukan sikapnya. Hasil pengumpulan
data, di peroleh tingkat kosmopolitan responden sebagaimana yang ditulis pada
Tabel 18.
Tabel . 18 Distribusi Responden Berdasarkan Kosmopolitan
Kosmopolitan Kategori
Jawaban Nilai
Jumlah
Responden
Total
skor Persentase
8 kali Sangat Tinggi 5 2 10 5
6 kali Tinggi 4 11 44 28
4 kali Sedang 3 7 21 18
2 kali Rendah 2 13 26 34
Tidak pernah Sangat Rendah 1 6 6 15
Jumlah 39 107 100
Skor yang diperoleh 107
Skor Ideal 195
%Tingkat kosmopolitan 54,8%
Sumber : Analisis Data Primer (2019)
Berdasarkan Tabel 18 diatas, tingkat kosmopolitan responden diperoleh
persentase sebesar 54,8% dan dapat diartikan kosmopolitan petani Dalam
pengendalian jamur akar putih pada tanaman karet dalam kategori sedang
didominasi oleh petani yang banyak melakukan kunjungan sebanyak 2 kali
dengan jumlah responden sebanyak 13 orang. Jika digambarkan kedalam garis
kontinum adalah sebagai berikut:
0 20 40 54,8 60 80 100
Sangat
Rendah Rendah Cukup Tinggi Sangat
Tinggi
Gambar 9. Garis Kontinum Persentase Tingkat Kosmopolitan
. Berdasarkan fakta dilapangan masih rendahnya kesadaran petani dalam
mencari informasi diluar daerah seperti mengikuti pelatihan-pelatihan pertanian
dan mengakses internet, hal inilah yang membuat tingkat kosmopolitan berada
pada kategori sedang jika dilihat berdasarkan garis kontinum. Kosmopolitan
merupakan keterbukaan suatu individu atau kelompok masyarakat yang terjadi
karena adanya pengaruh-pengaruh dari luar kelompok masyarakat tersebut.
42
Tingkat faktor-faktor internal sikap petani secara keseluruhan disajikan
pada Tabel 19 di bawah ini:
Tabel 19. Tingkat Faktor-Faktor Internal Pembentuk Sikap Petani
No Faktor Internal Skor Diperoleh Skor Maksimum
1. Umur 93 195
2. Pendidikan 79 195 3. Luas Lahan 63 195 4. Pengalaman Pribadi 158 195 5. Kosmopolitan 107 195 Skor tertinggi 975
Skor diperoleh 500
Persentase kategori 51,2%
Sumber : Analisis Data
Berdasarkan Tabel 19 diatas diketahui bahwa tingkat faktor-faktor internal
sikap petani di Desa Nogo Rejo Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang
sebesar 51,2%. Hasil tersebut diperoleh dengan mengamulasikan seluruh skor
yang diperoleh dari setiap variabel sehingga diperoleh skor sebesar 500 dan skor
maksimumnya sebesar 975. Dilihat dari tabel diatas bahwa variabel faktor sikap
yang menyumbangkan skor terendah adalah tingkat luas lahan yang hanya
memperoleh sebesar 63.
Untuk secara keseluruhan persentase tingkat faktor-faktor sikap petani
dalam pengendalian jamur akar putih pada tanaman karet di Desa Nogo Rejo
Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang dapat dikategorikan sedang karena
hanya mencapai persentase sebesar 51,2%. Apabila dimasukkan kedalam garis
kontinum, maka dapat dilihat sebagai berikut :
0 20 40 51,2 60 80 100
Sangat
Rendah Rendah Cukup Tinggi Sangat
Tinggi
Gambar 10. Garis Kontinum Tingkat Faktor Internal
43
2. Faktor Eksternal
a. Ketersediaan Saprodi
Ketersediaan sarana produksi yang membantu kegiatan usahatani petani di
Desa Nogo Rejo Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang dapat disajikan pada
Tabel 20.
Tabel . 20 Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan Saprodi
Ketersediaan
Saprodi
Kategori
Jawaban Nilai
Jumlah
Responden
Total
skor Persentase
4 unit Sangat Tinggi 5 8 40 20
3 unit Tinggi 4 21 84 54
2 unit Sedang 3 5 15 13
1 unit Rendah 2 5 10 13
tidak ada Sangat Rendah 1 - - -
Jumlah 39 149 100
Skor yang diperoleh 149
Skor Ideal 195
%Tingkat Ketersediaan Saprodi 76,4%
Sumber : Analisis Data Primer (2019)
Berdasarkan Tabel 20 diatas, tingkat ketersediaan saprodi responden
diperoleh persentase sebesar 76,4% dan dapat diartikan ketersediaan saprodi
Dalam pengendalian jamur akar putih pada tanaman karet dalam kategori tinggi.
Jika digambarkan kedalam garis kontinum adalah sebagai berikut:
0 20 40 60 76,4 80 100
Sangat
Rendah Rendah Cukup Tinggi Sangat
Tinggi
Gambar 11. Garis Kontinum Persentase Tingkat Ketersediaan Saprodi
Berdasarkan Tabel 20 diatas, penulis melakukan observasi lapangan untuk
mengetahui jumlah Ketersediaan Saprodi, hasilnya yang didapat yaitu sebanyak 3
unit toko. 2 ketersediaan saprodi bersubsidi dan 1 ketersediaan saprodi non-
subsidi. Dengan adanya beberapa toko saprodi di Desa Nogo Rejo dapat sangat
membantu petani dalam mencari sarana peroduksinya seperti pembelian pupuk,
pestisida dan kebutuhan lainnya. Berdasarkan hasil inilah tingkat ketersediaan
44
saprodi di Desa Nogo Rejo berada dalam kategori tinggi jika dilihat dari garis
kontinum.
b. Penyuluhan
Tabel . 21 Distribusi Responden Berdasarkan Penyuluhan
Penyuluhan Kategori
Jawaban Nilai
Jumlah
Responden
Total
skor Persentase
> 4 kali Sangat Tinggi 5 8 40 21
3 kali Tinggi 4 11 44 28
2 kali Sedang 3 9 27 23
1 kali Rendah 2 11 22 28
Tidak pernah
mengikuti
Sangat Rendah 1 - - -
Jumlah 39 133 100
Skor yang diperoleh 133
Skor Ideal 195
%Tingkat penyuluhan 68,2%
Sumber : Analisis Data Primer (2019)
Berdasarkan Tabel 21 diatas, tingkat penyuluhan responden diperoleh
persentase sebesar 68,2% dan dapat diartikan penyuluhan Dalam pengendalian
jamur akar putih pada tanaman karet dalam kategori tinggi didominasi oleh petani
yang banyak melakukan kunjungan sebanyak 1 kali. Jika digambarkan kedalam
garis kontinum adalah sebagai berikut:
0 20 40 60 68,2 80 100
Sangat
Rendah Rendah Cukup Tinggi Sangat
Tinggi
Gambar 12. Garis Kontinum Persentase Tingkat Penyuluhan
Berdasarkan Tabel 21, bahwa persentase tingkat penyuluhan Dalam
responden sebanyak 28% dengan jumlah 11 orang yang mengikuti 1 dan 3 kali
penyuluhan dalam setahun. Sebaiknya responden lebih aktif lagi dalam mengikuti
penyuluhan, guna dapat membantu petani dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi dalam melakukan usahataninya. Berdasarkan fakta dilapangan penyuluh
di Desa Nogo Rejo merupakan salah satu penyuluh yang aktif untuk terjun
langsung kelapangan, namun berdasarkan pernyatan beberapa petani yang
menjadi responden pengkaji meskipun penyuluhnya aktif namun tidak pernah
dilakukan penyuluhan khusus untuk pengendalian jamur akar putih ini. Jika ada
45
pun hanya memberikan materi saja tidak pernah membuat demontrasi cara secara
langsung. Sehingga sampai saat ini petani kurang paham dalam melakukan
pengendalian secara langsung.
Menurut UU No. 16 Tahun 2006, Penyuluhan pertanian, perikanan,
kehutanan yang selanjutnya disebut penyuluhan adalah proses pembelajaran
bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,
permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
c. Sumber Permodalan
Tabel . 22 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Permodalan
Sumber
Permodalan
Kategori
Jawaban Nilai
Jumlah
Responden
Total
skor Persentase
8 unit Sangat Tinggi 5 17 85 44
6 unit Tinggi 4 22 88 56
4 unit Sedang 3 - - -
2 unit Rendah 2 - - -
1 unit Sangat Rendah 1 - - -
Jumlah 39 173 100
Skor yang diperoleh 173
Skor Ideal 195
%Tingkat sumber permodalan 88,7%
Sumber : Analisis Data Primer (2019)
Berdasarkan Tabel 22 diatas, tingkat sumber permodalan responden
diperoleh persentase sebesar 88,7% dan dapat diartikan sumber permodalan
Dalam pengendalian jamur akar putih pada tanaman karet dalam kategori sangat
tinggi. Jika digambarkan kedalam garis kontinum adalah sebagai berikut:
0 20 40 60 80 88,7 100
Sangat
Rendah Rendah Cukup Tinggi Sangat
Tinggi
Gambar 13. Garis Kontinum Persentase Tingkat Sumber Permodalan
Berdasarkan Tabel 22 berikut, masih banyak terdapat sumber permodalan
yang tersedia di kecamatan tersebut, dengan adanya sumber permodalan ini dapat
46
sangat membantu petani dalam mencari pinjaman modal usahanya. Berdasarkan
observasi langsung dilapangan diketahui sumber permodalan yang ada yaitu
seperti Bank BRI, Bank SUMUT, Bank BNI, Bank Swasta, dan Koperasi.
Dengan banyaknya sumber permodalan yang terdapat di Kecamatan Galang
membuat tingkat sumber permodalan dalam kategori sangat tinggi. Namun
banyak pernyataan petani yang mengatakan bahwa mereka tidak suka meminjam
modal di Bank contohnya, mereka menganggap bunganya besar dan sulit saat
meminjam karena banyak yang harus diurus surat-suratnya.
Dengan demikian untuk tingkat faktor-faktor eksternal pembentuk sikap
petani secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 23 yang telah disajikan sebagai
berikut :
Tabel 23. Tingkat Faktor-Faktor Eksternal Pembentuk Sikap Petani
No Faktor Eksternal Skor Diperoleh Skor Maksimum
1. Ketersediaan Saprodi 149 195
2. Penyuluhan 133 195
3. Sumber Permodalan 173 195
Skor tertinggi 585
Skor diperoleh 455
Persentase kategori 77,7%
Sumber : Analisis Data
Berdasarkan Tabel 23 diatas diketahui bahwa tingkat faktor-faktor eksternal
sikap petani di Desa Nogo Rejo Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang
sebesar 77,7%. Hasil tersebut diperoleh dengan mengamulasikan seluruh skor
yang diperoleh dari setiap variabel sehingga diperoleh skor sebesar 455 dan skor
maksimumnya sebesar 585. Dilihat dari tabel diatas bahwa variabel faktor sikap
yang menyumbangkan skor terendah adalah tingkat luas lahan yang hanya
memperoleh sebesar 133.
Untuk secara keseluruhan persentase tingkat faktor-faktor sikap petani
dalam pengendalian jamur akar putih pada tanaman karet di Desa Nogo Rejo
Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang dapat dikategorikan sedang karena
hanya mencapai persentase sebesar 77,7%. Apabila dimasukkan kedalam garis
kontinum, maka dapat dilihat sebagai berikut :
47
0 20 40 60 77,7 80 100
Sangat
Rendah Rendah Cukup Tinggi Sangat
Tinggi
Gambar 14. Garis Kontinum Tingkat Faktor Eksternal
C. Hubungan Antara Faktor-Faktor Sikap dengan Tingkat Sikap Petani
Dalam Pengendalian Jamur Akar Putih Pada Tanaman Karet di Desa
Nogo Rejo.
Hubungan antara faktor-faktor sikap dengan tingkat sikap petani Dalam
pengendalian jamur akar putih adalah variabel yang dikaji dalam pengkajian ini
menggunakan uji korelasi Rank Spearman (rs), sedangkan untuk menguji tingkat
signifikansi Dalam nilai yang diperoleh dengan menggunakan besarnya nilai thitung
dan ttabel dengan tingkat kepercayaan 95% (0,05).
Menurut Sarwono (2006), Korelasi Rank Spearman digunakan untuk
mengetahui ada dan tidaknya hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas
dan variabel tergantung yang berskala ordinal. Korelasi dapat menghasilkan angka
positif dan angka negatif. Jika korelasi menghasilkan angka positif maka kedua
variabel tersebut bersifat searah. Searah mempunyai makna jika variabel bebas
besar maka variabel tergantungnya juga besar. Jika korelasi menghasilkan angka
negatif maka hubungan kedua variabel bersifat tidak searah. Tidak searah
mempunyai makna jika variabel bebas besar maka variabel tergantungnya menjadi
kecil. Angka korelasi berkisar antara 0 s/d 1, dengan ketentuan jika angka
mendekati satu maka hubungan kedua variabel semakin kuat dan jika korelasi
mendekati nol maka hubungan kedua variabel semakin lemah.
Korelasi Rank Spearman menggunakan aplikasi SPSS 18 dengan ketentuan
sebagai berikut :
- Angka korelasi berkisar 0 s/d 1.
- Besar kecilnya angka korelasi menentukan kuat atau lemahnya hubungan
kedua variabel. Patokan angkanya adalah sebagai berikut :
1) 0-0.25 : Korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada)
2) > 0.25-0.5 : Korelasi cukup
48
3) > 0.5-0.75 : Korelasi kuat
4) > 0.75-1 : Korelasi sangat kuat
- Korelasi dapat positif dan negatif, Korelasi positif menunjukan arah yang
sama hubungan antar variabel. Artinya, jika variabel 1 besar maka variabel
2 semakin besar pula. Sebaliknya, korelasi negatif menujukan arah
berlawanan. Artinya, jika variabel 1 besar maka variabel 2 menjadi kecil.
- Signifikansi hubungan dua variabel dapat dianalisis dengan ketentuan
sebagai berikut :
1) Jika probabilitas < 0.05, hubungan kedua variabel signifikan
2) Jika probabilitas > 0.05, hubungan kedua variabel tidak signifikan
1. Hubungan Faktor Internal dengan Tingkat Sikap
Hubungan tingkat sikap dengan faktor internal petani Dalam pengendalian
jamur akar putih pada tanaman karet di Desa Nogo Rejo Kecamatan Galang
Kabupaten Deli Serdang dapat disajikan pada Tabel 24.
Tabel 24. Analisis Hubungan Antara Faktor-Faktor Internal Dengan
Tingkat Sikap Petani Dalam Pengendalian Jamur Akar Putih
Pada Tanaman Karet.
No Variabel
Internal
Tingkat Sikap
Rs (Rank
Spearmen) Sig.(2-tailed) thitung
ttabel
(n-2)
1 Umur -0,348* 0,030 -2,255 2,026
2 Pendidikan 0,384* 0,016 2,526 2,026 3 Luas lahan 0,008 0,963 0,048 2,026 4 Pengalaman
pribadi
0,452** 0,004 3,078 2,715
5 Kosmopolitan -0,260 0,110 -1,635 2,026
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Keterangan :
ttabel (*) = 2,026
ttabel (**) = 2,715
Rs = Rank Spearman
** = Signifikansi pada α = 0,01 (1%)
* = Signifikansi pada α = 0,05 (5%)
49
a. Hubungan Umur Dengan Tingkat Sikap
Berdasarkan Tabel 24, dapat dilihat bahwa nilai sig 2-tailed atau
probabilitasnya 0,030 artinya kedua variabel terdapat hubungan yang signifikan
antara umur dan tingkat sikap petani Dalam pengendalian jamur akar putih pada
tanaman karet di Desa Nogo Rejo. Nilai correlation coefficient -0,348* yang
artinya hubungan cukup kuat dengan ketentuan >0.25-0.5 : korelasi cukup kuat
dan berhubungan tidak searah jika umur kecil maka sikap petani Dalam
pengendalian jamur akar putih besar atau berbanding terbalik dan nilai thitung
(-2,255) > ttabel (2,026) pada taraf kepercayaan 95% untuk menguji signifikansi
hubungan antara umur dengan tingkat sikap. Hubungan yang signifikan ini terjadi
karena tingkat sikap petani yang ada di Desa Nogo Rejo dalam pengendalian
jamur akar putih pada tanaman karet berhubungan dengan semakin muda atau
rendah umur petani maka tingkat sikap petani dalam mengambil suatu tindakan
berdasarkan yang dilihat juga semakin tinggi. Petani karet berusia 35-50 tahun
atau kategori umur produktif tenaga kerja. Keadaan ini menunjukkan bahwa
sebagian petani karet masih dalam kondisi fisik yang mendukung kegiatan usaha
tani sehingga berpotensi untuk mengelola usahataninya dengan baik karena umur
yang produktif biasanya masih mempunyai semangat yang besar dalam
melakukan kegiatan bidang pertanian dibandingkan dengan usia yang non
produktif. Menurut Yatno dalam Dewandini (2010), ketika seseorang bertambah
dewasa maka tanggung jawab pun bertambah besar. Apalagi ketika seseorang
individu sudah berkeluarga yang mewajibkannya bertanggung jawab penuh atas
semua kebutuhan hidupnya.
b. Hubungan Pendidikan Dengan Tingkat Sikap
Berdasarkan Tabel 24, dapat dilihat bahwa nilai sig 2-tailed atau
probabilitasnya 0,016 artinya kedua variabel terdapat hubungan yang signifikan
antara pendidikan dan tingkat sikap petani Dalam pengendalian jamur akar putih
pada tanaman karet di Desa Nogo Rejo. Nilai correlation coefficient 0.384* yang
artinya hubungan cukup kuat dengan ketentuan >0.25-0.5 : korelasi cukup kuat
dan berhubungan searah jika pendidikan besar maka sikap petani Dalam
pengendalian jamur akar putih besar dan nilai thitung (2,526) > ttabel (2,026) pada
50
taraf kepercayaan 95% untuk menguji signifikansi hubungan antara pendidikan
dengan tingkat sikap.
Adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan tingkat sikap
petani Dalam pengendalian jamur akar putih pada tanaman karet, karena semakin
tinggi jenjang pendidikan seseorang maka akan mempengaruhi sikapnya dalam
melakukan suatu tindakan yang diinginkannya. Berdasarkan kenyataan dilapangan
petani tanaman karet lulus dalam bangku SMP dan SMA, sehingga pola pikir
petani sudah lebih maju dari pada petani yang lulus dalam jenjang SD dan tidak
sekolah. Tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang akan berpengaruh Dalam
kapasitas kemampuan belajar seseorang, karena ada kegiatan belajar yang
memerlukan tingkat pengetahuan tertentu untuk dapat memahaminya sekaligus
merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi proses mental seseorang
Dalam perubahan sikapnya Mardikanto, 1993 dalam Giawa, (2014).
c. Hubungan Luas Lahan Dengan Tingkat Sikap
Berdasarkan Tabel 24, dapat dilihat bahwa nilai sig 2-tailed atau
probabilitasnya 0,963 artinya kedua variabel tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara luas lahan dan tingkat sikap petani Dalam pengendalian jamur
akar putih pada tanaman karet di Desa Nogo Rejo. Nilai correlation coefficient
0.008 yang artinya hubungan tidak ada, tetapi berhubungan searah jika luas lahan
besar maka sikap petani Dalam pengendalian jamur akar putih besar dan nilai
thitung (0,048) < ttabel (2,026) pada taraf kepercayaan 95% untuk menguji
signifikansi hubungan antara luas lahan dengan tingkat sikap.
Tidak adanya hubungan yang signifikan antara luas lahan dengan tingkat
sikap petani Dalam pengendalian jamur akar putih pada tanaman karet.
Berdasarkan fakta dilapangan meskipun luas lahan sedikit atau banyak tidak ada
hubungan nya dengan tingkat sikap yang tinggi, petani akan tetap mau melakukan
pengendalian jamur akar putih yang membuat usaha taninya meningkat. Mubyarto
dalam Arimbawa (2017), menyatakan bahwa lahan adalah salah satu faktor
produksi, tempat dihasilkannya produk pertanian yang memiliki sumbangan yang
cukup besar Dalam usahatani, karena banyak sedikitnya hasil produksi dari
usahatani sangat dipengaruhi oleh luas sempitnya lahan yang digunakan.
51
Bedasarkan hasil kuisioner sebagian besar petani memiliki luas lahan 0,5-
0,8 atau < 1 ha, hal ini disebabkan karena harga jual karet yang rendah dan sudah
lama diderita oleh petani. Bahkan beberapa tahun terakhir ini petani karet beralih
komoditas menjadi kelapa sawit sehingga menyebabkan luas lahan karet petani
semakin berkurang. Dengan harga jual yang murah juga tidak membuat petani
untuk menghilangkan rasa ingin taunya dalam melakukan pengendalian jamur
akar putih, berdasarkan pernyataan petani responden sangat setuju dengan
dilakukannya pengendalian jamur akar putih untuk meningkatkan produksinya,
dan petani juga sangat setuju apabila sudah mengetahui bagaimana cara
mengendalikannya ia akan tetap berkomitmen atau cenderung untuk melakukan
pengendalian jamur akar putih yang menyerang pada tanaman karet.
d. Hubungan Pengalaman Pribadi Dengan Tingkat Sikap
Berdasarkan Tabel 24, dapat dilihat bahwa nilai sig 2-tailed atau
probabilitasnya 0,004 artinya kedua variabel terdapat hubungan yang signifikan
antara pengalaman pribadi dan tingkat sikap petani Dalam pengendalian jamur
akar putih pada tanaman karet di Desa Nogo Rejo. Nilai correlation coefficient
0.452** yang artinya hubungan cukup dengan ketentuan > 0.25 - 0.5 : korelasi
cukup dan berhubungan searah jika pengalaman pribadi besar maka sikap petani
Dalam pengendalian jamur akar putih besar dan nilai thitung (3,078) > ttabel (2,715)
pada taraf kepercayaan 99% untuk menguji signifikansi hubungan antara
pengalaman pribadi dengan tingkat sikap.
Adanya hubungan antara pengalaman pribadi dalam berusaha tani dengan
sikap petani Dalam pengendalian jamur akar putih pada tanaman karet
dikarenakan dengan memiliki pengalaman dalam budidaya tanaman karet maka
petani akan memiliki keyakinan dan kepercayaan Dalam manfaat dan potensi
produksi dari tanaman karet yang di budidayakan. Berdasarkan pengalaman dalam
berusaha tani petani juga merasa bahwa dengan mengendalikan penyakit jamur
akar putih akan meningkatkan produktifitas dibandingkan dengan tidak
melakukan pengendalian jamur akar putih. Hal ini sejalan dengan Azwar (2013)
mengemukakan bahwa untuk dapat mempunyai tanggapan atau penghayatan,
seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek. Apakah
penghayatan itu akan membentuk sikap positif atau sikap negatif, akan tergantung
52
pada berbagai faktor lain. Middlebrook dalam Azwar (2013) mengatakan bahwa
tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek, cenderung akan
membentuk sikap negatif Dalam objek tersebut. Selain itu Wawan (2017) juga
mengungkapkan bahwa untuk menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman
pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap lebih mudah
terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam melibatkan faktor
emosional.
e. Hubungan Kosmopolitan Dengan Tingkat Sikap
Berdasarkan Tabel 24, dapat dilihat bahwa nilai sig 2-tailed atau
probabilitasnya 0,110 artinya kedua variabel tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara kosmopolitan dan tingkat sikap petani Dalam pengendalian
jamur akar putih pada tanaman karet di Desa Nogo Rejo. Nilai correlation
coefficient -0,260 yang artinya hubungan tidak ada dan memiliki berhubungan
tidak searah dimana, jika kosmopolitan besar maka sikap petani Dalam
pengendalian jamur akar putih kecil atau sebaliknya dan nilai thitung (-1,635) < ttabel
(2,026) pada taraf kepercayaan 95% untuk menguji signifikansi hubungan antara
kosmopolitan dengan tingkat sikap.
Wiraatmadja (2013) mengemukakan, melalui sifat kosmopolitan
dimungkinkan terjadinya peningkatan wawasan dan belajar di kalangan petani
atas keberhasilan orang yang berada di luar daerahnya sehingga petani tersebut
dapat terpacu dan tanggap Dalam peluang pasar yang berpotensi dapat
meningkatkan pendapatan dengan cara melihat banyaknya faktor output yang
dihasilkan. Seseorang yang memiliki tingkat kosmopolitan yang tinggi akan
cenderung memiliki pandangan yang luas tentang dunia luar, tentang kelompok
sosial lain, dan mobilitas sosialnya lebih tinggi. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa orang yang memiliki tingkat kosmopolitan tinggi akan lebih
mudah dalam mengadopsi inovasi baru dalam bidang pertanian. Selain itu
merekaakan lebih mudah bergaul dan bertukar pengalaman dengan orang lain dan
mencari informasi tentang usahataninya, sehingga mampu meningkatkan
produktivitas hasil usahataninya.
Dari hasil analisa di lapangan, petani memiliki tingkat kosmopolitan yang
rendah tetapi petani tetap memiliki sikap yang tinggi Dalam pengendalian jamur
53
akar putih pada tanaman karet. Rata-rata dalam setahun petani hanya melakukan
kekosmopolitannya berupa keluar desa dan mengakses internet hanya sebanyak 1-
6 kali. Petani jarang mengakses internet untuk mengetahui informasi mengenai
pengendalian jamur akar putih. Namun, dengan tingkat kosmopolitan yang tinggi
atau rendah tidak membuat petani untuk tidak ingin melakukan pengendalian
jamur akar putih yang menyerang tanamannya.
2. Hubungan Faktor Eksternal dengan Tingkat Sikap
Hubungan tingkat sikap dengan faktor eksternal petani Dalam pengendalian
jamur akar putih pada tanaman karet di Desa Nogo Rejo Kecamatan Galang
Kabupaten Deli Serdang dapat disajikan pada Tabel 25.
Tabel 25. Analisis Hubungan Antara Faktor-Faktor Eksternal Dengan
Tingkat Sikap Petani Dalam Pengendalian Jamur Akar Putih
Pada Tanaman Karet.
No Variabel
Eksternal
Tingkat Sikap
Rs (Rank
Spearmen) Sig.(2-tailed) thitung
ttabel
(n-2)
1 Ketersediaan
Saprodi
0,393* 0,013 2,597 2,026
2 Penyuluhan 0,360* 0,025 2,343 2,026 3 Sumber
Permodalan
0,165 0,314 1,016 2,026
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Keterangan :
t tabel (*) = 2,026
Rs = Rank Spearman
** = Signifikansi pada α = 0,01 (1%)
* = Signifikansi pada α = 0,05 (5%)
a. Hubungan Ketersediaan Saprodi Dengan Tingkat Sikap
Berdasarkan Tabel 25, dapat dilihat bahwa nilai sig 2-tailed atau
probabilitasnya 0,013 artinya kedua variabel terdapat hubungan yang signifikan
antara Ketersediaan Saprodi dan tingkat sikap petani Dalam pengendalian jamur
akar putih pada tanaman karet di Desa Nogo Rejo. Nilai correlation coefficient
0.393* yang artinya hubungan cukup dengan ketentuan > 0.25 - 0.5 : korelasi
cukup dan berhubungan searah jika ketersediaan saprodi besar maka sikap petani
Dalam pengendalian jamur akar putih besar dan nilai thitung (2,597) > ttabel (2,026)
54
pada taraf kepercayaan 95% untuk menguji signifikansi hubungan antara
ketersediaan saprodi dengan tingkat sikap.
Adanya hubungan yang signifikan antara ketersediaan saprodi dengan sikap
petani Dalam pengendalian jamur akar putih pada tanaman karet, karena dengan
adanya ketersediaan saprodi di desa dapat membantu petani dalam mencari
pestisida atau keperluan budidaya lainnya. Berdasarkan hasil observasi dilapangan
terdapat 3 unit toko saprodi yang ada di Desa Nogo Rejo yang dapat membantu
petani. Apabila ketersediaan saprodi tidak ada di desa tersebut maka petani akan
sangat kesulitan dalam merawat tanamannya. Petani akan mengambil suatu
tindakan yang berupa sikapnya apabila tanamannya terserang penyakit atau yang
lain yang dapat merugikan produksinya, maka seorang petani akan langsung
mencari ketersediaan saprodi untuk membeli bahan yang dibutuhkan dalam
membasmi atau hanya mencegah. Menurut Kartasapoetra dalam Arwansyah
(2017), sarana produksi yang cukup tersedia dan mudah diperoleh dari tempat
terdekat mendukung kemauan dan kemampuan menggunakan teknologi yang
menguntungkan. Maka, ketersediaan saprodi dengan sikap petani sangatlah
berhubungan dalam pengendalian jamur akar putih.
b. Hubungan Penyuluhan Dengan Tingkat Sikap
Berdasarkan Tabel 25, dapat dilihat bahwa nilai sig 2-tailed atau
probabilitasnya 0,025 artinya kedua variabel terdapat hubungan yang signifikan
antara penyuluhan dan tingkat sikap petani Dalam pengendalian jamur akar putih
pada tanaman karet di Desa Nogo Rejo. Nilai correlation coefficient 0.360* yang
artinya hubungan cukup dengan ketentuan > 0.25 - 0.5 : korelasi cukup dan
berhubungan searah jika penyuluhan besar maka sikap petani Dalam pengendalian
jamur akar putih besar dan nilai thitung (2,343) > ttabel (2,026) pada taraf
kepercayaan 95% untuk menguji signifikansi hubungan antara penyuluhan dengan
tingkat sikap.
Siregar dan Tri (2010) mengatakan, Kegiatan pertanian saat ini mengarah
kepada pengembangan agribisnis untuk menjalankan agribisnis diperlukan
pembinaan bagi petani yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhannya agar
mereka mampu mengelola usahataninya. Lembaga yang berkompeten
melaksanakan pembinaan adalah lembaga penyuluhan pertanian. Kualitas petani
55
dalam menjalankan agribisnis sangat tergantung kepada kinerja penyuluh yang
langsung melakukan pembinaan kepada petani di lahan usahataninya.
Maka, adanya hubungan antara faktor penyuluhan dalam berusahatani
dengan tingkat sikap petani dalam melakukan pengendalian jamur akar putih pada
tanaman karet dapat dilihat dari sering dilakukannya penyuluhan oleh penyuluh
yang bertugas maka akan sangat membantu petani dalam memecahkan masalah
yang dihadapinya dalam usahataninya. Penyuluhan dilakukan bertujuan untuk
memberikan informasi sekaligus saran atau pemecahan masalah yang tengah
dihadapi petani.
Berdasarkan analisa dilapangan, petani responden tidak sering bahkan tidak
pernah mengikuti penyuluhan. Sebanyak 22 orang petani mengikuti penyuluhan
sebanyak 1-3 kali dalam setahun. Namun, berdasarkan hasil wawancara dengan
petani, mengapa bapak tidak pernah mngikuti penyuluhan? Petani menjawab
“sebenarnya bukan saya yang tidak mau mengikuti penyuluhan ini, tapi memang
di sini tidak begitu seing dilakukan penyuluhan mengenai ini”. Apabila petani
tidak pernah mengikuti penyuluhan maka petani tidak akan mendapatkan
informasi-informasi terbaru tentang usahatani perkebunannya, dan apabila petani
mendapatkan masalah pasti tidak pernah diselesaikan/dipecahkan. Kebanyakan
petani seperti ini hanya membiarkan tanamannya begitu saja dan menyebabkan
tanaman lain ikut terserang, sehingga produksi petani akan terus turun. Oleh
karena itu, faktor penyuluhan dengan sikap petani sangat berhubungan penting
dalam menjalankan usahataninya.
c. Hubungan Sumber Permodalan Dengan Tingkat Sikap
Berdasarkan Tabel 25, dapat dilihat bahwa nilai sig 2-tailed atau
probabilitasnya 0,314 artinya kedua variabel tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara sumber permodalan dan tingkat sikap petani Dalam
pengendalian jamur akar putih pada tanaman karet di Desa Nogo Rejo. Nilai
correlation coefficient 0.165 yang artinya hubungan tidak ada, tetapi berhubungan
searah jika sumber permodalan besar maka sikap petani Dalam pengendalian
jamur akar putih besar dan nilai thitung (1,016) < ttabel (2,026) pada taraf
kepercayaan 95% untuk menguji signifikansi hubungan antara sumber
permodalan dengan tingkat sikap.
56
Adanya hubungan yang tidak signifikansi antara faktor sumber permodalan
dengan tingkat sikap petani Dalam pengendalian jamur akar putih pada tanaman
karet karena, sumber permodalan tidak terlalu mendukung dalam usaha taninya
karena menurut petani apabila ingin meminjam ke suatu BANK sulit harus
mengurus surat-surat. Petani lebih suka meminjam uang kepada saudara ataupun
teman dekatnya. Mulyaqin, dkk (2016) menyatakan Sumber keuangan informal
ini merupakan orang-orang yang memiliki hubungan sebagai saudara, teman,
atau tetangga yang memberikan bantuan modal kepada petani dengan atau tanpa
balas jasa di kemudian hari. Petani banyak mengakses lembaga ini dikarenakan
kedekatan dan tanpa prosedur yang rumit hanya sebatas perjanjian dan
kesepakatan pengembaliaanya. Sehingga adanya sumber permodalan tidak terlalu
berhubungan penting dengan petani.
57
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang mengkaji tentang sikap petani
dalam pengendalian jamur akar putih pada tanaman karet di Desa Nogo Rejo
Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Tingkat sikap dalam pengendalian jamur akar putih pada tanaman karet di
Desa Nogo Rejo Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang dalam
kategori tinggi yaitu 79,8%, hal ini menyatakan bahwa hipotesis ditolak.
2. Adapun tingkat faktor internal pembentuk sikap petani dalam pengendalian
jamur akar putih pada tanaman karet di Desa Nogo Rejo Kecamatan Galang
Kabupaten Deli Serdang termasuk kedalam kategori sedang dengan
presentase sebesar 51,2% dan tingkat faktor eksternal pembentuk sikap
petani dalam pengendalian jamur akar putih pada tanaman karet di Desa
Nogo Rejo Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang termasuk kedalam
kategori tinggi dengan presentase sebesar 77,7%.
3. Hubungan antara faktor-faktor sikap pada tanaman karet di Desa Nogo Rejo
Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang :
a. Ada hubungan yang signifikan antara umur, pendidikan, pengalaman
pribadi, ketersediaan saprodi, dan penyuluhan dalam tingkat sikap petani
dalam pengendalian jamur akar putih pada tanaman karet di Desa Nogo
Rejo Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang.
b. Tidak ada hubungan yang signifikan antara luas lahan, kosmopolitan, dan
sumber permodalan dalam tingkat sikap petani dalam pengendalian
jamur akar putih pada tanaman karet di Desa Nogo Rejo Kecamatan
Galang Kabupaten Deli Serdang.
58
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat penulis berikan
yaitu :
1. Pengetahuan sikap dan keterampilan petani perlu ditingkatkan melalui
kegiatan penyuluhan/pelatihan mengenai cara pengendalian penyakit jamur
akar putih sehingga bisa meningkatkan produksi lateks yang tinggi ditingkat
petani karet kecil.
2. Instansi terkait turut membantu menyelesaikan masalah penyakit jamur akar
putih pada tanaman karet di Desa Nogo Rejo melalui kerjasama dengan
instansi terkait lainnya untuk melakukan demontrasi cara kepada
kelompoktani karet, sehingga dapat meningkatkan produksi lateks (lump)
ditingkat petani kecil.
C. Implikasi (Rencana Tindak Lanjut)
Sebagai bentuk rencana tindak lanjut dari hasil pengkajian sikap petani
Dalam pengendalian jamur akar putih pada tanaman karet di Desa Nogo Rejo
Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang maka disusunlah rencana kegiatan
penyuluhan pertanian sesuai dengan Permentan Nomor 47 Tahun 2016 tentang
Pedoman Penyusunan Programa Penyuluhan Pertanian.
3. Sasaran
Sasaran kegiatan penyuluhan adalah petani yang ada di Desa Nogo Rejo
ditentukan berdasarkan :
a. Sasaran ditentukan berdasarkan profesi sebagai petani yang memiliki lahan
karet.
b. Sasaran ditentukan berdasarkan tingkat umur produktif yaitu umur 20 - 50
tahun .
c. Sasaran ditentukan berdasarkan tingkat pendidikan SD, SMP dan SMA agar
dapat memahami materi yang disampaikan, keterampilan berkomunikasi
dengan penyuluh.
59
4. Materi
Materi yang akan disuluhkan kepada petani di Desa Nogo Rejo sesuai
dengan permasalahan yang ada yaitu belum adanya pengendalian jamur akar putih
pada tanaman karet. Dalam menyampaikan penyuluhan agar tidak menyimpang
dari topik yang akan disampaikan maka perlu dibuat lembaran persiapan
menyuluh (LPM). Seiring dengan itu untuk menghindari agar materi yang akan
disampaikan tidak lupa maka perlu juga dibuat sinopsis dari materi yang akan
disampaikan tersebut.
5. Metode
Metode merupakan salah satu cara pendekatan partisipatif yang dilakukan
melalui mekanisme kerja dan disesuaikan dengan kebutuhan serta keadaan
sasaran. Metode yang digunakan dalam penyuluhan adalah ceramah dan diskusi.
6. Media
Media penyuluhan pertanian merupakan sarana alat bantu yang digunakan
untuk menyampaikan materi penyuluhan kepada sasaran. Penggunaan media yang
tepat dalam melakukan penyuluhan akan berpengaruh positif Dalam penerimaan
petani atas materi yang disuluhkan. Adapun media yang dapat digunakan dalam
pelaksanaan penyuluhan ini yaitu media power point.
60
7. Lembar Persiapan Menyuluh (LPM)
LEMBAR PERSIAPAN MENYULUH (LPM)
Judul Penyuluhan : Pengendalian Penyakit Jamur Akar Putih Pada Tanaman
Karet
Tujuan
Penyuluhan
: Petani dapat mengendalikan penyakit jamur akar putih
pada tanaman karet dari 30% menjadi 60%
Sasaran
Penyuluhan
: Petani Karet di Desa Nogo Rejo Kecamatan Galang
Kabupaten Deli Serdang
Metode : Ceramah, Diskusi dan Demonstrasi Cara
Media : Power point dan folder
Alat dan Bahan : Laptop, infokus, spidol, cangkul, tir, dan pestisida
Waktu : 120 Menit
No Kegiatan Uraian Waktu Ket
1. Pendahuluan - Salam Pembuka/perkenalan
- Penjelasan Tujuan 10 Menit -
2. Isi - - Morfologi Jamur Akar Putih
- - Gejala Penyakit
- - Cara Pengendalian
90 Menit -
3. Pengakhiran - Diskusi
- Penarikan Kesimpulan
- Penutup
20 Menit -
61
8. Sinopsis
SINOPSIS
Tanaman karet sangat renatan dengan yang namanya serangan penyakit
jamur akar putih atau dalam bahasa latin adalah Rigidoporus lignosus. Penyakit
ini akibat serangan patogen dan di Sumatera Utara dan Aceh tingkat serangannya
Dalam tanaman karet adalah 4-7%. Penyakit JAP menimbulkan kerugian terbesar
dalam budidaya tanaman karet (Hevea brassiliensis) karena kematian tanaman
dan biaya yang cukup tinggi untuk pengendalian penyakit. Kerugian finansial
akibat kematian tanaman adalah sekitar Rp.1,8 triliun (sekitar US$ 200 juta) per
tahun, Situmorang et al., (2007) dalam Fairuzah (2014). Menurut Neliyati,dkk
(2015), Penggunaan bibit unggul yang sehat serta penjagaan kebersihan kebun
dari sisa-sisa tunggul dan akar tanaman lama, pemeliharaan tanaman yang intensif
merupakan cara yang dapat mencegah/preventif ternyadinya serangan JAP.
Namun secara umum kebun-kebun petani di lokasi kurang dilakukan
pemeliharaan seperti tidak atau kurang melakukan pemupukan, tidak
menggunakan tanaman penutup tanah dan masih banyaknya ditemukan sisa-sisa
tunggul dan akar tanaman lama yang dapat menjadi sumber penyebaran JAP.
Morfologi Jamur Rigidoporus lignosus
Jamur Rigidoporus lignosus membentuk tubuh buah berbentuk kipas tebal,
agak berkayu, mempunyai zona-zona pertumbuhan, sering mempunyai struktur
serat yang lendir, mempunyai tepi yang tipis. Warna permukaan tubuh buah dapat
berubah tergantung dari umur dan kandungan airnya. Pada permukaan tubuh buah
benang-benang jamur berwarna kuning jingga, tebalnya 2,8-4,5 mm, mempunyai
banyak sekat (septum) yang tebal. Pada waktu masih muda berwarna jingga jernih
sampai merah kecokelatan dengan zona gelap yang agak menonjol. Permukaan
bawah berwarna jingga, tepihnya berwarna kuning jernih atau putih kekuningan.
Jika menjadi tua, tubuh buah menjadi kering.
Fase pertumbuhan jamur akar putih adalah :
Berdasarkan pada tingkat perkembangannya, serangan JAP di kebun dapat
dikelompokkan ke dalam empat fase:
Rizomorf atau miselium melekat pada permukaan leher akar,
62
Infeksi JAP telah menimbulkan kerusakan pada jaringan kulit,
Infeksi JAP telah menimbulkan kerusakan pada jaringan kayu,
Infeksi JAP telah mematikan tanaman.
Gejala Serangan
1. Serangan jamur menyebabkan akar menjadi busuk dan apabila perakaran
dibuka maka pada permukaan akar terdapat semacam benang-benang
berwarna putih kekuningan dan pipih menyerupai akar rambut yang
menempel kuat dan sulit dilepas.
2. Gejala serangan yang tampak adalah daun-daun yang semula tampak hijau
segar berubah menjadi berwarna hijau gelap kusam, layu akhirnya kering
dan gugur kemudian diikuti kematian tanaman.
3. Gejala lanjut akar membusuk, lunak dan berwarna coklat.
Pengendalian jamur akar putih
Cara pencegahan JAP :
1. Menanam tanaman penutup tanah jenis kacang-kancangan, minimal satu
tahun lebih awal dari penanaman karet.
2. Sebelum penanaman, lubang tanam ditaburi biakan jamur Trichoderma
harzianum yang dicampur dengan kompos sebanyak 200 gr/lubang tanam
(1kg) Trichoderma Harzianum dicampur dengan 50 kg kompos/pupuk
kandang).
3. Lubang penanaman diberi belerang100-200 gram per lobang.
4. Disekitar tanaman muda yang berumur kurang dari 2 tahun ditanami
tanaman antagonis antara lain Lidah mertua, Kunyit dan Lengkuas.
Pengendalian pada areal yang sudah terserang JAP:
1. Pada serangan ringan masih dapat diselamatkan dengan cara membuka
perakaran, dengan membuat lubang tanam 30 cm disekitar leher akar
dengan kedalaman sesuai serangan jamur.
2. Permukaan akar yang ditumbuhi jamur dikerok dengan alat yang tidak
melukai akar. Bagian akar yang busuk dipotong dan dibakar. Bekas kerokan
63
dan potongan diberi ter dan Izal kemudian seluruh permukaan akar dioles
dengan fungisida yang direkomendasikan.
3. Setelah luka mengering, seluruh perakaran ditutup kembali dengan tanah.
4. Empat tanaman di sekitar tanaman yang sakit ditaburi dengan Trichoderma
Harzianum dan pupuk.
5. Tanaman yang telah diobati diperiksa kembali 6 bulan setelah pengolesan
dengan membuka perakaran, apabila masih terdapat benang jamur maka
dikerok dan dioles dengan fungisida kembali.
6. Pengolesan dan penyiraman akar dengan fungsida dilakukan setiap 6 bulan
sampai tanaman sehat.
7. Tanaman yang terserang berat atau telah mati/tumbang harus segera
dibongkar, bagian pangkal batang dan akarnya dikubur diluar areal
pertanaman, menggunakan wadah agar tanah yang terikut tidak tercecer di
dalam kebun.
8. Bekas lubang dan 4 tanaman di sekitarnya ditaburi 200 gram campuran
Trichoderma sp. dengan pupuk kandang 200 gr per lubang atau tanaman.
Dengan cara ini petani karet akan mendapatkan hasil yang di inginkan, yaitu
petani memiliki kebun karet yang bebas dari penyakit jamur akar putih . Beberapa
cara pengendalian telah dilakukan, salah satu cara pengendalian yang relatif
murah dan mudah serta aman Dalam lingkungan adalah tanaman antagonis seperti
lidah mertua, lengkuas dan kunyit.
Demikian hasil materi yang saya buat, semoga dapat dilaksanakan pada
Bapak/Ibu sekalian.
Nogo Rejo, Juli 2019
Disusun Oleh
Windri Safitri
Nirm. 01.4.3.15.0374
64
9. Tabel 26. Matriks Rencana Kerja Penyuluhan Pertanian
MATRIKS RENCANA KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN
DESA NOGO REJO KECAMATAN GALANG KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2019
No Keadaan Tujuan Masalah
Sasaran Kegiatan Penyuluhan
Pelaku Utama Pelaku
Usaha Petugas
Materi Metode Vol Lokasi Waktu Sumber
Biaya
Penanggung
Jawab Pelaksana
Ket. W.t T.t P.d L P L P
1 Petani yang
telah mengendalikan
penyakit jamur
akar putih pada tanaman karet
sesuai anjuran
sebesar 30%
Petani dapat
mengendalikan penyakit jamur
akar putih pada
tanaman karet sesuai anjuran
dari 30%
menjadi 60%
Petani belum
mengendalikan penyakit jamur
akar putih pada
tanaman karet sesuai dengan
anjuran sebesar
70%
- - √ - - - -
Pengendalian
Penyakit Jamur Akar
Putih Pada
Tanaman Karet
Ceramah, Diskusi
dan
Demcar
1
Desa
Nogo Rejo
Agustus
2019 Swadaya
Kepala
BPP
PPL -
65
DAFTAR PUSTAKA
Aditya. D, 2017. Respon Petani Dalam Budidaya Bawang Merah di Kabupaten
Batu Bara Provinsi Sumatera Utara. Karya Tulis Ilmiah Penugasan Akhir.
STPP Medan.
Arimbawa, P.T. dan Widanta, A.A Bagus Putu. 2017. Pengaruh Luas Lahan,
Teknologi dan Pelatihan Dalam Pendapatan Petani dengan Produktivitas
sebagai Variabel Intervening di Kecamatan Mengwi. E-Jurnal Fakualtas
Ekonomi dan Bisis Universitas Udayana.
Arwansyah. 2017. Motivasi Petani dalam Penerapan Pemupukan Tanaman Kopi
(coffea Sp) di Kecamatan Blankejeren Kabupaten Gayo Lues. Karya Ilmiah
Penugasan Akhir (KIPA). Medan.
Azwar, 2013. Defenisi Sikap Sebagai Pola Perilaku. Pustaka Pelajar: Jakarta.
Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2017. Luas Tanam Karet. Akses 21
Februari 2019: Medan
Bahri, S. 2015. Karya Ilmiah Penugasan Akhir: Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Tingkat Adopsi Pengendalian Hama Ulat Api Pada
Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guinnensis Jacq) Di Kecamatan Tanjung
Tiram. STPP Medan. Medan.
Balai Punyuluhan Pertanian, 2019. Data kelompoktani. Akses 21 Februari 2019:
Jaharun
Daulay. P. M, 2013. Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya. Edisi II. Pustaka
Pelajar: Yogyakarta.
Dewandini. S, K, R. 2010. Motivasi Petani Dalam Budidayatanaman Mendong Di
Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman. UNS-F Pertanian Jur. Penyuluhan
dan Komunikasi Pertanian: Surakarta.
Fairuzah. Z, Cici Indriani Dalimunthe, Karyudi, Soleh Suryaman Dan Wiwik E.
Widhayati. 2014. Keefektifan Beberapa Fungi Antagonis (Trichoderma sp.)
Dalam Biofungisida Endohevea Dalam Penyakit Jamur Akar Putih