This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
1) Semakin hari, pasien gagal jantung di Indonesia terus meningkat.
Selain karena bertambahnya penduduk berusia tua, juga
keberhasilan terapi yang tidak terlalu signifikan.
2) Tata laksana penyakit jantung koroner, hipertensi, dan penyakit
lain sebagian yang belum berlangsung sesuai harapan.
TUJUAN1. Memenuhi salah satu penugasan mata kuliah program BHP
2. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang kaidah isu etik,
budaya, dan hukum pada penanganan pasien gagal jantung yang
dirujuk ke fasilitas lebih baik
3. Mengetahui unsur-unsur penting yang terkandung dalam setiap
kaidah isu etik terhadap penanganan pasien gagal jantung
4. Memberi pembelajaran kepada mahasiswa tentang tindakan dan
keputusan yang baik dilakukan dalam menangani pasien gagal
jantung
5. Mempelajari dan mengetahui dasar-dasar hukum dalam perujukan
pasien gagal jantung
6. Mengetahui sarana dan prasarana yang tepat untuk menangani
pasien gagal jantung
MANFAAT
1. Mengetahui maksud dari kaidah isu etik, budaya, dan hukum pada
penanganan pasien gagal jantung yang dirujuk ke fasilitas lebih
baik
2. Mengetahui manfaat penanganan pasien gagal jantung yang
dirujuk ke fasilitas lebih baik
3. Menerapkan hukum yang berlaku dalam merujuk pasien gagal
jantung
4. Mampu menggunakan sarana dan prasarana, terutama teknologi
modern, dalam menangani pasien gagal jantung
5. Meningkatkan kualitas dan angka harapan hidup pasien gagal
jantung
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. BIOETIKA
B. ISU ETIK, HUKUM, DAN BUDAYA
C. GAGAL JANTUNG
D. PRINSIP BIOETIKA UMUM
E. ETIKA KLINIS
A. BIOETIKAMenurut Samuel Gorovitz pada tahun 1995, bioetika atau etika
biologi didefinisikan sebagai penyelidikan kritis tentang dimensi-
dimensi moral dari pengambilan keputusan dalam konteks
berkaitan dengan kesehatan dan dalam konteks yang melibatkan
ilmu-ilmu biologis. Bioetika menyelidiki dimensi etis dari masalah-
masalah teknologi, ilmu kedokteran, dan biologi yang terkait
dengan penerapannya dalam kehidupan.
Bioetika juga diartikan sebagai studi tentang isu-isu etika dan
membuat keputusan yang dihubungkan dengan kegunaan
kehidupan makhluk hidup dan obat-obatan termasuk di dalamnya
meliputi etika kedokteran dan etika lingkungan.
Dengan demikian bioetika terkait dengan kegiatan yang mencari
jawaban dan menawarkan pemecahan masalah dari konflik moral.
Konflik moral yang dimaksud meliputi konflik yang timbul dari
kemajuan pesat ilmu-ilmu pengetahuan hayati dan kedokteran,
yang diikuti oleh penerapan teknologi yang terkait dengannya.
(Taher, 2003)
B. ISU ETIK, HUKUM, DAN
BUDAYA 1. ISU ETIK
Etik mengatur manusia dalam membuat keputusan dan dalamberperilaku (profesi), dengan menggunakan “dialog” antar beberapakaidah moral, dengan hasil yang tidak selalu seragam.
Contoh cara berpikir etik :
Dalam meminta persetujuan tindakan medik, yang penting adalahkeputusan pasien dibuat setelah memahami semua informasi yang diperlukan dalam membuat keputusan tersebut.
2. HUKUM
Hukum mengatur perilaku manusia dalam kaitannya dengan
ketertiban hubungan antar manusia, dengan aturan yang tertentu
dan baku.
Para ahli hukum menganggap standar prosedur dan standar
pelayanan medis sebagai domain hukum. Sementara profesi
menganggap bahwa pemenuhan standar profesi adalah bagian dari
sikap etis dan profesi.
Perbandingan Etika dengan Hukum
ETIKA HUKUM
Berlaku untuk lingkungan profesi Berlaku untuk umum
Disusun atas kesepakatan anggota
profesi
Disusun oleh badan pemerintah
Tidak seluruhnya tertulis Tertulis
Sanksi: tuntutan Sanksi: tuntutan
Sanksi diselesaikan: Majelis
Kehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia
Sanksi diselesaikan: pengadilan
Barang bukti: tidak selalu fisik Barang bukti: selalu fisik
3. BUDAYA
Budaya mengacu kepada sistem pembelajaran sebuah tradisi,
kepercayaan atau keyakinan, nilai, norma, dan shared meanings
yang meracuni rasa tertentu dari identitas keanggotaan suatu
kelompok, communal identity, dan communication identity di
tengah mayoritas anggota kelompok dalam suatu system. System
shared meanings sering menjadi kerangka dalam sebuah
pandangan, interpretasi, dan evaluasi dari sebuah situasi etika
yang dilema.
C. GAGAL JANTUNG
DEFINISI
Gagal jantung atau decompensatio cordis didefinisikan sebagai
keadaan menurunnya performa miokardial jantung. Gagal jantung
dapat terjadi secara sistolik ataupun diastolik. Pada gagal jantung
sistolik terjadi penurunan fungsi kontraksi ventrikel kiri yang
diistilahkan penurunan fraksi ejeksi. Sedangkan pada gagal
jantung diastolik tidak terjadi penurunan fraksi ejeksi.
ETIOLOGI
Diantara penyebab gagal jantung yang paling umum adalah
penyakit jantung koroner, hipertensi, penyakit katup jantung
(meliputi mitral stenosis atau regurgitasi), kardiomiopati.
GEJALAGejala utama gagal jantung adalah sesak akibat peningkatan preload jantung kiri sehingga menurunkan oksigenasi pulmonal atau karena menurunnya perfusi jaringan perifer. Pasien juga tampak cemas. Selainitu pasien dapat mengalami nocturia yaitu banyak kencing di malam harisebagai akibat dari peningkatan renal blood flow (aliran darah ke ginjal) pada malam hari.
TANDA• Edema (pembengkakan) pada daerah di bawah jantung yaitu
daerah ekstremitas bawah dan daerah perineal.• Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai kardiomegali dan hepatomegali• Dapat ditemukan suara 3 (S3) atau ventricular gallop (gallop = suara
seperti tapak kuda yang berlari). Bisa juga ditemukan juga suara 4 (S4) atau atrial gallop.
• Pada auskultasi paru didapatkan ronchi basal sebagai akibat daritransudasi cairan dari kapiler paru ke alveoli akibat peningkatan tekananventrikel kiri.
• Ditemukan distensi (pembendungan) vena leher. Ini karena tingginyatekanan aliran vena cava superior.
DIAGNOSIS
Ditegakkan dengan tanda dan gejala gagal jantung kemudian
disokong dengan pemeriksaan laboratorium, EKG dan foto toraks.
Histori penyakit digunakan untuk menentukan diagnosis etiologi.
Untuk gagal jantung kronis perlu ada klasifikasi berat ringannya
penyakit.
PENATALAKSANAAN
• Gagal jantung akut
• Untuk gagal jantung akut, terlebih dahulu ditangani edema parunya dengan:
▫ Dudukkan pasien agak tinggi
▫ Beri O2 aliran tinggi
▫ Beri diamorfin (2,5-5 mg IV)
▫ Beri golongan nitrat seperti ISDN pertama kali sublingual kemudian isosorbid mononitrat 2-10 mg/jam IV. Pemberian nitrat dianjurkan dengan syarat tekanan darah sistol > 100 mmHg
▫ Beri loop diuretic seperti furosemid 40-80 mg IV
D. PRINSIP BIOETIKA UMUM
• Pembelajaran etika tidak mengajarkan keputusan apa yang harus
diambil, namun mengajarkan bagaimana cara mengambil
keputusan tersebut. Pada praktiknya, satu prinsip dapat
dibersamakan dengan prinsip yang lain. Tetapi pada beberapa
kasus, karena kondisi yang berbeda, satu prinsip menjadi lebih
penting dan sah untuk digunakan dengan mengorbankan prinsip
Prinsip otonomi adalah suatu bentuk kebebasan bertindak dimana seorang dokter mengambil keputusan sesuai dengan rencana yang ditentukan sendiri. Dalam prinsip ini, dokter diharapkan dapat menghormati martabat manusia. Pertama, setiap pasien harus diperlakukan sebagai manusia yang memiliki otonomi (hak untuk menentukan nasib diri sendiri). Kedua, setiap manusia yang otonominya berkurang atau hilang perlu mendapatkan perlindungan.
Beberapa ciri-cirinya antara lain:
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabatpasien
2. Berterus terang
3. Menghargai privasi pasien
4. Menjaga rahasia pasien
5. Menghargai rasionalitas pasien
6. Melaksanakan informed consent
7. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusansendiri tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien
8. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuatkeputusan, termasuk keluarga pasien sendiri
2. Berbuat baik (Beneficence)
Prinsip berbuat baik merupakan segi positif dari prinsip tidak merugikan. Kewajiban berbuat baik menuntut bahwa seorang dokter harus membantu orang lain dalam memajukan kepentingan mereka. Selain menghormati martabat manusia, dokter juga harus mengusahakan agar pasien yang dirawatnya terjaga keadaan kesehatannya (patient welfare). Beneficence terbagi atas dua macam, yaitu :
1. General beneficence, misalnya:
Melindungi dan mempertahankan hak yang lain
Mencegah terjadinya kerugian pada yang lain
Menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain
sumber kenikmatan dan beban bersama, dengan cara merata, sesuai
keselarasan sifat dan tingkat perbedaan jasmani dan rohani
3. Sosial, kebajikan melaksanakan dan memberikan kemakmuran dan
kesejahteraan bersama.
4. Hukum (umum), pembagian sesuai dengan hukum (pengaturan
untuk kedamaian hidup bersama) mencapai kesejahteraan umum.
Ciri-ciri justice antara lain :
• Memberlakukan secara universal
• Menghargai hak sehat pasien
• Tidak membedakan pelayanan kesehatan yang diberikan
• Prima facie
• Dalam kondisi atau konteks tertentu, seorang dokter harus melakukan pemilihan satu kaidah dasar etik yang paling sesuai konteksnya berdasarkan data atau situasi konkrit tersebut. Inilah yang disebut pemilihan berdasarkan asas prima facie.
E. ETIKA KLINIS1. Medical Indication, terkait prosedur diagnostik dan terapi yang
sesuai. Dari sisi etik kaidah yang digunakan adalah beneficence dan
nonmaleficence.
2. Patient Preferrence,terkait nilai dan penilaian pasien tentang
manfaat dan beban yang akan diterimanya, merupakan cerminan
kaidah otonomi.
3. Quality of Life, aktualisasi salah satu tujuan kedokteran:
memperbaiki, menjaga atau meningkatkan kualitas hidup insan.
Terkait dengan beneficence, nonmaleficence dan otonomi.
4. Contextual Features, menyangkut aspek non medis yang
mempengaruhi pembuatan keputusan, seperti faktor keluarga,
ekonomi, budaya. Kaidah yang terkait ialah justice.
Isu etik Autonomi : 1. Sebelum memberi rujukuan, sudah seharusnya melakukan informed
consent terlebih dahulu, untuk mengurangi risiko kesalahpahaman antara pasien dan dokter dalam melakukan tindakan karena pasienlah yang akan menanggung segala risiko pengobatan
2. Menghargai hak pasien dimana pada kasus ini ialah pasien gagal jantung, yaitu menghargai hak hidupnya dengan cara merujuk ke penanganan dengan fasilitas yang lebih baik guna mencapai prognosis yang diinginkan
3. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, sehingga jika pasien menolak untuk dirujuk ke penanganan yang lebih baik dan maksimal, kita sebagai dokter tidak dapat memaksakan kehendak.
4. Kita tidak boleh ikut campur dalam pengambilan keputusan yang akan diambil pasien karena itu hak penuh pasien dalam memilih cara pengobatan gagal jantung yang diderita.
5. Keluarga, sahabat, dan orang lain juga tidak bisa andil dalam keputusan penanganan pasien gagal jantung selama pasien masih dalam keaadan sadar dan dapat mengambil keputusan yang tepat.
Isu etik Beneficence :
1. Kita dapat mencegah kerugian pada pasien gagal jantung dengan cara merujuk ke tangan yang lebih ahli untuk penanganan yang lebih baik, karena jika tidak dirujuk sedangkan kita sebagai dokter umum yang bukan kompetensinya mengobati gagal jantung, akan semakin merugikan pasien tersebut
2. Sebagai dokter sudah sewajibnya memberi kepuasan kepada pasien untuk mencapai kesembuhan dan menjamin kehidupannya. Pada kasus gagal jantung kita dapat merujuknya untuk penanganan dan fasilitas yang lebih baik.
3. Menyelamatkan pasien dari bahaya, dengan merujuk pasien gagal jantung ke ahli yang lebih kompeten sehingga dapat mengurangi risiko lebih lanjut ataupun komplikasi yang akan timbul yang membahayakan pasien.
Isu etik Non-maleficence :
1. Dapat mencegah pasien dari bahaya lebih lanjut dengan cara merujuk agar mendapatkan penanganan yang lebih baik
2. Harus mementingkan manfaat yang dapat diterima pasien dibanding memikirkan kerugian dari dokter tersebut. Karena hak pasien agar mencapai kesembuhanlah yang perlu diutamakan seorang dokter.
Isu etik Justice :
1. Memperlakukan pasien dengan universal, membantu mereka mencapai tingkat kesembuhan yang diinginkan tanpa membeda-bedakan perlakuan karena status, suku, agama dan lain sebagainya
2. Menghargai hak sehat pasien dengan memberikan solusi yang lebih baik salah satunya dengan cara merujuk
HUKUM
Hubungan pasien gagal jantung yang dirujuk dengan hukum ialah sebelum melakukan tindakan apapun haruslah meminta persetujuan
tindakan medis dengan cara formulir persetujuan telah ditandatanganioleh pasien atau “yang mewakilinya”. Tindakan tersebut sebagai self protection dari penuntutan pihak kedua (pasien) atas segala resiko
yang terjadi akibat pengobatan.
BUDAYA
1. Budaya dapat membantu menentukan bagaimana dapat bersikap sopan, perilaku penuh perhatian, dan membentuk konsep kepuasan pada pasien. Dengan adanya perbedaan budaya dapat memunculkan perbedaan dalam gaya komunikasi, kontak fisik, interaksi dan lainnya.
2. Hendaklah seorang dokter kepada pasiennya dalam kasus dengan penyakit gagal jantung mampu melakukan adaptasi dan toleransi dengan cepat dan tepat terhadap budaya pasien sehingga mencegah terjadinya hambatan dalam proses pengobatan. Akan tetapi toleransi yang dilakukan tidak boleh mencederai adat istiadat yang berlaku sehingga tidak melanggar perundang-undangan dan ketentuan di bidang kesehatan.
3. Persepsi pasien terhadap kondisi penyakit dan pengobatan juga berpengaruh, terutama dalam hal kepatuhan berobat. Pendekatan secara perlahan hendaklah dilakukan agar mencapai hasil yang diharapkan.
BAB IV
PENUTUPKESIMPULAN
1. Seorang dokter harus bisaberadaptasi dengan tepat agar tercapai pengambilan keputusanyang sesuai secara etika, hukumdan budaya.
2. Bioetika dalam ilmu kedokteranbisa diartikan sebagai isu-isu etikadalam pengambilan keputusanyang dihubungkan dengan tindakpenanganan terhadap pasien yang meliputi etika lingkungan danetika kedokteran. Dalampengambilan keputusan, yang dilakukan oleh dokter yang didasari oleh prima facie.
3. Selain itu, hukum disini juga mempengaruh sebagaipengaturan tertulis disertaisanksi dan berlaku untukumum. Sedangkan budaya disinimerupakan pertimbangan lain dalam pengambilan keputusankarena memiliki kompleksitasyang berbeda dari setiap suku,serta norma-norma yang berlaku di masyarakat dan nilaikeagamaan.
REFERENSIAnatomy and Physiology of Cardiopulmonary System
Cardiology in Family Practice
Ide, Alexandra. 2012. Etika dan Hukum dalam Pelayanan Kesehatan. GrasiaBook Publisher: Yogyakarta.
Medika jurnal kedokteran edisi tahun 2012-pengobatan pasien gagal jantung