31
PERANAN SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN DALAM KONTRIBUSINYA
UNTUKPEREKONOMIAN INDONESIA SELAMA SEPULUH TAHUN TERAKHIR
MAKALAHuntuk memenuhi tugasPerekonomian Indonesiayang dibina
oleh Bapak Cipto Wardoyo
oleh1. Andika Ayu Putri Ragil(100422406610)2. Bagus Teja
Wirakusuma(100422405368)3. Prysca Yunita(100422406597)4. Yohannes
Parulian Silitonga(100422406605)5. Zhona Brigida
Mareva(100422406591)
UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS EKONOMIJURUSAN
AKUNTANSIFebruari2012BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangDalam perhitungan pendapatan nasional,
faktor-faktor yang terlibat yaitu jumlah konsumsi, investasi,
pengeluaran pemerintah, ekspor, dan impor sebuah negara. Dalam
perhitungan PDB tersebut, pemerintah Indonesia sejak tahun 1950-an
telah memisahkan komoditi ekspor Indonesia berdasarkan lapangan
pekerjaan menjadi 9 sektor. Sembilan sektor tersebut adalah
pertanian, industri, pertambangan dan penggalian, listrik,
konstruksi, perdagangan dan pariwisata, transportasi dan
komunikasi, lembaga keuangan, dan jasa.Sebagai salah satu negara
yang memiliki Sumber Daya Alam yang melimpah, Indonesia termasuk
dalam salah satu negara dengan penghasilan terbesar dengan
perolehan dari pertambangan dan penggalian bahan alam.Dalam sepuluh
tahun terakhir pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi
PDB yang cukup besar (rata-rata mencapai 9,59%) dan ini mendekati
posisi keempat dari semua sektor yang menjadi penyumbang pendapatan
Indonesia.Rata-rata dari perolehan PDB sektor pertambangan ini
menunjukkan fluktuasi positif. Namun, meski begitu saat ini
Indonesia mengalami defisit persediaan untuk bahan pertambangan dan
penggalian ini karena berbagai hal. Salah satu permasalahannya
adalah pengeluaran kebijakan dari PP No 22 tahun 2010 yang sampai
saat ini tidak memberikan batasan pasti dalam pengelolaan,
penggalian, dan keamanan investasi dalam bidang pertambangan.
(www.kompas.com). Hal ini pun juga berdampak pada kondisi
perekonomian Indonesia secara makro.Mengingat pentingnya
pengetahuan mengenai partisipasi dan kontribusi sektor pertambangan
dalam memberikan tambahan pendapatan per kapita dan PDB serta
hubungannya dalam memberikan lapangan usaha kepada masyarakat
Indonesia, maka dalam makalah ini kami akan mengangkat judul
PERANAN SEKTOR PERTAMBANGAN DALAM KONTRIBUSINYA UNTUK EKONOMI MAKRO
INDONESIA SELAMA SEPULUH TAHUN TERAKHIR. Makalah ini akan membahas
mengenai pengertian sektor perekonomian, kondisi sektor
pertambangan selama 10 tahun terakhir, peranan sektor pertambangan
untuk kondisi ekonomi makro Indonesia, dan dilema kebijakan
kenaikan harga BBM.1.2. Rumusan Masalah1.2.1. Apakah yang dimaksud
sektor perekonomian?1.2.2. Bagaimanakah kondisi sektor pertambangan
selama sepuluh tahun terakhir?1.2.3. Bagaimanakah peranan sektor
pertambangan untuk perekonomian Indonesia?1.2.4. Bagaimanakah
menghadapi dilemma kebijakan kenaikan harga BBM?1.3. Tujuan1.3.1.
Untuk mengetahui pengertian sektor perekonomian1.3.2. Untuk
mengetahui kondisi sektor pertambangan selama sepuluh tahun
terakhir.1.3.3. Untuk mengetahui peranan sektor pertambangan untuk
perekonomian Indonesia.1.3.4. Untuk memberikan gambaran menghadapi
dilemma kebijakan kenaikan harga BBM.
BAB IIPEMBAHASAN
2.1.Pengertian Sektor PerekonomianSuatu negara dalam
perjalanannya dalam mencapai kondisi perekonomian yang baik selalu
mengalami pasang surut percobaan. Indonesia tak terkecuali. Selama
66 tahun lamanya bebas dari penjajahan, kondisi perekonomian
Indonesia mengalami pasang surut yang luar biasa. Berbagai cara pun
dilakukan untuk mencapai posisi terbaik dalam percaturan
perekonomian dunia. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan
memahami kemampuan atau daya saing negara terhadap perekonomian
dunia. Indonesia sebagai negara yang kaya akan Sumber Daya Alamnya
mengerti dan mengetahui bahwa kelebihan yang dapat mereka tawarkan
kepada negara asing adalah kemampuannya dalam menyediakan bahan
baku industri melalui SDA nya.Salah satu SDA yang dimiliki
Indonesia adalah barang tambang yang didapat dari penggalian dari
bawah tanah. Barang tambang dan penggalian ini sendiri termasuk
dalam 9 sektor perekonomian yang memberikan sumbangsih devisa dari
perdagangan barangnya. Lalu apa yang dimaksud sektor perekonomian
sendiri?Sektor perekonomian adalah bagian dari kondisi perekonomian
suatu negara yang dipilah-pilah berdasarkan kemampuannya
menciptakan lapangan pekerjaan bagi angkatan kerja yang terdapat di
negara tersebut. Sektor perekonomian menjadi sangat penting
mengingat kontribusinya yang besar terhadap pendapatan negara.
Dengan beragamnya sektor perekonomian Indonesia memberikan
kemudahan bagi masyarakatnya dalam memilih tempat bekerja. Namun,
dalam kenyataannya daya serap sektor-sektor tersebut masih tidak
mencukupi kebutuhan lapangan pekerjaan terhadap masyarakat dan
usahanya dalam meningkatkan pendapatan nasional. Hal ini berdampak
pada kondisi perekonomian termasuk di bidang pertambangan dan
penggalian.Pertambangan adalah suatu kegiatan pengambilan endapan
bahan galian berharga dan bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi,
baik secara mekanis maupun manual, pada permukaan bumi, di bawah
permukaan bumi dan di bawah permukaan air. Hasil kegiatan ini
antara lain, minyak dan gas bumi, batubara, pasir besi, bijih
timah, bijih nikel, bijih bauksit, bijih tembaga, bijih emas, perak
dan bijih mangan (www.wikipedia.org).Sektor pertambangan
dikelompokkan menjadi tiga subsektor yaitu pertambangan minyak dan
gas bumi, pertambangan bukan migas, dan penggalian.
(www.bps.go.id)
2.2.Kondisi Sektor Pertambangan dan Penggalian Sepuluh Tahun
TerakhirSeperti pada gambar yang terdapat di bawah menunjukkan
bahwa sektor pertambangan mengalami pertumbuhan yang baik dalam
sepuluh tahun terakhir. Namun, dalam kenaikan nilai persentase dan
jumlah rupiah yang didonasikan oleh sektor pertambangan kepada PDB
Indonesia ini masih terdapat beberapa hal yang perlu dicermati
karena hasil atau data ini diperoleh dari harga konstan barang
tambang dunia yang juga dipengaruhi oleh kemampuan nilai tukar
rupiah terhadap satuan mata uang internasional yakni US$ (dolar
Amerika). Dalam sub bab kali ini akan dibahas mengenai bagaimana
kondisi sektor pertambangan selama sepuluh tahun terakhir dan
faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kondisi
tersebut.
Diambil dari : Rezal Wicaksono oleh Fadillah Taruna dan
BPS2.2.1.Sektor Pertambangan Migas dan Gas AlamDalam
penggolongannya, berdasarkan data statistic dari BPS (Bdan Pusat
Statistik) tahun 2012, sector pertambangan dibagi menjadi tiga
subsector yakni pertambangan migas dan gas alam, pertambangan
non-migas, dan penggalian.Tabel 1.1. Produksi Migas dan Gas Alam
tahun 1996 - 2011TahunMinyak MentahKondensatGas Alam
(barel)(barel)(barel)
1996485 573.8063 074.503 164 016.20
1997484 340.6059 412.003 166 034.90
1998480 109.7054 782.302 978 851.90
1999440 461.6054 181.403 068 349.10
2000434 368.8050 024.502 845 532.90
2001432 588.0047 528.103 762 828.50
2002351 949.6045 358.902 279 373.90
2003339 100.0044 600.002 142 605.00
2004354 351.9050 641.003 026 069.30
2005341 202.6046 450.902 985 341.00
2006313 037.2044 440.202 948 021.60
2007305 137.4043 210.602 805 540.30
2008314 221.7044 497.002 790 988.00
2009301 663.4044 649.602 887 892.20
2010300 923.3043 964.703 407 592.30
a. Tahun 2001Hasil pertambangan pada tahun 2001 mengalami
penurunan dari pada tahun sebelumnya pada jenis sektor pertambangan
yang beruba minyak mentah yaitu sebesar 1.780,8 per barel dan jenis
konsendat sebesar 2.496,4 per barel. Hal ini disebabkan karena
industri pertambangan Indonesia menghadapi tantangan di antaranya
tekanan masalah harga mineral, situasi politik, ekonomi dan sosial
yang berkelanjutan di Indonesia. Bersamaan dengan ketidakpastian
iklim perundang-undangan, tampaknya akan memberikan dampak negatif
kepada industri pertambangan secara keseluruhan. Peraturan yang
tumpang tindih, sering membuat pengusaha pertambangan kesulitan
dalam melaksanakan kegiatannya, selain itu membuat para investor
berfikir dua kali untuk menanamkan modalnya di sektor pertambangan
di Indonesia. Sementara itu untuk Gas Alam produksinya mengalami
peningkatan 917.295,6 barrel.b. Tahun 2002Sektor pertambangan
memberikan kontribusi kenaikan pada PDB sebesar Rp. 54,1 triliun
(12,59 persen). Dari data statistik yang diperoleh produksi tambang
mengalami kenaikan sebesar 2.441.183 per barel untuk jenis Bahan
Bakar Minyak, dan kenikan yang tajam jenis kerosin sebesar
9.600.966 per barel. Kenaikan diberbagai jenis sektor pertambangan
ini disebabkan oleh sudah nampaknya regulasi yang jelas tentang
cara eksplorasi dan eksploitasi untuk melakukan pertambangan
dibeberapa wilayah, Trend total nilai ekspor dan impor cenderung
mengalami peningkatan, sedangkan trend nilai ekspor migas cenderung
mengalami tetap dan trend impor migas mulai menunjukkan
peningkatan. Selain dua hal tersebut adanya pertambahan PDB yang
cukup baik daripada tahun 2001 juga berpengaruh terhadap naiknya
produktifitas pertambangan.c. Tahun 2003Pada tahun 2003 PDB
Indonesia yang didapat dari sumbangan sektor pertambangan melalui
produksi migas turun sekitar 1,59% dan memiliki korelasi
pertumbuhan antara PDB sektor pertambangan terhadap total PDB
sebesar 0,45. Keadaan ini dikarenakan oleh ketidakmampuan
pemerintah Indonesia dalam bersaing dengan Negara-negara lain dalam
sector ini. Apalagi pada saat itu pemerintah lebih memfokuskan diri
pada pergejolakan politik yang akhirnya mengabaikan perkembangan
perekonomian.d. Tahun 2004 2005Ada penurunan sebesar 15,7% pada
sector migas dan gas alam yang terjadi pada tahun 2004. Penurunan
yang cukup signifikan ini diakibatkan karena pangsa ekspor migas
terhadap total ekspor menunjukkan trend penurunan, sekitar 88% dari
total produksi nasional berasal dari lapangan-lapangan tua dengan
laju penurunan produksi secara alamiah sebesar 5 15 %.Dari data
yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik menunjukkan terjadinya
penurunan pada sektor pertambangan produksi migas yaitu sebesar
11,6%. Penuran sektor migas ini disebabkan oleh:a) Hampir tidak
adanya pengembangan lapangan baru yang berukuran cukup
besar/memilki cadangan besar,b) Pengembangan lapangan baru di
daerah frontier dan deef water memerlukanwaktu cukup lama (3-5
tahun) untuk membangun fasilitas produksi,c) Adanya kendala
operasional berupa gangguan keamanan seperti moving rig dihalangi
masyarakat lokal, kesulitan pembebasan dan perijinan lahan/tanah,d)
Kendala dalam penerapan teknologi tahap lanjut pada lapangan tua
yangmemerlukan kajian dan biaya yang lebih tinggi.e. Tahun 2006-
2007Pada tahun 2007, PDB Indonesia di sector pertambangan mengalami
penurunan jumlah PDB dari 9,1% menuju 8,7%. Selain itu, dalam
bidang migas dan gas alam untuk ketiga komoditas (minyak mentah,
kondensat, dan gas alam) mengalami penurunan. Banyak hal yang
menyebabkan permasalahan ini terjadi diantaranya karena kinerja
pemerintah dalam pembuatan kebijakan tidak baik. Bahkan pada
Oktober 2007 isu mengenai perkembangan iklim investasi pertambangan
di Indonesia menunjukkan kondisi yang buruk. Tumpang tindihnya
kebijakan pemerintah bidang pertambangan memunculkan ketidakpastian
bagi aktivitas pertambangan. Tidak heran jika kemudian kebijakan
pertambangan Indonesia termasuk 10 yang terburuk di dunia. Data
yang dikeluarkan oleh Fraser Institute menyebutkan bahwa dari segi
kepastian kebijakan pertambangan, posisi Indonesia ada di peringkat
ke-55 dari 65 negara yang memiliki sumber daya mineral. Sementara
dari sisi kekayaan cadangan mineral, Indonesia menempati posisi ke
-15. Sehingga dapat disimpulkan bahwa iklim investasi pertambangan
di indonesia dinilai tidak kondusif dan penuh dengan ketidakpastian
yang kemudian berakibat tidak maksimalnya pemanfaatan SDA yang
ada.Kondisi seperti ini pun menjadikan PDB semakin turun.
Ketidakstabilan iklim investasi pertambangan di Indonesia pun akan
berlanjut ke tahun-tahun berikutnya yang akan menyebabkan berbagai
permasalahan dalam bidang pertambangan dan penggalian.f. Tahun 2008
2010Pada awal tahun 2008, negara-negara di dunia dihebohkan dengan
krisis global yang dimulai di Amerika Serikat. Krisis global ini
adalah sebuah masalah mengenai ketidakmampuan
perusahaaan-perusahaan di Amerika Serikat untuk memberikan
pengembalian ekuitas kepada investor.Hal ini pun menjadi masalah
besar bagi masyarakat dunia dan secara langsung serta tidak
langsung berdampak pada kondisi perekonomian dunia khususnya bagi
negara yang memiliki hubungan kuat dalam perekonomian dan keuangan
dengan Amerika Serikat.Krisis global juga mempengaruhi kondisi
pertambangan khususnya di sub sector migas Indonesia. Adanya krisis
global membuat harga minyak mentah dunia menurun tajam seiring
dengan melambatnya pemintaan dan pesimisme akan prospek ekonomi
global. Hal ini pun berdampak terhadap kondisi pertambangan
Indonesia.Pada tahun ini nilai PDB pertambangan Indonesia 8,2% atau
turun 0,44% dari tahun sebelumnya. Meskipun jika kita lihat dari
hasil PDB dalam trilliun rupiah lebih besar, karena tidak lupa
bahwa nilai rupiah setiap saat bisa berubah sesuai dengan kemampuan
perekonomian domestik dalam menghadapi perekonomian global.Namun,
pada tahun 2008 ini kondisi penurunan presentase PDB tidak
menggangggu investor dalam menanamkan modalnya di subsektor
pertambangan migas dan gas alam. Tercatat pada tahun ini banyak
investor yang tertarik untuk menanamkan modalnya. Dikerubutinya
subsektor pertambangan, baik lewat trading langsung maupun lewat
capital market, didorong lesunya iklim industri manufaktur. Sektor
satu ini, kecuali industri kendaraan bermotor, dianggap tak lagi
menjanjikan. Pada tahun ini, pertambangan Indonesia 60% telah
dikuasai trader (pedagang) dan sisanya dimiliki oleh miner
(penambang) .(Miner Terjepit Trader dan Banker:2008)Pada tahun 2009
jika dilihat dari satu barang tambang yakni minyak bumi, nilai
ekspornya memang mengalami kenaikan namun hal ini tidak diimbangi
dengan kenaikan volume ekspor minyak bumi. Seperti yang dituliskan
oleh pakar dunia pertambangan Indonesia - Handri Thiono - dalam
tulisannya Potret Komoditas Barang Tambang yang dimuat di Kompas,
Pada tahun 2000, Indonesia mampu mengekspor minyak hingga 225 juta
barrel. Namun, pada tahun 2009 volumenya hanya mencapai 117 juta
barrel atau tergerus 48 persen. Turunnya volume ekspor minyak bumi
Indonesia ini berkaitan erat dengan produksi minyak dalam negeri
yang terus menurun. Produksi minyak Indonesia dari 434 juta barrel
(tahun 2000) menjadi 301 juta barrel (2009). Hal ini pun berdampak
pada menipisnya cadangan minyak bumi Indonesia.Dalam peringkat
cadangan minyak bumi dunia Indonesia memiliki peringkat di bawah
Vietnam dimana mereka memiliki umur ekonomis yang lebih panjang
yakni sebanyak 40 tahun. Sementara Indonesia dengan asumsi produksi
per tahun 517 juta barrel per tahun (produksi aktual 2008) dan
cadangan minyak 317 juta barrel tanpa ditemukannya sumber minyak
bumi baru, akan terkuras habis dalam jangka waktu 10 tahun ke
depan.Sementara dari barang tambang gas alam dan penggalian batu
bara, dengan melemahnya produksi minyak bumi Indonesia, pamor dua
barang tambang ini merangkak. Nilai ekspor kedua komoditas ini
bahkan melampaui ekspor minyak bumi sejak tahun 2005. Volume
produksi gas alam cenderung stabil, yaitu dari 2,8 miliar MSCF
(2000) menjadi 3,0 miliar MSCF (2009) atau naik 4,5 persen.Naiknya
produksi gas alam diikuti kenaikan volume pemanfaatannya sebesar 4
persen. Cadangan gas alam kita pun relatif besar, yaitu mencapai
3,2 triliun meter kubik (2008) atau 1,7 persen dari cadangan gas
alam di dunia. Rasio C/P gas alam bahkan menunjukkan cadangan ini
mampu bertahan hingga 45 tahun.Di sisi lain, volume batu bara yang
kita produksi pun makin meroket, yaitu dari 112 juta ton (2003)
menjadi 208 juta ton (2009) atau naik hingga 84 persen. Volume
ekspornya pun tumbuh lebih kencang hingga 92
persen.2.2.2.Sub-Sektor Non-Migas
1. Tahun 2004Berdasarkan hasil pencarian statistic di atas
menunjukkan PDB sub-sektor pertambangan non-migas mengalami
peningkatan dari tahun 2004 hingga tahun 2010. Menurut data
statisitik (www.bps.go.id) pada tahun 2003 ke tahun 2004 terjadi
penurunan PDB sebesar 15,7%. Hal ini dikarenakan kemampuan
pemerintah dalam mendatangkan investasi asing masih sangat kecil.
Selain itu, tahun ini juga merupakan tempat pergantian tahta
kepemimpinan presiden Megawati kepada Susilo Bambang Yudhoyono
sehingga banyak kalangan yang lebih sibuk untuk memikirkan
politik.Meskipun pada tahun ini terdapat penurunan prosentase PDB
dan pangsa pasar hingga -7,9% subsector non migas, terjadi
peningkatan trend pangsa pasar ekspor non migas Indonesia yakni
11,78%. Hal ini dikarenakan oleh trend total nilai ekspor dan impor
cenderung mengalami peningkatan, dan pangsa pasar impor mengalami
peningkatan.2. Tahun 2005PDB subsector non-migas pada tahun 2005
mengalami peningkatan hampir dua kali lipat dari tahun 2005. Hal
yang cukup luar biasa selalu ditunjukkan sub sektor non-migas
setiap tahunnya. Pada rentang 5 tahun (2001 2005), sumbangan
rata-ratanya mencapai 5,63% meskipun pada tahun 2004 sumbangannya
mencapai minus 7,9%.Selain itu, share sub sektor pertambangan
non-migas secara perlahan memberikan rata-rata share hingga 24,6%
(komposisi kedua peenyumbang share terbesar di sektor pertambangan
dan penggalian). Bahkan pada tahun 2005 ini sharenya mencapai
31,7%.Share sub sektor pertambangan dari tahun ke tahun naik, hal
ini tidak lepas juga dengan kebijakan pemerintah mengenai
investasi. Hal ini sangat membantu sektor pertambangan tanpa migas
dalam melancarkan kegiatannya.3. Tahun 2006 2007Pada tahun 2006
hingga 2007 kondisi sub sektor pertambangan non-migas Indonesia
relative stabil. Tidak ada isu yang cukup menekan sub sektor ini
dalam produksi dan kontribusinya terhadap PDB. Kenaikan penerimaan
juga mencapai 26.000 atas dasar harga berlaku. Dua kali kebijakan
investasi yang dikeluarkan oleh presiden SBY juga sangat ikut
membantu perkembangan PDB sub sektor ini. 4. Tahun 2007 2010Dari
data statistic yang didapatkan diketahui bahwa perkembangan
kontribusi PDB sub sektor pertambangan non-migas mengalami
perkembangan yang cukup signifikan. Selama kurun waktu 4 tahun
tersebut, sektor pertambangan tanpa migas memberikan perkembangan
kontribusi yang sangat besar yakni mencapai 110%. Kemampuan sub
sektor ini tidak begitu terpengaruh oleh krisis ekonomi global yang
melanda berbagai sektor. Bahkan kecenderungan untuk naik itu
semakin tinggi.2.2.3Sub-Sektor PenggalianTabel 1.2. Produksi
Tambang MineralTahunBatu BaraBauksitNikelEmasPerakGranit
(ton)(ton)(ton)(kg)(kg)(ton)
199650 332 047 841 9763 426 867 83 564 255 4044 827 058
199755 982 040 808 7492 829 936 86 928 249 3928 824 088
199858 504 6601 055 6472 736 640 123 862 383 1919 662 649
199962 108 2391 116 3232 798 449 127 768 361 3778 720 155
200067 105 6751 150 7762 434 585 109 612 310 4305 941 370
200171 072 9611 237 0062 473 825 148 528 333 5613 976 274
2002105 539 3011 283 4852 120 582 140 246 281 9033 975 434
2003113 525 8131 262 7052 499 728 138 475 272 0503 938 915
2004128 479 7071 331 5192 105 957 86 855 255 0534 035 040
2005149 665 2331 441 8993 790 896 142 894 326 9934 302 849
2006162 294 6572 117 6303 869 883 138 992 270 6244 514 654
2007188 663 0681 251 1477 112 870 117 854 268 9671 793 440
2008178 930 1881 152 3226 571 764 64 390 226 0512 050 000
2009228 806 887 935 2115 819 565 140 488 359 451na
2010325 325 793 440 0009 475 362 119 726 335 0408 237 065
Terusan :TahunBiji BesiKonsentrat TinKonsentrat Tembaga
(ton)(tonmetrik)(tonmetrik)
1996 425 101 52 3041 758 910
1997 516 403 54 5211 817 880
1998 509 978 53 9602 640 040
1999 502 198 49 7082 645 180
2000 420 418 56 3603 270 335
2001 440 648 69 4942 418 110
2002 190 946 88 1422 851 190
2003 245 911 74 3163 238 306
2004 79 635 73 0802 812 664
2005 87 940 78 4043 553 808
2006 84 954 79 100 817 796
2007 84 371 64 127 796 899
20084 455 259 79 210 655 046
20094 561 059 56 602 973 347
2010na 97 796 993 152
1. Tahun 1996 1998Pada tahun 1996 hingga 1998, Indonesia yang
kala itu masih dilanda krisis perekonomian yang dahsyat hingga
membuat presiden Soeharto turun dari tahtanya sebagai Presiden.
Kondisi ekonomi dan politik yang tidak menentu ini juga berpengaruh
terhadap kondisi sub sector penggalian. Dimana pada masa itu
tingkat investasi masih rendah dan daya produksi sub sector
penggalian masih sangat kecil. Bahkan sub sector ini mendapatkan
pengaruh yang cukup signifikan dimana pada tahun 1998 ketika
pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai minus 13,4%, yang awalnya
sub sector penggalian menjadi salah satu jajaran penyumbang PDB
terbesar mengalami penurunan kontribusinya terhadap PDB Indonesia.
Namun begitu, mineral-mineral penggalian ini tetap mengalami
kenaikan produksi dari tahun 1996 ke 1998 kecuali mineral nikel.2.
Tahun 1999 2000Pada dua tahun ini (1999 2000), sub sector
penggalian mulai kembali merangkak naik. Proses pemulihan ekonomi
memang belum berjalan dengan sangat baik namun mulai membangkitnya
subsector ini terlihat dari peningkatan beberapa produksi mineral
seperti batubara, konsentrat tin, dan konsentrat tembaga. Hal itu
juga dibuktikan dengan sumbangan sektor pertambangan terhadap PDB
yang mengalami kenaikan dari 10% hingga 12%. (Pemetaan Sektor
Pertambangan 2000 2005)3. Tahun 2000 2005Pada tahun 2000 2005
dinyatakan bahwa sub sektor penggalian yang merupakan penyumbang
share terkecil diantara ketiga sub sektor dalam sektor pertambangan
dan penggalian mampu memberdayakan kemampuan rata-ratanya dalam
mencapi share hingga 12,3%.Selain itu, sub sektor penggalian
menunjukkan perkembangan positif dalam berkontribusi untuk PDB
Indonesia pada tahun 2000 2005. Bahkan pada tahun 2005,
perkembangan itu mencapai 0,06%.4. Tahun 2006 2010Pada tahun 2006,
kebijakan investasi yang dibuat oleh Presiden SBY ikut membantu
iklim investasi di bidang pertambangan. Oleh karena itu, banyak
penambang dan pengusaha yang sangat tertarik dengan sektor
pertambangan pada. Namun, ketertarikan para penambang dan pengusaha
itu tidak diikuti dengan kejelasan pemerintah dalam penentuan
kebijakan. Pada tahun ini, pengusaha dan penambang yang mulanya
ingin menanamkan modalnya untuk pengembangan di bidang pertambangan
sedikit demi sedikit menarik diri dari persaingan. Penyebab
utamanya adalah peraturan pemerintah yang mengatur UU No 4 tahun
2009 mengenai Mineral dan Batu Bara yang tidak kunjung keluar.
(Thiono, Handri. Kompas. 2010)Iklim investasi yang kembali tidak
menentu, membuat pengusaha dan miner menunggu kondisi stabil dari
iklim investasi di Indonesia. Sementara itu, di pihak lain banyak
yang meragukan UU mengenai kegiatan usaha tambang bawah tanah ini
bisa mendongkrak investasi. (Fadillah Taruna:2011). Pasalnya pada
saat itu pemerintah belum bisa menyatakan hal utama yang mendukung
berkembangnya iklim investasi pertambangan di Indonesia.Namun, di
sisi lain pamor batubara seperti telah disebutkan di atas mengalami
kenaikan karena produksi minyak mentah yang mulai menurun. Batu
bara bahkan mampu menggantikan sedikit tempat minyak mentah dalam
percaturan perekonomian sektor pertambangan.
2.3.Peranan Sektor Pertambangan Untuk Perekonomian Makro
IndonesiaDalam dunia pertambangan, Indonesia dikenal sebagai negara
yang kaya dengan kandungan mineral yang siap diangkat kapan saja.
Meskipun Indonesia menempati posisi produsen terbesar kedua untuk
komoditas timah, posisi terbesar keempat untuk komoditas tembaga,
posisi kelima untuk komoditas nikel, posisi terbesar ketujuh untuk
komoditas emas, dan posisi kedelapan untuk komoditas batubara,
tetap saja terbelit hutang yang tidak sedikit dan rasio orang
miskinnya pun mencapai 17 juta jiwa. Kekayaan tambang Indonesia
yang sudah digunakan puluhan tahun ternyata hanya menghasilkan 11
persen dari pendapatan ekspor dan menyumbang 2,5 dari Pendapatan
Domestik Bruto (PDB). Sumber daya mineral sebagai salah satu
kekayaan alam yang dimiliki Bangsa Indonesia, apabila dikelola
dengan baik akan memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi
di Indonesia, selain itu penggunaan sumber daya mineral dan energi
tersebut, sebagai salah satu modal dasar bangsa, serta untuk
memperkukuh ketahanan nasional. Dengan modal dasar ini pertumbuhan
ekonomi dapat lebih merata di berbagai wilayah Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi diharapkan berkembang pula didaerah terpencil
yang memiliki potensi pertambangan. Pengembangan wilayah dimasa
yang datang harus mampu mengambil manfaat dari potensi sumber daya
alam yang tersedia melalui pengembangan pusat pusat pertumbuhan
ekonomi termasuk sarana dan prasarananya yang disesuaikan dengan
potensi wilayah sumber daya tersebut. Partisipasi yang aktif dari
masyarakat dalam pembangunan pertambangan juga bermanfaat bagi
peningkatan kesejahteraan rakyat, dan sangat bermanfaat bagi
peningkatan ketahanan nasional dan kemampuan bangsa untuk
melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan. Peningkatan kualitas
sumber daya manusia, yang didukung oleh kemampuan pemanfaatan,
pengembangan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan faktor yang menentukan bagi peningkatanefisiensi dan
produktivitas guna mempercepat kemandirian bangsa.Pemerintah
sebagai penguasa sumber daya tersebut, sesuai dengan Undang-Undang
Dasar 1945, harus mengatur tingkat penggunaan sumber daya tersebut
untuk mencegah pemborosan untuk dapat mengoptimalkan pendapatan
dari pengusahaan sumber daya tersebut sehingga dapat diperoleh
manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat .Namun yang
terjadi sekarang ini sektor pertambangan diperkirakan akan
menghadapi kesulitan dalam mempertahankan kelangsungannya dalam
jangka panjang. Hal ini disebabkan tidak adanya investasi baru yang
cukup signifikan di sektor pertambangan, tanpa eksplorasi
danpenemuan baru beberapa tahun ke depan produksi diperkirakanakan
menurun.Oleh karena itu pemetaan di sektor pertambangan ini penting
dilakukan mengingatperanannya yang penting dalam menyumbang
pertumbuhan ekonomi Indonesia dan sebagai sumber energi di
Indonesia.Selain hal-hal di atas, berikut ini gambaran mengenai
pengaruh sektor pertambangan dan penggalian dalam berbagai
kebijakan ekonomi makro. Diantaranya dalam hal tenaga kerja,
pertumbuhan ekonomi, penerimaan negara, dan neraca pembayaran
negara.2.3.1.Peranan Sektor Pertambangan dan Penggalian dalam Hal
Tenaga KerjaTabel 1.3. Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja
menurut Lapangan Pekerjaan Utama (2004 2010)Indeks20042005
(Feb)2005 (Nov)2006 (Feb)2006 (Agst)2007 (Feb)2007 (Agst)
140 608 01941 814 19741 309 77642 323 19040 136 24242 608 76041
206 474
21 034 716808 842904 194947 097923 5911 020 807994 614
311 070 49811 652 40611 952 98511 578 14111 890 17012 094 06712
368 729
4228 297186 801194 642207 102228 018247 059174 884
54 540 1024 417 0874 565 4544 373 9504 697 3544 397 1325 252
581
619 119 15618 896 90217 909 14718 555 05719 215 66019 425 27020
554 650
75 480 5275 552 5255 652 8415 467 3085 663 9565 575 4995 958
811
81 125 0561 042 7861 141 8521 153 2921 346 0441 252 1951 399
940
910 515 66510 576 57210 327 49610 571 96511 355 90010 962 35212
019 984
93 722 03694 948 11893 958 38795 177 10295 456 93597 583 14199
930 217
TerusanIndeks2008 (Feb)2008 (Agst)2009 (Feb)2009 (Agst)2010
(Feb)2010 (Agst)
142 689 63541 331 70643 029 49341 611 84042 825 80741 494
941
21 062 3091 070 5401 139 4951 155 2331 188 6341 254 501
312 440 14112 549 37612 615 44012 839 80013 052 52113 824
251
4207 909201 114209 441223 054208 494234 070
54 733 6795 438 9654 610 6955 486 8174 844 6895 592 897
620 684 04121 221 74421 836 76821 947 82322 212 88522 492
176
76 013 9476 179 5035 947 6736 117 9855 817 6805 619 022
81 440 0421 459 9851 484 5981 486 5961 639 7481 739 486
912 778 15413 099 81713 611 84114 001 51515 615 11415 956
423
102 049 857102 552 750104 485 444104 870 663107 405 572108 207
767
Keterangan:1 = Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan2 =
Pertambangan dan Penggalian3 = Industri Pengolaha4 = Listrik, Gas,
Air5 = Bangunan6 = Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan
Hotel7 = Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi8 = Keuangan,
Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah, dan Jasa Perusahaan9 =
Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan PeroranganDari tahun 2001 hingga
2010 seperti yang telah disebutkan dalam table dinyatakan bahwa
penyerapan tenaga kerja dalam sector pertambangan dan penggalian
(di atas 15 tahun) berkisar pada angka 1 juta lebih. Namun, hal ini
jika dibandingkan dengan sector-sektor lain, pertambangan masih
memberikan lapangan kerja yang sangat kecil bahkan nomor dua dari
bawah setelah sector listrik, gas dan air. Padahal jika kita lihat
dari kontribusi sector pertambangan sendiri terhadap PDB Indonesia
menduduki peringkat keempat. Jelas, hal ini sangat berkebalikan
seratus delapan puluh derajat. Mengapa hal ini bisa terjadi?Ada
beberapa hal yang bisa menjadi jawaban atas pertanyaan di atas,
diantaranya:1. Sumber daya alam Indonesia yang melimpah ruah namun
tetap terbatas untuk dieksploitasi.2. Adanya penurunan harga
komoditi akibat krisis global tahun 2009 yang menyebabkan beberapa
perusahaan pertambangan melakukan pengurangan tenaga kerja,
misalnya PT Freeport yang mengurangi sekitar 75 orang karyawannya.
(vivanews.net, 18 Desember 2008).3. Penanaman modal dalam bentuk
teknologi informatika yang memudahkan dalam pengerjaan produksi
membuat perusahaan lebih memilih menghemat dana dengan menggunakan
TI dibandingkan dengan tenaga manusia.4. Kurangnya penanaman modal
yang mampu membangkitkan dunia pertambangan sehingga menyebabkan
sedikitnya lapangan kerja yang tersedia dalam sector
pertambangan.Lalu, bagaimana dengan data PDB yang menyebutkan bahwa
sector pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi PDB
terbesar nomor dua? Hal ini dipengaruhi oleh tingkat ekspor dan
impor. Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor hasil
pertambangan besar di dunia dan seringkali sector pertambangan
menjadi penyelamat muka Indonesia dalam hal ekspor. Misalkan pada
tahun 2009 bulan Februari dan Januari lalu ketika beberapa sector
lain (misal industry dan jasa) mengalami penurunan dalam ekspor,
sector pertambangan keluar dengan hasil ekspor yang mengalami
kenaikan hingga 25,46%. Sehingga pada saat itu ekspor Indonesia
menurun tidak begitu tajam. Namun, secara keseluruhan pada tahun
2009, ekspor Indonesia meningkat 23,69%.Selain hal di atas, alasan
lain yang mampu menjawab pernyataan di atas yakni karena sector
pertambangan merupakan produsen hasil pertambangan nomor 6 dunia
yang menjadi eksportir hasil tambang nomor dua dunia setelah
Australia (kaskus.us). Namun, ironisnya kontribusi besar
pertambangan terhadap PDB ini ternyata tidak diiringi dengan
kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan domestic. Seperti kita
ketahui saat ini, akibat dari terlalu banyak mengekspor hasil
tambang, kebutuhan masyarakat akan hal tersebut kurang terpenuhi
dan hal itu memicu kenaikan harga BBM dimana dampaknya sangat
multiplier terhadap kehidupan masyarakat selain kurangnya
penyediaan lapangan kerja di sector pertambangan.Tabel 1.4. IHK dan
Rata-rata Upah per Bulan Buruh Hotel di Bawah Mandor (Supervisor)
Indonesia, 2007 2010 (IHK 2007 =100)BulanTahunIHKUpah Nominal
(000)Upah RiilIndeks Upah NominalIndeks Upah Riil
2007100.0970.5970.5100.0100.0
Maret2008105.31 107.71 051.6114.1108.4
Juni110.11 131.91 028.3116.6106.0
September113.31 159.11 023.5119.4105.5
Desember113.91 168.01 025.8120.4105.7
Maret2009114.31 091.9955.5112.598.5
Juni114.11 095.7960.3112.998.9
September116.51 109.6952.8114.398.2
Desember117.01 112.2950.3114.697.9
Maret2010118.21 148.2971.5118.3100.1
Juni119.91 167.1973.7120.3100.3
September123.21 193.8968.9123.099.8
Desember125.21 197.9956.8123.498.6
Maret2011126.11 381.01 095.6142.3112.9
Juni *)126.51 383.51 093.7142.6112.7
September**)128.91 389.51 078.1143.2111.1
Keterangan:
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat sementara
IHK dan Rata-rata Upah per Bulan Buruh Hotel di Bawah Mandor
(Supervisor) Indonesia,
1996 - 2006 (IHK 1996=100)
BulanTahunIndeks Harga KonsumenUpah Nominal (000)Upah RiilIndeks
Upah NominalIndeks Upah Riil
1996100.0216.5216.5100.0100.0
Maret1997102.2215.1210.699.497.2
Juni102.8210.0204.497.094.4
September105.7250.3236.8115.6109.4
Desember111.8234.9210.1108.597.0
Maret1998142.2309.0217.4142.7100.4
Juni163.9309.0188.5142.787.1
September196.2307.3156.6141.972.3
Desember198.6307.3154.7141.971.4
Maret1999206.8317.6153.6146.770.9
Juni204.1333.0163.2153.875.4
September198.7334.7168.5154.677.8
Desember198.5417.4210.3192.897.1
Maret2000204.3414.9203.0191.693.8
Juni208.2450.9216.5208.2100.0
September211.9460.3217.2212.6100.3
Desember221.4457.7206.8211.495.5
Maret2001226.0498.9220.7230.4101.9
Juni233.5508.7217.9234.9100.6
September239.4543.4227.0251.0104.8
Desember249.2527.1211.5243.497.7
Maret2002257.9567.9220.2262.2101.7
Juni260.3625.7240.4289.0111.0
September264.5642.4242.9296.7112.2
Desember274.1585.7213.7270.598.7
Maret2003276.2610.2220.9281.8102.0
Juni277.5647.8233.4299.2107.8
September280.9666.3237.2307.7109.5
Desember288.0679.3235.9313.7108.9
Maret2004290.6707.0243.3326.5112.3
Juni297.4767.7258.1354.5119.2
September299.0750.4251.0346.5115.9
Desember306.5801.3261.5370.1120.7
Maret2005316.2783.4247.8361.8114.4
Juni319.6805.4252.0371.9116.4
September326.1724.9222.3334.8102.7
Desember358.9779.2217.1359.8100.3
Maret2006366.0900.1245.9415.7113.6
Juni369.2854.8231.5394.8106.9
September373.5944.5252.9436.2116.8
Desember382.6973.2254.4449.5117.5
Tabel 1.5. IHK dan Rata-rata Upah per Bulan Buruh Pertambangan
di Bawah Mandor (Supervisor) Indonesia, 2007-2011 (IHK
2007=100)BulanTahunIHKUpah Nominal (000)Upah RiilIndeks Upah
NominalIndeks Upah Riil
2007100.03 541.33 541.3100.0100.0
Maret2008105.32 813.22 670.679.475.4
Juni110.12 797.42 541.279.071.8
September113.32 814.42 485.179.570.2
Desember113.92 801.42 460.479.169.5
Maret2009114.33 311.12 897.693.581.8
Juni114.13 342.42 929.494.482.7
September116.53 343.12 870.694.481.1
Desember117.03 322.42 839.093.880.2
Maret*)2010118.23 947.43 339.9111.594.3
Juni *)119.93 948.83 294.5111.593.0
September*)123.23 939.23 197.1111.290.3
Desember*)125.23 941.53 148.2111.388.9
Maret**)2011126.14 167.03 305.8117.793.4
Juni **)126.54 388.23 468.9123.998.0
September**)128.94 394.63 409.6124.196.3
Keterangan:
*) Angka Sementara
**)Angka Sangat Sementara
IHK dan Rata-rata Upah per Bulan Buruh Pertambangan di Bawah
Mandor (Supervisor) Indonesia,
1996-2006 (IHK 1996=100)
BulanTahunIndeks Harga KonsumenUpah Nominal (000)Upah RiilIndeks
Upah NominalIndeks Upah Riil
1996100.0607.4607.4100.0100.0
Maret1997102.2592.7580.197.695.5
Juni102.8557.6542.691.889.3
September105.7465.0440.076.672.4
Desember111.8477.4427.078.670.3
Maret1998142.2618.0434.8101.771.6
Juni163.9656.6400.6108.166.0
September196.2748.7381.5123.362.8
Desember198.6874.7440.4144.072.5
Maret1999206.8857.6414.8141.268.3
Juni204.11 057.7518.3174.185.3
September198.7866.1435.9142.671.8
Desember198.5943.7475.4155.478.3
Maret2000204.31 125.0550.6185.290.6
Juni208.21 157.6555.9190.691.5
September211.91 079.6509.5177.783.9
Desember221.4959.1433.3157.971.3
Maret2001226.0990.9438.4163.172.2
Juni233.51 083.0463.9178.376.4
September239.41 068.0446.0175.873.4
Desember249.21 079.6433.2177.771.3
Maret2002257.91 597.7619.6263.0102.0
Juni260.31 312.7504.4216.183.0
September264.51 337.1505.5220.183.2
Desember274.11 683.0613.9277.1101.1
Maret2003276.22 160.3782.1355.7128.8
Juni277.52 045.0737.0336.7121.3
September280.92 031.0723.0334.4119.0
Desember288.02 075.8720.8341.8118.7
Maret2004290.62 044.2703.4336.6115.8
Juni297.41 480.9497.9243.882.0
September299.01 662.3556.0273.791.5
Desember306.51 368.0446.4225.273.5
Maret2005316.22 104.0665.4346.4109.5
Juni319.62 087.9653.4343.8107.6
September326.12 640.2809.7434.7133.3
Desember358.92 149.0598.7353.898.6
Maret2006366.02 095.7572.5345.094.3
Juni369.22 976.2806.1490.0132.7
September373.52 992.3801.2492.6131.9
Desember382.62 866.4749.3471.9123.4
Keterangan:
*) Angka Sementara
**)Angka Sangat Sementara
Dari data table 1.4. dan 1.5. di atas dapat kita lihat bahwa
sebenarnya nilai upah riil sektor pertambangan dan penggalian lebih
besar 3 kali lipat dibanding sektor industri. Hal ini dikarenakan
tingkat resiko yang tinggi dari pekerjaan di sektor ini dan tingkat
kemampuan pekerja yang dibutuhkan cukup tinggi. Kualifikasi yang
tinggi ini pula menjadi permasalahan tenaga kerja Indonesia.
Tingkat pendidikan tenaga kerja Indonesia yang relative rendah
membuat mereka mendapatkan tempat yang tidak tinggi dalam
percaturan ketenagakerjaan. Kebanyakan tenaga kerja Indonesia
menjadi seorang buruh. Misalkan, bisa kita lihat dari PT Freeport
Indonesia yang memberikan tempat buruk bagi mereka.2.3.2.Peranan
Sektor Pertambangan dan Penggalian dalam Pertumbuhan
EkonomiPertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian pada umumnya
cenderung untuk lebih dibawah dibandingkan pertumbuhan ekonomi.
Selama perjalanan perekonomian Indonesia, pertumbuhan sektor
pertambangan tertinggi terjadi pada tahun 1963 dimana pada tahun
itu sektor ini tumbuh 36,53%. Sementara pada tahun 2003 dan 2004
pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian mengalami penurunan
(negative) yakni sebesar -1,37% dan -4,48%. Pada tahun 2005
mengalami pertumbuhan positif sebesar 1,59%.Pertumbuhan tahunan
sektor pertambangan dan penggalian memiliki pola 10 tahunan dengan
titik pertumbuhan yang hampir sama pada tahun 1978, 1988, 1998,
yakni rata-rata tumbuh negative sebesar -2,81% kecuali pertumbuhan
pada tahun 1968 yang mengalami lonjakan yang sangat tinggi sebesar
36,53%. Hal ini mengindikasikan adanya tahapan
eksplorasi-eksploitasi sampai dengan produksi memerlukan waktu
sekitar 10 tahun adanya pembaharuan kontrak penambangan
baru.Pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian relative kecil
dalam kontribusinya untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
umumnya. Rata-rata kontribusi sektor pertambangan dan penggalian
terhadap pertumbuhan ekonomi yakni 10,55%. Bahkan pada tahun 2005,
kontribusi itu hanya mencapai 5,60%. Bahkan dari ketiga sub sektor,
sub sektor yang menjadi peranan utama yakni sub sektor pertambangan
migas memberikan sumbangan yang negative selama kurun waktu lima
tahun (2000 2005).2.3.3.Peranan Sektor Pertambangan dan Penggalian
dalam Penerimaan NegaraSektor pertambangan dan energy merupakan
salah satu sumber penerimaan negara, khususnya dari minyak bumi dan
gas alam. Selain itu, terdapat juga sumber penerimaan lain dari
sektor pertambangan yakni PPN Migas.Pendapatan pemerintah dari
penerimaan sumber daya alami pada tahun 2005 mencapai Rp 91.389
miliar. Pangsa penerimaan sumber daya alami terhadap penerimaan
dalam negeri pada tahun 2005 sebesar 22,34% dan sebagian besar
disumbang oleh penerimaan minyak bumi 14,73%.Pendapatan pemerintah
dari penerimaan perpajakan dalam negeri khususnya PPN dari migas
pada tahun 2005 mencapai Rp 22.947 miliar. Pangsa PPH migas
terhadap penerimaan pajak dalam negeri adalah sebesar 8,56%,
sedangkan pangsa PPH migas terhadap penerimaan PPH adalah sebesar
17,01%.Dari table 1.6. dapat diketahui bahwa penerimaan sumber daya
alami pada APBN mengalami peningkatan dari tahun 2000 hingga 2005.
Peningkatan itu sebesar 288.655 juta rupiah.Tabel 1.6. Penerimaan
Sumber Daya Alami Pada APBNKeterangan200020012002200320042005
Penerimaan Dalam
Negeri205.335300.600298.527340.928407.558494.000
Penerimaan Sumber Daya
Alami76.29085.67264.75567.51091.389110.391
a. Minyak Bumu50.95358.95047.68642.96963.06072.805
b. Gas Alam15.70822.09112.32518.53322.19930.933
c. Sumber Daya Alam Lainnya9.6294.6314.7446.0086.1296.653
Tabel 1.7. Penerimaan Pajak PPH
MigasKeterangan200020012002200320042005
Penerimaan
Perpajakan115.913185.541210.087242.048280.874346.834
Pajak Dalam Negeri108.885175.974199.512230.933268.132331.595
PPH57.07394.576101.873115.016134.899175.380
a. Migas18.65223.10217.46918.96322.94734.986
b. Non-Migas38.42171.47484.40496.053111.953140.394
Subsidi harga BBM yang diterapkan dalam rangka agar kebutuhan
BBM dapat dijangkau dengan mudah dengan harga di bawah pasar saat
ini juga ikut mempengaruhi penerimaan negara. Subsidi yang terlalu
besar menimbulkan polemik yang cukup besar sementara jika subsidi
BBM diturunkan atau bahkan dicabut akan menyebabkan protes yang
besar karena harga BBM akan naik dan sangat berpengaruh multiplier
terhadap harga bahan baku lainnya. Hal ini akan dibahas dalam poin
berikutnya.2.3.4.Peranan Sektor Pertambangan dan Penggalian dalam
Neraca Pembayaran NegaraNilai bersih total perdagangan (trade
balance) Indonesia menunjukkan peningkatan sejak tahun 1997,
sedangkan Nilai bersih total perdagangan migas cenderung mengalami
penurunan dan mencapai titik terendah pada tahun 2005. Hal tersebut
berarti komoditas migas bukan merupakan komoditas andalan dalam
penghasil devisa.Trend total nilai ekspor dan impor cenderung
mengalami peningkatan, sedangkan trend nilai ekspor migas cenderung
mengalami tetap dan trend impor migas mulai menunjukkan
peningkatan.Pangsa ekspor migas terhadap total ekspor menunjukkan
trend penurunan, sedangkan pangsa impor migas terhadap total impor
cenderung mengalami peningkatan. Sejak tahun 2003 sampai dengan
2005, pangsa impor migas terhadap total impor mengalami peningkatan
melebihi pangsa ekspor migas terhadap total ekspor.
2.4.Dilema Kebijakan Kenaikan Harga BBMSubsidi BBM memang sudah
menjadi dilema bagi para petinggi negara ini. Ketika subsidi BBM
akan dikurangi guna mengurangi beban negara yang terlalu berlebih
dalam APBN, sisi masyarakat sebagai konsumen akan melakukan protes
keras dan dengan alasan keadilan mereka menganggap hal ini sebagai
sebuah keadaan yang tidak memihak pada rakyat. Sementara pemerintah
dan orang-orang yang berkecimpung pada ekonomi dan keuangan negara
serta para ahli pertambangan berpikir secara rasional dengan
melihat kondisi pertambangan dan keuangan negara bahwa kebijakan
pengurangan subsidi harus segera dilakukan guna mengurangi deficit
keuangan negara. Dari pandangan masyarakat, jika disuguhkan dengan
alasan deficit anggaran negara dengan lantang akan dijawab dengan
suara kembalikan uang kami para koruptor. Pertanyaan yang akan
keluar dari mereka yang mengamati kondisi ini adalah : Siapa yang
salah dalam hal ini?Ahli ekonomi, Kwik Kian Gie, dalam sebuah acara
di salah satu televisi nasional menyatakan bahwa kebijakan masa
lalu yang menunda-nunda kenaikan harga BBM secara pasti merupakan
salah satu penyebab dari kondisi dilematis kebijakan subsidi BBM
saat ini. Bahkan, sebuah media elektronik nasional baru-baru ini
membandingkan kinerja kepala pemerintahan negara ini dengan Menteri
BUMN dengan slogan teladan vs telatan. Di kesempatan lain, beberapa
ekonom menyatakan bahwa subsidi BBM harus segera dikurangi hingga
tingkat yang paling atas guna menyelamatkan perekonomian dan
kondisi dunia pertambangan Indonesia. Seperti kita ketahui dalam
pembahasan sebelumnya bahwa cadangan minyak Indonesia saat ini
hanya akan cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia
selama 10 tahun ke depan. Sementara mungkin untuk 10 tahun ke
depannya lagi Indonesia menjadi negara pengimpor minyak mentah yang
sangat besar.Masih menurut para ekonom, Brazil dan Mexico juga
pernah dan lebih dulu mengalami dilemma ini beberapa tahun lalu.
Namun, kemampuan Brazzil dan Mexico dalam melakukan pengeboran
lepas pantai dengan investasi besarnya mampu mengatasi hal ini.
Sementara Indonesia masih belum mampu mendapatkan kemampuan
investasi sebesar itu. Mereka menganggap, bahwa memang mungkin
kebijakan kenaikan BBM ini secara pasti akan menimbulkan efek
multiplier yang besar terhadap masyarakat karena BBM menjadi bahan
utama dalam setiap kegiatan masyarakat. Namun, kandungan alam dan
kemampuan Indonesia untuk melakukan apa yang dilakukan oleh Brazil
dan Mexico membutuhkan waktu yang cukup lama. Sehingga dibutuhkan
kebijakan yang berani dan tidak ragu-ragu untuk mengamankan atau
menstabilkan kondisi ini.Di lain pihak, kesulitan masyarakat dan
tingkat kesejahteraan masyarakat yang sangat lebar menjadi salah
satu pertimbangan pemerintah dalam menentukan kebijakan harga BBM.
Mengapa? Karena kebijakan pemerintah harus mampu memberikan jalan
terbaik dan tidak merugikan masyarakat. Selain itu, kesadaran
masyarakat yang lebih berada untuk menaati peraturan juga harus
dipupuk meskipun hal ini sebenarnya juga menjadi masalah sulit.
Seperti kita ketahui dalam realitanya, orang-orang yang berada
mendapatkan BBM yang memiliki tingkat subsidi yang berebda
(Pertamax), namun hal ini tidak ditaati oleh mereka. Dalam
kenyataannya, keunggulan mereka hanya digunakan untuk membeli BBM
yang sama untuk kalangan menengah ke bawah.Kesadaran masyarakat,
sikap pemerintah dalam pengambilan keputusan, dan perancangan
rencana masa depan dunia pertambangan yang matang sangat dibutuhkan
dalam hal ini sehingga nantinya kondisi pertambangan dan penggalian
Indonesia mampu stabil.
BAB IIIPENUTUP
3.1.Sektor perekonomian adalah bagian dari kondisi perekonomian
suatu negara yang dipilah-pilah berdasarkan kemampuannya
menciptakan lapangan pekerjaan bagi angkatan kerja yang terdapat di
negara tersebut. Sektor perekonomian Indonesia terdiri atas
Sembilan sektor yakni pertanian, perkebunan, kehutanan, dan
perikanan, pertambangan dan penggalian, industry pengolahan,
listrik, gas, dan air bersih, konstruksi, perdagangan, hotel, dan
restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, real estate, dan
jasa perusahaan, serta jasa-jasa.Salah satu sektor yang menjadi
andalan bagi Indonesia adalah sektor pertanian yang memberikan
kontribusi PDB terbesar. Namun, sekarang telah terjadi transformasi
sektor dari pertanian ke industry pengolahan dan pertambangan dan
penggalian.Pertambangan adalah suatu kegiatan pengambilan endapan
bahan galian berharga dan bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi,
baik secara mekanis maupun manual, pada permukaan bumi, di bawah
permukaan bumi dan di bawah permukaan air. Hasil kegiatan ini
antara lain, minyak dan gas bumi, batubara, pasir besi, bijih
timah, bijih nikel, bijih bauksit, bijih tembaga, bijih emas, perak
dan bijih mangan (www.wikipedia.org).Sektor pertambangan
dikelompokkan menjadi tiga subsektor yaitu pertambangan minyak dan
gas bumi, pertambangan bukan migas, dan penggalian.
(www.bps.go.id)3.2.Kondisi PDB pertambangan Indonesia selama 10
tahun terakhir menunjukkan fluktuasi yang positif. Namun, hal ini
tidak menentukan semakin baiknya kondisi perdagangan pertambangan
dan penggalian karena perbedaan kondisi nilai mata uang setiap
tahun akibat inflasi, cadangan barang tambang dan galian yang
semakin lama semakin berkurang karena bentuknya sebagai Sumber Daya
Alam.3.3.Kondisi sub sektor pertambangan migas selama 10 tahun
terakhir ini memberikan sumbangan yang negative terhadap PDB yakni
rata-rata -5,53% selama kurun waktu 5 tahun (2001 2005). Hal ini
dikarenakan oleh beberapa hal yakni diantaranya kebijakan investasi
yang tidak jelas, kemampuan dalam menarik investor asing, dan
eksploitasi sumber daya yang tidak diikuti dengan tindakan
pencegahan sehingga sumber daya (khususnya minyak mentah) tinggal
10 tahun cadangan.3.4.Kondisi sub sektor pertambangan non-migas
merupakan pemberi sumbangsih positif terbesar diantara ketiga sub
sektor di bidang pertambangan dan penggalian. Sumbangsih itu
sekitar 5,63% selama kurun waktu 5 tahun (2001 2005). Bahkan, saat
ini pamor non-migas melonjak sangat kuat di tengah keterpurukan
kondisi minyak mentah yang terus mengalami pelonjakan
harga.3.5.Kondisi sub sektor penggalian selama 10 tahun terakhir
memberikan kontribusi yang relative sangat kecil dalam PDB
Indonesia. Namun, kemampuan ekspor batu bara yang sangat tinggi
menjadi penyelamat muka Indonesia dalam hal ekspor pada tahum 2009.
Namun, kemampuan ekspor batubara yang sangat tinggi ini menjadi
sangat ironis ketika dalam kenyataannya sebagai negara pengekspor
batubara terbesar kedua di dunia setelah Australia, Indonesia
kurang cukup mampu dalam memenuhi kebutuhan konsumsi dalam
negeri.3.6.Sektor pertambangan memiliki andil yang cukup kecil
dalam penyerapan tenaga kerja meskipun untuk pemberian harga upah
riil sangat besar. Hal ini dikarenakan, kualitas tenaga kerja yang
tidak memenuhi kualifikasi, kemampuan sektor investasi pertambangan
dan penggalian yang tidak mumpuni, dan tingginya penanaman modal TI
yang tidak diikuti dengan penanaman modal insani.3.7.Sektor
pertambangan dan penggalian memiliki andil yang relative sangat
kecil dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar
10,55%.3.8.Penerimaan negara dari sektor pertambangan dan pertanian
cukup besar namun hal ini juga terserap dengan subsidi BBM yang
semakin hari semakin tinggi. Namun, saat ini BBM sudah dikurangi.
Penerimaan negara dari sektor pertambangan juga didapat dengan
adanya PPN Migas.3.9.Dalam data statistic disebutkan bahwa
kontribusi pasar ekspor migas untuk neraca pembayaran mengalami
penurunan. Sementara, dari segi penggalian khususnya batubara nilai
ekspor begitu tinggi. Namun, dalam kajian luasnya sektor
pertambangan dan penggalian bukanlah merupakan penghasil devisa
tertinggi untuk perekonomian Indonesia. Bahkan hal ini masih jauh
jika dibandingkan dengan devisa yang diberikan para tenaga kerja
Indonesia di luar negeri.3.10.Kebijakan pemotongan atau bahkan
penghapusan subsidi BBM menjadi dilemma bagi pemerintah. Di satu
sisi kondisi keuangan negara dan sumber daya alam tidak mampu
memenuhi hal tersebut jika diteruskan. Namun, di sisi lainefek
multiplier dari kebijakan ini nantinya di masyarakat sangat
berpengaruh luas. Kemampuan Indonesia yang terbatas dalam
mendatangkan investasi yang sangat besar , kesadaran masyarakat,
dan ketegasan pemerintah yang masih kurang menjadi kendalah atas
kebijakan ini.3.11.Peranan sektor pertambangan dan penggalian
menjadi sangat besar ketika masyarakat dan pemerintah suatu negara
yang memiliki sumber daya tersebut dapat mengelolanya dengan baik.
Namun, sayang di Indonesia saat ini, sektor pertambangan kurang
mampu memberikan kontribusinya terhadap perekonomian Indonesia
secara kompleks.Hal ini disebabkan tidak adanyainvestasi baru yang
cukup signifikan di sektor pertambangan, tanpa eksplorasi
danpenemuan baru beberapa tahun ke depan produksi diperkirakan akan
menurun. Oleh karena itu pemetaan di sektor pertambangan ini
penting dilakukan mengingat peranannya yang penting dalam
menyumbang pertumbuhan ekonomi Indonesia dansebagai sumber energi
di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Aris, Achmad. 2007. Masa Depan Invetsasi Pertambangan. (online).
(www.google.com, diakses Kamis, 16 Februari 2012).Badan Pusat
Statistik. 2012. IHK dan Rata-rata Upah per Bulan Buruh Hotel di
Bawah Mandor (Supervisor) Indonesia, 2007 - 2010 (IHK 2007 =100).
(online). (www.bps.go.id, diakses Selasa, 17 April 2012). Badan
Pusat Statistik. 2012. IHK dan Rata-rata Upah per Bulan Buruh Hotel
di Bawah Mandor (Supervisor) Indonesia, tahun 1996 2006 (IHK 1996 =
100). (online). (www.bps.go.id, diakses Selasa, 17 April
2012).Badan Pusat Statistik. 2012. IHK dan Rata-rata Upah per Bulan
Buruh Pertambangan di Bawah Mandor (Supervisor) Indonesia,
2007-2011 (IHK 2007=100). (online). (www.bps.go.id, diakses Selasa,
17 April 2012).Badan Pusat Statistik. 2012. IHK dan Rata-rata Upah
per Bulan Buruh Pertambangan di Bawah Mandor (Supervisor)
Indonesia,1996 2006 (IHK 1996 = 100). (online). (www.bps.go.id,
diakses Selasa, 17 April 2012).Badan Pusat Statistik. 2012.
Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
Utama (2004 2010). (online). (www.bps.go.id, diakses Selasa, 17
April 2012).Badan Pusat Statistik. 2012. Produksi Migas dan Gas
Alam tahun 1996 2011. (online). (www.bps.go.id, diakses Jumat, 20
April 2012).Badan Pusat Statistik. 2012. Produksi Tambang Mineral.
(online). (www.bps.go.id, diakses Jumat, 20 April 2012).Hendrik,
Raja Napitupulu. 2009. September Turun 6,75%, Sektor Pertambangan
Selamatkan Ekspor RI. (online). (www.google.com, diakses Jumat, 20
April 2012).Putri, Shinta Amelia Dwi. 2012. Kebijaksanaan
Perekonomian Indonesia Selama Era Reformasi Sampai Sekarang.
(online). (www.google.com, diakses Jumat, 20 April 2012).Sutjahjo,
Suryono H. 2011. Utang dan Kekayaan Sumber Daya Alam Indonesia.
(online). (www.google.com, diakses Kamis, 16 Februari 2012).Taruna,
Fadillah. 2011. Tambang Rakyat Dilema Kemanusiaan dan Peraturan.
(online). (www.google.com, diakses Kamis, 16 Februari 2012).Thiono,
Handri. 2010. Potret Komoditas Tambang Indonesia. (online).
(www.kompas.com, diakses Kamis, 16 Februari 2012).Wicaksono, Rezal.
2009.Analisis Pengaruh PDB Sektor Industri, Upah Riil, Suku Bunga
Riil, Dan Jumlah Unit Usaha Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada
Industri Pengolahan Sedang Dan Besar Di Indonesia Tahun 1990-2008.
(online). (www.google.com, diakses Kamis, 16 Februari 2012). .
2006. Laporan Pemetaan Sektor Ekonomi(Sektor Pertambangan).
(online). (www.google.com, diakses Kamis, 16 Februari 2012). .
2007. . (online). (eprints.ui.ac.id, diakses Jumat, 20 April
2012).
. 2008. Miner Terjepit Trader dan Banker. (online).
(www.majalahtambang.com, diakses Kamis, 16 Februari 2012). . 2008.
. (online). (VivaNews.com, diakses Jumat, 20 April 2012). . 2009.
Ekspor dan Impor. (online). (bps.go.id, diakses Jumat, 20 April
2012 . 2011. Data Strategis BPS. (online). (www.bps.go.id, diakses
Kamis, 16 Februari 2011) . 2012. Konsep Pertambangan dan
Penggalian. (online). (www.wikipedia.org, diakses Kamis, 16
Februari 2012).