o Se/as a 0 Rabu • Kamis 0 Jumat 0 Sabtu 0 Minggu --------~------------------------------------~--~---------- 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 --::,--- __ -=- __ =_2_0_~_ 22 23 24 _. __2_5--::,---2_6_-=:-2_7_--:=2_8__ 2=-9 __ 3-,0::--_3__' o Mar 0 Apr 0 M9i 0 Jun • Ju/ 0 Ags 0 Sep 0 Okt 0 Nov 0 Des.. ,. .. I ' Sementeru Kccemussu: Terus DiraWl t... A PA yang dipaparkan oleh Deasy Ariyanti, dengan Sunda "bala-bala", . hanyalah satu dari dinamika peng- gunaan bahasa Sunda di kalangan anak muda perkotaan. Di luar apa yang diperbincangkan dalam kongres, terdapat se- jumlah fenomena menarik ih- wal bagaimana para anak muda menggunakan bahasa Sunda. Terma- sukjuga pilihan mediumnya. Mulai dari teks di kaus oblong, jejaring sosial Facebook, dan Twitter, hingga yang. gampang ditemui dijalanan, seperti stik- er-stiker yang menempel pada sepeda mo-. tor. . Di situ, bahasa Sunda tak hanya difungsikan sebagai alat untuk berkomunikasi, tetapi juga cara berekspresi. Terlepas dari ukuran budi, moral, atau kaidah bahasa yang mereka gunakan, anak-anak mu- da itu menemukan caranya sendiri dalam mengem- bangkan bahasa Sunda. Ada ruang dinamika yang mereka pilih sendiri dengan kaidah yang berlainan dengan ukuran para pemangku bahasa Sunda main- stream. Salah satu ruang dinamika yang membuat penggu- naan bahasa Sunda demikian garihal, sompral, dan anomali, baik dari tata krama berbahasa maupun asas- asas kehalusan budi dalam ukuran tradisi komunikasi urang Sunda. Mudah saja, bacalah teks-teks stiker yang ditempel pada sepeda motor, dari yang paling lucu hingga paling konyol. • Demikian pula bagaimana bahasa Sunda digunakan oleh komunitas pendukung sepak bola (Viking misalnya), atau yang digunakan menjadi lirik lagu- lagu kelornpok musik under- " ground di Ujungberung, seperti Karinding Attack. ~ahasa Sunda yang lugas dan ekspresif meni:loorak eufemisme bahasa kemapanan. Meskipun mungkin terasa berlebihan, kecen- derungan yang terjadi selama satu dasawarsa ini seolah-olah hendak membobol kemampatan bahasa Sunda, sebagai alat ekspresi anak muda yang dikungkung oleh aturan bahasa, itu dan ini. Bagi mereka, tampak.nya yang menjadi soal bukan lagi apa dan bagaimana kaidah bahasa itu, melainkan bagaimana agar bahasa Sunda bisa menjadi alat untuk me- ngungkapkan apa yang ingin mereka ekspresikan. Di atas semua itu, ada juga fenomena menarik yang terjadi selama satu dasawarsa ini di kalangan anak muda di Ban- dung, yak.niantusiasme mereka untuk mempelajari segala sesuatu yang berbau kesundaan. Kini, menemukan anak mu- da yang mengenakan iket dijalanan Kota Bandung bukanlah sesuatu yang sullt. Lepas dari soal apakah itu sekadar tren, ujug-ujug, kesundaan menjadi semacam eksotisme yang seksi, Populemya alatlhusik karinding dan iketadalah bagian dari hal itu. Demikian juga dengan antusiasme mereka untuk belajar membaca dan menulis aksara Sunda kuno. Datanglah ke Gedung Indonesia Menggugat (GIM), di mana setiap pekan diselenggarakan program kelas Aksakun (Aksara Sunda Kuno). Satu kursus gratis menulis dan membaca aksara Sun- . da kuno, yang diikuti oleh puluhan anak muda. Kelas Ak- sakun itu diasuh dan dikelola oleh Sinta Ridwan, gadis lu- lusan filologi Unpad. Hingga tahun ini, kelas Aksakun yang nyantai dan informal tetapi serius itu telah "meluluskan" tiga angkatan. Hal yang sama juga sebenarnya bisa kita lihat dalam fes- tival tahunan yang diadakan oleh Teater Sunda Kiwari Ban- dung, yakni Festival Drama Basa Sunda. Dari tahun ke tahun,jumlah peserta terus meningkat. Bahkan, sembilan puluh persen patandang-nya adalah anak muda, termasuk para pelajar. . ** BERDASARKAN fenomena tersebut, jadi meng- herankan tentunya jika dalam setiap perbincangan prihal bu- daya dan bahasa Sunda, selalu muncul sernacam kecemasan, keluhan, bahkan tudingan bahwa bahasa Sunda sudah di- I jauhi oleh anak-anakmuda. Itulah pula yang menyernak di . Kliping Humas {lnpad 2011