BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Industri farmasi merupakan salah satu elemen yang berperan penting dalam mewujudkan kesehatan nasional melalui aktivitasnya dalam bidang manufcturing obat. Tingginya kebutuhan akan obat dalam dunia kesehatan dan vitalnya aktivitas obat mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh manusia melahirkan sebuah tuntutan terhadap industri farmasi agar mampu memproduksi obat yang berkualitas. Oleh karena itu, semua industri farmasi harus benar-benar berupaya agar dapat menghasilkan produk dan sediaan obat yang memenuhi standard kualitas yang dipersyaratkan. Salah satu sediaan obat yang diproduksi adalah sediaan solid yaitu sediaan yang mempunyai bentuk dan tekstur yang padat dan kompak. Macam-macam sediaan solid pada obat antara lain: serbuk, tablet, kapsul, pil, suppositoria, ovula, dll. Sediaan solid yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sediaan solid tablet berikut dengan pembuatan, permasalahannya. Pembuatan tablet pada umumnya dilakukan dengan tiga metode yaitu, metode cetak langsung, metode granulasi basah dan metode granulasi kering. Dari masing-masing metode ini tentu mengalami permasalahan-permasalahan yang timbul pada setiap pembuatannya sehingga muncul dari segi keuntungan dan kerugian dari masing-masing metode.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Industri farmasi merupakan salah satu elemen yang berperan penting dalam
mewujudkan kesehatan nasional melalui aktivitasnya dalam bidang manufcturing
obat. Tingginya kebutuhan akan obat dalam dunia kesehatan dan vitalnya aktivitas
obat mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh manusia melahirkan sebuah tuntutan
terhadap industri farmasi agar mampu memproduksi obat yang berkualitas. Oleh
karena itu, semua industri farmasi harus benar-benar berupaya agar dapat
menghasilkan produk dan sediaan obat yang memenuhi standard kualitas yang
dipersyaratkan.
Salah satu sediaan obat yang diproduksi adalah sediaan solid yaitu sediaan
yang mempunyai bentuk dan tekstur yang padat dan kompak. Macam-macam
sediaan solid pada obat antara lain: serbuk, tablet, kapsul, pil, suppositoria, ovula,
dll. Sediaan solid yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sediaan solid tablet
berikut dengan pembuatan, permasalahannya.
Pembuatan tablet pada umumnya dilakukan dengan tiga metode yaitu,
metode cetak langsung, metode granulasi basah dan metode granulasi kering. Dari
masing-masing metode ini tentu mengalami permasalahan-permasalahan yang
timbul pada setiap pembuatannya sehingga muncul dari segi keuntungan dan
kerugian dari masing-masing metode.
Bidang teknologi farmasi terus mengembangkan berbagai bentuk sediaan
baru untuk mengatasi keterbatasan sediaan yang terdahulu. Salah satu bentuk
sediaan yang terus dikembangkan karena memiliki keuntungan terapeutik yang baik
adalah sediaan oral lepas terkendali. Bentuk ini terus dikembangkan dengan suatu
sistem penghantara obat tertahan di lambung atau Gastroretentive Drug Delivery
System. Sistem penghantaran tertahan di lambung merupakan suatu sistem
penghantara obat dengan menggunakan polimer dimana setelah pemberian secara
oral, obat akan tertahan lebih lama di lambung dan melepaskan obat secara
terkendali dan kontinyu.
2. Tujuan
a. Dapat menjelaskan masing-masing definisi sediaan solid
b. Dapat menjelaskan masing-masing metode pembuatan tablet
c. Dapat menjelaskan permasalahan yang muncul akibat dari proses
pembuatan tablet dari masing-masing metode
d. Dapat menjelaskan mengenai Drug Delivey system melalui oral
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Sediaan Solid
Sediaan solid adalah sediaan yang mempunyai bentuk dan tekstur yang
padat dan kompak. Macam-macam sediaan solid pada obat antara lain: serbuk,
tablet, kapsul, pil, suppositoria, ovula, dll.
a. Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan. Sediaan serbuk diharapkan tidak higroskopis sehingga tidak
mudah mencair ataupun menguap sehingga penyimpanan serbuk obat
harus terlindung dari lembab, udara, panas dan oksigen serta
memperhatikan homogenitas dalam pencampuran.
b. Granul yaitu Granulasi dilakukan untuk meningkatkan sifat aliran yang
berarti uniformitas massa dari sediaan, mencegah pemisahan komponen
campuran, meningkatkan karakteristik dari campuran, mengurangi bahaya
lingkungan untuk pekerja karena pembentukan debu dari bahan toksik
dan meningkatkan penampilan produk.
c. Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. Harus merupakan produk menarik yang mempunyai
identitas sendiri serta bebas dari serpihan, keretakan, pemucatan,
kontaminasi. Harus mempunyai permukaan yang halus, baik dalam
penampilan dan harus kompak sehingga tidak akan mengalami friabilitas,
pengelupasan dalam wadah dan sanggup menahan guncangan mekanik
selama produksi dan pengepakan. Harus mempunyai stabilitas kimia
dan fisika untuk mempertahankan sediaan dari pengaruh lingkungan dan
penurunan mutu zat berkhasiat.
d. Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang
keras atau lunak yang dapat larut. Kapsul harus mudah ditelan dan
tidak memiliki rasa dan bau yang tidak enak. Sifat penting dari bahan aktif
adalah ukuran partikel dan kelarutan, formulasi kandungan kapsul lunak,
baik cairan, larutan dan suspensi yang diisikan ke dalam kapsul harus
homogen.
e. Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk,
yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh,
melunak atau melarut pada suhu tubuh. Supositoria tidak toksik dan
tidak merangsang, dapat tercampur (kompatibel) dengan bahan obat,
dapat melepas obat dengan segera, mudah dituang ke dalam cetakan
dan dapat dengan mudah dilepas dari cetakan, stabil terhadap
pemanasan di atas suhu lebur, stabil selama penyimpanan.
2. Metode pembuatan sediaan
Sediaan tablet ini dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi
basah, granulasi kering, dan kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan
sediaan tablet ini biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan
dibuat tablet, apakah zat tersebut tahan terhadap panas atau lembab,
kestabilannya, besar kecilnya dosis, dan lain sebagainya.
Berikut merupakan penjelasan singkat dari ketiga macam metode tersebut :
a. Granulasi Basah, yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien
menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat
dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat
digranulasi.Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap
lembab dan panas.Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung
karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsipdari metode
granulasi basah adalah membasahi masa tablet dengan larutan pengikat
teretentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian masa
basah tersebut digranulasi.
Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan
suatu perekat sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan
larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya
ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukan
kering ke dalam campuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah. Cairan
yang ditambahkan memiliki peranan yang cukup penting dimana jembatan
cair yang terbentuk di antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat
bila jumlah cairan yang ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan
dan tekanan kapiler paling penting pada awal pembentukan granul, bila cairan
sudah ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang
merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh
massa basah atau lembab maka massa dilewatkan pada ayakan dan diberi
tekanan dengan alat penggiling atau oscillating granulator tujuannya agar
terbentuk granul sehingga luas permukaan meningkat dan proses
pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan granul diayak kembali
ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur yang dugunakan dan ukuran
tablet yang akan dibuat.
Keuntungan metode granulasi basah :
- Memperoleh aliran yang baik
- Meningkatkan kompresibilitas
- Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai
- Mengontrol pelepasan
- Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses
- Distribusi keseragaman kandungan
- Meningkatkan kecepatan disolusi
Kekurangan metode granulasi basah:
- Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi
- Biaya cukup tinggi
- Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan
dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air
b. Granulasi Kering disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif
dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa
padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang
berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari metode ini
adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan
pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Teknik ini yang cukup baik,
digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi untuk
dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap pemanasan dan
kelembaban.
Pada proses ini komponen–komponen tablet dikompakan dengan
mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch
sehingga diperoleh massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging,
pada proses selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk untuk
mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik dari campuran awal
bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat diulang.
Dalam jumlah besar granulasi kering dapat juga dilakukan pada mesin khusus
yang disebut roller compactor yang memiliki kemampuan memuat bahan
sekitar 500 kg, roller compactor memakai dua penggiling yang putarannya
saling berlawanan satu dengan yang lainnya, dan dengan bantuan tehnik
hidrolik pada salah satu penggiling mesin ini mampu menghasilkan tekanan
tertentu pada bahan serbuk yang mengalir dintara penggiling.
Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut :
- Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi
- Zat aktif susah mengalir
- Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab
Keuntungan cara granulasi kering adalah:
- Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin
pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu
- Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab
- Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat
Kekurangan cara granulasi kering adalah:
- Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug
- Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam
- Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya
kontaminasi silang
c. Metode Kempa Langsung, yaitu pembuatan tablet dengan mengempa
langsung campuran zat aktif dan eksipien kering.tanpa melalui perlakuan
awal terlebih dahulu.
Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat
pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang
kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan
lembab. Ada beberapa zat berbentuk kristal seperti NaCl, NaBr dan KCl yang
mungkin langsung dikempa, tetapi sebagian besar zat aktik tidak mudah
untuk langsung dikempa, selain itu zat aktif tunggal yang langsung dikempa
untuk dijadikan tablet kebanyakan sulit untuk pecah jika terkena air (cairan
tubuh). secara umum sifat zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung
adalah; alirannya baik, kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal, dan mampu
menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet. Sedangkan
keuntungan metode kempa langsung yaitu :
- Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit
- Lebih singkat prosesnya. Karena proses yang dilakukan lebih sedikit,
maka waktu yang diperlukan untuk menggunakan metode ini lebih
singkat, tenaga dan mesin yang dipergunakan juga lebih sedikit.
- Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan
lembab
- Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses
granul, tetapi langsung menjadi partikel. tablet kempa langsung berisi
partikel halus, sehingga tidak melalui proses dari granul ke partikel halus
terlebih dahulu.
Kerugian metode kempa langsung :
- Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan
pengisi dapat menimbulkan stratifikasi di antara granul yang selanjutnya
dapat menyebabkan kurang seragamnya kandungan zat aktif di dalam
tablet.
- Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa langsung
karena itu biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan
proses pengempaan sehingga pengisi yang dibutuhkanpun makin banyak
dan mahal. Dalam beberapa kondisi pengisi dapat berinteraksi dengan
obat seperti senyawa amin dan laktosa spray dried dan menghasilkan
warna kuning. Pada kempa langsung mungkin terjadi aliran statik yang
terjadi selama pencampuran dan pemeriksaan rutin sehingga
keseragaman zat aktif dalam granul terganggu.
- Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan harus
bersifat; mudah mengalir; kompresibilitas yang baik; kohesifitas dan
adhesifitas yang baik
3. Masalah dalam pembuatan sediaan
Masalah-Masalah Dalam Pembuatan Tablet permasalahan yang mungkin
timbul adalah berkenaan dengan bagaimana cara membuat sediaan yang baik
dan sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Untuk membuat sediaan yang baik diperlukan data preformulasi yang
meliputi stabilitas, organoleptik, sifat fisikokimia, dan data-data lain yang
menunjang sehingga dapat diperkirakan bahan baku yang cocok untuk
terbentuknya suatu sediaan yang baik dan tercapainya tujuan penggunaan.
Adapun masalah-masalah yang mungkin terjadi :
a. OTT zat aktif (meleleh, berubah warna, terurai, dan sebagainya).
b. Stabilitas zat aktif :
Untuk zat yang rusak oleh adanya air, dibuat dengan metode
pembuatan tablet yang tidak menggunakan air dan perlu diperhatikan
pelarut yang digunakan untuk granulasi.
Untuk zat yang mudah teroksidasi dengan pemanasan dan sinar UV,
digunakan metode pembuatan tablet yang tidak memakai pemanasan
dan sinar UV dalam prosesnya.
Untuk zat yang higroskopis, jangan menggunakan metode granulasi
basah memakai mucilago amyli karena massa cetak yang terjadi sulit
untuk dikeringkan. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan adsorben
seperti Aerosol < 3%.
Untuk zat yang tidak tahan air dan pemanasan dapat digunakan
metode pembuatan tablet dengan cara kempa langsung atau granulasi
kering
Untuk zat dengan jumlah kecil (jumlah fines <30%) dapat dibuat dengan
KL
Untuk zat dengan jumlah besar (jumlah fines >30%) dapat dibuat dengan
GK.
c. Pemilihan bahan pembantu yang cocok
Untuk penentuan eksipien perlu diperhatikan OTT dengan zat
aktif. Di samping itu, bahan pembantu yang digunakan harus mempunyai
titik leleh yang cukup tinggi sehingga pada pencetakan tidak meleleh.
d. Jumlah fines total
Jumlah fines yang ditambahkan pada masa cetak maksimal 30%,
idealnya 15%. Jika lebih besar akan menyusahkan pada pencetakan tablet.
e. Perbandingan bobot jenis zat aktif dengan pembawa (jika terlalu jauh
hendaknya jumlah fine sesedikit mungkin)
f. Konsentrasi Mg stearat sebagai lubrikan maksimal 2%. Jika terlalu
besar akan terjadi laminating.
g. Penggunaan mucilago amyli sebagai pengikat pada proses pembuatan
tablet akan mempersulit disolusi zat aktif dari dalam granul karena
mucilago amyli yang sudah kering sulit ditembus air. Untuk
mengatasinya, perlu ditambah pembasah (Tween 80 0.05%-0.15%)
sehingga tablet mempunyai waktu hancur lebih baik.
h. Pada penggunaan PVP sebagai pengikat, PVP sebaiknya dilarutkan
dalam alcohol 95%. Tetapi pada tahap awal, volume alkohol yang
digunakan tidak diketahui sehingga dapat diberikan sebagai serbuk.
i. Penggunaan amylum yang terlalu banyak (maksimal 30%) menyebabkan
tablet tidak dapat dicetak karena kompresibilitasnya sangat jelek.
j. Amylum yang digunakan sebagai penghancur luar haruslah amylum
kering karena dengan adanya air akan menurunkan kemampuannya
sebagai penghancur. Pengeringan amylum dilakukan pada suhu 70 °C
karena pada suhu ini tidak terjadi gelatinasi dari amylum.
k. Pada pembuatan tablet dengan metode KL, sebagai pembawa dapat
digunakan kombinasi Avicel dengan Primogel atau Avicel dan Starch
1500 dengan perbandingan 7:3 (penelitan Aliyah) atau 3:1. Karena
Avicel memiliki kompresibilitas yang baik tapi alirannya kurang baik,
maka untuk memperbaiki alirannya dapat digunakan Primogel atau Starch
1500.
l. Untuk mengatasi kekeringan granul akibat pengeringan yang tidak
terkontrol maka perlu penambahan humektan yaitu gliserin atau propilen
glikol 1 – 4% dihitung terhadap mucilago. Gliserin ditambahkan pada
mucilago (pengikat) untuk mempermudah homogenitas gliserin pada
tablet, sama halnya dengan penambahan Tween untuk zat aktif hidrofob
pada mucilago. Penambahan gliserin dan Tween adalah untuk tujuan:
- Gliserin : dikhawatirkan pada waktu pengeringan air hilang/menguap
semua
- Tween : dikhawatirkan komposisi yang digunakan menolak air,
sehingga perlu penambahan Tween agar tablet tidak pecah. Jumlah
Tween yang tepat tergantung pada:
Jumlah zat aktif
Jumlah bahan pembantu yang digunakan
m. Jumlah aerosil yang ditambahkan tidak boleh lebih dari 3% karena
aerosil bersifat voluminous dan menyerap air sehingga tablet dapat
membatu yang menyebabkan waktu hancur lebih lama.
n. Bila bobot tablet terlalu tinggi dan bervariasi
Kemungkinan disebabkan oleh:
- Distribusi pada hoover yang disebabkan proses getaran. Sehingga
yang kecil terdesak, granul yang besar akan keluar lebih dahulu,
karena ada proses pemampatan. Oleh karena itu perlu diusahakan
ukuran granul yang seragam.
- Aliran granul yang kurang baik
- Distribusi partikel tidak normal, karena bobot jenis berbeda jauh,
sehingga aliran jelek.
- Lubrikan kurang sehingga alirannya jelek. 15. Jika zat aktif larut air.
- Jangan menggranulasi dengan air
- Sebagai pengikat, gunakan pelarut yang tidak melarutkan massa tablet.
Ketentuan : misalkan digunakan pelarut X, boleh saja ada zat yang
larut dalam pelarut X yang digunakan sebagai pelarut pengikat, tetapi
maksimal 30%.
Permasalahan-Permasalahan Khusus
1. Campuran Eutektik
Timbang kedua zat aktif secara proporsional, masukan dalam
mortir dan digerus. Bila meleleh berarti eutektik. Cara lain adalah
setelah dicampur kedua zat aktif tambahakan musilago pakai air, bila
tidak kering berarti eutektik, atau musilago diganti dengan PVP alkohol.
2. Pembuatan tablet Etambutol
Harus disalut dengan pahan penyalut yang larut alkohol larut
asam lemak tetapi tidak larut air, lebih baik disalut dengan Cetosel.
Etambutol jika digranulasi dengan PVP/alkohol akan semakin
melengket. Jadi cetak langsung atau granulasi kering/slugging. Dengan
slugging, kekompakan akan turun, friabilitas menjadi tinggi. Teknik
penambahan PVP : tambahkan dulu PVP kedalam massa cetak
sampai homogeny lalu ditambahkan alkohol sehingga jumlahnya tepat.
3. Vitamin C
Jangan gunakan Avicel, ini mempercepat oksidasi vitamin C. Bisa
digunakan PVP tapi jelek. Pakai musilago dalam ruang hampa
udara/bisa juga dipakai Cetosel dalam alkohol/eksplotab/starch. Jangan
digunakan dengan granulasi basah karena waktu hancurnya akan jelek.
Yang baik gunakan Avicel adalah selama tidak OTT dengan zat aktif.
Avicel dapat digunakan untuk cetak langsung, atau juga granulasi
basah tetapi sebagai pengisi. Jika Avicel tidak larut air dapat bertindak
sebagai fasa luar dan fasa dalam. Jika Avicel sebagai fasa luar, amilum
kering dihilangkan sehingga komposisi FL :
R/ Avicel 6%
Talk 1% (dikurangi)
Mg Stearat 1%
Demikian juga jika digunakan Aerosil sebagai fasa luar, talk dikurangi
karena telah berfungsi juga sebagai glidan.
4. Starch
Starch yang baik jumlahnya 30%, jika zat jumlahnya tinggi bila
ditambah Starch 1500 30% maka bobot tablet akan semakin besar
sedangkan yang harus ditambahkan adalah lubrikan, pelincir, maka
starch ditambahkan kurang dari 30% yang membuat aliran menjadi
jelek. Untuk mengatasi hal ini, gunakan Avicel yang dapat bertindak
sebagai pengisi juga penghancur. Kombinasi Starch 1500 dan Eksplotab
baik untuk pembuatan tablet secara cetak langsung sebagai
penghancur, jangan digunakan sebagai pengisi.
5. Pembuatan Granulasi Kering
ARC 591 jangan memakai alkohol yang mengandung air (pakai
alkohol yang tidak berair). Jika mengandung air sulit direkonstitusi.
6. Penggunaan Pharmacot, Etocel, PVP
Hanya untuk zat aktif yang tidak boleh kena air (karena akan
terurai). Kombinasi Starch 1500/Avicel hanya untuk cetak langsung, jumlah
Avicel dikurangi dan Starch-nya 30%. Starch 1500 tidak boleh untuk
granulasi basah sebagai pengisi karena Starch dengan air akan
membentuk gel yang dapat berfungsi sebagai pengikat yang sangat
kuat. Tetapi sebagai penghancur untuk SL dapat digunakan dengan
teknik granulasi basah.
7. Penanganan Ekstrak untuk Tablet
Ekstrak kental larutkan dulu dalam etanol 70% kemudian
dikeringkan dengan SL. Untuk ekstrak Belladona 1:3.
Masalah Pada Beberapa Senyawa Aktif
1. Papaverin HCl, jika digunakan air dapat larut maka gunakan pelarut
yang tidak melarutkan zat tersebut.
2. Zat hidrofob seperti Fenilbutazon, Vioform, Parasetamol, Ester
Kloramfenikol dapat dilakukan penambahan Tween 80 0,01% bobot
tablet atau saponin 5% bobot tablet (ditambahkan mucilago amyli
sebanyak 0,03%)
3. Diazepam, jika dibuat granul akan kasar, oleh karena itu dapat
dihaluskan terlebih dahulu.
4. Untuk vitamin C dan Parasetamol, gunakan pelarut non air, keringkan
dengan dehumidifier.
5. Fe mempunyai bobot jenis yang tinggi, maka gunakan pengikat PVP
dalam alcohol karena jika digunakan air akan terjadi oksidasi Fe2+ menjadi
Fe3+.
6. Untuk vitamin B12, gerus 1 g + etanol + SL (99 g), keringkan jika
minta dispensasi bahwa tidak ada yang hilang selama proses berarti
100 g sebanding dengan 1 g vitamin B12. Selain itu, vitamin B12
terikat sangat kuat dengan mucilago amyli sehingga waktu hancurnya
lama. Avicel dengan mucilago amyli membentuk adonan lengket yang
sukar digranulasi. Kadarnya sangat kecil, perlu diajukan uji keseragaman
kandungan.
7. Penisilin VK terbaik dibuat dengan cara slugging
8. Mg(OH)3 + alukol terbaik digunakan cetak langsung, dapat granulasi
basah menggunakan PVP dalam alkohol, jika menggunakan mucilago
amyli, kapasitas penetralan dapat turun.
9. Alukol berat jenis tinggi untuk tablet (aliran baik), berat jenis rendah
dapat digunakan untuk suspensi, tablet kunyah, voluminous.
10.Etambutol, tablet cepat basah. Granulasi dengan alkohol atau disalut
atau ditambahkan etambutol sebagai fines.
11.Alukol + ekstrak Belladona, gunakan SL sebagai pengisi. Karena
ekstraknya pahit, jarang untuk obat kunyah. Bila dibuat obat kunyah
maka tambahkan asam siklamat dan sakarin untuk mengatasi rasa pahit.
Alukol dengan antasid lain, OTT terhadap CMC. Perlu dilakukan uji
penetralan terhadap bahan baku dan tablet (minta dispensasi).
12.Untuk garam-garam Kalsium, Ca Pantotenat dan lainnya tidak dapat
memakai mucilago amyli sebagai pengikat sebab akan terbentuk massa
seperti lem.
13.Mg-stearat dan Eksplotab, bila zat aktif bersifat asam, jangan
menggunakan Mg stearat dan Eksplotab, ganti saja Mg-stearat dengan
asam stearat.
14.Antibiotika, terutama yang tidak tahan pemanasan, dilakukan dengan
slugging atau dehumidifier (dengan alkohol + air) disedot pada suhu
30 °C tetapi hasilnya kurang baik, sebab potensi akan menurun karena
kontak dengan air.
15.Ekstrak untuk tablet, ekstrak kental dilarutkan dulu dalam etanol 70%,
baru dikeringkan dengan SL. Ekstrak Belladona 1:3 artinya dalam 3
bagian ada 1 bagian.
Contohnya jika diinginkan 20 mL ekstrak Belladona maka yang diambil
adalah 60 mL, digerus halus dan dicampurkan dengan pengisi sedikit demi
sedikit.
16.Untuk zat-zat berkhasiat yang sangat pahit seperti Kloramfenikol harus
disalut (dispensasi). Kloramfenikol palmitat tidak bisa dibuat tablet karena
masih ada sisa asam palmitat yang menyebabkan tablet mudah pecah
karena sukar diikat.
17. INH dan PAS tidak dapat dibuat kombinasi dalam tablet karena PAS
diabsorbsi di usus tidak boleh terdisolusi di lambung (?).
Catatan Lain
a. Fines
Maksimum 30% dari bobot tablet termasuk Fase Luar (FL) jika
lebih dapat terjadi capping. Jumlah yang berbeda, distribusi berbeda
dapat diatasi dengan hoover yang tidak bergetar dan atau adanya
pengaduk.
b. Eksplotab
Tidak tahan asam, hanya untuk penghancur luar, tidak bisa untuk
granulasi basah, digunakan 3-5%, maksimum 25%.
c. Starch 1500
Pengisi tablet untuk cetak langsung. Jika ada air akan menjadi
gel sehingga zat aktif terhambat, daya mengembang kurang sehingga
waktu hancur menjadi jelek. Pengisi tablet tidak lebih dari 30%.
d. Avicel pH 101,102,103 baik untuk tablet cetak langsung
Jika jumlah zat aktif kecil dan berbentuk hablur, resiko
ketidakseragaman kandungan zat aktif besar jika dibuat secara cetak
langsung, karena kurang homogen.
e. Untuk cetak langsung gunakan zat aktif yang halus dengan aliran baik.
Jika basis kasar dan zat aktif halus, maka distribusi menjadi
tidak merata karena terjadi distribusi ukuran partikel yang tidak merata,
terutama saat pencetakan, akibat getaran.
f. Vitamin B12 untuk cetak langsung harus dihaluskan terlebih dahulu.
Gunakan pengisi manitol, bukan dengan SL.
g. Untuk antibiotika, pilih pengikat yang tidak mengubah potensi.
h. Mekanisme umum hancurnya tablet adalah pembasahan, penetrasi
air, pengembangan, dan hancur. Untuk cetak langsung, jika kecepatan aliran
masa cetak 1,5 g/dt atau lebih sudah cukup baik.
i. Jika zat aktif 200 mg per tablet, siap-siap untuk dibuat secara cetak
langsung.
j. Dalam evaluasi waktu hancur tablet, tinjau mekanisme waktu hancur,
surfaktan, desintegrator lebih baik yang hidrofob.
k. PVP mudah ditembus air.
l. Ac di sol 3% sebagai penghancur luar untuk memperbaiki waktu hancur.
Granulasi dibuat terpisah dengan pertimbangan jumlah granul
sama banyak, distribusi granul sama di mana perbandingan granul A
dan B sama, kelemahan distribusi tidak selalu sama.
m. Ukuran (mesh) 18-20; 20-22; yang biasa 16-16 Jika granul pengikatnya
lemah, gunakan pengayak dengan ukuran mesh sama
n. Zat aktif dengan bobot jenis tinggi (umumnya BJ zat anorganik),
granulasi seperti biasa, FL sekecil mungkin.
o. CaCO3 dapat digunakan sebagai penghancur di dalam lambung
yang akan menyerap asam lambung dan berubah menjadi CO2.
Permasalahan Dalam Pencetakan Tablet
Masalah-masalah yang dapat muncul selama proses pencetakan tablet
secara umum, seperti :
- Capping : pemisahan sebagian atau keseluruhan bagian atas/bawah
tablet dari badan tablet
- Laminasi : pemisahan tablet menjadi dua bagian atau lebih
- Chipping : keadaan dimana bagian bawah tablet terpotong
- Cracking : keadaan dimana tablet pecah, lebih sering di bagian atas-
tengah
- Picking : perpidahan bahan dari permukaan tablet dan menempel
pada permukaan punch
- Sticking : keadaan dimana granul menempel pada dinding die (ada
adhesi)
- Mottling : keadaan dimana distribusi zat warna pada permukaan tablet
tidak merata
Masalah Lain Pada Pencetakan Tablet Secara Khusus
1. Lengket pada Cetakan
Manifestasinya :
- Melekat pada die dan sulit untuk dikeluarkan
- Bunyi keras pada mesin
- Tablet kopak, jelek, sisi tablet kasar, kadang-kadang hitam
Penyebab :
Antiadheren kurang
Lubrikan kurang atau tidak tepat
Contoh : Tablet asetosal dengan Mg stearat lengket, seharusnya
digunakan asam stearat (yang mikronize karena fungsi lubrikan
adalah antar partikel sehingga kalau halus akan terselimuti oleh
lubrikan).
Kandungan air (aspek kadar air) tinggi akan menyebabkan
penempelan pada die, sedangkan kadar air rendah dapat
menyebabkan laminating atau capping.
Kemungkinan karena interaksi kimia atau fisika, contoh interaksi
fisika etoksi benzamin dengan kafein, gliseril guaiakolat dengan
prometazin HCl, yaitu terjadinya pelelehan sehingga adhesivitas
tinggi dan akhirnya menjadi lengket.
Bahan baku dengan titik leleh sangat rendah, sehingga kesulitan
dalam masalah pencetakan, contoh : Ibuprofen, Gliseril guaiakolat,
Siprofloksasin (Antibiotik turunan Imidazol).
Penyelesaian Masalah :
- Meningkatkan antiadheren dan lubrikan
- Penggantian lubrikan yang cocok
- Mengurangi jumlah granul yang kasar
- Mengurangi jumlah air tapi jangan sampai berada di bawah
optimum, karena tablet menjadi kurang baik. Jika sudah diketahui
jumlah pembasah yang paling baik maka agar pembasahnya pas,
dilakukan dengan menambahkan pembasah ke dalam larutan
pengikat, yaitu bahan pembantu yang tidak menguap tapi basah,
contoh Propilen glikol atau gliserin.
- Jika terjadi lengket mungkin karena punch dan die yang rusak, sebab
kalau cacat pada punch, maka akan melekat sehingga ratakan punch dan
die.
- Kalau mungkin pencetakan pada suhu rendah dan humuditas
rendah karena khusus untuk bahan aktif dengan titik leleh rendah
atau terjadi campuran eutektik maka zat campuran eutektik semakin
mudah menyerap air. Contoh : Kombinasi ampisilin dengan asam
klavulanat, dimana asam klavulanat mudah hancur dengan
kelembaban dan temperatur yang tinggi. Oleh karena itu,
pembuatannya dilakukan dalam suhu dan RH yang rendah.
- Perubahan bahan pengisi, bahan pengisi dengan titik leleh tinggi
dan dapat mengadsorbsi, seperti SiO2 dan aerosil (adsorben).
Penambahan aercsil pada tablet akan menyebabkan penampilan
tablet yang bagus, jernih dan mengkilat, namun waktu hancur
semakin panjang.
2. Lengket pada pons
Manifestasi :
- Terkelupasnya bagian tablet karena permukaan tablet melekat pada
pons. Penyebab sama dengan tadi
- Kurangnya anti adheren
- Kandungan air tinggi
- Lengket pada pons
Penanggulangannya sama :
Ubah ukuran granul
Tambah adsorben
Perbaiki alat
Alat dipoles, sehingga adhesivitas tablet dan pons sangat kecil.
3. Capping/Laminating
Capping : copot
Laminating : belah
Penyebab :
Terjebaknya udara pada tablet karena granul sangat halus
Porositas tinggi, khususnya pada penggunaan pons yang baru,
yaitu dengan adanya udara yang terjebak antara pons dan die
Kekerasan yang terlalu rendah atau terlalu tinggi (ada yang optimal)
Granul yang terlalu kering, cara : tambahkan dalam pelarut
pengikat tambahkan bahan cair dan tidak mudah menguap
Zat pengikat yang kurang tepat.
Pengikat yang jumlahnya terlalu sedikit (tepat tetapi jumlahnya kecil)
Penanggulangannya
Pembuatan granul diulang jika penyebabnya adalah kelebihan
atau kekurangan pengikat atau tidak cocok.
Tambahkan pengikat kering seperti gom arab, sorbitol, PVP,
sakarin, NHPC, LHPC 21, Metilselulosa dengan konsistensi tinggi,
sehingga meningkatkan kekompakan tablet
Pengurangan ukuran partikel dari granul, karena spesifikasi ukuran
harus sama.
4. Sumbing atau retak-retak pada permukaan tablet
Manifestasinya :
Akibat dari ketiga masalah sebelumnya : laminating, lengket atau
kadang-kadang karena pons yang terlalu dalam.
Penyelesaian :
- Pons dan die supaya di poles
- Untuk ukuran granul yang besar, kurangi partikel granul.
- Diganti pons dan die
- Tambahkan pengikat kering
5. Keseragaman bobot (FI III)
Penyebab pertama :
- Aliran kurang baik
- Distribusi ukuran granul yang tidak tepat, sebab dengan demikian
mungkin saja timbul porositas tinggi, yang tidak dapat menjamin
keseragaman bobot karena adanya distribusi baru pada saat
pencetakan.
- Sistem pencampuran yang tidak benar, sehingga mesin harus
terkunci baik terutama pons bawah karena dapat berubah-ubah
sehingga bobot berbeda-beda.
Penyelesaian masalah :
- Perbaiki atau ulangi proses pembuatan granul, perbaikan ukuran
granul, pengikat, granulasi, perbaikan pencampuran massa cetak.
- Perbaikan mesin tablet yaitu validasi mesin tablet.
- Kecepatan aliran dapat menyebabkan bobot tablet yang berbeda-
beda. Penyebab kecepatan aliran : kandungan air tinggi sehingga
adesivitas tinggi dan aliran menjadi kurang ; porositas tinggi, udara
terjebak banyak karena fines dan pengikat yang tidak cocok atau
kurang. Jumlah fines meningkat, porositas meningkat, aliran tidak baik.
Penyebab kedua : distribusi granul tidak baik.
Penyelesaian Masalah :
- Kurangi kadar air
- Pembuatan granul baru sehingga menyebabkan porositas kecil,
distribusi granul optimal sehingga aliran bagus.
6. Keseragaman Kandungan (FI IV hlm.999)
Dilakukan bila :
- Kadar bahan aktif dibawah 50 mg
- Bila perbandingan kadar bahan aktif dengan bobot tablet lebih kecil dari
pada 50% Penyebab jeleknya keseragaman kandungan :
- Karena aliran jelek
- Pencampuran pregranulasi tidak benar maka tentukan dulu
homogenitas zat aktif dalam granul (di pabrik)
- Karena kadar fines tinggi maka porositas tinggi (bobot berbeda-beda)
- Kandungan air yang tinggi sehingga aliran kurang baik
- Kondisi mesin tidak benar.
Penyelesaian masalah
- Perbaikan ukuran granul meliputi pencampuran, perubahan pengikat,
granulasi.
- Kalibrasi mesin.
4. Drug Delivery System
Istilah “Sistem Penghantaran Obat” (SPO) atau Drug Delivery System pada
dasarnya adalah istilah yang menggambarkan bagaimana suatu obat dapat sampai
ke tempat target aksinya. Istilah ini juga sering dipertukarkan dengan drug product
(produk obat) dan dosage form. Hanya saja, istilah SPO memiliki konsep yang lebih
comprehensive yang meliputi: formulasi obat, interaksi yang mungkin terjadi antara
obat yang satu dengan obat yang lainnya, matriks, container, dan pasien.
Ketika membahas tentang SPO, maka hal terpenting yang hendak dicapai
adalah terwujudnya suatu sediaan obat yang ideal atau setidaknya mendekati ideal
yaitu sediaan obat yang:
a. Cukup diberikan satu kali saja selama masa terapi
b. Langsung dapat didistribusikan ke tempat aksinya dan memiliki adverse effect
yang seminimal mungkin
Untuk mencapai tujuan tersebut, obat didesain sedemikian rupa dengan
mempertimbangkan banyak faktor seperti farmakokinetik, farmakodinamik,
kenyamanan pasien, dsb. Berdasarkan pertimbangan – pertimbangan tersebut,
barulah diputuskan apakah suatu obat cocok diformulasikan sebagai sediaan obat
konvensional atau harus diformulasikan menjadi sediaan obat termodifikasi
(modified – release drug product).
Salah satu contoh sistem penghantaran obat melalui oral adalah tablet
gastroretentive. Tablet gastroretentive Merupakan sistem penghantaran obat yang
memiliki kemampuan menahan obat di dalam saluran pencernaan khususnya di
lambung untuk memperpanjang lambung untuk memperpanjang periode waktu.
Setelah obat lepas selama periode waktu yang disyaratkan, bentuk sediaan harus
terdegradasi tanpa menyebabkan gangguan pencernaan
Suatu sistem penghantaran obat terkontrol dengan perpanjangan waktu
tinggal di lambung memiliki keuntungan tertentu. Sistem ini sangat membantu dalam
terapi tukak peptic. Untuk obat-obat yang diabsorbsi pada bagian proksimal saluran
pencernaan. Misalnya : Gabapentin, Ciprofloxacin dll. Gastroretensi dilakukan untuk:
Obat-obatan yang diabsorbsi dari lambung (contohnya : Levodopa, Furosemide).
Beraksi secara lokal di dalam lambung (Antacids, Antiulcer and Enzymes). Terapi
antibiotik. Obat-obatan yang kelarutannya buruk pada pH basa (contohya:
Diazepam, Salbutamol) Obat-obatan yang terdegradasi di kolon (contohnya:
Captopril, Ranitidine, Metronidazole) Obat-obatan yang memiliki jendela absorpsi
sempit.
KEUNTUNGAN
a. Meningkatkan absorpsi obat, karena meningkatkan GRT dan meningkatkan
waktu kontak bentuk sediaan pada tempat absorpsinya.
b. Obat dihantarkan secara terkontrol.
c. Penghantaran obat untuk aksi lokal di lambung.
d. Meminimalkan iritasi mukosa oleh obat, dengan melepaskan obat secara
lambat pada laju yang terkontrol
e. Treatmen gangguan gastrointestinal seperti refluks gastroesofagus
f. Mudah diberikan dan pasien merasa lebih nyaman.
KETERBATASAN
a. Diperlukan konsentrasi cairan yang cukup tinggi dalam lambung untuk daya
apung penghantaran obat, mengapung di dalamnya dan untuk bekerja
secara efisien.
b. Sistem floating tidak cocok untuk obat-obatan yang memiliki masalah
kelarutan atau stabilitas dalam cairan gastrik/lambung
c. Obat obatan yang diabsorbsi secara baik sepanjang saluran pencernaan dan
yang menjalani first-pass metabolisme signifikan mungkin kurang pas untuk
GRDDS karena pengosongan lambung yang lambat dapat menyebabkan
penurunan bioavailabilitas sistemik.
d. Obat - obatan yang iritan terhadap mukosa lambung tidak cocok untuk
GRDDS
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPANGARUHI GASTRO RETENSI
Bentuk : GRT lebih baik dimiliki oleh perangkat berbentuk tetrahedron dan
berbentuk cincin. Bentuk sediaan tunggal atau multi-unit : bentuk sediaan multi-
unit menunjukkan efek yang lebih baik dibandingkan bentuk sediaan unit tunggal.
Kandungan kalori : makan yang banyak bertanggung jawab terhadap
peningkatan GRT. Usia : orang yang lebih tua memiliki GRT lebih panjang secara
signifikan Postur : GRT dapat bervariasi antara posisi pasien tegak dan