Top Banner
Sejarah Masuknya Islam di Indonesia Senin, 21 Mei 2012
83

Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Feb 27, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Sejarah Masuknya Islam di Indonesia Senin, 21 Mei 2012

Page 2: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

BAB II

MASUKNYA AGAMA ISLAM KE INDONESIA

A.    Pendapat Para Sejarawan Tentang Masuknya Islam ke Indonesia

Menurut Hamka (1963:87-88, dalam Hasjmy, 1990:3), agama

Islam masuk ke Indonesia secara berangsur- angsur dan dimulai

pada abad ketujuh Masehi. Agama Islam datang ke Indonesia dengan

dibawa oleh saudagar-saudagar Islam. Saudagar-saudagar tersebut

bukan hanya dari Arab saja, melainkan ada yang berasal dari

Persia dan Gujarat.

Muhammad Said membuat kesimpulan (1963:226-227, dalam

Hasjmy, 1990:4), sumber-sumber sejarah Arab mengatakan bahwa di

Sumatra sejak abad sembilan. Pada abad tersebut di berbagai

bandar sudah banyak pendatang Arab yang beragama Islam.

Sebaliknya, menurut sumber-sumber orang luar (Arab dan Tionghoa)

Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah yakni sekitar

abad tujuh sampai dengan abad kedelapan.

Haji Abu Bakar Aceh memberi kesimpulan (1963:127, dalam

Hasjmy, 1990:4), Islam masuk ke Indonesia pertama kali di Aceh.

Penyiar Islam pertama tidak hanya dari India dan Gujarat, akan

Page 3: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

tetapi ada dari bangsa Arab. Mazhab pertama yang dipeluk di Aceh

adalah Syiah dan Syafi’i.

Muljana (2008:130), menyimpulkan bahwa Islam masuk ke

Indonesia pada abad kedua belas. Hal ini dikarenakan pada akhir

abad kedua belas ditemukan kerajaan Islam yang bernama Perlak di

daerah pantai timur Sumatra. Kerajaan itu diberi nama Peureulak

karena didirikan oleh para pedagang asing dari Maroko, Persi,

Gujarat, dan Mesir yang sejak awal abad kedua belas sudah menetap

di sana.

Selain pendapat-pendapat para sejarawan diatas ada juga

beberapa teori lain yang menyebutkan tentang masuknya Islam ke

Indonesia. Teori-teori tersebut diantaranya adalah teori Gujarat,

teori Makkah, dan teori Persia. Ketiga teori tersebut tidak

membicarakan masuknya Islam dari setiap pulau tapi hanya

menganalisis dari Sumatra dan Jawa sebab dua wilayah itu yang

merupakan sampel wilayah Nusantara lainnya. Dalam teori Gujarat

menyatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara dibawa oleh para

pedagang dari Gujarat. Kemudian, Islam masuk ke Indonesia sekitar

abad ketiga belas. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya batu

nisan pertama Sultan kerajaan Samudra, yakni Malik al-Saleh yang

Page 4: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

wafat 1297. Teori Makkah merupakan suatu teori yang dihasilkan

dari koreksi dan kritik Hamka. Teori yang ketiga adalah teori

Persia, teori ini lebih memfokuskan pada kebudayaan yang hidup

dalam masyarakat Islam Indonesia yang dirasakan memiliki

persamaan dengan Persia. Dalam teori Persia dijelaskan bahwa

Islam masuk ke Indonesia pada abad ketiga belas dengan dibawa

oleh saudagar dari Gujarat. Jika kita melihat, teori Gujarat dan

Persia itu mempunyai kesamaan. Perbedaan dalam kedua teori ini

terletak pada ajarannya. Dalam teori Gujarat dijelaskan bahwa

Islam mempunyai kesamaan ajaran dengan mistik India. Namun, dalam

teori Persia memandang bahwa adanya kesamaan ajaran sufi

Indonesia dengan ajaran sufi Persia (Suryanegara, 1996:74-93).

Dari semua pendapat-pendapat di atas kita dapat menyimpulkan

bahwa menurut pendapat yang paling kuat Islam masuk ke Indonesia

pada awal abad pertama Hijriyah yakni abad tujuh Masehi.

Sebaliknya, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Islam masuk

ke Indonesia pada abad ketiga belas dan masuknya ke Indonesia

pertama kali dibawa oleh saudagar-saudagar dari Arab.

B.     Kerajaan- Kerajaan Islam di Indonesia

Page 5: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia ada banyak, antara lain:

1.      Kerajaan Islam di Peureulak

Menurut catatan sejarah bahwa pada tahun 173 Hijriyah (800

Masehi) telah berlabuh sebuah kapal milik para saudagar Islam

yang dipimpin oleh nahkoda khalifah1[1] di kerajaan Peureulak.

Para saudagar2[2] tersebut datang dari Teluk Kambey (Gujarat).

Para saudagar tersebut datang ke Peureulak bukan hanya berniat

untuk berdagang saja, akan tetapi juga untuk menyebarkan Islam di

Indonesia.

Kerajaan Peureulak semula bukan kerajaan Islam, tetapi

setelah Islam datang dan tersebar di Peureulak maka berdirilah

kerajaan Islam di Peureulak. kerajaan Islam Peureulak berdiri

pada hari selasa, satu Muharram 225 Hijriyah (840 Masehi). Sultan

pertama kerajaan ini adalah Saiyid Maulana Abdul Aziz dengan

gelar Sultan Alaiddin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah. Ibukota

kerajaan ini adalah Bandar Peurelak, akan tetapi kemudian diubah

namanya menjadi Bandar Khalifah.

1

2

Page 6: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

2.      Kerajaan Islam Samudra Pasai

Pada tahun 433 Hijriyah (1042 Masehi) datang seorang

keluarga Sultan Mahmud Peureulak di Tanon Data. Beliau datang

kesana dengan tujuan untuk menyebarakan Islam dan membangun

kerajaan Islam Samudra Pasai. Sultan pertama kerajaan tersebut

adalah Mahmud Syah dengan gelar Maharaja Mahmud Syah, beliau juga

sering disebut dengan Meurah Giri. Menurut catatan sejarah

kerajaan Islam Samudra Pasai memiliki tamaddun dan kebudayaan

yang tinggi, antara lain: Telah mempunyai pemerintahan dan

lembaga- lembaga Negara yang teratur, perekonomian dan keuangan

yang stabil, perdagangan yang maju, lembaga- lembaga ilmu

pengetahuan yang berkembang, angkatan perang dan hubungan luar

negri yang teratur, mata uang sendiri.

Ibnu Batutah sendiri telah menulis tentang kemajuan dan

teraturnya kerajaan Samudra Pasai. Beliau menulis dalam bukunya

bahwa kerajaan tersebut memiliki raja-raja yang alim, bijaksana,

berani dan cinta kepad ulama, sedankan menteri-menterinya arif

dan budiman, ulama-ulamanya shalih dan jujur.

3.      Kerajaan Darussalam

Page 7: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Di daerah Aceh besar terdapat kerajaan yang bernama Indra

Purba. Kerajaan ini berdiri sekitar 2000 tahun sebelum nabi Isa,

selama ribuan tahun kerajaan tersebut selalu mengalami pasang

surut. Pada tahun sekitar 450 sampai dengan 460 Hijriyah (1059

sampai dengan 1069 Masehi), tentara cina menyerang kerajaan Indra

Purba yang pada masa tersebut di perintah oleh Maharaja Indra

Sakti. Pada waktu perang berlangsung tibalah di kerajaan Indra

Purba dua pasukan yang dikirim oleh kerajaan Islam Peureulak.

Dengan demikian, bertambah kuatlah kekuatan kerajaan Indra Purba

sehingga kerajaan Indra Purba mengalami kemenangan. Untuk

membalas jasa maka Maharaja Indra Sakti mengawinkan putrinya

dengan Meurah Johan, salah seorang putra mahkota dari kerajaan

Lingga.

Pada hari Jumat, Ramadlan 601 Hijriyah (1025 Masehi)

diubahlah nama kerajaan Indra Purba dengan nama kerajaan

Darussalam dengan ibukotanya Bandar Darussalam. Sultan Pertama di

kerajaan ini adalah Meurah Johan dengan gelar Sultan Alaiddin

Johan Syah. Setelah membuat ibukota baru yaitu Bandar Darussalam,

beliau juga membuat kota peristirahatan yang nantinya di kota

itulah beliau dimakamkan.

Page 8: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Selain kerajaan-kerajaan tersebut masih banyak kerajaan

Islam lain yang lahir setelah kerajaan Hindu-Budha runtuh,

diantaranya adalah kerajaan Demak di Jawa, kerajaan Lingga di

Aceh Tengah, kerajaan Islam Jaya, dan lain-lain.

C.    Perkembangan Islam di Indonesia

Menurut Wahab (2004:6) mengatakan bahwa Islam masuk ke

Indonesia dengan proses damai. Islam berkembang di Indonesia

melalui beberapa jalan, diantaranya: Jalur perdagangan, lembaga

pendidikan, dan pondok pesantren.

1.      Jalur Perdagangan

Suryanegara (1978:1, dalam Wahab, 2004:6) menjelaskan bahwa

kedatangan Islam di Indonesia dikembangkan melalui jalur

perdagangan dan daerah yang pertama di datangi oleh Islam adalah

Sumatra dan Jawa. Hal ini didasarkan adanya perdagangan Arab dan

dunia timur yang berlangsung sejak abad kedua sebelum Masehi.

Selain itu, adanya berita dari Cina bahwa di Sumatra Barat

terdapat seorang pembesar Arab yang menjadi kepala Arab Islam

pada tahun 674 Masehi.

2.      Jalan Pendidikan

Page 9: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Wahab (2004:8) menyebutkan bahwa agama Islam selain

dikembangkan melalui jalan perdagangan juga melalui jalan

pendidikan. Ini dibuktikan dengan adanya lembaga pendidikan,

lembaga tersebut sekarang masih ada, seperti: pondok pesantren,

masjid, surau, dan sebagainya. Adanya pondok pesantren membuat

agama Islam melakukan pembaharuan dalam masyarakat, budaya, dan

kehidupan beragama.

Menurut Anshari (1976:176, dalam Wahab, 2004:7), “Kedatangan

Islam ke Indonesia ini membawa kecerdasan dan peradaban yang

tinggi dalam membentuk kepribadian bangsa Indonesia”.

3.      Pondok Pesantren

Menurut Wahab (2004:9), kehidupan pondok pesantren zaman

sekarang dengan pondok pesantren zaman dahulu telah mengalami

perubahan dalam sistem pendidikannya atau keadaan lainnya. Dalam

pendidikan zaman dahulu para santri diwajibkan tinggal di asrama

pondok3[3], hal inilah yang menyebabkan adanya jalinan kasih

sayang yang kuat diantara para murid dan pendidik.

Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa Islam dibawa dan

disebarkan bukan dengan kekerasan, melainkan dengan perdamaian

3

Page 10: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

dan hal itu pulalah yang membawa Islam mudah diterima oleh rakyat

Indonesia.

Menurut para pakar sejarah (Wahab, 2004:10), hal-hal yang

terkait dengan perkembangan masuknya Islam di Indonesia adalah

permulaan abad pertama Masehi yang para pedagang asing seperti

Tiongkok, India, dan Arab mulai berlayar melalui pelayaran

Indonesia. Kemudian setelah Islam lahir dan berkembang di Arab,

akhirnya masuk juga di negara Indonesia pada abad ketujuh Masehi.

Islam masuk ke Indonesia pertama di daerah Sumatra dibawa oleh

pedagang Persi, India, dan juga utusan dari bangsa Arab.

Para ahli yang mengatakan Islam masuk di Sumatra pada abad

ketujuh Masehi antara lain: Sayid Alwi bin Tahir Alhaddad Mufsi,

H. M. Zaenudin (beliau mengatakan bahwa pada abad ketujuh saat

Rasulullah masih hidup dan singgah pertama di Sumatra Utara yaitu

Kampung Lamuri), dan H. Zaenal Arifin Abbas, (beliau menerangkan

bahwa pada tahun 684 Masehi ada seorang pemimpin Arab Islam yang

berangkat ke Tiongkok dan beliau sudah punya pengikut di Sumatra

Utara).

Menurut para ahli masuknya Islam di Sumatra adalah pada abad

ketujuh Masehi. Hal ini dapat dibuktikan melalui peninggalan-

Page 11: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

peninggalan yang ditemukan, seperti di daerah Minangkabau Timur

yang terdapat beberapa batu nisan yang diperkirakan dibuat pada

abad ketujuh Masehi. Selain itu, di daerah Barus dan Riau

terdapat kuburan besar dari ulama penyiar Islam yang mempunyai

tanda batu-batu besar yang bergambar bulan bintang. Di daerah

Riau juga ada nama-nama daerah yang bersifat ke Arab-araban,

seperti: kota Kutib, Iskandariyah, Kuffah, dan sebagainya.

Sedangkan, di daerah Barus Tapanuli ditemukan batu yang

bertuliskan huruf Arab, yang isinya adalah pencarian empat murid

terhadap gurunya yang mengajar Islam di Barus. Batu itu

diperkirakan dibuat pada abad ketujuh Masehi.

Islam tidak hanya berkembang di Sumatra, akan tetapi juga di

Jawa. Perkembangan Islam di Jawa disebarkan oleh para wali

Sembilan (wali songo4[4]) yang hidup pada masa kesultanan Demak

yang terjadi antara tahun 1500 sampai dengan 1550. Para wali

tersebut dalam pemerintahan bertugas sebagai penasihat raja.

Wali-wali tersebut antara lain: Wali yang mengembangkan Islam di

Jawa Timur adalah Maulana Malik Ibrahim, Raden Rahmat (Sunan

Ampel), Sunan Giri (Maulan Ainul Yakin). Selanjutnya, Wali yang

4

Page 12: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

mengembangkan Islam di Jawa Tengah adalah Sunan Kalijaga, Sunan

Kudus, Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Muria, Syaikh Siti Jenar.

Selain itu, Wali yang mengembangkan Islam di Jawa Barat adalah

Sunan Gunung Jati (Fatahillah).

Page 13: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Pendapat yang paling kuat mengatakan bahwa Islam masuk Ke

Indonesia pada abad ketujuh Masehi. Islam datang pertama kali

dibawa oleh para pedagangdari Arab yang kemudian diikuti oleh

para pedagang dari Persia dan Gujarat. Penyebaran Islam ke

Indonesia bukan dengan cara kekerasan, akan tetapi dengan

kedamaian. Hal itulah yang memudahkan Islam untuk diterima di

Indonesia.

Setelah Islam datang, Indonesia menjadi bangsa yang cerdas

dan memiliki peradaban yang tinggi. Hal ini dikarenakan Islam

merupakan agama yang memiliki kecerdasan dan perdaban yang

tinggi. Islam disebarkan di Indonesia melaui beberapa jalan,

yaitu dengan perdagangan, pendidikan, pondok pesantren yang

merupakan salah satu lembaga pendidikan. Islam masuk dan

berkembang di Indonesia di sebarkan oleh para ulama khusus yang

sasaran utamanya adalah pada rakyat kecil dahulu, setelah itu,

baru menyebarkan Islam ke para bangsawan. Dalam perkembangannya

Page 14: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Islam masuk ke Indonesia pada abad ketujuh Masehi ini bisa

dibuktikan setelah melakukan penelitian dan dengan ditemukannya

benda- benda yang memperkuat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada

abad ketujuh Masehi. Selain daripada itu, dalam perkembangannya

berdirilah kerajaan- kerajaan yang berlandaskan Islam. Kerajaan

Islam yang pertama adalah Kerajaan Peurelak, dengan ibukota

kerajaan tersebut adalah Bandar Peurelak. Setelah kerajaan ini

maka berdirilah kerajaan- kerajaan Islam lain yang tersebar di

hampir seluruh Nusantara terutama di Sumatra dan Jawa.

B.     Saran

Makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu bagi para

pembaca diharapkan lebih banyak membaca buku-buku tentang sejarah

Islam. Diharapkan juga untuk lebih mencintai sejarah bangsa

sendiri daripada sejarah bangsa lain. Untuk lebih memperkuat

kepercayaan terhadap sejarah tersebut diharapkan untuk bisa

melihat dari peninggalan-peninggalan sejarah yang tersebar di

Indonesia.

Page 15: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Hasjmy. 1990. Sejarah Kebudayaan Islam di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang.

Muljana, Slamet. 2008. Runtuhnya Kerajaan Hindu- Jawa. Yogyakarta: PT. LKISPelangi Aksara.

Suryanegara, Ahmad Mansur. 1996. Menemukan Sejarah. Bandung: Mizan

Wahab, Rochidin. 2004. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Bandung:Alfabeta.

Tokoh Islam di Indonesia Abad XIX – XX

Page 16: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Posted: Januari 17, 2013 in Uncategorized Tag:tokoh islam

0

Di Indonesia terdapat banyak tokoh muslim yang mempunyai keahliandi berbagai bidang seperti agama, pendidikan, politik, dan sosial. Mereka memberi andil yang besar bagi perkembangan Islam dan bangsa Indonesia. Berikut ini adalah nama, masa hidup, dan ketokohan para tokoh Islam Indonesia abad XIX-XX.NAMA MASA_HIDUP KETOKOHANAbbas Abdullah 1883-1957 Ulama dan tokoh pendidikan di Minangkabau (Sumatera BaratAbdul Halim 1887-1962 Ulama, tokoh pembaru di bidang kemasyarakatan dan pendidikan dari Jawa BaratAbdul Hamid Hakim 1893-1959 Ulama dan tokoh pendidikan Islam Sumatera BaratAbdul Karim Amrullah 1879-1945 Ulama dari Minangkabau, Sumatera Barat, dan salah seorang perintis majalahAbdul Malik Fadjar 1939 Menteri Agama Kabinet Reformasi Pembangunan (1998-1999 dan menteriAbdullah Ahmad 1878-1933 Ulama, tokoh pembaru pendidikan Islam Sumatera BaratAbdullah bin Nuh 1905-1987 Ulama, sastrawan, penulis, pendidik, dan pejuang dari Cianjur, Jawa BaratAbdullah Syafi’i 1910-1985 Ulama Betawi, pendiri lembaga asy-Syafi’iahAbdurrahman Siddiq al-Banjari 1857-1939 Ulama, pendidik, mufti Kerajaan Indragiri, penulis, dan guru di Masjidilharam, MekahAbdurrahman Wahid 1940 Cendekiawan, ketua umum Tanfidziyah PBNU (1994-1999), dan Presiden ke-4 RI, Pendiri PKB (Partai Kebangkitan Bangsa)Abu Bakar Atjeh 1909-1979 Ulama, penulis buku islam, filsafat, tasawuf, sejarah, dan kebudayaan AcehAchmad Siddiq 1926-1991 Ulama, Rais Am Syuriah NU (1985-1991), dan pemimpin Ponpes as-SiddiqiyahAchmad Tirtosudiro 1922 Ketua Umum ICMI (1997-2000), cendekiawan,dan ketua DPA (1999-2003)Agus Salim 1884-1954 Intelektual, pemimpin politik, diplomat, pejuang Islam asal Sumatera Barat

Page 17: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Ahmad Dahlan 1868-1923 Pendiri Muhammadiyah, anggota Budi Utomo, Jam’iat Khair, dan Sarekat IslamAhmad Hassan 1883-1958 Ulama dan politikus Persatuan Islam (Persis) dan MasyumiAhmad Khatib al-Minangkabawi w. 1916 Ahli fikih, ahli hukum Islam, dan ulama Minangkabau (Sumatera Barat)Ahmad Sanusi 1888-1950 Tokoh partai Sarekat Islam (SI) dan pendiri al-Ittihadiat al-Islamiyah, Jawa BaratAhmad Soorkati 1874-1943 Ulama, pendidik, dan pendiri al-IrsyadAhmad Syaikhu 1921-1995 Tokoh politik NU dan pendiri Ponpes al-Hamidiyah, Depok (Jawa Barat)Alamsjah Ratu Perwiranegara 1925-1998 Menteri Agama RI Kabinet Pembangunan III (1978-1983)Ali Akbar 1915-1994 Ilmuwan dan dokter MuslimAli Hasjmy 1914-1998 Ulama, tokoh Pujangga Baru, dan mantan Gubernur DI AcehAli Maksum 1915-1989 Ulama, pengasuh Ponpes al-Munawwir Krapyak (DIY), dan Rais AMAli Yafie 1926 Ulama, cendekiawan, dan pengurus MUI serta ICMI PusatAmien Rais, Mohammad 1944 Ketua Umum PP Muhammadiyah (1995-2000),Pendiri Partai Amanat Nasional (PAN), Ketua MPR (1999-2004)Arsyad Thalib Lubis 1908-1972 Ulama, mubalig, dan pejuang dari Sumatera UtaraAs’ad Syamsul Arifin 1897-1990 Ulama, tokoh NU, dan pemimpin Ponpes Salafiyah Syafi’iayh, Situbondo (Jawa Timur)Azhar Basyir, Ahmad 1928-1994 Ulama, cendekiawan, ahli fikih, dosen filsafat Islam UGM, dan ketua umumBustami Abdul Gani 1912 Ulama dan cendekiawan muslim, dan guru besar IAIN Syarif Hidayatullah, JakartaDeliar Noer 1926 Pemimpin Parta Umat Islam, rektor IKIP Jakarta (167-1974), dan ahli ilmu politikDiponegoro, Pangeran 1785-1855 Ulama, pangeran Kesultanan Yogyakarta, dan mujahid (pejuang) melawanFakhruddin, Abdur Rozzaq 1916-1995 Ulama dan ketua PP Muhammadiyah (1968-1990)Faqih Usman, M. 1904-1968 Tokoh Muhammadiyah, Menteri Agama pada Kabinet RI XI dan Kabinet XVHabibie, B.J. 1936 Cendekiawan, ketua umum ICMI (1992-2000),

Page 18: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

menteri Riset dan teknologiHadikusumo, Ki Bagus 1890-1954 Ulama, peimpinan Muhammadiyah, anggota BPUPKI, PPKI, dan KNIPHAMKA 1908-1981 Ulama, sastrawan, mubalig, dan penulis Tafsir al-AzharHamzah Haz 1940 Ketua Umum PPP, dan wakil presiden RI (2001-2004)Harun Nasution 1919-1998 Guru besar filsafat Islam IAIN Jakarta dan pembaru pemikiran rasional umat IslamHasan Basri 1920-1998 Ulama, mubalig, dan ketua umum MUI (1985-1995)Hasan Mustafa 1852-1930 Ulama, pujangga, dan penulis guritan agama dan tasawuf dari Jawa BaratHasbi ash-Shiddieqy 1904-0975 Ulama, ahli fikih, hadis, tafsir, dan ilmu kalam dari AcehHasyim Asy’ari 1871-1947 Ulama, perintis NU, dan pendiri Ponpes TebuirengHasyim Muzadi 1944 Ketua umum PBNU mulai 1999Hatta, Mohammad 1902-1980 Cendekiawan muslim, ahli ekonomi, proklamator, dan wakil presiden RI pertamaHazairin Gelar Pangeran Alamsyah 1906-1975 Intelektual muslim, ahli hukum Islam, dan hukum adat istiadat IndonesiaHidayat Nur Wahid 1960 Intelektual muslim, ketua MPR RI periode 1999-2004Ibrahim Hosen 1917-2001 Ulama fikih, pemrakarsa dan rektor (1971-1977) PTIQ dan IIQ di JakartaIdham Chalid 1921-2004 Tokoh NU, ketua PPP (1973), ketua DPR/MPR RI (1971-1977), ketua DPAIlyas Ruchiyat 1934 Ulama dan Rais Am Syuriah PBNU (1992-1999)Imam Bonjol, Tuanku 1772-1864 Ulama dan pemimpin Perang Paderi melawan BelanjaImam Zarkasyi 1910-1986 Ulama dan salah seorng pendiri Pondok Modern GontorIsa An Anshari, Muhammad 1916-1969 Ulama dan politikus Indonesia dari Maninjau, Sumatera BaratIsmail al-Khalidi an-Naqsyabandi 1811-1926 Ulama, penyebar Tarekat Naqsyabandiyah di Sumatera dan Semenanjung MalakaIsmail Hasan Metareum 1929-2005 Ketua umum PPP (1984-1994 dan 1994-1999) dan ketua umum HMI (1957-1960)Jambek, Muhammad Jamil 1860-1947 Pelopor pembaru Islam di

Page 19: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Minangkabau dan ahli ilmu falakJambek, Sa’adoedin 1911-1977 Guru, ahli ilmu hisab dan rukyat IndonesiaJassin, Hans Bague 1917-2000 Kritikus, sastra dan sastrawan IndonesiaKahar Muzakkir, Abdul 1908-1973 Intelektual, tokoh Muhammadiyah dan Masyumi, anggota BPUPKI dan KonstituanteLukman Harun 1934-1999 Tokoh Muhammadiyah dan cendekiawan muslim dari Payakumbuh, Sumatera BaratMahmud Yunus 1899-1982 Tokoh pendidikan dan pemrakarsa PTAIN (Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri)Mas Mansur 1896-1946 Ulama dan ketua umum PB Muhammadiyah (1936-1942)Masykur 1902-1992 Toko NU dan menteri Agama RI selama empat periodeMohamad Roem 1908-1983 Tokoh agama dan politikusMukti Ali, A. 1923-2004 Menteri Agama RI Kabinet Pembangunan I dan Kabinet Pembangunan IIMunawir Sjadzali 1925-2004 Menteri Agama RI Kabinet Pembangunan IV dan Kabinet Pembangunan VNatsir, Mohammad 1908-1993 Ulama, negarawan, dan politikus muslimNurcholish Madjid 1939-2005 Cendekiawan muslim, tokoh pembaruan Islam, dan pendiri Ponpes al-FurqanPabbaja, Muhammad Abduh 1928 Ulama, pembina Dar ad-Dakwah wa al-Irsyad (DDI), dan pendiri Ponpes al-FurqonPalimokayo, Mansoer Daoed Datuk 1905-1985 Ulama, toko adat Minangkabau,dan diplomat IndonesiaPrawoto Mangkusasmito 1910-1970 Tokoh politik dan pendidikan dariMagelang, Jawa TengahQuraish Shihab, Muhammad 1944 Ulama, cendekiawan, ahli tafsir Al-Qur’an, rektor dan guru besar IAIN/UINRahmah el-Yunusiyyah 1900-1969 Tokoh pendidikan, pendiri MadrasahDiniyah Puteri di Sumatera Barat, danRaja Ali Haji 1809-1870 Ulama dan sastrawan Melayu dari RiauRasjidi, Mohammad 1915-2002 Filsuf, ulama, guru besar, dan menteri Agama RI ke-1Rasuna Said, H.R. 1910-1965 Pendidik, pejuang, dan pahlawan nasionalRohana Kudus 1884-1972 Perintis pergerakan wanita Islam dan

Page 20: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

wartawatiSahal Mahfudz 1937 Rais Am Syuriah PBNU (1999), ketua umum Dewan Pimpinan MUI (2000-)Saifuddin Zuhri 1919-1986 Kiai, pendidik, ulama, aktivis sosial-politik NU, dan menteri Agama RI selama limaSaleh Darat Semarang, Muhammad 1820-1903 Ulama dari Jawa Tengah dan pelopor penerjemahan Al-Qur’an bahasa JawaSamanhudi 1868-1956 Pendiri Sarekat Dagang Islam (SDI) di Solo, Jawa TengahSingodimedjo, Kasman 1904-1982 Pejuang dan politikus Islam dari Purworejo, Jawa TengahSubchan Z.E. 1931-1973 Tokoh pembaru politik NU dari Malang, JawaTimurSulaiman ar-Rasuli 1871-1970 Ulama ahlusunah wal jamaah dan mazhab syafi’I dan pemimpin tarekatSutan Mansur, Ahmad Rasyid 1895-1985 Ulama dan tokoh Muhammadiyahdari Sumatera BaratSyafi’I Ma’arif, A. 1935 Sejarawan, ketua PP Muhammadiyah (sejak 2000)Syarifuddin Prawiranegara 1911-1989 Politikus muslim, negarawan, dan pemimpin Pemerintah Darurat RepublikTajul Arifin, Sahibul Wafa’ 1915 Pemimpin Pesantren Suralaya, Tasikmalaya, Jawa BaratTarmizi Taher 1936 Dai, menteri Agama Kabinet pembanguan VI (1998-1998), perwira TNI-ALTaufik Abdullah 1936 Sejarawan, peneliti, dan ketua LIPI (2000-2003)Thaib Umar, Muhammad 1874-1920 Ulama pembaru dan tokoh pembaruan pendidikan Islam dari Sumatera BaratTjokroaminoto, Oemar Said 1882-1934 Tokoh pergerakan Indonesia dan pemimpin sarekat IslamWahab Hasbullah, Abdul 1888-1971 Ulama Jawa Timur, pendiri NU, dan pengasuh Ponpes Tambakberas, JombangWahid Hasyim, Abdul 1914-1953 Ulama, tokoh NU, dan menteri Agama pada tiga kabinet (1949-19520Zaenal Mustofa 1907-1944 Pemimpin pesantren di Singaparna, Jawa Barat, dan pejuan pada masaZainal Muttaqien, Engkin 1925-1985 Ulama, mubaliq, pendidik, dan cendekiawan Islam

Page 21: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Zainuddin M.Z. 1951 Ulama, dai “sejuta umat”, dan ketua Partai Bintang ReformasiZakiah Daradjat 1929 Ahli pendidikan Islam, guru besar psikoterapi IAIN Jakarta, dan intelektual muslim

About these ads

Share this:

TOKOH-TOKOH DALAM PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA

         Abdul Rauf Singkel (Tengku Syah Kuala) adalah seorang ulama besaryang berjasa mengembangkan islam di Sumatra. Ia lahir di kota Singkil, Provinsi Aceh sehingga ia sering di sebut juga Abdur Rauf as-Singkili. Nama aslinya adalah Abdur Rauf al-Fansuri. Ia merupakan pengembang Tarekat Syattariyah di Indonesia. Abdur Rauf Singkel meniggal dunia di Aceh pada tahun 1961, dan namanya diabadikan dengan didirikannya Universitas Syah Kuala.

Setelah belajar Islam di Mekah, Abdur Rauf Singkel menjabat sebagai mufti di Kerajaan Aceh Darussalam pada masa pemerintahan Sultanah Safiatuddin Tajul Alam. Abdur Rauf Singkel menulis sebuah buku yang berjudul Mir’at at Tullab fi Tahsil Ma’rifah Ahkam asy-Syar’iyyah li al-Malik al-Wahhab (Cermin bagi penuntut Ilmu Fikih pada memudahkan segala hokum Syarak Allah). Di dalam kitab ini termuat berbagai masalah Mahzab Syafi’I yang merupakan paduan bagi seorang qadi.

         Ulama yang berjasa mengembangkan islam di Jawa adalah Wali Songo.Para wali yang termasuk Wali Songo adalah sebagai berikut.

a.     Maulana Malik Ibrahim, beliau juga dikenal dengan nama Maulana Magribi. Ia dianggap sebagai orang islam pertama yang masuk pulau Jawa.

b.    Sunan Ampel, beliau memiliki nama asli Raden Rahmat. Beliau lahir di Campa dan merupakan putra Maulana Malik Ibrahim dari istrinya bernama Candrawulan.

c.    Sunan Bonang, beliau lahir di Surabaya dan merupakan putra Raden Rahmat. Beliau juga terkenal dengan nama Maulana Makdum Ibrahim. Sunan Bonang adalah pencipta gending untuk tujuan dakwah.

d.    Sunan Giri, beliau memiliki nama asli Raden Paku. Ia mengajarkan islam kepada anak-anak dengan beberapa permainan berjiwa agama, seperti jelungan danjor gula.

Page 22: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

e.     Sunan Drajat, beliau lahir di Surabaya dan memiliki nama asli Raden Qasim. Ia menciptakan tembang Pangkur yang digunakan dalam dakwahnyaa.

f.     Sunan Kalijaga, beliau lahir di Tuban dan memiliki nama asli Raden Mas Syahid. Beliau banyak berdakwah kepada para bangsawan dan cendekiawan dengan system dakwah yang intelek.

g.     Sunan Kudus, beliau memiliki nama asli Jakfar Sadiq. Ia memiliki keahlian khusus dalam ilmu fikih, usul fikih, tauhid, hadis, tafsir serta logika sehingga mendapat julukan waliyyul-‘ilmi.

h.    Sunan Muria, beliau adalah putra Sunan Kalijaga dan memiliki nama asli RadenUmar Sa’id. Beliau memusatkan dakwah di desa-desa terpencil.

i.      Sunan Gunung Jati, beliau merupakan cucu Raja Pajajaran, Prabu Siliwangi. Beliau mengembangkan islam di daerah Majalengka, Kuningan, dan Banten.

         Muhammad Arsyad al-Banjari lahir di Martapura, Kalimantan Selatan. Beliau diambil sebagai anak angkat oleh Sultan Tahlilullah, Raja Banjar. Setelah itu, beliau di kirimkan ke Mekah untuk belajar agama islam.

         Setelah kembali dari Mekah, ia mengembangkan islam dengan cara mendirikan Kampung Dalam Pagar. Kampung tersebut merupakan kompleks pendidikan yang dilengkapi mushala, tempat belajar, kyai, perpustakaan dan asrama untuk para santri.

         Karya monumental Muhammad Arsyad al-Banjari adalah sebuah kitab yang berjudul Sabilul Muhtadin (jalan orang yang mendapat petunjuk). Kitab ini menjadi buku pegangan dan bahan pelajaran di beberapa daerah di Indonesia, Malaysia, dan Thailand pada abad 19 M dan awal abad ke 20.

Diposkan oleh desi ratnasari di 22.22

Penyebaran Islam di NusantaraDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa

Artikel ini bagian dariseri

Sejarah Indonesia

Page 24: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Malayapura (abad ke-14 sampai ke-15)

Kerajaan Islam

Penyebaran Islam (1200-1600)

Kesultanan Samudera Pasai (1267-1521)

Kesultanan Ternate (1257–sekarang)

Kerajaan Pagaruyung (1500-1825)

Kesultanan Malaka (1400–1511)

Kerajaan Inderapura (1500-1792)

Kesultanan Demak (1475–1548)

Kesultanan Kalinyamat (1527–1599)

Kesultanan Aceh (1496–1903)

Kesultanan Banten (1527–1813)

Kesultanan Cirebon (1552 - 1677)

Kesultanan Mataram (1588—1681)

Kesultanan Palembang (1659-1823)

Kesultanan Siak (1723-1945)

Page 25: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Kesultanan Pelalawan (1725-1946)

Kerajaan Kristen

Kerajaan Larantuka (1600-1904)

Kolonialisme bangsa Eropa

Portugis (1512–1850)

VOC (1602-1800)

Belanda (1800–1942)

Kemunculan Indonesia

Kebangkitan Nasional (1899-1942)

Pendudukan Jepang (1942–1945)

Revolusi nasional (1945–1950)

Indonesia Merdeka

Orde Lama (1950–1959)

Demokrasi Terpimpin (1959–1965)

Masa Transisi (1965–1966)

Orde Baru (1966–1998)

Era Reformasi (1998–sekarang)

l b s

Page 26: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Penyebaran Islam di Nusantara adalah proses menyebarnya agama Islam di Nusantara (sekarang Indonesia). Islam dibawa ke Nusantara oleh pedagang dari Gujarat, India selama abad ke-11, meskipun Muslim telah mendatangi Nusantara sebelumnya.[butuh rujukan] Pada akhir abad ke-16, Islam telah melampaui jumlah penganut Hindu dan Buddhisme sebagai agama dominan bangsa Jawa dan Sumatra. Bali mempertahankan mayoritas Hindu, sedangkan pulau-pulau timur sebagian besar tetap menganut animisme sampai abad 17dan 18 ketika agama Kristen menjadi dominan di daerah tersebut.

Penyebaran Islam di Nusantara pada awalnya didorong oleh meningkatnya jaringan perdagangan di luar kepulauan Nusantara. Pedagang dan bangsawan dari kerajaan besar Nusantara biasanya adalah yang pertama mengadopsi Islam. Kerajaan yang dominan, termasuk Kesultanan Mataram (di Jawa Tengah sekarang), dan Kesultanan Ternate dan Tidore di Kepulauan Maluku di timur. Pada akhir abad ke-13, Islam telah berdiri di Sumatera Utara, abad ke-14 di timur laut Malaya, Brunei, Filipina selatan, di antara beberapa abdi kerajaan di Jawa Timur, abad ke-15 di Malaka dan wilayah lain dari Semenanjung Malaya (sekarang Malaysia). Meskipun diketahui bahwa penyebaran Islam dimulai di sisi barat Nusantara, kepingan-kepingan bukti yang ditemukan tidak menunjukkan gelombang konversi bertahap di sekitar setiap daerah Nusantara, melainkan bahwa proses konversi ini rumit dan lambat.

Meskipun menjadi salah satu perkembangan yang paling signifikan dalam sejarah Indonesia, bukti sejarah babak ini terkeping-kepingdan umumnya tidak informatif sehingga pemahaman tentang kedatangan Islam ke Indonesia sangat terbatas. Ada perdebatan di antara peneliti tentang apa kesimpulan yang bisa ditarik tentang konversi masyarakat Nusantara kala itu.[1]:3 Bukti utama, setidaknya dari tahap-tahap awal proses konversi ini, adalah batunisan dan beberapa kesaksian peziarah, tetapi bukti ini hanya dapat menunjukkan bahwa umat Islam pribumi ada di tempat tertentupada waktu tertentu. Bukti ini tidak bisa menjelaskan hal-hal yang lebih rumit seperti bagaimana gaya hidup dipengaruhi oleh agama baru ini, atau seberapa dalam Islam mempengaruhi masyarakat. Dari bukti ini tidak bisa diasumsikan, bahwa karena penguasa saat itu dikenal sebagai seorang Muslim, maka proses

Page 27: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Islamisasi daerah itu telah lengkap dan mayoritas penduduknya telah memeluk Islam; namun proses konversi ini adalah suatu proses yang berkesinambungan dan terus berlangsung di Nusantara, bahkan tetap berlangsung sampai hari ini di Indonesia modern. Namun demikian, titik balik yang jelas terjadi adalah ketika Kerajaan Hindu Majapahit di Jawa dihancurkan oleh Kerajaan Islam Demak. Pada 1527, pemimpin perang Muslim Fatahillah mengganti nama Sunda Kelapa yang baru ditaklukkannya sebagai "Jayakarta" (berarti "kota kemenangan") yang akhirnya seiring waktu menjadi "Jakarta". Asimilasi budaya Nusantara menjadi Islam kemudian meningkat dengan cepat setelah penaklukan ini.

Daftar isi 1 Awal sejarah 2 Menurut wilayah

o 2.1 Malaka o 2.2 Sumatera Utara o 2.3 Jawa Tengah dan Jawa Timur o 2.4 Jawa Barat o 2.5 Daerah lain

3 Legenda Nusantara dan Melayu 4 Lihat pula 5 Rujukan 6 Referensi

Awal sejarah

Peta lokasi Kesultanan Samudera Pasai.

Bukti sejarah penyebaran Islam di Nusantara terkeping-keping dan umumnya tidak informatif sehingga pemahaman tentang kedatangan

Page 28: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Islam ke Indonesia terbatas. Ada perdebatan di antara peneliti tentang apa kesimpulan yang bisa ditarik tentang konversi masyarakat Nusantara.[1]:3 Bukti utama, setidaknya dari tahap-tahapawal proses konversi ini, adalah batu nisan dan kesaksian beberapa peziarah, tetapi hal ini hanya dapat menunjukkan bahwa umat Islam pribumi ada di tempat tertentu pada waktu tertentu. Baik pemerintah kolonial Hindia Belanda maupun Republik Indonesialebih memilih situs peninggalan Hindu dan Buddha di Pulau Jawa dalam alokasi sumber daya mereka untuk penggalian dan pelestarianpurbakala, kurang memberi perhatian pada penelitian tentang awal sejarah Islam di Indonesia. Dana penelitian, baik negeri maupun swasta, dihabiskan untuk pembangunan masjid-masjid baru, daripadamengeksplorasi yang lama.[2]

Sebelum Islam mendapat tempat di antara masyarakat Nusantara, pedagang Muslim telah hadir selama beberapa abad. Sejarawan MerleRicklefs (1991) mengidentifikasi dua proses tumpang tindih dimanaIslamisasi Nusantara terjadi: antara orang Nusantara mendapat kontak dengan Islam dan dikonversi menjadi muslim, dan/atau Muslim Asia asing (India, China, Arab, dll) menetap di Nusantara dan bercampur dengan masyarakat lokal. Islam diperkirakan telah hadir di Asia Tenggara sejak awal era Islam. Dari waktu khalifah ketiga Islam, 'Utsman' (644-656) utusan dan pedagang Muslim tiba di China dan harus melewati rute laut Nusantara, melalui Nusantara dari dunia Islam. Melalui hal inilah kontak utusan Arabantara tahun 904 dan pertengahan abad ke-12 diperkirakan telah terlibat dalam negara perdagangan maritim Sriwijaya di Sumatra.

Kesaksian awal tentang kepulauan Nusantara terlacak dari Kekhalifahan Abbasiyah, menurut kesaksian awal tersebut, kepulauan Nusantara adalah terkenal di antara pelaut Muslim terutama karena kelimpahan komoditas perdagangan rempah-rempah berharga seperti Pala, Cengkeh, Lengkuas dan banyak lainnya.[3]

Kehadiran Muslim asing di Nusantara bagaimanapun tidak menunjukkan tingkat konversi pribumi Nusantara ke Islam yang besar atau pembentukan negara Islam pribumi di Nusantara.[1]:3 Bukti yang paling dapat diandalkan tentang penyebaran awal Islam di Nusantara berasal dari tulisan di batu nisan dan sejumlah kesaksian peziarah. Nisan paling awal yang terbaca tertulis tahun

Page 29: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

475 H (1082 M), meskipun milik seorang Muslim asing, ada keraguanapakah nisan tersebut tidak diangkut ke Jawa di masa setelah tahun tersebut. Bukti pertama Muslim pribumi Nusantara berasal dari Sumatera Utara, Marco Polo dalam perjalanan pulang dari China pada tahun 1292, melaporkan setidaknya satu kota Muslim,[4] dan bukti pertama tentang dinasti Muslim adalah nisan tertanggal tahun 696 H (1297 M), dari Sultan Malik al-Saleh, penguasa Muslimpertama Kesultanan Samudera Pasai, dengan batu nisan selanjutnya menunjukkan diteruskannya pemerintahan Islam. Kehadiran sekolah pemikiran Syafi'i, yang kemudian mendominasi Nusantara dilaporkanoleh Ibnu Battutah, seorang peziarah dari Maroko, tahun 1346. Dalam catatan perjalanannya, Ibnu Battutah menulis bahwa penguasaSamudera Pasai adalah seorang Muslim, yang melakukan kewajiban agamanya sekuat tenaga. Madh'hab yang digunakannya adalah Imam Syafi'i dengan kebiasaan yang sama ia lihat di India.[4]

Menurut wilayahPada awalnya sejarawan meyakini bahwa Islam menyebar di masyarakat Nusantara dengan cara yang umumnya berlangsung damai, dan dari abad ke-14 sampai akhir abad ke-19 Nusantara melihat hampir tidak ada aktivitas misionaris Muslim terorganisir.[5] Namun klaim ini kemudian dibantah oleh temuan sejarawan bahwa beberapa bagian dari Jawa, seperti Suku Sunda di Jawa Barat dan kerajaan Majapahit di Jawa Timur ditaklukkan oleh Muslim Jawa dari Kesultanan Demak. Kerajaan Hindu-Buddha Sunda Pajajaran ditaklukkan oleh kaum Muslim di abad ke-16, sedangkan bagian pesisir-Muslim dan pedalaman Jawa Timur yang Hindu-Buddha sering berperang.[1]:8 Pendiri Kesultanan Aceh Ali Mughayat Syah memulai kampanye militer pada tahun 1520 untuk mendominasi bagian utara Sumatera dan mengkonversi penduduknya menjadi Islam. Penyebaran terorganisir Islam juga terbukti dengan adanya Wali Sanga (sembilan orang suci) yang diakui mempunyai andil besar dalam Islamisasi Nusantara secara sistematis selama periode ini. [1]:8[6]

Malaka

Didirikan sekitar awal abad ke-15 , negara perdagangan Melayu Kesultanan Malaka (sekarang bagian Malaysia) didirikan oleh

Page 30: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Sultan Parameswara, adalah, sebagai pusat perdagangan paling penting di kepulauan Asia Tenggara, pusat kedatangan Muslim asing, dan dengan demikian muncul sebagai pendukung penyebaran Islam di Nusantara. Parameswara sendiiri diketahui telah dikonversi ke Islam, dan mengambil nama Iskandar Shah setelah kedatangan Laksamana Cheng Ho yang merupakan Suku Hui muslim darinegeri China. Di Malaka dan di tempat lain batu-batu nisan bertahan dan menunjukkan tidak hanya penyebaran Islam di kepulauan Melayu, tetapi juga sebagai agama dari sejumlah budaya dan penguasa mereka pada akhir abad ke-15.

Sumatera Utara

Masjid di Sumatera Barat dengan arsitektur tradisional Minangkabau.

Bukti yang lebih kuat mendokumentasikan transisi budaya yang berlanjut berasal dari dua batu nisan akhir abad ke-14 dari MinyeTujoh di Sumatera Utara, masing-masing dengan tulisan Islam tetapi dengan jenis karakter India dan lainnya Arab. Berasal dariabad ke-14, batu nisan di Brunei, Trengganu (timur laut Malaysia)dan Jawa Timur adalah bukti penyebaran Islam. Batu Trengganu memiliki dominasi bahasa Sansekerta atas kata-kata Arab, menunjukkan representasi pengenalan hukum Islam. Menurut Ying-yai Sheng-lan: survei umum pantai samudra (1433) yang ditulis oleh Ma Huan,pencatat sejarah dan penerjemah Cheng Ho: "negara-negara utama dibagian utara Sumatra sudah merupakan Kesultanan Islam. Pada tahun1414, ia (Cheng Ho) mengunjungi Kesultanan Malaka, penguasanya Iskandar Shah adalah Muslim dan juga warganya, dan mereka percayadengan sangat taat".

Di Kampong Pande, Banda Aceh terdapat batu nisan Sultan Firman Syah, cucu dari Sultan Johan Syah, yang memiliki sebuah prasasti yang menyatakan bahwa Banda Aceh adalah ibukota Kesultanan Aceh

Page 31: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Darussalam dan bahwa kota itu didirikan pada hari Jumat, 1 Ramadhan (22 April 1205) oleh Sultan Johan Syah setelah ia menaklukkan Kerajaan Hindu-Buddha Indra Purba yang beribukota di Bandar Lamuri.

Pembentukan kerajaan-kerajaan Islam lebih lanjut di bagian Utara pulau Sumatera didokumentasikan oleh kuburan-kuburan akhir abad ke-15 dan ke-16 termasuk sultan pertama dan kedua Kesultanan Pedir (sekarang Pidie), Muzaffar Syah, dimakamkan 902 H (1497 M) dan Ma'ruf Syah, dimakamkan 917 H (1511 M). Kesultanan Aceh didirikan pada awal abad ke-16 dan kemudian akan menjadi negara yang paling kuat di utara Pulau Sumatra dan salah satu yang paling kuat di seluruh kepulauan Melayu. Sultan pertama Kesultanan Aceh adalah Ali Mughayat Syah yang nisannya bertanggaltahun 936 H (1530 M).

Pada 1520, Ali Mughayat Syah memulai kampanye militer untuk mendominasi bagian utara Sumatera. Dia menaklukkan Daya, dan mengkonversi orang-orangnya ke Islam. [7] Penaklukannya berlanjut ke bawah pantai timur, seperti Pidie dan Pasai menggabungkan beberapa daerah penghasil emas dan lada. Penambahan daerah-daerahtersebut akhirnya menyebabkan ketegangan internal dalam Kesultanan Aceh, karena kekuatan Aceh adalah sebagai bandar perdagangan, yang kepentingan ekonominya berbeda dari wilayah-wilayah bandar produksi.

Buku ahli pengobatan Portugis Tome Pires yang mendokumentasikan pengamatannya atas Jawa dan Sumatera dari kunjungannya tahun 1512-1515, dianggap salah satu sumber yang paling penting tentangpenyebaran Islam di Nusantara. Pada saat tersebut, menurut Piers,kebanyakan raja di Sumatera adalah Muslim, dari Aceh dan ke selatan sepanjang pantai timur ke Palembang, para penguasanya adalah Muslim, sementara sisi selatan Palembang dan di sekitar ujung selatan Sumatera dan ke pantai barat, sebagian besar bukan.Di kerajaan lain Sumatera, seperti Pasai dan Minangkabau penguasanya adalah Muslim meskipun pada tahap itu warga mereka dan orang-orang di daerah tetangga bukan. Bagaimanapun, dilaporkan oleh Pires bahwa agama Islam terus memperoleh penganutbaru.

Page 32: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Setelah kedatangan rombongan kolonial Portugis dan ketegangan yang mengikuti tentang kekuasaan atas perdagangan rempah-rempah, Sultan Aceh Alauddin al-Kahar (1539-1571) mengirimkan dutanya ke Sultan Kesultanan Utsmaniyah, Suleiman I tahun 1564, meminta dukungan Utsmaniyah melawan Kekaisaran Portugis. Dinasti Utsmani kemudian dikirim laksamana mereka, Kurtoğlu Hızır Reis. Dia kemudian berlayar dengan kekuatan 22 kapal membawa tentara, peralatan militer dan perlengkapan lainnya. Menurut laporan yang ditulis oleh Laksamana Portugis Fernão Mendes Pinto, armada Utsmaniyah yang pertama kali tiba di Aceh terdiri dari beberapa orang Turki dan kebanyakan Muslim dari pelabuhan Samudera Hindia.[8]

Jawa Tengah dan Jawa Timur

Masjid Agung Demak, Kerajaan Islam pertama di Jawa.

Prasasti-prasasti dalam aksara Jawa Kuno, bukan bahasa Arab, ditemukan pada banyak serangkaian batu nisan bertanggal sampai 1369 M di Jawa Timur, menunjukkan bahwa mereka hampir pasti adalah Jawa pribumi, bukan Muslim asing. Karena dekorasi rumit dan kedekatan dengan lokasi bekas ibukota kerajaan Hindu-Buddha Majapahit, Louis-Charles Damais (peneliti dan sejarawan) menyimpulkan bahwa makam ini adalah makam orang-orang Jawa pribumi yang sangat terhormat, bahkan mungkin keluarga kerajaan.[9] Hal ini menunjukkan bahwa beberapa elit Kerajaan Majapahit di Jawa telah memeluk Islam pada saat Majapahit yang merupakan Kerajaan Hindu-Buddha berada di puncak kejayaannya.

Ricklefs (1991) berpendapat bahwa batu-batu nisan Jawa timur ini,berlokasi dan bertanggal di wilayah non-pesisir Majapahit, meragukan pandangan lama bahwa Islam di Jawa berasal dari pantai dan mewakili oposisi politik dan agama untuk kerajaan Majapahit. Sebagai sebuah kerajaan dengan kontak politik dan perdagangan

Page 33: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

yang luas, Majapahit hampir pasti telah melakukan kontak dengan para pedagang Muslim, namun kemungkinan adanya abdi dalem keratonyang berpengalaman untuk tertarik pada agama kasta pedagang masihsebatas dugaan. Sebaliknya, guru Sufi-Islam yang dipengaruhi mistisisme dan mungkin mengklaim mempunyai kekuatan gaib, lebih mungkin untuk diduga sebagai agen konversi agama para elit istanaJawa yang sudah lama akrab dengan aspek mistisisme Hindu dan Buddha.[1]:5

Pada awal abad ke-16, Jawa Tengah dan Jawa Timur, daerah di mana suku Jawa hidup, masih dikuasai oleh raja Hindu-Buddha yang tinggal di pedalaman Jawa Timur di Daha (sekarang Kediri). Namun daerah pesisir seperti Surabaya, telah ter-Islamisasi dan sering berperang dengan daerah pedalaman, kecuali Tuban, yang tetap setia kepada raja Hindu-Buddha. Beberapa wilayah di pesisir tersebut adalah wilayah penguasa Jawa yang telah berkonversi ke Islam, atau wilayah Tionghoa Muslim, India, Arab dan Melayu yang menetap dan mendirikan negara perdagangan mereka di pantai. Menurut Pires, para pemukim asing dan keturunan mereka tersebut begitu mengagumi budaya Hindu-Buddha Jawa sehingga mereka meniru gaya tersebut dan dengan demikian mereka menjadi "Jawa". Perang antara Muslim-pantai dan Hindu-Buddha-pedalaman ini juga terus berlanjut lama setelah jatuhnya Majapahit oleh Kesultanan Demak, bahkan permusuhan ini juga terus berlanjut lama setelah kedua wilayah tersebut mengadopsi Islam.[1]:8

Kapan orang-orang di pantai utara Jawa memeluk Islam tidaklah jelas. Muslim Tionghoa, Ma Huan, utusan Kaisar Yongle,[4] mengunjungi pantai Jawa pada 1416 dan melaporkan dalam bukunya, Ying-yai Sheng-lan: survei umum pantai samudra (1433), bahwa hanya ada tiga jenis orang di Jawa: Muslim dari wilayah barat Nusantara, Tionghoa (beberapa adalah Muslim) dan Jawa yang bukan Muslim.[10] Karena batu-batu nisan Jawa Timur adalah dari Muslim Jawa lima puluh tahun sebelumnya, laporan Ma Huan menunjukkan bahwa Islam mungkin memang telah diadopsi oleh sebagian abdi dalem istana Jawa sebelum orang Jawa pesisir.

Sebuah nisan Muslim bertanggal 822 H (1419 M) ditemukan di Gresik, pelabuhan di Jawa Timur dan menandai makam Maulana Malik Ibrahim. Namun bagaimanapun, dia adalah orang asing non-Jawa, dan

Page 34: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

batu nisannya tidak memberikan bukti konversi pesisir Jawa. NamunMalik Ibrahim, menurut tradisi Jawa adalah salah satu dari sembilan rasul Islam di Jawa (disebut Wali Sanga) meskipun tidak ada bukti tertulis ditemukan tentang tradisi ini. Pada abad ke-15-an, Kerajaan Majapahit yang kuat di Jawa berada di penurunan. Setelah dikalahkan dalam beberapa pertempuran, kerajaan Hindu terakhir di Jawa jatuh di bawah meningkatnya kekuatan Kesultanan Demak pada tahun 1520.

Jawa Barat

Suma Oriental ("Dunia Timur") yang ditulis Tome Pires melaporkan juga bahwa Suku Sunda di Jawa Barat bukanlah Muslim di zamannya, dan memang memusuhi Islam.[1] Sebuah penaklukan oleh Muslim di daerah ini terjadi pada abad ke-16. Dalam studinya tentang Kesultanan Banten, Martin van Bruinessen berfokus pada hubungan antara mistik dan keluarga kerajaan, mengkontraskan bahwa proses Islamisasi dengan yang yang berlaku di tempat lain di Pulau Jawa:"Dalam kasus Banten, sumber-sumber pribumi mengasosiasikan "tarekat" tidak dengan perdagangan dan pedagang, tetapi dengan raja, kekuatan magis dan legitimasi politik."[11] Ia menyajikan bukti bahwa Sunan Gunungjati diinisiasi ke dalam aliran "Kubra", "Shattari", dan "Naqsyabandiyah" dari sufisme.

Daerah lain

Tidak ada bukti dari penerapan Islam oleh orang Nusantara sebelumabad ke-16 di daerah luar Pulau Jawa, Pulau Sumatera, Kesultanan Ternate dan Tidore di Maluku, dan Kesultanan Brunei dan Semenanjung Melayu.

Legenda Nusantara dan MelayuMeskipun kerangka waktu bagi masuknya Islam di wilayah Indonesia dapat ditentukan secara luas, sumber-sumber utama sejarah tidak bisa menjawab banyak pertanyaan yang spesifik, sehingga kontroversi terus mengelilingi topik ini. Sumber-sumber seperti tidak menjelaskan mengapa konversi signifikan orang pribumi Nusantara menjadi Islam tidak dimulai hingga beberapa abad bahkan

Page 35: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

setelah para Muslim asing mengunjungi dan tinggal di Nusantara. Sumber-sumber ini juga tidak cukup menjelaskan asal usul dan perkembangan "aliran" istimewa Islam di Nusantara, atau bagaimanaIslam menjadi agama yang dominan di Nusantara.[1]:8 Untuk mengisi kekosongan celah sejarah ini, banyak peneliti mencari referensi ke legenda-legenda Melayu dan Nusantara tentang konversi pribumi Nusantara ke Islam.

Ricklefs berpendapat bahwa meskipun legenda-legenda ini bukanlah catatan historis yang dapat diandalkan tentang peristiwa yang sebenarnya, legenda-legenda ini berharga dalam memberi titik terang mengenai beberapa peristiwa, melalui wawasan mereka yang tersebar di masyarakat, ke dalam sifat pembelajaran dan kekuatan magis, latar belakang asing dan hubungan perdagangan para guru Islam awal, dan proses konversi yang bergerak dari atas (golonganelit keraton) ke bawah. Legenda ini juga memberikan wawasan tentang bagaimana generasi muda Nusantara (Indonesia) melihat proses Islamisasi ini.[1]:8–11 Sumber-sumber ini termasuk:

Hikayat Raja-raja Pasai - sebuah teks Bahasa Melayu Kuno yang menceritakan bagaimana Islam datang ke negeri "Samudra" (Kesultanan Samudera Pasai, sekarang di Aceh) di mana Kerajaan Islam di Nusantara yang pertama didirikan.

Sejarah Melayu - teks Bahasa Melayu Kuno, yang seperti juga Hikayat Raja-raja Pasai menceritakan kisah konversi Samudra, tetapi juga bercerita tentang konversi Raja Malaka (Parameswara).

Babad Tanah Jawi - nama generik yang digunakan untuk sejumlah besar manuskrip, di mana konversi ke dalam bahasa Jawa yang pertama diatributkan pada Wali Sanga ("sembilan orang suci").

Sejarah Banten - Sebuah teks Jawa yang berisi cerita konversi.

Dari teks-teks yang disebutkan di sini, teks-teks Melayu menggambarkan proses konversi ke Islam sebagai ritual pelepasan yang signifikan, ditandai dengan tanda-tanda formal dan nyata dari ritual konversi, seperti sunat, pengakuan iman, dan mengadopsi nama Arab. Di sisi lain, ketika peristiwa-peristiwa magis masih memainkan peran penting dalam kesaksian Jawa tentang Islamisasi, peristiwa magis dalam konversi ke Islam menurut kesaksian teks-teks Melayu tidak ditemukan. Hal ini menunjukkan proses konversi Jawa ke Islam lebih merupakan "menyerap" Islam

Page 36: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

ketimbang berpindah, [1]:9 hal ini konsisten dengan elemen sinkretisme agama yang secara signifikan lebih besar dalam Islam kontemporer Jawa dibandingkan terhadap Islam yang relatif lebih ortodoks di Sumatera dan Semenanjung Malaya (sekarang Malaysia).

Lihat pulaetelah berakhirnya kerajaan Hindu Buddha di Indonesia, berdirilahkerajaan-kerajaan Islam di Indonesia, antrara lain: kerajaanSamudra Pasai, Aceh, Demak, Pajang, Mataram, Banten, Cirebon,Makasar, Ternate, Tidore dan Banjar. Namun, untuk kerajaan-kerajaan tersebut akan dibahas pad artikel selanjutnya. Kali inikita akan membahas proses masuknya Agama Islam ke Indonesia.

Islam lahir di Mekah tahun 611 Masehi dengan ditandai denganturunnya ayat AlQuran yang pertama. Mula-mula ajaran iniberkembang di Mekah dan Madinah, kemudian berkembang di seluruhTimur Tengah, Eropa Selatan dan ke wilayah timur hingga keIndonesia.

Mulanya Islam dibawa oleh para pedagang Gujarat, kemudian diikutioleh orang-orang Arab dan Persia. Para pedagang ini pada umumnyamemeluk Islam. Sambil berdagang mereka menyebarkan ajran Islam ditempat-tempat mereka berlabuh.

Ada beberapa pendapat mengenai masuknya Islam ke Indonesia.Pendapat tersebut mereka kemukakan berdasarkan bukti-bukti yangditemukan. Pendapat yang menyatakan pengaruh Islam mulai masuk keIndonesia adalah antara abad ke-7 dan ke-8. Pendapat inimendasarkan bukti pada abad tersebut telah terdapat perkampunganorang ISlam di sekitar Selat Malaka..

Page 37: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Pendapat lain menyatakan pengaruh Islam mulai masuk ke Indonesiaabad ke-11. Pendapat ini mendasarkan bukti pada sebuah batu nisanFatimah binti Maimun yang dikenal dengan Batu Leran di daerahTuban Jawa Timur yang berangka tahun 1082 Masehi.

Ada juga yang berpendapat pengaruh Islam mulai masuk ke Indonesiapada abad ke-13. Pendapat ini berdasarkan bukti-bukti sebagaiberikut:

1. Batu nisan Sultan Malik al Saleh berangka tahun 1297 Masehi.Sultan Malik al Saleh adalah raja Samudra Pasai pertama yangmasuk Islam. Kerajaan ini adalah kerjaan Islam pertama diIndonesia.

2. Catatan perjalanan Marco Polo yang pernah singgah diKerajaan Perlak (1292). Dalam catatannya menceritakanpenduduk kota Perlak telah menganut Islam, sedangkan di luarkota belum, melainkan masih animisme dan dinamisme.

3. Catatan Ibnu Battuta (12345 - 1346) yang menytakan bahwaSamudra Pasai menganut paham Syafi'i. Hal ini membuktikanbahwa Islam sudah berkembang di kerajaan tersebut.

4. Catatan Ma-Huan musafir Cina ini memberitakan pada awal abadke-15 Masehi sebagian besar masyarakat di pantai utara JawaTimur telah memeluk agama Islam.

5. Suma Oriental dari Tome Pires musafir Portugis memberitakntentang penyebaran Islam antara tahun 1512 sampai tahun 1515Masehi, yang meliputi Sumatera, Kalimantan, Jawa hinggakepulauan Maluku.

Faktor-faktor yang mendukung penyebaran Islam cepat berkembang diIndonesia adalah seperti berikut:

1. Ajarannya sederhana, mudah dimengerti dan diterima.2. Syaratnya mudah, hanya dengan mengucapkan kalimat syahadat,

yang berisi pengakuan adanya Tuhan Yang Maha Esa danMuhammad utusan Tuhan.

3. Islam tidak mengenal kasta, sehingga lebih mudah menarikbagi rakyat biasa yang jumlahnya justru lebih besar.

4. Upacara-upacara keagmaan sangat sederhana.

Page 38: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

5. Islam disebarkan dengan cara damai lewat kesenian danakulturasi dengn kebudayaan setempat.

6. Jatuhnya Majapahit dan Sriwijaya menyebabkan kerajaan-kerajaan Islam berkembang pesat.

Saluran-saluran penyebaran Islam di Indonesia yang digunakan padaabad ke-13 sampai abad ke-16 adalah sebagai berikut:

1. Perdagangan, yaitu penyebaran ajaran Islam kepada pedanganlain.

2. Perkawinan, seorang penganut Islam menikah dengan yang belummanganut agma ini, sehingga pasangannya ikut masuk Islam.

3. Kesenian, yaitu penyebaran Islam dengan menggunakan mediaseni wayang, musik rebana, syair dan sebagainya.

4. Akulturasi dan asimilasi kebudayan, hal ini dilakukan denganmenggunakan unsur-unsur kebudayaan lama untuk usahapenyebaran Islam. Misalnya menggunakan doa-doa dalam upacaraadat seperti kelahiran, selapanan, perkawinan, seni wayangkulit untuk dakwah dan lain sebagainya.

5. Pondok pesantren adalah perguruan khusus ajaran agam Islam.Penyebaran lewat pondok pesantren berarti penyebaran melaluiperguruan Islam.

Kita cukup bangga dengan cara-cara damai Islam berkembang pesatdi Indonesia. Berkat peranan ulama yang bijaksana, dalam waktuyang singkat agama Islam menyebar  ke seluruh nusantara. Sampaisekarang agama ini menjadi agama mayoritas penduduk kita, sertamenjadi benteng yang sangat kuat bagi munculnya paham-pahamatheisme yang mencoba masuk ke negara kia tercinta ini.

Pembawa Masuk Islam Pertama KaliKe Indonesia adalah Syi’ah Imamiyah, Bukan Syi’ah Fathimiyaholeh : Ustad Husain Ardilla

Page 39: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

==========================

Kerajaan Jeumpa Aceh Adalah Kerajaan Islam Pertama Di Nusantara

Teori Islamisasi di Nusantara selama ini Penuh Teori Kebohongan Kaum Sunni dan Penipuan Hindia Belandateori Champa ! Gubernur Jenderal Hindia Belanda, TS Raffles, dalam bukunya berjudul The History of Java bahwa Champa bukanlah seperti yang dikenal sekarang di Kambodia. Tapi Champa adalah nama satu daerah di Aceh yakni Jeumpa. Kerajaan Jeumpa Aceh, di dalam buku Ibrahim Abduh yang disadur dari Hikayat Radja Jeumpa adalah sebuah kerajaan yang terletak dari mulai pinggir sungai

Page 40: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Peudada hinga Pante Krueng Peusangan Timur! Observasi terkini,  80 meter ke selatan terdapat tapak Maligai Kerajaan Jeumpa yang dikenal dengan sebutan Buket Teungku Keujereun. Di daerah itu ditemukan barang-barang peninggalan kerajaan.

kami mencoba menelusuri kembali jejak-jejak kerajaan Islam Campa di Bireuen ini, karena di kabupaten ini terdapat situs kerajaan Raja Jeumpa, di Desa Blang Seupeung, Kecamatan Jeumpa

TS Raffles yang ber-argumen bahwa: Champa yang banyak di asumsi orang Indonesia bukan berada di Kambodia (Vietnam) sekarang, sebagaimana dinyatakan oleh para peneliti Belanda. Akan tetapi, munurut Raffles, Champa adalah sebuah nama daerah di sebuah wilayah tepatnya berada di Aceh, dan masyarakat Aceh setempat menyebut daerahnya itu dengan nama ”Jeumpa”, sekarang dikenal daerah ini dengan nama kabupaten Aceh Jeumpa kota Bireun.

Kata Jeumpa bagi dialek bahasa Jawa pada saat itu menjadi kata Champa, karena salah penyebutan itu akhirnya bagi ahli sejarah berikutnya mengalamatkan (menghubungkan) Walisongon dengan kerajaan Champa Kambodia dan Vietnam sekarang. Kata Jeumpa di Aceh sendiri terurai indah dalam sebuah lagu clasik Aceh dengan potongan liriknya, “bungong Jeumpa bungong Jeumpa meugah di Aceh”

Page 41: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

(bunga Jeumpa-bunga  Jeumpa megah di Aceh). Makna dari Bungong Jeumpa adalah, wanita Jeumpa

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Muslim, Rasulullah saw bersabda agar pengikutnya berpegang teguh kepada dua perkara supaya tidak sesat selama-lamanya, yaitu Kitab Allah (al-Qur’an dan Sunnah) dan Itrah (keturunannya). Dua perkara inilah yang menjadi penghubung antara Rasulullah dengan umatnya, sehingga mereka diwajibkan membaca shalawat untuk beliau dan keluarga keturunannya. Karena Ahlul Bayt diamanahkan sebagai benteng utamaIslam oleh Allah dan Rasul-Nya dan ummat diperintahkan untuk mencintai, menghormati dan berpegang teguh kepadanya, maka sejak awal kebangkitan Islam para Itrah Rasul mendapat kehormatan dan kedudukan, termasuk di alam Nusantara. Itulah sebabnya ahli sejarah telah mencatat beberapa dinasti Kerajaan Ahlul Bayt Nusantara, baik di wilayah Sumatera, Semenanjung Melayu, Borneo-Kalimantan, Jawa, Sulawesi sampai ke Maluku dan Papua sekarang

.

SEBELUM  ISLAM, ACEH  BERADA  DALAM KEKUASAAN  ORANG ORANG HiNDU DARi GUJARAT,

Kabupaten Bireuen dalam catatan sejarah dikenal sebagai daerah Jeumpa. Dahulu Jeumpa merupakan sebuah kerajaan kecil di Aceh. Menurut Ibrahim Abduh dalam Ikhtisar Radja Jeumpa, Kerajaan Jeumpa terletak di di Desa Blang Seupeung, Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Bireuen.Secara geografis, kerajaan Jeumpa terletak di

Page 42: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

daerah perbukitan mulai dari pinggir sungai Peudada di sebelah barat sampai Pante Krueng Peusangan di sebelah timur.

.

Jeumpa, sebelum kedatangan Islam di daerah ini sudah berdiri salah satu Kerajaan Hindu Purba Aceh yang dipimpin turun temurun oleh seorang Meurah dan negeri ini sudah dikenal di seluruh penjuru serta mempunyai hubungan perdagangan dengan Cina, India, Arab dan lainnya.

keberadaan Kerajaan Jeumpa Aceh yang diperkirakan berdiri pada abad ke 7 Masehi

Page 43: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Kerajaan Jeumpa, ketika itu dikuasai Meurah Jeumpa beragama Hindu, kemudiah  datanglah seorang pemuda tampan yang dikenal dengan Syahrianshah Salman  sebagaimana disebut dalam Silsilah keturunan Sultan-Sultan Melayu, yang dikeluarkan oleh Kerajaan Brunei Darussalam dan Kesultanan Sulu-Mindanao dan juga disebutkan dalam Silsilah Raja-Raja Aceh Darussalam oleh Dinas Kebudayaan NAD. Maharaj Syahriar Salman kemudian menikah dengan putri istana Jeumpa bernama Mayang Seludang.

Akibat dari perkawinan itu, Maharaj Syahriar Salman tidak lagi ikut rombongan niaga Persia melanjutkan pelayaran ke Selat Malaka.Sebagian ahli sejarah menghubungkan silsilah Pangeran Salman dengan keturunan dari Sayyidina Hussein ra cucunda Nabi Muhammad Rasulullah saw yang telah menikah dengan Puteri MaharajaParsia bernama Syahribanun. Dari perkawinan inilah kemudian berkembang keturunan Rasulullah yang telah menjadi Ulama, Pemimpin Spiritual dan Sultan di Dunia Islam, termasuk Nusantara,baik di Aceh, Pattani,Sumatera,Malaya, Brunei sampai ke Filipina dan Kepulauan Maluku

Dikisahkan Pangeran Salman memasuki pusat Kerajaan di kawasan Blang Seupeueng dengan kapal niaga dengan segala awak, perangkat dan pengawal serta muatannya yang datang dari Parsi untuk berdagang dan utamanya berdakwah mengembangkan ajaran Islam, sebagai sebuah misi utama para keturunan Rasulullah saw. Dia memasuki negeri Blang Seupeueng melalui laut lewat Kuala Jeumpa. Sang Pangeran sangat tertarik dengan kemakmuran, keindahan alam dan keramahan penduduknya. Selanjutnya beliau tinggal bersama penduduk dan menyiarkan agama Islam yang telah menjadi anutan nenek moyangnya di Parsia.Rakyat di negeri tersebut dengan mudah menerima Islam karena tingkah laku, sifat dan karakternya yang sopan dan sangat ramah. Apalagi beliau adalah seorang Pangeran dari negara maju Parsia yang terkenal kebesaran dan kemajuannya masa itu

.

Page 44: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Keutamaan dan kecerdasan yang dimiliki Pangeran Salman yang tentunya telah mendapat pendidikan terbaik di Persia negeri asalnya, sangat menarik perhatian Meurah Jeumpa dan mengangkatnyamenjadi orang kepercayaan Kerajaan. Karena keberhasilannya dalam menjalankan tugas-tugasnya, akhirnya Pangeran Salman dinikahkan dengan puteri Raja dan dinobatkan menjadi Raja menggantikan bapakmertuanya.

Setelah menjadi Raja,wilayah kekuasaannya diberikan nama dengan Kerajaan Jeumpa. Sejak saat Kerajaan Islam Jeumpa terkenal dan berkembang pesat menjadi kota perdagangan dan transit bagi pedagang-pedagang Arab, Cina, India dan lainnya.Kerajaan Jeumpa menjadi maju dan makmur sekaligus menjadi pusat penyebaran Islam di wilayah Sumatra bahkan Nusantara.

Sal-man  memproklamirkan Kerajaan Islam Jeumpa pada tahun 156 H atau sekitar tahun 777 M. Maka tidak diragukan, Kerajaan Jeumpa adalah Kerajaan Islam pertama di seluruh Nusantara

Jeumpa sebagai Kerajaan Islam pertama di Nusantara memperluas hubungan diplomatik dan perdagangannya dengan kerajaan lainnya. Karena letak geografisnya yang sangat strategis di ujung barat pulau Sumatra, menjadikan wilayah Aceh sebagai kota pelabuhan transit yang berkembang pesat, terutama untuk persiapan logistik

Page 45: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

dalam pelayaran yang akan menempuh samudra luas dari Cina menuju Persia ataupun Arab

Kerajaan Islam pertama di Aceh, yang juga merupakan Kerajaan Islam pertama di Nusantara adalah Kerajaan Islam Jeumpa yang didirikan oleh salah satu keturunan Nabi Muhammad yang melarikan diri dari Persia bernama Sasaniah Salman al-Parsi pada tahun 154 Hijriah atau sekitar tahun 777 Masehi. Kerajaan Jeumpa menjadi salah satu pusat Islamisasi di Nusantara, khususnya Aceh. Salah seorang Pangeran Jeumpa, Shahrnawi, yang namanya disebut oleh Syekh Hamzah Fansuri, menjadi pelopor pendirian Kerajaan Islam Perlak pada tahun 805 Masehi, dan mengangkat anak saudaranya, Maulana Abdul Aziz keturunan  dari Imam Ja’far Sidiq sebagai Sultan pertama Kerajaan Perlak pada tahun 840 M

.

Pangeran Salman adalah salah seorang pelarian politik dari Persiayang tengah bergejolak akibat peperangan antara Keturunan Nabi saw yang didukung pengikut Syiah dengan Penguasa Bani Abbasiah masa itu (tahun 150an Hijriah). Beliau bersama para pengikut setianya memilih ujung utara pulau Sumatera sebagai tujuan karenamemang daerah sudah terkenal dan sudah terdapat banyak pemeluk Islam yang mendiami perkampungan-perkampungan Arab atau Persia.  Jeumpa adalah salah satu pemukiman baru tersebut. Untuk menghindari pengejaran itulah, beliau memilih daerah pinggiriran agar tidak terlalu menyolok. Itulah sebabnya, Pangeran Salman juga dikenal dengan nama-nama lainnya, seperti Meurah Jeumpa, atau ada yang mengatakan beliau sebagai Abdullah

Page 46: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

.

Yang perlu dicermati, kenapa Pangeran Salman al-Parsi memilih kota kecil di wilayah Jeumpa sebagai tempat mukimnya, dan tidak memilih kota metropolitan seperti Barus, Fansur, Lamuri dan sekitarnya yang sudah berkembang pesat dan menjadi persinggahan para pedagang manca negara?

1. beliau diterima dengan baik oleh masyarakat Jeumpa dan memutuskan tinggal di sana

2. beliau merasa nyaman dan sesuai dengan penguasa (meurah)

3. keinginan untuk mengembangkan wilayah ini setingkat Barus, Lamuri dan lainnya dan

4. menghindar dari pandangan penguasa

.

Di bawah pemerintahan Pangeran Salman, Kerajaan Islam Jeumpa berkembang pesat menjadi sebuah kota baru yang memiliki hubungan luas dengan Kerajaan-Kerajaan besar lainnya. Potensi, karakter, pengetahuan dan pengalaman Pangeran Salman sebagai seorang bangsawan calon pemimpin di Kerajaan maju dan besar seperti Persia yang telah mendapat pendidikan khusus sebagaimana lazimnyaPangeran Islam, tentu telah mendorong pertumbuhan Kerajaan Jeumpamenjadi salah satu pusat pemerintahan dan perdagangan yang berpengaruh di sekitar pesisir utara pulau Sumatra. Jeumpa sebagai Kerajaan Islam pertama di Nusantara memperluas hubungan diplomatik dan perdagangannya dengan Kerajaan-Kerajaan lainnya, baik di sekitar Pulau Sumatera atau negeri-negeri lainnya, terutama Arab dan Cina.

.

Maharaj Syahriar Salman adalah keluarga bangsawan dari Dinasti Sasanid Persia. Salman yang menjadi panggilannya merupakan seorang pangeran dari Istana Persia, ia berasal dari keluarga

Page 47: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

kerajaan Persia (H. Awang Muhammad Jamil Al-Sufri, Tarsilah Brunai, 1990 hal 73).

Salman beserta rombongan melakukan perjalanan ke Asia Tenggara untuk menuju ke Selat Malaka, namun sebelum sampai ke sana, Pangeran Salman singgah di negeri Jeumpa dan akhirnya menikah dengan puteri Istana Jeumpa yang bernama Mayang Seludang. Pangeran Salman pun tidak meneruskan perjalanan dengan rombongannya ke Selat Malaka. Akibat dari perkawinan itu, MaharajSyahriar Salman tidak lagi ikut rombongan niaga Persia melanjutkan pelayaran ke Selat  Malaka.

.

Mayang Seludang adalah puteri dari penguasa Negeri Jeumpa (Bireuen) yang leluhurnya berasal dari Indo Cina, menurut satu riwayat mengatakan bahwa penguasa Jeumpa berdarah campuran lokal dan Indo Cina, karena beberapa abad sebelumnya penguasa Jeumpa menikah dengan seorang puteri Indo Cina dan keturunannya menjadi penguasa Jeumpa.Mereka seterusnya menurunkan Raja dan bangsawan Perlak, Pasai sampai Aceh Darussalam.

.

Menurut penelitian terkini para ahli sejarah,diketahui bahwa sebelum datangnya Islam pada awal abad ke 7 M, Dunia Arab dengan Dunia Melayu-Sumatra sudah menjalin hubungan dagang yang erat sejak 2000 tahun SM atau 4000 tahun lalu. Hal ini sebagai dampak hubungan dagang Arab-Cina melalui jalur laut yang telah menumbuhkan perkampungan perkampungan Arab, Parsia, Hindia dan lainnya di sepanjang pesisir pulau Sumatera

.

Tentu di balik kesuksesan Pangeran Salman membangun dan memimpin Kerajaan Jeumpa, di dukung oleh seorang Maha Ratu yang sangat berperan, karena sebagaimana pepatah menyebutkan di setiap keberhasilan lelaki, pasti ada perempuan yang mendukung keberhasilannya. Siapakah wanita agung yang telah mendukung

Page 48: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

kegemilangan Maha Raja Jeumpa yang berhasil sebagai pendiri Kerajaan Islam pertama di Nusantara ini?

Menurut Silsilah Sultan Melayu dan Silsilah Raja Aceh, beliau tidak lain adalah Putro Manyang Seulodong atau ada yang menyebutnya dengan Dewi Ratna Keumala, anak Meurah Jeumpa yang cantik rupawan serta cerdas dan berwibawa. Putro Jeumpa inilah yang telah mendukung karir dan perjuangan suaminya sehingga berhasil mengembangkan sebuah Kerajaan Islam yang berwibawa, yangselanjutnya anak keturunannya telah melahirkan Kerajaan Islam di Perlak, Pasai, Pedir dan Aceh Darussalam

.

Menurut penelitian Sayed Dahlan al-Habsyi, Syahri adalah gelar pertama yang digunakan keturunan Nabi Muhammad di nusantara sebelum menggunakan gelar Meurah, Habib, Sayid, Syarief, Sunan, Teuku dan lainnya. Syahri diambil dari nama istri Sayyidina Husein bin Ali, Puteri Syahribanun, anak Maha Raja Parsia terakhir yang ditaklukkan Islam.

menurut pengamatan pakar sejarah Aceh, Sayed Dahlan al-Habsyi, beliau adalah termasuk keturunan Sayyidina Husein ra. Raja Salmanmenggunakan dua nama ( satu lagi : Abdullah) akibat menghindar dari kejaran para penguasa Parsia yang sedang memburu pelarian keturunan Nabi..Ini artinya, Islam sudah mulai tersebar pada awalabad ke 8 atau sekitar tahun 150-an Hijriah di wilayah Aceh dan memiliki hubungan dengan wilayah Islam lainnya.

Potensi, karakter, pengetahuan dan pengalaman Pangeran Salman sebagai seorang bangsawan calon pemimpin di kerajaan maju dan besar seperti Persia, karena telah mendapat pendidikan khusus sebagaimana lazimnya Pangeran Islam. Semua itu, tentu saja telah mendorong pertumbuhan Kerajaan Jeumpa menjadi salah satu pusat pemerintahan dan perdagangan yang berpengaruh di sekitar pesisir utara pulau Sumatra.Jeumpa sebagai Kerajaan Islam pertama di Nusantara, memperluas hubungan diplomatik dan perdagangannya dengan kerajaan-kerajaan lainnya, baik di sekitar Pulau Sumatera atau negeri lainnya, terutama Arab dan Cina

Page 49: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

.

Namun dalam perkembangannya, Kerajaan Perlak tumbuh pesat menjadikota pelabuhan baru terutama setelah kedatangan rombongan keturunan Nabi yang dipimpin Nakhoda Khalifah berjumlah 100 orang. Syahr Nuwi mengawinkan adiknya Makhdum Tansyuri dengan salah seorang tokoh rombongan tersebut bernama Ali bin Muhammad bin Jafar Sadik, keturunan kepada Nabi Muhammad saw.Dari perkawinan ini lahir seorang putra bernama  Sayyid Abdul Aziz, dan pada  1 Muharram 225  H atau tahun 840 M,  dilantik  menjadi Raja  dari Kerajaan Islam Perlak dengan gelar Sultan Alaiddin  Sayyid Maulana Abdul Azis Syah

.Putro Manyang Seuludong bukanlah Cleopatra yang penuh intrik dan tipudaya, walaupun sama-sama Maha Ratu yang memiliki kekuasaan besar terhadap Kerajaan dan rakyatnya. Jika Cleopatra menggunakankekuasaan, kecantikan dan kecerdasannya untuk memperdaya Yulius dan Anthony serta menghancurkannya, namun Putro Jeumpa ini menggunakannya untuk mendukung kesuksesan suaminya tercinta Pangeran Salman. Bersama suaminya, Sang Maha Ratu Jeumpa ini bahumembahu memajukan Kerajaannya sehingga menjadi sebuah Kerajaan yang terkenal di dunia internasional dan menjadi kota persinggahan para pedagangpedagang dari Arab, Parsia, Cina, indiadan lainnya.Apalagi geografi Jeumpa sangat strategis yang berdekatan dengan Barus, Lamuri, Fansur yang lebih dahulu berkembang di ujung barat pulau Sumatra

.

Menurut hasil observasi terkini di sekitar daerah yang diperkirakan sebagai tapak Maligai Kerajaan Jeumpa sekitar 80 meter ke selatan yang dikenal dengan Buket Teungku Keujereun, ditemukan tapak bangunan istana dan beberapa barang peninggalan kerajaan, seperti kolam mandi kerajaan seluas 20 x 20 m, kaca jendela, porselin dan juga ditemukan semacam cincin dan kalung rantai yang panjangnya sampai ke lutut dan anting sebesar gelang tangan. Semua ini tentu menggambarkan kemakmuran dan kemajuan dari Kerajaan Jeumpa 14 abad silam.

Page 50: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Maha Ratu Manyang Seuludong bukan hanya berhasil menjadi pendamping suaminya dalam membangun Kerajaan Jeumpa, tetapi juga berhasil menjadi seorang pendidik agung yang telah melahirkan anak-anak yang melanjutkan perjuangannya menyebarkan dakwah Islamiyah. Sebagai seorang ibu, sudah sepatunya Maha Ratu Jeumpa ini dibanggakan, karena telah berhasil mencetak pemimpin-pemimpinagung untuk agama dan bangsanya. Sang Maha Ratu dikaruniai beberapa orang anak yang menjadi Raja dan Ratu yang sangat berpengaruh dalam perjalanan sejarah pengembangan Islam Nusantara

.

Kecerdasan dan kecantikan Putro Jeumpa ini telah diwariskan kepada keturunannya yang menjadi lambang keagungan putriputri Islam yang berjiwa penakluk dalam memperjuangkan tegaknya Islam di bumi Nusantara. Tidak diragukan bahwa Putro Manyang Seuludong telah menjadi inspirasi bagi perjuangan para Ratu dan putro-putroJeumpa sesudahnya. Dari keturunan beliaulah telah berkembang puteri-puteri Jeumpa yang terkenal kecantikan dan kecerdasannya ke seluruh kerajaan di Nusantara. Puteri-puteri Jeumpa telah menjadi lambang kewibawaan para Ratu Islam di istana-istana Perlak, Pasai, Malaka . Itulah sebabnya dalam perjalanan sejarah Aceh, senantiasa dipenuhi dengan wanita-wanita agung yang berjiwapatriotik dan penakluk serta membuat sejarah kegemilangannya masing-masing yang tidak pernah dicapai oleh wanita-wanita lainnya di Nusantara, bahkan di negeri Arab sekalipun

.

Page 51: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Menurut silsilah keturunan sultan-sultan Melayu yang dikeluarkan Kerajaan Brunei Darussalam dan Kesultanan Sulu-Mindanao. KerajaanIslam Jeumpa dipimpin seorang Pangeran dari Parsia yang bernama Syahriansyah Salman atau Sasaniah Salman yang kawin dengan PuteriMayang Seuludong dan memiliki beberapa anak, diantaranya, Syahri Poli, Syahri Tanti, Syahri Nuwi, Syahri Dito dan Makhdum Tansyuri

1. Syahri Poli alias Syahri Pauli alias Syahri Puli merantau ke negeri Samaindera (Pidie) , Syahri Pauli menjadi Meurah di NegeriSama indra (sekarang Pidie). Syahri Poli adalah pendiri dari Kerajaan Poli yang selanjutnya berkembang menjadi Kerajaan Pidierdi wilayah Pidie sekarang yang wilayah kekuasaannya sampai ujung barat Sumatera. Beliau merantau ke Barat (Pidie, sekarang) kemudian di negeri itu diangkat menjadi penguasa Negeri Sama Indra (Pidie). Syahri Poli menjadi Meurah mendirikan Kerajaan Poli yang selanjutnya berkembang menjadi Kerajaan Pidie

2. Syahri Tanti alias Syahri Dauli alias Syahri Duli pergi merantau ke negeri Indra Purba (Aceh Besar), Syahir Dauli diangkat menjadi Meurah di Negeri Indra Purwa (sekarang Aceh Besar). Beliau merantau ke daerah negeri barat paling ujung (Banda Aceh, sekarang), karena kecakapannya diangkat menjadi penguasa Negeri Indra Pura (Aceh Besar, sekarang). Syahri Tanti mengembangkan kerajaan yang ratusan tahun selanjutnya menjadi cikal bakal berdirinya Kerajaan Samudra-Pasai.

3. Syahri Nuwi (Meurah Fu), pendiri kota Perlak dengan gelar Meurah Syahri Nuwi

4. Syahri Dito alias  Syahri Tanwi alias Syahri Puri  di angkat menjadi Meurah Negeri Jeumpa

5. Makhdum Tansyuri, menikah dengan kepala rombongan Khalifah yang dibawa Nakhoda, Maulana Ali bin Muhammad din Ja’far Shadik, yang melahirkan Maulana Abdul Aziz Syah, Raja pertama Kerajaan Islam Perlak.Makhdum Tansyuri yang menjadi ibu dari Sultan pertama Kerajaan Islam Perlak yang berdiri pada tahun 805 Masehi

Keempat putera Maharaj Syahrian Salman sering dikenal dengan kaumimam empat (kawom imum peuet) atau penguasa empat.Dalam sejarah

Page 52: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Aceh selanjutnya, tidak diragukan Putro Jeumpa Manyang Seuludong telah memberikan inspirasi kepada anak keturunannya. Merekalah yang kelak dikenal sebagai “Kaom Imeum Tuha Peut” (penguasa yang empat). Dengan demikian, kawasan-kawasan sepanjang Selat Malaka dikuasai oleh darah keturunan Maharaj Syahriar Salman dari Dinasti Sassanid Persia dan bercampur dengan darah pribumi Jeumpa(sekarang Bireuen)

.

Sultan pertama Perlak adalah Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Aziz Shah, yang beraliran Syiah dan merupakan keturunan Arab dengan perempuan setempat, yang mendirikan Kesultanan Perlak pada1 Muharram 225 H (840 M). Ia mengubah nama ibukota kerajaan dari Bandar Perlak menjadi Bandar Khalifah. Sultan ini bersama istrinya, Putri Meurah Mahdum Khudawi, kemudian dimakamkan di Paya Meuligo, Peureulak, Aceh Timur

Kerajaan Islam Perlak akhirnya berkembang menjadi sebuah kerajaanyang maju menggantikan peran dari Kerajaan Islam Jeumpa.Setelah berdirinya beberapa Kerajaan Islam baru sebagai pusat Islamisasi Nusantara seperti  Kerajaan Islam Perlak (840-an) dan Kerajaan Islam Pasai (1200-an), Kerajaan Islam Jeumpa yang menjalin kerjasama diplomatik tetap memiliki peran besar dalam Islamisasi Nusantara, khususnya dalam penaklukkan beberapa kerajaan besar Jawa-Hindu seperti Majapahit

.Dapat dikatakan bahwa Kerajaan Islam Perlak adalah kelanjutan atau pengembangan dari Kerajaan Islam Jeumpa yang sudah mulai

Page 53: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

menurun peranannya. Namun secara diplomatik kedua Kerajaan ini merupakan sebuah keluarga yang terikat dengan aturan Islam yang mengutamakan persaudaraan. Apalagi para Sultan adalah keturunan dari Nabi Muhammad yang senantiasa mengutamakan kepentingan agamaIslam di atas segala kepentingan duniawi dan diri mereka. Bahkan dalam silsilahnya, Sultan Perlak yang ke V berasal dari keturunanKerajaan Islam Jeumpa

.

Syahr Nuwi mengawinkan adiknya Makhdum Tansyuri dengan salah seorang tokoh rombongan tersebut bernama Ali bin Muhammad bin Jafar Sadik, keturunan kepada Nabi Muhammad saw. Dari perkawinan ini lahir seorang putra bernama Sayyid Abdul Aziz, dan pada 1 Muharram 225 H atau tahun 840 M dilantik menjadi Raja dari Kerajaan Islam Perlak dengan gelar Sultan Alaiddin Sayyid MaulanaAbdul Azis Syah.  Karena wilayahnya yang strategis Kerajaan IslamPerlak akhirnya berkembang menjadi sebuah Kerajaan yang maju menggantikan peran dari Kerajaan Islam Jeumpa

Putri Tansyir Dewi, menikah dengan Sayid Maulana Ali al-Muktabar,anggota rombongan pendakwah yang tiba di Bandar Perlak dengan sebuah kapal di bawah Nakhoda Khalifah. Kapal itu memuat sekitar 100 pendakwah yang menyamar sebagai pedagang. Rombongan ini terdiri dari orang-orang Quraish, Palestina, Persia dan India. Rombongan pendakwah ini tiba pada tahun 173 H (800 M). Sebelum merapat di Perlak, rombongan ini terlebih dahulu singgah di India

.Sayid Maulana Ali al-Muktabar berfaham Syiah, merupakan keturunandari Sayid Muhammad Diba`i anak Imam Jakfar Asshadiq (Imam Syiah ke-6) anak dari Imam Muhammad Al Baqir (Imam Syiah ke-5), anak dari Syaidina Ali Muhammad Zainal Abidin, yakni satu-satunya putra Syaidina Husen, putra Saidina Ali bin Abu Thalib dari perkawinan dengan Siti Fatimah, putri dari Muhammad Rasulullah saw.

Keikutsertaan Sayid Maulana Ali al-Muktabar dalam rombongan pendakwah karena Khalifah Makmun bin Harun Al Rasyid (167-219 H/813-833 M) meminta  menyebarkan Islam di Hindi, Asia Tenggara

Page 54: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

dan kawasan-kawasan lainnya. Khalifah Makmun sebelumnya berhasil meredam “pemberontakan” kaum Syiah di Mekkah yang dipimpin oleh Muhammad bin Ja`far Ashhadiq.

selain sayid ada juga yang orang Arab lainnya dari Bani Hasyim dan juga keturunan Rasulullah lainnya yang datang ke Perlak dalamrangka menyiarkan agama Islam dan kemudian mereka berbaur dengan masyarakat setempat terutama dengan keluarga Meurah seperit Syarifah Azizah yang menikah dengan Sultan Perlak ke-11 Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abadullah Syah Johan Berdaulat.

Adik  bungsu  Syahir  Nuwi   yaitu  Putri Tansyir Dewi, menikah dengan Sayid Maulana Ali al-Muktabar, anggota rombongan pendakwahyang tiba di Bandar Perlak dengan sebuah kapal di bawah Nakhoda Khalifah. Kapal itu memuat sekitar 100 pendakwah yang menyamar sebagai pedagang. Rombongan ini terdiri dari orang-orang Quraish,Palestina, Persia dan India.. Perkawinan Putri Tansyir Dewi dengan Sayid Maulana Ali al-Muktabar membuahkan seorang putra bernama Sayid Maulana Abdul Aziz Syah, yang kelak setelah dewasa dinobatkan sebagai Sultan Alaidin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah, sultan pertama Kerajaan Islam Perlak

Selanjutnya, salah satu anak buah Nakhoda Khalifah, Ali bin Muhammad bin Ja`far Shadiq dinikahkan dengan Makhdum Tansyuri, adik dari Syahir Nuwi. Dari perkawinan mereka inilah lahir kemudian Alaidin Syed Maulana Abdul Aziz Syah, Sultan pertama Kerjaan Perlak. Sultan kemudian mengubah ibukota Kerajaan, yang semula bernama Bandar Perlak menjadi Bandar Khalifah, sebagai penghargaan atas Nakhoda Khalifah. Sultan dan istrinya, Putri Meurah Mahdum Khudawi, dimakamkan di Paya Meuligo, Perlak, Aceh Timur.

Sultan Alaidin Syed Maulana Abdul Aziz Syah merupakan sultan yangberalirah paham Syiah. Aliran Syi’ah datang ke Indonesia melalui para pedagang dari Persia. Mereka masuk pertama kali melalui Kesultanan Perlak

Kerajaan Perlak  berdiri tahun 840 M dengan rajanya yang pertama,Sultan Alaidin Syed Maulana Abdul Aziz Syah. Sebelumnya, memang

Page 55: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

sudah ada Negeri Perlak yang pemimpinnya merupakan keturunan dariMeurah Perlak Syahir Nuwi atau Maharaja Pho He La

Pendiri kesultanan Perlak adalah sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Azis Shah yang menganut aliran atau Mahzab Syiah. Ia merupakan keturunan pendakwah arab dengan perempuan setempat. Kerajaan perlak didirikannya pada tanggal 1 Muharram 225 H atau 840 masehi, saat kerajaan Mataram Kuno atau Mataram Hindu di Jawamasih berjaya. sebagai gebrakan mula-mula, sultan Alaiddin mengubah nama ibu kota kerajaan dari bandar Perlak menjadi Banda Khalifah.

Kini jelaslah kepada kita bahwa – Kerajaan  (Peureulak) dimulai pada 840 M sampai dengan Sulthan Maghdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Shah Johan berdaulat adalah terakhir tahun 1292 M. Artinya, Dinasti Islamiyah di Peureulak telah Berjaya selama 452 tahun lamanya.

Disini dapat kita simpulkan bahwa ada dua tokoh penyebar  Islam ke Aceh yang berasal dari tanah Persia :

1. Maharaj Syahriar  Salman : seorang pangeran keturunan Dinasti Sasanid Persia

2. Sayid Maulana Ali al-Muktabar  keturunan  Rasulullah SAW

Kerajaan Perlak tumbuh pesat menjadi kota pelabuhan baru terutamasetelah kedatangan rombongan keturunan Nabi yang dipimpin NakhodaKhalifah berjumlah 100 orang

Setelah tampilnya Kerajaan Islam Perlak sebagai pusat pertumbuhanperdagangan dan kota pelabuhan yang baru, peran Kerajaan Islam Jeumpa menjadi kurang menonjol. Setelah berdirinya beberapa Kerajaan Islam baru sebagai pusat Islamisasi Nusantara seperti Kerajaan Islam Perlak (840an) dan Kerajaan Islam Pasai (1200an), Kerajaan Islam Jeumpa yang menjalin kerjasama diplomatik tetap memiliki peran besar dalam Islamisasi Nusantara, khususnya dalam penaklukkan beberapa kerajaan besar Jawa-Hindu seperti Majapahit misalnya. Di kisahkan bahwa Raja terakhir Majapahit, Brawijaya V memiliki seorang istri yang berasal dari Jeumpa (Champa), yang

Page 56: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

menurut pendapat Raffless berada di wilayah Aceh dan bukan di Kamboja sebagaimana difahami selama ini

.

Setelah Kerajaan Islam Perlak yang berdiri pada tahun 805 Masehi tumbuh dan berkembang, maka pusat aktivitas Islamisasi nusantarapun berpindah ke wilayah ini. Dapat dikatakan bahwa Kerajaan Islam Perlak adalah kelanjutan atau pengembangan daripada Kerajaan Islam Jeumpa yang sudah mulai menurun peranannya. Namun secara diplomatik kedua Kerajaan ini merupakan sebuah keluarga yang terikat dengan aturan Islam yang mengutamakan persaudaraan. Apalagi para Sultan adalah keturunan dari Nabi Muhammad yang senantiasa mengutamakan kepentingan agamaIslam di atas segala kepentingan duniawi dan diri mereka. Bahkan dalam silsilahnya, Sultan Perlak yang ke V berasal dari keturunanKerajaan Islam Jeumpa.

 Tansyir Dewi menikah dengan seorang sayid keturunan Arab yang bernama Sayid Maulana Ali al-Muktabar, selain sayid ada juga yangorang Arab lainnya dari Bani Hasyim dan juga keturunan Rasulullahlainnya yang datang ke Perlak dalam rangka menyiarkan agama Islamdan kemudian mereka berbaur dengan masyarakat setempat terutama dengan keluarga Meurah seperit Syarifah Azizah yang menikah

Page 57: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

dengan Sultan Perlak ke-11 Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abadullah Syah Johan Berdaulat.

Sayid Ali Muktabar bin Muhammad Dibai bin Imam Jakfar al-Shadiq merupakan salah satu keturunan dari Ali bin Abi Thalib, Muhammad bin Jakfar al-Shadiq adalah imam Syiah ke-6 yang juga masih keturunan Rasulullah SAW melalui anaknya Nabi bernama Siti Fatimah

Sebelumnya, dinasti Umayah dan Abasiyah sangat menentang aliran Syiah yang dipimpin oleh Ali bin Ali Abu Thalib, tidak heran padamasa dua dinasti tersebut tidak mendapatkan tempat yang aman dan selalu di ditindas karena jumlah minoritas, sehingga banyak dari penganut Syiah menyingkir dari wilayah yang dikuasai oleh dua dinasti tersebut.

Pada masa pemerintahan Khalifah Makmun bin Harun al-Rasyid (167-219 H/813-833 M) akhirnya mengirim pasukannya ke Mekkah untuk meredakan ketegangan kaum Syiah itu, Khalifah Makmun memutuskan kepada Muhammad bin Jakfar al-Shadiq untuk hijrah dan menyebarkanIslam ke Hindi, Asia Tenggara dan sekitarnya.

Wan Hussein Azmi dalam Islam di Aceh mengaitkan kedatangan mereka dengan Revolusi Syi’ah yang terjadi di Persia tahun 744-747. Revolusi ini di pimpin Abdullah bin Mu’awiyah yang masih keturunan Ja’far bin Abi Thalib. Bin Mu’awiyah telah menguasai kawasan luas selama dua tahun (744-746) dan mendirikan istana di Istakhrah sekaligus memproklamirkan dirinya sebagai raja Madian, Hilwan, Qamis, Isfahan, Rai, dan bandar besar lainnya. Akan tetapi ia kemudian dihancurkan pasukan Muruan di bawah pimpinan Amir bin Dabbarah tahun 746 dalam pertempuran Maru Sydhan. Kemudian banyak pengikutnya yang melarikan diri ke Timur Jauh. Para ahli sejarah berpendapat, mereka terpencar di semenanjung Malaysia, Cina, Vietnam, dan Sumatera, termasuk ke Perlak.

Pendapat Wan Hussein Azmi itu diperkaya dan diperkuat sebuah naskah tua berjudul Idharul Haqq fi Mamlakatil Ferlah w’l-Fasi, karangan AbuIshak Makarni al-Fasy, yang dikemukakan Prof. A. Hasjmi. Dalam naskah itu diceritakan tentang pergolakan sosial-politik di lingkungan Daulah Umayah dan Abbasiyah yang kerap menindas

Page 58: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

pengikut Syi’ah. Pada masa pemerintahan Khalifah Makmun bin Harunal-Rasyid (813-833), seorang keturunan Ali bin Abi Thalib, bernama Muhammad bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Baqr bin Zaenal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, memberontak terhadap Khalifah yang berkedudukan di Baghdad dan memproklamirkan dirinyasebagai khalifah yang berkedudukan di Makkah.

Khalifah Makmun berhasil menumpasnya. Tapi Muhammad bin Ja’far Shadiq dan para tokoh pemberontak lainnya tidak dibunuh, melainkan diberi ampunan. Makmun menganjurkan pengikut Syi’ah itumeninggalkan negeri Arab untuk meluaskan dakwah Islamiyah ke negeri Hindi, Asia Tenggara, dan Cina. Anjuran itu pun lantas dipenuhi.

Sebuah Angkatan Dakwah beranggotakan 100 orang pimpinan Nakhoda Khalifah yang kebanyakan tokoh Syi’ah Arab, Persia, dan Hindi —termasuk Muhammad bin Ja’far Shadiq— segera bertolak ke timur dantiba di Bandar Perlak pada waktu Syahri Nuwi menjadi perintis  Negeri Perlak. Syahri Nuwi kemudian menikahkan Ali bin Muhammad bin Ja’far Shadiq dengan adik kandungnya, Makhdum Tansyuri. Dari perkawinan ini lahir seorang putra bernama Sayyid Abdul Aziz, danpada 1 Muharram 225 H dilantik menjadi Raja dari kerajaan Islam Perlak dengan gelar Sultan Alaiddin Sayyid Maulana Abdul Azis Syah. 

.

satu kapal yang memuat rombongan angkatan dakwah termasuk di dalamnya Sayid Ali Muktabar. Menurut kitab Idharul Haq fi Mamlakat al-Perlak yang ditulis oleh Syekh Ishak Makarani al-Pasi pada tahun 173 H (800 M) Bandar Perlak disinggahi oleh satu kapal yang membawa kurang lebih 100 orang da’i yang terdiri dari orang-orangArab suku Qurasy, Palestina, Persia dan India dibawah Nakhoda Khalifah dengan menyamar menjadi pedagang

.

Rombongan Nakhoda Khalifah ini disambut oleh penduduk dan penguasa negeri Perlak yakni pada masa Meurah Syahir Nuwi. Pada masa itu pula, Meurah Syahir Nuwi menjadi raja pertama yang

Page 59: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

menganut Islam di Perlak. Sayid Ali Muktabar sendiri kemudian menikah dengan adik Syahir Nuwi yang bernama puteri Tansyir Dewi yang kemudian mereka dianugerahi seorang putra bernama Sayid Maulana Abdul Aziz Syah. Saat Sayid Maulana Abdul Aziz Syah dewasa, akhirnya dinobatkan menjadi Sultan Pertama Kerajaan IslamPerlak

Pada masa pemerintahan sultan ketiga, Sultan Alaiddin Saiyid Maulana Abbas Syah, aliran Sunni mulai masuk ke Peureulak. Setelah wafatnya sultan pada tahun 363 H (913 M), terjadi perang saudara antara kaum Syi’ah dan Sunni sehingga selama dua tahun berikutnya tak ada sultan.

Kaum Syi’ah memenangkan perang dan pada tahun 302 H (915 M), Sultan Alaiddin Saiyid Maulana Ali Mughat Syah dari aliran Syi’ahnaik tahta. Pada akhir pemerintahannya terjadi lagi pergolakan antara kaum Syi’ah dan Sunni yang kali ini dimenangkan oleh kaum Sunni sehingga sultan-sultan berikutnya diambil dari golongan Sunni.

Pertentangan mahzab yang keras ini sempat ke Peureulak dalam masasultan Alaiddin Saiyid Maulana Ali Mughaiyad Syah (Bukan Ali Mughaiyad Syah Sultan di Kerajaan Aceh Darussalam) Kaum Ahlusunnah dapat menumbangkan kerajaan Islam Syi’ah Peureulak danMendirikan Kerajaan Islam Ahlusunnah Peureulak

Pada tahun 362 H (956 M), setelah meninggalnya sultan ketujuh, Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Syah Johan Berdaulat, terjadilagi pergolakan selama kurang lebih empat tahun antara Syi’ah danSunni yang diakhiri dengan perdamaian dan pembagian kerajaan menjadi dua bagian:

v Peureulak Pesisir (Syi’ah) dipimpin oleh Sultan Alaiddin SaiyidMaulana Syah (986-988) dengan ibukota Bandar Peureulak

v Peureulak Pedalaman (Sunni) dipimpin oleh Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Syah Johan Berdaulat (986–1023) dengan Ibukota Bandar Khalifah

Page 60: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Pada tahun 375 H atau (986 M), kerajaan Sriwijaya menyerang Peureulak, Peperangan tersebut menyebabkan Sultan Alaidin Saiyid Maulana Mahmud Syah syahid, peperangan dengan kerajaan Sriwijaya terus dilanjutkan, sehingga tahun 393 H (1006 M) tentara Sriwijaya keluar dari Peureulak dengan mengalami kerugian yang besar. Maka Sultan Makhdum Alaidin Malik Ibrahim Syah (dari golongan Sunni) menjadi Sultan tunggal Kerajaan Islam Peureulak dan melanjutkan perjuangan melawan Sriwijaya hingga tahun 1006

Disisi lain peperangan ini membawa dampak positif dengan meluasnya pengaruh ajaran Islam ke daerah pedalaman dan ke pantaiBarat Utara oleh para Muhajjirin yang hijrah, dan diantara merekamembuka negeri-negeri Islam baru, Seperti Negeri Samudra Pasai, Negeri Isak dan Negeri Lingga (Aceh Tengah), Negeri Serbajadi danNegri Peunaron (daerah Tamiang dan Lokop)

Sejarah keislaman di Kesultanan Perlak tidak luput dari persaingan antara kelompok Sunni dan Syiah. Perebutan kekuasaan antara dua kelompok Muslim ini menyebabkan terjadinya perang saudara dan pertumpahan darah. Silih berganti kelompok yang menang mengambil alih kekuasaan dari tangan pesaingnya

.Aliran Sunni mulai masuk ke Kesultanan Perlak, yaitu pada masa pemerintahan sultan ke-3, Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah. Setelah ia meninggal pada tahun 363 H (913 M), terjadi perang saudara antara kaum Syiah dan Sunni, yang menyebabkan kesultanan dalam kondisi tanpa pemimpin. Pada tahun 302 H (915 M), kelompok Syiah memenangkan perang. Sultan Alaiddin Syed Maulana Ali Mughat Shah dari aliran Syiah kemudian memegang kekuasaan kesultanan sebagai sultan ke-4 (915-918). Ketika pemerintahannya berakhir, terjadi pergolakan antara kaum Syiah dan Sunni, hanya saja untuk kali ini justru dimenangkan oleh kelompok Sunni

.Kurun waktu antara tahun 918 hingga tahun 956 relatif tidak terjadi gejolak yang berarti. Hanya saja, pada tahun 362 H (956 M), setelah sultan ke-7, Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik ShahJohan Berdaulat meninggal, terjadi lagi pergolakan antara

Page 61: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

kelompok Syiah dan Sunni selama kurang lebih empat tahun. Bedanya, pergolakan kali ini diakhiri dengan adanya itikad perdamaian dari keduanya. Kesultanan kemudian dibagi menjadi dua bagian. Pertama, Perlak Pesisir (Syiah) dipimpin oleh Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah (986 – 988). Kedua, Perlak Pedalaman (Sunni) dipimpin oleh Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat (986 – 1023)

.

Peureulak kemudian mengalami Penggabungan dengan Samudera Pasai

Champa yang dimaksud dalam sejarah pengembangan Islam Nusantara selamaini, yang menjadi tempat persinggahan dan perjuangan awal Maulana Malik Ibrahim, asal ”Puteri Champa” atau asal kelahiran Raden Rahmat (Sunan Ampel), bukanlah Champa yang ada di Kambodia-Vietnam saat ini. Tapi tidak diragukan, sebagaimana dinyatakan Raffles, ”Champa” berada di Jeumpa dengan kota perdagangan Bireuen, yang menjadi bandar pelabuhan persinggahan dan laluan kota-kota metropolis zaman itu seperti Fansur, Barus dan Lamuri di ujung barat pulau Sumatra dengan wilayah Samudra Pasai ataupun Perlak di daerah sebelah timur yang tumbuh makmur dan maju.

Page 62: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Untuk mendukung Teori Raffles bahwa Champa yang dimaksud bukan diVietnam sekarang, tetapi di wilayah Jeumpa Bireuen Aceh, ada beberapa dalil yang dapat dikemukakan, antara lain;

(i) Martin Van Bruinessen telah memetik tulisan Saiyid ‘Al-wi Thahir al-Haddad, dalam bukunya Kitab Kuning, Pesantren ..“Putra Syah Ahmad, Jamaluddin dan saudara-saudaranya konon telah mengembara ke Asia Tenggara….. Jamaluddin sendiri pertamanya menjejakkan kakinya ke Kemboja dan Aceh, kemudian belayar ke Semarang dan menghabiskan waktu bertahun-tahun di Jawa, hingga akhirnya melanjutkan pengembaraannya ke Pulau Bugis, di mana dia meninggal.” (al-Haddad 1403 :8-11). Diriwayatkan pula beliau menyebarkan Islam ke Indonesia bersama rombongan kaum kerabatnya.

Anaknya, Saiyid Ibrahim (Maulana Sayyid Ibrahim) ditinggalkan di Aceh untuk mendidik masyarakat dalam ilmu keislaman. Kemudian, Saiyid Jamaluddin ke Majapahit, selanjutnya ke negeri Bugis, lalumeninggal dunia di Wajok (Sulawesi Selatan). Tahun kedatangannya di Sulawesi adalah 1452M dan tahun wafatnya 1453M”. Jadi tidak diragukan bahwa yang ke Kamboja itu adalah ayah Maulana Ibrahim, Saiyid Jamaluddin yang menikah di sana dan menurunkan Ali Nurul Alam. Sedangkan mayoritas ahli sejarah menyatakan Maulana Malik Ibrahim lahir di Samarkand atau Persia, sehingga di gelar Syekh Maghribi. Beliau sendiri dibesarkan di Aceh dan tentu menikah dengan puteri Aceh yang dikenal sebagai ”Puteri Raja Champa”.

(ii) Keadaan Champa Kambodia ketika zaman Maulana Malik Ibrahim sedang huru hara dan terjadi pembantaian terhadap kaum Muslim yang dilakukan oleh Dinasti Ho yang membalas dendam atas kekalahannya pada pasukan Khulubay Khan, Raja Mongol yang Muslim sebagaimana disebutkan terdahulu. Keadaan ini sangat jauh berbedadengan keadaan Jeumpa yang menjadi mitra Kerajaan Pasai pada waktu itu yang menjadi jalur laluan dan peristirahatan menuju kota besar seperti Barus, Fansur dan Lamuri dari Pasai ataupun Perlak. Kerajaan Pasai adalah pusat pengembangan dan dakwah Islamyang memiliki banyak ulama dan maulana dari seluruh penjuru dunia. Sementara para sultan adalah diantara yang sangat gemar berbahas tentang masalah-masalah agama, di istananya berkumpul sejumlah ulama besar dari Persia, India, Arab dan lain-lain, sementara mereka mendapat penghormatan mulia dan tinggi. Dan

Page 63: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Sejarah Melayu menyebutkan bahwa ”segala orang Samudra (Pasai) pada zaman itu semuanya tahu bahasa Arab.

Tarikh atau sejarah yang akan dipaparkan berikut ini adalah rangkaian panjang dari tulisan ”SEJARAH PERJUANGAN UMMAH ACEH-SUMATERA”. Sumber tulisan ini adalah Serial Penelitian dan Penerbitan The Acheh Renaissance Movement, karya Al-Ustadz Hilmy Bakar Alhasany Almascaty. Dia adalah Pendiri dan Presiden Hilal Merah sebagai rekomendasi Mudzakarah Nasional Ulama, Habaib dan Cendekiawan Muslim ke XI di Medan Sumut

.

Bukan hanya itu, Hilmy Bakar juga sebagai Ketua Persaudaraan Pekerja Muslim (PPMI), Direktur RD Universitas Islam Azzahra, Pendiri dan Deputy Presiden Intelektual Muda Muslim Asia Tenggaraserta dosen dan Direktur Institut Pendidikan Safa Malaysia, KetumYayasan Islam An-Nur NTB. Pernah aktiv di Pelajar Islam Indonesia(PII), Persekutuan Pelajar Islam Asia Tenggara (PEPIAT), dan beberapa jabatan penting lainnya

.

Sebagai catatan, langkah ini sebagai usaha untuk membangkitkan ”batang terendam” sejarah Aceh dari berbagai versi, tentunya dengan tidak diklaim sebagai mutlak benar, tapi setidaknya merupakan sejarah dari hasil penelitian yang ilmiah, tentu tidak tertutup kemungkinan ada versi sejarah yang lain.Seperti apakah isi buku tersebut? Berikut, bagian pertama dari tulisan panjang yang direncanakan akan dipublikasikan dalam bentuk buku, yang saat ini masih dalam bentuk draft

.Gubernur Jendral Hindia Belanda dari Kerajaan Inggris yang juga seorang peneliti sosial, Sir TS. Raffles dalam bukunya The History of Java, menyebutkan bahwa Champa yang terkenal di Nusantara, bukan terletak di Kambodia sekarang sebagaimana dinyatakan oleh para peneliti Belanda. Tapi Champa adalah nama daerah di sebuah wilayah di Aceh, yang terkenal dengan nama ”Jeumpa”

Page 64: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

.Kerajaan Jeumpa Aceh, berdasarkan Ikhtisar Radja Jeumpa yang di tulis Ibrahim Abduh, yang disadurnya dari hikayat Radja Jeumpa adalah sebuah Kerajaan yang benar keberadaannya pada sekitar abadke VIII Masehi yang berada di sekitar daerah perbukitan mulai dari pinggir sungai Peudada di sebelah barat sampai Pante Krueng Peusangan di sebelah timur

.Istana Raja Jeumpa terletak di desa Blang Seupeueng yang dipagaridi sebelah utara, sekarang disebut Cot Cibrek Pintoe Ubeuet. Masaitu Desa Blang Seupeueng merupakan permukiman yang padat penduduknya dan juga merupakan kota bandar pelabuhan besar, yang terletak di Kuala Jeumpa. Dari Kuala Jeumpa sampai Blang Seupeueng ada sebuah alur yang besar, biasanya dilalui oleh kapal-kapal dan perahu-perahu kecil. Alur dari Kuala Jeumpa tersebut membelah Desa Cot Bada langsung ke Cot Cut Abeuk Usong atau ke ”Pintou Rayeuk” (pintu besar)

.Menurut hasil observasi terkini di sekitar daerah yang diperkirakan sebagai tapak Mahligai Kerajaan Jeumpa sekitar 80 meter ke selatan yang dikenal dengan Buket Teungku Keujereun, ditemukan beberapa barang peninggalan kerajaan, seperti kolam mandi kerajaan seluas 20 x 20 m, kaca jendela, porselin dan juga ditemukan semacam cincin dan kalung rantai yang panjangnya sampaike lutut dan anting sebesar gelang tangan. Di sekitar daerah ini pula ditemukan sebuah bukit yang diyakini sebagai pemakaman Raja Jeumpa dan kerabatnya yang hanya ditandai dengan batu-batu besar yang ditumbuhi pepohonan rindang di sekitarnya

.Berdasarkan silsilah keturunan Sultan-Sultan Melayu, yang dikeluarkan oleh Kerajaan Brunei Darussalam dan Kesultanan Sulu-Mindanao, Kerajaan Islam Jeumpa pada 154 Hijriah atau tahun 777 Masehi dipimpin oleh seorang Pangeran dari Parsia (India Belakang?) yang bernama Syahriansyah Salman atau Sasaniah Salman yang kawin dengan Puteri Mayang Seulodong dan memiliki beberapa anak, antara lain Shahri Poli, Shahri Tanti, Shahri Nawi, Shahri

Page 65: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Dito dan Puteri Makhdum Tansyuri yang menjadi ibu dari Sultan pertama Kerajaan Islam Perlak

.Menurut penelitian pakar sejarah Aceh, Sayed Dahlan al-Habsyi, Shahri adalah gelar pertama yang digunakan keturunan Nabi Muhammad di Nusantara sebelum menggunakan gelar Meurah, Habib, Sayid, Syarief, Sunan, Teuku dan lainnya. Syahri diambil dari nama istri Sayyidina Husein bin Ali, Puteri Shahri Banun, anak Maha Raja Parsia terakhir

.Mengenai keberadaan Shahri Nawi ini, disebutkan oleh Syekh HamzahFansuri. Syekh ini adalah Ulama Sufi dan sastrawan terkenal Nusantara yang berpengaruh dalam pembangunan Kerajaan Aceh Darussalam, yang juga merupakan guru Syamsuddin al-Sumatrani yangdikenal sebagai Syekh Islam Kerajaan Aceh Darussalam pada masa Iskandar Muda. A. Hasymi menyebutkan beliau juga adalah paman dari Maulana Syiah Kuala (Syekh Abdul Rauf al-Fansuri al-Singkili). Syekh Fansuri dalam beberapa kesempatan menyatakan asal muasalnya dan hubungannya dengan Shahri Nawi. Diantaranya syair :

Hamzah ini asalnya FansuriMendapat wujud di tanah ShahrnawiBeroleh khilafat ilmu yang ’aliDaripada ’Abd al-Qadir Jilani

Hamzah di negeri Melayu,Tempatnya kapur di dalam kayu

Dari rangkaian syair tadi, jelaslah bahwa ada hubungan antara bumi Shahrnawi (Shahr Nawi) dengan Fansur yang menjadi asal muasal kelahiran Syekh Hamzah Fansuri dan tempat yang terkenal kafur Barus. Sebagaimana disebutkan di atas, Shahrnawi atau SyahrNawi adalah anak daripada Pangeran Salman (Sasaniah Salman) yang lahir di daerah Jeumpa, di Aceh Bireuen saat ini

.Syahrnawi adalah salah satu tokoh yang berpengaruh dalam

Page 66: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

pengembangan Kerajaan Islam Perlak, bahkan beliau dianggap arsitek pendiri kota pelabuhan Perlak pada tahun 805 yang dipimpinnya langsung, dan diserahkan kepada anak saudaranya Maulana Abdul Aziz. Kerajaan Islam Perlak selanjutnya berkembang menjadi Kerajaan Islam Pasai dan mendapat kegemilangannya pada masa Kerajaan Aceh Darussalam

.Maka tidak mengherankan jika Syekh Hamzah Fansuri, mengatakan kelahirannya di bumi Sharhnawi yang merupakan salah seorang generasi pertama pengasas Kerajaan-Kerajaan Islam Aceh yang dimulai dari Kerajaan Islam Jeumpa. Menurut beberapa data dan analisis yang dikemukakan, bahwa hubungan antara Kerajaan-Kerajaan Islam di Aceh berkaitan satu dengan lainnya

.Pernyataan Syekh Hamzah Fansuri ini juga menjadi hujjah yang menguatkan teori bahwa Jeumpa, asal kelahiran Shahrnawi adalah Kerajaan Islam pertama di Nusantara. Mengenai kebenaran teori initentunya menjadi tantangan buat peneliti selanjutnya untuk membuktikan, karena selama ini Kerajaan Perlak lah yang dikenal sebagai kerajaan Islam pertama di nusantara.

Sejarah mula kedatangan Islam ke Aceh, pemimpinnya dikenal bernama Shir, seperti Shir Poli, Shir Nuwi, Shir Duli. Dalam hikayat hikayat Aceh lama, kata gelar Shir sering pula disebut Syahir. Misal, Shir Nuwi dibaca Syahir Nuwi, Shir Poli dibaca Syahir Poli dst. Kata Syahir ini lebih kurang setara dengan kata Ampon Tuwanku dalam tradisi melayu di Malaysia.

Asal kata shir, datangnya dari keluarga bangsawan di kawasan Persia, dan sekitanya. Maka putri Raja Persia yang setelah negerinya ditaklukkan Umar Ibnul-Khatab, ditawan dan dibawa ke Madinah, mulanya bernama Shir Banu. Setelah dibebaskan oleh Ali bin Abi Thaleb, Shir Banu menikah dengan putra Ali bernama Husen.Sementara dua saudara Shir Banu lainnya menjadi menantu Abubakar dan menantu Umar Ibnul Khattab. Belakangan nama menantu Ali itu berubah menjadi Syahira Banu, dan dalam lafal di Hikayat Hasan Husen, nama itu dipanggil Syari Banon, yang menjadi isteri Sayyidina Husen bin Ali. Husen syahid dibunuh Yazid bin Muawiyah

Page 67: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

di Karbala pada 10 Muharam. Shir Banu atau Syari Banon menjanda sambil membesarkan anaknya Ali Zainal Abidin, yang sering dipanggil Imam as-Sajad, karena selalu suka bersujud (shalat).

Dalam hikayat Hasan Husen, nama Syari Banon disebut berulang ulang karena beliau ini mendampingi suami dengan sangat setianya,hingga ke kemah terakhir di Karbala, mengantar Husen menuju kesyahidan. Banon bersama putra kesayangannya Ali Zainal Abidin yang masih sangat belia, menyaksikan sendiri tragedy yang jadi sejarah hitam umat Islam, karena darah titisan Rasul saw tumpah di bumi Kufah oleh tangan orang yang mengatasnamakan dirinya khalifah kaum muslimin. Peristiwa Karbala ini, di Aceh diperingati dengan khanduri A‘syura secara turun temurun. Adakalanya diiringi dengan membaca hikayat Hasan Husen, dan para wanita Aceh mempersiapkan penganan sebagai khanduri keu pangulee.Acapkali pula, para pendengar hikayat ini mencucurkan airmata tatkala ceritera sampai kepada pembantaian anak cucu Rasulullah saw itu.

Rafli, penyanyi Aceh kontemporer mendendangkan peristiwa itu dengan lirik:

//”Lheuh syahid Hasan ji prang lom Husen/ Ji neuk poh bandum cucoSayyidina/ Dum na pasukan bandum di yue tron/ Lengkap ban ban dumalat senjata”// ( Dah syahid Hasan, Husen pun digempur/ Nak dihabisi cucu Sayyidina (Rasulullah)/ Seluruh pasukan disuruh turun/ Lengkap semua dengan senjata.)

Semangat mencintai ahlul bait, keluarga Rasulullah saw itu munculpula di Aceh dalam bentuk tari tarian. Di antaranya yang terkenaladalah Saman Aceh. Ragam gerak, lirik lagu dan ratoh dipenuhi symbol symbol Karbala . “Tumbok Tumbok Droe”(memukul mukul dada sendiri) dilakukan oleh para pemain Saman Aceh (juga dalam seudati) sebagai symbol penyesalan Karbala . Seluruh gerak tari Saman itu diilhami oleh kepedihan, penyesalan, dan ratap tangis atas syahidnya Sayyidina Husen, yang terperangkap oleh tipu daya penduduk Kufah yang mendukung Yazid bin Muawiyah.

Pengaruh Iran terhadap Indonesia kebanyakan dalam bidang kebudayaan, kesusastraan, pemikiran, dan tasawuf. Pada

Page 68: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

kenyataannya, kebudayaan bangsa Iran cukup berpengaruh terhadap seluruh dunia. Masyarakat Iran, setelah menerima agama Islam, banyak menemukan keahlian dalam semua bidang ilmu keislaman, yangtidak satu pun dari bangsa lainnya yang sampai kepada derajat tersebut.

Secara khusus, kecintaan bangsa Iran kepada Ahlulbait tidak ada bandingannya. Melalui tasawuf dan kebudayaan Islam, kecintaan tersebut menyebar ke negeri-negeri Islam lainnya, dan karena itulah kebudayaan Iran pun dikenal. Mengenai Ahlubait, orang-orang Iran memiliki cara khusus untuk mengenang peristiwa pembantaian Imam Husain as pada bulan Muharram. Peristiwa ini, atau yang dikenal sebagai tragedi Karbala, adalah sebuah pentas kepahlawanan dunia, yang telah mempengaruhi kebudayaan bangsa-bangsa non-Muslim.

Kisah kepahlawanan ini sudah berabad-abad selalu menjadi inspirasi dan tema penting bagi para penyair dan pemikir Iran. Iajuga merupakan episode sejarah yang penting dalam khzanah ajaran Syi’ah dan Sunah, dan bahkan kesusastraan dunia.

Dalam syi’ah, kecintaan kepada Ahlulbait merupakan kecenderungan yang abadi. Tanpa kecintaan ini, agama akan kosong dari ruh cinta. Bahkan, sebagian orang berkeyakinan bahwa apabila tidak memiliki rasa cinta kepada Ahlulbait, maka seseorang telah keluardari Islam. Budaya cinta kepada Ahlulbait, yang merupakan bagian dari pemikiran dan tradisi bangsa Iran, telah membekas diseluruh negeri Islam. Hal ini terkadang juga disebut sebagai pengaruh mazhab Syi’ah yang tampak pada kebudayaan Indonesia dan kaum Muslim dunia.

Kebudayaan Iran memiliki pengaruh yang cukup penting terhadap kebudayaan Indonesia. Hal itu menunjukan bahwa sejak dahulu telahterjalin hubungan antara Iran dan Indonesia sehingga berpengaruh sangat kuat terhadap kebudayaan, tasawuf, dan kesusastraan. Meskipun mayoritas Muslim di Indonesia bermazhab Syafi’i, penelitian menunjukan bahwa kecintaan Muslim Indonesia kepada Ahlulbait karena pengaruh orang-orang Iran.

Page 69: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Pengaruh Iran terhadap Indonesia kebanyakannya tampak dalam bentuk kebudayaan dan kesusastraan. Sejarah mencatat bahwa, di samping orang-orang Arab dan orang-orang Islam dari India, orng-orang Iran memiliki peran yang penting dalam perkembangan Islam di Indonesia dan negeri-negeri Timur Jauh lainnya.

Ada dugaan bahwa sebagian besar raja di Aceh bermazhab Syi’ah. Dimungkinkan pada masa awal perkembangan Islam disini, fikih Syi’ah-lah yang berlaku.

Namun, dengan berkembangnya mazhab Syafi’i, mazhab Syi’ah mulai terkikis dan sekarang ini pengaruh fikih Syi’ah di Indonesia tidak terlihat lagi. Azan di Indonesia sedikit berbeda dengan azan di Iran (yang terdengar melalui media elektronik). Shalat Jumat di Indonesia dilakukan disetiap mesjid tetapi di Iran shalat Jumat hanya dilakukan di satu tempat di setiap kota.

Model bangunan makam-makam para wali di Indonesia berbeda dengan makam-makam para imam dan keturunan imam di Indonesia, bahkan bisa dikatakan sangat sederhana.

Adapun pengaruh Iran yang penting setelah revolusi Islam terlihatpada kelompok Syi’ah di Indonesia. Di kepulauan Indonesia, sebagian besar sayid Alawi berasal dari wilayah Hadramaut, Yaman,yang sangat berperan besar dalam dakwah Islam.

Sayid bermakna ’pemimpin atau petunjuk’. Di dalam al-Qur’an, Allah SWT berfirman, Dan mereka berkata, wahai Tuhan kami, kami telah menaati para pemimpin dan orang-orang terhormat di antara kami, dan mereka telah menyesatkan kami dari jalan yang benar.[1]

Rasulullah, Muhammad saw, tentang Fatimah as bersabda, “Fatimah adalah penghulu wanita seluruh alam.”[2]Kemudian, tentang cucunya, Imam Husain as, Nabi saw bersabda, “Al-Husain adalah penghulu para pemuda surga.”[3] Berdasarkan pandangan ini,, dikatakan bahwa para sayid adalah anak keturunan Rasulullah saw serta pemimpin kabilah dan kaum, misalnya al-Ishfahani mengatakan, “Makna sayid adalah penguasa atau pemimpin keluarga, sebagaimana Ustman bin Affan sebagai sayid keluarganya.”[4]

Page 70: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Sayid pun digunakan untuk julukan bagi ahli tasawuf dan para wali[5]. Pada abad ke-8 H, kelompok Syi’ah Dua Belas Imam, para pengikut Imam Ali bin Abi Thalib, juga disebut dengan sayid[6]. Pada abad ke-8 H, terdapat seseorang bernama Naqib Ahlulbait, AbuBarakat bin Ali al-Husaini dikenal dengan julukan as-Sayid asy-Syarif.[7]

Umumnya, julukan “syarif” adalah gelar bagi anak keturunan Hasan bin Ali as, yang kebanyakan hidup di Madinah. Sementara itu, gelar “sayid” digunakan bagi anak keturunan Husain bin Ali as, yang kebanyakan tinggal di Hadramaut, Yaman.[8]

Komunitas para sayid Hadramaut juga dijuluki dengan habib (haba’ib), yang artinya adalah anggota Ahlulbait. Sejumlah besar sayid dari Hadramaut telah berhijrah ke kepulauan Indonesia.

Dikatakan bahwa wilayah Hadramaut di Yaman memiliki pohon-pohon kurma yang kuat, pepohonan yang indah, dan padang-padang berpasirdengan Laut Merah, dan juga memiliki sejarah dan peradaban kuno. Pada abad ke-5 dan 6 M, negeri indah Yaman adalah sumber sengketaantara kekasaisaran Romawi dan Persia. Pada awal abad ke-7 M, negeri ini menjadi bagian dari pemerintahan Islam yang berpusat di Madinah.[9]

Pada masa kejatuhan Irak ke tangan Islam, Muslim Hadramaut memiliki peran besar dalam peperangan antara pasukan Islam dan pasukan kerajaan Sasani. Setelah itu, sejumlah besar masyarakat Hadramaut hijrah ke Irak, secara khusus pada zaman kekuasaan Khalifah Umar bin Khattab. Kemudian, pada zaman ‘Ali bin Abi Thaib as, pasukan Hadramaut yang berada di Irak menjadi pendukungKhalifah Ali as dalam peperangan Jamal dan Shiffin dan sejumlah besar dari mereka menerima mazhab Syi’ah.[10]

Gerakan politik mazhab Syi’ah bertambah besar pada zaman kekuasaan Bani Umayah. Seorang Khalifah Bani Umayah, Hisyam, pada122 H/740 M, berhasil memenangkan peperangan dan membunuh pemimpin terakhir kaum Syi’ah, Zaid bin Ali, cucu Imam Husain bin‘Ali bin Abi Thalib as.

Page 71: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Pada zaman ini pula, 129 H/747 M, di Hadramaut muncul gerakan kelompok Ibadiah dari kalangan Khawarij yang dipimpin oleh Abdullah bin Yahya, yang berjulukanThalibulhaq. Ia terbunuh pada zaman kekuasaan Khalifah Umayah, Marwan bin Muhammad. Pada zaman ini, pengaruh khawarij di Hadramaut menjadi kuat dan Ahmad bin Isa adalah pemimpin terpenting bagi kaum Sayid Hadramaut.

Pada zaman Khalifah al-Mu’tamad (156-276 H/870-892 M), kakek dariAhmad bin Isa, yaitu Muhammad an-Naqib bin Ali bin Jafar ash-Shadiq bersama putranya bernama Isa, hijrah dari Madinah ke Basrah, Irak. Disanalah, Isa menikah den lahirlah putranya yang bernama Ahmad.

Ahmad dan putranya Abdullah, pada 317 H/929 M hijrah dari Irak keHadramaut, Yaman. Ia hijrah karena, di Basrah, kelompok-kelompok Qaramitah dan Zanj (dari Sudan) melakukan kerusakan-kerusakan danpemerintahan Abasiyah, di masa Khalifah al-Muqtadir (295-320 H/908-932 M), selalu melakukan kezaliman dan penganiayaan terhadap anak keturunan Ali as.[11] Berkenaan dengan hijrah tersebut, Ahmad bin Isa disebut dengan Muhajir ilallah (yang berhijrah kepda Allah).

Ahmad bin Isa dan para pengikutnya secara bertahap berhasil menghentikan pengaruh Khawarij di Hadramaut. Mazhab suni Syafi’i pun berkembang di sana.[12] Dua abad kemudian, pada 521 H/1127 M,sejumlah orang dari Alawi al-Qasim, hijrah ke daerah Tharum, di Selatan Hadramaut. Tharum pernah terkenal sebagai pusat agama danilmu, dan di sana para sayid Alawi Hadramaut sangat dimuliakan.

Di sana para sayid mendirikan suatu pergerakan yang diberi nama Ba’alawi, sebagai sarana mengenal para sayid Alawi.[13] Parasayid menyakini bahwa diri mereka berasal dari keluarga Rasulullah saw, dari anak keturunan imam Husain as. Sejumlah besar sayid Hadramaut (para sayid Alawi) telah berhijrah ke Jawa,Indonesia, dan ke Asia Tenggara.[14]

Imam husain as pada tahun 61H/681M, dalam usia 56 tahun, syahid di Karbala. Putranya, Imam Ali Zainal Abidin as, berasal dari istri imam Husain yang merupakan putri Yazgard, raja Iran yang terkenal. [15]

Page 72: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Sumber-sumber sejarah mencatat bahwa para Sayid Alawi hadramaut berasal dari keturunan Ali al-Qasim bil Bashrah, yakni cucu ketiga dari imam Husain as. Dapat dikatakan bahwa para sayid Hadramaut, dari anak keturunan Ahmad bin Isa, sangat terkenal serta memiliki hubungan yang kuat dengan para sayid di Maroko, Hijaz, dan India, dan selalu mendapatkan bantuan keuangan dari mereka.

Secara umum para sayid menguasai bidang ilmu agama dan tasawuf.[16] Ibnu Khaldun menulis bahwa pada zaman Abasiyah, setelah terjadinya berbagai perubahan, ajaran kelompok Rafidhiah (julukantendensius para penentang Syi’ah. Rafidhiah berasal dari kata rafadha yang berarti “menolak”, yakni menolak tiga khalifah pertama- peny.) sangat berpengaruh besar terhadap tasawuf dan bermunculanlah para tokoh sufi terkenal, misalnya Qushairi dan Imam Abu Hamid Muhammad Ghazali.

Setelah abad ke-4 H atau abad ke-11 M, tasawuf tampil secara sempurna sebagai sebuah cabang ilmu. Di dunia Islam, lahir berbagai kelompok tarekat, yang semuanya bersumber pada ajaran al-Quran. Setiap tarekat memiliki cara khusus dalam berzikir kepada alllah Swt.[17] Tarekat Alawi (tarekat yang didirikan olehsebagian besar sayid di yaman Selatan) terbagi menjadi dua cabang, batiniah dan zahiriah. Zahiriah mengikuti Imam Abu Hamid Muhammad Ghazali sedangkan batiniah adalah pengikut tarekat Syadziliyah.[18]

Kebanyakan sufi terekat Alawi memiliki karamah dan menyandang sejumlah julukan, misalnya syekh, naqib danquthb, serta mereka mewariskan sejumlah kitab tentang zikir. Dalam kitab-kitab zikir disebutkan sejumlah tokoh terkenal dari kalangan para sayid, seperti Muhammad bin Ali Ba’lawi, Syekh Alin bin Abdullah Baras, Abdurrahman Assegaf dan al-Qutub Umar bin Abdurrahman al-Attas.

Dikatakan bahwa para waliyullah memiliki kemampuan untuk memecahkan batu-batu besar dan menyembuhkan penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Masyarakat setempat sangat menghormati mereka dan mendapatkan kesembuhan dengan keberkahan doa mereka.[19] Parasayid Alawi sangat menguasai pelayaran dan perdagangan. Mereka sangat aktif mulai dari Semenanjung Arab hingga ke Teluk Persia,

Page 73: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

tepatnya di sejumlah pelabuhan misalnya Siraf, Kish dan Ubullah (Bushers).

Sejak Irak jatuh ketangan orang-orang Mongolia, pada 1258 M, pusat perdagangan Arab berpindah ke Eden, di Yaman. Serombongan pedagang, tokoh-tokoh agama, dan ulama dari berbagai penjuru Semenanjung Arab pernah pergi ke sejumlah negeri di Timur Jauh, seperti Cina dan Semenanjung Melayu, yang sebagian dari mereka adalah ahli tasawuf dan agama.[20]

Islam yang diterima di Indonesia merupakan hasil usaha mubalig dari  Iran . Pengaruh tasawuf di sana pun sangat mencolok. Buku Hikayat Raja-raja Pasai dan buku Sejarah Melayu juga mencatat fenomena tersebut.

Setelah berhasil memperkenalkan tasawuf dan tarekat di Malaka, Maulana Abu Bakar pergi ke berbagai wilayah di Indonesia. Di Brunei dan Ceh (Filipina), Ia pun sempat memperkenalkan ajaran Islam. Kebanyakan para mubalig yang datang ke Tanah Melayu menyandang sejumlah julukan, misalnya Syekh, sayid dan syarif. [25]

Sejumlah besar sayid datang dan pergi ke Asia Tenggara, yaitu Jawa, Sumatra dan Semenanjung Melayu hingga masa penjajahan Belanda.[26]

Pada abad ke-16 M, seorang Mubalig Arab bernama Syarif Muhammad bersama beberapa pengikutnya, tiba di Mindanao, di selatan Filipina dari Malaysia untuk menyebarkan Islam. Disebutkan bahwa ia adalah putra dari seorang Arab bernama Syarif Ali Zainal Abidin, dari kalangan para sayid Alawi Hadramaut. [27]

Para sayid Alawi, dalam jumlah besar, datang ke kepulauan Nusantara melalaui jalur India, misalnya Sayid Usman bin Shahab yang memerintah kerajaan Siak dan Sayid Husain al-Qadri yang menjadi sultan di kerajaan Pontianak, di Kalimantan.[28]

Hijrahnya para sayid dari Hadramaut ke Asia Tenggara antara abad ke-17 hingga 20 H, berlangsung dalam beberapa tahapan. Mereka datang ke kepulauan nusantara dari India dan Indo-Cina. Para

Page 74: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

sayid Alawi berada di India sejak abad ke-7 H atau abad ke-13 H. Kemudian, sejak abad ke-10 H M, mereka sering datang-pergi ke daerah Pahang, di Malaysia.

Di kampung Pematang Pasir, di jazirah Tambun Pekan, di kota Pahang, Malaysia, terdapat sebuah makam orang Arab yang meninggalpada tanggal 14 Rabiul Awwal 419 H atau tahun 999 M.

Menurut sejumlah penulis seperti Nuwairi dan al-Maqrizi, sejak zaman kekuasan Bani Ummayah, beberpa keluarga kelompok Alawi atauSyi’ah telah berada di Jazirah Sila (Korea) dan Cina. Sangat mungkin, kepergian mereka ke sana karena lari dari kezaliman dan kejahatan Bani Umayah.

Demikian pula, terdapat kampung Leran, di Jawa Timur, yang nama kampung tersebut diambil dari kaum Lor, yakni orang-orang Iran yang pernah hijrah ke Jawa. Di kampung itu, terdapat makam seorang wanita Muslimah bernama Fatimah binti Maimun. Ia wafat pada 475 H/1082-1083 M.

Semua keterangan di atas menjelaskan bahwa hubungan negeri Arab dan Teluk Persia dengan Cina dan kepulauan Nusantara sudah ada sejak dahulu kala. Para sayid Alawi Hadramaut yang pernah berhijrah ke Asia Tenggara umumnya berasal dari beberapa marga, misalnya; al-Habsyi, al-Yahya (bin Aqil), Khirid, Hiduwan, as-Segaf, al-Attas, al-Jufri, al-Idrus, al-Haddad, asy-Syihab, dan yang lainnya.[29]

Menurut seorang peneliti dan ahli sejarah, Aboebakar Atjeh, di antara para mubalig yang pernah memperkenalkan ajaran Islam di Indonesia adalah keturuanan Ahlulbait. Aceh adalah wilayah pertama yang didatangi para mubalig dari Arab, Iran, dan India. Sementara itu, mazhab yang pertama kali berkembang di Aceh adalahSyi’ah dan Syafi’i.

Ia juga adalah wilayah yang menjadi tempat pemberhentian dan wilayah transit para pedagang sebelum pergi ke sejumlah pelabuhan, seperti Malaka, kepulauan Nusantara, dan Cina.

Page 75: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Orang Indonesia yang akan menunaikan ibadah haji kerap melintasi Aceh, dengan menggunakan kapal-kapal Aceh atau internasional. Aceh adalah wilayah yang dikenal sebagaiSerambi Mekkah. AboebakarAtjeh juga menulis bahwa dua orang ahli sejarah Iran, Sayid Mustafa Thabathaba’i dan Sayid Dhiya’ Shahab, dalam buku Hawla al-Alaqah ats Tsaqafiyah bayna Iran wa Indunizi (Tentang HubunganKebudayaan antara Iran dan Indonesia) menunjukan bahwa makam Maulana Malik Ibrahim Kasyani (wafat 822 H/1419 M) berada di Gresik, Jawa Timur, dan makamnya Sayid Syarif Qahhar bin Amir AliAstarabadi (wafat 833 H) dan Hisamuddin Naini berada di Aceh.[30]

Sayid Mustafa juga melihat makam lainnya, yang pada papan makamnya tertulis beberapa baris ayat al-Qur’an dan syair tentangkeagungan Imam Ali as, yang terjemahannya kira-kira sebagai berikut;

Pemuka Para Pemberani, Singa Tuhan,

Kekuatan Tuhan

Tidak ada pemuda kecuali Ali,

Tidak ada pedang kecuali Zulfikar.[31]

Masuknya ajaran Islam ke Sumatra umunya melalui usaha para sayid Alawi. Dalam kitab-kitab Arab kuno, kepulauan Nusantara tertulis denga nama Syarq al-Hind (Hindia Timur), Srilanka dengan nama Sarandip, kerajaan Sriwijaya di Sumatra dengan nama Sribaza,Kedah di Malaysia dengan nama Kalah, Jawa dengan nama Zabij, dan Kalimantan dengan nama Ranj.

Para mubalig yang pertama kali datang ke Brunai adalah para sayiddan syarif, dan masih memiliki hubungan keluarga dengan keluarga sultan-sultan di Brunai dan Fhilipina.

Sejarah Serawak, Malaysia, menunjukan bahwa raja Brunei, Sultan Barakat adalah anak keturunan Imam Husain bin Ali as. Demikian pula, para sultan di Mindanao, dan Sulu, di Fhilipina, adalah anak keturunan para sayid. Di Pontianak, Kalimanan, Indonesia, para sultan berasal dari kabilah Qadri. Dikatakan bahwa para

Page 76: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

sultan Brunei dan sultan Mindanao sama-sama berasal dari anak keturunan Imam Ali Zainal Abidin bin Husain as.

Para leluhur mereka berasal dari Hadramaut yang kemudian hijrah ke Johor, Malaysia. Para sultan Aceh pun berasal dari kalangan para sayid. Di Daerah Talang Sura, Palembang, Sumatra, terdapat makam Sayid Jamaluddin Agung bin Ahmad bin Abdul Malik bin Alwi bin Muhammad, dari keturunan Imam Husain as. Begitu pula dengan Walisongo atau ’Sembilan Wali Jawa’ dan sultan-sultan di Jawa, semuanya berasal dari kalangan para sayid.[32]Imam Syi’ah Dua Belas Imam

1. Ali bin Abi Thalib : Dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljam, seorang Khawarijdi Kufah, Irak. Imam Ali ra. ditusuk dengan pisauberacun.. Dimakamkan di Masjid Imam Ali, Najaf, Irak

2. Hasan al-Mujtaba : Diracuni oleh istrinya di Madinah, Arab Saudi atas perintah dari Muawiyah I.Dimakamkan di Pemakaman Baqi.

3. Husain asy-Syahid : Dibunuh dan dipenggal kepalanya di Karbala..Dimakamkan di Makam Imam Husain di Karbala, Irak

4. Ali Zainal Abidin : Menurut kebanyakan ilmuwan Syi’ah, Ali bin Husain diyakini wafat karena diracuni oleh orang suruhan Khalifahal-Walid di Madinah, Arab Saudi.. Dimakamkan di Pemakaman Baqi

5. Muhammad al-Baqir : Menurut sejumlah ilmuwan Syi’ah, diyakini bahwa Muhammad al-Baqir diracuni oleh Ibrahim bin Walid diMadinah, Arab Saudi, atas perintah Khalifah Hisyam bin Abdul Malik. Dimakamkan di Pemakaman Baqi.

6. Ja’far ash-Shadiq : Menurut sumber-sumber Syi’ah, beliau diracuniatas perintah Khalifah al-Mansur di Madinah, Arab Saudi.Dimakamkan di Pemakaman Baqi

7. Musa al-Kadzim : Dipenjara dan diracuni oleh Harun ar-Rashiddi Baghdad, Irak. Dimakamkan di Baghdad, Irak

8. Ali ar-Ridha : Menurut sumber Syi’ah, beliau diracuni oleh Khalifah al-Ma’mun di Mashhad, Iran. Dimakamkan di Makam Imam Reza,Mashhad, Iran

9. Muhammad al-Jawad : Diracuni oleh istrinya, anak dari al-Ma’mun di Baghdad, Irak atas perintah Khalifah al-Mu’tashim. Dimakamkan di Makam Kazmain di Baghdad

10. Ali al-Hadi : Menurut sumber Syi’ah, beliau diracuni di Samarra atas perintah Khalifah al-Mu’tazz.[36] Dimakamkan di Masjid Al-Askari di Samarra, Ir

Page 77: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

11. Hasan al-Askari : Menurut sumber Syi’ah, beliau diracuni di Samarra, Irakatas perintah Khalifah al-Mu’tamid. Ia dimakamkandi Masjid Al-Askari, Samarra

12. Muhammad al-Mahdi : Menurut keyakinan Syi’ah, beliau sekarang berada di dalam persembunyian dan akan muncul selama Allah mengizinkannya

wassalam

Catatan Kaki

1. Q.S. al-Ahzab :67

2. Ibnu Saad, Tabaqat, Leiden, 1940, Vol. VII, p.17.

3. C.V.Avendonk. Art, Sharif, Encyclopedia of Islam, M. TH. Houtsma, A.J Wensink. (eds), Vol. IV S-Z, J. Britll Ltd, Leiden, 1934, p.326.

4. Isfahani, Kitab al-Aghani, Math’ah Bulak, Cairo, 1285 A.H Vol.XVII, p.105-6.

5. Sharji, Thabaqat al-Khawawas, Cairo, 1321 AH, p. 2,3, 195.

6. Dhahabi, Tharikh al-islam, Manuscript, Leiden, 1721, Vol. 65A.

7. Nurwairi, Nihayat al-Arab, Wizarah al-Thaqafah wa al-Isryad al-Gawmi (ed). Dar al Kutub, Cairo, 1955, Vol. II, p.277. Hanya pada zaman kerajaan Fatimiah Mesir, keturunan Imam Hasan dan ImamHusain di juluki “syarif”, silahkan merujuk Mawardi,al-Ahkam as-Sulthaniyah, Enger, (ed), Bonn, 1853 AD, p. 277.

8. Ibnu al-Faqih, Mukhtasar Kitab al Buldan, MJ, de Goeje (ed) Leiden, Brill, 1885, p.33.

9. Mahayudin Haji Yahya, Sejarah Orang Syed di Pahang, Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, 1984, p.3.

10. Mahayudin Haji Yahya, Sejarah Orang Syed, ibid. p.4.

Page 78: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

11. Shalli, Kitab al-Mashra ar-Rawwi fi Manaqib as-Sadah al-Kiramal-Abi Alawi, al-Matba’ah al-Amiriah al-Sharafiyyah, Cairo, 1319 H/1901 M, Vol. I, p. 121.

12. Shalli, Kitab al-Mashra, loc. Cit.

13. Shalli, Kitab al-Mashra, ibid, p.129.

14. R.B.Serjeant, “Historians and Historiography of Hadramaut”, Buletin of SOAS, XXV, No.2, Londom 1962, p.245.

15. Ya’kubi, Tarikh, Mathba’ah al-Ghurri, Najaf, 1358 H, Vol. II,p.219.

16. R.B. Serjenant, The Sayids of Hadramaut, School of Oriental and African Studies, University of London, Luzan and Co, London, 1957, p.3. Lihat Sayid Alwi bin Thahir al-Haddad, Uqud al-Almas (Arabic). Mathba’ah al-Madani, Cairo, 1968, Second Edition, Vol.2.pp. 45-46. Lihat juga al-Idrus bin Umar al-Habsyi, Iqd al-Yawaqit al-Jawahiriah, Cairo, 1317 H, Vol. I, p. 127.

17. Ibnu kHldun, Muqaddimah, Wazarat al-Thaqafah wa al-Irsyad al-Qawmi, Cairo, 1960, pp. 261-262. Lihat H.A. R.Gibb and Kramers (eds), Shorter Encycopeadia of Islam, E.J.Brill, Leiden, 1953, p.573. Lihat juga H.A. R Gibb, Mohammedanism, Oxford University Press, London, 1969, p.104.

18. Sayid Alawi b. Tahir al-Haddad, Uqud al- Almas, op.cit, pp.82-87.

19. Sayid Muhammad b. Salim al-Attas, Aziz al-Manal wa Fath al- Wisal, Malaysia Press, Berhad, Singapura, 1974. Lihat juga Mahyudin Haji Yahya, Sejarah Orang Syed, op.cit, p.16.

20. S.Q. Fatimi, Islam Comes to Malaysia, Sociological Reseach Institute, Ltd, Singapore, 1960, p.94.

21. A.H. Hill (ed), Hikayat Raja-raja Pasai, JMBRAS, No 33, Part 2, 1960, p.32-33.

Page 79: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

22. Buzani, “Pengaruh Kebudayaan dan Bahasa Persia Terhdap Kesusastraan Indonesia”, Majalah Fakultas Sastra, Universitas Tehran no I, Tahun ke-14, 1345 Sh, p.6.

23. A.H. Hill, (ed), Hikayat Raja-raja Pasai, JMBRAS, No.3, Part 2 1960, pp.32-33, 117-120.

24. S.R. Winstedt (ed), The Sejarah Melayu (Malay Annals), JMPRAS, XXVI, Pt I, 1938, pp. 170-172.

25. A. Hasjmi (ed), Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, P.T. Al-Maarif, Jakarta, 1981, p.375. Lihat juga Mhayudin Haji Yahya, Sejarah Orang Syed di Pahang, op, cit, p.23.

26. R.B. Serjeant, The Sayids of Haramaut, op, cit, pp.24-25.

27. Alawi b. Thahir al-Haddad, Uqud al-Almas, op, cit, p.131.

28. Mahayudin Haji Yahya, Sejarah Orang Syed, op, cit., p.25.

29. Shahabudin Ahmad bin Abdul Wahab an-Numairi, Nihayat al-Arab fi Funun al-Adab, Wizarat ath-Thaqafah wa al-Irsyad al-Qawmi, Cairo, 1932, Vol. I, p. 230. Lihat juga Ahmad b. Ali al- Maqrizi, Khitat, Mathbaah Bulak, Cairo, 1279 H, Vol I. lihat jugaHaji Aboebakar Atjeh, Sekitar Masuknya Islam ke Indonesia, Panitia Seminar, Medan, 1963, pp. 109-110, 123. Lihat juga Mahayudi Haji Yahya, Sejarah Orang Syed, ibid, pp. 33,37.

30. Aboebakar Atjeh, Aliran Syiah di Nusantara, Islamic Reseach Institute, Jakarta, 1977, p.31-32. Lihat juga Sayid Musthafa A-Thabataba’i and Dhiya Shahab, Hawla al-Alaqah ats-Tsaqafiyah bayna Iran wa Indonesia, Embassy of Iran, Jakarta, 1960.

31. Aboebakar Atjeh, Sekitar Masuknya Islam ke Indonesia, Ramadhani, Solo, Jawa Tengah, 1985, p.29.

32. Aboebakar Atjeh, Masuknya Islam, ibid, p.35-37. Lihat juga S.Baring Gould, A History of Sarawak Under Two White Rajahs, Singapore. Lihat juga Al-Habib Alwi bin Thahir al-Haddad, SejarahMasuknya Islam di Timur Jauh, Penerbit Lentera, Jakarta, 1995, pp.69-115.

Page 80: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Memuat...

Terkait

Jeumpa, Kerajaan Islam pertama di Nusantara

Sunan Giri Adalah Syi'ah

Muawiyah dan anaknya Yazid menurut Syeikh Nuruddin ar-Raniry

Posted in Uncategorized on 23 Juni 2012. 6 Komentar

Post navigation← Muawiyah dan anaknya Yazid menurut Syeikh Nuruddin   ar-Raniry

wahabi terlibat terorisme di indonesia   ! →

6 comments 1. thalib_bsa

25 Juni 2012 pada 12:22 am

tulisan yg sangat bagus yg perlu di publikasikan kembali,agar bangsa ini tidak buta sejarah terima kasih.

2. Imam Muttaqin

21 Maret 2013 pada 2:41 pm

ternyata masih banyak sejarah masuknya islam di indonesia ini yg belom q ketahui.mohon ijin mengcopy demi kepentingan wawasan

3. ahmad busaeri

4 Mei 2013 pada 1:44 pm

alhamdulillah jadi menambah wawasan sejarah masuknya islam ke indonesia/nusantara, gali terus sejarah islam yang

Page 81: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

sebenarnya. dan kenapa pesantren2 tradisinal memakai kitab kuning dan diterjemahkan kebanyakan memakai bahasa jawa,..

4. Latip

5 Mei 2013 pada 2:54 pm

al hamdulillah dengan membaca sejarah2 masuk nya agama islamkenusantara jadi tahu bahwa yang menyebarluaskan islam kenusantara bahkan keseluruh dunia itu semua ahlulbait/keturunan ROSULULLAH SAW , semoga rahmat ALLAH SWTselalu tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar MUHAMMADSAW dan keturunan nya amin..

5. baktiar marpaung (@baktiarmarp)

20 September 2013 pada 8:11 am

semoga kebenaran akan mencapai kemampuan nya

6. baktiar marpaung (@baktiarmarp)

20 September 2013 pada 8:18 am

allahamdulillah allah selalu memberikan hidayah dan inayah nya untuk , patut kita syukuri yang mana kita telah di berikan kesempatan dan kesehatan nya semoga kita akan menjadi hamba yang engkau rhidoi di antara seluruh ummat nyadan tak luput saya mengucan syukur kepada junjungan kita nabi muhammad adalah rosul yang di utus kepermukaan bumi iniyang wajib kita ikuti

Berikan Balasan

Blog Stats

3,865,709 hits

Page 82: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Pos-pos Terakhir

Imam Jawad syahid akibat racun yang disuguhkan oleh   isterinya Menteri Agama Anggap Sunni-Syi’ah perbedaannya bukan pada tataran

yang sangat   prinsipil Bolehkah Memainkan Alat Musik Selain Duff Pada Saat   Pernikahan? Tinjauan Atas Hadis Menabuh Alat Musik Duff Saat   Pernikahan Bolehkah Menabuh Alat Musik Duff Selain Pada Saat   Pernikahan? Benarkah Nyanyian Diharamkan Dan Diberi Rukhshah Saat   Pernikahan? Kedudukan Atsar Imam Aliy bin Abi Thalib Tentang Bendera   Hitam NOVEL “DRG. FERIZAL KESATRIA PDGI” UNGKAPKAN ABDULLAH BIN SABA’

HANYA   DONGENG Dokter yang Ingin Bumikan Al-Qur’an, Terinspirasi Ucapan Gus   Dur Takhrij Hadis Dua Suara Yang Dilaknat : Hadis Yang Dijadikan

Hujjah Untuk Mengharamkan   Musik Kedudukan Atsar Imam Aliy bin Abi Thalib Tentang Bendera   Hitam Sikap Dewan Pengurus Pusat Ahlul Bait Indonesia terhadap

Rekomendasi Mukernas Majelis Ulama Indonesia [MUI] tanggal 14 Agustus   201

Imam Ja’far Shadiq Penggagas Ilmu-ilmu   Modern Wahabi menghancurkan dan meratakan tanah makam keluarga Nabi Saw

dan para sahabat di pemakaman Baqi,   Madinah Kedudukan Al-Quran dalam Mazhab Islam   Syiah Novel Laskar PDGI Bali Pelangi Mentawai (novel ke 7   ferizal) Takhrij Atsar Aliy bin Abi Thalib : Rasulullah Tidak Pernah

Berwasiat Tentang Kepemimpinan Kepada   Dirinya Benarkah Imam Bukhariy Mengambil Hadis Dari Perawi   Rafidhah? Takhrij Hadis Haram Al Kuubah : Hadis Yang Dijadikan Hujjah

Mengharamkan   Musik Shahihkah Atsar Ibnu ‘Abbas : Haramnya Alat Musik Duff   ? Takhrij Hadis Haram Al Kuubah : Hadis Yang Dijadikan Hujjah

Mengharamkan   Musik Sayyidina Ali Pernah Peringatkan, Waspadai Kelompok ISIS   ! Hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] Diutus

Menghancurkan Seruling dan   Gendang Dhaif Atsar Ibnu Mas’ud : Nyanyian Menumbuhkan Kemunafikan

Dalam   Hati Kisah Pembakaran Abdullah bin Saba’ Dalam Kitab   Syi’ah Tragedi Hari Kamis : Kritik Atas Tanggapan Ibnu Abdillah

Al   Katibiy Benarkah mayoritas umat Islam Indonesia Ahlussunnah Wal

Jamaah ?   Ilusi Syi’ah angkat Iran jadi negara Islam yang paling maju di   dunia

Page 83: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

sunni tidak kenal Imam 12 yang disebut Rasul berasal dari Bani Qurays, berarti Sunni tidak cinta Ahlul   Bait

Saudi Tunjuk Orang Syi’ah sebagai Menteri ! Ocehan Syiah kafir hanya bualan ulama   sinting

Republik Islam Iran Amalkan Ayat Ayat Semesta Tentang Sains   Islam Ammar bin Yasir kepalanya terlepas dari badan, Dibunuh

Golongan   Pendurhaka Syi’ah Proklamirkan Perang Jihad Melawan ISIS ! Sambutlah

Panggilan Husain…Mari berjumpa Tuhan, Syahid jadi   harapan Wiji Thukul PRD Masih Hidup dan Belum   Mati kenapa sunni mendiamkan pelaknatan terhadap Ahlulbait Nabi Saw di

atas mimbar-mimbar yang dilakukan atas perintah Mu’awiyah dan para penguasa tiran Bani Umayyah   ???

Wahabi Sedang Berusaha Rebut Kekuasaan Pemerintah dengan Merongrong NU dan   Syi’ah

ISIS Irak hasil peninggalan kebencian bani Umayyah terhadap keluarga /Ahlulbait Nabi   Saw

Dalam mazhab Syi’ah, Shalat tarawih berjama’ah hukumnya bid’ah dan yang disunahkah adalah shalat sunah malam di bulan Ramadhan yang dilakukan sendiri [tidak   berjama’ah]

Didalam Kitab Syi’ah disebutkan Ahlul Bait adalah Aliy, Hasan, dan Husain serta Sembilan Imam dari keturunan   Husain

Studi Kritis Riwayat Ibnu Abbas : Ayat Tathir Turun Khusus Untuk Istri-istri   Nabi

Syubhat Seputar Perawi Syi’ah : Muhammad bin   Muslim MENGAPA SYI’AH MENOLAK SEBAGIAN HADIS BUKHARI   ?? Jawaban atas 17 tuduhan terhadap   Syiah. Mengapa Syi’ah menggunakan sebagian hadis Sunni   ? MENGAPA HADITH SYIAH BANYAK YANG DHAIF ? APAKAH PERAWI HADIS

SYI’AH PENDUSTA, PEMALSU DAN PENIPU   ? Syi’ah Bukan Islam ? Bukti Nyata Syi’ah Bukan Islam ? Enam Fatwa

Konyol ala Ulama   Wahabi Umat Islam Indonesia jangan kesusupan wahabi ! Kebencian terhadap

syi’ah di Indonesia ditunggangi salafi wahabi si penumpang   gelap Wahabi Jelas Bukan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah ! NU Harus Berani

terang terangan melawan gerakan   Radikal. Negara Islam, Adakah Konsepnya? Adakah Konsep Negara Islam?

Adakah Negara Islam (Daulah   Islamiyah)??? Mantan Ketua MPU: Di Aceh Tidak Ada Tempat Bagi   Syiah