Sejarah Perusahaan Pertamina PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT. PERMINA. Pada tahun 1961 perusahaan ini berganti nama menjadi PN. PERMINA dan setelah merger dengan PN. PERTAMINA di tahun 1968, namanya berubah menjadi PN. PERTAMINA. Dengan bergulirnya Undang Undang No. 8 Tahun 1971, sebutan perusahaan menjadi PERTAMINA. Sebutan ini tetap dipakai setelah PERTAMINA berubah status hukumnya menjadi PT. PERTAMINA (PERSERO) pada tanggal 17 September 2003 berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2001 pada tanggal 23 November 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. PT. PERTAMINA (PERSERO) didirikan berdasarkan akta Notaris Lenny Janis Ishak, SH No. 20 tanggal 17 September 2003, dan disahkan oleh Menteri Hukum & HAM melalui Surat Keputusan No. C- 24025 HT.01.01 pada tanggal 09 Oktober 2003. Pendirian Perusahaan ini dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero), dan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2001 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 dan peralihannya berdasarkan PP No.31 Tahun 2003 "Tentang pengalihan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Sejarah Perusahaan Pertamina
PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia
(National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT.
PERMINA. Pada tahun 1961 perusahaan ini berganti nama menjadi PN. PERMINA dan setelah
merger dengan PN. PERTAMINA di tahun 1968, namanya berubah menjadi PN. PERTAMINA.
Dengan bergulirnya Undang Undang No. 8 Tahun 1971, sebutan perusahaan menjadi
PERTAMINA. Sebutan ini tetap dipakai setelah PERTAMINA berubah status hukumnya menjadi
PT. PERTAMINA (PERSERO) pada tanggal 17 September 2003 berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2001 pada tanggal 23 November 2001 tentang Minyak dan
Gas Bumi.
PT. PERTAMINA (PERSERO) didirikan berdasarkan akta Notaris Lenny Janis Ishak, SH
No. 20 tanggal 17 September 2003, dan disahkan oleh Menteri Hukum & HAM melalui Surat
Keputusan No. C-24025 HT.01.01 pada tanggal 09 Oktober 2003. Pendirian Perusahaan ini
dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1995
tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan
(Persero), dan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2001 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah No. 12 tahun 1998 dan peralihannya berdasarkan PP No.31 Tahun 2003 "Tentang
pengalihan bentuk perusahaan pertambangan minyak dan gas bumi negara (PERTAMINA) menjadi
perusahaan perseroan (persero)”.
Sesuai akta pendiriannya, maksud dari Perusahaan Perseroan adalah untuk
menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi, baik di dalam maupun di luar negeri serta
kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha di bidang minyak dan gas bumi
tersebut.
Adapun tujuan dari Perusahaan Perseroan ini adalah untuk:
1. Mengusahakan keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan Perseroan secara efektif dan
efisien.
2. Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi untuk kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat.
Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Migas baru, PERTAMINA tidak lagi
menjadi satu-satunya perusahaan yang memonopoli industri migas di mana kegiatan usaha minyak
dan gas bumi diserahkan kepada mekanisme pasar.
Seiring meningkatnya konsumsi gas elpiji di dalam negeri, juga diikuti dengan
meningkatnya kebutuhan tabung elpiji sebagai sarana kemasan untuk pemasaran, maka PT.
PERTAMINA (PERSERO) membangun Pabrik Tabung Elpiji (PTE) pada tahun 1975 dan mulai
berproduksi tahun 1976. Lokasi pembangunan dipusatkan di Jalan Yos Sudarso – Plumpang,
Jakarta Utara, dengan luas areal sebesar 489,5 m x 100 m, atau sekitar 46.950 m². Kapasitas
produksi rata–rata yaitu sebanyak 1.600 tabung/hari, daya listrik menggunakan daya dari PLN
sebesar 800 KVA, dan pembangkit sendiri sebesar 1.250 KVA. Tenaga kerja mula-mula yaitu
pekerja PERTAMINA sebanyak 50 orang, dan pekerja kontrak sebanyak 160 orang.
Sertifikasi ISO yang telah diperoleh antara lain:
1. ISO 9002 : 1994, Certificate No. Q14179, pada tanggal 04 September 1998
2. ISO 9001 : 2000, Resertification/Up Grade, pada tanggal 12 Maret 2002
Kegiatan Perusahaan
PT. PERTAMINA (PERSERO) Gas Domestik Region II - Pabrik Tabung Elpiji (PTE)
bergerak dalam bidang pembuatan tabung elpiji. Adapun kegiatan produksi PTE sejak awal
berdirinya hingga saat ini adalah sebagai berikut:
a. Awal Berdiri : Tabung Elpiji kapasitas 12 kg (WC. 26,2 liter)
Tabung Elpiji kapasitas 50 kg (WC. 108 liter)
b. Saat Ini : Hanya berproduksi tabung elpiji kapasitas 12 kg.
Sejak tahun 2005 produksi tabung elpiji kapasitas 50 kg dihentikan karena
permintaan tabung dengan kapasitas tersebut relatif kecil sehingga difokuskan
untuk produksi tabung elpiji kapasitas 12 kg.
Struktur Organisasi Pabrik Tabung Elpiji (PTE)
Gambar 4-2
Struktur Organisasi Pabrik Tabung Elpiji (PTE)
Kepala Pabrik
Tabung Elpiji
Pengawas Utama
Produksi
Pengawas
Quality Control
Pengawas
Pemeliharaan
Pengawas
Administrasi
Asisten Forming
& Welding
Penata Finishing
& Marking
Asisten X-Ray &
Kalibrasi
Asisten
Quality Control
Asisten
Mekanik
Asisten
Listrik
Asisten
Power House
Security
Asisten
LK3
Asisten
Administrasi
Job Description
1. Kepala PTE
Tugas/Tanggung Jawab:
1. Merencanakan, melaksanakan, mengawasi, mengendalikan dan menganalisa proses
produksi.
2. Melaksanakan pembinaan Sumber Daya Manusia.
2. Bagian Produksi
Tugas/Tanggung Jawab:
1. Melaksanakan permintaan bahan baku/bahan pembantu untuk produksi dari Material Ware
House (MWH)
2. Melaksanakan proses produksi
3. Melaporkan hasil produksi
4. Menyerahkan hasil produksi ke Material Ware House (MWH)
3. Bagian Quality Control
Tugas/Tanggung Jawab:
1. Melaksanakan inspeksi dan pengujian:
- material yang masuk
- proses produksi
2. Pengendalian peralatan inspeksi dan pengujian
3. Melaksanakan analisa data:
- Proses produksi
- Produk
- Pemasok
4. Bagian Pemeliharaan
Tugas/Tanggung Jawab:
1. Melaksanakan pemeliharaan mesin
2. Pemesanan suku cadang mesin/peralatan
3. Membuat rencana anggaran operasional produksi
5. Bagian Administrasi
Tugas/Tanggung Jawab:
1. Merencanakan dan melaksanakan program pelatihan
2. Membuat dan mengendalikan laporan produk, dokumen dan data serta rekaman mutu
3. Membuat rencana Internal Audit dan Management Review
Proses Pengendalian Kualitas dalam Perusahaan
Penerapan Kebijakan Mutu Perusahaan
Sistem Manajemen Mutu Pabrik Tabung Elpiji (PTE) bertujuan untuk menguraikan
bagaimana organisasi mengendaliakan dokumen dan data serta rekaman mutu dengan cara
mengidentifikasi, memberi indeksi, mengumpulkan, menyimpan dan memelihara sistem
manajemen mutu dan secara berkelanjutan meningkatkan efektivitasnya sesuai dengan persyaratan
standar ISO 9001:2000.
Organisasi menerapkan ikrar kebijakan mutu sebagai berikut:
“Pabrik Tabung Elpiji-Plumpang dalam melaksanakan produksi selalu menerapkan Sistem
Pengendalian Mutu ISO 9001:2000 dengan mengedepankan hasil yang berkualitas sesuai
spesifikasi guna kepuasan pelanggan”.
Agar kebijakan mutu ini dapat diwujudkan secara operasional, maka diterapkan beberapa
sasaran mutu sebagai indikator untuk mengendaliakan proses produksi tabung elpiji. Sasaran mutu
dimaksud adalah batasan toleransi/batas maksimum yang diijinkan untuk beberapa komponen
produk dalam satuan persen (proporsional terhadap jumlah produksi) sebagai berikut:
Sasaran Mutu tahun 2004:
a. Tabung repair akibat cacat las maksimal 1,15% per bulan
b. Komponen tabung repair maksimal 12,89% per bulan
c. Komponen tabung afkir maksimal 0,00% per bulan
Sasaran Mutu tahun 2008:
1. Bagian Produksi
a. Tabung repair akibat cacat las maksimal 1,00% per bulan
b. Komponen tabung repair maksimal 10,20% per bulan
c. Komponen tabung afkir maksimal 0,10% per bulan
2. Bagian Quality Control
Tidak ada keluhan pelanggan mengenai pengisian tabung perdana produksi PTE.
3. Bagian Pemeliharaan Peralatan
Down time mesin produksi maksimal 0,90% dari total jam produksi per tahun.
4. Bagian Administrasi
Merencanakan pelatihan eksternal dengan tingkat pencapaian minimal 20% per tahun dan
melaksanakan pelatihan internal minimal 50% per tahun yang berhubungan dengan aktivitas
Pabrik Tabung Elpiji maupun mengacu kepada hasil penelitian eksternal yang diperoleh.
Cara Pembuatan Tabung Elpiji 12 Kg
Cara pembuatan tabung elpiji oleh Pabrik Tabung Elpiji (PTE) mengacu pada Standar
Nasional Indonesia (SNI), yaitu sebagai berikut:
1. Bahan baja cairan panas dipotong sesuai dengan ukuran dan diberikan pelumas sebelum
masuk ke dalam proses pembentukan.
2. Pembentukan dilakukan dengan cara di-press (deep drawing) dan hasilnya merupakan
komponen dari badan tabung pada bagian atas dan bawah (top and bottom).
3. Komponen badan tabung bagian atas (top) kemudian dilubangi untuk pemasangan cincin
leher.
TOSHIBA, 03/20/09,
Butuh Klarifikasi!!!!
TOSHIBA, 03/20/09,
Jadi Acuan, tapi AlurProduksi Aktual di Shopfloor ada perbedaan!!
4. Pemasangan cincin leher (neck ring) dilakukan dengan cara pengelasan menggunakan las
busur logam gas (gas metal arc welding).
5. Sambungan las antara top dan bottom terhadap badan silinder berbentuk sambungan las
tumpang.
6. Penyambungan pegangan tangan dan cincin kaki dengan badan tabung dilakukan dengan
cara pengelasan busur listrik (shielded metal arc welding). Dengan bentuk las sudut (fillet)
7. Pengelasan pada butir 4, 5, dan 6 harus dilakukan oleh juru las atau operator las yang
memenuhi standar kompetensi juru las.
8. Setiap tabung harus mendapatkan perlakuan panas untuk pembebasan tegangan sisa
(annealing), yaitu pada suhu 6300C sekurang-kurangnya 20 menit.
9. Untuk mencegah timbulnya karat pada permukaan luar tabung harus dilakukan
perlindungan dengan menggunakan pelapisan cat. Sebelum dilakukan pengecatan harus
didahului dengan proses pembersihan dengan cara shot blasting di seluruh permukaan
tabung. Pengecatan pertama menggunakan cat dasar (primer coat) dengan tebal 25 mikron
sampai 30 mikron, selanjutnya menggunakan cat akhir (top coat) dengan tebal 25 mikron
sampai 30 mikron.
Standar Teknis Tabung
Standar teknis tabung elpiji adalah sebagai berikut:
Bentuk : Cylindris
Diameter luar badan tabung (OD) : 300 mm ± 2 mm
Tebal plat : 2,9 mm (+ 0,08; -0,04)
Tinggi tanpa Hand Guard dan Foot Ring (kapsul): 461 mm ± 4 mm
Tinggi seluruhnya : 589 mm ± 5 mm
Volume (isi air) : 26,2 liter ± 3%
Berat tabung kosong berikut valve : 15,10 kg ± 0,5 kg
Tekanan pecah : minimal 110 kg/cm2
Syarat Kualitas Tabung
Pabrik Tabung Elpiji (PTE) mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) sebagai standat
mutu dalam pembuatan tabung elpiji ukuran 12 kg. Standar tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sifat tampak
Setiap permukaan tabung baja elpiji tidak boleh ada cacat atau kurang sempurna dalam
pengerjaannya yang dapat mengurangi kekuatan dan keamanan dalam penggunaannya, seperti
luka gores, penyok, dan perubahan bentuk.
2. Dimensi
a. Lingkaran tabung
Perbedaan diameter yang terjadi pada bagian bentuk silindris tabung antara diameter
maksimal dan minimal adalah 1% untuk tabung 2 bagian, dan 1,5% untuk tabung 3 bagian.
b. Kelurusan
Deviasi vertikal tabung tidak boleh melebihi 25 mm/m.
3. Ketahanan Hidrostatik
Setiap tabung harus tahan terhadap tekanan hidrostatik dengan tekanan sebesar 31 kg/cm2, dan
pada tekanan tersebut tidak boleh ada rembesan air atau kebocoran dan tidak boleh terjadi
perubahan bentuk.
4. Sifat kedap udara
Tabung yang telah dilengkapi dengan katup harus kedap udara atau tidak boleh bocor pada
tekanan udara sebesar 18,6 kg/cm2.
5. Ketahanan pecah (uji bursting)
Tabung ditekan secara hidrostatik sampai pecah. Tekanan saat pecah tidak boleh lebih kecil dari
110 kg/cm2 untuk tipe 3 kg, dan tidak boleh lebih kecil dari 80 kg/cm2 untuk tipe di atas 15 kg
sampai 50 kg. Tabung tidak boleh pecah dengan inisiasi pecahan berawal dari sambungan las.
6. Ketahanan ekspansi volume tetap
Tabung ditekan secara hidrostatik dengan tekanan sebesar 31 kg/cm2 selama 30 detik. Ekspansi
volume tetap yang terjadi tidak boleh lebih besar dari 1/5000 volume awal. Tidak boleh terjadi
kebocoran dan tampak perubahan bentuk.
7. Sambungan las
Sambungan las harus mulus, rigi-rigi las harus rata, tidak boleh terjadi cacat pengelasan yang
dapat mengurangi kekuatan dalam pemakaian. Pengujian mekanis berupa sifat-sifat tarik dari
sambungan las nilainya harus sama atau lebih besar dengan kekuatan tarik bahan yang
disambung dan patahan tidak boleh terjadi pada sambungan las.
8. Pengecatan
Lapisan cat harus mampu memenuhi pengujian lapisan cat.
Prosedur Pengendalian Kualitas
Tujuan prosedur pengendalian kualitas adalah untuk menguraikan cara-cara organisasi
menginspeksi dan/atau menguji bahan baku, bahan pembantu, suku cadang mesin, material
pemeliharaan, BBM dan pelumas, komponen tabung serta tabung jadi dengan cara mengendalikan
dan mengurangi penyebab ketidaksesuaian nyata atau potensial dengan upaya tindakan koreksi dan
pencegahan terhadap proses maupun karakteristik produk secara konsisten terhadap sistem mutu
yang telah disetujui dan ditentukan melalui upaya peningkatan audit mutu internal dan dibahas
dalam tinjauan manajemen.
Kebijakan dan prosedur yang ditetapkan dalam rangka pengendalian kualitas antara lain:
1. Inspeksi dan Pengujian Saat Penerimaan
a. Setiap bahan baku dan bahan pembantu, suku cadang mesin, material pemeliharaan, BBM dan
pelumas yang masuk atau diterima, diinspeksi, diuji dan/atau diverifikasi terlebih dahulu
sesuai Tata Kerja Organisasi.
b. Petunjuk kerja inspeksi dan pengujian berisi rincian baik metode maupun mengenai kriteria
keberterimaannya sesuai spesifikasi pelanggan.
c. Rekaman inspeksi dan pengujian yang merupakan bukti kesesuaian dan ketidaksesuaian
bahan baku dan bahan pembantu dipelihara.
d. Bahan baku dan bahan pembantu yang tidak sesuai, dipisahkan dan diidentifikasi.
e. Dalam kondisi mendesak bila bahan baku/bahan pembantu tidak sempat diverifikasi dan
dilepas untuk keperluan produksi, maka identifikasi bahan baku direkam untuk
memungkinkan penarikan secepatnya apabila hasil verifikasi tidak sesuai.
2. Inspeksi dan Pengujian dalam Proses
a. Komponen tabung diinspeksi dan/atau diuji pada setiap tahapan proses.
b. Produksi yang dilakukan sesuai dengan Tata Kerja Organisasi.
c. Lembar pemeriksaan (check list) serta Tata Kerja Individual Inspeksi dan pengujian berisi
rincian baik metode maupun mengenai kriteria keberterimaannya sesuai spesifikasi
pelanggan.
d. Rekaman inspeksi dan pengujian berupa bukti kesesuaian atau ketidaksesuaian komponen
tabung dipelihara.
e. Komponen tabung yang tidak sesuai dipisahkan, diidentifikasi sebagai tidak sesuai, organisasi
harus merencanakan dan menerapkan pemantauan, pengukuran, analisis serta proses yang
diperlukan untuk memperagakan kesesuaian produk, memastikan kesesuaian sistem
manajemen mutu dan secara berkelanjutan meningkatkan keefektifannya.
3. Inspeksi dan Pengujian Akhir
a. Semua tabung jadi diinspeksi dan/atau diuji yang dilakukan sesuai Tata Kerja Organisasi.
b. Tata Kerja Individual Inspeksi dan Pengujian akhir tabung jadi berisi rincian baik metode
maupun kriteria keberterinaannya sesuai spesifikasi pelanggan.
c. Verifikasi dari inspeksi dan pengujian sebelumnya merupakan bagian dari kegiatan inspeksi
dan pengujian akhir.
d. Hasi kegiatan inspeksi dan pengujian akhir direkam untuk memberikan bukti kesesuaian atau
ketidaksesuaian tabung jadi dan menunjukkan bahwa tabung jadi telah dilepas oleh personil
yang mempunyai wewenang untuk itu.
4. Pengendalian Ketidaksesuaian Produk
a. Semua bahan baku, bahan pembantu, komponen tabung dan tabung jadi yang tidak sesuai
diidentifikasi dan dipisahkan untuk mencegah penggunaan yang tidak sengaja.
b. Organisasi menetapkan petugas yang berwenang untuk menindaklanjuti ketidaksesuaian yang
terjadi terhadap bahan baku, bahan pembantu, komponen tabung dan tabung jadi.
c. Rincian ketidaksesuaian diteruskan kepada petugas terkait untuk dilakukan pekerjaan ulang
atau afkir.
d. Semua komponen tabung dan tabung jadi yang diperbaiki dan dikerjakan ulang, hasilnya
diinspeksi kembali.
5. Tindakan Koreksi dan Pencegahan
a. Organisasi menetapkan petugas yang berwenang untuk memprakarsai tindakan koreksi dan
pencegahan.
b. Penanganan terhadap keluhan pelanggan sebatas produk tabung elpiji yang ditolak/reject pada
saat dilakukan pengisian awal/perdana di Depot pengisian elpiji.
c. Organisasi mempertimbangkan perlu tidaknya tindakan koreksi untuk menghilangkan
penyebab ketidaksesuaian yang nyata atau potensial sehubungan dengan pertimbangan antara
masalah dengan biaya koreksinya.
d. Organisasi menerapkan dan merekam setiap perubahan pada sistem mutu sebagai hasil
tindakan koreksi dan pencegahan.
Tindakan Pencegahan
Tujuannya adalah untuk menentukan langkah-langkah bagi tindakan pencegahan dan
koreksi yang diperlukan. Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Apabila ditemukan indikasi ketidaksesuaian, pengawas/penata/asisten terkait membuat
permintaan tindakan pencegahan terhadap deteksi ketidaksesuaian.
2. Pengawas terkait menerima permintaan tindakan pencegahan untuk dilakukan analisa dan
rekomendasi terhadap tindakan pencegahan.
3. Dalam upaya tindakan pencegahan, di PTE dibentuk Gugus Kendali Mutu (GKM) yang akan
melakukan evaluasi/analisa untuk menghilangkan penyebab potensial dari ketidaksesuaian yang
terjadi.
4. Kepala PTE/Pengawas/Penata/Asisten lainnya bertanggung jawab terhadap konsistensi aktivitas
GKM yang ada di PTE.
5. Hasil pembahasan dari GKM berupa laporan ketidaksesuaian ataupun bentuk makalah
merupakan salah satu agenda yang akan dibahas pada rapat tinjauan manajemen.
Pengendalian Terhadap Produk yang Tidak Sesuai
Tujuan pengendalian ini adalah untuk memastikan bahan baku, bahan pembantu, komponen
tabung dan tabung jadi yang tidak sesuai dengan persyaratan dicegah dari proses selanjutnya.
Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Pengawas/Penata/Asisten Produksi terkait memisahkan dan mencatat jenis serta jumlah bahan
baku/bahan pembantu yang tidak sesuai saat diterima dari MWH dan selama proses produksi
dilaksanakan.
2. Pengawas/Penata/Asisten Produksi terkait bertanggung jawab menginformasikan bahan
baku/bahan pembantu yang tidak sesuai kepada petugas MWH untuk ditukar/diganti serta
mencatatnya pada kolom keterangan di dalam formulir tanda permintaan.
3. Penata/Asisten Produksi terkait menentukan langkah lanjutan atas komponen tabung/tabung
yang tidak sesuai yaitu dikerjakan ulang atau diafkir.
4. Penata/Asisten Produksi terkait melaksanakan pengerjaan ulang serta hasilnya diinspeksi
kembali.
5. Penata/Asisten Repair terkait mencatat ketidaksesuaian yang terjadi pada papan catatan yang
tersedia.
6. Pengawas/Penata/Asisten Produksi terkait mencatat seluruh ketidaksesuaian yang terjadi di
kelompoknya pada laporan kegiatan produksi untuk dilaporkan oleh Pengawas Produksi kepada
Kepala PTE.
7. Pengawas/Penata/Asisten Produksi terkait menginformasikan komponen tabung dan tabung jadi
yang rusak (afkir) melalui Asisten Administrasi Produk, untuk diserahkan kepada MWH.
8. Kepala PTE melaporkan secara periodik ketidaksesuaian produk yang terjadi kepada Kepala
Operasi Gas Domestik Region II berikut tindakan koreksi/pencegahan yang dilakukan. Untuk itu
apabila tabung jadi ditemukan rusak pada saat pengisian perdana, maka Kepala PTE menugaskan
tim dari PTE untuk melakukan perbaikan di tempat pengisian perdana tersebut. Kemudian hasil
inspeksi dari lot tabung yang rusak tersebut diperiksa oleh bagian Quality Control.
Hal – Hal yang Menpengaruhi Kualitas Tabung Elpiji pada PTE
a. Bahan Baku/Material/Jasa
Tujuan pengendalian terhadap bahan baku/material/jasa yaitu untuk memastikan bahwa
material/jasa yang dipesan oleh Pabrik Tabung Elpiji memenuhi persyaratan yang
ditentukan. Dengan demikian, diharapkan dapat memperkecil potensi
ketidaksesuaian/kecacatan produk jadi.
b. Pemasok
Pemasok PTE merupakan badan/lembaga di luar PTE yang melaksanakan jasa pengadaan
bahan baku/bahan pembantu, tabung jadi, suku cadang mesin/material pemeliharaan, jasa
perbaikan fasilitas peralatan, dan jasa lainnya.
Adapun ukuran baik atau tidaknya rekanan/pemasok bagi PTE adalah sebagai berikut:
Tabel 4-1
Kriteria Rekanan Borongan
Kriteria Tepat/ Baik Kurang
Disiplin Sesuai permintaan
pelaksanaan
Tidak sesuai permintaan
pelaksanaan
Waktu Perbaikan Sesuai jadwal
permintaan
Tidak sesuai jadwal
permintaan
Hasil Rapi/ bisa digunakan
dengan baik
Tidak rapi/ tidak bisa
digunakan dengan baik
Tabel 4-2
Kriteria Rekanan Pemasok Spare Part Mesin
Kriteria Tepat/ Baik Kurang
Waktu pasok Sesuai jadwal
penyerahan
Lebih lama dari jadwal
penyerahan
Ukuran Sesuai spesifikasi Tidak sesuai spesifikasi
Ketahanan Sesuai empiris spare
part mesin
Labih cepat dari pada
empiris spare part mesin
Apabila hasil evaluasi terhadap penerimaan 2 kali berturut-turut kurang baik/reject > 0.2%
(untuk penerimaan bahan baku/bahan pembantu), maka Kepala PTE membuat konsep surat
teguran kepada rekanan/pemasok yang dikirimkan melalui Kepala Operasi Gas Domestik
Region II.
Ukuran keberhasilan dalam penetapan pemasok ini adalah terpenuhinya tingkat kegiatan
pemesanan material/jasa sari pemasok dan proses pelaporan performance record, sehingga
pemantauan terhadap adanya ketidaksesuaian atau penyimpangan dapat dideteksi sejak dini.
c. Sumber Daya Manusia
Tujuan sistem pengendalian terhadap sumber daya manusia adalah untuk menjelaskan cara
organisasi menetapkan dan menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk pembagian
tanggung jawab dan wewenang, merencanakan/ mengendalikan mutu produk dan peralatan
serta memastikan personil yang kompeten untuk melaksanakan pekerjaan sesuai pendidikan,
pelatihan, keterampilan, dan pengalaman agar dapat memberikan kepuasan pelanggan.
Kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan dalam pengendalian sumber daya manusia
adalah sebagai berikut:
1. Organisasi harus menetapkan kompetensi yang dibutuhkan pekerja dengan melaksanakan
pelatihan baik internal maupun eksternal terutama untuk pekerjaan yang sifatnya khusus
harus memiliki sertifikat.
2. Memastikan bahwa personil peduli akan relevansi dan arti penting tugas mereka pada
pencapaian sasaran mutu.
3. Dokumen bukti pelatihan disimpan dan dipelihara sebagai rekaman mutu.
4. Semua proses produksi termasuk peralatan direncanakan dan dipelihara.
5. Tata Kerja Individual dan keterampilan kerja dipantau untuk mengendalikan proses
produksi.
6. Kegiatan produksi dipantau melalui inspeksi dan pengujian.
7. Setiap tahapan proses produksi ditetapkan kegiatan pengendalian terhadap parameter-
parameter tertentu.
d. Teknologi/Peralatan
Mesin-mesin produksi dan fasilitas bantu lainnya umumnya memerlukan perawatan dan
perbaikan (instalasi listrik dan motor-motor dan fasilitas mesin-mesin lainnya). Perawatan
dan perbaikan ini dilakukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja
dan ketidaksesuaian produk jadi.
Prosedur pengendalian terhadap teknologi/peralatan adalah sebagai berikut:
1. Pengawas Pemeliharaan menyusun jadwal pemeliharaan tahunan bagi tiap-tiap
mesin/peralatan.
2. Pengawas Pemeliharaan bertanggung jawab melaksanakan pemeliharaan rutin sesuai
jadwal dan hasil pemeliharaan dicatat dalam lembar pemeriksaan peralatan/mesin.