LAPORAN RESMI EKOLOGI TUMBUHAN ANALISIS VEGETASI PADA LOWER CROP COMMUNITY (LCC) LOKASI MOJOSONGO Disusun oleh : NAMA :Shinta Maharani NIM :K4313065 KELOMPOK :8 KELAS :A PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN RESMI EKOLOGI TUMBUHAN
ANALISIS VEGETASI PADA LOWER CROP COMMUNITY (LCC)
LOKASI MOJOSONGO
Disusun oleh :
NAMA :Shinta Maharani
NIM :K4313065
KELOMPOK :8
KELAS :A
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
EKOLOGI TUMBUHANI. Judul
Analisis Vegetasi pada Lower Crop Community (LCC) di Wilayah SMA N 8 Surakarta Mojosongo
II. Tujuan1. Menentukan Indeks Nilai Penting masing-masing spesies terhadap vegetasi di
Wilayah SMA N 8 Surakarta, Mojosongo2. Menentukan besarnya kontribusi masing-masing spesies terhadap vegetasi di
Wilayah SMA N 8 Surakarta, Mojosongo III. Dasar teori
Vegetasi adalah semua spesies tumbuhan yang terdapat dalam suatu wilayah yang luas, yang memperlihatkan pola distribusi menurut ruang dan waktu. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu. Vegetasi yang tumbuh secara alami pada suatu wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena pengaruh anthropogenik (Setiadi, 1984; Sundarapandian dan Swamy, 2000).
Cara untuk mempelajari struktur vegetasi dan komposisi jenis tumbuhan adalah dengan analisis vegetasi dalam ekologi tumbuhan. Analisis vegetasi bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis (susunan) tumbuhan dan bentuk (struktur) vegetasi yang ada di wilayah yang di analisis pada setiap stasiun (Soerinegara dan Indrawan; 1980).
Dalam komunitas vegetasi, tumbuhan yang mempunyai hubungan di antara mereka, mungkin pohon, semak, rumput, lumut kerak dan Thallophyta, tumbuh-tumbuhan ini lebih kurang menempati strata atau lapisan dari atas ke bawah secara horizontal, ini disebut stratifikasi. Individu yang menempati lapisan yang berlainan menunjukkan perbedaan-perbedaan bentuk pertumbuhan, setiap lapisan komunitas kadang-kadang meliputi klas-klas morfologi individu yang berbeda seperti, strata yang paling tinggi merupakan kanopi pohon-pohon atau liana (Syafei, 1990).
Analisis vegetasi dapat diamanfaatkan dan bertujuan untuk mengetahui dan memahami kondisi, struktur, perkembangan dan dinamika vegetasi dan biota lain serta berbagai faktor abiotic yang terdapat dikawasan tersebut dalam hubungannya dengan faktor waktu dan sebaran spasialnya. Sehingga dari hal tersebut dapat dipelajari dan diperkirakan daya dukung lingkungan dan potensi biotik, kualitas dan kondisi habitat liar, cukup tidaknya tersedia nutrient dan sumber pakan serta produktivitas flora dan fauna dikawasan tersebut (Rasidi, 1997). Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001).
Bentuk vegetasi dibatasi oleh tiga komponen pokok yaitu: (1) stratifikasi yang adalah lapisan penyusun vegetasi (strata) yang dapat terdiri dari pohon, tiang, perdu, sapihan, semai dan herba. (2) sebaran horisontal dari jenis penyusun vegetasi tersebut yang menggambarkan kedudukan antar individu, (3) banyaknya individu dari jenis penyusun vegetasi tertentu. Selanjutnya dikatakan bahwa
penguasaan suatu jenis terhadap spesies lainnya ditentukan berdasarkan Indeks Nilai Penting (Kainde, R.P.,dkk, 2011:2).Cara untuk mempelajari komposisi vegetasi dapat dilakukan dengan Metode Berpetak (Teknik sampling kuadrat : petak tunggal atau ganda, Metode Jalur, Metode Garis Berpetak) dan Metode Tanpa Petak (Metode berpasangan acak, Titik pusat kuadran, Metode titik sentuh, Metode garis sentuh, Metode Bitterlich) (Kusmana, 1997).Densitas
Densitas, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan di dalam area tersebut. Densitas jarang bersifat tetap, jumlahnya akan selalu berubah sepanjang waktu dan tempat. Besar populasi dapat diukur berdasarkan:
Kelimpahan yaitu jumlah mutlak individu dalam populasi Kepadatan jumlah adalah jumlah insidu per-satuan luas digunakan
untuk menyatakan ukuran individu dalam populasi yang relatif sama. Kepadatan biomassa yaitu kepadatan yang dinyatakan dalam istilah
berat basah, berat kering, volume, atau kadar karbon dan nitrogen per satuan luas atau volume.
DominanDominan ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh populasi
jenis tumbuhan. Sedangkan frekuensi ditentukan berdasarkan densitas dari jenis tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan seluruh total area sampel yang dibuat (N), biasanya dalam persen (%) (Surasana, 1990).Frekuensi
Frekuensi merupakan ukuran dari uniformitas atau regularitas terdapatnya suatu jenis frekuensi memberikan gambaran pola penyebaran suatu jenis, dan menyebar keseluruh kawasan atau kelompok. Hal ini menunjukan daya penyebaran dan adaptasinya terhadap lingkungan. Raunkiser dalam shukla dan Chandel (1977) membagi frekuensi dalm liama kelas berdasarkan besarnya persentase.Frekuensi kehadiran merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies di dalam suatu habitat.
Nilai penting digunakan untuk menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Nilai Penting dihitung berdasarkan penjumlahan nilai Dominansi Relatif, Frekuensi Relatif dan Dominansi Relatif (Mueller-Dombois dan ellenberg, 1974; Soerianegara dan Indrawan, 2005).
Prinsip KerjaMenentukan 2 lokasi yang berbeda dengan luas 10ha namun memiliki
heterogen yang sama.Mencari peta lokasi yaitu peta citra daerah SMA N 8 Surakarta, Mojosongo melalui Google earth dengan luas daerah kurang lebih 10 hektare. Menentukan batas daerah berupa titik-titik yang dapat diamati melalui survey dengan menggunakan GPS dan memasukannya ke dalam google earth. Mentransformasi peta citra yang didapat dari google earth menjadi peta topografi menggunakan CorelDraw. Mengecek dan memastikan lokasi yang sudah dipilih dari google earth untuk menentukan tanda medan dan bareground (lokasi yang
tidak dapat diplotting) yang dimasukkan ke peta. Membuat peta dengan aplikasi arcgislalu mencetak peta dalam ukuran besar (A1). Menggambar peta di atas kertas milimeter blok. Menentukan jumlah titik sampling dengan urutan sebagai berikut: 1. Luas daerah total= 10 ha2. Luas area cuplikan= 1% x luas wilayah total
=1%×10ha= 1000 m2
- Luas plot=1 m x 1 m = 1 m2
- Jumlah plot =Luas area cuplikan
Luas plot
= 1000 m2
1m2
= 1000 plot*nb : berdasarkan kesepakatan bersama, jumlah plot per kelompok
direduksi sebanyak 20 plot per kelompok, sehingga jumlah plot dalam satu lokasi Mojosongo adalah sebanyak 120 plot.
Menentukan titik-titik sampling dalam peta secara acak dengan menggunakan undian kemudian mencari koordinat masing-masing titik sampling.Membagi setiap daerah menjadi enam bagian yang berisi 20 plot. Mencari lokasi titik di lapangan dengan menggunakan protaktor dan kompas. Menentukan jarak dan resection antar titik dan menentukan titik start lokasi tersebut. Menentukan resection dan intersection dari titik lokasi.Memasang plot pada titik yang telah ditentukan. Mengidentifikasi spesies-pesies yang ditemukan dalam plot dengan menghitung jumlah spesies, cacah spesies, dan ccoverage tiap spesies.Menghitung densitas dan dominasi setiap spesies dari area plot dengan rumus:
a. Densitas Mutlak (DsM) :Σtotal individuspesies X
Σ total plot ×luas plot minimal
b. Densitas Relatif (DsR) :Σ DsM spesies X ×100 %
Σ total DsM
c. Dominasi Mutlak (DmM) :Σtotal cover spesies
Σ total plot ×luas plot minimal
d. Dominasi Relatif (DmR) :Σ DmM spesies X × 100 %
Σ total DmMMenghitung frekuensi setiap spesies dari plot dengan rumus sebagai berikut:
a. Frekuensi Mutlak (FM) :Σ plot dengan spesies X ×100 %
Σ total plot
b. Frekuensi Relatif (FR) : Σ FM spesies X ×100 %
Σ total FMMenentukan nilai penting (NP) dengan rumus perhitungan: Np=DsR+DmR+FR
Menentukan kontribusi spesies dalam komunitas berdasarkan hasil perhitungan nilai penting. Menganalisis nilai penting tanaman dalam satu lokasi dan 4 tanaman oleh masing-masing individu berdasarkan pembagian angkatan. Melaporkan hasil praktikum dalam bentuk laporan tulis.
IV. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan tumbuhan LCC dapat dibuat
tabel daftar nilai penting masing-masing spesies sebagai berikut :No Nama Spesies Jumlah Jumlah Nilai mutlak Nilai Relatif NP Juml Ran
Tabel 1. Daftar Indeks Nilai Penting (INP) spesies di lokasi 1 wilayah SMA N 8 Surakarta, MojosongoKeterangan :Dm : DominasiDs : DensitasFM : Frekuensi MutlakNP : Nilai Penting (di ambil dari perhitungan angkatan/lokasi)Rank : Diambil dari perhitungan angkatan/lokasi, sama seperti nilai penting.
Berdasarkan tabel 1 dapat diperoleh bahwa dilokasi 1 wilayah Mojosongo dengan luas 10 hektar ditemukan 160 jenis spesies yang menunjukkan keanekargaman jenis yang tinggi. Adanya keanekaragaman jenis yang tinggi mengakibatkan ekosistem yang ada meningkat kestabilannya, karena dengan keanekaragaman yang tinggi serangan hama dan penyakit dapat dicegah secara alami. Semakin tinggi nilai keanekaragaman jenis, maka semakin meningkat keanekaragamannya dalam tegakan tersebut (Krebs, 1978).
Pada tabel 1 juga diperoleh data bahwa pada lokasi 1 wilayah Mojosongo terdapat 5 nilai penting tertinggi dan 5 nilai penting tekecil. Rangking diambil berdasarkan nilai penting yang paling besar akan menduduki rangking terkecil. Nilai penting menunjukkan pola distribusi dan kemampuan adaptasi yang tinggi suatu spesies terhadap
kondisilingkungannya. sehingga mempunyai pengaruh yang besar terhadap komunitas vegetasi tumbuhan bawah (Maizer Said Nahdi dan Darsikin, 2014). Menurut Aprijanto (2006), besarnya indeks Nilai Penting menunjukkan peranan jenis yang bersangkutan dalam komunitasnya atau lokasi penelitian. Semakin besar indeks nilai penting maka suatu jenis tumbuhan semakin memiliki peranan yang tinggi. Nilai penting menggambarkan kontribusi spesies dalam suatu lokasi vegetasi. Spesies-spesies yang memiliki kontribusi paling tinggi menandakan bahwa spesies tersebut memiliki eksistensi yang tinggi dan dapat survive atau bertahan hidup di suatu daerah serta dapat beradaptasi dengan baik terhadap keadaan alam. Berikut adalah rumus untuk mendapatkan frekuensi mutlak, frekuensi relatif, dominansi mutlak, dominansi relatif, densitas mutlak, dan relatif sebagai berikut:
a. Densitas Mutlak (DsM) = ∑ total individuspesies X ∑total plot x luas plot minimalb. Densitas Relatif (DsR) = ∑ DsMspesies X x 100 %
∑ totalDsMc. Dominansi Mutlak (DmM) = ∑ total cover spesies X
∑total plot x luas plotminimald. Dominansi Relatif (DmR) = ∑ DmMspesies X x 100 %
∑ totalDmMe. Frekuensi Mutlak (FM) = ∑ plot denganspesies X x 100 %
∑ total plotf. Frekuensi Relatif ( FR) = ∑ FM spesies X x 100 %
∑ total FM1. Tanaman angkatan Berikut data 5 indeks nilai penting tertinggi dilokasi 1 Mojosongo
Nama spesies Nilai penting (%) RankingOplismenus burmannii 30,2 1
Paspalum notatum 17,11 2
Paspalum commersonii 14,49 3
Mimosa pudica 11,63 4
Panicum malabaricum 11,02 5
Tabel 2. Data 5 Indeks Nilai Penting Terbesar Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa dilokasi 1 Mojosongo terdapat 5 spesies
dengan nilai penting terbesar yaitu Oplismenus burmannii, Paspalum notatum, Paspalum commersonii, Mimosa pudica, dan Panicum malabaricum. Pada lokasi Mojosongo, spesies yang memiliki nilai penting paling besar adalah Oplismenus burmannii dengan Indeks Nilai Penting sebesar 30,2 %, sehingga Oplismenus burmannii memiliki peranan yang paling besar dan paling mendominasi dalam menyusun komunitas di lokasi Mojosongo. Urutan kedua yang memiliki Indeks Nilai Penting terbesar adalah Paspalum notatum dengan indeks nilai penting sebesar 17,11 %. Spesies urutan ketiga adalah Paspalum commersonii dengan indeks nilai penting adalah 14,49 %, pada urutan keempat terdapat Mimosa pudica dengan indeks nilai penting adalah 11,63%. Urutan kelima adalah Panicum malabaricum dengan indeks nilai penting adalah 11,02%. Urutan tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai INP suatu jenis tumbuhan, maka semakin besar pula peranan suatu jenis tumbuhan tersebut dalam suatu komunitas (Wahyuni, 2014) sehingga menunjukkan bahwa spesies Oplismneus burmanii memiliki peranan yang paling besar karena paling mendominasi pada wilayah Mojosongo.
Menurut Steenis (2006) dalam (Maizer Said Nahdi dan Darsikin, 2014) tingginya Indeks Nilai Penting juga menunjukkan bahwa kelima spesies tersebut mempunyai kontribusi besar dan mampu beradaptasi dan memiliki toleransi terhadap lingkungan yang terbentuk. Berdasarkan teori tersebut, pada kelima spesies dengan ranking tertinggi pada lokasi Mojosongo yaitu Oplismenus burmannii, Paspalum notatum, Paspalum commersonii, Mimosa pudica, dan Panicum malabaricum dapat dikatakan sebagai spesies yang memiliki kontribusi besar, mampu beradaptasi, dan memiliki toleransi terhadap lingkungan yang terbentuk. Menurut (Setiadi, 2005),
Spesies yang mendominasi suatu wilayah atau habitat tertebtu dapat digunakan sebagai indikator habitat disetiap ketinggian yang berbeda dan sebagai penamaan suatu vegetasi atau mencirikan karakter tumbuhan di wilayah tersebut (Setiadi, 2005)
Adanya spesies yang mendominasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah persaingan / kompetisi antara tumbuhan yang ada. Menurut Maisyaroh (2010) hal ini berkaitan dengan iklim dan mineral yang diperlukan, jika iklim dan mineral yang dibutuhkan mendukung maka spesies tersebut akan lebih unggul dan lebih banyak ditemukan.
Kontribusi dan distribusi species saling berkaitan. Dimana kontribusi tinggi maka distribusi spesies tersebut dalam vegetasi juga tinggi. Kedua hal tersebut tidak terlepas dari faktor- faktor lingkungan disekitarnya, antara lain:
1. Intensitas cahaya 5. Tingkat kelembaban2. Ketersediaan unsur hara 6. Suhu3. pH 7. Nutrisi4. Kadar air
Berdasarkan Tabel 1. Data Indeks Nilai Penting, diperoleh nilai penting 5 spesies terkecil atau terendah sebagai berikut:
Nama spesies Nilai penting (%) RankingStriga multifora 0,15 160Ipomoea hispida 0,15 159Cierodendron serratum 0,16 158Stachytarpheta jamaicensus 0,16 157Cleome viscosa 0,16 156
Tabel 2. Data 5 Indeks Nilai Penting Terkecil Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa dilokasi 1 Mojosongo terdapat 5 spesies
dengan nilai penting terkecil yaitu dari yang paling kecil adalah Striga multiflora, Ipomoea hispida, Clerodendron serratum,Stachytarpheta jamaicensus dan Cleome viscosa. Pada 5 spesies yang terkecil ini merupakan kebalikan dari 5 spesies yang memiliki ranking tertinggi dimana spesies dengan nilai penting terkecil menunjukkan bahwa spesies tersebut memiliki kontribusi yang rendah dalam menyusun vegetasi lokasi Mojosongo.
Pada lokasi Mojosongo, spesies yang memiliki nilai penting paling kecil adalah Striga multiflora dan Ipomoea hispida dengan Indeks Nilai Penting sebesar 0,15 %. Nilai Penting yang kecil menunjukkan bahwa kelima spesies tersebut memiliki peranan yang kecil dan tidak mendominasi dalam menyusun komunitas di lokasi Mojosongo. Urutan tersebut menunjukkan bahwa semakin kecil nilai INP suatu jenis tumbuhan, maka semakin rendah pula peranan suatu jenis tumbuhan tersebut dalam suatu komunitas (Wahyuni, 2014). Menurut Aprijanto (2006), besarnya indeks Nilai Penting
menunjukkan peranan jenis yang bersangkutan dalam komunitasnya atau lokasi penelitian. Semakin besar indeks nilai penting maka suatu jenis tumbuhan semakin memiliki peranan yang tinggi. Nilai penting menggambarkan kontribusi spesies dalam suatu lokasi vegetasi. Spesies-spesies yang memiliki kontribusi paling tinggi menandakan bahwa spesies tersebut memiliki eksistensi yang tinggi dan dapat survive atau bertahan hidup di suatu daerah serta dapat beradaptasi dengan baik terhadap keadaan alam. Perbedaan nilai penting yang dimiliki masing- masing spesies menunjukkan kemampuan antara spesies satu dengan yang lain dalam memberikan kontribusi dalam suatu vegetasi. Striga multiflora, Ipomoea hispida, Clerodendron serratum,Stachytarpheta jamaicensus dan Cleome viscosa.secara ekologi merupakan spesies yang tidak mendominasi lokasi 1 Mojosongo 8 karena upaya regenerasi, distribusi dan adaptasi spesies-spesies tersebut tidak cocok dalam lingkungan tersebut. Ketidak cocokan spesies dengan lingkungan dapat disebabkan karena beberapa faktor seperti suhu, kelempaban udara, nutrisi, dan tingkat kelembapan udara. Meskipun kelima spesies dengan nilai ranking terendah tidak mempunyai peran penting dan memiliki kontribusi yang menonjol dalam komunitas, tetapi mempunyai pengaruh yang terhadap besarnya keanekaragaman jenis tanaman pada suatu wilayah sehingga berpengaruh pada densitas, dominansi, dan frekuensi spesies tersebut.
V. Kesimpulan1. Lima spesies dengan ranking tertinggi pada lokasi 1 adalah Oplismenus
burmannii, Paspalum notatum, Paspalum commersonii, Mimosa pudica, dan Panicum malabaricum
2. Lima spesies dengan rankin terendah Striga multiflora, Ipomoea hispida, Clerodendron serratum,Stachytarpheta jamaicensus dan Cleome viscosa.
3. Semakin tinggi ranking maka menunjukkan nilai penting yang semakin tinggi. Nilai penting menunjukkan besarnya kontribusi suatu spesies di suatu wilayah
VI. Dafttar Pustaka
Djufri. (2003). Analisis Vegetasi Spermatophyta di Taman Hutan Raya (Tahura) Seulawah
Aceh Besar . Biodiversitas , 30-34.
Kainde R. P., dkk. (2011). Analisis Vegetasi Hutan Lindung Gunung Tumpa (Vegetation
Analysis of The Mount Tumpa Preotection Forest). Eugiena .
Kainde, R. P. (2011). Analisis Vegetasi Hutan Lindung Gunung Tumpa (Vegetation
Analysis of The Mount Tumpa Preotection Forest). Eugenia , Vol.17, No.3.
Kimball. (1999). Biologi Edisi kelima Jilid II . Jakarta: Erlangga.
Krebs. (1978). Ecological Methodology. New York: Addision Wesley Longman, Inc.
Maisyaroh, W. (2010). Struktur Komunitas Tumbuhan Penutup Tanah di Taman Hutan
Raya R. Soerjo Cangar, Malang. Jurnal Pembangunan dan Alam Lestari , 1-9.
Maizer Said Nahdi dan Darsikin. (2014). Distribusi dan Kemelimpahan Spesies Tumbuhan
Bawah pada Naungan Pinus mercusii,Acacia auriculiformis dan Eucalyptus alba di
Hutan Gama Giri Mandiri, Yogyakarta. Jurnal Natur Indonesia , 33-41.
Soerinaga dan Indrawan. (1988). Ekologi Hutan Indonesia. Bogor: IPB.Sundarapandian and Swamy. (2000). Forest ecosystem structure and composition along an
altitudinal gradient in the Western Ghats, South India. Journal of Tropical Forest Science. Journal of Tropical Forest Science , 104-123.
Surasana, S. (1990). Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: FMIPA Biologi ITB.
Wahyuni, N. I. (2014). Korelasi Indeks Nilai Penting terhadap Biomasa Pohon. 113-124.
VII. Lampiran Data pengamatan Lokasi (Angkatan) Tabel Ranking Spesies Lokasi (angkatan) Dokumentasi praktikum LCC