SEMINAR AKUNTANSI SYARIAH (Asuransi Menurut Pandangan Islam) MAKALAH Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Seminar Akuntansi Syariah Oleh: Lydia Nur Fadhila 133403036 Maya Nurmayanthi 133403047 Esti Dwi Utari 133403052 Esti Mustikasari 133403053 Linlin Carolina 133403058 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SILIWANGI 2016
64
Embed
SEMINAR AKUNTANSI SYARIAH (Asuransi Menurut …€¦ · · 2016-12-11SEMINAR AKUNTANSI SYARIAH (Asuransi Menurut Pandangan Islam) ... dan prinsip syariah ... yang dimotori oleh
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
SEMINAR AKUNTANSI SYARIAH
(Asuransi Menurut Pandangan Islam)
MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Seminar Akuntansi Syariah
Oleh:
Lydia Nur Fadhila 133403036
Maya Nurmayanthi 133403047
Esti Dwi Utari 133403052
Esti Mustikasari 133403053
Linlin Carolina 133403058
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SILIWANGI
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis kami panjatkan kehadirat Allah swt. Karena berat
rahmat dan hidayah-Nya penulis telah mampu menyelesikan makalah berjudul
“Asuransi Menurut Pandangan Islam”. Makalah ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Seminar Akuntansi Syariah.
Usaha asuransi merupakan suatu mekanisme yang memberikan
perlindungan pada tertanggung apabila terjadi resiko di masa mendatang.
Apabila risiko tersebut benar-benar terjadi, pihak tertanggung akan
mendapatkan ganti rugi sebesar nilai yang diperjanjikan antara penanggung
dan tertanggung. Mekanisme perlindungan ini sangat dibutuhkan dalam dunia
bisnis yang penuh dengan risiko. Secara rasional, para pelaku bisnis akan
mempertimbangkan untuk mengurangi risiko yang dihadapi. Pada tingkat
kehidupan keluarga atau rumah tangga, asuransi juga dibutuhkan untuk
mengurangi permasalahan ekonomi yang akan dihadapi apabila ada salah satu
anggota keluarga yang menghadapi risiko cacat atau meninggal dunia.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan makalah ini penulis banyak
mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Euis Rosidah, S.E, M.Ak., selaku dosen mata kuliah yang telah
membantu penulis selama menyusun makalah ini;
2. Rekan-rekan seangkatan yang telah memotivasi penulis untuk
menyelesaikan penyusunan makalah ini;
3. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebut satu per satu.
semoga Allah swt. Memberikan balasan yang berlipat ganda.
Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki
banyak kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistemmatika dan teknik
penulisannya. Oleh sebab itu,penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah
ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan bagi pembaca. Amin
Tasikmalaya, November 2016
Penulis
ABSTRACT
In Islam, insurance has actually been practiced since the time of The
Prophet Muhammad saw. The precursor of Islamic insurance, according to
some scholars is al-diyah „ala al-„aqilah. Al-„aqilah is the habit of Arab tribes
having been practiced long before Islam where if one member of the tribe were
killed by other tribe members, the heirs of the victim will be paid with blood
money (al-diyah) as compensation by the next of kind of the killer. Next of kind
of the killer is known as al-„aqilah. After the arrival of Islamic law. Furthermore,
al-„aqilah was contained in the Charter of Medina. In the next period, this al-
„aqilah or insurance continued to be practiced by the caliphs, especially during
Caliph Umar bin al-Khatab until now. Islamic insurance or sharia-based
insurance is more nuanced with generosity rather than profit oriented.
Therefore, the aspect of mutual help always serves as a primary basis of the
practice of Islamic insurance. Islam regards insurance as a social phenomenon
forned on the basis of mutual help and a sense of humanity. Today Islamic
insurance is growing rapidly in many countries. This suggests that Islamic
insurance is quite attractive to the public in various countries. The problem is,
until now there are many people including some Muslims who do not
understand Islamic insurance.
Keywords : Islamic insurance
ABSTRAK
Dalam Islam, asuransi sebenarnya sudah dipraktikan sejak zaman
Rasulullah saw. Cikal bakal konsep asuransi Islam menurut sebagian ulama
adalah al-diyah „ala al-„aqilah. Al-„aqilah adalah kebiasaan suku Arab jauh
sebelum Islam datang. Jika salah satu anggota suku terbunuh oleh anggota
suku lain, pewaris korban akan dibayar uang darah (al-diyah) sebagai
kompensasi oleh saudara terdekat dari pembunuh. Saudara terdekat dari
pembunuh tersebut dikenal dengan al-„aqilah. Setelah Islam datang, sistem al-
„aqilah disahkan oleh Rasulullah saw menjadi bagian dari Hukum Islam. Bahkan
al-„aqilah tertuang dalam Piagam Madinah. Pada periode berikutnya, al-„aqilah
atau asuransi ini terus dijalankan oleh para Khalifah Umar bin Khattab sampai
sekarang. Asuransi Islam atau asuransi yang berdasarkan syariah lebih banyak
bernuansa sosial daripada bernuansa ekonomi atau profit oriented. Oleh karena
itu, aspek tolong menolong selalu dijadikan dasar utama dalam menegakkan
praktik asuransi Islam. Islam memandang pertanggungan sebagai suatu
fenomena sosial yang dibentuk atas dasar saling tolong menolong dan rasa
kemanusiaan. Saat ini asuransi Islam sudah tumbuh di berbagai negara. Hal ini
menunjukkan bahwa asuransi Islam ternyata cukup diminati oleh masyarakat di
berbagai negara. Yang menjadi masalah, sampai saat ini masih banyak
masyarakat termasuk sebagian umat Islam yang belum memahami asuransi
Islam.
Kata kunci: Asuransi islam
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
ABSTRACT ..................................................................................................... iii
ABSTRAK ....................................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
C. Tujuan Makalah .................................................................................... 3
D. Kegunaan Makalah ............................................................................... 3
E. Prosedur Makalah ................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah yang Melatarbelakangi Adanya Asuransi ................................ 5
B. Manfaat Serta Prinsip Asuransi Dalam Islam ....................................... 26
C. Pandangan Islam terhadap Asuransi .................................................... 28
D. Jenis-Jenis Asuransi yang Ada di Indonesia ........................................ 40
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................................... 52
B. Saran .................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam merupakan agama yang memiliki aturan universal, artinya islam
mengatur seluruh aspek kehidupan manusia baik dalam aspek ibadah,
politik, sosial, budaya, maupun aspek ekonomi. Hal ini sesuai dengan QS.
Al-Maidah ayat 3, yaitu yang artinya: “Diharamkan bagimu (memakan)
bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama
selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan
diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan
(diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan
juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak
panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa
untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada
mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini telah kusempurnakan untuk
kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah
Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena
kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Pada saat ini, banyak masyarakat dengan berbagai kondisi yang
akhirnya menjadi alasan seperti halnya akan terjadi kecelakaan, rumah
tidak aman dan bisa saja terbakar atau terjadi pencurian, perusahaan yang
dimilikinya pun tidak bisa dijamin berjalan terus, pendidikan anak bisa jadi
tiba-tiba membutuhkan biaya besar ditahun-tahun mendatang dan lain
sebagainya. Kondisi-kondisi tersebut merupakan gambaran yang digembosi
oleh pihak asuransi dan akhirnya menjadi alasan masyarakat memilih untuk
memanfaatkan jasa asuransi tersebut.
Usaha asuransi merupakan suatu mekanisme yang memberikan
perlindungan pada tertanggung apabila terjadi resiko di masa mendatang.
Apabila risiko tersebut benar-benar terjadi, pihak tertanggung akan
mendapatkan ganti rugi sebesar nilai yang diperjanjikan antara penanggung
dan tertanggung. Mekanisme perlindungan ini sangat dibutuhkan dalam
dunia bisnis yang penuh dengan risiko. Secara rasional, para pelaku bisnis
akan mempertimbangkan untuk mengurangi risiko yang dihadapi. Pada
tingkat kehidupan keluarga atau rumah tangga, asuransi juga dibutuhkan
untuk mengurangi permasalahan ekonomi yang akan dihadapi apabila ada
salah satu anggota keluarga yang menghadapi risiko cacat atau meninggal
dunia.
Perkembangan asuransi di Indonesia saat ini telah mengalami
kemajuan yang sangat pesat. Berbagai perusahaan asuransi berlomba-
lomba menawarkan program asuransi baik bagi masyarakat maupun
perusahaan. Seiring dengan perkembangan berbagai program syariah yang
telah diusung oleh lembaga keuangan lain, banyak perusahaan asuransi
yang saat ini juga menawarkan program asuransi syariah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan
rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apa sejarah yang melatar belakangi adanya asuransi?
2. Bagaimana manfaat dan prinsip asuransi dalam islam?
3. Bagaimana pandangan islam terhadap asuransi?
4. Apa saja jenis asuransi yang ada di Indonesia?
C. Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun
dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Sejarah yang melatarbelakangi adanya asuransi;
2. Manfaat dan prinsip asuransi dalam islam;
3. Pandangan islam terhadap asuransi;
4. Jenis asuransi yang ada di Indonesia.
D. Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik
secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna
sebagai pengembangan konsep asuransi menurut pandangan islam.
Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Penulis, sebagai wahana penambahan pengetahuan dan konsep
ke ilmuan khususnya tentang konsep asuransi menurut
pandangan islam;
2. Pembaca/guru, sebagai media informasi tentang konsep asuransi
menurut pandangan islam baik secara teoritis maupun praktis.
E. Prosedur Makalah
Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Melalui metode ini
penulis akan menguraikan permasalahan yang dibahas secara jelas dan
komprehensif. Data teoretis dalam makalah ini dikumpulkan dengan
menggunakan teknik studi pustaka, artinya penulis mengambil data
melalui kegiatan membaca berbagai literatur yang relevan dengan tema
makalah. Data tersebut diolah dengan teknik analisis isi melalui kegiatan
mengeksposisikan data serta mengaplikasikan data tersebut dalam
konteks tema makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah yang Melatarbelakangi Adanya Asuransi
Asuransi yang pertama kali muncul ialah dalam bentuk asuransi
perjalanan laut, yaitu pada abad 14 Masehi. Namun sebenarnya, asuransi
ini memiliki akar sejarah semenjak sebelum Masehi. Praktek asuransi
waktu itu, seseorang meminjamkan sejumlah harta riba untuk kapal yang
akan berlayar. Jika kapal itu hancur, maka pinjaman tersebut hilang. Jika
kapal selamat, maka pinjaman itu dikembalikan dengan riba (tambahan)
yang disepakati. Kapal itu digadaikan sementara sebagai jaminan
pengembalian hutang dan ribanya. Di dalamnya merupakan perjanjian yang
bersifat riba, mengandung unsur perjudian dan bahaya. Dan hingga pada
saat ini, asuransi tetap memiliki unsur-unsur sebagaimana saat muncul
pertama kali.
Kemudian, pada abad 17 Masehi muncul asuransi di daratan, yaitu
di kalangan bangsa Inggris. Pertama kali, muncul dalam bentuk asuransi
kebakaran. Kemunculannya setelah terjadi kebakaran hebat di kota London
pada tahun 1666 Masehi. Kerugian yang diderita pada waktu itu, tidak
kurang dari 13 ribu rumah, dan sekitar 100 gereja terbakar. Dari sini,
asuransi kebakaran kemudian menyebar ke banyak negara di luar Inggris
pada abad 18 Masehi, khususnya di Jerman, Perancis, dan Amerika
Serikat, serta semakin bertambah jenisnya, khususnya pada abad 20
Masehi.
Adapun latar belakang lahirnya sistem asuransi syariah dan
penerapan prinsip syariah dalam kegiatan usaha asuransi di Indonesia
adalah :
a. Dengan sistem konvensional, sistem perekonomian akan rapuh dan
tidak akan menyelesaikan problem,
b. Prinsip syariah sesuai dengan prinsip yang tertera dalam Al Qur‟an
(pedoman bagi umat Islam dalam bermuamalah) dan prinsip syariah
banyak mengandung unsur-unsur keadilan dibandingkan dengan
sistem konvensional,
c. Adanya permintaan pasar,
d. Adanya kebijakan pemerintah yang memberi kesempatan pada
perusahaan untuk membuka divisi syariah dan Fatwa MUI No.
21/DSN-MUI/2001 tentang Pedoman Asuransi Syariah,
e. Asuransi syariah di Indonesia sebelum kurun waktu tahun 2001
hanya dijalankan oleh PT. Takaful sebagai pemain tunggal bidang
usaha asuransi syariah.
Perkembangan Asuransi Syariah
Asuransi syariah di Indonesia secara de facto diawali dengan
berdirinya PT. Syarikat Takaful Indonesia pada tanggal 24 Februari 1994
atas prakarsa Tim Pembentukan Asuransi Takaful Indonesia (TEPATI)
yang dimotori oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) melalui
Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat Indonesia Tbk., PT Asuransi Jiwa
Tugu Mandiri, Departemen Keuangan RI, serta beberapa pengusaha
muslim Indonesia. TEPATI ini mengadakan studi banding ke Malaysia pada
tanggal 7-10 Agustus 1993 sebagai langkah awal pendirian,untuk melihat
perkembangan dan sistem asuransi syariah di Malaysia yang dikelola oleh
perusahaan atau syarikat Takaful Malaysia SDN, Bhd.
Setelah melakukan studi banding TEPATI mendirikan PT. Syarikat
Takaful Indonesia pada tanggal 24 Februari 1994, dengan nomor ijin usaha
dan operasional berdasarkan SK. Menteri Kehakiman RI No. C2-
6712.HT.01.01. Th. 1994 dan SIUP Departemen Perindustrian dan
Perdagangan RI No. 533/09-01/PB/VII/2000. Sebagai pelopor asuransi
syariah di Nusantara, PT. Syarikat Takaful Indonesia telah melayani
masyarakat dengan jasa perlindungan asuransi yang sesuai dengan prinsip
syariah dan menerapkan prinsip-prinsip murni syariah pertama di
Indonesia, selama lebih dari satu dasawarsa, melalui dua perusahaan
operasionalnya: PT Asuransi Takaful Keluarga (Asuransi Jiwa Syariah) dan
PT Asuransi Takaful Umum (Asuransi Umum Syariah), sebagai anak
perusahaan dari PT. Takaful Indonesia sebagai perusahaan induk (Holding
Company).
Keberadaan PT. Syarikat Takaful Indonesia secara de jure baru
diakui dengan didirikan PT Asuransi Takaful Keluarga yang bergerak di
bidang asuransi jiwa syariah (Islamic Life Insurance Company) pada 4
Agustus 1994, dengan nomor ijin usaha dan operasional berdasarkan pada
SK. Menteri Kehakiman RI No. C2-9583.HT.01.01. Th. 1994 dan SK.
Menteri Keuangan RI No. 385/KMK.017/1994 dan mulai beroperasi pada 25
Agustus 1994 ditandai dengan peresmian oleh Menteri Keuangan Mar‟ie
Muhammad dan diikuti dengan pendirian anak perusahaan yang bergerak
di bidang asuransi umum syariah (Islamic General Insurance Company)
yaitu PT Asuransi Takaful Umum, dengan nomor ijin usaha dan operasional
berdasarkan pada SK. Menteri Kehakiman RI No. C2-18.286.HT.01.01. Th.
1994 dan SK. Menteri Keuangan RI No. 247/KMK.017/1995 pada tanggal
31 Mei 1995, yang diresmikan oleh Menristek/Ketua BPPT Prof. Dr. B.J.
Habibie pada 1 Juni 1995.
Asuransi Takaful sampai dengan tahun 2001 awal merupakan
pemain tunggal dalam asuransi syariah di Indonesia, namun peluang
terbuka untuk usaha asuransi syariah dengan adanya kebijakan pemerintah
melalui SK. Menkeu No. 268/KMK.06/2002 tanggal 7 November 2002, yang
memberi peluang bagi perusahaan asuransi konvensional untuk
menjalankan usahanya berbasis syariah melalui 3 (tiga) alternatif pendirian
yaitu:
1. Konversi langsung secara penuh dari asuransi konvensional ke
asuransi syariah dengan mengubah akad dan menghilangkan unsur
maysir, gharar dan riba,
2. Membentuk langsung lembaga asuransi syariah; atau
3. Membuka kantor cabang asuransi syariah/divisi asuransi syariah.
Adapun menurut Syakir Sula (dalam Wirdyaningsih, dkk, 2005,
hlm. 185-187) perbandingan antara asuransi kooperatif (takaful) dan
asuransi bisnis (konvensional), yaitu:
Tabel 1. Perbandingan Antara asuransi Takaful dan Asuransi
Konvensional:
No Prinsip
Asuransi Bisnis
(Konvensional)
Asuransi Kooperatif
(Takaful)
1 Konsep Perjanjian antara dua
pihak atau lebih
dengan mana pihak
penanggung
mengikatkan diri
kepada tertanggung,
dengan menerima
premi asuransi, untuk
memberikan
pergantian kepada
tertanggung.
Sekumpulan orang
yang saling
membantu, saling
menjamin, dan bekerja
sama dengan ara
masing-masing
mengeluarkan
dana tabarru.
2 Asal usul Dari masyarakat
babilonia 4000-3000
sm yang dikenal
dengan
perjanjian hammurabi
dan tahun 1668 di
coffe house london
berdirilah lioyd of
Dari al-aqidah
kebiasaan suku arab
jauh sebelum islam
dating. Kemudian
disahkan oleh
rasulullah menjadi
hokum islam, bahkan
telah tertuang dalam
london sebagai cikal
baal asuransi
konvensional.
konstitusi pertama di
dunia (konstitusi
madina) yang dibuat
langsung rasulullah.
3 Sumber hukum Bersumber dari pikiran
manusia dan
kebudayaan.
Berdasarkan hukum
positif, hukum alami,
dan contoh
sebelumnya.
Bersumber dari wahyu
illahi. Sumber hukum
dalam syariah islam
adalah al-qur‟an,
sunnah atau
kebiasaan rasul, ijma‟,
fatwa sahabat, qiyas,
istihsan, „urf „tradisi‟,
dan mashalih
mursalah.
4 “maghrib”
(maisir, gharar
dan riba)
Tidak selaras dengan
syariah islam karena
adanya maisir, gharar
dan riba. Hal yang
diharamkan dalam
muamalah.
Bersih dari adanya
praktik maisir, gharar
dan riba.
5 DPS (Dewan
Pengawas
Syariah)
Tidak ada, sehingga
dalam banyak
praktiknya
bertentangan dengan
Ada, yang berfungsi
untuk mengawasi
suatu pelaksana
operasional
kaidah-kaidah syara‟ perusahaan agar
terbebas dari praktik-
praktik muamal- ah
yang bertentang
dengan prinsip-prinsip
syariah.
6 Akad Akad jual beli dan
akad mulzim
Akad tabaru dan
akad tijarah
7 Jaminan/risk
(risiko)
Transfer of risk, di
mana terjadi transfer
risiko dari tertanggung
ke penanggung.
Sharing of risk, di
mana terjadi proses
saling menanggung
antara satu peserta
dengan peserta
lainnya (ta‟awun).
8 Pengelolaan
dana
Tidak ada pemisahan
dana, yang berakibat
pada terjadinya dana
hangus (untuk
produk saving life)
Pada produk-
produk saving
life terjadi pemisahan
dana, yaitu dana
tabarru.
9 Investasi Bebas melakukan
investasi dalam batas-
batas ketentuan
perundang-undangan
dan tidak terbatasi
Dapat melakukan
investasi sesuai
dengan ketentuan
perundang-undangan,
sepanjang tidak
halal dan haramnya. bertenang- an dengan
printsip-prinsip syariah
islam. Bebas dari riba
dan tempat-tempat
investasi terlarang.
10 Kepemilikan
dana
Dana yang terkumpul
dari premi peserta
seluruhnya menjadi
milik perusahaan
Dana yang terkumpul
dari peserta dalam
bentuk iuran atau
kontribusi. Merupakan
milik peserta, asuransi
syariah hanya sebagai
pemegang amanah
dalam mengelola dana
tersebut.
11 Unsur premi Unsure premi terlihat
dari table mortalitas
(mortality table), bunga
(interest), biaya
asuransi (cost of
insurance)
Iuran atau kontribusi
terdiri dai unsur
tabarru dan
tabungan. Tabarru‟ jug
a dihitung dari table
mortalitas, tapi tanpa
perhitungan bunga
teknik.
12 Loading Loading pada asuransi
konvensional cukup
Pada sebagian
asuransi syariah,
besar terutaa
dipeuntukkan untuk
komisi agen, bisa
menyerap premi tahun
pertama dan kedua.
Karena itu, nilai tunai
pada tahun pertama
dan kedua biasanya
belum ada (masih
hangus)
loading (komisi agen)
tidak dibebankan pada
peserta, tetapi dari
dana pemegang
saham. namun,
sebagian yang lainnya
mengambil dari sekitar
20-30 persen saja dari
premi tahun pertama.
Dengan demikian, nilai
tunai tahun pertama
sudah terbentuk.
13 Sumer
pemberdayaan
klaim
Sumber biaya klaim
adalah dari rekening
perusahaan, sebagai
konsekuensi penang-
gung terhdapa
tertanggng. Murni
bisnis dan tidak ada
nuansa spiritual.
Sumber pembayaran
klaim diperoleh dari
rekening tabarru‟ yaitu
peserta saling
menanggung. Jika
salah satu peserta
mendapat musibah,
maka peserta lainnya
ikut menannggung
bersama resiko.
14 System
akuntansi
Menganut konsep
asuransi actual basis,
Menuut konsep
asuransi cast basis,
yaitu proses akuntansi
yang mengakui
terjadinya peristiwa
atau keadaan non kas.
Dan mengakui
pendapatan,
peningkatan asset,
expenses,
laibiities, dalam
jumlah tertentu yang
baru akan diterima
dalam waktu yang
akan datang.
mengakui apa yang
telah benar-benar ada
, sedangkan accrual
basis dianggap
bertentangan dengan
syariah karena
mengakui adanya
pendapat, harta,
beban atau utang yang
akan terjadi di masa
yang akan datang.
Sementara apakah itu
benar-benar dapat
terjadi hanya allah
yang tahu.
15 Kentungan
(profit)
Keuntungan yang
diperoleh dari surplus
underwriting komisi
reasuransi, dan hasil
investasi seluruhnya
adalah keuntungan
perusahaan
Profit yang diperoleh
dari surplus
underwriting, komisi
reasuansi, dan hasil
investasi, bukan
seluruhnya mnjadi
milik perusahaan, tapi
dilakukan bagi hasil
(mudharabah) dengan
peserta
16 Misi dan visi Secara gars besar misi
utama dari asuransi
konvensional adalah
misi ekonomi dan misi
social
Misi yang diemban
daam asuransi syariah
adalah misi akidah,
misi ibadah (ta‟awun),
misi ekonomi
(iqtishodl) dan misi
pemberdayaan umat
(social)
Tabel 2. Perusahaan Asuransi dengan Sistem dan Prinsip Islami Tahun
1994-2002:
Perusahaan Asuransi Tahun Keterangan
Asuransi Takaful Keluarga 1994 Asuransi Syariah
Asuransi Tafakul Umum 1995 Asuransi Syariah
Asuransi Syariah Mubarakah 2001 Konversi Penuh
MAA Asuransi Jiwa 2001 Divisi Syariah
Asih Great Eastern 2001 Divisi Syariah
Tri Pakarta 2002 Divisi Syariah
AJB Bumiputera 1912 2002 Divisi Syariah
BRIngin Jiwa Sejahtera 2002 Divisi Syariah
Asuransi Jasa Indonesia
(JASINDO)
2002 Divisi Syariah
Tabel 2 tersebut menunjukkan bahwa selama rentang tahun 1994
sampai dengan tahun 2002, terdapat 9 (sembilan) perusahaan asuransi
di Indonesia yang menerapkan sistem dan prinsip Islami. Pertumbuhan
perusahaan asuransi syariah tersebut didukung dengan kebijakan
pemerintah dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 268/KMK.06/2002.
Regulasi tersebut menyebabkan beberapa perusahaan asuransi
membuka divisi syariah dan ada yang melakukan konversi penuh
kepada sistem syariah, sehingga semakin banyak pemain dalam usaha
asuransi syariah.
Pertumbuhan asuransi syariah di Indonesia ini tidak terlepas dari
faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukung
perkembangan asuransi syariah tersebut antara lain jumlah penduduk
Indonesia yang mencapai lebih dari 220.000.000 jiwa dan mayoritas
beragama Islam ( 85%), sedangkan jumlah penduduk untuk wilayah
Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta berkisar 35.000.000 jiwa
dan 94% beragama Islam. Namun demikian pangsa pasar yang
demikian besar belumlah tergarap secara maksimal. Ini terbukti asuransi
syariah baru dapat menggarap 1,2% sampai 1,5% dari pangsa pasar
asuransi nasional yang mencapai 10%-20% dari jumlah penduduk
Indonesia.
Selain potensi pasar tersebut, faktor pendukung pertumbuhan
asuransi syariah juga berkaitan dengan ketentuan Pasal 6 ayat (2) PP
No. 39 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas PP No. 73 Tahun
1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian, yaitu modal
minimum bagi pendirian perusahaan asuransi berdasarkan prinsip
syariah adalah Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah), modal
pendirian ini lebih kecil daripada modal pendirian perusahaan asuransi
secara konvensional sebesar Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar
rupiah). Modal pendirian yang lebih sedikit ini pertumbuhan asuransi
syariah mempunyai peluang lebih besar, karena dimungkinkan bagi
munculnya perusahaan-perusahaan baru di bidang asuransi syariah.
Perkembangan dan pelaksanaan asuransi syariah di Indonesia
khususnya Yogyakarta masih mengalami kesulitan ataupun kendala
sebagai suatu hambatan dalam asuransi syariah. Adapun kendala
ataupun kesulitan yang dihadapi perusahaan asuransi dalam
mengembangkan asuransi syariah adalah :
1. Belum adanya payung hukum mengenai asuransi syariah.
Belum ada payung hukum yang secara khusus mengatur
mengenai asuransi syariah di Indonesia. Selama ini, asuransi
syariah masih mendasarkan legalitasnya pada UU No. 2 tahun
1992 tentang Usaha Perasuransian. Secara operasional asuransi
syariah masih mengacu pada regulasi yang dikeluarkan oleh
pemerintah baik berupa peraturan pemerintah melalui PP No. 73
Tahun 1992 jo PP No. 63 Tahun 1999 jo PP No. 39 Tahun 2008
tentang Penyelenggaraan usaha perasuransian, maupun regulasi
menteri keuangan yang berkaitan dengan asuransi syariah dan
juga fatwa yang dikeluarkan oleh MUI melalui Fatwa DSN-MUI
yang berkaitan dengan asuransi syariah. Regulasi yang ada
tersebut sudah lebih baik dan mendukung pertumbuhan dan
perkembangan asuransi syariah karena regulasi tersebut
dikeluarkan pemerintah melalui menteri keuangan berkaitan
dengan asuransi syariah, namun regulasi yang ada dan Fatwa
DSN-MUI belum bisa mengakomodasi asuransi syariah karena
Fatwa DSN-MUI tidak mempunyai kekuatan hukum, sehingga
diperlukan peraturan perundang-undangan yang secara khusu
mengatur asuransi syariah. Namun, sampai saat ini belum ada
payung hukum bagi asuransi syariah, meskipun RUU Asuransi
Syariah sudah lama diajukan ke DPR dan diharapkan RUU ini
akan segera disetujui DPR sebagaimana RUU Perbankan Syariah
yang telah lebih dulu disetujui belum lama ini.
2. Faktor sumber daya manusia
Masih terbatasnya sumber daya manusia yang benar-
benar mempunyai kualifikasi, mengerti mengenai syariah dan
asuransi syariah, serta mempunyai semangat perjuangan dan
pengembangan ekonomi syariah khususnya asuransi syariah.
Minimnya sumber daya manusia ini disebabkan karena sebagian
besar dari sumber daya manusia yang ada merupakan lulusan
dari program studi konvensional dan kurang paham mengenai
syariah sehingga menyebabkan ketidakcocokan antara
pengetahuan yang dipelajari saat di perguruan tinggi dengan
bidang kerja yang dijalaninya dan kondisi ini dapat menghambat
perkembangan ekonomi syariah. Selain jumlah sumber daya
manusia yang minim, kendala dari segi sumber daya manusia
yaitu masih rendahnya motivasi diri dan belum ada pemahaman
yang matang mengenai segmentasi pasar dari team marketing
perusahaan sehingga masih ada kekacauan pasar.
3. Manajemen kantor cabang
Berdasarkan hasil observasi lapangan ditemukan fakta
bahwa manajemen kantor cabang masih tumpang tindih. Kantor
cabang belum mempunyai pemisahan fungsi manajemen
layaknya di kantor pusat sehingga dimungkinkan terjadi tumpang
tindih diantara fungsi manajemen tersebut.
4. Kendala operasional.
Kendala operasional ini berkaitan dengan prosedur
akseptasi lebih ketat, misalnya untuk dapat mengcover asuransi
personal accident diperlukan list peserta dan jika tidak ada maka
berakibat jatuh ke gharar, sedangkan di asuransi konvensional
tanpa list peserta (no name) sudah bisa di cover. Selain dalam hal
prosedur akseptasi, kendala operasional ini juga dapat terjadi
dalam hal pembayaran yang tidak lancar (macet) karena suatu hal
peserta tidak dapat menyetorkan premi pada waktunya bahkan
dapat mengakibatkan terjadinya kemacetan dalam pembayaran.
Jika terjadi demikian perusahaan memberikan toleransi kepada
peserta sehingga hubungan antara peserta dengan perusahaan
tidak terputus dan tetap dapat proteksi dengan dana tabarru‟
dicover dengan jumlah nilai tunai yang ada dan apabila
pembayaran sudah kembali lancar, nilai tunai yang dipinjam akan
dikembalikan. Namun apabila peserta memutuskan untuk berhenti
sebelum masa asuransi berakhir maka akan diberikan seluruh
nilai tunai yang sudah terkumpul. Selain itu kendala operasional ini
proses penyelesaian polis yang cenderung lama bisa lebih dari 14
(empat belas) hari sejak surat permintaan diajukan oleh calon
peserta bahkan bisa mencapai 30 (tiga puluh) hari atau lebih,
terutama bagi Kantor Cabang yang belum menggunakan sistem
online, belum diberi kewenangan underwriting oleh Kantor Pusat
serta harus melewati prosedur seleksi field underwriting dan
underwriting dimulai dari kantor cabang ke kantor wilayah baru
kemudian diteruskan ke kantor pusat untuk diproses underwriting.
5. Kurangnya kesadaran berasuransi
Kesadaran masyarakat Indonesia untuk berasuransi masih
sangat kurang (rendah), untuk jumlah pastinya secara normatif
tidak bisa disebutkan, namun partisipasi ekonomi syariah saat ini
baru 2%. Kurangnya kesadaran ini terbukti dengan ratio asuransi
nasional yang hanya mencapai 12% dari jumlah penduduk
Indonesia dan untuk asuransi syariah sekitar 1,2%.
6. Ketidaktahuan masyarakat
Pada dasarnya masyarakat belum banyak yang
mengetahui mengenai asuransi syariah, operasional maupun
produk asuransi syariah serta keberadaan divisi/kantor cabang
syariah pada perusahaan asuransi konvensional disebabkan
karena sosialisasi yang dilakukan masih kurang intens dan belum
ke semua customer. Akibat ketidaktahuan akan asuransi syariah
ini, bagi masyarakat yang mempunyai pengalaman traumatik
dengan asuransi konvensional berpendapat bahwa asuransi ini
tidak jauh berbeda dengan asuransi yang pernah mereka ikuti
dimana uang mereka akan hilang dan sulit dalam prosedural
sehingga mereka merasa enggan, cenderung tidak simpatik dan
non kooperatif ketika disinggung mengenai asuransi syariah.
Sedangkan bagi masyarakat yang masih netral, beranggapan
bahwa asuransi itu mahal sehingga diperlukan anggaran khusus
dan ada dana lebih untuk berasuransi, prosedur yang rumit dan
masih binggung dengan produk dalam asuransi syariah yang
sekiranya sesuai dengan kondisi dirinya. Dua kelompok
masyarakat ini, setelah diberi penjelasan singkat mengenai
asuransi syariah mulai terbuka cakrawala pemikirannya.
7. Adanya perasaan traumatik pada asuransi konvensional
Perasaan traumatik ini lahir karena mempunyai
pengalaman dengan asuransi konvensional yaitu ketika mereka
sebagai nasabah asuransi konvensional dan karena suatu hal
tidak dapat menunaikan kewajibannya membayar premi maka
ketika mereka akan mengurus asuransi tersebut mengalami
kesulitan prosedural dan bahkan dalam polis secara jelas dan
terang terdapat klausa bahwa apabila tidak sanggup melakukan
pembayaran maka uang yang sudah dibayar tidak bisa
dikembalikan.
Perkembangan usaha asuransi syariah tersebut juga dipengaruhi
oleh produk asuransi syariah yang dipasarkan oleh perusahaan asuransi
dengan prinsip syariah. Mengenai produk asuransi syariah ini berkaitan
dengan produk dasar asuransi. Produk dasar asuransi dibedakan dalam
tiga kelompok yaitu :
a. Term Insurance (Asuransi Berjangka), jenis asuransi untuk
memberikan perlindungan dalam jangka waktu tertentu khususnya
jangka pendek, biasanya dalam waktu satu tahun atau dua tahun
dan asuransi jenis ini tidak mengandung unsur tabungan (non
saving). Manfaat asuransi diberikan ketika tertanggung meninggal
dunia dalam periode waktu tertentu. Apabila tertangung meninggal
dunia dalam masa asuransi, perusahaan asuransi sebagai
penanggung akan membayar uang pertanggungan dan ahli waris
yang ditunjuk akan menerima uang pertanggungan tersebut sesuai
dengan perjanjian asuransi tetapi apabila tertanggung masih hidup
sampai jangka waktu asuransi berakhir polis tersebut tidak berlaku
dan tidak akan mendapat uang pertanggungan.
b. Endowment Insurance (Asuransi Dwiguna), jenis asuransi ini
memberikan perlindungan dan menyediakan sejumlah dana dalam
jangka waktu tertentu minimal 5 (lima) tahun dan mengandung unsur
tabungan (saving). Asuransi dwiguna ini terdiri dari pure insurance
dan total insurance. Produk asuransi dwiguna ini misalnya asuransi
pendidikan dan asuransi hari tua. Manfaat asuransi diberikan apabila
tertanggung meninggal dunia dalam masa asuransi dan tertanggung
masih tetap hidup sampai dengan masa asuransi berakhir. Apabila
tertanggung meninggal dunia dalam masa kontrak, maka
perusahaan asuransi akan membayar uang pertanggungan kepada
ahli waris yang ditunjuk sesuai dengan perjanjian asuransi tetapi
apabila tertanggung masih tetap hidup sampai akhir perjanjian, maka
tertanggung akan menerima uang pertanggungan dari perusahaan
asuransi.
c. Whole life Insurance (Asuransi Seumur Hidup), jenis asuransi ini
memberikan perlindungan tetap seumur hidup peserta. Manfaat
asuransi diberikan pada waktu kapanpun tanpa dibatasi waktu
berakhirnya perjanjian. Apabila tertanggung meninggal dunia dalam
masa asuransi (seumur hidup) maka peserta/ahli waris akan
mendapat uang pertanggungan.
d. Unit link merupakan produk asuransi yang lahir karena mengikuti
perkembangan dan permintaan pasar dengan tujuan untuk investasi
dan berlaku dalam jangka waktu tertentu. Manfaat berupa
kesempatan memilih jenis investasi untuk pengembangan dananya
dan memberikan pertanggungan apabila tertanggung mengalami
musibah sebagaimana yang telah diperjanjikan.
Produk asuransi selain dibedakan berdasarkan produk dasar
tersebut juga dibedakan menurut obyeknya yaitu :
Asuransi Jiwa (life insurance), suatu bentuk asuransi yang
menyediakan manfaat berkaitan dengan perlindungan jiwa/keluarga
seseorang atas hidup atau matinya seseorang tersebut. Produk
asuransi jiwa ini dibedakan asuransi perseorangan (retail) dan
asuransi kumpulan (corporate). Asuransi perseorangan (retail)
melibatkan perusahaan asuransi dan individu (perseorangan),
sedangkan asuransi kumpulan (corporate) melibatkan perusahaan
asuransi dengan lembaga/instansi/perusahaan lain maupun
sekelompok individu.
Asuransi Umum (general insurance), suatu bentuk asuransi yang
memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian,
kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga
sebagai akibat terjadinya musibah (evenement).
Produk asuransi syariah yang dipasarkan oleh perusahaan asuransi
dengan prinsip syariah, yaitu :
Asuransi Jiwa /Takaful Keluarga/Life Insurance
Produk ini dibedakan atas asuransi perseorangan (retail), asuransi
kumpulan (corporate), asuransi dengan unsur tabungan (saving),
dan asuransi tidak dengan unsur tabungan (non saving) dan
bertujuan untuk memberikan perlindungan keapda peserta yang
bermaksud menyediakan sejumlah dana bagi ahli warisnya dan atau
penerima wasiatnya, apabila ia meninggal dunia, sebagai tabungan
bagi peserta yang masih hidup, serta sebagai persiapan apabila
peserta mendapat kesulitan dana akibat sakit, kecelakaan maupun
mendapat ketidakmampuan. Produk asuransi syariah ini terdiri dari
asuransi perseorangan (asper)/layanan individu (retail) dan asuransi
kumpulan (askum)/layanan group/kelompok (corporate).