Top Banner

of 19

Sediaan Plasmodium Tebal dan Tipis

Jul 18, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

TUGAS PARASITOLOGI

DISUSUN OLEH : Agus Dwi Setiawan Fransiska Rosdiana Dwi Oktaviana Dwi Susilowati Luluk Anggarani Luthfiyyah Nova Arlisa Ningsih Nyoman Sathya Wardani DS Wahyu Tri Utami Widiyas Ulfia Rahma Windah Kurniawati ( P27820310001) (P27820310009) (P27820310045) (P27820310046) (P27820310013) (P27820310014) (P27820310019) (P27820310024) (P27820310036) (P27820310038) (P27820310039)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA PROGRAM STUDI DIII PRODI KEPERAWATAN SUTOPO SURABAYA TAHUN AKADEMIK 2010 2011

i

KATA PENGANTARPuji syukur atas kehadirat allah swt , atas berkah , rahmat , taufik , dan hidayahnya sehingga tugas Makalah Parasitologi dengan judul Tetesan tebal dan Tetesan tipis dapat selesai tepat pada waktunya , kedua kalinya shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang , tidak lupa kami ucapkaan terima kasih kepada bapak dan ibu pembimbing di program Keperawatan Sutopo Poltekes Surabaya , khususnya pada mata kuliah keperawatan medikal bedah . Kami sadari bahwa masih banyak kekurangan dan memerlukan perbaikan , maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi memberikan yang terbaik bagi kita semua , semoga tugas makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

SURABAYA, 26 April 2011

PENULIS

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... iii PROSEDUR PENGAMBILAN PLASMODIUM .................................................................................. 1 PROSEDUR PEMBUATAN SEDIAAN TETES TEBAL..................................................................... 2 PROSEDUR PEMBUATAN SEDIAAN TETES TIPIS ........................................................................ 3 PENGAMBILAN SAMPEL MALARIA, PEMBUATAN, PEWARNAAN DAN PEMERIKSAAN SEDIAAN MALARIA ........................................................................................................................... 4 I. Tujuan .............................................................................................................................................. 4 VII. Cara pemeriksaan sediaan darah tebal ......................................................................................... 6 VII. Cara pemeriksaan sediaan darah tipis.......................................................................................... 6 Pewarnaan Glemsa Untuk Protozoa Dalam Darah ............................................................................... 13 PLASMODIUM VIVAX ...................................................................................................................... 15 PLASMODIUM FALCIPARUM ......................................................................................................... 15 PLASMODIUM MALARIAE.............................................................................................................. 16 PLASMODIUM OVALE ..................................................................................................................... 16

iii

PROSEDUR PENGAMBILAN PLASMODIUMAlat dan Bahan : 1. 2. 3. 4. 5. 6.Mikroskop Binokuler Tissue lens Tissue Obyek Glass Ether-Alkohol Lidi

Langkah Kerja : 1. Siapkan mikroskop binokuler 2. Letakkan preparat awetan tersebut pada mikroskop 3. Amati preparat tersebut dengan menggunakan perbesaran lensa obyektif 10x dan 45x 4. Catat morfologi : 1. Stadium kista 2. Stadium protozoit

Sampel : Preparat awetan : 1. 2. 3. 4. 5. Entamoeba histolytica Entamoeba coli Giardia lambia Balantidium coli Trichomonas vaginalis

Metode : Direct/Langsung Catatan : Lihat perbedaan ciri-ciri morfologi Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax

1

PROSEDUR PEMBUATAN SEDIAAN TETES TEBALObyek Gelas ke-1 yang telah ditetesi dengan sample darah pasien dibuat bulatan dengan cara diratakan dengan cover glass. Cara meratakan darah adalah dengan cara mengaduk dengan rata pada obyek glass. Setelah diratakan, dibiarkan kering. Setelah kering dihemolisa dengan aquadest selama 15-45 menit. Tujuan hemolisa dengan aquadest adalah untuk melisiskn sel eritrosit. Tidak perlu difiksasi dengan Methanol/Alkohol 70 %. Setelah proses pelisisan selesai, buang aquadest kemudin dicat Giemsa selama 15-20 menit. Buang cat Giemsa kemudiaan sediaan tetesan tebal dialiri dengan air kran. Sediaan dikeringkan kemudian diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran lensa 100x dengan oil imersi. Sediaan tetes tebal digunakan sebagai Screening test yaitu hanya untuk mengetahui ada tidaknya parasit plasmodium didalam sample darah pasien. Yang terlihat didalam sediaan tetes tebal adalah sel leukosit. Sel trombosit dan parasit plasmodium berdiri sendiri karena sel eritrosit sudah lisis.

2

PROSEDUR PEMBUATAN SEDIAAN TETES TIPISObyek glass ke-2 yang telah berisi sample darah pasien dibuat hapusan darah. Kemudian dikeringkan, setelah kering, sediaan difiksasi dengn Methanol/Alkohol 96% selama 1-2 menit. Kemudin dialiri dengan air kran. Genangi sediaan dengan cat Giemsa selam 15-20 menit. Aliri sediaan dengan air kran, keringkan. Setelah kering, diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran lens obyektif 100x dengan oil imersi,. Sediaan tetes tipis/hapusan darah digunakan untuk mengetahui spesies dan bentuk stadium dari parasit Plasmodium didalam sample darah pasien. Yang terlihat didalam sediaan tetes tipis/ lapisan hapusan darah adalah sel eritrosit, sel leukosit, sel trombositdan parasit. Plasmodim yang berada didalam sel eritrosit jika ditemukan.

3

PENGAMBILAN SAMPEL MALARIA, PEMBUATAN, PEWARNAAN DAN PEMERIKSAAN SEDIAAN MALARIAI. Tujuana. Pengambilan sampel bertujuan untuk memperoleh sampel darah pasien b. Pembuatan hapusan bertujuan untuk mempermudah pemeriksaan dibwah mikroskop c. Pewarnaan bertujuan untuk memperjelas jenis-jenis sel darah yang terlihat pada mikroskop d. Pemeriksaan bertujuan untuk melihat ada tidaknya malaria pada pasien

II. Metodea. Pada pengambilan sampel digunakan alat otomatis b. Pada pembuatan hapusan dengan hapusan basah c. Pada pewarnaan dengan menggunakan pewarna giemsa d. Pada pemeriksaan menggunakan hapusan kering (hapusan yang telah disediakan)

III. Prinsipa. Pada pengambilan sampel dan pembuatan hapusan Alat dilengkapi dengan jarum steril, alat ditempelkan pada jari tengah pasien, ketika ditekan tombol pada alat, alat akan menusuk sendiri dan lepas sediri dari tangan pasien, tetesan darah pertama dibersihkan dengan tissue, 3 tetes selanjutnya digunakan untuk membuat hapusan tebal, tetesan selanjutnya digunakan untuk hapusan tipis. b. Pewarnaan Giemsa Giemsa memberikan warna ungu pada sel darah c. Pemeriksaan Degan perbesaran 10x untuk memeriksa lapang pandang dan 100x untuk melihat sel-sel yang dicurigai malaria

IV. Dasar TeoriMalaria cerebral adalah suatu komplikasi berat dari infeksi Plasmodium falciparum yang ditandai demam yang sangat tinggi, gangguan kesadaran, kejang yang terutama terjadi pada anak, hemiplegi dan berakhir pada kematian jika tidak secepatnya mendapatkan perawatan yang tepat (anonym.2010).

4

V. Etiologi (anonym.2010)Malaria serebral merupakan malaria berat yang umumnya disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Namun, dalam kejadiannya juga dipengaruhi oleh beberapa penyebab yang menjadi factor yang penting dan kejadian tersebut berbeda-beda pada tiap daerah satu dengan daerah yang lain, karena: 1. Faktor manusia (rasial). 2. Faktor vektor (nyamuk Anopheles). Di Indonesia terdapat beberapa vektor yang penting (spesies Anopheles) yaitu : A. aeonitus, A. maeulatus, A, subpictus, yang terdapat di Jawa dan Bali; A. sundaicus dan A. aconitus diSumatera; A. sundaicus, A. subpictus di Sulawesi; A. balabacensis di Kalimantan; A. farauti dan A. punctulatus di Irian Jaya. 3. Parasit. Umumnya adalah Plasmodium falciparum. 4. Faktor lingkungan yang mempengaruhi siklus biologi nyamuk

VI. Manifestasi Klinis Serebral Malaria (anonim.2010)Manifestasi klinis pada serebral malaria dibagi menjadi dua fase sebagai berikut : a. Fase prodromal : 1. Gejala yang timbul tidak spesifik, penderita mengeluh sakit pinggang, mialgia, demam yang hilang timbul serta kadang-kadang menggigil, dan sakit kepala. 2. 2. Fase akut : 3. Gejala yang timbul menjadi bertambah berat dengan timbulnya komplikasi seperti sakit kepala yang sangat hebat, mual, muntah, diare, batuk berdarah, gangguan kesadaran, pingsan, kejang, hemiplegi dan dapat berakhir dengan kematian. Pada fase akut ini dalam pemeriksaan fisik akan ditemukan cornea mata divergen, anemia, ikterik, purpura, akan tetapi tidak ditemukan adanya tanda rangsang meningeal. Diagnosis (Anonim.2010) Diagnosis ditegakkan dengan menemukan parasit malaria dengan pemeriksaan mikroskopi. Pemeriksaan mikroskopis dengan sediaan darah tebal dan tipis merupakan pemeriksaan yang terpenting. Interpretasi pemeriksaan mikroskopis yang terbaik adalah berdasarkan hitung kepadatan parasit dan indentifikasi parasit yang tepat. Pemeriksaan mikroskopis satu kali yang memberi hasil negatif tidak menyingkirkan diagnosa demam malaria dan untuk itu diperlukan pemeriksaan serial dengan interval pemeriksaan diantara satu hari. Dalam hal ini5

waktu pengambilan sampel darah sebaiknya pada akhir perode demam. Periode ini tropozoit dalam sirkulasi mencapai jumlah maksimal dan cukup matur sehingga memudahkan indentifikasi spesies parasit. Pemeriksaan miroskopis dapat dilakukan dengan menggunakan sediaan darah tebal dan tipis. Pemeriksaan miroskopis adalah merupakan standard baku dan apabila dilakukan dengan cara yang benar mempunyai nilai sensitivitas dan spesifitas hampir 100%.33

VII. Cara pemeriksaan sediaan darah tebalUntuk melihat adanya parasit aseksual dari plasmodium malaria dapat dilakukan dengan mengambil darah dari jari tangan penderita kemudian diletakkan pada dek gelas dan biarkan kering, kemudian selama 5 10 menit diwarnai dengan pewarnaan giemsa yaitu cairan giemsa 10 % dalam larutan buffer PH 7,1. Setelah selesai diwarnai maka sediaan darah dicuci dengan hati- hati selama 1-2 detik lalu biarkan kering dan siap untuk diperiksa. Pemeriksaan dengan hapusan darah tebal diperlukan untuk menghitung kepadatan parasit.

VII. Cara pemeriksaan sediaan darah tipisSediaan darah tipis berguna untuk mengindentifikasi jenis parasit malaria. Cara pengecatan sama dengan pemeriksaan darah tebal namun sebelum di cat sedian darah difiksasi dulu dengan metanol murni. Cara menghitung kepadatan parasit Jumlah parasit aseksual dalam 1 mm3 = (X . Jumlah lekosit /mm3)/200 X = jumlah parasit aseksual per 200 lekosit.

Manajemen Penanganan (anonim.2010) 1. Manajemen terapi atau penanggulangan malaria serebral meliputi: a. Penanganan Umum 1. Penderita sebaiknya dirawat di ruang perawatan intensif (ICU). 2. Untuk di daerah endemis, terapi diberikan sesegera mungkin, kadang-kadang sebelum konfirmasi parasitologik. 3. Penderita harus ditimbang untuk menghitung dosis obat antimalaria. 4. Pemberian cairan infus untuk pemeliharaan cairan dan kebutuhan kalori. Semua intake harus direkam secara hati-hati.6

5. Pasang kateter urin untuk mengukur pengeluaran urin seperti halnya mengukur pengeluaran yang lain. 6. Penderita harus diawasi dari muntah dan pencegahan jatuhnya penderita dari tempat tidur. 7. Penderita harus dibolak-balik untuk menghindari decubitus. b. Terapi Antimalaria 1. Obat-obat terpilih: a. Kinin dihidroklorida 10 mg/kg BB i.v. dalam NaCl 0,9% (10 cc/kg BB) diberi dalam 4 jam, diulang setiap 12 jam sampai sadar. b. Hidrokortison 2 X 100 mg/hari i.v. 2. Obat-obat pengganti: a. Khlorokuin sulfat 250 mg i.v. perlahan-lahan disusul dengan 250 mg dalam 500 cc NaCl 0,9% dalam 12 jam (2 kali). b. Dexametason 10 mg i.v. (dosis inisial), dilanjutkan dengan 4 mg i.v. tiap 1 jam. c. Terapi Antikonvulsi Bila kejang berikan diazepam 0,2 mg /kg BB i.iv atau i.m. dan dapat diulang setiap 5 10 menit sampai kejang-kejangnya terkendali.

IX. Alat dan BahanA. Alat 1. Alat penusuk otomatis 2. Lancet steril 3. Gelas objek 4. Sediaan kering 5. Pipet ukur 10 ml 6. Ball pipet 7. Gelas beaker 8. Rak pewarna

B. Bahan 1. Oil imersi 2. Aquadest 3. Giemsa

7

X. Cara Kerja1. Pengambilan sampel darah dan pembuaan hapusan a. Pastikan lancet steril telah terpasang pada alat b. Ditarik sekali ujung alat c. Dipilih jari yang akan diambil (jari tengah atau jari manis) d. Didesinfeksi dengan alcohol 70% e. Ditempelkan pada jari tengah f. Ditekan tombol untuk menussukan jarum pada tangan g. Darah yang keluar pertama dibersihkan dengan tissue h. 3 tetes darah selanjutnya digunakan untuk membuat hapusan tebal i. Jari ditekan kembali digunakan untuk membuat hapusan tipis j. 3 tetes darah diaduk agar menjadi hapusan bulat dan tebal k. Hapusan tipis dibuat dengan mendorong darah ke depan dengan bantuan gelas obyek yang lain

l. Bekas tusukan pada jari pasien ditutup dengan kapas 2. Pewarnaan a. Hapusan darah yang kering diwarnai dengan giems 1. Pembuatan giemsa 5% a) Dipipet 0,5 ml giemsa 5% b) Diencerkan dengan akuadest 9,5 ml c) Diaduk sampai merata b. Hapusan darah diletakkan pada rak pewarna c. Hapusan darah tipis tidak difiksasi dengan metonal tetapi dengan mencelupkan pada gelas beaker yang berisi air d. Hapusan darah tebal ditetesi air e. Ditunggu 10 menit f. Ditetesi giemsa hingga penuh g. Ditunggu 30 menit

3. Pemeriksaan a. Dihidupkan mikroskop b. Ditaruh hapusan pada meja sediaan8

c. Diperiksa dengan perbesaran 10x d. Diperiksa dengan perbesaran 100x untuk memeriksa sel-sel darah yag dicurigai parasit malaria

XI. Data Hasil Praktikum1. Didapatkan sampel darah yang langsung dibuat hapusan 2. Hapusan berwarna ungu 3. Hasil pemeriksaan a. No. Kode 1147 Trofozoit muda falciparum Bentuk cincin

b. No Kode 1147 Trofozoit falciparum Trofozoit muda

c. Sediaan Tebal No. Kode 1147 Trofozoit plasmodium falciparum

XII. Pembahasana. Pengambilan sampel darah Pengambilan darah kapiler dilakukan pada ujung jari tengah atau jari manis, hal ini karena pada ujung-ujung jari banyak terdapat pembuluh darah yang kecil-kecil sehingga ketika ditusuk akan mengeluarkan lebih banyak darah daripada di tempat lain pada tubuh. Praktikum ini menggunakan lancet karena darah yang diperlukan kurang dari 1 ml, jadi tidak perlu dilakukan pengambilan darah vena dengan spait atau vacuntainer.

9

b. Pembuatan Hapusan Darah yang pertama kali keluar tidak digunakan karena tetesan darah pertama masih terdapat sisa-sisa alcohol. Pembuatan hapusan ini dibuat dalam dua jenis yaitu hapusan tebal dan hapusan tipis. Hapusan tebal digunakan karena sediaanya lebih tebal sehingga parasit lebih mudah ditemukan. Hapusan tipis digunakan untuk identifikasi sel-sel yang terserang parasit (Raihannuri.2010).

c. Pewarnaan Hapusan Pada hapusan tipis difiksasi dengan methanol, ini bertujuan agar morfologi sel yang ada menjadi lebih tipis (lebih baik) dibandingkan sediaan darah tebal, jika ditetesi air, hapusan darah akan lisis. Pada hapusan darah tebal, hanya menggunakan air dan tidak difiksasi dengan metanol, sehingga eritrosit akan lisis, sel lekosit menjadi tidak khas sehingga akan berpengaruh pada morfologi parasit. Hal ini menyebabkan sediaan hanya digunakan untuk menemukan parasit.

d. Pemeriksaan Pada emeriksaan ini, ditemukan trofozoit plasmodium falciparum. 1. Trofozoit Muda Cirri-cirinya: a. Eritrosit tidak membesar b. Satu sel terdapat lebih dari 1 palcifarum

2. Trofozoit muda (bentuk cincin) Sediaan darah tipis pulasan giemsa Ciri-cirinya: a. Eritrosit tampak membesar b. Tampak titik maurer c. Cincin agak bear d. Sitoplasma lebih tebal

Plamodium falciparum Inti halus dan sitoplasma berbentuk coma da halus. Bila bentuk ring ini baru menginfeksi eritrosit, belum tampak titik-titik maurernya. Pada ring sedang dan ring besar tampat titik10

titik maurernya dan sitoplasma tebal. Titik-titik maurenya ini lebih besar atau kasar dibandingkan titik-titik schufler. Biasanya jumlah titik maurer berkisar sampai 12 titik saja. Gejala klinis yang ditimbulkan oleh infeksi malaria ini beragam mulai dari ringan berupa demam dan sakit kepala berat berupa penurunan kesadaran, gagal ginjal dan multiple organ failure yang dpat berakhir pada kematian (anonim.2010) Siklus hidup parasit malaria dimulai bila seseorang digigit nyamuk Anopheles (betina) yang mengandung sporozoit. Sporozoit-sporozoit yang masuk bersama ludah nyamuk masuk ke peredaran darah. Dalam waktu yang sangat singkat (30 menit) semua sporozoit menghilang dari peredaran darah, masuk ke sel-sel parenkim hati. Dalam sel-sel hati (hepatosit) sporozoit membelah diri secara aseksual, dan berubah menjadi skizon hati (skizon kriptozoik). Seluruh proses tersebut merupakan fase ekso-eritrositer primer (fase pre-eritrositik). Siklus tersebut memerlukan waktu antara 6-12 hari untuk menjadi lengkap, tergantung dari spesies parasit malaria yang menginfeksi. Sesudah skizon kriptozoik dalam sel hati menjadi matang, bentuk ini bersama sel hati yang terinfeksi pecah dan mengeluarkan antara 5.000-30.000 merozoit, tergantung dari spesiesnya, yang segera masuk ke peredaran darah tepi dan menyerang/masuk ke sel-sel darah merah. Tenggang waktu antara saat pertama sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai saat parasit malaria bisa ditemukan di dalam darah tepi disebut masa prepaten. Dalam sel darah, merozoit-merozoit yang dilepas dari sel hati tadi berubah menjadi trofozoit muda (bentuk cincin). Trofozoit muda tumbuh menjadi trofozoit dewasa, dan selanjutnya membelah diri menjadi skizon. Skizon yang sudah matang, dengan merozoit- merozoit di dalamnya dalam jumlah maksimal tertentu tergantung dari spesiesnya, pecah bersama sel darah merah yang diinfeksi, dan merozoit- merozoit yang dilepas itu kembali menginfeksi sel-sel darah merah lain untuk mengulang siklus tadi. Keseluruhan siklus yang terjadi berulang dalam sel darah merah disebut siklus erirositik aseksual atau skizogoni darah. Peristiwa pecahnya skizon-skizon bersama sel-sel darah merah yang diinfeksinya disebut proses sporulasi, dan ini berkorelasi dengan munculnya gejala-gejala malaria, yang ditandai dengan demam dan menggigil secara periodik. Satu siklus skizogoni darah berlangsung lengkap antara 24-49 jam untuk P.falciparum, 48 jam untuk P.vivax dan P.ovale, menyebabkan pola periodisitas tertiana (tiap hari ketiga), dan 72 jam untuk P.malariae, menyebabkan pola kuartana (tiap hari keempat). Tenggang waktu sejak saat masuknya sporozoit ke tubuh manusia sampai timbulnya gejala-gejala penyakit malaria disebut masa inkubasi (masa tunas) dengan waktu yang berbeda tergantung jenis Plasmodium yang menginfeksi dan status imunitas penderita.11

Setelah siklus skizogoni darah berulang beberapa kali, beberapa merozoit tidak lagi menjadi skizon, tetapi berubah menjadi gametosit dalam sel darah merah, yang terdiri dari gametosit jantan (mikrogametosit) dan gametosit betina (makrogametosit). Siklus terakhir ini disebut siklus eritrositik seksual atau gametogoni. Jika gametosit yang matang diisap oleh nyamuk Anopheles, di dalam lambung nyamuk terjadi proses eksflagelasi pada gametosit jantan, yaitu dikeluarkannya 8 sel gamet jantan (mikrogamet) yang bergerak aktif mencari sel gamet betina (makrogamet). Selanjutnya pembuahan terjadi antara satu sel gamet jantan dan satu sel gamet betina, menghasilkan zigot dengan bentuknya yang memanjang, lalu berubah menjadi ookinet yang bentuknya vermiformis dan bergerak aktif menembus mukosa lambung. Di dalam dinding lambung paling luar ookinet mengalami pembelahan inti menghasilkan sel-sel yang memenuhi kista yang membungkusnya, disebut ookista. Di dalam ookista dihasilkan puluhan ribu sporozoit, menyebabkan ookista pecah dan menyebarkan sporozoit-sporozoit yang berbentuk seperti rambut ke seluruh bagian rongga badan nyamuk (hemosel), dan dalam beberapa jam saja menumpuk di dalam kelenjar ludah nyamuk. Sporozoit bersifat infektif bagi manusia jika masuk ke peredaran darah. Seluruh fase perubahan yang dialami P.falciparum dalam tubuh nyamuk vektornya berlangsung antara 11-14 hari, 9-12 hari untuk P.vivax, 14-15 hari untuk P.ovale, dan 15-21 hari untuk P.malariae.

IX. Kesimpulan Setelah melakukan praktikum, dapat disimpulkan bahwa: 1. Pengambilan sampel darah dilakukan pada jari manis atau jari tengah 2. Pembuatan hapusan dibuat dalam 2 jenis yaitu sediaan tebal dan sediaan tipis 3. Pewarnaan dilakukan dengan menggunakan perwarna giemsa, sediaan tipis difiksasi dengan methanol dan yang tebal hanya menggunakan air 4. Pmemeriksaan mendapat hasil ditemukannya trofozoit muda plasmodium falciparum

12

Pewarnaan Glemsa Untuk Protozoa Dalam Daraho Larutan Stock Giemsa o Serbuk Giemssa o Gliserin o Metil Alkohol Absolut Cara Membuatnya : Gerus bubuk giemsa dalam Gliserin. Setelah tercampur baik, tambahkan gliserin sampai 66,0 cc dicampur dalam water bath 55o 60oC. Setelah dingin, tambahkan 66,0 cc metil alkohol absolut. Diamkan selam 2 3 minggu. Saring dan simpan di dalam botol berwarna coklat ditempat sejuk dan tidak terkena sinar matahari. o Larutan Buffer Larutan buffer terdiri atas 2 stok larutan yaitu : o Dinatrium phospate, anhydrous (Na2HPO4) 9,5 gram/ Liter o Natrium asam phosphat (NaH2PO4. H2O) 9,2 gram / Liter Dari stok larutan ini dibuat larutan buffer dalam air untuk pewarnaan dan pencucuian sediaan . Sebelum digunakan stok, larutan harus disaring terlebih dahulu. Larutan buffer dalam air disimpan dalam botol dan selalu diperbarui setiap minggu.Larutan buffer dalam air dibuat sebagai berikut : Formula untuk satu Liter Ph 6,8 7,0 7,2 7,4 NaH2PO4 49,6 cc 61,1 cc 72,0 cc 80,3 cc NaH2PO4. H2O 50,4 cc 38,9 cc 28,0 cc Aquadest 900 cc 900 cc 900 cc 900 cc

1,0 gr 66,0 cc 66,0 cc

13

Prosedur Pewarnaan a. Sediaan darah tipis 1) Sediaan darah tipis yang sudah difiksasi, direndam Etil Alkohol absolut / Metil Alkohol absolut selama 2 -3 menit 2) Rendam sediaan dalam larutan campuran 1 cc stok giemsa dengan 50 cc larutan buffer air Ph 7,0 selama 10 45 menit 3) Cuci dengan Aquadest dan biarkan mengering 4) Bila sediaan terlalu merah, pakailah larutan buffer air, yang lebih basah (Ph>7) bila terlalu gelap, pakailah larutan buffer air yang lebih asam (Ph