-
SERTIFIKASI DAN KINERJA GURU SEJARAH
DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI
KOTA SEMARANG TAHUN 2013
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan sejarah
Oleh :
Rois Susilowati
3101409008
JURUSAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
-
2
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul "SERTIFIKASI DAN KINERJA GURU SEJARAH
DI
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI KOTA SEMARANG TAHUN
2013" telah disetujui untuk diajukan ke Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Semarang.
Hari :
Tanggal :
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Drs. Karyono, M.Hum. Insan Fahmi Siregar, S.Ag., M.Hum.
NIP. 19510606 198003 1 003 NIP.19730127 200604 1 001
Mengetahui Ketua Jurusan Sejarah
Arif Purnomo, S.Pd., S.S., M.Pd. NIP. 19730131 199903 1 002
ii
-
PENGESAHAN KELULUSAN
Telah dipertahankan di depan sidang Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Semarang.
Hari :
Tanggal :
Penguji Utama
Arif Purnomo, S.Pd., S.S., M.Pd.
NIP. 19730131 199903 1 002
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Drs. Karyono, M.Hum. Insan Fahmi Siregar, S.Ag., M.Hum.
NIP. 19510606 198003 1 003 NIP.19730127 200604 1 001
Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Dr. Subagyo, M.Pd NIP. 19510808 198003 1 003
iii
-
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini
benar-benar hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain,
baik sebagian
atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat
dalam
skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah.
Semarang,
Rois Susilowati
NIM:3101409008
-
5
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Sesungguhnya Bersama Kesulitan Ada Kemudahan (Qs.
Asy-Syarh:6)
Aku Bisa, Karena Berfikir "AKU BISA".
PERSEMBAHAH
Bapak ibu tercinta yang selalu memberikan
doa dan semangat tiada henti
Khabibku, Henry Frasetyono, Semoga kita
selalu bersama
Sokhibku, Lilis Handayani, semoga
persahabatan kita tak lekang oleh waktu
Teman-teman jurusan sejarah angkatan 2009
Almamaterku
v
-
6
PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Sang Rabb atas limpahan
nikmat,
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan
judul Sertifikasi dan Kinerja Guru Sejarah di Sekolah Menengah
Atas Negeri
Kota Semarang Tahun 2013. Penulis menyadari, terwujudnya skripsi
ini atas
kerjasama dan kontribusi berbagai pihak. Untuk itulah, pada
kesempatan ini
ijinkan penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang
bersangkutan.
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas
Negeri
Semarang atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk
belajar di UNNES tercinta.
2. Dr. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri
Semarang, atas segala dukungan yang telah diberikan, baik
moral
maupun material.
3. Ketua Jurusan Sejarah FIS Unnes Arif Purnomo, S.Pd., S.S.,
M.Pd.
yang selalu memberikan arahan penulis dalam belajar di
jurusan
sejarah.
4. Pembimbing I, Drs. Karyono, M.Hum., dan pembimbing II,
Insan
Fahmi Siregar, S.Ag., M.Hum., yang meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan wawasan yang
luas
hingga terwujudnya skripsi ini.
vi
-
7
5. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Sejarah FIS Unnes, penulis
ucapkan
terima kasih, atas ilmu pengetahuan yang telah diajarkan
kepada
penulis.
6. Ibu Saryuni, Nur Azizah, Retno, S.Kom., dengan keramahannya
selalu
memfasilitasi penulis dalam berbagai hal.
7. Kepala sekolah, Guru sejarah, dan siswa-siswa di SMA N 2, 3,
5, 6, 7,
9, 11 dan 15 Semarang yang membantu dalam pengumpulan data.
8. Kedua orangtua terkasih Bapak Masdum dan Ibu Zulaikhah
serta
keluarga yang selalu mengiringi langkahku dengan motivasi,
restu, doa,
dan cintanya yang tidak dapat digantikan dengan apapun.
9. Henry Frasetyono, yang senantiasa menemani, mendukung,
dan
memberikan motivasi dalam menyusun skripsi.
10. Sahabat terbaikku: Lilis, Adhilla, Laela, Ghrena, Kaharisma,
Irvan,
Dani, dan teman-teman Pendidikan Sejarah 2009 lainnya, semoga
tali
silaturahmi kita tidak akan pupus ditelan waktu.
11. Kawan-kawanku di Adidas kos, terima kasih atas
kehangatan
kekeluargaan kita selama ini.
Akhirul kalam, penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat
serta
menambah pengetahuan bagi semua pihak yang berkepentingan dan
khasanah
ilmu pengetahuan.
Semarang, Penyusun
vii
-
8
SARI
Rois Susilowati, Sertifikasi dan Kinerja Guru Sejarah Di Sekolah
Menengah Atas Negeri Kota Semarang Tahun 2013. Skripsi, Jurusan
Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing I. Drs. Karyono, M.Hum Pembimbing II. Insan Fahmi
Siregar, S.Ag., M.Hum.
Kata kunci: Sertifikasi, kinerja, guru Sejarah Guru merupakan
salah satu faktor penting dalam dunia pendidikan.
Banyak program dari pemerintah yang pada dasarnya bertujuan
untuk meningkatkan kualitas guru. Salah satunya adalah dengan
pemberian tunjangan sertifikasi kepada guru, termasuk guru sejarah.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana sertifikasi dan
kinerja guru sejarah di Sekolah Menengah Atas Negeri Kota Semarang
tahun 2013?
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Lokasi
penelitian ini terletak di SMA Negeri Kota Semarang. Informan dalam
penelitian ini adalah guru sejarah dan siswa. Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode yaitu (1)
observasi, (2) wawancara, (3) dokumentasi. Analisis yang dilakukan
menggunakan analisis model interaktif.
Sertifikasi guru sejarah di Sekolah Menengah Atas Negeri Kota
Semarang tahun 2013 memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
tingkat kinerja guru sejarah. Hal ini dapat dilihat sebagai
berikut, Pertama, Guru sejarah di SMA Negeri Kota Semarang semakin
terrmotivasi untuk menyusun RPP yang mencakup semua indikator
yakni, perumusan tujuan pembelajaran, pemilihan dan
pengorganisasian materi, pemilihan sumber belajar/media
Skenario/kegiatan pembelajaran, dan penilaian hasil. Kedua,
Sertifikasi guru yang memberikan tunjangan sebesar satu kali gaji
pokok berpengaruh terhadap proses pelaksanaan pembelajaran sejarah
di dalam kelas. Guru memperhatikan indikator pelaksanaan proses
pembelajaran di dalam kelas yang meliputi kegiatan prapembelajaran,
penguasaan materi pelajaran, pendekatan/strategi pembelajaran,
pemanfaatan sumber/media pembelajaran, pembelajaran yang memicu dan
memelihara ketertiban siswa, penilaian proses dan hasil belajar dan
kegiatan penutup. Selama proses pembelajaran di dalam kelas,
sebagian besar guru sejarah di SMA Negeri kota Semarang menunjukkan
kriteria baik. Walapun masih ada beberapa hal yang harus lebih
diperhatikan dan dibenahi oleh guru selama proses pembelajaran.
Ketiga, keberadaan sertifikasi berpengaruh terhadap evaluasi
pembelajaran yang dilakukan oleh guru sejarah di SMA Negeri Kota
Semarang. Pelaksanaan evaluasi yang meliputi kesesuaian teknik
penilaian, kejelasan prosedur penilaian dan kelengkapan instrumen.
Secara keseluruhan guru-guru sejarah bersertifikasi di SMA Negeri
Kota Semarang telah melaksanakan evaluasi dengan baik meskipun
masih ada komponen-komponen yang harus diperbaiki.
viii
-
9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
.............................................................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN
..................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN
...................................................................
iii
PERNYATAAN
....................................................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
........................................................ v
PRAKATA
...........................................................................................
vi
SARI.......................................................................................................
ii
DAFTAR ISI
........................................................................................
ix
DAFTAR TABEL
.................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR
...........................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN
......................................................................
xi
BAB I Pendahuluan Latar
Belakang.....................................................
A. Latar Belakang
....................................................................
1
B. Rumusan Masalah
...............................................................
8
C. Pembatasan
Masalah.............................................................
8
D. Tujuan Penelitian
..................................................................
8
E. Manfaat Penelitian
..............................................................
9
F. Batasan
Istilah.....................................................................
9
BAB II Kajian Pustaka dan Kerangka Berfikir
A. Pengertian Kinerja Guru
.................................................... 12
B. Tujuan Pengukuran Kinerja Guru
................................. 13
C. KinerjaGuru
....................................................................
16
D. Pembelajaran Sejarah di
SMA............................................ 27
E. Sertifikasi
Guru....................................................................
30
F. Prosedur
Sertifikasi...............................................................
35
G. Pelaksanaan
Sertifikasi.........................................................
37
H. Kerangka Berfikir
.................................................................
37
BAB III Metode Penelitian
A. Pendekatan Penelitian
......................................................... 39
B. Lokasi dan Sarana Penelitian
............................................ 40
-
10
C. Fokus Penelitian
..................................................................
41
D. Teknik Pengumpulan Data
................................................. 41
E. Instrumen Penelitian
........................................................... 44
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
............................. 44
G. Teknik Analisis Data
.......................................................... 46
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
a. Profil Guru Sejarah di Sekolah Menengah
Atas Kota
Semarang........................................................
49
b. Kinerja Guru Sejarah Sebelum Mendapatkan
Sertifikasi.........................................................................
56
c. Kinerja Guru Sejarah Setelah Mendapatkan
Sertifikasi.......................................................................
63
B. Pembahasan
a. Sertifikasi dan Kinerja Guru Sejarah
............................. 85
b.
Kekurangan...................................................................
93
BAB V Penutup
A. Simpulan
............................................................................
98
B. Saran
..................................................................................
100
DAFTAR PUSTAKA
...........................................................................
101
LAMPIRAN
..........................................................................................
103
x
-
11
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Guru sejarah di SMA Negeri Kota Semarang
.......................... 50
2. Daftar guru yang dijadikan sampel penelitian
.......................... 67
xi
-
12
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka
Berfikir.........................................................................
38
2. Triangulasi
Teknik........................................................................
47
3. Komponen dalam analisis data model
interaktif............................ 48
4. Dokumentasi
kegiatan....................................................................
102
xii
-
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Dokumentasi
Kegiatan................................................................
103
2. Pedoman Wawancara
Guru.........................................................
108
3. Pedoman Wawancara
Siswa.......................................................
110
xiii
-
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan
oleh
orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi
peserta didik
agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita
pendidikan. Pendidikan
adalah bantuan yang diberikan dengan sengaja kepada peserta
didik dalam
pertumbuhan jasmani maupun rokhaninya untuk mencapai tingkat
dewasa.
(Munib, 2004:34).
Peran guru atau pendidik dalam pendidikan tidak dapat dianggap
remeh.
Guru memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat penting dalam
mencapai
tujuan pendidikan nasional. Jika ada tuntutan bagi guru untuk
meningkatkan
kinerjanya, hal itu terutama dimaksudkan untuk meningkatkan
kualitas
pendidikan nasional, dan pada gilirannya untuk membuat bangsa
Indonesia
sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Pernyataan tersebut
mengisyaratkan
tanggungjawab dari para guru yang sudah sejak lama berada
digaris depan
pendidikan. Sekarang ini rendahnya kinerja guru banyak disoroti
sebagai
penyebab utama merosotnya mutu pendidikan nasional. Karena itu
ada suatu
kebutuhan yang mendesak untuk menemukan upaya dan strategi
untuk
meningkatkan kinerja guru demi memperbaiki proses
belajar-mengajar dikelas
(Isjoni, 2008:49).
-
2
Faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia dilihat
dari segi
guru adalah berkaitan dengan profesionalisme guru yang masih
belum memadai,
sehingga perlu diselesaikan secara komprehensif menyangkut semua
aspek terkait
yaitu kesejahteraan, kualifikasi, pembinaan, perlindungan
profesi, dan
administrasinya. Dalam hal ini ditengarai bahwa profesionalisme
guru di
Indonesia masih sangat rendah, dan secara makro merupakan
penyebab
rendahnya mutu pendidikan nasional secara keseluruhan (Mulyasa,
2009:10).
Fakor lain yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru
antara lain
disebabkan oleh (1) masih banyak guru yang tidak menekuni
profesinya secara
utuh. Hal ini disebabkan oleh sebagian guru yang bekerja diluar
jam kerjanya
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga tidak
memiliki
kesempatan untuk meningkatkan diri baik membaca, menulis,
apalagi membuka
inernet, (2) belum adanya standar profesional guru sebagaimana
tuntutan di
negara-negara maju. (3) kemungkinan disebabkan oleh adanya
perguruan tinggi
swasta yang mencetak guru setengah jadi, tanpa memperhitungkan
output
dilapangan (4) kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan
kualitas diri karena
guru tidak dituntut untuk meneliti sebagaimana yang diberlakukan
pada dosen
diperguruan tinggi (Mulyasa, 2009:10).
Permasalahan tentang guru tersebut di alami oleh semua guru
mata
pelajaran termasuk guru sejarah. Pada dasarnya sejarah merupakan
mata pelajaran
penting yang tidak boleh dipandang sebelah mata. Menurut Kochhar
(2008:148)
sejarah memiliki hubungan yang sangat erat dengan ilmu
sosial
-
3
yang juga sering diajarkan sebagai bagian dari pelajaran sejarah
di sekolah.
Sejarah memainkan peran yang penting dalam memahami manusia di
lingkup
sosial dan memahami structur sosial itu sendiri. Oleh sebab, itu
guru sejarah harus
memiliki profesionalisme sebagai seorang guru untuk dapat
memainkan peran
tersebut.
Guru sejarah berperan terhadap keseluruhan pembelajaran sejarah.
Selain
mengembangkan bentuk-bentuk alat bantu pembelajaran secara
mekanis dan
mengembangkan pendidikan yang berfokus pada kemajuan siswa, guru
sejarah
juga memegang peranan penting dalam membuat pelajaran sejarah
menarik dan
hidup. Guru sejarah bertanggung jawab mengintepretasikan konsep
kepada siswa-
siswanya dan mengintepretasikan seobjektif mungkin dan
sesederhana mungkin.
Demonstrasi teknik-teknik pembelajaran yang terbaru dan efektif
yang mencakup
kunjungan ke institusi-institusi pendidikan yang ternama, juga
nasehat dari para
ahli pendidikan dan lain-lain, merupakan bagian dari pelayanan
pendidikan paa
guru sejarah. Dokumentasi yang objektif mengenai
peristiwa-peristiwa terbaru
dan berbagai aktifitas yang dilakukan oleh organisasi-organisasi
internasional
(Kochhar, 2008:393-394).
Guru sejarah juga harus pandai menggunakan media pembelajaran
masa
lampau yang bervariasi. Ini bertujuan untuk menciptakan kembali
masa lampau
dan orang-orang yang berada didalamnya, sebagai bantuan siswa
agar dapat
merasakan semangat dari setiap masa. Hal ini tentunya dapat
terlaksana hanya
jika guru sejarah memiliki kualitas dan mutu yang memadai.
-
4
Terdapat tujuh indikator yang menunjukkan lemahnya kinerja guru
dalam
melaksanakan tugasnya utamanya mengajar (teaching), yaitu:
(a)rendahnya
pemahaman tentang strategi pembelajaran, (b) kurangnya kemahiran
dalam
mengelola kelas, (c) rendahnya kemampuan melakukan dan
memanfaatkan
penelitian tindakan kelas, (d) rendahnya motivasi berprestasi,
(e) kurang disipilin,
(f) rendahnya komitmen profesi, (g) rendahnya kemampuan
manajemen waktu
(Mulyasa, 2009:9).
Pelatihan-pelatihan dan seminar dalam upaya meningkatkan mutu
guru
telah dilakukan oleh pemerintah yang memang bagi sebagian guru
menunjukkan
perubahan ke arah kemajuan. Cara lain yang dilakukan oleh
pemerintah untuk
mengatasi permasalahan rendahnya kualitas guru ini adalah dengan
mengadakan
sertifikasi. Dengan adanya sertifikasi, pemerintah berharap
kinerja guru akan
meningkat dan pada gilirannya mutu pendidikan nasional akan
meningkat pula.
Dampak dari kepemilikan sertifikasi pendidikan adalah guru
akan
memperoleh penghasilan di atas kebutuhan minimum sebagaimana
dimaksud
dalam pasal 14 ayat 1 yang meliputi gaji pokok, tunjangan yang
melekat pada
gaji, serta penghasilan lain yang berupa tunjangan profesi,
tunjangan fungsional,
tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait dengan
tugasnya sebagai
guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar
prestasi dan guru
yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah atau
pemerintah daerah diberi gaji sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, guru
yang diangkat oleh satuan pendidikan yang
-
5
diselenggarakan oleh masyarakat diberi gaji berdasarkan
perjanjian kerja atau
kesepakatan bersama (Isjoni, 2008:70).
Tujuan sertifikasi adalah untuk meningkatkan kualitas guru yang
pada
akhirnya diharapkan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan.
Guru dalam
jabatan yang telah memenuhi syarat dapat mengikuti proses
sertifikasi untuk
mendapatkan sertifikasi pendidik. Peningkatan kualitas guru
disampaing untuk
meningkatkan kompetensinya, sehingga layak untuk menjadi guru
yang
profesional, juga dimaksudkan agar guru yang bersangkutan dapat
mengikuti uji
sertifikasi setelah memperoleh ijazah SI/D4 serta mengikuti
pendidikan profesi.
Pemberian bantuan biaya pendidikan untuk meningkatkan
kompetensi, guru wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi sertifikasi pendidik,
sehat jasmani dan
rokhani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan
nasional (Martinis Yamin dan Maisah, 2010:158).
Lebih lanjut dikatakan bahwa program sertifikasi dilaksanakan
untuk
meningkatkan mutu dan martabat guru. Hal ini dilakukan mengingat
guru
mempunyai kedudukan yang strategis sebagai tenaga profesional
pada jenjang
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia
dini pada jalur
pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan
perundang- undangan.
Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk
meningkatkan
martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi
untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional.
UU nomor 14 dimaksud lebih memberi makna bagi guru, dan
merupakan
peluang bagi guru-guru untuk dapat mengembangkan kompetensi,
-
6
dan tidak mustahil menjadi momok bagi guru-guru yang memiliki
kompetensi
rendah, dan ini menjadi konsekuensi bagi guru dan dosen akan
diberlakukannya
UU tersebut (Isjoni, 2008:71).
UU tersebut diharapkan akan dapat mengangkat marwah dan
martabat
guru secara khakiki. Dengan meningkatnya kesejahteraan para guru
diharapkan
kinerja mereka dalam kiprah pendidikan juga akan semakin
meningkat. karena
selama ini andil dan kontribusi guru di dalam mencerdaskan anak
negeri ini
sepertinya dipandang sebelah mata, dan memandang profesi guru
sebagai profesi
biasa. Sehingga masa depan guru dianggap tidak menjanjikan. Hal
ini akan
berdampak buruk apabila dibiarkan terus menerus. Dengan
sertifikasi juga
diharapkan dapat meningkatkan kinerja sebagai guru yang
profesional
Kinerja Guru pada dasarnya merupakan kinerja atau unjuk kerja
yang
dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pendidik. Kualitas
kinerja guru akan sangat menentukan pada kualitas hasil
pendidikan, karena guru
merupakan fihak yang paling banyak bersentuhan langsung dengan
siswa dalam
proses pendidikan/pembelajaran di lembaga pendidikan Sekolah
(http:///PengembangaKinerjGuruDr.UharSuharsaputra.htm). Namun,
sertifikasi
yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas dan kinerja bagi
para guru
dianggap bagi sebagian pihak belum menunjukkan hasil. Karena
banyak orang
beranggapan bahwa sertifikasi memang meningkatkan taraf hidup
guru, namun
tidak meningkatkan kinerja guru sebagai seorang tenaga pendidik
yang
profesional.
http:///PengembangaKinerjGuruDr.UharSuharsaputra.htm
-
7
Program sertifikasi guru oleh pemerintah juga dianggap belum
meningkatkan prestasi guru dan siswa secara signifikan.
Sertifikasi guru hanya
efektif meningkatkan minat kaum muda memilih pendidikan sebagai
calon guru.
Kajian Bank Dunia terhadap pelaksanaan sertifikasi guru tahun
2009,2011 dan
2012 mengatakan bahwa sertifikasi guru yang semestinya
meningkatkan
kesejahteraan dan kualitas guru agar terjadi peningkatan
kualitas pendidikan di
kelas dan sekolah ternyata tidak berjalan seperti yang
diharapkan (Kompas, 18
Desember 2012). Hal serupa juga diungkapkan oleh Kepala Pusat
Pengembangan
Profesi Guru Unnes Dr Ahmad Sopyan., MPd mengatakan, sertifikasi
guru wajib
diikuti dengan peningkatan kinerja. Namun, ironisnya banyak guru
yang telah
mendapatkan sertifikasi justru mengalami penurunan kinerja.
(www.suaramerdeka.com )
Kajian yang dilakukan berbagai pihak terkait dengan
sertifikasi,
sebenarnya menegaskan bahwa terdapat harapan yang besar dari
masyarakat
maupun pemerintah terhadap kualitas pendidikan di Indonesia
melalui program
tersebut. Terlebih bagi guru yang berada di Kota Semarang yang
merupakan ibu
kota provinsi Jawa Tengah. Guru-guru sejarah yang berada di Kota
Semarang
tentunya mendapatkan kesempatan lebih banyak dalam hal
pengembangan diri.
Namun, kajian yang dilakukan selama ini masih belum mendapatkan
hasil yang
maksimal.
Berdasarkan latar belakang di atas mendorong peneliti untuk
mengadakan
penelitian dengan judul "SERTIFIKASI DAN KINERJA GURU
http://www.suaramerdeka.com/
-
8
SEJARAH DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI KOTA
SEMARANG TAHUN 2013"
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalah dalam
penelitian
ini adalah bagaimana sertifikasi dan kinerja guru sejarah di
Sekolah Menengah
Atas Negeri Kota Semarang tahun 2013?
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti hanya membatasi kinerja guru
sejarah
bersertifikasi di Sekolah Menengah Atas Negeri Kota
Semarang.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh
Sertifikasi
Guru Terhadap Kinerja Guru Sejarah di Sekolah Menengah Atas
Negeri Kota
Semarang tahun 2013.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pustaka
kependidikan dan memberikan sumbangan informasi yang selanjutnya
dapat
memberi motivasi penelitian tentang masalah sejenis guna
penyempurnaan
penelitian ini.
-
9
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi sekolah untuk
meningkatkan
kinerja guru sejarah bersertifikat di SMA Kota Semarang sehingga
dapat
meningkatkan kualitas pendidikan khususnya di SMA Negeri Kota
Semarang.
b. Bagi Guru
Memberikan masukan kepada guru sejarah agar selalu
meningkatkan
kinerja sebagai guru yang profesional untuk kemajuan mutu
pendidikan
khususnya di SMA Negeri Kota Semarang.
F. Batasan Istilah
1. Sertifikasi
Sertifikasi prosesi guru adalah proses untuk memberikan
sertifikasi
kepada guru yang telah memenuhi standar kualifikasi dan standar
kompetensi.
Sertifikasi dilakukan oleh perguruan tinggi penyelenggara
pengadaan tenaga
kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah.
Kegiatan
sertifikasi profesi guru meliputi peningkatan kualifikasi dan
uji kompetensi.
Uji kompetensi dilakukan melalui tes tertulis untuk menguji
kompetensi
profesional dan pedagogik dan penilaian kinerja untuk menguji
kompetensi
sosial dan kepribadian. Sertifikasi guru sebagai upaya
peningkatan mutu guru
dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru sehingga
diharapkan dapat
meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia
secara
berkelanjutan. Bentuk peningkatan kesejahteraan guru berupa
tunjangan
-
10
profesi sebesar satu kali gaji pokok bagi guru yang memiliki
sertifikasi
pendidik. (Kunandar, 2008:79)
Wibowo (2004), mengungkapkan bahwa sertifikasi bertujuan untuk
hal-
hal sebagai berikut :
1. Melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan.
2. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak
kompeten, sehingga
merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan
3. Membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan,
dengan
menyediakan rambu-rambu dan instrumen untuk melakukan
seleksi
terhadap pelamar yang kompeten.
4. Membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan
tenaga
kependidikan.
5. Memberikan solusi dalam rangka meningktkan mutu pendidik dan
tenag
kependidikan. (Mulyasa:2007:35)
2. Kinerja Guru
Kinerja pengajar adalah perilaku atau respon yang memberi hasil
yang
mengacu kepada apa yang mereka kerjakan ketika dia menghadapi
suatu tugas.
Beberapa aktivitas tersebut diantaranya meliputi: (1) kegiatan
sebelum
mengajar, (2) kegiatan selama mengajar, (3) kegiatan selama
segemen
pengajaran reguler, (4) kegiatan tentang keterlibatan tenaga
pengajar dalam
masyarakat pendidik atau lingkungannya secara lebih luas
(Martinis Yamin dan
Maisah, 2010:87).
-
11
3. Pembelajaran Sejarah di SMA
Kochhar (2008:68) mengatakan bahwa mata pelajaran sejarah
merupakan kajian ilmiah tentang manusia, kesuksesan dan
kegagalannya, dan
evolusi masyarakat, beserta berbagai aspeknya (politik, ekonomi,
sosial,
kultural, seni, keagamaan, dan sebagainya). tujuan instruksional
pembelajaran
sejarah disekolah menengah atas adalah :
1. Siswa mendapatkan pengetahuan tentang istilah, konsep,
fakta,
peristiwa, simbol, gagasan, perjanjian, problem, tren,
kepribadian,
kronologi, generalisasi, dan lain-lain yang berkaitan dengan
pendidikan sejarah.
2. Siswa harus mengembangkan pemahaman tentang istilah,
fakta,
peristiwa yang penting, tren, dan lain-lain yang berkaitan
dengan
pendidikan sejarah.
3. Siswa diharapkan mampu mengembangkan pemikiran secara
kritis.
4. Pelajaran sejarah harus membuat siswa mengemabangkan
ketrampilan praktis dalam studynya dan memahami fakta-fakta
sejarah.
5. Pelajaran sejarah harus mampu membuat siswa mampu
mengembangkan minatnya dalam study sejarah
6. Pelajaran sejarah harus membuat siswa mampu mengembangkan
perilaku sosial yang sehat.
-
12
BAB II
KAJIAN PUSATAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Pengertian Kinerja Guru
Kinerja merupakan suatu kemampuan kerja atau prestasi kerja
yang
diperlihatkan oleh seorang pegawai untuk memperoleh hasil kerja
yang
optimal. Dengan demikian istilah kinerja mempunyai pengertian
akan adanya
suatu tindakan atau kegiatan yang ditampilkan oleh seseorang
dalam
melaksanakan aktivitas tertentu. Kinerja seseorang akan nampak
pada situasi
dan kondisi kerja sehari-hari. Aktivitas-aktivitas yang
dilakukan oleh
seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya menggambarkan
bagaimana ia
berusaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut A. Dale
Timpe
dalam bukunya Performance sebagaimana dikutip oleh Ch.
Suprapto
(1999:14) dikemukakan bahwa Kinerja adalah akumulasi dari tiga
elemen yang
saling berkaitan yaitu keterampilan, upaya, dan sifat-sifat
keadaan eksternal.
Keterampilan dasar yang dibawa seseorang ke tempat pekerjaan
dapat berupa
pengetahuan, kemampuan, kecakapan interpersonal dan kecakapan
teknis.
Keterampilan diperlukan dalam kinerja karena keterampilan
merupakan
aktivitas yang muncul dari seseorang akibat suatu proses dari
pengetahuan,
kemampuan, kecakapan interpersonal, dan kecakapan teknis.
(http:///PengembanganKinerjaGuruDr.UharSuharsaputra. htm)
Upaya dapat digambarkan sebagai motivasi yang diperlihatkan
untuk
menyelesaikan pekerjaan. Tingkat keterampilan berhubungan dengan
apa yang
http:///PengembanganKinerjaGuruDr.UharSuharsaputra
-
13
"dapat dilakukan", sedangkan " upaya" berhubungan dengan apa
yang "akan
dilakukan". Kondisi eksternal adalah faktor-faktor yang
terdapat
dilingkungannya yang mempengaruhi kinerja. Kondisi eksternal
merupakan
fasilitas dan lingkungan kerja yang mendukung
produktivitas/kinerja karyawan,
interaksi antara faktor internal dengan eksternal untuk
menghasilkan sesuatu
dengan kualitas tertentu merupakan unsur yang membentuk
kinerja.
(http:///PengembanganKinerjaGuruDr.UharSuharsaputra.htm)
Kinerja pengajar atau kinerja guru adalah perilaku atau respon
yang
memberi hasil yang mengacu kepada apa yang mereka kerjakan
ketika dia
menghadapi suatu tugas. Beberapa aktivitas tersebut diantaranya
meliputi: (1)
kegiatan sebelum mengajar, (2) kegiatan selama mengajar, (3)
kegiatan selama
segmen pengajaran reguler, (4) kegiatan tentang keterlibatan
tenaga pengajar
dalam masyarakat pendidik atau lingkungannya secara lebih luas
(Martinis
Yamin dan Maisah, 2010:87).
B. Tujuan pengukuran kinerja
Penilaian bukan merupakan istilah baru bagi insan yang bergerak
pada
lapangan pendidikan dan pengajaran, dalam melaksankan tugas
profesionalnya, seorang guru tidak akan terlepas dari kegiatan
penilaian.
Kedudukan penilaian sangat penting bagi penunaian tugas,
yakni
melaksanakan pembelajaran. Pada akhir program pembelajaran
ataupun
pelatihan pada umumnya diadakan penilaian (Asep Jihat dalam
Martinis
Yamin dan Maisah, 2010:109 ).
Tujuan penilaian adalah untuk mengetahui apakah suatu
program
pendidikan, pengajaran ataupun pelatihan tersebut telah dikuasai
oleh
http:///PengembanganKinerjaGuruDr.UharSuharsaputra.htm
-
14
pesertanya atau belum. Angka atau nilai tertentu biasanya
dijadikan patokan
(passing grade), untuk menentukan peguasaan program tersebut.
Jika dianggap
telah menguasai, maka dia dinyatakan lulus. Sebaliknya jika dia
dianggap
belum menguasai, maka dia dinyatakan tidak lulus ( Matinis Yamin
dan
Maisah, 2010:109).
Menurut Martinis Yamin dan Maisah (2010:110-112) tujuan
dilakukan
pengukuran kinerja :
a. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan
Penilaian kinerja berfungsi sebagai tonggak yang menunjukkan
tingkat
ketercapaian tujuan dan juga menunjukkan apakah organisasi atau
individu
berjalan sesuai arah atau menyimpang dari arah yang semestinya,
sehingga
pimpinan dengan cepat dapat melakukan tindakan koreksi dan
perbaikan.
b. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai
Pengukuran kinerja merupakan pendekatan sistematik dan
terintegritas
untuk memperbaiki kinerja organisasi atau individu dalam rangka
mewujudkan
visi dan misinya. Sistem pengukuran kinerja bertujuan untuk
memperbaiki
hasil dari usaha yang dilakukan oleh pegawai dalam hal ini guru.
Pengukuran
kinerja merupakan sarana untu pembelajaran guru tentang
bagaimana
seharusnya mereka bertindak, dan memberikan dasar dalam
perubahan
perilaku, sikap, skill, atau pengetahuan kerja yang harus
dimiliki guru atau
pegawai untuk mencapai hasil yang terbaik
c. Memperbaiki kinerja pada periode berikutnya
-
15
Pengukuran kinerja dilakukan sebagai sarana pembelajaran
untuk
perbaikan kinerja di masa yang akan datang. Penerapan sistem
pengukuran
kinerja dalam jangka panjang bertujuan untuk membentuk budaya
prestasi.
Kinerja saat ini harus lebih baik dari kinerja sebelumnya, dan
kinerja yang akan
datang harus lebih baik dari pada sekarang.
d. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan
keputusan
pemberian reward dan punishment.
Pengukuran kinerja bertujuan memberikan dasar sistematik
bagi
manajer untuk memberikan reward, misalkan kenaikan gaji,
tunjangan, dan
promosi, atau punishment, misalnya pemutusan kerja, penundaan
promosi, dan
teguran. Sistem manajemen kinerja modern diperlukan untuk
mendukung
sistem gaji, berdasarkan kinerja (performance based pay) atau
disebut juga
pembayaran yang berorientasi hasil.
e. Sebagai alat untuk memotivasi
Pengukuran kinerja bertujuan meningkatkan motivasi pegawai.
Dengan
adanya pengukuran kinerja yang dihubungkan dengan manajemen
kompensasi,
maka pegawai yang berkinerja tinggi akan memperoleh reward.
Reward
tersebut memberiakan motivasi pegawai untuk berkinerja lebih
tinggi dengan
harapan kinerja yang tinggi akan memperoleh kopensasi yang
tinggi pula.
-
16
C. Kompetensi Dasar Guru
a. Kompetensi Guru
Dalam undang-undang Guru dan Dosen no 14 tahun 2005 dan
peraturan
pemerintah No. 19 tahun 2005 menyatakan bahwa kompetensi guru
meliputi :
kepribadian, paedagogik, profesional, dan sosial.
1. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantab dan stabil, dewasa, arif
dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik yang berakhlak
mulia. Secara
rinci sub-kompetensi tersebut dijabarkan sebagai berikut :
a. Sub Kompetensi kepribadian yang mantab dan stabil memiliki
indikator
esensial, bertindak sesuai dengan hukum, sesuai dengan norma
sosial, bangga
sebagai guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai
dengan norma.
b. Sub-Kompetensi kepribadian yang dewasa memiliki indikator
esensial,
menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan
memiliki etos
kerja sebagai guru
c. Sub Kompetensi kepribadian yang arif memiliki indikator
esensial,
menampilkan tindakan yang didasarkan pemanfaatan peserta didik,
sekolah
dan masyarakat menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan
bertindak.
d. Sub-Kompetensi keprit miliki indikator esensial,
memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta
didik dan
memiliki perilaku disegani.
-
17
e. Sub-Kompetensi akhlak mulia dan dapat menjadi teladan
memiliki indikator
esensial, bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan
taqwa, jujur dan
ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani
peserta didik.
f. Sub-Kompetensi evaluasi diri dan pengembangan diri memiliki
indikator
esensial, memiliki kemampuan untuk berinstropeksi, dan mampu
mengembangkan potensi diri secara optimal (Martinis Yamin dan
Maisah,
2010:8-9).
Secara ringkas kompetensi kepribadian guru dapat digambarkan
sebagai
berikut :
Kepribadian :
1. Mantap
2. Stabil
3. Dewasa
4. Arif dan Bijaksana
5. Berwibawa
6. Berakhlak mulia
7. Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat
8. Mengevaluasi kinerja diri
9. Mengembangkan diri secara berkelanjutan
2. Kompetensi Paedagogik
Kompetensi paedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta
didik,
perencanaan, dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang
-
18
dimilikinya. Secara rinci setiap sub-kompetensi dijabarkan
menjadi indikator
esensial sebagai berikut :
a. Sub-Kompetensi memahami peserta didik secara menadalam
memiliki
indikator esensial, memahami peserta didik dengan memanfaatkan
prinsip-
prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi bekal ajar awal
peserta didik.
b. Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan
untuk
kepentingan pembelajaran. Sub kompetensi ini memiliki indikator
esensial ,
mamahami landasan kependidikan, menerapkan teory belajar dan
pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran, berdasarkan
karakteristik
peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar,
serta menyusun
rancangan pemelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
c. Sub-kompetensi melaksanakan pembelajaran memiliki indikator
esensial,
menata latar (setting) pembelajaran dan melaksanakan
pembelajaran yang
kondusif
d. Sub-kompetensi merancang dan melaksanakan evaluasi
pembelajaran memiliki
indikator esensia, merancang dan melaksanakan evaluasi
(assesment) proses
dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai
metode,
menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk
menentukan tingkat
ketuntasan belajar (master learning), dan memanfaatkan hasil
penilaian
pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran
secara umum.
e. Sub-kompetensi pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan
berbagai potensinya, memiliki indikator esensial, memfasilitasi
peserta didik
untuk mengembangkan berbagai potensi akademik dan memfasilitasi
peserta
-
19
didik untuk mengembangkan berbagai potensi non akademik
(Martinis Yamin
dan Maisah, 2010:9-10).
Secara ringkas kompetensi pedagogik guru digambarkan sebagai
berikut:
pedagogik :
1. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
2. Pemahaman terhadap peserta didik
3. Pengembangan kurikulum atau silabus
4. Perencanaan pembelajaran
5. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
6. Evaluasi hasil belajar
7. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berrbagai
potensi yang
dimilikinya
3. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi
pembelajaran
secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi
kurikulum mata
pelajaran disekolah dan substansi keilmuan yang menaungi
materinya serta
penguasaan terhadap struktur dan methodologi keilmuan. Setiap
sub-kompetsni
tersebut memiliki indikator esensial sebagai berikut:
a. Sub-kompetensi menguasai substansi keilmuan yang terkait
dengan bidang
study memiliki indikator esensial, memahami materi ajar yang ada
dalam
kurikulum sekolah, memahami struktur, konsep dan metode keilmuan
yang
menaungi atau koheren dengan materi ajar, memahami hubungan
konsep antar
-
20
mata pelajaran terkait, dan menerapkan konsep-konsep keilmuan
dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Sub-kompetensi menguasai struktur dan metode kelimuan
memiliki indikator
esensial, menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis
untuk
memeperdalam pengetahuan/materi bidang study secara profesional
dalam
konteks global (Martinis Yamin dan Maisah, 2010:11).
Secara ringkas kompetensi profesional guru dapat digambarkan
sebagai
berikut :
Profesional :
1. Konsep struktur dan metode keilmuan/teknologi/seni yang
menaungi/koheren
dengan materi ajar
2. Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah
3. Hubungan konsep antar mata pelajaran terkait
4. Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan
sehari-hari
5. Kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan
tetap melestarikan
nilai dan budaya nasional
4. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk
berkomunikasi
dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, dan
masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki sub-kompetensi
indikator
esensial sebagai berikut :
-
21
a. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik. Sub-
kompetensi ini memiliki indikator esensial ,berkomunikasi secara
efektif
dengan peserta didik
b. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama
pendidik dan
tenaga kependidikan
c. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efekif dengan orang
tua/wali peserta
didik dan masyarakat sekitar (Martinis Yamin dan Maisah,
2010:12).
Secara ringkas kompetensi sosial guru dapat digambarkan
sebagai
berikut :
Sosial :
1. Berkomunikasi lisan dan tulis
2. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi
fungsional.
3. Bergaul secara efektif dengan peserta didik sesama pendidik,
tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik
4. Berbagai secara santun dengan masyarakat sekitar
b. Kinerja Guru
Perihal tenaga pengajar dengan kinerjanya adalah menyangkut
seluruh
aktivitas yang ditunjukkan oleh tenaga pengajar dalam tanggung
jawabnya
sebagai orang yang mengemban suatu amanat dan tanggung jawab
untuk
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, dan memandu peserta
didik
dalam rangka menggiring perkembangan peserta didik ke arah
kedewasaan
mental-spiritual maupun fisik-biologis (Martinis Yamin dan
Maisah, 2010:87).
Berdasarkan penjelasan di atas, kinerja guru dikelompokkan dalam
3 hal yaitu
-
22
(1) ketika guru melakukan perencanaan pembelajaran, (2) ketika
guru
melaksanakan pembelajaran (3) Evaluasi a. Rencana pelaksanaan
pembelajaran
Rencana Pembelajaran adalah persiapan mengelola pembelajaran
yang
akan dilaksanakan dalam kelas pada setiap tatap muka.
Perencanaan
pembelajaran ini paling tidak memuat perumusan tujuan,
kompetensi,
pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan
sumber/media
pembelajaran, skenario pembelajaran, serta penilaian proses dan
hasil belajar.
(Muslich, 2007:14)
Penyusunan program pembelajaran akan bermuara pada rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), sebagai produk program
pembelajaran
jangka pendek, yang mencakup kompetensi dasar, materi standar,
metode dan
teknik, media dan sumber belajar. Waktu belajar dan daya dukung
lainnya.
Dengan demikian rencana pelaksanaan pembelajaran pada
hakikatnya
merupakan suatu sistem yang terdiri atas komponen-komponen yang
saling
berhubungan serta berinteraksi satu sama lain dan memuat
langkah-langkah
pelaksanaannya. Untuk mencapai tujuan atau membentuk
kompetensi.
(Mulyasa, 2009:102)
Menurut Muslich (2007:68-77) pada sub komponen perencanaa
pembelajaran, penilaian diarahkan pada lima aspek, yaitu
1. Perumusan tujuan pembelajaran yang meliputi kejelasan
tujuan,
kelengkapan cakupan rumusan dan kesesuaian dengan kompetensi
dasar.
-
23
2. Pemilihan dan pengorganisasian materi ajar yang meliputi
kesesuaian dengan
tujuan pembelajaran, kesesuaian dengan karakteristik peserta
didik, keruntutan
dan sistematika materi dan kesesuaian materi dengan alokasi
waktu.
3. Pemilihan sumber belajar/media pembelajaran yang meliputi
kesesuaian
sumber belajar/media pembelajaran dengan tujuan pembelajaran
dan
kesesuaian sumber belajar /media pembelajaran dengan
karakteristik peserta
didik.
4. Skenario/kegiatan pembelajaran yang meliputi kesesuaian
metode dan strategi
pembelajaran dengan tujuan pembelajaran, kesesuaian metode dan
strategi
pembelajaran dengan materi pembelajaran,kesesuaian metode dan
strategi
pembelajaran dengan karakteristik peserta didik dan kelengkapan
dalam
langkah-langkah pembelajaran serta alokasi waktu.
b. Pelaksanaan pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang meliputi kegiatan
pendahuluan,
kegiatan inti, dan penutup
1. Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran sering pula disebut
dengan
pra-instruksional. Fungsi kegiatan tersebut utamanya adalah
untuk
menciptakan awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan
siswa dapat
mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Efisiensi waktu dalam
kegiatan
pendahuluan pembelajaran perlu diperhatikan, karena waktu yang
tersedia
untuk kegiatan tersebut relatif singkat sekitar 5 (lima) menit.
Oleh karena itu,
-
24
dengan waktu yang relatif singkat diharapkan guru dapat
menciptakan kondisi
awal pembelajaran yang baik, sehingga aktivitas-aktivitas pada
awal
pembelajaran tersebut dapat mendukung proses dan hasil
pembelajaran siswa .
(http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR. KURIKULUM DAN TEK.
PENDIDI
KAN/195711211985031-
TOTO RUHIMAT/Prosedur pembelajaran di SD.pdf)
Kegiatan pendahuluan ini merupakan rangkaian kegiatan
pembelajaran
yang juga harus diperhatikan oleh guru. Karena pada tahapan ini
seorang guru
harus pandai dalam membuat suasana kelas nyaman serta dapat
membangkitkan semangat siswa untuk belajar. Awal yang
menyenangkan akan
membuat pelajaran berlangsung secara menarik pula sehingga
tujuan
pembelajaran akan tercapai.
2. Kegiatan inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran
untuk
mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian
sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta
didik. Kegiatan inti merupakan pembentukan kompetesni peserta
didik.
Kualitas pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik
dapat
dilihat dari segi proses dan hasil. Dari segi proses,
pembelajaran dan
pembentukan kompetensi dikatakan berhasil dan berkualitas
apabila
seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta
didik terlibat
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JURhttp://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._KURIKULUM_DAN_TEK._PENDIDIKAN/195711211985031-TOTO_RUHIMAT/Prosedur_pembelajaran_di_SD.pdf
-
25
secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses
pembelajaran,
disamping menunjukan gairah belajar yang tinggi, nafsu belajar
yang besar,
dan tumbuhnya rasa percaya diri. Sedangkan dari segi
hasil,proses
pembelajaran dan pembentukan kompetensi dikatakan berhasil
apabila terjadi
perubahan kompetensi dan perilaku yang positif pada diri peserta
didik
seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%). Lebih
lanjut proses
pembelajaran dan pembentukan kompetensi dikatakan berhasil dan
berkualitas
apabila masukan merata, menghasilkan output yang banyak dan
bermutu
tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan masyarakat
dan
pembangunan. (mulyasa, 2009:105)
Sedangkan untuk kegiatan pelaksanaaan pembelajaran penilaian
diarahkan pada 8 aspek, yaitu :
1. Kegiatan prapembelajaran yang meliputi persiapan siswa untuk
belajar dan
apersepsi.
2. Penguasaan materi pelajaran yang meliputi menguasaan materi,
mengaitan
materi dengan pengetahuan lain, kejelasan penyampaian materi
dan
mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
3. Pendekatan/strategi pembelajaran yang meliputi pembelajaran
yang sesuai
dengan kompetensi/tujuan, runtut, penguasaan kelas, bersifat
kontekstual,
membentuk kebiasaan positif dan sesuai alokasi waktu.
4. Pemanfaatan sumber/media pembelajaran yang meliputi
penggunaan media
yang efektif dan efisien, menghasilkan pesan yang menarik dan
melibatkan
siswa dalam pemanfaatan media.
-
26
5. Pembelajaran yang memicu dan memelihara ketertiban siswa yang
meliputi
menumbuhkan partisipasi dan keaktifan siswa, menunjukkan sikap
terbuka
terhadap respon siswa dan menumbuhkan antusiasme siswa dalam
belajar.
6. Penilaian proses dan hasil belajar yang meliputi memantau
kemajuan siswa dan
melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi/tujuan.
7. Penggunaan bahasa yang meliputi menggunakan bahasa lisan dan
tulis dengan
jelas, baik, benar dan menyampaikan pesan dengan gaya yang
sesuai.
8. Kegiatan penutup yang meliputi melakukan refleksi yang
melibatkan siswa.
3. Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup tidak hanya diartikan sebagai kegiatan
menutup
pelajaran, tetapi lebih untuk mengetahui penguasaan siswa
terhadap
kompetensi dan usaha pemantapan penguasaan kompetensi yang
diharapkan.
Dengan melakukannya diharapkan guru dapat mengetahui kompetensi
yang
sudah atau belum dikuasai oleh siswa. Kegiatan ini biasanya
meninjau kembali
penguasaan siswa dan pemberian tes, baik secara lisan maupun
tulisan
(penilaian). Adapun tujuan post tes adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap
kompetensi yang
telah ditentukan, baik secara individu maupun kelompok. Hal ini
dapat
diketahui dengan membandingkan hasil pre test dan post tes.
b. Untuk mengetahui kompetensi dasar dan tujuan-tujuan yang
dapat dikuasai
oleh peserta didik, serta kompetensi dasar dan tujuan-tujuan
yang belum
dikuasainya. Sehubungan dengan kompetensi dasar dan tujuan yang
belum
-
27
dikuasai ini, apabila sebagian besar belum menguasainya maka
perlu dilakukan
pembelajaran kembali.
c. Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan
remidial dan
yang perlu mengikuti kegiatan pengayaan, serta untuk mengetahui
tingkat
kesulita belajar.
d. Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap
proses
pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik yang
telah
dilaksanakan, baik terhadap perencanaan pelaksanaan maupun
evaluasi.
Sedangkan evaluasi meliputi aspek dalam hal kesesuaian teknik
penilaian,
kejelasan prosedur penilaian dan kelengkapan instrumen.
D. Pembelajaran Sejarah di SMA
Pembelajaran menurut Degeng adalah upaya untuk membelajarkan
siswa. Dalam pengertian ini secara implisit dalam pengajaran
terdapat kagiatan
memilih, menetapkan mengembangkan metode untuk mencapai
hasil
pengajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan dan
pengembangan merode
ini didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada. Kegiatan ini
pada dasarnya
merupakan inti dari perencanaan pembelajaran (Hamzah,
2009:2)
Pemerintah telah merumuskan pengertian pembelajaran yang
tercantum
dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan
nasional, yakni pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Dengan demikian,
pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang memberikan
kegiatan
interaksi yang aktif dari peserta didik dan guru atau
pendidik.
-
28
Sejarah adalah kisah yang berisi tentang manusia mengenai
usaha-
usahanya dalam memenuhi kebutuhannya untuk menciptakan kehidupan
yang
tertib dan teratur, kecintaanya akan kemerdekaan, serta
kehausannya akan
keindahan dan pengetahuan (Kochhar, 2008:1)
"sejarah adalah segala sesuatu yang pernah terjadi sejarah,
dalam arti yang diterima secara umum adalah sejarah manusia. Materi
yang dipelajari adalah jejak-jejak yang ditinggalkan oleh
keberadaan manusia di dunia, gagasan, tradisi, dan lembaga sosial,
bahasa, kitab- kitab, barang produksi manusia, fisik manusia itu
sendiri, sisa-sisa fisik manusia, pemikiran, perasaannya, dan
tindakannya"
(Johnson dalam buku Teaching of History, 2008:2)
Berdasarkan pendapat dari para ahli tersebut dapat peneliti
mengambil
kesimpulan bahwa sejarah merupakan ilmu yang memepelajari
tentang segala
sesuatau aktifitas manusia pada masa lampau. Didalam dunia
pendidikan
Indonesia mata pelajaran sejarah merupakan pelajaran wajib bagi
tiap sekolah.
Pada sekolah menengah atas mata pelajaran sejarah juga diberikan
pada semua
program. Pendidikan sejarah, pada hakekatnya membudayaan pada
peserta
didik tentang perspektif sejarah yang memberi kemampuan untuk
melihat
bahwa segala sesuatu adalah produk dari perkembangan masa
lampau. Apabila
hendak dilakukan proyeksi ke masa depan berdasarkan pengalaman
masyarakat
di masa lampau maupun kini.
Menurut Kochhar (2008:38-41) sasaran pembelajaran sejarah di
sekolah
menengah atas adalah :
1. Meningkatkan pemahaman terhadap proses perubahan dan
perkembangan yang
dilalui umat manusia hingga mampu mencapai tahap perkembangan
yang
sekarang ini. Peradaban modern yang dicapai saat ini merupakan
hasil proses
-
29
perkembangan yang panjang. Sejarah merupakan satu-satunya mata
pelajaran
yang mampu menguraikan proses tersebut.
2. Meningkatkan pemahaman terhadap akar peradaban manusia dan
penghargaan
terhadap kesatuan dasar manusia. Semua peradaban besar dunia
memiliki akar
yang sama, di samping berbagai karakteristik lokal, kebanyakan
adalah unsur-
unsur yang menunjukkan kesatuan dasar umat manusia. Salah satu
sasaran
utama sejarah pada sisi ini adalah menekan kesatuan dasar
tersebut.
3. Menghargai berbagai sumbangan yang diberikan oleh semua
kebudayaan pada
peradaban manusia secara keseluruhan. Kebudayaan setiap bangsa
telah
menyumbang dengan berbagai cara terhadap peradaban manusia
secara
keseluruhan. Sumbangan tersebut sudah seharusnya dipahami dan
dihargai.
Mata pelajaran sejarah membawa pengetahuan ini kepada para
siswa.
4. Memperkokoh pemahaman bahwa interaksi saling menguntungkan
antar-
berbagai kebudayaan merupakan faktor yang penting dalam
kemajuan
kehidupan manusia.
5. Memberikan kemudahan kepada siswa yang berminat. Mempelajari
sejarah
suatu negara dalam kaitannya dengan sejarah umat manusia
secara
keseluruhan.
Sedangkan tujuan instruksional pembelajaran sejarah
disekolah
menengah atas adalah :
1. Siswa mendapatkan pengetahuan tentang istilah, konsep, fakta,
peristiwa,
simbol, gagasan, perjanjian, problem, tren, kepribadian,
kronologi,
generalisasi, dan lain-lain yang berkaitan dengan pendidikan
sejarah.
-
30
2. Siswa harus mengembangkan pemahaman tentang istilah, fakta,
peristiwa
yang penting, tren, dan lain-lain yang berkaitan dengan
pendidikan sejarah.
3. Siswa diharapkan mampu mengembangkan pemikiran secara
kritis.
4. Pelajaran sejarah harus membuat siswa mengemabangkan
ketrampilan praktis
dalam studynya dan memahami fakta-fakta sejarah.
5. Pelajaran sejarah harus mampu membuat siswa mampu
mengembangkan
minatnya dalam study sejarah
6. Pelajaran sejarah harus membuat siswa mampu mengembangkan
perilaku
sosial yang sehat.
Berdasarkan teory dari para ahli tersebut dapat peneliti
tarik
kesimpulan bahwa pembelajaran sejarah di sekolah menengah atas
merupakan
pembelajaran yang menuntut para siswa mengembangkan potensi
dalam hal
berfikir kritis serta memiliki tingkat analisis yang dalam.
Sementara untuk
mengarahkan siswa ke arah kompetensi tersebut tentunya
diperlukan guru
yang berkompeten serta memiliki dedikasi yang tingi dalam
pendidikan.
E. Sertifikasi Guru
Sertifikasi prosesi guru adalah proses untuk memberikan
sertifikasi
kepada guru yang telah memenuhi standar kualifikasi dan standar
kompetensi.
Sertifikasi dilakukan oleh perguruan tinggi penyelenggara
pengadaan tenaga
kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah.
Kegiatan
sertifikasi profesi guru meliputi peningkatan kualifikasi dan
uji kompetensi.
Uji kompetensi dilakukan melalui tes tertulis untuk menguji
kompetensi
profesional dan pedagogik dan penilaian kinerja untuk menguji
kompetensi
-
31
sosial dan kepribadian. Sertifikasi guru sebagai upaya
peningkatan mutu guru
dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru sehingga
diharapkan dapat
meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia
secara
berkelanjutan. Bentuk peningkatan kesejahteraan guru berupa
tunjangan profesi
sebesar satu kali gaji pokok bagi guru yang memiliki sertifikasi
pendidik
(Kunandar, 2008:79)
Sertifikasi guru merupakan suatu proses pemberian pengakuan
bahwa
seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan
pendidikan
pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi
yang
diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Dengan kata lain
sertifikasi guru adalah
proses uji kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan
penguasaan
kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat
pendidik. (Mulyasa,
2007:33-34)
Parida Srimaya mengatakan bahwa sertifikasi guru adalah program
yang
berisi tentang proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru.
Guru yang telah
mengikuti program sertifikasi dan dinyatakan lulus akan
memperoleh sertifikasi
prosesi guru sebagai tenaga profesional. (Martinis Yamin dan
Maisah, 2010:150)
National Commission on Educationnal Services (NCES),
memberikan
pengertian sertifikasi secara lebih umum. Certification is a
procedure whereby
the state evaluates and reviews a teacher candidate's
credentials adn provides
him or her a license to teach. Dalam hal ini sertifikasi
merupakan prosedur untuk
menentukan apakah seorang calon guru layak diberikan izin
dan
-
32
kewenangan untuk mengajar. Hal ini diperlukan karena lulusan
lembaga
pendidikan tenaga keguruan sangat bervariasi, baik dikalangan
perguruan
tinggi negeri maupun swasta.
Sertifikasi guru merupakan pemenuhan kebutuhan untuk
meningkatkan
kompetensi profesional. Oleh karena itu, proses sertifikasi
dipandang sebagai
bagian esensial dalam upaya memproleh sertifikat kompetensi
sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan. Sertifikasi guru merupakan proses
uji
kompetensi bagi calon atau guru yang ingin memperoleh pengakuan
dan atau
meningkatkan kompetensi sesuai profesi yang dipilihnya.
Representasi
pemenuhan standart kompetensi yang telah ditetapkan dalam
sertifikasi
kompetensi adalah sertifikat kompetensi pendidik. Sertifikat ini
sebagai bukti
pengakuan atas kompetensi guru atau calon guru yang memenuhi
standart
untuk melakukan pekerjaan profesi guru pada jenis dan jenjang
pendidikan
tertentu.
Wibowo (2004), mengungkapkan bahwa sertifikasi bertujuan untuk
hal-
hal sebagai berikut :
1. Melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan.
2. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak
kompeten, sehingga
merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan
3. Membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan,
dengan
menyediakan rambu-rambu dan instrumen untuk melakukan seleksi
terhadap
pelamar yang kompeten.
4. Membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan
tenaga
kependidikan.
-
33
5. Memberikan solusi dalam rangka meningktkan mutu pendidik dan
tenaga
kependidikan.
(Mulyasa, 2007:35)
Sertifikasi guru bertujuan untuk (1)Menentukan kelayakan guru
dalam
melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan
tujuan
pendidikan nasional, (2) peningkatan proses dan mutu hasil-hasil
pendidikan.
(3) peningkatan profesionalisme guru (Kunandar, 2008:79).
Manfaat sertifikasi adalah :
1. Pengawasan mutu
Lembaga sertifikasi yang telah mengidentifikasi dan
menentukan
seperangkat kompetensi yang bersifat unik. Untuk setiap jenis
profesi dapat
mengarahkan para praktisi untuk mengembangkan tingkat
kompetensinya secara
berkelanjutan. Peningkatan profesionalisme melalui mekanisme
seleksi, baik
pada awal masuk organisasi profesi maupun pengembangan karier
selanjutnya.
Proses seleksi yang lebih baik, program pelatihan yang lebih
bermutu maupun
usaha belajar secara mandiri untuk mencapai peningkatan
profesionalisme.
2. Penjaminan mutu
Adanya proses pengembangan profesionalisme dan evaluasi
terhadap
kinerja praktisi akan menimbulkan persepsi masyarakat dan
pemerintah menjadi
lebih baik terhadap organisasi profesi beserta anggotanya.
Dengan demikian
pihak berkepentingan, khususnya para pelanggan atau pengguna
akan makin
menghargai organisasi profesi dan sebaliknya organisasi profesi
dapat
memberikan jaminan atau melindungi para pelanggan atau pengguna.
Sertifikasi
menyediakan informasi yang berharga bagi para pelanggan atau
pengguna yang
-
34
ingin mempekerjakan orang dalam bidang keahlian dan ketrampilan
tertentu
(Mulyasa, 2007:35-36).
Pada dasarnya sertifikasi menuntut profesionalisme guru.
Guru
profesional merupakan guru yang mengedepankan mutu dan kualitas
layanan
dan produknya, layanan guru harus memenuhi standarisasi
kebutuhan
masyarakat, bangsa dan pengguna serta memaksimalkan kemampuan
peserta
didik berdasar potensi dan kecakapan yang dimiliki masing-masing
individu
(Yamin dan Maisah, 2010:28)
Secara garis besar tujuan sertifikasi adalah membentuk guru
profesional
yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Sehingga dengan
demikian mutu pendidikan juga akan semakin meningkat salah
satu
keberhasilan pendidikan adalah guru yang berkualitas.
Bukti nyata untuk mewujudkan seorang guru profesional yang
diharapkan dalam sertifikasi yakni, salah satunya dapat dilihat
dari
pembelajaran guru baik dalam perencaan pembelajan maupun
dalam
pelaksanaan pembelajaran.
F. Prosedur Sertifikasi
Sertifikasi guru merupakan kegiatan bersama antara Direktorat
Jendral
Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (Ditjen
PMPTK)
-
35
Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota sebagai pengelolaan
guru dan Ditjen
Dikti/Perguruan Tinggi sebagai penyelenggaraan sertifikasi.
Sebagai pengelolaan
guru, Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota dan lembaga
penjaminan mutu
pendidikan (LPMP) (Sebagai jajaran Ditjen PMPTK) bertugas
menyiapkan guru
agar siap mengikuti sertifikasi, termasuk mengatur urutan jika
peserta melebihi
kapasitas yang ditetapkan (Martinis Yamin dan Maisah,
2010:155-156).
Beberapa pertimbangan yang digunakan untuk menyusun urutan
daftar
calon peserta sertifikasi guru antara lain : (a) Penguasaan
terhadap kompetensi,
(b) Prestasi yang dicapai, misalnya guru teladan, guru
berprestasi, dsb, (c) Daftar
urut kepangkatan, (d) Masa kerja dan (e) Usia. (Martinis Yamin
dan Maisah,
2010:156)
Penyelenggaraan uji sertifikasi dilaksanakan oleh konsorsium
penyelenggaraan sertifikasi yang terdiri dari LPTK, Dirjen Dikti
dan Dirjen
PMPTK, sedangkan tahapan sertifikasi guru disajikan sebagai
berikut ;
Guru peserta sertifikasi yang diusulkan oleh dinas
pendidikan
provinsi/kabupaten/kota, mengikuti tes tulis, tes kinerja, dan
dilengkapi dengan
self appraisall portofolio, serta penilaian atasan. Hasil tes
tulis kinerja dan
penilaian atasan digabungkan untuk menentukan kelulusannya. Bagi
mereka yang
lulus diberikan sertifikasi pendidik, sedangkan bagi mereka yang
tidak lulus
disarankan mengikuti pelatihan atau pembinaan melalui
MGMP/KKG,PPPG,LPMP atau lembaga lainnya agar lebih siap untuk
mengikuti
tes ulang berikutnya.
-
36
Guru yang belum memiliki kualifikasi SI/D4 terlebih dahulu,
setelah
mereka lulus harus mengikuti seleksi internal yang
diselenggarakan oleh dinas
pendidikan kabupaten/kota. Bagi kelompok guru yang messmate,
yaitu guru
yang mengajar pada mata pelajaran yang berbeda dengan bidang
keahliannya
(Misalnya lulusan SI pendidikan fisika mengajar matematika di
SMP), yang
bersangkutan dapat memilih apakah akan mengikuti sertifikasi
sebagai
matematika atau guru fisika. Jika ia memilih sertifikasi sebagai
guru
matematika, maka tes tulis, tes kinerja dan self appraisal serta
portofolio dinilai
dengan intrumen guru matematika. Sebaliknya, jika yang
bersangkutan
memilih sertifikasi sebagai guru fisika, maka tes tulis, tes
kinerja, dan
portofolio akan dilihat dengan instrumen guru fisika.
Sertifikasi profesi guru
yang diberikan setelah lulus uji sertifikasi sesuai dengan
pilihan uji
sertifikasinya. Ini berarti yang bersangkutan harus mengasuh
mata pelajaran
sesuai dengan sertifikasi profesi yang diterima. (Martinis Yamin
dan Maisah,
2010:156-157)
G. Pelaksanaan Sertifikasi
Pelaksanaan sertifikasi dapat dipilih menjadi dua, yaitu (1) tes
dan (2)
non-tes. Komponen tes meliputi (1) tes tulis dan (2) tes
kinerja, sedangkan
komponen non tes meliputi (1) self appraisal (2) portofolio dan
(3) penilaian
atasan. Tes tulis dilaksankan serentak di seluruh Indonesia,
sedangkan tes
kinerja dilaksanakan sesudah tes tulis dan diselenggarakan di
sekolah tempat
peserta mengajar atau sekolah lain yang ditunjuk (real
teaching). Waktu
-
37
pelaksanaan tes kinerja diatur oleh Dinas Pendidikan Kab/Kota
dan LPTK
Penyelenggara. (Martinis Yamin dan Maisah, 2010:157)
H. Kerangka Berfikir
Tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum di dalam UU
No.
20 Tahun 2003 adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Faktor guru sangat berperan penting dalam rangka
mencerdaskan
bangsa. Sebagaimana yang tercantum dalam UU Nomor 14 tahun 2005
tentang
guru dan dosen menjelaskan tentang kompetensi yang harus
dimiliki oleh
seorang tenaga pendidik guna menciptakan kualitas pendidikan
yang bermutu.
Untuk mewujudkan guru yang memiliki kualitas yang unggul,
pemerintah mengadakan program sertifikasi. Dengan adanya
sertifikasi guru
ini, diharapkan kesejahteraan para guru dapat terangkat sehingga
kinerja
mereka semakin membaik. Kinerja guru yang meningkat ini tentu
saja dapat
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
-
38
Gambar 1. Kerangka Berfikir
SERTIFIKASI Peningkatan kesejahteraan guru
GURU
Kinerja guru bersertifikat lebih
baik
Meningkatkan mutu pendidikan
UU no 14 tahun 2005 (Undang-undang tentang
guru dan dosen)
-
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan penelitian
Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk
menemukan
kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. (Moleong,
2011:49).
Metode penelitian yang digunakan untuk mengkaji tentang
bagaimana
pengaruh sertifikasi guru terhadap tingkat kinerja guru sejarah
adalah metode
penelitian kualitatif.
Penelitian kualiatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dan sebagainya, secara holistik,
dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang
dialami dan dengan memanfaatkan berbagai metode yang alamiah
(Moleong,
2011:6).
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian
kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis.
Pendekatan
deskriptif analisis adalah suatu pengumpulan data dari suatu
fenomena yang
ada untuk dianalisis, sehingga diperoleh gambaran terhadap apa
yang sudah
diteliti. Menurut Arikunto (2010:3) penelitian deskriptif adalah
penelitian yang
dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal
lain-lain yang
sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan
penelitian.
-
40
Dalam pendekatan ini peneliti tidak mengubah, menambah, atau
mengadakan manipulasi terhadap objek atau wilayah penelitian.
Peneliti hanya
memotret apa yang terjadi pada diri objek atau wilayah yang
diteliti, kemudian
memaparkan apa yang terjadi dalam bentuk laporan penelitian
secara lugas,
seperti apa adanya (Arikunto, 2010:3). Penelitian ini
menggambarkan
sertifikasi dan kinerja guru sejarah di Sekolah Menengah Atas
Negeri Kota
Semarang tahun 2013.
B. Lokasi dan sasaran penelitian
Lokasi penelitian adalah suatu area dengan batasan yang jelas
supaya tidak
menimbulkan kekaburan dengan kejelasan daerah atau wilayah
tertentu. Lokasi
penelitian ini dilakukan di SMA Negeri Kota Semarang, SMA yang
dipilih
adalah SMAN 2, SMA N 3, SMA N 5, SMA N 6, SMA N 7, SMA N 9,
SMA
N 11 dan SMA N 15. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil 8
SMA Negeri
yang memiliki karakteristik yang berbeda. Dengan melakukan
penelitian di 8
SMA Negeri Kota Semarang sudah cukup mewakili daripada
penelitian
peneliti.
Pengertian sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi
yang
diteliti. Pengambilan sampel menggunakan purposive sample.
Purposive
sampel merupakan cara pengambilan subjek bukan didasarkan atas
strata,
random atau daerah tetapi didasarkan atas tujuan tertentu
(Arikunto,
2010:174).
Alasan peneliti mengambil sampel dalam penelitian ini adalah
bahwa
tidak mungkin peneliti melakukan penelitian di seluruh SMA di
kota Semarang
karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat
mengambil
-
41
sampel yang besar dan jauh. Sasaran penelitian adalah guru-guru
sejarah yang
bersertifikat dan siswa-siswa di SMA kota Semarang.
C. Fokus Penelitian
Fokus dalam penelitian ini adalah kinerja guru sejarah yang
telah
tersertifikasi di Sekolah Menengah Atas Negeri Kota Semarang.
Adapun fokus
yang dibahas adalah sertifikasi dan kinerja guru sejarah. Objek
dalam
penelitian ini adalah masing-masing satu orang guru sejarah
setiap sekolah dan
2-6 orang siswa yang diambil secara acak pada masing-masing
sekolah.
D. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
beberapa
metode yaitu, (1) Wawancara (2) Pengamatan/observasi (3) Studi
dokumen.
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan
itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewe) yang memberikan jawaban
atas
pertanyaan itu (Moleong, 2011:186).
Dalam wawancara ini, peneliti menggunakan metode wawancara
semi
structured yang pelaksanaannya merupakan perpaduan antara
wawancara
terstruktur dan wawancara in-depth interview. Tujuan wawancara
jenis ini
adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih mendalam,
namun
jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variabel. Wawancara
dalam
penelitian ini mengenai kinerja, tanggapan- tanggapan tentang
sertifikasi dan
mengenai proses pembelajaran. Wawancara dilakukan pada guru-guru
sejarah
yang telah tersertifikasi di SMA Negeri Kota Semarang yang
masing-masing
-
42
sekolah diambil satu guru sejarah bersertifikat dan 2-6 orang
siswa pada setiap
sekolah. Wawancara di SMA N 2 Semarang pada tanggal 19 Februari
2013, di
SMA N 3 Semarang pada tanggal 8 Maret 2013, di SMA N 5 Semarang
pada
tanggal 12 Februari 2013, di SMA N 6 Semaranga pada tanggal 21
Februari
2013, di SMA N 7 Semarang pada tanggal 19 Maret 2013, di SMA N
9
Semarang pada tanggal 23 Februari 2013, di SMA N 11 Semarang
pada
tanggal 7 Februari 2013 dan di SMA N 15 Semarang pada tanggal 16
Februari
2013. Sedangkan untuk wawancara dengan siswa menyesuaikan
dengan
wawancara yang dilakukan dengan guru dan observasi di dalam
kelas.
2. Observasi
Observasi adalah suatu proses yang kompleks, suatu proses
yang
tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua
diantaranya yang
terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan (Hadi
dalam
sugiyono, 2009:145 ).
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan apabila
peneliti
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala
alam dan bila
responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono:2009:145).
Observasi ini
memfokuskan pada kinerja guru sejarah yang telah tersertifikasi
di SMA
Negeri Kota Semarang.
Aktivitas pembelajaran dapat dijadikan sumber data yang
menunjukkan
bagaimana pembelajaran itu berlangsung. Aktivitas pembelajaran
ini meliputi
-
43
persiapan-persiapan guru untuk mengajar dan bagaimana interaksi
guru selama
proses pembelajaran.
Manfaat observasi adalah (1) mampu memahami konteks data
dalam
keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan
yang holistik
atau menyeluruh. (2) akan memperoleh pengamatan langsung. (3)
akan
mendapatkan data yang tidak terungkap dalam wawancara. (4)
peneliti dapat
menemukan hal-hal diluar persepsi responden, sehingga peneliti
memperoleh
gambaran yang lebih komprehensif. (5) peneliti memperoleh
kesan-kesan
pribadi dan merasakan situasi sosial yang diteliti. (Nasution
dalam Sugiyono,
2009:228-229)
3. Studi Dokumen
Dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari
record,
yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan dari penyidik
(Moleong,
2011:216-217). Jadi dokumen disini merupakan data yang
menunjang
penelitian yang dapat berupa catatan pribadi, transkip, buku,
surat kabar,
majalah dan lain sebagainya.
Dokumen yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data
dalam
penelitian adalah perangkat pembelajaran guru yaitu Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) sebelum guru menerima tunjangan sertifikasi
dan RPP
setelah guru menerima tunjangan sertifikasi. Alasan peneliti
adalah agar
peneliti dapat membandingkan kinerja guru sebelum dan sesudah
menerima
tunjangn sertifikasi sehingga dapat mengetahui bagaimana
pengaruh sertifikasi
terhadap kinerja guru sejarah. Dokumen lain yang digunakan oleh
peneliti
-
44
adalah media pembelajaran, foto copi sertifikat pendidik, serta
penggunaan
literatur-literatur.
E. Instrumen Penelitian
Untuk dapat melakukan penelitian sertifikasi dan kinerja guru
sejarah
di Sekolah Menengah Atas Negeri, dibutuhkan keterlibatan
peneliti terhadap
obyek di lapangan. Peneliti harus terjun langsung di lapangan
mengingat
data- data yang dibutuhkan peneliti berupa perkataan, tulisan
bahkan
perilaku dari obyek penelitian.
Peneliti mungkin dapat menggunakan alat-alat bantu untuk
mengumpulkan data seperti tape recorder, atau kamera, tetapi
kegunaan atau
pemanfaatan alat-alat ini sangat tergantung pada bagaimana
peneliti mampu
mengolah data yang didapat di lapangan.
F. Teknik pemeriksaan keabsahan data
Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan
valid
apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti
dengan apa yang
sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Tetapi perlu
diketahui bahwa
kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak
bersifat tunggal,
tetapi jamak dan tergantung pada konstruksi manusia, dibentuk
dalam diri
seorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan
berbagai latar
belakangnya (Sugiyono, 2009:268-269).
Uji keabsahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
uji
kredibilitas (validitas internal) dengan cara triangulasi.
Triangulasi dalam
-
observasi
Partisipat
if
Wawancara
mendalam
Dokumentasi
Gambar 2. Triangulasi Teknik (Sugiyono, 2009:242)
Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan guru
sejarah
terkait sertifikasi dan kinerja guru. Selain guru sejarah,
peneliti juga
wawancara dengan beberapa orang siswa. Hasil dari wawancara
tersebut kemudian
dicek dengan observasi dalam proses pembelajaran sejarah di
kelas. Selain observasi,
peneliti juga mengecek data yang telah diperoleh melalui
dokumen. Sebagaimana
contoh, dalam wawancara dengan salah satu guru sejarah
bersertifikat di SMA N 3
Semarang, mengatakan bahwa dalam proses pembelajaran di dalam
kelas guru
diharapkan bisa menggunakan
pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data
dari berbagai
sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu (Sugiyono,
2009:273).
Menurut penjelasan di atas berarti terdapat triangulasi
sumber,
triangulasi teknik dan triangulasi waktu. Sedangkan dalam
penelitian ini,
peneliti menggunakan Triangulasi teknik yakni menguji
kredibilitas data
dengan menggunakan sumber yang sama dan dengan teknik yang
berbeda.
Dalam hal ini data diperoleh berasal dari wawancara,
observasi dan dokumentasi.
Sumber
Data Sama
Gambar 2. Triangulasi Teknik (Sugiyono, 2009:242)
Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan guru
sejarah
terkait sertifikasi dan kinerja guru. Selain guru sejarah,
peneliti juga
wawancara dengan beberapa orang siswa. Hasil dari wawancara
tersebut kemudian
dicek dengan observasi dalam proses pembelajaran sejarah di
kelas. Selain observasi,
peneliti juga mengecek data yang telah diperoleh melalui
dokumen. Sebagaimana
h, dalam wawancara dengan salah satu guru sejarah bersertifikat
di SMA N 3
Semarang, mengatakan bahwa dalam proses pembelajaran di dalam
kelas guru
diharapkan bisa menggunakan
pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data
dari berbagai
sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu (Sugiyono,
2009:273).
Menurut penjelasan di atas berarti terdapat triangulasi
sumber,
teknik dan triangulasi waktu. Sedangkan dalam penelitian
ini,
peneliti menggunakan Triangulasi teknik yakni menguji
kredibilitas data
dengan menggunakan sumber yang sama dan dengan teknik yang
berbeda.
Dalam hal ini data diperoleh berasal dari wawancara, kemudian
dicek dengan
observasi dan dokumentasi.
45
Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan guru
sejarah
terkait sertifikasi dan kinerja guru. Selain guru sejarah,
peneliti juga melakukan
wawancara dengan beberapa orang siswa. Hasil dari wawancara
tersebut kemudian
dicek dengan observasi dalam proses pembelajaran sejarah di
kelas. Selain observasi,
peneliti juga mengecek data yang telah diperoleh melalui
dokumen. Sebagaimana
h, dalam wawancara dengan salah satu guru sejarah bersertifikat
di SMA N 3
Semarang, mengatakan bahwa dalam proses pembelajaran di dalam
kelas guru-guru
pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data
dari berbagai
sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu (Sugiyono,
2009:273).
Menurut penjelasan di atas berarti terdapat triangulasi
sumber,
teknik dan triangulasi waktu. Sedangkan dalam penelitian
ini,
peneliti menggunakan Triangulasi teknik yakni menguji
kredibilitas data
dengan menggunakan sumber yang sama dan dengan teknik yang
berbeda.
kemudian dicek dengan
-
46
media pembelajaran secara maksimal. Khususnya guru-guru yang
telah
menerima tunjangan sertifikasi, termasuk guru sejarah. Oleh
sebab itu,
dalam proses pembelajaran sejarah di dalam kelas guru
sejarah
menggunakan media pembelajaran yang salah satunya adalah
menggunakan
miniatur. Untuk mengecek hasil wawancara tersebut, peneliti
melakukan
observasi dengan cara ikut dalam proses pembelajaran sejarah di
kelas dan
melakukan wawancara dengan siswa, yang ternyata memperoleh data
yang
sama pula. Data hasil wawancara dan observasi tersebut masih
dicek dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dari guru yang
bersangkutan.
G. Teknik analisis data
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada
saat
pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan
data dalam
periode tertentu. Pada saat wawancara peneliti sudah melakukan
analisis
terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang
diwawancarai
setelah dianalisis terasa belum memuaskan, makan peneliti
akan
melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh
data yang
dianggap kredibel. (Sugiyono, 2009:246). Analisis data dalam
kualitatif
dilakukan dalam tiga langkah yaitu reduksi data, penyajian data
dan
penarikan kesimpulan.
Tahap awal dalam analisi data adalah reduksi yaitu
merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari
tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi
akan
memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti
untuk
-
47
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan
-
(Sugiyono, 2009:247). Data yang terkumpul melalui wawancara,
observasi, dan study dokumen di SMA
direduksi maka langkah selanjutnya adalah mendispl
penyajian data.
Penyajian data dalam penelitian kualitatif dilakukan dalam
bentuk
uraia singkat, bagan, hubungan antar kategori
Melalui penyajian data tersebut, maka data akan
tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah
difahami
(Sugiyono, 2009:249).
Tahap ketiga dalam analisi data kualitatif adalah kesimpulan
yang
merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
Temuan
dapat berupa deskri
masih remang- remang atau gelap sehingga setelah diteliti
menjadi jelas,
dapat berupa hubungan kausal interaktif, hipotesis atau teori
(Sugiyono,
2009:253).
(Sugiyono, 2009:247). Data yang terkumpul melalui wawancara,
observasi, dan study dokumen di SMA-SMA Kota Semarang,
setelah
direduksi maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data
atau
Penyajian data dalam penelitian kualitatif dilakukan dalam
bentuk
uraia singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan
sejenisnya.
Melalui penyajian data tersebut, maka data akan
terorganisasikan,
tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah
difahami
(Sugiyono, 2009:249).
Tahap ketiga dalam analisi data kualitatif adalah kesimpulan
yang
merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
Temuan
dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang
sebelumnya
remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas,
dapat berupa hubungan kausal interaktif, hipotesis atau teori
(Sugiyono,
48
(Sugiyono, 2009:247). Data yang terkumpul melalui wawancara,
SMA Kota Semarang, setelah
ay data atau
Penyajian data dalam penelitian kualitatif dilakukan dalam
bentuk
dan sejenisnya.
terorganisasikan,
tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah
difahami
Tahap ketiga dalam analisi data kualitatif adalah kesimpulan
yang
merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
Temuan
psi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya
remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas,
dapat berupa hubungan kausal interaktif, hipotesis atau teori
(Sugiyono,
-
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Profil guru sejarah di Sekolah Menengah Atas Negeri Kota
Semarang
Mata pelajaran sejarah merupakan salah satu pelajaran wajib yang
ada
dalam Sekolah Menengah Atas (SMA) baik negeri ataupun swasta.
Pelajaran
sejarah ini sebenarnya merupakan pelajaran penting karena
dengan
mempelajari sejarah diharapkan siswa mampu menganalisis
kejadian-kejadian
di masa lampau untuk menjadi pelajaran di kehidupan
sekarang.
Konsep sejarah modern cukup komprehensif, peristiwa-peristiwa
politik
dan militer tidak dipandang sebagai akibat dari dirinya sendiri,
tapi digunakan
untuk memberikan perspektif tentang pentingnya aspek-aspek
sosial, kultural,
dan ekonomi dalam kehidupan manusia. Penekanan diletakkan
pada
memadukan semua kejadian sosial, ekonomi, politik,
konstitusional, militer
dan agama. Tidak hanya itu, sejarah sekarang ini juga dipandang
memiliki
empat dimensi, yaitu masyarakat, tempat, waktu dan gagasan yang
semuanya
diperlukan untuk menyusun kisah tentang manusia secara
komprehensif
(Kochhar:2008:11-12)
Pentingnya pelajaran sejarah bagi peserta didik ternyata
belum
diimbangi dengan porsi pelajaran sejarah dalam kurikulum di
semu