Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi perikanan laut Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat dan berkembang. Disamping kekayaan ikan di kawasan Indonesia yang berlimpah serta usaha untuk meningkatkan hasil tangkapnya yang terus menerus dilaksanakan, ternyata baru mencapai nilai 35% saja yang dapat di capai (Ditjen Perikanan, 2007). Dari data yang dapat dikumpulkan, setiap musim masih terdapat antara 25 - 30% hasil tangkapan ikan laut yang akhirnya harus menjadi ikan sisa atau ikan buangan yang disebabkan karena berbagai hal, diantaranya : 1. Keterbatasan pengetahuan dan sarana para nelayan didalam cara pengolahan ikan. Misalnya, hasil tangkapan tersebut masih terbatas sebagai produk untuk dipasarkan langsung (ikan segar), atau diolah menjadi ikan asin, pindang, terasi serta hasil-hasil olahannya. 2. Tertangkapnya jenis-jenis ikan lain yang kurang berharga ataupun sama sekali belum mempunyai nilai dipasaran, yang akibatnya ikan tersebut harus dibuang kembali (Ditjen Perikanan, 2007).
39

Seminar Makalah Pemanfatan Limbah

Dec 07, 2015

Download

Documents

Hadri Djon

pemanfaatan limbah hasil perikanan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Seminar Makalah Pemanfatan Limbah

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Produksi perikanan laut Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat dan

berkembang. Disamping kekayaan ikan di kawasan Indonesia yang berlimpah serta

usaha untuk meningkatkan hasil tangkapnya yang terus menerus dilaksanakan,

ternyata baru mencapai nilai 35% saja yang dapat di capai (Ditjen Perikanan, 2007).

Dari data yang dapat dikumpulkan, setiap musim masih terdapat antara 25 - 30%

hasil tangkapan ikan laut yang akhirnya harus menjadi ikan sisa atau ikan buangan

yang disebabkan karena berbagai hal, diantaranya :

1. Keterbatasan pengetahuan dan sarana para nelayan didalam cara pengolahan

ikan. Misalnya, hasil tangkapan tersebut masih terbatas sebagai produk untuk

dipasarkan langsung (ikan segar), atau diolah menjadi ikan asin, pindang,

terasi serta hasil-hasil olahannya.

2. Tertangkapnya jenis-jenis ikan lain yang kurang berharga ataupun sama

sekali belum mempunyai nilai dipasaran, yang akibatnya ikan tersebut harus

dibuang kembali (Ditjen Perikanan, 2007).

Ikan merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable food). Karenanya

begitu ikan tertangkap, maka proses pengolahan dalam bentuk pengawetan dan

pengolahan harus segera dilakukan. Selama pengolahan ikan, masih banyak bagian-

bagian dari ikan, baik kepala, ekor maupun bagian-bagian yang tidak termanfaatkan

akan dibuang. Tidak mengherankan kalau sisa ikan dalam bentuk buangan dan

bentuk-bentuk lainnya berjumlah cukup banyak, apalagi kalau ditambah dengan

jenis-jenis ikan lainnya yang tertangkap tetapi tidak mempunyai nilai ekonomi dan

hanya menjadi tumpukan limbah (Resmawati, 2012).

Limbah perikanan yang dihasilkan dari kepala, ekor, dan jenis ikan yang tidak

dimanfaatkan lagi ternyata masih mengandung unsur mikro yang terdiri dari protein

dan lemak, yang dapat terurai menghasilkan nitrat dan amonia yang cukup tinggi,

Page 2: Seminar Makalah Pemanfatan Limbah

sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk organik cair (Setiyawan,

2010).

Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk organik yang biasanya

terbuat dari limbah hasil perikanan. Pupuk ini dibuat dengan cara menghancurkan

limbah perikanan dan sisa – sisa olahan ikan, kemudian diproses lebih lanjut dalam

bentuk cair dengan kandungan nitrogen 5 – 9%, fosfor 2 – 4%, dan kalium 2 – 7%

(Sujatmaka, 1989).

Pupuk organik cair dari bahan baku ikan dilaporkan (Gundoyo, 2003) dapat

menurunkan serangan patogen Macrophomina phaseolina, Rhizoctonia solani dan

Fusarium spp, pada tanaman kacang panjang. Sedangkan menurut (Lingga P, 2005),

pupuk organik cair dari bahan baku ikan dapat menginduksi Actynomicetes spp dan

Rhizobacteria spp yang berperan dalam menghasilkan hormon, yang tumbuh

disekitar perakaran tanaman.

Berdasarkan latar belakang, penyusun membuat kajian pustaka tentang

pembuatan pupuk cair dari limbah ikan dan bagaimana keunggulannya.

1.2 Tujuan.

Tujuan dari penyusun makalah ini yaitu, untuk mengetahui cara pembuatan

pupuk cair dengan memanfaatkan limbah hasil perikanan.

1.3 Manfaat

Manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu:

1. Menambah kecakapan penyusun dalam menyusun sebuah karya ilmiah.

2. Memberikan wawasan kepada para pembaca tentang cara pembuatan pupuk

organik cair dengan memanfaatkan limbah hasil perikanan.

3. Memberikan alternatif lain dalam penggunaan dan kebutuhan pupuk organik

yang ramah lingkungan.

Page 3: Seminar Makalah Pemanfatan Limbah

BAB IILIMBAH HASIL PERIKANAN

2.1 Pengertian Limbah Hasil Perikanan

Limbah hasil perikanan adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat

dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai

ekonomis, yang ketika mencapai jumlah atau kosentrasi tertentu, dapat menimbulkan

dampak negatif bagi lingkungan (Gintings, 1992). Sedangkan menurut (Setiyawan

2010). Limbah merupakan hasil sisa produk utama dari suatu proses yang berasal dari

bahan dasar atau bahan bantu proses tersebut. Lebih lanjut (Setiyawan 2010).

Menyatakan limbah juga dapat diartikan sebagai buangan yang kehadirannya pada

suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki

nilai ekonomis.

Limbah yang dihasilakan dari kegiatan perikanan masih cukup tinggi, yaitu

sekitar 20 – 30% dari produksi ikan yang telah mencapai 6.5 juta ton pertahun. Hal

ini berarti sekitar 2 juta ton terbuang sebagai limbah. Limbah yang dihasilkan dari

kegiatan perikanan adalah berupa : 1) ikan rucah yang bernilai ekonomis rendah

sehingga belum banyak dimanfaatkan sebagai pangan; 2) bagian daging ikan yang

tidak dimanfaatkan dari rumah makan, rumah tangga, industri pengalengan, atau

industri pemfiletan; 3) ikan yang tidak terserap oleh pasar, terutama pada musim

produksi ikan melimpah; dan 4) kesalahan penaganan dan pengolahan (Ditjen

Perikanan, 2007).

2.2 Jenis-jenis Limbah Hasil Perikanan

Usaha perikanan selain menghasilkan nilai ekonomis yang tinggi, tetapi juga

ikut berperan dalam menghasilkan limbah. Limbah yang dominan dari usaha

perikanan adalah limbah dan cemaran yang berupa limbah cair yang membusuk

sehingga menghasilkan bau amis/busuk yang sangat menganggu estetika lingkungan

(Ditjen Perikanan, 2007), sedangkan menurut (Dewantoro, 2003). Limbah yang

Page 4: Seminar Makalah Pemanfatan Limbah

dihasilkan dari industri pengolahan hasil perikanan umumnya dapat di golongkan

menjadi 3 kelompok yaitu:

a. Limbah padat: limbah padat basah dan limbah padat kering

b. Limbah cair

c. Limbah hasil samping

Limbah Padat. Limbah padat bersifat basah dan dihasilkan oleh usaha perikanan

berupa potongan-potongan ikan yang tidak dimanfaatkan. Limbah ini berasal dari

proses pembersihan ikan sekaligus mengeluarkan isi perutnya yang berupa jerohan

dan gumpalan-gumpalan darah. Selain itu, limbah ini juga berasal dari proses

cleaning, yaitu membuang kepala, ekor, kulit, dan bagian tubuh ikan yang lain,

seperti sisik dan insang (Setiyawan, 2010). Karena proses ini melibatkan banyak

aktifitas yang lain, maka juga dihasilkan limbah padat yang kering berupa

sisa/potongan karton kemasan, plastik, kertas, kaleng, tali pengemas, label kemasan

dan potongan sterofoam, dan sebagainya. Kondisi limbah padat kering ini dapat

dalam keadaan bersih (belum terkontaminasi oleh bahan lain) maupun sudah dalam

keadaan terkontaminasi oleh bahan lain seperti ikan/udang, bahan pencuci produk,

darah, dan lendir ikan (Dwicaksono et al. 2013).

Menurut Dewantoro,(2003). Komposisi limbah padat usaha perikanan terdiri

dari: (1) Daging merah sebanyak 25%, (2) Bone (kepala, duri, ekor) sebanyak 55%,

(3) Isi perut (jerohan dan darah) sebanyak 15% dan (4) Karton, plastik, dan lain-lain

sebanyak 5%.

Limbah berupa daging merah, bone (kepala, duri, ekor), isi perut, dan karton

atau plastik tersebut akan menimbulkan masalah yang serius terhadap lingkungan

apabila tidak dikelola dengan baik. Permasalahan yang mungkin timbul adalah

adanya bau amis dari potongan ikan yang disertai bau busuk karena proses

pembusukan sehingga mengundang datangnya berbagai vector penyakit diantaranya

lalat dan tikus (Fitria, 2008).

Page 5: Seminar Makalah Pemanfatan Limbah

Limbah Cair. Limbah cair dari hasil perikanan dapat berupa sisa cucian ikan/udang ,

darah dan lendir ikan, yang banyak mengandung minyak ikan sehingga menimbulkan

bau amis yang menyengat. Limbah cair ini merupakan limbah yang dominan dari

usaha perikanan karena selama proses, membutuhkan air dalam jumlah yang cukup

banyak. Limbah cair juga berasal dari sanitasi dan toilet pada lokasi usaha tersebut

(Gintings, 1992). Sedangkan menurut (Dewantoro, 2003). Limbah cair adalah segala

limbah yang wujudnya cairan, berupa air beserta bahan-bahan buangan lain yang

tercampur (suspensi) maupun terlarut dalam air. Limbah cair terbagi 4 yaitu :

1. Limbah cair dosmetik (Domestic wasteawater), dari rumah tangga, bangunan,

perdagangan, dan perkantoran. Contohnya : air detergen, air sabun, dan air tinja.

2. Limbah cair industri (Industrial wastewater), yaitu limbah cair hasil buangan

industri. Contoh air sisa cucian daging, buah, sayur industri pengolahan, dan dari

sisa pewarna kain atau industri tekstil.

3. Rembesan atau luapan (Infiltration and inflow), yaitu limbah cair berasal dari

berbagai sumber yang memasuki saluran pembuangan limbah cair melalui

rembesan kedalam tanah atau melalui luapan dari permukaan melalui pipa yang

bocor, pecah, dan rusak. Sedangkan luapan dapat masuk melalui bagian saluran

yang membuka atau terhubung ke permukaan. Contoh, air buagan dari talang,

pendingin (AC), tempat parker, halaman, bangunan perdagangan, industri, serta

pertanian/perkebunan.

4. Air hujan (strom water). Air hujan dapat membawa partikel-partikel buagan padat

atau cair.

Limbah Hasil Samping. Limbah hasil samping merupakan sisa produksi yang masih

dapat dipergunakan untuk keperluan produksi yang lain diantaranya adalah potongan

daging dalam merapaikan fillet (biasa disebut dengan kegiatan trimming), potongan

tubuh yang telah diambil dagingnya untuk fillet, atau daging merah (read meat) dari

seleksi daging ikan tuna yang akan dikalengkan (Dewantoro, 2003).

Fitria (2008), menyatakan yang termasuk sebagai limbah hasil samping adalah

jenis-jenis ikan yang tertangkap namun tidak/kurang ekonomis untuk diolah lebih

Page 6: Seminar Makalah Pemanfatan Limbah

lanjut, sehingga kemudian dibuang. Limbah ini seperti biasanya didapatkan dalam

operasi penangkapan ikan dengan menggunakan pukat udang (trawl). Dalam

perkembangannya, karena alasan ekonomis dan kesejahteraan awak kapal, limbah

hasil samping ini dibekukan dan dijual kepada pedagang ikan ketika kapal mendarat

dipelabuhan. Namun sampai akhir tahun 2003, masih di jumpai perusahaan

penangkapan dikawasan Papua dan Maluku yang tidak mengizinkan awak kapalnya

mengumpulkan dan membawa ikan hasil samping ini. Alasanya adalah untuk

menghindari beban pendinginan yang terlalu besar pada ruangan pendingin (cool

storage) kapal. Konsekuensinya, awak kapal akan membuang begitu saja ikan-ikan

yang sudah tertangkap tersebut,(dan sudah dalam keadaan mati) ke laut (Dewantoro,

2003).

Proses masuknya limbah ini, terutama limbah cair (limbah padat dianggap

telah dipisahkan oleh pengelola), baik sebagai produk sampingan (by product)

maupun tersaring dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dari industri

pengolahan hasil perikanan ke laut, baik perusahaan maupun home industri, yang ada

di Indonesia, pada umumnya dialirkan dari pabrik langsung menuju pantai atau

melalui suatu outfall. Outfall yang digunakan, bisa berupa pipa pembuangan yang

pipanya terlihat diatas permukaan air laut, maupun melalui saluran pipa yang ditanam

dibawah permukaan air (masyarakat biasanya menyebutnya dengan istilah pipa

siluman), sehingga tidak terlihat secara langsung (Dwicaksono et al. 2013).

Sementara ada juga limbah yang langsung dibuang/dialirkan ke laut tanpa

IPAL terlebih dahulu maupun pipa outfall. Cara ini biasa diterapkan oleh pengolahan

tradisional yang dilaksanakan di rumah-rumah yang berlokasi dipinggir pantai,

ataupun diatas permukaan air laut (rumah panggung) (Setiyawan, 2010).

2.3 Sifat Limbah Cair Pada Hasil Perikanan

Limbah industri pengolahan perikanan umumnya mengandung cairan darah,

lendir ikan, potongan-potongan kecil daging ikan, sisik, kulit, isi perut, dan air

pendingin dari kondensor atau paling tidak telah terkontaminasi oleh bahan-bahan

tersebut (Jenny dan Rahayu, 1993).

Page 7: Seminar Makalah Pemanfatan Limbah

Fitria (2008), menyatakan bahwa limbah industri pangan mengandung

sejumlah besar karbonhidrat, protein, lemak, garam-garam mineral, sisa-sisa bahan

kimia yang di gunakan dalam proses produksi pada saat memanfaatkan limbah

industri perikanan tersebut. Lebih lanjut Fitria (2008), menyatakan bahwa Limbah ini

memiliki karakteristik yang didominasi oleh kandungan darah, lendir, potongan

bagian tubuh ikan/udang yang diolah, dengan mengandung protein, karbohidrat, dan

lemak. Sementara itu, air sisa olahan yang terikut dalam air limbah juga mengandung

garam, deterjen, dan klorin yang terikut pada waktu pencucian, disamping bahan

bahan padatan seperti potongan bagian tubuh ikan/udang yang diolah. Dengan

komposisi tersebut, setiap limbah industri pengolahan hasil perikanan mempunyai

sifat fisik,kimia, dan biologis yang berbeda.

2.3.1. Sifat Fisik

Sifat fisik yang penting dari limbah cair adalah kandungan zat padat,

kejernihan, bau, warna, dan suhu. Empat sifat pertama disebabkan oleh tiga penyebab

utama, yaitu zat yang terlarut, zat yang tercampur, dan zat yang mengedap. Dengan

mengetahui besarnya kecilnya partikel yang terkandung dalam air limbah, akan

memudahakan dalam pengolahan limbah tersebut, terutama dalam penyaringan dan

pengendapanya. Semakin kecil ukaran partikel dalam air limbah tersebut, semakin

sulit penyaringan dan pengedapanya, dan semakin tinggi biaya yang diperlukan. Zat

padat yang mengedap adalah zat yang akan mengedap pada kondisi diam selama

kurang lebih 1 jam akibat gaya beratnya sendiri (Sugiharto, 1987).

2.3.2. Sifat Kimia

Kandungan kimia dalam air limbah dapat merugikan lingkungan melalui

berbagai cara, baik karena aktivitas kimiawi maupun sifat asli bahannya yang

beracun/mengandung racun. Menurut (Dewantoro, 2003), bahan kimia penting yang

terlarut dalam air limbah dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Bahan Organik. Bahan organik biasanya disusun dari komponen karbon (C),

hydrogen (H), dan oksigen (O2) bersama-bersama dengan nitrogen (N).

Seringkali juga di temukan adanya fosfor (P), beleranag (S), dan besi (Fe)

Page 8: Seminar Makalah Pemanfatan Limbah

(Sugiharto, 1987). Sedangkan menurut (Jenny dan Rahayu, 1993), dalam

bahan organik yang terkandung dalam air limbah biasanya mengadung protein

40-60%, karbohidrat 25-50%, dan lemak/minyak 10%.

b. Protein. Protein merupakan kandungan utama dalam produk perikanan yang

diinginkan manusia ketika mengkomsumsi ikan. Dengan demikian, air limbah

yang di hasilkan dari industri pengolahan hasil perikanan dipastikan

mengandung protein. Karena struktur kimianya yang sangat kompleks dan

tidak stabil, protein akan berubah menjadi senyawa lain dalam proses

dekomposisi dalam air limbah. Protein merupakan sumber utama penyebab

bau pada air limbah industri perikanan karena adannya proses pembusukan

dan penguraian dalam air limbah (Fauziah. 2012).

c. Karbohidrat. Keberadaan karbohidrat dalam limbah cair dari industri hasil

perikanan sering kali tidak signifikan. Hal ini disebabkan karena kandungan

karbohidrat yang sangat rendah dalam tubuh ikan/udang dan produk lainnya.

Karbohidrat dalam air limbah biasanya berasal dari sisa bahan tambahan yang

digunakan dalam proses produksi, seperti tepung tapioka, terigu, dan bahan

lain yang mengandung karbohidrat (Nugroho, 2012).

d. Lemak. Lemak merupakan kandungan penting dalam daging ikan setelah

protein. Lemak merupakan sumber energi bagi ikan dan membentuk rasa

gurih pada ikan ketika di masak, terutama ketika digoreng atau dibakar.

Lemak masuk kedalam air limbah melalui cairan tubuh, air cucian dari

potongan tubuh, dan darah ikan yang terlarut dalam air limbah. Lemak

tergolong bahan organik yang stabil dan mudah terurai. Oleh sebab itu lemak

harus cepat ditangani/diolah sebelum dibuang kedalam air limbah. Lemak

yang terdapat dalam air limbah akan menimbulkan masalah karena lemak

akan menempel disaluran dan bak limbah yang membentuk lapisan tipis

seperti selaput. Kadar lemak dalam air limbah yang dapat ditolelerir adalah

sebesar 16-20 ppm (Sugiharto, 1987).

Page 9: Seminar Makalah Pemanfatan Limbah

e. Derajat Keasaman (pH). pH umumnya menjadi salah satu parameter kimia

anorganik dalam baku mutu limbah cair dari industri perikanan (Dewantoro,

2003). Namun karena sifat proses produksinya tidak membutuhkan senyawa

kimia dengan pH yang ekstrim, sehingga biasanya limbah cair industri

perikanan mempunyai pH yang cenderung netral (Dwicaksono et al, 2013).

f. Deterjen. Deterjen digunakan dalam proses pengolahan hasil perikanan

sebagai bahan pencuci untuk tangan karyawan, pakaian kerja, peralatan kerja,

ruangan, dan perabot kerja. Dengan demikian deterjen merupakan salah satu

senyawa yang dominan dalam air limbah industri pengolahan hasil perikanan

(Jenny dan Rahayu, 1993).

g. Senyawa klor. Senyawa klor merupakan senyawa kimia anorganik yang

sangat akrab dengan proses produksi dalam industri pengolahan hasil

perikanan. Senyawa ini dalam berbagai bentuknya (terutama kalsium klorida

CaCl2 dan kalsium hipoklorit CaHCl2) digunakan sebagai desinfektan berbgai

komponen yang digunakan dalam proses produksi. Namun, secara normal,

klor sangat mudah beroksidasi dengan oksigen dari udara, sehingga biasanya

dalam kondisi normal sangat sedikit yang tersisa dalam air buangan. Dengan

beberapa komposisi yang ada pada limbah cair hasil industri pengolahan

perikanan ini. Usaha mengurangi sebagian permasalahan dalam menangani

limbah. dapat cepat ditangani misalnya menggunakan proses fermentasi untuk

dijadikan produk yang memiliki nilai ekonomis kembali, seperti: silase ikan,

tepung ikan, pupuk organik cair dan lain-lainnya (Nengsih, 2002).

Page 10: Seminar Makalah Pemanfatan Limbah

BAB IIIPROSES PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR

3.1 Bahan Baku Pupuk Organik Cair

Bahan baku pembuatan pupuk organik dapat berasal dari limbah ikan atau ikan-

ikan yang tidak punya nilai ekonomis. Limbah cair pembuatan tepung ikan

merupakan salah satu contoh limbah pengolahan ikan. Pupuk dari limbah pengolahan

ikan ini disukai pengusaha bunga dan tanaman hias lainnya karena pupuk ini

menyebabkan daun tanaman menjadi lebih mengkilap dan segar, tanaman berbunga

lebih banyak dan bunga bertahan lebih lama (Hadisuwito, 2012).

Limbah ikan yang digunakan sebagai pupuk pertanian terdapat dalam dua

bentuk utama, yaitu dalam bentuk cairan dan kompos ikan. Dalam bentuk kompos

maka limbah ikan dicampur dengan limbah dapur dan limbah tanaman, dan

dibiarakan terurai. Pupuk cair dibuat dengan cara mencampur limbah ikan dengan

asam organik dan dibiarkan pada suhu kamar sampai terurai dengan baik (Gundoyo,

2003)

3.2 Proses Pembuatan Pupuk Organik Cair

Proses produksi pupuk organik cair sangat dipengaruhi kandungan lemak

bahan baku ikan. Dengan kandungan lemak yang tinggi, kemungkinan besar bahwa

prosesnya akan lambat atau tidak sempurna. Berbeda dengan kandungan lemak yang

sedikit, maka hasil pupuknya akan termasuk yang terbaik. Berdasarkan kandungan

lemak bahan baku, maka proses pembuatan pupuk organik cair berjalan dalam dua

tahap, yaitu proses fisik melalui penggilingan bahan-bahan yang dipergunakan, dan

proses biologis yaitu lanjutan proses yang dikenal dengan fermentasi non-alkoholik

atau proses ensiling (Basmal, 2008).

Pupuk dari limbah cair di buat dengan menambahkan bantuan posfat alam

untuk meningkatkan kandungan unsur phospat (P), dan kelarutan bantuan fosfat

ditingkatkan dengan menambahkan mikroba pelarut posfat, dilanjutkan dengan

inkubasi selama dua hari lagi. Kandungan hara pupuk organik cair tergantung pada

Page 11: Seminar Makalah Pemanfatan Limbah

jenis dan ukuran ikan, sehingga kandungan unsur hara limbah ikan bervariasi dari

1500-2000 ppm (N), 300 ppm (P), dan 3000-4000ppm (K), serta pH sekitar 6,5

(Lingga P, 2005). Berikut ini beberapa proses pembutan pupuk organik cair:

Menurut (Hadisuwito, 2012), proses pembuatan pupuk organik cair dari

limbah hasil penyiangan ikan, yang pertama dilakukan yaitu mengumpulkan limbah

hasil penyiagan ikan, selanjutnya menyiapkan ragi tempe/bioaktivator yang berfungsi

sebagai pengurai. Proses selanjutnya yaitu memasukan kedua bahan tersebut kedalam

gentong yang tertutup (hampa udara) dan setiap hari gentong dibuka untuk diaduk

selama lima menit. Selang satu minggu limbah tersebut akan membentuk endapan

berupa cairan dan padatan, kemudian pisahkan endapan yang berupa cairan yang

digunakan sebabagai pupuk organic cair (Hadisuwito, 2012). Lebih lanjut dapat

dilihat pada gambar 1. Proses pembuatan pupuk cair dari limbah penyiangan ikan.

Page 12: Seminar Makalah Pemanfatan Limbah

Gambar 1. Proses pembuatan pupuk cair dari limbah hasil penyiangan ikan.

Limbah hasil penyiangan ikan

Pencampuran bahan sejenis ragi yang umumnya disebut biovaktor yang

fungsingya sebagai pengurai.

Pemasukan kedalam gentong yang tertutup

Setiap hari gentong tersebut di buka selama 5 menit untuk diaduk

Selang 1 minggu, limbah tersebut akan membentuk endapan. Ada cairan dan endapan (padatan)

Pupuk organik cair

Page 13: Seminar Makalah Pemanfatan Limbah

Menurut (Gundoyo, 2010), proses pembuatan pupuk organik cair dari limbah

hasil perikanan yaitu terlibih dahulu menyiapkan bahan berupa cincangan ikan yang

sudah terbuang, tong plastik atau tong bekas wadah cat tembok ukuran 25 kilogram

(kg), lengkap dengan tutupnya. Siapkan juga kantong plastik ukuran 60 cm x 90 cm

dan beri beberapa lubang sebesar 1 cm, lubang ini berfungsi untuk memperlancar

sirkulasi air dalam tong, selanjutnya 1/4 kg gula merah yang sudah dilarutkan, 1/2

liter bahan EM4 untuk mempermudah proses pelarutan, 1/2 liter air bekas cucian

beras, dan 10 liter air tanah. Untuk hasil maksimal jangan gunakan air hujan atau air

PAM. Proses selanjutnya yaitu pencampuran, Campur air bekas cucian beras, EM4,

dan air gula ke dalam tong plastik. Sementara itu cincangan ikan dimasukkan ke

dalam kantong plastik yang sudah dilubangi. Setelah itu, masukkan kantong plastik

ini ke dalam tong plastik dan tambahkan air tanah, kemudian ikat kantong plastik

berisi cincangan ikan itu dan tutup pula tong plastik itu dengan rapat selama tiga

minggu. Setelah tiga minggu, limbah ikan dalam tong itu tidak berbau dan kelihatan

menyusut. Angkat limbah itu hingga air tiris. Limbah ikan dari dalam plastik menjadi

pupuk padat, sedangkan air dalam tong menjadi pupuk cair Menurut (Gundoyo,

2010). Lebih lanjutnya dapat dilihat pada gambar 2. Pembuatan pupuk cair

menggunakan cincangan daging ikan yang sudah terbuang.

Page 14: Seminar Makalah Pemanfatan Limbah

Gambar 2. Pembuatan pupuk cair dari limbah ikan yang tidak termanfaatkan lagi

Cincangan dari ikan yang sudah terbuang

Penyiapan bahan berupa tong plastik, kantong plastik, gula merah, EM4 (bahan pelarut), air bekas cucian beras dan air tanah.

Pencampuran air bekas cucian beras, EM4, dan air gula

ke dalam tong plastik. Sementara itu cincangan ikan

dimasukkan ke dalam kantong plastik.

Pemasukan kantong plastik ini ke dalam tong plastik

dan tambahkan air tanah.

Pengikatan kantong plastik berisi cincangan ikan itu

dan tutup pula tong plastik itu dengan rapat selama tiga

minggu.

Setelah tiga minggu, limbah ikan dalam tong itu tidak berbau dan kelihatan menyusut.

Pengankatan limbah hingga air tiris. Limbah ikan dari dalam plastik menjadi pupuk padat, sedangkan air dalam tong menjadi pupuk cair.

Page 15: Seminar Makalah Pemanfatan Limbah

Menurut (Basmal, 2008), proses pembuatan pupuk organik cair dari limbah

rumput laut yaitu, kumpulkan sekitar 2 sampai 3 kg rumput laut, selanjutnya Bilas

rumput laut dengan air. Hal ini membantu dalam menghilangkan garam ekstra dari

rumput laut, yang dapat membahayakan tanaman. Kemudian rendam rumput laut

dalam air untuk beberapa waktu /1hari, setelah itu tempatkan air rendaman rumput

laut dalam wadah ember/drum plastik dan tambahkan air dua kali jumlah rumput laut.

Selanjutnya tambahkan MOL(bahan Pengurai) dan tutup wadah dengan rapat dan

biarkan tanpa terganggu selama 2 sampai 3 bulan, proses selanjutnya tunggu sampai

air berubah warna menjadi coklat payau, yang merupakan indikasi disintegrasi

rumput laut menjadi pupuk cair (Basmal, 2008). Lebih lanjutnya dapat dilihat pada

gambar 3. Proses pembuatan pupuk cair dari limbah rumput laut.

Gambar 3. Proses pembuatan pupuk cair dari limbah rumput laut.

Limbah rumput laut/air rendaman rumput laut

Pemasukan air rendaman rumput laut kedalam ember/drum.

Penambahan MOL(bahan pengurai) berfungsi untuk mempercepat proses pembentukan pupuk cair

Penutupan ember/drum dengan rapat

Proses selanjutnya tunggu sampai air berubah warna menjadi coklat payau, yang merupakan indikasi disintegrasi rumput laut menjadi pupuk cair.

Page 16: Seminar Makalah Pemanfatan Limbah

3.3 Proses Fermentasi Pada Limbah Cair Hasil Perikanan

3.3.1 Pengertian Fermentasi

Istilah fermentasi berasal dari bahasa latin yaitu fervere yang berarti

mendidih. Istilah ini pertama kali digunakan untuk menerangkan terjadinya

penggelembungan atau pendidihan yang terlihat pada pembuatan anggur (Noviati,

2002). Dalam arti sempit fermentasi adalah suatu proses kimia dimana terjadi

pembentukan gas dan busa (Abun, 2003). Fermentasi dalam arti luas adalah proses

perubahan kimia dari senyawa-senyawa organik (karbohidrat, protein, lemak dan

bahan organik lain) melalui kerja enzim yang dihasilkan mikroba (Noviati, 2002).

Fardiaz (1990), membuktikan bahwa fermentasi adalah hasil

pengembangbiakan beberapa tipe mikroorganisme khususnya bakteri, ragi, dan

jamur. Pada media tertentu yang aktivitasnya menyebabkan perubahan kimia pada

limbah hasil perikanan. Perubahan tersebut disebabkan aktivitas enzim yang

dihasilkan oleh mikroorganisme atau enzim yang berada dalam limbah tersebut yang

dikenal dengan enzim endogeno. Enzim ini akan mengubah bahan-bahan organik

komplek seperti protein, karbohidrat, lemak menjadi molekul-molekul yang lebih

sederhana dan mudah dicerna.

Prinsip dari fermentasi sendiri adalah memperbanyak jumlah

mikroorganisme dan meningkatkan metabolismenya dalam limbah hasil perikanan.

Bahan baku yang paling banyak digunakan oleh mikroorganisme dalam limbah hasil

perikanan adalah karbohidrat dari glukosa tetapi mikroorganisme juga dapat

menggunakan protein dan lemak (Fauziah, 2012).

3.3.2 Jenis-jenis Fermentasi Pada Limbah Hasil Perikanan

Menurut jenis mediumnya, proses fermentasi dibagi menjadi dua yaitu

fermentasi substrat padat dan fermentasi substrat cair. Fermentasi substrat padat

adalah fermentasi dengan substrat yang tidak larut tetapi cukup mengandung air

untuk keperluan mikroorganisme. Keuntungan fermentasi substrat padat antara lain

prosesnya sangat sederhana, tidak diperlukan alat yang rumit, berkurangnya persoalan

kontaminasi oleh mikroorganisme lain. Sedangkan fermentasi substrat cair adalah

Page 17: Seminar Makalah Pemanfatan Limbah

proses fermentasi yang substratnya larut atau tersuspensi dalam fase cair.

Keuntungannya antara lain jumlah inokulum yang digunakan lebih sedikit,

penanganan suhu dan kelembaban selama fermentasi lebih mudah untuk dikontrol

(Abun, 2003).

3.3.3 Proses Fermentasi Pada Limbah Cair Hasil Perikanan

Aktivitas manusia, dan industri perikanan akan menghasilkan limbah cair

dan padat. Untuk mengurangi cemaran yang diakibatkan oleh limbah cair dan padat,

maka perlu adanya pengolahan terhadap limbah tersebut agar tidak mengakibatkan

cemaran terhadap lingkungan. Pengolahan limbah cair hasil perikanan dapat

dilakukan secara aerobik maupun anaerobik atau kombinasi keduanya dengan

bantuaan mikroba. Mikroba yang berperan pada pengolahan limbah, antara lain

Phanerochaeta chrysosporium, Pseudomonas sp, Bacillus sp, Mycobacterium, dan

Vibrio (Noviati, 2002).

Berdasarkan pemanfaatan oksigen dalam proses metabolisme sel,

pengolahan limbah cair secara biologis dapat dikelompokkan atas 2 kelompok, yaitu

proses aerob dan anaerob. Proses aerob, katabolisme senyawa organik berlangsung

dengan memanfaatkan oksigen bebas yang terdapat dalam lingkungan sebagai

penerima elektron terakhir. Sedangkan pada proses anaerob atau disebut respirasi

anaerob, katabolisme senyawa organik berlangung tanpa oksigen bebas dalam

lingkungan dan penguraian terjadi dengan memanfaatkan senyawa organik sebagai

penerima elektron terakhir (Fitria, 2008).

3.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Proses Fermentasi Limbah Hasil Perikanan

Fermentasi pada limbah hasil perikanan merupakan hasil kegiatan beberapa

mikroorganisme. agar proses fermentasi dapat berjalan dengan baik, tentunya

beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan dari mikroorganisme perlu pula

diperhatikan. Sehingga apabila kita berbicara mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi proses fermentasi, tentunya tidak lepas dari kegiatan mikroorganisme

itu sendiri (Fauziah. 2012). Sedangkan menurut (Fitria, 2008), ada beberapa beberapa

Page 18: Seminar Makalah Pemanfatan Limbah

faktor utama yang mempengaruhi proses fermentasi meliputi suhu, oksigen, air, dan

substrat.

a. Suhu

Suhu sebagai salah satu faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi dan

menentukan macam organisme yang dominan selama fermentasi. Beberapa hal

sehubungan dengan suhu untuk setiap mikroorganisme

dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Suhu minimum, di bawah suhu itu pertumbuhan mikroorganisme tidak

terjadi lagi.

2. Suhu optimum, sebagai suhu yang memungkinkan pertumbuhan

mikroorganisme paling cepat.

3. Suhu maksimum, di atas suhu itu pertumbuhan mikroorganisme tidak

mungkin terjadi lagi.

b. Oksigen

Udara atau oksigen selama proses fermentasi harus diatur sebaik mungkin

untuk memperbanyak atau menghambat pertumbuhan mikroba tertentu. Setiap

mikroba, membutuhkan oksigen yang berbeda jumlahnya untuk pertumbuhan atau

membentuk sel-sel baru dan untuk fermentasi (Fauziah, 2012).

c. Substrat

Seperti halnya makhluk lain, mikroorganisme juga membutuhkan suplai

makanan yang akan menjadi sumber energi, dan menyediakan unsur-unsur kimia

dasar untuk pertumbuhan sel. Substrat (makanan) yang dibutuhkan oleh mikroba

untuk kelangsungan hidupnya berhubungan erat dengan komposisi kimianya.

Kebutuhan mikroorganisme akan substrat juga berbeda-beda. Ada yang memerlukan

substrat lengkap dan ada pula yang tumbuh subur dengan substrat yang sangat

sederhana. Hal itu karena beberapa mikroorganisme ada yang memiliki sistem enzim

(katalis biologis) yang dapat mencerna senyawa-senyawa yang tidak dapat dilakukan

oleh mikroorganisme lain. Komposisi kimia hasil pertanian yang terpenting adalah

ptotein, karbohidrat dan lemak. Pada pH 7,0 protein mudah sekali digunakan oleh

Page 19: Seminar Makalah Pemanfatan Limbah

bakteri sebagai substrat. Karbohidrat seperti pektin, pati dan lainnya merupakan

substrat yang baik bagi kapang dan beberapa khamir.

d. Air

Mikroorganisme tidak dapat tumbuh tanpa adanya air. Air dalam substrat yang

digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme dinyatakan dalam istilah water

activity atau aktivitas air = aw, yaitu perbandingan antara tekanan uap dari larutan (P)

dengan tekanan uap air murni (Po) pada suhu yang sama (Fitria. 2008).

Page 20: Seminar Makalah Pemanfatan Limbah

BAB IVPEMANFAATAN LIMBAH HASIL PERIKANAN MENJADI PUPUK

ORGANIK CAIR

4.1 Pemanfaatan Limbah Hasil Perikanan Menjadi Pupuk Organik Cair

Pupuk organik cair yang dibuat dari bahan ikan ini, sudah lama digunakan

dibidang pertanian, khususnya pertanian buah-buahan. Hal ini karena kandungan

organiknya, baik organik-N, organik-P, dan organik-K yang terkandung didalam

tubuh ikan mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan bahan-bahan lainya.

Selain itu didalam tubuh ikan yang sudah terbuang masih terkandung unsur mikro

yaitu Fe (besi), Zn (seng), Cu (tembaga), Mn (mangan), Cl (khlor), Bo (borium) dan

Mo (molubdenum) yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik (Nugroho, 2012).

Menurut Fitria (2008), untuk dapat tumbuh dan berkembang, tanaman perlu

nutrisi secara lengkap dalam bentuk unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro

yang dibutuhkan oleh tanaman terdiri dari makro primer seperti N-P-K, serta makro

skunder seperti Ca (kalsium), Mg (magnesium), dan S (belerang). sedangkan unsur

hara mikro terdiri dari Fe (besi), Zn (seng), Cu (tembaga), Mn (mangan), Cl (khlor),

Bo (borium) dan Mo (molubdenum). Kelompok tersebut sangat dibutuhkan dalam

jumlah dan susunan yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman

secara baik, serta hasil sesuai yang diharapkan.

4.2 Keunggulan Pupuk Organik Cair dari Limbah Hasil Perikanan

Pupuk organik cair berbahan baku ikan kaya akan unsur makro dan mikro.

Pupuk tersebut dilaporkan nyata meningkatkan pertumbuhan beberapa jenis sayuran

dengan tingkat penambahan hasil mencapai 60% dari perlakuan kontrol (Fauziah,

2012). Selain sebagai sumber hara, pupuk berbahan baku ikan dilaporkan nyata

menurunkan serangan patogen Macrophomina phaseolina, Rhizoctonia solani and

Fusarium spp, pada tanaman kacang panjang (Gundoyo, 2003), serta dapat

menginduksi Actynomicetes spp. dan Rhizobacteria spp yang berperan dalam

menghasilkan hormon tumbuh disekitar perakaran tanaman (Lingga P, 2005). Namun

demikian, pupuk ikan yang telah dikembangkan saat ini umumnya berasal dari ikan

Page 21: Seminar Makalah Pemanfatan Limbah

berkualitas baik sehingga bersaing dengan kebutuhan pangan masyarakat. Disisi yang

lain, limbah ikan tersedia dalam jumlah yang cukup besar dan belum termanfaatkan.

Limbah tersebut umumnya terkumpul di tempat-tempat penampungan ikan serta

pasar-pasar tradisional. Komposisi limbah tersebut umumnya berupa ikan yang telah

rusak, isi perut, sirip, kepala, dan sisik. Apabila dimanfaatkan, maka limbah ikan

tersebut berpotensi untuk dijadikan pupuk organik cair dari ikan yang berkualitas baik

setara dengan pupuk organik yang telah ada dipasaran (Hadisuwito, 2012).

Salah satu hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak adalah

kalsium(Ca). hara ini dapat di peroleh dari limbah ikan. Menurut Parmata, (2004),

bahwa unsur hara Ca dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dalam beberpa

hal, diantaranya: (1). Mengatur pengisapan air dalam tanah, (2). Mengatifkan

pembentukan bulu-bulu akar dan biji, dan (3). Menguatkan batang. Kekurangan

kalsium (Ca) dapat menyebabkan pertumbuhan dan ranting terhambat dan batang

tanaman tidak kokoh, ujung akar dan akar rambut mati, pucuk dan kuncup bunga

berjatuhan. Selain itu pupuk organik cair ini memiliki bau yang busuk, akan tetapi

bau busuk tersebut dapat diatasi antara lain dengan menurunkan pH limbah cair,

memberi aerasi, menambahkan bahan penyerap bau, menggunakan mikroba yang

mempercepat proses dekomposisi dan merombak senyawa yang menimbulkan bau.

Proses menghilangkan bau busuk dari limbah cair pengolahan tepung ikan untuk

dijadikan bahan baku pupuk cair dilakukan dengan menurunkan pH limbah ikan dari

8,0 menjadi 6,0 dengan penambahan HCl, menambahkan molases, dan menginokulasi

limbah ikan dengan kultur bakteri asam laktat. Kultur ini diinkubasi pada shaker

dengan memberikan aerasi secara terputus selang dua jam dengan dikocok pada 120

ppm. Dengan cara ini bau busuk limbah ikan hilang dalam waktu inkubasi lima hari,

(Hadisuwito, 2012).

Page 22: Seminar Makalah Pemanfatan Limbah

Menurut (Basmal, 2008), keunggulan lain yang dimiliki pada pupuk organik

cair yaitu:

1. Pupuk yang dihasilkan merupakan pupuk organik yang unsur haranya lebih

lengkap dibandingkan dengan pupuk anorganik,

2. Membuat daun tanaman hias menjadi lebih mengkilap, bunga lebih banyak dan

bertahan lebih lama,

3. Bahan baku melimpah dan murah, karena memanfaatkan limbah pengolahan ikan,

4. Harga jual kompetitif jika dibandingkan dengan produk impor yang sangat mahal.

5. .Konsep back to nature melalui pertanian organik.

Page 23: Seminar Makalah Pemanfatan Limbah

BAB VPENUTUP

5 Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini yaitu:

1. Limbah cair (liquid waste) dapat didefinisikan sebagai suatu limbah hasil

kegiatan yang secara fisik berbentuk cair, kandungannya didominasi oleh

air beserta bahan-bahan kontaminan lainnya atau didominasi oleh bahan

cair lain.

2. Pupuk ikan cair merupakan salah satu jenis pupuk organik yang biasanya

terbuat dari ikan. Pupuk ini dibuat dengan cara menghancurkan limbah

perikanan dan sisa – sisa olahan ikan, kemudian diproses lebih lanjut

dalam bentuk cair dengan kandungan nitrogen 5 – 9%, fosfor 2 – 4%,

kalium 2 – 7% dan unsure mikro lainnya.

3. Proses pembuatan pupuk cair ini menggunakan bioaktivator pada saat

proses fermentasi berlangsung.

4. Pupuk berbahan baku ikan dilaporkan nyata menurunkan serangan

patogen Macrophomina phaseolina, Rhizoctonia solani and Fusarium spp,

pada tanaman kacang panjang, serta dapat menginduksi Actynomicetes

spp. dan Rhizobacteria spp yang berperan dalam menghasilkan hormon

tumbuh disekitar perakaran tanaman.

Page 24: Seminar Makalah Pemanfatan Limbah

DAFTAR PUSTAKA

Abun 2003. Pengaruh Dosis Inokulum Aspergillus niger dan Lama Fermentasi Terhadap Perubahan Kandungan Protein dan Serat Kasar Ampas Umbi Garut. Fakultas Peternakan, Bandung.

Basmal, J. 2008. Prospek pemanfaatan rumput laut sebagai bahan pupuk organik cair. Squalen Buletin Pascapanen & Bioteknologi Kelautan dan Perikanan.                   No 12.Vol V.

Ditjen Perikanan Budidaya (Tekno Ikan). 2007. “Pemanfaatan Limbah Ikan Sebagai Bahan Baku Pupuk Organik”, DKP.

Dwicaksono et al. 2013. Pengaruh penambahan effective microorganisme pada limbah cair industri perikanan terhadap kualitas pupuk cair organik. Jurnal Sumberdaya Alam & Lingkungan Vol 1, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya.

 Dewantoro RA. 2003. Proses pengolahan limbah cair pada usaha pembekuan ikan di PT. ILUFA-Pasuruan Jawa Timur. Karya Ilmiah Praktek Akhir, Akademi Perikanan Sidoarjo, DKP.

Fitria, 2008. Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Limbah Cair Industri Perikanan Menggunakan Asam Asetat dan EM4 (Effective Microorganisme 4). [Tugas Akhir]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Fardiaz, S. 1990. Fisiologi Fermentasi. Pusat Antar Universitas. IPB. Bogor.

Gintings, Perdana. 1992. Mencegah dan mengendalikan pencemaran industry. Edesi 1. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Gundoyo, W. 2010. Pembuatan Pupuk Cair Organik dari Limbah Ikan. Tugas Akhir. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. pdf.                   Diakses  pada tanggal 30 April 2014.

Hardjowigeno s. 2010. Ilmu tanah. Akademik pressendo, Jakarta.

Hadisuwito,Sukamto.2012. Membuat Pupuk Organik Cair. Agromedia Pustaka: Jakarta.

Page 25: Seminar Makalah Pemanfatan Limbah

Ilyas S. 1985. Penelitian dan pengembangan limbah perikanan, monografi pertama limbah pertanian. Jakarta: Kantor Menteri Muda Urusan Peningkatan Produksi Pangan.

Jenny BSL, Rahayu WP. 1993. Penelitian Tentang Penangan Limbah Industri Perikanan. Penerbit kanasius-Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, IPB-Bogor.

Kadi, A. 2009. Beberapa catatan kehadiran marga sargassum di perairan. Indonesia. beberapa catata Kehadiran Marga Sargassum. Pustaka Baru Press:Yogyakarta

Lingga P. .dan Marsono. 2005. Petunjuk penggunaan pupuk cair. Penebar swadaya.

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agro Media Pustaka:Jakarta.

Nugroho,Panji.2012. Panduan Membuat Pupuk Kompos Cair. Pustaka Baru

Press:Yogyakarta

Nurhanifah, Fauziah. 2012. Peranan Mikroorganisme pada fermentasi Pembuatan Pupuk Kandang dari Urin Sapi. IPB: Bogor.

Nengsih.2002. Penggunaan EM4 dan GT 1000-WTA dalam pembuatan Pupuk Organik Cair dan Padat dari isi Rumen Limbah RPH. IPB: Bogor.

Noviati, A. 2002. Fermentasi Bahan Pakan Limbah Industri Pertanian dengan Menggunakan T. Harzianum.[Skripsi]. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. IPB, Bogor.

Parmata A.S. 2004. Pupuk organik cair. Aplikasi dan manfaatnya. Agromedia pustaka Jakarta.

Setiyawan. Dody. 2010. Pemanfaatan limbah limbah ikan menjadi pupuk organik. Jurusan teknik kimia. Fakultas industri. Universitas Pembangunan Nasional.

Simanungkalit, dkk. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Penelitian Tanah:Bogor.

Sugiharto, 1987. Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah. Jakarta: Penerbit UI press.