Top Banner
Juni, 2013 Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura 250 PENGEMBANGAN KELAPA SEBAGAI KOMODITI UNGGULAN DAERAH SULAWESI UTARA DENGAN PENDEKATAN KLASTER INDUSTRI COCONUT DEVELOPMENT AS AN ADVANTAGE COMMODITY AT NORTH SULAWESI PROVINCIAL WITH INDUSTRY CLUSTER APPROACH Caroline Betsy Diana Pakasi Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi Manado Provinsi Sulawesi Utara Email: [email protected] ; Telepon : 0431-864460 ABSTRAK Sektor pertanian sebagai sektor unggulan di Provinsi Sulawesi Utara memberikan kontribusi cukup besar dalam perekonomian daerah. Kelapa ( cocos nucifera) adalah tanaman perkebunan yang memberikan kontribusi terbesar dalam produksi dan ekspor. Sebagian besar petani kelapa di Provinsi Sulawesi Utara, mengolah hasil kebun kelapa menjadi kopra dengan cara diasap. Akibatnya kualitas kopra rendah sehingga mempengaruhi harga jual kopra yang sangat fluktuatif dan sangat tergantung pada industri minyak. Dampaknya sangat dirasakan petani pemilik kebun kelapa dan petani pengolah. Berdasarkan kondisi tersebut, sebagai komoditi unggulan daerah maka tanaman kelapa harus dikembangkan baik dari sisi on farm di perkebunan atau diversifikasi horizontal maupun sisi off farm pada pengolahan atau diversifikasi vertikal. Pendekatan klaster industri adalah salah satu kebijakan dari pemerintah pusat yakni Kementerian Perindustrian untuk mengembangkan kelapa sebagai komoditi unggulan dalam rangka meningkatkan daya saing komoditi dan produk turunannya. Konsep pengembangan diversifikasi vertical dengan pendekatan klaster industri tersebut akan dikaji dalam paper ini,khususnya tahapan pengembangan dengan pendekatan klaster industri untuk tanaman kelapa di Provinsi Sulawesi Utara. Kajian ini bertujuan: (1) Melakukan identifikasi potensi tanaman kelapa dan turunannya dan (2) Mengkaji pendekatan klaster sebagai upaya pengembangan kelapa sebagai komoditi unggulan daerah Sulawesi Utara. Berdasarkan kajian ini dapat disimpulkan : (1) Kondisi perkelapaan di Sulawesi Utara dari sisi produksi menunjukkan peningkatan walaupun tingkat produktivitas menurun, namun produk turunan kelapa masih memberikan kontribusi terbesar sebagai komoditi ekspor dan (2) Pengembangan Kelapa dengan klaster industri dapat meningkatkan perekonomian daerah dan daya saing komoditi serta produk turunan, juga mengakselerasi peningkatan produktivitas usahatani kelapa baik dengan diversifikasi vertical maupun diversifikasi horizontal. Selain itu tercipta industri baru di daerah.
16

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Juni, 2013 ...pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/PENGEMBANGAN... · Selain itu tercipta industri baru di daerah. ... Saran/Rekomendasi

Mar 09, 2019

Download

Documents

phamdan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Juni, 2013 ...pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/PENGEMBANGAN... · Selain itu tercipta industri baru di daerah. ... Saran/Rekomendasi

Juni, 2013 Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

250

PENGEMBANGAN KELAPA SEBAGAI KOMODITI UNGGULAN DAERAH

SULAWESI UTARA DENGAN PENDEKATAN KLASTER INDUSTRI

COCONUT DEVELOPMENT AS AN ADVANTAGE COMMODITY AT

NORTH SULAWESI PROVINCIAL WITH INDUSTRY CLUSTER

APPROACH

Caroline Betsy Diana Pakasi

Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi Manado

Provinsi Sulawesi Utara

Email: [email protected] ; Telepon : 0431-864460

ABSTRAK

Sektor pertanian sebagai sektor unggulan di Provinsi Sulawesi Utara

memberikan kontribusi cukup besar dalam perekonomian daerah. Kelapa (cocos

nucifera) adalah tanaman perkebunan yang memberikan kontribusi terbesar dalam

produksi dan ekspor. Sebagian besar petani kelapa di Provinsi Sulawesi Utara,

mengolah hasil kebun kelapa menjadi kopra dengan cara diasap. Akibatnya kualitas

kopra rendah sehingga mempengaruhi harga jual kopra yang sangat fluktuatif dan

sangat tergantung pada industri minyak. Dampaknya sangat dirasakan petani pemilik

kebun kelapa dan petani pengolah. Berdasarkan kondisi tersebut, sebagai komoditi

unggulan daerah maka tanaman kelapa harus dikembangkan baik dari sisi on farm di

perkebunan atau diversifikasi horizontal maupun sisi off farm pada pengolahan atau

diversifikasi vertikal. Pendekatan klaster industri adalah salah satu kebijakan dari

pemerintah pusat yakni Kementerian Perindustrian untuk mengembangkan kelapa

sebagai komoditi unggulan dalam rangka meningkatkan daya saing komoditi dan

produk turunannya. Konsep pengembangan diversifikasi vertical dengan pendekatan

klaster industri tersebut akan dikaji dalam paper ini,khususnya tahapan pengembangan

dengan pendekatan klaster industri untuk tanaman kelapa di Provinsi Sulawesi Utara.

Kajian ini bertujuan: (1) Melakukan identifikasi potensi tanaman kelapa dan turunannya

dan (2) Mengkaji pendekatan klaster sebagai upaya pengembangan kelapa sebagai

komoditi unggulan daerah Sulawesi Utara.

Berdasarkan kajian ini dapat disimpulkan : (1) Kondisi perkelapaan di Sulawesi

Utara dari sisi produksi menunjukkan peningkatan walaupun tingkat produktivitas

menurun, namun produk turunan kelapa masih memberikan kontribusi terbesar sebagai

komoditi ekspor dan (2) Pengembangan Kelapa dengan klaster industri dapat

meningkatkan perekonomian daerah dan daya saing komoditi serta produk turunan, juga

mengakselerasi peningkatan produktivitas usahatani kelapa baik dengan diversifikasi

vertical maupun diversifikasi horizontal. Selain itu tercipta industri baru di daerah.

Page 2: Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Juni, 2013 ...pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/PENGEMBANGAN... · Selain itu tercipta industri baru di daerah. ... Saran/Rekomendasi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013

251

Saran/Rekomendasi yakni : (1) Upaya peremajaan perkebunan kelapa terus ditingkatkan

agar meningkatkan produksi dan produktivitas perkebunan kelapa dan terus melakukan

diversifikasi dengan konsep zero waste untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas

produk turunan kelapa sebagai komoditi ekspor dan domestik; (2) Harus meningkatkan

Sinergitas dan Intensitas stakeholder klaster, agar supaya dapat mengakselerasi semua

anggota klaster untuk tumbuh bersama dalam industri berbahan baku kelapa sehingga

akan meningkatkan daya saing industri kelapa

Kata Kunci : Kelapa, Komoditi Unggulan, Klaster Industri

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pertanian sebagai sektor unggulan di Provinsi Sulawesi Utara

memberikan kontribusi cukup besar dalam perekonomian daerah. Dari lima sub sektor

pertanian, sub sektor perkebunan dan perikanan merupakan sub sektor yang terbesar

kontribusinya. Perkebunan berkaitan erat dengan perekonomian dan memegang

peranan penting di daerah. Berdasarkan luasan areal, perkebunan masih mempunyai

areal yang cukup luas. Data luasan perkebunan rakyat menunjukkan bahwa luasan

perkebunan tanaman kelapa selang tahun 2009 hingga 2011 menunjukkan peningkatan

dimana pada Tahun 2009 Provinsi Sulawesi Utara memiliki luasan pertanaman kelapa

263.744,69 ha dan meningkat pada tahun 2010 menjadi 266.147,36 ha dan tahun 2011

luasan pertanaman kelapa meningkat menjadi 267.350,79. Peningkatan luasan

disebabkan adanya areal perkebunan yang diremajakan walaupun terdapat juga lahan

pertanaman kelapa yang dialihfungsikan. Sebagai komoditi perkebunan unggulan,

tanaman kelapa dominan terdapat di perkebunan rakyat.

Terdapat tiga komoditi yang berada pada urutan tertinggi berdasarkan luasan

perkebunan rakyat yakni tanaman kelapa, cengkeh dan pala. Tanaman kelapa yang

disebut sebagai pohon kehidupan, memiliki manfaat yang berasal dari semua bagian

tanaman, dari akar, batang, daun, lidi dan buah, semuanya dapat dimanfaatkan. Bahkan

buah kelapa yang terdiri dari sabut, tempurung, daging dan air kelapa, semuanya dapat

dimanfaatkan, dan merupakan bahan baku bagi industri pengolahan kelapa di Provinsi

Sulawesi Utara. Pengembangan tanaman kelapa, saat ini harus terus diupayakan, karena

terdapat banyak tanaman yang sudah tidak produktif akibat umur tanaman yang tua dan

serangan hama penyakit. Disatu sisi, kebutuhan terhadap tanaman kelapa terus

meningkat baik untuk konsumsi rumahtangga maupun untuk bahan baku industri.

Proses pengolahan komoditi kelapa yang umum diproduksi oleh petani pengolah

adalah produk kopra. Produk kopra merupakan produk olahan yang biasanya dilakukan

ditingkat petani dan pakopraan di lokasi kebun kelapa. Hasil kopra merupakan bahan

baku bagi pabrik pengolahan minyak kelapa dalam bentuk Crude Coconut Oil

(CCO/CNO) yang dapat diolah menjadi produk lebih berkualitas seperti Minyak yang di

refinery, di bleaching dan di deodorize (RBD). Produk olahan minyak inipun masih

Page 3: Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Juni, 2013 ...pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/PENGEMBANGAN... · Selain itu tercipta industri baru di daerah. ... Saran/Rekomendasi

Juni, 2013 Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

252

merupakan bahan baku untuk produk olahan yang bernlai tambah seperti produk

cocochemical.

Sebagian besar petani kelapa di Provinsi Sulawesi Utara, mengolah hasil kebun

kelapa menjadi kopra dengan cara diasap. Akibatnya kualitas kopra rendah sehingga

mempengaruhi harga jual kopra yang sangat fluktuatif dan sangat tergantung pada

industri minyak. Dampaknya sangat dirasakan petani pemilik kebun kelapa dan petani

pengolah. Berdasarkan kondisi tersebut, sebagai komoditi unggulan daerah maka

tanaman kelapa harus dikembangkan baik dari sisi on farm di perkebunan atau

diversifikasi horizontal maupun sisi off farm pada pengolahan atau diversifikasi vertikal.

Pendekatan klaster industri adalah salah satu kebijakan dari pemerintah pusat

yakni Kementerian Perindustrian untuk mengembangkan kelapa sebagai komoditi

unggulan dalam rangka meningkatkan daya saing komoditi dan produk turunannya.

Konsep pengembangan diversifikasi vertical dengan pendekatan klaster industri tersebut

akan dikaji dalam paper ini,khususnya tahapan pengembangan dengan pendekatan

klaster industri untuk tanaman kelapa di Provinsi Sulawesi Utara.

Tujuan

Kajian ini bertujuan :

1. Melakukan identifikasi potensi tanaman kelapa dan turunannya

2. Mengkaji pendekatan klaster sebagai upaya pengembangan kelapa sebagai

komoditi unggulan daerah Sulawesi Utara

POTENSI TANAMAN KELAPA DAN TURUNANNYA

Komoditi Kelapa dan Produk Turunan Kelapa

Tanaman kelapa menghasilkan buah kelapa yang dimanfaatkan semua

bagiannya menjadi produk yang bernilai tambah. Daging Buah kelapa biasanya diolah

menjadi kopra, yang merupakan produk semi raw material yang digunakan sebagai

bahan baku industri pengolahan minyak. Gambar 1 menunjukkan gambar kelapa dan

kopra.

Gambar 1. Kelapa dan Kopra

Tanaman kelapa dikenal sebagai pohon yang mempunyai banyak kegunaan,

mulai dari akar sampai daun, untuk digunakan sebagai bahan baku produk non-kuliner,

Page 4: Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Juni, 2013 ...pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/PENGEMBANGAN... · Selain itu tercipta industri baru di daerah. ... Saran/Rekomendasi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013

253

kuliner/makanan, produk industri dan produk obat-obatan. Bagi banyak negara di

dunia,tanaman ini disebut sebagai "Pohon Kehidupan". Daun kelapa dapat

dimanfaatkan untuk membuat sapu lidi, sedangkan dari bunga kelapa dapat disadap

niranya yang kemudian dapat diproses menjadi gula kelapa. Kayu kelapa yang berasal

dari batang pohon kelapa kini banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan disamping

sebagai bahan baku untuk pembuatan furniture. Daging buah kelapanya sendiri sudah

sejak lama dimanfaatkan masyarakat untuk memproduksi santan kelapa yang banyak

dibutuhkan untuk kebutuhan memasak sebagai bumbu dapur. Santan kelapa juga dapat

diproses lebih lanjut menjadi minyak goreng kelapa (klentik) yang memiliki aroma yang

sangat khas. Selain dapat diparut untuk diambil santannya, daging buah kelapa juga

dapat diproses terlebih dahulu menjadi kopra.

Kopra adalah daging buah kelapa yang dikeringkan. Kopra merupakan salah

satu produk turunan kelapa yang sangat penting,karena merupakan bahan baku

pembuatan minyak kelapa dan turunannya. Membuat kopra yang baik diperlukan kelapa

yang telah berumur sekitar 300 hari dan memiliki berat sekitar 3-4 kg.Teknik

pengolahan kopra ada empat macam, yaitu Pengeringan dengan sinar matahari (sun

drying); Pengeringan dengan pengarangan atau pengasapan di atas api (smoke curing or

drying); Pengeringan dengan pemanasan tidak langsung (indirect drying); Pengeringan

menggunakan solar system (tenaga panas matahari). Kopra yang baik, memiliki

kandungan air 6% – 7% agar tidak mudah terserang organisme pengganggu. Kerusakan

yang terjadi pada kopra, umumnya disebabkan oleh serangan bakteri dan serangan

cendawan. Serangan tersebut mudah terjadi jika kadar air dalam kopra tinggi,

kelembaban udara mencapai 80% atau lebih dan suhu atmosfer mencapai 30°C.

Cendawa yang sering menyerang kopra adalah cendawan Rhizopus sp, Aspergillus

niger, dan Penicillium glaucum.

Terdapat 4 kualitas kopra, yang diantaranya adalah highgrade copra dan mixed

copra Kopra sendiri merupakan bahan baku utama untuk pembuatan minyak kopra.

Baik kopra maupun minyak kopra selama ini menjadi komoditi dagang yang banyak

dicari importir dari mancanegara.Di luar negeri kopra umumnya dipergunakan sebagai

bahan dasar bagi industri minyak kopra atau minyak kelapa (coconut oil) dan lemak.

Namun demikian, dalam industri minyak kelapa dan lemak, kualitas kopra sangatlah

menentukan kualitas produk akhir minyak kelapa dan lemak yang dihasilkan.

Diversifikasi usahatani secara vertikal berarti menganekaragamkan produk

usahatani disertai dengan peningkatan mutu dan menghasilkan produk yang

memberikan nilai tambah dan lebih kompetitif. Peluang untuk meningkatkan

pendapatan petani kelapa melalui pelaksanaan diversifikasi vertikal pada dasarnya

sangat terbuka mengingat tersedianya luas areal dan produksi kelapa sebagai bahan

baku industri yang cukup mendukung, serta banyaknya industri dalam negeri yang

masih memerlukan bahan baku, dan teknologi pengolahan yang tersedia. Dengan

demikian komoditi kelapa sebagai bahan baku mempunyai banyak peluang untuk

Page 5: Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Juni, 2013 ...pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/PENGEMBANGAN... · Selain itu tercipta industri baru di daerah. ... Saran/Rekomendasi

Juni, 2013 Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

254

melakukan diversifikasi produk olahannya. Sebagaimana dijelaskan oleh Tarigans

(2005), bahwa pemanfaatan kelapa untuk menghasilkan aneka ragam produk olahan

dapat dilakukan dari bagian-bagian kelapa seperti daging buah, air kelapa, tempurung,

sabut, dan tandan bunga. Bahkan dari batang kelapa telah banyak digunakan sebagai

bahan bangunan dan pembuatan produk rumah tangga (furniture).

1) Daging Kelapa

Daging kelapa dapat diolah menjadi kopra dengan cara mengeringkan

daging kelapa segar dengan dijemur maupun panas buatan ataupun kombinasinya.

Selain itu daging kelapa juga dapat diproses menjadi kelapa parut kering

(desiccated coconut) dan santan pekat yang bernilai ekonomis tinggi. Pengolahan

produk ini pada tingkat petani sukar diadopsi mengingat, modal, peralatan serta

teknologi yang diterapkan dalam proses produksinya sukar dijangkau oleh petani

yang masih memiliki keterbatasan. Selain itu kopra atau daging kelapa segar dapat

diproses menjadi minyak kelapa (crude coconut oil) dan minyak kelapa murni

(virgin coconut oil).

Pengolahan kelapa segar menjadi minyak kelapa murni sangat prospektif

karena produk ini memiliki banyak kegunaan serta harga yang tinggi. Kegiatan

pengolahan produk ini dapat dilakukan pada tingkat petani, tanpa memerlukan

modal serta peralatan yang mahal. Hasil kegiatan pengurangan kemiskinan petani

kelapa yang disponsori oleh COGENT di Indonesia telah membuktikan bahwa

pengolahan daging kelapa segar menjadi minyak kelapa murni mampu

meningkatkan pendapatan dan mengurangi kemiskinan petani kelapa setempat

(Tarigans 2005).

2) Air Kelapa

Air kelapa selain dapat diolah menjadi kecap dan asam cuka, juga dapat

diolah menjadi sari kelapa (nata de coco). Secara kimiawi nata de coco merupakan

selulosa yang mengandung air sekitar 98 persen yang tergolong sebagai makanan

berkalori rendah, sehingga cocok untuk keperluan diet, dengan demikian dapat

dijadikan konsumsi bagi setiap orang. Pengembangan produk ini di tingkat petani

sangat prospektif karena teknologi pengolahannya mudah diadopsi serta

pemasarannya cukup mudah dan harga produknya menguntungkan (Tarigans

2005).

3) Tempurung Kelapa

Tempurung kelapa dapat dijadikan produk kerajinan dan barang-barang

souvenir yang berkualitas dan bernilai ekonomi tinggi. Selain itu, tempurung dapat

pula digunakan sebagai bahan pengisi industri kayu lapis, asbes dan obat nyamuk.

Lebih jauh, tempurung kelapa juga bisa diolah menjadi arang tempurung yang

dapat digunakan sebagai bahan bakar atau dijadikan arang aktif yang memiliki nilai

ekonomi yang lebih tinggi.

Page 6: Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Juni, 2013 ...pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/PENGEMBANGAN... · Selain itu tercipta industri baru di daerah. ... Saran/Rekomendasi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013

255

4) Sabut Kelapa

Sabut kelapa dapat dijadikan kerajinan rumah tangga seperti sapu, karpet,

tambang atau tali. Disamping itu, juga dapat dibuat menjadi sabut kelapa berkaret

(rubberized coir fibre) untuk keperluan jok mobil, kursi, kasur, penyaring udara,

peredam panas dan suara untuk konstruksi bangunan. Produk olahan sabut yang

memiliki ekonomi tinggi di Vietnam terkenal dengan nama geotextile sedang di

Filipina dikenal dengan nama produk ecomat, ecolog dan twine, dipakai untuk

mencegah erosi tanah pada konstruksi jalan bertopografi miring (biodegradable

erosion control products).

5) Tandan Bunga

Salah satu produk yang dapat dihasilkan dalam usahatani kelapa adalah gula

merah melalui penyadapan tandan bunga (inflorescense) dan dilanjutkan

pengolahan nira yang dihasilkan. Pengolahan nira menjadi gula kelapa dapat

dilakukan petani karena cara pengolahannya sangat sederhana serta tidak

memerlukan modal kerja yang besar.

6) Jantung kelapa dan getah

Seperti jenis palma lainnya, jantung dari palma kelapa rasanya lezat.

Jantung kelapa yang bertekstur lembut yang berada dipuncak batang, dikenal juga

dengan palma kubis (Palm cabbage). Palma kelapa menghasilkan salah satu

jantung palma terberat, yang bisa mencapai sampai 12 kg. Getah yang manis, yang

disebut 'toddy' disadap dari batang-batang bunga yang belum terbuka. Untuk

mengumpulkan getahnya, dasar batang dipukul dengan palu dan dibuat lobang atau

celah kecil pada kulit yang menutupi batang-batang bunga. Wadah diletakkan di

bawah celah atau lubang untuk menampung cairan yang keluar. Getah ini dapat

direbus untuk menambah kelezatan gula aren. Gula aren difermentasikan ke dalam

anggur yang mengandung alcohol yang kemudian dapat didestilasi menjadi

minuman keras yang disebut ‘arak’. Anggur kelapa diproduksi sebagai produk

sampingan dari cuka kelapa.

Page 7: Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Juni, 2013 ...pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/PENGEMBANGAN... · Selain itu tercipta industri baru di daerah. ... Saran/Rekomendasi

Juni, 2013 Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

256

Gambar. 2.4. Produk Turunan Kelapa

Sumber : Kemenperin, 2012

Kondisi Eksisting Perkebunan Kelapa di Sulawesi Utara

1) Luas Lahan

Data luasan tanaman kelapa berdasarkan Kabupaten Kota di Provinsi

Sulawesi Utara disajikan pada Gambar 1.

Page 8: Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Juni, 2013 ...pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/PENGEMBANGAN... · Selain itu tercipta industri baru di daerah. ... Saran/Rekomendasi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013

257

Sumber : Dinas Perkebunan Sulut, 2011, diolah

Luasan lahan perkebunan kelapa tersebar di 15 Kabupaten kota di Provinsi

Sulawesi Utara. Luasan terbesar adalah di Kabupaten Minahasa Selatan yang

merupakan sentra perkebunan kelapa di Sulawesi Utara. Berdasarkan data luas

lahan, produktivitas tanaman kelapa di Sulawesi Utara mengalami trend menurun

sebagai akibat dari umur tanaman yang semakin tua. Gambar 2 menyajikan data

produksi kelapa di Sulawesi Utara.

Gambar 2. Produksi Kelapa Provinsi Sulawesi Utara

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara, Data diolah, 2012

Page 9: Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Juni, 2013 ...pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/PENGEMBANGAN... · Selain itu tercipta industri baru di daerah. ... Saran/Rekomendasi

Juni, 2013 Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

258

Sebagai komoditi unggulan daerah dan menguasai luasan lahan dan

produksi komoditi perkebunan, komoditi kelapa tetap dicari karena digunakan

sebagai bahan baku bagi industri pengolahan minyak dan industri berbahan baku

kelapa lainnya. Pengolahan komoditi kelapa tercermin dari beberapa produk

unggulan asal Sulawesi Utara yang menjadi contributor terbesar ekspor daerah.

Data ekspor Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan bahwa 67.75% dari Total

Volume Ekspor merupakan produk kelapa dan turunannya sedangkan 62.67% dari

Nilai Ekspor Sulawesi Utara berasal dari produk kelapa dan turunannya dan

terdapat 15 produk ekspor turunan kelapa dari total 79 Komoditi Ekspor dari

Sulawesi Utara. (DisPerindag, 2010). Data turunan kelapa disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Produk Ekspor Industri Pengolahan Kelapa di SULUT, 2011

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan SULUT, 2011

Data ekspor yang disajikan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa komoditi ekspor

yang memberikan kontribusi terbesar terhadap ekspor Sulawesi Utara adalah

No Produk Volume Ekspor

(kg) Kontribusi

Nilai Ekspor

(US$)

Nilai

ekspor/unit (US$/kg)

Kontribusi

1 coconut charcoal 1,624,230 0.28 875,606 0.54 0.15

2 Coconut choir 30,000 0.01 6,000 0.20 0.00

3 Coconut Fatty Acid Distillate

7,569,857 1.30 5,234,957 0.69 0.89

4 copra 511,820 0.09 5,214,261.30 10.19 0.89

5 coconut fibre 253,000 0.04 63,250 0.25 0.01

6 coconut flooring 3,061 0.00 3,732 1.22 0.00

7 coconut shell 30,000.00 0.01 6,000.00 0.20 0.00

8 coconut wood 31,357.20 0.01 25,633.85 0.82 0.00

9 copra expeller 33,158,380.00 5.71 3,411,371.20 0.10 0.58

10 copra extraction 11,450,000.00 1.97 1,029,600.00 0.09 0.18

11 copra exraction

pellets 42,697,500.00 7.35 4,283,679.00 0.10 0.73

12 copra pellet 5,000,000.00 0.86 550,000.00 0.11 0.09

13 Crude Coconut Oil 164,722,315.00 28.34 222,776,734.06 1.35 37.97

14 Desiccated coconut 10,445,321.02 1.80 11,192,348.79 1.07 1.91

15 RBD coconut Oil 116,148,915.00 19.98 113,080,642.35 0.97 19.27

Page 10: Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Juni, 2013 ...pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/PENGEMBANGAN... · Selain itu tercipta industri baru di daerah. ... Saran/Rekomendasi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013

259

komoditi/produk turunan dari perkebunan, yakni minyak kelapa kasar yang merupakan

produk olahan dari komoditi kelapa dalam yang merupakan komoditi unggulan

Provinsi Sulawesi Utara. Beberapa turunan komoditi kelapa sebagai komoditi ekspor

yakni minyak goreng kelapa, tepung kelapa dan bungkil kopra.

PENDEKATAN KLASTER INDUSTRI

Pengembangan Klaster industri adalah pendekatan topdown dari Kementerian

Perindustrian RI dalam rangka merealisasikan target dalam visi pembangunan industri

nasional seperti yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008

tentang Kebijakan Industri Nasional. Targetnya adalah Mencapai Indonesia sebagai

Negara Industri Tangguh pada tahun 2025 dan memiliki visi antara yakni pada tahun

2020 sebagai industri Maju Baru, sesuai dengan Deklarasi Bogor tahun 1995

(Kemenperind, 2012). Selain pengembangan klaster industri, harus ada sinergi dan

integrasi antara pemerintah pusat dan daerah. Terdapat 35 klaster industri prioritas yang

didesign dari pusat berdasarkan industri unggulan daerah. Pendekatan bottom up juga

dilakukan oleh kementerian perindustrian dengan kompetensi inti industri daerah yang

merupakan keunggulan daerah yang diharapkan akan berdaya saing. Pendekatan

kompetensi inti saling terkait dengan penetapan klaster industri di daerah.

Klaster Industri didefinisikan sebagai Aglomerasi perusahaan yang

membentuk kerjasama strategis dan komplementer serta memiliki hubungan yang

intensif. Perspektif klaster adalah : (1) Penelusuran rantai nilai (value chain); (2) Setiap

perusahaan merupakan bagian inherent dari klaster; (3) Industri inti sebagai gerbong

penghela klaster; (4) Kompetensi inti dan aliansi strategis; dan (5) Membentuk platform

daya saing ke arah keungggulan kompetitif yang berkelanjutan (sustainable competitive

advantage).

Terdapat empat elemen dari klaster yakni : (1) Aglomerasi perusahaan (cluster);

(2) Nilai Tambah (value added) dan Mata Rantai Nilai (value chain); (3) Jaringan

Pemasok; dan (4) Infrastruktur Ekonomi. Elemen Aglomerasi perusahaan adalah

terjadinya pengelompokan dan kerjasama dimana kelompok memiliki visi yang sama,

kesamaan kepentingan dan saling percaya serta terdapat pertimbangan tekno-ekonomi

seperti memiliki skala ekonomi, produktivitas, dan biaya. Elemen Nilai Tambah dalam

klaster dapat diformulasikan sebagai berikut :

NT = Nilai Output – Nilai Input

NT = Labour Contribution (LC) + Capital Contribution (CC)

Elemen Mata Rantai Nilai didefinisikan menurut Porter, 1988 adalah hubungan

nilai faktor (modal, tenaga kerja, lahan, entrepreneurship) dari perusahaan produktif

dalam perekonomian yang bersangkutan dan lebih didasarkan pada inovasi dan

diferensiasi strategis. Sedangkan Wirabrata, 2000 menyatakan bahwa mata rantai nilai

merupakan Integrasi penuh dari kegiatan sepanjang rantai nilai yang akan melibatkan

kegiatan litbang, rancangan awal produksi, kegiatan perbaikan, persiapan prototipe,

Page 11: Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Juni, 2013 ...pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/PENGEMBANGAN... · Selain itu tercipta industri baru di daerah. ... Saran/Rekomendasi

Juni, 2013 Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

260

rancangan proses, pengadaan komponen dan material, sub-rakitan, rakitan akhir,

jaminan mutu, distribusi dan pemasaran. Elemen Jaring Pemasok dalam klaster sebagai

elemen kritis dalam pembentukan klaster yang memiliki konsentrasi dalam kompetensi

diri, memiliki mutu dengan standar internasional, sebagai Mitra kerja dan sebagai

pemasok (Porter, 1998). Elemen Infrastruktur ekonomi dalam klaster terdiri dari

Infrastruktur perangkat keras dan perangkat lunak yang berfungsi sebagai katalis

pertumbuhan suatu klaster, serta bersifat dinamis, solid dan sensitive.

Untuk konsep pengembangan klaster industri, terdapat tiga pendekatan yakni :

(1) Keterkaitan internasional (MNC driven); (2) Sumber daya (Resources driven); dan

(3) Kebijakan khusus (policy driven). Martani, 1997 menyatakan bahwa pengembangan

klaster industri dapat dilakukan dengan melakukan aliansi strategis. Program aliansi

yang dapat dilakukan adalah mensinergikan masing-masing kekuatan (kompetensi inti),

mempercepat sistem operasi, melakukan transfer teknologi; memperluas pasar dan

memanfaatkan akses informasi melalui teknologi untuk mendapatkan pasar (konsep

market intelegence).

Pengembangan klaster industri dapat dilakukan dengan konsep Kompetensi Inti,

yang menurut Prahalad dan Kotler, 2008 adalah Kumpulan ketrampilan dan teknologi,

Aset yang memiliki keunikan tinggi, Hasil collective learning, Sumber keunggulan

bersama, dan sulit ditiru, dengan aplikasi yang luas (flexible specialization). Klaster

yang tumbuh dengan baik, bila klaster memiliki tujuan yang jelas dan visioner. Karena

itu, pembentukan klaster industri harus dengan pendekatan manajemen strategi. Yang

terutama, klaster harus memiliki visi. Klaster dengan visinya, harus dirumuskan

bersama oleh seluruh pemangku kepentingan (stakeholder).

Siklus kluster industri adalah terbentuknya Klaster yang dinamis atau kuat yang

diimbangi dengan tersedianya infrastruktur ekonomi yang kuat dan sensitive. Terdapat

Investasi baru dan menyerap tenaga kerja serta sebagai Mitra usaha baru dan teknologi

baru. Kemitraan pemerintah dan swasta merupakan kolaborasi dalam rangka

memperkuat klaster industri. Terdapat beberapa strategi melakukan kolaborasi dengan

pemerintah dan swasta yakni: (1) Pemerintah sebagai unsur pendukung; (2) terdapat

harmonisasi pembangunan sektoral dan spatial; (3) Swasta sebagai pelaku utama; dan

(4) terbentuk Kemitraan (partnership) antara pemerintah dan swasta yang harmonis.

Berdasarkan 4 pendekatan tersebut, diharapkan kolaborasi akan terbentuk untuk

mengkselerasi klaster industri di daerah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan klaster industri adalah : (1)

Peran serta aktif seluruh stakeholder; (2) Fokus permasalahan benar-benar

teridentifikasi; (3) memiliki Data yang relevan; (4) terdapat Keterbukaan antar

pemangkukepentingan dalam klaster; (5) Adanya Kemauan untuk belajar dan

meningkatkan pengetahuan serta teknologi; dan (5) Memiliki Kemampuan menyusun

rencana aksi. Intensitas yang tercipta dalam klaster, akan menggerakkan semua

stakeholder klaster, sehingga bergeraknya champion industri dalam klaster, akan

Page 12: Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Juni, 2013 ...pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/PENGEMBANGAN... · Selain itu tercipta industri baru di daerah. ... Saran/Rekomendasi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013

261

menggerakkan seluruh anggota klaster dan memberi dampak ekonomi terhadap anggota

klaster. Semua stakeholder akan tumbuh bersama, dengan rasa saling memiliki, saling

terkait dan saling membutuhkan. Perkembangan dalam klaster akan menjadi

perkembangan pada jaring pemasok dan dalam proses spill off terhadap terciptanya

industri baru dalam klaster.

Upaya Pengembangan Kelapa dengan Pendekatan Klaster Industri Di Sulawesi

Utara

Pengembangan Klaster Industri di Provinsi Sulawesi Utara berdasarkan

komoditi unggulan daerah adalah Klaster Industri Kelapa yang masuk dalam

pengembangan klaster industri prioritas khususnya dalam kategori Industri Agro.

Terdapat 12 klaster unggulan pada industri agro yakni (1) industri pengolahan kelapa

sawit; (2) industri karet dan barang karet; (3) Industri Kakao; (4) industri pengolahan

kelapa; (5) industri pengolahan kopi; (6) industri gula; (7) industri hasil tembakau; (8)

industri pengolahan buah; (9) industri furniture; (10) industri pengolahan ikan; (11)

industri kertas; (12) industri pengolahan susu.

Maksud dan tujuan pembentukan dan pengembangan klaster kelapa adalah: (1)

aglomerasi perusahaan yang membentuk kerjasama yang strategis, komplementer

serta memiliki hubungan yang intensif; (2) fasilitasi kerjasama strategis antar

stakeholder kelapa di Sulawesi Utara dengan daerah lain di Indonesia dan luar negeri;

(3) meningkatkan kesejahteraan daerah khususnya kesejahteraan masyarakat dengan

terjadinya perubahan teknologi yang mengglobal, penyerapan tenaga kerja serta

peningkatan kualitas sumberdaya manusia (peningkatan produktivitas) yang selanjutnya

berdampak terhadap perekonomian nasional dan internasional.

Sasaran dan target pembentukan dan pengembangan klaster kelapa di Provinsi

Sulawesi Utara adalah : (1) meningkatnya produksi Crude Coconut Oil, Virgin Coconut

Oil, Desicated coconut, Karbon Aktif, coir fibre dan beragam turunan kelapa lainnya;

(2) merubah kopra asap tradisional menjadi kopra putih sebagai bahan baku

cocochemicals dan specialty product; (3) meningkatnya ekspor produk turunan kelapa;

(4) memfasilitasi meningkatnya suply bahan baku kelapa; (5) menggerakkan semua

sektor terkait pengembangan produk kelapa (industri terkait/related industries dan

indusri penunjang/supporting industries.)

Tahapan yang dilakukan dalam rangka pengembangan klaster kelapa di

Sulawesi Utara adalah tahapan diagnosis, tahapan sosialisasi, tahapan kolaborasi dan

tahapan implementasi. Tahapan diagnosis dilakukan dengan melakukan beberapa

kegiatan yakni: (1) kajian terkait trend industri produk berbahan baku kelapa di dunia

dari sisi produksi, konsumsi dan prospek; (2) melakukan analisis permintaan dan

penawaran produk berbahan aku kelapa; (3) menganalisis makro ekonomi khususnya

pertumbuhan peragangan, tarif dan non tarif; (4) melakukan analisis daya saing; (5)

menganalisis strategi pengembangan klaster kelapa; (6) mengkaji kelembagaan dalam

Page 13: Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Juni, 2013 ...pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/PENGEMBANGAN... · Selain itu tercipta industri baru di daerah. ... Saran/Rekomendasi

Juni, 2013 Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

262

klaster kelapa. Berdasarkan hasil kajian dalam tahapan diagnosis, dilanjutkan dengan

tahapan sosialisasi.

Tahapan sosialisasi dilakukan dengan melaksanakan Focus Group Discussion

(FGD) yang terdiri dari pemerintah daerah instansi terkait yakni Dinas Perkebunan,

Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UKM, Instansi Perbankan

dan Lembaga Keuangan Non Bank lainnya, Dewan Perwakilan Rakyat Komisi terkait,

Akademisi Perkelapaan, Pabrikan dan Asosiasi Petani serta Asosiasi Pengolahan Hasil

Kelapa.

Sosialisasi dilakukan dengan FGD ini bertujuan memperkenalkan program

Klaster Kelapa serta mendapatkan masukkan dari semua pemangku-kepentingan

perkelapaan di Sulawesi Utara. Selain dilakukan sosialisasi, dilakukan juga peninjauan

lapang di daerah sentra kelapa. Hasil kegiatan sosialisasi tersebut direkomendasikan

dalam Kesepakatan Bersama semua pemangku-kepentingan yang dalam tahapan klaster

selanjutnya disebut Tahapan Kolaborasi.

Penyatuan persepsi untuk meningkatkan hubungan yang intensif antara petani

dan pabrikan serta ditunjang oleh pemerintah, DPR dan instansi lainnya merupakan

Tahapan kolaborasi. Tahapan ini bertujuan untuk memperkuat program klaster industri

kelapa. Tahapan Kolaborasi sebagai apresiasi komitmen pemangku-kepentingan

tersebut merupakan hubungan kerjasama strategis dalam rangka aglomerasi industri

berbahan baku kelapa di Sulawesi Utara. Di tingkat petani, program perubahan

teknologi dan diversifikasi produk telah siap diimplementasikan dan didukung oleh niat

baik pemerintah dan akademisi mentransfer teknologi dan menyiapkan sarana

pemasaran hasil.

Tahapan implementasi telah mendapat dukungan dari pihak perbankan dan

pemasaran hasil dilakukan sebagai bentuk kerjasama dan komitmen dari industri

champion dalam program pilot project ini yakni Pabrik Multi Nabati Sulawesi. Tahapan

implementasi yang sementara dirampungkan pelaksanaannya diharapkan dapat merubah

teknologi dan meningkatkan pendapatan ditingkat petani serta tercipta spin of industri di

daerah sehingga sasaran bangun industri Indonesia dapat terealisasi.

Page 14: Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Juni, 2013 ...pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/PENGEMBANGAN... · Selain itu tercipta industri baru di daerah. ... Saran/Rekomendasi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013

263

Kebijakan

Pemerintah

JalanPelabuhan

Bitung

Telp

UNSRAT

BARISTAN

UNIMA

Ind

Mesin

Pengolah

Kelapa

BAPEDA

/kab/kta

prov

DIS

LLAJR

DIS

PERINDAG

KOPRA

Bahan

Penolong

Bank

Kemasan

(botol)

Inti

Jaringan Pemasok

Institusi Pendukung

Infrastruktur Ekonomi

Lemb

Pembiayaan

CHAMPIONPT. Multi

NABATI

SULAWSI

(MNS)

Bimoli

Airport

Sam Ratulangi

BALITKA

BPTP

KELAPA

Listrik

Air Bersih

Tepung

Kelapa

VCO

PelabuhanAmurang

Arang

Tempurung

Sabut

AMR

Cargil

Gambar 4.3. Kolaborasi Stakeholder Klaster Industri Kelapa

Sumber : Klaster Industri Kelapa Sulut, 2011

Jaring pemasok dalam klaster industri, bukan hanya dengan petani tapi juga

dengan lembaga keuangan bank dan non perbankan yang dapat membantu petani dan

perusahan untuk meningkatkan produksi. Industri inti juga akan bekerjasama dengan

institusi pendukung seperti dengan lembaga riset dan akademisi. Tujuannya adalah agar

tercipta hubungan akademis terhadap kajian-kajian dari permasalahan yang terjadi

dilapang. Ataupun dapat berfungsi bila akan dilakukan pebingkatan produksi atau

pemanfaatan teknologi baru yang harus diperkenalkan kepada jarring pemasok. Dengan

demikian semuanya akan teratur dan dapat dihitung secara kuantitatif dan dinilai baik

secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Demikian juga kaitan dengan infrastruktur

ekonomi, akan sangat membantu dalam efisiensi dan efektivitas jalannya klaster industri

kelapa baik dalam mengakselerasi target peningkatan produksi di jaring pemasok,

maupun industri inti, dan industri terkait. Dengan tersedianya infrastruktur ekonomi,

akan memudahkan setiap stakeholder untuk melakukan pemantapan usaha berdasarkan

tugas dalam fungsi klaster industri kelapa. Tahapan kolaborasi ini membutuhkan

komitmen yang kuat antar stakeholder. Dengan komitmen yang menunjukkan ada rasa

saling percaya untuk bisa bekerjasama dalam kontinuitas usaha produksi, maka upaya

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan anggota klaster industri kelapa akan dapat

terlaksana.

Tahapan Implementasi Klaster Industri Kelapa merupakan tahapan terakhir

dalam pendekatan klaster industri. Tahap ini merupakan tahap yang menentukan

Page 15: Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Juni, 2013 ...pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/PENGEMBANGAN... · Selain itu tercipta industri baru di daerah. ... Saran/Rekomendasi

Juni, 2013 Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

264

keberhasilan klaster industri. Komitmen yang telah dibangun dalam tahapan kolaborasi

akan diimplementasikan oleh masing-masing stakeholder. Dengan melakukan

implemnetasi sesuai komitmen maka harapan untuk maju secara bersama-sama semua

elemen klaster, akan dapat terealisasi. Semua stakeholder harus merasakan bersama,

keuntungan yang diperoleh pabrikan dengan tidak menekan harga bahan baku yang

disiapkan oleh jaring pemasok. Demikian juga dengan industri pendukung dan institusi

terkait, secara bersama akan turut berkembang seiring dengan terus berkembangnya

industri inti yang dipilih sebagai gerbong penghela dalam sistem klaster industri. Bila

implementasi dilakukan dengan baik dan berkomitmen, spin off dari klaster akan

terbentuk dengan cepat, yakni tumbuhnya industri-industri baru yang berkembang

seiring dengan berkembangnya klaster. Kondisi ini akan terus berlangsung, sehingga

tujuan untuk industrialisasi dengan nilai tambah dan hilirisasi dengan berdaya saing

akan terealisasi. Disatu pihak, permintaan terhadap komoditi kelapa akan terus

meningkat, seiring dengan meningkatnya permintaan produk turunan kelapa dan

majunya industry pengolahan berbahan baku kelapa.

Strategi Pengembangan Kelapa dengan pendekatan Klaster Industri di Sulawesi

Utara dilakukan dalam jangka pendek dan menengah adalah : (1) Pada tingkat hulu (up

stream), pengembangan usaha pembibitan kelapa bersertifikat untuk kualitas bibit; (2)

Pada tingkat On farm dilakukan diversifikasi horizontal dengan tanaman sela, dan mulai

melakukan peremajaan kelapa sehingga menghasilkan produktivitas tinggi; (3) Pada

tingkat hilir (Off farm), diharapkan dapat menghasilkan diversifikasi tanaman kelapa di

tingkat petani dan pakopraan (zero waste) dan tercipta spin off industri baru penunjang

klaster; dan (4) Secara Institusi dapat Membentuk platform jaringan kemitraan pelaku

on farm, off farm, konsumen dan Membangun kerjasama dalam APCC (Asian and

Pacific Coconut Community) serta Regional Asean dan Sub-Regional seperti BIMP-

EAGA sebagai partner dalam pemasaran. Dalam jangka panjang, Strategi

Pengembangan kelapa dengan pendekatan Klaster Industri adalah : (1) Menghadirkan

Investasi industri Coco Chemicals yang memanfaatkan bahan baku (volume dan

kualitas) yang berskala ekonomi (Sabun herbal, shampo, kosmetik, gliserin, dll); (2)

Membangun global supply chain specialties product (a.l makanan bayi dan makanan

khusus lainnya); (3) Klaster Industri yang terus berkembangdan perkebunan kelapa

yang terus meningat produktivitasnya karena telah diremajakan dan dilakukan

diversifikasi horizontal dengan tanaman pangan dan peternakan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1) Kondisi perkelapaan di Sulawesi Utara dari sisi produksi menunjukkan

peningkatan walaupun tingkat produktivitas menurun, namun produk turunan

kelapa masih memberikan kontribusi terbesar sebagai komoditi ekspor.

Page 16: Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Juni, 2013 ...pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/PENGEMBANGAN... · Selain itu tercipta industri baru di daerah. ... Saran/Rekomendasi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013

265

2) Pengembangan Kelapa dengan klaster industri dapat meningkatkan

perekonomian daerah dan daya saing komoditi serta produk turunan, juga

mengakselerasi peningkatan produktivitas usahatani kelapa baik dengan

diversifikasi vertical maupun diversifikasi horizontal. Selain itu tercipta industri

baru di daerah.

Saran/Rekomendasi

1) Upaya peremajaan perkebunan kelapa terus ditingkatkan agar meningkatkan

produksi dan produktivitas perkebunan kelapa dan terus melakukan diversifikasi

dengan konsep zero waste untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produk

turunan kelapa sebagai komoditi ekspor dan domestik.

2) Harus meningkatkan Sinergitas dan Intensitas stakeholder klaster, agar supaya

dapat mengakselerasi semua anggota klaster untuk tumbuh bersama dalam

industri berbahan baku kelapa sehingga akan meningkatkan daya saing industri

kelapa

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, R. 2008. Pengembangan Wilayah : Konsep dan Teori. Penerbit Graha

Ilmu. Yogyakarta

Anonimous. 2012. Kebijakan Industri Nasional. www. Kemenperin.go.id/artikel

19/Kebijakan Industri Nasional

Handoko. 2000. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi I. BPFE.

Yogyakarta.

Kuncoro M., 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan,

Strategi dan Peluang. Penerbit Erlangga. Jakarta

Sumohardjo, T., 2008. Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Melalui Pengembangan

Daya Saing Berbasis Potensi daerah. Penerbit Fokusmedia.