Top Banner
MAKALAH INDIVIDU TEORI AKUNTANSI Tentang : “FENOMENA KONVERGENSI DAN TREN AKUNTANSI KAPITALIS : PELAPORAN NILAI TAMBAH” OLEH : MEIDYA PUTRI 12 231 046 DOSEN PEMBIMBING : IMELFINA MUSTAFA, SE., M.Si 0
35

sharia value added statement

Apr 04, 2023

Download

Documents

Ade Putra
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: sharia value added statement

MAKALAH INDIVIDU

TEORI AKUNTANSI

Tentang :

“FENOMENA KONVERGENSI DAN TREN AKUNTANSI KAPITALIS : PELAPORAN NILAI TAMBAH”

OLEH :

MEIDYA PUTRI12 231 046

DOSEN PEMBIMBING :

IMELFINA MUSTAFA, SE., M.Si

0

Page 2: sharia value added statement

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH KOSENTRASI AKUNTANSI

SYARIAH JURUSAN SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

BATUSANGKAR

2015 M/1436 H

AKUNTANSI PERTAMBAHAN NILAI

(Value Added Reporting)

A. Konsep Dasar Economic Value Added

Konsep nilai tambah pada mulanya berasal dari

khazanah disiplin akuntansi. Konsep ini pertama kali

diperkenalkan oleh para pakar ekonom pada akhir abad ke-

18 sebagai alat untuk mengukur keluaran netto perusahaan.

Dalam tahun 1950-an konsep nilai tambah dikembangkan

lebih lanjut oleh para pakar statistik dan pakar

manajemen, para insinyur, serta para pakar personalia

dan produksi untuk dimanfaatkan di bidang-bidang lain

sesuai dengan kepakaran masing-masing (Renshall et all,

1979 dalam Kusmanadji, 1989 dalam Thahjaning Poerwati

dan Zuliyati, 2008 : 8)

Dalam kutipan Thajaning dkk, lebih lanjut Morley

(1979) dalam buku Kusmanadji (1989) mengemukakan Pada

abad ke-18 konsep nilai tambah mulai digunakan di “US

Treasury” dan selanjutnya secara berkala para akuntan

mendiskusikan apakah konsep itu perlu dimasukkan kedalam

1

Page 3: sharia value added statement

pelaporan keuangan. Laporan nilai tambah pertama kalinya

dibuat dan mengalami perkembangan pesat di Inggris. Hal

ini disebabkan oleh dua hal, pertama yaitu

diberlakukannya pajak pertambahan nilai (value added tax)

pada April 1973 di Inggris. Meskipun administrasi pajak

tidak mensyaratkan laporan tersebut dan laporan nilai

tambah dirasa sulit untuk verifikasi pajak mengingat

rumitnya ketentuan mengenai barang-barang dan jasa-jasa

yang tidak kena pajak. Akan tetapi dengan

diberlakukannya ketentuan pajak tersebut meningkatkan

kesadaran dunia bisnis mengenai makna nilai tambah.

Selain itu, dalam jurnalnya, Thajaning, et all juga

mengutip pernyataan Pizzey (1985) dalam Kusmanadji

(1989) bahwa faktor kedua diberlakukannya laporan nilai

tambah adalah karena penerbitan sebuah “Discussion Paper”

yang diberi judul “the Corporate Report” oleh the Accounting

Standarts Steering Committee, ASC) pada 1975, yaitu sebuah

makalah pembahasan yang dimaksudkan sebagai suatu

langkah maju ke arah peninjauan besar-besaran oleh para

pengguna, tujuan dan metode pelaporan yang modern.

Laporan ini menyajikan usaha-usaha yang dilakukan oleh

sebuah badan beranggotakan sebelas orang. (Ahmed Riahi,

2006:244). Ringkasnya ASC berpendirian bahwa meskipun

informasi yang disediakan oleh laporan keuangan

konvensional berguna bagi para pemegang saham dan

kreditur, akan tetapi kurang berguna bagi pemakai

lainnya. Setelah mengiventarisasi keterbatasan laporan

2

Page 4: sharia value added statement

keuangan perusahaan dan pengguna laporan serta

kebutuhannya ASC mengusulkan perlunya ditambahkan

beberapa laporan lagi dalam laporan tahunan perusahaan

diantaranya adalah laporan nilai tambah.

Menurut Ahmad Riahi ( 2006: 339) Laporan nilai

tambah menunjukkan pendapatan suatu perusahaan sebagai

kesatuan usaha dan bagaimana nilai tambah ini

didistribusikan kepada kelompok-kelompok yang

menyumbangkan terciptanya nilai tambah tersebut. Laporan

nilai tambah memandang bahwa kegiatan suatu perusahaan

tidak lain adalah usaha kolektif dari beberapa kelompok

orang yaitu pemegang saham, keditur, pegawai perusahaan

dan pemerintah.

Laporan Pertambahan Nilai ini merupakan bentuk

laporan yang lebih bersifat adil dimana di dalamnya

dilaporkan kontribusi masing-masing pihak yang terlibat

dalam proses penciptaan tambahan nilai bukan hanya hanya

kontribusi pemilik modal. Kontribusi karyawan, pemilik,

kreditor/banker, pemerintah ditunjukkan dalam laporan.

(Syofyan S. Harahap, 2007:377) ungkapan senada

disampaikan oleh Ahmed Riahi (2006:244) yang menyatakan

laporan nilai tambah menunjukkan bagaimana keuntungan

yang diperoleh dari usaha perusahaan dibagi diantara

para karyawannya, penyandang modal, negara dan investasi

kembali.

Staden 2000; Glautier dan Underdown 1992, 409)

seperti yang dikutip oleh Aji Dedi Mulawarman (2008:2)

3

Page 5: sharia value added statement

mengatakan bahwa konsep nilai tambah berasal dari

implementasi penghitungan GNP (Gross National Product)

ekonomi makro dan diterapkan dalam dunia akuntansi.

Penggunaan konsep nilai tambah biasanya digunakan oleh

aliran akuntansi sosial-lingkungan. Hanya masalahnya

terdapat dua aliran akuntansi sosial-lingkungan, yaitu

aliran middle ground dan non middle ground (Gray et al. 1995;

1996). Aliran middle ground menggunakan konsep nilai

tambah berbasis kepentingan perusahaan, sehingga

mengkreasi informasi dan pertanggungjawaban ekonomi-

sosial-lingkungan juga berbasis kepentingan keuntungan

stockholders. Aliran non middle ground di sisi lain

menggunakan nilai tambah untuk informasi dan

akuntabilitas sosial lingkungan berbasis kuantatif

maupun kualitatif, untuk kepentingan lebih luas, yaitu

stakeholders.

Sedangkan Subiyanto dan Triyuwono (2004) makna laba

akuntansi tanpa terjebak materialitas pada dasarnya

merupakan konsepsi atas ekspresi kebebasan manusia dari

sebuah interaksi sosial yang menghasilkan nilai lebih

(value added/VA). Laba sebagai ekspresi kebebasan

merupakan representasi nilai kebebasan manusia yang

sekaligus menjunjung tinggi hakikat manusia dari esensi

kemanusiaannya. Mengembalikan hakikat manusia tidak saja

berpedoman pada aspek fisiologis dan psikologis, tetapi

juga aspek religius. Dari segi religius, konsep nilai

4

Page 6: sharia value added statement

tambah merupakan wujud keadilan sebagaimana dalam

Alquran surat An-Nisa (4:135) yang berbunyi :

artinya : “Wahai orang-orang yang beriman jadilah kamu orang yangbenar-benar penegak keadilan menjadi saksi karena allah, biarpunterhadap dirimu sendiri atau ibu bapakmu dan kaum kerabatmu. Jikaia kaya atau miskin, maka allah lebih tahu kemashlahatannya. Makajanganlah kamu mengikuti hawa bafsu karena ingin menyimpangdari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan kata-kata atanenggan menjadi saksi maka sesungguhnya allah maha mengetahuisegala apa yang kamu kerjakan.

Konsep nilai tambah dalam buku Ahmed Riahi dan

Belkaoui (2006 : 339) adalah peningkatan kekayaan yang

dihasilkan oleh penggunaan sumber daya perusahaan secara

produktif sebelum dialokasikan diantara para pemegang

saham, pemegang obligasi, pekerja dan pemerintah. Ahmad

Rodoni (2010) seperti yang dikutip Indra Gusnedi (2015:18),

EVA (Economic Value Added) adalah suatu metode pengukuran

kinerja keuangan untuk mengetahui ada atau tidaknya nilai

tambah bagi penyandang dana dengan keberhasilan laba pada

satu periode.

5

Page 7: sharia value added statement

Amin Wijaya Tunggal (2001) dalam jurnal Thahjaning

Poerwati dan Zuliyati (2008:8) pengukuran kinerja dengan

menggunakan laporan nilai tambah dapat dijadikan sebagai

dasar bagi manajemen perusahaan dalam mengelola modalnya,

rencana pembiayaan, wahana komunikasi dengan pemegang saham

dan dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan insentif

bagi karyawan.

Jika dibandingkan antara entitas syariah dan

konvensional, maka Ahmed Riahi dan Belkaoui (2006:339)

menjelaskan bahwa pelaporan konvensional di sebagian negara

tidak memasukkan pelaporan nilai tambah (value added reporting)

melainkan diungkapkan dalam laporan posisi keuangan,

kinerja keuangan perusahaan, dan perlakuan keuangan

perusahaan. Namun laporan-laporan tersebut di atas tetap

tidak mampu memberikan informasi penting mengenai

produktivitas total dari perusahaan dan sebagian dari

anggota tim yang terlibat dalam sumber daya manajemen,

pemegang saham, pemegang obligasi, karyawan dan pemerintah.

Jadi dapat penulis simpulkan bahwa laporan nilai

tambah merupakan salah satu laporan tambahan dalam rangka

memperluas pengungkapan kewajaran dan ruang lingkup dari

informasi akuntansi di luar akuntansi konvensional

berdasarkan prinsip kewajaran dalam pengungkapan.

Perlakuaan laporan nilai tambah ini antara akuntansi

konvensional dengan akuntansi Islam memiliki perbedaan yang

didasarkan kepada maksud dan sasaran dari nilai tambah.

6

Page 8: sharia value added statement

B. Metode Pengukuran Kinerja Berdasarkan Nilai Tambah

Nilai tambah dapat dengan mudah dihitung melalui suatu

modifikasi dari laporan laba rugi dengan langkah-langkah

sebagai berikut (Ahmed Riahi dan Belkaoui, 2006:341) :

1. Laporan laba rugi menghitung jumlah laba ditahan

sebagai perbedaan antara pendapatan dari penjualan,

disatu sisi, serta biaya, pajak, dan dividen di

sisi lainnya.

Dimana :

R = laba ditahan

S = Pendapatan dari penjualan

B = Bahan baku dan jasa yang dibeli

DP = Depresiasi

W = Upah

I = Bunga

DD = Dividen

T = Pajak

2. Rumus nilai tambah dapat diperoleh dengan menyusun

kembali rumus laba menjadi :

Atau

Rumus (2) menghitung metode nilai tambah kotor

(gross vaue added method) sedangkan rumus (3)

7

R = S – B – DP – W – I – DD- T

S – B = R + DP +W + I +DD + T

S – B - DP = R + W - t - I+ DD + T

(2)

(3)

Page 9: sharia value added statement

menghitung nilai tambah bersih. Dari kedua kasus,

sisi kiri dari perhitungan menunjukkan nilai tambah

diantara kelompok yang terlibat dalam tim

manajerial produksi (para pekerja, pemegang saham,

pemegang obligasi, dan pemerintah). Sisi sebelah

kanan dikenal juga sebagai metode penambahan

sedangkan sisi kiri sebagai metode pengurangan.

Sedangkan untuk metode pengukuran kinerja, Ada dua

metode yang digunakan oleh peneliti, yang penulis

rangkum dari beberapa referensi yaitu :

1. Pengukuran Economic Value Added (EVA)

Metode ini pertama kali dikembangkan oleh

Stewart dan Stern seorang analis keuangan dari

prusahaan Stern Stewart & Co pada tahun 1993. Di

Indonesia metode tersebut dikenal dengan metode

NITAMI (Nilai Tambah Ekonomi). EVA/NITAMI adalah

metode manajemen keuangan untuk mengukur laba

ekonomi dlam suatu perusahaan yang menyatakan

bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala

perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan

biaya modal. (Tunggal, 2001 dalam jurnal Rr.

Iratami dan Erie Febrian).

Menurut Velez (2000) dalam jurnal Rr.

Iramani dan Erie Febrian (2005), Ada beberapa

pendekatan dalam mengukur EVA tergantung pada

struktur modal dari perusahaan. Apabila dalam

8

Page 10: sharia value added statement

struktur modalnya perusahaan hanya menggunakan

modal sendiri, secara matematis EVA dapat

ditentukan sebagai berikut :

Dimana :

NOPAT = Net Operating Profit After Taxes

ie = opportunity cost of equity

E = Total Equity

Namun manakala dalam struktur perusahaan

terdiri dari hutang dan modal sendiri, secara

matematis EVA dapat dirumuskan sebagai berikut :

Dimana :

WACC = Weighted Average Cost of Capital

TA = Total Asset (total modal) Dari perhitungan di atas akan diperoleh

kesimpulan dengan interpretasi hasil sebagai

berikut :

Jika EVA > 0 hal ini menunjukkan terjadi nilai

tambah ekonomis bagi perusahaan

Jika EVA < 0 hal ini menunjukkan tidak terjadi

nilai tambah ekonomis bagi perusahaan

9

EVA = NOPAT – (ie x E)...... (1)

EVA = NOPAT - (WACC x TA)

Page 11: sharia value added statement

Jika EVA = 0 hal ini meunjukkan posisi impas

karena laba telah digunakan untuk membayar

kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur

maupun pemegang saham.

Mulyadi (2009:585) dalam bukunya menjelaskan

bahwa EVA adalah laba bersih (laba operasi

dikurangi dengan pajak) dikurangi total biaya

modal tahunan. Pada dasarnya EVA adalah laba

residu dengan biaya modal sama dengan biaya modal

aktual dari perusahaan (sebagai ganti dari suatu

tingkat pengembalian minimum yang diinginkan

perusahaan karena alasan lainnya). Jika EVA

positif maka perusahaan sedang menciptakan

kekayaan, sebaliknya jika EVA negatif maka

perusahaan sedang menyia-nyiakan modal.

Adapun secara sistematis EVA dihitung dengan

persamaan :

Lebih lanjut Mulyadi (2009:587) mengatakan

bahwa para investor menyukai EVA karena

menghubungkan laba dengan jumlah sumber-sumber

daya yang diperlukan untuk mencapainya. Dalam

hal ini dapat berarti pemegang saham, karyawan,

pemilik modal dan pemerintah.

a. Keunggulan EVA

10

EVA = Laba Operasi Setelah Pajak – (PersentaseBiaya Modal Aktual )

x Total Modal yang Dipakai)

Page 12: sharia value added statement

Salah satu keunggulan EVA sebagai penilai

kinerja perusahaan adalah dapat digunakan

sebagai penciptaan nilai. Diantara keunggulan

tersebut ialah :

1. EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah

dengan memperhitungkan dan sebagai

konsekuensi investasi.

2. Konsep EVA adalah alat perusahaan dalam

mengukur harapan yang dilihat dari segi

ekonomis. Yaitu dengan memperhatikan harapan

para penyandang dana secara adil dimana

derajat keadilan dinyatakan dengan ukuran

tertimbang dari struktur modal yang ada dan

berpedoman pada nilai pasar dan bukan nilai

buku.

3. Perhitungan EVA dapat dipergunakan secara

mandiri tanpa memerluka data pembanding

seperti standar industri atau data perusahaan

lain sebagai konsep penilaian.

4. Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar

penilaian pemberian bonus pada karyawan

terutama pada devisi yang memberikan EVA

lebih sehingga dapat dikatakan bahwa EVA

menjalankan stakeholders setisfaction concept.

5. Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukkan

bahwa konsep tersebut merupakan ukuran

praktis, mudah dihitung dan mudah digunakan

11

Page 13: sharia value added statement

sehingga merupakan salah satu bahan

pertimbangan dalam mempervepat mengambilan

keputusan bisnis.

b. Kelemahan EVA

Menurut Mirza (1997) dalam Iramani dan

Febrian (2005) Eva memiliki kelemahan-kelemahan

diantaranya :

1. EVA hanya mengukur hasil akhir, bukan

mengukur aktivitas-aktivitas penentu.

2. EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa

investor sangat mengandalkan pendekatan

fundamental dalam mengkaji dan mengambil

keputusan untuk menjual atai membeli saham

tertentu padahal faktor-faktor lain terkadang

lebih dominan.

c. Manfaat EVA

Terdapat beberapa manfaat yang dapat

diperoleh oleh perusahaan dalam menggunakan EVA

sebagai alat ukur kinerja dan nilai tambah

perusahaan menurut Utama (1997:10) dalam

Tahjaning Poerwati dan Zuliyati (2008:13):

1) EVA dapat digunakan sebagai penilaian kinerja

keuangan perusahaan karrena penilaian kinerja

tersebut difokuskan pada penciptaan nilai

(value creation)

12

Page 14: sharia value added statement

2) EVA akan menyebabkan perusahaan lebih

memperhatikan struktur modal

3) EVA membuat manajemen berfikir dan bertindak

seperti halnya pemegang saham yang memilih

investasi yang memaksimumkan tingkat

pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya

modal sehingga nilai perusahaan dapat

dimaksimalkan dan

4) EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasikan

kegiatan atau proyek yang memberikan

pengembalian lrbih tinggi daripada biaya-

biaya modal.

2. Pengukuran Financial Economic Value Added (FVA)

Metode baru dalam mengukur kinerja dan nilai

tambah perusahaan adalah Financial Economic Value Added

(FVA). Metode ini mempertimbangkan kontribusi

dari fixed assets dalam menghasilkan laba bersih

perusahaan. Secara matematis pengukuran FVA

dinyatakan sebagai berikut (Rodriguez, 2002)

dalam Iramani dan Febrian (2005) dalam kutipan

Tahjaning Poerwati dan Zuliyati (2008:8) :

13

FVA = NOPAT – (ED - D)

Keterangan :FVA = financial value addedNOPAT = Net Operating Profit After TaxesED – D = Equivalent Depreciation -

Page 15: sharia value added statement

Adapun interpretasi dari hasil pengukuran

FVA dapat dijelaskan sebagai berikut :

Jika FVA > 0, hal ini menunjukkan terjadi nilai

tambah finansial bagi perusahaan

Jika FVA < 0, hal ini menunjukkan tidak terjadi

nilai tambah finansial bagi perusahaan.

Jika FVA = 0, hal ini menunjukkan posisi impas.

Perusahaan akan berusaha memiliki nilai tambah

finansial bagi perusahaan. Hal ini dapat terjadi jika

laba bersih perusahaan dan penyusutan dapat menutup/

meng-cover Equivalent Depreciation atau NOPAT + D > ED.

Jika hal ini tercapai, maka perusahaan dapat

meningkatkan kekayaan pemegang saham karena NPV akan

bernilai positif.

a. Kelemahan Konsep FVA

Dibanding EVA, FVA kurang praktis dalam

mengantisipasi fenomena bila perusahaan (proyek)

menjalankan investasi baru di tengah-tengah masa

investasi yang diperhitungkan. EVA akan merefleksikan

situasi ini melalui peningkatan aset dan sumber daya

yang terlibat dalam perusahaan atau proyek (Shrieves

dan Wachowicz, 2000 dalam Iramani dan Febrian, 2005).

14

Page 16: sharia value added statement

Fenomena ini tidak dapat diakomodasi dalam penentuan

titik impas pada konsep NPV dan FVA.

b. Keunggulan Konsep FVA

Kelebihan FVA dibanding EVA adalah :

(1) Jika ditinjau kembali konsep NOPAD, FVA melalui

definisi Equivalent Depreciation mengintegrasikan seluruh

kontribusi aset bagi kinerja perusahaan, demikian

juga opportunity cost dari pembiayaan perusahaan.

Kontribusi ini konstan sepanjang umur proyek

investasi,

(2) FVA secara jelas mengakomodasi kontribusi konsep

value growth duration (durasi proses penciptaan nilai)

sebagai unsur penambah nilai. Unsur ini merupakan

hasil pengurangan nilai Equivalent Dpreciation akibat

bertambah panjangnya umur aset dimana aset dapat

terus berkontribusi bagi kinerja perusahaan. Dalam

konsep EVA, proses ini tidak secara jelas

dijabarkan,

(3) FVA mengedepankan konsep Equivalent Depreciation dan

Accumulated Equivalent tampaknya lebih akurat

menggambarkan financing cost. Lebih lanjut, FVA mampu

mengharmonisasikan hasil dengan konsep NPV tahun

per tahun, dimana NPV setidaknya saat ini dianggap

sukses mengukur proses penciptaan nilai.

(4) Dengan berbasis pada definisi EVA yang sudah

dikenal luas. FVA memberi solusi terhadap mekanisme

15

Page 17: sharia value added statement

kontrol dalam periode tahunan yang selama ini

merupakan kendala bagi konsep NPV, EVA dan FVA

sama-sama mampu menyelaraskan outputnya dengan

hasil NPV dalam bentuk periode yang terdiskonto.

Namun FVA memberi output yang lebih maju fengan

berhasil mlakukan harmonisasi hasil NPV dalam

ukuran tahunan. Oleh karena itu FVA lebih

bermanfaat sebagai alat kontrol. (Tahjaning

Poerwati dan Zuliyati, 2008:11)

Perusahaan akan berusaha memiliki nilai tambah

finansial bagi manajemen perusahaan. Hal ini dapat

terjadi jika laba bersih perusahaan dan penyusutan

dapat menutup / meng-cover Equivalent Depreciation atau

NOPAT + D > ED. Jika hal ini tercapai, maka perusahaan

dapat meningkatkan kekayaan pemegang saham karena NPV

akan bernilai positif.

Sehingga Rr. Iramani dan Febrian menyimpulkan

penelitiannya bahwa kinerja FVA jelas lebih baik

dibanding EVA, terutama dalam hal singkronisasi hasil

pengukurannya dengan hasil NPV.

C. NILAI TAMBAH DALAM PERSPEKTIF AKUNTANSI ISLAM

Baydoun dan Willet (1994 & 2000) dalam jurnal

seorang mahasiswa Sumatera Utara mengembangkan sebuah

teori tentang pelaporan keuangan lembaga yang beroperasi

dengan prinsip Islami yang dinamakan Islamic Corporate

Reporting (ICRs). Secara spesifik, dalam teori tersebut

16

Page 18: sharia value added statement

disarankan bahwa organisasi Islam akan lebih baik

menggunakan model Islamic Corporate Reporting yang didalamnya

terdapat antara lain Neraca Nilai Sekarang dan Laporan

Nilai Tambah sebagai komponen laporan keuangan pada

organisasi bisnis yang didalam operasionalnya

menggunakan prinsip syariah Islam, dibandingkan bila hanya

menggunakan laporan keuangan konvensional yang

didalamnya menggunakan Neraca Nilai Historis dan Laporan

Laba Rugi. (Soraya,2008:4).

Seiring dengan itu, Berdasarkan kajian yang

dilakukan oleh para pakar akuntansi syariah, ada tiga

komponen laporan keuangan tambahan bagi perusahaan-

perusahaan islami, yaitu neraca nilai sekarang, laporan

nilai tambah dan laporan pertanggungjawaban sosial.

Menurut Sri Nurhayati (117) Laporan nilai tambah (value

added statement) sebagai pengganti laba rugi atau sebagai

laporan tambahan atas neraca dana laporan laba rugi.

Usulan ini didasarkan atas pertimbangan bahwa unsur

terpenting di dalam akntansi syariah bukanlah kinerja

operasional (laba bersih) tetapi kinerja dari sisi

pandang stakeholders dan nilai sosial yang dapat

didistribusikan secara adil kepada kelompok yang

terlibat dengan perusahaan dalam menghasilkan nilai

tambah.

Menurut Triyuwono (2007) seperti yang dikutip Aji

Dedi Mulawarman (2008:2) bahwa konsep nilai tambah

syariah merupakan nilai tambah ekonomi, mental dan

17

Page 19: sharia value added statement

spritual yang diperoleh, diproses dan didistribusikan

dengan cara yang halal. Pemaknaan nilai tambah syariah

dapat dijadikan source tambahan penjelasan bentuk laporan

nilai tambah syariah. Mulawarman sendiri dalam jurnalnya

mengatakan bahwa sebenarnya telah menjelaskan bahwa

pembentukan, proses dan distribusi nilai tambah tidak

hanya berkenaan dengan masalah halal, tetapi juga harus

toyyib (baik toyyib maupun halal berkenaan dengan produk)

dan bebas riba ( lebih berkenaan dengan kontrak atau

akad).

Konsep nilai tambah syariah Triyuwono (2007) dalam

jurnal Aji Dedi Mulawarnan (2008:3) bila dilihat lebih

jauh juga masih melihat shariate enterprise theory sebagai basis

akuntansi syariah idealis yang memiliki asumsi dasar

manusia sebagai khalifatullah fil ardh (wakil Allah di bumi).

Dijelaskan Mulawarman (2007b) bahwa shariate enterprise theory

bila memang memiliki substansi akuntansi berpasangan,

maka harus melihat asumsi dasar manusia dalam substansi

akuntansi berpasangan pula. Asumsi dasar manusia dalam

Islam di samping sebagai khalifatullah fil ardh juga memiliki

asumsi dasar pasangannya, yaitu manusia sebagai abd’ Allah

(konsep kepatuhan dan ketundukan manusia kepada Allah).

Prinsip berpasangan abd’ Allah dan khalifatullah fil ardh telah

memberikan solusi implementasi konsep teknologi

akuntansi syariah yang memiliki dua akun utama, yaitu

akun ketundukan (representasi abd’ Allah) dan akun

kreativitas (representasi khalifatullah fil ardh)

18

Page 20: sharia value added statement

Selanjutnya Baydoun dan Willet (1994,2000) dalam

buku Sri Nurhayati mengusulkan bentuk laporan syariah

setelah melakukan rekonstruksi melalui telaah filosofis

– teoritis akuntansi syariah dengan format seperti

Tabel. 1. Sedangkan Dalam perkembangan selanjutnya,

sharia value added statement dianggap lebih sesuai dengan

aktivitas ekonomi Islam yang adil dan beretika, serta

sejalan dengan tujuan akuntabilitas dari akuntansi

syariah khususnya pendapatan dan beban yang harus

ditanggung oleh publik. Pemikir akuntansi Islam juga

melakukan perubahan atas format value added statement dengan

cara mengeluarkan zakat yang awalnya dianggap bagian

dari charity dan menyajikannya secara setelah gross value

added. Hal ini sesuai dengan makna zakat yang bukan hanya

sebagai sumbangan tetapi juga memiliki nilai pembersihan

serta merupakan hal yang wajib bagi muslim seperti yang

diusulkan Mulawarman, et al (2006) dalam buku Sri

Nurhayati (2009) adalah seperti Tabel. 2 berikut.

VALUE ADDED STATEMENTFOR the Period Ended ...............

Sources :- Revenues- Bought in items- Revaluation

Sub Total SourcesDistributions :

- Beneficiaries- Goverment- Employees

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

19

Page 21: sharia value added statement

- Owners- Charities- Reinvested Fund- Profit Retained- Revaluation

Sub total Distributions

xxxxxxxxxxxxxxxxxx

VALUE ADDED STATEMENTFOR the Period Ended ...............

Sources :- Revenues- Bought in items- Revaluation

Gross value addedZakat :

- Tazkiyah to 8 asnafNet value added

Distributions :- Government- Employees- Owners- Infak Shadaqah- Reinvested Fund- Profit Retained- Revaluation

Sub total Distributions

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Sri Nurhayati dalam bukunya Akuntansi Syariah di

Indonesia (2009:108) mengatakan Laporan nilai tambah ini

masih dalam tataran konsep, mengingat AAOIFI belum

20

Tabel. 1Format Laporan Nilai

Tambah

Tabel. 2Format Laporan Nilai

Tambah Syariah

Page 22: sharia value added statement

mewajibkan hal tersebut pada kenyataannya. Di samping itu,

hasil penelitian oleh Sulaiman (1998) menunjukkan bahwa

tidak ada perbedaan persepsi tentang kegunaan neraca dengan

nilai sekarang serta pelaporan nilai tambah di kalangan

orang muslim dan non muslim termasuk pengelola zakat.

Penelitian ini secara implisit menyimpulkan bahwa pembaca

laporan keuangan masih menganggap apa yang disajikan

melalui bentuk laporan keuangan saat ini masih sesuai

dengan kebutuhan mereka.

Namun demikian, melalui penelitian yang dilakukan oleh

Nadya Chaerunnisa dan Herry Sussanto (2011) tentang

analisis kinerja keuangan antara pendekatan laporan laba

rugi dengan shari’a value added statement (SVAS) pada PT. Bank

Syariah Mandiri menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara perolehan rasio kinerja

keuangan PT. Bank Syariah Mandiri setiap bulannya yang

dihitung antara pendekatan laporan laba rugi dengan

pendekatan SVAS, disebabkan adanya perbedaan konstruksi dan

konsep dari teori akuntansi kedua metode tersebut.

Pendekatan SVAS lebih baik dari pendekatan Laporan Laba

Rugi, sebab pendekatan SVAS menghasilkan nilai rasio

kinerja yang lebih besar dari Laporan Laba Rugi.

Berikut perbedaan akun-akun dalam laporan nilai tambah

yang dikutip oleh Nadya Chaerunnisa dan Herry Sussanto yang

dibandingkan dengan laporan nilai tambah syariah :

21

Page 23: sharia value added statement

Tabel 3. Perbedaan Laporan Nilai tambah dengan SVAS

Laporan Nilai Tambah Laporan Nilai Tambah Syariah

Uraian Jumlah Uraian Jumlah

Sumber Nilai Tambah :Pendapatan : Pendapatan Operasional Utama Pendapatan dari jual beli :

- Pend. Margin Murabahah- Pendapatan Salam

Paralel- Pendapatan margin

istishna’ paralel Pendapatan Sewa : Pend. Sewa Ijarah Pend. Dari bagi hasil :

- Mudharabah- Musyarakah

Pendapatan dari operasi utama lainnyaPendapatan operasi lainnyaPendapatan non operasiTotal Pendapatan Harga Pokok Input DepresiasiTotal nilai tambahDistribusi nilai tambah Nasabah (bagi

xxxxxxxxx

xxx

xxxxxx

xxxxxxxxxxxx(xxx)

(xxx)xxx

(xxx)

(xxx)

(xxx

Sumber Nilai Tambah :Pendapatan Operasi Utama Pend. Dari margin murabahah Pend. Dari istishna’ paralelPendapatan Sewa IjarahPendapatan Bagi Hasil Mudharabah MusyarakahPendapatan operasi utama lainnyaPendapatan non operasiTotal pendapatanHarga pokok inputDepresiasiTotal nilai tambah ZakatTotal nilai tambah bersih

Distribusi Nilai tambah Bersih

Nasabah (bagi hasil)

xxxxxx

xxx

xxxxxxxxx

xxxxxx

(xxx)(xxx)xxx

(xxx) Xxx

(xxx)(xxx)(xxx)(xxx)(xxx)

22

Page 24: sharia value added statement

hasil) Karyawan (Gaji) Sosial (Zakat) Pemerintah (Pajak) Pemilik (Deviden) Laba ditahanTotal Nilai tambah

)(xxx)

(xxx)

(xxx)

(xxx)

Karyawan (Gaji) Sosial (Zakat) Pemerintah (Pajak) Pemilik (Deviden) Laba ditahanTotal Nilai tambah

(xxx)xxx

Adapun perbedaan akun-akun menurut Nadya C. Dan Herry

(2011) pada SVAS dan pada laporan laba rugi adalah

sebagai berikut :

No Akun pada SVAS Akun pada Laporan LabaRugi

1

2

3

4

5

Harga pokok Input

Zakat (2,5% dari totalnilai tambah )

Nasabah bagi hasil

Total nilai tambah(sumber)

Total nilai tambah(distribusi)

Total beban operasionallainnya – (beban tenagakerja + depresiasi )

-

Total hak pihak ketigaatas bagi hasil

Laba kotor

Laba bersih

Tabel. 4. Perbedaan Akun-Akun

23

Sumber : Ratmono (2004) Sumber : Nadya C. Dan Herry (Versi Mulawarman)

Page 25: sharia value added statement

Konsep SVAS merupakan perwujudan dari kepedulian

manajemen terhadap pihak-pihak lain yang terlibat baik

secara langsung maupun tidak langsung terhadap proses

mendapatkan nilai tambah syariah. Kepedulian itu

diwujudkan dengan kesediaan manajemen untuk

mendistribusikan nilai tambah kepada semua pihak yang

dimaksud secara adil. Pihak tersebut adalah nasabah

sebagai pihak ketiga yang telah menggunakan jasa-

jasanya, karyawan sebagai pihak yang telah mencurahkan

daya dan upaya dimiliki agar perusahaan mendapatkan

keuntungan, pemerintah melalui pajak, pemilik modal

melalui deviden, masyarakat melalui zakat dan lingkungan

sekitar. (Nadya C. Dan HerryS. 2011:18)

Jadi dari uraian hasil penelitian yang dikemukakan

oleh Nadya dan Herry di atas, maka penulis menyimpulkan

bahwa konsep dan format statement of Value Adeed antara yang

konvensional dan syariah memiliki perbedaan dimana

pemayaran atas kewajiban zakat merupakan pembeda utama

dari keduanya. Akun ini menjadi pengurang total nilai

tambah bersih jika laporan disusun oleh perusahaan

muslim. Sedangkan pada laporan nilai tambah konvensional

akun zakat tidaklah termasuk akun pengurang total nilai

tambah bersih.

D. Manfaat Laporan Nilai Tambah

24

Page 26: sharia value added statement

Menurut Ahmed Riahi dan Belkaoui (2006:343) laporan

nilai tambah bermanfaat :

1. Dengan adanya pengungkapan nilai tambah. Para

karyawan akan mendapat kepuasan karena mengatahui

nilai dari kontribusi yang mereka berikan kepada

kekayaan total perusahaan.

2. Nilai tambah mencerminkan dasar perhitungan bonus

bagi para pekerja yang lebih baik

3. Informas nilai tambah telah terbukti dapat

menjadi prediktor peristiwa ekonomi dan reaksi

pasar yang baik

4. Nilai tambah adalah ukuran yang lebih baik

daripada penjualan

5. Nilai tambah mungkin bermanfaat bagi kelompok –

kelompok karyawan karena dapat mempengaruhi

peristiwa penting terhadap variabel-variabel

nilai tambah.

E. Laporan Nilai Tambah Berbasis Rezeki

Prinsip pelaporan berhubungan dengan kesatuan bisnis

– da’wah mirip gagasan rezeki bernilai tambah. Bahwa

bisnis sekaligus dakwah adalah kesatuan materi –

spritual untuk mendapatkan rezeki bernilai tambah bagi

semua, tidak hanya kita tetapi masyarakat luas sebagai

bentuk ketundukan menjalankan dakwah bil-halal atau

dakwah langsung. Hal menarik adalah dimasukkannya qardh

hassan dalam struktur pembiayaan dan bukan struktur

25

Page 27: sharia value added statement

laporan tambahan seperti tertuang dalam PSAK 59 maupun

SAK 101-106 dari IAI.

Berdasarkan praktik bisnis di atas Mulawarman

menyimpulkan bahwa rezeki merupakan bentuk nilai tambah

aktivitas bisnis (ma’isyah) bernilai barokah yang

didapatkan sesuai ketentuan syari’ah untuk kesejahteraan

bersama. Baik berupa finansial, sosial mapun lingkungan

dan telah disucikan mulai dari pembentukan, hasil sampai

pendistribusiannya.

Menurut Ajie Dedi Mulawarman, Substansi nilai tambah

syari’ah seperti bila diturunkan lebih teknis sebagai

Konsep akuntansi berimplikasi pada :

1. Proses pembentukan nilai tambah syari’ah harus

selalu tersucikan secara konsisten. Caranya

adalah melaksanakan aktivitas ekonomi dalam

batas-batas yang diperbolehkan syara’ (halal) dan

bermanfaat/menenangkan batin (thoyib). Sebaliknya

aktivitas ekonomi yang melanggar ketentuan adalah

Haram.

2. Pertumbuhan harta dan mekanisme usaha yang sehat,

hasil dari didapatkannya rezeki, harus dilakukan

untuk menghilangkan sifat berlebihan (halal dan

thoyib) dan menjalankan aktivitas usaha bebas riba

dalam segala bentuknya. Dari sisi finansial,

bebas riba adalah melakukan proses kerja sama

berdasar keseimbangan antara intermediasi (jual

beli), produktif dan ekstraktif (seperti

26

Page 28: sharia value added statement

dikembangkannya model muzara’ah dan musaqah). Dari

sisi kepentingan sosial dan lingkungan, reduksi

riba dilakukan dengan melakukan relasi sosial dan

lingkungan alam secara pro-aktif berlandaskan

prinsip shadaqah.

3. Implikasi bentuk distribusi rezeki bernilai

tambah, harus dilakukan secara optimal pada

kebaikan sesama, merata dan tidak saling

menegasikan. Seberapapun keikutsertaan harus

dicatat dan diakui sebagai potensi yang berhak

mendapatkan bagian dalam pembagian nilai tambah.

Artinya, bukan meletakkan prinsip keadilan

berdasarkan etika Barat (berdasar utilitas,

konsensus dan disahkan melalui hukum positif).

Tetapi keseimbangan dan keadilan berdasar

‘Adalah/Keadilan Illahi yang berwujud kesejahteraan

sosial untuk semua dan harus selalu melalui

proses tazkiyah.

Nilai tambah syari’ah dari nilai-nilai empiris telah

memberikan gambaran sesuai nilai tambah syari’ah secara

normatif. Nilai tambah berpusat pada konsep tazkiyah,

yaitu penyucian proses pencarian rezeki untuk mendapat

barokah baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Inilah yang disebut dengan Rizq Income. Nilai tambah

syari’ah memang tidak menganut model economic income atau

27

Page 29: sharia value added statement

accounting income, tetapi dapat disebut menganut model

income yang khas Islam, rizq income.

SVA maupun VA berbeda dengan pendekatan mainstream

akuntansi berkenaan dengan konsep laba. Laba biasanya

berkaitan dengan prinsip penandingan (matching),

pengakuan biaya pada dasarnya sejalan dengan pengakuan

pendapatan. Pendapatan merupakan hasil yang dituju

perusahaan, sementara biaya untuk memperoleh pendapatan

merupakan upaya yang dilakukan perusahaan. Dengan

demikian, pendapatan harus ditandingkan dengan biaya

yang diperkirakan telah menghasilkan pendapatan

tersebut, agar dihasilkan besarnya laba yang tepat.

Pendekatan pendapatan dan biaya dalam konteks seperti

ini menurut Mulawarman (2006) masih memunculkan tiga hal

yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam dan tujuan

syari’ah. Pertama, pengakuan pendapatan yang berkaitan

dengan realisasi pendapatan yang akan berimplikasi pada

sifat dasar halal (permitted). Kedua, pengakuan pendapatan

dalam proses pembentukan pendapatan yang berbasis akrual

dan ditetapkannya time value of money berujung pada riba

(interest). Ketiga, prinsip penandingan pendapatan dan

biaya juga masih belum sesuai dengan tujuan syari’ah

Dalam penandingan tidak nampak aspek keadilan sosial,

tetapi hanya muncul sifat egositik akuntansi (Triyuwono

2004) dalam jurnal Ajie Dedi Mulawarman (2008)

Pengakuan hanya berkaitan dengan biaya dan manfaat

yang bersifat privat. Privat di sini diartikan sebagai

28

Page 30: sharia value added statement

pencatatan biaya dan pendapatan dari sudut pandang

kepentingan perusahaan. Dapat dikatakan pendekatan yang

dilakukan adalah dalam kerangka Entity Theory. Sedangkan

pendapatan dan biaya yang sifatnya publik sama sekali

tidak disajikan. Sifat egoistik akuntansi berimplikasi

pada masalah ketimpangan keadilan dan tidak sesuai

dengan tujuan akuntansi syari’ah dan terutama tujuan

syari’ah.

Berikut penulis mengutip dalam buku Ahmed Riahi

tentang beberapa hasil riset yang dihasilkan oleh para

pakar akuntansi sejak tahun 1989 baik dari segi valuasi

pasar (data konvensional) dan Kemampuan Prediktif dari

data nilai tambah :

a. Tabel 1. Valuasi Pasar dan Nilai Tambah Versus data

Konvensional

StudiPertanyaan

Riset

Metode

yang

digunakan

Hasil

Bao-

Bao

(1989)

Hubungan antar

produktivitas

dengan nilai

perusahaan

Model

Valuasi

Litzenberg

er dan rao

(1971)

Hubungan antara

nilai perusahaan

dengan

produktivtas

pada industri

kilang minyak

dan busana

adalah lebih

kuat daripada

29

Page 31: sharia value added statement

hubungan antara

nilai perusahaan

dengan laba yang

diukur

Riahi

belkao

ui

(1993)

Isi relatif

dan tambahan

nilai tambah,

laba dan arus

kas

Model

valuasi

laba

Informasi nilai

tambah dapat

menambah

beberapa

kemampuan

penjelasan lebih

dari yang dapat

diberikan oleh

ukuran laba atau

arus kas

1994 Kegunaan dari

angka

indikator

akuntansi

Angka

indikator

akuntansi

nilai tambah

bersih memiliki

variabilitas

yang lebih

rendah dan

persistensi yang

lebih tinggi

daripada angka-

angka yang sama

yang didasarkan

baik atas laba

30

Page 32: sharia value added statement

maupun arus kas

b. Tabel 2. Kemampuan Prediktif dari Data Nilai Tambah

31

Page 33: sharia value added statement

32

Studi

Sifat

dari

Peramalan

Model yang

DigunakanHasil

Karpik

dan

Belkaou

i

(1989)

Menjelask

an risiko

Pasar

Model

pasar

Variabel-variabel

nilai tambah

memproses informasi

tambahan di luar laba

akrual dan arus kas

di dalam konteks

untuk menjelaskan

risiko pasar

Bannist

er,

riahi–

Belkaou

i

(1991)

Menjelask

an

pengembal

ian

abnormal

dari

perusahaa

n target

selama

periode

pengambil

alihan

Model

pasar

Sasaran

pengambilalihan

memiliki nilai tambah

yang lebih rendah

terhadap total rasio

daripada perusahaan

lain di dalam

industrinya pada

tahun sebelum

penyelesaian.

Bao-Bao

(1996)

Memeriks

a

struktur

dan

Akurasi

peramalan

dari

ukuran

nilai

Model seri

empat

waktu

Empat ukuran nilai

tambah dapat

dibedakan sebagai

model jalan secara

acak. Model/ proses

ini memiliki tingkat

kesalahan peramalan

yang terendah dilihat

dari segi dua metrik

Page 34: sharia value added statement

Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan nilai tambah

memiliki daya guna pada beberapa objek riset yang dilakukan

seperti pada tabel diatas. Hubungan nilai tambah terhadap

produktivitas nilai perusahaan juga menunjukkan hubungan

positif untuk nilai tambah. Sehingga penggunaan laporan

nilai tambah sebagai pelengkap laporan yang memenuhi -

tuntutan pengungkapan penuh agar dapat meningkatkan daya

guna dan manfaat yang maksimal oleh para pengguna laporan

keuangan.

DAFTAR PUSTAKA

Sofyan Syafri Harahap. 2009. Teori Akuntansi . Jakarta : BumiAksara

Sri Nurhayati. 2009. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta :Salemba Empat

33

Page 35: sharia value added statement

Ahmed Riahi dan Belkaoui. 2006. Accounting principle (teoriakuntansi). Jakarta : Salemba Empat

Mulyadi. 2009. Akuntansi Manajerial. (Jakarta : Salemba Empat)

Gusnedi, Indra. 2015. Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaandengan Menggunakan pendkatan economic value added dan marketvalue added [skripsi] STAIN Batusangkar.

Tjahjaning Poerwati dan zuliyati. 2008. Pentingnya Laporan NilaiTambah dalam Pelaporan Keuangan (Financial Value Added/FVA)sebagai Pengukur dan Penciptaan Nilai Perusahaan. (Jurnal) FokusEkonomi (FE) Vol. 7 No. 1 April 2008 : ISSN: 1412-3851.[diakses 20 April 2015]

Rr. Iramani, Erie Febrian. Financial Value Added: Suatu Paradigmadalam Pengukuran Kinerja dan nilai tambah Perusahaan (Jurnal)Vol. 7 No. 1 Mei 2005 [diakses 20 April 2015]

Ajie Dedi Mulawarman. Eksistensi Laporan Nilai Tambah Syariah BerbasisRezeki (Jurnal) disampaikan dalam Simposium NasionalAkuntansi (SNA) Ke XI Pontianak, 23-24 Juli 2008[Diakses 19 April 2015]

Nadya Chaerunnisa, Herry Sussanto. Analisis Perbandingan KinerjaKeuangan antara Pendekatan Laporan Laba Rugi dengan Sharia ValueAdded Statement (SVAS) pada PT. Bank Syariah Mandiri (jurnal) Vol.4 Oktober 2011 [diakses 25 April 2015]

34