BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi memaksa kita untuk menerima kenyataan bahwa informasi mampu merubah semua tatanan kehidupan umat manusia. Perkembangan teknologi dalam era globalisasi tadi tidak ubahnya seperti angin yang terus menerus hadir dengan kesegarannya. Salah satu hasil dari perkembangan teknologi ini adalah satelit komunikasi. Kenyataan yang ada dilapangan, terutama setelah reformasi pada tahun 1998, perubahan fungsi teknologi komunikasi dan peranan pers mulai jelas terlihat. Pers perjuangan berubah menjadi pers industri, yang lebih mengutamakan keuntungan finansial dan menomor-duakan kepentingan ideal. Ini terjadi karena begitu besarnya kebebasan yang dinikmati pers. Jika pada era Orde Baru, hanya PWI yang diakui sebagai satu-satunya organisasi profesi kewartawanan, maka sejak era reformasi telah muncul puluhan organisasi wartawan seperti halnya dengan pembentukan partai-partai politik yang tumbuh bagaikan “cendawan di musim hujan”. Kuantitas memang tidak selamanya identik dengan kualitas. Jumlah organisasi wartawan yang cukup banyak
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Era globalisasi memaksa kita untuk menerima kenyataan bahwa informasi
mampu merubah semua tatanan kehidupan umat manusia. Perkembangan
teknologi dalam era globalisasi tadi tidak ubahnya seperti angin yang terus
menerus hadir dengan kesegarannya. Salah satu hasil dari perkembangan
teknologi ini adalah satelit komunikasi.
Kenyataan yang ada dilapangan, terutama setelah reformasi pada tahun
1998, perubahan fungsi teknologi komunikasi dan peranan pers mulai jelas
terlihat. Pers perjuangan berubah menjadi pers industri, yang lebih mengutamakan
keuntungan finansial dan menomor-duakan kepentingan ideal. Ini terjadi karena
begitu besarnya kebebasan yang dinikmati pers. Jika pada era Orde Baru, hanya
PWI yang diakui sebagai satu-satunya organisasi profesi kewartawanan, maka
sejak era reformasi telah muncul puluhan organisasi wartawan seperti halnya
dengan pembentukan partai-partai politik yang tumbuh bagaikan “cendawan di
musim hujan”.
Kuantitas memang tidak selamanya identik dengan kualitas. Jumlah organisasi
wartawan yang cukup banyak yang terbentuk selama era reformasi ternyata tidak
semuanya menunjukkan kualitas yang baik. Oleh karena itu Dewan Pers, dalam
rangka pelaksanaan tugasnya untuk menumbuhkan profesionalitas pengelolaan
organisasi wartawan, perlu menetapkan standar organisasi wartawan yang berlaku
secara nasional. Dari penelitian yang dilakukan Dewan Pers, dari puluhan
organisasi wartawan yang ada ternyata hanya 4-5 organisasi wartawan yang
memenuhi syarat, di antaranya Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dan Aliansi
Jurnalis Independen (AJI).
Bergulirnya era reformasi, sebagai babak baru pascaruntuhnya rezim Orde
Baru, telah melahirkan kebebasan dan keterbukaan informasi di Indonesia.
Menurut catatan Dewan Pers, sampai dengan pertengahan tahun 2007 setidaknya
tercatat ada 820 buah penerbitan media cetak, 2000 lembaga penyiaran radio dan
80 lembaga penyiaran televisi di Indonesia. Angka ini meningkat pesat apabila
dibandingkan dengan pada zaman Orde Baru, yang mana tercatat hanya ada 289
surat kabar, 740 lembaga penyiaran radio dan 6 siaran televisi. Dari begitu banyak
bermunculannya media massa, tidak sedikit yang gulung tikar. Hanya sedikit yang
masih bertahan.
Satelit komunikasi mampu mempercepat penyampaian informasi. Peristiwa
yang berlangsung di satu benua dapat diketahui di benua lainnya dalam hitungan
detik saja. Pada akhirnya kemajuan teknologi inilah yang mendorong dan
memungkinkan timbulnya bisnis dalam bidang informasi.
Sebagaimana lembaga-lembaga lain yang dapat menghasilkan banyak
keuntungan, maka para pemilik modal pun akhirnya ramai-ramai melakukan
bisnis informasi melalui pers, entah dengan menerbitkan surat kabar, membuat
televisi ataupun radio. Pers sebagai lembaga, dapat dikelola secara tata laksanan
dan tata administrasi yang baik melalui manajemen profesional untuk dijadikan
ajang bisnis.
Dalam organisasi pers terdapat beberapa struktur mulai dari pemimpin
sampai pegawai serta staff yang mendukung berjalannya organisasi tersebut.
Perbedaan wewenang dan tugas dari masing-masing jabatan yang akan dibahas
dalam makalah ini. Termasuk di dalamnya seorang pemimpin melaksanakan
tugasnya dengan pendekatan perilaku terhadap pegawai bawahannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sebuah organisasi mengelola manajemennya?
2. Bagaimana seorang pemimpin melakukan pendekatan perilaku terhadap
karyawannya?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Organisasi Pers
Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang
melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, megolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan,
suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk
lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis
saluran yang tersedia. Perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang
menyelenggarakan usaha pers meliputi perusahaan media cetak, media elektronik,
dan kantor berita, serta perusahaan media lainnya yang secara khusus
menyelenggarakan, menyiarkan atau menyalurkan informasi. Organisasi pers
adalah organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers. Pers merupakan alat
kontrol sosial terhadap kebijakan pemerintah atau masyarakat. Dalam
melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers menghormati hak
asasi setiap orang. Karena itu pers dituntut profesional dan terbuka untuk
dikontrol oleh masyarakat.
Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk
memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan
moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan
publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan
Indonesia menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik. Pers bertanggung jawab
untuk menyampaikan kebenaran kepada masyarakat, sehingga dalam prakteknya
tidak ada alasan untu tidak menyajikan kebenaran pada pembca atau pemirsanya.
Oleh karena itu, pelaku pers dituntut untuk profesional dalam melaksanakan dan
menjalankan tugasnya. Sistem kerja yang selalu dikejar deadline, membutuhkan
mental dan fisik yang kuat. Namun, jangan sampai deadline dijadikan alasan
untuk menyajikan berita yang tidak bermutu. Agar pengelolaan pers berjalan
dengan baik maka harus ada pengaturan manajemen yang baik pula.
B. Struktur Organisasi Pers
Sama seperti organisasi lainnya, di dalam organisasi pers terdapat susunan
jabatan yang masing-masing memiliki fungsi dan tugas tertentu, antara lain:
1. Dewan Redaksi
Biasanya terdiri dari Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan
Wakilnya, Redaktur Pelaksana, dan penasihat bagian redaksi. Dewan redaksi
bertugas memberi masukan kepada jajaran redaksi dalam melaksanakan
pekerjaan redaksional. Dewan Redaksi pula yang mengatasi permasalahan
penting redaksional, misalnya menyangkut berita yang sangat sensitif atau
sesuai-tidaknya berita yang dibuat tersebut dengan visi dan misi penerbitan
yang sudah disepakati.
a. Pemimpin Umum
Bertanggung jawab penuh terhadap keseluruhan jalannya penerbitan
pers, baik ke dalam maupun ke luar. Dapat melimpahkan
pertanggungjawabannya terhadap hukum kepada Pemimpin Redaksi
sepanjang menyangkut isi penerbitan (redaksional) dan kepada Pemimpin
Usaha sepanjang menyangkut pengusahaan penerbitan.
b. Pemimpin Redaksi
Pemimpin Redaksi (Pemred, Editor in Chief) bertanggung jawab
terhadap mekanisme dan aktivitas kerja keredaksian sehari-hari. Pemimpin
Redaksi menetapkan kebijakan dan mengawasi seluruh kegiatan redaksional.
Pemimpin Redaksi juga bertanggung jawab atas penulisan dan isi Tajuk
Rencana (Editorial) yang merupakan opini redaksi (Desk Opinion).
Berikut ini tugas Pemimpin Redaksi secara lebih terinci:
Bertanggung jawab terhadap isi redaksi penerbitan.
Bertanggung jawab terhadap kualitas penerbitan.
Memimpin rapat redaksi
Memberikan arahan kepada semua tim redaksi tentang berita yang akan
dimuat pada setiap edisi.
Menentukan layak atau tidaknya suatu berita, foto, dan desain untuk
sebuah penerbitan.
Mengadakan koordinasi dengan bagian lain seperti, Pemimpin Perusahaan
untuk mensinergikan jalannya roda perusahaan.
Menjalin lobi-lobi dengan nara sumber penting di pemerintahan, dunia
usaha, dan berbagai instansi.
Bertanggung jawab terhadap pihak lain, yang merasa dirugukan atas
pemberitaan yang telah dimuat, sehingga pihak lain melakukan somasi,
tuntutan hukum, atau menggugat ke pengadilan. Sesuai aturan, tanggung
jawab oleh Pemimpin Redaksi bila dilimpahkan kepada pihak lain yang
dianggap melakukan kesalahan.
c. Sekretaris Redaksi
Seorang Sekretaris Redaksi memiliki tugas sebagai berikut:
Menata dan mengatur undangan dari instansi, perusahaan, atau lembaga
yang berkaitan dengan pemberitaan.
Menghubungi sumber berita atau instansi untuk pendaftaran, konfirmasi,
atau pembatalan undangan, wawancara, dan kunjungan kerja.
Menyimpan salinan kartu pers dan foto untuk mensuport kebutuhan kerja
para wartawan dalam meliput satu acara yang mengharuskan membuat
tanda pengenal seperti menyiapkan.
Menyediakan peralatan kerja redaksi seperti tape, batu baterei, kaset, alat
tulis, dan note book.
Menata keperluan keuangan redaksi: uang perjalanan, uang saku, uang