MAKALAH “Pemahaman Hukum Islam” Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Hukum Islam Penyusun : Amalia Saraswati Ilmi (B76213056) Faizal Abdi (B96213099) Nur Alfiyatur Rochmah (B06213037) Kelas : Ilmu Komunikasi 2-F4 Dosen Pengampu : Drs. Syahroni Ahmad Jaswadi, M. Ag PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2014
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MAKALAH
“Pemahaman Hukum Islam”
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Studi Hukum Islam
Penyusun :
Amalia Saraswati Ilmi (B76213056)
Faizal Abdi (B96213099)
Nur Alfiyatur Rochmah (B06213037)
Kelas :
Ilmu Komunikasi 2-F4
Dosen Pengampu :
Drs. Syahroni Ahmad Jaswadi, M. Ag
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk bahan mata kuliah Studi Hukum Islam ini.
Dalam makalah ini kami sebagai penulis sekaligus penyusun menyajikan persoalan mengenai
“Pemahaman Hukum Islam”.
Walaupun sudah berusaha semaksimal mungkin, namun kami menyadari bahwa makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifat nya
membangun demi kesempurnaan penulisan untuk masa yang akan datang.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami penulis maupun
para pembaca serta dapat menambah wawasan tentang Pemahaman Hukum Islam
Surabaya, 16 Maret 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam kepustakaan hukum Islam berbahasa inggris, Syari’at Islam diterjemahkan
dengan Islamic Law, sedang Fikih Islam diterjemahkan dengan Islamic Jurispudence. Di dalam
bahasa Indonesia, untuk syari’at Islam, sering, dipergunakan istilah hukum syari’at atau hukum
syara’ untuk fikih Islam dipergunakan istilsh hukum fikih atau kadang-kadang Hukum Islam.1
Ungkapan bahwa hukum Islam adalah hukum suci, hukum Tuhan, syariah Allah, dan
semacamnya, sering dijumpai. Juga demikian yang beranggapan bahwa hukum Islam itu pasti
benar dan diatas segala-galanya, juga tidak jarang kita dengar. Disini tampak tdak adana kejelasan
possi dan wilayah antara istilah hukum Islam dan syariah Allah dalam arti konkritnya adalah
wahyu yang murni yang posisinya diluar jangkaan manusia.
Pengkaburan istilah antara hukum islam, hukum syar’i / syari’ah, atau bahkan syari’ah
Islam, pada hakikatnya tidak ada masalah. Namun pengkaburan esensi dan posisi antara hukum
Islam yang identik dengan fiqh, karena merupakan hasil ijtihad tadi, dengan syari’ah yang identik
dengan wahyu, yang berarti diluar jangkauan manusia, adalah masalah besar yang harus
diluruskan dan diletakkan pada posisi yang seharusnya.
Sumber utama hukum islam adalah al-qur’an, maka hukum islam berfungsi sebagai pemberi
petunjuk, pemberi pedoman dan batasan terhadap manusia. Jika sesuatu itu haram, maka hukum
islam berfungsi sebagai pemberi petunjuk bahwa hal tersebut tidak boleh dikerjakan, sebaliknya
jika sesuatu itu wajib maka haruslah dikerjakan.. dengan istilah lain ketentuan hukum islam itu
berarti hasil ijtihad fuqaha dalam menjabarkan petunjuk dari wahyu itu. Namun yang terjadi
selama ini seolah-olah hukum islam itu merupakan seperangkat aturan dan batasan yang sudah
mati, sehingga selalu terkesan pasif. Akhirnya hukum islam menimbulkan kesan menakutkan bagi
masyarakat sekitarnya, padahal hukum islam itu harus bersifat aktif sesuai dengan pendapat Abu
Hanifah adanya istilah ma’rifat (mengetahui) dimana kalimah tersebut memberi inspirasi untuk
aktif tidak terlambat memberi ketentuan hukum islam, jika muncul kasus baru. Batasan-batasan
tersebut dalam ilmu hukum disebut sebagai fungsi sosial control.
Berangkat dari masalah tersebut penuls akan mengkaji dan membahas Hukum Islam , Syariat
dan Fiqh karakter dan tantangannya.
1 Maksun Faiz, Konstitusionaisasi Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Nasional, membedah Peradilan Agama, PPHIM
Jawa Tengah, Semarang, 2001, hlm. 171
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Syari’ah Islam ?
2. Apa yang dimaksud dengan Fikih Islam ?
3. Apa yang dimaksud dengan Hukum Islam ?
4. Apa hubungan antara ketiganya ?
C. Tujuan
1. Mengetahui maksud dari Syari’ah Islam
2. Mengetahui maksud dari Fikih Islam
3. Mengetahui apa yang dinaksud dengan Hukum Islam
4. Mengetahui dan memahami keterkaitan dari ketiga hukum tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Syari’ah Islam
Secara bahasa syariah mempunya arti tempat keluarnya air minum. Menurut M. Ali At
Tahanuwi syariah merupakan hukum Allah SWT yang ditetapkan untuk hamba-Nya yang
disampaikan kepada para Nabi atau Rasul-Nya, baik yang berhubungan dengan amaliyah, hukum
ini dimasukkan ke dalam ilmu fiqih, maupun hukum yang berhubungan dengan akidah dan
dimasukkan ke dalam ilmu kalam atau tauhid.2
Beberapa ayat al-Quran seperti as-Syura’ : 13 menyebutkan lafal syariah yang bermakna
ad-din (agama) dalam makna totalitasnya yang mnunjukkan pengertian bahwa syariah Islam
adalah jalan yang lurus, yang akan mengantarkan manusia pada keselamatan dan kesuksesannya
di dunia dan di akhirat.
Makna pertama adalah agama, yaitu apa-apa yang Allah tetapkan untuk hamba-hamba-
Nya dan mengutus utusan dengan kitab-kitab untuk menyampaikannya dan untuk menunjukkan
manusia kepada kebaikan akhlak, muamalah dan dalam hubungan dengan Sang Pencipta. dengan
makna ini, syariah bermakna agama secara keseluruhan yang mencakup dasar dan bagian-
bagiannya. sebagaimana firman Allah (QS.As-Syura 13): ينا به إبراهيم وموسى ين ما وصى به نوحا والذي أوحينا إليك وما وص عيى و شرع لكم من الد
قوا فيه كبر عل ين ول تتفر أن أقيموا الد يجتبي إل يه من يشا ى المشركين ما تدعوهم إليه الل
ويهدي إليه من ينيب
"Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada
Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada
Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah
tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya.
Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada
(agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya)."
Semula, syariah diartikan dengan agama, yang pada akhirnya ditujukan khusus untuk
praktek agama. Penunnjukkan ini dimaksudkan untuk membedakan antara agama dan syari’ah.
Menurut Thabari, pemakaian kata syari’ah dikhususkan untuk hal-hal yang menyangkut
kewajiban, sanksi hukum, perintah dan larangan. Ia tidak memasukkan akidah serta hikmah dan
kesan keagamaan ke dalam syari’ah. Dalam perkembangan selanjutnya, kata syari’ah digunakan
untuk menunjukkan hukum-hukum islam, baik yang ditetapkan langsung oleh Al-Qur’an dan
sunnah, maupun yang telah dicampuri oleh pemikiran manusia.3
Sumber-Sumber Syariah
2 Tim MKD UIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Hukum Islam, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013), hal 36-37.
3 Ibid, hal 37
Al-Qur’an, kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dan merupakan
Undang-Undang yang sebagian besar berisi hukum-hukum pokok.
Al-Hadist (As-Sunnah), sumber hukum kedua yang memberikan penjelasan dan rincian
terhadap hukum-hukum Al-Qur’an yang bersifat umum.
Ra’yu (Ijtihad), upaya para ahli mengkaji Al-Qur’an dan As-Sunnah untuk menetapkan
hukum yang belum ditetapkan secara pasti dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Klasifikasi Syariah
Syariah dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Wajib (Ijab), yaitu suatu ketentuan yang menurut pelaksanaannya, apabila dikerjakan
mendapat pahala, dan apabila ditinggalkan mendapat dosa.
Haram, yaitu suatu ketentuan apabila ditinggalkan mendapat pahala dan apabila dikerjakan
mendapat dosa. Contohnya : zinah, mencuri, membunuh, minum-minuman keras, durhaka
pada orang tua, dan lain-lain.
Sunnah (Mustahab), yaitu suatu ketentuan apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila
ditinggalkan tidak berdosa.
Makruh (Karahah), yaitu suatu ketentuan yang menganjurkan untuk ditinggalkannya suatu
perbuatan; apabila ditinggalkan mendapat pahala dan apabila dikerjakan tidak berdosa.
Contohnya : merokok, makan bau-bauan, dan lain-lain.4
Prinsip Syariah
Dilandasi iman ikhlas
Membentuk kesejahteraan manusia
Ketentuan pelaksanaannya diserahkan kepada manusia.
Karakteristik Syariah
Bersifat rabbaniyah dan diniyyah
Mencerminkan kesucian syariah, dan rasa cinta dan penghargaan terhadapnya.
Menghormati dan mentaati hukum ijtihad dan peraturan negara.
Membentuk akhlak dan moral
Syariah memelihara hubungan masyarakat, menjaga nilai-nilai luhur masyarakat, dan
manjujung tinggi nilai-nilai akhlak.
Bersifat realistis
Syariah diturunkan Allah sesuai kejadian yang dialami manusia, menetapkan qishas bagi
pembunuh secara sengaja, dan prinsip keadilan lainnya. Penerapan hukum secara bertahap
dan berproses Misalnya mengenai haramnya hamr.
Ruang Lingkup
4 H. A. Qodri A.Azizy, Transformasi Fiqh dalam Hukum Nasional, membedah Peradilan Agama, PPHIM Jawa Tengah,
Semarang, 2001, hlm.99.
Syariah terdiri atas ibadah mahdhoh dan ibadah ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah terdiri
atas: Syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji. Ibadah ghairu mahdhah terdiri atas hubungan
manusia dengan manusia lain, dengan dirinya sendiri dan dengan alam sekitar. Ibadah ghairu