SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM Sejarah Perkembangan Madrasah di Indonesia Makalah Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok dari mata kuliah Studi Islam 5 (Sejarah Pendidikan Islam) Oleh : Solehudin Syaf. M. Ag Kelompok 7 Iman Hilman : 10. 02. 0 Usep Muad : 10. 02. 017 Opi Hadian : 10. 01. 054 Gina :
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
Sejarah Perkembangan Madrasah di Indonesia
Makalah
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok dari
mata kuliah Studi Islam 5 (Sejarah Pendidikan Islam)
Oleh : Solehudin Syaf. M. Ag
Kelompok 7
Iman Hilman : 10. 02. 0
Usep Muad : 10. 02. 017
Opi Hadian : 10. 01.
054
Gina :
11.01.011
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PERSATUAN ISLAM
BANDUNG
2012
KATA PENGANTAR
Segala Puji hanya milik Allah SWT, sang khalik
yang kemuliaannya melebihi segala ciptaan-Nya .
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah atas
Rasulullah SAW, pembawa risalah kebenaran bagi umat
manusia.
Alhamdulillah, kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Kami ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang
tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
membantu kami secara tidak langsung.
Kami mengharapkan agar makalah ini bisa bermanfaat
bagi semua pihak khususnya dalam mengkaji lebih dalam
tentang sejarah pendidikan madrasah di Indonesia. Kami
mengakui bahwa di dalam makalah ini masih terdapat
banyak kekeliruan, oleh karena itu kami menerima
kritik dan saran yang membangun sebagai motivasi kami
di masa yang akan datang.
Bandung, September
2012
Kelompok 7
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Metode Penulisan
BAB II. DASAR TEORI
BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI INDONESIA
A. Definisi Madrasah
B. Sejarah Munculnya Madrasah
C. Perkembangan Madrasah di Indonesia hingga saat
ini
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejarah merupakan suatu ilmu pengetahuan yang
disusun berdasarkan hasil penyelidikan peristiwa –
peristiwa di masa lalu yang dibuktikan dengan bahan
kenyataan (Moh. Yamin). Mariana, dalam tulisannya yang
berjudul “ Manfaat dan Pengertian Sumber Sejarah ”
mengungkapkan bahwa terdapat beberapa manfaat dalam
mengkaji sebuah sejarah diantaranya yaitu guna
edukatif, yakni Sejarah bisa memberikan kearifan dan
kebijaksanaan (make man wise) bagi yang mempelajarinya.
Guna inspiratif, Belajar sejarah disamping akan
diperoleh ide-ide atau konsep-konsep kreatif yang
berguna bagi pemecahan masalah masa kini. Selain itu,
mempelajari sejarah juga memiliki guna instruktif,
yakni sejarah berkaitan studi atau hasil penelitian
sejarah yang menyangkut penemuan-penemuan teknik
sepanjang sejarah kehidupan manusia, diperlukan bagi
usaha menjelaskan prinsip-prinsip kerja teknik-teknik
tertentu dalam masa setelahnya.
Dalam kaitannya dengan pengkajian sejarah
pendidikan, khususnya sejarah pendidikan madrasah di
Indonesia, menjadi sangat penting karena dengan
mengkaji sejarah pendidikan madrasah khususnya di
Indonesia, kita bisa mendapatkan konsep-konsep baru
mengenai pendidikan madrasah (guna inspiratif) dengan
menelusuri dan meneliti perkembangannya hingga masa
sekarang.
Dengan demikian, perlu adanya sebuah pembahasan yang
berkaitan dengan sejarah perkembangan madrasah di
Indonesia untuk dijadikan sebuah referensi tambahan
dalam mengkaji sejarah pendidikan.
Berdasarkan hal diatas, maka kami menyusun sebuah
makalah yang di dalamnya membahas seputar sejarah
pendidikan Islam dengan judul “SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
: Sejarah Perkembangan Madrasah di Indonesia”
B. Rumusan Masalah
Sebagai batasan dari pembahasan makalah ini, kami
simpulkan beberapa rumusan masalah terkait sejarah
perkembangan madrasah di Indonesia. Adapun rumusan
masalah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan istilah madrasah ?
2. Bagaimana asal-usul pendidikan madrasah ?
3. Bagaimana perkembangan pendidikan madrasah di
Indonesia
4. Bagaimana kondisi pendidikan madrasah di
Indonesia saat ini ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu
sebagai berikut :
1. Untuk memahami pengertian definitif dari istilah
madrasah
2. Untuk mengetahui proses munculnya madrasah
3. Untuk mengetahui kronologi perkembangan madrasah
di Indonesia
4. Untuk mengetahui kondisi pendidikan madrasah di
Indonesia saat ini.
D. Metode Penulisan
Metode deduktif kami gunakan dalam menyusun makalah
ini. Penulisan makalah kami lakukan dengan mencari
sumber teori-teori yang dikutip dari berbagai buku
ataupun internet untuk acuan dalam menjelaskan
pembahasan sejarah perkembangan madrasah di Indonesia.
BAB II
DASAR TEORI
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu
ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (Q.S. Lukman 31:
13)
Islam sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan.
Banyak sekali ayat dalam al-Qur’an yang menerangkan
mengenai pentingnya pendidikan, bukan hanya pendidikan
duniawi namun juga pendidikan ukhrawi.
Dalam Al-qur’an surat Luqman ayat 13 digambarkan
ketika Luqman mendidik anaknya untuk tidak menyekutukan
Allah SWT. Melalui ayat ini, tersirat esensi
sesungguhnya atau tujuan akhir dari pendidikan Islam,
yakni untuk membentuk generasi yang menyerahkan diri
secara mutlak kepada Allah SWT atau yang kita kenal
dengan insan yang bertaqwa.
Dalam perjalanannya, pendidikan islam terus
mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.
Perkembangan pendidikan Islam dapat dijadikan sebagai
objek sejarah baik dari segi material (misalnya tokoh,
gagasan dan pemikiran pendidikan islam) maupun dari
segi formal ( kejadian – kejadian yang berkaitan dengan
pendidikan Islam). Sebagaimana diungkapkan oleh Ibnu
Khaldun (1332-1406) bahwa sejarah dapat diartikan
sebagai catatan mengenai peradaban manusia (misalnya
dalam pendidikan islam) yang terjadi pada watak/sifat
masyarakat itu.
BAB III
SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI INDONESIA
A. Definisi Madrasah
Kata “madrasah” berasal dari bahasa Arab,
yang diambil dari akar kata “darasa” yang artinya
belajar. “Madrasah” adalah kata benda tempat dari
kata ”darasa” sehingga berarti tempat untuk
belajar. Istilah madrasah sering dihbungkan dengan
istilah sekolah atau semacam bentuk lembaga
pendidikan yang diselenggarakan oleh sekelompok
atau institusi umat Islam (Zaki Badawi, 1980:229).
Dalam bahasa Indonesia madrasah disebut
dengan sekolah yang berarti bangunan atau lembaga
untuk belajar dan memberi pengajaran. Biasanya
madrasah merupakan sekolah atau perguruan yang
berdasarkan agama Islam.
Dalam tulisan yang berjudul “PENGERTIAN DAN
KARAKTERISTIK MADRASAH” yang dimuat di situs
Kemenag RI Direktorat Pendidikan Madrasah,
diungkapkan bahwa secara teknis, madrasah dalam
proses belajar-mengajarnya secara formal, tidak
berbeda dengan sekolah, namun di Indonesia
madrasah tidak lantas dipahami sebagai sekolah,
melainkan diberi konotasi yang lebih spesifik
lagi, yakni "sekolah agama", tempat di mana anak-
anak didik memperoleh pembelajaran mengenai agama
dan keagamaan (dalam hal ini agama Islam).
Selain itu, dijelaskan pula bahwa dalam
prakteknya, memang ada madrasah yang di samping
mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan, juga mengajarkan
ilmu-ilmu yang diajarkan di sekolah-sekolah umum.
Selain itu ada madrasah yang hanya mengkhususkan
diri pada pelajaran ilmu-ilmu agama, yang biasa
disebut madrasah diniyyah. Kenyataan bahwa kata
"madrasah" berasal dari bahasa Arab, dan tidak
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia,
menyebabkan masyarakat lebih memahami "madrasah"
sebagai lembaga pendidikan Islam, yakni "tempat
untuk belajar agama" atau "tempat untuk memberikan
pelajaran agama dan keagamaan".
B. Sejarah Munculnya Madrasah
Madrasah yang kita kenal saat ini telah
mengalami proses yang panjang dalam sejarah
perjalanannya. Pertama kali Madrasah didirikan di
Baghdad pada tahun 459 H oleh Nizam Al-Mulk
(Syalabi, 1987 :43). Pendirian madrasah ini
awalnya dilatarbelakangi sebagai upaya pemerintah
dalam memformalkan sistem pendidikan informal yang
sudah ada sebelumnya. Dengan demikian, pemerintah
memiliki keterlibatan yang lebih jelas melalui
pemberlakuan ketentuan terhadap komponen
pendidikan yang ada di madrasah.
Inovasi pendirian madrasah pada saat itu
menjadi sumber inspirasi dalam dunia pendidikan
Islam di masa selanjutnya, termasuk bagi
perkembangan sistem pendidikan di barat. Abd Ghani
Abud mengungkapkan bahwa banyak munculnya
universitas di barat terinspirasi dan dipengaruhi
oleh madrasah (Nidzamiyah)(Abd Ghani Abud dalam
Maksum, 1999 :75)
Munculnya pendidikan dengan sistem madrasah
merupakan sebuah indikator kemajuan prestasi
budaya umat Islam sebagai hasil pencapaian
keilmuan, intelektual dan kultural (M Munir Mursi,
2009 : 69)
Setelah sistem madrasah didirikan pertama
kali oleh perdana menteri Nidzamul Mulk ( pemimpin
bani saljuk pada abad ke-2) dan kemudian
diperkenalkan di dunia islam (ensiklopedia Islam;
3:1994), sistem ini berkembang ke berbagai negara
Islam di dunia. Diantaranya munculnya perguruan
Al-azhar di kairo (Mesir), perguruan Cordoba di
Spanyol dan madrasah Deoban di India.
Dalam perkembangannya, sistem madrasah mulai
berlaku di Indonesia secara bertahap. Karel
Steenbrink (1994) mengungkapkan bahwa pendidikan
madrasah merupakan hasil evolusi dari pendidikan
sistem pesantren. Madrasah di Indonesia dapat
dikatakan sebagai pembaharuan dari lembaga
pendidikan pesantren dan surau.
Awalnya, kegiatan pendidikan Islam
dilaksanakan di masjid dan pesantren. Pesantren,
yang dalam masa itu pembelajarannya memiliki
nuansa mistis yang kental karena masih memiliki
pengaruh hindu, mulai mengalami perubahan. Dengan
berkembangnya hubungan di kalangan umat Islam
dengan Mekah dan Madinah sebagai sumber tempat
pendidikan Islam yang orisinil, pondok pesantren
mulai bergerak dari Islam yang bercorak mistik
menuju ke Islam Sunni (Malik Fadjar, 1998: 22).
Selain itu, berbeda dengan pondok pesantren
yang memiliki karakter pendidikan yang
individualis seperti sistem wetonan dan sorogan,
madrasah memberikan kesempatan untuk melakukan
kegiatan pembelajaran secara klasikal. Sistem
madrasah juga memungkinkan adanya pengelompokan
pelajaran-pelajaran pendidikan Islam yang
pembelajarannya dilakukan secara bertingkat.
Pengelompokan ini juga dapat mengidentifikasi
rentang waktu yang dibutuhkan untuk pelajaran
tersebut. Dengan demikian, sistem madrasah bisa
lebih mengatur kegiatan kependidikannya melalui
sistem kelas-kelas berjenjang dengan waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan pelajaran yang
sudah diprogramkan.
C. Perkembangan Madrasah di Indonesia
Kronologi perkembangan sistem madrasah di
Indonesia dimulai dari masa penjajahan kolonial
hindia-belanda.
Awal mula sistem madrasah di Indonesia (masa
penjajahan)
Berdirinya madrasah di Indonesia
dilatarbelakangi oleh dua faktor, yakni faktor
semangat pembaharuan islam yang berasal dari Islam
pusat (timur tengah) dan faktor respon pendidikan
terhadap kebijakan pemerintah hindia-belanda, yang
mendirikan dan mengembangkan sekolah di Indonesia.
Munculnya madrasah sebagai lembaga pendidikan
Islam ini dipicu oleh kekhawatiran dari umat Islam
di Indonesia terhadap pemerintah hindia-belanda
yang mendirikan sekolah-sekolah umum tanpa
mengikutsertakan pendidikan Islam di dalam
kurikulumnya. Sedangkan pendidikan pesantren yang
marak pada saat itu tidak sejalan dengan kebijakan
politik etis dan modernisasi melalui sistem
pendidikan yang dikembangkan oleh pemerintah
hindia-belanda. Selain itu, pemerintah hindia-
belanda mencurigai pondok pesantren sebagai
kaderisasi para pejuang nasional prokemerdekaan.
Menyikapi kondisi tersebut, para tokoh muslim di
Indonesia sepakat untuk mendirikan lembaga
madrasah dengan tujuan yaitu untuk menyesuaikan
sistem pendidikan islam dengan politik pendidikan
pemerintah kolonial sekaligus menjembatani
perbedaan sistem pendidikan keaggamaan dengan
sistem pendidikan modern. Selain itu, pendirian
lembaga madrasah juga bertujuan sebagai agenda
modernisasi Islam itu sendiri (marifudin :2011)
Dalam tulisannya yang berjudul “ Sejarah
Madrasah di Indonesia”, Marifudin menjelaskan
bahwa pendidikan madrasah mulai didirikan di
Indonesia pertama kali di Sumatera, yakni madrasah
Adabiyah pada tahun 1908 yang didirikan oleh Syeh
Ahmad. Kemudian disusul oleh berdirinya Madrasah
Schoel di Batu Sangkar oleh syeh M. Taib Umar.
Kemudian M. Mahmud Yunus pada tahun 1918
mendirikan Diniyah Schoel sebagai lanjutan dari
Madrasah Schoel tersebut.
Dalam perkembangannya, sistem madrasah mulai
dipakai di pulau jawa pada tahun 1912 dengan
berdirinya beberapa madrasah awaliyah, ibtidaiyah,
tsanawiyah, mu’alimin wustho dan mu’alimin Ulya.
Berbeda dengan pemerintahan Hindia Belanda,
pemerintahan Jepang membiarkan dibukanya kembali
madrasah-madrasah yang pernah ditutup pada masa
sebelumnya. Tetapi pemerintah Jepang tetap
mewaspadai bahwa madrasah-madrasah memiliki
potensi perlawanan yang membahayakan bagi
pendidikan Jepang di Indonesia. Perkembangan
Madrasah pada masa orde lama sejak awal
kemerdekaan sangat terkait dengan peran Departemen
Agama yang resmi berdiri pada tanggal 3 Januari
1946, dalam perkembangan Departemen Agama
menyeragamkan nama, jenis dan tingkatan madrasah
sebagaimana yang ada sekarang. Madrasah ini
terbagi menjadi dua kelompok. Pertama, madrasah
yang menyelenggarakan pelajaran agama 30%
sebagaimana pelajaran dasar dan pelajaran umum
70%. Kedua, madrasah yang menyelenggarakan
pelajaran agama Islam murni yang disebut dengan
Madrasah Diniyah.
Dalam Undang- undang No. 4 tahun 1950 Jo No.
12 tahun 1954 tentang dasar-dasar pendidikan dan
pengajaran di sekolah dalam pasal 2 ditegaskan
bahwa Undang-undang ini tidak berlaku untuk
pendidikan dan pengajaran di sekolah-sekolah
agama. Dan dalam pasal 20 ayat 1 disebutkan bahwa
pendidikan agama di sekolah bukan mata pelajaran
wajib dan bergantung pada persetujuan orang tua
siswa. Dengan rekomendasi ini, madrasah tetap
berada di luar sistem pendidikan nasional, tetapi
sudah merupakan langkah pengakuan akan eksistensi
madrasah dalam kerangka pendidikan nasional.
Madrasah Pada Masa Orde Lama.
Pada Tanggal 3 Januari 1946, pemerintah orde
lama resmi membentuk Departemen Agama. Lembaga ini
secara intensif memperjuangkan pendidikan islam di
Indonesia. Usaha Departemen Agama dalam bidang
pendidikan islam berorientasi pada pengajaran
agama Islam di sekolah-sekolah disamping pada
pengembangan madrasah itu sendiri.
Pada masa orde lama ini terjadi perkembangan
madrasah yang cukup signifikan, yaitu didirikannya
pendidikan guru agama dan pendidikan hakim islam
negri. Dalam hal ini, madrasah dimaksudkan untuk
mencetak tenaga-tenaga professional keagamaan,
disamping mempersiapkan tenaga-tenaga yang siap
mengembangkan madrasah.
Kemudian, ditetapkanlah MPRS no II/MPRS/1960
tentang “garis-garis besar pola pembangunan
nasional semesta berencana, tahapan pertama tahun
1961-1969” pada 3 Desember 1960. Dalam ketetapan
ini, pendidikan agama menjadi mata pelajaran di
sekolah-sekolah mulai di sekolah rakyat sampai
universitas-universitas negeri. Namun dalam hal
ini murid-murid berhak tidak ikut serta, apabila
wali murid atau murid dewasa menyatakan
keberatannya. Meskipun demikian, ketetapan ini
memberi perhatian terhadap madrasah sebagai
pendidikan islam di Indonesia meskipun tidak
terlalu berarti, dengan merekomondasikan agar
madrasah hendaknya berdiri sendiri sebagai badan
otonom dibawah pengawasan Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. (Ibid hal 130).
Masa Orde Baru
Pada masa orde baru ini, pemerintah berusaha
untuk mengintegrasikan pendidikan Islam ke dalam
pendidikan nasional. Melalui SKB (Surat Keputusan
Bersama) tiga dimensi, yaitu Menteri Agama,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri
Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1975, Nomor 037/4 1975
dan Nomor 36 tahun 1975 tentang peningkatan mutu
pendidikan pada madrasah telah ditetapkan bahwa
standar pendidikan madrasah sama dengan sekolah
umum, ijazahnya mempunyai nilai yang sama dengan
sekolah umum dan lulusannya dapat melanjutkan ke
sekolah umum setingkat lebih atas dan siswa
madrasah dapat berpindah ke sekolah umum yang
setingkat. Lulusan Madrasah Aliyah dapat
melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi umum dan
agama.
Selain itu, pemerintah orde baru menyusun
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem
pendidikan nasional. Dalam peraturan tersebut
ditegaskan karakter pendidikan madrasah melalui
keputusan-keputusan yang lebih operasional dan
dimasukkan dalam kategori pendidikan sekolah tanpa
menghilangkan karakter keagamaannya. Melalui upaya
ini dapat dikatakan bahwa Madrasah berkembang
secara terpadu dalam sistem pendidikan nasional.
(Ibid hal: 130-131)
Pada masa orde baru ini madrasah mulai dapat
diterima oleh semua lapisan masyarakat mulai dari
masyarakat kelas rendah sampai masyarakat menengah
keatas.
Pertumbuhan jenjang madrasah di masa ini
terdiri atas 5 jenjang pendidikan berikut :
1) Raudatul Atfal (Bustanul Atfal).
Raudatul Atfal atau Bustanul Atfal terdiri
dari 3 tingkat :
1. Tingkat A untuk anak usia 3-4 tahun
2. Tingkat B untuk anak usia 4-5 tahun
3. Tingkat C untuk anak usia 5-6 tahun
2) Madrasah Ibtidaiyah.
Madrasah Ibtidaiyah ialah lembaga pendidikan
yang memberikan pendidikan setingkat sekolah dasar
yang menjadikan mata pelajaran agama Islam sebagai
mata pelajaran dasar yang sekurang-kurangnya 30%
disamping mata pelajaran umum.
3) Madrasah Tsanawiyah
Madrasah Tsanawiyah ialah lembaga pendidikan
yang memberikan pendidikan dan pengajaran tingkat
menengah pertama dan menjadikan mata pelajaran
agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang
sekurang-kurangnya 30% disamping mata pelajaran
umum.
4) Madrasah Aliyah.
Madrasah Aliyah ialah lembaga pendidikan yang
memberikan pendidikan dan pengajaran tingkat
menengah keatas dan menjadikan mata pelajaran
agama Islam. Sebagai mata pelajaran dasar yang
sekurang-kurangnya 30% disamping mata pelajaran
umum. Dalam perkembangannya, Madrasah Aliyah
memiliki jurusan-jurusan pendidikan, misalnya
jurusan Ilmu Agama, jurusan Ilmu Pengetahuan Alam
dan jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial.
5) Madrasah Diniyah
Madrasah Diniyah ialah lembaga pendidikan dan
pelajaran agama Islam, yang berfungsi terutama
untuk memenuhi hasrat orang tua agar anak-anaknya
lebih banyak mendapat pendidikan agama Islam.
Madrasah Diniyah ini terdiri 3 tingkat :
1. Madrasah Diniyah Awaliyah ialah Madrasah
Diniyah tingkat permulaan dengan kelas 4 dengan
jam belajar sebanyak 18 jam pelajaran dan
seminggu.
2. Madrasah Diniyah Wusta ialah Madrasah Diniyah
tingkat pertama dengan masa belajar 2 (dua)
tahun dari kelas I sampai kelas II dengan jam
belajar sebanyak 18 jam pelajaran dalam
seminggu.
3. Madrasah Diniyah Ula ialah Madrasah Diniyah
tingkat menengah atas dengan masa belajar 2
tahun dari kelas I sampai kelas II dengan jumlah
jam pelajaran 18 jam pelajaran dalam seminggu.
D. Pendidikan Madrasah di Indonesia saat ini
Dalam lima tahun terakhir ini, madrasah di
indonesia berkembang pesat khususnya dari segi
kuantitas. Menurut Firdaus, Mantan Direktur
Pendidikan Madrasah Kemenag, hingga akhir tahun
2009, jumlah seluruh madrasah tingkat MI, MTS, dan
MA di Indonesia mencapai sekitar 40.218 buah. Dari
jumlah itu, 8,6 persen berstatus sebagai madrasah
negeri. Sisanya 91,4 persen merupakan madrasah
swasta yang dibiayai secara swadaya oleh
masyarakat.( Republika : 2010 )
Lebih sedikitnya jumlah madrasah negeri
dibandingkan sekolah negeri disebabkan
keterbatasan alokasi anggaran. Madrasah negeri
hanya mendapatkan alokasi anggaran pengembangan
pendidikan dari pemerintah pusat melalui
Kementerian Agama. Sedangkan, sekolah negeri tidak
hanya mendapatkan alokasi anggaran pendidikan dari
pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan
Nasional, tapi juga pemerintah daerah. Hal itu
sehingga pengembangan kuantitas dan kualitas
madrasah negeri tidak secepat sekolah negeri.
Kendati demikian, pendidikan madrasah saat
ini dapat dikatakan semakin menunjukkan
eksistensinya di mata masyarakat. Prof. DR. H.
Dedi Djubaedi, MA.g (Direktur Pendidikan Madrasah)
Kementerian Agama RI mengungkapkan lima konsep
pemikiran yang mendasar yang menentukan
perkembangan madrasah di Indonesia.
Pertama, perluasan akses komunikasi dan
informasi, tahun 2011 misalnya Direktorat
Pendidikan Madrasah telah melengkapi lebih dari
2000 madarasah dengan peralatan canggih berupa IT
untuk pembelajaran interaktif.
Kedua, pembangunan sistem terpadu,
keterpaduan sistem yang dimaksud tentunya mencakup
berbagai aspek pendidikan seperti yang tercakup
dalam 8 komponen Standar Nasional Pendidikan (SNP)
yakni standar isi, proses, lulusan, tenaga
pendidik, sarana dan prasarana, manajemen,
pembiayaan dan evaluasi.
Ketiga, peningkatan mutu berbasis sumberdaya
manusia, ini artinya segala upaya yang ditujukan
untuk pembangunan mutu madrasah hakikatnya sangat
bergantung pada kualitas SDM di Madrasah seperti
guru, siswa, kepala madrasah dan pengawas.
Keempat, penguatan ciri khas keagamaan,
sebagai lembaga pendidikan yang berciri khas Islam
madrasah sesungguhnya memiliki keunggulan
tersendiri, betapa tidak, madrasah yang
menggunakan kurikulum 100% umum:100% agama dapat
menjadi sebuah lembaga pendidikan yang ideal dan
unggul jika dikelola dengan baik.
Kelima, penguatan status kelembagaan
madrasah, salah satu strategi untuk meningkatkan
jumlah anggaran dan pencitraan madrasah adalah
dengan cara mengalihstatuskan sejumlah madrasah
swasta menjadi negeri.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Munculnya madrasah yang dilatarbelakangi masalah
politik menjadi sebuah inovasi solutif bagi
perkembangan sistem pendidikan islam dari masa ke masa.
Madrasah sebagai tempat untuk belajar agama dan
keagamaan, dalam sejarah perjalanannya berkembangan
sangat baik dan mengalami banyak kemajuan namun hal
tersebut bukan tanpa proses melainkan dengan melewati
berbagai rintangan, hambatan dan permasalahan.
Perkembangan madrasah pun didukung oleh berbagai
aspek, mulai dari kepedulian umat Islam terhadap masa
depan pendidikan agamanya baik secara individu maupun
kelompok, hingga kebijakan-kebijakan pemerintah dalam
mengelola sistem pendidikan agama Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,2000, filsafat pendidikan islam, Jakarta; PT. BumiAskara
Sekertariat Negara RI, UUD, Pedoman Penghayatan danPengamalan Pancasila,
Garis-garis Besar Haluan Negara.
Uhbiyati, Nur Uhbiyati, 1998, Ilmu Pendidikan Islam, UntukIAIN, STAIN, PTAIS, Bandung ; Pustaka Setia
Yunus, Mahmud, 1996, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia,Jakarta; Hidakarya Agung
Zuhairini, 1986, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta:Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi
Agama/IAIN Jakarta
M. Munir Mursi, al Tarbiyah al Islamiyyah : seperti yangdikutip oleh Mahmud Arif dalam, Panorama Pendidikan Islam di Indonesia,