Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang Agama Budha yang masuk dan menyebar ke Jepang
melalui Cina dan Korea, diterima oleh orang Jepang berdasarkan cara
berpikir kepercayaan mereka. Hal ini merupakan salah satu aspek
yang menimbulkan adanya perbedaan diantara agama Budha Jepang
dengan agama Budha di India dan juga di Cina. Konsep satori bagi
agama Budha India, misalnya, diartikan sebagai pencerahan terakhir
yang eksistensinya di dunia ini melampaui dunia gejala. Sedangkan
di Jepang, hongaku atau satori (pencerahan) tersebut, justru
ditarik atau diturunkan ke dalam dunia fenomena itu sendiri
(Nakamura, 1991:15). Dengan demikian, salah satu ciri dalam cara
berpikir orang Jepang menampakkan tidak adanya sesuatu yang
disembunyikan dari manusia. Dunia fenomena bagi orang Jepang,
adalah mutlak dunia apa adanya, sehingga segala apa yang ada di
dunia nyata, seperti pohon, rumput, sungai, gunung, bunga, dan
lain-lainnya dipandang sebagai perwujudan dari Bussho (sifat
Budha). Itulah sebabnya orang Jepang sangat mencintai alam dalam
banyak hal, dan juga merindukannya. Mereka, antara lain melukiskan
pohon, rumput, burung, bunga, dan sebagainya pada corak pakaian
yang mereka kenakan serta menginterpretasikannya pula dalam bentuk
karya sastra. Begitu pula dalam hal menu dan cita rasa masakan.
Mereka sangat menghargai masakan tersebut sebagaimana bentuk
alaminya, sehingga bentuk, warna, dan rasa masakan dipertahankan
sealami mungkin. Dalam hal rumah atau tempat tinggal pun
1
demikian. Mereka menghias tokonoma (tempat untuk meletakkan
hiasan di ruang tamu pada rumah ala Jepang) dengan bonsai, yaitu
pohon yang dikerdilkan dalam pot yang mencerminkan keserasian di
antara langit, bumi, dan manusia. Istilah bonsai merujuk pada
kesenian menumbuhkan pohon kerdil, atau membuat miniatur sebuah
pohon, atau mengembangkan suatu tumbuhan yang dibentuk seperti
pohon kecil. Menanam bonsai membutuhkan ketelatenan dalam hal
membentuk, menyiram, mengganti pot, dan merawat dengan baik.
Sebutan bonsai berasal dari bahasa Jepang dan kini umum digunakan
secara internasional untuk merujuk pada pohon-pohon kerdil. Pada
awalnya, orang-orang Jepang menanam bonsai untuk menghiasi rumah
dan taman-taman mereka. Kemudian pada era Tokugawa bonsai mulai
memiliki fungsi sosial, yakni sebagai ajang pamer kekayaan keluarga
bangsawan. Terdapat dua tipe bonsai yang sering kita jumpai yakni
outdoor dan indoor. Tipe outdoor merupakan tipe yang lebih awal
muncul, adalah bonsai yang ditumbuhkan dalam pot namun tetap
diletakkan di luar rumah. Dahulu, teori yang berlaku adalah jika
bonsai ditumbuhkan di rumah, maka mereka akan melemah dan mati.
Teori tersebut kini dipatahkan dengan adanya spesies-spesies yang
mampu dibonsai-kan dalam rumah, meliputi:
Ficus. Genus ini sangat digemari untuk dijadikan
bonsai indoor karena mereka cukup mudah dibentuk, misalnya F.
benjamina dan F. neriifolia.
Schefflera arboricola yang berasal dari Hawai. Crassula ovata,
dijadikan bonsai karena batang yang
kuat dan tahan kering.
2
Serissa, tumbuhan non tropis yang mencolok karena
daun-daunnya yang kecil dan tahan lama. Bonsai indoor cukup
digemari di negara kita ini. Adapun perbedaan bonsai indoor dan
outdoor adalah tidak memiliki masa dorman yang panjang ketika musim
hujan, tumbuh lebih cepat pada iklim tropis, dan lebih praktis.
Demikian bonsai hidup dalam budaya Jepang selama berabadabad dengan
estetikanya yang tinggi. Dalam makalah ini saya akan memaparkan
lebih lanjut tentang bonsai, yaitu suatu seni yang dianggap tinggi
bagi orang Jepang sebagai simbol budaya dan cita-cita. B. Tujuan
Penulisan Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Apa
pengertian dari bonsai dan bagaimana istilah bonsai muncul atau
terbentuk. 2. Apa sajakah jenis-jenis bonsai yang ada 3. Bagaimana
sejarah asal usul munculnya seni bonsai dalam peradaban masyarakat
Jepang 4. Apakah perspektif masyarakat Jepang terhadap sebuah
kesenian bonsai 5. Apa korelasi antara bonsai dan nilai estetika
sebuah seni dan budaya
3
Bab II Pembahasan
A. Pengertian Seni Bonsai Jepang
Bonsai ( ) adalah tanaman atau pohon yang dikerdilkan di dalam
pot dangkal dengan tujuan membuat miniatur dari bentuk asli pohon
besar yang sudah tua di alam bebas. Penanaman (sai, ) dilakukan di
pot dangkal yang disebut bon (). Istilah bonsai juga dipakai untuk
seni tradisional Jepang dalam pemeliharaan tanaman atau pohon dalam
pot dangkal, dan apresiasi keindahan bentuk dahan, daun, batang,
dan akar pohon, serta pot dangkal yang menjadi wadah, atau
keseluruhan bentuk tanaman atau pohon. Bonsai adalah pelafalan
bahasa Jepang untuk penzai (). Seni ini mencakup berbagai teknik
pemotongan dan pemangkasan tanaman, pengawatan (pembentukan cabang
dan dahan pohon dengan melilitkan kawat atau membengkokkannya
dengan ikatan kawat), serta membuat akar menyebar di atas batu.
Pembuatan bonsai memakan waktu yang lama dan melibatkan berbagai
macam pekerjaan, antara lain pemberian pupuk, pemangkasan,
pembentukan tanaman, penyiraman, dan penggantian pot dan tanah.
Tanaman atau pohon dikerdilkan dengan cara memotong akar dan
rantingnya. Pohon dibentuk dengan bantuan kawat pada ranting dan
tunasnya. Kawat harus sudah diambil sebelum sempat menggores kulit
ranting pohon tersebut. Tanaman adalah makhluk hidup, dan tidak ada
bonsai yang dapat dikatakan selesai atau sudah jadi. Perubahan yang
terjadi terus menerus pada tanaman sesuai musim atau keadaan alam
merupakan salah satu daya tarik bonsai.
4
Pohon yang paling umum dibonsai adalah berbagai spesies pinus.
Jenis tanaman dan pohon dipakai untuk mengelompokkan jenisjenis
bonsai:
Bonsai pohon pinus dan ek: tusam, cemara cina, cemara Bonsai
pohon buah untuk dinikmati keindahan buahnya (Ilex
duri, sugi, dan lain-lain.
serrata, kesemek, Chaenomeles sinensis, apel mini, dan
lainlain).
Bonsai tumbuhan berbunga untuk dinikmati keindahan (Prunus
mume,Chaenomeles speciosa, sakura,
bunganya
azalea satsuki). Bonsai pohon untuk dinikmati bentuk daunnya
(Maple, Zelkova serrata, Rhus succedanea, bambu). Ada banyak sekali
tanaman tropis yang telah dicoba dan ternyata cocok untuk dibonsai,
di antaranya asam jawa, beringin, cemara udang, waru, dan jambu
biji. B. Bentuk Dasar Bonsai
Tegak Lurus (Chokkan)
Tegak Berkelok-kelok (Moyogi)
5
Sarung Angin/Tertiup Angin (Fukinagashi)
Menggantung (Kengai)
Setengah Menggantung (Han Kengai)
Batang Bergelung (Bankan)
Sapu Tegak (Hkidachi)
Berbatang Dua (Skan)
Pohon Sastrawan (Bunjinki) Tegak Lurus ( Chokkan)
6
Batang pohon tegak lurus vertikal ke atas. Pohon dikatakan
memiliki batang yang ideal bila pohon memiliki diameter batang yang
makin ke atas makin mengecil, dimulai dari bagian batang yang dekat
dengan akar. Pohon dikatakan memiliki dahan yang ideal bila dahan
ada di sisi depanbelakang atau kiri-kanan saling bersilangan satu
sama lainnya. Jarak antardahan makin ke atas makin sempit. Bentuk
akar ideal adalah akar yang bila dilihat dari atas, menjalar ke
segala penjuru. Tegak Berkelok-kelok ( Moyogi) Batang pohon tegak
berkelok-kelok ke kiri dan ke kanan. Diameter batang makin ke atas
makin mengecil dengan keseimbangan kiri dan kanan yang baik. Dahan
yang baik adalah dahan yang ada di bagian puncak lengkungan batang
pohon. Dahan yang berada di bagian dalam lengkungan dipotong. Dari
pangkal batang hingga bagian puncak pohon dapat ditarik garis
lurus, dan orang yang melihat tidak merasa khawatir dengan
keseimbangan pohon tersebut. Miring ( Shakan) Batang pohon miring
ke satu sisi bagaikan terus menerus ditiup angin ke arah tersebut.
Bagaikan ada benda yang menghalangi di salah satu sisi, batang
pohon tumbuh mencondong ke sisi lain. Ciri khas bentuk ini berupa
dahan yang ada hanya di bagian puncak lengkungan batang, dan
berselang-seling di sisi kiri-kanan dan depan-belakang. Sarung
Angin ( Fukiganashi) Dibandingkan bonsai bentuk Miring, pohon
tumbuh sambil mengalami paksaan yang lebih kejam. Batang dan dahan
pohon hanya condong ke satu arah. Batang dan dahan
7
pohon yang condong ke satu sisi jauh lebih panjang daripada
tinggi pohon yang diukur dari pangkal batang ke puncak pohon.
Posisi batang dan dahan mirip dengan bonsai gaya Setengah
Menggantung, namun batang dan dahan terlihat membentuk garis
paralel. Menggantung ( Kengai) Pohon diibaratkan tumbuh di
permukaan dinding terjal yang berada di tebing tepi laut atau
dinding lembah terjal. Batang pohon tumbuh bagaikan menggantung ke
bawah tebing. Puncak pohon tersebut menggantung jauh hingga
melebihi dasar pot. Bila puncak pohon tidak melebihi dasar pot maka
bonsai disebut Setengah Menggantung (Han Kengai). Batang Bergelung
( Bankan) Batang pohon terlihat sangat dipilin, atau pohon tumbuh
dengan kecenderungan memilin diri. Batang pohon begitu terlihat
dipilin bagaikan ular yang sedang bergelung. Sapu Tegak ( Hkidachi)
Batang tegak lurus hingga di tengah sebelum dahan dan ranting
tumbuh menyebar ke segala arah. Puncak pohon sulit ditentukan dari
sejumlah puncak dahan yang ada sehingga bentuk bonsai ini mirip
sapu dari bambu. Keindahan bonsai gaya ini dinilai dari percabangan
dahan yang rapi, dan titik dimulainya persebaran dahan dan ranting
ke segala arah, tinggi pohon, dan keseimbangan unsur-unsur
tersebut. Menonjolkan Akar ( Neagari) Akibat pohon dipelihara di
lingkungan pemeliharaan yang kejam, bagian pangkal akar yang
bercabang-cabang di dalam tanah menjadi terekspos ke luar di atas
tanah bagaikan akibat diterpa angin dan hujan.
8
Berbatang Banyak ( Takan) Dari satu pangkal akar tumbuh tegak
lebih dari satu batang pohon. Bila tumbuh dua batang pohon, maka
bonsai disebut Berbatang Dua (Skan). Bila ada tiga batang pohon,
maka disebut Berbatang Tiga (Sankan). Bonsai berbatang lima atau
lebih disebut Tunggul Tegak (Kabudachi). Batang berjumlah ganjil
lebih disukai. Selain bonsai berbatang dua, bonsai dengan batang
berjumlah genap tidak disenangi dan tidak dibuat. Akar Terjalin (
Netsuranari) Akar dari sejumlah batang pohon dari satu spesies
(tiga batang pohon atau lebih) saling melekat dan berhubungan satu
satu sama lainnya. Bentuk ini juga dapat berasal dari batang pohon
yang tadinya tegak, namun roboh dan terkubur di dalam tanah. Bagian
yang dulunya adalah dahan pohon, berubah peran dan tumbuh sebagai
batang pohon. Dari batang pohon tersebut keluar akar, dan akar
tersebut terjalin dengan akar pohon asal. Bentuk yang mirip dengan
Akar Terjalin disebut Rakit atau Tumbuh dari Batang (Ikadabuki).
Bonsai berbentuk Tumbuh dari Batang juga berasal dari pohon yang
tadinya tegak, namun roboh dan dahan berubah peran menjadi batang.
Perbedaannya dengan Akar Terjalin terletak pada akar yang hanya ada
di satu tempat. Seperti halnya bonsai Berbatang Banyak, pohon
berbatang genap tidak disukai. Kelompok ( Yoseue) Lebih dari satu
pohon ditanam bersama dalam satu pot dangkal atau ditanam di atas
batu. Pohon yang ditanam dapat saja beberapa pohon dari satu
spesies, atau campuran dari beberapa spesies berbeda. Nilai
kreativitas
9
karya dapat ditinggikan dengan perpaduan benda-benda hiasan yang
diletakkan sebagai tambahan. Pohon Sastrawan ( Bunjinki) Bentuk
bonsai ini asal usulnya dari meniru bentuk pohon dalam nanga.
Dinamakan bonsai bentuk Pohon Sastrawan karena sastrawan zaman
Meiji sangat menggemari bonsai bentuk ini. Pada zaman sekarang,
batang kurus, jumlah dahan sedikit, dan dahan pendek juga disebut
Pohon Sastrawan. Pohon Tak Lazim ( Kawariki) Bentuk ini dipakai
untuk menyebut bonsai yang tidak dapat digolongkan ke dalam
bentuk-bentuk bonsai yang lazim. Bonsai dikelompokkan menjadi enam
kelompok berdasarkan tinggi tanaman dari pangkal batang hingga
bagian puncak tanaman: raksasa besar sedang kecil : tinggi pohon
lebih dari 101 cm. : tinggi pohon antara 76-100 cm. : tinggi pohon
antara 31-45 cm. : tinggi pohon antara 16-30 cm. : tinggi pohon
antara 46-75 cm. sangat besar
sangat kecil: tinggi pohon kurang dari 15 cm.C. Sejarah
Bonsai
Bonsai (bahasa Jepang: , bahasa Mandarin: , secara harfiah
tanaman di pot) atau merupakan pohon salah satu seni pemangkasan
tumbuhan dengan membesarkan
tanaman di pot saja. Kultivasi termasuk teknik-teknik untuk
pembentukan (shaping), pengairan (watering) dan pengepotan
(repotting) di segala macam bentuk pot.
10
Berasal dari daratan China pada zaman Dinasti Han, Bonsai adalah
pelafalan bahasa Jepang untuk tanaman tersebut yang bahasa Mandarin
-nya pen zai, yang ditandai dengan digunakannya karakter kanji.
Kata Bonsai di Barat digunakan untuk semua macam tanaman atau pohon
miniatur yang ditanam di dalam wadah tertentu atau pot. Dalam
bahasa Jepang, bonsai berarti tanaman di pot. Biasanya akan
berasosiasi dengan sebuah miniatur pohon yang ditanam di dalam pot
atau kontainer. Pohon yang di bonsai umumnya berupa pohon berkayu
(misalnya pohon beringin, dll) atau pohon buahbuahan dan kadang
berupa pohon bunga. Bonsai yang baik dapat diletakkan diluar
pekarangan sepanjang tahun. Efek artistik dari bonsai dilihat dari
keseimbangan dalam ukuran batang, daun, ranting bunga atau buah dan
pot yang digunakan. Pot yang dipakai haruslah yang mendukung
suasana pohon yang ditanam. Bonsai sekarang menjadi cukup populer
termasuk di Indonesia. Asalnya bonsai dipercayai mulai paling
sedikitnya 4000 tahun lalu pada zaman Dinasti Han di China. Sejak
saat itu sudah dikembangkan ke bentuk-bentuk baru di bagian-bagian
China, Jepang, Korea dan Vietnam. Pada mulanya, orang-orang Jepang
menggunakan pohon miniatur yang dibesarkan di wadah-wadah untuk
mendekorasi rumah dan taman mereka. Pada zaman Zaman Edo, penanaman
tersusun di kebun mendapat kepentingan yang baru. Kultivasi tanaman
seperti azalea dan maple menjadi suatu hobi untuk masyarakat yang
tingkat atas. Pada waktu tersebut, istilah yang dipakai untuk
memanggil pohon kerdil yang dipotkan adalah (hachi-no-ki).
11
Sedangkan kata Bonsai itu diserap dari bahasa Mandarin Pen-Zai
(Pen = Pot Zai = Pohon), sebelumnya dalam bahasa Jepang disebut
Hachi-no-ki = Pohon di dalam Pot. Tidak bisa dipungkiri, bahwa
Bonsai itu sebenarnya berasal dari Tiongkok. Seni mengerdilkan
tumbuh-tumbuhan di Tiongkok lebih dikenal dengan sebutan Penjing
(Pinyin). Pen=Pot/Wadah/Dulang-Ying= Panorama Alam. Penjing
merupakan seni mengerdilkan tanaman dengan
mengambil inspirasi dari bentuk panorama alam. Gambar siluet
dari panorama alam inilah yang mereka tata dalam sebuah tanaman
yang dikerdilkan, hingga tanaman itu berbentuk lukisan alam yang
indah dan hidup. Penjing bisa dibagi dalam tiga kategori: Penjing
Pohon (Shumu Penjing), Penjing pemandangan/Alam (Shanshui Penjing),
Penjing Air dan Tanah (Shuihan Penjing). Asal muasalnya dari seni
Penjing berdasarkan mitologi; konon ada seorang ahli sihir yang
bernama Jiang Feng yang memiliki kemampuan menyihir sehingga apa
saja yang disihir olehnya akan menjadi kecil. Sedangkan He-Nian
seorang pujangga ketika zaman Dinasti Yuan telah menulis beberapa
puisi mengenai Penjing dan salah satu kalimatnya telah menjadi
kredo: Yang Terkecil menjadi Yang Terbesar. Seni Penjing sudah
dikenal sejak zaman Dinasti Tang, tetapi baru pada saat Dinasti Qin
menjadi sangat terkenal dan digandrungi oleh para pejabat tinggi
maupun para Bikshu, sehingga setiap tahunnya diadakan lomba seni
Penjing. Konon ketika kerajaan Shuhan terjadi persaingan
terselubung antara kanselir Zhuge Liang (Cukat Liang) dengan Liu
Bei. Untuk membuktikan tanda kesetiaannya Liu Bei terhadap Cukat
Liang dan juga keinginan damainya. Liu Bei menghadiahkan
Penjing12
Pohon buah Pear. Melalui pohon inilah hati sang kanselir
akhirnya bisa luluh. Perlu diketahui bahwa Liu Bei juga adalah
seorang satrawan maka dari itu Penjing Pohon yang bentuknya lurus
seperti pena disebut Wenren Mu (Pohon Para Pujangga) dalam bahasa
Jepang disebut Bunjingi. Bonsai pertama kali diperkenalkan ke umum
oleh Jepang pada tahun 1867 ketika Expo Dunia di Paris. Seni
mengerdilkan/pemangkasan tanaman dikembangkan juga oleh para Biksu
aliran Tao, karena Penjing ini juga merupakan lambang dari
keseimbangan serta keharmonisan manusia dengan alamnya. Dari
pemeliharaan seni Penjing mereka bisa mendapatkan secara tidak
langsung kepuasan batiniah yang tak ternilai. Para Biksu inilah
jugayang membawa seni Penjing ke Jepang yang akhirnya dikembangkan
menjadi seni Bonsai. Diperkirakan seni Penjing ini pertama kali
datang ke Jepang antara era Kaisar Kammu (737 - 806) hingga
akhirnya masa kejayaan Kerajaan Edo pada kepemimpinan Shogun
Dinasti Tokugawa (1603 - 1867). Sedangkan sebagian pihak menganggap
Bonsai hadir pada masa Dinasti Kamakura (1185 - 1333). Hal ini
terjadi karena adanya bukti otentik berupa lukisan seorang pejabat
Shogun Kamakura dengan Bonsai. Para penggemar Bonsai pada umumnya
beli pohon tidak di Jepang melainkan di China atau di Taiwan sebab
disana harganya jauh lebih murah daripada di Jepang yang bisa dua
sampai tiga kali lipat lebih mahal. Harga per pohon di Taiwan bisa
puluhan juta, kebalikannya di Indonesia orang masih ada yang
bersedia bayar ratusan juta rupiah untuk bisa mendapatkan satu
pohon bonsai yang bagus.
13
Karangan
yang
berasal
dari
kurun
masa
tahun
1300-an,
Rhymeprose on a Miniature Landscape Garden, oleh seorang biksu
Zen Jepang Kokan Shiren menggaris-besarkan prinsip estetis untuk
bonsai, bonseki dan arsitektur pertamanan. Pohon bonsai yang tertua
yang diketahui ada di dalam koleksi Happo-en (kebun pribadi dan
restoran eksklusif) di Tokyo, Jepang dimana bisa ditemukan
bonsai-bonsai yang berusia 400 sampai 800 tahun. Sumber lain
mengatakan bahwa Bonsai berasal dari seni
miniaturisasi tanaman yang disebut penjing ( ) dari periode
Dinasti Tang. Di makam putra dari Maharani Wu Zetian terdapat
lukisan dinding yang menggambarkan pelayan wanita yang membawa
pohon berbunga dalam pot dangkal. Pot dangkal berukuran kecil ini
merupakan miniaturisasi dari pemandangan alam. Kalangan bangsawan
di Jepang mulai mengenal penjing sekitar akhir zaman Heian. Aksara
kanji untuk penjing ( ) dilafalkan orang Jepang sebagai bonkei.
Sama halnya dengan di Cina, bonkei di Jepang juga merupakan
miniaturisasi dari pemandangan alam. Seni yang hanya dinikmati
kalangan atas, terutama kalangan pejabat istana dan samurai, dan
baru disebut bonsai pada zaman Edo. Menanam bonsai adalah pekerjaan
sambilan samurai zaman Edo, saat bonsai mencapai puncak
kepopuleran. Sejak zaman Meiji, bonsai dianggap sebagai hobi yang
bergaya. Namun pemeliharaan bonsai dan penyiraman memakan banyak
waktu. Sejalan dengan lingkungan tempat tinggal di Jepang yang
makin modern dan tidak
14
memiliki halaman, penggemar bonsai akhirnya terbatas pada
kalangan berusia lanjut. Bonsai dibuat dan ditampilkan untuk
pertama kali di China lebih dari ribuan tahun yang lalu dalam
bentuk dan skala ukuran yang sangat sederhana, dikenal sebagai
pun-sai, dimana merupakan praktek penanaman jenis pohon tunggal di
beberapa pot. Bentuk awal bonsai ditampilkan dengan sedikit
dedaunan yang megah, berbentuk aneh dalam tempat yang bagus yang
sering menyerupai bentuk binatang, naga, atau burung. Ada beberapa
mitos yang terkenal dan cerita legenda tentang bonsai Cina, dan
menyerupai binatang aneh dan bentuk susunan akar yang masih sangat
mengagumkan sampai sekarang, Bonsai Cina berasal dari suatu tempat
yang menggambarkan api naga dan ular yang melingkar-lingkar yang
menjadikan gambaran yang berlebihan dari pohonnya sendiri -
sehingga gambaran dua bentuk seni itu sendiri terpisah terlalu
jauh. Setelah Jepang mengadopsi beberapa budaya China yang baku
bonsai di angkat derajatnya, diperkenalkan di Jepang pada jaman
Kamakura (1185 - 1333) disebut Aliran Budha - Zen, yang dalam waktu
yang hampir bersamaan tersebar di seluruh Asia. Waktu yang tepat
memang masih sering diperdebatkan, meskipun kemungkinan sampainya
pada tahun 1195 masehi, menandakan bahwa bonsai telah berada sejak
perioda zaman tsb. Sekali bonsai dikenalkan ke Jepang, Seninya
telah berubah diperhalus dan berkembang, tidak lagi bersandar pada
budaya Cina. Akhirnya, bonsai sederhana tidak hanya mewakili
gambaran aliran Budha dan seolah menakutkan, tetapi juga dikenalkan
untuk mewakili simbul aristorat, simbul gengsi dan penghargaa.
Philosophi dan maksud bonsai mulai banyak berubah sejak tahun itu.
Untu orang
15
Jepang, bonsai melambangkan menggabungan kepercayaan kuno yang
kuat dengan philosophi ketimuran dari keharmonian antara orang,
jiwa dan alam. Selama periode Kamakura, bangsa Jepang telah menulis
naskah kuno, yang diterjemahkan sebagai berikut: Kesenangan dan
mendapatkan kepuasan dengan melengkungkan pot adalah kesenangan
yang tak terbayangkan. Walau bisa mengandung arti positif maupun
negatif, tinggal bagaimana kita percaya bahwa menanam tanaman dan
melintirnya di dalam suatu tempat (pot) adalah praktek yang praktis
diantara orang-orang tingkat atas pada jaman Kamakura. Pada abad 14
(empat belas) bonsai sungguh-sungguh dipandang sebagai bentuk seni
yang tinggi, dimana harus memerlukan praktek dan pengerjaan yang
bertahun-tahun sebelumnya. Bonsai sering dipamerkan/dipajang pada
waktu-waktu khusus oleh para elit Jepang dan menjadi hidup yang
penting untuk memajang di rak yang didisain khusus. Aneka tanaman
tidak lagi disediakan untuk pajangan luar rumah, walau dalam
kenyataanya perlakuan dan pemotongan batang-ranting tidak dapat
dilakukan sementara masih di dalam rumah - pohon bonsai yang kecil
masih diambil dari hutan liar. Di abad 17 dan 16,
pengertian/perhatian dan seni Jepan mencapai puncaknya dan dihargai
sangat tinggi. Bonsai berevolusi lagi ke pengertian yang lebih
tinggi dan berkembang sediit demi sedikit dari bentuk alaminya -
meski tempat yang digunakan (pot) menjadi lebih dalam dari bagian
tanamannya, Pengurangan segalanya hanya pada hal-hal yang elementer
dan perubahan yang mendasar sangat simbolis dari philophi hidup
orang=orang Jepang saat ini. - terlihat dari sangat sederhananya
taman Jepang seperti Temple (candi) yang terkenal.
16
Pada masa sekarang ini, bonsai juga menjadi pusat berkumpulnya
orang jepang pada umumnya - dimana permintaan pohon kecil dari alam
liar untuk dijadikan kolesi meningkat tajam dan menciptakan bentuk
seni baru yang melibatkan budaya dan tradisi negara Jepang.
Sementara itu, bonsai mulai berubah menjadi gaya yang berbeda,
masing-masing variasi sangat berbeda dengan yang lain. Seniman
bonsai secara umum dipandang dari cara pengenalannya dengan seperti
batu-batuan, element-element penting budaya lain, beberapa komponen
tambahan dan
perlakuan tanaman, dan meskipun bentuknya kecil dan
orangorangnya dikenal sebagai seniman bon-kei. Mereka juga dilihat
cara membentuk kembali miniatur keasliannya - yang dikenal sebagai
Sei-Kei yang merupakan keberhasilan tak tersaingi dalam seni
mengakali bonsai. Akhirnya, dipertengahan abad ke 19, setelah lebih
dari 230 tahun terisolasi dengan dunia lain, Jepang membuka diri
kepada dunia lain. Berita segera tersebar dari para turis yang
mengunjungi jepang adanya pohon kecil yang ditanam di pot dengan
gaya tua, tanaman aseli, tinggi pohon normal. Pameran di London
yang berhasil mengikat penonton, juga di WIna dan Paris di akhir
abad - khususnya pameran di Paris tahun 1900 seluruh mata dunia
terpusat pada bonsai. Karena fenomena ini, mendadak permintaan
bonsai meningkat. penyebarannya saat ini memperluas dunia industri
yang berakitan dengan tanaman seperti bentuk asli, pengkerdilan
tanaman dijadikan bahan komersial bagi para seniman tanaman dengan
cara memberi pelatihan kepada para penanam muda untuk membuat seni
menanam bonsai. Beberapa gaya bonsai yang penting (pokok) diambil,
dan para seniman menggunakan kawat,
17
bambu dan tumbuh tanaman akan mengikuti alur yang diberikan
perlahan-lahan. Orang Jepang memperlajari dengan cepat hal-hal
penting yang menjadikan bonsai menarik - warung-warung tanaman yang
terpercaya banyak pertumbuhan, melakukan pelatihan dan eksport
tanaman bonsai. Jenis tanaman lain juga dibonsai untuk memenuhi
menyesuiakan tanaman musim di seluruh dunia dan menmgatur dedaunan
yang sesuai dan cocok dengan iklim setempat. Teknik Bonsai seperti
penumbuhan dari biji atau tenik pemotongan serta gaya yang nyleneh,
yang berbeda atau lelang material untuk kebutuhan bonsai segera
banyak berkembang. Bonsai telah mengalami perubahan citra dan waktu
yang semakin meningkat dengan adanya berbagai variasi dari berbagai
negara, kultur dari kondisi dimana bonsai dikerjakan. Di Jepang
hari ini, bonsai sangat berharga (dihormati) sebagai lambang dari
kultur dan ideal mereka. Tahun Baru tidaklah lengkap tanpa
tokonoma- setiap ruangan (pojok) yang khusus rumah orang Jepang
dipakai untuk meletakkan ornamen-ornamen yang terbaik - diisi
dengan bunga pohon aprikot atau pohon plum. Bonsai sekarang tidak
lagi monopoli orang-orang high class, tapi sudah menjadi kesenangan
bagi para eksekutif dan para pekerja pabrik biasa (juga masyarakat
umum). Jepang cenderung memusatkan pada penggunaan jenis yang asli
untuk bonsai mereka - yakni pines, bunga azalea dan pohon maple
(seperti bonsai yang tradisional). Di negara-negara yang lain
bagaimanapun, orang-orang lebih terbuka berbagi pendapat. Evolusi
bonsai lebih dari dua abad yang lalu adalah sungguhsungguh
mengagumkan - sekarang sesuatu yang dikenal dan
18
dihormati adalah ilmu bentuk seni perkebunan telah tersebar ke
seluruh dunia, dari Greenland ke Amerika Serikat ke Afrika Selatan
dan Australia. Selalu berubah-ubah bentuk untuk sampai terbentuk
yang terbaik, yang dapat menggambarkan betapa
kecilnya dunia ini dapat dicapai.
19
BAB III Perspektif Masyarakat Jepang terhadap Estetika Sebuah
Seni Bonsai
Bonsai merupakan seni yang telah berumur ribuan tahun. Bermula
dari China, seni ini akhirnya berkembang pesat di Jepang. Sepanjang
sejarahnya, sebagian kebudayaan dan pandangan hidup kedua bangsa
tersebut lebur ke dalam seni bonsai. Peleburan budaya inilah yang
membuat bonsai bernilai kompleks. Untuk memahaminya diperlukan
pengetahuan mendalam mengenai budaya asal mula bonsai dan cara
menilainya. Falsafah yang lebur dalam seni bonsai disebut wabi dan
sabi. Wabi mengandung arti kesederhanaan, namun memiliki nilai yang
jauh lebih lengkap dan kompleks daripada sesuatu yang Sabi
gemerlapan, penuh ornament, ataupun kecantikan semu. kecantikan.
Beberapa prinsip-prinsip filsafat bonsai (kutipan dari "Bonsai No
Kokoro" - "Semangat dan filosofi bonsai" oleh Saburo Kato):"Bonsai
adalah pencerahan dan membawa perdamaian." "Pecinta Bonsai
menghargai keindahan alam." "Alam harus menginspirasi Anda untuk
menggambarkan keindahan itu tinggi, jadi anda harus belajar dari
alam."
mengandung arti kesendirian, keanggunan, keartistikan, dan
A. sabi.
Nilai Estetika Sebuah Seni Bonsai Jepang Bonsai yang indah
mengandung unsur kepribadian,
Sebuah bonsai yang indah tercermin dalam falsafah wabi dan
kesederhanaan, keharmonisan, keanggunan, alamiah, wibawa, dan
keantikan.20
1.
Kepribadian
Kepribadian dalam hal ini, berarti kepribadian dari pohon itu
sendiri yang dipengaruhi oleh jenis lingkungan dan habitat
tumbuhnya. Pohon Juniperus di negera dengan empat musim cenderung
tumbuh berkelok-kelok karena pengaruh iklim yang keras, batang dan
cabangnya sering berpatahan, dan kulitnya pun terkelupas, sehingga
tinggal kayu yang memutih dan tahan bertahun-tahun tidak keropos.
Sebuah bonsai dapat memancarkan kepribadiannya lewat perakaran kuat
yang menjalar ke segala arah, batang yang berlekuk-lekuk indah,
ataupun tekstur kulit yang amat menarik. 2. Kesederhanaan
Kesederhanaan sebuah bonsai tercermin pada penataan cabang yang
bertingkat-tingkat, tidak saling bersilangan dan tumbuh pada satu
garis. Antara cabang satu dengan yang lain terdapat jarak yang
memungkinkan pandangan mata menembus kerangka bonsai tersebut.
Dengan kesederhanaan ini bayangan pohon besar di alam bebas bisa
diperoleh dan bahkan diungguli. Disinilah letak dari kekayaan dari
kesederhanaan sehingga bonsai bisa lebih indah dari pohon yang
tumbuh di alam bebas. Lukisan Cina dengan goresan tinta hitam yang
sederhana bisa member makna yang sangat dalam melebihi
lukisan-lukisan yang memakai cat beraneka warna. Kesederhanaanlah
yang menimbulkan arti lebih dalam. Pada sebuah bonsai, puncak
kesederhanaan bisa dijumpai pada gaya literati yang hanya terdiri
dari batang kecil dengan beberapa cabang. Walau demikian, diri
melebihi bonsai tersebut lain mampu yang mengekspresikan
bonsai-bonsai
21
mempunyai cabang lebih lengkap. 3. Keharmonisan
Keharmonisan justru timbul dari ketidaksempurnaan. Bentuk
simetris, adanya perbedaan jarak yang tidak merata antara satu
cabang dengan cabang yang lain, peletakan bonsai yang tidak tepat
di tengah pot dan irama lekuk batang yang tidak menentu, merupakan
ketidaksempurnaan yang bersama-sama membentuk keharmonisan. Segi
lain keharmonisan sebuah bonsai dicapai lewat penataan ranting yang
seksama, perawatan yang intensif, dan penempatan pot yang sesuai.
4. Keanggunan Keanggunan sebuah bonsai tercipta dari perpaduan
kepribadian yang menonjol, kekayaan dalam kesederhanaan, dan
keharmonisan. Banyak lukisan menggambarkan pohon dengan bentuk
indah dan menarik sehingga hampir sempurna, seolah hanya ada dalam
khayalan saja. Keanggunan semacam itulah yang terpancar dari sebuah
bonai yang indah, buatan manusia yang diatur dengan rapid dan
cermat, tetapi tidak meninggalkan kaidah-kaidah alamiah. Sebuah
karya buatan manusia yang tidak lagi nampak buatan tetapi
memancarkan keanggunan alami. 5. Alamiah Bonsai mempunyai
peraturan-peraturan yang mengikat dan juga kebebasan-kebebasan
untuk mengekspresikan diri. Akan tetapi, keterikatan dan kebebasan
ini semua akhirnyakembali ke segi alamiah. Bonsai tidak sekedar
mengejar keindahan, tetapi keindahan yang ada di alam. Bonsai tidak
mencari bentuk yang baru di luar bentuk yang ada di alam, sehingga
bonsai berjalan sejajar dengan variasi-variasi pohon yang ada di
alam bebas itu sendiri. Alam bebas suatu daerah dengan daerah yang
lain22
berbeda,
sehingga
pengekspresian
bonsai
di
suatu
daerah
berbeda dengan daerah lain sesuai dengan alam masing-masing.
Meskipun mempunyai perbedaan macam gaya dan variasi, bonsai
tetaplah mengacu pada pohon-pohon raksasa yang ada di alam bebas.
6. Wibawa
Wibawa sebuah bonsai timbul dari perpaduan kepribadian pohon
yang sangat menonjol dan keharmonisan pengaturan yang dibuat
manusia dalam kesederhanaan. Sebuah rupa bonsai yang baik
memancarkan wibawa sedemikian sehingga mampu
membuat pengamat merasa dirinya kecil dibandingkan bonsai yang
sedang diamatinya. Ini Nampak pada bonsai Ficus yang memiliki
perakaran yang sangat kuat dengan batang yang kokoh serta tajuk
yang membentang lebar ke segala arah dengan pengaturan yang
sederhana tetapi harmonis. 7. Keantikan
Keantikan timbul karena usia pohon yang sangat tua atau karena
pengaruh alam yang ganas. Semakin tua semakin nampak keantikannya.
Asam tua mempunyai kulit yang pecah dan beringin tua mempunyai akar
maupun akar gantung yang sangat menonjol sebagai keantikan khas
dari jenis pohon tersebut. Pohon berdaun lebar yang batangnya patah
atau kulitnya terkelupas cenderung menjadi rongga-rongga karena
terpaan cuaca, sedangkan bekas patahan berupa kulit yang terkelupas
dari pohon berdaun jarum di negeri empat musim cenderung tetap
bertahan tidak keropos. Keantikan inilah yang menimbulkan
kepribadian dan wibawa sebuah bonsai, khas untuk tiap jenis pohon
pada habitatnya
23
masing-masing, yang pada gilirannya sangat ditonjolkan dalam
pembuatannya.
24
Bab 3 PenutupA. Kesimpulan Berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa bonsai merupakan seni yang berasal dari China
yang kemudian dibawa untuk diperkenalkan di Jepang pada zaman
Kamakura dan tercatat dalam Kasuga Shire. Nama bonsai sendiri
berasal dari Jepang dan digeneralisasikan di seluruh negara merujuk
pada pohon yang dikerdilkan. Seni bonsai berkembang sesuai dengan
seni dan budaya Jepang yang khas secara pesat dan dikenal pula di
dunia internasional sehingga menciptakan seni bonsai sesuai negara
yang menciptakan. Seperti dalam perkembangannya, muncul pula bonsai
Tiongkok, bonsai Vietnam, bonsai Shanghai dan lain-lain. Namun,
bonsai dalam perspektif orang Jepang merupakan suatu keharmonisan
antara manusia, alam semesta dan tuhan. Tingkat kerumitan pembuatan
bonsai menggambarkan sebuah nilai seni serta cita rasa yang tinggi
sebagai simbol cita-cita yang luhur. Bukan hanya estetika itu, seni
bonsai Jepang mempunyai unsur-unsur kepribadian, kewibawaan,
keharmonisan, seperti
keanggunan, wibawa, alamiah dan keantikan yang berasal dari
falsafah wabi dan sabi.
25
DAFTAR PUSTAKA" (Bonsai)". (Nihon Bunka Iroha Jiten).
http://iroha-japan.net/iroha/C01_accomplish/05_bonsai.html. Diakses
pada 24 Desember 2010. Sulistyo, Budi; Drs.Limanto S.. Bonsai.
Kanisius. hlm. 9-7921-17830. " (Ichi no Tsubo: Bonsai ni wa Yky no
Toki ga Yadoru)". NHK.
http://www.nhk.or.jp/tsubo/arc-20060414.html. Diakses pada 24
Desember 2010. " (Bonsai no rekishi o shirou)". Garden x Garden.
http://www.gardenxgarden.com/bonsai/history.html. Diakses pada 24
Desember 2010.
26