SEJARAH SINGKAT TOKOH-TOKOH NU Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Semester II Mata Kuliah Ke-NU-an Dosen Pengampu: H. Ahmad Yani, S.Ag., M.Pd.I Disusun Oleh : Partini NIRM. 12.1532 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURAKARTA 2013
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
SEJARAH SINGKAT TOKOH-TOKOH NU
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas
Semester II Mata Kuliah Ke-NU-an
Dosen Pengampu: H. Ahmad Yani, S.Ag., M.Pd.I
Disusun Oleh :
Partini
NIRM. 12.1532
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURAKARTA
2013
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur hanya milik Allah SWT, atas segala limpahan nikmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dalam makalah ini, penulis menyajikan materi berupa biografi dari tokoh-
tokoh intelektual muslim dari berasal dari kalangan Nahdlatul Ulama maupun
gagasan-gagasan pemikirannya yang beliau tuangkan dalam sebuah buku yang
berupa karya sastra atau yang lain yang dapat dimanfaatkan demi kemajuan
bangsa ini.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis memohon saran dan kritik demi perbaikan
makalah ini selanjutnya. Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, 31 Mei 2013
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 2
C. Rumusan Masalah ................................................................... 2
D. Tujuan Penulisan ..................................................................... 2
E. Manfaat Penulisan ................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3
A. KH. Bisri Musthofa ................................................................. 3
B. KH. Abdurrahman Wahid ........................................................ 6
C. KH. Abdul Wahid Hasyim ....................................................... 8
D. Nur Kholis Madjid ................................................................... 10
E. KH. Ali Yafie .......................................................................... 13
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 16
A. Kesimpulan ............................................................................. 16
B. Saran ....................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 17
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Awal abad ke-20 sering dikatakan sebagai masa kebangkitan
pendidikan Islam di Indonesia, ditandai dengan munculnya ide-ide dan usaha
pembaruan pendidikan Islam, baik oleh pribadi-pribadi maupun organisasi-
organisasi keagamaan yang concern di bidang ini. Tujuannya untuk
memperbaiki kondisi pendidikan kaum muslimin yang semakin terpuruk di
wilayah ini, sejak diperkenalkannya sistem kelembagaan pendidikan baru oleh
pemerintah kolonial, dalam rangka menghadapi berbagai tuntutan dan
kebutuhan hidup masyarakat di masa modern. Ide dasarnya adalah bahwa
memperbarui sistem-kelembagaan pendidikan Islam merupakan keniscayaan
yang tak bisa ditunda-tunda, jika kaum muslimin tidak ingin mengalami
ketertinggalan dengan Barat.
Nahdlatul Ulama sebagai sebagai salah satu ormas terbesar di
Indonesia banyak melahirkan cendikiawan muslim yang handal. Beberapa
diantaranya seperti KH. Bisri Musthofa, KH. Abdurrahman Wahid, KH.
Abdul Wahid Hasyim, dan lain-lain.
Banyak karya-karya mereka yang bermanfaat dalam rangka mengatasi
problematika umat. Beberapa karya mereka dapat berbentuk karya sastra,
bibliografi, biografi maupun gagasan mereka yang dapat dipelajari demi
kemajuan bangsa dan negara ini.
Dalam penyusunan makalah ini menggunakan metode deskriptif
analitis, yakni penulis berusaha melengkapi kajian-kajian yang difokuskan
pada pemikiran dan usaha-usaha dari para tokoh yang dibahas dalam
pembahasan, yakni KH. Bisri Musthofa, KH. Abdurrahman Wahid, KH.
Abdul Wahid Hasyim, Nur Kholis Majid, maupun Ki Hajar Dewantara. Kedua
aspek ini penting diperhatikan secara serempak untuk mendapatkan gambaran
yang utuh mengenai biografi maupun corak pembaruan seperti diusahakan.
2
B. Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah dalam makalah ini, antara lain :
1. Nahdlatul Ulama sebagai salah satu ormas terbesar yang banyak
melahirkan cendikiawan muslim yang handal.
2. Banyak gagasan-gagasan dari para tokoh yang dapat dipelajari guna
menambah wawasan, yang dituangkan dalam bentuk karya sastra,
bibliografi, maupun yang lainnya.
C. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas, maka penulis dapat membuat rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah atau biografi dari masing-masing tokoh di atas?
2. Apa yang menjadi gagasan-gagasan dan pemikiran dari para tokoh guna
memajukan bangsa ini, terutama dalam bidang pendidikan?
D. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui biografi dari masing-masing tokoh yang dibahas.
2. Mengetahui gagasan-gagasan dan pemikiran mereka dalam rangka
pembaharuan terutama dalam bidang pendidikan.
E. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Menambah wawasan keilmuan baik berupa biografi tokoh maupun garis
pemikirannya dalam memajukan bangsa ini.
2. Manfaat Praktis
Memenuhi tugas semester II mata kuliah Ke-NU-an .
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. KH. Bisri Musthofa
1. Profil KH. Bisri Musthofa
KH. Bisri Mustofa, adalah figur kiai yang alim dan kharismatik.
Beliau adalah pendiri pondok pesantren Raudhatut Thalibin Rembang
Jawa Tengah. Beliau dilahirkan di Kampung Sawahan Gang Palen
Rembang, Jawa Tengah pada tahun 1915 oleh kedua orang tuanya, yakni
H. Zaenal Mustofa dan Chotijah dan diberi nama Mashadi. Beliau
memiliki tiga saudara yaitu Salamah (Aminah), Misbach, dan Ma’shum.
Setelah menunaikan ibadah haji pada tahun 1923, Ia mengganti nama
dengan Bisri. Selanjutnya. Ia dikenal dengan nama Bisri Mustofa.
KH. Bisri Musthofa menekuni ilmu-ilmu agama di pesantren
Kasingan Rembang, yang diasuh oleh Kiai Cholil. Selain di pesantren
Kasingan, KH. Bisri Musthofa juga mengaji pasanan (pengajian pada
bulan puasa) di pesantren Tebuireng Jombang, asuhan KH Hasyim Asy’ari
dan kemudian beliau belajar agama suci Makah tahun 1936 kepada Kiai
Bakir, Syaikh Umar, Syaikh Umar Khamdan al-Maghribi, Syaikh Maliki,
Sayyid Amin, Syaikh Hasan Masysyath, dan Kiai Muhaimin.
Kiai Cholil Kasingan, selain sebagai guru, beliau juga sebagai
mertua KH. Bisri, ia dinikahkan dengan putri Kiai Cholil yang bernama
Ma’rufah. Dalam pernikahannya ini, beliau dikaruniai delapan orang anak,
yaitu; Cholil (lahir 1941), Mustofa (lahir 1943), Adieb (lahir 1950),
Faridah (lahir 1952), Najichah (lahir 1955), Labib (lahir 1956), Nihayah
(lahir 1975) dan Atikah (lahir 1964). Seiring perjalanan waktu, Mbah Bisri
kemudian menikah lagi dengan seorang perempuan asal Tegal Jawa
Tengah bernama Umi Atiyah. Peristiwa tersebut kira-kira tahun 1967-an.
Dalam pernikahan dengan Umi Atiyah tersebut, dikaruniai satu orang
putera laki-laki bernama Maemun.
4
2. Gagasan dan Pemikiran KH. Bisri Musthofa
a. Penulis yang produktif
Ditengah kesibukannya mengajar di pesantren, menjadi
penceramah, bahkan politisi. beliau tetap menyempatkan diri untuk
menulis, dan waktu luangnya, tidak dilewatkannya begitu saja, bahkan
di kereta, di bus, di mana saja, ia sempatkan untuk menulis. Banyak
kitab, baik bertema berat, maupun ringan lahir sebagai karya tulisnya.
Di antara karyanya yang paling terkenal adalah, tafsir Al-Ibriz, yang
disusun kembali dari penjelasan pengajian beliau oleh tiga orang
santri, yaitu : 1) Munshorif, 2) Maghfur, dan 3). Ahmad Shofwan
(sekarang tinggal di Benowo Surabaya) kemudian kitab Al-Usyuthy,
terjemahan kitab Imrithy, dan kitab Ausathul Masalik terjemahan kitab
Alfiyah Ibnu Malik.
Tidak hanya tema-tema yang berat saja yang ditulis oleh beliau,
tema-tema yang ringan pun ternyata juga Beliau tulis, seperti buku
kumpulan anekdot Kasykul, Abu Nawas, novel berbahasa Jawa Qohar
lan Sholihah; naskah drama Nabi yusuf lan Siti Zulaikha; Syi’iran
Ngudi Susilo; dan sebagainya. Di luar kitab-kitab dan buku-buku
tersebut, masih banyak karya-karya lain yang berhasil ditulisnya.
Dalam menulis, beliau memiliki falsafah ‘falsafah’ yang
menarik. Sebagaimana dikisahkan oleh Gus Mus, salah seorang putra
Mbah Bisri, bahwa pernah suatu ketika, beliau berbincang-bincang
dengan salah seorang sahabatnya, yakni Kiai Ali Maksum Krapyak,
tentang tulis-menulis ini. “Kalau soal kealiman, barangkali saya tidak
kalah dari sampeyan, bahkan mungkin saya lebih alim,” kata Kiai Ali
Maksum ketika itu, dengan nada kelakar, seperti biasanya, “tapi
mengapa Sampeyan bisa begitu produktif menulis, sementara saya
selalu gagal di tengah jalan. Baru separo atau sepertiga, sudah macet
tak bisa melanjutkan.”. Dengan gaya khasnya, masih cerita Gus Mus,
Mbah Bisri menjawab: “Lha soalnya Sampeyan menulis lillahi ta’ala
sih!” Tentu saja jawaban ini mengejutkan Kiai Ali. “Lho Kiai menulis
5
kok tidak lillahi ta’ala; lalu dengan niat apa?” Mbah Bisri menjawab:
“Kalau saya, menulis dengan niat nyambut gawe. Etos, saya dalam
menulis sama dengan penjahit. Lihatlah penjahit itu, walaupun ada
tamu, penjahit tidak akan berhenti menjahit. Dia menemui tamunya
sambil terus bekerja, soalnya bila dia berhenti menjahit , periuknya
bisa ngguling,saya juga begitu, kalau belum-belum, sampeyan sudah
niat yang mulia-mulia, setan akan mengganggu sampeyan dan
pekerjaan sampeyan tak akan selesai..”katan Mbah Bisri..”… Lha nanti
kalau tulisan sudah jadi, dan akan diserahkan kepada penerbit, baru
kita niati yang mulia-mulia, linasyril ‘ilmi atau apa. Setan perlu kita
tipu.” Lanjut Mbah Bisri sambil tertawa.
b. Agamawan Moderat
Pemikiran keagamaan Mbah Bisri oleh banyak kalangan dinilai
sangat moderat. Sifat moderat Mbah Bisri merupakan sikap yang
diambil dengan menggunakan pendekatan ushul fiqh yang
mengedepankan kemashlahatan dan kebaikan umat Islam yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi zaman serta masyarakatnya.
Pemikiran Mbah Bisri sangat kontekstual. Mbah Bisri Mustofa adalah
seorang ulama Sunni, yang gigih memperjuangkan konsep Ahlus
Sunnah Wal Jamaah. Obsesinya untuk membumikan konsep Ahlus
Sunnah Wal Jamaah dibuktikan dengan dibuatnya buku tentang Ahlus
Sunnah Wal Jamaah, yang sampai tiga kali revisi, untuk disesuaikan
dengan kebutuhan zaman dan masyarakat. Ia juga menyerukan adanya
konsep amar ma’ruf nahi munkar yang dimaknai dan didasari oleh
solidaritas dan kepedulian sosial. Obsesinya untuk menegakkan amar
ma’ruf nahi munkar ini ditunjukkan dengan disejajarkannya konsep
tersebut dengan rukun-rukun Islam yang ada lima.
6
B. KH. Abdurrahman Wahid
1. Profil Abdurrahman Wahid
Abdurrahman "Addakhil", demikian nama lengkapnya. Secara
leksikal, "Addakhil" berarti "Sang Penakluk", sebuah nama yang diambil
Wahid Hasyim, orang tuanya, dari seorang perintis Dinasti Umayyah yang
telah menancapkan tonggak kejayaan Islam di Spanyol. Belakangan kata
"Addakhil" tidak cukup dikenal dan diganti nama "Wahid", Abdurrahman
Wahid, dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur.
Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara yang
dilahirkan di Denanyar Jombang, Jawa Timur pada tanggal 4 Agustus
1940. Secara genetik Gus Dur adalah keturunan "darah biru". Ayahnya,
K.H. Wahid Hasyim adalah putra K.H. Hasyim Asy'ari, pendiri jam'iyah
Nahdlatul Ulama (NU) dan Ibundanya, Ny. Hj. Sholehah adalah putri
pendiri Pesantren Denanyar Jombang, K.H. Bisri Syamsuri. Kakek dari
pihak ibunya ini juga merupakan tokoh NU, yang menjadi Rais 'Aam
PBNU setelah K.H. Abdul Wahab Hasbullah. Dengan demikian, Gus Dur
merupakan cucu dari dua ulama NU sekaligus, dan dua tokoh bangsa
Indonesia.
Dalam kesehariannya, Gus Dur mempunyai kegemaran membaca
dan rajin memanfaatkan perpustakaan pribadi ayahnya. Selain itu ia juga
aktif berkunjung ke perpustakaan umum di Jakarta. Pada usia belasan
tahun Gus Dur telah akrab dengan berbagai majalah, surat kabar, novel
dan buku-buku yang agak serius. Karya-karya yang dibaca oleh Gus Dur
tidak hanya cerita-cerita, utamanya cerita silat dan fiksi, akan tetapi
wacana tentang filsafat dan dokumen-dokumen mancanegara tidak luput
dari perhatiannya.
Disamping membaca, tokoh satu ini senang pula bermain bola,
catur dan musik. Dengan demikian tidak heran jika Gus Dur pernah
diminta untuk menjadi komentator sepak bola di televisi. Kegemaran
lainnya, yang ikut juga melengkapi hobinya adalah menonton bioskop.
Kegemarannya ini menimbulkan apresiasi yang mendalam dalam dunia
7
film. Inilah sebabnya mengapa Gus Dur pada tahun 1986-1987 diangkat
sebagai ketua juri Festival Film Indonesia. Dan beliau juga pernah