Page | 1 I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam ekonomi modern manusia sering mengabaikan aspek aspek syariah dalam berbisnis dimana manusia di era globalisasi lebih mengedepankan system ekonomi yang cenderung ke arah riba karna banyak sekali ke untngan yang di tawarkanya seperti bunga yang besar dalam deposito dan ini jauh dari namanya hukum ekonomi syariah melenceng dari ajaran dagang islam dimana memakan uang riba haram hukumnya. Belakangan ini bisnis berbasis islam banyak diminati dan digeluti oleh masyarakat luas. Khusunya di indonesia, tidak hanya kaum muslim saja namun kaum nonmuslim pun banyak yang berminat dlam bisnis yang berbasis syariah ini. Karena dinilai menguntungkan karena banyaknya kaum muslimin. Dalam masyarakat riba tidak ada punggutan zakat, tidak ada unsur membantu orang lemah.Variable riba memiliki korelasi negative terhadap zakat, perdangangan dan tingkat kesejahteraan masyarakat, sering kali orang yang terdesak tidak peduli dengan bunga yang besar padahal bunga yang besar itu sangat merugikan apabila 1 | Page
40
Embed
serbaserbipengetahuan09.files.wordpress.com · Web viewDalam masyarakat riba tidak ada punggutan zakat, tidak ada unsur membantu orang lemah.Variable riba memiliki korelasi negative
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
P a g e | 1
I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dalam ekonomi modern manusia sering mengabaikan aspek aspek syariah
dalam berbisnis dimana manusia di era globalisasi lebih mengedepankan system
ekonomi yang cenderung ke arah riba karna banyak sekali ke untngan yang di
tawarkanya seperti bunga yang besar dalam deposito dan ini jauh dari namanya
hukum ekonomi syariah melenceng dari ajaran dagang islam dimana memakan
uang riba haram hukumnya. Belakangan ini bisnis berbasis islam banyak diminati
dan digeluti oleh masyarakat luas. Khusunya di indonesia, tidak hanya kaum
muslim saja namun kaum nonmuslim pun banyak yang berminat dlam bisnis yang
berbasis syariah ini. Karena dinilai menguntungkan karena banyaknya kaum
muslimin.
Dalam masyarakat riba tidak ada punggutan zakat, tidak ada unsur
membantu orang lemah.Variable riba memiliki korelasi negative terhadap zakat,
perdangangan dan tingkat kesejahteraan masyarakat, sering kali orang yang
terdesak tidak peduli dengan bunga yang besar padahal bunga yang besar itu
sangat merugikan apabila tidak bisa mengembalikan dengan tepat waktu dan amat
merugikan.
Dalam bisnis sering kali mngabaikan nilai nilai islami karena dalam
berbisnis kita menjumpai banyak clien, partner dan costumer dan mereka punya
pedoma sendiri dalam berbisnis, maka dari itu kita sebagai orang islam harus
memegang teguh nilai nilai islam dalam hal apapun agar mendapat barokah dari
apa yang dilakukan.
1 | P a g e
P a g e | 2
Kita sebagai umat muslim dengan melihat realita ekonomi nasional dan
inter nasionalyang mulai ke arah system ekonomi liberal yang terapkan bangsa
barat yang tidak sesuai dengan kaidah islam maka dari itu pentingnya
mengembalikan system ekonomi yang benar dan mensosialisasi kan untungnya
berbisnis secara syariah. Manusia tidak terlepas dari yang namanya bisnis maka
perlu sekali mengerti bisnis yang benar yang tidak merugikan salah satu pihak dan
mengandung unsur unsure yang mensejahterakan masyarakat baik secara
langsung ataupun tidak langsung simbiosis mutualisme dalam berbisnis harus ada
unsure syariahnya
1.2. PERUMUSAN MASALAH
1. Apa saja yang merupakan tujuan bisnis syariah ?
2. Apa pebedaan dari masing-masing tipologi bisnis syariah ?
3. Bagaimana perdagangan dalam bisnis syariah ?
4. Bagaimana produksi dan promosi dalam bisnis syariah ?
5. Bagaimana perilaku pelaku bisnis syariah ?
1.3. TUJUAN
1. Menjelaskan tujauan bisnis syariah
2. Membedakan dan menyebutkan tipologi bisnis syariah
3. Menjelaskan perdagangan dalam bisnis syariah
4. Menjelaskan produksi dan promosidalam bisnis syariah
Setiap manusia memerlukan harta untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Manusia senatiasa berusaha berusaha untuk dapat memperoleh harta kekayaan itu.
salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk dapat memperolehnya adalah dengan
bekerja. Sedangkan salah satu dari bentuk kerja adalah berusaha atau berbisnis.
Kegiatan penting dalam bemuamalah yang paling banyak dilakukan oleh manusia
setiap saat adalah kegiatan bisnis.
Bisnis adalah sebuah kata yang cukup dikenal oleh masyarkat dalam
kehidupan sehari-hari. Setiap harinya secara sadar maupun tidak jutaan manusia di
dunia melakukan kegiatan bisnis, baik sebagia produsen, perantara maupun
sebagai konsumen. Kaum produsen dan orang-orang lain yang bergerak dalam
kegiatan bisnis berhasuil membuat keuntungan dan memperbesar nilai
keuntungannya yang makim lama makin meningkat. Dalam zaman modern
sekarang ini dunia bisnis semakin kompleks, dan membutuhkan banyak waktu
bagi mereka yang iongin mempelajarinya serta mempraktekan sampai berhasil.
Bisnis dapat didefinisikan sebagai pertukaran barang, jasa atau uang yang
saling menguntungkan atau memberi manfaat. Ada yang mengartikan, bisnis
sebagai suatu organisasi yang menjalankan aktivitas produksi dan distribusi atau
penjualan barang dan jasa-jasa yang diinginkan oleh konsumen untuk
memperoleh profit (keuntugan).
Pengertian bisnis menurut Hughes dan Kapoor ialah Business is the
organized effot of individuals to producenand sell for a profit, the goods and
services that satisfy society’s needs. The general term business refers to all such
3 | P a g e
P a g e | 4
efforts within a society or within an industry. Maksudnya bisnis ialah suatu
kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual
barang dan jasa guna mendapatkan kenutngan dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat dan ada dalam industry. Definisi lain diberikan oleh Brown dan
Petrello (1976): Business is an institution which produces goods and services
demanded by people. [1]
Jadi bisnis merupakan suatu lembaga menghasilkan barang dan jasa yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam hal ini termasuk jasa dari pihak pemerintah
dan swasta yang disediakan untuk melayani anggota masyarakat.[2]
Belakangan ini bisnis berbasis islam banyak diminati dan digeluti oleh
masyarakat luas. Khusunya di indonesia, tidak hanya kaum muslim saja namun
kaum nonmuslim pun banyak yang berminat dlam bisnis yang berbasis syariah
ini. Karena dinilai menguntungkan karena banyaknya kaum muslimin.
Islam menganjurkan setiapm umatnya untk mencari rezeki, islam sangat
menekankan atau mewajibkan aspek kehalalan, baik dari segi perolehan maupun
pendayagunaanya (pengolahannya dan pembelanjaaanya).
Bisnis islam dapat diartika sebagai serangkaian aktivitas bisnis dalam
berbagai bentuknya (yang tidak dibatasi), namun dibatasi dalam cara perolehan
dan pendayagunaan hartanya (ada atuaran halal dan haram). Dalam arti,
pelaksanaan bisnis harus tetap berpegang pada ketentuan syariat (aturan-aturan
dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist). Dengan kata lain, syariat merupakan nilai utama
yang menjadi payung strategis maupun taktis bagi pelaku kegiatan ekonomi
(bisnis).[3]
4 | P a g e
P a g e | 5
Dengan kendali syariat, bisnis dalam islam bertujuan untuk mencapai
empat hal utama, yaitu sebgai berikut.
2.1.1 TARGET HASIL, PROFIT MATERI DAN BENEFIT NON
MATERI
Tujuan bisnis tidak selalu untuk profit (qimah maddiyah atau nilai materi),
tetapi harus dapat memperoleh dan memeberikan benefit (keuntungan atau
manfaat) nonmateri, baik bagi si pelaku bisnis sendiri maupun pada lingkungan
yang luas, seperti terciptanya suasana persaudaraan, kepedulian social dan
sebagainnya. Disamping untuk mencari qimah maddiyah, juga ada dua orientasi
lainnya yaitu nilai-nilai ahklak mulia yang menjadi suatu kemestian yang muncul
dalam kegiatan bisnis, sehingga tercipta hubungan persaudaraan yang islami, baik
antara majikan dengan buruh, maupun antara penjual dan pembeli (bukan hanya
sekedar hubungan fungsional maupun professional semata).
Qimah ruhiyyah berarti, perbuatan tersebut dimaksudkan untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Dengn kata lain, ketika melakukan suatu aktivitas
bisnis, maka harus disertai dengan kesadaran hubungannya dengan Allah. Amal
perbuatannya bersifat materi, sedangkan kesabaran akan hubungannya dengan
Allah ketika berbisnis dinamakan ruhnya.
Tabel 1. Data ilustrasi pembayaran untuk pembiayaan modal kerja iB oleh pengusaha
Tahap penerimaan dan pembayaran
Pembayaran dari pemerintahan
Pengembalian pokok kepada bank syari'ah
Bagi hasil untuk bank syari'ah
1. Termin I Rp. 200 juta Rp. 100 juta Rp. 34,3 juta (1/7 x 60 % x Rp. 400 juta)2. Termin II Rp. 400 juta Rp. 200 juta Rp. 68,6 juta (2/7 x 60% x Rp 400 juta)3. Termin III Rp. 800 juta Rp. 300 juta Rp. 137,1 juta (4/7 x 60% x Rp 400 juta)
5 | P a g e
P a g e | 6
Profit untuk pengusaha
Rp. 1400 juta - (Rp 400+Rp 600 juta+Rp 240 juta = Rp. 160 juta
(modal Rp. 400 juta)
2.1.2 PERTUMBUHAN
Jika profit dan benefit nonmateri telah diraih, maka diupayakan
pertumbuhan atau kenaikan akan terus-menerus meningkat setiap tahunya dari
profit dan benefit tersebut. Upaya pertumbuhan ini tentu dalam koridor syariat.
Misalnya, dalam meningkatkan jumlah produksi, seiring dengan perluasan pasar
dan peningkatan inovasi agar bisa mengahasilkan produk baru dan sebagainya.
2.1.3 KEBERLANGSUNGAN
Pencapaian target hasil dan pertumbuhan terus diupayakan
keberlangsungannya dalam kurun waktu yang cukup lama dan dalam menjaga
keberlangsungan itu dalam koridor syariah islam.
2.1.4 KEBERKAHAN
Faktor keberkahan atau upaya menggapai ridho Allah, merupaka puncak
kebahagian hidup muslim. Para pengelola bisnis harus mematok orientasi
keberkahan ini menjadi visi bisnisnya, agar senantiasa dalam kegiatan bisnis
selalu berada dalam kendali syariat dan diraihnya keridhoan Allah.[4]
2.2. TIPOLOGI BISNIS SYARI’AH
Tipologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pengelompokan
berdasarkan tipe atau jenis.
Berbicara mengenai tipologi bisnis syariah berbicara juga mengenai
lembaga keuangan islam. Lembaga keuangan ini di khususkan pada lembaga
keuangan islam di indonesia.
6 | P a g e
P a g e | 7
Bila kita ingin berbicara mengenai lembaga keuangan syariah di indonesia
(LKS), maka kita melihat UU No. 7 1992 tentang perbankan, yang antara lain
menyebutkan di mungkinkannya berdiri bank dengan sistem bagi hasil. UU itu
menjadi dasar berdirinya Bank Muamalat Indonesia. kemudian UU itu di perbaiki
dengan UU No 10 tahun 1998 tentang perbankan, yang memberi peluang di
terapkan dual banking sistem dalam perbankan nasional. Dengan cepat UU ini
telah mendorong di bukanya divisi syariah di sejumlah bank konvensional.
2.2.1 PERKEMBANGAN LKS
Hinga desember 2005, telah beroprasi 3 bank umum syariah (BUS) dan 19
unit usaha syariah (UUS). Penambahan jumlah pemain ini di ikuti dengan
penyebaran jaringan kantor yang semakin terdistribusi ke seluruh wilayah
indonesia. Penyebaran jaringan itu umumnya mengarah ke kawasan yang aktuf,
sehingga memang mendapatkan lahan yang subur untuk berkembang.
Akan tetapi, pangsa pasar perbankan syariah di bandingkan perbankan
nasional (konvensional) masih sangat kecil. Berdasarkan data dari direktorat
perbankan syariah bank indonesia, pada desember 2005 total asset dari seluruh
bank syariah nasional (ini belum termasuk BPRS) sebesar Rp 20,9 triliun atau
1,42 % dari total aset seluruh perbankan nasional, dan dana pihak ke 3 (DPK)
yang di himpun seluruh sistem perbankan, dan pembiyayaan yang di salurkan
perbankan syariah sebesar Rp 15,2 triliun atau kira-kira 2,19 % dari jumlah
penyaluran pembiyayaan/kredit seluruh sistem perbankan. [5]
Gambar 1. Perkembangan total aset dan piutang pembayaransyari’ah tahun 2009-2013
7 | P a g e
P a g e | 8
2.2.2 PERBANKAN
Berkembangnya bank-bank dengan landasan syariah islam di berbagai
negara pada dekade 1970 an, berpengaruh pula dengan indonesia. Namun perkara
lebih khusus untuk mendirikan bank islam baru dilakukan pada 1990. Majelis
ulama indonesia (MUI) setelah melalui satu lokakarya, akhirnya membentuk satu
kelompok kerja yang di sebut Tim Perbankan MUI. Tim ini bertugas melakukan
pendekatan dan konsultasi dengan semua terkait. Hasil tim kerja tersebut akhirnya
melahirkan Bank Muamalat Indonesia.
Ada sejumlah perbedaan yang mendasar antara bank syariah dan bank
konvensional. Perbedaan itu menyangkut:
a. Aspek legalitas
Di perbankan syariah, akad yang dialukan memiliki dimensi duniawi
ukhrawi karena berlandaskan hukum islam. Setiap akad dalam perbankan syariah,
baik dalam hal barang, pelaku transaksi maupun ketentuan lainya harus memenuhi
syarat akad seprti:
- Rukun: adanya penjual, pembeli, barang, harga dan ijab Kabul
8 | P a g e
P a g e | 9
- Syarat: barang dan jasa harus halal, harga harus jelas, tempat penyerahan
harus jelas, barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam
kepemilikan
b. Lembaga penyelesai sengketa
Berbeda dengan bang konvensional, jika pada perbankan syariah terdapat
perselisihan, penyelesaiannya tidak dilakukan di pengadilan negeri melainkan
sesuai tata cara dan hukum materi syariah. Lembaga yang mengatur hokum materi
berdasarkan prinsip syariah dikenal dengan nama Badan Arbiterasi Muamalah
Indonesia atau BAMUI.
c. Struktur organisasi
Secara garis besar struktur organisasi bank syariah dan bank konvensional
adalah sama. Yakni ada komisaris dan direksi beserta perangkat pendukung di
bawahnya. Tetapi di bank syariah harus memiliki Dewan Pengawas Syariah
(DPS) di bank syariah. DPS bertugas mengawasi operasional bank dan produk-
produknya agar tidak menyimpang dari garis-garis syariah.
d. Pembiyaan
Perbedaan pokok antara perbankan syariah dan konvensional dalam
pembiayaan adalah adanya larangan riba (bunga) pada perbankan syariah. Prinsip
utama yang dianut bank-bank islam adalah (arifin, 1999):
- Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi
- Menjalankan bisnis dan aktivitas perdagangan yang berbasis pada memperoleh
keuntungan yang sah secara syariah
- Memberikan zakat
9 | P a g e
P a g e | 10
Sebagai penganti mekanisme bunga, sebagian ulama meyakini bahwa dalam
pembiayaan proyek-proyek, instrument yang paling baik adalah bagi hasil.
Gambar 2. Grafik profitabilitas perbankan syari’ah
2.2.3 ASURANSI
Asuransi syariah di indonesia di pelopori oleh PT Asuransi Tafakul
Indonesia yang berdiri pada tahun 1994. Sebagian kalangan beranggapan bahwa
asuransi sama dengan menentang qodha dan qadar atau bertentangan dengan
takdir. Padahal tidak demikian, karena pada dasarnya islam mengakui bahwa
kecelakaan, kemalangan, dan kematian merupakan takdir allah yang tidak dapat di
tolak. Hanya saja sebagian manusia di perintahkan membuat perencanaan untuk
menghadapi masa depan. Allah berfirman dalam QS. Al-hasyr ayat 18:
“hai orang-orang beriman, bertaqwalah pada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah di perbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan
bertaqwalah kepada allah sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
Jelas sekali dari ayat ini kita di perintahkan untuk merencanakan apa yang
akan kita perbuat untuk masa depan.[6]
Dalam QS surat yusuf ayat 43 – 49, Allah menggambarkan contoh usaha
manusia untuk membentuk sistem proteksi dalam menghadapi kemungkinan
10 | P a g e
P a g e | 11
buruk di masa depan. Sangat jelas dalam ayat ini manusia di anjurkan untuk
berusaha menjaga kelangsungan kehidupan dengan memproteksi kemungkinan
terjadinya kondisi yang buruk. Dari sini dapat di simpulkan bahwa berasuransi
tidak bertentanga dalam takdir bahwa allah menganjurkan adnya upaya-upaya
menuju kepada perencanaan masa depan dengan system proteksi yang di kenal
dengan mekanisme asuransi.
- Perbedaan Asuransi Konvensional dengan Asuransi Syariah
Perbedan utama tertetak pada prinsip dasarnya. Asuransi syarian
menggunakan konsep takaful bertumpu pada sikap saling tolong menolong dalam
kebaikan dan ketaqwaan dan tentu saja memberikan perlindungan.
Sedangkan pada asuransi konvensioanal dasar kesepakatanya adalah jual
beli. Perbedaan yang nyata juga terdapat pada investasi dananya. Pada takaful,
investasi dana di dasarkan pada sistem bagi hasil (mudharabah), sedangkan pada
asuransi konvensional tentu saja atas dasar bunga atau riba (Advertorial takaful,
Republika, 22 juli 2002). [7]
Untuk dana premi yang terkumpul dari peserta. Pada sistem konvensional
dana itu menjadi milik perusahan asuransi. Tentu saja perusahaan itu bebas
menginvestasikannya. Adapun pada asuransi takaful dana itu tetap milik peserta.
Perusahaan hanya mendapat amanah untuk mengelolanya. Konsep ini
menghasilkan perbedaan perlakuan terhadap keuntungan. Pada takaful
keuntungan di bagi antara perusahaan asuransi dengan peserta, sedang dalam
konvensional keuntungan menjadi milik perusahan.
Satu hal yang di tekankandalam takaful adalah meniadakan tiga unsur
yang di pertanyakan, yakni ketidakpastian, untung-untungan, dan bunga alias riba.
11 | P a g e
P a g e | 12
Tentu saja perusahaan yang bergerak dalam sistem takaful ini tidak melupakan
keuntungan yang bisa di peroleh nasabah.
Tabel 2. Data perbedaan asuransi konvensional dan asuransi syari’ah