Top Banner
19 C EO TALKS SENIN, 3 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIA Enggan Menantang Macan Asia ”K UASAI Asia? Tidak, kami ingin men- jadi regional nan- cial services leader. Menjadi top bank di ASEAN. Ini yang lebih relevan.” Jawaban tersebut mengalir tanpa beban dari mulut seorang pemimpin tertinggi Malayan Banking Bhd (Maybank) Dato’ Sri Abdul Wahid Omar menjawab pertanyaan Media Indonesia dalam sebuah kesempatan kunjungan ke kantor pusat May- bank di Kuala Lumpur, Malaysia, beberapa waktu lalu. Padahal, berbekal aset sebesar RM336,7 miliar atau setara lebih dari US$100 miliar (sekitar Rp900 triliun), wajar saja jika bank terbesar di Ma- laysia berdasarkan aset itu mulai berpikir untuk menguasai Asia. Saat ini Maybank merupakan bank nomor empat di ASEAN dan menduduki rangking 118 dari top 1.000 bank di dunia. Pada 2010 laba bersih mereka menembus RM3,82 miliar atau US$1,22 miliar (sekitar Rp11 triliun). Namun, dengan rendah hati Dato’ Sri menyadari bank yang ia pimpin masih jauh dari ambisi tersebut. Baginya, untuk menguasai pasar tiga ‘Macan Asia’, yaitu China, Jepang, dan Korea Selatan, dari sisi ekonomi sangatlah sulit. Jangankan Malaysia, ekonomi seluruh ASEAN bergabung sekalipun masih sulit untuk berkom- petisi dengan para ‘Macan Asia’, khususnya China. Sebagai orang yang sudah matang dalam dunia perbankan, ia sadar be- nar ekonomi ASEAN saat ini sedang bertumbuh bagus dan akan terus ber- tumbuh di tahun-tahun ke depan. Kawasan yang pertumbuhan eko- nominya ditopang tiga negara yang ia sebut sebagai anchor (jangkar) ASEAN, yaitu Indonesia, Singapura, dan Malaysia, menurut dia sangatlah menggiurkan. Dalam pikirannya, meraup untung dari kawasan yang tengah berkem- bang pesat jauh lebih mengun- tungkan. Itu bila dibandingkan de- ngan mencoba bersaing memasuki pasar negara-negara yang sangat mapan secara ekonomi dan tergolong jenuh. “Pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara bagus. Masih banyak ruang untuk bertumbuh.” Ia memandang secara kolektif ekonomi ASEAN sangatlah solid. Dalam hitungannya, ekonomi ASE- AN jika digabung akan mencapai US$1,5 triliun, lebih besar ketimbang ekonomi Korea. pada harga Rp510 per saham untuk saham BII yang tidak dimiliki kon- sorsium Sorak. Maybank kini menguasai 97% sa- ham BII melalui Konsorsium Sorak Financial Holdings Pte Ltd sebesar 54% dan Maybank Offshore Corpo- rate Services 43%. Total nilai akuisisi seluruh 97,5% saham BII mencapai RM7,9 miliar atau sekitar Rp22,7 triliun. Masuknya Maybank ke BII terbukti membawa kemajuan signikan bagi bank swasta nasional tersebut. BII pada tahun ini mampu membukukan laba bersih Rp498 miliar, jika diban- dingkan dengan laba bersih perse- roan pada sembilan bulan pertama setelah diakuisisi (terhitung Oktober 2008) yang hanya mampu menghasil- kan sebesar Rp14 miliar. “Pertumbuhan performa BII yang terus meningkat akan sangat sig- nikan kontribusinya bagi kami di masa-masa mendatang.” Maybank, kata Dato’ Sri, pun terus berusaha mengembangkan BII sebagai salah satu pundi-pundi uang utama mereka. Di antaranya dengan membangun lebih banyak kantor ca- bang dan memperkuat permodalan. Sepanjang Agustus 2010, BII telah membuka sembilan kantor baru yang tersebar di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Batam. Menurut Dato’ Sri, dari sebanyak 290 kantor cabang yang telah berdiri, BII menargetkan pembukaan 450 kantor baru dalam tiga tahun ke depan. “Kalau mau berkompetisi, harus punya bank di Indonesia yang memi- liki cabang besar. Kalau mau buka dengan cabang kecil, tidak akan bisa berkompetisi. Kami maunya punya 400-450 cabang untuk BII untuk men- jadi signikan di Indonesia.” Pasar syariah Tidak hanya itu. Maybank pun berusaha menguasai pasar bank syariah di Indonesia. Dato’ Sri me- ngatakan bank yang di Indonesia baru berubah menjadi syariah pada Oktober 2010 ini dalam lima tahun ke depan mengincar pangsa pasar 8% di Indonesia. Bank Maybank Syariah merupakan hasil konversi dari Bank Maybank Indocorp. Alasan konversi men- jadi syariah itu tujuan strategis Grup Maybank yang ingin memperluas jaringan perbankan syariah mereka di tingkat regional ASEAN. “Kami ingin menjadi bank syariah nomor satu di ASEAN pada 2015. Ini tidak bisa tercapai tanpa keberadaan kami di Indonesia, pasar terbesar di ASEAN. Indonesia punya populasi muslim terbesar sehingga penting untuk mencapai target kami,” tutur Dato’ Sri. Di bawah kepemimpinannya, Maybank Syariah menargetkan per- tambahan aset Rp2,8 triliun tahun depan dan pertumbuhan aset men- capai 8% per tahun. Pada November 2010, jumlah aset Maybank Syariah mencapai Rp1,4 triliun. (E-1) [email protected] Meraup untung dari kawasan yang tengah berkembang pesat jauh lebih menguntungkan ketimbang di ekonomi yang sudah mapan. ANDREAS TIMOTHY Kita harus bekerja sama membentuk ASEAN yang terintegrasi. Kemudian bekerja sama dengan ‘Macan Asia’ sehingga mampu menjadikan ekonomi Asia sebagai kompetitor Amerika dan Eropa.” Karena itu, dalam pe- mikiran seorang Presi- den sekaligus CEO of Maybank itu, meski tengah maju pesat, kawasan ASEAN, apalagi dalam hal ini negara per negara, tidaklah perlu mencoba bersaing dengan ‘Macan Asia’. “ASEAN tidak bisa dan tidak perlu berkompetisi dengan China, Jepang, atau Korea karena size kita masih kecil jika dibandingkan dengan mereka. Justru kita ha- rus bekerja sama memben- tuk ASEAN yang terintegrasi. Kamudian kita bekerja sama dengan ‘Macan Asia’ sehingga mampu menjadikan ekonomi Asia sebagai kompetitor Amerika dan Eropa. So, 2015 ASEAN integrated economy, lets go for it!Perkuat cengkeraman Dari ketiga negara yang menjadi jangkar ASEAN, Dato Sri’ meman- dang Indonesia merupakan pasar yang sangat potensial sekaligus pa- ling penting. Menurut dia, jika diban- dingkan dengan jumlah penduduk yang mencapai 235 juta orang saat ini, laju pertumbuhan perbankan di Indonesia masih rendah sehingga peluang pasar masih sangat besar. Maybank sendiri te- lah memperkuat ke- hadiran mereka di Indonesia lewat PT Bank Interna- sional Indonesia Tbk (BII). May- bank menguasai saham BII sete- lah mengakuisisi 55,6% saham bank yang dipimpin Ridha Kusumah tersebut senilai RM4,26 miliar atau setara de- ngan US$1,24 miliar. Bank tersebut ke- mudian me- lanjutkannya dengan meng- gelar tender offer DATO’ SRI ABDUL WAHID OMAR Pendidikan: Akuntansi, Universiti Teknologi Mara Karier: Mei 2008 - sekarang President & CEO and Executive Director of Maybank Juli 2004 - Mei 2008 CEO Grup Telekom Malaysia Berhad 2001 - Juli 2004 Chief Financial Officer Telekom Malaysia Berhad Director of Group Corporate Services Divisional Capital Market & Securities of Amanah Capital Partners Berhad Chairman of Amanah Short Deposits Berhad Director of Amanah Merchant Bank Berhad ANTARA/ZARKONI MAKSUM
1

SENIN, 3 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIA Enggan … · SENIN, 3 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIA CEO TALKS 19 Enggan Menantang Macan Asia ”K UASAI Asia? Tidak, kami ingin men-jadi

Aug 13, 2019

Download

Documents

nguyenkhuong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: SENIN, 3 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIA Enggan … · SENIN, 3 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIA CEO TALKS 19 Enggan Menantang Macan Asia ”K UASAI Asia? Tidak, kami ingin men-jadi

19CEO TALKSSENIN, 3 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIA

Enggan MenantangMacan Asia

”KUASAI Asia? Tidak, kami ingin men-jadi regional fi nan-cial services leader.

Menjadi top bank di ASEAN. Ini yang lebih relevan.”

Jawaban tersebut mengalir tanpa beban dari mulut seorang pemimpin tertinggi Malayan Banking Bhd (Maybank) Dato’ Sri Abdul Wahid Omar menjawab pertanyaan Media Indonesia dalam sebuah kesempatan kunjungan ke kantor pusat May-bank di Kuala Lumpur, Malaysia, beberapa waktu lalu.

Padahal, berbekal aset sebesar RM336,7 miliar atau setara lebih dari US$100 miliar (sekitar Rp900 triliun), wajar saja jika bank terbesar di Ma-laysia berdasarkan aset itu mulai berpikir untuk menguasai Asia.

Saat ini Maybank merupakan bank nomor empat di ASEAN dan menduduki rangking 118 dari top 1.000 bank di dunia. Pada 2010 laba bersih mereka menembus RM3,82 miliar atau US$1,22 miliar (sekitar Rp11 triliun).

Namun, dengan rendah hati Dato’ Sri menyadari bank yang ia pimpin masih jauh dari ambisi tersebut. Baginya, untuk menguasai pasar tiga

‘Macan Asia’, yaitu China, Jepang, dan Korea Selatan, dari sisi ekonomi sangatlah sulit. Jangankan Malaysia, ekonomi seluruh ASEAN bergabung sekalipun masih sulit untuk berkom-petisi dengan para ‘Macan Asia’, khususnya China.

Sebagai orang yang sudah matang dalam dunia perbankan, ia sadar be-nar ekonomi ASEAN saat ini sedang bertumbuh bagus dan akan terus ber-tumbuh di tahun-tahun ke depan.

Kawasan yang pertumbuhan eko-nominya ditopang tiga negara yang ia sebut sebagai anchor (jangkar) ASEAN, yaitu Indonesia, Singapura, dan Malaysia, menurut dia sangatlah menggiurkan.

Dalam pikirannya, meraup untung dari kawasan yang tengah berkem-bang pesat jauh lebih mengun-tungkan. Itu bila dibandingkan de-ngan mencoba bersaing memasuki pasar negara-negara yang sangat ma pan secara ekonomi dan tergolong jenuh.

“Pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara bagus. Masih banyak ruang untuk bertumbuh.”

Ia memandang secara kolektif ekonomi ASEAN sangatlah solid. Dalam hitungannya, ekonomi ASE-AN jika digabung akan mencapai US$1,5 triliun, lebih besar ketimbang ekonomi Korea.

pada harga Rp510 per saham untuk saham BII yang tidak dimiliki kon-sorsium Sorak.

Maybank kini menguasai 97% sa-ham BII melalui Konsorsium Sorak Financial Holdings Pte Ltd sebesar 54% dan Maybank Offshore Corpo-rate Services 43%. Total nilai akuisisi seluruh 97,5% saham BII mencapai RM7,9 miliar atau sekitar Rp22,7 triliun.

Masuknya Maybank ke BII terbukti membawa kemajuan signifi kan bagi bank swasta nasional tersebut. BII pada tahun ini mampu membukukan laba bersih Rp498 miliar, jika diban-dingkan dengan laba bersih perse-roan pada sembilan bulan pertama setelah diakuisisi (terhitung Oktober 2008) yang hanya mampu menghasil-kan sebesar Rp14 miliar.

“Pertumbuhan performa BII yang terus meningkat akan sangat sig-nifi kan kontribusinya bagi kami di masa-masa mendatang.”

Maybank, kata Dato’ Sri, pun terus berusaha mengembangkan BII sebagai salah satu pundi-pundi uang utama mereka. Di antaranya dengan membangun lebih banyak kantor ca-bang dan memperkuat permodalan.

Sepanjang Agustus 2010, BII telah membuka sembilan kantor baru yang tersebar di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Batam.

Menurut Dato’ Sri, dari sebanyak 290 kantor cabang yang telah berdiri, BII menargetkan pembukaan 450 kantor baru dalam tiga tahun ke depan.

“Kalau mau berkompetisi, harus punya bank di Indonesia yang memi-liki cabang besar. Kalau mau buka dengan cabang kecil, tidak akan bisa berkompetisi. Kami maunya punya 400-450 cabang untuk BII untuk men-jadi signifi kan di Indonesia.”

Pasar syariahTidak hanya itu. Maybank pun

berusaha menguasai pasar bank syariah di Indonesia. Dato’ Sri me-ngatakan bank yang di Indonesia baru berubah menjadi syariah pada Oktober 2010 ini dalam lima tahun ke depan mengincar pangsa pasar 8% di Indonesia.

Bank Maybank Syariah merupakan hasil konversi dari Bank Maybank Indocorp. Alasan konversi men-jadi syariah itu tujuan strategis Grup Maybank yang ingin memperluas jaringan perbankan syariah mereka di tingkat regional ASEAN.

“Kami ingin menjadi bank syariah nomor satu di ASEAN pada 2015. Ini tidak bisa tercapai tanpa keberadaan kami di Indonesia, pasar terbesar di ASEAN. Indonesia punya populasi muslim terbesar sehingga penting untuk mencapai target kami,” tutur Dato’ Sri.

Di bawah kepemimpinannya, Maybank Syariah menargetkan per-tambahan aset Rp2,8 triliun tahun depan dan pertumbuhan aset men-capai 8% per tahun. Pada November 2010, jumlah aset Maybank Syariah mencapai Rp1,4 triliun. (E-1)

[email protected]

Meraup untung dari kawasan yang

tengah berkembang pesat jauh lebih menguntungkan

ketimbang di ekonomi yang sudah

mapan.

ANDREAS TIMOTHY

Kita harus bekerja sama membentuk ASEAN

yang terintegrasi. Kemudian bekerja sama dengan ‘Macan Asia’ sehingga mampu menjadikan ekonomi Asia sebagai kompetitor Amerika dan Eropa.”

Karena itu, dalam pe-mikiran seorang Presi-den sekaligus CEO of Maybank itu, meski tengah maju pesat, kawasan ASEAN, a p a l a g i d a l a m hal ini negara per negara, tidaklah perlu mencoba bersaing dengan ‘Macan Asia’.

“ASEAN tidak bisa dan tidak perlu berkompetisi dengan China, Jepang, atau Korea karena size kita masih kecil jika dibandingkan dengan mereka. Justru kita ha-rus bekerja sama memben-t u k

ASEAN yang terintegrasi. Kamudian kita bekerja sama dengan ‘Macan Asia’ sehingga mampu menjadikan ekonomi Asia sebagai kompetitor Amerika dan Eropa. So, 2015 ASEAN integrated economy, lets go for it!”

Perkuat cengkeramanDari ketiga negara yang menjadi

jangkar ASEAN, Dato Sri’ meman-dang Indonesia merupakan pasar yang sangat potensial sekaligus pa-ling penting. Menurut dia, jika diban-dingkan dengan jumlah penduduk yang mencapai 235 juta orang saat ini, laju pertumbuhan perbankan di Indonesia masih rendah sehingga

peluang pasar masih sangat besar.

Maybank sendiri te-lah memperkuat ke-

hadiran mereka di Indonesia lewat PT Bank Interna-sional Indonesia Tbk (BII). May-bank menguasai saham BII sete-lah mengakuisisi 55,6% saham bank yang dipimpin Ridha Kusumah tersebut senilai RM4,26 miliar atau setara de-ngan US$1,24 miliar. Bank tersebut ke-mudian me-

lanjutkannya dengan meng-gelar tender offer

DATO’ SRI ABDUL WAHID OMARPendidikan:Akuntansi, Universiti Teknologi Mara

Karier:Mei 2008 - sekarang President & CEO and Executive Director of MaybankJuli 2004 - Mei 2008 CEO Grup Telekom Malaysia Berhad2001 - Juli 2004 Chief Financial Officer Telekom Malaysia BerhadDirector of Group Corporate Services Divisional Capital Market & Securities of Amanah Capital Partners BerhadChairman of Amanah Short Deposits BerhadDirector of Amanah Merchant Bank Berhad

ANTARA/ZARKONI MAKSUM