BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika globalisasi dan revolusi teknologi yang sedang melanda dunia saat ini, sudah dapat dipastikan akan mempengaruhi peta dan pola persaingan dunia bisnis secara drastis. Dari asumsi tersebut mengharuskan perusahaan untuk memandang jauh ke depan guna mengantisipasi kemungkinan- kemungkinan yang dapat mempengaruhi perkembangan perusahaan. Setiap bentuk perusahaan mempunyai tujuan yang sama yaitu profit (laba). Laba hanya bisa diperoleh dengan adanya kinerja yang baik dari perusahaan itu sendiri. Untuk itu penilaian terhadap perusahaan sangat penting dan bermanfaat, baik bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan yang berkepentingan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Bagi suatu perusahaan kinerja dapat digunakan sebagai alat ukur dalam menilai keberhasilan usahanya, juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan perencanaan dimasa yang akan datang. Sedangkan bagi pihak luar perusahaan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomi terhadap perusahaan yang bersangkutan. Untuk mengetahui kinerja suatu perusahaan dapat dilihat dari aspek keuangan dan aspek non keuangan. Dari aspek non- keuangan, kinerja dapat diketahui dengan cara, mengukur tingkat kejelasan pembagian fungsi dan wewenang dalam struktur organisasinya, mengukur tingkat kualitas sumber daya 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dinamika globalisasi dan revolusi teknologi yang sedang
melanda dunia saat ini, sudah dapat dipastikan akan
mempengaruhi peta dan pola persaingan dunia bisnis secara
drastis. Dari asumsi tersebut mengharuskan perusahaan untuk
memandang jauh ke depan guna mengantisipasi kemungkinan-
kemungkinan yang dapat mempengaruhi perkembangan perusahaan.
Setiap bentuk perusahaan mempunyai tujuan yang sama
yaitu profit (laba). Laba hanya bisa diperoleh dengan adanya
kinerja yang baik dari perusahaan itu sendiri. Untuk itu
penilaian terhadap perusahaan sangat penting dan bermanfaat,
baik bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan yang
berkepentingan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Bagi
suatu perusahaan kinerja dapat digunakan sebagai alat ukur
dalam menilai keberhasilan usahanya, juga dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan
perencanaan dimasa yang akan datang. Sedangkan bagi pihak
luar perusahaan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan ekonomi terhadap perusahaan yang
bersangkutan.
Untuk mengetahui kinerja suatu perusahaan dapat dilihat
dari aspek keuangan dan aspek non keuangan. Dari aspek non-
keuangan, kinerja dapat diketahui dengan cara, mengukur
tingkat kejelasan pembagian fungsi dan wewenang dalam
struktur organisasinya, mengukur tingkat kualitas sumber daya
1
yang dimilikinya, mengukur tingkat kesejahteraan pegawai dan
karyawannya, mengukur kualitas produksinya, mengukur tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan serta dengan
mengukur tingkat kepedulian perusahaan terhadap lingkungan
sosisal sekitarnya.
Analisis keuangan yang sering digunakan untuk menilai
kinerja suatu perusahaan adalah analisis rasio keuangan.
Dengan analisis rasio keuangan akan dapat diketahui tingkat
likuiditas, tingkat solvabilitas dan tingkat rentabilitas
perusahaan. Dengan mengetahui tingkat suatu perubahan, maka
akan dapat diketahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya dengan jaminan harta lancarnya.
Tingkat likuiditas ini sangat berguna bagi perusahaan
khususnya kreditur yang memberikan kredit jangka pendek. Pada
tingkat solvabilitas, akan dapat diketahui kemampuan
perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya dengan jaminan
harta yang dimilikinya, tingkat solvabilitas ini sangat
berguna bagi kreditur, untuk memberikan kredit jangka pendek
maupun jangka panjang. Dan dengan mengetahui rentabilitas,
maka akan dapat diketahui kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dengan modal yang dimilikinya, hal ini
sangat penting untuk mengetahui efisiensi suatu perusahaan.
Jadi dengan mengetahui tingkat likuiditas, solvabilitas
dan rentabilitas suatu perusahaan, maka akan dapat diketahui
keadaan perusahaan yang bersangkutan, apakah perusahaan
tersebut baik atau buruk sehingga dapat diperkirakan tentang
kelangsungan hidup perusahaan yang bersangkutan.
2
Menurut Munawir (2004 : 64), mengadakan analisa hubungan
dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan merupakan
dasar untuk dapat mengintrepretasikan kondisi keuangan dan
hasil operasi suatu perusahaan. Dengan menggunakan laporan
yang diperbandingkan, termasuk data tentang perubahan-
perubahan yang terjadi dalam jumlah rupiah, prosentase serta
trendnya, penganalisa menyendiri bahwa rasio secara individu
akan membantu dalam menganalisa dan mengintretasikan posisi
keuangan suatu perusahaan.
Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan
atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu
terntu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat
analisa beruapa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi
gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya
keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama
apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio
pembanding yang digunakan sebagai standar.
Berdasarkan data dan uraian di atas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul laporan
akhir yang di susun penulis adalah “Analisis Rasio Likuiditas
PT. XL AXIATA.Tbk “
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas penulis membuat
rumusan masalah ”Bagaimana perbandingan analisis rasio
likuiditas yang terjadi pada PT XL AXIATA Tbk pada tahun
2010-2012.”
3
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraiaan diatas penulis juga dapat
menyimpulkan jika tujuan dari penilitian ini yaitu untuk
mengetahui “ Bagaiamana kinerja keuangan yang terjadi pada
PT XL AXIATA pada tahun 2010-1012.”
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah :
1. Bagi perusahaan (PT. XL AXIATA Tbk), diharapkan dapat
memberikan informasi mengenai kinerja keuangan
perusahaannya berdasarkan rasio likuiditas
2. Bagi akademisi dan pembaca, diharapkan dapat menambah
wawasan mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan yang
berdasarkan pada rasio-rasio kinerja keuangan serta
menjadi referensi untuk penelitian-penelitian
selanjutnya.
1.5 Landasan Teori
A. Pengertian Kinerja
Menurut Jaya (1993 : 15) menyatakan bahwa kinerja
memiliki banyak aspek, namun para ekonom biasanya hanya
memusatkan pada 3 aspek pokok yaitu efisiensi, kemajuan
teknologi, dan keseimbangan dalam distribusi. Dan secara
sederhana perhitungan efisiensi adalah menghasilkan
suatu niiai yang maksimum dengan jumlah input tertentu,
baik secara kuantitatif fisik maupun nilai ekonomis
(harga). Secara ringkas dapat dijelaskan bahwa sejumlah
4
input yang bersifat bonus dihindari sehingga tidak ada
sumber daya yang tidak digunakan dan dibuang. Efisiensi
sendiri digolongkan menjadi dua yaitu efisiensi internal
dan pengalokasian. Jadi, kinerja keuangan adalah
prestasi yang dicapai oleh perusahaan dibidang keuangan
dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat
kesehatan perusahaan pada bidang tersebut. Dalam kamus
besar bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka (2002:
570).
B. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan dibuat oleh bagian manajemen dengan
tujuan untuk mempertanggung jawabkan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan selama
satu periode. Laporan keuangan harus menyajikan secara
wajar posisi keuangan, kinerja keuangan. Disamping itu
laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi
tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-
pihak diluar perusahaan yang meliputi para kreditur,
para investor dan pemerintah dimana perusahaan tersebut
berdomisili, serta masyarakat sekitarnya.
1. Laporan keuangan pada umumnya terdiri dan:
a. Neraca
Imam Santoso (2006 : 9-10) mengemukakan bahwa
Neraca adalah suatu laporan yang menginformasikan
mengenal aktiva, kewajiban dan kepemilikan (ekuitas)
suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Sejalan
5
dengan pendapat tersebut Kuswadi (2006: 15)
berpendapat bahwa neraca adalah laporan yang
menggambarkan posisi atau kondisi keuangan suatu
perusahaan pada saat tertentu dan merupakan salah
satu hasil akhir dan proses akuntansi.
b. Laporan laba rugi
Laporan laba rugi memberikan sebuah ukuran
berhasilnya suatu perusahaan pada suatu periode
waktu. Laporan laba rugi menunjukkan sumber utama dan
penghasilan yang dihasilkan dan biaya-biaya
sehubungan dengan penghasilan tersebut. Perbedaan
antara penghasilan dan biaya-biaya adalah laba bersih
atau rugi bersih. Keuntungan dan kerugian menunjuk
kepada uang yang dihasilkan atau kerugian pada
kegiatan diluar aktivitas normal perusahaan. Laporan
laba rugi perusahaan harus memuat laba per saham.
Baik neraca maupun laporan laba rugi selalu dibuat
dengan dasar komparatif. Suatu laporan saldo laba
atau ekuitas pemegang saham sering kali disajikan
oleh perusahaan dalam laporan tahunan kepada pemegang
saham.
Berikut ini pengertian yang dikemukakan oleh Zaki
Baridwan (1992 : 30) Suatu laporan yang menunjukkan
pendapatanpendapatan dan suatu unit usaha untuk suatu
periode tertentu.
2. Fungsi Laporan Keuangan
6
Pada awalnya laporan keuangan bagi suatu
perusahaan hanyalah sebagai alat penguji dan
pekerjaan pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan
keuangan tidak hanya sebagal alat penguji tetapi juga
sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilal
posisi keuangan perusahaan, dimana dengan hash
analisa lapran keuangan, pihak-pihak yang
berkepentingan mengambil suatu keputusan.
Laporan keuangan suatu perusahaan dapat
memberikan suatu informasi yang bermanfaat bagi
pemakainya, jika memenui persyaratan yang ditetapkan
(Prinsip Akuntansi Indonesia) adalah sebagai
berikut :
a. Relevan
Pengukuran relevansi suatu informasi harus
dihubungkan dengan penggunaannya. OIeh karena dalam
mempertimbangkan relevansi suatu informasi
hendaknya perhatian difokuskan pada kebutuhan umum
pemakai dan bukan kebutuhan khusus pihak tertentu.
b. Dapat dimengerti
Bentuk laporan keuangan dan istilah yang
dipakai hendaknya disesuaikan dengan batas
pengertian pemakai informasi juga diharapkan
mempunyai dasar pengertian mengenai aktivitas
ekonomi perusahaan, proses akuntansi dan istilah
yang digunakan dalam laporan keuangan.
c. Objektif
7
Laporan keuangan harus disusun seobyek
mungkin, dapat diuji kebenarannya oleh para
pengukur yang independent dan menggunakan metode
pengukuran yang sama.
d. Netral
Laporan keuangan hendaknya disusun untuk
kebutuhan umum pemakai dan bukan kebutuhan pihak
tertentu saja.
e. Tepat Waktu
Laporan keuangan harus disampaikan secara
sedini mungkin agar dapat digunakan sebagai dasar
untuk membantu pengambilan keputusan ekonomi dan
untuk menghindari tertunda pengambilan keputusan
bagi pemakai.
f. Dapat Dibandingkan
Laporan keuangan yang disajikan harus dapat
dibandingkan dengan laporan keuangan periode
sebelumnya dari perusahaan yang sama maupun dengan
perusahaan yang sejenis pada periode yang sama.
Prinsip konsisten (penggunaan model) akuntansi
hendaknya selalu dipatuhi dari tahun ke tahun. Oleh
karena itu, jika terjadi perubahan metode hendaknya
diberikan penjelasan metode yang diganti/ diubah.
g. Lengkap
Laporan keuangan hendaknya disajikan secara
lengkap meliputi semua data akuntansi yang memenuhi
sekurang-kurangnya enam persyaratan tersebut.
8
C. Analisis Rasio Keuangan
Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan
harus menggunakan analisis rasio keuangan. Para
analis keuangan dapat rnelakukan dengan 2 cara :
1. Cross-section Techniques yaitu cara analisis dengan
jalan membandingkan rasio-rasio antara perusahaan
yang satu dengan yang Iainnya yang sejenis pada
saat tertentu.
2. Time-series Techniques yaitu cara analisis dengan cara
membandingkan rasio-rasio keuangan suatu perusahaan
dan suatu periode ke periode Iainnya. Jenis-jenis
rasio keuangan dikelompokkan menjadi 6 kelompok :
a. Rasio Likuiditas adalah rasio-rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar hutanghutang jangka pendek.
b. Rasio Leverage adalah rasio-rasio yang digunakan
untuk mengukur sampai seberapa jauh perusahaan
dibiayai dengan hutang.
c. Rasio Aktivitas adalah rasio-rasio untuk
mengukur efektivitas perusahaan dalam
memanfaatkan sumber dananya.
d. Rasio Keuntungan/Profitabilitas adalah rasio
yang digunakan untuk mengukur efektivtas
perusahaan dalam mendapatkan keuntungan.
e. Rasio pertumbuhan (Growth Rasio), yaitu rasio
yang mengukur kernampuan perusahaan dalam
mempertemukan posisi ekonominya dalam
pertumbuhan ekonominya dan industri.
9
f. Rasio Penilaian (Valuation Rasio), yaitu rasio
yang mengukur kemampuan manajemen dalam
menciptakan nilai pasar yang melampaui
pengeluaran biaya investasi.
D. Pengertian Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai
kemampauan perusahaanperuasahaan membayar semua
kewajiban fianansial jangka pendek pada saat jatuh tempo
dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia.
Likuidiatas tidak hanya berkenaan dengan keadaan
keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan
dengan kemampuannya mengubah aktiva lancar tertentu
menjadi uang kas.
Riyanto (2008:25) menyatakan bahwa likuiditas
adalah masalah yang berhubungan dengan masalah kemampuan
suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya
yang segera harus dipenuhi. Suatu perusahaan yang
mempunyai alat-alat likuid sedemikian besarnya sehingga
mampu memenuhi segala kewajiban financialnya yang segera
harus terpenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut
likuid, dan sebaliknya apabila suatu perusahaan tidak
mempunyai alat-alat likuid yang cukup untuk memenuhi
segala kewajiban financialnya yang segera harus
terpenuhi dikatakan perusahaan tersebut insolvable.
Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber
informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva
10
lancar dan hutang lancar. Dengan demikian rasio
likuiditas berpengaruh dengan kinerja keuangan
perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan
harga saham perusahaan.
Jenis-Jenis Rasio Likuiditas
1. Current Ratio (Rasio Lancar)
Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva
lancar dan kewajiban lancar dan merupakan ukuran yang
paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan
suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Current ratio menunjukkan sejauh mana akitva lancar
menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar
perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar
semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi
kewajiban jangka pendeknya. Penghitungannya sebagai
berikut :
Rasio Lancar = AssetLancar
Utangjangkapendek
2. Quick Ratio (Rasio Cepat)
Rasio ini disebut juga Acid Test Ratio yang juga
digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Penghitungan Quick Ratio dengan mengurangkan aktiva
lancar dengan persediaan.
Hal ini dikarenakan persediaan merupakan unsur
aktiva lancar yang likuiditasnya rendah dan sering
11
mengalami fluktuasi harga serta menimbulkan kerugian
jika terjadi likuiditas. Jadi rasio ini merupakan
rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang
paling likuid mampu menutupi hutang lancar.
Penghitungannya sebagai berikut :
Rasio Cepat = AssetLancar−PersediaanUtangjangkapendek
3. Cash ratio (Rasio Kas)
Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan
posisi kas yang dapat menutupi hutang lancar dengan
kata lain cash ratio merupakan rasio yang
menggambarkan kemampuan kas yang dimiliki dalam
manajemen kewajiban lancar tahun yang bersangkutan.
Penghitungannya sebagai berikut :
Rasio Kas = KasUtangjangkapendek
4. Working capital to total assets ratio (WCTA ratio)
Adalah likuiditas dari total aktiva dan posisi
modal kerja. Modal kerja yang dimaksud disini adalah
modal kerja neto, yaitu sebagian dari aktiva lancar
yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai
operasinya perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya
(Bambang Riyanto, 2008). WCTA ratio yang semakin
tinggi menunjukkan semakin besar porsi modal kerja
yang dimiliki perusahaan dari total aktivanya. Dengan
modal kerja yang besar, diharapkan kegiatan12
operasional perusahaan menjadi lancar sehingga
pendapatan yang diperoleh akan meningkat dan ini
mengakibatkan laba yang diperoleh juga meningkat.
Penghitungannya sebagai berikut :
WCTA Ratio =
CurrentAssets−CurrentLiabilitiesTotalAssets
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penyajian Analisis Data
Dalam menghitung tingkat likuiditas suatu perusahaan
dibutuhkan data-data keuangan. Data-data tersebut diperoleh
dari laporan keuangan perusahaan dimana memuat mengenai
neraca dan laporan laba rugi. Dimana neraca yang menunjukkan
kondisi perusahaan terhadap aktiva, utang dan modal
13
perusahaan dalam suatu periode tertentu, sedangkan laporan
laba rugi memuat tentang pendapatan dan beban-beban atau
biaya-biaya suatu perusahaan dalam periode tertentu.
Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan (PT. XL
AXIATA Tbk) berdasarkan analisis rasio likuiditasnya, berikut
laporan keuangan dari PT. XL AXIATA Tbk tahun 2010 hingga
2012.
Gambar 2.1 Neraca PT. XL AXIATA Tbk tahun 2010-2012
14
Gambar 2.2 Neraca PT. XL AXIATA Tbk tahun 2010- 2012
Pada kedua gambar di atas, dapat dilihat kondisi aktiva
dan pasiva PT. XL AXIATA Tbk dari tahun 2010-2012. Tahun
2010, jumlah kas dan setara kas sebesar Rp 366.161 (dalam
ribuan); persediaan sebesar Rp 61.044; total aktiva sebesar
Rp. 27.251.281 dimana aktiva lancar sebesar Rp 2.228.017 dan
aktiva tetap sebesar Rp 25.023.264; total utang sebesar Rp
15.536.207 dimana utang jangka pendek sebesar Rp 4.563.033
dan utang jangka panjang sebesar Rp 10.973.174.
Pada tahun 2011, jumlah kas dan setara kas sebesar Rp
998.113; persediaan sebesar Rp 66.595; total aktiva sebesar
Rp 31.170.654 dimana aktiva lancar sebesar Rp 3.387.237 dan
aktiva tetap sebesar Rp 27.783.417; total utang sebesar
15
Rp 17.478.142 dimana utang jangka pendek sebesar 8.728.212
dan utang jangka panjang sebesar Rp 8.749.930.
Pada tahun 2012, jumlah kas dan setara kas sebesar Rp
791.805; persediaan sebesar Rp 49.807; total aset sebesar Rp
35.455.705 dimana aset lancar sebesar Rp 3.658.985 dan aset
tetap sebesar Rp 31.796.720; total utang sebesar Rp
20.085.669 dimana utang jangka pendek sebesar Rp 8.739.996
dan utang jangka panjang sebesar Rp 11.345.673.
Perhitungan rasio likuiditas dalam angka periode 2010-2012PT. XL AXIATA Tbk.
Rasio Likuiditas
a. Rasio Lancar = CurrentAssets
CurrentLiabilities
2012 = 3.658.9858.739.996
= 0,41
2011 = 3.387.2378.728.212
= 0,38
2010 = 2.228.0174.563.033
= 0.48
b. Rasio Kas = CashCurrentLiabilities
2012 = 791.8058.739.996
= 0,0916
2011 = 998.1138.728.212
= 0.11
2010 = 366.1614.563.033
= 0,08
c. Rasio Cepat = CurrentAssets−InventoryCurrentLiabilities
2012 = 3.658.985−49.8078.739.996
= 0,41
2011 = 3.387.237−66.5958.728.212
= 0.38
2010 = 2.228.017−61.0444.563.033
= 0,47
d. WCTA Ratio =CurrentAssets−CurrentLiabilities
TotalAssets
2012 =3.658.985−8.739.996
35.455.705
= -0,14
2011 = 3.387.237−8.728.21231.170.654
= -0,17
2010 = 2.228.017−4.563.03327.251.281
17
= -0,085
2.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan
PT. XL AXIATA Tbk. berdasarkan analisis likuiditasnya
selama tiga tahun terakhir (2010-2012), maka berdasarkan
analisis laporan keuangan perusahaan PT.XL AXIATA Tbk.
dilakukan pembahasan sebagai berikut :
1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang
dimiliki. Semakin besar ratio ini maka semakin rendah
tingkat likuiditas perusahaan tersebut.
Tingkat Current Ratio pada PT.XL AXIATA Tbk. pada
tahun 2010 sebesar 48% dan pada tahun 2011 sebesar 38%,
yang artinya terjadi penurunan tingkat Current Ratio. Yang
artinya pada tahun 2010-2011 rasio lancar memburuk
karena terjadi penurunan.
Dan pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2012 tingkat
Current Ratio terjadi peningkatan sebesar 3% yaitu 41% yang
artinya Current Ratio yang bergerak dari tahun 2011-2012
mengalami kenaikan yang berarti Current Ratio membaik.
2. Cash Ratio (Ratio Of Immediate Solvency)
Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan posisi
kas yang dapat menutupi hutang lancar dengan kata lain
18
cash ratio merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
kas yang dimiliki dalam manajemen kewajiban lancar tahun
yang bersangkutan.
Semakin besar nilai rasio kas, maka semakin mudah
perusahaan dalam membayar utang-utangnya. Dengan
demikian, rasio kas dapat menujukkan kemampuan
perusahaan yang sesungguhnya dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya.
Pada tahun 2010, Cash Ratio perusahaan berada pada
persentase 8% kemudian pada tahun berikutnya yaitu tahun
2011 sebesar 11%. Pada data tersebut persentase cash ratio
mengalami kenaikan yang artinya kondisi perusahaan
semakin mudah dalam membayar utang-utangnya. Dan pada
tahun 2012 terjadi penurunan sebesar 3% yaitu pada
pesentase 9%, dimana pada kondisi ini perusahaan
mengalami sedikit kesulitan dalam membayar utang-
utangnya.
3. Rasio cepat (Quick Ratio)
Rasio ini disebut juga Acid Test Ratio yang juga
digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penghitungan
Quick Ratio dengan mengurangkan aktiva lancar dengan
persediaan.
Hal ini dikarenakan persediaan merupakan unsur
aktiva lancar yang likuiditasnya rendah dan sering
mengalami fluktuasi harga serta menimbulkan kerugian
jika terjadi likuiditas. Jadi rasio ini merupakan rasio
19
yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling
likuid mampu menutupi hutang lancar. Sawir (2009:10)
mengatakan bahwa Quick Ratio umumnya dianggap baik adalah
semakin besar rasio ini maka semakin baik kondisi
perusahaan.
Pada tahun 2010 persentase rasio cepat sebesar 47%
kemudian pada tahun 2011 menjadi 38%, rasio ini
mengalami penurunan yang artinya kondisi ini semakin
menurun dan kondisi perusahaan pada tahun berjalan ini
mengalami kondisi yang buruk. Sedangkan pada tahun 2012,
persentase Quick Ratio menjadi 41% yang artinya terjadi
peningkatan dari tahun 2011 ke 2012 dan keadaan Quick
Ratio pada tahun ini dianggap baik karena semakin besar
rasio tahun 2012 dari tahun sebelumnya dan kondisi
perusahaan juga semakin baik.
4. Working Capital To Total Asset Ratio
Aktiva lancar adalah aktiva yang oleh perusahaan
diharapkan dapat berubah menjadi kas dlm jangka pendek,
utang lancar adalah semua kewajiban perusahaan yang
jangka pendek harus dipenuhi. Perbedaan antara utang
lancar disebut Net Working Capital To Asset Ratio dan ini
digunakan untuk menentukan kebijakan investasi dan dana
yang diperoleh. Semakin besar tingkat rasio ini maka
keadaan perusahaan akan semakin membaik.
Pada tahun 2010 persentase yang terjadi sebesar -8%
sedangkan pada tahun 2011 sebesar -17% yang artinya
kondisi likuiditas perusahaan semakin memburuk karena
20
terjadi penurunan. Sedangkan pada tahun 2012 sebesar -
14% terjadi kenaikan sebesar 3% yang artinya keadaan
likuiditas perusahaan semakin membaik.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
21
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dengan
menggunakan rasio profitabilitas, maka penulis menarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Secara umum kinerja keuangan PT XL AXIATA Tbk
berdasarkan analisis likuiditasnya mulai mengalami
perbaikan.
2. Kinerja keuangan perusahaan mengalami perbaikan pada
tahun 2011 menuju tahun 2012 karena pada tahun
tersebut current ratio, cash ratio, dan working
capital to total asset ratio mengalami perubahan
kenaikan dimana posisi awalnya dari tahun 2010 menuju
2011 mengalami penurunan. Walaupun pada quick ratio
mengalami penurunan pada tahun 2012 akan tetapi quick
ratio telah terlebih dahulu mengalami peningkatan dari
tahun 2010 menuju tahun 2011. Walaupun kenaikan
penurunan yang dialami tidak merata akan tetapi
perusahaan berusaha mempernaiki kinerja keuangannya
dari tahun ke tahun.
3.2 SARAN-SARAN
Berdasarkan hasil penelitian maka penulis dapat
mengemukakan saran sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan,
perusahaan harus berusaha meningkatkan tingkat
likuiditasnya terutama pada Working Capital To Total Asset
22
yaitu dengan jalan memenuhi kewajiban jangka pendek
tepat pada waktunya.
2. Perusahaan sebaiknya mempertahankan pengelolaan biaya-
biaya agar tetap cermat dan efisien, dengan demikian
kemampuan perusahaan untuk meningkatkan likuiditasnya
pada masa yang akan datang akan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Aspahani, et al (2013). Pengantar Akuntansi Buku 2 (Berbasis SAK ETAP)
Edisi Revisi Pertama. Palembang : Ikatan Akuntan Indonesia