METODA PENGAMATAN DAYA DUKUNG RESIDUAL SAAT KERUNTUHAN PADA UJI BEBAN PONDASI TIANG PANCANG PADA JENIS TANAH LEMPUNG, STUDI KASUS JEMBATAN SUNGAI CITANDUY HILIR SETYA KURNIAWAN NRP : 4190211 NIRM : 41067011900200 Pembimbing : Ir. Wisjnu Yoga Brotodihardjo, MSCE UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL BANDUNG, 1996 ABSTRACT ASTM D-1143 are very common to follow in order to determine responses of a single or a group of vertical piles to a static axial compressive loads. It was described in the Standard Measuring Procedures to take readings at 10 minutes intervals, and if failure occurs, it was only explained to “ take readings immediately before removing the first load decrements “. The descriptions are some time were misinterpreted by some engineers, and as a result valuable information about the pile strength after peak load are lost. More rigorous readings performed at just after a failure was conducted during pile loading test at the left abutment of Parid river bridge, Sidareja - Cilacap road. The test had enabled to record the residual strength of the pile which was about 16,5 % lower than the peak strength. The residual strength was strongly recommended by the consultant of the project to be considered for further uses of the bridge safety factor, particulary as the test was conducted on the structural pile. The rigorous test procedures, the complete data obtained during the test, reported in the paper based on close discussions with the test engineer who had conducted the test on site. The detail “ step by step “ test procedures are applicable to be followed for similar “ to failure “ test not only for pile but also for plate bearing and other type of stress - strain tests.
83
Embed
Setya K - Observation Method of Residual Capacity Load on Pile Loading Test
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
METODA PENGAMATAN DAYA DUKUNG RESIDUAL
SAAT KERUNTUHAN PADA UJI BEBAN PONDASI
TIANG PANCANG PADA JENIS TANAH LEMPUNG,
STUDI KASUS JEMBATAN SUNGAI CITANDUY HILIR
SETYA KURNIAWAN
NRP : 4190211 NIRM : 41067011900200
Pembimbing : Ir. Wisjnu Yoga Brotodihardjo, MSCE
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL
BANDUNG, 1996
ABSTRACT
ASTM D-1143 are very common to follow in order to determine responses of a single or a group of vertical piles to a static axial compressive loads. It was described in the Standard Measuring Procedures to take readings at 10 minutes intervals, and if failure occurs, it was only explained to “ take readings immediately before removing the first load decrements “. The descriptions are some time were misinterpreted by some engineers, and as a result valuable information about the pile strength after peak load are lost. More rigorous readings performed at just after a failure was conducted during pile loading test at the left abutment of Parid river bridge, Sidareja - Cilacap road. The test had enabled to record the residual strength of the pile which was about 16,5 % lower than the peak strength. The residual strength was strongly recommended by the consultant of the project to be considered for further uses of the bridge safety factor, particulary as the test was conducted on the structural pile. The rigorous test procedures, the complete data obtained during the test, reported in the paper based on close discussions with the test engineer who had conducted the test on site. The detail “ step by step “ test procedures are applicable to be followed for similar “ to failure “ test not only for pile but also for plate bearing and other type of stress - strain tests.
PRAKATA
Alhamdulillahi rabbil ‘alaamin , akhirnya penyusun dapat menyelesaikan
skripsinya.
Dalam rangka memenuhi persyaratan menyelesaikan program studi Strata-1
di Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Katolik Parahyangan, setiap
mahasiswa diwajibkan menulis Skripsi sebagai tugas akhir studinya.
Skripsi ini merupakan hasil pengamatan penyusun selama penelitian
mengenai Metoda Pengamatan Daya Dukung Residual Saat Keruntuhan Pada Uji
Beban Pondasi Tiang Pancang Pada Jenis Tanah Lempung, Studi Kasus
Jembatan Sungai Citanduy Hilir.
Penyusun menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna seluruhnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulisan skripsi selanjutnya, dalam ruang
Nilai tahanan ujung konus sondir pada tanah lempung biasanya kecil dan relatif
seragam sehingga tahanan ujung yang dihitung dengan cara Turnay dan Fakhroo
dengan cara apapun akan menghasilkan nilai yang relatif sama. Perlu diketahui
bahwa umumnya kontribusi tahanan ujung hanya sekitar 10 % dari total daya
dukung ultimate tiang yang dibenamkan dalam tanah lempung.
Gambar 2-7 Koefisien λ ( Vijayvergiya & Focht 1972 )
Daya dukung total selimut tiang ( Qs ) yang dihitung dengan metode Lambda Cone
dan metode Cone-M adalah sebagai berikut :
Qs = f x As
dimana f = nilai rata-rata unit gesekan
As = luas selimut tiang
Metode Lambda Cone : f = λc x ( ⎯σm + 2m. ⎯fs )
dimana λc = faktor koreksi gesekan tiang
⎯σm = tegangan efektif rata-rata
m = koefisien
Metode Lambda Cone hampir menyerupai metode yang diperkenalkan oleh
Vijayvergiya dan Focht ( 1972 ) yang menggunakan persamaan :
f = λ ( σ‘ + 2cm )
Bedanya adalah bahwa nilai kohesi pada persamaan di atas dihitung berdasarkan
harga gesekan selimut tiang, sedangkan bentuk λ terhadap kedalaman praktis sama.
Variasi nilai λ ditunjukkan oleh gambar 2.7. Cara penggunaannya sama, yaitu
bahwa besaran λ maupun λc tergantung pada panjang tiang.
Metode Cone-M : f = m . fs
fs = Ft / L
nilai m berkisar antara 0,5 - 10. Unit gesekan lokal, f , untuk metode Cone-M tidak
boleh melebihi 0,75 kg/cm2.
Kurva m mempunyai kemiripan dengan kurva adhesi yang disarankan oleh
Tomlinson. Nilai adhesi atau f yang dihitung berdasarkan faktor α dari Tomlinson
menghasilkan batas sekitar 0,5 kg/cm2 pada segala jenis tiang. Tetapi para peneliti
menyarankan batas atas sebesar 0,75 kg/cm2 seperti yang digunakan metode Cone-
M. Pada metode Cone-M nilai f dihitung dengan korelasi gesekan selimut konus
dengan nilai faktor m.
Gambar 2-8 Nilai koefisien adhesi m, terhadap gesekan lokal konus
( Turnay dan Fakhroo 1981 )
2.3.2 Persamaan Daya Dukung Pondasi Dalam dengan Uji SPT
Meyerhoff mendapatkan korelasi tahanan ujung dan kulit tiang dengan hasil
pengujian SPT. Daya dukung batas diberikan sebagai berikut :
⎯N x As Pu = 40 x N x Ab + ⎯⎯⎯ 5 Pu = Kapasitas daya dukung ultimate
N = Jumlah N SPT pada ujung tiang
⎯N = Nilai pendekatan N sepanjang kulit tiang
Ab = Luas ujung tiang
As = Luas selubung tiang
BAB III
PERSIAPAN PENGUJIAN
3.1 PENGANTAR
Pengujian tiang menuju keruntuhan ( penentuan kapasitas daya dukung ultimate
) dapat memperjelas perhitungan berdasarkan hasil pengujian. Semua pengujian
yang diarahkan untuk mendapatkan kapasitas daya dukung tanah-tiang atau
kapasitas daya dukung struktur tiang pancang diperlukan dan dipertimbangkan bagi
keuntungan dan keakuratan data. Instrumen seperti telltales, strain gages, atau
pressure cells merupakan faktor penting dalam mendefinisikan mekanisme
pemindahan beban yang terjadi. Untuk tiang pancang, setiap kegiatan dalam
pengujiannya berkaitan dengan jumlah tumbukan palu atau khususnya dinilai dari
resistansi palu.
Data yang secara umum diperlukan untuk pengujian beban tiang adalah :
1. Data hasil penyelidikan geoteknik di daerah dimana akan dilakukan pengujian
2. Data beban rencana tiang yang akan diuji lengkap dengan analisis
perhitungannya
3. Tipe dan cara pembuatan serta cara pemasangan tiang
4. Perhitungan dan analisis perencanaan tiang yang akan diuji
Terdapat dua metode pembebanan, yakni dengan meningkatkan intensitas
beban sehingga kecepatan penurunan tetap ( strain controlled test ) lainnya adalah
melalui kecepatan penambahan beban yang tetap ( stress controlled test ) melalui
perangkat hydraulic jack seperti yang telah dilaksanakan dalam pengujian ini (
lihat gambar 3-1 ).
Gambar 3-1 Konstruksi pembebanan tiang menggunakan hydraulic jack dan balok
uji terjangkar
3.2 PROGRAM KERJA
Gambar 3-2 Skema pengujian pembebanan tiang
START
PERENCANAAN PENGUJIAN - Perhitungan dan desain kentledge - Rencana pembebanan
TIANG PANCANG WIKA - Data tanah - Data desain - Beban rencana - Data Calendering
BEBAN UJI RENCANA
PERSIAPAN
PERALATAN - Kelayakan dongkrak - Cek ukuran piston - Kalibrasi alat ukur - Tekanan - Dialgages
LAPANGAN - Galian hingga muka tiang uji - Pemotongan tiang - Sisakan tulangan untuk
ikatan ke balok induk
PENGAWASAN PELAKSANAAN KENTLEDGE - Perhitungan sambungan las - Desain tanggul - Pompa tekan - Balok acuan - Lantai kerja - Pemotongan dan perataan muka tiang uji - Las tiang tarik - Susunan balok induk , anak dan batang kelapa - Susunan karung pasir
PEMASANGAN ALAT - ALAT UKUR
PENGUJIAN
DATA
ANALISIS
KESIMPULAN
SELESAI
Gambar 3-3 Skema prosedur pengujian tiang pancang untuk mendapatkan daya
dukung residual pada proyek Sungai Citanduy Hilir.
3.3 PENYELIDIKAN GEOTEKNIK
3.3.1 Kondisi Lapangan
PARID
Lokasi berada ± 5 km dari tepi pantai, dan berada di daerah muara sungai
Citanduy yang masih terpengaruh oleh pasang surut muka air laut. Jembatan
direncanakan akan dibangun di tepi Pasar Desa yang ada yang saat ini dihubungan
kan terhadap desa lainnya dengan jembatan kayu sederhana untuk lalulintas pejalan
kaki dan sepeda motor.
3.3.2 Hasil Uji di Lapangan
PARID
1. Pemboran
BP.1, Kedalaman -30,0 meter di tengah sungai
Pemboran hingga sedalam - 30,0 meter diukur dari dasar sungai. Muka air
sungai rata-rata berada kurang lebih 2,25 m di atas dasar, sedangkan konstruksi
andang ( platform ) berada ± 3,0 meter di atas dasar sungai.
Tanah di dasar sungai hingga setebal 2,0 m berupa LEMPUNG halus, padat
berwarna coklat keabu-abuan. Lapisan tanah permukaan bersifat makin padat,
hingga kedalaman - 12,5 m, dan berwarna semakin muda kecoklatan dengan nilai
SPT ≥ 50 pukulan.
Lapisan terbawah hingga kedalaman 30,0 meter berupa LANAU pasiran,
berwarna abu-abu kehitaman, bersifat padat dengan N SPT ≥ 50 pukulan.
2. Uji Sondir Berat
SP.1 , di tengah sungai
Tanah di dasar sungai semakin dalam bersifat semakin padat hingga 17,50 m di
bawah sungai menunjukkan qc = 100 kg/cm2. Uji sondir dihentikan pada 12,0 m
6 Triaxial Test- Angle of Friction φ deg 1 14 7.5- Cohesion C kg/cm2 0.013 0.25 0.134- Angle of Friction Eff φ ' deg 3 21.5 11- Cohesion Eff C' kg/cm2 0.01 0.2 0.112
7 Consolidation Test- Void Ratio eo % 1.32 1.6218 1.6218- Coef of Consolidation Cc % 0.47 0.71 0.57- Compression Index Cv cm2/sec 1.45x10-3 6.32x10-3 3.62x10-3
- Permeability k cm/sec 3.06x10-7 9.19x10-7 5.39x10-7
8 Vane Shear Test / Laboratory- Undrained Shear Strength Cu kg/cm2 0.58 0.06 0.32- Strain at Undisturbed Σ u % 12.17 13.22 12.7- Remoulded Strength Cr kg/cm2 0.004 0.08 0.042- Remoulded Strain Σ r % 1.61 16.33 8.97- Sensitivity Cu/Cr - 0.09 0.2 0.15
3.4 PERENCANAAN INSTALASI TIANG
3.4.1 Data teknis tiang uji
Data teknis tiang uji yang diperlukan antara lain :
1. Bentuk tiang uji
2. Dimensi dari tiang uji
3. Jenis dan mutu bahan tiang berikut hasil uji laboratorium bahan
4. Kedudukan tiang, tegak atau miring
Tabel 3-3 Spesifikasi teknis tiang pancang WIKA
Merk tiang Tiang WIKA Tipe tiang Tiang Beton Prategang
Gaya tekan ijin ( Tf ) 92.15 88.89 Momen Nominal 3.5 4.2 lentur Ultimate 5.25 6.3
Spesifikasi gambar terlampir pada gambar 3-4
Gambar 3-4 Kepala, badan, kaki tiang WIKA
3.4.2 Penempatan Tiang
Lokasi dari setiap tiang yang akan diuji harus ditentukan terlebih dahulu dengan
jelas dan tegas, dalam hal pengujian tidak dapat dilaksanakan pada rencana lokasi
uji maka lokasi dapat dipindahkan didekatnya atas petunjuk dari ahli geoteknik
( lihat gambar 3-5 ) :
1. Daerah pengujian harus diratakan/digali/ditimbun dan dipadatkan untuk
mencapai elevasi rencana uji serta cukup kuat untuk menahan penyangga beban
dan alat-alat perlengkapan pengujian lainnya
2. Elevasi rencana uji adalah elevasi muka tanah pada saat bangunan
direncanakan dibuat
3. Elevasi rencana uji harus berjarak bebas cukup besar terhadap bagian dasar
kepala tiang uji sehingga muka tanah tidak akan memberikan tambahan
dukungan terhadap kepala tiang pada saat beban uji maximum dikerjakan
Tiang uji harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Bagian atas tiang harus dibentuk / dipotong hingga elevasi rencana pengujian
2. Bagian atas tiang yang rusak akibat pemasangan/pembuatan/pemancangan
harus diperbaiki sehingga berbentuk dan bermutu sebagaimana direncanakan
3. Elevasi dan ketebalan kepala tiang harus memberikan cukup ruang untuk alat
dan petugas dalam melaksanakan pengujian
4. Pengujian pada kelompok tiang uji dilakukan terhadap konstruksi kepala tiang
sebagai pengikat yang pembuatannya disesuaikan dengan rencana fondasi
bangunan yang telah ditentukan
5. Waktu pengujian untuk berbagai tiang pada kondisi tanah yang berbeda harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a) untuk kepala tiang yang dipancang pada tanah pasir, uji beban tiang
dapat dilakukan paling cepat setelah tiga hari pemancangan
dilaksanakan
b) untuk tiang yang dipancang kedalam tanh yang berbutir sangat halus,
uji beban tiang dapat dilakukan paling cepat 20 hari setelah
pemancangan
c) untuk tiang beton dicor setempat, uji beban tiang dapat dilaksanakan
paling cepat 7 hari setelah pengecoran dan tegangan beton maksimum
tidak boleh lebih dari setengah kekuatan beton pada saat itu
d) dalam hal terjadi keraguan atas pengaruh ketergangguan lapisan tanah,
pengujian dapat dimulai setelah tekanan air pori normal kembali,
sebagaimana ditunjukkan dari alat pisometer yang dipasang di dekat
tiang uji
3.4.3 Peralatan Pemancangan
Peralatan pemancangan yang digunakan dalam pra pengujian pembebanan pada
lokasi jembatan Parid di Proyek Sungai Citanduy Hilir adalah Hammer tipe KOBE
K25 kapasitas daya dukung 20 - 90 ton dengan jumlah blow sesuai dengan kondisi
masing-masing lapangan pengujian.
Tabel 3-4 Jumlah tumbukan palu tiap kondisi lapangan
Test No Jembatan Detail lokasi Panjang tiang Final set
CPLT 01 S. Parid Abutment kanan 24 m 14 blows / 10 cm
CPLT 02 S. Parid Pilar tengah sungai 24 m 10 blows / 7.3 cm
3.5. PERENCANAAN ALAT UJI BEBAN
3.5.1 Konstruksi Beban Reaksi
Beban reaksi dibuat dengan sistem “ kentledge ‘, yang dikombinasikan dengan
tahanan lekat dari angker tiang tiang pancang yakni tiang-tiang di sekitar tiang uji
dengan jarak > 3 diameter.
Konstruksi kentledge berupa “ andang “ terbuat dari batang kelapa yang
disusun di atas balok-balok besi profil. Di atas konstruksi tersebut disusun beban
berupa karung-karung pasir seberat ± 40 kg sebanyak 1200 hingga 1500 buah. Sisa
beban penahan direncanakan dilawan oleh tiang pancang angker yang dirancang
baru bekerja setelah beban kentledge dikerahkan sepenuhnya ( lihat gambar 3-4 ).
Pengujian beban di bagian abutment dilakukan pada elevasi 2 meter di bawah
muka tanah yang ada, sehingga diperlukan adanya pompa air yang bekerja menerus
selama pengujian. Sedangkan pengujian tiang pada bagian pilar tengah sungai
dilakukan di atas andang ( platform ) yang dibuat 0.5 meter diatas muka air
maksimum.
Gambar 3-5 Konstruksi beban reaksi sistem “ kentledge “
3.5.2 Dongkrak Hidrolis
Unit alat pendongkrak, terdiri dari dongkrak hidrolik, pompa hidrolik dan alat
pengukur tekanan/beban serta memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. berkapasitas cukup untuk memberikan beban uji rencana maksimum
2. cukup peka untuk memberikan tingkatan pembebanan terkecil
3. berketepatan cukup baik untuk mengukur pembebanan, dengan batas
penyimpangan satu unit alat pendongkrak tidak lebih dari 5%
4. bila diperlukan ketepatan yang lebih teliti ( ± 2% ) dapat dipakai sel beban atau
alat sejenis yang harus dikalibrasi sebelum dipakai
5. alat dongkrak hidrolik harus dikalibrasi untuk seluruh rentang pergerakan
piston baik pada saat peningkatan maupun penurunan beban
6. apabila dipergunakan lebih dari satu dongkrak hidrolik maka masing-masing
dongkrak harus berdiameter sama, dihubungkan dengan satu pompa hidrolik
7. bila memungkinkan disarankan untuk menggunakan sebuah dongkrak hidrolik
berkapasitas besar, daripada menggunakan lebih dari sebuah dongkrak hidrolik
Dongkrak yang digunakan untuk mengamati perilaku pergerakan tiang terhadap
beban yang dikerjakan adalah :
Merk : ENERPAC , USA
Kapasitas maksimum : 100 ton
3.5.3 Alat pengukur
Alat ukur yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Semua alat ukur yang dipergunakan baik alat ukur beban ( misal : manometer,
sel tekan, beban mati atau alat lain ) maupun alat ukur pergerakan ( arloji ukur,
sipat datar, pengukur regangan dan lain-lain ), harus berada dalam keadaan baik
dan layak pakai baik sebelum maupun sesudah pengujian dilaksanakan
2. Kelayak pakaian alat ukur ditunjukkan dengan hasil kalibrasi yang masih
berada dalam masa layaknya dan copy sertifikat kalibrasi harus selalu tersedia
di lapangan
Alat ukur pergerakan terdiri dari :
1. Arloji ukur, dengan panjang jelajah paling sedikit 50 mm dengan ketelitian
pembacaan minimal 0.025 mm, jika diperkirakan akan terjadi pergerakan lebih
besar dari 5 cm maka harus dipakai arloji ukur yang lebih panjang
2. Tali ukur beserta cermin dan penggaris berskala milimeter
3. Pengukur regangan elektronik, atau alat-alat pengukur regangan yang lainnya,
dengan ketelitian kurang dari 0.025 mm
4. Pengukur alat optis
Alat pengukur yang digunakan untuk mengamati perilaku tiang terhadap beban
yang dipergunakan adalah manometer tekanan dengan spesifikasi teknis dan
penempatan sebagai berikut ini ( lihat gambar 3-6 ).
Tabel 3-5 Spesifikasi teknis alat pengukur
DIAL NO ACCURACY TRAVEL LENGTH BRAND 1 0.01 mm 100 mm PEACOCK , JAPAN 2 0.01 mm 100 mm PEACOCK , JAPAN 3 0.01 mm 100 mm TECLOCK , JAPAN 4 0.01 mm 100 mm TECLOCK , JAPAN
Gambar 3-6 Posisi penempatan dial gages pada tiang uji
3.5.4 Balok tetap ( reference beam )
Balok tetap adalah balok kayu atau besi terhadap mana pergerakan tiang uji
diukur :
1. Balok tetap harus terletak bebas dan terikat kokoh pada landasan yang terletak
berjarak bebas tidak boleh kurang dari 2.5 m terhadap tiang uji, dan berjarak
bebas tidak boleh kurang dari 1 m terhadap penyangga landasan beban, atau 1.8
m dari tiang angker
2. Balok tetap harus cukup kaku untuk mendukung alat-alat pengukur pergerakan
dan gangguan alam seperti angin, ombak, suhu dll
3. Selama pengujian balok tetap harus dijaga untuk tidak terganggu / tersentuh
halmana dapat mempengaruhi hasil bacaan pergerakan
BAB IV
PELAKSANAAN PENGUJIAN
4.1 PENGANTAR
Kebanyakan tiang ketika dipasang tidak dapat dengan mudah dicapai untuk
pemeriksaan dan ini diperlukan sekali keringkasan dan keteraturan dalam
menyusun kelompok tiang, dan ini menjadi pokok persoalan pengujian sebelum
tiang tergabung dengan struktur.
Rekomendasi umum dalam menginterpretasikan dan mempergunakan hasil uji
tiang yang berkenaan dengan penggunaan tiang dalam beberapa kondisi struktur
dijelaskan dalam kajian berikutnya.
Uji yang tersedia meliputi :
a) Penentuan integritas tiang
b) Pemeriksaan ketidaklurusan tiang
c) Uji pembebanan lateral
d) Uji pembebanan langsung sepanjang sumbu tiang
4.2 PEKERJAAN PENDAHULUAN
4.2.1 Pemasangan peralatan pembebanan
Terdapat beberapa sistem pembebanan yang dapat dilakukan bagi uji beban
tekan statis aksial pada fondasi tiang. Pemilihan sistem yang dipergunakan harus
ditetapkan sebelum pengujian dengan mempertimbangkan berbagai faktor seperti
ketersediaan alat, kapasitas beban, kemungkinan kondisi lapangan yang ada.
Sistem pembebanan yang dipergunakan dalam uji pembebanan tiang di jembatan
Parid pada Proyek Sungai Citanduy Hilir diuraikan lebih lanjut sebagai berikut :
1) Tiang-tiang angkur atau jenis angkur yang lain dipasang secukupnya
untuk memberikan reaksi terhadap beban rencana. Angkur dipasang cukup
jauh dari tiang uji setidaknya berjarak 5 kali diameter tiang uji atau tiang
angkur terbesar akan tetapi tidak kurang dari 2 meter. Pengujian pada
tiang yang ditanam miring, tiang angkur harus ditanam miring sejajar
tiang uji juga.
2) Balok pengujian berukuran dan berkekuatan cukup memadai harus
diletakkan tegak lurus melintang sumbu tiang uji untuk menghindari
lenturan dari lenturan berlebihan selama pengujian. Balok perlu diletakkan
cukup dekat terhadap kepala tiang agar masih dalam jangkauan rentang
alat dongkrak, akan tetapi harus juga jauh untuk petugas melaksanakan
pengujian-pengujian dengan seksama, serta harus cukup untuk meletakkan
landasan-landasan di awah balok dan di atas kepal dongkrak, landasan
dudukan dongkrak, serta pelat-pelat landasan diantara load cell bila
dipergunakan.
Tiang uji tungal yang ditanam miring memerlukan balok reaksi yang harus
dipasang tegak lurus juga terhadap sumbu tiang miring tersebut.
Suatu konstruksi rangka baja yang menghubungkan bentangan antara
tiang-tiang angkur dapat dipergunakan beda beban uji yang besar akan
dilaksanakan.
3) Balok uji atau konstruksi rangka reaksi harus dihubungkan terhadap
konstruksi angkur sesuai dengan hasil perencanaan yang cukup kuat untuk
mengalihkan beban dongkrak terhadap angkur tanpa menyebabkan
dongkrak tergelincir, keruntuhan pada bagian-bagian simpul konstruksi
ataupun lenturan yang telalu besar pada saat beban uji maksimum
dikerahkan.
4) Letakkan landasan beban berpusat di atas balok uji yang terletak di atas
penyangga yang berada cukup jauh dari tiang uji akan tetapi tidak boleh
berjarak bebas kurang dari 1.5 meter. Bila penyangga terbuat dari susunan
balok ( kayu, beton atau lainnya ), luas dasar penyangga harus cukup
besar sehingga tanah akan dapat mendukung beban mati tanpa
menyebabkan terjadinya penurunan yang berarti.
5) Bebani landasan beban dengan material yang tersedia misalnya tanah,
balok beton, besi atau tangki air, dengan jumlah beban termasuk
konstruksi balok setidaknya 10 % lebih berat dari beban uji rencana
maksimum.
6) Tingkatkan beban uji dengan memperbesar tekanan dongkrak secara
bertahap sesuai dengan jenis prosedur pembebanan yang akan dilakukan.
4.2.2 Pemasangan alat pengukur pergerakan
Kriteria umum mengenai alat pengukur pergerakan meliputi :
1) Semua balok-balok tetap dan tali ukur harus terletak bebas dan terikat
kokoh pada landasan bebas berjarak tidak boleh kurang dari 2,5 m
terhadap tiang uji dan berjarak praktis cukup jauh dari tiang angkur atau
penyangga beban.
Balok tetap harus cukup kaku untuk mendukung alat-alat pengukur
sedemikian sehingga gangguan dan penyimpangan hasil bacaan tidak akan
terjadi. Gangguan-gangguan alam yang dapat terjadi seperti seperti dari
ombak, angin, suhu, dan lain-lain perlu dipertimbangkan dalam
menentukan kekakuan konstruksi, sehingga pada beberapa tempat perlu
dibuat batang-batang pengaku balok tetap.
Bila balok tetap terbuat dari baja, salah satu tumpuan harus dibuat bebas
ke arah horisontal sehingga penyusutan akibat perubahan temperatur tidak
akan mempengaruhi hasil bacaan.
2) Penunjuk gerak yang dipergunakan harus memiliki jarak julur minimum
50 mm. Jarak julur yang lebih panjang harus disiapkan berdasarkan
perhitungan pergerakan pengujian yang akan terjadi. Penunjuk gerak
harus memiliki ketajaman pengukuran setidaknya hingga 0,25 mm.
Ujung batang penunjuk gerak harus diletakkan tegak lurus terhadap
permukaan material yang licin ( kaca ).
Skala ukuran penunjuk gerak harus dapat setidaknya membaca hingga
0,25 mm. Untuk penggunaan batang sasar, bacaan harus cukup tajam
setidaknya hingga 0,3 mm.
3) Semua titik penunjuk gerak, batang ukur ( scales ), dan titik-titik tetap
harus diberi nomor atau nama yang jelas untuk menghindari kerancuan
akibat penempatan pencatatan yang keliru, dan harus dipasang sedemikian
rupa sehingga pengaruh gerakan relatif yang terjadi terhadap tiang uji
ataupun kepala tiang dapat dihindarkan.
Pergerakan Ujung Tiang Aksial
Alat-alat untuk pengukur gerakan aksial pada ujung tiang uji harus terdiri dari
sistem primer dan sekunder sehubungan dengan metode berikut ini :
− Dua unit sistem yang terpisah diperlukan dalam rangka checking data, untuk
menjaga terjadinya gangguan pada salah satu sistem pengukuran, sehingga
kelanggengan pembacaan dapat diyakinkan terhadap unit pembacaan yang
terganggu senantiasa dapat disesuaikan.
− Penggunaan 4 penunjuk gerak pada 900 di sekitar tiang uji disarankan untuk
mengimbangi gerakan lateral atau rotasi yang mungkin terjadi di kepala tiang
uji akibat eksentrisitas pembebanan
− Pada pengujian tiang miring, direkomendasikan untuk memasang penunjuk
gerak segaris dengan arah kemiringan tiang melalui pusat sumbu tiang uji
dengan batang penunjuk gerak tegak lurus sumbu menyentuh pelat kaca
berlapis minyak/oli.
Penunjuk gerak ( Dial Gages )
Dua buah balok tetap dipasang sejajar diantara tiang uji, pada arah yang
memungkinkan untuk meletakkan penyangga balok sejauh mungkin dari konstruksi
penyangga beban.
Paling sedikit dua buah alat penunjuk gerak dipasang terhadap balok tetap, dan
diletakkan berjarak sama tetapi berlawanan arah terhadappusat tiang uji, deangn
batang pengukur gerak berarah sejajar dengan arah sumbu tiang uji menyentuh
dasar pelat uji sehingga setiap pergerakan akan segera terbaca pada penunjuk
gerak.Penunjuk gerak harus dipasang kokoh terhadap balok tetap.
Tali ukur, cermin dan skala ukur
Dua bentang tali ukur dipasang sejajar pada kedua permukaan tiang uji, berarah
yang memungkinkan untuk merentangkannya sejauh mungkin dari konstruksi
penyangga beban. Masing-masing lembar tali ukur harus cukup dekat melampaui
skala ukur yang dipasang sejajar sumbu tiang yang dilekatkan pada cermin yang
terlekat pada tepi tiang uji, sehingga pembacaan pergerakan tiang dapat selalu
dilakukan secara konsisten dari bayangan cermin tali ukur berskala tersebut. Jarak
antara tali ukur terhadap cermin berskala tak boleh lebih dari 25 mm.
Alat ukur Water Pas atau Sinar Laser
Pembacaan menggunakan alat Waterpas atau sinar laser harus diarahkan pada bak
ukur atau mistar tetap, dan harus diikatkan pada suatu titik tetap yang berada di
luar daerah pengaruh pengujian. Titik-titik referensi atau mistar ukur harus
dipasang pada sisi tiang uji yang berhadapan dengan alat ukur, kecuali bila mistar
ukur dapat diletakkan di atas kepala tiang pada sambungan sehingga pergerakan
relatif dapat diukur.
Pergerakan lateral
Pergerakan lateral di bagian kepala tiang uji harus diukur hingga ketepatan 2,5 mm
dengan metode sebagai berikut :
− Dua buah penunjuk gerak diletakkan horisontal pada arah batang pengukur
tegak lurus terhadap sumbu tiang uji menyentuh permukaan dinding tiang.
− Menggunakan dua alat ukur saling mengarah horisontal 900 terhadap kepala
tiang uji dengan bacaan referensi kearah muka dan belakang.
Alat ukur peningkatan regangan
− Pada tiang harus dipasang pembebanan dari tiang terhadap tanah. Bila
digunakan alat berupa batang regang ( starin rods ) atau batang ukur ( telltale ),
maka peralatan harus dipasang di dalam atau di atas tiang uji menjulur ke ujung
dasat tiang atau hingga tingkat ke dalam di sepanjang tiang yang ditetapkan
sebelumnya, dan batang ukur tersebut harus dilindungi di dalam pipa atau
berlapis minyak untuk menjamin terjadinya pergerakan bebas selama
pengujian. Bila digunakan alat pengukur regangan berupa pengukur hambatan
elektronik ( strain gages ), alat ukur harus dilengkapi dengan alat ukur alat
kompensasi temperatur di dalamnya. Dalam hal pengukuran dengan alat ukur
regangan, pengukuran harus dilengkapi kalibrasi lengkap seluruh instrumentasi,
san hasil bacaan regangan yang terjadi sejak pemasangan alat ukur regangan,
pengangkutan ke lokasi, pemancangan, dan persiapan pengujian dan
pelaksanaannya harus dilaporkan.
− Pergerakan ujung bawah tiang uji harus diukur dengan penunjuk gerak.
Pergerakan relatif ujung atas masing-masing batang ukur terhadap kepala tiang
harus diukur dengan penunjuk gerak hingga ketajaman 0,025 mm.
− Penunjuk gerak harus diikatkan terhadap tiang uji di bawah pelat uji kecuali
bila penunjuk gerak diikatkan terhadap tiang, atau bila pergerakan relatif antara
puncak tiang uji terhadap pelat uji diukur.
4.3 PELAKSANAAN PENGUJIAN
4.3.1 Umum
Untuk pergerakan pada pembebanan aksial, lakukan pengamatan pergerakan
pada tiang uji atau pada bagian kepala tiang dan pada bagian pelat uji. Untuk
pergerakan ke arah lateral, pengamatan dapat dilakukan terhadap permukaan sisi
tiang uji atau terhadap bagian tepi kepala tiang. Lakukan pengamatan yang
diperlukan terhadap masing-masing alat pengukur, mistar, atau pada titik-titik
referensi pada suatu saat serentak mungkin.Bila mengikuti metode pembebanan
sebagaimana yang diuraikan pada bab 4.2.1 lakukan pengamatan awal pada saat
tiang uji tanpa beban sebelum balok uji serta landasan beban menumpang terhadap
tiang uji. Berikan catatan yang jelas dan berikan keterangan setiap kali melakukan
perbaikan atau koreksi terhadap alat-alat ukur sebelum dan selama pengujian
maupun terhadap catatan data yang dibuat.
4.3.2 Prosedur Pengujian
4.3.2.1 Maintained Load Method
Kecuali bila gejala keruntuhan telah berlangsung sebelumnya, tiang uji tunggal
harus dibebani setidaknya hingga 200 % dari beban rencana tiang, atau hingga 150
% pada kelompok tiang.
Tingkatkan pembebanan bertahap sebesar 25 % beban rencana. Jaga tekanan
dongkrak dengan konstan pada setiap tahap pembebanan hingga tingkat penurunan
tiang terbaca tidak lebih besar dari 0,25 mm/jam akan tetapi tidak lebih dari 2 jam.
Apabila tiang tidak runtuh pada saat beban uji ( 200 % / 150 % ) telah tercapai,
turunkan beban setiap saat setelah 12 jam bila kecepatan penurunan ujung tiang
dalam 1 jam pembacaan telah lebih kecildari 0,25 mm/jam, sebaiknya bila tidak,
jaga beban total maksimum secara konstan selama 24 jam.
Setelah beban uji maksimum dipertahankan turunkan pembebanan secara
bertahap sebesar 25 % dari beban uji maksimum ( 25 % x 200 % / 150 % ).
Pertahankan tekanan konstan selama 1 jam pada setiap tahap penurunan. Bila
keruntuhan tiang terjadi lanjutkan pemompaan dongkrak untuk menjaga tingkat
tekanan hingga penurunan sebesar 15 % dari diameter tiang atau ukuran diagonal
tiang tercapai.
Cara pembebanan langsung
Bila pembebanan dilakukan mengikuti pada bab 4.2.1, masukkan berat
lanndasan beban dan balok uji dalam perhitungan untuk menentukan pembebanan
tahap pertama. Setiap kali sebelum menambah atau mengurangi beban, kencangkan
pasak di tepi landasan beban sehingga beban senantiasa tetap stabil.
Tambahkan atau kurangkan beban sedemikian sehingga tidak terjadi adanya
tumbukan, dan senantiasa dijaga keseimbangan beban selama pengujian. Setelah
setiap penambahan beban, kendurkan pasak ( tetapi tidak dilepaskan ) dan biarkan
demikian sehingga beban akan bekerja sepenuhnya terhadap tiang uji, sementara
penurunan berlangsung dan diamati.
Catatan :
− Pengujian tiang hingga mencapai keruntuhan akan dapat memberikan
informasi berharga bagi perencanaan dan dianjurkan untuk
melaksanakannya sebelum tahapan perencanaan pondasi bangunan atau
dalam rangka evaluasi perbandingan perilaku berbagai jenis tiang
pondasi. Pengujian pada berbagai jenis tiang memungkinkan penetapan
jenis tiang serta beban rencana optimum terbaik.
− Bila dari pengujian teramati bahwa tiang dan tanah pondasi masih
menunjukkan penurunan yang tidak berarti pada saat beban desain
100 % atau menunjukkan hampir atau menuju ke saat keruntuhan pada
saat beban uji maksimum, maka dapat dipertimbangkan untuk
memperbesar beban setiap tahapan sebelum pengujian menambah
tahapan beban uji setelah beban uji maksimum tercapai, atau
mengurangi tingkat pembebanan pada tahap akhir pengujian atau pada
pengujian berikutnya.
4.3.2.2 Pembebanan Cyclic ( berulang ) - Optional
Pada bagian awal pengujian, tingkat pembebanan mengikuti bab 4.3.3.1.
Setelah pembebanan mencapai 50,100 dan 150 % rencana beban uji tiang tunggal
atau setelah mencapai 50 dan 100 % rencana beban uji kelompok tiang, jaga
masing-masing tingkat beban tersebut selama 1 jam dan turunkan beban secara
bertahap serupa pada saat peningkatannya, jaga tekanan pembebanan selama 20
menit pada setiap tahap penurunan.
Setelah seluruh beban dihilangkan, tingkatkan kembali pembebanan
sebanyak 50 % hingga mencapai beban maksimum sebelumnya, dan pertahankan
beban selama 20 menit pada setiap peningkatan. Kemudian lanjutkan pembebanan
untuk melakukan pembebanan siklik berikutnya.
4.3.2.3 Pembebanan tambahan setelah pembebanan Standar-Optional
Setelah peningkatan dan penurunan beban uji seperti pada bab 4.3.3.1 selesai
dilaksanakan, tingkatkan kembali pembebanan sebesar 50 % beban rencana
masing-masing selama 20 menit, hingga beban uji maksimum tercapai kemudian
tingkatkan beban bertahap sebesar 10 % beban rencana, pertahankan kas setiap
tahap selama 20 menit, hingga maksimum beban yang ddiperlukan tercapai atau
hingga kerutuhan terjadi.
Bila keruntuhan tidak terjadi pertahankan beban penuh maksimum tersebut selama
24 jam, kemudian hilangkan beban dalam 4 tingkat penurunan yang sama, biarkan
beban tetap berlangsung pada masing-masing tingkat selama 20 menit.
4.3.2.4 Pembebanan dengan interval waktu konstan - Optional
Ikuti semua prosedur pada bab 4.3.3.1, kecuali pemberian beban dilakukan
meningkat sebesar 20 % dari beban rencana dengan masa tenggang 1 jam selama
peningkatan ataupun penurunan beban.
4.3.2.5 Metode penetrasi konstan pada tiang tunggal - Optional
Atur besar pembebanan seperlunya sehingga memberikan tingkat penurunan
tiang uji sebesar dari 0,25 hingga 1,25 mm/menit untuk jenis tanah kohesif atau
sebesar dari 0,75 hingga 2,5 mm/menit untuk jenis tanah pasir, atau seperti
persyaratan lain yang telah ditetapkan sebelumnya.
Lanjutkan pembebanan tiang sehingga tidak lagi terjadi peningkatan beban
yang diperlukan untuk melanjutkan penurunan dengan kecepatan yang telah
ditentukan, kecuali bila kapasitas maksimum alat pembebanan telah tercapai.
Bila penurunan tiang berlangsung terus, pertahankan tingkat pembebanan yang
diperlukan untuk tingkat kecepatan tertentu tersebut hingga jumlah penurunan
total setidaknya mencapai 15% dari rata-rata diameter tiang, atau dari jarak
diagonal tiang pada saat mana beban telah dihilangkan. Bila tiang berhenti
turunkan pada sat beban maksimum telah diberikan, pengujian dihentikan setelah
beban dihilangkan.
Tingkat kecepatan penurunan dapat dikontrol dengan malakukan pemantauan
waktu di antara dua tahap berurutan peningkatan penurunan serta dengan cara
mengatur sebagai alternatif setiap alat mekanis atau elektronis dapat dipergunakan
untuk kontrol dan memantau pergerakan agar senantiasa konstan.
4.3.2.6. Metode uji pembebanan cepat pada tiang tunggal - Optional
Berikan beban hingga 10 sampai 15% dari beban rencana dengan interval
waktu yang tatap pada setiap peningkatan selama 2,5 menit atau sebagaimana
ditetapkan sebelumnya.
Tambahkan beban sehingga pemompaan dongkarak berlangsung terus menerus
untuk menjaga tingkat pembebanan atau hingga kapasitas alat pembebanan
tercapai, hal mana yang berlangsung terlebih dahulu pada saat tersebut
pendongkrakan dihentikan, dan setelah 5 menit interval beban dapat
dikurangi/dihentikan.
Catatan :
Pada 4.3.3.5 dan 4.3.3.6 disarankan untuk menurunkan beban maksimum
dalam 4 kali penurunan beban yang sama dengan masing - masing penurunan
mendapat interval waktu selama 5 menit sehingga bentuk kurva penurunan akan
dapat digambarkan.
4.3.2.7. Metode pembetonan tiang tunggal dengan cara tahapan penurunan
konstan -Optional
Tingkatkan pembebanan bertahap yang diperlukan sehingga penurunan ujung
tiang berlangsung bertahap secara sama besar yakni sebesar 1% dari rata-rata
diameter tiang atau dari ukuran diagonal tiang. Atur besar pembebanan yang
diperlukan untuk menjaga kecepatan penurunan , dan jangan tambahkan beban
sedemikian hingga variasi beban dijaga untuk memberikan tingkat penurunan yang
konstan sebsar lebih kecil 1% dari pada jumlah beban yang diberikan per jam.
Lanjutkan pembebanan tiang dengan cara tersebut hingga penurunan ujung
tiang sebesar kira-kira 10% dari diameter tiang uji atau dari ukuran diagonal tiang
atau sehingga kapasitas pembebanan tercapai.
Kekurangan beban penuh pengujian dalam 4 tahap yang sama setelah tahap
pengamatan penurunan akhir diselesaikan hingga tingkat variasi pembebanan lebih
kecil dari 1% dari jumlah beban yang diberikan per jam.
Setelah menghilangkjan beban pada tahap pertama, tahan pembebanan hingga
tingkat Rebound tiang akibat pengurangan beban teramati lebih kecil dari 0,3%
rata-rata diameter tiang atau berukuran diagonal tiang per jam.
Catatan :
Untuk tiang pancang pada jenis tanah kohesif, tenggang waktu antara saat
pemancangan dengan saat pengujian haruslah cukup untuk memberi kesempatan
terhadap dampak tekanan air pori yang tejadi akibat proses pemancangan untuk
berdisipasi hal mana akan meningkatkan kembali kekuatan tanah menggenggam
tiang.
Periode tenggang tersebut akan tergantung pada hal-hal antara lain, tinggi
tekanan air pori yang terjadi, tingkat ketergantungan struktur tanah akibat
pemancangan, serta dari sifat tanah itu sendiri masa tenggang dapat berkisar antara
3 hingga 30 hari atau lebih, sedangkan kenyataan masa tenggang dapat ditetapkan
berdasarkan pengujian (misalnya dengan cara pencang ulang tiang), atau dengan
mengamati besar penurunan tekanan air pori (WB), atau berdasarkan pengalaman
sebelumnya.
Catatan :
Untuk menghindarkan peristiwa rangkak (creep) pada jenis tiang beton cor
ditempat (bored pile), masa tenggang waktu antara saat pengecoran dan saat
pengujian tiang harus diberikan cukup lama untuk memberikan kesempatan pada
beton untuk mengeras sewajarnya, perlu dicatat bahwa masa pengerasan beton
dalam tiang umumnya memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan yang
tejadi pada contoh beton silinder yang biasa.
4.3.3 Prosedur pengamatan pergerakan tiang uji
4.3.3.1 Prosedur pengukuran standar
Lakukan pembacaan terhadap waktu, besar beban, dan pergerakan dan segera
lakukan pencatatannya sesaat sebelum atau setelah setiap tahapan peningkatan
ataupun penurunan beban. Selama peningkatan beban, sebelum keruntuhan terjadi,
lakukan tambahan pembacaan dan pencatatan setiap tidak lebih dari 10 menit
interval selama 20 menit atau 30 menit pertama pada setiap tahap pembebanan.
Setelah beban total diberikan, bila tiang belum runtuh, lakukan pembacaan dan
pencatatan pada setiap selang tidak lebih dari 20 menit selama 2 jam pertama, tidak
lebih setiap selang 1 jam selama 10 jam berikutnya, tidak lebih setiap selang 2 jam
selama 12 jam berikutnya lagi.
Bila tiang uji mengalami keruntuhan, segera lakukan pembacaan dan pencatatan
sebelum melakukan pengurangan beban pertama. Selama pengurangan beban
lakukan pembacaan dan pencatatan setiap selang waktu tidak lebih dari 20 menit.
Lakukan pembacaan akhir setelah 12 jam sejak seluruh beban dihapuskan.
4.3.3.2 Pengamatan pengukuran pada pembebanan dengan metode penetrasi
konstan
Lakukan pembacaan terhadap waktu, berdasarkan dan penurunan dan segera
lakukan pencatatan setidaknya setiap 30 detik atau pada setiap selang waktu yg
secukupnya untuk meletakan kecepatan penetrasi yang telah tercapai.
Bila pengujian dilengkapi dengan alat pemantau dan pencatat otomatis, atau
peralatan agar dapat membaca dan mencatat selama masing-masing peningkatan
bebas.Bila pergerakan tiang yang disyaratkan telah tercapai, lanjutkan pembacaan
dan pencatatan selama pembebanan, dan tentukan besar beban maksimum yang
akan diberikan.
Segera setelah beban mulai dikurangkan lakukan pencatat waktu besar beban
serta pergerakan balik (rebound) yang terjadi. Pembacaan dan pencatatan terakhir
dilakukan 1 jam setelah seluruh beban dihapuskan.
4.3.3.3 Pengamatan pengukuran pada metode uji pembebanan cepat
Lakukan pembacaan terhadap waktu, besar beban dan penurunan dan segera
lakukan pencatatan setelah dan sebelum tiap tahap pemberian beban juga setiap
selang waktu diantaranya sebagaimana dipersyaratkan bila maksimum beban uji
telah diberikan, lakukan pembacaan dan pencatatan saat pendongkrakan
dihentikan. Ulangi pembacaan saat pendongkrakan dihentikan. Ulangi pembacaan
dan pencatatan setiap 2,5 menit dan lagi setiap selang 5 menit.
Bila lebih lama masa tahan yang dipersyaratkan, lakukan penambahan
pencatatan dan pengukuran mengikuti persyaratan yang ada.Lakukan pembacaan
waktu dan gerak balik, serta lakukan pencatatan setelah seluruh beban dihapuskan,
ulangi pencatatan setiap 2,5 menit, dan selanjutnya setiap 5 menit.
Catatan :
Pengukuran sifat dasar harus selalu dilakukan terhadap balok tetap, serta
konstruksi penahan reaksi dengan menggunakan alat sifat datar, batang mistar atau
water pass, sehingga suatu langkah perbaikan atau koreksi akan segera dapat
dilaksanakan bila terjadi pergerakan atau simpangan yang cukup berarti selama
pengujian.
4.3.3.4 Pengamatan pengukuran pada metode uji tingkat penurunan konstan
Lakukan pembacaan terhadap waktu besar bebas dan penurunan, dan segera
lakukan pencatatan sebelum dan sesudah tahap penurunan dengan beberapa kali
pengukuran dan pencatatan di antara/selama suatu saat ditentukan, terhadap mana
besar beban sebenarnya yang diperlukan untuk mengatur besar masing-masing
tingkat penurunan akan segera dapat diperkirakan.
Selama tahap pengurangan beban (unloading), lakukan pembacaan waktu besar
beban serta gerak balik (rebound), dan segera lakukan pencatatan sebelum dan
sesudah tiap tahap pengurangan beban, lakukan juga pembacaan dan pencatatan
beberapa kali pada suatu tahap pengurangan beban sehingga tingkat gerak balik
tiang akan dapat ditentukan. Lakukan pembacaan dan pencatatan akhir setelah 12
jam sejak seluruh beban dihapuskan.
BAB V
PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS
5.1 DATA HASIL PENGUJIAN
Test No. CPLT.01-Parid ( Abutment Kiri )
Puncak tiang uji pada lokasi ini terletak 1,80 meter di bawah muka air sungai
maksimum sehingga kegiatan pengujian telah dilaksanakan di dalam lubang galian
yang dilindungi tanggul pengaman.
Untuk menjaga muka air dalam lubang uji, dilakukan pemompaan menerus selama
pengujian. Rencana beban uji maksimum sebesar 70 ton tidak dapat tercapai
mengingat penurunan kepala tiang telah berlangsung > 10 % diameter tiang ( = 35
mm ) yakni pada saat beban diberikan sebesar 62,23 ton.
Teukur pada akhir pengujian besaran berikut ini :
Total penurunan = 36,04 mm
Penurunan permanen = 31,19 mm = 86,5 %
Penurunan elastis = 4,85 mm = 13,5 %
Teramati juga pada akhir pengujian besarnya beban sisa ( residual ) sebesar =
52,80 ton.
KURVA BEBAN vs PENURUNAN PARID - Abutment Kiri
0
10
20
30
40
50
60
70
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Penurunan ( mm )
Beb
an (
ton
)
Gambar 5-1 Kurva beban vs penurunan pada lokasi Parid - Abutment Kiri
5.2 ANALISIS DATA UJI PEMBEBANAN STANDAR ( MAINTAINED
LOAD METHOD )
5.2.1 Pengamatan Gejala Keruntuhan
Pada uji pembebanan standar ini ditetapkan beban uji maksimum sebesar 200 %
dari beban uji rencana, untuk beban uji rencana 35 ton ditetapkan beban uji
5.4.3 Metode Lambda Cone dan Cone-M ( Turnay dan Fakhroo 1981 )
Daya dukung ujung
Karena elevasi ujung tiang melebihi elevasi pada data sondir maka diambil :
qb1 = 420 kg/cm2
qb2 = 420 kg/cm2
qa = 420 kg/cm2
( qb1 + qb2 ) / 2 +qa Qp = ⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯ x Ap 2
= [( 420 + 420 ) / 2] + 420 x 0,25 x π x 352 2
= 404087,355 kg = 404,087 ton
Daya dukung selimut
Qs = f x As
f = λc x ( ⎯σm + 2m. ⎯fs )
Gambar 5-3 Faktor gesekan tiang λc
Gambar 5-4 Nilai koefisien adhesi m
Dari hasil pembacaan grafik 5-4 didapat :
λc = 0,175
⎯σm = Σ σ / n = 2756 / 44 = 62,6364 kg/cm2
⎯fs = Σ fs / n = 38,65 / 44 = 0,8784 kg/cm2
m = 0,05
f = λc x ( ⎯σm + 2m. ⎯fs )
f = 0,175 x ( 62,6364 + ( 2 x 0,05 x 0,8784 ))
= 10,9767 kg/cm2
Qs = f x As = 10,9767 x ( π x 35 x 20 )
= 24139,024 kg = 24,139 ton
Qult = Qp + Qs = 404,087 + 24,139 = 428,226 ton
Qijin = 428,226 / 3 = 142,742 ton
5.5 ANALISA DATA UJI STANDARD PENETRATION TEST ( SPT )
Meyerhoff
Dari grafik Borehole Log pada lampiran di dapat harga N SPT yang dicantumkan
dalam tabel 5-3 :
N = 50 pukulan
⎯N = 1332,5 / 35 = 38,0714 pukulan
Ab = 0,25 x π x 0,352 = 0,0962 m2
As = π x 0,35 x 0,3 = 0,3299 m2
Tabel 5-3 Jumlah N SPT tiap elevasi pada lokasi Parid-BP1
E le v a s i N S P T E le v a s i N S P T( m ) ( m )- 0 ,5 5 - 9 ,5 5 0 .5- 1 ,0 7 - 1 0 ,0 5 1- 1 ,5 8 - 1 0 ,5 5 2- 2 ,0 9 - 1 1 ,0 5 2 .5- 2 ,5 1 2 - 1 1 ,5 5 3- 3 ,0 1 3 - 1 2 ,0 5 4- 3 ,5 1 5 - 1 2 ,5 5 5- 4 ,0 1 8 - 1 3 ,0 5 4- 4 ,5 2 2 - 1 3 ,5 5 3- 5 ,0 2 5 - 1 4 ,0 5 2- 5 ,5 3 0 - 1 4 ,5 5 1- 6 ,0 3 4 - 1 5 ,0 5 0 .5- 6 ,5 3 4 - 1 5 ,5 5 0- 7 ,0 3 7 - 1 6 ,0 5 0- 7 ,5 4 2 - 1 6 ,5 5 0- 8 ,0 4 5 - 1 7 ,0 5 0- 8 ,5 4 7 - 1 7 ,5 5 0- 9 ,0 5 1
T o ta l N S P T 1 3 3 2 .5
⎯N x As Pu = 40 x N x Ab + ⎯⎯⎯ 5
= 40 x 50 x 0,0962 + ( 38,0714 x 0,3299 ) 5
= 194,912 ton
5.6 PERBANDINGAN DAYA DUKUNG BATAS HASIL MODIFIKASI UJI
PEMBEBANAN STANDAR TERHADAP ANALISIS HASIL UJI
PEMBEBANAN STANDAR, SONDIR DAN N SPT
Tabel 5-3
H A S IL A N A L IS A D A T A U J I P E M B E B A N A N T IA N G
P R O Y E K : S U N G A I C IT A N D U Y H IL IR - C IL A C A P , J A W A T E N G A H L O K A S I : J e m b a ta n P a r id
N o L O K A S I P a ridD E S K R IP S I C P L T .1
1 T e m p a t, K i/K a = A b u tm e n t K ir i /K a n a n K iP = p i la r je m b a ta n
2 T a n g g a l : P e m a n c a n g a nP e n g u jia n
3 T ia n g : W IK A , d ia m e te r 3 5 c m ., p ra te g a n gP a n ja n g T ia n g : A s li ( m ) 2 4 .0 0
D iu j i ( m ) 1 7 .5 04 K o o rd in a t : U ( m ) 7 .1 4
T ( m )E le v a s i ( m )
5 B e b a n u ji m a k sim u m re n c a n a ( to n ) 7 0 .0 0a k tu a l ( to n ) 6 3 .2 3
6 P e rk ira a n D a y a D u k u n g B a ta s ( to n )M e to d e D ire c t C o n e ( to n ) 1 5 1 .7 3M e to d e S c h m e rtm a n n -N o tt in g h a m ( to n ) 1 6 2 .5 0M e to d e L a m b d a C o n e ( to n ) 1 4 2 .7 0M e to d e M e ye rh o f f ( N S P T ) ( to n ) 1 9 4 .9 1M e to d e D a v isso n ( to n ) 6 2 .9 7M e to d e F u lle r & H o y s ( to n ) 6 2 .9 7M e to d e B u tle r & H o y s ( to n ) 6 1 .4 0M e to d e M a zu rk ie w ic z s ( to n ) 6 3 .7 8M e to d e D e B e e rs ( to n ) 6 2 .7 0D a y a D u k u n g S isa : ( to n ) 5 2 .8 0
7 P e n g a m a ta n u ji :C y c le 1 : B e b a n : ( to n ) 6 .8 1
P e n u ru n a n : T o ta l ( m m ) 0 .9 5 7P e rm a n e n ( m m ) 0 .1 5 7E la s tis ( m m ) 0 .8 0 0
C y c le 2 : B e b a n : ( to n ) 1 3 .3 4P e n u ru n a n : T o ta l ( m m ) 2 .2 9 8
P e rm a n e n ( m m ) 0 .7 8 2E la s tis ( m m ) 1 .5 1 6
C y c le 3 : B e b a n : ( to n ) 1 9 .8 7P e n u ru n a n : T o ta l ( m m ) 3 .0 6 1
P e rm a n e n ( m m ) 0 .7 7 2E la s tis ( m m ) 2 .2 8 9
C y c le 4 : B e b a n : ( to n ) 3 2 .9 3P e n u ru n a n : T o ta l ( m m ) 4 .6 6 2
P e rm a n e n ( m m ) 0 .9 8 3E la s tis ( m m ) 3 .6 7 9
C y c le 5 : B e b a n : ( to n ) 4 3 .3 8P e n u ru n a n : T o ta l ( m m ) 5 .8 2 7
P e rm a n e n ( m m ) 3 .1 3 0E la s tis ( m m ) 2 .6 9 7
C y c le 6 : B e b a n : ( to n ) 6 3 .2 3P e n u ru n a n : T o ta l ( m m ) 3 6 .0 3 8
P e rm a n e n ( m m ) 3 1 .1 8 7E la s tis ( m m ) 4 .8 5 1
8 K rite r ia p e n g h e n tia n p e n g u jia n : p e n u ru n a nm a k sim u mte rla m p a u i
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
Dari hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dapat diberikan
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Dengan mempertahankan pemompaan yang konstan pada saat keruntuhan,
terlihat bahwa tekanan maksimum ( 48200 kg/cm2 atau 63,23 ton ) akan
menurun dan kemudian daya dukung tiang akan menjadi konstan pada tekanan
residual.
2. Untuk dapat mendapatkan tekanan residual dengan rinci, pembacaan perlu
diberi interval singkat sementara pemompaan berlangsung dengan cepat dan
kostan, untuk mengejar penggerak piston dongkrak yang relatif bergerak cepat.
3. Pembacaan diubah dari setiap 5 menit menjadi setiap satuan tekanan tertentu
(1 divisi = 100 kg/cm2) dan dicatat waktu serta penurunannya.
4. Pengujian pada lokasi Parid mendapatkan tiang runtuh setelah P max = 63,23
ton dan tahanan residual terukur pada tekanan 52,8 ton.
5. Prosedur pengamatan pada saat runtuh diberikan di dalam skripsi ini pada bab
5.3.1
6. Pada lokasi Parid - Abutment Kiri, Daya Dukung Residual memberikan nilai
65,2 % < metode Direct Cone, 67,51 % < metode Schmertmann-Nottingham,
63 % < metode Lambda Cone, 72,91 % < metode Meyerhoff ( N SPT ), 16,15
% < metode Davisson, 16,15 % < metode Fuller & Hoys, 14,01 % < metode
Butler & Hoys, 17,22 % < metode Mazurkiewiczs, 15,79 % < metode De
Beers.
6.2 SARAN
Beberapa saran yang dapat diberikan antara lain :
1. Pelaksanaan pengukuran pada saat keruntuhan perlu dilakukan dengan
koordinasi antara petugas pembaca dial dan pengamat/pemberi tekanan pompa
hidrolik untuk mempertimbangkan tekan aktual yang terjadi berkenaan dengan
kontrol yang dilakukan oleh pembaca tekanan manometer dan bukan lagi oleh
waktu.
2. Pada saat yang bersamaan, perlu dilakukan kontrol terhadap konstruksi
kentledge yang sedang mengalami beban maksimum , khususnya terhadap
kemiringan dan penurunan yang tidak merata yang dapat membahayakan
petugas di bawahnya.
3. Metode-metode lain seperti Direct Cone, Schmertmann-Nottingham, Lambda
Cone, Davisson, Fuller, Butler, Hoys, Mazurkiewiczs, De Beers, apalagi Chin,
bisa memberikan nilai-nilai yang lebih besar dari nilai residual bahkan nilai
puncak, oleh karenanya;
4. Untuk perencanaan disarankan menggunakan besaran residual ini dan bukan
nilai puncak. Dengan pertimbangan bahwa :
i.) Akibat getaran atau beban dinamis gerak lalu lintas tegangan batas (63,23
ton ) bisa tidak tercapai.
ii.) Pada jenis-jenis tanah lempung tertentu ( sensitif ) terutama pada jenis
tanah lempung ”fissured” besaran residual dapat bernilai relatif jauh lebih
rendah dari besaran pi\uncak uji beban statis.
5. Perhitungan Daya Dukung dengan cara Schmertmann-Nottingham (162,5 ton),
Direct Cone ( 151,73 ton ), Lambda Cone ( 142,7 ton ) memberikan besaran
daya dukung yang jauh lebih tinggi dari besaran aktual hasil uji ( 63,23 ton ).
Perbedaan yang nyata tersebut bisa terjadi dari kurang akuratnya data
penyelidikan dan bisa juga terjadi akibat pelaksanaan yang kurang baik ( tiang
patah ). Hal-hal tersebut adalah diluar lingkup pembahasan tulisan ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. American Standard for Testing Material , “ Annual Book of ASTM
Standards, Part 19 : Soil & Rock, Building Stones “, ASTM D-1143, 1993
2. American Standard for Testing Material , “ Annual Book of ASTM
Standards, Section 04 Volume 04.08 : Soil & Rock Dimension Stone
Geosynthetics “, ASTM D-, 1993
3. Bowles, J.E. , “ Foundation Analysis and Design “, McGraw-Hill, Inc.,3rd
Edition, New York, 1982
4. Brotodihardjo, W.Y. , “ Metode Uji Beban Tekan Statis Aksial Pada
Fondasi Tiang “, Konsep SK SNI Bahan Konsensus, Balai Penyelidikan
Geoteknik Pengairan, Pusat Litbang Pengairan, Bandung, 1994
5. Brotodihardjo, W.Y. , “ Soil Investigation for Proposed 3 Bridges Deep
Foundation at Lower Citanduy River Project, Central Java “ , Final Report,
Institute of Hydraulic Engineering, Public Works Department, Bandung, 1993
6. Crowther, Carroll L. , “ Load Testing of Deep Foundations : The Planning,
Design and Conduct of Pile Load Test “, John Wiley & Sons, Inc., USA, 1988
7. International Society for Rock Mechanics , “ Terminology “ , July, 1975