I. Skenario Tn Lanang mengalami kecelakaan motor, pipinya tertusuk kawat dan melekat di pipinya, dan dibawa ke unit gawat darurat sebuah RS tpe C. Dr. Sayang dokter umum, mengeluarkan kawat tersebut, membersihkan dan menutup lukanya dengan rapi. Pasien dipulangkan dengan diberikan obat-obatan generik dan pencegahan tetanus. Dua minggu kemudian setiap dia batuk atau bersin atau mengunyah, terasa seperti ada yang menusuk di pipinya, sedangkan luka bekas kecelakaan sudah sembuh. Tuan Lanang berobat ke dokter bedah di rumah sakit tipe B. Dr. Bedah membuat diagnosa masih ada sesuatu di pipi tempat bekas kecelakaan dan dilakukan operasi. Selesai operasi, dr. Bedah menjelaskan ada serpihan kawat tertinggal dan mengatakan setiap luka tusuk dalam harus dieksplorasi untuk menilain kelainan, termasuk adanya benda asing sampai ke lubang yang paling dalam dan ini telah terjadi kelalaian. Tuan Lanang tidak puas dan mengadu kepada Direktur RS tipe C atas kelalaian dr. Sayang. Tn Lanang meminta ganti rugi atas biaya yang dikeluarkannya selama pengobatan II. Klarifikasi istilah
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
I. Skenario
Tn Lanang mengalami kecelakaan motor, pipinya tertusuk kawat dan melekat di
pipinya, dan dibawa ke unit gawat darurat sebuah RS tpe C.
Dr. Sayang dokter umum, mengeluarkan kawat tersebut, membersihkan dan
menutup lukanya dengan rapi. Pasien dipulangkan dengan diberikan obat-obatan
generik dan pencegahan tetanus.
Dua minggu kemudian setiap dia batuk atau bersin atau mengunyah, terasa seperti
ada yang menusuk di pipinya, sedangkan luka bekas kecelakaan sudah sembuh. Tuan
Lanang berobat ke dokter bedah di rumah sakit tipe B.
Dr. Bedah membuat diagnosa masih ada sesuatu di pipi tempat bekas kecelakaan
dan dilakukan operasi. Selesai operasi, dr. Bedah menjelaskan ada serpihan kawat
tertinggal dan mengatakan setiap luka tusuk dalam harus dieksplorasi untuk menilain
kelainan, termasuk adanya benda asing sampai ke lubang yang paling dalam dan ini
telah terjadi kelalaian. Tuan Lanang tidak puas dan mengadu kepada Direktur RS tipe
C atas kelalaian dr. Sayang. Tn Lanang meminta ganti rugi atas biaya yang
dikeluarkannya selama pengobatan
II. Klarifikasi istilah
1. UGD salah satu bagian di rumah sakit yang menyediakan penanganan awal
bagi pasien yang menderita sakit dan cedera, yang dapat mengancam
kelangsungan hidupnya.
2. RS tipe C rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokeran spesialis
terbatas atau kemampuan pelayanan medic spesialistik dasar. Rumah sakit ini
didirikan disetiap ibukota Kabupaten (Regency hospital) yang menampung
pelayanan rujukan dari puskesmas.
3. Obat Generik obat yang menggunakan nama-nama umum yang mudah dikenal
4. Tetanus penyakit infeksi akut yang disebabkan dan kadang fatal yang
disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan oleh clostridium tetani yang
sporanya masuk kedalam tubuh melalui luka.
5. Diagnosa penentuan jenis penyakit dengan memeriksa gejala-gejalanya
6. Rs tipe B rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis
dan subspesialis terbatas.Rumah sakit ini didirikan disetiap Ibukota propinsi yang
menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten.
7. Diseksplorasi penyelidikan / pemeriksaan dengan tujuan diagnostik
8. Kelainan keadaan yang menyalahi dan menyimpang dari suatu aturan.
9. Kelalaian lengah / lupa
10. Operasi setiap tindakan yang dilakukan dengan instrumen atau dengan yang
dilakukan oleh ahli bedah
11. Ganti rugi pemberian sejumlah uang dari satu pihak ke pihak yang dirugikan.
III. Identifikasi masalah
1. Tuan lanang berobat ke UGD rumah sakit tipe C karena adanya kawat yang
tertusuk dan melekat dipipi Tuan lanang.
2. Dr. sayang, dokter umum, mengeluarkan kawat tersebut, membersihkan dan
menutup luka Tn. Lanang dengan rapi serta memberikan obat-obatan generic dan
pencegahan tetanus.
3. Tn. Lanang berobat ke rumah sakit tipe B karena ia masih merasa kesakitan pada
pipinya.
4. Dokter bedah mengatakan bahwa adanya kelalaian yang dilakukan oleh dr.
sayang terhadap tuan lanang karena masih adanya serpihan kawat yang tertinggal
di pipi tuan lanang. (main problem)
5. Tn. Lanang tidak puas dan mengadukan kelalaian dr. sayang kepada direktur
rumah sakit tipe C, untuk meminta ganti rugi atas biaya yang telah dikeluarkan
selama pengobatan.
IV. Analisis Masalah
1. Tuan lanang berobat ke UDG rumah sakit tipe C karena adanya kawat yang tertusuk dan
melekat di pipi Tuan lanang.
a. Apa standar minimal yang dilakukan oleh paramedis di UGD?
2. Dr. sayang, dokter umum mengeluarkan kawat tersebut, membersihkan dan menutup luka
Tn. Lanang dengan rapi serta memberikan obat-obatan generic dan pencegahan tetanus.
a. Apa tindakan yang seharusnya dilakukan oleh dr. sayang terhadap Tn. Lanang sesuai
dengan kompetensinya sebagai dokter umum?
3. Tn. Lanang berobat ke rumah sakit tipe B karena ia masih merasa kesakitan pada pipinya.
a. Apakah perbedaan antara RS tipe B dan RS tipe C?
b. Apakah Tn. Lanang berhak berobat ke RS lain?
c. Apa Kewajiban Tn. Lanang sebagai pasien?
4. Dokter bedah mengatakan bahwa adanya kelalaian yang dilakukan oleh dokter sayang
terhadap tuan lanang karena masih adanya serpihan kawat yang tertinggal di pipi tuan
lanang.
a. Apakah dapat dibenarkan Dr. Bedah memberitahukan Tn. Lanang mengenai telah
terjadinya kelalaian yang dilakukan oleh Dr. Sayang?
b. Bagaimanakah kewajiban seorang dokter terhadap teman sejawatnya?
5. Tn. Lanang tidak puas dan mengadukan kelalaian dr. sayang kepada direktur rumah sakit
tipe C, untuk meminta ganti rugi atas biaya yang telah dikeluarkan selama pengobatan.
a. Apakah Tn. Lanang berhak untuk meminta ganti rugi?
b. Bagaimana tata cara yang dilakukan Tn. Lanang dalam meminta ganti rugi kepada
direktur RS tipe C?
c. Bagaimana seharusnya direktur RS tipe C dalam menanggapi pengaduan Tn.Lanang?
V. Jawaban Analisis
1. Standar minimal yang dilakukan paramedis di UGD
a. Pemeriksaan:
Pada saat masuk IGD, Perawat akan mengantar pasien ke tempat pemeriksaan dan
menanyakan tentang gejala/gangguan yang diderita, memeriksa nadi, tekanan darah, suhu
tubuh, dan lain-lain.
Petugas administrasi akan menanyakan mengenai data identitas, nomor rekam medik dan
kartu asuransi (bila ada)
Anda akan diperiksa Dokter Jaga. Berikan informasi yang sejelas-jelasnya agar segera
diketahui penyakit/gangguan yang dialami.
b. Penanganan
Penanganan emergency akan segera dilakukan Dokter Jaga sedangkan penanganan
definitif setelah diagnosis ditegakkan.
Bila pasien memerlukan perawatan lanjutan maka akan ditempatkan pada Ruang
Perawatan Umum atau Ruang Intensif tergantung keadaan pasien
Pasien/keluarganya akan diminta persetujuan perawatan untuk kamar perawatan dan
Dokter yang akan merawat
Pasien yang tidak memerlukan perawatan akan dipulangkan setelah mendapatkan
pengobatan
Dokter jaga akan berkonsultasi dengan dokter spesialis untuk tindakan di luar
kewenangannya.
2. Tindakan yang seharusnya dilakukan oleh dokter sayang tehadap tn.lanang diantaranya:
a. Berdasarkan area kompetensi komunikasi efektif bagian komunikasi dengan teman
sejawat, dr. sayang seharusnya menulis surat rujukan kepada dokter bedah yang lebih
ahli dalam kasus ini. Penulisan surat rujukan ini termasuk juga dalam kompetensi
dokter area pengelolaan masalah kesehatan.
b. Berdasarkan area kompetensi keterampilan klinis, bagian melakukan prosedur
kedaruratan klinis, dr.sayang seharusnya bertindak berdasarkan batasan
kewenangannya saja dan menyadari keterbatasannya. Langkah dr. sayang yang
mengeluarkan kawat, membersihkan, memberikan oat-obatan dan pencegahan tetanus
sudah tepat. Namun, ia seharusnya tidak langsung menutup luka itu, ia seharusnya
berfikir untuk merujuk ke spesialis bedah, karena mungkin saja ada serpihan kawat
yang tertinggal yang terletak di dalam yang dapat diketahui dengan jalan pembedahan
saja.
c. Berdasarkan area mawas diri dan pengembangan diri, dr. sayang seharusnya
menyadari ketebatasannya sebagai dokter umum untuk menangani kasus tn.lanang
yang mungkin saja memerlukan tindak lanjut dari pihak yang lebih ahli.
3. a. perbedaan rumah sakit tipe B dan rumah sakit tipe C
- Rumah Sakit Tipe B adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas.Rumah sakit ini didirikan disetiap
Ibukota propinsi yang menampung pelayanan rujukan di rumah sakit kabupaten.
Rumah Sakit tipe B terbagi atas :
Rumah sakit B1 yaitu RS yang melaksanakan pelayanan medik minimal 11
(sebelas) spesialistik dan belum memiliki sub spesialistik luas dengan kapasitas
300-500tempattidur.
Rumah sakit B2 yaitu RS yang melaksanakan pelayanan medik spesialistik dan
sub spesialistik terbatas dengan kapasitas 500-1000 tempat tidur
- Rumah Sakit Tipe C adalah rumah sakit yang mapu memberikan pelayanan
kedokeran spesialis terbatas. Rumah sakit ini didirikan disetiap ibukota Kabupaten
(Regency hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.
b. Tn. Lanang berhak berobat ke RS lain sesuai dengan pasal 52 UU No. 29 tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran, yaitu:
- Mendapatkan penjelasan lengkap tentang rencana medis yang akan dilakukan dokter
- Bisa meminta pendapat dokter lain (second opinion)
- Mendapat pelayanan medis sesuai dengan kebutuhan
- Bisa menolak tindakan medis yang akan dilakukan dokter bila ada keraguan
- Bisa mendapat informasi rekam medis
c. Pasal 53 UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran menyebutkan bahwa
kewajiban pasien adalah
- Memberikan informasi yang lengkap, jujur dan dipahami tentang masalah
kesehatannya
-Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter
- Mematuhi ketentuan yang berlaku di saranan pelayanan kesehatan
- Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima
4 a. bedasarkan pasal 10 KODEKI yaitu setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan
mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan penderita. Dalam ia
tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka ia wajib merujuk
penderita kepada dokter lain yang mempunyai keahlian dalam bidang penyakit tersebut.
Berdasarkan penjelasan dan pedoman pelaksanaan rujukan bahwa tidak dibenarkan
konsulen (dalam kasus ini dr. Bedah) memberitahukan kepada pasien secara langsung
ataupun tidak langsung tentang kekeliruan yang dibuat dokter pertama (dalam kasus ini
dr. Sayang). Segala pendapat dan nasihat disampaikan secara tertulis dan terserah kepada
dokter pengobat untuk membicarakan dengan pasien.
b. berdasarkan KODEKI kewajiban dokter terhadap teman sejawat
pasal 14 : setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan
pasal 15 : setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali
dengan persetujuan/berdasarkan prosedur yang etis.
5. a. Boleh. Karena Menurut UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, pada pasal 4-8
disebutkan setiap orang berhak atas kesehatan; akses atas sumber daya; pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau; menentukan sendiri pelayanan kesehatan
yang diperlukan; lingkungan yang sehat; info dan edukasi kesehatan yang seimbang dan
bertanggung jawab; dan informasi tentang data kesehatan dirinya.
Hak-hak pasien dalam UU No. 36 tahun 2009 itu diantaranya meliputi:
a) Hak menerima atau menolak sebagian atau seluruh pertolongan (kecuali tak sadar,
penyakit menular berat, gangguan jiwa berat).
b) Hak atas rahasia pribadi (kecuali perintah UU, pengadilan, izin yang bersangkutan,
kepentingan yang bersangkutan , kepentingan masyarakat.
c) Hak tuntut ganti rugi akibat salah atau kelalaian (kecuali tindakan penyelamatan nyawa
atau cegah cacat).
Selain itu Jika dr.sayang tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka
ia wajib merujuk penderita kepada dokter lain yang mempunyai keahlian dalam penyakit
tersebut ( KODEKI Bab 1 pasal 11 ) dalam kasus ini kita ketahui bahwa tuan Lanang dibawa
kerumah sakit tipe C yang memiliki 4 Spesialis diantaranya ada spesialis bedah. dan jika
terbukti melakuakan kelalaian yaitu Barang siapa karena kesalalahannya meyebabkan orang
lain mendapat luka berat atau luka sedemikian, sehingga berakibat penyakit atau halangan
sementara untuk menjalankan jabatan atau pekerjaannya, dihukum dengan hukuman penjara
selama 5 tahun.
5. b. tata cara tn lanang meminta ganti rugi:
- laporkan terlebih dahulu kepada serkretariat MKDKI sertakan identitas diri dan alasan
serta bukti
- MKDKI akan membentuk majelis awal yang akan memutuskan apakah kasus termasuk
yurisdiksi ataukah tidak.
Jika merupakan yurisdiksi maka akan dibentuk majelis pemeriksaan pelanggaran disiplin,
dengan sanksi berupa :
1. teguran / peringatan tertulis
2. ditugaskan untuk mengikuti pendidikan guna peningkatan kompetensi
3. dicabut surat tanda registrasi (surat izin praktik)
5.c. Dalam kasus ini, Tn.lanang menuntut direktur rumah sakit tipe C yang berarti pihak rumah
sakit turut andil dalam sengketa medik ini. Dalam hal ini direktur tidak hanya bertanya kepada
dr.sayang, tetapi juga kepada MKDKI. Tugas MKDKI menerima pengaduan, memeriksa, dan
memutuskan kasus pelanggaran disiplin dokter atau dokter gigi yang diajukan dan menyusun
pedoman & tata cara penanganan kasus pelanggaran disiplin dokter/ dokter gigi. Dan
berdasarkan KODERSI bab 1 pasal 2 yaitu “rumah sakit harus dapat mengawasi serta
bertanggung jawab terhadap semua kejadian dirumah sakit”.
Sehingga pihak-pihak yang berperan dalam penyelesaian sengketa medik yang terjadi antara
Tn.lanang dan dr.sayang adalah pihak yang bersengketa, pihak rumah sakit, komisi etik RS, dan
MKDKI.
Pada kasus sengketa medik yang terjadi antara dr.sayang dan dr.bedah, terdapat pelanggaran etik,
yaitu dr.bedah menjelek-jelekan rekan sejawatnya. Dr.sayang menuntut dr.bedah, dan pihak yang
berperan adalah MKEK dan IDI.
VI. Hipotesis
Telah terjadi sengketa medik karena dokter sayang telah melakukan tindakan yang diluar
kompetensinya sebagai dokter umum.
VII. Kerangka konsep
Dr.sayang (dokter Umum)
PELANGGARAN
1. KODEKI2. KODERSI 3. Professionalisme
Sengketa medik
Tn. Lanang ke Direktur (meminta ganti rugi)
Mediasi MKDKI
Kesepakatan ganti rugi
Menerima pengaduan
Menetapkan pelanggaran
adaTidak ada
Sanksi terhadap dr. Sayang
DISIPLIN ETIK
Pemberian peringatan tertulis
Pencabutan izin praktek
MKDKI
MKDKI
Organisasi profesi kedokteran
VIII. Learning issues
Pokok Bahasan What I
Know
What I don’t know What I have
to prove
How to learn
1.Sengketa Medik
2. KODEKI
3. KODERSI
4. MKDKI dan
MKEKI
Definisi
Definisi
Definisi
Definisi
-metode penyelesaian
medic
-asas utama penyelesaian
medik
- Hak dan Kewajiban
Pasien
-Kewajiban Dokter
terhadap Penderita,Teman
Sejawatnya, Diri Sendiri
- kewajiban umum rumah
sakit, terhadap pasien dan
Pimpinan, Staf, dan
Karyawan
- tugas MKDKI terhadap
penyelesaian sengketa
medik
- Wewenang MKEK
- Konsep
penyelesaian
medic
terhadap
kasus
sengketa
medik
- Adanya
pelanggaran
KODEKI
yang terjadi
-sanksi yang
dapat
dikenakan
terhadap
pelanggaran
yang terjadi
- IT
- Journal
browsing
- Kamus
- (KBBI &
dorland)
- UU
PRADOK
- Buku
MKDKI
5.Kompetensi
Dokter
Definisi - Area kompetensi
dokter
-bentuk
pelanggaran
disiplin
kedokteran
-komponen
kompetensi
dokter
IX. Sintesis
1. Sengketa Medik
Sengketa medic adalah ketidakpuasan/ keluhan yang diikuti dengan langkah meminta
pertanggung jawaban oleh pasien terhadap dokter, pimpinan rumah sakit, serta pemilik RS
(termasuk pemerintah). Sengketa terjadi karena adanya perbedaan kepentingan masing-masing
para pihak, yaitu bila ada interaksi antara dua orang atau lebih, dimana salah satu pihak percaya
bahwa kepentingannya tidak sama dengan kepentingan yang lain. Sengketa medik terjadi saat
pasien menyamaikan keluhan yang disertai tuntutan ertanggungjawaban atas kerugian yang dia
derita
Metode penyelesaiannya , dapat menggunakan :
1. Negosiasi, yaitu proses bekerja untuk mencapai suatu perjanjian dengan pihak lain, suatu
proses interaksi
dan komunikasi yang sama dinamis dan variasi, serta halus dan bernuansa, sebagaimana keadaan
atau yang dapat dicapai orang.
2. Arbitrase, cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan
pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.
3. Mediasi, yaitu proses negosiasipenyelesaian masalah di mana suatu pihak luar, tidak berpihak,
netral tidak bekerja bersama pihak yang bersengketa untuk membantu mereka guna mencapai
suatu kesepakatan hasil negosiasi yang memuaskan.
4. Konsilisi, yaitu suatu aliansi dari dua pihak atau lebih yang sepakat untuk bergabung dalam
tindakan bersama atau terkoordinasi melawan pihak atau koalisi lain.
Setidak-tidaknya ada empat cara untuk menyelesaian sengketa.
Pertama, satu pihak atau lebih sepakat untuk menerima suatu situasi, dimana kepentingan
mereka tidak terpenuhi seluruhnya.
Kedua, pihak-pihak mengajukan situasi atau persyaratan secara lengkap kepada orang atau
panel, yang akan memutuskan kepentingan mana yang harus dipenuhi dan kepentingan mana
yang tidak dipenuhi. Pada umumnya, orang atau panel yang tidak memihak tersebut akan
merujuk kepada aturan-aturan atau pedoman yang telah ada dan yang telah disepakati oleh
semua pihak atau sedikitnya sudah diketahui oleh semua pihak.
Ketiga, persepsi satu pihak atau pihak lain berubah, sehingga tidak ada perbedaan kepentingan.
Keempat, kepentingan satu pihak atau pihak yang lain berubah, sehingga tidak ada perbedaan
kepentingan
3 asas utama penyelesaian sengketa medic, yaitu :
1. Asas kemanfaatan ada rasa aman dan keselamatan pasien
2. Asas keadilan keseimbangan, kerahasiaan, kesepakatan, kepatutan, keselangan,
kebebasan menentukan alternative sengketa.
3. Asas kepastian hokum pacta sunt servanda dan audi et alterm partem
Konsep penyelesaian sengketa medic
1. Didasarkan asas tanggung jawab
2. Berdasarkan sifat kesukarelaan dalam proses, prosedur yang cepat, keputusan medical,
prosedur rahasia (confidential)
3. Bentuk badan yang independent
4. Bisa melalui lembaga konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, penilaian asli dan
arbitase.
Terdapat dua cara penyelesaian sengketa medik yaitu melalui Jalur hukum
yang terdiri dari Hukum Pidana dan Perdata dan melalui Jalur Etika Profesi Kedokteran
Indonesia yaitu dengan MKEK dan P3EK. Putusan dari pengadilan perdata berupa ganti rugi,
putusan pengadilan pidana ditentukan oleh pasal undang-undang sesuai dengan pelanggaran
yang dilakukan, sedangkan saksi menurut Etika Profesi Kedokteran Indonesia hanya berupa
sanksi administratif saja yaitu berupa surat peringatan, skorsi sementara dari keanggotaan,
pemecatan keanggotaan atau pencabutan ijin praktek. Penyelesaian sengketa medik melalui
Jalur Etika Profesi Kedokteran Indonesia kurang disenangi oleh pasien dan keluarganya
karena putusan yang dikeluarkan tidak berhubungan langsung dengan
kerugian yang diderita sedangkan penyelesaian dengan jalur hukum dihindari oleh dokter
karena penyelesaiannya yang bersifat terbuka dapat
mencemarkan nama baik dokter yang bersangkutan.
2. KODEKI (Kode Etik Kedokteran Indonesia)
Kode Etik Kedokteran Indonesia atau KODEKI merupakan hasil kerja dari badan MKEK
(Majelis Kode Etik Kedokteran Indonesia). KODEKI dirumuskan dalam 17 pasal yang terbagi
menjadi empat kewajiban (masing-masing menjadi satu bagian), yaitu :
1. Kewajiban Umum
2. Kewajiban Dokter terhadap Penderita
3. Kewajiban Dokter terhadap Teman Sejawatnya
4. Kewajiban Dokter Terhadap Diri Sendiri
Kode Etik Kedokteran Indonesia merupakan salah satu landasan etik kedokteran selain
sumpah dokter dan Pancasila.
1. Kewajiban Umum
Pasal 1-9 merupakan pasal-pasal tentang kewajiban dokter secara umum, yaitu :
Ps 1 : Seorang dokter harus menjunjung tinggi,menghayati & mengamalkan Sumpah
Dokter
Ps 2 : Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran yang
tertinggi
Ps 3 : Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh
dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan pribadi.
Ps 4 : Perbuatan berikut dipandang bertentangan dengan etik:
a.Setiap perbuatan yang berifat memuji diri sendiri
b. Secara sendiri atau bersama-sama menerapkan pengetahuannya dan
keterampilan kedokteran dalam segala bentuk, tanpa kebebasan profesi.
c. Menerima imbalan selain daripada yang layak sesuai dengan jasanya,
kecuali dengan keikhlasan, sepengetahuan, dan atas kehendak pasien.
Ps 5 : Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan makhluk
insani, baik jasmani maupun rohani, hanya diberikan untuk kepentingan
penderita.
Ps 6 :Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan
setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum teruji
kebenarannya.
Ps 7 : Seorang dokter hanya memberi keterangan atau pendapat yang dapat
dibuktikan kebenarannya.
Ps 7a : memberikan pelayanan medis secara kompeten dan bermoral disertai
kasih sayang dan penghormatan atas martabat manusia