Top Banner
SEJARAH ANGKATAN-22 PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG, JAWA BARAT © 2013 Kontributor
9

Sejarah Angkatan-22 Pondok Pesantren Al-Basyariyah Bandung

Dec 01, 2015

Download

Documents

Ana Jamil

Sejarah Angkatan-22 Pondok Pesantren Al-Basyariyah Bandung, mulai dari awal masuk pada bulan Juli 2003, hingga hari wisuda mereka pada tanggal 11 Juli 2010.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Sejarah Angkatan-22 Pondok Pesantren Al-Basyariyah Bandung

SEJARAH ANGKATAN-22

PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH

BANDUNG, JAWA BARAT

© 2013 Kontributor

Page 2: Sejarah Angkatan-22 Pondok Pesantren Al-Basyariyah Bandung

Angkatan-22 adalah angkatan di Pondok Pesantren Al-Basyariyah, Cigondewah Hilir, Margaasih, Kota Bandung. Masuk ke pondok sejak pertengahan bulan Juli 2003, keberadaannya di pondok hinggahari wisuda mereka, tanggal 11 Juli 2010. Pada awalnya angkatan ini bernama Granat (Generasi Remaja Pejuang Tarbiyah), kemudian menjadi Garpit (Generasi Anak Remaja Pejuang Islam Tarbiyah). Nama Garpit-22 resmi digunakan hingga sekarang. Anggotanya mencakup dari angkatan Intensif dan TMI, baik putra maupun putri.

Sekilas kalau dilihat dari luar, mereka tampak biasa-biasa saja seperti santri lainnya, tapi selama keberadaannya di Al-Basyariyah, angkatan ini banyak membuat kelakuan buruk.

Menurut pengakuan santri putra dan putri yang pernah hidup di pondok semasa dengan mereka, angkatan-22 putra dan putri adalah angkatan yang paling arogan, egois, dan licik dari seluruh angkatan-angkatan yang pernah ada di Al-Basyariyah.

Angkatan-22 Putri

Angkatan-22 Putra

Page 3: Sejarah Angkatan-22 Pondok Pesantren Al-Basyariyah Bandung

ANGKATAN-22 DARI WAKTU KE WAKTU

I. 1 TMI (2003-2004)

20 Juli 2003 adalah hari pertama tahun ajaran 2003-2004, dan angkatan-22 menjadi angkatan termuda,sedangkan angkatan-16 menjadi yang tertua sebagai OSMA (Organisasi Santri Masa Bakti). Angkatan-17 yang menjadi OSPA (Organisasi Santri Pondok Pesantren Al-Basyariyah) melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik. Pada masa ini, angkatan-22 baik putra maupun putri belum memiliki organisasi angkatan yang resmi. Masa ini adalah masa-masa awal beradaptasi dengan pondok.

Sebelum kedatangan angkatan-22 ke Al-Basyariyah, terjadi beberapa peristiwa yang mengguncang pondok. Salah satunya, banjir besar setinggi kurang lebih 1.5 meter merendam rayon-B yang pada waktu itu masih ditempati oleh santri putri, sehingga membuatnya seperti kolam raksasa, hanya gedung Wisma dan pos Bapenta saja yang tidak terendam. Kejadian itu membuat seluruh santri putri dipindahkan ke rayon-D yang didiami oleh santri putra. Banjir itu adalah banjir besar yang pertama kali menerjang Al-Basyariyah, khususnya rayon-B, sekaligus merubah wajah pondok, dimana santri putri dipindahkan secara besar-besaran dari rayon-B ke rayon D, sehingga santri putra menempati rayon-A, B, dan C, sedangkan santri putri menempati rayon-D, dan E hingga sekarang. Kalau saja banjir besar itu tidak pernah terjadi, mungkin wajah pondok tidak akan seperti sekarang.

II. 2 TMI (2004-2005)

Sebelum bulan Ramadhan 1425 H, atau sekitar awal bulan Oktober 2004, angkatan-22 pa (putra) menjatuhkan angkatan-18 pa yang waktu itu menjabat OSPA MB (Masa Bakti) 2004-2005. Sebanyak 5 orang putra secara diam-diam melapor kepada Buya jika mereka telah disiksa oleh beberapa Mudabbirin (pengurus putra) OSPA saat dihukum.

Sebenarnya, yang mereka katakan penyiksaan itu adalah hukuman pukulan biasa yang diberikan ketika mereka melanggar, hukuman pukulan itu telah ada dari awal Al-Basyariyah berdiri, tapi 5 orangitu memanipulasi beritanya dengan sentimen pribadi, sehingga Buya menganggap mereka telah disiksa.

Setelah itu Buya segera menghukum botak dan copot jabatan kepada para Mudabbirin yang dilaporkanoleh 5 orang itu. Buya juga melarang OSPA pa mengurus angkatan-22 pa, karena ditakutkan OSPA paakan dendam dan melakukan tindakan balas dendam. Kepengurusan angkatan-22 pa hingga akhir masa jabatan OSPA MB 2004-2005 diberikan kepada UMB (Ustadz/Ustadzah Masa Bakti), MP3 (Majelis Pembantu Pimpinan Pondok), dan kelas 5 TMI pa sederajat yang waktu itu adalah angkatan-19.

Setelah aksi pelaporan itu, 5 orang tersebut keluar dari pondok. Sejak itulah citra angkatan-22 pa menjadi buruk di mata seluruh santri putra Al-Basyariyah di masa itu, karena dianggap ingin bebas dari hukuman yang diberikan oleh OSPA, sehingga menimbulkan rasa ketidaksukaan dari angkatan lainnya. Selain itu, tindakan mereka membuat angkatan-21, 20 dan 19 pa waspada, ditakutkan ketika kelak mereka menjabat menjadi OSPA, akan diperlakukan sama oleh angkatan-22 pa, seperti yang telah dilakukan kepada OSPA pa MB 2004-2005.

Page 4: Sejarah Angkatan-22 Pondok Pesantren Al-Basyariyah Bandung

III. 3 TMI (2005-2006)

Di tahun ajaran ini, angkatan-22 terpisah menjadi 2 bagian, sebagian besarnya untuk satu tahun ditempatkan di kampus-III Arjasari. Sisanya tetap di kampus-II Cigondewah. Angkatan-19 telah menjabat menjadi OSPA MB 2005-2006.

Kelas Intensif 2005-2006 masuk menjadi angkatan-22, sehingga jumlah angkatan-22 bertambah dari angkatan Intensif-nya. Tapi organisasi resmi angkatan masih berdiri sendiri-sendiri. Granat adalah nama pertama angkatan-22 pa dari TMI, sedangkan angkatan-22 pi (putri)-nya bernama Triginada.

Kelas 3 TMI Cigondewah bersatu dengan kelas Intensif. Baik di putra maupun di putri tidak ada perselisihan antar sesama angkatan-22 yang berbeda waktu masuk itu. Keduanya saling berbagi cerita masing-masing.

Kelas 3 TMI Arjasari yang menjabat sebagai OSPA Arjasari MB 2005-2006 mengklaim bahwa mereka adalah OSPA terbaik dari OSPA sebelum-sebelumnya. Tapi sampai sekarang, klaim tersebut hanya berasal dari pendapat pribadi anggotanya. Dari pendapat umum, belum ada kepastian kalau OSPA MB 2005-2006 Arjasari adalah yang terbaik dari OSPA sebelum-sebelumnya.

IV. 4 TMI SEDERAJAT (2006-2007)

Angkatan-20 telah menjabat OSPA MB 2006-2007. Kelas 3 TMI putra dan putri yang ditempatkan selama setahun di Arjasari telah kembali ke Cigondewah. Angkatan-22 bergabung kembali dengan tambahan anggota baru dari angkatan Intensif. Semuanya duduk di kelas 4 TMI sederajat sesuai dengan jurusannya masing-masing.

Meski baru berusia 1,5 tahun berada di pondok, angkatan Intensif lebih rajin dalam belajar dan semangat dalam berorganisasi, serta patuh terhadap peraturan pondok. Sehingga kualitas mereka lebih baik dibandingkan angkatan TMI. Kehidupan mereka juga lebih bersih, rapi, dan teratur. Berbeda dengan angkatan TMI yang notabene lebih tua dari angkatan Intensif, malah malas dan sepele terhadap peraturan pondok. Kehidupan mereka juga acak-acakan, kotor, dan semrawut.

Keadaan itu membuat angkatan TMI merasa tergeser oleh angkatan Intensif, sehingga timbullah kedengkian. Beberapa dari angkatan TMI pa memprovokasi agar terjadi keributan diantara keduanya. Angkatan Intensif meresponnya dengan mengalah, yaitu mengurangi frekuensi kegiatan mereka di pondok. Walaupun harus mengorbankan diri mereka sendiri, angkatan Intensif sadar kalau mereka tidak mengalah, akan muncul ketidaksetabilan dan perpecahan dalam tubuh angkatan yang nantinya berdampak buruk pada pondok. Beberapa Angkatan TMI yang memprovokasi tersebut bertujuan untuk membuat angkatan Intensif tidak mendahului mereka, yang akan mengakibatkan turunnya pamor angkatan-22 dari TMI.

Percekcokan antara angkatan Intensif dan TMI dalam tubuh angkatan-22 pa, membuat prihatin dari angkatan lainnya, terutama angkatan-20 pa yang menjabat OSPA pa MB 2006-2007. Mengambil pelajaran dari angkatan-angkatan sebelumnya, mereka telah mensosialisasikan masalah ini agar tidak terjadi lagi kejadian yang serupa pada angkatan-22. Tapi ternyata amanat tersebut hanyalah angin lalu bagi angkatan-22 pa.

Di putri terjadi hal yang sama, namun di putri lebih tertutup. OSPA di sana mampu mengendalikan keadaan, sehingga tidak sampai menimbulkan keributan besar yang mengganggu kestabilan pondok.

Page 5: Sejarah Angkatan-22 Pondok Pesantren Al-Basyariyah Bandung

V. 5 TMI SEDERAJAT (2007-2008)

Angkatan-22 telah duduk di kelas 5 TMI sederajat, dan mereka adalah calon pengurus OSPA selanjutnya. Buya berpesan agar mengikuti semua sunnah dan disiplin pondok dengan baik, dan tidak melakukan pelanggaran berat, karena akan membuat Buya sangat marah.

Namun sepertinya pesan Buya hanyalah angin lalu bagi angkatan-22 pa, akhir bulan September 2007, sekitar 60% angkatan-22 pa melakukan aksi tidak terpuji dengan menolak untuk dipimpin oleh OSPA pa MB 2007-2008 yang saat itu adalah angkatan-21. Alasannya, karena para Mudabbirin OSPA tersebut tidak hidup mengikuti sunnah dan disiplin pondok dengan benar.

Seperti mengulang yang telah terjadi terhadap OSPA pa MB 2004-2005, aksi itu sebenarnya didasari oleh sentimen pribadi kepada angkatan-21, seperti rasa benci, iri hati, atau masalah pribadi lainnya yang mulai tumbuh sejak akhir masa kepengurusan OSPA MB 2006-2007. Sehingga mereka ingin menghancurkan angkatan-21 pa dengan menolak dipimpin oleh OSPA. Mereka mengira dengan alasanitu, mereka akan mendapatkan kesempatan untuk membongkar kejelekan-kejelekan OSPA pa MB 2007-2008 di hadapan Buya dan seluruh santri, yang akhirnya dapat membuat OSPA angkatan-21 pa jatuh.

Perkiraan itu salah, Buya mengelompokkan angkatan-22 pa yang memberontak itu sebagai Jamaah Oposisi. Karena menolak dipimpin oleh OSPA, kepengurusan mereka ditangani langsung oleh Buya, UMB, dan MP3. Sedangkan OSPA sendiri tetap utuh, Buya hanya memberitahukan agar bersabar karena ini semua adalah ujian bagi para pengurus OSPA, sekaligus pelajaran agar dapat menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Buya berpihak pada OSPA, bukan angkatan-22 pa, Buya menganggap tindakan Jamaah Oposisi adalah tindakan yang melawan aturan pondok, karena sesuai moto pondok: “Siap untuk Dipimpin dan Siap untuk Memimpin”. Padahal Buya sudah berpesan pada angkatan-22 agar mengikuti sunnah dan disiplin pondok dengan baik.

Jamaah Oposisi kecewa karena skenario mereka tidak berhasil menjatuhkan angkatan-21 pa, tapi mereka beranggapan kalau mereka tetap akan menjabat menjadi OSPA di tahun depan. Namun kenyataannya berbeda, menjelang akhir kepengurusan OSPA MB 2007-2008, Buya mengeluarkan keputusan bahwa Jamaah Oposisi dilarang mengurus pondok dan santri, karena mereka tidak mau dipimpin, berarti tidak mau memimpin juga. Artinya mereka tidak akan menjabat menjadi MudabbirinOSPA MB 2008-2009.

Ketika OSPA MB 2008-2009 naik jabatan, Jamaah Oposisi diorganisasikan secara khusus, masih sama dengan OSPA, tapi mereka hanya boleh mengurusi sesama anggota Jamaah Oposisi saja. Mereka tidak boleh campur tangan dalam urusan OSPA dan santri. Buya, UMB, dan MP3 tetap menjadi pengurus Jamaah Oposisi.

Dengan sekitar 60% angkatan-22 pa menjadi Jamaah Oposisi, mereka yang menjadi OSPA menanggung beban berat dalam menjalankan tanggung jawab sebagai pengurus OSPA. Beberapa dari Jamaah Oposisi sendiri kadang suka menghalangi kerja OSPA, ditambah dengan citra angkatan-22 pa yang semakin memburuk di mata seluruh santri putra dan putri. Meskipun demikian, para pengurus OSPA pa MB 2008-2009 menjalankan tanggung jawab mereka dengan penuh kesabaran. Mereka sadar walaupun sebagai teman seangkatan, para anggota Jamaah Oposisi adalah orang-orang yang keras hatinya, yang sulit bertoleransi terhadap orang lain. Sehingga mereka tetap bersabar terhadap Jamaah Oposisi, dan menganggapnya sebagai pelajaran hidup di Pondok Pesantren Al-Basyariyah.

Sejak berdirinya Jamaah Oposisi sebagai yang pertama kali dalam sejarah Al-Basyariyah berdiri, Buyamengamanatkan kepada seluruh santri agar kemunculannya itu menjadi yang pertama dan terakhir di Pondok Pesantren Al-Basyariyah. Karena kalau muncul lagi Jamaah Oposisi, maka pondok akan hancur karena santrinya sudah tidak mau mengikuti sunnah dan disiplin pondok yang berdasarkan ajaran agama Islam.

Page 6: Sejarah Angkatan-22 Pondok Pesantren Al-Basyariyah Bandung

VI. 6 TMI SEDERAJAT (2008-2009)

Harapan angkatan-22 pa yang telah duduk di kelas 6 TMI sederajat untuk menjadi angkatan terbaik yang berjasa pada pondok telah sirna oleh perbuatan mereka sendiri. Semua rencana-rencana baik sebelumnya yang banyak menguras harta, pikiran, tenaga, dan waktu, hanyalah angan-angan kosong belaka. Mereka mengaku berusaha merealisasikannya, tapi kenyataannya yang mereka lakukan menyimpang dari rencana-rencana tersebut.

Pada awalnya, OSPA pa MB 2008-2009 seperti akan lebih baik lagi dari OSPA sebelum-sebelumnya, tapi ternyata tidak. Jamaah Oposisi seperti parasit yang tidak memberikan manfaat apapun pada pondok, mereka hidup hanya demi diri mereka sendiri. Akibatnya kondisi pondok memburuk, mungkin ini adalah masa-masa terburuk selama Pondok Pesantren Al-Basyariyah berdiri.

Para Jamaah Oposisi dan Mudabbirin OSPA sering lalu lalang ke hujroh (kamar) santri a'do (kelas 5 TMI sederajat kebawah) untuk keperluan seperti meminjam barang, meminta makanan, atau menumpang tidur. Parahnya, mereka suka menyokong santri a'do untuk melanggar sunnah dan disiplinpondok demi sebuah imbalan. Membuat OSPA tidak berdaya untuk menghukum santri a'do yang melanggar. Sunnah dan disiplin pondok menjadi mati suri, serta keadilan menjadi hancur, karena santri a'do yang dihukum, hanya yang tidak disokong oleh Jamaah Oposisi atau Mudabbirin OSPA.

Kebersihan hujroh santri a'do menjadi buruk, karena Jamaah Oposisi atau OSPA yang suka berlalu lalang ke sana, sering mengotori hujroh dengan menaikkan sandal, atau makan tanpa dibersihkan, lalu setelahnya pergi begitu saja. Kebersihan serta kerapihan hujroh Jamaah Oposisi dan OSPA sendiri lebih buruk dari hujroh santri a'do. MP3 pun menyebutnya dengan sebutan "kandang ayam".

Organisasi-organisasi pondok seperti tertidur, mengakibatkan pondok sepi dari aktivitas ekstrakulikuler. Santri seakan tidak bergairah dalam beraktivitas di pondok.

Angkatan-21 yang menjabat OSMA (Organisasi Santri Masa Bakti) MB 2008-2009 bertugas sebagai Mulahidzul Fasl (Petugas Kelas Putra) yang mengurusi KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) santri, mendata semua santri yang mengikuti KBM. Namun angkatan-22 pa malah menyepelekan kerja mereka. Kebanyakan Jamaah Oposisi dan Mudabbirin OSPA suka mengancam agar mereka tidak dilaporkan goib (tidak hadir) ketika tidak masuk kelas, membuat mereka leluasa untuk tidak mengikutiKBM sesuka hati. Tapi di pertengahan tahun ajaran 2008-2009, Mudir (Kepala Sekolah Putra) akhirnya mengungkap masalah ini dan melaporkannya kepada Buya, sehingga kepengurusan KBM kelas 6 TMI sederajat ditangani langsung oleh Buya dan Mudir.

Buya sadar akan kondisi pondok, maka beliau mulai memperhatikan kelas 5 TMI sederajat yang saat itu adalah angkatan-23, untuk dipersiapkan sebagai calon pengurus OSPA di masa depan. Buya optimis kalau setelah masa-masa sulit ini, pondok akan diberikan kemudahan sehingga semakin maju, dan angkatan-22 pa adalah cobaan bagi pondok.

Di lain tempat dan waktu yang sama, angkatan-22 pi juga memiliki anggota JGM (Jamaah Ghoer Mudabbirot), yaitu mereka yang tidak menjabat kepengurusan OSPA dikarenakan telah melanggar sunnah dan disiplin pondok. Jumlahnya sekitar 30% dari keseluruhan angkatan-22 pi.

Keadaan di asrama putri tidak buruk seperti keadaan di asrama putra. Santri putri memiliki kesadaran yang lebih tinggi dibandingkan santri putra dalam mengurus pondok. Itu sebabnya kebersihan tetap terjaga, dan aktivitas organisasi ekstrakulikuler tetap berjalan dengan baik. KBM pun berjalan dengan tertib, tidak ada yang menyepelekan peraturan yang ditetapkan Buya dan Mudiroh (Kepala Sekolah Putri). Para JGM dan Mudabbirot OSPA di putri menjalankan sunnah dan disiplin pondok dengan lebih baik.

Walaupun OSPA pi MB 2008-2009 kualitasnya sedikit di atas OSPA pa MB 2008-2009, tapi mereka tetap memiliki karakter yang sama karena mereka sama-sama angkatan-22. Selama menjadi santri a’do, sikap dan perilaku mereka baik-baik saja, tapi setelah menjabat menjadi Mudabbirot, mereka berubah 180 derajat.

Page 7: Sejarah Angkatan-22 Pondok Pesantren Al-Basyariyah Bandung

Ketika menghukum santri a'do yang melanggar, Mudabbirot suka mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas; dan Mudabbirot suka mencari-cari dan membesar-besarkan kesalahan yang dilakukan santri a'do, sedangkan jika Mudabbirot sendiri yang melakukan kesalahan suka ditutup-tutupi. Berbeda dengan Mudabbirot OSPA pi sebelum-sebelumnya yang kebanyakan ramah terhadap santri a'do, hampir semua Mudabbirot OSPA pi MB 2008-2009 bersikap sinis. Sikap Mudabbirot OSPA pi MB 2008-2009 selama menjabat membuat banyak santri a'do tidak menyukai mereka. Santri a'do di masa itu menilai OSPA sekarang adalah OSPA paling arogan selama mereka berada di Al-Basyariyah.

Mereka juga tidak menghormati kakak kelas mereka saat itu, yaitu OSMA pi 2008-2009. Sikap tidak menghormati ini didasari oleh kecemburuan angkatan-22 pi sejak mereka masih duduk di kelas 5 TMI sederajat. Saat itu, angkatan-21 pi banyak menorehkan prestasi yang diapresiasi oleh pondok, dan jugadicintai oleh santri a’do, karena itu angkatan-22 pi merasa tersaingi. Lebih unggul dalam jumlah, mereka suka mengancam OSMA pi yang jumlahnya jauh lebih sedikit supaya tidak melaporkan pelanggaran berat yang Mudabbirot lakukan, seperti membawa HP, syifah (pacaran antara santri putra dan putri), dan lain sebagainya.

Saat tiba waktunya bagi OSPA MB 2008-2009 untuk mengestafetkan tongkat kepemimpinan kepada OSPA MB 2009-2010 di bulan April 2009, santri a'do di putra dan di putri berbahagia. Buya, UMB, dan MP3 pun tampak lebih cerah dari sebelumnya, mereka terlihat lebih bersemangat untuk menyambut masa kepengurusan serta tahun ajaran baru. Tetapi keberadaan angkatan-22 di pondok hingga awal tahun ajaran 2009-2010, masih menjadi ganjalan bagi OSPA MB 2009-2010, karena keberadaan angkatan-22 yang tidak lagi menjabat OSPA ataupun Jamaah Oposisi, suka menyokong santri a'do untuk tidak melaksanakan sunnah dan disiplin pondok. Selain itu mereka suka membuat propaganda supaya santri a'do melawan kepengurusan OSPA MB 2009-2010. Tapi santri tidak terlalu terbawa oleh hasutan mereka.

VII. MASA BAKTI (2009-2010)

Pada bulan Juli 2009, angkatan-21 diwisuda, mereka sepenuhnya telah meninggalkan pondok. Angkatan-23 telah menjabat OSPA MB 2009-2010, dan sebagian kecil angkatan-22 menjadi OSMA MB 2009-2010. Pondok mulai membaik, setahap demi setahap bangkit dari kelesuan tahun ajaran lalu.Pembangunan pondok seakan tidak akan pernah berhenti. Angkatan-22 dari TMI, menjadi UMB yang ditempatkan di kampus-I Cibaduyut, kampus-II Cigondewah, dan kampus-III Arjasari. Sisanya dari angkatan Intensif dan TMI, melakukan masa bakti di luar pondok.

Pada awal tahun ajaran 2009-2010, beberapa UMB putra di kampus-II Cigondewah melakukan pelanggaran yang membuat mereka harus diusir dari pondok. Meski berbagai upaya negosiasi dilakukan, tetap tidak merubah keputusan Buya untuk menyingkirkan mereka dari pondok. Akhirnya mereka menjalankan masa bakti di luar pondok.

Kejadian itu membuat seluruh UMB putra dan putri di tiga kampus Al-Basyariyah waspada, mereka sadar kalau sedikit saja melakukan pelanggaran, bukan tidak mungkin Buya akan mengusir mereka layaknya yang menimpa UMB putra, meskipun harus seluruh UMB OSMA 2009-2010 yang diusir. Karenanya mereka berusaha sekuat mungkin untuk tidak melanggar.

OSMA memandang dengan sinis terhadap kemajuan yang dicapai oleh OSPA MB 2009-2010. Merekatidak bisa menyembunyikan perasaan dengki ketika merasa tersaingi, sama seperti pada angkatan-21 dan sesama angkatan-22 dari Intensif. Perasaan itu kadang menimbulkan konflik di antara OSMA dan OSPA MB 2009-2010, baik di putra maupun di putri.

Angkatan-18 pa dan angkatan-21 pa yang pernah merasakan pengalaman pahit dengan angkatan-22 pa, berhasil menorehkan prestasi yang membanggakan almamater. Banyak alumni dari angkatan-21 yang berhasil mengharumkan nama Al-Basyariyah, mereka melakukannya tanpa pamrih demi menjaga nama baik Al-Basyariyah. Mereka berusaha agar nama Al-Basyariyah tidak tercemar oleh kelakuan diri mereka sendiri.

Page 8: Sejarah Angkatan-22 Pondok Pesantren Al-Basyariyah Bandung

Tanggal 11 Juli 2010 datang, tiba saatnya bagi angkatan-22 untuk diwisuda. Anehnya, hanya sekitar setengahnya saja yang ikut wisuda, sisanya tidak berpartisipasi dan hanya menjadi penonton. Padahal sebelumnya mereka mencanangkan jika seluruh angkatan-22 akan ikut diwisuda.

Seluruh santri termasuk para alumni yang hadir menyaksikan upacara wisuda pada hari itu menilai bahwa angkatan-22 yang selalu menggembar-gemborkan kebersamaan hanyalah isapan jempol belaka.Angkatan-22 selalu menganggap angkatan-angkatan lain memiliki kebersamaan yang rendah dibandingkan mereka. Tapi pada hari itu, angkatan-22 menunjukkan kemunafikan mereka sendiri dihadapan seluruh santri beserta alumni yang hadir. Membuat keyakinan negatif terhadap angkatan-22tidaklah salah.

Diwisudanya angkatan-22, menandakan berakhirnya sepak terjang mereka di Pondok Pesantren Al-Basyariyah selama 7 tahun, terhitung sejak tanggal 20 Juli 2003. Sepeninggal mereka, pondok terus merangkak naik menuju masa depan yang lebih baik dari sebelumnya, pondok terus maju berkat doa dan usaha keras Buya yang ikhlas Lillahi Ta’ala.

Wisudawati Angkatan-22

Wisudawan Angkatan-22

Page 9: Sejarah Angkatan-22 Pondok Pesantren Al-Basyariyah Bandung

Catatan:

Artikel ini dibuat bukan untuk menjatuhkan angkatan-22 ataupun Al-Basyariyah, tapi untuk berbagi pengalaman dan sebagai pelajaran kepada generasi santri Pondok Pesantren Al-Basyariyah selanjutnya. Seluruh isi dari artikel ini ditulis berdasarkan fakta yang terjadi, dan bersumber dari banyak kontributor. Semoga Pondok Pesantren Al-Basyariyah semakin baik kualitasnya. Amin.