Top Banner

of 8

Seputar_SANIMAS

Feb 23, 2018

Download

Documents

wakaltuti
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7/24/2019 Seputar_SANIMAS

    1/8

    15

    Apa itu Sanimas?

    Sanitasi oleh Masyarakat atau lebih dikenal

    dengan Sanimas merupakan salah satu pilihan

    program untuk peningkatan kualitas di bidang

    sanitasi khususnya pengelolaan air limbah yang

    diperuntukkan bagi masyarakat yang nggal

    di kawasan padat kumuh miskin perkotaan dengan

    menerapkan pendekatan berbasis masyarakat.

    Prinsip Utama Sanimas

    Penetapan prinsip utama Sanimas didasarkan pada

    upaya untuk memaskan sarana sanitasi yang dibangun

    dapat berkelanjutan (sustainable), yaitu digunakan dan

    dikelola serta dirawat dengan baik oleh masyarakat.

    Untuk itu, berdasarkan pembelajaran pembangunan

    sanitasi selama ini ditetapkan 6 prinsip utama Sanimas

    yaitu (i) pendekatan tanggap kebutuhan (Demand

    Responsive Approach), (ii) seleksi sendiri (self-selecon),

    (iii) pilihan sarana teknologi sanitasi (technology informed

    choices), (iv) pendanaan mul sumber (mul-source

    of fund), (v) pemberdayaan (capacity building) dan (vi)

    parsipasi (parcipave).

    a. Pendekatan Tanggap Kebutuhan

    Pendekatan tanggap kebutuhan (Demand Responsive

    Approach/DRA) dalam Sanimas ini diarkan sebagai

    pemenuhan kebutuhan yang diiku oleh kemauan untuk

    berkontribusi.

    Prinsip DRA ini diterapkan pada semua tahap

    pelaksanaan Sanimas. Pertama, pada tahap seleksi kota/

    kabupaten, dimana HANYA kota/kabupaten yang butuh

    dan ada kemauan untuk mengalokasikan dananya saja

    yang akan difasilitasi. Kedua, dalam tahap seleksi lokasi/

    masyarakat, dimana HANYA lokasi/masyarakat yang butuh

    dan ada kemauan berparsipasi dan berkontribusi saja

    yang akan difasilitasi. Dan prinsip DRA ini juga diterapkan

    pada saat masyarakat harus memiliki sarana teknologi

    sanitasinya karena masyarakat harus mempermbangkan

    biaya operasi dan pemeliharaan yang harus ditanggung.

    b. Seleksi Sendiri

    Seleksi sendiri masyarakat atau community self-

    seleconadalah satu kegiatan untuk melakukan

    seleksi, baik seleksi kota/kabupaten maupun seleksi

    lokasi/masyarakat. Untuk seleksi kota/kabupaten akan

    ditentukan salah satunya berdasarkan berapa besarnya

    alokasi dana yang disiapkan oleh APBD; semakin besar

    alokasi dana yang disiapkan oleh APBD maka semakin siap

    kota/kabupaten tersebut untuk melaksanakan program

    Sanimas, begitu juga sebaliknya. Sedangkan untuk seleksilokasi/masyarakat, masyarakat dibantu (difasilitasi)

    untuk melakukan idenfikasi potensi dan kekurangan

    yang dimiliki secara obyekf, berdasarkan kenyataan

    yang ada di lapangan. Kemudian hasil idenfikasi

    tersebut yang informasinya bersifat kualitaf kemudian

    dikuanfisir dengan sistem angka yang kemudian dibuat

    skor. Kemudian skor tersebut dibawa ke pertemuan

    yang disebut pertemuan stakeholdersmasyarakat untuk

    melakukan penentuan lokasi secara bersama-sama dan

    terbuka.

    Dalam pertemuan tersebut, skor dari satu lokasi

    akan dibandingkan dengan skor yang dimiliki oleh calon

    lokasi lain. Prinsipnya, semakin besar skor yang diperoleh

    oleh suatu lokasi/masyarakat maka dinilai lebih siap

    untuk melaksanakan program Sanimas. Seleksi akan

    menentukan jumlah lokasi yang terpilih disesuaikan

    dengan ketersediaan dana.

    Setelah acara penentuan lokasi tersebut selesai,

    kemudian dibuat berita acara seleksi

    masyarakat yang ditandatangani oleh semua

    wakil masyarakat dan pemda serta fasilitator.

    Seputar

    SanimasBORDA

    Laporan Utama

  • 7/24/2019 Seputar_SANIMAS

    2/8

    16

    c. Pilihan Sarana Teknologi Sanitasi

    Dalam Sanimas disediakan katalog yang dikenal

    sebagai ICC atau Informed Choice Catalogueyang berisiberbagai pilihan sarana teknologi sanitasi sebagai sebuah

    menu yang akan bisa dipilih oleh masyarakat untuk

    memecahkan masalah sanitasinya. Alternaf teknologi

    sanitasi beragam mulai dari yang paling sederhana

    sampai ke teknologi yang lebih canggih. Katalog tersebut

    juga dilengkapi dengan informasi tentang kelebihan dan

    kekurangan masing-masing teknologi, perkiraan harga

    seap teknologi sanitasi dan seterusnya.

    Pilihan sarana teknologi sanitasi tersebut mencakup:

    sarana sanitasi di ngkat rumah tangga, sistem penyaluran

    air limbah domesk, pengolahan limbah domesk dan

    pembuangan limbah setelah diolah termasuk

    penanganan lumpur nja. Jenis limbah yang harusditangani mencakup limbah rumah tangga (grey

    water) dan nja (black water).

    Penyediaan informasi dalam bentuk

    katalog pilihan teknologi sanitasi ini belum

    pernah dilakukan oleh program-program

    sanitasi sebelumnya. Katalog ini penng

    untuk membiasakan masyarakat memilih

    dan menentukan sarana teknologi sanitasinya sendiri.

    Masyarakat memiliki kesempatan untuk mempelajari,

    mengkaji, menganalisis serta menyimpulkan teknologi

    sanitasi mana yang cocok dan sesuai dengan kondisi yang

    ada di masyarakat. Pada saat memilih, masyarakat juga

    harus mempermbangkan ngkat kemudahan, keahlianyang diperlukan serta biaya yang yang harus ditanggung

    untuk operasional dan perawatannya. Apabila masyarakat

    kurang jelas akan tentang suatu jenis teknologi sanitasi

    maka fasilitator teknis Sanimas akan membantu

    memberikan informasi.

    d. Pendanaan Mul Sumber

    Salah satu pembelajaran yang dapat diambil dari

    program Sanimas adalah sistem pendanaan sanitasi

    yang bersumber dari berbagai sumber, mulai dari APBN,

    APBD Propinsi, APBD Kota/Kabupaten, swasta/LSM, dan

    masyarakat, atau akrab disebut sebagai sistem pendanaan

    mul sumber.

    Selama pelaksanaan program Sanimas dalam 6

    tahun yang dimulai sejak tahun 2003 sampai 2009, pola

    pembiayaan seper ini ternyata dapat dilakukan secara

    baik. Arnya pembiayaan sanitasi dapat dilakukan dengan

    cara gotong-royong. Program sanitasi yang selama ini

    lebih banyak dibebankan kepada APBN, sedikit demi

    sedikit, melalui program Sanimas, beban pembiayaan

    tersebut mulai bergeser menjadi porsinya

    lebih banyak dibebankan pada

    APBD kota/kabupaten. Berdasarkan pengalaman Sanimas,

    porsi pembiayaan tersebut adalah sebagai berikut: Pusat

    (25%), Propinsi (14%), kota/kabupaten (53%), masyarakat(4%).

    Proporsi seper ini jelas sekali menunjukkan bahwa

    tanggungjawab terbesar ada pada pemerintah kota/

    kabupaten. Namun sayangnya, mulai 2010 pendanaan

    Sanimas ini justru diubah dimasukkan kedalam DAK

    sehingga konsep berbagi (sharing) pendanaan tersebut

    kemudian sudah sulit diterapkan. Akibatnya banyak

    pemerintah kota/kabupaten yang membatalkan alokasi

    kontribusi dananya.

    Padahal meyakinkan pemerintah daerah untuk

    berparsipasi dalam pembiayaan mul sumber ini cukup

    berat. Pada awal dilaksanakannya Sanimas tahun

    2003, bahkan BORDA pernah diusir oleh salahsatu Pemda karena permintaan agar alokasi

    dana pemda lebih dari 50 persen. Bagi Pemda

    pada saat itu, dana pendamping biasanya hanya

    sebesar 10 persen.

    e. Pemberdayaan

    Pemberdayaan adalah satu prinsip dalam

    Sanimas yang diterapkan pada seluruh tahapan

    program. Pemberdayaan atau peningkatan kapasitas ini

    diarkan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk

    meningkatkan kapasitas berbagai pelaku penanganan

    sanitasi berbasis masyarakat. Pemberdayaan atau

    peningkatan kapasitas ini dilakukan pada tataranpenyiapan kapasitas tenaga yang dipersiapkan sebagai

    fasilitator, baik pada ngkat pemda maupun lembaga

    pemberdayaan masyarakat. Baik staf pemda maupun

    lembaga swadaya masyarakat dipersiapkan untuk menjadi

    fasilitator pelaksana Sanimas di lapangan.

    Peningkatan kapasitas berikutnya adalah pada ngkat

    masyarakat sebagai calon pengguna sarana agar bisa

    mengelola kegiatan mulai dari persiapan, pembangunan

    serta operasional dan perawatan. Masyarakat yang

    dilah adalah mereka yang sudah dipilih oleh masyarakat

    untuk menjadi pengurus Kelompok Swadaya Masyarakat

    sebagai pengelola sarana sanitasi. Mereka dingkatkan

    kemampuan dan keterampilannya untuk mengelola

    kegiatan, mengelola keuangan, dan mengawasi kualitas

    bangunan yang nannya akan dikelola sendiri.

    Pelahan juga diberikan kepada masyarakat yang

    akan bekerja untuk pembangunan fisik sarana sanitasinya

    seper tukang, mandor serta tenaga kerja lainnya.

    Termasuk pelahan bagi operator yang akan mengelola

    dan merawat sarana sanitasi masyarakat tersebut sehari-

    hari.

    Pembiayaansanitasidapatdilakukandengancaragotong-royong

    Laporan Utama

  • 7/24/2019 Seputar_SANIMAS

    3/8

    17

    f. Parsipasi

    Parsipasi masyarakat adalah hal krusial dalam

    program Sanimas, dan juga program-program lainyang berbasis masyarakat, karena sarana sanitasi yang

    dibangun nannya harus digunakan dan dikelola oleh

    masyarakat secara terus-menerus. Bisa dipaskan bahwa

    apabila dak ada parsipasi maka masyarakat dak akan

    mau menggunakan, dak mau mengelola, apalagi ada

    rasa memiliki.

    Parsipasi diarkan sebagai pelibatan masyarakat

    di dalam seluruh proses, sejak dari perencanaan,

    pelaksanaan pembangunan dan evaluasi. Namun dalam

    implementasinya, biasanya para pelaku akan terjebak

    pada 2 pilihan sulit: pertama, parsipasi penuh dimana

    seluruh proses sejak dari gagasan, perencanaan,

    pelaksanaan, evaluasi dilakukan oleh masyarakat. Kedua,

    parsipasi proporsional dimana masyarakat akan terlibat

    pada bagian pekerjaan yang prinsip.

    Dalam program Sanimas, dengan sistem pendanaan

    mul sumber dan dana pemerintah dibatasi oleh

    waktu per Desember, bentuk parsipasi juga harus

    menyesuaikan. Parsipasi masyarakat dimulai dari proses

    seleksi lokasi keka masyarakat terlibat dalam proses

    tersebut, atau yang disebut community self-selecon

    process. Proses seleksi dilakukan secara cepat, dilakukan

    dalam waktu sehari dengan cara idenfikasi potensi dan

    kekurangan yang dimiliki dilanjutkan dengan pertemuan

    pelaku masyarakat untuk penentuan lokasi, dengan sistem

    skor. Lokasi yang skornya lebih nggi akan menjadi lokasi

    yang paling siap untuk melaksanakan program Sanimas.

    Perkembangan Sanimas

    Program Sanimas ini telah berlangsung sejak tahun

    2003, merupakan inisiaf kerjasama PemerintahIndonesia dengan Pemerintah Australia melaluiAustralian

    Internaonal Agency for Internaonal Development

    (AusAID) dan dikelola oleh Water and Sanitaon Program

    (WSP) World Bank. Bremen Overseas Research and

    Development Associaon(BORDA), bersama mitra

    LPTP, BEST, BALIFOKUS, YIS dan LPKP, berndak sebagai

    pelaksana (execung agency).

    Sebagai uji coba (pilot project), pada tahun 2001-2003

    program ini dilaksanakan di 2 propinsi yang termasuk

    paling padat di Indonesia yakni propinsi Jawa Timur dan

    Bali. Di dua propinsi tersebut dipilih 7 kota/kabupaten

    dengan menggunakan prinsip Demand Responsive

    Approach(DRA) atau pendekatan tanggap terhadapkebutuhan. Pemilihan kota/kabupaten berdasarkan

    kondisi obyekf terkait sanitasi dan adanya minat dari

    pemerintah kabupaten/kota bersangkutan. Setelah

    program uji coba ini dianggap berhasil, kemudian pada

    tahun 2004 atas inisiaf BAPENAS melalui Pokja AMPL

    Nasional dan BORDA dengan menggunakan pendekatan

    yang sama, Sanimas berhasil direplikasikan di 7 kota/

    kabupaten yang sama di kedua propinsi tersebut. Oleh

    karena itu, kemudian pada tahun 2005, atas inisiaf dari

    Departemen KIMPRASWIL dengan pendanaan APBN dan

    BORDA, program ini diperluas menjadi 4 provinsi yakni

    Jawa Timur, Bali, Jawa Tengah dan DIY, yang

    mencakup 15 kota/kabupaten.Keberhasilan pelaksanaan uji coba dan

    replikasi terbatas Sanimas dianggap berhasil,

    sehingga pada tahun 2006, Direktorat

    Pengembangan Penyehatan Lingkungan

    Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta karya,

    Departemen Pekerjaan Umum, melakukan

    evaluasi dan penyempurnaan program.

    Setelah itu kemudian Sanimas direplikasikan di

    22 provinsi di seluruh Indonesia dengan target 100 lokasi

    yang kemudian terealisasi 79 lokasi di 67 kota/kabupaten

    dengan pendanaan dari pemerintah pusat, pemerintah

    kota/kabupaten, masyarakat dan BORDA. Selanjutnya,

    pada tahun 2007, diimplementasikan di 132 lokasi di

    29 propinsi dan tahun 2008 di 17 propinsi di 129 kota/

    kabupaten. Sedangkan untuk tahun 2009, dilakukan di

    17 propinsi, 65 kota/kabupaten, 97 k/lokasi. Program

    Sanimas akan terus dilanjutkan di tahun-tahun berikutnya

    agar akses masyarakat yang nggal di perkampungan

    padat dan berpendapatan rendah di perkotaan

    terhadap sanitasi yang layak semakin

    meningkat, sekaligus untuk mendorong

    pencapaian target MDGs 2015.

    bilatakadaparsipasimakamasyarakatdakakanmaumenggunakan

    BORDA

    Laporan Utama

  • 7/24/2019 Seputar_SANIMAS

    4/8

    18

    Tahapan Sanimas

    Secara umum terdapat 6 (enam) tahapan

    Sanimas, yaitu (i) road show, berupa seminarmul kabupaten/kota; (ii) pelahan tenaga

    fasilitator lapangan kabupaten/kota terpilih;

    (iii) seleksi kampung; (iv) penyusunan Rencana

    Kerja Masyarakat (RKM); (v) konstruksi dan

    peningkatan kapasitas; (vi) operasional dan

    pemeliharaan.

    a. Seminar mul-kota/kabupaten.

    Dalam seminar tersebut dijelaskan tentang beberapa

    hal diantaranya (i) penngnya penanganan masalah

    sanitasi, terutama di lingkungan masyarakat berpenduduk

    padat dan miskin di kawasan perkotaan, dan sanitasi

    menjadi tanggungjawab semua pihak, (ii) garis besarprogram Sanimas termasuk prinsip dan tahap-tahap

    pelaksanaan Sanimas dan pendanaannya, peran berbagai

    pihak dalam pelaksanaan Sanimas, serta jangka waktu

    implementasi. Sekembali dari seminar, pemerintah kota/

    kabupaten yang berminat harus mengirimkan surat

    minat ke departemen PU, untuk kemudian dilakukan

    penandatanganan kesepakatan MoU.

    b. Pelahan Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL)

    Pemerintah kota/kabupaten yang telah

    menandatangani MoU kemudian mengirimkan tenaga

    fasilitator dari dinas penanggungjawab dan wakil

    masyarakat untuk mengiku pelahan Tenaga FasilitatorLapangan (TFL) selama satu minggu bersama dengan TFL

    dari kota/kabupaten lain. Selama pelahan, mereka diberi

    pembekalan berupa pengetahuan dan keterampilan untuk

    memfasilitasi masyarakat dalam penerapan Sanimas.

    c. Seleksi kampung

    Seleksi kampung atau seleksi masyarakat

    dengan pendekatan seleksi mandiri yangdimulai dari daar panjang (long list) dan

    daar pendek (short list) kampung dan

    penjelasan program Sanimas kepada

    masyarakat yang masuk dalam daar pendek.

    Masyarakat yang tertarik kemudian harus mengirimkan

    surat undangan kepada dinas penanggungjawab untuk

    difasilitasi. Jika peminat dalam satu kota/kabupaten lebih

    banyak dari ketersediaan dana, dilakukan proses seleksi

    dengan menggunakan metode RPA (Rapid Parcipatory

    Appraisal) dengan sistem skor. Masyarakat menilai sendiri

    kemampuannya kemudian berdasarkan nilai yang ada

    sudah bisa ditentukan sendiri pemenangnya dengan

    sistem urutan (ranking).Model seleksi ini dilakukandengan cara transparan dan adil dalam sebuah pertemuan

    dengan para wakil masyarakat. Hasil dari seleksi kemudian

    disepaka dengan penandatanganan Berita Acara oleh

    semua pelaku yang hadir dalam pertemuan tersebut.

    d. Penyusunan dokumen rencana kerja masyarakat

    atau disingkat RKM

    Penyusunan RKM dilakukan secara parsipaf.

    Masyarakat diberikan ruang seluas mungkin untuk

    mengambil keputusan untuk menangani masalah

    sanitasinya sendiri. Kegiatan ini dimulai dari penentuan

    calon penerima manfaat program, pemetaan wilayah

    pelayanan, pemilihan sarana teknologi sanitasi,penyusunan detail engineering design(DED),

    penyusunan rencana anggaran dan belanja (RAB),

    penentuan kelompok swadaya masyarakat (KSM)

    pengguna, penentuan dan kesepakatan iuran baik untuk

    Masyarakat

    yangtertarik

    kemudianharu

    s

    mengirim

    kan

    suratundangan

    kepadadinas

    penanggungjaw

    ab

    untukdifasilita

    si

    Banten

    BaliNTB

    SulawesiSelatan

    SulawesiTenggara

    Yogyakarta

    KalimantanTengah

    Jawa Barat

    KalimantanTimur

    KalimantanSelatan

    JawaTimur

    Jawa Tengah

    Sumatera Barat

    Sumatera Utara

    Riau

    Bengkulu

    Sumatera Selatan Bangka

    Belitung

    SulawesiUtara

    SulawesiBarat

    Lampung

    Peta Sebaran Sanimas

    BORDA-Network partner

    Konsultan PU

    Laporan Utama

  • 7/24/2019 Seputar_SANIMAS

    5/8

    19

    Rekapitulasi Sanimas 2003-2009

    PengelolaTahun

    Jumlah Pilihan Teknologi Pengguna

    Provinsi Kota/Kab Lokasi MCKPlus KomunalPerpipaan Kombinasi MCKPlus dan Pemipaan KK Jiwa

    AusAID, pemda,BORDA, masyarakat

    2003 2 6 6 3 3 248 1.239

    Pokja AMPL, pemda,BORDA, masyarakat

    2004 2 7 8 6 2 615 3.075

    Dep. PU, pemda,BORDA, masyarakat

    2005 3 10 11 9 2 733 3.665

    2006 20 53 65 54 8 3 5.700 23.886

    Dep. PU, pemda,Pemprop, BORDA,

    masyarakat

    2007 22 80 125 100 22 3 11.894 55.753

    2008 16 69 108 81 17 10 11.061 48.984

    2009 17 65 97 74 14 9 7.200 36.017

    Total 22 124 420 327 68 25 37.451 172.619

    pembangunan maupun operasional dan perawatan, serta

    legalisasi dokumen RKM.

    e. Konstruksi dan peningkatan kapasitas

    (capacity building)

    Pada tahap ini mulai dilakukan pelahan-pelahan

    kepada KSM sebagai penanggungjawab pekerjaan

    pembangunan, pelahan tukang dan mandor, persiapan

    pekerjaan konstruksi, pengadaan barang, pengawasan

    kualitas barang dan kualitas pekerjaan, pengerahan

    tenaga kerja, sampai komisioning bangunan serta

    keuangan dan kelembagaan. Setelah semua pekerjaan

    pembangunan selesai, juga diberikan pelahan

    operasional dan pemeliharaan kepada KSM, operator dan

    masyarakat pengguna agar masyarakat tahu cara-carapenggunaan fasilitas sanitasi dengan benar dan operator

    bisa merawat dengan baik agar bangunan aman dan

    tahan lama, serta KSM tahu tanggungjawab yang harus

    diemban selama masa operasional

    dan pemeliharaan sarana sanitasi ini,

    terutama mengelola iuran masyarakat

    pengguna.

    f. Dukungan operasional dan

    pemeliharaan sarana Sanimas.

    Agar sarana sanitasi yang

    teah dibangun tersebut benar-

    benar berkelanjutan (sustainable)

    dibutuhkan dukungan terhadap

    KSM, masyarakat dan operator.

    Selama masa ini, dilakukan kegiatan

    monitoring kualitas efluen agar

    kualitas limbah cair rumah tangga yang

    dibuang ke sungai terpantau sesuai

    persyaratan baku mutu lingkungan.

    Monitoring juga dilakukan terhadap

    aspek keuangan (iuran pengguna)

    serta keberadaan dan fungsi KSM sebagai pengelola.

    Dukungan juga bisa dilakukan oleh pemerintah kota/kabupaten dan instusi terkait dalam bentuk pemberian

    insenf kepada masyarakat yang mengelola limbahnya

    sendiri.

    Capaian Program

    Hingga akhir tahun anggaran 2009, Sanimas telah

    dibangun di 22 propinsi, 124 kota/kabupaten, 420 k/

    lokasi di seluruh Indonesia, khususnya di lingkungan

    masyarakat yang nggal di perkampungan padat dan

    kumuh serta miskin atau sering disebut PAKUMIS. Bagi

    kota-kota yang telah memiliki sistem perpipaan terpusat

    (sewerage), maka Sanimas adalah komplementer,

    namun bagi kota/kabupaten yang belum memiliki sistemperpipaan terpusat, Sanimas menjadi solusi dengan

    pembiayaan yang terjangkau.

    MCKPlus ++

    Sistem PerpipaanKomunal

    Sepk TankBersama

    Gambar Pilihan Teknologi Sanitasi

    Laporan Utama

  • 7/24/2019 Seputar_SANIMAS

    6/8

    20

    Fasilitas yang dibangun sesuai preferensi masyarakat

    adalah sistem terdesentralisasi (decentralized system)

    yang bisa melayani antara 50150 KK. Secara umum,fasilitas yang dapat dipilih oleh masyarakat adalah (1)

    pemipaan langsung dari rumah/komunal, (2) MCK plus

    dan (3) kombinasi keduanya.

    Sampai tahun 2009, fasilitas yang telah dibangun

    sebanyak 420 unit terdiri dari 327 unit MCK plus, 68 unit

    pemipaan komunal, dan 25 unit kombinasi MCK plus dan

    pemipaan komunal. Sanimas sudah berhasil meningkatkan

    akses terhadap sanitasi yang baik bagi warga masyarakat

    yang nggal di perkampungan padat, kumuh dan miskin

    sebanyak 37.451 KK atau sekitar 172.619 jiwa. Fasilitas

    sanitasi tersebut dak saja permanen tetapi juga bagus

    dan indah, bahkan sekaligus telah dimanfaatkan sebagai

    ruang publik dan media komunikasi antar warga. Hal inipenng mengingat di daerah perkotaan semakin sulit

    untuk mendapatkan ruang-ruang publik.

    Selain itu, efluen fasilitas Sanimas sudah dak lagi

    mencemari lingkungan karena air limbah yang mereka

    buang sudah memenuhi baku mutu pembuangan air

    limbah domesk sesuai peraturan yang ada. Total air

    limbah domesk yang diolah seap harinya adalah

    sebanyak 6.348 m3/hari yang dibuang ke badan air atau

    ke sungai. Berikut adalah contoh perbandingan kaualitas

    warna air limbah

    sebelum dan sesudah

    diolah yang siap

    dibuang ke badansungai.

    Untuk penyediaan

    sarana sanitasi

    bagi masyarakat

    yang nggal di

    perkampungan padat,

    kumuh dan miskin

    di perkotaan tersebut, sejak tahun 2003 sampai tahun

    2008 telah dikeluarkan dana untuk pembangunan sarana

    fisik hampir mencapai Rp. 80 miliar, yang bersumber dari

    APBN, APBD provinsi, APBD kota/kabupaten, masyarakat,

    LSM/donor, dengan porsi pendanaan dari pemerintah

    kota/kabupaten paling besar yakni sekitar 53 persen.Di samping capaian-capaian tersebut, sampai tahun

    2008, Sanimas juga telah berhasil mendidik tenaga

    fasilitator lapangan sekaligus memberikan lapangan

    pekerjaan bagi 180 orang yang memiliki latar belakang

    beragam mulai dari latar belakang teknik sipil, teknik

    lingkungan, arsitektur, sosiologi, ekonomi bahkan

    pendidikan agama. Dari sekian orang TFL juga telah

    berhasil menjadi senior TFL

    (STFL) karena telah memiliki

    pengalaman lebih dari 5 tahun

    dengan tanggungjawab yang

    lebih luas melipu aspek

    manajemen. TFL dan STFL ini

    telah menjadi salah satu pelaku

    kunci sanitasi di wilayahnya.

    Di ngkat masyarakat juga

    telah muncul para pelaku

    sanitasi langsung berupa

    operator sebanyak 292 orang

    yang seap hari mengurusi

    air limbah rumah tangga yang

    dibuang oleh warga, suatu

    Tahun

    Kontribusi MasyarakatPemerintah

    Kota/Kabupaten

    PemerintahPropinsi

    PemerintahPusat

    BORDA

    TOTAL

    Tenaga/Material

    Tunai Tunai Tunai Tunai Tunai PeningkatanKapasitas

    2003 39.519 41.140. 986.044 - 448.362 29.073 - 1.544.139

    2004 51.862 32.930 1.008.879 - 552.825 350.115 200.000 2.196.613

    2005 92.920 43.797 1.687.126 - 856.783 299.182 275.000 3.254.809

    2006 502.912 292.912 8.330.124 - 4.900.000 1.175.000 1.800.600 17.001.548

    2007 610.659 382.922 15.538.842 250.000 8.400.000 - 2.345.000 27.527.425

    2008 263.175 394.763 14.866.166 750.000 9.045.000 - 3.050.000 28.369.105

    TOTAL 1.561.048 1.188.467 42.417.184 1.000.000 24.202.971 1.853.370 7.670.600 79.893.642

    Tabel Pendanaan Sanimas Tahun 2003-2008(dalam ribuan Rupiah)

    BORDA

    Laporan Utama

  • 7/24/2019 Seputar_SANIMAS

    7/8

    21

    pekerjaan yang pada umumnya dihindari orang karena

    dianggap kotor, berbau, sama sekali dak bergengsi. Paraoperator ini berada di bawah naungan 292 KSM yang

    seap bulan menyelenggarakan pertemuan membahas

    masalah sanitasi dikampungnya. Seap bulan dana yang

    dikelola oleh KSM dak kurang dari Rp 287.000.000,

    yang berasal dari iuran warga pengguna sarana Sanimas

    yang notabene adalah warga yang miskin. Dana ini

    merupakan dana yang digunakan untuk biaya operasional

    dan pemeliharaan fasilitas sanitasi. Lebih jauh lagi,

    KSM dan operator Sanimas tersebut sekarang telah

    membentuk AKSANSI (Asosiasi KSM dan Operator Sanimas

    Seluruh Indonesia) yang merupakan forum komunikasi

    antarpelaku Sanimas dan telah memberikan Sanimas

    AWARDkepada KSM dengan kinerja pengelolaan fasilitasyang terbaik.

    Dampak Sanimas

    Secara umum, dampak kegiatan Sanimas yang bisa

    dirasakan adalah sebagai berikut:

    a. Adanya perubahan cara pandang terhadap

    sanitasi. Perubahan cara pandang ini terjadi dibeberapa

    ngkatan yang berbeda yaitu pemerintah, masyarakat

    dan juga LSM/donor atau swasta. Di ngkat pemerintah,

    perhaan terhadap sanitasi mulai meningkat terlihat dari

    penyediaan alokasi dana sanitasi secara terus menerus.

    Di ngkat masyarakat juga mulai ada anggapan bahwa air

    limbah bukan sesuatu yang harus dibuang dan dihindari

    tetapi harus dikelola dan diolah agar dak mencemari

    lingkungan dan menimbulkan penyakit.

    b. Sanimas bisa menjadi salah satu pilihan dalam upaya

    penanganan terhadap masalah sanitasi, khususnya air

    limbah rumah tangga di perkotaan. Sistem penanganan

    air limbah terdesentralisasi (decentralized) bisa menjadi

    alternaf yang terjangkau dari segi biaya, mudah cara

    perawatannya, masyarakat (pengguna) bisa mengelola

    sendiri, mengurangi subsidi operasional dan perawatan

    dari pemda, sebelum pemda bisa/mampu membangun

    sarana sanitasi kota.

    c. Sanitasi bisa dikelola dengan prinsip cost recovery-basisdalam lingkup unit terkecil di ngkat masyarakat.

    Arnya, dengan biaya mandiri dari masyarakat, dana

    tersebut bisa berputar sehingga mencukupi untuk biaya

    operasional dan perawatan.

    d. Sarana Sanimas juga telah menjadi salah satu

    alternafpublic spaceyang jumlahnya semakin

    berkurang di wilayah perkotaan, apalagi di daerah padat

    penduduk. Tidak jarang bisa dilihat sekarang, ibu-ibu

    sedang melakukan akfitas menyuapi anak balita di

    MCK karena tempatnya bersih dan dak berbau, bahkan

    tempat tersebut telah menjadi sarana untuk bertemu

    antarwarga pemukiman. Dengan makin sering bertemu

    maka komunikasi antarwarga menjadi lebih baik. Selainitu, banyak IPAL komunal yang dimanfaatkan oleh warga

    menjadi lapangan olahraga.

    e. Sebanyak 292 orang warga memperoleh pekerjaan

    tetap sebagai operator sarana sanitasi, baik pada sistem

    pemipaan maupun MCK plus, dengan pendapatan

    minimal sesuai dengan standar upah minimum propinsi

    (UMP)

    f. Dampak dak langsung Sanimas di bidang ekonomi

    juga dapat dirasakan oleh masyarakat. Seiring dengan

    membaiknya kondisi kesehatan masyarakat, produkfitas

    mereka semakin meningkat. Hal ini tentunya akan

    lebih menaikkan taraf kesejahteraan karena mereka

    bekerja dengan lebih opmal sehingga pendapatan yangditerima meningkat, sementara di sisi lain, pengeluaran

    untuk pengobatan penyakit yang terkait dengan sanitasi

    menurun.

    Kendala

    Kendala yang umumnya masih terus-menerus

    diperdebatkan antara lain:

    a. Pemahaman konsep parsipaf, masih banyak yang

    beranggapan bahwa pendekatan parsipaf dak boleh

    dibuat target waktu. Memang banyak pihak berpandangan

    seper itu, sehingga Sanimas dak bisa digolongkan ke

    dalam pendekatan parsipaf. Banyak kalangan yang dak

    menger bahwa parsipaf untuk masyarakat perkotaan

    esensinya adalah dialog.

    b. Pendanaan, sebenarnya Sanimas mengkombinasikan

    antara pendekatan pemberdayaan dan pendanaan

    dari berbagai pelaku, terutama pemerintah karena

    permasalahan sanitasi sampai hari ini adalah merupakan

    tanggung jawab publik. Memang kegiatan

    pemberdayaan butuh waktu lama, namun

    penggunaan dana publik (pemerintah)

    juga harus sesuai dengan

    KONTRIBUSI STAKEHOLDERS SANIMAS

    2003-2008

    BORDA

    11.9%

    Masyarakat

    3.4%Pusat

    30.3%

    Propinsi

    1.3%

    Kota/Kab

    53.1%

    Laporan Utama

  • 7/24/2019 Seputar_SANIMAS

    8/8

    22

    aturan penganggaran. Oleh karena itu, Sanimas

    harus mengkombinasikan dua pendekatan tersebut,

    shingga sering terjebak pada kegiatan yang berbasisanggaran, meski harus terus diupayakan bahwa aspek

    pemberdayaan masyarakat dak bisa dilupakan. Karena

    dengan melupakan proses pemberdayaan masyarakat

    maka sistem Sanimas dak akan berkelanjutan.

    c. Jadwal implementasi, pada umumnya, penyelesaian

    pekerjaan fisik (konstruksi) Sanimas berlangsung sampai

    bulan Januari atau Februari pada tahun berikutnya,

    sehingga hal ini sering menjadi masalah bagi para

    pelaksana. Beberapa mengusulkan agar jadwal

    pelaksanaan Sanimas dibuat menjadi dua tahun anggaran

    (mul-year budgeng). Tetapi aspek terpenng sebetulnya

    adalah menjaga semangat masyarakat yang baru saja

    menjadi pemenang lokasi. Untuk mulai membangunmembutuhkan energi dan keswadayaan masyarakat

    yang juga lebih nggi lagi, maka memanfaatkan momen

    semangat masyarakat adalah sangat penng apalagi

    menyangkut masalah sanitasi yang dak pernah menjadi

    prioritas masyarakat. Jangankan bagi masyarakat, bahkan

    pemerintah daerah pun dak meletakkan sanitasi menjadi

    prioritas pembangunan.

    d. Salah satu faktor penyebab terlambatnya

    penyelesaian pembangunan

    fasilitas Sanimas adalah terjadinya

    keterlambatan pencairan dana APBD

    kota/kabupaten. Belum terjadi proses

    internalisasi program Sanimas dalamproses pembangunan di daerah,

    sehingga sepernya pemda kabupaten/

    kota kurang memberi cukup perhaan.

    Konsekuensinya lainnya bahwa proses

    pemberdayaan masyarakat kurang opmal

    karena waktu pelaksanaan yang pendek disebabkan

    mulainya pekerjaan yang terlambat

    e. Kedaktersediaan air dan listrik menjadi salah satu

    kendala utama dalam pengoperasian fasilitas. Ditengarai

    proses pemilihan lokasi dak mempermbangkan

    ketersediaan air dan listrik.

    f. Keterkaitan dengan program sejenis di daerah kurang

    mendapat perhaan sehingga dalam banyak kondisi

    terjadi inefisiensi disebabkan tumpang ndih lokasi.

    g. Kondisi budaya masyarakat setempat juga

    menimbulkan beberapa permasalahan pada saat

    implementasi Sanimas. Permasalahan yang muncul

    berkaitan dengan budaya masyarakat setempat

    bervariasi dari satu daerah dengan daerah lain, sehingga

    memerlukan penanganan yang berbeda pula.

    Agenda Kedepan

    Terselesaikannya proses pembangunan fasilitas

    Sanimas, merupakan awal dari upaya menjaminberkelanjutannya fasilitas yang ada. Untuk itu, beberapa

    agenda yang perlu mendapat perhaan diantaranya

    adalah:

    Mendorong proses internalisasi Sanimas dalam

    arus utama perencanaan pembangunan di daerah

    bersangkutan. Dibutuhkan upaya advokasi pada

    pengambil keputusan agar program Sanimas

    tercantum dalam dokumen perencanaan daerah

    seper RPJMD, dan Renstra SKPD. Dengan

    demikian terdapat jaminan teralokasikannya dana

    pendampingan bagi KSM secara run.

    Menyusun rencana strategis sanitasi kota/

    kabupaten untuk memaskan keterpaduan diantaraberbagai program pembangunan sanitasi di daerah

    termasuk program Sanimas. Termasuk dalam hal ini

    di antaranya adalah:

    Mempertahankan kualitas air buangan dari

    IPAL Sanimas agar selalu memenuhi standar.

    Diperlukan langkah test efluen secara run oleh

    pemerintah daerah melalui dinas atau Badan

    Lingkungan Hidup kota/kabupaten bekerjasama

    dengan KSM.

    Dibutuhkan rencana pengelolaan lumpur nja

    (septage management) skala kota/kabupaten,

    diantaranya dengan melakukan Desludging, atau

    penyedotan lumpur nja ap 5 tahun sekali.Idealnya dilakukan oleh Dinas/Badan Lingkungan

    Hidup kota/kabupaten bekerjasama dengan

    KSM.

    Melakukan rehabilitasi fisik (jika diperlukan)

    khususnya keka perbaikan sarana fisik

    membutuhkan biaya cukup besar, seper akibat

    gempa/bencana. Idealnya dilakukan oleh Dinas

    Pekerjaan Umum kota/kabupaten.

    Penyuluhan kesehatan secara run untuk

    agar tercipta perubahan perilaku sehat pada

    masyarakat secara berkelanjutan. Idealnya

    dilakukan oleh Dinas Kesehatan kota/kabupaten

    bekerjasama dengan KSM.

    Penguatan KSM berupa pendampingan KSM

    Sanimas agar secara kelembagaan bisa lebih kuat

    dan bisa berdampak posif terhadap masyarakat

    dan lingkungan sekitar. Idealnya oleh Dinas

    Pemberdayaan Masyarakat kota/kabupaten

    bekerjasama dengan KSM. (Surur Wahyudi/OM).

    Jangankan

    masyarakat,

    bahkan

    pemerintah

    daerahpundakmeletak

    kan

    sanitasimenjad

    i

    prioritas

    pembangunan

    Laporan Utama