Setangkai Cinta Tak Termiliki Di bawah Rintik Hujan Matahari begitu semangat membentangkan sayapnya di atas puncak Gunung Pangrango, kilauan sinarnya yang hangat mulai menyisir setiap sudut pegunungan indah itu. Burung-burung mulai bersenandung kidung puji-pujian. Langit mulai menunjukkan keperkasaan usai malam menyembunyikannya dengan kegelapan. Evan masih mendekap Raisa yang tertidur pulas dipelukannya. Tak sedetikpun dia melepaskan gadis yang terkulai lemah, menanti Sang Malaikat menjemputnya. Sel-sel darah putih dalam tubuhnya mulai mengganas, menyerang semua seisi tubuh, jiwanya, dan harapannya. Raisa tampak pucat sekali setelah seharian kemarin dia berusaha untuk mendaki gunung itu sebagai permintaan terakhirnya pada Evan. Udara dingin menusuk kulitnya hingga tubuhnya menggigil. Evan dan teman-teman lainnya berusaha untuk menyemangatinya agar bisa bertahan. Entah apa yang ada dipikiran gadis bermata coklat itu, di penghujung hidupnya dia ingin sekali melakukan pendakian bersama orang yang penting di hidupnya. Selama pendakian dia berada dalam gendongan Evan, meski tak harus sampai ke puncak gunung setidaknya dia ingin bersama melakukan pendakian itu. Dengan penuh kesabaran Evan menuntun Raisa yang keadaanya mulai melemah. Hari ini mereka akan turun gunung dan akan secepatnya membawa Raisa ke rumah sakit. Di raihnya tubuh Raisa, dan kemudian Evan menggendongnya seperti menggendong anak kecil. Dua buah jaket membalut tubuh pucat yang lemas itu. Raisa menyandarkan wajahnya di pundak Evan. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Setangkai Cinta Tak Termiliki
Di bawah Rintik Hujan
Matahari begitu semangat membentangkan sayapnya di atas puncak Gunung
Pangrango, kilauan sinarnya yang hangat mulai menyisir setiap sudut pegunungan indah itu.
Burung-burung mulai bersenandung kidung puji-pujian. Langit mulai menunjukkan
keperkasaan usai malam menyembunyikannya dengan kegelapan. Evan masih mendekap
Raisa yang tertidur pulas dipelukannya. Tak sedetikpun dia melepaskan gadis yang terkulai
lemah, menanti Sang Malaikat menjemputnya. Sel-sel darah putih dalam tubuhnya mulai
mengganas, menyerang semua seisi tubuh, jiwanya, dan harapannya. Raisa tampak pucat
sekali setelah seharian kemarin dia berusaha untuk mendaki gunung itu sebagai permintaan
terakhirnya pada Evan. Udara dingin menusuk kulitnya hingga tubuhnya menggigil. Evan
dan teman-teman lainnya berusaha untuk menyemangatinya agar bisa bertahan. Entah apa
yang ada dipikiran gadis bermata coklat itu, di penghujung hidupnya dia ingin sekali
melakukan pendakian bersama orang yang penting di hidupnya. Selama pendakian dia berada
dalam gendongan Evan, meski tak harus sampai ke puncak gunung setidaknya dia ingin
bersama melakukan pendakian itu. Dengan penuh kesabaran Evan menuntun Raisa yang
keadaanya mulai melemah. Hari ini mereka akan turun gunung dan akan secepatnya
membawa Raisa ke rumah sakit. Di raihnya tubuh Raisa, dan kemudian Evan
menggendongnya seperti menggendong anak kecil. Dua buah jaket membalut tubuh pucat
yang lemas itu. Raisa menyandarkan wajahnya di pundak Evan. Sementara teman-teman
lainnya mengiringi mereka dari arah depan dan belakang.
“kakak, makasih ya maap aku sudah merepotkanmu.”ujar Raisa dengan lemas
“iyah.”jawab Evan sedih
“kak..kalau nanti Raisa pergi, kakak lupain Raisa ya biar gak bikin kakak susah lagi.”katanya
lirih
“kamu pasti sembuh kok Sa.”jawab Evan menguatkan
“Raisa berdoa terus semoga di kehidupan yang akan datang Raisa milikin kak Evan.”katanya
“aamiin.”jawab Evan, dan tanpa terasa air matanya mulai menetes.
“kak Vina beruntung yah bisa milikin kakak, gak kaya Raisa hanya bisa menyusahkan.”ucap
Raisa sambil menangis
“hm.”jawab Evan singkat
1
Setangkai Cinta Tak Termiliki
“maaf ya dulu aku sering nyakitin kakak, gak bisa ngertiin perasaan kakak, Raisa juga salah
udah nyalahin kakak atas semua ini. “
Evan hanya terdiam membisu, dia sudah tak sanggup lagi untuk menjawab semua pertanyaan
gadis itu. Hatinya sakit bak teriris sembilu. Mereka berdua memang punya masa lalu yang
sama, sama-sama tak bisa saling memiliki. Mereka saling mencintai namun tak mampu untuk
mengungkapkan. Bagi Raisa Evan adalah segalanya, laki-laki pertama yang mampu
menciptakan gempa dalam hatinya.
**
17 Agustus 2007, masih ingat dengan jelas perkenalan pertamanya dengan Evan
Afandi. Seorang lelaki yang kemudian akan selalu menjadi bagian dari hatinya. Sejak
perkenalan lewat sms itu hubungan mereka menjadi dekat. Raisa seperti memiliki seorang
kakak laki-laki. Sosok Evan yang selalu menjadi tempatnya berkeluh kesah, tempat ia
menyandarkan segala cerita hari-harinya. Evan adalah sosok yang bisa mendamaikan. Dia
seorang pendengar dan penasihat yang baik. Maklumlah waktu itu Raisa masih berumur 18
tahun, masa transisi yang teramat riskan dan Evan berumur 23 tahun. Raisa adalah seorang
gadis yang biasa saja tak ada yang spesial dalam dirinya. Dia tidak cantik, dia tidak kaya, dia
seperti gadis biasanya. Tapi ada satu hal yang membuat dia bisa berbeda dari gadis yang lain,
dia seorang supel yang tomboy, selalu ceria tapi berhati melankolis.
Hari demi hari, bulan demi bulanpun berganti, kedekatan mereka semakin akrab.
Raisa merasa nyaman dengan Evan, Evan begitu sempurna di matanya. Hingga tiba saat itu,
saat hujan gerimis mengguyur kota Bandung sejak tadi siang. Raisa masih berkumpul dengan
sahabat-sahabat karibnya setelah ujian akhir berakhir baru kali ini mereka kembali bertemu di
sekolah yang menjalin persaudaraan di antara mereka. Raisa memiliki empat sahabat terbaik
yang selalu setia mendengar cerita-ceritanya, tulisan-tulisan puisi cintanya, dan tentunya laki-
laki yang selama ini menjadi obsesinya, Indra Firmansyah. Mereka tak pernah bosan
mendengar semua celotehan Raisa tentang Indra walaupun mereka tahu Indra tak akan pernah
Raisa miliki, tapi setidaknya mereka kagum atas kebesaran hati Raisa menjadi seorang
pengagum rahasia.
Beeeeppp...
Ponsel Raisa berdering, ada pesan masuk, ternyata Evan memberi kabar kelanjutan
pertemuan dengannya.
“hujan” pesan yang dikirim Evan padanya, itu seperti sebuah sinyal kalau pertemuan itu
sepertinya akan batal. Raisa mengerti apa yang harus dia lakukan, lagi pula kalaupun batal ia
2
Setangkai Cinta Tak Termiliki
tak akan kecewa toh dia tidak sia-sia datang ke sekolah, karena bertemu dengan 4 sahabat
karibnya Anna, Dewi, Anggi, dan Tiara.
“kalau kakak mau batalin gak apa-apa kok, mungkin lain waktu kita bisa bertemu lagi n_n. ”
Balas Raisa
“kakak usahain datang, tapi telat kayanya gak apa-apa kan kalau Raisa nunggu?” balas
Evan
“dah gak apa-apa kok kak, ga usah maksain,lain waktu aja kasian kakak kalau harus ujan-
ujanan.”
“kamu tunggu kakak aja!”balasnya
Itu pesan terakhir yang dikirim Evan, tak ada pesan lagi, itu artinya pertemuan itu
akan tetap terjadi walau hujan mulai deras tapi itu tak akan jadi penghalang pertemuan kami.
Sambil menunggu Evan Raisa kembali melanjutkan cerita dengan teman-temannya yang
sejak tadi pagi tak lelah menceritakan pengalaman barunya usai lulus SMA. Dari empat orang
temannya itu Anna adalah sahabat yang paling Raisa percaya, apapun yang terjadi padanya
Anna lah orang yang pertama dia beri tahu. Gadis manis berlesung pipit dengan tubuh
mungil, berkaca mata, kulitnya agak sedikit hitam, tapi Anna benar-benar gadis yang manis.
Tak heran jika banyak laki-laki yang suka padanya. Anna tahu semua isi hatinya, semua
tentang puisinya untuk Indra, semua tentang kedekatannya dengan Evan, semua yang terjadi
kepadanya kini, semuanya Anna tahu. Anna bak buku diary bagi Raisa, semua hal yang dia
alami tertumpah dalam semua telinga Anna, termasuk pertemuan yang akan dia hadapi jam 3
sore nanti. Raisa memang belum pernah pacaran semasa hidupnya. Pertama kali jatuh cinta
hanya kepada Indra Firmansyah, namun sayangnya itupun harus bertepuk sebelah tangan
karena Indra sudah punya pacar. Maka dari itu Raisa cukup bahagia walaupun dia harus
menjadi pengagum rahasianya, walaupun Indra tahu semuanya. Karena Raisa tahu dia tak
akan pernah memilki Indra, dia asyik dengan dunia tulisannya, setidaknya dia bisa
menuliskan apa yang dia mau, tentang Indra, karena dalam dunia tulisan dia bisa memiliki
Indra yang dia mau.
“Kakak udah di depan gerbang sekolah, gak mau masuk malu jadi kamu yang harus
keluar.” Pesan dari Evan.
Evan mungkin malu untukk masuk ke sekolah, sudah pasti para guru, staf, penjaga
sekolah mengenalinya. Karena dia sudah merelakan tubuhnya di makan hujan, akhirnya
Raisa yang sekarang berkorban untuk meninggalkan teman-temannya, dan menerobos hujan,
untuk menemui sosok Evan yang selama ini diam-diam dia mengaguminya.
“Sorry banget nih teman, aku gak bisa lanjutin obrolnnya.”kataku
3
Setangkai Cinta Tak Termiliki
“Lho, kenapa Sa? Ada janji yah?”tanya Dewi
“Iyah, aku ada janji kakakku mau nganter nyari kado buat ceweknya?” jawabku
berbohong.
Anna hanya tersenyum kecil menatapku, senyumnya itu seperti sebuah isyarat bahwa
dia menyemangatiku. Dengan pelukan, Raisa mengakhiri reuni kecil mereka. Raisa langsung
keluar dari kantin sekolah berjalan menerobos rintik hujan yang akan menemaninya bertemu
dengan Evan. Ada perasaan aneh yang menyelimuti hatinya, dengan sedkit berlari dia
berjalan melewati gerbang pertama sekolahnya menuju Evan yang tengah mennunggunya. Ini
dalah kopi darat yang ketiga bagi Raisa, setelah dua kali sebelumnya dia pernah mendapat
sms nyasar dan berujung pertemuan. Namun dua pertemuan sebelumnya tidak ada yang
istimewa bagi Raisa, dan entah kenapa untuk pertemuan kali ini cukup membuat jantungnya
berdegup dengan kencang. Entah apa yang membuat pertemuan ini begitu sangat
diharapkannya, mungkinkah karena dia benar-benar telah jatuh hati terhadap Evan, tapi
bagaimana bisa melihat wajahnya pun tidak pernah, bagaimana mungkin bisa jatuh cinta.
Untuk mengagumi Indra saja, harus melewati pertemuan yang akan selalu dikenangnya.
Pertemuan dengan Indra terjadi saat Raisa asyik mengobrol dengan Dewi dalam perjalanan
menuju kelas. Dia begitu semangat bercerita hingga tak memperhatikan jalan, dan hasilnya
dia menabruk Indra yang kebetulan datang dari arah berlawanan. Meski tak sampai jatuh
terperosok, tapi kejadian itu cukup menjadi bahan ledekan para siswa di sekitar TKP, dan
yang paling penting adalah Raisa menabrak sang Pangeran yang hingga kini selalu
dikaguminya.
Hujan mulai berbaik hati, tiba di depan gerbang sekolah dia berhenti seolah-olah
memberikan ijin untuk pertemuan yang akan menjadi sebuah kenangan yang tak terlupakan
seumur hidup Raisa. Sesampainya di depan gerbang, tak tampak seorang asing di sana,ada
beberapa orang teman seangkatanku yang sedang menunggu bis untuk pulang usai
menghadiri acara di sekolah tadi.. Raisa mengeluarkan handphonenya, dan mengirim pesan
untuk Evan.
4
To : Evan
Kakak dmn?
Setangkai Cinta Tak Termiliki
“Raisa....” sapa Sekar
“hai Kar, belum pulang?”tanyaku
“dari tadi bisnya penuh, makanya aku masih di sini, mau pulang Sa?”
“iyah.” Kata Raisa memanja sambil melepaskan kepalanya dari cengkraman tangan Evan
“kita-kita jalan aja, temenin kakak nyari kaset aja yah.”ujar Evan
“iyah.”jawab Raisa dengan tersenyum
Keduanya beranjak dari tempat duduknya, mulai berjalan menyusuri taman kota
Bandung yang begitu ramai sekali. Raisa tampak kecewa karena ternyata rencananya tidak
28
Setangkai Cinta Tak Termiliki
berhasil. Evan sudah berjalan jauh di depannya, sementara Raisa asyik dalam kekecewaannya
karena tak mendapatkan kata cinta itu.
“hei...kok di belakang jalannya, sini jalan di samping kakak.”ujar Evan
Evan lalu meraih tangan kanan Raisa, menuntunnya dan tak dilepaskannya genggaman
tangan itu. Gempa di hati Raisa terus bergetar, ini adalah kedua kalinya tangan itu digenggam
oleh laki-laki yang mewarnai hatinya. Sentuhan pertama adalah tangan Indra lelaki yang
dikaguminya waktu dia selesai bernyanyi di acara perpisahan Indra. Sentuhan yang kedua
oleh Evan Afandi, lelaki yang dicintainya dan ingin dimilikinya tapi dia tak berani untuk
mengutarakannya. Ingin sekali Raisa mengungkapkan isi hatinya tapi dia takut Evan akan
menolaknya dan bilang kalau Raisa sudah dianggap seperti adik perempuannya. Saat itu
Raisa belum siap jika penolakkan itu terjadi, bagi Raisa itu artinya sama saja dengan gempa
yang menimbulkan tsunami, bukan getaran yang akan indah tapi akan menjadi bencana buat
hidupnya. Mereka menghabiskan waktu berdua hingga petang tiba. Urusan Evan ke Bekasi
hanyalah akal bulusnya untuk menolak mengantar Raisa menemui Indra yang jelas itu akan
membuatnya sakit hati. Potongan puzzle kelima adalah diam yang menghempaskan sebuah
jawaban.
Langit masih belum mendengar lirih hati kedua anak manusia ini. Mereka hanya bisa
membiarkan perasaan mereka seperti air yang mengalir entah di muara mana air itu akan
berhenti mengalir.
**
Purnama di kota Bekasi
“aku mengakui hati dan cinta ini untukmu, aku selalu merindukan indah binar
matamu, kamu selalu ada di dalam hatiku, tapi aku tak bisa memilikimu dengan melukai
hatinya.....”
Sepenggal kalimat yang Raisa tulis dalam hatinya, tentang kesempatan yang kesekian kalinya
untuk mendapatkan cinta Evan Afandi. Saat itulah kesetiaanya di pertaruhkan di meja cinta
yang hanya memiliki dua pasang mata dadu sebagai eksekutor, antara memiliki dan melukai.
Raisa tahu cinta ini hanya untuk Evan Afandi tapi hubungannya dengan Reza menjadi
benteng pemisah cinta itu. Raisa tak pernah mampu untuk menduakan Reza, walau dia tak
29
Setangkai Cinta Tak Termiliki
pernah mencintainya. Sejak kejadian di taman kota itu Evan kembali menghilang dari
kehidupan Raisa. Evan menghubungi Raisa hanya sesekali saja tidak seperti dahulu. Raisa
memang merasa kehilangan tapi dia harus menghadapi kenyataan bahwa di depannya saat ini
adalah Reza bukan Evan. Reza yang harus mulai mengisi kekosongan hatinya yang selalu
ditinggalkan Evan. Dengan perlahan namun tak pasti Raisa harus sedikit demi sedikit
melemahkan hasratnya terhadap Evan.
April 2009
Raisa mendapatkan undangan dadakan untuk menghadiri Seminar di salah satu universitas di
Bekasi pagi esok. Raisa sempat meminta Reza untuk mengantarkannya ke kota asing
tersebut, namun Reza tidak bisa memenuhi permintaannya karena dia tidak bisa
meninggalkan pekerjaannya secara mendadak. Hal yang menjadi permasalahan adalah jika
dia pergi sore ini acara besok tidak akan membuatnya terburu-buru, tapi dia harus mencari
tempat untuk menginap. Jika dia berangkat di pagi hari dia akan terburu-buru dan pastinya
kemacetan ibu kota akan mengurungnya. Raisa mulai menghubungi salah seorang kerabat
sepupunya yang tinggal di daerah Cikarang, agar Raisa bisa ikut menginap barang sehari dan
minta dijelaskan rute menuju kampus tersebut. Alhasil saudaranya itu bersedia untuk
menerima Raisa menginap. Raisa agak sedikit tenang, artinya dia harus berangkat sore itu
juga. tiba-tiba terlintas dalam benaknya untuk menghubungi Evan.”bukankah Evan kerja di
Bekasi, mungkin dia bersedia untuk mengantarkanku ke tempat kerabatku itu.”pikir Raisa.
Keraguan mulai mengusik hatinya, jika dia menelepon Evan itu akan menimbulkan kesan
bahwa dia akan mengganggunya, dan pastinya Evan tidak akan mau lagi “disusahkannya”,
apalagi sejak kejadian itu Evan jarang sekali menghubunginya. Akhirnya Raisa putuskan
untuk mengirim pesan singkat saja, kalau Evan membalas itu pertanda baik, namun jika Evan
tidak menggubrisnya itu berarti pertanda bahwa memang Raisa sedikit demi sedikit harus
melupakanya.
Cukup lama pesan itu terkirim, hingga beberapa jam kemudian Evan langsung membalasnya
dengan telepon.
“Sa, memang ada acara apa besok?”kata Evan di telpon
30
To : Evan
“kak..maap ganggu, besok aku harus ada di
bekasi jam 9 pagi di jalan chairil anwar, tau
daerah itu gak?”
Setangkai Cinta Tak Termiliki
“aku ada seminar penting di sana memang kakak tahu daerahnya.”jawabku
“tau lah semua penjuru Bekasi udah kakak jelajah.”katanya sambil tertawa
“bagus dong...berarti nanti aku bisa tanya-tanya rutenya.”kataku bahagia
“aduh kenapa harus besok sih, gak bisa lusanya atau minggu depan gitu kakak harus ke
Tangerang paginya kalau besok pagi jadi gak bisa ngater Raisa?”tanya Evan
“gak bisalah kak, diundangannya jelas-jelas besok, yah kalau kakak gak bisa gak apa-apa tapi
nanti Raisa tanya-tanya rutenya aja ya.”kataku memelas
“kamu pergi kapan?”tanyanya
“rencananya sore ini, cuma Raisa takut kemaleman tapi ada saudara sih di Cikarang, kalau
hari ini pulang dari kampus sore kayanya besok subuh aja Raisa berangkat.”jawabku sambil
berharap Evan akan menawarkan diri untuk mengantarnya
“sore ini saja kamu berangkat, gak apa-apa malam juga nanti aku yang jemput kamu.”tegas
Evan
“ooohhhh...baiklah kalau gitu, makasih sebelumnya ya kakakku, maap selalu
merepotkanmu.”candaku
Usai percakapan di telepon itu Raisa langsung bergegas pulang dari kampusnya menuju
tempat kostnya. Membawa beberapa baju dan perlengkapan lain yang ia butuhkan. Dia
langsung naik bis ke arah terminal Kali Deres. Rasa was-was mulai menyelimutinya,
khawatir dia tidak bertemu Evan dan akan tersesat di kota besar itu. Dari terminal dia mencari
bis yang ke arah Bekasi Timur sesuai petunjuk Evan. Nasib baik memihak kepadanya, dia
masih bisa mendapatkan bisa yang terakhir menuju kota Bekasi. Sepanjang perjalanan Evan
terus memantau Raisa, agar dia bisa mengira-ngira pukul berapa Raisa bisa sampai di pintu
tol Bekasi timur. Entah kenapa hati yang coba Raisa lemahkan untuk Evan kini menguat
kembali. Gempa itu kembali muncul, rasa itu tumbuh kembali secepat kilat menyambar. Ada
perasaan bahagia terpancar di wajahnya, dia akan bertemu Evan kembali. Malam mulai
mengurung keperkasaan Langit, bis terus melaju membawa hati Raisa menuju pemiliknya.
**
Pukul 22:00, bis Mayasari bakti menurunkan Raisa di gerbang pintu tol bekasi timur.
Gelapnya malam semakin membuat Raisa was-was, khawatir dia tersesat di kota asing itu.
Dia berjalan mencari tempat yang bisa dijadikan patokan agar Evan bisa menemukannya.
Raisa berdiri di sebuah jembatan di papan iklan yang besar, matanya tak pernah lepas dari
ponselnya menunggu kabar dari Evan. Bulan purnama memancarkan auranya meluluhkan
hati sang malam, sinarnya mulai memercik di langit seolah menemani aku yang sedang
menunggu sang pemilik hatiku. Dan akhirnya sang pujaan hati yang ditunggupun datang.
31
Setangkai Cinta Tak Termiliki
Evan masih menggunakan pakaian kantornya, dengan perasaan bahagia karena tak tersesat
dia menghampiri Evan. Evan sudah melemparkan senyum manisnya, di pakaikannya helm ke
kepala Raisa, hal yang sama yang dia lakukan sewaktu mengantar Raisa bertemu Indra. Evan
mengajak Raisa makan di warung pecel ayam di pinggir jalan tak jauh dari pintu tol itu.
“jadi rencana kamu sekarang ke mana Sa?”tanya Evan memulai percakapan
“ke cikarang ke tempat saudaraku kak.”jawabku
“dari sini ke cikarang itu jauh Sa, bisa nyampe sejam, apalagi sekarang udah malem banget
pasti gak ada kendaraan.”kata Evan menjelaskan
“bukannya Cikarang itu masih Bekasi?”tanyaku skpetis
“bedalah adikku sayang, itu dua nama tempat berbeda.”jawabnya sambil mengelus kepalaku
“terus gimana dong?”tanyaku panik
“nginep di tempat kost kakak aja yah.”katanya dengan tenang
“hahhhhh....gak boleh lah kak, masa cewek nginep di tempat cowok!”tegasku
“eeeiiittt tenang dulu non, di tempat kakak itu ada tiga ruangan kamu boleh tidur di kamar
kakak, lagipula ada teman kakak juga kok nanti aku tidur diruang tamu, lagipula ketempat
seminar besok jaraknya lebih dekat.”katanya menenangkanku
“yakin nih..takut ah.”kataku
“kamu aman kok Sa, aku gak bakal ngapa-ngapain kamu, percaya kan?”Evan kembali
menenangkan
“janji ya.”kataku
Akhirnya aku memberi kabar kepada kerabatku kalau aku tak jadi menginap di tempat
mereka. Aku yakinkan dan percaya seutuhnya kepada Evan. Evan bukan orang jahat, dan aku
yakin aku aman bersamanya.”pikirku
Usai menyantap makan malam itu, kami langsung melaju menuju ke tempat kost Evan.
Memang benar tempat itu terdiri dari tiga ruangan. Ruangan yang paling depan adalah ruang
tamu, terhalang oleh satu pintu adalah ruang tengah itu adalah kamarnya, dan ruangan
terakhir adalah dapur dan kamar mandi. Tempat itu memang cukup luas, Evan tinggal
bersama temannya Galuh. Kebetulan malam itu Galuh sedang shif 3 jadi memang hanya kita
berdua di tempat itu. Usai membereskan diri aku duduk di samping Evan yang tengah asyik
menonton televisi. Akhirnya kami berbincang tentang acara televisi tersebut.
“masih sedih?”tanyanya padaku
“sedih kenapa?”aku balik bertanya
“gak ketemu Indra.”katanya sambil tertawa
“heeeeehhh...lupain aja.”kataku
32
Setangkai Cinta Tak Termiliki
Evan merapatkan tubuhnya ke tubuhku, dirangkulnya aku dan di cengkramannya kepalaku di
pundaknya, persis seperti kejadian di taman waktu itu. Sontak saja aku kaget dibuatnya, satu
sisi aku bahagia tapi di sisi lain aku takut Evan bakal melakukan hal-hal aneh. Aku sempat
melepaskan tangannya tapi dia mencegahnya dan mengambilkan kepalaku ke posisi semula.
Aku memang mencintainya tapi aku takut jika ada hal-hal buruk yang harus ikut mewarnai
cinta ini. Ku lepaskan kepalaku dari pelukannya, bukannya aku menampik, tapi aku takut tak
kuasa untuk menahan cinta yang begitu besar ini. Akhirnya kami saling terdiam, tak ada yang
memecah kebisuan itu, hingga Evan meraih tanganku dan menggenggamnya. Tak ada
sepatah kata yang dia ucapkan padaku. Dia hanya memandangi wajahku sambil terseyum,
kemudian dia menghela nafas panjang. Tatapan matanya mulai kosong, aku semakin tak
karuan dibuatnya, aku pun bingung untuk membuka suatu percakapan. Dia tak melakukan
hal-hal buruk memang, dia hanya menggenggam tanganku dan menatap ke arah wajahku.
Aku tak tahu maksud dari apa yang Evan lakukan kepadaku. Ingin sekali aku ungkapkan
perasaanku ini kepadanya. Aku ingin menjadi miliknya, menjadi kekasihnya, bahkan menjadi
pendampingnyapun aku sangat bersedia. Tapi kebisuannya itu terlalu abstrak untuk aku
artikan, apa arti dari semua ini. Dan satu hal yang membuat aku tak bisa membalas
kehangatan genggam tangan itu adalah Reza. Aku tak bisa berbahagia di atas luka orang yang
juga mencintaiku. Meskipun jiwa dan hatiku hanya untuk mahluk indah yang ada di
hadapanku ini. Bayangan wajah Reza seolah menjadi hantu yang menjadi tembok pemisah di
antara aku dan Evan, meskipun aku tak pernah tahu perasaan Evan yang sebenarnya
kepadaku.
“setialah Raisa..jangan sakiti Reza.”bisik hatiku
Ingin sekali ku dekap tubuh Evan, memeluknya dengan erat dan mengatakan “aku cinta kamu
Van...”, tapi aku tak bisa, tubuhku seolah-olah seperti patung tak mampu untuk melakukan
hal itu. Lidahku pun kelu untuk ucapkan tiga kata itu. Mata yang berbinar, senyum yang
hangat dari Evan membuatku semakin merasa bersalah terhadap Reza jika aku membalasnya
dan ku ungkapkan perasaanku ini, padahal ini adalah kesempatan emas untuk aku
mengungkapnya, dimana hati kami sudah saling bertemu, hanya kami berdua, dan purnama
menjadi saksi kebisuan itu. Aku masih berharap ada malam lain selain malam ini untuk aku
bisa memilikinya. Tapi untuk malam ini aku tak bisa untuk melukai seseorang, aku harus
mengorbankan cintaku yang sekarang tengah menatap wajahku. Sesak mulai menyudutkan
dadaku, aku mencoba untuk menguatkan hatiku untuk tidak melepaskan hasratku yang
sebenarnya. “maapkan aku Van....aku harus memilih Reza.”lirihku dalam hati.
33
Setangkai Cinta Tak Termiliki
Aku mencintaimu van....aku selalu merindukan semua tentangmu, matamu, senyummu,
sentuhan tanganmu, bayanganmu van....aku begitu mencintaimu sehingga aku tak kuasa
untuk memilikimu, aku tak bisa memilikimu Van....aku takut..aku takut melukai hati orang
lain, aku tak mungkin menuruti keegoisanku. Oh Tuhan mengapa di saat ini aku tak bisa
mengungkapkan semuanya, aku tak bisa memilikinya, kenapa Tuhan? Dia begitu aku cintai
dengan segenap jiwa-jiwaku, tapi kenapa aku seolah-olah tak boleh untuk memilikinya,
kenapa wajah Reza menghalangi pandangan hatiku terhadap cintaku. Apakah gerangan ini
Tuhan?”
“kak..bisa tinggalkan aku sendiri, sudah larut malam, besok aku harus bangun pagi.”kataku
membuyarkan tatapannya
“iyah..maap.”katanya dengan nada menyesal.
Evan kemudian melepaskan genggaman tangannya dan beranjak pergi meninggalkan Raisa di
kamarnya. Dia berjalan menuju ruang tamu, dan menutup pintu kamar itu. Raisa masih
terdiam membisu, mencoba untuk menahan air matanya. Tapi ternyata rasa sesak itu mulai
menjebol bendungan air matanya. Ia menangis lirih, ingin sekali dia keluar dari kamar itu
mengejar, memeluk, dan mengatakan “aku mencintaimu Van.” Tapi bayangan kesetiaan
seolah-olah terus menghantuinya. Bagai dua sisi mata uang, di sisi lain ia teramat ingin
menjaga hati Reza, tapi di sisi lain, inilah kesempatan untuk mengungkapkan semua isi hati
yang selama ini tertahankan, tak peduli Evan akan menyambutnya atau menolaknya. Dia tak
bisa berada di keduanya, Raisa harus menentukan pilihan, di sisi mana hatinya akan
menjatuhkan pilihan.
“ada apa ini, mengapa semua ini harus terjadi kepadaku?”
Malam semakin meninggi, Raisa terlarut dalam kegelisahan yang menjadi selimut tidurnya.
Nampaknya perang hati mulai berkecamuk mengganggu jiwanya. Malam itu terasa panjang
baginya, jika saja dia bisa mengungkapkan semua isi hatinya mungkin malam itu akan
menjadi malam terindah untuknya. Potongan Puzzle keenam dalam hatinya adalah sebuah
penyesalan sebagai isyarat bahwa ia tak bisa memiliki Evan Afandi.
**
Selamanya Cinta
34
Setangkai Cinta Tak Termiliki
Bis akan segera pergi meninggalkan kota Bekasi yang telah menjadi kenangan
tersendiri bagi Raisa. Dia masih memandangi ke arah luar jendela, Evan masih berdiri
tersenyum menanti bis itu meninggalkannya. Masih ada sesuatu yang mengganjal hati Raisa,
rasanya ia ingin turun dan memeluk Evan dengan erat dan kembali ke tempat semalam. Raisa
ingin mengulang kembali kejadian semalam, keberanian sedikit demi sedikit mulai
berdatangan dalam hatinya. Tapi waktu tak pernah berpihak atas cinta itu, bis sudah mulai
bergerak meninggalkan kota Bekasi. Evan melambaikan tangannya sambil tersenyum. Raisa
membalasnya dengan senyuman yang pahit bagi dirinya. Perpisahan kali ini seolah-olah
menjadi pertanda bahwa ia akan terpisah jauh dari Evan. Pikiran-pikiran aneh mulai merasuki
otaknya, tapi dia coba untuk menghempaskan semua pikiran buruk itu. Earphone mulai ia
jejali ke telinganya, sebuah lagu yang mewakili perasaan hatinya ia putar sebagai pengantar
tidurnya. Dawai gitar lagu Selamanya Cinta yang dulu di bawakan Yana Yulio mulai
membuka relung hatinya untuk bercerita apa yang kini tengah ia rasakan. Dalam bagian ini,
Raisa akan mengisahkan tentang hatinya.
Di kala hati resah seribu ragu datang memaksaku....
Rindu semakin menyerang....
Kalaulah aku dapat membaca pikiranmu..
Dengan sayap pengharapanku ingin terbang jauh....
Biar,,,
Awanpun gelisah, daun-daun jatuh berguguran...
Namun cintamu kasih terbit laksana bintang..
Yang bersinar cerah menerangi jiwaku...
Andaikan ku dapat mengungkapkan perasaanku..
Hingga membuat kau percaya...
Akan kuberikan seutuhnya rasa cintaku
Rasa cinta yang tulus dari dalam lubuk hatiku..
Tuhan....
Jalinkanlah cinta bersama selamanya...
Selamanya...selamanya......
Dear Evan....
Sejak awal aku menatap mata berbinar itu, telah terjadi gempa dalam hatiku. Mungkin
karena aku wanita yang mencundangi diriku terhadap sesuatu yang orang bilang itulah cinta.
35
Setangkai Cinta Tak Termiliki
Inlah pertama kalinya aku jatuh cinta dan mungkin aku tak akan pernah merasakannya lagi,
kendati sekarang aku telah dicintai orang lain. Bunga yang tumbuh tanpa bantuan musim
telah tumbuh di hatiku. Aku telah ikhlas menerima pergantian musim yang silih berganti
menjenguk ladang hati, yang satu datang dan yang lain akan pergi. Aku tidak tahu kapan
bunga itu bersemi tatkala hatiku mengalami musim gugur yang memilukan hati. Kau telah
mendengarkan bunga-bungaku berbisik pada telinga jiwamu. Dan hal inilah yang membuatku
tampak bodoh menunggu kenyataan manis tentang cinta yang tersambut, tapi ternyata
mungkin aku hanya akan terus bermimpi. Kau telah memberi senyuman seperti air jernih
yang mengalir memekarkan bunga itu, walau aku tak pernah mengetahui isi hatimu yang
sebenarnya. Atau mungkin ini hanyalah seonggok bunga liar yang tak kau kehendaki.
Aku menyadari sepenuhnya anugerah yang Dia berikan untukku melalui cinta ini, adalah
suatu keindahan tersendiri bagi hatiku. Cinta ini yang menjadi penghiburku satu-satunya,
yang menyanyikan lagu-lagu kebahagiaan untukku, yang mengungkap makna hidup dari
rahasia alam jiwaku. Kau memang tak setampan Yusuf, tak sebijak Ibrahim, tak seberani
Musa, dan tak semulia Muhammad. Tapi kau adalah sosok ajaib yang mampu menciptakan
gempa dalam hatiku. Wajahmu memancarkan sinar keemasan. Mata yang berbinar seperti
purnama dalam pekatnya malam yang menggelapi semesta. Bibirmu ibarat Zamrud
khatulistiwa nan indah. Bila kau tersenyum dan ku lihat mutiara berjejer di mulutmu, saat
itulah aku merasakan ketenangan akan dirimu. Semua yang ada padamu seolaah-olah sebuah
kesempurnaan yang tak bisa kulukiskan dalam kata-kata atau bahkan sejuta puisi sekalipun.
Banyak kata yang tak mampu kuungkapan kepadamu, kau memang Mahakarya Sang
Pencipta yang mampu menciptakan ketenangan bagi hatiku. Tapi....wujudku terlalu lemah
untuk memiliki karya itu. Seribu ragu berdatangan memaksa hatiku untuk mengubur semua
rasa ini, kendati rindu mulai menjalar disekujur tubuhku. Aku seperti seekor burung yang
telah patah sayapnya sehingga tak mampu menahan terangnya sinar matahari. Aku tak bisa
menahan kehendak cintaku untuk memilikimu. Meski aku telah mencoba menahan sang
waktu untuk menahan rasa ini, bahkan aku ingin melenyapkannya. Aku menyadari
sepenuhnya apa yang telah tersirat dan tersurat untukku. Aku mungkin tak bisa memiliki
semua yang ada pada dirimu, hanya setiap senyuman yang mungkin masih bisa aku nikmati
untuk menentramkan setiap getaran gempa dalam hatiku. Andai saja aku seorang laki-laki,
mungkin aku akan berani untuk mengungkapkan semua rasa ini padamu. Andai saja aku tak
memilih setia dengan cinta yang lain, mungkin kau yang akan ku miliki. Tapi mengapa kau
tak membiarkan aku mendengarkan semua isi hatimu kendatipun itu akan sangat
menyakitkan untukku tapi setidaknya aku tahu apa yang telah kau rasakan padaku. Dan hal
36
Setangkai Cinta Tak Termiliki
itu yang membuat aku takut, aku takut untuk memulainya, aku begitu takut untuk kau
hempaskan dari kehidupanmu. Aku begitu takut tak bisa melihat wajah dan senyuman itu
lagi. Aku takut sekali Van....aku takut semuanya akan lenyap begitu saja. Biar ku nikmati
permainan ini walau kau tak pernah tahu isi hatiku, mungkin pula tak ingin memilikiku, tapi
paling tidak aku masih bisa untuk menikmati setiap lekuk wajahmu yang indah karena
senyumanmu. Biarlah rasa ini ku pendam sendiri. Tak peduli apapun yang kulakukan, baik
ataupun buruk hal itu tetap indah bagiku. Kau yang membuat aku merasa menjadi orang
hebat karena aku punya penasehat sepertimu, walaupun aku punya Reza, kau tetap menjadi
yang terindah dalam hariku. Kau akan tetap menjadi bintang hatiku, dan cinta ini selamanya
hanyalah untukmu. Sebuah nama dan sebuah cerita yang akan terus terukir indah di hatiku.
Semua tentangmu akan tetap indah Evan Afandi........................
Ungkapan perasaan itu mulai menggema di sekujur tubuh Raisa, hanya bisa berharap
takdir yang akan membawanya untuk bisa memiliki Evan Afandi kendati jalan terjal dan
berliku harus dia lalui. Senja mulai menyembunyikan matahari, bis terhenti dan menurunkan
Raisa di sebuah halte di kota Tangerang. Reza menyambut kedatangannya dengan sebuah
senyuman hangat, tapi senyuman itu tak pernah berarti bagi Raisa. masih terus terngiang
dalam benaknya tentang kejadian malam itu di Bekasi. Hatinya terus berdoa semoga masih
ada kesempatan untuk bisa mengungkapkan semua perasaanya kepada Evan Afandi.
Potongan puzzle ketujuh adalah sebuah kesempatan yang mungkin bisa membawanya agar
bisa menyerahkan hatinya hanya untuk Evan Afandi
**
Ungkapan Hati yang Bisu
Mimpi adalah sebuah media yang baik, dimana dua hati yang tak bisa saling memiliki
bisa bertemu dan mengungkap semua rahasia hati yang selama ini hanya bisa membisu
mencari sebuah kepastian tentang siapa yang akan memiliknya. Sudah beberapa bulan
terlewati, Evan Afandi seolah menghilang kembali dari kehiduapan Raisa. ini bukanlah kali
pertama Evan menghilang tanpa sejak. Raisa sudah terbiasa dengan hal itu. Dia masih terus
mencoba membangun cinta yang kini ada dihadapannya, kendatipun harus dengan tertatih-
tatih karena hatinya selalu menolak untuk meberi cinta itu pada Reza. Hati itu hanya ingin
pemilik sebenarnya, Evan Afandi yang seharusnya memiliki hati ini.
37
Setangkai Cinta Tak Termiliki
Berkali-kali ku lihat layar di ponselku, berharap ada secarik kabar berita tentang
Evan. Aku selalu memikirkannya namun aku juga tak boleh terlalu berharap padanya.
Perasaan dan angan ini terlalu menyita waktuku, aku ingin melupakannya, tapi aku tak bisa.
Satu hal yang mungkin bisa membuatku benci hanyalah kebisuannya dan caranya
menghilang. Hal itu yang selalu membuat aku menjadi orang tersakiti oleh perasaanku
sendiri. Ketika dia ada aku merasa nyaman, aku merasa menjadi orang yang paling
berbahagia, tapi ketika dia pergi menjauh tanpa kabar berita seolah-olah dia telah
mempermainkan hatiku. Adakah yang salah dengan perasaan ini?aku ini seorang wanita
yang menungu kata cintanya bukan mengungkapkannya, karena itu ku biarkan rasa ini
mengalir tanpa arah yang pasti mau dibawa kemana sebenarnya cinta ini. Hubunganku
dengan Reza seperti sayur tanpa garam, terasa hambar saat aku menjalani hari bersamanya.
Hatiku tak bisa berpaling dari sebuah nama, Evan Afandi. Tapi sudah yang kesekian kalinya
dia menghilang, kemudian dia datang bagai hujan tanpa awan. Terkadang melemahkan
cintaku tapi terkadang menguatkan cinta ini untuk memilikinya. Gila...sungguh hal ini
membuatku gila. Reza selalu menjejali otakku dengan hal-hal buruk tentang Evan, dan
mungkin sekarang aku sedikit teracuni oleh setiap kata-katanya. Setiap detik yang ku lalui
bersama dengan Reza racun itu mulai ia minumkan ke dalam kerongkonganku. Evan Afandi
yang selalu menjadi bahan pertengkaran antara aku dan Reza. Reza memang kekasihku, tapi
dia tak bisa memiliki hatiku seutuhnya. Itulah sebabnya jika aku mulai bosan dengan segala
sikap kekanak-kanakannya bahkan meminta putus darinya, nama Evan yang selalu mencuat
menjadi kambing hitamnya. Dia tak akan pernah berhenti menjelek-jelekan Evan hingga aku
mengalah dan menarik setiap kata putusku. Reza tahu kelemahanku hanyalah Evan, aku takut
dia akan melakukan hal-hal buruk kepada Evan. Aku tahu laki-laki yang aku hadapi
sekarang, luka yang digoreskan di hatinya akibat perceraian kedua orang tuanya begitu
menyakitkan baginya. Jika akupun berani meninggalkan luka di hatinya dan pergi memilih
Evan Afandi, entahlah apa yang akan terjadi padanya. Dalam setiap diamku aku selalu
mempertahankan hubungan kosong ini. Ku biarkan waktu yang menjawab dengan siapa aku
bersanding dan menjadi istri yang paling berbahagia.
“Evan hilang lagi kan?”tanya Reza sinis
“sudah biasa.”jawabku datar
“tolong kamu hargain persaan aku Sa.”tegasnya
“kalau aku tak menghargaimu, mungkin aku sudah tak lagi bersamamu dan memilih
dengannya.”jawabku
38
Setangkai Cinta Tak Termiliki
“alaaaahhh..dia itu cuma mau mempermainkan kamu Sa, kalau dia cinta kenapa dia gak
pernah ngomongin cintanya sama kamu. Buktinya dia datang dan pergi sesuka hatinya, kalau
dia benar-benar cinta kenapa dia tak memperjuangkanmu kaya aku.”tukas Reza dengan
bangga
“iyah aku tahu Za, itulah alasan kenapa aku setia sama kamu.”ucapku berbohong
Evan...dan Evan lagi yang selalu menjadi kambing hitam dalam pertengkaran kami. aku
sudah tidak mau menyeret nama Evan lagi dalam pertengkaran ini. Aku tak ingin dia
tersudutkan meskipun hanya namanya yang menggaung diantara kami. ku biarkan Reza
mengolok-olok perasaanku ini. Racun keraguan yang diminumkannya setiap hari untukku
mulai bereaksi, ditambah lagi kebisuan Evan tentang apa yang dirasakanya seolah-olah
membuat aku semakin menjauh darinya. Mungkinkah dia hanya mempermainkan aku
saja?”pikirku. sikapnya yang aneh, membuatku perlahan harus mempercayai omongan Reza,
dan kenyataannya Evan tak pernah mengungkapkan perasaannya, sekalipun dia mengirim
pesan pasti salah kirim dan itu ditujukan untuk perempuan lain, dan kini dia menghilang, dan
mungkin suatu saat dia akan muncul lagi dan membuat aku jatuh bangun untuk menguatkan
cinta ini lalu melupakannya. Sedkit-demi sedikit keraguan itu mulai muncul, virus-virus
kebencian Reza mulai menancapkan senjatanya di tubuhku. Ku pejamkan mata ini, dan ku
biarkan otakku menghapus semua kenangan tentangnya, meski hati ini terus meronta. Hingga
datanglah sebuah pesan dari Evan, kini datang kembali dan mengungkapkan semua
perasaanya padaku.
Pesan itu membuat Raisa heran, dia tak tahu maksud dari pesan itu, dia berpikir Evan
mungkin salah kirim lagi. tapi pesan itu cukup menganggu Raisa, dalam ketenangan jiwa
yang ingin melupakan semua tentang Evan hatinya kembali terusik.
Melihat jawaban yang dikirim Raisa, tentu saja membuat Evan sedikit tersinggung, tak lama
kemudian dia menelepon Raisa yang hatinya telah teracuni keraguan. Raisa benar-benar
sudah tidak tahan dengan sikap Evan yang datang dan pergi sesuka hatinya.
39
Bersediakah kau menjadi istrimu untuk istrimu?
Maksud kamu apa?
Kamu mau permainkan hatiku ya??
Setangkai Cinta Tak Termiliki
“maksud aku apa?”tanya Evan dengan sedikit meninggi
“iyah, apa maksud kamu sekarang Van, kamu datang terus kamu hilang, kadang kirim sms
nyasar, sekarang aku tanya sama kamu apa maksud semua itu?”jawab Raisa dengan geram,
tak ada lagi panggilan kakak untuk Evan
“aku gak punya maksud yang buruk tentang kamu Sa, dari semenjak kita bertemu.”jawab
Evan tenang
“kalau kamu gak punya maksud buruk, trus kenapa kamu seolah-olah mainin perasaan aku
Van?”jawabku keras
“mainin, hati kamu? Siapa yang sebenarnya mainin perasaan ini aku tau kamu Sa?”tanya
“apa lagi maksud kamu?”tanyaku semakin bingung
“dengar Sa, sejak awal kita ketemu, aku sudah jatuh hati sama kamu, kebaikan kamu,
senyum kamu, perhatian kamu, semuanya telah membuat aku mempunyai perasaan lebih dari
seorang kakak. Itu alasan aku kenapa aku menghilang sejak pertama kita ketemu Sa, aku gak
mau mengecewakan kamu, aku tahu kamu juga cinta sama aku, makanya aku menghindar,
aku gak mau kamu kecewa kalau kamu tahu seperti apa aku yang sebenarnya.”jawabnya
“kamu gak pernah buruk di mataku, seperti apapun kamu pasti aku terima.”jawabku
“sebenarnya aku muak dengan rasa ini Sa, aku ingin membuangnya jauh-jauh, aku tahu
semuanya tentang kamu Sa, aku tahu kamu sudah berhubungan Reza, aku tahu itu meski
kamu menyembunyikannya dari aku, inget kejadian di taman kota itu Sa, saat itu aku ingin
merebut kamu dari Reza, aku tahu kamu gak cinta sama Reza,aku tahu aku yang kamu cintai.
Tapi kata-katamu tentang Indra membuat aku kembali mengurungkan niatku.”ujar Evan
dengan nada menyesal
“indra?”tanyaku
“iyah, kamu inget saat aku bilang masih ada laki-laki yang cinta sama kamu Sa, andai kamu
bisa baca pikiran dan hati aku, laki-laki itu aku Sa, aku yang mencintai kamu. Kenapa kamu
gak pernah sadar Sa, kenapa kamu bilang Indra yang terus kamu cintai bahkan kamu rela
dijadikan yang kedua andai itu terjadi. Sakit Saaaaa......andai kamu tahu dari awal kau
meminta aku buat nganter kamu ketemu Indra, aku ingin menolaknya dengan alasan ada
urusan di Bekasi, masih ingatkan Sa?” tapi ku biarkan perasaan cintaku mengalah hanya
untuk membuat kamu bahagia Sa, itulah alasan kenapa aku terdiam saat mengantarmu.
Kenapa kamu gak pernah bisa ngertiin hati aku.”jawab Evan dengan sangat tegas
“kalau kamu cinta sama aku kenapa kamu gak bilang aja waktu itu, aku ini perempuan aku
gak mungkin ngungkapin persaan aku duluan?”tanyaku dengan penuh penyesalan
40
Setangkai Cinta Tak Termiliki
“aku sudah menarik hatiku Sa, aku tak ingin dibandingkan dengan Indra yang selalu
sempurna di mata kamu. Kalaupun aku bisa menyatakan perasaanku dan aku milikin kamu,
aku gak bisa menjalani hubungan dengan perempuan yang masih mengingat masa lalunya,
aku gak mau Sa!”tegasnya
“oh Tuhaaaaannnnn apa yang telah aku lakukan padanya, seandainya dia tahu yang
sebenarnya hanya dia yang aku cintai hingga detik ini.”lirihku dalam hati
“kejadian malam itu di Bekasi, aku mencoba lagi untuk mengungkapkan perasaan aku
dengan sikapku padamu, aku ingin kamu bisa baca pikiran aku Sa, aku ingin milikin kamu
malam itu, aku genggam tangan kamu berharap kamu bisa mengerti apa yang sedang aku
rasakan, kamu menghindari aku Sa, sakit Sa....cintaku seperti bertepuk sebelah tangan. Itulah
alasan kenapa aku menghilang lagi dari kehidupan kamu.”ujarnya
“terus kenapa kamu datang lagi, kenapa kamu gak pergi aja dari kehidupan aku, ini membuat
aku tersiksa Van.”kataku sambil menangis
“aku ga bisa lupain kamu Sa, itulah kenapa aku kadang-kadang datang lagi dalam kehidupan
kamu, aku ingin tahu kabar kamu, masalah aku salah kirim buat cewek lain, biar kamu benci
aku dan kamu gak terlalu menaruh hati lagi padaku. Reza mungkin yang terbaik buat kamu
Sa.”jawabnya pelan
“tapi....???”kataku, maksud hati ingin menjelaskan semuanya, tapi Evan sepertinya sudah
terlihat emosi.
“sudahlah Sa, aku gak mau ganggu hubungan kalian, aku mundur dari kehidupan kamu Sa,
aku gak mau ganggu kamu Sa.”katanya
“tapi aku Cuma cinta sama kamu Van.”kataku dalam hati
“aku gak tahu Sa, aku bingung harus gimana, kamu jangan pernah ninggalin Reza demi aku
Sa, aku yakin kok dia sayang kamu melebihi aku.”tukasnya dengan sangat jelas
“semoga kamu bahagia Sa...”
Tuuuuutttt...tuuuuuttttt....
“tapi Van?”
Belum sempat aku melanjutkan pembicaraanku, teleponya terputus, ku coba untuk
meneleponnya kembali tapi handphonenya langsung tak aktif lagi.
“oh Tuhan , mengapa dia baru mengungkapkannya sekarang? Dan kenapa harus dengan
keadaan yang seperti ini?aku tahu aku salah menilainya, aku terlalu bertahan dalam
prinsipku, bahwa wanita tak mungkin mengungkapkan kata cinta pertama, itu salah besar,
dan kini orang yang aku cinta akan benar-benar menghilang dari kehidupanku. Apa salahku
Tuhan? Mengapa harus dengan cara ini aku mengetahui perasaannya padaku. Kembalilah
41
Setangkai Cinta Tak Termiliki
Van...., kita harus bicara untuk menentukan arah rasa ini, jika memang kita tak harus
bersatu paling tidak kita bicara dari hati-ke hati, semoga aku bisa memperbaiki semuanya,
aku ingin menyerahkan hati ini kepada pemiliknya. Aku terima apapun yang akan kamu
lakukan padaku, jika kamu harus membenciku seumur hidupmu, aku ingin memelukmu
dengan erat Van, aku gak mau kehilangan kamu lagi Van....rasa ini selalu menyiksaku saat
aku mencoba memejamkan mata untuk melupakanmu Van. Bila kamu memang untukku Van,
kembali lah Van, bawalah aku ke dalam hidupmu, bebaskan aku dari belenggu cinta Reza?”
Hinakah aku bila aku memintamu Van...paling tidak aku bisa temukan yang terbaik untuk
menenangkan hatiku.
Evan Afandi kembalilah.............
Potongan Puzzle ke delapan adalah rasa yang hilang yang mungkin akan menjadi racun abadi
dalam tubuh Raisa yang sewaktu-waktu bisa saja membuatnya mati.
**
Hujan di Penghujung Desember
Desember 2009
Hujan terus mengguyur kota Bandung di penghujung tahun ini. Sudah hampir
seminggu di kota ini, Raisa tak beranjak untuk keluar dari rumahnya. Kota ini selalu menjadi
kenangan terindahnya bersama Evan, lelaki yang sekarang tak pernah ada kabar lagi. Tiga
bulan sejak dia mengungkapkan perasaannya pada Raisa, dia benar-benar menghilang dari
kehidupan Raisa. Padahal ingin sekali Raisa meminta maaf padanya, dan kali ini dia akan
benar-benar mengungkapkan semua isi hatinya. Raisa berharap Evan bisa menerimanya.
Raisa rela jika harus meninggalkan Reza, dia sudah tak mau lagi melihat Evan bersedih dan
terus berkorban untuknya. Rasa sesal dan rasa bersalah terus menjadi momok yang
menakutkan bagi Raisa. Dia harus membuat Evan bahagia, dia ingin membalas semua
kebaikannya, dia ingin memiliki Evan, dia tak mau rasa bersalah ini terus menghantui hatinya
42
Setangkai Cinta Tak Termiliki
karena hatinya masih ingin kembali kepada pemiliknya. Raisa akhirnya mencoba untuk
menghubungi Evan, berharap masih ada kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Pintu
hati Evan memang masih terbuka untuk berkomunikasi dengan Raisa meskipun tak sehangat
dulu. Setidaknya Raisa akan mencoba sedikit demi sedikit menata hatinya kembali. Memang
ada yang aneh dengan sikap Evan akhir-akhir ini. Dia begitu dingin, dia telah berubah,
mungkinkah dia telah membenciku?”pikir Raisa.
Hari itu langit begitu cerah, tak ada pertanda bahwa hujan akan turun lagi. matahari
mulai menunjukkan cahayanya setelah beberapa hari ini sinarnya terpadamkan oleh air hujan
yang tak pernah berhenti membasahi bumi. Meskipun hubungan Raisa dan Evan baik-baik
saja seperti layaknya seorang adik dan kakak, tapi nampaknya untuk kali ini memang harus
benar-benar berakhir untuk selamanya. Siang itu Raisa menerima pesan dari Evan yang
benar-benar membuat hatinya hancur, gempa kali ini benar-benar seperti prahara yang
memporak porandakan hatinya dengan mendatangkan tsunami.
43
Menikah:
Vina Pramudia
Dengan
Evan Afandi
Untuk melaksanakan perintahMu, megikuti sunnah RasulMu dalam rangka membentuk keluarga yang sakinah, mawadah, dan warohmah dalam satu ikatan pernikahan
Akad Nikah
Hari/tanggal : Sabtu, 2 Januari 2010
Pukul : 09.00 WIB
Bertempat di kediaman mempelai wanita
Setangkai Cinta Tak Termiliki
Tak ada angin dan tak ada hujan, tiba-tiba aku terhempas usai menerima pesan itu. Langit
seolah-olah memutar-mutar tubuhku dan membenamkan aku ke dalam kerak bumi yang
begitu dalam. Kilat seolah-olah menyambar nyambar di atas kepalaku. Inilah jawaban dari
semua cintaku, cinta yang tak kunjung berlabuh di dermaganya, cinta yang membuat aku
seperti seorang pesakitan, cinta yang telah menghujamkan pedangnya di dadaku dan
kemudian membunuhku dengan ketajamannya. Aku menangis sejadi-jadinya tak kuasa
menahan semua rasa sakit yang mulai menjalar di sekujur tubuhku. Sakit ini seperti antigen
besar yang berjumlah banyak dan datang menghancurkan antibodi cintaku. Detak jantungku
seolah terhenti, semua rasa sakit itu menghantarkan pesan pada otakku, mereka ingin aku
berteriak sekeras-kerasnya, “apa salahku Tuhan, mengapa takdir begitu kejam padaku?”
Sejak saat itu hujan air mata tak kunjung mereda di kelopak mataku. Aku tak berani keluar
dari kamarku, terbaring sakit tak berdaya karena suatu penyakit yang tak mungkin ada
obatnya. Tak ada lagi hal-hal yang bisa ku perbaiki lagi untuk mendapatkan cintaku, hatiku
marah dan benci pada diriku sendiri. Kepalaku terasa berat, demam kini melanda sekujur
tubuhku, penyakit aneh ini tiba-tiba menyerang tubuhku. Aku hanya bisa membalasnya
dengan satu kata yang menyakitkan untuku “Selamat”. Hanya itu yang mampu aku ucapkan
untuk membalas pesannya itu. Rasa sesal itu semakin membuatku tersudut. Aku belum
sempat membahagiakannya, kenapa takdir begitu cepat menjodohkannya dengan orang lain.
**
Sudah dua hari aku terbaring sakit, entah dari mana datangnya penyakit itu, yang jelas aku
ingin menikmatinya dengan kesendirianku. Aku masih tak percaya dengan pesan itu, bolak-
balik ku buka pesan di inbox ponselku, ini benar-benar dari Evan, berharap ini hanyalah
sebuah gurauan belaka. Semakin aku melihat pesan itu semakin aku menagis dibuatnya. Aku
berharap ada keajaiban nama mempelai wanita tergatikan dengan nama Raisa Kirana bukan
Vina Pramudia. Tuhan...aku mohon berikanlah keajaiban dan kekuatan untuk aku
menghadapinya?
Evan mengajak Raisa bertemu untuk yang terakhirnya kali dengan statusnya yang masih
single. 30 Desember nanti dia akan menunggu Raisa di alun-alun kota. Dia berharap Raisa
bisa datang menemuinya, ada yang ingin dia sampaikan untukknya. Andai saja Evan tahu apa
yang terjadi pada Raisa, dia terbaring lemah tak berdaya dengan berita darinya, tak mungkin
44
Setangkai Cinta Tak Termiliki
dia akan pergi menemuinya, karena itu berarti Evan akan tahu dia sakit dan itu akan membuat
rasa bersalah dalam diri Raisa semakin bertambah kuat.
“aku tunggu kamu yah Sa...”
Itu pesan terakhir dari Evan, dan Raisa menolaknya. Dia tak ingin Evan tahu dia sakit, dia tak
ingin Evan tahu air mata telah membanjiri wajahnya. Padahal ia ingin sekali melepas
“kepergian” Evan dengan sebuah pelukan terakhir. Oh Tuhan ingin rasanya aku pergi dan
menemuinya untuk katakan aku mencintainya dan mencegahnya untuk tidak menikah dengan
wanita lain selain aku.”
Rasa ini benar-benar membunuhku, hanya bisa kutuliskan dalam buku diary ku yang kini
mulai penuh dengan tulis-tulisan tentang dia Evan Afandi.
Dear Evan......
Permintaanku dalam urusan cintaku.......................
Hanya berharap Tuhan bisa menghapus dia dari hatiku
Karena kini semuanya telah menjadi sia-sia
Dan tak akan mungkin pernah terjadi
Satu kisah cinta yang selama ini selalu aku banggakan
Dalam setiap langkah hidupku....
Dalam setiap hela napasku...
Dalam setiap jalan pikiranku....
Karena ternyata....
Dia telah mengubah semua rasa yang tercipta untukku
Menjadi sesuatu yang tak berarti apa-apa
Dia tak pernah bisa melihat semua cinta yang ada untuknya
Padahal aku sudah berusaha semampuku
Untuk menjadi apa yang dia inginkan
Untuk menjadi yang terbaik untuknya
Mengapa?
Tak bisakah dia mencintaiku
Dengan segenap jiwa-jiwaya yang tulus
Untuk menerima segala kekuranganku
Karena aku memang bukan seorang manusia yang terlahir sempurna
Tapi bukankah aku layak untuk mencitai dan dicintai?
Walau aku hanya memiliki sebuah cinta yang tulus
45
Setangkai Cinta Tak Termiliki
Yang tumbuh jauh di dalam palung jiwaku
Dan kini.....
Aku harus membiarkan waktu yang bergulir
Untuk menjawab semuanya
Dan bertanya pada hatinya
Apakah aku pernah ada di dalam hatinya..............
Hanya sekilas saja aku mengenal dirimu, dalam suatu kebetulan yang tak pernah kusangka
akan menjadi sebuah kenangan yang tak bisa aku lupakan begitu saja. Aku memang masih
mencintainya, dan sampai kapanpun hanya dia yang akan menjadi raja di dalam dimensi
hidupku. Meski aku dan kamu sama-sama tahu aku tak mungkin lagi bisa memilikinya. Aku
tak pernah mengira aku juga tersiksa oleh perasaan yang datang tiba-tiba, dan tanpa aku
sadari aku ingin memilikimu. Tapi kau telah menciptakan gempa dalam hatiku, dan
membuatku terpikat saat pertemuan pertama kita. Dan kejadian inilah yang membuat kita
mempunyai perasaan yang serba salah untuk di ungkapkan. Kau datang dan pergi secara tiba-
tiba, seolah –olah tak pernah ada sesuatu yang istimewa di hatimu tentang aku. Dan aku pun
berpikir aku memang bukan wanita yang sempurna di matamu. Hingga aku pun enggan
untuk mengatakan rasa yang salah ini. Dan seandainya kau tahu rasa yang ku pendam ini
telah membuat aku tenggelam dalam lautan kebimbangan yang ombaknya terdiri dari
deburan penantian, yang birunya penuh dengan pengharapan, yang buihnya terdiri dari jutaan
pertanyaan. Tak ada sepatah katapun yang mampu menjawab pertanyaan hatiku tentang cinta
yang tak di ingini. Aku memang tak pernah mengerti tentang sesuatu yang tersirat di matamu.
Dan mungkin aku hanya salah menduga menilai semua yang ada pada dirimu yang seolah-
olah indah sekali kau tanamkan mimpi di hidupku untuk mengembalikan kepercayaanku
tentang arti sebuah cinta. Mungkin aku yang salah mengartikan semuanya, karena mungkin
aku terlalu berharap kepadamu karena hanya kau seperti kekasihku. Dan semuanya
terlambat!!!!atau mungkin bisa dibilang inilah takdir Sang Maha Cinta, kau bukanlah
untukku. Dan kini terungkaplah semua misteri yang selama ini menjadi beban di dalam
otakku. Dan aku tahu belahan hatimu bukanlah hatiku. Dan kebersamaan kita selama ini
menjadi suatu hal yang sia-sia. Dan aku harus bisa melepaskan semua rasa ini karena aku
juga telah menyakiti satu hati. Apalagi pengkhianatan terbesarku saat purnama April bersinar
terang di Bekasi. Aku tak akan pernah melupakan kejadian itu seumur hidupku. Saat arti
sebuah kesetiaan kupertaruhkan di meja cinta yang tak kunjung jua memberikan jawaban.
Dan kamu tak pernah mengerti tentang penantianku terhadap jawaban cintamu padahal aku
46
Setangkai Cinta Tak Termiliki
telah melukai satu hati yang mencintaiku. Aku pun menyadari kau terluka karena aku masih
menyimpan kenangan masa laluku dan aku pun telah ada yang memiliki. Hingga akhirnya
kau harus menjauh dariku untuk selamanya. Aku menerima semuanya pun saat kau akan
mengikat janji sehidup semati dengan orang lain. Itu semua mungkin karena kesalahanku dan
ketidak dewasaanku. Inilah jawaban dari semua kebimbangan itu, kau bukan untukku. Meski
sesal yang datang kini karena aku tak bisa memilikimu, namun itu tak akan membuatmu
kembali kepadaku. Maafkan aku yang tak pernah tahu perasaanmu yang sesungguhnya
karena kebodohanku masih mencintai kekasihku yang dulu. Dan kini semuanya telah berlalu.
Aku berharap andai saja akhir desember itu aku masih bisa merasakan kebaikan sang waktu
yang tersisa untukku untuk merasakan cinta yang tersembunyi di dalam hatimu. Andai kan
saja aku bisa bertemu denganmu pagi itu sebelum kau menjadi milik orang lain untuk
selamanya, ingin aku melepasmu dengan pelukan terakhirku..
Potongan puzzle ke sembilan adalah janji suci yang akan menjadi jurang pemisah kisah cinta
Raisa. Masih berharap ada satu kesempatan dan keajaiban yang terjadi, karena Raisa belum
sempat membuat Evan bahagia.
**
Semenit Waktu
Meninggalkan kota Bandung yang sarat akan kenangan bagi seorang Raisa. Dia harus
mengakhiri masa liburanya dengan segera kembali ke Tangerang. Dia tak ingin larut dalam
kesedihan, dia menganggap semua ini hanyalah mimpi buruk baginya. Dia ingin melupakan
semua tentangnya, meski harus dengan luka yang berdarah-darah, dia ingin mempertahankan
tubuhnya dari segala sesuatu yang membuat dia akan mejadi seorang pesakitan. Rasa
penyesalan yang kian menggunung masih terus saja menghantui pikirannya. Di sudut kamar
kostnya dia duduk termenung. Bunyi terompet dan petasan menyambut tahun baru 2010 tak
bisa membuatnya ikut berbahagia. Raisa masih larut dalam kesedihannya, hatinya masih
terasa sepi kendati keramaian mulai bergema di telinganya. Tawa dan canda teman-temannya
seolah-olah hanya sebuah tontonan pantomim kosong bagi dirinya. Hatinya masih belum bisa
melepas kepergian Evan Afandi. Besok Evan akan melangsungkan pernikahannya dengan
wanita lain, dia tak punya kesempatan lagi untuk bertemu dengannya apalagi untuk
mengungkapkan semua isi hati yang belum diungkapkannya. Evan akan mengucapkan janji
47
Setangkai Cinta Tak Termiliki
suci yang akan mengikatkan hatinya hanya kepada wanita yang besok akan menjadi
pendamping hidupnya untuk selamanya. Cinta ternyata tak berpihak pada Raisa.
Pagi itu aku terbangun dari tidurku langsung menatap ke arah kalender yang terpajang
di dinding kamarku, berharap tanggal 2 Januari 2010 menghilang. Ternyata tak ada
sesuatupun yang bisa merubahnya kecuali aku menghapusnya dengan tipe-x, itupun tetap saja
meninggalkan bekas. Aku berharap aku amnesia, hingga aku bisa melupakan semua yang
telah aku alami. Aku ingin merefresh otak dan hatiku, bersembunyi dari kenyataan yang ada,
bukan...bukan bersembunyi tapi berlari dari kenyataan lebih tepatnya. Ku nyalakan laptopku,
dan ku putar playlistnya, dan bergegas pergi ke kamar mandi. Riak air yang tenang dan
dinginnya membawaku terhanyut untuk mencoba menghapus semuanya. Kata orang air bisa
membuat ketenangan tersendiri bagi orang sedang marah, risau, ataupun sedih. Hingga tiba
lagu Sekali aja yang membuat aku kembali tersadar dari ketenangan yang telah air berikan
untukku. Aku terdiam, dan tak terasa air mataku menetes kembali, kemarin bukan mimpi itu
adalah kenyataan Evan hari ini akan menjadi milik orang lain, dan aku tidak amnesia, aku
masih menyimpan perasaan itu.
kalau saja aku masih punya kesempatan yang sama...
atau semua yang pernah terjadi bisa terulang lagi..
tapi ternyata kesempatan yang ada hanya sekali...
sampai kini masih ku tunggu datangnya keajaiban
yang mungkin saja masih bisa memberiku waktu satu kali lagi..
seandainya masih bisa ku dapatkan, sekali lagi...satu kali lagi...
masih tertunda dan belum semua ku katakan...
biar ku tunggu sampai kau kembali lagi disini..
harus kau dengar semuanya harus kau dengarkan..
isi hatiku yang belum ku sampaikan....
teryata tak semudah itu keinginan itu bisa terjadi..
tapi ku berharap semoga masih ada kesempatan sekali lagi...
Belum semuanya Van....belum semuanya kau tahu isi hatiku, semuanya masih ku
simpan dengan rapi, masih tertunda, aku belum sempat mengeluarkan isi hatiku, apakah
mungkin aku berharap pada keajaiban yang mungkin bisa membawamu kembali kepadaku,
aku masih mencintaimu.”lirihku
Ku pandangi layar handphone ku, ingin sekali ku kirimkan ucapan “selamat menempuh hidup
baru”, namun aku tak kuasa untuk menuliskannya. Biarlah kini ku hadapi semuanya, aku
harus menyadari kau memang bukan untukku. Dan itu adalah sebuah pil pahit yang harus ku
48
Setangkai Cinta Tak Termiliki
telan sekarang. Ku buka buku diaryku, ku baca dari halaman pertama aku mengenalnya dan
kemudian aku mencintainya. Kisah ini benar-benar nyata, cerita kasih tak sampai itu benar-
benar terjadi padaku. Tak ada lagi malam aku bisa tertawa bersamanya, bernyanyi
bersamanya dan melepaskan semua cerita hari-hariku. Ingin sekali ku kembali memutar
waktu itu, membuatnya bahagia bersamaku. Semuanya kini telah berakhir bagai sebuah
mimpi buruk. Mimpi yang telah menerjang ruang batin hidupku dengan tak berperasaan. Aku
hanya bisa tertegun menatap gambarmu yang begitu sempurna bagiku. Semuanya terasa mati,
hilang semangat hidupku. Aku begitu mencintainya, aku merindukannya, aku tak bisa
melupakannya, aku teramat menyayanginya. Seperti inikah balasan cintaku? Seperti inikah
takdir cintaku?
Jika memang ini adalah takdirku, aku hanya bisa berharap satu menit saja aku ingin
membalas cintanya yang tak pernah aku ketahui. Sungguh rasa sesal ini telah mendarah
daging di tubuhku. Aku harap Evan benar-benar menemukan kebahagiaanya. Namun jika
Evan tak berbahagia, aku tidak bisa memaafkan diriku atas semua ini. Karena semua ini
adalah salahku.
Kadang ingin sekali aku bertemu denganmu, mengulang kembali semua waktu yang telah
kita lalui bersama meski penuh dengan sejuta pertanyaan. Aku ingin sekali berbagi cerita
denganmu tentang waktu yang kulalui seperti dulu. Sangat sukar sekali kini aku sudah tak
bisa lagi menginginkanmu. Ternyata tanpamu cinta sudah tak berarti, dan aku tak pernah
mengira ini akan mengulang kejadian yang seharusnya sudah kubur dalam-dalam otakku.
Mengapa harus kau terikat?????
Padahal sebelumnya telah kau ungkapkan hanya aku yang ada di hatimu. Dan aku masih
menaruh harapan terbesarku bisa menjadi permaisuri hatimu. Tapi itu tak mungkin lagi????
Semuanya harus lenyap, dan aku harus menerima semua ini aku harus melupakanmu…
Cinta memang tak harus memiliki itulah pernyataan klasik yang kini harus ku terima, tapi
jujur aku tak mudah untuk melupakanmu. Karena nanti aku harus merasakan kerinduan yang
terlarang……
Tuhan......ijinkanlah aku membalas cintanya suatu saat nanti, kendatipun hanya semenit
waktu yang Kau berikan kepadaku, paling tidak aku tidak akan pernah merasa bersalah lagi
padanya. Dia pergi karena kekanak-kanakanku, kebodohanku yang tak pernah bisa membaca
hati dan pikirannya. Dia berlalu karena aku telah melukai hatinya. Sepotong puzzle ke
sepuluh adalah keajaiban, berharap waktu masih berbaik hati mempertemukan Raisa dengan
Evan Afandi.
**
49
Setangkai Cinta Tak Termiliki
Permintaan Terakhir
Sudah 4 tahun lamanya Raisa menjalani hidupnya dengan kesendirian. Sejak Evan
menikah dengan wanita lain, dia mencoba untuk belajar mencintai Reza dengan sepenuhnya
dan berharap bahwa Reza adalah orang yang tepat untuk menjadi pendamping hidupnya. Tapi
takdirpun berkata lain, beberapa bulan setelah Evan menikah, Reza pergi meninggalkannya
tanpa sebuah kata perpisahan. Hatinya benar-benar merasa dipermainkan. Padahal demi Reza
dia harus mengorbankan cintanya dimiliki oleh orang lain, tapi ternyata balasannya begitu
pahit. Ini jawaban dari segala keraguan hubungannya. Sejak awal mereka menjalin hubungan,
Raisa tahu Reza bukan yang terbaik, tapi rasa kasihan itu yang tak bisa membuatnya pergi
dari kehidupan Reza. Rasa penyesalan itu semakin membesar di dada Raisa. bukan kepergian
Reza yang dia tangisi, bukan perpisahannya dengan Reza yang membuat dia sakit hati, tapi
penyesalannya karena telah mengorbankan Evan dan memilih tetap mempertahankan
hubungannya. Tapi biarlah Reza pergi dari kehidupannya dan berharap dia tidak akan lagi
menampakkan wajahnya. Karena itu akan membuat Raisa semakin bersalah terhadap Evan.
Raisa tak bisa memaafkan Reza, karena dialah yang harus bertanggung jawab atas kepergian
Evan.
Satu tahun terakhir ini dia habiskan di atas ranjang pesakitan.. Tubuhnya terasa
lemah, wajahnya begitu pucat. Kegiatannya hanya keluar masuk rumah sakit, menjalani
semua terapi dan meminum semua jenis obat hanya untuk memperpanjang nyawanya.
Harapannya untuk bisa tetap hidup sangat tipis, saat dokter memvonis dia mengidap
Leukemia Limfosik Kronis. Sel-sel darah putih telah menyerang imunitas tubuhnya sehingga
dia harus menjalani beberapa pengobatan untuk mencegah sel-sel itu berkembang menjadi
banyak dan mematikannya dengan sekejap.
“mimisan lagi Sa?”tanya Anna yang saat itu sedang menjenguknya di rumah sakit.
“sudah biasa An, sudahlah tak usah khawatir seperti itu, aku akan baik-baik saja kok.”kataku
mencoba menenangkan
Anna melihat luka lebam di tangan Raisa, dia tak kuasa melihat sahabatnya berusaha
menahan segala rasa sakit yang kita ada di sekujur tubuhnya.
“kamu pasti sembuh Sa.”ucap Anna sambil memelukku.
“sudahlah An, jangan mengasihaniku seperti ini, aku kuat kok.”kataku
50
Setangkai Cinta Tak Termiliki
Anna tak kuasa menatap wajah sahabatnya yang semakin memucat, ia kemudian meminta ijin
untuk keluar membeli makanan kecil. Ia berlari keluar dan menangis sejadi-jadinya. Mengapa
Raisa harus mengidap penyakit itu, apa salah Raisa?”lirihnya. kala itu ia tak kuasa lagi untuk
memberitahu Evan tentang semua ini, sejak awal dia mengetahui Raisa menderita penyakit
itu dia ingin memberitahukannya tapi Raisa melarangnya, dia tak ingin mengganggu
kehidupan Evan yang sudah berbahagia. Sekalipun memberi kabar, bukan kabar baik yang
Evan terima tapi sebuah kabar buruk itu yang menjadi alasan Raisa. Sejak Evan menika,
hanya sesekali Raisa menghubunginya itu pun hanya menanyakan kabarnya, tak pernah lebih,
karena dia harus berusaha menekan rasa sesal, rasa cinta, dan rasa rindun yang ingin
diungkapkannya. Tapi melihat kondisinya yang semakin parah Anna harus melanggar
janjinya, paling tidak Raisa bisa merasakan kebahagian di akhir hidupnya. Dengan terpaksa
Anna menelepon Evan.
“halo...dengan Evan Afandi.”kata Anna
“iyah, maaf ini siapa?”tanya evan
“aku Anna, temannya Raisa, masih ingat dengan dia kan?”tanya Anna meyakinkan
“Raisa...iyah ada apa yah?”tanya Evan dengan penuh penasaran.
“ceritanya panjang kak, kalau boleh bisa Anna bertemu dengan kakak.” Ucap Anna penuh
harap
“iyah, bagaimana kalau nanti sore saja, kebetulan saya sedang di Bandung, di taman kota
yah.”kata Evan
“ok...kalau begitu makasih banyak kak.”kata Anna
Anna kembali ke kamar Raisa, usai mengusap air matanya. Hari ini dia akan menemani Raisa
menjalani kemoterapi. Raisa masih terbaring lemah di atas ranjang pesakitan itu. Matanya
terpejam, wajahnya begitu pucat menggambarkan betapa sakitnya dia menahan semua ini.
Usai menemani Raisa dia bergegas pergi ke taman kota untuk menemui Evan. Nampaknya
Evan sudah datang terlebih dahulu. Akhirnya mereka berkenalan dan saling berbincang
tentang apa yang sedang menimpa Raisa saat ini. Anna menceritakan semua yang Raisa alami
sejak Evan menikah dan Reza pergi dari hidupnya.
“Raisa.....leukemia????”kata Evan mendesah
“maaf kalau harus melibatkan dan menganggu kak evan lagi.”kata Anna
“aku harus menemuinya An.”tukas Evan
“besok dia akan menalani transplantasi sel Induk, aku harap kakak bisa menemaninya.”ujar
Anna penuh harap
“baiklah, besok aku akan datang.”Evan meyakinkan Anna
51
Setangkai Cinta Tak Termiliki
Ratusan obat telah menjejali perutnya, sakit akibat kemoterapi seolah telah menjadi sahabat
baiknya saat ini. Rambutnya mulai menipis, badannya begitu kurus. Pagi itu Anna membawa
Raisa ke taman Rumah sakit untuk mengirup udara segar, karena hari ini Raisa akan
menjalani Transplantasi Sel Induk. Evan datang menghampiri Anna yang sedang mendorong
kursi roda Raisa, memberikan isyarat untuk menggantikan posisi Anna. Raisa tak mengetahui
bahwa pujaan hatinya hari itu datang untuk menjenguknya meskipun dalam keadaan sakit.
“An, aku haus.”kata Raisa
Dengan cepat Evan maju ke hadapan Raisa, dan berlutut dihadapannya untuk memberikan air
minum untuk Raisa.
“Evan....kamu...”lirih Raisa kaget
“minumlah.”kata Evan sambil tersenyum
Raisa meminum air itu dengan wajah bingung, mengapa Evan bisa tahu dia ada di sini. Evan
memandingi wajah Raisa, wajah yang dulu penuh dengan keceriaan, kini berganti dengan
wajah yang begitu pucat pasi. Lesung pipinya sudah tak ada lagi berganti dengan tonjolan
tulang pipi yang semakin tajam terlukis wajahnya. Evan tak pernah menyangka akan bertemu
Raisa dalam keadaan yang begitu menyedihkan.
“mengapa kau menatapku seperti itu?”tanya Raisa
“tak apa, aku hanya rindu padamu Sa.”jawab Evan
“lebih baik kakak pergi saja, Raisa gak mau ketemu kakak.”ujar Raisa sambil memutar kursi
rodanya membelakang Evan
“gak mungkin Sa, kakak mau nemenin Raisa.”jawab Evan sambil memegang tanganya
“kehadiran kakak saat ini hanya untuk mengasihaniku, dan aku tak butuh dikasihani, kakak
pulang aja kasian istri kakak.”ujar Raisa dengan ketus
“kak Vina justru yang menyuruh kakak buat nemenin Raisa.”jawab Evan
“aku gak mau menyakiti hati kak Vina, aku gak mau merusak hidup kakak lagi, sudahlah
mendingan kakak pergi saja.” Raisa semakin sinis
Di sela perdebatan kecil itu Anna datang memberitahukan ini waktunya Raisa menjalani
terapi lagi. Anna segera menggantikan posisi Evan dan meminta ijin padanya untuk
membawa Raisa. Raisa di bawa masuk ke ruangan steril, ada dua dokter dan beberapa
perawat yang menemani Raisa. Anna menunggunya di luar bersama Evan. Sebuah jarum
suntik berukuran besar dan tajam mulai menghunus di bagian punggungnya. Jeritan Raisa
terdengar sampai ke telinga Evan. Dia begitu sedih mendengar rintihan adik kecilnya yang
sedang berjuang untuk memperpanjang nyawa hidupnya.
“Raisaaaa....kenapa harus kamu.”lirihnya dalam hati
52
Setangkai Cinta Tak Termiliki
**
Meskipun Raisa menolak untuk ditemani Evan tapi Evan bersikeras meminta kepada
keluarga Raisa untuk menjaganya setiap hari. Evan sepertinya ingin menghabiskan waktunya
bersama Raisa di saat terakhirnya. Akhirnya Raisa tak kuasa untuk menolak permintaan
Evan. Tangan Evan tak pernah lepas dari genggam tangan Raisa. tak henti-hentinya dia
mengelus rambut Raisa yang semakin menipis.
“kakak...maafin Raisa ya.”kata Raisa pelan
“maaf untuk apa, gak ada yang perlu dimaafkan kok.”jawab Evan tenang
“Raisa selalu nyusahin kakak sampai sekarang, Raisa gak pernah bikin kakak bahagia, Raisa
sering nyakitin hati kakak.”ujar Raisa
Evan lalu duduk di samping ranjang Raisa, kemudain membangunkan Raisa, dan merebahkan
kepala Raisa di pundaknya. Hal yang sama yang ia lakukan seperti di taman kota dan di
bekasi. Tapi kali ini bukan pelukan kebahagian tapi ini adalah pelukan perpisahan untuk
Raisa. Evan tak kuasa menahan sedih dengan kondisi adik kecil yang begitu dia sayangi yang
sebentar lagi mungkin akan benar-benar pergi dari kehidupannya.
“tidurlah, jangan banyak bicara lagi.”ucap Evan sambil mengecup rambutnya
“kak...kalau boleh Raisa mau minta sesuatu dari kakak, anggap saja ini permintaan terkahir
Raisa.”kata Raisa dengan lemah
“iyah, tapi jangan yang aneh-aneh yah.”jawab Evan sambil tersenyum
“kakak kan suka naik gunung, sejak dulu Raisa ingin nemenin kakak naik gunung, Raisa
ingin lihat sunrise bareng kakak, bisa kan.”ujar Raisa
“gak mungkin Sa, kamu sedang sakit, lagipula keluarga dan dokter pasti gak bakal ngasih
ijin.”jawab Evan
“nanti Raisa yang bilang, kakak tinggal bilang iyah atau tidak.”tukas Raisa
“iyah Sa, apapun itu kakak akan kabulkan asalkan kamu bahagia Sa, selama ini kakak gak
pernah buat Raisa bahagia.”jawab Evan sambil menitikkan air mata.
Evan semakin erat memeluk tubuh Raisa yang sedingin es, dia benar-benar membiarkan
Raisa tertidur dalam pelukannya. Di genggamnya tangan Raisa dengan kuat, dia tak ingin
melepaskan pelukan itu. Gadis kecil yang dulu begitu ceria kini lemah tak berdaya
dipeluknya. “Oh Raisaaaaa......maafkan aku karena aku tak bisa memilikimu hingga detik ini,
aku tak pernah bisa membuat kamu bahagia. Maafkan aku Sa...cintamu yang tak sempat
terbaca oleh hatiku, aku yang mengabaikanmu, aku yang menghilang dan pergi dari
kehidupanmu. Aku bersembunyi dari kenyataan cintaku terhadapmu, aku tak sempat
mengungkapkan semuanya kepadamu, aku menyesal Sa...padahal aku tahu kau begitu
53
Setangkai Cinta Tak Termiliki
mencintaiku, semua sikapku telah membunuh cintamu. Aku selalu membuatmu kecewa,
kamu seharusnya bahagia Sa, bukan seperti ini, kamu berhak mendapatkan bahagia dari
kekuatan cintamu terhadapku Sa..Andai saja aku masih punya kesempatan kedua untuk
menghapus semua lukamu, dan memberimu segenap cintaku, maafka aku Sa.....
Potongan puzzle yang ke sebelas adalah kesempatan kedua, berharap peluang itu masih ada
untuk membaikan keadaan yang sudah berada diujung tanduk.
**
Setangkai cinta tak termiliki
Udara gunung Pangrango masih terasa dingin, embun pagi masih menyelimuti pepohonan
gunung itu. Perjalanan menuruni gunung itu masih membutuhkan waktu lama. Teman-teman
Raisa sudah mulai khawatir dengan kondisi Raisa yang semakin memburuk. Perjalanan harus
banyak terhenti karena Evan tak mau menggantikan posisinya untuk menggendong Raisa di
punggungnya. Dia ingin membahagiakan Raisa untuk yang terakhir kalinya. Tak peduli rasa
lelah yang mulai menggetarkan tubuhnya, rasa kantuk yang mulai menyerang matanya. Dia
harus meyakinkan dirinya bahwa dia sanggup membawa Raisa kembali pulang dengan
selamat. Wajah Raisa semakin memucat, ditambah udara dingin pegunungan yang
membuatnya beberapa kali menggertakkan giginya. Tubuhnya begitu lemah, tapi dia
berusaha untuk terbangun agar bisa menikmati setiap perjalananya dengan Evan.
“kak..kalau kakak lelah biar Raisa jalan sendiri.”kata Raisa
“tenang aja kakak masih kuat kok Sa, kan kamu tahu tubuh kakak kekar begini.”ujar Evan
meyakinkan
“kakak gak usah bohongin Raisa lagi, Raisa kuat jalan kok, nanti kakak sakit.”ujar Raisa
memohon
Evan tak pernah menggubris jika Raisa meminta turun dari punggungnya. Dalam hatinya
hanya ingin membuat Raisa bahagia di ujung hidupnya. Tak peduli rasa lelah, pegal, dan
kantuk yang melanda. Dia yakin dia bisa melewatinya dengan baik, dan berharap Raisa bisa
tersenyum.
“kak...jika waktunya Raisa telah tiba, jangan pernah ingat tentang Raisa, lupain Raisa, Raisa
gak mau nyakitin hati kak Vina seperti sekarang karena kakak mau nemenin Raisa.”
“kok ngomongnya gitu Sa.”jawab Evan sambil terus berjalan menyusuri jalan setapak.
54
Setangkai Cinta Tak Termiliki
“semua ini Raisa yang salah, jadi Raisa gak mau kakak terluka lagi, bahagianya kakak
bahagianya Raisa, Raisa gak mau ganggu hidup kakak lagi. Raisa sudah cukup banyak
menyusahkan kakak di bumi ini. Yang penting kakak janji sama Raisa, dikehidupan yang
akan datang kakak buat Raisa, kakak jangan pergi lagi kaya dulu, kakak jangan nikahin
bidadari di surga nanti ya, kakak nikahnya sama Raisa aja. Raisa nanti nunggu kakak di sana,
Raisa janji gak akan buat kakak terluka lagi. Raisa mau bahagiain kakak. Kakak janji
yah.”kata Raisa mebisikan kalimat itu tepat di telinga Evan.
“Insya Allah.”jawab Evan
“Evan Afandi yang bisa buat gempa di hati Raisa, Evan Afandi yang bisa Raisa cintai, Evan
Afandi yang bisa milikin hati Raisa, itu jawaban Raisa kak buat pertanyaan yang kakak
lontarkan dulu saat kita suka ngobrol dan cruhat-curhatan.”ujar Raisa
“iyah Sa.”jawab Evan
“kakak masih ingat gak lagu yang sering kita nyanyikan kalau kita lagi berdua?”tanya Raisa
“Raisa mau kakak nyanyi?”tanya Evan dengan semangat
“bernyanyilah bersamaku kak.”ucap Raisa tersenyum
“kemesraan ini janganlah cepat berlalu..kemesraan ini, inginku kenang selalu, hatiku
damai..jiwaku tentram disampingmu.....”
Raisa bernyanyi dengan suara yang parau, sedangkan Evan air matanya semakin deras
mengalir.
“Raisa pernah meminta keajaiban buat ungkapin semua hati Raisa sama kakak walaupun
Cuma satu menit, Raisa ingin memeluk kakak dan bilang Raisa sayang kakak, Raisa mau
milikin kakak. Tuhan kabulkan doa Raisa sekarang, Raisa sekarang bisa meluk kakak dan
bilang semua perasaan Raisa sama kakak, kanker ini adalah keajaiban buat Raisa kak.
Akhirnya Raisa bisa milikin kakak walau cuma sebentar. Raisa sekarang bahagia kak, Raisa
gak akan merasa menyesal dan bersalah lagi sama kakak, setidaknya ini bisa membuat Raisa
pergi dengan tenang. Raisa minta sama kakak, setelah malaikat jemput Raisa, kakak jangan
nangis, pokonya kakak harus lupain Raisa, janji yah.”ungkap Raisa
“iyah Sa, kakak janji.”jawab Evan sambil menangis
“sekarang semuanya sudah Raisa ungkapin sama kakak, makasih ya udah mau nemenin
Raisa, bilang juga maaf sama kak Vina Raisa udah nyakitin hatinya. Ada sepucuk surat buat
kakak di laci meja di kamar Raisa, nanti kakak baca yah kalau Raisa udah pergi.”kata Raisa
dengan tenang
“kamu gak akan mati Sa, kamu pasti sembuh Sa.”jawab Evan
55
Setangkai Cinta Tak Termiliki
“Raisa sekarang udah tenang kak, sudah waktunya Raisa pergi, Raisa sudah disambut kak,
Raisa cinta kak Evan Afandi sekarang kakak bimbing Raisa buat pergi.”ucap Raisa
Sejenak Evan terdiam mendengar kata terakhir itu, tangan Raisa sudah terlepas dari lehernya
terjatuh di samping tangannya. Raisa telah menghembuskan nafas terakhirnya dalam pelukan
Evan. Evan langung berhenti merangkul tubuh Raisa ke dalam dadanya. Dia mencoba
mengguncang-guncangkan tubuh Raisa.
“Sa...bangun Sa.....kakak mohon bangun Sa sebentar lagi kita sampai Sa, Raisa pasti
sembuh.....”kata Evan sambil menagis
Tubuh itu sudah tak berdaya lagi, sekujur tubuhnya telah membatu, wajahnya semakin pucat
memutih dengan sebuah senyuman tersungging di sudut bibirnya. Evan terus berusaha untuk
menggerakkan tubuhnya, berharap Raisa hanya pingsan bukan pergi untuk selamanya. Tapi
semua itu sia-sia Raisa tak kujung jua bangun membuka matanya. Anna menegang tangan
Raisa dan memastikan Raisa telah pergi.
“Raisa sudah pergi kak....”kata Anna sambil menagis
“gak mungkin An, Raisa itu kuat.”jawab Evan sambil menangis
“yang ikhlas kak.”jawab anna dengan berlinang air mata
“Raaaaiiiisssaaaaaaaaaa...”teriak Evan
Teriakan Evan memecah kesunyian pagi itu, dia tak henti-hentinya menangis sambil
memeluk tubuh Raisa yang sudah tak bernyawa lagi. Teman-teman yang lain mencoba untuk
membantu Evan menggotong Raisa dan segera membawanya ke rumah sakit. Evan begitu
terpukul dengan kejadian ini, mengapa Raisa meminta keajaiban hanya untuk bertemu
dengannya dan mengungkapan semua isi hatinya. Takdir telah memberikan keajaiban kepada
Raisa tapi dia harus menukarnya dengan nyawanya. Tak ada lagi gelak tawa seorang Raisa,
tak ada lagi suara indahnya yang selalu ceria membawakan lagu-lagu dengan gitarnya, tak
ada lagi puisi cinta yang di tulis oleh tangannya. Raisa telah pergi dengan cinta yang masih ia
simpan hanya untuk Evan Afandi. Raisa hanya akan menjadi sebuah cerita tentang setangkai
cinta tak termiliki. Inilah potongan puzzle terakhir dari kisah ini.
**
Puzzle Hati Raisa
Usai kepergian Raisa, Evan mencoba untuk menguatkan hatinya. Sesuai pesan Raisa dia
harus melupakan Raisa agar tak mengganggu kehidupannya lagi. namun sepucuk surat yang
56
Setangkai Cinta Tak Termiliki
Raisa tinggalkan untuknya, tak akan mungkin membuatnya sanggup untuk melupakan
semuanya tentang Raisa.
Dear Evan Afandi....
Teriring sebuah doa untukmu kakakku tersayang, semoga kebahagiaan senantiasa
selalu menyertaimu di sana. Manusia hidup hanya sekali, jatuh cinta hanya sekali, dan
menikah hanya sekali, itu kata-kata yang Rahul bilang sama Anjali di film Kuch-kuch Hota
hai. Jika hidup itu hanya sekali itu memang kenyataan yang sebenarnya, pun menikah
mungkin itu juga akan terjadi dalam sekali seumur hidup. Tapi untuk jatuh cinta, aku pernah
sangsi untuk itu. Aku tak percaya dengan kalimat “jatuh cinta hanya sekali”, sekarang aku
mengerti kalimat itu kak. Sejak awal aku mengenal Evan Afandi ada sesuatu yang membuat
aku seperti orang aneh. Ketika pertama kali bertemu sesuatu yang aneh itu mulai
menciptakan gempa di hatiku. Waktu itu aku belum tahu tentang rasa yang begitu hebat itu.
Ketika kamu menjauh aku seperti kehilangan sesuatu yang amat berharga, kau seperti nyawa
bagi hatiku. Saat kau mendekat getaran hati itu semakin bergetar dengan kuat. Ini tak pernah
aku alami ketika aku mengagumi Indra ataupun ketika aku berhubungan dengan Reza.
Walaupun Indra yang pertama kali menyentuh tanganku. Sentuhan itu seperti angin, dan
mulai bisa meletakkan sebuah kenangan manis dalam hatinya. Semua tentang Indra adalah
sebuah kekagumanku terhadapnya bukan cinta, dan dia tetap tak kan mungkin aku miliki.
Tak pernah ada sesuatu yang terjadi dalam hati. Semuanya terasa biasa saja. Hanya kepada
Evan Afandi cinta ini mulai memberikan sinyal untuk bergetar dan meciptakan gempa dalam
hatiku. Itulah makna dari jatuh cinta hanya sekali, tak akan jatuh cinta kedua, ketiga, dan
seterusnya. Hati tak pernah salah untuk memilih pemiliknya. Tapi kenapa kau begitu cepat
berlalu dari kehidupanku. Kau pergi dengan membawa sepotong hatiku yang hilang.
Belahan hati yang lain merasakan sakit yang luar biasa dan itu aku yang menanggungnya
sendiri, walau tanpa senyum itu lagi. hingga suatu hari kau datang kembali membawa
potongan hati itu namun kau tak pernah mencoba mengembalikannya padaku. paling tidak
hatiku bisa berusaha untuk merangkai puing yang telah lama menghilang itu, walaupun
potong puing hati itu tak pernah kembali ke tempatnya semula. Tapi aku mencoba
merangkainya menjadi sebuah untaian kata bermakna tentang sebuah cinta, cintaku kepada
Evan Afandi. Meski aku tak pernah tahu isi hatimu yang sebenarnya, kau hanya memberikan
sebuah isyarat yang tak bisa ku baca dan ku pahami. Kau hanya diam membisu
menghempaskan semua harapanku untuk bisa memilikimu. Hingga beberapa kali aku
mendapatkan kesempatan untuk ungkapkan semua isi hatiku, tapi semuanya seakan sia-sia.
57
Setangkai Cinta Tak Termiliki
Malam indah yang tak akan pernah kulupakan di Bekasi, itu adalah sebuah penyesalan
sebagai isyarat bahwa kau memang tak akan pernah menjadi milikku. Aku berharap masih
ada kesempatan lain agar aku bisa menyerahkan hati ini pada pemiliknya. Ku tunggu dan
terus ku tunggu kesempatan itu.
Kebisuanmu, sikapmu yang datang dan pergi begitu menyakitkan hatiku. Dahagaku begitu
kehausan dengan hilangnya anggur cintaku. Hingga sesorang datang dan meminumkan
racun bunga cinta di tubuhku. Racun itu kemudian menyebar mendarah daging ditubuhku,
aku dipaksa untuk membenci Evan Afandi.
Akhirnya kau benar-benar datang kembali dalam kehidupanku dengan membawa kabar yang
begitu membuat dadaku sesak. Kau akan mengucap janji setia sehidup semati dengan wanita
lain. Sedih, sesal, kecewa, bahagia, semuanya melebur menjadi satu dalam cawan cinta yang
harus ku reguk, tentang sebuah kenyataan bahwa kau memang bukan untukku. Ikatan itu
menjadi jurang pemisah antara kau dan aku.
Sejak kau menikah aku hanya bisa berharap akan datang sebuah keajaiban agar aku bisa
bertemu denganmu lagi. membalas semua pelukanmu dan mengatakan semua isi hatiku yang
belum kau tahu semuanya. Semuanya belum kau ketahui Van, masih tersimpan dan itu harus
kau dengarkan maksud hati ini. Andai saja aku punya kesempatan kedua, aku ingin sekali
memiliki hatimu, dan membuatmu bahagia hingga akhir hidupmu. Tapi kesempatan itu tak
pernah datang padaku.
Akhirnya takdir menjawab doaku, keajaiban itu datang tapi aku harus menukarnya. Apapun
akan lakukan agar aku bisa bertemu dengan Evan Afandi dan mengungkapkan semua isi
hatiku, agar tak pernah ada rasa sesal lagi yang menghantui hidupku. Bayangmu terlalu
menyiksa dan menyita semua waktuku, hanya untuk mengungkapkan isi hati ini. Tak ada
yang berubah dengan hatiku, masih sama seperti yang dulu, masih untuk Evan afandi.
Namun kenyataanya kau tak sendiri lagi, kau telah ada yang memiliki, masih bolehkah aku
mengharapkanmu??
Hingga keajaiban itu datang membawa kabar baik untukku, dimana aku bisa memilikimu
walau hanya semenit waktu. Kau datang disaat aku lemah tak berdaya, dan aku sudah tak
mungkin lagi berada di hatimu. Kau datang di saat aku tak ingin pergi dari dunia ini, karena
aku ingin bersamamu. Engkau ada disini, di hati ini selalu Evan Afandi walau dengan
setangkai cinta yang tak termiliki. Takdir telah membuat kita terikat pada jalan kita masing-
masing, dimana kau harus terikat dengan bunga yang lain, dan aku harus terikat dengan
dimensi waktu yang tak bisa dibaca oleh nalar manusia karena aku telah memenuhi
panggilan jiwaNya, berbahagia di dalam genggaman tangan CintaNya....
58
Setangkai Cinta Tak Termiliki
Evan Afandi...
Di detak jantungku namamu selalu ada mengisi semua ruang-ruang kosong hatiku. Aku tak
akan pernah menghapus nama yang terukir dihatiku ini walaupun aku senantiasa berdoa
kepada Sang Maha Cinta untuk mematikan cintaku ini. Kau akan selalu menjadi yang terbaik
dan terindah dalam setiap kisahku. Hanya kau dan hanya untukmu hati ini akan ku berikan.
Selamat tinggal Evan afandi semoga kebahagiaan senantiasa tercurahkan untukmu. Maafkan
atas segala kesalahan dan kekuranganku. Aku mencintaimu Evan Afandi.....
Raisa Kirana
“Selamat jalan Sa...aku akan selalu mengenangmu, aku akan selalu merindukanmu.”lirih
Evan dengan mendekap surat itu di dadanya.
Epilog
Getaran hati adalah sebuah isyarat bahwa cinta telah menancapkan tunasnya di ladang
hati. Seperti sebuah tunas bunga kecil yang akan tumbuh menjadi setangkai bunga yang indah
dan selalu merekah di pagi hari. Isyaratkan kepada sang pemilik hati untuk segera
memetiknya. Nikmati semua keindahan yang tercurah dalam setiap keelokan kelopaknya,
jangan biarkan dia layu, atau gugur begitu saja di musim semi. Musim yang seharusnya
bunga merekah dengan penuh keindahan dengan aroma yang begitu menenangkan. Pun
perasaan cinta, jikalau sudah saatnya cinta berkata dari mata kemudian turun ke hati,
ungkapkanlah jangan biarkan ia tertahan agar kau bisa menikmati keindahan cinta itu dan
akan menjadi penenang hidupmu suatu saat nanti, karena jika dia tertahan cinta hanya akan
menjadi Setangkai Cinta yang Tak Termiliki........