PENGARUH ASAP CAIR YANG DIBUAT DARI TIGA JENIS KAYU TERHADAP
PEMBEKUAN LATEKS CAIR DAN MUTU RIBBED SMOKED SHEET (RSS)
Oleh : Tamrin, Achmad Fiqri Aulia dan Prayoga
Jurusan Teknik Pertanian Unila, Jl. Sumantri Brodjonegoro No.
1
Bandar Lampung, Indonesia. [email protected]
Abstraks
Harga lateks pada saat ini msiah rendah, sehingga petani
kesulitan untuk mengadakan zat pembeku lateks. Asap cair merupakan
koagulan lateks yang dapat digunakan untuk pembekuan lateks cair.
Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh asap cair yang
terbuat dari tiga jenis kayu terhadap mutu lateks beku dan muru
RSS. Kayu karet, melinjo dan akasia digunakan sebagai bahan baku
asap cair. Asap cair dengah kosentrasi asam asetat 4, 8 dan 12%
digunakan untuk membekukan lateks cair. Mutu lateks beku dan RSS
yang dibekukan dengan asap cair diamati. Hasil penelitian
menunjukan bahwa jenis kayu tidak mempengaruhi lama lateks beku,
rendemen lateks, kandungan kotoran, kandungan jamur RSS, dan
kandungan gelembung RSS. Jenis kayu berpengaruh terhadap kandungan
asam asetat didalam asap cair. Konsentrasi asap cair dapat
mempengaruhi mutu lateks beku, semakin tinggi kosentrasi asap cair
maka semakin cepat lateks beku dan semakin tinggi mutu RSS yang
dihasilkan. Konsentrasi asap cair 8 -12 % dapat membekukan lateks
selama 94 -197 menit dan mutu RSS tingkat I.
Key word : Lateks , jebis kayu, asap cair, konsentrasi dan
mutu
I. PENDAHULUAN
Harga lateks pada tingkat petani masih rendah Juni 1917, yaitu
Rp 4000. Pada bulan September 2016 ada kecendrungan harga menaik
yaitu Rp 4500/kg – tetapi harga ini belum membuat petani untung,
karena harga lateks masih dibawah harga normal Pada saat harga
karet murah mem-buat petani karet kesulitan untuk membeli asam
asetat sebagai bahan kimia pembeku karet. Sekarang petani berusaha
untuk mencari bahan alternatif untuk membeku-kan lateks yang dapat
dibuat sendiri oleh petani. Bahan pembeku lateks yang dimaksud
adalah asap cair yang dapat dibuat dari bahan kayu. Asap cair juga
dapat dibuat dari kayu karet yang banyak ditanam oleh petani
karet.
Asap cair merupakan suatu proses piro-lisis yaitu proses
pemanasan bahan kayu didalam ruang tertutup dengan kandungan
oksigen yang rendah. Pemanasan kayu ini menghasilkan asap. Asap
disalurkan pada pipa yang didinginkan dengan air pen-dingin. Asap
yang melewati pipa yang didinginkan oleh air pendingin akan
mencair. Asap yang terkondensasi menjadi cair dinamakan asap
cair.
Bahan baku untuk membuat asap cair dari bermacam-macam jenis
kayu. Kayu karet banyak digunakan oleh petani karet untuk membuat
asap cair, karena kayu karet tua merupakan biomassa yang kan-dungan
lignoselulosa tinggi. Lignoselu-losa mengandung komponen penyusun
utama meliputi Heloselulosa , Selulosa , Hemiselulosa , Lignin ,
dan Ekstraktif , (Boerhendhy, 2006). Disamping itu petani memilih
kayu yang banyak disekitar mereka, untuk mengurang biaya dalam
pembuatan asap cair.
Kegunaan asap bermacam-macam, diantaranya asap cair dapat
digunakan sebagai koagulan lateks dengan sifat fungsional asap cair
seperti anti jamur, antibakteri, antioksidan, dan dapat
mem-perbaiki kualitas produk karet yang dihasilkan (Yunus,
2011).
Pembuatan asap cair dapat juga dilaku-kan dari limbah hasil
pengolahan kayu yaitu serbut gergaji. Serbuk gergaji dima-sukan
kedalam reaktor, kemudian reaktor dipanaskan sehingga menghasilkan
asap. Asap ini dikondensasi sehingga mengha-silkan asap cair.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tiga jenis kayu
dan konsentrasi asap cair terhadap mutu lateks beku dan mutu RSS
yang dihasilkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengeta-hui pengaruh jenis kayu
terhadap mutu asap cair, dan mengetahui pengaruh kon-sentrasi asap
cair berbagai jenis kayu ter-hadap pembekuan lateks dan mutu
RSS-nya.
II. Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei
2016. Penelitian
dilakukan di Laboratorium Rekayasa Bio-proses Pasca Panen
Jurusan Teknik Perta-nian Fakultas Pertanian Universitas Lam-pung.
Penelitian ini menggunakan dua perlakuan yaitu jenis kayu (kayu
karet, kayu melinjo dan kayu akasia) dan kon-sentrasi asam asetat
didalam asap cair. Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu a)
membuat asap cair dari kayu karet, kayu akasia dan kayu melinjo.
Kemudian membekukan lateks cair dengan menggu-nakan asap cair
dengan konsentrasi asam asetat didalam asap cair 4, 8 dan 12 %.
Konsentrasi lateks diencerkan sampai kadar karet kering menjadi
18%.
Pemberian asap cair dengan perban-dingan 131 ml per kg berat
kering lateks cair. Lateks yang telah beku digiling dengan mesin
penggiling dengan ketebalan lebih kurang 2-3 mm. Selan-jutnya
lateks dikeringkan dengan cara mengasapkannya. Pengamatan yang
dilakukan adalah lama lateks beku, rendemen lateks, kandungan
kotoran, kandungan jamur RSS, dan kandungan gelembung RSS.
III . HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Asap Cair
Pembuatan Asap cair dengan meng-gunakan kayu karet, kayu akasia
dan kayu melinjo yang sudah tua atau yang sudah tidak produktif.
Bagian kayu yang digu-nakan adalah batang pada bagian cabang.
karena cabang memiliki diameter lebih kecil dan tingkat
kekerasannya lebih rendah. Pemanfaatannya kayu ini bagi petani
sangat terbatas seperti kayu bakar dan bahan baku pembuatan
arang.
Kayu karet, akasia dan melinjo yang dipirolisis masing-masing
sebanyak 5 kg. Asap cair yang didapat dari kayu karet, kayu akasia,
dan kayu melinjo masing-masing sebanyak 3500 , 3600 , dan 3800 ml.
Disamping perbedaan dari segi volume asap cair, perbedaan juga
terjadi pada komposisi asap cair yang dihasilkan. Menurut Girard,
(1992) bahwa secara kuantitatif. komposisi asap dipengaruhi oleh
berbagai faktor, diantaranya jenis kayu, kadar air kayu dan suhu
pirolisis yang digunakan.
Asap cair hasil pirolisis merupakan penguraian yang tidak
teratur dari bahan-bahan organik yang disebabkan oleh adanya
pemanasan tanpa berhubungan dengan udara luar (Wijaya dkk, 2008).
Asap cair hasil pirolisis ini mengandung bermacam jenis zat.
Menurut Towaha, dkk (2013), bahwa komposisi senyawa utama asap cair
adalah air 11-92%, phenol 0,2-2,9%, asam 2,8-9,5%, karbonil 2,6-
4,0%, dan tar 1-7%. Kepekatan asap cair dapat dilihat secara visual
dari warna dan aromanya. Semakin gelap warna asap cair dan semakin
tajam aromanya maka kon-sentrasi zat yang ada didalam asap cair
tersebut semakin pekat.
B. Konsentrasi Asam dan pH (Derajat
Keasaman)
Asap cair hasil pirolisis dari kayu karet, kayu akasia dan kayu
melinjo dilakukan pengukuran terhadap kandungan asam asetatnya.
Hasil pengukuran asam asetat dan pH (derajat keasaman) asap cair
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Asam asetat dan pH
Asap Cair
Jenis kayu
Kandungan asam asetat (%)
pH
Kayu karet
12,96
3,0
Kayu akasia
7,44
3,4
Kayu melinjo
4,68
3,7
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa setiap jenis kayu memiliki
kandungan asam asetat yang berbeda-beda. Hal terse-but dikarenakan
perbedaan pada kandung-an hemiselulosa, selulosa dan lignin
masing-masing kayu. Menurut Sucahyo (2010) bahwa Hemiselulosa
merupakan komponen kayu yang mengalami pirolisis lebih awal dan
menghasilkan fural, furan, asam asetat dan homolognya. Pirolisis
dari pentosan membentuk furfural, fural dan turunannya beserta
suatu seri yang panjang dari asam karboksilat. Bersama-sama dengan
selulosa, pirolisis heksosan membentuk asam asetat dan homolognya.
Dekomposisi hemiselulosa terjadi pada suhu 200-250 oC. Fenol
dihasilkan dari dekomposisi lignin yang terjadi pada suhu 300 oC
dan berakhir pada suhu 400 oC. Proses selanjutnya yaitu pirolisis
selulosa menghasilkan senyawa asam asetat dan senyawa karbonil
seperti asetaldehid, glikosal dan akreolin. Pirolisa lignin akan
menghasilkan senyawa fenol, gualikol, siringol bersama dengan
homolog dan derivatnya.
C. Aplikasi Asap Cair Dalam
Pembekuan Lateks
Asap cair kayu karet, akasia, dan melinjo dalam penelitian ini
telah mengalami proses pengendapan selama 14 hari hingga didapati
warna asap cair yang berwarna kuning agak coklat terang. Asap cair
juga diuji kandungan asam asetat dan pH.Tahap awal pada proses
pembekuan lateks yaitu pengumpulan bahan dasar yaitu lateks segar
dan penentuan KKK. Hal ini untuk mengetahui jumlah air yang akan
dibutuhkan untuk melakukan pengen-ceran lateks. Komposisi kimia
lateks segar secara garis besar adalah 25-40% karet dan 60-75%
merupakan bahan bukan karet. Kandungan bukan karet ini selain air
adalah protein (globulin dan havein), kar-bohidrat (sukrosa,
glukosa, galaktosa dan fruktosa), lipida (gliserida, sterol, dan
fos-folipida). Komposisi ini bervariasi tergan-tung pada jenis
tanaman, umur tanaman, musim, sistem deres dan penggunaan stimulan.
(Triwijoso dan Siswantoro. 1989 dan Setyamidjaja, 1983).
Lateks segar mengandung KKK lebih besar dari 18%. Agar
penyebaran bahan pembeku merata didalam lateks, maka lateks harus
diencer menjadi kadar KKK 18% dan dimasukkan kedalam wadah. Lateks
diberikan koagulan asap cair sesuai konsentrasi yang telah
ditetapkan . setelah beberapa lama lateks akan beku sesuai de-ngan
tingkat konsentrasi asam asetat yang diberikan. Volume pemberian
asam asetat pada lateks dapat dilihat pada Tabel 2 dengan
konsentrasi asam asetat dari asap cair seperti pada Tabel 1 .
Tabel 2.Volume penggunaan asam asetat
setiap 1 liter lateks kosentrasi
KKK 18 % (ml)
Jenis kayu
Konsentrasi
4%
8%
12%
Karet
7,7
15,4
22,5
Akasia
13,5
26,4
39,2
Melinjo
20,6
41,8
62,4
Asap cair yang dimasukkan kedalam lateks mengandung
senyawa-senyawa kimia yang berfungsi sebagai antioksidan yang dapat
melindungi partikel-partikel karet dari bakteri perusak antioksidan
(Yulita, 2012). Asap cair dapat meng-hambat perkembangbiakan
bakteri sehingga nilai plastisitas awal dan plastisitas setelah
pengusangan tetap tinggi (Solichin dan Anwar, 2006)
D. Lama Beku Lateks
Lama beku lateks ditentukan dengan cara mengamati lateks yang
sudah diberi-kan larutan koagulan sesuai dengan kon-sentrasinya.
Lama beku diukur dengan menggunakan stopwatch untuk mengeta-hui
waktu yang dibutuhkan lateks untuk membeku. Latek dikatakan beku
apabila paku yang rungcing diletakkan diatas permukaan lateks.
Apabila paku yang runcing tidak tenggelam kedalam lateks, maka
dikatakan latekx telah beku. Lama lateks beku dapat dilihat pada
Tabel 3.
Berdasarkan analisis sidik ragam dengan taraf α ( 5%)
menunjukkan bahwa jenis kayu tidak mempengaruhi lama beku lateks,
sedangkan konsentrasi asap cair berpengaruh terhadap lama beku
lateks.
Tabel 3. Lama waktu beku lateks cair
(menit)
Kosentrasi (%)
Jenis kayu
Rata-rata
Kayu karet
Kayu Akasia
Kayu melinjo
4
637
567
571
591
8
442
197
463
367
12
146
94
143
127
Rata-rata
408
286
392
362
Jenis kayu tidak mempengaruhi lama beku lateks. Hal ini
dikarenakan kompo-nen dari kayu seperti hemiselolosa, selu-losa dan
lignin sama dimiliki oleh ketiga jenis kayu, Hanya berbeda dalam
kon-sentrasi masing-masing komponen kayu. Setiap jenis kayu atau
bahan akan meng-hasilkan senyawa yang berbeda (Darmadji, 1997).
Perbedaan komponen ini akan menghasilkan konsentrasi kandungan asam
asetat yang berbeda. Jadi jenis kayu tidak mempengaruhi lama beku
latek cair.
Menurut Setyamidjaja (1993), bahwa lateks akan membeku apabila
pH karet turun mencapai pH 4,5 – 5,5 (kondisi isoelektrik partikel
karet). Penurunan nilai pH lateks dapat dilakukan dengan cara
menambahkan larutan asam atau asam yang ditimbulkan oleh mikroba
yang berkembang pada lateks cair. Komposisi kimia lateks cair cocok
sebagai media mikroba tertentu untuk tumbuh.
E. Berat Kering Lateks
Berat kering yaitu berat bahan setelah kehilangan kandungan air
saat pemanasan beberapa waktu tertentu sehingga beratnya tetap
(konstan). Pengamatan dilakukan setelah karet dioven dengan suhu
105°C selama 24 jam. Berdasarkan analisis sidik ragam dengan taraf
α = 5% menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh jenis kayu dan
konsentrasi asap cair terhadap berat kering lateks seperti yang
terlihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Nilai Berat Kering Lateks (%)
Kon sentrasi (%)
Jenis kayu
Rata-rata
Kayu karet
Kayu Akasia
Kayu melinjo
4
32,47
32,69
33,46
32,87
8
34,03
38,95
35,53
36,17
12
30,54
29,66
38,71
32,97
Rata-rata
32,35
33,77
35,90
34,00
Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa berat kering yang
dihasilkan bervariasi, tidak menunjukkan pengaruh perlakuan
terhadap berat kering lateks. Hal ini dikarenakan lateks akan beku
apabila pH lateks mencapai pH 4,5-5,5. Jika pH lateks sudah
tercapai maka lateks akan beku. Hampir sumua lateks pada percobaan
ini mempunyai pH 4,5-5,5.
F. Tekstur lateks
Penentuan tekstur pada RSS menggu-nakan meja sortir. Hasil
pengamatan terhadap tektur menunjukan bahwa kon-sentrasi dan jenis
kayu tidak mempenga-ruhi terhadap tektur RSS yang dihasilkan. Hasil
RSS menunjukkan bahwa semua RSS hasil percobaan dalam kondisi
kering, bersih dan kuat.
RSS yang dihasilkan kering, bersih dan kuat merupakan akibat
dari suatu proses, bukan pengaruh dari perlakuan. Proses pengolahan
yang baik akan menghasilkan RSS yang bermutu. Perbedaan jenis kayu
dapat menghasilkan warna RSS yang sedikit berbeda seperti Gambar 1.
Perbe-daan warna disebabkan oleh perbedaan kandungan asap cair yang
dihasilkan yang berdampak terhadap warna lateks yang
dihasilkan.
Kayu Karet
Kayu akasia
Kayu Melinjo
Gambar 1. Tekstur karet
G. Kotoran (Pasir / Benda Asing)
Hasil pengamatan terhadap kotoran (pasir / benda asing) pada RSS
menggu-nakan meja sortir dapat dilihat pada Tabel 5 (lampiran).
Hasil pengamatan dilakukan secara manual dengan bantuan meja yang
disinar dari bawah.
Hasil pengamatan pada Tabel 5 menun-jukkan bahwa sebagian besar
perlakuan pada konsentrasi 4 % terdapat kotoran (pasir / benda
asing) didalamnya. Pada konsentrasi 4 % lebih banyak terdapat
kotoran (pasir / benda asing) dapat
diakibatkan karena waktu pembekuan lebih lama dibandingkan
konsentrasi 8 % dan 12 %. Waktu pembekuan yang lama memungkinkan
RSS terkena pasir atau benda asing lainnya. Pembekuan lateks yang
lama menunjukkan bahwa lateks lama dalam kondisi cair, sehingga
peluang benda asing masuk kedalam lateks cair semakin besar.
Kontaminasi berupa tali karung berasal dari bahan lateks yaitu
pada saat penuang-an lateks ke wadah percobaan potongan tali karung
yang digunakan untuk mem-bersihkan bak penampung lolos dari
saringan dikarenakan ukurannya sangat kecil, kontaminasi berupa
binatang kecil berasal dari binatang yang hinggap pada saat
penirisan sheet dan kontaminasi pasir yang berasal dari bahan
lateks yang lolos dari saringan karena ukurannya sangat kecil. Pada
mutu RSS adanya kontaminasi kotoran (pasir / benda asing) tidak
dapat ditolerir, walaupun hasil dari parameter mutu lainnya
baik.
(Kontaminasi Tali karung)
(Komtaminasi serangga kecil)
(Kontaminasi pasir)
Gambar 4. Kontaminasi RSS
Untuk menghindarkan benda asing ada didalam RSS, maka pengolahan
RSS harus lebih bersih dan mengikut standar operasi prosedur
pengolahan lateks cair.
H. Zat Damar / Jamur
Hasil pengamatan zat damar / jamur pada RSS dengan menggunakan
meja sortir. Semua unit percobaan pada penelitian ini menghasilkan
RSS yang tidak ada kandungan jamurnya. Kandung-an jamur yang ada
pada RSS dimungkin-kan pada kondisi lateks dalam kondisi lembab,
atau pada kondisi udara lembab. Perlakuan jenis kayu dan tingkat
konsen-trasi tidak berpengaruh terhadap zat damar / jamur. Contoh
RSS yang diserang jamur dapat dilihat pada Gambar 5.
\
Gambar 5. Contoh zat damar / jamur pada RSS
I. Gelembung Udara
Hasil pengamatan gelembung udara pada RSS menggunakan meja
sortir dapat dilihat pada Tabel 6 (lampiran). Gelem-bung udara pada
RSS dimungkinkan apabila lateks diserang oleh mikroba. Mikroba yang
ada didalam latek dapat menghasilkan gas. Gas yang dihasilkan dapat
merupakan gelembung udara pada saat lateks sudah kering. Pada
lateks yang mengalami pembekuan cepat tidak ada mengandung
gelembung udara.
Tabel 6. menunjukkan pada seluruh perlakuan dengan konsentrasi 4
% hasilnya seragam yaitu terdapat gelembung udara seukuran 4 kali
kepala jarum pentul dan merata. Pada konsentrasi 8 dan 12 % setiap
perlakuan hasilnya hampir seragam yaitu tidak ada gelembung udara
kecuali pada perlakuan asap cair kayu melinjo ulangan 2 terdapat
gelembung udara seukuran 2 kali kepala jarum pentul dan merata.
Selanjutnya pada konsentrasi 12 % hasilnya hampir seragam yaitu
tidak ada gelembung udara kecuali pada perlakuan asap cair kayu
melinjo ulangan 1 terdapat gelembung udara seukuran kepala jarum
pentul dan merata. Dengan demikian semakin tinggi konsentrasi asap
cair yang digunakan maka semakin kecil kemung-kinan terdapat
gelembung udara.
Gelembung udara yang timbul dalam karet lembaran dapat
disebabkan karena penggumpalan terjadi terlalu cepat dengan
menggunakan asam yang berlebih, atau asam yang terlalu pekat,
penyaringan yang kurang baik, waktu penggumpalan terlalu lama dan
kurang sempurna. Apabila lateks telah menggumpal sempurna, maka di
atas gumpalan tersebut digenangi air untuk mencegah terjadinya
oksidasi dengan uda-ra yang dapat mengakibatkan timbulnya
bercak-bercak hitam pada permukaan koagulum (Anonim, 1997). Dalam
penelitian ini penyebab semua perlakuan dengan konsentrasi 4 %
terdapat gelem-bung udara dikarenakan waktu peng-gumpalan yang
terlalu lama dan kurang sempurna yaitu lebih dari 12 jam sehingga
peluang terdapatnya gelembang udara lebih besar dibandingkan
perlakuan dengan konsentrasi 8 dan 12 % yang hanya memerlukan waktu
pembekuan selama 2-3 jam.
Gambar 6. Gelembung udara pada RSS
sebesar 4 kali kepala jarum
pentul
J. Hasil Mutu RSS
Berdasarkan pengamatan parameter mutu tekstur, kotoran (pasir /
benda asing), zat damar / jamur dan gelembung udara diperoleh hasil
mutu RSS. Pembekuan menggunakan kaogulan asap cair dari kayu karet,
akasia dan melinjo dengan konsentrasi 4 , 8 dan 12 %, Hasil mutu
RSS dapat dilihat pada pada Tabel 7. (lampiran)
Berdasarkan pengamatan yang dilaku-kan, pada konsentrasi 4 %
menghasilkan mutu RSS 4. Tetapi terdapatnya konta-minasi seperti
tali karung, kontaminasi binatang kecil dan kontaminasi pasir
sehingga sebagian besar tidak dapat masuk kelas mutu seperti yang
disajikan dalam Tabel 7. Hanya 2 unit percobaan yang masuk kriteria
RSS 4. Konsentrasi 4 % tidak dapat direkomendasikan sebagai bahan
pembeku lateks dikarenakan memerlukan waktu yang lama (± 12 jam)
untuk membekukan lateks serta mutu RSS yang dihasilkan kurang bagus
yaitu RSS 4.
Secara umum mutu RSS dengan menggunakan konsentrasi 8 %
mengha-silkan mutu RSS 1. Pada konsentrasi 8 % dapat
direkomendasaikan sebagai bahan pembeku lateks dikarenakan mutu
yang dihasilkan mutu RSS 1, walaupun terdapat RSS 2 pada satu
percobaan masih dapat ditolerir.
Hasil mutu pada konsentrasi 12 % hasil mutu yang dihasilkan
seragam yaitu RSS 1. Pada konsentrasi 12 % dapat direkomendasikan
sebagai bahan pembeku lateks karena hasil mutu RSS yang dihasilkan
seragam yaitu RSS 1. semakin tinggi konsentrasi asap cair yang
digunakan maka mutu yang dihasilkan semakin baik.
Gambar 10. Hasil mutu RSS konsentrasi 12 %
IV. KESIMPULAN
Kesimpulan penelitian ini adalah:
1. Jenis kayu tidak mempengaruhi lama lateks beku, rendemen
lateks, kandungan kotoran, kandungan jamur RSS, dan kandungan
gelembung RSS. Jenis kayu berpengaruh terhadap kandungan asam
asetat didalam asap cair.
2. Kosentrasi asam asetat didalam asap cair mempengruhi lama
beku, kandungan gelembung dan mutu RSS.
3. Asap cair dapat digunakan untuk pembekuan lateks dengan
kosentrasi asam asetat didalam asap cair sekitas 8%.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Anonim. 1997. Kumpulan Pedoman Pengolahan Karet (Buku I, II,
III, IV, V, VI, VII). Tim Standardisasi Pengolahan Karet.
Direktorat Jendral Perkebunan, Jakarta.
[2] Boerhendy. I. dan Shinta. D. A. 2006. Potensi Pemanfaatan
Kayu Karet untuk Mendukung Peremajaan Perkebunan Karet
Rakyat.Jurnal Litbang Pertanian, 25(2) : 61-67.
[3] Girrard, J.P. 1992. Smoking in Technology of Meat Products.
Clermont Ferrand. Ellis Horwood, New York pp: 165:205
[4] Towaha. J. Aunillah. A. dan Purwanto. E. H. 2012.
Pemanfaatan Asap Cair Kayu Karet Dan Tempurung Kelapa Untuk
Penanganan Polusi Udara PadaLump. Buletin RISTRI 4(1): 69-78.
[5] Setyamidjaja, S. 1993. Karet Budidaya dan Pengolahan.
Penerbit Karnisius, Yogtakarta,
[6] Sucahyo. L. 2010. Kajian Pemanfaatan Asap Cair Tempurung
kelapa sebagai Bahan Koagulan lateks dalam Pengolahan Ribbed Smoked
Sheet (RSS) dan Pengurangan Bau Busuk Bahan Olahan
karet.Skripsi.Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
[7] Solichin, M dan A.Anwar. 2006. Deorub K Pembeku Lateks dan
Pencegah Timbulnya Bau Busuk Karet. Sinar Tani. 11-17 Oktober
2006
[8] Triwijoso, S.U. dan O. Siswantoro . 1989. Pedoman Teknis
Pengawatan dan Pemekatan Lateks Havea. Balai Penelitian Perkebunan
Bogor.
[9] Wijaya, M., Noor, E., Irawadi, T. T., dan Pari, G. 2008.
Perubahan Suhu Pirolisis Terhadap Struktur Kimia Asap Cair dari
Serbuk Gergaji Kayu Pinus. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan,
2, 73-77.
[10] Yulita.E. 2012. Pengaruh Asap Cair Serbuk Kayu Limbah
Industri terhadap Mutu Bokar.Jurnal Riset Industri,6(1) :13-22.
[11] Yunus. M. 2011. Teknologi Pembuatan Asap Cair dari
Tempurung Kelapa sebagai Pengawet Makanan.Jurnal Sains dan Inovasi
7(1):53– 61.
[12] Darmadji, P. 1997. Aktivitas Anti Bakteri Asap Cair Yang
Diproduksi Dari Bermacam-Macam Limbah Pertanian. Agritech 16 (4):
19-22..
[13] Setyamidjaja, D. 1983. Karet. CV Yasaguna: Jakarta.
Tabel 5. Kotoran (pasir / benda asing) RSS
Kotoran (pasir / benda asing)
Konsentrasi 4 %
Konsentrasi 8 %
Konsentrasi 12 %
Asap cair kayu karet
Ulangan 1
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ulangan 2
Kontaminasi tali karung
Tidak ada
Tidak ada
Ulangan 3
Kontaminasi tali karung
Tidak ada
Tidak ada
Asap cair kayu akasia
Ulangan 1
Kontaminasi binatang kecil
Tidak ada
Tidak ada
Ulangan 2
Kontaminasi binatang kecil
Tidak ada
Tidak ada
Ulangan 3
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Asap cair kayu melinjo
Ulangan 1
Kontaminasi pasir
Tidak ada
Tidak ada
Ulangan 2
Kontaminasi binatang kecil
Tidak ada
Tidak ada
Ulangan 3
Kontaminasi binatang kecil
Tidak ada
Tidak ada
Tabel 6. Gelembung udara RSS
Gelembung udara
Konsentrasi 4 %
Konsentrasi 8 %
Konsentrasi 12 %
Asap cair kayu karet
Ulangan 1
Seukuran 4 kali kepala jarum pentul dan merata
Tidak ada
Tidak ada
Ulangan 2
Seukuran 4 kali kepala jarum pentul dan merata
Tidak ada
Tidak ada
Ulangan 3
Seukuran 4 kali kepala jarum pentul dan merata
Tidak ada
Tidak ada
Asap cair kayu akasia
Ulangan 1
Seukuran 4 kali kepala jarum pentul dan merata
Tidak ada
Tidak ada
Ulangan 2
Seukuran 4 kali kepala jarum pentul dan merata
Tidak ada
Tidak ada
Ulangan 3
Seukuran 4 kali kepala jarum pentul dan merata
Tidak ada
Tidak ada
Asap cair kayu melinjo
Ulangan 1
Seukuran 4 kali kepala jarum pentul dan merata
Tidak ada
Seukuran kepala jarum pentul dan merata
Ulangan 2
Seukuran 4 kali kepala jarum pentul dan merata
Seukuran 2 kali kepala jarum pentul dan merata
Tidak ada
Ulangan 3
Seukuran 4 kali kepala jarum pentul dan merata
Tidak ada
Tidak ada
Tabel 7. Hasil Mutu RSS
Mutu RSS
Konsentrasi
4 %
Konsentrasi
8 %
Konsentrasi
12 %
Asap cair kayu karet
Ulangan 1
RSS 4
RSS 1
RSS 1
Ulangan 2
RSS 4*
RSS 1
RSS 1
Ulangan 3
RSS 4*
RSS 1
RSS 1
Asap cair kayu akasia
Ulangan 1
RSS 4*
RSS 1
RSS 1
Ulangan 2
RSS 4*
RSS 1
RSS 1
Ulangan 3
RSS 4
RSS 1
RSS 1
Asap cair kayu melinjo
Ulangan 1
RSS 4*
RSS 1
RSS 1
Ulangan 2
RSS 4*
RSS 2
RSS 1
Ulangan 3
RSS 4*
RSS 1
RSS 1
Keterangan : * : Tidak masuk kelas mutu RSS