Sejarah Rasulullah SAWW (Bagian 1)
Sejarah Rasulullah SAWW (Bagian 1)
Kelahiran Muhammad Bangsa Arab di zaman dahulu memiliki
kebiasaan menjadikan kejadian besar yang ada sebagai patokan
penanggalan. Peristiwa penyerangan pasukan Gajah pimpinan Abrahah
yang berniat menghancurkan Kabah di kota Mekah, dianggap sebagai
sebuah peristiwa besar yang layak dijadikan patokan penanggalan. Di
tahun pertama penanggalan Gajah ini, di kota Mekah dan di tengah
keluarga Abdul Mutthalib, lahir seorang bayi yang kelak akan
mengubah perjalanan sejalah manusia. Dialah Muhammad putra Abdullah
bin Abdul Mutthalib. Kelahiran bayi ini disambut dengan suka cita
oleh keluarga bani Hasyim. Di negeri Persia, kelahiran Muhammad bin
Abdillah memadamkan api keramat yang selama seribu tahun tidak
padam. Kelahiran Muhammad juga menggoyahkan sendi-sendi istana
kaisar Rumawi. Muhammad lahir dengan membawa janji risalah terakhir
dari Allah untuk umat manusia.Masa sebelum kenabian lazim disebut
nama jahiliyyah. Kata jahiliyyah diambil dari kata jahl yang
berarti bodoh. Dengan demikian, zaman jahiliyyah berarti zaman
kebodohan. Memang, bangsa Arab di zaman itu layak mendapat sebutan
ini. Karena selain memang tidak mengenal baca tulis, bangsa yang
hidup di jazirah Arabia ini juga memiliki kebiasaan dan perilaku
bodoh. Menjadikan berhala-berhala buatan sendiri sebagai tuhan
untuk disembah dan dipuja, mengubur anak perempuan hidup-hidup dan
bertawaf mengelilingi Kabah dengan cara bertelanjang, merupakan
salah satu contoh dari perbuatan bodoh bangsa ini di zaman itu.
Muhammad lahir untuk mengikis kebodohan bangsa Arab dan umat
manusia secara umum dengan cahaya iman dan ilmu.Sejak lahir,
Muhammad telah menunjukkan kelebihan yang khusus. Kehidupannya yang
dimulai dengan keyatiman karena ayahnya telah meninggal dunia
sebelum beliau lahir, penuh dengan kesusahan. Kesusahan inilah yang
menempa diri Muhammad dan mempersiapkannya untuk menjadi manusia
besar dan pemuka bagi seluruh umat sepanjang zaman. Empat tahun,
Muhammad hidup terpisah dari sang ibu, Aminah binti Wahb dan
tinggal di tengah keluarga Halimah as-Sadiyah. Setelah berumur
empat tahun dengan berat hati, Halimah melepas Muhammad dan
mengembalikannya kepada sang ibu. Yatim PiatuDua tahun kemudian,
Aminah wafat, dan Muhammad diasuh oleh kakeknya, Abdul Muththalib
yang amat menyintai dan menghormatinya. Abdul Mutthalib yang juga
pemuka kaum Quresy telah meramalkan bahwa cucunya ini kelak akan
menjadi pemimpin besar bagi umat manusia. Karena itulah, kakek tua
yang amat berwibawa ini menghormati dan menyintai Muhammad lebih
dari cucu-cucunya yang lain. Diriwayatkan bahwa suatu hari Muhammad
duduk di tempat yang dikhususkan untuk Abdul Mutthalib. Orang-orang
bangkit untuk melarangnya, tetapi Abdul Mutthalib mengatakan bahwa
Muhammad sangat layak untuk duduk di tempat itu. Namun keteduhan
payung Abdul Mutthalib tidak berumur panjang. Menginjak usia
delapan tahun, Muhammad harus merelakan kepergian kakeknya itu.
Akhirnya Muhammad tinggl dan diasuh oleh Abu Thalib pamannya yang
menyintainya lebih dari anak-anak sendiri. Di rumah Abu Thalib
inilah, beliau tumbuh hingga menginjak usia remaja remaja. Saat
berusia 12 tahun, Muhammad ikut menyertai pamannya, pergi ke Syam
untuk berniaga. Sudah menjadi kebiasaan kafilah dagang dari Mekah
untuk singgah beristirahat di tempat pendeta Buhaira. Kafilah Abu
Thalib pun singgah di sana. Pendeta Buhaira menyambut kedatangan
kafilah itu dengan tangan terbuka. Namun sang pendeta merasa ada
keanehan. Kepada Abu Thalib dia mengatakan bahwa dirinya
menyaksikan sesuatu yang menakjubkan di kafilah ini. Abu Thalib
yang tidak mengetahui apa maksud sang pendeta menyatakan bahwa
dirinya tidak merasakan adanya keanehan. Hanya saja dia
meninggalkan kemenakannya yang bernama Muhammad di dalam
kemah.Mendengar hal itu, Buhaira meminta Abu Thailb untuk membawa
Muhammad masuk ke rumahnya. Melihat remaja tampan dan sopan itu,
Buhaira meminta izin Abu Thalib untuk mengajaknya berbicara secara
khusus. Sang pendeta membawa Muhammad ke tempatnya. Gerak-gerik,
tutur kata dan jengkal demi jengkal tubuh Muhammad diperhatikannya.
Selanjutnya Buhaira memanggil Abu Thalib dan berkata, Wahai Abu
Thalib, kelak kemenakanmu ini akan diangkat menjadi nabi. Dialah
nabi yang dinanti-nantikan kedatangannya. Karena itu, bawalah dia
kembali ke Mekah dan jangan biarkan kaum Yahudi di negeri Syam
menyakitinya. Sesuai dengan anjuran pendeta Buhaira, Abu Thalib
membawa Muhammad kembali ke Mekah.Gelar al-AminMuhammad tumbuh
besar menjadi pemuda yang dikenal dengan kejujuran, sehingga beliau
mendapat gelar Al-Amin yang berarti orang yang terpercaya. Bagi
masyarakat kota Mekah, tidak ada orang yang bisa dipercaya lebih
dari Muhammad Al-Amin. Karena itu, ketika Abu Thalib mengusulkan
kepada Khadijah binti Khuwailid untuk menjadikan Muhammad sebagai
kepercayaan dalam perniagaannya, usulan itu disambut dengan merta
merta. Pada usia 25 tahun, Muhammad melakukan perjalanan niaga ke
Syam dengan membawa barang dagangan milik Khadijah, wanita kaya di
kota Mekah yang amat disegani.Untuk memudahkan pekerjaan, Khadijah
mengirimkan suruhannya bernama Maisarah untuk menyertai dan
membantu Muhammad. Kesopanan pemuda bergelar Al-Amin ini, kejujuran
dan kepiawaiannya dalam berdagang menarik perhatian Maisarah.
Perniagaan ini, membawa keuntungan yang banyak meski dalam
berdagang, Muhammad sangat memperhatikan masalah kejujuran. Seluruh
kisah perjalanan ini diceritakan oleh Maisarah kepada Khadijah.
Menikah Dengan Siti Khadijah ASDengan usul Abu Thalib dan sambutan
Khadijah, Muhammad datang meminang wanita mulia ini. Perkawinan
antara Muhammad Al-Amin dan Khadijah, disaksikan oleh para malaikat
di langit dan bumi. Dari dua manusia mulia ini, kelak akan lahir
seorang putri yang menjadi penghulu wanita seluruh jagat, yaitu
Fatimah Az-Zahra.Sejarah Rasulullah SAWW (Bagian 2)
Masa Muda Al-Amin dan Risalah Ilahiyah Sejak kanak-kanak hingga
menginjak usia dewasa, Muhammad dikenal oleh masyarakat sebagai
seorang yang memiliki kepribadian agung, jujur, penyantun, gemar
menolong mereka yang memerlukan dan berhati besar. Ketinggian
akhlak beliau membuat kagum bangsa Arab khususnya suku Quresy di
Mekah. Berbeda dengan para pemuda dan masyarakat di zaman itu,
Muhammad tidak tertarik kepada kehidupan yang hanya mengejar
kesenangan duniawi.Pemuda putra Abdullah bin Abdul Mutthalib ini
gemar menyendiri di lereng-lereng gunung atau di gua Hira untuk
menghindari kehidupan syirik dan menyibukkan diri dengan beribadah
dan bermunajat kepada Allah. Muhammad biasanya pergi ke gua Hira
dengan membawa bekal dan akan turun ke kota jika perbekalan habis.
Pergi ke gua Hira, menyendiri dan bermunajat di tempat yang sepi
itu seorang diri akhirnya menjadi kegiatan rutin pemuda bergelar
Al-Amin ini.Di Hira, Muhammad menemukan ketenangan tersendiri yang
tidak ia dapatkan di Mekah. Akhirnya, pada suatu hari ketika
usianya menginjak 40 tahun, saat berada di dalam gua hira, Muhammad
mendengar suara yang mengajaknya untuk membaca. Untuk pertama
kalinya, Muhammad menerima ayat yang turun dari Allah swt. Iqra
bismi rabbikalladzi khalaq, Bacalah dengan nama Tuhanmu yang
menciptakan. Ayat ini adalah yang pertama kalinya turun kepada
Muhammad yang menandai kenabiannya.Tidak sedikit orang yang
mempersoalkan mengenai agama Nabi Muhammad SAW sebelum menerima
risalah kenabian. Permasalahan mengusik hati ketika menyaksikan
bahwa di zaman jahiliyyah, bangsa Arab khususnya di kota Mekah,
tempat Rasulullah SAW menjalani kehidupannya, adalah bangsa
penyembah berhala. Masing-masing kelompok dan kabilah memiliki
berhala tersendiri yang diletakkan di dalam kabah atau di komplek
masjidul haram. Sementara masing-masing orang memiliki berhala yang
khusus yang disimpan di rumah masing-masing atau di kantong khusus
agar bisa dibawa ke mana-mana. Masalah inilah yang lantas
melahirkan pertanyaan mengenai agama yang dianut oleh Rasulullah
SAW sebelum diangkat menjadi nabi. Masalah kondisi di zaman
jahiliyah dan penyembahan berhala yang dianut oleh bangsa Arab
secara umum, adalah fakta sejarah yang tidak mungkin ditolak. Namun
harus diingat bahwa di jazirah Arabia juga ada agama lain semisal
agama Nasrani, Yahudi dan agama Ibrahimi. Penduduk Najran rata-rata
beragama nasrani, sementara di kota Yasrib, nama lain kota madinah,
terdapat beberapa kabilah yang menganut agama Yahudi. Selain dua
agama itu, tidak sedikit pula yang menganut ajaran Nabi Ibrahim as.
Agama Ibrahimi ini dianut oleh sebagian besar bani Hasyim. Bukankah
ketika Abdul-Muththalib menamakan anaknya dengan nama Abdullah yang
berarti hamba Allah, menunjukkan bahwa tuhan yang sebenarnya di
mata Abdul Mutthalib adalah Allah, bukan selain-Nya. Ketika Allah
mengangkatnya menjadi nabi dan utusan-Nya, Muhammad mengatakan
kepada umat bahwa dia membawa ajaran Ibrahim. Seruan ini
dikarenakan umat mengenal akan keberadaan ajaran yang demikian.
Amalan ibadah seperti haji, umrah dan semisalnya yang juga dianut
oleh bangsa Arab Jahiliyyah merupakan sisa-sisa ajaran Ibrahim as
yang terus dijalankan meski dengan cara yang berbeda dengan ajaran
sebenarnya. Semua ini menunjukkan bahwa tidak semua orang Arab di
zaman itu menyembah berhala. Jika hal ini bisa diterima, muncul
pertanyaan;Masuk akalkah, orang yang bakal membawa ajaran agama
ilahi yang paling sempurna, tetapi tidak mengikuti ajaran Ibrahim
dan terjerumus ke dalam kesyirikan penyembahan berhala?Jika
Muhammad pernah menyembah berhala, tentunya, saat beliau menyeru
kaum Quresy dan bangsa Arab untuk meninggalkan berhala, mereka akan
mengingatkan bahwa dia sendiri pernah menyembah berhala. Dalam
sebuah riwayat disebutkan bahwa Imam Ali bin Abi Thalib pernah
bertanya kepada Rasulullah, Ya rasulullah, apakah engkau pernah
menyembah berhala?Beliau menjawab, Sama sekali tidak.Apakah engkau
pernah meminum khamar?beliau juga menjawab, Sama sekali tidak
pernah.Dengan turunnya firman ilahi kepadanya dan turunnya perintah
untuk mengajak kaumnya kepada penyembahan tuhan yang maha esa, Nabi
Muhammad SAW menyampaikan misi mulia dan agung ini kepada sanak
keluarganya. Orang yang pertama-tama menerima ajakan ini adalah
Khadijah istri setia Rasulullah dan Ali bin Abi Thalib yang hidup
dalam bimbingan dan asuhan beliau. Ajakan dan seruan Nabi ini
dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan kepada keluarga dekatnya.
Proses dakwah secara sembunyi-sembunyi ini berlangsung selama tiga
tahun, sampai akhirnya Allah swt menurunkan ayat yang berisi
perintah untuk secara terbuka menyampaikan risalah ilahi ini kepada
umat. Dengan berdiri di atas sebuah bukit, Rasulullah SAW bertanya
kepada kaumnya, Wahai sekalian suku Quresy, jika akan katakan bahwa
di belakang bukit ini ada pasukan musuh yang datang menyerang,
apakah kalian akan mempercayai kata-kataku?Mereka menjawab, Ya,
pasti, sebab engkau adalah orang yang paling jujur.Rasulullah
berkata lagi, Jika demikian, ketahuilah bahwa aku membawa risalah
dan ajaran dari Tuhan untuk kalian semua. Rasulullah menjelaskan
risalah yang beliau pikul kepada kaum Quresy. Akan tetapi berbeda
dengan pernyataan awal mengenai kejujuran Muhammad Al-Amin, kali
ini kaum Quresy yang dimotori oleh para pemukanya yang kafir
semisal Abu Sufyan, Abu Jahal dan lainnya menuduh putra Abdullah
ini telah membuat kebohongan besar.Sejak saat itulah, dakwah kepada
agama Islam dilakukan secara terbuka. Seiring dengan sambutan
orang-orang yang berhati bersih kepada ajaran ini, sikap
penentangan dan permusuhan kaum kafir terhadap ajaran ilahi ini
juga semakin meningkat. Para pemuka Quresy yang merasa posisi dan
kedudukan mereka terancam dengan adanya ajaran ilahi ini, serta
merta megambil sikap frontal terhadap Muhammad, para pengikut dan
ajarannya. Dengan memanfaatkan kedudukan, uang dan kekuatan, kaum
kafir melakukan penyiksaan terhadap para pengikut ajaran
islam.Bilal bin Rabbah bekas budak Umayyah bin Khalaf, juga Yasir,
istrinya Sumayyah dan anaknya Ammar adalah contoh dari kaum
muslimin lemah yang menjadi korban penyiksaan. Bahkan Sumayyah dan
Yasir gugur syahid setelah menjalani penyiksaan kaum kafir Quresy
yang tidak mengenal batas kemanusiaan. Sementara Ammar terpaksa
mengeluarkan kata-kata syirik dari mulutnya meski hatinya tetap
memegang teguh keimanan. Gangguan kaum kafir Quresy tidak hanya
ditujukan kepada kaum muslimin, tetapi juga kepada pemimpin dan
nabi pembawa risalah, Muhammad bin Abdillah SAW. Hanya saja,
gangguan itu seberapa karena sikap Abu Thalib yang mati-matian
membela Muhammad dan ajarannya. Bagaimanapun juga, Abu Thalib
adalah figur yang sangat dihormati oleh kaum Quresy di Mekah.
Berkali-kali para pembesar Quresy mendatangi Abu Thalib agar
menghentikan aktifitas dakwah Muhammad yang menistakan berhala dan
mengajak masyarakat kepada Tuhan yang esa. Meski demikian, Abu
Thalib tetap pada pendiriannya untuk membela Muhammad dan
ajarannya. Sikap Abu Thalib ini telah menyulut kemarahan para
pembesar Quresy yang lantas memutuskan untuk memboikot Bani Hasyim
dan para pengikut ajaran Islam.
Sejarah Rasulullah SAWW (Bagian 3)
Hijrah ke Habasyah Pada pembahasan yang lalu telah disinggung
bahwa kaum muslimin di kota Mekah, khususnya mereka yang berasal
dari kalangan budak atau orang-orang yang memiliki kedudukan sosial
rendah, mendapat perlakuan buruk dari kaum kafir Quresy. Tidak
sedikit dari mereka yang disiksa dan ada pula yang dibunuh. Kondisi
ini sangat menyulitkan umat Islam. Akhirnya, untuk melepaskan diri
dari penderitaan dan untuk menjaga agar umat yang baru terbentuk
tidak bisa dihancurkan, Rasulullah SAW memerintahkan sekelompok
umatnya untuk berhijrah ke negeri Habasyah yang saat itu dipimpin
oleh raja Najasyi. Kelompok muhajirin ke Habasyah dipimpin oleh
Jafar putra Abu Thalib. Kepergian Jafar dan rombongannya yang
berjumlah kurang lebih delapan puluh orang ke Habasyah membuat
berang kaum kafir Mekah. Merekapun mengirimkan utusan kepada raja
Najasyi untuk menolak kehadiran kaum muslimin di negerinya.
Permintaan Quresy tidak langsung dikabulkan oleh Najasyi. Raja yang
beragama nasrani ini lantas memanggil Jafar dan rombongannya ke
istana.Di tempat inilah dan di hadapan raja beserta para penasehat
agamanya, Jafar menjelaskan maksud kedatangannya ke Habasyah. Putra
Abu Thalib ini dengan tegas mengatakan bahwa dia dan rombongannya,
bukanlah budak yang lari dari tuannya atau pembunuh yang lari dari
tebusan darah. Mereka lari dari Mekah hanya untuk menyelamatkan
diri dari penyiksaan dan tekanan yang dilakukan para pemuka Quresy
terhadap mereka. Mereka dianggap layak mendapat perlakuan buruk
karena telah menyembah Tuhan yang Esa dan menolak sujud kepada
berhala. Penjelasan Jafar bin Abi Thalib berhasil mematahkan makar
utusan Quresy. Raja Najasyi memerintahkan untuk mengembalikan semua
hadiah yang dikirim Quresy kepadanya. Utusan Mekah-pun meninggalkan
negeri Habasyah. Untuk kaum muhajirin ini, Najasyi memberikan izin
tinggal di negerinya dengan aman dan damai sampai kapanpun
juga.Pemboikotan Terhadap Bani HasyimDi Mekah, kaum kafir Quresy
semakin kalap, kala menyaksikan jumlah mereka yang masuk agama
Islam semakin bertambah. Pembesar-pembesar Mekah semisal Hamzah bin
Abdul Mutthalib juga telah mengumumkan keislamannya. Hal ini
membuat para pemuka Quresy berpikir untuk membunuh Nabi Muhammad
SAW. Akan tetapi membunuh Muhammad tidaklah mudah. Sebab,
bagaimanapun juga, bani Hasyim yang termasuk kelompok bangsawan
Quresy tidak akan setuju. Quresy membujuk Abu Thalib yang dipandang
sebagai pelindung utama Rasulullah agar bersedia menerima uang
tebusan dua kali lipat dari tebusan biasa, dan membiarkan Muhammad
dibunuh. Pembunuhnya akan dipilih dari orang di luar Quresy. Dengan
demikian, pembunuhan atas diri Muhammad tidak akan berbuntut pada
perang saudara di Mekah. Usulan tersebut dipandang Abu Thalib
sebagai tanda keseriusan Quresy untuk membunuh Nabi. Akhirnya Abu
Thalib memanggil seluruh anggota keluarga bani Hasyim agar
berkumpul di lembah Abu Thalib untuk melindungi Muhammad dari upaya
teror yang direncanakan Quresy terhadapnya.Bulan Muharram tahun
ke-7 kenabian, kaum kafir Quresy menyusun sebuah perjanjian yang
berisi pemboikotan terhadap bani Hasyim. Berdasarkan perjanjian
ini, segala bentuk jual beli, pernikahan dan hubungan dengan bani
Hasyim dilarang. Pemboikotan ini telah menyebabkan bani Hasyim yang
berada di lembah atau syib Abu Thalib kesulitan mendapatkan bahan
pangan dan keperluan hidup lainnya. Pemboikotan ini dimaksudkan
untuk memaksa bani Hasyim khususnya Abu Thalib, agar bersedia
menyerahkan Muhammad kepada Quresy untuk dibunuh. Tekad mereka
untuk menghabisi nabi terakhir ini, sedemikian kuat sehingga Abu
Thalib memperkuat penjagaan atas diri Rasulullah. Di malam hari,
Abu Thalib memerintahkan salah seorang dari bani Hasyim untuk tidur
di pembaringan Rasulullah, demi menjaga keselamatan Nabi bergelar
Al-Amin ini. Kondisi serba sulit ini berlangsung selama tiga tahun.
Selama itulah, mereka yang berada di dalam syib bergelut dengan
rasa lapar dan keterasingan. Pekik tangis anak-anak bayi dari
keluarga bani Hasyim yang kelaparan terkadang terdengar sampai ke
luar lembah itu. Bagi sebagian orang Quresy, keadaan ini sungguh
menyiksa batin mereka. Karena itu, mereka sepakat untuk mencabut
boikot atas bani Hasyim. 'Tahun Kesedihan ('Amul Huzn )Tahun
sepuluh kenabian, setelah bani Hasyim keluar dari syib Abu Thalib
dan terlepas dari pemboikotan, Abu Thalib dan Khadijah binti
Khuwailid, paman dan istri Nabi yang selama ini menjadi pelindung
dan pembela risalah kenabian, meninggal dunia. Wafatnya kedua
manusia agung ini menjadi pukulan berat bagi Nabi. Betapa tidak, di
saat kaum Quresy berniat membunuh beliau, Abu Thalib siap berkorban
untuk melindungi Rasulullah. Di saat kaum kafir memboikot Nabi
secara ekonomi, Khadijah menginfakkan seluruh hartanya untuk
perjuangan Islam. Tahun 10 kenabian disebut oleh Rasulullah sebagai
amul huzn yang berarti tahun kesedihan karena kepergian dua insan
pembela risalah kenabian. Setelah Abu Thalib dan Khadijah wafat,
dan setelah menyaksikan penentangan kaum Quresy, Nabi SAW pergi ke
kota Thaif untuk mengajak warga di kota itu kepada agama Islam.
Tetapi warga Thaif menyambut Nabi dengan lemparan batu dan cacian.
Akibat kekurangajaran warga Thaif, malaikat Jibril mendatangi
Rasulullah dan meminta izin untuk menghukum mereka. Tetapi nabi
yang oleh Allah disebut sebagai orang yang penyayang ini menolak
sambial mengatakan, Ya Allah ampunilah kaumnya, karena mereka tidak
mengetahui kebenaran yang aku bawa. Keislaman Aus dan
KhazrajSetelah kembali ke kota Mekah, Nabi memfokuskan dakwahnya
kepada suku-suku Arab lainnya yang berdatangan ke kota itu untuk
melaksanakan ibadah haji. Dari situlah, beliau berkenalan dengan
orang-orang Aus dan Khazraj, penduduk kota Yatsrib yang kemudian
berubah nama menjadi Madinah. Di Yatsrib, suku Aus dan Khazraj
merupakan musuh bebuyutan yang sejak lama terlibat perang saudara.
Di kota itu, hidup pula suku-suku beragama Yahudi yang sering
mengabarkan kepada mereka akan kedatangan Nabi di akhir
zaman.Setelah berkenalan dengan Nabi Muhammad SAW dan ajara yang
dibawanya, orang-orang dari Aus dan Khazraj menyatakan ikrar
keimanan kepada beliau. Mereka bahkan mengingat janji dan baiat
dengan Nabi. Orang-orang Aus dan Khazraj yang telah menemukan
seorang pemimpin yang dapat mengakhiri permusuhan di antara mereka,
menawarkan kepada Rasulullah SAW agar beliau bersedia berhijrah ke
kota mereka. Sesuai dengan tawaran itu, dan dengan perintah Allah
swt, Rasul SAW memerintahkan kaum muslimin Mekah untuk berhijrah ke
Madinah. Rombongan demi rombongan kaum muslimin Mekah bergerak ke
arah Yastrib. Gelombang hijrah ini terus berlanjut dan berpuncak
pada hijrah Nabi ke kota itu. Sejarah Rasulullah SAWW (Bagian
4)Hijrah ke MadinahHijrah yang berarti perpindahan dianggap sebagai
salah satu ibadah dengan nilai pahala yang tinggi. Dalam banyak
ayat Al-Quran Allah swt menjelaskan kemuliaan ibadah ini dan
menjanjikan ganjaran yang berlipat ganda kepada mereka yang
berhijrah. Sebab, selain kesulitan yang dihadapi seorang muhajir
baik kesulitan karena meninggalkan negeri asal, kesulitan di negara
baru dan banyak hal lain, hijrah juga dimaksudkan untuk menjaga dan
memelihara agama dan risalah ilahi yang terakhir ini.Di negeri yang
baru, langkah pertama yang dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah
membangun masjid yang merupakan pusat kegiatan Islam dan pemersatu
umat. Masjid pertama yang dibangun di Madinah adalah masjid Quba
yang oleh Allah disebut sebagai masjid yang dibangun di atas
pondasi ketaqwaan. Pembangunan masjid ini dilakukan oleh seluruh
umat Islam baik penduduk asli maupun pendatang. Rasul-pun ikut
ambil bagian dalam membangun masjid Quba.Pemerintahan NabawiLangkah
berikutnya yang dilakukan Nabi adalah memupuk persaudaraan di
antara kaum muslimin. Beliau memerintahkan masing-masing sahabat
untuk memilih orang yang akan dijadikan sebagai saudara. Sementara
beliau sendiri memilih Ali bin Abi Thalib sebagai saudaranya.
Dengan demikian, terciptalah suasana persaudaraan yang kuat di
tengah umat Islam pada hari-hari pertama kehadiran Rasulullah SAW
di Madinah. Berikutnya untuk melindungi Madinah dari ancaman yang
mungkin datang dari umat lain, Rasulullah SAW mengadakan perjanjian
damai dengan umat Yahudi yang berada di sekitar kota Madinah.
Sebagaimana yang telah disinggung, suku Aus dan Khazraj sering
mendengar janji kedatangan Nabi akhir zaman dari umat Yahudi yang
hidup di dekat mereka. Ada tiga kabilah besar Yahudi di Madinah,
yaitu, Bani Nadhir, Bani Qainuqa dan Bani Quraidhah. Dengan ketiga
kelompok ini, Rasulullah SAW mengikat perjanjian untuk tidak saling
mengganggu.Setelah langka-langkah awal diambil Rasulullah SAW
menyibukkan diri dengan membimbing umat kepada ajaran yang
diterimanya dari Allah swt. Di kota inilah, beliau mendapatkan
wahyu-wahyu yang menjelaskan hukum-hukum syariat secara lebih luas.
Wahyu inilah yang kemudian diajarkan Nabi SAW kepada umatnya.
Perang BadrSementara itu, dengan kepergian Nabi ke Madinah,
permusuhan kaum kafir Quresy kepada umat Islam masih belum reda.
Penyiksaan dan gangguan mereka kepada kaum muslimin yang masih
berada di Mekah dan tidak dapat keluar dari kota itu semakin
menjadi. Di lain pihak harta benda yang ditinggalkan oleh mereka
yang telah berhijrah ke Madinah dirampas oleh Quresy. Hal inilah
yang mendasari perintah Rasulullah SAW untuk mencegat kafilah
dagang Quresy yang melintas dekat Madinah dalam perjalanan
perniagaan menuju Syam atau dari Syam menuju Mekah. Tahun kedua
hijriyah, Rasulullah SAW bersama 313 sahabatnya bergerak menuju
Badr untuk mencegat kafilah Quresy yang membawa harta berlimpah
hasil dari perniagaan di Syam. Setelah mendengar berita itu, Abu
Sufyan, yang memimpin kafilah ini, mengirimkan utusannya ke Mekah
untuk meminta bantuan tentara Quresy dalam menghadapi ancaman
ini.Bagi Quresy, pencegatan kafilahnya oleh kaum muslimin tidak
hanya berarti kerugian harta tetap juga kehormatan suku besar di
Mekah ini. Untuk itu, Abu Jahl yang merupakan salah satu bangsawan
terkemuka Quresy bersama seribu orang lengkap dengan peralatan
perang meninggalkan kota Mekah dan bergerak menuju Badr. Sementara
kafilah pimpinan Abu Sufyan dengan melintasi jalan alternatif
berhasil lolos dari sergapan kaum muslimin. Abu Sufyan mengirimakn
kurirnya untuk meminta Abu Jahl kembali kep mekah karena bahaya
telah berlalu. Namun pesan itu ditolaknya. Abu Jahl bersikeras
untuk berhadapan dan terlibat perang dengan pasukan Madinah. Ia
berpikir, dengan demikian, umat Islam akan jera atau bahkan
terhabisi.Di Badr, pasukan muslimin yang dipimpin langsung oleh
Rasulullah SAW telah bersiap siaga. Pasukan kecil berjumlah 313
orang dan peralatan yang ala kadarnya, siap menghadapi seribu orang
di barisan Quresy yang bersenjata lengkap. Namun keimanan yang
dimiliki oleh umat Islam lah yang menjadi mesin pendorong mereka
untuk tegar dan siap menanti kematian di jalan Allah yang
basalannya adalah surga. Tanggal 17 Ramadhan tahun kedua hijriyah,
perang di Badr berkecamuk setelah diawali dengan duel satu lawan
satu antara tiga jawara dari dua barisan. Satu demi satu korban
berjatuhan dari kedua belah pihak. Darah bersimbah di sana sini.
Tak lama, berita tersebar bahwa Abu Jahl yang oleh Rasul disebut
sebagai Firaun di tengah umat ini tewas di tangan pasukan muslimin.
Terbunuhnya Abu Jahal dan beberapa pemuka Quresy di medan perang
Badr menjadi pukulan berat bagi pasukan Mekah yang akhirnya memilih
untuk melarikan diri. Dalam perang Badr, pasukan Quresy menderita
kerugian tujuh puluh tewas dan tujuh lainnya tertawan. Sementara
barang rampasan perang yang ditinggalkan tidak sedikit.
Diperkirakan sekitar 150 unta, sepuluh kuda, sejumlah kulit dan
kain, serta peralatan perang ditinggalkan oleh pasukan Mekah yang
lari tunggang langgang menyelamatkan diri. Perang UhudKekalahan
Quresy dalam perang Badr menjadi pukulan berat bagi mereka. Betapa
tidak, Muhammad dan pengikutnya yang belum lama ini menjadi
bulan-bulanan tekanan dan penyiksaan kini telah memiliki kekuatan
yang dapat melumpuhkan pasukan Quresy. Untuk itu, para pemuka Mekah
merencanakan tindakan balas dendam. Akhirnya diputuskan, bahwa
Quresy akan menyerang kaum muslimin di Madinah dengan segenap
kekuatan yang ada. Maka dibuatlah persiapan yang matang. Setiap
keluarga dari Quresy khususnya, mereka yang salah satu anggoatanya
terbunuh di perang Badr dikenai kewajiban untuk mendanai perang
besar ini. Setelah segala sesuatunya dirasa matang, pasukan Quresy
yang berjumlah 3.000 orang dengan senjata lengkap bergerak ke arah
Madinah. Berita bergeraknya pasukan Quresy ke arah Madinah sampai
ke telinga Rasul. Beliau lantas mengumpulkan para sahabatnya dan
bermusyawarah dengan mereka. Beliau menanyakan pendapat mereka,
apakah kaum kafir akan dihadapi di dalam Madinah atau di luar
Madinah? Mereka yang lebih muda dan tidak hadir di perang Badr
mengusulkan untuk menghadang pasukan Mekah di luar Madinah.
Pendapat inilah yang lantas disahkan. Kaum muslimin yang berjumah
sekitar 1000 orang bergerak ke luar kota Madinah. Namun di tengah
jalan sebanyak 300 orang termakan oleh tipu daya si munafik
Abdullah bin Ubay, dan berpisah dari barisan Rasulullah.
Sesampainya di kawasan gunung Uhud, Rasul memerintahkan 50 orang
sahabtanya untuk mengambil posisi di bukit Ainain yang kemudian
berubah nama menajdi Jabal Rumath atau gunung pemanah. Kepada
mereka, beliau berpesan untuk tidak meninggalkan bukit itu, menang
atau kalah. Perang berkecamuk. Pada awalnya, pasukan muslimin
berhasil memukul mundur tentara Mekah. Di saat tentara kafir
meningggalkan medan, para pemanah turun dari bukit untuk
mengumpulkan rampasan perang. Imbauan Abdullah bin Jubair yang
menjadi komandan para pemanah kepada anak buahnya untuk kembali ke
posisi asal mereka tidak digubris. Kekosongan ini dimanfaatkan
pasukan berkuda Quresy untuk menyerang di balik bukit. Melihat
keadaan ini pasukan kafir yang asalnya melarikan diri, kembali ke
medan perang. Dengan demikian, posisi kaum muslimin terjepit.
Barisan yang asalnya teratur dan mengendalikan jalannya pertempuran
kini tercabik-cabik. Tidak sedikit pejuang muslim yang lari menuju
Madinah, setelah isu terbunuhnya Nabi tersebar di tengah medan.
Hanya sekelompok kecil yang terus bertahan dan bertarung
habis-habisan. Ketangkasan Ali dan keberaniannya dipuji oleh para
malaikat. Terdengar suara yang memuji Ali dan pedangnya yang
bernama Dzul fiqar, La Fata Illa Ali La Saifa illa Dzulfiqar, tidak
ada yang jantan seperti Ali dan tidak ada pedang seperti Dzul
Fiqar. Sebanyak tujuh puluh orang dari barisan muslimin termasuk
paman Nabi, Hamzah bin Abdul Mutthalib, gugur syahid dalam perang
ini. Nabi sendiri mengalami luka yang cukup serius. Namun berkat
kepemimpinan putra Abdullah ini, kaum muslimin kembali berhasil
memegang kendali peperangan setelah merapikan barisan. Menyaksikan
hal itu, Abu Sufyan memerintahkan kepada pasukan kafir Quresy untuk
menghentikan perang dan kembali ke Mekah. Dengan demikian
berakhirlah perang Uhud.
Sejarah Rasulullah SAWW (Bagian 5)
Perang Khandaq Setelah terjadinya perang Uhud yang merupakan
pembalasan dendam suku Quresy atas kekalahan telaknya pada perang
Badr, kekuatan kaum muslimin di Madinah mulai diperhitungkan.
Munculnya kekuatan baru yang membawa simbol keagamaan baru dirasa
oleh banyak suku Arab sebagai ancaman yang serius. Untuk itu,
ketika Abu Sufyan meminta dukungan dana dan tentara dari suku-suku
tersebut untuk memerangi Madinah dan menghancurkan kaum muslimin,
segera terkumpul pasukan dan dana yang besar.Pada tahun kelima
hijriyah, sekelompok orang Yahudi datang ke Mekah untuk
memprovokasi kaum kafir Quresy agar menyerang kaum muslimin di
Madinah. Untuk memperkuat pasukan, Quresy meminta bantuan suku-suku
Arab lainnya yang memendam permusuhan dengan Rasulullah SAW. Dalam
perang ini, Quresy juga meminta bantuan suku-suku Arab yang
memiliki perjanjian militer dengannya. Akhirnya, Abu Sufyan
berhasil menghimpun kekuatan sebesar 10 ribu tentara. Jumlah ini
dipandang amat besar untuk menyerang sebuah kota yang jumlah
penduduknya baik laki-laki, perempuan, anak kecil maupun orang
lanjut usia, hanya sekitar 10 ribu orang.Ketika berita rencana
serangan pasukan besar yang dikenal dengan Ahzab ini sampai ke
telinga Rasulullah SAW, beliau mengumpulkan para sahabatnya untuk
meminta pendapat mereka. Pada saat itu, Salman Al-Farisi, sahabat
Nabi yang berasal dari negeri Persia mengatakan, bahwa orang-orang
di negerinya biasa menggali parit ketika mengkhawatirkan serangan
musuh. Pendapat ini akhirnya disetujui oleh Nabi SAW.Rasul
memerintahkan para sahabatnya untuk menggali parit di sepanjang
wilayah utara kota Madinah. Sebab, daerah utaralah satu-satunya
pintu yang mudah untuk memasuki kota Madinah, mengingat bukit-bukit
bebatuan yang membentengi kawasan timur dan barat kota ini sehingga
musuh tidak mungkin menyerang dari sana. Bukit-bukit itu juga
relatif menutupi kawasan selatan kota Madinah, meski tetap
meninggalkan celah-celah kecil. Selama enam hari, seluruh kaum
muslimin termasuk pemimpin mereka, yaitu Rasulullah SAW bahu
membahu menggali parit. Setelah parit siap, pasukan kaum muslimin
mengambil posisi pertahanan di dalam kota Madinah. Dan pasukan
pemanah juga telah siap di posisi masing-masing.Di saat seperti
itu, Yahudi bani Quraidhah yang tinggal di Madinah merobek isi
perjanjian damai dengan Rasulullah. Tidak hanya itu, mereka juga
bersiap-siap melakukan pengkhianatan dan membantu pasukan Ahzab
untuk menghabisi kaum muslimin. Akibatnya, umat Islam menghadapi
musuh yang besar di luar dan musuh di dalam. Pasukan kafir
terperangah ketika menyaksikan bentangan parit yang menghalangi
gerak maju mereka. Bangsa Arab saat itu tidak mengenal strategi
pertahanan dengan membuat parit. Di luar parit pasukan Ahzab
mendirikan kemah. Beberapa kali pasukan berkuda Ahzab berusaha
menyeberang parit, namun usaha mereka gagal setelah pasukan
muslimin menghalau mereka dengan hujan anak panah. Suatu ketika,
beberapa jawara Ahzab termasuk Amr bin Abdi Wad berhasil
menyebrangi parit melalui bagian yang relatif sempit. Di sanalah,
Amr dengan congkaknya menantang siapa saja yang berani untuk
bertarung dengannya. Hanya Ali bin Abi Thalib yang menjawab
tantangan itu, karena Amr bin Abdi Wad dikenal sebagai pahlawan
Arab yang keberaniannya paling kesohor. Nabi SAW melilitkan
serbannya di kepala Ali dan mendoakannya.Ali yang mewakili kaum
muslimin kini berhadap-hadapan dengan Amr yang mewakili kubu kaum
kafir. Debu-debu beterbangan dan serunya pertarungan itu hanya bisa
didengar dari dentingan suara pedang. Semua menantikan hasil
pertarungan itu dengan hati berdebar-debar. Tak lama kemudian
terdengar pekik takbir Ali yang menandakan terbunuhnya Amr di
tangan pahlawan muslim ini. Kemenangan Ali atas Amr dipuji oleh
Rasulullah SAW dalam sebuah hadisnya. Beliau bersabda, pukulan Ali
pada perang parit lebih mulia dari ibadah seluruh manusia dan
jin.Kekalahan Amr telah menebar kekecewaan dan keputus-asaan di
hati kaum kafir. Bertiupnya badai yang memporakporandakan
perkemahan mereka dan minimnya persediaan rumput untuk binatang
ternak dan kuda-kuda mereka telah mengendurkan tekad untuk
menyerang kota Madinah. Akhirnya Abu Sufyan yang menjadi komandan
pasukan Ahzab memerintahkan untuk berkemas dan kembali ke
Mekah.Kisah perang Ahzab secara cukup detail diceritakan oleh Allah
swt dalam Al-Quran surah Al-Ahzab. Sebagaimana yang telah
disinggung sebelum ini, ada tiga kabilah Yahudi yang tinggal di
Madinah dan sekitarnya. Mereka adalah kabilah Bani Qainuqa, bani
Nadhir dan Bani Quraidhah. Dengan mereka inilah Nabi SAW mengikat
perjanjian untuk tidak saling mengganggu. Perjanjian ini dibuat
untuk menciptakan suasana damai di Madinah antar beberapa kelompok
untuk bisa hidup berdampingan dengan damai.Namun ketiga kabilah
Yahudi tersebut akhirnya melakukan pengkhianatan dan pelanggaran
terhadap kesepakatan. Kabilah Bani Qainuqa dan kabilah bani Nadhir
diusir dari Madinah kerena pengkhianatan mereka. Sedangkan bani
Quraidhah mendapatkan hukuman yang lebih berat karena pengkhianatan
mereka yang amat besar. Seperti yang telah dijelaskan tadi, di saat
kaum muslimin Madinah menghadapi ancaman serangan pasukan Ahzab
yang berjumlah sepuluh ribu orang, Yahudi bani Quraidhah merobek
isi perjanjian damai mereka dengan Rasulullah. Pengkhianatan yang
dilakukan oleh kelompok sedemikian besar sehingga mengancam
keamanan seluruh Madinah. Setelah berakhirnya perang Ahzab atau
perang Khandaq yang diwarnai dengan kepulangan pasukan kafir ke
negeri masing-masing, Allah swt memerintahkan Nabi-Nya untuk
mengepung dan menyerang bani Quraidhah. Dengan posisi yang terjepit
dan mental yang telah melemah karena kepergian pasukan Ahzab, bani
Quraidhah menyerah di tangan Nabi SAW.Nabi SAW memberikan wewenang
kepada Saad bin Muadz, pemimpin Aus yang dulu sekutu dekat kelompok
ini, untuk memutuskan hukuman apa yang akan dijatuhkan terhadap
bani Quraidhah. Saad memutuskan untuk memenggal kepala orang-orang
lelaki dari kelompok ini dan menawan anak kecil dan kaum wanitanya.
Vonis ini disebut oleh Rasulullah sebagai vonis ilahi.Sejarah
Rasulullah SAWW (Bagian 7)
Perang Mu'tahSetelah tentara muslimin berhasil menundukkan
kekuatan kaum Yahudi di Kheibar, dan setelah keamanan dan
stabilitas berhasil ditegakkan di Hijaz, maka Rasul Allah saaw
berpikir untuk memusatkan dakwahnya kepada penduduk di
kawasan-kawasan perbatasan dengan Syam. Untuk itu Rasul Allah saaw
mengutus salah seorang sahabat, bernama Harits bin Umair Al-Azdi,
dengan membawa sepucuk surat untuk diserahkan kepada pemimpin
Ghasasinah, bernama Al-Harits bin Abi Syimr Al-Ghassani. Akan
tetapi, setelah menerima dan membaca surat Rasul Allah, pemimpin
Ghasasinah ini menangkap dan membunuh utusan Nabi di suatu tempat
bernama Mutah. Perbuatan membunuh utusan ini dianggap sebagai
pelanggaran besar terahdap peraturan yang berlaku saat itu, yang
melarang membunuh utusan yang datang dari pihak musuh sekalipun.
Hal ini membuat Nabi marah dan beliau memutuskan akan menghukum
pembunuh utusan beliau.Selain itu, sebelumnya pun Rasul Allah saaw
telah mengutus 15 orang dari sahabat beliau ke kawasan Syam, untuk
mengajak penduduk negeri itu kepada Islam. Akan tetapi penduduk
setempat menangkap mereka semua. Kemudian terjadi perlawanan dan
pertempuran diantara mereka. Oleh karena kekuatan yang sangat tidak
seimbang, maka semua sahabat Nabi tersebut gugur syahid, kecuali
satu orang yang terluka dan berhasil kembali kepda Nabi di Madinah
dan memberitakan peristiwa tersebut.Dua peristiwa tersebut telah
menciptakan kondisi politik yang panas diantara kedua belah pihak.
Kemudian pada bulan Jumadil Awal, Rasul Allah saaw memerintahkan
kaum muslimin untuk berjihad, dan beliau mengutus tentara berjumlah
3000 orang. Rasul Allah saaw menunjuk Jafar bin Abitalib sebagai
panglima perang, dengan catatan, jika ia gugur, maka Zaid bin
Harits, menggantikannya. Jika Zaid gugur pula, maka Abdyullah bin
Rawwahah menggantikannya. Jika Abdullah juga gugur, maka mereka
harus mengambil kesepakatan untuk mengangkat salah seorang diantara
mereka sebagai panglima. Rasul Allah saaw pun menyempatkan diri
untuk menghantarkan mereka dan mengucapkan selamat jalan kepada
tentara muslimin tersebut, seraya mendoakan : Semoga Allah membela
kalian, dan mengembalikan kalian dalam keadaan selamat, dan dengan
kemenangan.Di Syam, Al-Harits bin Abi Syimr Al-Ghassani, yang
berkuasa di Bashro, telah mempersiapkan pasukan berjumlah 100.000
orang untuk menahan langkah maju tentara muslimin. Sementara itu,
Kaisar Syam sendiri juga mempersiapkan 100.000 tentara untuk
berjaga-jaga, dan akan turun ke medan pertempuran jika
diperlukan.Sebagaimana diketahui, saat itu Syam dikuasi oleh
kekaisaran Romawi, dan ada beberapa penguasa Arab yang dijajah dan
menyatakan tunduk kepada kaisar Romawi. Mereka ini adalah
negara-negara blok Romawi. Sebagaimana di zaman kita ini kita
mengenal ada blok barat dan blok timur, maka saat itu pun ada blok
Romawi dan blok Persia. Negeri Syam yang merupakan blok Romawi
tentu didukung oleh kekuatan Romawi.Kekuatan dua pasukan yang akan
bertempur ini jelas tidak seimbang. Peperangan pun berlangsung
selama beberapa hari. Di pihak muslimin, satu persatu panglima
tentaranya gugur. Mulai dari Jafar, Zaid dan Abdullah bin Rawahah.
Kemudian pasukan muslimin sepakat mengangkat Khalid bin Walid
sebagai penglima. Khalid pun menyusun taktik perang yang tidak
dikenal sebelumnya. Ia membagi tentara muslimin menjadi dua bagian.
Bagian pertama tetap berada di garis peperangan, sedangkan bagian
kedua diminta untuk memisah dan menempatkan diri di jarak yang
cukup jauh. Semua itu dilakukan di malam hari dan dengan
kerahasiaan yang ketat. Pasukan yang kedua ini diminta untuk
bergabung dengan pasukan pertama yang berada di medan perang, di
pagi hari begitu peperangan telah dimulai lagi. Maka persis
sebagaimana yang tekah diatur, ketika besok paginya perang berkobar
lagi antara pasukan muslimin yang bertahan di medan perang dengan
pasukan musuh dari Syam, pasukan muslimin yang tadi malam
memisahkan diri di suatu tempat, berdatangan untuk bergabung.
Pasukan musuh menyangka bahwa yang datang itu adalah bala bantuan
baru dari Madinah, yang menambah jumlah pasukan muslimin. Hal itu
menyebabkan pasukan musuh kehilangan nyali, sehingga pasukan
muslimin kemudian berhasil mengalahkan mereka dan kembali ke
Madinah dengan kemenangan. Rasul Allah saaw sangat sedih ketika
mendengar bahwa Jafar bin Abi Thalib gugur di medang perang Mutah.
Dan tiap kali mengingat peristiwa tersebut beliau menangis. Dalam
sejarah disebutkan bahwa kedua tangan Jafar terpotong oleh pedang
musuh, sebelum kemudian beliau gugur syahid. Rasul Allah saaw
mengatakan bahwa Jafar mendapat hadiah berupa dua sayap yang
membuatnya dapat terbang di surga. Untuk itulah kemudian Rasul
Allah saaw menjulukinya dengan Jafar At-Thayyar yang artinya
kira-kira Jafar yang Terbang.Selain itu, Rasul Allah saaw, tentu
saja atas perintah Allah swt, juga memberikan hadiah sebagai cara
untuk mengenang Jafar At-Thayyar, dengan mensyareatkan suatu amalan
sunnah berupa salat, yang dinamai sebagai salat Jafar At-Thayyar.
Salat ini dikenal di kalangan Ahlussunnah wal Jamaah dengan nama
salat Tasbih. Meskipun di kalangan Syiah saja salat ini dikenal
dengan nama salat Jafar, akan tetapi ia dilakukan bukan untuk Jafar
At-Thayyar. Namanya saja salat Jafar, tetapi fadlilah, keutamanan
dan pahalanya yang sangat besar, adalah bagi siapa saja yang
melakukannya.Sejarah Rasulullah SAWW (Bagian 8)
Pelanggaran Perjanjian Hudaibiyah oleh Kaum QureisySebagaimana
Anda ketahui, Rasul Allah saaw pernah menjalin perjanjian damai
dengan kaum musyrikin Quraisy yang dikenal dengan nama Perjanjian
Hudaibiyah. Isi terpenting dari perjanjian tersebut ialah bahwa
kedua belah tidak akan saling memerangi baik langsung mapun tidak
langsung.Akan tetapi kaum Quraisy, melanggar perjanjian Hudaibiyah
ini ketika mereka memasok kabilah Bani Bakr dengan senjata perang.
Kaum Qureisy mendorong Bani Bakr dari suku Kinanah yang bersahabat
dengannya ini untuk menyerang Khuzaah yang bersahabat dengan
muslimin. Maka Bani Bakr pun menyerang Bani Khuzaah pada malam
hari. Mereka membunuh sejumlah mereka dan menyandera sejumlah
lainnya. Rasul Allah saaw mendengar tentang perbuatan Bani Bakr
terhadap Bani Khuzaah yang mendapat dukungan dari Qureisy. Rasul
pun berjanji akan menolong Bani Khuzaah.Akan tetapi kaum Qureisy
menyesali pelanggaran yang mereka lakukan, yaitu mempersenjatai
Bani Bakr dan mendorongnya untuk memerangi Khuzaah. Mereka pun
mengirim salah seorang tokoh mereka yaitu Abu Sufyan ke Madinah
untuk menjumpai Nabi saaw dan meminta maaf sekaligus menekankan
komitmen mereka terhadap perjanjian damai yang telah mereka buat di
Hudaibiyah. Mula-mula Abu Sufyan mendatangi rumah putrinya, Ummu
Habibah, salah seorang istri Rasul Allah saaw. Akan tetapi ia tidak
mendapat penghormatan yang semestinya dari putrinya ini, melihat
bahwa Abu Sufyan adalah seorang musyrik dan najis. Kemudian Abu
Sufyan pergi langsung menemui Nabi saaw, dan berbicara kepada
beliau tentang kemungkinan memperbarui pernajnian damai. Akan
tetapi Rasul Allah saaw tidak memberikan jawaban apa pun kepadanya,
yang menunjukkan bahwa beliau tidak menaruh perhatian kepada Abu
Sufyan dan misi yang dibawanya.Abu Sufyan masih belum berputus asa,
dan pergi menemui beberapa sahabat Nabi saaw untuk menolongnya
menyampiakan misi yang ia bawa kepada Nabi, yaitu membuat
perjanjian damai baru. Akan tetapi para sahabat pun tidak
memberikan jawaban. Kemudian Abu Sufyan pergi ke rumah Imam Ali dan
Sayidah Fatimah as, menyampaikan permohonan agar mereka bersedia
membantunya untuk berbicara dengan Rasul Allah saaw. Imam Ali as
menjawab, Demi Allah, Rasul Allah saaw telah mengambil keputusan
dimana tak ada satu pun dari kami yang dapat memintanya untuk
mengubah keputusan tersebut. Abu Sufyan pun menoleh kepada Sayidah
Fatimah as, lalu meminta kepada beliau untuk berbicara kepada Nabi
saaw dan menyampaikan permohonan maaf dari kaum musyrikin Qureisy.
Akan tetapi Sayidah Fatimah pun dengan tegas menolak seraya
mengatakan bahwa semua itu terpulang kepada keputusan Rasul Allah
saaw sendiri.Adapun Rasul Allah saaw, telah mengambil ketetapan dan
memerintahkan mobilisasi umum dengan tujuan menaklukkan kota
Makkah, benteng terkuat diantara benteng-benteng para penyembah
berhala, dan menghancurkan pemerintahan kaum Qureisy yang zalim,
yang selama ini merupakan kendala terbesar bagi kemajuan dan
penyebaran ajaran Islam.Doa Nabi saaw di hari-hari itu ialah
permohonan kepada Allah swt agar membutakan mata orang-orang
Qureisy sehingga tidak meliat kedatangan muslimin dan tidak
mengetahui tujuan mereka. beliau berdoa demikian : "Ya Allah
cabutlah penglihatan orang-orang Qureisy sehingga mereka tidak akan
melihat kedatanganku kecuali dalam keadaan tiba-tiba dan tidak
mendengar rencanaku ini kecuali mendadak"Di bulan Ramadlan tahun
kedelapan, berkumpullah umat muslimin dalam jumah yang besar untuk
berangkat menuju Makkah. Berbagai kabilah dan suku Arab yang telah
menyatakan keislaman mereka juga turut serta. Diantara mereka yang
ikut dalam rombongan fathu Makkah ini ialah, kaum Muhajirin 700
orang dengan tiga bendera ditambah 300 ekor kuda. Kaum Anshar 4000
orang dengan banyak bendera ditambah 700 ekor kuda. Kabilah
Muzainah 1000 orang dengan dua bendera dan 100 ekor kuda. Kabilah
Juhainah 800 orang dengan empat bendera dan 50 ekor kuda. Kabilah
Bani Kaab 500 orang dengan tiga bendera. Selain mereka ikut pula
sejumlah besar orang dari kabilah Ghifar, Asyja dan Bani Sulaim.
Ibnu Hisyam, salah seorang penulis sejarah terkenal mengatakan
bahwa muslimin yang ikut serta dalam Fathu Makkah mencapai 10.000
orang.Hampir saja berita tentang kedatangan kaum muslimin ke Makkah
ini sampai ke telinga orang-orang Makkah. Jibril as datang kepada
Nabi saaw memberitakan bahwa ada seorang mata-mata di kalangan
muslimin yang mengirim surat kepada kaum Qureisy, melalui seorang
perempuan bernama Sarah, seorang penyanyi dan penghibur, yang ingin
membocorkan rencana besar Rasul Allah saaw menaklukkan kota Makkah
ini. Jibril memberitakan bahwa perempuan bersama suatu rombongan
tengah bergerak menuju Makkah. Mendengar itu Rasul Allah saaw
memerintahkan kepada Imam Ali as, Miqdad dan Zubeir, untuk mengejar
perempuan tersebut, menahannya dan mengambil surat itu darinya.
Mereka bertiga berhasil mengejar rombongan tersebut, lalu menahan
perempuan itu dan memintanya untuk menyerahkan suratnya. Akan
tetapi perempuan tersebut membantah dan mengatakan bahwa ia tidak
membawa surat apa pun. Tentu saja Imam Ali as sama sekali tidak
percaya omongan perempuan ini karena ia yakin seratus persen bahwa
Jibril as tidak mungkin berbohong. Untuk itu beliau berkata dengan
nada keras dan mengancam perempuan tersebut, jika tidak bersedia
menyerahkan surat, terpaksa beliau akan menggeledahnya. Karena
merasa takut maka perempuan itu pun menyerah dan mengeluarkan surat
rahasia tersebut.
Sejarah Rasulullah SAWW (Bagian 9)
Penaklukan kota Mekah ( Fathu Makkah )Setelah kaum musyrikin
Qureisy melanggar perjanjian damai dengan Rasul Allah saaw, dan
setelah utusan mereka yaitu Abu Sufyan, gagal meminta maaf dari
Rasul Allah saaw, dan kembali ke Makkah dengan tangan hampa, Rasul
Allah saaw menyusun rencana rahasia untuk menaklukkan kota Makkah.
Akan tetapi beliau tidak menginginkan adanya pertumpahan darah
dalam hal ini. Untuk itulah beliau menyusun strategi dengan sangat
rapi, dengan memperhitungkan tujuan beliau itu.Rasul Allah saaw pun
memulai gerakan besarnya ini tanpa seorang pun yang mengetahui
dengan pasti tujuan beliau, selain sejumlah kecil orang kepercayaan
beliau. Saat itu tanggal 10 Ramadlan. Beliau dan muslimin dalam
keadaan berpuasa. Di tengah jalan beliau berbuka dengan meneguk
air, dan meminta seluruh anggota pasukan untuk melakukan hal yang
sama, dengan tujuan agar mereka memiliki kekuatan dan tidak lemah
ketika berhadapan dengan musuh.Setelah Rasul bergerak dari Madinah
menuju Makkah, paman beliau, Abbas bin Abdulmuttalib, juga bergerak
dari Makkah menuju Madinah untuk bergabung bersama Rasul Allah
saaw. Sebagaimana diketahui, setelah Rasul Allah saaw dan muslimin
berhijrah dari Makkah ke Madinah, Abbas bin Abdulmuttalib tetap
berada di Makkah, tidak ikut berhijrah ke Madinah. Hal itu adalah
atas permintaan Nabi saaw, dengan tujuan agar Abbas memata-matai
semua kegiatan kaum musyrikin Quraisy dan menghinformasikannya
kepada Rasul Allah saaw di Madinah.Untuk itulah Abbas paman Rasul
ini, menyembunyikan keislamannya dan menjalin hubungan yang baik
dengan tokoh-tokoh Qureisy seperti Abu Sufyan dan lain-lain. Ketika
Abbas menyongsong ke datangan Rasul Allah dan muslimin di tengah
jalan antara Makkah dan Madinah, Abbas membawa serta Abu Sufyan dan
seorang lagi tokoh Qureisy bernama Abdullah bin Abi Umayyah bin
Al-Mughirah. Dua orang ini adalah yang paling getol memusuhi Rasul
Allah saaw dan yang sangat aktif dalam usaha menggagalkan dakwah
beliau. Setelah Abbas dan dua orang ini bergabung bersama Rasul
Allah saaw, kedua orang tersebut ingin bertemu dengan Nabi, akan
tetapi mereka tidak mendapat ijin untuk itu.Ketika pasukan Islam
sudah sampai di pinggiran kota Makkah, Rasul Allah saaw
memerintahkan untuk menyalakan api di atas gunung dan bukit-bukit
sekitar Makkah dari arah Madinah, dengan tujuan menciptakan rasa
takut dipada penduduk Makkah. Beliau juga meminta agar setiap orang
dari tentaranya membawa obor di tangan sehingga akan tampak sebuah
garis memanjang dari api. Semua itu adalah untuk menunjukkan kepada
penduduk Makkah bahwa yang datang kali ini adalah pasukan muslimin
dalam jumlah yang besar. Rasul Allah saaw juga mengutus Abbas,
paman beliau, untuk memberitakan kepada warga Makkah agar menyerah
terhadap pasukan muslimin dan tidak mengadakan perlawanan.Ringkas
cerita, penduduk Makkah benar-benar merasa ketakutan melihat atau
mendengar besarnya kekuatan pasukan muslimin, sehingga tak ada lagi
semangat perlawanan dari mereka. Inilah memang yang dikehendaki
oleh Rasul Allah saaw, yaitu penaklukan kota Makkah tanpa
pertumpahan darah. Ketika masih berada di pinggiran Makkah dan
sebelum memasuki kota ini, Rasul Allah saaw menerima Abu Sufyan di
kemah beliau. Diantara pembicaraan antara Rasul Allah saaw dan Abu
Sufyan ialah bahwa Rasul Allah saaw berkata kepadanya, Belum
tibakah saatnya bagimu untuk meyakini bahwa tidak ada tuhan selain
Allah? Abu Sufyan berkata, Sesungguhnyalah wahai Muhammad, betapa
lembutnya hatimu, betapa mulianya dirimu dan betapa besarnya
perhatianmu terhadap pertalian keluarga. Demi Allah, aku telah
menyangka bahwa jika ada tuhan lain selain-Nya, maka aku tidak akan
memerlukannya. Kemudian Rasul Allah saaw berkata, Belum tibakah
saatnya bagimu untuk meyakini bahwa aku adalah utusan Allah? Abu
Sufyan menjawab, Demi Allah tentang yang satu ini di hati masih ada
ganjalan.Mendengar jawaban Abu Sufyan seperti itu, Abbas bin
Abdulmuttalib yang ikut hadir dalam pertemuan tersebut, marah dan
membentak Abu Sufyan, Menyerahlah dan bersaksilah bahwa tiada tuhan
selain Allah dan Muhammad utusan Allah, sebelum lehermu dipenggal.
Maka Abu Sufyan pun mengucapkan dua kalimat syahadah tersebut, dan
Rasul Allah saaw pun menerima keislamannya yang seperti itu. Akan
tetapi Rasul Allah saaw tetap meminta kepada Abbas agar tetap
menjaga dan mengawasi Abu Sufyan karena orang ini masih belum bisa
dipercaya. Kemudian atas permintaan Rasul pula, Abbas membawa Abu
Sufyan ke suatu tempat agak tinggi, di atas jalan yang akan dilalui
oleh rombongan pasukan muslimin, agar menyaksikan kehebatan
kekuatan muslimin ketika memasuki kota Makkah. Ketika Abu Sufyan
menyaksikan masuk pasukan muslimin rombongan demi rombongan,
sementara Abbas memberikan penjelasan kepadanya tentang ciri-ciri
dan kehebatan pasukan muslimin, Abu Sufyan berkata, Benar-benar
hebat mereka itu. Demi Allah, kerajaan keponakanmu telah sedemikian
besar dan kuat. Abbas menjawab, Celaka kau Hei Abu Sufyan, ini
bukan kerajaan, akan tetapi kenabian.Demikianlah Rasul Allah saaw
dan pasukannya memasuki kota Makkah dengan penuh kewibawaan, tanpa
pertumpahan darah, berkat strategi yang beliau rancang dengan
sebaik-baiknya. Kemudian Rasul Allah saaw membebaskan Abu Sufyan
untuk menemui tokoh-tokoh Makkah dan memastikan lagi kepada mereka
untuk menyerah sepenuhnya dan tidak mengadakan perlawanan
menghadapi pasukan muslimin. Akan tetapi, meskipun Rasul Allah saaw
memerintahkan tentaranya untuk tidak memulai menyerang, kecuali
jika diserang, beliau menjatuhkan hukuman mati untuk sepuluh orang
dari penduduk Makkah, dan memerintahkan kepada pasukannya agar
membunuh mereka, meskipun mereka berlindung di balik kain Kabah.
Nama-nama sepuluh orang yang dijatuhi hukuman mati oleh Rasul Allah
saaw ini ialah:1- Ikrimah bin Abi Jahal 2- Hubar bin Aswad3-
Abdullah bin Abi Sarh 4- Qeis bin Hubabah Al-Kindi5- Al-Huwairits
bin Nuqainad 6- Shofwan bin Umayyah7- Wahsyi bin Harb, pembunuh
Sayidina Hamzah 8- Abdullah bin Zabari9- Harits bin Thalalah 10-
Abdullah bin KhathlSejarah Rasulullah SAWW (Bagian 10)
Aturan Baru di Mekah Setelah Rasul Allah saaw memasuki Makkah
dan beristirahat, beliau meminta kepada Utsman bin Thalhah untuk
memberinya kunci Kabah, karena selama ini dia lah pemegang kunci
Kabah yang dia terima secara turun temurun. Kemudian Nabi membuka
pintu Kabah dan memasukinya diikuti oleh beberapa sahabat. Kemudian
Nabi meminta agar pintu Kabah ditutup, dan Khalid bin Walid
menjaganya di luar. Pada masa itu dinding Kabah di bagian dalam
penuh dengan gambar para Nabi, malaikat dan sebagainya. Rasul Allah
saaw meminta agar semua itu di bersihkan lalu beliau membasuh
dinding Kabah bagian dalam dengan air zamzam.Patung-patung yang
berada di dalam Kabah pun dihancurkan oleh Rasul Allah saaw. Imam
Ali as ikut membantu Rasul Allah saaw dalam menghancurkan
patung-patung ini. Ketika Rasul Allah akan menghancurkan patung
yang terbesar, beliau perlu pijakan untuk mencapai tempat yang
lebih tinggi. Untuk itu beliau meminta Imam Ali agar mengangkat
beliau di atas bahu. Ketika Rasul Allah berusaha berdiri di atas
bahu Imam Ali as, Imam Ali merasakan beban yang sangat berat dari
tubuh Rasul Allah saaw, sehingga beliau tidak mampu berdiri
mengangkat tubuh Rasul Allah dengan bahunya. Dalam hal ini Imam Ali
sendiri mengatakan bahwa beban risalah yang diemban oleh Rasul
Allah membuat tubuh beliau sedemikian berat. Wal hasil apa pun
sebabnya, yang jelas dalam sejarah dikatakan bahwa ketika Imam Ali
as tidak mampu mengangkat tubuh Rasul Allah saaw, maka Rasul Allah
meminta agar Imam Ali yang naik ke bahu beliau untuk menjatuhkan
berhala terbesar sesembahan kaum musyrikin Qureisy itu. Jadilah
Imam Ali as naik ke atas bahu Rasul Allah saaw dan menjatuhkan
berhala besar yang pecah berkeping ketika menimpa tanah. Kemudian
Rasul Allah saaw berdiri di depan pintu Kabah dan mengucapkan
kata-kata berikut ini : Segala puji bagi Allah yang telah menepati
janji-Nya, dan menolong hamba-Nya, dan mengalahkan
golongan-golongan (kuffar musyrikin) sendirian.Kemudian beliau
memandang kepada orang-orang Makkah yang menyaksikan beliau
menghancurkan berhala-berhala itu. Beliau bertanya kepada mereka,
Apa yang akan kalian katakan dan bagaimana menurut kalian? Mereka
menjawab, Kami mengatakan yang baik dan berpendapat dengan pendapat
yang baik pula. Engkau adalah saudara kami yang mulia, dan anak
saudara kami yang mulia, dan Engkau telah mencapai kemenangan.
Rasul Allah saaw menimpali ucapan mereka dengan mengatakan,
Sedangkan aku mengatakan kepada kalian sebagaimana yang dikatakan
oleh Saudaraku Yusuf, Dia (Yusuf) berkata, Hari ini tidak ada
celaan atas kalian. Mudah-mudhaan Allah mengampuni kalian, dan
Dialah yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang. (Yusuf:
92)Kemudian Rasul Allah saaw juga mengatakan, Kalian adalah
seburuk-buruk tetangga Nabi. Kalian telah mendustakan, mengusir,
dan mengganggu. Tetapi kalianbelum puas dengan semua itu, lalu
kalian memerangiku pula. Pergilah kalian, dankalian adalah
orang-orang yang dimerdekakan.Setelah menunaikan salat Dhuhur,
Rasul Allah saaw menyerahkan kembali kunci Kabah kepada Utsman bin
Thalhah. Hal ini menunjukkan bahwa beliau sangat memegang teguh
amanat kepada para pemiliknya. Kemudian Rasul Allah saaw menghapus
semua jabatan yang berkaitan dengan Kabah yang berlaku di masa
jahiliyah, kecuali yang bermanfaat bagi umat manusia, seperti
pemegang kunci Kabah dan penjaga tirai Kabah, juga petugas pembagi
air untuk para hujjaj.Dalam kesempatan pertemuan dengan kaum
kerabatnya, teramsuk BaniHasyim danBani Abdul Muttalib, Rasul Allah
saaw menjelaskan kepada mereka bahwa ikatan kekeluargaan yang ada
diantara mereka tidak boleh membuat mereka merasa lebih mulia
daripada orang lain, atau menjadikannya sebagai tameng untuk
berbuat semena-mena dan melanggar yang berlaku dalam pemerintahan
Islam.Di hadapan kaum kerabatnya ini, Rasul Allah saaw bersabda
sebagai berikut, Wahai Bani Hasyim, Wahai Bani Abdul Muttalib,
sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian, dan aku sangat
mengasihi kalian. Akan tetapi janganlah kalian mengatakan Muhammad
dari kami. Demi Allah, para pencintaku, baik dari kalian atau dari
selain kalian, tak lain adalah orang-orang yang bertakwa. Jangan
sampai kalian datang kepadaku di hari kiamat dalam keadaan
memanggul dunia, sementara orang lain datang memanggul akherat.
Ketahuilah bahwa aku tidak dapat berbuat apa dengan apa yang ada
antara aku dan kalian, tidak pula antara Allah swt dan kalian.
Bagiku amalku dan bagi kalian amal kalian.Kemudian, dalam khutbah
yangbeliau sampaikan di depan sejumlah besar penduduk Makkah, Rasul
Allah saaw mengajak semuanya untuk meninggalkan adat kebiasaan
buruk di masa jahiliyah. Diantaranya ialah, watak suka
menyombongkan nasab atau garis keturunan, etnis Arab atau kearaban,
dendam kesumat dan perang berkepanjangan, dan kebiasaan-kebiasaan
buruk lain. Semantara itu beliau menumbuhkan nilai-nilai mulia
diantara emreka, seperti persamaan hak dan kedudukan diantara
manusia, persaudaraan Islam, kasih sayang terhadap kaum lemah
termasuk anak yatim dan kaum perempuan.Sebelum ini telah disebutkan
bahwa Rasul Allah menjatuhkan vonis mati kepada 10 orang penduduk
Makkah dan meminta agar mereka dibunuh dimanapun mereka berada,
bahkan jika mereka bersembunyi di balik kain Kabah. Akan tetapi
kira-kira separuh dari sepuluh orang ini pada akhirnya dimaafkan
juga oleh Rasul Allah saaw, karena permohonan beberapa sahabat,
atau kerabat orang-orang itu, yang sudah masuk Islam
sebelumnya.Selain di dalam Kabah, kaum musyrikin Qureisy juga
memiliki rumah-rumah ibadah yang penuh dengan berbagai macam
berhala di dalamnya. Rasul Allah saaw, juga memerintahkan agar
rumah-rumah ibadah tersebut dibersihkan dari patung. Beliau juga
memerintahkan kepada penduduk Makah yang memiliki patung agar
menghancurkannya.Demikianlah Rasul Allah saaw setelah menaklukkan
Makkah, mengislamkan seluruh penduduknya dan membersihkan kota ini
dari semua berhala, beliau pun mengatur dan merapikan
pemerintahannya dengan menunjuk orang-orang tertentu untuk
menjalankan tugas-tugas sosial, politik, keamanan dan
ketatanegaraan.Sejarah Rasulullah SAWW (Bagian 11)
Perang Hunain Dalam penaklukan kota suci Makkah Al-Mukarramah,
dimana setelah Nabi dan muslimin menguasai penuh kota tersebut,
maka sekitar 15 hari kemudian, beliau menyusun pasukan dalam jumlah
12.000 tentara, dan beliu pimpin sendiri menuju ke kabilah Hawazin
dan Tsaqif, yang memberontak kepada beliau. Jumlah pasukan muslimin
sedemikian besar karena setelah penduduk Makkah menyatakan menerima
Islam, maka bergabunglah kaum pemuda Makkah ke dalam tentara
muslimin. Bahkan jumlah besar pasukan ini sempat menimbulkan
kebanggaan di kalangan muslimin sehingga mereka sempat melalaikan
peran dan pertolongan Allah swt, dan menganggap remeh musuh yang
bakal mereka hadapi. Kondisi mereka seperti inilah yang disinggung
di dalam Al-Quran Surat At-Taubah Ayat 25, sebagai berikut: Yang
artinya, Allah telah menolong kalian dalam banyak medan
pertempuran, dan dalam perang Hunain, ketika kalian merasa bangga
dengan jumah kalian yang besar, tetapi hal itu tidak berguna apa
pun bagi kalian. Dan bumi pun menjadi sempit bagi kalian, padahal
ia luas, kemudian kalian melarikan diri dari medan perang.Secara
singkat peristiwa perang Hunain itu, sebagaimana disebutkan dalam
berbagai kitab sejarah, terjadi dalam dua tahap. Pada tahap
pertama, tentara muslimin menghadapi kekalahan karena tipu daya dan
taktik perang yang digunakan oleh musuh. Sementara sebagaimana
disinggung oleh Ayat tersebut di atas, pasukan muslimin kurang
waspada karena mereka merasa bangga dan hanya mengandalkan kekuatan
serta jumlah pasukan yang besar.Pada tahap pertama, pasukan
muslimin dari Bani Sulaim di bawah pimpinan Khalid bin Walid, yang
pertama kali masuk ke daerah lawan, terjebak dalam serangan
mendadak oleh musuh yang bersembunyi di atas bukit yang kemudian
melempari pasukan muslimin dengan batu, anak panah dan tombak.
Akibat serangan mendadak ini jatuh korban jiwa dan luka dari
pasukan muslimin, sehingga mereka berserabutan lalu sebagiannya
melarikan diri.Melihat kekacauan pasukan muslimin tersebut Rasul
Allah saaw memerintahkan Abbas bin Abdulmuttalib untuk menyeru
mereka agar mereka yang melarikan diri itu kembali kepada beliau.
Mendengar teriakan Sayyidina Abbas tersebut, kembali tumbuh
semangat di hati mereka, lalu mereka pun kembali ke pada Nabi saaw.
Dengan demikian Rasul pun dapat menyusun lagi kekuatan,lalu
menyerang posisi musuh. Serangan balasan pasukan muslimin ini
berhasil menimpakan korban dan kerugian cukup besar di pihak lawan
sehingga memaksa mereka lari meninggalkan posisi mereka. Mereka
juga meninggalkan banyak bekal dan peralatan perang, juga wanita
dan anak-anak mereka yang tadinya sengaja disertakan bersama mereka
untuk membangkitkan semangat tempur. Diketahui kemudian bahwa
meletakkan anak istri di belakang pasukan yang bertempur, merupakan
taktik kabilah Hawazin, dan kabilah Arab lain, untuk membangkitkan
semangat tempur dan mencegah mereka melarikan diri dari medan
perang. Akibatnya, ketika pada akhirnya mereka lari meninggalkan
medan perang, maka kaum wanita dan anak-anak ini tertinggal
sehingga menjadi tawanan. Pada perang kali ini pun, secara
keseluruhan, pasukan muslimin menahan sebanyak enam ribu orang dari
pihak musuh, selain pampasan perang lain berupa hewan dan peralatan
perang, serta emas perak sebanyak lebih dari 3300
kilogram.Sedangkan dari pasukan muslimin, delapan orang syahid dan
sejumlah lainnya cidera. Setelah kabilah Hawazin mengalami
kekalahan, Rasul Allah saaw pun mempersiapkan pasukannya untuk
memerangi kabilah Tsaqif, yang bersama-sama kabilah Hawazin
memerangi muslimin. Kabilah Tsaqif, setelah mengalami kekalahan,
maka kabilah Tsaqif yang membantu Hawazin pun lari menuju ke
kampung halaman mereka di Thaif. Mereka bersembunyi di balik
benteng-benteng mereka yang terkenal kokoh dengan dinding-dinding
yang tinggi. Bersembunyi di balik benteng-bentengnya ini, mereka
melempari dengan batu dan memanahi pasukan muslimin, sehingga tidak
dapat mendekat ke arah mereka.Kemudian Salman Al-Farisi,
mengusulkan agar membuat manjaniq, meriam kuno untuk melemparkan
batu berukuran besar ke jarak yang jauh. Disebutkan dalam sejarah
bahwa Salman sendirilah, dibantu oleh yang lain, yang membuat
manjaniq ini, dan mengajarkan kepada muslimin cara-cara
penggunaannya. Akan tetapi hal itu pun tidak mendatangkan banyak
kemajuan bagi pasukan muslimin, karena kabilah Tsaqif masih tetap
bertahan di dalam benteng dan di balik pintu-pintu gerbang mereka
yang masih tetap kokoh.Pasukan muslimin tetap hanya dapat mengepung
tanpa hasil apa pun, dan hal itu berjalan selama berhari-hari.
Berbagai taktik telah dilakukan oleh Rasul Allah saaw untuk membuat
kabilah Tsaqif menyerah. Diantara taktik beliau itu ialah bahwa
beliau mengeluarkan pengumuman, barang siapa yang menyerahkan diri
kepada beliau, maka orang itu akan dibebaskan dan tidak akan
ditawan. Pernyataan Rasul yang demikian ini berpengaruh pada
sebagian pasukan kabilah Tsaqif, yang keluar dari meneyrahkan diri
kepada Rasul Allah. Dari mereka yang baru menyerah inilah Rasul
Allah saaw mendapat informasi tentang keadaan di dalam benteng.
Mereka mengatakan bahwa pihak musuh memiliki bekal yang sangat
banyak sehingga akan mampu bertahan meskipun dikepung selama satu
tahun. Untuk itulah, dan atas dasar berbagai pertimbangan, Rasul
Allah saaw memerintahkan agar pasukannya meninggalkan medan
perang.Beberapa alasan Rasul Allah saaw meninggalkan medan perang
tersebut ialah:1-Tidak ada kemajuan yang diperoleh karena kabilah
Tsaqif dan beberapa suku Arab lain yang membantunya, hanya
bersembunyi di balik benteng.2- Pasukan muslimin sudah lelah karena
perang sebelumnya menghadapi kabilah Hawazin.3- Bulan Syawal sudah
habis dan masuk bulan DzulQadah yang merupakan awal bulan suci
(asyhurul hurum) yang dilaranag berperang di dalamnya.4-Musim haji
juga sudah dekat. Dan sejak penaklukan kota Makkah, maka
pengelolaan pelaksanaan ibadah haji berada di tangan muslimin.Akan
tetapi Rasul Allah saaw tetap melancarkan dakwah Islam kepada
kabilah Tsaqif dan semua suku Arab yang masih belum masuk Islam,
sampai akhirnya mereka semua bersedia menerima agama Islam atau
menyatakan tunduk kepada pemerintahan Islam.
Sejarah Rasulullah SAWW (Bagian 12)
Nabi Sang PemaafSetelah perang Hunain dan Thaif, yang
mendatangkan kemenangan sangat besar bagi muslimin, terutama dari
segi peolehan pampasan dan tawanan perang termasuk kaum wanita dan
anak-anak, Rasul Allah saaw berserta pasukannya kembali ke Jiranah,
tempat para tawanan dan pampasan perang Hunain disimpan dan
dikumpulkan. Beliau tinggal di Jiranah selama 13 hari.Sebagaimana
diketahui, bahwa pada masa kecilnya, Rasul Allah saaw di susui dan
hidup selama lima tahun bersama Bani Saad yang merupakan bagian
dari kabilah Hawazin. Beliau disusui oleh seorang perempuan Bani
Saad bernama Halimah As-Sadiyyah. Bani Saad ini ikut berperang
bersama Kabilah Hawazin melawan pasukan muslimin. Dan banyak dari
kaum perempuan dan anak-anak mereka yang ditawanan oleh pasukan
muslimin, selain sejumlah harta kekayaan mereka.Karena para tokoh
Bani Saad mengenal kemuliaan akhlak dan kepribadian Nabi saaw, maka
mereka yakin bahwa jika mereka meminta kepada Nabi agar membebaskan
kaum perempuan dan anak-anak mereka, melihat bahwa sebenarnya telah
terjalin persaudaraan diantara mereka, lewat penyusuan tersebut,
maka Nabi pasti akan memenuhi permintaan mereka.Untuk itu Bani Saad
mengutus tokoh-tokoh mereka yang telah memeluk agama Islam, untuk
menemui Nabi saaw, dan memohon kepada beliau agar membebaskan kaum
perempuan dan anak-anak mereka. Rasul Allah saaw pun, dengan
kebijaksanaan yang tinggi, pada akhirnya membebaskan mereka semua.
Perbuatan Nabi tersebut menanamkan pengaruh posistif yang sangat
dalam di hati Bani Saad bahkan seluruh kabilah Hawazin, sehingga
lebih banyak lagi diantara mereka yang menyatakan Islam dan iman
serta ketaatan kepada Rasul Allah saaw.Perang TabukPeperangan
penting yang terjadi setelah itu ialah perang Tabuk. Tabuk ialah
sebuah benteng yang kuat dan tinggi, dibangun di sebuah kawasan
perbatasan Syam, atau Suriah sekarang. Pada zaman itu Suriah
merupakan tanah jajahan imperium Romawi Timur. Penduduk Syam saat
itu beragama Kristen, dan para pejabat pemerintahannya ditunjuk
oleh para penguasa Romawi.Penyebaran agama Islam yang sangat cepat
di Tanah Arab dan kemenangan umat muslimin dalam berbagai
peperangan, membuat para penguasa Syam takut, sehingga mendorong
mereka untuk menyusun strategi. Mereka berpikir bahwa sebelum Islam
semakin menyebar dan memperoleh kekuatan, maka mereka harus
membasminya terlebih dahulu. Rupanya strategi preemtif yang
sekarang ini diterapkan oleh AS, sudah dikenal sejak zaman
dulu.Persiapan pasukan Syam yang didukung oleh pasukan imperium
Romawi dan niat mereka untuk melancarkan serangan preemtif terhadap
muslimin ini telah didengar oleh Rasul Allah saaw, melalui berita
yang dibawa oleh para pedagang Arab yang jalur perdagangan mereka
itu adalah Madinah - Syam. Beliaupun merasa harus segera
mempersiapkan pasukan dalam jumlah besar untuk menghadang dan
memberi pelajaran kepada pasukan Syam dukungan Romawi itu, selain
tentu saja demi menjaga dan mempertahankan pemerintahan Islam yang
berhasil beliau tegakkan di jazirah Arab.Ketika Rasul Allah saaw
mengajak umat muslimin Makkah dan Madinah untuk ikut dalam
peperangan, sebagian dari mereka menolak dengan memberikan berbagai
macam alasan. Hal ini disinggung di dalam Al-Quran Surat At-Taubah
Ayat 49, juga Surat yang sama Ayat 81 dan 82. Pada saat
mempersiapkan pasukan untuk menghadapi serangan dari Syam ini,
Rasul Allah saaw banyak menghadapi usaha pengkhianatan dari kaum
munafikin. Akan tetapi berkat kejelian dan ketegasan beliau, semua
usaha tersebut dapat beliau atasi dengan baik.Perang Tabuk ini
termasuk diantara peperangan yang sangat penting, meskipun kemudian
peperangan ini tidak terjadi karena pihak musuh merasa takut dan
gentar melihat kebesaran dan keberanian pasukan muslimin. Mereka
bersembunyi di balik pintu gerbang dan di dalam kota. Oleh karena
itu Rasul Allah saaw hanya dapat menemui beberapa kabilah di
sekitar Tabuk yang mereka itu beragama Kristen dan takluk di bawah
kekuasaan kekaisaran Romawi. Rasul Allah mengadakan perjanjian
damai dan tidak saling menyerang dengan kabilah-kabilah tersebut,
sehingga beliau tidak merasa terancam oleh kabilah-kabilah ini.
Setelah itu beliau kembali ke Madinah.Ketika akan berangkat menuju
Tabuk Rasul Allah saaw sengaja tidak menyertakan Imam Ali as
bersama beliau, akan tetapi meninggalkan beliau di Madinah. Rasul
Allah saaw menyadari bahwa beliau akan meninggalkan Madinah dalam
waktu yang sangat lama karena Tabuk kawasan yang paling jauh
dibanding medang perang lain yang pernah beliau alami. Dan oleh
karena menyadari adanya sekelompok munafikin yang menunggu
kesempatan ketiadaan Nabi di Madinah dalam waktu yang lama, untuk
membuat semacam kudeta, maka Rasul Allah saaw sengaja meninggalkan
orang yang paling beliau percayai, yaitu Imam Ali as untuk menjaga
Madinah dan seluruh kawasan Islam yang ada saat itu, yaitu Madinah,
Makkah dan beberapa kawasan sekitarnya, dari usaha-usaha jahat
munafikin.Melihat Rasul Allah saaw meninggalkan Imam Ali as di
Madinah, kaum munafikin merasa kecewa dan yakin bahwa dengan
keberadaan Imam Ali di Madinah, tak mungkin mereka dapat
melaksanakan rencana jahat mereka. untuk itu mereka menimbulkan
isu-isu yang menyudutkan Imam Ali dengan harapan akan mendorong
beliau untuk berangkat bersama Rasul Allah saaw, meninggalkan
Madinah. Pada intinya isu-isu tersebut mengatakan bahwa Rasul Allah
sudah tidak lagi memerlukan Ali dalam peperangannya, atau bahwa
Ali-lah yang meminta untuk tinggal bersama kaum perempuan dan anak
kecil di Madinah, karena perang kali ini sangat jauh, dilakukan di
tengah musim panas, dan menghadapi musuh yang sangat
tangguh.Mendengar kasak-kusuk kaum munafikin tersebut, Imam Ali as
berangkat mengejar rombongan Rasul Allah saaw dan berhasil menemui
beliau di Juhfah berjarak beberapa kilo meter dari Madinah. Di
situlah Imam Ali as menyampaikan kasak-kusuk kaum munafikin
tersebut. Dan untuk membantahnya Rasul Allah saaw kembali
mengeluarkan pernyataan yang sangat terkenal dan menjadi salah satu
bukti kepemimpinan Imam Ali as setelah beliau saaw. Ucapan Nabi ini
kemudian dikenal dengan hadits manzilah. Beliau berkata kepada Imam
Ali: Apakah engkau tidak suka wahai Ali, bahwa engkau memiliki
kedudukan terhadapku sama seperti kedudukan Harun terhadap Musa?
Hanya saja tidak ada Nabi lagi setelahku.Sejarah Rasulullah SAWW
(Bagian 13)
Perang Tabuk (2)Perang Tabuk juga menyimpan kisah-kisah menarik
tentang kemunafikan sejumlah orang yang mengaku sebagai sahabat
Nabi, akan tetapi mereka sebenarnya adalah orang-orang munafik.
Peristiwa perang ini berlangsung di saat Jazirah Arab sedang
dipanggang musim panas yang sangat terik. Hari-hari sangat panjang
dan lautan pasir menjadi sangat garang. Kebiasaan orang-orang saat
itudi musim panas adalah banyak beritirahat di siang hari.
Rasulullah menyeru kepada semua kabilah bersiap-siap dengan pasukan
yang sebesar mungkin. Orang-orang kaya dari kalangan Muslimin juga
dimintanya supaya ikut serta dalam menyiapkan pasukan itu dengan
harta yang ada pada mereka serta mengerahkan orang supaya sama-sama
menggabungkan diri ke dalam pasukan itu. Seruan Rasulullah ini
berarti ajakan untuk meninggalkan isteri, anak, dan harta-bendadi
panas musim yang begitu dahsyat. Mereka harus mengarungi lautan
tandus padang sahara, yang kering, tanpa air, kemudian harus pula
menghadapi musuh kuat yang sudah mampu mengalahkan Kerajaan
Persia.Hati sebagian orang kaya itu sangat berat langkah dalam
memenuhi panggilan Rasulullah. Mereka mulai mereka itu mencari-cari
alasan, sambil berbisik-bisiksesama mereka . Lebih jauh lagi,
mereka mulai mencemooh ajakan Rasul yang mulia itu. Mereka akhirnya
berdiam diri di rumah-rumah mereka secara sengaja. Ketika
sekelompok orang-orang munafik mulai memprovokasi satu sama lain
dengan mengatakan Jangan kalian berangkat perang dalam udara panas
seperti ini. Turunlah firman Allah berikut ini,Farihal mukhallafuna
bi.Orang-orang tertinggal di belakang dan tidak ikut berperang itu
merasa gembira dengan ketertinggalan mereka di belakang Rasulullah.
Mereka tidak suka berjihad dengan dengan harta dan jiwa mereka di
jalan Allah. Merek berkata, "Jangan kalian berangkat perang dalam
udara panas begini.' Katakanlah kepada mereka itu, 'Api neraka
lebih panas lagi, jika saja kalian mengerti. Biarlah nanti mereka
tertawa sedikit dan menangis lebih banyak sebagai balasan atas
hasil perbuatan mereka." (Qur'an, surah at taubah ayat 81-82)Di
antara mereka, ada juga yang mencobamenghindari peperangan, namun
tidak dengan terang-terangan seperti kaum munafik itu. Mereka itu
sebenarnya telah terjebak kepada provokasi orang-orang munafik.
Mereka sempat meminta izin kepada Rasulullah agar tidak perlu pergi
berperang dengan alasan agar bisa menghindari fitnah. Akan tetapi,
sebagaimana yang kemudian disampaikan oleh Rasul, Allah menilai
bahwa permintaan izin merteka itu justru salah satu bentuk
keterjebakan ke dalam fitnah. Simaklah ayat AL-Quran berikut ini.
Wa minhum man."Ada pula di antara mereka yang berkata: 'Ijinkanlah
saya (tidak ikut serta) dan jangan kau jerumuskan saya ke dalam
fitnah ini., Ketahuilah, mereka kini sudah terjatuh ke dalam ujian
itu, dan bahwa neraka itu adalah tempat bagi orang-orang kafir."
(Qur'an, 9:49)Tentara Rasulullah akhirnya meneruskan perjalanan ke
Tabuk. Sebenarnya berita tentang pasukan ini dan kekuatannya sudah
sampai kepada pihak Rumawi. Inilah yang membuat pasukan Rumawi
gentar. Oleh karena itu Setelah pihak Muslimin sampai di Tabuk dan
Muhammad mengetahui pihak Rumawi menarik diri ke dalam
benteng-benteng mereka, Rasul merasa tidak pada tempatnya untuk
tetap mengejar mereka terus sampai ke dalam negeri mereka. Oleh
karena itu, ia perinahkan kaum muslimin agar tetap tinggal di
perbatasanKetika itulah Yohanna bin Ru'ba - seorang amir (penguasa)
Aila yang tinggal di perbatasan oleh Nabi dikirimi surat supaya ia
tunduk atau akan diserbu. Yohanna datang sendiri dengan memakai
salib dari emas di dadanya. Ia datang dengan membawa hadiah dan
menyatakan setia. Ia mengadakan perdamaian dengan Muhammad dan
bersedia membayar jizya seperti yang juga dilakukan oleh pihak
Jarba' dan Adhruhdengan membayar jizyah. Permintaan damai ini
diterima oleh Rasulullah. Sebagai tanda persetujuan atas perjanjian
ini Muhammad memberikan hadiah kepada Yohanna berupa mantel tenunan
Yaman disertai perhatian penuh kepadanya, setelah diperoleh
persetujuan bahwa Aila akan membayar jizya sebesar 3000 dinar tiap
tahun. Kemudian Rasulullah pun memerintahkan pasukan muslim pulang
ke MadinahSejarah Rasulullah SAWW (Bagian 14)
Penyucian Mekah dari SyirikSetelah perang Tabuk, peristiwa
penting berikutnya yang terjadi pada kehidupan Rasulullah adalah
perintah untuk membersihkan Masjidil Haram dari adat-adat
jahiliyah. Pada tahun kesembilan hijriyah, menjelang datangnya
musim haji, Rasulullah SAW mendapat wahyu dari Allah yang berisi
pernyataan berlepas tangan dari kaum kafir. Wahyu tersebut adalah
sepuluh ayat pertama surah Baraah atau Taubah. Diantara wahyu
tersebut adalah pernyataan yang menybut kaum kafir sebagai
orang-orang najis yang tidak diperkenankan memasuki masjidil
Haram.Sebagaimana yang diketahui, meski kota Mekah telah
ditaklukkan dan seluruh berhala yang berada di dalam komplek
masjidil haram telah dihancurkan, akan tetapi orang-orang kafir
masih bebas melakukan tawaf dan umrah di sana dengan tata cara
jahiliyah. Turunnya ayat-ayat pertama surah taubah adalah keputusan
dari Allah ujntuk membersihkan Mekah dari segala hal yang berbau
kemusyrikan. Setelah ayat tersebut turun, Rasul memerintahkan Abu
Bakar untuk membawa ayat itu dan membacakannya kepada semua yang
berada di Mekah saat musim haji tiba. Sahabat Nabi itu dengan serta
merta bertolak ke Mekah untuk menjalankan perintah terebut. Akan
tetapi tak lama setelah Abu Bakar berangkat, Allah memerintahkan
Nabi-Nya untuk mengutus Ali ke Mekah menggantikan Abu Bakar.
Ali-pun bertolak ke Mekah mengejar Abu Bakar. Kepadanya, Ali
menyampaikan pesan Rasul dan mengambil alih amanat ayat itu untuk
dibacakan di hadapan semua orang di musim haji. Abu Bakar kembali
ke Madinah dan mendatangi Rasul untuk menanyakan hal ini. Kepadanya
Rasul bersabda, Allah telah mengutus Jibril kepadaku dan menyatakan
bahwa hanya aku atau orang yang berasal dariku-lah yang berhak
membacakan ayat baraah di Mekah. Dan orang itu adalah Ali.Dengan
dibacakannya ayat-ayat suci tersebut di hadapan seluruh jemaah yang
hadir pada musim haji saat itu, orang-orang kafir tidak lagi berhak
memasuki komplek masjidil haram.Hajjatul Wada' atau Haji
PerpisahanTahun ke sepuluh hijriyah, Rasulullah SAW bersama sekitar
seratus ribu sahabatnya yang berasal dari berbagai penjuru Jazirah
Arabia melaksanakan ibadah haji. Ibadah haji ini disebut dalam
sejarah sebagai hajjatul wada atau hari perpisahan. Sebab,
sepulangnya dari perjalanan haji, Rasulullah SAW jatuh sakit yang
mengakhiri kehidupan beliau yang penuh berkah. Ibadah haji ini
menjadi momen yang sangat penting dalam kehidupan umat Islam.
Karena, umat menyaksikan tata cara ibadah haji yang diajarkan dalam
agama Islam secara langsung dari pembawa risalah kenabian. Umat
Islam melihat sendiri bagaimana Nabi bertawaf, sai, wukuf di padang
Arafat, tinggal di mina, menyembelih korban dan memotong rambutnya.
Pada kesempatan itu, Nabi juga menyampaikan sebuah khotbah
bersejarah yang menjelaskan segala permasalahan dalam Islam. Beliau
mengingatkan kembali soal tauhid, ibadah, akhlak, sikap saling
membantu antar sesama dan banyak hal lainnya. Setelah selesai
melaksanakan ibadah haji, Rasulullah SAW dan para jemaah haji
lainnya meninggalkan kota Mekah menuju kampung halaman
masing-masing. Di tengah perjalanan, saat tiba di suatu tempat
persimpangan, Nabi SAW mendapat wahyu yang berbunyi,Ya ayyuhar
rasul balligh ma unzila ilaika.Artinya, Wahai Rasul sampaikanlah
apa yang telah diturunkan dari Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau
sampaikan, berarti engkau sama saja tidak pernah menyampaikan
risalahNya. Allah melindungimu dari umat manusia.Nabi lantas
memerintahkan rombongannya untuk berhenti di suatu tempat bernama
Ghadir Khum. Mereka yang sudah lewat diperintahkan untuk kembali
dan mereka yang belum sampai ditunggu kedatangannya. Ada satu hal
penting yang ingin beliau sampaikan kepada umat. Hari itu adalah
tanggal 18 Dzulhijjah tahun 10 hijriyah.Ketika semua orang telah
berkumpul, Nabi SAW berdiri di hadapan para sahabatnya yang
menyemut memenuhi padang tandus Ghadir Khum. Beliau ingin
menyampaikan sebuah pesan penting dari Tuhan. Setelah mengucapkan
puji-pujian syukur kepada Allah swt dan menyampaikan beberapa hal,
beliau bersabda, Barang siapa yang menjadikan aku sebagai
pemimpinnya maka Ali adalah pemimpinnya pula.Sabda Nabi SAW ini
didengar langsung oeh sekitar seratus ribu muslimin di Ghadir Khum.
Pesan penting ini, memiliki arti bahwa Ali-lah yang akan
menggantikan posisi Nabi sebagai pemimpin umat sepeninggal beliau.
Karenanya, setelah menyampaikan pesan ini, Rasulullah SAW
memerintahkan para sahabatnya untuk membaiat Ali. Peristiwa ini
kemudian dikenal sebagai peristiwa Ghadir Khum. Pembersihan Jazirah
Arabia dari kekuatan Yahudi dan penaklukan kota Mekah serta
pembersihan Masjidil Haram dari sisa-sisa adat jahiliyah adalah
hasil perjuangan Nabi SAW selama lebih dari 20 tahun menyebarkan
agama Islam dan menyampaikan risalah kenabian terakhir ini. Sejak
jatuhnya kota Mekah ke tangan umat Islam, kaum muslimin yang dahulu
terusir dan terasing berubah menjadi sebuah kekuatan besar yang
ditakuti oleh seluruh kabilah Arab. Bahkan Rumawi dan Persia yang
merupakan dua kutub kekuatan saat itu sangat memperhitungkan
kekuatan umat Islam.Sepulangnya dari Hajjatul Wada, Rasulullah SAW
memerintahkan para sahabatnya agar bersiap-siap untuk menyerang
pasukan Rumawi di wilayah Syam. Sama seperti perang Tabuk, beliau
tidak memperkenankan siapapun juga untuk tidak menyertai pasukan
ini kecuali beberapa orang yang beliau tentukan. Panji perang
diberikan Rasulullah kepada Usamah bin Zaid yang saat itu masih
berusia 17 tahun. Pemilihan Usamah sebagai komandan pasukan
ditentang oleh banyak orang yang meragukan kemampuan pemuda ini.
Rasulullah yang saat itu sedang sakit keras dengan tegas menyatakan
bahwa Usamah layak untuk memimpin pasukan besar kaum
muslimin.Akibat penentangan itu, banyak orang yang terkesan lamban
untuk menyertai pasukan besar ini, sampai akhirnya berita
memburuknya kondisi kesehatan Nabi SAW sampai ke telinga para
sahabatnya. Akhirnya, pada tanggal 28 Shafar tahun 11 hijriyah,
Muhammad bin Abdillah, Rasul terakhir dan makhluk Allah yang paling
mulia menerima kedatangan malaikat maut. Kepergian penghulu para
nabi ini menjadi berita paling mengejutkan dan menyedihkan bagi
umat Islam. Rasulullah pergi dari dunia yang fana ini menemui Sang
Khalik, setelah menyempurnakan misi risalah kenabian.