Top Banner
Syiah Islam in Sunni Traditions PESHAWAR NIGHTS MALAM-MALAM DI PESHAWAR ( DIALOG AGAMA DI PESHAWAR ) by
725
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Sect Comparative In Peshwar Night

Syiah Islam in Sunni Traditions

PESHAWAR NIGHTS

MALAM-MALAM DI PESHAWAR(DIALOG AGAMA DI PESHAWAR )

by Sultanu'l-Wa'izin Shirazi

Translated from the Persian by Hamid Quinlan and Charles Ali Campbell

Published 1996 by Pak Books, P.O. Box EE, Palisades, NY 10964Reproduced with permission by the Ahlul Bayt Digital Islamic Library

Project team.

Page 2: Sect Comparative In Peshwar Night

KANDUNGAN

PRA KATA – Permulaan Sebuah Misi

Dialog Agama Di Peshawar

2. PERTEMUAN MALAM PERTAMA (Malam Khamis 23 Rejab 1345H)

Diskusi Di antara Harun al-Rasyid dan Imam Musa al-Kazim AS Mengenai Keturunan Rasulullah SAWAW Hujah Lain Yang Menunjukkan Bahawa Keturunan Fatimah AS Adalah Keturunan Rasulullah SAWAW Mengapa Syiah Menghimpunkan Salat (Salat Zuhur Dengan Asar dan Maghrib Dengan Isya') Bagaimana keturunan Allamah Berhijrah Dari Hijaz ke IranBagaimana Kubur Amirul Mukminin Ali AS DiketahuiKenapa Kuburan Amirul Mukminin Ali AS Dirahsiakan Mati Dengan Kehormatan Lebih Baik Dari Hidup Dalam Kehinaan Perbuatan Terkutuk Oleh Dinasti Yang Dilaknat Penemuan Kuburan Imam Ali AS Perbezaan Pendapat Tentang Tempat Kubur Amirul Mukminin AS

3. PERTEMUAN MALAM KEDUA ( Jumaat 24 Rejab 1345 Hijrah)

Salah Faham Tentang Asal-Usul Agama Syiah Pembunuhan Khalifah Usman Sesuatu Yang Tidak Masuk Akal Mengaitkan Abdullah bin Saba' Dengan Syiah Syiah Bukan Sebuah Parti Tetapi Sebuah Agama Pengertian Syiah Dan Keistimewaannya Kelebihan Syiah Ali AS Yang Lain Rasulullah SAWAW Bersabda,"Hai Ali , Engkau dan Syiahmu Adalah Sebaik-baik Makhluk." Keutamaan Syiah Diakui Dari Buku-buku Sunni Kedudukan Salman, Abu Dzar, Miqdad dan Ammar Sebab-sebab kenapa Orang Iran Condong Kepada Syiah Di Waktu Khalifah Dalamit, Ghazan Khan dan Shah Khuda Banda Perbincangan Agama Di antara Allamah al-Hilli Dan Qadi Qudat Tentang Imamah Raja Iran Menerima Keyakinan Syiah

4. PERTEMUAN MALAM KETIGA (25 Rejab)5. PERTEMUAN MALAM KEMPAT (26 Rejab) 6. PERTEMUAN MALAM KELIMA (27 Rejab) 7. PERTEMUAN MALAM KEENAM (28 Rejab)8. PERTEMUAN MALAM KETUJUH (29 Rejab) 9. PERTEMUAN MALAM KELAPAN (1 Sha'ban)

2

Page 3: Sect Comparative In Peshwar Night

10. PERTEMUAN MALAM KESEMBILAN (2 Shaaban)11. PERTEMUAN MALAM KESEPULUH (Malam Terakhir - 3hb Shaaban 1345 Hijrah)12. PERTEMUAN TERAKHIR

3

Page 4: Sect Comparative In Peshwar Night

PRA KATA

Permulaan Sebuah Misi

Pada bulan Rabiul Awal 1345 H./1927 M. dalam usiaku yang ke-30 tahun, setelah berziarah ke makam-makam suci para imam maksum a.s. yang terdapat di Irak, saya ingin meneruskan perjalanan untuk berziarah ke makam Imam Ali bin Musa al-Ridha a.s. melalui India. Setelah sampai di Karachi dan Bombay yang kala itu keduanya adalah dua kota pelabuhan besar di India 1 , di luar dugaanku media massa-media massa penting India telah memberitakan kedatanganku (di dua kota tersebut). Sahabat-sahabat lama dan karibku mengundangku untuk singgah di rumah mereka. Dengan terpaksa kuterima undangan-undangan mereka. Akhirnya, saya dapat mengunjungi New Delhi, Agra, Lahore, Punjab, Siyalkut, Kashmir, Haidar Abad, Ali Pour, Kueta dan kota-kota lainnya. Setiap kali saya singgah di sebuah kota, masyarakat setempat menyambutku dengan sangat meriah dan di majorit i kota-kota tersebut, saya mengadakan dialog dengan para ulama dari berbagai mazhab dan aliran. Di antara dialog penting (dan menarik yang terjadi di sana) adalah dialog dengan para ulama India dan penganut agama Brahma yang dihadiri oleh Mahatma Ghandi. Dialog ini dilaksanakan di kota New Delhi dan hasilnya dimuat dalam surat-surat khabar India. Dengan anugerah Allah dan bantuan Rasulullah SAWAW, saya dapat membuktikan kebenaran agama Islam dan keabsahan mazhab Ja‘afari.

Setelah itu, aku diundang oleh sebuah kelompok Ithna ‘Asyariah, sebuah organisasi Syiah yang berada di kota Siyalkut. Organisasi ini diketuai oleh Abul Basyir Sayid ‘Inayat Ali Syah An-Naqawi yang juga merangkap ketua jurnal mingguan Durr-e Najaf . Salah seorang sahabat lamaku yang bernama Muhammad Sarvar Khan bin Muhammad Akram Khan, saudara Kol. Muhammad Afzhal Khan menyambut kedatanganku bersama sejumlah masyarakat dari berbagai kalangan. (Selama di Siyalkut), saya bermustautin di rumahnya. Mereka ini adalah keturunan keluarga Qazalbash 2 yang bermustautin di Punjab kala itu, Ketua kehakiman India dan Mukmin fanatik yang dihormati oleh masyarakatnya. Pada tahun 1339-1340 H., mereka pernah berkuasa di Karbala, Baghdad dan Kazhimain.

1 Pada waktu i tu , yang ada hanya lah negara India dan Pakis tan be lum te rwujud . Oleh karena i tu , Ponjab dan semua kota yang d isebut d i dalam buku in i masuk da lam negara India . (Pen . )

2 Qazalbash t e rsusun dar i dua kosa ka ta : qazal yang berar t i merah dan bash yang berar t i kepa la . Mereka ada lah pengikut se t ia d inas t i Shafawiyah (yang pernah berkuasa d i I ran) . Bersama ra ja Nadi r Syah Afshar , mereka berhas i l merebut Afghanis tan . Ket ika ing in berangka t pu lang , Nadi r Syah menempatkan mereka d i daerah kekuasaan baru te rsebut . Dengan demikian , mereka menjadi penduduk pr ibumi d i Afghanis tan . Ras mereka sanga t d ikena l o leh kha layak . Pada masa pemer in tahan Amir Abdurrahman Khan dan Amir Abdul lah Khan karena penindasan yang d i lakukan o leh kedua raja te rsebut a tas para pengikut Syiah , mereka akhi rnya melar ikan d i r i ke India . Mereka d isambut dengan hanga t o leh masyaraka t Ind ia dan h ingga sekarang , mereka mas ih memi l ik i ke turunan d i berbagai daerah d i sana , khususnya d i Punjab . Mereka te rmasuk pengikut Syiah yang tegar , fana t ik dan penuh semangat .

4

Page 5: Sect Comparative In Peshwar Night

Karena kedatanganku telah tersebar di berbagai penjuru India melalui media massa kala itu, saya banyak mendapat surat undangan dari berbagai kalangan masyarakat umum, khususnya Hujjatul Islam Sayid Ali Ridhawi Lahori. Ia adalah penulis tafsir Lawâmi’ut Tanzîl (30 jil id) dan ulama kenamaan Syiah dari kota Punjab yang mendiami Lahore.

Kota terakhir yang kusinggahi (selama di rantau tersebut) atas dasar undangan dari keluarga Qazalbash adalah Peshawar, sebuah kota penting yang menghubungkan Punjab dengan Afghanistan.

Atas desakan Muhammad Sarvar Khan, undangan tersebut kuterima dan saya berangkat ke sana pada tanggal 14 Rajab 1345 H. Setelah masyarakat menyambutku dengan sangat hangat, mereka meminta dariku untuk berpidato. Selama di India, karena saya tidak menguasai bahasa India dengan baik, saya tidak pernah berpidato di sana. Akan tetapi, karena majorit i penduduk Peshawar berbicara dengan bahasa Persia, saya menerima permintaan tersebut. Setiap petang, diadakan pengajian-pengajian penting di Husainiyah Almarhum Adil Beik yang dihadiri oleh para ulama dari berbagai agama dan mazhab. Karena majoriti penduduk Peshawar adalah penganut mazhab Ahlussunnah, selama 30 minit di atas mimbar saya lebih memfokuskan pembahasan berkenaan dengan pembuktian imamah . Dengan ini, para ulama yang hadir di pengajian tersebut meminta dariku untuk diadakan dialog khusus untuk kalangan mereka. Beberapa malam mereka datang ke tempat t inggalku dan selama berjam-jam kami mengadakan diskusi serius.

Pada suatu hari, ketika saya turun dari mimbar, dua ulama kenamaan kota Kabul yang masing-masing bernama Hafiz Muhammad Rasyid dan Syeikh Abdussalam ingin bertemu denganku. Kuterima permintaan mereka dan kami mengadakan dialog selama 10 malam berturut-turut selepas salat Maghrib. Setiap malam kami mengadakan dialog selama 6-7 jam, dan kadang-kadang dialog itu berlanjutan hingga fajar menyingsing. Di malam terakhir, enam orang dari yang menghadiri dialog tersebut memilih mazhab Syiah. Empat orang wartawan dari berbagai media massa memuat jalannya dialog yang dihadiri oleh kira-kira 200 orang hadirin dari pihak Ahlussunnah dan Syiah i tu. Saya mencatat semua berita yang dimuat di media massa-media massa tersebut, dan akhirnya saya menulisnya dalam bentuk sebuah buku yang kuberi judul Shabha-ye Pishavar .

Harapanku dari para sastrawan untuk tidak mengkritikku dari segi bahasa. Karena dalam dialog, seorang pun tidak akan memperhatikan bagaimana menyusun kata-kata yang indah. Seluruh perhatiannya tertuju kepada arti dan hakikat pembahasan. Saya pun tidak sempat mengedit bahasa yang ada di dalam catatan-catatanku tersebut. Semua yang terdapat di dalam dialog tersebut adalah ayat-ayat Al Quran, hadis, ucapan para ulama yang mulia dan ilham-ilham dari alam ghaib.

5

Page 6: Sect Comparative In Peshwar Night

Dialog tersebut dilaksanakan di rumah Mirza Ya‘akub Ali Khan Qazalbash, orang penting di kota Peshawar dan bertindak sebagai tuan rumah yang menampungku selama saya di sana. Hal ini dikarenakan rumah itu sangat luas dan termasuk keluarga kaya yang dapat menjamu semua tetamu yang hadir untuk mengikuti dialog.

DIALOG AGAMA DI PESHAWAR

6

Page 7: Sect Comparative In Peshwar Night

PENGENALAN

Aqai Sultanul Wa‘izim Shirazi adalah seorang pendakwah dan ulama Iran yang terkenal. Beliau telah berkunjung ke India pada tahun 1927 (1345H), ketika berusia 30 tahun. Kerana ketinggian ilmu agamanya merangkumi, Hadis, Sirah dan juga Tafsir Al-Quran beliau telah diberi sambutan hangat di mana sahaja beliau pergi.

Beliau kemudiannya dipelawa dan bersetuju untuk menghadiri satu perbahasan agama dengan orang-orang yang tidak sefaham dengannya. Pada 23 Rejab 1345H, satu majlis dialog telah diatur, yang dihadiri oleh beratus-ratus pengikut dari berbagai aliran kefahaman.

Dialog ini diadakan di kediaman Mirza Ya‘kub Ali Khan Qazalbah di Peshawar. Ia berlangsung selama sepuluh malam berturut-turut. Dua wakil pihak lawan adalah ulama terkenal dari Multan Kabul bernama Hafiz Mohd Rasyid dan Syaikh Abdul Salam. Dialog tersebut telah dicatatkan oleh empat orang pemberita dari kalangan dua ratus hadirin (Syiah dan Sunni), dan disiarkan dalam akhbar tempatan pada keesokkan harinya. Aqai Sultanul Wa‘izim telah menyusun semula dialog dan perbincangan yang berlangsung itu dalam bukunya yang berjudul Shaba-e-Penshawar atau Malam-malam di Peshawar . Berikut adalah terjemahan dari buku tersebut.

PERTEMUAN YANG PERTAMA

(Malam Khamis 23 Rejab 1345H)

Hafiz Mohd Rashid, Syaikh Mohd Islam, Syed Abdul Hal dan lain-lain ulama, dan tokoh-tokoh agama yang berpengaruh hadir dalam

7

Page 8: Sect Comparative In Peshwar Night

perhimpunan besar bagi memulakan perbincangan yang disertai oleh pendukung Syiah dan Sunni. Sesekali terdapat juga beberapa peserta ikut mengambil bahagian dalam perbincangan yang diadakan itu. Dalam akhbar yang disiarkan, mereka menggelar Aqai Sultanul Wa‘izim sebagai Qiblah al-Ka‘bah tetapi di dalam halaman-halaman ini Aqai Sultanul Wa‘izim dinamakan sebagai “Shirazi” 3 dan Hafiz Mohamad Rashid sebagai "Hafiz".

Hafiz: Kami amat menghargai peluang untuk berbincang dengan saudara berhubung dengan beberapa persoalan pokok yang mewujudkan perbezaan di antara kita. Sebelum itu kita harus memulakannya dengan satu keputusan, bagaimanakah persyaratan yang dapat dipersetujui oleh semua untuk kita menjayakan majlis ini.

Shirazi: Saya amat menyenangi perbincangan ini, dan syarat untuk kita menjayakannya ialah dengan mengelakkan sikap yang melampaui batas serta pandangan yang berbentuk prasangka, dan lebih baik kita berbincang seperti dua orang sahabat.

Hafiz: Izinkan saya untuk mengemukakan satu syarat, iaitu perbincangan kita haruslah diadakan menurut keterangan yang diberikan oleh nas-nas Al-Quran.

Shirazi: Syarat yang saudara nyatakan adalah mustahil untuk dilaksanakan oleh kebanyakan ulama dan orang yang berhikmah. Ini disebabkan Al-Quran adalah terlalu umum dan padat dan ia tidak dapat dihuraikan dan ditafsirkan tanpa merujuk kepada Hadis yang sahih.

Hafiz: Benar! Itu satu kenyataan yang diakui, oleh i tu ia harus dirujuk kepada keterangan dari Hadis-hadis dan riwayat berkenaan beberapa peristiwa yang tidak dipertikaikan. Kita juga perlu menolak rujukan daripada Hadis-Hadis yang tidak sahih ataupun dari sumber yang meragukan, agar kita t idak akan dipandang serong oleh pihak yang lain dan dianggap sebagai seorang yang berprasangka dan bersikap keterlaluan.

Shirazi: Saya setuju. Satu perkara yang sangat baik. Terutamanya bagi orang-orang yang berpendidikan dan berkebolehan, apa lagi bagi orang yang seperti saya ini , yang merasa agak beruntung kerana memiliki pertalian darah dengan Rasulullah SAWAW. Agak keterlaluan juga, sekiranya saya tidak menyebut satu pengajaran yang telah disampaikan oleh moyang saya, Nabi Islam SAWAW yang dihiasi dengan akhlak yang mulia sebagaimana yang telah dinyatakan dalam Al-Quran:

“Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berakhlak mulia.”(Surah al-Qalam 68:4)

3 Dalam teks berbahasa Inggeris Shiraz i disebut sebagai ‘Well -Wisher’ (orang yang mengharapkan orang la in beroleh kesejahteraan, kese lamatan, kegembiraan, kesihatan dan seumpamanya; Pengucap Selamat) . – Editor .

8

Page 9: Sect Comparative In Peshwar Night

Dan adalah tidak wajar untuk kita melanggar nas-nas Al-Quran:

“(Hai Nabi-Ku!) Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan nasihat yang baik.” (Surah al-Nahl 16: 125)

Pertalian Persaudaraan Dengan Rasulullah SAWAW

Hafiz: Maaf, baru sebentar tadi anda mengaitkan diri anda dengan Rasulullah SAWAW. Ini sememangnya telah diketahui umum, tetapi saya memohon agar anda dapat menjelaskan kedudukan nasab anda, supaya kami dapat mengetahui bagaimanakah keturunan anda bersambung kepada Rasulullah SAWAW?

Shirazi: Keturunan saya sampai ke Rasulullah SAWAW melalui Imam Musa al-Kazim AS seperti berikut:

Muhammad Ibn Ali Akbar (Asraful a 'ezim), Ibn Qasim (Bahru Ulum), Ibn Hasan, Ibn Ismail Mujtahid Waez, Ibn Ibrahim, Ibn Swaleh, Ibn Abil Qasim Muhammad Taqi, Ibn (Maqbuluddin) Husain, Ibn Abi Ali Hasan, Ibn Muhammad bin Fathullah, Ibn Ishaq, Ibn Hashim, Ibn Abi Muhammad, Ibn Ibrahim, Ibn Abil Fityan, Ibn Abdullah, Ibn Hasan, Ibn Ahmad (Abu Tayyab), Ibn Abi Ali Hasan, Ibn Abu Ja'far Muhammad al-Hairi (Nazil-e-Kirman),Ibn Ibrahim (dikenali sebagai Mujab), Ibn Amir Muhammad al-Abid, Ibn Imam Musa al-Kazim AS, Ibn Imam Ja'far al-Sadiq AS, Ibn Muhammad al-Baqir AS, Ibn Imam Zainal Abidin AS, Ibn Imam Husain AS, Ibn Amirul Mukminin Ali bin Abi Talib AS.

Hafiz: Jaluran yang sebentar tadi saudara berikan cuma sampai kepada Amirul Mukminin Ali AS, tetapi saudara mendakwa ia berakhir kepada Rasulullah SAWAW. Sebetulnya dengan nasab yang sebegitu, saudara dalam pengertian yang sebenarnya, hanyalah bertalian dengan Rasulullah SAWAW dan bukan dari keturunannya . Ini kerana keturunan adalah perkembangan terus-menerus dengan diri Rasulullah SAWAW.

Shirazi: Nasab kami sampai kepada Rasulullah SAWAW melalui Fatimah Zahra AS, ibu kepada Imam Husain AS. Saya t idak menduga saudara akan mempersoalkan tentang keturunan saya, jika tidak tentu saya tidak akan memberikan keterangannnya.

Hafiz: Saya fikir, barangkali saudara yang telah tersalah faham. Tidak ada apa-apa prasangka dari saya. Saya sebagaimana juga para ilmuan lain, berpendapat keturunan seseorang hanya dikenali dari pihak bapa, bukan dari pihak ibu. Saya petik satu pepatah Arab yang bererti "anak lelaki, cucu lelaki dan anak perempuanku adalah dari aku tetapi anak lelaki dari anak perempuanku bukan dari aku."Sekiranya saudara boleh buktikan ada yang selain dari i tu, yakni keturunan dari anak perempuan

9

Page 10: Sect Comparative In Peshwar Night

Rasulullah SAWAW adalah keturunan Rasulullah SAWAW juga, kami bukan sahaja menerimanya, malahan kami juga amat berterima kasih kepada saudara.

Shirazi: Terdapat banyak sekali bukti dari Al-Quran dan juga dari Hadis-Hadis yang sahih untuk mengesahkan alasan saya.

Hafiz: Saya harap saudara dapat melanjutkan penjelasan tentang perkara ini, supaya kita semua mengetahui perkara tersebut.

Shirazi: Semasa saudara berkata-kata tadi, saya teringat kepada dialog yang telah berlaku di antara Harun al-Rashid, Khalifah Abbasiyyah dan salah seorang Imam kami bernama Musa al-Kazim AS mengenai perkara yang sama, dan Imam AS memberikan jawapan yang sangat memuaskan sehingga Khalifah mengiktirafnya.

Hafiz: Bagaimanakah suasana pertemuan itu? Saya sungguh berminat untuk mendengarnya.

Diskusi Di antara Harun al-Rasyid dan Imam Musa al-Kazim AS Mengenai Keturunan Rasulullah SAWAW

Shirazi: Abu Ja'afar Muhammad bin Ali yang digelar sebagai "Syeikh Saduq" salah seorang ulama besar Mazhab Syiah pada kurun ke-14 Hijrah dalam bukunya yang muktabar, Uyunul Akhbar al-Rida , dan juga Abu Mansur bin Ali Tabrisi dalam bukunya al-Ihti jaj , telah memberikan penerangan yang terperinci tentang diskusi yang berlaku di antara Harun al-Rasyid dengan Imam Musa al-Kazim AS, di balai istananya. Khalifah telah mengemukakan berbagai-bagai persoalan kepada Imam AS untuk mendapatkan jawapannya. Salah satu daripada soalannya ialah "Bagaimanakah anda boleh mengatakan bahawa anda adalah salah seorang daripada keturunan Rasulullah SAWAW, walhal Rasulullah SAWAW tidak mempunyai keturunan. Ini kerana seperti yang telah diketahui keturunan datang dari pihak bapa bukan dari pihak ibu. Sedangkan anda tergolong dari anak perempuannya, dan dengan ini anda bukan dari keturunan Rasulullah SAWAW." Di dalam jawapannya, Imam AS membacakan ayat Al-Quran:

“(Dan kepada Nuh sebelum itu) telah Kami beri petunjuk dan kepada sebahagian dari keturunannya (Nuh) iaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, dan Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah Kami memberikan balasan kepada orang-orang yang berbuat baik, dan Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang saleh.” (Surah al-An‘am 6: 84 -85).

Berdasarkan keterangan ini, Imam AS bertanya kepada Khalifah,"Siapakah dia Nabi Isa AS?" Harun menjawab bahawa Isa AS tidak mempunyai bapa. Imam AS menjelaskan,"Tiadalah siapa pun

10

Page 11: Sect Comparative In Peshwar Night

melainkan Allah yang Maha Agung yang menggolongkannya ke dalam keturunan para Nabi melalui Mariam. Dan seperti i tu, jugalah Dia telah memasukkan kami sebagai keturunan Nabi SAWAW moyang kami Fatimah al-Zahra."

(Imam Fakhruddin al-Razi, berhubung dengan ayat ini menjelaskan dalam kitabnya Tafsir al-Kabir , bahagian IV masalah V pada halaman 124, menyebutkan ia sebagai bukti bahawa Hasan dan Husain AS adalah keturunan daripada Nabi SAWAW.)

Dalam ayat ini, Allah telah mengesahkan bahawa Isa AS tidak mempunyai bapa, di mana pertalian adalah dari pihak ibunya. Begitu jugalah dengan Hasan dan Husain AS yang sebenarnya adalah dari keturunan Rasulullah SAWAW. Imam Muhammad al-Baqir AS, iaitu Imam yang kelima, memberikan alasan yang serupa kepada Hajjaj (yang kemudiannya mendiamkan diri). Imam Musa al-Kazim AS lalu bertanya lagi kepada Khalifah apakah dia ingin bukti yang lain. Khalifah meminta Imam AS meneruskan. Imam AS kemudian membaca Surah Ali Imran: 61:

“Siapakah yang membantah tentang kisah Isa sesudah datangnya ilmu (yang menyakinkan kamu), maka katakanlah (Ya Muhammad) kepada mereka: Marilah kita memanggil anak-anak kamu dan isteri-isteri kamu, kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah dit impakah kepada orang-orang yang dusta.” (Surah ali ‘Imran 3: 61).

Seterusnya Imam menerangkan siapakah yang dituntut kepada peristiwa (Mubahalah ) menentang Kristian Najran i tu. Rasulullah SAWAW membawa mereka berserta dengan perintah Allah iaitu Ali bin Abi Talib, Fatimah AS, Hasan AS dan Husain AS. Justeru kalimat "diri-diri kami" (Anfusana) dalam ayat di atas bererti Ali bin Abi Talib AS, wanita-wanita kami (nisa'ana ) bererti Fatimah AS dan anak-anak kami (abna'ana ) bererti Hasan AS dan Husain AS.

Di akhir tajuk yang sama, terdapat juga penjelasan daripada Abu Saleh Hafiz Abdul Aziz bin al-Akhzar, Abu Nuaim serta al-Tabari. Ibn Hajar Makki pada halaman 112 dalam tulisannya Sawaiq al-Muhriqah , Muhammad bin Yusuf Kanji al-Syafii pada akhir Bahagian I selepas halaman 100 Bab Kifayatul Talib , serta al-Tabari ketika meriwayatkan kehidupan Imam Hasan AS menyatakan, bahawa Khalifah yang kedua, Umar bin al-Khattab berkata,"Aku mendengar Rasulullah SAWAW bersabda”.

Sebaik sahaja Harun al-Rasyid mendengar keterangan yang amat jelas itu, dia pun berkata,"Tahniah, Ya Abal Hasan". Dari itu hujah Imam Musa al-Kazim AS dengan Harun al-Rasyid i tu, terbukti bahawa Hasan AS dan Husain AS adalah keturunan Rasulullah SAWAW dan

11

Page 12: Sect Comparative In Peshwar Night

kesemuanya bersilsilah dari Fatimah AS adalah keturunan Rasulullah SAWAW.

Hujah Lain Yang Menunjukkan Bahawa Keturunan Fatimah AS Adalah Keturunan Rasulullah SAWAW

Ibn Abil Hadid al-Muktazili seorang ulama saudara, dalam Syarh Nahjul Balaghah dan Abu Bakar al-Razi dalam Tafsirnya mencatatkan hujah yang sama bahawa Hasan AS dan Husain AS adalah daripada sebelah ibu mereka, anak kepada Rasulullah SAWAW. Dengan cara yang sama sebagaimana Allah menerangkan dalam Al-Quran bahawa Isa AS tergolong dari keturunan Nabi Ibrahim AS daripada sebelah ibunya Mariam.

Muhammad bin Yusuf Kanji al-Syafii dalam bukunya Kifayatul Talib dan Ibn Hajar al-Makki pada halaman 74 dan 93 dari bukunya Sawaiq al-Muhriqah serta Tabari dan Jabir bin Abdullah al-Ansari dan juga Khatib Khawarizmi di dalam Manaqib mereka menyebut, Ibn Abbas meriwayatkan bahawa Rasulullah SAWAW bersabda: "Allah menjadikan tiap-tiap Nabi dari keturunan mereka sendiri tetapi keturunanku dijadikan dari keturunan Ali AS." Juga Khatib al-Khawarizmi dalam Manaqibnya, Mir Syed Ali Hamdani al-Syafii dalam Mawaddatul Qurbanya, Imam Ahmad bin Hanbal, seorang ulama besar di dalam mazhab saudara, dalam Musnadnya, dan Sulaiman Balkhi al-Hanafi dalam Yanabi‘ al-Mawaddah mencatatkan (dalam versi yang hampir sama) Rasulullah SAWAW bersabda: “Kedua anakku ini adalah seperti dua kuntum bunga di dalam dunia ini, dan kedua-duanya adalah Imam sama ada secara terang-terangan mahupun secara tersembunyi, di dalam rumah” .

Begitu juga Syeikh Sulaiman al-Hanafi dalam bukunya YaNabiul Mawaddah telah mengkhususkan dalam Bab 57, di atas tajuk yang sama mencatatkan begitu banyak Hadis- daripada kalangan mazhab saudara seperti al-Tabari, Hafiz Abdul Aziz Ibn Abi Syaibah, Khatib al-Baghdadi, al-Hakim, al-Baihaqi, al-Baghawi, dan lain-lainnya dalam riwayat yang berbeza-beza menyatakan bahawa Hasan dan Husain AS adalah anak Rasulullah SAWAW.

Di akhir tajuk yang sama juga terdapat penjelasan Abu Saleh Hafiz Abdul Aziz bin al-Akhzar, Abu Nuaim, al-Tabari, Ibn Hajar al-Makki pada halaman 112 tulisannya Sawa‘iq al-Muhriqah , Muhammad bin Yusuf Kanji al-Syafii pada akhir bahagian I selepas halaman 100, Bab Kifayatul Talib , serta Tabari ketika meriwayatkan kehidupan Imam Hasan AS menyatakan bahawa Khalifah yang kedua, Umar bin Khattab berkata:

“Aku mendengar Rasulullah SAWAW bersabda bahawa pada Hari Pembalasan setiap keturunan akan terputus sesama sendiri, melainkan keturunanku, dan tiap-tiap keturunan dari sebelah perempuan adalah

12

Page 13: Sect Comparative In Peshwar Night

daripada pihak bapa melainkan keturunan Fatimah, yang bertalian denganku sebagaimana aku adalah mereka dan keturunan mereka.”

Syeikh Abdullah bin Muhammad Amir Shabrawi al-Syafii dalam bukunya, Kitabul It tihaf bi Hubbil Ashraf meriwayatkan Hadis ini dari al-Baihaqi dan al-Daruqutni, dari Abdullah bin Umar daripada bapanya sewaktu peristiwa perkahwinan Ummi Kalsum. Jalaluddin al-Suyuti dalam bukunya Ihyaul Mait di bawah perbicaraan keutamaan-keutamaan Ahlul Bait AS, mengambil Khalifah Umar dan Syed Abu Bakar bin Shahabuddin Alwi pada halaman 39-42, Bab III, Reshfatussad min Bahri Fadaili bani Nabiul Hadi (cetakan Maktab al-Ilmiyyah, Mesir pada tahun 1303H) telah membuktikan bahawa keturunan Fatimah AS adalah keturunan Rasulullah SAWAW. Adapun petikan bidalan yang saudara bacakan itu, tidak mempunyai kekuatan dengan alasan yang kukuh. Ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Muhammad bin Yusuf Kanji al-Syafii dalam bukunya Kifayatul Talib selepas Bab 100, tajuk kecil yang telah saya terangkan tadi, dari halaman 1 sebagai jawapan kepada perbidalan tersebut, yang membuktikan bahawa anak kepada anak perempuan Rasulullah SAWAW adalah anak kepada Rasulullah SAWAW. Adapun perbidalan ini telah diciptakan pada zaman jahiliyyah dahulu, sepertimana yang telah dicatatkan oleh pengarang Jam‘u al-Shawahid . Begitu juga terdapat banyak Hadis yang membuktikan bahawa anak-anak Fatimah AS adalah anak-anak Rasulullah SAWAW. Jadi kami adalah sebagaimana yang telah dibuktikan dengan Hadis yang sahih, merupakan keturunan Rasulullah SAWAW. Dan kami merasa bertuah kerana orang lain tidak sedemikian rupa.

Sebenarnya tiada seorang pun di dalam dunia ini , yang lebih patut untuk merasa bangga dengan keturunan mereka, sepertimana kebanggaan yang dimiliki oleh keturunan Fatimah AS, yang berasal daripada Ali AS dan Rasulullah SAWAW.

Hafiz: Alasan saudara kelihatan munasabah, dan menyakinkan, dan dengan itu tidak dapat dipertikaikan.

Majlis perhimpunan dialog kemudiannya bersurai untuk salat Isyak. Ketika rehat, Nawab Qayum Khan, seorang yang terkenal sebagai hartawan dari kalangan Sunni, yang sungguh berminat untuk menyelidiki agama dengan terperinci, meminta izin untuk mengemukakan beberapa pertanyaan.

Mengapa Syiah Menghimpunkan Salat (Salat Zuhur Dengan Asar dan Maghrib Dengan Isyak)

Nawab: Mengapa orang Syiah menjamakkan salat Zuhur dengan Asar dan Maghrib dengan Isyak, sedangkan ini bertentangan dengan Sunnah Rasulullah SAWAW?

13

Page 14: Sect Comparative In Peshwar Night

Shirazi: Pertamanya, ulama saudara sendiri berbeza pandangan sesama mereka, dalam masalah yang mereka ikuti kemudiannya. Keduanya, saudara mengatakan kami melakukan amalan yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah SAWAW. Saudara terkeliru di sini kerana Rasulullah SAWAW sendiri pernah mendirikan salat dengan kedua-dua cara, kadangkala dengan menjamaknya dan kadangkala secara berasingan.

Nawab: Menoleh kepada sahabatnya dan bertanya sama ada, benar atau tidak Rasulullah SAWAW pernah melaksanakannya dengan kedua-dua cara tadi.

Hafiz: Baginda melakukannya hanya seketika dalam perjalanan atau pada waktu terdapat halangan seperti hujan dan lain-lain lagi. Ketika itu Rasulullah SAWAW akan mendirikan salat secara jamak. Jika sebaliknya baginda akan bersalat secara berasingan semasa di rumah.

Shirazi: Dalam kitab-kitab saudara sendiri, tercatat banyak keterangan Hadis, Rasulullah SAWAW pernah mendirikan salat secara berasingan, dan begitu juga dengan menjamakkannya baik di rumah atau tanpa sebarang halangan. Terdapat begitu banyak sekali Hadis sahih dalam buku-buku saudara sendiri .

Hafiz: Jika benar begitu, tolong rujukkan kepadanya.

Shirazi: Dalam Sahih Muslim bin Hajjaj , bab "al-Jama‘u baina-Salatain fil-Hadhar" tercatat sanad-sanad yang tidak terputus yang meriwayatkan Ibn Abbas berkata: "Rasulullah SAWAW pernah mendirikan salat Zuhur dan Asar, dan Maghrib dan Isyak secara jamak, tidak dalam ketakutan atau apabila baginda berada di luar rumah”. Dan sekali lagi, Ibn Abbas berkata: "Kami menyempurnakan lapan rakaat pada salat Zuhur dan Asar, dan tujuh rakaat pada salat Maghrib dan Isyak bersama-sama Rasulullah SAWAW." Hadis yang serupa juga telah dikutip oleh Imam Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya, Bahagian I, halaman 221.

Begitu juga, Imam Muslim mencatatkan beberapa buah Hadis yang serupa. Dia meriwayatkan dari Abdullah bin Shaqiq yang menyatakan, bahawa pada satu hari Abdullah bin Abbas sedang membaca khutbah bersama-sama dengan sahabat yang lain selepas salat Asar, sehingga matahari terbenam dan bintang-bintang mulai terbit . Orang ramai berteriak,"Salat! Salat!", tetapi Ibn Abbas tidak menghiraukannya. Ketika itu, seorang dari Bani Tamim berteriak lagi: "Salat! Salat!". Ibn Abbas kemudian berkata: "Engkau mengingatkan aku tentang "Sunnah," adapun aku sendiri telah menyaksikan Rasulullah SAWAW menjamakkan salat Zuhur dengan Asar dan salat Maghrib dengan Isyak. Abdullah bin Shaqiq berkata: dia ragu-ragu dengan kata-kata ini lalu terus menemui Abu Hurairah untuk meminta penjelasannya. Beliau mengakui apa yang telah diperkatakan oleh Ibn Abbas itu.

14

Page 15: Sect Comparative In Peshwar Night

Melalui sanad yang lain pula, Abdullah bin Shaqiq telah meriwayatkan dari Aqil , bahawa Abdullah bin Abbas sedang bercakap-cakap dengan beberapa orang dari atas mimbar sehingga hari telah menjadi gelap. Kemudian seorang di antara mereka berteriak tiga kali : "Salat! Salat! Salat!," dan ini menganggu Abdullah bin Abbas, lalu beliau berkata,"Awas, berani kamu mengingatkan aku tentang salat, walhal pada hari-hari bersama Rasulullah SAWAW, kami pernah menjamakkan salat Zuhur dan Asar dan salat Maghrib dan Isyak.”

Al-Zarqani, salah seorang ulama saudara yang terkenal dalam Syarhal-Muwatta Imam Malik , Bahagian I, Bab "al-Jam‘u Bayna al-salatayn", halaman 363, memetik al-Nasai yang mengambil riwayat melalui Amr bin Haram Abi Sha‘asa, bahawa Ibn Abbas berkata dia menjamakkan salat Zuhur dengan Asar dan salat Maghrib dan Isyak di Basrah dengan tiada diselangi waktu atau perbuatan yang lain di antara kedua salat tersebut. Dan beliau berkata Rasulullah SAWAW juga bersalat demikian. Juga, Muslim dalam Sahihnya dan Malik dalam Muwattanya Bab "Jamak Baina-salatain", dan Imam Hanbal dalam Musnadnya mencatatkan berkenaan Ibn Abbas melalui Said bin Jubayr, bahawa Rasulullah SAWAW menjamakkan salat Zuhur dan Asar di Madinah tanpa alasan ketakutan atau hujan. Abu Zubair berkata bahawa dia bertanya kepada Said kenapa Rasulullah SAWAW menjamakkan salat. Said menjawab, dia juga pernah bertanya kepada Ibn Abbas soalan yang sama. Ibn Abbas menjawab, baginda menjamakkan salat kerana t idak mahu menyusahkan umatnya. Begitu juga, dalam Hadis-Hadis yang lain Ibn Abbas menyebutkan bahawa Rasulullah SAWAW menjamakkan salat Zuhur dengan Asar dan salat Maghrib dengan Isyak bukan disebabkan ketakutan ataupun hujan.

Terdapat begitu banyak sekali Hadis yang diriwayatkan berhubungan dengan perkara ini , yang menjadi bukti yang nyata tentang kesahihan menjamakkan salat selain daripada pembahagian bab-bab tentang salat Jamak dan pengumpulan Hadis dalam tajuk yang sama. Ini supaya keizinan menjamakkan salat tidak dapat dipertikaikan lagi. Kalau t idak, sebahagian akan mengatakan bahawa salat jamak boleh dilakukan di rumah, dan sebahagian yang lain akan mengatakan salat jamak hanya boleh dilaksanakan ketika dalam perjalanan yang bersangkutan dengan waktu salat jamak. Walau bagaimanapun Hadis-Hadis yang telah disebutkan tadi, yang terdapat dalam kitab-kitab yang " Sahih" dan juga dalam kitab-kitab yang muktabar membuktikan bahawa menjamakkan salat diizinkan sama ada dalam perjalanan ataupun semasa berada di rumah.

Hafiz: Tidak terdapat bab yang sedemikian di dalam kitab Sahih al-Bukhari .

Shirazi: Pertama, apabila semua pengarang kitab-kitab Sahih seperti Muslim, al-Nasai, Ahmad bin Hanbal dan pendapat-pendapat selain Sahihain Muslim dan Bukhari serta lain-lain ulama besar saudara telah mencatatkan semua perkara itu. Ia sudah mencukupi untuk

15

Page 16: Sect Comparative In Peshwar Night

membenarkan perkara ini. Kedua, Bukhari juga telah meriwayatkan Hadis ini dalam Sahihnya tetapi dengan sengaja menyisihkan Hadis ini dari tempatnya "Jamak Salat". Jika saudara meneliti bab "Bab at-Ta’khir al-Zuhr Ila al-‘Asr min Kitab al-Mawaqitus Salat" , dan "Bab al-Zikrul Isya' wal-Atamah" , dan "Bab al-Waqtul Maghrib" saudara akan menemui Hadis-Hadis ini di si tu.

Jadi, catatan Hadis yang berada di bawah tajuk "Keizinan dan Keesahan Menjamakkan Dua Salat", terbukti sebagai suatu keyakinan yang umum kepada ulama daripada kedua-dua belah pihak, dan kesahihan Hadis ini telah diperakui dalam kitab-kitab Sahih .

Seterusnya, Allamah Nuri dalam Syarh Sahih Muslim , dan Ibn Hajar al-‘Asqalani, al-Qastalani dan Zakariya al-Razi dalam perbahasan yang telah mereka tulis berkenaan Sahih al-Bukhari dan juga al-Zarqani dalam syarah al-Muwatta’ Imam Malik dan ramai lagi ulama yang lain telah mencatatkan Hadis-Hadis ini. Dan selepas mencatatkan Hadis Ibn Abbas ini dan mengakui kesahihannya, mereka menerima bahawa Hadis-Hadis ini adalah bukti kebenaran dan keizinan menjamakkan salat supaya umat Rasulullah SAWAW tidak dibebani dan tidak disusahkan.

Nawab: Bagaimana mungkin Hadis ini dapat di amalkan semenjak Rasulullah SAWAW dahulu, sedangkan ulama telah mengambil jalan yang berbeza-beza?

Shirazi: Persoalan i tu t idak melibatkan perkara ini sahaja. Saudara akan melihat contoh-contoh yang lebih banyak lagi nanti . Dalam perkara ini , Fuqaha Sunni sama ada tidak mengambil berat tentangnya ataupun kerana alasan yang lain, yang saya t idak tahu bercanggah pemahaman dan memberikan alasan yang tidak munasabah. Sebagai contoh, mereka berkata bahawa Hadis ini mungkin merujuk kepada keadaan seperti disebabkan ketakutan, bahaya, hujan atau ribut. Dan sebahagian ulama silam saudara seperti Imam Malik, Imam Syafii dan Fuqaha dari Madinah telah memberi fatwa dengan alasan yang sama, walaupun pendapat i tu telah ditolak oleh Hadis Ibn Abbas, yang dengan tegas telah menyatakan bahawa dua salat telah didirikan tanpa sebab hujan atau takut. Yang lain, mereka menyatakan barangkali langit tidak dapat diramal dan mereka t idak pasti dengan waktu, dan sesudah selesai mengerjakan salat Zuhur ketika itu awan telah hilang dan mereka dapati waktu Asar telah masuk. Jadi mereka telah mengerjakan salat Zuhur dan Asar dengan menjamakkannya. Saya tidak dapat memikirkan alasan lain yang lebih kuat lagi. Mungkin pentafsir ini tidak mempertimbangkan, bahawa orang yang bersalat i tu adalah Rasulullah SAWAW yang baginya, ada atau t idak adanya awan tidak bererti apa-apa kerana ilmunya tidak hanya meliputi segala sebab, tetapi juga meliputi semua sebab dan musabab. Selain dari kenyataan orang-orang ini mempunyai pemikiran yang keliru, tidak terdapat sebarang bukti yang menunjukkan peristiwa ini benar-benar berlaku. Menjamakkan salat Maghrib dengan Isyak menafikan alasan mereka ini . Ini

16

Page 17: Sect Comparative In Peshwar Night

disebabkan pada waktu itu (pada malam yang gelap), ada atau t idak ada awan, t idak memberikan sebarang erti, biarpun mereka mengabaikan kenyataan pendapat mereka yang bertentangan dengan erti Hadis tadi.

Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Hadis Ibn Abbas yang dengan terang mengatakan bahawa dia terus memberikan ucapannya sehingga ada dari kalangan pendengar berteriak: "Salat! Salat!" iaitu untuk mengingatkannya bahawa bintang telah terbit dan sudah masuk waktu untuk salat. Ibn Abbas dengan sengaja melewatkan salat Maghrib, kerana dia akan menjamakkan salat Maghrib dan Isyak. Abu Hurairah juga mengakui perbuatan ini dengan mengatakan Rasulullah SAWAW berbuat seperti i tu juga. Sudah pasti alasan yang longgar akan kami tolak. Begitu juga dengan mereka yang benar-benar berilmu dari kalangan ulama saudara, dengan keyakinan ia bertentangan dengan maksud Hadis yang jelas. Seterusnya ulama besar saudara, Syeikh al- Islam Ansari , dalam kitabnya Tuhfatul Bari fi Syarh Sahih al-Bukhari dalam hab Salat-al-Zuhr ma‘al ‘Asr wal-Maghrib ma‘al Isya’ halaman 292, Bahagian I dan begitu juga Allamah al-Qastalani pada halaman 293, Bahagian II, Kitab Irshadus Sari fi syarh Sahih al-Bukhari , dan lain-lain pelopor Sahih al-Bukhari dan pengkaji yang begitu ramai dari kalangan mazhab saudara, telah mengakui bahawa alasan seumpama itu adalah bertentangan dengan erti yang jelas dari Hadis tadi, dan dengan itu untuk mengaitkannya, bahawa salat mesti dilakukan secara berasingan tidak mempunyai dasar sama sekali.

Nawab: Jadi bagaimanakah perselisihan ini boleh muncul, sehingga dua golongan dalam Islam sanggup menghalalkan darah saudara Islam yang lain, dan memandang sesama sendiri dengan perasaan benci dan dendam serta mengutuk amalan satu sama lain?

Shirazi: Pertama, saudara mengatakan dua golongan mazhab dalam Islam tidak mampu mencontohi satu sama lain. Saya terpaksa mempertahankan diri saya bagi pihak Syiah Ahlul Bait AS dan keluarga Rasulullah SAWAW, iaitu kami Syiah tidak memandang rendah atau bermusuhan dengan mana-mana orang yang berpelajaran atau mengutuk saudara Islam Sunni kami. Malahan kami memandang mereka seperti saudara Muslim kami. Kami, sudah pastilah amat berdukacita dengan dakyah pihak Khawarij, Nasibi, Bani Umaiyyah dan gerakan-gerakan syaitan baik dari kalangan jin dan manusia yang telah mempengaruhi saudara kami dalam Islam, iaitu Sunni, sehinggakan mereka menganggapkan saudara Syiah yang menjadikan Kaabah (sebagai kiblat), berpegang dengan Al-Quran, keNabian, mengerjakan amalan yang diwajibkan dan sunat, serta menjauhkan diri dari perbuatan dosa, tetapi telah dituduh sebagai golongan Rafidi, penyembah berhala, kaum kufur, lalu mereka menjauhkan diri dari kami, dan memandang kami dengan perasaan benci dan dengki.

Kedua, saudara bertanya bagaimana perbezaan boleh bermula, mungkin saya akan memberitahu saudara pada malam-malam akan datang.

17

Page 18: Sect Comparative In Peshwar Night

Ketiga, tentang menjamakkan salat atau salat secara berasingan, Ahli Fiqh Sunni sendiri mencatatkan Hadis-Hadis ini, yang memberi keizinan untuk menjamakkan salat Zuhur dengan Asar dan salat Maghrib dengan Isyak bagi tujuan kemudahan, kesenangan dan keselamatan dari bahaya atau dari kemudaratan. Tetapi saya tidak mengetahui kenapa alasan-alasan yang tertolak dikemukakan dan mereka melarang menjamakkan salat di luar halangan-halangan ini. Malahan, sebahagian dari mereka seperti Abu Hanifah dan pengikut-pengikutnya telah mengharamkannya sama sekali, baik ketika ada halangan mahupun tidak ada, atau sama ada pada waktu di rumah ataupun dalam perjalanan. Tetapi menurut al-Syafii , Maliki dan Hanbali , walaupun berbeza-beza dalam alasan yang juga tidak perlu telah mengizinkan untuk menjamakkan salat pada waktu dalam perjalanan atau sebagaimana berpergian seperti mengerjakan Haji, Umrah, dan dalam peperangan serta lain-lain lagi.

Tetapi ulama Syiah dalam mentaati para Imam Maksum dari Ahlul Bait Rasulullah SAWAW yang mengikut Sunnah Rasulullah SAWAW yang disifatkan sebagai pembeza di antara yang haq dan yang batil dan pengimbang Al-Quran, tanpa apa-apa syarat telah mengizinkan sama ada di rumah ataupun dalam perjalanan baik ada halangan atau pun tidak, untuk menunaikan salat secara berturut-berturut satu persatu, atau diselangi dengan jarak masa yang panjang. Dan ini hanya termaktub kepada salat yang tertentu sahaja, iaitu mereka boleh mengerjakan salat Zuhur dan Asar, atau salat Maghrib dengan Isyak, dalam satu waktu menurut kesempatan dan keselesaan, atau boleh juga untuk bersalat di awal waktu (ini sangat afdal) ataupun mendirikan salat Maghrib dan Isyak mengikut keselesaan waktu mereka. Memang salat pada awal waktu adalah lebih afdal, sebagaimana yang telah disebutkan dalam buku-buku perukunan tentang masalah ini yang telah ditulis oleh ulama Syiah.

Mungkin orang-orang sekarang terlalu sibuk dengan tugas mereka dan mempunyai tanggungjawab dan mereka sering berasa cemas kerana bimbang terluput waktu salat dengan sedikit kecuaian sahaja. Jadi, bagi kemudahan mereka dan untuk mengelakkan kesusahan dan bebanan (yang menjadi tujuan Pencipta Islam - Allah SWT), Syiah mendirikan dua salat dalam satu waktu, sama ada di awal atau di akhir waktu, pada waktu yang telah ditentukan. Saya harap ini sudah cukup untuk menjelaskan kemusykilan yang difikirkan oleh saudara, dan juga saudara Muslim Sunni yang memandang dengan dengki dan irihati terhadap kami. Sekarang kita kembali kepada perbincangan kita tadi, tentang persoalan pokok yang lebih utama, yang mana kesemua masalah hukum-hakam akan terjawab selepasnya dengan sendiri.

Bagaimana keturunan Allamah Berhijrah Dari Hijaz ke Iran

Dari persoalan itu, Hafiz memohon kepada Allamah Sultanul Wa’ezin supaya memberitahu tentang bagaimana keturunannya (Allamah Sahib) berhijrah dari Hijaz ke Iran. Allamah Shirazi telah menjelaskannya

18

Page 19: Sect Comparative In Peshwar Night

seperti sebuah keterangan sejarah keturunannya yang telah dibunuh dengan kejam sekali di Shiraz atas perintah Khalifah Abbasiyyah. Perkuburan mereka masih menarik pengunjung dari jauh. Yang paling terkemuka di antara mereka ialah Syed Amir Muhammad Abid, Syed Amir Ahmad (Shah Charagh), dan Syed Alauddin Hussain, kesemuanya anak-anak Imam Musa al-Kazim AS. Kisah terperinci dimulakan dari sini.

Bagaimana Kubur Amirul Mukminin Ali AS Diketahui

Penemuan kubur Amirul Mukminin Ali AS juga dibincangkan sebagaimana keterangan berikut.

Hafiz: Di daerah manakah terletaknya kuburan Amirul Mukminin Ali Karramallahu Wajhah ketika itu, hingga ia dapat ditemui setelah seratus tahun setengah?

Shirazi: Adapun Amirul Mukminin Ali AS telah syahid di waktu pemerintahan Khalifah Muawiyah, yang mana ketika itu pengkhianatan Umaiyyah berada di tahap yang amat melampau. Amirul Mukminin Ali AS telah berwasiat supaya jasadnya dikebumikan di tempat yang tersembunyi pada waktu malam dengan tidak meninggalkan sebarang kesan. Dengan itu hanya beberapa orang sahaja dari kalangan sahabat karibnya dan juga anak-anaknya yang hadir sewaktu beliau AS dikebumikan. Pada pagi 21 Ramadan (ketika dia hendak dikebumikan), dua pengusungan telah disediakan. Satu menuju ke Mekah dan satu lagi menuju Madinah. Itulah sebabnya, selama beberapa tahun kuburannya tidak diketahui orang, melainkan beberapa sahabat yang tertentu sahaja dan termasuk juga anak-anaknya.

Kenapa Kuburan Amirul Mukminin Ali AS Dirahsiakan

Hafiz: Apakah tujuan disebalik penyembunyian kuburannya?

Shirazi: Mungkin kerana takutkan orang yang tidak beragama dari kalangan Bani Umaiyyah, sebab mereka ini menentangnya dan sangat memusuhi Ahli Keluarga Rasulullah SAWAW. Mereka mungkin melakukan perbuatan yang tidak senonoh terhadap kuburan yang suci ini, dan ini akan menjadi salah satu daripada t indakan yang paling kejam yang mungkin mereka lakukan.

Hafiz: Bagaimana saudara boleh berkata begitu? Amat mustahil bagi seorang Muslim, walaupun bermusuhan, untuk melakukan perkara yang tidak senonoh itu terhadap Muslim yang lain?

Shirazi: Barangkali saudara pernah mengkaji sejarah kegemilangan Bani Umaiyyah dan perlakuan mereka yang tidak berperikemanusiaan dan sangat memalukan. Sebagai pengetahuan, sejak dari mula berkuasa mereka telah membuka pintu kezaliman dan menceroboh hak-hak terhadap orang Muslim. Sungguh dahsyat sekali: Bencana apakah yang

19

Page 20: Sect Comparative In Peshwar Night

telah mereka lakukan? Betapa banyak darah telah mereka tumpahkan dan betapa pula kehormatan telah mereka jahanamkan. Dinasti yang terhina, yang tidak mempunyai tatasusila. Perbuatan terkutuk mereka telah dicatatkan oleh ulama besar saudara dengan perasaan yang penuh keaiban, terutama sekali Allamah Maqrizi Abdul Abbas Ahmad bin Ali al-Syafii yang telah merakamkan perbuatan Bani Umaiyyah yang amat menyayatkan hati di dalam kitabnya , al-Naza‘ wa al-takhasum f i ma bayna Bani Hashim wa Bani Umaiyyah yang menyatakan mereka tidak membezakan di antara orang yang hidup dan yang telah mati di dalam perasaan permusuhan mereka.

Sebagai contoh, saya akan memberikan dua sahaja peristiwa penting yang berlaku dalam sejarah yang sungguh menyayat hati , yang membuktikan perbuatan kejam dan ganas Dinasti Umaiyyah supaya saudara t idak akan terkejut dan patut menerima catatan sejarah yang sahih. Kedua-dua peristiwa itu adalah tentang Syahidnya Zaid bin Ali bin Husain AS yang dikenali sebagai Zaid as-Syahid dan anaknya Yahya. Semua ahli sejarah Syiah dan juga Sunni telah mencatatkan bahawa ketika Hisyam bin Abdul Malik menjadi Khalifah, dia mulai melakukan berbagai keganasan dan kekejaman ke atas orang ramai dan terhadap keluarga Bani Hashim, dia dan juga pengikutnya telah bersangatan melampaui batasan dalam permusuhan. Akhirnya, Zaid bin Ali, anak kepada Imam Ali Zainal Abidin AS, yang terkenal sebagai seorang ulama besar, yang taat, seorang yang sangat bertakwa, pergi menemui Khalifah untuk mengadu tentang kesengsaraan yang telah menimpa Bani Hasyim dan orang-orang yang lain. Tetapi setelah dia berjumpa dengan Khalifah, belumpun sempat dia membuka mulutnya, dan bukan sahaja tidak disambut selayaknya seperti orang yang berasal dari darah daging Rasulullah SAWAW, malahan Khalifah melemparkan kata-kata nista, tuduhan dan memaki hamun, yang tidak sanggup untuk saya mengucapkannya, lalu menghalaunya keluar.

Atas perlakuan Khalifah terhadap Zaid, seorang yang mempunyai kedudukan yang begitu mulia, menyebabkan beliau kemudiannya sebagaimana yang telah dicatatkan oleh ahli sejarah terkenal Sunni dan Syiah, merasa tertekan untuk meninggalkan Syam (Syria) lalu pergi ke Kufah, di mana dia mula mengumpulkan orang-orangnya untuk menentang Bani Umaiyyah kerana kezaliman mereka. Gabenor Kufah yang bernama Yusuf bin Umar al-Thaqafi, keluar dengan tentera yang besar untuk menentang Zaid. Zaid melawan dengan sepenuh hati dan tidak memperdulikan keletihan sambil membaca puisi peperangan berikut,

Mati Dengan Kehormatan Lebih Baik Dari Hidup Dalam Kehinaan

“Hidup dalam kehinaan dan mati secara terhormat, kedua-duanya amat menyedihkan, tetapi seandainya satu darinya tepaksa dipilih, pil ihanku adalah lebih baik mati dengan kehormatan.”

20

Page 21: Sect Comparative In Peshwar Night

Sedang dia sibuk berperang, t iba-tiba sebatang anak panah singgah ke dahinya lalu dia rebah dan syahid. Anaknya, berjaya mengambil jasad bapanya dari medan bertempuran dan mengkebumikannya di suatu tempat yang jauh dari bandar berdekatan dengan sebuah sungai. Selepas mengkebumikannya, dia mengalirkan air sungai ke atas kuburan bapanya. Tetapi, para pengkhianat telah melaporkan perkara ini kepada Yusuf. Atas perintahnya, dia mengarahkan orang-orangnya untuk menggali kuburan tersebut dan mengambil jenazah Zaid, lalu kepalanya dipenggal dan dikirimkan kepada Hisyam di Syam (Syria). Pemerintah yang kejam itu terus mengutus surat kepada Gabenor Kufah supaya menelanjangkan jenazah Zaid dan digantung pada tempat penggantungan. Gabenor yang terkutuk ini melaksanakan perintah sepertimana yang diarahkan, dan pada bulan Safar 121H, jenazah suci dari keturunan Rasulullah SAWAW ini telah digantung dalam keadaan berbogel selama empat tahun di situ. Pada waktu Walid bin Yazid bin Abdul Malik bin Marwan menjadi Khalifah pada tahun 126H, dia memerintahkan rangka jenazah orang yang suci itu diturunkan dari tempat penggantungan dan dibakar dan kemudian abunya hendaklah diterbangkan di udara.

Perbuatan yang sama juga telah dilakukan oleh orang yang dilaknati , ke atas Yahya bin Zaid di Jurjan yang terletak di Khurasan yang sekarang dikenali sebagai Gurgan. Ini disebabkan orang yang mulia ini telah menentang Bani Umaiyyah dan seperti yang telah termaktub dengan terperinci di dalam sejarah, dia juga telah syahid di dalam medan peperangan. Kepalanya telah dipotong dan dihantar ke Syam (Syria) dan mayatnya diperlakukan seperti bapanya juga, digantung selama enam tahun, sampaikan kawan dan lawan berasa sedih melihatnya dan hanya berakhir apabila Walid mati menuju ke neraka, Abu Muslim al-Khurasani, seorang penentang Bani Umaiyyah, bagi pihak Bani Abbas, telah menurunkan mayat tersebut lalu disemadikan di Gurgan, di mana makamnya dijadikan tempat ziarah dan dijaga dengan penuh kehormatan oleh kaum Muslimin.

(Mendengarkan peristiwa ini, semua para hadirin merasa amat sedih dan mula menangis).

Perbuatan Terkutuk Oleh Dinasti Yang Dilaknati

Seterusnya, setelah mendengar perbuatan terkutuk dinasti ini, dari dua contoh yang telah dikemukakan, maka tidaklah menghairankan jika mereka mendapat kesempatan yang sebegitu sekali lagi, mereka akan melakukan seperti itu juga ke atas Amirul Mukmin Ali AS. Dari sini menurut wasiat Amirul Mukminin Ali AS, jasadnya hendaklah dikebumikan pada waktu malam dan jangan ditinggalkan sebarang kesan. Makamnya masih tidak diketahui oleh orang awam, hinggalah pada masa pemerintahan Khalifah Harun al-Rasyid. Pada suatu hari Khalifah Abbasiyyah ini pergi memburu berhampiran dengan Najaf, tempat yang terkenal kerana banyak rusa. Sewaktu anjing-anjing buruan mengejar, rusa-rusa mencari perlindungan di atas bukit Najaf. Semua

21

Page 22: Sect Comparative In Peshwar Night

anjing buruan tersebut enggan mendakinya. Perkara ini berlaku beberapa kali iaitu apabila anjing buruan tiada, rusa-rusa itu akan turun dari bukit tersebut, tetapi apabila anjing buruan mengejar kembali, rusa-rusa tersebut lari kembali ke atas bukit sebagai tempat perlindungan. Khalifah berfikir mesti terdapat sesuatu rahsia yang menyebabkan anjing-anjing buruannya tidak mahu mendaki ke atas bukit i tu. Dia menghantar orang-orangnya ke sana dan mereka kembali bersama seorang tua dari kalangan penduduk asal di situ lantas bertanya kepadanya apakah rahsia yang menyebabkan anjing-anjing buruannya tidak mahu mendaki bukit tersebut.

Penemuan Kuburan Imam Ali AS

Orang itu menjawab dengan mengatakan bahawa dia mengetahui akan rahsia sebuah kuburan di situ tetapi dia takut hendak membocorkannya. Khalifah berjanji tidak akan mengapa-apakannya jika dia menerangkanya. Menurut orang tua i tu, pada suatu hari, dia bersama-sama dengan bapanya mendaki bukit itu dan mendirikan salat di sana. Bila dia bertanya akan apa yang terdapat di sana, bapanya menjawab yang dia pernah ke situ dengan Imam Ja'afar al-Sadiq AS untuk tujuan ziarah. Imam berkata bahawa itu adalah kuburan datuknya, Amirul Mukminin Ali AS dan ia akan diketahui orang tidak lama lagi.

Di atas budi bicara Khalifah, tempat itu telah dibongkar dan kelihatan sebuah perkuburan yang di atasnya terdapat sebuah batu, yang mengandungi tulisan dalam bahasa Syria lama, yang berbunyi: "Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang, Kubur ini telah disediakan oleh Nabi Nuh AS untuk Ali, Pengganti Muhammad SAWAW, 700 tahun sebelum banjir besar."

Khalifah menghormati tempat tersebut dan mengarahkan supaya ia diperbaiki. Kemudian dia pergi mengambil wuduk dan salat dua rakaat. Beliau menangis dan meratap di atas makam tersebut. Selepas itu, dengan perintahnya yang berhubungan dengan semua peristiwa tersebut, dia menulis surat kepada Imam Musa al-Kazim AS di Madinah bertanya tentang perkara tersebut. Imam AS memberikan kata putus dengan jawapan bahawa datuknya yang telah teraniaya, Amirul Mukminin Ali AS telah dikebumikan di tempat yang sama. Atas arahan Khalifah Harun, sebuah bangunan telah didirikan di situ yang kemudiannya dikenali sebagai Hajir Haruni, iaitu bangunan batu dibina oleh Harun. Tidak lama kemudian, berita ini telah tersebar luas dan orang-orang Mukmin mula berkunjung datang untuk berziarah ke situ. Dengan cara beginilah Ibrahim Mujab, nenek moyang Sultanul Waizeen meninggalkan Shiraz menuju tempat suci ini, dan selepas mengerjakan ziarah dia meninggal dunia di Karbala. Dia telah dikebumikan berhampiran dengan moyangnya Imam Husayn AS dan bekas perkuburannya masih ada di sudut baratdaya makam Imam Husayn AS dan dikunjungi oleh penziarah-penziarah.

Perbezaan Pendapat Tentang Tempat Kubur Amirul Mukminin AS

22

Page 23: Sect Comparative In Peshwar Night

Hafiz: Saya fikir, walaupun telah diperkatakan dengan begitu terperinci tentang kubur Ali KWJ, ia sebenarnya tidak wujud di Najaf, sebab para ulama telah berbeza pendapat mengenainya. Sebahagian dari mereka berkata, ia terdapat di rumahnya di Kufah, sebahagian pula berkata ia di Qiblah di tengah-tengah masjid di Kufah, dan sebahagian yang lain menulis dengan mengatakan ia di pintu pagar yang dikenali sebagai Rab al-Kinda di masjid Kufah. Malahan ada yang lain mengatakan kuburan Ali AS terletak di sebelah kuburan Fatimah AS di Baqi. Di Afghanistan juga terdapat tempat yang bernama Makam Ali AS. Yang tidak dipertikaikan ialah jasad Ali AS telah dimasukkan ke dalam sebuah keranda dan dibawa dengan unta menuju ke Madinah. Satu gerombolan telah merampas keranda tersebut dengan sangkaan ia mengandungi harta, tetapi apabila mereka membukanya didapati ia adalah mayat, lalu mereka membawanya ke Kabul dan dikebumikannya di sana. Itulah sebabnya orang-orang awam melawat dan melakukan ziarah ke tempat itu.

Shirazi: Semua perbezaan yang berbangkit ini adalah dengan kehendak Imam Ali AS, kerana dia telah berwasiat supaya merahsiakan perkara ini. Saya fikir tidak perlu diperincikan mengenai perkara ini. Adapun tentang perkara ini telah disebutkan dari Imam Ja‘afar al-Sadiq AS pada saat wafatnya Amirul Mukminin Ali AS, beliau berkata kepada anaknya Imam Husayn AS iaitu selepas mengkebumikannya di Najaf, dia perlu menyediakan empat lagi kuburan untuknya di tempat yang berasingan iaitu, i) di Masjid Kufah, ii) di Rahbah, iii) di rumah Jo'dah Hirah dan, iv) di Ghirah, supaya t iada seorang pun akan mengetahui perkuburannya yang sebenar.

Sebenarnya perbezaan ini hanya terdapat di kalangan para ulama saudara yang terkeliru dengan keterangan-keterangan lain yang bercanggah. Adapun ulama Syiah sebulat suara berpegang bahawa kuburan Amirul Mukminin Ali AS adalah di Najaf, kerana apapun mereka pelajari dari Ahlul Bait AS adalah sahih. Ahlul Bait (ahli rumah) adalah lebih mengetahui tentang apa yang berlaku berkaitan dengan rumahnya.

Untuk pengetahuan saudara pandangan yang mengatakan kubur Imam Ali AS di Kabul, adalah tidak munasabah dan sama sekali t idak betul. Kisah ini t idak lebih dari cerita khayalan.

Saya sungguh hairan kenapa ulama saudara menjauhkan diri mereka dengan keturunan Rasulullah SAWAW dalam semua hal hinggakan mereka t idak mahu bertanya di mana letaknya kubur seorang bapa dari anaknya sendiri supaya t idak berlaku perbezaan pendapat kerana orang yang di dalam rumah lebih mengetahui apa yang terdapat di dalam rumahnya daripada orang lain. Jika andaian yang ada sekarang ini benar, sudah pasti Imam telah memberitahu pengikut-pengikutnya tentang perkara itu tetapi sebaliknya mereka telah mempastikan ia adalah di Najaf. Mereka sendiri telah menziarahi tempat tersebut selama ini dan menasihati anak-anak mereka supaya menziarahi tempat

23

Page 24: Sect Comparative In Peshwar Night

itu. Ulama seperti Sibt Ibn al-Jawzi dalam bukunya Tazkirah halaman 103, telah menyebut mengenai perbezaan ini hingga dia berkata bahawa, pandangan yang keenam adalah di Najaf, tempat yang terkenal lagi dikunjungi oleh pelawat, dan dari semua pandangan, inilah pandangan yang paling benar. Demikian juga ulama saudara yang lain seperti Khatib al-Khawarizmi dalam Manaqib , Khatib al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad , Muhammad bin Talhah Syafii dalam kitab Matalib al-Su’ul , Ibn Abil Hadid dalam Syarh Nahjul Balaghah , Fairuzabadi dalam kamus bahasa di bawah huruf Najaf , dan lain-lain lagi telah memberikan pendapat bahawa kuburan Amirul Mukminin Ali AS adalah di Najaf.

MALAM KEDUA(Malam Juma'at 24 Rejab 1345 Hijrah)

Hafiz: Saya sungguh tertarik dengan keterangan yang amat jelas tentang keturunan saudara dan saya akui saudara adalah dari keturunan Rasulullah SAWAW tetapi yang menghairankan saya ialah kenapakah orang yang berwibawa seperti saudara ini diburu dan diperhina oleh pihak musuh. Ini sebenarnya adalah kerana mereka meninggalkan cara kehidupan yang benar dari keturunan saudara, yang mana saudara sebenarnya telah mengambil cara politik Iran yang bukan Islam. Apa yang saya maksudkan dengan kebodohan aturan yang bukan Islam itu ialah tentang prinsip-prinsip keyakinan dan bidaah, yang telah diserap ke dalam agama suci Islam melalui orang-orang Yahudi.

Shirazi: Tolong jelaskan lebih lanjut lagi supaya saya tahu apakah bidaah yang saya ikuti.

Salah Faham Tentang Asal-Usul Agama Syiah

Hafiz: Orang-orang Yahudi yang sejarah kehidupan mereka telah dicemari dengan pendustaan dan penyelewengan tafsiran, seperti dilakukan oleh Abdullah bin Saba', San'ai, Ka'abul Ahbar, Wahab bin

24

Page 25: Sect Comparative In Peshwar Night

MunNabih dan ramai lagi yang lain, menyelusup masuk ke dalam Islam dan membina dasar-dasar agama dan menyuntik ke dalam fikiran kita kepercayaan yang menyalahi Hadis-Hadis Rasulullah SAWAW dan justeru i tu menimbulkan kekeliruan di antara Muslim.

Khalifah yang ketiga, iaitu Usman bin Affan telah menghalau mereka keluar dari Mesir, di mana mereka kemudiannya menubuhkan satu parti bernama Syiah, dan menyebarkan propaganda mereka agar mereka menentang Khalifah Usman. Mereka memalsukan banyak Hadis dengan mendakwa bahawa Rasulullah SAWAW telah melantik Ali AS sebagai Pemimpin dan Imam.

Pembunuhan Khalifah Usman

Seterusnya penubuhan parti tersebut telah mengakibatkan pertumpahan darah yang banyak sehingga membawa kepada pembunuhan Khalifah Usman dan perlantikan Ali AS sebagai Khalifah. Satu kumpulan yang bermusuhan dengan Uthman berdiri tegak di belakang Ali AS. Daripada situlah parti Syiah mula berakar umbi, tetapi pada waktu pemerintahan Khalifah Umaiyyah, apabila kesemua ahli keluarga Ali AS dan pengikut setia mereka terbunuh, parti ini menjadi satu gerakan bawah tanah. Masih terdapat orang seperti Salman al-Farsi, Abu Dzar al-Ghiffari dan Ammar bin Yasir, yang sibuk menyebarkan dakyah untuk Ali AS. Ini berlangsung sehingga ke masa pemerintahan al-Makmun al-Rasyid, yang mengalahkan abangnya dengan pertolongan orang-orang Iran dan mereka mula menyebarkan pandangan bahawa Ali AS adalah lebih utama sebagai Khalifah daripada Khalifah-Khalifah yang lain. Orang-orang Iran yang memusuhi orang-orang Arab, kerana daerah-daerah dan kebebasan mereka dirampas, kemudiannya agama. Apa yang berlaku seterusnya akibat daripada perbuatan yang tidak berperikemanusiaan ini ialah Syiah telah bangkit membuat kekacauan dan huru-hara di sana-sini, sehinggalah mereka menjadi agak kuat pada masa pemerintahan dinasti Dalamit. Dan pada masa pemeritahan Raja Safavid, mereka ini mendapat pengiktirafan dan dikenali sebagai golongan Syiah dan orang-orang Iran penganut agama Zorastrian masih menggelarkan diri mereka sebagai Syiah.

Sesuatu Yang Tidak Masuk Akal Mengaitkan Abdullah bin Saba' Dengan Syiah

Dipendekkan cerita, agama Syiah adalah agama polit ik yang dipelopori oleh seorang Yahudi yang bernama Abdullah bin Saba' . Jika tidak, sudah tentu tiada perkataan "Syiah" wujud di dalam Islam dan nenek moyang saudara, yakni Rasulullah SAWAW tidak mengetahui langsung perkataan "Syiah", kerana ia adalah perbuatan yang bertentangan dengan kehendaknya, sebagai tindakan menyeleweng yang telah dibuat-buat, dan sebetulnya Syiah adalah sebahagian daripada agama dan keyakinan Israel.

25

Page 26: Sect Comparative In Peshwar Night

Kerana alasan inilah saya hairan kenapa saudara meninggalkan cara kehidupan sebenar yang diredai seperti yang dicontohkan oleh orang-orang yang menitiskan zuriat keturunan saudara, lalu mengikut jejak-jejak Yahudi dan juga segala bidaah mereka. Walhal saudara adalah orang yang paling berhak sekali untuk menuruti Al-Quran dan menjadi contoh dari datuk saudara Rasulullah SAWAW.

Shirazi: Saya tidak menyangka seorang yang terpelajar seperti saudara sanggup mengemukakan alasan yang hanya berdasarkan kepada hujjah yang palsu dan rapuh, yang hanya kaum Munafiqin, Khawarij (musuh Ali AS) dan musuh seperti Bani Umaiyyah sahaja yang melakukannya. Tidak masuk akal sama sekali apabila saudara mengaitkan Abdullah bin Saba' dengan Syiah. Abdullah bin Saba' ( laknatullah ) adalah seorang Yahudi dan menurut dari sumber Syiah, dia adalah seorang Munafiq dan patut dikutuk dengan sekeras-kerasnya. Jika dia kelihatan untuk seketika sahaja bersama Ali AS sebagai kawan, apakah kaitan dia dengan Syiah? Jika seekor serigala diletakkan di dalam sekumpulan kambing; atau seorang pencuri di tempatkan di kalangan orang warak atau alim dan berdiri di atas mimbar atau di atas tangga masjid, dan menyakitkan Islam dan Muslim, patutkah kita memandang kepada orang yang warak dan alim yang lain dengan menggelar mereka sebagai pencuri dan pembohong? Hairan sekali saudara telah merendahkan agama Syiah yang adil dan menggelar mereka sebagai parti politik yang menurut keterangan saudara telah ditubuhkan pada masa Khalifah Usman dan pelopornya adalah Abdullah bin Saba' ( laknatullah ).

Syiah Bukan Sebuah Parti Tetapi Sebuah Agama

Sebenarnya Syiah bukanlah sebuah parti , tetapi adalah sebuah agama, yang bukan dipelopori sebagaimana saudara katakan tadi pada masa Khalifah Uthman tetapi ia telah wujud dan dilahirkan melalui kata-kata dan perintah Rasulullah SAWAW semasa hayatnya walaupun saudara berhujah dengan keterangan-keterangan palsu pihak musuh, namun saya sebaliknya, akan mengemukakan kepada saudara ayat Al-Quran dan catatan-catatan dari ulama saudara sendiri untuk menerangkan kedudukan yang sebenarnya.

Pengertian Syiah Dan Keistimewaannya

Syiah, sebagaimana saudara semua tahu, bererti "Pengikut." Salah seorang ulama saudara yang paling terkemuka, Fairuzabadi dalam Qamus al-Lughat berkata, "Nama Syiah, biasanya bererti setiap orang yang bersahabat dengan Ali AS dan Ahlul Baitnya. Sekarang nama Syiah adalah khusus untuk mereka. Pengertian yang sama juga telah diberikan oleh Ibn al-Athir dalam Nihayat al-Lughat .

Tetapi saudara telah menyalahtafsirkan perkataan Syiah, sama ada dengan sengaja atau t idak kerana ingin menonjolkan kesempurnaan ilmu mengenai sejarah dan tafsir, lalu berkata secara mudah tanpa memberikan apa-apa bukti bahawa pengikut Ali AS dan Ahlul Bait

26

Page 27: Sect Comparative In Peshwar Night

Rasulullah SAWAW wujud pada masa Khalifah Uthman dan pelopor mereka adalah Abdullah bin Saba' , seorang Yahudi.

Kenyataan yang sebenar adalah sebaliknya. Menurut buku-buku dan juga tafsir saudara sendiri perkataan Syiah bermakna "Pengikut Ali bin Abi Talib AS" dan telah digunakan ketika Rasulullah SAWAW masih hidup lagi. Rasulullah SAWAW sendiri yang telah mengemukakan perkataan Syiah yang bermakna "Pengikut Ali bin Abi Talib AS" dan Allah SWT menyatakan dalam firmanNya:

“Dan tiadalah yang diucapkan itu, menurut kemahuan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diturunkan (kepada Muhammad SAWAW).” (Surah al-Najm 53: 3-4)

Baginda memanggil pengikut Ali AS yakni Syiah sebagai "penyampai" dan "penyelamat."

Hafiz: Di manakah terdapatnya perkara tersebut? Kami tidak pernah melihatnya.

Shirazi: Kami telah melihatnya dan kami menganggap tidak wajar menyembunyikan yang haq. Adapun Allah telah menyatakan, kutukan terhadap mereka yang menyembunyikan yang haq dan menggelar mereka sebagai sahabat api neraka. Allah berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa-apa yang telah Kami turunkan keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkan kepada manusia dalam al-Kitab itu dilaknati Allah dan dilaknati oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati.” (Surah al-Baqarah 2: 159) Dan juga firman-Nya:

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah dan menjualnya dengan harga yang murah, mereka itu sebenarnya tidak memakan ke dalam perutnya melainkan api.” (Surah al-Baqarah 2: 174)

Hafiz : Sekiranya kami mengetahui yang benar dan kami menyembunyikannya, kami akan dikutuk sebagaimana yang disebut di dalam Al-Quran.

Shirazi : Saya harap saudara semua memelihara dua ayat ini supaya tingkahlaku dan sikap tidak bertolak-ansur t idak akan menghalangi kita, dan perkara yang haq tidak akan tersembunyi. Hafiz Abu Nuaym al-Isfahani, adalah salah seorang ulama saudara yang unggul, ahli Hadis, dan sarjana pengkaji terkenal. Ibn Khallikan telah memuji beliau di dalam bukunya "Waffiyyatul A'yan." Beliau dianggap sebagai

27

Page 28: Sect Comparative In Peshwar Night

periwayat yang paling sahih yakni "huffaz," dan seorang ahli Hadis yang amat terpelajar serta dicatatkan bahawa buku "Hilyatul Awliya" adalah di antara karyanya yang paling baik.

Salahuddin Khalil bin Albak Safdi menulis di dalam bukunya "Wafi bin Wafiyat" mengenai beliau. Kecemerlangan Hafiz Abu Nuaym sebagai ahli Hadis amat dikenali, kerana ilmunya yang tinggi, ketakwaan dan keikhlasan. Beliau menduduki tempat yang paling utama di dalam meriwayatkan dan juga pemahaman Hadis. Bukunya yang paling baik adalah Hilyatul Awliya ditulis di dalam sepuluh siri yang mengandungi pecahan-pecahan dari dua Sahih, dengan tambahan Hadis lain yang seolah-olah dia sendiri mendengar dengan telinganya. Muhammad bin Abdullah al-Khatib memujinya di dalam bukunya Rijal Mishkat al-Masabih dengan mengatakan bahawa dia adalah salah seorang di antara para ahli Hadis yang terkemuka, yang mana Hadis-Hadis riwayatnya amat dipercayai dan menjadi rujukan dan sangat dihormati . Usianya menjangkau sembilan puluh enam tahun.

Pendek kata, orang tua, ulama dan ahli Hadis yang dihormati ini adalah ulama yang menjadi kebanggaan di kalangan saudara dan dianggap sebagai seorang yang terkemuka oleh ulama saudara sendiri. Beliau meriwayatkan Hadis yang dipetik dari Abdullah bin Abbas menerusi sanad-sanad yang dipilihnya sendiri di dalam bukunya Hilyatul Awliya berhubung dengan wahyu berikut:

"Sesungguhnya mereka yang beriman dan membuat kebaikan, mereka adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka dari Tuhan mereka taman yang kekal, di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah redha akan mereka dan mereka redha akan Allah, itulah (balasan) bagi orang yang takutkan Tuhannya." (Surah al-Bainiyyah (98): 6-8)

Rasulullah SAWAW bersabda bahawa ayat ini ditujukan kepada Ali AS: "Hai Ali engkau adalah sebaik-baik ciptaan (khairul bariyyah) yang dimaksudkan di dalam ayat suci ini ditujukan kepada engkau, dan pengikut-pengikut engkau (Syiah). Pada hari kebangkitan nanti , engkau dan pengikut-pengikut Syiah engkau akan menduduki tempat sedemikian tinggi, yang Allah redha kepada engkau dan engkaupun redha akan Allah."

Kelebihan Syiah Ali AS Yang Lain

Begitu juga dengan Abdul Muayid Muaffiq bin Ahmad al-Khawarizimi, Hakim Abul Qasim Ubaydullah bin Abdullah al-Haskani di dalam Manaqibnya "Shawahid al-Tanzil", Bab 17, Muhammad bin Yusuf

28

Page 29: Sect Comparative In Peshwar Night

Kanji al-Syafii di dalam "Kifayatul Talib" , halaman 119; Sibt Ibn al-Jawzi di dalam "Takzirah," halaman 31; juga Munzir bin Muhammad bin Munzir. Dan terutama sekali al-Hakim, yang telah mengaitkan bahawa Hakim bin Abdullah Hafiz (salah seorang ulama besar saudara) memberitahu keterangan berhubung perjanjian periwayatan yang sampai kepada Yazid bin Sharabil Ansari, dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Talib AS iaitu Ali AS berkata bahawa di saat kewafatan Rasulullah SAWAW, belakang baginda disandarkan kepada dadanya (Ali AS). Ketika itu Rasulullah SAWAW bersabda, "Tidakkah pernah engkau mendengar ayat suci: "Orang-orang beriman dan membuat kebaikan, mereka adalah yang sebaik-baik makhluk... ." Mereka adalah pengikut (Syiah) engkau dan aku, dan tempat pertemuan untuk engkau nanti adalah di Kolam Kauthar di Syurga. Bila semua makhluk akan dikumpulkan untuk diadili, wajah-wajah pengikut engkau akan bersinar-sinar, dan engkau akan dipanggil sebagai ketua orang-orang yang bersinar wajah mereka."

Jalaluddin Al-Suyuti di dalam "Durrul Manthur" mencatatkan dari Abul Qasim Ali bin Hasan yang biasa dikenali sebagai Ibn Asakir Damishqi, yang telah memetik dari Jabir bin Abdullah al-Ansari , salah seorang sahabat besar Rasulullah SAWAW yang berkata, bahawa dia dan lain-lain sahabat sedang duduk bersama-sama dengan Rasulullah SAWA bila mana Ali bin Abi Talib AS masuk. Rasulullah SAWAW bersabda,"Aku bersumpah dengan nyawaku di tangan-Nya, sesungguhnya orang ini (Ali AS) dan pengikut-pengikut (Syiah)nya akan mendapat syafa at di Hari Kebangkitan." Ketika itulah ayat tersebut diwahyukan.

Di dalam syarah (komentar) yang sama, Ibn Hadi mengambil daripada Ibn Abbas yang berkata, apabila ayat tersebut diwahyukan, Rasulullah SAWAW bersabda kepada Ali AS: "Engkau dan pengikut (Syiah) engkau akan datang pada Hari Kebangkitan nanti dalam keadaan yang diredai Allah dan Allah meredai terhadap kalian."

Di dalam "Manaqib" Khawarizmi, Bab 9, memetik dari Jabir bin Abdullah Ansari yang berkata, Aku bersama-sama dengan para hadirin yang mendengar ucapan Rasulullah SAWAW bersabda, "Yang masuk itu adalah saudaraku." Kemudian, sambil memaling ke arah Kaabah, Rasulullah SAWAW seraya memegang tangan Ali, lalu bersabda, Dia yang nyawaku ditangan-Nya, Ali dan pengikut-pengikutnya (Syiah) adalah yang bersyafaat di Hari Pembalasan kelak." Seterusnya baginda menyambung, "Ali adalah yang paling di hadapan sekali di dalam keimanan, paling memberi perhatian penuh terhadap kehendak Allah yang paling adil di antara kamu di dalam menjatuhkan segala hukum ke atas umat, yang paling saksama di dalam membahagi-bahagikan harta antara kalian, dan yang paling t inggi kedudukannya di sisi Allah dari kalangan kamu." Pada peristiwa itulah ayat suci tersebut diturunkan.

Rasulullah SAWAW Bersabda, "Hai Ali , Engkau dan Syiahmu Adalah Sebaik-baik Makhluk."

29

Page 30: Sect Comparative In Peshwar Night

Di dalam Bab II, Sawaiq al-Muhriqah , Ibn Hajar mencatatkan Hafiz Jamaluddin Muhammad bin Yusuf Zarandi Madani (seorang faqih dan ulama di kalangan mazhab saudara) yang mengatakan, tatkala engkau dan pengikut-pengikut (Syiah) engkau akan datang pada Hari Pembalasan kelak di dalam keadaan diredai Allah dan Allah reda terhadap kamu semua. Musuh-musuh engkau akan berasa cemburu dan tangan mereka akan dibelenggu ke leher mereka." Kemudian Ali AS bertanya siapakah musuhnya. Rasulullah SAWAW menjawab: "Orang-orang yang memusuhi engkau dan yang menghina engkau." Allamah Samhudi di dalam "Jawahirul", dengan pengesahan Hafiz Jamaluddin Zarandi Madani dan Nuruddin Ali bin Muhammad bin Ahmad Maliki al-Makki yang terkenal sebagai Ibn Sabbagh, yang dianggap sebagai ulama yang berwibawa dari kalangan ulama saudara dan juga seorang ahli i lmu kalam, di dalam bukunya Fusul al-Muhimmah , pada halaman 122, memetik daripada Abdullah bin Abbas bahawa, apabila ayat tersebut diwahyukan, Rasulullah SAWAW bersabda kepada Ali AS, "Engkau dan Syiahmu. Engkau dan merekalah yang akan datang di Hari Pembalasan kelak dengan penuh keredaan dan kepuasan, manakala musuh-musuh engkau akan datang dengan kesedihan dan terbelenggu tangan-tangan mereka."

Mir Syed Ali Hamdani al-Syafii, salah seorang daripada ulama saudara yang terpercaya, menyebut di dalam bukunya Mawaddatul Qurba . Juga Ibn Hajar, seorang yang terkenal sebagai anti Syiah di dalam bukunya Sawaiq al-Muhriqah meriwayatkan daripada Ummul Mukminin Ummu Salamah, isteri Nabi SAWAW, bahawa Rasulullah SAWAW bersabda: "Hai Ali , engkau dan Syiahmu akan kekal di dalam syurga, engkau dan Syiahmu akan kekal di dalam syurga."

Seorang ulama yang terkemuka, Khawarazim Muaffaq bin Ahmad di dalam Manqibnya, Bab 19, meriwayatkan daripada Rasulullah SAWAW di atas pengesahan yang tidak dapat diragukan, bahawa baginda bersabda kepada Ali AS: "Di kalangan umatku, engkau adalah seumpama Isa al-Masih Ibn Mariam AS, yakni sebagaimana pengikut Nabi Isa AS yang telah berpecah kepada tiga kelompok iaitu, yang benar-benar beriman yang dikenali sebagai Hawariyyin, penentangnya iaitu orang-orang Yahudi dan satu lagi golongan yang melampaui batas, yang menyamakan beliau dengan sifat-sifat ketuhanan. Seperti itu juga umat Muslim, yang akan berpecah kepada tiga kelompok terhadap engkau. Salah satu dari mereka adalah Syiahmu, dan mereka inilah golongan yang benar-benar beriman. Yang lainnya adalah musuh-musuh engkau dan mereka itulah yang memungkiri janji-janji untuk taat setia kepadamu, dan yang ketiganya adalah golongan yang melampaui batas mengenai kedudukan engkau dan mereka adalah orang-orang yang menolak kebenaran serta tersesat. Jadi, engkau, hai Ali, dan juga Syiahmu akan berada di dalam syurga, dan juga orang-orang yang mencintaimu akan berada di dalam syurga sedangkan musuh-musuhmu dan mereka yang berlebih-lebihan terhadapmu akan berada di dalam neraka."

30

Page 31: Sect Comparative In Peshwar Night

Keutamaan Syiah Diakui Dari Buku-buku Sunni

Pada ketika ini, Azan Isya' telah kedengaran dan para hadirin bersurai. Selepas salat, Maulavi Abdul Hal datang dengan membawa beberapa buah buku, termasuk syarah (komentar) Suyuti , Mawaddatul Qurba , Musnad Imam Ahmad bin Hanbal dan Manaqib Khawarizmi, lalu membaca dengan kuat semua Hadis-Hadis yang telah saya sebutkan di dalam perbincangan tadi untuk membuktikan yang kesemuanya memang terdapat di dalamnya, dan ini membuatkan air muka mereka yang hadir mula berubah kerana terkejut. Sementara i tu, di dalam buku, Mawaddatul Qurba mereka mendapatkan sebuah Hadis yang lain sebagai tambahan dari dua Hadis yang telah dikatakan tadi yang menyebutkan Rasulullah SAWAW bersabda: "Hai Ali, pada Hari Pembalasan nanti , engkau dan Syiahmu akan datang dengan penuh kepuasan dan keredaan, sedangkan musuh engkau akan datang dengan kesedihan dan tangan-tangan yang terbelenggu."

Shirazi: Ini adalah di antara contoh hujah-hujah yang ringkas dan mudah yang dibenarkan oleh al-Quran dan juga Hadis yang sahih, serta fakta-fakta sejarah yang terdapat di dalam kitab ulama-ulama saudara sendiri. Di sini , ada sedikit tambahan pada riwayat-riwayat yang begitu banyak yang terdapat di dalam buku-buku dan syarah Syiah. Jika saya dikehendaki menyebutkan, biarpun dari buku yang lain, selain dari yang berada di hadapan saudara itu, saya boleh sampaikan banyak lagi bukti-bukti di dalam perbincangan kita ini hingga keesokan hari, sekiranya diizinkan Allah SWT. Tetapi saya rasa sudah memadai dengan apa yang telah saya kemukakan di hadapan saudara untuk menjelaskan segala keraguan saudara terhadap Syiah. Supaya saudara semua tidak lagi memandang kami hanya berlandaskan tuduhan yang tidak berasas, sebagaimana kaum Khawarij, Nasibi, dan Umaiyyah. Ataupun mengemukakan ke hadapan orang-orang awam Muslim tuduhan-tuduhan yang palsu dengan tujuan untuk mengelirukan mereka dengan erti Syiah yang didakwa sebagai ciptaan seorang Yahudi yang dilaknati begitu juga Abdullah bin Saba. '

Para hadirin yang dihormati sekalian, kami orang-orang Syiah bukan pengikut Yahudi, tetapi pengikut-pengikut Muhammad SAWAW, dan bagindalah yang menggunakan perkataan Syiah sebagai pengikut-pengikut Imam Ali AS dan bukannya Abdullah bin Saba' yang terlaknat itu. Kami menganggap Abdullah bin Saba' adalah seorang munafik dan seorang yang terkutuk, dan kami tidak pernah menuruti mana-mana orang perseorangan atau kelompok yang tidak jelas serta tidak mempunyai hujah yang mantap berhubung keutamaannya atau mereka. Saudara telah menyebutkan bahawa selepas Uthman sahajalah perkataaan Syiah ini diwujudkan sebagai pengikut Ali AS. Sebetulnya, ketika hayat Rasulullah SAWAW lagi, telah ada ramai sahabat Rasulullah SAWAW digelar sebagai Syiah. Hafiz Abu Hatim Razi di dalam bukunya "Az-Zeenat" yang disusun untuk menerangkan erti beberapa perkataan dan juga ungkapan-ungkapan di kalangan para ulama ketika itu, menyatakan bahawa perkataan Syiah digunakan untuk

31

Page 32: Sect Comparative In Peshwar Night

pertama kali di dalam Islam ketika hayat Rasulullah SAWAW. Ia telah digunakan untuk merujuk kepada empat sahabat yang unggul, iaitu Abu Dzar Ghiffari , Salman al-Farisi, Miqdad bin al-Aswad al-Kindi dan Ammar bin Yassir. Banyak lagi Hadis-Hadis yang menunjukkan dengan maksud yang sama.

Sekarang, terserahlah kepada saudara semua untuk merenungkan bagaimana mungkin pada masa Rasulullah SAWAW, empat daripada sahabatnya yang dicintai oleh Allah SWT dan Rasul-Nya digelar sebagai Syiah. Sedangkan, jika benar Rasulullah SAWAW menganggapnya satu bidaah, kenapakah baginda sendiri tidak melarang orang lain daripada menggunakannya? Yang sebenarnya mereka telah mendengar dari Rasulullah SAWAW sendiri bahawa Syiah Ali AS adalah penghuni syurga dan mereka berbangga dengannya dan secara terang-terangan menyatakan diri mereka sebagai Syiah.

Kedudukan Salman, Abu Dzar, Miqdad dan Ammar

Selain daripada ini, saudara mengalihkan perhatian terhadap perbuatan para sahabat untuk menguatkan hujah saudara dan mengaitkan sebuah Hadis dari Rasulullah SAWAW yang berkata: "Sesunggunya sahabat-sahabatku seperti bintang-bintang di langit, siapa jua di antara mereka yang kamu turuti , kamu pasti terpimpin." Abu Fida di dalam kitab sejarahnya menulis, bahawa empat orang sahabat Rasulullah SAWAW ini telah menolak sebagai juga Ali AS daripada memberikan baiah kepada Abu Bakar. Jadi, kenapa saudara tidak mempertimbangkan tindakan mereka yakni penolakan mereka untuk membaiah Abu Bakar, sebagai suatu ijt ihad penolakan mereka untuk membaiah Abu Bakar, walhal ulama saudara sendiri telah menulis, mereka adalah orang-orang yang dicintai oleh Allah SWT dan RasulNya. Kami menuruti mereka, sebagaimana mereka menuruti Ali AS. Dan melihat dari Hadis-Hadis saudara sendiri , terbukti kami berada di jalan yang terpimpin.

Dengan izin saudara, dan memandangkan masa yang begitu suntuk, saya akan membawakan beberapa buah Hadis untuk membantu menguatkan bantahan saya. Abu Nuaim Isfahani di dalam "Hilyatul Awliya", Ji lid I, halaman 172, dan Ibn Hajar Makki Hadis yang kelima dari empat puluh Hadis di dalam bukunya Sawaiq al-Muhriqah memuji Ali AS dari Hadis yang telah dipetik oleh Tirmidzi dan al-Hakim, daripada Buraidah bahawa Rasulullah SAWAW bersabdaa,"Sesungguhnya Allah telah memerintahkanku yang Dia mencintai empat orang ini, dan telah memberitahuku yang Dia mencintai mereka." Bila orang-orang bertanya siapakah empat orang itu, baginda menjawab,"Ali bin Abi Talib, Abu Dzar, Miqdad, dan Salman."

Sekali lagi, Ibn Hajar di dalam Hadisnya nombor: 39 telah meriwayatkan dari Tirmidzi dan al-Hakim daripada Anas bin Malik bahawa Rasulullah SAWAW bersabda: " Syurga tidak sabar untuk tiga orang ini, Ali, Ammar dan Salman." Sekarang tidakkah perilaku sahabat

32

Page 33: Sect Comparative In Peshwar Night

akrab Rasulullah SAWAW ini, yang dicintai oleh Allah SWT dan Rasul-Nya, dan telah terjamin bagi mereka syurga, tidak mempunyai kedudukan autoriti sendiri agar dapat diangkat sebagai pemimpin bagi umat Muslim, dan amat bermanafaat bagi setiap yang sebanding seperti mereka? Tidakkah ia sangat mengaibkan sepertimana dalam pandangan saudara, bahwa para sahabat hanyalah mereka yang telah ikut serta berperanan di Saqifah atau yang bersetuju dengannya. Sebaliknya tidak, sahabat lain yang menentang strategi di sebalik Saqifah, yang tidak boleh dipercayai dan tidak memberi sebarang kesan dan berfaedah. Dan jika begitulah yang saudara kehendaki, Hadis yang telah saudara sampaikan itu sepatutnya berbunyi: "Sesungguhnya beberapa sahabatku adalah seperti bintang-bintang langit. . . . . . ." Ini supaya kalian akan terhindar dari semua kemusykilan yang sedang kalian hadapi sekarang ini, dan tidak akan menganggap kami terkeluar dari jalan yang benar.

Sebab-sebab kenapa Orang Iran Condong Kepada Syiah Di Waktu Khalifah Dalamit, Ghazan Khan dan Shah Khuda Banda

Saudara tidak sepatutnya mengatakan Syiah adalah agama politik dan orang Iran Zoroaster menerimanya kerana hendak menyelamatkan diri mereka dari ditakluki oleh orang Arab. Saudara mengucapkan perkataan yang sedemikian; hanya kerana mengikut secara membuta tuli orang-orang yang terdahulu dari saudara, walhal telah saya terangkan dan membuktikannya, iaitu Syiah adalah ajaran agama Islam, sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Rasulullah SAWAW kepada pengikutnya. Oleh sebab itu kami menuruti jejak Ali AS dan keturunannya AS yang suci, dan kami mengamalkan apa yang telah disampaikannya oleh Rasulullah SAWAW dan menganggap diri kami sebagai "orang-orang yang terpimpin." Apa yang nyata ialah mereka yang tidak mempunyai sikap mempersetujui, yang tidak selari dengan pesanan Rasulullah SAWAW, membina asas-asas keagamaan yang terseleweng di Saqifah.

Mereka merupakan tokoh-tokoh politik yang berkepentingan, dan bukan dari kalangan pengikut keluarga Rasulullah SAWAW. Oleh kerana i tu terdapat juga nas-nas yang nyata dari buku saudara sendiri yang sahih, maka kami wajib menuruti keturunan Rasulullah SAWAW dan Ahlul Baitnya. Dan sebaliknya, tidak terdapat sebarang nas yang menganjurkan agar kita melakukan sebagaimana yang dibuat oleh orang-orang yang berkumpul di Saqifah, yang telah melantik seorang Khalifah.

Jika saudara boleh mengenepikan perasaan permusuhan saudara dan mempertimbangkan perkara ini dengan sebaik-baiknya, saudara akan mengakui bahawa sekiranya terdapat perbuatan atau t ingkahlaku seseorang individu atau satu kumpulan berdasarkan motif politik, yang kemudian berhasil mencapai matlamat mereka atau sebaliknya, saudara sudah pasti mereka akan kembali kepada kebenaran yang sejati .

Walau bagaimanapun setelah ribuan tahun berlalu kami masih berpegang kepada kepercayaan kami, yang membahayakan diri kami

33

Page 34: Sect Comparative In Peshwar Night

dan kami terus menegakkan bendera Syiah dan kami merasa bangga kerana dapat mengekalkan kalimah "Aliyyun Waliyyullah" selepas "La Ilaha-il lallah, Muhammad Rasulullah."

Dan ia bukanlah sesuatu yang tersembunyi, apabila orang-orang Iran bertanya mengenai sesuatu perkara dan setelah mereka yakin terhadap keutuhannya, lalu mereka menerimanya sebagaimana mereka telah menerima Islam sewaktu Iran telah ditawan oleh orang-orang Arab. Mereka t idak dipaksa untuk melakukannya, tetapi mereka meninggalkan agama Zoroaster mereka dan memeluk Islam dengan ikhlas. Begitu juga apabila mereka telah menyakini hujah-hujah dan pengorbanannya yang tidak ternilai , yakni Ali AS adalah lebih wajar diikuti , lalu mereka menerima Syiah dengan hati yang terbuka. Jadi, bertentangan dengan anggapan para penulis yang tidak berhati-hati, orang-orang Iran tidak hanya melahirkan perasaan cinta dan keyakinan mereka kepada Ali AS semasa Khalifah Harun al-Rasyid atau al-Makmun Rasyid sahaja tetapi hati mereka telah dipenuhi dengan rasa kecintaan kepada Ali AS semenjak dari saat Rasulullah SAWAW masih hidup lagi. Ini adalah disebabkan setiap orang Iran yang pergi ke Madinah dan kemudiannya memeluk agama Islam, di atas dasar hikmah dan pemikiran, melihat kebenaran Ali AS dan mereka mematuhi perintah dan pimpinan Rasulullah SAWAW lantas mendampingkan diri mereka dengan Ali AS. Dia telah mencapai ke tahap ketinggian iman. Ulama dari kedua golongan sepakat menulis iaitu Rasulullah SAWAW bersabda: "Salman adalah dari kalangan kami, Ahlul Bait." Dengan sebab itulah dia dipanggil sebagai Salman Muhammadi, dan dia secara terang-terangan mengakui sebagai penyokong kuat Ali AS, dan terkenal sebagai seorang yang paling keras menentang peristiwa yang terjadi di Saqifah. Sekarang, sekalipun hanya dengan menuruti panduan dari kitab-kitab saudara sendiri , kami tetap akan mengikutinya, dan terbukti kami berada di atas jalan yang lurus. Alasan untuknya adalah dia pernah membaca ayat-ayat suci Al-Quran dan mendengar sabda dari Rasulullah SAWAW berkenaan Ali AS. Beliau benar-benar memahami bahawa ketaatan kepada Ali AS bererti ketaatan kepada Rasulullah SAWAW dan mentaati Rasulullah SAWAW bererti mentaati Allah SWT. Beliau telah mendengar berulang kali pesanan Rasulullah SAWAW sebagai bersabda: "Sesiapa yang taat kepada Ali, mentaati aku, dan sesiapa yang taat kepada aku, mentaati Allah SWT, sesiapa yang memusuhi Ali, bermusuhan dengan aku, dan sesiapa yang bermusuhan dengan aku, bermusuhan dengan Allah SWT." Setiap orang Iran, t idak kira siapa mereka, yang pergi ke Madinah dan memeluk Islam, sama ada di masa Rasulullah SAWAW hidup mahupun sesudahnya, mentaati perintah Rasulullah SAWAW. Kerana alasan inilah, Khalifah tidak mampu untuk bertolak ansur lalu menggariskan beberapa syarat yang ketat kepada orang Iran. Kesusahan dan kepayahan ini akhirnya telah memupuk perasaan benci dan permusuhan di dalam hati mereka. Mereka sering menyoal kenapakah Khalifah terus menghalang mereka dari mempertahankan prinsip Islam yang hak, yang mana nas mengenainya telah diberikan oleh Rasulullah SAWAW.

34

Page 35: Sect Comparative In Peshwar Night

Orang-orang Iran Tertarik Dengan Layanan Ali AS

Selain dari i tu, apa yang menarik hati orang-orang Iran, ialah layanan dan keistimewaan yang diberikan oleh Ali AS terhadap puteri-puteri Iran ketika mereka dibawa sebagai tawanan perang. Melalui beberapa pertanyaan dan penyelidikan, hati mereka kemudiannya disemai dengan perasaan kecintaan terhadap Ali AS, dan keluarganya yang dizalimi.

Apa yang sebenarnya berlaku ialah, sewaktu tawanan perang Madain (Taesfun) dibawa ke Madinah, Khalifah yang kedua (Umar al-Khattab) telah mengarahkan semua tawanan perempuan dijadikan hamba kepada orang-orang Muslim. Amirul Mukminin Ali AS menentang perbuatan demikian dan berkata bahawa puteri-puteri tadi dikecualikan dan perlu dihormati. Dua dari tawanan tersebut adalah puteri kepada Raja Iran Yazdjard, dan tidak boleh diperlakukan seperti hamba. Khalifah bertanya apakah yang harus dilakukan terhadap mereka. Ali AS berkata, setiap mereka dibenarkan untuk memilih mengikut keinginan mereka, seorang suami dari kalangan Muslim. Mereka berdua kemudiannya berdiri dan melihat ke sekitar para sahabat. Shahzanan telah memilih Muhammad bin Abu Bakar (yang telah diperlihara oleh Ali AS), manakala puteri Shahir Banu telah memilih Imam Husayn AS, cucu kepada Rasulullah SAWAW, dan mereka telah dibawa pulang selepas diijab-kabulkan. Shahzanan, isteri kepada Muhammad bin Abu Bakar, telah melahirkan seorang anak lelaki yang bernama Qasim Faqih, bapa kepada Ummu Farwah, ibu kepada Imam kami yang keenam, Imam Ja'afar al-Sadiq AS. Imam Ali Zainal Abidin AS, Imam keempat kami telah dilahirkan oleh Shahir Banu. Jadi, kewujudan Syiah tidak ada kena mengena dengan masa kekuasaan Harun al-Rasyid dan al-Makmun ataupun pemerintahan Dinasti Safavid di Iran, sebagaimana yang saudara sebutkan tadi. Ia adalah satu propaganda tujuh kurun sebelum kerajaan Safavid (iaitu Abad 4 Hijrah) sewaktu Dalamit (Ale Bawieh) diperintah di bawah Ghazan Khan Moghul (Nama Islamnya ialah Mahmud). Ketika itu, keyakinan kepada Ahlul Bait, dikenali umum dan Syiah tumbuh dan mulai terkenal. Tetapi selepas kematiannya pada tahun 707 Hijrah, Muhammad Shah Khan Khuda Banda mengambil alih pemerintahan Iran. Beliau bertanggungjawab mengatur siri-siri perbincangan di antara Allamah al-Hill i, seorang ulama Syiah yang berpengetahuan luas dan bijaksana dengan Khoja Nizamuddin Abdul Malik Maraghi, Qadi Qudat (Ketua Hakim), seorang ulama besar Sunni pada masa i tu.

Perbincangan Agama Di antara Allamah al-Hill i Dan Qadhi Qudat Tentang Imamah

Tajuk perbincangan di dalam pertemuan itu adalah tentang "Imamah." Allamah mengemukakan hujah yang begitu kuat untuk membuktikan bahawa Ali AS adalah Pengganti yang sebenar sebaik sahaja Rasulullah SAWAW wafat dan ini mematahkan dakwaan-dakwaan pihak lawan dengan begitu menyakinkan, sehingga membuatkan kesemua yang hadir di dalam majlis, berpuas hati dengan hujah Allamah. Khoja

35

Page 36: Sect Comparative In Peshwar Night

Nizamuddin, Qadi Qudat (Ketua Hakim) mengetahui hujah-hujah Allamah begitu tepat dan kuat, dan tidak boleh dibantah lagi. Tetapi dia mengatakan, dia memilih untuk mengikuti jalan yang dilalui oleh datuk moyangnya, dan beranggapan tidak patut baginya untuk meninggalkannya, sebagai sikap yang paling wajar untuk tidak memporak perandakan perpaduan antara umat Muslim.

Raja Iran Menerima Keyakinan Syiah

Raja Iran yang tidak mempunyai sebarang perasaan hasad dan prejudis, telah mendengar segala hujah yang dibentangkan dengan penuh tumpuan dan minat yang mendalam sekali. Baginda akhirnya menerima keyakinan Syiah dan mengisytiharkannya keseluruh Iran, dan mengarahkan kepada gabenor-gabenor di semua daerah agar di dalam perhimpunan rasmi seperti khutbah di masjid-masjid serta lain-lain upacara hendaklah membaca nama Amirul Mukminin Ali bin Abi Talib AS dan kesemua Imam-Imam maksum. Baginda memerintahkan supaya kalimah "La Illaha Illallah Muhammad Rasulullah Aliyyun Waliyullah" diukir di atas wang Dinar. Dengan cara ini , ajaran Syiah mulai berakar-umbi di Iran dan telah menjadi kukuh dengan teguhnya dan selepas tujuh abad, apabila Dinasti Safavid memerintah, semua kejahilan dan ketaksuban telah dihapuskan dan Syiah tersebar dengan meluas di seluruh jajahan di Iran.

Jika terdapat beberapa orang yang menganut agama Zoroaster (Majusi) atau termasuk di dalam golongan itu, yang telah berlebih-lebihan di dalam meletakkan keistimewaan kedudukan Ali AS secara melampaui batas, seperti menganggap beliau adalah setanding dengan Tuhan Pencipta Alam dan beriktiqad sedemikian kepadanya yang mana hal sebenarnya hanyalah kepunyaan Allah SWT, orang-orang seperti ini tidak boleh disamakan dengan penduduk awam Iran yang beriman dengan mentauhidkan Allah SWT dan menyakini Muhammad SAWAW adalah Nabi yang terakhir serta menjadi pengikut setia Ali AS dan sebelas keturunannya sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Rasulullah SAWAW.

Hafiz: Agak menghairankan, saudara berasal dari Hijaz (Arab Mekah dan Madinah), dan hanya menetap di Iran untuk tempoh yang begitu lama, tetapi saudara masih t idak ragu-ragu untuk menyokong orang-orang Iran dan memanggil mereka sebagai pengikut Ali dan memuji mereka sebagai orang yang taat dan bertakwa kepada Allah SWT. Tetapi hakikatnya, orang-orang Syiah di Iran terutama sekali kesemua lelaki mereka menganggap Ali sebagai Tuhan dan membezakannya dengan Tuhan. Di sini beberapa rangkap dari hasil usaha orang-orang Iran yang menunjukkan pandangan ini dan jika Ali AS mengetahuinya, sudah tentu mereka akan dilaknati dengan kepercayaan yang sedemikian rupa. Rangkap yang terakhir sekali menggambarkan Ali AS kononnya berkata: “Siapa yang membantu pada saat-saat yang terakhir. Adakah aku, siapa itu Allah SWT? Ia adalah aku." Satu

36

Page 37: Sect Comparative In Peshwar Night

rangkap lagi berbunyi: "Menurut keyakinan mereka yang pintar mengenali Allah, Allah adalah Ali, dan Ali adalah Allah”.

Shirazi: Saya merasa hairan kenapakah, tanpa membuat sebarang pertanyaan dan penyelidikan tergamak saudara menuduh semua orang Iran menganggap Ali sebagai Tuhan?

Dengan kecenderungan fanatik yang sedemikian rupa ulama saudara menghukumkan Syiah adalah golongan yang menyembah Ali AS. Mereka dipandang sebagai orang-orang musyrik dan penyembah berhala, dan dengan itu membunuh mereka adalah wajib. Kaum Muslim Uzbekistan dan Turkistan dahulu, dengan sewenang-wenangnya sahaja menumpaskan darah umat Muslim di Iran dan mencemari halaman sejarah Islam.

Orang-orang awam Sunni telah dikelirukan oleh ulama mereka lalu memandang orang-orang Iran dengan perasaan permusuhan dan menganggap mereka seumpama golongan yang tidak beriman, kufur dan musyrik.

Di masa yang lalu, orang-orang Turkistan telah menyerang rombongan orang-orang Iran berhampiran Khurasan, serta membelasah dan membunuh mereka dan berkata, sesiapa yang dapat membunuh tujuh Rafidi (Syiah), Syurga sudah pasti menunggunya.

Sekarang, saudara mesti ingat, tanggungjawab ke atas perbuatan tersebut dan pembunuhan-pembunuhan yang dilakukan seperti itu terletak di atas bahu para pemimpin saudara, yang telah menyampaikan kepada kaum awam Sunni yang jahil, kononnya orang-orang Syiah adalah penyembah Ali AS, kafir dan tidak beriman. Mereka percaya kepada ulama-ulama mereka dan melakukan perbuatan-perbuatan tersebut serta beranggapan sedemikian mendatangkan pahala.

37

Page 38: Sect Comparative In Peshwar Night

SESSI KETIGA(Malam Sabtu, 25 Rejab 1345 H)

Hafiz : Berdasarkan dari apa yang kamu katakan semalam, saya merumuskan bahawa Syiah terbahagi kepada beberapa golongan. Sila terangkan kepada kami puak yang mana kamu terima, supaya kita boleh menghadkan perbincangan ini terhadap golongan itu sahaja.

SYIAH TIDAK TERBAHAGI KEPADA GOLONGAN-GOLONGAN.

Saya tidak katakan Syiah terbahagi kepada golongan. Syiah hanya taat kepada Allah dan mengikut Nabi dan keturunannya. Memang terdapat beberapa golongan yang telah mengambil pakai nama Syiah untuk memesongkan manusia. Mereka menggunakan kelebihan yang ada pada nama Syiah, untuk menyampaikan kepercayaan yang salah dan menyebarkan keraguan. Manusia yang tidak mengerti telah memasukkan mereka ini ke dalam Syiah. Terdapat empat golongan, dua darinya masih diamalkan: Zaidiyyah, Kaysaniyyah, Qaddahiyyah dan Ghullat .

ZAIDIYYAH.

Zaidiyyah mengikut Zaid bin Ali bin Husain. Mereka menganggap anak Imam Zainul Abidin, iaitu Imam Zaid, menjadi penggantinya. Pada masa kini terdapat ramai golongan ini di Yaman dan kawasan sekitarnya. Mereka mempercayai bahawa dari keturunan Ali dan Fatimah, Dia adalah ‘Imam yang berpengetahuan, takwa, dan berani. Dia mengangkat senjata menentang musuh.’ Semasa pemerintahan yang kejam Khalifah Umayyah, Hisham bin Abdul Malik, Imam Zaid bangun menentang mereka yang berkuasa dan mendapat syahid, makanya diakui sebagai Imam oleh Zaidiyyah. Yang sebenarnya Zaid mempunyai kedudukan yang lebih t inggi dari apa yang dikatakan oleh Zaidiyyah untuknya. Dia adalah syahid yang agung dari dinasti Hashim, dan telah terkenal dengan takwanya, kebijaksanaan, warak dan juga berani. Dia selalu berjaga malam dengan salat dan selalu berpuasa pada waktu siangnya. Nabi telah meramalkan kesyahidannya, sebagaimana disampaikan oleh Imam Husain: ‘Nabi meletakkan tangannya yang suci dibelakang saya dan berkata: ‘Wahai Husain, tidak lama lagi seorang lelaki akan dilahirkan dari keturunan kamu. Dia akan dipanggil Zaid: dia akan dibunuh sebagai syahid. Pada hari di bangkitkan, dia dan

38

Page 39: Sect Comparative In Peshwar Night

sahabat-sahabatnya akan masuk syurga, dengan kaki-kaki mereka di atas leher-leher manusia.’ Tetapi Zaid sendiri tidak pernah mengaku dirinya Imam. Hanyalah pendustaan dari manusia untuk mengatakan bahawa dia melakukannya. Yang sebenarnya dia mengakui Muhammad Baqir sebagai Imam dan memberikan baiah [sepenuh ketaatan] kepada beliau.

Hanya setelah Muhammad Baqir meninggal maka terdapat manusia yang tidak dikenali menggunakan doktrin [pendapat] bahawa ‘beliau bukanlah Imam yang duduk tinggal di rumah dan menyembunyikan diri dari manusia; Imam adalah seorang dari keturunan Ali dan Fatimah, alim, dan mengangkat pedang menentang musuh dan mengajak manusia ke pihaknya.’ Zaidiyyah terbahagi kepada lima puak:

1. Mughairiyyah 2. Jarudiyyah 3. Zakariyyah 4. Khashbiyyah dan 5. Khaliqiyyah.

KAYSANIYYAH DAN KEPERCAYAAN MEREKA

Kumpulan kedua adalah Kaysaniyyah. Ini adalah para sahabat Kaysan, seorang hamba Ali ibn Abi Talib, yang telah memerdekakan dirinya. Manusia ini percaya bahawa selepas Imam Hasan dan Imam Husain, Muhammad Hanafiyyah, anak yang tua Amirul Mukminin Ali yang kemudiannya, adalah Imam. Tetapi Muhammad Hanafiyyah sendiri tidak pernah mengatakan ini. Dia digelar penganut yang ikhlas. Dia terkenal dengan pengetahuannya, warak, takwa dan taat kepada perintah Allah. Sebahagian manusia yang jahil telah mengadakan bukti apa yang mereka katakan sebagai penentangan terhadap Imam Zainul Abidin. Mereka katakan bahawa Muhammad Hanafiyyah mengaku menjadi Imam.

Faktanya adalah yang bertentangan. Beliau tidak pernah mengaku menjadi Imam. Malahan beliau hendak menunjukkan kepada pengikutnya yang jahil tahap dan kedudukan Imam yang keempat, Zainul Abidin. Keputusannya adalah, di dalam masjid yang suci apabila Hajarul Aswad [batu hitam] mengesahkan akan Imamnya Zainul Abidin, Abu Khalid Kabuli , ketua bagi pengikut Muhammad Hanafiyyah, bersama dengan pengikut yang lain, menerima Imam Zainul Abidin sebagai Imam. Tetapi sekumpulan orang yang licik telah memesongkan manusia awam yang jahil dengan mengatakan Muhammad Hanafiyyah hanya menunjukkan kerendahan diri, bahawa pada pandangan Umayyah itu adalah sesuatu yang paling diharapkan untuk Muhammad Hanafiyyah lakukan.

Setelah Muhammad Hanafiyyah meninggal dunia, mereka ini mengatakan bahawa beliau tidak mati, dan beliau sedang menyembunyikan diri di dalam gua di gunung Rizwi, dan bahawa beliau

39

Page 40: Sect Comparative In Peshwar Night

muncul semula pada masa akan datang untuk memenuhi dunia ini dengan keadilan dan keamanan. Kumpulan ini mengandungi empat kumpulan kecil:

1. Mukhtariyyah 2. Karbiyyah 3. Ishaqiyyah 4. Harabiyyah.

Tetapi t iada satu yang kekal kini.

QADDAHIYYAH DAN KEPERCAYAAN MEREKA

Kumpulan ketiga, Qaddahiyyah, menggelar diri mereka Syiah, tetapi sebenarnya adalah kumpulan musyrikun. Kumpulan ini berasal dari Mesir, diasaskan oleh Makmun Ibn Salim [atau Disan] dikenali sebagai Qada dan Isa Chadar Lakhtan [Isa dari bahagian keempat]. Mereka mentafsirkan al-Quran dan merakamkan sejarah menurut sesuka hati mereka. Mereka mengatakan ada dua bentuk kefahaman terhadap agama: satu yang rahsia [batin], dan satu lagi yang zahir. Yang rahsia telah diberikan oleh Allah kepada Nabi Muhammad. Nabi berikan kepada Ali, dan beliau berikan kepada keturunannya dan ahli Syiah yang suci. Mereka berkepercayaan bahawa ahli yang mengetahui yang rahsia [batin] dikecualikan dari salat dan menyembah Allah.

Mereka ini telah mengasaskan agama mereka pada yang tujuh. Mereka percaya kepada tujuh rasul, tujuh Imam, Imam yang ketujuh sedang ghaib. Mereka sedang menunggu kedatangannya. Mereka terbahagi kepada dua kumpulan:

1. Kumpulan Nasiriyyah adalah para sahabat Nasir Khusru Alawi, yang melalui syair, ucapan, dan bukunya telah menarik ramai manusia kepada kekafiran. Mereka tersebar luas di Tabaristan dengan jumlah yang ramai.

2. Sabahiyyah [dikenali di barat sebagai pembunuh upahan]. Mereka adalah para sahabat Hasan Sabah, berasal dari Mesir yang datang ke Iran, dan penyebab peristiwa ngeri Alamut, yang berkeputusan dengan pembunuhan terhadap manusia yang ramai. Fakta ini telah tersimpan di dalam rekod sejarah.

GHULLAT DENGAN KEPERCAYAANNYA

Kumpulan keempat adalah Ghalis, yang paling dibenci dari kesemua kumpulan. Mereka dikenali secara selewengan sebagai Syiah. Yang sebenarnya mereka adalah kafir. Mereka terbahagi kepada tujuh kumpulan:

1. Saba’iyyah 2. Mansuriyyah 3. Gharabiyyah

40

Page 41: Sect Comparative In Peshwar Night

4. Bazighiyyah 5. Yaqubiyyah 6. Ismailliyyah 7. Azdariyyah

Bukan sahaja kami Syiah Ithna Ashariyyah [dua belas Imam] tetapi semua Muslim diseluruh dunia menolak kepercayaan mereka.

KEPERCAYAAN KEPADA ALLAH DAN RASUL.

Golongan Syiah Imamiyyah percaya kepada Allah yang kekal. Dia yang Esa, dalam erti keesaan yang satu di dalam ada-Nya. Dia adalah esa dengan tidak ada apa-apa bandingannya. Dia yang menjadikan segala sesuatu yang ada. Tidak ada yang setanding dengannya dalam apa jua. Para Nabi telah dihantar untuk mengajar manusia mengenai Allah, bagaimana untuk menyembah-Nya, dan bagaimana untuk mengenali-Nya. Kesemua Nabi menyampai dan membimbing manusia mengikut peraturan yang telah ditunjukkan oleh lima Nabi Utama: Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan yang akhir Muhammad; yang mana agamanya akan berakhir sehingga ke hari di bangkitkan.

KEPERCAYAAN KEPADA SIKSAAN, PAHALA, SYURGA, NERAKA DAN HARI PENGADILAN

Allah yang Maha Perkasa telah menentukan setiap ganjaran terhadap amalan kita, yang akan diberikan kepada kita di dalam syurga atau neraka. Hari bagi menentukan pemberian ganjaran ini dikatakan Hari Pengadilan. Apabila dunia ini telah kiamat, Allah akan menghidupkan semula semua makhluk di dunia ini dari mula hingga akhirnya. Dia akan menggumpulkan mereka di Mahsar, suatu tempat semua ruh dikumpulkan. Setelah dipertimbangkan dengan adil , setiap orang akan mendapat ganjaran atau siksaan menurut amalan mereka.

Perkara ini telah tertulis di dalam semua kitab-kitab Allah: Taurat, Injil dan juga al-Quran. Untuk kita, punca yang paling sahih sebagai pertunjuk adalah al-Quran, yang telah sampai kepada kita semenjak dari zaman Nabi tanpa ada sebarang perubahan. Kita bertindak mengikut arahan yang terkandung di dalamnya, dan kita berharap akan mendapat ganjaran dari Allah. Kita percaya di dalam segala arahan yang wajib yang ada di dalamnya seperti salat [namaz], puasa [ruza], zakat dan khums [cukai tahunan agama], haji dan jihad.

KEPERCAYAAN DI DALAM PERKARA-PERKARA AMALAN

Begitu juga, kami percaya di dalam perkara-perkara amalan pada agama, termasuk yang wajib, yang Sunnah, dan semua peraturan-peraturan yang lain yang telah sampai kepada kita melalui Nabi. Kami berazam untuk mematuhi dan melaksanakan sebaik mungkin yang terdaya. Dan kami menahan diri dari melakukan maksiat , kecil atau

41

Page 42: Sect Comparative In Peshwar Night

besar seperti minum arak, berjudi, fi tnah, liwat, rasuah, membunuh, zalim dan lainnya yang dilarang di dalam al-Quran dan Hadis.

KEPERCAYAAN KEPADA IMAM

Kami Syiah percaya bahawa, sebagaimana adanya pesuruh dari Allah yang telah menyampaikan kepada kita perintah dan peraturan, dan yang telah dipilih dan diperkenalkan kepada kita oleh Allah, maka terdapat juga pengganti, Khalifah [ketua] atau penjaga agama, yang juga dilantik oleh Allah, dan diperkenalkan kepada kita oleh Nabi. Begitulah peraturannya, semua Nabi Allah memperkenalkan penggantinya kepada umat mereka. Rasul yang terakhir, yang paling sempurna dan paling tinggi di antara semua Nabi Allah, telah meninggalkan kepada pengikutnya petunjuk untuk menolong manusia menjauhkan diri dari keraguan. Menurut dari Hadis yang terkenal, baginda memperkenalkan kepada manusia 12 pengganti baginda: Pertama Ali Ibn Abi Talib. Imam yang terakhir, Mahdi, yang masih berada di dunia tetapi tersembunyi, akan keluar pada masa akan datang yang tidak diketahui manusia, dan akan memenuhi dunia ini dengan keadilan dan keamanan.

Syiah Imamiyyah juga percaya bahawa kesemua 12 Imam ini telah dipil ih oleh Allah, dan telah diperkenalkan kepada kita melalui Rasul yang akhir. Imam yang akhir telah ghaib dari pandangan [dengan arahan ilahi] sebagaimana Imam-imam yang terdahulu ghaib, semasa hayat Nabi-Nabi yang terdahulu, sebagaimana yang dinyatakan di dalam banyak buku-buku yang ditulis oleh ulama kamu.

Jiwa yang suci ini telah diselamatkan oleh Allah supaya suatu hari nanti beliau akan memenuhi dunia ini dengan keadilan. Secara ringkas Syiah percaya kepada semua yang terkandung di dalam al-Quran dan Hadis yang sahih. Saya bersyukur kepada Allah kerana telah memilih kepercayaan ini, tidaklah hanya sebagai ikutan secara membuta tuli dari kedua ibu bapa saya tetapi dari pengajian dan hujah-hujah yang bernas dan yang diterima akal.

Hafiz: Harap maaf tuan, saya amat berterima kasih kepada kamu kerana dapat memberikan penjelasan terhadap kepercayaan Syiah, tetapi terdapat Hadis dan doa di dalam buku-buku kamu yang mengatakan sebaliknya dari keterangan kamu dan telah menunjukkan menyimpangnya Syiah.

Shirazi : Harap dapat dinyatakan dengan tepat.

BANTAHAN TERHADAP HADIS MENGENAI MAKRIFAH [HADIS MENGENAI PENGETAHUAN TERHADAP ALLAH]

Hafiz : Di dalam ‘Tafsir al-Safi’ ditulis oleh seorang ulama kamu yang berkedudukan tinggi, Faiz Kashi, terdapat satu Hadis bahawa satu hari Imam Husain, syahid Karbala, berucap kepada para sahabatnya dengan berkata: ‘Wahai manusia, Allah tidak menjadikan hambanya tetapi

42

Page 43: Sect Comparative In Peshwar Night

untuk mengenali Dia. Apabila mereka mengenali Dia, mereka akan menyembah-Nya, apabila mereka menyembah-Nya, mereka menjadi penentang kepada sembahan yang lainnya.’

Seorang dari sahabat bertanya: ‘Semoga nyawa bapa dan ibu kami dikorban untuk kamu! Wahai anak Nabi! Apakah maksud sebenar pengertian mengenali Allah? Imam menjawab: ‘Untuk setiap orang pada mengenal Allah bererti mengenali Imam masanya, yang perlu ditaati.’

Shirazi: Pertama, kita harus teliti rangkaian penyampai Hadis tersebut supaya kita dapat mengatakan ia sahih. Walaupun jika ia betul jika dilihat pada rangkaian penyampainya, ayat-ayat al-Quran dan Hadis Nabi yang tidak dipertikaikan sahihnya mengenai Keesaan Allah tidak boleh diketepikan hanya kerana kenyataan seseorang. [***]

Mengapa kamu tidak meneliti Hadis dan kata-kata Imam kami , dan dialog agama diantara ketua agama kami dengan atheis, yang telah membukti ke esaan Allah? Mengapa kamu tidak merujuk kepada buku panduan dan komentari Syiah, seperti ‘Tauhid-e-Mufazzal’ , ‘Tauhid-e-Saduq’ , ‘Biharul-Anwar’ [Buku mengenai tauhid] dari Allamah Majlisi dan buku-buku lain yang ditulis oleh ulama Syiah, yang penuh dengan Hadis yang bersambung dari para Imam?

Mengapa kamu tidak membaca ‘An-Naktul-I’tiqadiyyah’ , oleh Sheikh Mufid [m. 413H] salah seorang ulama Syiah, dan juga bukunya ‘Awailul-Maqalat f il-Mazahib wal-Mukhtarra’ atau ‘Ihtijaj’ oleh Alim terkenal, Abu Mansur Ahmad bin Ali bin Abu Talib Tabrisi. Jika kamu telah membacanya kamu akan tahu bagaimana Imam kami, Imam Reza telah membuktikan Keesaan Allah. Adalah t idak adil untuk memetik laporan yang tidak berasas hanya untuk menghina Syiah. Buku kamu sendiri mengandungi dongengan dan idea [pendapat] yang aneh. Malah Hadis yang mengarut [tidak masuk akal] terdapat dikebanyakkan buku-buku Hadis sahih kamu iaitu Sihah al-Sittah [iaitu enam buku Hadis yang sahih]

Hafiz: Bahkan kata-kata kamu telah melampau, kini kamu mencari kesalahan pada buku yang keagungannya dan kesahihannya tidak diragukan lagi, terutama Sahih al-Bukhari , dan Sahih Muslim . Ulama kami telah sepakat bahawa semua Hadis yang ada di dalamnya adalah benar. Jika sesiapa menolak kedua buku ini, dia telah menolak golongan Sunnah. Selepas al-Quran yang suci, Sunni bergantung kepada kesahihan kedua buku ini. Mungkin kamu telah melihat maksud Ibn Hajar Makki pada permulaan bukunya ‘ Sawaiq al-Muhriqah’ , Bab ‘The Affair’ [peristiwa Khalifahnya Abu Bakar (Saqifah)] sebagaimana dirakamkan oleh Bukhari dan Muslim di dalam sahih mereka, ia adalah buku yang paling dipercayai selepas al-Quran, menurut kesepakatan semua pengikut [iaitu ummah]. Dia telah mengatakan, oleh kerana kesemua ummah sepakat menerima Hadis-Hadis dari buku ini, maka apa sahaja yang telah disepakati oleh ummah tidak boleh dipersoalkan. Mengasaskan pada persetujuan ini , maka kesemua Hadis yang ada di

43

Page 44: Sect Comparative In Peshwar Night

dalam buku ini dengan tidak diragukan lagi telah boleh diterima. Maka tiada siapa yang punya keberanian untuk menyatakan bahawa buku ini mengandungi perkara dongeng dan tidak masuk diakal.

LAPORAN YANG ANEH DI DALAM KOLEKSI KEDUA IMAM BUKHARI DAN MUSLIM

Shirazi : Pertama, bahawa buku ini telah diterima oleh semua komuniti [ummah] adalah terbuka pada bangkangan. Kenyataan kamu dengan merujuk kepada Ibn Hajar adalah dengan sendirinya tidak diterima akal, kerana 100 juta Muslim tidak menerima pendapat ini. Maka kesepakatan seluruh ummah dalam perkara ini samalah seperti kesepakatan yang dikatakan oleh ulama kamu di dalam perkara perlantikan Khalifah. Kedua, apa yang saya katakan berasaskan dari penghujahan yang diterima pakai. Jika kamu kaji buku-buku tersebut dengan minda yang terbuka, kamu akan terperanjat. Banyak dari ulama kamu yang terkenal, seperti Daruqutni, Ibn Hazam, Allamah Abul-Fazl Jaafar bin Tha‘labi di dalam bukunya ‘Kitabul-Imta’ fi Ahkamus-Sama’, Sheikh Abdul Qadir bin Muhammad Qarshi di dalam bukunya ‘Jawahirul-Mazay’a fi Tabaqatul-Hanafiyyah’, dan lainnya, termasuk kesemua ulama Hanafi, telah mengkrit ik kedua sahih ini, dan mengaku terdapatnya beberapa Hadis yang lemah dan juga yang tidak disahkan. Objektif sebenar Bukhari dan Muslim hanya sekadar untuk mengumpulkan Hadis; bukan untuk mempertimbangkan akan kesahihannya. Beberapa orang para penyelidik kamu, seperti Kamaluddin Jaafar bin Salih telah bersusah payah untuk menunjukkan akan kecacatan dan kekurangan pada Hadis-Hadis i tu dan telah menunjukkan asas-asas yang diterima di dalam menyokong pada hujah mereka.

Hafiz: Saya menghargai jika kamu boleh bentangkan hujah-hujah itu, supaya hadirin semua boleh mengetahui perkara yang sebenar.

Shirazi : Saya akan menyebutkan beberapa contoh.

RUJUKAN MENGENAI MELIHAT KEPADA ALLAH.

Jika kamu ingin mengkaji Hadis yang menyimpang mengenai penyerupaan Allah, yang mengatakan bahawa Dia, sebagai yang bertubuh, boleh dil ihat di dunia ini , atau boleh dilihat di akhirat [sebagaimana yang dipercayai oleh sunni, i .e. Khususnya Hanbali dan Ashari] kamu boleh merujuk dari buku kamu, terutama Sahih al-Bukhari jil id I, di dalam bahagian ‘Fadl al-Sujud Min Kitabul-Adhan’ , muka surat 100; Jil id IV, muka surat 92; dari Sahih Muslim , ‘Bab al-Sira Min Kitab al-Riqaq’ dan juga Sahih Muslim , j ilid I, di dalam Bab ‘Isbatul-Ruyatul-Mukminin Rabbahum Fil-Akhirah,’ muka surat 86; dan ‘Musnad’ Imam Ahmad ibn Hanbal, jil id II, muka surat 275. Kamu akan menjumpai maklumat yang mencukupi berkenaan tajuk jenis ini di dalam buku tersebut. Sebagai contoh, Abu Hurairah berkata: ‘Gempar dan goncangan [mengelegak] neraka makin bertambah, ia tidak akan

44

Page 45: Sect Comparative In Peshwar Night

tenteram sehingga Allah meletakkan kaki ke dalamnya. Neraka akan berkata, cukup, cukup! Telah mencukupi untuk saya.’ Abu Hurairah juga mengatakan bahawa sekumpulan manusia bertanya kepada Nabi, ‘Dapatkah kita melihat yang Menjadikan pada Hari Pengadilan? Dia menjawab: ‘Sudah pasti . Pada tengah hari apabila langit cerah, adakah matahari menyakitkan kamu, j ika kamu melihat kepadanya?’ Mereka berkata, ‘Tidak’ Dia berkata lagi, ‘Diwaktu malam jika kamu melihat kepada bulan penuh dilangit yang cerah, adakah ia menyakitkan kamu? Mereka berkata, ‘Tidak’ Dia meneruskan, ‘Maka apabila kamu melihat Allah pada Hari Pengadilan, kamu tidak akan merasa sakit , sebagaimana ia tidak sakit pada melihat ini [matahari dan bulan]. Apabila Hari Pengadilan tiba, ia akan diist iharkan oleh Allah bahawa setiap ummat akan mengikuti tuhan mereka. Maka setiap orang yang menyembah berhala atau yang selain dari Allah, yang Satu, akan dimasukkan kedalam neraka. Begitu juga semuanya orang yang baik dan jahat akan dimasukkan kedalamnya, melainkan yang menyembah Allah yang Esa.

Pada masa itu Allah akan menjelma, dalam satu bentuk di hadapan manusia supaya mereka dapat melihat. Kemudian Allah akan memberitahu mereka yang ia adalah Allah tuhan mereka. Yang beriman akan berkata, ‘Kami berlindung dengan-Mu Allah. Kami tidaklah tergolong dengan mereka yang menyembah yang lain; melainkan Allah.’ Allah akan menjawab, ‘Adakah kamu mempunyai apa-apa tanda diantara kamu dengan Allah, supaya kamu dapat melihatnya dan mengenalinya? Mereka berkata, ‘Ya’ Maka Allah menunjukkan kakinya yang tidak berbalut. Kemudian yang beriman akan mengangkat kepalanya ke atas dan melihat kepada-Nya dalam keadaan yang sama seperti mereka melihatnya pada pertama kali dahulu. Kemudian Allah akan berkata bahawa Dialah yang Menjadikan. Kesemuanya akan mengakui bahawa Dia adalah Allah mereka.’

Sekarang terpulanglah kepada kamu untuk memikirkan sama ada kenyataan seperti ini boleh membawa kepada kekafiran atau tidak, bahawa Allah akan menjelma dihadapan manusia dan mendedahkan kaki-Nya!!! Dan sokongan yang paling kuat bagi menyokong hujah saya datangnya dari Muslim bin Hajjaj yang pada permulaan Bab di dalam Sahihnya mengenai pembuktian pada melihat Allah, dan telah menyebutkan kenyataan yang direkacipta dari Abu Hurairah, Zaid bin Aslam, Suwaid bin Saad, dan lainnya. Dan sebahagian ulama terkenal kamu seperti al-Dhahabi di dalam ‘ Mizanul-I’tidal’ dan al-Suyuti di dalam bukunya ‘Kitab al-Luali al-Masnu’ fi Hadis al-Maudu’ dan Sibt Ibn al-Jawzi di dalam ‘Al-Maudua’ telah membuktikan dengan asas-asas yang boleh diterima bahawa kenyataan itu telah diada-adakan.

AL-QURAN MENOLAK DOKTRIN ALLAH DAPAT DILIHAT

Jika tidak terdapat sebarang bukti untuk menyangkal kenyataan di atas, ayat-ayat suci dari al-Quran dengan terang telah menolak doktrin yang

45

Page 46: Sect Comparative In Peshwar Night

mengatakan Allah dapat dilihat. Allah berkata: ‘Pandangan tidak dapat mengandungi Dia, dan Dia memperdapat [semua] penglihatan… [6:103]

Lagi, apabila Nabi Musa digesa oleh Israel untuk pergi ketempat sembahyangnya dan memohon kepada Allah untuk ‘menunjukkan dirinya kepada beliau’ al-Quran telah merakamkan kejadian i tu sebagai berikut: ‘Dia [Musa] berkata: ‘Tuhan ku, tunjuklah kepada ku [Dirimu], supaya aku dapat melihat keatas Kamu,’ Dia berkata: ‘Kamu tidak dapat melihat Ku…. [7:143]

Sayyid Abdul-Hayy: [Imam bagi Jamaah Ahli Sunnah] Tidakkah ia satu bukti [fakta] bahawa Ali berkata: ‘Saya tidak menyembah Tuhan yang saya tidak dapat melihat.’

PENGHUJAHAN DAN HADIS MENGENAI MELIHAT KEPADA ALLAH

Shirazi : Kawan yang dihormati , kamu telah mengeluarkan satu ayat dari konteks yang asal, saya akan menyebutkan keseluruhan teksnya untuk kamu. Hadis ini telah dirakamkan oleh seorang mulia Sheikh Muhammad Ibn Yaqub al-Kulaini di dalam ‘ Usul Kafi’ , Dalam jil id berkenaan Tauhid, begitu juga Sheikh Saduq di bukunya mengenai Tauhid, Bab ‘Ibtal Aqidah Rukyatullah.’ Imam Jaafar al-Sadiq telah disebutkan sebagai berkata, ulama Yahudi bertanya kepada Amirul Mukminin Ali , sama ada dia melihat Allah pada masa salat . Imam menjawab: ‘Dia t idak boleh dil ihat dengan mata fizikal. Adalah hati yang dapat melihat-Nya melalui cahaya kebenaran keyakinan.’ Daripada jawapan Ali, bahawa, apa yang dimaksudkan dengan melihat Allah bukanlah melihat Dia dengan mata tetapi melalui cahaya keyakinan yang ikhlas. Terdapat banyak bukti lain yang berdasarkan kepada hujah dan fakta yang dirakamkan untuk menunjukkan benarnya pandangan kami. Lebih-lebih lagi selain dari ulama Syiah, ulama kamu sendiri seperti Qadi Baydawi dan Jarullah Zamakhshari, telah membuktikan di dalam komentar mereka bahawa adalah mustahil untuk melihat Allah. Sesiapa yang mempercayai boleh melihat Allah, di dunia ini atau di akhirat, mempercayai bahawa Dia mempunyai bentuk fizikal. Untuk mempercayai ini [Allah mempunyai fizikal] adalah kafir.

RUJUKAN SETERUSNYA TERHADAP KEANEHAN YANG TERDAPAT DI DALAM KEDUA KOLEKSI HADIS SAHIH

Kamu menganggap bahawa keenam buah buku Hadis kamu, terutama dari Bukhari dan Muslim adalah seperti buku wahyu. Saya harap kamu dapat melihat di dalamnya secara objektif, dan t idak melampaui batas di dalam menyanjungnya. Bukhari di dalam Bab ‘Kitab al-Ghusl’ dan Muslim di Bahagian II pada sahihnya [di dalam Bab kemuliaan Nabi Musa] dan Imam Ahmad bin Hanbal di dalam ‘Musnad’ nya, bahagian II, ms 315, dan ulama kamu yang lain telah menyebutkan dari Abu Hurairah sebagai berkata: ‘Di antara Bani Israel, telah menjadi adat untuk mandi bersama tanpa pakaian, supaya mereka dapat menjengok

46

Page 47: Sect Comparative In Peshwar Night

kemaluan orang yang lain. Mereka tidak menganggapnya sebagai satu bantahan. Hanya Nabi Musa masuk kedalam air sendirian, supaya tiada siapa yang dapat melihat kemaluannya. Bani Israil mengatakan bahawa Nabi Musa mempunyai kemaluan yang tidak sempurna, maka dia menghindarkan diri dari mandi bersama mereka. Satu hari Nabi Musa pergi ke sungai untuk mandi, dia membuka pakaian dan meletaknya di atas batu, dan masuk ke dalam sungai. Batu itu lari bersama pakaiannya. Musa mengejar batu itu sambil telanjang dan menjerit: ‘Pakaian saya wahai batu! pakaian saya!.’ Bani Israel melihat Musa tidak berpakaian dan berkata: ‘Demi Allah! Musa t idak mempunyai kecacatan pada kemaluannya. Batu i tu kemudian berhenti, dan Musa mengambil pakaiannya. Kemudian Musa memukul batu i tu dengan kuat sehingga terdengar enam atau tujuh kali batu i tu menjerit kesakitan.’

Adakah kamu benar-benar percaya bahawa perkara sedemikian boleh berlaku kepada Nabi Musa, atau batu itu, iaitu suatu benda mati , boleh lari dengan pakaiannya? Pastinya t idak masuk akal untuk Nabi Musa berlari tanpa pakaian di hadapan manusia.

Saya akan mengatakan Hadis lain yang telah dirakamkan di dalam sahih mereka, sesuatu yang lebih pelik lagi. Bukhari menyebut dari Abu Hurairah di dalam Sahihnya jil id I ms 158; dan ji lid II ms 163; dan lagi di dalam Bab ‘Kematian Nabi Musa,’ dan Muslim juga menyebut dari punca yang sama di dalam sahihnya ji lid II ms 309 di dalam Bab ‘Pada kemuliaan Musa’ sebagai berkata: ‘Malaikat maut datang kepada Nabi Musa dan bertanya kepada dia, sama ada untuk menerima pelawaan dari yang Menjadikan. Setelah mendengarkan ini, Musa berikan satu tamparan pada mukanya, sehingga dia kehilangan satu dari matanya. Maka dia pulang kepada Allah dan mengadu bahawa Dia [Allah] telah menghantarnya kepada seorang yang tidak mahu mati dan dia telah dipukulnya sehingga kehilangan sebuah biji mata. Allah menyembuhkan matanya dan memerintahkan untuk pergi lagi kepada Nabi Musa, dan memberitahu kepadanya jika dia mahu kehidupan yang lebih lama, dia harus meletakkan tangannya dibelakang lembu. Dia akan hidup selama banyaknya tahun seperti mana jumlah bulu yang ditutupi oleh tangannya.’ Imam Ahmad Ibn Hanbal di dalam ‘Musnad’ nya ji lid II, ms 315, dan Muhammad bin Jarir Tabari di dalam sejarahnya, ji lid I, dibawah tajuk ‘Kematian Nabi Musa.’ Menyatakan peristiwa yang sama dari Abu Hurairah dengan tambahan bahawa; sehinggalah sampai pada zaman Nabi Musa, malaikat maut biasanya datang dan dengan secara fizikal akan memisahkan ruh dari jasad. Tetapi setelah Musa menampar mukanya, dia kini datang dengan tidak boleh dilihat.

Sekarang terpulanglah kepada kamu untuk mengadilinya apakah jenis kata-kata dongeng yang telah dimuatkan di dalam koleksi Hadis, yang kamu katakan sebagai yang paling betul dari semua buku selepas al-Quran. Kenyataan yang saya telah sebutkan itu pastinya telah mencela kehormatan Nabi Allah. Dan terhadap Abu Hurairah, saya tidak merasa hairan dengan penyampaiannya. Ulama kamu sendiri telah mengaku bahawa demi untuk mengisi perutnya dari makanan mewah yang

47

Page 48: Sect Comparative In Peshwar Night

disediakan oleh Muawiyah, dia sanggup mengada-adakan Hadis. Disebabkan oleh pengubah-suaian ini, Khalifah Umar telah menderanya. Amatlah menakjubkan bahawa manusia yang berfikiran tinggi boleh mempercayai cerita yang sedemikian anehnya.

Sekarang marilah kita kembali kepada perbicangan kita mengenai Hadis yang kamu sebutkan. Biasanya, seorang yang adil yang melihat sebutan yang disampaikan oleh seorang penyampai, akan membandingkannya dengan Hadis yang telah pasti sahihnya. Dia harus memperbetulkannya atau menolaknya terus, selain daripada menggunakannya untuk menyerang saudaranya atau golongan lain dan kemudian memanggil mereka kafir. Oleh kerana ‘Tafsir-e-Safi’ tidak ada bersama saya, maka kami tidak dapat menyatakan tentang kesahihan Hadis ini .

***Walaupun jika ia benar, kita harus bergantung kepada prinsip iaitu jika kita tahu kesannya, maka kita akan tahu penyebabnya. Maka, jika kita tahu Imam itu adalah Imam sebenar, kita pasti tahu pengenalan terhadap Allah, dalam cara yang sama bahawa, jika sesaorang kenal kepada Perdana Menteri, dia pasti mengenali raja [agung].

Ini adalah rujukan terhadap prinsip pada Bab Tauhid, dan ayat-ayat lain dari al-Quran yang telah diwahyukan. Lebih-lebih lagi, terdapat banyak Hadis mengenai keesaan Allah yang disampaikan oleh Imam Husain sendiri dan Imam yang lainnya. Pada mengenali Imam kamu, ia adalah satu bentuk ibadah kepada Allah . Maksud yang sama telah diberikan di dalam ‘Ziarat-e-Jamiah’ yang mana telah sampai kepada kami dari Imam kami yang suci. Kami boleh juga menterjemahkannya dengan cara yang lain, sebagaimana kebiasaan para ulama telah lakukan di dalam perkara yang sebegini. Setiap yang melakukan sesuatu amalan itu hendaklah difahami akan asal mula amalannya. Oleh kerana Nabi dan keturunannya telah mendapat kedudukan yang tertinggi yang tidak termampu oleh manusia biasa, t idak ada yang lain, dapat kemuliaan sebagaimana mereka. Dan merekalah paling terbukti di dalam mengenali Allah, maka sesiapa yang mengenali mereka, akan mengenali Allah. Sebagaimana mereka sendiri telah berkata: ‘Hanyalah melalui kami yang Allah dapat dikenali, dan hanyalah melalui kami yang Allah dapat disembah [dengan sempurna].’ Kami percaya bahawa keluarga Nabi telah mengajarkan kepada kami pengetahuan mengenai Allah dan cara yang betul untuk menyembahnya. Orang yang tidak mengikuti mereka, telah tersesat diperjalanan.

HADIS Al-THAQALAIN.

Untuk menekankan pada maksud yang sama, Nabi berkata di dalam Hadis yang dipersetujui oleh kedua-dua golongan: ‘Wahai manusia! Saya telah t inggalkan untuk kamu dua perkara yang hebat [bagi penguasa]: Kitab Allah dan Ahli Bayt ku. Jika kamu berpegang teguh kepada dua ini, niscaya kamu tidak akan menyimpang sesudah ku [kerana sesungguhnya kedua ini tidak akan berpisah sehingga mereka bertemu dengan ku di kolam al-Kauthar]

48

Page 49: Sect Comparative In Peshwar Night

Hafiz: Kami t idak percaya pada Hadis itu, yang mana kamu cuba ketengahkan. Terdapat banyak perubahan di dalam buku-buku kamu dan banyak contoh bagi syirik, umpama meminta sesuatu dari para Imam yang sepatutnya diminta kepada Allah. Apa itu syirik? Syirik bererti memaling kepada sesaorang atau benda selain dari Allah untuk mendapatkan kepuasan atau keperluan. Telah dil ihat bahawa Syiah tidak pernah meminta kepada Allah. Mereka meminta kepada Imam. Ini tidak lain hanya syirik.

Shirazi: Saya khuwatir kamu telah merobah fakta. Mungkin jika saya dibenarkan untuk menyatakan kepada kamu apakah syirik itu menurut pandangan para ulama Islam yang termashur dan menurut dasar dari ayat-ayat suci al-Quran.

SYIRIK DAN JENIS-JENISNYA

Syirik itu ada dua jenis: syirik zahir dan syirik batin. Syirik zahir bererti mensekutukan sesaorang atau sesuatu dengan Allah yang Maha Sempurna atau dengan zatnya. Sekutukan dengan Allah bererti menyamakan sesuatu dengan keesaan-Nya dan melafazkannya dengan lidah, seumpama Sanamiyya [penyembah berhala] atau Zoroastrian, yang mempercayai pada dua prinsip: cahaya dan kegelapan. Kristian juga melakukan ini. Mereka mempercayai di dalam Trinity, tiga dalam satu, dan membahagi ketuhanan kepada tiga bahagian, bapa, anak, ruh suci. Mereka percaya pada karakter-karakter mereka yang berasingan bagi setiap satu, dan selagi ketiganya tidak bersatu, diri tuhan itu t idak akan sempurna. Al-Quran menolak kepercayaan ini, dan Allah yang Maha Berkuasa telah menyatakan keesaan-Nya di dalam perkataan ini: ‘Sesungguhnya telah kafirlah yang berkata: Sesungguhnya Allah adalah yang tiga; t idak ada tuhan tetapi yang satu, Allah….’ [5:73]

Mengadakan sesuatu dengan zat ilahi bererti mempercayai bahawa zat-Nya, seperti juga ilmu-Nya atau kuasa-Nya adalah terbahagi dari atau sebagai tambahan kepada, Dirinya yang serba sempurna. Kumpulan Ashari dari Abul Hasan Ali bin Ismail Ashari al-Basri, telah dinyatakan oleh ulama kamu yang terkemuka seperti Ali bin Ahmad di dalam bukunya ‘Al-Kashf’ dan ‘Minhaj al-Adilah fi Aqaid al-Millah ms 57, pada mempercayai bahawa zat Allah adalah sebagai tambahan kepada Diri-Nya yang sempurna, yang kekal. Maka sesiapa yang percaya bahawa sebarang kualiti atau zat Diri-Nya dalam apa jua pun sebagai tambahan pada Diri-Nya yang Maha Sempurna adalah syirik. Setiap zat diri-Nya adalah penting bagi-Nya. Syirik adalah t indakan sesaorang yang bermaksud untuk menyamakan sesuatu dengan Kemahuan-Nya yang tiada berkesudahan.

Yahudi mempercayai bahawa Allah menjadikan makhluk, dan kemudian melepaskan Diri-Nya dari makhluk itu. Di dalam kutukan terhadap manusia seperti ini, ayat berikut telah diwahyukan: ‘Dan orang Yahudi telah berkata:

49

Page 50: Sect Comparative In Peshwar Night

‘Dan orang Yahudi berkata: Tangan Allah telah terikat! Tangan merekalah yang dirantai dan mereka akan dikutuk terhadap apa yang mereka katakan. Tidak kedua tangan-Nya terbuka luas, Dia mengembangkannya sebagaimana yang Dia kehendaki…’ [Surah al-Ma’idah 5:64]

Ghalis atau Ghulat [pelampau] membentuk satu lagi kumpulan syirik. Mereka juga dipanggil Mufawwizah . Mereka percaya bahawa Allah telah mengagihkan kuasanya atau mengamanahkan segala urusan kepada Imam yang suci. Menurut mereka, para Imam adalah yang menjadikan, dan mereka juga memberi rezeki. Yang pastinya mereka yang mempercayai adanya sekutu bagi penguasaan Tuhan adalah syirik.

SYIRIK DI DALAM IBADAH

Syirik di dalam beribadah bererti, dengan sengaja memalingkan arah perhatian di dalam beribadah kepada makhluk yang dijadikan selain dari Allah. Jika sesaorang bermaksud untuk berdoa [meminta] kepada makhluk yang dijadikan, itu adalah syirik, Al-Quran yang suci telah menghalangnya dengan kata-kata ini: ‘….sesiapa yang hasrat untuk menemui Tuhannya, dia hendaklah melakukan amalan yang baik, dan tidak menyekutukan apa-apa dengan Tuhannya.’ [18:110]. Ayat ini menunjukkan bahawa asas bagi keimanan adalah, manusia hendaklah melakukan apa sahaja yang baik dan tidak menyamakan apa-apa dengan Allah di dalam memberikan ketaatan dan beribadah kepada-Nya. Di dalam perkataan lain, dia yang mengerjakan salat atau menunaikan haji, atau melakukan apa sahaja amalan yang baik hanya sekadar untuk menunjuk-nunjuk kepada manusia akan kebaikannya, i tu adalah syirik. Dia telah sekutukan yang lain dengan Allah di dalam melakukan segala amalannya. Menunjuk-nunjukkan amalan yang baik adalah syirik yang kecil yang mana telah menghapuskan segala pahala. Ia telah dilaporkan bahawa Nabi telah berkata: ‘Tahanlah diri dari syirik yang kecil.’ Manusia bertanya kepada baginda: ‘Wahai Nabi Allah, apakah syirik yang kecil?’ Baginda menjawab: ‘Al-riya Was-sama’ [i.e. menunjuk-nunjuk kepada manusia, atau memperdengarkan kepada mereka mengenai ibadah kamu kepada Allah] juga Nabi telah berkata: ‘Perkara yang paling buruk yang saya takuti untuk kamu adalah syirik yang tersembunyi, maka jauhkanlah diri kamu daripadanya kerana syirik ini diantara umma ku adalah lebih tersembunyi dari semut yang merayap di atas batu pada malam yang gelap.’ Baginda berkata lagi: ‘sesaorang yang melakukan salat dengan cara menunjuk-nunjuk adalah syirik. Sesaorang yang terus berpuasa, atau memberi sedekah, atau menunaikan haji, atau membebaskan hamba hanya untuk menunjukkan kepada manusia akan kebaikkannya atau untuk mendapat nama yang baik adalah syirik.’ Dan oleh kerana baris yang akhir ini adalah mengenai perkara hati, maka ia telah termasuk ke dalam syirik yang tersembunyi.

50

Page 51: Sect Comparative In Peshwar Night

Hafiz: Kami fahami dari kenyataan kamu bahawa jika sesaorang membuat tawaran kepada makhluk, dia adalah syirik. Maka Syiah juga syirik, oleh kerana mereka membuat tawaran kepada para Imam dan anak-anak mereka.

MENGENAI TAWARAN ATAU IKRAR

Shirazi: Jika kita ingin mengetahui kepercayaan bagi sesuatu ummat, kita janganlah bergantung kepada manusia jahil dari komuniti tersebut. Kita hendaklah mempelajari buku-buku mereka yang dipercayai. Jika kamu hendak mempelajari Syiah, janganlah mulakan dengan pengemis Syiah yang dijalanan, yang menyebut-nyebut: ‘O Ali, O Imam Reda,’ dan atas dasar i tu kamu mengisytiharkan Syiah sebagai syirik. Begitu juga, jika manusia jahil membuat ikrar atau tawaran di atas nama Imam atau anak-anaknya, tidaklah wajar bagi kamu untuk menghina semua Syiah. Jika kamu mempelajari buku perundangan Syiah, kamu akan dapati bahawa tidak terdapat satu pun bayangan syirik ataupun yang pelik. Penegasan terhadap keesaan Allah telah disebutkan dimana-mana. Buku yang termasyhur, ‘Syarh luma’ dan ‘Sharai’, boleh didapati dimana-mana dengan mudah dan kamu perlu mempelajarinya. Di dalam Bab ‘Tawaran’ bahagian perundangan Syiah yang sah telah menyatakan, di dalam kedua buku-buku yang disebutkan diatas dan banyak lagi di dalam penerbitan yang lain.

Oleh kerana nazar adalah salah satu daripada bentuk tawaran, maka perlu adanya niat pada mencari untuk mendekatkan diri kepada Allah. Terdapat dua syarat untuk nazar yang sah: Niat, dan lafaz yang diucapkan dengan perkataan dalam apa juga bahasa. Mengenai syarat yang pertama, niat, ia hendaklah semata-mata kerana Allah. Syarat kedua, penuhi syarat pertama; orang yang membuat tawaran [nazar] hendaklah mengatakan dalam perkataan bahawa ia hanya untuk Allah. Sebagai contoh, j ika dia berikrar hendak meneruskan puasa atau meninggalkan minum arak, dia hendak membuatkan niatnya dengan perkataan yang mengandungi ‘lil lah’ [kerana Allah], yang tanpanya tawaran itu t idak sah.

TAWARAN DENGAN NAMA ALLAH

Jika kita membuat tawaran tidak dengan menggunakan nama Allah, tetapi dengan nama seorang yang lain, sama ada dia telah mati atau masih hidup, atau kita masukkan namanya bersama nama Allah, walaupun jika dia seorang Imam atau anaknya, maka tawaran itu tidak sah. Jika ini dilakukan dengan sengaja dan dengan berpengetahuan maka ia adalah syirik, sebagaimana jelasnya dari ayat:

‘… dan jangan sekutukan seseorang di dalam beribadah kepada Tuhanmu [Surah al-Kahfi 18:110].

Para perundangan Syiah bersetuju, untuk membuat tawaran di atas nama seseorang termasuk Nabi atau Imam adalah salah. Jika ia

51

Page 52: Sect Comparative In Peshwar Night

dilakukan dengan sengaja maka itu adalah syirik. Tawaran mestilah dibuat atas nama Allah, walaupun kita diperbolehkan untuk melaksanakannya pada bila-bila masa yang kita hajati. Sebagai contoh, jika sesaorang dengan nama Allah membawa kambing kepada rumah yang tertentu atau tempat beribadah atau makam seorang Imam dan menyembelihnya di sana, tidak ada kesalahan pada perbuatan itu. Juga, jika dia berikrar dan memberikan wang atau pakaian atas nama Allah kepada seorang Sayyid tertentu, keturunan dari Nabi, atau memberi sedekah kepada anak yatim atau fakir miskin, t idak ada kesalahan padanya. Akan tetapi jika dia berikrar untuk membuat tawaran [nazar] hanya disebabkan kerana Nabi atau Imam, anak kepada Imam, atau sesiapa yang lainnya, ia adalah ditegah. Jika dilakukan dengan sengaja, itu adalah syirik. Adalah tanggung jawab setiap Nabi atau penguasa agama untuk mengajar manusia sebagaimana al-Quran berkata:

Katakanlah lagi (kepada mereka): "Taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kepada Rasul Allah. kemudian j ika kamu berpaling ingkar maka ketahuilah bahawa sesungguhnya Rasul Allah hanya bertanggungjawab akan apa yang ditugaskan kepada-Nya, dan kamu pula bertanggungjawab akan apa yang ditugaskan kepada kamu. [Surah al-Nur 24:54]

Adalah tanggung jawab manusia untuk mendengar apa yang Nabi Allah telah katakan dan untuk beramal dengannya. Bagaimana pun jika seseorang itu tidak memperduli untuk mengikuti arahan Tuhan atau mengamalkannya, ia tidak merosakkan kepercayaan atau prinsip yang mana kepercayaan itu berasal.

SYIRIK TERSEMBUNYI: MEMPAMERKAN IBADAH

Jenis syirik yang kedua adalah syirik yang tersembunyi, seperti mempamerkan salat kita atau apa juga bentuk ibadah yang lainnya. Perbezaan diantara syirik ini dengan syirik di dalam salat adalah, di dalam perkara syirik di dalam salat kita sekutukan sesuatu atau makhluk dengan Allah. Jika sesaorang menumpukan perhatiannya terhadap sesuatu selain dari Allah, di dalam salat wajib, atau jika dengan ajakkan syaitan, dia mempunyai gambaran tuhan di dalam fikirannya, atau seseorang menjadi tumpuannya, maka itu adalah syirik. Tiada yang lain, melainkan Allah menjadi tumpuan ibadah kita. Nabi berkata bahawa jika seseorang melakukan amalan yang baik dan menjadikan sekutu bagi Allah di dalam amalan tersebut, maka kesemua amalan tersebut adalah bagi sekutunya. Allah bencikan amalan tersebut bersama dengan pengamalnya. Juga telah disampaikan bahawa Nbai berkata j ika seaorang melakukan salat wajib, berpuasa, menunaikan haji dan dia mempunyai tanggapan bahawa dengan melakukan semua ini manusia akan memujinya, ‘maka sesungguhnya, dia telah mengadakan sekutu bagi Allah di dalam amalannya.’

52

Page 53: Sect Comparative In Peshwar Night

Telah dinyatakan dari Imam Jaafar al-Sadiq bahawa jika seseorang melakukan satu amalan kerana takutkan Allah atau untuk ganjaran di hari akhirat , dan dimasukkan juga kesenangan makhluk, maka yang melakukan amalan tersebut adalah syirik.

SYIRIK TERHADAP PENYEBAB

Satu jenis syirik adalah yang berkait dengan penyebab, oleh kerana kebanyakkan manusia mengantungkan harapan dan takut mereka pada penyebab sebab. Ini juga adalah syirik tetapi dimaafkan. Syirik membawa erti bahawa kekuasaan terletak khusus pada penyebab sebab. Sebagai contoh, sinaran matahari menghidupkan banyak hidupan di dunia ini, tetapi jika sesaorang beranggapan bahawa kuasa itu dimiliki matahari , maka itu adalah syirik. Bagaimanapun jika kita percaya bahawa kuasa matahari diberikan oleh Allah, dan ia adalah penyebab dari anugerah-Nya, maka ini bukanlah syirik. Bahkan ini merupakan suatu bentuk ibadah, oleh kerana menumpukan perhatian kepada tanda-tanda kebesaran Allah adalah permulaan pada pelaksanaan ibadah hanya untuk Allah. Rujukan telah dibuat di dalam ayat al-Quran yang bermaksud bahawa kita perlu memerhatikan pada tanda-tanda kebesaran Allah kerana ia akan membawa kepada penumpuan terhadap Allah. Dengan cara yang sama, pergantungan kepada penyebab sebab [peniaga kepada perniagaannya, petani kepada pertaniannya] menjadikan sesaorang syirik, j ika dia mengalihkan perhatiannya daripada Allah.

Bergantung pada penjelasan yang di atas mengenai syirik, contoh manakah yang telah diperkatakan boleh dianggap telah diperlakukan oleh Syiah? Dengan cara yang bagaimana, dari sudut pandangan salat, kepercayaan, atau Hadis Syiah yang kamu telah l ihat, yang membolehkan mereka dituduh syirik?

Hafiz: Saya mengakui apa yang kamu katakan adalah benar, tetapi jika kamu berhenti sejenak mengambil masa untuk berfikir, kamu akan setuju bahawa untuk bergantung kepada para Imam adalah syirik. Oleh kerana tidak perlu mencari kepada makhluk untuk mendekati Allah, kita harus meminta pertolongan kepada Allah secara langsung.

MENGAPA NABI MEMINTA PERTOLONGAN KEPADA MAKHLUK

Shirazi: Amat pelik bahawa kamu telah mengabaikan apa yang saya telah kata selama ini. Adakah syirik untuk meminta pertolongan dari orang lain pada memenuhi hajat kita? Jika ini adalah benar, kesemua manusia adalah syirik. Jika meminta bantuan dari orang lain adalah syirik, mengapa Nabi meminta bantuan dari makhluk? Kamu hendaklah mempelajari ayat-ayat dari al-Quran supaya kamu boleh mengetahui mana yang benar dan betul. Ayat yang berikut ini perlu diberikan perhatian: ‘Dia berkata: wahai ketua-ketua, siapakah dari kamu boleh membawakan kepada ku mahkotanya sebelum mereka datang kepada ku dengan tunduk? Ifrit berkata: ‘saya akan membawanya kepada kamu

53

Page 54: Sect Comparative In Peshwar Night

sebelum kamu bangun dari dari tempat duduk, dan sesungguhnya saya amat kuat dan boleh dipercayai untuk itu.’ Berkata yang punya ilmu dari kitab: ‘Saya akan bawakannya kepada kamu dalam sekelip mata.’

Kemudian apabila dil ihat ada disebelahnya, dia berkata:

‘Ini adalah kurnia dari Tuhanku… [27: 40].

Membawa mahkota Balqis [Ratu Sheba] kepada Sulayman adalah mustahil bagi makhluk. Diakui, luar biasa, dan Nabi Sulayman, walaupun mengetahui bahawa ia memerlukan kuasa Ilahi [ketuhanan], tidak meminta Allah untuk membawakan mahkota tersebut, tetapi meminta kepada makhluk untuk menolongnya. Fakta ini menunjukkan bahawa meminta pertolongan kepada yang lain tidaklah syirik. Allah penyebab utama, yang telah menjadikan sebab-sebab di dunia ini . Syirik adalah perkara hati. Jika seorang meminta pertolongan seseorang yang lain dan dia tidak menganggap orang itu sebagai sekutu bagi Allah, ia tidaklah ditegah. Situasi begini lumrah di mana-mana. Orang pergi ke rumah orang lain dan meminta bantuannya dengan tidak menyebutkan nama Allah. Jika saya pergi berjumpa doktor dan meminta dia menyembuhkan saya, adakah itu syirik? Dan lagi, jika sesorang sedang lemas, dia menjerit meminta tolong, adakah dia syirik?

Silalah berlaku adil , dan janganlah memutarkan fakta. Kesemua komuniti Syiah percaya bahawa jika seseorang menganggap keturunan Nabi sebagai Allah atau sekutu bagi diri-Nya, pasti dia syirik. Kamu mungkin pernah dengar Syiah yang dalam kesusahan berkata: ‘Wahai Ali, bantulah saya! Wahai Husain, tolonglah saya!" ini tidak bererti: ‘Wahai Allah Ali , tolonglah saya! Wahai Allah Husain, tolonglah saya!’

Tetapi yang sebenarnya adalah dunia ini tempat penyebab bagi segala sebab, maka kami menganggap mereka sebagai cara penyampai bagi menghilangkan segala kesusahan. Kami meminta pertolongan Allah melalui mereka.

Hafiz: Sepatutnya diminta kepada Allah terus, mengapa kamu meminta melalui perantara?

Shirazi: Perhatian tetap kami mengenai keinginan, kesusahan, dan penderitaan hanya tertumpu kepada Allah. Tetapi al-Quran yang suci berkata bahawa kita hendaklah mencapai kehadrat Allah melalui satu cara pendekatan:

‘Wahai orang-orang yang beriman! Laksanakanlah tanggong jawab kamu terhadap Allah dan carilah cara untuk mendampingi Dia.’ [Surah al-Ma’idah 5:35]

54

Page 55: Sect Comparative In Peshwar Night

AHLI MUHAMMAD YANG SUCI ADALAH WASILAH KEPADA RAHMAT ALLAH

Kami Syiah tidak menganggap keturunan Nabi adalah penyelesaian terhadap segala masalah kami. Kami menganggap mereka sebagai hamba Allah yang paling warak dan sebagai cara untuk mendapat rahmat Allah. Kami meletakkan diri kami kepada keluarga yang suci itu kerana mengikuti arahan Nabi.

Hafiz: Mengapa kamu katakan, perkataan ‘cara untuk mendampingi’ di dalam ayat yang di atas merujuk kepada keturunan Nabi?

Shirazi: Dalam banyak Hadis, Nabi mengutarakan kepada kita bahawa apabila di timpa kesusahan kita merayu keturunannya sebagai cara untuk mendampingi Allah. Banyak dari ulama kamu, seperti Hafiz Abu Nuaim Isfahani, di dalam bukunya ‘ Nuzul al-Qur’an fi Ali’ [Wahyu al-Quran mengenai Ali], Hafiz Abu Bakar al-Shirazi di dalam bukunya ‘Ma Nazala min al-Quran fi Ali’ dan Imam Ahmad Tha‘labi di dalam Tafsirnya mengatakan bahawa wasilah [bererti mendampingi] di dalam ayat yang di atas bererti keturunan Nabi. Rujukan ini telah terdapat dari banyak Hadis Nabi. Ibn Abil Hadid al-Muktazili , seorang ulama yang disegani, berkata di dalam bukunya ‘Syarh Nahjul Balaghah’ j ilid IV, ms 79; bahawa Fatimah Zahra merujuk kepada maksud ayat ini di hadapan puak Muhajirin dan Ansar, semasa menyampaikan ucapannya di dalam hubungan perampasan hartanya Fadak, di dalam perkataan yang berikut:

‘Saya menyanjung Allah yang mana Kehormatan dan Cahaya-Nya dicari oleh penduduk langit dan bumi untuk cara mendampingi kepada-Nya. Diantara makhluk-Nya kami adalah cara untuk mendampingi.’

HADIS AL-THAQALAIN

Di antara banyak hujah yang telah diterima mengenai perlunya kita mengikuti keturunan Nabi adalah Hadis Thaqalain, yang mana kesahihannya telah dipersetujui oleh kedua golongan. Nabi berkata: ‘Jika kamu memegang teguh kepada dua ini, tidak sekali-kali kamu akan menyimpang setelah aku.’

Hafiz: Saya fikir kamu telah tersilap apabila kamu katakan bahawa Hadis ini adalah sahih dan ia telah diterima oleh semua, ia tidak diketahui oleh ulama kami yang ulung. Untuk membuktikan ini saya perlu katakan bahawa penyampai Hadis yang agung dari golongan kami, Muhammad bin Ismail Bukhari, t idak merakamkan di dalam sahihnya, buku yang paling dipercayai selepas al-Quran.

Shirazi: Saya tidak tersilap mengenainya. Kesahihan Hadis suci ini telah dipersetujui oleh ulama kamu. Bahkan Ibn Hajar Makki, yang anti dan perjudis [pra sangka buruk], telah menerimanya sebagai benar. Kamu harus menyemak ‘Sawa’iq Muhriqah’ Bahagian II, Bab II, ms 89

55

Page 56: Sect Comparative In Peshwar Night

– 90, dibawah ayat 4, yang mana, setelah menyebutkan kenyataan dari Tirmidhi, Imam Ahmad bin Hanbal, al-Tabarani dan Muslim, dia berkata: ‘Ketahuilah bahawa Hadis mengenai berpegang kepada Thaqalain [yang dua, al-Quran dan ahli bayt] telah disampaikan dengan banyak cara. Penyampai kepada Hadis ini berjumlah lebih dari 20 sahabat Nabi.’

Kemudian dia berkata bahawa ada sedikit perbezaan di dalam redaksi corak Hadis ini telah disampaikan. Sebahagian mengatakan bahawa ia telah disampaikan pada masa Nabi melakukan haji terakhir di Arafah; sebahagian berkata ia disampaikan di Madinah, apabila Nabi diranjang kematian, dan biliknya penuh dengan para sahabat; yang lain mengatakan ia disampaikan di Ghadir Khum; dan ada yang mengatakan ia disampaikan setelah Nabi pulang dari Taif. Setelah menyebutkan semua ini, dia [Hajar Makki] sendiri mengulas bahawa tidak ada perbezaan yang ketara di dalam Hadis itu sendiri . Bagi kesemua perbezaan peristiwa, besar kemungkinan bahawa Nabi telah mengulangi Hadis ini untuk menekankan betapa agungnya al-Quran dan keturunannya.

Kamu katakan bahawa oleh kerana Bukhari t idak merakamkan Hadis ini dalam Sahihnya, kesahihan Hadis ini dipersoalkan. Tetapi Hadis ini walaupun tidak dirakamkan oleh Bukhari , tetapi secara umum telah dirakamkan oleh kebanyakkan ulama kamu, termasuk Muslim bin Hajjaj dan pengarang-pengarang lain dari keenam-enam koleksi Hadis kamu, yang mana mereka telah membentangkan di dalam buku-buku mereka dan janganlah hanya bergantung kepada Bukhari . Jika kamu mengakui adil dan jujurnya kesemua ulama kamu; kesemuanya yang telah diperakui oleh ahli Sunni yang terdahulu, kamu harus menerima Hadis ini sebagai benar, yang mana untuk sebab-sebab tertentu telah tidak dirakamkan oleh al-Bukhari.

Hafiz : Tidak ada motif disebaliknya. Bukhari amat berhati-hati di dalam perkara merakamkan penyampaian. Dia seorang ulama yang berwaspada, dan j ika dia mendapati Hadis, dari sudut pandangan teks atau punca, yang boleh merosakkan atau tidak boleh diterima akal, dia tidak akan merakamnya.

Shirazi : Sebagaimana yang disebutkan oleh peribahasa: ‘Kecintaan terhadap sesuatu telah menjadikan manusia itu buta dan pekak.’ Sunni yang saya hormati itu telah tersilap di sini . Kamu sungguh taksub di dalam cinta kamu terhadap Imam Bukhari. Kamu katakan bahawa dia sangat teli ti terhadap fakta, dan apa yang disampaikan di dalam sahihnya boleh dipercayai dan berhak pada kedudukan wahyu. Tetapi fakta yang sebenar adalah sebaliknya. Pertalian mereka yang menyampaikan Hadis yang dinyatakan oleh Bukhari termasuk mereka yang selalu dikutuk sebagai pendusta.

56

Page 57: Sect Comparative In Peshwar Night

Hafiz: Kenyataan kamu adalah palsu. Kamu merendahkan pengetahuan dan kebolehan Bukhari , yang mana adalah satu penghinaan terhadap semua golongan Sunni.

Shirazi : Jika kritikan berasaskan pengetahuan adalah satu penghinaan, maka kebanyakkan dari ulama kamu yang terkenal adalah manusia yang telah menghina kedudukan tinggi ilmu pengetahuan. Saya nasihatkan kamu untuk mempelajari sendiri buku-buku yang ditulis oleh pengarang dan ulama-ulama agung kamu, yang telah membuat komen pada Sahih al-Bukhari , misalnya al-Luali’ al-Masnu‘ah fi Hadith al-Mawdu‘ah oleh al-Suyuti, ‘Mizanul-I`tidal’ dan ‘Talkhis al-Mustadrak’ oleh al-Dhahabi; ‘Tadhkirah al-Mawdu‘at oleh Ibn al-Jawzi; ‘Tarikh Baghdad’ disusun oleh Abu Bakar Ahmad bin Ali Khatib al-Baghdadi, dan buku Rijal yang lainnya [biasanya mengenai karekter penyampai Hadis] oleh ramai ulama yang terkemuka. Jika kamu membaca buku-buku ini, kamu tidak akan katakan saya telah menghina Imam al-Bukhari.

BUKHARI DAN MUSLIM TELAH MERAKAMKAN BANYAK HADIS YANG TELAH DISAMPAIKAN OLEH PENDUSTA.

Apa yang telah saya katakan adalah: kedua buku ini, Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim , mengandungi Hadis yang telah disampaikan oleh pendusta. Jika kamu telit i Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim pada pandangan buku Rijal [karekter bagi penyampai Hadis], kamu akan dapati bahawa mereka telah merakamkan banyak Hadis yang telah disampaikan dari manusia yang kuat pembohong, seperti Abu Hurairah, pendusta yang paling terkenal, Ikrimah Kharji, Sulayman bin Amr, dan yang lainnya pada katogori yang sama. Bukhari tidak sebegitu berhati-hati di dalam merakamkan Hadis, sebagaimana yang kamu sangkakan. Dia tidak merakamkan Hadis al-Thaqalain, seperti yang lainnya telah lakukan, tetapi dia t idak teragak-agak di dalam merakamkan cerita yang bodoh lagi menghinakan mengenai Nabi Musa menempeleng muka malaikat maut, Nabi Musa lari telanjang mengejar batu dan Allah dapat dilihat. Pertimbangkanlah satu lagi cerita bodoh dan menghinakan yang telah dirakamkan oleh Bukhari di dalam Sahihnya, ji lid II, Bab ‘Al-Lahr Bil-Harb’ ms 120, dan oleh Muslim di dalam sahihnya ji lid I, menyebutkan dari Abu Hurairah sebagai berkata bahawa pada Eid [hari perayaan] beberapa orang Sudan berkumpul di Masjid Nabi. Mereka menghiburkan penonton dengan petunjukkan sukan mereka. Nabi bertanya kepada Aisyah jika dia hendak menyaksikan pertunjukkan tersebut. Dia berkata dia setuju. Nabi membiarkan dia menunggang di belakang baginda, di dalam keadaan di mana kepalanya melepasi bahu baginda dan mukanya di kepala baginda. Untuk mengembirakan Aisyah, Nabi menyuruh para penghibur menunjukkan tarian yang lebih menarik. Akhirnya Aisyah kepenatan, dan Nabi menurunkannya!

Fikirkanlah sendiri, sama ada cerita yang sedemikian memalukan atau tidak!. Jika Bukhari begitu berhati-hati di dalam merakamkan fakta, adakah adil bagi pihak dirinya untuk merakamkan cerita yang sebegini bodoh di dalam Sahihnya. Tetapi bahkan sekarang, kamu menletakkan

57

Page 58: Sect Comparative In Peshwar Night

buku ini yang paling sahih selepas al-Quran. Sudah tentu Bukhari berhati-hati di dalam menghilangkan perkara-perkara mengenai Imamah dan kedudukan Ali, begitu juga perkara Ahli Bayt. Mungkin dia takut maklumat yang sedemikian suatu hari akan digunakan sebagai senjata untuk menentang musuh Ahli Bayt.

BANYAK HADIS SAHIH MENGENAI AHLI BAYT TELAH DIHINDARI DENGAN CERMAT

Maka apabila kami bandingkan Sahih al-Bukhari dengan buku Sihah [buku koleksi Hadis] yang lainnya, kami dapat membuat rumusan bahawa pada tajuk ini, Ahli Bayt dan Hadisnya bagaimanapun sahih dan disokong penuh oleh ramai penulis, disinari pula cahaya al-Quran, Bukhari dengan sengaja telah gagal untuk merakamkannya.

Sebagai contoh, terdapat banyak ayat dari al-Quran, wahyu yang ada kaitan dengan Hadis; [Hadis al-Wilayah pada masa Hari Ghadir; Hadis al-Inzar al-Yaum al-Dar; Hadis al-Muwakhat; Hadis al-Safinah; Hadis al-Bab al-Hittah, dsb] yang berkaitan dengan penghormatan kepada; dan penggantian kepada; keturunan bagi Nabi. Ini semua telah dielakkan oleh Bukhari dengan begitu cermat. Dan sebaliknya; itu yang mereka katakan ‘Hadis’ , cerita yang telah memalukan para Nabi terutama Nabi kita, dan keturunannya yang mulia telah dirakamkan di dalam bukunya tanpa sebarang pertimbangan yang kesemuanya telah disampaikan oleh manusia pendusta.

PUNCA HADIS AL-THAQALAIN

Bagi Hadis al-thaqalain [dua perkara penting] yang Bukhari tidak rakamkan di dalam koleksi Sahihnya, ada di dalam koleksi buku sahih yang lain dari golongan kamu. Bahkan seorang ahli Hadis yang terkemuka, Muslim, yang dianggap sama taraf dengan Bukhari ada menyatakannya. Ulama yang lain yang ada menyebutnya adalah seperti berikut: Muslim bin Hajjaj di dalam sahihnya, ji lid VII, ms 122.

Abu Daud di dalam Sunannya; Tirmidhi di dalam Sunannya, bahagian 2, ms 307; al-Nasa’i di dalam Khasais ms 30; Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad , jil id III, ms 14 – 17, ji lid IV, ms 26 dan 59, dan jil id V, ms 182 dan 189, al-Hakim dalam Mustadrak , j ilid III, ms 109 dan 148; Hafiz Abu Nuaim al-Isfahani di dalam Hilyatul-Auliya , jil id I, ms 355; Sibt Ibn al-Jawzi di dalam Tadhkirah , ms 182; Ibn Athir al-Jazari di dalam Usudul Ghabah , j ilid II ms 12 dan jilid III, ms 147; al-Hamidi di dalam al-Jama’u Baina al-Sahihain ; Razin di dalam Baina Sihah-al-Sittah ; Tabarani di dalam Tarikh al-Kabir ; al-Dhahabi di dalam Talkhis al-Mustadrak ; Ibn Abd Rabbih di dalam’ Iqdu’l-Farid’ ; Muhammad bin Talha Shafi’i di dalam ‘Matalib al-Su’ul’ ; Khatib Khawarizmi di dalam ‘Manaqib’ ; Sulayman Balkhi Hanafi di dalam ‘Yanabi’ al-Mawaddah’ , ms 18, 25, 29, 30, 31, 32, 32, 34, 95, 115, 126, 199 and 230, dengan sedikit perbezaan pada perkataan; Mir Sayyid Ali Hamadani di dalam ‘Mawaddah’ kedua dari bukunya ‘Mawaddatu’l-Qurba’ ; Ibn Abi’l-

58

Page 59: Sect Comparative In Peshwar Night

Hadid di dalam ‘SyarhNahjul Balaghah’ ; Shablanji di dalam ‘Nurul-Absar’ , ms 99; Nuruddin bin Sabbagh Maliki di dalam ‘ Fusul al-Muhimmah’ , ms 25; Hamawaini di dalam ‘Fara’idus-Simtain’ ; Imam Tha’labi di dalam ‘Tafsir Kashful Bayan’ ; Sam’ani dan Ibn Maghazili Shafii di dalam ‘Manaqib’; Muhammad bin Yusuf Kanji al-Syafii di dalam Kifayatul-Talib’ , Bab I, di dalam menyatakan sahihnya ucapan Ghadir Khum dan juga di dalam Bab 62, ms 130; Muhammad bin Sa’ad Katib di dalam ‘Tabaqa’, ji lid 4, ms 8; Fakhrudin al-Razi di dalam ‘Tafsir al-Kabir’ , jil id 3, di bawah ayat i’tisam , ms 18; Ibn Kathir Dimashqi di dalam ‘Tafsir al-Quran al-Azim ’, jil id 4, dibawah ayat mawaddah , ms 113, Ibn Hajar Makki di dalam ‘Sawa’iq al-Muhriqah’ ; ms 75, 87, 90, 99 dan 136 dengan beberapa perbezaan lafaz.

Terdapat banyak lagi ulama kamu yang lain yang namanya saya tidak dapat sebutkan di dalam perjumpaan ini kerana kesuntukan masa. Banyak ulama kamu telah menyampaikan Hadis yang penting ini dari Nabi dengan pertalian penyampai yang tidak putus dari seorang kepada yang lainnya yang mana ia telah mendapat status Hadis yang sering disampaikan. Menurut dari Hadis ini , Nabi mengatakan yang berikut: ‘Saya tinggalkan diantara kamu dua perkara penting; kitab Allah dan keturunan ku. Jika kamu berpegang teguh kepada kedua ini , kamu tidak akan menyimpang. Kedua ini tidak akan berpisah sehingga bertemu dengan ku di telaga al-Kauthar.’

Berdasarkan dari Hadis yang tulen ini , kami berkepercayaan bahawa kami perlu setia pada al-Quran dan Ahli Bayt Muhammad.

Sheikh : Hadis Rasul ini telah disampaikan oleh Salih bin Musa bin Abdullah bin Ishaq, melalui pertalian penyampainya yang berkata bahawa Abu Hurairah telah menyatakan dengan cara yang begini: ‘Saya tinggalkan dibelakang saya dua perkara penting; kitab Allah dan Sunnah saya [Hadis]…

Shirazi : Sekali lagi kamu menyebutkan Hadis dari orang durjana yang sama dimana para pengkritik Syiah telah menolaknya, [seperti Dhahabi, Yahya, Imam Nasa’i dsb]. Tidakkah kamu berpuas hati dengan rujukan yang boleh dipercayai yang saya telah bentangkan dari ulama kamu yang termashur mengenai Hadis ini? Kamu telah menyebutkan versi Hadis yang tidak boleh diterima, sedangkan kedua golongan Sunni dan Syiah telah menerima bahawa Nabi telah berkata: ‘Kitab Allah dan ahli bayt ku,’ dan bukannya ‘Sunnah ku’.

Sebenarnya kitab dan Sunnah, kedua-duanya memerlukan kepada intepretasi [penghuraian]. Hadis tidak dapat menerangkan al-Quran

Maka keturunan Nabi, yang disamakan seperti al-Quran, adalah penterjemah al-Quran yang sebenar, begitu juga dengan Hadis dari Nabi.

HADIS AL-SAFINAH

59

Page 60: Sect Comparative In Peshwar Night

Sebab satu lagi mengapa kami setia kepada keturunan Nabi, adalah Hadis-e-Safina yang sahih yang telah disampaikan oleh semua ulama kamu yang terkenal, hampir tanpa pengecualian, dan dengan pertalian penyampai yang tidak putus.

Lebih dari seratus dari ulama kamu telah menyebutkan Hadis ini: Muslim bin Hajjaj di dalam ‘Sahih’ nya, Imam Ahmad bin Hanbal di dalam ‘Musnad’; Hafiz Abu Nuaim di dalam ‘Hilyatul-Auliya; Ibn Abdil-Birr di dalam ‘Istiab’; Abu Bakar Khatib Baghdadi di dalam ‘Tarikh-e-Baghdad’; Muhammad bin Talha Shafii di dalam ‘Matalib al-Su’uli’ Ibn Athir di dalam ‘Nihaya’; Sibt Ibn al-Jawzi di dalam ‘Tadhkirah’; Ibn Sabbagh-e-Makki di dalam ‘ Fusul al-Muhimmah’ ; Allama Nuru’d-Din Samhudi di dalam Tarikh al-Madinah ; Sayyid Mu’min Shablanji di dalam Nurul Absar ; Imam Fakhrudin al-Razi di dalam Tafsir Mafatihul Ghaib (Tafsir al-Kabir); Jalaluddin al-Suyuti di dalam Durrul Mansur ; Imam Tha’labi di dalam Tafsir Kashful-Bayan ; al-Tabrani di dalam al-Ausat ; Hakim di dalam al-Mustadrak , j ilid 3, ms 151; Sulayman Balkhi Hanafi di dalam YaNabiu al-Mawaddah , bab 4; Mir Sayyid Ali Hamadani di dalam Mawaddatul Qurba , ‘Mawadda 2’; Ibn Hajar Makki di dalam Sawa’iqu al-Muhriqah di bawah ayat 8; Tabari di dalam ‘Tafsir’ dan juga Sejarah; Muhammad bin Yusuf Kanji Shafii di dalam Kifayatut Talib , Bab 100, ms 233. Ramai dari ulama terkenal kamu telah menyampaikan bahawa Nabi telah berkata: ‘Ahli bayt ku adalah seumpama bahtera Nuh; sesiapa yang menaikinya akan terselamat; mereka yang berpaling darinya akan lemas dan sesat.’

Imam Muhammad bin Idris Shafii telah merujuk kepada sahihnya Hadis ini di dalam rangkap syairnya yang dirakamkan oleh Allamah Fazil Ajib di dalam bukunya Zakhiratul Ma’al . Imam Shafii yang dikenali sebagai seorang ulama yang terkenal dari golongan sunni, mengakui bahawa kecintaan kami terhadap keturunan Nabi yang suci adalah membawa kami kepada keselamatan kerana, dari tujuh puluh golongan Islam, hanya golongan yang mengikuti keturunan Nabi sahaja yang akan selamat.

MENCARI CARA UNTUK MENDAMPINGI ALLAH TIDAKLAH SYIRIK.

Kamu katakan bahawa mencari cara (wasilah) untuk mendekati Allah adalah syirik. Jika ini benar, mengapa Khalifah Umar bin Khattab mencari pertolongan Allah melalui keturunan Nabi?

Hafiz: Khalifah Umar tidak pernah melakukan yang tersebut.

Shirazi: Di dalam saat yang memerlukan Umar meminta pertolongan dari keturunan Nabi, berdoa kepada Allah melalui mereka, dan yang dihajatinya dikabulkan. Saya hanya merujuk kepada dua peristiwa. Ibn Hajar Makki menulis di dalam Sawaiq al-Muhriqah , selepas ayat 14 [dari The History of Damascus ] bahawa pada tahun ke 17 H, manusia berdoa dan sembahyang meminta hujan, tetapi t idak berhasil. Khalifah

60

Page 61: Sect Comparative In Peshwar Night

Umar berkata bahawa dia akan sembahyang dan berdoa meminta hujan pada esok harinya melalui cara mendampingi kepada Allah. Pada keesokkan hari dia pergi menemui Abbas, bapa saudara Nabi dan berkata: ‘Keluarlah supaya kami dapat berdoa kepada Allah melalui kamu untuk hujan.’

Abbas menyuruh Umar untuk duduk seketika supaya cara untuk mendekati kepada Allah dapat disediakan. Maka Bani Hashim [ahli bayt] pun diberitahu. Kemudian Abbas keluar bersama Ali, Imam Hasan dan Imam Husain. Bani Hashim yang lain dibelakang mereka. Abbas memberitahu Umar bahawa tidak boleh menambah walau seorangpun dalam kumpulan itu. Kemudian mereka pergi ketempat berdoa, dimana Abbas mengangkat tangan dan berkata: ‘Wahai Allah, Engkau menjadikan kami, dan Engkau tahu mengenai perbuatan kami. Wahai Allah, sebagaimana Engkau berkasih sayang kepada kami pada mulanya, maka berkasih sayang kepada kami pada akhirnya.’ Jabir berkata bahawa doa mereka belum pun selesai apabila awan telah mula kelihatan dan mula menurunkan hujan. Sebelum mereka boleh sampai kerumah mereka telah basah kuyup.

Bukhari juga melaporkan bahawa disatu ketika, masa kekurangan makanan Umar bin Khattab berdoa kepada Allah melalui Abbas bin Abdul Mutallib dan berkata: ‘Kami mengadapkan diri kami kepada bapa saudara rasul dengan Engkau, maka Ya Allah, turunkanlah hujan.’ Kemudian mula hujan. Ibn Abil-Hadid Mutazali di dalam buku SyarhNahjul Balaghah [edisi Mesir] ms 256, menulis bahawa Khalifah Umar pergi bersama Abbas, bapa saudara Nabi, untuk berdoa kepada Allah meminta hujan, di dalam doanya untuk hujan, Khalifah Umar berkata: ‘Wahai Allah, kami mengadapkan diri kami kepada bapa saudara Nabi Mu dan pada keturunannya dan dari apa yang tinggal dari orang-orangnya yang dihormati. Maka kekalkan lah kedudukan Nabi mu melalui bapa saudaranya. Kami dapat petunjuk kepada kamu melalui Nabi, supaya kami dapat meminta pertolongan mereka dan bertaubat.’

Jika mencari kepada keturunan Nabi dan meminta pertolongan mereka untuk keperluan kita, di dalam jalan Allah adalah syirik, maka Khalifah Umar adalah yang pertama syirik. Ahli Muhammad, dari semasa hayat Nabi hingga kehari ini, telah menjadi cara untuk kita berdoa dan menyeru kepada Allah. Kami percaya mereka adalah keturunan yang paling bertakwa dan yang paling hampir kepada Allah. Makanya kami anggap mereka sebagai cara untuk mendampingi Allah. Dan bukti yang terbaik untuk maksud ini adalah buku doa kami yang ditulis oleh Imam kami yang suci. Kami terima segala arahan dari Imam kami. Saya mempunyai dua buku buah bersama saya: ‘Zadul-Maad’ oleh Allama Majlisi dan ‘Hidayatuz-Zairin’ oleh Sheikh Abbas Qummi, yang akan saya serahkan kepada kamu untuk kamu mempertimbangkan. [Kedua mereka Hafiz dan Sheikh menelit i buku itu] Mereka membaca Doa Tawassul [menyeru untuk mencari kedekatan] dan mereka dapati bahawa keluarga Nabi adalah sebahagian dari yang dirayu. Dimana-mana saja mereka disebutkan sebagai cara untuk mendekati Allah. Pada

61

Page 62: Sect Comparative In Peshwar Night

masa itu Mulla Abdul-Hayy membaca keseluruh Doa-e-Tawassul, yang ditulis oleh Imam yang suci dan dinyatakan semula oleh Muhammad bin Babawayh-e-Qummi.

DOA TAWASSUL

Ini adalah satu doa kepada Allah. Sebagaimana Ali telah disebutkan disini, kesemua Imam juga telah disebutkan di dalam pengertian yang sama. Pengaruh keluarga Muhammad telah dicari [minta] untuk mendampingi kepada Allah. Mereka telah disebutkan dengan cara begini: ‘Wahai ketua dan yang memimpin kami! Kami meminta pertolongan kamu untuk sampai kepada Allah. Wahai yang paling dihormati pada pandangan Allah yang Maha Tinggi: perkenalkanlah kami kepadaNya.’ Kesemua keluarga Nabi telah disebutkan dengan cara yang sama.

SYIAH TIDAK MENGHINA SUNNI

Apabila rayuan itu telah dibacakan, beberapa orang sunni telah menyatakan kekaguman dan terharunya mereka pada segala salah faham yang telah diada-adakan. Shirazi bertanya: ‘Adakah terdapat bayangan syirik di dalam doa tersebut? Tidakkah nama Allah terdapat di dalamnya dimana-mana? Berapa ramaikah umma kamu yang jahil dan degil telah telah membunuh Syiah yang malang kerana mempercayai bahawa mereka telah membunuh orang kafir? Tanggong jawab terhadap peristiwa ini terletak diatas bahu ulama seperti kamu. Adakah kamu pernah mendengar seorang Syiah telah membunuh orang sunni? Yang sebenarnya ulama Syiah t idak pernah menyebarkan racun. Mereka tidak mengadakan permusuhan diantara Syiah dan sunni, dan mereka percaya bahawa membunuh adalah satu dosa yang besar. Di dalam perkara perbezaan kepercayaan diantara sesama sendiri, mereka lebih suka menjelaskan semuanya di dalam perbincangan yang berasaskan kepada ilmu pengetahuan dan logik, dan memberitahukan melalui hujah-hujah mereka bahawa sunni adalah saudara.

ULAMA SUNNI MENGATAKAN SYIAH KAFIR

Sebaliknya, perbuatan ulama sunni yang fanatik amat t idak bertanggong jawab. Pengikut Abu Hanifah, Malik bin Anas, Muhammad bin Idris dan Ahmad bin Hanbal, yang mempunyai banyak perbezaan yang nyata, telah mengatakan pengikut Ali Ibn Abi Talib dan Imam Jaafar bin Muhammad sebagai syirik dan kafir. Ramai Syiah yang terpelajar dan warak telah syahid diatas hukuman yang dijatuhkan oleh ulama sunni. Sebaliknya, tidak terdapat walaupun satu contoh kezaliman dari pihak Syiah. Ulama kamu kerap menyatakan kutukan ke atas Syiah, tetapi kamu tidak akan menjumpai di mana-mana pun kutukan ke atas sunni di dalam buku yang ditulis oleh ulama Syiah.

Hafiz: Kamu tidak adil. Sia-sia saja kamu hendak mengerakkan kemarahan ramai. Berikanlah satu contoh dimana ulama Syiah telah

62

Page 63: Sect Comparative In Peshwar Night

dibunuh diatas hukuman dari ulama kami! Siapa dari ulama kami yang telah mengatakan kutukan ke atas Syiah?

Shirazi: Jika saya hendak mengatakannya secara mendalam perbuatan ulama dan orang awam kamu, satu perjumpaaan tidak akan cukup. Saya akan merujuk kepada beberapa contoh sahaja mengenai perbuatan mereka, supaya kamu akan tahu bahawa saya bukanlah hendak mengerakkan kebencian, tetapi hanya mendedahkan fakta. Jika kamu mempelajari buku-buku ulama kamu yang fanatik, kamu akan ada dapati bahagian yang mengutuk Syiah. Sebagai contoh, rujuklah buku ‘Tafsir’ oleh Imam Fakhruddin al-Razi. Bila masa dia menjumpai sebab seperti ayat mengenai Wilayah [wali], dia berulang kali menulis, kutukan terhadap Rafidi, kutukan terhadap Rafidi!’ tetapi ulama kami tidak pernah menulis perkara sebegitu terhadap saudara sunni.

Satu contoh mengenai layanan buruk [kejam] ulama kamu terhadap seorang Syiah yang terpelajar adalah hukuman yang dijatuhkan oleh dua orang kadi Syria yang agung [Burhanuddin Maliki dan Ibad bin Jamaat Shafii] terhadap seorang ahli fiqah Syiah yang terkenal, Abu Abdullah Muhammad bin Jamaluddin Amili . Ulama ini amat terkenal dengan ketakwaan dan ilmu Fikahnya. Contoh yang menunjukkan beliau adalah seorang ilmuan adalah bukunya al-Lum’a yang ditulis beliau dalam masa tujuh hari tanpa mempunyai mana-mana buku rujukan fikah bersamanya melainkan Mukhtasar Nafi . Lebih-lebih lagi ulama perundangan Islam dari golongan yang empat [Hanafi, Maliki, Shafii dan Hanbali] adalah diantara muridnya. Disebabkan penindasan dari pihak sunni, ulama ini kerap mengamalkan Taqiyyah, dan tidak secara terang-terangan menyatakan dia adalah Syiah. Kadi Syria yang agung, Ibad bin Jamaat, yang mempunyai perasaan dengki terhadap beliau, telah menyatakan yang buruk mengenainya kepada pemerintah Syria [Baidmar] dan menuduh beliau sebagai Rafidi dan Syiah. Ulama ini ditangkap. Setelah menderita penyiksaan dan dipenjara selama satu tahun, di atas hukuman dari kedua kadi tersebut [Ibnul Jamaat dan Burhanuddin] beliau telah dibunuh dan jasadnya digantung. Oleh kerana mereka mengistiharkannya sebagai Rafidi dan syirik di tempat pergantungan, maka orang awam telah melontar jasad itu dengan batu. Kemudian jasadnya diturunkan dan dibakar dan abunya ditebarkan.

Di antara para ulama dan perundangan Syiah yang telah dibanggakan di Syria di dalam abad ke sepuluh Hijrah adalah Sheikh Zainuddin bin Nuruddin Ali bin Ahmad Amili . Dia amat terkenal dikalangan sahabat dan juga musuh kerana i lmu dan kewibawaannya. Sebagai pengarang yang produktif, dia mengasingkan diri dari dunia luar dan menumpukan pada penulisan, yang telah menghasilkan 200 buah buku dari berbagai tajuk. Walaupun beliau hidup menyepi, ulama sunni telah memendamkan perasaan dengki terhadap beliau, cemburu terhadap kemasyhuran beliau dikalangan orang awam. Ketua paling berpengaruh diantara musuh beliau, seorang kadi bernama Saida, yang telah menulis kepada raja, Sultan Salim aduan yang berikut: ‘Sesungguhnya, telah tinggal di jajahan Syria seorang pembuat bidaah, seorang yang tidak

63

Page 64: Sect Comparative In Peshwar Night

tergolong kepada mana-mana mazhab yang empat.’ Sultan Salim mengarahkan bahawa alim itu hendaklah dihadapkan ke mahkamah di Istanbul. Beliau telah ditangkap di Masjidul-Haram dan dipenjarakan selama 40 hari. Di dalam perjalanan laut menuju Istanbul, beliau telah dipenggal kepalanya, badan beliau dibuangkan ke laut hanya kepala beliau dihantarkan kepada raja.

Hadirin yang dihormati! Saya benar-benar meminta daripada kamu dengan nama Allah untuk mengatakan sama ada kamu pernah mendengar perangai yang sedemikian rupa dari pihak ulama Syiah terhadap ulama sunni kerana mereka tidak mengikuti golongannya. Apakah hujah yang dapat kamu ketengahkan untuk membuktikan bahawa jika sesaorang menyimpang dari mana-mana empat mazhab tersebut, dia adalah kafir dan pembunuhan terhadapnya wajib? Adakah wajib [perlu] untuk mengikuti mazhab yang wujud berabad-abad lamanya setelah Nabi wafat, sedangkan mereka yang mengikuti perundangan yang ujud semenjak zaman Nabi diperintahkan supaya dibunuh?

SYIAH DAN KEEMPAT-EMPAT MAZHAB SUNNI

Sila katakan, demi kerana Allah, sama ada keempat Imam – Abu Hanifah, Malik, Shafii dan Ahmad bin Hanbal – hidup semasa hayat Nabi Allah. Adakah mereka mendapatkan segala asas agama dan keimanan dari Rasul secara terus (langsung)?

Hafiz : Tiada siapa yang mengatakan sedemikian.

Shirazi: Tidakkah Amirul Mukminin, Ali sentiasa berdamping dengan Nabi, dan t idakkah beliau telah diistiharkan sebagai pintu kepada kota ilmu?

Hafiz: Telah pasti beliau adalah sahabat terkemuka Nabi, dan di dalam beberapa aspek beliau adalah yang lebih utama daripada yang lain semuanya.

Shirazi: Maka tidakkah kami di pihak yang benar, di dalam berpegang kepada mengikut Ali adalah wajib? Nabi sendiri berkata bahawa, patuh kepada Ali adalah patuh kepada baginda dan bahawa Ali adalah pintu kepada kota ilmu? Nabi juga mengatakan bahawa sesiapa yang inginkan ilmu pengetahuan hendaklah masuk melalui pintunya, iaitu Ali. Juga mengikut dari Hadis al-thaqalain dan Hadis al-safinah, yang telah dipersetujui oleh kedua sunni dan Syiah, menyimpang dari laluan yang dipimpin oleh keturunan Nabi akan membawa kepada kemusnahan. Engkar atau menentang kepada keluarga Nabi samalah seperti engkar dan menentang kepada Nabi sendiri. Walaupun dengan semua ini, ulama Syiah t idak pernah menunjukkan kebencian terhadap, walaupun kepada orang awam sunni, t idak perlulah disebutkan terhadap ulama mereka. Kami selalu mengatakan bahawa sunni adalah saudara kami dalam Islam, dan kita perlu bersatu. Sebaliknya ulama sunni kerap

64

Page 65: Sect Comparative In Peshwar Night

menghasut pengikutnya, dengan mengatakan bahawa Syiah adalah pendusta, Rafidis, Ghalis atau Yahudi. Mereka mengatakan oleh kerana Syiah tidak mengikut ahli mazhab yang empat [Hanafi, Maliki, Shafii dan Hanbali] maka ia adalah kafir. Sebenarnya mereka yang mengikuti keturunan Nabi-lah yang mendapat petunjuk yang sebenar.

PEMBUNUHAN TERHADAP SYIAH DI IRAN DAN AFGHANISTAN.

Orang-orang Turki, Khawarizmi, Uzbeg, Afghan telah merompak dan membunuh Syiah yang tidak berdosa. Muhammad Amin Khan Uzbeg, dikenali sebagai Khan Khawa dan Abdullah Khan Uzbeg dengan kejam telah membunuh dan merampas Syiah dan mengaku telah melakukannya. Ulama sunni telah mengisytiharkan bahawa Syiah adalah kafir dan nyawa mereka boleh diambil menurut hukum agama. Amir Afghanistan juga bertindak sedemikian rupa. Dalam tahun 1267 Hijrah pada hari Ashura [10 Muharram], puak sunni telah menyerang Imambara di Qandahar, di mana Syiah sedang berkabong, memperingati pembunuhan terhadap cucu Nabi. Mereka dengan kejamnya telah membunuh ramai Syiah, termasuk kanak-kanak, dan merampas harta benda mereka. Untuk bertahun-tahun lamanya Syiah hidup dalam penderitaan dan dihalang dari melakukan kerja-kerja yang bersangkutan dengan agama. Pada hari Ashura sebilangan kecil dari mereka akan pergi ketempat persembunyian dan dengan secara rahsia akan meratapi syahidnya Imam Husain dan mereka yang lainnya yang turut sama terkorban di Karbala. Adalah Raja Amanullah Khan yang telah membatalkan sekatan terhadap Syiah dan telah melayan Syiah dengan baik.

KESYAHIDAN SHAHID AL-THALIS

Di tempat perkuburan di Akbarabad [Agra] di India, di sana bersemadinya seorang ulama yang amat warak dan juga ilmuan Syiah, Kadi Sayyid Nurullah Shustari . Beliau telah dibunuh dengan kejam sewaktu berusia 70 tahun dalam tahun 1019 hijrah oleh Raja Jahangir, berikutan dari hukuman yang dijatuhkan dari ulama sunni yang mengatakan beliau Rafidi.

Hafiz: Kamu telah menyerang kami dengan tanpa sebab. Saya sendiri amat terkejut mendengar tindakkan kekerasan yang melampau dari mereka yang jahil, tetapi amalan-amalan Syiah juga yang telah menyebabkan peristiwa begitu.

Shirazi: Boleh saya tahu apa yang Syiah lakukan yang memperbolehkan mereka dibunuh?

Hafiz: Setiap hari ribuan manusia berdiri di hadapan pusara mereka yang telah mati dan menyeru kepadanya untuk bantuan. Tidakkah amalan ini satu contoh pada penyembahan kepada mereka yang telah mati? Mengapa para ulama tidak membantah apabila jutaan dari mereka

65

Page 66: Sect Comparative In Peshwar Night

meletakkan muka ke tanah sujud dan menyembah pada yang telah mati? Saya begitu hairan bagaimana kamu masih mengatakan bahawa mereka adalah penyembah kepada yang Maha Esa.

Sedang perbincangan dengan Mawlana Hafiz berterusan, ulama mazhab Hanafi, Agha Sheikh Abdus Salam, sedang menelit i ‘Hidayatuz-Zairin’. Dia berkata dengan nada penuh penekanan: ‘Lihat disini! [Menunjukkan ke arah buku tersebut]. Ulama kamu berkata bahawa apabila pekerjaan ziarah di permakaman Imam kamu telah selesai, kemudian maka hendaklah melakukan salat ziarah [namaz-e-ziarat] dua rakaat. Mungkin mereka t idak meniatkannya di atas nama Allah, jika tidak apakah ertinya namaz-e-ziarat? Tidakkah ia syirik kerana mengerjakan salat kepada Imam? Manusia yang mengadap kepada kuburan dan mendirikan salat adalah bukti yang terbaik untuk menunjukkan syiriknya. Ini adalah buku kamu yang sahih. Bolehkah kamu mempertahan kedudukan ini?

Shirazi: Kamu memperkatanya seperti kanak-kanak! Pernahkah kamu pergi berziarah ke tempat tersebut dan melihatnya sendiri?

Sheikh: Tidak.

Shirazi: Maka bagaimana kamu mengatakan mereka mengerjakan salat dengan muka mereka mengadap kepada kuburan, dan bahawa salat ziarat adalah tanda syirik?

Sheikh: Buku ini mengatakan mereka hendakalah mengerjakan namaz-e-Ziarat untuk Imam.

Shirazi: Mari saya lihat kepadanya. Biarlah saya bacakan arahan mengenai ziarat, sehingga kita sampai kepada perkara salat , yang mana telah menjadi tujuan bangkangan kamu. Apabila kamu menemui sebarang tanda syirik, sila nyatakan. Dan jika kamu menjumpai tanda-tanda keesaan Allah dari atas hingga bawah, janganlah merasa bersalah kerananya, tetapi katakanlah yang kamu telah tersilap faham. Buku ini ada dihadapan kamu.

ARAHAN MENGENAI ZIARAH

Arahannya adalah seperti berikut: Apabila yang menziarah sampai ke parit Kufah, dia hendaklah berdiri disitu dan membaca yang berikut: ‘Allah yang maha Basar, Allah yang maha Besar, yang memiliki Kebesaran, Kesucian dan Kemuliaan. Allah yang maha Besar, yang memiliki Keagungan, maha Kudus, yang memiliki Kemegahan dan juga Kehormatan. Allah maha Besar [above that which I fear] Allah maha Besar. Dialah Penyokong ku; kepada-Nya aku bergantung dan kepada-Nya aku menaruh harapan; dan kepada-Nya aku mengadap.’

66

Page 67: Sect Comparative In Peshwar Night

Apabila yang menziarah sampai pada pintu di Najaf dia hendaklah membaca: Puji bagi Allah, yang telah memandu kami kepada ini. Kami tidak akan mendapat petunjuk jika Allah tidak memandu kami.’

Apabila sampai kepintu lapangan yang suci, dia hendaklah membaca setelah memuji Allah: ‘Saya naik saksi bahawa tiada tuhan melainkan Allah yang esa, saya juga naik saksi bahawa Muhammad adalah hamba dan juga Rasul-Nya. Dia membawa pengkhabaran yang benar dari Allah, saya juga naik saksi bahawa Ali adalah hamba dan saudara kepada Rasul Allah, Allah maha Besar, Allah maha Besar, Allah maha Besar. Tidak ada tuhan melainkan Allah dan Allah maha Besar. Segala puji tertentu bagi Allah untuk bimbingan dan sokongan-Nya terhadap apa yang Dia telah wahyukan cara menemui-Nya.

Apabila yang menziarah sampai kepintu pusara, dia hendaklah membaca: ‘Saya naik saksi bahawa tiada tuhan melainkan Allah, yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya …. ‘ hingga akhir.

Apabila, setelah meminta izin dari Allah, Rasul dan para Imam, yang menziarah akan sampai ke kawasan dalam permakaman, dia akan membaca berbagai-bagai ayat-ayat ziarah yang mengandungi salam kepada Rasul dan Amirul Mukminin. Sesudah ziarah, dia melakukan enam rakaat salat , dua rakaat untuk Amirul Mukminin, dua rakaat untuk Nabi Adam dan dua rakaat untuk Nabi Nuh yang telah disemadikan di kawasan tersebut.

NAMAZ-E-ZIARAT DAN DOA SELEPAS SALAT

Adakah mengerja salat sebagai hadiah kepada ruh kedua ibu bapa dan mereka yang beriman tidak diarahkan kepada kita? Adakah arahan ini syirik? Adalah di atas dasar kemanusiaan juga bahawa apabila sesaorang datang berjumpa sahabatnya, dia memberikan hadiah. Ada satu bab di dalam buku bagi kedua golongan [Syiah dan Sunni] yang mana Nabi mengarahkan kita untuk memberikan hadiah kepada yang beriman.

Apabila orang yang menziarah sampai kepada pusara ketua yang dicintainya, dan mengetahui perkara yang amat dicintai oleh ketuanya adalah salat , maka dia menawarkan salat dua rakaat kerana Allah Taala dan menawarkan salat itu sebagai hadiah kepada ruh ketuanya yang suci itu. Adakah ia syirik? Setelah membaca segala prinsip yang menjadi dasar pada salat, maka baca juga doa selepas salat, supaya semua keraguan kamu akan terhapus.

DOA SETELAH SALAT [NAMAZ]

Amalan berdoa, adalah bahawa setelah selesai salat, dibahagian kepala pusara Imam, dengan mengadap kiblat [bukan mengadap kuburan] kita bacakan doa yang berikut: ‘Wahai Allah! Saya telah menjadikan hadiah salat ini kepada ketua dan pemimpin saya, Rasul-Mu dan saudara

67

Page 68: Sect Comparative In Peshwar Night

kepada Rasul-Mu, Amirul Mukminin, Ali Ibn Abi Talib. Wahai Allah kesejahteraan ke atas Muhammad dan keluarga Muhammad. Terimalah dua rakaat salat ini dan berikanlah ganjaran, sebagaimana kamu memberikan ganjaran kepada mereka yang membuat kebajikan. Wahai Allah, saya melakukan salat ini kerana-Mu, dan rukuk kehadrat Engkau dan sujud menghinakan diri kepada Engkau. Engkaulah yang Esa, tiada sekutu. Adalah haram untuk salat atau rukuk atau sujud kepada sesuatu melainkan Engkau. Engkaulah Allah yang maha Besar, dan t idak ada tuhan melainkan Engkau.’

Tuan-tuan yang saya muliakan! Demi kerana Allah, berlaku adillah. Dari mula yang menziarahi meletakkan kakinya ke tanah Najaf, sehinggalah setelah dia melakukan namaz-e-ziarat , dia sentiasa sibuk mengingati Allah.

Sheikh: Aneh sungguh yang kamu tidak melihat yang tertulis disini: ‘Mencium tangga dan masuk ke dalam kawasan pusara.’ Kami pernah dengar yang apabila penziarah sampai ke pintu pusara makam Imam, mereka sujud menghinakan diri. Tidakkah sujud ini untuk Ali? Tidakkah ini syirik apabila mereka sujud kepada seseorang selain dari Allah?

Shirazi: Jika saya adalah kamu, saya tidak akan menyebutnya. Saya akan berdiam diri sehingga kepenghujung perjumpaan di perbincangan ini dan mendengarkan kepada logiknya dari jawapan saya. Tetapi saya akan terangkan secara ringkas kepada kamu sekali lagi bahawa mencium bendul atau lantai bagi kawasan permakaman para Imam tidaklah syirik. Kamu telah menyalah-tafsirkan perkataan ‘cium’ dan menganggapnya sama seperti sujud. Apabila kamu membaca buku itu di dalam kehadiran kami, dan telah membuat perubahan yang begitu radikal [besar], tidak tahulah saya bagaimana kamu akan mencerca kami apabila kamu sendirian berucap kepada kumpulan orang ramai yang jahil.

Arahan yang ada di dalam buku ini dan di dalam buku-buku yang lain mengenai doa dan tempat-tempat ziarah adalah sekadar untuk menunjukkan tanda hormat, harus mencium bendul bukan sujud.

Bagaimana kamu boleh menganggap cium dan sujud adalah perkara yang sama?

Dan, di mana ada kamu melihat, sama ada di dalam al-Quran atau di mana-mana Hadis, yang mengatakan cium bendul pusara Nabi atau Imam adalah haram? Maka jika kamu tidak punya jawapan yang munasabah terhadap soalan ini, kamu tidak seharusnya membuangkan masa kami. Dan sebagaimana yang kamu katakan bahawa kamu ada ‘mendengar’ bahawa penziarah sujud menghinakan diri. Sebenarnya kamu tidak melihat sendiri . Al-Quran mengatakan:

68

Page 69: Sect Comparative In Peshwar Night

‘Wahai orang yang beriman! Jika datang kepada mu orang yang jahat dengan satu berita, teliti lah dahulu, ditakuti kamu menganiaya manusia tanpa pengetahuan, kemudian akan menyesal atas apa yang telah kamu lakukan.’ [Surah al-Hujurat 49:6]

Menurut arahan dari al-Quran, kita t idak seharusnya bergantung pada kenyataan orang yang jahat. Kita seharusnya berusaha untuk mengetahui yang sebenar, walaupun terpaksa membuat perjalanan itu, jika diperlukan untuk memastikan kebenaran kenyataan tersebut itu sendiri.

Apabila saya berada di Baghdad; saya pergi kepusara Abu Hanifah dan Sheikh Abdul Qadir Jilani dan telah melihat apa yang dilakukan manusia. Ia adalah lebih serius dari apa yang kamu katakan mengenai amalan Syiah, tetapi saya t idak pernah memperkatakannya. Apabila saya sampai keperkuburan Abu Hanifah di Muazzam, saya dapati satu kumpulan Sunni bertubi-tubi mencium lantai, sepatutnya bendul, dan berguling-guling di atas tanah. Oleh kerana mereka tidak kelihatan seperti jahat atau menggangu dan kerana saya tidak punya asas untuk mengutuk mereka, maka saya tidak pernah menyatakan insiden itu kepada sesiapa. Saya faham bahawa mereka lakukan itu semua atas dasar cinta, bukannya sebagai sembahan.

Hormat saudara! Pastinya t iada Syiah yang takwa pernah sujud kepada sesuatu selain Allah. Jika, kita turun ke lantai dalam bentuk yang sama seperti sujud dan mengosok-gosokkan dahi kita padanya [tanpa sebarang niat pada sembahan] ini perkara kecil suatu yang tidak di masuk kira. Untuk membongkok di hadapan seseorang yang kita hormati dengan tidak menganggapnya Allah atau jatuh ke bumi untuk menyapu muka dengannya, ia bukanlah syirik. Ini adalah hasil dari kecintaan yang mendalam.

Sheikh: Bagaimana begitu, apabila kita turun ke bumi dan meletakkan dahi padanya, adakah perbuatan ini tidak dikatakan sujud?

Shirazi: Sujud bergantung kepada niat, dan niat adalah perkara hati. Hanya Allah yang mengetahui niat yang di dalam hati. Sebagai contoh, kita boleh melihat manusia membongkok di bumi dalam keadaan seperti sujud. Adakah benar bahawa sujud kepada sesaorang selain Allah adalah salah, walaupun jika ia tanpa niat. Bagaimanapun oleh kerana kita t idak tahu apakah niat mereka, maka kita tidak boleh mengatakan ia adalah sujud sembah.

SUJUDNYA SAUDARA-SAUDARA YUSOF KEPADA DIRINYA

Maka sujud seperti dalam salat tetapi dengan tidak mempunyai niat sembahan, hanya untuk menunjukan tanda penghormatan kepada

69

Page 70: Sect Comparative In Peshwar Night

sesaorang tidaklah syirik. Sebagai contoh, Saudara-saudara Nabi Yusof sujud kepadanya. Pada ketika i tu ada dua Nabi, Yakob dan Yusof, tetapi mereka t idak melarang mereka dari melakukannya. Allah berfirman dalam Surah Yusof:

..... “Dan dia naikan orang tuanya pada singahsana, dan mereka tertunduk sujud kepadanya, dan dia berkata: Wahai bapaku, inilah takwil mimpi saya dahulu; Tuhan ku telah menjadikannya kenyataan…. . .[Surah Yusuf 12:100]

Lebih-lebih lagi al-Quran telah berkata di banyak tempat yang para malaikat telah sujud kepada Nabi Adam. Maka jika sujud adalah syirik, pastinya saudara-saudara Yusof dan juga para Malaikat Allah kesemuanya syirik. Melainkan hanya satu Iblis terkutuk yang hanya menyembah yang Esa.

MERAYU KEPADA IMAM TIDAKLAH MENYEMBAH KEPADA YANG MATI

Sekarang saya hendak menjawab kepada yang hormat Hafiz, yang mengatakan, merayu pada pusara para Imam adalah sama seperti menyembah yang mati . Kamu bertanya mengapa Syiah meminta pertolongan pada pusara para Imam. Mungkin kamu mempercayai tidak ada kehidupan setelah mati dan berkata: Apa yang mati telah tiada [terhapus]. Allah menerangkan di dalam al-Quran pandangan yang salah ini sebagai berkata:

Tidak ada apa tetapi kehidupan kita didunia ini; kita mati dan kita hidup dan kita tidak akan dibangkitkan lagi [Surah al-Mu’minun 23:37].Sebagaimana semua orang tahu, mereka yang percaya kepada Allah tahu bahawa ada hidup setelah mati. Apabila sesaorang mati, jasadnya menjadi t idak bernyawa, tetapi tidak seperti binatang, ruh dan pancainderanya kekal seperti biasa, tetapi t idak punya jasad; inilah yang akan dirahmati atau disiksa di dalam alam persinggahan barzakh alam kubur. Syuhada dan mereka yang mati di jalan Allah menikmati rahmat yang khusus. Ini telah disampaikan dalam al-Quran.

“Dan janganlah kamu sangka mereka yang terbunuh dijalan Allah i tu mati; tidak mereka hidup dan mendapat rezeki dari Tuhan mereka. Bergembira dengan pemberian Allah dan limpahnya, dan mereka bergembira bagi yang sama [telah tertinggal] dibelakang mereka, yang belum lagi bersama mereka, yang mereka tidak perlu rasa takut, dan tidak juga bersusah hati. [Surah ali ‘Imran 3:169-170]

70

Page 71: Sect Comparative In Peshwar Night

Saya fokus pada perkataan, Mereka hidup dan mendapat rezaki dari Tuhan mereka…[3:169] Mereka menyahut kepada kita, tetapi oleh kerana pendengaran kita telah terhalang oleh kebendaan dunia, kita tidak mendengar suara mereka. Begitulah di dalam ziarah [salam] kepada Imam Husain, kami katakan: Saya naik saksi bahawa engkau dengar apa yang saya katakan dan engkau menjawabnya. Adakah kamu membaca syarahan no 85 Nahjul Balaghah? Keturunan Nabi telah diperkenalkan sebagai berikut: Wahai manusia ini adalah kata-kata Nabi: Dia yang mati diantara kami, t idak mati , dan dia yang hancur [setelah mati] dari diantara kami yang sebenarnya t idak hancur. [ Nahjul Balaghah , terjemahan Inggeris, ji lid I ms 130, dicetak oleh Peer Muhammad Ibrahim Trust, Karachi] Itu adalah di dalam alam cahaya dan ruh, ahli bayt hidup dan tinggal kekal.Menurut, Ibn Abil Hadid al-Muktazili dan Sheikh Muhammad Abduh, Mufti Mesir yang terkenal, yang mengulas pada tajuk yang di atas, mengatakan bahawa keturunan Nabi tidak mati secara yang sama seperti orang lain mati. Maka apabila kita berdiri dipusara para Imam; kita tidak berdiri dihadapan orang mati, dan kita tidak berkata-kata kepada orang mati . Kita berdiri dihadapan yang hidup dan berkata-kata kepada yang hidup. Makanya kita bukanlah penyembah orang mati. Kita sembah Allah. Tidakkah kamu percaya bahawa Ali, Imam Husain, dan syahid Badr, Uhud, Hunain dan Karbala telah mengorbankan nyawa mereka di jalan Allah, dan hanya untuk menegakkan kebenaran? Tidakkah mereka telah berhadapan dengan kekejaman Quraish, Bani Umayya, Yazid dan juga pengikutnya, yang mempunyai matlamat untuk menghancurkan agama Islam? Sebagaimana tegasnya para sahabat Nabi dan juga pengorbanan syuhadah Badr, Hunain dan Uhud yang telah membawa kepada tumpasnya musyrik, dengan cara yang sama Imam Husain telah tegas memilih untuk mengorbankan nyawanya untuk meluruskan Islam. Jika Imam tidak bertindak tegas dan berdiri teguh di dalam menentang pasukan yang zalim, Yazid terkutuk pasti telah menghancurkan Islam dengan memasukkan fahaman jahiliah ke dalam masyarakat Islam. Sheikh:Sungguh amat memeranjatkan yang kamu memanggil Khalifah bagi Muslimin, Yazid bin Muawiya, sebagai kafir. Kamu harus tahu bahawa Muawiya bin Abu Sufyan, telah melantiknya sebagai Khalifah. Khalifah kedua, Umar bin Khattab, dan Khalifah ketiga, Uthman yang teraniaya [???], telah melantik Muawiya sebagai Amir Syria. Disebabkan kebolehan dan bakat mereka, manusia dengan ikhlas telah menerima mereka sebagai Khalifah. Maka rujukan kamu terhadap Khalifah Muslim sebagai kafir, bererti bahawa kamu telah menghina tidak saja semua Muslim yang menerima mereka sebagai Khalifah tetapi kamu juga telah menghina Khalifah yang sebelumnya, yang telah melantik mereka sebagai Khalifah atau Amir.Sudah pastinya mereka ada membuat kesalahan, kesalahan yang dimaafkan, yang berlaku masa mereka menjadi Khalifah. Cucu Nabi, Imam Husain, telah dibunuh, tetapi ini telah diampunkan. Oleh kerana mereka telah bertaubat, Allah yang maha Pengampun, telah mengampunkan mereka. Imam Ghazali dan Damiri dengan panjang lebar telah menjelaskan kedudukan ini di dalam buku-buku mereka dan telah membuktikan kesucian Khalifah Yazid.Shirazi:Saya t idak pernah menyangkakan yang fanatiknya kamu

71

Page 72: Sect Comparative In Peshwar Night

hingga sampai ketahap itu, sehingga sanggup membela Yazid yang terkutuk itu. Kamu katakan bahawa oleh kerana mereka yang terdahulu menganggap bahawa mereka layak menjadi Amir atau pemerintah, maka semua Muslim hendaklah menerima mereka. Kenyataan ini tidak masuk akal sama sekali. Kami katakan Khalifah hendaklah suci [masum, suci dari segala dosa] dan yang dilantik oleh Tuhan, supaya kita t idak akan dizalimi. Kamu katakan bahawa Ghazali dan Damiri telah membela kedudukan Yazid. Tetapi mereka sama saja fanatiknya seperti kamu. Tidak ada manusia berakal waras yang akan membela t indakkan Yazid yang terkutuk. Kamu katakan Yazid telah membuat kesalahan di dalam membunuh Imam Husain. Tetapi untuk membunuh cucu Nabi yang tersayang bersama dengan 72 orang termasuk bayi, kanak-kanak dan orang tua, dan menjadikan anak-anak perempuan Nabi [anak-anak perempuan Ali] yang bertakwa sebagai tawanan dengan kepala dan muka yang terdedah, bukanlah suatu kepalang kesalahan. Ia adalah sesuatu kezaliman yang dahsyat yang tidak dapat disebutkan. Lebih-lebih lagi kesalahannya tidak pada penyembelihan ini saja. Terdapat banyak lagi peristiwa mengenai kekafirannya.

KEKAFIRAN YAZID.

Di antara fakta yang membuktikan kafirnya Yazid adalah dari rangkap syairnya sendiri. Sebagai contoh, dia menulis:

‘Jika meminum arak dihalang di dalam agama Muhammad, biarkanlah ia; saya akan menerima kristian.’

‘Adalah dunia ini sahaja untuk kami. Tidak ada dunia yang lain. Kami tidak perlu dihalang untuk menikmati kelazatan dari dunia ini.’

Rangkap ini terdapat di dalam koleksi syair-syair, dan Abul-Faraj bin Jauzi telah merakamkannya di dalam bukunya ‘ Radd Ala-Mutaasibul-Anid . Dan lagi katanya:

‘Sesiapa yang menakutkan kami dengan cerita mengenai kiamat, biarkanlah dia. Itu adalah dusta yang menghalang kami dari kelazatan

nyanyian dan muzik.’

Sibt Ibn al-Jawzi menulis di dalam ‘ Tadhkirah’ ms 148, apabila keturunan Nabi dibawa sebagai tawanan ke Syria; Yazid sedang duduk diaras dua istananya. Dia menyata dua rangkap ini:

‘Apabila unta-unta membawa tawanan tiba, gagak berbunyi [petanda buruk] Saya berkata: Duhai gagak sama ada kamu berbunyi atau t idak,

saya tetap membalas dendam terhadap Nabi.’

‘Dendam’ merujuk kepada fakta yang keturunan terdahulunya yang terbunuh dalam peperangan Badr, Uhud, Hunain. Dia membalas dendam terhadap kematian mereka dengan membunuh anak-anak Nabi.

72

Page 73: Sect Comparative In Peshwar Night

Bukti yang lain mengenai kekafirannya adalah apabila dia mengadakan keramaian untuk meraikan syahidnya Imam Husain, dia menyampaikan rangkap kata seperti orang yang tidak beragama dari Abdullah bin Uzza Ba’ri. Sibt Ibn al-Jawzi, Abu Raihan dan yang lainnya telah menulis bahawa Yazid berharap yang keturunannya dapat hadir, mereka yang semua adalah kafir jahiliah yang telah terbunuh di Badr atas arahan Nabi. Yazid berkata: ‘Saya berharap mereka dari Bani saya, yang telah terbunuh di Badr, dan mereka yang melihat orang suku Khazraj meraung [di dalam peperangan Uhud] disebabkan oleh tikaman lembing, ada disini. Mereka pasti akan bersorak memuji saya dengan kuat dan berkata: ‘Wahai Yazid, semoga tanganmu tidak lumpuh, kerana kamu telah membunuh ketua Banunya [Banu Nabi]. Saya melakukannya sebagai membalas dendam untuk Badr, yang mana kini telahpun selesai. Bani Hashim hanya bermain dengan kerajaan. Tidak ada pengkhabaran dari Allah dan tidak juga wahyu yang disampaikan. Saya bukanlah dari keturunan Khandak jika saya tidak menuntut dendam terhadap keturunan Nabi. Kami menuntut dendam diatas mereka yang dibunuh oleh Ali dengan membunuh anak-anaknya.’

SEKATAN OLEH ULAMA PADA MENGUTUK YAZID.

Kebanyakkan dari ulama kamu menganggap Yazid sebagai kafir. Bahkan Imam Ahmad bin Hanbal dan banyak lagi ulama kamu yang terkenal telah mensarankan bahawa kutukan terhadap Yazid perlu dilafazkan. Abdur-Rahman Abul-Faraj bin Jauzi telah menulis sebuah buku dalam bab ini, ‘Kitabul-Radd Alal-Muta’asibul-Anidul-Mani’an-La’n li Yazid La’natullah.’ Hanya sebahagian kecil dari ulama kamu yang fanatik, seperti Ghazali telah menyebelahi Yazid dan telah merekakan bantahan yang melucukan [amat bodoh] di dalam membelanya. Bagaimanapun kebanyakkan dari ulama kamu telah mengakui ketiadaan agama, dan tabiat zalimnya. Sebagai Khalifah dinegara Islam, Yazid cuba mengenepikan agama. Mas’udi, di dalam bukunya ‘Murujuz-Dhahab’ , j ilid II, telah berkata bahawa Yazid seperti Firaun, tetapi Firaun lebih adil kepada rakyatnya dari Yazid. Pemerintahan Yazid telah memalukan nama Islam. Kajahatannya termasuk minum arak, membunuh cucu Nabi, mengutuk keturunan Nabi, Ali, merosakkan rumah Allah [Baitullah], dan pembunuhan beramai-ramai. Dia telah melakukan segala larangan Allah, dan juga dosa-dosa yang tidak terampunkan.

Nawab : Bagaimanakah Yazid bertanggong jawab terhadap pembunuhan beramai-ramai?

Shirazi: Kebanyakkan ahli sejarah telah menyatakan fakta ini. Sibt Ibn al-Jawzi dalam ‘Tadhkirah’ nya ms 63, berkata bahawa sebahagian penduduk Madinah pergi ke Syria pada tahun 62 Hijrah. Apabila mereka mengetahui perbuatan Yazid yang menyalahi agama [berdosa], mereka pulang ke Madinah dan memutuskan baiah [janji setia] dengan Yazid, mengutuknya, dan mengusir Gabenornya, Uthman bin Abu Sufyan. Abdullah bin Hanzalla [Ghusilul-Malaikat] berkata: ‘Wahai

73

Page 74: Sect Comparative In Peshwar Night

manusia, kami tidak memberontak terhadap Yazid sehingga kami mengesahkan bahawa dia adalah orang yang tidak beragama. Dia membunuh keturunan Nabi, secara t idak sah bersekedudukan dengan para ibu, anak-anak perempuan, adik-adik perempuan, minum arak, dan tidak mendirikan salat.’

Apabila pengkhabaran ini sampai kepada Yazid, dia telah menghantar angkatan tentera Syria yang besar dibawah pimpinan Muslim bin Uqbah terhadap penduduk Madinah. Pembunuhan terhadap muslim Madinah berterusan selama tiga hari . Pasukan Yazid membunuh 700 orang ternama Quraish, Muhajir dan Ansar dan 10 000 orang awam. Saya merasa malu untuk menyatakan bagaimana orang-orang muslim telah dihina. Saya akan menyebutkan hanya satu rangkap dari ‘Tadhkirah’ pada ms 163, oleh Sibt Ibn al-Jawzi, yang dilaporkan oleh Abul-Hasan Mada’an: ‘Setelah pembunuhan beramai-ramai terhadap penduduk Madinah, 1 000 anak dara Madinah telah melahirkan bayi.’

HARUSKAH YAZID DIKUTUK?

Sheikh: Ini semua menunjukkan kepada dosanya. Dosa boleh diampunkan dan boleh dikawal, dan Yazid ada menunjukkan tanda-tanda bertaubat. Allah yang maha Pengampun, telah mengampunkannya. Maka mengapa kamu selalu mengutuknya dan mengatakan dia zalim?

Shirazi: Sebahagian peguam terus akan berhujah kes anak guamnya sehingga kesaat terakhir, kerana mereka telah mendapat bayaran upahnya, walaupun mereka tahu benar akan kedudukan kes tersebut. Tetapi saya gagal untuk memahami, mengapa kamu begitu minat pada mempertahankan Yazid, setelah mengetahui pembunuhannya terhadap keturunan rasul, pembunuhannya terhadap penduduk Madinah. Lebih-lebih lagi pengakuan kamu bahawa dia telah menunjukkan sebagai telah bertaubat t idak terbukti. Tidakkah penolakkannya terhadap prinsip Islam yang utama, Hari Kebangkitan, wahyu, kerasulan, ini telah cukup untuk membolehkan pada kutukan kami? Tidakkah Allah telah mengutuk orang yang zalim? Jika hujah ini tidak mencukupi bagi peguam Yazid bin Muawiyah, saya akan, dengan izin kamu, menyebutkan dua Hadis dari ulama kamu yang terkenal.

Bukhari dan Muslim dalam Sahih , Allamah Samhudi di dalam Tarikh-Madinah ; Abul-Faraj Ibn al-Jawzi di dalam Kitabu’r-Radd Ala’l-Muta’asibu’l-Anid , Sibt Ibn al-Jawzi di dalam Tadhkirah Khawasul-Ummah , Imam Ahmad Bin Hanbal di dalam Musnad dan yang lain, menyebut dari Nabi sebagai berkata: ‘Jika sesiapa menakut-nakutkan dan menindas penduduk Madinah, Allah akan mengemparkan mereka [i .e. pada Hari Pengadilan] Dia akan dikutuk oleh Allah, oleh Malaikat dan juga segala makhluk. Dan pada Hari Pengadilan, Allah t idak akan menerima segala amalannya.’

74

Page 75: Sect Comparative In Peshwar Night

Nabi juga telah berkata: ‘Kutukan atas mereka yang telah mengemparkan kota saya [penduduk Madinah]’ Tidakkah penyembelihan beramai-ramai telah menakut dan mengemparkan penduduk Madinah? Jika ya, maka terimalah bersama dengan Nabi, Malaikat dan segala makhluk bahawa penjenayah yang kejam itu perlu dikutuk dan terus dikutuk sehingga ke Hari Pengadilan.

Kebanyakkan ulama kamu telah mengutuk Yazid. Abdullah Bin Muhammad Bin Amir Shabrawi al-Shafii dalam ‘ Kitabu’l-Ittihaf bi Hubbi’l-Ashraf Raji’ bi La‘ni Yazid’ , halaman 20, menulis bahawa apabila nama Yazid disebut dihadapan Mulla Sa’ad Taftazani, dia berkata: ‘Kutukan terhadap dirinya dan para sahabat dan penolongnya.’ Allamah Samhudi di dalam bukunya ‘ Jawahirul-Iqdain’ telah dilaporkan sebagai berkata: ‘Para Ulama dengan serentak secara umum telah mengizinkan untuk mengutuk mereka yang telah membunuh Imam Husain, yang mengarahkan pembunuhan terhadapnya, atau yang mengalu-alukan terhadap pembunuhannya, atau yang bersetuju terhadap pembunuhannya.’

Ibn al-Jawzi, Abu Ya’la dan Salih bin Ahmad, berhujah dari ayat al-Quran telah menulis bahawa: ‘Telah dibuktikan bahawa mengutuk Yazid adalah dibenarkan. Adalah menjadi tanggong jawab semua Muslim untuk mengetahui hak Imam Husain yang ada atas mereka, dan bagaimana, dengan penanggongan terhadap segala penderitaan dari penindasan dan kezaliman, beliau telah menyirami pokok Islam dengan darah beliau sendiri dan darah keluarganya. Jika tidak pokok rahmat [Islam] mungkin akan mati disebabkan kezaliman oleh Bani Umayyah. Imam Husain telah memberikan Islam sebuah kehidupan yang baru.’

Sungguh begitu amat dikesali, sepatutnya kita menghargai khidmat manusia yang suci ini terhadap Islam, sebaliknya kamu membangkitkan bantahan terhadap penziarah yang menziarahi makam mereka, dan mengelar penziarah tersebut sebagai penyembah orang yang mati. Kami kerap membacanya, di tengah-tengah ibu negara seperti Paris, London, Berlin dan Washington di sana terdapat kuburan-kuburan bagi menghormati ‘pahlawan yang tidak dikenali.’ Telah dikata bahawa, mereka ini telah menderita kekejaman dari pihak musuh dan dalam mempertahankan negara, mereka mengorbankan dirinya. Tetapi t idak terdapat sebarang tanda pada badan, atau pakaian untuk menunjukkan keluarganya atau bandarnya. Kerana dia telah mengorbankan dirinya di dalam mempertahankan negaranya, walaupun dia t idak dikenali , dia masih mendapat penghormatan. Apabila seorang raja atau orang kenamaan datang melawat ke kota itu, dia datang menziarahi kepada kuburan pahlawan yang tidak dikenali dan meletakkan kalongan bunga padanya. Pahlawan yang tidak dikenali mendapat penghormatan yang sebegitu tinggi, tetapi saya amat kesal, sepatutnya kita menghormati penziarah yang melawat makam muslim yang ulama dan warak sebaliknya kita mengkritik mereka. Sebahagian dari mereka menghafal seluruh al-Quran. Mereka mengorbankan diri demi mempertahankan

75

Page 76: Sect Comparative In Peshwar Night

Islam. Manusia ini termasuklah yang diamanahkan oleh Allah, Rasul dan keturunan baginda.

PEMBONGKARAN KUBURAN

Sebenarnya sebahagian Muslim telah meruntuhkan kuburan yang sedemikian dan membuat teh di atas peti yang diletakkan di atas kuburan tersebut!! Tragedi sedemikian telah berlaku pada tahun 1216 Hijrah pada hari perayaan Ghadir [Eidil-Ghadir], apabila kebanyakkan dari penduduk Karbala pergi ke Najaf untuk ziarah. Pihak Wahabi Najaf telah menyerang Karbala dan membunuh para Syiah. Mereka memunahkan segala kuburan, orang-orang yang telah mengorbankan diri untuk Islam. Lebih kurang 5 000 penduduk Karbala terbunuh, termasuk ulama, yang tua, wanita, dan juga kanak-kanak. Perbendaharaan Imam Husain dipecahkan dan segala yang berharga dirampas. Peti yang diatas pusara dibakar dan teh telah disediakan diatasnya. Malanglah bagi Muslim yang sedemikian!!!

Betapa sedihnya kejadian yang sedemikian, di dalam semua negara yang bertamadun kuburan raja-raja, para intelek, dan malah pahlawan yang tidak dikenali dihormati, tetapi Muslim, yang diharapkan untuk menunjukkan cara pemikiran yang lebih baik terhadap pemuliharaan makam-makam mereka yang kita sanjungi, sebaliknya telah memusnahkan kesemuanya seperti pengganas. Di Mekah dan Madinah, puak Wahabi telah menghancurkan makam syuhada’ Uhud, termasuklah makam Hamzah, kaum kerabat Nabi seperti Abdul-Muttalib, Abdullah dan lain-lainnya. Mereka juga menghancurkan makam keluarga Nabi, anaknya, seperti Imam Hasan, Imam Zainul-Abidin, Imam Muhammad Baqir, Imam Jaafar Sadiq, Fatimah anak perempuan Nabi, dan banyak lagi dari Bani Hashim dan juga para ulama yang terkenal. Malangnya mereka masih mengelar diri mereka Muslim. Ya sudah tentu mereka telah mendirikan pusara yang besar untuk raja-raja dan orang kenamaan mereka.

Yang sebenarnya bahawa ulama dari kedua-dua golongan telah menyatakan dari banyak Hadis yang mengajak kita pada menziarahi kuburan awlia, supaya makam tersebut akan terselamat dari kemusnahan. Nabi sendiri menziarahi kuburan para awlia dan berdoa kepada Allah untuk keselamatan mereka.

KETURUNAN NABI ADALAH SYUHADA DI JALAN ALLAH DAN HIDUP

Apakah kamu fikir bahawa keluarga Nabi yang suci yang telah mengorbankan diri mereka di dalam jalan agama, tidakkah mereka syahid? Jika kamu katakan bahawa mereka bukan syuhada, apakah hujah kamu? Jika mereka adalah syuhada, bagaimana kamu katakan mereka telah ‘mati’? Al-Quran mengatakan:

76

Page 77: Sect Comparative In Peshwar Night

‘Mereka hidup dan mendapat rezeki dari tuhannya..’ [Surah ali ‘Imran 3:169].

Maka mengikut al-Quran dan Hadis, mereka yang suci ini hidup. Maka kami t idaklah menyembah yang mati. Kami tidak memberi salam pada yang mati , kami memuji yang hidup. Dan tidak ada Syiah, yang intelek dan yang tidak, menganggap mereka sebagai penghapus masalah. Kami menganggap mereka sebagai hamba Allah yang paling takwa dan cara untuk berdamping kepada-Nya. Kami letakkan keinginan kami kepada Imam-imam kami yang adil supaya mereka dapat merayu kepada Allah untuk menunjukkan belas kasihannya kepada kami. Apabila kami katakan, O Ali, tolonglah kami,’ ‘Husain, tolonglah kami.’ Ia adalah seumpama seseorang mahu berjumpa dengan raja. Kita BOLEH pergi berjumpa perdana menteri meminta pertolongan. Kita pastinya TIDAK menganggap perdana menteri kepada raja sebagai punca terakhir untuk menghapuskan masalah [hanya raja sahaja yang berkuasa]. Tujuan utama kita hanya untuk sampai kepada raja melalui mereka oleh kerana kemuliaan dan kedudukan mereka, maka mereka dengan mudah dapat bertemu raja. Syiah tidak menganggap keturunan Nabi sebagai sekutu di dalam segala t indakan Tuhan, kami menganggap mereka hamba yang paling bertakwa.

KEDUDUKAN IMAM-IMAM YANG MAKSUM

Oleh kerana mereka adalah wakil Allah, mereka menyampaikan kehendak yang berdoa kepada-Nya. Jika permintaan itu layak; Dia menerimanya. Jika tidak Dia akan menggantikannya di hari akhirat . Satu perkara yang tidak harus ditinggalkan tanpa diberikan penerangan adalah: Syiah mengakui kedudukan para Imam yang maksum lebih tinggi dari segala syuhada Islam.

Hafiz: Kenyataan itu memerlukan penjelasan. Apa perbezaan diantara Imam kamu dengan Imam yang lain melainkan mereka mempunyai pertalian dengan Nabi?

Shirazi: Jika kamu lihat pada kedudukan para Imam, kamu akan dapat melihat dengan jelas perbezaan fahaman tentang maksud Imam yang dipegang oleh Syiah dan Sunni.

77

Page 78: Sect Comparative In Peshwar Night

SESSI KEEMPAT(Malam Ahad, 26 Rejab 1345 Hijrah)

PERBINCANGAN MENGENAI PARA IMAM

Shirazi: Kamu orang yang dihormati tentu sedar akan perkataan ‘Imam’ mempunyai banyak pengertian. Secara lisan ia bermana ‘ketua’ Imam-e-Jamaat’ bererti ‘orang yang menjadi ketua di dalam salat berjamaah’ Dia boleh juga menjadi ketua bagi manusia di dalam politik atau perkara agama. Imam al-Jum‘at bererti ketua salat jumaat. Maka, Sunni, pengikut keempat mazhab, memanggil ketua mereka ‘Imam’, seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Shafii , Imam Hanbal. Ahli agama dan perundangan ini adalah pemimpin mereka dalam perkara agama, dan mereka ini telah membentangkan undang-undang agama berasaskan dari penyelidikan atau dari penghuraian mereka sendiri mengenai apa yang diperbolehkan bagi segala amalan. Begitu juga, apabila kami mempelajari buku-buku perundangan keempat-empat Imam ini, kami dapati banyak perbezaan diantara mereka mengenai asas keimanan dan cara-cara amalan terhadap agama.

Begitu juga, setiap golongan mempunyai pemimpin mereka sendiri, dan di kalangan Syiah ulama dan pakar perundangan memegang kedudukan yang sama. Dengan ghaibnya Imam yang hidup pada masa kini, mereka yang bertaraf mujtahid mengeluarkan perundangan berasaskan pengetahuan mereka dari al-Quran, kata-kata Sahih dari Nabi, dan para Imam yang terpilih. Tetapi kami tidak memanggil mereka Imam kerana keImamahan adalah kepunyaan ekslusif kepada 12 orang keturunan Nabi. Ada satu lagi perbezaan. Sunni kemudiannya telah menutupkan pintu i jtihad. Dari abad kelima Hijrah, apabila dengan perintah raja [Khalifah], pendapat yang digubal oleh ulama dan semua perundangan telah dikumpul, maka apa yang dikatakan sebagai ‘Imam’ telah dihadkan kepada ‘empat Imam’, dan maka empat mazhab [Hanafi,

78

Page 79: Sect Comparative In Peshwar Night

Maliki, Shafii, dan Hanbali] telah diasaskan. Manusia telah dipaksa mengikuti satu daripadanya, sebagaimana yang kamu amalkan sekarang. Tidak diketahui atas dasar apa mengikuti satu Imam itu lebih digalakkan. Apakah ciri-ciri yang ada pada Imam Hanafi yang tidak dimiliki oleh Imam Maliki? Apakah ciri-ciri yang ada pada Imam Shafii yang tidak dimiliki oleh Imam Hanbali? Dan jika dunia Islam dipaksa untuk menghadkan pada mengikuti satu dari empat mazhab, maka kemajuan bagi ummah [komuniti] Islam akan terhalang sepenuhnya, walaupun Islam mengajarkan kepada kita supaya kita terus maju bersama masa. Untuk melakukan ini kita perlu kepada petunjuk dari para ulama [ilmuan]. Terdapat banyak perkara yang mana kita t idak seharusnya mengikuti keputusan hukuman mujtahid yang telah mati . Maka kita harus mengadap kepada mujtahid yang hidup untuk mendapat bimbingan pertunjuk. Banyak para mujtahid yang dilahirkan di antara kamu kemudiannya, yang mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi dari mereka yang berempat (Imam). Saya t idak tahu mengapa keutamaan diberi kepada yang empat, dan tidak ada yang lain, hanya mereka saja perlu diikuti, dan kebenaran bagi orang yang lain diabaikan. Di dalam perundangan Syiah, terdapat mujtahid pada setiap masa sehinggalah keluarnya Imam yang suci pada zaman kita. Pada permasalahan yang baru t imbul, kita tidak boleh ikut keputusan mujtahid yang telah tiada.

MENGHADKAN KEPADA EMPAT MAZHAB TIDAK MEMPUNYAI SEBARANG ASAS

Adalah aneh bahawa kamu mengelar Syiah pembuat bidaah dan penyembah orang mati. Kami mengikuti arahan 12 Imam, keturunan Nabi. Bagaimanapun, tidaklah diketahui atas dasar apa kamu cuba untuk memaksa Muslim mengikuti Ashari atau Mutazilah dalam perkara usul [tawhid] dan salah satu dari empat Imam di dalam perkara amalan agama [furuk]. Sesiapa yang tidak mengenali mereka dikatakan Rafidi. Oleh kerana Abul-Hasan Ashari, Abu Hanifah, Malik bin Anas, Muhammad bin Idris Shafii dan Ahmad bin Hanbal adalah sama seperti ulama dan perundangan Muslim yang lain dan oleh kerana tidak ada arahan dari Nabi untuk kita mengikuti mereka, pengkhususan untuk mengikuti mereka adalah bidaah, apa yang akan kamu katakan sebagai jawapan?

Hafiz: Oleh kerana keempat Imam ini memiliki tahap ketakwaan yang tinggi kepada Allah, warak, adil dan berwibawa bersama dengan pengetahuan perundangan yang luas, makanya telah menjadi kewajiban bagi kita untuk mengikuti mereka.

Shirazi: Secara logik kami tidak menghadkan diri kami kepada mengikuti mereka sahaja. Banyak lagi dari ulama kamu yang mempunyai kualiti yang sama ini. Menghadkan pada mengikuti mereka sahaja adalah satu penghinaan terhadap ulama lain yang sama meritnya. Kita t idak boleh dipaksa pada mengikuti seseorang atau sesiapa saja tanpa kuasa arahan dari Nabi. Tidak ada arahan yang sedemikian

79

Page 80: Sect Comparative In Peshwar Night

mengenai Imam yang berempat kamu. Maka bagaimana kamu boleh menghadkan agama kepada mazhab yang empat ini?

SYIAH DIBANDINGKAN KEPADA MAZHAB YANG EMPAT

Hanya beberapa malam yang lalu kamu memanggil golongan Syiah ‘polit ik’, dan mengatakan yang ia tidak ujud dimasa hayat Nabi – bahawa ia muncul masa Khalifah Uthman – adalah haram untuk mengikuti mereka. Pada malam selepas semalam, kami telah buktikan yang Syiah telah ujud pada masa hayat Nabi dan juga atas arahan baginda. Ketua bagi Syiah, Amirul Mukminin, Ali , telah dibesarkan dan dididik oleh Nabi semenjak dari kecil dan menerima pengetahuan agamanya dari Nabi sendiri . Menurut dari rekod di dalam buku kamu yang sahih, Nabi memanggil beliau pintu kota ilmu. Baginda dengan jelas mengatakan: ‘Patuh kepada Ali adalah patuh kepada saya, dan patuh kepada saya adalah patuh kepada Allah.’ Di dalam kumpulan 70 000 manusia, baginda melantik beliau sebagai Amir dan Khalifah dan mengarahkan semua Muslim, termasuk Umar dan Abu Bakar, untuk memberikan baiah kepada beliau.

Tetapi sebaliknya telah tidak diketahui bagaimana mazhab yang empat kamu telah diujudkan, ataupun yang mana satu dari keempat Imam kamu yang pernah bertemu dengan Nabi, ataupun sama ada terdapat pengesahan yang telah dilaporkan dari Nabi mengenai mereka yang akan menerangkan mengapa umma Islam harus dipaksa pada mengikuti mereka.

Tanpa sebarang alasan yang nyata kamu telah mengikuti orang-orang kamu yang terdahulu, yang tidak pernah memberikan apa-apa alasan terhadap ‘keimamahan’ mereka, melainkan bahawa mereka adalah mujtahid, orang yang berpengetahuan dan warak. Tetapi, tidakkah semua kualit i tersebut ada pada tahap yang tertinggi di dalam diri keturunan Nabi, maka tidakkah wajib bagi kita pada mengikuti mereka? Adakah mazhab [perundangan] ini yang tidak mempunyai pertalian dengan Nabi, bidaah, atau kumpulan perundangan yang diasaskan oleh Nabi dan dipimpin oleh keturunannya bidaah? Dalam cara yang sama, terdapat sebelas lagi Imam yang mengenai mereka terdapat Hadis yang lain yang menunjukkan bahawa mereka adalah sama setaraf al-Quran. Di dalam Hadis al-thaqalain dengan jelas telah diperkatakan: ‘sesiapa yang berpegang teguh pada kedua ini akan selamat, dan sesiapa menjauhkan diri dari mereka akan sesat.’ Di dalam Hadis al-safinah Nabi berkata: ‘Sesiapa yang menjauhkan diri dari mereka akan lemas dan binasa.’ Ibn Hajar di dalam ‘ Sawa‘iq [Bab al-Wasiyyatun Nabi , ms 135] menyebutkan Hadis dari Nabi yang berbunyi: ‘Al-Quran dan keturunan ku adalah amanah ku, j ika kamu berpegang kepada mereka kamu tidak akan sesat.’

Di dalam menyokong ini, Ibn Hajar menyebutkan Hadis yang lain dari Nabi mengenai al-Quran dan keturunannya yang suci: ‘Janganlah melampaui batasan al-Quran dan keturunan ku; janganlah mengabaikan

80

Page 81: Sect Comparative In Peshwar Night

mereka. Jika tidak kamu akan binasa. Dan janganlah mengajar keturunan ku kerana mereka lebih mengetahui dari kamu.’

Selepas i tu, Ibn Hajar mengulas bahawa Hadis yang diatas membuktikan bahawa keturunan Nabi adalah lebih utama dari semua yang lain dalam pengetahuan dan menyampaikan tanggong jawab agama.

KEEMPAT-EMPAT IMAM TELAH MENGISTIHARKAN DIANTARA SATU SAMA LAIN SEBAGAI KAFIR

Adalah amat menakjubkan bahawa, keturunan Nabi adalah yang paling unggul dari segala manusia yang lain, Sunni masih mengikuti Abul-Hasan Ashari di dalam asas tawhid Islam dan keempat Imam di dalam amalan agama bahagian furuk. Pada mengikuti jalan sebegini, t idak lain hanyalah disebabkan oleh kesombongan dan kefanatikan. Dan walaupun jika kita katakan apa yang awak nyatakan itu benar, bahawa keempat Imam kamu berhak terhadap kesetiaan kamu kerana mereka terpelajar dan warak, jadi mengapa setiap mereka menuduh diantara satu sama lain sebagai kafir?

Hafiz: Kamu amat kejam. Kamu sebut apa saja yang datang pada fikiran kamu. Kamu menghina Imam kami. Kenyataan itu adalah dusta. Jika ada apa-apa yang telah diperkatakan terhadap mereka, ia adalah dari ulama Syiah. Dari pihak kami tidak ada apa yang diperkatakan terhadap mereka. Kami telah menunjukkan tanda hormat terhadap mereka.

Shirazi: Kelihatan seperti kamu tidak membaca buku ulama kamu. Ulama kamu yang terkenal telah menulis buku mengenai penolakkan mereka. Bahkan keempat-empat Imam saling menuduh satu sama lain sebagai melanggar syariat Tuhan.

Hafiz: Siapakah ulama itu? Apakah kenyataan mereka?

Shirazi: Sahabat Abu Hanifah , Ibn Hajar [Ali bin Ahmad Andalusi, mati dalam tahun 456 Hijrah] dan yang lainnya telah selalu mencela Imam Malik dan Muhammad bin Idris al-Shafii. Begitu juga sahabat Imam Shafii, seperti Imam al-Haramain, Imam Ghazali dan lainnya telah mengutuk Abu Hanifah dan Malik. Biar saya tanya kepada kamu sesuatu: apakah jenis manusia Imam Shafii tu, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali dan Jarullah Zamakhshari?

Hafiz: Mereka adalah ahli perundangan, ulama, orang yang warak dan Imam kami.

ULAMA SUNNI MENCELA ABU HANIFA

Shirazi : Imam Shafii berkata: ‘Tidak ada yang dilahirkan, orang paling terkutuk di dalam Islam dari Abu Hanifah.’ Dia juga berkata: ‘Saya

81

Page 82: Sect Comparative In Peshwar Night

lihat dalam buku sahabat Abu Hanifah, dan saya dapati di dalamnya 130 masalah mengandungi perkara yang bertentangan dengan al-Quran dan juga Hadis.’

Abu Hamid Ghazali di dalam bukunya Manqul fi ilmil-Usul telah berkata: ‘Yang sebenarnya Abu Hanifah merubah etika agama, menjadikannya meragukan, merobah susunannya, dan mencampur-adukkan perundangannya dengan suatu cara di mana etika yang disebutkan oleh Nabi telah berubah keseluruhannya. Seorang yang melakukannya dengan sengaja dan menganggapnya dibolehkan adalah kafir. Seorang yang melakukannya dengan pengetahuan bahawa ia adalah haram maka berdosa.’ Menurut i lmuan yang terkenal ini [Imam Ghazali], Abu Hanifah sama ada kafir atau pembuat dosa. Banyak bukunya yang lain mengutuk Abu Hanifah. Jarullah Zamakhshari, pengarang Tafsir al-Kashshaf dan juga seorang ulama yang warak, telah menulis di dalam Rabiul Abrar bahawa Yusuf bin Asbat berkata: ‘Abu Hanifah menolak paling kurang 400 Hadis Nabi Islam.’ Ulasan Yusuf adalah: Abu Hanifah berkata: ‘Jika rasul Islam mengenali saya, dia pasti akan menerima kebanyakkan dari kata-kata saya.’

Ulama kamu telah membuat krit ikan yang sama kepada Abu Hanifah dan ketiga-tiga Imam yang lain. Ia boleh dijumpai di dalam tulisan Ghazali berjudul Mutahawwal ; Shafii , Nuqtush-Sharifa ; Zamakhshari Rabiul-Abrar ; dan Ibn al-Jawzi, al-Muntazim .

Imam Ghazali berkata di dalam buku Mutahawwal : ‘Terdapat banyak kesalahan dalam kerja-kerja Abu Hanifah. Dia tidak punya pengetahuan di dalam ilmu etimologi [i lmu asal usul perkataan], nahu ataupun Hadis.’ Dia juga menulis: ‘Oleh kerana dia tidak punya ilmu Hadis, dia banyak bergantung kepada qiyasnya sendiri. Yang pertama bertindak di atas qiyas adalah syaitan.’

Ibn al-Jawzi menulis di dalam Muntazim , ‘Semua ulama bersatu di dalam mengutuk Abu Hanifah. Terdapat t iga kategori pada krit ikan yang sedemikian; satu kumpulan berpendapat bahawa kepercayaannya di dalam asas-asas Islam tidak kukuh; yang lain berkata bahawa dia tidak punya daya ingatan yang kuat dan tidak boleh mengingati Hadis; dan yang ketiga percaya bahawa dia bertindak mengikut qiyas dan pendapatnya selalu bertentangan dengan Hadis yang benar.’

Ulama kamu sendiri telah mengkritik imam kamu. Ulama Syiah tidak mengatakan apa-apa mengenai mereka, melainkan apa yang ulama kamu telah katakan.

Dan sebaliknya, tidak ada perbezaan pendapat diantara ulama Syiah mengenai kedudukan 12 Imam. Kami menganggap para Imam yang suci adalah murid pada pengajian yang sama. Imam-Imam ini – kesemua mereka – bertindak mengikut perundangan Tuhan yang mana Rasul terakhir telah berikan kepada mereka. Mereka t idak pernah bertindak mengikut kias atau pembaharuan yang dibolehkan. Apa yang mereka

82

Page 83: Sect Comparative In Peshwar Night

kata atau laksanakan sealiran dengan apa yang dikatakan oleh Nabi. Makanya tidak ada sebarang perbezaan diantara mereka.

IMAM MENURUT SYIAH BERERTI WALI [WAZIR] KEPADA ALLAH

Menurut dari difinasi yang telah diberikan oleh ulama, Imam atau wali kepada Allah, adalah satu dari asas-asas Islam. Kami percaya bahawa Imam adalah wali bagi Allah terhadap segala makhluk dan Khalifah al-Rasul [pengganti bagi Rasul] untuk dunia ini dan juga akhirat. Maka adalah wajib bagi semua manusia untuk mengikuti prinsipnya di dalam semua perkara, keduniaan dan juga kerohanian.

Sheikh: Adalah lebih baik jika kamu tidak mengisytiharkan secara mutlak bahawa Imam termasuk di dalam asas kepada keimanan, oleh kerana ulama Islam yang termashur telah menafikan. Ia hanya termasuk di dalam bahagian cabang amalan pada iman. Ulama kamu yang telah memasukkannya ke dalam asas (pokok) agama.

Shirazi: Kenyataan saya tidak tertakluk kepada Imami Syiah sahaja. Bahkan ulama kamu yang ulung mempunyai kepercayaan yang sama. Seorang daripadanya adalah pengulas yang termashur, Kadi Baidawi, yang telah berkata di dalam bukunya Minhajul Usul berhubung dengan perbincangan pada sebutan Hadis: ‘Imam adalah satu dari asas prinsip Iman, yang mana penafian dan penentangan terhadapnya akan membawa kepada bidaah dan kafir.’

Mulla Ali Qushachi berkata di dalam Syarhal-Tajrid , ‘Imami adalah wali Allah yang umum bagi urusan dunia dan agama, serperti juga Khalifah Rasul.’ Dan Kadi Ruzbahan, seorang ulama kamu yang amat fanatik, menunjukkan kepada erti yang sama. Dia berkata: ‘Imami, menurut pengikut Abul Hasan Ashari, adalah wali [wazir] Nabi pada mengasaskan keimanan dan memelihara kepentingan Ummah Muslim. Adalah menjadi tugas semua pengikut untuk mematuhi apa yang dikata.’ Jika Imami bukanlah sebahagian dari rukun Iman, Nabi tidak akan berkata bahawa: ‘Sesiapa yang mati , dengan tidak mengetahui siapakah Imamnya zamannya itu, matinya sebagai seorang jahiliah.’

Ini telah disebutkan oleh ulama kamu yang terkenal, seperti Hamidi di dalam Jami’ Baina al-Sahihain dan Mulla Asad Taftazani di dalam Syarhal-Aqaid al-Nasafi . Dengan tidak mengetahui satu cabang dari amalan keimanan, tidaklah sama seperti yang jahil, sebagaimana yang telah dikata oleh Baidawi mengenai t idak mengetahui pada asas Iman, umum kejahilan terhadapnya [asas-asas iman] boleh membawa kepada kekafiran

Maka, Imamah adalah satu dari asas Iman dan yang melengkapi peringkat tugas Nabi [yang menyampaikan]. Makanya terdapat perbezaan yang besar pada konsep Imami kami dan yang difahami [diterjemahkan] oleh kamu. Kamu memanggil ulama kamu Imam,

83

Page 84: Sect Comparative In Peshwar Night

seperti Imam Azam dan Imam Malik. Tetapi ini hanya secara pengertian lisan. Kami juga menggunakan istilah Imam-e-Jamaah, Imam-e-Jamaat. Maka akan ada ratusan Imam dalam satu masa, tetapi pengertian teknikalnya dimana kami gunakan perkataan ‘Imam’ ia bererti wali Allah. Dalam pengertian ini hanya terdapat seorang sahaja Imam pada satu masa. Kualiti pengetahuannya yang mulia, keberanian, ketakwaan kepada Allah, dan wara’, semuanya telah di sempurnakan di dalam diri mereka. Dia melebihi dari semua makhluk di dalam semua kemuliaan dan menduduki tempat kema’suman [tidak membuat sebarang dosa]. Dunia tidak boleh berada tanpa Imam yang sedemikian sehingga ke Hari Pengadilan. Imam yang sedemikan unggul mempunyai kedudukan kerohanian yang paling tinggi. Imam yang begini telah ditauliahkan oleh Allah dan dilantik oleh Nabi. Kedudukannya lebih tinggi dari segala makhluk, termasuk para rasul yang terdahulu.

Hafiz : Satu ketika kamu mengutuk Ghalis, dan pada masa yang sama kamu sendiri telah melampui meninggikan para Imam dan menganggap kedudukan mereka lebih tinggi dari para Nabi. Akal yang waras telah menolaknya dan al-Quran juga mengatakan bahawa Nabi telah didudukkan ditempat tertinggi. Kedudukan mereka letaknya diantara dikehadirat ilahi dan yang dijadikan. Oleh kerana kenyataan kamu tidak disokong oleh mana-mana hujah maka ia tidak boleh diterima.

KEDUDUKAN IMAMI ADALAH LEBIH TINGGI DARI KEDUDUKAN NABI YANG UMUM

Shirazi: Kamu belum pun bertanya atas dasar apa saya membuat kenyataan tersebut, dan kamu telah katakan dengan tanpa sebarang hujah. Bukti yang terbaik untuk kenyataan saya adalah al-Quran, yang menyebutkan kisah hidup Nabi Ibrahim, telah mengatakan bahawa, setelah diberikan tiga percubaan [nyawa, harta dan anak], Allah bermaksud untuk meninggikan lagi kedudukannya. Oleh kerana Nabi dan panggilan kalil [rakan] tidaklah mengambarkan kedudukan yang tinggi, maka kedudukan Imami lah sahaja satunya kedudukan yang lebih t inggi yang mana Nabi juga boleh dianugerahkan dengannya. Al-Quran berkata: ‘Dan apabila Tuhannya mencuba Ibrahim dengan perkataan tertentu, dia telah melaksanakannya, Dia berkata:

‘Sesungguhnya Aku akan menjadikan kamu Imam atas manusia.’ Ibrahim berkata: ‘Dan keturunan ku? ‘Janji Ku tidak termasuk mereka yang zalim.’ [Surahal-Baqarah 2:124].

Ayat ini yang menunjukkan kedudukan Imami, juga telah membuktikan darjat Imami lebih utama dari Nabi, kerana kedudukan Nabi Ibrahim telah dinaikkan dari Nabi kepada Imam.

Hafiz: Ini bermakna dari hujah kamu kedudukan Ali adalah lebih utama dari kedudukan Nabi yang akhir. Ini adalah apa yang dipercayai oleh Ghalis, sebagaimana yang kamu sendiri telah katakan.

84

Page 85: Sect Comparative In Peshwar Night

NABI UMUM DAN KHUSUS

Shirazi: Bukanlah itu maksud saya apa yang kamu rumuskan. Sebagaimana yang kamu ketahui, terdapat perbezaan yang besar diantara Nabi yang umum dengan Nabi yang khusus. Darjat Imami lebih tinggi dari kedudukan Nabi yang umum tetapi rendah kepada Nabi yang khusus. Nabi yang akhir adalah yang tertinggi dari Nabi-Nabi yang khusus.

Nawab : Maaf kan saya kerana memotong percakapan. Tidakkah semua Nabi telah dikirimkan oleh Allah? Pastinya mereka berkedudukan yang sama: al-Quran berkata: ‘Kami tidak membezakan diantara mana-mana rasul,’ [2:285] Jadi mengapa kamu membezakan diantara mereka dan membahagi Nabi-Nabi pada 2 kategori , umum dan khusus?

Shirazi: Ya, ayat itu benar pada kontek [hal] yang tertentu. Iaitu, mengenai pada mencapai matlamat kerasulan [yang bermaksud mengajari manusia tentang adanya Allah, Hari Pengadilan, dan latihan terhadap minda] kesemua Nabi dari Adam sehingga kepada Nabi yang akhir, adalah sama. Tetapi mereka berbeza di dalam kualiti mereka, pencapaian dan kedudukan.

PERBEZAAN DI DALAM DARJAT KERASULAN.

Adakah Nabi yang dikirimkan untuk memandu 1 000 manusia sama dengan Nabi yang dihantar untuk memandu 30 000 manusia, atau yang dihantar untuk memandu seluruh makhluk? Kita ambil sebagai contoh, adakah guru darjah satu sama dengan guru darjah empat? Adakah guru kelas atasan sama dengan profesor atau guru universiti? Kesemua tergolong pada pentadbiran yang sama, dan berkerja dibawah program umum yang sama, tujuan mereka untuk mendidik pelajar. Tetapi dilihat pada pengetahuan guru, ia t idaklah sama. Setiap satu berbeza dengan yang lain berdasarkan pembelajaran mereka, kemampuan dan pencapaian. Tetapi dari sudut pandangan tujuan kerasulan, semua Nabi Allah adalah sama. Bagaimanapun kerana perbezaan kedudukan dan pengetahuan, mereka adalah berbeza. Al-Quran berkata:

‘Kami telah jadikan sebahagian dari rasul itu melebihi yang lain; diantara mereka ada kepadanya Allah berkata-kata, dan sebahagian mereka Allah tinggikan dengan darjah yang banyak.’ [Surah al-Baqarah 2:253]

Dari ulama kamu, Jarullah Zamakhshari berkata di dalam bukunya Tafsir al-Kasysyaf bahawa ayat diatas bererti yang Nabi kita lebih utama kedudukannya dari semua yang lain disebabkan penghargaan khusus yang diterimanya,

Yang terpenting beliau adalah rasul yang terakhir.

85

Page 86: Sect Comparative In Peshwar Night

Nawab: Saya gembira kamu telah selesaikan masalah ini, tetapi saya ada satu lagi soalan, walaupun ia tidak berkaitan. Sila beritahu kepada kami apakah karekteristik [ciri-ciri] utama Nabi yang khusus.

Shirazi: Banyak kualit i tertentu pada Nabi yang khusus, dan terdapat banyak hujah pada pembuktian bagaimana satu Nabi daripada mereka semua, adalah Nabi yang khas kepada Allah. Bahkan kedudukan itu menamatkan putaran bagi kerasulan. Tetapi sessi ini t idak diatur untuk membuktikan Nabi Allah kepada Muslim. Jika kita hendak bincangkan tajuk ini sepenuhnya, kita akan menyimpang dari tajuk asal, Imami. Bagaimana pun saya akan bincangkan dengan ringkas.

KAREKTERISTIK [CIRI-CIRI] RASUL KHUSUS

Kesempurnaan manusia bergantung kepada kesempurnaan jiwa. Kesempurnaan moral dan juga kerohanian t idak akan tercapai tanpa kesucian jiwa. Kesucian sebegini adalah mustahil melainkan jika ia dipimpin oleh kekuatan kebijaksanaan. Maka dia akan dapat meningkat tinggi dan lebih t inggi dengan kuasa pengetahuan dan amalan yang betul sehinggalah dia sampai kekemuncak kemanusiaan. Jika ucapan diikuti oleh pengetahuan dan amalan, ini meyerupai pada kejadian di alam ruh, yang mana adalah tempat asal pada kejadian manusia. Apabila ucapannya mencapai ke tahap kesederhanaan dan bebas dari segala benda fizikal [bebas dari pengaruh dunia], ia telah menjadi satu dengan alam ruh. Maka dia akan meninggalkan alam binatang [dunia] dan sampai kekedudukan kemanusiaan yang tertinggi.

Kuasa pertuturan manusia telah menjadikan dia lebih utama dari semua makhluk yang ada. Tetapi terdapat satu syarat tertakluk padanya, iaitu dia membersihkan jiwa dari segala kekotoran dengan pengetahuan dan amalan yang betul. Dua faktor ini di dalam diri manusia adalah seperti sayap kepada burung. Begitu juga darjah kemanusiaan manusia, akan meningkat menurut pengetahuan dan amalannya yang betul. Untuk melepasi kawasan kebinatangan dan untuk sampai kelingkungan kemanusiaan bergantung kepada kesempurnaan jiwanya. Seorang yang menyatukan di dalam dirinya kemantapan pengetahuan dan amalan yang betul dan sampai ketempat yang ketiga dari peringkat manusia [manusia awam, manusia elit, dan yang lebih eli t] telah sampai ke tahap terendah Nabi. Apabila orang itu menjadi perhatian khusus Allah, dia menjadi Nabi. Ya, Nabi juga mempunyai beberapa peringkat. Seorang Nabi boleh sampai kepuncak tertinggi, dikedudukan yang tertinggi dari tiga peringkat i tu. Kedudukan ini adalah yang paling t inggi dilingkungan yang mungkin [dibolehkan]; yang mana kedudukan itu dinamakan Kebijaksanaan Pertama; dan ia adalah Kesan Pertama atau Konsekuen [keselarasan] Pertama. Tidak ada kedudukan yang lebih tinggi dari ini di alam nyata. Tempat ini diduduki oleh Nabi yang terakhir, yang kedua pada tiada, melainkan Penyebab Pertama. Apabila Nabi dinaikkan ketahap tertinggi, kerasulan telah tamat.

86

Page 87: Sect Comparative In Peshwar Night

Imamah adalah satu kedudukan yang rendah dari kedudukan Nabi yang tertinggi, tetapi lebih t inggi dari kedudukan Nabi yang lainnya. Oleh kerana Ali telah dinaikkan kekedudukan yang lebih tinggi dari Nabi dan yang sama dalam keruhanian dengan Nabi Muhammad, dia telah dianugerahkan kedudukan Imam dan makanya lebih utama dari segala Nabi yang terdahulu.

Hafiz: Bahagian akhir dari kenyataan kamu membingungkan. Pertama kamu katakan Ali lebih tinggi dari tahap Nabi; kedua, dia adalah satu dalam keruhanian dengan Nabi Muhammad; ketiga bahawa dia lebih utama dari segala Nabi. Apakah hujah kamu pada membuktikan kebenaran kata-kata kamu?

HUJAH PADA DARJAH RASUL UNTUK ALI DARI HADIS MANZILAH

Shirazi: Bahawa Ali sampai kedarjah keNabian boleh dibuktikan dengan merujuk kepada Hadis manzilah [Hadis mengenai darjah] yang telah diterima semua, disampaikan dengan lebih kurang perkataan yang sama. Rasul yang akhir telah mengulangi beberapa kali diperbagai pertemuan: ‘Tidakkah kamu merasa puas bahawa kamu kepada ku adalah Harun kepada Musa, melainkan bahawa tidak akan ada rasul selepas saya? Dikala yang lain baginda berkata kepada pengikutnya: ‘Ali kepada saya seperti Harun kepada Musa.’

Hafiz: Kesahihan Hadis ini telah t idak dibuktikan. Walaupun jika ia dibuktikan sebagai benar, ia adalah dari satu jalur penyampai dan maka tidak dapat diterima.

KESAHIHAN HADIS MANZILA DARI PUNCA YANG BIASA

Shirazi: Di dalam memberikan keterangan mengenai tulennya Hadis ini, saya akan merujuk buku kamu. Ia bukan dari satu jalur penyampai. Ia telah disahkan oleh ulama kamu yang terkenal, seperti al-Suyuti , Hakim Naisaburi dan lainnya, yang telah membuktikan sebagai yang boleh dipercayai dari punca yang banyak. Sebahagian darinya adalah seperti berikut:

(1) Abu Abdullah Bukhari di dalam Sahih , jil id III, Bahagian Ghazawa, Gazwah Tabuk, ms. 54, dan di dalam bukunya Bad’u’l-Khalq , ms. 180;

(2) Muslim bin Hajjaj di dalam ‘Sahih’, diterbitkan di Mesir, 1290 H., jil id II, di bawah tajuk "Kemuliaan Ali;" ms 236-7;

(3) Imam Ahmad bin Hanbal di dalam ‘ Musnad’, jil id I, "Asas pada Menamakan Husain," ms 98, 118, 119; dan notakaki pada buku yang sama, Bahagian 5, ms 31;

(4) Abu Abdu’r-Rahman Nasa’i di dalam Khasa’isi’l-Alawiyya , ms 19; (5) Muhammad bin Sura Tirmidhi di dalam al-Jami’al-Sahih ; (6) Hafiz Ibn Hajar Asqalani di dalam al-Isabah , jil id II, ms 507;

87

Page 88: Sect Comparative In Peshwar Night

(7) Ibn Hajar al-Makki di dalam Sawa‘iq Muhriqah , Bab 9, ms 30 dan 34,

(8) Hakim Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah Nisaburi di dalam al-Mustadrak , jil id III, ms 109;

(9) Jalaluddin al-Suyuti di dalam Tarikh al-Khulafa’ , ms 65; (10) Ibn Abd Rabbih di dalam Iqdu’l-Farid , jil id II, ms 194; (11) Ibn Abdu’l-Birr di dalam al-Isti’ab , jil id 2, ms 473; (12) Muhammad bin Sa’ad Katib Waqidi di dalam Tabaqatu’l-Kubra ;(13) Imam Fakhru’d-Din Razi di dalam Tafsir Mafatihu’l-Ghaib ; (14) Muhammad bin Jarir Tabari di dalam Tafsir ; begitu juga di dalam

Tarikh ; (15) Sayyid Mu’min Shablanji di dalam Nuru’l-Absar , ms 68; (16) Kamaluddin Abu Salim Muhammad bin Talha Shafi’i di dalam

Matalib al-Su’ul , ms 17; (17) Mir Sayyid Ali bin Shahabu’d-Din Hamadani di dalam

Mawaddatu’l-Qurba , pada bahagian akhir pada dari Mawadda 7;(18) Nuru’d-Din Ali bin Muhammad Maliki Makki, dikenali sebagai Ibn

Sabbagh Maliki, di dalam Fusul al-Muhimmah , ms 23 dan 125;(19) Ali bin Burhanu’d-Din Shafi’i di dalam Siratu’l-Halabiyya , j ilid

II, ms 49; (21) Sheikh Sulayman Balkhi Hanafi di dalam Yanabi’ al-Mawaddah ,(22) Mulla Ali Muttaqi al-Hindi dalam Kanzu’l-Ummal , j ilid VI ms

152-153; (23) Ahmad bin Ali Khatib di dalam Tarikh Baghdad ; (24) Ibn Maghazili Shafi’i di dalam Manaqib ; (25) Muwaffaq bin Ahmad Khawarizmi di dalam Manaqib ; (26) Ibn Athir Jazari Ali bin Muhammad di dalam Usudu’l-Ghabah ; (27) Ibn Kathir Damishqi di dalam Tarikh ; (28) Ala’u’d-Daulah Ahmad bin Muhammad di dalam Urwatu’l-

Wuthqa ;(29) Ibn Athir Mubarak bin Muhammad Shaibani di dalam Jami’ul-

Usul ; (30) Ibn Hajar Asqalani di dalam Tahdhibu’t-Tahdhib ; (31) Abu’l Qasim Husain bin Muhammad Raghib Isfahani di dalam

Muhadhiratu’l-Udaba’ , jil id II ms 212.

Banyak ulama terkenal kamu telah menyampaikan Hadis yang mashur ini dengan sedikit perbezaan di dalam perkataan dari ramai para sahabat Nabi seperti :

(1) Umar bin Khattab, (2) Sa’d bin Abi Waqqas, (3) Abdullah bin Abbas, (4) Abdullah bin Mas‘ud, (5) Jabir bin Abdullah al-Ansari, (6) Abu Hurairah, (7) Abu Sa‘id Khudri, (8) Jabir bin Sumrah, (9) Malik bin Huwairi’s, (10) Bara’ bin ‘Azib,

88

Page 89: Sect Comparative In Peshwar Night

(11) Zaid bin Arqam, (12) Abu Rafi’, (13) Abdullah bin Ubai, (14) Abu Suraihah, (15) Hudhaifha bin Assad, (16) Anas bin Malik, (17) Abu Hurairah Aslami, (18) Abu Ayyub al-Ansari , (19) Sa‘id bin Musayyab, (20) Habib bin Abi Thabit , (21) Sharhbil bin Sa’d, (22) Ummi Salmah (isteri Nabi), (23) Asma’ bint Umais (isteri Abu Bakar), (24) Aqil bin Abi Talib, (25) Mu’awiyah bin Abu Sufyan, dan ramai lagi sahabat yang lain.

Secara ringkas, kesemua mereka telah menyatakan dengan sedikit perbezaan pada perkataan bahawa Nabi berkata: ‘Wahai Ali, kamu kepada ku adalah sebagai Harun kepada Musa, melainkan tidak ada rasul selepas aku.’

Adakah semua ulama yang mashur – dan banyak lagi yang saya t idak nyatakan – tidak mencukupi untuk membuktikan bahawa Hadis ini telah diterima semua sebagai benar? Adakah kamu mengaku sekarang bahawa kamu telah tersalah faham? Oleh kerana kamu menunjukkan atitut keraguan mengenai Hadis ini , kamu haruslah merujuk kepada Kifayatut-Talib f i Manaqib Ali Ibn Abi Talib , Bab 7, disusun oleh Muhammad Yusuf Kanji al-Shafii, adalah seorang ulama yang paling terkenal dari golongan kamu. Setelah menyebut enam Hadis di dalam memuji Ali, pengarang ini mengulas masalah 149 pada Hadis ini sebagai berikut:

‘Ini adalah Hadis yang kesahihannya telah diterima oleh semua. Ia telah disampaikan oleh kebanyakkan Imam dan hafiz al-Quran yang terpelajar, seperti Abu Abdullah al-Bukhari di dalam Sahih , Muslim bin Hujjaj di dalam Sahih , Abu Dawud di dalam Sunan , Abu Isa Tirmidhi di dalam al-Jami’ , Abu Abdu’r-Rahman di dalam Sunan , Ibn Majah Qazwini di dalam Sunan . Kesemua mereka telah mengesahkan kesahihannya. Hakim Naisaburi telah berkata bahawa Hadis ini masuk ketahap kesinanbungan.

Saya harap bahawa saya tidak perlu menambah bukti untuk menunjukkan bahawa Hadis ini tulen.

Hafiz : Saya bukanlah orang yang tidak beragama, maka saya t idak akan menolak hujah kamu yang munasabah, tetapi saya ingin mengambil perhatian kamu kepada kenyataan dari seorang ulama yang ilmuan, Abul-Hasan Amadi, yang telah menolak Hadis ini.

Shirazi: Saya hairan mengapa seorang terpelajar seperti kamu, setelah mendengar pandangan dari ulama kamu yang terkenal, masih

89

Page 90: Sect Comparative In Peshwar Night

memberikan pertimbangan terhadap keterangan dari seorang yang jahat, yang tidak melakukan salat wajib.

Sheikh : Manusia adalah bebas untuk menyatakan apa yang dia percaya. Jika seseorang menyatakan pandangannya, kita tidak seharusnya menghina dia. Adalah tidak wajar bagi kamu untuk menghina dia, selain daripada memberikan jawapan yang logik dari kenyataannya.

Shirazi : Kamu salah faham terhadap diri saya. Saya tidaklah mengkritik seseorang sacara kejam. Saya belumpun dilahirkan semasa hayat Amadi. Ulama kamu yang telah merakamkan bahawa dia adalah orang yang tidak beragama.

Sheikh : Dimana ada ulama kami mengatakan dia tidak beragama?

AMADI TIDAK DIPERCAYAI SEBAGAI PENYAMPAI HADIS

Shirazi : Ibn Hajar Asqalani telah menulis di dalam ‘Lisanul-Mizan’: ‘Saif Amadi Mutakallim Ali bin Abi Ali , seorang pengarang, telah diusir dari Damaskus kerana pandangannya yang tidak beragama, dan adalah benar bahawa dia t idak mendirikan salat .’ Dan Dhahabi, yang juga ulama kamu yang terkenal, menyatakan perkara yang sama di dalam bukunya Mizanul-Itldal . Dia mengatakan bahawa Amadi seorang pembuat bidaah. Jika Amadi bukan seorang jahat dan pembuat bidaah yang tidak beragama, dia tentu tidak membuat catatan yang menghinakan mengenai semua para sahabat Nabi, termasuk Khalifah kamu, Umar bin Khattab [seorang daripada penyampai Hadis tersebut]

Adalah tidak adil kamu menyalahkan Syiah kerana tidak menerima Hadis yang dirakamkan di dalam Sihah (Kitab-kitab Sahih Ahlu Sunnah). Jika Hadis datang dari punca yang sahih, ia diterima, walaupun ia dirakamkan di dalam Kutub Sittah [enam koleksi Hadis dari Sunni]. Tetapi j ika Hadis yang telah diterima, yang telah dirakamkan oleh Bukhari, Muslim dan pengarang Sihah yang lain, telah ditolak oleh Amadi, kamu tidak menjumpai sebarang kesalahan dengannya.

Jika kamu berhajat untuk mengetahui hujah sepenuhnya berkaitan dengan kesahihan dan punca Hadis ini dari ulama kamu sendiri, dan jika kamu bersedia untuk mengutuk manusia seperti Amadi, kamu bolehlah merujuk ji lid-jilid Abaqatul-Anwar , telah ditulis oleh ulama dan pengulas yang ulung, Allamah Mir Sayyid Hamid Husain Dihlawi. Terutama, kamu hendaklah mempertimbangkan Hadis Manzilah, supaya kamu akan tahu bagaimana Allamah Syiah ini telah mengumpulkan punca-punca dari ulama perundangan kamu dan menyediakan pembuktian kesahihan terhadap Hadis-Hadis tersebut.

Hafiz: Kamu katakan bahawa seorang dari penyampai Hadis itu adalah Umar bin Khattab. Saya suka hendak mengetahui lebih mengenainya.

90

Page 91: Sect Comparative In Peshwar Night

PENGESAHAN HADIS MANZILAH OLEH UMAR BIN KHATTAB

Shirazi: Abu Bakar Muhammad bin Jaafarul-Mutiri dan Abul-Laith Nasr bin Muhammad Samarqandi Hanafi, di dalam buku mereka Majalis ; Muhammad bin Abdur-Rahman Dhahabi di dalam Riadun Nazara ; Mulla Ali Muttaqi di dalam Kanzul-Ummal , dan yang lainnya telah menyatakan dari Ibn Abbas sebagai berkata bahawa satu hari Umar bin Khattab berkata: ‘Tinggalkan nama Ali [iaitu, jangan terlalu banyak menghina Ali] kerana saya telah mendengar Nabi berkata, bahawa Ali mempunyai t iga kualiti. Jika saya mempunyai satu dari kualiti i tu, saya akan menghargainya lebih dari apa yang disinari oleh matahari.

Suatu ketika saya, Abu Bakar, Abu Ubaidah al-Jarrah dan beberapa para sahabat yang lain hadir, dan Nabi sedang berehat pada Ali Ibn Abi Talib. Baginda menepuk bahu Ali dan berkata, ‘Ali! Apa sahaja yang berkaitan dengan keimanan, kamu adalah yang pertama dari semua yang beriman, dan apa sahaja yang berkaitan dengan Islam, kamu telah berada di hadapan.’ Kemudian baginda berkata: ‘Ali kamu kepada ku sebagaimana Harun kepada Musa. Dan seorang itu adalah pendusta yang memikirkan dia adalah sahabat saya jika dia bermusuh dengan kamu.’

Adakah diperbolehkan di dalam kepercayaan kamu untuk menolak kenyataan dari Khalifah Umar? Jika tidak, mengapa kamu memberi perhatian kepada kenyataan yang bodoh dari seorang seperti Amadi?

KEDUDUKAN SEORANG PENYAMPAI DI DALAM GOLONGAN SUNNI

Saya belum lagi menjawab kepada satu dari kenyataan kamu. Kamu katakan bahawa Hadis ini adalah yang mempunyai satu penyampai, maka ia t idak boleh diterima. Jika kita katakan yang sedemikian menurut kedudukan orang yang ada dalam pandangan kami, pasti kami merasa wajar. Tetapi ia amat menakjubkan saya untuk mendengarkan perkara sedemikian dari kamu kerana di dalam golongan kamu walaupun seorang penyampai telah mencukupi untuk menunjukkan kebenaran perkara tersebut. Jika sesaorang enggan untuk menerima kesahihan seorang penyampai, orang tersebut menurut ulama kamu adalah kafir. Malikul-Ulema Shahabud-Din Daulatabadi berkata di dalam Hidayatus-Sa‘adah : ‘Jika seorang enggan menerima laporan atau kenyataan dari satu penyampai dan mengatakan bahawa ia t idak boleh diterima, dia adalah kafir. Jika dia mengatakan penyampai yang seorang itu tidak betul, dia telah berdosa, t idak kafir. '

Hafiz: Kita telah menyimpang dari tajuk utama. Sila beritahu kami bagaimana kamu buktikan melalui Hadis Manzilah ini bahawa Ali menduduki darjat Nabi.

SIFAT-SIFAT ALI

91

Page 92: Sect Comparative In Peshwar Night

Shirazi: Hadis ini membuktikan bahawa Ali mempunyai tiga ciri (1) Darjah Nabi; (2) Kedudukan pengganti kepada Nabi dan (3) Kedudukannya lebih utama dari kesemua para sahabat Nabi. Seperti Nabi, pengikut Ali samakan beliau seperti Harun, seorang Nabi, telah dianugerahkan dengan keKhalifahan Musa [pengganti Musa], dan lebih utama dari semua Bani Israel.

Nawab: Adakah Harun seorang Nabi?

Shirazi: Ya

Nawab: Bolehkah kamu nyata satu ayat dari al-Quran di dalam menyokong maksud ini?

Shirazi: Allah menyebutkan kerasulannya di dalam banyak ayat. Dia berkata:

‘Sesungguhnya Kami akan mengwahyukan kepada kamu sebagaimana Kami wahyukan kepada Nuh, dan kepada rasul selepas dia. Kami wahyukan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, dan Yakob dan kaumnya [anaknya], dan kepada Isa, Ayub, Yunus, Harun dan Sulaiman; dan Kami berikan Daud, Zabur.’ [Surah al-Nisa’ 4:163]Dan lagi Dia berkata:

‘Dan disebutkan Musa di dalam kitab; sesungguhnya dia seorang yang disucikan, dan dia adalah rasul dan Nabi. Dan kami panggil dia kesebelah bukit , dan Kami meninggikan dia, berkata-kata dengan Kami. Dan Kami berikan kepada dia dari rahmat kami saudaranya Harun, seorang Nabi.’ [Surah Maryam 19: 51–53].

Hafiz: Maka menurut dari hujah kamu, Muhammad dan Ali keduanya adalah Nabi.

Shirazi: Saya tidak menyatakannya sebagaimana yang kamu sampaikan. Ya, kamu sendiri tahu bahawa terdapat perbezaan pendapat yang besar mengenai berapa ramaikah Nabi yang ada. Sebahagian mengatakan bahawa terdapat 120 000 – atau lebih. Tetapi kesemua mereka di dalam jangka masa mereka telah terbahagi kepada kumpulan dan pengikut kepada Nabi yang utama, yang kepada merekalah kitab Allah telah diwahyukan mengandungi perundangan agama baru. Lima dari mereka adalah Rasul yang utama: Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Nabi yang terakhir Muhammad yang kedudukannya paling tertinggi.

Harun adalah seorang dari Nabi yang tidak kekal atau tersendiri. Dia dibawah syariah [etika agama] abangnya Musa. Ali sampai ketahap

92

Page 93: Sect Comparative In Peshwar Night

Nabi tetapi tidak dinaikkan ke pangkat rasul oleh kerana dia di bawah syariah Muhammad. Di dalam Hadis Manzilah , tujuan Nabi adalah untuk memberitahu manusia bahawa, sebagaimana Harun yang sampai ketahap Nabi tetapi dia adalah di bawah Musa, sebegitulah Ali sampai ketahap Nabi. Imamah telah dianugerahkan kepada beliau, tetapi beliau di bawah Muhammad.

PENTINGNYA KEDUDUKAN ALI

Di dalam ulasannya pada Nahjul Balaghah , Ibn Abil-Hadid berkata di dalam hubungan dengan Hadis ini bahawa dengan menyebutkan darjat Harun di dalam perbandingan dengan Musa, Nabi menunjukkan bahawa Ali Ibn Abi Talib menduduki darjat tersebut. Begitu juga, Muhammad bin Talhah al-Shafii , di dalam Matalib al-Su’ul , halaman 19, setelah menjelaskan darjat dan kedudukan Harun, telah berkata: ‘Intipati perkara ini adalah kedudukan Harun dalam pertalian dengan Musa, iaitu Harun adalah adiknya, wakilnya, rakan dalam keNabian, dan penggantinya atau wazir apabila Musa di dalam perjalanan. Nabi Allah juga dalam Hadis ini telah menunjukkan bahawa Ali memegang kedudukan yang sama seperti yang dipegang Harun, melainkan kerasulan, yang mana telah dikeluarkan dalam ucapannya: ‘Tidak akan ada rasul (Nabi) selepas aku.’

Makanya, telah terbukti bahawa Ali adalah adik Rasul, wazir, wakil, dan pengganti baginda sebagaimana yang diist iharkan oleh Nabi di dalam perjalanannya ke Tabuk. Hadis ini telah diterima semua sebagai benar. Pandangan yang sama telah disebutkan oleh Sabbagh Maliki di dalam Fusul al-Muhimmah , halaman 29, dan oleh banyak yang lain dari ulama kamu.

Hafiz: Saya fikir kamu menyatakan jika Rasul kita bukanlah rasul yang akhir, Ali akan dapat kedudukan itu, ini khusus bagi kamu saja. Tiada siapa ada mengatakannya.

Shirazi: Kenyataan ini t idak tertakluk kepada saya dan ulama Syiah sahaja. Ulama kamu juga mempunyai pandangan yang sama. Seorang dari ulama terkenal kamu seperti Mulla Ali bin Sultan Muhammad Harawi al-Qari . Di dalam bukunya Mirqat SyarhMishkat , dia berkata, mengulas pada Hadis Manzilah, ‘Terdapat petunjuk dari Hadis ini bahawa jika terdapat Rasul Allah selepas rasul yang akhir, ia adalah Ali.’ Seorang ulama kamu yang lain yang telah menghuraikan Hadis ini dengan maksud yang sama adalah ulama yang terkenal, Jalalud-Din Al-Suyuti. Dia menulis dipenghujung bukunya Baghiatul-Wu’az Fi Tabaqatul-Huffaz memberikan rantaian penyampai sehingga Jabir Abdullah al-Ansari, bahawa Rasul memberitahu Amirul Mukminin Ali: ‘Jika ada Rasul Allah selepas saya, ia adalah kamu!’

Sebagai tambahan, Mir Sayyid Ali Hamadani Faqih Shafii berkata di dalam nombor dua dari enam Mawaddah di dalam bukunya Mawaddatul-Qurba , menyebut kenyataan dari Anas bin Malik, bahawa

93

Page 94: Sect Comparative In Peshwar Night

Rasul berkata: ‘Sesunggunya, Allah menjadikan aku paling utama dari semua rasul, memilih aku bagi kesempurnaan, dan menjadikan untuk ku seorang pengganti, sepupu ku Ali. Melaluinya, Dia memperkuatkan bahu ku, sebagaimana bahu Musa diperkuatkan oleh Harun. dia [Ali] adalah wazir dan penolong. Jika ada terdapat rasul selepas ku, ia adalah Ali, tetapi tidak ada rasul selepas ku.’

Jadi kamu lihat saya tidak sendirian di dalam mengatakan darjat Nabi kepada Ali. Rasul dan juga ulama kamu telah mengesahkannya. Oleh kerana dia mempunyai darjat Harun dan oleh kerana era kerasulan telah berakhir, Ali adalah yang paling layak untuk kedudukan Khalifah [wazir]. Satu petunjuk bagi darjat Ali yang tinggi adalah Nabi membenarkan pintu rumah Ali kekal dibuka menghala ke masjid.

Komen ini telah menyebabkan kekecuhan dan kekeliruan diantara sunni. Shirazi bertanya mengapa terjadinya begini.

Nawab: Jumaat lepas kami pergi ke Masjid untuk bersalat . Hafiz Sahib memberitahu kami mengenai keutamaan Khalifah Abu Bakar. Dia berkata bahawa Abu Bakar telah diizinkan untuk membiarkan pintu rumahnya dibuka menghala ke Masjid. Kami agak terkejut mendengar kamu mengatakan bahawa kebenaran ini khas untuk Ali . Sila jelaskan perkara ini.

Shirazi: [Berpaling mengadap Hafiz Sahib] Adakah anda membuat kenyataan itu?

Hafiz: Ya, ia telah dirakamkan di dalam Hadis kami yang sahih, sebagaimana yang telah disampaikan oleh sahabat Nabi yang warak Abu Hurairah. Nabi mengarahkan: ‘Bahawa semua pintu yang menghala ke Masjid hendaklah ditutup melainkan pintu rumah Abu Bakar, kerana Abu Bakar adalah daripada saya dan saya adalah daripada Abu Bakar.’

Shirazi: Pastinya kamu tahu bahawa, oleh kerana kemuliaan-kemuliaan Amirul Mukminin, Ali; Bani Umayyah telah berusaha dengan tanpa hentinya secara rahsia, dan terutama sekali melalui pengampu Muawiyah, seperti Abu Hurairah dan Mughirah, untuk memalsukan Hadis-Hadis yang sedemikian. Lebih-lebih lagi, apabila pengikut Abu Bakar, memberikan sokongan mereka terhadapnya, ini telah memperkukuhkan lagi kedudukan Hadis yang dipalsukan itu. Ibn Abil-Hadid, di dalam ulasannya kepada Nahjul Balaghah , jil id I dan lagi di dalam ji lid 3 ms 17, telah membincangkan secara mendalam bahawa di antara banyak Hadis-Hadis yang dipalsukan, ini adalah satu daripadanya, mengenai menutup pintu semua rumah yang menghala ke masjid, melainkan rumah Abu Bakar. Bertentangan dengan Hadis palsu ini, terdapat banyak Hadis, yang telah dirakamkan bukan sahaja buku-buku sahih Syiah tetapi juga di dalam buku yang boleh dipercayai oleh ulama kamu, seperti Sahih .

94

Page 95: Sect Comparative In Peshwar Night

Nawab: Oleh kerana ini adalah isu yang kontroversi, dengan kenyataan Hafiz ia adalah khas kepada Abu Bakar, dan dengan kata kamu ia khas kepada Ali, maka kami amat hargai jika kamu dapat sebutkan dari buku kami, supaya dengannya kami dapat membezakan rujukan kamu dengan rujukan Hafiz Sahib.

HADIS DENGAN ARAHAN NABI PINTU-PINTU MENGHADAP KEPADA MASJID HENDAKLAH DITUTUP MELAINKAN PINTU RUMAH ALI

Shirazi: Berikut ini adalah punca yang disampaikan, bahawa Nabi mengarah semua pintu-pintu rumah yang menghadap ke masjid hendaklah ditutup melainkan pintu rumah Ali. Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad jil id I, ms 175, ji lid II, ms 26 and jil id IV, ms 369; Imam Abu Abdu’r-Rahman Nasa’i di dalam Sunan dan di dalam Khasa’isi’l-Alawi , ms 13-14; Hakim Naisaburi di dalam Mustadrak , jil id III, ms 117-125 and Sibt Ibn al-Jawzi di dalam Tadhkirah , ms 24-25 telah mengesakkan bahawa Hadis ini boleh dipercayai dengan mengasaskan kepada rantaian penyampai dari Tirmidhi dan Ahmad. Dan lagi, Ibn Athir Jazari di dalam Athna’l-Matalib , ms 12, Ibn Hajar Makki di dalam Sawa’iq Muhriqah , ms 76, Ibn Hajar Asqalani di dalam Fathu’l-Bari , j ilid VII, ms 12, al-Tabarani di dalam al-Ausat , Khatib Baghdadi di dalam Tarikh Baghdad (Sejarah Baghdad), ji lid VII, ms 205, Ibn Kathir di dalam Tarikh , jil id 7, ms 342, Ali al-Muttaqi al-Hindi di dalam Kanzu’l-Ummal , jil id VI, ms 408, al-Haithami di dalam Majma’u’z-Zawa’id , jil id IX; ,ms 65, Muhibu’d-Din Tabari di dalam Riyad , j ilid II, ms 451, Hafiz Abu Nu’aim di dalam Fada’ilu’s-Sahabah dan di dalam Hilyatu’l-Auliya , jil id IV, ms 183, Jalaluddin al-Suyuti di dalam Tarikhu’l-Khulafa’ , ms 116, di dalam Jam‘ul-Jawami , di dalam Khasa’isu’l-Kubra , dan di dalam La’aliu’l-Masnu’ah , j ilid I, ms 181, Khatib Khawarizmi di dalam Manaqib , Hamawaini di dalam ‘Fara’id’, Ibn Maghazili di dalam ‘Manaqib’ , Munawi Misri di dalam ‘Kunuzu’d-Daqa’iq’ , Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam ‘Yanabi’ al-Mawaddah’ , ms 87, mengkhususkan kesemua bahagian 17 kepada isu ini, Shahabu’d-Din Qastalani di dalam ‘ Irshad al-Bari’ , j ilid VI, ms 81, Halabi di dalam ‘Siratu’l-Halabiyyah’ , j ilid III, ms 374 dan Muhammad bin Talhah alShafi’i di dalam ‘Matalib al-Su’ul’ dan banyak lagi yang lain, terutama dari sahabat Rasul yang terkenal, yang telah menyampaikan perkara yang sama. Sebagai contoh, Khalifah Umar bin al-Khattab, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Zaid bin Arqam dan Jabir bin Abdullah Ansari telah mengesahkan bahawa Hadis ini boleh dipercayai. Sebahagian dari ulama kamu yang terkenal, demi untuk menyelamatkan manusia dari diselewengkan oleh Bani Umayyah, telah menekankan akan kebenaran Hadis ini. Muhammad bin Yusuf Kanji al-Shafii, di dalam bukunya ‘ Kifayatul-Talib’ , Bab 50, telah menyatakan Hadis ini dibawah tajuk yang khusus. Menyebutkan dari punca yang sahih, dia berkata bahawa beberapa pintu rumah para sahabat Nabi terbuka menghala ke Masjid, dan oleh kerana Nabi telah melarang semua manusia dari memasuki masjid dalam keadaan berhadath besar atau haid [keadaan yang memerlukan kepada mandi],

95

Page 96: Sect Comparative In Peshwar Night

baginda mengarahkan semua pintu-pintu rumah tersebut hendaklah ditutup melainkan pintu rumah Imam Ali. Baginda berkata: ‘Tutuplah kesemua pintu-pintu tetapi biarlah pintu rumah Ali tinggal terbuka.’ Muhammad bin Yusuf Shafii berkata bahawa ini adalah khusus kepada Ali dan beliau dibenarkan untuk masuk dan tinggal di masjid dalam keadaan janabah. Dia terus mengatakan lagi: ‘Secara ringkas, Nabi mengurniakan keutamaan ini khusus untuk Ali adalah satu tanda penghormatan yang besar. Ini menunjukkan bahawa Nabi mengetahui bahawa Ali, Fatimah dan keturunannya adalah bebas dari segala kekotoran, sebagaimana dengan jelasnya telah ditunjukkan oleh ‘ayat kebersihan’ (ayat al-tathir ) dari al-Quran. Kenyataan dari ulama Shafii ini bolehlah dibandingkan dengan Hadis yang disebutkan oleh Hafiz Sahib. Kita boleh ketepikan semua punca sahih lain yang telah saya sebutkan, dan jika kamu punya sebarang bukti mengenai kesucian Abu Bakar, si la nyatakan. Bahkan Bukhari dan Muslim di dalam koleksi Hadis mereka telah menunjukkan kepada fakta bahawa manusia yang di dalam hadath besar t idak boleh masuk ke masjid. Nabi berkata: ‘Tidak dibolehkan untuk sesiapa yang berhadath besar untuk tinggal di dalam masjid, melainkan saya dan Ali.’ Mungkin saya boleh diizinkan disini untuk menyebutkan satu Hadis dari Khalifah kedua, Umar bin Khattab, yang telah disampaikan oleh Hakim di dalam ‘al-Mustadrak’ ms 125, oleh Sulayman Balkhi di dalam ‘Yanabi’ al-Mawaddah Bab 56 ms 210, dan yang lain seperti Ahmad bin Hanbal, Khatib Khawarizmi, Ibn Hajar, al-Suyuti dan Ibn Athir Jazari. Dia berkata: ‘Sesungguhnya, Ali Ibn Abi Talib mempunyai tiga kemuliaan yang utama. Jika saya mempunyai salah satu daripadanya, adalah lebih utama dari memiliki unta berbulu merah: (1) Nabi memberikan anaknya untuk dikahwini kepada beliau; (2) Nabi mengarahkan semua pintu rumah yang menghadap ke Masjid ditutup melainkan pintu rumah beliau; (3) Nabi memberikan kepada beliau panji-panji Islam pada hari penaklukan Khaibar.’

Dari kenyataan-kenyataan ini, adalah jelas bahawa Ali adalah sama dengan Nabi di dalam banyak aspek, sebagaimana juga Harun kepada Musa. Maka apabila Musa mendapati Harun layak untuk kedudukan itu, dia meminta kepada Allah untuk menjadikan dia sekutu di dalam misinya, dan juga menjadi wazirnya. Begitu juga , apabila Nabi melihat bahawa tidak terdapat sesiapa dari pengikutnya yang lebih berhak dan layak dari Ali , baginda meminta kepada Allah untuk menjadikan Ali menteri dan sekutunya.

Nawab: Adakah Hadis yang lain mengenai isu ini?

Shirazi: Ya, banyak terdapat mengenai isu ini di dalam buku kamu.

Nawab: Saya bersedia untuk mendengarkannya, jika kamu semua begitu, [menunjukkan kepada para ulama di sebelahnya] suka untuk mendengarkannya.

96

Page 97: Sect Comparative In Peshwar Night

Hafiz: Tidak ada salahnya. Mendengarkan kepada Hadis adalah amalan yang baik sebagaimana yang telah disampaikan.

ALI MEMBERIKAN CINCINNYA KEPADA PEMINTA SEDEKAH KETIKA SEDANG RUKUK DALAM SALAT

Shirazi: Ibn Maghazili seorang faqih Shafii di dalam ‘Manaqib’ nya, Jalalud-Din Al-Suyuti di dalam ‘Durrul Manthur’ , seorang ulama terkenal Ahmad Tha‘labi di dalam ‘Kashful-Bayan’ ; Sabt Ibn al-Jawzi di dalam ‘Tadhkirahtul-Khawasul-Ummah’ , yang berkaitan dengan ayat Wilayah, menyebutkan dari Abu Dharr Ghifari dan Asma’ bint Umais [isteri Abu Bakar] bahawa mereka telah berkata, pada hari itu mereka melakukan salat Zuhur di dalam masjid dan Nabi juga hadir. Seorang peminta sedekah mula meminta-minta. Tiada siapa memberikan kepadanya apa-apa. Ali sedang rukuk [di dalam salat]. Apabila beliau mengisyaratkan jarinya, peminta sedekah itu lalu mencabut cincin dari jari beliau.

Nabi melihat kejaadian tersebut, dan mengangkat kepalanya ke langit, seraya berkata: ‘Wahai Allah, saudaraku Musa berdoa kepada Mu: ‘Wahai Allah, lapangkanlah dada ku, dan permudahkan urusan ku. Lantiklah untuk ku seorang penolong dari keluarga ku, Harun saudaraku.’ Ayat telah diturunkan memberitahu Musa yang doanya telah dikabulkan. Allah telah melantikkan baginya seorang penolong, dan memperkuatkan tangannya dan memberikan kepada mereka kekuatan dan penguasaan yang tiada siapa dapat mengalahkan mereka.’ ‘…Dan Musa berkata kepada saudaranya Harun:

‘Gantikanlah Aku dalam (urusan memimpin) kaumku dan perbaikilah (Keadaan mereka sepeninggalanku), dan janganlah Engkau menurut jalan orang-orang yang melakukan kerosakan’. [Surah al-A‘raf 7:142].

KEDUDUKAN HARUN SEBAGAI NABI DAN JUGA KHALIFAH

Hafiz: Kamu katakan bahawa Harun adalah sekutu Musa dalam keNabian. Bagaimana dia [Musa] menjadikan dia [Harun] sebagai Khalifah? Sekutu dalam keNabian menduduki kedudukan yang tinggi dari Khalifah atau pengganti . Jika rakan itu Nabi dan dia dijadikan Khalifah, ini bererti telah diturunankan kedudukannya.

Shirazi: Rasul yang utama adalah Musa, dan Harun adalah sebagai pengikut kepada Musa. Tetapi mengenai perihal penyampaian dia adalah sekutu Musa, sebagaimana telah dibuktikan dari permintaan Musa, yang tertulis di dalam al-Quran:

Nabi Musa berdoa dengan berkata: "Wahai Tuhanku, lapangkanlah bagiku, dadaku; "Dan mudahkanlah bagiku, tugasku;"Dan lepaskanlah

97

Page 98: Sect Comparative In Peshwar Night

simpulan dari lidahku, "Supaya mereka faham perkataanku; "Dan Jadikanlah bagiku, seorang penyokong dari keluargaku. "Iaitu Harun saudaraku; "Kuatkanlah dengan sokongannya, pendirianku,"Dan Jadikanlah Dia turut campur bertanggungjawab dalam urusanku . [Surah Taha 20:25-32].

Begitu juga Ali , selain dari mempunyai kedudukan Nabi, adalah sekutu bagi rasul di dalam semua arena dan kualiti-kualiti yang khusus.

Hafiz: Saya amat terkejut mendengar kamu melebih-lebihkan kedudukan Ali. Kami semua terperanjat . Kamu baru saja mengatakan Ali mempunyai semua ciri-ciri Rasul.

Shirazi: Kenyataan ini t idaklah diperbesar-besarkan. Semuanya adalah benar. Pengganti Rasul seharusnya, menurut hukum akal, menjadi model kepada Rasul. Bahkan ulama yang ulung dari kamu telah menyatakan kepercayaan yang sama. Imam Tha‘labi di dalam ulasannya, mengesahkan tujuan ini. Dan ulama sunni yang terkenal, Alim Fazil Sayyid Ahmad Shahabuddin di dalam ‘Tauzihud-Dalail’ telah merujuk perkara ini sebagai berikut: ‘Ia bukanlah rahsia bahawa Amirul Mukminin menyerupai Nabi Allah di dalam kebanyakkan kualitinya yang baik, amalan yang tidak mementingkan diri , tabiat, beramal dan berdoa kepada Allah, dan juga kesemua ciri-ciri yang mulia dalam hidup. Ini telah dibuktikan oleh laporan yang sahih dan punca yang boleh dipercayai dan tidak memerlukan kepada bukti dan hujah. Sebahagian ulama telah mengira kualiti-kualit i ini yang dimiliki oleh Ali dan rasul sama setanding.’

Diantara kualiti yang dikongsi bersama adalah jalinan keturunan. Dan berhujah dari ayat kesucian, kita dapat melihat bahawa Ali adalah sama seperti Rasul di dalam kesucian mereka. [Ayat i tu diturunkan di dalam merujuk kepada l ima manusia: Muhammad, Ali , Fatimah, Hasan dan Husain] Ali seperti juga Rasul adalah wazir Allah. Menurut dari kedua golongan, ayat yang berikut telah diwahyukan di dalam merujuk kepada Ali:

‘Hanya Allah sahabat kamu, dan Nabi-Nya, dan Mereka yang beriman, mereka yang mendirikan salat dan membayar zakat sedang mereka rukuk.’ [Surah al-Ma’idah 5:55].

Ali adalah sama dengan Nabi di dalam melaksanakan tugas-tugas kerasulan dan menyampaikan, sebagaimana urusan Surah Bara’ah telah menunjukkan. Rasul telah memberikan ayat tertentu kepada Abu Bakar dan mengarahkan dia untuk mengucapkannya kepada Manusia pada musim haji. Malaikat Jibril turun kepada Rasul dan mengatakan bahawa ‘Adalah kehendak Allah, perkara yang berkaitan dengan al-Quran hanya boleh disampaikan oleh Rasul sendiri, atau seorang yang sama seperti dia. Ali adalah sama dengan Rasul dalam peranannya sebagai wazir Allah.

98

Page 99: Sect Comparative In Peshwar Night

Rasul sendiri telah berkata: ‘Saya telah diperintahkan oleh Allah untuk menyampaikan ini kepada kamu.’ Kemudian baginda mengambil tangan Ali dan berkata: ‘Ketahuilah oleh kamu sekalian, sesiapa yang menjadikan saya maulanya, maka Ali adalah juga maulanya.’

Lebih-lebih lagi diri Ali telah dinyatakan sebagai diri Rasul. Ayat Mubahalah berkata:

‘Tetapi sesiapa yang menentang dengan kamu setelah apa yang sampai kepada kamu dengan pengetahuan, maka katakanlah: ‘Marilah kita panggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, perempuan kami dan perempuan kamu, dan diri kami dan diri kamu; kemudian kita berdoa bersungguh-sungguh supaya kutukan Allah kepada mereka yang berdusta.’ [Surah ali ‘Imran 3:61].

Kembali semula kisah ke dalam masjid apabila Ali memberikan cincinnya kepada peminta sedekah dan Rasul berdoa kepada Allah, meminta-Nya untuk menjadikan Ali sekutunya di dalam kerasulan. Maka Nabi berdoa: ‘Wahai Allah! Aku adalah Muhammad, pilihan Mu dan rasul mu. Lapangkanlah dadaku. Dan jadikanlah urusanku mudah bagiku, dan lantiklah bagi diriku seorang pembantu dari keluarga ku, Ali. Perkuatkanlah belakangku melaluinya.’

Abu Dharr menyampaikan: ‘Demi Allah! Doa Rasul belum pun selesai apabila malaikat Jibril muncul dan menyampaikan ayat ini kepada baginda:

‘Hanya Allah sahabat kamu, dan Nabi-Nya, dan mereka yang beriman, mereka yang mendirikan salat dan membayar zakat sedang ia rukuk.’ [Surah al-Ma’idah 5:55].Doa Rasul telah dikabulkan, dan Ali telah dilantik sebagai wazir. Muhammad bin Talhah al-Shafii dalam ‘Matalib al-Su’ul’ , mukasurat 19, telah memperkatakan isu ini dengan khusus. Lebih lagi, Hafiz Abu Nuaim al-Isfahani di dalam ‘Manaqatul-Mutaharin’ , Sheikh Ali Jaafar di dalam ‘Kanzul-Barahin’ , Imam Ahmad bin Hanbal di dalam ‘Musnad’ , Sayyid Shahabud-Din di dalam ‘Tauzihud-Dalail’ , Jalalud-Din al-Suyuti di dalam ‘Durrul Manthur’ , dan ulama lain yang terkenal dari kalangan kamu telah menyatakan ini di dalam penulisan mereka. Sebahagian dari mereka telah menyebutnya dari Asma’ bint Umais [isteri Abu Bakar] dan sebahagian lagi dari para sahabat yang lain. Yang berikut ini disebutkan dari Abdullah bin Abbas: ‘Rasul mencapai kepada aku dan Ali dengan tangan baginda. Baginda mengerjakan empat rakaat salat, dan mengangkat tangannya ke langit , berkata: ‘Wahai Allah! Musa anak Imran memohon kepada Mu untuk melantik baginya seorang pembantu dan untuk mempermudahkan tugasnya. Saya adalah Muhammad, saya bermohon kepada Engkau untuk melapangkan dadaku dan permudahkan tugasku. Jadikan lidahku fasih supaya

99

Page 100: Sect Comparative In Peshwar Night

manusia boleh memahami ucapanku. Lantiklah bagiku penolong dari keluargaku, Ali . Perkuatkanlah belakangku melaluinya, dan jadikan dia rakan di dalam urusanku.’ Saya mendengar suatu suara, ‘Wahai Ahmad! Aku telah kabulkan permintaan kamu.’ Kemudian Rasul mengambil tangan Ali dan berkata: ‘Angkatlah tangan kamu ke langit dan berdoalah kepada Allah supaya Dia menganugerahkan sesuatu kepada kamu.’ Kemudian Ali mengangkat tangannya dan berkata: ‘Wahai Allah, berjanjilah dari pihak Kamu, bahawa Kamu akan sentiasa merasa senang kepadaku.’ Dikala itu juga malaikat Jibril muncul dan membawa ayat ini dari surah Mariam:

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal salih, Allah yang melimpah-limpah rahmat-Nya akan menanamkan bagi mereka dalam hati orang ramai perasaan kasih sayang. [Surah Maryam 19:96].

Apabila para sahabat Nabi tercenggang pada kejadian i tu, Rasul berkata, ‘Mengapa kamu kehairanan? Al-Quran mengandungi empat bahagian; satu perempat mengenai kami Ahlul Bayt; satu perempat lagi mengenai perkara yang diperbolehkan; satu perempat lagi mengenai perkara yang dilarang; dan satu perempat lagi mengenai ordinan dan perundangan. Saya bersumpah dengan Allah bahawa terdapat banyak ayat di dalam al-Quran yang telah diwahyukan pada memuji Ali.’

Sheikh: Walaupun jika Hadis itu diambil sebagai sahih, ia tidak menunjukkan kedudukan yang khas bagi Ali. Hadis yang sama telah disebutkan mengenai Khalifah Abu Bakar dan Umar. Qaz‘ah bin Suwaid telah menyebutkan dari Ibn Abi Mulaikah yang telah menyebutkan dari Ibn Abbas sebagai berkata bahawa Rasul berkata, ‘Abu Bakar dan Umar kepada ku adalah umpama Harun kepada Musa.’

Shirazi: Kamu seharusnya mempertimbangkan karekter sebahagian dari penyampai-penyampai kamu. Ada kalanya kamu berhujah dari rakaman Amadi dan ada kalanya dari mereka yang terkenal jahat dan pemalsu Hadis, Qaz’ah bin Suwaid, malah ulama kamu yang terkenal telah menolak dia. Al-Allamah Dhahabi di dalam ‘Mizanul-I‘tidal’ , ketika menerangkan peristiwa Qaz’ah bin Suwaid dan Ammar bin Harun, telah menolak Hadis ini dan dengan hanya berkata, ‘Ia suatu penipuan’. Apabila ulama kamu sendiri menolak Qaz’ah, Hadis yang disampaikannya juga hendaklah ditolak. Bandingkanlah Hadis Qaz’ah dengan rantaian penyampai Hadis yang saya telah sebutkan dari ulama kamu yang telah terkenal dan buatlah keputusan sendiri Hadis mana yang kamu hendak terima.

100

Page 101: Sect Comparative In Peshwar Night

SESSI KELIMA(Malam Isnin, 27 Rejab 1345 Hijrah)

Hafiz: Daripada ucapan kamu yang begitu fasih semalam, saya merumuskan bahawa kamu cuba membuktikan bahawa Ali adalah pengganti seterusnya sesudah Nabi, walaupun yang sebenarnya Hadis itu hanyalah untuk tujuan yang tertentu. Ia telah disebutkan semasa

101

Page 102: Sect Comparative In Peshwar Night

perjalanan hendak ke Tabuk. Tidak terdapat sebarang bukti yang tujuannya bersifat umum.

Shirazi: Di dalam Hadis ini , perkataan ‘Manzilah’ [kedudukan] telah digunakan di dalam maksud yang umum. Perkataan yang menunjukkan pada pengecualian dengan nyata membuktikan bahawa rujukannya adalah untuk tujuan umum. Rasul telah menamakan Ali bersama dengan perkataan ‘Nabi’ dan menjelaskan manzilahnya dengan menggunakan rangkap ‘melainkan bahawa tidak ada Nabi selepas saya.’ Kebanyakkan ulama yang terkenal dan juga pengarang telah menyebutkan Hadis dari Rasul, yang dinyatakan itu telah berkata kepada Ali, ‘Adakah kamu tidak merasa puas bahawa kamu kepada ku adalah seumpama Harun kepada Musa melainkan bahawa tidak ada Nabi selepas aku?

Semasa ketiadaanya selama 40 hari, Musa t idak meninggalkan urusan kepada keputusan ummahnya. Dia melantik Harun, manusia yang terbaik diantara Bani Israel, untuk bertindak sebagai Khalifah dan penggantinya. Begitulah juga, Rasul yang akhir, yang mana agamanya yang paling sempurna, mempunyai sebab yang lebih kuat untuk melindungi ummahnya dari kehancuran yang terbit hasil kebebasan mengikut kehendak mereka sendiri. Dia hendak memelihara etika beragama supaya ia tidak terlepas kepada tangan mereka yang jahil, yang akan menukarkannya mengikut sesuka hati mereka. Manusia yang jahil akan menurut qiyas dan tanggapan mereka dan akan memecah-belahkan perkara mengenai perundangan agama. Maka di dalam Hadis yang suci ini Rasul berkata: ‘Ali kepada saya adalah umpama Harun kepada Musa, ‘ ini mengesahkan bahawa Ali memegang kedudukan yang sama mulia dan penguasaannya sebagaimana Harun. Ali yang paling utama dari semua ummah dan makanya Rasul melantik beliau sebagai pembantu dan penggantinya.

Hafiz: Apa yang kamu telah katakan mengenai Hadis ini t idak dipersoalkan. Tetapi j ika kamu mempertimbangkan perkara ini dengan teliti , kamu akan dapati bahawa Hadis ini tidak punya tujuan umum. Tujuannya adalah tertakluk pada peperangan Tabuk apabila Rasul melantik Ali sebagai Khalifah untuk waktu yang tertentu sahaja.

HADIS MANZILA TELAH DISEBUTKAN BEBERAPA KALI

Shirazi: Kamu mungkin betul di dalam kenyataan kamu jika Hadis ini telah disebutkan pada masa Tabuk sahaja. Tetapi Rasul telah mengulangi Hadis yang sama pada beberapa peristiwa. Ia telah disebutkan apabila persaudaraan diantara Muhajirin di Mekah telah diadakan. Ia juga disebutkan di Madinah apabila persaudaraan telah diadakan di antara Muhajirin dan Ansar. Pada setiap peristiwa itu Rasul memilih Ali sebagai saudara, dengan berkata, ‘Kamu kepada ku adalah seumpama Harun kepada Musa melainkan tidak ada Nabi selepas aku.’

102

Page 103: Sect Comparative In Peshwar Night

Hafiz: Sejauh yang saya lihat, Hadis Manzilah hanya disebutkan pada peperangan Tabuk. Rasul meninggalkan Ali pada kedudukannya, yang menyebabkan Ali menjadi cemas. Rasul mententeramkan beliau dengan kata-kata tersebut. Saya fikir kamu telah terkeliru.

Shirazi: Tidak, saya t idak keliru. Hadis kamu yang sahih telah menyebutkannya. Diantara mereka adalah al-Mas‘udi [penyampai yang boleh dipercayai oleh kedua golongan] yang telah menulis di dalam ‘Muruj al-Dhahab’nya, jil id II, ms 49, al-Halabi di dalam ‘Siratul Halabiyyah’ , j ilid II, ms 26 dan 120, Imam Abdur-Rahman al-Nasa’i di dalam ‘Khasaisul Alawiyyah , ms 19, Sibt Ibn al-Jawzi di dalam ‘Tadhkirah’ ms 13–14, Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam ‘YaNabiul-Mawaddah , Bab 9 dan 17, dan beberapa yang lain telah menyebutkan Hadis ini. Mereka semua mengatakan, selain dari dua peristiwa pada mengadakan persaudaraan, ia telah dikatakan di dalam banyak peristiwa lain juga. Makanya Hadis ini tidaklah boleh diertikan di dalam pengertian yang tertentu atau untuk tujuan tertentu sahaja. Kegunaannya secara umum telah dibuktikan dengan fakta. Adalah melalui Hadis ini bahawa Rasul telah mengistiharkan pada peristiwa yang sesuai bahawa Ali adalah pengganti baginda. Salah satu dari peristiwa itu adalah pada peperangan Tabuk.

Hafiz: Bagaimana mungkin bahawa para sahabat Rasul setelah mendengar Hadis ini dengan pengertian umumnya, memahami maksudnya bahawa Ali adalah pengganti sebagaimana yang dihajati oleh Rasul, dan bahkan selepas wafatnya Rasul, mereka menjadi musuh dan menerima orang lain sebagai Khalifah?

Shirazi: Saya mempunyai banyak rujukan di dalam menyokong jawapan saya terhadap soalan kamu, tetapi jawapan yang terbaik untuk ketika ini adalah untuk mempertimbangkan dugaan terhadap Harun di dalam situasi yang sama. Al-Quran menyatakan bahawa apabila Musa melantik Harun sebagai pengganti, dia menggumpulkan semua Bani Israel [menurut dari sebahagian laporan 70 000 orang]. Musa menekankan bahawa di dalam ketiadaannya mereka hendaklah patuh kepada Harun, Khalifah dan juga penggantinya. Musa kemudian pergi ke gunung untuk (munajat) bersendirian dengan Allah. Belumpun habis sebulan, Samiri telah menanamkan bibit perpecahan di kalangan Bani Israel. Dia membentuk anak lembu dari emas, dan Bani Israel setelah meninggalkan Harun, telah berkumpul mengelilinggi Samiri dengan jumlah yang banyak. Hanya sedikit masa sahaja yang telah berlalu, yang sebelum ini Bani Israel telah mendengar Musa berkata bahawa masa ketiadaan beliau Harun adalah Khalifahnya dan mereka hendaklah patuh kepadanya. Namun begitu 70 000 manusia mengikut Samiri . Nabi Harun dengan lantang membantah tindakan dan juga melarang mereka dari melakukan amalan yang sesat, tetapi tiada siapa yang mendengar arahannya. Ayat dari Surah al-A‘raf menyatakan bahawa apabila Musa kembali, Harun berkata kepadanya:

103

Page 104: Sect Comparative In Peshwar Night

‘Wahai anak ibuku! Sesungguhnya kaum (Bani Israil) memandangku lemah dan nyaris-nyaris mereka membunuhku (ketika Aku melarang mereka).. .’ . [Surah al-A‘raf 7:150].

HARUN TELAH DITENTUKAN SEBAGAI PENGGANTI KEPADA MUSA

Bani Israel sendiri mendengar arahan yang nyata dari Musa, tetapi apabila Musa pergi kepergunungan, Samiri mengambil peluang ini. Dia mereka-bentuk patung anak lembu emas dan menyesatkan Bani Israel.

KESAMAAN KEJADIAN DI ANTARA ALI DAN HARUN.

Begitu juga setelah wafatnya Rasul, sebahagian manusia yang mendengar baginda berkata Ali adalah penggantinya, berpaling menentang Ali. Imam Ghazali merujuk kepada fakta ini di permulaan buku keempat penghuraiannya di dalam ‘Sirrul-Alamin’ . Dia mengatakan sebahagian manusia kembali kepada keadaan jahiliahnya. Dalam keadaan ini, terdapat persamaan yang besar di antara situasi Harun dan juga Ali. Samalah seperti banyaknya ulama dan ahli sejarah kamu, Abu Muhammad Abdullah bin Muslim bin Qutaybah al-Bahili al-Dinawari, di dalam bukunya ‘Al-Imamah wa al-Siyasah’ , j ilid I, ms 14, menyatakan dengan mendalam berhubung kejadian di Saqifah. Dia mengatakan mereka mengancam untuk membakar rumah Ali dan mereka secara paksa membawa beliau ke masjid dan mengancam untuk membunuhnya melainkan dia memberikan sumpah setia [baiah] kepada mereka. Ali pergi ke pusara Rasul yang suci dan mengulangi kata-kata yang sama dari al-Quran yang mana Harun katakan kepada Musa:

‘Dia [Harun] berkata: ‘Anak kepada ibu ku! Sesungguhnya manusia menganggap aku lemah, dan hampir sahaja membunuh ku …[Surah al-A‘raf 7:150]

Nawab: Bilakah penggantian untuk Ali telah diadakan, mengapa Rasul tidak menggunakan perkataan yang menunjukkan kepada pengertian itu? Mengapa dia tidak dengan secara jelas mengistiharkan Ali sebagai penggantinya, supaya t idak ada bangkangan yang akan timbul selepasnya?

Shirazi : Saya telah menjelaskan bahawa Rasul menerangkan kebenaran dengan kedua-dua cara. Ini adalah bukti dari buku kamu, yang telah merakamkan banyak Hadis mengenainya. Secara lisan manusia lebih tertarik kepada kiasan dari hanya kenyataan, terutama jika sindirian yang amat mendalam serta mengandungi pengertian yang luas.

Nawab : Kamu mengatakan terdapat banyak Hadis yang jelas telah dirakamkan oleh ulama mengenai Ali sebagai pengganti . Silalah beritahu kepada kami lebih banyak mengenainya? Kami telah difahamkan bahawa tidak terdapat sebarang bukti mengenai Ali sebagai pengganti.

104

Page 105: Sect Comparative In Peshwar Night

Shirazi : Terdapat banyak Hadis mengenai kedudukan Khalifah di dalam buku sahih kamu.

HADIS MEMPELAWA KEPADA SAUDARA DAN RASUL MELANTIK ALI SEBAGAI PENGGANTINYA

Dari semua Hadis mengenai Ali sebagai wazir, Hadis pada mempelawa adalah yang paling mustahak. Pada hari Rasul mengistiharkan kerasulannya, baginda juga mengistiharkan Ali sebagai penggantinya. Ulama kamu, termasuk Imam Ahmad bin Hanbal; Muwaffaq bin Ahmad Khawarizmi; Abu Jaafar Muhammad bin Jarir Tabari; Ibn Abil Hadid Mutazali, dan kebanyakkan yang lain telah melaporkan bahawa apabila ayat 214 dari Surah Shu’ara:

‘Dan peringatkan saudara terdekat kamu,’ [26:214] telah diwahyukan, Rasul mempelawa 40 orang Quraish ke rumah Abu Talib. Baginda menyediakan untuk mereka kaki kambing, sedikit roti dan secawan susu. Mereka ketawa dan berkata: ‘Wahai Muhammad! Kamu telah mensajikan makanan yang tidak cukup untuk satu orang.’ Rasul berkata: ‘Mulalah makan dengan Nama Allah.’ Apabila mereka telah makan dan cukup kenyang, mereka berkata sesama mereka: ‘Muhammad telah mensihir kamu dengan makanan itu.’ Rasul berdiri diantara mereka dan berkata: ‘Wahai keturunan Abdul Muttalib! Allah yang Berkuasa telah menghantar aku sebagai penyampai khabar kepada semua makhluk secara umum dan kepada kamu secara khusus. Saya mengajak kamu membuat dua kenyataan yang mudah dan senang pada lidah, tetapi pada timbangan amalan sangatlah berat. Jika kamu melafazkan dua kalimah ini, kamu akan menjadi ketua kepada Tanah Arab dan yang bukan arab. Melalui kalimah ini kamu akan masuk kesyurga dan terhindar dari neraka. Dua kalimah itu adalah: pertama menjadi saksi pada ke Esaan Allah, dan kedua menjadi saksi pada kerasulan ku. Mereka yang pertamanya mengakui seruan ku dan menolong aku di dalam misi ini adalah saudara ku, penolong ku, dan pengganti selepas aku.’

Rasul mengulang kenyataan terakhir sebanyak tiga kali, dan setiap kali tiada yang lain, melainkan Ali menjawab kepada baginda, dengan berkata: ‘Saya akan membantu dan menolong kamu, wahai Rasul Allah!’ Maka Rasul mengistiharkan: ‘Ali ini adalah saudara ku, dan dia adalah pengganti dan Khalifah diantara kamu.’

HADIS YANG JELAS MENGENAI KEKHALIFAHA ALI

(1) Imam Ahmad bin Hanbal di dalam ‘ Musnad’ nya; dan Mir Sayyid Ali Hamadani shafii di dalam ‘Mawaddah al-Qurba’ pada penghujung Mawaddah keempat, telah merakamkan bahawa Rasul Berkata: ‘Wahai Ali! Kamu harus melaksanakan tanggong jawab bagi pihak saya, dan kamu adalah wazir di atas ummatku.’

105

Page 106: Sect Comparative In Peshwar Night

(2) Imam Ahmad bin Hanbal di dalam ‘Musnad’ nya; Ibn Maghazili Faqih shafii di dalam ‘Manaqib’ dan Tha‘labi di dalam ‘Tafsir’ telah menyatakan bahawa Rasul telah berkata kepada Ali: ‘Wahai Ali! Engkau adalah saudaraku, pengganti ku, wazir ku dan yang membayar hutang-hutang ku.’

(3) Abu Qasim Husain Bin Muhammad (Raghib Ispahani) di dalam ‘Mahadhiratu’l-Udaba wa Muhawaratu’sh-Shu’ara wa’l-Balagha’ (cetakan Amira-e-Shazafiyya, Sayyid Husain Afandi, 1326 H.), bhg. II, ms 213, menyebutkan dari Ibn Malik Bahawa Rasul berkata: ‘Sesungguhnya , sahabat ku, penolong, wazir dan manusia pil ihan yang aku tinggalkan dan akan membayar segala hutang ku dan menyempurnakan janji-janji ku adalah Ali Ibn Abi Talib.’

(4) Mir Sayyid Ali Hamadani Shafii di dalam ‘ Mawaddatil Qurba’ , pada permulaan Mawaddah keenam, menyampaikan dari Khalifah kedua, Umar bin Khattab, bahawa apabila Rasul mengadakan persaudaraan diantara para sahabat dia berkata: ‘Ali ini adalah saudaraku didunia ini dan juga diakhirat; dia adalah pengganti dari diantara kerabat ku dan wazir ku diantara ummah; dia adalah waris pada pengetahuan ku dan pembayar kepada hutang-hutang ku; apa saja dia berhutang kepada ku, aku berhutang kepada dia. Keuntungan dia, keuntungan ku, kerugian dia, kerugian ku; sesiapa sahabatnya, sahabatku; sesiapa musuhnya, musuh ku.’

(5) Dalam al-Mawaddah yang sama dia menyebutkan Hadis dari Anas bin Malik, yang saya telah sebutkan terdahulu. Pada penghujungnya dia berkata bahawa Rasul berkata: ‘ Dia [Ali] adalah wazir dan penolong ku.’

(6) Muhammad bin Kanji al-Shafii menyebutkan Hadis dari Abu Dhar dalam bukunya Kiyafat al-Talib bahawa Rasul telah berkata: ‘Panji-panji Ali, Amirul Mukminin, ketua muka yang bersinar dan wazir ku, akan datang kepada ku pada pancutan Kauthar.’

(7) Baihaqi, Khatib Khawarizmi dan Ibn Maghazili al-Shafii menulis dalam ‘Manaqib’ mereka bahawa Rasul berkata kepada Ali: ‘Adalah tidak wajar saya berpisah dengan manusia tanpa kamu menjadi pengganti ku oleh kerana kamu adalah pil ihan diantara yang beriman selepas ku.’

(8) Imam Abu Abdur-Rahman Nasa’i, salah seorang Imam dari keenam buku Sihah Hadis , menyatakan dengan mendalam dari Ibn Abbas mengenai kemuliaan Ali dengan kaitan Hadis 23 di dalam ‘Khasaisul-Alawi’ . Selepas menjelaskan kedudukan Nabi Harun. Rasul berkata kepada Ali: ‘Kamu adalah wazir selepas ku untuk setiap yang beriman.’ Hadis ini dan lainnya yang mana Rasul menggunakan rangkap ‘sesudah ku’ dengan jelas membuktikan bahawa Ali adalah pengganti selepasnya.

106

Page 107: Sect Comparative In Peshwar Night

(9) Terdapat ‘Hadis pada kejadian’ yang telah disampaikan dalam cara yang berbeza. Imam Ahmad bin Hanbal di dalam ‘ Musnad’ nya, Mir Sayyid Ali Hamadani di dalam ‘Mawaddatul-Qurba’ , ibn Maghazili shafii di dalam ‘Manaqib’ dan Dailami di dalam ‘ Firdaus’ telah menyebutkan dari Rasul sebagai berkata: ‘Saya dan Ali telah dijadikan dari cahaya i lahi yang sama 14 000 tahun sebelum jadinya Adam. Dan dari generasi Nabi Adam melalui keturunannya yang suci, cahaya itu di warisi oleh Abdul-Muttalib, dan darinya cahaya itu telah terbahagi diantara Abdullah [bapa Rasul] dan Abu Talib [bapa Ali]. Aku diberikan Kerasulan dan Ali diberikan Khalifah.

(10) Hafiz Abu Jaafar Muhammad bin Jarir al-Tabari [mati 310 H] menulis di dalam ‘Kitabul-Wilayah’ bahawa Rasul berkata pada permulaan ucapannya yang termashur di Ghadir Khum: ‘Malaikat Jibril telah menyampaikan perintah Allah kepada ku bahawa aku berhenti pada tempat ini dan memberitahu kepada manusia yang Ali Ibn Abi Talib adalah saudara ku, pengganti ku, Khalifah selepas aku. Wahai manusia! Allah telah menjadikan Ali wali kamu, dan Imam. Patuh kepadanya adalah wajib keatas setiap kamu; arahannya yang utama; ucapannya adalah benar; kutukan keatas mereka yang menentang beliau; rahmat Allah keatas mereka yang bersahabat dengannya.’

(11) Sheikh Sulayman Balkhi di dalam ‘ YaNabiul-Mawaddah’ melaporkan dari ‘Manaqib’ Ahmad, dan dia dari Ibn Abbas, sebuah Hadis yang menjelaskan kebanyakkan dari kemuliaan Ali. Saya sebutkan semuanya. Ibn Abbas menyatakan bahawa Rasul berkata: ‘Wahai Ali, kamu adalah pembawa pengetahuan ku, wali dan sahabat ku, pengganti ku, pewaris pengetahuan ku, dan Khalifah ku. Kamu adalah pemegang amanah dari Nabi-Nabi yang terdahulu. Kamu adalah kepercayaan Allah diatas dunia ini dan bukti terhadap segala kejadian. Kamu adalah penegak Iman, dan pemelihara Islam. Kamu adalah peli ta di dalam kegelapan, cahaya petunjuk, dan untuk manusia didunia kamu adalah panji-panji yang dijulang. Wahai Ali sesiapa yang mengikuti kamu akan selamat; siapa yang engkar akan sesat, kamu adalah cara yang bercahaya dan jalan yang lurus, kamu adalah pemimpin orang yang bersih, ketua mereka yang beriman, kepada sesiapa aku ketuanya, kamu adalah juga ketuanya, dan aku adalah ketua bagi semua yang beriman lelaki dan wanita. Hanya mereka sahabat kamu yang dilahirkan dari ikatan perkahwinan yang sah. Allah tidak mengangkat aku kelangit untuk berkata dengan ku dan memberitahu ku: ‘Wahai Muhammad sampaikan salam ku kepada Ali dan beritahu dia bahawa dia adalah Imam kepada sahabat Ku dan pelita bagi yang menyembah Ku,’ tahniah kepada mu Wahai Ali, terhadap kecemerlangan ini.’

(12) Abu Muayyid Muwafiqud-Din, penyampai terbaik dari Khawarizmi, di dalam bukunya ‘Fadail Amirul Mukminin , dicetak dalam tahun 1313 H, Bab XIX, ms 240, menyebutkan dari punca yang melaporkan bahawa Rasul telah berkata: ‘Apabila aku sampai ke Sidratul-Muntaha, saya telah ditanya seperti berikut: ‘Wahai Muhammad! Apabila kamu menguji manusia, siapakah yang kamu

107

Page 108: Sect Comparative In Peshwar Night

dapati yang paling patuh? Saya berkata: ‘Ali.’ Allah berkata: ‘Kamu telah berkata benar, Muhammad.’ Kemudian Dia berkata: ‘Sudahkah kamu memilih wazir yang akan menyampaikan pengetahuan kepada manusia, dan mengajar hamba Ku dari kitab Ku dari perkara yang mereka t idak tahu? Saya berkata: ‘Wahai Allah, sesiapa yang Kamu pilih, saya akan pilih.’ Dia berkata: ‘Saya telah memilih Ali untuk mu. Ia adalah Amirul Mukminin yang tiada siapa yang sama taraf dengan nya diantara pengikut dan penggantinya.’

Ada banyak Hadis yang sedemikian di dalam buku sahih kamu. Sebahagian dari ulama kamu yang adil, seperti Nizzam Basri , telah mengakui fakta ini. Salahud-Din Safdi di dalam bukunya ‘ Wafa Bil-Wafiyya’ , yang berkaitan dengan Ibrahim bin Sayyar bin Hani Basri, dikenali sebagai Nizzam Mutazali, berkata: ‘Rasul Allah mengesahkan Imami Ali dan melantiknya sebagai Imam. Para sahabat Rasul juga menyedari mengenainya, tetapi Umar, disebabkan oleh Abu Bakar, telah menutupi Imamnya Ali dengan penghadang.’

Adalah jelas dari buku kamu, Hadis dan penghuraian al-Quran bahawa Ali menduduki kemuliaan yang tertinggi. Khatib Khawarizmi melaporkan dari Ibn Abbas di dalam ‘Manaqib’, Muhammad bin Yusuf Ghanji shafii di dalam ‘Kifayatut-Talib’, Sibt Ibn al-Jawzi di dalam ‘Tadhkirah’, Ibn Sabbagh Maliki di dalam "Fusulul-Mawaddah’, Sulayman Balkhi Hanafi di dalam ‘YaNabiul-Mawaddah dan Mir Sayyid Ali Hamadani di dalam ‘Mawaddatul-Qurba’, Mawaddah V, disebutkan dari Khalifah kedua, Umar bin Khattab – kesemuanya mengesahkan dengan sedikit perbezaan perkataan – bahawa Rasul berkata: ‘Jika semua pokok adalah pena, jika semua lautan adalah dakwat, jika semua jinn dan manusia adalah penulis – namun kemuliaan Ali Ibn Abi Talib t idak dapat dicati tkan.’

KEREKTER [CIRI-CIRI] PARA SAHABAT

Sheikh Abdus Salam : [Memandang kepada Hafiz Muhammad Rashid Sahib] Izinkan saya untuk menyatakan sesuatu dengan ringkas. [berpaling kepada Shirazi] Kami t idak pernah menafikan kemuliaan yang tinggi terhadap Ali, tetapi untuk mengatakan pujian kepada dia sahaja adalah tidak adil oleh kerana para sahabat rasul yang utama, satu dan semuanya adalah manusia yang mulia. Kamu berucap dari sebelah pihak, yang telah memesongkan manusia. Izinkan saya untuk menyatakan Hadis yang menyanjung mereka supaya kebenaran pada perkara ini akan terserlah.

Shirazi: Saya tidak memandang berat pada personaliti. Ayat-ayat al-Quran dan Hadis yang diterima sahih akan memandu kita kepada satu arah. Saya bersumpah dengan Allah bahawa saya t idak mencintai atau membenci sesaorang dengan membuta tuli . Saya meminta para hadirin untuk memberhentikan saya pada bila-bila masa j ika saya menyatakan sesuatu tanpa sebarang hujah atau diluar penerimaan akal, hanya Hadis yang diterima oleh kedua golongan sahaja yang saya sandarkan

108

Page 109: Sect Comparative In Peshwar Night

kepadanya. Saya tidak menafikan kualit i yang baik pada para sahabat Rasul yang lurus, tetapi kita hendaklah mencari diantara mereka jika ada seorang yang lebih utama dari seluruh ummah. Perbincangan kita bukanlah mengenai orang yang mulia, kerana mereka yang mulia ada ramai. Kita harus mencari siapa yang paling tinggi kemuliaannya selepas Rasul supaya kita dapat mengikutinya.

Sheikh : Kamu telah membuat halangan yang tidak diperlukan. Di dalam buku kamu tidak terdapat satu Hadis yang memuji para Khalifah. Bagaimana kita hendak berbincang dengan asas ini?

Shirazi: Pada malam yang pertama dari perbincangan kita, kamu pasti ingat bahawa Hafiz Sahib sendiri telah bersetuju bahawa perbincangan kita hendaklah berasaskan pada ayat al-Quran dan pada Hadis yang diterima oleh kedua golongan. Oleh kerana saya mempunyai buku-buku sahih kamu, maka saya bersetuju. Sebagaimana yang kamu boleh mengakui, saya belum lagi menyimpang dari pendirian ini. Di dalam menyokong pendapat saya, saya telah sebutkan hanya ayat Quran dan Hadis yang telah dirakamkan oleh buku-buku dari ulama kamu yang terkenal. Apabila kamu membuat syarat ini, kamu tidak sedar yang kamu akan terperangkap kemudian. Tetapi saya masih tidak mengambil syarat ini sebagai mutlak. Saya bersedia untuk mendengar Hadis dari satu pihak jika ia sahih. Maka dengannya barulah kita dapat menentukan fakta dengan adil dan betul. Saya tidak keberatan untuk menerima fakta pada perbandingan kemuliaan yang ada pada Ali.

Sheikh: Kamu menyebut Hadis mengenai Ali sebagai wazir, tetapi telah mengabaikan kepada fakta bahawa terdapat banyak Hadis mengenai Khalifah Abu Bakar.

Shirazi: Kamu harus ingat, bahawa ulama kamu yang terkenal seperti Dhahabi, Al-Suyuti dan Ibn Abil-Hadid telah menyatakan bahawa Bani Umayyah dan pengikut Abu Bakar telah memalsukan banyak Hadis di dalam memuji Abu Bakar, kamu boleh menyebutkan Hadis i tu dari kebanyakkan mereka supaya manusia yang adil dapat menilai kesahihannya.

HADIS PUJIAN TERHADAP ABU BAKAR

Sheikh: Ada Hadis yang sahih disampaikan oleh Umar bin Ibrahim bin Khalid, yang menyampaikan dari Isa bin Ali bin Abdullah bin Abbas, dan dia dari bapanya, dan dia dari datuknya, Abbas, bahawa Rasul Islam mengatakan kepada orang itu, '‘Wahai bapa saudara! Allah telah menjadikan Abu Bakar Khalifah kepada agama ini. Maka dengarkanlah dia dan patuhlah kepadanya supaya kamu akan selamat.’

Shirazi : Itu adalah Hadis yang ditolak.

Sheikh : Bagaimana ia ditolak?

109

Page 110: Sect Comparative In Peshwar Night

Shirazi: Ulama kamu yang terkenal telah menolaknya. Kerana penyampai kepada Hadis ini adalah terkenal dengan pendusta dan pemalsuannya, ulama kamu tidak menganggapnya sebagai bernilai untuk diterima. Dhahabi di dalam ‘ Mizanul-Itidal’ , telah menulis mengenai Ibrahim bin Khalid, dan Khatib Baghdadi, telah menulis mengenai Umar bin Ibrahim sebagai berkata: ‘Dia adalah penipu besar.’ Hadis yang ditulis oleh seorang pendusta t idak boleh diterima.

Sheikh: Telah dinyatakan dari punca yang boleh dipercayai bahawa seorang sahabat Rasul yang warak, Abu Hurairah menyebutkan bahawa Jibril muncul dihadapan Rasul dan berkata: ‘Allah kirimkan salam-Nya kepada kamu. Dia berkata: ‘saya ridha dengan Abu Bakar, tanyakan kepadanya adakah dia ridha kepada Ku atau tidak.’

Shirazi: Kita hendaklah berhati-hati pada menyampaikan Hadis. Saya mengambil perhatian kamu kepada satu Hadis yang mana ulama kamu Ibn Hajar [di dalam ‘al-Isabah’] dan Ibn Abdil Barr [di dalam ‘al-Istiab’] menyebutkan dari Abu Hurairah bahawa Rasul berkata: ‘Terdapat ramai yang telah menyebutkan sesuatu dari saya dengan yang salah, dan sesiapa yang mewakili saya dengan yang salah adalah tempat kediamannya di dalam neraka. Apabila suatu Hadis yang disampaikan kepada kamu bagi pihak diri saya, kamu hendaklah meletakkannya pada al-Quran.’

Hadis lain yang dipersetujui oleh kedua golongan, disampaikan oleh Imam Fakhruddin al-Razi di dalam ‘Tafsir al-Kabir’ , jil id II, ms 271, menyebutkan sebagai Rasul telah berkata: ‘Apabila suatu Hadis dari saya disampaikan kepada kamu, letakkannya pada kitab Allah, jika ia bersependapat dengan al-Quran, terimalah. Jika tidak tolaklah.’ Buku dari ulama kamu yang terkenal telah menyatakan bahawa satu dari Hadis yang telah dipalsukan dengan nama rasul adalah dari orang yang ditolak ini , Abu Hurairah, yang mana kamu panggil sebagai warak.

Sheikh: Saya tidak sangka orang yang seperti kamu sanggup membuat kenyataan yang menghinakan mengenai sahabat Rasul.

Shirazi: Kamu ingin saya merasakan takjub pada perkataan ‘sahabi’ , tetapi kamu telah tersalah jika kamu fikir perkataan ‘sahabi’ perlu dihormati. Benar persahabatan dengan Rasul mendapatkan satu kemuliaan, tetapi ini berasaskan kepada syarat bahawa sahabat i tu patuh kepada Rasul. Jika dia bertindak bertentangan dengan arahan Rasul, maka pastinya dia ditolak. Tidakkah para munafikin adalah sahabat Rasul? Ya, dan mereka dikutuk.

Sheikh: Tidak ada bukti yang mereka ditolak. Jika mereka ditolak, apakah bukti yang mereka akan masuk ke neraka? Adakah setiap orang yang ditolak atau dikutuk akan masuk neraka? Orang yang dikutuk adalah mereka, menurut perundangan khas dari al-Quran, atau kata-kata Rasul, orang yang sebegitu [masuk neraka].

110

Page 111: Sect Comparative In Peshwar Night

KEREKTER ABU HURAIRAH DAN KUTUKAN KEPADANYA

Shirazi: Terdapat asas yang jelas untuk menunjukkan bahawa Abu Hurairah adalah seorang yang tidak boleh dipercayai. Ulama kamu telah mengesahkan fakta tersebut. Satu dari sebab mengapa dia dikutuk adalah, menurut dari kata-kata rasul, dia adalah sekutu kepada anak yang terkutuk dari yang terkutuk Abu Sufyan. Abu Hurairah adalah seorang hipokrit [munafik]. Pada beberapa peristiwa di Siffin dia bersalat di belakang Amirul Mukminin, Ali. Pada masa yang lain di duduk di meja makan Muawiyah dengan makanan yang lazat. Sebagaimana yang disampaikan oleh Zamakhshari di dalam ‘ Rabiul-Abrar’ dan Ibn Abil-Hadid di dalam ulasan pada Nahjul Balaghah , apabila Abu Hurairah ditanyakan sebab polisi bermuka dua ini; dia berkata: ‘Makanan Muawiyah sangat sedap dan lazat, dan salat dibelakang Ali adalah lebih utama.’ Ulama kamu seperti Sheikhul-Islam Hamawaini di dalam ‘Faraid’ Bab 37, Khawarizmi di dalam ‘Manaqib’ , al-Tabarani di dalam ‘al-Ausat’ , Kanji al-Shafii di dalam ‘Kifayatut-Talib’ dan ramai yang lain, menyebut dari orang yang sama Abu Hurairah dan lainnya bahawa Rasul berkata: ‘Ali bersama kebenaran, dan kebenaran bersama Ali.’ Apabila dia meninggalkan Ali dan bersama dengan Muawiyah, t idakkah dia perlu dikutuk? Jika seseorang bukan saja mendiamkan diri di atas perbuatan kejam Muawiyah tetapi sebenarnya membantu dan menolong kepadanya pada mencapai kedudukannya di dunia dan untuk memenuhi perutnya, tidakkah dia perlu dikutuk?

Abu Hurairah yang sama telah menyampaikan sendiri [sebagaimana telah dirakamkan oleh ulama kamu seperti Hakim Nisaburi di dalam ‘Mustadrak’, j ilid II, ms 124, Imam Ahmad bin Hanbal, Tabarani dan lainnya] bahawa Rasul telah berkata: ‘Ali bersama al-Quran dan al-Quran bersama Ali. Keduanya tidak akan berpisah sehingga mereka menemui ku di pancutan Kauthar. Ali adalah dari aku dan aku dari Ali. Sesiapa yang menghina [mencarut] Ali, menghina aku, sesiapa menghina aku menghina Allah.’ Muawiyah di dalam khutbahnya salat jumaat, mengutuk Ali , Hasan dan Husain. Dia mengarahkan di dalam semua jamaah, manusia yang suci ini hendaklah dikutuk. Maka jika sesaorang pada ketika itu bersatu dengan manusia yang terkutuk ini dan merasa senang dengan tindakan mereka, tidakkah dia juga perlu dikutuk? Dan sedang dia bersekutu dengan manusia seperti ini , j ika dia membantu mereka di dalam memalsukan Hadis dan memaksa manusia untuk menyebutkan kutukan terhadap manusia suci ini, t idakkah dia juga perlu pada kutukkan?

Sheikh: Adakah wajar pada kami untuk menerima penghinaan ini , bahawa sahabat Rasul yang ikhlas telah memalsukan Hadis, membuat manusia mengutuk Ali?

Shirazi: Sudah tentu susah hendak dipercayai bahawa sahabat yang ikhlas sanggup melakukan perkara yang sedemikian. Jika ada mana-mana sahabat yang telah melakukan yang sedemikian, ini bererti

111

Page 112: Sect Comparative In Peshwar Night

bahawa dia tidak ikhlas. Terdapat banyak Hadis yang disampaikan oleh ulama kamu yang mengatakan bahawa Rasul berkata: ‘Sesiapa yang menghina [memaki] Ali , menghina aku dan Allah.’

Sheikh: Untuk berkata jujur, apabila kamu menghina para sahabat Rasul, dengan mengatakan bahawa mereka memalsukan Hadis, bagaimana kami boleh mengharapkan bahawa kamu tidak akan mengaitkan motif yang jahat kepada ulama sunni yang ulung? Kamu Syiah mempunyai kecekapan pada menghina orang-orang yang ternama.

Shirazi: Kamu tidak berlaku adil dengan mengatakan perkara yang begitu kepada kami. Sejarah Islam selama 1 400 tahun telah mengatakan pertentangannya. Semenjak dari permulaan abad pertama Islam, Bani Umayyah telah menzalimi Imam yang ma’sum, keturunan Rasul, dan pengikut mereka, Syiah. Bahkan hari ini, ulama kamu yang terkemuka telah merakamkan laporan yang menghinakan terhadap Syiah di dalam buku mereka supaya dengannya dapat memesongkan manusia.

Sheikh: Siapakah ulama sunni yang telah menghina Syiah?

IBN ABD RABBIH TELAH MENGHINA SYIAH

Seorang penulis kamu yang terkenal, Shahabud-Din Abu Umar Ahmad bin Muhammad bin Abd Rabbih al-Qurtubi al-Andalusi al-Maliki [m.940M] di dalam bukunya ‘ Iqdul-Farid’ j ilid I ms 269, telah memanggil Syiah ‘Yahudi bagi ummah ini’ Dia mengatakan bahawa, sebagaimana Yahudi adalah musuh Kristian, Syiah adalah musuh bagi Islam. Dia mengatakan Syiah seperti Yahudi yang tidak menerima fakta bahawa seorang boleh diceraikan tiga kali oleh orang yang sama, atau tidak juga menerima amalan iddah. Kedua-dua kumpulan Syiah dan sunni yang telah mesra ketawa di atas yang diperkatakan. Kamu akan menjumpai di dalam semua buku Syiah perundangan mengenai tiga kali cerai dan juga iddah selepas penceraian.

Dia juga mengatakan Syiah seperti Yahudi, musuh kepada Jibril, kerana Jibril menghantar wahyu Allah kepada Muhammad, tidak kepada Ali [ketawa dari hadirin dipihak Syiah] Kami Syiah percaya kepada Rasul. Kami percaya perintah Allah diwahyukan kepadanya melalui Jibril , yang kedudukan jauh lebih tinggi dari apa yang dikatakan oleh penulis yang tidak berharga ini.

PENGHINAAN OLEH IBN HAZM

Seorang lagi ulama kamu ialah Abu Muhammad Ali bin Ahmad bin Said ibn Hazm al-Andalusi [mati 456 Hijrah], yang telah merakamkan tanggapan yang pelik, khas bagi Syiah di dalam bukunya yang terkenal ‘Kitab al-Fisal f i al-Milal Wa al-Nihal wa al-Ahwa’ . Sebagai contoh, dia mengatakan Syiah bukan Muslim. Mereka telah menyimpang, pengikut Yahudi dan Kristian. Di dalam ji lid IV ms 182, dia menulis bahawa, ‘Menurut Syiah, adalah halal untuk mengahwini sembilan

112

Page 113: Sect Comparative In Peshwar Night

wanita.’ Laporan ini dengan mudah boleh disangkal dengan merujuk buku-buku Syiah yang dengan terang mengatakan haram pada menyimpan lebih dari empat isteri di dalam perkahwinan tetap pada satu-satu masa. Terdapat banyak lagi tuduhan yang tidak berasas dan menghinakan yang dikatakan mengenai Syiah di dalam buku ini, yang mana kamu akan malu untuk mendengarnya.

PENGHINAAN OLEH ABU TAIMIYYAH

Seorang dari ulama kamu yang tidak beragama adalah Ahmad bin Abdul-Halim Hanbali , dikenali sebagai Ibn Taimiyyah [mati 728 Hijrah] Dia amat benci kepada Syiah, Amirul Mukminin, Ali dan keturunan Rasul. Bukunya ‘Minhajus-Sunnah’ telah dipenuhi kebencian yang pahit terhadap Ali dan keturunan Rasul. Sesiapa yang hanya mengetahui sedikit dari fakta akan terperanjat mendengar pembohongannya. Sebagai contoh, dia menulis bahawa: ‘Tidak terdapat kumpulan pembohong yang terbesar selain Syiah, dan adalah dengan sebab itu maka pengarang Syiah tidak memuatkan di dalam buku mereka Hadis yang disampaikan oleh mereka.’ Di dalam jilid X ms 23, dia berkata Syiah percaya kepada empat asas pada agama – tauhid [ke Esaan Tuhan]; adl [keadilan Allah]; nubuwat [kerasulan]; dan Imami [wazir]. Yang sebenarnya, di dalam buku Syiah mengenai iman, yang boleh didapati dimana-mana, telah ditulis bahawa kepercayaan Syiah terbahagi kepada tiga asas; Tauhid; Nubuwwah; dan Ma‘ad [Hari Pengadilan]; adl adalah sebahagian dari tauhid dan Imami adalah sebahagian dari nubuwwat.

Di dalam ji lid I ms 131, dia menyatakan bahawa Syiah t idak berhimpun di dalam masjid. Mereka tidak melakukan jumaat ataupun salat jumaah. Jika mereka ada mengerjakan salat mereka akan lakukan bersendirian [tertawa di kalangan Syiah] Tetapi yang sebenarnya kami amat menitik beratkan di dalam salat berjamaah. Di dalam banyak kota di Iraq dan Iran, yang menjadi pusat bagi Syiah, masjid-masjid kami dipenuhi oleh pengunjung yang melakukan salat berjamaah.

Pada muka surat yang sama dia menulis, Syiah t idak melakukan haji ke Kaabah. ‘Haji mereka mengandungi hanya ziarah kepada kuburan yang mereka anggap lebih utama dari haji ke Makah. Mereka mengutuk yang tidak pergi berziarah ke kuburan.’ [tertawa]

Buku doa Syiah mengandungi Bab yang khusus untuk doa-doa untuk haji [Kitabul-Hajj ] Ulama Syiah telah menulis banyak buku menerangkan amalan-amalan untuk haji, yang mana arahan yang khas telah diberi untuk melakukan amalan haji. Banyak Hadis dari Imam kami menegaskan bahawa jika seorang Muslim [Syiah atau sunni] telah cukup syarat, dan gagal untuk melaksanakannya, dia telah terkeluar dari Islam. Apabila dia mati , dia diberitahu: ‘Matilah sebagaimana mati yang engkau boleh, seperti matinya Yahudi, Nasrani atau Penyembah api (Majusi).’ Bolehkah kamu percaya dengan arahan yang sedemikian Syiah akan menahan diri dari mengerjakan haji? Sebagai tambahan

113

Page 114: Sect Comparative In Peshwar Night

kepada penyampaian yang salah, orang kejam ini telah berkata bahawa ulama Syiah yang terkenal, Muhammad bin Muhammad bin Nu‘man [Sheikh Mufid] telah menulis buku ‘ Manasikhul-Hajj lil-Mashahid’ . Tajuk yang sebenar adalah ‘ Mansikhuz-Ziarat’ , yang boleh didapati dimana-mana dan yang mengandungi arahan mengenai melawat tempat-tempat ziarat , termasuk makam yang suci kebanyakan Imam. Jika kamu merujuk kepada buku ziarat ini , kamu akan dapati melawat kepada makam Rasul dan para Imam adalah digalakkan dan bukannya wajib. Bukti terhadap pembohongan orang ini adalah pengikut Syiah yang melakukan haji setiap tahun dengan jumlah ribuan.

Satu lagi tuduhan yang palsu dari sipembohong ini, boleh dijumpai di jil id I, ms 11, dimana dia berkata orang Syiah memanggil anjing-anjing mereka dengan nama Abu Bakar dan Umar dan selalu mengutuknya [Abu Bakar dan Umar] [tertawa dikalangan Syiah] Ini adalah amat jahil. Menurut kepercayaan Syiah, anjing adalah najis. Rumah Muslim yang mempunyai anjing dijauhi rahmat. Makanya Syiah muslim adalah dilarang untuk memelihara anjing malainkan dengan syarat tertentu [berburu, menjaga rumah atau ternakan kambing] Salah satu dari banyak sebab pada renggangnya hubungan Yazid dengan cucu Rasul, Imam Husain, adalah Yazid sangat gemar pada anjing dan memeliharanya tanpa sebab.

Ibn Taimiyyah juga menulis bahawa oleh kerana Syiah sedang menunggu kemunculan Imam yang terakhir, di banyak tempat, terutama di dewan bawah tanah Samarra [tempat Imam suci ghaib] mereka telah menyediakan kuda. Mereka menyeru Imam supaya muncul dengan mengatakan mereka telah sedia bersenjata penuh untuk berkhidmat kepadanya. Dia juga menulis Syiah menghadap ke t imur pada akhir Ramadan dan memanggil Imam supaya keluar. Sebahagian mereka bahkan telah meninggalkan salat , dengan fikiran bahawa jika mereka sibuk dengan salat dan Imam muncul, mereka mungkin ketinggalan untuk berkhidmat kepadanya. [tertawa dari sunni dan juga Syiah]

Kami tidaklah hairan sangat dengan cerita dongeng orang jahat ini. Tetapi kami amat terkejut dengan tabiat ulama Mesir sekarang dan juga Damascus yang tidak bertanya kepada Syiah, yang hidup bersama mereka, telah mengikut rentak keanehan manusia seperti Ibn Taimiyyah. Ia akan memenatkan untuk memberikan senarai yang panjang mengenai laporan yang tidak benar dari Ibn Hajar al-Makki; Hafiz; dan Qazi Ruzbahan. Buku-buku mereka terkenal, walaupun dari sudut pandangan sahih, ia t idak mempunyai apa-apa nilai.

Sebagai contoh, ‘Milal wa al-Nihal’ oleh Muhammad ibn Abdul-Karim Shahrastani [mati 548 Hijrah] pada pandangan ulama, ia t idak mempunyai nilai langsung. Kamu akan jumpa apa saja di dalamnya terutama segala dusta yang dikatakan dianuti oleh Syiah, seperti sembah kepada Ali, kepercayaan perpindahan ruh. Yang nyata dia bukanlah seorang ilmuan. Menulis mengenai Ithna Ashari Syiah, dia mengatakan bahawa pusara Ali Ibn Hadi Muhammad Naqi yang datang

114

Page 115: Sect Comparative In Peshwar Night

setelah Imam Muhammad Taqi, bertempat di Qum. Sedangkan kanak-kanak kecil tahu bahawa pusara Imam Ali Naqi letaknya bersebelahan dengan pusara anaknya Imam Hasan Askari di Samarra. Saya t idak fikir rujukan seterusnya yang seperti ini perlu untuk membuktikan bahawa ulama sunni telah mengadakan laporan yang salah mengenai Syiah. Dan bukan saya seorang yang membuat tuduhan terhadap kejujuran Abu Hurairah. Ulama sunni juga mendedahkan keburukan tabiatnya di dalam buku mereka.

KAREKTER ABU HURAIRAH DAN HADIS MENYERUKAN KUTUKAN TERHADAPNYA

Ibn Abil-Hadid al-Muktazili di dalam ulasannya pada Nahjul Balaghah , jil id I, ms 358, dan di dalam Jil id IV, disampaikan dari gurunya, Imam Abu Jaafar Asqalani, bahawa Muawiyah bin Abu Sufyan mengumpulkan sekumpulan para sahabat Rasul dan anak-anak mereka bagi tujuan memalsukan Hadis. Diantara mereka yang menyumbangkan Hadis kotor terhadap Ali adalah Abu Hurairah, Amru bin As dan Mughirah Ibn Shaba. Dengan memberikan secara mendalam cerita ini, Ibn Abil-Hadid menyampaikan bahawa Abu Hurairah pada suatu ketika masuk ke Masjid Kufah dan melihat kumpulan manusia ramai yang datang untuk menyambut Muawiyah. Dia melaung kepada kumpulan manusia ini: ‘Wahai penduduk Iraq. Adakah kamu fikir aku akan berdusta di dalam menentang Allah dan Rasul-Nya dan membeli api neraka untuk diri saya? Dengarkanlah dari saya, apa yang saya dengar dari Rasul. ‘Setiap rasul mempunyai ‘Haram’ [tempat tinggal yang suci] dan Haram saya adalah Madinah. Sesiapa yang bertanggung jawab di dalam membuat bidaah di Madinah adalah dikutuk oleh Allah, Malaikat-Nya dan juga oleh makhluk.’ Saya bersumpah dengan Allah bahawa Ali bertanggung jawab pada melakukan bidaah.’ [Iaitu Ali menanamkan perasaan permusuhan di antara manusia dan makanya, menurut dari Rasul, hendaklah dikutuk] Apabila Muawiyah mengetahui mengenainya [yang Abu Hurairah melakukan sesuatu untuknya, dan telah melakukannya di ibu negeri Ali, Kufah], dia menjemputnya, dan memberikan ganjaran kepadanya dan menjadikan dia gabenor Madinah. Tidakkah perbuatannya ini cukup untuk membuktikan bahawa dia layak pada kutukan? Adakah wajar bagi sesaorang pada menghina Khalifah yang termulia, perlu dianggap sebagai warak, hanya disebabkan bahawa dia pernah menjadi sahabat Rasul?

Sheikh: Atas dasar apa Syiah menganggap dia sebagai terkutuk?

Shirazi: Terdapat banyak hujah pada menyokong pandangan kami. Satu daripadanya adalah sesiapa yang menghina Rasul, menurut dari kedua golongan, terkutuk. Dari Hadis yang saya nyatakan terdahulu, Rasul berkata: ‘Sesiapa menghina Ali , menghina aku; sesiapa menghina aku, menghina Allah.’ Adalah nyata bahawa Abu Hurairah adalah orangnya yang bukan sahaja menghina Ali Ibn Abi Talib, tetapi memalsukan Hadis untuk meracuni manusia lain pada menghina beliau.

115

Page 116: Sect Comparative In Peshwar Night

ABU HURAIRAH BERSUBAHAT DENGAN BUSR IBN ARTAT DI DALAM PEMBUNUHAN BERAMAI-RAMAI TERHADAP MUSLIM

Kami juga mengutuk Abu Hurairah kerana bersubahat dengan Busr Ibn Artat di dalam pembunuhan ribuan Muslim. Ia telah disampaikan oleh ahli sejarah kamu, termasuk Tabari, Ibn Athir, Ibn Abil-Hadid, Allamah Samhudi, Ibn Khaldun, Ibn Khallikan, dan lainnya bahawa Muawiyah Ibn Abi Sufyan telah menghantar Busr Ibn Artat yang kejam bersama dengan 4 000 tentera Syria ke Yaman melalui Madinah untuk menghancurkan penduduk Yaman dan Syiah Ali . Si pembunuh yang kejam itu telah membunuh ribuan Muslim di Madinah, Mekah, Tabala [kota Tahima], Najran, Safa dan kawasan sekelilingnya. Mereka tidak melepaskan kanak-kanak dan juga orang tua dari Bani Hashim atau Syiah, Ali. Malah mereka membunuh dua budak kecil dari sepupu Rasul, Ubaidullah bin Abbas Gabenor Yaman yang telah dilantik oleh Ali. Telah dikatakan lebih dari 30 000 telah dibunuh dengan perintah si zalim ini. Bani Umayyah telah melakukan kezaliman yang gila ini. Abu Hurairah yang kamu kasihi menyaksikan pembunuhan ini, bukan saja dia berdiam diri malah secara aktif menyokongnya. Manusia yang tidak berdosa, seperti Jabir bin Abdullah al-Ansari, dan Abu Ayyub al-Ansari telah meminta perlindungan. Bahkan rumah Abu Ayyub al-Ansari, seorang sahabat Rasul yang utama, telah dibakar. Apabila tentera ini menuju arah Mekah, Abu Hurairah tinggal di Madinah. Sekarang saya meminta kamu untuk menerangkan kepada kami, dengan nama Allah, sama ada manusia yang hina ini yang berada bersama Rasul selama tiga tahun, dan telah menyampaikan lebih dari 5 000 Hadis dari Rasul, tidak pernah mendengar Hadis yang terkenal mengenai Madinah. Para ulama dari kedua golongan [seperti Allamah Samhudi di dalam ‘Tarikhul-Madinah’ ; Ahmad bin Hanbal di dalam ‘Musnad’ ; Sibt Ibn al-Jawzi di dalam ‘Tadhkirah’ ; ms 163] telah menyebut dari Rasul, yang berkata berulang kali: ‘Sesiapa yang mengancam penduduk Madinah dengan penindasan akan diancam oleh Allah dan akan dikutuk oleh Allah, oleh Malaikat-Nya, dan oleh makhluk. Allah t idak akan menerima apa-apa darinya. Semoga dikutuk orang yang mengancam penduduk Madinah. Jika sesiapa yang mencederakan penduduk Madinah, Allah akan meleburkannya seperti t imah di dalam api.’ Maka mengapa Abu Hurairah bersekutu dengan tentera yang menghancurkan Madinah? Mengapa dia memalsukan Hadis di dalam penentangan terhadap pengganti Rasul yang sebenar? Dan kenapa dia meracuni fikiran manusia pada menghina orang yang Rasul telah katakan: ‘Menghina dia adalah menghina saya?’ Fikirkanlah sama ada orang yang memalsukan Hadis dengan menggunakan nama Rasul t idak layak dikutuk.

Sheikh: Adalah t idak wajar bagi kamu untuk mengatakan sahabat Rasul yang paling dipercayai sebagai t idak beragama dan pemalsu.

ABU HURAIRAH: KUTUKAN DAN PUKULAN UMAR TERHADAPNYA

116

Page 117: Sect Comparative In Peshwar Night

Shirazi: Bukan saya saja yang tidak mempunyai perasaan belas terhadap Abu Hurairah. Manusia pertama yang tidak mempunyai perasaan belas terhadapnya adalah Khalifah kedua, Umar bin Khattab. Ibn al-Athir dan Ibn Abil-Hadid di dalam ‘SyarhNahjul Balaghah’ , jil id III, ms 104 [cetakan Mesir] dan beberapa yang lain telah menyatakan bahawa setelah Khalifah Umar melantik Abu Hurairah Gabenor Bahrain pada 21 Hijrah, orang ramai telah memberitahu Khalifah bahawa Abu Hurairah telah mengumpulkan harta yang banyak dan telah membeli kuda yang banyak. Maka Umar telah melucutkannya pada 23 Hijrah. Sebaik saja Abu Hurairah masuk, Khalifah berkata: ‘Wahai musuh Allah dan musuh KitabNya! Adakah kamu mencuri harta Allah?’ Dia menjawab: ‘Saya t idak pernah mencuri, tetapi manusia telah memberi kepada ku hadiah.’ Ibn Saad di dalam ‘Tabaqat’ j ilid IV, ms 90, Ibn Hajar Asqalani di dalam ‘al-Isabah’ ; dan Ibn Abd Rabbih di dalam ‘Iqdul-Farid’ , j ilid I, menulis bahawa Khalifah berkata: ‘Apabila aku melantik kamu menjadi Gabenor Bahrain, kamu tidak punya kasut pada kaki kamu, tetapi sekarang saya dengar bahawa kamu telah membeli kuda dengan 1 600 dinar. Bagaimana kamu dapat harta ini? Dia menjawab, ‘Ini adalah hadiah manusia, yang keuntungannya berlipat ganda.’ Muka Khalifah menjadi merah dengan kemarahan, dan dia memukul Abu Hurairah dengan kuat sehingga belakangnya berdarah. Kemudian Khalifah memerintahkan 10 000 dinar yang Abu Hurairah telah kumpulkan di Bahrain diambil dan dimasukkan ke dalam akaun Baitul-Mal.

Ini bukanlah kali pertama Umar memukul Abu Hurairah. Muslim menulis di dalam ‘Sahih’ nya, jil id I, ms 34, bahawa semasa hayat Rasul, Umar bin Khattab memukul Abu Hurairah dengan kuatnya sehingga dia jatuh ketanah. Ibn Abil Hadid menulis di dalam ulasannya pada ‘Nahjul Balaghah’ , j ilid I, ms 360, Abu Jaafar Asqalani telah berkata: ‘Menurut dari orang ternama kita, Abu Hurairah adalah seorang yang jahat. Hadis yang disampaikannya tidak boleh diterima. Umar memukulnya dengan cabuk dan mengatakan bahawa dia telah menukarkan Hadis dan telah menyatakan kata-kata yang palsu dari Rasul.’

Ibn Asakir di dalam ‘Tarikh Kabir’ ; dan Muttaqi di dalam ‘Kanzul-Ummal’ ; menyatakan Khalifah Umar memukul dan memerahinya, dan menegah dia dari menyebutkan Hadis dari Rasul. Umar berkata: ‘Kerana kamu menyampaikan Hadis Rasul dengan jumlah yang banyak, kamu hanya layak menyampaikan yang dusta sahaja dari baginda [iaitu, orang yang jahat seperti kamu hanya diharapkan untuk menyampaikan perkara yang dusta mengenai Rasul] Maka kamu hendaklah berhenti dari menyebutkan Hadis dari Rasul; jika tidak saya akan menghantar kamu ke tanah Dus.’ [Satu kaum di Yaman, golongan Abu Hurairah]

Ibn Abil-Hadid di dalam ulasannya pada ‘Nahjul Balaghah’ , j ilid I, ms 360 [percetakan Mesir] menyatakan dari gurunya, Imam Abu Jaafar Asqalani, bahawa Ali berkata: ‘Berhati-hati terhadap pendusta terbesar diantara manusia, Abu Hurairah al-Dusi.’

117

Page 118: Sect Comparative In Peshwar Night

Ibn Qutaybah di dalam ‘Takwil Mukhtalaful-Hadis’ dan al-Hakim di dalam ‘Mustadrak’ jil id III, dan Dhahabi di dalam Talkhisul-Mustadrak’ dan Muslim di dalam ‘Sahih’nya, ji lid II, menyampaikan mengenai karekter Abu Hurairah, semua mengatakan bahawa Aisyah berulang kali bertentangan dengannya dan berkata: ‘Abu Hurairah adalah pembohong besar yang memalsukan Hadis dan mengatakannya dari Rasul.’

Ringkasnya, bukanlah kami saja yang menolak Abu Hurairah. Menurut dari Khalifah Umar, Amirul Mukminin, Ali , Ummul-Mukminin Aisyah, dan para sahabat yang lain dan pengikut Rasul semuanya berkata bahawa dia tidak boleh dipercayai. Menurut, Sheikh-sheikh Mutazili dan para Imam mereka dan ulama Hanafi secara amnya menolak Hadis yang disampaikan oleh Abu Hurairah. Lebih-lebih lagi di dalam ulasannya pada Sahih Muslim, jil id IV, Nadwi menekankan maksud ini: ‘Imam Abu Hanifah berkata: ‘Para sahabat Rasul secara umumnya adalah wara’ dan adil. Saya menerima setiap Hadis dengan keterangan yang disampaikan oleh mereka, tetapi saya tidak menerima Hadis yang puncanya adalah dari Abu Hurairah, Anas bin Malik atau Samra bin Jundab.’

Kami menolak Abu Hurairah yang sama, yang mana Khalifah Umar telah sebat dan memanggilnya pencuri dan penipu. Dia telah ditolak oleh Ummul-Mukminin Aisyah, Imam Abu Hanifah dan oleh ramai para sahabat dan pengikut Rasul. Kami menolak Abu Hurairah yang sama yang telah ditolak dan digelar pendusta oleh pemimpin kami dan ketua bagi agama yang Esa, Ali, dan oleh Imam-imam yang suci dan juga keturunan Rasul. Kami menolak Abu Hurairah yang menyembah perutnya, walau pun dia mengetahui keutamaan Ali, telah mengabaikan beliau. Dia telah memilih pelindungnya, Muawiyah terkutuk, duduk dimejanya untuk memuaskan nafsunya dengan makan yang lazat, dan memalsukan Hadis di dalam menentang Ali. Di dalam perbincangan kita setakat ini , kamu dan saya hendaklah memerhatikan bahawa apabila Hadis dari Rasul yang dipertimbangan; kita hendaklah pada mulanya merujuk pada al-Quran. Jika Hadis i tu bersetuju dengan al-Quran, jika hendaklah menerimanya, jika tidak, tolak.

MENJAWAB KEPADA HADIS YANG DIKATAKAN BAHAWA ALLAH BERKATA: AKU RIDHA KEPADA ABU BAKAR – ADAKAH DIA RIDHA DENGAN AKU?

Hadis yang kamu sebutkan terdahulu [walaupun dari satu pihak] boleh dirujukan kepada al-Quran. Jika t idak terdapat sebarang pertentangan, pasti kami akan menerimanya. Satu ayat dari al-Quran yang mengatakan:

‘Dan pastinya Kami menjadikan manusia, dan mengetahui apa yang difikirkan. Kami lebih dekat padanya dari urat lehernya.’ [50:16]

118

Page 119: Sect Comparative In Peshwar Night

Kamu faham bahawa ‘hablul-warid’ urat leher, adalah pengertian umum untuk menunjukkan betapa terlalu hampirnya. Pengertian pada ayat ini ialah, Allah adalah yang Maha Mengetahui. Tidak ada yang tersembunyi dari-Nya, betapa dalam sekali pun di dalam dada manusia. Allah mengetahui rahsia di dalam hati kita. Dan di dalam surah Yunus, Dia berkata:

‘Dan kamu tidak terikat pada mana-mana urusan, tidak juga kamu membaca mengenai dari mana-mana bahagian al-Quran, t idak juga kamu melakukan apa-apa kerja tetapi Kami menyaksikan diatas kamu apabila kamu masuk kepadanya. Dan tidak ada yang terlindung dari Tuhan mu walau seberat atom dibumi atau dilangit , tidak juga apa-apa yang kecil atau besar, tetapi semuanya di dalam Kitab yang nyata.’ [10:61]

Menurut dari ayat-ayat ini, dan juga fikiran yang waras, tidak ada yang terlindung dari Allah. Dia mengetahui apa yang dilakukan atau difikirkan oleh manusia. Sekarang bandingkan Hadis itu dengan dua ayat ini dan lihatlah sama ada ia boleh seiringan.

Bagaimana boleh diterima bahawa Allah tidak tahu apa yang diridhai oleh Abu Bakar, sehinggakan Dia sendiri terpaksa bertanya kepadanya sama ada dia merasa ridha kepadaNya [Allah] atau tidak?

Akal yang waras dan al-Quran menunjukkan bahawa Hadis ini adalah palsu.

HADIS YANG MENINGGIKAN ABU BAKAR DAN UMAR DAN PENOLAKAN PADANYA

Sheikh: Tidak terdapat sebarang keraguan bahawa Rasul telah berkata: ‘Allah akan menunjukkan Dirinya kepada semua manusia secara umum dan kepada Abu Bakar secara khusus.’ Dia juga berkata: ‘Allah tidak meletakkan apa-apa kedalam dada saya yang Dia tidak letakkan kepada dada Abu Bakar.’ Dia juga berkata: ‘Saya dan Abu Bakar adalah seperti dua ekor kuda yang sama-sama kuat di dalam perlumbaan.’ Lagi katanya: ‘Dilangit ada terdapat 80 000 malaikat yang mendoakan untuk kesejahteraan bagi mereka yang bersahabat dengan Abu Bakar dan Umar. Dan pada aras langit yang lain 80 000 malaikat yang mengutuk mereka yang bermusuhan dengan Abu Bakar dan Umar.’ Rasul juga berkata: ‘Abu Bakar dan Umar adalah yang terbaik dari semua manusia dari mula kejadian hingga akhir.’ Kedudukan Abu Bakar dan Umar boleh dinilai dari Hadis yang dikatakan oleh Rasul: ‘Allah menjadikan aku dari cahaya-Nya, Abu Bakar dari cahaya aku, dan Umar dari cahaya Abu Bakar, dan ummahku dari cahaya Umar. Umar adalah peli ta bagi manusia di syurga.’ Terdapat banyak lagi Hadis yang dirakamkan di

119

Page 120: Sect Comparative In Peshwar Night

dalam buku sahih kami. Saya telah sebutkan sedikit daripadanya supaya kamu boleh tahu kedudukan sebenar Khalifah.

Shirazi: Pengertian kepada Hadis ini membawa kepada murtad dan kafir, yang mana dengan jelas telah membutikan bahawa Rasul tidak mengatakan yang sedemikian. Hadis yang pertama menunjukkan bahawa Allah mempunyai bentuk dan ia adalah kafir pada mempercayai bahawa Allah mempunyai bentuk. Hadis kedua menunjukkan bahawa Abu Bakar berkongsi segala yang diwahyukan kepada Rasul. Hadis yang ketiga menunjukkan bahawa Rasul bukanlah yang lebih utama dari Abu Bakar. Hadis yang lainnya bertentangan dengan Hadis yang telah diterima oleh kedua golongan, bahawa manusia yang terbaik di dalam dunia ini adalah Nabi Muhammad dan keturunannya.

Selain dari fakta yang nyata ini, ulama kamu yang terkenal, seperti Muqaddasi di dalam bukunya ‘Tadhkiratul-Mauduat’ ; Firuzabadi al-Shafii di dalam ‘Safarus-Saadat’, Hasan bin Athir al-Dhahabi di dalam ‘Mizanul-Itidal’ ; Abu Bakar Ahmad bin Ali khatib Baghdadi di dalam ‘Tarikh’ ; Abul-Faraj di dalam ‘Kitabul-Mauduat’ ; dan Jalalud-Din Al-Suyuti di dalam ‘Al-Lualil-Masnuah fi l-Abadusil-Mauduah’ – semua merumuskan bahawa Hadis-Hadis i tu telah dipalsukan. Mereka semua menekankan bahawa Hadis itu adalah dusta. Ia bertentangan dengan al-Quran dan juga akal yang waras.

Sheikh: Tetapi pertimbangakan satu lagi Hadis yang pastinya sahih. Rasul berkata: ‘Abu Bakar dan Umar adalah ketua bagi orang tua disyurga.’

Shirazi: Jika kamu menilit i Hadis yang dikatakan ini dengan cermat, kamu akan dapati bahawa selain daripada ulama kamu sediri telah menolaknya, Hadis ini t idak mungkin datang dari Rasul. Semua orang tahu bahawa syurga tidak dihuni oleh orang tua. Tidak ada perubahan di dalamnya. Terdapat banyak laporan yang telah diterima oleh kedua golongan yang bersangkutan kepada perkara ini. Satu daripadanya adalah mengenai Ashjaiyya, seorang wanita tua yang pergi berjumpa Rasul. Di dalam masa perbualan Rasul telah berkata: ‘Wanita tua tidak akan masuk syurga.’ Wanita itu amat susah hati sambil menangis dia berkata: ‘Wahai rasul Allah, ini bererti saya tidak akan masuk syurga.’ Dengan mengatakan ini, dia pergi. Rasul berkata: ‘Katakan kepadanya, pada hari tersebut dia akan menjadi muda dan masuk kesyurga.’ Kemudian dia membaca ayat yang berikut dari al-Quran:

‘Sesungguhnya Kami adakan bagi mereka keadaan yang baru, kemudian kami jadikan mereka perawan, mencintai, sama di dalam umur, hanya untuk sahabat dipihak yang kanan.’ [56:35-38]

Di dalam Hadis yang lain yang diterima oleh kedua pihak, Rasul berkata: ‘Apabila penduduk dunia memasuki syurga, mereka akan

120

Page 121: Sect Comparative In Peshwar Night

menjadi muda dan suci dengan wajah yang bersih, rambut ikal, mata yang menawan, berusia 33 tahun.’

Sheikh: Kenyataan kamu adalah benar sebagaimana adanya, tetapi ini adalah Hadis tertentu.

Shirazi: Saya tidak mengerti. Apa yang kamu maksudkan dengan ‘Hadis tertentu’? Adakah kamu maksudkan bahawa Allah akan menghantar sekumpulan orang tua ke syurga supaya Abu Bakar dan Umar boleh menjadi ketuanya? Sebaliknya ulama kamu telah menganggapnya sebagai palsu. Rasul telah berikan kepada kita peraturan pada pengesahan Hadis. Saya telah nyatakan terdahulu bahawa sebarang Hadis yang tidak selaras dengan al-Quran hendaklah ditolak. Ulama kami telah menolak beberapa Hadis yang dikatakan berpunca dari Rasul atau dari Imam yang suci atas dasar prinsip yang telah disebutkan oleh Rasul: ‘Apabila Hadis yang disampaikan dikatakan datang dari saya, rujuklah kepada al-Quran; jika ia selaras dengannya, terimalah, jika tidak, tolak.’ Begitulah ulama kami tidak menerima Hadis yang tidak selaras dengan al-Quran. Terdahulu saya telah nyatakan bahawa ulama kamu telah menulis peraturan pada menolak Hadis yang palsu. Sebagai contoh, Sheikh Majdud-Din Muhammad bin Yaqub Firuzabadi di dalam ‘Safarus-Saada’ ms 142; Jalalud-Din Al-Suyuti di dalam ‘Kitabul-Luali’ ; Ibn al-Jawzi di dalam ‘Mauduat’ ; Muqaddasi di dalam ‘Tadhkiratul-Maudu‘at’ ; dan Sheikh Muhammad bin Darwish [Masyhur bi Hut al-Beiruti] di dalam ‘Asnal-Talib’ – semua telah berkata bahawa rantaian penyampai kepada Hadis yang mengatakan bahawa Abu Bakar dan Umar adalah ketua pada orang tua di syurga termasuk Yahya bin Anbasa. Dhahabi berkata bahawa Yahya ini adalah penyampai yang tidak boleh dipercayai, dan Ibn Jan berpendapat bahawa Yahya biasa memalsukan Hadis.

Makanya, selain dari hujah saya yang terdahulu, ulama kamu juga menganggapnya sebagai Hadis palsu. Mungkin ia telah dipalsukan oleh pengikut Abu Bakar, keluarga Umayyah. Supaya mereka dapat merendahkan Bani Hashim dan keturunan Rasul, mereka biasa memalsukan Hadis yang selari [sejajar] dengan yang sahih yang telah disampaikan di dalam memuji keluarga Rasul. Orang seperti Abu Hurairah, di dalam hendak memenangi kedudukan kepada golongan pemerintah, Bani Umayyah, kerap memalsukan Hadis. Disebabkan permusuhan mereka terhadap keluarga Rasul, mereka mengadakan Hadis yang sejajar dengan yang diterima oleh ulama Syiah dan sunni.

Nawab : Hadis mana yang diterima di dalam kes ini?

HADIS YANG KEDUANYA HASAN DAN HUSAIN ADALAH KETUA REMAJA DISYURGA

Shirazi: Hadis yang sahih adalah bahawa Rasul telag berkata: ‘Hasan dan Husain adalah ketua remaja di Syurga dan bapa mereka adalah lebih utama dari mereka.’ Banyak ulama yang telah menyebutkan Hadis

121

Page 122: Sect Comparative In Peshwar Night

ini. Sebagai contoh: Khatib Khawarizmi di dalam ‘Manaqib’ , Mir Sayyid Ali Abu Abdu’r-Rahman Nasa’i di dalam ‘Khasa’is-i l-Alawi’ (tiga Hadis), Ibn Sabbagh Maliki di dalam ‘Fusul al-Muhimmah’ , ms 159, Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam ‘Yanabi’ al-Mawaddah’ , Bab 54, Sibt Ibn al-Jawzi di dalam ‘Tadhkirah’ , menyebutnya dari Tirmidhi, Ibn Majah dan Imam Ahmad bin Hanbal, Sibt Ibn al-Jawzi ms 133 dari ‘Tadhkirahtu’l-Mawaddah’ , Imam Ahmad bin Hanbal di dalam ‘Musnad’ , Tirmidhi di dalam ‘Sunan’ , dan Muhammad bin Yusuf Kanji al-Syafii di dalam ‘Kifayah al-Talib’ , Bab 97, telah merakam Hadis ini dan kemudian menambah bahawa penyampai yang terkenal mengenai Hadis, Imam Abdu’l-Qasim Tabarani, dan yang juga merakamkan Hadis ini di dalam ‘Mu’ajamu’l-Kabir’ dan menyenaraikan semua penyampai, seperti Amirul Mukminin, Ali, Umar bin Khattab (Khalifah kedua), Hudhaifah Yamani, Abu Sa’id Khudri, Jabir bin Abdullah al-Ansari , Abu Hurairah, Usamah bin Zaid, dan Abdullah bin Umar. Kemudiannya, Muhammad bin Yusuf telah mengulas bahawa ia t idak dipersoalkan lagi bahawa Hadis ini adalah tulen. Rantaian penyampai yang tidak putus pada Hadis ini adalah bukti kesahihannya. Tambahan lagi, Hafiz Abu Nu‘aim Isfahani di dalam ‘Hilyatu’l-Auliya’ , Ibn Asakir di dalam ‘Tarikh Kabir’ , j ilid IV, ms 206, al-Hakim di dalam ‘Mustadrak’ , Ibn Hajar Makki di dalam ‘Sawa’iq Muhriqah’ – ringkasnya, semua ulama kamu yang terkenal telah mengesahkan kesahihan Hadis ini.

Sheikh: Tetapi pertimbangkan Hadis ini , yang kesahihannya tidak dapat dinafikan. Rasul berkata: ‘Di dalam mana-mana ummah Abu Bakar hidup, adalah tidak wajar jika ada orang lain yang diutamakan dari dirinya.’ Hadis ini membuktikan bahawa Abu Bakar adalah lebih utama dari seluruh ummah.

Shirazi: Saya kesal awak telah menerima Hadis ini tanpa diteliti . Jika Hadis ini telah disampaikan oleh Rasul, pasti baginda sendiri telah bertindak diatasnya. Tetapi baginda memberikan keutamaan kepada Ali di dalam kehadiran Abu Bakar. Adakah Abu Bakar tidak hadir pada masa Mubahila apabila Ali dipilih sebagai dirinya? Di dalam peperangan Tabuk, apabila yang lebih tua dan lebih berpengalaman Abu Bakar ada di situ, mengapa Rasul menjadikan Hazrat Ali timbalan dan Khalifahnya?

Mengapa Abu Bakar ditolak dengan perintah Allah dan dipilih Ali sebagai pengganti , apabila orang yang tua i tu telah dikirimkan ke Makah untuk menyampaikan Islam dan membacakan dari surah kesembilan dari al-Quran, ‘At-Taubah’?

Sedang Abu Bakar hadir, mengapa Rasul membawa Ali bersamanya ke Kaabah untuk memecahkan patung-patung, mengizinkan beliau memanjat keatas bahunya yang suci, memerintahkannya supaya memecahkan patung Hubal? Mengapa, dengan kehadiran Abu Bakar, Rasul telah menghantar Ali ke Yaman untuk menyampaikan Islam

122

Page 123: Sect Comparative In Peshwar Night

diantara penduduk Yaman. Akhir sekali mengapa Rasul menjadikan Ali pengganti dan wazirnya, sepatutnya Abu Bakar?

Sheikh: Terdapat Hadis yang kukuh dari Rasul yang tidak boleh dipertikaikan. Ia telah disampaikan oleh Amr bin As yang berkata: ‘Satu hari saya bertanya kepada Rasul: ‘Wahai Rasul Allah! Siapakah yang paling kamu cintai diantara para wanita?’ Dia menjawab: Aisyah. Saya berkata: Siapa yang paling kamu cintai diantara lelaki?’ Dia menjawab: Bapa Aisyah, Abu Bakar. Oleh kerana Rasul mengutamakan Abu Bakar dari lelaki yang lain, dia adalah lebih utama dari seluruh ummah. Fakta ini dengan sendirinya telah jelas membuktikan tentang sahnya Khalifah Abu Bakar.

JAWAPAN KEPADA HADIS KONONNYA ABU BAKAR DAN AISYAH ADALAH YANG LEBIH DIUTAMAKAN OLEH RASUL

Shirazi: Fakta yang sebenar adalah Hadis ini dipalsukan oleh penyokong Abu Bakar, ia tidak selaras dengan Hadis sahih yang telah diterima oleh kedua belah pihak. Hadis ini hendaklah dipertimbangkan pada dua sudut pandangan: dari sudut Ummul-Mukminin Aisyah dan dari sudut Abu Bakar. Rasul tentu tidak mengatakan bahawa dari semua wanita yang paling dicintainya adalah Aisyah. Saya telah nyatakan terdahulu bahawa ini bertentangan dengan Hadis sahih dari buku kedua golongan sunni dan Syiah.

Sheikh: Dengan Hadis yang mana Hadis ini bertentangan?

Shirazi: Terdapat banyak Hadis mengenai ibu kepada para Imam, Fatimah Zahra, yang disampaikan oleh ulama kamu, yang bertentangan dengan kenyataan kamu. Hafiz Abu Bakar Baihaqi di dalam ‘Tarikh’ nya, Hafiz Ibn Abdil Barr di dalam ‘al-Isti‘ab’ nya, Mir Sayyid Ali Hamadani di dalam ‘Mawaddatul-Qurba’ , dan yang lain dari ulama kamu telah menyatakan bahawa Rasul berkata berulang kali: ‘Fatimah adalah wanita terbaik dari ummah ku.’ Imam Ahmad bin Hanbal di dalam ‘Musnad’ dan Hafiz Abu Bakar Shirazi di dalam ‘ Nuzulul-Quran fi Ali’ disampaikan dari Muhammad bin Hanafiah, dan dia dari Amirul Mukminin, Ali; Ibn Abdil Barr di dalam ‘al-Isti‘ab’ ; di dalam bab berkenaan Fatimah, berkaitan dari Ummul-Mukminin Khadijah dari Abdu’l-Warith Bin Sufyan dan dari Abu Dawud dan Anas Bin Malik, Sheikh Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam Bab 55 dari ‘Yanabi’ al-Mawaddah’ , Mir Sayyid Ali Hamadani di dalam ‘Mawaddatu’l-Qurba’ , Mawaddah XIII – ini dan banyak lagi dari penyampai Hadis telah menyatakan dari Anas bin Malik bahawa Rasul berkata: ‘Terdapat empat wanita termulia didunia ini: Mariam anak perempuan Imran; Asiyah anak perempuan Mazahim; Khadijah anak perempuan Khuwalid; dan Fatimah anak perempuan Muhammad.’ Khatib di dalam Tarikh Baghdad menyampaikan bahawa Rasul mengistiharkan empat wanita ini yang terbaik di seluruh dunia. Kemudian baginda mengistiharkan Fatimah adalah yang terbaik diantara mereka semua didunia dan di akhirat. Muhammad bin Ismail al-Bukhari di dalam ‘Sahih’ nya, dan

123

Page 124: Sect Comparative In Peshwar Night

Imam Ahmad bin Hanbal di dalam ‘Musnad’ menyampaikan dari Aisyah binti Abu Bakar bahawa Rasul berkata kepada Fatimah: ‘Wahai Fatimah, aku memberi kamu khabar yang baik bahawa Allah telah menjadikan engkau yang paling utama dari semua wanita didunia, dan menjadikan engkau yang paling suci dari semua wanita Islam.’ Juga di dalam ‘Sahih al-Bukhari’ , Bahagian IV, ms 64, Muslim di dalam ‘Sahih’ nya Bahagian II, di dalam Bab ‘Kemuliaan Fatimah’; Hamidi di dalam ‘al-Jam’u bayna al-Sahihain’ ; Abdi di dalam ‘al-Jam’u bayna al-Sihah al-Sittah’ – ini dan banyak lagi telah menyatakan pada pengesahan Ummul-Mukminin Aisyah bahawa Rasul berkata: ‘Wahai Fatimah! Tidakkah kamu gembira bahawa kamu adalah ketua wanita diseluruh dunia? Ibn Hajar Asqalani telah menyebutkan rangkap yang sama di dalam ‘Isabah’ nya didalam pertalian dengan hidup Fatimah pada versi: ‘Kamu adalah yang terbaik dari semua wanita didunia.’ Juga, Bukhari , Muslim, Imam Ahmad bin Hanbal, Tabarani, dan Sulayman Balkhi al-Hanafi – semua telah merakamkan Hadis ini .

AYAT AL-QURAN PADA MENCINTAI KELUARGA NABI

Sebagai tambahan, Bukhari dan Muslim, masing-masing di dalam ‘Sahih’ nya, Imam Tha’labi di dalam ‘Tafsir’ nya, Imam Ahmad bin Hanbal di dalam ‘Musnad’ , Tabarani di dalam ‘Mu’jamu’l-Kabir’ , Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam ‘Yanabi’ al-Mawaddah’ , Bab 32, pada ‘Tafsiran ayat qul la as’alukum ‘alayhi ajra.. . .’ dari Ibn Abi Hatim, ‘Manaqib’ dari Hakim, Wasit dan Wahidi, ‘Hilyatu’l-Auliya’ dari Hafiz Abu Nu’aim al-Isfahani, dan ‘Fara’id’ dari Hamawaini, Ibn Hajar al-Makki di dalam ‘Sawa’iq al-Muhriqah’ , di bawah ayat 14 pada kenyataan Ahmad, Muhammad bin Talha Shafi’i di dalam ‘Matalib al-Su’ul’ , ms 8, Tabari di dalam ‘Tafsir’, Wahidi di dalam ‘Asbabun-Nuzul’ , Ibn Maghazili di dalam ‘Manaqib’ , Muhibu’d-Din Tabari di dalam ‘Riyazu’n-Nuzra’ , Mu’min Shablanji di dalam ‘Nuru’l-Absar’ , Zamakhshari di dalam ‘Tafsir’ , Imam Fakhru’d-Din Razi di dalam ‘Tafsir Kabir’ , Sayyid Abu Bakar Shahabu’d-Din Alawi di dalam ‘Rishfatu’s-Sadi min Bahr al-Fada’il al-Baniyyi al-Nabiyyi al-Hadi’ , bab 1, ms 22-23 pada kenyataan dari ‘Tafsir of Baghawi’ , Tafsir’ dari Tha’labi, ‘Manaqib’ dari Ahmad, al-Kabir dan al-Ausat dari Tibrani dan Sadi, Sheikh Abdullah bin Muhammad bin ‘Amir Shabrawi Shafi’i di dalam ‘Al-‘It tihaf’ , ms 5 pada pengesahan oleh Hakim, Tabarani, and Ahmad, Jalaluddin al-Suyuti di dalam ‘Ihya’u’l-Mayyit’ pada pengesahan dari ‘Tafsir’ dari Ibn Mundhir, Ibn Abi Hatim, Ibn Mardawaih, dan ‘Mu’jam al-Kabir’ dari Tabarani; dan Ibn Abi Hatim dan Hakim – secara ringkas, kebanyakkan dari ulama kamu yang masyhur [mengenepikan beberapa pengikut kuat Bani Umayyah dan musuh-musuh ahli bayt] telah menyatakan dari Abdullah bin Abbas dan lainnya bahawa apabila ayat yang berikut dari al-Quran diwahyukan:

‘Katakan: Saya tidak meminta apa-apa ganjaran untuknya tetapi kecintaan untuk keluarga terdekat ku; dan sesiapa yang membuat kebajikan, Kami akan memberikannya tambahan… [Surah al-Syura 42:23]

124

Page 125: Sect Comparative In Peshwar Night

Sekumpulan sahabat bertanya: Wahai Nabi Allah, siapakah mereka kerabat mu yang mencintai mereka telah dijadikan wajib keatas kami oleh Allah?’ Nabi menjawab, ‘Mereka adalah Ali, Fatimah, Hasan dan Husain.’Sebahagian Hadis mengandongi perkataan ‘dan anak-anak mereka’ bererti Hasan dan Husain.

SHAFII MENGESAHKAN BAHAWA CINTA KEPADA AHLI BAYT ADALAH WAJIB.

Bahkan Ibn Hajar [musuh Syiah] di dalam Sawa‘iq Muhriqahnya ms 88, Hafiz Jamalud-Din Zarandi di dalam ‘Mi’rajul-Rasul’ ; Sheikh Abdullah Shabrawi di dalam ‘Kitabul-Ittihaf’ ms 29, Muhammad bin Ali Sabban dari Mesir di dalam ‘As‘afur-Raghibin’ ms 119; dan lainnya telah menyatakan dari Imam Muhammad bin Idris al-Shafii, seorang dari Imam kamu yang empat, ketua agama mazhab Shafii, bahawa dia telah berkata: ‘Wahai ahli bayt Nabi Allah! Cinta kepada kamu telah dijadikan wajib kepada kami oleh Allah, sebagaimana diwahyukan di dalam al-Quran [merujuk kepada ayat diatas] Telah mencukupi bagi kehormatan kamu jika sesaorang tidak mengucapkan salam kepada kamu di dalam salat , maka salatnya tidak akan diterima.’ Sekarang saya bertanya kepada kamu, bolehkah Hadis yang disampaikan oleh kamu dari satu pihak, bertahan terhadap semua Hadis yang sahih yang telah diterima oleh kedua pihak sunni dan juga Syiah?

SALAH FAHAM MENGENAI CINTA NABI KEPADA AISYAH

Berkenaan dengan cinta Nabi kepada Aisyah, adakah kamu fikir bahawa disebabkan keinginan nafsu baginda mencintai Aisyah lebih dari Fatimah? Adalah benar bahawa Aisyah isterinya dan dari itu Ummul-Mukminin [ibu bagi yang beriman] seperti para isteri Nabi yang lain. Tetapi bolehkah diterima bahawa baginda mencintai Aisyah lebih dari baginda mencintai Fatimah, yang mana cinta kepadanya telah dijadikan wajib di dalam al-Quran, yang mana untuknya ayat kesucian telah diwahyukan dan yang telah juga terjumlah di dalam Mubahila? Pastinya kamu tahu bahawa Nabi dan wazirnya tidak digerakkan oleh keinginan nafsu, dan bahawa mereka hanya melihat kepada Allah. Dedikasi tersebut adalah benar kepada Rasul yang terakhir. Dia mencintai sesiapa yang dicintai oleh Allah. Perlukah kita menolak Hadis sahih yang telah diterima oleh ulama dari kedua golongan dan yang selaras dengan ayat-ayat al-Quran, atau kita menganggap Hadis yang kamu sebutkan sebagai palsu? Kamu mengatakan bahawa Nabi telah menyatakan bahawa baginda mencintai Abu Bakar lebih dari mana-mana lelaki. Tetapi tuntutan ini juga telah menyimpang dengan banyak Hadis lain yang sahih dan telah disampaikan oleh ulama kamu sendiri, yang telah menekankan bahawa menurut Nabi, yang paling dicintainya adalah Ali.

RASUL MENGUTAMAKAN ALI LEBIH DARI LELAKI LAINNYA

125

Page 126: Sect Comparative In Peshwar Night

Sheikh Sulayman Balkhi dalam YaNabi‘ al-Mawaddah ; Bab 55, menyampaikan dari Tirmidhi, dari Hadis Buraidah bahawa menurut Nabi, wanita yang paling dicintai adalah Fatimah, dan lelaki yang paling dicintai adalah Ali. Muhammad bin Yusuf Kanji al-Shafii di dalam ‘Kifayatut-Talib’ nya, Bab 91, menyebutkan dengan pengesahan dari Ummul-Mukminin Aisyah yang berkata: ‘Allah tidak menjadikan sesiapa yang paling dicintainya lebih dari Ali.’ Dia menambah bahawa Hadis ini oleh Ibn Jarir ditulis di dalam ‘Manaqib’ nya, dan Ibn Asakir Damishqi di dalam terjemahannya telah menyatakan dari Ali. Muhyid-Din dan Imamul-Haramain Ahmad bin Abdullah Shafii menyampaikan dari Tirmidhi dalam ‘Dhakhairul-Uqba’ bahawa orang bertanya kepada Aisyah, wanita mana yang paling dicintai oleh Nabi, dan dia menjawab ‘Fatimah’. Kemudian dia ditanya lagi mengenai lelaki mana yang paling dicintai oleh Nabi, dan dia menjawab, ‘Suaminya Ali Ibn Abi Talib.’ Selanjutnya dia menyampaikan dari buku ‘Mukhalis’ oleh Dhahabi dan Hafiz Abul-Qasim Damishqi dan dia dari Aisyah yang berkata: ‘Saya t idak pernah melihat lelaki yang paling dicintai oleh Nabi lebih dari Ali, dan wanita yang paling dicintai dari Fatimah.’ Sebagai tambahan Sheikh menyatakan dari Hafiz Khanjandi dan dia dari Ma’azatul-Ghifariyya bahawa dia berkata: ‘Saya pergi berjumpa dengan Nabi dirumah Aisyah sedang Ali berada diluar rumah. Nabi berkata kepada Aisyah: ‘Ini [Ali] adalah yang paling aku sayangi dan yang paling aku sanjungi diantara semua lalaki. Iktiraf [akui] haknya dan berilah penghormatan pada kedudukannya.’

Sheikh Abdullah bin Muhammad bin Amir Shabrawi shafii, seorang ulama kamu yang terkenal, merakamkan di dalam ‘Kitabul-Ittihaf bi Hubbil-Ashraf’ ms 9; Sulayman Balkhi di dalam ‘Yanabul-Mawaddah’ , dan Muhammad bin Talha Shafii di dalam ‘Matalibul-Su’ul’ , ms 6, dari Tirmidhi, dan dia dari Jami bin Umar – semua menyatakan yang berikut: ‘Saya pergi ke Ummul-Mukminin Aisyah dengan emak saudara saya, dan kami tanya kepadanya, siapa yang paling dicintai oleh Nabi. Dia menjawab, ‘Diantara wanita ia adalah Fatimah dan diantara lelaki, suaminya Ali Ibn Abi Talib.’ Hadis yang sama ini telah disampaikan oleh Mir Sayyid Ali Hamadani Shafii di dalam ‘Mawaddatul-Qurba’ , Mawaddah II, dengan perbezaan bahawa Jami bin Umar berkata bahawa dia menerima jawapan ini dari emak saudaranya.

Begitu juga Khatib Khawarizmi telah sampaikan Hadis ini dari Jami bin Umar, dan dia berkata dari Aisyah, pada penghujung Bab 4 dari ‘Manaqib’ nya. Ibn Hajar Makki di dalam ‘Sawaiq Muhriqah’ , pada penghujung Bab 2, selepas merakamkan 40 Hadis pada kemuliaan Ali, menyampaikan Hadis yang berikut dari Aisyah: ‘Diantara wanita, Fatimah adalah wanita yang paling dicintai oleh Nabi Allah dan diantara lelaki, suaminya.’ Muhammad bin Talha Shafii di dalam ‘Matalib-us-Su’ul’ , ms 7; selepas merakamkan Hadis yang tertentu pada isu ini, menyatakan rumusannya sendiri didalam perkataan yang berikut:

126

Page 127: Sect Comparative In Peshwar Night

‘Hadis sahih yang mempunyai satu pengertian ini membuktikan bahawa Fatimah adalah yang paling dicintai oleh Nabi diatas segala wanita. Dia mempunyai kedudukan yang tertinggi dari semua wanita disyurga dan yang ketua dari ummah ini dan begitu juga ketua dari semua wanita Madina.’ Hadis yang boleh dipercayai ini dengan jelas menunjukkan bahawa dari semua makhluk kejadian, Ali dan Fatimah adalah yang paling dicintai oleh Nabi. Bukti yang lain menunjukkan Nabi mengutamakan Ali dari lelaki yang lain adalah ‘Hadis pada burung’ [Hadis-e-Tair]. Hadis ini telah terkenal dan diketahui umum yang mana saya tidak perlu mengatakan semua puncanya. Saya akan menyatakan sebahagiannya sahaja.

HADIS MENGENAI BURUNG PANGGANG

Kebanyakkan dari ulama kamu yang terkenal seperti Bukhari; Muslim; Tirmidhi; Nasa’i; dan Sijistani di dalam buku Sahih mereka, Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad ; Ibn Abil-Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah ; Ibn Sabbagh al-Maliki di dalam Fusul al-Muhimmah ; dan Sulayman Balkhi Hanafi di dalam YaNabiul-Mawaddah ; Bab 8, dan dari buku penulis yang dipercayai, telah merakamkan Hadith al-Tair di dalam tulisan-tulisan mereka. Mereka mengesahkan bahawa Hadis ini telah disampaikan oleh 24 penyampai Hadis dari Anas bin Malik. Ibn Sabbagh Maliki di dalam Fusul al-Muhimmah menulis mengenainya dalam perkataan yang berikut: Di dalam buku Hadis yang Sahih dan penyampaian yang boleh dipercayai, Hadis al-Tair dari Anas bin Malik adalah benar dengan tidak dipertikaikan. Sibt Ibn al-Jawzi; pada ms 23 dari Tadhkirah ; dan Sunan dari Tirmidhi serta al-Mas‘udi pada ms 49 Jilid II dari Muruj al-Dhahab , telah menumpukan terutamanya pada bahagian akhir Hadis ini , yang mengadungi doa Nabi dan penerimaannya oleh Allah. Imam Abu Abdur Rahman Nasa’i, dalam Hadis yang ke sembilan dari Khasaisul-Alawi , dan Hafiz bin Iqda dan Muhammad bin Jarir al-Tabari semuanya telah merujuk kepada rantaian penyampai yang tidak putus dan kepada punca kesahihan Hadis ini , dengan mengatakan bahawa ia telah disampaikan oleh 35 para sahabat Nabi dari Anas bin Malik. Secara ringkas semua ulama kamu telah mengesahkan kesahihan Hadis ini dan telah dimuatkan kedalam buku mereka. Allamah Sayyid Hamid Husain telah memperuntukan satu ji lid khas di dalam bukunya Abaqatul-Anwar kepada Hadis ini . Dia telah mengumpulkan segala punca yang dipercayai dari ulama terkenal dan dengan jelas membuktikan kesahihan Hadis ini.

Menurut Hadis ini , satu hari seorang wanita membawa hadiah seekor burung panggang kepada Nabi. Sebelum memakannya, Nabi mengangkat tangan berdoa kepada Allah: ‘Wahai Allah! Dari kesemua kejadian Kamu, hantarkanlah seorang yang kamu dan aku sayangi, supaya dia dapat menikmati burung panggang ini bersama aku.’

Ali kemudian masuk dan menikmati burung panggang itu bersama Nabi.

127

Page 128: Sect Comparative In Peshwar Night

Sebahagian buku kamu, seperti Fusul al-Muhimmah oleh Maliki; Tarikh oleh Hafiz Naisaburi; Kifayatut-Talib oleh Kanji Shafii, dan Musnad oleh Ahmad bin Hanbal serta lainnya yang mana Hadis ini yang disampaikan dari Anas bin Malik, telah merakamkan bahawa Anas berkata: ‘Belum selesai Nabi berdoa, Ali telah sampai kerumah, tetapi aku rahsiakan perkara itu. Apabila Ali menghentakkan kakinya pada kali ketiga, Nabi mengarahkan aku untuk mengizinkan dia masuk. Apabila Ali masuk Nabi berkata: ‘Rahmat Allah keatas kamu; apa yang membuat kamu datang kepada ku? Maka Ali memberitahu bahawa dia telah datang tiga kali, tetapi hanya dibenarkan masuk pada kali ini. Nabi bertanya kepada ku, apakah yang membuat aku bertindak sedemikian, dan aku menjawab: ‘Yang sebenarnya, apabila mendengarkan doa kamu, saya berharap supaya penghargaan yang sedemikian akan jatuh kepada sesaorang dari kaum ku.’ Sekarang saya tanyakan kepada kamu yang dihormati, sama ada doa Nabi diterima atau ditolak oleh Allah.

Sheikh: Sudah tentu Allah menerimanya, oleh kerana Dia telah berjanji di dalam al-Quran bahawa Dia akan menerima doa Nabi. Lebih-lebih lagi, Allah mengetahui bahawa Nabi t idak akan meminta sesuatu yang tidak wajar. Maka Allah sentiasa mengkabulkan doa baginda.

Shirazi: Allah menghantar Ali , seorang yang paling berhak diantara semua kejadian-Nya kepada Nabi. Ulama kamu telah mengesahkan peristiwa ini. Muhammad bin Talha Shafii di dalam Matalib al-Su’ul , Bab I, bahagian 5, ms 15, telah menunjukkan tingginya kedudukan Ali sebagai yang dicintai oleh Allah dan Nabi pada pengertian Hadis bendera [panji-panji] dan Hadis burung. Di dalam pertalian i tu dia berkata: ‘Tujuan Nabi adalah supaya manusia mengetahui akan unik dan tingginya kedudukan Ali, yang telah mencapai kedudukan yang tertinggi yang boleh tercapai oleh yang warak Begitu juga Hafiz dan Muhammad Yusuf Kanji [mati 658 Hijrah] menulis di dalam Kifayatut-Talib Bab 33, merujuk kepada kemuliaan Ali Ibn Abi Talib, bahawa Hadis ini dengan jelas telah membuktikan bahawa Ali adalah yang paling tercinta dari semua kejadian Allah. Kemudian dia berkata Hakim Abu Abdullah Hafiz Naisaburi menyebut Hadis al-Tair oleh Anas dari 86 penyampai dan juga merakamkan nama 86 penyampai tersebut. [Lihat Kifatut-Talib Bab 32] Hadis yang disampaikan oleh kamu di dalam perbandingan dengan Hadis yang disampaikan oleh ulama yang berkedudukan tinggi dari kamu [pengecualian terhadap beberapa fanatik yang degil] tidaklah boleh diterima dan hendaklah ditolak oleh mereka yang terpelajar.

Sheikh: Saya takut bahawa kamu telah membuat keputusan untuk tidak menerima apa yang kami katakan.

Shirazi: Bagaimana kamu boleh mengatakan perkara yang sebegitu kepada saya? Bolehkah kamu sebutkan pada saat mana yang kamu telah bentangkan hujah yang bernas dan saya telah menolaknya begitu sahaja? Saya bersumpah bahawa di dalam perbincangan agama dengan

128

Page 129: Sect Comparative In Peshwar Night

Yahudi, Kristian, Hindu, Brahmin dan yang jahil Bahai dari Iran, Qadiani dari India dan yang material – di dalam semua situasi saya tidak pernah bertindak ‘degil’ di dalam hujah-hujah saya. Saya t idak pernah bersikap sedemikian terhadap mereka yang bukan Islam – bagaimana pula dapat melakukannya dengan kamu, saudara saya dalam Islam?

Sheikh: Kami telah membaca mengenai perbincangan awak dengan Hindu dan Brahmin di Lahore di dalam surat khabar. Kami amat tertarik dengannya. Walaupun kami belum berjumpa dengan kamu, kami dapat rasakan betapa berkobarnya semangat kami terhadap kamu. Saya berharap Allah akan memandu kamu dan kami ke jalan yang betul. Kami percaya bahawa jika terdapat sebarang keraguan mengenai mana-mana Hadis, kami harus, menurut dari cadangan kamu, merujuk kepada al-Quran. Bagaimana pun, jika kamu mempersoal keutamaan Khalifah Abu Bakar dan mode [cara] kedudukan Khalifah yang utama, dan jika kamu menganggap Hadis i tu palsu, adakah kamu keberatan pada mempercayai hujah berasaskan kepada al-Quran?

Shirazi: Semoga Allah tidak memberikan hari i tu, apabila kita meragukan fakta berasaskan pada al-Quran atau Hadis yang sahih. Bagaimana pun, apabila kita memasuki perbincangan agama dengan mana-mana negara atau komuniti, mereka juga berhujah dari ayat-ayat al-Quran untuk menjelaskan kedudukan mereka. Oleh kerana ayat al-Quran mempunyai berbagai tingkatan pengertian, Nabi yang akhir, di dalam menjaga manusia daripada tersalah pengertian, tidak meninggalkan hanya al-Quran sebagai satu-satunya punca petunjuk. Sebagaimana telah diterima oleh kedua-dua golongan [sunni dan Syiah], baginda sendiri berkata: ‘Saya tinggalkan bersama kamu dua perkara penting: kitab Allah dan keturunan saya. Jika kamu berpegang kepada kedua-dua ini, kamu tidak akan sesat selepas ku. Sesungguhnya kedua ini tidak akan berpisah sehingga mereka bertemu dengan ku dipancutan Kauthar.’ Atas sebab ini, pengertian pada wahyu al-Quran hendaklah dicari perjelasannya dari Nabi, jurubahasa utama al-Quran atau sesudah baginda dari yang sama seperti al-Quran, keturunan Nabi yang suci. Al-Quran berkata:

‘Maka tanyakan kepada ahli zikir j ika kamu tidak tahu.’ [Surah al-Anbiya’ 21:7]

ORANG AHLI ZIKIR ADALAH AHLI MUHAMMAD, KETURUNAN NABI YANG SUCI

Ahli zikir bererti orang yang mengingati , Ali dan Imam-Imam yang suci, keturunannya, adalah yang sama dengan al-Quran. Sheikh Sulayman Balkhi Hanafi di dalam YaNabiul-Mawaddah , Bab 39, menyebutkan dari Tafsir al-Kashful Bayan oleh Imam Tha‘labi, disampaikan dari Jabir Ibn Abdullah Ansari , yang berkata: ‘Ali berkata: ‘Kami keturunan Nabi adalah orang ahli zikir.’ Oleh kerana zikir adalah ‘ingatan’ dan salah satu dari nama al-Quran, keluarga ini

129

Page 130: Sect Comparative In Peshwar Night

mengandungi orang al-Quran. Sebagaimana disampaikan oleh ulama kamu, Ali berkata: ‘Tanyalah kepada ku apa saja yang kamu mahu sebelum aku meninggalkan kamu. Tanyalah mengenai al-Quran, oleh kerana aku tahu setiap ayat di dalamnya – sama ada diwahyukan di malam hari atau disiang hari, pada padang dataran atau pada gunung yang tegak. Demi Allah, tidak ada ayat dari al-Quran yang di wahyukan melainkan, akau tahu mengenai apa ia diwahyukan, dimana ia diwahyukan dan mengenai orang macam mana ia diwahyukan. Allah yang Berkuasa telah menganugerahkan kepada ku lidah yang fasih dan akal yang bijak.’

Maka, mengasaskan hujah atas ayat-ayat al-Quran hendaklah menurut pengertiannya yang sahih dan pemahaman yang diberikan oleh mereka, pengulas yang berkemampuan dan dipercayai. Jika t idak, setiap orang akan memberikan interpritasi pada ayat-ayat al-Quran menurut ukuran pengetahuan dan kepercayaannya, dan itu akan menghasilkan pada perbezaan pendapat dan ide yang bertentangan. Dengan ini di dalam fikiran kita, si la nyatakan ayat kamu.

SEBUTAN DARI AYAT AL-QURAN MENGENAI PERLANTIKAN EMPAT KHALIFAH, DAN JAWAPANNYA.

Sheikh: Allah dengan jelas berkata di dalam al-Quran,

‘Muhammad adalah Rasul Allah, dan mereka yang bersama dengannya keras terhadap orang kafir, tetapi berkasih sayang diantara mereka. Kamu akan melihat mereka rukuk dan sujud, mengharap kurnia dari Allah dan keridhaan-Nya. Pada muka mereka terdapat tanda bekas sujud.. …[Surah al-Fath 48:29]

Pertama ayat ini menunjukkan keutamaan Abu Bakar.

Kedua, ia menunjukkan kedudukan empat Khalifah, sebagai tentangan pada tuntutan oleh Syiah yang Ali adalah yang pertama. Ayat ini menyatakan dengan jelas bahawa Ali adalah Khalifah keempat.

Shirazi: Pastinya ayat ini tidak menunjukkan sebarang petanda mengenai mode [cara] perlantikkan para Khalifah atau mengenai keutamaan Abu Bakar. Makanya, kamu perlulah menunjukkan pada tempat mana pada ayat ini maksud itu diterangkan.

Sheikh: Pada permulaan ayat ini, rangkap ‘mereka yang bersama dengannya’ merujuk kepada manusia agung, yang bersama dengan Nabi pada ‘malam di dalam gua’, Cara susunan pada kedudukan Khalifah juga jelas di dalam ayat ini. ‘Mereka yang bersama dengannya’ bererti Abu Bakar, yang menemani Nabi di dalam gua Thawr pada malam penghijrahan. Rangkap ‘keras terhadap orang kafir’ bererti Umar bin Khattab, yang sangat keras dengan orang-orang kafir. Rangkap

130

Page 131: Sect Comparative In Peshwar Night

‘berkasih sayang diantara mereka’ merujuk kepada Uthman bin Affan, yang sangat pemurah. Rangkap ‘pada muka mereka terdapat tanda bekas sujud’ merujuk kepada Ali . Adalah jelas bahawa Ali ialah Khalifah yang keempat, bukan yang pertama, oleh kerana Allah menyebutnya pada tempat keempat.

Shirazi: Bagaimanakah saya hendak menjawabnya, supaya saya tidak dikatakan berkepentingan diri . Tidak ada pentafsir al-Quran, termasuk ulama kamu yang agung, telah menghuraikan ayat ini sebagaimana yang kamu huraikan. Jika ayat ini adalah mengenai susunan Khalifah, pada hari pertama wafatnya Nabi, apabila Ali, Bani Hashim dan para sahabat Nabi yang ulung menunjukkan bantahan dan enggan memberikan baiah kepada Khalifah, hujah yang tidak berasas tentu tidak diketengahkan. Mereka tentunya telah diberikan dengan jawapan yang akan mendiamkan mereka dengan membacakan ayat al-Quran ini pada ketika itu. Maka, ini amatlah jelas bahawa interpretasi kamu ini sesuatu yang datang kemudian. Tidak seorang pun dari pengulas kamu yang unggul seperti al-Tabari, Imam Tha‘labi, al-Fadil al-Naisaburi, Jalaluddin al-Suyuti, Qazi Baidawi, Jarullah Zamakhshari , Imam Fakhru’d-Din Razi, atau lain yang menghuraikannya seperti tersebut. Saya gagal untuk memahami bagaimana kamu dapat menerbitkan maksud yang sebegitu. Dimana dan oleh siapa maksud yang begitu diberikan? Ayat ini, dari sudut pandangan bahasa dan juga teknik, juga bertentangan dengan apa yang kamu katakan.

Sheikh: Saya tidak menyangka bahawa kamu sebegitu berani menentang maksud yang begitu jelas pada ayat itu. Ya, j ika kamu mempunyai apa-apa untuk mengatakan mengenainya, kamu boleh nyatakan, supaya kedudukan yang sebenar dapat diperjelaskan.

Shirazi: Mempertimbangkan dari pembinaan nahu ayat itu, jika kami menghuraikan maksudnya sebagaimana kamu lakukan, ia mungkin bermaksud bahawa Muhammad adalah Abu Bakar, Umar, Uthman dan Ali atau Abu Bakar, Umar, Uthman dan Ali adalah Muhammad. Walaupun pelajar baru tahu bahawa cara penghuraian begini adalah salah secara nahu. Sebaliknya j ika ayat ini merujuk kepada empat Khalifah, disana perlu ada rangkaikata ‘dan’ untuk menyatukan perkataan pada memberikan pengertian yang kamu maksudkan, tetapi tidak begitu.

Kesemua pengulas dari golongan kamu berkata bahawa ayat ini merujuk kepada semua yang beriman. Lebih-lebih lagi, kualiti yang diterangkan di dalam ayat ini dengan jelas merujuk kepada seorang sahaja, yang tinggal bersama dengan Nabi semenjak dari mula, dan bukannya empat orang. Dan jika kita yang seorang itu adalah Amirul Mukminin Ali , ia lebih bersesuaian mengikut akal fikiran dan Hadis dari disebutkan yang lainnya.

HUJAH DARI ‘AYAT DI GUA’ DAN JAWAPANNYA

131

Page 132: Sect Comparative In Peshwar Night

Sheikh: Adalah pelik bahawa kamu katakan yang kamu tidak suka pada hujah yang menyelewengkan, walaupun pandangan kamu amat berlainan. Allah berkata di dalam al-Quran:

‘Jika kamu tidak menolongnya, Allah pasti akan menolong dia, apabila mereka yang kafir mengusirnya, dia adalah yang kedua dari dua, apabila mereka berdua di dalam gua, apabila dia berkata kepada sahabatnya: ‘Janganlah bersusah hati , sesungguhnya Allah berserta dengan kita.’ Maka Allah menjadikan ketenteraman keatas mereka dan memperkuatkan mereka dengan yang tidak dapat dil ihat. . .’ [Surah al-Tawbah 9:40]

Pertama ayat ini menyokong ayat yang di atas dan membuktikan rangkap ‘dan mereka yang bersama dengannya’ merujuk kepada Abu Bakar, yang bersama Nabi di dalam gua pada malam hijrah.

Kedua, fakta bahawa dia berada bersama Nabi dengan sendirinya adalah bukti yang besar pada kemuliaan Abu Bakar dan keutamaannya kepada semua ummah. Nabi dapat meramalkan bahawa Abu Bakar adalah penggantinya, dan nyawa Khalifah selepasnya ini adalah penting. Maka dia sedar bahawa dia perlu menyelamatkan Abu Bakar seperti dia menyelamatkan dirinya. Maka dia membawa Abu Bakar bersama dengannya supaya Abu Bakar tidak ditangkap oleh musuh. Layanan yang sedemikian t idak ditunjukkan kepada muslim yang lain. Ini dengan nyata membuktikan haknya pada Khalifah lebih dari yang lain.

Shirazi: Jika kamu lihat pada ayat i tu dengan lebih berobjektif, kamu akan nampak rumusan kamu telah salah.

Sheikh: Bolehkah kamu ketengahkan hujah yang menyangkal rumusan yang saya telah berikan?

Shirazi: Saya lebih suka untuk melepaskan isu tersebut pada ketika ini , kerana ucapan akan membuahkan lagi ucapan. Sebahagian manusia yang jahat akan menterjemahkan huraian kami dengan niat yang jahat. Saya tidak berhajat untuk menanamkan benih kebencian. Seseorang mungkin akan merumuskan bahawa kami berhajat pada menjatuhkan martabat Khalifah, walaupun kedudukan bagi setiap individu tersebut telah pun ditentukan, dan tidak ada perlunya pada membuat penghuraian yang tidak ada gunanya.

Sheikh: Kamu cuba mengelakkan diri. Yakinlah bahawa hujah yang bernas tidak akan melahirkan kebencian, ia akan menghapuskan kekeliruan.

Shirazi: Oleh kerana kamu menggunakan perkataan ‘mengelak’, saya terpaksa memberikan jawapan, supaya kamu tahu yang saya tidak lari

132

Page 133: Sect Comparative In Peshwar Night

dari isu tersebut. Saya cuba mengekalkan kewajaran perbincangan kita. Saya harap kamu tidak mencari kesalahan dari pihak saya. Kamu telah membuat kenyataan yang tidak berakal bahawa Nabi mengetahui Abu Bakar akan menjadi Khalifah selepasnya. Maka, adalah perlu untuk baginda menyelamatkan nyawanya, dan maka baginda membawa dia bersama.

FAKTA MENGENAI ABU BAKAR BERSAMA DENGAN NABI.

Jawapan kepada kenyataan kamu adalah mudah. Jika Abu Bakar adalah satu-satunya Khalifah selepas Nabi, mungkin pandangan yang sedemikian betul, tetapi kamu mempercayai empat Khalifah. Jika hujah dari kamu betul, dan jika perlunya Nabi pada menyelamatkan nyawa Khalifah, maka Nabi perlulah membawa bersamanya keempat-empat Khalifah. Mengapa dia meninggalkan tiga yang lain, seorang darinya di dalam keadaan yang tidak bermaya [hanya berserah] tidur dikatil Nabi, pada malam yang paling bahaya, apabila musuh telah berkumpul untuk membunuh Nabi? Menurut al-Tabari [bahagian III, dari sejarah] Abu Bakar tidak mengetahui akan pergerakkan Nabi dari Mekah. Apabila pergi berjumpa Ali dan bertanya kepada beliau mengenai Nabi, beliau memberitahunya Nabi telah pergi ke gua. Ali memberitahunya jika dia punya urusan dengan baginda, dia perlulah bergegas menemuinya. Abu Bakar lari dan bertemu Nabi di perjalanan. Maka dia bersama baginda.

Dari peristiwa ini menunjukkan Nabi t idak mempunyai maksud untuk membawa Abu Bakar bersama dengannya. Abu Bakar bersama dengan Nabi diseparuhan jalan tanpa izin darinya. Menurut dari laporan yang lain Abu Bakar telah dibawa bersama dalam perjalanan ditakuti dia akan membuat kekacauan [onah] dan memberikan maklumat kepada musuh. Ulama kamu sendiri telah percaya kepada fakta ini.

Sebagai contoh, Sheikh Abul-Qasim bin Sabbagh, seorang ulama yang terkenal dari golongan kamu, menulis dalam bukunya Al-Nur wal-Burhan mengenai sejarah hidup Nabi, disampaikan dari Muhammad bin Ishaq, dan dia dari Hasan bin Thabit al-Ansari , bahawa dia pergi ke Mekah untuk mengerjakan umrah sebelum hijrahnya Nabi. Dia melihat bahawa kafir Quraish sedang mengumpulkan sahabat Nabi. Nabi mengarahkan Ali untuk tidur dikati lnya, dan khuatiri bahawa Abu Bakar akan membocorkan fakta ini kepada orang kafir, Nabi membawa Abu Bakar bersama dengannya.

Sepatutnya adalah lebih baik jika kamu telah menerangkan apakah bukti pada ayat i tu yang menunjukkan keutamaan Abu Bakar atau sama ada bersama dengan Nabi dalam perjalanan adalah bukti bahawa seseorang itu berhak kepada kedudukan Khalifah.

Sheikh: Buktinya ada di sana. Pertama persahabatan kepada Nabi, dan bahawa Allah memanggilnya sahabat Nabi adalah kelayakan dengan sendirinya.

133

Page 134: Sect Comparative In Peshwar Night

Kedua, Nabi sendiri berkata: ‘Sesungguhnya Allah bersama kita.’

Ketiga, Turunnya ketenteraman ke atas mereka dari Allah, sebagaimana disebutkan di dalam ayat, adalah bukti yang sangat jelas terhadap keutamaan Abu Bakar. Maka, jika kesemua petunjuk itu disatukan, ia telah menampakkan kecemerlangannya dari yang lain mengenai Khalifah.

Shirazi: Tiada siapa yang keberatan untuk mengakui kedudukan Abu Bakar; seorang tua Islam, sahabat yang terkenal, dan bapa kepada isteri Nabi. Bagaimanapun, alasan ini tidak membuktikan keutamaan dia sebagai Khalifah. Jika kamu cuba untuk membuktikan tujuan kamu dengan kenyataan yang sedemikian kepada seorang yang saksama [adil] kamu akan mendapat kritikan yang kuat. Mereka akan mengatakan bahawa persahabatan dengan orang yang mulia tidak membuktikan kemuliaan dan keutamaan. Sebagai contoh, kita kerap melihat orang jahat mengiringi orang yang baik, kumpulan orang kafir bersama Muslim di dalam perjalanan. Mungkin kamu telah terlupa apa al-Quran kata mengenai Nabi Yusuf, yang berkata:

‘Wahai kedua sahabatku dalam penjara [Saya tanya kepadamu]: Adakah banyak tuhan yang berbeza diantara mereka lebih baik, atau Allah, yang Esa, yang agung?’ [Surah Yusuf 12:39]

Mengenai ayat ini, pengulas telah berkata bahawa apabila Nabi Yusuf dimasukkan ke dalam penjara, pada hari yang sama tukang masak raja dan pembawa arak, kedua mereka adalah kafir, telah dimasukkan ke penjara bersama dengannya. Untuk selama lima tahun ketiga-tiga mereka [yang beriman dan tidak beriman] hidup bersama sebagai sahabat. Apabila menyampaikan agama kepada mereka Nabi Yusuf memanggil mereka sahabatku. Adakah persahabatan dengan Nabi telah memberikan tahap kepada kedua orang kafir ini sebagai mulia dan dihormati? Adakah persahabatan mereka dengan Nabi memberi kesan pada perubahan di dalam kepercayaan mereka? Semua penulisan dari para pengulas dan ahli sejarah memberitahu kepada kita bahawa selepas lima tahun persahabatan, mereka berpisah dengan keadaan yang sama.

Ayat yang lain dari al-Quran mengatakan:

Berkatalah rakannya kepadanya, semasa ia berbincang dengannya: "Patutkah Engkau kufur ingkar kepada Allah yang menciptakan Engkau dari tanah, kemudian dari air benih, kemudian ia membentukmu dengan sempurna sebagai seorang lelaki? [Surah al-Kahfi 18: 37]

Pengulas [Ahli Tafsir] bersetuju bahawa ayat ini merujuk kepada dua saudara: seorang beriman, bernama Yahuda. Yang seorang lagi tidak beriman, yang namanya Baratus. Fakta ini telah dinyatakan di dalam Tafsir al-Kabir oleh Imam Fakhruddin al-Razi, seorang dari ulama

134

Page 135: Sect Comparative In Peshwar Night

kamu. Kedua mereka berkata-kata sesama mereka yang mana khususnya tidak dapat dinyatakan di sini . Allah telah memanggil kedua mereka ‘sahabat’ [beriman dan tidak beriman]. Adakah yang tidak beriman mendapat manfaat dari persahabatannya dengan yang beriman? Pastinya tidak. Maka, persahabatan sahaja tidak punya asas pada menuntut keutamaan seseorang. Terdapat banyak lagi contoh yang manyokong pandangan ini.

PERKATAAN NABI ‘ALLAH BERSAMA KITA’ TIDAK MEMBUKTIKAN KEUTAMAAN ABU BAKAR.

Kamu juga mengatakan bahawa oleh kerana Nabi berkata kepada Abu Bakar, ‘Allah bersama kita’ ini telah membuktikan keutamaan Abu Bakar dan haknya kepada Khalifah! Kamu patut memikirkan semula pandangan kamu. Manusia mungkin akan bertanya, sebagai contoh, ‘Adakah Allah bersama dengan mereka yang beriman dan wali sahaja, dan tidak dengan mereka yang tidak beriman?’ Adakah kamu tahu di mana tempat yang Allah tidak ada?’ Tidakkah Allah bersama setiap orang? Katakanlah yang beriman dengan yang tidak beriman bersama di dalam satu perjumpaan maka bagaimana? Al-Quran berkata:

‘Tidakkah engkau tahu bahawa Allah mengetahui apa-apa yang ada dilangit dan apa-apa yang ada dibumi? Tidak ada perbualan yang rahsia diantara tiga orang bahkan Dia adalah yang keempat, tidak juga diantara l ima, tetapi Dia juga yang keenam, tidak kurang dari i tu dan tidak juga lebih darinya melainkan Dia bersama mereka, walau dimana saja mereka berada……’ [Surah al-Mujadalah 58:7]

Menurut dari ayat ini dan juga dari akal fikiran, Allah bersama semua orang.

Sheikh: Keterangan ‘Allah ada bersama kita’ bermaksud bahawa mereka adalah yang dicintai oleh Allah kerana mereka berhijrah pada jalan Allah bertujuan untuk memeliharakan agama-Nya. Rahmat Allah adalah bersama mereka.

Shirazi: Tetapi sudah tentu keterangan itu tidak membuktikan yang seseorang memilikki rahmat yang berkekalan. Allah melihat kepada amalan seseorang. Telah kerap berlaku bahawa pada suatu ketika, orang melakukan amalan yang baik dan menerima rahmat dari Allah. Kemudian dia menentang Allah dan menerima kemurkaan Tuhan. Syaitan sebagaimana yang kamu tahu, telah menyembah Allah untuk ribuan tahun dan menerima balasan ihsan dari-Nya. Bagaimana pun sebaik saja dia melanggar perintah Allah, dia telah dikutuk. Al-Quran telah berkata:

135

Page 136: Sect Comparative In Peshwar Night

‘Dia berkata: ‘Maka keluarlah darinya, kerana sesungguhnya kamu adalah yang diusir. Dan sesungguhnya keatas kamu kutukan sehingga ke Hari Pengadilan.’ [Surah al-Hijr 15:34 – 35]

Maafkan saya, t idak ada salahnya pada memberikan contoh. Tujuan saya untuk menjelaskan maksud tujuan. Sejarah mengandungi banyak contoh bagi mereka yang dekat dengan Allah, tetapi siapa, setelah diduga, dikutuk. Bal‘am bin Ba‘ura, sebagai contoh, hidup pada zaman Nabi Musa, menjadi begitu hampir kepada Allah sehingga Allah membentangkan kepadanya Ism al-A‘zam [nama kebesaran Allah, melaluinya apa saja yang dihajati, dengan segera dikabulkan oleh Allah]. Dia berdoa kepada Allah melalui Ism al-A‘zam dan menyebab Musa menderita di lembah Tia! Tetapi pada masa diuji, Bal‘am telah ditewaskan oleh cintanya pada dunia material. Dia telah menjejaki syaitan dan dikutuk. Pengulas telah memberikan penghususan yang mendalam pada peristiwa ini. Imam Fakhruddin al-Razi di dalam Tafsirnya, bahagian IV, ms 463 telah melaporkan perkara ini dari Ibn Abbas, Ibn Mas‘ud dan Mujahid. Allah di dalam al-Quran memberitahu kita:

‘Dan bacakan kepada mereka pengkhabaran dari orang yang mana Kami berikan ayat-ayat Kami, tetapi dia menjauhkan diri darinya; maka syaitan menguasai mereka, dan dia adalah bersama mereka yang sesat.’ [Surah al-A‘raf 7:175]

‘ABID BARSISA

Atau pertimbangkan kes Abid Barsisa, yang pada mulanya menyembah Allah dengan banyaknya sehingga dia menjadi Mustajabud-da‘wah [sesaorang yang doanya dikabulkan] Bagaimana pun pada masa diuji, dia gagal. Disesatkan oleh syaitan, dia melakukan zina dengan seorang wanita, telah digantung, dan mati sebagai seorang kafir.

Al-Quran merujuk kepadanya dalam perkataan ini:

‘Seperti syaitan apabila berkata kepada manusia: ‘kafirlah’ tetapi apabila dia kafir, dia berkata: ‘saya sesungguhnya melepaskan diri dari kamu; sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan sekelian alam.’ Maka, akhir bagi kedua mereka adalah di dalam api dan tinggal kekal di dalamnya, dan itu adalah balasan bagi mereka yang zalim.’ [Surah al-Hasyr 59: 16 – 17]

Maka jika seseorang telah melakukan kebajikan pada suatu masa, ini tidak bererti bahawa akhirnya adalah baik juga. Atas sebab inilah kita

136

Page 137: Sect Comparative In Peshwar Night

diarah untuk mengatakan di dalam doa kita: ‘Biarlah semua amalan kita berakhir dengan kebaikkan.’

Sheikh: Saya sesungguhnya tidak menduga seorang yang terhormat seperti kamu akan mengatakan contoh seperti syaitan, Bal‘am Ba‘ura, dan Barsisa.

Shirazi: Maafkan saya, saya telah menyatakan tidak ada salahnya pada menyatakan contoh. Yang sebenarnya, kita perlu menyatakannya di dalam perbahasan pengajaran untuk membuktikan fakta. Biar Allah menjadi saksi saya: Saya sekali-kali t idak mempunyai maksud untuk menghina sesiapa dengan menyatakan contoh tersebut. Tujuan saya hanya untuk membuktikan maksud saya.

Sheikh: Ayat ini dengan jelas membuktikan keutamaan Abu Bakar kerana ia mengatakan:

‘Maka Allah menjadikan ketenteraman ke atas mereka…. [9:40]

Gantinama disini merujuk kepada Abu Bakar, yang menunjukkan keutamaannya.

Shirazi: Kamu telah salah faham mengenainya. Gantinama yang digunakan setelah sakinah [ketenteraman] merujuk kepada Nabi. Keamanan telah dihantarkan kepadanya dan bukan kepada Abu Bakar, sebagaimana petunjuk pada ayat yang terakhir yang mana Allah berkata:

….. dan memperkuatkannya dengan tentera yang kamu tidak dapat lihat.’ [Surah al-Tawbah 9:40]

Ya sebenarnya adalah tentera yang tidak dapat dil ihat adalah malaikat untuk membantu Nabi bukan Abu Bakar.

Sheikh: Saya percaya bahawa pertolongan Allah adalah untuk Nabi, kerana bersama Nabi, tidak bererti tanpa rahmat.

PENGHANTARAN KETENTERAMAN ADALAH UNTUK NABI ALLAH

Shirazi: Jika penganugerahan rahmat Tuhan merujuk kepada dua orang, nahu Arab akan memerlukan pada gantinama digunakan sebagai menunjukkan dua orang di dalam semua rangkai kata pada ayat ini. Tetapi gantinama merujuk kepada satu orang, iaitu Nabi, dan rahmat Allah hanya untuk dia sahaja. Jika melaluinya penganugerahan dimaksudkan untuk yang lain juga, nama mereka akan disebut. Makanya, penghantaran ketenteraman di dalam ayat ini hanyalah untuk Nabi sahaja.

137

Page 138: Sect Comparative In Peshwar Night

Sheikh: Nabi Allah adalah tersendiri dari penganugerahan keamanan dari Tuhan. Dia tidak memerlukannya kerana dia telah dipastikan dengan keamanan. Makanya anugerah itu adalah untuk Abu Bakar.

Shirazi: Atas dasar apa kamu katakan bahawa Nabi adalah tersendiri dari rahmat Tuhan? Tidak ada siapa – Nabi, Imam, atau wali – adalah tersendiri dari rahmat tuhan. Mungkin kamu telah terlupa apa yang dikatakan oleh al-Quran mengenai peristiwa Hunain.

‘Kemudian Allah turunkan ketenteraman keatas Rasul-Nya dan keatas orang yang beriman.’ [Surah al-Tawbah 9: 26]

Perkara yang sama telah dikatakan di dalam Surah 48 [Fath] ayat 26 dari al-Quran. Yang beriman telah terjumlah selepas Nabi di dalam ayat ini, sama seperti ‘ayat di dalam gua’. Jika Abu Bakar adalah orang beriman yang berhak dianugerahkan keamanan, sama ada sebutan nahu untuk dua orang telah digunakan, atau namanya telah disebutkan secara berasingan. Perkara ini amatlah jelas bahawa ulama kamu sendiri mengesahkan bahawa gantinama yang berkaitan dengan keamanan tidak merujuk kepada Abu Bakar. Kamu boleh merujuk Naqdul-Uthmaniyyah , yang di susun oleh Sheikh Abu Jaafar Muhammad bin Abdullah al-Iskafi, seorang ulama yang terkenal dan Sheikh bagi Mutazili . Ilmuan ini menolak sepenuhnya keanehan dari Abu Uthman al-Jahiz. Ibn Abil-Hadid juga merakamkan sebahagian dari jawapannya itu di dalam Syarh Nahjul Balaghah , jil id III, ms 253 – 281. Sebagai tambahan, terdapat satu rangkap di dalam ayat ini, penekanannya adalah bertentangan pada maksud awak. Nabi berkata kepada Abu Bakar: ‘Janganlah kamu takut.’ Rangkap ini menunjukkan bahawa Abu Bakar takut. Adakah ketakutan ini mendapat sanjungan atau t idak? Jika jawapannya adalah ya, mengapa Nabi tidak menghalang sesiapa dari melakukan amalan yang baik. Wazir Allah mempunyai kualit i tertentu. Yang paling utama darinya, sebagaimana yang ditunjukkan di dalam al-Quran adalah bahawa mereka t idak pernah takut dengan kehilangan nyawa. Mereka mengamalkan sabar dan berserah. Al-Quran berkata:

‘Sesungguhnya wali Allah – mereka tidak mempunyai rasa takut dan tidak juga mereka berdukacita.’ [Surah Yunus 10:62]

SESSI KEENAM(Malam Selasa, 28 Rejab 1345 Hijrah)

138

Page 139: Sect Comparative In Peshwar Night

Mr. Ghulam Imamain, seorang pedagang sunni yang dihormati , datang ketempat perjumpaan ini sebelum matahari terbenam. Dia menyatakan sebab kehadirannya. Dia berkata bahawa dia dan beberapa orang yang lain sangat tertarik dengan penerangan Shirazi. Dia berkata bahawa dia telah mendengarkan fakta yang tidak didengarinya sebelum ini. Dia dan beberapa orang sunni yang lain telah mengadakan perbincangan yang tidak begitu menyenangkan dengan ulama mereka, yang setelah tidak dapat mematahkan hujah-hujah Shirazi tetapi tetap keras berpegang kepada kedudukannya. Apabila waktu salat Magrib t iba, Mr Ghulam Imamain mendirikan kedua salat Magrib dan Isyak dengan dipimpin oleh Shirazi. Apabila perwakilan semuanya tiba, perbincangan bermula dengan ulasan dari Nawab Sahib.

Nawab: Sila sambung tajuk semalam. Penterjemahan pada ayat tersebut belum selesai.

Shirazi: [melihat kepada ulama sunni] Jika kamu mengizinkan.

Hafiz: [sedikit marah] Tidak ada apa salahnya. Jika ada sesuatu yang perlu diperkatakan, kami sedia mendengarnya.

Shirazi: Semalam saya buktikan, dari sudut pandangan nahu [grammer], bahawa kenyataan dari sebahagian pengulas bahawa ayat ini merujuk kepada cara untuk menentukan Khalifah tidak dapat diterima. Sekarang saya akan berhujah dari sudut pandangan yang lain pula.

Sheikh Abdus Salam Sahib berkata semalam bahawa terdapat empat kualiti disebutkan dalam ayat ini. Kualit i ini , dia kata, menunjukkan bahawa ayat ini telah diwahyukan di dalam merujukkan kepada Khalifah pertama dari yang empat, dan bahawa ayat ini menunjukkan susunan para Khalifah. Jawapan saya pada hujah ini adalah, pertama sekali pengulas yang dipercayai tidak pernah membuat kenyataan yang sedemikian mengenai pengertian ayat tersebut. Kedua, kamu semua tahu bahawa apabila sesuatu kualit i dikatakan kepada sesaorang ia berkait rapat dengan ciri-ciri kerekternya, maka barulah wajar untuk dipertimbangkan. Jika kita melihat kepada fakta secara objektif, kita akan dapati hanya Ali yang memiliki kemuliaan yang diterangkan di dalam ayat ini. Kualiti-kualiti ini t idak dapat di katakan kepada mereka yang telah dinamakan oleh Sheikh Sahib.

Hafiz: Tidakkah semua ayat-ayat yang telah kamu ucapkan mengenai Ali mencukupi? Adakah sekarang ini kamu berhasrat, dengan kepandaian kamu didalam berbahasa [rhetorical], untuk membuktikan bahawa ayat ini juga diwahyukan pada memuji Ali? Jika begitu, si la maklumkan kepada kami bagaimana ia t idak sesuai kepada Khalifah pertama dari empat Khalifah.

300 AYAT AL-QURAN PADA MEMUJI ALI

139

Page 140: Sect Comparative In Peshwar Night

Shirazi: Saya tidak berdusta dengan mengatakan ayat-ayat al-Quran pada memuji Ali. Kamu telah keliru. Bolehkah kamu mengabaikan fakta bahawa pengulas dan pengarang buku yang boleh dipercayai dari ulama kamu telah menyebut banyak ayat-ayat pada memuji Ali? Bagaimana kamu boleh menganggapnya sebagai satu tindakkan khas bagi pihak saya sahaja? Adakah Hafiz Abu Nu‘aim al-Isfahani, pengarang buku ‘Ma Nazala minal-Quran fi Ali’ dan Hafiz Abu Bakar al-Shirazi, pengarang buku ‘Nuzulul-Quran fi Ali’ , Syiah? Adakah pengulas agung, seperti Imam Tha‘labi, Jalalud-Din Al-Suyuti, al-Tabari, Imam Fakhruddin al-Razi, serta ulama termashur yang lain seperti Ibn Kathir, Muslim, Hakim, Tirmidhi, Nisai, Ibn Majah, Abu Dawud, Ahmad bin Hanbal dan juga yang bias [anti] Ibn Hajar, yang telah mengumpulkan di dalam Sawa‘iq , ayat-ayat al-Quran yang diwahyukan pada memuji Ali, Syiah? Sebahagian dari ulama seperti al-Tabari dan Muhammad Yusuf Kanji al-Shafii, pada permulaan bahagian 62, menyebut dari pengesahan Ibn Abbas, dan Muhaddith dari Syria di dalam bukunya Tarikh-al-Kabir , dan yang lain telah merakamkan sebanyak 300 ayat al-Quran pada memuji Ali. Adakah mereka ini semua Syiah atau ulama kamu yang terkenal? Kami tidak perlu berdusta untuk mengatakan terdapatnya banyak ayat-ayat al-Quran pada membuktikan kedudukan Amirul Mukminin, Ali.

Musuh Beliau [Umawiyyah, Nawasib, Khawarij] menyembunyikan kemuliaan beliau dan para sahabat pula keberatan untuk menyampaikan kemuliaannya kerana khuatir akan akibatnya. Namun buku-buku masih penuh dengan kemuliaan beliau, dan mereka telah menunjukkan pada setiap aspek kemuliaan yang beliau milikinya. Sejauh mengenai dengan ayat-ayat ini, saya t idak menggunakan kepandaian dalam ilmu ‘rhetorical’ [asal bahasa arab]. Saya hanya perlu nyatakan yang benar, dengan berhujah menggunakan buku rujukan kamu. Kamu telah lihat sejauh ini bahawa saya belum berhujah menggunakan dari laporan pihak Syiah. Walaupun dengan mengenepikan buku Syiah, saya akan terus membuktikan keunikkan keutamaan Ali.

Apa yang saya katakan mengenai ayat ini adalah bertepatan dengan pandangan ulama kamu Muhammad bin Yusuf Kanji al-Shafii , dia menyebutkan pada ‘Hadis Persamaan’ di dalam bukunya Kifayatut Talib , Bab 23, dari Nabi yang mempunyai maksud bahawa, Ali adalah sama dengan Nabi. Dia mengatakan sebab mengapa Ali digelar sama dengan Nuh, di dalam kebijaksanaan adalah bahawa Ali ‘keras terhadap yang kafir dan baik terhadap yang beriman’. Allah telah menyatakannya di dalam al-Quran. Ali , yang selalu bersama dengan Nabi, ‘adalah keras terhadap yang kafir dan berkasih sayang kepada yang beriman.’

Dan jika kita katakanlah, sebagaimana Sheikh Sahib katakan, bahawa rangkap pada, ‘dan dia yang berada bersamanya,’ merujuk kepada Abu Bakar kerana dia tinggal beberapa hari dengan Nabi di dalam gua.

140

Page 141: Sect Comparative In Peshwar Night

Maka bolehkah orang yang sedemikian [Abu Bakar]; sama dengan beliau [Ali]; yang telah kekal bersama dengan Nabi semenjak kanak-kanak dan menerima arahan dari baginda Nabi?

ALI YANG PERTAMA MENGISTIHARKAN KEPERCAYAAN KEPADA NABI ALLAH

Lebih-lebih lagi, pada ketika yang genting dikala pengistiharan kerasulannya, t iada siapa menyokong Muhammad melainkan Ali. Ulama terkenal kamu, seperti Bukhari dan Muslim, di dalam ‘Sahih’ mereka, Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad , dan banyak yang lain, seperti Ibn Abdil Barr di dalam al-Isti‘ab , j ilid III, ms 32, Imam Abu Abdur-Rahman Nasa’i di dalam Khasaisul-Alawi , Sibt Ibn al-Jawzi di dalam Tadhkirah , ms 63, Sheikh Sulayman Balkhi Hanafi di dalam Yanabi’ al-Mawaddah , Bab 12, pada pengesahan dari Tirmidhi dan Muslim, Muhammad bin Talhah Shafi’i di dalam Matalib al-Su’ul , sub-bahagian I, Ibn Abi’l-Hadid di dalam SyarhNahjul Balaghah , jil id III, ms 258, Tirmidhi di dalam Jam’i al-Tirmidhi , jil id II, ms 314, Hamawaini di dalam Fara’id , Mir Sayyid Ali Hamadani di dalam Mawaddatu’l-Qurba , dan bahkan Ibn Hajar yang fanatik di dalam Sawa‘iq al-Muhriqah , dan para ilmuan yang lain dengan sedikit perbezaan pada perkataan yang dikatakan dari Anas bin Malik dan lainnya bahawa ‘Nabi dijadikan Rasul Allah pada hari Isnin dan Ali mengisytiharkan kepercayaannya kepada baginda pada hari Selasa.’ Ia juga telah disebutkan bahawa, ‘Rasul Allah telah diistiharkan pada hari Isnin dan Ali mengerjakan salat dengan Nabi pada hari selasa.’ Dan lagi, ‘Ali adalah lelaki pertama mengistiharkan kepercayaannya kepada Nabi.’ Dan juga dari Tabari, Ibn Abil-Hadid, Tirmidhi, dan lainnya menyampaikan dari Ibn Abbas bahawa: ‘Ali adalah yang pertama mengerjakan salat.’

NABI MELATIH ALI SEJAK DARI KANAK-KANAK

Saya meminta kamu untuk mempertimbangkan apa yang telah diucapkan oleh i lmuan kamu, Nurud-Din bin Sabbagh di dalam bukunya Fusul al-Muhimmah , Bab ‘Tarbiatun-Nabi,’ ms 18, Muhammad bin Talhah al-Shafii di dalam ‘Matalib al-Su’ul’ Bab I, ms 11, dan yang lain juga telah sampaikan.

Semasa kelaparan berlaku di Mekah, Nabi memberitahu bapa saudaranya, Abbas, yang saudaranya, Abu Talib, mempunyai ramai anak dan mata pencariannya tidaklah lumayan. Muhammad mengutarakan bahawa setiap mereka meminta Abu Talib memberikan seorang dari anaknya untuk dipelihara supaya bebannya dapat diringankan. Abbas bersetuju. Mereka bertemu dengan Abu Talib dengan tawaran mereka, dan dia menerimanya. Abbas mengambil Jaafar al-Tayyar dibawah jagaannya, dan Nabi mengambil Ali .

Maliki menyambung, ‘Ali t inggal berterusan bersama Nabi sehingga baginda secara rasmi mengistiharkan kerasulannya. Ali menyatakan

141

Page 142: Sect Comparative In Peshwar Night

kepercayaan kepadanya, dan mengikuti baginda sebagai Rasul Allah semenjak berusia 13 tahun. Beliau adalah lelaki pertama menerima Islam. Isteri Nabi, Khadijah adalah satu-satunya orang yang telah menerima Nabi sebelum Ali.

Di dalam Bab yang sama Maliki menyampaikan bahawa Ibn Abbas, Jabir Ibn Abdullah al-Ansari, Zaid Ibn Arqam, Muhammad Ibn Munkadar dan Rabiatul-Marai telah berkata bahawa orang yang pertama setelah Khadijah yang mempercayai kepada Nabi adalah Ali . Dia mengatakan bahawa Ali, setelah merujuk kepada fakta, yang telah disampaikan oleh ulama kamu. Dia berkata: ‘Muhammad, Rasul Allah, adalah saudara saya, dan anak bapa saudara saya; Hamzah ketua syuhada, adalah bapa saudara saya; Fatimah, anak perempuan Nabi, adalah isteri saya; dan kedua anak kepada anak perempuannya, adalah anak saya dari Fatimah. Siapa dari kamu yang telah berkongsi kecemerlangan yang sedemikian seperti saya?

Saya adalah yang pertama menerima Islam apabila saya masih lagi kecil. Nabi mengistiharkan pada hari Ghadir Khum bahawa adalah wajib untuk menerima saya sebagai petunjuk. [Kemudian dia berkata tiga kali] ‘Malang bagi dia yang akan menemui Allah esok [pada hari pengadilan], j ika dia telah menzalimi saya.’ Muhammad bin Talhah al-Shafii di dalam ‘Matalib al-Su’ul’ Bahagian I, Bab 1, ms 11, dan banyak lagi dari kalangan ilmuan kamu, telah mengatakan bahawa kenyataan itu adalah jawapan pada surat Muawiyah kepada Ali , yang mana Muawiyah telah berbangga bahawa bapanya adalah ketua kaum, masa jahiliah dan bahawa semasa Islam dia [Muawiyah] adalah raja. Muawiyah juga berkata bahawa dia adalah ‘bapa saudara sebelah ibu pada yang beriman,’ ‘penulis wahyu’ dan ‘orang yang dimuliakan’ Setelah membaca suratnya, Ali berkata: ‘Manusia karekter seperti dia – anak dari wanita yang mengunyah hati manusia – menyombong dihadapan ku [di dalam merujuk kepada ibu Muawiyah, Hindun, setelah peperangan Uhud, dengan perasaan marah, mengoyakkan badan Hamzah, merentap hatinya dan terus mengunyah] Muawiyah walaupun amat sangat menentang Ali, tetap tidak dapat menafikan kemuliaan beliau.

Lebih-lebih lagi, Hakim Abul-Qasim Haskani, seorang ulama kamu, menyebutkan dari Abdul Rahman bin Auf, mengenai ayat yang diatas dari sepuluh Quraish yang menerima Islam, bahawa Ali adalah yang mula-mula diantara mereka. Ahmad bin Hanbal, Khatib Khawarizmi, dan Sulayman Balkhi al-Hanafi menyebutkan dari Anas bin Malik bahawa Nabi telah berkata: ‘Malaikat merahmati saya dan Ali untuk selama tujuh hari, kerana pada masa itu tidak ada suara yang menyatakan ke Esaan Allah melainkan saya dan Ali,’ Ibn Abil-Hadid Mutazali, di dalam Syarh Nahjul Balaghah , j ilid I, ms 373 – 5, merakamkan beberapa Hadis yang disampaikan melalui ulama kamu yang membawa pengertian bahawa Ali adalah yang mula-mula dari yang lainnya di dalam perkara Islam. Setelah merakamkan berbagai versi dan sebutan, dia menyambung, ‘maka jumlah kesemuanya dari apa

142

Page 143: Sect Comparative In Peshwar Night

yang kami telah sebutkan, adalah Ali lelaki pertama mengenai Islam. Pandangan yang bertentangan dengannya adalah sedikit dan t iada nilai pada memikirkannya.’

Imam Abu Abdur-Rahman al-Nasa’i , seorang dari pengarang enam buku Hadis yang sahih, telah merakamkan di dalam ‘Khasaisul-Alawi’ Hadis enam yang pertama pada tajuk ini, dan telah mengesahkan bahawa orang yang pertama dalam Islam dan yang pertama mendirikan salat dengan Nabi adalah Ali. Sebagai tambahan Sheikh Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam Yanabi’ al-Mawaddah , Bab 12, merakamkan 31 Hadis dari Tirmidhi, Hamawaini, Ibn Majah, Ahmad bin Hanbal, Hafiz Abu Nu’aim, Imam Tha’labi, Ibn Maghazili, Abu’l-Muwayyid Khawarizmi, dan Dailami, telah merumuskan yang mana Ali adalah yang pertama di dalam ummah ini pada menerima Islam. Bahkan yang anti Ibn Hajar Makki ada di dalam Sawa‘iq al-Muhriqah , Bab 2, merakamkan Hadis pada isu yang sama, sebahagian darinya telah diterima oleh Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam Yanabi’ al-Mawaddah . Lebih lagi di dalam YaNabiul-Mawadda pada penghujung Bab 12, dia menyampaikan dari Ibn Zubair, Makki dan dia dari Jabir Ibn Abdullah Ansari, Hadis mengenai kemuliaan Ali, yang mana saya suka untuk menyampaikannya di sini dengan izin kamu supaya dapat menutup hujah saya. Nabi berkata: ‘Allah Maha Besar memilih saya sebagai Rasul dan mewahyukan kitab yang suci kepadaku. Saya berkata kepada-Nya, ‘Wahai Allah, Tuhanku, Kamu menghantar Musa kepada Firaun, Musa meminta Kamu menjadikan adiknya, Harun, wazirnya untuk memperkuatkan tangannya, supaya perkataannya dapat disaksikan. Sekarang aku meminta kepada Mu, wahai Allah, bahawa Engkau melantik untuk ku dari diantara keluarga ku seorang wazir yang akan memperkuatkan tanganku. Jadikan Ali wazir dan adikku, tanamkan keberanian dalam hatinya, dan berikan dia kuasa diatas musuh. Ali adalah orang yang pertama percaya kepada ku dan menyaksikan kerasulan ku dan orang yang pertama untuk mengistiharkan ke Esaan Allah bersama dengan ku.’ Selepas itu dia meneruskan berdoa kepada Allah.

‘Dari itu Ali adalah ketua bagi pengganti . Untuk mengikutinya adalah rahmat; untuk mati pada taat kepada beliau adalah syahid. Nama beliau ada di dalam Taurat bersama dengan nama ku; isterinya adalah manusia yang paling benar, adalah anak perempuan ku; kedua anak-anaknya, ketua remaja di dalam syurga, adalah anakku. Selepas mereka kesemua Imam adalah wazir kepada Allah keatas makhluk-Nya selepas Nabi; dan mereka adalah pintu pengetahuan diantara ummah ku. Siapa yang mengikuti mereka akan terselamat dari api neraka; siapa yang mengikuti mereka mendapat petunjuk kejalan yang benar; siapa yang diberikan oleh Allah pada mencintai mereka sudah pasti akan dimasukkan kesyurga. Maka sedarlah manusia, ambillah pengajaran.’

Saya boleh sebutkan Hadis yang sama sepanjang malam, kesemuanya telah dirakamkan oleh ulama kamu. Tetapi saya fikir ini telah mencukupi. Ali sahaja yang bersama dengan Nabi dari kecil , dan

143

Page 144: Sect Comparative In Peshwar Night

makanya amatlah sesuai bahawa kita menganggap beliaulah orangnya yang dirujuk dalam perkataan ‘dia yang bersamanya’ dan bukan orang yang bersama Nabi untuk beberapa hari dalam perjalanan.

KEIMANAN ALI SEDANG DIA HANYA KANAK-KANAK

Hafiz: Kamu telah membuktikan maksud kamu, dan tiada siapa pernah menafikan bahawa Ali adalah yang mula-mula di dalam menerima Islam. Tetapi fakta ini t idak melayakkan dia sebagai cemerlang di dalam perbandingan dengan para sahabat lain. Benar, Khalifah yang tinggi mengatakan kepercayaan kepada Islam bertahun-tahun selepas Ali, tetapi keimanan mereka berbeza dengan dia dan lebih baik. Sebabnya adalah, Ali hanya kanak-kanak, dan mereka ini dewasa. Pastinya keimanan orang yang lebih dewasa adalah lebih utama dari yang kanak-kanak. Sebagai tambahan, keimanan Ali adalah ikutan yang membuta tuli, dan keimanan orang ini adalah berasas pada hujah. Kepercayaan yang didapati dari keterangan adalah lebih baik dari keimanan ikutan. Oleh kerana kanak-kanak, yang tidak lagi dituntut oleh agama untuk melakukan amalan, tidak mempunyai keimanan melainkan ikutan yang buta sahaja, maka Ali, kanak-kanak yang berusia 13 tahun, menyatakan keimanannya melalui ikutan yang membuta tuli.

Shirazi: Ucapan yang begitu sungguh memeranjatkan datang dari seorang yang terpelajar seperti kamu. Saya tidak tahu bagaimana hendak membantah hujah yang sedemikian. Jika saya katakan bahawa kamu mengambil kedudukan itu dari perasaan benci, ia adalah bertentangan dengan naluri saya untuk menyatakan motif yang sedemikian pada seorang yang terpelajar. Biarlah saya bertanyakan soalan kepada kamu: adakah penerimaan Ali kepada Islam berasaskan pada kehendak peribadinya atau pada ajakan dari Nabi?

Hafiz: Mengapa kamu mengambil pandangan yang begitu teruk pada cara kami bercakap, oleh kerana kami mempunyai keraguan, kita perlu membincangkannya. Sebagai jawapan kepada soalan kamu, saya setuju bahawa Ali menerima Islam pada ajakan Nabi yang suci.

Shirazi: Apabila Nabi mengajak Ali pada menerima Islam, adakah Nabi tahu bahawa kanak-kanak tidak dituntut oleh komitmen agama? Jika kamu katakan Nabi t idak tahu, kamu telah mengatakan kebodohan terhadap Nabi, dan j ika Nabi memang tahu dan mengajak Ali juga, maka tidakannya adalah janggal [pelik]. Untuk mengatakan kepelikkan perbuatan ini kepada Nabi adalah kafir, kerana Nabi adalah maksum. Allah berkata mengenai Nabi di dalam al-Quran:

‘Tidaklah dia berkata-kata dari kehendaknya. Ini t idak lain dari wahyu yang telah diwahyukan.’ [Surah al-Najm 53:3 – 4]

Nabi menganggap Ali seorang yang bernilai untuk diajak menerima islam. Selain dari i tu, remaja t idak semesti tidak mempunyai

144

Page 145: Sect Comparative In Peshwar Night

kebijaksanaan. Kedewasaan diambil kira mengenai menjalankan tugas-tugas amalan beragama, tetapi t idak kepada perkara berkaitan dengan kebijaksanaan. Keimanan adalah mengenai perkara yang berkaitan dengan kebijaksanaan dan bukannya perundangan agama. Maka keimanan Ali semasa kanak-kanak adalah kemuliaan bagi dirinya sebagaimana Allah memberitahu kita di dalam al-Quran mengenai Isa dengan perkataan ini:

‘Dia berkata: ‘Sesungguhnya saya adalah hamba Allah; Dia telah memberikan kepada ku kitab dan menjadikan aku seorang Nabi.’ [Surah Maryam 19:30]

Juga di dalam surah ini Dia berkata mengenai Nabi Yahya:

‘……… dan Kami berikan kepadanya kebijaksanaan sedang dia masih kanak-kanak.’ [Surah Maryam 19:12]

Sayyid Ali Humairi Yamani [mati 179 Hijrah] menunjukkan kepada fakta yang sama di dalam syairnya. Dia berkata: ‘Sebagaimana Yahya sampai ke darjah Nabi dimasa kecilnya, Ali , pengganti Nabi dan bapa kepada anak-anaknya, dan telah diberikan wazir Allah dan penjaga manusia sedang dia masih kanak-kanak.’ Kemuliaan dan kehormatan dianugerahkan oleh Allah t idak bergantung kepada usia. Kebijaksanaan dan kecerdikkan bergantung kepada kecenderungan semula jadi. Saya amat terkejut dengan komen kamu kerana hujah yang sebegitu selalunya dibuat oleh Nasibi dan Khariji diatas arahan Umayyah. Mereka merendahkan keimanan Ali sebagai pengikut membuta tuli kepada apa yang telah diajarinya.

Bahkan ulama kamu mengakui kemuliaan Ali dalam kedudukan ini. Muhammad bin Talhah al-Shafii, Ibn Sabbagh al-Maliki, Ibn Abil-Hadid dan lainnya telah menyebutkan rangkap dari Ali. Di dalam satu dari rangkapnya dia berkata: ‘Saya adalah yang mula dan terahulu diantara kamu di dalam memelok Islam apabila saya masih kecil.’ Jika keimanan Ali pada usia yang begitu muda bukannya satu kemuliaan, Nabi tentu tidak mengatakan yang sedemikian. Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam YaNabiul-Mawaddah , Bab 55, ms 202, menyebut dari Ahmad bin Abdullah Shafii, menyebut dari Khalifah kedua, Umar bin Khattab, yang berkata: ‘Abu Bakar, Abu Ubaidah Jarrah dan sebilangan manusia hadir di dalam kumpulan Nabi Allah apabila baginda menepuk Ali pada bahunya dan berkata: ‘wahai Ali! Kamu adalah yang pertama dan mula-mula diantara semua yang beriman dan Muslim di dalam memeluk Islam. Engkau adalah kepada ku seperti Harun kepada Musa.’

Juga Imam Ahmad bin Hanbal menyampaikan dari Ibn Abbas, yang mengatakan bahawa dia, Abu Bakar, Abu Ubaidah bin Jarrah dan lainnya ada bersama Nabi, apabila baginda meletakkan tangannya di bahu Ali dan berkata: ‘Kamu adalah yang mula-mula dalam beriman, dan Islam diantara semua Muslim, dan engkau kepada ku seperti Harun kepada Musa, Wahai Ali! Dia yang memikirkan, yang dia adalah

145

Page 146: Sect Comparative In Peshwar Night

sahabat ku sedangkan dia adalah musuh kamu, adalah seorang pendusta.’

Ibn Sabbagh al-Maliki merakamkan Hadis yang sama di dalam Fusul al-Muhimmah , ms 125, dari Khasaisul-Alawi sebagaimana yang disampaikan oleh Abdullah bin Abbas, dan Imam Abu Abdur-Rahman al-Nasa’i melaporkan di dalam Khasaisul-Alawi bahawa dia berkata: ‘Saya mendengar Umar bin Khattab berkata [Menyebut nama Ali dengan hormat], Saya mendengar Nabi berkata bahawa Ali mempunyai tiga kualiti . Saya [Umar] harap saya mempunyai satu darinya kerana setiap dari satu kualiti itu adalah amat berharga kepada saya dari apa-apa didunia ini.

Ibn Sabbagh telah menyampaikan Hadis yang berikut sebagai tambahan kepada apa yang lainnya telah rakamkan. Nabi berkata mengenai Ali: ‘Sesiapa yang mencintai kamu, mencintai aku, dan sesiapa yang mencintai aku, Allah mencintai dia, dan sesiapa yang Allah cintai, Dia membawanya kesyurga. Tetapi sesiapa yang bermusuh dengan kamu, adalah bermusuh dengan ku, dan dia yang bermusuh dengan ku, Allah bermusuh dengannya dan mengutuknya kedalam neraka.’

Ali mengistiharkan dirinya sebagai Muslim semasa masih kanak-kanak lagi telah menunjukkan kecemerlangan kebijaksanaan dan kemuliaan, yang mana tidak ada Muslim lain milikinya. Tabari di dalam ‘ Tarikh’ nya menyebutkan dari Muhammad bin Saad bin Abi Waqqas yang berkata: ‘Saya bertanya kepada bapa saya sama ada Abu Bakar adalah Muslim yang pertama. Dia berkata: ‘Tidak, lebih dari 50 orang telah memeluk Islam sebelum Abu Bakar; tetapi dia adalah yang lebih utama dari kami Muslim lainnya.’ Dia juga menulis bahawa Umar bin Khattab memeluk Islam selepas 45 lelaki dan 21 wanita. ‘Sebagai yang pertama sekali di dalam perkara Islam dan iman, ia adalah Ali Ibn Abi Talib.’

KEIMANAN ALI ADALAH SEBAGIAN DARI SEMULAJADI DIRINYA.

Selain dari fakta bahawa Ali adalah yang pertama di dalam memeluk Islam, beliau memeliki kemuliaan lain yang khas untuknya, dan lebih penting dari kemuliaannya yang lain: Islamnya Ali timbul dari semulajadi dirinya, sedangkan bagi yang lain terjadi setelah kefir sebelumnya. Tidak seperti Muslim yang lain dan juga sahabat Nabi, Ali tidak pernah kafir. Hafiz Abu Nu‘aim al-Isfahani di dalam Ma Nazala min al-Quran fi Ali , dan Mir Sayyid Ali Hamadani di dalam Mawaddatul-Qurba menyebutkan bahawa Ibn Abbas berkata: ‘Saya bersumpah dengan Allah bahawa tidak ada sesiapa yang tidak menyembah berhala sebelum Islam melainkan Ali. Dia menerima Islam dengan tidak pernah menyembah berhala.’

Muhammad Yusuf Kanji al-Shafii di dalam Kifayatut-Talib , Bab 24, menyebutkan Nabi sebagai berkata: ‘Mereka yang mula-mula menerima keimanan pada ke Esaan Allah diantara pengikut Nabi-Nabi adalah tiga

146

Page 147: Sect Comparative In Peshwar Night

orang yang tidak pernah kafir: Ali Ibn Abi Talib, orang yang di dalam surah Yasin, dan orang yang beriman dari golongan Firaun. Yang benar adalah Habib al-Najjar, diantara keturunan Yasin, Ezekiel di antara orang Firaun dan Ali Ibn Abi Talib yang tertinggi dari mereka semua.’ Mir Sayyid Ali al-Hamadani di dalam Mawaddatul Qurba , Mawaddah ke-7, Khatib al-Khawarizmi di dalam Manaqib , dan Imam al-Tha‘labi di dalam Tafsirnya, menyebut dari Khalifah kedua, Umar bin al-Khattab: ‘Saya menjadi saksi bahawa saya mendengar Nabi berkata: ‘Jika ketujuh-tujuh langit diletakkan di atas t imbangan dan Ali d sebelahnya, nescaya keimanan Ali pasti akan mengalahkannya.’

Maksud yang sama telah dimasukkan di dalam syair yang digubah oleh Sufyan bin Mus‘ab sebagai berikut: ‘Demi Allah, saya menjadi saksi bahawa Nabi telah berkata kepada kami: Ia t idak seharusnya t idak diketahui oleh sesiapa bahawa jika iman segala ummah didunia ini diletakkan di atas timbangan dan imannya Ali di atas yang lain, iman Ali akan mengalahkan yang lainnya.’

ALI MELEBIHI SEMUA SAHABAT YANG LAIN DAN SEMUA UMMAH DALAM KEMULIAAN

Mir Sayyid Ali Hamadani al-Shafii telah merakamkan banyak Hadis di dalam Mawaddatul-Qurba , yang menyokong kecemerlangan Ali. Di dalam Mawaddah ke 7, dia menyebut dari Ibn Abbas bahawa Nabi berkata: ‘Lelaki terbaik pada era saya adalah Ali.’

Kebanyakkan ulama kamu yang berfikiran terbuka telah menerima keutamaan Ali. Ibn Abil-Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , j ilid II, ms 40, berkata bahawa Abu Jaafar al-Iskafi, ketua golongan Mutazili, mengistiharkan bahawa Bashr bin Mu‘tamar, Abu Musa, Jaafar bin Mubasysyir dan ulama lain dari Baghdad percaya bahawa, ‘Manusia yang paling cemerlang diantara semua Muslim adalah Ali Ibn Abi Talib, dan selepasnya anak beliau Hasan, kemudian anaknya Husain, selepas dia Hamzah, dan selepasnya Jaafar Ibn Abi Talib.’ Dia terus menyatakan ketuanya Abu Abdullah Basri, Sheikh Abul-Qasim al-Balkhi, dan Sheikh Abul-Hasan Khayyat mempunyai kepercayaan yang sama seperti Abu Jaafar al-Iskafi mengenai keutamaan Ali. Dia menerangkan kepercayaan golongan Mutazili berkata: ‘Lelaki terbaik selepas Nabi Allah, adalah pengganti Nabi, suami Fatimah, Ali , selepas dia, kedua anaknya, Hasan dan Husain, setelah mereka Hamzah, dan selepas dia, Jaafar [Tayyar].

Sheikh: Jika kamu ketahui kenyataan para ulama pada menyokong keutamaan Abu Bakar, kamu tidak akan membuat kenyataan serupa itu.

Shirazi: Semua ulama Sunni yang dipercayai telah mengesahkan keutamaan Ali. Sebagai contoh, kamu boleh merujuk Ibn Abil-Hadid Mutazali Syarh Nahjul Balaghah , jil id III, ms 264, yang mana kenyataan yang sama telah disebut dari Jahiz bahawa keimanan Abu Bakar lebih utama dari Ali. Bagaimana pun, Abu Jaafar al-Iskafi,

147

Page 148: Sect Comparative In Peshwar Night

seorang ulama Mutazili yang terkenal, menolak tuntutan ini, dengan berkata, keimanan Ali lebih utama dari Abu Bakar dan juga dari para sahabat yang lain. Abu Jaafar berkata: ‘Kita tidak menafikan kecemerlangan sahabat, tetapi pastinya kami t idak menganggap mana-mana mereka lebih utama dari Ali.’ Ali berkedudukan yang begitu tinggi jika pada menyebutkan nama dia bersama dengan sahabat yang lain adalah tidak wajar. Yang sebenarnya, kemuliaan para sahabat tidak dapat dibandingkan dengan kesucian kemuliaan Ali . Mir Sayyid Ali Hamadani menyebutkan di dalam Mawaddah VII, dari Ahmad bin Muhammadul Karzi al-Baghdadi, yang mengatakan bahawa dia mendengar dari Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, yang bertanya pada bapanya Ahmad bin Hanbal mengenai kedudukan para sahabat Nabi. Dia menamakan Abu Bakar, Umar dan Uthman dan berhenti. Abdullah kemudian bertanya bapanya: ‘Dimana nama Ali Ibn Abi Talib?’ Bapanya menjawab, ‘Dia tergolong di dalam keturunan suci Nabi. Kita tidak boleh menyebut namanya [dengan kemuliaannya] bersama dengan mereka itu.’

Kita l ihat dalam al-Quran bahawa di dalam ayat Mubahalah , Ali dirujuk sebagai ‘diri’ bagi Nabi. Terdapat Hadis yang menyokong pandangan ini, yang dirakamkan di dalam Mawaddah VII, disebutkan dari Abdullah bin Umar bin Khattab. Dia mengatakan satu hari sedang dia mengira nama-nama sahabat, dia menamakan Abu Bakar, Umar dan Uthman. Seorang berkata: ‘Wahai Abu Abdur-Rahman! Mengapa kamu meninggalkan nama Ali?’ Dia menjawab: ‘Ali adalah seorang dari keturunan Nabi. Dia tidak boleh dijumlahkan dengan sesiapa. Dia di dalam kategori yang sama dengan Nabi Allah.’

Biar saya nyatakan satu lagi Hadis dari Mawadda yang sama. Ia telah disebutkan dari Jabir bin Abdullah Ansari bahawa satu hari di dalam kehadiran Muhajirin, dan Ansar Nabi berkata kepada Ali: ‘Wahai Ali! Jika seseorang mengerjakan salat yang sempurna kepada Allah, dan kemudian meragukan bahawa kamu dan keluarga mu adalah yang lebih utama diatas segala kejadian, tempat kediamannya adalah neraka.’

[Setelah mendengarkan Hadis ini, semua yang hadir, terutama Mr. Hafiz, menunjukkan telah bertaubat, sekurang-kurangnya mereka di dalam kumpulan yang meragukan]. Saya telah merujuk kepada beberapa Hadis sahaja. Pilihan kamu sama ada menolak kesemua Hadis yang sahih, yang telah dirakamkan di dalam buku-buku kamu atau mengakui bahawa keimanan Ali lebih utama dari semua para sahabat, termasuk Abu Bakar dan Umar. Saya juga harap kamu pertimbangankan Hadis yang telah diterima oleh kedua golongan yang mana Nabi berkata pada peristiwa Ghazwah Ahzab [juga dikenali dengan Peperangan Parit], apabila Ali membunuh Amru Ibn Abdul Wudd dengan satu pukulan dari pedangnya: ‘Satu hayunan Ali di dalam peperangan Khandaq, telah mendapatkannya lebih kemuliaan dari segala amalan baik dari keseluruh ummat [jin dan manusia] sehingga ke hari Pengadilan.’ Jika satu hayunan pedangnya adalah yang terbaik dari segi kemuliaan daripada segala salat oleh jin dan manusia yang disatukan, tentu sahaja

148

Page 149: Sect Comparative In Peshwar Night

kemuliaannya tidak boleh dipersoalkan oleh sesiapa melainkan si fanatik yang jahat.

ALI SEBAGAI DIRI KEPADA NABI

Jika tidak terdapat apa-apa bukti tentang keutamaan Ali dari segala para sahabat dan ummah amnya, ayat Mubahila telah mencukupi untuk membuktikan keutamaannya. Ia merujuk kepada Ali sebagai ‘diri’ Nabi. Nabi telah diterima sebagai yang paling utama kepada semua makhluk dari mula hingga keakhir. Maka perkatan ‘anfusana’ [diri kami] di dalam ayat itu merujuk kepada Ali, ini membuktikan dia lebih utama dari semua makhluk dari mula hingga akhir. Mungkin sekarang kamu akan mengaku bahawa di dalam rangkap ‘dan mereka yang bersama dengannya’ merujuk kepada Ali. Beliau telah bersama dengan Nabi sebelum sesiapa pun dari permulaan Islam

Kenapa Ali tidak bersama Nabi pada malam baginda hijrah dari Mekah, adalah jelas bahawa Nabi telah mengamanahkan kepada Ali dengan tugas yang penting. Tiada siapa yang paling amanah dari Ali. Dia telah ditinggalkan untuk memulangkan kepada tuannya segala harta yang telah diamanahkan kepada Nabi. [Tugas Ali yang kedua adalah untuk mengantar ahli keluarga Nabi dan Muslim yang lain ke Madina. Dan walaupun Ali tidak bersama Nabi di dalam gua pada malam itu, beliau melaksanakan tugas yang terpenting ketika beliau baring diatas tempat tidur Nabi]

AYAT QURAN MEMUJI ALI KERANA TIDUR DIATAS KATIL NABI PADA MALAM HIJRAH

Ulama kamu telah menyebutkan kemuliaan Ali di dalam ulasan mereka. Contohnya Ibn Sab‘i al-Maghribi di dalam Shifa’u’s Sudur , al-Tabarani di dalam al-Awsat dan al-Kabir , Ibn Athir dalam Usdu’l-Ghabah , jil id IV, ms 25, Nuru’d-Din Sabbagh al-Maliki di dalam Fusul al-Muhimmah fi Ma’rifat al-A’immah , ms 33, Abu Ishaq Tha’labi, Fadil al-Naisaburi , Fakhru’d-Din al-Razi dan Jalaluddin al-Suyuti , masing-masing di dalam Tafsir , Hafiz Abu Nu’aim al-Isfahani, ahli Hadis shafii yang terkenal di dalam Ma Nazala min al-Qur’an fi Al i , Khatib Khawarizmi di dalam Manaqib , Sheikhu’l-Islam Ibrahim bin Muhammad Hamawaini di dalam Fara’id , Muhammad bin Yusuf Kanji Shafi’i di dalam Kifayah al-Talib , Bab 62, Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad , Muhammad bin Jarir melalui beberapa punca, Ibn Hisham di dalam Sirah al-Nabawiyyah , Hafiz Muhaddith dari Damaskus di dalam Arba‘in Tiwal , Imam Ghazali di dalam Ihya’ Ulum al-Din , jil id III, ms 223, Abu al-Sa‘adat di dalam Fada’il al-Itrat al-Tahirah , Ibn Abi’l-Hadid di dalam Syarh Nahju al-Balaghah , Sibt Ibn al-Jawzi dalam al- Tadhkirah dan lainnya dari ulama kamu yang terkenal, menyatakan bahawa apabila Nabi berhasrat , dengan arahan Tuhan, untuk meninggalkan Makah ke Madinah, baginda menyuruh Ali memakai selimut baginda berwarna hijau dan tidur dikatil baginda. Dengan patuh Ali tidur ditempat Nabi. Kemudian Allah memberitahu malaikat Jibril dan Mikail bahawa Dia

149

Page 150: Sect Comparative In Peshwar Night

telah menjadikan mereka berdua bersaudara, dan bahawa seorang dari mereka akan hidup lama dari yang lain. Dia bertanya kepada mereka berdua siapakah yang bersedia untuk memberikan saudaranya umur dia yang lebih, kelebihan umur itu t iada siapa dari mereka yang tahu. Mereka bertanya kepada Dia [Allah] sama ada pilihan itu perlu [wajib]. Mereka diberitahu ia t idak dipaksakan. Tiada siapa dari mereka yang bersedia untuk berpisah dari kelebihan umur yang telah diberikan oleh Allah. Maka ikutilah kata-kata Tuhan: ‘Saya telah jadikan persaudaraan diantara wazirku Ali dengan Rasul Ku Muhammad. Ali telah menawarkan untuk mengorbankan nyawanya demi untuk menyelamatkan nyawa Nabi. Dengan tidur diatas katil Nabi, dia telah menyelamatkan nyawa Nabi. Sekarang kedua kamu diarahkan turun kedunia dan menyelamatkan dia dari tipu daya dan perancangan musuh.’

Dengan patuh, kedua mereka turun kedunia. Jibril duduk dibahagian kepala Ali dan Mikail di bahagian kaki. Jibril berkata: ‘Tahniah, Wahai anak Abu Talib yang mana Allah maha Tinggi telah berbangga dihadapan para malaikat.’ Sesudah ini, ayat yang berikut telah diwahyukan kepada Nabi:

‘Dan terdapat manusia yang memberikan nyawanya untuk mendapatkan keridhaan Allah; dan Allah maha pengasih terhadap hamba-Nya.’ [Surah al-Baqarah 2:207]

Sekarang saya serahkan kepada kamu, tuan-tuan terhormat, untuk mempertimbangkan ayat ini baik-baik, apabila kamu pulang kerumah pada malam ini dan cuba mendapatkan keputusan kamu sendiri . Adakah keutamaan benar-benar kepunyaan mereka yang bersama Nabi untuk beberapa hari dalam perjalanan, menunjukkan ketakutan dan kesedihan, atau dia yang mempetarungkan nyawanya pada malam yang sama dengan berani dan berbesar hati , demi untuk keselamatan Nabinya. Imam Jaafar al-Iskafi, seorang ulama terkenal dan ketua golongan Mutazili membuktikan sebagaimana dirakamkan di dalam ulasan Ibn Abil Hadid dalam Syarh Nahjul Balaghah , jil id III, ms 269-281 bahawa tidurnya Ali diatas kati l Nabi adalah lebih utama dari bersamanya Abu Bakar dengan Nabi pada jangka waktu yang pendek. Dia berkata: ‘Ummah Muslim semuanya percaya, dengan sebenarnya, kemuliaan Ali pada malam itu sungguh tinggi yang mana tiada manusia yang dapat mencapainya melainkan Ishak dan Ibrahim, apabila mereka bersedia untuk mengorbankan diri mereka di dalam ketaatan kepada kehendak Allah. [Kebanyakkan pengulas, ulama, ahli sejarah, semuanya percaya bahawa Ismail yang menawarkan untuk dikorbankan dan bukan Ishak]

Pada ms 271 dari Syarh Nahjul Balaghah kenyataan Abu Jaafar al-Iskafi di dalam menjawab kepada Abu Uthman Jahiz al-Nasibi telah dirakamkan. Dia berkata: ‘Saya telah pun buktikan terdahulu bahawa tidurnya Ali diatas katil Nabi pada malam hijrah adalah lebih utama dari bersamanya Abu Bakar dengan Nabi di dalam gua. Di dalam

150

Page 151: Sect Comparative In Peshwar Night

menekankan maksud saya, saya akan buktikan dari dua sudut pandangan.

Pertama, Nabi Allah yang begitu lama dan terlalu rapat dengan Ali, amat mencintai beliau. Maka dia merasakan kehilangan orang yang dicintai apabila mereka berpisah. Sebaliknya, Abu Bakar menikmati keutamaan berjalan berpergian dengan Nabi. Oleh kerana Ali menderita dari kepedihan berpisah, ganjarannya bertambah, kerana lebih besar penderitaan yang ditanggongnya maka lebih banyaklah ganjaran yang diterima untuknya.

Keduanya, oleh kerana Abu Bakar hendak meninggalkan Makah, dan dia pernah meninggalkan Makah dengan sendirian, situasinya sebagai waraga Makah telah bertambah susah. Maka apabila dia meninggalkan Makah bersama dengan Nabi, idamannya untuk meninggalkan Makah tercapai. Makanya tidak ada kecemerlangan moral yang perlu baginya jika dibandingkan dengan Ali, yang telah menanggong tekanan di dalam mempertaruhkan nyawanya dihadapan pedang yang tidak bersarong ditangan musuh.

Ibn Sab‘i al-Maghribi berkata di dalam Shifa’ al-Sudur mengenai keberanian Ali: ‘Terdapat sebulat suara diantara ulama Arab bahawa pada malam hijrah, Ali tidur diatas katil Nabi adalah lebih utama dari berpergian dengannya Ali menjadikan dirinya wakil Nabi dan mempertarungkan nyawanya kerana Nabi. Tujuan ini amat jelas yang tiada siapa boleh menafikannya melainkan mereka yang dihinggapi penyakit gila atau fanatik.’

Saya berhenti disini dan kembali kepada tujuan utama saya. Kamu mengatakan bahawa ayat al-Quran ‘keras terhadap orang kafir’ [48:29] merujuk kepada Khalifah kedua, Umar bin Khattab. Tetapi tuntutan ini tidak boleh diterima hanya kerana kamu yang mengatakannya. Kita hendaklah menentukan sifat ini tertakluk kepada dirinya atau tidak. Jika ia benar, saya besedia untuk menerimanya. Yang pastinya ‘keras’ boleh ditunjukkan dengan dua cara: di dalam perbincangan agama yang mana melalui kekuatan penghujahan, ulama dari pihak lawan akan terdiam. Kedua, ia boleh ditunjukan dimedan perang.

Sejauh ini mengenai perbincangan ilmiah, t idak terdapat satu ketika di dalam sejarah yang Umar menunjukkan sebarang kekuatan penghujahannya. Tidak, setahu saya. Saya t idak pernah melihat mana-mana rakaman sejarah menunjukkan kerasnya Umar pada perbincangan agama. Saya amat menghargai jika kamu boleh menyatakannya.

Yang sebenarnya, ulama kamu telah bersetuju bahawa adalah Ali yang menyelesaikan masalah perundangan dan agama yang susah semasa era tiga Khalifah. Walaupun Umayya dan pengikut Abu Bakar yang membuta tuli telah memalsukan Hadis bagi pihak mereka, tetap mereka tidak dapat menyembunyikan fakta bahawa apabila seorang yang beriman datang bertemu Abu Bakar, Umar atau Uthman, untuk

151

Page 152: Sect Comparative In Peshwar Night

menyelesaikan masalah yang susah, Khalifah akan merujuk masalah itu kepada Ali. Ali memberikan kepada mereka jawapan yang meyakinkan sehingga ramai yang bukan Islam memeluk Islam. Sebenarnya bahawa Abu Bakar, Umar dan Uthman telah mengesahkan keutamaan Ali adalah mencukupi untuk membutikan maksud saya. Ulama kamu telah menulis bahawa Khalifah Abu Bakar berkata: ‘Gantikan saya, gantikan saya, oleh kerana saya t idak mempunyai kelebihan apa-apa daripada kamu, selagi Ali ada bersama kamu.’ Paling kurang tujuh puluh kali Khalifah Umar mengaku: ‘Jika Ali tidak ada, Umar pasti akan binasa.’ Kebanyakkan situasi itu melibatkan bahaya telah disebutkan di dalam buku-buku tersebut, tetapi saya t idak mahu memperkatakan pada maksud itu. Mungkin ada tajuk yang lebih mustahak untuk dibincangkan.

Nawab : Tajuk mana yang lebih penting dari ini? Adakah perkara ini disebutkan di dalam buku kami? Jika ada, sila beritahu kepada kami?

Shirazi: Ulama kamu yang adil bersetuju bahawa Umar kerap mengatakan bahawa Ali selalu datang untuk menyelamatkannya.

BUKTI MENGENAI PERKATAAN UMAR ‘JIKA ALI TIDAK ADA DISITU, UMAR PASTI AKAN BINASA’

Qazi Fazlullah Bin Ruzbahan, yang fanatik, di dalam Ibtalu’l-Batil ; Ibn Hajar Asqalani di dalam Tahdhibu’l-Tahdhib , dicetak di Hyderabad Deccan, ms 337; Ibn Hajar di dalam al-Isabah , j ilid II, dicetak di Mesir, ms 509; Ibn Qutaybah Dinawari di dalam Ta’wil al-Mukhtalaf al-Hadis , ms 201-202, Ibn Hajar al-Makki di dalam Sawa‘iq al-Muhriqah , ms 78; Hajj Ahmad Afandi di dalam Hidayatul Murtab , ms 146 dan 152; Ibn Athir al-Jazari di dalam Usdul Ghabah , jil id IV, ms 22; Jalaluddin al-Suyuti di dalam Tarikhul Khulafa’ , ms 66; Ibn Abdil Barr Qurtubi di dalam al-Isti‘ab , jil id II, ms 474; Sayyid Mu’min Shablanji di dalam Nurul Absar , ms 73; Shahabu’d-Din Ahmad bin Abdu’l-Qadir A’jili di dalam Zakhiratul-Ma‘al ; Muhammad bin Ali As-Saban di dalam Is‘afu’r-Raghibin , ms 152; Nuru’d-Din bin Sabbagh Maliki di dalam Fusul al-Muhimmah , ms 18; Nuru’d-Din Ali bin Abdullah Samhudi di dalam Jawahirul Iqdain ; Ibn Abil-Hadid al-Mu‘tazili di dalam Syarh Nahjul Balaghah , jil id I, ms 6, Allamah Qushachi di dalam Syarh Tarid , ms 407, Khatib Khawarizmi di dalam Manaqib , ms 48, 60, Muhammad bin Talhah al-Shafii di dalam Matalib al-Su’ul sub-bahagian 6, ms 29, Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Fada’i l dan begitu juga di dalam Musnad ; Sibt Ibn al-Jawzi di dalam Tadhkirah , ms 85, 87, Imam Tha’labi di dalam Tafsir Kasyfu’l-Bayan , Allamah Ibn Qayyim Jauzi di dalam Turuqi’l-Hakim , merakamkan keputusan Ali dari ms 41 hingga page 53; Muhammad bin Yusuf Kanji al-Syafii di dalam Kifayatu’t Talib , Bab 57; Ibn Majah al-Qazwini di dalam Sunan , Ibn Maghazili al-Shafii di dalam Manaqib ; Ibrahim bin Muhammad Hamawaini di dalam Fara’id ; Muhammad bin Ali bin Hasan al-Hakim di dalam Syarh-Fathi’l-Mubin , Dailami di dalam al-Firdaus , Sheikh Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam Yanabi’ al-

152

Page 153: Sect Comparative In Peshwar Night

Mawaddah , Bab 14, Hafiz Abu Nu‘aim Isfahani di dalam Hilyatu’l-Auliya’ begitu juga di dalam Ma nazala min al-Qur’an fi Ali , dan banyak lagi dari ulama terkenal kamu, dengan sedikit perubahan di dalam perkataan, telah menyampaikan Umar sebagai berkata: ‘Jika tidak ada Ali , Umar pasti akan binasa.’

Seorang ahli agama Kanji al-Shafii, di dalam Bab 57, Kifayatut Talib fi Manaqib Ali Ibn Abi Talib , setelah menyebutkan beberapa Hadis sahih, menyatakan dari Hudhaifah bin al-Yaman bahawa, ‘Satu hari Umar berjumpa dengannya dan bertanya kepadanya: Apakah keadaan kamu apabila kamu bangun pada waktu pagi? Hudhaifah berkata, ‘Saya bangun pada waktu pagi benci kepada yang hak, suka pada fitnah, menjadi saksi kepada perkara yang tidak dil ihat; menghafal benda yang tidak dijadikan, bersalat di dalam keadaan berhadath, dan tahu bahawa apa yang untuk ku dibumi t idak untuk Allah yang dilangit.’ Umar menjadi marah dengan kenyataan ini dan bermaksud hendak menolak Hudhaifah apabila Ali masuk. Beliau nampak tanda marah pada muka Umar dan bertanya mengapa dia marah sangat. Umar menberitahu beliau, dan Ali berkata: ‘Tidak ada apa-apa yang serius mengenai kenyataan ini: Apa Hudhaifah katakan adalah betul. Hak bererti mati, yang dibencinya; fitnah bererti kekayaan dan keluarga, yang dia suka; dan apabila dia mengatakan dia menjadi saksi pada apa yang dia tidak lihat, ini bermakna bahawa dia mengaku kepada ke Esaan Allah, mati, hari pengadilan, syurga, neraka, jambatan sirat , yang mana semuanya belum dilihat. Apabila dia berkata dia belajar secara hafal apa yang tidak dijadikan, ini merujuk kepada al-Quran; apabila dia berkata bahawa dia menyebut salat tanpa wudu, ini merujuk kepada sebutan selawat kepada Nabi Allah, yang mana dibolehkan tanpa wuduk; apabila dia mengatakan dia dapat untuk dirinya di dunia apa yang bukan untuk Allah di langit , ini merujuk kepada isterinya, kerana Dia tidak mempunyai isteri atau anak.’ Umar kemudian berkata, ‘Umar pasti akan lenyap jika Ali tidak ada.’ Kanji al-Shafii berkata bahawa kenyataan Umar telah disahkan menurut laporan dari kebanyakkan penyampai Hadis. Pengarang al-Manaqib berkata Khalifah Umar berulang kali berkata: ‘Wahai Abul-Hasan! [Ali]. Saya t idak akan menjadi sebahagian dari ummah tanpa kamu.’ Dia juga berkata: ‘Wanita t idak dapat melahirkan anak seperti Ali.’

Muhammad bin Talhah al-Shafii di dalam Matalibus Su’ul dan Sheikh Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam Yanabi’ al-Mawaddah , Bab 14, menyebut dari Tirmidhi, merakamkan laporan yang mendalam dari Ibn Abbas pada akhirnya dia berkata: ‘Para sahabat Nabi akan mencari keputusan agama dari Ali, dan mereka menerima keputusannya. Adalah Umar bin Khattab berkata pada beberapa kejadian, ‘Jika t idaklah kerana Ali, Umar pasti akan binasa.’

Di dalam perkara agama dan perbincangan pengetahuan Umar tidak menunjukkan sebarang kekerasan. Sebaliknya, dia mengakui ketidak mampuannya dan mengakui Ali sebagai tempat berlindungnya. Bahkan Ibn Hajar al-Makki di dalam Bab III, dari Sawa‘iq al-Muhriqah ,

153

Page 154: Sect Comparative In Peshwar Night

menyatakan dari Ibn Sa‘ad, menyebut Umar sebagai berkata, ‘Aku meminta perlindungan dengan Allah, di dalam memutusan masalah yang susah di mana Abul Hasan tidak ada.’

KEBERANIAN UMAR TIDAK PERNAH DILIHAT DIMANA-MANA MEDAN PEPERANGAN

Sebagai kekerasan untuk Umar dimedan peperangan, sejarah tidak pernah merakamkannya. Sebaliknya, ahli sejarah dari kedua golongan menyampaikan bahawa setiap kali Umar bertemu musuh yang kuat, dia akan melarikan diri . Begitulah Muslim lain juga lari, dan tentera muslim kerap juga tewas.

Hafiz : Kamu dengan perlahan-lahan telah menambahkan yang tidak baik. Kamu telah menghina Khalifah Umar, yang menjadi kebanggaan Muslim, dan di dalam era siapa Muslim mencapai kejayaan besar. Disebabkan Umar, tentera muslim mendapat kejayaan. Kamu mengelar dia penakut dan mengatakan yang dia lari dari medan peperangan dan bahawa kekalahan tentera Islam adalah disebabkan olehnya! Adakah wajar bagi orang seumpama kamu pada menghina Khalifah Umar?

Shirazi: Saya takut awak tersalah faham. Walaupun kamu telah bersama saya pada beberapa malam, kamu masih belum dapat memahami saya. Mungkin awak fikir bahawa disebabkan oleh perasaan maka saya mengkritik atau memuji seseorang. Tidak sekali. Memang terdapat kewajibpan yang besar di dalam perbincangan agama yang telah menjadi punca permusuhan diantara Muslim untuk berabad lamanya. Perbincangan sedemikian kerap menimbul keinginan yang jahat, yang tidak mengikuti dengan arahan al-Quran. Al-Quran dengan jelas mengatakan:

Wahai orang-orang yang beriman! jauhilah kebanyakan dari sangkaan (supaya kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang) kerana Sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa; [Surah al-Hujurat 49:12]

Kamu menganggap bahawa kenyataan saya digerakkan oleh rasa kebencian. Yang sebenar adalah sebaliknya. Saya tidak mengucapkan satu perkataan pun yang bertentangan kepada apa yang ulama kamu telah tuliskan. Kamu baru mengatakan yang saya telah menghina Khalifah Umar. Tetapi t idak terdapat sedikit petunjuk pun kepada menghina. Apa yang saya katakan mengikut dari rekod sejarah. Sekarang saya terpaksa memberikan pandangan yang lebih jelas terhadap fakta supaya dapat meredakan permusuhan.

PENAKLUKKAN TIDAK DISEBABKAN OLEH KEUTAMAAN PERSONALITI UMAR

154

Page 155: Sect Comparative In Peshwar Night

Kamu katakan bahawa Khalifah Umar bertanggong jawab diatas penaklukkan Muslim. Tiada siapa menafikan bahawa Muslim mendapat kemenangan besar semasa Khalifah Umar. Tetapi hendaklah ingat, menurut dari keterangan ulama kamu yang terkenal seperti Abu Bakar Ahmad bin Ali al-Khatib, di dalam Tarikh Baghdad ; Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad ; Ibn Abil-Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah ; dan banyak penulis lainnya, Khalifah Umar meminta petunjuk dari Ali di dalam perkara pentadbiran dan juga ketenteraan. Dan dia bertindak di atas nasihat Ali.

Sebagai tambahan, terdapat perbezaan pada kejayaan Islam di dalam era yang berlainan. Kejayaan yang pertama merujuk kepada kejayaan era Nabi sendiri , yang menjadi pengerak utamanya adalah keberanian Ali. Setiap orang setuju bahawa Ali adalah yang paling berani dari yang berani. Jika beliau tidak mengambil bahagian di dalam peperangan, kejayaan tidak tercapai. Sebagai contoh, di dalam peperangan Khaibar, beliau mendapat sakit mata, dan mustahil untuk pergi berperang. Tentera Muslim mengalami kekalahan berturut-turut, apabila beliau telah disembuhkan oleh Nabi, Ali mara terhadap tentera musuh dan menawan kubu Khaibar. Di dalam peperangan Uhud, apabila Muslim berpecah dan melarikan diri, adalah Ali yang berdiri teguh. Dengan berani, dia menyelamatkan Nabi dari serangan musuh, sehingga terdengar suara yang mengatakan: ‘Tidak ada pedang selain Dhul-fiqar, dan tidak ada yang paling berani selain dari Ali.’

Kejayaan kedua adalah mengenai peperangan yang dijayakan selepas Nabi. Kejayaan ini adalah disebabkan oleh keberanian tentera Muslim dan perancangan yang baik. Tetapi kita tidak mempertikaikan kejayaan Islam semasa pemerintahan Umar. Topik kita adalah keberanian Umar itu sendiri. Ia t idak dinyatakan di dalam mana-mana pembuktian sejarah.

Hafiz: Adalah satu penghinaan untuk mengatakan Khalifah Umar lari dari medan peperangan dan ini membawa kepada kalahnya tentera Islam.

Shirazi: Jika menyebut fakta sejarah mengenai sesaorang adalah satu penghinaan, maka penghinaan ini adalah oleh ulama kamu.

Hafiz: Di mana terdapat ulama kami menulis Khalifah Umar lari dari medan peperangan? Bilakah dia menyebabkan kekalahan terhadap tentera Islam?

ABU BAKAR DAN UMAR TEWAS DI DALAM PEPERANGAN KHAIBAR

Shirazi: Oleh kerana Ali mengidap penyakit mata pada hari pertama peperangan Khaibar, Nabi menyerahkan bendera Islam kepada Abu Bakar, yang memimpin tentera Islam menentang Yahudi. Setelah dikalahkan dengan pantas, dia kembali. Pada hari esoknya bendera

155

Page 156: Sect Comparative In Peshwar Night

muslim diberikan kepada Umar, tetapi sebelum dia sampai ke medan pertempuran dia telah lari dalam ketakutan [panik]

Hafiz: Kenyataan ini adalah pemalsuan Syiah.

Shirazi: Peperangan Khaibar adalah peristiwa yang penting dalam kehidupan Nabi, telah dirakamkan dengan secara khusus oleh ahli sejarah dari kedua golongan. Hafiz Abu Nu’aim Isfahani di dalam bukunya Hilyatu’l-Auliya’ , jil id I, ms 62, Muhammad bin Talhah al-Shafii di dalam Matalib al-Su’ul , ms 40, dari Sirah oleh Ibn Hisham, Muhammad Bin Yusuf Kanji Shafi’i di dalam Kifayah al-Talib , Bab 14, dan banyak lagi dari ulama kamu yang telah merakamkannya. Tetapi yang paling sahih adalah sampaian dari ulama yang terkenal ini:

Muhammad bin Ismail al-Bukhari , yang menulis di dalam Sahih , j ilid II, di cetak di Mesir, 1320 Hijrah, ms 100, dan Muslim bin Hajjaj, yang menulis di dalam Sahih , jil id II, cetakan Mesir, 1320 Hijrah, ms 324, ‘bahawa Khalifah Umar lari dari peperangan di dua medan pertempuran’ Di antara banyak bukti yang nyatakan pada maksud ini adalah kata-kata yang tidak meragukan dari Ibn Abil Hadid al-Mutazili, dinamakan sebagai ‘Alawiyyat al-Sab’ah, di dalam memuji Ali . Mengenai ‘Pintu Khaibar’ dia berkata: ‘Telahkah kamu dengar cerita Kejayaan ke atas Khaibar? Terlalu banyak misteri telah dikaitkan bersamanya, sehingga mengelirukan akal yang bistari! Mereka berdua ini [Abu Bakar dan Umar] tidak suka kepada, atau tidak biasa dengan, memegang bendera [mengetuai angkatan tentera]. Mereka tidak tahu rahsia pada mengekalkan kehormatan pada bendera, mereka menutupnya dengan keaiban dan lari putih tapak kaki, walaupun mereka tahu yang lari dari medan perang boleh membawa kepada kafir. Mereka melakukannya juga kerana seorang dari tentera Yahudi yang berani, seorang remaja yang tinggi dengan pedang terhunus di tangan, menunggang kuda dengan gagahnya, menyerang mereka, seumpama burung unta [kasuari] jantan, yang telah mendapat tenaga baru dari udara nyaman musim bunga dan makanan. Dia seumpama seekor burung besar yang telah memenuhi dirinya dengan bulu-bulu yang berwarna-warni dan sedang mengejar terhadap yang dicintanya. Kilauan api kematian dari pedang dan tombaknya memancar dan telah menakutkan kedua orang ini. Ibn Abil Hadid berkata mengenai mereka [Abu Bakar dan Umar] dengan menambah: ‘Saya meminta maaf untuk kamu, kerana kekalahan dan larinya kamu, oleh kerana semua manusia benci kepada kematian dan mencintai kehidupan. Sama seperti yang lain semua, kamu berdua tidak suka kematian walaupun tidak terdapat kekebalan dari mati . Tetapi kamu tidak dapat melamar mati.’

Tujuan saya bukan untuk menghina sesiapa. Saya menyatakan fakta sejarah ini untuk menunjukkan bahawa Khalifah tidak mempunyai keberanian sedemikian yang membolehkannya dikatakan seperti pada potongan ayat ‘keras terhadap mereka yang kafir,’ Fakta menunjukkan dia lari dari medan perang. Sifat yang kita katakan ini adalah hak Ali sahaja, yang di dalam setiap peperangan adalah amat keras terhadap

156

Page 157: Sect Comparative In Peshwar Night

mereka ynag kafir. Fakta ini telah diberikan oleh Allah di dalam al-Quran. Dia berkata:

Wahai orang-orang yang beriman! sesiapa di antara kamu berpaling tadah dari ugamanya (jadi murtad), maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Ia kasihkan mereka dan mereka juga kasihkan Dia; mereka pula bersifat lemah-lembut terhadap orang-orang yang beriman dan berlaku tegas gagah terhadap orang-orang kafir, mereka berjuang dengan bersungguh-sungguh pada jalan Allah, dan mereka tidak takut kepada celaan orang yang mencela. Yang demikian itu adalah limpah kurnia Allah yang diberikan-Nya kepada sesiapa yang dikehendaki-Nya; kerana Allah Maha Luas limpah kurnia-Nya, lagi meliputi pengetahuan-Nya . [Surah al-Ma’idah 5: 44]

Hafiz: Adalah amat memeranjatkan bahawa kamu cuba untuk mengatakan yang ayat itu untuk Ali. Ia merujuk kepada orang beriman yang memiliki kualit i tersebut dan Allah akan mencintai mereka.

Shirazi: Adalah lebih baik jika j ika kamu tanyakan kepada saya, apakah hujah yang menyokong kenyataan saya. Jawapan saya adalah, jika ayat ini diwahyukan pada memuji orang yang beriman, mereka tidak akan lari dari medan peperangan sama sekali.

Hafiz: Adakah adil untuk menuduh yang beriman dan sahabat Nabi yang lari dari bahaya? Mereka ini berperang dengan gagahnya di medan pertempuran.

Shirazi: Bukanlah saya yang mengatakan mereka ‘pengecut’ Sejarah yang menunjukkan mereka begitu. Mungkin kamu telah terlupa bahawa di dalam peperangan Uhud dan Hunain, kedua-dua mereka yang beriman dan para sahabat secara umum, termasuklah sahabat utama Nabi, telah mencari keselamatan diri dengan lari . Sebagaimana yang sampaikan oleh al-Tabarani dan lainnya, mereka meninggalkan Nabi sendirian di antara orang musyrik. Mungkinkah mereka yang berpaling kebelakang dari menghadap musuh, meninggalkan Nabi berseorangan menentang musuh adalah yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya?

Bukanlah saya seorang yang mengatakan bahawa ayat ini pada memuji Ali. Abu Ishaq Imam Ahmad Tha‘labi, yang kamu anggap sebagai ketua para penyampai Hadis, menulis di dalam bukunya Kashful Bayan bahawa ayat ini diwahyukan pada memuji Ali kerana t iada siapa yang memiliki sifat yang disebutkan itu. Tidak ada ahli sejarah – dari kita atau orang asing – telah menulis bahawa di dalam mana-mana 36 peperangan yang melibatkan Nabi didapati Ali melarikan diri . Di dalam peperangan Uhud, apabila kesemua para sahabat lari , dan 5 000 pihak tentera musuh menyerang Muslim, orang yang tinggal kekal dikedudukannya sehingga kemenangan dicapai, hanyalah Ali. Walaupun

157

Page 158: Sect Comparative In Peshwar Night

luka dibeberapa tempat dan darah mengalir dengan banyaknya, beliau menggumpulkan semula mereka yang lari dan terus berperang sehingga kemenangan dicapai.

Hafiz: Tidakkah kamu merasa malu mengatakan ‘pengecut’ pada sahabat yang agung? Semua sahabat secara umum dan kedua Khalifah – Abu Bakar dan Umar – khasnya, dengan gagah menggelilingi Nabi dan mempertahankannya.

Shirazi: Kamu tidak mempelajari sejarah dengan teliti . Secara umum, ahli sejarah telah menulis bahawa di dalam peperangan Uhud, Hunain, dan Khaibar kesemua para sahabat lari. Saya telah menyatakan kepada kamu mengenai Khaibar. Dan mengenai Hunain, al-Hamidi di dalam al-Jam‘u-Baina al-Sahihain dan al-Halabi di dalam Sirah al-Halabiyyah , jil id III, ms 123, berkata bahawa semua para sahabat lari , melainkan empat orang: Ali dan Abbas berada dihadapan Nabi, Abu Sufyan bin al-Harith memegang tali kuda Nabi dan Abdullah bin Mas‘ud berdiri di sebelah kirinya. Larinya Muslim di Uhud tidak dapat dinafikan oleh sesiapa. Muhammad bin Yusuf Kanji di dalam Kifayatut Talib , Bab 27, dari punca dia sendiri, menyebut Abdullah bin Mas‘ud sebagai berkata bahawa Nabi berkata: ‘Bila-bila masa Ali dihantar sendirian di medan peperangan, saya melihat Jibril di sebelah kanannya, Mikail di sebelah kirinya, dan awan melindunginya dari atas sehinggalah Allah menjayakan dia.’

Imam Abu Abdur Rahman al-Nasa’i menyatakan Hadis 202 di dalam bukunya Khasais al-‘Alawi bahawa Imam Hasan, memakai seban hitam, datang kepada manusia dan menyampaikan kualiti bapanya, dengan mengatakan bahawa di dalam peperangan Khaibar, apabila beliau pergi ke bentenga Khaibar (kubu), ‘Jibril berperang disebelah kanannya, dan Mikail berperang di sebelah kirinya. Dia berhadapan dengan musuh dengan beraninya sehingga dia mencapai kemenangan dan berhak mendapat cinta Allah.’

ALI ADALAH YANG DICINTAI OLEH ALLAH DAN RASUL

Di dalam ayat ini Allah berkata bahawa Dia mencintai mereka yang mempunyai sifat yang sedemikian dan bahawa mereka juga mencintai-Nya. Kualit i ini , dicintai oleh Allah, adalah khas bagi Ali . Terdapat banyak bukti bagi menyokong pandangan saya. Diantara banyak Hadis yang berkaitan dengan perkara ini, ada satu yang disampaikan oleh Muhammad bin Yusuf Kanji al-Shafii di dalam Kifayatut Talib , Bab 7, Dia menyampaikan melalui puncanya sendiri, dari Abdullah bin Abbas, yang mengatakan bahawa satu hari sedang dia duduk dengan bapanya, Abbas, dihadapan Nabi, apabila Ali masuk dan memberikan salam kepada mereka. Nabi bangun, memeluknya, cium diantara dua matanya dan dudukkan dia disebelah kanannya. Abbas kemudian bertanya kepada Nabi sama ada baginda mencintai Ali. Nabi menjawab, ’Wahai bapa saudara yang saya hormati! Demi Allah, Allah mencintai dia lebih dari saya mencintai dia.’

158

Page 159: Sect Comparative In Peshwar Night

HADIS BENDERA DI DALAM PENAKLUKKAN KHAIBAR

Bukti yang paling kukuh, Ali adalah yang dicintai oleh Allah, dan keberaniannya di medan peperangan, adalah Hadis al-Rayah [Hadis bendera], yang mana adalah sebahagian dari koleksi Hadis kamu yang sahih. Tiada ulama terkenal kamu yang menafikannya.

Nawab: Apa dia Hadis al-Rayah? Jika kamu tidak keberatan, si la sebutkannya dengan puncanya sekali .

Shirazi: Ulama terkenal dan ahli sejarah dari kedua golongan telah menyebutkan Hadis al-Rayah . Sebagai contoh, Muhammad Bin Ismail Bukhari, di dalam Sahih , jil id II, Kitabul Jihad Wa al-Siyar , Bab Du‘a al-Nabi , juga j ilid III, Kitabul Maghazi , Bab Ghazwah al-Khaibar ; Muslim bin Hajjaj di dalam Sahih , j ilid 2, ms 324; Imam Abdur Rahman al-Nasa’i di dalam Khasaisul ‘Alawi ; al-Tirmidhi di dalam Sunan ; Ibn Hajar Asqalani di dalam al-Isabah , jil id II, ms 508; Muhaddith al-Sham di dalam Tarikh ; Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad ; Ibn Majah al-Qazwini di dalam Sunan ; Sheikh Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam Yanabi’ al-Mawaddah Bab 6; Sibt Ibn al-Jawzi di dalam Tadhkirah ; Muhammad bin Yusuf Kanji al-Shafii di dalam Matalibus Su’ul , Hafiz Abu Nu‘aim al-Isfahani di dalam Hilyatu’l-Auliya’ ; Abu Qasim al-Tabarani di dalam al-Ausat ; dan Abu Qasim Husain bin Muhammad (Raghib Isfahani) di dalam Muhaziratul Udaba’ , jil id II, ms 212. Secara ringkas boleh dikatakan semua ahli sejarah dan Hadis telah merakamkan Hadis ini, makanya al-Hakim berkata: ‘Hadis ini telah sampai pada kedudukan diterima sepenuhnya.’ Al-Tabarani berkata: ‘Kejayaan Ali di Khaibar adalah bukti dengan penerimaan sepenuhnya.’

Apabila tentera Muslim menggepong kubu Khaibar, ia telah mengalami kekalahan sebanyak tiga kali di bawah pemerintahan Abu Bakar dan Umar, dan mereka ini lari. Para sahabat lain berasa sungguh kesal Di dalam usaha untuk memberangsang para sahabat, Nabi menyatakan bahawa Khaibar akan ditawan. Baginda berkata: ‘Demi Allah esok saya akan menyerahkan bendera kepada seseorang yang akan kembali dengan kemenangan. Dia adalah seorang yang akan menyerang terus berulang kali dan tidak pernah meninggalkan medan peperangan dan tidak pernah berundur sehingga dia mencapai kemenangan. Dia mencintai Allah dan Nabi Allah, dan Allah dan Nabi Allah mencintainya.’

Malam itu para sahabat tidak dapat t idur, membayangkan siapakah yang akan diberikan penghormatan khas ini. Pada subuh itu, semua mengenakan pakaian perang dan menampilkan diri mereka di hadapan Nabi. Nabi bertanya: ‘Dimana adik saya, dan anak bapa saudara saya, Ali Ibn Abi Talib?’ Mereka memberitahu kepadanya, ‘Wahai Nabi Allah, dia sedang diserang sakit mata, dan tidak dapat bergerak.’ Nabi menyuruh Salman untuk memanggil Ali . Salman memimpin Ali dan membawanya kepada Nabi. Dia memberi salam kepada Nabi, dan setelah membalas salamnya, Nabi bertanya, ‘Bagaimana dirimu, Wahai

159

Page 160: Sect Comparative In Peshwar Night

Abul Hasan? Dia menjawab: ‘Adalah baik semuanya dengan rahmat Allah. Saya sedang dihinggapi sakit kepala dan sakit teramat sangat pada mata sehingga saya tidak dapat melihat apa-apa.’ Nabi suruh dia menghampiri . Apabila Ali datang hampir, Nabi menyapukan air l iur dari mulutnya kepada mata Ali dan berdoa untuknya. Sekejap sahaja matanya boleh melihat dan penyakitnya sembuh. Dia menyerahkan bendera kemenangan kepada Ali. Ali terus menuju ke kubu Khaibar, menentang tentera Yahudi, membunuh tenteranya yang gagah seperti Harhab, Harith, Hisham dan Alqamah, dan akhirnya menawan kubu kebal Khaibar.

Ibn Sabbagh al-Maliki di dalam bukunya Fusul al-Muhimmah , ms 21, telah menyebut laporan ini dari enam buku Hadis, sedangkan Muhammad bin Yusuf Kanji al-Shafii di dalam Kifayatut Talib , Bab 14, selepas menyebutkan Hadis berkata bahawa ketua penyair Nabi, Hasan bin Thabit, hadir pada peristiwa itu. Dia mengubah syair pada memuji Ali:

‘Ali sedang menderita sakit mata. Disebabkan tiada tabib, Nabi sembuhkannya dengan air ludahnya.Maka keduanya yang sembuh dan menyembuhkan dirahmati. Nabi suci berkata: ‘Hari ini saya serahkan bendera kepada penunggang kuda yang cekap, berani dan perkasa, sahabatku dalam peperangan. Dia mencintai Allah dan Allah mencintainya, maka melalui dia, Dia akan menjadikan kita menawan kubu.’ Selepas ini, meninggalkan semuanya ketepi, dia memilih Ali dan menjadikan dia pengganti .’

Ibn Sabbagh Maliki menyebutkan dari Sahih Muslim bahawa Umar bin Khattab berkata: ‘Saya t idak pernah berhajat untuk membawa panji-panji , tetapi hari i tu saya berhajat sangat untuknya. Saya berulang kali mempamerkan diri saya dihadapan Rasul, berharap semoga baginda memanggil saya, dan bahawa saya akan dirahmati dengan penghormatan ini. Tetapi Ali yang dipanggil oleh Nabi dan keistimewaan itu pergi kepadanya.’ Sibt Ibn al-Jawzi telah merakamkan laporan ini dalam Tadhkirah nya, ms 15, dan Imam Abdur-Rahman Ahmad bin Nisai di dalam Khasaisul ‘Alawi , selepas menyampaikan dua belas Hadis pada tajuk Ali membawa panji-panji di Khaibar, menyebutkan laporan yang sama pada Hadis ke lapan belas mengenai harapan Umar untuk mendapatkan bendera. Juga Jalalud-Din Al-Suyuti di dalam Tarikh al-Kulafa’ , Ibn Hajar Makki di dalam Sawa‘iq , dan Ibn Shirwaini di dalam Firdaus al-Akhbar , menyampaikan bahawa Umar bin Khattab berkata: ‘Ali telah dianugerahkan dengan tiga perkara; dan j ika saya miliki hanya satu darinya, saya lebih menghargainya dari semua unta yang ada pada ku: Perkahwinan Ali kepada Fatimah, boleh berada di dalam masjid dalam apa juga keadaan, dan ini tidak dibolehkan kepada sesiapa melainkan Ali, dan dia pembawa bendera pada penaklukkan Khaibar.’

160

Page 161: Sect Comparative In Peshwar Night

Hujah saya, berdasarkan dari rekod ahli Hadis kamu, membuktikan bahawa rujukan dalam ayat ini – Dia [Allah] mencintai mereka dan mereka mencintai Dia’ – adalah untuk Ali . Muhammad bin Yusuf Kanji al-Shafii di dalam Kifayatul Talib Bab 13, menyatakan bahawa Nabi berkata: ‘Jika sesiapa berhasrat untuk melihat kepada Adam, Nuh, dan Ibrahim, lihatlah kepada Ali .’ Dia berkata bahawa: ‘Ali adalah orangnya yang Allah maksudkan di dalam al-Quran  :

‘Dan orang yang bersama dengannya, keras terhadap yang kafir, berkasih sayang diantara mereka.’ [48:29]

Sebagaimana yang kamu katakan bahawa rangkap di dalam ayat ‘berkasih sayang diantara mereka’ merujuk kepada Uthman, dan menunjukkan tempatnya sebagai Khalifah ketiga t idak disokong oleh bukti sejarah. Yang sebenar, karekternya adalah yang berlawanan. Terdapat banyak hujah untuk membuktikan ini , tetapi saya akan berhenti disini. Apa yang dikatakan mungkin akan menggerakkan kebencian.

Hafiz: Jika kamu hadkan diri kamu pada rujukan yang sahih, tidak ada sebab mengapa kami harus marah.

Shirazi: Saya akan menyebutkan sebahagian darinya.

KAREKTER UTHMAN DAN CARA HIDUPNYA DIBANDINGKAN DENGAN CARA ABU BAKAR DAN UMAR

Ibn Khaldun, Ibn Khallikan, Ibn A‘sam al-Kufi (ia juga dirakamkan di dalam Sihah al-Sittah ), al-Mas‘udi di dalam Muruj al-Dhahab , jil id I, ms 435, Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , j ilid I, dan lainnya dari ulama kamu, mengesahkan bahawa apabila Uthman bin Affan menjadi Khalifah, dia bertindak bertentangan dengan contoh yang ditunjukkan oleh Nabi dan juga bertentangan dengan cara Abu Bakar dan Umar. Kedua golongan bersetuju bahawa di dalam kaunsel rundingan yang mana dia telah dilantik sebagai Khalifah, Abdul Rahman bin ‘Auf telah menawarkan kepada dia baiah berdasarkan kepada kitab Allah, Hadis Nabi, dan cara Abu Bakar dan Umar. Satu syarat baiahnya adalah bahawa Uthman tidak akan membenarkan Bani Umayyah campur tangan dan tidak juga memberi kepada mereka sebarang penguasaan. Tetapi apabila kedudukannya telah utuh, dia melanggar sumpahnya. Menurut al-Quran dan Hadis yang boleh diterima, untuk melanggar perjanjian adalah dosa yang besar. Ulama kamu sendiri yang mengatakan Uthman melanggar sumpahnya. Disepanjang pemerintahan Khalifahnya, dia bertindak dengan bertentangan pada cara Abu Bakar dan Umar. Dia memberikan Bani Umayyah penuh penguasaan ke atas nyawa manusia dan juga harta mereka.

HARTA KHALIFAH UTHMAN

161

Page 162: Sect Comparative In Peshwar Night

Hafiz: Dalam cara bagaimana dia bertindak bertentangan dengan ajaran dan amalan Nabi dan juga cara Abu Bakar dan Umar?

Shirazi: Ahli Hadis yang terkenal, al-Mas‘udi, di dalam Muruj al-Dhahab , jil id I, ms 433 dan ahli sejarah lainnya telah merakamkan bahawa Uthman telah membina rumah batu yang sofisikated [canggih] dengan pintu diperbuat dari kayu cendana [kayu wangi]. Dia mengumpulkan harta yang banyak, dan juga memberikan kepada Umayyah dengan secara boros. Sebagai contoh, kutipan khums dari Armenia, yang ditawan pada zaman pemerintahannya, telah dianugerahkan kepada Marwan terkutuk tanpa sebarang sekatan dari agama. Dia juga memberikan kepadanya 100 000 dirham dari harta Baitul-mal. Dia berikan 400 000 dirham kepada Abdullah bin Khalid, 100 000 dirham kepada Hakam bin Abil ‘As, yang telah dikutuk dan diusir oleh Nabi, dan 200 000 dirham kepada Abu Sufyan [sebagaimana yang dirakamkan oleh Ibn Abil-Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , jil id I, ms 68]

Pada hari dia dibunuh, harta peribadinya berjumlah 150 000 dinar dan 20 juta dirham dalam bentuk tunai. Dia memiliki harta di Wadiul Qura dan Hunain bernilai 100 000 dinar dan gembalaan lembu, kambing dan unta yang besar. Sebagai akibat dari t indakannya, pemuka pemuka Umayyah menggumpul harta yang banyak diatas penderitaan manusia.

Sebagai Khalifah Islam untuk menggumpulkan harta yang sebegitu banyak apabila manusia kelaparan sudah pastinya salah. Lebih-lebih lagi, kelakuannya secara total bertentangan dengan cara para sahabatnya, Abu Bakar dan Umar. Uthman mengangkat sumpah pada kaunsel perundingan yang dia akan mencontohi langkah mereka yang terdahulu. Al-Mas‘udi di dalam Muruj al-Dhahab berkata mengenai Khalifah Uthman, bahawa apabila Khalifah Umar pergi bersama anaknya, Abdullah, untuk melakukan haji , perbelanjaan mereka pada perjalanan pergi balik hanya enam belas dinar. Dia [Umar] berkata kepada anaknya bahawa mereka telah boros. Jika kamu bandingkan cara berjimat Umar dengan cara berbelanja boros Uthman, kamu akan percaya bahawa cara hidup Uthman adalah bertentangan terhadap sumpahnya kepada kaunsel.

KHALIFAH UTHMAN MENGGALAKKAN MEREKA YANG KEJAM DI KALANGAN BANI UMAYYAH

Uthman juga memberikan Bani Umayyah penguasaan ke atas nyawa dan juga kehormatan manusia. Akibatnya kekacauan telah berlaku di tanah Islam. Dia melantik kaum kerabatnya kepada kedudukan yang tinggi menyalahi kehendak Nabi, Abu Bakar dan Umar. Contohnya, dia berikan kedudukan yang tinggi kepada bapa saudaranya Hakam bin As, anak Hakam, Marwan, keduanya telah diusir dan dikutuk oleh Nabi.

Hafiz: Bolehkah kamu buktikan bahawa mereka dikutuk?

162

Page 163: Sect Comparative In Peshwar Night

Shirazi: Ada dua cara pada membuktikan bahawa mereka adalah terkutuk. Allah memanggil Bani Umayyah ‘Pokok Terkutuk’ [The Accursed Tree] di dalam al-Quran [Surah al-Isra’ 17:60].

dan (demikian juga Kami jadikan) pokok yang dilaknat di dalam Al-Quran;

Imam Fakhruddin al-Razi, al-Tabari, al-Qurtubi, al-Naisaburi, al-Suyuti, al-Shawkani, al-Alusi, Ibn Abi Hakim, Khatib al-Baghdadi, Ibn Mardawih, al-Hakim, al-Maqrizi , al-Baihaqi, dan lainnya dari ulama kamu, menyebutnya dari Ibn Abbas bahawa; ‘Pokok Terkutuk’ di dalam al-Quran merujuk kepada suku Umayyah. Di dalam mimpi, Nabi melihat monyet memanjat naik, turun dari mimbarnya [dan mengusir manusia dari masjidnya]. Apabila dia terjaga, malaikat Jibril mewahyukan ayat ini dan memberitahu Nabi bahawa monyet itu adalah Bani Umayyah, yang akan merampas kedudukan Khalifah selepasnya. Tempat dia bersalat dan khutbah akan tinggal di dalam kawalan mereka untuk ribuan tahun. Imam Fakhruddin al-Razi menyampaikan dari Ibn Abbas bahawa Nabi menyebut nama Hakam bin al-‘As. Maka dia adalah terkutuk kerana tergolong di dalam keturunan terkutuk.

Terdapat banyak Hadis dari punca sunni mengenai mereka telah dikutuk. al-Hakim al-Naisaburi di dalam al-Mustadrak , j ilid IV, ms 437, dan Ibn Hajar al-Makki di dalam Sawa‘iq al-Muhriqah , menyebut dari al-Hakim Hadis yang berikut dari Nabi: ‘Sesungguhnya, keluarga saya t idak lama lagi bertebaran dan dibunuh oleh ummat saya. Bani Umayyah, Bani Mughirah dan Bani Makhzum adalah yang paling kejam dari musuh-musuh kami’. Nabi berkata mengenai Marwan, semasa dia masih kanak-kanak, ‘Ini adalah cicak, anak kepada cicak, yang terkutuk, anak kepada yang terkutuk. Ibn Hajar menyatakan dari Umar bin Murratul Jihni, al-Halabi di dalam Sirah al-Halabiyyah , jil id I, ms 37; al-Baladhuri di dalam Ansab , jil id V, ms 126; Sulayman al-Balkhi di dalam Yanabi’ al-Mawaddah ; al-Hakim di dalam al-Mustadrak , jil id IV, ms 481; al-Damiri di dalam Hayat al-Hayawan , j ilid II, ms 291; Ibn Asakir di dalam Tarikh ; Muhyidin al-Tabari di dalam Zakha’irul-Uqba , dan yang lain, telah menyampaikan dari Umar bin Murrah bahawa Hakam bin ‘As meminta untuk bertemu dengan Nabi. Nabi mengenali suaranya berkata: ‘Izinkan dia masuk. Kutukan ke atasnya dan keturunannya, melainkan mereka yang beriman, dan mereka amatlah sedikit .’

Imam Fakhruddin al-Razi, dalam jil id V, Tafsir al-Kabir , menulis mengenai ayat ‘Pokok terkutuk … ‘dan maksudnya, merujuk kepada kenyataan Aisyah, yang berkata kepada Marwan: ‘Allah mengutuk bapa kamu apabila kamu hadir di dalam benih dia; maka kamu adalah sebahagian darinya, yang juga dikutuk oleh Allah.’ Allamah al-Mas‘udi berkata di dalam bukunya Muruj al-Dhahab , jil id I, ms 435, bahawa Marwan bin Hakam telah dikutuk dan diusir oleh Nabi. Dia telah dihalau keluar dari Madinah. Dia tidak dibenarkan masuk ke Madinah semasa Khalifah Abu Bakar dan Umar, tetapi apabila Uthman menjadi

163

Page 164: Sect Comparative In Peshwar Night

Khalifah, dia bertindak bertentangan dari yang diajar Nabi, Abu Bakar dan Umar dan membenarkannya masuk ke Madinah. Uthman meletakkan dia rapat dengan dirinya bersama dengan semua Umayyah yang lain dan menunjukkan kepada mereka keistimewaan.

Nawab: Siapa dia hakam bin Abil ‘As, dan mengapa dia diusir oleh Nabi?

Shirazi: Hakam bin ‘As adalah bapa saudara Khalifah Uthman. Menurut al-Tabari , Ibn al-Athir dan Baladhuri yang menulis di dalam Ansab , jil id V, ms 17, dia adalah j iran Nabi pada masa jahiliah. Dia menghina Nabi terutama selepas pengistiharan kerasulannya. Dia berjalan di belakang Nabi menganggu serta meniru gaya baginda. Walaupun dalam salat, dia menunjuk ke arah Nabi dengan amat benci. Setelah Nabi mengutuk dia, dia kekal dengan sebagaimana yang dia gayakan dan akhirnya dia telah hilang ingatan. Setelah penaklukkan Mekah, dia datang ke Madinah dan zahirnya telah menerima Islam, tetapi dia selalu menghina Nabi. Apabila dia pergi kerumah Nabi, Nabi kemudian keluar dari rumahnya dan berkata: ‘Tiada siapa yang harus meminta maaf bagi pihak diri orang ini. Sekarang dia dan anaknya Marwan, hendaklah meninggalkan Madinah.’ Seterusnya, pihak Muslim mengusirnya dari Madinah dan mengeluarkannya dari Taif. Semasa pemerintahan Abu Bakar dan Umar, Uthman membelanya, dengan mengatakan bahawa dia adalah bapa saudaranya dan bolehlah dibenarkan untuk kembali ke Madinah. Tetapi mereka (ABu Bakar dan Umar) tidak menerimanya, dengan berkata bahawa dia telah dikutuk dan diusir oleh Nabi, mereka t idak akan membenarkan dia kembali.

Apabila Uthman menjadi Khalifah, dia memanggil kesemua mereka kembali. Walaupun ramai yang membantah, Uthman tetap menghujani saudaranya dan yang lain yang disukainya dengan keistimewaan khas. Dia jadikan Marwan penolongnya dan ketua pegawai istana. Dia mengumpulkan disekelilingnya ramai orang-orang yang kejam dari kalangan Bani Umayyah dan melantik mereka pada kedudukan yang tinggi. Keputusannya adalah, menurut pada apa yang diramalkan oleh Umar, merekalah penyebab kematian Uthman. Diantara orang yang dilantik oleh Uthman adalah Walid bin ‘Uqbah bin Abi Mu‘ith, yang dihantar untuk menjadi gabenor Kufah. Menurut catatan al-Mas‘udi di dalam Muruj al-Dhahab , jil id I, Nabi berkata mengenai Walid: ‘Sesungguhnya , dia adalah seorang daripada mereka yang akan masuk neraka.’ Dia dengan terang-terang melakukan dosa. Menurut keterangan al-Mas‘udi di dalam Muruj al-Dhahab , Abul Fida’ di dalam Tarikh , Al-Suyuti di dalam Tarikh al-Khulafa’ , ms 104, Abul Faraj di dalam al-Aghani , jil id IV, ms 128; Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad , jil id I, ms 42; al-Ya‘qubi di dalam Tarikh, j ilid II, ms 142; Ibn al-Athir juga di dalam Usdul-Ghabah , j ilid V, ms 91, dan lainnya yang berkata, semasa dia menjadi gabenor Kufah, Walid menghabiskan sepanjang malamnya dalam maksiat. Dia datang ke masjid untuk salat subuh dalam keadaan mabuk dan mengerjakan empat rakaat salat subuh [sepatutnya dua] dan kemudian memberitahu manusia: ‘Wah betapa

164

Page 165: Sect Comparative In Peshwar Night

pagi yang indah! Saya suka hendak menyambungkan salat ini j ika kamu setuju.’ Sebahagian mereka mengatakan dia muntah di bawah kubah masjid yang menyebabkan manusia menjadi benci, dan mengadu kepada Khalifah Uthman. Seorang dari mereka yang terkenal ini adalah Muawiyah, yang telah jadi gabenor Syria. Walid telah digantikan oleh Sa‘id bin ‘As sebagai gabenor Kufah.

Apabila manusia mengetahui polisi Uthman, polisi yang bertentangan dengan ajaran Nabi, mereka menjadi marah. Mereka mengambil tindakan yang akhirnya menyebabkan keputusan yang serius. Uthman yang bertanggung jawab terhadap pembunuhan dirinya kerana dia tidak mempertimbangkan kesan tindakannya. Dia menolak nasihat Ali dan telah diselewengkan oleh mereka yang mengampu dia. Ibn Abil Hadid menyebut perbualan diantara Umar dan Ibn Abbas di dalam Syarh Nahjul Balaghah , jil id III, ms 106. Khalifah Umar berkata sesuatu mengenai setiap seorang dari enam ahli majlis perundingan dan menunjukkan keburukan mereka. Apabila nama Uthman disebut, ‘setelah mengeluh tiga kali, Umar berkata bahawa jika kedudukan Khalifah sampai kepada dia, dia akan meletakkan anak-anak Abi Mu’it [Umayyah] di atas manusia. Kemudian orang Arab pastinya akan bangun menentang dia dan akhirnya akan membunuhnya.’

Ibn Abil-Hadid bersetuju dengan jangkaan Umar. Apabila Uthman menjadi Khalifah, dia kumpulkan disekelilingnya Bani Umayyah. Dia melantik mereka sebagai gabenor, dan apabila mereka menyalah- gunakan kuasa, dia menoleh ketempat lain. Khalifah Uthman tidak memutuskan dirinya dari Marwan. Rakyat dengan perasaan tidak puas hati , memberontak menentangnya, dan akhirnya membunuhnya.

NABI MENGUTUK ABU SUFYAN, MUAWIYAH DAN ANAKNYA YAZID

Ia dapat membantu j ika kamu membaca sejarah agung oleh Ibn Jarir al-Tabari, seorang ulama terkenal kamu, yang menulis: ‘Nabi melihat Abu Sufyan menunggang kaldai. Muawiyah menariknya di hadapan dan Yazid anaknya menolak dari belakang. Nabi berkata: ‘Kutukan terhadap penunggangnya, yang menarik dan yang menolak.’ Ulama kamu yang terkenal seperti al-Tabari dan Ibn A‘sam al-Kufi, menyalahkan Khalifah Uthman kerana t idak menghukum mati Abu Sufyan, apabila dia dimahkamah terbuka menolak Islam, menolak wahyu dan menolak adanya Jibril . Setelah memarahkan Abu Sufyan perkara itu diketepikan. Saya juga meminta kamu mempetimbangkan ucapan 163 dari Nahjul Balaghah , dan kata-kata Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , jil id II, [dicetak diMesir] ms 582, menyebutnya dari al-Tabari buku Tarikh al-Kabir bahawa sebahagian dari para sahabat dibeberapa wilayah menulis surat menyuruh ummah mengistiharkan jihad, untuk melindungi diri mereka dari kekejaman Uthman. Dalam tahun 34 Hijrah ummah dengan aduan terhadap pegawai yang dilantik Uthman datang kepada Ali di Madinah dan menyuruhnya campur tangan.

165

Page 166: Sect Comparative In Peshwar Night

UTHMAN TIDAK MENERIMA NASIHAT ALI

Ali berjumpa Uthman dan mengingatkan dia akan akibat buruk dari meneruskan polisi yang ada sekarang. Ali berkata: ‘Saya memberitahu engkau hanya kerana Allah, jangan jadikan diri engkau ketua yang dibunuh oleh ummah ini. Telah dikatakan bahawa seorang ketua ummah ini akan dibunuh, yang mana selepasnya pintu pertumpahan darah akan terus terbuka sehingga ke hari dibangkitkan semula.’ Tetapi Marwan dan sahabat Umayyah menolak nasihat Ali . Setelah Ali pergi, Uthman memerintahkan orang supaya berkumpul di masjid. Dia naik ke atas mimbar dan sepatutnya memujuk mereka, dia menekan mereka lagi. Akhirnya seperti yang Umar ramalkan: Uthman dibunuh oleh pemberontak. Tidak seperti Abu Bakar dan Umar yang mengikut nasihat Ali, Uthman menolak amarannya dan menanggong akibatnya.

UTHMAN MEMUKUL SAHABAT NABI TANPA BELAS

Lebih-lebih lagi Uthman telah memukul sahabat yang menentang penindasannya. Di antara mereka adalah Abdullah bin Mas‘ud, seorang hafiz, qari, bendahari Baitul-mal, penulis wahyu, dan seorang dari sahabat Nabi yang ulung. Dia telah dipandang tinggi oleh Abu Bakar dan Umar, kedua mereka biasa bertanyakan pendapatnya. Ibn Khaldun di dalam sejarahnya mengulas bahawa Khalifah Umar menekankan bahawa Abdullah tinggal bersamanya kerana dia mempunyai cukup pengetahuan al-Quran dan kerana Nabi memberikan kepujian kepadanya. Ibn Abil-Hadid dan lainnya telah menulis perkara yang sama. Ulama kamu bersetuju bahawa apabila Uthman berhasrat untuk mengumpulkan al-Quran, dia mendapatkan semua salinan dari semua penulis. Dia meminta salinan al-Quran dari Abdullah bin Mas‘ud juga. Abdullah t idak memberikan kepadanya. Uthman sendiri pergi kerumahnya dan mendapatkan salinan al-Quran itu darinya secara paksa. Kemudian, apabila Abdullah mengetahui bahawa, seperti salinan al-Quran yang lain, salinan dia juga telah dibakar, dia amat bersusah hati . Di dalam perjumpaan sosial atau agama, dia menyampaikan Hadis kutukan yang dia tahu mengenai Uthman. Apabila berita ini sampai kepada Uthman, dia memerintahkan supaya Ibn Mas‘ud dipukul dengan teruk oleh hamba-hambanya sehingga giginya patah dan perlu tinggal dikatil. Selepas tiga hari beliau meninggal dari sebab lukanya. Ibn Abil-Hadid menulis dengan mendalam mengenai fakta ini di dalam ji lid I, ms 67 dan 226 Syarh Nahjul Balaghah [dicetak di Mesir] dibawah ‘Ta‘n VI’] dan meneruskan lagi pada berkata bahawa Uthman pergi berjumpa Abdullah yang sakit. Mereka bercerita seketika. Uthman berkata, ‘Wahai Abdur-Rahman, berdoalah kepada Allah untuk mengampunkan aku.’ Abdullah berkata, ‘Saya berdoa kepada Allah untuk mengambil hak aku dari engkau’ [keadilan hendaklah dilaksanakan]

Apabila Abu Dharr, sahabat karib Nabi telah dihalau ke Rabzah, Abdullah pergi berjumpa beliau untuk mengucapkan selamat jalan kepadanya, kerana itu dia diberikan 40 kali sebatan. Maka Abdullah

166

Page 167: Sect Comparative In Peshwar Night

berpesan kepada Ammar bin Yasir bahawa Uthman tidak diizinkan mensalatkan jenazahnya. Ammar bin Yasir bersetuju, dan setelah Abdullah meninggal, dia mendirikan salat jenazah dengan beberapa orang sahabat. Apabila Uthman mengetahui mengenai perkara ini , dia pergi kekuburan Abdullah dan bertanya kepada Ammar mengapa dia yang mendirikan salat jenazah. Ammar menjawab bahawa dia terpaksa melakukannya kerana i tu adalah wasiat dari Abdullah sendiri.

AMMAR DIPUKUL ATAS ARAHAN UTHMAN

Satu lagi contoh atas kekejaman Uthman adalah pukulannya kepada Ammar Yasir. Ulama dari kedua golongan menyatakan bahawa apabila penekanan Umayyah bertambah, sebahagian sahabat Nabi menulis surat kepada Uthman menyuruhnya bertaubat. Mereka mengatakan bahawa jika dia meneruskan pada membantu kekejaman gabenor Umayyah, dia bukan saja merosakkan Islam, tetapi dia sendiri akan menerima padah dari perbuatannya. Mereka menyuruh Ammar untuk mengirimkan surat petision i tu, oleh kerana Uthman sendiri mengakui kemuliaan Ammar. Mereka pernah mendengar Uthman berkata, Nabi ada berkata bahawa keimanan telah diuli dengan daging dan darah Ammar. Maka Ammar membawa surat itu kepada Uthman. Apabila dia tiba, Uthman bertanya kepadanya, ‘Adakah engkau mempunyai urusan dengan ku?’ Ammar menjawab, ‘Saya tidak ada urusan yang bersangkutan dengan hal peribadi. Tetapi sekumpulam sahabat Nabi telah menulis dalam surat ini beberapa pendapat dan nasihat untuk kebajikan kamu. Mereka telah menghantarnya kepada engkau melalui aku.’ Setelah membaca beberapa baris, Uthman membalingkan surat itu ke bawah.

Ammar berkata, ‘Itu sesuatu yang tidak baik dari kamu. Surat dari sahabat Nabi Allah, perlu dihormati . Mengapa engkau membalingnya ke tanah? Adalah lebih wajar bagi kamu untuk membaca dan kemudian membalasnya? ‘Kamu pendusta!’ Uthman membentak. Kemudian dia mengarahkan hambanya untuk memukul Ammar, dan Uthman sendiri menendang perut Ammar. Dia jatuh tidak sedarkan diri ; saudara maranya datang dan mengusungnya kerumah Ummul Mukminin Ummu Salamah [salah seorang dari isteri Nabi] Dari tengah hari hingga ketengah malam beliau tidak sedarkan diri (pengsan). Suku Kaum Hudhail dan Bani Makhzun berpaling menentang Uthman disebabkan kezalimannya kepada Abdullah bin Mas‘ud dan Ammar bin Yasir.

Uthman juga telah berlaku kejam kepada Jundub bin Junada, dikenali sebagai Abu Dharr al-Ghifari, seorang sahabat Nabi yang akrab dan juga seorang ilmuan. Ahli sejarah yang agung dan ahli sejarah dari kedua golongan telah merakamkan bahawa orang tua berusia 90 tahun ini dengan zalim telah diusir dari satu tempat ke satu tempat dengan penderitaan yang tidak dapat disebutkan – dari Madinah ke Syria dan ke Madinah semula, dan dari Madinah ke Rabzah. Dia menunggang unta tanpa lapik dan hanya ditemani oleh anak perempuannya. Dia meninggal di Rabzah berseorangan dan terbiar. Ulama kamu yang terkenal dan juga ahli sejarah, termasuk Ibn Sa‘ad di dalam Tabaqat ,

167

Page 168: Sect Comparative In Peshwar Night

jil id IV, ms 168; al-Bukhari di dalam Sahih , Kitab al-Zakat; Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , j ilid I, ms 240 dan jilid II, ms 375-87, al-Ya‘kubi di dalam Tarikh al-Ya‘kubi , jil id II, ms 148; Abul-Hasan Ali bin Husain Mas‘udi ahli Hadis dan sejarah yang terkenal pada abad ke 4, di dalam bukunya Muruj al-Dhahab , j ilid I, ms 438, dan banyak lagi yang telah merakamkan kezaliman Uthman. Ia telah disampaikan secara meluas, bagaimana dia menyiksa yang berhati mulia Abu Dharr, yang dicintai oleh Nabi, dan juga bagaimana Abdullah bin Mas‘ud, seorang hafiz, penulis wahyu, yang telah diberikan 40 sebatan kerana dia mengucapkan selamat tinggal kepada Abu Dharr Ghifari. Begitu juga layanan yang menghinakan telah diberikan kepada Ali atas sebab yang sama.

Hafiz: Jika penyiksaan telah diberikan kepada Abu Dharr, i tu adalah disebabkan pegawai yang tidak bertanggong jawab, Khalifah Uthman, adalah seorang yang baik dan lembut hati, tentunya tidak sedar akan perbuatan tersebut.

Shirazi: Pembelaan kamu terhadap Khalifah Uthman adalah bertentangan dengan fakta. Penderitaan yang dikenakan kepada Abu Dharr adalah arahan khas dari Uthman sendiri. Untuk membuktikan fakta ini , kita hanya perlu merujuk kepada ulama kamu. Contohnya, kamu boleh lihat Ibn al-Athir bukunya al-Nihayah , jil id I dan al-Ya‘kubi dalam Tarikhnya; dan khususnya ms 241 dari jil id I, dari Syarh Nahjul Balaghah oleh Ibn Abil-Hadid. Ilmuan ini telah merakamkan surat Uthman kepada Muawiyah. Apabila Muawiyah menghantar laporan durjana terhadap Abu Dharr dari Syria, Uthman menulis kepada nya, ‘Hantar Jundub [Abu Dharr] kepada ku diatas unta yang tidak berlapik, sendirian, dengan seorang yang kasar memandunya siang dan malam.’ Apabila dia sampai ke Madinah, kaki Abu Dharr luka-luka dan berdarah.

Dan bahkan ulama kamu juga telah merakamkan Hadis, mengatakan bahawa Abu Dharr yang tertentu ini telah disebut oleh Nabi sebagai seorang, yang mana semua makhluk perlu mencintainya. Hafiz Abu Nu‘aim al-Isfahani di dalam Hilyah al-Auliya’ , j ilid I, ms 172; Ibn Majah al-Qazwini di dalam Sunan , j ilid I, ms 66; Sheikh Sulayman Balkhi al-Shafii di dalam Yanabi’ al-Mawaddah , Bab 59, merakamkan lima dari empat puluh Hadis yang ditulis dalam Sawa‘iq al-Muhriqah oleh Ibn Hajar al-Makki sebagai benar, setelah diambilnya dari al-Tirmidhi dan al-Hakim, sebagaimana disebutkan oleh Buraidah, dan dia memetik dari bapanya; Ibn Hajar Asqalani di dalam al-Isabah , jil id III, ms 455;al-Tirmidhi di dalam Sahih , jil id II, ms 213; Ibn Abdil Barr di dalam al-Isti‘ab , jil id II, ms 557; al-Hakim di dalam al-Mustadrak , jil id III, ms 130; dan al-Suyuti di dalam al-Jami‘ al-Saghir telah merakamkan bahawa Nabi berkata: ‘Allah telah mengarah ku untuk mencintai empat orang; dan Dia memberitahu ku bahawa Dia juga mencintai mereka.’ Orang berkata: ‘Wahai Nabi Allah! Berilah kami tahu nama mereka.’ Nabi berkata, ‘Mereka adalah Ali, Abu Dharr, Miqdad dan Salman.’ Adakah keadilan namanya yang membenarkan

168

Page 169: Sect Comparative In Peshwar Night

orang dicintai Allah dilayan sedemikian kejam dan mengatakan layanan begitu sebagai kebajikan?

Hafiz: Ahli sejarah telah menyatakan bahawa Abu Dharr adalah seorang yang pengacau. Dia membuat propaganda yang tidak henti-henti di Syria yang berpihak kepada Ali , mengambil perhatian orang Syria terhadap kedudukan Ali, dan mengatakan bahawa dia telah mendengar Nabi berkata bahawa Ali adalah penggantinya. Dia mengatakan bahawa yang lainnya adalah perampas dan bahawa Ali adalah Khalifah yang sebenar yang dilantik oleh Allah, Khalifah Uthman, untuk mengekalkan perpaduan dan mengelakkan kekacauan, terpaksa memanggilnya balik dari Syria. Jika seseorang cuba untuk menyebabkan pepecahan di antara manusia, adalah tugas Khalifah untuk melenyapkannya dari kawasan tersebut.

Shirazi: Jika sesaorang mengatakan yang sebenar, adakah adil untuk mengusirnya dan menyiksanya kerana dia menyatakan kebenaran? Adakah Islam membenarkan kita memaksa orang tua untuk menunggang unta kurus tanpa lapik, dipandu secara kasar oleh hamba yang panas baran, tanpa berhenti atau rehat, supaya dia sampai ke destinasi dengan luka-luka dan berdarah? Adakah ini menunjukkan kelembutan hati? Selain dari i tu, j ika Uthman hendak mengekalkan perpaduan dan mengelak kekacauan, mengapa dia tidak melucut Bani Umayyah yang tidak berguna, seperti Marwan, yang dikutuk dan diusir Nabi, dan sikafir, Walid, yang dengan terang melakukan dosa, mendirikan salat sedang dalam keadaan mabuk dan muntah dibawah kubah masjid? Mengapa dia tidak mengeluarkan ahli polit iknya yang rasuah dari kerajaan, orangnya yang menyiksa rakyat, yang akhirnya memberontak dan membunuh Uthman.

Hafiz: Bagaimana kamu boleh mengatakan bahawa Abu Dharr mengatakan yang benar? Bagaimana kamu tahu bahawa apa yang dia katakan berasaskan dari pengetaahuan yang benar dan bahawa dia tidak memalsukan Hadis di dalam nama Nabi yang suci?

Shirazi: Kami katakan begitu kerana Nabi sendiri mengesahkan terhadap kejujuran Abu Dharr. Ulama kamu sendiri telah menulis bahawa Nabi berkata: ‘Abu Dharr diantara ummah ku adalah umpama Isa diantara Bani Israel di dalam kejujuran, ketaatan dan warak. Muhammad bin Sa‘ad, seorang ulama yang berkedudukan tinggi serta seorang Muhhadis [penyampai Hadis] dari golongan kamu, di dalam Tabaqat , j ilid IV, ms 167, 168; Ibn Abdl Barr di dalam al-Isti‘ab , j ilid I, Bab Jundab, ms 84, al-Tirmidhi di dalam al-Jami‘ al-Sahih , jil id II, ms 221; al-Hakim di dalam al-Mustadrak , jil id III, ms 342; Ibn Hajar di dalam al-Isabah , jil id III, ms 622, ‘Ali al-Muttaqi al-Hindi di dalam Kanzul Ummal , jil id VI, ms 169; Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad , j ilid II, ms 163 and 175; Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , jil id I, ms 241; dari Mahidi; Hafiz Abu Nu‘aim al-Isfahani di dalam Hilyah al-Auliya’ dan pengarang Lisanul ‘Arab , pada asas beberapa pengesahan, telah menyampaikan bahawa Nabi bekata:

169

Page 170: Sect Comparative In Peshwar Night

‘Bumi t idak pernah menanggong dan langit t idak pernah menutupi seorang yang lebih benar dari Abu Dharr.’

Jika Nabi Allah mengesahkan kejujuran seseorang, kita berasa yakin bahawa orang itu berkata benar. Tidak juga Allah akan mengelar orang yang dicintainya, seorang yang pendusta. Jika terdapat Abu Dharr berkata dusta walau sekali, ulama terdahulu dari golongan kamu akan merekodnya, sebagaimana mereka lakukan kepada Abu Hurairah dan yang lainnya. Nabi mengesahkan kejujurannya dan juga meramalkan penyiksaan terhadap dirinya. Hafiz Abu Nu‘aim di dalam Hilyah al-Auliya’ , j ilid I, ms 162, menyebutkan dari puncanya sendiri bahawa Abu Dharr berkata dia sedang berdiri di hadapan Nabi, yang mana Nabi telah berkata: ‘Kamu adalah seorang yang warak; tidak lama selepas aku, engkau akan menanggong bencana,’ Saya bertanya; ‘Di dalam jalan Allah? Dia berkata: ‘Ya, di dalam jalan Allah,’ Saya berkata, ‘Saya menyambut arahan Allah,’ Pastinya penderitaan sahabat yang jujur Abu Dharr di padang pasir dengan arahan Muawiyah, Uthman dan Bani Umayyah mereka adalah bencana yang telah diramalakan oleh Nabi.

HADIS ‘SEMUA SAHABAT ADALAH UMPAMA BINTANG’ TERMASUK JUGA ABU DHARR

Saya betul-betul hairan dengan keterangan kamu yang dengan sendirinya bertentangan. Pada satu ketika kamu mengatakan Hadis dari Nabi bahawa ‘Semua sahabat saya adalah umpama bintang; j ika kamu ikuti salah seorang dari mereka, kamu akan terselamat.’ Pada ketika yang lain, apabila seorang sahabat Nabi yang mulia disiksa dan mati dalam penderitaan, kamu membela orang yang menyiksa!!!

Kamu sama ada menolak kenyataan dari ulama kamu, atau mengaku sifat yang disebutkan di dalam ayat yang diperbincangkan tidak berkait kepada mereka yang dengan zalim menyiksa sahabat Nabi.

Hafiz: Abu Dharr memilih untuk pergi ke Rabzah dengan kehendaknya sendiri.

Shirazi: Kenyataan begitu membayangkan percubaan ulama kamu yang fanatik untuk menyembunyikan kesalahan orang terdahulu mereka. Abu Dharr diusir dengan paksa ke Rabzah adalah sesuatu yang diketahui umum. Sebagai contoh, saya hanya nyatakan satu penyampaian yang telah dirakamkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad , j ilid V, ms 156, Ibn Abil-Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , j ilid I, ms 241 dan al-Waqidi di dalam Tarikh dari Abul Aswad Duili

Abu Dharr telah ditanya mengenai perjalanannya ke Rabzah. Abu Dharr berkata bahawa dia telah diusir dengan paksa dan dihantar ketempat yang tiada manusia. Dia menyambung: ‘Nabi memberitahu saya mengenai ini. Satu hari saya tertidur di dalam masjid. Nabi datang dan bertanya kepada saya, mengapa saya tidur di dalam masjid. Saya kata

170

Page 171: Sect Comparative In Peshwar Night

bahawa saya tertidur dengan tidak saya sedari . Baginda bertanya apa saya akan lakukan jika saya diusir dari Madinah. Saya berkata, saya akan pergi ke Syria. Baginda bertanya, apa saya akan lakukan jika saya juga diusir dari sana. Saya berkata, saya akan kembali ke masjid ini . Dia bertanya kepada aku lagi, apa akan saya lakukan jika saya dihalau dari sini juga. Saya berkata, saya akan mengeluarkan pedang dan lawan. Dia bertanya kepada saya, haruskah dia menyatakan sesuatu yang bermanfaat kepada saya. Apabila saya katakan Ya; Dia berkata kepada saya: ‘Pergilah ke mana saja tempat yang mereka menghantar kamu.’ Maka saya mendengarkan apa yang dikatanya dan saya patuh. Selepas itu Abu Dharr berkata: ‘Demi Allah, apabila Uthman pergi menghadap Allah, dia akan berdiri sebagai seorang yang berdosa terhadap kes saya.’

KEBAIKAN DAN KEMURAHAN HATI ALI IBN ABI TALIB

Jika kamu pertimbangkan fakta ini dengan minda yang terbuka, kamu akan bersetuju, bahawa Ali memilikki sifat memaafkan dan kebaikan pada tahap yang tertinggi. Semua ahli sejarah, termasuk Ibn Abil Hadid, menyatakan bahawa apabila Ali mengambil alih pemerintahan Khalifah, dia mengeluarkan segala penyalahgunaan dan perubahan yang telah diamalkan. Dia menggantikan pegawai t idak beragama dari kalangan Bani Umayyah, yang telah mencengkam wilayah-wilayah semasa era Khalifah Uthman. Ahli politik yang berkepentingan menasihatkan dia supaya menangguhkan keputusannya pada menggantikan pegawai-pegawai tersebut sehingga kedudukannya lebih kukuh di dalam penguasaan. Imam yang suci berkata: ‘Saya bersumpah dengan Allah bahawa saya t idak akan membenarkan penipuan yang sebegitu licik. Kamu mahukan bahawa saya menggunakan cara yang berperingkat, tetapi kamu tidak tahu bahawa selagi mereka berada ditampok penguasa mewakili saya, mereka akan terus melakukan kezaliman yang berleluasa di mana saya akan dipertanggung jawabkan di mahkamah keadilan Ilahi. Saya tidak boleh membiarkan kezaliman ini.’

Penggantian pegawai-pegawai oleh Ali telah membawa permusuhan kepada manusia yang laparkan kuasa, seperti Muawiyah, dan menyediakan sebab-sebab pada peperangan Jamal dan Siffin. Jika Talhah dan Zubair telah dilantik sebagai gabenor, mereka tentu tidak memulakan kekacauan di Basrah yang akhirnya mencetuskan terjadinya peperangan Jamal.

Kebajikan dan kemurahannya telah dihulurkan kepada musuh dan kawan sama sahaja. Uthman lebih keras melayani beliau dari Abu Bakar dan Umar telah lakukan, tetapi apabila pemberontak menggepong istananya, memotong bekalan air dan makanan, Uthman merayu kepada Ali meminta pertolongan. Ali menghantar anaknya Hasan dan Husain, dengan air dan roti kepadanya. Ibn Abil Hadid menerangkan insiden ini dengan khusus di dalam Syarh Nahjul Balaghah . Khalifah Uthman mempunyai reputasi pada memberi derma dan pekerjaan amal, tetapi

171

Page 172: Sect Comparative In Peshwar Night

semuanya hanya untuk keluarga, seperti Abu Sufyan, Hakam bin Abil As dan Marwan bin Hakam. Dia hujani wang dan hadiah kepada mereka dari harta awam tanpa batasan agama.

Tetapi Amirul Mukminin Ali, tidak pernah memberi lebih dari apa yang perlu, walaupun kepada kerabatnya. Saudara tuanya Aqil , datang menemuinya dan meminta lebih wang dari yang biasa diberinya. Ali tidak memperdulikan permintaannya. Aqil berkeras dan berkata oleh kerana Ali adalah Khalifah, dan mempunyai kuasa penuh di atas semua perkara, maka keperluannya mestilah ditunaikan. Sebagai peringatan kepada saudaranya, Ali secara rahsia memanaskan besi, dan meletakkan besi tersebut dekat dengan tubuh Aqil. Dia menjerit seperti orang di dalam kesakitan, takut dirinya akan terbakar. Ali berkata: ‘Biarlah mereka bersedih di atas kematian kamu wahai Aqil! Kamu menjerit apabila besi yang dipanaskan oleh manusia dibawa dekat kepadamu, dan bahkan kamu membawa aku kepada api yang Allah telah jadikan dari kemarahannya, adakah adil bahawa kamu mencari perlindungan dari kesakitan yang biasa, dan bahawa aku tidak perlu menyelamatkan diri sendiri dari api neraka?

KEMAAFAN ALI KEPADA MARWAN, ABDULLAH BIN ZUBAIR

Walaupun setelah mengalahkan musuhnya, Ali masih baik hati. Marwan terkutuk, anak terkutuk Hakam, adalah musuh Ali yang ketat. Tetapi apabila Ali mengalahkan Marwan di dalam peperangan Jamal, dia mengampunkannya. Abdullah bin Zubair seorang lagi musuh ketatnya. Dia menghina Ali secara umum, dan di Basrah apabila dia berucap di hadapan khalayak ramai dia berkata: ‘Sesungguhnya Ali Ibn Abi Talib adalah keji , kejam dan kedekut.’ Tetapi apabila Imam memenangi peperangan Jamal dan manusia zalim ini telah dibawa sebagai tawanan dihadapannya, Ali t idak menggunakan bahasa kesat terhadapnya. Ali memalingkan mukanya dari dia dan memaafkannya.

KEBAIKKAN ALI KEPADA AISYAH

Contoh terbaik kasih sayang Ali, adalah layanan beliau kepada Aisyah. Cara dia datang bertemu muka dan berdepan untuk memerangi beliau dan mencaci beliau telah cukup untuk memarahkan orang biasa. Tetapi apabila Ali menewaskannya, beliau memperlakukannya dengan hormat. Dia mengarahkan Muhammad bin Abu Bakar, adiknya, ditugaskan untuk melihat kebajikannya. Dengan arahannya, 20 wanita yang gagah menyamar sebagai lelaki, mengiring Aisyah pulang ke Madinah. Apabila sampai di Madinah, Imam menyatakan terima kasihnya kepada wanita-wanita itu dan juga kepada isteri Nabi. Aisyah berkata bahawa dia akan terus berterima kasih kepada Imam. Dia mengaku bahawa, walaupun telah berlaku kejam kepada Imam dan bertanggung jawab terhadap malapetaka, Imam tidak menyebutkan satu perkataan pun yang berupa cacian kepadanya. Dia berkata, bahawa dia mempunyai satu bantahan [aduan] terhadapnya. Dia tidak tahu mengapa Imam telah menghantarnya ke Madinah diiringi oleh lelaki. Hamba-hamba wanita

172

Page 173: Sect Comparative In Peshwar Night

itu terus membukakan pakaian lelaki mereka. Maka telah menjadi nyatalah, helah ini adalah untuk menyelamatkan harta mereka dari dirompak

Dalam kejadian lain yang menunjukkan kebaikan Ali , adalah layanannya kepada Muawiyah ketika peperangan Siffin. Tentera Muawiyah berjumlah 12 000 orang telah mengepong Sungai Euphrates. Apabila tentera Ali dapati bahawa bekalan air mereka telah disekat, Ali menghantar berita kepada Muawiyah, mengatakan bahawa Muawiyah tidak seharusnya menyekat saluran bekalan air. Muawiyah menjawab, dia t idak memberikan mereka menggunakan air. Ali menghantar Malik Ashtar dan tentera berkudanya. Dia telah mengusir tentera Muawiyah kebelakang dan menguasai Euphrates. Para sahabat berkata, ‘Wahai Ali! Biarlah kita membalas mereka dengan menyekat air kepadanya, supaya musuh mati kehausan dan peperangan akan berakhir.’ Ali berkata: ‘Tidak! Demi Allah, Saya tidak akan membalas dengan mengikuti contoh mereka. Biarkan tentera mereka mengambil bekalan air mereka.’

Ulama kamu sendiri seperti al-Tabari, Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , Sulayman Balkhi di dalam Yanabi’ al-Mawaddah , Bab 51, al-Mas‘udi di dalam Muruj al-Dhahab , dan ahli sejarah lainnya telah menulis dengan khusus mengenai kemuliaan Ali. Kamu boleh menteli ti kejadian-kejadian ini dan kemudian pertimbangkanlah siapa yang dirujuk oleh ayat ‘dan berkasih sayang diantara mereka’ , ayat yang sedang kita dibincangkan. Muhammad, Nabi Allah, adalah tajuk utama, dan apa yang mengikutnya adalah huraiannya. Kesemua sifat itu adalah untuk orang yang sama. Untuk bersama dengan Nabi, adalah keras terhadap yang kafir di medan peperangan dan di dalam perbincangan agama, hendaklah berkasih sayang dengan kawan dan musuh – semua kualit i ini merujuk kepada seorang yang tidak pernah meninggalkan Nabi atau memikirkan untuk berbuat demikian. Orang itu adalah Ali Ibn Abi Talib. Saya telah sebutkan dahulu bahawa seorang ulama besar; Muhammad bin yusuf Kanji al-Shafii telah menulis di dalam bukunya Kifayatut Talib bahawa ayat ini adalah pada memuji Ali.

Sheikh: Terdapat banyak jawapan kepada kenyataan kamu; tetapi kamu telah mensalah tafsirkan ayat tersebut. Rangkap ‘ Dan mereka yang berada dengannya! ’ adalah lafaz jamak [ramai] dan tidak boleh dirujuk kepada seorang sahaja. Jika sifat yang dinyatakan di dalam ayat i tu merujuk kepada seorang, mengapa ia disebut sebagai ramai?

Shirazi: Pertama kamu katakan bahawa ada banyak jawapan kepada kenyataan saya, j ika ia benar, mengapa tidak dinyatakan semua? Dengan diamnya kamu, ini menunjukkan tidaklah banyak jawapan kepada kenyataan saya. Kedua, apa yang baru kamu katakan adalah mengarut dan tidak berasas. Kamu tahu bahawa di dalam semua bahasa, Arab dan juga bahasa lainnya, kegunaan jamak (ramai) untuk seorang

173

Page 174: Sect Comparative In Peshwar Night

adalah petanda hormat. Terdapat banyak pengunaannya di dalam al-Quran, seperti ayat:

Sesungguhnya Wali (Penolong) kamu hanyalah Allah, dan Rasul-Nya, serta orang-orang yang beriman, yang mendirikan sembahyang, dan menunaikan zakat, sedang mereka rukuk (tunduk menjunjung perintah Allah). [ Surah al-Ma’idah 5:55]

Ini telah diterima oleh semua sebagai memuji Ali. Pengulas dan para ahli Hadis, seperti Imam Fakhruddin al-Razi di dalam Tafsir Kabir , jil id III, ms 431; Imam Abu Ishaq Tha‘labi di dalam Kashful Bayan ; Jarullah Zamakhshari di dalam Tafsir al-Kasysyaf , jil id I, ms 422; al-Tabari di dalam Tafsir , jil id VI, ms 186; Abul Hasan Rammani di dalam Tafsir ; Ibn Hawazin Naisaburi di dalam Tafsir ; Ibn Sa‘dun al-Qurtubi di dalam Tafsir , jil id VI, ms 221; al-Nasafi di dalam Tafsir , ms 496 (dengan cara mengulas pada Tafsir oleh Khazin Baghdadi); Fadil al-Naisaburi di dalam Gharibul Qur’an , j ilid I, ms 461; Abul Hasan al-Wahidi di dalam Asbabun Nuzul , ms 148; Hafiz Abu Bakar al-Jassas di dalam Tafsir Ahkamul Qur’an , ms 542; Hafiz Abu Bakar al-Shirazi di dalam Ma nazala Min al-Qur’an fi Amirul Mu’minin ; Abu Yusuf Sheikh Abdul Salam al-Qazwini di dalam Tafsir al-Kabir ; Kadi al-Baidawi di dalam Anwar al-Tanzil , jil id I, ms 345; Jalaluddin al-Suyuti di dalam Durrul Manthur , j ilid II, ms 239; Kadi al-Shaukani al-San‘ani di dalam Tafsir Fathul Qadir ; Sayyid Muhammad al-Alusi di dalam Tafsir , jil id II, ms 329; Hafiz Ibn Abi Shaibah al-Kufi di dalam Tafsir ; Abu al-Barakat di dalam Tafsir , jil id I, ms 496; Hafiz al-Baghawi di dalam Ma‘alim al-Tanzil ; Imam Abu Abdul Rahman al-Nasa’i di dalam Sunan ; Muhammad bin Talhah al-Shafii di dalam Matalibu’s Su’ul , ms 31; Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , jil id III, ms 375; Khazin Alauddin Baghdadi di dalam Tafsir , jil id I, ms 496; Sulayman al-Hanafi di dalam Yanabi’ al-Mawaddah , ms 212; Hafiz Abu Bakar al-Baihaqi di dalam Kitab Musannaf ; Razin Abdari di dalam al-Jam‘ Bayna al-Sihah al-Sit tah ; Ibn Asakir al-Dimashqi di dalam Tarikh Sham ; Sibt Ibn al-Jawzi di dalam Tadhkirah , ms 9; Kadi Azuda‘iji di dalam Mawaqif , ms 276; Sayyid Sharif al-Jurjani di dalam Syarh Mawaqif ; Ibn Sabbagh al-Maliki di dalam Fusul al-Muhimmah , ms 123; Hafiz Abu Sa‘ad Sam‘ani di dalam Fada’il al-Sahabah ; Abu Ja‘afar al-Iskafi di dalam Naqd al-Uthmaniyyah ; al-Tabarani di dalam al-Ausat ; Ibn Maghazili Faqih al-Shafii di dalam Manaqib ; Muhammad bin Yusuf Kanji al-Shafii di dalam Kifayah al-Talib ; Mulla Ali Qushachi di dalam Syarh Tajrid ; Sayyid Muhammad Mu’min al-Shablanji di dalam Nurul Absar , ms 77; Muhibuddin al-Tabari di dalam Riyad al-Nuzrah , jil id II, ms 247 dan banyak lagi dari ulama kamu yang ternama semua telah menyebutkan dari al-Suddi, Mujahid, Hasan Basri , al-A‘mash, Utbah bin Hakim, Ghalib Ibn Abdullah, Qais bin Rabi’ah, Abaya bin Rab’i, Abdullah Ibn Abbas, Abu Dharr al-Ghifari, Jabir Ibn Abdullah al-Ansari, Ammar, Abu Rafi’, dan Abdullah bin Salam, dan yang lain, telah mengesahkan bahawa ayat ini telah diwahyukan pada memuji Ali . Ayat ini merujuk kepada masa Ali memberikan cincinnya kepada peminta sedekah sedang

174

Page 175: Sect Comparative In Peshwar Night

ia rukuk [dalam salat]. Di sini juga ayat itu menunjukkan ramai, hanya sebagai tanda hormat terhadap kedudukan Wilayah [penjaga], dan pada membuktikan bahawa Ali adalah Imam dan pengganti kepada Nabi. Penekanan terhadap perkataan ‘innama’ menunjukkan pada maksud – keputusan dari Allah – akhir dan muktamad, i.e. adalah keputusan Allah bahawa penjaga kepada yang beriman adalah Allah, Nabi [Muhammad], dan yang beriman yang memberikan zakat sedang ia salat , ini ditujukan khas kepada Ali .

Sheikh: Pastinya kamu akan menerima bahawa penghuraian kamu tidaklah begitu jelas oleh kerana terdapat perbezaan pendapat mengenainya. Sebahagian mengatakan bahawa ia merujuk kepada Ansar, dan sebahagian mengatakan ia adalah pada memuji cara ibadat Bani Samit, dan sebahagian mengatakan bahawa ia merujuk kepada Abdullah bin Salam.

Shirazi: Adalah amat memeranjatkan bahawa orang terpelajar seperti kamu boleh bertentangan dengan ulama-ulama kamu sendiri . Kamu telah mengambil pandangan beberapa orang yang jahil dan yang tidak boleh dipercayai serta catatan mereka telah ditolak. Ulama kamu yang agung telah menyatakan dengan jelas pada maksud ini, orang seperti Fadil al-Taftazani dan Mulla al-Qushachi, yang mengatakan di dalam Syarh Tajrid : ‘Menurut dari sebulat suara pengulas, ayat ini telah diwahyukan di dalam memuji Ali , yang mana, sedang dia rukuk’ di dalam salat telah memberikan chin-chinnya kepada peminta sedekah.’

KEKELIRUAN DAN KERUMITAN MENGENAI ‘AYAT KEPADA PENJAGAAN’ DAN PENJELASANNYA

Sheikh: Di dalam huraian dari ucapan kamu mengenai ayat ini , kamu telah cuba untuk membuktikan bahawa Ali adalah pengganti selepas Nabi, walaupun perkataan ‘wali’ di dalam ayat ini bererti ‘kawan’ atan ‘yang dicintai’ dan bukannya ‘Imam’ atau ‘pengganti’ Jika pandangan kamu diterima bahawa ‘wali’ bererti ‘pengganti’ dan ‘Imam’ , maka menurut kepada prinsip yang telah diperseujui, ia tidak tertakluk kepada seorang, tetapi ramai dengan yang lain terjumlah di dalamnya. Ali adalah salah seorang dari mereka. Dan juga dalam ayat ‘Sesungguhnya, penjaga (Wali) kamu adalah Allah, dan Rasul-Nya, dan mereka yang beriman… ‘ penggunaan kata ramai merujuk kepada manusia secara umum. Untuk mengatakan bahawa bentuk ramai adalah petunjuk kepada tanda hormat t idak boleh diterima tanpa sebarang hujah yang munasabah dari contoh al-Quran atau penguasa lainnya.

Shirazi: Kamu telah salah mengertikan rangkap ’…penjaga kamu…’. ‘Wali’ adalah satu, dan ‘kum’ [kamu] adalah ramai, yang merujuk kepada manusia dan tidak menunjukkan kepada yang satu. Ya sememangnya ‘Wali’ adalah untuk seorang, yang menjadi penjaga terhadap semua ummah pada setiap era.

175

Page 176: Sect Comparative In Peshwar Night

Kedua, pada ayat yang di bawah pertimbangan, di mana kata ramai telah digunakan, sebahagian dari para fanatik telah berkata bahawa ia tidak boleh ditafsirkan sebagai satu, seperti di dalam ayat ‘ … mereka yang mendirikan salat… ‘ . Jawapan saya terhadap bantahan yang lalu. Saya kata bahawa penulis terkemuka selalu menggunakan kata ramai bagi menunjukkan satu. Kamu juga mengatakan bahawa bentuk ramai di dalam ayat itu yang merujuk kepada manusia secara umum. Kami katakan bahawa menurut pada kata penekanan ‘sesungguhnya’ rujukannya adalah kepada Ali, tetapi kami t idak mengatakan bahawa rujukan itu khusus untuk dia seorang. Yang lain dari keturunan Nabi terjumlah sekali di dalamnya. Menurut dari Hadis yang sahih, kesemua Imam dari keturunan Nabi telah terjumlah di dalam ayat ini. Jarullah Zamakhshari menulis di dalam Tafsir al-Kasysyaf bahawa ayat ini telah diwahyukan khususnya pada memuji Ali, tetapi kata ramai yang digunakan di dalamnya bererti bahawa yang lain juga hendaklah mengikutinya.

Sheikh: Di dalam ayat ini ‘wali’ pastinya bererti ‘penolong’ . Jika ia bererti penjaga, yang termasuk kedudukan pengganti , maka dia seharusnya dilantik pada kedudukan tersebut semasa hayat Nabi.

Shirazi: Kedudukan Ali adalah tetap. Pembentukan nahu di dalam ayat pada perkataan ‘wali’ yang digunakan, adalah sifat , pada membuktikan kedudukan Ali yang tetap [kekal]. Fakta ini disokong oleh Nabi yang mengistiharkan Ali sebagai wazirnya pada permulaan perjalanannya ke Tabuk dan baginda t idak pernah menariknya semula. Pandangan kami diperkuatkan lagi oleh Hadis Manzilah , yang mana Nabi selalu sebutkan berulangkali: ‘Ali kepada saya adalah seumpama Harun kepada Musa’ yang telah saya terangkan pada malam-malam yang lalu. Ini dengan sendirinya adalah satu lagi bukti Ali adalah wali [penjaga] atau wazir Nabi semasa hayat baginda dan juga selepasnya.

Sheikh: Jika kami hendak memberikan pertimbangan kepada perkara ini, kami percaya bahawa ayat ini t idak merujuk kepada Ali. Kedudukannya lebih tinggi dari itu, yang mana kami hendak buktikan dari ayat ini. Ia tidak menunjukkan apa-apa keutamaan kepadanya, malahan ia merendahkan martabatnya.

Shirazi: Tidak kamu dan juga aku – t idak juga ummah ini – termasuklah para sahabat Nabi yang agung, mempunyai apa-apa hak pada mencampuri penterjemahan kepada ayat-ayat tersebut. Ayat al-Quran tidaklah diwahyukan menurut kehendak kita. Jika sebilangan manusia menterjemahkan maksud al-Quran berasaskan pendapat dan maksudnya sendiri, diluar kejadian yang mana ayat itu telah diwahyukan, mereka pastinya kafir. Sebagai contoh, pengikut Abu Bakar mengatakan bahawa menurut daripada Hadis yang disampaikan oleh yang terkenal pemalsu Hadis Akramah, ayat ini diwahyukan mengenai Abu Bakar. Bolehkah kamu memberitahu kami bagaimana ayat ini boleh merendahkan kedudukan Ali?

176

Page 177: Sect Comparative In Peshwar Night

Sheikh: Satu dari ciri-ciri kehormatan dan kedudukan Ali adalah bahawa apabila bersalat dia t idak pernah mengalihkan tumpuannya kepada lain perkara. Ali pernah sekali luka di medan pertempuran. Anak panah melekat pada tubuhnya, dan tidak mungkin boleh dikeluarkan tanpa menyebabkan kesakitan yang teramat sangat. Tetapi apabila dia tegak mendirikan salat, anak panah itu dicabut keluar, dan disebabkan oleh tumpuannya yang mendalam di dalam salat kepada Allah, dia tidak merasakan kesakitan itu. Jika di dalam salat dia memberikan cincinya kepada peminta sedekah, maka terdapat banyak kesalahan pada salatnya. Bagaimana seseorang yang sangat tertumpu kepada kebesaran Allah dan pada masa yang sama mengalihkan tumpuannya kepada selain Allah dalam tindakannya terhadap suara peminta sedekah?

Lebih-lebih lagi, di dalam melakukan semua amalan baik, dan pada membayar zakat, niat adalah wajib. Sedangkan salat memerlukan kepada tumpuan kehadrat Allah sahaja. Bagaimana mungkin tumpuannya beralih dari salat dan berpaling kepada makhluk? Oleh kerana kami menganggap kedudukan Ali adalah t inggi, kami t idak menerima penghuraian kamu. Dan jika dia ada memberi sesuatu kepada peminta sedekah; sudah pastinya tidak di dalam salat; oleh kerana rukuk bererti, tunduk patuh dan merendahkan diri kepada Allah.

Shirazi: Kamu telah pandai belajar bagaimana untuk membaca, tetapi kamu telah tertinggal bagaimana caranya untuk beramal. Bantahan kamu ini lebih lemah dari sawang labah-labah. Pertama, perbuatan Ali tidak merendahkan dalam bentuk apa juga kedudukankannya. Yang sebenarnya, untuk memberikan perhatian kepada peminta sedekah dan memberikan sedekah, adalah satu dari punca keutamaan. Dalam perkara ini, dia menyatukan amalan zahir dan batin bersama dengan amalan kebendaan. Kedua-dua amalan ini adalah di jalan Allah. Kawan budiman! Pengalihan yang mengurangkan salat adalah yang mengandungi kebanggaan diri di dalamnya. Perhatian kepada amalan yang lain sedang dia melakukan amalan yang tertentu, adalah tanda kecemerlangan. Sebagai contoh, semasa mengerjakan salat , seseorang menangis kerana seseorang yang sangat dicintai, salatnya akan batal . Tetapi j ika dia menangis oleh cintanya yang mendalam untuk Dia [Allah] , atau kerana takut kepada Dia, maka ini adalah tanda utama.

Kamu katakan rukuk bererti ikhlas merendahkan diri kepada Allah. Maksud ini mungkin betul pada keadaan yang lain. Tetapi j ika kamu katakan rukuk di dalam salat, yang mana adalah pasti dan termaktub, membawa maksud yang sama, para i lmuan akan mentertawakan kamu. Kamu juga cuba untuk membuang atau melindungi maksud ayat ini yang jelas. Kamu memberikan kiasan maksud kepadanya, walaupun kamu tahu maksud yang diterangkan adalah gerakan yang dilakukan di dalam salat, iaitu menundukkan kepala dengan tapak tangan diletakkan kepada dua lutut. Dan fakta ini telah diakui oleh ulama terkenal kamu, sebagaimana yang telah saya katakan lebih awal lagi. Fadil Qushachi di dalam Syarh Tajrid , menerangkan pandangan pengulas secara umum

177

Page 178: Sect Comparative In Peshwar Night

bahawa Ali, sedang rukuk di dalam salat, memberikan cincinnya kepada peminta sedekah. Dengan mengenepikan segala-galanya ketepi, si la beritahu kepada kami sama ada ayat yang diwahyukan ini pada memuji atau mengutuk?

Sheikh: Sudah tentu pada pujian.

Shirazi: Maka apabila kedua golongan ulama telah mengatakan bahawa ayat ini telah diwahyukan dalam memuji Ali, dan bahawa ia mengandungi pujian dari Allah, apakah sebabnya kamu membuat bantahan yang amat keras, bersama bersetuju dengan kaum Kharij i, yang mana pandangan mereka telah ditanamkan kedalam fikiran kamu semenjak dari kecil lagi? Mengapa kamu tidak mahu mengakui kebenaran ini?

Sheikh: Maafkan saya! Oleh kerana kamu seorang yang fasih berkata-kata; kamu kerap menggunakan bayangan dan rujukan yang mana akan menimbulkan pada fikiran mereka yang rendah idea atau pendapat yang tidak menyenangkan. Bukankah lebih baik jika kamu mengawal dari percakapan yang sebegitu.

Shirazi: Di dalam percakapan saya t idak ada yang lain hanyalah kebenaran. Allah menjadi saksi kepada saya. Saya t idak pernah berniat hendak menggunakan bayangan atau rujukan yang menyimpang. Tidak ada perlunya untuk itu. Apa sahaja yang hendak saya katakan, saya katakan dengan jelas. Sila beri tahu saya bayangan bagaimana yang kamu maksudkan.

Sheikh: Baru sahaja tadi semasa percakapan kamu di dalam perkaitan ayat yang sedang dibincangkan, kamu katakan bahawa sifat yang dikatakan terkandung di dalamnya adalah khas untuk Ali Ibn Abi Talib, yang mana, dari mula hinggalah ke akhir hayatnya, t idak pernah meragui keimanannya. Dengan cara ini kamu membayangkan bahawa yang lain berdosa dan murtad. Adakah Khalifah yang agung atau sahabat mempunyai keraguan terhadap iman masing-masing? Pastikanlah bahawa para sahabat, sama juga seperti Ali, tidak pernah meragui akan kebenaran Islam. Tidak pernah bagi mereka walau seminit terkeluar dari ajaran Nabi.

Shirazi: Pertama, saya tidak menggunakan perkataan yang kamu gunakan. Kedua, kamu tahu bahawa membuktikan sesuatu untuk seseorang tidaklah pula ia bererti menidakkan perkara yang sama kepada orang lain. Ketiga, walaupun kamu cuba untuk mengkrit ik saya, saya fikir yang lainnya tidak berfikiran sebegitu. Allah saksi saya. Saya tidak membuat rujukan yang tidak tepat kepada apa-apa pun juga, dan tidak juga saya memikirkan pada melakukannya. Dan jika ada apa-apa yang terlintas di dalam fikiran kamu, kamu bolehlah bertanya kepada saya secara sendirian.

178

Page 179: Sect Comparative In Peshwar Night

Sheikh: Dari cara kamu bercakap menunjukkan bahawa ada sesuatu tujuan yang mana kamu mendiamkan diri. Saya meminta kamu untuk memberitahu kepada kami apa yang ada di dalam fikiran kamu dan juga berikan rujukan Hadis yang sahih dari apa yang kamu katakan.

Shirazi: Sebenarnya kamulah yang telah menimbulkan sesuatu di dalam fikiran saya, kamu yang inginkan isu itu dibincangkan. Sekali lagi saya meminta dari kamu supaya melupakan perkara itu dan jangan didesakkan padanya.

Sheikh: Jika ada apa-apa yang kurang sopan, maka ia berakhir. Sekarang kamu tidak mempunyai pilihan tetapi untuk menjawab. Jika kamu tidak memberikan jawapan yang jelas sama ada ia atau t idak maka saya akan terpaksa merumuskan apa yang kamu katakan adalah tidak berasas.

Shirazi: Tidak ada apa-apa yang tidak bersopan dari kenyataan saya, tetapi oleh kerana kamu mendesak; maka saya t idak punya pilihan malainkan mengatakan yang benar. Ulama kamu yang terkenal bersetuju bahawa para sahabat Nabi yang mana iman mereka belum sempurna, kerap melayani keraguan. Sebahagian mereka berkekalan di dalam keraguan itu dan kafir. Beberapa ayat al-Quran telah diwahyukan di dalam mengutuki mereka. Sebagai contoh, terdapatnya para munafik yang kutukan terhadap mereka, satu surah penuh telah diwahyukan terhadapnya. Tetapi persoalan begini t idaklah boleh dibincangkan dengan cara terbuka. Saya sekali lagi meminta kamu menahan dari meneruskan tajuk ini.

Sheikh: Maksud kamu bahawa Khalifah yang agung adalah diantara mereka yang mempunyai keraguan.

Shirazi: Jika jawapan saya menyebabkan tindakan yang malang dari mereka yang kurang arif, itu adalah tanggung jawab kamu. Kamu baru saja berkata, ‘Kami katakan itu dan kami katakan ini ,’ tetapi sekali lagi, adalah ulama kamu yang telah merakamkan segala fakta tersebut.

Sheikh: Pada tajuk apa yang mereka telah tulis, dan pada peristiwa apa yang Khalifah menyatakan keraguannya, dan siapakan dia orangnya yang mempunyai keraguan? Tolong beritahu kepada kami.

Shirazi: Ramai manusia yang mempunyai keraguan yang serius tetapi kembali semula kepada agama asal. Sebahagian mereka kekal di dalam keraguan. Ibn Maghazili al-Shafii di dalam Manaqib ; dan Hafiz Abu Abdullah bin Abi Nasr al-Hamidi di dalam Jam‘ Baina al-Sahihain , al-Bukhari dan juga Muslim menulis: ‘Umar bin Khattab berkata: ‘Saya tidak pernah meragui Nabi Muhammad sebagaimana saya meragukannya pada hari Hudaibiyyah.’ Kenyataan ini menunjukkan bahawa dia meragui keNabian Muhammad lebih dari sekali.

179

Page 180: Sect Comparative In Peshwar Night

Nawab: Maafkan saya. Apakah peristiwa di Hudaibiyyah yang menimbulkan keraguan terhadap Nabi?

Shirazi: Nabi melihat pada satu malam di dalam mimpi bahawa dia pergi ke Mekah bersama dengan para sahabat untuk melakukan umrah. Pada keesokkan harinya, apabila dia menyampaikan mimpinya kepada para sahabat, mereka memintanya untuk menterjemahkan. Nabi berkata: ‘Dengan izin Allah, kita akan pergi ke Mekah dan melaksanakan amalan ini.’ Tetapi dia tidak menentukan masa untuknya. Dengan niat untuk melawat rumah Allah, Nabi bergerak bersama para sahabat menuju Mekah pada tahun yang sama. Apabila mereka sampai di Hudaibiyyah [sebuah perigi hampir dengan Mekah]; Quraisy datang ke sana dan menegah mereka dari bergerak maju. Oleh kerana Nabi tidak pergi ke sana untuk berperang, dia menawarkan untuk berdamai dengan mereka. Satu perjanjian telah ditanda tangani dan Nabi pulang ke Madinah. Pada peristiwa ini Umar meragui. Dia pergi berjumpa Nabi dan berkata: ‘Tidakkah kamu Nabi Allah dan orang yang benar? Tidakkah kamu yang memberitahu kami bahawa kamu akan pergi ke Mekah dan melakukan Umrah dan mencukur rambut dan memotong janggut? Mengapa kamu gagal untuk melakukannya sekarang?

Nabi bertanya kepada dia sama ada baginda telah menetapkan waktunya untuk itu atau jika baginda mengatakan kepada mereka yang mereka akan lakukan pada tahun yang sama. Umar mengakui Nabi tidak menetapkan masa. Nabi menyatakan bahawa apa yang dikatakan kepada mereka adalah betul, dengan keizinan Allah, mereka akan pergi ke Mekah pada masa akan datang dan mimpinya jadi nyata. Yang pastinya masa untuk memenuhi penghuraian i tu, sama ada sekarang atau kemudian bergantung kepada kehendak Allah. Kemudian untuk mengesahkan kenyataan Nabi, Jibril datang dan mewahyukan ayat yang berikutnya dari al-Quran:

Demi sesungguhnya! Allah tetap menyatakan benar Rasul-Nya dalam perkara mimpi itu dengan kenyataan yang sebenar; Iaitu sesungguhnya kamu tetap akan memasuki Masjid Al-Haram - insya Allah (pada masa yang ditentukan-Nya) - Dalam keadaan aman (menyempurnakan Ibadat Umrah kamu) Dengan mencukur kepala kamu, dan kalau (tidak pun) menggunting sedikit rambutnya, serta kamu tidak merasa takut (akan pengkhianatan musuh sehingga kamu keluar balik dari situ). (Allah mengangguhkan berlakunya kenyataan itu) kerana ia mengetahui (adanya faedah Dalam penangguhan itu) yang kamu tidak mengetahuinya; maka ia menyediakan sebelum (terlaksananya mimpi) itu, satu kemenangan yang dekat (masa berlakunnya). [Surah al-Fath 48:27]

180

Page 181: Sect Comparative In Peshwar Night

Kejayaan di sini bererti penaklukkan Khaibar. Ini adalah secara ringkas, peristiwa Hudaibiyyah, yang mana dengan sebenarnya telah menduga keimanan bagi manusia yang belum cukup sempurna imannya.

[Pada peringkat ini, terdapat perbincangan sama ada untuk meneruskan perbincangan, kerana terdapat atur cara pelawat sunni dari Afghanistan dan begitu juga Shirazi, akhirnya berkeputusan dengan perbincangan ini akan disambung].

SESSI KETUJUH(Malam Rabu, 29 Rejab 1345 Hijrah)

Sayyid Abdul-Hayy [Imam Masjid Sunni]: Beberapa malam yang lalu kamu membuat beberapa kenyataan yang mana Hafiz Sahib meminta bukti, tetapi kamu secara l icik mengelakkan diri dari menjawabnya atau sengaja menibulkan kekeliruan diantara kami, dan kini segala perkara amat menganggukan sekali.

Shirazi: Sila beritahu kepada saya soalan yang mana telah tertinggal tidak dijawab, oleh kerana saya tidak ingat insiden yang kamu sebutkan.

Sayyid: Tidakkah kamu katakan beberapa malam yang lalu bahawa Ali mempunyai kesatuan pada ‘diri’ dengan Nabi dan makanya lebih utama kedudukannya dari semua Nabi?

Shirazi: Ya memang benar. Itu adalah kenyataan saya, dan itu adalah kepercayaan saya.

Sayyid: Jadi mengapa kamu tidak menjawab pertanyaan kami?

181

Page 182: Sect Comparative In Peshwar Night

Shirazi: Kamu benar-benar tersilap. Pelik sungguh bahawa kamu telah mendengarnya dengan teliti di sepanjang perbincangan, malah kini kamu menuduh saya menggunakan cara yang licik atau cuba mengelirukan fikiran. Jika kamu fikirkan dalam-dalam, kamu akan faham bahawa saya tidak ada mengatakan sesuatu yang tiada kaitannya, tetapi Mullah yang bijaksana ini telah meletakkan soalan yang tertentu yang mana saya terpaksa menjawabnya. Sekarang jika kamu mempunyai sebarang soalan yang hendak ditanyakan, kamu bolehlah melakukannya sekarang, dan dengan pertolongan Allah, saya akan menjawabnya.

Sayyid: Kami ingin mengetahui bagaimana mungkin dua individu boleh bersatu, dan dengan penyatuan mereka dengan itu mereka boleh menjadi satu dan sama.

PERBEZAAN DIANTARA PENYATUAN TANGGAPAN DAN PENYATUAN SEBENAR

Shirazi: Pastinya, t idak mungkin bagi dua orang untuk membentuk penyatuan yang sebenar. Apabila saya mengatakan bahawa Amirul Mukminin mempunyai penyatuan pada ‘diri’ atau ‘ruh’ dengan Nabi, kamu tidak sepatutnya mengambilnya sebagai penyatuan yang sebenar, kerana tiada siapa pernah mengatakan sebegitu, dan j ika sesiapa mempercayainya, mereka sesungguhnya telah salah. Penyatuan yang saya rujuk adalah anggapan sahaja, bukan sebenar, dan bermaksud untuk menunjukkan bahawa kedua mereka mempunyai keutamaan yang sama pada ruh dan kemuliaan, bukannya badan yang sama.

Hafiz: Maka menurut dari tanggapan ini mereka berdua seharusnya menjadi Nabi, dan dari apa yang kamu katakan, wahyu harus datang kepada mereka berdua.

Shirazi: Itu nyata sekali telah salah pengertian. Tidak ada Syiah yang percaya begitu. Saya tidak menduga kamu akan memulakan perbincangan sebegitu dan membuang waktu sahaja. Saya baru sahaja memberitahu kamu bahawa mereka bersekutu di dalam semua perkara kemuliaan dan keutamaan, menerima sifat-sifat tersebut dengan pengecualian pada perintah-perintah atau asas tertentu. Pengecualian itu adalah kerasulan dengan segala ciri-ciri yang ada padanya – satu daripadanya adalah penerimaan wahyu, dan melaluinya berhubung dengan perundangan tuhan. Mungkin kamu telah terlupa kenyataan saya pada malam lalu, yang mana saya buktikan melalui Hadis Manzila [kedudukan] bahawa Ali memiliki kedudukan Nabi, tetapi dia mengikut, dan tertakluk kepada agama dan etika yang diberikan oleh Rasul. Kedudukan Nabinya tidak lebih dari kedudukan Harun pada hayat Musa.

Hafiz: Tetapi j ika kamu percaya dengan persamaan Ali dengan Nabi dalam semua perkara kemuliaan dan keutamaan, maka kamu mesti percaya persamaannya di dalam perkara kerasulan dan ciri-ciri yang ada dengannya.

182

Page 183: Sect Comparative In Peshwar Night

Shirazi: Ia mungkin kelihatan begitu, tetapi jika kamu fikirkan baik-baik, kamu akan lihat bahawa ia tidak. Sebagaimana saya telah buktikan terdahulu dari ayat al-Quran, Nabi adalah kedudukan yang lain, dan Nabi serta Rasul Allah adalah satu kedudukan yang lebih tinggi diantara satu dengan lainnya. Sebagaimana al-Quran dengan terang menyatakan:

‘Nabi-Nabi ini, Kami telah melebihkan sebahagiannya dari yang lain.’ [Surah al-Baqarah 2:253]

Dan yang paling sempurna pada kedudukan dari semua Nabi adalah kedudukan khas Muhammad, sebagaimana Allah berkata:

‘Muhammad bukanlah bapa kepada mana-mana daripada kamu, tetapi rasul Allah dan penamat bagi Anbia.’ [Surah al-Ahzab 33:40]

Disebabkan dari kesempurnaan kerasulan yang telah membawa kepada penutup bagi anbia. Maka di dalam kesempurnaan sifat begini, tiada siapa boleh disamakan. Di dalam perkara keutamaan yang lain, terdapat persekutuan dan persamaan, untuk itu terdapat banyak bukti.

Sayyid: Bolehkah kamu ketengahkan hujah dari al-Quran untuk membuktikan keterangan kamu.

AYAT MUBAHALA MEMBUKTIKAN PENYATUAN DIRI [RUH] ALI DENGAN NABI

Shirazi: Ya sudah tentunya hujah kami yang pertama dari al-Quran, pembuktian dari Allah yang kukuh, yang dikatakan ayat kutukan [ ayat al-mubahilah ] yang mana Allah berkata:

‘Dan kepada mereka yang menentang kamu, makanya setelah pengetahuan sampai kepada kamu, katakan: ‘Marilah, biar kita panggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, dan wanita-wanita kami dan wanita-wanita kamu, dan diri kami dan diri kamu dan kemudian kita berdoa dan meminta kutukan Allah kepada mereka yang berdusta.’ [Surah ali ‘Imran 3:60]

Ulama kamu yang terkenal, seperti Imam Fakrud-Din al-Razi; Imam Abi Ishaq Tha‘labi, Jalalud-Din Al-Suyuti, Qadi al-Baidawi, Jarullah Zamakhshari, Muslim bin Hajjaj dan ramai yang lain lagi telah menulis bahawa ayat yang suci ini telah diwahyukan pada hari Mubahalah , iai tu pada 24 atau 25 Dhul-Hijjah dalam tahun ke 9 Hijrah.

Apabila Nabi mengajak Kristian Najran kepada Islam, mereka memilih orang-orang mereka yang terpelajar, seperti Sayyid, Aqib, Jasiq, Alqamah, dsb berjumlah lebih dari 70 orang, dan menghantar mereka ke

183

Page 184: Sect Comparative In Peshwar Night

Madinah bersama dengan 300 dari pengikut mereka, untuk bertemu dengan Nabi, dan belajar apa itu Islam. Mereka memulakan perbincangan ilmiah dengan Nabi dan terpesona dengan hujah yang amat menjelaskan. Dia membuktikan kebenaran akan misinya dari buku mereka yang dipercayai dan mengatakan bahawa Isa sendiri, dari beberapa petanda telah meramalkan kedatangan baginda [Muhammad], dan Kristian sedang menunggu terkabulnya mukjizat Isa yang menurutnya, orang yang sedemikian akan muncul menunggang unta dari bukit Faran [di Makah] dan akan berhijrah kesuatu tempat diantara ‘Ayr dan Uhud [itulah Madinah]. Hujah i tu sungguh meyakinkan orang Kristian, tetapi kecintaan mereka kepada kedudukan di dunia menjauhkan mereka dari menerima kebenaran. Kemudian Nabi memberitahu mereka mengenai arahan Allah, yang mereka bersetuju padanya sebagai penyelesaian perbincangan dan untuk menentukan yang benar dari yang dusta.

NABI TIBA UNTUK MUBAHALAH

Menurut dari persefahaman bersama, pada hari esoknya, keseluruh parti Kristian, termasuk lebih dari 70 ahli ilmuan mereka, menunggu kedatangan Nabi di luar pintu Madinah. Mereka mengharapkan dia datang dengan keindahan dan dengan jumlah yang besar dari para sahabat untuk mengkagumkan mereka. Tetapi apabila pintu terbuka, Nabi datang dengan seorang muda di kanannya, seorang wanita terhormat di kirinya dan dua kanak-kanak di hadapannya. Mereka berada di bawah pokok, menghadap kepada orang-orang Kristian. Asqaf orang yang paling terpelajar dari golongan Kristian, bertanya siapakah mereka yang datang bersama dengan Muhammad. Dia telah diberitahu bahawa orang muda itu adalah menantunya dan juga sepupu, Ali Ibn Abi Talib, wanita itu adalah anak perempuannya, Fatimah, dan kedua kanak-kanak adalah anak kepada anak perempuannya, Hasan dan Husain.

Berucap kepada orang-orang Kristian, ketua mereka, Asqaf berkata: ‘Lihat disini, betapa yakinnya Muhammad. Dia telah membawa bersama, kerabatnya yang terdekat, anak-anak dan yang paling dicintainya dipertandingan keruhanian untuk kutukan Tuhan. Demi Tuhan, j ika dia mempunyai sebarang keraguan atau takut terhadap pendiriannya, dia pasti tidak memilih mereka. Sekarang adalah dinasihatkan supaya kita tidak memasuki pertandingan tersebut menentang mereka. Jika kami t idak takut kepada pemerintah Rom, kami pasti akan memeluk kepercayaan Islam. Adalah lebih menguntungkan untuk berkompromi pada syarat-syarat mereka dan kembali .’ Kesemua mereka bersetuju dengannya. Seterusnya, Asqaf menghantar perutusan kepada Nabi, berkata: ' ‘Kami t idak mahu bertanding dengan kamu, tetapi lebih suka untuk berdamai dengan kamu.’ Nabi menerima tawaran mereka.

Perjanjian i tu telah ditulis oleh Amirul Mukminin. Kristian bersetuju untuk membayar hadiah tahunan dalam bentuk 2 000 baju besi, setiap

184

Page 185: Sect Comparative In Peshwar Night

satu bernilai lebih kurang 40 dirham [satu dirham bersamaan setengah ouns emas] dan 1 000 mithqal emas [satu mithqal bersamaan dengan satu perenam ouns emas] Setengah darinya hendaklah dibayar pada bulan Muharram dan setengah lagi pada bulan Rejab. Perjanjian i tu telah ditanda tangani oleh kedua pihak, dan golongan Kristian pulang ketempat mereka. Sedang mereka di dalam perjalanan pulang, seorang dari ilmuan mereka bernama Aqib berkata kepada sahabatnya: ‘Demi Tuhan kamu dan aku tahu bahawa Muhammad ini adalah Nabi Allah yang sama, yang kita harapkan, dan apa sahaja yang dikatakannya adalah dari Tuhan. Saya bersumpah dengan Tuhan, siapa sahaja yang telah bertanding dengan Nabi Tuhan pasti akan mendapat padah, dan tiada yang kecil atau yang tua mereka tinggal hidup. Sudah pasti j ika kita telah bertanding dengannya, kesemua kita akan terbunuh dan tiada Kristian yang akan hidup di dalam dunia ini. Demi Tuhan apabila saya melihat kepada mereka, saya melihat wajah-wajah yang kalau mereka berdoa kepada Tuhan, gunung pun akan digerakkan.’

Hafiz: Apa yang kamu telah katakan adalah benar dan diterima oleh semua Muslim, tetapi ia tidak mempunyai apa-apa tujuan pada tajuk kita, iaitu, bahawa Ali adalah secara ruhaniah bersatu dengan Nabi.

KEMULIAAN ALI, FATIMAH, HASAN DAN HUSAIN DIBUKTIKAN OLEH AYAT MUBAHALAH

Shirazi: Saya berhujah dengan perkataan ‘diri kami’ di dalam ayat yang suci ini. Oleh kerana dari peristiwa ini banyak persoalan telah diselesaikan. Pertama, kebenaran kepada apa yang disampaikan oleh Nabi telah terbukti. Iaitu, j ika dia tidak berada di pihak yang benar, dia tentu tidak berani untuk keluar pada pertandingan itu dan tidak juga orang-orang Kristian akan lari dari medan di mana Mubahalah diadakan.

Kedua, ini telah membuktikan bahawa Hasan dan Husain adalah anak kepada Nabi Allah, sebagaimana yang saya telah katakan di dalam kenyataan saya pada malam pertama.

Ketiga, ia membuktikan bahawa Amirul Mukminin Ali, Fatimah, Hasan dan Husain secara keruhanian, orang yang paling mulia dari semua kejadian dan yang paling dicintai oleh Nabi, bahkan ulama kamu yang fanatik dan berfikiran sempit seperti Zamakhshari, Baidawi, dan Fakhrud-Din al-Razi, dan lainnya telah menulis di dalam buku mereka. Terutama Jarullah Zamakhshari , menulis mengenai ayat ini , memberikan penjelasan yang khusus tentang perhimpunan terhadap pajetan [l ima tubuh] ini, dan berkata ayat ini adalah bukti yang kuat terhadap keunggulan Ashab-i-Ayba , l ima orang yang telah berkumpul di bawah selimut bersama dengan Nabi.

Keempat ia menunjukkan bahawa Amirul Mukminin Ali , melebihi semua para sahabat Nabi di dalam kemuliaan dan kedudukan, kerana Allah telah memanggil dia di dalam ayat al-Quran jiwa Nabi. Yang

185

Page 186: Sect Comparative In Peshwar Night

nyata perkataan ‘diri kami’ tidak bererti diri Nabi sendiri, kerana memanggil , bererti orang yang lain, seorang tidak pernah disuruh memanggil dirinya. Makanya perkataan i tu merujuk kepada orang yang lain, yang sama seperti diri atau jiwa Nabi itu sendiri. Dan menurut dari pandangan sebulat suara dari pengulas yang berkepercayaan dan ahli Hadis dari kedua golongan, tidak ada siapa melainkan Ali, Fatimah, Hasan dan Husain yang hadir dengan Nabi di tempat Mubahalah, rangkap di dalam al-Quran ‘anak-anak kami dan anak-anak kamu, wanita kami dan wanita kamu,’ merujuk secara beriringan kepada Hasan dan Husain dan Sayyidah Fatimah dan yang seorang lagi yang boleh dikenali sebagai ‘diri kami’ di dalam kumpulan yang suci itu adalah Amirul Mukminin Ali. Maka perkataan ‘diri kami’ membuktikan penyatuan diri di antara Nabi dan Ali .

Oleh kerana penyatuan kedua ruh adalah mustahil , Allah memanggil Ali ‘diri’ pada Nabi Muhammad bererti penyatuan anggapan bagi dua diri .

Kamu tentu sedar bahawa pada asasnya adalah lebih baik untuk mengenali perkataan dengan tanggapan yang dekat [mudah] dari tanggapan yang jauh [susah], dan tanggapan yang terdekat bererti persamaan di dalam semua kemuliaan, melainkan mana-mana yang dikecualikan atas alasan tertentu. Dan kami telah pun menjelaskan bahawa hanyalah kedudukan Nabi yang khusus dan penerimaan wahyu tertentu khas bagi dirinya. Maka kita tidak menganggap Ali bersekutu dalam ciri-ciri perkara yang dua ini . Tetapi menurut ayat al-Quran, Ali berkongsi dengan Nabi di dalam semua kemuliaan yang lain, dan pastinya yang maha suci Allah telah menganugerahkan Ali melalui Nabi dengan segala rahmat. Ini dengan sendirinya membuktikan penyatuan jiwa, yang mana kami hendak terangkan.

Hafiz: Mengapa kamu masih menekankan bahawa ayat i tu tidak bererti memanggil dirinya sendiri? Mengapa tidak anggapan ini lebih baik dari anggapan yang itu?

Shirazi: Saya harap kamu tidak membuang masa di dalam percakapan yang tidak logik dan menyimpang dari arah keadilan. Yang sebenarnya keadilan menghendakki bahawa apabila kita menyelesaikan satu perkara, kita hendaklah maju seterusnya. Saya tidak menyangka orang yang berkedudukan dan berpelajaran seperti kamu akan memulakan hujah yang palsu. Sebagaimana yang kamu tahu sendiri dan menurut dari semua ilmuan, satu diri dikenali dengan diri yang lain dengan cara anggapan. Di kalangan orang sastera ini adalah tuntutan yang lazim pada anggapan penyatuan sebagaimana saya sebutkan terdahulu. Selalu kita l ihat sesaorang berkata kepada yang lain: ‘Kamu adalah nyawa dan jiwa ku.’ Begitulah juga di dalam bahasa Hadis dan penyampaiannya, perhubungan begini selalu disebut mengenai Amirul Mukminin Ali dan setiap sebutan diambil secara berasingan adalah bukti untuk menjelaskan kebenaran pada pandangan saya.

186

Page 187: Sect Comparative In Peshwar Night

SEBUTAN TAMBAHAN DAN HADIS SEBAGAI BUKTI PADA PERLUNYA PENYATUAN NABI DAN ALI

Imam Ahmad di dalam Musnad , Ibn al-Maghazili , ahli agama Shafii, di dalam Manaqib dan Muwafiq Ibn Ahmad Khawarizmi di dalam Manaqib , menyebutkan bahawa Nabi berkata: ‘Ali adalah dari saya dan saya adalah dari Ali; sesiapa yang mencintainya, mencintai saya; dan sesiapa yang mencintai saya, mencintai Allah.’

Juga Ibn Majah di dalam Sunan , bahagian I, ms 92; Tirmidhi di dalam Sahih ; Ibn Hajar di dalam Hadis V dari 40 Hadis mengenai kemuliaan Amirul Mukminin disampaikan di dalam Sawa‘iq dari Imam Ahmad bin Hanbal, Tirmidhi, Imam Abu Abdulrahman al-Nasa’i, dan Ibn Majah; Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad , juzuk.4, ms 164; Muhammad Ibn Yusuf Kanji al-Shafii dalam Bab 67 Kifayah al-Talib dari Musnad oleh Ibn Samak, ji lid 4, dan Mu‘jam al-Kabir oleh al-Tabrani; dan Imam Abu Abdulrahman al-Nasa’i di dalam Khasa’is , dan Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam Yanbi‘ul Mawaddah dari Mishkat – semua telah menyampaikan dari Jash bin Junadah al-Saluni bahawa pada Haji selamat t inggal, Nabi berkata di Arafah: ‘Ali adalah dari saya dan saya dari Ali. Tiada siapa mengganti saya [iaitu tiada siapa menjalankan tugas misi saya] melainkan saya dan Ali.’

Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam Yanabi’ al-Mawaddah , Bab vii , menyebut dari Zawa’id al-Musnad dari Abdullah bin Ahmad bin Hanbal pada pengesahan Ibn Abbas bahawa Nabi berkata kepada Ummul Mukminin Ummu Salamah: ‘Ali adalah dari saya dan saya adalah dari Ali. Daging dan darahnya adalah dari daging dan darah saya. Dia kepada saya seperti Harun kepada Musa. Wahai Ummu Salamah! Dengarlah, dan jadilah saksi bahawa Ali ini adalah ketua dan tuan bagi semua Muslim.’

Al-Hamidi di dalam Jam‘u bayna al-Sahihain dan Ibn Abi’l Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah menyampaikan bahawa Nabi berkata: ‘Ali adalah dari saya dan saya adalah dari Ali. Ali adalah kepada saya umpama kepala kepada badan; sesiapa yang patuh kepadanya, patuh kepada saya; dan sesiapa yang patuh kepada saya patuh kepada Allah.’

Muhammad bin Jarir al-Tabari di dalam Tafsir dan Mir Sayyid Ali al-Hamdani, seorang ahli agama bermazhab al-Shafii, di dalam Mawaddah viii dari Mawaddatul Qurba menyebut dari Nabi yang berkata: ‘Sesungguhnya, Allah menolong Islam melalui Ali, oleh kerana dia dari saya, dan saya dari dia, dan ayat al-Quran ini telah diwahyukan untuknya:

Jika demikian, adakah sama mereka itu dengan orang-orang yang keadaannya sentiasa berdasarkan bukti yang terdapat dari (benda-benda yang diciptakan oleh) Tuhannya, dan diikuti oleh Kitab suci Al-Quran

187

Page 188: Sect Comparative In Peshwar Night

memberi kenyataan - sebagai saksi dari pihak Tuhan meneguhkan bukti yang tersebut.. . . ; [Surah Hud 11:17]

Sheikh Sulayman Balkhi al-Hanafi telah menyatakan di dalam bahagian 7 di Yanabi’ al-Mawaddah diatas topik ini dengan tajuk: ‘Mengenai Ali yang menyerupai diri Nabi dan Hadis bahawa ‘Ali adalah dari saya dan saya adalah dari Ali.’ Di dalam Bab ini dia telah menyampaikan 24 Hadis dengan redaksi yang berbeza dan dengan berbeza perkataan dari Nabi, yang berkata bahawa Ali adalah seperti dirinya. Pada penghujung bab tersebut dia menyatakan Hadis dari Manaqib sebagaimana yang disampaikan oleh Jabir, yang berkata bahawa dia mendengar dari Nabi bahawa Imam Ali mempunyai sifat-sifat sedemikian jika sesiapa mempunyai hanya satu darinya, ia telah mencukupi untuk menunjukkan kehormatan dan kemuliaannya, dan dengan sifat-sifat i tu kami maksudkan kata-kata Nabi mengenai beliau seperti : ‘Kepada sesiapa yang menjadikan aku sebagai ketuanya, ini Ali adalah ketuanya, '’ atau, ‘Ali kepada ku adalah seumpama Harun kepada Musa,’ atau ‘Ali adalah daripada saya dan saya adalah daripada Ali,’ atau ‘Ali kepada saya adalah umpama diri saya kepada saya, patuh kepadanya adalah patuh kepada saya,’ atau ‘Berperang dengan Ali adalah berperang dengan Allah, berdamai dengan Ali adalah berdamai dengan Allah,’ atau ‘bersahabat dengan Ali adalah bersahabat dengan Allah, dan musuh Ali adalah musuh Allah,’ atau ‘Ali adalah hujjat [bukti] Allah ke atas hamba-Nya,’ atau ‘mencintai Ali adalah iman dan membencinya adalah kafir,’ atau ‘parti Ali adalah parti Allah, dan parti musuhnya adalah parti syaitan,’ atau ‘Ali bersama kebenaran, dan kebenaran bersama dengannya, mereka tidak dapat dipisahkan,’ atau ‘Ali adalah pembahagi di antara syurga dan neraka,’ atau ‘sesiapa menjauh dari Ali t inggal jauh dari saya dan sesiapa yang tinggal jauh dari saya, tinggal jauh dari Allah,’ atau ‘Kumpulan Ali akan terselamat pada hari pengadilan.’

Akhir sekali dia menyebutkan satu lagi Hadis yang khusus dari Manaqib, pada penghujungnya yang mana Nabi berkata: ‘Saya bersumpah dengan Allah, yang telah menganugerahkan kerasulan kepadaku, dan menjadikan aku makhluk pilihan: Wahai Ali! Sesungguhnya kamu adalah hujjah [bukti] Allah untuk manusia, amanah-Nya, yang mengetahui rahsia, dan Khalifah di atas hamba-Nya.

Terdapat banyak Hadis yang sedemikian di dalam buku kamu. Perkataan ‘diri kami’ dengan jelas menunjukkan penyatuan di antara Nabi dan Ali di dalam semua perkara yang cemerlang. Pada fikiran saya ayat ini adalah bukti yang paling meyakinkan pandangan saya. Dan lagi soalan kamu yang kedua telah dijawab oleh ayat yang sama. Kami telah buktikan dengan pengecualian kenabian dan wahyu, yang hanya tertentu pada Nabi, Ali telah bersekutu dengannya di dalam segala perkara yang cemerlang. Begitu jugalah dengan sifat-sifat kemuliaan, Ali adalah lebin utama daripada para sahabat dan kepada sesiapa sahaja dari ummah ini. Dan bahkan, ayat ini juga membuktikan bahawa Ali telah melebihi semua para Nabi yang terdahulu, sebagaimana Nabi Muhammad lebih utama dari segala para Nabi.

188

Page 189: Sect Comparative In Peshwar Night

OLEH KERANA NABI ADALAH YANG UTAMA DARI SEGALA NABI MAKA ALI LEBIH UTAMA DARI MEREKA

Di dalam Ihya’ al-Ulum oleh Imam Ghazali, Syarh Nahjul Balaghah oleh Ibn Abil Hadid al-Mu‘tazil i, Tafsir oleh Imam Fakrud-Din al-Razi, dan Tafsir oleh Jarullah Zamakhshari , Qadi al-Baidawi, al-Naisaburi dan lain-lain; kamu akan temui Hadis ini dari Nabi: ‘Ulama ummatku adalah seperti Nabi-nabi Bani Israel.’ Di dalam Hadis yang lain dia berkata: ‘Ulama dari ummat Nabi ini adalah sama atau lebih baik dari Nabi Bani Israel kerana punca pengetahuan mereka adalah dari punca asas pengetahuan, Nabi Muhammad.’

Dari itu Ali Ibn Abi Talib sudah pastinya lebih utama dari para-para Nabi lain, oleh kerana Nabi Muhammad berkata: ‘Saya adalah kota ilmu, dan Ali adalah pintunya,’ Dia juga mengatakan: ‘Saya adalah rumah kebijaksanaan dan Ali adalah pintunya.’ Apabila Ali sendiri telah ditanyakan mengenai tajuk ini, dia menerangkan beberapa aspek keutamaannya dari para Nabi Bani Israel. Pada 20 Ramadan, apabila berada di ranjang kematian, berikutan dari serangan oleh Abdulrahman Ibn Muljam al-Muradi, dia meminta Imam Hasan untuk memanggil Syiah yang mengerumuni di pintu rumahnya. Apabila mereka masuk, mereka mengelilingi katil beliau dan menangis dengan perlahan. Ali berkata: ‘Kamu boleh bertanya apa juga soalan yang kamu suka sebelum saya pergi meninggalkan kamu, tetapi soalan kamu hendaklah ringkas.’ Salah seorang yang hadir adalah Sa‘sa‘a bin Suwhan. Ulama kamu yang terkenal seperti Ibn Abdil Barr dan Ibn Sa‘ad, telah menulis mengenai kehidupan dan karekternya, telah mempercayainya, dan mengesahkan bahawa dia adalah seorang ilmuan.

Sa‘sa‘a berkata kepada Ali: ‘Berilah aku tahu, siapakah yang lebih utama, kamu atau Adam.’ Imam yang suci berkata: ‘Adalah t idak wajar untuk seseorang memuji diri sendiri, tetapi menurut dari petunjuk: Nyatakanlah rahmat yang Allah telah berikan kepada kamu,’ saya katakan bahawa saya lebih utama dari Adam.’ Apabila ditanya mengapa begitu, Ali menerangkan bahawa Adam mempunyai setiap rahmat, kesenangan dan kesejahteraan untuknya di Syurga. Dia hanya diminta untuk menahan diri dari makanan terlarang. Tetapi dia tidak dapat mengawal dirinya, dan dia memakannya dari pokok. Dan akhirnya, dia dikeluarkan dari Syurga. Allah t idak menghalang dia [Ali] dari memakan gandum [yang mana menurut kepercayaan Islam adalah pokok terlarang] Tetapi disebabkan dia tidak tertarik kepada dunia sementara ini, dia dengan suka hati telah menahan diri dari memakan gandum. [Tujuan kenyataan Ali adalah bahawa kecemerlangan manusia di hadapan Allah bergantung kepada taat dan patuh, dan ketinggian kedudukan taat terletak kepada menahan diri walaupun dari sesuatu yang diperbolehkan]

Sa‘sa‘a bertanya: ‘Siapa yang lebih utama, kamu atau Nuh? Ali menjawab: ‘Saya lebih utama. Nuh menyeru manusia untuk menyembah Allah, tetapi mereka enggan. Salah laku dan layanan buruk yang

189

Page 190: Sect Comparative In Peshwar Night

memalukan dari mereka telah menyakiti dirinya. Dia mengutuk mereka dan berdoa kepada Allah:

Dan Nabi Nuh (merayu lagi dengan) berkata: "Wahai Tuhanku! janganlah Engkau biarkan seorangpun dari orang-orang kafir i tu hidup di atas muka bumi!. "Kerana Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka (hidup), nescaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan anak melainkan yang berbuat dosa lagi kufur ingkar. [Surah Nuh 71: 26-27]

Setelah wafatnya Nabi, walaupun manusia telah menyebabkan kesusahan yang teramat sangat kepada ku, aku tidak pernah mengutuk mereka. Saya menanggong penyiksaan mereka dengan sabar.’

Sa‘sa‘a bertanya: ‘Siapa yang lebih utama, kamu atau Ibrahim?’ Ali menjawab: ‘Saya lebih utama, kerana Ibrahim berkata: ‘Tuhan ku, tunjukkanlah kepada ku bagaimana Kamu memberi nyawa kepada yang mati, ’Dia berkata: ‘Apa kamu tidak percaya,’ Dia [Ibrahim] berkata:

‘Ya, tetapi supaya hati saya lebih tenteram.’ [Surah al-Baqarah 2:260]

Keimanan saya adalah seperti yang saya katakan: ‘j ika hijab kepada yang ghaib diangkat, keimaman saya tidak akan bertambah.’

Sa’sa’a bertanya: ‘Siapa yang lebih utama, kamu atau Musa?’ Imam berkata: ‘Saya lebih utama, kerana apabila Allah yang berkuasa mengarahkan Musa supaya pergi ke Mesir untuk mengajak Firaun kepada kebenaran, Musa berkata:

Nabi Musa merayu dengan berkata: "Wahai Tuhanku, bahawa Aku telah membunuh seorang dari kalangan mereka; oleh itu aku takut mereka akan membunuhku". "Dan saudaraku - Harun, ia lebih fasih l idahnya daripadaku, maka utuslah dia bersama-samaku sebagai penyokong yang mengakui kebenaranku; sesungguhnya aku bimbang bahawa mereka akan mendustakan daku". [Surah al-Qasas 28:33-34]

Nabi mengarahkan saya, dengan perintah Allah, untuk pergi ke Mekah dan bacakan ayat dari surah al-Bara’ah dari atas Kaabah kepada kafir Quraish. Saya tidak takut, walaupun terdapat hanya sebilangan kecil dari mereka yang saudaranya tidak terbunuh dengan pedang saya. Patuh kepada arahan-Nya, saya laksanakan tugas seorang diri. Saya bacakan ayat al-Bara’ah dan kembali .’

190

Page 191: Sect Comparative In Peshwar Night

Sa’sa’a bertanya: ‘Siapa yang lebih utama, kamu atau Isa?’ Ali berkata: ‘Saya lebih utama, kerana apabila Mariam mengandung dengan izin Allah, dan masa untuk melahirkan telah sampai, wahyu telah diturukan kepadanya: ‘Tinggalkan rumah suci ini, kerana ini adalah rumah untuk beribadah, bukan tempat untuk melahirkan anak.’ Menurutnya, dia telah meninggalkan rumah suci i tu dan pergi ke gurun, di mana dia telah melahirkan Isa. Tetapi apabila ibu saya, Fatimah binti Asad, merasa sakit untuk melahirkan di kawasan Kaabah, dia bergantung pada dinding dan berdoa kepada Allah dengan nama yang menjadikan rumah tersebut untuk mengurangkan kesakitannya. Kemudian satu laluan kelihatan pada dinding tersebut, dan ibu saya mendengar suatu suara ghaib memberitahu dia, ‘Wahai Fatimah! Masuklah ke dalam rumah Kaabah.’ Dia masuk kedalam, dan saya dilahirkan di dalam Kaabah yang suci.’

CERMIN BAGI SEMUA PARA NABI SEBAGAIMANA YANG DITUNJUKKAN OLEH HADIS PERSAMAAN

HADIS AL-TASHBIH

Ia juga telah dirakamkan oleh ulama kamu bahawa Ali adalah cermin bagi kedudukan tinggi terhadap semua Nabi. Ibn Abil Hadid Mu‘tazili di dalam Syarh Nahjul Balaghah , jil id XI, ms 449, Hafiz Abu Bakar Faqih Shafii , Ahmad Bin Husain Baihaqi di dalam Manaqib , Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad , Imam Fakhruddin al-Razi di dalam Tafsir al-Kabir dalam kaitan dengan ayat Mubahalah, Muhyiddin Ibn Arabi di dalam Yawaqit al-Jawahir , isu 32, ms 172; Sheikh Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam Yanabi’ al-Mawaddah , pada pemulaan Bab 40 pada pengesahan Musnad dari Imam Ahmad bin Hanbal, Sunan 4 oleh al-Baihaqi, dan Sharhil Mawaqif wa al-Tariqat al-Muhammadiyyah , Nuruddin al-Maliki di dalam Fusul al-Muhimmah , ms 120; dari al-Baihaqi; Muhammad bin Talhah Shafii di dalam Matalib al-Su’ul , ms 22; dan Muhammad bin Yusuf Kanji al-Shafii di dalam Kifayah al-Talib , Bab 23, telah menyebutkan dari Nabi dengan sedikit perbezaan pada lafaz di sana sini, berkata: ‘Sesiapa yang berhajat untuk melihat pengetahuan Adam, waraknya Nuh, dan berserahnya [tawakkal] Ibrahim, kemuliaan Musa atau kecintaan Isa, bolehlah lihat kepada Ali Ibn Abi Talib.’

Mir Sayyid Ali Hamadani telah mengatakan Hadis yang sama dengan sedikit tambahan, di dalam Mawaddatul Qurba , Mawaddah VII. Dia mengatakan dari Jabir bahawa Nabi berkata: ‘Sesungguhnya Allah mencantumkan 90 kualiti Nabi-Nabi di dalam Ali, yang Dia t idak berikan kepada sesiapa pun.’ Hafiz Muhammad bin Yusuf Kanji al-Shafii yang terkenal, setelah menyebutkan Hadis ini, membuat ulasan: ‘Ali sama kepada Adam dalam pengetahuan yang mana Allah telah ajarkan kepada Adam segalanya, sebagaimana Dia katakan di dalam al-Quran:

4 Teks asal menyebut sebagai Sahih. Edi tor .

191

Page 192: Sect Comparative In Peshwar Night

Dan Ia telah mengajarkan Nabi Adam, akan segala nama benda-benda dan gunanya, [Surah al-Baqarah 2:31]

Begitu jugalah Ali mempunyai pengetahuan dalam semua perkara. Oleh kerana pengetahuan yang datangnya terus dari Allah, Adam telah diberikan Khalifah Allah, sebagaimana al-Quran berkata:

‘… Saya akan jadikan di bumi seorang Khalifah…’ [Surah al-Baqarah 2:30]

Oleh kerana pengetahuan, Adam mendapat keutamaan, sehinggakan malaikat sujud hormat kepadanya, maka Ali adalah sama juga yang paling tinggi dari semua kejadian dan Khalifah selepas Nabi. Pengetahuan Ali sama seperti Nuh yang mana Ali keras terhadap yang kafir dan berkasih sayang kepada beriman. Allah memujinya di dalam al-Quran:

Nabi Muhammad (s.a.w) ialah Rasul Allah; dan orang-orang Yang bersama dengannya bersikap keras dan tegas terhadap orang-orang kafir Yang (memusuhi Islam), dan sebaiknya bersikap kasih sayang serta belas kasihan kasihan sesama sendiri (umat Islam). [Surah al-Fath 48:29]

Ini satu lagi bukti bahawa ayat i tu diwahyukan di dalam memuji Ali, sebagaimana saya katakan dahulu. Nuh sangat keras terhadap yang kafir, sebagaimana al-Quran berkata:

Dan Nabi Nuh (merayu lagi dengan) berkata: "Wahai Tuhanku! janganlah Engkau biarkan seorangpun dari orang-orang kafir i tu hidup di atas muka bumi! [ Surah Nuh 71:26]

Ali adalah sama kepada Ibrahim di dalam kelembutan hati . Al-Quran berkata kepada Ibrahim:

Sesungguhnya Nabi Ibrahim itu lembut hati lagi Penyabar. [Surah al-Tawbah 9:114]

Ali mempunyai semua kualiti dan sifat, yang mana dimiliki oleh Nabi secara individu. Haditn yang diterima oleh semua ini membuktikan bahawa Ali memiliki kemuliaan yang tertinggi, setiap satu darinya adalah sama dengan kualit i yang paling tinggi pada Nabi. Maka nyatalah dia yang mempunyai semua kualit i yang tertinggi dari semua Nabi adalah yang tertinggi dari segi kedudukan. Sheikh Sulayman Balkhi Hanafi di dalam YaNabiul-Mawaddah, Bab 40, menyebut dari Manaqib oleh Khawarizmi melalui Muhammad bin Mansur, yang berkata bahawa dia mendengar Ahmad bin Hanbal berkata: ‘Tidak terdapat pujian yang sedemikian diantara para sahabat, sebagaiman terdapat kepada Ali Ibn Abi Talib.’ Muhammad bin Yusuf Ghanji Shafii

192

Page 193: Sect Comparative In Peshwar Night

juga menyebutkan perkataan yang mempunyai makna yang sama. Ibn Abil-Hadid Mutazali di dalam SyarhNahjul Balaghah , jil id I, ms 46, berkata: ‘Ali adalah manusia yang paling sesuai untuk kedudukan wilayah [penjaga] oleh mulia keutamaan beliau. Dengan pengecualian terhadap Nabi Allah, dialah manusia yang paling berhak bagi kedudukan Khalifah.’

Ali yang pastinya lebih berhak kepada Khalifah, tetapi dia telah diketepikan oleh siasah politik dari orang yang lebih rendah. Sekurang-kurangnya mereka telah memberitahu Ali bahawa mereka sedang mengadakan perjumpaan di Saqifah Bani Sa‘idah untuk membincangkan isu yang penting pada pemilihan Khalifah. Mereka tidak melakukan itu supaya dapat melucutkan Ali dari haknya sebagai pengganti.

PERSETUJUAN UNTUK ABU BAKAR

Hafiz: Adakah kamu ini zalim atau kamu??? Kamu katakan bahawa sahabat Nabi melantik mereka yang merampas kedudukan Khalifah. Ya tentu kamu fikir kami semua bodoh, yang secara buta menurut sahaja dari keturunan kami. Tetapi bukti apakah yang lebih kuat dari Ijmak, persetujuan ramai? Semua para sahabat dan ummah, termasuk Ali, melantik Abu Bakar dan memberi baiah [sumpah taat setia] kepadanya. Yang nyata persetuuan umum oleh semua orang adalah muktamad, dan bersetuju kepadanya adalah wajib. Nabi berkata: ‘Ummah ku tidak bersetuju pada kesalahan, ummahku tidak bersetuju pada penyelewengan dari jalan yang benar.’ Maka kami tidak menurut keturunan kami dengan membuta tuli . Yang sebenarnya adalah, bahawa pada hari pertama selepas Nabi wafat, kommuniti seluruhnya telah memutuskan di dalam perjumpaan untuk melantik Abu Bakar sebagai Khalifah. Oleh kerana ini adalah fakta yang telah selesai, maka kita harus menerimanya.

Shirazi: Sila beritahu kepada kami atas dasar apa Khalifah diasaskan?

Hafiz: Telah nyata. Bukti yang terbaik pada ujudnya Khalifah setelah Nabi adalah Ijmak ummah, yang darinya lahir Khalifah. Selain dari i tu, kelayakan yang terbaik untuk Abu Bakar dan Umar pada kedudukan Khalifah disebabkan kedewasaannya. Ali , dengan segala kemuliaannya dan dekatnya kepada Nabi, terpaksa diketepikan kerana keremajaannya. Dan untuk menjadi adil dan saksama, adalah tidak wajar untuk seorang remaja untuk melampaui [menindih] tuntutan dari sahabat yang matang. Dan kami tidak menganggap dengan mengenepikan Ali sebagai satu kekalahan terhadap dirinya, kerana kecemerlangan adalah diterima. Terdapat juga Hadis oleh Khalifah Umar dari Nabi, yang berkata: ‘Nabi dan pemimpin tidak disatukan dalam satu keluarga.’ Makanya Ali telah dinafikan kedudukan Khalifah kerana dia terjumlah di dalam keluarga Nabi. Dia t idak layak pada kedudukan itu.

HUJAH MENENTANG PADA SAHNYA IJMAK

193

Page 194: Sect Comparative In Peshwar Night

Shirazi: Terkejut saya bahawa kamu mengutara hujah yang sebegitu jahil. Pertama kamu katakan bahawa Ijmak, persetujuan ummah, adalah hujah yang paling munasabah, dan di dalam menyokong tujuan kamu, sebuah Hadis kamu bacakan. Perkataan ‘ummai’ bererti ‘ummah ku’, maka Hadis itu [katakan lah Hadis itu benar] bererti bahawa apabila keseluruh ummah bersetuju pada sesuatu, keputusan itu t idak boleh salah. Saya tidak boleh menerima itu. Allah telah membezakan ummah ini dengan keutamaan bahawa diantara mereka pastinya terdapat golongan yang memendu kepada kebenaran. Wazir Allah akan ada bersama mereka. Apabila ummah itu berkumpul, kumpulan petunjuk kepada kebenaran ada bersama mereka. Tetapi Hadis itu [walaupun benar] tidak menunjukkan sebarang keterangan bahawa Nabi menyerahkan haknya dan membenarkan ummah pada melantik Khalifah. Dan jika benar sekalipun Nabi telah menyerahkan kepada ummah untuk memilih Khalifah, hak ini diberikan kepada semua ummah. Oleh kerana semua Muslim mendapat faedah dari Khalifah; mereka mempunyai hak pada menyampaikan pendapat mereka di dalam pemilihan Khalifah. Dari itu perhimpunan semua muslim setelah wafatnya Nabi adalah perkara yang perlu supaya dengan persetujuan ramai, seorang yang sempurna akan dilantik sebagai Khalifah. Adakah terdapat perhimpunan yang sedemikian? Adakah cara begini Abu Bakar menjadi Khalifah?

Hafiz: Abu Bakar menjadi Khalifah selama dua tahun lebih. Semasa itu, muslim secara amnya telah memberikan baiah kepada dia dan mentaatinya. Ini dengan sendirinya bererti satunya pendapat diantara mereka, dan pembuktian kepada sahnya.

Shirazi: Kamu cuba mengelakkan isu. Soalan saya bukan mengenai keseluruhan era Abu Bakar. Saya tanyakan mengenai keputusan yang dibuat dibawah bumbung Bani Sa‘idah. Adakah perhimpunan disitu mengandungi keseluruhan ummah, atau beberapa orang yang memberikan baiah?

Hafiz: Yang pasti hanya terdapat beberapa sahabat yang terkemuka, tetapi kemudian Ijmak berlaku.

Shirazi: Adakah Nabi, seorang yang paling sempurna untuk memandu ummah, menyerahkan haknya di dalam memihak kepada ummah?

Adakah dia menyerahkan haknya supaya orang dari kumpulan Aus, yang bermusuhan dengan kumpulan Khazraj, mungkin memberikan baiah kerana takutkan musuhnya akan berkuasa?

Adakah dia meninggalkan haknya supaya ummahnya dapat menubuhkan kerajaan berasaskan ketakutan dan tamak? Bolehkah kamu katakan bilangan yang kecil i tu kommuniti?

Tidakkah muslim dari Mekah, Yaman, Jeddah dan kota-kota lain tergolong di dalam ummah?

194

Page 195: Sect Comparative In Peshwar Night

Tidakkah mereka mempunyai hak pada menyampaikan pendapat mengenai kedudukan Khalifah?

Jika tidak ada konpirasi , mengapa mereka t idak menunggu untuk mendapat pandangan dari semua Muslim di dalam perkara yang begitu penting, seperti kedudukan Khalifah? Dengan cara ini , Ijmak di dalam pengertian yang sebenar mungkin telah tercapai. Bahkan hari ini, untuk mendirikan sebuah negara demokratik, atau untuk memilih ketua negara, pilihan raya umum diadakan. Warga negara boleh membuang undi dan ketua boleh dilantik dengan pil ihan ramai. Ketua dinegara yang bertammadun dan manusia umum akan memandang hina kepada cara Ijmak kamu yang aneh.

Hafiz: Mengapa kamu memulakan percakapan yang tidak baik? Ijmak bererti bahawa terdapatnya perhimpunan orang bijak pandai dan sahabat terkenal yang berhimpun di Saqifah.

Shirazi: Kamu katakan bahawa Ijmak bererti bahawa terdapat perhimpunan oleh ahli intelek dan sahabat Nabi yang terkenal, tetapi kamu tidak punya asas pada kenyataan ini selain Hadis yang kamu ucapkan tadi. Dimana Hadis yang mengatakan intelek atau sahabat terkenal? Saya ulangi perkataan ‘ummai’ bererti keseluruhan ummah, bukan sebilangan sahabat, walaupun mereka terpelajar. Walaupun jika perkataan kamu itu betul, bahawa Ijmak bererti ‘perhimpunan ahli intelek dan sahabat yang terkenal,’ adakah ahli intelek dan sahabat terkenal hanya tergolong pada sebilangan kecil mereka yang berkumpul dibawah bumbung yang kecil pada hari itu? Tidakkah ada manusia intelek dan sahabat terkenal yang lain di dalam dunia islam? Dan adakah kesemua mereka memilih Khalifah sebut suara?

Hafiz: Oleh kerana perkara Khalifah adalah urusan yang sirius; manusia takut bahawa kekacauan akan berlaku. Dan tidak mungkin dapat memberitahu muslim dari kawasan lain. Apabila Abu Bakar dan Umar mendengar bahawa sebahagian Ansar telah berkumpul disana , mereka juga pergi kesana untuk berucap. Oleh kerana Umar biasa menjadi ketua, dia menganggapnya lebih baik untuk ummah untuk memberikan sumpah setia kepada Abu Bakar. Yang lainnya mengikuti tindakkannya dengan memberikan baiah kepada Abu Bakar, tetapi sebilangan Ansar dan orang kaum Khazraj, yang menyokong Sa‘ad bin Ubadah, t idak memberikan baiah dan meninggalkan Saqifah. Itulah sebabnya mereka bersegera.

Shirazi: Maka kamu juga setuju, sebagaimana ulama dan ahli sejarah kamu yang terkenal, bahawa pada hari Saqifah, apabila asas perencanaan bermula, t idak terdapat Ijmak. Abu Bakar atas sebab polit ik dengan pintar mencadangkan Umar dan Abu Ubaidah bin Jarrah, dan mereka juga, membalas cadangan dengan menamakan Abu Bakar, memberitahu mereka bahawa dialah yang paling layak untuk kedudukan itu. Mereka terus memberikan baiah kepadanya. Orang dari kaum Aus yang hadir juga memberikan baiah kepada Abu Bakar, dari sudut

195

Page 196: Sect Comparative In Peshwar Night

pandangan permusuhan mereka dengan kaum Khazraj, dan juga mereka takut bahawa Sa‘ad bin Ubadah mungkin akan menjadi Amir. Dengan cara ini ia makin membesar. Bagaimanapun jika Ijmak adalah hujah yang kuat dan boleh dipegangi, mereka seharusnya menunggu sehingga semua ummah – atau sebagaimana yang kamu katakan: ahli bijak pandai – telah berkumpul di sana, bagi mencapai persetujuan seluruh kommuniti.

Hafiz: Saya telah memberitahu kepada kamu kerana takutkan kekacauan maka kumpulan itu terpaksa bertindak. Orang-orang kaum Aus dan Khazraj telah berkumpul di Saqifah dan menentang sesama sendiri. Setiap mereka hendak membuat keputusan, supaya ketua bagi kerajaan Islam untuk mereka.

Shirazi: Saya bersetuju dengan apa yang kamu katakan. Muhammad bin Jarir al-Tabari , jil id I, ms 457, dan yang lainnya telah menulis bahawa muslim tidak berhimpun di bawah Saqifah untuk melantik Khalifah mereka. Aus dan Khazraj yang hendak melantik Amir untuk diri mereka. Abu Bakar dan Umar telah beruntung dari pertelingkahan mereka. Jika mereka telah benar-benar berhimpun untuk memperbincangkan mengenai Khalifah, mereka tentu telah mempelawa semua Muslim untuk menyatakan pendapat di dalam perkara ini . Sebagaimana yang kamu katakan bahawa mereka tidak dapat memberitahu semua muslim, dan masa makin suntuk. Itu memang benar mereka t idak dapat memberitahu muslim di Mekah, Yaman, Ta’if dan muslim dari kota-kota lain. Tetapi tidakkah mereka t idak punya cara walaupun untuk berjumpa dengan tentera Usamah bin Zaid, yang berkhemah dekat dengan Madinah? Tidakkah mereka t idak dapat memberitahu sahabat Nabi yang terkemuka di sana? Salah seorang dari sahabat Nabi yang amat terkenal, adalah ketua turus angkatan tentera Islam, yang dilantik oleh Nabi sendiri. Abu Bakar dan Umar adalah tentera bawahannya. Apabila Usamah mendengar bahawa melalui konpirasi t iga orang Khalifah telah dilantik tanpa berunding dengan manusia lain atau memberitahu mereka, dan bahawa mereka telah memberikan baiah kepada orang itu, dia menunggang kudanya hingga kepintu masjid dan berkata dengan kuat: ‘Apa dengan semua ini? Dengan kebenaran siapakah kamu telah melantik Khalifah? Apakah ertinya hanya sebilangan orang yang tanpa merujuk kepada sahabat, telah melantik Khalifah?’

Umar melangkah kehadapan untuk menenangkan dia dan berkata: ‘Usamah! Segalanya telah selesai. Baiah telah diberi. Janganlah memulakan perpecahan di antara manusia. Berikanlah baiah kamu sendiri.’ Usamah menjadi marah. ‘Nabi telah menjadikan aku Amir kamu,’ dia berkata. ‘Bagaimana mungkin bahawa Amir yang dilantik oleh Nabi memberikan baiah kepada orang yang diletakkan di bawah pemerintahannya?’ walaupun lebih banyak perkara yang berlaku, saya rasa ini sudah mencukup untuk menunjukkan maksud saya.

196

Page 197: Sect Comparative In Peshwar Night

ALI DENGAN SENGAJA TIDAK DIBERITAHU MENGENAI PERJUMPAAN DI SAQIFAH

Jika kamu katakan bahawa tentera Usamah juga jauh dari kota dan masa bertambah pendek, adakah kamu juga akan mengatakan jarak dari Saqifah dan masjid tempat penginapan Nabi juga jauh? Mengapa mereka tidak memberitahu Ali, atau Abbas bapa saudara Nabi yang dihormati? Mengapa mereka tidak merujuk kepada Bani Hasyim, keturunan Nabi?

Hafiz: Di dalam semua kemungkinan, si tuasi di kala i tu amat tegang sehingga mereka t idak boleh cuai dan meninggalkan Saqifah.

Shirazi: Maafkan saya, mereka punya masa. Mereka dengan sengaja mengelak dari memberitahu Ali , Bani Hasyim dan para sahabat yang benar-benar rapat.

Hafiz: Bagaimana kamu boleh mengatakan bahawa mereka [kumpulan Saqifah] dengan sengaja tidak mahu memberitahu mereka [kumpulan Ali]?

Shirazi: Satu petunjuk yang nyata bahawa Umar datang kepintu rumah Nabi tetapi tidak memasukinya?

Hafiz: Pastinya cerita ini telah dipalsukan oleh kaum Rafidah

Shirazi: Lihat pada ms 456 di dalam buku Tarikh , jil id II, oleh Muhammad bin Jarir al-Tabari, seorang ulama terkanal kamu. Dia menulis bahawa Umar datang kepintu rumah Nabi tetapi t idak masuk. Dia mengirim berita kepada Abu Bakar: ‘Datang segera; saya ada urusan yang mustahak dengan kamu.’ Abu Bakar menghantar berita kepadanya bahawa dia t idak punya masa. Umar menghantar berita sekali lagi: ‘Kita sedang berdepan dengan krisis. Kehadiran kamu sangat penting.’ Abu Bakar keluar dan Umar memberitahunya secara rahsia mengenai perhimpunan kaum Ansar di Saqifah dan berkata bahawa mereka hendaklah bersegera ke sana. Kedua mereka pergi, dan di dalam perjalanan mereka bertemu Abu Ubaidah, dan membawa dia bersama.

Demi Allah berlaku adillah. Jika mereka tidak mempunyai niat pada konpirasi, mengapa Umar pergi kepintu rumah Nabi tetapi tidak masuk? Mereka boleh meminta pertolongan. Adakah di sana di antara semua ummah hanya Abu Bakar, yang penuh dengan bijaksana, dan adakah para sahabat yang lain dan juga keturunan Nabi manusia asing yang tidak berhak untuk diberitahu mengenai perkara ini? Adakah Ijmak kamu ini sebenarnya mengandungi tiga orang? Di manakah tempat di dalam dunia ini yang peraturan sedemikian diterima? Katakan bahawa tiga orang atau mana-mana kumpulan manusia, berhimpun di dalam kota dan menubuhkan sebuah Ijmak dan melantik ketua negara. Adakah perlu pada ulama dan intelek dari kota-kota lain atau bandar patuh

197

Page 198: Sect Comparative In Peshwar Night

kepada mereka? Atau katakan seorang yang intelek yang bijak yang belum dipilih oleh yang lain memberi pendapat, adakah perlu bahawa para intelek yang lain mengikuti mereka? Adakah wajar untuk menekan perasaan seluruh ummah melalui t indakan menakutkan oleh sekumpulan manusia? Jika sebaliknya, di dalam perbincangan ilmiah, sekumpulan manusia mendedahkan bahawa Khalifah t idak seperti yang ditunjuki oleh perundangan agama atau undang-undang alam, adakah wajar mereka dipanggil sebagai Rafidi?

Kamu mengatakan Nabi meninggalkan isu Khalifah kepada ummah atau ahli intelek dari ummah, sebagaimana yang kamu namakan. Adakah para intelek ummah terdiri dari Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah al-Jarrah. Setiap mereka mencalonkan nama mereka yang lain, dan kemudian dua dari mereka menerima yang ketiga. Itu sajalah. Adakah wajib bagi semua muslim untuk mengikuti mereka? ‘Minoriti’, ‘majoriti’ dan ‘Ijmak’ bererti perkara yang berlainan. Jika perhimpunan perundingan dibuat untuk mempertimbangkan masalah tertentu, dan kumpulan yang kecil jumlah orangnya memberikan satu pendapat, sedangkan kumpulan yang besar memberikan pendapat yang lain pula. Maka pendapat kumpulan yang kurang dikatakan pendapat minoriti . Pendapat kumpulan yang besar dikatakan pendapat majoriti, dan jika kesemua mereka [tanpa pengecualian seorang pun] memberikan pendapat yang sama, ia dikatakan Ijmak.

Adakah Ijmak sepakat di Saqifah atau kemudian di masjid atau kemudiannya di dalam kota Madinah?

Jika bagaimana pun, di dalam perbezaan dengan kehendak kamu, kita ketepikan hak ummah yang umum dan katakan pendapat dari golongan intelektual dan para sahabat Nabi adalah mencukupi untuk Ijmak, saya tanya sama ada terdapat Ijmak di mana semua intelektual dan para sahabat mengambil bahagian?

Adakah kumpulan yang kecil di Saqifah bersetuju sebulat suara di dalam pendapat mereka? Jawapannya adalah negetif. Pengarang Mawaqif dengan sendiri telah mengaku bahawa tidak ada Ijmak semasa Khalifah Abu Bakar, dan pasti tidak terdapat pendapat sebulat suara di antara para terpelajar di Madinah, sama ada dari Sa‘ad bin Ubadah al-Ansari , dan keturunannya, para sahabat Nabi yang dekat, kesemua Bani Hasyim, kawan-kawan mereka, dan Ali Ibn Abi Talib, - semuanya menentang Abu Bakar untuk enam bulan. Mereka ini t idak pernah memberikan baiah kepadanya. Di Madinah, tempat Nabi, tiada Ijmak yang dicapai yang mana para intelektual dan sahabat Nabi menyokong Abu Bakar sebagai Khalifah. Ahli sejarah kamu yang terkenal, seperti Fakhruddin al-Razi, Jalaluddin al-Suyuti , Ibn Abil Hadid al-Mu‘tazili, al-Tabari , al-Bukhari dan Muslim, merakamkan bahawa Ijmak tidak pernah berlaku di Madinah.

Bani Hashim, Bani Umayyah, dan para sahabat secara umum – melainkan tiga orang yang disebutkan diatas – tidak hadir di Saqifah

198

Page 199: Sect Comparative In Peshwar Night

untuk membuang undi. Lebih-lebih lagi ramai yang menentang keputusan itu. Malah sebahagian dari para sahabat yang terkenal, yang menolak baiah di Saqifah, pergi ke masjid dan membantah Abu Bakar: Dari pihak Muhajirin diwakili oleh Salman al-Farsi, Abu Dhar al-Ghifari, Miqdad bin al-Aswad al-Kindi, Ammar bin Yasir, Buraidah al-Aslami, dan Khalid bin Sa‘id bin As Amawi. Dari kalangan Ansar pula diwakili Abul Hathama bin Tihan, Khuzaimah bin Thabit Dhu al-Shahadatain, Abu Ayyub al-Ansari , Ubai bin Ka‘ab, Sahl bin Hunaif, Uthman bin Hunaif, yang menentang Abu Bakar di dalam masjid. Saya telah berikan secara ringkas garis luar kejadian. Tidak ada Ijmak dalam bentuk apa pun yang dicapai. Ijmak dari para intelektual dan para sahabat terkenal Madinah adalah penipuan yang terang.

Berdasarkan dari punca kamu sendiri , saya akan berikan senarai nama-nama mereka yang menentang Khalifah. Ibn Hajar al-Asqalani dan Baladhuri, masing-masing di dalam Tarikh , Muhammad bin Khawind Shah di dalam Raudah al-Safa , Ibn Abdil Barr di dalam al-Isti‘ab , dan lainnya berkata bahawa Sa‘ad bin Ubadah dan sebahagian dari kaum Khazraj dan sekumpulan Quraisy tidak memberikan baiah kepada Abu Bakar. Lebih-lebih lagi 18 orang adalah sahabat Nabi yang rapat dan terkenal yang tidak memberikan baiah kepada Abu Bakar. Mereka adalah Syiah Ali Ibn Abi Talib. Nama-nama mereka yang 18 adalah seperti berikut:

1. Salman al-Farsi 2. Abu Dharr al-Ghifari 3. Miqdad bin al-Aswad al-Kindi 4. Ammar bin Yasir 5. Khalid Bin Sa‘id bin al-As 6. Buraidah al-Aslami 7. Ubai Bin Ka‘ab 8. Khuzaimah bin Thabit Dhu al-Shahadatain 9. Abul Hathamah bin Tihan 10. Sahl bin Hunaif 11. Uthman bin Hunaif Dhu al-Shahadatain 12. Abu Ayub al-Ansari 13. Jabir Ibn Abdullah al-Ansari 14. Hudhaifah bin al-Yaman 15. Sa‘ad bin Ubadah 16. Qais Bin Sa’d 17. Abdullah bin Abbas 18. Zaid Bin Arqam

Dan al-Yaqubi menulis di dalam Tarikh : ‘Sekumpulan Muhajirin dan Ansar menjauhkan diri mereka dari memberikan baiah kepada Abu Bakar dan mereka adalah pengikut Ali. Di antara mereka adalah Abbas bin Abdul Muttalib, Fadal bin Abbas, Zubair bin al-Awwam bin As, Khalid bin Sa‘id, Miqdad bin Umar, Salman al-Farisi, Abu Dharr al-Ghifari, Ammar Yasir, al-Barra’ bin Azib, and Ubai Bin Ka‘ab."

199

Page 200: Sect Comparative In Peshwar Night

Tidakkah mereka ini para intelektual ummah? Ali, Abbas, bapa saudara Nabi dan yang lainnya dari Bani Hasyim yang terkenal – tidakkah orang-orang ini bijak dan dipercayai? Jenis apa Ijmak ini, yang telah diadakan tanpa perundingan dengan manusia-manusia ini? Apabila Abu Bakar dilantik secara rahsia dan para sahabat yang terkenal t idak diberitahu, adakah ini menunjukkan Ijmak atau konpirasi politik?

HADIS AL-THAQALAIN DAN HADIS AL-SAFINAH

Lebih-lebih lagi Bani Hashim, keluarga Nabi, tidak hadir di Saqifah. Pertimbangan dan pandangan mereka yang sangat berharga t idak boleh dinafikan dari sudut pandangan Hadis yang telah saya sebutkan pada malam-malam yang awal dahulu, dan telah dipersetujui oleh kedua golongan. Nabi berkata: ‘Saya t inggalkan bersama kamu dua perkara penting: Kitab Allah dan Ahli Bayt ku [Ahli keluarga yang suci, Ali , Fatimah, Hasan dan Husain]. Jika kamu berpegang teguh kepada keduanya, kamu tidak akan sesat selepas aku.’ Orang-orang ini t idak menyokong Khalifah Abu Bakar. Sebagai tambahan, terdapat satu lagi Hadis yang terkenal yang dinamakan Hadis al-Safinah , yang saya telah nyatakan pada malam yang lalu. Nabi berkata: ‘Ahli Bayt-ku seperti bahtera Nuh. Siapa yang menaikinya terselamat, dan sesiapa yang berpaling akan karam.’ Hadis ini menunjukkan bahawa, sebagaimana komuniti [ummah] Nuh terselamat dari banjir besar, ummah Nabi akan terselamat dari bencana dengan mengikuti keturunan Nabi yang suci. Ibn Hajar di dalam Sawa‘iq al-Muhriqah , ms 50, mengulas pada ayat IV, menyebutkan dua Hadis dari Sa‘ad mengenai perlunya [wajib] mengikuti Ahli Bayt Nabi. Di dalam satu Hadis Nabi berkata: ‘Saya dan ahli Bayt-ku adalah satu pohon di syurga, yang mana dahan-dahannya di dunia; maka sesiapa yang mencari jalan menuju ke Allah hendaklah berpaut kepada mereka.’

Di dalam Hadis yang kedua Nabi berkata: ‘Di antara ummah ku, pada setiap era terdapat mereka yang benar dari Ahli Bayt-ku yang akan menapis segala kotoran yang telah dibawa masuk kedalam agama oleh mereka yang berbuat dosa dan membersihkannya dari segala kenyataan yang melampaui batasan dan juga ulasan dari kalangan mereka yang jahil. Hendaklah kamu mengetahui bahawa Imam kamu pastinya mereka yang memimpin kamu ke jalan Allah; maka kamu hendaklah berwaspada [berjaga-jaga] mengenai mereka yang kamu ambil menjadi pemandu kamu.’ Matlamat Hadis yang sebegini adalah bahawa Nabi mengatakan kepada ummahnya: ‘Melainkan kamu mengikuti Ahli Bayt-ku, musuh akan membawa menyimpang.’ Manusia yang boleh mempengaruhi Ijmak, sumpah setia [baiah], dan perlantikan Khalifah; telah ditentang oleh prosidur yang kamu telah terangkan. Maka Ijmak jenis apakah ini? Para sahabat terkenal, para intelek, dan juga keturunan Nabi ada di Madinah pada masa berlakunya peristiwa al-Saqifah. Maka tidak ada keraguan bahawa perkara ini telah dibuat tanpa sokongan majorit i, tidak perlulah disebut sebagai Ijmak. Ibn Abdil Barr al-Qurtubi seorang ilmuan dari golongan kamu di dalam kitabnya al-Isti‘ab , Ibn Hajar di dalam al-Isabah , dan ulama lainnya menulis Sa‘ad

200

Page 201: Sect Comparative In Peshwar Night

bin Ubadah, seorang pencabar [menuntut] kedudukan Khalifah, telah enggan untuk berbaiah kepada Abu Bakar dan Umar. Dia t idak hendak memulakan kekacauan, maka beliau pergi ke Syria. Menurut laporan di dalam Raudat al-Safa , atas hasutan orang yang terkenal dia telah dibunuh. Menurut dari ahli sejarah, orang yang melakukan jenayah itu adalah Khalid bin al-Walid. Setelah membunuh Malik bin Nuwairah dan mengahwini isterinya, pada awal pemerintahan Khalifah Abu Bakar, dia telah menjadi objek kemarahan Umar. Apabila Umar menjadi Khalifah, Khalid, cuba untuk memenangi perhatiannya, membunuh Sa‘ad bin Ubadah.

Hafiz: Oleh kerana terdapatnya bahaya akan jadinya kekacauan, dan mereka t idak dapat menghubungi seluruh ummah, maka mereka terpaksa bergantung kepada beberapa orang yang berada di Saqifah di mana baiah telah diambil. Kemudian ummah mengikutnya.

Shirazi: Ya, jika mereka tidak punya cara untuk mendapatkan para sahabat Nabi yang terkenal, dan para intelek dari ummah yang di luar Madinah, si la katakan dengan ikhlas: jika t idak ada komplot di dalam hal ini , mengapa mereka t idak mempelawa mereka yang ada di dalam Madinah menghadiri perhimpunan di Saqifah? Tidakkah ia perlu untuk meminta pandangan al-Abbas, Ali Ibn Abi Talib dan juga Bani Hashim? Adakah pendapat Umar dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah mencukupi untuk semua dunia Islam?

Hujah kamu bergantung kepada Ijmak, sama ada ia umum atau khusus, tidak dapat diterima. Para intelek dan para sahabat yang terkenal t idak mengambil bahagian di dalamnya, mereka menentangnya. Sebagaimana yang saya katakan Ijmak bererti tidak seorang pun yang menentang. Di dalam Ijmak ini, kamu telah mengaku para intelek secara umum tidak mengambil bahagian. Imam Fakhruddin al-Razi di dalam Nihayat al-Usul berkata bahawa tidak terdapat Ijmak atau persetujuan ramai di dalam perlantikan Khalifah Abu Bakar dan Umar sehingga selepas Sa‘ad bin Ubadah dibunuh.

Saya tidak dapat memahami bagaimana kamu dapat mengatakan Ijmak khayalan ini sebagai bukti kepada sahnya kedudukan Khalifah. Tuntutan kamu yang kedua mengatakan bahawa Abu Bakar lebih tua daripada Ali dan kerananya ia lebih layak menjawat jawatan Khalifah, adalah lebih lemah dari hujah kamu yang pertama. Jika umur adalah syarat untuk menjadi Khalifah, terdapat ramai orang yang berumur lebih tua dari Abu Bakar dan Umar. Tentunya Abu Qahafah, Bapa Abu Bakar lebih tua dari anaknya, dan beliau masih hidup pada masa itu. Mengapa dia tidak dilantik sebagai Khalifah?

Hafiz: Umur Abu Bakar digandingkan dengan kebolehannya, telah menjadikan dia pil ihan yang wajar. Apabila terdapat yang tua, berpengalaman dan dicintai oleh Nabi berada di dalam ummah, remaja yang tidak berpengalaman tidak boleh diberikan dengan jawatan kepimpinan.

201

Page 202: Sect Comparative In Peshwar Night

Shirazi: Jika itu adalah benar, maka tujuan bantahan kamu adalah kepada Nabi sendiri. Apabila Nabi hendak berangkat ke ekpedisi Tabuk, para munafik [hipokrit] secara rahsia hendak memberontak di Madinah semasa ketiadaan baginda. Maka baginda melantik seorang yang berpengalaman ditempatnya supaya dapat mengawal situasi di Madinah dan menggagalkan rancangan munafik. Saya meminta kamu memberitahu kami siapakah yang Nabi tinggalkan ditempatnya di Madinah sebagai pengganti dan Khalifah.

Hafiz: Itu semua orang tahu bahawa baginda menjadikan Ali sebagai Khalifah dan penggantinya.

Shirazi: Tidakkah Abu Bakar, Umar dan sahabat yang tua lainnya ada di Madinah pada masa itu? Ya; dan bahkan Nabi melantik seorang muda, Ali, sebagai Khalifah dan penggantinya. Pada membacakan beberapa ayat al-Quran dari surah Baraah kepada penduduk Mekah, kita tentu memikirkan, seorang yang berpengalaman adalah lebih wajar. Tetapi Nabi memanggil pulang orang yang tua iaitu Abu Bakar yang telah separuh perjalanannya dan mengarahkan yang muda iaitu Ali untuk melakukan tugas yang penting ini . Nabi mengatakan bahawa Allah telah memberitahunya bahawa ‘orang’ yang hendak menyampaikan al-Quran seharusnya dia [diri Nabi] atau seseorang yang darinya. Begitu juga, bagi pertunjuk terhadap penduduk Yaman, mengapa Nabi menghantar Amirul Mukminin Ali, sepatutnya yang lebih berpengalaman Abu Bakar, Umar atau lainnya yang hadir pada masa itu? Pada banyak lagi peristiwa yang sama Nabi, di dalam kehadiran Abu Bakar, Umar dan lainnya, memilih Ali untuk melaksanakan tugas yang penting. Dari i tu penegasan kamu pada peraturan kedewasaan tidak berasas. Syarat yang penting untuk Khalifah adalah kemuliaan. Saya baru sahaja teringat bahawa bukti yang paling kuat pada menolak kedudukan Khalifah mereka, adalah yang bertentangan dengan apa yang mereka namakan Ijmak, oleh Ali , yang menurut Nabi pembeza diantara yang benar dan yang salah. Ulama terkenal kamu telah menyebutkan beberapa Hadis dengan tujuan ini . Sheikh Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam Yanabi’ al-Mawaddah , Bab 16 menyebutnya dari Kitab al-Sabi‘in f i Fada’il al-Amiru’l Mu’minin , Imam al-Haram Abu Ja‘afar Ahmad bin Abdullah al-Syafii, di dalam Hadis XII petikan dari al-Firdaus oleh al-Dailami dari 70 Hadis, Mir Sayyid Ali al-Hamadani al-Syafii di dalam Mawaddahtu’l-Qurba , Mawaddah - VI, Hafiz di dalam al-Amali , Muhammad bin Yusuf Kanji Shafi’i di dalam Kifayat al-Talib , Bab 44, menyatakan dengan sedikit perbezaan pada lafaznya, dengan pengesahan dari Ibn Abbas, Abi Laila Ghifari dan Abu Dharr Ghifari bahawa Nabi berkata [rangkap yang akhir adalah sama di dalam setiap sebutan]: ‘Tidak lama selepas saya pergi dari dunia ini, maka akan ada pertelingkahan. Apabila ia berlaku, kamu hendaklah mengikuti Ali Ibn Abi Talib, kerana dia adalah orang yang pertama akan bertemu dengan saya dan memegang tangan dengan saya pada hari pengadilan. Kedudukannya tinggi dan dia adalah pembeza di antara yang benar dan yang salah.’

202

Page 203: Sect Comparative In Peshwar Night

Apabila Nabi wafat kekacauan berlaku. Para Muhajir dan Ansar mahukan Khalifah dari golongan mereka. Menurut arahan Nabi, ummah sepatutnya membawa Ali supaya dia dapat memisahkan yang benar dari yang salah.

Hafiz: Hadis itu mempunyai satu rantaian penyampai, dan makanya tidak boleh dipercayai.

Shirazi: Saya telah pun menjawab terhadap bantahan mengenai rantaian yang satu penyampai. Ulama Sunni menganggap Hadis yang demikian sebagai sah, maka kamu tidak boleh membantah atas dasar itu. Selain dari itu, ia bukanlah satu-satunya Hadis mengenai tujuan itu. Terdapat banyak rakaman yang disampaikan oleh ulama kamu yang menunjukkan maksud yang sama, sebahagian darinya saya telah rujuk pada malam semalam. Memandangkan masa yang suntuk, saya akan menghadkan diri saya pada menyatakan di sini hanya nama sebahagian dari pengarangnya. Satu dari rakaman telah dinyatakan oleh Muhammad bin Talhah al-Syafii idi dalam Matalib al-Su’ul , Tabari di dalam al-Kabir , Baihaqi di dalam Sunan , Nuruddin al-Maliki di dalam Fusul al-Muhimmah , al-Hakim di dalam al-Mustadrak , Hafiz Abu Nu‘aim di dalam Hilyah al-Auliya’ , Ibn Asakir di dalam Tarikh , Ibn Abi’l-Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , al-Tabrani di dalam al-Ausat , Muhibuddin di dalam al-Riyad , Hamawaini di dalam Fara’id , al-Suyuti di dalam al-Durru al-Manthur , dari Ibn Abbas, Salman, Abu Dharr dan Hudhaifah – semua mengatakan bahawa Nabi, menunjuk dengan tangannya kepada Ali Ibn Abi Talib, berkata: ‘Sesungguhnya, Ali ini adalah orang yang pertama mengistiharkan keimanannya kepada saya dan yang pertama akan bersalaman dengan saya pada hari pengadilan. Dia adalah Siddiq al-Akhbar [orang yang paling benar] dan Faruq kepada ummah [yang paling pintar]. Dia akan membezakan di antara yang benar dan yang salah.’

HADIS ALI BERSAMA KEBENARAN DAN KEBENARAN BERSAMA ALI.

Muhammad bin Yusuf Kanji di dalam Bab 44 dari bukunya Kifayah al-Talib menyampaikan Hadis yang sama dengan tambahan pada perkataan ini: ‘Dan dia adalah pemerintah kepada yang beriman dan dia adalah pintu bagi yang beriman untuk melaluinya; dan dia adalah Khalifah selepas saya.’ Kanji al-Shafii berkata bahawa Muhaddith al-Sham [ahli Hadis dari Syria] mempunyai 300 Hadis di dalam memuji Ali. Ia juga telah dirakamkan oleh Muhammad bin Talhah al-Syafii di dalam Matalib al-Su’ul , Khatib Khawarizmi di dalam Manaqib , Sam’ani di dalam Fada’il al-Sahabah , Ibn Sabbagh Maliki di dalam Fusul al-Muhimmah , Khatib Baghdadi di dalam Tarikh al-Baghdad , j ilid XIV, ms 21, Hafiz Mardawaih di dalam Manaqib , Dailami di dalam al-Firdaus , Ibn Qutaybah di dalam al-Imamah wa al-Siyasah , jil id I, ms 111, Kanji al-Syafii di dalam Kifayah al-Talib , Imam Ahmad di dalam Musnad dan banyak lagi ahli dari ulama kamu telah menyampaikan bahawa Nabi berkata: ‘Ali bersama dengan kebenaran dan kebenaran

203

Page 204: Sect Comparative In Peshwar Night

bersama dengan Ali, walau ke mana dia pergi.’ Di dalam buku yang sama, terdapat satu lagi Hadis yang disampaikan oleh Sheikh Sulayman Qandusi al-Hanafi, di dalam Bab 20 dari Yanabiul Mawaddah , dari Hamwaini bahawa Nabi berkata: ‘Ali adalah bersama kebenaran dan kebenaran bersama Ali.’

Hafiz Abi Nu’aim, Ahmad Ibn Abdullah Isfahani di dalam bukunya Hilyatu’l Auliya , jil id I, ms 63, menyampaikan bahawa Nabi berkata: ‘Wahai kumpulan Ansar! Haruskah saya menunjukkan kamu kepada sesaorang yang jika kamu patuh kepadanya, kamu tidak akan sesat? Kesemua mereka berkata: ‘Ya, Wahai Nabi Allah,’ Nabi berkata: ‘Orang itu adalah Ali . Cintailah dia sebagaimana kamu mencintai saya; dan hormatilah dia sebagaimana kamu menghormati saya; apa yang saya telah katakan kepada kamu adalah perintah Allah yang disampaikan oleh Jibril.’

Objektif umum Hadis ini untuk menunjukkan Nabi merujuk mengenai penggantinya. Nabi mengarahkan ummahnya untuk berpaling kepada Ali selepas baginda. Dari keterangan Hadis yang sedemikian, beritahulah kepada kami, apakah pengertian penentangan Abu Bakar kepada Ali bagi kamu; tentunya amat sedih dan memeranjatkan bahawa segalanya amat pantas telah dibuat di Saqifah. Setiap mereka yang waras yang tahu apa yang telah terjadi pada hari i tu merasa sangat kecewa. Jika tidak terdapat komplot, mengapa mereka t idak menunggu [sekurangnya hanya beberapa jam] supaya Ali Ibn Abi Talib, Bani Hashim dan Ibn Abbas dapat menerangkan pandangan mereka pada kedudukan Khalifah?

Hafiz: Tidak ada konpirasi. Kerana mereka takutkan kekacauan, mereka bertindak cepat di dalam membuat keputusan untuk keselamatan Islam.

Shirazi: Adakah kamu bermaksud bahawa Abu Ubaidah al-Jarrah, bekas pengali kubur di Mekah, dan lainnya lebih mengambil berat tentang keselamatan Islam dari Abbas, bapa saudara Nabi dan Ali Ibn Abi Talib? Adakah kamu bermaksud bahawa jika mereka menunggu sekejap, atau Abu Bakar dan Umar, membuat orang-orang itu sibuk, telah menghantar Abu Ubaidah untuk memberitahu Abbas dan Ali tentang seriusnya keadaan, Islam akan hancur? Berlaku adillah. Jika mereka telah membawa orang-orang yang berkenaan dan tertentu di Saqifa, kedudukan mereka akan lebih terselamat. Tidak akan terdapat banyaknya perbezaan di dalam Islam sebagaimana ia pada hari ini . Selepas 1335 tahun, kita saudara Islam tidak akan menentang sesama sendiri sebagaimana kita pada malam ini tetapi kita bersatu di dalam menentang musuh kita yang sama. Terlalu banyak kecacatan yang besar di dalam Islam telah diasaskan pada hari tersebut. Itu disebabkan tindakan pantas mereka bertiga bagi menjayakan perencanaan rahsia mereka.

204

Page 205: Sect Comparative In Peshwar Night

Nawab : Tuan yang dihormati, si la beritahu kami mengapa mereka terburu-buru melakukannya. Mengapa mereka tidak memberitahu orang yang berada di dalam masjid atau di dalam rumah Nabi?

Shirazi : Alasannya tidak jauh untuk dicari. Mereka bergegas meneruskan segala yang perlu kerana mereka tahu jika menunggu sehingga ramai muslim yang datang, atau sekurang-kurangnya mereka yang ternama dari tentera Usamah bin Zaid, para sahabat Nabi yang terkenal di Madinah, atau Bani Hashim bahawa nama Ali diantara lain yang akan dicalunkan. Jika nama Ali dan Abbas telah dicadangkan, kemungkinan politik untuk Abu Bakar dan Umar makin bertambah merosot. Maka mereka terpaksa mempercepatkan perancangan, sedang Bani Hashim dan para sahabat Nabi yang terkemuka sibuk menguruskan jenazah Nabi, mereka berjaya melantik Abu Bakar sebagai Khalifah berasaskan pengundian dari dua orang! Mereka telah berjaya memainkan peranan mereka, dan pada malam ini kamu orang-orang yang mulia telah memberikan nama ‘Ijmak’. Walaupun ulama kamu yang terkemuka seperti al-Tabari , Ibn Abil Hadid dan lainnya telah menulis bahawa Umar berkata: ‘Khalifah Abu Bakar telah baiah dengan cara mengejut. Semoga Allah menolong kita!!!’

Pada tuntutan kamu yang lain, yang mana kamu katakan dengan pegesahan Khalifah Umar, bahawa Nabi dan pemerintah t idak boleh disatukan dalam satu keluarga, juga ditolak, menurut al-Quran:

‘Atau adakah mereka dengki pada orang, yang mana Allah telah berikan rahmatNya. Sesungguhnya Kami telah berikan anak-anak Ibrahim kitab dan kebijaksanaan, dan Kami berikan mereka kerajaan yang sempurna.’ [Surah al-Nisa’ 4:54]

Hadis ini (Nubuwwah dan Khilafah tidak boleh bersatu) yang dikatakan dari Khalifah Umar, adalah palsu. Nabi tidak pernah mengatakan perkataan yang bertentangan kepada arahan al-Quran. Lebih lagi, Khalifah tidak boleh dipisahkan dari kenabian kerana Khalifah yang sebenar menguatkuasakan undang-undang Tuhan didunia ini. Untuk mengaggap Khalifah hanyalah kedudukan politik dipisahkan dari kenabian adalah kesalahan terbesar yang dilakukan oleh Abu Bakar dan Umar. Jika saudara Musa, Harun boleh diketepikan dari Khalifah Musa, Ali boleh juga dinafikan sebagai Khalifah Nabi. Dan oleh kerana Nabi dan Khalifah, menurut al-Quran telah disatukan pada Musa dan Harun, tidak dapat dinafikan bahawa ia disatukan juga pada Muhammad dan Ali. Hadis kamu telah dipalsukan oleh Bani Umayyah. Jika kenabian dan Khalifah tidak boleh disatukan di dalam satu keluarga, jadi mengapa adanya Majlis al-Syura [persatuan perundingan]; juga apakah tidak ada Khalifah Umar menamakan Ali sebagai Khalifah? Lagi pun kamu semua menerimanya sebagai Khalifah keempat!!! Ini adalah satu pertentangan yang menarik, bahawa berdasarkah Hadis Umar, kamu menolak penyatuan kanabian dengan Khalifah, tetapi apabila Umar

205

Page 206: Sect Comparative In Peshwar Night

sendiri membolehkan keadaan ini beberapa tahun kemudian, kamu menyokongnya! Bolehkah kamu menentang dan menyokong usul yang sama? Kamu katakan kenabian dan kepimpinan tidak boleh disatukan dalam satu keluarga, walaupun Nabi menjadikannya wajib pada ummahnya untuk mengikuti keturunannya. Dia berkata bahawa untuk bermusuhan dengan mereka adalah sesat. Dia mengatakan di beberapa kejadian: ‘‘Saya tinggalkan bersama kamu dua perkara penting: Kitab Allah dan Ahli Bayt ku. Jika kamu berpegang teguh kepada keduanya, kamu tidak akan sesat selepas aku.’ Hadis yang sahih ini telah diakui oleh kedua golongan. Saya telah nyatakan pada malam dahulu dengan puncanya.

HADIS BAHTERA – HADIS SAQIFA.

Semasa banjir besar sesiapa berselindung di dalam bahtera Nuh terselamat. Sesiapa yang berpaling darinya akan karam, termasuk anak Nuh. Nabi juga memperumpamakan keturunannya dengan bahtera Nuh, bererti bahawa manusia dari ummahnya di dalam masa percubaan terhadap mereka hendaklah bersama dengan keturunannya. Maka menurut dari kenyataan yang jelas ini, ummah, di dalam segala perbezaan mereka, harus mencari kemanfaatan dari Ahli Bayt Nabi. Ali Ibn Abi Talib, menurut Nabi, adalah yang paling terpelajar dan paling mulia diantara mereka. Mengapa mereka tidak memberitahu dia, supaya mereka dapat berunding dengannya? Tetapi tidak. Ahli politik merebut kuasa dan menafikan Ali akan haknya yang mutlak.

Sheikh: Atas dasar apa yang kamu katakan bahawa mereka harus mengikut Ali dan bahawa pendapat dan Ijmak dari sahabat harus diabaikan?

Shirazi: Saya tidak pernah mengatakan pendapat sahabat dan Ijmak mereka t idak perlu dihormati. Satu perbezaan diantara kamu dengan saya adalah bahawa sebaik sahaja kamu dengar nama sahabat, walaupun dia munafik [hipokrit], seperti Abu Hurairah, yang mana Khalifah Umar pukul dan memanggilnya pendusta, kamu tunduk kepadanya dengan penuh hormat. Saya menghormati pada sahabat yang patuh dengan syarat-syarat persahabatan dengan Nabi. Lebih lagi, Saya telah menunjukkan bahawa tidak terdapat Ijmak di Saqifah. Jika kamu boleh mematahkan hujah saya, inilah masanya untuk melakukan. Saya akan tunduk pada persetujuan ramai di dalam perhimpunan ini. Jika kamu boleh menunjukkan dari buku-buku kamu bahawa di Saqifah, kesemua ummah, atau para intelek dari ummah telah berkumpul dan bersetuju bahawa Abu Bakar harus menjadi Khalifah, kami sedia menerimanya. Dan jika, dengan pengecualian dua orang itu [Umar dan Abu Ubaidah] dan beberapa orang dari kaum Aus, tidak ada orang lain memberikan baiah, kamu hendaklah mengakui bahawa kami Syiah adalah benar pada petunjuk. Kami t inggalkan kepada mereka yang telah tahu kini untuk membuat keputusan sama ada tiga orang sahabat dibolehkan pada memegang teraju bagi seluruh ummah. Dua memberikan baiah kepada yang ketiga, dan kemudian mereka mengancam yang lainnya dengan

206

Page 207: Sect Comparative In Peshwar Night

pedang, api, dan penghinaan, serta memaksa manusia pada menerima kehendak mereka.

HARUSKAH IJMAK DITERIMA KERANA MENGIKUT PADA YANG TERDAHULU?

Sheikh: Kita t idak tahu sama ada terdapat kecuaian pada pihak mereka, kerana kita t idak ada di sana pada hari i tu. Pada masa yang sejauh ini kita t idak dapat merasakan tekanan yang mereka alami. Pada hari ini, dengan situasi dan fakta yang jelas, sudah tidak menjadi isu [t idak penting lagi] sama ada Ijmak telah dipenuhi atau berperingkat-peringkat. Kita tidak perlu bantah. Kita seharusnya tunduk dan menghormati mereka serta mencontohi cara yang mereka telah tunjukkan.

Shirazi: Hujah yang sungguh menarik! Adakah kamu mahu kami fikirkan bahawa Islam ini t idak mempunyai asas? Jika dua atau t iga orang merangka sesuatu pelan dan mendapat sokongan yang lain, dan ini dengan sendirinya telah menjadi tugas semua muslim pada mengikuti mereka? Adakah itu pengertian pada agama Nabi Muhammad? Al-Quran berkata:

‘Maka sampaikanlah berita baik kepada hamba-Ku, (iaitu) mereka yang mendengar kepada perkataan dan mengikuti yang terbaik padanya.’ [Surah al-Zumar 39:17-18]

Islam diasaskan pada fakta dan penjelasan, bukan ikutan secara buta, pastinya tidak mengikuti Abu Ubaidah, penggali kubur. Nabi telah menunjukkan kepada kita jalannya. Dia berkata bahawa apabila ummah ini telah terbahagi, kita hendaklah mengikuti orang yang mendapat pertunjuk. Kamu bertanya mengapa wajib untuk kita mengikut Ali . Kami menjawab bahawa wajibnya telah diasaskan di atas ayat al-Quran dan Hadis yang dirakamkan di dalam buku-buku kamu.

HADIS NABI MENYURUH YANG BERIMAN MENGIKUTI ALI.

Terdapat banyak Hadis yang menyuruh ummah mengikuti Ali. Satu darinya disampaikan oleh Ammar bin Yasir, yang mana ulama kamu telah merakamkan di dalam buku-buku mereka: Hafiz Abi Nu’aim Isfahani di dalam Hilyah al-Auliya’ ; Muhammad bin Talhah al-Syafii di dalam Matalib al-Su’ul ; al-Baladhuri di dalam Tarikh ; Sheikh Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam Yanabi’ al-Mawaddah , Bab 43, dari Hamawaini; Mir Sayyid Ali Hamadani al-Syafii di dalam Mawaddatu’l Qurba , Mawaddah ke-V; al-Dailami di dalam Musnad al-Firdaus . Mereka menyampaikan dengan panjang lebar. Secara khusus tidak dapatlah disebutkan di sini dengan sepenuhnya. Ia boleh dinyatakan secara ringkas bahawa apabila manusia bertanya Abu Ayyub mengapa dia telah pergi kepada Ali dan tidak memberikan baiah kepada

207

Page 208: Sect Comparative In Peshwar Night

Abu Bakar, dia menjawab bahawa satu hari dia sedang duduk dengan Nabi s.a.w. Apabila Ammar bin Yasir masuk ke dalam dan bertanya kepada Nabi satu soalan. Di dalam masa perbualan ini, Nabi berkata: ‘wahai Ammar! Jika semua manusia pergi ke satu arah dan Ali seorang sahaja di arah yang lain, kamu hendaklah mengikut Ali. Wahai Ammar! Ali tidak akan membenarkan kamu menyimpang dari jalan petunjuk dan tidak akan memimpin kamu kepada kemusnahan; Wahai Ammar! Patuh kepada Ali adalah patuh kepada saya, dan patuh kepada saya adalah patuh kepada Allah.’

Dengan keterangan dari petunjuk ini, dan dari penentangan Ali kepada Abu Bakar, tidak patutkah manusia mengikut Ali? Bahkan jika Bani Hashim, Bani Umayyah, para sahabat terkenal, para intelek ummah, Muhajirin dan Ansar tidak bersama dengannya [mereka semua bersama dengannya], manusia seharusnya mengikuti dia.

Hafiz: Semasa perbincangan kita, kamu telah mengatakan dua perkara yang aneh. Pertama kamu kerap mengulangi memanggil Abu Ubaidah penggali kubur. Bolehkah kamu buktikan itu adalah perkerjaannya? Kedua kamu katakan Ali, Bani Hashim dan para sahabat t idak memberikan baiah kepada Abu Bakar, mereka menentangnya. Tetapi semua ahli sejarah dan ahli Hadis telah menulis bahawa Ali, Bani Hashim dan para sahabat Nabi ada memberikan baiah kepada Abu Bakar.

Shirazi: Bukan saya sahaja yang mengatakan Abu Ubaidah seorang penggali kubur. Ia disebut di dalam buku kamu. Kamu boleh merujuk kepada al-Bidayah wa al-Nihayah , j ilid V, ms 266-267 disusun oleh Ibn Kathir al-Dimasyqi al-Shami, yang mengatakan bahawa Abu Ubaidah biasa menggali kubur di Mekah, Ibn Abbas menghantar seorang mencari Abu Talhah, penggali kubur di Madinah, dan seorang lagi Abu Ubaidah, supaya mereka berdua boleh menggali kubur Nabi.

BAIAH PAKSAAN OLEH ALI DAN BANI HASHIM SELEPAS ENAM BULAN.

Kamu kata bahawa Ali, Bani Hashim dan sahabat Nabi memberikan baiah kepada Abu Bakar. Kamu telah membaca perkataan ‘paid allegiance’ [membayar baiah], tetapi kamu tidak faham kepada siapa dan bagaimana mereka membayar baiah. Semua ahli Hadis kamu dan juga ahli sejarah telah menulis bahawa Ali dan Bani Hashim membayar baiah secara zahir, tetapi itu pun telah dilakukan selepas enam bulan dan di bawah tekanan yang hebat.

Hafiz: Adalah t idak wajar orang terhormat seperti kamu untuk menggunakan perkataan yang digunakan oleh orang Syiah umum: bahawa Ali diseret keluar dari rumahnya dan diancam dengan kematian jika dia t idak memberikan baiahnya. Yang sebenarnya bahawa di dalam beberapa hari yang pertama Khalifah, dia dengan rela dan gembira menerima keKhalifahan Abu Bakar.

208

Page 209: Sect Comparative In Peshwar Night

Shirazi: Ali dan Bani Hashim tidak memberikan baiah pada ketika i tu. Ahli sejarah kamu telah menulis bahawa Ali menawarkan baiah selepas pemergian Fatimah. Al-Bukhari di dalam Sahih , j ilid III, Bab bab Ghazawah Khaibar, ms 37, dan Muslim bin Hajjaj, di dalam Sahih , jil id V, ms 154, melaporkan bahawa Ali menawarkan baiahnya selepas pemergian [meninggal] Fatimah. Sebahagian dari ulama kamu percaya bahawa Fatimah meninggal dunia 75 hari selepas wafatnya Nabi. Ibn Qutaybah juga mempunyai pandangan yang sama, tetapi kebanyakan ahli sejarah mengatakan beliau meninggal selepas enam bulan wafatnya Nabi. Dari i tu maka baiah Ali datang selepas 3 hingga ke 6 bulan selepas wafatnya Nabi. Al-Mas’udi di dalam Muruj al-Dhahab , j ilid I, ms 44, berkata ‘Tidak ada dari Bani Hashim memberikan baiah kepada Abu Bakar sehingga meninggalnya Fatimah. Ibrahim bin Sa’ad al-Thaqafi menyatakan dari al-Zuhri bahawa Ali t idak memberikan baiah sehingga enam bulan selepas wafatnya Nabi, dan manusia t idak mempunyai keberanian untuk memaksanya melainkan setelah meninggalnya Fatimah. Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah menyampaikan fakta yang sama. Walau bagaimana pun, ulama kamu yang menekankan bahawa baiah Ali t idak serta merta tetapi datang setelah beberapa lama berlalunya masa dan kemudian keadaan memaksanya untuk melakukan yang sedemikian. Ibn Abil Hadid, di dalam Syarh Nahjul Balaghah , jil id II, ms 18, menyampaikan dari al-Zuhri, dari Aishah, yang berkata: ‘Ali tidak memberikan baiah kepada Abu Bakar untuk enam bulan, dan tidak ada orang dari Bani Hashim yang memberikan baiah sehinggalah Ali melakukannya.’ Ahmad bin A‘sam al-Kufi al-Shafii di alam al-Futuh , dan Abu Nasr Humaidi, dalam al-Jam‘u baina al-Sahihain mengatakan dari Nafi’, menyebutkan dari al-Zuhri, yang berkata: ‘Ali tidak memberi sumpah ketaatan sehingga enam bulan selepas wafatnya Nabi.’

ALI DISERET DARI RUMAHNYA DAN RUMAHNYA DIBAKAR.

Hafiz : Di manakah adanya ulama kami yang mengatakan bahawa Ali telah diseret keluar dari rumahnya dan rumahnya dibakar, sebagaimana yang dipercayai secara umum oleh Syiah? Mereka menyampaikan dengan penuh emosi di dalam perhimpunan agama mereka. Mereka juga membangkitkan emosi manusia dengan mengatakan bahawa Fatimah telah didera dan disebabkan itu telah keguguran.

Shirazi: Hadirin yang dihormati: Kamu bencikan Syiah, percubaan telah dibuat untuk menutup perbuatan kesalahan orang yang terdahulu. Kamu katakan Hadis itu telah diada-adakan oleh Syiah. Yang sebenarnya adalah bahawa atas arahan Abu Bakar, Umar dan lainnya pergi kerumah Ali, mengancamnya dengan pedang, menyeretnya hingga ke masjid dan memaksa beliau memberikan baiah kepada Abu Bakar. Fakta ini telah dirakamkan oleh ulama kamu. Jika kamu kehendaki, saya akan nyatakan kepada kamu. Kami t idak katakan sesuatau di atas rujukan dan pengesahan kami. Kami hanya katakan, apa yang ulama kamu katakan.

209

Page 210: Sect Comparative In Peshwar Night

Hafiz: Ya; sila. Kami bersedia mendengarnya.

DUA BELAS HUJAH DI DALAM MENYOKONG FAKTA BAHAWA ALI TELAH DIBAWA KEMASJID DENGAN MATA PEDANG

Shirazi : 1] Abu Jaafar al-Baladhuri, Ahmad bin Yahya bin Jabir al-Baghdadi, seorang ahli Hadis dan sejarah kamu yang boleh dipercayai, menulis di dalam buku sejarahnya bahawa Abu Bakar memanggil Ali untuk memberikan baiah, Ali menolak. Abu Bakar menghantar Umar, yang pergi dengan andang api untuk membakar rumah Ali. Fatimah pergi ke pintu dan berkata: ‘Wahai anak Khattab! Adakah engkau datang hendak membakar rumah aku?’ Dia berkata : ‘Ya! Ini lebih berkesan dari apa-apa yang bapa kamu lakukan.’

2] Izz al-Din Ibn Abil Hadid al-Mu’tazili , dan Muhammad bin Jarir Tabari, menyampaikan bahawa Umar pergi kepintu rumah Ali dengan Usayd bin Khuzai, Salamah bin Aslam dan sekumpulan lelaki. Umar memanggil: ‘Keluar! Jika tidak aku bakar rumah ini!’

3] Ibn Khazibah melaporkan di dalam Kitab al-Gharrar dari Zaid bin Aslam, yang berkata: ‘Saya adalah salah seorang dari mereka yang pergi bersama Umar dengan andang api kepintu rumah Fatimah. Apabila Ali dan orang-orangnya enggan memberikan baiah, Umar berkata kepada Fatimah, ‘Biarkan sesiapa yang ada di dalamnya keluar. Jika tidak rumah ini akan dibakar dengan sesiapa yang ada di dalamnya.’ Ali , Hasan, Husain, Fatimah dan sekumpulan para sahabat Nabi dan Bani Hashim ada di dalamnya. Fatimah berkata: ‘Adakah kamu akan membakar rumahku bersama aku dan anak-anakku? Dia berkata: ‘Ya, demi Allah, jika mereka tidak keluar dan memberikan baiah kepada Khalifah Nabi.’

4] Ibn Abd Rabbih, seorang ulama kamu yang terkenal, menulis di dalam Iqdul Farid , bahagian III, ms 63, bahawa Ali dan Abbas sedang duduk di rumah Fatimah. Abu Bakar memberitahu Umar: ‘Pergi dan bawakan orang-orang ini. Jika mereka enggan. Perangi mereka.’ Maka Umar datang kerumah Fatimah dengan andang api. Fatimah pergi ke pintu rumahnya dan berkata: ‘Adakah kamu datang hendak membakar rumahku? Dia berkata: ‘Ya.’

5] Ibn Abil Hadid al-Mu‘tazili di dalam Sharh Nahjul Balaghah , jil id I, ms 134, menyebutnya dari al-Jauhari dalam Kitab al-Saqifah , yang telah menulis dengan mendalam mengenai kejadian di Saqifah Bani Sa‘idah. ‘Bani Hashim dan Ali berkumpul di rumah Ali. Zubair juga ada bersama dengan mereka oleh kerana dia menganggap dirinya salah seorang dari Bani Hashim. Ali pernah berkata: ‘Zubair selalu bersama kami, sehinggalah anaknya dewasa. Mereka telah memalingkan dia dari kami.’ Umar pergi ke rumah Fatimah dengan sekumpulan lelaki. Usayd dan Salamah juga bersama dengannya. Umar menyuruh mereka keluar dan memberikan baiah. Mereka menolak. Zubair mencabut pedangnya dan keluar. Umar berkata: ‘Tangkap anjing i tu.’ Salamah bin Aslam

210

Page 211: Sect Comparative In Peshwar Night

merampas pedangnya dan membalingkan ke dinding. Kemudian mereka menyeret Ali kepada Abu Bakar. Bani Hashim yang lain mengikut mereka dan menunggu untuk melihat apa yang Ali akan lakukan. Ali mengatakan bahawa dia adalah hamba Allah dan adik kepada Nabi. Tiada siapa yang mendengarkannya. Dia dibawa kepada Abu Bakar, yang menyuruh beliau memberikan baiah kepadanya. Ali berkata: ‘Saya yang lebih berhak pada kedudukan ini, dan saya tidak akan memberikan baiah kepada kamu. Sebaliknya telah menjadi tanggong jawab ke atas kamu untuk memberikan baiah kepada saya. Kamu mengambil hak ini dari Ansar berdasarkan perhubungan kamu dengan Nabi. Saya juga atas dasar yang sama memprotes terhadap engkau. Maka berlaku adillah. Jika engkau takut kepada Allah, terimalah hak aku, sebagaimana Ansar telah lakukan kepada engkau. Jika tidak ketahuilah bahawa engkau dengan sengaja telah menzalimi aku.’ Umar berkata: ‘Kami tidak akan meninggalkan kamu sehingga kamu memberikan baiah.’

Ali berkata: ‘Kamu telah bersubahat bersamanya. Hari ini engkau [Umar] menyokong dia [Abu Bakar], supaya esok dia akan pulangkan Khalifah ini kepada engkau. Saya bersumpah dengan Allah bahawa saya tidak akan turutkan permintaan kamu dan tidak akan memberikan baiah [kepada Abu Bakar]. Dia yang seharusnya memberikan baiah kepada saya.’ Kemudian dia menolehkan mukanya kepada manusia: ‘Wahai Muhajirin, takutlah kepada Allah. Janganlah mencabut hak penguasaan dari keluarga Muhammad. Hak itu telah diberikan oleh Allah. Janganlah menolak orang yang punya hak dari tempatnya. Demi Allah, kami Ahlul Bayt mempunyai lebih kuasa di dalam perkara ini dari yang kamu ada. Adakah sesiapa diantara kamu yang punya pengetahuan kitab Allah, Sunnah Nabi-Nya, dan juga perundangan agama kita. Saya bersumpah dengan Allah bahawa kami memilikki semua ini. Maka janganlah mengikuti diri kamu kerana kamu akan menyimpang dari kebenaran.’ Ali pulang ke rumah dengan tidak memberikan baiah dan terus menyepikan dirinya di rumah sehingga pemergian Fatimah. Kemudiannya, dia terpaksa memberikan baiah.

6] Abu Muhammad Abdullah bin Muslim bin Qutaybah bin Umar al-Bahili al-Dinawari, adalah seorang dari ulama kamu dan juga Kadi bagi kota Dinawar, menulis di dalam bukunya yang terkenal Tarikh al-Khulafa’ al- Raghibin wa Daulat Bani Umayyah , yang dikenali dengan nama al-Imamah wa al-Siyasah , jil id I, ms 13: ‘Apabila Abu Bakar mengetahui sekumpulan orang yang memusuhinya telah berkumpul di rumah Ali, dia menghantar Umar kepada mereka. Apabila Umar memanggil Ali supaya keluar dan memberikan baiah kepada Abu Bakar, mereka semua tidak mahu keluar. Umar mengumpulkan kayu dan berkata: ‘Saya bersumpah dengan Allah, yang mempunyai nyawaku di dalam kawalan-Nya, sama ada kamu keluar atau aku akan bakar rumah ini dengan segala isi di dalamnya.’ Orang ramai berkata: ‘Wahai Abu Hafsah! Fatimah juga ada di dalam rumah itu.’ Dia berkata: ‘Biarkan dia di si tu. Saya akan membakar rumah itu.’ Maka kesemuanya keluar dan memberikan baiah, melainkan Ali, yang berkata: ‘Saya telah bersumpah bahawa sehingga saya siap menyusun al-Quran, saya tidak

211

Page 212: Sect Comparative In Peshwar Night

akan keluar dari rumah dan tidak juga memakai pakaian lengkap.’ Umar tidak menerima alasan ini, tetapi penerangan yang rayuan dari Fatimah dan desakkan dari yang lainnya, telah memaksa dia kembali kepada Abu Bakar. Umar mendesak dia untuk memaksa Ali memberikan baiahnya. Abu Bakar menghantar Qunfuz beberapa kali untuk memanggil Ali, tetapi dia selalu kecewa. Akhirnya Umar dengan sekumpulan manusia pergi ke pintu rumah Fatimah. Apabila Fatimah mendengar suara mereka, dia berkata: ‘Wahai bapaku, Nabi Allah, apakah jenis siksaan yang kami alami dari anak al-Khattab dan anak Quhafah!’

Apabila manusia mendengar rayuan Fatimah, sebahagian dari mereka pulang dengan hati yang sedih, tetapi Umar tinggal di situ dengan beberapa orang, sehingga akhirnya mereka mengheret Ali keluar dari rumahnya. Mereka membawa Ali kepada Abu Bakar, dan menyuruh dia memberikan baiah kepadanya. Ali berkata: ‘Jika saya tidak memberikan baiah, apa yang akan kamu lakukan?’ Mereka berkata: ‘Kami bersumpah dengan Allah bahawa kami akan patahkan tengkok engkau.’ Ali berkata: ‘Adakah kamu akan membunuh hamba Allah, dan adik kepada Nabi?’ Umar bekata: ‘Kamu bukan adik kepada Nabi Allah.’ Sedang ini semua berlaku, Abu Bakar mendiamkan diri . Umar kemudian bertanya kepada Abu Bakar, sama ada dia tidak melaksanakan arahan Abu Bakar dalam perkara ini . Abu Bakar berkata selagi Fatimah masih hidup dia tidak akan memaksa Ali untuk memberikan baiah kepadanya. Ali kemudian pergi ke pusara Nabi, dengan sedih dan menangis, dia memberitahu Nabi apa yang Harun telah beritahukan abangnya Musa, sebagaimana yang dirakamkan di dalam al-Quran:

Nabi Harun berkata: Wahai anak ibuku! Sesungguhnya manusia menganggap saya ini lemah dan hampir sahaja membunuh saya.’ [Surah al-A’raf 7:150]

FATIMAH MEMBERITAHU ABU BAKAR DAN UMAR BAHAWA DIA MENGUTUK MEREKA BERDUA DISETIAP DOA

Setelah menyebutkan segala kejadian itu dengan khusus, Abu Muhammad Abdullah bin Qutaybah berkata bahawa Ali tidak memberikan baiahnya dan pulang ke rumah. Kemudian Abu Bakar dan Umar pergi ke rumah Fatimah untuk memujuknya dan meminta keampunan darinya. Dia berkata: ‘Allah menjadi saksi saya bahawa kamu berdua telah bersalah kepada saya. Di dalam setiap doa, saya mengutuk kamu dan akan terus mengutuk kamu sehingga saya bertemu dengan bapa saya dan mengadukan hal mengenai kamu.’

7] Ahmad bin Abdul Aziz adalah seorang dari ulama kamu. Ibn Abil Hadid menulis mengenainya dengan perkataan yang berikut: ‘Dia adalah seorang ilmuan, seorang ahli Hadis dan juga sasterawan.’ Dia menulis di dalam Kitab-al-Saqifah dan Ibn Abil Hadid al-Mutazali juga menyebut darinya di dalam Syarh Nahjul Balaghah , jil id I, ms 9, pada pengesahan Abil Aswad, yang berkata: ‘Sekumpulan para sahabat dan

212

Page 213: Sect Comparative In Peshwar Night

Muhajirin menyatakan tidak puas hati mereka pada kedudukan Khalifah Abu Bakar dan bertanya mengapa mereka t idak diajak berunding. Ali dan al-Zubair juga menunjukkan marah mereka, enggan memberikan baiah, dan kembali ke rumah Fatimah. Fatimah menangis dan dengan serius telah merayu, tetapi t idak memberi kesan. Mereka mengambil pedang Ali dan Zubair dan membalingnya ke dinding, sehingga merosakkannya. Mereka kemudian diheret ke masjid dan dipaksa memberikan baiah.’

8] Jauhari menyampaikan dari Salamah bin Abdul Rahman bahawa apabila Abu Bakar mendengar bahawa Ali, Zubair dan sekumpulan Bani Hashim telah berkumpul di rumah Fatimah, dia menghantar Umar kepada mereka. Umar pergi ke pintu rumah Fatimah dan memanggil dengan kuat, ‘Keluarlah, j ika tidak, saya bersumpah saya akan membakar rumah ini!’

9] Al-Jauhari, menurut laporan daripada Ibn Abil-Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , jil id II, ms 19, menyebut dengan pengesahan dari al-Sya‘bi: ‘Apabila Abu Bakar mendengar mengenai perhimpunan Bani Hashim di rumah Ali, dia berkata kepada Umar: ‘Berdua, kamu dan Khalid pergi dan bawa Ali dan al-Zubair kepada ku supaya mereka boleh memberikan baiah kepada aku.’ Maka Umar masuk ke rumah Fatimah dan Khalid menunggu di luar. Umar berkata kepada al-Zubair: ‘Apa dengan pedang ini?’ Dia menjawab, ‘Saya telah membawanya untuk baiah kepada Ali.’ Umar merampas pedang itu dan membalingnya pada batu di dalam rumah dan merosakkannya. Kemudian dia membawanya keluar kepada Khalid. Umar masuk semula ke dalam rumah, di mana terdapat ramai orang, termasuk Miqdad, dan semua Bani hashim. Kepada Ali dia berkata: ‘Bangun! Saya hendak membawa kamu kepada Abu Bakar. Kamu mesti memberi baiah kepadanya.’ Ali enggan. Umar mengheret dia kepada Khalid. Khalid dan Umar memaksa dia di sepanjang jalan yang penuh sesak dengan manusia, yang memerhatikan peristiwa ini. Apabila Fatimah melihat gelagat Umar, dia bersama dengan beberapa wanita dari Bani Hashim [yang datang untuk menenteramkan dia] keluar. Mereka merayu dan menangis. Fatimah pergi ke masjid di mana dia berkata dengan Abu Bakar: ‘Berapa cepatnya kamu telah mengenepikan Ahli Bayt Nabi Allah. Saya bersumpah dengan Allah, saya tidak akan berkata-kata dengan engkau dan Umar sehingga saya bertemu dengan Allah.’ Fatimah menunjukkan tidak setujunya yang amat sangat kepada Abu Bakar dan tidak berkata-kata dengannya di sepanjang baki hidupnya.’ [Lihat juga Sahih al-Bukhari , bahagian V dan VII].

10] Abu Walid Muhibuddin Muhammad bin Muhammad bin al-Sahna al-Hanafi (mati 815 H.), seorang dari ulama terkenal kamu, menulis di dalam bukunya Raudat al-Manazir f i Khabar al-Awa’il wa al-Awakhir , berkaitan dengan peristiwa Saqifah: ‘Umar datang kerumah Ali bersedia untuk membakarnya dengan segala isi yang ada di dalamnya. Umar berkata: ‘Masuklah kepada apa yang ummah telah masuk.’

213

Page 214: Sect Comparative In Peshwar Night

11] Al-Tabari di dalam Tarikhnya, ji lid II, ms 443, menyatakan dari Ziyad bin Kalbi bahawa: ‘Talhah, al-Zubair dan sebahagian dari Muhajirin ada di rumah Ali. Umar bin Khattab pergi ke sana dan mendesak supaya mereka keluar. Jika mereka tidak keluar, dia berkata yang dia akan membakar rumah itu.’

12] Ibn Sahna, di dalam ( Hashiyyah) catatan tepi kitab al-Kamil oleh Ibn al-Athir, jil id XI, ms 112, menulis yang berkaitan dengan Saqifah, bahawa: ‘Sebahagian dari para sahabat Nabi dan Bani Hashim, al-Zubair, Utbah bin Abi Lahab bin Sa’id bin As, Miqdad bin al-Aswad al-Kindi, Salman al-Farisi, Abu Dharr al-Ghifari, Ammar bin Yasir, al-Barra’ bin Azib, dan Ubay bin Ka’ab, enggan memberikan baiah kepada Abu Bakar. Mereka berkumpul di rumah Ali. Umar bin Khattab pergi ke sana bermaksud untuk membakarnya. Fatimah membantah kepadanya. Umar berkata: ‘Masuklah di mana semuanya telah masuk.’

Ini tidak lain adalah contoh dari banyak lagi fakta sejarah yang dirakamkan oleh ahli sejarah kamu. Kejadian ini telah diketahui umum sehingga penyair-penyair lain telah menyebutnya. Seorang dari penyair itu, Hafiz Ibrahim dari Mesir, berkata di dalam syairnya di dalam memuji Umar:

‘Tidak ada manusia lain tetapi Abu Hafsah [Umar] yang mempunyai keberanian pada mengatakan kepada ketua Adnan [Ali] dan rakan-rakannyadengan berkata: ‘Jika kamu gagal untuk memberi baiah, saya akan membakar rumah kamu dan tidak akan meninggalkan walau seorang dari isi rumah yang hidup, walaupun Fatimah.’

Hafiz: Kenyataan ini hanya menunjukkan bahawa mereka membawa andang api sekadar untuk menakutkan pihak yang menentang Khalifah. Hanya cerita yang ditambahkan dari Syiah yang mengatakan rumah Ali dibakar, dan Fatimah akhirnya mengalami keguguran.

KENYATAAN MENGENAI KEGUGURAN FATIMAH

Shirazi: Kamu hendaklah menbaca Kitab al-Ithbat al-Wasiyyah , yang disusun oleh Abi al-Hasan Ali bin Husain al-Mas‘udi, pengarang buku Muruj al-Dhahab . Dia menulis dengan mendalam mengenai kejadian pada hari itu: ‘Mereka mengepong Ali dan membakar pintu rumahnya. Mereka mengheret dia keluar dari rumah dan menekan wanita yang terutama, Fatimah, di antara pintu dan dinding dengan kuatnya sehingga Muhsin, anak di dalam kandungannya mati keguguran.’

Syiah tidak mengada-adakan perkara ini. Apa yang berlaku telah disimpan di dalam lembaran buku sejarah. Keguguran ini adalah satu fakta. Kamu boleh juga merujuk kepada Syarh Nahjul Balaghah , j ilid III, ms 351. Ibn Abil Hadid menulis bahawa dia memberitahu gurunya, Abu Jaafar al-Naqib, bahawa apabila Nabi telah diberitahu bahawa Hubbar bin Aswad telah menyerang anak perempuannya Zainab dengan

214

Page 215: Sect Comparative In Peshwar Night

batang tombak, dan dengan sebab itu dia telah mengalami keguguran, Nabi telah membenarkan dia dijatuhkan hukuman mati . Abu Jaafar berkata: ‘Jika Nabi Allah masih hidup, dia pastinya akan menjatuhkan hukuman mati kepada dia yang telah menakutkan Fatimah sehinggakan anaknya Muhsin mati di dalam keguguran.’

Hafiz: Saya tidak faham apakah kebaikannya dalam menyampaikan cerita yang sedemikian ini. Perkara yang seperti ini hanya membawa kepada perpecahan.

Shirazi: Kamu membantah kepada saya kerana menyampaikan fakta ini. Tetapi saya t idak membantah serangan dari penulis hasad yang telah menyimpangkan saudara kita yang tidak berpengetahuan, memanggil Syiah kafir dan mengatakan bahawa fakta ini adalah bikinan Syiah. Kami tidak mengatakan sesuatu mengenai Ali melebihi dari apa yang Nabi telah katakan. Kami telah katakan kepada kamu semua pada malam yang lalu bahawa kami menganggap bahawa Ali adalah hamba Allah yang taat, yang dilantik Allah sebagai wazir dan juga pengganti kepada Nabi. Kamu mengatakan tidak ada gunanya pada menyatakan fakta ini. Jika kamu tidak menimbulkan perkara ini, kita t idak akan membincangkannya. Jika kamu tidak mengatakan pada malam ini bahawa itu semua adalah kepercayaan Syiah dengan tidak ada apa yang tersembunyi padanya, maka saya dengan tiada keberatan akan memberitahu para pendengar bahawa ini adalah kepercayaan ulama Sunni yang matang [t idak berat sebelah].

Nawab: Tuan yang dihormati , kami percaya bahawa Husain, yang syahid, adalah yang benar dan bahawa dia telah dibunuh secara kejam oleh pegawai Bani Umayyah. Tetapi terdapat sebilangan manusia, terutama dari generasi yang muda, yang mengatakan bahawa peperangan di Karbala adalah khusus ketenteraan, dan bukan peristiwa keagamaan. Telah dikatakan bahawa Husain bin Ali menuju ke Kufah di dalam mencari kekuasaan, dan adalah tanggong jawab setiap kerajaan pada membendung sebarang bahaya. Maka Yazid menentang ancaman ini. Mereka telah meminta Imam yang mulia ini untuk memberikan baiahnya yang tidak berbelah bagi kepada Khalifah Yazid, yang mana ketaatan kepadanya adalah wajib. Mereka menghendakkinya pergi ke Syria untuk tinggal di sana bersama Khalifah secara terhormat atau pulang ke tempat asalnya. Tetapi dia tidak mengikuti nasihat mereka maka akhirnya dia terbunuh. Mereka merumuskan bahawa sebarang peringatan untuk orang yang mementingkan dunia, yang telah terbunuh kerana mencintai kuasa, bukan sahaja tidak bermakna, tetapi sebagai satu bidaah. Adakah kamu mempunyai jawapan pada maksud ini? Bagaimana kamu menyangkal tanggapan [idea] bahawa peperangan Karbala bukannya pergelutan politik?

IMAM HUSAIN TIDAK PERNAH MENGINGINKAN KUASA POLITIK

215

Page 216: Sect Comparative In Peshwar Night

Shirazi: Setiap tindakan yang baik atau jahat berasaskan pada pengetahuan kita mengenai Allah. Tujuan utama adalah pada mengenali Allah; dan kemudian mereka hendaklah menerima Kitab Tuhan. Dari penerimaan itu diikuti pula dengan mengiktiraf apa yang ada di dalam kitab itu adalah yang terpuji. Sesiapa yang mempercayai bahawa Husain ibn Ali telah digerakkan oleh matlamat kepentingan keduniaan telah menolak kebenaran al-Quran. Allah Maha Besar telah memberikan bukti pada sucinya Husain di dalam al-Quran. Dia berkata:

Hanya sanya Allah menghendaki untuk menjauhkan kekotoran dari kamu, Wahai ahli rumah! Dan untuk mensucikan kamu dengan sesuci-sucinya.’ [Surah al-Ahzab 33:33]

Kebanyakkan dari ulama kamu seperti Muslim, Tirmidhi Tha’labi, al-Sijistani, Abu Nu’aim al-Isfahani, Abu Bakar al-Shirazi, Al-Suyuti, Hamawaini, Ahmad bin Hanbal, al-Zamakhshari, al-Baidawi, Ibn al-Athir, dan lainnya telah menegaskan bahawa ayat ini telah diwahyukan di dalam memuji lima yang suci, Ahli Bayt [ahli rumah].

Muhammad, Ali, Fatimah, Hasan dan Husain. Ayat ini adalah bukti yang besar terhadap maksum dan sucinya mereka ini. Kotoran yang paling utama adalah cinta pada kuasa dunia. Terdapat banyak Hadis dari Nabi dan para Imam yang mengutuk keinginan kepada kuasa dunia dan memenuhi keinginan nafsu. Nabi berkata: ‘Cinta dan bersahabat kepada dunia adalah punca segala kejahatan.’ Abu Abdullah Husain tidak mencintai kekuasaan dunia. Dia tentunya tidak mengorbankan nyawanya dan juga nyawa keluarganya hanya untuk dapat memerintah sementara di dunia.

Jika penentangan Imam Husain terhadap Yazid hanya untuk berkuasa di dunia, Nabi tentu tidak memerintahkan manusia untuk menolongnya. Ulama kamu sendiri mengesahkan maksud ini. Sheikh Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam Yanabi‘ al-Mawaddah dari Kitab Tarikh oleh al-Bukhari, al-Baghawi, dan Ibn al-Sikkin dari Dhakha’ir al-Uqba oleh Imam al-Haram al-Syafii, dan Sirat al-Mulla disebutkan dari Anas bin Harith bin Bayyah, yang mengatakan dia mendengar Nabi berkata: ‘Sesungguhnya, anak saya Husain akan dibunuh pada tanah Karbala. Setiap kamu yang hadir pada masa itu hendaklah menolongnya.’

Laporannya bersambong: ‘Anas bin Harith sampai di Karbala dan kerana patuh pada arahan Nabi telah syahid bersama dengan Imam Husain.’ Dari itu, di Karbala Imam Husain berdiri menegakkan kebenaran dan bukan kerana cinta kepada dunia. Imam Husain membuat perjalanan dengan kumpulan yang kecil, termasuk wanita-wanitanya dan kanak-kanak kecil, adalah satu petunjuk lagi yang dia t inggalkan rumah bukan untuk menjadi pemerintah. Jika i tulah maksud tujuannya, dia boleh pergi ke Yaman, di mana dia mempunyai sokongan yang ramai. Yaman boleh menjadi tapak yang logik bagi dia melancarkan operasi tentera. Bahkan para sahabatnya berulang kali menyuruhnya

216

Page 217: Sect Comparative In Peshwar Night

pergi ke Yaman, tetapi mereka t idak menyedari tujuan matlamatnya. Tetapi Imam Husain tahu bahawa tidak ada gunanya pada mendapat kejayaan sementara. Perjalanannya bermula dengan 84 orang, termasuk wanita dan kanak-kanak; bermatlamat pada asas yang baik. Pokok suci - la ilaha illallah [t idak ada tuhan melainkan Allah] – telah ditanam oleh datuknya, disirami dengan darahnya, dan darah syuhada Badar, Uhud dan Hunain. Pokok ini telah diamanahkan kepada pekebun utama, Ali ibn Abi Talib, yang telah diketepikan dengan ancaman bunuh dan bakar. Akhirnya perkembangan tawhid [keesaan Allah] dan kenabian telah mengambil zaman perubahan. Secara beransur pentadbiran kebun berpindah tangan kepada yang khianat Bani Umayyah.

Semenjak Khalifah Uthman bin Affan, Bani Umayyah menguasai pentadbiran empayar. Abu Sufyan tua dan buta, tetapi nafsunya pada kuasa masih subur seperti biasa, menyatakan di dalam istana Umayyah: ‘Wahai Bani Umayyah! Kekalkan kedudukan Khalifah di dalam keluarga kamu. Syurga adalah satu dongengan. Peganglah kedudukan Khalifah seperti bola. Saya bersumpah dengan apa yang saya sumpah, bahawa saya selalu berhasrat pemerintahan begini untuk kamu. Peliharalah dia supaya keturunan kamu menjadi pewarisnya.’

Yang kafir ini telah mengeluarkan pekebun yang sah dari tamannya. Siraman air padanya telah diberhentikan dan pokok yang suci ini mengecil kurus sehinggalah sampai ke era Yazid, apabila pokok ini kelihatan akan mati; Imam Husain membuat perjalanan ke Karbala untuk mengairi taman Nabi dan menguatkan semua pokok yang suci itu. Sebahagian manusia bertanya mengapa Imam Husain tidak menegakkan bendera penentangan di Madinah. Mereka tidak faham jika dia kekal di Madinah, objektifnya tinggal tidak jelas. Imam Husain pergi ke Makah di dalam bulan Rejab dan berucap kepada ribuan manusia, memberitahu mereka bahawa Yazid sedang mencabut pokok tawhid. Ketagih kepada arak dan judi. Yazid berhibur dengan anjing dan monyet. Imam Husain menganggap pengorbanan dirinya perlu pada menyelamatkan Islam.

IMAM HUSAIN MENOLAK NASIHAT PADA MENINGGALKAN MISINYA

Imam Husain, sahabat dan keluarganya cuba untuk memujuknya dari pergi ke Kufah, dengan mengatakan bahawa penduduk Kufah yang telah menyuruhnya supaya datang adalah terkenal jahat dan tidak boleh dipercayai. Maka menurut pandangan ramai dari penyokongnya, Imam Husain tidak mempunyai peluang pada mengalahkan mereka. Mereka memintanya supaya meninggal perjalanannya. Mereka memintanya supaya pergi ke Yaman, di mana dia mempunyai ramai pengikut, dan disana dia boleh hidup dengan aman. Tetapi Imam Husain tidak dapat menerangkan realit i kebenaran situasi kedudukannya. Bagaimana pun dia memberikan kepuasan kepada setiap mereka dengan jawapan yang ringkas. Dia memberitahu sahabat akrab dan keluarga, seperti adiknya, Muhammad bin Hanafiah: ‘Kamu telah katakan yang benar. Saya juga

217

Page 218: Sect Comparative In Peshwar Night

tahu saya tidak akan mencapai apa-apa kuasa, tetapi saya pergi bukan untuk penkaklukkan dunia. Saya pergi hanya untuk dibunuh.’

Saya harap bahawa melalui penderitaan yang saya tanggong dari penindasan ini , saya dapat mencabut keluar asas bagi segala kekejaman dan kezaliman. Saya berjumpa datuk saya, Nabi Allah, di dalam mimpi memberitahu saya: ‘Buatlah perjalanan ke Iraq, Allah yang Maha Besar mahu melihat kamu dibunuh.’

Muhammad bin Hanafiah dan Ibn Abbas berkata: ‘Jika begitu mengapa membawa wanita bersama kamu? Dia menjawab: ‘Datuk saya mengatakan bahawa Allah mahu melihat mereka ditawan. Maka, menurut arahan Nabi saya membawa mereka bersama.’ Penawanan para wanita adalah bahagian penutup syahidnya. Mereka akan menunjukkan kepada dunia betapa kejamnya Bani Umayyah terhadap keturunan Nabi. Zainab, anak perempuan Ali dan Fatimah, membuat bantahan yang terang di dalam istana Yazid yang penuh dengan manusia, di mana ratusan manusia hadir, termasuk orang kenamaan, orang-orang besar Bani Umayyah, kedutaan asing yang datang untuk meraikan kemenangan mereka. Imam keempat, Zainul Abidin Ali ibn Husain, juga membuat penjelasan rayuan terhadap keadilan dari mimbar masjid Umayyah di dalam kehadiran Yazid. Setelah meninggikan kemuliaan dan sifat-sifat Allah, Zainul Abidin berkata: ‘Wahai manusia! Kami, keturunan Nabi Muhammad, yang telah diberikan oleh Allah dengan enam kualiti dan yang telah dijadikan lebih utama dari semua kejadian dengan penganugerahan tujuh kemuliaan. Kami telah diberikan pengetahuan, sabar, gagah, tampan, fasih, berani, dan dicintai oleh mereka yang beriman. Kami lebih utama dari semua manusia bahawa Nabi Muhammad adalah dari kami; yang siddiq Ali Ibn Abi Talib adalah dari kami; Jaafar al-Tayyar dari kami; Hamzah dari kami; dua cucu Nabi Hasan dan Husain dari kami; dan Mahdi [yang mendapat pentunjuk] dari ummah ini [Imam al-Hujjat bin Hasan] dari kami. Sesiapa yang tidak mengenali saya, harus tahu mengenai keluarga saya dan juga kedudukan keluarga saya; saya adalah anak Nabi Allah yang paling tinggi lagi mulia, Muhammad al-Mustafa.’

Kemudian dari mimbar yang sama, di mana Muawiyah dan Yazid telah gunakan untuk mengutuk Ali, Imam memuji datuknya yang mulia; Ali dihadapan Yazid dan ketua-ketua Bani Umayyah. Ramai orang Syria sebelum ini t idak pernah mendengar kualiti dan kemuliaan Ali . Imam berkata: ‘Saya adalah anak seorang yang yang berjuang bersama dengan Nabi; yang memerangi kafir di Badar dan Hunain; yang tidak pernah, walaupun sesaat hilang kepercayaannya kepada Allah. Saya adalah anak orang yang paling warak dari semua mereka yang beriman, pewaris Nabi, pembunuh yang kafir, pemerintah muslim, rahmat bagi yang tunduk patuh, sanjungan bagi mereka yang menangis dan takut kepada Allah, yang paling sabar dari yang sabar, yang terbaik dari yang melakukan sembahyang. Saya adalah anak orang yang telah dibantu oleh Jibril dan Mikail. Saya adalah anak orang yang menjaga kehormatan muslim dan pembunuh kepada yang kafir. Saya adalah anak

218

Page 219: Sect Comparative In Peshwar Night

orang yang berjihad berperang menentang musuh, yang menjadi kebanggaan Quraish, yang pertama pada menerima pengkhabaran Allah dan Rasul-Nya, yang pertama pada memeluk Islam, lidah kebijaksanaan dari Allah, penolong bagi agama Allah, penjaga perintah Allah, taman bagi kebijaksanaan Allah, tempat simpanan ilmu pengetahuan. Saya adalah anak ketua orang yang sabar, pemecah rintangan, yang hatinya tetap, berpendirian teguh, pembahagi yang amat adil dari yang lain. Dia adalah singa yang ganas di dalam pertempuran, dia memotong musuhnya dengan pedang dan menebarkannya seperti ribut menebarkan jerami. Dialah yang paling berani di antara semua orang di Hijaz, yang paling gagah di antara orang Iraq, muslim yang paling suci, dia yang memberikan baiah di Aqabah; wira Badar dan Hunain, orang yang paling tabah dalam peristiwa baiah di bawah pokok, pengorbanan yang unik semasa penghijrahan Nabi, ketua bagi dunia Arab, penjaga Kaabah yang suci, bapa kepada dua cucu Nabi. Ini adalah kemuliaan datuk saya, Ali Ibn Abi Talib. Saya adalah anak Khadijah al-Kubra; saya adalah anak Fatimah al-Zahra; saya adalah anak orang yang telah dibunuh dengan pukulan di belakang kepala; saya adalah anak seorang yang telah meninggalkan dunia ini kehausan; saya adalah anak kepada seorang yang tidak diberikan air sedang air diberikan kepada makhluk yang lain. Saya adalah anak seorang yang tubuhnya tidak dimandikan atau dikafankan; saya adalah anak seorang yang kepalanya telah dinaikkan dihujung mata pedang; saya adalah anak seorang yang wanitanya telah diserang di tanah Karbala dan dibawa sebagai tawanan. Saya adalah anak seorang yang wanitanya telah dibawa ke Syria sebagai tawanan.’ Kemudian Imam yang suci menangis dan dengan suara yang kuat, menyambung: ‘Sayalah…., sayalah…’ itulah dia, dia meneruskan menyebut kemuliaan keturunan dia yang terdahulu, dan penyiksaan terhadap bapanya dan Ahli Bayt. Sebagai keputusan dari ucapan ini manusia mula menangis. Selepas syahidnya Imam Husain, majlis yang pertama [perhimpunan bersedih pada mengingati] terhadap penderitaan yang kejam ditanggong Imam Husain telah diadakan pada masjid pusat Umayyah. Imam Zainul Abidin, setelah menyebutkan kemuliaan Ali dihadapan para musuhnya, memberikan gambaran yang menyayat hati terhadap penderitaan yang ditanggung oleh bapanya yang suci, ini telah menyebabkan tangisan timbul dari penduduk Syria di hadapan Yazid. Dia menjadi takut dan meninggalkan masjid.

Dari masjid ini , disebabkan ucapan Imam, manusia telah bangun menentang Yazid. Disebabkan oleh rintihan yang popular, Yazid terpaksa mengutuk Ubaidullah bin Marjanah dari kekejaman perbuatannya. Akhirnya, istana Bani Umayyah yang kejam hancur. Sekarang kita t idak boleh jumpa di seluruh Syria walau satupun kuburan Bani Umayyah.

Untuk kembali kepada soalan kamu, Imam Husain selalu menyatakan tentang kesyahidannya. Dia satu ketika berucap di Mekah pada hari Tarwiyah [8 Dhulhijjah 60 Hijrah] katanya: ‘Kematian melekat kepada setiap ahli dari keturunan Adam sebagai rantai melekat kepada wanita muda, saya tidak sabar untuk bertemu dengan keturunan saya seperti

219

Page 220: Sect Comparative In Peshwar Night

Yackub hendak bertemu dengan Yusuf. Tempat di mana saya akan jatuh telahpun dipilihkan untuk saya, dan saya mesti pergi ketempat itu. Saya melihat harimau kumbang liar membunuh saya, mengoyakkan tubuh saya, di antara Nawawi dan Karbala.’

Imam Husain tahu bahawa dia t idak akan sampai ke Kufah, ibu negara Iraq. Dia tahu bahawa dia akan dibunuh oleh orang yang kejam seperti binatang, memotong-motong badannya hingga hancur. Dia membuat perjalanan hanya untuk tujuan syahid dan bukan tujuan politik. Di sepanjang perjalanan dia memberitahu pengikutnya akan kematiannya. Dia memberitahu para sahabat dan keluarga bahawa satu ketika itu sudah cukup untuk membuktikan tidak bernilainya dunia ini . Dia berkata bahawa selepas kepala Nabi John dipenggal ia telah diserahkan kepada seorang penzina. Dia kata bahawa kepalanya pula akan dibawa kepada si pemabuk Yazid.

Pertimbangkan perkara ini buat seketika. Hurr bin Yazid al-Riyahi dengan tentera berkuda 1 000 orang menahan perjalanan Husain. Kufah hanya 30 batu jaraknya. Hurr telah dilantik oleh Ubaidullah Ibn Ziyad untuk menahan Imam Husain. Hurr tidak membenarkan Imam meneruskan perjalanan ke Kufah, dan tidak juga melepaskannya dari iringan tanpa arahan tambahan. Mengapa Imam menyerahkan dirinya kepada Hurr? Jika Imam Husain mengejar kuasa politik, dia pastinya tidak diberhentikan oleh Hurr, yang memiliki t idak lebih dari 1 000 tentera. Imam mempunyai 1 300 orang. Setelah mengalahkan mereka, Imam telah boleh sampai ke Kufah, di mana dia mempunyai ramai penyokong. Dari sana setelah diperkuatkan, dia mungkin boleh menentang musuh dan berjaya. Tetapi dia menerima arahan Hurr, berhenti di padang pasir dikelil ingi oleh musuh. Selepas empat hari pasukan tambahan musuh tiba, dan anak Nabi telah dipaksa menahan penderitaan yang tidak terkata.

Bukti yang terbaik untuk menyokong pandangan saya adalah ucapan Imam pada malam sebelum hari Asyura. Sehingga ke malam itu 1 300 tentera bersedia untuk berperang dengannya. Husain mengumpulkan mereka semua dan berkata kepada mereka: ‘Mereka yang datang ke sini untuk kepentingan dunia hendaklah tahu bahawa esok sesiapa yang tinggal pada tanah ini akan dibunuh. Musuh hanya menghendakki aku seorang sahaja; aku melepaskan kuasa ikatan sumpah setia [baiah] dari leher kamu. Kini hari malam, kamu boleh beredar di dalam gelap.’ Ramai yang menerima cadangannya dan berlalu. Hanya 42 orang yang tinggal, 18 Bani Hashim dan 24 para sahabat. Selepas tengah malam, 30 tentera musuh bergerak ke khemah Imam untuk melakukan serangan di waktu malam, tetapi apabila mereka mendengar Imam Husain membaca al-Quran, hati mereka telah dipenuhi oleh perasaan belas dan berpihak dengan Imam. Ini adalah 72 orang yang telah mengorbankan nyawa mereka pada hari Asyura. Kebanyakkan daripada mereka adalah orang yang warak, dan ahli pembaca al-Quran.

220

Page 221: Sect Comparative In Peshwar Night

Pengorbanan Husain yang suci telah diakui ke hari ini oleh rakan dan musuh. Walaupun dari mereka yang asing dengan agama kita telah terpikat dengan keperwiraannya. Di Perancis [ Dairatul Maarif], terdapat art ikal yang panjang bertajuk ‘Tiga Syuhada’ ditulis oleh seorang ilmuan wanita Brit ish. Temanya adalah, di dalam semua sejarah terdapat tiga syuhada yang dengan mengorbankan diri mereka, telah dapat menyebarkan kebenaran dengan lebih berpengaruh [berkesan]. Yang pertama adalah Socrates, dan yang kedua adalah Isa [penulisnya adalah Kristian]. Kita muslim percaya bahawa Isa t idak disalib. Al-Quran dengan jelas berkata:

‘Dan mereka tidak membunuhnya dan tidak juga mensalibnya, tetapi kelihatan kepada mereka demikian [seperti Isa] dan sesungguhnya mereka yang bertentangan dengannya hanyalah di dalam keraguan. Mereka tidak mempunyai pengetahuan mengenainya, tetapi hanya dugaan. Mereka dengan pasti tidak membunuhnya. Tidak! Allah mengambil dia kepada diri-Nya.’ [Surah al-Nisa’ 4:157-158]

Syuhada yang ketiga adalah Husain, cucu Nabi Muhammad. Dia menulis: ‘Apabila kami menyelidik kejadian sejarah dan menilai kedudukannya, di mana ketiga-tiga orang mengorbankan nyawanya, kami akui bahawa pengorbanan Husain mengatasi keduanya. Yang sebenarnya Socrates dan Isa hanya mengorbankan diri mereka sahaja untuk jalan Tuhan, tetapi Husain meninggalkan rumah menuju ke padang pasir yang jauh untuk dikepongi oleh musuh. Dia dan keseluruh keluarganya telah syahid demi untuk kebenaran. Dia menghantar sahabat dan juga kerabat untuk menentang musuh dan mengorbankan nyawa mereka untuk agama Allah. Ini adalah lebih susah dari hanya mengorbankan diri sendiri.’

Contoh yang paling jelas penderitaan kejam yang ditanggong oleh Husain adalah pembunuhan secara zalim terhadap anaknya yang berusia enam bulan. Dia membawa bayi itu di dalam tangannya, meminta sedikit air [waktu itu ada banyak air], untuk bayi tersebut , tetapi musuh yang kejam enggan memberinya air telah membunuh bayi i tu dengan anak panah. Kekejaman musuh menunjukkan bahawa Imam Husain adalah mangsa kekejaman. Kesabarannya yang tidak terkata itu telah memusnahkan kekuasaan Bani Umayyah dan terkutuknya mereka di hadapan dunia. Disebabkan dari pengorbanannya dan juga Ahli Bayt maka agama Muhammad mendapat kehidupan yang baru.

Nawab Sahib : Kami betul-betul terhutang budi kepada kamu. Kami amat tertarik dengan penjelasan kamu mengenai fakta terhadap Imam Husain. Sehingga kini, kami telah mengikuti orang lain dan telah t idak berpeluang pada menziarah pusara yang mulia. Kami telah diberitahu bahawa menziarah pusara Imam Husain adalah bidaah [yang diada-adakan]. Ya tentunya bidaah yang baik, kerana ia dapat memberikan

221

Page 222: Sect Comparative In Peshwar Night

semangat kepada manusia untuk memahami kebenaran mengenai keturunan Nabi.

MAKSUD SEBENAR BIDAAH

Shirazi: Perkataan bidaah, pembaruan, adalah asalnya dari golongan ulama Sunni, Nasibi dan Khariji, yang memang sah musuh Ali. Mereka telah mengatakan ziarah adalah bidaah, tanpa memikirkan bahawa yang sebenarnya bidaah itu adalah sesuatu yang berkaitan dengan Nabi atau Ahli Bayt, yang tidak diarahkan oleh Allah. Bagaimana pun, mengenai soalan menziarah pusara Husain, terdapat banyak Hadis di dalam buku ulama kamu. Saya menghadkan diri saya pada satu Hadis terkenal yang telah dirakamkan dikebanyakkan buku maqatil dan himpunan Hadis.

‘Satu hari Nabi berada di rumah Aisyah apabila Husain masuk. Nabi memeluk dan menciumnya. Aisyah bertanya: ‘Semoga nyawa bapa dan ibuku dikorbankan untuk kamu! Betapakah cinta kamu kepada Husain!’ Nabi berkata: ‘Tidakkah kau tahu anak ini adalah sebahagian dari hatiku dan kembang [bunga] ku?’ Selepas itu Nabi mula menangis. Aisyah bertanya sebab mengapa Nabi menangis. Nabi menjawab bahawa dia mencium tempat-tempat di mana Bani Umayyah akan melukakan Husain. Aisyah bertanya adakah mereka akan membunuhnya. Nabi menjawab: ‘Ya, dia akan dibunuh. Mereka t idak akan dapat sokonganku di akhirat . Rahmat bagi mereka yang menziarah ke pusaranya setelah kesyahidannya. Aisyah bertanya apakah ganjaran bagi ziarah i tu. Nabi menjawab, ‘Ia adalah sama seperti satu haji saya.’ Aisyah berkata, ‘Satu haji kamu!’ Nabi berkata: ‘Tidak, dua,’ Apabila Aisyah sekali lagi menunjukkan kejengkelannya [hairan], Nabi berkata: ‘Tidak, empat haji saya.’ Lagi lebih meluat Aisyah, lagi tinggi ganjarannya, sehingga akhirnya Nabi berkata, ‘Aisyah, jika sesiapa yang pergi menziarah pusara Husain, Allah akan memberikan dia ganjaran 90 haji dan 90 umrah yang dilakukan oleh saya.’ Kemudian Aisyah terdiam.

Sekarang saya tanya kamu adakah ziarah yang sedemikian bidaah?

KESAN DARI MENZIARAHI PUSARA IMAM YANG SUCI

Terdapat faedah lain yang bermanfaat dari ziarah pusara Imam. Kawasan dalam pusara yang dipanggil haram , sentiasa dibuka untuk pelawat siang dan malam. Kawasan haram dan masjid berhampirannya akan didapati sentiasa penuh dengan penggunjung. Mereka yang biasanya melakukan salat wajib sahaja, kerap melakukan yang disunatkan ketika ziarah pada pusara suci. Mereka berdoa kepada Allah dengan ikhlas dan membaca Quran. Adakah kecintaan begini bidaah?

Nawab: Ya, pastinya kami t idak mempunyai sesiapa yang hendak disalahkan melainkan diri kami, j ika kami tidak meneliti parkara ini dengan cermat. Beberapa tahun lepas saya pergi ke Iraq dan melawat pusara Imam A‘zam Abu Hanifah dan Abdul Qadir Jilani. Satu hari

222

Page 223: Sect Comparative In Peshwar Night

saya pergi melawat tempat berhampiran Kazimain [tempat pusara Imam ketujuh, Musa Ibn Jaafar al-Kazim dan Imam kesembilan, Muhammad Ibn Ali [al-Taqi]. Apabila saya pulang, sahabat saya amat kasar pada mengkritik saya. Saya amat terperanjat bahawa melawat pusara Imam A‘zam di Mu‘azam, Sheikh Abdul Qadir Jilani di Baghdad, Khwaja Nizamuddin di India, Sheikh Akbar Muhyiddin Ibn Arabi di Mesir boleh dianggap sebagai bernilai dan berfaedah. Setiap tahun ramai manusia dari golongan Sunni melawat tempat-tempat ini walaupun Nabi tidak menyuruhnya. Bagaimana boleh terjadi sedemikian, bahawa melawat pusara syuhada agung, cucu Nabi, yang disuruh oleh Nabi, dianggap bidaah? Saya bertekad bersungguh-sungguh, dengan izin Allah, saya akan pergi tahun ini untuk menziarah pusara cucu kesayangan Nabi, Husain. Saya akan meminta Allah untuk mengampunkan saya dari kesalahan yang lalu.

223

Page 224: Sect Comparative In Peshwar Night

SESSI KELAPAN(Malam Khamis, 1 Syaaban 1345 Hijrah)

Sayyid Abdul Hayy : Tuan yang dihormati , semalam kamu telah menyumbang kepada permusuhan di antara Muslim

Shirazi: Beritahu saya bagaimana saya lakukan.

Sayyid: Sedang kamu menerangkan ‘diri kami’, kamu telah membahagi Muslim kepada dua golongan. Muslim dan yang beriman. Tetapi Muslim semuanya adalah satu dan sama. Mereka yang mengatakan perkataan, ‘Tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan Muhammad adalah Rasul-Nya’ dan semuanya bersaudara. Mereka tidak seharusnya dibahagikan kepada dua golongan, kerana ini adalah merbahaya kepada Islam. Syiah memanggil diri mereka yang beriman dan mereka memanggil kami Muslim. Kamu tentu telah lihat di India bahawa Syiah dikatakan yang beriman dan Sunni dikatakan Muslim. Yang sebenarnya Islam dan Iman adalah sama kerana Islam bererti menerima arahan agama. Pengakuannya adalah kebenaran kepada iman. Keseluruh kommuniti telah bersetuju bahawa Islam adalah iman yang bersih. Kamu telah menyalahi dari pandangan umum.

PERBEZAAN ANTARA ISLAM [MENYERAH] DAN IMAN [KEPERCAYAAN]

Shirazi: Pertama, rujukan kamu kepada manusia umum, tidak bererti manusia dari ummah secara keseluruhan. Ia merujuk kepada manusia umum dari golongan Sunni sahaja. Kedua, kenyataan kamu mengenai Islam dan iman tidaklah tepat. Bukan sahaja Syiah yang berbeza pandangan dengan Sunni, tetapi Asyari , Mutazilah, Hanafi dan Shafii juga mempunyai pandangan yang berbeza mengenainya iman dan Islam. Ketiga, saya benar-benar t idak faham kenapa seorang terpelajar seperti kamu harus berselindung di sebalik bantahan yang remeh. Perpecahan kepada dua golongan telah dibuat oleh Allah di dalam al-Quran. Mungkin kamu telah terlupa perkara yang berkaitan kepada sahabat di pihak kanan dan sahabat di pihak kiri yang dirujuk di dalam al-Quran yang berkata:

‘Penduduk padang pasir berkata: ‘Kami berimana’ Katakan: ‘Kamu belum beriman tetapi katakan, kami Islam (berserah diri), iman belum masuk lagi ke dalam hati kamu.’ [49:14]

Pastinya kamu tahu bahawa ayat ini diwayukan pada mengutuk kaum padang pasir, Bani Asad, yang hanya Muslim dalam nama sahaja. Semasa tahun kelaparan, mereka memenuhi Madinah, dan mengharap

224

Page 225: Sect Comparative In Peshwar Night

supaya mendapat bantuan, telah mengatakan mereka beriman. Tetapi di dalam hati, mereka adalah kafir terhadap Allah dan Nabi-Nya. Ayat ini menerangkan bahawa terdapat dua kumpulan Muslim, muslim yang ikhlas, yang telah mengesahkan kebenaran iman; dan mereka yang hanya menyebutkan pengistiharan kepada iman. Di dalam lingkungan sosial kita, kumpulan yang terakhir itu juga mendapat perlindungan keselamatan dan faedah dari perundangan untuk semua orang muslim. Tetapi mengikut kepada perundangan al-Quran, mereka tidak berhak kepada sebarang ganjaran di akhirat . Pengisytiharan mereka; bahawa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan bahawa Muhammad adalah Rasul-Nya, dan pada mempamerkan bahawa mereka adalah muslim tidak mempunyai sebarang pengertian.

Sayyid: Kamu adalah benar, tetapi Islam tanpa iman tidak ada makna, begitu juga iman tanpa Islam tidak punya kemuliaan. Allah berkata di dalam al-Quran:

Dan janganlah kamu (terburu-buru) mengatakan kepada orang yang menunjukkan kepada kamu sikap damai (dengan memberi salam atau mengucap dua kalimah Syahadat): "Engkau bukan orang yang beriman" [Surah al-Nisa’ 4:94]

Ayat ini membuktikan bahawa kita hendaklah melayani menurut pada apa yang zahir. Jika sesiapa mengatakan: ‘Tidak ada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad adalah Rasul-Nya.’ Kita hendaklah menerima imannya. Ini dengan sendirinya adalah bukti yang terbaik bahawa Islam dan iman adalah sama.

Shirazi: Ayat itu diwahyukan mengenai seseorang yang tertentu, sama ada Usamah bin Zaid atau Muhailam bin Jasama al-Laisi. yang mana telah dikatakan, membunuh seseorang di dalam peperangan yang telah mengistiharkan, ‘Tidak ada Tuhan melainkan Allah’ Dia telah dibunuh dengan anggapan bahawa dia telah mengatakan perkataan i tu dalam keadaan takut.

Tetapi kerana kamu fikirkan ayat ini dalam pengertian umum, maka kami juga menganggap semua muslim sebagai bersih. Ya melainkan, kami melihat mereka menafikan pada asas agama.

Tetapi terdapat perbezaannya di antara Islam dan iman, kerana iman mempunyai berbagai kedudukan. Imam Jaafar bin Muhammad al-Sadiq berkata di dalam sebutannya dari Umar dan Zubair, ‘Untuk iman terdapat syarat, kedudukan dan peringkat. Sebahagian darinya kurang, dan kekurangannya jelas kelihatan; sebahagian mempunyai nilai yang baik dan berat; sebahagiannya adalah menyeluruh dan telah sampai ketahap kesempurnaan.’

Kekurangan Iman adalah peringkat pertama iman yang mana seseorang lalui kepada Islam dari kafir. Iman boleh bertambah. Rujukan kepadanya telah dibuat di dalam beberapa Hadis. Diantaranya adalah

225

Page 226: Sect Comparative In Peshwar Night

sebutan di dalam Usul al-Kafi dan di dalam Nahjul Balaghah dari Amirul Mukminin dan Jaafar bin Muhammad al-Sadiq yang berkata: ‘Allah telah membahagikan iman kepada 7 kelas yang mengandungi kebaikan, kebenaran, keyakinan di dalam hati, menyerah kepada kehendak Allah, ketaatan, pengetahuan dan kesabaran. Ketujuh-tujuh kualiti ini telah dibahagikan tidak sama rata kepada manusia. Sesiapa yang mempunyai kesemua kualiti ini adalah orang yang sempurna imannya. Makanya Islam adalah tahap peringkat iman yang pertama, yang mana hanya mengandungi pengisytiharan secara lisan di dalam mempercayai kerasulan Muhammad dan keesaan Allah. Iman belum memasukki hati orang itu lagi. Nabi Allah memberitahu sekumpulan orangnya: ‘Wahai manusia! Kamu adalah di antara mereka yang telah menerima Islam dengan lidah kamu tetapi belum lagi dengan hati kamu.’

Pastinya Islam dan iman adalah berbeza. Tetapi kita tidak dikehendakki untuk menyiasat hati orang lain. Saya katakan semalam bahawa tanda yang beriman adalah amalannya. Tetapi kita t idak punya hak untuk bertanya mengenai t indakan seorang muslim. Kami terpaksa, bagaimanapun pada menunjukkan ciri-ciri iman, supaya mereka yang sedang lena tidur dapat digerakkan pada melakukan tugas-tugas mereka. Makanya mereka hendaklah sedar akan kebenaran iman dan mengetahui bahawa keselamatan di akhirat hanya dicapai dengan melakukan amalan yang baik, sebagaimana Hadis telah katakan: ‘Iman bererti penerimaan dengan lidah, yakin di dalam hati , dan amalan dengan anggota.’ Penerimaan dengan lidah dan berkeyakinan di dalam hati adalah pendahuluan kepada amalan.

Sudah tentu kita tahu bahawa dunia yang hina ini hanyalah pendahuluan kepada dunia yang lain. Jalan keselamatan bagi seseorang tertutup di akhirat melainkan dia menjadi seorang yang beramal baik di sini. Allah yang Maha Berkuasa telah berkata di dalam al-Quran:

‘Demi masa, manusia i tu dalam kerugian, melainkan mereka yang beriman dan beramal salih…’[103:1-3]

Secara ringkas, menurut al-Quran, warak adalah akar kepada iman. Dan jika seseorang tidak mempunyai amalan kebajikan bagi dirinya, pengesahan secara lisannya atau keyakinan di dalam hatinya masih meninggalkan dirinya jauh dari iman. Jika adalah benar bahawa kita haruslah menganggap sesiapa sahaja yang mengatakan, ‘Tidak ada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad itu Rasul Allah,’ mengapa kamu menganggap Syiah sebagai kafir? Sudah tentu Syiah percaya kepada keesaan Allah, kenabian Muhammad, satu Kiblat, satu Kitab. Mereka melakukan segala amalan yang wajib, mengerjakan puasa yang ditentukan, pergi menunaikan haji , membayar khums dan zakat, percaya kepada hari kebangkitan dan hari pembalasan.

226

Page 227: Sect Comparative In Peshwar Night

Tidakkah kamu yang menyebabkan perpecahan di dalam muslim? Kamu telah memisah dan menjauhkan jutaan muslim dari diri kamu dan mengatakan mereka kafir walaupun kamu tidak punya sedikit buktipun untuk menyokong tuduhan itu. Kamu tidak kenalkah bahawa itu semua adalah peralatan pihak musuh yang mahu mengadakan perpecahan di antara muslim dengan pembohongan tersebut. Yang sebenarnya kita tidak punya perbezaan di dalam asas kepercayaan kita, melainkan pada Imamah dan Wazir. Dan apa pula j ika terdapat perbezaan di dalam amalan kepercayaan? Perbezaan yang begitu terdapat juga di antara kamu yang berempat mazhab, dan ia lebih serius dari perbezaan dengan kami. [Adalah t idak wajar sekarang untuk menunjukkan perbezaan diantara Hanafi dan Maliki atau Shafii dan Hanbali]. Pada pendapat saya kamu tidak punya apa-apa bukti untuk menunjukkan murtad atau kafirnya Syiah. Satu-satunya kesalahan Syiah yang tidak dapat dimaafkan, menurut dari apa yang dipropagandakan oleh Khariji dan Nasibi dengan cara Umayyah, adalah bahawa Syiah tidak pernah salah pada menghuraikan Hadis. Mereka tidak memberi orang seperti Abu Hurairah, Anas dan Samurah tempat di antara Nabi dan diri mereka. Bahkan ahli perundangan kamu dan juga Khalifah agung kamu mengutuk mereka sebagai pendusta.

Kesalahan terbesar yang dikatakan kepada Syiah adalah kerana mereka mengikuti keturunan Nabi, Ali dan 12 orang Imam, dan bukannya Imam yang empat. Tetapi kamu tidak punya bukti dari Nabi untuk menunjukkan bahawa muslim mesti mengikuti Ashari atau Muntazil i di dalam asas agama [tawhid], dan Maliki, Hanafi, Shafii atau Hanbali di dalam perkara amalan [fiqah]. Disebaliknya terdapat banyak arahan dari Nabi memberitahu kita bahawa keturunan dan Ahli Bayt Nabi adalah sama setaraf dengan al-Quran dan ummah hendaklah mendampingkan diri kepada mereka. Di antara Hadis itu adalah Hadis Thaqalain , Hadis al-Safinah , Hadis bab al-Hittah . Bolehkah kamu menyebutkan satu Hadis yang mana Nabi berkata bahawa ummah selepasnya hendaklah mengikut Abul-Hasan Ashari dan Wasil bin Ata’, dsb, di dalam bahagian asas [tawhid] agama, dan satu dari empat mazhab – Malik bin Anas, Ahmad bin Hanbal, Abu Hanifah atau Muhammad bin Idris al-Shafii? [dalam fiqah]. Sheikh Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam Yanabi’ al-Mawaddah , Bab IV, menyatakan dari Faraid Hamawaini menyebutnya dari Ibn Abbas bahawa Nabi berkata kepada Amirul Mukminin: ‘Wahai Ali! Aku adalah kota ilmu dan kamu adalah pintunya. Tidak ada siapa yang boleh masuk ke kota tanpa pertama masuk melalui pintunya. Dia adalah pendusta yang mengatakan dia cinta kepada ku sedang dia itu musuh kamu, kerana kamu adalah daripada aku, dan aku daripada kamu. Daging kamu adalah daging aku, darah kamu adalah darah aku, j iwa kamu adalah jiwa aku, wajah kamu adalah wajah aku. Rahmat bagi mereka yang patuh kepada kamu, binasalah mereka yang engkar kepada mu. Sahabat kamu selamat dan musuh kamu sesat. Sesiapa yang bersama dengan kamu dia berjaya, dan mereka yang menjauhi kamu akan kecundang. Selepas aku, kamu dan semua para Imam dari keturunan kamu adalah umpama bahtera Nuh: sesiapa yang menaikinya akan selamat, dan sesiapa yang enggan

227

Page 228: Sect Comparative In Peshwar Night

menaikinya akan tenggelam. Mereka [para Imam] adalah umpama seperti bintang: apabila satu tenggelam yang satu lagi akan terbit. Turutan ini akan berterusan sehingga ke hari pengadilan.

Ia telah disebutkan dengan jelas di dalam Hadis al-Thaqalain [diakui oleh kedua golongan] bahawa jika kamu bersama Ahli Bayt, kamu tidak akan menyimpang.’ Bahkan orang yang fanatik seperti Ibn Hajar al-Makki merakamkan yang didapatinya di dalam bukunya Sawa‘iq al-Muhriqah , Bab 2, pada pecahan bahagian 1, ms 92, pada kaitan dengan ayat al-Quran:

‘Dan tahan mereka, kerana mereka akan ditanya.’ [37:24]

Dan Sheikh Sulayman Balkhi al-Hanafi telah juga menyebutkan dari Sawa‘iq di dalam bukunya Yanabi’ al-Mawaddah , Bab 95, ms 296, dicetak di Istanbul, mengatakan bahawa Hadis ini telah disampaikan di dalam cara yang berbeza. Ibn Hajar berkata: ‘Sesungguhnya, Hadis pada dua perkara penting [ thaqalain] telah disampaikan dengan cara yang berbeza. Ia telah disampaikan oleh lebih dari 25 sahabat Nabi.’

Ibn Hajar berkata mengenai ayat al-Quran yang di atas bahawa pada hari pengadilan, manusia akan ditanya mengenai wilayah Ali dan juga keturunan Nabi.

Dia menulis bahawa menurut dari beberapa punca, Hadis ini telah disampaikan pada peristiwa Arafah, dan sebahagian berkata ia disampaikan apabila Nabi berada di atas ranjang maut dengan tempat kediamannya penuh dengan para sahabat. Yang lain mengatakan bahawa ia telah dimuatkan di dalam ucapannya yang terakhir selepas haji wida’. Ibn Hajar memberikan pendapatnya mengenai terdapatnya perbezaan keadaan pada Hadis ini: ‘Tidak terdapat ketetapan, pada kemungkinannya bahawa Nabi, di dalam keinginannya untuk menunjukkan kemuliaan al-Quran dan keturunannya yang suci, mengulangi Hadis ini pada tempat dan keadaan yang berbeza. Ia telah disampaikan dengan sah bahawa Nabi berkata: ‘Saya t inggalkan diantara kamu dua perkara penting; jika kamu mengikuti mereka, kamu tidak akan menyimpang: dan keduanya ialah kitab Allah dan Ahli Bayt ku.’

Al-Tabrani telah meyatakan Hadis ini dengan tambahan berikut: ‘Saya pertanggungjawabkan kepada kamu mengenai dua ini: al-Quran yang suci dan Ahli Bayt, maka janganlah cuba untuk membuang mereka. Kerana kamu akan binasa. Janganlah mengabaikan mereka. Kerana kamu akan rosak. Janganlah mengajar mereka, kerana mereka lebih mengetahui dari kamu.

Bahkan Ibn Hajar yang fanatik, setelah menyatakan dari al-Tabrani dan lainnya, menulis: ‘Nabi mengelar al-Quran dan keturunannya, ‘dua perkara penting’ kerana kedua ini amatlah berat dan cemerlang di dalam semua aspek.’ Nabi juga berkata: ‘Saya memuji Allah yang telah

228

Page 229: Sect Comparative In Peshwar Night

memenuhi hati Ahli Bayt ku dengan kebijaksanaan.’ Dan Nabi juga berkata di dalam Hadis yang dirujuk terdahulu, ‘… dan jangan cuba untuk mengajar mereka [keturunan ku] apa-apa juga, oleh kerana mereka yang paling terpelajar dari kamu semua. Anggaplah mereka yang utama dari segala ummah kerana Allah telah menjadikan mereka suci dan telah mengenalkan mereka kepada ummah dengan kuasa luar biasa dan mempunyai kemuliaan serta lainnya.’

Terdapat satu petunjuk di dalam Hadis ini yang menekankan pada mengikuti Ahli Bayt: iaitu, generasi Ahli Bayt yang berturutan t idak akan terputus sehingga ke hari pengadilan. Amat menghairankan bahawa sebahagian manusia mengakui bahawa ahli keturunan Nabi mempunyai pengetahuan yang tinggi tetapi melanggar arahan Nabi dan mengambil sebagai ketua mereka orang yang tidak punya hak pada rujukan. Bolehkan kamu atau kami menukarkan al-Quran? Bolehkah kita memilih mana-mana kitab lain?

Sayyid : Tidak boleh. Ini adalah amanah Nabi, pengkhabaran Tuhan, punca petunjuk yang agung.

Shirazi: Semoga Allah merahmati kamu. Kamu mengatakan yang benar. Apabila kita tidak boleh menukar al-Quran dan menggantikannya dengan kitab lain, maka prinsip yang sama hendaklah diikuti mengenai yang sama dengan al-Quran. Maka menurut dari prinsip mana, orang yang bukan dari keturunan Nabi dibolehkan mendahului keturunannya? Saya perlukan jawapan yang mudah bagi soalan ini supaya kita boleh tahu sama ada ketiga-tiga Khalifah – Abu Bakar, Umar dan Uthman – tergolong di dalam Ahli Bayt Nabi, dan termasuk di dalam Hadis yang kami telah sebutkan [Thaqalain , al-Safinah, Bab- al-Hittah ] Jika mereka terjumlah di dalamnya, maka kita hendaklah mengikuti mereka , menurut dari arahan Nabi.

Sayyid: Tiada siapa percaya bahawa mana-mana dari Khalifah, melainkan hanya Ali yang terjumlah di dalam Ahli Bayt Nabi. Sebenarnya tiga Khalifah yang disebut adalah sahabat Nabi.

Shirazi: Adakah Nabi menyurh kita untuk mengikuti kumpulan atau individu tertentu? Jika satu golongan berkata bahawa adalah perlu untuk mengikut orang lain [bukan Ahli Bayt], haruskah kita patuh kepada Nabi atau mengikut [dikatakan] bermanfaat sebagaimana yang ditentukan oleh ummah?

Sayyid: Sudah pasti patuh kepada Nabi adalah wajib.

Shirazi: Selepas Nabi mengarahkan kita untuk mengikuti al-Quran dan Ahli Baytnya, mengapa orang lain diutamakan? Adakah Abul Hasan Ali bin Ismail al-Asyari , Wasil bin Ata, Malik bin Anas, Abu Hanifah, Muhammad bin Idris al-Shafii , dan Ahmad Bin Hanbal tergolong pada keturunan Nabi atau Amirul Mukminin, Ali dan sebelas dari keturuannya?

229

Page 230: Sect Comparative In Peshwar Night

Sayyid: Sudah pasti t idak. Tiada siapa pernah berkata mereka ini dari keturunan Nabi, tetapi mereka adalah ahli fiqah terkenal dan orang yang warak dari ummah.

Shirazi: Tetapi menurut dari persetujuan ramai, Imam 12 adalah keturunan dari Nabi. Ulama kamu bersetuju bahawa mereka adalah sama dengan al-Quran, dan patuh kepada mereka membawa kepada keselamatan. Lebih-lebih lagi Nabi berkata mereka adalah yang paling berpengetahuan.

Dengan arahan yang sebegini jelas, apakah jawapan yang akan mereka berikan apabila Nabi bertanya, mengapa mereka melanggar apa yang dia telah sebutkan dan membiarkan orang lain mendahului keturunannya? Adakah mana-mana arahan dari Nabi bahawa golongan Asyari atau Mutazili harus mengikuti ketua mereka atau bahawa golongan Maliki, Hanafi , Shafii dan Hanbali perlu mengikut ketua mereka di dalam amalan agama? Tiada siapa ada menyebut nama mereka 300 tahun setelah wafatnya Nabi.

Hanya terkemudian, untuk tujuan politik atau alasan lain yang saya tidak tahu, mereka t imbul di pementasan. Tetapi para Imam dari keturunan Nabi telah dikenali umum semasa hayat Nabi lagi. Ali, Hasan, Husain dan Fatimah telah dikenali sebagai ahli al-Kisa’, iaitu ‘orang di bawah selimut’ Merekalah orangnya yang mana sanjungan ‘ayat bagi kesucian’ telah diwahyukan. Adakah wajar untuk memanggil mereka yang mengikuti Ali, Hasan, Husain dan para Imam yang lain kafir? Kamu telah mengutamakan mereka yang bukan dari keturunan Nabi, mereka yang hanya ahli dalam perundangan fiqah. Apakah jawapan yang akan kamu berikan di mahkamah Tuhan apabila kamu ditanya mengapa kamu telah menyesatkan manusia awam, mengapa kamu memanggil pengikut Ahli Bayt kafir dan pembuat bidaah?

Kamu salahkan kami kerana kami bukan pengikut mazhab Maliki, Hanafi, Shafii dan Hanbali . Dan sedangkan kamu tidak mengikut Ali, walaupun terdapat perintah yang terang lagi tegas dari Allah dan Nabi yang kamu perlu melakukannya. Tanpa alasan yang munasabah, kamu mengikuti satu dari empat mazhab dan menutup pintu bagi perundangan.

Sayyid: Kami bergantung kepada empat Imam sebagaimana kamu bergantung kepada 12 Imam.

Shirazi: Syabas! Kamu telah mengatakan suatu perkara yang bagus! Jumlah Imam 12 orang tidaklah ditentukan oleh Syiah atau ulama mereka beberapa abad setelah wafatnya Nabi. Banyak Hadis yang disampaikan dari kedua pihak, membuktikan bahawa Nabi sendiri menentukan jumlah Imam adalah 12.

Diantara ulama kamu yang banyak yang telah merakamkan fakta ini adalah Sheikh Sulayman Qanduzi al-Hanafi , yang menulis di dalam

230

Page 231: Sect Comparative In Peshwar Night

Yanabi‘ul-Mawaddah , bab 77, mengenai kenyataan: ‘Terdapat 12 Imam selepas saya.’

Yahya bin Hasan di dalam Kitab al-Ummah telah menyampaikan dalam 20 cara bahawa Nabi berkata yang penggantinya adalah 12 orang, dan semuanya dari Quraish. Ia telah disampaikan dengan tiga cara di dalam Sahih al-Bukhari , dengan 9 cara dalam Sahih Muslim , dengan 3 cara di dalam Sunan Abi Daud , dengan satu cara di dalam Sunan al-Tirmidhi dan dengan 3 cara di dalam al-Jam‘ baina al-Sahihain oleh al-Humaidi.

Ramai lagi dari ulama kamu seperti Hamawaini di dalam Fara’id , al-Khawarizmi dan Ibn Maghazili , masing-masing di dalam Manaqib , Imam Tha’labi di dalam Tafsir dan Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , dan Sayyid Ali Hamdani al-Syafii di dalam Mawaddatu’l Qurba , Mawaddah 10. Semuanya telah merakamkan 12 Hadis yang di sampaikan oleh Abdullah bin Abbas, Ubaya bin Rabi’i Zaid bin Harithah, Abu Hurairah dan Amirul Mukminin Ali. Semua ini telah disampaikan secara berlainan, tetapi sama, dalam perkataan bahawa Nabi berkata jumlah penggantinya dan Imam adalah 12, dan kesemuanya dari Quraish. Sebahagian Hadis mengatakan dari Bani Hashim. Di dalam Hadis yang lain, ditentukan nama-nama 12 pengganti itu disebutkan. Sebahagian hanya memberikan jumlahnya. Saya telah menyebutkan hanya satu contoh dari banyaknya Hadis ulama kamu. Sekarang bolehkah kamu sebutkan satu Hadis yang mengatakan bahawa jumlah penggantinya adalah empat? Walaupun jika terdapat satu sahaja Hadis yang sedemikian, kami akan menerimanya lebih daripada yang kami punya.

Walau apapun juga kamu tidak dapat menyebutkan satupun Hadis mengenai empat Imam kamu. Terdapat perbezaan yang besar diantara Imam Syiah dan Imam kamu. 12 Imam kami telah dilantik oleh Tuhan sebagai pengganti .

Mengenai Imam kamu, hanya ini yang boleh dirumus: Mereka mempunyai pengetahuan ilmu fiqah, dan boleh menterjemah al-Quran dan Hadis. Sebahagian mereka, seperti Abu Hanifah, menurut rakaman dari ulama kamu, tidak termasuk di antara penyampai Hadis, perundangan atau Mujtahid, tetapi hanya seorang yang bergantung pada pendapat sendiri. Ini dengan sendirinya telah menunjukkan dia kekurangan pengetahuan.

Sebaliknya Imam Syiah adalah petunjuk yang dilantik Tuhan, ditentukan sebagai pengganti Nabi. Sudah pasti pada setiap era terdapat seorang perundangan dan ulama di antara Syiah yang dapat menterjemahkan perintah-perintah Allah, beriringan dengan al-Quran, Hadis dan persetujuan pendapat. Kami mengikut keputusan ulama yang sedemikian. Walaupun para perundangan kamu [ahli fiqah] adalah murid, dan mendapat pengetahuan dari Imam Syiah, kamu dengan membuta tuli telah mengikuti mereka yang terdahulu, dari anak murid

231

Page 232: Sect Comparative In Peshwar Night

mereka yang menyimpang dari asas pengetahuan dan bergantung kepada spekulasi.

Sayyid: Bagaimana kamu mengatakan bahawa Imam kami mendapat faedah dari Imam kamu?

Shirazi : Ini adalah fakta sejarah bahawa Imam Jaafar al-Sadiq lebih utama dari semua ulama dalam pengetahuan. Seorang alim terkenal Nuruddin bin Sabbagh al-Maliki mengakui di dalam Fusul al-Muhimmah bahawa Imam suci ini amat terkenal dengan ilmu pengetahuannya. Dia menulis: ‘Manusia mendapat ilmu daripadanya dari berbagai lapangan. Manusia datang dari tempat yang jauh untuk mendapatkan arahan. Dia menjadi amat terkenal di mana sahaja dan para ulama menyebutkan banyak Hadis dari beliau selain dari Ahli Bayt yang lain…’ Kumpulan yang besar dari golongan masyarakat terkenal seperti Yahya bin Sa’id Ibn Jarih, Malik bin Anas, Sufyan al-Thawri, Abu Ainiyyah, Abu Ayyub Sijistani, Abu Hanifah, dan Sa‘ba – semua telah menyampaikan dari sebutannya.

Kamaluddin Abi Talhah juga menulis di dalam Manaqib bahawa ulama terkenal dan ketua agama telah menyampaikan Hadis dari Imam yang suci dan telah mendapat ilmu darinya. Diantara mereka dia menyebutkan nama-nama mereka yang dinyatakan di dalam Fusul al-Muhimmah . Bahkan musuh mengakui kemuliaan Imam yang suci. Sebagai contoh Maliki di dalam Fusul al-Muhimmah dan khususnya Sheikh Abu Abdul Rahman al-Sulami di dalam Tabaqat all-Masya’ikh telah menulis: ‘Sesungguhnya Imam Jaafar al-Sadiq lebih utama dari semua mereka pada masanya. Dia mempunyai pengetahuan dan kepakaran khusus dalam agama, paling warak didunia ini , menahan diri dari keinginan dunia dan kebijaksanaan yang mendalam.’

Begitu juga Muhammad bin Talhah al-Syafii telah merakamkan semua kemuliaan Imam yang suci di dalam Matalib al-Su’ul , bab VI, ms 81: ‘Orang ilmuan ini adalah ketua yang terkenal dari Ahli Bayt. Dia telah di anugerahkan dengan pengetahuan yang mendalam dan selalu di dalam keadaan mengingati Allah. Dia kerap membacakan al-Quran dan memberikan pentafsirannya. Sahabatnya telah dapat mengumpulkan permata dari lautan i lmunya. Dia membahagikan masanya di dalam sehari semalam di dalam berbagai bentuk ketaatan. Melawat kepadanya seolah peringatan kepada hari akhirat. Dengan mendengarkan ucapannya boleh menghampirkan seseorang kepada warak, dan dalam mengikuti arahannya boleh membawa kepada mendapatnya syurga. Wajahnya yang berseri menunjukkan bahawa dia adalah dari keturunan Nabi. Keikhlasan amalannya juga menunjukkan bahawa dia adalah dari keturunan Nabi. Banyak ulama telah menerima Hadis dan mendapat pengetahuan darinya. Diantara mereka adalah Yahya bin Sa’id al-Ansari , Ibn Jarih, Malik bin Anas, Sufyan al-Thawri, Ibn Ainiyyah, Sha‘ba dan Ayyub al-Sijistani. Semuanya berterima kasih diatas keberuntungan mereka dan mendapat keistimewaan belajar darinya.’

232

Page 233: Sect Comparative In Peshwar Night

KAITAN SYIAH DENGAN IMAM JAAFAR SADIQ.

Nawab: Syiah percaya dengan 12 Imam. Mengapa Syiah dikaitkan dengan nama Imam Jaafar Sadiq dan dipanggil Mazhab Jaafari?

Shirazi: Setiap Nabi, dengan arahan Tuhan, melantik penggantinya. Muhammad mengisytiharkan Ali sebagai penggantinya dan mengarahkan ummah supaya patuh kepadanya. Tetapi setelah Nabi wafat, kedudukan Khalifah telah dirampas oleh Abu Bakar, Umar dan Uthman. Semasa pemerintahan mereka, dibahagian permulaan, Abu Bakar dan Umar merujuk kepada Ali dalam banyak perkara dan bertindak atas nasihat beliau. Lebih-lebih lagi apabila ulama dan para ilmuan terkenal dari agama lain yang datang ke Madinah dalam mencari pengetahuan agama, telah benar-benar berpuas hati setelah perbincangan mereka dengan Ali. Disepanjang hidupnya, Ali terus menyumbang kepada Islam dalam berbagai cara. Setelah syahidnya, dan apabila Bani Umayyah menjadi pemerintah, para Imam dengan kejam telah ditindas. Imam Hasan al-Mujtaba, Imam Husain, Imam Zainul Abidin, dan Imam Muhammad al-Baqir, adalah mangsa kekejaman Bani Umayyah yang tidak berperi kemanusiaan. Semua laluan yang menuju kepada mereka telah ditutup hanya tinggal sebahagian kecil dari pengikut mereka sahaja, yang lainnya tidak dapat mengambil faedah dari pengetahuan mereka. Setiap seorang dari mereka telah dibunuh.

Di permulaan abad kedua Hijrah, di bawah tekanan yang kuat dari aristokrat Bani Umayyah, manusia telah bangun menentang mereka. Peperangan telah berlaku diantara Bani Abbas dengan Bani Umayyah. Ketika Bani Umayyah sibuk mempertahankan pemerintahan, mereka tidak dapat meneruskan tekanan kepada Ahli Bayt. Makanya Imam Jaafar al-Sadiq keluar dari persembunyian yang dikuat kuasakan oleh Bani Ummayah. Dia mengajarkan manusia mengenai perundangan agama. 4 000 pencinta i lmu pengetahuan berkumpul dikeli ling mimbarnya dan menghilangkan dahaga mereka dari lautan ilmu, Imam yang suci. Sebahagian dari sahabatnya yang utama telah merakamkan 400 doktrin yang dinamakan sebagai Usul Arba‘ Mi’ah – bererti ‘400 pendapat’. Al-Yafi‘iy al-Yamani menulis bahawa Imam Jaafar melebihi yang lain dalam pengetahuan. Jabir Ibn Hayyan al-Sufi menulis 1 000 lembar susunan, menyenaraikan hampir 500 buku berasaskan dari ajaran Imam Jaafar al-Sadiq.

Sebahagian dari ahli perundangan Sunni yang terkenal adalah muridnya juga. Abu Hanifah, Malik bin Anas, Yahya bin Sa‘id al-Ansari, Ibn Jarih, Muhammad Bin Ishaq, Yahya bin Sa‘id al-Qattan, Sufyan bin ‘Uyaynah, Sufyan al-Thawri – kesemuanya mendapat faedah dari pengetahuan Imam Jaafar yang luas. Masa pembelajaran terbuka pada ketika ini sahaja, kerana Bani Umayyah menyekat sebagaimana orang-orang mereka yang terdahulu, dan malangnya pula Bani Abbas telah menyekat keturunannya dari bercakap secara bebas. Kebenaran Syiah telah dibuka dan kemuliaan Ahli Bayt telah diisytiharkan oleh Jaafar al-Sadiq. Makanya golongan ini menjadi terkenal sebagai Jaafari, tetapi

233

Page 234: Sect Comparative In Peshwar Night

tidak ada bezanya diantara Imam al-Sadiq dengan mana-mana empat Imam yang terdahulu dan dari enam Imam yang datang selepsnya. Semuanya dilantik dan mendapat petunjuk Allah.

Walaupun keduanya, lawan dan musuh mengakui kecemerlangannya dalam pengetahuan dan kesempurnaan di dalam semua kemuliaan, orang terdahulu kamu enggan menerimanya sebagai seorang ahli agama dan juga orang yang paling sempurna pada ketika i tu. Mereka enggan mengiktiraf pengajiannya bersama dengan pengajian yang lain, walaupun dia memegang kedudukan tertinggi di dalam pengetahuan dan kepatuhan, sebagaimana diakui oleh ulama kamu. Oleh kerana dia dari Ahli Bayt Nabi, dia mempunyai hak untuk mendapat keutamaan dari yang lain. Walaupun yang sedemikian, ulama kamu yang fanatik telah tidak memperdulikan mereka dari keturunan Nabi, malah ahli agama seperti al-Bukhari dan Muslim yang kamu lebih tinggikan, telah tidak mahu merakamkan Hadis dari ahli faqih ini dan juga Ahli Bayt Nabi. Mereka t idak merakamkan Hadis dari para Imam atau Sadat (Pemimpin yang Mulia) dari keturunan Nabi: ‘Alawi, Husaini, Abidi, Musawi, Rizawi atau daripada para ulama dan ahli fikah seperti Zaid bin Ali bin Husain (syahid), Yahya bin Zaid, Muhammad bin Abdullah, Husain bin Ali, Yahya bin Abdullah bin Hasan dan saudaranya Idris, Muhammad bin Jaafar al-Sadiq, Muhammad bin Ibrahim, Muhammad bin Zaid, Abdullah bin Hasan, Ali Bin Jaafar (Arizi), dan lainnya, kesemua mereka adalah ulama dan ahli faqih terbilang dan dari keturunan keluarga Nabi.

Sebaliknya kamu telah merakamkan Hadis dari Abu Hurairah, yang mana karakternya telah diketahui umum, dan juga dari penipu dan pemalsu ulung Akramah, Kharij i. Ulama kamu telah mengesahkan bahawa orang-orang ini adalah penipu dan masih juga mereka menerima Hadis-Hadis orang ini dengan sepenuh hati. Ibn Bayyit menulis bahawa al-Bukhari telah menyebutkan sebanyak 1 200 Hadis dari Khawarij dan Nasibi; seperti juga Imam bin Hattan, pemuja Ibn Muljim, pembunuh Amirul Mukminin. Pengikut Imam al-A‘zam (Abu Hanifah), Imam Malik, Imam Shafii dan Imam Ahmad bin Hanbal menganggap mereka [Imam] sebagai muslim tulen walaupun tidak seorang dari mereka adalah dari Ahli Bayt Nabi, dan setiap satu dari kumpulan ini adalah bebas pada menerima cara mereka walaupun terdapat perbezaan yang besar di dalam asas beragama begitu juga pada cara amalan diantara mereka. Betapa malangnya bahawa mereka memanggil pengikut Jaafar bin Muhammad al-Sadiq sebagai kafir. Dan disetiap tempat yang dikuasai oleh Sunni, termasuk Mekah, yang mengenainya Allah berkata: ‘Sesiapa yang memasukinya adalah bebas,’ mereka t idak bebas untuk menyatakan kepercayaan mereka atau melakukan salat. Maka kamu manusia yang baik harus tahu bahawa kami Syiah bukanlah penyebab perbezaan di dalam Islam; kami tidak membawa perpecahan diantara muslim. Yang sebenarnya kebanyakan dari gangguan ini datangnya dari pihak kamu. Adalah kamu yang mengatakan 100 juta umat Islam sebagai kafir, walaupun mereka adalah yang beriman sama seperti kamu.

234

Page 235: Sect Comparative In Peshwar Night

Hafiz: Itu adalah benar, sebagaimana yang kamu katakan, saya bukanlah orang yang zalim. Saya mengaku terdapatnya pelampau disebabkan oleh kefanatikan. Apa yang saya hendak katakan tanpa berselindung atau memuji, bahawa saya telah mendapat faedah yang banyak dari ucapan kamu dan telah belajar dengan banyak. Tetapi dengan keizinan kamu, biar saya cakapkan satu perkara, ia satu aduan dan juga mempertahankan kehormatan golongan Sunni. Bolehkah kamu memberitahu kami mengapa guru dan ulama Syiah seperti kamu tidak membendung orang awam kamu dari membuat kenyataan yang membawa kepada kekafiran? Dan akhirnya pihak lain dapat menggunakan perkataan kafir kepada mereka. Seorang mungkin menjadi tumpuan serangan kerana dia membuat kenyataan yang tidak betul. Maka kamu juga tidak seharusnya menjadikan Sunni tempat tumpuan serangan. Syiah mengatakan sesuatu yang menyakitkan hati Sunni, yang kemudiannya mengatakan Syiah sebagai kafir.

Shirazi: Boleh saya tahu kenyataan yang bagaimana atau amalan mana yang membawa kepada kafir?

Hafiz: Syiah mencari kesalahan dari Sahabat yang terkenal dan juga sebahagian dari isteri suci Nabi; ini adalah nyata satu t indakan musyrik. Oleh kerana para Sahabat telah bertahun-tahun berjuang dengan Nabi menentang musyrik, adalah jelas khidmat mereka adalah bebas dari kecacatan. Mereka pastinya mendapat syurga, terutama mereka yang mendapat rahmat Tuhan. Menurut al-Quran:

‘Sesungguhnya Allah telah reda dengan yang beriman apabila mereka memberikan baiah kepada kamu dibawah pokok… ‘ [Surah al-Fath 48:18]

Tidak ada keraguan bahawa Nabi menghormati mereka. Sesiapa yang menafikan kemuliaan mereka pastinya telah menyimpang. Al-Quran berkata:

‘Tidak dia berkata dari kehendaknya. Itu t idak lain adalah wahyu yang disampaikan.’ [Surah al-Najm 53:3-4]

Shirazi: Saya harap tajuk ini tidak dit imbulkan di dalam perjumpaan umum. Jawapan saya mungkin sampai kepada mereka yang kurang arif, dan mereka mungkin menyebarkan propaganda. Adalah lebih baik jika ia dibincangkan secara tertutup. Saya akan berjumpa dengan kamu satu hari, dan kita akan selesaikan masalah ini secara perseorangan.

Hafiz: Maafkan saya, kerana ramai dari kami setelah beberapa malam menekankan supaya tajuk ini hendaklah diperbahaskan. Perbincangan kamu selalunya munasabah. Jika kamu memberikan jawapan yang meyakinkan, tentu tidak ada tindak balas yang tidak menyenangkan. Jika tidak kamu bersetujulah dengan pandangan kami.

235

Page 236: Sect Comparative In Peshwar Night

Nawab: Tidakkah betul. Kita semua mahukan isu i tu diselesaikan di sini dan sekarang ini.

Shirazi: Saya hanya menurut dengan kehendak kamu. Saya tidak menduga bahawa seorang yang berkemampuan seperti kamu, setelah semua penjelasan yang saya telah berikan pada malam-malam yang lalu pada persoalan kekafiran yang dikatakan kafir kepada golongan Syiah. Saya telah pun membentangkan bukti yang cukup bahawa Syiah Ithna Asyariah [Syiah Imam 12] adalah pengikut Muhammad dan ahli keturunannya. Kamu telah membangkitkan beberapa isu. Saya akan menjawab setiap satu daripadanya secara berasingan.

KRITIKKAN KEPADA SAHABAT TIDAK BERERTI KAFIR

Pertama kamu katakan bahawa Syiah mengkritik para sahabat dan sebahagian dari isteri Nabi membawa kepada kafir. Saya t idak faham asas kepada kenyataan ini. Jika kritik disokong oleh bukti, ia diizinkan. Dan jika seseorang membuat tuduhan yang palsu, ini tidak bererti dia kafir. Dia mungkin dikatakan berdosa, sama seperti mereka yang minum arak atau berzina. Dan setiap dosa terhadap hukum Tuhan boleh diampunkan.

Ibn Hazm al-Zahiri al-Andalusi (dilahirkan 456 A.H.) berkata di dalam bukunya al-Fisal fi al-Milal wa al-Nihal bahagian III, ms 227: ‘Jika seseorang mengkritik para sahabat Nabi kerana kejahilan, dia tidak boleh disalahkan. Jika dia lakukan dengan berpengetahuan, dia berdosa sama seperti mereka yang melakukan zina, mencuri dan sebagainya. Jika mereka mengutuk para sahabat dengan sengaja, dia adalah kafir oleh kerana mereka adalah sahabat Nabi, perangai yang sedemikian sama seperti bermusuh dengan Allah dan Nabi-Nya. Sebaliknya jika hanya mengkrit ik sahabat tidaklah membawa kepada kafir.’

Pernah Khalifah Umar meminta Nabi agar mengizinkannya untuk memenggal kepala Hatib, si Munafik, walaupun dia seorang Sahabat Muhajirin, dan juga yang mengambil bahagian di dalam peperangan Badar. Oleh kerana mengkrit ik dan mengatakan dia munafik, Umar tidak dikatakan kafir. Jadi bagaimana mungkin Syiah dituduh sebagai kafir kerana hanya mengkritik sebahagian dari sahabat. Katakanlah buat seketika apa yang kamu katakan adalah benar. Lebih-lebih lagi ulama kamu yang terkenal telah menolak pandangan kamu. Diantara mereka Qazi Abdul Rahman al-Shafii, yang di dalam Mawafiqnya telah menolak penjelasan dari ulama kamu yang fanatik mengenai kafirnya Syiah. Dan Muhammad Ghazali menulis bahawa mengutuk dan mengkritik sahabat tidaklah kafir; bahkan mengutuk kedua-dua Sheikh tidaklah menjadi kafir.

Mulla Sa’ad Taftazani menulis di dalam Syarh Aqa’id al-Nasafi bahawa: ‘Sebahagian orang yang fanatik berkata bahawa sesiapa yang mengutuk sahabat adalah kafir. Amat susah untuk menerima pandangan ini. Kekafiran mereka ini tidak dibuktikan kerana sebahagian ulama

236

Page 237: Sect Comparative In Peshwar Night

penyokong sahabat, mengabaikan perbuatan mereka yang keji dan membuat alasan yang jahil pada menyokong sahabat ini . Mereka katakan para sahabat Nabi semuanya bebas dari segala doa, walaupun kenyataan ini bertentangan dengan fakta. Adakalanya mereka berperang sema sendiri. Cemburu dan cinta kepada kuasa kerap mengerakkan mereka pada melakukan kejahatan. Bahkan sebahagian dari para sahabat yang terkenal juga tidak bebas dari t indakan yang berdosa. Maka jika berasaskan pada bukti tertentu, seseorang mengkrit ik sahabat itu, dia tidak perlu dikutuk kerana perbuatannya. Sebahagian manusia kerana mereka berpihak kepada sahabat, telah menutup segala kekejian perbuatan sahabat. Tetapi sebahagian lagi ada yang merakamkan perbuatan keji mereka dan mengkritiknya.

Selain dari i tu, Ibn Athir al-Jazari , pengarang Jami‘ al-Usul , telah memasukkan Syiah di dalam mazhab Islam, jadi bagaimana kamu boleh memanggil mereka sebagai kafir? Semasa era Khalifah pertama, sebahagian manusia mengutuk para sahabat kerana perbuatan keji mereka. Bahkan Khalifah t idak menjatuhkan mereka dengan hukuman mati kerana kafir. Menurut, Hakim al-Naisaburi di dalam al-Mustadrak , bahagian IV, ms 335, 354, Imam Ahmad Hanbal di dalam Musnad bahagian 1, ms 9, al-Dhahabi di dalam Talkhis al-Mustadrak , Qadi ‘Iyyad di dalam Kitab al-Syifa , bahagian IV, Bab 1 dan Imam Ghazali di dalam Ihya’ ‘Ulum al-Din , j ilid II; menyebutkan pada masa Khalifah Abu Bakar, seorang telah datang kepadanya sambil mengunakan bahasa kotor dan mengutuknya, mereka yang hadir disitu menjadi marah. Abi Barzah Salami meminta kepada Khalifah jika dia boleh mengizinkannya untuk membunuh orang itu kerana telah menjadi kafir. Abu Bakar berkata bahawa tidak boleh, oleh kerana hanya Nabi sahaja yang boleh menjatuhkan hukuman yang sedemikian.

KHALIFAH SENDIRI TIDAK MENGANGGAP BAHWA KUTUKKAN KEPADA MEREKA SEBAGAI KAFIR

Yang sebenarnya, orang ternama Sunni melampaui bagi mereka yang disokonginya. Khalifah sendiri mendengarkan krit ikan dan tidak menuduh manusia dengan kafir atau menghukum mereka dengan hukuman bunuh. Lebih-lebih lagi jika sekiranya mengutuk sahabat menyebabkan kekafiran, mengapa kamu tidak mengatakan Muawiyah dan pengikutnya kafir. Mereka mengutuk dan menghina sahabat yang paling sempurna, Ali Ibn Abi Talib. Hanya memilih-milih dalam perkata ini telah menunjukkan bahawa tujuan sebenar kamu adalah yang lain. Kamu hanya bertujuan untuk memerangi Ahli Bayt dan pengikut mereka!! Jika mengutuk sahabat adalah kafir, mengapa kamu tidak menuduh Ummul Mukminin Aisyah sebagai kafir? Semua ahli sejarah kamu telah mengatakan bahawa dia selalu menghina Khalifah Uthman secara terbuka: ‘Bunuh orang tua bodoh ini, kerana dia telah menjadi kafir,’ Jika sekiranya Syiah mengatakan bahawa adalah baik j ika Uthman dibunuh kerana dia telah kafir, kamu serta merta bangun menentang kami. Tetapi apabila Aisyah mengatakan kepada Uthman di hadapan mukanya bahawa dia adalah na’thal dan juga kafir, tidak juga

237

Page 238: Sect Comparative In Peshwar Night

Khalifah menghalang dia, dan tidak juga sahabat menentangnya. Tidak juga kamu mencari salah pada dirinya.

Nawab: Tuan yang dihormati , apa yang kamu maksudkan dengan perkataan na‘thal?

Shirazi: Firuzabadi, seorang ulama kamu yang berkedudukan tinggi, memberikan maksud di dalam Kamusnya, Qamus al-Lughat sebagai ‘orang tua bodoh’. Juga terdapat seorang Yahudi dengan janggutnya yang panjang di Madinah diberi nama dengan nama itu, yang mana Uthman telah dibandingkan dengannya. Pengulas kepada kamus, Allamah Qawini, juga memberikan maksud yang sama, mengatakan Ibn Hajar di dalam Tabsirah al-Muntaha, menulis, ‘Na‘thal, seorang Yahudi yang berjanggut panjang, tinggal di Madinah; dia sangat menyerupai Uthman.’

KHALIFAH ABU BAKAR MENGHINA ALI

Akhir sekali jika kamu menghina sahabat adalah kafir, mengapa Abu Bakar, dihadapan para sahabat dan diperhimpunan manusia ramai, menghina sahabat yang paling mulia, Ali Ibn Abi Talib? Kamu memuji kemuliaan Abu Bakar yang sepatutnya kamu mengutuknya.

Hafiz: Mengapa kamu menuduhnya dengan tuduhan yang palsu ini? Bilakah Khalifah Abu Bakar menghina Khalifah Ali?

Shirazi: Maafkan saya! Kami tidak mengatakan apa-apa sehinggalah kami telah membuat penyelidikan yang lengkap. Mungkin kamu perlu rujuk kepada Syarh Nahjul Balaghah , jil id IV, ms 80, dimana terdapatnya rakaman bahawa Abu Bakar, menghina Ali dari atas mimbar masjid, dengan berkata: ‘Dia [Ali] adalah musang, buktinya adalah pada ekornya. Dia mengadakan kekacauan, memperkecilkan perkara yang besar dan penting, serta membuat sesuatu supaya manusia memberontak. Dia meminta pertolongan dari yang lemah dan menerima bantuan dari kaum wanita. Dia adalah seumpama Umm al-Tahal [seorang penzina pada zaman jahiliah, sebagaimana yang diterangkan oleh Ibn Abil Hadid] yang mana kaum lelaki di dalam keluarganya didapati melakukan zina.’

Sekarang kamu bezakan penghinaan Abu Bakar terhadap Ali dengan kritikan yang dibuat Syiah terhadap para sahabat. Jika menghina mana-mana sahabat sama seperti kafir maka Abu Bakar, anak perempuannya, Aisyah, Muawiyah dan pengikutnya hendaklah dilabelkan sebagai kafir. Jika ia tidak membawa kepada kekafiran maka kamu tidak boleh mengatakan Syiah kafir pada perkara yang sama (kerana menghina Sahabat).

KHALIFAH UMAR MENGATAKAN BAHAWA MENGUTUK MUSLIM TIDAK KAFIR

238

Page 239: Sect Comparative In Peshwar Night

Lebih-lebih lagi, menurut keputusan ahli perundangan dan juga Khalifah kamu yang agung, mereka yang mengutuk Khalifah tidaklah kafir. Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad , jil id III, Ibn Sa’ad di dalam Kitab al-Tabaqat , Qadi ‘Iyyad di dalam al-Syifa , bahagian IV Bab 1, mengatakan bahawa gabenor Khalifah Umar, Ibn Abdul Aziz, menulis dari Kufah bahawa seorang telah menghina dan mencaci Umar bin Khattab, Khalifah kedua. Gabenor meminta kebenaran untuk membunuh orang itu. Umar bin Khattab menjawab bahawa ia tidak dibolehkan untuk mengambil nyawa muslim kerana menghina dan mencaci mama-mana muslim lainnya melainkan sesaorang itu yang menghina Nabi.

MENURUT ABUL HASAN ASH‘ARI WALAUPUN MEMANGGIL ALLAH ATAU NABI DENGAN NAMA YANG JAHAT TIDAK JUGA KAFIR

Sebahagian dari ulama terkenal kamu, seperti Abul Hasan Asy‘ari dan pengikutnya, percaya bahawa jika seseorang mempunyai keimanan di dalam hatinya dan bahkan melahirkan kekafiran [dengan mengamalkan agama Yahudi atau Kristian, sebagai contoh] atau bangun menentang Nabi, atau memanggil Allah atau Nabi dengan nama yang jahat, walaupun begitu dia tidaklah kafir. Iman bererti kepercayaan di dalam hati dan oleh kerana t iada siapa tahu hati orang lain, ia t idak boleh dikatakan bahawa kekafiran yang dil ihat adalah dari dalam hati ataupun tidak. Ulama Asy‘ari telah membicangkan isu ini di dalam buku-buku mereka. Ibn Hazm al-Andalusi telah menulis dengan mendalam mengenai perkara ini di dalam bukunya Kitab al-Fazl [bahagian IV, ms 204, 206] Dari keterangan ini semua apa hak yang kamu ada pada menuduh Syiah dengan kafir?

KEBANYAKKAN SAHABAT MENGHINA SATU SAMA LAIN TETAPI TIDAK DIANGGAP SEBAGAI KAFIR

Di dalam buku Sahih kamu seperti, Musnad dari Ahmad Hanbal, ji lid II, ms 236; Sirah al-Halabiyyah , jil id II, ms 107, Sahih al-Bukhari , jil id II, ms 74, Sahih Muslim , Kitab al-Jihad wa Asbab al-Nuzul oleh Wahidi, ms 118; terdapat banyak Hadis yang menunjukkan bahawa kebanyakkan Sahabat menghina satu sama lain di hadapan Nabi. Tetapi Nabi tidak mengatakan mereka kafir. Nabi menegur mereka. [Penyampaian mengenai perbalahan dan pertengkaran ini hanya dirakamkan di dalam buku-buku Sunni, t idak di dalam buku Syiah] Dari pandangan pada catatan ini, saya harap kamu berpuas hati bahawa mengutuk atau menghina sahabat t idak membawa kepada kafir. Jika kita mengutuk seseorang dengan tanpa sebab, kita hanya berdosa, bukan kafir. Dan setiap dosa boleh diampunkan.

NABI ISLAM MENGETAHUI SEGALA YANG BAIK DAN YANG JAHAT DARI TINDAKAN SAHABAT

239

Page 240: Sect Comparative In Peshwar Night

Kedua; kamu katakan bahawa Nabi menghormati dan memuliakan sahabatnya. Ini adalah benar. Sebagai tambahan, semua Muslim dan orang yang berilmu bersetuju bahawa Nabi tahu tindakan yang baik dan jahat dari manusia. Dia memuji amalan yang baik. Begitulah dia memuji keadilan Nushirwan dan cemerlangnya Hatim al-Ta’i. Jika Nabi mengormati seseorang, itu adalah kerana amalan baiknya. Tetapi penghargaan yang ditunjukkan kepada seseorang yang melakukan amalan yang baik, tidak membuktikan yang akhirnya juga dia akan berjaya. Mungkin dia akan melakukan kejahatan pada masa yang akan datang. Jika dia melakukannya, untuk mengatakan dia jahat pada awalnya adalah kejam, walaupun akan diketahui bahawa dia akan melakukan dosa pada masa akan datang. Ali mengetahui dosa dan akhirnya yang terkutuk Abdur Rahman Ibn Muljim Muradi, dan berulang kali memberitahu bahawa dia adalah pembunuhnya. Pada satu ketika dengan jelas dia berkata: ‘Saya hendakkan dia hidup, tetapi dia telah cenderung pada membunuh aku, dan kawan yang kejam ini adalah dari kaum Murad.’ Kenyataan ini telah dirakamkan oleh Ibn Hajar al-Makki pada penghujung bahagian I dari Sawa‘iq , ms 72. Tetapi Ali tidak mahu menghukumnya. Maka Hadis yang menunjukkan bahawa kemuliaan sebahagian dari tindakan tertentu atau kenyataan para sahabat tidak semestinya mendorong untuk semua masa yang mendatang.

KEMULIAAN KERANA TERJUMLAH DI DALAM KUMPULAN BAIAH RIDWAN

Ketiga; kamu katakan bahawa oleh kerana sahabat berada di Baiah al-Ridwan dan memberikan taat setia kepada Nabi, mereka tidak boleh dikutuk, tetapi perlulah dipuji kerana dirujuk kepada ayat al-Quran yang kamu bacakan [Surah al-Fath 48:18]. Sarjana penyelidik dan juga ulama telah mengulas tajuk ini dengan panjang lebar. Mereka mengatakan bahawa keridaan Tuhan pada ayat ini hanya pada amalan itu secara khusus sahaja, iaitu baiah, dan itu t idak mengandungi kekafiran.

Kamu sendiri sedar bahawa pada peristiwa baiah di Hudaibiyah, terdapat 1500 orang dari ummah yang hadir, yang mana kemudiannya sebagian dari mereka telah dijumlahkan di dalam ayat ‘munafikun’, Allah menjanjikan mereka dengan neraka selama-lamanya. Adakah mungkin Allah dan Nabi-Nya akan reda dengan sebahagian orang, yang mana orang itu akan tinggal kekal di dalam neraka? Dengan itu keridaan Tuhan tidaklah disebabkan oleh Baiah al-Syajarah sahaja [kesetiaan di bawah pokok], tetapi berasaskan kepada keimanan yang tulus dan amalan yang baik. Mereka yang mempercayai keesaan Tuhan dan Nabi serta menunaikan kesetiaan tersebut berhak mendapat keridaan Tuhan. Mereka telah diist iharkan sebagai penghuni syurga. Tetapi mereka yang memberikan kesetiaan tanpa iman, dan yang tidak memberikan kesetiaan, mereka berhak mendapat kemurkaan Tuhan. Pastinya sahabat melakukan amalan yang digalakan, dan bagi amalan mereka yang baik [baiah di bawah pokok] mereka hendaklah dipuji ,

240

Page 241: Sect Comparative In Peshwar Night

sama ada dia sahabat ataupun tidak; melakukan dosa, dia hendaklah dikrit ik.

SYIAH MENGAKUI KEMULIAAN SAHABAT

Golongan Syiah selalu menyampaikan amalan yang baik yang dilakukan oleh Sahabat.

Lebih-lebih lagi Syiah mengakui amalan yang baik walaupun dari mereka yang telah menjadi tumpuan kritikan yang tajam. Sebagai contoh, Syiah menghargai baiah mereka yang di bawah pokok, penghijrahan mereka dengan Nabi, mengambil bahagian di dalam peperangan, tetapi Syiah juga mengkritik dan mengutuk amalan mereka yang kejam.

Hafiz: Saya terperanjat mendengarkan kamu berkata bahawa sahabat Nabi melakukan dosa. Nabi mengistiharkan setiap mereka sebagai petunjuk dan ketua bagi ummah. Dia mengatakan di dalam Hadis yang yang terkenal: ‘Sesungguhnya, sahabatku adalah seumpama bintang; jika kamu mengikuti mana-mana satu dari mereka, kamu akan mendapat petunjuk.’ Pastinya keimanan kamu bukan dari yang ramai [lazim], dan kami t idak menerima keimanan yang sedemikian.

PENELITIAN TERHADAP HADIS ‘MENGIKUTI SAHABAT’

Shirazi: Saya terpaksa membincangan beberapa aspek dari Hadis ini sebelumnya saya menjawabnya. Baiklah kita tidak akan mengatakan mengenainya puncanya, atau lemahnya Hadis ini pada krit ikan, kerana kita akan hanyut dari tajuk asal. Perbincangan kita akan menumpukan kepada maksudnya.

Mereka yang dianugerah dengan penghormatan pada melihat Nabi, atau yang menyampaikan Hadis darinya telah dikatakan Sahabat dan ashab sama ada mereka Muhajirin dari Mekah atau mereka yang menolongnya [Ansar] di Madinah dan lainnya

Salah faham yang terbesar diantara kamu adalah, sikap kamu yang murah hati terhadap Sahabat, kamu menganggap kesemua mereka bebas dari segala kesalahan walaupun fakta sebenar adalah yang sebaliknya. Diantara para sahabat Nabi ada yang baik dan ada yang jahat, yang mana Allah dan Nabi-Nya benar-benar tahu. Ini boleh dibuktikan dengan surah Munafiqun dan ayat-ayat dari surah lain, seperti al-Taubah yang juga dikenali sebagai al-Bara’ah dan Ahzab, yang diwahyukan pada mengutuk Sahabat yang hipokrit dan berdosa. Ulama kamu yang terkenal telah merakamkan sebahagian dari kesalahan yang dilakukan Sahabat di dalam buku Sahih mereka. Hisham bin Muhammad seorang ulama terkenal kamu telah menyusun sebuah buku mengenai kesalahan dan penyelewengan sahabat.

241

Page 242: Sect Comparative In Peshwar Night

Si hipokrit, yang telah di kutuk Allah di dalam al-Quran dan juga oleh Nabi, adalah manusia talam dua muka; yang hanya muslim pada wajah sahaja. Hati mereka penuh dengan korupsi dan penyelewengan, dan kesemua mereka adalah di dalam jumlah Sahabat. Maka bagaimana kita boleh mempunyai pandangan yang baik kepada semua Sahabat? Dan bagaimana kita boleh yakin dengan mengikuti mereka kita akan terselamat? Tidakkah satu fakta nyata peristiwa di Aqabah bahawa para sahabat yang kelihatan taat telah bertekad hendak membunuh Nabi?

PERISTIWA AQABAH DAN RENCANA MEMBUNUH NABI

Hafiz: Sebahagian ulama menganggap peristiwa Aqabah adalah rekaan Syiah.

Shirazi: Adalah t idak wajar bagi kamu untuk bergantung pada kepercayaan sebahagian dari mereka yang berfikiran Khariji dan Nasibi. Kejadian ini telah diketahui oleh semua bahawa ulama kamu sendiri telah mengesahkannya.

Tolong rujuk kepada Dala’il al-Nabuwwah tulisan Hafiz Abu Bakar Ahmad bin Husain al-Baihaqi al-Syafii, seorang ulama dan ahli perundangan [fikah] kamu. Dia telah merakamkan cerita mengenai Batn al-‘Aqabah , dengan rantai penyampai yang sahih; dan juga Imam Ahmad Bin Hanbal, pada penghujung jilid. V dari Musnad , menyatakan dari Abu Tufail, dan Ibn Abil Hadid menulis dalam Syarh Nahj al-Balaghah , dan ia telah diketahui oleh semua ulama, bahawa Nabi pada malam tersebut mengutuk sekumpulan sahabat.

Nawab: Apakah perkaranya, dan siapakah mereka yang hendak membunuh Nabi?

Shirazi: Ulama yang terkenal dari kedua golongan telah menulis bahawa Muhammad ketika dalam perjalanan pulang dari ekspedisi Tabuk, 14 hipokrit telah merencana hendak membunuh Nabi. Rancangannya adalah hendak menolak Nabi jatuh dari unta supaya dia akan terjatuh ke dalam gaung apabila dia menunggang pada waktu malam di Aqabah; laluan sempit yang mana hanya satu orang sahaja dapat melaluinya. Apabila mereka cuba hendak melaksanakan rancangan mereka, Malaikat Jibril memberitahu Nabi mengenainya. Nabi menghantar Hudhaifah Nakha‘i supaya bersembunyi di belakang batu. Apabila mereka yang berkonpirasi sampai dan bercakap sesama mereka, Hudhaifah mengenali mereka semua. Dari jumalah mereka, 7 orang dari Bani Umayyah. Hudhaifah kembali kepada Nabi dan menamakan mereka semua. Nabi menyuruh dia merahsiakan plot tersebut dan berkata bahawa Allah adalah pemelihara mereka. Pada awal malam Nabi memulakan perjalanan, diikuti oleh tenteranya. Ammar bin Yasir memandu unta dari depan dan Hudhaifah menundanya dari belakang. Apabila mereka sampai pada lorong yang sempit, si Hipokrik membaling bag kulit mereka yang dipenuhi pasir [atau bekas minyak] di hadapan unta, membuat bunyi yang bising, mengharap

242

Page 243: Sect Comparative In Peshwar Night

supaya binatang yang terperanjat i tu akan menjatuhkan Nabi ke dalam jurang. Tetapi Allah telah menyelamatkan Nabi dan konspirator i tu telah lari dalam kumpulan orang ramai.

Tidakkah orang ini terjumlah dalam katogeri sahabat? Adakah benar mengikuti mereka bererti mendapat petunjuk?

Apabila kita mengatakan mengenai para sahabat Nabi, mengapa kita perlu menuntup mata pada kesalahan mereka?

NABI TIDAK PERNAH MENYURUH KITA MENGIKUTI PENIPU

Saya telah merujuk pada malam-malam yang lalu kepada karakter Abu Hurairah, memberitahu kamu bahawa Khalifah Umar telah menyebatnya kerana dia biasa menyebut Hadis yang palsu dari Nabi. Tidakkah dia dari kalangan Sahabat? Tidakkah dia secara dusta telah menyampaikan Hadis dengan banyaknya? Begitu juga, sahabat yang lain seperti Sumrah bin Jundah, termasuk diantara mereka? Bolehkan Nabi menyuruh ummahnya mengikut pendusta dan pemalsu? Jika Hadis ini betul, iaitu, bahawa kita mengikuti mana-mana satu dari Sahabat, kita akan dapat petunjuk, maka beritahulah kepada kami siapa yang perlu kita ikuti, jika dua sahabat pergi pada arah yang bertentangan. Atau jika dua kumpulan dari mereka, masing-masing memerangi satu sama lain, atau setiap satu bertentangan dengan yang lain, siapakah yang perlu kita sokong?

Hafiz : Pertama; para sahabat Nabi yang terkemuka tidak pernah bermusuhan sesama mereka. Dan jika seorang menentang yang lain; kita hendaklah menelit i faktanya dengan betul. Mereka yang lebih tulus dan kenyataannya yang lebih logik hendaklah diikuti.

Shirazi : Jika dari kenyataan kamu, kita buat pertanyaan dengan teliti dan dapati seorang dari mereka lebih tulus dan berada di pihak yang benar, jadi Sahabat di pihak yang lain pastinya tidak tulus dan di pihak yang salah. Maka Hadis ini pada asasnya telah hilang kepercayaannya, kerana adalah mustahil bahawa Sahabat yang bertentangan boleh kedua-duanya menjadi punca bagi petunjuk.

PENENTANGAN SAHABAT DI SAQIFAH

Jika Hadis ini sahih, mengapa kamu bantah terhadap Syiah kerana mereka mengikuti sekumpulan sahabat seperti Salman, Abu Dhar, Miqdad, Ammar bin Yasir, Abu Ayyub al-Ansari , Hudhaifah al-Nakha‘i dan Khuzaimah Dhu al-Shahadatain, serta lain-lain yang mana saya telah tunjukkan pada malam yang lalu? Orang-orang ini pastinya tidak memberikan baiah kepada Abu Bakar. Maka dari para sahabat yang bertentangan satu sama lain, siapakah di pihak yang benar? Pastinya satu mesti di pihak yang bersalah, melalui Hadis yang kamu telah sebutkan kepada kami bahawa kita boleh mengikuti mana-mana Sahabat dan mendapat petunjuk.

243

Page 244: Sect Comparative In Peshwar Night

SA‘AD BIN UBADAH MENENTANG ABU BAKAR DAN UMAR

Tidakkah Sa‘ad bin Ubadah adalah seorang Sahabat yang tidak memberikan baiah kepada Abu Bakar dan Umar? Kesemua ahli sejarah Sunni dan Syiah sebulat suara mengatakan bahawa dia pergi ke Syria dan tinggal di sana sehingga pertengahan masa pemerintahan Khalifah Umar, di mana dia akhirnya dibunuh. Maka mengikutinya dan menentang Abu Bakar dan Umar, menurut dari Hadis i tu adalah laluan petunjuk (kerana beliau adalah salah seorang Sahabat Nabi s.a.w).

TALHAH DAN ZUBAIR MENENTANG ALI DI BASRA

Tidakkah Talhah dan Zubair antara para sahabat yang memberikan baiah di bawah pokok. Tidakkah mereka menentang pengganti Nabi yang sah, Khalifah keempat yang diakui menurut dari kepercayaan kamu. Tidakkah Sahabat ini yang bertanggung jawab terhadap pertumpahan darah ribuan manusia? Tolong beritahu kepada saya sekarang yang mana satu dari kedua pihak Sahabat ini yang memerangi sesama sendiri , di pihak yang benar dan mendapat pertunjuk. Jika kamu katakan bahawa, oleh kerana keduanya adalah taat, maka keduanya adalah di pihak yang betul, maka kamu adalah salah. Adalah mustahil pada mengatakan bahawa kedua pihak yang bertentangan kedua-duanya adalah betul dan masing-masing mendapat petunjuk.

Maknanya para sahabat yang mengikut Ali adalah yang pasti betul. Kumpulan di pihak lawan adalah salah; dan ini adalah satu lagi kenyataan pada menyangkal kenyataan kamu bahawa semua sahabat yang hadir di Baiah Ridwan, di bawah pokok, adalah yang mendapat petunjuk. Di antara mereka yang memberikan baiah di bawah pokok adalah mereka yang berdua ini - Talhah dan al-Zubair; dan yang juga telah memerangi Khalifah keempat. Mereka sebenarnya memerangi dia yang Nabi katakan: ‘Wahai Ali, memerangi kamu adalah memerangi aku.’ Tidakkah ini bererti memerangi Nabi Allah? Jadi bagaimana kamu katakan bahawa perkataan Ashab (bersahabat) atau yang hadir di bawah pokok untuk berbaiah adalah dijamin keselamatan mereka?

MUAWIYAH DAN AMRU AL-‘AS BIASA MENGUTUK DAN MENGHINA ALI

Muawiyah dan Amr al-‘As adalah para Sahabat dan bahkan mereka menentang pengganti Nabi, serta mengutuk dan menghina Ali di tempat-tempat umum dan juga dalam khutbah Jumaat. Mereka melakukannya walaupun pada hakikatnya, sebagaimana yang dinyatakan oleh ulama terkenal dari golongan kamu dan juga buku-buku Hadis yang sahih, bahawa Nabi selalu berkata: ‘Sesiapa yang mengutuk dan menghina Ali , menghina aku. Dia yang menghina aku telah menghina Allah.’

Seorang ilmuan al-Taftazani telah menghuraikan tajuk ini di dalam bukunya Syarh al-Maqasid . Dia menulis bahawa sebahagian Sahabat

244

Page 245: Sect Comparative In Peshwar Night

telah bermusuhan di antara satu dengan lain, maka sebahagiannya telah menyimpang dari jalan yang benar. Sebahagian mereka disebabkan cemburu dan inginkan kebanggaan dunia telah melakukan berbagai kezaliman. Telah terbukti bahawa kebanyakkan sahabat yang tidak maksum telah melakukan amalan yang hina. Tetapi sebahagian ulama kerana mencintai mereka telah cuba untuk melindungi kesalahan mereka.

Terdapat banyak hujah yang jelas pada menolak Hadis yang dibincangkan.Tidak dapat dinafikan bahawa Hadis ini adalah dipalsukan. Banyak dari ulama kamu telah menyatakan keraguan mereka terhadap Hadis ini .

PUNCA HADIS ‘SAHABAT AKU ADALAH UMPAMA BINTANG’ ADALAH LEMAH.

Setelah menyebutkan Hadis ini dalam Syarh al-Syifa , j ilid II, ms 91, Qadi ‘Iyyad berkata bahawa al-Daruqutni dalam Fada’il dan Ibn Abd al-Barr berkata bahawa Hadis ini tidak sahih.

Ia juga disebutkan dari ‘Abd bin Hamid dalam Musnad yang menyatakan dari Abdullah Ibn Umar bahawa al-Bazzar enggan mengakui kesahihan Hadis ini . Juga dia mengatakan bahawa Ibn ‘Adi menyatakan dalam al-Kamil dengan rujukannya sendiri dari Nafi‘, dan dia mengambilnya dari Abdullah bin Umar, bahawa punca Hadis ini adalah lemah. Al-Baihaqi juga dinyatakan telah menulis bahawa Hadis ini diketahui secara umum tetapi puncanya adalah lemah.

Di antara punca Hadis ini adalah Harith bin Ghazin [Qazwin], yang mana karakternya tidak diketahui [seorang yang majhul], dan Hamzah Ibn Abi Hamzah al-Nussairi [Nasibi], yang telah dituduh sebagai penipu. Lemahnya Hadis ini telah terbukti. Ibn Hazm juga berkata bahawa Hadis ini telah dipalsukan dan hendaklah ditolak.

Maka dalam hujah kamu kita tidak boleh bergantung pada Hadis yang lemah rantaian penyampainya. Walaupun jika kita anggap Hadis ini betul, pengertiannya tidak boleh digunakan secara umum; ia hanya merujuk kepada Sahabat yang taat dan warak yang mengikut arahan Nabi dan juga kitab Allah serta juga keturunan Nabi yang suci.

PARA SAHABAT TIDAK MAKSUM

Setelah menyatakan ini, jika saya mengkritik Sahabat, kamu jangan menganggap saya zalim. Mereka semuanya adalah manusia biasa dan besar kemungkinan tersalah.

Hafiz : Kami juga percaya bahawa Sahabat tidaklah maksum, tetapi pada masa yang sama telah diterima secara fakta bahawa mereka adalah orang-orang yang benar. Tidak ada kesalahan yang dilakukan oleh mereka.

245

Page 246: Sect Comparative In Peshwar Night

Shirazi : Kamu telah melampau jika kamu terus menekan pada mengatakan mereka itu adil dan bebas dari kesalahan, oleh kerana dalam buku Sahih yang ditulis oleh ulama kamu, mereka berhujah yang disebaliknya. Mereka memberitahu kita bahawa sebahagian dari sahabat terkenal terkadang kala melakukan kesalahan.

Hafiz: Kami t idak mengetahui rakaman yang sedemikian. Sila terangkan kepada kami jika kamu mengetahui.

Shirazi: Kita ketepikan apa yang mereka lakukan pada masa jahiliah, mereka telah lakukan banyak kesalahan selepas mereka memeluk Islam. Adalah mencukupi pada menyatakan satu contoh kejadian sahaja.

Ulama kamu yang terkenal menulis di dalam buku Sahih bahawa pada tahun penaklukkan Mekah [8 Hijrah] beberapa Sahabat terkenal terlibat dalam pesta bersuka ria dan secara rahsia minum arak.

Hafiz: Ini pastinya cerita rekaan. Apabila arak diisytiharkan sebagai haram, para sahabat yang dihormati tidak pernah hadir ke pesta sedemikian, inikan pula disebut minum arak.

Shirazi: Ia bukan direka oleh musuh. Jika ia direka, maka rekaan ini datangnya dari ulama kamu.

Nawab: Jika terdapat pesta yang sedemikian, nama tuan rumah dan tetamunya tentu telah dinyatakan. Bolehkan kamu menjelaskannya?

Shirazi: Ya, ulama kamu telah menerangkannya.

SEPULUH SAHABAT MEMINUM ARAK DALAM PERJUMPAAN RAHSIA

Ibn Hajar menulis dalam Fath al-Bari , j ilid X, ms 30, bahawa Abu Talhah Zaid bin Sahl telah menyediakan pesta minum arak di rumahnya dan mempelawa 10 orang. Kesemua mereka minum arak dan Abu Bakar membacakan syair memperingati beberapa orang musyrik yang telah terbunuh dalam Peperangan Badar.

Hafiz: Adakah nama tetamu-tetamu juga dinyatakan? Jika ia, sila beritahu kami.

Shirazi : (1) Abu Bakar bin Abi Qahafah, (2) Umar Ibn Khattab, (3) Abu Ubaidah al-Jarrah, (4) Ubay bin Ka‘ab, (5) Sahl bin Baizah, (6) Abu Ayyub al-Ansari , (7) Abu Talhah (Tuan Rumah), (8) Abu Dajjanah Samak bin Kharsa, (9) Abu Bakar bin Shaghuls, (10) Anas bin Malik, yang berusia 18 tahun pada masa itu dan yang menyajikan arak. Al-Baihaqi di dalam Sunan , j ilid VIII, ms 29, telah juga sampaikan dari Anas sendiri bahawa dia mengatakan yang dia termuda dari kalangan mereka pada masa i tu dan yang menyajikan arak. [dengan kenyataan ini terdapat sedikit kekecohan dari para hadirin]

246

Page 247: Sect Comparative In Peshwar Night

Sheikh: Saya bersumpah dengan Allah bahawa ini telah diadakan oleh pihak musuh!!

Shirazi : Kamu terlalu ghairah, dan kamu telah membuat sumpah yang keji!! Tetapi ini bukanlah salah kamu secara keseluruhan. Pengajian kamu terhad. Jika kamu banyak membaca, kamu akan dapati ulama kamu telah menulis semua ini. Sekarang kamu perlulah meminta ampun kepada Allah.

Sekarang saya terpaksa menjelaskan fakta mengikut kenyataan ulama kamu. Muhammad bin Ismail al-Bukhari dalam Sahih (mengulas pada Ayat al-Khamr, "ayat mengenai arak", di dalam al-Quran surah al-Maidah); Muslim dalam Sahih (Kitab al-Ashribah bab al-Tahrim al-Khamr); Imam Ahmad bin Hanbal dalam Musnad , jil id XXX, ms 181 dan 227; Ibn Kathir dalam Tafsir al-Quran al-Azim , j ilid XI, ms 93; Jalaludin al-Suyuti dalam al-Durru al-Manthur , jil id II, ms 321; al-Tabari dalam Tafsirnya (Tafsir al-Tabari ), j ilid VII, ms 24; Ibn Hajar Asqalani dalam al-Isabah , j ilid IV, ms 22 dan Fath al-Bari , j ilid X, ms 30; Badruddin al-Hanafi dalam Umdat al-Qari, jil id X, ms 84; al-Baihaqi dalam Sunannya (Sunan al-Bayhaqi), ms 286 dan 290; dan yang lainnya telah merakankan fakta ini dengan penjelasan yang mendalam.

Sheikh: Mungkin perkara ini terjadi sebelum arak diharamkan.

Shirazi: Apa yang kami kumpulkan dari ulasan dan sejarah menunjukkan bahawa walaupun setelah ayat pada pengharaman arak diwahyukan, sebahagian muslim dan Sahabat masih terus meminumnya.

Muhammad ibn Jarir al-Tabari menyatakan dalam Tafsir , j ilid II, p.203, pada pengesahan Abil Qamus Zaid bin Ali , yang mengatakan Allah telah mewahyukan tiga kali ayat pada pengharaman minum arak. Di dalam ayatnya yang pertama Dia berkata: :

“Mereka bertanya kepadamu (Wahai Muhammad) mengenai arak dan judi. katakanlah: "Pada keduanya ada dosa besar dan ada pula beberapa manfaat bagi manusia tetapi dosa keduanya lebih besar daripada manfaatnya dan mereka bertanya pula kepadamu: apakah yang mereka akan belanjakan (dermakan)? katakanlah: "Dermakanlah - apa-apa) yang berlebih dari keperluan (kamu). Demikianlah Allah menerangkan kepada kamu ayat-ayat-Nya (keterangan-keterangan hukumNya) supaya kamu berfikir: [Surah al-Baqarah 2: 219].

Tetapi muslim tidak meninggalkan arak sepenuhnya. Apabila dua orang, sedang mabuk, mendirikan salat dan bercakap yang bukan-bukan, satu lagi ayat telah diwahyukan, yang berbunyi:

247

Page 248: Sect Comparative In Peshwar Night

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu hampiri sembahyang (mengerjakannya) sedang kamu dalam keadaan mabuk, hingga kamu sedar dan mengetahui akan apa yang kamu katakan. [Surah al-Nisa’ 4:43]

Walaupun selepas ini, minum arak masih berterusan, tetapi manusia tidak mendirikan salat ketika mabuk. Satu hari seseorang minum arak [menurut dari kenyataan al-Bazar, Ibn Hajar, dan Ibn Mardawih bahawa orang itu adalah Abu Bakar] telah menggubah syair untuk orang jahiliah yang terbunuh dalam peperangan Badar. Apabila Nabi mendengar mengenainya, baginda menjadi marah. Baginda pergi ke pesta itu dan hendak memukulnya. Orang itu berkata: ‘Saya berlindung dengan Allah, dari kemarahan Allah dan Nabi-Nya. Allah menjadi saksi saya, saya tidak akan minum arak lagi.’ Kemudian ayat yang berikutnya diwahyukan:

Wahai orang-orang yang beriman! bahawa sesungguhnya arak, dan judi, dan pemujaan berhala, dan mengundi nasib dengan batang-batang anak panah, adalah (semuanya) kotor (keji) dari perbuatan syaitan. oleh i tu hendaklah kamu menjauhinya supaya kamu berjaya. [Surah al-Ma’idah 5:90]

Diantara sahabat Nabi ada yang baik dan ada yang jahat, sebagaimana terdapat juga diantaranya orang beriman dan muslim yang lain. Ada di kalangan mereka yang bersungguh-sungguh pada mentaati Allah dan Nabi-Nya maka mereka telah mencapai darjat yang tinggi. Mereka yang mengikuti kehendak dunia pula telah dipandang rendah oleh yang lainnya. Maka mereka yang menyalahkan Sahabat yang pentingkan dunia melakukan dengan bersebab. Amalan keji yang dilakukan oleh sebahagian Sahabat telah dirakamkan di dalam buku Sahih dari ulama kamu adalah juga dikutuk menurut keterangan al-Quran. Syiah mengutuk mereka mengikut asas ini . Jika terdapat hujah yang logik pada keterangan ini, kami sedia menerimanya.

PARA SAHABAT MELANGGAR SUMPAH SETIA MEREKA

Shirazi: Amatlah aneh bahawa baru sahaja mendengarkan kualiti mereka yang keji [Saya hanya menyatakan sedikit dari jumlahnya yang besar] kamu masih menyoal apakah dia mengenai salahlaku mereka! Sekarang saya akan menyampaikan satu lagi contoh dari amalan mereka yang busuk; yang telah dirakamkan di dalam buku kedua-dua golongan; melanggar sumpah mereka. Allah telah menjadikan wajib bagi seseorang supaya menyimpan janji mereka. Dia berkata:

248

Page 249: Sect Comparative In Peshwar Night

Dan sempurnakanlah pesanan-pesanan dan perintah-perintah Allah apabila kamu berjanji; dan janganlah kamu merombak (mencabuli) sumpah kamu sesudah kamu menguatkannya (dengan nama Allah), sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai Penjamin kebaikan kamu; Sesungguhnya Allah sedia mengetahui akan apa yang kamu lakukan. (Surah al-Nahl 16: 91)

Dan lagi Allah memanggil mereka yang melanggar sumpah sebagai yang terkutuk. Dia berkata:

‘Dan mereka yang melanggar perjanjian Allah setelah dipersaksikan, dan memutuskan pertalian dengan yang Allah suruh eratkan, dan membuat kerosakkan dibumi; dan keatas mereka kutukan, dan mereka mendapat tempat yang kejam sebagai tempat t inggal.’ [Surah al-Ra’du 13:25]

Maka nyatalah dari keduanya al-Quran dan terdapat jumlah yang banyak di dalam Hadis bahawa melanggar sumpah adalah dosa yang besar, terutama sumpah yang dibuat kepada Allah dan Nabinya. Seriusnya kesalahan ini bagi para Sahabat berlipat kali ganda lagi.

Hafiz: Apakah sumpah dengan Muhammad yang para sahabat telah langgar? Bagaimana ia boleh menjadi tumpuan bagi ayat al-Quran? Saya fikir jika kamu menelitinya dengan cermat, kamu akan mengaku bahawa semua perkara ini adalah bikinan Syiah sahaja. Para sahabat Nabi adalah bebas dari itu semua.

DI DALAM AYAT AL-QURAN ‘YANG BENAR’ MERUJUK KEPADA MUHAMMAD DAN ALI.

Shirazi: Saya telah berulang kali menyatakan kepada kamu bahawa Syiah telah berikrar untuk mengikuti ketua mereka.

Jika tidak, mereka tidak boleh menjadi Syiah. Al-Quran telah memberikan bukti terhadap kebenaran ketua mereka. Sebagai contoh ulama terkenal kamu, Imam al-Tha‘labi dan Jalaluddin al-Suyuti dalam Tafsirnya, Hafiz Abu Nu‘aim al-Isfahani dalam Ma Nazal min al-Quran fi Ali , Khatib al-Khawarizmi dalam Manaqib , Sheikh Sulayman Balkhi al-Hanafi dalam Yanabi‘ al-Mawaddah , Bab 39, menyebut dari al-Khawarizmi, Hafiz Abu Nu‘aim dan Humawaini dan Muhammad bin Yusuf al-Kanji al-Shafii dalam Kifayatu al-Talib , Bab 62 – kesemua mereka telah mengatakan dari sejarah seorang ilmuan Muhaddith al-Sham bahawa dalam ayat al-Quran: ‘Wahai orang-orang yang beriman! bertaqwalah kamu kepada Allah, dan hendaklah kamu berada bersama-sama orang-orang yang benar.’ [Surah al-Taubah 9:119]

249

Page 250: Sect Comparative In Peshwar Night

‘Yang benar’ merujuk kepada Muhammad dan Ali. Maka pengikut bagi keluarga yang mulia ini bukanlah penipu atau pemalsu kerana orang itu sendiri yang menipu dan memalsukan cerita yang tidak punya sebarang kebenaran atau asas yang kuat akan jatuh semula menimpa diri dan matlamatnya. Apa yang Syiah katakan telah ditulis oleh ulama kamu sendiri. Pertama kenalah kamu membuat bantahan kepada ulama kamu yang menulis semua ini. Jika ulama kamu tidak menulisnya mengenai melanggar sumpah setia oleh para sahabat di dalam buku mereka yang sahih, saya t idak akan menyebutnya di dalam perjumpaan ini.

Hafiz : Siapakah ulama Sunni yang menulis bahawa para sahabat telah melanggar sumpah setia mereka. Hanya cakap-cakap kosong tidak memadai.

Shirazi: Saya bukan hanya bercakap kosong. Hujah saya penuh dengan logik. Para sahabat telah melanggar sumpah beberapa kali . Mereka melanggar janji yang mana Nabi Allah telah mengarahkan mereka, dan yang paling penting adalah perjanjian taat setia di Ghadir Khum.

GHADIR, HADIS DAN CARANYA.

Kesemua ulama Syiah dan Sunni telah mengesahkan bahawa pada tahun ke 10 Hijrah, Nabi Allah pulang dari haji terakhir, mengumpulkan semua para sahabat di Ghadir Khum pada 18 Zulhijjah. Sebahagian dari mereka yang terdahulu telah dipanggil semula dengan arahan dari Nabi dan mereka yang tertinggal dibelakang telah ditunggui. Kebanyakan dari ulama dan ahli sejarah kamu dan juga punca dari Syiah memberikan jumlah 70 000 orang di sana, dan sebahagian lagi dari ulama kamu, sebagai contoh, al-Tha‘labi di dalam Tafsirnya, Sibt Ibn al-Jawzi di dalam Tadhkirah al-Khasa’is al-Ummah fi Ma’rifat al-A’immah dan yang lain telah menulis bahawa di sana terdapat 120 000 orang berkumpul. Nabi mengarahkan mimbar didirikan. Dia naik ke atas mimbar dan memberikan syarahan yang panjang, sebahagian besarnya mengandungi kehormatan dan kemuliaan Amirul Mukminin. Dia membacakan kebanyakan dari ayat-ayat al-Quran yang memuji Ali, dan mengingatkan manusia pada kedudukan Amirul Mukminin sebagai wazir. Kemudian Nabi berkata: ‘Wahai Ummah! Tidakkah aku mempunyai tuntutan yang lebih besar dari kamu terhadap nyawa kamu?’ Rujukan dalam ayat al-Quran:

Nabi itu lebih utama dengan orang-orang yang beriman daripada diri mereka sendiri; [Surah al-Ahzab 33:6]

Kumpulan manusia menjawab dengan satu suara, menyahut, ‘Sesungguhnya, Ya Rasul Allah!,’ Kemudian Nabi mengistiharkan: ‘Barang siapa yang menjadikan saya maulanya, maka Ali adalah maulanya.’ Sesudah itu baginda mengangkat tangannya ke langit sambil berdoa kepada Allah, ‘Wahai Allah, jadilah Kamu kawan kepadanya bagi sesiapa yang berkawan dengan dia, dan jadilah musuh kepadanya,

250

Page 251: Sect Comparative In Peshwar Night

yang memusuhi dia [Ali]. Tolonglah mereka yang menolongnya dan abaikanlah mereka yang mengabaikannya.’

Kemudian khemah didirikan dengan arahan Nabi, yang menyuruh Amirul Mukminin Ali duduk di dalamnya. Keseluruhan ummah diarahkan untuk memberikan baiah kepada Ali. Nabi mengatakan, dia memberikan arahan ini dengan mengikuti perintah dari Allah. Orang pertama yang memberikan taat setia pada hari i tu adalah Umar. Kemudian Abu Bakar, Uthman, Talhah dan al-Zubair mengikut kemudiannya, dan kesemuanya manusia kemudiannya memberikan sumpah setia mereka selama tiga hari [sedang Nabi berada disitu]

Hafiz: Bolehkah kamu percaya, peristiwa yang begitu penting ini berlaku sebagaimana yang kamu katakan dan tiada siapa dari ulama yang terkenal menyatakannya?

Shirazi: Saya tidak menduga kenyataan yang sedemikian muncul dari kamu. Peristiwa Ghadir Khum adalah jelas, sejelas siangnya hari dan tiada siapa melainkan mereka yang berfikiran sempit dan amat degil sahaja yang akan meragui dan menafikan kejadian yang sedemikian. Peristiwa yang penting ini telah dirakamkan oleh semua ulama yang warak dalam buku-buku Sahih mereka. Saya ingin menyatakan di sini hanya sebahagian dari nama pengarang dan buku-buku mereka supaya kamu boleh mengetahui bahawa kesemua ulama kamu yang ulung telah mengatakan Hadis ini:

1. Imam Fakhruddin al-Razi – Tafsir al-Kabir (Mafatih al-Ghaib ). 2. Imam Ahmad al-Tha‘labi – Tafsir al-Kashf al-Bayan . 3. Jalaluddin Al-Suyuti – Tafsir al-Durr al-Manthur . 4. Abu al-Hasan Ali bin Ahmad Wahidi Nisaburi – Asbab al-Nuzul . 5. Muhammad bin Jarir al-Tabari – Tafsir al-Kabir . 6. Hafiz Abu Nu‘aim Isfahani - Ma Nazal Min Al-Quran fi Ali dan

Hilyat al-Auliya’ . 7. Muhammad bin Ismail al-Bukhari – Tarikh al-Kabir , jil id 1, ms 375. 8. Muslim Bin Hajjaj Naisaburi - Sahih , jil id 2, ms 325. 9. Abu Dawud al-Sijistani - Sunan . 11. Hafiz Ibn al-Iqda – Kitab al-Wilayah . 12. Ibn Kathir Shafi‘i al-Damishqi – Tarikh Ibn Kathir . 13. Imam Ahmad Ibn Hanbal – Musnad jil id 4, ms 281&371. 14. Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali – Sirr al-Alamin . 15. Ibn Abd al-Barr – al-Isti‘ab . 16. Muhammad bin Talhah al-Shafii - Matalib al-Su’ul , ms 16. 17. Ibn Maghazili Faqih Shafi’i - Manaqib . 18. Nuruddin bin Sabbagh al-Maliki – Fusul al-Muhimmah . 19. Husain bin Mas’ud al-Baghawi – Masabih al-Sunnah . 20. Abul Mu’ayyid Muwafiq bin Ahmad Khatib Khawarizmi - Manaqib . 21. Majduddin bin Athir Muhammad bin Muhammad al-Shaibani -

Jami‘ al-Usul. 22. Hafiz Abu Abdul Rahman Ahmad bin Ali Nasa’i - Khasa’is al-

Alawi dan al-Sunan .

251

Page 252: Sect Comparative In Peshwar Night

23. Sulayman Balkhi al-Hanafi - Yanabi’ al-Mawaddah , bahagian IV. 24. Syihabuddin Ahmad bin Hajar al-Makki - Sawa‘iq Muhriqah dan

Kitab al-Manh al-Malakiyyah , terutama Sawa’iq , bahagian 1, ms 25. Walaupun dia begitu fanatik, dia berkata: "Hadis ini adalah benar, di mana kesahihannya tidak boleh diragukan. Sesungguhnya ia telah disampaikan oleh Tirmidhi, al-Nasa’i dan Ahmad, dan jika dikaji puncanya, bolehlah diterima."

25. Muhammad bin Yazid Hafiz Ibn Majah al-Qazwini - Sunan . 26. Hafiz Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah al-Hakim al-Nisaburi

- al-Mustadrak . 27. Hafiz Sulayman Ibn Ahmad Tabrani – al-Ausat . 28. Ibn Athir Jazari – Usd al-Ghabah . 29. Yusuf Sibt Ibn al-Jawzi – Tadhkirah al-Khasa’is al-Ummah , ms 17. 30. Abu Umar Ahmad bin Abd Rabbih - Iqdu’l Farid . 31. Allama Samhudi - Jawahiru’l Iqdain . 32. Ibn Taimiyyah Ahmad bin Abdul Halim – Minhaj al-Sunnah . 33. Ibn Hajar Asqalani – Fath al-Bari dan Tahdhib al-Tahdhib . 34. Abdul Qasim Muhammad bin Umar Jarullah al-Zamakhshari – Rabi‘

al-Abrar. 35. Abu Sa’id Sijistani – Kitab al-Darayab fi Hadith al-Wilayah . 36. Ubaidullah bin Abdullah Haskani - Du’at al-Huda Ila Ada’ Haqq

al-Muwalah. 37. Razin bin Muawiyah al-Abdari - Jam‘u bain al-Sahih al-Sit tah . 38. Imam Fakhruddin al-Razi berkata di dalam Kitab al-Arba‘in bahawa

seluruh ummah sebulat suara mengesahkan Hadis ini . 39. Muqibili – Hadith al-Mutawatirah . 40. Al-Suyuti – Tarikh al-Khulafa’ . 41. Mir Sayyid Ali Hamadani – Mawaddat al-Qurba . 42. Abul Fath Nazari – Khasa’is al-‘Alawi 43. Khwaja Parsa Bukhari – Fasl al-Khitab 44. Jamaluddin Shirazi - Kitabu’l-Araba’in 45. Abdul Ra’uf al-Munawi – Fayd al-Qadir f i Sharh-i-Jami‘ al-Saghir 46. Muhammad bin Yusuf Kanji al-Syafii - Kifayah al-Talib , bahagian

1 47. Yahya bin Sharaf al-Nawawi – Tahzib al-Asma’ wa al-Lughat 48. Ibrahim bin Muhammad Hamwaini - Fara’id al-Simtin 49. Qazi Fazlullah bin Ruzbahan – Ibtal al-Batil 50. Shamsuddin Muhammad bin Ahmad Sharbini – Siraj al-Munir 51. Abu al-Fath Abdul Karim Shahrastani al-Shafii - Milal wa al-Nihal 52. Hafiz Abu Bakar Khatib Baghdadi - Tarikh Baghdad53. Hafiz Ibn Asakir abul Qasim Damishqi – Tarikh al-Kabir 54. Ibn Abil-Hadid Mutazili - Syarh Nahjul Balaghah 55. Alauddin Samnani –Urwat al-Wuthqa 56. Ibn Khaldun – al-Muqaddimah 57. Ali al-Muttaqi al-Hindi – Kanz al-‘Ummal 58. Shamsuddin Abu al-Khair al-Damishqi - Asnu Matalib 59. Syed Sharif Hanafi al-Jurjani – Sharh al-Mawaqif 60. Nizamuddin Nisaburi – Tafsir al-Ghara’ib al-Qur’an

252

Page 253: Sect Comparative In Peshwar Night

HADIS GHADIR DISAMPAIKAN OLEH TABARI, IBN IQDA DAN IBN HADDAD

Saya telah nyatakan puncanya yang saya boleh ingat. Tetapi lebih dari 300 ulama kamu yang terkenal telah menyatakan Hadis al-Ghadir , Ayat al-Tabligh [menyampaikan], Ikamal al-din [kesempurnaan agama], dan percakapan di kawasan masjid, dengan pengesahan lebih dari 100 orang sahabat Nabi. Jika saya menyatakan kesemua nama mereka yang menyampaikannya, ia akan memenuhi sebuah buku. Setakat ini saya rasa telah mencukupi untuk membuktikan bahawa Hadis ini diterima sebagai benar.

Sebahagian dari ulama kamu telah menulis buku pada tajuk ini. Sebagai contoh, pengulas dan ahli sejarah yang termasyhur pada abad keempat Hijarah, Abu Jaafar bin Jarir al-Tabari [mati 310 Hijrah], memberikan liputan dengan mendalam Hadis al-Ghadir di dalam bukunya Kitab al-Wilayah dan telah menyampaikan melalui 75 rantaian penyampai.

Hafiz Abu al-Abbas Ahmad bin Sa‘id ‘Abd al-Rahman al-Kufi, terkenal sebagai Ibn Iqda [mati 333 Hijrah] telah menyampaikan Hadis ini dalam bukunya Kitab al-Wilayah melalui 125 rantaian dengan disahkan oleh 125 orang para sahabat Nabi.

Ibn Haddad Hafiz Abu al-Qasim al-Haskani [mati 492 Hijrah] dalam bukunya Kitab al-Wilayah , telah menyampaikan dengan mendalam kejadian Ghadir bersama dengan ayat al-Quran yang diwahyukan. Secara ringkas semua ulama dan ilmuan yang berkedudukan tinggi [melainkan sebilangan kecil yang fanatik] telah menyebutkan Hadis ini dari Nabi, yang telah mengisytiharkan Ali sebagai wazirnya pada 18 Zulhijjah pada tahun Haji terakhir. Ia juga adalah satu fakta bahawa Khalifah Umar adalah di antara sahabat yang pertama menyatakan kegembiraannya pada peristiwa ini. Mengambil tangan Ali, dia berkata: ‘Tahniah kepada mu wahai Ali! Pagi ini telah membawa rahmat yang besar pada mu. Kamu telah menjadi maula ku dan maula bagi semua yang beriman lelaki dan wanita.’

NASIHAT JIBRIL KEPADA UMAR.

Ahli fikah Shafii, Mir Sayyid Ali al-Hamadani, dari abad ke 8 Hijrah, seorang ilmuan yang boleh dipercayai dari golongan kamu, menulis dalam bukunya Mawaddatu’l-Qurba , Mawadda V, bahawa sebilangan besar sahabat telah menyebutnya dari Khalifah Umar di berbagai tempat, sebagai telah berkata: ‘Nabi telah menjadikan Ali ketua, Ketua dan pemimpin bagi ummah. Dia mengisytiharkan dalam perhimpunan umum bahawa Ali adalah maula kita. Setelah mendoakan untuk kawannya dan mengutuk musuhnya, dia berkata Wahai Allah! [Iaitu, saya telah selesaikan tugas sebagai Nabi] Pada peristiwa ini seorang muda yang kacak dan harum baunya sedang duduk di sebelahku. Dia berkata kepadaku, ‘Sesungguhnya, Nabi Allah telah mengikatkan dengan perjanjian yang mana tiada siapa melainkan si hipokrit yang

253

Page 254: Sect Comparative In Peshwar Night

akan melanggarnya. Maka Umar! Jagalah dari melanggarnya. '’ Saya memberitahu Nabi Allah bahawa apabila dia sedang berucap pada orang ramai, seorang muda yang kacak, dan harum yang duduk disebelah saya telah mengatakan yang sedemikian kepada saya. Nabi berkata: ‘Dia bukan dari keturunan Adam, dia adalah Jibril [yang menyerupai] Dia hendak menekankan pada maksud yang saya telah hebahkan mengenai Ali.’

Sekarang saya ingin mencari keadilan dari kamu, adakah wajar bagi mereka untuk melanggar perjanjian yang utuh dengan Nabi Allah dalam tempoh dua bulan, iaitu melanggar perjanjian yang telah diberikan kapada Ali, membakar rumahnya, menghunuskan pedang kepadanya, memalukannya, mengheretnya ke masjid dan memaksakan baiah ke atasnya?

Hafiz: Saya tidak menjangkakan orang yang dihormati dan seorang Sayyid seperti kamu akan menyifatkan sahabat Nabi bagi keduniaan. Nabi mengistiharkan mereka sebagai petunjuk kepada ummah apabila dia mengatakan: ‘Sahabat saya adalah umpama bintang; jika kamu mengikuti mana-mana satu dari mereka, kamu akan mendapat petunjuk.’

HADIS PADA ‘MENGIKUTI SAHABAT’ TIDAK SAHIH.

Shirazi: Pertama saya lebih suka jika kamu tidak mengulang-ulangi perkara yang sama. Kamu baru saja berhujah dari Hadis yang sama dan saya telah memberikan jawapannya. Para sahabat, adalah seperti mereka yang lainnya, t idak maksum. Jika telah terbukti bahawa mereka tidak maksum, mengapa hendak dihairankan, dengan adanya bukti yang nyata, keduniaan itu disifatkan kepada mereka?

Kedua; supaya dapat membersihkan fikiran kamu, saya sekali lagi akan menjawabnya, supaya kamu tidak akan bergantung pada Hadis yang sedemikian lagi pada masa yang akan datang. Menurut dari penyelidikkan ulama kamu yang terkenal bahawa Hadis ini tidak boleh dipercayai, sebagaimana saya nyatakan terdahulu. Qadi ‘Iyyad al-Maliki menyebut dari ulama kamu yang terkenal bahawa penyampai Hadis ini termasuk nama orang yang majhul seperti Harith bin Qazwin dan Hamzah bin Abi Hamzah al-Nasibi, yang telah didapati sebagai pendusta, Hadis ini tiada nilai pada menyebutnya.

Juga Qadi ‘Iyyad dalam Sharh al-Shifa dan Baihaqi dalam Kitabnya, telah mengisytiharkan Hadis ini sebagai palsu dan telah menganggap puncanya sebagai t idak boleh dipercayai.

SEBAHAGIAN SAHABAT ADALAH HAMBA KEPADA NAFSUNYA DAN BERPALING DARI KEBENARAN

Ketiga saya tidak pernah mengatakan sesuatu yang tidak sopan, saya hanya mengatakan apa yang telah ditulis oleh ulama kamu. Saya

254

Page 255: Sect Comparative In Peshwar Night

nasihatkan kamu supaya membaca tulisan al-Taftazani yang berjudul Sharh al-Maqasid , yang mana dia menyatakan dengan jelas bahawa terdapat banyak ketika di mana antara para sahabat bermusuhan, ini telah menunjukkan bahawa sebahagian dari mereka telah menjadi keji dan zalim. Maka pada kami manusia tidak perlu dihormati hanya kerana mereka seorang sahabat Nabi. Kehormatan yang sebenarnya terletak pada amalan dan peribadi mereka. Jika mereka tidak tergolong dalam hipokrit tetapi sebaliknya yang patuh dan taat kepada Nabi, mereka tentulah dimuliakan dan dihormati. Kami akan meletakkan debu dikaki mereka pada mata kami.

Maka, kamu orang-orang yang adil, adakah kamu mengatakan bahawa banyak Hadis dalam buku kamu yang dipercayai mengenai memerangi Amirul Mukminin Ali [sebagai contoh yang Nabi katakan: ‘memerangi Ali adalah memerangi aku’] adalah semuanya tidak berasas? Atau adakah kamu mengaku bahawa Hadis ini benar sahih?

Adakah tidak ia dirakamkan dengan punca yang dipercayai oleh ulama kamu yang terkenal. Kita tidak perlu menyatakan bahawa Hadis ini telah dirakamkan oleh ulama Syiah dengan penerimaan semua, dalam semua buku mereka. Jika kamu terima Hadis ini , kamu hendaklah mengakui bahawa ramai sahabat adalah pelampau dan keji, sebagaimana Muawiyah, Amru ibn al-‘As, Abu Hurairah, Samrah bin Jundab, Talhah, al-Zubair; kesemua mereka bangun menentang Ali, yang sebenarnya mereka telah bangun menentang Nabi sendiri.

Dan oleh kerana mereka menentang Nabi, maka pastinya mereka telah menyimpang dari jalan yang benar. Dari itu j ika kami katakan bahawa sebahagian dari para sahabat adalah hamba kepada nafsunya, kami tidaklah salah, kerana apa yang kami katakan adalah benar. Selain itu bukan kami sahaja yang mengatakan sebahagian sahabat adalah keji, zalim dan pelampau. Kami asaskan pendirian kami dari pengesahan ulama agung kamu (Sunni).

PANDANGAN IMAM GHAZALI MENGENAI SAHABAT YANG MELANGGAR BAIAH YANG DIBUAT PADA HARI GHADIR KHUM.

Jika kamu selidiki Sirr al-‘Alamin susunan Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali al-Tusi, kamu tidak akan membantah kepada apa yang saya katakan. Saya bagaimanapun terpaksa menyebutkan sebahagian daripada kenyataannya yang keempat bagi menyokong kenyataan saya. Beliau mengatakan: “Bukti dan hujah menjadi jelas, dan terdapat sebulat suara penerimaan di kalangan muslim mengenai teks ucapan pada hari Ghadir Khum, bahawa Nabi berkata: “Sesiapa sahaja menjadikan saya maulanya, maka Ali adalah maulanya.’ Kemudian Umar terus berkata, ‘Tahniah kepadamu, tahniah kepadamu, Wahai Abul Hasan! Kamu adalah ketua aku dan juga ketua bagi yang beriman lelaki dan wanita”.

255

Page 256: Sect Comparative In Peshwar Night

Tahniah serupa ini dengan jelas menunjukkan pada pengesahan arahan dari Nabi, dan penerimaan ketua dan kepemimpinnya Ali. Tetapi kemudian mereka telah dikalahkan oleh kehendak dunia mereka. Cinta kepada kuasa dan pemerintahan telah menghalang mereka dari taat. Mereka melantik bagi diri mereka Khalifah di Saqifah Bani Sa‘adah. Mereka hendak menaikkan bendera kekuasaan mereka dan menakluk wilayah supaya nama mereka akan dikekalkan dalam sejarah. Mereka telah mabuk dengan nafsu untuk berkuasa. Mereka mengabaikan perintah al-Quran, dan juga arahan Nabi. Mereka menjual agama untuk dunia. Apakah jenis perniagaan yang mereka lakukan dengan Allah.

Apabila Nabi di ranjang kematiannya, dia meminta pena dan dakwat supaya dia dapat memperjelaskan isu penggantinya. [Semoga Allah mengampunkan saya kerana mengatakannya], tetapi Umar berkata, ‘Tinggalkan orang ini. Dia berkata yang bukan-bukan.’ Maka apabila al-Quran dan Hadis tidak boleh menolong mereka, justru i tu mereka bergantung kepada Ijmak. Tetapi ini juga batal, kerana Abbas, dan keturunannya, Ali serta isterinya dan juga keturunan mereka tidak bersama dengan mereka yang memberikan baiah kepada Abu Bakar. Begitu juga, orang-orang di Saqifah menolak baiah kepada Khazraji , dan puak Ansar menolak mereka juga.

Hadirin yang dihormati, silalah ingat, Syiah tidak mengatakan apa-apa, melainkan apa yang ulama kamu telah nyatakan. Tetapi oleh kerana kamu benci kepada kami, kamu cuba mencari kesalahan dari apa yang kami katakan, walau bagaimana munasabah sekalipun. Kamu tidak pernah mengkrit ik ulama kamu, bahawasanya mengapa mereka menulis perkara yang sedemikian, dan walaupun mereka telah dedahkan apa yang sebenar dan mengesahkan semuanya pada lembaran buku sejarah.

Sheikh: Sirr al-‘Alamin bukan ditulis oleh Imam Ghazali. Kedudukannya terlalu tinggi untuk menulis buku yang sedemikian dan ulama terkenal t idak percaya buku ini ditulis olehnya.

SIRR AL-‘ALAMIN ADALAH BUKU KARANGAN IMAM AL-GHAZALI

Shirazi: Kebanyakkan dari ulama kamu telah mengakui bahawa buku ini adalah penulisan Imam Ghazali. Yusuf Sibt Ibn al-Jawzi amat berhati-hati terhadap rujukan kepada para i lmuan yang lain [dan juga seorang fanatik agama] Dalam Tadhkirahh Khawas al-Ummah , ms 36, dia berhujah dari kenyataan yang sama oleh Imam Ghazali dalam Sirr al-‘Alamin , dan menyebutkan rangkap yang sama yang telah saya sebutkan tadi. Oleh kerana t idak ada ulasan yang diberikan mengenainya, ini menunjukkan bahawa dia mengesahkan bahawa buku itu telah ditulis oleh Imam Ghazali.

Kedua; dia juga bersetuju dengan pandangannya, yang saya telah katakan secara ringkas, walaupun dia sendiri mengatakan dengan lebih khusus. Jika dia tidak setuju pasti dia telah mengulas [komen]

256

Page 257: Sect Comparative In Peshwar Night

mengenainya. Kebiasaan bagi ulama fanatik kamu, apabila mereka menemui kenyataan yang sedemikian dari i lmuan yang terkenal, dan mendapati diri mereka t idak dapat menolaknya secara logik, sama ada mereka katakan buku itu bukan ditulis oleh pengarang tersebut, atau itu adalah sesuatu yang direka oleh Syiah. Atau mereka kadang kala melampaui sehingga mengatakan bahawa orang itu keji atau kafir.

RUJUKAN KEPADA STATUS IBN IQDA

Terdapat bukti bahawa banyak ulama kamu yang terkenal telah didakwa hanya kerana mereka mengatakan yang benar. Ulama yang fanatik dan mereka yang jahil dari golongan kamu menganggapnya haram membaca buku yang tidak disahkan [oleh mereka]. Pengarang bagi kerja-kerja tersebut telah dihukum mati sebagaimana Hafiz Ibn Iqda Abu al-Abbas Ahmad bin Muhammad bin Sa‘id al-Hamadani yang mati pada 303 Hijrah. Dia adalah seorang ulama terkenal. Ramai ilmuan yang masyhur dari golongan kamu seperti al-Dhahabi dan al-Yafi‘i, telah mengakui kewibawaannya, dan berkata bahawa dia telah belajar 300 000 Hadis bersama dengan puncanya dan dia adalah seorang yang warak.

Dalam satu perhimpunan umum yang diadakan di Kufah dan Baghdad pada abad ketiga Hijrah, dia secara terbuka menyampaikan kegagalan Syaikhan [Abu Bakar dan Umar]. Makanya dengan itu manusia telah memanggilnya Rafidah (Rafidi) dan menghalang mengambil Hadis darinya. Ibn Kathir, al-Dhahabi dan al-Yafi‘i menulis mengenainya: ‘Sheikh Ibn Iqda duduk di dalam masjid Basrah [masjid yang terkenal di antara Baghdad dan Kazimain] dan menyebutkan kegagalan dan kekurangan Syaikhan [Abu Bakar dan Umar] kepada manusia. Atas sebab ini Hadis yang disampaikannya telah ditolak. Jika tidak, tiada keraguan mengenainya sebagai seorang yang benar dan warak. Al-Khatib al-Baghdadi juga memujinya dalam Tarikh Baghdadnya tetapi pada penghujungnya dia berkata: ‘Oleh kerana dia menerangkan kekurangan dan kekejian kedua Syaikhan, dia adalah Rafidi.’

Maka kamu semua janganlah menganggap bahawa hanya Syiah sahaja yang hendak mendedahkan kebenaran. Ulama kamu yang agung juga seperti Imam Ghazali dan Ibn Iqda pernah menunjukkan kecacatan kepada diri ketua sahabat.

RUJUKAN PADA KEMATIAN TABARI

Pada setiap era sejarah, terdapat banyak peristiwa di mana ulama telah disiksa atau dituduh dengan sebab ucapan atau penulisan mereka yang benar. Sebagai contoh pengulas dan ahli sejarah yang terkenal Muhammad Ibn Jarir al-Tabari, yang menjadi kebanggaan ulama kamu, mati pada tahun 310 Hijrah di Baghdad. Tetapi oleh kerana pihak berkuasa takut akan terjadinya kekacauan umum, mereka enggan membenarkan kerandanya di bawa keluar pada waktu siang. Secara terpaksa dia telah dikebumikan di dalam rumahnya pada waktu malam.

257

Page 258: Sect Comparative In Peshwar Night

PEMBUNUHAN IMAM AL-NASA’I

Satu lagi insiden adalah pembunuhan terhadap Imam Abdul Rahman Ahmad Ibn Ali al-Nasai’i. Dia adalah seorang yang mulia dan salah seorang Imam Sahih Sittah [enam buku sahih] Dia tergolong pada golongan ulama kamu yang berkedudukan tinggi pada abad ke 3 Hijrah. Apabila dia sampai di Damsyik pada tahun 303 Hijrah; dia melihat bahawa, disebabkan oleh Bani Umayyah, penduduk kawasan itu secara terbuka menghina nama Amirul Mukminin Ali Ibn Abi Talib setelah selesai salat wajib, terutama di dalam ucapan pada salat berjamaah. Dia amat terharu melihat kejadian ini dan dia membuat keputusan untuk mengumpul semua Hadis Nabi yang memuji Amirul Mukminin dengan rantaian sanadnya sampai kepada pada puncanya, semuanya yang dia boleh ingat. Dengan itu dia menulis sebuah buku, Khasa’is al-‘Alawi , pada menyokong kedudukan dan kemuliaan Ali . Dia pernah membacakan kepada manusia dari atas mimbar mengenai Hadis dari bukunya, pujian kepada Imam yang suci.

Satu hari apabila dia sedang menyampaikan ketinggian kedudukan dan kemuliaan Ali, sekumpulan pengganas fanatik telah menariknya dari mimbar dan memukulnya. Mereka menumpukan pukulan mereka pada kemaluannya, mengheretnya keluar dari masjid dan mencampakkannya di jalanan. Akibat dari kecederaan ini dia meninggal dunia beberapa hari kemudian. Jasadnya di bawa ke Mekah dan dikebumikan di sana. Kejadian ini adalah disebabkan oleh kebencian dan kejahilan.

Sekarang maafkan saya kerana telah melencong sedikit dari t itik perbincangan. Apa yang saya maksudkan adalah kedudukan wazir Amirul Mukminin tidak sahaja dirakamkan oleh ulama Syiah; Malah ulama kamu yang terkenal juga menyatakan bahawa Nabi di hadapan 70 000 atau 120 000 orang, mengangkat tangan Ali dan memperkenalkan dia sebagai Imam [ketua dan petunjuk] kepada ummah.

KESANGSIAN SUNNI MENGENAI PENGERTIAN MAKSUD MAULA

Hafiz: Memang benar, t idak dinafikan mengenai peristiwa dan Nas dari Hadis, tetapi pada masa yang sama ia tidak mempunyai tujuan kepada maksud yang kamu dengan bahasa yang fasih telah mengutarakan.

Selain dari i tu, terdapat keraguan mengenai teks pada Hadis i tu. Sebagai contoh, perkataan ‘maula’ kamu memberitahu kami maksudnya , ‘Tiada sesiapa yang mempunyai tuntutan yang lebih pada yang lain,’ walaupun telah diketahui dalam Hadis ini ‘maula’ bererti ‘cinta, penolong dan kawan’ Nabi tahu bahawa Ali mempunyai banyak musuh, maka baginda hendak menerangkan kepada manusia bahawa sesiapa yang baginda cintai, atau Sahabat baginda, atau baginda menolong dia, maka Ali juga cintakan dia, juga Sahabat dia dan juga penolong. Sebab mengapa dia memintakan perjanjian dari manusia adalah bahawa dia tidak mahu manusia membuat kesulitan kepada Ali.

258

Page 259: Sect Comparative In Peshwar Night

Shirazi: Saya fikir kadang kala kamu tidak sepatutnya mengguna-pakai tabiat orang-orang terdahulu kamu. Jika kamu meneliti fakta i tu dengan cermat, kebenaran isu i tu akan kelihatan dengan lebih jelas.

Hafiz: Apakah faktanya yang membuktikan maksud pandangan kamu? Sila beritahu kami.

MAKSUD MAWLA SEBAGAI ‘PETUNJUK’, ‘KETUA’, DI DALAM KETERANGAN AYAT ‘YA AYYUHAR-RASUL BALIGH’

Shirazi: Bukti yang pertama adalah al-Quran dan wahyu pada ayat:

‘Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang telah disampaikan kepada mu dari Tuhan mu; dan jika kamu tidak laksanakan, maka kamu tidak menyampaikan pengkhabaranNya, dan Allah akan memelihara kamu dari manusia.’ [Surah al-Ma’idah 5:67]

Hafiz: Bagaimana kamu boleh mengatakan bahawa ayat ini telah diwahyukan pada hari tersebut dan untuk tujuan itu?

Shirazi: Kesemua ulama kamu yang terkenal telah menermanya: Jalaluddin al-Suyuti dalam tulisannya berjudul Durru al-Manthur ; jil id II, ms 298; Hafiz Ibn Abi Hatim al-Razi dalam Tafsir al-Ghadir ; Hafiz Abu Jaafar al-Tabari dalam Kitab al-Wilayah , Hafiz Abu Abdullah Mahamili dalam Amali , Hafiz Abu Bakar al-Shirazi dalam Ma Nazala min al-Qur’an fi Amir al-Mu’minin , Hafiz Abu Sa’id al-Sijistani dalam Kitab al-Wilayah , Hafiz Ibn Mardawih dalam Tafsir al-Ayah , Hafiz Abu al-Qasim Haskani dalam Syawahid al-Tanzil , Abu al-Fatha Nazari dalam Khasa’is al-Alawi , Mu‘inuddin Meibudi dalam Syarh Diwan ; Qadi Syawkani: Fath al-Qadir , j ilid III, ms 57; Sayyid Jamaluddin al-Shirazi dalam al-Arba’in , Badruddin al-Hanafi dalam Umdat al-Qari f i Syarh Sahih al-Bukhari , j ilid 8, ms 584, Ahmad al-Tha’labi dalam Tafsir Kasyf al-Bayan , Imam Fakhruddin al-Razi dalam Tafsir al-Kabir , jil id III, ms 636; Hafiz Abu Nu‘aim al-Isfahani dalam Ma Nazala min al-Qur’an fi Ali , Ibrahim bin Muhammad Hamawaini dalam Fara’id al-Simtain , Nizamuddin Naisaburi dalam Tafsir , j ilid VI, ms 170, Sayyid Syahabuddin al-Alusi al-Baghdadi dalam Ruh al-Ma‘ani , jil id II, ms 348, Nuruddin bin Sabbagh al-Maliki: Fusul al-Muhimmah , ms 27, Ali bin Ahmad al-Wahidi dalam Asbab al-Nuzul , ms 150; Muhammad bin Talhah al-Shafii dalam Matalib al-Su’ul , ms 16, Mir Sayyid Ali Hamdani al-Shafii dalam Mawaddah V dari Mawaddat al-Qurba ; Sheikh Sulayman Balkhi al-Hanafi dalam Yanabi‘ al- Mawaddah , Bab 39.

Dipendekkan sejauh yang saya tahu, 30 orang dari ulama kamu telah menulis di dalam buku Sahih mereka dan di dalam ulasan mereka terhadap ayat al-Quran yang diwahyukan pada hari Ghadir Khum mengenai Amirul Mukminin Ali. Bahkan Qadi Fadl bin Ruzbahan,

259

Page 260: Sect Comparative In Peshwar Night

meskipun dengan segala fanatiknya, telah menulis: ‘Sesungguhnya telah dibuktikan di dalam buku sahih bahawa apabila ayat ini diwahyukan; Nabi memegang tangan Ali sambil berkata: ‘Sesiapa yang menjadikan saya adalah maulanya, ini Ali juga adalah maulanya.’

Bagaimanapun adalah sungguh memeranjatkan orang fanatik yang sama Qadi di dalam buku Kasyf Ghummah memberikan kenyataan yang aneh dari Razi bin Abdullah: ‘Pada masa Nabi, kami membaca ayat ini: ‘Wahai Nabi Kami [Muhammad] sampaikanlah apa yang telah disampaikan kepada kamu dari Tuhan mu, iaitu, Ali adalah ketua bagi orang yang beriman. Jika kamu tidak lakukan; maka kamu tidak sampaikan pengkhabaran-Nya.’

Juga al-Suyuti di dalam Durru al-Manthur dari Ibn Mardawih, Ibn Asakir dan Ibn Abi Hatim dari Abu Sa’id al-Khudri, Abdullah Ibn Mas’ud (salah seorang penulis wahyu) dan Qadi al-Shaukani di dalam Tafsir al-Fath al-Qadir ; menyampaikan bahawa pada masa Nabi mereka juga membaca ayat itu dengan cara yang sama.

Dipendekkan, amaran yang terkandung di dalam ayat itu berbunyi: ‘Jika kamu tidak melakukannya [adalah seumpama] kamu tidak menyampaikan pengkhabaran-Nya [sama sekali]’ menunjukkan bahawa pengkhabaran di mana Nabi telah diarahkan untuk menyampaikan adalah terlalu amat penting. Ia adalah sesuatu yang penting pada menyempurnakan kenabian itu sendiri . Makanya isu i tu adalah yang berkenaan dengan Imamah, pengalihan kuasa kepada seorang yang akan memandu ummah di dalam jalan Islam setelah wafatnya Nabi.

WAHYU AYAT ‘PADA HARI INI AKU TELAH SEMPURNAKAN UNTUK KAMU AGAMA KAMU’ DI GHADIR KHUM’ .

Kedudukan kedua yang membuktikan pandangan saya adalah wahyu ayat:

‘Hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agama kamu dan dicukupkan nikmat ke atas kamu dan telah memilih Islam untuk kamu sebagai agama’. [Surah al-Ma’idah 5:3]

Hafiz: Tetapi ia adalah fakta yang telah diterima bahawa ayat ini telah diwahyukan pada hari Arafah, dan tidak ada satu ulama yang mengatakan bahawa ia telah diwahyukan pada hari Ghadir.

Shirazi: Saya meminta kamu janganlah terburu-buru pada menafikan fakta ini . Ya sudah tentu, saya mengaku sebahagian dari ulama kamu telah mengatakan bahawa ayat ini telah diwahyukan pada hari Arafah, tetapi ramai dari ulama terkenal kamu juga mengatakan bahawa ia diwahyukan pada hari Ghadir. Juga sebahagian dari mereka mempunyai pandangan bahawa mungkin ayat ini diwahyukan dua kali , sekali di Arafah dan sekali lagi di Ghadir.

260

Page 261: Sect Comparative In Peshwar Night

Menurut Sibt Ibn al-Jawzi, ia telah berkata di dalam Khawas al-Ummah , ms 18: ‘Ada kemungkinan bahawa ayat ini telah diwahyukan dua kali, sekali pada hari Arafah dan sekali pada hari Ghadir Khum, sebagaimana ayat: ‘Dengan nama Allah, maha pemurah, maha pengasih’ telah diwahyukan dua kali , sekali di Mekah dan sekali lagi di Madinah.

Ulama kamu yang dipercayai seperti, Jalaluddin al-Suyuti di dalam Durru al-Manthur , jil id II, ms 256 dan al-Itqan , jil id I, ms 31; Imam al-Mufassirin al-Tha‘labi di dalam Kasyf al-Bayan ; Hafiz Abu Nu’aim Isfahani di dalam Ma Nazala Min al-Qur’an fi Ali ; Abu al-Fatha Nazari di dalam Khasa’is al-Alawi ; Ibn Kathir al-Shami di dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Azim , j ilid II, ms 41, di ikuti oleh Hafiz Ibn Mardawih, Muhammad bin Jarir al-Tabari, ulama, pengulas dan ahli sejarah abad ke 3 Hijrah di dalam Tafsir dan Kitab al-Wilayah ; Hafiz Abu al-Qasim Haskani di dalam Syawahid al-Tanzil ; Sibt Ibn al-Jawzi di dalam Tadhkirah al-Khawas al-Ummah , ms 18; Abu Ishaq Hamawaini di dalam Fara’id al-Simtain , Bab XII; Abu Sa’id al-Sijistani di dalam Kitab al-Wilayah ; Al-Khatib al-Baghdadi di dalam Tarikh al-Baghdad , jil id VIII, ms 290; Ibn Maghazili Faqih Shafii di dalam Manaqib , Bab XIV dan Maqtal al-Husain , bab IV; semua telah menulis bahawa pada hari Ghadir Khum Nabi melantik Ali dengan arahan Tuhan kepada kedudukan wilayah [wazir]. Dia memberitahu ummah apa yang telah diarahkan kepadanya untuk mengatakan mengenai Ali , dan dia telah mengangkat tangan Ali dengan tinggi sehingga warna putih pada ketiaknya kelihatan. Maka dia berkata kepada ummah: ‘Hormati Ali kerana dia adalah amir [ketua] orang yang beriman. Seluruh kommuniti patuh kepada arahannya. Mereka belumpun bersurai dari sesama mereka apabila ayat itu diwahyukan.’

Nabi amat gembira dengan diwahyukan ayat tersebut. Maka ketika berucap kepada manusia, dia berkata: ‘Allah Maha Besar, Dia yang telah sempurnakan bagi mereka agamanya dan telah mencukupi rahmatnya keatas mereka dan rida dengan keNabian ku dan wazirnya Ali sesudah ku.’

Imam Haskani dan Imam Ahmad bin Hanbal telah memberikan ulasan secara mendalam peristiwa ini. Jika kamu, hadirin yang dihormati, telah meninggalkan pendapat kamu yang terdahulu dalam perkara ini; kamu pasti akan memahami ayat suci ini dan juga Hadis, yang menunjukkan perkataan ‘maula’ bererti wali [ketua] iaitu seorang yang mempunyai kuasa di atas yang lain.

Jika ‘maula’ atau ‘wali’ tidak bererti ‘orang yang mempunyai kuasa di atas yang lain’ maka rangkap yang akhir ‘selepas aku’ t idak mempunyai makna. Dan ayat ini, yang mana Nabi telah ucapkan dari lidahnya yang suci, membuktikan ‘maula’ dan ‘wali’ bererti ‘orang yang punyai kuasa lebih di atas yang lain’ kerana dia berkata bahawa kedudukan itu diberkan khusus kepada Ali selepas dia.

261

Page 262: Sect Comparative In Peshwar Night

Ketiga kamu hendaklah memikirkan keadaan di situ. Dipadang pasir yang panas, di mana tidak terdapat sebarang pelindungan untuk mereka, Nabi mengumpulkan seluruh ummah. Manusia berselindung di sebalik unta mereka, dengan kaki mereka tertutup dari bahang mata hari yang membakar. Dalam keadaan begini Nabi memberikan ucapan yang panjang, yang mana al-Khawarizmi dan Ibn Mardawih di dalam Manaqib , dan al-Tabari di dalam Kitab al-Wilayah , dan yang lain juga telah nyatakan. Adakah termasuk pada fikiran kamu bahawa Nabi memerlukan ribuan pengikutnya untuk menghabiskan masa t iga hari , di padang pasir yang panas membakar untuk mereka memberikan baiah kepada Ali, hanya sekadar untuk menunjukkan bahawa dia adalah seorang kawan? Yang nyatanya t idak ada satu orang dari seluruh kommuniti yang tidak tahu betapa rapatnya di antara Nabi dan Ali atau yang tidak pernah dengar mengenai dia [sebagaimana saya telah tunjukkan dahulu] Ayat al-Quran yang dipersoalkan ini telah diwahyukan kali kedua, terutama dalam keadaan yang berlainan dan dengan arahan yang lebih serius sehingga manusia perlu diletakkan di dalam keadaan yang tidak menyenangkan dan tertanya-tanya, mustahil ini semua sekadar untuk mengatakan Ali adalah seorang kawan. Sama ada t indakan Nabi dimaksudkan pada menunjukkan betapa pentingnya duduk perkara atau satu senda gurau. Dan pastinya Nabi adalah bebas dari t indakan yang sia-sia.

Adalah wajar untuk merumuskan bahawa segala peraturan itu telah dibuat bukan sekadar untuk menunjukkan kepada manusia bahawa mereka harus menjadi kawan Ali. Peristiwa itu menandakan berakhirnya pengkhabaran Rasul; dan tertubuhnya Imami, punca petunjuk bagi ummah selepas wafatnya Nabi.

PANDANGAN SIBT IBN AL-JAWZI MENGENAI MAKSUD ‘MAULA’

Sebahagian dari ulama kamu yang terkenal telah mengakui bahawa maksud utama ‘maula’ adalah ‘ketua’ Diantara mereka, Sibt Ibn al-Jawzi, telah memberikan 10 maksud perkataan tersebut di dalam Tadhkirah al-Khawas , Bab II, ms 20, berkata bahawa tidak ada satu perkataan melainkan yang ke 10, menyamai dengan apa yang dimaksudkan oleh Nabi. Dia berkata: ‘Hadis itu khusus bermakna taat; maka maksud yang ke 10 adalah betul, dan ia bererti ‘ketua di atas yang lain’ Maka Hadis itu bermaksud ‘dari sesiapa sahaja yang menjadikan saya maulanya, Ali adalah juga maulanya.’

Di dalam buku Maraju’l-Bahrain Hafiz Abd al-Faraj Yahya bin Sa’id al-Saqafi menghuraikan dengan maksud yang sama. Dia menyampaikan Hadis ini dari puncanya sendiri dari gurunya, yang mengatakan bahawa Nabi memegang tangan Ali dan berkata: ‘Sesiapa sahaja yang menjadikan saya sebagai wali atau ketua di atas dirinya, maka Ali adalah juga walinya atau ketua di atas dirinya.’

262

Page 263: Sect Comparative In Peshwar Night

Sibt Ibn al-Jawzi berkata: ‘Kata-kata Nabi bahawa Ali mempunyai kuasa atau ketua di atas diri semua yang beriman dengan jelas membuktikan Imamah atau wazir bagi Ali , dan patuh kepadanya adalah wajib.’

PANDANGAN IBN TALHAH AL-SHAFII MENGENAI MAKSUD ‘MAULA’

Muhammad bin Talhah al-Shafii di dalam Matalib al-Su’ul di bahagian tengah pada bab V, fasal 1, ms 16, telah berkata bahawa perkataan maula mempunyai banyak maksud, sebagai contoh: Ketua, penolong, pengganti, yang benar, pemimpin. Dia kemudian mengatakan bahawa Hadis ini mempunyai pengertian yang dalam bagi ayat Mubahalah [Surah ali ‘Imran 3:61] Di dalamnya Allah telah memanggil Ali sebagai ‘diri’ Nabi. Tidak ada perpisahan diantara diri Nabi dengan diri Ali , kerana Dia telah mencantumkan keduanya dengan gantinama yang merujuk kepada Nabi.

Muhammad bin Talhah menambah: ‘Di dalam Hadis ini Nabi menunjukkan bahawa apa sahaja ketentuan bagi diri yang beriman terhadap diri Nabi, begitulah juga adanya pada diri Ali. Sebagaimana Nabi adalah ketua bagi yang beriman di dalam semua perkara, penolong, ketua, pemimpin – semua ini menjelaskan pada maula – maka mengikuti itu semua maksudnya kepada Ali juga. Dan ini adalah kedudukan yang tinggi, paling t inggi yang diperuntukkan khas bagi Ali. Atas sebab inilah hari Ghadir adalah hari ‘Id [Hari Raya] dan hari bersuka ria bagi pencinta dan Sahabat Ali.

Hafiz: Dari sudut pandangan kenyataan kamu, perkataan ‘maula’ mempunyai banyak maksud, adalah salah untuk kita merumuskan bahawa ia digunakan pada menunjukkan satu maksud bererti ‘ketua’ sahaja sehingga mengenepikan maksud-maksud yang lain.

Shirazi: Tentu kamu sedar akan asas prinsip pelajaran yang mana satu perkataan mungkin mempunyai banyak maksud, tetapi ia hanya mempunyai satu maksud asas dan darinya maksud yang lain boleh didapati. Maksud asas bagi perkataan ‘maula’ atau wali adalah ketua. Sebagai contoh wali nikah bererti seorang yang bertindak sebagai pesuruhjaya [kuasa wakil] atau yang diamanahkan. Wali bagi wanita adalah suaminya, wali bagi kanak-kanak adalah bapanya, yang mempunyai sepenuh kuasa ke atasnya. Wali al-‘Ahd [keturunan] raja bermaksud ‘seseorang yang mempunyai kuasa memerintah t idak boleh dinafikan haknya jika dia hidup lebih lama dari keturunannya.’

Selain dari i tu, bantahan kamu memantul [berpatah] semula kepada kamu, mengapa kamu telah menghadkan maksudnya kepada ‘kawan’ dan ‘penolong’ sedangkan ia mempunyai banyak maksud. Maka penentuan maksudnya tanpa mempunyai bantahan yang khusus maka ditolak. Bantahan yang kamu buat kembali kepada kamu dan bukan kepada kami kerana maksud yang kami tentukan adalah bukan tanpa

263

Page 264: Sect Comparative In Peshwar Night

objek tertentu. Ia adalah ayat al-Quran, Hadis dan pendapat ulama, kesemuanya membuktikan maksud yang sama, seperti yang kami telah berikan. Di antaranya adalah penjelasan dari ulama kamu seperti Sibt Ibn al-Jawzi, Muhammad Ibn Abi Talhah al-Shafii yang telah memberikan batasan maksudnya. Lebih-lebih lagi ia dinyatakan di dalam jumlah Hadis yang banyak dari kedua-dua punca Syiah dan Sunni yang ayat suci itu berbunyi: ‘wahai Rasul Allah! Sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepada kamu dari Tuhan mu, mengenai wilayah Ali dan dia sebagai ketua orang beriman.’

Jalaluddin al-Suyuti, seorang ulama kamu telah mengumpulkan Hadis-Hadis ini di dalam bukunya Durrul-Manthur .

HUJAH ALI BERDASARKAN HADIS GHADIR DI DALAM MASJID KUFAH

Jika Hadis ini dan perkataan maula bukannya bukti terhadap Imam dan Khalifahnya Ali, Amirul Mukminin tentu t idak berulang-kali berhujah dengannya. Bahkan di dalam Jawatankuasa Perunding dia merujuk kepadanya sebagai bukti terhadap ke Imamahannya, sebagaimana tercatat di dalam tulisan Khatib al-Khawarizmi, ms 217; Ibrahim Ibn Muhammad Hamawaini di dalam Fara’id , Bab 58; Hafiz Ibn Iqda di dalam Kitab al-Wilayah ; Ibn Hatim Dimasyqi di dalam Durru al-Nazim , dan Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , j ilid II, ms 61, telah merakamkannya. Yang paling penting adalah bukti yang diberikan oleh 30 para sahabat di Rahbah.

Banyak dari ulama kamu yang terkenal telah menyampaikan perbincangan Ali dengan kaum muslim di Rahbah al-Kufah [di perkarangan masjid Kufah]. Berikut ini adalah sebahagian dari yang telah merakamkan kejadian itu.

Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad , bahagian 1, ms 129; Ibn al-Athir al-Jazari di dalam Usd al-Ghabah , jil id III dan j ilid V, ms 206 dan 276; Ibn Qutaybah di dalam Ma’arif , ms 194; Muhammad bin Yusuf Kanji al-Syafii di dalam Kifayah al-Talib ; Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , j ilid I, ms 362; Hafiz Abu Nu‘aim al-Isfahani di dalam Hilyat al-Auliya’ , jil id V, ms 26; Ibn Hajar Asqalani di dalam al-Isabah , jil id II, ms 408; Muhibuddin al-Tabari di dalam Dhakha’ir al-Uqba , ms 67; Imam Abdul Rahman al-Nasa’i di dalam Khasa’is al-Alawi , ms 26; Allamah Samhudi di dalam Jawahir al-Iqdain ; Shamsuddin al-Jazari di dalam Asnul Matalib , ms 3; Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam Yanabi’ al-Mawaddah , bab 4; Hafiz Ibn Iqda di dalam Kitab al-Wilayah . Ali berdiri di hadapan manusia dan meminta mereka menjadi saksi mengenai apa yang telah mereka dengar Nabi katakan mengenainya di Ghadir Khum. 30 orang dari para sahabat, termasuk mereka yang mengambil bahagian dalam perang Badar, berdiri dan berkata bahawa mereka melihat pada hari Ghadir Khum Nabi memegang tangan Ali dan berkata kepada manusia: ‘Tahukah kamu aku mempunyai hak yang lebih diatas diri orang yang beriman

264

Page 265: Sect Comparative In Peshwar Night

dari mereka terhadap nyawa mereka sendiri?’ Semua mereka menjawab,’Ya’ Kemudian Nabi berkata: ‘Sesiapa yang menjadikan saya sebagai maulanya, ini Ali adalah maulanya.’

BENCANA TERHADAP MEREKA YANG TIDAK MENGESAHKAN HADIS GHADIR

Dari perhimpunan ini hanya tiga orang yang tidak menjadi saksi terhadap peristiwa tersebut. Seorang dari mereka adalah Anas bin Malik, yang mengatakan bahawa dia telah menjadi lemah ingatan disebabkan usia tua dan telah lupa segalanya. Ali mengutuk ketiga-tiga mereka. Beliau berkata: ‘Jika kamu berdusta, semoga Allah menimpakan kamu dengan kusta, yang mana serban kamu tidak dapat menutupnya.’ Belumpun sempat Anas bangun dari tempat duduknya penyakit Kusta telah kelihatan pada tubuhnya. [Menurut dari sebahagian kenyataan dia telah menjadi buta dan tempang].

HUJAH KEEMPAT: ‘TIDAKKAH AKU MEMPUNYAI HAK YANG LEBIH DI ATAS KAMU DARI DIRI KAMU SENDIRI’

Shirazi: Keempat; cara Hadis itu disampaikan dengan sendirinya membuktikan bahawa perkataan ‘maula’ bererti ‘ketua’ Nabi pada ucapannya di Ghadir, bertanya kepada manusia: ‘Tidakkah aku mempunyai hak yang lebih diatas diri kamu dari diri kamu sendiri.’ Ini merujuk kepada perkataan al-Quran:

‘Nabi mempunyai lebih hak di atas yang beriman dari mereka terhadap diri mereka sendiri.’ [Surah al-Ahzab 33:6].

Lebih-lebih lagi terdapat Hadis yang dipercayai di dalam buku kedua golongan yang telah merakamkan bahawa Nabi berkata: ‘Tidak ada orang yang beriman yang mana aku mempunyai lebih hak padanya di dunia ini dan juga di akhirat, melebihi daripada dirinya sendiri. Kesemua mereka berkata dengan satu suara bahawa baginda mempunyai hak yang lebih di atas mereka dari hak mereka di atas diri mereka sendiri. Selepas itu Nabi berkata: ‘Sesiapa yang menjadikan saya ‘maulanya’, maka Ali juga adalah ‘maulanya’ . Daripada konteks ucapan di atas jelas ia menunjukkan bahawa Nabi maksudkan ‘berkuasa’ atau ‘ketua di atas yang lain’ apabila dia menggunakan perkataan ‘maula.’

Hafiz: Di dalam banyak buku tidak terdapat rekod sedemikian yang mengatakan Nabi telah mengatakan perkataan itu. ‘Tidakkah aku mempunyai hak yang lebih pada kamu dari hak kamu di atas diri kamu sendiri?

Shirazi: Di dalam menyampaikan Hadis Ghadir, penyampai telah menggunakan perkataan yang berlainan sedikit , tetapi bagi Syiah, dan semua ulama Ithna Asyariyah [12 Imam] telah berkata bahawa teks dan konteks Hadis Ghadir adalah seperti yang telah disampaikan.

265

Page 266: Sect Comparative In Peshwar Night

Dan di dalam kebanyakan buku sahih, yang ditulis oleh ulama kamu, seperti Sibt Ibn al-Jawzi di dalam Tadhkirah Khawas al-Ummah , ms 18; Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad ; Nuruddin Sabbagh al-Maliki di dalam Fusul al-Muhimmah ; dan yang lain yang telah menyampaikan Hadis Ghadir, dengan ayat, ‘Tidakkah aku mempunyai hak yang lebih pada kamu dari hak kamu di atas diri kamu sendiri’ ada terdapat padanya.

Sekarang sekadar untuk memperjelas saya sampaikan terjemahan Hadis ini yang telah disampaikan oleh Imam ahli Hadis, Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad , jil id IV, ms 281, pada pengesahan al-Bara’a bin Azib. Dia berkata: ‘Saya sedang berjalan dengan Nabi. Kami sampai di Ghadir. Nabi memberitahu: ‘Berkumpulah untuk salat’ Adalah kebiasaan apabila sesuatu yang serius akan terjadi Nabi akan mengarahkan manusia supaya berkumpul untuk salat . Apabila manusia telah berkumpul dan salat telah didirikan, Nabi biasanya akan memberikan ucapan. Tempat yang khas telah disediakan untuk Nabi di antara dua pokok. Setelah selesai berdoa Nabi, mengangkat tangan Ali tinggi melepasi kepalanya dan berkata kepada orang ramai: ‘Tahukah kamu bahawa aku adalah ketua bagi yang beriman dan mempunyai lebih hak dari mereka daripada hak mereka di atas diri mereka sendiri?’ Semua mereka menjawab, ‘Ya, kami tahu itu.’ Baginda sekali lagi berkata: ‘Tahukah kamu bahawa aku adalah ketua bagi yang beriman dan mempunyai lebih hak dari mereka daripada hak mereka di atas diri mereka sendiri?’ Semua mereka menjawab, ‘Ya, kami tahu itu.’ Maka Nabi berkata: ‘Sesiapa yang menjadikan saya ‘maulanya’, ini Ali juga ‘maulanya’ Kemudian dia berdoa kepada Allah: ‘Wahai Allah! berilah pertolongan kepada orang yang menolongnya dan musuhilah kepada sesiapa yang memusuhinya.’ Sejurus sahaja selepas ini, Umar bin Khattab bertemu dengan Ali dan berkata: ‘Tahniah kepada kamu, Wahai anak Abu Talib! Kamu telah menjadi maula kepada semua yang beriman lelaki dan wanita.’

Juga Mir Sayyid Ali Hamadani Shafii di dalam Mawaddah al-Qurba , Mawaddah V; Sulayman Balkhi di dalam Yanabi‘ al-Mawaddah dan Hafiz Abu Nu‘aim di dalam Hilyah al-Awliya’ telah merakamkan Hadis ini dengan sedikit perbezaan perkataan.

Hafiz Abu al-Fatha, dari mana Ibn Sabbagh juga telah sampaikan di dalam Fusul al-Muhimmah , telah menyampaikan Hadis ini di dalam perkataan ini: ‘Wahai manusia! Allah maha besar adalah maula ku, dan aku mempunyai lebih hak diatas kamu dari hak kamu diatas diri kamu sendiri. Kamu harus tahu bahawa sesiapa yang menjadikan saya ‘maulanya’, ini Ali juga ‘maulanya’ Ibn Majah al-Qazwini di dalam Sunan dan Imam Abu Abdul Rahman al-Nasa’i di dalam Hadis (ms. 81, 83, 93, 24) telah menyampaikan Hadis ini dengan cara yang sama. Dan Zaid Ibn Arqam menulis di dalam Hadisnya No. 84, bahawa Nabi Allah berkata di dalam ucapannya: ‘Tidakkah kamu tahu bahawa aku mempunyai lebih kuasa di atas semua yang beriman, lelaki dan wanita, dari hak mereka di atas diri mereka sendiri?’ Kesemua mereka berkata:

266

Page 267: Sect Comparative In Peshwar Night

‘Kami menjadi saksi bahawa kamu lebih berhak ke atas yang beriman dari diri mereka sendiri.’ Pada ketika itu Nabi berkata: ‘Sesiapa yang menjadikan saya sebagai ‘maulanya’, ini Ali juga adalah ‘maulanya’ Kemudian dia mengangkat tangan Ali. Di dalam tambahannya Abu Bakar Ahmad bin al-khatib al-Baghdadi (mati 462 A.H.), di dalam Tarikh al-Baghdad , jil id 8, ms 289, 290, telah menyampaikan Hadis yang lebih khusus dari Abu Hurairah bahawa jika sesiapa berpuasa pada 18hb Dhulhijjah [Hari Ghadir] dia akan mendapat ganjaran 60 bulan berpuasa. Dia kemudian merakamkan Hadis yang di atas dengan cara yang sama.

SYAIR HASAN DIHADAPAN NABI

Keadaan kelima pada membuktikan wilayah [wazir] Ali, adalah bacaan syair terhadapnya, yang Hasan bin Thabit telah bacakan dengan keizinan Nabi, di dalam perhimpunan yang mana kedudukan Ali sebagai wazir telah diumumkan. Sibt Ibn al-Jawzi dan yang lainnya telah menulis bahawa apabila Nabi mendengarkan rangkap-rangkap itu, dia berkata: ‘Wahai Hasan! Selagi kamu berterusan membantu kami atau memuji kami dengan lidah kamu, Ruhul Qudus, ruh yang suci, akan terus menyokong kamu.’

Pengulas dan juga penyampai Hadis terkenal di abad keempat Hijrah, Hafiz Ibn Mardawih (m. 352 H.), di dalam Manaqib ; Ketua Imam, Muwaffaq bin Ahmad Khawarizmi di dalam Manaqib dan Maqtal al-Husain , bahagian IV; Jalaluddin al-Suyuti di dalam Risalah al-Azhar f i ma Aqdah al-Syu’ara’ dan banyak lagi ulama kamu, penyampai dan juga ahli sejarah menyatakan dari Abu Sa’id al-Khudiri bahawa pada hari Ghadir Khum, selepas ucapan Nabi dan perlantikan Ali sebagai penggantinya, Hasan bin Thabit berkata: ‘Adakah kamu mengizinkan saya membacakan beberapa rangkap syair pada peristiwa ini?’ Nabi Allah berkata: ‘Ya, bacalah dengan rahmat Allah.’ Maka dia berdiri ditempat yang dit inggikan dan terus membacakan secara sepontan rangkap-rangkap yang digubah. Maksud rangkap tersebut seperti berikut:

‘Pada hari Ghadir Khum, Nabi memanggil semua ummah, dan saya mendengar suaranya memanggil mereka Nabi berkata kepada manusia, ‘Siapakah maula dan wali kamu?’ Manusia menjawab dengan jelas, ‘Maula kami adalah Allah [Tuhan] dan wali kami adalah kamu [Nabi] dan tiada siapa menafikan fakta ini.’ Maka Nabi suci berkata kepada Ali: ‘Berdirilah! Saya merasa puas dengan kamu menjadi Imam [wazir] dan Hadi [petunjuk] selepas ku. Maka bagi siapa menjadikan aku sebagai maulanya, ini Ali adalah maulanya. Dengan itu semua manusia hendaklah setia dan patuh pada menolongnya.’

267

Page 268: Sect Comparative In Peshwar Night

Kemudian Nabi berdoa kepada Allah: ‘Wahai Allah! Berbaiklah dengan mereka yang berbaik dengannya, musuhilah mereka yang memusuhinya.’

Rangkap syair ini adalah bukti jelas pada menunjukkan fakta bahawa pada hari tersebut para sahabat Nabi t idak menterjemahkan perkataan ‘maula’ kepada maksud yang lain melainkan ‘Imam’ dan bahawa Ali akan menjadi Khalifah selepas Nabi wafat. Jika perkataan ‘maula’ tidak bererti ‘Imam’ atau ketua di atas yang lain, Nabi tentunya telah menganggu Hasan ketika dia menyebutkan baris: ‘Saya berpuas hati dengan kamu menjadi Imam dan petunjuk selepas aku.’ Dan akan menjelaskan bahawa dia tersalah mengerti dan bahawa baginda tidak bermaksud Ali menjadi Imam dan pengganti selepasnya dan bahawa baginda bermaksud dengan perkataan ‘maula’ adalah kawan atau penolong. Tetapi sebenarnya Nabi telah menyokongnya dengan mengatakan ‘Ruhul Qudus juga akan menyokongnya’ Selain dari itu Nabi juga menerangkan dengan jelas kedudukan Imamah atau wilayah Ali di dalam syarahannya. Kamu hendaklah meneliti syarahan Nabi, yang baginda sampaikan pada hari Ghadir Khum yang telah dirakamkan dengan penuh mendalam oleh Abu Jaafar Muhammad Ibn Jarir al-Tabari [mati 310 Hijrah] di dalam bukunya Kitab al Wilayah . Dia menulis bahawa Nabi telah berkata: ‘Dengarlah dan patuh. Sesungguhnya Allah adalah maula kamu dan Ali adalah Imam kamu. Sehingga ke hari pengadilan Imamah adalah kepunyaan ahli ku, keturunan Ali.’

PARA SAHABAT MELANGGAR JANJI YANG MEREKA BUAT PADA HARI GHADIR

Apa juga terjemahan yang kamu berikan pada perkataan ‘mawla’ , ia adalah fakta yang telah diterima bahawa para sahabat telah membuat perjanjian kepada Nabi pada hari itu. Terdapat persamaan sepenuhnya diantara kedua golongan pada tujuan ini. Jadi mengapa mereka melanggar sumpah? Walaupun jika kita anggap, untuk seketika bahawa dengan perkataan maula Nabi bermaksud hanya kawan dan penolong, demi kerana Allah beritahulah kepada kami j ika pada fikiran kamu bahawa persahabatan bererti membakar rumahnya, menggemparkan keluarganya, mengancamnya dengan pedang terhunus.

Nabi memberikan arahan yang jelas bahawa para sahabat hendaklah memberikan baiah kepada Ali. Adakah kamu fikir bahawa baginda bermaksud bahawa mereka dengan itu boleh mengancam anak menantunya? Selepas wafatnya Nabi tidakkah mereka melanggar sumpah? Adakah mereka yang melanggar sumpah memenuhi, pada pendapat kamu, syarat-syarat bagi persahabatan? Adakah mereka membaca ayat 25 Surah al-Ra’d dari al-Quran?:

Dan (sebaliknya) orang-orang yang merombak (mencabuli) perjanjian Allah sesudah diperteguhkannya dan memutuskan perkara-perkara yang

268

Page 269: Sect Comparative In Peshwar Night

disuruh oleh Allah supaya dihubungkan, serta mereka pula membuat kerosakan dan bencana di muka bumi, - mereka itu beroleh laknat, dan mereka pula beroleh balasan hari akhirat yang seburuk-buruknya. [Surah al-Ra‘d 13: 25].

PARA SAHABAT MELANGGAR JANJI DI UHUD, HUNAIN DAN HUDAIBIYYAH

Di dalam peperangan Uhud dan Hunain, apabila Nabi telah membuat semua para sahabat berjanji bahawa mereka tidak akan lari pada hari itu, t idakkah mereka sebenarnya telah lari? Mereka lari dari medan perang dan meninggalkan Nabi untuk menghadapi musuh. Ini telah dirakamkan oleh ahli sejarah kamu seperti al-Tabari , Ibn Abil Hadid dan Ibn A’sama‘i al-Kufi. Tidakkah ini melanggar sumpah setia?

Saya bersumpah dengan Allah bahawa kamu dengan tanpa sebab mencari kesalahan pada Syiah apabila kami menyebutkan apa yang ulama dan ahli sejarah kamu yang terkenal telah katakan.

SYIAH HANYA MENGUTUK PARA SAHABAT YANG BERBUAT KEJI

Saya tidak faham mengapa kamu menyerang kami untuk bergenerasi lamanya. Apa sahaja yang kamu tulis diterima, tetapi jika kami tulis apa yang telah ditulis oleh ulama Sunni yang agung, kami akan dilabel sebagai kafir kerana mengkritik ketidakadilan sebahagian para Sahabat.

Jika krit ikan pada sahabat bererti Rafidi, maka yang jelas mereka semua adalah Rafidi, kerana kesemua mereka mengkritik satu sama lain di atas amalan yang keji. Bahkan Abu Bakar dan Umar melakukannya.

Sebahagian dari para sahabat Nabi adalah yang beriman dan warak dan sangat dihormati. Yang lain menurutkan kehendak nafsu dan terkutuk. Jika kamu mahukan bukti sejarah terhadap fakta ini, saya mengsyorkan bahawa kamu membaca tulisan Ibn Abil Hadid Syarh Nahjul Balaghah , jil id IV, ms 454, 462, dan meneliti secara mendalam jawapan Zaidi kepada bantahan Abul Ma’ali al-Juwaini, yang mana Abu Jaafar al-Naqib telah rakamkan. Maka kamu akan mengetahui berapa banyak pertentangan terdapat dikalangan para sahabat, yang mana sebenarnya mereka mengutuk sesama sendiri sebagai keji dan kafir.

PARA SAHABAT LARI DI HUDAIBIYYAH

Di dalam catatannya pada peristiwa Hudaibiyyah, Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , dan yang lain dari ahli sejarah kamu telah menulis bahawa setelah persetujuan perjanjian ditanda tangani, kebanyakan dari para sahabat, termasuk Umar bin Khattab menyatakan kemarahan mereka mengenai syarat perjanjian tersebut. Mereka memberitahu Nabi bahawa mereka tidak berpuas hati dengan keamanan dan mahukan peperangan. Nabi berkata kepada mereka: ‘Tidakkah aku

269

Page 270: Sect Comparative In Peshwar Night

mengenali kamu! Bukankah kamu juga orangnya yang ketakutan di dalam peperangan Badar, sehingga Allah menurunkan malaikatnya untuk membantu! Tidakkah kamu, Sahabat aku yang sama pada hari Uhud, telah lari ke bukit-bukit dan meninggalkan aku tanpa perlindungan? Walaupun aku terus berteriak memanggil kamu, supaya kamu kembali.’

Nabi menyebutkan segala kelemahan mereka dan mereka terus menyatakan kekesalan mereka. Ibn Abil Hadid berkata pada penghujung tulisannya bahawa teguran ini telah ditujukan kepada Umar, yang tidak mempercayai segala janji yang dibuat oleh Nabi. Kemudian dia menulis dari penjelasan kenyataan Nabi, Khalifah Umar pastinya telah melarikan diri di peperangan Uhud kerana di dalam kenyataannya Nabi telah merujuk kepada itu juga.

Sekarang kamu sendiri boleh lihat bahawa jika kami menyatakan fakta ini, yang telah dirakamkan oleh ulama kamu seperti Abil Hadid dan lainnya, kami terus menjadi tumpuan serangan kerana kami telah menghina Khalifah, tetapi tidak terdapat sebarang bantahan terhadap Ibn Abil Hadid. Yang sebenarnya kami tidak punya niat pada menghina sesiapa. Kami sekadar menyampaikan fakta sejarah, dan kamu melihat kepada kami dengan mata yang marah. Kamu mengabaikan faktanya.

SYIAH AKAN MENCARI PEMBALASAN DIHARI PENGADILAN

Syiah mempunyai banyak aduan pada hari pengadilan terhadap kamu orang-orang Sunnah. Dunia ini akan binasa, dan kamu akan berdiri di mahkamah Allah untuk menjawab segala penindasan kamu.

Hafiz: Sila beritahu kami penindasan terhadap apa yang akan kamu cari di hari pengadilan?

Shirazi: Terdapat peristiwa yang mungkin saya akan katakan. Apabila hari pengadilan Ilahi tiba saya akan mencari keadilan padanya.

Hafiz: Saya meminta kamu supaya jangan merangsang perasaan orang lain. Beritahu kami penindasan apa yang kamu telah deritai .

Shirazi: Penindasan dan kekejaman bukan perkara baru bagi kami sekarang. Asasnya telah diletakkan sebaik sahaja setelah wafatnya keturunan kami, Nabi Allah. Hak bagi nenek kami, Fatimah al-Zahra, yang telah diberikan oleh bapanya, Nabi, untuk membesarkan anak-anaknya telah dirampas. Bantahan dan aduannya telah tidak dipedulikan. Akhirnya dia pergi di dalam usia yang begitu muda dengan hati yang sangat hancur.

Hafiz: Tidak ada perlunya pada merangsang manusia. Beritahu kami apa hak Fatimah yang telah dirampas? Tetapi ingat jika kamu gagal membuktikan terhadap tuntutan kamu, kamu juga akan gagal di

270

Page 271: Sect Comparative In Peshwar Night

mahkamah keadilan Ilahi. Anggaplah diri kamu di mahkamah keadilan Ilahi dan berilah hujah kamu.

Shirazi: Satu hari kita akan berada dimahkamah Ilahi. Kita mengharap keadilan. Jika kamu juga mempunyai perasaan adil , seperti yang seharusnya, maka seperti seorang hakim dengarkanlah keterangan kami tanpa berat sebelah. Saya percaya kamu akan mengakui sahnya tuntutan saya.

Hafiz: Saya bersumpah saya tidak prejudis atau degil. Pastinya kamu telah lihat pada malam-malam yang lalu bahawa saya t idak membantah sembarangan. Apabila saya mendengar hujah yang munasabah saya telah menerimanya. Diamnya saya adalah petunjuk yang saya menerima cara yang betul. Secara lumrah saya bukan yang suka bertengkar. Saya mengaku sebelum bertemu dengan kamu di sini, saya berhasrat untuk menewaskan kamu. Tetapi kini saya amat tertarik dengan keikhlasan, sopan santun, terus terang dan rasa kebenaran kamu, maka saya telah bersumpah di hadapan Allah bahawa saya akan tunduk menerima segala fakta yang munasabah walaupun tindakan ini akan mengecewa yang lain. Percayalah, saya bukannya orang yang sama seperti di malam pertama. Saya katakan secara terus terang hujah kamu telah meninggalkan kesan yang mendalam di hati saya. Saya benar-benar berharap bahawa saya akan mati dengan mencintai dan berkasih sayang kepada Nabi dan keturunannya, supaya saya dapat berdiri dengan megah dan puas dihadapan Nabi kelak.

Shirazi: Kejujuran yang begitulah yang diharapkan dari ulama seperti kamu. Saya juga tertarik kepada kenyataan kamu, dan telah terbina perasaan persahabat terhadap kamu. Sekarang saya hendak membuat satu permintaan. Saya harap kamu akan menerimanya.

Hafiz: Ya, si lakan.

Shirazi: Malam ini saya ingin menjadi saksi dan yang lain menjadi hakim, supaya mereka boleh membuat keputusan tanpa prejudis [berat sebelah] sama ada tuntutan saya ini benar. Sebahagian dari mereka yang beriman tetapi t iada pengetahuan, telah berkata bahawa tiada gunanya kita bincangkan perkara yang telah berlaku 1300 tahun dahulu. Mereka tidak faham bahawa perkara yang berkaitan dengan ilmu telah diperbincangan di dalam setiap era. Perbincangan yang adil akan menunjukkan kebenaran dan tuntutan pewarisan boleh dibuat secara sah oleh sipewaris pada bila-bila masa. Oleh kerana saya adalah seorang dari pewaris, maka saya hendak menanyakan satu soalan kepada kamu. Sila berikan jawapan yang adil.

Hafiz: Baiklah, kami bersedia mendengar kenyataan kamu.

Shirazi: Jika dengan arahan Tuhan si Ayah berikan hartanya kepada si Anak, dan setelah matinya si Ayah, j ika harta i tu diambil dari si Anak yang memiliki harta itu, apakah bentuk pada tuntutan itu?

271

Page 272: Sect Comparative In Peshwar Night

Hafiz: Tindakan merampas adalah kejam. Tetapi siapakah yang kamu rujuk apabila kamu katakan penindasan dan tertindas?

FADAK DAN RAMPASAN TERHADAPNYA

Apabila kubu Khaibar telah ditawan, orang kenamaan, tuan tanah dan orang-orang ternama Fadak datang menemui Nabi. Fadak adalah kawasan lurah di celah-celah bukit Madinah. Ia mengandungi 7 perkampungan yang memanjang sehingga ke pinggir pantai. Kebanyakkan tanahnya subur dan menggandungi tempat simpanan air. Terdapat perjanjian damai dengan penduduknya yang menyatakan bahawa setengah dari keseluruhan Fadak adalah dibawah milik mereka yang setengah lagi adalah harta milik Nabi. Fakta ini telah dinyatakan oleh Yaqut Hamawi, pengarang Majmu‘ al-Buldan di dalam Futuh al-Buldan , j ilid VI, ms 343; oleh Ahmad bin Yahya Baladhuri al-Baghdadi (m.279H) dalam Tarikh ; Ibn Abil Hadid al-Mu‘tazili di dalam Syarh Nahjul Balaghah , (dicetak di Mesir), j ilid IV, ms 78, menyebutnya dari Abu Bakar Ahmad bin Abdul Aziz al-Jauhari; oleh Muhammad bin Jarir al-Tabari di dalam Tarikh al-Kabir , dan oleh ramai lagi yang lain dari ahli Hadis dan sejarah.

WAHYU PADA AYAT ‘BERIKAN KEPADA SAUDARA TERDEKAT’

Apabila Nabi pulang ke Madinah, Jibril mewahyukan ayat yang berikutnya:

‘Dan berikanlah kepada kerabatmu, dan orang miskin serta orang musafir akan haknya masing-masing; dan janganlah engkau membelanjakan hartamu dengan boros yang melampau’ [Surah al-Isra’ 17:26]..

Nabi memikirkan apakah tujuan wahyu itu. Jibril muncul lagi dan memberitahunya bahawa Allah telah mengarahkan: ‘Fadak diberikan kepada Fatimah.’ Nabi memanggil Fatimah dan berkata: ‘Allah telah mengarahkan aku untuk memberikan Fadak sebagai hadiah kepada kamu.’ Maka dia terus memberikan Fadak kepada Fatimah.

Hafiz: Tolong jelaskan apakah peristiwa yang kamu katakan di mana ayat itu telah diwahyukan. Adakah telah dituliskan di dalam buku sejarah dan ulasan dari Syiah, atau ia juga terdapat di dalam buku yang dipercayai?

Shirazi: Ketua pengulas, Ahmad Tha‘labi di dalam Kasyf al-Bayan ; Jalaluddin al-Suyuti di dalam Tafsir , jil id IV, menyatakan dari Hafiz Ibn Mardawih; pengulas terkenal Ahmad bin Musa (m. 352 H.) menyatakan dari Abu Sa’id al-Khudri dan Hakim Abul Qasim Haskani; Ibn Kathir Imaduddin Isma‘il ; Ibn Umar Dimasyqi Faqih al-Syafii di dalam Tarikh , dan Sheikh Sulayman Balkhi al-Hanafi dalam Yanabi‘ al-

272

Page 273: Sect Comparative In Peshwar Night

Mawaddah , bab 39, menyatakan dari Tafsir al-Tha‘labi , Jam’ al-Fawa’id dan ‘Uyun al-Akhbar – semuanya menyampaikan bahawa apabila ayat ‘dan berikan kepada saudara terdekat haknya…’ telah diwahyukan, Nabi memanggil Fatimah dan memberikan Fadak kepadanya sebagai hadiah. Begitulah selagi Nabi hidup, Fadak kekal di dalam milik Fatimah. Wanita mulia itu memajakkan Fadak; hasilnya dipungut dalam 3 ansuran. Dari hasil itu dia mengambil jumlah wang yang cukup sebagai makanan untuk diri dan anak-anaknya dan dibahagi-bahagikan selebihnya kepada yang miskin dari Bani Hashim. Setelah wafatnya Nabi, pegawai dari Khalifah pemerintah telah merampas harta ini dari Fatimah. Saya tanya kamu hadirin yang dihormati, dengan nama keadilan, bagaimana kamu menyebut tindakan ini.

Hafiz: Inilah kali pertama saya mendengar bahawa Nabi memberikan Fadak, atas perintah, kepada Fatimah.

Shirazi: Mungkin juga kamu tidak tahu mengenai hal ini. Tetapi sebagaimana saya telah mengatakan kepada kamu, kebanyakkan dari ulama yang terkenal telah menulis mengenainya di dalam buku-buku mereka yang boleh dipercayai. Supaya dapat menjelaskan lagi kedudukan ini saya merujukan kamu kepada Hafiz Ibn Mardawih, al-Waqidi dan al-Hakim (lihat Tafsir dan Tarikh mereka); Jalaluddin al-Suyuti dalam Durru al-Manthur , jil id IV, ms 177; Mulla Ali al-Muttaqi al-Hindi dalam Kanz al-Ummal dan nota ringkas yang telah ditulis pada Ahmad bin Hanbal bertajuk Kitab al-Akhlaq dari Musnad mengenai masalah Silaturrahim ; dan Ibn Abil Hadid dalam Syarh Nahjul Balaghah , j ilid IV. Kesemua ulama ini telah menyampaikan dengan cara berlainan, selain dari kenyataan Abu Sa’id Khudri, bahawa apabila ayat di atas diwahyukan Nabi memberi Fadak kepada Fatimah al-Zahra.

HUJAH DARI HADIS ‘LA NURIS’ – KAMI TIDAK TINGGALKAN WARISAN

Hafiz: Ia adalah fakta yang telah diterima bahawa Khalifah merampas Fadak atas dasar Hadis yang terkenal yang disampaikan oleh Abu Bakar, yang mengatakan bahawa dia sendiri mendengar Nabi mengatakan: ‘Kami para Nabi tidak meninggalkan sebarang warisan; apa sahaja yang kami t inggalkan sebagai warisan adalah sedekah.’ [harta ummah].

FADAK ADALAH HADIAH – BUKAN WARISAN

Shirazi: Pertama; ia bukanlah warisan, tetapi hadiah. Kedua; Hadis yang disampaikan tidak boleh diterima.

Hafiz: Apakah hujah yang kamu hendak sampaikan bagi menolak Hadis itu?

Shirazi: Terdapat banyak sebab untuk menolak Hadis i tu.

273

Page 274: Sect Comparative In Peshwar Night

HADIS ‘LA NURITH’ ADALAH PALSU

Pertama; sesiapa yang mencipta Hadis ini telah menyebutnya tanpa memikirkan terhadap perkataan yang digunakan. Jika dia lebih berhati-hati mengenainya, dia tentu tidak mengatakan: ‘Kami para Nabi tidak meninggalkan sebarang warisan, ‘kerana dia tentu tahu bahawa penipuan ini akan terdedah oleh perkataan dari Hadis palsu itu sendiri . Jika dia telah menggunakan perkataan, ‘Saya t idak meninggalkan sebarang warisan,’ Hadis yang dicubanya mungkin lebih diterima. Tetapi apabila dia menggunakan jamaah, ‘Kami para Nabi…’ kami terpaksa menyelidik pada kebenaran Hadis ini. Sekarang berasaskan dengan kenyataan kamu, kami merujuk kepada al-Quran sebagai petunjuk. Kami dapati bahawa banyak ayat yang memberitahu kami bahawa Nabi sebenarnya ada meninggalkan warisan. Ini membuktikan bahawa Hadis itu perlu ditolak begitu sahaja.

FATIMAH BERHUJAH MENGENAI KESNYA

Di dalam bukunya Kitab al-Saqifah seorang ulama dan ahli Hadis terkenal, Abu Bakar Ahmad bin Abdul-Aziz al-Jauhari , mengenainya Ibn Abil Hadid berkata di dalam bukunya Syarh Nahjul Balaghah bahawa dia adalah seorang ulama dan ahli Hadis Sunni yang terkenal; Ibn al-Athir di dalam al-Nihayah ; al-Mas‘udi di dalam Akhbar al-Zaman dan di dalam al-Ausat ; Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , j ilid IV, ms 78, menyebutnya dari buku Abu Bakar Ahmad al-Jauhari, Saqifah dan Fadak, di dalam cara yang berbeza dan dari beberapa punca, sebahagiannya merujuk kepada Imam kelima Muhammad al-Baqir melalui siddiqi sughra Zainab al-Kubra dan sebahagian darinya merujuk kepada Abdullah Ibn Hasan dengan disahkan oleh siddiqi kubra Fatimah Zahra dan dengan pengesahan Ummul Mukminin Aisyah dan juga pengesahan Muhammad bin Imran Marzabani, dari Zaid bin Ali bin Husain; dari bapanya, dan dari bapanya Imam Husain; dan dari ibunya yang mulia, Fatimah al-Zahra; dan banyak lagi ulama dari golongan kamu telah menyampaikan ucapan Fatimah di hadapan himpunan manusia ramai. Pembangkang menjadi tergamam apabila mereka mendengar hujah dan alasannya dan mereka tidak terjawab. Oleh kerana mereka tidak punya jawapan untuk dibuat maka mereka membuat kekacauan.

HUJAH FATIMAH MENOLAK HADIS ‘LA NURITH’

Satu dari hujah Fatimah menolak Hadis itu ialah, j ika Hadis i tu benar, maka mengapa terdapat banyak ayat-ayat al-Quran mengenai warisan para Nabi. Dia berkata: ‘Disatu tempat al-Quran berkata:

Dan Nabi Sulaiman mewarisi (pangkat kenabian dan kerajaan) Nabi Daud [Surah al-Naml 27: 16]

Mengenai Nabi Zakaria al-Quran berkata:

274

Page 275: Sect Comparative In Peshwar Night

Dan Sesungguhnya Aku merasa bimbang akan kecuaian kaum kerabatku menyempurnakan tugas-tugas ugama sepeninggalanku; dan isteriku pula adalah seorang yang mandul; oleh itu, kurniakanlah daku dari sisi-Mu seorang anak lelaki. Yang layak mewarisi daku, juga mewarisi keluarga Nabi Yaakub; dan jadikanlah Dia - Wahai Tuhanku seorang yang diredai serta disukai".[Surah Maryam 19: 5-6].

Mengenai doa Zakaria al-Quran berkata:

Dan (sebutkanlah peristiwa) Nabi Zakaria, ketika ia merayu kepada Tuhannya Dengan berkata: "Wahai Tuhanku! janganlah Engkau biarkan daku seorang diri (dengan tidak meninggalkan zuriat); dan Engkaulah jua sebaik-baik Yang mewarisi". Maka Kami perkenankan doanya, dan Kami kurniakan kepadanya (anaknya) Yahya, [Surah al-Anbiya’ 21: 89-90].

Selepas itu dia berkata: ‘Wahai anak Qahafah! Ada terdapat di dalam Kitab Allah bahawa engkau adalah pewaris bapamu, dan aku dinafikan hak Bapaku? Kamu telah melakukan penipuan yang besar. Adakah kamu semua dengan sengaja telah meninggalkan kitab Allah dan mengabaikannya sama sekali? Tidakkah aku ini keturunan Nabi? Mengapa kamu menghalang aku dari hak-hak aku? Kenapa semua ayat-ayat pewarisan ini , yang ditujukan kepada semua manusia secara umum dan kepada Nabi secara khusus telah dimasukkan ke dalam al-Quran? Tidakkah kita semua ketahui bahawa ayat-ayat al-Quran tetap kekal tidak berubah sehingga ke hari pengadilan? Tidakkah al-Quran telah berkata:

Dalam pada itu, orang-orang Yang mempunyai pertalian kerabat, setengahnya lebih berhak atas setengahnya Yang (lain) menurut (hukum) Kitab Allah; [Surah al-Anfal 8: 75].

dan:

Allah perintahkan kamu mengenai (pembahagian harta pusaka untuk) anak-anak kamu, Iaitu bahagian seorang anak lelaki menyamai bahagian dua orang anak perempuan. [Surah al-Nisa’ 4:11] dan:

‘Kamu diwajibkan, apabila seseorang dari kamu hampir mati , jika ia ada meninggalkan harta, (hendaklah ia) membuat wasiat untuk ibu bapa dan kaum kerabat dengan cara yang baik (menurut peraturan agama),

275

Page 276: Sect Comparative In Peshwar Night

sebagai suatu kewajipan atas orang-orang yang bertaqwa’. [Surah al-Baqarah 2: 180].

Maka mengapa saya, secara khusus, telah ditegah dari warisan bapa saya? Adakah Allah mewahyukan ayat yang khas kepada kamu, yang mengenepikan bapa saya [dari haknya]. Adakah kamu tahu pengertian zahir dan batin al-Quran lebih dari bapa saya, Muhammad, dan sepupu saya, Ali?

FATIMAH MERAYU DALAM KEHAMPAAN

Apabila mereka telah terdiam dengan hujah-hujah dan fakta yang benar, mereka tidak punya jawapan. Mereka berpaling kepada penipuan dan bahasa keji.

Dia berkata: ‘Hari ini engkau telah menghancurkan hati aku. Pada hari pengadilan aku akan mendakwa engkau di mahkamah Ilahi dan Allah akan memutuskannya dengan adil. Allah adalah Hakim yang terbaik. Muhammad adalah ketua dan pemimpin; masa kami dan juga engkau adalah pada hari yang dibangkitkan. Pada hari itu yang zalim akan rugi, dan taubat kamu tidak ada gunanya. Untuk semua itu ada waktu yang telah ditetapkan dan kamu akan tahu tidak lama lagi, kamu akan dikenakan siksaan yang amat pedih.’

KHALIFAH MENGGUNAKAN BAHASA KEJI

Hafiz: Siapakah yang berani mencaci sebahagian dari diri Nabi, Fatimah al-Zahra? Saya tidak dapat percaya. Penipuan mungkin terjadi, tetapi menggunakan bahasa keji tidak mungkin. Tolong janganlah katakan yang sedemikian.

Shirazi: Tidak siapa yang punya keberanian untuk mengatakan yang sedemikian melainkan Khalifah, Abu Bakar. Tidak dapat mematahkan hujah yang jelas dari wanita malang ini, dia terus naik ke atas mimbar dan menghina Fatimah dan juga suami dan sepupunya, yang dicintai oleh Allah, Amirul Mukminin, Ali .

Hafiz: Saya fikir kenyataan yang memalukan ini telah disebarkan oleh mereka yang fanatik.

Shirazi: Kamu telah tersilap. Kenyataan ini tidak disebarkan oleh fanatik Syiah. Ulama terkenal Sunni yang telah menyiarkannya. Bagaimana jahil sekalipun orang awam kami, mereka tidak pernah memalsukan Hadis. Jika kamu mengkaji buku Sahih kamu, kamu akan mengakui ulama kamu yang masyhur telah menggesahkan fakta ini. Ibn Abil Hadid al-Mu‘tazili di dalam Syarh Nahjul Balaghah , jil id IV, ms 80, dicetak di Mesir, menyatakan dari Abu Bakar Ahmad Bin Abdul Aziz al-Jauhari, telah menulis dengan mendalam mengenai Abu Bakar naik ke mimbar selepas bantahan Ali dan Fatimah.

276

Page 277: Sect Comparative In Peshwar Night

BANTAHAN ALI DENGAN ABU BAKAR

Banyak ulama telah merakamkan bahawa apabila Fatimah selesai merayukan kesnya. Ali memulakan bantahannya dalam perhimpuan muslim di masjid Madinah, memandang kepada Abu Bakar, dia berkata: ‘Mengapa kamu menafikan Fatimah dari warisan bapanya, walaupun dia adalah pemiliknya dan telah memilikinya semasa hayat bapanya? Abu Bakar menjawab: ‘Fadak adalah harta muslim. Jika Fatimah menunjukkan cukup bukti bahawa itu adalah haknya, saya pasti akan memberikan kepadanya; jika tidak, saya akan menghalangnya.’

Imam yang suci berkata: ‘Tidakkah ini fakta yang nyata, apabila kamu membuat keputusan mengenai muslim secara umum, kamu memberikan keputusan yang bertentangan terhadap kami?

‘Tidakkah Nabi telah berkata, bahawa tanggungjawab pendakwa pada mengadakan bukti dan pembela membuat pembelaan? Engkau telah menolak perundangan Nabi dan juga bertentangan dengan perundangan agama, engkau meminta saksi-saksi dari Fatimah yang telah memiliki harta itu semenjak dari hayat Nabi. Lebih-lebih lagi, adakah perkataan Fatimah tidak benar? Beliau adalah salah seorang Ashab al-Kisa’ [mereka yang di bawah selimut] dan yang juga disebutkan di dalam ayat al-Tathir .

‘Jika dua orang memberikan bukti bahawa Fatimah telah melakukan sesuatu yang salah, beritahu aku bagaimana kamu akan melakukan terhadapnya? Abu Bakar berkata: ‘Saya akan menjatuhkan hukuman ke atasnya sebagaimana saya akan lakukan terhadap lain wanita.’

Imam yang suci berkata: ‘Jika kau lakukan itu, kau adalah kafir di hadapan Allah, kerana engkau telah menolak keterangan Allah mengenai kesucian Fatimah. Allah berkata:

‘Sesunguhnya Allah bermaksud untuk menjauhkan dari kamu segala macam kekotoran, Wahai kamu ahli rumah, dan mensucikan kamu dengan sesuci-sucinya.’ [Surah al-Ahzab 33:33]

Tidakkah ayat ini diwahyukah pada meninggikan kami?

Abu Bakar berkata: ‘Mengapa, tidak?’

Imam berkata: ‘Adakah mungkin bahawa Fatimah, yang mana kesuciannya Allah telah sahkan, akan membuat tuntutan palsu terhadap harta dunia yang tidak bermakna ini? Engkau menolak keterangan dari seorang yang suci dan menerima keterangan dari Arab yang membuang air kecil pada tumit kakinya!’

Setelah mengatakan ini Imam pulang ke rumah dengan perasaan marah. Bantahannya telah mengerakkan orang ramai. Semua berkata:

277

Page 278: Sect Comparative In Peshwar Night

‘Kebenaran bersama Ali dan Fatimah. Demi Allah, Ali berkata benar. Mengapa anak perempuan Nabi dilayani dengan begitu kasar?’

KEJINYA ABU BAKAR

Ibn Abil Hadid menyatakan bahawa manusia benar-benar tertarik dan sedar dengan bantahan Ali dan Fatimah dan mula membuat kacau. Abu Bakar setelah melihat kedua manusia suci itu telah meninggalkan masjid, naik ke atas mimbar dan berkata: ‘Wahai manusia mengapa kamu begitu terganggu dan terpengaruh. Mengapa kamu mesti mendengar kepada semua orang? Oleh kerana aku telah menolak pembuktian mereka, mereka kini berkata yang bukan-bukan. Yang nyatanya ialah, dia [Ali] itu musang yang telah diperdayakan oleh ekornya. Dia membuat segala bentuk kekacauan. Dia memandang kepada pentingnya kekacauan dan menghasut manusia untuk mengadakan kegelisahan dan pemberontakan. Dia meminta pertolongan dari yang lemah. Dia meminta bantuan dari wanita. Dia serupa Umm al-Tihal yang mana orang di dalam rumahnya suka pada penzinaan.’

Tidakkah kenyataan itu amat keji dan menghinakan? Adakah itu sama dengan memuliakan, menghormati, cinta dan simpati, yang Nabi telah katakan khusus untuk keluarganya? Berapa lama lagi kamu hendak kekal menerima kepercayaan yang menyimpang dan fanatik seperti itu? Untuk berapa lama lagi kamu akan terus menentang Syiah dan memanggil mereka Rafidi dan kafir kerana mereka mengkrit ik perkataan dan amalan manusia yang telah dirakamkan di dalam buku kamu sendiri?

SEJARAH MENGADILI SESEORANG

Pertimbanglah perkara ini dengan adil. Adakah kekejian dari seorang sahabat Nabi yang telah berumur wajar? Perkataan keji dan menghinakan dari Muawiyah, Marwan dan Khalid tidaklah begitu menghinakan sekali jika dibandingkan dengan perkataan yang keluar daripada mulut seorang yang dikatakan ‘Sahabat di dalam gua’ Hadirin yang dihormati! Kami t idak ada di situ pada ketika itu. Kami hanya mendengar nama-nama seperti Ali, Abu Bakar, Umar, Uthman, Talhah, Zubair, Muawiyah, Marwan, Khalid, Abu Hurairah dll. Kami tidak punya ikatan persahabatan atau juga permusuhan dengan mereka. Kami hanya lihat pada dua perkara: Pertama; mereka yang Allah dan Nabi-Nya cintai dan yang mana kepada mereka penghormatan dan ketaatan telah diperintahkan. Kedua; kami selidiki amalan dan pertuturan mereka. Kemudian kami pertimbangkan dengan minda yang saksama. Kami t idak akan membiarkan keutamaan untuk seseorang mempengaruhi pertimbangan kami.

HADID TERPERANJAT TERHADAP PENGHINAAN ABU BAKAR KEPADA ALI DAN FATIMAH

278

Page 279: Sect Comparative In Peshwar Night

Bukan kami sahaja yang terperanjat dengan perangai yang sedemikian. Setiap orang dari ulama kamu yang adil telah terkejut apabila mengetahuinya. Ibn Abil Hadid menulis di dalam Syarh Nahjul Balaghah , j ilid IV, ms 80, bahawa perkataan Khalifah membuatnya amat terperanjat. Dia bertanya kepada gurunya Abu Yahya Naqib Jaafar bin Yahya bin Abi Zaid al-Basri kepada siapa perkataan Khalifah ditujukan. Dia berkata bahawa kenyataan itu bukannya yang tidak berterus terang [ indirect]. Rujukannya jelas. Ibn Hadid berkata: ‘Jika ia amat jelas, saya tentu tidak bertanyakannya.’ Dengan itu dia ketawa dan berkata: ‘Perkara itu telah dikatakan kepada Ali.’ Ibn Hadid mengulangi perkataan itu dengan terperanjat: ‘Adakah perkataan ini semua telah dikatakan kepada Ali?’ Gurunya berkata: ‘Ya! Anakku! Inilah ertinya pemerintah.’

Beralih kepada menggunakan bahasa keji adalah taktik bagi mereka yang tidak mempunyai jawapan yang meyakinkan. Semua ini telah dilakukan kepada Ali, yang mana, sebagai yang telah dinyatakan oleh ulama kamu yang masyhur serta buku-buku sahih, Nabi berkata: ‘Ali adalah bersama kebenaran dan kebenaran bersama Ali.’

MENYAKITI ALI ADALAH MENYAKITI NABI

Merujuk kepada Ali dan Fatimah, Nabi berkata bahawa masalah mereka adalah masalahnya. Nabi berkata: ‘Sesiapa yang menyakiti dua orang ini, menyakiti saya, dan yang menyakiti saya telah menyakiti Allah.’ Telah juga ditulis di dalam buku sahih kamu bahawa Nabi berkata: ‘Sesiapa yang memusuhi Ali , memusuhi saya, sesiapa yang memusuhi saya telah memusuhi Allah.’

Muhammad bin Yusuf Kanji al-Shafii, di dalam Kifayatut Talib , Bab 10, menyebutkan Hadis yang khusus pada pengesahan Ibn Abbas, yang memberitahu sebilangan penduduk Syria yang mengutuk Ali bahawa dia telah mendengar Nabi berkata mengenai Ali: ‘Dia yang menghina kamu, menghina aku; dia yang menghina aku telah menghina Allah; dan dia yang menghina Allah akan terus dilontar ke dalam api neraka.’

Selepas Hadis ini dia menyebutkan Hadis lain dari punca yang sahih, semuanya membuktikan bahawa mereka yang menghina Ali adalah kafir. Bab 10 dari bukunya bertajuk ‘Mengenai kafirnya mereka yang menghina Ali.’

Juga al-Hakim di dalam al-Mustadrak , jil id III, ms 121, telah menyebutkan Hadis itu. Maka menurut dari Hadis ini semua, mereka yang mengutuk Ali, bermakna mengutuk Allah dan Nabi-Nya. Kesemua mereka [seperti Muawiyah, Bani Umayyah, Nasibi dan Khariji (Khawarij)] adalah dengan sendirinya terkutuk. Sekarang saya fikir ia telah mencukupi. Hari pengadilan pastinya akan tiba. Oleh kerana keturunan kami yang tertindas mengambil t indakan berdiam diri dan meninggalkannya ke hari pengadilan; kami juga akan turut diam.

279

Page 280: Sect Comparative In Peshwar Night

Terdapat petunjuk kedua yang menolak Hadis yang dikatakan: ‘Kami para Nabi tidak meninggalkan warisan….’ Nabi berkata: ‘Saya adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya; dan saya adalah rumah kebijaksanaan (hikmah) dan Ali adalah pintunya.’ Kedua golongan telah menerima Hadis ini . Pastinya, dia yang menjadi pintu kepada pengetahuan Nabi tentu mengetahui semua Hadis dan arahan Nabi, terutama yang berkenaan dengan pewarisan. Atas merekalah bergantungnya kebajikan seluruh ummah. Nabi juga berkata: ‘Sesiapa yang ingin mendapatkan pengetahuan hendaklah datang kepada pintunya; (yakni) Ali.’ Jika pengetahuannya tidak sempurna, Nabi tentu tidak mengatakan bahawa Ali adalah pengadil yang terbaik dari seluruh ummah. Dia berkata: ‘Ali adalah yang terbaik pada menghuraikan perundangan.’ Hadis ini telah dirakamkan oleh semua buku sahih kamu.

Adakah Nabi akan mengatakan kecemerlangan seseorang dan mahirnya dalam perundangan, jika orang itu tidak faham masalah pewarisan dan hak-hak manusia? Sebahagian daripada tujuan Nabi, adalah untuk memperkukuhkan pembaharuan sosial untuk hidup manusia di dunia dan juga kesejahteraan mereka di akhirat . Bagaimana Nabi boleh melantik Ali sebagai Amirul Mukminin, dan kemudian tidak menyatakan kepadanya Hadis serupa ini yang boleh memberi kesan kepada keseluruhan struktur sosial manusia?

Sheikh: Kedua-dua ini bukanlah bukti menurut kami. Hadis Madinah al-‘Ilm t idak diterima oleh ulama terkenal kami, dan masalah wazir dan pengganti telah juga ditolak oleh mereka. Bukhari dan Muslim di dalam kumpulan Hadisnya dan yang lainnya dari ulama kami yang terkenal, menyatakan dengan pengesahan Ummul Mukminin Aisyah bahawa kepala Nabi pada ketika matinya bersandar pada dadanya sehinggalah dia menghembuskan nafas yang terakhir. Dia mengatakan bahawa baginda tidak membuat sebarang wasiat. Jika baginda telah membuat wasiat, Ummul Mukminin tentu telah menyampaikannya, dan persoalan perwarisan tentu telah diselesaikan.

HADIS ‘SAYA ADALAH KOTA ILMU DAN ALI ADALAH PINTUNYA’

Shirazi: Mengenai Hadis ini , kamu telah tidak berlaku adil . Saya telah pun mengatakan kepada kamu bahawa kedua golongan telah menerimanya dan ia telah disampaikan dengan rantaian yang berterusan. Berikut adalah ulama kamu yang terkenal yang telah mengesahkan akan sahihnya Hadis ini: Imam Tha‘labi, Firuzabadi, al-Hakim al-Naisaburi, Muhammad al-Jazari , Muhammad bin Jarir al-Tabari, al-Suyuti, al-Sakhawi, ‘Ali al-Muttaqi al-Hindi, Muhammad bin Yusuf Kanji al-Syafii, Muhammad bin Talhah al-Syafii , Qadi Fadal bin Ruzbahan, al-Munawi, Ibn Hajar al-Makki, Khatib al-Khawarizmi, Sulayman al-Qanduzi al-Hanafi, Ibn Maghazili Faqih al-Shafii, al-Dailami, Ibn Talhah al-Shafii, Mir Sayyid Ali al-Hamadani, Hafiz Abu Nu‘aim al-Isfahani, Sheikh al-Islam al-Hamawaini, Ibn Abil Hadid al-

280

Page 281: Sect Comparative In Peshwar Night

Mu‘tazili, al-Tabrani, Sibt Ibn al-Jawzi dan Imam Abdul Rahman sl-Nasa’i.

WAZIR [PENGGANTI] DITAULIAHKAN KEPADA ALI

Mengenai masalah wazir, terdapat banyak kenyataan yang mengesahkan bahawa Nabi ada membuat wasiatnya. Tidak ada orang yang berpengetahuan yang menolak fakta ini.

Nawab: Khalifah Nabi adalah juga wazirnya, yang melaksanakan tugas hariannya. Sebagai contoh, mereka memberikan sara hidup kepada isteri-isteri Nabi. Mengapa kamu katakan Ali telah dilantik sebagai wazir?

Shirazi: Kamu betul. Sebagaimana yang dilihat bahawa Khalifah Nabi adalah juga wazirnya. Pada malam-malam yang lalu saya telah sampaikan hujah saya dan kenyataan pengesahan mengenai Khalifah. Bahawa Nabi melantik Ali sebagai Khalifahnya dan wazirnya adalah benar. Sedang yang lainnya sibuk dengan kesenangan dan juga komplot polit ik mereka, wazirnya telah melakukan segala pengurusan jenazah Nabi. Selepas itu beliau sibuk pada memulangkan segala barang yang diamanahkan kepada Nabi seperti wang dan barangan berharga dan kemudian menguruskan segala perkara lain yang Nabi telah amanahkan kepadanya. Ini terlalu amat jelas untuk diminta buktikan. Kedua-dua ulama golongan kita telah bersetuju pada fakta ini.

HADIS MENGENAI WAZIR

Untuk membuktikan tujuan ini biarlah saya merujuk kepada beberapa Hadis:

[1] Membina pertalian persaudaraan - Imam Tha‘labi di dalam Manaqib dan Tafsir , Ibn Maghazili Faqih Shafii di dalam Manaqib dan Mir Sayyid Ali al-Hamadani di dalam Mawaddatul Qurba (Mawaddah VI), menyebutnya dari Khalifah kedua, Umar bin al-Khattab, yang mana, apabila Nabi membina ikatan persaudaraan diantara para sahabat, berkata, ‘Ali, ini adalah saudara saya di dunia ini dan juga di akhirat. Diantara keturunan saya dia adalah Khalifah saya; dia adalah pengganti saya di dalam ummah. Dia adalah pewaris pengetahuan saya; dia adalah pembayar hutang saya. Apa sahaja milik dia adalah milik saya; apa sahaja milik saya adalah milik dia; keuntungan dia adalah keuntungan saya; kerugian dia adalah kerugian saya. Sesiapa sahabatnya adalah sebenarnya sahabat saya; dan sesiapa musuhnya adalah yang sebenarnya musuh saya.’

[2] Pertanyaan oleh Salman - Sheikh Sulayman Balkhi al-Hanafi , bab 15 dari bukunya Yanabi’ al-Mawaddah telah menyebutkan duapuluh Hadis pada menyokong kewaziran Ali dari Imam Tha‘labi, al-Hamawaini, Hafiz Abu Nu’aim, Ahmad bin Hanbal, Ibn Maghazili, al-Khawarizmi dan al-Dailami. Saya menyebut sebahagian dari mereka

281

Page 282: Sect Comparative In Peshwar Night

sebagai petunjuk kamu. Dia menyatakan dari Musnad Imam Ahmad bin Hanbal (dan Sibt Ibn al-Jawzi di dalam Tadhkirah al-Khawas al-Ummah , ms 26, dan Ibn Maghazili Shafii di dalam Manaqib juga telah menyebutkan Hadis itu) bahawa Anas Ibn Malik berkata: ‘Saya menyuruh Salman bertanya kepada Nabi siapakah wasinya. Salman lalu menanyakan Nabi: ‘Wahai Nabi Allah! Siapakah wazir kamu?’ Nabi berkata: ‘Wahai Salman! Siapakah pengganti Salman?’ 5 Dia berkata: ‘Yusha bin Nun.’ Kemudian Nabi berkata: ‘Pengganti dan pewarisku, dia yang akan membayar segala hutangku dan yang akan melaksanakan segala janji-janjiku, adalah Ali Ibn Abi Talib.’

[3] Setiap Nabi mempunyai pengganti . Ali adalah pengganti saya. Ia telah dinyatakan dari Muwaffaq bin Ahmad, yang menyebutnya dari Buraidah bahawa Nabi berkata: ‘Setiap Nabi mempunyai pengganti dan pewaris, dan sesungguhnya, pengganti dan pewaris saya adalah Ali.’ Muhammad Bin Yusuf Kanji al-Syafii di dalam Kifayah al-Talib , bab 62, ms 131 menyebutkan Hadis yang sama yang juga telah disampaikan oleh Muhadis dari Syria di dalam Tarikh .

[4] Ali adalah penamat wazir. Sheikhul Islam al-Hamawaini menyatakan dari Abu Dharr al-Ghifari , yang berkata: ‘Nabi berkata: ‘Saya adalah penamat para Anbiya’ dan kamu, wahai Ali adalah penamat bagi Wazir sehinggalah ke hari pengadilan.’

[5] Ali adalah wazir dari keturunan saya. Ia telah disampaikan dari Khatib al-Khawarizmi, yang menyatakan dari Ummul Mukminin Ummu Salamah, yang berkata: ‘Nabi berkata: ‘Allah telah memilih pengganti bagi setiap Nabi dan selepas saya Wazir dari keturunan saya dan juga ummah saya adalah Ali.’

[6] Ali menyatakan kedudukannya di dalam khutbahnya. Ia telah disampaikan dari al-Maghazili Faqih Shafii , yang menyampaikan dari Asbagh bin Nabuta, seorang dari ketua sahabat Amirul Mukminin, dan Muslim serta al-Bukhari juga telah menyebut darinya, bahawa ketuanya Amirul Mukminin berkata di dalam salah satu dari khutbahnya: ‘Wahai manusia! Saya adalah Imam [petunjuk] bagi semua makhluk, saya adalah pengganti dari makhluk yang terpilih; saya adalah bapa keturunan petunjuk yang paling suci; saya adalah adik Nabi; penggantinya; sahabat yang dipercayai; kawan seperjuangan. Saya adalah ketua bagi yang beriman; saya adalah pemimpin mereka yang wajah dan kakinya berseri-seri. Saya adalah ketua bagi semua pengganti; persahabatan dengan saya adalah persahabatan dengan Allah; pengikut saya adalah sahabat Allah; dan penolong saya adalah penolong Allah.’

5 Saya menjangkakan terdapat kekhi lafan pada bahagian teks ini sehubungan dengan ‘Siapakah penggant i Salman?. Menurut al -Mas‘udi da lam I thbat al-Wasiyyah l i al -Imam ‘Al i bin Abi Tal ib , Dar al -Adwa’ , Beirut , 1988, hlm. 67, Yusya’ bin Nun menggant ikan Nabi Al lah Musa a.s . Jadi rangkai ayat ini merjuk kepada ‘Siapakah penggant i Musa?. - Editor

282

Page 283: Sect Comparative In Peshwar Night

[7] Allah menjadikan saya Nabi dan Ali pengganti saya. Ibn al-Maghazili al-Shafii di dalam Manaqib menyebut dari Abdullah bin Mas‘ud, bahawa Nabi Allah berkata: ‘Pengkhabaran kenabian berakhir dengan saya dan Ali; kami tidak pernah tunduk kepada berhala; maka Allah menjadikan saya Nabi dan Ali sebagai Wazir.’

[8] Wazirnya Ali adalah sebahagian dari fomula ketaatan kepada Nabi. Mir Sayyid Ali al-Hamadani al-Shafii menyatakan di dalam Mawaddatul Qurba , Mawadda IV, dari Atbah bin Amir al-Juhani, yang berkata: ‘Kami memberikan baiah kepada Nabi. Mengesahkan tidak ada Tuhan melainkan Allah. Dia adalah Esa dan tiada sekutu baginya dan sesungguhnya Muhammad itu Nabi dan Ali itu Wazir. Maka jika kita tinggalkan mana-mana satu dari yang tiga, kita akan menjadi kafir.’

[9] Saya memanggil manusia kepada kebenaran dan Ali menyinarinya. Di dalam Mawaddatul Qurba yang sama, ada juga dirakamkan bahawa Nabi berkata: ‘Sesungguhnya Allah telah melantik seorang pengganti bagi setiap Nabi: Seth, pengganti Adam; Joshua pengganti Musa; Simon Peter pangganti Isa; dan Ali pengganti saya; dan pengganti saya adalah yang terbaik dari semua pengganti. Saya memanggil manusia kepada kebenaran dan Ali menyinarinya.’

ALLAH MEMILIH ALI DARI DIANTARA SEMUA MANUSIA UNTUK MENJADI PENGGANTI SAYA

Penulis Yanabi‘ menyebut dari Manaqib oleh Muwaffaq bin Ahmad al-Khawarizmi, yang menyebut dari Abu Ayyub al-Ansari , yang mengatakan bahawa apabila Nabi Allah terbaring sakit. Fatimah datang dan mula menangis. Kemudian Nabi berkata: ‘Wahai Fatimah, kamu telah dirahmati dengan khusus oleh Allah yang telah memberikan seorang suami yang Islamnya adalah yang terdahulu, pengetahuan yang terbaik dari semua, dan kesabarannya melebihi kesabaran orang lain. Yang sebenarnya Allah telah berikan penghormatan khas kepada manusia di dunia ini . Antara semua itu Dia memilih dan melantik saya sebagai Nabi dan Rasul. Kemudian dia memberikan rahmat khas dan diantara manusia itu Dia memilih suamimu. Dan Dia mewahyukan kepada saya bahawa saya harus mengahwinkan kamu dengannya dan hendaklah menjadikannya pengganti saya.’

AHLIL BAYT TELAH DIANUGERAHKAN DENGAN TUJUH KUALITI YANG TIADA BANDINGANNYA

Setelah merakamkan Hadis ini di dalam Manaqib , Ibn Maghazili Faqih Shafii merakamkan perkataan tambahan dari Nabi: ‘Wahai Fatimah! Kita Ahli Bayt telah dianugerahkan dengan tujuh kualit i, yang mana tiada terdapat pada mana-mana keturunan manusia. Kedudukan Nabi tert inggi milik kita, dan dia adalah bapa kamu, Pengganti saya adalah terbaik dari semua pengganti Nabi, dan dia adalah suami kamu. Syahid kita mengatasi syahid lainnya dan dia adalah bapa saudara saya, Hamzah. Dari antara kita terdapat seorang yang mempunyai dua sayap

283

Page 284: Sect Comparative In Peshwar Night

yang dengannya dia terbang ke mana-mana dia suka ke syurga, dan dia adalah sepupu saya, Jaafar. Dari kita ada dua orang cucu yang menjadi ketua remaja di syurga, dan mereka adalah anak kamu. Dan saya memberitahu kamu, demi Allah yang mengawal nyawa saya, bahawa Mahdi dari ummah ini, yang mana dibelakangnya Isa, anak Mariam akan bersalat, adalah dari keturunan kamu.’

MAHDI AKAN MEMENUHI DUNIA INI DENGAN KEADILAN

Ibrahim bin Muhammad al-Hamwaini setelah menyebutkan Hadis ini, telah menyatakan ayat tambahan ini: Setelah menamakan Mahadi, Nabi berkata: ‘Dia akan memenuhi dunia ini dengan keadilan, yang sebelumnya dunia telah penuhi dengan kekejaman dan kezaliman. Wahai Fatimah! Janganlah bersedih dan menangis. Kerana cinta dan hormat ku kepada kamu, Allah lebih kasih kepada kamu dari saya. Dia telah memberikan kepada kamu seorang suami yang telah mencapai darjah keruhanian yang tertinggi, kedudukan yang tinggi dalam keluarga, paling peramah dengan manusia, paling saksama di dalam berurusan dengan sesama manusia, dan yang paling tepat pada membuat keputusan.’

Saya rasa sebanyak ini telah cukup untuk memuaskan diri Nawab Sahib dan menghilang salah faham Sheikh Sahib.

PADA SAAT KEMATIANNYA, KEPALA NABI PADA DADA AMIRUL MUKMININ

Kepada tuntutan yang mengatakan bahawa pada saat kematian Nabi, kepalanya berada di dada Ummul Mukminin Aisyah, adalah tidak benar. Ulama kamu sendiri menunjukkan bahawa pada ketika itu kepala baginda berehat pada dada Amirul-Mukminin Ali.

Sheikh: Di dalam buku apa ulama kami merakamkan fakta itu?

Shirazi : Bacalah Kanzul Ummal , jil id IV, ms 55 dan ji lid VI, ms 392 dan 400; Tabaqat al-Kubra oleh Muhammad bin Sa‘ad al-Katib, bahagian II, ms 51; al-Hakim al-Naisaburi dalam al-Mustadrak , jil id III, ms 139; Talkhis oleh al-Dhahabi; Sunan oleh Ibn Shabih; al-Kabir oleh al-Tabarani , Musnad oleh Imam Ahmad bin Hanbal, j ilid III; Hilyah al-Auliya’ oleh Hafiz Abu Nu‘aim. Dengan sedikit perbezaan di dalam perkataan, kesemua riwayat ini telah disampaikan dari Ummul Mukminin Ummu Salamah dan Jabir Ibn Abdullah al-Ansari bahawa pada masa kematiannya, Nabi memanggil Ali dan merehatkan kepalanya pada dada Ali sehingga baginda menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Sebagai tambahan kepada laporan ini, terdapat kenyataan Amirul Mukminin sendiri , yang telah dirakamkan di dalam Nahjul Balaghah . Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , j ilid II, ms 561, mengatakan bahawa Imam mengatakan dengan jelas: ‘Sesungguhnya

284

Page 285: Sect Comparative In Peshwar Night

Ruh Nabi keluar dari dunia ini sedang kepalanya berehat di dada saya; dia menghembuskan nafasnya yang terakhir sedang dia berada di dalam tangan saya. Maka saya sapukan tangannya kepada muka saya’. Ibn Abil Hadid di dalam ji lid II, ms 562, dari bukunya telah mengulas pada kenyataan Ali, bahawa apabila kepala Nabi berehat pada dada Ali, beberapa t itik darah keluar mengalir, yang mana kemudian Ali sapukan kepada mukanya.

Dan pada ms 590 buku yang sama, di dalam menulis peristiwa pengkebumian Fatimah, dia berkata bahawa Ali, mengadap kepada Nabi dan berkata: ‘Sesungguhnya, saya yang meletakkan kamu di liang lahad; ruhmu telah keluar diantara leher dan dada saya’.

Semua rekod yang sahih dan hujah yang padu dengan jelas membuktikan bahawa pandangan Aisyah tidak boleh diterima. Fakta yang telah diketahui bahawa Aisyah menentang Amirul Mukminin dari mula lagi. Dengan keizinan Allah, saya akan nyatakan mengenainya juga apabila keadaan memerlukannya.

PERTANYAAN MENGENAI PENGGANTI BERIKUTNYA ATAU WAZIR

Hadis ini dengan jelasnya menujukkan bahawa Allah melantik Nabi dan penggantinya. Dia juga melantik Ali sebagai pengganti Nabi. Lebih-lebih lagi, pengganti di sini merujuk kepada kedudukan Khalifah, dan bukan sahaja pengganti di dalam keluarga. Maka pengganti juga diberikan kuasa penuh di atas setiap indivivu ummah di dalam semua aspek, sama seperti penguasaan yang dimiliki Nabi.

Semua ulama kamu yang terkenal telah mengesahkan penjagaan terhadap ummah ini, yang telah ditugaskan kepada Ali. Tiada siapa yang menafikannya melainkan sebilangan kecil yang fanatik dan individu yang bermusuhan, yang enggan menerima tingginya kemuliaan Imam.

Ibn Abil Hadid berkata di dalam Syarh Nahjul Balaghah , jil id I, dicetak di Mesir: ‘Menurut kami, tidak ada keraguan bahawa Ali adalah Wasi Nabi, dan manusia yang menentang fakta ini, pada pendapat kami, mempunyai dendam atau permusuhan terhadapnya’.

SYAIR SEBAHAGIAN PARA SAHABAT MENGENAI PENGGANTI

Ibn Abil Hadid menyebutkan beberapa syair yang mengesahkan pengganti adalah Amrul Mukminin. Diantaranya ada dua syair Abdullah bin Abbas, yang berkata: ‘Selain daripada kamu menjadi seorang dari Ahli Bayt, kamu adalah juga Wasinya, dan apabila sesaorang mencabar kamu di medan peperangan, kamu adalah pahlawan terbilang.’

Dia menyebutkan syair Khazimah bin Thabit: ‘Selain daripada fakta bahawa kamu terjumlah di dalam Ahli Bayt Nabi, kamu adalah juga

285

Page 286: Sect Comparative In Peshwar Night

pengganti selepasnya, dan kamu adalah saksi kepada apa sahaja yang datang kepadanya.’ Dia juga menyebutkan syair dari sahabat, Abul Hakim Tihan, yang berkata: ‘Sesungguhnya, ia adalah pengganti seterusnya selepas Nabi, Imam dan juga ketua kami. Taghut telah diangkat dan rahsia telah didedahkan.’

Mungkin ini telah mencukupi. Jika kamu mahu melihat syair yang lain pada maksud ini, kamu boleh membaca pada buku yang sama. Sebagaimana Ibn Abil Hadid berkata: ‘Jika dia tidak takut pada memanjangkan kerja ini secara tidak wajar, dia akan memenuhkan banyak lagi helaian halaman muka surat dengan syair yang sedemikian, mengesahkan Wasinya Ali.

Bagaimanapun pengganti dan Nabi adalah saling berkaitan. Ini adalah kedudukan selepas Nabi dan inilah yang dimaksudkan dengan pil ihan Ilahi.

WASIAT NABI MENGENAI ALI SEBAGAI PENGGANTI TERDAPAT DALAM SETIAP BUKU SAHIH

Sheikh: Jika laporan ini betul, mengapa kita tidak menjumpai sebarang rekod wasiat dan pesanan Nabi, sebagaimana yang ada pada kita dan ditinggalkan oleh Abu Bakar serta Umar pada waktu kematiannya?

Shirazi: Kamu dengan mudah boleh mempelajari perkara ini dari buku tulisan-tulisan Syiah yang sahih, yang telah merakamkan dengan banyak pendapat dari Ahli Bayt, tetapi oleh kerana kita telah bersetuju pada malam yang pertama tidak akan menyatakan sesuatu dari sebelah pihak sahaja, saya terpaksa merujuk kepada beberapa Hadis di dalam buku Sahih kamu seperti Tabaqat oleh Ibn Sa‘ad, j ilid II, ms 61, 63; Kanzul ‘Ummal oleh Ali al-Muttaqi al-Hindi, jil id IV, ms 54, dan j ilid VI, ms 155, 393, 403; Musnad oleh Imam Ahmad bin Hanbal, j ilid IV, ms 164; dan al-Mustadrak oleh Hakim, ji lid III, ms 59, 111. Selain daripada ini ulama terkenal kamu seperti al-Baihaqi di dalam Sunan dan Dala’il al-Nubuwwah , Ibn Abdil Barr di dalam al-Isti’ab , al-Tabarani di dalam al-Kabir dan Ibn Mardawih di dalam Tarikh , dan juga yang lain telah merakamkan dengan perkataan berbeza cara arahan Nabi, yang berkata: ‘Wahai Ali! Kamu adalah adik dan juga menteri saya; kamu akan membayar hutang-hutang saya. Kamu akan melaksanakan janji-janji saya dan melaksanakan tanggong jawab saya. Kamu akan memandikan jasad saya, dan meletakkannya di dalam kubur.’ Selain dari kenyataan yang jelas ini, terdapat banyak lagi arahan atau perundangan, yang telah disebutkan oleh Nabi dalam hal ini.

NABI TELAH DITEGAH DARI MENULIS WASIATNYA PADA SAAT AKAN MATI

Sheikh: ‘Kamu diwajibkan, apabila seseorang dari kamu hampir mati, jika ia ada meninggalkan harta, (hendaklah ia) membuat wasiat untuk

286

Page 287: Sect Comparative In Peshwar Night

ibu bapa dan kaum kerabat dengan cara yang baik (menurut peraturan ugama), sebagai suatu kewajipan atas orang-orang yang bertaqwa. (Surah al-Baqarah 2: 180]. Maka adalah perlu untuk Nabi membuat wasiatnya dan melantik pengganti seterusnya. Apabila dia melihat kematiannya telah hampir mengapa dia tidak membuat wasiatnya sebagaimana Abu Bakar dan Umar lakukan?

Shirazi: Pertama, dengan perkataan ‘apabila kematian mengahmpiri seorang dari kamu’ adakah maksud kamu saat akhir hayat? Pada ketika itu, susah untuk mendapatkan sesaorang yang berfikiran wajar dan dapat melaksanakan tanggong jawabnya dengan penuh kesedaran. Pastinya ayat ini merujuk kepada masa apabila tanda-tanda dan petunjuk pada ketuaan, t idak sekuat dahulu dan juga penyakit-penyakit telah mula timbul.

Kedua; kenyataan kamu ini telah melukai hati saya dan mengingatkan saya kepada trajedi yang tidak dapat dilupakan; datuk saya, Nabi Allah, telah menekankan betapa pentingnya supaya muslim menulis wasiat. Dia berkata: ‘Dia yang mati tanpa menuliskan wasiat, mati sebagai seorang jahiliah, setidaknya terdapat perpecahan diantara pewaris.’ Semasa 23 tahun kehidupan umumnya dia berulangkali menyatakan siapakah Wasinya, orang yang Allah telah lantik menjadi pengganti. Apabila dia sendiri di ranjang kematian, dia berhasrat untuk mengulangi apa yang dia telah selalu sebutkan supaya ummah tidak akan menyeleweng dan berpecah kepada berkumpulan. Adalah amat menyedihkan, pemain politik telah menentang dan menghalangnya dari melaksanakan tugas agamanya. Akhir sekali rumusannya adalah bahawa kamu juga ada ketikanya akan bertanya mengapa Nabi tidak menuliskan wasiat.

MEMBANTAH KEPADA ARAHAN NABI TIDAK DAPAT DIPERCAYAI

Sheikh: Saya fikir kenyataan kamu ini t idak memiliki sebarang asas. Pastinya tiada siapa yang dapat menghalang Nabi dari melakukan tugasnya. Al-Quran dengan terang berkata:

‘ . .dan apa jua perintah yang dibawa oleh Rasulullah (s.a.w) kepada kamu maka terimalah serta amalkan, dan apa jua yang dilarang-Nya kamu melakukannya maka patuhilah larangan-Nya. [Surah al-Hasyr 59: 7].

Juga di dalam beberapa ayat lain, patuh kepada Nabi adalah wajib. Sebagai contoh, Allah berkata: ‘Taati Allah dan taati Rasul.’ Jelas sekali , enggan mematuhi Nabi adalah kafir. Makanya para sahabat dan pengikut Nabi tidak akan menghalang dia dari menyatakan wasiatnya. Besar kemungkinan ini adalah kenyataan palsu, yang telah disebarkan oleh yang kafir untuk membuktikan betapa cuainya ummah.

287

Page 288: Sect Comparative In Peshwar Night

RAKAMAN SAHIH MENGENAI NABI DIHALANG DARI MEMBUAT WASIATNYA

Shirazi : Tolong janganlah berpura-pura seperti t idak tahu. Ini bukannya rakaman palsu. Rakaman ini telah disahkan, dan diterima oleh semua golongan Islam. Bahkan al-Bukhari dan Muslim, yang begitu cermat dengan laporan yang berunsur sedemikian, yang akan mengancam sudut pandangan dia sendiri, telah menyampaikan kejadian ini di dalam buku Hadis mereka. Mereka menulis bahawa Nabi, berada di ranjang kematiannya, meminta kertas dan dakwat supaya dia dapat membuat arahan yang dituliskan untuk mereka, yang mana akan menyelamatkan mereka dari menyimpang selepas dia wafat. Sebahagian dari mereka yang hadir, dihasut oleh ahli politik, telah menyebabkan gangguan dan kekacauan yang telah membuat Nabi begitu jengkel dan marah dan terus mengarahkan mereka semua supaya pergi.

Sheikh: Saya tidak boleh mempercayainya walaupun seketika. Siapakah yang begitu berani menentang Nabi Allah? Walaupun orang awam yang berhajat hendak menulis wasiatnya, t iada siapa yang akan menghalang dia. Bagaimana mungkin seseorang boleh menghalang Nabi dari membuat wasiatnya? Untuk membantah dia adalah kafir.

Oleh kerana wasiat dari manusia agung ini adalah punca petunjuk bagi ummah, tiada siapa yang sepatutnya menghalang dia dari melaksanakannya. Khalifah Abu Bakar dan Umar menulis wasiat mereka, dan tiada siapa menghalangnya dari berbuat demikian. Saya ulangi, saya tidak menerima kenyataan yang sedemikian.

Shirazi: Kamu boleh percaya ataupun tidak (terpulang kepada kamu – Editor). Pada hakikatnya setiap Muslim amat terperanjat mendengar perkara ini . Setiap orang, apapun bangsa dan masyarakatnya akan benar-benar terperanjat mendengar peristiwa tersebut.

IBN ABBAS MENANGIS KERANA NABI TELAH DIHALANG DARI MENULIS WASIATNYA

Ini bukannya perkara kesedihan bagi kamu dan kami sahaja. Para sahabat Nabi juga bersedih di atas kejadian yang trajis ini. Al-Bukhari dan Muslim, dan ulama kamu yang terkenal lainnya mengatakan bahawa Abdullah bin Abbas selalu mengalirkan air mata dan berkata: ‘Malang! Hari Khamis! Sungguh malang! Bagaimanakah pada hari Khamis i tu!’ kemudian dia menangis dengan kerasnya sehingga bumi basah dengan air matanya. Manusia bertanya kepadanya, apakah yang telah terjadi pada hari Khamis itu, yang telah menyebabkan dia menangis. Dia menjawab bahawa apabila Nabi terbaring di ranjang kematianannya, dia meminta kertas dan dakwat supaya dia dapat menuliskan wasiat, yang akan menghalang mereka dari menyimpang setelah dia wafat, sebahagian dari mereka yang hadir telah menghalang dia dari melakukannya, dan bahkan mereka berkata bahawa Nabi telah berkata yang bukan-bukan [semoga Allah mengampunkan saya]. Hari Khamis

288

Page 289: Sect Comparative In Peshwar Night

itu tidak dapat dilupakan. Mereka t idak membenarkan Nabi menulis wasiatnya dan mereka telah melukakan hati Nabi dengan kata-kata mereka.

UMAR MENGHALANG NABI ALLAH DARI MENULIS WASIATNYA

Sheikh: Siapakah yang menghalang Nabi Allah dari menuliskan wasiatnya?

Shirazi: Dia adalah Khalifah kedua, Umar bin al-Khattab, yang telah menghalang Nabi dari membuat wasiatnya.

Sheikh: Saya amat berterima kasih kerana kamu telah melegakan perasaan saya. Kenyataan ini amat menganggu perasan saya. Terasa sangat saya untuk mengatakan bahawa laporan ini telah diada-adakan oleh Syiah, tetapi saya terus mendiamkan diri, kerana perasaan hormat saya kepada kamu. Sekarang saya katakan apa yang terkandung di dalam hati saya. Saya menasihatkan kamu supaya jangan menyebarkan cerita yang dipalsukan ini.

Shirazi: Saya menasihatkan kamu supaya jangan menerima atau menolak fakta tanpa membuat pertimbangan yang wajar. Kamu telah membuat keputusan yang terburu-buru dalam perkara ini dan membuat tuduhan terhadap Syiah sebagai mereka-reka cerita palsu. Buku kamu sendiri yang penuh dengan rakaman pada menyokong pandangan saya.

PUNCA HADIS ‘PENGHALANGAN MEMBUAT WASIAT’

Jika kamu merujuk buku kamu sendiri , kamu akan dapati ulama kamu yang terkenal telah menyampaikan peristiwa ini. Sebagai contoh al-Bukhari, di dalam Sahih , jil id II, ms 118; Muslim, di dalam Sahih (penghujung bab Kitab al-Wasiyyah ); al-Humaidi di dalam Jam‘i baina al-Sahihain , Imam Ahmad bin Hanbal, di dalam Musnad , jil id I, ms 222, Ibn Abil Hadid, di dalam Syarh Nahjul Balaghah , jil id II, ms 563; al-Karmani, di dalam Syarh Sahih al-Bukhari ; al-Nawawi di dalam Syarh Sahih Muslim ; Ibn Hajar, di dalam Sawa‘iq al-Muhriqah ; Qadi Abu Ali; Qadi Ruzbahan; Qadi ‘Iyyad; Imam al-Ghazali, Qutbuddin al-Syafii; Muhammad Ibn Abul Karim al-Shahrastani, Ibn al-Athir; Hafiz Abu Nu‘aim al-Isfahani; Sibt Ibn al-Jawzi; dan yang lain dari ulama kamu secara umum telah mengesahkan episod yang trajis ini. Mereka telah menulis bahawa Nabi sekembalinya dari haji terakhir telah jatuh sakit. Apabila sekumpulan sahabat datang berjumpanya, dia berkata: ‘Bawakan kepadaku kertas dan dakwat, supaya saya dapat menuliskan untuk kamu wasiat yang tidak akan membuat kamu menyimpang selepas aku.’

UMAR BERKATA: ‘ORANG INI TELAH BERKATA YANG BUKAN-BUKAN, AL-QURAN MENCUKUPI BAGI KITA.’

289

Page 290: Sect Comparative In Peshwar Night

Imam al-Ghazali telah menulis di dalam bukunya Sirrul Alamin , Maqalah IV, darinya juga Sibt Ibn al-Jawzi telah menyatakan di dalam Tadhkirah , p. 36, dan banyak lagi ulama kamu yang masyhur telah mengatakan bahawa Nabi meminta manusia membawakan dakwat dan kertas dan menurut rakaman yang lain, dia berkata: ‘Bawakan kepada saya kertas dan dakwat supaya saya dapat menghilangkan dari fikiran kamu segala keraguan mengenai Khalifah selepas saya; dengan itu saya dapat memberitahu kamu siapa yang berhak kepada kedudukan Khalifah selepas saya.’ Pada peringkat ini mereka menulis, Umar berkata: ‘Tinggalkan orang ini, kerana dia sebenarnya telah mengatakan yang bukan-bukan [semoga Allah mengampunkan saya]; Kitab Allah cukup untuk kita.’

NABI MENYURUH PARA SAHABAT YANG BERTENGKAR SUPAYA MENINGGALKANNYA

Sebahagian dari para sahabat bersetuju dengan Umar, dan sebahagian yang lain bersetuju dengan Nabi. Maka terdapat banyak kelam kabut dan tidak keharuan sehingga Nabi berkata: ‘Pergi jauh dari saya; tidaklah wajar untuk kamu bertengkar di hadapan saya.’

Ini adalah kekacauan yang pertama di antara muslim di hadapan Nabi, di dalam 23 tahun Nabi berkerja keras di dalam perkidmatannya kepada ummah. Punca kekacauan itu adalah Khalifah Umar, yang telah menyemaikan benih perpecahan di kalangan muslim. Hari ini kamu dan saya, dua saudara di dalam Islam, selalu bertemu muka di dalam pertentangan.

UNTUK MEMANGGIL NABI ‘ORANG INI’ ADALAH SANGAT MENGHINAKAN

Sheikh: Adalah t idak diduga seorang seperti kamu begitu berani [berani dengan niat jahat] mengatakan perkataan yang sangat menghinakan terhadap seorang yang sangat mulia seperti Khalifah Umar.

Shirazi: Katakan kepada saya j ika saya ada menunjukkan keberanian berniat jahat di dalam membacakan fakta sejarah dari buku ulama kamu. Adakah kamu fikir yang Khalifah Umar begitu berani [berani dengan niat jahat] apabila dia menghalang Nabi dari menulis wasiatnya? Adakah dia berani apabila dia menghina Nabi di hadapan muka baginda sendiri? Seorang penyair dengan jujur telah berkata: ‘Kamu melihat debu di mata saya tetapi kamu tidak nampak tiang di mata kamu.’ Tidakkah Allah maha besar telah berfirman:

‘Bukanlah Nabi Muhammad itu menjadi bapa bagi seseorang dari orang lelaki kamu, tetapi ia adalah Rasul Allah dan kesudahan segala Nabi-nabi’. [Surah al-Ahzab 33: 40].

290

Page 291: Sect Comparative In Peshwar Night

Nama Nabi hendaklah sentiasa disebut dengan nada hormat dan berbeza dengan yang lain. Dia hendaklah dipanggil ‘Rasul Allah atau Nabi terakhir,’ Tetapi Umar tidak mengambil perduli kepada arahan Tuhan, malah dia merujuk kapada Nabi dengan perkataan ‘orang ini’. Sekarang tolong jelaskan dengan nama Allah sama ada penghinaan telah dilakukan oleh Khalifah atau t idak?

PERKATAAN ‘HAJAR’ YANG DIGUNAKAN UMAR BERERTI BUKAN-BUKAN

Sheikh: Mengapa kamu katakan bahawa ‘hajar’ bererti ‘bukan-bukan’

Shirazi: Semua pengulas dan ulama terkenal kamu memberikan maksud hajar sebagai bukan-bukan. Sebagai contoh Ibn al-Athir di dalam Jami‘ al-Usul , Ibn Hajar di dalam Syarh Sahih al-Bukhari , dan pengarang himpunan Hadis yang lain juga memberikannya maksud yang demikian. Tuan yang dihormati! Jika sesaorang berkata ‘orang ini mengatakan yang bukan-bukan’ mengenai diri Nabi Allah, t idakkah dia telah melanggar peraturan dan perintah al-Quran?

PENGHINAAN TERHADAP DIRI NABI ADALAH KAFIR

Nabi Allah tidak hilang kenabiannya atau ke maksumannya. Jika sesaorang mengatakan perkataan Nabi sebagai ‘bukan-bukan’, t idakkah itu bererti bahawa orang itu telah kafir kepada Allah dan Nabi-Nya?

Sheikh: Adakah wajar dengan kedudukannya sebagai Khalifah, bagi kita untuk mencari kesalahannya dengan mengatakan bahawa dia tidak percaya kepada Allah dan Nabi-Nya?

Shirazi: Apabila kamu mendengar bahawa Nabi dituduh dengan mengatakan perkataan yang bukan-bukan kamu tidak membantah. Tetapi seorang yang telah menjadi Khalifah telah dikatakan oleh banyak ulama kamu, telah menghina Nabi, kamu terus saja menyalahkan Syiah dari sepatutnya kamu menyalahkan kepada yang orang sepatutnya disalahkan.

Ulama kamu seperti Qadi ‘Iyyad al-Shafii di dalam Kitab al-Syifa’ ; al-Karmani di dalam Syarh Sahih al-Bukhari , dan al-Nawawi di dalam Syarh Sahih Muslim telah menulis bahawa sesiapa yang menggunakan perkataan itu dengan jelas tidak mempunyai kepercayaan kepada Nabi. Makanya jika sesiapa menentang Nabi, terutama dengan menggunakan bahasa menghina atau mengatakan Nabi telah mengatakan yang bukan-bukan, kami lihat dengan jelas bahawa dia tidak mempercayai kepada Nabi.

KEKACAUAN YANG PERTAMA DI DALAM ISLAM BERLAKU DIHADAPAN NABI

291

Page 292: Sect Comparative In Peshwar Night

Kamu bertanya kepada saya mengapa saya menuduh Umar al-Khattab mengadakan perpecahan diantara islam. Ulama kamu telah menerima fakta ini. Seorang ulama agung, Husain Meibudi berkata di dalam Syarh Diwan bahawa kekacauan pertama di dalam Islam berlaku dihadapan Nabi sendiri, ketika baginda berada di ambang kematian. Kekacauan bermula apabila Umar menghalang Nabi dari menulis wasiatnya.

Al-Shahrastani berkata di dalam bukunya Milal wa Nihal , bahagian Muqaddimah IV , bahawa pertengkaran pertama diantara kumpulan muslim bermula apabila Umar menolak untuk membenarkan dakwat dan kertas dibawakan kepada Nabi di ambang kematiannya. Ibn Abil Hadid mengesahkan fakta ini di dalam bukunya Syarh Nahjul Balaghah , j ilid II, ms 563.

BOLEHKAH NABI BERKATA YANG BUKAN-BUKAN?

Sheikh: Jika Khalifah Umar mengatakan perkataan itu, saya tidak mendapatinya sebagai kurang sopan [biadab]. Apabila seseorang menderita sakit teruk, dia mungkin meracau [berkata yang bukan-bukan]. Jika dia mengatakan sesuatu yang kurang jelas, kita mungkin merujuk kenyataannya sebagai merepek. Dalam perkara ini tidak ada bezanya di antara Nabi dengan orang lainnya.

Shirazi: Kamu semua sedar bahawa setiap Nabi adalah maksum dan sifat ini tinggal kekal sehingga mati. Nabi Muhammad sudah pastinya maksum pada kejadian ini apabila dia mengatakan dia hendak menghalang ummahnya dari menyimpang setelah dia wafat.

Jika kamu melihat kepada ayat al-Quran yang mengatakan: ‘ Dan dia tidak berkata dari kehendaknya; i tu hanyalah wahyu yang disampaikan.' ‘Dan kamu hendaklah ikut apa yang Nabi arahkan keatas kamu,’ ‘Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul,’ kamu sendiri dengan jelas akan memahami bahawa menghalang kertas dan dakwat dari dibawakan kepada Nabi adalah sebenarnya menentang Allah. Ini adalah fakta yang diterima bahawa perkataan merepek adalah terang-terangan menghina, dan Khalifah menunjukkan kepada baginda Nabi sebagai ‘orang itu’ adalah lebih menghinakan.

PERKATAAN ‘ORANG ITU CAKAP MEREPEK’ ADALAH PALING MENGHINAKAN’

Sekarang saya mengatakan kepada kamu, apakah perasaan kamu jika seseorang di dalam perhimpunan ini menunjukkan kepada kamu dan mengatakan, ‘orang itu hanya mengatakan yang bukan-bukan.’ Kamu dan saya t idak maksum dan kita boleh berkata yang bukan-bukan. Bolehkah kamu katakan itu suatu kesopanan atau menghina? Jika ucapan yang begitu adalah menghina dalam perkara ini , kamu seharusnya menerima bahawa sebarang perlakuan begitu terhadap Nabi adalah menghina. Dan tiada siapa yang boleh menafikan bahawa telah menjadi tugas di dalam agama bagi setiap muslim menjauhkan diri dari

292

Page 293: Sect Comparative In Peshwar Night

orang yang sedemikian keji kelakuannya dan menghina Nabi, sedang Allah dengan jelas memanggil baginda di dalam al-Quran Nabi-Nya dan penutup segala Rasul. Jika kamu meninggalkan prejudis kamu, apakah minda kamu yang waras akan katakan terhadap orang ini yang sepatutnya melihat kepada Nabi Allah sebagai Nabi dan rasul yang terakhir, tetapi berkata, ‘Orang ini telah bercakap yang bukan-bukan.’

KHALIFAH TIDAK BOLEH TERLEPAS KERANA MENENTANG NABI

Sheikh: Katakan kita akui bahawa dia telah bersalah. Tetapi oleh kerana dia adalah Khalifah Nabi dan dia telah menggunakan pertimbangannya untuk keselamatan agama, dia adalah bebas dari kesalahan.

Shirazi: Pertama kenyataan kamu bahawa oleh kerana dia adalah Khalifah Nabi dan dia menggunakan pertimbangannya, tidak punya apa-apa kaitan, kerana pada hari yang beliau tuturkan perkataan i tu, dia bukanlah Khalifah. Mungkin dia belum mimpikannya lagi.

Kedua kenyataan kamu dia menggunakan pertimbangannya adalah juga memeranjatkan. Tidak pernahkah kamu memikirkan bahawa di hadapan perintah yang jelas, pertimbangan tidak mempunyai tempat? Yang sebenarnya, ia adalah satu kesalahan yang mana siapapun tidak boleh terlepas daripadanya.

Ketiga kamu katakan bahawa dia melakukan untuk keselamatan agama. Sungguh amat menghairankan, ulama seperti kamu boleh kehilangan semua pertimbangan keadilan.

NABI YANG BERTANGGONG JAWAB DIATAS KESELAMATAN AGAMA BUKANNYA UMAR

Tuan yang dihormati! Siapakah yang bertanggong jawab di atas keselamatan agama – Nabi Allah atau Umar bin Khattab? Adakah minda kamu boleh menerima tujuan Nabi [selepaskan mengatakan keadaan ‘Kamu tidak akan menyeleweng selepas penulisan wasiat itu] mungkin Nabi tidak tahu bahawa penulisan di dalam wasiat itu akan bertentangan dengan agama, atau Umar bin Khattab lebih menyedari mengenainya dan menghalang Nabi dari menulis wasiatnya? Betapa peliknya?

Kamu semua tahu benar bahawa sebarang halangan terhadap amalan agama yang perlu adalah dosa yang besar, dan ia tidak boleh dibiarkan.

Sheikh: Tidak dapat dinafikan bahawa Khalifah Umar telah mempertimbangkan keadaan dan kedudukan situasi yang terdapat di dalam agama dan telah membuat rumusan bahawa jika Nabi menulis sesuatu, perbezaan besar dan gangguan akan berlaku. Maka adalah

293

Page 294: Sect Comparative In Peshwar Night

untuk menyokong dan demi kebaikan untuk Nabi juga bahawa dia menghalang dakwat dan kertas dari dibawa kepada baginda.

Shirazi: Tujuan hujah kamu menunjukkan seolah-olah bahawa Nabi, yang maksum, sedang dia mengarahkan ummahnya, tidak menyedari akan berlakunya pertelingkahan selepas kematian baginda, dan Umar memandu dan menunjukkan kepada baginda dalam perkara ini. Tetapi tidakkah al-Quran telah berkata:

‘Dan tidaklah harus bagi orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan - apabila Allah dan Rasul-Nya menetapkan keputusan mengenai sesuatu perkara - (tidaklah harus mereka) mempunyai hak memilih ketetapan sendiri mengenai urusan mereka. dan sesiapa yang tidak taat kepada hukum Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya ia telah sesat dengan kesesatan yang jelas nyata.’ [Surah al-Ahzab 33: 36].

Khalifah Umar melanggar perintah Nabi, menghalangnya dari menulis wasiatnya. Lebih-lebih lagi dia biadab dengan mengatakan Nabi telah mengatakan yang bukan-bukan. Perbuatan yang melampau ini benar-benar telah melukakan hati Nabi sehingga baginda menyuruh mereka semua pergi jauh darinya.

AL-QURAN SAHAJA TIDAK CUKUP UNTUK MENJADI PETUNJUK KITA

Sheikh: Tetapi niat baik Khalifah nampak jelas dengan perkataannya yang terakhir, ‘Kitab Allah adalah cukup untuk kita,’ [iaitu kita tidak memerlukan kepada penulisan Nabi Allah].

Shirazi: Sebenarnya perkataan itu adalah bukti yang terbaik pada membuktikan kekurangan kepercayaan dan kejahilannya terhadap al-Quran. Jika dia telah mengetahui kebenaran al-Quran, dia pastinya telah mengetahui bahawa al-Quran sahaja tidak cukup untuk semua keadaan. Ia hanya menyatakan perkara yang perlu, tetapi penerangan secara khusus telah dit inggalkan kepada penterjemah dan pengulasnya. Al-Quran mengandungi arahan yang semasa [ naskh], dimansuhkan, umum, khusus, terhad [muqayyad], perbandingan [mutashabih], mutlaq , secara ringkas [mujmal], jelas [muawwil].

Bagaimana mungkin manusia biasa dapat menfaatkan sepenuhnya dari al-Quran ini tanpa bantuan dari rahmat Tuhan dan penghuraian yang diberikan oleh pentafsirnya. Jika al-Quran sahaja telah cukup untuk ummah, mengapa ayat ini diwahyukan:

‘ . .dan apa jua perintah yang dibawa oleh Rasulullah (s.a.w) kepada kamu maka terimalah serta amalkan, dan apa jua yang dilarang-Nya

294

Page 295: Sect Comparative In Peshwar Night

kamu melakukannya maka patuhilah larangan-Nya.’ [Surah al-Hasyr 59: 7].

Allah juga mengatakan di dalam al-Quran:

‘Padahal kalau mereka kembalikan sahaja hal itu kepada Rasulullah dan kepada - "Ulil-Amri" (orang-orang Yang berkuasa) di antara mereka, tentulah hal itu dapat diketahui oleh orang-orang Yang layak mengambil keputusan mengenainya di antara mereka..’ [Surah al-Nisa’ 4: 83].

Turutan dari i tu bahawa al-Quran sahaja tidak dapat memenuhi kehendak tanpa ulasan dari yang mentafsirkannya; iaitu Muhammad dan keturunannya yang suci. Di sini saya merujuk sekali lagi kepada Hadis yang diterima [yang mana saya telah sebutkan sebahagian dari puncanya pada malam yang lalu] yang mana Nabi telah berulang kali walaupun pada ketika saat kematiannya: ‘Saya tinggalkan kamu dua perkara penting: Kitab Allah dan Ahli Bayt-ku. Jika kamu berpegang teguh kepada keduanya, kamu tidak akan sesat selepas aku; sesungguhnya keduanya tidak akan berpisah dari satu dengan lain sehingga mereka bertemu dengan aku di Telaga al-Kauthar.’

Nabi, yang diwahyukan oleh Allah, tidak menganggap al-Quran secara sendirian cukup untuk keselamatan. Dia berkata kita hendaklah memegang teguh kepada al-Quran dan Ahli Bayt, kerana mereka tidak dapat dipisahkan dari keduanya sehingga ke hari pengadilan, dan bahawa ini adalah punca petunjuk bagi manusia. Tetapi Umar katakan bahawa al-Quran sahaja cukup untuk kita. Ini menunjukkan bahawa dia tidak sahaja mengenepikan Ahli Bayt yang suci tetapi juga menolak perintah Nabi.

AL-QURAN JUGA MEMINTA KITA MERUJUK AHLI DZIKR, IAITU, AHLI BAYT

Siapa yang perlu kita patuh dalam hal ini? Tidak ada manusia yang berakal yang akan mengatakan bahawa kita perlu meninggalkan arahan Nabi dan mengikut Umar. Jadi mengapa kamu menerima pendapat Umar, mengenepikan arahan Nabi? Jika kitab Allah mencukupi, mengapa kita diarah supaya bertanya kepada Ahli Dhikr; sebagaimana al-Quran berkata:

Oleh itu bertanyalah kamu (wahai golongan musyrik) kepada orang-orang yang berpengetahuan ugama jika kamu tidak mengetahui. [Surah al-Nahl 16: 43].

Adalah menjadi kenyataan bahawa Dhikr bererti Nabi atau al-Quran dan Ahli Dhikr bererti Ahli Bayt Nabi.

295

Page 296: Sect Comparative In Peshwar Night

Saya telah menjelaskan pada malam yang lalu dengan hujah yang diterima dan punca yang sahih bahawa ulama kamu seperti al-Suyuti dan lainnya telah merakamkan bahawa Ahli Dhikr itu bererti Ahli Bayt.

QUTBUDDIN AL-SHIRAZI MEMBANTAH PERKATAAN UMAR

Qutbuddin al-Shirazi, seorang ulama yang terkenal kamu, berkata di dalam bukunya Kasyful Ghuyub : ‘Adalah fakta yang telah diterima bahawa kita boleh bergerak maju pada perjalanan tanpa petunjuk. Kami hairan dengan kenyataan Khalifah Umar bahawa, oleh kerana kita mempunyai al-Quran bersama kita, maka kita t idak memerlukan kepada sebarang panduan lain. Ia seperti seseorang mengatakan bahawa, oleh kerana kita mempunyai buku perubatan, kita tidak memerlukan doktor. Pastinya ini adalah anggapan yang palsu kerana seseorang yang tidak dapat menyelesaikan masalahnya dengan membaca buku perubatan hendaklah berjumpa dengan doktor. Begitulah sama benarnya dengan al-Quran. Setiap orang tidak dapat memanfaatkan al-Quran melalui kebolehannya sendiri . Maka dia perlu beralih kepada mereka yang berpengetahuan tentang al-Quran.Al-Quran berkata:

‘ . .Padahal kalau mereka kembalikan sahaja hal itu kepada Rasulullah dan kepada - "Ulil-Amri" (orang-orang yang berkuasa) di antara mereka, tentulah hal i tu dapat diketahui oleh orang-orang yang layak mengambil keputusan mengenainya di antara mereka..’[Surah al-Nisa’ 4: 83].Yang pastinya kitab yang sebenar adalah hati orang yang mempunyai pengetahuan, sebagaimana al-Quran berkata:

‘(Al-Quran tetap datangnya dari Allah dengan tidak syak lagi) bahkan ia ayat-ayat keterangan yang jelas nyata, yang terpelihara di dalam dada orang-orang yang berilmu; dan tiadalah yang mengingkari ayat-ayat keterangan Kami melainkan orang-orang yang zalim’. [Surah al-Ankabut 29: 49].

Ali berkata: ‘Saya adalah kitab Allah yang berkata-kata, dan ini adalah al-Quran yang bisu.’

Maka menurut manusia yang berpengetahuan Umar telah bersalah. Ia adalah sesuatu yang kejam terhadap Nabi Allah yang dilarang dari menulis wasiatnya.

ABU BAKAR TIDAK DILARANG DARI MENULIS WASIATNYA

Dengan berulang kali kamu mengatakan bahawa Abu Bakar dan Umar telah t idak dihalang dari menulis wasiatnya, saya mengaku itu adalah benar. Adalah aneh, sebagaimana semua ahli sejarah dan para ulama Hadis kamu telah merakamkan di dalam buku sahih mereka, bahawa

296

Page 297: Sect Comparative In Peshwar Night

Khalifah Abu Bakar, pada saat kematiannya menyuruh Uthman bin ‘Affan menulis apa yang dia [Abu Bakar] telah katakan. Itu adalah wasiatnya. Dia menuliskan apa yang Abu Bakar katakan kepadanya. Umar dan yang lain juga ada pada peristiwa itu. Tidak ada sesiapa pun yang membantah. Umar tidak mengatakan: ‘Kitab Allah mencukupi bagi kita; kita tidak memerlukan wasiat Abu Bakar.’ Tetapi dia t idak membenarkan Nabi Allah menulis wasiatnya.

Ini menunjukkan bahawa semua tindakan yang biadab dan keji serta menghalang Nabi dari menulis wasiat adalah konpirasi politik.

Tangisan Ibn Abbas adalah wajar. Ummah muslim semuanya patut menitiskan air mata darah. Jika Nabi telah diberikan peluang untuk menulis wasiatnya, masalah Khalifah dengan jelas telah diselesaikan. Kenyataan Nabi sebelum itu akan terlaksana [ummah terselamat dari kesesatan].Tetapi ahli politik telah memberontak menentang dan menghalangnya dari terlaksana.

Sheikh: Mengapa kamu katakan bahawa Nabi hendak mengatakan sesuatu mengenai Khalifah?

Shirazi: Sebelum Nabi wafat segala perundangan yang penting telah diwahyukan. Ayat pada ‘Kesempurnaan agama,’ telah menjelaskannya. Pastinya perkara Khalifah kerana ia akan memastikan bahawa tidak terdapat sebarang kekeliruan mengenai perkara perundangan itu. Saya sudahpun menjelaskan kepada kamu bahawa Imam Ghazali di dalam bukunya Sirrul Alamin (Maqalah IV) telah merakamkan bahawa Nabi berkata: ‘Bawakan dakwat dan kertas supaya saya dapat menghilangkan dari fikiran kamu segala keraguan mengenai Khalifah dan bahawa saya mengulangi lagi kepada kamu siapa yang berhak kepada kedudukan itu.’ Kata-katanya, ‘supaya kamu tidak akan sesat selepas aku,’ membuktikan bahawa tujuan wasiatnya adalah petunjuk bagi ummah. Di dalam perkara petunjuk, tidak ada penekanan yang diperlukan melainkan berkenaan dengan kedudukan Khalifah dan Imamah.

Selain dari i tu kami tidak menekankan pada maksud bahawa Nabi hendak menyatakan sesuatu mengenai Khalifah atau Imamah. Yang pastinya adalah Nabi hendak menuliskan sesuatu mengenai petunjuk untuk ummah supaya mereka t idak akan sesat selepas baginda. Jadi mengapa Nabi tidak dibenarkan menulis wasiatnya. Katakanlah menahan baginda dari menulis wasiat adalah wajar, adakah perlu juga untuk menghina dan memalukan baginda?

MAKA ADALAH JELAS BAHAWA ALI ADALAH PENGGANTI NABI SETERUSNYA

Perkara ini telah menjelaskan bahawa Ali adalah pengganti Nabi seterusnya. Walaupun Nabi telah berulang kali menyatakan fakta ini terdahulu, dia inginkan agar merakamkannya pada saat-saat akhir di dalam wasiat supaya tanggong jawab ummah boleh diperkukuhkan.

297

Page 298: Sect Comparative In Peshwar Night

Tetapi ahli politik telah tahu apa yang Nabi hajatkan, maka mereka menghalang Nabi dari melakukannya dengan menghinakan baginda.

Nabi telah menegaskan di dalam banyak Hadisnya bahawa Allah Maha Besar telah melantik wazir untuk Nabi-Nabinya: Adam, Nuh, Musa, Isa dan yang lainnya, dan akhirnya Dia melantik untuk Nabi wazirnya, Ali.

Nabi juga berkata: ‘Ali adalah pengganti saya seterusnya selepas saya di dalam Ahli Bayt dan juga ummah.’

Sheikh: Jika kenyataan ini dikatakan sebagai benar, ia t idak disampaikan dengan penyampaian yang sempurna. Bagaimana kamu boleh dapatkan pengesahan darinya?

Shirazi: Kesahihan pendapat mengenai wasiat Nabi menurut kami telah dibuktikan oleh kenyataan dari keturunan Nabi. Lebih-lebih lagi, j ika kamu masih ingat bahawa saya telah mengatakan pada malam-malam yang terdahulu bahawa ulama kamu telah menganggap Hadis yang disampaikan oleh satu orang sebagai sah. Sebaliknya, di dalam rakaman ini, jika t idak terdapat persamaan di dalam perkataan, yang pastinya maksud Hadis itu secara umumnya adalah sama.

HADIS ‘LA NURITH’ DITOLAK

Sebaliknya, kamu yang mengadakan syarat tidak pentingnya perakaman rantaian yang berterusan. Apabila kamu telah disenyapkan oleh hujah kami, kamu cuba berselindung di sebalik perlunya rantaian penyampai yang berterusan. Bolehkah kamu buktikan penyampaian rantaian yang berterusan untuk Hadis ‘la nurith’ [Kami para Nabi tidak meninggalkan warisan…] Kamu sendiri mengaku bahawa penyampai Hadis itu adalah Abu Bakar atau Aus bin Hadasan. Tetapi jutaan yang beriman dan muslim yang ikhlas di dalam setiap era telah menolak Hadis yang kamu katakan itu. Bukti yang terbaik untuk menunjukkan pemalsuan Hadis itu bahawa ia telah ditolak oleh pintu bagi ilmu pengetahuan Nabi iaitu Ali, dan juga oleh semua keturunan Nabi. Manusia suci ini mempunyai bukti bahawa Hadis itu adalah palsu.

Sebagaimana yang saya telah katakan dahulu, Nabi berkata: ‘Bagi setiap Nabi terdapat Wazir dan pewaris; sesungguhnya Ali adalah pengganti dan pewaris saya.’

KHALIFAH KEPUNYAAN PEWARIS ILMU

Jika kamu kata pewarisan mereka t idak bererti pewarisan harta tetapi kepada pengetahuan [walaupun telah dibuktikan bahawa ia bererti pewarisan harta] tujuan maksud kami menjadi bertambah jelas. Pewaris bagi pengetahuan Nabi lebih berhak kepada kedudukan Khalifah lebih dari mereka yang tidak mempunyai pengetahuan Nabi.

298

Page 299: Sect Comparative In Peshwar Night

Kedua; telah dibuktikan bahawa Nabi telah menjadikan Ali pengganti dan pewarisnya, menurut dari Hadis yang disampaikan oleh ulama kamu. Allah yang telah melantik Ali kepada kedudukan itu. Bolehkah Nabi telah cuai untuk memberitahu pewaris dan penggantinya?

Adalah amat pelik bahawa di dalam menyelesaikan persoalan perundangan agama Abu Bakar dan Umar menerima keputusan Ali. Ulama dan ahli sejarah kamu telah merakamkan keputusan yang dinyatakan oleh Ali semasa pemerintahan Khalifah Abu Bakar, Umar dan Uthman.

Hafiz: Adalah aneh kamu katakan bahawa Khalifah tidak tahu perundangan agama dan Ali selalu mengingatkan mereka.

Shirazi: Tidak ada yang pelik mengenainya. Untuk mengetahui kesemua perundangan itu amatlah susah. Tidak mungkin untuk seseorang mendapat pengetahuan yang sempurna melainkan dia adalah Nabi Allah atau pintu bagi pengetahuan Nabi. Ulama kamu telah merakamkan fakta ini di dalam buku sahih mereka. Saya berikan contohnya supaya mereka yang kurang pengetahuan tidak akan memikirkan bahawa saya katakan ini untuk menentang mereka.

KEPUTUSAN ALI MENGENAI WANITA YANG MELAHIRKAN BAYI SELEPAS ENAM BULAN HAMIL

Imam Ahmad Hanbal di dalam Musnad ; Imamul Haram Ahmad bin Abdullah al-Shafii di dalam Dhakhair al-Uqba ; Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah ; dan Sheikh Sulayman al-Hanafi di dalam Yanabi‘ al-Mawaddah , Bab 56, menyebut dari Ahmad bin Abdullah; Ahmad bin Hanbal, al-Qala‘i; dan Ibn Saman menyatakan insiden yang berikut:

‘Umar hendak merejam seorang wanita kerana melahirkan seorang bayi selepas enam bulan hamil. Ali berkata: ‘Allah mengatakan di dalam al-Quran bahawa waktu dari permulaan hamil sehingga waktu yang dinyatakan untuk penyusuan, mengambil masa selama 30 bulan. Oleh kerana waktu penyusuan adalah 2 tahun, maka waktu hamil adalah enam bulan. Ini bererti bahawa bayi berkemungkinan dilahirkan setelah menggandung enam bulan.’ Maka Umar telah membebaskan wanita tersebut dan berkata: ‘Jika Ali tidak ada di sana, Umar pasti akan binasa.’

Di dalam bab yang sama dia menyebutkan dari Ahmad bin Hanbal, buku Manaqib : ‘Apabila Umar menghadapi masalah yang sukar untuk difahami, dia bergantung pada pemahaman Ali.’ Beberapa peristiwa yang sedemikian telah berlaku pada masa pemerintahan Abu Bakar dan juga Uthman. Apabila mereka terikat dengan perkara yang rumit mereka bergantung kepada Ali sebagai penyelesainya. Mereka bertindak dengan keputusan yang dibuat oleh Ali.

299

Page 300: Sect Comparative In Peshwar Night

Sekarang kamu akan tertanya-tanya kenapa mereka t idak menerima keterangan Ali di dalam kes Fadak. Di dalam kes itu mereka memilih untuk mengikuti kehendak mereka dan merampas hak Fatimah.

HADIS ‘LA NURITH’ TIDAK DIGUNAKAN KEPADA HARTA YANG LAIN

Hujah ketiga pada pembuktian bahawa palsunya Hadis itu adalah kenyataan dan tindakan Abu Bakar sendiri . Jika Hadis i tu benar, apa sahaja yang ditinggalkan Nabi akan disita [diambil kerana harta ummah]. Pewarisnya tidak punya hak pada apa sahaja yang ditinggalkan oleh Nabi, tetapi Abu Bakar memberi Fatimah rumahnya dan juga tempat kediaman para isteri Nabi yang lain, Aisyah, Hafsah dan yang lainnya sebagai pusaka mereka.

ABU BAKAR MEMULANGKAN FADAK KEPADA FATIMAH DAN UMAR MENGHALANGNYA

Selain itu, j ika Hadis i tu adalah benar dan Abu Bakar percaya bahawa itu adalah arahan Nabi, jadi mengapa, setelah merampas Fadak [yang mana dia menganggapnya sebagai sedekah yang dimiliki oleh ummah] dia menulis dokumen bahawa harta itu hendaklah dipulangkan kepada Fatimah? Kemudian Umar menghalang dan memusnahkan dokumen itu.

Hafiz: Ini adalah kenyataan yang unik. Saya t idak pernah mendengar bahawa Khalifah memulangkan Fadak. Apakah punca laporan itu?

Shirazi : Hingga kini saya rasa mungkin kamu semua telah tahu bahawa saya t idak pernah membuat kenyataan yang saya tidak dapat menyokong sepenuhnya. Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah dan Ali bin Burhanuddin al-Shafii di dalam Tarikh Sirah al-Halabiyyah , jil id III, ms 391, menulis bahawa Abu Bakar telah tergerak sehingga menangis oleh ucapan dan rayuan Fatimah. Dia menangis kerana rayuan Fatimah dan seterusnya menulis surat mengatakan bahawa harta itu hendaklah dipulangkan kepadanya. Tetapi Umar hancurkan dokumen itu.

Ini bertambah pelik bahawa Umar yang sama, pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar menentang pemulangan Fadak, telah memulangkan kepada pewarisnya semasa pemerintahnya. Begitu juga Khalifah Umawiyyah dan Abbasiyyah telah pulangkan Fadak kepada pewaris Fatimah.

Hafiz: Apa yang kamu katakan memang sebenarnya memeranjatkan. Bagaimana boleh terjadi bahawa Khalifah Umar yang menurut kenyataan kamu, sangat keras menghalang pemulangan Fadak kepada Fatimah, telah dengan sendirinya memulangkan Fadak kepada waris Fatimah?

300

Page 301: Sect Comparative In Peshwar Night

Shirazi: Sungguh aneh bukan, sudah semestinya. Saya serahkan dengan keizinan kamu, laporan dari ulama kamu yang diiktiraf dengan pengesahan dari Khalifah yang memulangkan dan mengambil semula Fadak.

KHALIFAH MEMULANGKAN FADAK KEPADA KETURUNAN FATIMAH

Ahli Hadis dan sejarah Madinah yang terkenal, Allamah Samhudi (mati 911 H.), di dalam Tarikh al-Madinah dan Yaqut bin Abdullah al-Rumi di dalam Mu‘jam al-Buldan , mengatakan bahawa pada masa pemerintahannya, Abu Bakar mengambil penguasaan Fadak. Umar semasa perintahannya, memulangkannya kepada Ali dan Abbas. Jika Abu Bakar mengambilnya mengikut arahan Nabi dan menganggapnya sebagai harta ummah, atas dasar dan prinsip apa Umar memulangkan harta milik ummah kepada orang perseorangan?

Sheikh: Mungkin niatnya di dalam memberikan harta itu kepada orang peseorangan adalah untuk mengekalkannya di dalam pemilikan muslim.

Shirazi: Adakalanya saksi lebih bijak dari pendakwa yang kepadanya dia memberikan bukti . Khalifah tidak mempunyai ingatan yang sedemikian. Jika harta itu telah dipulangkan untuk perbelanjaan muslim, tentu sejarah telah merakamkan yang sedemikian. Tetapi semua ahli sejarah kamu telah menulis bahawa ia telah dilepaskan kepada Ali dan Abbas. Ali menerima Fadak sebagai pewaris yang sah; bukan sebagai individu muslim. Seorang muslim tidak boleh memiliki harta milik umum ummah.

PEMULANGAN FADAK OLEH UMAR IBN ABDUL-AZIZ

Sheikh: Mungkin rujukan itu adalah Umar Ibn Abdul-Aziz.

Shirazi: Ali dan Abbas tidak hidup pada masa Umar bin Abdul-Aziz. Itu adalah cerita yang lain. Allamah Samhudi di dalam Tarikh al-Madinah dan Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , j ilid IV, ms 81, mengatakan dari Abu Bakar al-Jauhari bahawa apabila Umar bin Abdul Aziz menduduki jawatan Khalifah, dia menulis surat kepada gabenor Madinah untuk memulangkan Fadak kepada keturunan Fatimah. Dengan itu, dia memanggil Hasan bin Hasan al-Mujtaba [dan menurut dari sebahagian kenyataan dia memanggil Imam Ali Ibn al-Husain] dan memulangkan Fadak kepadanya.

Ibn Abil Hadid menulis mengenainya di dalam Syarh Nahjul Balaghah , jil id IV, ms 81, dengan perkataan yang berikutnya: ‘Ini adalah harta pertama yang dirampas secara kejam dan kemudian diberikan kepada keturunan Fatimah oleh Umar ibn Abdul Aziz.’ Ia tinggal di dalam milik mereka untuk sekian lama sehingga Khalifah Yazid Ibn Abdul Malik merampasnya kembali. Maka Bani Umayyah memilikinya kembali. Apabila kedudukan Khalifah jatuhi ke tangan Bani Abbas,

301

Page 302: Sect Comparative In Peshwar Night

Khalifah Abbasiyyah pertama, Abdullah al-Saffah, menyerahkan Fadak kepada keturunan Imam Hasan, yang telah mengagihkan pendapatannya, menurut hak pewaris kepada keturunan Fatimah.

MEMULANGKAN FADAK KEPADA KETURUNAN FATIMAH OLEH ABDULLAH MAHDI DAN MAKMUN DINASTI ABBASIYYAH

Apabila al-Mansur membunuh keturunan Imam Hasan, dia merampas semula Fadak dari mereka. Apabila anaknya, al-Mahdi, menjadi Khalifah, dia memulangkan semula kepada mereka. Apabila Musa bin al-Hadi menjadi Khalifah, dia sekali lagi merampas Fadak. Apabila Makmun al-Rashid al-Abbasiyyah menjadi Khalifah, dia memerintahkan Fadak diserahkan kepada keturunan Ali.

Yaqut al-Hamawi di dalam Mu‘jam al-Buldan menyebut Makmun mengarahkan dengan menulis surat kepada gabenornya di Madinah: Sesungguhnya, Nabi Allah memberikan Fadak kepada anak perempuannya, Fatimah. Faktanya telah jelas dan diketahui umum oleh keturunan Nabi.’

Penyair terkenal, Diba’ al-Khuza’i, juga hadir pada masa i tu. Dia menyatakan beberapa rangkap, yang pertama darinya bermaksud: ‘ Hari ini kami semua bergembira dan senang. Makmun telah pulangkan Fadak kepada Bani Hashim.’

BUKTI BAHAWA FADAK TELAH DIBERIKAN KEPADA FATIMAH

Ia telah dibuktikan dengan hujah yang jelas bahawa Fadak telah diberikan oleh Nabi kepada Fatimah. Ia telah dirampas tanpa sebab. Tetapi kemudian Khalifah, atas dasar keadilan atau pertimbangan polit ik, memulangkannya kepada keturunan wanita yang telah dizalimi itu.

Hafiz: Jika Fadak telah diberikan kepadanya sebagai hadiah, mengapa dia menuntutnya sebagai warisan, dan tidak mengatakan apa-apa mengenai hadiah?

Shirazi: Pada mulanya dia menuntut sebagai hadiah. Tetapi apabila saksi diminta dari pemilik harta, yang mana telah bertentangan dengan perintah Nabi Islam, dia mengadakan saksi. Keterangan mereka ditolak. Maka dia terpaksa mencari perlindungan di bawah undang-undang pewarisan.

Hafiz: Saya rasa awak telah tersilap. Kita t idak pernah melihat sebarang rekod mengenai tuntutan Fatimah bahawa Fadak adalah hadiah.

302

Page 303: Sect Comparative In Peshwar Night

Shirazi: Tidak. Saya tidak tersalah. Fakta ini t idak sahaja dirakamkan di dalam buku Syiah, tetapi telah juga ditulis di dalam buku ulama kamu yang terkenal. Ia telah dirakamkan di dalam Sirah al-Halabiyyah , ms 39 yang disusun oleh Ali bin Burhanuddin al-Halabi al-Shafii (m. 1044 H.), bahawa pada mulanya Fatimah menyatakan kepada Abu Bakar bahawa Fadak miliknya dan telah diberikan oleh Nabi Allah. Oleh kerana tiada saksi, dia terpaksa menuntut menurut perundangan pewarisan.

Juga disebut oleh Fakhruddin al-Razi di dalam Tafsir al-Kabir mengenai tuntutan Fatimah; Yaqut Hamawi di dalam Mu‘jam al-Buldan ; Ibn Abil Hadid al-Mu‘tazili di dalam Syarh Nahjul Balaghah , jil id IV, ms 80, dari Abu Bakar al-Jauhari dan yang fanatik Ibn Hajar di dalam Sawa‘iq al-Muhriqah , ms 21, di bawah tajuk Syubuhat al-Rafda , Shubhat VII , menyatakan bahawa tuntutan Fatimah pertama adalah hadiah. Apabila kesaksiannya ditolak dia merasa kecewa dan berkata dengan marah bahawa dia tidak akan berkata-kata dengan Abu Bakar dan Umar lagi.

Maka begitulah jadinya… dia t idak pernah kelihatan lagi berkata-kata dengan mereka. Apabila waktu kematiannya tiba, dia tentukan di dalam wasiatnya bahawa orang-orang ini tidak boleh mengambil bahagian di dalam salat jenazahnya. Bapa saudaranya Abbas, melakukan salat jenazah, dan dia dikebumikan pada malam hari. Menurut dari punca Syiah dan kenyataan Imam yang suci Ali melakukan salat jenazahnya.

HUJAH BAHAWA ABU BAKAR BERTINDAK MENURUT ‘AYAT PEMBUKTIAN’ DAN JAWAPAN KEPADANYA

Hafiz: Tidak dapat diragukan dan telah pasti Fatimah merasa marah, tetapi Abu Bakar juga tidak boleh dipersalahkan. Dia terpaksa bertindak menurut akta perundangan agama. Oleh kerana ‘ayat pada pembuktian’ adalah berpengertian umum, dan bagi yang menuntut hendaklah mengemukakan dua orang saksi lelaki, atau satu lelaki dan dua wanita atau empat wanita sebagai saksi, dan oleh kerana di dalam kes ini jumlah saksi tidak mencukupi, Khalifah t idak dapat memberikan keputusannya menyebelahi Fatimah.

Shirazi: Hafiz Sahib telah berkata bahawa Khalifah telah terpaksa bertindak menurut perundangan agama dan oleh kerana pembuktian sempurna tidak diperolehi dia t idak dapat menjatuhkan hukuman berpihak kepadanya. Saya akan menjawab pada maksud ini, dan saya meminta kamu untuk berlaku adil di dalam menilai ulasan saya.

UNTUK MEMINTA SAKSI DARI PEMILIK ADALAH BERTENTANGAN DENGAN UNDANG-UNDANG

Pertama kamu katakan Abu Bakar terpaksa akur dibawah undang-undang agama. Tolong beritahu kepada saya perundangan agama yang mana meminta saksi dari orang yang memiliki harta? Telah dibuktikan

303

Page 304: Sect Comparative In Peshwar Night

bahawa Fatimah adalah pemilik Fadak; sebagaimana yang dinyatakan oleh ulama, Abu Bakar meminta saksi dari dia (Fatimah) adalah bertentangan dengan undang-undang agama. Tidakkah undang-undang agama kita meminta pendakwa yang mengeluarkan saksi dan bukan pemilik harta [pembela]?

Kedua; tiada siapa menafikan pengertian umum ayat pada pembuktian, tetapi ia juga mempunyai pengertian yang khusus.

Hafiz: Apa yang kamu maksudkan dengan pengertian khusus?

Shirazi: Bukti untuk ini adalah bukti yang direkodkan di dalam buku Hadis sahih kamu; mengenai Khazimah Ibn Thabit . Dia memberikan pembuktian pada menyokong Nabi di dalam kes mengenai penjualan kuda. Seorang Arab telah membuat tuntutan kepada Nabi dan dia [Khazimah] pembuktian seorang telah dianggap mencukupi. Nabi memberikannya nama panggilan Dhu al-Syahadatain kerana dia telah dianggap sebagai sama dengan dua saksi yang adil. Contoh ini menunjukkan bahawa ‘ayat pada pembuktian’ membolehkan kita menerima satu saksi di bawah keadaan tertentu. Apabila Khazimah, seorang yang beriman dan hanya sahabat di antara ummah, telah di kecualikan dengan ayat tersebut, maka Ali dan Fatimah yang maksum menurut dari ayat kesucian (Ayat al-Tathir), sepatutnya di dalam kedudukan yang lebih baik pada menikmati pengecualian ini. Mereka berdua pastinya bebas dari penipuan. Untuk menolak keterangan mereka adalah bermakna menolak keterangan Allah.

MENOLAK SAKSI FATIMAH ADALAH BERTENTANGAN DENGAN UNDANG-UNDANG AGAMA

Fatimah al-Zahra menuntut bahawa Fadak telah diberikan kepadanya oleh bapanya, dan di dalam milik dan kawalannya pada masa masih hidupnya Nabi. Dia telah diminta mengadakan saksi. Dia membawa Amirul Mukminin Ali ibn Abi Talib, Hasan dan Husain sebagai saksinya. Tetapi keterangan mereka ditolak. Tidakkah tindakkan ini kejam? Tidak dapat diterima akal bagaimana seseorang boleh menolak pengakuan Ali. Allah Maha Besar telah berkata di dalam al-Quran bahawa kita hendaklah bersama Ali, kita hendaklah mengikutinya. Zaid al-‘Adl telah menjadi penyatuan dengan kebenaran disebabkan kebenarannya yang teramat sangat. Begitu juga Ali telah dipanggil yang benar sebagaimana Allah berkata: Wahai orang-orang yang beriman! bertaqwalah kamu kepada Allah, dan hendaklah kamu berada bersama-sama orang-orang yang benar. [Surah al-Taubah 9: 119].

Orang yang benar merujuk kepada Nabi Muhammad, Ali dan Ahli Bayt.

YANG BENAR MERUJUK KEPADA MUHAMMAD DAN ALI

304

Page 305: Sect Comparative In Peshwar Night

Hafiz: Bagaimana ayat ini membuktikan pandangan kamu, yang mungkin bererti bahawa mengikut Ali adalah wajib kepada kami?

Shirazi: [1] Ulama kamu yang terkenal telah menulis di dalam buku mereka dan juga ulasan bahawa ayat ini telah diwahyukan di dalam memuji Muhammad dan Ali . ‘Mereka yang benar’ merujuk kepada mereka berdua, dan menurut dari sebahagian kenyataan ia bererti Ali; dan yang lain lagi merujuk kepada keturunan Muhammad.

Imam al-Tha‘labi di dalam tafsir Kasyf al-Bayan , Jalaluddin al-Suyuti menyatakan dari Ibn Abbas di dalam Durru al-Manthur , Hafiz Abu Sa‘id Abdul Malik bin Muhammad Khargushi menyatakan dari Asma’is di dalam Sharaf al-Mustafa , dan Hafiz Abu Nu’aim Isfahani di dalam Hilyat al-Auliya’ mengatakan bahawa Nabi berkata: ‘Bersama mereka yang benar adalah Muhammad dan Ali.’

Sheikh Sulayman al-Hanafi di dalam Yanabi‘ al-Mawaddah, bab 39, ms 1191, memetik dari Muwaffaq bin Ahmad al-Khawarizmi, Hafiz Abu Nu‘aim al-Isfahani, dan Hamawaini menyatakan pada pengesahan Ibn Abbas, yang berkata: ‘Di dalam ayat ini ‘mereka yang benar’ adalah Muhammad dan keturunannya yang suci.’

Dan Sheikh al-Islam Ibrahim bin Muhammad Hamawaini, seorang ulama kamu yang terkenal, di dalam Fara’id al-Simtain , Muhammad bin Yusuf Kanji al-Syafii di dalam Kifayah al-Talib , bab 62, dan Muhhadith al-Sham di dalam Tarikh , mengatakan dari puncanya, menulis: ‘Dengan yang benar, iaitu, bersama Ali Ibn Abi Talib.’

[2] Allah berkata:

Dan (nyatalah bahawa) yang membawa kebenaran (tauhid dan hukum ugama) serta ia (dan pengikut-pengikutnya) mengakui kebenarannya (dengan mematuhi hukum itu), mereka i tulah orang-orang yang bertaqwa. [Surah al-Zumar 39: 33].

Jalaluddin al-Suyuti di dalam al-Durru al-Manthur , Hafiz Ibn Mardawih di dalam Manaqib , Hafiz Abu Nu‘aim di dalam Hilyat al-Auliya’ , Muhammad Bin Yusuf Kanji al-Syafii di dalam Kifayah al-Talib , bab 62, dan Ibn Asakir di dalam Tarikh , mengatakan dari pengulas pilihan, memetik yang berikut dengan pengesahan Ibn Abbas dan Mujahid:

‘Dia yang membawa kebenaran adalah Muhammad dan dia yang mengesahkannya adalah Ali ibn Abi Talib.’

[3] Allah berkata di dalam surah al-Hadid dari al-Quran:

305

Page 306: Sect Comparative In Peshwar Night

Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya, merekalah pada sisi (hukum) Tuhan mereka, (orang-orang yang mempunyai kedudukan yang tinggi darjatnya) seperti orang-orang "Siddiqiin" dan orang-orang yang mati syahid; mereka akan beroleh pahala dan cahaya orang-orang Siddiqiin dan orang-orang yang mati Syahid itu.. . [Surah al-Hadid 57: 19].

Imam Ahmad Ibn Hanbal di dalam Musnad dan Hafiz Abu Nu’aim al-Isfahani di dalam Ma Nazala Min al-Qur’an fi Ali , menyatakan dari pengesahan ibn Abbas bahawa ayat itu pada memuji Ali dan merujuk kepadanya sebagai diantara mereka yang benar.

[4] Di dalam surah al-Nisa’ Allah berkata:

Dan sesiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka mereka akan (ditempatkan di syurga) bersama-sama orang-orang yang telah dikurniakan nikmat oleh Allah kepada mereka, Iaitu Nabi-nabi, dan orang-orang Siddiqiin, dan orang-orang yang Syahid, serta orang-orang yang salih. dan amatlah eloknya mereka itu menjadi teman rakan (kepada orang-orang yang taat). [Surah al-Nisa’ 4: 69].

Di dalam ayat ini juga yang benar merujuk kepada Ali . Terdapat banyak Hadis oleh ulama kamu dan juga kami, yang menunjukkan bahawa Ali adalah yang benar dan sebenarnya yang paling mulia dari yang benar.

ALI YANG PALING TINGGI DIANTARA YANG BENAR

Banyak dari ulama terkenal kamu telah menulis di dalam buku mereka bahawa Nabi berkata: ‘Terdapat 3 orang yang paling benar – Hizqil, seorang yang beriman di era Firaun; Habib al-Najjar di dalam surah Yasin dan Ali Ibn Abi Talib yang melebihi dari mereka semua.’ Nama yang berikut ini semuanya telah merakamkan Hadis tersebut: Imam Fakhruddin al-Razi di dalam Tafsir al-Kabir ; Imam al-Tha‘labi di dalam Kasyf al-Bayan ; Jalaluddin al-Suyuti di dalam Durru al-Manthur ; Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad ; Ibn Shirwaih di dalam al-Firdaus ; Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , jil id II, ms 451; Ibn Maghazili al-Shafii di dalam Manaqib ; dan Ibn Hajar Makki di dalam Sawa‘iq al-Muhriqah [30 dari 40 Hadis yang diulas semuanya mengenai kemuliaan Ali] menyebutnya dari al-Bukhari, yang memetik dari Ibn Abbas, dengan pengecualian rangkap yang terakhir.

Juga Sheikh Sulayman al-Balkhi di dalam Yanabi‘ al-Mawaddah , bab 42, menyebutnya dari Musnad Imam Ahmad bin Hanbal; Abu Nu‘aim, Ibn Maghazili al-Syafii; penulis terkenal al-Khawarizmi, menyebutnya dari Abu Laila dan Abu Ayyub al-Ansari , di dalam Manaqib ; Ibn Hajar di dalam Sawa‘iq , [dan banyak lagi yang lain] menyebutkan bahawa Nabi berkata: ‘Terdapat 3 orang yang paling benar: - Habib al-Hajjar,

306

Page 307: Sect Comparative In Peshwar Night

seorang beriman yang disebutkan di dalam surah Yasin yang berkata: ‘Wahai manusia! Ikutilah para Nabi;’ Hizqil, seorang yang beriman pada zaman Firaun, yang berkata, '‘Adakah kamu membunuh seseorang yang menyembah Allah?’ dan Ali Ibn Abi Talib, yang tertinggi dari mereka semua.’

Manusia menjadi hairan melihat bagaimana pemahaman kamu telah dikelirukan oleh kefanatikkan. Kamu sendiri membuktikan dengan berbagai Hadis dan disahkan oleh al-Quran, bahawa Ali menduduki tempai yang tertinggi diantara yang benar dan sebaliknya kamu mengelar orang lain sebagai siddiq , walaupun tidak terdapat satu ayat pun yang telah mengatakan mengenai dirinya sebagai benar.

Tuan-tuan! Berlaku adillah. Adakah patut untuk menolak keterangan orang yang dikatakan oleh Allah sebagai siddiq di dalam al-Quran, seorang yang telah diarahkan untuk kita ikuti?

ALI BERSAMA KEBENARAN DAN AL-QURAN

Nabi berkata: ‘Ali bersama kebenaran dan kebenaran berputar mengelil ingi dia.’ Khatib al-Baghdadi di dalam Tarikh , jil id IV, ms 321, Hafiz Ibn Mardawih di dalam Manaqib , Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad , Fakhruddin al-Razi di dalam Tafsir al-Kabir , jil id I, ms 111, Ibn Hajar al-Makki di dalam Jami‘ al-Saghir , j ilid II, ms 74,75, 140 dan Sawa‘iq al-Muhriqah , bab IX, Fasal 11, Hadis 21, menyebutnya dari Ummu Salamah dan Ibn Abbas juga di dalam Yanabi‘ al-Mawaddah , bab 65, ms 185, diambil dari Jami‘ al-Saghir oleh Jalaluddin al-Suyuti, dengan sedikit tambahan, di dalam Tarikh al-Khulafa’ , ms 116, Fayd al-Qadir , j ilid IV, ms 358, menyebutnya dari Ibn Abbas, Manaqib al-Sabi‘in , ms 237, Hadis 44 menyebutnya dari pengarang al-Firdaus ; Sawa’iq al-Muhriqah , bab 59, bahagian 2, ma 238, menyebutnya dari Ummu Salamah dan Muhammad bin Yusuf Kanji al-Syafii di dalam Kifayah al-Talib , sebahagian dari mereka menyebutnya dari Ummu Salamah, sebahagian yang lain dari Aisyah dan sebahagian dari Muhammad bin Abu Bakar, semua menyampaikan bahawa mereka mendengar Nabi berkata: ‘Ali bersama al-Quran dan al-Quran bersama Ali; tidak terdapat berbezaan diantara keduanya, dan mereka t idak akan berpisah sehinggalah mereka bertemu dengan saya di Telaga Kauthar.’

Sebahagian penyampai telah menyatakan perkataan ini, ‘Kebenaran ada bersama Ali, dan Ali sentiasa bersama yang benar. Tidak ada perbezaan diantara keduanya, dan keduanya tidak akan berpisah dari satu dengan yang lainnya.’

Ibn Hajar menulis di dalam Sawa‘iq al-Muhriqah , bab 9, bahagian 2, ms 77, bahawa Nabi ketika di ranjang kematian berkata: ‘Saya tinggalkan bersama kamu dua perkara: Kitab Allah dan keturunan saya, Ahli Bayt.’ Kemudian memegang tangan Ali, dia mengangkatnya dan berkata: ‘Ini Ali bersama al-Quran dan al-Quran bersama Ali.

307

Page 308: Sect Comparative In Peshwar Night

Keduanya tidak akan saling berpisah sehingga mereka bertemu dengan saya di Telaga Kauthar. Kemudian saya akan tanya mereka mengenai perkara penggantian.’

Dan secara umum ia telah disampaikan bahawa Nabi berkata: ‘Ali adalah dengan kebenaran dan kebenaran bersama dengan Ali. Mereka berputar di antara sesama mereka.’

Sibt Ibn al-Jawzi, di dalam Tadhkirah al-Khawas al-Ummah , ms.20, di dalam berkaitan dengan Hadis Ghadir, menyampaikan bahawa Nabi berkata: ‘Dan yang benar itu bergerak mengelilingi Ali, di arah mana saja yang dia tuju.’ Sibt mengulasnya dengan berkata, ‘Hadis ini membuktikan jika ada terdapat perbezaan diantara Ali dengan para sahabat yang lain, maka yang benarnya pasti bersama Ali.’

PATUH KEPADA ALI ADALAH PATUH KEPADA ALLAH DAN NABINYA

Telah dirakamkan di dalam buku yang telah disebutkan dan buku-buku sahih yang lain dari kamu bahawa Nabi selalu berkata: ‘Sesiapa yang patuh kepada Ali patuh kepada saya, dan seiapa yang patuh kepada saya patuh kepada Allah. Sesiapa yang engkar kepada Ali sesungguhnya ingkar kepada saya dan sesiapa yang ingkar kepada saya sesungguhnya telah engkar kepada Allah.’ Abu al-Fath Muhammad bin Abd al-Karim al-Shahrastani menyatakan di dalam al-Milal wa al-Nihal bahawa Nabi berkata: ‘Yang sebenarnya adalah bahawa Ali adalah sentiasa benar, dan mereka yang mengikutnya berada di jalan yang benar.’

Dengan segala kenyataan yang begitu jelas telah disampaikan oleh buku kamu yang sahih, t idakkah menolak Ali sama juga ertinya menolak Nabi?

KHALIFAH ABU BAKAR TIDAK MENGIKUTI PEMBUKTIAN PERUNDANGAN DI DALAM KES-KES LAIN

Petunjuk kedua yang kamu telah katakan bahawa Khalifah terpaksa bertindak dengan etika perundangan agama, oleh kerana ‘ayat pada pembuktian’ dengan maksudnya yang umum telah diguna pakai di dalam kes ini . Maka dengan ketiadaan saksi, dia t idak dapat memberikan ‘harta kepunyaan muslim’ kepada Fatimah, pada dasar tuntutan dia seorang sahaja. Bahkan dia sungguh berhati-hati sehingga dia telah meminta, dengan bertentangan pada perundangan agama, saksi pada pemilik harta sebenar. Pertama saya telah katakan Fadak bukanlah harta milik muslim. Ia telah diberikan kepada Fatimah sebagai hadiah oleh bapanya, dan telah menjadi miliknya pada ketika i tu.

Kedua, j ika Khalifah sebenarnya hendak mengikut perundangan agama, dia hendaklah dengan tegas mengikutinya di dalam semua keadaan. Mengapa dia memakai polisi dua cara berlainan? Dia biasa memberikan harta muslim kepada orang lain hanya dengan kata-kata seseorang tanpa

308

Page 309: Sect Comparative In Peshwar Night

meminta bukti atau saksi. Tetapi di dalam kes harta Fatimah dia menjadi begitu berhati-hati.

Ibn Abil Hadid telah merekodkan di dalam Syarh Nahjul Balaghah , jil id IV, ms 25, bahawa dia bertanya kepada Ali ibn al-Fariqi, seorang guru di Madrasah Gharbi di Baghdad, sama ada Fatimah benar, dan mengatakan yang sebenar mengenai tuntutannya. Dia berkata, ‘Ya,’ Saya berkata, ‘Jika dia benar dan berkata jujur, mengapa Khalifah t idak memberikan Fadak bagi pihak dirinya?’ Fariqi tersenyum [walaupun dia bukan menyindir] dan berkata bahawa jika Abu Bakar telah menyerahkan Fadak kepada Fatimah pada hari i tu, hari esoknya dia akan datang menuntut kedudukan Khalifah untuk suaminya. Maka Khalifah terpaksa memberikan haknya yang itu juga, oleh kerana dia telah menerima kebenarannya pada kes yang pertama.’

Menurut dari ulama kamu yang terkenal, kedudukan peristiwa amatlah jelas. Mereka telah menerima faktanya dari semenjak hari pertama lagi bahawa Fatimah adalah yang benar, tetapi kedudukan polit ik telah meminta supaya mereka menolak tuntutan hak yang sah dari wanita malang yang tidak berdosa i tu.

ABU BAKAR MEMBERIKAN HARTA KEPADA JABIR TANPA MEMINTA DIADAKAN SAKSI

Hafiz: Bilakah Khalifah memberikan harta muslim tanpa meminta diadakan saksi?

Shirazi: Apabila Jabir menuntut bahawa Nabi telah menjanjikan bahawa dia hendaklah dibayar dari rampasan yang didapati dari Bahrain, dia telah diberikan 1 500 dinar dari Baitulmal tanpa sebarang bantahan atau meminta diadakan saksi darinya.

Hafiz: Pertama, saya belum pernah melihat laporan yang sedemikian. Mungkin ia cuma terdapat di dalam buku kamu. Kedua, bagaiamana kamu boleh mengatakan saksi tidak diminta?

Shirazi: Adalah pelik bahawa kamu tidak pernah melihatnya. Ini laporan dari Jabir bin Abdullah al-Ansari adalah satu-satunya hujah ulama di dalam menyokong pandangan mereka bahawa laporan dari satu orang penyampai yang adil dan benar dari kalangan Sahabat adalah diterima.

Menurut, Sheikhul Islam Hafiz Ahmad bin Ali bin Hajar al-‘Asqalani di dalam bukunya Fath al-Bari fi Syarh Sahih al-Bukhari : Laporan ini membuktikan bahawa penyampaian dari seorang sahabat yang adil adalah diterima walaupun ia memberikan manfaat kepada dirinya sendiri kerana Abu Bakar t idak meminta saksi dari Jabir di dalam menyokong tuntutannya.

309

Page 310: Sect Comparative In Peshwar Night

Al-Bukhari merekodkan laporan yang sama dengan lebih mendalam di dalam Sahihnya. Di dalam Bab ‘Man Yakfal ‘an mayyit daynan’ 6dan ‘Kitab al-Khums bab ma aqata‘a al-Nabi min al-Bahrain wa ma wa‘ada min mal.. , dia menulis bahawa apabila harta rampasan Bahrain dibawa ke Madinah, Abu Bakar mengistiharkan bahawa sesiapa yang telah dijanjikan harta oleh Nabi Allah atau sesiapa yang mempunyai tuntutan yang tidak memuaskan hati mereka hendaklah datang menerima hak mereka. Jabir datang dan berkata: ‘Nabi menjanjikan kepada saya bahawa apabila Bahrain ditawan dan di bawah pemerintahan muslim; saya akan diberikan dengan hadiah dari harta i tu. '’ Maka dengan itu Abu Bakar memberikan kepadanya 1 500 dinar tanpa meminta sebarang bukti, hanya sekadar di atas dasar tuntutannya sahaja.

Jalaluddin al-Suyuti juga merekodkan kejadian itu di dalam bukunya Tarikh al-Khulafa’ di dalam bahagian yang berkenaan dengan Khalifah Abu Bakar.

Wahai manusia yang adil: Tolong katakan kepada kami dengan nama Allah adakah ini satu keadilan? Yang pastinya terdapat adanya tindakan berpihak di sini, bagaimana dibolehkan Abu Bakar menentang ‘ayat pada pembuktian’ dan memberikan wang kepada Jabir atas dasar dakwaanya seorang sahaja? Selain itu al-Bukhari di dalam Sahihnya dan banyak yang lain lagi dari ulama dan kaum perundangan golongan kamu, menerima pembuktian seorang, dari sahabat yang adil walaupun jika ia memberikan faedah kepada diri dan orang perseorangan? Tidakkah Ali seorang individu yang paling sempurna di antara semua para sahabat? Jika kamu mempertimbangkan perkara ini dengan jujur kamu akan mengakui bahawa ini bukan sahaja menolak keadilan, malah itu semua adalah kuasa dan penipuan yang terangan-terangan.

Hafiz: Saya fikir Abu Bakar t idak meminta saksi dari Jabir kerana dia adalah seorang sahabat Nabi yang rapat. Dia tentunya mendengar Nabi berkata: ‘Jika sesiapa memberikan kenyataan yang palsu dari saya, tempat t inggalnya adalah neraka.’ Diberikan amaran yang keras ini , adalah satu bukti bahawa Sahabat rapat yang di didik oleh Nabi t idak akan membuat tindakan yang salah dengan memberikan keterangan palsu dari Nabi Allah.

Shirazi: Adakah Jabir lebih rapat kepada Nabi dari Ali dan Fatimah, siapakah yang telah di didik secara khusus oleh Nabi?

ALI DAN FATIMAH ADALAH RUJUKAN PADA AYAT KESUCIAN

Hafiz: Telah pasti Ali dan Fatimah adalah lebih rapat kepada Nabi Allah, kerana mereka di bawah jagaan dan didikan baginda semenjak lahir.

6 Ki tab al -I jarah - Edi tor

310

Page 311: Sect Comparative In Peshwar Night

Shirazi: Maka kamu hendaklah mengakui bahawa Ali dan Fatimah pastinya mengikut amaran itu dengan patuh dan tidak boleh, dari apa yang dikatakan Nabi, membuat dakwaan palsu. Dan bagi pihak Abu Bakar hendaklah menerima tuntutan Fatimah, oleh kerana kedudukan keduanya adalah lebih tinggi daripada Jabir [sebagaimana yang kamu telah akui]. Malahan kedudukan mereka lebih tinggi dari semua para sahabat. Merekalah yang berhak pada ‘Ayat kesucian’ dan juga yang maksum. Ayat itu mewahyukan kesucian mereka berlima: Muhammad, Ali, Fatimah, Hasan dan Husain. Bahkan ulama kamu telah mengesahkan kebenaran mereka yang suci ini.

Mengenai Amirul Mukminin, saya telah mengatakan kepada kamu bahawa Nabi memanggil beliau, ‘Yang paling benar di dalam seluruh ummah,’ dan Allah telah memanggil beliau yang benar di dalam al-Quran. Untuk kebenaran pada diri Fatimah al-Zahrah, terdapat banyak juga Hadis yang sedemikian. Diantaranya terdapat satu yang disampaikan oleh Hafiz Abu Nu‘aim al-Isfahani di dalam bukunya Hilyah al-Auliya’ , j ilid II, ms 42, dari Aisyah, yang berkata: ‘Saya tidak pernah melihat sesiapa yang lebih benar dari Fatimah melainkan bapanya.’

Hafiz: Kenyataan kamu bahawa ayat itu diwahyukan di dalam memuji lima orang tidak dapat diterima. Selama di dalam perbincangan ini kamu telah menunjukkan pengetahuan yang mendalam di dalam buku-buku kami. Kini kamu hendaklah menerima dalam hal ini kamu telah tersalah, oleh kerana pengulas seperti Qadi al-Baidawi dan al-Zamakhshari percaya bahawa ayat suci ini telah diwahyukan di dalam memuji para isteri Nabi. Dan jika ada terdapat rekod yang mengatakan ia diwahyukan pada memuji lima orang itu, ia pasti yang lemah. Sebabnya adalah, bahawa ayat itu dengan sendirinya membuktikan pertentangan kepada maksud kamu. Konteks bagi ‘ayat kesucian’ adalah berkaitan dengan para isteri Nabi dan bahagian yang ditengah tidak boleh dikeluarkan dari konteks asal.

MEMBUKTIKAN BAHAWA AYAT KESUCIAN BUKAN PADA MEMUJI PARA ISTERI NABI

Shirazi: Tuntutan yang diketengahkan oleh kamu boleh disangkal dari banyak pandangan. Kamu katakan bahagian yang tengah yang mengikuti bahagian yang hadapan adalah berkenaan para isteri Nabi, dan makanya Ahli Bayt diketepikan dari ayat yang suci i tu. Jawapan saya adalah, seperti mana yang kerap berlaku di dalam perbincangan kita, kita mengalihkan pandangan dari satu orang kepada yang lain kemudian kita kembali kepada orang yang pertama semula. Terdapat banyak contoh yang sebegini di dalam penulisan orang-orang Arab terkenal dan juga puisi mereka. Di dalam al-Quran sendiri terdapat banyak contoh yang sedemikian. Bahkan jika kamu telit i bahagian yang dibincangkan, iaitu dalam Surah al-Ahzab , setelah mengatakan kepada para isteri Nabi, penumpuan telah beralih kepada yang beriman. Kemudian kepada para isteri diperkatakan semula. Masa tidak

311

Page 312: Sect Comparative In Peshwar Night

mengizinkan saya untuk menyatakan penghuraian mengenai penerangannya dengan lebih lanjut lagi.

Kedua, jika ayat ini adalah mengenai para isteri Nabi, gantinama yang digunakan di dalamnya hendaklah perempuan. Disebabkan gantinama yang digunakan adalah lelaki, kita telah tahu bahawa rujukannya bukanlah kepada isteri Nabi, tetapi kepada keturunan Nabi.

Nawab: Jika Fatimah juga termasuk di dalam kumpulan itu mengapa gantinama perempuan tidak digunakan?

Shirazi: [Memandang kepada para ulama] Tuan yang dihormati: kamu tahu bahawa di dalam ayat ini, walaupun Fatimah adalah seorang dari yang dirujuk, gantinama lelaki digunakan kerana ia adalah gantinama yang mempengaruhi. Iaitu di dalam dua kumpulan lelaki dan wanita, kumpulan lelaki lebih diberatkan. Di dalam ayat ini digunakan gantinama lelaki dengan sendirinya telah membuktikan bahawa kenyataan ini bukanlah lemah, tetapi dengan segala kekuatan. Selain itu pada melihat ramainya ahli lelaki, gantinamanya hendaklah di dalam lelaki kerana di dalam lima yang suci hanya terdapat seorang wanita dan empat lelaki. Jika ayat ini untuk para isteri Nabi, menggunakan gantinama lelaki untuk wanita pastinya salah sama sekali. Selain dari itu, rumusan yang dibuat dari Hadis yang sahih di dalam buku kamu adalah ayat itu diwahyukan pada memuji keturunan Nabi dan bukan merujuk kepada para isteri.

Walaupun Ibn Hajar seorang fanatik yang keterlaluan telah berkata di dalam Sawa‘iq al-Muhriqah bahawa kebanyakkan pengulas percaya bahawa ayat itu telah diwahyukan pada memuji Ali, Fatimah, Hasan dan Husain.

ISTERI NABI TIDAK TERJUMLAH DI DALAM AHLI BAYT

Kita ketepikan sebentar penghujahan, para isteri Nabi tidak termasuk di dalam Ahli Bayt.

Ia telah disampaikan di dalam Sahih Muslim dan Jami‘ al-Usul bahawa Hasan Ibn Samrah bertanya Zaid ibn Arqam sama ada para isteri Nabi terjumlah di dalam Ahli Bayt. Zaid berkata: ‘Demi Allah, tidak. Seorang isteri bersama dengan suaminya untuk waktu tertentu, tetapi apabila dia diceraikan, dia pulang kepada keluarga bapanya, bersama dengan keluarga ibunya, dan terputus terus dari suaminya. Ahli Bayt adalah ahli keluarga Nabi yang mana sedekah diharamkan. Mereka tidak akan berpisah dengan Ahli Bayt walau ke mana mereka pergi.’

Selain dari pandangan yang jelas diantara Syiah 12 Imam mengenai keturunan yang suci, terdapat banyak Hadis yang merekodkan di dalam buku kamu, yang menolak anggapan bahawa para isteri Nabi termasuk di dalam Ahli Bayt.

312

Page 313: Sect Comparative In Peshwar Night

BANYAK HADIS MENGENAI ‘AYAT KESUCIAN’ ADALAH PUJIAN KEPADA LIMA YANG SUCI

Imam al-Tha‘labi di dalam Tafsir al-Kasyf al-Bayan ; Imam Fakhruddin al-Razi di dalam Tafsir al-Kabir , jil id VI, ms 783; Jalaluddin al-Suyuti di dalam Durru al-Manthur , jil id V, ms 199 dan Khasa’is al-Kubra , jil id II, ms 264; al-Naisaburi di dalam Tafsir , j ilid III; Imam Abdul Razzaq ar-Ra’sani di dalam Tafsir Rumuz al-Kunuz ; Ibn Hajar al-‘Asqalani di dalam al-Isabah, ji lid IV, ms 208; Ibn ‘Asakir di dalam Tarikh Ibn ‘Asakir , j ilid IV, ms 204 dan 206; Muhibuddin al-Tabari di dalam Riyad al-Nuzra , j ilid II, ms 188; Muslim bin Hajjaj di dalam Sahih , j ilid II, ms 133 dan jilid VII, ms 140; al-Nabhani di dalam Sharaf al-Mu’ayyid , edisi Beirut , ms 10; Muhammad bin Yusuf Kanji al-Syafii di dalam Kifayah al-Talib , bab 100, dengan enam Hadis sahih dan Sheikh Sulayman al-Balkhi al-Hanafi di dalam Yanabi’al-Mawaddah , bab 33, dengan pengesahan Sahih Muslim menyebut dari penyampaian Ummul Mukminin Aisyah; 10 sebutan dari al-Tirmidhi, Hakim Ala’ud Dawlat Samnani, al-Baihaqi, al-Tabarani, Muhammad bin Jarir, Ahmad bin Hanbal, Ibn Abi Shaibah, Ibn Munzir, Ibn Sa’ad, al-Hafiz Zarandi, dan Hafiz Ibn Mardawih sebagaimana yang disampaikan oleh Ummul Mukminin Ummu Salamah, Umar bin Abi Salamah, (yang telah dibesarkan oleh Nabi), Anas bin Malik, Sa’ad bin Abi Waqqas, Wathila Ibn Asqa’, dan Abu Sa’id al-Khudri berkata bahawa ‘ayat kesucian’ telah diwahyukan pada memuji lima yang suci. Bahkan Ibn Hajar al-Makki, walaupun menentang Syiah di dalam banyak segi telah mengakui akan maksudnya yang sebenar dalam tujuh cara. Dia berkata di dalam Sawa‘iq al-Muhriqah bahawa ayat ini telah diwahyukan pada memuji Muhammad, Ali , Fatimah, Hasan, dan Husain dan hanya personalit i itu sahaja yang dirujuk oleh ayat tersebut.

Sayyid Abu Bakar bin Shahabuddin al-‘Alawi di dalam Kitab al-Rashqat al-Sa‘adi min Bahr al-Fada’il bani Nabiyy al-Hadi (dicetak oleh A‘lamiyyah Press, Mesir, 1303 H.), bab 1, ms 14-19, menyampaikan dari al-Tirmidhi, Ibn Jarir, Ibn Munzir, al-Hakim, Ibn Mardawih, al-Baihaqi, Ibn Abi Hatim, al-Tabarani, Ahmad bin Hanbal, Ibn Kathir, Muslim bin Hajjaj, Ibn Abi Shaibah, dan al-Samhudi pada asas penyelidikan dan kerja ulama kamu, bahawa ayat suci ini diwahyukan pada memuji l ima yang suci itu.

Di dalam Jam‘ bain al-Sihah al-Sit tah , al-Muwatta’ dari Imam Malik bin Anas, Sahihain dari al-Bukhari dan Muslim, Sunan dari Abu Dawud al-Sijistani, dan al-Tirmidhi, Jam‘u al-Usul dan buku-buku yang lain, ulama serta ahli sejarah kamu secara umum mengesahkan bahawa ayat ini telah diwahyukan pada memuji lima yang suci. Dan menurut dari golongan kamu, Hadis ini telah disampaikan tanpa terputus.

HADIS DARI UMMU SALAMAH MENGENAI ‘HARRIRA’ [BUBUR MANIS] DARI FATIMAH DAN WAHYU ‘AYAT KESUCIAN’

313

Page 314: Sect Comparative In Peshwar Night

Banyak penyampai Hadis telah merakamkan insiden mengenai harrira . Di antara mereka adalah Imam al-Tha‘labi di dalam Tafsir , Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad , dan Ibn al-Athir di dalam Jam‘u al-Usul , menyebutnya dari Sahih al-Tirmidhi dan Sahih Muslim : kesemuanya menyampaikan dari isteri Nabi, Ummul Mukminin Ummu Salamah yang berkata: ‘Nabi berada di rumah saya apabila Fatimah membawa semangkuk harrira untuk baginda. Pada ketika itu dia sedang duduk di anjung tempat dia selalu tidur. Dia mempunyai selimut Khaibari bersama dengannya. Saya sedang salat di dalam bilik saya. Nabi menyuruh Fatimah memanggil suami dan anak-anaknya. Sebentar kemudian Ali, Hasan dan Husain masuk dan semuanya berkongsi harrira tersebut. Jibril muncul dan mewahyukan ayat suci ini kepada Nabi:

Sesungguhnya Allah (perintahkan kamu Dengan semuanya itu) hanyalah kerana hendak menghapuskan perkara-perkara Yang mencemarkan diri kamu - Wahai "AhlulBait" dan hendak membersihkan kamu sebersih-bersihnya (dari Segala perkara Yang keji). [Surah al-Ahzab 33: 33].

Kemudian Nabi menutup mereka semua dengan selimut, mengangkat tangannya ke arah langit, dan berkata: ‘Wahai Allah, ini adalah ahli keturunan saya (Ahli Bayt-ku). Jauhkanlah dari mereka semua kekotoran dan sucikanlah mereka dengan kesucian yang sempurna.’ Ummu Salamah berkata bahawa dia bergerak ke hadapan dan berhasrat untuk masuk ke dalam selimut bersama-sama dengan berkata: ‘Wahai Nabi Allah, bolehkah saya masuk bersama dengan mereka?’ Nabi menjawb: ‘Tidak, tinggallah di tempatmu, kamu adalah yang mulia.’ Ini bererti dia tidak boleh dijumlahkan di antara Ahli Bayt dan sampai ketahap kedudukan itu, tetapi akhir baginya adalah kebaikan.

Imam Fakhruddin al-Razi di dalam Tafsir ; menambah bahawa Nabi berkata: ‘Semua dosa telah terjauh dari kamu’ dan kamu telah diberikan pakaian rahmat.’ Ya amat pelik dengan ulama kamu yang zalim adalah, mereka yang telah menulis di dalam buku-buku yang Sahih bahawa Ali dan Fatimah adalah terjumlah di dalam ‘ayat kesucian’ [dan kekotoran yang amat keji adalah berdusta]. Malah mereka menolak keImamahanya Ali [wazir] dan enggan untuk menerima keterangan beliau pada menyokong Fatimah mengenai tuntutnya terhadap kes Fadak. Tidak dapat difahami atas kriteria apa mereka yang mengatakan sedemikian sebagai adil , telah membentuk kaedah pada pengadilan.

FADAK TELAH DIAMBIL ATAS SEBAB POLITIK

Sekarang marilah kita kembali kepada tujuan kita yang mula. Adakah wajar untuk menolak kenyataan Ali Dan Fatimah dan menghalang mereka dari haknya sendiri , tetapi menerima tuntutan Jabir tanpa teragak-agak walaupun dia hanya seorang muslim biasa.

314

Page 315: Sect Comparative In Peshwar Night

Hafiz: Tidak boleh diterima langsung bahawa Khalifah Nabi, yang begitu akrab dengan Nabi, sanggup merampas Fadak. Sebenarnya Fadak tidak ada apa gunanya kepada Khalifah, yang memiliki keseluruhan Baitulmal muslim di bawah kawalannya.

Shirazi: Memang nampak jelas dia tidak memerlukannya. Tetapi kumpulan politik pada ketika itu menganggapnya perlu untuk menghancurkan keluarga Nabi. Mereka menjadikan jiwa-jiwa yang suci ini dengan berbagai-bagai kerisauan, penderitaan dan kemiskinan, maka jiwa yang suci ini tidak akan memikirkan tentang kedudukan Khalifah. Manusia-manusia dunia ini telah melakukan apa sahaja yang boleh untuk menjadikan diri mereka kaya dengan harta dunia.

Ahli politik ini sedar bahawa jika keluarga suci ini mempunyai kuasa di atas harta dunia, manusia pastinya akan cenderung kepada mereka. Pertimbangan politik telah membuatkan mereka merampas Fadak dan menutup segala punca pencarian kewangan keluarga suci itu.

KHUMS DITEGAH

Di antara perkara yang dihalang kepada mereka adalah khumus , yang mana telah banyak ditekankan di dalam al-Quran. Oleh kerana Allah telah melarang sedekah kepada Nabi dan keturunannya, pintu khums telah dibukakan untuk mereka. Dia berkata di dalam al-Quran Surah al-Anfal (8) ayat 41:

Dan ketahuilah, bahawa apa sahaja yang kamu dapati sebagai harta rampasan perang, maka sesungguhnya satu perlimanya (dibahagikan) untuk (jalan) Allah, dan untuk Rasul-Nya, dan untuk kerabat (Rasulullah), dan anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ibnus-sabil (orang musafir yang keputusan), j ika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang telah diturunkan oleh Kami (Allah) kepada hamba Kami (Muhammad) pada "Hari Al-Furqaan", Iaitu hari bertemunya dua angkatan tentera (Islam dan kafir, di medan perang Badar). dan (ingatlah) Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.

Keperluan ini telah diadakan supaya keturunan Nabi dapat hidup dalam aman dan tidak memerlukan bantuan dari ummah. Tetapi setelah wafatnya Nabi, mereka telah dihalang dari hak-hak mereka juga. Khalifah Abu Bakar menafikan hak Ahli Bayt ini dan mengatakan bahawa khums hendaklah digunakan untuk peralatan perang. Maka keluarga Nabi telah dijadikan tidak berdaya dari segala sudut.

Imam Muhammad bin Idris al-Syafii memberitahu mengenai perkara i tu di dalam kitabnya Kitab al-Umm , ms 69: ‘Keturunan Nabi yang mana Allah telah memperuntukkan sebahagian khums sebagai ganti sedekah, tidak boleh diberikan apa-apa bahagian, besar atau kecil, dari

315

Page 316: Sect Comparative In Peshwar Night

pemberian yang wajib. Ini semua telah dilarang kepada mereka, Ahli Bayt untuk menerimanya. Orang yang sengaja memberikan pemberian yang wajib kepada Ahli Bayt, t idak akan diterima dari mereka tanggong jawab mereka. Dengan menafikan hak mereka kepada khums , sedekah yang telah terlarang kepada mereka t idak juga dibolehkan.

Sehingga kepada masa Khalifah Umar bin al-Khattab, keturunan Nabi telah dihalang dari tuntutan hak mereka yang sebenar dengan alasan bahawa jumlah khums sangatlah besar maka tidaklah boleh diberikan kepada saudara terdekat Nabi. Ia telah diputuskan bahawa wang itu untuk digunakan pada keperluan tentera. Mereka telah dinafikan hak mereka sehingga ke hari ini.

Hafiz: Imam Shafii berkata bahawa khums hendaklah dibahagikan kepada lima bahagian; satu bahagian kepada Nabi, yang mana digunakan untuk perbelanjaan dan keperluan muslim, bahagian kedua adalah kepada saudara terdekat dan pada yang tiga bahagian lagi adalah untuk anak yatim, orang yang memerlukan dan musafir.

Shirazi: Pengulas secara umum setuju bahawa pada masa hidupnya Nabi ayat itu talah diwahyukan untuk menolong kepada saudara terdekat dan juga keturunan Nabi. Khums telah digunakan untuk perbelanjaan mereka. Menurut perundangan Syiah, dengan mematuhi amalan yang amalkan oleh keturunan Nabi dan juga para Imam yang suci serta mematuhi pengertian ayat al-Quran yang disebutkan di atas, khums dibahagikan kepada enam bahagian. Tiga bahagian diperuntukkan kepada Allah, Nabi dan keluarganya yang terdekat iaitu kepada Imam, dan ketika beliau di dalam era ghaib, kepada wakilnya, seorang mujtahid. Dia adalah adil dan pakar perundangan Islam, yang membelanjakan wang tersebut untuk kepentingan muslim, menurut pertimbangannya sendiri. Tiga bahagian lagi adalah diperuntukkan kepada anak yatim, yang memerlukan, dan pengikut ikhlas Nabi. Tetapi setelah wafatnya Nabi, hak ini telah dinafikan kepada keturunannya. Ulama kamu yang terkenal seperti Jalaluddin al-Suyuti, di dalam Durru al-Manthur , jil id III; al-Tabari, Imam al-Tha‘labi di dalam Tafsir al-Kashf al-Bayan , Jarullah al-Zamakhsyari di dalam al-Kasysyaf , Qushachi di dalam Syarh al-Tajrid , al-Nasa’i di dalam Kitab al-Alfiy , dan yang lain, semua mengesahkan fakta bahawa bidaah telah diperkenalkan oleh ahli politik yang licik [putar beli t] setelah wafatnya Nabi.

Hafiz: Kamu fikir bahawa mujtahid mempunyai hak pada menjalankan perundangan ini. Tidakkah Khalifah Abu Bakar dan Umar menggunakan pertimbangannya dan cuba menolong muslim?

KHALIFAH TIDAK BOLEH MENGELUARKAN PERINTAH YANG BERTENTANGAN DENGAN ARAHAN YANG TERANG DARI ALLAH DAN JUGA PADA AMALAN NABI

316

Page 317: Sect Comparative In Peshwar Night

Shirazi: Sudah pasti mujtahid mempunyai hak membuat keputusan, tetapi dia tidak boleh memutarkan perintah yang jelas. Adakah kamu memihak kepada pendapat Khalifah Abu Bakar dan Umar, dari apa yang dikatakan oleh ayat al-Quran yang dikatakan tadi dan juga kepada amalan Nabi? Silalah berlaku adil dan beritahu kepada kami sama ada mereka mempunyai motif tertentu di sebalik ini semua. Orang yang mempunyai minda yang waras akan mengakui bahawa ini semua bukan suatu perkara biasa, tetapi tujuan mereka adalah hendak membuat keluarga Nabi Muhammad lumpuh tidak berdaya [secara ekonomi].

ALLAH TELAH MENJADIKAN ALI SAKSI NABI

Selain dari semua ini, Allah telah mengisytiharkan Ali sabagai saksi Nabi. Dia berkata di dalam al-Quran:

Jika demikian, Adakah sama mereka i tu dengan orang-orang yang keadaannya sentiasa berdasarkan bukti yang terdapat dari (benda-benda yang diciptakan oleh) Tuhannya, dan diikuti oleh Kitab suci Al-Quran memberi kenyataan - sebagai saksi dari pihak Tuhan meneguhkan bukti yang tersebut; dan sebelum itu, kenyataan yang serupa diberi oleh Kitab Nabi Musa yang menjadi ikutan dan rahmat (kepada umatnya)? [Surah Hud 11:17]

Hafiz: Sejauh yang saya tahu ‘yang mendapat bukti yang nyata dari Tuhannya’ bererti Nabi dan ‘saksi’ bererti al-Quran. Mengapa kamu katakan bahawa saksi di sini bererti Ali?

Shirazi: Saya tidak menyatakan pendapat saya mengenai al-Quran. Apa yang kami tahu adalah dari keturunan Nabi bahawa saksi di sini bererti Ali. Para ulama dan juga ahli Tafsir mempunyai pandangan yang sama. Ulama kamu yang ternama telah merakamkan lebih kurang 30 Hadis untuk menyokong perkara ini . Sebagai contoh Imam Abu Ishaq al-Tha‘labi menyatakan 3 Hadis di dalam Tafsirnya; Jalaluddin al-Suyuti menyatakan di dalam Durru al-Manthur dari Ibn Mardawih, Ibn Abi Hatim, dan Abu Nu‘aim; Ibrahim bin Muhammad Hamawaini mengatakan di dalam Fara’id al-Simtain dari t iga punca; Sulayman Balkhi al-Hanafi menyatakan di dalam Yanabi’ al-Mawaddah dari al-Tha’labi, al-Hamawaini, al-Khawarizmi, Abu Nu‘aim, al-Waqidi dan Ibn Abdullah al-Ansari dan lainnya; Hafiz Abu Nu‘aim al-Isfahani mengatakan dari punca berlainan; Ibn Maghazili Faqih al-Syafii , Ibn Abil-Hadid al-Mu‘tazli , Muhammad bin Yusuf Kanji al-Syafii (lihat bukunya Kifayah al-Talib , bab 62) dan yang lainnya dari ulama kamu yang menyampaikan dengan sedikit perbezaan pada perkataan; ‘saksi’ di dalam ayat itu bererti Ali Ibn Abi Talib. Khatib al-Khawarizmi menulis dalam Manaqibnya bahawa orang bertanya Ibn Abbas apa yang dimaksudkan dengan ‘saksi’ Dia berkata, ‘Itu merujuk kepada Ali , yang menjadi saksi pada Nabi.’ Maka menurut dari kenyataan ini , semuanya dari buku ulama kamu yang boleh dipercayai, adalah wajib bagi ummah menerima keterangan Ali. Allah sendiri telah mengatakan dia sebagai

317

Page 318: Sect Comparative In Peshwar Night

saksi kepada Nabi. Sebagaimana Nabi mengakui kualiti tertentu pada diri Khazimah bin Thabit , dengan mengatakan bahawa keterangan dia bersamaan dengan dua saksi muslim dan memberikan dia dengan gelaran Dhu’al-Syahadatain , Allah yang maha besar yang menyatakan ayat ini telah meninggikan kedudukan Ali dan telah memperkenalkan dia sebagai saksi untuk Nabi. Saya hairan atas dasar apa yang terdapat di dalam agama, yang membolehkan manusia i tu menolak keterangan Ali.

Bolehkah kamu menerima keputusan mereka bahawa, Ali Ibn Abi Talib, yang paling menolak kepada kekayaan dunia dan yang mana perangai dan peribadi telah diakui oleh kawan dan musuh sama sahaja, adalah manusia yang tamakkan dunia? Bahkan perkataan yang lebih keji telah digunakan kepadanya, yang mana saya t idak dapat sebutkan. Kesemuanya telah dirakamkan di dalam buku-buku kamu.

Maka dengan menggunakan perkataan ‘faedah peribadinya terlibat dalam kes ini’ mereka cuba untuk meyakinkan manusia bahawa ada kemungkinan untuk Ali memberikan keterangan yang palsu untuk faedah isteri dan anak-anaknya. Semoga Allah mengampunkan kata-kata saya. Bagaimana anehnya, walaupun Allah telah mengenalkan dia sebagai saksi yang dipercayai, manusia yang icik ini telah menolak keterangannya.

PENDERITAAN MENTAL ALI

Walaupun al-Quran telah memperkatakan kebenaran Ali, dia terus menderita dari tuduhan-tuduhan ahli politik. Dia berkata di dalam syarahan Syiqshiqayyahnya: ‘Saya menahan derita yang amat sangat. Ia seolah saya telah ditikam di mata dan dicekik di leher.’ Perkataan ini sudah cukup untuk membuktikan bahawa Imam telah menderita. Dia berkata: ‘Saya bersumpah dengan Allah bahawa anak Abu Talib lebih suka mati dari bayi yang sedang menyusu pada susuan ibunya.’ Apabila yang terkutuk Abdul Rahman Ibn Muljam al-Muradi memukul kepalanya dengan pedang beracun, dia berkata: ‘Dengan Tuhan Kaabah, saya telah berjaya.’

Tuan-tuan sekalian, apa yang berlaku telahpun berlaku. Tetapi sekarang, adalah t idak wajar ulama yang terpelajar seperti kamu telah menyebabkan lebih banyak masalah kepada orang yang dicintai oleh Allah dan Nabi-Nya dengan membuat salah faham diantara manusia yang tidak tahu. Kamu semua tahu bahawa menyakiti Ali Ibn Abi Talib adalah sama seperti menyakiti Nabi Allah.

HADIS MENGUTUK MEREKA YANG MENYAKITI ALI

Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad , Imam al-Tha‘labi di dalam Tafsir dan Sheikhul Islam al-Hamawaini di dalam Fara’id telah menyampaikan bahawa Nabi telah berkata: ‘ Sesiapa yang menganiaya

318

Page 319: Sect Comparative In Peshwar Night

Ali, menganiaya saya. Wahai manusia sesiapa yang menganiaya Ali akan dibangkitkan pada hari keadilan sebagai Yahudi atau Kristian.’

Ibn Hajar al-Makki pada ms 78 pada bahagian II, bab 9, Hadis 16 dari Sa’ad Ibn Abi Waqqas dan Muhammad bin Yusuf Kanji al-Syafii di dalam Kifayah al-Talib , bab 68, berkata dengan pengesahan yang baik bahawa Nabi berkata: ‘Sesiapa yang menganiaya Ali sesungguhnya dia telah menganiaya saya.’

Saya teringat satu lagi Hadis. Izinkan saya menyampaikannya. Untuk menyampaikan Hadis Nabi dan mendengarkan padanya adalah ibadah. Hadis ini telah dirakamkan oleh al-Bukhari di dalam Sahih ; Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad ; Mir Sayyid Ali Hamadani al-Shafii di dalam Mawaddatul Qurba ; Hafiz Abu Nu‘aim al-Isfahani di dalam Ma Nazala min al-Qur’an fi Ali ; Khatib al-Khawarizmi di dalam Manaqib dan Ibn Maghazili al-Shafii di dalam Manaqib telah menyampaikannya. Hakim Abu al-Qasim Haskani juga menyampaikannya dari Hakam Abu Abdullah al-Hafiz, dari Ahmad bin Muhammad bin Abi Dawud al-Hafiz, dari Ali bin Ahmad Ajali , dari ‘Ibad bin Ya‘qub, dari Artat bin Habib, dari Abu Khalid al-Wasti, dari Zaid bin Ali, dari bapanya Ali bin al-Husain, dari bapanya, Husain ibn Ali, dari bapanya Ali Ibn Ali Talib; setiap dari penyampai itu berkata bahawa Nabi berkata sedang baginda memegang sehelai dari janggutnya: ‘Wahai Ali, sesiapa yang menyakiti sehelai dari rambut kamu, sesungguhnya telah menyakiti saya, sesiapa yang menyakiti saya telah menyakiti Allah, dan sesiapa yang menyakiti Allah adalah dikutuk oleh Allah.’

Sayyid Abu Bakar Bin Shahabuddin al-‘Alawi di dalam Rashfat al-Sa‘adi min Bahr al-Fada’il bani Nabiyy al-Hadi , (dicetak oleh A‘lamiyyah Press, Mesir, 1303 H.) bab IV, ms 60, memetik dari Mu‘jam al-Kabir oleh al-Tabarani, Sahih oleh Ibn Hibban, dan al-Hakim, pada pengesahan Amirul Mukminin, bahawa Nabi Allah berkata: ‘Semuga Allah mengutuk ke atas sesiapa yang menyedihkan saya mengenai dengan keturunan saya.’

ALI TELAH DISAKITI DAN DIHINA

Tuan-tuan pertimbangkanlah apa yang telah terjadi. Keterangan Ali telah ditolak di hadapan umum. Harta Fatimah telah dirampas. Fatimah merasakan pukulan yang begitu hebat ke atas dirinya sehingga beliau meninggalkan dunia ini di dalam usia yang begitu muda, penuh dengan kemarahan.

Hafiz: Ya pada mulanya Fatimah marah, tetapi akhirnya apabila dia melihat keputusan Khalifah adalah betul, dia sudah tidak marah lagi. Akhirnya dia meninggalkan dunia ini dengan penuh kepuasan dan rida.

FATIMAH KEKAL MARAH KEPADA ABU BAKAR DAN UMAR SEHINGGA DIA MENINGGAL DUNIA

319

Page 320: Sect Comparative In Peshwar Night

Shirazi: Jika apa yang kamu katakan adalah benar, mengapa ulama terkenal kamu menulis yang sebaliknya? Sebagai contoh, dua ulama yang paling dipercayai, al-Bukhari and Muslim, menulis di dalam Sahih mereka bahawa Fatimah mengenepikan Abu Bakar kerana dia marah. Disebabkan oleh kemarahannya dia tidak berkata-kata dengan Abu Bakar di sepanjang baki hidupnya. Apabila dia meninggal, suaminya Ali, mengkebumikannya pada malam hari . Dia tidak membenarkan Abu Bakar melakukan salat jenazah untuknya.

Muhammad bin Yusuf Kanji al-Syafii telah merakamkan kenyataan yang sama di dalam Kifayah al-Talib , bab 99. Juga Abu Muhammad Abdullah bin Muslim bin Qutaybah al-Dinawari di dalam bukunya al-Imamah wa al-Siyasah , ms 14, menulis bahawa Fatimah, ketika sakit di ranjang, berkata kepada Abu Bakar dan Umar : ‘Biar Allah menjadi saksi saya bahawa kamu berdua telah membuat saya marah. Apabila berjumpa dengan Nabi Allah, saya pastinya akan mengadu mengenai kamu.’ Buku yang sama juga merakamkan: ‘Fatimah marah dengan Abu Bakar dan enggan berjumpa dengannya untuk sepanjang baki hidupnya.’

Selain i tu terdapat banyak lagi rakaman seperti demikian di dalam buku Sahih kamu.

KESEDIHAN FATIMAH ADALAH KESEDIHAN ALLAH DAN JUGA NABI

Terdapat Hadis yang terkenal yang telah disampaikan oleh ulama kamu seperti Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad ; Sulayman Qanduzi di dalam Yanabi’ al-Mawaddah ; Mir Sayyid Ali Hamadani di dalam Mawaddah al-Qurba ; Ibn Hajar di dalam Sawa’iq al-Muhriqah , menyatakan dari al-Tirmidhi, al-Hakim dan lainnya dengan sedikit perbezaan kepada perkataan, bahawa Nabi telah berulang kali berkata: ‘Fatimah adalah sebahagian dari badan saya, dia adalah cahaya mata saya, dia adalah buah hati saya, dia adalah belahan jiwa saya. Sesiapa yang menyedihkannya telah menyedihkan saya; sesiapa yang menyedihkan saya telah menyedihkan Allah; sesiapa yang membuat dia marah telah membuat saya marah; sesiapa yang telah menyakiti dia telah menyakiti saya.’

Ibn Hajar al-‘Asqalani, di dalam al-Isabah fi tamyiz al-Sahabah , menyebut dari Sahih oleh Bukhari dan Muslim bahawa Nabi Allah telah berkata: ‘Fatimah adalah sebahagian dari badan saya; apa yang menyakiti dia menyakiti saya; apa yang meninggikan tahap keruhaniannya meninggikan keruhanian saya.’

Muhammad bin Talhah al-Shafii di dalam Matalib al-Su’ul ; Hafiz Abu Nu‘aim al-Isfahani di dalam Hilyah al Auliya’ , j ilid II, ms 40, dan Imam Abdul Rahman al-Nasa’i di dalam Khasa’is al-‘Alawi , mengatakan bahawa Nabi berkata: ‘Sesungguhnya Fatimah, anak perempuan saya, adalah sebahagian dari badan saya; apa yang

320

Page 321: Sect Comparative In Peshwar Night

membuat dia suka, membuat saya suka; apa yang menyakitinya telah menyakiti saya.’ Abu al-Qasim Husain bin Muhammad (al-Raghib al-Isfahani) menyampaikan di dalam Mahadhirat al-Udaba’ wa Muhawarat al-Syu’ara’ wa al-Bulagha’ , j ilid II, ms 204, bahawa Nabi Allah telah berkata: ‘Fatimah adalah sebahagian dari badan saya; maka sesiapa yang membuat dia marah, telah membuat saya marah.’

Hafiz Abu Musa bin Muthanna al-Basri (mati pada 252 H.) di dalam bukunya Mu‘jam ; Ibn Hajar al-‘Asqalani di dalam Isabah , jil id IV, ms 35; Abu Ya‘la al-Musili di dalam Sunan ; al-Tabarani di dalam Mu‘jam ; Hakim al-Naisaburi di dalam al-Mustadrak , jil id VII, ms 154; Hafiz Abu Nu‘aim al-Isfahani di dalam Fada’il al-Sahabah ; Hafiz Ibn Asakir di dalam Tarikh al-Sham ; Sibt Ibn al-Jawzi di dalam Tadhkirah , ms 175; Muhibuddin al-Tabari di dalam Dhakha’ir , ms 39, Ibn Hajar al-Makki di dalam Sawa‘iq al-Muhriqah , ms 105 dan Abu Irfan al-Subban di dalam As’af al-Raghibin , ms 171, telah menyampaikan bahawa Nabi telah berkata kepada anak perempuannya: ‘Wahai Fatimah, sesungguhnya, jika kamu marah, Allah juga akan menjadi marah; jika kamu gembira Allah juga turut gembira.’

Muhammad bin Ismail al-Bukhari di dalam Sahih , di dalam bab Manaqib Qarabat al-Rasul , ms 71, menyebut dari Miswar bin Makhramah yang mengatakan bahawa Nabi berkata: ‘Fatimah adalah sebahagian dari badan saya; maka sesiapa yang membuat Fatimah marah, telah membuat saya marah.’ Terdapat banyak Hadis yang sedemikian di dalam buku Sahih kamu, seperti Sahih al-Bukhari ; Sahih Muslim ; Sunan Abu Dawud ; Sunan al-Tirmidhi ; Musnad Imam Ahmad bin Hanbal ; Sawa‘iq al-Muhriqah oleh Ibn Hajar; dan Sheikh Sulayman al-Balkhi dalam Yanabi‘ al-Mawaddah . Bagaimana kamu boleh selaraskan Hadis ini semua yang merakamkan bahawa Fatimah meninggal dunia dalam keadaan tidak menyimpan rasa marah terhadap mereka?

PERTUDUHAN MENGENAI NIAT ALI HENDAK MENGAHWINI ANAK PEREMPUAN ABU JAHL

Sheikh: Hadis ini adalah betul, tetapi ia juga dinyatakan oleh Ali bahawa, apabila dia berhasrat untuk mengahwini anak perempuan Abu Jahl, Nabi Allah menjadi marah dengannya dan berkata: ‘Sesiapa yang menyedihkan Fatimah menyedihkan saya, dan sesiapa yang menyedihkan saya adalah yang terkutuk oleh Allah.’

Shirazi: Kita hendaklah menerima atau menolak sesuatu perkara dengan menggunakan minda yang waras dan penuh kebijaksanaan. Allah berkata di dalam al-Quran:

321

Page 322: Sect Comparative In Peshwar Night

. . .oleh i tu gembirakanlah hamba-hamba-Ku -yang berusaha mendengar perkataan-perkataan yang sampai kepadanya lalu mereka memilih dan menurut akan yang sebaik-baiknya (pada segi hukum ugama); mereka itulah orang-orang yang diberi hidayah petunjuk oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang berakal sempurna. [Surah al-Zumar 39: 17-18]

Kenyataan itu telah disampaikan oleh orang yang terdahulu kamu. Hari ini kamu menyokong kata-kata mereka tanpa mempertimbangkan kewibawaan mereka. Saya terpaksa memberikan kepada kamu jawapan yang ringkas. Pertama, ulama kamu sendiri telah mengakui fakta bahawa Ali terjumlah di dalam ‘ayat kesucian’ dan adalah sempurna sucinya. Kedua, di dalam ayat Mubahalah, Allah telah memanggil dia ‘diri’ kepada Nabi, sebagaimana kita telah bincangkan pada malam-malam yang lalu. Kami telah tunjukkan juga bahawa dia adalah ‘pintu bagi kota ilmu Nabi Allah’ dan benar-benar memahami perintah dan perundangan al-Quran. Dia mengetahui bahawa Allah telah berkata di dalam Surah al-Ahzab:

‘ . . .dan kamu tidak boleh sama sekali menyakiti Rasul Allah..’ [Surah al-Ahzab 33: 53]

Oleh kerana itu semua adalah benar, maka bagaimana Ali boleh melakukan atau mengatakan sesuatu yang akan menyusahkan Nabi? Dan bagaimana pula sesaorang boleh memikirkan sesuatu yang begitu tinggi kemuliaannya; dan Nabi akan merasa susah hati dengan peribadi yang begitu mulia dan dicintai oleh Allah? Dan bolehkah Nabi merasa marah dengan satu amalan yang diizinkan oleh Allah, sebagaimana Dia telah katakan di dalam al-Quran:

maka berkahwinlah dengan sesiapa yang kamu berkenan dari perempuan-perempuan (lain): dua, t iga atau empat. [Surah al-Nisa’ 4:3]

Arahan kepada nikah itu mempunyai ert i yang umum dan ia ditujukan kepada semua ummah begitu juga kepada Nabi dan juga Wazir. Dan jika kita katakan Amirul Mukminin mempunyai hasrat tersebut, ia dibolehkan. Nabi Allah t idak akan marah kepada segala amalan yang dibolehkan, dan tidak juga dia menggunakan kata-kata yang sedemikian. Setiap orang yang waras, setelah mempertimbangkannya dengan teliti , akan mengetahui bahawa laporan ini adalah satu dari yang dipalsukan oleh Bani Umayyah. Ulama kamu sendiri mengakui fakta ini.

PEMALSUAN HADIS SEMASA ERA MUAWIYAH

Ibn Abil Hadid al-Mu‘tazil i menyebut satu laporan dari pembimbing dan juga gurunya, Abu Jaafar al-Iskafi al-Baghdadi, di dalam Syarh Nahjul Balaghah , j ilid I, ms 358, bahawa Muawiyah bin Abu Sufyan telah membentuk satu kumpulan para Sahabat dan juga Tabiin bertujuan memalsukan Hadis di dalam mengutuk Ali. Tujuan itu adalah untuk menjadikan Ali sebagai sasaran kebencian manusia supaya mereka

322

Page 323: Sect Comparative In Peshwar Night

menjauhinya. Di antara mereka adalah Abu Hurairah, ‘Amr bin al-‘As, al-Mughirah bin Syu‘bah, ‘Urwah bin al-Zubair, seorang dari Tabiin juga bersama mereka. Abu Jaafar al-Iskafi juga telah merujuk kepada beberapa Hadis yang telah dipalsukan. Sehubungan dengan Abu Hurairah, dia berkata bahawa dialah orang menyampaikan Hadis yang bertujuan menunjukkan bahawa Ali berhasrat untuk mengambil anak perempuan Abu Jahal bagi dikahwini pada masa Nabi masih hidup. Ini telah membuat Nabi marah, dan dia berkata dari atas mimbar: ‘Kawan Allah dan musuh Allah tidak boleh bersama. Fatimah adalah sebahagian dari diri saya. Sesiapa yang menyedihkannya, menyedihkan saya. Dia yang hendak mengahwini anak perempuan Abu Jahal hendaklah berpisah dengan anak perempuan saya.’

Selepas i tu, Abu Jaafar berkata bahawa Hadis i tu dikenali sebagai Karabisi ; oleh kerana semua Hadis yang tidak berasas dipanggil Karabisi [penjual kain secara l isan] Ibn Abil Hadid berkata bahawa Hadis i tu telah disampaikan di dalam kedua Sahih al-Bukhari dan Muslim dari Miswar bin Makhramah al-Zahr. Dan Sayyid Murtada Alam al-Huda, seorang dari ulama Syiah yang terkenal, berkata di dalam bukunya Tanzih al-Anbiya’ wa al-A’immah bahawa kenyataan itu telah disampaikan oleh Husain Karabisi, yang amat terkenal memusuhi Ahli Bayt. Dia tergolong di dalam Nawasib dan seorang musuh terkuat bagi keluarga suci. Kenyataannya tidak dapat diterima. Menurut dari Hadis yang direkodkan di dalam buku Sahih kamu, musuh Ali adalah munafiq. Munafiq, menurut al-Quran adalah ahli neraka; maka laporannya tidak membawa erti .

Selain itu, Hadis mengutuk manusia yang menganggu Fatimah, t idak saja di dalam lingkungan kenyataan Karabisi atau Hadis palsu Abu Hurairah mengenai anak perempuan Abu Jahal. Terdapat banyak Hadis pada tajuk ini. Diantaranya yang disampaikan oleh Parsa dari Bukhara di dalam Fasl al-Khitabnya; satu oleh Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad dan oleh Mir Sayyid Ali al-Hamadani al-Shafii di dalam Mawaddah XIII dari Mawaddatul Qurba , pada pengesahan Salman al-Muhammadi, bahawa Nabi berkata: ‘Bahawa Fatimah cinta amatlah berguna kepada kita pada ratusan tempat, yang paling mudah di antaranya adalah kematian, kuburan, mizan [t imbangan], sirat [jambatan], dan Pertanyaan. Maka jika anak perempuan saya, Fatimah, senang dengan seseorang, saya juga akan merasa senang dengannya. Jika saya merasa senang dengannya, Allah juga akan senang dengannya. Jika anak perempuan saya tidak suka kepadanya, saya juga tidak suka kepadanya. Jika saya t idak suka kepadanya Allah juga t idak suka kepadanya. Malang bagi mereka yang menyusahkan Fatimah dengan suaminya. Malang bagi mereka yang menyusahkan Ali, Fatimah dan Syiah mereka.’

Saya tanya kepada kamu apakah rumusannya yang kamu dapati daripada Hadis-Hadis ini dan juga Hadis yang dirakamkan oleh al-Bukhari dan Muslim bahawa Fatimah kekal marah dengan Abu Bakar dan Umar sehingga dia meninggal dunia.

323

Page 324: Sect Comparative In Peshwar Night

SALAH FAHAM MENGENAI KEMARAHAN FATIMAH ADALAH TIDAK BERIMAN

Hafiz: Hadis itu sudah pastinya benar dan telah dirakamkan secara khusus di dalam buku Sahih kami. Yang sebenarnya saya juga meragui kenyataan Karabisi yang Ali berhasrat mengahwini anak perempuan Abu Jahal. Saya t idak mempercayainya, dan kini saya rasa berterima kasih yang kamu kerana telah menyelesaikan masaalah itu untuk saya.

Kedua, di dalam Hadis ini ‘kemarahan’ bererti kemarahan agama dan bukan kemarahan untuk dunia. Kemarahan dia mengenai Abu Bakar dan Umar, yang telah dirakamkan di dalam semua buku yang dipercayai, bukanlah pada agama. Iaitu, Fatimah tidak merasa marah dengan Abu Bakar dan Umar kerana mereka melanggar mana-mana perundangan agama. Ya, benar jika sesiapa yang menjadikan dia marah dalam hal agama, maka dia akan mendapat kutukan dari Nabi.

Tetapi yang sebenarnya Fatimah marah timbul dari pertukaran keadaan, yang mana setiap manusia sensit if, yang gagal untuk mendapatkan maksud tujuannya. Oleh kerana Fatimah telah membuat tuntutan kepada Fadak dan Khalifah tidak menerima tuntutannya, dia pastinya menerima kesan darinya dan merasa marah pada ketika i tu. Tetapi kemudian perasaan tidak senang itu hilang dari ingatannya, dan dia berpuas hati dengan keputusan yang dibuat oleh Khalifah. Bukti pada kepuasan hatinya adalah dengan dia berdiam diri. Dan apabila Ali menjadi Khalifah, walaupun dia mempunyai kuasa penuh, telah t idak mengambil semula Fadak di bawah kawalannya. Ini juga membuktikan bahawa dia amat berpuas hati dengan keputusan Khalifah yang terdahulu.

FATIMAH ADALAH BEBAS DARI IKATAN DUNIA

Shirazi: Pertama kamu katakan kemarahan Fatimah bukan disebabkan agama tetapi keduniaan. Kamu telah menyatakan pandangan ini tanpa mengkaji dengan teliti . Menurut dari prinsip utama ayat al-Quran dan juga Hadis Nabi, tidak ada orang yang benar-benar beriman yang pernah menunjukkan kemarahan yang sedemikian [untuk dunia], jangan dikatakan Fatimah, yang mana kesuciannya telah dibuktikan dari ‘ayat kesucian’; ‘ayat Mubahalah’ dan juga surah ‘ Hal Ata’ dari al-Quran [Surah al-Insan 76:1]

Terdapat banyak Hadis di dalam buku kamu dan juga buku kami yang sahih bahawa Fatimah menduduki kedudukan yang tertinggi di dalam keimanan dan bahawa Nabi dengan jelas mengatakan mengenainya: ‘Sesungguhnya Allah telah memenuhi anak perempuan saya, Fatimah dengan iman dari kepala hingga ke kaki.’

KEMARAHAN FATIMAH DIGERAKKAN OLEH AGAMA

Mana-mana orang yang beriman, lelaki dan wanita, yang tujuan mereka adalah untuk mengakui yang benar, tidak akan menunjukkan sebarang

324

Page 325: Sect Comparative In Peshwar Night

kemarahan apabila hakim mengeluarkan perintah dengan adil . Dan tidak juga orang beriman yang sedemikian akan memendam kemarahan dan kebenciannya sehingga dia mati, dan mempastikan di dalam wasiatnya bahawa tidak ada daripada mereka yang mempunyai kaitan dengan arahan tersebut dibenarkan bersama di dalam mendirikan salat jenazah untuknya.

Lebih-lebih lagi Fatimah, yang mana Allah sendiri telah memberikan keterangan tentang kemuliaannya, pasti tidak akan membuat tuntutan yang palsu, justeru hakim boleh menolak tuntutannya.

Kedua; jika kemarahan Fatimah hanyalah ‘kemarahan dunia’ sebagaimana yang kamu katakan, atau kekecewaan kerana tuntutannya ditolak, kemarahannya tidak lama tentu akan hilang, terutama setelah penyesalan yang ditunjukkan oleh mereka yang bertanggong jawab terhadap kemarahannya. Pasti tidak ada kebencian di dalam hatinya. Nabi telah berkata: ‘Satu dari tanda orang yang beriman adalah dia tidak mempunyai kebencian yang diasaskan dari sentimen dunia, terhadap sesiapapun.’ Juga Nabi telah berkata: ‘Jika seorang yang beriman telah melakukan kesalahan, orang beriman yang tersinggong tidak sepatutnya merasa permusuhan dengannya lebih dari tiga hari.’ Maka Fatimah al-Zahra yang suci lagi benar, berdasarkan dari keterangan Allah, telah dipenuhi dengan iman dari kepala hingga ke kaki, t idak akan membenci terhadap sesiapa. Maka dari sini kita akan dapati bahawa kemarahan Fatimah adalah khusus pada agama. Apabila dia melihat bahawa perintah yang dijatuhkan kepada dirinya bertentangan dengan perintah Allah dan juga bapanya, dia menjadi marah dengan kebencian disebabkan oleh agama dan itu adalah kemarahannya, yang menyebabkan juga kemarahan Allah dan Nabi-Nya.

BERDIAMNYA FATIMAH TIDAK BERERTI DIA BERPUAS HATI

Ketiga; kamu katakan bahawa dengan diamnya Fatimah bererti dia telah berpuas hati di dalam keputusan tersebut. Di sini sekali lagi kamu telah salah. Berdiam diri tidak bererti tanda setuju. Terkadang kala tekanan dari yang berkuasa membuat kita terpaksa terima.

Fatimah bukan sahaja bersedih, tetapi meninggalkan dunia ini dengan marah. Al-Bukhari dan Muslim menulis: ‘Fatimah marah dengan Abu Bakar. Dia menjauhkan diri darinya dan tidak berkata-kata dengannya di sepanjang baki hidupnya.’

ALI TIDAK BEBAS UNTUK BERTINDAK SEMASA DIA MENJADI KHALIFAH

Kempat, kamu katakan bahawa Ali semasa menjadi Khalifah tidak mengambil semula Fadak untuk dikembalikan kepada keturnan Fatimah, ini menunjukkan persetujuannya di dalam keputusan Khalifah yang lalu. Disini juga kamu telah salah. Imam yang suci tidak bebas untuk

325

Page 326: Sect Comparative In Peshwar Night

bertindak semasa dirinya menjadi Khalifah untuk menghapuskan bidaah yang telah diadakan dan mengembalikan kebenaran. Apabila dia mengambil langkah untuk melakukannya, serta merta dia mendapat tentangan.

Jika dia mengembalikan Fadak kepada keturunan Fatimah, musuhnya, terutama Muawiyah dan pengikutnya, akan mengatakan bahawa Ali telah bertindak menyalahi amalan Abu Bakar dan Umar. Selain i tu, untuk meluluskan sesuatu perintah yang sedemikian, penguasaan dan kebebasan diperlukan ada pada Khalifah. Tetapi manusia t idak memberikan beliau kuasa yang sedemikian. Dia tidak boleh memulakan sesuatu yang menyalahi pendapat dan amalan Khalifah yang dahulu. Ketiadaan kuasa pada Ali dapat dil ihat dari dua contoh ini.

Oleh kerana Khalifah yang terdahulu telah pindahkan mimbar dari tempat asalnya di mana telah diletakkan oleh Nabi. Imam Ali cuba untuk memindahkannya semula ke tempat asal. Tetapi manusia menentang beliau dan tidak mahu menerima apa sahaja yang berlainan dari amalan Abu Bakar dan Umar, walaupun jika ia bertentangan dengan amalan Nabi.

Begitu juga apabila Imam yang suci menghalang manusia dari mengerjakan salat tarawih berjamaah, mereka bangun menentang beliau dan mengatakan bahawa beliau cuba menukarkan cara Khalifah Umar.

Nawab: Tuan yang dihormati! Apa dia tarawih yang Ali halang dari dilakukan secara jamaah?

Shirazi: Secara lisan tarawih adalah jamaa’ bagi tarawiah , yang bererti ‘duduk’. Kemudian dipakaikan kepada maksud ‘duduk untuk rehat’ selepas empat rakaat dari salat pada malam bulan Ramadan. Kemudian ia menjadi empat rakaat salat yang digalakkan [Sunnah]. Adalah jelas dari perundangan Islam bahawa salat wajib sahaja dilakukan secara berjamaah, sedangkan salat sunat di dalam berjamaah adalah ditegah [haram]. Nabi sendiri berkata: ‘Sesungguhnya, mendirikan salat sunat dengan berjamaah pada malam Ramadan adalah bidaah. Salat Namaz-e-Chasht [Salat Duha] adalah berdosa. Wahai manusia janganlah melakukan salat sunat Ramadan dengan berjamaah, dan janganlah lakukan Sunat Duha. Yang pasti, lakukan salat sunat yang kecil lagi mengikut peraturan adalah lebih baik dari sesuatu yang besar tetapi bidaah. Hendaklah kamu ketahui bahawa setiap bidaah adalah menyalahi (sesat) dan yang menyalahi (sesat) membawa kepada neraka.

Satu malam pada masa beliau memegang jawatan Khalifah, iaitu pada tahun 14 Hijrah. Umar masuk ke dalam masjid. Dia lihat manusia telah berkumpul di dalamnya. Dia bertanya mengapa mereka berkumpul. Manusia berkata bahawa mereka berkumpul untuk mendirikan salat sunat. Umar berkata: ‘Itu adalah satu bidaah, tetapi ia adalah bidaah yang baik.’

326

Page 327: Sect Comparative In Peshwar Night

Bukhari menyatakan di dalam Sahih dari Abdul Rahman bin Abdul Qari bahawa apabila Khalifah melihat manusia mendirikan salat perseorangan, dia mengatakan kepada mereka salat berjamaah adalah lebih utama. Dia mengarahkan Ubayy bin Ka‘ab untuk memimpin salat Jamaah tersebut. Apabila dia sampai di masjid pada malam esoknya, dia melihat manusia melakukan salat berjamaah di dalam mematuhi arahannya. Dia berkata: ‘Betapa baiknya bidaah ini.’

Ia telah menjadi kebiasaan sehingga kepada masa Amirul Mukminin. Dia menghalangnya, dengan berkata oleh kerana tidak dilakukan pada masa Nabi, maka ia adalah haram, sepatutnya tidak dibenarkan untuk dilakukan.

Apabila Imam pergi ke Kufah, penduduk Kufah meminta dia melantik seseorang untuk memimpin di dalam salat sunat pada malam bulan Ramadan. Imam menghalang mereka dari melakukannya secara berjamaah. Walaupun begitu oleh kerana mereka telah terbiasa dengannya, mereka terus tidak mengikuti arahan Imam. Sebaik sahaja Imam pergi dari tempat i tu, mereka berkumpul dan melantik seseorang untuk memimpin salat secara berjamaah. Apabila berita i tu sampai kepada Imam yang suci dia memanggil anaknya yang tua Imam Hasan dan disuruhnya membawa pedang dan menghalang manusia dari mendirikan salat sunat secara berJamaahh. Apabila manusia melihat ini, mereka berkata dengan kuat: ‘Wahai Ali! Hasan telah datang dan dia menghalang kami dari mengerjakan salat.’

Meskipun mereka mengetahui bahawa amalan salat sunat berjamaah tidak berlaku pada masa Nabi, mereka masih t idak mengikut arahan Ali yang menepati dengan arahan Nabi.

Jadi bagaimana Ali dapat memulangkan Fadak kepada keturunan Fatimah? Jika dia telah melakukan yang sedemikian dan katakan ia telah dirampas secara tidak sah, manusia akan mengatakan bahawa Ali Ibn Abi Talib telah cenderung kepada dunia dan telah merampas harta Muslim untuk diberikan kepada keturunannya. Maka, pada fikirannya adalah lebih baik bersabar. Oleh kerana penuntut asal sudah tiada lagi di dunia, dia menangguhkan tuntutan kepadanya, supaya apabila Imam petunjuk yang terakhir datang, dia bolehlah memulangkan semula apa yang hak kepada pemilik sebenarnya yang berhak.

Di dalam keadaan yang sedemikian diamnya Imam tidak bererti bahawa dia berpuas hati dengan keputusan yang dibuat. Jika dia menganggap tindakan Khalifah yang lalu adalah adil, dia tidak akan berhujah kesnya di hadapan mereka. Juga, dia t idak mengatakan kemarahan dan sakit hatinya, dan meminta Allah menjadi saksinya.

Telah dirakamkan di dalam Nahjul Balaghah bahawa Ali di dalam suratnya kepada gabenor Basrah, Uthman bin Hunaif al-Ansari telah menulis: ‘Di antara perkara tersebut yang mana langit telah tebarkan bayangannya adalah Fadak, yang menjadi milik kami. Tetapi satu

327

Page 328: Sect Comparative In Peshwar Night

kumpulan telah menunjukkan perasaan tamak mereka; maka Fatimah dan keturunannya telah menarik diri dari meneruskan tuntutan. Dan hakim yang terbaik adalah Allah.’

Kamu katakan Fatimah telah merasa puas dengan keputusan pada hari terakhirnya di dunia dan telah mengampunkan mereka yang bertanggong jawab kepadanya. Saya takut kamu tersilap juga di sini. Sebagaimana telah dibuktikan dengan tiada keraguan terdahulu melalui Hadis yang dipercayai bahawa wanita malang ini kekal di dalam kemarahan sehingga dia meninggal.

ABU BAKAR DAN UMAR CUBA MENZIARAHI FATIMAH UNTUK MENERANGKAN TETAPI SIA-SIA

Untuk membuktikan pandangan saya ini, saya hendak menyampaikan laporan saya. Abu Muhammad Abdullah bin Muslim bin Qutaybah al-Dinawari (m.276 H.) di dalam Tarikh al-Khulafa’ al-Rashidin , yang dikenali sebagai Al-Imamah wa al-Siyasah , jil id I, ms 14 dan yang lainnya dari ulama kamu, seperti Ibn Abil Hadid, telah menulis di dalam bukunya: ‘Umar meminta Abu Bakar pergi bersamanya untuk menziarah Fatimah. Mereka pasti telah membuat dia marah. [Sebahagian laporan mengatakan bahawa Abu Bakar yang mengajak Umar pergi untuk berjumpa Fatimah. Ini lebih diterima]

Secara ringkas, kedua mereka pergi kepintu rumah Fatimah, tetapi dia tidak mengizinkan mereka untuk berjumpa dengannya. Apabila mereka meminta Ali untuk campur tangan, dia diam membisu, tetapi dia mengizinkan mereka masuk. Apabila mereka masuk dan memberi salam kepadanya, Fatimah palingkan mukanya ke arah dinding. Abu Bakar berkata: ‘Wahai sebahagian dari hati Nabi, demi Allah, saya lebih menghargai perhubungan Nabi dengan kamu lebih dari perhubungan saya dengan anak perempuan saya Aisyah. Dengan itu biarlah saya mati sebaik sahaja Nabi mati . Saya tahu kedudukan kamu lebih t inggi dari semua yang lain. Jika saya telah menghalang kamu dari hak kamu kepada warisan, itu adalah kerana Nabi, yang saya sendiri mendengar dia mengatakan: ‘Kami para Nabi tidak meninggalkan sebarang warisan. Apa yang kami t inggalkan adalah sedekah.’

Fatimah kemudian berkata kepada Amirul Mukminin bahawa dia mengingatkan mereka akan Hadis Nabi dan meminta mereka mengatakan dengan nama Allah j ika mereka t idak mendengar Nabi berkata: ‘Kesenangan Fatimah adalah kesenangan saya, kemarahan Fatimah adalah kemarahan saya. Maka sesiapa yang mencintai anak perempuan saya Fatimah, mencintai saya; sesiapa yang menyenangkan Fatimah menyenangkan saya. Sesiapa yang menyakiti Fatimah menyakiti saya.’

Kedua mereka berkata: ‘Ya kami mendengar kata-kata itu dari Nabi Allah.’ Kemudian Fatimah berkata: ‘Saya meminta Allah dan malaikatnya menjadi saksi bahawa kedua kamu telah menyakiti saya

328

Page 329: Sect Comparative In Peshwar Night

dan tidak melayani saya dengan cara yang adil. Apabila saya bertemu dengan Nabi saya pasti akan mengadu kepadanya mengenai kamu berdua.’

ABU BAKAR SEDAR AKAN SERIUSNYA KEMARAHAN FATIMAH

Abu Bakar telah terganggu dengan kata-kata itu, mula menangis dan berkata: ‘Saya berlindung dengan Allah dari kemarahan Nabi.’ Fatimah mula menangis dan berkata: ‘Saya bersumpah dengan Allah bahawa saya pasti akan meminta kutukan ke atas kamu di dalam setiap doa saya.’

Setelah mendengar ini Abu Bakar keluar dengan menangis. Manusia yang mengelilingi dan cuba menenangkannya. Kepada mereka dia berkata: ‘Malang bagi kamu semua. Lepaskanlah saya dari semua ini. Demi Allah, setelah apa yang saya lihat dan dengar dari Fatimah, saya tidak mahu mana-mana muslim menderita beban baiah kepada saya.’

Kenyataan itu, telah disampaikan oleh ulama kamu yang terkenal. Itu telah menunjukkan bahawa Fatimah yang malang telah tinggal kekal di dalam kemarahan kepada Abu Bakar dan Umar sehingga dia menghembuskan nafasnya yang terakhir.

FATIMAH DIKEBUMIKAN WAKTU MALAM, SUATU BUKTI KEKAL KEMARAHANNYA KEPADA ABU BAKAR DAN UMAR

Bukti yang paling nyata di dalam peristiwa ini adalah Fatimah membuat wasiat kepada suaminya, Amirul Mukminin Ali: ‘Tidak ada dari mereka yang menzalimi saya dan merampas hak saya, yang dibenarkan dari bersama mendirikan salat untuk jenazah saya. Mereka pastinya musuh saya dan juga Nabi. Jangan membiarkan mereka atau sekutu mereka mendirikan salat jenazah untuk saya. Kebumikan saya pada waktu malam apabila semuanya sedang tidur.’

Al-Bukhari menulis di dalam Sahihnya bahawa Ali mematuhi wasiat Fatimah, dan mengkebumikannya pada malam hari secara rahsia. Manusia cuba mencari tempat Fatimah di kebumikan, tetapi tidak berhasil . Ia telah diterima ramai bahawa Fatimah, menurut wasiatnya, telah di kebumikan pada waktu malam. Nabi telah meninggalkan seorang anak perempuan untuk menjadi ingatan. Ulama kamu bersetuju bahawa Nabi berkata: ‘Fatimah adalah sebahagian dari tubuh saya. Dia ada warisan dan amanah saya. Hormatilah dia sebagaimana kamu menghormati saya. Jangan lakukan apa-apa untuk membuat dia marah terhadap kamu. Jika dia marah kepada kamu, saya juga akan marah kepada kamu.’

Mir Sayyid Ali al-Hamadani Faqih al-Shafii menulis di dalam Mawaddatul Qurba bahawa Nabi ada berkata: ‘Mereka yang menyedihkan Fatimah akan dihadapi oleh saya dengan tegas pada hari

329

Page 330: Sect Comparative In Peshwar Night

pengadilan, kesenangan Fatimah adalah kesenangan saya, dan kemarahan Fatimah adalah kemarahan saya. Malang bagi mereka yang membuat Fatimah marah.’

Bagaimana trajisnya dengan segala kenyataan ini, ummah bukan sahaja mengabaikan dia malah merampas haknya yang sah dan menyebabkan dia menderita yang amat sangat. Walaupun dengan usia yang begitu muda, dia mengatakan: ‘Saya telah dit impakan dengan banyak bencana, bahawa jika siang telah ditimpakan dengan bencana yang sedemikian, maka ia akan bertukar menjadi malam.’

SESSI KESEMBILAN(Malam Jumaat, 2hb Sha’ban 1345 Hijrah)

Sheikh: Kamu selalu menyalahkan tindakan Sunni, tetapi tidak memperdulikan cara Syiah. Kamu secara tidak adil telah membela mereka, walaupun tindakan mereka menghinakan.

Shirazi: Saya telah terbiasa mempertahankan kebenaran. Imam kami, Amirul Mukminin, menegaskan kepada anak-anaknya, terutama Hasan dan Husain, dengan perkataan ini: “Sentiasalah berkata benar, dan lakukan amalan dengan cahaya sinaran hari kemudian. Bermusuhlah dengan yang zalim dan tolonglah mereka yang lemah”.

Jika saya mendapati kesalahan dengan pihak lawan atau membela Syiah, saya hanya melakukkan yang demikian pada menyokong kebenaran. Apa yang saya utarakan, berasas kepada hujah yang munasabah. Saya akan dengar tuduhan kamu mengenai salah laku Syiah.

SYIAH MENUDUH AISYAH BERSEKEDUDUKAN DAN JAWAPANNYA

Sheikh: Perkara terburuk yang Syiah bersalah padanya adalah mereka menuduh Ummul Mukminin Aisyah berzina. Fakta yang sebenarnya adalah dia mendapat kehormatan pada melakukan persetubuhan dengan Nabi Allah dan bahawa dia adalah isteri yang dicintai. Mereka tidak menyedari akan padahnya terhadap tuduhan yang sebegitu hina. Tidakkah mereka membaca surah al-Nur dari al-Quran? Allah berkata:

‘(Lazimnya) perempuan-perempuan yang jahat adalah untuk lelaki-lelaki yang jahat, dan lelaki-lelaki yang jahat untuk perempuan-perempuan yang jahat; dan (sebaliknya) perempuan-perempuan yang baik untuk lelaki-lelaki yang baik, dan lelaki-lelaki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik. mereka (yang baik) itu adalah bersih

330

Page 331: Sect Comparative In Peshwar Night

dari (tuduhan buruk) yang dikatakan oleh orang-orang (yang jahat); mereka (yang baik) itu akan beroleh pengampunan (dari Allah) dan pengurniaan yang mulia’. [Surah al-Nur 24: 26]

Shirazi: Pertama, tuduhan terhadap Syiah yang mengatakan UmmulMukminin Aisyah ada melakukan perbuatan sumbang dan penzinaan adalah dusta semata-mata. Tidak pernah perkara yang sedemikian diperkatakan oleh Syiah. Tuduhan ini telah disebarkan secara hasad dengki berabad-abad dahulu lamanya oleh Nawasib dan Khawarij, supaya mereka dapat memulakan kekacauan. Mereka mengatakannya dari Syiah apa yang mereka sendiri telah katakan. Malangnya yang lain dengan tiada membuat usul periksa, menyerang Syiah sebagaimana yang kamu telah lakukan sekarang. Jika kamu telah mempelajari buku-buku Syiah, kamu tidak akan terjumpa di mana-mana, bahawa Ummul Mukminin Aisyah telah dituduh melakukan zina.

AISYAH TERLEPAS DARI TUDUHAN BERZINA

Jika kamu membaca sejarah Syiah dan ulasannya, kamu akan lihat bagaimana mereka telah membela Ummul Mukminin Aisyah dari tuduhan zina. Yang sebenarnya laporan itu telah dibuat oleh sekumpulan orang muda hipokrit pada masa hidupnya Nabi. Sebahagian dari mereka yang terlibat adalah Mista bin Uthatha, Hasan bin Thabit dan Abdullah bin Ubayy. Mengenai terlepasnya Aisyah dari tuduhan palsu para hipokrit tersebut tujuh ayat telah diwahyukan di dalam al-Quran. Syiah percaya bahawa untuk membuat tuduhan zina atau melakukan perbuatan sumbang terhadap mana-mana muslim adalah haram, tidak perlu disebut terhadap isteri Nabi, sama ada dia Aisyah atau Hafsah.

SUAMI DAN ISTERI TIDAK SEMESTINYA BERKONGSI SAMA TARAF KEDUDUKAN

Kedua; ayat suci yang kamu telah bacakan tidak bermaksud seperti apa yang kamu sangkakan. Ia tidak semestinya begitu bahawa jika suaminya adalah orang yang beriman dan berhak kepada syurga maka isterinya juga akan memiliki hak sama. Terdapat banyak peristiwa yang membuktikan pasangan mereka mendapat tempat ditahap kedudukan yang berlainan.

Allah berfirman dalam surah Tahrim [larangan]:

331

Page 332: Sect Comparative In Peshwar Night

Allah mengemukakan satu misal perbandingan (yang menyatakan tidak ada manfaatnya) bagi orang-orang kafir (berhubung rapat dengan orang-orang mukmin selagi mereka t idak beriman dengan sebenar-benarnya), iaitu: perihal isteri Nabi Nuh dan isteri Nabi Lut; mereka berdua berada di bawah jagaan dua orang hamba yang saleh dari hamba-hamba Kami (yang sewajibnya mereka berdua taati); dalam pada itu mereka berlaku khianat kepada suami masing-masing; maka kedua-dua suami mereka (yang berpangkat Nabi i tu) t idak dapat memberikan sebarang pertolongan kepada mereka dari (azab) Allah, dan (sebaliknya) dikatakan kepada mereka berdua (pada hari pembalasan): "Masuklah kamu berdua ke dalam neraka bersama-sama orang-orang yang masuk (ke situ)". Dan Allah mengemukakan satu misal perbandingan (yang menyatakan tidak ada mudaratnya) kepada orang-orang mukmin (berhubung rapat dengan orang-orang kafir kalau tidak terjejas keadaan imannya), iaitu: perihal isteri Firaun, ketika ia berkata: "Wahai Tuhanku! binalah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam syurga, dan selamatkanlah daku dari Firaun dan perbuatannya (yang kufur dan buas), serta selamatkanlah daku dari kaum yang zalim"; [Surah al-Tahrim 66:10-11]

Sheikh: Adalah aneh bahawa dengan sekejap masa telah terdapat ketidak samaan di dalam kenyataan kamu.

Shirazi: Sila terangkan apa yang kamu lihat adanya bertentangan.

Sheikh: Pada satu ketika kamu kata menuduh sesiapa berzina adalah haram tetapi di kala yang lain kamu katakan bahawa isteri Nuh dan Lut adalah tidak jujur kepada suaminya. Tidakkah dua ayat ini bertentangan di antara satu dengan lain? Bukanlah orangnya seperti kamu layak untuk menuduh isteri Nabi melakukan zina dan tidak beriman?

Shirazi: Saya pasti kamu tahu yang kamu sedang menggunakan cara untuk mengelirukan. Kamu amat tahu sebenarnya apa erti ‘tidak percaya’ yang dirujuk di dalam al-Quran terdahulu.

MAKSUD KEPADA TIDAK MEMPUNYAI KEPERCAYAAN OLEH ISTERI NUH DAN LUT

Adalah pelik terhadap kamu yang telah salah ertikan tidak jujur bermaksud zina, walaupun terdapat jurang yang besar di antara dua perkara itu. Isteri para Nabi adalah bebas dari zina. Di sini perbincangannya adalah mengenai kepercayaan mereka. Pertama jika isteri Nabi bertindak menyalahi arahan suaminya, dia pastinya tidak jujur. Kedua, bukan kami yang mengatakan mereka telah terbukti tidak jujur. Al-Quran sendiri yang mengatakan: Mereka tidak jujur kepada suami mereka,’ dan t idak jujur bukannya berzina. Sebagaimana saya telah katakan terdahulu, isteri para Nabi bebas dari perkara ini . Maka maksud tidak jujur adalah ingkar.

332

Page 333: Sect Comparative In Peshwar Night

Isteri Nabi Nuh selalu menentang suaminya, dan kerap memalukannya di khalayak ramai. Dia berkata: ‘suami saya gila. Oleh kerana saya selalu bersama dengannya siang dan malam, saya tahu keadaan sebenarnya. Janganlah tertipu olehnya.’ Isteri Nabi Lut selalu memberitahu manusia tentang orang yang menjadi tetamu rumahnya. Dia selalu melakukan perbuatan yang keji dengan menyebarkan rahsia rumah mereka kepada para musuh.

TIDAK JUJURNYA ISTERI TIDAK MENUNJUKKAN TIDAK SUCI

Menurut pentafsir al-Quran dan juga menurut dari kenyataan mereka yang maksum, pengertian Surah al-Nur di mana kamu menunjukkan tujuan maksud kamu bahawa wanita jahat untuk lelaki jahat dan lelaki jahat tertarik kepada wanita jahat. Wanita baik untuk lelaki baik dan lelaki baik tertarik kepada mereka. Di dalam bab yang sama di dalam ayat selanjutnya Allah berkata:

Lelaki yang berzina (lazimnya) t idak ingin berkahwin melainkan dengan perempuan yang berzina atau perempuan musyrik; dan perempuan yang berzina itu pula (lazimnya) t idak ingin berkahwin dengannya melainkan oleh lelaki yang berzina atau lelaki musyrik. dan perkahwinan yang demikian itu terlarang kepada orang-orang yang beriman. [Surah al-Nur 24:3]

Secara ringkas ayat al-Quran ‘wanita jahat untuk lelaki jahat…’ t idak menunjukkan bukti pada maksud kamu.

RUJUKAN TERHADAP PERANGAI AISYAH

Kritikan terhadap Aisyah tidak disebabkan prejudis. Ia adalah disebabkan tingkahlakunya yang salah. Dia melakukan kesalahan yang mana isteri-isteri Nabi lain, termasuk Hafsah anak perempuan Umar, tidak lakukan. Lebih-lebih lagi Syiah mengkritiknya di dalam lingkungan terhad yang dibuat berdasarkan ulasan ulama kamu, kami mengatakan bahawa wanita ini telah melakukan kesalahan yang serius.

Sheikh: Adakah wajar seorang yang terkenal seperti kamu membuat tuduhan yang sedemikian terhadap Ummul Mukminin?

Shirazi: Kesemua isteri Nabi melainkan Ummul Mukminin Khadijah, kedudukan mereka semua adalah sama. Ummu Salamah, Sa‘udah, Aisyah, Hafsah, Maimunah dan yang lainnya pada pandangan kami semuanya Ummul Mukminin. Tetapi kelakuan Aisyah dan perkataannya adalah nyata berbeza dari wanita-wanita lainnya. Sekali lagi saya katakan ini bukan sahaja pandangan saya, tetapi ulama terkenal kamu telah menulis bahawa kelakuannya adalah keji . Perbuatan baik dan buruk manusia tidak dapat disembunyikan untuk selamanya. Akhirnya kebenaran akan memperlihatkan dirinya.

333

Page 334: Sect Comparative In Peshwar Night

Sheikh: Sebenarnya, kerana dia menentang Ali, kamu mencari kesalahan dia dari perkara yang remeh.

Shirazi: Kami t idak mencari kesalahan pada perkara remeh. Penentangan Aisyah kepada Amirul Mukminin, Imam Hasan, Imam Husain dan Ahli Bayt adalah isu yang lain. Tetapi kejinya sejarah hidupnya telah diasaskan dari semenjak zaman Nabi hidup lagi. Dia selalu menyakiti dan menyusahkan hati Nabi.

Sheikh: Adalah anih bahawa kamu menganggap Ummul Mukminin Aisyah, isteri yang amat dicintai oleh Nabi, yang paling bermoral, dengan mengatakan bahawa dia telah menyakiti hati Nabi. Bagaimana kami dapat menerima kenyataan kamu apabila Ummul Mukminin sendiri tentunya telah membaca al-Quran dan ayatnya adalah:

Sesungguhnya orang-orang yang melakukan perkara yang tidak diredai Allah dan Rasul-Nya, Allah melaknatkan mereka di dunia dan di akhirat, dan menyediakan untuk mereka azab seksa yang menghina. [Surah al-Ahzab 33: 57]

Jadi adakah mungkin untuk dia menyakiti hati Nabi supaya dia mendapat kutukan dari Allah? Ini sudah pastinya satu penghinaan dari pihak Syiah.

Shirazi: Ini bukannya satu penipuan! Mengenai ayat suci itu, saya bersetuju bahawa bukan sahaja Ummul Mukminin Aisyah yang telah membacanya, tetapi bapanya juga Abu Bakar dan para Sahabat terkenal yang lain juga telah membacanya. Dengan keterangan yang telah dirakamkan dan juga Hadis, yang telah saya katakan pada malam yang lalu, banyak kebenaran dapat didedahkan kepada kita semua dengan syarat kita berlaku adil.

AISYAH MENYUSAHKAN HATI NABI

Kebenaran fakta bahawa Aisyah menyusahkan Nabi tidak hanya disampaikan oleh ulama Syiah, tetapi oleh ulama kamu yang terkenal juga. Imam Ghazali di dalam bukunya ‘Ihya’ ‘Ulum al-Din , jil id II, bab 3, Kitab al-Adab al-Nikah , ms 135, telah mengatakan banyak Hadis yang telah mengutuk perangai Aisyah. Di antaranya adalah pertengkarannya dengan Nabi dan Abu Bakar campur tangan. Peristiwa ini juga disampaikan oleh Mulla ‘Ali al-Muttaqi al-Hindi dalam Kanzul ‘Ummal , jil id VII, ms 116; Abu Ya‘la di dalam Musnad dan Abu al-Sheikh di dalam Kitab al-Amthal . Mereka menulis bahawa apabila Abu Bakar pergi berjumpa anak perempuannya, dia mendapati bahawa terdapat pertengkaran diantara Aisyah dan Nabi. Keputusan terpulang kepada Abu Bakar. Aisyah telah mengunakan bahasa yang keji di dalam kenyataannya. Di dalam percakapannya, dia meminta Nabi untuk berlaku adil di dalam tindakannya. Kenyataan yang keji ini telah

334

Page 335: Sect Comparative In Peshwar Night

membuat Abu Bakar begitu marah, dia menampar anaknya dengan kuat sehingga darah mengalir kepada bajunya.

Imam Ghazali juga di dalam bab perkahwinan; dan yang lainnya juga ada mengatakan bahawa suatu ketika apabila Abu Bakar sampai kerumah anaknya, dia dapati Nabi tidak senang hati dengan Aisyah. Dia meminta mereka nyatakan kepadanya apakah yang menyebabkan pertelingkahan tersebut supaya dia boleh tolong menyelesaikannya. Nabi bertanya kepada Aisyah jika dia mahu menyatakannya dahulu. Dia menjawab, ‘Kamu boleh mulakan tetapi kamu hendaklah mengatakan yang benar.’ Di dalam ayatnya yang kedua dia menambah, ‘Kamu adalah orangnya yang benar-benar fikir bahawa diri kamu adalah Nabi.’

Kenyataan ini menunjukkan bahawa Aisyah tidak percaya bahawa Nabi adalah Nabi sebenar yang telah dilantik oleh Tuhan. Kenyataan penghinaan yang sedemikian telah disampaikan di dalam buku kamu dengan banyaknya. Inilah punca kesedihan yang amat sangat terhadap Nabi.

TIDAK ADA KETERANGAN YANG SEDEMIKIAN MENGENAI ISTERI NABI YANG LAIN

Kamu akan dapati bahawa ulama dan ahli sejarah dari kedua golongan tidak ada yang merakamkan perkara sedemikian mengenai isteri Nabi yang lainnya. Mereka tidak dikatakan mempunyai sifat yang demikian walaupun Hafsah, anak perempuan Umar. Hanya perangai Aisyah sahaja yang membuat dia tidak dihormati. Kami hanya sampaikan apa yang ulama kamu telah tulis mengenainya t idak lebih daripada itu. Tidakkah kamu membaca buku Imam al-Ghazali , buku-buku Sejarah al-Tabari , al-Mas‘udi dan Ibn A‘tham al-Kufi serta lainnya yang mengatakan, bahawa semua ulama terkenal kamu telah mengatakan Aisyah sebagai ingkar kepada Nabi. Masih lagi kamu komplain kerana saya mengkrit ik perangai Ummul Mukminin. Bolehkah terdapat tanda yang lebih jelas pada perangai seseorang dari melanggar arahan yang diberikan oleh Allah dan Nabi-Nya dan penentangan terhadap Khalifah Nabi?

Di dalam Surah al-Ahzab, Allah telah berkata kepada para isteri Nabi:

‘Dan hendaklah kamu tetap diam di Rumah kamu serta janganlah kamu mendedahkan diri seperti Yang dilakukan oleh orang-orang jahiliyah zaman dahulu..’ [ Surah al-Ahzab 33:33]

Sudah pasti para isteri Nabi yang lain patuh kepada arahan ini dan tidak pernah meninggalkan rumah tanpa keperluan yang mendesak. Bahkan al-A‘masy telah mengatakan fakta ini.

UMMUL MUKMININ SA‘UDAH TIDAK KELUAR WALAUPUN UNTUK HAJJ ATAU UMRAH

335

Page 336: Sect Comparative In Peshwar Night

Telah dinyatakan di dalam Sahih dan buku yang lain dari ahli sejarah dan Hadis kamu, bahawa manusia bertanya Sa‘udah, isteri Nabi, mengapa dia t idak mengerjakan haji atau umrah. Dia menjawab: ‘Adalah wajib bagi saya untuk mengerjakan haji dan umrah satu kali dan tidak lebih. Dan Dia (Allah) berkata:

‘Dan tinggallah di rumah-rumah kamu.’

Kerana taat kepada arahan ini, saya tidak akan keluar dari rumah, bahkan niat saya adalah saya akan cuba sedaya mungkin untuk tidak keluar dari bilik yang mana Nabi Allah telah meletakkan saya sehingga saya meninggal dunia.’ Dan itulah yang dilakukan olehnya dan hanya jasadnya sahaja yang dikeluarkan dari bilik itu.

Saudah, Aisyah dan Ummu Salamah adalah isteri Nabi dan juga ibu orang mukmin. Yang pasti mereka berbeza di antara satu dengan yang lainnya disebabkan tingkah laku mereka.

Menurut ummah, Aisyah dan Hafsah adalah layak dihormati, bukan kerana mereka adalah anak perempuan Abu Bakar dan Umar; walaupun kamu menghormatinya disebabkan itu, tetapi kerana mereka adalah isteri Nabi. Tetapi isteri Nabi dapat kehormatan apabila mereka i tu taat, sebagaimana dengan jelas telah dinyatakan di dalam al-Quran.

‘Wahai isteri-isteri Nabi, kamu semua bukanlah seperti mana-mana perempuan yang lain..’. [Surah al-Ahzab 33: 32]

AISYAH KELUAR BERPERANG MENENTANG ALI

Maka Saudah adalah yang wara’, isteri Nabi Allah yang patuh. Aisyah adalah isteri yang degil, yang berpakat dengan Talhah dan al-Zubair menentang Ali dan pergi ke Basrah. Di sana Uthman bin Hunaif; seorang sahabat Nabi yang akrab dan juga gabenor Basrah yang dilantik oleh Ali , telah ditawan. Rambut dan janggutnya dicabut, dia telah disiksa dan dihalau keluar. Lebih dari 100 orang yang tidak bersalah dan tidak berdaya telah dibunuh. Ibn al-Athir, al-Mas‘udi, Muhammad bin Jarir al-Tabari, Ibn Abil Hadid, dan yang lainnya telah menulis dengan mendalam mengenai kejadian itu.

Setelah kekejaman itu, dia menaiki unta yang bernama Askar ; berpakaian kulit singa, dan berbaju besi dia masuk ke medan perang seperti seorang askar. Disebabkan dari pemberontakkannya ribuan muslim telah terkorban. Adakah hasutan dari pihak dirinya bukan melanggar perintah Allah dan Nabi-Nya?

KEMULIAAN ALI TIDAK DAPAT DIKIRA

Dan apa yang lebih memeranjatkan adalah dia mengambil pendirian ini terhadap Ali Ibn Abi Talib, yang mana kemuliaan dan kebajikannya yang terlalu banyak telah dirakamkan oleh ulama kamu yang terkenal

336

Page 337: Sect Comparative In Peshwar Night

sehinggakan boleh dikatakan mustahil untuk menjumlahkan kesemuanya. Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad , Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , Imam Fakhruddin al-Razi di dalam Tafsir al-Kabir, Khatib al-Khawarizmi di dalam Manaqib , Sheikh Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam Yanabi’ al-Mawaddah , Muhammad Yusuf Kanji al-Shafii di dalam Kifayah al-Talib , bab 62, dan Mir Sayyid Ali al-Hamadani al-Shafii di dalam Mawaddatul Qurba , Mawadda ke V, disampaikan dari Khalifah kedua, Umar bin al-Khattab dan Abdullah ibn Abbas bahawa Nabi berkata kepada Ali: ‘jika lautan itu dakwat, semua pokok sebagai pena, dan semua manusia adalah penulis dan semua jin menyimpan rekod, walaupun begitu, wahai Abul Hasan! Kemuliaan dan kebaktian kamu tidak dapat ditulis.’

Apabila Nabi mengatakan bahawa ‘semua manusia dan jin bersatu tidak dapat menjumlahkan kemuliaannya,’ bagaimana boleh kita, dengan kebolehan yang terhad, memberikan jumlah kemuliaan baginya?

Selain dari ulama Syiah, ulama kamu juga, walau bagaimana fanatik sekalipun mereka, telah memenuhi buku mereka dengan hanya sebahagian dari jumlah kemuliaan yang ada.

HADIS PADA MEMUJI KEMULIAAN ALI

Kamu perlu mempelajari Sihah al-Sit tah kamu, enam buku Hadis. Selain dari ini, ia juga telah dicati tkan di dalam tulisan Mir Sayyid Ali al-Hamadani berjudul Mawaddatul Qurba ; al-Tabarani dalam al-Mu‘jam al-Kabir ; Muhammad bin Talhah al-Shafii dalam Matalib al-Su’ul ; Imam Ahmad bin Hanbal dalam Musnad dan Fada’il ; al-Humaidi dalam al-Jam‘ bayna al-Sahihayn ; al-Khawarizmi dalam al-Manaqib ; Ibn Abil Hadid dalam Syarh Nahjul Balaghah , j ilid II, ms 449; Ibn Sabbagh al-Maliki dalam Fusul al-Muhimmah , terutama ms 124, dari Hafiz Abdul Aziz bin al-Akhzar al-Janabiz, yang menulis di dalam bukunya Ma‘alim al-‘Itrat al--Nabawiyyah bahawa Fatimah al-Zahra berkata pada malam Arafah bapanya, Nabi Allah, datang kepadanya dan berkata: ‘Allah yang maha Besar telah membanggakan kamu di hadapan malaikat dan telah mengampunkan dosa kamu terutama Ali. Saya, Nabi Allah, mengatakan tanpa mempertimbangkan kepada cinta yang berkaitan dengan kekeluargaan bahawa sesungguhnya manusia yang bertuah dan bahagia adalah mereka yang berkawan dengan Ali, semasa hayatnya dan juga selepas matinya. Manusia yang paling terkutuk dari yang terkutuk adalah mereka yang memusuhi Ali, semasa hidup dan setelah matinya.’

Juga di dalam buku yang di atas dengan lebih khusus yang mana saya fikir, saya telah merujuk kepadanya pada malam yang lalu, dari Umar bin al-Khattab, yang berkata bahawa Nabi berkata kepada Ali: ‘Seorang pendusta adalah mereka yang fikir dia mencintai saya sedangkan dia adalah musuh kamu. Wahai Ali! Dia yang menjadi kawan kamu adalah kawan saya. Jika seseorang menjadi kawan saya , Allah adalah kawannya. Jika Allah adalah kawan seseorang, Dia akan menerimanya

337

Page 338: Sect Comparative In Peshwar Night

masuk ke syurga. Dia yang memusuhi kamu, adalah musuhku. Jika seseorang itu musuh ku, Allah adalah juga adalah musuhnya dan Dia akan melontarnya ke dalam neraka.’

SAHABAT DENGAN ALI ADALAH KEIMANAN DAN MENENTANG KEPADANYA ADALAH KAFIR DAN MUNAFIK

Ia juga disampaikan dari Kitab al-Ali oleh Ibn Khalawayh, disampaikan dari Abu Sa‘id al-Khudri, bahawa Nabi berkata kepada Ali: ‘Wahai Ali bersahabat dengan kamu adalah keimanan dan menentang kamu adalah munafik. Manusia yang pertama masuk syurga adalah sahabat kamu, dan manusia pertama yang di masukkan ke neraka adalah musuh kamu.’

Mir Sayyid Ali al-Hamadani al-Shafii di dalam Mawaddatul Qurba , Mawadda III, dan al-Hamawaini di dalam Fara’id , menyampaikan bahawa Nabi berkata sedang baginda berada di antara para sahabat: ‘Tiada siapa yang mencintai Ali melainkan dia seorang yang beriman, dan tiada siapa yang bermusuh dengannya melainkan dia seorang yang kafir!.’ Pada ketika yang lain dia berkata: ‘Wahai Ali! Hanya yang beriman mencintai kamu, dan hanya yang munafik memusuhi kamu.'

ALI ‘MANUSIA YANG TERBAIK’ KATA NABI DISAMPAIKAN OLEH AISYAH

Muhammad bin Yusuf Kanji al-Syafii di dalam Kifayah al-Talib , ms 119, bab 62, disampaikan dari Tarikh al-Damishqi , Muhadith al-Sham, dan Muhadith al-Iraq, menyebutnya dari Hudhaifah dan Jabir bahawa Nabi berkata: ‘Ali adalah manusia yang terbaik; sesiapa yang enggan menerima hakikat ini adalah kafir.’

Ia juga telah disampaikan oleh Ata’ bahawa manusia telah bertanya kepada Aisyah mengenai Ali dan dia berkata: ‘Dia adalah manusia yang terbaik. Tidak ada siapa melainkan yang kafir mempunyai keraguan terhadapnya.

Dia berkata bahawa Hafiz ibn ‘Asakir di dalam Tarikh - suatu penulisan yang mengandungi 100 jilid. Tiga j ilid darinya adalah penulisan berkaitan dengan pujian terhadap Ali. Dinyatakan bahawa Hadis tersebut telah disampaikan oleh Aisyah.

Muhammad bin Talhah al-Shafii di dalam Matalib al-Su’ul , ms 17, Ibn Sabbagh al-Makki di dalam Fusul al-Muhimmah , menyampaikan dari al-Tirmidhi dan al-Nasa’i bahawa Abu Sa’id al-Khudri berkata: ‘Semasa hidupnya Nabi kami mengenali orang munafik dengan tanda bencinya mereka terhadap Ali.’

Telah disampaikan di dalam Fusul al-Muhimmah bahawa Nabi berkata kepada Amirul Mukminin Ali: ‘Wahai Ali! Memerangi kamu adalah memerangi saya; darah kamu adalah darah saya. Saya memerangi

338

Page 339: Sect Comparative In Peshwar Night

mereka yang memerangi kamu; hanya mereka yang beriman sahaja mencintai kamu, dan hanya mereka yang munafik sahaja memusuhi kamu.’

Sheikh: Hadis yang sedemikian t idaklah begitu unik untuk Ali; ia telah juga dikatakan mengenai Khalifah yang lainnya.

Shirazi: Sila sebutkan Hadis yang lain sebagai contoh.

Sheikh: Abdul Rahman ibn Malik al-Maghul menyampaikan dari puncanya yang Jabir berkata bahawa Nabi telah berkata: ‘Orang yang beriman tidak mempunyai permusuhan terhadap Abu Bakar dan Umar; dan munafik tidak mempunyai cinta terhadap mereka.’

Shirazi: Saya amat terperanjat untuk mendengarkan perkara yang begitu dari kamu. Telahkah kamu lupa perjanjian yang kita persetujui bersama pada malam pertama yang kita tidak akan menyampaikan Hadis yang dipersoalkan. Kamu tidak seharusnya menyampaikan Hadis yang telah dipalsukan, yang mana penyampainya adalah pendusta dan pemalsu. Nyatakan Hadis yang sahih.

Sheikh: Tindakan kamu menunjukkan bahawa kamu telah memutuskan jika kamu mendengar mana-mana Hadis dari kami, kamu akan menolaknya.

Shirazi: Bukan saya sahaja yang menolaknya. Bahkan ulama kamu yang terkenal telah menolaknya. Rujuk kepada Mizan al-I‘tidal oleh al-Dhahabi dan Tarikh oleh Khatib al-Baghdadi, j ilid X, ms 236. Kamu akan jumpa bahawa kebanyakkan dari pengulas yang terkenal telah menulis mengenai karekter Abdul Rahman bin Malik dengan berkata: ‘Sesungguhnya dia adalah seorang penipu yang hina dan pemalsu Hadis yang tiada sesiapapun meragui tentang perkara itu.’

Sila beritahu kami Hadis satu pihak yang disampaikan oleh pendusta dan pemalsu, bolehkah dibandingkan dengan Hadis yang disampaikan oleh ulama terkenal kamu yang telahpun saya sebutkan dahulu. Saya telah menasihatkan kamu supaya merujuk Jami‘ al-Kabir , oleh al-Suyuti, jil id VI, ms 390, Riyad al-Nazrah , j ilid IX, ms 215, oleh Muhibuddin; Jami‘ al-Tirmidhi , jil id II, ms 299; al-Isti‘ab , jil id III, ms 46 oleh Ibn ‘Abd al-Barr; Hilyat al-Auliya’ , jil id VI, ms 295, oleh Hafiz Abu Nu‘aim, Matalib al-Su’ul , ms 17, oleh Muhammad bin Talhah al-Shafii ; Fusul al-Muhimmah , ms 126, oleh Ibn Sabbagh al-Maliki. Kamu akan dapati setiap mereka menyampaikan dengan sedikit perbezaan pada perkataan dari Abu Dharr al-Ghifari yang berkata: ‘Semasa hidupnya Nabi kami pernah mengenali orang munafik dengan 3 tanda: Menafikan Allah dan Nabi-Nya, gagal mendirikan salat, dan kebenciannya terhadap Ali ibn Abi Talib.’ Ia disampaikan dari Abu Sa‘id al-Khudri bahawa Abu Dharr al-Ghifari berkata: ‘Kami biasa mengenali munafik dengan kebenciannya terhadap Ali dan pada masa

339

Page 340: Sect Comparative In Peshwar Night

Nabi kami t idak mempunyai tanda-tanda lain untuk mengenali munafik melainkan bahawa mereka bermusuh dengan Ali.’

PENGARANG YANG MENYAMPAIKAN HADIS NABI MENGENAI MUNAFIK YANG BENCIKAN ALI

Sebagai tambahan, berikut adalah pengarang yang menyampaikan Hadis mengenai munafik yang bencikan Ali: Imam Ahmad Hanbal di dalam Musnad , jil id I, ms 95, 138; Ibn ‘Abd al-Barr di dalam al-Isti‘ab , jil id III, ms 37; Ahmad Khatib al-Baghdadi di dalam Tarikh al-Baghdad , jil id XIV, ms 426; Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , jil id IV, ms 264; Imam al-Nasa’i di dalam Sunan , jil id VIII, ms 117 dan Khasa’is al-‘Alawi , ms 27; Hamawaini di dalam Fara’id , bab 22; Ibn Hajar di dalam al-Isabah , jil id II, ms 509; Hafiz Abu Nu‘aim di dalam Hilyah al-Auliya’ , jil id IV, ms 185; Sibt Ibn al-Jawzi di dalam al-Tadhkirah , ms 15; al-Suyuti di dalam Jami‘ al-Kabir , ms 152, 408; Muhammad ibn Talhah al-Shafii di dalam Matalib al-Su’ul , ms 17; al-Tirmidhi di dalam Jami‘ al-Tirmidhi , j ilid II, ms 13, semuanya telah mengatakan di dalam buku mereka dengan sedikit perbezaan perkataan dari Ummu Salamah atau Ibn Abbas bahawa Nabi berkata: ‘Wahai Ali, seorang munafik bukanlah kawan kamu dan yang beriman bukanlah musuh kamu. Hanya yang beriman mencintai kamu, dan hanya yang munafik membenci kamu. Munafik tidak mencintai Ali , dan yang beriman tidak membenci Ali.’

Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , jil id I, ms 367, mengatakan dari Sheikh Abul Qasim al-Balkhi, ketua Mutazilah, bahawa dia berkata: ‘Semua Hadis i tu telah dikatakan Hadis yang betul dan tidak ada keraguan kepadanya di dalam kesahihan dari mereka yang mengatakan bahawa Nabi berkata kepada Ali: ‘Tiada siapa yang bermusuhan dengan kamu melainkan yang munafik. Tiada siapa yang menjadi sahabat kamu melainkan yang beriman.’

Juga di dalam jilid IV dari bukunya pada ms 264, dia menyampaikan syarahan Amirul Mukminin, yang mana Imam suci berkata: ‘Jika saya pukulkan pedang ini pada muka yang beriman supaya dia memusuhi saya, dia tidak akan membenci saya; tetapi j ika saya berikan seluruh dunia ini kepada si munafik supaya dia mencintai saya, dia t idak akan mencintai saya. Dan ini bersamaan dengan yang dikatakan oleh Nabi: ‘Hanya yang beriman mencintai kamu, dan hanya si munafik yang memusuhi kamu.’

Terdapat banyak Hadis yang seperti ini di dalam buku kamu yang sahih. Saya telah mengatakan hanya sebahagian darinya.

Tidakkah pemberontakkan Aisyah terhadap penguasaan Ali adalah juga pemberontakkan terhadap Nabi sendiri? Adakah peperangan ini atau hasutannya terhadap manusia supaya menentang Ali adalah disebabkan persahabatan atau disebabkan permusuhan? Pastinya disebabkan oleh permusuhan. Di dalam semua Hadis yang saya telah sampaikan, Nabi

340

Page 341: Sect Comparative In Peshwar Night

berkata, satu dari tanda kafir adalah berperang menentang Ali. Apakah pendapat kamu pendirian yang diambil oleh Ummul Mukminin Aisyah di dalam berperang dengan Ali dengan Hadis ini? Saya baru teringat bahawa Mir Sayyid Ali al-Hamadani al-Shafii di dalam Mawaddatul-Qurba , Mawaddah ke-3, dia telah menyampaikan dari Aisyah sendiri bahawa Nabi berkata: ‘Allah telah bersumpah dengan perkataan Dia kepada saya bahawa sesiapa yang memberontak menentang Ali adalah kafir dan tempatnya adalah neraka.’

Adalah pelik bahawa apabila manusia bertanya kepadanya mengapa dia memberontak menentang Ali setelah mendengar i tu semua dari Nabi, dia sekadar menjawab: ‘Saya terlupa Hadis tersebut pada hari Peperangan Jamal. Saya tidak mengingatnya sehingga saya tiba di Basrah.’

Sheikh: Tetapi bagaimana kamu boleh mencari kesalahan Ummul Mukminin, apabila kamu sendiri mengetahui bahawa kelupaan tidak lain hanyalah sifat manusia.

Shirazi: Walaupun jika saya mengakui bahawa dia terlupa Hadis i tu pada hari Peperangan Jamal, t idakkah dia telah mengingatnya apabila dia hendak kembali dari ke Mekah dan semua sahabatnya termasuk para isteri Nabi yang taat mengingatkan dia bahawa dia tidak seharusnya melakukan tindakkan jenayah yang sedemikian, oleh kerana menentang Ali adalah penentangan kepada Nabi.

Ahli sejarah kamu yang telah merakamkan Peperangan Jamal telah menarik perhatian kepada fakta bahawa Nabi telah berkata: ‘Wahai Aisyah! Takutlah pada laluan yang mana anjing Haw’ab menyalak kepada kamu.’ Apabila dia di perjalanannya menuju Basrah, telah sampai di tempat air Bani Kilab, anjing mengelilingi untanya dan menyalak. Dia bertanya kepada orang apakah nama tempat itu. Dia diberitahu bahawa itu adalah Haw’ab. Kemudian dia teringat apa yang Nabi telah katakan. Mengapa dia terus berjalan memasuki perangkap Talhah dan al-Zubair? Mengapa dia meneruskan perjalanan sehingga sampai ke Basrah di mana dia menimbulkan kekacauan yang hebat? Bolehkah kamu katakan ini juga dia terlupa, atau dia sengaja menjalani laluan itu.

Dia dengan sengaja melanggar perintah Allah dan juga Nabi serta berkomplot dengan Talhah dan al-Zubair, pergi berperang menentang Khalifah dan juga Wazir Nabi, walaupun dia sendiri telah menyampaikan bahawa Nabi telah berkata: ‘Mereka yang memerangi Ali adalah kafir.’

Tidakkah ini membuat Nabi menjadi sedih bahawa sebaik sahaja Amirul Mukminin memegang tampuk pemerintahan Khalifah, kekacauan telah diadakan dan mereka yang berkomplot telah bersedia untuk berperang menentangnya. Saya telah memberitahu kapada kamu terdahulu dengan punca yang sahih bahawa Nabi berkata: ‘Dia yang menyedihkan Ali,

341

Page 342: Sect Comparative In Peshwar Night

sesungguhnya telah menyedihkan saya. Dia yang menyedihkan saya, sesungguhnya telah menyedihkan Allah. Wahai manusia! Dia yang menyedihkan Allah akan dibangkitkan sebagai Yahudi atau Nasrani pada hari dibangkitkan.’

PEMBUNUHAN TERHADAP SAHABAT DAN ORANG BERIMAN YANG TIDAK BERDOSA DI BASRAH DENGAN ARAHAN AISYAH

Rakaman ini boleh di dapati di dalam buku sahih kamu. Maka mengapa kamu harus mencari kesalahan Syiah? Tanggong jawab terhadap darah orang beriman yang tidak berdosa, penyiksaan dan pemecatan terhadap Uthman bin Hunaif, dan pembunuhan terhadap lebih dari 100 orang termasuk penjaga perbendaharaan yang tidak bersenjata yang tidak ada kena mengena dengan peperangan – 40 darinya telah dibunuh di dalam masjid – bertaburan dengan arahan mereka yang menghasut kepada peperangan. Allamah al-Mas‘udi di dalam Muruj al-Dhahab , jil id II, ms.7, telah menulis mengenainya dengan perkataan yang berikut: ‘Selain dari mereka yang luka, 70 dari penjaga Baitulmal yang tidak bersenjata telah dijatuhkan hukum mati. Dari 70 ini, 50 telah dipenggal kepalanya dalam penjara. Manusia ini adalah yang pertama di antara muslim yang telah disiksa sehingga mati.’

Diantara para ulama dan ahli sejarah kamu, Ibn Jarir dan Ibn al-Athir telah memberikan perhatian kepada peristiwa ini dengan lebih khusus.

SYIAH MENGATAKAN MENGENAI AISYAH SAMA DENGAN APA YANG DITUNJUKKAN OLEH SEJARAH

Mungkin kamu harus membuang rakaman ini dari buku Sahih kamu. Malahan, pada percetakan semula dari buku-buku ini, sebahagian dari ulama kamu telah menukarkan sebahagian dari maklumat yang tidak dipersetujuinya dan di dalam kes yang lain telah dikeluarkan sama sekali . Kamu sama ada menolak apa yang ditulis oleh ulama dan ahli sejarah kamu, atau kamu berhenti dari menghina Syiah. Mereka hanya mengatakan apa yang tertulis di dalam buku-buku kamu yang sahih.

TIDAK ADA BUKTI YANG AISYAH TELAH BERTAUBAT

Sheikh: Apa yang kamu katakan itu adalah benar, tetapi Ummul Mukminin Aisyah hanyalah manusia biasa, dia bukannya maksum. Telah terpesong dan telah melakukan kesalahan. Disebabkan oleh kelurusannya dia telah terjebak di dalam perangkap dua sahabat yang terkenal, tetapi kemudian dia bertaubat di atas pemberontakannya. Allah mengampunkannya untuk itu.

Shirazi: Pertama kamu telah mengakui sebahagian dari para sahabat yang terkenal adalah keji, walaupun mereka adalah diantara yang hadir ‘dibawah pokok’ pada Baiatul Ridwan. Pada malam-malam yang lalu kamu berhujah bahawa para Sahabat adalah umpama bintang, dan jika

342

Page 343: Sect Comparative In Peshwar Night

kita mengikuti mana-mana di antara mereka, kita akan dapat petunjuk sebenar. Kamu kini mengaku bahawa itu adalah tidak benar. Kedua kamu katakan bahawa Ummul Mukminin Aisyah bertaubat di atas tindakannya. Itu hanyalah kenyataan yang kosong. Sedangkan pemberontakan, peperangan dan pembunuhan terhadap muslim yang tidak berdosa telah diterima oleh semua sebulat suara, tetapi t idak terdapat apa-apa bukti yang dia bertaubat.

AISYAH MENGHALANG PENGKEBUMIAN IMAM HASAN DEKAT DENGAN NABI [DATUKNYA]

Benar, fakta mengatakan bahawa Ummul Mukminin Aisyah selalu resah. Dia telah lakukan banyak kesalahan yang jahil . Tetapi kamu katakan bahawa dia telah bertaubat dari segala kesalahannya, dan merasa malu, duduk menyendiri di dalam rumahnya. Jika itu adalah benar, mengapa dia malayani jasad cucu Nabi dengan cara yang tidak bermaruah?

Kita telah bincangkan bagaimana dia telah melukai hati Nabi, dan bagaimana dia menceburkan diri dalam peperangan dengan menaiki unta menentang penggantinya [Nabi]. Tetapi kemudian, kali ini dengan menunggang keldai, dia menahan jenazah cucu Nabi yang tua dari bergerak maju untuk dikebumikan bersebelahan datuknya, Nabi Allah. Ulama kamu yang terkenal dan juga ahli sejarah, termasuk Yusuf Sibt Ibn al-Jawzi di dalam Tadhkirah Khawas al-Ummah , ms 122; Allamah al-Mas‘udi, pengarang Muruj al-Dhahab , di dalam Ithbat al-Wasiyyah , ms 136; Ibn Abil-Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , jil id IV, ms 18, menyatakan dari Abul Faraj dan Yahya bin Hasan, pengarang buku Kitab al-Nasab ; Muhammad Khwawind Shah di dalam Raudah al-Safa , dan ramai yang lain telah menulis bahawa apabila jenazah Imam Hasan telah dibawa ke Madinah, Aisyah telah menunggang keldai dengan diiringgi oleh sekumpulan Bani Umayyah dan hamba-hamba mereka, menahan kumpulan itu bersama jasad Imam Hasan. Mereka mengatakan bahawa mereka t idak mengizinkan Imam Hasan dikebumikan bersebelahan dengan datuknya, Nabi Allah. Menurut dari kenyataan al-Mas‘udi, Ibn Abbas berkata: ‘Adalah pelik bagi diri kamu, Aisyah! Tidakkah pada hari Peperangan Jamal, bahawa engkau telah memasuki medan peperangan dengan menunggang unta itu mencukupi bagi diri kamu? Sekarang haruskah juga manusia perlu mengenang dalam ingatan mereka pada ‘Hari Baghal’ [keldai]? Menunggang keldai, kamu telah menahan perarakan yang membawa jenazah cucu Nabi. Satu hari kamu menunggang unta, pada hari yang lain menunggang keldai, kamu telah mengoyak-hancurkan kehormatan Nabi Allah. Adakah kamu berazam untuk menghancurkan cahaya Allah? Tetapi pastinya Allah akan sempurnakan cahayanya walau bagaimana bencinya mereka yang kafir; sesungguhnya kita adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kita kembali.’

Sebahagian penulis telah menulis bahawa Ibn Abbas berkata kepadanya: ‘Satu ketika kamu menunggang unta dan di kala yang lain keldai. Jika kamu hidup lebih lama, kamu akan juga menunggang gajah

343

Page 344: Sect Comparative In Peshwar Night

[iaitu kamu akan berperang menentang Allah] Walaupun dari satu perlapan kamu hanya memiliki bahagian satu persembilan, kini kamu telah mengambil kesemuanya.’

Bani Hashim mengeluarkan pedang untuk mengusir mereka. Tetapi Imam Husain campur tangan dan berkata bahawa abangnya telah memberitahu bahawa dia t idak mahu walaupun setit ik darah tumpah disebabkan perarakan jenazah. Maka jenazah Imam Hasan telah dibawa kembali ke Baqi’ dan dikebumikan di sana.

AISYAH SUJUD DI ATAS SYAHIDNYA AMIRUL MUKMININ

Jika Aisyah bertaubat di atas pemberontakannya menentang Amirul Mukminin, mengapa dia melakukan sujud syukur apabila dia mendengar berita syahidnya Imam yang suci? Abul Faraj Isfahani, pengarang buku al-Aghani , menulis mengenai Imam yang suci di dalam Maqatil al-Talibin , berkata: ‘Apabila Aisyah mendengar berita syahidnya Amirul Mukminin Ali, dia melakukan sujud syukur.’ Kemudian baru dia bertanya maklumat mengenai siapa yang telah membunuh Ali. Dia diberitahu bahawa Abdul Rahman Ibn Muljam dari Bani Murad. Terus sahaja dia menyatakan syair berikut ini, ‘Jika Ali telah berlalu dari saya, berita kematiannya telah dibawakan oleh seorang hamba, yang tidak mempunyai debu di dalam mulutnya.’

Zainab, anak perempuan Ummu Salamah, hadir pada masa itu. Dia bertanya kepada Aisyah, adakah wajar untuk dirinya menunjukkan kegembiraan dan mengucapkan kata-kata tersebut mengenai Ali. Itu adalah satu perbuatan yang keji. Aisyah menjawab bahawa dia telah hilang ingatan dan telah mengucapkan kata-kata i tu disebabkan kealpaan. ‘Jika perkara begitu berlaku kepada aku lagi, aku akan mengulangi perbuatan yang sama, kamu boleh mengingatkan aku, supaya aku dapat menahan dari melakukannya.’

Fakta ini menunjukkan dengan jelas bahawa Aisyah tidak bertaubat pada akhir hidupnya sebagaimana yang kamu telah katakan.

KENYATAAN AISYAH YANG BERTENTANGAN MENGENAI UTHMAN

Pada saat ini saya teringat perkara yang lain. Kamu bantah Syiah kerana mengkritik Khalifah Uthman di atas kesalahannya, iaitu kesalahan yang ulama kamu sendiri telah rekodkan di dalam buku-buku mereka.

Sepatutnya, kamu tidak harus melihat dengan berpihak kepada Ummul Mukminin Aisyah, begitu juga ulama atau ahli sejarah, seperti Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , j ilid II, ms 77; al-Mas‘udi di dalam Kitab al-Akhir al-Zaman dan juga dalam al-Ausat ; Sibt Ibn al-Jawzi di dalam Tadhkirah Khawas al-Ummah , ms 36; Ibn Jarir, Ibn Asakir, dan lainnya telah menulis bahawa Ummul Mukminin Aisyah

344

Page 345: Sect Comparative In Peshwar Night

selalu memburukkan Uthman, sehingga dia mengatakan: ‘Bunuh si Na‘thal ini [orang tua nyanyuk]. Semoga Allah membunuhnya, kerana dia telah menjadi kafir.’ Tetapi sebaik sahaja Uthman terbunuh, lantaran disebabkan penentangannya terhadap Ali, dia mula berkata: ‘Uthman telah terbunuh sebagai orang yang dizalimi. Demi Allah, saya akan membela kematiannya. Maka bangunlah dan bantu saya.’

Ibn Abil Hadid menulis: ‘Sebenarnya Aisyah adalah musuh ketat Uthman, sehinggakan dia menggantung pakaian Nabi di rumahnya dan akan memberitahu manusia yang berkunjung ke sana: ‘Ini adalah pakaian Nabi Allah. Ia belumpun menjadi pudar, tetapi Uthman telah menjadikan Sunnahnya tua dan pudar.’

Ibn Abil Hadid menulis bahawa, apabila Aisyah mendengar di Mekah berita pembunuhan Uthman, dia berkata, ‘Semoga Allah menolak dia dari Rahmat-Nya. Dia melakukan amalan yang buruk. Dan Allah tidak menindas makhluknya.’ Iaitu, j ika Dia menghukum seseorang adalah disebabkan kesalahan tindakannya.

Kamu mendengar kenyataan ini dari Aisyah mengenai Uthman tetapi kamu tidak mengambil kira. Sebaliknya j ika perkataan yang sama digunakan oleh Syiah, kamu terus sahaja mengatakan kami kafir.

Kita hendaklah mengambil pandangan yang tidak berpihak. Fakta yang jelas dan diketahui umum bahawa Ummul Mukminin Aisyah dengan keras menentang Amirul Mukminin. Apabila dia mendengar bahawa muslim telah memberikan baiah kepada Imam yang suci dia berkata, ‘Jatuhnya langit ke bumi adalah lebih baik dari menjadikan Ali sebagai Khalifah. Uthman telah dibunuh sebagai orang yang telah dizalimi.’

Pastinya kenyataan yang tidak seimbang ini telah menunjukkan minda yang tidak stabil.

ALLAH MAHA PEMURAH TETAPI DARAH MUSLIM YANG TIDAK BERDOSA TETAP AKAN DITANYA

Sheikh: Ketidak seimbangan Ummul Mukminin Aisyah pastinya telah disampaikan oleh semua, tetapi dua perkara telah diterima dan dibuktikan. Pertama, bahawa dia telah terpedaya dan bahawa untuk seketika waktu dia tidak ingat akan Wazirnya Ali . Dia sendiri telah mengatakan bahawa dia telah terlupa dan hanya ingat apabila t iba di Basrah. Kedua, dia telah bertaubat dari tindakannya. Pasti Allah, setelah mengampunkannya, akan memberikan kepadanya kedudukan yang tinggi di syurga.

Shirazi: Saya tidak akan ulangi apa yang saya telah katakan mengenai persoalan taubat. Darah orang islam yang telah dibunuh dengan tanpa sebab, cercaan dan penghinaan yang telah ditujukan kepada mereka, rampasan terhadap harta akan berlalu sahaja tanpa disoal. Adalah benar di tempat yang boleh dimaafkan, Allah maha pengampun, tetapi di

345

Page 346: Sect Comparative In Peshwar Night

tempat seperti penghormatan Dia amat tegas. Selain dari itu Aisyah sendiri mengaku sehingga di saat akhir kematiannya bahawa dia bertanggong jawab atas bencana yang dahsyat dan ngeri i tu. Sebagaimana ulama kamu telah katakan, bahawa di dalam wasiatnya dia telah berkata yang dia tidak boleh ditanam di sebelah Nabi. Dia tahu bahawa dia telah menganjur banyak kekacauan setelah wafatnya Nabi. Al-Hakim di dalam al-Mustadrak ; Ibn Qutaybah di dalam al-Ma‘arif, Muhammad bin Yusuf Zarandi di dalam Kitab al-A‘lam bi sirah al-Nabi dan Ibn al-Bayyah al-Naisaburi dan yang lainnya telah mengatakan bahawa Aisyah mewasiatkan Abdullah bin Zubair dengan perkataan ini: ‘Tanamkan aku di sebelah kakakku di Baqi’. Aku telah membawa bidaah dan perubahan selepas Nabi Allah.’

AISYAH TIDAK BOLEH MENGATAKAN DIA HILANG INGATAN KERANA DIA TELAH DIINGATKAN OLEH UMMU SALAMAH

Kamu katakan bahawa dia teringat kepada kemuliaan di Basrah dan telah terlupa apa yang Nabi telah larang dia dari melakukannya. Itu idak benar. Kamu harus merujuk kepada buku sahih dari kalangan ulama kamu yang terkenal. Sebagai contoh rujuk kepada Syarh Nahjul Balaghah , jil id II, ms 77, oleh Ibn Abil Hadid.

Ibn Abil Hadid mengatakan dari Tarikh Abi Makhnaf Lut bin Yahya al-Azadi bahawa Ummu Salamah juga berada di Mekah, apabila dia mendengar bahawa Aisyah berhasrat hendak menuntut bela di atas kematian Uthman dan akan pergi ke Basrah. Dia amat terperanjat dengan perkara ini dan mula mengatakan tentang kemuliaan Ali di setiap perjumpaan. Aisyah pergi berjumpa Ummu Salamah dengan harapan supaya dia mendapat sokongan darinya sebelum dia pergi ke Basrah.

Ummu Salamah berkata kepadanya: ‘Sehingga semalam kamu selalu menghina Uthman dan memanggilnya si bodoh nyanyuk, dan sekarang kamu telah berpaling menentang Ali untuk menuntut pembelaan terhadap pembunuhan Uthman. Tidakkah kamu sedar akan kemuliaan Ali? Jika kamu terlupa aku akan mengingatkannya kepada kamu.’

‘Ingatkah pada hari , aku datang kebilik kamu bersama dengan Nabi Allah? Kemudian Ali masuk dan mula bercakap bersendirian dengan Nabi. Apabila percakapan itu berterusan untuk beberapa waktu, kamu bangun dan hendak memarahi Nabi. Aku menghalang kamu dari melakukannya, tetapi engkau tidak mempedulikan nasihat aku. Kamu berkata kepada Ali dengan marah, ‘Dari setiap sembilan hari, satu hari untuk aku, dan pada hari i tu juga engkau datang dan sibukkan diri dengan bercakap dengannya (Nabi).’

Dengan itu Nabi menjadi sungguh marah kepadamu sehingga mukanya menjadi merah dan baginda berkata: ‘Kembalilah! Saya bersumpah dengan Allah bahawa sesiapa yang mempunyai sebarang permusuhan dengan Ali, sama ada dia dari kalangan rumah saya atau sebaliknya,

346

Page 347: Sect Comparative In Peshwar Night

adalah terkecauli dari iman. Dan dengan merasa malu kamu berpatah balik.’

Aisyah berkata. ‘Ya saya ingat.’

Ummu Salamah berkata: ‘Kamu mungkin ingat bahawa satu hari sedang kamu membasuh kepala Nabi, dan saya sedang menyediakan ‘hais’ [sejenis makanan]. Nabi mengangkat kepalanya dan berkata: ‘Siapa di antara kamu yang berdosa; yang akan menunggang unta, dan kepadanya anjing Haw’ab akan menyalak, dan akan jatuh kepala dahulu pada ti tian Sirat?’ Saya kemudian meninggalkan hais dan berkata: ‘Wahai Nabi Allah, saya berlindung dengan Allah dan Nabi-Nya dari tindakan yang sedemikian. Selepas i tu Nabi, menggosok belakang kamu, ‘Jauhkanlah; bahawasanya kamu yang akan melakukan ini.’

Aisyah berkata. ‘Ya saya ingat.’

Ummu Salamah berkata lagi: ‘Saya ingatkan kamu bahawa satu ketika dalam perjalanan, kamu dan aku bersama Nabi. Satu hari Ali sedang membaiki kasut Nabi, dan kita berdua sedang duduk di bawah naungan pokok. Pada ketika itu bapa kamu, Abu Bakar dan Umar datang meminta izin. Kamu dan aku pergi di belakang tirai . Mereka duduk dan setelah bercakap-cakap seketika berkata, ‘Wahai Nabi Allah! Kami tidak tahu nilai persahabatan kamu. Maka kami meminta supaya kamu memberitahu kami siapa yang akan menjadi pengganti dan juga Khalifah, supaya selepas kamu dia akan menjadi pemimpin kami.’

Nabi berkata kepada mereka: ‘Saya tahu tempat, kedudukan dan tahapnya, tetapi j ika saya perkenalkan dia, terus sahaja kamu akan menolaknya, sebagaimana Bani Israel menolak Harun.’ Mereka berdua diam dan pergi. Setelah mereka pergi kita keluar, saya berkata kepada Nabi, ‘Siapa yang akan menjadi Khalifah kepada mereka?’ Nabi berkata, ‘Dia sedang membaiki kasut saya.’ Kita lihat t idak ada sesiapa di sana melainkan Ali. Kemudian saya berkata: ‘Wahai Nabi Allah! Saya tidak dapati sesiapa melainkan Ali.’ Dia berkata, ‘Ali yang sama itulah Khalifah saya.’

Aisyah berkata. ‘Ya saya ingat.’

Ummu Salamah kemudian berkata: ‘Oleh kerana kamu tahu Hadis ini semua, ke mana kamu hendak pergi?’ Dia menjawab, ‘Saya hendak membuat keamanan di antara manusia.’

Telah jelas, bahawa Ummul Mukminin Aisyah tidaklah terpedaya oleh yang lain. Dia sendiri yang telah menyebabkan masalah besar dan setelah mengetahui semua itu, dia dengan sengaja telah bangun memberontak walaupun Ummu Salamah telah mengingatkan kepadanya Hadis-Hadis Nabi. Walaupun setelah mengakui kedudukan dan ketinggian Amirul Mukminin, dia pergi juga menuju Basrah dan

347

Page 348: Sect Comparative In Peshwar Night

mengadakan bencana di sana, yang keputusannya dengan membunuh ramai muslim.

HADIS MEMBAIKI KASUT ADALAH BUKTI YANG AMAT JELAS TERHADAP KEIMAMAHAN DAN KEHALIFAHAN ALI

Hadis membaiki kasut adalah bukti yang amat jelas terhadap Imamah dan keKhalifahan Ali .

Syiah membuat carian dan pertanyaan kepada peristiwa yang telah lalu 1 400 tahun dahulu. Dengan pengetahuan ayat-ayat al-Quran dan buku-buku sahih dari kedua golongan ulama, mereka telah membuat rumusan yang adil. Kami percaya bahawa, walaupun pada sejarah Ali telah diberikan kedudukan keempat, satu kedudukan yang kelihatan rendah, tetapi ia tidak memberi kesan kepada kecemerlangannya, tidak juga memperkecilkan pentingnya Hadis yang membuktikan haknya yang sebenar sebagai pengganti Nabi.

Kami juga mengakui bahawa fakta yang telah dirakamkan oleh sejarah bahawa Abu Bakar [melalui cara politik] telah dilantik sebagai Khalifah di Saqifah dengan ketiadaan Ali , Bani Hashim dan Sahabat Nabi yang terkenal lainnya, walaupun dengan bantahan kaum Ansar Khazraj. Selepas itu adalah melalui diktator perseorangan maka Umar dan Uthman memenuhi kerusi Khalifah. Tetapi terdapat perbezaan. Mereka ini adalah Khalifah ummah; penyokong mereka telah menjadikan mereka Khalifah. Sebaliknya Amirul Mukminin Ali adalah Khalifah Nabi dan telah dilantik oleh Allah dan Nabi untuk menjadi Wazir.

Sheikh: Ini sesuatu tidak baik dari kamu. Tidak ada perbezaan di antara mereka. Manusia sama yang telah membuat keputusan untuk memberikan kedudukan Khalifah kepada tiga orang Khalifah: Abu Bakar, Umar, Uthman juga menyerahkannya kepada Ali.

CARA PERLANTIKKAN YANG BERBEZA DARI TIGA KHALIFAH PERTAMA ADALAH BUKTI KEPADA TIDAK SAHNYA KHALIFAH MEREKA

Shirazi: Terdapat banyak perbezaan yang jelas dalam cara melantik Khalifah. Pertama, kamu merujuk kepada Ijmak. Adalah perlu untuk mengulangi tujuan maksud saya. Saya telah buktikan pada malam yang terdahulu isu Ijmak tidak berasas. Tidak terdapat keputusan sebulat suara mengenai kedudukan Khalifah setiap orang dari mereka.

BUKTI YANG LAIN PADA TIDAK SAHNYA IJMAK

Kedua, jika kamu bergantung kepada Ijmak sebagai asas kepada Khalifah dan menganggapnya dibolehkan dari pihak Allah dan juga Nabi maka apabila Khalifah mati, ummah hendaklah berkumpul semula untuk melantik Khalifah lagi. Sesiapa yang dilantik dengan sebulat

348

Page 349: Sect Comparative In Peshwar Night

suara boleh menjadi Khalifah ummah [ya bukannya Khalifah Nabi Allah] Dan prosedur ini hendaklah diikuti sepanjang zaman.

Kamu hendaklah mengakui bahawa Ijmak yang sedemikian tidak pernah diadakan. Walaupun Ijmak yang tidak sempurna, yang mana Bani Hashim dan Ansar t idak hadir, tidak diadakan untuk sesiapa melainkan [katakanlah] Abu Bakar bin Abi Qahafah. Khalifah Umar, menurut pendapat ahli sejarah Islam, telah diasaskan pada keputusan seorang iaitu Abu Bakar bin Abi Qahafah. Jika Ijmak diperlukan kepada perlantikan Khalifah, mengapa ia tidak diadakan masa melantik Khalifah Umar, dan kenapa pendapat Ijmak tidak didapatkan selepas itu?

Sheikh: Telah nyata bahawa apabila Abu Bakar telah dijadikan Khalifah melalui Ijmak, keputusan bagi Khalifah untuk melantik penggantinya adalah sah. Tidak ada perlunya pada memanggil Ijmak. Bahkan keputusan Khalifah pada melantik Khalifah selepasnya adalah pada asasnya telah mencukupi. Hak ini telah diberikan kepada Khalifah bahawa dia hendaklah melantik Khalifah selepasnya supaya manusia tidak berada di dalam kekacauan dan kebingungan. Apabila Khalifah yang diterima Abu Bakar melantik melalui persetujuan umum Umar sebagai Khalifah selepasnya, dia menjadi Khalifah Nabi yang sah.

NABI MELANTIK ALI DIKETEPIKAN DAN ABU BAKAR MELANTIK UMAR DISOKONG

Shirazi: Kami percaya bahawa Khalifah yang diterima mempunyai hak melantik penggantinya. Adalah tanggong jawabnya tidak meninggalkan ummah kebingungan dan tanpa petunjuk, dan keputusannya mencukupi kepada perlantikan Khalifah. Tetapi jika kamu percayakan ini, mengapa kamu menafikan Nabi akan haknya? Dan mengapa kamu mengabaikan semua petunjuk yang jelas yang Nabi telah tekankan berkali-kali dan menyampaikannya diberbagai keadaan, menamakan Ali sebagai penggantinya, dan semuanya ada tertulis di dalam buku-buku sahih kamu. Kamu hanya melincung ke tepi apabila isu ini dit imbulkan dan diketengahkan lalu membuat pentafsiran yang tidak sesuai sebagaimana yang dilakukan Ibn Abil Hadid apabila menolak Hadis dari Ummu Salamah di atas dasar yang tidak munasabah.

Lebih lagi atas dasar apa kamu katakan bahawa Khalifah pertama yang dilantik oleh Ijmak, mempunyai hak untuk melantik penggantinya. Adakah Nabi meninggalkan sebarang arahan untuk itu? Tidak. Kamu juga mengatakan apabila Khalifah pertama memantapkan kedudukannya melalui Ijmak, tidak ada perlunya melantik Khalifah lain melalui Ijmak. Khalifah yang sama mempunyai kuasa dari ummah untuk melantik Khalifah selepasnya.

BANTAHAN TERHADAP MAJLIS SYURA

349

Page 350: Sect Comparative In Peshwar Night

Jika begitu, mengapa prinsip i tu digunakan untuk Khalifah Umar sahaja? Untuk Khalifah Uthman prinsip ini telah tidak diikuti . Sepatutnya dia melantik Khalifah selepasnya, Umar kini telah meninggalkan persoalan yang perlu diputuskan oleh Syura yang mengandungi enam ahli . Saya tidak tahu apakah yang kamu anggap sebagai prinsip di mana pemilihan Khalifah telah diasaskan. Kamu sedia maklum jika ada perbezaan asas di dalam penghujahan, isu yang sebenar menjadi batal.

Jika pendirian kamu bahawa asas Khalifah adalah Ijmak maka keseluruh ummah hendaklah membuat keputusan [tidak perlulah disebut fakta sebenar bahawa Ijmak tidak pernah diadakan untuk Khalifah Abu Bakar] jadi mengapa Ijmak yang sedemikian tidak diadakan untuk Khalifah Umar? Jika kamu menganggap Ijmak adalah perlu hanya kepada Khalifah pertama, dan pada perlantikkan Khalifah seterusnya keputusan Khalifah yang ada telah mencukupi, jadi mengapa prinsip ini tidak diikuti di dalam kes Uthman? Mengapa Khalifah Umar meninggalkan prinsip yang diadakan oleh Abu Bakar? Mengapa dia meninggalkan pemilihan Khalifah kepada Majlis al-Syura? Khalifah Umar sesuka hati memilih kommiti yang dengannya perlu ada badan perwakilan bagi ummah [supaya dengannya ada sedikit perwakilan dan pandangan dari yang ramai]

BANTAHAN TERHADAP ABDUL RAHMAN BIN ‘AUF SEBAGAI PEMUTUS KATA

Perkara yang paling aneh adalah bahawa kesemua hak ahli kommiti telah diletakkan di bawah Abdul Rahman bin ‘Auf. Kami tidak tahu atas dasar apa Abdul Rahman bin ‘Auf dipil ih. Adakah atas dasar agama, reputasi, pengetahuan atau kejayaan? Yang kami pasti dia adalah kerabat terdekat Uthman dan tidak akan menyokong sesiapapun melainkan dia. Ia telah diputuskan bahawa Abdul Rahman adalah benar, dan apabila dia memberikan baiah kepada sesiapa yang lain hendaklah diikuti.

MENURUT NABI, ALI HENDAKLAH DIIKUTI DI DALAM MERUJUK KEPADA SEMUA YANG LAIN

Apabila kita pertimbangkan perkara ini dengan telit i, kami dapati ini adalah arahan diktator yang menyamar dengan nama Syura. Bahkan hari ini kita l ihat bahawa prinsip demokrasi sepenuhnya bertentangan dengan prinsip itu. Tetapi Nabi berulang kali berkata: ‘Ali berputar bersama-sama kebenaran dan kebenaran berputar bersama-sama Ali .’ Nabi juga berkata: ‘Ali adalah ‘Faruq’ pemisah bagi ummah yang membahagikan di antara benar dan salah.’ Al-Hakim di dalam al-Mustadrak , Hafiz Abu Nu‘aim di dalam al-Hilyah ; al-Tabarani di dalam al-Ausat ; Ibn Asakir di dalam Tarikh ; Muhammad bin Yusuf Kanji al-Syafii di dalam Kifayah al-Talib ; Muhibuddin al-Tabari di dalam Riyad al--Nuzrah ; al-Hamawaini di dalam Fara’id ; Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah dan al-Suyuti di dalam al-Durru al-Manthur

350

Page 351: Sect Comparative In Peshwar Night

menyampaikan dari Ibn Abbas, Salman, Abu Dharr dan Hudhaifah bahawa Nabi berkata: ‘Sejurus selepas saya, kekacauan akan berlaku. Pada ketika itu adalah perlu untuk kamu berdamping dengan Ali ibn Abi Talib, oleh kerana dia adalah orang pertama yang berjabat tangan dengan saya pada hari pengadilan. Dia adalah yang paling benar dan ‘Faruq’ bagi ummah; dia membahagikan di antara yang benar dengan yang salah, dia adalah ketua bagi yang beriman’.

Menurut Hadis dari Ammar bin Yasir [yang mana saya telah rujuk dahulu dengan mendalam puncanya] Nabi telah berkata: ‘Jika semua orang pergi ke satu arah dan Ali pergi ke arah berlainan, kamu hendaklah mengikut Ali dan tinggalkan yang lain. Wahai Ammar! Ali tidak akan menyesatkan kamu dan tidak akan membawa kamu kepada kemusnahan. Wahai Ammar! Patuh kepada Ali adalah patuh kepada saya, dan patuh kepada saya adalah patuh kepada Allah.’

KEKEJAMAN YANG AMAT SANGAT TELAH DILAKUKAN OLEH UMAR KEPADA AMIRUL-MUKMININ

Walaupun begitu, Khalifah Umar, telah melanggar arahan Nabi, menjadikan Ali di bawah Abdul Rahman bin ‘Auf di dalam Syura. Adakah penguasaan itu betul dengan merendahkan Sahabat yang terkenal? Tuan yang dihormati! Berlaku adillah! Selidiklah kejadian sejarah di era ini seperti al-Isti‘ab , al-Isabah dan Hilyah al-Auliya’ . Kemudian bandingkan Ali dengan Abdul Rahman, dan lihatlah siapa yang lebih berhak kepada undian veto, Abdul Rahman atau Amirul Mukminin. Kamu akan dapati mendapati komplot politik merampas hak Ali.

Lebih-lebih lagi, jika cara pemilihan yang diguna pakai Khalifah Umar adalah wajar diikuti , iaitu Majlis al-Syura adalah perlu untuk melantik Khalifah, mengapa ia t idak dilakukan apabila Amirul Mukminin menjadi Khalifah?

Adalah pelik bahawa untuk kedudukan bagi keempat Khalifah [Abu Bakar, Umar, Uthman dan Ali] empat cara yang berlainan telah diguna pakai. Sekarang cara yang mana pada asasnya adalah betul dan cara mana yang salah? Jika kamu kata kesemuanya adalah betul, maka kamu kena akui kamu tidak punya prinsip asas pada perlantikkan jawatan Khalifah.

Sheikh: Mungkin kenyataan kamu betul. Kamu katakan kami perlu selidiki persoalan ini. Kami dapati bahawa kedudukan Khalifah Ali juga meragukan keadaannya, oleh kerana Ijmak yang sama melantik Khalifah terdahulu Abu Bakar, Umar dan Uthman, Ijmak itulah juga yang melantik Ali.

Shirazi: Apa yang kamu katakan mungkin boleh dipertikaikan jika ia bukan dari kenyataan Nabi. Yang sebenarnya Khalifah Ali tidak bergantung kepada Ijmak ummah. Ia adalah perlantikkan Allah.

351

Page 352: Sect Comparative In Peshwar Night

KHALIFAH ALI ADALAH DIPERINTAHKAN OLEH ALLAH

Imam yang suci mengambil kedudukan Khalifah adalah umpama mengambil haknya yang sah. Jika hak seseorang telah dirampas, dia boleh mengambilnya kembali pada bila-bila masa yang dia berkesempatan berbuat demikian. Begitulah, apabila tidak ada rintangan dan keadaan menghendakkinya, Imam yang suci mengambil haknya.

Jika kamu telah lupa maksud yang saya telah sampaikan dahulu, kamu boleh merujuk surat khabar yang melaporkan maklumat yang saya telah bentangkan mengenai isu ini. Kami telah buktikan bahawa Ali menduduki kedudukan Khalifah berasaskan ayat al-Quran dan juga Hadis Nabi.

Kamu tidak dapat menyebutkan satu Hadis yang diterima oleh kedua golongan yang mana Nabi berkata bahawa Abu Bakar, Umar atau Uthman adalah penggantinya. Sudah tentu selain dari Hadis dari buku Syiah, terdapat juga Hadis yang banyak dari Nabi yang telah dirakamkan oleh buku Sahih kamu, yang menunjukkan bahawa Nabi secara khusus melantik Ali sebagai penggantinya.

Sheikh: Terdapat juga Hadis yang menunjukkan bahawa Nabi berkata Abu Bakar adalah juga Khalifahnya

Shirazi: Nampaknya kamu telah terlupa pada hujah saya terdahulu yang menolak penerimaan Hadis tersebut. Saya bagaimanapun akan menjawab sekali lagi pada malam ini. Sheikh Mujaddidudin Firuzabadi, pengarang Qamus al-Lughat berkata di dalam Kitab al-Safar al-Sa‘adah : ‘Apa sahaja yang telah dikatakan pada memuji Abu Bakar adalah berasaskan pada cerita rekaan di mana minda yang waras t idak dapat menerimannya sebagai benar.’

Jika kamu teliti masalah kedudukan Khalifah, kamu akan dapati bahawa tidak terdapat Ijmak yang sebenar untuk mana-mana Khalifah empat yang pertama [Abu Bakar, Umar, Uthman dan Ali] atau untuk mana-mana Khalifah Umayyah dan Abbasiyyah. Ummah tidak pernah berkumpul dan tidak juga diwakili berkumpul untuk memberikan undian mereka.Tetapi j ika dikatakan secara perbandingan, kita dapati Khalifah Ali telah disokong oleh apa yang dikatakan hampir kepada Ijmak.

Ahli sejarah dan ulama kamu menulis bahawa untuk Khalifah Abu Bakar pada mulanya hanya Umar dan Abu Ubaidah al-Jarrah, penggali kubur, yang hadir. Kemudian beberapa orang dari kaum Aus memberikan baiah kepadanya oleh sebab mereka ditentang oleh kaum Khazraj yang telah melantik Sa‘ad bin Ubadah sebagai calon. Kemudian yang lain melalui kekerasan, [sebagaimana saya telah nyatakan secara mendalam dahulu] ada kumpulan yang digerakkan oleh pertimbangan polit ik telah memberikan baiah kepada Abu Bakar. Pihak

352

Page 353: Sect Comparative In Peshwar Night

Ansar yang mengikuti Sa‘ad bin Ubadah tidak mengiktiraf Khalifah sehingga saat terakhir.

Kemudian Khalifah Umar yang telah dilantik hanya dengan cadangan Abu Bakar, dan tidak ada kena mengena dengan Ijmak. Uthman yang berikutnya menjadi Khalifah melalui keputusan Majlis al-Syura yang telah ditubuhkan secara paksa oleh Khalifah Umar.

Pada masa Khalifah Ali kebanyakan perwakilan dari kebanyakan negeri Islam, dengan secara tidak langsung berada di Madinah kerana hendak mencari penyelesian terhadap masalah mereka, telah mendesak Ali supaya menjadi Khalifah.

Nawab: Adakah perwakilan dari negara Islam berkumpul di Madinah untuk tujuan melantik Khalifah mereka?

Shirazi: Tidak, Khalifah Uthman masih Khalifah. Perwakilan dari kebanyakan negara Islam, suku kaum dan puak berkumpul di Madinah untuk mengadu mengenai orang kenamaan (para pembesar) Umayyah, gabenor, pegawai kerajaan, orang kenamaan istana seperti Marwan dan lainnya. Keputusan dari Ijmak ini bahawa Uthman yang berkeras dengan polisi penindasannya telah dibunuh.

Selepas kejadian ini bahawa penduduk Madinah bertemu dengan Ali dan dengan desakan mereka membawanya dia ke masjid, di mana manusia memberikan baiah kepadanya. Ijmak yang begini terbuka telah tidak berlaku pada mana-mana Khalifah yang tiga terdahulu. Penduduk Madinah dan ketua negara telah memberikan baiah kepada orang perseorangan dan mengiktirafnya sebagai Khalifah mereka.

ASAS SEBENAR KHALIFAH ALI BUKAN IJMAK TETAPI PENGISTIHARAN NABI

Walaupun Ijmak telah diadakan untuk Amirul Mukminin, kami tidak menganggap itu sebagai asas keKhalifahannya. Untuk mengesahkan kedudukan Khalifahnya kami bergantung pada al-Quran dan juga perintah Nabi. Itu adalah amalan para Nabi bahawa mereka sendiri, dengan mematuhi perintah Allah, telah melantik pengganti mereka dan juga Khalifah.

Kamu katakan tidak ada perbezaan di antara Amirul Mukminin, dan Khalifah yang lain. Dan bahkan terdapat banyak petunjuk bahawa adanya perbezaan yang besar diantara Ali dengan Khalifah yang lain.

ALI LEBIH CEMERLANG DARI KHALIFAH YANG LAIN

Ciri pertama yang menjadikan Amirul Mukminin lebih berwibawa dari Khalifah yang lainnya adalah dia dilantik sebagai pengganti Nabi oleh Allah dan Rasul-Nya. Yang lainnya dilantik oleh sekumpulan kecil manusia. Sudah pasti Khalifah yang dilantik oleh Allah dan Rasul-Nya

353

Page 354: Sect Comparative In Peshwar Night

lebih cemerlang dari mereka yang telah dilantik oleh manusia. Sifat Amirul Mukminin yang terpuji, paling berpengetahuan, mulia dan warak. Semua ulama dari ummah [melainkan sebilangan kecil Khawarij dan Nasibi, dan pengikut Abu Bakar] semuanya sependapat dalam pandangan mereka bahawa selepas Nabi, Ali mendahului semua yang lain di dalam pengetahuan, kemuliaan, keadilan, kebangsawanan dan kewarakan.

Di dalam menyokong fakta ini, saya telah menyebutkan dahulu beberapa Hadis dan ayat al-Quran. Sekarang saya teringat beberapa Hadis lagi dengan maksud ini.

HADIS NABI MENGENAI KECEMERLANGAN ALI

Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad , Abul Mu’ayyid Muwaffaq Ibn Ahmad al-Khawarizmi di dalam bab keempat Manaqib ; Mir Sayyid Ali al-Hamadani Shafii di dalam Mawaddatul Qurba , Hafiz Abu Bakar al-Baihaqi al-Shafii di dalam Sunan , dan ramai lagi telah menyampaikan dari Nabi dengan sedikit perbezaan perkataan dan versinya, bahawa Nabi berlata: ‘Ali di antara kamu adalah yang paling terpelajar, yang paling mulia dan pengadil yang terbaik. Sesiapa yang menolak kenyataannya, amalannya atau pendapatnya, sebenarnya telah menolak saya. Sesiapa yang menolak saya, telah menolak Allah, dan ia di dalam lingkungan yang kafir.’ Lebih lagi, Ibn Abil Hadid ulama kamu yang terkenal telah menulis di beberapa tempat di dalam Syarh Nahjul Balaghah bahawa cemerlangnya Amirul Mukminin Ali telah diakui oleh ramai para sahabat dan Tabiin. Sheikh dari Baghdad juga mengakuinya.

Sila beritahu kami apa yang kamu pertimbangkan di dalam kemuliaan seseorang hingga menjadikannya lebih cemerlang dari yang lain?

Sheikh: Sebenarnya terdapat banyak kemuliaan dan kualit i yang terpuji yang boleh dikatakan cemerlang dari yang lain, tetapi pendapat saya kualiti yang paling menyinar selepas percaya kepada Allah dan Nabi-Nya adalah [1] keturunan yang suci [2] pengetahuan [3] warak.

Shirazi: Allah merahmati kamu! Saya akan hadkan perbincangan pada tiga tujuan ini.

Sebenarnya setiap Sahabat, sama ada dia Khalifah atau t idak, mempunyai kualit i baik tertentu. Tetapi mereka yang memiliki semua kemuliaan ini sudah pastinya lebih cemerlang dari semua yang lain. Jika saya buktikan ketiga-tiga ciri ini terdapat pada Amirul Mukminin yang melebihi dari yang lain, maka kamu hendaklah mengakui orang yang suci ini adalah lebih berhak kepada tuntutan Khalifah. Dan jika dia dihalang dari kedudukan tersebut, i tu adalah disebabkan oleh helah polit ik.

KETURUNAN ALI YANG SUCI

354

Page 355: Sect Comparative In Peshwar Night

Di dalam perkara keturunan dengan pengecualian Nabi, tiada siapa yang boleh dibandingkan dengan Ali. Bahkan sebahagian dari ulama yang fanatik seperti Alauddin Mulla Ali bin Muhammad Usyji , Abu Uthman ‘Amr bin Bahr Jahiz al-Nasibi, dan Sa‘aduddin Mas‘ud bin Umar al-Taftazani telah berkata: ‘Kami amat kagum pada perkataan Ali yang mengatakan, ‘Kami adalah Ahli Bayt Nabi. Tiada siapa dapat dibandingkan dengan kami.’

Juga di dalam syarahan kedua Nahjul Balaghah Imam yang suci selepas menerima kedudukan Khalifah berkata: ‘Tiada siapa dari ummah ini boleh dibandingkan dengan keluarga Muhammad. Bagaimana mungkin mereka [ummah] yang menerima rahmat, pengetahuan dan kebajikan dari mereka [Ahli Bayt] sama dengan mereka [Ahli Bayt]? Mereka adalah pengasas bagi agama dan tiang bagi keimanan. Mereka [ummah] yang menyimpang dari jalan yang benar berpaling kepada mereka [Ahli Bayt], dan mereka [ummah] yang tertinggal di belakang, cepat-cepat maju untuk berdampingan dengan mereka [Ahli Bayt] Hanya mereka sahaja yang mempunyai hak yang khusus pada Imamah dan Wazir. Hanya untuk mereka sahaja Nabi membuat wasiat. Mereka adalah pewaris Nabi yang sebenar. Sekarang hak sebenar telah dipulangkan kepada penuntut hak yang sah dan telah sampai pada tempat di mana ia telah dipindahkan.’

Kenyataan Amirul Mukminin mengenai tuntutannya pada kedudukan Khalifah adalah bukti yang terbaik menunjukkan haknya pada kedudukan itu.

Tetapi kata-kata ini tidak dinyatakan oleh Amirul Mukminin sahaja. Bahkan penentangnya juga telah mengakui perkara yang sama. Saya telah tunjukkan pada malam yang lalu bahawa Mir Sayyid Ali al-Hamdani mengatakan di dalam Mawaddatul Qurba, Mawadda 7, dari Abi Wa’il, yang mengatakan bahawa Abdullah bin Umar berkata, ‘ Di dalam menunjukkan para sahabat Nabi, kami sebutkan nama Abu Bakar, Umar dan Uthman. Seorang bertanya di mana nama Ali . Kami katakan, ‘Ali tergolong di dalam Ahli Bayt Nabi, dan tiada siapa yang boleh dibandingkan dengan dia; dia adalah bersama dengan Nabi Allah pada kedudukan.’

Juga dia mengatakan dari Ahmad bin Muhammad Kurgi al-Baghdadi, yang berkata bahawa Abdullah bin Ahmad ibn Hanbal berkata mengenai sahabat yang layak dipuji , dia namakan Abu Bakar, Umar dan Uthman. Dia kemudian ditanya apakah pendapatnya mengenai Ali Ibn Abi Talib. Ahmad bin Hanbal berkata, ‘Dia tergolong di dalam Ahli Bayt. Yang lain tidak boleh dibandingkan dengan dia.’

Mengenai keturuan Ali , ia mempunyai dua aspek, satu dari cahaya dan satu lagi bagi jasad. Maka dalam aspek ini Ali mempunyai kedudukan yang unik selepas Nabi Allah.

355

Page 356: Sect Comparative In Peshwar Night

KEJADIAN ALI DARI CAHAYA DAN PENYATUANNYA DENGAN NABI

Dari sudut pandangan cahaya, Amirul Mukminin menduduki tempat yang pertama, sebagaimana banyak dari ulama kamu telah katakan. Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad , Mir Sayyid Ali al-Hamdani Faqih al-Shafii di dalam Mawaddatul Qurba ; Ibn Maghazili al-Shafii di dalam Manaqib dan Muhammad bin Talhah al-Shafii di dalam Matalib al-Su’ul f i Manaqib Ali al-Rasul menyampaikan dari Nabi yang berkata, ‘Saya dan Ali Ibn Abi Talib adalah dari cahaya yang sama di hadrat Allah 14 000 tahun sebelum kajadian Adam. Apabila Allah menjadikan Adam, Dia meletakkan cahaya ini pada tempat peranakkan Adam. Kami tinggal kekal bersama sebagai satu cahaya sehingga kami dipisahkan di tempat peranakan Abul Muttalib. Kemudian saya dianugerahkan dengan kenabian dan Ali dengan Khalifah.’

Mir Sayyid Ali al-Hamdani Faqih al-Shafii di dalam Mawaddatul Qurba , Mawaddah VII, menyebutkan perkara ini. ‘Ali dan Nabi adalah dari cahaya yang sama. Ali telah dianugerahkan dengan kualit i yang mana tidak diberikan kepada semua manusia yang lain di dunia ini.’

Di antara Hadis yang telah dirakamkan di dalam Mawaddah ini, terdapat kenyataan dari Khalifah ketiga Uthman bin Affan, yang berkata bahawa Nabi telah berkata, ‘Saya dan Ali telah dijadikan dari satu cahaya 4 000 tahun sebelum di jadikan Adam. Apabila Allah menjadikan Adam, Dia memasukkan cahaya ini ditempat peranakan Adam. Kami tinggal sebagai satu cahaya sehingga kami dipisahkan di tempat peranakan Abdul-Muttalib. Kemudian saya dianugerahkan dengan kenabian dan Ali dengan Wazir.’

Di dalam Hadis yang lain dia menulis bahawa Nabi berkata kepada Ali, ‘Maka kenabian dan kerasulan datang kepada saya. Wazir dan Imamah datang kepada kamu, Ali.’

Hadis yang sama telah disampaikan oleh Ibn Abil Hadid al-Mu‘tazili di dalam Syarh Nahjul Balaghah , jil id II, ms 450 (cetakan Mesir) dari pengarang buku Kitab al-Firdaus . Juga Sheikh Sulayman al-Balkhi di dalam Yanabi’ al-Mawaddah , bahagian I, menyatakan dari al-Jam‘ al-Fawa’id , Manaqib oleh Ibn Maghazili al-Shafii, Musnad al-Firdaus oleh al-Dailami, Fara’id al-Simtain oleh al-Hamawaini dan Manaqib oleh Khawarizmi, dengan sedikit perbezaan pada perkataan tetapi t idak pada maksud, bahawa Nabi Muhammad dan Ali telah dijadikan dari cahaya ribuan tahun sebelum kejadian cakrawala dan kedua mereka adalah dari satu cahaya sehingga mereka dipisahkan satu sama lain pada tempat peranakan Abdul Muttalib. Satu bahagian pada tempat peranakan Abdullah dan melaluinya Nabi telah dilahirkan. Yang satu lagi telah ditempatkan pada peranakan Abu Talib dan melaluinya Ali dilahirkan. Muhammad telah dipilih sebagai Nabi dan Ali sebagai Wazir, sebagaimana telah dinyatakan oleh Nabi sendiri.

356

Page 357: Sect Comparative In Peshwar Night

Abul-Mu’ayyid Muwaffaq bin Ahmad al-Khawarizmi dan ramai yang lain lagi telah menyatakan dari punca yang boleh dipercayai bahawa Nabi telah berkata, ‘Saya dan Ali telah dilahirkan dari satu cahaya,. Kami t inggal bersama sehingga kami sampai ketempat peranakan Abdul Muttalib di mana kami berpisah.’

KETURUNAN ALI SECARA FIZIKAL

Dari segi keturunan Ali secara fizikal, bukti yang jelas bahawa keturunannya yang paling tinggi dan suci dari segi kedudukan sebelah bapa dan juga di pihak ibu. Kesemua mereka yang terdahulu sehingga sampai kepada Adam adalah penyembah Tuhan yang satu Cahaya ini tidak pernah sampai kepada mana-mana tempat peranakan yang tidak suci. Tidak ada dari Sahabat yang lain dapat mengatakan yang sedemikian. Jalinan keturunan Ali adalah seperti berikut: (1) Ali bin (2) Abu Talib bin (3) Abdul Muttalib (4) Hashim (5) Abd al-Manaf (6) Qusai (7) Kilab (8) Murrah (9) Ka’ab (10) Luw’i (11) Ghalib (12) Fihr (13) Malik (14) al-Nadar (15) Kinanah (16) Khazimah (17) Madrek (18) Ilyas (19) Mudar (20) Nizar (21) Ma‘d (22) Adnan (23) Awwad (24) Al-Yasa’ (25) Al-Hamis (26) Bunt (27) Salaman (28) Haml (29) Qaidar (30) Ismail (31) Ibrahim Khalilullah (32) Tarukh (33) Nahur (34) Sharukh (35) Rag‘uh (36) Talih (37) Abir (38) Shaleh (39) Arfaksyad (40) Sam (41) Nah (42) Lamik (43) Metusyalekh (44) Akhnukh (45) Yarid (46) Mahla’il (47) Qinan (48) Anush (49) Seth (50) Adam Abu’l-Basyar.

Selain daripada Nabi, tiada yang lain mempunyai keturunan yang begitu mulia.

AZAR BUKAN BAPA IBRAHIM

Sheikh: Kamu telah katakan bahawa kesemua leluhur Ali adalah penyembah Tuhan yang satu, saya fikir awak sudah salah. Sebahagian dari leluhurnya adalah penyembah berhala. Sebagai contoh bapa Ibrahim Khalil lulah, Azar, penyembah berhala. Al-Quran dengan jelas berkata:

Dan (ingatlah) ketika Nabi Ibrahim berkata kepada bapanya Azar: "Patutkah ayah menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya Aku melihatmu dan kaummu Dalam kesesatan Yang nyata". [Surah al-An‘am 6: 74]

Shirazi: Kamu hanya mengulangi apa orang yang terdahulu dari kamu telah katakan, walaupun kamu tahu bahawa pakar dari segi ilmu keturunan semuanya bersetuju bahawa bapa Ibrahim adalah Tarukh, bukannya Azar.

Sheikh: Tetapi i tu adalah ij tihad [hujah berasaskan pertimbangan minda sendiri] berhadapan dengan kenyataan tuhan. Kamu

357

Page 358: Sect Comparative In Peshwar Night

mengemukakan pandangan pakar kaji keturunan di dalam menentang al-Quran, yang dengan jelas telah mengatakan bahawa bapa Ibrahim adalah Azar, penyembah berhala.

Shirazi: Saya tidak pernah berhujah menentang perundangan Tuhan. Tujuan saya untuk mengetahui pentafsiran al-Quran yang sebenarnya. Untuk mencapai kepada maksud tujuan itu saya mencari petunjuk dari mereka yang sama dengan al-Quran sebagai punca petunjuk; Ahli Bayt Nabi. Perkataan yang digunakan di dalam al-Quran mempunyai maksud umum, kerana di dalam pengertian umum walaupun bapa saudara dan saudara sebelah ibu juga dipanggil ‘bapa’.

Terdapat dua pandangan mengenai Azar. Pertama bahawa dia adalah bapa saudara Ibrahim dan kedua adalah, selain dari bapa saudara, setelah bapa sebenar Ibrahim iaitu Tarukh, meninggal dunia dia telah mengahwini ibu Ibrahim. Maka Ibrahim biasa memanggilnya bapa, kerana dia telah menjadi suami kepada ibunya.

Sheikh: kita tidak boleh mengenepikan maksud al-Quran yang jelas, melainkan kita jumpa maksud yang lain di dalam al-Quran itu sendiri, yang menunjukkan dengan jelas bahawa bapa saudara atau suami ibu dipanggil juga ‘bapa’. Jika kamu gagal untuk membuktikan keterangan yang begitu [dan pastinya kamu akan gagal] maka kenyataan kamu tidak boleh diterima.

Shirazi: Ada ketikanya dalam al-Quran perkataan yang telah digunakan maksud serta tujuannya adalah secara adalah umum. Sebagai contoh, ayat 133 Surah 2, Baqarah, telah menyokong maksud saya. Ia merakamkan soal jawaban Nabi Ya‘akub dengan anak-anaknya, pada saat kematiannya:

(Demikianlah wasiat Nabi Yaakub, bukan sebagaimana yang kamu katakan itu Wahai orang-orang Yahudi)! kamu tiada hadir ketika Nabi Yaakub hampir mati, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apakah yang kamu akan sembah sesudah aku mati?" mereka menjawab: "Kami menyembah Tuhanmu dan Tuhan datuk nenekmu Ibrahim dan Ismail dan Ishak, Iaitu Tuhan yang Maha Esa, dan kepada-Nyalah sahaja Kami berserah diri (dengan penuh iman)". [Surah al-Baqarah 2: 133]

Di dalam ayat ini pembutian pada kenyataan saya adalah perkataan Ismail . Menurut al-Quran, bapa Nabi Ya‘akub adalah Ishak dan Ismail adalah bapa saudaranya, tetapi, menurut amalan umum, dia biasa memanggilnya bapa. Oleh kerana anak Ya‘akub juga menurut amalan biasa, memanggil bapa saudara mereka bapa, maka mereka menggunakan perkataan yang sama ketika menjawab kepada bapanya. Tuhan menyampaikan soal jawab mereka seperti mana ia berlaku. Begitu juga Ibrahim biasa memanggil bapa saudaranya dan juga suami

358

Page 359: Sect Comparative In Peshwar Night

ibunya ‘bapa’, walaupun, menurut bukti yang kukuh dari sejarah dan pakar keturunan, telah diakui sebagai fakta bahawa bapa Ibrahim bukan Azar tetapi Tarukh.

BAPA DAN IBU NABI BUKANLAH MUSYIRIK TETAPI MEREKA ADALAH YANG BERIMAN

Bukti kedua pada fakta bahawa keturunan Nabi bukanlah musyirik dan kafir adalah ayat 219 dari surah al-Syu‘ara (26):

Dan (melihat) gerak-gerimu di antara orang-orang yang sujud.

Mengenai maksud pengertian ayat suci ini Sheikh Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam Yanabi’ al-Mawaddah , jil id II, dan banyak yang lain lagi dari ulama kamu, telah menyampaikan dari Ibn Abbas, yang berkata: ‘Allah pindahkan benih kejadian Nabi yang suci dari Adam kepada para Nabi berikutnya, dari satu kepada yang lain, kesemuanya adalah yang beriman, sehingga dia dijadikan dari bapanya melalui pernikahan yang halal dan bukannya haram.’

Terdapat juga Hadis yang diketahui ramai yang mana semua ulama kamu telah menyebutkannya. Bahkan Imam al-Tha‘labi, yang dikenali sebagai Imam Hadis, menulis di dalam Tafsirnya dan Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam Yanabi’ al-Mawaddah , j ilid II, disampaikan dari Ibn Abbas, bahawa Nabi telah berkata, ‘Allah menghantar saya ke dunia melalui Adam dan dipindahkan kepada Ibrahim. Dia terus memindahkan saya dari tempat peranakan yang mulia dan yang suci sehinggalah dia menjadikan saya dari bapa dan ibu saya, yang tidak pernah berjumpa secara haram.’

Di dalam Hadis yang lain Nabi telah berkata, ‘Allah t idak pernah mencampurkan kepada saya sebarang benih yang jahil.’

Di dalam bab yang sama Sulayman Balkhi menyampaikan dari Ibkar al-Afkar oleh Sheikh Salahuddin bin Zainuddin bin Ahmad yang di kenali sebagai Ibn al-Sala al-Halbi dan dari Syarh Kibrit al-Ahmar oleh Sheikh Abdul Qadir telah menyampaikan dari Alaud Dawlah Semnani, Hadis yang mendalam dari Jabir Ibn Abdullah bahawa Nabi telah ditanya apa yang Allah jadikan dahulu [yang mula-mula]. Nabi menjawab soalan i tu dengan khusus, yang mana saya tidak dapat mengatakannya pada ketika ini . Pada penghujung Hadis i tu Nabi berkata: ‘Begitulah Allah berterusan memindahkan cahaya saya dari yang suci kepada yang suci sehingga dia meletakkan saya kepada bapa saya, Abdullah bin Abdul Muttalib. Dari sana Dia membawa saya kepada tempat peranakan ibu saya, Aminah. Kemudian Dia menjadikan saya hadir di dunia ini dan menganugerahkan kepada saya gelaran Sayyidul Mursalin [ketua Para Rasul] dan Khatam al-Nabiyyin [penutup Para Nabi]

359

Page 360: Sect Comparative In Peshwar Night

Kenyataan Nabi bahawa dia berterusan dipindahkan dari yang suci kepada yang suci, membuktikan bahawa tiada dari datuknya yang terdahulu dari kalangan yang kafir. Menurut dari al-Quran yang mengatakan:

Sesungguhnya (kepercayaan) orang-orang kafir musyrik itu najis.. .[Surah al-Tawbah 9: 28]

Setiap musyirik dan kafir adalah najis. Dia mengatakan bahawa dia telah dipindahkan dari tempat peranakan yang suci ke tempat peranakan yang suci, oleh kerana penyembah berhala kotor, maka tidak ada dari keturunannya yang menyembah berhala.

Di dalam bab yang sama dari Yanabi’ al-Mawaddah satu Hadis dari Ibn Abbas telah disampaikan melalui Jabir bahawa Nabi berkata, ‘Saya tidak dilahir melalui cara perkahwinan yang tidak sah pada zaman jahiliah. Saya telah dilahirkan melalui cara Islam dengan ada pernikahan.’

Tidakkah kamu membaca syarahan 105 Nahjul Balaghah? Amirul Mukminin berkata mengenai datuk-datuk Nabi yang terdahulu, ‘Allah menyediakan untuk mereka [para Nabi] tempat yang terbaik [tempat peranakan ibu mereka yang suci]. Dia memindahkan mereka dari tempat yang terhormat dan suci ke tempat terhormat dan suci. Apabila bapa dari salah seorang mereka meninggal dunia anaknya mengambil-alih dengan agama Allah, sehingga Allah maha besar menjadikan Muhammad Nabi dan Rasul-Nya. Maka Dia telah menjadikan punca kejadian Nabi tempat yang paling tinggi dan suci. Jalinan keturunan Nabi termasuk mereka yang berkedudukan tinggi.’

Secara ringkas keturunan Nabi, semenjak dari Nabi Adam, kesemuanya adalah yang beriman dan menyembah Tuhan yang Esa. Bolehlah dikatakan bahawa mereka dari Ahli Bayt Nabi lebih mengetahui status kedudukan keluarga mereka dari orang lain.

LELUHUR ALI YANG TERDAHULU BEBAS DARI KAFIR

Apabila telah terbukti bahawa keturunan Nabi adalah yang beriman dan penyembah tuhan yang satu, maka sama jugalah dengan keturunan Ali yang juga menyembah Allah. Saya telah buktikan melalui buku kamu bahawa Muhammad dan Ali adalah dari satu cahaya, dan selalu tinggal bersama di dalam tempat yang suci sehinggalah mereka dipisahkan di dalam tubuh Abdul Muttalib. Setiap orang yang waras akan mengakui bahawa manusia yang terbilang personalitinya adalah penuntut kedudukan Khalifah yang sebenar.

SALAH FAHAM MENGENAI KEIMANAN ABU TALIB DAN PENJELASANNYA

360

Page 361: Sect Comparative In Peshwar Night

Sheikh: Saya terima fakta bahawa Tarukh adalah bapa Ibrahim, dan kamu telah buktikan kesucian keturunan Nabi. Tetapi tidak mungkin untuk mencari keterangan yang sedemikian di dalam kes Ali. Walaupun jika kita mengakui bahawa semua dari keturunannya sehingga Abdul Muttalib adalah yang beriman, bapanya Abu Talib, pastinya telah meninggalkan dunia ini sebagai kafir.

Shirazi: Saya mengaku terdapat perbezaan pendapat di kalangan ummah mengenai keimanan Abu Talib. Tetapi kami hendak kaatakan, ‘Wahai Allah! Kutuklah si zalim pertama yang menunjukkan kekejaman kepada Nabi dan kutuklah keturunannya. Semoga kutukan Allah ke atasnya yang memalsukan Hadis yang akhirnya Nasibi dan Khariji mula mengatakan bahawa Abu Talib meninggalkan dunia sebagai seorang yang kafir.’

Ulama Syiah secara umum dan semua ahli keluarga Nabi percaya di dalam keimanan Abu Talib. Juga ramai dari i lmuan dan ulama kamu yang berfikiran saksama, seperti Ibn Abil Hadid, Jalaluddin al-Suyuti, Abul Qasim al-Balkhi, Abu Ja‘afar al-Iskafi, guru mereka dari golongan Muktazilah, dan Mir Sayyid Ali al-Hamadani Faqih Shafii – semuanya bersetuju bahawa Abu Talib adalah muslim.

IJMAK SYIAH MENGENAI KEIMANAN ABU TALIB

Syiah yakin bahawa Abu Talib, semenjak dari mula lagi percaya kepada Nabi Allah. Syiah mengikuti Ahli Bayt yang suci, mengakui dengan satu kepercayaan ‘Abu Talib t idak pernah menyembah berhala; dia adalah salah seorang dari keturunan Ibrahim.’ Pandangan yang sama juga telah dinyatakan di dalam buku sahih ulama kamu.

Sebagai contoh, Ibn al-Athir berkata di dalam al-Jami‘ al-Usul : , ‘Menurut keterangan dari Ahli Bayt, diantara semua bapa saudara Nabi, hanya Hamzah, Abbas dan Abu Talib menerima islam.

Persetujuan umum Ahli Bayt mengenai sesuatu maksud hendaklah dianggap muktamad. Hadis al-Thalaqain dan Hadis lain yang telah saya rujuk pada malam yang lalu dengan jelas membuktikan bahawa Nabi telah membuat kenyataan yang jelas mengenai maksumnya keluarga baginda. Mereka adalah seiring dengan al-Quran dan satu dari Thaqalain [perkara yang berat] yang Nabi telah tinggalkan sebagai punca petunjuk kebenaran untuk manusia. Adalah perlu bagi setiap muslim untuk patuh kepada mereka supaya mereka tidak akan tersesat.

Kedua, menurut dari kata-kata ‘Ahli sesebuah rumah lebih mengetahui mengenai ahli keluarga mereka,’ keluarga yang suci ini , lebih mengetahui mengenai keimanan datuk mereka dari Mughirah bin Shu‘bah, seorang Bani Umayyah, Kharij i dan Nasibi atau manusia jahil yang lainnya.

361

Page 362: Sect Comparative In Peshwar Night

Adalah amat memeranjatkan bahawa ulama kamu tidak menerima kenyataan dari Ahli Bayt Nabi, termasuk pemimpin orang-orang yang warak, Amirul Mukminin, yang mana keikhlasan dan kebenarannya telah diakui oleh Allah dan Nabi-Nya. Kesemuanya mengatakan bahawa Abu Talib meninggal sebagai seorang yang beriman. Kamu tidak mempercayainya, tetapi kamu menerima perkataan dari seorang yang telah disahkan pendusta dan keji, Mughirah, sebahagian periwayat Umawiyyah, Khariji dan Nasibi.

Ibn Abil Hadid al-Mu‘tazil i, seorang dari ulama kamu yang terkenal, berkata di dalam Syarh Nahjul Balaghah , j ilid III, ms 310: ‘Terdapat berbagai pendapat mengenai Islamnya Abu Talib. Golongan Imamiyyah dan kebanyakkan dari Zaidiyyah berkata bahawa dia meninggal dunia ini sebagai muslim. Selain dari semua ulama Syiah, sebahagian dari ulama kita yang utama, seperti Abul Qasim al-Balkhi dan Abu Ja‘afar al-Iskafi berpegang pada pendapat bahawa Abu Talib memeluk islam, tetapi dia tidak nyatakan kepercayaannya, supaya dia dapat memberikan sepenuh sokongan kepada Nabi dan disebabkan oleh pengaruhnya, pihak penentang mungkin tidak menyekat usaha Nabi.’

SALAH PENGERTIAN MENGENAI PEMALSUAN HADIS ZUHZAH DIPERJELASKAN

Sheikh: Nampaknya kamu tidak tahu dengan ‘Hadis Zuhzah’ yang mengatakan, ‘Abu Talib di dalam api neraka’

Shirazi: Itu adalah Hadis palsu yang direka pada masa Muawiyah bin Abi Sufyan oleh musuh Nabi. Kemudian Bani Umayyah dan pengikutnya telah meneruskan usaha itu untuk memalsukan Hadis menentang Ali ibn Abi Talib dan menyebarkannya kepada manusia. Mereka t idak mahu menjadikan keimanan Abu Talib menjadi terserlah seperti Hamzah dan juga Abbas. Pemalsu Hadis Zuhzah adalah juga Mughirah, seorang yang keji dan juga musuh Amirul Mukminin.

Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , jil id III, ms 159-163; al-Mas‘udi di dalam Muruj al-Dhahab , dan ulama lain menulis bahawa Mughirah telah melakukan penzinaan di Basrah. Apabila saksi dibawakan ke hadapan Khalifah Umar, 3 dari mereka mengaku terhadapnya, tetapi yang keempat telah diajari untuk mengatakan sehingga kesaksiannya diragukan. Maka yang 3 orang telah dijatuhkan hukuman dan Mughirah telah dibebaskan.

Pengarang Hadis i tu adalah seorang penzina dan pemabuk, yang mana perundangan agama hampir dijatuhkan ke atasnya. Dia telah menciptakan Hadis itu kerana bencinya dia kepada Amirul Mukminin dan untuk mengambil hati Muawiyah. Kemudian Muawiyah dan pengikutnya telah memperkukuhkan Hadis palsu ini dengan pengakuan bahawa ‘Abu Talib di dalam neraka.’

362

Page 363: Sect Comparative In Peshwar Night

Lebih-lebih lagi mereka yang ada kaitan dengan penyampaian Hadis itu seperti Abdul Malik bin Umar, Abdul Aziz al-Rawandi dan Sufyan al-Thawri, adalah penyampai yang lemah dan tidak boleh diterima. Fakta ini telah disahkan oleh ilmuan dan pengulas kamu yang mashur, al-Dhahabi yang telah menyatakan di dalam bukunya Mizan al-I‘tidal , jil id II. Jadi bagaimana seseorang boleh bergantung kepada Hadis yang sebegini, yang telah disampaikan oleh seorang yang terkenal pemalsu dan penyampai yang lemah?

BUKTI TERHADAP KEIMANAN ABU TALIB

Terdapat banyak keterangan yang membuktikan keimanan Abu Talib.

[1] Nabi berkata di dalam Hadis [cantuman dua jari], ‘Saya dan penyokong anak yatim bersama-sama di dalam syurga seperti jari ini.’

Ibn Abil Hadid juga menyampaikan Hadis ini di dalam Syarh Nahjul Balaghah , j ilid IV, ms 312, di mana dia berkata bahawa adalah nyata kenyataan Nabi t idak bermaksud semua penyokong anak yatim, oleh kerana kebanyakkan penyokong anak yatim adalah yang keji . Maka di sini Nabi maksudkan Abu Talib, dan datuknya yang mashur, Abdul Muttalib, yang telah memelihara Nabi. Nabi telah dikenali di Mekah sebagai anak yatim Abu Talib kerana setelah kematian Abdul Muttalib, Nabi, dari usia 8 tahun telah dipelihara oleh Abu Talib.

[2] Terdapat Hadis yang terkenal yang telah disampaikan oleh Syiah dan Sunni dengan cara yang berlainan. Sebahagian dari mereka berkata bahawa Nabi telah berkata: ‘Jibril datang kepada saya dan memberikan khabar gembira dengan perkataan begini, ‘Allah dengan pastinya telah mengecualikan dari api neraka tempat peranakan di mana kamu telah dikeluarkan, tembuni yang mengandungi kamu, susuan yang menyusukan kamu dan peha yang memangku kamu.’ Mir Sayyid Ali al-Hamadani di dalam Mawaddatul Qurba , Sheikh Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam Yanabi’ al-Mawaddah , dan Qadi Shawkani di dalam Hadis al-Qudsi telah mengatakan bahawa Nabi berkata, ‘Jibril datang kepada saya dan berkata ‘Allah sampaikan salam kepada kamu dan berkata sesungguhnya Dia telah kecualikan dari api neraka tempat peranakan yang melindungi kamu, tembuni yang menanggong berat kamu dan pangkuan yang meribai kamu.’

Laporan tersebut dan juga Hadis dengan jelas membuktikan keimanan penyokong Nabi, terutama Abdul Muttalib, Abu Talib dan isterinya Fatimah binti Asad, dan juga bapa Nabi, Abdullah, dan ibunya, Aminah bint Wahhab, dan ibu susuannya, Halimah.

SYAIR IBN ABIL HADID PADA MEMUJI ABU TALIB

[3] Ilmuan terkenal kamu, Izzuddin Abd al-Hamid Ibn Abil Hadid al-Muktazili, mengubah syair yang berikut di dalam memuji Abu Talib. Mereka merakamkan di dalam Syarh Nahjul Balaghah , jil id III, ms 318,

363

Page 364: Sect Comparative In Peshwar Night

‘Tanpa Abu Talib dan anaknya Ali ibn Abu Talib, Islam tidak mempunyai kecemerlangan atau kekuatan. Abu Talib melindungi Nabi di Mekah serta menyokongnya, dan Ali pula di Madinah. Abi Talib, dari arahan bapanya Abdul Muttalib, terus menjaga Nabi dan Ali serta menyempurnakan tugas tersebut.

Apabila Abu Talib meninggal dunia dengan kehendak Allah, ini tidak menyebabkan sebarang kerugian kerana dia telah tinggalkan Ali sebagai kenangannya. Abu Talib telah memulakan perkhidmatan yang gemilang untuk Allah dan Ali telah menyempurnakannya kerana Allah.

Kemuliaan Abu Talib tidak dapat dirosakkan oleh kenyataan yang jahil dari seseorang, atau oleh mereka yang ingin melenyapkan kemuliaannya [musuhnya], ia tidak ubah seperti seseorang yang mengatakan hari siang yang terang benderang itu malam yang gelap gelita, dengan mengatakan gelap, t idak ada kesannya pada cahaya siang.’

SYAIR ABU TALIB MEMBUKTIKAN KEISLAMANNYA

[4] Syair Abu Talib yang digubahnya sendiri pada memuji Nabi adalah bukti yang nyata terhadap keimanannya. Sebahagian dari syair i tu telah dirakamkan oleh Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , jil id III, ms 316. Lebih lagi ulama kamu seperti Sheikh Abul Qasim al-Balkhi dan Abu Ja‘afar al-Iskafi, telah menulisnya sebagai bukti untuk keimanan Abu Talib.

Abu Talib menulis, ‘Saya meminta pelindungan dari Allah, terhadap mereka yang membenci kami atau mengatakan yang buruk mengenai kami, dari mereka yang keji yang mencaci kami dan dari mereka yang mengaitkan perkara kepada agama yang kami telah jauhi.’

Saya bersumpah dengan rumah Allah bahawa dia berdusta yang mengatakan bahawa saya akan meninggalkan Muhammad, walaupun kami lagi memerangi musuhnya dengan pedang dan tombak.

Kami sesungguhnya akan menolong dia sehingga kami dapat menghancurkan musuhnya. Kami akan memberikan kepadanya pengorbanan yang akan melupakan kami kepada isteri dan anak-anak kami.

Cahaya dia adalah yang melalui kegemilangan cahaya wajahnya kami mendapat ribuan rahmat dari Allah.

Dia datang memberikan bantuan kepada yang yatim; dia adalah tempat perlindungan para janda. Yang tidak berkemampuan dari Bani Hashim datang kepadanya meminta bantuan dan telah dicurahi dengan beberapa rahmat.

364

Page 365: Sect Comparative In Peshwar Night

Saya bersumpah dengan diri saya bahawa saya mempunyai kecintaan yang amat kepada Ahmad. Saya cintakan dia seumpama sahabat yang lkhlas.

Saya dapati diri saya sesuai untuk dijadikan korban untuk dirinya, maka saya membantunya seolah dia adalah permata bagi manusia seluruh dunia, kutukan terhadap musuh dan rahmat bagi ummah.

Semuga yang menjadi alam ini menyokong dia dengan pertolongan-Nya dan juga agama-Nya, yang mana adalah jalan Allah, dan tidak terdapat padanya amalan yang salah.’

Terdapat syair khas dari Abu Talib yang Ibn Abil Hadid rakamkan di dalam Syarh Nahjul Balaghah , jil id III, ms 312, dan yang lainnya, telah disampaikan sebagai bukti kepada kepercayaannya. Di dalam syair itu dia berkata, ‘Manusia itu mengharap kami untuk menentang Islam dengan pedang dan tombak; mereka fikir kami akan membunuh Muhammad. Tetapi muka kami belum lagi diwarnakan darah dengan pertolongan mereka. Saya bersumpah dengan rumah Allah bahawa kamu telah mengatakan kepada ku pendustaan; semoga kamu ditimpa bencana. Hatim dan Zamzam mungkin diisi sehingga penuh dengan kepala terpotong. Kezaliman telah dilakukan kepada Muhammad, yang telah dihantar oleh Allah untuk memberi petunjuk kepada manusia. Dia telah diberkan kitab, yang telah diwahyukan oleh Tuhan langit.’

Selain dari keterangan yang jelas, yang telah membuktikan iman Abu Talib, Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , j ilid III, ms 315, menyebutkan syair yang berikut: ‘Kamu menjadi saksi terhadap adanya Allah! Saksikanlah bahawa sesungguhnya saya mengikuti agama Nabi Allah, bernama, Ahmad. Yang lain mungkin sesat di dalam agama mereka, tetapi saya adalah seorang yang mendapat petunjuk.’

Tuan-tuan berlaku adillah, dan katakan kepada kami j ika penulis syair itu boleh dikatakan seorang yang kafir.

Shekh: Syair itu tidak boleh diterima atas dua sebab. Pertama, tidak ada rantaian berterusan mengenainya. Kedua, t idak terdapat di mana-mana yang boleh dil ihat bahawa Abu Talib mengesahkan keIslamannya. Menyampaikan beberapa syairnya tidak dapat dirumuskan sebagai bukti bahawa dia adalah Islam.

Shirazi: Bantahan kamu terhadap rantaian berterusan penyampai amatlah pelik. Bila mana kamu berhasrat, kamu menerima laporan perseorangan sebagai boleh dipercayai dan jika kamu tidak berhajat , kamu menggunakan senjata kurangnya rantaian penyampai.

Jika kamu fikirkan sejenak, j ika syair ini tidak disampaikan sacara berterusan oleh individu tertentu, walau pun begitu, tetapi jika ambil secara keseluruhan, ia telah membuktikan bahawa Abu Talib percaya terhadap kerasulan Nabi. Terdapat banyak perkara yang semacam ini di

365

Page 366: Sect Comparative In Peshwar Night

mana rantaian penyampainya ditentukan dengan cara yang sama seperti di atas. Sebagai contoh pertempuran Amirul Mukminin dan juga contoh pada keberaniannya bergantung pada penyampai yang sendirian ( khabar ahad). Tetapi j ika diambil secara keseluruhan, laporan itu membentuk satu rupa berterusan, yang telah dapat memberikan kepada kita pengetahuan yang diperlukan terhadap keberaniannya. Kemurahan Hatim dan keadilan Nushirwan telah diketahui dengan cara yang sama.

Oleh kerana kamu terlalu suka dengan rantaian berterusan penyampai, si la beritahu kami bagaimana kamu buktikan bahawa Hadis Zuhzah telah disampaikan dengan jayanya.

PENGESAHAN KEPERCAYAAN ABU TALIB KEPADA ALLAH PADA SAAT KEMATIANNYA

Terhadap bantahan kamu kedua, jawapan saya amat mudah. Adakah perlu untuk menyatakan pengesahan seseorang terhadap keesaan Allah, kerasulan Nabi, hari kebangkitan dan seterusnya dalam bentuk prosa. Tetapi jika seseorang menyatakan kepercayaannya dalam bentuk syair, tidakkah ia mencukupi, ‘Kamu yang percaya kepada Allah, bersaksilah bahawa sesungguhnya saya mengikuti agama Nabi Allah, Ahmad.’ Ia mempunyai kesan yang sama seperti dia telah katakan dalam bentuk prosa.

Selain i tu, dia mengesahkan kepercayaannya pada saat kematian dalam bentuk prosa juga. Sayyid Muhammad Rasuli al-Bazranji , Hafiz Abu Nu‘aim, dan al-Baihaqi telah menyampaikan bahawa sekumpulan ketua Quraish, termasuk Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah datang kepada Abu Talib apabila dia hampir meninggal dunia. Pada ketika itu Nabi berkata kepada bapa saudaranya Abu Talib, ' ‘Katakan bahawa tidak ada Tuhan melainkan Allah,’ supaya saya boleh menjadi saksi di hadapan Allah.’ Di kala itu juga Abu Jahal dan Abi Umayyah berkata, ‘Abu Talib! Adakah kamu akan berpaling dari kepercayaan Abdul Muttalib?’ Mereka mengulangi kata-kata tersebut berulang kali sehingga Abu Talib berkata, ‘Kamu seharusnya mengetahui bahawa Abu Talib mengikuti kepercayaan Abdul Muttalib.’ Keputusannya mereka semua pergi dengan merasa senang. Apabila tanda-tanda kematian kelihatan pada Abu Talib, saudaranya Abbas, yang sedang duduk pada penjuru katil , melihat bibirnya bergerak-gerak. Apabila dia cuba mendengarkan apa yang dikata Abu Talib, dia mendengar Abu Talib berkata, ‘Tidak ada Tuhan melainkan Allah,’ Abbas berkata kepada Nabi, ‘Anak saudaraku! Saya bersumpah dengan tuhan bahawa saudara saya Abu Talib telah mengatakan apa yang engkau arahkan supaya dia katakan.’ Oleh kerana Abbas pada masa i tu belum memeluk islam, dia t idak menyebutkan kata-kata i tu.

Kami telah buktikan pada mulanya bahawa keturunan Nabi semuanya yang beriman di dalam keesaan Allah. Kamu harus tahu bahawa adalah mustahak untuk Abu Talib mengatakan dia mengikuti kepercayaan Abdul Muttalib. Dia telah memuaskan orang-orang itu, dan yang

366

Page 367: Sect Comparative In Peshwar Night

sebenarnya dia mengesahkan kepercayaannya terhadap keesaan Allah kerana Abdul Muttalib mengikuti kepercayaan Nabi Ibrahim. Lebih-lebih lagi dia mengucapkan kata-kata ‘t idak ada Tuhan melainkan Allah’ Jika kamu mempelajari fakta sejarah mengenai Abu Talib, kamu pasti akan mengakui bahawa dia adalah seorang yang beriman.

PERTUKARAN NABI BERSAMA DENGAN ABU TALIB PADA PENGISTIHARAN KERASULANNYA

Pada hari pengistiharan kerasulannya, Nabi bersama dengan bapa saudaranya Abbas pergi kepada Abu Talib dan berkata kepadanya, ‘Sesungguhnya, Allah telah mengarah saya untuk menyampaikan perintah-Nya; sesungguhnya Dia telah menjadikan saya Rasul-Nya; maka bagaimana kamu melayani saya?’

Abu Talib adalah pemimpin puak Quraish, ketua Bani Hashim, dan manusia yang paling dihormati pada pandangan masyarakat Mekah. Dia telah membesarkan Nabi. Jika dia seorang yang kafir, pada ketika itu juga dia telah menentangnya. Dan jika dengan pembuktian itu tidak mencukupi; Nabi yang telah datang kepada dia untuk meminta pertolongan di dalam menyebarkan risalahnya, Abu Talib setelah melihat bahawa itu adalah bertentangan dengan agamanya, tentu telah memperingatkan Nabi atau sekurang-kurangnya menghalau Nabi keluar dari tempatnya. Penolakan sedemikian tentu telah menghalang Nabi dari tugasnya yang besar. Agama Abu Talib [jika dikatakan kafir] tentu telah terselamat, dan pasti dia mendapat kepujian dari sekutunya. Abu Talib boleh memarahi Nabi sebagaimana Azar telah lakukan kepada anak saudaranya Ibrahim.

PENGISTIHARAN KERASULAN IBRAHIM DAN PERBUALANNYA DENGAN AZAR

Di dalam al-Quran, Allah maha besar memberitahu bagaimana Ibrahim Khalil al-Rahman telah ditinggikan sebagai Nabi Allah. Dia berkata kepada bapa saudaranya, Azar:

"Wahai ayahku, Sesungguhnya telah datang kepada-ku dari ilmu pengetahuan yang tidak pernah datang kepadamu oleh itu ikutlah daku; Aku akan memimpinmu ke jalan yang betul. [Surah Maryam 19: 43]

(Bapanya) menjawab: "Patutkah engkau bencikan tuhan-tuhanku, Wahai Ibrahim? Demi sesungguhnya jika engkau tidak berhenti daripada menyeru dan menasihati daku sudah tentu aku akan melontarmu dengan batu; dan (ingatlah lebih baik) engkau tinggalkan daku sepanjang masa". [Surah Maryam 19: 46]

367

Page 368: Sect Comparative In Peshwar Night

ABU TALIB MEMBERITAHU NABI SOKONGANNYA YANG PENUH DAN JUGA MEMBACAKAN SYAIR PADA MEMUJI ISLAM

Tetapi sebaliknya, apabila Nabi meminta pertolongan dia, Abu Talib berkata, ‘Wahai anak saudaraku! Teruskanlah dengan misi kamu. Sesungguhnya kamu adalah tinggi di dalam kedudukan, terkuat di dalam kaum dan yang paling suci di dalam jalinan keturunan keluarga. Saya bersumpah dengan Allah bahawa lidah yang mengatakan sesuatu yang buruk kepada kamu akan dijawab oleh saya dengan pedang yang tajam. Demi Allah, seluruh kaum Arab akan berlutut di hadapan kamu, sebagaimana binatang berlutut di hadapan tuannya.

Lebih lagi dia menggubah ayat-ayat yang berikut, merujuk kepada misi Nabi. Ini telah dirakamkan oleh Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , j ilid III, ms 306, dan Sibt Ibn al-Jawzi di dalam al-Tadhkirahnya ms 5:-

‘Saya bersumpah dengan Allah bahawa manusia i tu dengan pengikutnya tidak akan sampai kepada kamu, sehingga aku menghantar mereka semua kekuburannya.Maka teruskanlah melaksanakan tugas kamu. Saya berikan khabar gembira mengenai kejayaan kamu. Sejukkanlah mata kamu dengannya.Kamu telah memanggilku kepada agama mu. Aku percaya bahawa kamu telah memandu aku ke jalan yang benar; kamu pastinya yang paling benar dan yang paling dipercayai.Kamu telah membawa kepada kami agama yang aku tahu amat baik dari segala agamaJika aku tidak takut pada ancaman dan tindakan balasan, kamu akan dapati aku menyokong kamu secara terangan-terangan’.

Syair ini menunjukkan bahawa Abu Talib mengesahkan Muhammad sebagai Rasul Allah. Terdapat banyak lagi syair sedemikian yang Ibn Abil Hadid rakamkan di dalam Syarh Nahjul Balaghah dan ramai ulama yang lain telah menulis berkenaan hal ini di dalam buku-buku mereka.

ABU TALIB ADALAH PENYOKONG DAN PENJAGA NABI

Kebanyakan dari ulama kamu telah merakamkan fakta ini . Kamu boleh merujuk kepada Sheikh Sulayman Balkhi al-Hanafi dalam Yanabi’ al-Mawaddah , bab 52, yang mana dia menyampaikan dari Abu Uthman Amr bin Bahr al-Jahiz yang menulis mengenai Abu Talib, dia berkata, ‘Abu Talib adalah penyokong Nabi dan Rasul. Dia menulis banyak syair pada memuji Nabi. Dia adalah pemimpin Quraish.’

Bukti yang nyata ini menunjukkan keilhlasan kepercayaan Abu Talib. Telah pasti Bani Umayyah menggalakkan manusia mengutuk pemimpin orang yang beriman, Amirul Mukminin, dan juga cucu Nabi, Hasan dan Husain. Mereka juga mengadakan Hadis yang mengutuk Imam yang suci dan memalsukan laporan bahawa bapanya meninggal dunia sebagai

368

Page 369: Sect Comparative In Peshwar Night

seorang kafir. Pemberita yang terkutuk itu adalah Mughirah bin Shu‘bah, seorang yang memusuhi Ali dan bersahabat dengan Muawiyah. Khariji dan Nasibi menyebarkan pandangan itu bahawa Abu Talib adalah seorang kafir. Orang awam telah dibawa kepada mempercayai bahawa itu adalah pandangan yang benar. Adalah amat pelik bahawa kamu menganggap Abu Sufyan, Muawiyah dan Yazid [semoga kutukan Allah ke atas mereka] orang yang beriman dan muslim, walaupun terdapat pertunjuk yang banyak pada yang sebaliknya. Dan bahkan mereka telah mengatakan Abu Talib kafir walaupun terdapat bukti yang nyata yang menunjukkan dia adalah yang kuat beriman.

TIDAK WAJAR MEMANGGIL MUAWIYAH ‘KHALUL MUKMININ’ .

Sheikh: Adakah wajar untuk kamu memanggil Khalul Mukminin [bapa saudara yang beriman], Muawiyah bin Abu Sufyan ‘kafir’ dan selalu mengutuknya. Bolehkah kamu memberitahu kami apakah bukti bahawa Muawiyah bin Abu Sufyan dan Yazid adalah kafir dan berhak dikutuk. Dua manusia yang terkenal ini adalah di antara para Khalifah. Bahkan Muawiyah memiliki dua gelaran Khalul Mukminin [bapa saudara yang beriman], dan juga Katib al-Wahi [penulis wahyu].

Shirazi: Bolehkan kamu mengatakan bagaimana Muawiyah menerima gelaran Khalul Mukminin [bapa saudara yang beriman]?

Sheikh: Oleh kerana adik perempuan Muawiyah, Ummu Habibah, adalah isteri Nabi dan Ummul Mukminin [ibu orang yang beriman] maka abangnya Muawiyah menjadi Khalul Mukminin [bapa saudara yang beriman]

Shirazi: Pada pendapat kamu kedudukan Ummul Mukminin Aisyah lebih tinggi atau Ummu Habibah, adik perempuan Muawiyah?

Sheikh: Walaupun mereka berdua Ummul Mukminin, pastinya Aisyah lebih cemerlang dari Ummu Habibah.

Shirazi: Menurut dari kriteria kamu, semua saudara dari isteri Nabi adalah Khalul Mukminin [bapa saudara yang beriman]. Maka kenapa kamu tidak memanggil Muhammad bin Abu Bakar sebagai Khalul Mukminin? Menurut kamu bapanya lebih tinggi dari Muawiyah, dan kakaknya lebih t inggi dari adik perempuan Muawiyah. Tidak! Muawiyah sebagai Khalul Mukminin tidak punya sebarang asas kebenaran.

MUAWIYAH BERTAKBIR KERANA KESYAHIDAN IMAM HASAN

Abul Faraj al-Isfahani di dalam Maqatil al-Talibin , Ibn Abd al-Barr di dalam al-Isti‘ab , al-Mas‘udi di dalam Ithbat al-Wasiyyah , dan banyak

369

Page 370: Sect Comparative In Peshwar Night

lagi ulama telah menyampaikan bahawa Asma Ju‘da, dengan arahan dan janji dari Muawiyah, memberi racun kepada Abu Muhammad Hasan Ibn Ali. Ibn Abd al-Barr dan Muhammad bin Jarir al-Tabari telah juga mengatakan bahawa apabila Muawiyah telah diberitahu atas wafatnya Imam yang suci, dia melaungkan takbir [Allah mana besar]. Ya pastinya manusia terkutuk seperti ini layak dipanggil Khalul Mukminin menurut kamu!!!

MUHAMMAD BIN ABI BAKR TELAH DIBUNUH DAHAGA DAN DIBAKAR MENJADI ABU KERANA CINTAKAN AHLI BAYT

Tetapi l ihatlah kepada Muhammad ibn Abi Bakr, yang telah dibesarkan oleh Amirul Mukminin dan seorang dari Sahabat karib Ahli Bayt yang suci.

Berkata mengenai keluarga yang suci ini, dia berkata, ‘Wahai keturunan Fatimah! Kamu adalah tempat keselamatan untuk saya dan juga petunjuk. Adalah melalui kamu pada hari pengadilan, yang amalan baik saya akan nampak dan menjadi lebih bererti. Oleh kerana cinta saya untuk kamu ikhlas, saya tidak memperduli jika orang yang disebelah saya menyalak.’

Walaupun dia adalah anak dari Khalifah pertama, Abu Bakar, dan saudara kepada Ummul Mukminin Aisyah, dia tidak digelar Khalul Mukminin. Dia telah dizalimi dan dihalang dari warisan bapanya!!

Apabila Amr bin ‘As dan Muawiyah bin Khadij menawan Mesir, bekalan air kepada Muhammad bin Abu Bakar telah dipotong. Apabila dia hampir mati dengan kehausan, dia telah dibunuh. Dia kemudiannya dibungkus dengan kulit keldai dan bungkusan itu telah dibalingkan ke dalam api. Apabila Muawiyah mengetahui perkara ini , dia merasa amat gembira.

Mendengar kepada fakta ini, kamu tidak bertanya mengapa manusia terkutuk ini melakukannya kepada anak Abu Bakar, Khalul Mukminin, Muhammad bin Abu Bakar; dengan begitu kejam. Tetapi apabila Muawiyah dikutuk, kamu terus menjadi marah. Maka kamu telah l ihat penentangan terhadap keturunan Nabi, dan ia berterusan sehingga kehari ini.

Oleh kerana Muhammad bin Abu Bakar adalah seorang dari Sahabat keurunan Nabi, kamu tidak memanggilnya Khalul Mukminin, atau menyesali atas pembunuhannya. Dan oleh kerana Muawiyah adalah musuh ketat Ahli Bayt keturunan Nabi, kamu mengelarkan dia Khalul Mukminin. Semoga Allah selamatkan kami dari sikap fanatik yang buta tuli!!

MUAWIYAH BUKAN PENULIS WAHYU TETAPI HANYA PENULIS SURAT

370

Page 371: Sect Comparative In Peshwar Night

Kedua, Muawiyah bukanlah penulis wahyu. Dia memeluk Islam pada tahun kesepuluh Hijrah apabila wahyu telah selesai diturunkan. Yang sebenarnya dia adalah penulis surat. Dia telah menyebabkan kesusahan yang amat sangat kepada Nabi. Pada tahun kelapan Hijrah apabila Mekah ditawan dan Abu Sufyan memeluk islam, Muawiyah menulis banyak surat kepada bapanya, memarahinya kerana dia telah menerima Islam. Apabila keseluruhan semenanjung Arab dan daerah-daerah sekitarnya tunduk kepada pengaruh Islam, Muawiyah sendiri telah terpaksa memeluk Islam. Dengan melakukan itu dia telah kehilangan semua yang dibanggakannya. Kemudian al-Abbas meminta Nabi memberikan kepada Muawiyah sedikit kedudukan supaya tidak merasa terhina. Memandangkan kepada sokongan bapa saudaranya, Nabi melantik Muawiyah sebagai penulis surat.

BUKTI TERHADAP KAFIRNYA MUAWIYAH

Ketiga, terdapat banyak ayat di dalam al-Quran dan Hadis membuktikan bahawa dia adalah kafir dan berhak kepada kutukan.

Sheikh: Saya hendak mendengar ayat-ayat al-Quran dan Hadis itu.

Shirazi: Hanya sebahagian yang akan saya nyatakan. Jika saya hendak mengatakan semuanya, ia akan membentuk sebuah buku. Muslim di dalam Sahihnya, mengatakan Muawiyah adalah penulis Nabi. Mada’ini berkata: ‘Zaid bin Thabit adalah penulis wahyu dan Muawiyah biasanya menulis surat untuk Nabi kepada orang-orang Arab yang lain.’

KETERANGAN DARI SURAH AL-QURAN DAN HADIS, MUAWIYAH DAN YAZID ADALAH TERKUTUK

[1] Sila rujuk kepada ayat 60 Surah Bani Israel (17). Pentafsir dari ulama kamu, seperti al-Tha‘labi, Imam Fakhruddin al-Razi, dan yang lainnya berkata bahawa Nabi melihat di dalam mimpinya bahawa Bani Umayyah, seperti monyet, naik dan turun dari mimbarnya. Kemudiannya Jibril membawa ayat yang suci ini:

Dan (ingatlah) ketika Kami wahyukan kepadamu (Wahai Muhammad), bahawa sesungguhnya Tuhanmu meliputi akan manusia (dengan ilmunya dan kekuasaan-Nya; dan tiadalah Kami menjadikan pandangan (pada malam Mikraj) yang telah Kami perlihatkan kepadamu melainkan sebagai satu ujian bagi manusia; dan (demikian juga Kami jadikan) pokok yang dilaknat di dalam al-Quran; dan Kami beri mereka takut (dengan berbagai-bagai amaran) maka semuanya itu tidak menambahkan mereka melainkan dengan kekufuran yang melampau. [Surah al-Isra’ 17: 60].

371

Page 372: Sect Comparative In Peshwar Night

Allah maha besar telah memanggil Bani Umayyah, yang pemimpinnya adalah Abu Sufyan dan Muawiyah, ‘pokok terkutuk’ di dalam al-Quran. Muawiyah menjadi dahan yang kuat pada pokok ini, pastinya terkutuk.

[2] Lagi Allah maha besar berfirman:

(Kalau kamu tidak mematuhi perintah) maka tidakkah kamu harus dibimbang dan dikhuatirkan - jika kamu dapat memegang kuasa - kamu akan melakukan kerosakan di muka bumi, dan memutuskan hubungan silaturrahim dengan kaum kerabat?. (Orang-orang yang melakukan perkara yang tersebut) merekalah yang dilaknat oleh Allah serta ditulikan pendengaran mereka, dan dibutakan penglihatannya. [Surah Muhammad s.a.w 47: 22-23]

Di dalam ayat ini mereka yang melakukan kerosakkan di bumi dan memutuskan tali persaudaraan telah dikutuk oleh Allah. Siapakah yang lebih merosakan dari Muawiyah, yang mana Khalifahnya adalah terkenal dengan amalan kezaliman. Selain itu dia telah memutuskan ikatan persaudaraan.

[3] Juga Allah berfirman dalam al-Quran:

Sesungguhnya orang-orang yang melakukan perkara yang tidak diredai Allah dan Rasul-Nya, Allah melaknatkan mereka di dunia dan di akhirat, dan menyediakan untuk mereka azab seksa yang menghina. [Surah al-Ahzab 33: 57]

Pastinya menyakitkan Amirul Mukminin dan kedua cucu Nabi, Hasan dan Husain begitu juga Ammar bin Yasir dan sahabat terkenal yang lain adalah umpama menyakitkan Nabi sendiri juga. Oleh kerana Muawiyah telah menyakiti manusia yang warak ini, maka dia, menurut keterangan dari ayat al-Quran yang jelas, pastinya terkutuk di dunia ini dan juga di akhirat.

[4] Di dalam surah Mukminun Allah berfirman:

(Iaitu) pada hari yang tidak berguna bagi orang-orang yang zalim dalihan-dalihan mereka untuk melepaskan diri , dan mereka akan beroleh laknat, serta mereka beroleh seburuk-buruk tempat tinggal. [Surah al-Mukmin 40: 52]

[5] Di dalam surah Hud, Dia berfirman:

‘ . . . .Ketahuilah (Sesungguhnya) laknat Allah tert impa kepada orang-orang yang zalim! [Surah Hud 11: 18]

372

Page 373: Sect Comparative In Peshwar Night

[6] Di dalam surah al-Araf [tempat yang dit inggikan] Allah berfirman:

‘ . . . .kemudian berserulah Penyeru (malaikat) di antara mereka (kedua-dua puak itu) menyatakan: "Bahawa laknat Allah tert impa ke atas orang-orang yang zalim". [Surah al-A‘raf 7: 44].

Begitu juga banyak ayat lain yang diwahyukan mengenai mereka yang zalim. Telah jelas, bagi setiap mereka yang zalim dikutuk. Saya t idak fikir ada diantara kamu yang akan menafikan kezaliman yang dilakukan oleh Muawiyah. Maka jelaslah pada fakta bahawa dia adalah zalim, cukuplah pada menerima kutukan dari Allah, dari segala bukti yang nyata kita juga boleh mengutuk mereka yang menerima kutukan dari Allah.

[7] Di dalam surah al-Nisa’ Allah berfirman:

Dan sesiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah neraka jahanam, kekal ia di dalamnya, dan Allah murka kepada-Nya, dan melakanatkannya serta menyediakan baginya azab seksa yang besar. [Surah al-Nisa’ 4: 93]

PEMBUNUHAN TERHADAP ORANG BERIMAN YANG TERKENAL SEPERTI IMAM HASAN, AMMAR, HAJAR BIN ADI, MALIK ASYTAR DAN MUHAMMAD BIN ABI BAKAR ATAS ARAHAN MUAWIYAH

Ayat al-Quran dengan jelas mengatakan bahawa jika seseorang membunuh seorang yang beriman dengan sengaja, dia berhak menerima kutukan dan tempat tinggalnya adalah neraka. Tidakkah Muawiyah bersekutu di dalam pembunuhan orang yang beriman? Tidakkah dia yang mengarahkan terhadap pembunuhan Hajar Ibn Adi dan tujuh orang sahabatnya? Tidakkah dia yang mengarahkan supaya Abdul Rahman bin Hasan al-Ghanzi ditanam hidup-hidup?

Ibn Asakir dan Ya‘qub bin Sufyan di dalam buku sejarah mereka; al-Baihaqi di dalam Dala’il al-Nubuwwah ; Ibn Abdil Barr di dalam al-Isti’ab ; dan Ibn al-Athir di dalam al-Kamil fi al-Tarikh telah mengatakan bahawa Hujr bin Adi, salah seorang sahabat yang terkenal, dan bersama tujuh orang sahabatnya telah dibunuh dengan kejam oleh Muawiyah. Kesalahan mereka, kerana enggan mengutuk Ali.

Imam Hasan adalah cucu Nabi yang pertama. Tidakkah dia terjumlah di dalam Ashab al-Kisa’ [mereka yang di bawah selimut]? Bukankah dia salah seorang dari ketua pemuda di syurga dan yang beriman, yang mempunyai kedudukan tertinggi? Menurut dari kenyataan al-Mas‘udi, Ibn Abdil Barr, Abu al-Faraj al-Isfahani, Tabaqat oleh Muhammad bin Sa‘ad, al-Tadhkirah oleh Sibt Ibn al-Jawzi, dan ulama Sunni yang lain, Muawiyah menghantar racun kepada Asma’ al-Ju‘da dan menjanjkan kepadanya bahawa jika dia dapat membunuh Hasan Ibn Ali , Muawiyah

373

Page 374: Sect Comparative In Peshwar Night

akan memberi kepadanya 100 000 dirham dan akan mengahwinkannya dengan anaknya Yazid. Adakah kamu teragak-agak untuk memanggil Muawiyah terkutuk? Tidakkah fakta yang sebenar, bahawa di dalam peperangan Siffin sahabat Nabi yang agung bernama Ammar bin Yasir, telah syahid atas arahan Muawiyah? Kesemua ulama kamu mengatakan dengan satu kenyataan bahawa Nabi telah berkata kepada Ammar bin Yasir, ‘Tidak beberapa lama lagi kamu akan dibunuh oleh sekumpulan penentang yang sesat.’

Adakah kamu masih ragu bahawa ribuan muslim beriman telah dibunuh oleh pegawai Muawiyah? Tidakkah perwira yang gagah dan ikhlas telah diracun atas arahan Muawiyah? Bolehkan kamu nafikan bahawa pegawai tertinggi Muawiyah, Amr bin al-‘As dan Muawiyah bin Khadij, secara kejam mensyahidkan gabenor Imam Amirul Mukminin, yang warak bernama Muhammad bin Abi Bakr? Tidak puas dengan itu mereka masukkan badannya ke dalam kulit keldai dan membakarnya. Jika saya hendak berikan kepada kamu secara khusus mereka yang beriman yang telah dibunuh oleh Muawiyah dan para pegawainya, ia memerlukan bukan satu malam malah beberapa malam.

PEMBUNUHAN 30 000 ORANG YANG BERIMAN OLEH BUSR BIN ARTAT DENGAN ARAHAN MUAWIYAH

Kekejaman yang paling besar dilakukan oleh Busr bin Artat . Beliau telah membunuh ribuan orang yang beriman atas perintah Muawiyah. Abu al-Faraj al-Isfahani dan Allamah al-Samhudi di dalam Tarikh al-Madinah , Ibn Khallikan, Ibn Asakir dan al-Tabari di dalam buku sejarah mereka; Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , j ilid I, dan ramai lain dari ulama kamu telah menulis bahawa Muawiyah mengarahkan Busr menyerang San‘a dan Yaman dari Madinah dan Mekah. Dia berikan arahan yang sama kepada Zuhak bin Qais al-Fahri dan yang lain. Abu al-Faraj mengatakannya dengan perkataan ini, ‘Sesiapa sahaja dari sahabat dan Syiah Ali yang dijumpai hendaklah dibunuh, walaupun wanita dan kanak-kanak, jangan dibiarkan mereka hidup.’ Dengan arahan yang tegas ini, mereka keluar dengan kekuatan askar seramai 3 000 orang dan menyerang Madinah, San‘a, Yaman, Ta’if dan Najran. Apabila mereka sampai ke Yaman, gabenornya, Ubaidullah Ibn Abbas telah keluar dari kota. Mereka memasuki rumahnya dan membunuh kedua-dua anaknya, Sulayman dan Dawud di atas pangkuan ibunya.

Ibn Abil Hadid menulis di dalam Syarh Nahjul Balaghah , jil id I, ms 121, bahawa di dalam serangan ini seramai 30 000 telah terbunuh, tidak termasuk yang mati terbakar.

Adakah tuan-tuan masih ragu lagi yang Muawiyah berhak pada kutukan?

MUAWIYAH MENGARAHKAN SUPAYA ALI DIKUTUK

374

Page 375: Sect Comparative In Peshwar Night

Diantara bukti yang jelas bahawa Muawiyah adalah kafir dan berhak mendapat kutukan adalah secara umum penolakannya terhadap Amirul-Mukminin dan arahannya kepada manusia untuk membaca kutukan terhadap Imam di dalam qunut [doa di dalam salat] mereka. Fakta ini telah disahkan oleh Syiah dan Sunni. Bahkan ahli sejarah bangsa lain telah merakamkan bahawa amalan yang hina i tu telah diarahkan secara terbuka, dan ramai yang telah terbunuh kerana tidak mahu menyebutkan kutukan tersebut. Amalan ini telah diberhentikan oleh Khalifah Umayyah, Umar bin Abdil Aziz.

Mereka yang mengutuk saudara Nabi, suami Fatimah, Amirul Mukminin Ali Ibn Abi Talib, dan yang mengarahkan orang lain melakukan sedemikian pastinya dikutuk. Fakta ini telah dirakamkan oleh semua ulama terkenal di dalam buku sahih mereka, Sebagai contoh Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad , Imam Abu Abdul Rahman al-Nasa’i di dalam Khasais al-‘Alawi , Imam al-Tha‘labi dan Imam Fakhruddin al-Razi di dalam Tafsir , Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , Muhammad bin Yusuf Kanji al-Syafii di dalam Kifayah al-Talib , Sibt Ibn al-Jawzi di dalam al-Tadhkirah , Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam Yanabi’ al-Mawaddah , Mir Sayyid Ali al-Hamadani di dalam Mawaddatul Qurba , al-Dailami di dalam al-Firdaus , Muslim bin Hajjaj di dalam Sahih , Muhammad bin Talhah al-Shafii di dalam Matalib al-Su’ul , Ibn Sabbagh al-Maliki di dalam Fusul al-Muhimmah , al-Hakim di dalam al-Mustadrak , Khatib Khawarizmi di dalam Manaqib , Ibrahim Hamawaini di dalam Fara’id , Ibn Maghazili al-Shafii di dalam Manaqib , Imam al-Haram di dalam Dhakha’iru’l Uquba , Ibn Hajar di dalam Sawa’iq , dan ulama yang lainnya telah menyampaikan dengan sedikit perbezaan perkataan, mengatakan bahawa Nabi telah berkata, ‘Sesiapa yang menghina Ali, sebenarnya menghina saya; yang menghina saya sebenarnya telah menghina Allah.’

Al-Dailami di dalam al-Firdaus , Sulayman al-Hanafi di dalam Yanabi’ al-Mawaddah telah menyampaikan bahawa Nabi telah berkata, ‘ Sesiapa yang menyakiti Ali, sebenarnya telah menyakiti saya, dan kutukan Allah ke atas mereka yang telah menyakiti saya.’ Ibn Hajar al-Makki di dalam Sawa‘iq menyebut satu Hadis mengenai akibat terhadap seseorang yang mengutuk terhadap mana-mana dari keturunan Nabi. Dia mengatakan bahawa Nabi berkata, ‘ Jika sesiapa mengutuk Ahli Bayt saya, semoga kutukan Allah ke atasnya.’

Dari itu Muawiyah pastinya terkutuk. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibn al-Athir di dalam al-Kamil , Muawiyah biasa mengutuk Ali , cucu-cucu Nabi, Hasan dan Husain dan juga Abbas dan Malik Ashtar di dalam qunut salat harian.

Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan di dalam Musnad dan beberapa punca bahawa Nabi Allah berkata, ‘Jika sesiapa melukakan Ali dia akan dilayani sebagai Yahudi atau Kristian pada hari pengadilan.’ Pastinya kamu semua telah tahu bahawa adalah satu dari hukum Islam

375

Page 376: Sect Comparative In Peshwar Night

bahawa memanggil Allah dan Nabi dengan nama yang hina membawa kepada kafir.

Muhammad bin Kanji al-Syafii di dalam Kifayah al-Talib , bahagian X, mengatakan bahawa satu ketika Abdullah Ibn Abbas dan Sa‘id Ibn Jubayr melihat pada pinggir telaga zamzam sekumpulan orang Syria menghina Ali . Mereka pergi mendapatkannya dan berkata, ‘Siapa diantara kamu yang menghina Nabi Allah?’ Orang Syria menjawa, ‘Tiada siapa di antara kami yang menghina Nabi Allah.’ Kemudian mereka berkata, ‘Baik, siapa di antara kamu yang menghina Ali?’ Orang Syria berkata, ‘Ya, kami telah menghina Ali ,’

Kemudian Abdullah dan Sa‘id berkata, ‘Kamu harus menjadi saksi bahawa kami mendengar Nabi berkata kepada Ali , ‘Sesiapa yang menghina kamu, sesungguhnya telah menghina saya; sesiapa yang menghina saya telah menghina Allah. Jika sesiapa yang menghina Allah, Dia akan menlontarkan mereka ke dalam neraka.’

PARA SAHABAT NABI DITAHAP YANG BERBEZA PADA PEMAHAMAN

Sheikh: Adakah wajar bagi orang yang berkaliber seperti kamu, mengutuk sahabat Nabi yang terhormat? Tidakkah terdapat fakta bahawa Allah telah mewahyukan beberapa ayat pada memuji sahabat Nabi dan berikan berita gembira dengan penyampaiannya. Dan khaluI Mukminin Muawiyah, yang pastinya sahabat yang terhormat, berhak pada pujian yang terkandung dalam ayat tersebut. Tidakkah menghina para sahabat bersamaan dengan menghina Allah dan Nabi?

Shirazi: Mungkin kamu telah terlupa pada apa yang saya telah katakan pada malam yang lalu. Tiada siapa menafikan terdapat ayat yang diwahyukan pada memuji para sahabat. Tetapi jika kamu faham pengertian sahabat atau kawan, kamu akan mengakui bahawa ayat yang diwahyukan pada memuji sahabat bukanlah ditujukan secara umum. Kita t idak boleh menganggap bahawa kesemuanya adalah suci.

Tuan yang dihormati! Kamu tentu faham bahawa ‘sahabat’ secara lisan bererti ikatan dua insan. Maka ia boleh bererti tinggal bersama atau sebagaimana yang difahami secara umum, menolong atau memberikan bantuan kepada yang lain. Menurut bahasa Arab, al-Quran dan Hadis, sahabat Nabi merujuk kepada yang menghabiskan masa hidupnya bersama dengan Nabi, sama ada dia muslim ataupun kafir. Maka interpretasi kamu bahawa semua para sahabat berhak syurga adalah salah. Itu bertentangan dengan minda yang sihat dan juga Hadis.

DALAM AYAT AL-QURAN ’SAHIB’ DAN ‘SAHABA’, BEERTI RAKAN TIDAK MEMPUNYAI PENGERTIAN PENGHORMATAN

Saya akan berikan lagi ayat al-Quran sebagai tambahan dan Hadis sahih dari ulama Sunni supaya kamu jangan tersalah faham mengenai

376

Page 377: Sect Comparative In Peshwar Night

perkataan ‘sahabat’. Perkataan ini telah digunakan untuk semua sahabat, sama ada mereka muslim ataupun kafir.

[1] Di dalam Surah Najm , Allah berfirman kepada yang kafir:

Sahabat kamu (Nabi Muhammad yang kamu tuduh dengan berbagai tuduhan itu), tidaklah ia menyeleweng (dari jalan yang benar), dan ia pula tidak sesat (dengan kepercayaan yang salah). [Surah al-Najm 53: 2]

[2] Di dalam Surah Saba’ Allah menyebut:

Katakanlah (Wahai Muhammad): "Aku hanyalah mengajar dan menasihati kamu dengan satu perkara sahaja, iaitu: hendaklah kamu bersungguh-sungguh berusaha mencari kebenaran kerana Allah semata-mata, sama ada dengan cara berdua (dengan orang lain), atau seorang diri; kemudian hendaklah kamu berfikir sematang-matangnya (untuk mengetahui salah benarnya ajaran-Ku)". Sebenarnya t idak ada pada (Muhammad) yang menjadi sahabat kamu sebarang penyakit gila (sebagaimana yang dituduh); ia hanyalah seorang Rasul pemberi amaran kepada kamu, sebelum kamu ditimpa azab yang berat (di Akhirat). [Surah Saba’ 34: 46]

[3] Di dalam Surah al-Kahfi [Gua] Allah berkata:

Tuan kebun itu pula ada mempunyai harta (yang lain); lalu berkatalah ia kepada rakannya, semasa ia berbincang dengannya: "Aku lebih banyak harta daripadamu, dan lebih berpengaruh dengan pengikut-pengikutku yang ramai". [Surah al-Kahfi 18: 34]

[4] Di dalam surah yang sama, Allah berfirman:

Berkatalah sahabatnya kepadanya, semasa ia berbincang dengannya: "Patutkah engkau kufur ingkar kepada Allah yang menciptakan engkau dari tanah, kemudian dari air benih, kemudian ia membentukmu dengan sempurna sebagai seorang lelaki? [Surah al-Kahfi 18: 37]

[5] Di dalam Surah al-A’raf [tempat yang ditinggikan], Allah berkata:

Patutkah mereka (ingkar dan) tidak mahu memikirkan (dengan fikiran yang siuman bahawa) sahabat mereka (Muhammad) tidak sekali-kali mengidap penyakit gila (sebagaimana yang mereka tuduh itu), bahkan ia hanyalah seorang (Pesuruh Allah) yang memberi amaran yang jelas. [Surah al-A‘raf 7: 184]

377

Page 378: Sect Comparative In Peshwar Night

[6] Di dalam Surah al-An‘am Allah berfirman:

Katakanlah: "Patutkah kita menyeru serta menyembah yang lain dari Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat kepada kita dan tidak dapat mendatangkan mudarat kepada kita; dan (patutkah) kita dikembalikan undur ke belakang (menjadi kafir musyrik) setelah kita diberi hidayah petunjuk oleh Allah (dengan ugama Islam), seperti orang yang telah disesatkan oleh syaitan-syaitan di bumi (di tempat yang lengang) yalam keadaan bingung, sedang ia pula mempunyai sahabat-sahabat yang mengajaknya ke jalan yang lurus (dengan berkata kepadanya): "Marilah bersama-sama kami. "Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah i tulah sebenar-benar petunjuk, dan kita diperintahkan supaya berserah diri kepada Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan sekalian alam". [Surah al-An‘am 6: 71]

[7] Di dalam Surah Yusuf , Allah berfirman:

"Wahai sahabatku berdua yang sepenjara, memuja dan menyembah berbilang-bilang Tuhan yang bercerai-berai itukah yang lebih baik atau menyembah Allah Tuhan yang Maha Esa, lagi Maha Kuasa? [Surah Yusuf 12: 39]

Ini adalah beberapa ayat yang saya telah sampaikan sebagai contoh. Adalah jelas bahawa perkataan ‘sahabat’, ‘sahib’ ‘musahib’ dan ‘ashab’ tidak mempunyai kaitan khusus kepada muslim. Ia digunakan kepada muslim dan bukan muslim sama sahaja. Sebagaimana saya telah katakan, sesaorang yang mempunyai hubungan sosial dengan seorang yang lain dipanggil musahib atau ashab. Sahabat Nabi dirujuk kepada mereka yang mempunyai hubungan sosial dengan diri baginda.

Sudah pasti di antara para sahabat Nabi dan diantara mereka yang duduk-duduk dalam kumpulannya, terdapat segala jenis manusia, baik dan jahat, yang beriman dan juga hipokrit. Ayat yang diwahyukan pada memuji para sahabat tidak boleh dikatakan untuk mereka semua. Ia hanya merujuk kepada sahabat yang baik. Adalah benar bahawa tidak ada Nabi yang terdahulu mampunyai sahabat yang terkenal seperti yang ada kepada Nabi kita. Sebagai contoh sahabat pada Badr, Uhud dan Hunain yang telah berdiri teguh dengan berlalunya dugaan masa. Mereka telah menolong Nabi dan teguh dengan keputusan.

Tetapi diantara sahabatnya terdapat beberapa orang yang berperangai buruk, musuh kepada Nabi dan ahli baytnya, manusia seperti Abdullah bin Ubayy, Abu Sufyan, Hakam bin As, Abu Hurairah, Tha‘labi, Yazid bin Sufyan, Walid bin ‘Uqbah, Habib bin Musailamah, Samurah bin Jundab, Amr bin As, Busr bin Artat (seorang zalim yang hauskan darah

378

Page 379: Sect Comparative In Peshwar Night

manusia), Mughirah bin Shu‘bah, Muawiyah bin Abu Sufyan, and Dhu al-Sadiyyah. Manusia ini , semasa hidup Nabi dan juga setelah Nabi wafat, telah memyebabkan bencana yang besar kepada manusia. Salah seorang daripada mereka adalah Muawiyah, yang Nabi telah kutuk masa hidup baginda. Setelah wafatnya Nabi, apabila Muawiyah mempunyai peluang, dia bangun memberontak atas alasan pembelaan terhadap pembunuhan Uthman dan telah menyebabkan pertumpahan darah yang banyak di antara muslim. Di dalam pembunuhan ini ramai dari sahabat Nabi yang terhormat, seperti Ammar Yasir telah terbunuh syahid. Nabi sendiri telah meramalkan akan syahidnya. Saya telah sampaikan Hadis mengenai kejadian itu.

AL-QURAN YANG SUCI MEMUJI SAHABAT YANG BAIK DAN JUGA MENGUTUK SAHABAT YANG JAHAT

Terdapat banyak ayat dari al-Quran dan Hadis yang memuji sahabat yang terkenal dan warak serta beriman. Dan terdapat juga banyak ayat dan Hadis yang mengutuk para sahabat yang keji .

Sheikh: Bagaimana kamu boleh mengatakan bahawa sahabat Nabi menyebabkan kekacauan umum?

Shirazi : Ini bukan sahaja kata-kata saya. Allah sendiri di dalam surah Ali Imran berkata:

Dan Muhammad itu t idak lain hanyalah seorang Rasul Yang sudahpun didahului oleh beberapa orang Rasul (yang telah mati atau terbunuh). jika demikian, kalau ia pula mati atau terbunuh, (patutkah) kamu berbalik (berpaling tadah menjadi kafir)? dan (ingatlah), sesiapa Yang berbalik (menjadi kafir) maka ia t idak akan mendatangkan mudarat kepada Allah sedikitpun; dan (sebaliknya) Allah akan memberi balasan pahala kepada orang-orang Yang bersyukur (akan nikmat Islam Yang tidak ada bandingannya itu). [Surah Ali Imran 3: 144]

Selain dari i tu dan ayat lain dari al-Quran, ulama kamu, termasuk al-Bukhari, Muslim, Ibn Asakir, Ya‘qub bin Sufyan, Ahmad bin Hanbal, Ibn Abdil Barr, dan lainnya telah merakamkan laporan dan Hadis mengenai kutukan terhadap sebahagian sahabat. Saya akan merujuk hanya dua Hadis. Al-Bukhari menyatakan dari Sahl Ibn Sa‘ad dan Abdullah Ibn Mas‘ud bahawa Nabi Allah berkata, ‘Saya akan menunggu kamu dipancutan al-Kauthar. Apabila sekumpulan dari kamu telah sesat dari jalan saya. Saya akan berkata, ‘Wahai Allah! Mereka semua adalah sahabat saya!’ Kemudian jawapan dari-Nya akan sampai kepada saya, ‘Kamu tidak tahu apakah perubahan yang mereka telah adakan selepas kamu.’

Dan lagi Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad , al-Tabrani di dalam al-Kabir , dan Abu Nasr Sakhri di dalam al-Ibanah

379

Page 380: Sect Comparative In Peshwar Night

menyampaikan dari Ibn Abbas bahawa Nabi berkata, ‘Saya hendak menyelamatkan kamu dari siksaan neraka. Saya meminta kamu takutlah kepada neraka dan janganlah membuat perubahan pada agama Allah. Apabila saya mati dan berpisah dengan kamu, saya akan berada dipancutan Kauthar. Sesiapa yang sampai kepada saya disana selamat. Dan pada penghujung masa apabila saya dapati ramai dari manusia di dalam siksaan tuhan, saya akan berkata, ‘Wahai Allah! Ini adalah manusia dari ummah saya,’ Jawapannya akan sampai, ‘Sesungguhnya, mereka ini kembali kebelakang sesudah kamu.’ Menurut dari kenyataan al-Tabrani di dalam al-Kabir , jawapannya adalah, ’Kamu tidak tahu apakah perubahan yang mereka adakan selepas kamu. Mereka menerima agama mereka yang terdahulu.’

ABU TALIB SEORANG YANG KUAT BERIMAN

Kamu menekankan bahawa Muawiyah dan Yazid adalah muslim walaupun banyak kesalahan mereka telah dirakamkan di dalam buku kamu. Sebahagian dari ulama Sunni menulis sebuah buku mengenai kutukan terhadap mereka, tetapi kamu masih berkeras mengatakan bahawa mereka berhak dipuji dan bahawa Abu Talib yang beriman tulus kamu katakan kafir.

Memang dapat dil ihat kata-kata begini adalah hasil dari kebencian terhadap Amirul Mukminin Ali. Kamu cuba membantah hujah yang membuktikan kekafiran dan hipokritnya Muawiyah serta Yazid. Dan bahkan kamu menolak kenyataan Abu Talib secara terbuka mengenai keimananya kepada Allah dan Nabi.

BUKTI TAMBAHAN TERHADAP IMAN ABU TALIB

Bukankah ia satu fakta bahawa Ahli Bayt Nabi telah mengatakan bahawa Abu Talib adalah seorang yang beriman dan dia mati sebagai yang beriman? Tidakkah Asbagh bin Nabutah, seorang yang dipercayai, telah menyampaikan dari Amirul Mukminin bahawa dia berkata, ‘Saya bersumpah dengan Allah bahawa bapa saya, Abu Talib, datuk saya Abdul Muttalib Hashim dan Abdul Manaf tidak pernah menyembah berhala.’

Adakah wajar bahawa kamu menolak kenyataan Ali dan Ahli Bayt yang suci dan memberikan kepujian kepada kenyataan yang terkutuk Mughirah, Bani Umawiyyah, Khariji , Nasibi dan musuh-musuh lain Amirul Mukminin.

JAAFAR TAYYAR MEMELUK ISLAM ATAS ARAHAN BAPANYA

Lebih-lebih lagi ramai ulama kamu, termasuk Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah telah menulis bahawa satu hari Abu Talib datang ke masjid dan melihat Nabi sedang sembahyang. Ali sedang sembahyang pada sebelah kanan baginda. Abu Talib mengarahkan anaknya Jaafar, yang bersama dengannya dan belum lagi memeluk

380

Page 381: Sect Comparative In Peshwar Night

islam, ‘berdiri lah di sebelah sepupu kamu dan lakukan sembahyang bersamanya’ Jaafar pergi berdiri ke sebelah kiri Nabi dan mula bersembahyang. Pada ketika i tu Abu Talib mengubah syair ini , ‘Sesungguhnya Ali dan Jaafar adalah kekuatan saya dan penghibur di dalam kesusahan dan kekeciwaan. Wahai Ali dan Jaafar! Janganlah tinggalkan berdampingan dengan sepupu kamu dan anak saudara ku, tetapi bantulah dia. Saya bersumpah, saya tidak akan meninggalkan Nabi. Bolehkah sesiapa meninggalkan kumpulan Nabi yang begitu mulia?’

Maka itu adalah pandangan semua ulama kamu bahawa Jaafar memeluk Islam dan melakukan sembahyang dengan Nabi adalah arahan dari Abu Talib.

NABI MENANGIS DENGAN KEMATIAN ABU TALIB DAN MENDOAKAN RAHMAT ALLAH PADANYA

Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah dan Ibn al-Jawzi di dalam Tadhkirah al-Khawas al-Ummah mengatakan dari Tabaqat Muhammad Ibn Sa‘ad, yang menyampaikan dari al-Waqidi dan Allamah Sayyid Muhammad bin Sayyid Rasul al-Barzanji di dalam Kitab al-Islam fi A‘lam Aba’i Sayyid al-Anam , kenyataan dari Ibn Sa‘ad dan Ibn Asakir, yang menyampaikan dari punca yang sahih dari Muhammad bin Ishaq bahawa Ali berkata, ‘Apabila Abu Talib meninggal dan saya memberitahu Nabi Allah mengenainya, baginda menangis. Kemudian dia berkata kepada saya, ‘Pergi dan mandikan jasadnya di dalam persediaan untuk pengkebumian, balut dirinya dengan kafan dan kebumikan dia. Semoga Allah merahmatinya dan keampunan ke atasnya!’

Adakah dibolehkan oleh Islam untuk melakukan upacara pengkebumian kepada kafir? Adakah dibenarkan kepada kita untuk mengatakan bahawa Nabi mendoakan kerahmatan Allah ke atas orang kafir dan musyirik? Nabi tidak meninggalkan rumahnya untuk beberapa hari dan berterusan mendoakan untuk keamanan abadi Abu Talib.

SAJAK ALI UNTUK BAPANYA ABU TALIB

Jika kamu merujuk al-Tadhkirah oleh Sibt Ibn al-Jawzi, ms.6 kamu akan lihat apa yang Amirul Mukminin kata di dalam sajak pujiannya kepada bapanya, ‘Wahai Abu Talib, kamu adalah syurga bagi mereka yang mencari perlindungan, hujan rahmat bagi tanah yang gersang, cahaya yang menembusi kegelapan. Kematian kamu telah meruntuhkan tiang keselamatan. Sekarang yang Memberi Manfaat telah berikan rahmat-Nya keatas kamu. Allah telah mengambil kamu kepada-Nya, kamu adalah bapa saudara yang terbaik kepada Nabi.’

Bolehkah dipercayai bahawa seorang yang telah dipenuhi dengan keimanan akan menulis sajak pujian kepada seorang yang mati di dalam kekafiran?

381

Page 382: Sect Comparative In Peshwar Night

ABU TALIB MENYEMBUNYIKAN KEIMANANNYA SEDANG HAMZAH DAN ABBAS MENGISTIHARKANNYA

Sheikh: Jika Abu Talib seorang yang beriman, mengapa dia tidak mengatakan kepercayaannya sebagaimana saudaranya, Hamzah dan al-Abbas telah lakukan?

Shirazi: Terdapat perbezaan yang besar di antara al-Abbas, Hamzah dan Abu Talib. Hamzah tidak mengenal takut dan perkasa. Semua penduduk Mekah takut kepadanya. Dia memeluk Islam telah membuktikan pertolongan yang besar kepada Nabi.

Abbas bagaimana pun tidak menyatakan Islamnya begitu sahaja. Ibn Abdil Barr menulis di dalam al-Isti‘ab bahawa Abbas memeluk Islam sedang dia berada di Mekah, tetapi dia menyembunyikan kepercayaannya dari manusia ramai. Apabila Nabi berhijrah dari Mekah, Abbas juga berhajat untuk bersama-sama dengannya. Tetapi Nabi menulis kepadanya bahawa peninggalannya di Mekah adalah penting bagi dirinya [Nabi]. Maka dia t inggal di Mekah dan selalu menghantar berita kepada Nabi dari sana. Para musyirik membawa dia bersama mereka di dalam peperangan Badr. Apabila orang kafir dikalahkan, dia dibawa sebagai tawanan. Pada hari penaklukan Khaibar akhirnya dia dibenarkan untuk menyatakan keimanannya.

Sheikh Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam Yanabi’ al-Mawaddah , bab 56, ms 226 mengatakan dari Dhakha’ir al-Uquba oleh Imamul Haram Abu Ja‘afar Ahmad bin Abdullah al-Tabari al-Shafii, yang menyampaikan dari al-Fada’il oleh Abu al-Qasim Ilahi bahawa ahli ilmuan tahu bahawa Abbas telah memeluk Islam semenjak dari mula lagi tetapi dia telah merahsiakannya. Di dalam peperangan Badr apabila dia telah datang bersama musyirik, Nabi berkata kepada muslim, ‘Sesiapa yang melihat Abbas janganlah membunuhnya kerana dia terpaksa mengikut mereka yang kafir. Dia telah bersedia untuk hijrah, tetapi saya menulis kepadanya bahawa dia harus tinggal di sana dan memberikan saya maklumat mengenai mereka yang kafir.’ Pada hari Abu Rafii memberitahu Nabi bahawa Abbas menyatakan penerimaannya kepada Islam, Nabi telah membebaskan Abu Rafii.

MENGAPA ABU TALIB MENYEMBUNYIKAN KEIMANANNYA

Jika Abu Talib menyatakan keimanannya, semua kaum Quraish dan kesemua kaum Arab akan bersatu menentang Bani Hashim. Abu Talib memahami perlunya dia menyembunyikan keIslamannya. Dia berpura-pura patuh kepada Quraish supaya dapat melindungi aktivitinya daripada musuh.

Selagi Abu Talib masih hidup keadaan yang sama berterusan, dan Nabi dilindungi. Tetapi dengan kematian Abu Talib Jibril muncul di hadapan Nabi dan berkata, ‘Sekarang kamu hendaklah meninggalkan Mekah. Selepas Abu Talib kamu tidak mempunyai penolong di sini.’

382

Page 383: Sect Comparative In Peshwar Night

Sheikh: Adakah Islam Abu Talib diketahui semasa Nabi Allah, dan adakah kommuniti percaya kepadanya?

Shirazi: Ya, ia diketahui umum dan mereka menyebutkan namanya dengan penuh hormat.

KEIMANAN ABU TALIB DIKETAHI UMUM SEMASA HIDUP NABI

Sheikh: Bagaimana mungkin bahawa semasa hidupnya Nabi perkara ini selalu disebutkan dan menjadi pengetahuan umum kepada semua, tetapi selepas 30 tahun, pandangan yang berbeza telah menjadi pegangan disebabkan oleh Hadis yang palsu?

Shirazi: Ini bukanlah satu perkara yang unik. Kerap sesuatu yang diterima pada masa Nabi, telah bertukar sepenuhnya dari yang asal disebabkan Hadis yang dipalsukan. Perundangan dan amalan agama yang dipaksakan semasa hidup Nabi telah dit inggalkan sama sekali selang beberapa tahun disebabkan oleh pengaruh manusia.

PERKAHWINAN MUTAAH NISA’ DAN HAJI TAMATTU‘ ADALAH HALAL SEHINGGA KE MASA ABU BAKAR TETAPI TELAH DIHARAMKAN OLEH UMAR

Sheikh: Sila nyatakan satu contoh bagi perubahan yang sedemikian.

Shirazi: Ada banyak contoh; dua mencukupi untuk menunjukkan maksud saya. Saya akan bincangkan mutaah nisa’ dan hajj tamattu‘. Kedua golongan setuju dua amalan ini adalah biasa semasa hidupnya Nabi. Lebih lagi ia telah diamalkan semasa Khalifah Abu Bakar dan juga sebahagian masa Khalifah Umar. Tetapi Khalifah Umar telah memusingkan sepenuhnya peraturan al-Quran. Dia berkata, ‘Dua mutaah telah diamalkan semasa hayat Nabi. Sekarang saya menjadikan keduanya haram dan akan menghukum mereka yang didapati melakukan amalan itu.’

Apa yang halal oleh Allah kini telah diharamkan. Perintah Umar telah tersebar luas dan dengan membuta tuli telah dipatuhi sehingga perundangan yang asal kini telah lenyap. Sehingga hari ini saudara Sunni menganggap mutaah adalah bidaah dari Syiah.

Jika kehendak Umar boleh memutarkan perintah Allah dan juga fakta sejarah yang mutaah telah diamalkan, kini bolehkan kamu percaya bahawa keimanan Abu Talib yang telah diketahui umum boleh dinafikan?

Sheikh: Adakah kamu katakan bahawa jutaan muslim telah melanggar perintah al-Quran dan juga Sunnah Nabi? Ingat seluruh dunia memanggil kami Sunni iaitu pengikut Sunnah. Syiah dipanggil Rafidi iaitu yang menyimpang dari Sunnah Nabi.

383

Page 384: Sect Comparative In Peshwar Night

SUNNI SEBENARNYA RAFIDI DAN SYIAH ADALAH SUNNI

Shirazi: Keadaan sebenarnya Syiah adalah Sunni, iaitu mereka mengikuti al-Quran dan juga Sunnah Nabi. Kamu adalah Rafidi kerana kamu melanggar perintah al-Quran dan arahan Nabi.

Sheikh: Ini adalah aneh! Kamu telah menukarkan jutaan muslim kepada Rafidi. Bolehkan kamu kemukakan hujah pada menyokong maksud ini?

Shirazi: Saya telah pun memberitahu kamu pada malam-malam yang lalu bahawa Nabi mengarahkan kita supaya selepas baginda kita hendaklah mengikuti al-Quran dan keturunannya. Tetapi kamu dengan sengaja meninggalkan keturunan Nabi dan mengikuti yang lain. Kamu menolak amalan Nabi. Kamu meninggalkan manusia suci itu dengan arahan dari dua Sheikh kamu dan kemudian kamu memanggil pengikut Sunnah Nabi sebagai Rafidi.

Diantara perintah lain yang jelas di dalam al-Quran yang mengatakan:

.....Dan ketahuilah, bahawa apa sahaja yang kamu dapati sebagai harta rampasan perang, maka sesungguhnya satu perlimanya (dibahagikan) untuk (jalan) Allah, dan untuk Rasul-Nya, dan untuk kerabat (Rasulullah), dan anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ibnus-sabil (orang musafir Yang keputusan), jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang telah diturunkan oleh Kami (Allah) kepada hamba Kami (Muhammad) . . . . [Surah al-Anfal 8: 41]

Rasul patuhi perintah ini dan memberikan khums [1/5] dari kekayaan yang diperolehi dari pihak musuh kepada yang beriman dan kerabatnya. Tetapi kamu menentang amalan ini.

Mutaah adalah satu lagi peristiwa pada maksud itu. Ia berdasarkan perintah dari Allah dan telah disahkan oleh Nabi dan para sahabatnya. Amalan ini telah berterusan masa Khalifah Abu Bakar dan juga sebahagian dari masa Khalifah Umar. Tetapi dengan perintah Umar kamu semua telah menjadikan ia haram apa yang Allah telah halalkan. Lebih-lebih lagi kamu telah menolak Sunnah Nabi. Dan bahkan kamu mengelar diri kamu Sunni dan mengatakan kami Rafidi.

Khalifah Umar sendiri tidak memberikan sebarang alasan atas sebab apa dia melanggar arahan Tuhan. Ulama Sunni telah cuba dengan sedaya upaya hendak membuktikan bahawa keputusan Umar adalah benar.

HUJAH PADA HALALNYA MUTAAH

384

Page 385: Sect Comparative In Peshwar Night

Sheikh: Bolehkan kamu buktikan akan halalnya mutaah? Bolehkan kamu buktikan Khalifah Umar melanggar perintah Quran dan juga Sunnah Nabi?

Shirazi: Bukti yang paling kuat telah diberikan oleh al-Quran. Di dalam surah al-Nisa’ Allah berkata:

kemudian mana-mana perempuan yng kamu nikmati percampuran dengannya (setelah ia menjadi isteri kamu), maka berikanlah kepada mereka maskahwinnya (dengan sempurna), sebagai suatu ketetapan (yang Diwajibkan oleh Allah). [Surah al-Nisa’ 4; 24]

Pastinya perintah al-Quran adalah wajib selama-lamanya melainkan jika ia dibatalkan oleh al-Quran itu sendiri. Oleh kerana ia tidak dibatalkan, arahan itu kekal sampai bila-bila.

Sheikh: Bagaimana ayat itu tidak dikaitkan kepada perkahwinan yang kekal? Itu adalah ayat yang sama yang memberikan arahan mengenai membayar semula mahar.

Shirazi: Kamu telah keliru pada tujuan utama. Ulama kamu yang terkenal seperti al-Tabari di dalam Tafsirnya, bahagian V dan Imam Fakhruddin al-Razi di dalam Tafsir Mafatih al-Ghayb , bahagian III, telah mengesahkan bahawa ayat i tu merujuk kepada mutaah.

Selain dari terjemahannya yang jelas dari ulama dan pengulas kamu, kamu juga sedar bahawa keseluruh surah al-Nisa’, terdapat beberapa bentuk ikatan dan perkahwinan telah disebutkan: nikah [perkahwinan kekal], mutaah [perkahwinan sementara], dan perkahwinan dengan milk al-Yamin [orang suruhan]. Untuk perkahwinan kekal, al-Quran mengatakan di dalam surah al-Nisa’:

maka berkahwinlah Dengan sesiapa Yang kamu berkenan dari perempuan-perempuan (lain): dua, t iga atau empat. kemudian jika kamu bimbang tidak akan berlaku adil (di antara isteri-isteri kamu) maka (berkahwinlah dengan) seorang sahaja, atau (pakailah) hamba-hamba perempuan Yang kamu miliki. [Surah al-Nisa 4: 3]Mengenai Milk al-Yamin Allah berkata:

Dan sesiapa di antara kamu yang tidak mempunyai kemampuan yang cukup untuk berkahwin dengan perempuan-perempuan yang baik-baik (yang merdeka, yang terpelihara kehormatannya) lagi beriman, maka bolehlah kamu berkahwin dengan hamba-hamba perempuan yang beriman yang kamu miliki. dan Allah lebih mengetahui akan iman kamu; kamu masing-masing (suami yang merdeka dan isteri dari hamba - abdi i tu) adalah berasal sama (dari Adam, dan seugama pula). oleh i tu

385

Page 386: Sect Comparative In Peshwar Night

berkahwinlah dengan mereka dengan izin walinya serta berikanlah maskahwinnya menurut yang patut. [Surah al-Nisa’ 4: 25]

Arahan pada ayat 4 dari surah al-Nisa’ yang bererti bahawa, ‘…yang pada mereka kamu dapat manfaat [dari mutaah] berilah kepada mereka maharnya sebagaimana yang didpersetujui…’ adalah untuk mutaah atau perkahwinan sementara. Ia tidak boleh kepada perkahwinan kekal, jika tidak, ia akan bererti bahawa di dalam bab yang sama arahan mengenai perkahwinan tetap telah diulangi dua kali , ini telah menyalahi undang-undang, dan jika ia untuk mutaah, maka ini adalah bukti bahawa ia kekal dan dari arahan yang berbeza.

Kedua, bukan sahaja Syiah tetapi semua muslim bersetuju bahawa mutaah telah diamalkan semasa permulaan Islam. Para sahabat yang terkenal telah mengamalkannya di masa hidup Nabi. Jika ayat itu dirujuk pada perkahwinan kekal maka yang mana ayat mutaah? Sebagai bukti inilah dia ayat mengenai mutaah, yang para ahli tafsir kamu telah menerimanya. Tidak ada ayat di dalam al-Quran yang membatalkan perintah itu.

AHLI SUNNAH DENGAN HALALNYA MUTAAH

Telah dikatakan di dalam Sahih oleh Bukhari dan Musnad oleh Imam Ibn Hanbal dari Abu Raja’ pada pengesahan dari Imran Ibn Husayn bahawa ‘ … ayat mutaah telah diwahyukan di dalam kitab Allah. Maka kami mengamalkan menurut sebagaimana yang diperintahkan pada masa Nabi. Tidak ada ayat yang diturunkan untuk menjadikan ia haram, dan tidak juga Nabi melarangnya.’ Satu orang telah memutuskan untuk mengubah perundangan itu. Bukhari mengatakan bahawa orang itu adalah Umar.

Muslim di dalam Sahihnya, bahagian satu, di dalam bab Nikah al-Mutaah berkata, ‘al-Hasan al-Hulwani mengatakan kepada kami bahawa dia telah diberitahu oleh Abdul Razzaq, yang telah diberitahu oleh Ibn Jurayj, yang telah diberitahu oleh Ata’ bahawa Jabir Ibn Abdullah al-Ansari datang ke Mekah untuk melakukan umrah dan mereka datang menemuinya pada tempat kediamannya. Manusia bertanyakan banyak soalan kepadanya. Apabila mereka sampai kepada soalan mutaah dia berkata, ‘Ya, kami biasa mengamalkan mutaah semasa hidup Nabi dan juga semasa Khalifah Abu Bakar dan Umar.’ Juga di dalam buku yang sama bahagian I, di dalam bab al-Mutaah bi al-Hajj wa ah-Umrah , ia telah disampaikan dengan pengesahan Abi Nadrah bahawa dia berkata, ‘Saya berada bersama dengan Jabir Ibn Abdullah al-Ansari apabila seseorang datang dan berkata, ‘Terdapat perbezaan pendapat diantara Ibn Abbas dan Ibn Zubayr mengenai dua mutaah, Mutaah al-Nisa’ dan Mutaah al-Hajj.’ Maka Jabir berkata, ‘Kami telah melakukan keduanya pada masa hidupnya Nabi. Kemudian Umar melarangnya, kami t idak dapat melakukan.’

386

Page 387: Sect Comparative In Peshwar Night

Imam Ahmad Bin Hanbal di dalam Musnad , bahagian I, ms 25, menyampaikan dari Abu Nadrah yang mengatakan dengan cara yang lain. Juga keduanya menyampaikan kenyataan yang lain dari Jabir bahawa dia berkata, ‘Pada masa hidupnya Nabi dan Abu Bakar, kami biasa mengamalkan mutaah dengan beberapa genggam kurma dan tepong sehinggalah Umar mengharamkannya di dalam peristiwa Amr bin Harith.’

Al-Humaidi di dalam bukunya al-Jam‘ baina al-Sahihain , menyampaikan dari Abdullah Ibn Abbas bahawa dia berkata, ‘Kami biasa mengamalkan mutaah semasa hidupnya Nabi. Apabila Umar menjadi Khalifah, dia berkata bahawa, ‘Allah yang berkuasa telah menjadikan halal apa yang dikehendaki-Nya untuk Nabi-Nya. Sekarang Nabi telah mati, dan al-Quran mengambil tempatnya. Maka apabila kamu memulakan hajj atau umrah, kamu hendaklah menyelesaikan semuanya sebagaimana Allah mengarahkan kamu. Kamu hendaklah bertaubat atau menahan diri dari mutaah. Bawakan kepada aku orang yang melakukan mutaah supaya aku akan merejamnya dengan batu.’

Terdapat banyak laporan yang sedemikian di dalam buku kamu yang boleh dipercayai, yang menunjukkan bahawa mutaah adalah halal semasa hidupnya Nabi. Para sahabat mengamalkannya sehinggalah Umar mengharamkannya.

Selain dari kenyataan itu, sebahagian dari para sahabat, seperti Ubayy Ibn Ka‘ab, Ibn Abbas, Abdullah Ibn Mas‘ud, Sa’id Ibn Jubayr dan Sa’id telah membaca ayat mutaah dengan cara ini , ‘Dan dengan mereka yang kamu telah bermutaah sehinggalah sampai waktu yang telah ditetapkan.’

Jarullah al-Zamakhsyari menyatakan di dalam al-Kasyhsyaf dari Ibn Abbas dan juga Muhammad bin Jarir al-Tabari di dalam Tafsir dan Imam Fakhruddin al-Razi di dalam Tafsir al-Mafatih al-Ghayb , j ilid III, menulis mengenai ayat suci itu dan Imam Nawawi di dalam Syarh Muslim , bab I, Nikah al-Mutaah mengatakan dari al-Maziriy bahawa Qadi ‘Iyyad mengatakan bahawa "Abdullah bin Mas’ud, seorang penulis wahyu, biasa membacakan ayat itu dengan cara yang sama, iaitu, ‘sehingga kepada waktu yang ditetapkan.’

Imam Fakhruddin al-Razi, setelah menyebutkan kenyataan oleh Ubayy Ibn Ka’b dan Ibn Abbas, berkata, ‘Ummah tidak menolak cara bacaan tersebut dengan cara i tu, maka apa yang saya telah katakan telah diterima melalui i jmak.’ Dan lagi pada muka surat sebelahnya dia berhujah dengan cara yang sama, ‘Pembacaan itu dengan jelas membuktikan bahawa mutaah terdapat dalam perundangan agama. Kami tidak mempunyai pendapat yang lain bahawa mutaah telah dibenarkan dimasa hidupnya Nabi.’

PERINTAH KEBENARAN MUTAAH TIDAK DIBATALKAN

387

Page 388: Sect Comparative In Peshwar Night

Sheikh: Bolehkan kamu buktikan bahawa ia halal semasa Nabi tetapi tidak dibatalkan kemudian?

Shirazi: Terdapat banyak bukti bahawa ia t idak dibatalkan. Hujah yang paling meyakinkan adalah mutaah telah dibenarkan pada masa hidupnya Nabi sehingga kepertengahan masa Khalifah Umar.

Kenyataan Khalifah Umar telah disampaikan secara umum oleh ulama kamu. Mereka telah menulis bahawa Umar telah naik ke mimbar dan berkata, ‘Pada masa Nabi dua mutaah telah dibenarkan. Saya jadikan keduanya haram, dan jika sesiapa yang melakukan, saya akan menghukumnya.’

Sheikh: Apa yang kamu katakan adalah benar, tetapi maksud saya adalah terdapat banyak arahan yang pada mulanya pada masa Nabi dibenarkan tetapi ia dibatalkan kemudian. Mutaah juga dibenarkan pada mulanya, tetapi kemudian ia dilarang.

Syirazi: Oleh kerana dasar pada agama adalah al-Quran, jika semua perundangan yang terdapat di dalam al-Quran dan ia di batalkan, maka pembatalan perundangan itu juga terdapat di dalam al-Quran. Sekarang beritahu kami di mana di dalam al-Quran yang arahan ini telah dibatalkan.

Sheikh: Di dalam Surah Mukminin (23), ayat 6 membatalkan arahan ini. Ia mengatakan:

. . .kecuali kepada isterinya atau hamba sahayanya maka sesungguhnya mereka tidak tercela [Surah al-Mukminun 23: 6]

Ayat itu mengatakan dua syarat untuk perhubungan kelamin: perkahwinan atau perhubungan dengan hamba. Maka ayat ini membuktikan bahawa perundangan pada mutaah telah dibatalkan.

Shirazi: Ayat itu t idak membuktikan apa-apa bahawa mutaah telah dibatalkan; malah mengesahkannya. Wanita yang bersatu secara mutaah adalah isteri yang sebenar bagi lelaki. Jika dia bukan isteri sebenar, Allah t idak akan mengarahkannya supaya membayar mahar. Lebih lagi surah Mukminin telah diwahyukan sedang Nabi berada di Mekah, surah al-Nisa’ diwahyukan sedang baginda berada di Madinah. Pastinya surah dari Mekah mendahului surah dari Madinah. Bolehkah surah A membatalkan surah B, jika surah A datang sebelum surah B?

PARA SAHABAT YANG TERKENAL DAN IMAM MALIK MENEKANKAN BAHAWA PERUNDANGAN MUTAAH TIDAK DIBATALKAN

Abdullah Ibn Abbas, Abdullah Ibn Mas‘ud, Jabir Ibn Abdullah al-Ansari , Salamah Ibn Akwa’, Abu Dharr al-Ghifari, Subrah bin Ma‘bad,

388

Page 389: Sect Comparative In Peshwar Night

al-Akwa’ bin Abdullah al-Aslami dan Imran bin Husayn telah menyatakan bahawa perundangan mutaah tidak dimansuhkan. Lebih-lebih lagi para ulama kamu yang terkenal juga berpendapat bahawa ia tidak dimansuhkan. Sebagai contoh Jarullah al-Zamakhshari, di dalam Tafsir al-Kasysyaf mengenai kenyataan Abdullah Ibn Abbas bahawa ayat mutaah adalah salah satu dari perundangan yang jelas di dalam al-Quran, di mana sebutannya tidak diulangi. Imam Malik bin Anas juga mengatakan bahawa mutaah adalah halal dan ia tidak dimansuhkan.

Mulla Sa‘aduddin Taftazani di dalam Syarh al-Maqasid , Burhanuddin al-Hanafi di dalam al-Hidayah , Ibn Hajar al-‘Asqalani idi dalam Fath al-Bari dan lainnya juga telah mengatakan kenyataan itu dan keputusan Malik yang mengatakan, "mutaah adalah halal. Ia dibolehkan agama. Ia halal, sebagaimana disahkan oleh Ibn Abbas, telah diketahui oleh semua dan kebanyakan dari para sahabatnya dari Yaman hingga ke Mekah telah mengamalkannya. Ditempat yang lain dia berkata, ‘Mutaah adalah halal oleh kerana ia telah dibenarkan, dan halal dan keizinannya disahkan dan tidak pernah dibatalkan.’ Kamu boleh lihat sehingga Malik meninggal tidak terdapat keterangan yang perundangan itu telah dimansuhkan.

Lebih lagi pentafsir kamu seperti al-Zamakhshari, al-Baghawi, dan Imam al-Tha‘labi telah menerima pendapat Ibn Abbas dan para sahabat terkenal yang lain dan percaya akan halalnya mutaah.

SEMUA SYARAT PERKAHWINAN TELAH DIPENUHI OLEH MUTAAH.

Sheikh: Oleh kerana t idak ada peruntukan untuk wanita yang bersatu dengan cara mutaah, seperti warisan, cerai , selepas cerai [iddah] dan saraan, sebagaimana yang diperuntukkan pada seorang isteri , maka dia tidak boleh menjadi isteri sebenar.

Shirazi: Wanita yang bersatu dengan seorang lelaki secara mutaah, telah dipelihara oleh semua syarat sebagaimana seorang isteri, melainkan apa yang telah nafikan secara munasabah. Mutaah adalah umpama nikah, yang memberikan hak kepada seorang wanita sebagai isteri . Untuk kesenangan bagi ummah dan untuk menyelamatkan mereka dari tidak berperaturan, sebahagian dari syarat dan adat telah diketepikan. Sebagaimana pada syarat, pertama, tidak pernah dibuktikan bahawa warisan adalah syarat yang perlu bagi perkahwinan. Ramai wanita, walaupun menjadi isteri , t idak menerima warisan dari pihak suaminya. Sebagai contoh isteri yang tidak taat atau mereka yang membunuh tidak mendapat pusaka.

Kedua, t idak dinyatakan dengan terang bahawa wanita yang bersatu secara mutaah telah dinafikan haknya pada warisan. Pakar perundangan telah berbeza pendapat mengenainya, dan perbezaan yang demikian terdapat juga di antara kamu.

389

Page 390: Sect Comparative In Peshwar Night

Ketiga, pandangan Imamiyyah secara keseluruhan bahawa wanita yang bersatu secara mutaah juga memerhatikan waktu iddahnya. Waktu terpendek baginya telah ditetapkan 45 hari. Jika suaminya meninggal dunia maka iddah yang biasa bagi wanita begini adalah 4 bulan 10 hari, sama ada dia pernah bersama dengan suaminya ataupun tidak, atau sama ada dia telah melewati umur haidnya ataupun tidak.

Keempat, hak pada saraan, bukan juga syarat mutlak bagi perkahwinan. Terdapat ramai wanita yang tidak diberikan saraan, seperti mereka yang tidak taat atau yang membunuh suami mereka.

Kelima, tamatnya tempoh yang telah depersetujui, dengan sendirinya adalah penceraian mereka. Begitu juga dengan persetujuan suaminya, dia boleh diceraikan sebelum sampai waktu yang telah ditetapkan.

Maka tidak ada satu pun syarat yang kamu katakan mempunyai apa-apa kesan perbezaan. Seorang ulama Syiah yang terkenal, Allamah Jamaluddin al-Hilli (Hasan bin Yusuf bin Ali bin Mutahhar), telah memberikan secara mendalam hujah yang sama pada menjawab pandangan yang sama dari ulama kamu. Saya telah merujuk kepadanya secara ringkas. Sesiapa yang berhajat untuk mempelajarinya secara mendalam, bolehlah merujuk kepada Allamah al-Hilli dalam bukunya Mabahith al-Sunniyyah wa Ma‘rifat al-Nusairiyyah.

ADAKAH ARAHAN AL-QURAN TENTANG MUTAAH TELAH DIMANSUHKAN NABI?

Sheikh: Selain dari ayat al-Quran terdapat juga banyak Hadis yang mengatakan bahawa perundangan mengenai mutaah telah dibatalkan semasa Nabi.

Shirazi: Sila katakan mengenai arahan pembatalan.

Sheikh: Ia telah disampaikan dengan sedikit perbezaan. Sebahagian dari penyampai berkata bahawa ia telah dikatakan pada hari penaklukan Khaibar; sebahagian mengatakan pada hari penaklukan Mekah, sebahagian yang lain mengatakan pada haji terakhir; dan sebahagian lagi pada hari Tabuk. Yang lain lagi berpendapat bahawa arahan pada pembatalan telah disampaikan pada peristiwa Umrat al-Qada’ [haji selamat t inggal]

HUJAH MENGENAI PEMBATALANNYA SEMASA HAYAT NABI

Shirazi: Panyampaian yang bertentangan itu dengan jelas membuktikan bahawa tidak ada arahan pembatalan yang sedemikian. Dan bagaimana kenyataan itu boleh dipercayai, yang sebaliknya, terdapat banyak Hadis yang mengatakan di dalam Sahih al-Sittah , al-Jam‘ baina al-Sahihain , al-Jam‘ baina al-Sahih al-Sit tah, Musnad dan sebagainya dari sahabat yang terkenal yang membuktikan bahawa ayat itu tidak dibatalkan sehinggalah Khalifah Umar membatalkannya.

390

Page 391: Sect Comparative In Peshwar Night

Hujah yang paling jelas bahawa ulama kamu sendiri telah mengatakan kenyataan Khalifah Umar yang berkata, ‘Saya jadikan kedua-dua mutaah yang telah dilakukan pada masa hayat Nabi, haram.’ Jika terdapat mana-mana ayat atau arahan dari Nabi, tentu Khalifah berkata, ‘Menurut dari arahan Nabi dan disokong ayat al-Quran, j ika sesiapa melakukan larangan yeng telah diadakan pada perundangan, saya akan menghukum dia.’ Kenyataan yang sedemikian lebih menekankan kepada manusia. Tetapi dia hanya sekadar mengatakan: ‘Dua mutaah yang dibenarkan pada masa Nabi, saya menjadikannya haram.’

Jika sekiranya apa yang kamu katakan adalah benar dan ayat mutaah telah dimansuhkan, mengapa anak murid Nabi seperti Abdullah Ibn Abbas, Imran bin Husayn dan para sahabat yang lain tidak bertindak ke atasnya. Ahli Hadis dan juga ahli sejarah kamu, termasuk al-Bukhari dan Muslim telah merakamkan fakta itu. Semua ini dengan jelas telah membuktikan bahawa dari semenjak masa Nabi hingga kepada masa Khalifah Umar para sahabat mengikuti arahan perundangan.

BOLEHKAN KHALIFAH UMAR MEMBATALKAN MUTAAH

Maka adalah jelas bahawa mutaah akan terus halal sehingga bila-bila. Abu Isa Muhammad bin Surah al-Tirmidhi di dalam Sunannya, yang telah dianggap sebagai satu dari enam buku Sahih Sunni, Imam Ahmad bin Hanbal di dalam, juzuk II, ms 95, dan Ibn Athir di dalam Jami‘ al-Usul telah menyampaikan bahawa seorang Syria telah bertanya Abdullah bin Umar bin Khattab, apa pendapatnya mengenai mutaah al-nisa’ . Dia berkata, ‘Sudah pasti ia halal.’ Orang itu berkata lagi, ‘Tetapi bapa kamu, Khalifah, melarang manusia dari melakukannya.’ Dia berkata, ‘Ia telah diarahkan oleh Nabi; maka ia telah dilarang oleh bapa saya; arahannya tidak boleh melebihi arahan Nabi. Saya adalah pengikut arahan Nabi.’

Dari laporan yang telah disampaikan, mungkin manusia kemudiannya telah memalsukan Hadis supaya dapat menyokong kenyataan Khalifah Umar. Perkara ini amat jelas untuk meminta penjelasan tambahan. Fakta yang sebenar kamu tidak punya keterangan yang sebenar pada haramnya mutaah selain dari kenyataan Khalifah Umar.

Sheikh: Kenyataan Khalifah itu sendiri adalah hujah yang kukuh untuk semua muslim dan mereka perlulah patuh kepadanya. Jika dia tidak mendengar dari Nabi, tentu dia t idak mengatakannya begitu.

Shirazi: Adakah kenyataan Khalifah sungguh berkuasa bahawa muslim mesti patuh padanya? Saya tidak pernah melihat satu pun Hadis di dalam buku kamu, yang mana Nabi berkata bahawa kenyataan Umar bin Khattab adalah punca agama yang telah disahkan atau muslim mesti patuh padanya. Tetapi sebaliknya buku kamu penuh dengan Hadis yang dipercayai yang mengatakan kita hendaklah mengikuti keturunannya, terutama Ali. Saya telah merujuk kepada Hadis tersebut pada malam

391

Page 392: Sect Comparative In Peshwar Night

yang lalu. Ahli Bayt Nabi telah mengatakan perundangan mutaah tidak dibatalkan.

Kamu mengatakan bahawa jika Umar t idak mendengarkan arahan pembatalan dari Nabi, dia tentu tidak mengatakan apa yang telah dilakukan, tetapi ini dengan mudah dapat dibantah. Pertama, j ika dia pernah mendengar pembatalan pada hukum mutaah dari Nabi, dia tentu telah mengatakan mengenainya pada masa hidupnya Nabi sehinggalah pada masanya. Ini telah menjadi sesuatu yang perlu kerana dia melihat sendiri para sahabat mengamalkannya, dan telah menjadi tugas dia untuk mengingatkan manusia bahawa amalan mutaah telah dimansuhkan. Mengapa dia tidak menjalankan tugasnya dan menghalang kekejian?

Kedua, amalan mutaah adalah sesuatu kebiasaan bagi ummah, dengan arahan dari Nabi sahaja amalan itu boleh dibatalkan. Tentu tidak ada kelewatan pada melaksanakan kes ini . Bolehkah diterima oleh akal jika arahan untuk ummah telah disebarkan, dan kemudiannya dibatalkan, bolehkah Nabi tidak mengatakan kepada sesiapa pun melainkan Umar? Dan bolehkah diterima akal yang Umar tidak memberitahu sesiapa mengenainya sehingga pertengahan masa Khalifahnya? Di dalam masa itu semua ummah yang melakukan amalan tersebut, yang telah dibatalkan, tidakkah tanggong jawab itu terletak kepada Umar?

Kamu katakan bahawa larangan pada ‘pembatalan dan amalan tidak beragama’ yang diamalkan tidak boleh diberitahu kepada yang lain dan makanya ummah terus melakukan amalan tersebut. Bolehkan sesiapa selain dari Nabi sendiri dipertanggong jawabkan kerana t idak menyampaikan larangan yang diarahkan, hanya memberitahu kapada Umar mengenainya? Tidakkah itu kafir namanya untuk mengatakan bahawa Nabi cuai pada menjalankan tugasnya dan bahawa ummah kerana tidak mengetahui terus mengamalkan amalan yang telah dilarang lama dahulu?

Ketiga, jika arahan mutaah telah dibatalkan semasa Nabi dan Umar telah mendengarnya dari Nabi, Umar boleh mengatakan pada ketika dia mengharamkan bahawa dia sendiri telah mendengar dari Nabi yang berkata bahawa amalan mutaah telah di larang. Pastinya jika dia telah merujuk kepada kenyataan Nabi, ummah tentu terpengaruh dengannya. Tetapi dia hanya mengatakan, ‘semasa Nabi dua mutaah telah dibenarkan, tetapi saya menjadikannya haram. Sekarang saya akan merejam mereka yang melakukannya.’ Tidakkah itu tugas Nabi untuk mengatakan sesuatu itu halal atau haram? Atau adakah ia hak Khalifah yang telah dilantik oleh manusia?

Saya tidak faham atas dasar apa Umar mengisytiharkan haram apa yang telah dihalalkan oleh Allah. Betapa anehnya Nabi tidak pernah menjadikan sesuatu perkara itu halal atau haram. Bilamana baginda mengatakan sebarang perintah, baginda akan berkata Allah telah mengarahkanya untuk menyampaikan kepada manusia. Betapa

392

Page 393: Sect Comparative In Peshwar Night

beraninya Umar apabila dia berkata, ‘Dua mutaah yang dibolehkan pada masa Nabi. Saya menjadikan keduanya haram. Saya akan menghukum sesiapa yang melakukannya.’

PERINTAH ALLAH ATAU NABI TIDAK BOLEH DIBATALKAN OLEH KHALIFAH

Sheikh: Pastinya kamu menyedari bahawa sebahagian dari ulama kami yang berpengetahuan tinggi percaya bahawa Nabi adalah mujtahid di dalam perkara perundangan agama, seorang mujtahid lain, dari pengetahuan yang dia dapati, boleh mengenepikan perintah mereka yang terdahulu. Atas dasar ini bahawa Umar berkata, ‘Saya jadikan kedua itu haram.’

Shirazi: Di dalam percubaan untuk membetulkan sesuatu yang salah, kamu telah mengelirukan ramai yang lain. Adakah ijtihad mempunyai sebarang erti pada penentangan terhadap arahan al-Quran. Tidakkah kenyataan kamu itu amat pelik dan menentang ayat al-Quran?

Allah maha perkasa berkata di dalam surah Yunus:

Katakanlah (Wahai Muhammad): "aku tidak berhak menukarkannya dengan kemahuanku sendiri, aku hanya tetap menurut apa yang diwahyukan kepadaku sahaja. Sesungguhnya aku takut, - j ika aku menderhaka kepada Tuhanku, - akan azab hari yang besar (soal jawabnya)". [Surah Yunus 10: 15]

Jika benar bahawa Nabi t idak boleh membuat perubahan kepada perundangan agama melainkan dia diperintahkan oleh Allah untuk melakukannya, bagaimana Umar boleh; dia yang tidak punya pengetahuan mengenai wahyu, mempunyai kuasa pada mengharamkan apa yang Allah telah halalkan?

Di dalam surah Najm [bintang] Allah berkata:

Dan ia t idak memperkatakan (sesuatu yang berhubung dengan Islam) menurut kemahuan dan pendapatnya sendiri. Segala yang diperkatakannya itu (sama ada al-Quran atau hadis) tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya. [Surah al-Najm 53: 3-4]

Di dalam Surah al-Ahqaf Allah berkata:

Katakanlah lagi: "Bukanlah aAku seorang Rasul pembawa agama yang berlainan dari agama yang dibawa oleh Rasul-rasul (yang telah lalu), dan aku tidak mengetahui apa yang akan dilakukan kepadaku dan kepada kamu. Aku tidak melakukan sesuatu melainkan menurut apa

393

Page 394: Sect Comparative In Peshwar Night

yang diwahyukan kepadaku, dan aku tidak lain hanyalah seorang Rasul pemberi amaran yang jelas nyata". [Surah al-Ahqaf 46: 9]

Patuh kepada Nabi adalah wajib. Tidak ada sesiapa, Umar atau sesiapa sahaja mempunyai hak pada mencampuri dengan arahan Tuhan di dalam menjadikan ia haram apa yang Allah halalkan.

KEBAIKAN BUKAN ALASAN UNTUK MEMBATALKAN

Sheikh: Umar pastinya memikirkan kebaikan dan menganggapnya sebagai yang terbaik untuk manusia pada membatalkan arahan itu. Kita dapati hari ini bahawa sebahagian dari manusia mengambil wanita pada mutaah hanya sekadar untuk kepuasan dalam satu jam, satu bulan, atau satu tahun. Kemudian, tanpa memikirkan sama ada wanita itu mengandung atau t idak, dia akan ditinggalkan.

Shirazi: Itu sesuatu yang tidak munasabah. Apa ada kena mengena arahan agama dengan keinginan manusia pada melakukan maksiat? Jika kami mengikuti cara hujah kamu, mungkin perkahwinan tetap juga perlu dijadikan haram. Lagipun ramai manusia sekarang berkahwin dengan perempuan kenamaan kerana wang atau kecantikan, dan kemudiannya meninggalkan mereka, tanpa memberikan sebarang saraan hidup. Oleh kerana manusia melakukan semua ini, adakah pada pendapat kamu perkahwinan tetap juga dibatalkan?

Tidak. Kita harus mengalakkan manusia supaya jujur dan berikan kepada mereka arahan agama. Jika seorang yang beriman tidak mempunyai kemampuan pada dirinya untuk memikul tanggong jawab memiliki isteri yang tetap, dan dia berhajat pada menjauhkan diri dari perbuatan maksiat , dia boleh dengan mengikuti etika agama, mengambil wanita secara mutaah. Begitu juga dia perlu tahu syarat-syarat bagi mutaah kerana dia tahu setiap arahan mempunyai syarat yang tertentu. Pada ketika persefahaman bersama, dia kena memberikan mahar untuk wanita tersebut yang mencukupi bagi keperluannya semasa iddah, iaitu 45 hari, selepas berakhirnya tempuh mutaah.

Kedua, selepas penceraian, dia perlu menjaga wanita tersebut selama waktu iddah. Jika dia mengandung, dia perlu pada menjada si ibu supaya dia boleh mengambil tanggungjawab pada si anak apabila ia telah dilahirkan. Jika manusia tidak menghormati syarat ini, dia tidak mematuhi sahnya arahan pada perundangan dan telah melangarnya.

Kebajikan ummah lebih diketahui oleh Allah dan Nabi dari Umar. Dan mereka t idak melarang mutaah. Jika mereka tidak melarangnya, t idak ada Khalifah atau Imam, atau siapa sahaja dari manusia, bahkan mereka yang dilantik oleh Tuhan sekalipun, dapat dari dirinya sendiri menjadikan sesuatu itu haram apa yang Allah telah halalkan. Maka kamu katakan itu adalah untuk kepentingan ummah justeru manusia perlu meninggalkan mutaah, t idak dapat diterima.

394

Page 395: Sect Comparative In Peshwar Night

Mutaah bukanlah penyebab bagi tersebarnya sesuatu yang tidak beragama, bahkan menegahnya telah menyebabkan tersebarnya kekejian. Mereka yang muda yang tidak mampu pada perkahwinan tetap, jika mereka tidak dapat mengawal keinginan diri mereka, mereka akan terjebak di dalam perhubungan haram. Dan telah pasti dengan tersebarnya penzinaan akan merosakkan keperibadian seluruh ummah.

Imam al-Tha‘labi dan al-Tabari di dalam Tafsir mereka dan Imam Ahmad Ibn Hanbal di dalam Musnadnya, menulis dengan berkaitan ayat mutaah, menyampaikan dari Amirul Mukminin Ali bahawa dia berkata, ‘Jika Umar tidak menghalang mutaah, t idak ada siapa, melaikan yang manusia yang celaka, akan melakukan zina.’

Juga Ibn Juraij dan ‘Amr bin Dinar menyatakan dari Abdullah Ibn Abbas yang berkata: ‘Mutaah adalah rahmat dari Allah, yang telah diberikan kepada ummah Muhammad. Jika Umar tidak mengharamkannya, tidak ada siapa melainkan yang malang yang akan melakukan zina.’

Maka menurut dari pandangan para sahabat Nabi itu, penyebab dari banyaknya berlaku penzinaan adalah sebab larangan mutaah, berbanding jika ia diamalkan. Bahkan fakta yang sebenar semua arahan dan larangan Tuhan yang telah disampaikan kepada ummah melalui Nabi adalah bertujuan untuk kebajikan seluruh manusia. Mereka berterusan mendapati faedah darinya sehingga ke hari ini.

KEIMANAN ABU TALIB TELAH DIKETAHUI UMUM PADA MASA HAYAT NABI

Tajuk perbincangan kita bukanlah ini, tetapi saya mahu menghilangkan keraguan kamu mengenai apa yang telah diketahui secara umum pada masa hidupnya Nabi, boleh dilenyapkan melalui pemalsuan Hadis. Begitu juga t idak ada pengesahan di dalam bantahan kamu mengenai keimanan Abu Talib. Keimanan abu Talib pada masa hidupnya Nabi juga telah diketahui umum dan dipandang dengan hormat. Tetapi dengan memalsukan Hadis, sebahagian manusia telah menyebarkan sesuatu yang bertentangan. Manusia yang jahil dengan membuta tuli telah mengikuti orang yang terdahulu dengan menerima Hadis yang palsu itu.

Secara ringkas apa yang saya telah katakan membuktikan bahawa Ali termasuk di dalam kekeluargaan yang gemilang yang tiada siapa dari kalangan Sahabat yang terkenal boleh menandinginya.

TEMPAT LAHIR ALI ADALAH KAABAH

Satu lagi petunjuk khas pada kemuliaan Ali adalah tempat lahirnya. Tidak ada siapa dari Adam seterusnya melalui semua Nabi, yang mempunyai kelebihan yang demikian. Dari semua makhluk, Ali sahaja telah dilahirkan di dalam kawasan kabah. Di saat kelahiran Isa, ibunya

395

Page 396: Sect Comparative In Peshwar Night

yang suci telah disuruh meninggalkan Kaabah. Suatu suara berkata kepadanya, ‘Wahai Mariam! Tinggalkan Baitul Muqaddas, oleh kerana ia adalah tempat beribadah bukan tempat melahirkan anak.’

Tetapi apabila waktu kelahiran Ali tiba, ibunya, Fatimah binti Asad, telah disuruh memasuki Kabah. Dan ini bukan kejadian secara tidak langsung, seumpama seorang wanita yang berada di masjid dan kemudiannya dia telah melahirkan anak. Dia telah disuruh untuk memasuki Kaabah, yang mana pintunya terkunci. Sebahagian dari orang yang tidak mengerti memikirkan bahawa Fatimah binti Asad berada di masjid apabila dia merasa sakit untuk melahirkan, tidak dapat keluar, dan terus melahirkan anak. Fakta yang sebenar adalah yang sebaliknya. Itu adalah bulan kelahiran bagi Fatimah binti Asad. Dia pergi ke Masjidil Haram, di mana dia merasa sakit untuk melahirkan. Dia berdoa kepada Allah di dalam kawasan Kaabah dengan berkata, ‘Wahai Allah! Saya berdoa kepada-Mu dengan nama kehormatan-Mu dan maha besar, permudahkan aku pada kelahiran ini .’ Pada ketika itu tembok Kaabah yang tertutup, terbuka.

Laporan yang lain mengatakan bahawa satu suara terdengar berkata, ‘Wahai Fatimah masuklah ke dalam Rumah.’ Fatimah masuk kedalam Rumah Allah di hadapan manusia ramai yang duduk di si tu, dan temboknya tertutup kembali seperti sedia kala. Manusia semua menjadi hairan. Abbas juga ada di sana. Apabila dia melihat apa yang terjadi, dia terus memberitahu Abu Talib, kerana dia mempunyai kunci pintu Kaabah. Dia terus bergegas ke sana dan mencuba sedaya upaya untuk membuka pintu tersebut, tetapi gagal, pintu t idak boleh dibuka. Selama 3 hari Fatimah binti Asad berada di dalam Kaabah, tanpa sebarang makanan apa pun. Kejadian aneh itu menjadi buah mulut orang tempatan. Akhirnya pada hari ketiga, laluan yang mana dia masuk terbuka semula, dan Fatimah keluar. Manusia melihat pada tangannya ada seorang bayi yang comel. Kedua golongan sependapat bahawa tidak ada siapa mempunyai kemuliaan sedemikian.

Al-Hakim dalam al-Mustadrak dan Nuruddin bin Sabbagh al-Maliki di dalam Fusul al-Muhimmah , Fasal I, halaman 14, berkata, ‘Tidak ada sesiapa sebelum Ali yang dilahirkan di dalam Kaabah. Ini adalah kemuliaan yang diberikan kepada Ali bagi menunjukkan tingginya darjat dan kehormatan beliau.

ASAL NAMA ALI ADA DI DALAM ALAM GHAIB

Satu lagi petunjuk terhadap kemuliaan khas Ali adalah namanya berasal dari alam ghaib.

Sheikh: Kamu telah mengatakan sesuatu terpuji . Itu bermakna Abu Talib adalah Nabi yang telah namakan Ali melalui ilham Ilahi. Kenyataan kamu adalah sesuatu yang direka oleh Syiah di dalam melampaunya cinta terhadap Ali. Tetapi adalah ganjil untuk mengatakan bahawa Allah mengarahkan bahawa kanak-kanak itu

396

Page 397: Sect Comparative In Peshwar Night

diberikan nama Ali. Ali adalah nama yang biasa yang mana kedua ibu bapa, dengan kehendak mereka telah cadangkan. Ia tidak ada kena mengena dengan dunia ghaib.

Shirazi: Apa yang saya katakan tidak ada kepujian padanya. Keanehan kamu adalah disebabkan oleh kurang pengetahuan mengenai kemuliaan wilayah [Wazir].

Pertama, kamu fikir bahawa bayi i tu telah diberikan nama setelah kelahirannya, walaupun yang sebenarnya tidaklah begitu. Di dalam semua kitab Allah, nama Muhammad dan Ali telah disebutkan. Allah yang maha berkuasa telah menamakan mereka ribuan tahun sebelum mereka dijadikan. Nama itu telah dituliskan dilangit , pada pintu Syurga dan pada ‘Arsy [Syurga tert inggi]. Ia tidak ada kena mengena dengan masa Abu Talib.

Sheikh: Pastinya kenyataan ini adalah sebagai contoh terhadap cinta yang melampau untuk Ali. Kamu telah meninggikannya terlampau tinggi bahawa kamu katakan namanya telah ditulis lama sebelum kejadian alam. Keputusan dari kenyataan ini adalah ahli perundangan kamu menyuruh nama Ali disebutkan selepas nama Muhammad di dalam azan.

Shirazi: Tidak begitu tuan; kenyataan saya tidak ada kena mengena dengan cinta yang meluap-luap. Dan bukan saya yang telah menulis nama itu di Syurga. Allah perintahkan nama Ali ditulis bersama nama-Nya dan juga nama Nabi.

Sheikh: Silakan tuan beri rujukan pada mana-mana Hadis.

SELEPAS NAMA ALLAH DAN NAMA NABI, NAMA ALI DITULIS DI ‘ARSY

Shirazi: Muhammad bin Jarir al-Tabari dalam Tafsir , Ibn ‘Asakir dalam Tarikh , Muhammad bin Yusuf Kanji al-Syafii, dalam Kifayah al-Talib , bab 62, Hafiz Abu Nu‘aim, dalam Hilyat al-Auliya’ , dan Sheikh Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam Yanabi‘ al-Mawaddah , ms 238, bab 56, Hadis 52, di sampaikan dari Dhakha’ir al-‘Uqba oleh Imam al-Haram Ahmad bin Abdullah al-Tabari al-Syafii pada pengesahan Abu Hurairah [dengan sedikit perbezaan pada perkataan] bahawa Nabi berkata, “Telah ditulis di ‘Arsh bahawa tiada Tuhan melainkan Allah, yang tidak ada sekutu baginya, dan Muhammad adalah hamba-Ku dan Nabi, yang Aku tolong melalui Ali bin Abi Talib”.

Juga di dalam tulisan Jalaluddin al-Suyuti brtjudul Khasa’is al-Kubra , jil id I, ms 10 dan Tafsir al-Durru al-Manthur , permulaan pada bab Isra’il, ia disampaikan dari Ibn Adi dan Ibn Asakir, yang menyampaikan dari Anas Ibn Malik, bahawa Nabi Allah berkata bahawa dia telah melihat tertulis pada ‘Arsy, ‘Tidak ada Tuhan melainkan

397

Page 398: Sect Comparative In Peshwar Night

Allah; Muhammad adalah Nabi Allah; Aku telah memberinya penyokong melalui Ali.’

Dalam Yanabi‘ al-Mawaddah ia telah disampaikan dari Dhakha’ir al-‘Uqba oleh Imam al-Haram al-Tabari, menurut laporan dari Sirat al-Mullah , bahawa Nabi Allah berkata, ‘Pada malam Mikraj, apabila aku dibawa ke Syurga tertinggi, saya melihat ada tertulis di sana pada sebelah kanan ‘Arsy tulisan berikut:

“Muhammad Nabi Allah, Aku telah memberinya pertolongan dan sokongan melalui Ali”.

Telah disampaikan dalam Yanabi‘ , Hadis 19, dari Kitab al-Sabi‘in oleh Imam al-Haram al-Tabari , menyebutnya dari Manaqib oleh Faqih Wasti Ibn Maghazili al-Shafii, dan juga Mir Sayyid Ali al-Hamadani al-Shafii menulis di dalam Mawaddah VI dari Mawaddat al-Qurba dua Hadis; Khatib Khawarizmi di dalam al-Manaqib , Ibn Shirwaih dalam al-Firdaus , dan Ibn Maghazili al-Shafii dalam al-Manaqib menyebutnya dari Jabir bin Abdullah al-Ansari bahawa Nabi berkata, “Telah tertulis di pintu Syurga bahawa: “Tidak ada Tuhan melainkan Allah, Muhammad adalah Nabi Allah, dan Ali adalah Wali [Wazir] Allah dan saudara Nabi Allah. Ini telah ditulis 2 000 tahun sebelum kejadian langit dan juga alam ini”.

Saya teringat satu lagi Hadis, Mir Sayyid Ali Faqih Shafii menulis di dalam Mawaddah VIII dari Mawaddatu al-Qurba bahawa Nabi berkata kepada Ali, “Saya telah melihat nama kamu bersama nama saya pada empat tempat:

[1] Pada malam Miraj, apabila saya sampai Baitul Muqaddas, saya lihat tertulis pada batu: ‘Tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan Muhammad adalah Nabi Allah yang Aku berikan sokongan melalui wazirnya Ali.’

[2] Apabila saya sampai Sidratul Muntaha, saya melihat perkataan: ‘Sesungguhnya Aku adalah Allah; Tidak ada Tuhan melainkan Aku, yang esa; dan Muhammad diantara semua kejadian-Ku yang paling Aku cintai. Dan Aku berikan dia sokongan melalui wazirnya Ali.’

[3] Apabila saya t iba di ‘Arsy Allah yang maha Besar, saya melihat di sana tertulis pada t iangnya: ‘Sesungguhnya Aku adalah Allah, dan t idak ada Tuhan melainkan Aku: dari semua kejadian-Ku, Muhammad adalah yang tercinta. Aku telah menyokongnya melalui Ali .’

[4] Apabila saya sampai di Syurga, saya melihat pada pintunya: Tidak ada Tuhan melainkan Aku, dari semua kejadian-Ku, Muhammad adalah yang tercinta. Aku telah menyokongnya melalui Ali .’

Imam al-Tha‘labi dalam Tafsir Kashf al-Bayan dan Sheikh Sulayman al-Balkhi dalam Yanabi‘ al-Mawaddah , bab 24, menyampaikan dari Hafiz Abu Nu‘aim al-Isfahani, Muhammad bin Jarir dalam Tafsirnya

398

Page 399: Sect Comparative In Peshwar Night

dan Ibn ‘Asakir dalam Tarikhnya, menyampaikan dari Ibn Abbas dan Abu Hurairah bahawa ayat 64 dari Surah al-Anfal yang berbunyi:

Dialah yang menguatkanmu dengan pertolongan-Nya dan dengan (sokongan) orang-orang yang beriman. (Surah al-Anfal 8:62).

Kemudian mereka berkata bahawa Nabi bersabda: “Saya melihat tertulis di ‘Arsy: Bahawa Tidak ada tuhan melainkan Allah, yang esa, tidak ada sekutu bagi-Nya; dan Muhammad adalah hamba-Nya dan Nabi; Aku memperkuatkan dia dengan Ali Ibn Abi Talib”.

Kemudian mereka menyampaikan Hadis lain yang sama maksudnya dari Kitab al-Syifa’ dan al-Manaqib . Punca bagi nama Muhammad dan Ali adalah Allah sendiri.

KALIMAT YANG DIGUNAKAN ADAM PADA PENERIMAAN TAUBATNYA ADALAH LIMA NAMA YANG SUCI

Juga al-Tha‘labi dalam tafsir Kashf al-Bayan dan Sheikh Sulayman Balkhi al-Hanafi dalam Yanabi‘ , bab 24, menyampaikan dari Faqih Wasti Ibn Maghazili al-Shafii adalah pada ulasan ayat 37 dari surah al-Baqarah (2), al-Quran yang berbunyi:

Kemudian Nabi Adam menerima dari Tuhannya beberapa kalimah (kata-kata pengakuan taubat yang diamalkannya), lalu Allah menerima taubatnya; Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Pengampun (Penerima taubat), lagi Maha Mengasihani. [Surah al-Baqarah 2: 37]

Said ibn Jubayr mengatakan dari Ibn Abbas yang berkata: “Nabi telah ditanya mengenai perkataan i tu, yang mana Nabi Adam telah pelajari dan dengannya telah membawa kepada penerimaan taubatnya. Nabi berkata: “Dia meminta kepada Allah dengan nama Muhammad, Ali , Fatimah, Hasan dan Husain. Maka Allah menerima taubatnya dan mengampunkannya”.

WAHYU DAN ILHAM DIBERIKAN KEPADA MANUSIA SELAIN DARI NABI, BAHKAN KEPADA BINATANG

Di dalam pengertian pemberian wahyu dan Nabi kepada Abu Talib, kamu sekali lagi telah tersalah. Wahyu dan ilham mempunyai peringkat, yang bukan hanya khusus untuk Nabi sahaja. Kata-kata tersebut merujuk kepada kebolehan untuk memahami pengetahuan yang tersembunyi secara terus. Pengetahuan ini telah diberikan kepada manusia tertentu begitu juga kepada binatang. Adakah lebah itu Nabi yang mana Allah telah memberikan kepadanya wahyu? Ayat al-Quran di dalam surah Nahl [semut] dengan jelas mengatakan:

399

Page 400: Sect Comparative In Peshwar Night

Dan Tuhanmu memberi ilham kepada lebah: "Hendaklah Engkau membuat sarangmu di gunung-ganang dan di pokok-pokok kayu, dan juga di bangunan-bangunan Yang didirikan oleh manusia. [Surah al-Nahl 16: 68]

Adakah kamu fikir bahawa Nukhabuz [atau sebahagian dari pengulas mengatakan, Yukhabuz], ibu kepada Nabi Musa adalah Nabi? Di dalam surah Qasas dengan jelas telah dinyatakan bahawa telah diberikan dua arahan, dua larangan, dua maklumat dan dua khabar gembira melalui wahyu, Allah berkata:

Dan Kami wahikan (ilhamkan) kepada ibu Musa:" Susukanlah dia; dalam pada i tu, jika engkau takutkan sesuatu bahaya mengenainya (dari angkara Firaun), maka (letakkanlah dia di dalam peti dan) lepaskanlah dia ke laut; dan janganlah engkau merasa bimbang dan jangan pula berdukacita; Sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan Kami akan melantiknya menjadi salah seorang dari Rasul-rasul kami. [Surah al-Qasas 28: 7]Selain dari Fakta ini, tidaklah perlu untuk petunjuk bagi manusia bahawa semua arahan dan perintah Allah harus disampaikan melalui wahyu. Kadang kala Dia memandu manusia dengan suatu suara. Ini telah berulang kali terjadi dan al-Quran menjadi saksi bagi fakta ini. Di dalam surah Mariam, Dia mengatakan bagaimana dia memandu Maryam:

Lalu ia diseru dari sebelah bawahnya:" janganlah engkau berdukacita (Wahai Maryam), Sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan di bawahmu sebatang anak sungai.dan gegarlah ke arahmu batang pohon tamar i tu, supaya gugur kepadamu buah tamar yang masak. [Surah Maryam 19: 24-25]

PETUNJUK DARI ALLAH ABU TALIB MENAMAKAN ANAKNYA ALI

Dengan cara yang sama bahawa lebah, ibu Musa dan ibu Isa telah diarahkan oleh Allah, walaupun tiada siapa dari mereka adalah Nabi. Abu Talib juga telah diarahkan pada memberikan nama anaknya.

Lebih lagi, tidak ada siapa yang berkata bahawa Abu Talib adalah Nabi atau wahyu telah disampaikan kepadanya. Satu suara dari langit dan papan tulis mengandungi arahan pada menamakan anaknya. Ulama kamu telah menuliskan fakta ini dalam buku mereka.

Sheikh: Mana ada ulama kami menuliskan begitu?

Shirazi: Terdapat banyak buku mengenainya.

400

Page 401: Sect Comparative In Peshwar Night

PENYAMPAIAN PAPAN TULIS KEPADA ABU TALIB

Mir Sayyid Ali al-Hamadani Faqih al-Shafii , di dalam Mawaddat al-Qurba , Mawaddah VIII, dari kenyataan Abbas Ibn Abdul Muttalib, yang mana Sulayman Balkhi al-Hanafi juga menyebut di dalam Yanabi’ al-Mawaddah , bab 56, dan Muhammad Bin Yusuf Kanji al-Syafii di dalam Kifayah al-Talib menyampaikan dengan sedikit perbezaan pada perkataan, bahawa apabila Ali telah dilahirkan, ibunya Fatimah binti Asad menamakan dia mengikuti bapanya, Asad. Abu Talib t idak bersetuju dengannya dan berkata, ‘Wahai Fatimah! Marilah kita pergi kepada bukit Qubais dan berdoa kepada Allah [sebahagian penyampai mengatakan bahawa dia berkata mereka harus pergi ke Masjidil-Haram] Dia mungkin memberitahu kita nama anak ini.’ Di kala itu malam hari apabila mereka sampai ke bukit Qubais [atau masjidil-Haram] dan mulakan doa mereka. Abu Talib berdoa: Wahai pencipta bagi malam yang gelap ini dan bulan yang terang, berilah tahu kami kehendak Engkau akan nama bayi ini.’

Pada masa itu satu suara datang dari langit, apabila Abu Talib mengangkat kepalanya, dia melihat papan tulis seperti permata hijau, dengan empat baris padanya. Dia mengambil papan tulis itu dan mendakapnya. Apabila dia membacanya ayat yang ditulis padanya: Aku telah anugerahkan kehormatan yang khusus bagi kamu berdua dengan memberikan anak yang suci. Dia telah diberikan nama Ali dari pihak Tuhannya. Ia diambil dari kalimah ‘Ala’ [yang tinggi]

Kanji al-Syafii menulis di dalam Kifayah al-Talib bahawa satu suara datang sebagai jawapan kepada Abu Talib yang membacakan dua rangkap ini: Wahai manusia dari rumah Nabi yang dit inggikan! Aku telah anugerahkan kepada kamu anak yang suci. Sesungguhnya dia telah diberikan nama Ali dari pihak Tuhannya. Nama ini telah dipetik dari nama Allah sendiri Al-Aliyy.’

Abu Talib amat gembira dan tunduk sujud kepada Allah. Sebagai tanda syukur di atas kejadian yang agung itu, dia korbankan 10 ekor unta. Dia gantungkan papan tulis itu pada Masjidil Haram. Dengannya Bani Hashim akan menunjukkan kebanggaan mereka di hadapan Quraish. Papan itu tinggal tergantung d isitu sehingga ia hilang pada masa peperangan di antara Abdullah bin Zubair dan al-Hajjaj.

Kenyataan ini juga menyokong Hadis yang telah dikatakan dahulu yang mana telah mengatakan bahawa Abu Talib semenjak mula lagi telah beriman. Dia meminta kepada Tuhan maha besar untuk menamakan anaknya. Apabila dia melihat pemberian Allah yang melimpah, dia tunduk sujud di hadapan Nya. Adakah ini perbuatan orang kafir?

NAMA ALI BUKAN DARI SEBAHAGIAN AZAN ATAU IQAMAT

Kamu telah katakan bahawa ahli fiqh Syiah menekankan nama Ali dianggap perlu di dalam azan dan iqamah. Yang sebenarnya tidak

401

Page 402: Sect Comparative In Peshwar Night

terdapat seorang pun ahli perundangan Syiah yang mengatakan bahawa nama Ali adalah sebahagian dari azan atau iqamah. Di dalam semua buku fiqh Syiah, perkataan yang mengatakan bahawa naik saksi wazirnya Amirul Mukminin bukan sebahagian dari azan atau iqamah. Untuk mengatakan itu di dalam azan dan iqamah dengan sengaja adalah haram. Jika pada permulaan salat , niatnya pada nama Imam yang suci adalah sebahagian dari salat, perbuatannya adalah salah. Tetapi menyebutnya setelah menyebut nama Nabi, pada menyebut nama Ali, tanpa tujuan yang tertentu, tetapi hanya sekadar menghormatinya adalah digalakkan. Allah telah menyebutkan namanya disetiap tempat selepas nama Nabi sebagaimana saya telah katakan terdahulu.

Sekarang kita sampai kepada tujuan kita yang utama: t idak seorang pun dari sahabat yang terkenal mempunyai jalinan keturunan yang suci seperti Ali.

KEWARAKAN IMAM ALI

Waraknya Ali, tidak ada siapa yang boleh dibandingkan dengannya. Keduanya musuh dan kawan bersetuju mengenainya, selepas Nabi tidak ada siapa yang sewarak Ali.

Ibn Abil-Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah dan Muhammad Ibn Talhah al-Shafii di dalam Matalib al-Su’ul , mengatakan dari Umar Ibn Abdul Aziz bahawa Imam yang suci yang lebih utama di dalam kewarakan dari segala makhluk. Dia berkata, ‘Kami tidak tahu sesiapa dari ummah ini selepas Nabi yang lebih alim dan warak melebihi dari Ali Ibn Abi Talib.’

Mullah Ali Qushachi, dari segala sikap fanatiknya, menulis bahawa makhluk umpama hilang pedoman untuk memahami akan mulianya Ali. Di dalam Syarh Tajrid dia berkata, ‘Manusia amat kagum apabila mereka mendengar amalan di dalam hidup Ali.’

KENYATAAN ABDULLAH BIN RAFI‘I

Abdullah bin Rafii berkata bahawa pada masa bulan puasa, dia pergi kepada Amirul Mukminin. Dia lihat beg yang tertutup dibawakan kepadanya. Apabila Ali membukanya, di dalamnya terdapat tepung yang tidak ditapis. Imam mengambil genggam penuh dari tepung itu, memakannya, minum sedikit air, dan mengucapkan kesyukuran kepada Allah. Abdullah bin Rafii berkata, ‘Wahai Abul Hasan! Mengapa kamu tutup mulut beg tersebut? Imam menjawab, ‘Supaya anak saya yang cinta kepada saya, tidak mencampurkan minyak zaitun atau gula dengan tepung tersebut, yang akan membuat diri Ali selesa dengan rasa tersebut.’

Maka Ali biasa menjauhkan dirinya dari makanan yang sedap dan lazat supaya dia tidak terpengaruh dengannya. Sulayman Balkhi al-Hanafi

402

Page 403: Sect Comparative In Peshwar Night

telah juga menyebut Hadis ini di dalam Yanabi’ al-Mawaddah , bab 51, dari Ahnaf bin Qays.

KENYATAAN SUWAID BIN GHAFLAH

Lebih lagi Sheikh, di dalam Yanabi’ al-Mawaddah , Muhammad bin Talhah al-Shafii di dalam Matalib al-Su’ul , Khatib Khawarizmi di dalam Manaqib , dan al-Tabari di dalam Tarikh telah mengatakan dari Suwaid bin Ghaflah bahawa dia berkata, ‘Satu hari saya dapat penghormatan menziarah Amirul Mukminin. Saya lihat di hadapannya satu cawan susu yang amat masam yang saya terbau akan kemasamannya. Pada tangan Imam terdapat roti kering. Ia terlalu kering sehingga amat susah untuk dipatahkan. Imam mematahkannya dengan meletakkan pada lututnya, setelah melembutkannya dengan susu masam, dia memakannya. Dia meminta saya makan bersamanya. Saya memberitahunya saya sedang puasa. Imam berkata, ‘Saya telah mendengar dari Sahabat saya Nabi Allah, bahawa jika seorang sedang berpuasa dan berhajat kepada sebahagian makanan, tetapi tidak memakannya kerana Allah, kemudian Allah memberikan kepadanya makanan dari Syurga.’

Suwaid meneruskan, ‘Melihat keadaan Ali, saya amat kagum. Saya bertanya kepada orang suruhan Imam, Fizzah, yang berdiri hampir dengan saya, mengapa dia tidak takut kepada Allah, iaitu, mengapa dia memasak roti barli tanpa membuang hampasnya. Fizzah berkata dengan bersumpah bahawa Ali sendiri yang mengarahkan dia supaya jangan membuang hampasnya.

Imam bertanya kepada saya apa yang saya katakan kepada Fizzah. Saya memberitahunya bahawa saya bertanya Fizzah kenapa dia tidak menapis tepung. Ali berkata, ‘Semoga bapa dan ibu saya dikorbankan untuk Nabi! Nabi t idak pernah membuang hampasnya; dia tidak pernah memuaskan kelaparannya dengan roti gandum untuk tiga hari berturut-turut. Saya mengikuti amalan Nabi yang suci.’

ALI MENAHAN DIRI DARI MEMAKAN HALWA

Muwaffaq bin Ahmad al-Khawarizmi dan Ibn Maghazili Faqih al-Shafii menulis di dalam Manaqib bahawa satu hari pada masa Khalifah Ali, sedikit halwa telah dibawa kepadanya. Dia mengambil sedikit, menciumnya, dan berkata: ‘Betapa memikat dan harum bau manisannya! Tetapi Ali t idak tahu apa rasanya. Saya belum pernah makan halwa.’ Penyampai berkata kepadanya, ‘Wahai Ali adakah halwa haram bagi kamu?’ Imam berkata, "Apa yang Allah telah jadikan halal tidak boleh menjadi haram. Tetapi bolehkah saya memuaskan perut saya sedang ramai lagi yang kelaparan di dalam negeri? Haruskah saya tidur dengan perut yang kenyang sedang ramai di Hijaz yang mati kelaparan? Bagaimana saya boleh merasa selesa dengan nama saya Amirul-Mukminin? Mengapa saya tidak bersama dengan mereka yang kelaparan dan menderita?

403

Page 404: Sect Comparative In Peshwar Night

Juga al-Khawarizmi mengatakan dari Abi bin Thabit bahawa satu hari ‘faluda’ [sejenis sirap yang lazat] telah di bawa kepada Ali, tetapi dia menahan dirinya dari kehendak meminum sirap itu.

Ini adalah sebahagian contoh dari amalannya mengenai makan dan minum. Dia makan roti barli yang keras kadang kala dengan cuka atau garam dengan sedikit minyak sayuran atau susu. Tidak pernah terdapat dua jenis makanan di mejanya.

Di dalam tahun 40 Hijrah pada malam 19 Ramadan, apabila Abdul Rahman ibn Muljam al-Muradi melukainya dengan luka yang membawa maut, dia adalah tetamu di rumah anak perempuannya, Ummi Kalthum, untuk membuka puasa. Apabila roti, susu dan garam telah diletakkan di atas meja, Ali yang sangat sayang kepada anak perempuannya, Ummi Kalthum, dengan marah berkata, ‘Saya tidak pernah melihat anak perempuan yang tidak mempunyai belas kasihan kepada ayahnya.’ Ummi Kalthum berkata, ‘Ayah apa salah saya?’ Kemudian dia mengarahkan supaya susu dibawa pergi. Bagaimana pun dia memakan beberapa suap roti dengan garam dan berkata, ‘Kita akan dipersoalkan bagi setiap yang halal; bagi yang haram kita akan dihukum.’

PAKAIAN ALI

Pakaian Ali amat mudah. Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , Ibn Maghazili al-Shafii di dalam Manaqib , Imam Ahmad Ibn Hanbal di dalam Musnad , Sibt Ibn al-Jawzi di dalam al-Tadhkirah , dan yang lain lagi dari ulama kamu telah menulis bahawa, ‘Pakaiannya adalah dari kain kasar, dibeli dengan harga 5 dirham.’ Dia menampal pakaiannya. Panampalnya adalah dari kulit atau daun palma. Kasutnya juga diperbuat dari daun palma. Muhammad bin Talhah al-Shafii di dalam Matalib al-Su’ul , Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam Yanabi’ al-Mawaddah , dan Ibn Abil Hadid al-Muktazili di dalam Syarh Nahjul Balaghah , telah menulis bahawa Ali mempunyai banyak tampalan pada pakaiannya sehingga pada masa Khalifahnya, sepupu beliau Abdullah ibn Abbas, melihatnya dan merasa sedih. Ali berkata, ‘Saya mempunyai banyak tampalan pada pakaian saya yang saya merasa malu dengannya. Apa yang Ali boleh buat dengan kesenangan dunia i tu? Bagaimana saya boleh merasa puas dengan kesenangan yang akan menghilang dan keriangan yang tidak kekal?

Seorang lagi yang membantah dengan apa yang Ali pakai berkata, ‘Mengapa kamu menampal pakaian walaupun ketika kamu menjadi Khalifah dan berkuasa? Ia membuat musuh memandang rendah kepada kamu.’ Ali berkata, ‘Ini lah cara berpakaian yang menahan kehendak nafsu, membuang rasa bongkak di dalam diri manusia, dan yang diguna pakai oleh mereka yang beriman.’

Muhammad bin Talhah di dalam Matalib al-Su’ul , al-Khawarizmi di dalam Manaqib , Ibn al-Athir di dalam al-Kamil , dan Sulayman Balkhi di dalam Yanabi’ al-Mawaddah telah menyampaikan bahawa Ali dan

404

Page 405: Sect Comparative In Peshwar Night

orang suruhannya mempunyai pakaian yang sama. Dia membeli dua pakaian yang sama dan harga yang sama. Satu dia pakai sendiri yang satu lagi diberikan kepada orang suruhannya, Qanbar.

Inilah cara Ali dengan pakaian dan makanan. Dia sendiri makan roti barli kering dan memberikan roti yang dibuat dari gandum, gula, madu dan kurma kepada peminta sedekah dan anak yatim. Dia memakai pakaian bertampal dia memberikan pakaian yang cantik kepada janda dan anak yatim.

PERBUALAN ZURAR DENGAN MUAWIYAH MENGENAI ALI

Terdapat banyak contoh penolakan Ali terhadap dunia. Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , Hafiz Abu Nu‘aim al-Isfahani di dalam Hilyah al-Auliya’ , j ilid I, ms 84, Sheikh Abdullah bin Amir Shabrawi al-Shafii di dalam Kitab al-Ittihad bi Hubb al-Asyraf , ms 8; Muhammad bin Talhah di dalam Matalib al-Su’ul , ms 33; Nuruddin bin Sabbagh al-Maliki di dalam Fusul al-Muhimmah , ms 128; Sheikh Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam Yanabi’ al-Mawaddah , bab 51; Sibt Ibn al-Jawzi di dalam Tadhkirahh Khawas al-Ummah pada penghujung bab 5; dan banyak lagi dari ulama kamu yang terkenal dan juga ahli sejarah telah merakamkan dengan mendalam perbualan Muawiyah dengan Zurar. Pada penghujung perbualannya dengan Muawiyah, Zurar memuji Ali dengan perkataan ini, ‘Pada beberapa keadaan saya melihat Ali pada malam hari apabila bintang bertaburan di langit, memegang janggutnya dan merintih seperti orang yang dipatuk ular, menangis dengan kesakitan, berkata, ‘Wahai dunia, perdayalah orang lain, jangan diriku. Adakah engkau mendakap aku dan engkau mencintai aku? Ini t idak mungkin. Aku telah mentalaqkan engkau tiga kali, selepasnya itu untuk kembali semula tidak mungkin. Waktu kamu amat pendek, ketakutan yang kamu bawa amat besar, dan kesukaan yang kamu bawa adalah menghinakan. Semoga Allah menyelamatkan kami dari bekalan yang sedikit dalam perjalanan, dan jauhnya tempat yang hendak dituju, dan berbagai dugaan yang akan ditempuh.’ Kemudian Muawiyah mula menangis dan berkata, ‘Semoga Allah mencurahkan rahmat ke atas Abul Hasan. Demi Allah, dia memangnya begitu.’ Muawiyah juga berkata, ‘Wanita tidak dapat melahirkan orang seperti Ali Ibn Abi Talib.’

PEBGESAHAN NABI TERHADAP ZUHUDNYA ALI

Nabi sendiri mengesahkan kelebihan zuhudnya Ali. Muhammad bin Yusuf Kanji al-Syafii di dalam Kifayah al-Talib , bab 46, mengatakan dari Ammar Yasir, yang berkata, dia mendengar dari Nabi bahawa baginda berkata kepada Ali, ‘Sesungguhnya Allah telah menganugerahkan kepada kamu kemuliaan yang mana Dia tidak pernah memberikan kepada sesiapa yang Dia cintai . Dan itu adalah kezuhudan kamu pada dunia ini. Dia telah menjadikan kamu yang mana kamu tidak akan mengambil faedah dari dunia ini , dan tidak juga boleh membuat kamu condong kepadanya. Dia memberikan kepada kamu kecintaan

405

Page 406: Sect Comparative In Peshwar Night

kepada yang miskin dan yang memerlukan. Maka mereka merasa senang dengan Imamah kamu, dan saya juga merasa senang kerana mereka mengikuti kamu. Rahmat bagi mereka yang berbaik dan mengiktiraf kamu; malang bagi mereka yang memusuhi kamu. Mereka yang mencintai dan mengesahkan kamu akan menjadi tetangga kamu di Syurga dan akan menjadi sahabat di tempat kamu. Mereka yang telah menentang kamu akan dikatakan sebagai pendusta oleh Allah, pada hari pengadilan dan akan diberkan hak mereka pada penyiksaan.’

ALLAH DAN NABI MEMANGGIL ALI IMAMUL MUTTAQIN

Dia telah sampai kedudukan zuhud yang tertinggi sehingga kawan dan musuh memanggilnya Imamul Muttaqin . Yang sebenarnya manusia pertama memanggilnya dengan gelaran itu adalah Nabi sendiri.

Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , jil id II, ms 450; Hafiz Abu Nu‘aim al-Isfahani di dalam Hilyah al-Auliya’ , Mir Sayyid Ali al-Hamadani di dalam Mawaddat al-Qurba dan Muhammad bin Yusuf Kanji al-Syafii di dalam Kifayah al-Talib , bab 54, mengatakan dari Anas bin Malik bahawa pada suatu hari Nabi meminta Ali membawa air padanya untuk berwuduk. Apabila Ali telah membawa air, Nabi mengambil wuduk dan mendirikan salat dua rakaat. Kemudian baginda berkata kepadanya, ‘Wahai Anas, orang yang akan memasuki pintu ini adalah ketua bagi mereka yang bertakwa, pemimpin bagi muslim, penyelamat bagi yang beriman, dan penamat bagi pengganti , yang akan memimpin manusia yang wajah dan tangannya bercahaya di syurga.’

Anas berkata, ‘saya berdoa kepada Allah di dalam hati, supaya Dia menghantar seorang Ansar melalui pintu i tu, tetapi saya rahsiakan doa saya. Pada ketika i tu saya melihat Ali melalui pintu itu. Nabi bertanya siapakah dia. Saya menjawab bahawa dia adalah Ali Ibn Abi Talib. Kemudian Nabi dengan gembira pergi menyambutnya. Dia memeluknya dan menyapu peluh dari mukanya. Ali berkata, ‘Wahai Nabi, kamu telah memperlakukan kepada saya yang kamu tidak lakukan sebelum ini!’ Nabi berkata, ‘Mengapa saya t idak harus melakukannya, apabila kamulah orangnya yang akan menyampaikan kerasulan saya kepada ummah, akan membuat mereka mendengarkan suara saya, dan akan menerangkan kepada mereka mengenai perkara yang mereka berbeza pendapat padanya.’

Juga Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , jil id II, dan Hafiz Abu Nu’aim di dalam Hilyah al-Auliya’ menulis bahawa satu hari Ali datang kepada Nabi. Nabi berkata kepadanya, ‘Selamat datang, pemimpin muslim dan ketua mereka yang zuhud,’ Ali berkata, ‘Saya bersyukur kepada Allah di atas rahmat yang dikurniakan ke atas saya, dan saya meminta dengan penuh kasih sayang-Nya.’ Muhammad bin Talhah al-Shafii juga mengatakan Hadis itu pada penghujung seksen IV, bahagian I, dari bukunya Matalib al-Su’ul dan dengannya telah membuktikan bahawa Ali adalah Imam bagi semua yang zuhud.

406

Page 407: Sect Comparative In Peshwar Night

Al-Hakim, di dalam al-Mustadrak , bahagian III, ms 38; al-Bukhari dan Muslim, masing-masing di dalam Sahih , mengatakan bahawa Nabi berkata, ‘Allah menyampaikan kepada saya mengenai Ali berkaitan dengan 3 perkara, [1] Dia adalah ketua dan pemimpin muslim; [2] dia adalah ketua yang zuhud; [3] dia adalah petunjuk yang akan memimpin manusia dengan wajah dan tangannya bercahaya [disyurga]

Muhammad bin Yusuf Kanji al-Syafii mengatakan di dalam Kifayah al-Talib , bab 45, pada pengesahan Abdullah bin Asad bin Zurarah bahawa Nabi berkata, ‘Pada malan Mikraj, apabila saya dinaikkan ke langit; saya telah diizinkan masuk ke dalam istana mutiara, yang lantainya dari emas berkilauan. Kemudian wahyu disampaikan kepada saya, dan saya diberitahu 3 perkara mengenai Ali: [1] Dia pastinya ketua dan pemimpin muslim; [2] dia adalah Imam dan ketua mereka yang zuhud; [3] dia adalah petunjuk yang akan memandu manusia dengan wajah dan tangannya bercahaya [di syurga]

Imam Ahmad bin Hanbal menulis di dalam Musnad bahawa satu hari Nabi berkata kepada Ali:

‘Wahai Ali untuk memandang kepada wajah kamu adalah ibadah; sesungguhnya kamu adalah ketua bagi mereka yang zuhud dan pemimpin bagi yang beriman. Sesiapa yang berkawan dengan kamu adalah kawan saya; dan sesiapa kawan saya adalah pastinya kawan Allah. Sesiapa yang membenci kamu, benci kepada saya. Dia yang benci kepada saya sesungguhnya telah benci kepada Allah.’

Maka mencukupi kedudukan yang tinggi Ali ini bahawa Nabi telah menekankan bahawa Ali melebihi semua para sahabat di dalam kezuhudan. Dia sahaja yang diberikan panggilan Imamul Muttaqin , dan Nabi kerap memanggilnya dengan gelaran tersebut.

SEBAGAI IMAMUL MUTTAQIN ALI TIDAK MEMENTINGKAN DIRI ATAU MAHU BERKUASA

Sheikh: Seorang tidak boleh mengatakan terlalu banyak pujian kepada Ali. Ya, Muawiyah mengatakan perkara yang benar: Wanita dunia t idak boleh melahirkan orang anak seperti Ali.

Shirazi: Sekarang jelaslah diantara sahabat yang terkenal Ali adalah ketua yang zuhud. Saya baru sahaja teringat. Jika kamu izinkan, saya akan tanya kamu satu perkara.

Sheikh: Ya, si lakan.

Shirazi: Setelah mengakui bahawa diantara para sahabat yang terkenal Ali mempunyai kemuliaan tertentu, menjadi ketua yang zuhud, adakah kamu fikir yang dia mementingkan diri atau mahukan kuasa?

407

Page 408: Sect Comparative In Peshwar Night

Sheikh: Adalah mustahil untuk memikirkan perkara yang sedemikian kepadanya. Kamu telah menunjukkan fakta yang telah diketahui umum bahawa Ali telah berikan talak tiga kepada dunia. Setelah membuktikan bencinya terhadap dunia, bagaimana dia boleh tertarik kepadanya. Selain i tu, kedudukan dia amat tinggi adalah mustahil untuk melayani anggapan yang palsu terhadapnya.

Shirazi: Maka turutan dari i tu, bahawa semua tindakan yang begitu warak adalah khusus untuk Allah. Dia tidak pernah berganjak walau seinci dari jalan yang benar.

Sheikh: Ya telah pasti dan kami tidak menafikan perkara ini mengenai Ali.

KEENGGANAN ALI MEMBERIKAN BAIAH KEPADA ABU BAKAR MEMBUKTIKAN CARA MELANTIK KHALIFAH ADALAH SALAH

Shirazi: Apabila Nabi wafat, Ali menurut dari wasiat Nabi, melakukan upacara pengkebumian. Sebahagian manusia berkumpul di Saqifah Bani Sa‘idah, memberikan baiah kepada Abu Bakar. Kemudian, apabila Ali dipanggil, mengapa dia menolak baiah?

Jika cara Abu Bakar dilantik menjadi Khalifah adalah betul, dan persoalan Ijmak telah dibuktikan adalah adil, maka Ali yang begitu zuhud dan warak tentu t idak akan menyimpang dari kebenaran. Kamu masih ingat Hadis yang saya rujuk pada malam yang lalu, yang mana Nabi berkata, ‘Ali bersama kebenaran dan kebenaran bersama Ali. ' Jika peraturan Saqifah diasaskan pada keadilan dan perlantikan Abu Bakar adalah sah, Imam pasti menyambut mereka dan mengiktiraf Abu Bakar sebagai Khalifah yang sah. Tetapi sebenarnya dia dengan tegas menentang pilihan i tu. Penentangan Ali pastinya berasaskan kepada satu atau dua perkara. Sama ada Ali menentang jalan yang betul, dan melanggar arahan Nabi, atau dia mengaggap Ijmak sebagai satu tipu muslihat.

Pada kemungkinan pertama, itu adalah di luar persoalan untuk memikirkan bahawa Ali akan menafikan kebenaran. Menurut Nabi, Ali bersama kebenaran dan kebenaran berputar kelilingnya. Lebih-lebih lagi tiada siapa pernah mengatakan Ali tertarik kepada kekuasaan dunia. Dia telah mentalaqkan dunia t iga kali. Dia t idak berhajat kepada menguasai politik. Ia adalah syarat kedua yang membuat dia menolak pada mengiktiraf Khalifah Abu Bakar. Dia tahu itu telah menyalahi kehendak Allah dan juga Nabi.

Sheikh: Adalah pelik bagi kamu yang mengatakan bahawa Ali tidak memberikan baiah kepada Abu Bakar. Rujukan dari buku sejarah kamu dan juga kami membuktikan bahawa Ali memberikan baiah kepada Khalifah Abu Bakar dan tidak menentang Ijmak.

408

Page 409: Sect Comparative In Peshwar Night

Shirazi: Kamu telah lupa segala perbincangan kita yang lalu di mana saya telah berikan dengan mendalam kenyataan ulama kamu? Bahkan al-Bukhari dan Muslim masing-masing telah menulis di dalam Sahih mereka bahawa Ali tidak memberikan baiah pada masa itu. Ulama kamu secara umum telah mengaku bahawa pada hari pertama, apabila Imam yang suci telah dipaksa dan dengan cara menghina telah diseret keluar dari rumahnya ke masjid [sebagaimana telah dikatakan dahulu] dia tidak memberikan baiah tetapi telah pulang ke rumah. Ibrahim bin Sa‘ad al-Thaqafi (mati 283 H.), Ibn Abil Hadid, al-Tabari dan lainnya telah menulis bahawa Ali memberikan baiah selepas enam bulan [iaitu selepas kematian Fatimah]. Walaupun jika kita mengaku, dalam pergertian katakanlah, bahawa Imam memberikan baiah, mengapa dia tunggu sehingga 6 bulan baru melakukannya?

Sheikh: Tentu dia mempunyai sebab pada melakukannya. Dia sahaja yang mengetahuinya. Tetapi mengapa kita harus risau mengenai perbalahan yang berlaku diantara mereka yang terdahulu? Mengapa kita harus mencungkil ke dalam perbezaan mereka selepas 1 300 tahun? [ketawa yang mengamatkan dari penonton]

Shirazi: Apabila kamu tidak dapat mencari jawapan yang munasabah untuk membuktikan maksud kamu, kamu bergantung kepada jawapan yang sedemikian. Tetapi dihadapan manusia yang berfikiran waras, perkara itu amat jelas pada memerlukan sebarang pembuktian.

Dari kenyataan kamu bahawa kita tidak perlu mencampuri di dalam perbezaan orang yang terdahulu, pastinya kamu betul, sehingga kini urusan mereka tidak punya apa-apa kaitan kepada kita. Tetapi di dalam keadaan kita sekarang kamu telah tersilap, kerana menjadi tanggong jawab bagi setiap muslim untuk mempunyai keimanan yang berasaskan kepada jelasnya penghuraian, bukan dari ikutan tanpa difikirkan. Di dalam membuat penyelidikan mengenai agama, kita mempelajari sejarah Islam yang sama. Kita dapati bahawa, setelah wafatnya Nabi, dua golongan muncul. Maka kita perlu pada penyelidikkan supaya kita faham mana diantara dua golongan yang mendapat petunjuk yang sebenar. Pastinya kita jangan mengikut mereka yang terdahulu dengan membuta tuli.

Sheikh: Pastinya maksud kamu adalah Khalifah Abu Bakar t idak adil. Tetapi j ika Abu Bakar bukan Khalifah yang sebenar, dan i tu adalah hak Ali, mengapa dia t idak menggunakan kekuatannya yang khas dan keberaniannya pada menegakkan keadilan? Dia biasa menghadiri salat dan juga memberikan nasihat yang berguna kepada Khalifah yang terkenal di dalam perkara yang penting.

DIAMNYA NABI

Shirazi: Pertama, Nabi dan penggantinya bertindak menurut kehendak Allah yang perkasa. Sebab itu kami tidak dapat mengatakan sebarang bantahan kenapa mereka t idak memulakan peperangan; atau mengapa

409

Page 410: Sect Comparative In Peshwar Night

mereka berdiam diri di hadapan musuh atau mengapa mereka menderita kekalahan.

Jika kamu menkaji fakta sejarah mengenai kehidupan Nabi dan penggantinya, kamu akan dapati banyak kejadian yang sama berlaku. Al-Quran telah menyatakan sebahagian dari peristiwa itu. Di dalam surah al-Qamar, al-Quran menyampaikan apa yang Nabi Nuh katakan apabila manusia menolaknya:

Lalu dia berdoa merayu kepada Tuhannya dengan berkata: sesungguhnya aku ini dikalahkan (oleh kaumku yang ingkar), oleh itu menangkanlah daku (terhadap mereka)! [Surah al-Qamar 54: 10]Di dalam surah Mariam, al-Quran memberitahu kita diamnya Ibrahim apabila dia meminta pertolongan bapa saudaranya Azar dan mendapat jawapan yang mengeciwakan:

Dan Aku akan membawa diri meninggalkan kamu semua serta apa yang kamu sembah yang lain dari Allah; dan aku akan beribadat kepada Tuhanku dengan ikhlas; Mudah-mudahan aku dengan ibadatku kepada Tuhanku itu tidak menjadi hampa (dan derhaka seperti kamu)". [Surah Maryam 19: 48]

Sepertimana Ibrahim yang telah menjauhkan diri dari manusia apabila dia t idak mendapat sokongan dari bapa saudaranya Azar, Ali juga telah menjauhkan diri dari manusia, dan pergi menyendiri .

Sheikh: Saya fikir menyendiri i tu menunjukkan pada hati. Iaitu, dia menjauhi mereka tetapi bukan dari segi fizikal.

Shirazi: Jika kamu telit i ulasan dari kedua golongan, kamu akan dapati bahawa menyendirinya dari manusia adalah fizikal, bukan hanya psikologi. Saya nyatakan bahawa Imam Fakhruddin al-Razi menyebut di dalam Tafsir al-Kabir , jil id V, ms 809: ‘Menyendiri dari sesuatu bererti menjauhkan diri daripadanya. Maksud Ibrahim adalah untuk menjauhkan diri daripada mereka, dari keduanya fizikal dan juga dari pandangan agama.’

Rakaman peristiwa mengatakan bahawa selepas penolakan itu Ibrahim berpindah dari Babylon ke Kuhistan di Fars dan hidup menyendiri di kawasan pergunungan selama 7 tahun. Dia kembali ke Babylon dan sekali lagi menyampaikan pengkhabaran Allah secara terbuka dan memecahkan berhala mereka. Dengan perbuatan itu, manusia mencampakkan dia kedalam api. Allah telah menjadikan api i tu sejuk dan selamat untuknya, dan dengan itu kenabiannya diperkukuhkan. Di dalam surah al-Qasas, cerita mengenai Musa melarikan diri kerana takut akan keselamatan dirinya telah disampaikan seperti yang berikutnya:

410

Page 411: Sect Comparative In Peshwar Night

Musa pun keluarlah dari negeri i tu Dalam keadaan cemas sambil memerhatikan (berita mengenai dirinya) serta berdoa Dengan berkata: "Wahai Tuhanku, selamatkanlah daku dari kaum Yang zalim ".[ Surah al-Qasas 28:21]

Di dalam surah al-A‘raf, al-Quran mengatakan rayuan Harun apabila Musa meninggalkannya bertanggong jawab ke atas Bani Israil. Manusia terus menyembah anak lembu emas, dan Harun tidak punya siapa yang menyokongnya; tinggal berdiam diri. Al-Quran berkata:

Dan apabila Nabi Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan dukacita, berkatalah ia: "Amatlah buruknya apa yang telah kamu lakukan sepeninggalanku; mengapa kamu terburu-buru (tidak menunggu) perintah Tuhan kamu?" dan ia meletakkan Lauh-lauh (yang mengandungi tulisan Taurat) itu serta ia memegang (rambut) kepala saudaranya (Nabi Harun) sambil menariknya kepadaNya. Nabi Harun berkata: "Wahai anak ibuku! sesungguhnya kaum (Bani Israil) memandangku lemah dan nyaris-nyaris mereka membunuhku (ketika Aku melarang mereka); oleh itu, janganlah Engkau menjadikan musuh bergembira melihat (tempelakmu) terhadapku, dan janganlah Engkau jadikan daku termasuk dalam golongan orang-orang yang zalim". [Surah al-A‘raf 7: 150]

KEADAAN ALI SAMA SEPERTI HARUN

Maka menurut al-Quran Harun tidak mengeluarkan pedang menentang manusia. Dia berdiam diri apabila mereka menerima anak lembu emas Samiri sebagai objek sembahan kerana dia [Harun] sedar bahawa dia telah dikalahkan. Begitu juga, Ali, yang mana Nabi telah menyatakan sebagai Harun [sebagaimana kami telah bincangkan secara mendalam dahulu], telah juga berdiam diri bersabar dan menanggong, apabila ditinggalkan sendirian. Imam yang suci telah dibawa ke masjid dengan paksa dan pedang yang tidak bersarung diletakkan di kepalanya, dan dipaksa memberikan baiah. Kemudian dia pergi ke pusara Nabi dan mengulangi kata-kata sama yang Allah telah sampaikan melalui l idah Harun. Harun telah berkata kepada Musa, ‘Sesungguhnya manusia telah menganggap saya lemah dan hampir sahaja membunuh saya.’

PENERIMAAN NABI

Contoh bagi maksud ini adalah Nabi Muhammad sendiri, dan keadaannya amat jelas. Kita harus memikirkan mengapa baginda kekal diam selama 13 tahun di hadapan aktivis permusuhan dari musuh-musuhnya di Mekah sehingga akhirnya dia terpaksa meninggalkan kota asalnya pada malam yang gelap. Sebabnya adalah dia tidak punya

411

Page 412: Sect Comparative In Peshwar Night

penolong. Bahkan pada masa baginda berkuasa pun baginda tidak dapat menolak sebahagian dari bidaah yang dilakukan.

Sheikh: Bagaimana boleh begitu, kamu katakan Nabi gagal membasmikan bidaah?

NABI TIDAK DAPAT MEMBUAT PERUBAHAN YANG MEMDADAK KERANA TAKUTKAN MANUSIA

Shirazi: Telah disampaikan oleh Humaydi di dalam al-Jam‘ bayna al-Sahihain dan oleh Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad dari Ummul Mukminin Aisyah, bahawa Nabi telah berkata kepadanya, ‘Jika manusia ini tidak berada dekat dengan kekafiran dan kejahilan, dan jika saya tidak takut bahawa ia akan menghancurkan keimanan mereka, saya akan mengarahkan rumah Kaabah diruntuhkan dan apa sahaja yang telah dikeluarkan digantikan semula. Setelah meratakan, saya akan bina dua pintu menghadap timur dan barat sebagaimana ia pada masa Nabi Ibrahim, dan saya telah membinanya semula pada tapak yang didirikan oleh Ibrahim.’

Pastinya j ika Nabi sendiri tidak dapat menentang bidaah terbesar, Ali hanyalah sekadar memerhati pada prinsip yang sama apabila dia berhadapan dengan pertarungan yang sama.

Ahli fiqh yang terkenal Wasiti Ibn Maghazili al-Shafii, dan Khatib al-Khawarizmi telah mengatakan di dalam Manaqib mereka bahawa Nabi berkata kepada Ali, ‘Ummah mempunyai dendam yang mendalam terhadap kamu. Sejurus wafatnya saya, mereka akan memperdaya kamu dan menunjukkan apa yang ada di dalam hati mereka. Saya mengarahkan kamu supaya bersabar dan mengawal diri pada ketika i tu supaya Allah dapat memberikan ganjaran-Nya kepada kamu dengan gantian yang lebih baik.’

SELEPAS WAFATNYA NABI KESABARAN ALI ADALAH KERANA ALLAH

Kedua, Amirul Mukminin t idak pernah mementingkan diri tetapi selalu ingat kepada Allah. Tumpuannya hanya kepada Allah sepenuhnya. Dia menyerahkan diri dan ahlinya kepada kehendak Allah. Maka, kesabaran dan penanggongan penderitaan untuk mendapatkan haknya adalah semata-mata kerana Allah, supaya tidak ada perpecahan diantara muslim dan bahawa manusia akan kembali kepada jahiliah. Apabila harta Fatimah telah dirampas darinya, dia pulang kerumah, sedih dan kecewa. Fatimah berkata kepada Ali, ‘Kamu telah mengecut seperti uri. Kamu telah bersara dari dunia seperti manusia yang tertuduh dan yang telah patah sayapnya. Sekarang sayap kamu yang lemah tidak dapat membantu kamu. Itu Ibn Qahafah [Abu Bakar] dengan paksaan telah merampas dari saya pemberian bapa saya dan juga nafkah untuk anak-anak saya. Malahan manusia itu telah menghina saya dengan niat yang jahat dan bermusuhan kepada saya.’ Dia berkata dengan panjang lebar.

412

Page 413: Sect Comparative In Peshwar Night

Imam mendengarkan sehingga Fatimah berhenti. Kemudian dia memberikan jawapan ringkas yang sungguh menyakinkan. Dia berkata, ‘Wahai Fatimah! Di dalam perkara agama dan menyampaikan yang benar, saya tidak pernah menyembunyikan diri . Tidakkah kamu kehendaki agama yang suci ini terselamat dan nama bapa kamu disebutkan di setiap masjid sehingga akhir zaman?’ Fatimah berkata, ‘Ya itulah yang paling saya hajati.’ Ali berkata, ‘Dari itu kamu hendaklah bersabar. Bapa kamu telah memberi arahannya kepada saya mengenai si tuasi ini, dan saya tahu saya perlu menanggongnya. Jika tidak, saya punya kekuatan pada menundukkan musuh dan merampas semula hak kamu dari mereka. Tetapi kamu harus tahu bahawa dalam perkara itu agama akan hancur. Maka kerana Allah dan keselamatan agamanya, bersabarlah. Balasannya di akhirat untuk kamu lebih baik dari hak kamu yang telah dirampas.’

Atas sebab ini Amirul Mukminin menjadikan kesabaran kebiasaannya. Dia menerima kesabaran dan diam untuk keselamatan Islam. Di dalam kebanyakan khutbahnya dia merujuk kepada maksud ini.

KENYATAAN ALI TENTANG KEBAIKAN DIAMNYA SETELAH WAFATNYA NABI

Ibrahim bin Muhammad al-Thaqafi , seorang ulama Sunni yang dipercayai, Ibn Abil Hadid, dan Ali Ibn Muhammad al-Hamadani mengatakan bahawa apabila Talhah dan al-Zubair memutuskan baiah mereka dan meninggalkan Madinah menuju ke Basrah, Ali menyuruh manusia berkumpul di masjid. Kemudian setelah memuji Allah, dia berkata, ‘Setelah wafatnya Nabi, kami katakan bahawa kami adalah Ahli Bayt, penggantinya, dan orang yang berhak kepada warisannya. Tiada siapa melainkan kami yang boleh menuntut hak memerintah selepas baginda. Tetapi segolongan hipokrit telah merampas hak memerintah dari kami dan menyerahkannya kepada musuh-musuh kami. Demi Allah hati dan mata kami menangis untuknya. Demi Allah kami amat sedih dan kecewa. Saya bersumpah dengan Allah bahawa jika saya tidak takutkan ummah muslim akan hancur, kami telah terbalikkan Khalifah. Mereka telah menduduki kekuasaan hingga ke akhirnya. Sekarang Allah telah kembalikan kedudukan Khalifah kepada saya. Dan kedua mereka [Talhah dan al-Zubair] juga memberikan baiah kepada saya. Sekarang mereka telah menuju ke Basrah bertujuan untuk membuat kekacauan diantara manusia.’

Diantara ulama kamu yang terkenal, Ibn Abil Hadid dan al-Kalbi, telah mengatakan bahawa pada masa hendak pergi menuju Basrah, Ali berkata kepada manusia. Dia berkata, ‘Apabila Nabi Allah wafat, Quraish telah menolak kami dan mengenepikan hak kami yang mana kamilah yang lebih layak dari mereka yang lainnya. Maka pada fikiran saya adalah lebih baik bersabar pada ketika i tu, daripada membiarkan muslim hancur dan darah mereka ditumpahkan, kerana mereka baru sahaja memeluk Islam.

413

Page 414: Sect Comparative In Peshwar Night

Diamnya dan menahan diri dari mencabar Khalifah Abu Bakar dan Umar bukanlah bererti Ali bersetuju dengan mereka. Itu hanyalah kerana dia mahu mengelakkan dari terjadinya perpecahan yang dahsyat diantara manusia dan untuk menyelamatkan agama dari kehancuran. Maka setelah enam bulan berdiam diri dan menolak, kemudian sebagaimana dikatakan oleh ulama kamu, dia berikan baiah dan kerja sama dengan mereka. Di dalam surat yang dihantarkan kepada penduduk Mesir melalui Malik al-Asytar; dia dengan jelas menulis bahawa diamnya dia adalah untuk mengekalkan agama.

Tek asal surat Ali, yang mana Ibn Abil Hadid telah rakamkan di dalam Syarh Nahjul Balaghah , jil id IV, ms 164, adalah seperti berikut:

SURAT AMIRUL MUKMININ KEPADA PENDUDUK MESIR MENERANGKAN DIAMNYA DIA APABILA DITOLAK DARI KEDUDUKAN KHALIFAH

‘Allah yang maha besar menghantar Muhammad sebagai saksi dari para Nabi untuk mengingatkan manusia. Maka apabila Nabi wafat manusia berselisih di antara mereka, siapa yang akan menggantinya. Saya bersumpah dengan Allah bahawa saya t idak pernah ingat atau percaya, tidak juga ada tanda yang sekecilnya, bahawa orang Arab akan merampas hak bagi pengganti dari Ahli Bayt dan memberikannya kepada orang lain selepas baginda. Tidak dapat dibayangkan bahawa selepas wafatnya Nabi, walaupun terdapat arahan yang nyata, mereka sanggup mengenepikan hak saya.

Saya merasa amat sedih bahawa manusia berlari kepada orang tertentu [Abu Bakar] dan memberikan baiah kepadanya. Maka saya menarik diri; sehingga saya melihat bahawa sekumpulan manusia telah menyimpang dari Islam dan bertujuan untuk menghancurkannya. Kemudian saya takut, jika saya tidak menolong Islam dan juga muslim, Islam akan mengalami kehancuran yang lebih menyakitkan saya dari rampasan terhadap hak saya. Yang pastinya kuasa politik t idak dapat bertahan lama. Ia akan pecah seperti juga awan. Atas dasar inilah saya bangun supaya jahiliah menjadi lemah dan Islam menjadi kukuh.’

KHUTBAH AMIRUL MUKMININ SETELAH SYAHIDNYA MUHAMMAD BIN ABU BAKAR

Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , jil id II, ms 35, menyampaikan dari Kitab al-Gharat oleh Ibrahim Ibn Sa‘ad bin Hilal al-Thaqafi , yang menyampaikan dari Abdul Rahman bin Jundab, yang menyampaikan dari bapanya bahawa apabila pihak musuh menduduki Mesir dan Muhammad bin Abu Bakar telah syahid, Amirul Mukminin memberi khutbah yang mana dia menyatakan perasaan kecewanya terhadap perangai manusia muslim setelah wafatnya Nabi. Dia menuliskan catitan itu di dalam suratnya kepada penduduk Mesir. Imam suci berkata, ‘Seorang berkata kepada saya Wahai anak Abu Talib! Bagaimana tamaknya kamu terhadap kedudukan Khalifah.’

414

Page 415: Sect Comparative In Peshwar Night

Saya katakan kepadanya, ‘Kamu lebih tamak dari saya, dan kamu terlalu jauh dari kedudukannya. Siapakah yang lebih tamak diantara kita? Adakah saya yang meminta hak saya, yang mana Allah dan Nabi-Nya telah menjadikan saya penuntut yang sah, atau kamu, yang telah menghalang saya dari hak i tu, dan telah mengadakan halangan diantara saya dengan hak saya?

Mereka semua terdiam dan tidak dapat mengatakan apa-apa. Sesungguhnya Allah t idak akan menolong mereka yang zalim.’

Kenyataan ini dan syarahan yang lain oleh Imam Ali menunjukkan bahawa sebab mengapa Imam tidak menentang musuhnya, tetapi berdiam diri dan memberikan baiah selepas enam bulan, bukanlah kerana dia setuju dengan mereka di dalam keputusan mereka mengenai Khalifah. Ia disebabkan oleh kebimbangannya yang Islam akan musnah dan muslim akan berpecah.

Jika Ali telah bangun mempertahankan haknya, sebahagian manusia tentu telah menyokongnya [ramai yang menyuruhnya tampil ke hadapan] dan peperangan saudara telah bermula.

Nabi baru sahaja wafat. Muslim masih lagi dekat dengan era jahiliah, dan akar keimanan belum lagi kuat tertanam. Yahudi, Kristian, penyembah berhala, dan hipokrit musuh yang paling bahaya, tentu telah mendapat peluang menghancurkan Islam. Seterusnya Islam akan musnah.

Amirul Mukminin faham perkara ini. Lebih-lebih lagi Nabi telah memberitahunya bahawa asas bagi Islam tidak akan hancur dan agama adalah umpama matahari , yang dapat dilindungi untuk seketika oleh awan kejahilan dan permusuhan tetapi akhirnya akan muncul semula, menyinarkan cahayanya di mana-mana.

Secara ringkas, dia menuntut haknya selama 6 bulan dan membuktikan kebenaran tuntutannya di dalam beberapa perjumpaan dan perhimpunan, tetapi t idak memberikan baiah. Walaupun dia t idak memilih untuk berperang, dia terus menuntut haknya melalui hujah dan bantahan.

KHUTBAH SHIQSHIQAYYAH JUGA MENERANGKAN DIAMNYA ALI

Imam yang suci memulakan syarahan Shiqshiqayyah dengan maksud yang sama. ‘Demi Allah! Anak Abu Qahafah memakaikan dirinya dengannya [Khalifah] walaupun dia pasti tahu bahawa hubungan saya dengannya adalah sama seperti kedudukan paksi pada kinci air. Limpahan air mengalir dari saya dan tiada siapa yang sampai pada ketinggian pengetahuan saya. Saya menjauhkan diri saya kedudukan Khalifah. Kemudian saya pertimbangkan sama ada saya harus mengambil hak saya dengan kekerasan atau secara tenang menahan kegelapan, di mana yang dewasa menjadi lemah, yang muda menjadi

415

Page 416: Sect Comparative In Peshwar Night

tua, dan yang beriman beramal di bawah tekanan sehingga dia bertemu Allah. Saya dapati menahan itu jalan yang lebih bijak untuk diamalkan. Maka saya bersabar walaupun terdapat tusukan di mata dan tercekik dikerongkongan. Saya perhatikan rampasan terhadap warisan saya, sehingga yang pertama telah melalui jalannya. Tetapi dia menyerahkan Khalifah kepada Ibn Khattab selepasnya.’

Khutbah ini penuh dengan emosi yang kuat dari Ali . Tetapi setakat ini cukup untuk membuktikan pandangan kami.

KERAGUAN TERHADAP KHUTBAH SHIQSHIQAYYAH

Sheikh: Pertama khutbah tidak membutikan tidak senangnya Imam. Kedua, khutbah ini bukanlah khutbah Ali. Yang sebenarnya itu adalah usaha Sayyid Sharif al-Radi, yang telah memasukkan di dalam syarahan Ali. Yang sebenarnya Ali tidak ada aduan terhadap Khalifah. Bahkan dia amat senang dengan mereka.

Shirazi: Kenyataan kamu itu berasaskan dari kebencian yang melampau. Apa yang Ali katakan dan adukan telah dinyatakan terlebih dahulu. Kedukaan Imam bukannya tertakluk pada syarahan yang itu sahaja. Kamu katakan bahawa pengarang syarahan itu adalah seorang ilmuan yang warak; Sayyid al-Radi, adalah salah. Ulama kamu seperti Izzuddin Abdul Hamid Ibn Abil Hadid, Sheikh Muhammad Abduh, Mufti Mesir, dan Sheikh Muhammad Khudari (di dalam Muhadarat al-Tarikh al-Umam al-Islamiyyah , ms 127, telah mengatakan bahawa khutbah itu adalah khutbah Ali. Ulama kamu yang telah mengulas mengenainya. Sebahagian dari ulama fanatik kamu yang datang kemudian telah cuba untuk mengadakan keraguan mengenai kesahihannya, tetapi t iada seorang dari lebih 40 ulama terkenal dari Sunni dan Syiah, yang telah menulis ulasan pada Nahjul Balaghah , ada mengatakan perkara yang sedemikian.

SAYYID SYARIF AL-RAZI

Ilmuan yang agung lagi warak Sayyid Radiuddin, akan menghindarkan sesuatu khutbah dari dinisbahkan kepada Ali. Lebih-lebih lagi, ahli bahasa Arab dan sasteranya, yang telah menyelidiki khutbah Nahjul Balaghah , telah membuat keputusan, pada sudut caranya yang tinggi dan pemikiran yang cemerlang, kerja i tu bukan tiruan.

Ulama kamu yang terkenal seperti Izzuddin Abdul Hamid bin Abil Hadid al-Mutazili dan Sheikh Muhammad Abduh, telah mengakui bahawa syarahan Ali yang dalam dan cantik pengetahuannya hanya rendah martabatnya di dalam kemuliaan hanya bila diukur dengan firman Allah dan juga Nabi.

Ibn Abil Hadid menyampaikan dari Musaddiq bin Shabbib sebagai berkata bahawa Ibn Khashshab yang terkenal berkata, ‘ Adalah mustahil untuk Syarif al-Radi atau sesiapa sahaja menghasilkan komposisi yang

416

Page 417: Sect Comparative In Peshwar Night

sedemikian rupa. Kami telah mengkaji kerja-kerja al-Radi; ia t idak dapat dibandingkan dengan penulisan syarahan Imam.’

KHUTBAH SHIQSHIQAYYAH TELAH DIRAKAMKAN LAMA SEBELUM SAYYID RAZI DILAHIRKAN

Mengenepikan semua aspek yang lain pada persoalan, ramai ilmuan, ahli Hadis dan ahli sejarah [keduanya Sunni dan Syiah] telah merakamkan adanya khutbah ini sebelum lahirnya i lmuan yang agung Sayyid al-Radi dan juga bapanya Abu Ahmad Naqib al-Talibin.

Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah menulis bahawa dia dapati khutbah ini di dalam buku Sheikhnya, Abu al-Qasim al-Balkhi Imam al-Muktazilah, yang hidup pada masa Muqtadir Billah al-Abbasi. Yang pastinya Sayyid al-Radi telah dilahirkan lama selepasnya. Dia juga menulis bahawa dia melihat khutbah ini di dalam Kitab al-Insaf , dari seorang guru yang terkenal, Abu Jaafar bin Qubbah, seorang dari anak murid Sheikh Abu al-Qasim al-Balkhi, yang telah meninggal dunia sebelum kelahiran Sayyid al-Radi.

Juga Sheikh Abu Abdullah bin Ahmad, yang dikenali sebagai Ibn Khashshab, dikatakan sebagai berkata, ‘Saya telah melihat khutbah ini di dalam buku yang ditulis 200 tahun sebelum lahirnya Sayyid al-Radi. Saya juga telah l ihat khutbah ini di dalam kerja-kerja penulis ilmuan yang telah menulisnya sebelum kelahiran bapa Sayyid al-Radi, Abu Ahmad Naqib at-Talibin.

Dan kamu katakan bahawa Ali merasa senang dengan penentangnya. Ini pastinya telah mengabaikan kenyataan yang tidak terkira banyaknya dari ulama kamu, yang telah saya nyatakan terdahulu. Saya akan mengatakan satu contoh lagi.

Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , j ilid II, ms 561, merakamkan Ali sebagai berkata, ‘ Saya tinggal bersama Nabi dari mula sehingga wafatnya. Nabi menghembuskan nafasnya yang terakhir di dada saya. Adalah saya yang memandikan jasadnya dengan pertolongan malaikat, melakukan salat jenazah, dan kebumikan baginda. Maka tidak ada sesiapa yang lebih dekat, atau yang yang lebih berhak kepada penggantnya selain saya.’

Pada penghujung syarahan dia merujuk kepada penentangnya di dalam perkataan ini , ‘Saya bersumpah dengan Allah, yang esa, bahawa saya di jalan yang benar dan bahawa penentang saya di jalan yang salah.’

Tetapi kamu katakan bahawa penentangnya di jalan yang benar. Saya harap kamu dapat melihat kepada ayat al-Quran yang mengatakan,

417

Page 418: Sect Comparative In Peshwar Night

Mereka hendak memadamkan cahaya Allah (ugama Islam) Dengan mulut mereka, sedang Allah tidak menghendaki melainkan menyempurnakan cahayaNya, sekalipun orang-orang kafir t idak suka (akan Yang demikian). [Surah al-Tawbah 9: 32]

SESSI KESEPULUH Malam Sabtu 3 hb Shaaban 1345 Hijrah

PENILAIAN TERHADAP PENGETAHUAN UMAR MENGENAI PERUNDANGAN ISLAM

Nawab : Pagi ini anak saya, Abdul-Aziz, seorang pelajar di Kolej Islamiyyah, mengatakan kepada kami bahawa gurunya memberitahu semua murid kelasnya bahawa Khalifah Umar bin al-Khattab adalah seorang ahli perundangan yang agung pada masanya di Madinah. Dia mempunyai pengetahuan mengenai ayat-ayat al-Quran dan penghuraiannya yang cukup. Dia lebih terbilang dari semua para ahli perundangan, seperti Ali Ibn Abi Talib, Abdullah Ibn Mas‘ud, Abdullah Ibn Abbas, ‘ Ikrimah dan Zaid Ibn Thabit. Bahkan Ali Ibn Abi Talib, dengan pengetahuan ilmu fiqhnya yang luas, apabila dia bertemu dengan masalah yang susah, merujuk kepada Umar mengenai hak bagi orang Islam. Khalifah selalu menyelesaikan masalah yang susah untuk Ali. Semua dari kami mengakui fakta ini kerana ulama kami berkata bahawa Khalifah Umar menduduki tempat yang unik di dalam pembelajaran dan pengetahuan. Saya meminta kamu menerangkan maksud ini supaya kita semua, termasuk anak saya boleh memahami fakta yang sebenar.

Shirazi: Adalah aneh seorang guru berkata yang sedemikian. Bahkan ulama kamu tidak mengatakan begitu. Jika beberapa orang yang fanatik seperti Ibn Hazm al-Zahiri, mengatakan begitu, mereka tentunya telah ditentang dengan keras oleh ulama kamu. Lebih-lebih lagi kebijaksanaan sebegini t idak dipelajari sendiri oleh Khalifah Umar.

418

Page 419: Sect Comparative In Peshwar Night

Tidak ada seorang pun ulama kamu telah merakamkan fakta ini di dalam buku mereka.

Ahli sejarah yang ada menulis sesuatu mengenai Khalifah Umar bin Khattab telah memberikan ulasan terhadap keperibadiannya yang licik [putar belit], hati batunya, dan tipu daya polit iknya; tetapi mereka tidak mengulas berkenaan pembelajarannya.

LEMAHNYA PENGETAHUAN UMAR MENGENAI PERUNDANGAN ISLAM

Fakta sebenar, buku dari kedua golongan penuh dengan peristiwa yang jelas menunjukkan bahawa Umar t idak cukup pengetahuan di dalam pembelajaran dan juga perundangan. Apabila dia menghadapi masalah yang susah, dia akan merujuk kepada Amirul Mukminin Ali, Abdullah bin Mas‘ud dan ahli perundangan lain di Madinah.

Ibn Abil Hadid menyebut nama Abdullah bin Mas‘ud secara khususnya, diantara ahli perundangan Madinah dan berkata bahawa Umar mengarahkan bahawa Abdullah hendaklah sentiasa berada dengannya supaya apabila ada masalah di dalam perkara perundangan akan merujuk kepadanya.

Sheikh: [dengan marah] Di mana ada tercatat bahawa Umar begitu jahil mengenai masalah agama dan juga perundangan?

Shirazi: Saya tidak mengatakan bahawa Khalifah Umar benar-benar jahil. Saya katakan dia tidak begitu pandai di dalam masalah perundangan dan pembelajaran. Saya boleh bukti apa yang saya katakan.

Sheikh: Bagaimana kamu membuktikan bahawa Khalifah Umar mempunyai pengetahuan yang lemah di dalam perkara fiqh dan perundangan agama?

Shirazi: Terdapat banyak Hadis dalam buku-buku Sahih kamu. Selain dari i tu, terdapat pengakuan yang dibuat oleh Umar sendiri dalam beberapa situasi.

SEORANG WANITA MEMBUAT UMAR TERDIAM PADA MAKSUD PERUNDANGAN AGAMA

Jalaluddin al-Suyuti di dalam Tafsir al-Durru al-Manthur , jil id II, ms 133; Ibn Kathir di dalam Tafsirnya, jil id I, ms 468; Jarullah al-Zamakhshari di dalam Tafsir al-Kasysyaf , j ilid I, ms 357; Fadil al-Naisaburi di dalam Tafsir Gharib al- Qur’an , jil id I, dengan berkaitan Surah al-Nisa’ (wanita) dari al-Quran; al-Qurtubi di dalam Tafsir , jil id V, ms 99; Ibn Majah al-Qazwini di dalam Sunan , jil id I; al-Asadi di dalam Hashiyyah al-Sunan , jil id I, ms 583; al-Baihaqi di dalam Sunan , jil id VII,ms 233; al-Qastalani di dalam Irshad al-Sari f i Syarh Sahih

419

Page 420: Sect Comparative In Peshwar Night

al-Bukhari , j ilid VIII, ms 57; ‘Ali al-Muttaqi al-Hindi di dalam Kanz al-‘Ummal , j ilid VIII, ms 298; al-Hakim al-Naisaburi di dalam al-Mustadrak , jil id II, ms 177; Abu Bakar al-Baqilani di dalam al-Tamhid , ms 199; al-‘Ajaluni di dalam Kashf al-Khafa’ , j ilid I, ms .270; Qadi al-Shawkani di dalam Fath al-Qadir , jil id I, ms 407; al-Dhahabi di dalam Takhlis al-Mustadrak ; Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , jil id I, ms 61 dan ji lid VII, ms 96; al-Humaydi di dalam al-Jam‘ baina al-Sahihain ; Faqih al-Wasiti Ibn Maghazili al-Shafii di dalam Manaqib ; Ibn al-Athir di dalam al-Nihayah , dan yang lainnya telah menyampaikan dengan sedikit perbezaan pada perkataan bahawa pada satu hari Khalifah Umar semasa memberi syarahannya kepada orang ramai, berkata: ‘Jika sesiapa berkahwin dan menentukan maharnya dengan melebihi dari 400 dirham untuk isterinya, saya akan kenakan hukuman tertentu kepadanya dan akan memasukkan jumlah selebihnya ke dalam Baitulmal.’

Seorang wanita dari para hadirin berteriak, ‘Umar! Adakah apa yang engkau kata lebih patut diterima atau perntah Allah? Tidakkah Allah maha besar telah berkata:

Dan jika kamu hendak mengambil isteri (baharu) menggantikan isteri (lama yang kamu ceraikan) sedang kamu telahpun memberikan kepada seseorang di antaranya (isteri yang diceraikan itu) harta yang banyak, maka janganlah kamu mengambil sedikitpun dari harta itu. Patutkah kamu mengambilnya dengan cara yang tidak benar dan (yang menyebabkan) dosa yang nyata? [Surah al-Nisa 4: 20]

Setelah mendengar ayat tersebut dan bantahan dari wanita i tu, Umar berkata: ‘Kamu mempunyai pengetahuan yang lebih, dalam hal fiqh dan pemasalahannya dari Umar, kesemua kamu, bahkan termasuk wanita memakai purdah yang tinggal di rumah juga memahami.’

Kemudian Umar sekali lagi naik ke mimbar dan berkta: ‘Walaupun saya telah melarang kamu memberi lebih dari 400 dirham sebagai mahar kepada isteri kamu, saya sekarang membenarkan kamu memberi seberapa banyak yang kamu suka.Tidak ada kesalahan padanya.’

Hadis ini menunjukkan bahawa Khalifah Umar tidak begitu mahir di dalam al-Quran dan perundangannya. Jika tidak dia t idak akan mengatakan sesuatu yang telah jelas salahnya yang mana dia boleh disenyapkan oleh seorang wanita yang kurang arif.

Sheikh: Tidaklah begitu sebenarnya. Fakta sebenar bahawa Khalifah hendak memaksa manusia menurunkan mahar dengan mengikut Sunnah. Walaupun Islam mengizinkan kita memberikan jumlah yang banyak, adalah lebih baik j ika kita mengawalnya supaya yang miskin tidak

420

Page 421: Sect Comparative In Peshwar Night

perlu menderita. Atas sebab ini Umar katakan bahawa jumlah mahar janganlah melebihi jumlah yang ditetapkan untuk para isteri Nabi.

RAMPASAN TERHADAP MANA-MANA BAHAGIAN DARI MAHAR ADALAH HARAM

Shirazi: Itu adalah alasan yang tempang yang mana Umar sediri t idak tahu mengenainya, jika tidak dia tentu t idak mengaku kesalahannya sendiri, dan tidak akan berkata: ‘Engkau adalah ahli f iqh yang lebih baik dari Umar, kesemua kamu, termasuk para isteri.’ Jika tidak dia pasti katakan apa yang kamu telah katakan.

Selain itu, semua orang tahu bahawa tindakan yang salah tidak boleh dibentuk sebagai cara untuk mendapatkan keputusan yang dihajati dan dibolehkan. Pastinya harta seorang wanita, yang telah dimilikinya, menurut perundangan al-Quran, t idak boleh dirampas secara halal darinya dan meletakkannya di dalam Baitulmal.

Selain dari semua pertimbangan itu, adalah haram [salah] untuk menjatuhkan hukuman agama kepada seseorang yang tidak melakukan kesalahan. Paling t idaknya saya tidak pernah melihat keputusan yang sedemikian pada mana-mana kod perundangan, kamu terpaksa menerima bahawa kenyataan guru i tu adalah salah.

PENAFIAN UMAR TERHADAP WAFATNYA NABI MEMBUKTIKAN BAHAWA DIA JAHIL PADA BEBERAPA AYAT DARI AL-QURAN

Malangnya Umar mempunyai tabiat cepat marah, dan dengan itu dapat dia menakutkan manusia dengan berkata, ‘Saya akan menghukum kamu!’

Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad ; al-Humaydi di dalam al-Jam‘ bayna al-Sahihain ; al-Tabari di dalam Tarikh dan ulama yang lain telah menyampaikan bahawa apabila Nabi wafat, Umar pergi kepada Abu Bakar dan memberitahunya bahawa dia takut, mungkin Nabi tidak mati. Mungkin dia hanya berpura-pura berlakon mati supaya dia dapat mengenali Sahabat dan juga musuhnya, atau mungkin dia telah ghaib, seperti Musa dan akan kembali semula dan menghukum mereka yang tidak taat dan engkar kepadanya.

Umar terus berkata, ‘Maka jika sesiapa mengatakan Nabi telah mati, saya akan menghukum mereka,’ Apabila Abu Bakar mendengar, dia juga t idak pasti mengenainya, dan manusia juga ragu-ragu dan perbezaan timbul di antara mereka. Apabila Ali mengetahui mengenainya, dia keluar di hadapan orang ramai dan berkata, ‘Manusia! Mengapa kamu membuat gempar yang tidak berfaedah ini? Apa kamu telah lupa akan ayat al-Quran yang mana Allah berkata kepada Nabi,

421

Page 422: Sect Comparative In Peshwar Night

Sesungguhnya Engkau (Wahai Muhammad) akan mati, dan Sesungguhnya mereka juga akan mati. [Surah al-Zumar 39: 30]

Maka menurut dari ayat ini Nabi telah meninggalkan dunia ini.’ Hujah dari Ali meyakinkan manusia bahawa Nabi sebenarnya telah wafat. Kemudian Umar berkata, ‘Ia seakan saya tidak pernah mendengar ayat tersebut.’Ibn al-Athir di dalam al-Kamil dan al-Nihayah ; al-Zamakhshari di dalam Asas al-Balaghah ; al-Shahrastani di dalam al-Milal wa al-Nihal , (muqaddamah IV), dan banyak lagi dari ulama kamu telah menulis bahawa Umar telah menjerit, ‘Nabi tidak mati,’ apabila Abu Bakar sampai kepadanya dan berkata, ‘Tidakkah Allah telah berkata,

Sesungguhnya Engkau (Wahai Muhammad) akan mati, dan Sesungguhnya mereka juga akan mati. Juga Dia berkata,

Dan Muhammad itu t idak lain hanyalah seorang Rasul yang sudahpun didahului oleh beberapa orang Rasul (yang telah mati atau terbunuh). jika demikian, kalau ia pula mati atau terbunuh, (patutkah) kamu berbalik (berpaling tadah menjadi kafir)? dan (ingatlah), sesiapa yang berbalik (menjadi kafir) maka ia t idak akan mendatangkan mudarat kepada Allah sedikitpun; dan (sebaliknya) Allah akan memberi balasan pahala kepada orang-orang Yang bersyukur (akan nikmat Islam yang tidak ada bandingannya itu). [Surah Ali Imran 3; 144]

Umar kemudian menjadi terdiam dan berkata, ‘Ia seakan saya tidak pernah mendengar ayat tersebut. Sekarang saya percaya bahawa Nabi telah mati.’

UMAR MEMERINTAHKAN SUPAYA DIREJAM LIMA ORANG DAN ALI MENGHALANG

Al-Humaydi menyampaikan di dalam al-Jam‘ baina al-Sahihain bahawa semasa pemerintahan Umar, lima orang telah ditangkap atas tuduhan berzina dan dibawa kepada Umar. Telah dibuktikan bahawa lima orang telah melakukan zina dengan wanita tertentu. Umar serta merta memerintahkan supaya mereka direjam hingga mati . Pada ketika itu Ali masuk ke dalam masjid dan setelah mendengar apa yang Umar telah perintahkan. Ali berkata kepadanya, ‘Disini kamu telah memerintahkan sesuatu yang bertentangan dengan perintah Allah.’

Umar berkata, ‘Kesemua penzina telah dibuktikan. Mati dengan direjam telah ditulis sebagai hukuman terhadap kesalahan itu.’

Ali berkata, ‘Di dalam perkara zina, terdapat beberapa perbezaan kaedah pada perbezaan kes. Begitu jugalah dalam kes sekarang, perbezaan hukuman hendaklan dijatuhkan.’

422

Page 423: Sect Comparative In Peshwar Night

Umar menyuruh dia mengkhususkan setiap perintah Allah dan Nabi di dalam kes tersebut, kerana Umar telah mendengar Nabi berkata pada beberapa peristiwa, ‘Ali adalah yang paling terpelajar dan hakim yang paling adil.’

Ali memerintahkan kelima-lima orang itu dibawa kepadanya. Dia memerintahkan orang yang pertama dipenggalkan kepalanya. Dia memerintahkan orang yang keduanya direjam hingga mati . Dia memerintahkan orang yang ketiga diberikan 100 sebatan, yang keempat 50 sebatan dan yang kelima 25 sebatan.

Umar hairan dan binggung, berkata, ‘Wahai ‘Abul Hasan, bagaimana kamu memberikan keputusan kes ini dengan lima cara yang berlainan?’

Imam yang suci berkata: ‘Orang yang pertama adalah orang kafir yang dibawah perlindungan Islam. Dia melakukan zina dengan wanita islam. Oleh kerana dia telah kehilangan perlindungan Islam; maka dia telah diberikan hukuman bunuh. Orang kedua mempunyai isteri, maka dia direjam hingga mati . Yang ketiga dia belum beristeri , maka dia diperintahkan dengan hukuman 100 sebatan. Keempat seorang hamba yang hanya layak didenda dengan setengah orang merdeka maka dihukum 50 sebatan. Dan yang kelima adalah seorang jahil, maka diberikan hukuman yang ringan iaitu 25 sebatan.’

Kemudian Umar berkata, ‘Jika Ali tidak ada di sana, Umar pasti akan binasa, Wahai Abul Hasan! Saya harap saya sudah tidak ada lagi apabila kamu tidak ada di antara kami.’

UMAR MENGHUKUM WANITA MENGANDUNG DIREJAM SEHINGGA MATI DAN CAMPUR TANGAN ALI

Muhammad bin Yusuf Kanji al-Syafii di dalam Kifayah al-Talib f i Manaqib Amirul Mu’minin Ali Bin Abi Talib ; Imam Ahmad Ibn Hanbal di dalam Musnad ; al-Bukhari di dalam Sahih ; al-Humaydi di dalam al-Jam‘ baina al-Sahihain ; Sheikh Sulayman Balkhi di dalam Yanabi‘ al-Mawaddah , bahagian IV, ms 75, dari Khawarizmi dalam Manaqibnya; Imam Fakhruddin al-Razi di dalam al-Arba‘in , ms 466; Muhibuddin al-Tabari di dalam Riyad al-Nadrah , jil id II, ms p.196; Khatib Khawarizmi di dalam Manaqib , ms 48; Muhammad bin Talhah alShafii di dalam Matalib al-Su’ul , ms 113; dan Imam al-Haram di dalam Dhakha’ir al-Uqba , ms 80, mengatakan laporan yang berikut.

Seorang wanita mengandung telah dibawa kepada Umar bin khattab. Setelah disoal, dia mengaku bahawa dia telah bersalah melakukan perhubungan sumbang, dan Khalifah memerintahkan dia direjam sehingga mati . Kemudian Ali berkata, ‘Arahan kamu boleh dilaksanakan kepada wanita ini, tetapi kamu tidak punya kuasa terhadap anaknya.’

423

Page 424: Sect Comparative In Peshwar Night

Umar membebaskan wanita itu dan berkata, ‘Wanita tidak berkemampuan melahirkan orang seperti Ali: Jika Ali tidak ada di sini , Umar pasti akan binasa.’ Dia teruskan berkata, ‘Semoga Allah t idak memanjangkan umur saya untuk menghadapi masalah yang susah di mana Ali t idak ada untuk menyelesaikannya.’

UMAR MENGARAHKAN WANITA YANG TIDAK SIUMAN DIREJAM DAN CAMPURTANGAN ALI

Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad ; Imam al-Haram Ahmad bin Abdullah al-Shafii di dalam Dhakha’ir al-Uqba , bahagian II, ms 75, dari Hasan Basri; Ibn Hajar di dalam Fath al-Bari , jil id XII, ms 101; Abu Dawud di dalam Sunan , j ilid II, ms 227; al-Munawi di dalam Fayd al-Qadir , j ilid IV, ms 257; al-Hakim al-Nisaburi di dalam al-Mustadrak , jil id II, ms 59; al-Qastalani di dalam Irsyad al-Sari , jil id X, ms 9; al-Baihaqi di dalam Sunan , jil id VIII, ms 164; Muhibuddin al-Tabari di dalam Riyad al-Nadrah , jil id II, ms 196; Khatib al-Khawarizmi di dalam Manaqib , ms 48; Muhammad Ibn Talhah Shafii di dalam Matalib al-Su’ul ; Imam al-Haram di dalam Dhakha’ir al-‘Uqba , ms 80; Ibn Majah di dalam Sunan, jil id II, ms 227; al-Bukhari di dalam Sahih , bab la yarjum al-majnun wa al-majnunah dan kebanyakan dari ulama kamu telah merakamkan peristiwa berikut:-

Satu hari seorang tidak siuman telah dibawa ke hadapan Khalifah Umar bin al-Khattab. Orang tersebut telah melakukan penzinaan dan mengaku kesalahannya. Umar mengarahkan supaya dia direjam. Amirul Mukminin ada di situ. Dia berkata kepada Umar, ‘Apa yang engkau telah lakukan? Saya telah mendengar Nabi berkata bahawa tiga jenis manusia yang bebas dari dipertanggong jawabkan pada undang-undang, orang yang tidur sehingga dia bangun, orang gila sehingga dia sembuh, dan kanak-kanak sehingga sempurna akalnya.’ Mendengar ini, Umar membebaskan wanita itu.

Ibnu Saman di dalam bukunya Kitab al-Muwafiqah telah merakamkan banyak kes yang sedemikian. Terdapat beberapa keadaan yang merakamkan lebih kuran 100 pendapat yang salah dan meleset.

PENGETAHUAN ALI DAN KEMULIAANNYA

Nuruddin bin Sabbagh al-Malki di dalam Fusul al-Muhimmah , bahagian 3, ms 17, menulis mengenai Ali berkata, ‘Bab ini mengandungi perkara berkaitan dengan pengetahuan Ali. Satu dari aspeknya adalah pengetahuan perundangan fiqh yang mana telah diasaskan amalan halal dan haram manusia. Ali memahami perundangannya dengan mendalam. Masalahnya yang rumit, adalah mudah bagi Ali, dan dia benar-benar faham akan interpretasinya. Atas sebab inilah Nabi berkata bahawa Ali adalah orang yang paling berhak di dalam ummah pada menghuraikan persoalan perundangan.

424

Page 425: Sect Comparative In Peshwar Night

Imam Abu Muhammad Husain bin Mas‘ud al-Baghawi di dalam bukunya Masabih al-Sunnah mengatakan dari Anas bahawa apabila Nabi melantik setiap orang dari sahabat kepada satu-satu kedudukan, baginda melantik Ali kepada kedudukan hakim dan berkata, ‘Ali adalah hakim yang terbaik diantara kamu semua [sahabat dan juga ummah.]

Sudah pasti j ika kamu bandingkan kata-kata guru kolej yang jahil dengan Hadis dari ulama kamu, kamu akan dapati apa yang dikatakan itu t idak berasas. Guru ini mengatakan lebih dari apa yang dilakukan oleh pemimpin. Umar mengakui kelemahannya sendiri berbanding Ali.

Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad , Imam al-Haram Ahmad al-Makki al-Shafii di dalam Dhakha’ir al-Uqba , Sheikh Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam Yanabi‘ al-Mawaddah , bahagian 56, dan Muhibuddin al-Tabari di dalam Riyad al-Nadrah , jil id II, ms 195, mengatakan bahawa Muawiyah sebagai berkata, ‘Apabila Umar bin Khattab menghadapi masalah yang susah, dia meminta pertolongan Ali ,’ Abu al-Hajjaj Balawi di dalam bukunya Alif Ba’ , jil id I, ms 222, menulis bahawa apabila Muawiyah mendengar berita syahidnya Ali , dia berkata, ‘Dengan kematian Ali , perundangan dan pengetahuan telah runtuh.’

Dia juga menyebut Sa‘id bin Musayyib sebagai berkata bahawa Muawiyah berkata, ‘Umar selalu berdoa mencari perlindungan dari kesusahan di mana Ali tidak ada untuk menolongnya.’

Abu Abdullah Muhammad bin Ali al-Hakim al-Tirmidhi di dalam ulasannya pada Risalah al-Fath al-Mubin menulis: ‘Para sahabat Nabi merujuk kepada Ali di dalam perkara berkaitan perundangan al-Quran dan menerima keputusannya. Umar bin Khattab telah berkata dalam beberapa keadaan, ‘Jika Ali tidak ada di situ, Umar pasti telah binasa,’ Nabi Allah juga ada berkata, ‘Manusia yang paling terpelajar di antara kamu dari ummah saya adalah Ali Ibn Abi Talib.’

Apa yang telah dirakamkan di dalam Hadis dan kenyataan sejarah membuktikan bahawa Umar mempunyai pengetahuan umum dan juga pengetahuan perundangan yang dia juga kerap membuat salah mengenai masalah yang biasa. Para sahabat yang bersama dengannya kerap mengingatkannya mengenai kelemahannya.

Sheikh: Kamu telah bertindak kurang sopan dengan mengatakan begitu kepada Umar, Adakah mungkin seorang Khalifah boleh tersalah di dalam perkara agama?

Shirazi: Tidak sopan ini bukan dari pihak saya. Ulama kamu telah mendedahkan perkara sebenar mengenainya.

Sheikh: Jika boleh, si la kamu jelaskan kepada kami dengan segala punca yang betul supaya kebenaran dengan jelas dapat dilihat.

425

Page 426: Sect Comparative In Peshwar Night

Shirazi: Terdapat banyak peristiwanya. Lebih kurang 100 darinya terdapat di dalam buku kamu, tetapi saya akan katakan satu daripadanya sebagai contoh.

KEJAHILAN UMAR MENGENAI TAYAMMUM

Muslim Ibn Hajjaj di dalam Sahih , bab Tayammum; al-Humaydi di dalam al-Jam‘ bain a al-Sahihain , Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad , j ilid IV, ms 265, 319; al-Baihaqi di dalam Sunan , j ilid I, ms 209; Abi Dawud di dalam Sunan , jil id I, ms 53; Ibn Majah di dalam Sunan , j ilid I, ms 200; Imam al-Nasa’i di dalam Sunan , j ilid I, ms 59-61, dan yang lain dari ulama kamu yang terkenal telah mengatakan dengan berbeza cara dan perkataan, menyatakan bahawa semasa Khalifah Umar, seseorang telah datang kepadanya dan berkata, ‘Adalah perlu bagi saya melakukan mandi, tetapi t idak terdapat air. Apa yang perlu saya lakukan dalam keadaan ini ?

Umar berkata, ‘Jika kamu tidak dapat air untuk mandi, kamu tidak perlu melakukan salat .’

Pada ketika i tu Ammar bin Yasir, seorang sahabat Nabi hadir. Dia berkata, ‘Umar! Adakah kamu lupa bahawa pada satu perjalanan, engkau dan saya perlu kepada mandi. Oleh kerana air tidak boleh didapati engkau telah t idak salat , tetapi saya teringat cara bertayammum sebagai ganti mandi, iaitu debu hendaklah disapukan kepada seluruh badan. Maka saya sapukan debu pada badan saya dan mendirikan salat. Apabila kita pergi kepada Nabi. Dia berkata dengan tersenyum: ‘Untuk Tayammum hanya ini telah mencukupi, bahawa kedua tapak tangan diletakkan di bumi serentak dan tapak tangan disapukan pada dahi kebawah; kemudian belakang tangan kanan disapukan dengan tapak tangan kiri, belakang tangan kiri disapukan dengan tapak tangan kanan.’ Sekarang mengapa kamu katakan kepada orang itu supaya jangan salat?

Apabila Umar tidak dapat memberikan jawapan dia berkata, ‘Ammar, takutlah kepada Allah.’

Kemudian Ammar berkata, ‘Adakah kamu mengizinkan saya menyampaikan Hadis ini?’ Umar berkata, ‘Saya serahkan kepada kamu untuk melakukan sesuka hati kamu.’

Dengan jelas dari Hadis i tu, yang mana ulama kamu telah sampaikan, kamu pastinya akan mengakui bahawa apa yang dikatakan oleh guru itu adalah palsu. Bolehkah seseorang yang arif di dalam perundangan fiqh dan kerap berada bersama Nabi dan telah mendengar dari Nabi sendiri bagaimana bertayammum perlu dilakukan apabila air t idak boleh didapati, telah memberitahu muslim bahawa jika dia t idak dapati air maka dia hendak menahan diri dari melakukan salat? Ini tersangat pelik oleh kerana al-Quran memberitahu kita bahawa di dalam situasi begitu kita perlulah lakukan tayammum.’

426

Page 427: Sect Comparative In Peshwar Night

Amalan tayammum dikalangan muslim adalah perkara yang telah diketahui umum bahkan muslim yang tidak pandai membaca tahu mengenainya, di dalam keadaan tertentu ia menggantikan wuduk dan mandi wajib. Sekarang apa yang perlu kita katakan mengenai sahabat Nabi dan juga Khalifah? Tidakah dia sepatutnya mempunyai pengetahuan mengenai perkara ini?

Saya tidak katakan dalam hal ini bahawa Khalifah Umar dengan sengaja menukarkan perundangan Allah. Tetapi setakat ini tentunya telah pasti: dia lemah di dalam kebolehan mengekalkan maklumat, dan susah baginya untuk mengingat perundangan. Dan itu adalah sebabnya, sebagaimana ulama kamu telah menulis, dia kerap berkata kepada ahli perundangan semasanya Abdullah Ibn Mas‘ud: kamu hendaklah selalu berada bersama saya supaya sesiapa yang bertanya kepada saya, kamu boleh menjawab kepadanya.’

Sekarang tuan-tuan! Kamu hendaklah membuat pertimbangan apakah bezanya diantara seseorang yang pengetahuannya amat cetek sehingga dia tidak dapat memahami masalah yang mudah dengan seorang yang serta merta memahami masalah yang susah.

Sheikh: Siapakah yang boleh jadi begitu, selain dari Nabi?

Shirazi: Pastinya, sesudah Nabi t iada sesiapa di antara para sahabat yang mempunyai pengetahuan yang sebegitu melainkan ‘pintu pengetahuan‘ Nabi, Ali , yang mana Nabi sendiri telah berkata, ‘Ali adalah yang paling terpelajar di antara kamu semua.’

SEMUA PENGETAHUAN BEGITU JELAS BAGI ALI

Abul Mu’ayyid Muwaffaq bin Ahmad al-Khawarizmi berkata di dalam Manaqib bahawa satu hari Umar berkata kepada Ali Ibn Abi Talib dengan sedikit kehairanan, ‘Bagaimana setiap soalan yang ditanyakan kepada kamu, kamu boleh memberikan jawapannya dengan tidak teragak-agak?’

Imam yang suci membuka tapak tangannya dan berkata, ‘Berapa jari yang kamu nampak?’

Umar terus berkata, ‘Lima.’

Ali berkata, ‘Mengapa kamu tidak memikirkan mengenainya dahulu?’

Umar berkata, ‘Tidak ada apa yang hendak difikirkan, oleh kerana kesemua lima jari ada dihadapan mata saya.

Kemudian Ali berkata, ‘Begitulah, semua masalah dan isu pengetahuan adalah jelas kelihatan pada saya. Saya berikan jawapannya tanpa banyak berfikir.’

427

Page 428: Sect Comparative In Peshwar Night

Sekarang tuan-tuan! Bukankah disebabkan oleh perjudis guru itu telah mengatakan yang bukan-bukan dan telah mengelirukan anak muda yang kurang pengetahuan. Adakah manusia yang memiliki ilmu yang begitu mendalam dan ‘pintu pengetahuan’ Nabi, akan merujuk kepada Umar untuk menyelesaikan masalahnya yang susah?

MUAWIYAH MEMPERTAHANKAN KEDUDUKAN ALI

Saya baru teringat satu Hadis. Saya sampaikan kepada kamu sebagai bukti tambahan pada maksud kami. Ibn Hajar al-Makki, seorang ilmuan yang fanatik telah menulis di dalam bukunya Sawa‘iq al-Muhriqah , bab II, Maqsad V, ms 110, di bawah ayat 14, bahawa Imam Ahmad bin Hanbal telah menyampaikan dan juga Mir Sayyid Ali al-Hamadani di dalam Mawaddah al-Qurba dan Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , mereka telah merakamkan bahawa seorang Arab telah bertanya kepada Muawiyah. Muawiyah berkata, ‘Tanyalah kepada Ali mengenainya, oleh kerana dialah yang paling bijak.’ Orang Arab itu berkata, ‘Saya lebih suka jawapan kamu dari jawapan Ali.’

Muawiyah berkata, ‘Kamu telah mengatakan sesuatu yang buruk: Kamu telah menolak seorang yang Nabi sendiri telah latih dan yang kepadanya Nabi telah berkata, ‘Kamu mempunyai hubungan yang sama dengan saya seperti Harun dengan Musa, melainkan bahawa tidak ada Nabi selepas saya. Lebih-lebih lagi apabila Umar bergelut dengan masalah yang susah, dia bertanya kepada Ali mengenainya dan dapatkan pendapatnya.’

Ini mengingatkan saya pada kata-kata, ‘Kemuliaan itu adalah sesuatu yang mana musuh juga menjadi saksi kepadanya.’

PENGAKUAN UMAR TERHADAP KEJAHILANNYA TENTANG MASALAH YANG SUSAH DAN KENYATAANNYA BAHAWA JIKA ALI TIDAK MENOLONGNYA, KESUSAHANNYA TENTU TIDAK DAPAT DISELESAIKAN

Di dalam menambahkan lagi sokongan terhadap kelebihan Ali dari Umar, saya sebutkan apa yang ulama kamu telah katakan. Nuruddin bin Sabbagh al-Maliki di dalam Fusul al-Muhimmah ; Muhammad bin Talhah al-Shafii di dalam Matalib al-Su’ul ; Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad ; Khatib al-Khawarizmi di dalam Manaqib ; Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam Yanabi‘ al-Mawaddah , dan ramai yang lain telah menulis bahawa pada 70 peristiwa di mana Umar mengatakan, ‘Jika Ali tidak ada disini tentu Umar telah binasa.’

Nuruddin al-Maliki di dalam Fusul al-Muhimmah mengatakan bahawa suatu ketika seseorang telah dibawa kepada Umar. Dia telah ditanya di hadapan perhimpunan manusia, ‘Bagaimana kamu mulakan pagi kamu?’ Dia berkata, ‘Saya bangun pagi dalam keadaan begini: Saya cintakan fitnah dan benci kepada yang hak. Saya mengaku kepada kebenaran

428

Page 429: Sect Comparative In Peshwar Night

Kristian dan Yahudi, percaya kepada apa yang saya tidak l ihat dan kepada apa yang belum dijadikan.’

Umar memerintahkan supaya Ali dibawakan kepadanya. Apabila perkara itu dibentangkan kepada Amirul Mukminin, Ali berkata, ‘Apa orang itu katakan adalah benar. Dia kata dia cintakan fitnah. Maksudnya dengan itu adalah harta dan anak. Allah kata di dalam al-Quran:

Dan ketahuilah Bahawa harta benda kamu dan anak-anak kamu itu hanyalah menjadi fi tnah (ujian. [Surah al-Anfal 8: 28]

Maksudnya dengan benci kepada yang hak (benar), ialah mati. Al-Quran berkata: Dan (apabila sampai ajal seseorang) datanglah "Sakaratulmuat" membawa kebenaran (yang telah dijanjikan, serta dikatakan kepada yang mengingkarinya sebelum itu): "Inilah perkara yang engkau selalu mengelak diri daripadanya!" [Surah Qaf 50: 19]

Maksud dengan mengesahkan kebenaran Yahudi dan Kristian, ialah dia bermaksud apa yang Allah katakan:

Dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani i tu t idak mempunyai sesuatu pegangan (agama yang benar)"; dan orang-orang Nasrani pula berkata: "Orang-orang Yahudi t idak mempunyai sesuatu pegangan (agama yang benar)"; padahal mereka membaca Kitab suci masing-masing (Taurat dan Injil). [Surah al-Baqarah 2: 113]

Iaitu, kedua golongan telah saling mendustakan satu sama lain. Maka orang Arab itu berkata dia bersetuju dengan mereka berdua, atau dengan lain perkataan dia menolak kedua mereka.

Dia katakan bahawa dia percaya pada apa yang dia t idak lihat, bererti bahawa dia percaya kepada Allah yang maha berkuasa.

Apabila dia katakan bahawa dia percaya pada apa yang belum dijadikan, iaitu, bukan sekarang, dia merujuk kepada hari pengadilan, yang mana belum dijadikan lagi.’

Kemudian Umar berkata, ‘Saya meminta perlindungan Allah dari situasi yang susah dimana Ali tiada untuk menolang saya.’

Kisah ini juga telah disampaikan dengan lebih mendalam dan dalam bentuk yang lain, oleh penulis seperti Muhammad bin Kanji al-Syafii di dalam Kifayah al-Talib , bab 57, dari Hudhaifah bin al-Yaman, yang menyebutnya dari Khalifah Umar.

429

Page 430: Sect Comparative In Peshwar Night

Beberapa insiden yang sama terjadi pada masa Khalifah Abu Bakar dan Umar, yang mana kedua mereka tidak mampu memberikan jawapan yang betul. Adalah Ali yang memberikan jawapannya. Terutama apabila Yahudi, Kristian dan pakar sains Atheis datang dan berbincang perkara yang rumit, adalah Ali yang boleh menyelesaikannya.

Menurut dari ulama kamu seperti al-Bukhari dan Muslim, masing-masing di dalam Sahihnya; al-Nisaburi di dalam Tafsir ; Ibn Maghazili Faqih al-Shafii di dalam Manaqib ; Muhammad bin Talhah di dalam Matalib al-Su’ul , bab 4, ms 13 dan 18; Hafiz Ibn Hajar al-‘Asqalani (mati 852 H.) di dalam Tahdhib al-Tahdhib (di cetak di Hyderabad Deccan), ms 338; Qadi Fadlullah Ruzbahan al-Shirazi di dalam Ibtal al-Batil ; Muhibuddin al-Tabari di dalam Riyad al-Nadrah , jil id II, ms 39; Ibn Kathir di dalam Tarikh , j ilid VII, ms 369; Ibn Qutaybah al-Dinawari (mati 276 H.) di dalam Ta’wil al-Mukhtalaf al-Hadis (di cetak di Mesir), ms 201-202; Muhammad bin Yusuf Kanji al-Syafii (mati 658 H.) di dalam Kifayah al-Talib , bab 57; Jalaluddin al-Suyuti di dalam Tarikh al-Khulafa’ , ms 66; Sayyid Mu’min Shablanji di dalam Nur al-Absar , ms 73; Nuruddin Ali bin Abdullah al-Samhudi (mati 911 H.) di dalam Jawahir al-Iqdain ; Al-Hajj Ahmad Afandi di dalam Hidayah al-Murtab , ms 146 dan 153; Muhammad bin Ali al-Sabban di dalam Isyaf al-Raghibin , ms 52; Yusuf Sibt Ibn al-Jawzi di dalam al-Tadhkirah Khawas al-Ummah , bab 6, ms 37; Ibn Abil Hadid (mati 655 H.) di dalam Syarh Nahjul Balaghah , j ilid I; Mulla Ali Qushachi di dalam Syarh al-Tajrid , ms 407; Akhtab al-Khutaba al-Khawarizmi di dalam Manaqib , ms 48 dan 60; bahkan si fanatik Ibn Hajar al-Makki (mati 973 H.) di dalam Sawa‘iq al-Muhriqah , ms 78; Ibn Hajar al-‘Asqalani di dalam al-Isabah , jil id II, ms 509 dan Allamah Ibn Qayyim al-Jawziyyah di dalam Turuq al-Hukmiyyah , ms 47 dan 53, mereka telah merakamkan banyak kes yang menunjukkan bahawa Umar merujuk masalah yang sukar dan rumit, terutama masalah yang susah dari Raja Rom, kepada Amirul Mukminin.

Umar selalu merujuk kepada Ali kes untuk diselesaikan, dan apabila mendengarkan keputusannya, dia berulang kali mengatakan, ‘Saya meminta perlindungan Allah dari keadaan yang susah di mana Ali tidak ada untuk menolong saya.’ Kadang kala dia berkata, ‘Jika Ali tidak ada di sana, tentu Umar akan binasa.’

Ibn Maghazili al-Shafi’i di dalam Manaqib dan sl-Humaydi di dalam al-Jam‘ baina al-Sahihain telah menulis bahawa Khalifah mengambil perundingan dengan Ali di dalam semua perkara dan bahawa dia adalah yang utama di dalam menentukan keputusan persoalan agama dan juga dunia. Khalifah dengan telit i mendengarkan kenyataan dan arahannya dan kemudian melaksanakannya.

ALI PALING SESUAI UNTUK JAWATAN KHALIFAH

Pengetahuan adalah kriteria yang terbaik untuk keutamaan. Al-Quran dengan jelas telah berkata:

430

Page 431: Sect Comparative In Peshwar Night

Adakah yang dapat memberi hidayah petunjuk kepada kebenaran itu, lebih berhak diturut, ataupun yang tidak dapat memberi sebarang petunjuk melainkan sesudah ia diberi hidayah petunjuk? maka apakah alasan sikap kamu itu ? Bagaimana kamu sanggup mengambil keputusan (dengan perkara yang salah, yang tidak dapat diterima oleh akal)? [Surah Yunus 10: 35]

Iaitu, dia yang mempunyai kualiti terbaik pada petunjuk hendaklah menjadi pemimpin tertinggi untuk manusia, bukanlah mereka yang jahil di dalam perkara petunjuk dan yang dirinya sendiri perlukan petunjuk dari yang lain

Ayat ini adalah bukti yang paling sah bahawa manusia yang utama tidak boleh dijadikan orang bawahan mereka yang jahil . Persoalan Khalifah, Imamah dan pengganti Nabi jatuh pada prinsip yang sama. Ini telah dijelaskan lagi dengan ayat yang lain:

"Katakanlah lagi (kepadanya): "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang-orang yang dapat mengambil pelajaran dan peringatan hanyalah orang-orang yang berakal sempurna. [Surah al-Zumar 39: 9]

DARI SEMUA UKURAN ALI ADALAH YANG PALING LAYAK UNTUK KEDUDUKAN KHALIFAH

Sheikh: Kami tentunya setuju bahawa Ali memiliki semua kualiti yang terbaik yang kamu telah nyatakan. Tiada siapa melainkan Khariji (Khawarij) yang fanatik telah menafikan fakta itu. Tetapi sebanyak ini juga diakui: Sayyid Ali sendiri secara suka rela menerima Khalifah yang bertiga dan mengakui kelebihan dan hak mereka pada mendahului beliau. Maka apa perlunya kita risau, setelah 1 300 tahun pada keputusan yang mereka telah buat dan kini kita bergelut di antara kita, pada mengapa ummah melantik Abu Bakar, Umar dan Uthman.

Maka apakah salahnya jika kita aman dan bersaudara diantara kita dan mengaku apa yang sejarah telah rakamkan dan apa yang ulama kamu secara umum telah terima; selepas Nabi, Abu Bakar; Umar dan Uthman berturutan menduduki Khalifah. Kita harus hidup bersama sebagai saudara dan sama-sama mengakui Ali lebih utama dalam pengetahuan dan tindakkan, serta pertalian khususnya dengan Nabi. Dengan cara yang sama di mana empat mazhab telah bersatu, Syiah juga perlu berkerja sama dengan kami.

Kami t idak pernah menafikan kelebihan karekter dan pengetahuan Ali, tetapi kamu hendaklah mengakui bahawa di dalam perbandingan umur, ketajaman polit ik, sabar dan tenang, di dalam berhadapan dengan pihak

431

Page 432: Sect Comparative In Peshwar Night

musuh, Abu Bakar pastinya lebih utama dari Ali . Adalah dengan sebab ini, melalui keputusan sebulat suara ummah, dia menduduki tempat Khalifah. Ali adalah muda pada ketika i tu dan tidak punya kemampuan untuk memikul tanggong jawab Khalifah. Bahkan 25 tahun kemudian, apabila dia menduduki kerusi Khalifah, banyak kekacauan telah berlaku, disebabkan kerana dia bukanlah ahli politik yang berkemampuan.

Shirazi: Pertama kamu katakan Amirul Mukminin secara suka rela memberikan baiah kepada ketiga-tiga Khalifah. Saya teringat satu cerita yang wajar pada perbincangan ini. Pada masa dahulu jalan raya di Iran amat merbahaya, dan jamaah haji ke tempat suci menghadapi kesukaran di dalam perjalanan mereka. Satu kafilah telah jatuh ke tangan perompak yang mencuri barangan mereka. Apabila mereka sedang membahagikan barangan tersebut sesama mereka, pakaian kafan telah jatuh ke tangan seorang perompak tua. Dia berkata, ‘Tuan-tuan jamaah haji! Kain kafan siapakah ini?’ Seorang jamaah haji berkata, ‘Kafan itu kepunyaan saya.’ Perompak itu berkata, ‘Aku tidak punya kain kafan, maka tolonglah berikan kepada saya supaya ia menjadi halal kepada saya.’ Si jamaah haji berkata, ‘Semua harta saya adalah milik kamu, tetapi pulangkanlah kain kafan itu, oleh kerana saya telah tua dan telah bersusah payah menyediakannya untuk diri saya di akhirat kelak. Itulah saja harta saya yang amat saya hargai.’

Perompak berkeras juga pada permintaannya, tetapi jamaah haji mengatakan perkara yang sama, bahawa dia tidak akan melepaskan haknya kepada sesiapa pun. Perompak mengeluarkan pedangnya dan mula menghayunkan kepada kepala dan muka si Jamaah dan berkata dia akan terus memukulnya sehingga dia menyerahkan kain kafan itu dan mengatakan, ‘Ia adalah halal.’

Jamaah haji yang tua i tu telah dipukul berterusan sehingga dia menjerit , ‘Tuan, ia halal, halal; halal , lebih halal dari susu seorang ibu!’

Saya harap kamu semua dapat memaafkan saya. Tetapi saya sebenarnya hendak mengambil perhatian kamu kepada apa yang saya hendak terangkan. Mungkin kamu telah terlupa pada apa yang saya telah buktikan di malam yang lalu. Saya telah bacakan rakaman Hadis sahih yang mana Ibn Abil Hadid, al-Jauhari, al-Tabari, al-Baladhuri, Ibn Qutaybah, al-Mas‘udi, dan yang lainnya dari ulama kamu yang telah mengesahkan bahawa mereka telah mengancam untuk membakar rumah Ali, dia telah diheret ke masjid dan dipaksakan dengan pedang di lehernya, ‘Berikan baiah, jika t idak engkau akan dipenggal.’

Adakah ini contoh baiah sukarela?

TIDAK PERLUNYA ADA IKUTAN YANG MEMBUTA TULI DALAM BERAGAMA

432

Page 433: Sect Comparative In Peshwar Night

Kedua, saya telah katakan dahulu kita tidak perlu ada ikutan yang membuta tuli di dalam beragama. Kamu katakan, oleh kerana sejarah telah mengatakan empat Khalifah telah menjadi pemerintah, kita hendaklah mengikuti jejak orang yang terdahulu dari kita di dalam keimanan mereka. Tetapi akal fikiran [minda] dan Hadis memberitahu kita bahawa keimanan hendaklah berasaskan pada keterangan.

Saya ulangkan sekali lagi bahawa ahli sejarah kamu dan juga kami telah menulis, selepas wafatnya Nabi, ummah telah berpecah kepada dua golongan. Satu golongan mengatakan bahawa Abu Bakar hendaklah diikuti dan satu golongan lagi percaya bahawa Ali adalah yang perlu diikuti. Nabi berkata, ‘Patuh kepada Ali adalah patuh kepada saya; dan melawan Ali bererti melawan kepada saya.’ Makanya patuh kepada Ali adalah, menurut dari arahan Nabi, wajib . Maka adalah tanggong jawab setiap individu dari kedua golongan untuk mendengar hujah dari kedua pihak dan memilih laluan yang sebenar.

KEIMANAN HENDAKLAH DIASASKAN PADA KETERANGAN DAN PENYELIDIKKAN YANG IKHLAS

Keimanan saya kepada Allah berdasarkan dari kebijaksanaan. Saya telah pelajari buku-buku dari berbagai golongan dan juga agama. Saya menerima fakta bahawa Muhammad adalah Nabi yang terakhir berasaskan dari keterangan dan bukan ikutan secara buta dari orang tua saya yang terdahulu. Begitu juga saya telah pelajari ratusan buku dari kedua-dua golongan, terutama dari golongan Sunni yang mana terdapat hujah yang jelas pada membuktikan Imamah dan Khalifah Amirul Mukminin. Sebaliknya kamu semua hanya memandang sekali imbas pada ayat-ayat dan Hadis yang memuji Ali dan kemudian kamu membuat interpretasi yang bukan-bukan darinya.

Ketiga, kamu katakan bahawa kita harus menerima susunan sejarah Khalifah: Abu Bakar, Umar, Uthman, dan Imam Ali. Tetapi ini adalah karut. Kelebihan manusia dari binatang adalah disebabkan pengetahuan dan kebijaksanaan. Maka kami tidak boleh mengikut mereka yang terdahulu secara buta tuli.

Menurut dari ulama kamu yang terkenal, keutamaan Ali dalam pengetahuan telah diakui. Maka hak di atas keutamaannya sebagai Khalifah hendaklah juga diakui. Oleh kerana dia adalah ‘Pinti pengetahuan’ Nabi, menyimpang darinya bererti menyimpang dari petunjuk.

Kami mengakui bahawa selepas wafatnya Nabi, Abu Bakar adalah Khalifah selama 2 tahun 3 bulan, dan diikuti oleh Umar selama 10 tahun, dan Uthman untuk 12 tahun. Tetapi fakta ini tidak menghapuskan kedudukan yang betul pada keterangan dan juga Hadis. Sejarah tidak dapat menolak ‘pintu pengetahuan’ Nabi dari haknya.

433

Page 434: Sect Comparative In Peshwar Night

Firdaus al-Dailami, Abu Nu‘aim al-Isfahani, Muhammad bin Ishaq al-Muttalabi, pengarang buku al-Maghazi , al-Hakim, al-Hamawaini, Khatib al-Khawarizmi dan Ibn Maghazili menyampaikan sama ada dari Ibn Abbas, atau Sa‘id al-Khudri, atau Ibn Mas‘ud, kesemuanya mengatakan bahawa Nabi telah berkata: ‘Mereka akan ditanyakan mengenai wilayah [wazir] Ali Ibn Abi Talib.’

NABI ARAH PATUH KEPADA ALI

“.. . . .dan apa jua perintah yang dibawa oleh Rasulullah (s.a.w) kepada kamu maka terimalah serta amalkan, dan apa jua yang dilarangnya kamu melakukannya maka patuhilah larangannya. dan bertaqwalah kamu kepada Allah; Sesungguhnya Allah amatlah berat azab seksa-Nya (bagi orang-orang yang melanggar perintah-Nya). [Surah al-Hasyr 59: 7]

Maka kita wajib patuh kepada arahan Nabi.

Apabila kita lihat pada arahan Nabi kita dapati [sebagaimana yang dirakamkan di dalam buku kamu yang boleh dipercayai] bahawa di antara semua dari ummahnya Nabi hanya mengatakan Ali sahaja pintu pengetahuannya dan telah memerintahkan kita supaya mengikutinya. Bahkan dia katakan bahawa patuh kepada Ali adalah sama seperti patuh kepadanya.

Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad , Imam al-Haram di dalam Dhakha’ir al-‘Uquba ; al-Khawarizmi di dalam Manaqib ; Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam Yanabi’ al-Mawaddah ; Muhammad bin Yusuf Kanji al-Syafii di dalam Kifayah al-Talib dan ulama lainnya telah mengatakan bahawa Nabi Allah berkata, ‘Wahai Ansar! Mahukah saya tunjukkan orangnya yang kamu harus patuh dan yang tidak akan membiarkan kamu sesat?’ Mereka berkata, ‘Ya, biarlah kami mengenalinya.’ Nabi berkata, ‘Dia adalah Ali. Jadilah sahabatnya, hormatilah dia, dan ikutilah dia. Sesungguhnya dia adalah bersama al-Quran dan al-Quran bersama dengannya. Sesungguhnya dia akan memandu kamu kejalan yang betul dan tidak akan membiarkan kamu binasa. Apa sahaja yang saya katakan kepada kamu telah dikatakan oleh Jibril kepada saya.’

Juga sebagaimana telah dirakamkan oleh ulama kamu, Nabi berkata kepada Ammar bin Yasir, ‘Jika semua manusia di satu pihak, dan Ali di pihak yang lain, kamu hendaklah memilih di pihak Ali dan tinggalkan yang lain’.

Juga pada peristiwa dan tempat yang lain, Nabi berulang kali mengatakan, ‘Sesiapa yang taat kepada Ali sesungguhnya telah taat kepada saya. Sesiapa yang taat kepada saya, sebenarnya telah taat kepada Allah’.

434

Page 435: Sect Comparative In Peshwar Night

TIDAK TERDAPAT HADIS YANG MENGATAKAN KHALIFAH YANG LAIN SEBAGAI ‘PETUNJUK KEPADA UMMAH’ ATAU ’PINTU PENGETAHUAN’

Tidak ada satu pun Hadis di dalam buku kamu yang mana Nabi berkata, ‘Selepas saya petunjuk kepada jalan yang benar, atau ‘pintu pengetahuan saya’ atau ‘pengganti saya dan Khalifah’ adalah Abu Bakar, Umar, atau Uthman.’ Bolehkah kamu menyatakan Hadis sedemikian yang tidak dipalsukan oleh kumpulan Bakari atau Umawi?’

Tetapi kamu meminta kami memberikan tempat keempat ‘pintu pengetahuan Nabi’, ‘pengganti dan Khalifah’ Nabi, ini adalah sebutan dari Nabi sendiri; dan mengikuti mereka yang mana tidak terdapat sebarang arahan apa jua pun. Jika kami mengikuti nasihat kamu, tidakkah kami melanggar perintah Allah dan juga arahan Nabi-Nya?’

ULAMA SUNNI TIDAK MAHU BERKERJA SAMA DENGAN KAMI

Keempat, kamu katakan bahawa sama seperti empat mazhab yang lain [Hanafi, Maliki, Shafii dan Hanbali] kami juga hendaklah bersatu dengan kamu. Tetapi kamu yang memanggil Syiah, Rafidi, musyirik dan kafir. Pastinya musyirik dan beriman tidak boleh bersatu. Bagaimana pun kami telah bersedia untuk berkerja sama dengan saudara Sunni kami. Yang pasti syaratnya adalah kita semua sama-sama bebas pada mengembangkan kepercayaan agama kita.

Sebagaimana pengikut empat mazhab yang lain bebas di dalam mengamalkan amalan mereka, pengikut keturunan Nabi juga hendaklah diberikan kebebasan yang serupa. Kami lihat bahawa di antara empat mazhab kamu terdapat perbezaan yang serius sehingga sebahagian dari mereka mengatakan yang lain kafir dan berdosa. Namun kamu menganggap mereka muslim dan memberikan kebebasan untuk beramal. Tetapi telah memanggil Syiah musyirik dan kafir, kamu menolak mereka dari golongan muslim dan menghalang mereka dari kebebasan untuk mengamalkan agama mereka. Bagaimana kami boleh mengharapan perpaduan dan kerja sama?

SUJUD PADA DEBU OLEH SYIAH DIBANTAH OLEH YANG LAIN TANPA SEBAB

Ambil sebagai contoh, kami sujud pada debu (tanah). Betapa kecuhnya kamu lakukan mengenai debu dan turbah, tanah liat yang kecil dari tanah Karbala. Yang mana kami letakkan dahi apabila melakukan sujud. Kamu menekankan bahawa itu adalah berhala dan mengatakan kami menyembah berhala, walaupun kami sujud pada debu dengan keizinan Allah dan Nabi-Nya. Ayat al-Quran menyuruh kita melakukan sujud, dan sujud bererti meletakkan dahi pada bumi. Ya pastinya terdapat perbezaan diantara kamu dan kami terhadap benda di mana kita sujud.

435

Page 436: Sect Comparative In Peshwar Night

Sheikh: Jadi mengapa kamu tidak lakukan sujud sebagaimana semua muslim yang lain lakukan supaya t idak ada perbezaan dan salah faham ini boleh dihapuskan.

Shirazi: Pertama, sila terangkan kepada kami mengapa Shafii berbeza dengan banyaknya dari Maliki dan Hanbali , mengenai perkara amalan dan asas keimanan. Kadang kala mereka mengatakan bahawa yang lainnya berdosa atau kafir. Bukankah lebih baik untuk mereka j ika mereka duduk bersama dan mencapai kepada satu kepercayaan bersama, supaya tidak akan ada lagi perbezaan.

Sheikh: Tedapat perbezaan pada ahli perundangan, tetapi sesiapa sahaja dari kami yang mengikuti mana-mana ahli perundangan – Imam Shafii, Imam al-A’zam (Abu Hanifah), Imam Malik atau Imam Ahmad bin Hanbal – akan mendapat balasan dari Allah.

PERBEZAAN DIANTARA EMPAT MAZHAB DIKETEPIKAN TETAPI SYIAH TIDAK DAPAT DITANGANI

Shirazi: Demi Allah berlaku adillah. Kamu tidak mempunyai sebarang sebab pada mengikuti empat mazhab ini melainkan bahawa sebahagian dari mereka adalah orang yang terpelajar. Kamu secara buta mengikuti mereka. Kamu telah dicucuk hidung, dan masih lagi kamu mengatakan bahawa tindakan kamu akan diberikan ganjaran walaupun pada asasnya terdapat banyak perbezaan, begitu juga dengan perkara yang bersangkutan dengan amalan kamu. Kami mengikuti arahan dari keturunan Nabi, yang mana, menurut Nabi sendiri dan juga dari ulama kamu, mereka adalah yang paling berilmu dan kamu katakan kami kafir. Kamu harus mengakui bahawa permusuhan ini bukannya disebabkan dari perbezaan pandangan. Penyebabnya adalah kami mencintai keluarga Nabi, dan penentang kami mempunyai perasaan dendam terhadap mereka.

Pada kepercayaan asas dan juga pada perkara amalan terdapat banyak perbezaan – di antara empat mazhab kamu. Kebanyakan dari keputusan Imam dan ahli perundangan kamu bertentangan dengan arahan yang jelas yang didapati di dalam al-Quran. Tetapi kamu tidak mengeluarkan sepatah perkataanpun mengenai mereka yang mengeluarkan keputusan tersebut dan kepada mereka yang mengamalkannya. Bahkan apabila Syiah sujud pada debu, menurut dari perintah al-Quran, kamu mengatakan mereka kafir.

KEPUTUSAN MAZHAB SUNNI BERTENTANGAN DENGAN ARAHAN AL-QURAN

Sheikh: Dimana ahli fiqh Sunni dan keempat Imam memberikan keputusan yang bertentangan dengan al-Quran?

Shirazi: Mereka kerap memberikan arahan yang bertentangan dengan perundangan al-Quran dan dari pandangan ramai ummah. Ulama kamu

436

Page 437: Sect Comparative In Peshwar Night

telah menulis beberapa buku pada perbezaan di antara empat mazhab. Saya mengesyorkan kamu supaya membaca buku yang terkenal Masa’il al-Khalif fi al-fiqh oleh Sheikh al-Ta’ifah Abu Ja‘afar Muhammad Ibn Hasan Ibn Ali al-Tusi, yang telah merakamkan semua perbezaan ahli fiqh Islam dari bab Taharah [bersuci] hingga ke bab Diyat [ganti rugi]

Saya akan tunjukkan satu dari banyak contoh perundangan diluluskan yang bertentangan dengan al-Quran.

Sheikh: Ya, berikan kami contohnya.

JIKA TIADA AIR, MANDI DAN WUDUK HENDAKLAH DILAKUKAN SECARA TAYAMMUM

Tuan-tuan budiman tentu sedar bahawa cara bersuci adalah sesuatu yang perlu di dalam Islam. Bergantung kepada keadaan, mencuci seluruh badan [ghusl, mandi] atau sebahagiannya [wuduk]:

Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan sembahyang (padahal kamu berhadas kecil), maka (berwuduklah) Iaitu basuhlah muka kamu, dan kedua belah tangan kamu meliputi siku, [Surah al-Ma’idah 5: 6]

Dengan sebab itu, kita hendaklah melakukan wuduk dengan air yang bersih. Apabila kita tidak mendapat air, kita hendaklah melakukan Taymmum, menurut dari ayat,

. . . . . kemudian kamu tidak mendapat air (untuk mandi atau berwuduk), maka hendaklah kamu bertayamum dengan tanah - debu, yang suci, iaitu sapukanlah ke muka kamu dan kedua tangan kamu. [Surah al-Nisa 4: 43]

Kita hendaklah melakukan tayammum dengan tanah yang bersih. Di dalam kes pertama air adalah perlu. Di dalam kes kedua air t idak boleh di dapati , atau jika terdapat sebab halangan yang lain, lagi sama ada kita di dalam perjalanan atau berada di rumah, kita hendaklah melakukan tayammum, menyapu muka dan tangan dengan debu yang bersih, sebagai ganti wuduk. Pada maksud ini semua ahli fiqh Islam bersetuju, sama ada Syiah, Maliki, Shafii atau Hanbali.

KEPUTUSAN ABU HANIFAH BAHAWA JIKA TIADA AIR KITA BOLEH LAKUKAN MANDI DAN WUDUK DENGAN NABIZ 7

Tetapi Imam agung kamu, Abu Hanifah [yang mana kebanyakan dari keputusannya bergantung pada pendapat, ij tihad] menekankan bahawa sedang kita di dalam perjalanan dan jika kita tidak menjumpai air; kita hendaklah melakukan mandi dan wuduk dengan Nabiz. Tetapi semua 7 Nabiz : Nira a tau tuak dar ipada anggur atau kurma. Edi tor .

437

Page 438: Sect Comparative In Peshwar Night

orang tahu bahawa Nabiz adalah sirap kurma, dan adalah haram melakukan wuduk dengan air yang telah bertukar.

Arahan al-Quran bahawa perlu untuk melakukan wuduk untuk salat dengan air bersih. Jika air tidak boleh di dapati, kita hendaklah lakukan tayammum. Imam al-A‘zam Abu Hanifah berkata kita boleh lakukan mandi dan wuduk dengan menggunakan Nabiz. Ini dengan nyata telah melanggar arahan Quran. Sebaliknya al-Bukhari di dalam Sahihnya telah menulis, ‘Adalah haram untuk melakukan wuduk dengan Nabiz atau benda yang memabukkan.’

Hafiz: Saya mengikut mazhab Shafii, dan bersetuju sepenuhnya dengan kamu pada maksud itu, kita hendaklah lakukan tayammum, dan ia t idak dibolehkan untuk melakukan wuduk dengan Nabiz. Keputusan itu telah dikatakan kepada Imam Abu Hanifah pada asas sokongan ramai.

Shirazi: Kamu telah tahu fakta sebenar maka kamu membuat alasan itu. Keputusan Abu Hanifah ini telah disampaikan secara turutan. Saya sebutkan dari Fakhruddin al-Razi, yang mengatakan di dalam tafsirnya Mafatih al-Ghaib , jil id III, ms 553, mengenai ayat tayammum, masalah V, al-Shafii berkata bahawa ‘Wuduk menggunakan Nabiz adalah haram, dan Abu Hanifah katakan ia dibolehkan jika sedang di dalam perjalanan.’ Juga Ibn Rusyd telah merakamkan keputusan Abu Hanifah ini di dalam bukunya Bidayah al-Mujtahid .

Sheikh: Bagaimana kamu katakan bahawa keputusan ini bertentangan dengan al-Quran? Sebahagian Hadis dengan jelas membuktikan ia adalah dari amalan Nabi.

Shirazi: Bolehkan kamu nyatakan Hadis yang menyokong tujuan kamu itu?

Sheikh: Di dalam Hadis yang mana Abi Zaid, hamba Amr bin Harith, mengatakan dari Abdullah bin Mas‘ud, Nabi berkata kepadanya, pada malam Jin [ lailatul j in – pada malam apabila Nabi mengambil baiah dari jin], ‘Adakah kamu sedikit air? Dia [Abu Zaid] berkata, ‘Tidak, hanya terdapat sedikit Nabiz.’ Nabi berkata, ‘Kurma itu bersih, dan air juga bersih.’ Mengatakan yang demikian dia melakukan wuduk.

Terdapat Hadis yang lain yang mana Abbas bin Walid bin Sabih al-Hilal al-Dimasyqi mengatakan dari Marwan bin Muhammad al-Tahiri al-Dimasyqi yang mengatakan dari Abdullah bin Lahi‘ah, yang mengatakan dari Abdullah bin Mas‘ud, yang berkata, ‘Nabi berkata kepada saya pada Lailah al-jin , ‘Adakah air bersama kamu?’ Saya katakan,’Tidak, tetapi terdapat Nabiz di dalam baldi.’ Kemudian Nabi berkata, ‘Kurma itu bersih, dan air itu bersih. Tuangkan kepada saya.’ Maka saya tuangkan kepadanya, dan dia melakukan wuduk dengannya.’

438

Page 439: Sect Comparative In Peshwar Night

Pastinya, amalan Nabi adalah satu contoh yang perlu diikuti. Tidak ada doktrin atau hujah yang lebih utama dari amalannya. Atas sebab itu Imam al-A‘zam yang meluluskan halalnya.

Shirazi: Mungkin ada lebih baiknya jika kamu terus diam. Sekarang saudara Sunni kita telah tahu bahawa ketua mereka telah tersalah. Mereka telah meluluskan sesuatu keputusan hanya dengan asas spekulasi, i jtihad.

Pertama sekali, biar kita selidikki siapakah yang menyampaikan Hadis tersebut.

Pertama, Abu Zaid, hamba Amr bin Harith, seorang yang tidak dikenali, dan menurut ahli Hadis, dia adalah yang ditolak sebagaimana yang disampaikan oleh al-Tirmidhi dan lainnya. Al-Dhahabi di dalam Mizan al-I‘tidal berkata, ‘Orang ini tidak dikenali oleh kami dan Hadis itu, yang disampaikan dari Abdullah bin Mas‘ud, t idak betul.’ Al-Hakim berkata: ‘Tidak ada Hadis lain yang disampaikan oleh orang yang tidak dikenali ini.’

Al-Bukhari juga mengambarkan dia sebagai penyampai Hadis yang tidak boleh dipercayai. Atas sebab ini ulama terkenal, seperti al-Qastalani dan Sheikh Zakariyya al-Ansari, menulis di dalam ulasan mereka pada Sahih al-Bukhari bahawa wuduk adalah haram dengan Nabiz atau yang memabukkan.’ Mereka menunjukan bahawa Hadis diatas adalah lemah.

Hadis kedua tidak juga boleh diterima. Pertama, t idak ada ilmuan melainkan Ibn Majah yang menyampaikannya dengan cara itu.

Kedua, ulama terkenal tidak memasukkannya di dalam Sunan mereka kerana rantaian penyampaiannya rosak.

Al-Dhahabi di dalam Mizan al-I’tiqal telah mengatakan beberapa kenyataan menunjukkan bahawa Abbas bin Walid tidak boleh dipercayai. Maka pengkrit ik dan pengulas telah menolaknya sama sekali . Sementara Marwan bin Muhammad al-Tahiri pula dia tergolong dalam kumpulan yang sesat Marhabah. Ibn Hazm dan al-Dhahabi telah membuktikan bahawa dia adalah penyampai Hadis yang tidak boleh dipercayai.

Begitu juga Abdullah bin Lahi‘ah telah juga ditolak oleh ulama dan pengulas terkenal.

Maka apabila rantaian penyampai Hadis berkeadaan begitu tercela yang mana ulama kamu sediri menolaknya, Hadis i tu telah hilang nilainya.

Ketiga, pada asas Hadis itu sendiri , yang mana ulama kamu telah sampaikan dari Abdullah bin Mas‘ud, tiada siapa bersama Nabi pada Lailah al-Jin . Abu Dawud di dalam Sunan , pada bab Wuduk dan al-

439

Page 440: Sect Comparative In Peshwar Night

Tirmidhi di dalam Sahih , mengatakan dari ‘Alqamah bahawa Abdullah bin Mas‘ud telah ditanya, ‘siapa di antara kamu bersama dengan Nabi pada Lailatul Jin?’ Dia berkata, ‘Tidak ada sesiapa dari kami yang bersama dengannya.’

Keempat, Lailatul jin berlaku di Mekah sebelum hijrah, sedang semua pengulas mengatakan bahawa ayat tayammum telah diwahyukan di Madinah. Maka ini dengan sendirinya membatalkan arahan yang terdahulu. Atas sebab ini maka ahli fiqh kamu seperti Imam al-Shafii, Imam Malik dan yang lainnya mengistiharkan sebagai haram.

Aneh sungguh bahawa Sheikh mengutarakan Hadis yang lemah untuk mengesahkan, bertentangan dengan al-Quran dan cuba membuktikan kenyataan Abu Hanifah sebagai betul.

MEMBASUH KAKI DI DALAM WUDUK ADALAH BERTENTANGAN DENGAN ARAHAN AL-QURAN

Selain dari menerima perundangan wuduk yang dinyatakan di atas, selepas membasuh muka dan tangan, sebahagian kepala dan kaki sampai ke buku lali hendaklah di sapu. Ayat al-Quran dengan jelas mengatakan, ‘Dan sapulah sebahagian dari kepala dan sebahagian dari kaki hingga ke buku lali .’ Tetapi semua ahli fiqh kamu menekankan bahawa kaki hendaklah dibasuh, bertentangan dengan arahan al-Quran. Terdapat perbezaan di antara basuh dan sapu.

Sheikh: Terdapat beberapa Hadis yang menunjukan bahawa kaki dibasuh.

Shrazi: Pertama, hanya Hadis yang selaras dengan al-Quran sahaja diterima.

Yang pasti , membatalkan ayat al-Quran yang jelas dengan penyampai solo [riwayat seorang] Hadis tidak boleh diterima. Ayat yang suci itu dengan jelas mengarahkan sapu bukan basuh pada kaki. Jika kamu fikirkan dengan lebih telit i kamu akan dapati bahawa keseluruhan ayat membawa kepada tujuan yang sama. Ia bermula dengan arahan ‘Basuh muka dan tangan’ Kata penghubung ‘dan’ menunjukkan bahawa selepas membasuh muka, kita juga hendaklah membasuh tangan. Begitu juga, di dalam arahan yang kedua: ‘dan sapulah sebahagian kepala dan sebahagian kaki,’ sapu kepala dan sapu kaki telah disambung oleh penghubung kata ‘dan’ Ini dengan jelas menunjukkan selepas menyapu kepala, kaki hendaklah juga disapu. Tidak perlulah diterangkan bahawa basuh tidak boleh digantikan dengan sapu. Maka samalah seperti membasuh muka dan tangan adalah perlu [wajib], sapu kepala dan kaki juga wajib. Tidak boleh diterima satu sapu dan satu lagi basuh. Jika tidak, kata penghubung 'dan’ tidak mempunyai sebarang erti.

Lebih-lebih lagi, selain dari maksud yang jelas, perundangan Islam tidak mengandungi arahan yang kasar dan keras. Membasuh kaki lebih

440

Page 441: Sect Comparative In Peshwar Night

rumit dari menyapunya. Arahan agama bertujuan untuk membuat perbuatan wuduk mudah, sebagaimana bunyi ayat yang mengatakannya.

Imam Fakhruddin al-Razi, pentafsir Sunni yang terkenal, telah membuat huraian secara mendalam mengenai WAJIBNYA pada menyapu kaki di dalam berwuduk. Kamu akan mendapat faedah dengan mempelajarinya.

MENYAPU DI ATAS SETOKIN MELANGGAR ARAHAN YANG JELAS AL-QURAN

Bahkan lebih pelik dari membasuh adalah menyapu pada setokin. Terdapat perbezaan di antara ahli fiqh Sunni, sama ada ia boleh dilakukan pada masa perjalanan atau di rumah. Arahan ini bertentangan dengan apa yang dinyatakan oleh al-Quran bahawa kita hendaklah menyapu kaki dan bukannya setokin. Arahan ini juga menentang pada arahan yang lalu, iaitu basuh kaki. Jika menyapu kaki haram, mengapa menyapu pada setokin dibolehkan?

Sheikh: Terdapat banyak Hadis yang menunjukkan bahawa Nabi menyapu setokin. Dengan sebab itu ahli fiqh menganggapnya sebagai bukti sahnya dilakukan begitu.

Shirazi: Saya telah berulang kali mengatakan bahawa, menurut dari perintah Nabi, Hadis yang dikatakan datang dari dirinya yang tidak selaras dengan al-Quran hendaklah ditolak sama sekali. Pemalsu dan pemain politik telah memalsukan banyak Hadis. Dengan sebab itu ulama kamu yang terkenal telah menolak Hadis tersebut.

Selain dari fakta bahawa Hadis ini bertentangan dengan arahan al-Quran yang terang, ia juga bertentangan sesamanya. Ulama terkenal kamu telah menerima fakta ini . Sebagai contoh, yang agung, Ibn Rusyd al-Andalusi, di dalam Bidayah al-Mujtahid wa Nihayat al-Muqtasid , jil id I, ms 15 dan 16, mengatakan mengenai perbezaan ini, ‘Sebab mengapa ia berbeza adalah laporan mengenainya bertentangan sesama sendiri.’ Pada tempat yang lain dia berkata, ‘Sebab mengapa ia berbeza adalah laporan mengenainya tidak selaras.’

(pertama dikatakan basuh, tidak boleh sapu; kemudian dibolehkan sapu tetapi di atas setokin; tidakkah ini bertentangan)

Maka untuk mengasaskan hujah pada kenyataan yang dengan sendirinya bertentangan dan dengan jelas juga menentang arahan al-Quran adalah tidak logik. Kamu tahu bahawa di antara Hadis yang bertentangan sesama sendiri, hanyalah Hadis yang selaras dengan al-Quran sahaja yang diterima. Jika mana-mana Hadis menentang al-Quran ia hendaklah ditolak terus.

MENYAPU DI ATAS SERBAN ADALAH MENENTANG ARAHAN AL-QURAN

441

Page 442: Sect Comparative In Peshwar Night

Ayat itu dengan jelas mengatakan, ‘Dan sapu sebahagian kepala’ [setelah basuh muka dan tangan]. Berdasarkan kepada perintah al-Quran, ahli fiqh Syiah, mengikut Imam mereka, menekankan bahawa kepala i tu sendiri yang hendak disapu ketika melakukan wuduk. Ahli fiqh Shafii , Maliki dan Hanafi juga bersetuju. Tetapi Imam Ahmad bin Hanbal, Ishaq, al-Thawri, dan al-Awza‘i telah berkata bahawa menyapu serban adalah dibolehkan. Ini telah disampaikan oleh Imam Fakhruddin al-Razi di dalam Tafsir al-Kabir . Semua manusia yang waras tahu sapu serban dan sapu kepala adalah berbeza.

SYIAH SAHAJA YANG DIPERSALAHKAN DI ATAS SEGALA PERBEZAAN

Terdapat perbezaan yang lebih serius diantara ahli fiqh kamu dari empat mazhab. Walaupun kebanyakan darinya dengan jelas tidak selaras dengan perintah al-Quran, kamu tidak mencari kesalahan yang lain. Setiap mereka boleh berpegang pada pandangan masing-masing.

Kamu tidak mengelar Abu Hanifah dan pengikutnya Hanafi sebagai musyirik, apabila mereka membolehkan wuduk dilakukan dengan Nabiz, tidak juga kamu kutuk perundangan yang diciptakan sendiri yang bertentangan al-Quran. Tetapi kamu membantah Syiah, yang mengikut keturunan Nabi. Bahkan kamu mengelar pengikut keturunan yang paling mulia ini sebagai Rafidi dan musyirik. Kamu telah berulangkali mengatakan pada malam yang lalu amalan Syiah membuktikan mereka adalah kafir.

Kamu bertanya mengapa kami tidak mendirikan salat seperti muslim lain. Kami mendirikan salat yang sama seperti kamu dan muslim lain lakukan: Dua rakaat Subuh, empat rakaat Zuhur, empat rakaat Asar, tiga rakaat Maghrib dan empat rakaat Isyak.

Kepada perbezaan pada perkara amalan terdapat dengan banyaknya di antara semua golongan di dalam Islam. Sebagai contoh, terdapat perbezaan yang jelas diantara Abul Hasan al-Asy‘ari dan Wasil bin Ata’ di dalam pokok dan perkara amalan. Juga keempat Imam kamu (Abu Hanifah, Malik, al-Shafii, and Ahmad bin Hanbal) dan ahli fiqh agung yang lain seperti al-Hasan, Abu Dawud, Ibn Kathir, Abu Thawr, al-Awza‘i, Sufyan al-Thawri, al-Hasan al-Basri dan Qasim bin Salam, dan sebagainya mempunyai perbezaan di kalangan sesama mereka. Dengan cara yang sama, arahan dari Imam yang suci dan Ahli Bayt berbeza dengan ahli fiqh kamu. Jika penterjemahan ahli fiqh dan perbezaan pendapat boleh dikritik, mengapa kritikan yang serupa tidak boleh dilakukan kepada mazhab yang berbeza di kalangan sesama Sunni?

MENURUT ULAMA SUNNI SUJUD PADA NAJIS DAN KOTORAN YANG KERING DIBOLEHKAN

442

Page 443: Sect Comparative In Peshwar Night

Ramai ulama Sunni menerima pentafsiran perundangan yang bertentangan dengan arahan yang jelas dari al-Quran, dan bahkan mereka berikan tafsiran yang lemah pada perundangan yang jelas. Ahli perundangan kami berikan pendapat yang sebaliknya. Kamu masih tidak mengatakan amalan mereka sebagai kafir. Tetapi pada amalan kami mengenai sujud, kamu melaungkan bantahan, dengan mengatakan Syiah menyembah berhala, sedang kamu abaikan kenyataan ulama kamu bahawa sujud pada najis yang kering dibolehkan.

SUJUD PADA ALAS LANTAI SELAIN DARI BUMI ADALAH MENYALAHI ARAHAN AL-QURAN

Keputusan dari ahli fiqh Syiah, mengikuti Imam yang suci, adalah dengan jelas mematuhi arahan al-Quran. Sebagai contoh, ulama kamu menganggap bulu, kapas, sutera dan alas lantai yang lain sama dengan bumi. Tetapi dengan jelas benda itu bukan bumi. Tetapi Syiah, di dalam mematuhi Imam mereka dari Ahli Bayt Nabi yang berkata, ‘ Sujud adalah haram di atas yang lain, selain bumi atau apa-apa yang tumbuh dari bumi dan tidak digunakan untuk makan atau pakai.’ Atas sebab ini kamu katakan mereka kafir. Sebaliknya kamu tidak mengatakan sujud pada najis kering sebagai kafir. Dan amat jelas sujud pada bumi [sebagaimana diarahkan oleh Allah] dan sujud pada alas lantai adalah berbeza.

Sheikh: Kamu melakukan sujud pada sekeping tanah yang diambil dari Karbala. Kamu menyimpan tanah kecil itu. Ia adalah serupa berhala, dan kamu menganggap sujud di atasnya wajib. Yang pastinya amalan yang sedemikian adalah bertentangan dengan amalan muslim lainnya.

Shirazi: Telah menjadi tabiat kamu yang kedua mengikuti mereka yang terdahulu dengan secara buta tuli , walaupun ia t idak sesuai bagi manusia yang adil seperti kamu untuk mengatakan tanah suci dari Karbala adalah seperti berhala.

Tuan yang dihormati! Kritikan terhadap mana-mana kepercayaan hendaklah berdasarkan pada pembuktian. Jika kamu merujuk pada buku-buku perundangan agama Syiah, kamu akan memperoleh jawapan dari krit ikan kamu, dan kamu tidak akan diselewengkan oleh saudara Sunni dengan bantahan palsu.

SYIAH TIDAK MENGANGGAP SUJUD PADA TANAH KARBALA SEBAGAI WAJIB

Jika kamu boleh menunjukkan kepada kami satu ulasan Hadis atau kenyataan yang menunjukkan sujud pada tanah Karbala adalah wajib, kami akan terima semua kenyataan kamu sebagai betul. Yang sebenarnya, di dalam semua buku amalan agama kami, terdapat petunjuk yang jelas, menurut pada arahan al-Quran, sujud hendaklah dilakukan pada bumi yang bersih. Ini termasuk tanah, batu, pasir, rumput, pastikan ia bukan mineral. Lebih lagi sujud boleh dilakukan

443

Page 444: Sect Comparative In Peshwar Night

pada benda yang tumbuh dari bumi, melainkan ia t idak digunakan sebagai makanan atau pakaian.

Sheikh: Jadi mengapa kamu sentiasa menyimpan seketul tanah dari Karbala bersama kamu dan melakukan sujud di atasnya pada waktu salat?

SYIAH MENYIMPAN SEKEPING TANAH UNTUK SUJUD DIWAKTU SALAT

Shirazi: Sujud pada bumi yang bersih adalah wajib. Salat wajib biasanya dilakukan di dalam rumah yang telah dihiasi dengan perabot dan karpet. Walaupun jika karpet dialihkan, simen dibawahnya mengandung bahan galian yang mana sujud di atasnya t idak dibolehkan.

Sheikh: Apa yang kami nampak adalah semua Syiah mempunyai sekeping tanah dari karbala dan menganggap sujud di atasnya sebagai wajib.

MENGAPA KAMI SUJUD DI ATAS TANAH KARBALA

Shirazi: Adalah benar kami sujud di atas tanah karbala, tetapi kami tidak menganggapnya sebagai wajib. Menurut arahan yang terdapat di dalam buku kami, kami menganggap sujud perlu pada bumi yang bersih. Bagaimanapun menurut Ahli Bayt, sujud pada tanah Karbala yang suci adalah digalakkan.

Adalah amat sedih sebahagian menusia secara keji mengatakan Syiah menyembah Husain. Mereka menyokong pandangan tersebut dengan mununjukkan bahawa Syiah sujud pada tanah Karbala. Yang sebenarnya kami t idak pernah menyembah Husain, Ali atau Muhammad. Kami menyembah Allah, dan dengan mengikut perintah Allah kami sujud pada bumi yang bersih. Sujud kami bukan untuk Husain. Tetapi mengikut dari arahan Imam yang maksum dari keturunan Nabi, sujud pada tanah suci Karbala mendapat ganjaran yang lebih, tetapi ia bukanlah wajib.

Sheikh: Bagaimana kamu boleh mengatakan tanah Karbala mempunyai kualiti berbeza yang mana ia mendapat keutamaan dari tanah yang lain.

CIRI-CIRI TANAH KARBALA

Shirazi : Pertama, fakta sebenar bahawa lain kawasan mempunyai ciri-ciri tanah yang berlainan. Setiap bahagian bumi mempunyai kualit inya yang tersendiri yang hanya diketahui oleh pakar tanah. Bukan ahli tidak tahu perkara ini .

Kedua, ciri utama tanah Karbala telah diketahui sebelum masa para Imam. Ia adalah satu objek yang menarik perhatian pada masa hayat

444

Page 445: Sect Comparative In Peshwar Night

Nabi lagi, sebagaimana telah dirakamkan di dalam buku Sahih ulama kamu.

Di dalam Khasa’is al-Kubra , oleh Jalaluddin al-Suyuti , beberapa Hadis dari Ummu al-Mukminin Ummi Salmah, Ummu al-Mukminin Aisyah, Ummu al-Fadl, Ibn Abbas, dan Anas bin Malik dan sebagainya mengenai tanah Karbala telah disampaikan oleh ulama dan juga penyampai kamu yang terkenal dan dipercayai, seperti Abu Nu‘aim al-Isfahani, al-Baihaqi, dan al-Hakim.

Satu laporan mengatakan: Saya melihat Husain dipangkuan Nabi, datuknya, yang mempunyai sekeping tanah merah ditangannya. Nabi sedang mencium tanah itu dan menangis. Saya tanyakan apakah tanah itu. Nabi berkata: Jibril telah memberitahu saya bahawa anak saya, Husain ini akan dibunuh di Iraq. Dia telah bawakan tanah ini padaku dari tempatnya. Saya sedang tangisi penderitaan yang akan ditanggong oleh Husain

Kemudian Nabi menyerahkan tanah itu kepada Ummu Salmah dan berkata kepadanya, ‘Apabila kamu lihat tanah ini bertukar menjadi darah, kamu tahu bahawa Husain saya ini telah dibunuh.’

Ummu Salamah menyimpan tanah itu di dalam botol dan selalu melihat padanya, sehingga pada hari Ashura, tahun 61 Hijrah, ia telah bertukar menjadi darah. Maka tahulah dia bahawa Husain bin Ali telah syahid.

Telah dirakamkan oleh ulama kamu dan juga Syiah bahawa Nabi dan para Imam memberikan pandangan yang khusus pada tanah Karbala. Setelah syahidnya Imam Husain, Imam Sayyid al-Sajidin Zain al-Abidin Ali Bin Husain menggambil sebahagiannya, dan mengistiharkan ia adalah tanah yang suci, dan menyimpannya di dalam bag. Imam yang suci melakukan sujud padanya dan membuat tasbih darinya dan menyebut nama Allah dengannya.

Selepas beliau, semua Imam yang berikutnya menganggap tanah Karbala sebagai suci dan membuat tasbih darinya dan kepingan kecil untuk sujud di atasnya. Mereka mempelawa Syiah untuk sujud padanya, dengan kefahaman bahawa ia bukanlah wajib, tetapi dengan pandangan untuk mendapat ganjaran yang lebih. Imam yang suci menekankan bahawa sujud kepada Allah hanyalah di atas tanah yang suci, dan lebih digalakkan jika ia tanah Karbala.

Seorang ulama, Abu Ja‘afar Muhammad bin Hasan al-Tusi, mengatakan di dalam Misbah al-Mutahajjid bahawa Imam Ja‘afar al-Sadiq menyimpan sekeping tanah dari pusara Imam Husain di dalam kain kuning yang dibukanya pada waktu salat dan melakukan sujud di atasnya.

Syiah telah sekian lama menyimpan tanah ini bersama mereka. Kemudian ditakuti ia akan bertaburan telah menjadikannya dalam

445

Page 446: Sect Comparative In Peshwar Night

bentuk kepingan, yang dipanggil kini sebagai Mohr . Kami menganggap ia adalah tanah yang suci, maka waktu salat kami sujud di atasnya tetapi bukanlah sebagai amalan yang wajib. Jika t idak mempunyai tanah yang suci bersama kami, kami sujud di atas tanah yang bersih, atau batu yang bersih. Dengan cara ini amalan yang wajib telah dilaksanakan.

Kami amat terperanjat pada tabiat ulama kamu, yang tidak mencari kesalahan pada keputusan yang dibuat dari empat mazhab perundangan. Iaitu, jika Imam A‘zam berkata, jika tidak ada air, wuduk hendaklah dilakukan dengan Nabiz, al-Shafii , Maliki dan Hanbali tidak membantah. Jika Imam Ahmad bin Hanbal percaya bahawa Allah dapat dilihat dan dibolehkan untuk menyapu air pada serban ketika berwuduk, ulama dari mazhab yang lain tidak mengkritiknya. Begitu juga mereka tidak mengutuk keputusan perundangan unik yang lain, seperti menyatakan perkahwinan kanak-kanak lelaki yang di dalam perjalanan, sujud di atas najis [tahi] yang kering atau benda najis yang lain atau menyetubuhi ibu dengan menggunakan sarongan kain.

Tetapi apabila kami katakan bahawa keturunan Nabi telah mengatakan sujud pada tanah Karbala adalah lebih baik, kamu menjerit mengatakan Syiah adalah kafir.

UMUR YANG TUA BUKANLAH KRITERIA UNTUK KHALIFAH

Sekarang saya akan menjawab maksud kamu, yang mengatakan umur yang lebih dan Ijmak. Kamu katakan, kerana umur Abu Bakar berhak pada keutamaan. Walaupun setelah 10 malam saya telah patahkan hujah kamu mengenai Ijmak dan keutamaan pada umur, kamu masih menimbulkannya lagi seolah-olah ia t idak pernah diperkatakan. Walau bagaimana saya tidak akan meninggalkannya tanpa dijawab.

ALI DILANTIK UNTUK MENYAMPAIKAN SURAH BARA’AH

Kamu telah berhujah bahawa Abu Bakar berhak keutamaan kerana umur dan tajam polit iknya. Tetapi bagaimana sebahagian manusia boleh berpendirian bahawa untuk tujuan yang mulia dan berkebajikan adalah perlu pada orang yang tua dan tajam polit iknya, tetapi Allah dan Nabi tidak memahami perkara ini . Untuk menyampaikan 40 ayat pertama dari Surah al-Bara’ah kepada manusia, Nabi memberhentikan Abu Bakar dan menghantar Ali yang muda mengantikan tempatnya.

Nawab: Tuan yang dihormati! Tolong jangan tinggalkan maksud perkara ini dalam keadaan yang kurang jelas. Berilah kami tahu atas sebab apa Abu Bakar ditolak dan Ali dilantik pada tempatnya. Apabila saya tanyakan mereka ini [menunjuk pada para ulama] mengenainya, mereka berikan jawapan yang tidak jelas, dengan mengatakan perkataan itu t idak mustahak. Harap tolong jelaskan perkara itu.

446

Page 447: Sect Comparative In Peshwar Night

Shirazi: Ummah muslim, termasuk ulama dan ahli sejarah dari kedua golongan [Syiah dan Sunni] mengesahkan fakta bahawa pada permulaan Surah al-Bara’ah diwahyukan, pada mengutuk penyembah berhala, Nabi memanggil Abu Bakar dan berikan kepadanya ayat-ayat itu, mengarahkannya untuk membawanya ke Mekah dan membacakannya kepada menusia di Mekah pada masa musim haji.

Abu Bakar baru sahaja memulakan perjalanan apabila Jibril hadir dan berkata: ‘Nabi Allah! Allah sampaikan kesejahteraan-Nya kepada kamu dan berkata bahawa perkara berkaitan al-Quran hendaklah disampaikan oleh Nabi sendiri atau oleh seseorang yang darinya.’

Dengan sebab itu, Nabi memanggil Ali dan berkata kepadanya: ‘Susuli Abu Bakar dan ambil ayat al-Bara’ah darinya dan bacakannya kepada penyembah berhala di Mekah.’

Ali terus berangkat. Dia bertemu dengan Abu Bakar di Zulhalifah dan menyampaikan pengkhabaran Nabi. Dia mengambil ayat itu dari Abu Bakar dan ketika sampai di Mekah, membacakannya dalam perhimpunan manusia.

Nawab: Adakah kejadian ini dirakamkan di dalam buku Sahih kami?

Shirazi: Saya baru sahaja katakan bahawa seluruh ummah sebulat suara pada maksud ini. Saya akan berikan sebahagian rujukan supaya apabila kamu memikirkan perkara ini , kamu akan tahu bahawa ini adalah satu kejadian yang sangat bererti.

Berikut ini adalah penulis terkenal yang telah merakamkan perkara ini dalam buku mereka dan secara umum telah mengesahkan kebenarannya.

Al-Bukhari dalam Sahih , bahagian IV dan V; Abdari di dalam al-Jam‘ baina al-Sihah al-Sit tah , bahagian II; al-Baihaqi di dalam Sunan , ms 9 dan 224; al-Tirmidhi di dalam Jami‘ al-Sahih , j ilid II, ms 135; Abu Dawud di dalam Sunan ; al-Khawarizmi di dalam Manaqib ; al-Shawkani di dalam Tafsir , j ilid II, ms 319; Ibn Maghazili Faqih al-Shafi’i dalam Fada’il ; Muhammad bin Talhah al-Shafii di dalam Matalib al-Su’ul , ms 17; Sheikh Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam Yanabi’ al-Mawaddah , bab 18; Muhibuddin al-Tabari di dalam Riyad al-Nadrah , ms 147 dan Dhakha’ir al-Uqba , ms 69; Sibt Ibn al-Jawzi di dalam Tadhkirah Khawas al-Ummah , ms 22, Imam Abdul Rahman al-Nasa’i (seorang dari para Imam Sihah al-Sit tah ) di dalam Khasa’is al-Alawi , ms 14 (telah menyampaikan enam Hadis bagi tujuan maksud ini ); Ibn Kathir di dalam Tarikh , jil id V, ms 38 dan ji lid VII, ms 357; Ibn Hajar al-‘Asqalani di dalam al-Isabah , j ilid II, ms 509; Jalaluddin al-Suyuti di dalam Durru al-Manthur , j ilid III, ms 208 (di dalam tafsiran pada ayat pertama surah al-Bara’ah); al-Tabari di dalam Jami‘ sl-Bayan , jil id X, ms 41, (di dalam ulasan surah al-Bara’ah); Imam al-Tha‘labi di dalam Tafsir Kasyf al-Bayan ; Ibn Kathir di dalam Tafsir , jild II, ms 333; al-Alusi di dalam Ruh al-Ma’ani , j ilid III, ms 268; yang fanatik

447

Page 448: Sect Comparative In Peshwar Night

Ibn Hajar al-Makki di dalam Sawa‘iq al-Muhriqah , ms.19; al-Haithami di dalam Majma’ al-Zawa’id , jil id VII, ms 29; Muhammad bin Kanji al-Syafii di dalam Kifayah al-Talib , ms 125, bab 62 (menyampaikan dari Abi Bakar dan Hafiz Abi Nu‘aim dan dari Musnad oleh Hafiz Dimasyqi sebagaimana disampaikan oleh Abi Nu‘aim di dalam cara yang lain); Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad , j ilid I, ms 3 dan 151, ji lid III, ms 283, dan ji lid IV, ms 164-165; al-Hakim di dalam al-Mustadrak , jil id II, Kitab Maghazi, ms 51 dan di dalam jilid II pada buku yang sama, ms 331; Mulla Ali Muttaqi di dalam Kanz al-‘Ummal , j ilid I, ms 246 sampai 249 dan Fada’il Ali jil id VI, ms 154.

SEBAB PADA PERLANTIKKAN ALI

Sayyid Abdul Hayy: Mengapa Nabi, yang tindakannya adalah dari Allah, t idak memberikan kepada Ali dari mula lagi?

Shirazi: Oleh kerana tidak ada sebab pada fakta itu telah dirakamkan, kami tidak tahu. Tetapi pada pendapat saya adalah, petukaran tersebut bertujuan untuk menunjukkan betapa utamanya Ali. Jika umur Abu Bakar dan kebolehannya di dalam politik telah membuktikan keutamaannya, dia t idak akan dipanggil balik dari misi tersebut. Tetapi fakta telah menunjukkan bahawa untuk menyampaikan pengkhabaran Nabi adalah kerja Nabi atau Khalifahnya.

IKUT BERSAMA MELAPORKAN DENGAN ABU BAKAR

Sayyid: Menurut dari sebahagian laporan, Abu Hurairah berkata bahawa Ali telah diarahkan untuk pergi ke Mekah bersama dengan Abu Bakar untuk mengajar manusia cara mengerjakan haji. Ali yang akan membacakan ayat al-Bara’ah kepada manusia. Menyampaikan pengkhabaran Nabi dengan cara ini menunjukkan mereka pada kedudukan yang sama.

Shirazi: Pertama itu adalah laporan palsu yang disampaikan oleh pengikut Abu Bakar. Yang lain tidak ada yang menyampaikannya. Kedua, seluruh ummah bersetuju bahawa Abu Bakar dipanggil balik dan digantikkan dengan Ali. Fakta ini telah disampaikan secara turutan di dalam buku Sahih dari kedua golongan.

Pastinya, Ijmak dari seluruh ummah lebih kita patut bergantung daripada yang kerap disampaikan, dan Hadis yang sahih. Jika terdapat berlainan langsung dari Hadis yang sahih, kita hendaklah menolaknya. Pandangan ini dipersetujui oleh mereka yang berprinsip dan juga ahli penyampai Hadis. Perlantikkan Ali, kepulangan Abu Bakar adalah suatu keadaan yang memilukan, Nabi menenteramkannya dan memuaskannya dengan menyatakan itu adalah kehendak Allah – ini semua adalah fakta yang diperakui umum.

BUKTI LAIN YANG MENUNJUKKAN UMUR BUKANLAH KRITERIA UNTUK KHALIFAH

448

Page 449: Sect Comparative In Peshwar Night

Terdapat satu lagi bukti bahawa hak dan keutamaan tidak ada kaitan dengan umur. Hak pada keutamaan didapati dari kebijaksanaan dan wara’. Sesiapa yang utama di dalam pengetahuan dan wara berhak pada keutamaan. Nabi berkata, ‘Semua manusia adalah mati, tetapi manusia belajar adalah yang hidup.’

Dengan sebab itu Nabi memberikan Ali tempat pertama di antara para sahabat dan berkata, ‘Ali adalah pintu pengetahuan.’ Dengan itu pintu pengetahuan Nabi pastinya jauh melebihi dari yang lain.

Yang pastinya para Sahabat Nabi yang lain, yang tinggal kekal taat kepadanya adalah semuanya mulia. Kami tidak pernah menafikan kemuliaan para sahabat, tetapi kemuliaan mereka tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan pintu pengetahuan Nabi.

NABI MENGHANTAR ALI KE YAMAN

Ulama kamu telah menulis dengan mendalam mengenai Ali yang dihantar ke Yaman untuk memberikan petunjuk kepada manusia.

Imam Abdul Rahman al-Nasa’i telah merakamkan enam Hadis mengenai maksud ini di dalam bukunya Khasa’is al-Alawi . Juga Abu al-Qasim Husain bin Muhammad al-Raghib al-Isfahani, di dalam Mahadhirat al-Udaba’ , jil id II, ms 212 dan lainnya, telah mengatakan bahawa apabila Nabi menghantar Ali ke Yaman, Ali merayu bahawa dia masih muda dan merasa keberatan di tempatkan pada kedudukan di atas mereka yang lebih berumur dari suku kaum semua. Nabi menjawab: ‘Pasti Allah akan memandu hati kamu dan memberikan kekuatan pada lidah kamu.’

Jika umur adalah keperluan untuk keutamaan, mengapa Nabi dengan terdapat ramainya para sahabat terkemuka yang lebih tua seperti Abu Bakar, telah menghantar Ali ke Yaman untuk memandu manusia di sana?

SELEPAS NABI ALI ADALAH PETUNJUK BAGI UMMAH

Ditujukan kepada Nabi Muhammad, Allah berkata di dalam al-Quran:

Sesungguhnya engkau (Wahai Muhammad) hanyalah seorang Rasul pemberi amaran (kepada orang-orang yang ingkar), dan tiap-tiap umat (yang telah lalu) ada Penunjuk yang memimpin ke jalan yang benar. [Surah al-Ra‘du 13: 7]

Imam al-Tha‘labi, di dalam Tafsir al-Kasyf al-Bayan ; Muhammad bin Jarir al-Tabari di dalam Tafsir ; Muhammad bin Yusuf Kanji al-Syafii, di dalam Kifayah al-Talib , bab 62, dari Tarikh Ibn Asakir ; Sheikh Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam Yanabi’ al-Mawaddah pada penghujung bab 26 dari al-Tha‘labi, al-Hamawaini, Hakim, Abu al-Qasim Haskani, Ibn Sabbagh al-Maliki, Mir Sayyid Ali al-Hamdani dan

449

Page 450: Sect Comparative In Peshwar Night

Manaqib oleh al-Khawarizmi, mengatakan dari pengesahan Ibn Abbas, Amirul Mu’minin dan Abu Buraid al-Aslami di dalam lain perkataan, telah menyampaikan 11 Hadis yang maksud utamanya adalah, apabila ayat di atas telah diwahyukan, Nabi meletakkan tangannya di dada seraya berkata, ‘Saya adalah yang memberikan peringatan.’ Kemudian meletakkan tangannya pada dada Ali, dia berkata, ‘Selepas saya kamu adalah petunjuk bagi ummah. Mereka yang mendapat pimpinan dari kamu adalah yang terpimpin.’

KONSPIRASI PIHAK MUSUH

Kamu juga mengatakan bahawa walaupun selepas 25 tahun, apabila dia menjadi Khalifah, disebabkan oleh kurang pengalaman di dalam politik bahawa kekacauan dan pertumpahan darah berlaku. Saya tidak begitu pasti apa yang kamu maksudkan dengan polit ik. Jika politik bererti penipuan, berkomplot dan mencampuradukkan yang benar dengan yang salah [sebagaimana yang dilakukan oleh manusia di dalam setiap zaman untuk mendapatkan kuasa] saya mengakui Ali boleh dikeluarkan dari polit ik yang sedemikian. Kepada saya politik bererti keadilan dan melaksanakan hak bagi yang berkuasa.

ALI BENCI PADA POLITIK YANG KEJI

Ali yang mana telah dipenuhi dengan keadilan, telah menjauhkan dirinya dari politik yang keji . Sebagaimana yang saya katakan dahulu apabila Amiul Mukminin menduduki jawatan Khalifah, dia serta merta menggantikan semua pegawai yang terdahulu. Abdullah Ibn Abbas [sepupunya] dan juga yang lain berkata: ‘Adalah lebih baik j ika kamu menangguhkan arahan itu untuk beberapa hari, supaya pegawai dan gabenor bagi daerah menerima keKhalifahan kamu. Kemudian bolehlah kamu menggantikan mereka.’

Imam yang suci berkata: ‘Kamu telah memberikan kepada saya nasihat mengenai polit ik dalam perkara ini. Tetapi kamu tidak faham jika saya ikut dengan apa yang kamu katakan ‘politk’ dan membenarkan pemimpin yang kejam pada tempatnya, walaupun hanya untuk waktu yang singkat, saya akan dipertanggong jawabkan oleh Allah pada jangka waktu tersebut. Pada masa disoal, saya kena bertanggong jawab untuk i tu. Ini t idak boleh didapati dari Ali.’

Di dalam usaha mengembalikan keadilan Ali serta merta menggantikan pemerintah yang zalim. Tindakan ini telah membawa kepada penentangan Muawiyah, Talhah, al-Zubair dan lainnya yang mengadakan pemberontakan dan menyebabkan kekacauan dan pertumpahan darah di dalam negara.

Tuan yang dihormati, kamu telah tersalah faham kepada isu sebenar. Oleh kerana kamu tidak menyelidiki perkara sebenar, kamu telah dipesongkan oleh propaganda yang mengatakan bahawa pemberontakan pada masa Khalifah Ali adalah disebabkan kurang pengetahuannya di

450

Page 451: Sect Comparative In Peshwar Night

dalam politik. Sebenarnya terdapat faktor lain dalam dalam peristiwa itu.

PEMBERONTAKKAN PADA MASA KHALIFAH AMIRUL MUKMININ DISEBABKAN PERMUSUHAN TERHADAP DIRINYA

Pertama, selama 25 tahun manusia telah digalakkan menentang Ali. Dengan itu telah terdapat kesukaran bagi mereka menerima Wazirnya atau Khalifahnya atau mengakui kedudukan kemuliaannya yang tinggi. Sebagai contoh terhadap penentangan ini ialah apa yang berlaku pada hari pertama Khalifahnya. Seorang kenamaan memasuki pintu masjid dan melihat Imam di atas mimbar, telah melaungkan, ‘Semoga mata itu menjadi buta yang melihat Ali di atas mimbar selain dari Umar!’

Kedua, tidak mungkin bagi manusia [mencintai] dunia untuk menerima keadilan Ali, terutama mereka yang telah terl ibat di dalam kebebasan melakukan apa sahaja pada masa pemerintahan Uthman. Maka mereka bangun menentangnya, supaya seseorang yang boleh memuaskan kehendak mereka mendapat kekuasaan. Kemahuan mereka telah terpenuhi pada masa Khalifah Muawiyah. Dengan sebab itu, Talhah dan al-Zubair yang pada mulanya memberikan baiah kepada Ali, tetapi apabila pemintaan mereka untuk memperoleh kuasa telah ditolak, mereka memutuskan baiah dan secara terang menentang Imam di dalam peperangan unta.

AISYAH YANG BERTANGGONG JAWAB SEPENUHNYA TERHADAP PEMBERONTAKAN MENENTANG ALI

Ketiga, sejarah telah memberitahu kita siapa penghasut sebenar yang menyebabkan kekacauan berlaku dari permulaan Khalifah. Adakah dia selain dari Ummul Mukminin Aisyah? Tidakkah Aisyah yang, menurut kenyataan Hadis dari kedua golongan Sunni dan Syiah, menunggang unta [menentang perintah Allah dan Nabi, supaya tinggal di dalam rumah] sampai ke Basrah dan menghasut kepada peperangan yang besar?

Kamu mengatakan bahawa peperangan yang membawa padah kepada kedua-dua pihak adalah disebabkan oleh kurang pengalaman politik. Itu adalah kenyataan yang benar-benar telah terpesong. Jika Aisyah tidak memberontak menentang Ali tiada siapa yang berani bangun menentang Ali, lagi pun Nabi telah berkata : “Menentang Ali adalah sama seperti menentang saya’’. Aisyah menghasut manusia menentang Ali.

ALI DI DALAM PEPERANGAN JAMAL, SIFFIN DAN NAHRWAN SEUMPAMA PEPERANGAN NABI MENENTANG KAFIR

Peperangan Ali menentang musuh dan hipokrit di Basrah, Siffin dan Nahrwan adalah umpama peperangan Nabi menentang orang kafir.

451

Page 452: Sect Comparative In Peshwar Night

Sheikh: Bagaimana peperangan menentang muslim sama seperti peperngan dengan orang kafir?

Shirazi: Ulama kamu yang terkenal, seperti Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad ; Sibt Ibn al-Jawzi di dalam Tadhkirah ; Sulayman Balkhi di dalam Yanabi‘ al-Mawaddah ; Imam Abdul Rahman al-Nasa’i di dalam Khasa’is al-Alawi ; Muhammad bin Talhah al-Shafii di dalam Matalib al-Su’ul ; Muhammad bin Talhah Kanji al-Syafii di dalam Kifayah al-Talib , bab 37, dan Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , j ilid I, ms 67, telah mengatakan bahawa Nabi meramalkan peperangan Ali menentang ‘Nakithin’ ‘Qasitin’ dan ‘Mariqin’ di antara mereka yang mana ‘Nakisin’ bererti Talhah, al-Zubair dan sahabat mereka; ‘Qasitin’ bererti Muawiyah dan pengikutnya; dan ‘Mariqin’ bererti Khariji [puak Khawarij] dari Nahrwan. Kesemua mereka adalah pemberontak yang pembunuhan terhadap mereka dibolehkan dan Nabi arahkan hukuman yang sama untuk mereka apabila baginda meramalkan peperangan tersebut.

Muhammad bin Yusuf Kanji al-Syafii di dalam Kifayah al-Talib , bab 37, telah menyampaikan satu Hadis dari Sa‘id bin Jubair, yang menyampaikan dari Ibn Abbas bahawa Nabi berkata kepada Ummu Salamah: ‘Ini adalah Ali Ibn Abi Talib. Dagingnya adalah daging saya, darahnya adalah darah saya, dan dirinya pada saya adalah umpama Harun kepada Musa melainkan tidak ada Nabi selepas saya. Ummu Salamah!, Ali ini adalah ketua bagi yang beriman, ketua bagi muslim, dan tempat menyimpan pengetahuan saya, pengganti saya dan pintu pengetahuan. Dia adalah adik saya di dunia dan juga di akhirat, dia bersama dengan saya di tempat yang tertinggi; dia akan berperang dengan ‘Nakithin’ , ‘Qasitin’ dan ‘Mariqin’ .’

Selepas menyatakan Hadis itu, Muhammad Yusuf berkata bahawa Hadis itu membuktikan bahawa Nabi telah memberitahu Ali mengenai peperangan terhadap tiga kumpulan tersebut dan bahawa baginda telah mengarahkan Ali untuk berperang menentang mereka.

Makhnaf bin Salim telah dikatakan sebagai berkata bahawa apabila Abu Ayyub al-Ansari [seorang sahabat Nabi yang terkenal] hendak pergi bersama tentera untuk berperang, dia berkata: ‘Abu Ayyub! Betapa anehnya kamu! Kamu adalah orang yang sama berperang menentang musyirik di sebelah pihak Nabi, tetapi sekarang kamu telah cenderung untuk memerangi muslim!’ Kemudian Abu Ayyub berkata: ‘Nabi telah mengarahkan saya untuk memerangi t iga kumpulan itu: mereka adalah Nakithin , Qasitin dan Mariqin.’

Imam Abu Abdul Rahman Nasa’i di dalam Khasa’is al-Alawi , Hadis 155, mengatakan dari Abu Sa’id Khudri dan Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam Yanabi, ms 59, (bab II) dari Jam’u al-Fawa’id berkata bahawa Abu Sa’id berkata: ‘Kami sedang duduk bersama para sahabat, menunggu kedatangan Nabi. Apabila Nabi datang kepada kami, kami lihat bahawa pengikat kasutnya telah pecah. Dia berikan kasutnya

452

Page 453: Sect Comparative In Peshwar Night

kepada Ali, yang mula membaikinya. Kemudian Nabi berkata: ‘Sesungguhnya terdapat seorang dari kamu yang akan berperang pada mempertahankan pentafsiran al-Quran sebagaimana saya telah berperang [terhadap yang kafir].’

Kemudian Abu Bakar berkata: ‘Sayalah orangnya?’

Nabi berkata: ‘Tidak!’

Kemudian Umar berkata: ‘Adakah saya?’

Nabi berkata: ‘Tidak! Orang itu adalah dia yang sedang membaiki kasut saya.’

Hadis ini menunjukkan bahawa peperangan Ali adalah untuk pentafsiran al-Quran dengan betul. Maka dari itu, kekecuhan umum yang berlaku pada Khalifah Ali bukan disebabkan lemahnya politik Amirul Mukminin tetapi disebabkan permusuhan dan dendam musuh.

SELEPAS NABI ALI ADALAH NEGARAWAN YANG ULUNG

Tuan-tuan tentu akan dapat penjelasan dari menyelidiki arahan yang dihantar oleh Ali kepada gabenor, pegawai tentera dan pegawai awamnya. Sebagai contoh, arahan dan pesanan yang dihantarnya kepada Malik Asytar dan Muhammad bin Abu Bakar untuk pentadbiran Mesir, kepada Uthman bin Hunaif dan Abdullah bin Abbas untuk Basrah dan Quthan bin Abbas untuk pentadbiran Makah, adalah satu contoh pentadbiran awam dan juga keadilan sosial yang cemerlang. Dokumen itu adalah sebahagian dari Nahjul Balaghah.

ALI MEMPUNYAI PENGETAHUAN PADA DUNIA GHAIB

Ini adalah fakta yang telah diperakui oleh Sunnah dan Syiah, pengikut dan juga musuh Ali. Imam yang suci adalah Imamul Muttaqin [ketua bagi yang zuhud]. Dia mempunyai pengetahuan sepenuhnya mengenai pengertian al-Quran. Lebih-lebih lagi dia mempunyai pengetahuan tentang dunia ghaib.

Sheikh: Saya tidak berapa faham dengan kenyataan kamu yang pelik mengenai Ali mempunyai pengetahuan tentang dunia ghaib. Sila jelaskan.

Shirazi: Tidak ada apa yang pelik mengenainya. Untuk memahami dunia yang ghaib adalah dengan memahami rahsia alam ini, yang mana telah diketahui melalui anugerah Ilahi oleh semua Nabi dan Wazirnya. Setiap mereka diberikan sebanyak mungkin pengetahuan alam ghaib yang Allah anggap perlu bagi mereka untuk menyampaikan pengkhabarannya. Selepas Nabi, Amirul Mukminin telah dianugerahkan dengan pengetahuan itu.

453

Page 454: Sect Comparative In Peshwar Night

Sheikh: Saya tidak menyangka kamu akan berpegang pada pandangan Syiah yang fanatik. Pujian i tu terlalu melampau sehingga yang dipuji itu sendiri tidak mahu menerimanya. Untuk mempunyai pengetahuan pada yang ghaib; itu adalah sifat khusus bagi Allah sahaja, tidak ada makhluk-Nya yang boleh mempunyai apa-apa kaitan dengannya.

Shirazi: Mempercayai bahawa para Nabi yang agung, Wazir mereka, dan hamba-hamba Allah yang mulia mempunyai pengetahuan dunia ghaib tidak ada kena mengena dengan kefanatikan. Bahkan itu adalah salah satu dari kemuliaan mereka, yang menunjukkan penyerahan mereka kepada Allah. Kami punya bukti yang jelas dari Hadis dan juga al-Quran.

ADAKAH PENGETAHUAN PADA YANG GHAIB TERHAD KEPADA ALLAH?

Sheikh: Al-Quran bertentangan dengan kenyataan kamu.

Shirazi: Boleh kamu bacakan ayat yang bertentangan dengan kenyataan saya?

Sheikh: Terdapat banyak ayat al-Quran yang menyokong pandangan saya. Sebagai contoh, al-Quran berkata:

Dan pada sisi Allah jualah anak kunci perbendaharaan segala yang ghaib, t iada sesiapa yang mengetahui-Nya melainkan Dia sahaja; dan Ia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut; dan tidak gugur sehelai daun pun melainkan ia mengetahuinya, dan tidak gugur sebutir bij ipun dalam kegelapan bumi dan tidak gugur yang basah dan yang kering, melainkan (semuanya) ada tertulis di dalam Kitab (Lauh Mahfuz) yang terang nyata. [Surah al-An῾am 6: 59]

Ini adalah bukti yang paling jelas bahawa tidak ada siapapun melainkan Allah sahaja yang mempunyai pengetahuan pada yang ghaib. Jika sesiapa percaya pada seseorang yang mempunyai pengetahuan pada yang ghaib, dia telah menjadikan makhluk-Nya sebagai sekutu di dalam sifat Allah.

Kamu mengatakan bahawa Ali tahu akan yang ghaib. Ini bererti, selain dari kamu menjadikan Ali sekutu di dalam sifat Allah, kamu telah membuat kedudukannya lebih tinggi dari Nabi sendiri. Nabi berulang kali mengatakan: ‘Saya adalah manusia seperti kamu. Allah sahaja yang mengetahui perkara ghaib.’ Nabi dengan jelas menerangkan kurang pengetahuannya pada yang ghaib.

Adakah kamu baca ayat al-Quran, yang berkata:

454

Page 455: Sect Comparative In Peshwar Night

Katakanlah (Wahai Muhammad): "Sesungguhnya Aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaKu Bahawa Tuhan kamu hanyalah Tuhan Yang satu; [Surah al-Kahfi 18: 110]

Iaitu, perbezaannya diantara kamu dan saya adalah wahyu yang disampaikan Allah kepada saya.

Di tempat yang lain Allah berkata:

Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan manfaat bagi diriku dan tidak dapat menolak mudarat kecuali apa yang dikehendaki Allah. dan kalau Aku mengetahui perkara-perkara yang ghaib, tentulah aku akan mengumpulkan dengan banyaknya benda-benda yang mendatangkan faedah dan (tentulah) aku tidak dit impa kesusahan. Aku ini t idak lain hanyalah (Pesuruh Allah) yang memberi amaran (bagi orang-orang yang ingkar) dan membawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman". [Surah al-A‘raf 7: 188]

Dan lagi:

Dan Aku tidak pernah berkata kepada kamu: di sisiku ada perbendaharaan Allah, dan tidaklah Aku mendakwa mengetahui perkara-perkara Yang ghaib . . . .[Surah Hud 11: 31]

Dan Allah berkata lagi:

Katakanlah lagi: t iada sesiapapun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib melainkan Allah!" dan tiadalah mereka menyedari bilakah masing-masing akan dibangkitkan hidup semula (sesudah mati). [Surah al-Naml 27: 65]

Nabi sendiri mengaku bahawa dia tidak tahu yang ghaib dan bahawa pengetahuan itu khusus untuk Allah. Bagaimana kamu boleh mengatakan bahawa Ali mempunyai pengetahuan yang sedemikian?

Kepercayaan kamu adalah cuba untuk meninggikan keutamaan Ali dari Nabi. Tidakkah al-Quran telah berkata:

. . . . . .dan Allah tidak sekali-kali akan memperlihatkan kepada kamu perkara-perkara Yang ghaib.. . . . [Surah Ali Imran 3: 179]

Atas dasar apa yang kamu percaya bahawa sesaorang selain Allah punyai pengetahuan pada yang ghaib?

455

Page 456: Sect Comparative In Peshwar Night

Shirazi: Pendahuluan bagi kenyataan kamu adalah betul. Tetapi rumusan yang kamu dapati daripadanya adalah salah. Kamu telah katakan bahawa yang mengetahui perkara ghaib adalah Allah, bahawa kunci pada yang ghaib ada bersama Allah; dan menurut dari ayat terakhir Surah al-Kahfi, Nabi terakhir, semua para Nabi yang lain, para Wazir, dan para Imam yang suci adalah sama dengan manusia yang lain. Di dalam bentuk fizikal, mereka telah dijadikan sama seperti yang lain. Kesemua perkara i tu adalah benar, dan golongan Syiah menerima kesemuanya. Dan juga ayat yang kamu telah bacakan adalah benar dalam konteks yang asal.

Tetapi perkataan ‘Nabi’ dari surah Hud merujuk kepada Nabi Nuh. Ayat 50 surah al-An’am merujuk kepada Nabi kita yang mulia. Apabila musyirik bertanya kepada baginda mengapa tidak terdapat tanda yang dia memiliki harta Ilahi atau pengetahuan yang ghaib, ayat itu telah diwahyukan:

Katakanlah (Wahai Muhammad); "Aku tidak mengatakan kepada kamu (bahawa) perbendaharaan Allah ada di sisiKu, dan Aku pula tidak mengetahui perkara-perkara Yang ghaib; Aku juga tidak mengatakan kepada kamu bahawasanya Aku ini malaikat, Aku tidak menurut melainkan apa Yang diwahyukan kepadaku". [Surah al-An ‘am 6: 50]

Ayat ini adalah jawapan terhadap anggapan yang jahil bahawa tindakan Nabi telah dipengaruhi oleh pertimbangan keduniaan. Bagi pengetahuan pada yang ghaib, kami percaya bahawa para Nabi dan Wazir mereka mempunyai pengetahuan itu. Saya tidak sekutukan mereka dengan sifat ketuhanan. Tetapi pemberian i tu adalah sebahagian dari wahyu dan ilham yang akan menghilangkan tirai kejahilan dari pandangan mereka dan menampakkan kepada mereka kebenaran yang sebenar. Saya akan terangkan ini dengan lebih jelas lagi.

PENGETAHUAN ADA DUA JENIS: DHATI [TERSENDIRI] DAN ARDI [YANG DIPEROLEHI]

Kami Syiah Imamiyyah mempercayai bahawa pengetahuan ada dua jenis: Dhati dan Ardi .

Dhati atau pengetahuan yang tersendiri, adalah khusus bagi Allah. Kita boleh mengesahkan tetapi tidak dapat memahami kebenaran sebenarnya. Dalam bagaimana cara sekalipun kami akan cuba untuk menerangkannya, pengetahuan tersendiri adalah di luar kefahaman manusia.

Ardi iai tu pengetahuan yang diperolehi, adalah yang terdapat pada diri manusia, sama ada dia Nabi atau t idak. Dia akan mendapat faedah darinya kemudian. Pengetahuan ini juga ada dua jenis: Tahsili dan Ladunni . Tahsili adalah pengetahuan yang didapati dari belajar dan pengalaman. Jika seorang pelajar mengikuti norma yang sama pada

456

Page 457: Sect Comparative In Peshwar Night

pembelajaran, sebagai contoh, dia pergi ke sekolah dan belajar dari seorang guru. Jika Allah hajati, dia akan mendapat ilmu menurut dari hasil usahanya dan juga pada masa yang dia habiskan untuk belajar.

Ladunni merujuk kepada pengetahuan yang manusia terima terus dari Allah. Dia tidak mempelajari melalui huruf dan perkataan tetapi menerima terus dari yang maha kaya. Allah kata di dalam al-Quran:

dan Kami telah mengajarnya sejenis i lmu; dari sisi kami. [Surah al-Kahfi 18: 65]

Syiah tidak mengatakan bahawa pengetahuan yang ghaib telah ada pada diri Nabi atau Imam yang suci atau bahawa mereka memahami yang ghaib seperti mana yang diketahui Allah. Apa yang kami katakan adalah Allah t idak menghadkan. Dia boleh memberikan pengetahuan dan kuasa kepada siapa sahaja yang dua redai. Kadang kala Dia memberikan pengetahuan kepada seseorang melalui guru dan ada masanya terus dari diri-Nya. Pengetahuan yang diberikan secara terus inilah yang dikatakan pengetahuan yang ghaib.

Sheikh: Kenyataan kamu yang pertama adalah betul, tetapi kehendak Ilahi tidak akan membenarkan kepada perkara yang di luar kebiasaan seperti memberikan manusia pengetahuan ghaib secara terus, iaitu, tanpa berguru.

Shirazi: Tidak, kamu dan sahabat kamu telah silap. Yang sebenarnya, kamu kerap, dengan tanpa disedari kamu telah bertentangan dengan kebanyakan dari ulama kamu yang terkenal. Allah telah menganugerahkan ke atas semua Nabi-Nya dan juga pengganti Nabi pengetahuan yang ghaib. Apa sahaja yang diperlukan untuk mereka pada melaksanakan misi mereka.

Sheikh: Di hadapan ayat-ayat al-Quran ini, yang dengan jelas telah menolak pendapat bahawa manusia punya pengetahuan pada yang ghaib, apakah bukti yang kamu ada pada menyokong pendapat kamu?

Shirazi: Kami t idak menentang ayat al-Quran. Setiap ayat al-Quran telah diwahyukan untuk tujuan yang tertentu, iaitu, menurut keadaan yang kadang kala posit if dan kadang kala negatif. Maka itulah sebabnya dikatakan bahawa antara ayat al-Quran itu, satu ayat memperkukuhkan ayat yang lain. Oleh kerana musyirik meminta keajaiban dari Nabi, ayat negatif yang di atas telah diwahyukan. Di dalam membuktikan objek yang sebenar, ayat posit if telah juga diwahyukan supaya kedudukan yang sebenar menjadi jelas.

PEMBUKTIAN AL-QURAN BAHAWA NABI MEMPUNYAI PENGETAHUAN GHAIB

457

Page 458: Sect Comparative In Peshwar Night

Sheikh: Itu adalah pelik. Kamu katakan terdapat keterangan yang positif dalam al-Quran bahawa Nabi mempunyai pengetahuan ghaib. Sila nyatakan ayat tersebut.

Shirazi: Janganlah merasa terperanjat. Kamu telah mengetahuinya.Allah berfirman:

"Tuhanlah sahaja yang mengetahui segala yang ghaib, maka ia tidak memberitahu perkara ghaib yang diketahui-Nya itu kepada sesiapapun, - "Melainkan kepada mana-mana Rasul yang di redai-Nya (untuk mengetahui sebahagian dari perkara ghaib yang berkaitan dengan tugasnya; apabila Tuhan hendak melakukan yang demikian) maka ia mengadakan di hadapan dan di belakang Rasul itu malaikat-malaikat yang menjaga dan mengawasnya (sehingga perkara ghaib itu selamat sampai kepada yang berkenaan). "(Tuhan mengadakan malaikat-malaikat itu) supaya ia mengetahui bahawa sesungguhnya - (dengan jagaan mereka) - Rasul-rasul i tu telah menyampaikan perutusan-perutusan Tuhan mereka, (dengan sempurna); pada hal ia memang mengetahui dengan meliputi segala keadaan yang ada pada mereka, serta ia menghitung tiap-tiap sesuatu: satu persatu". [Surah al-Jin 72: 26-28]

Ayat ini menunjukkan bahawa Rasul Allah yang telah diberikan dengan pengetahuan yang ghaib adalah terkecuali.

Kedua, ayat dari Surah Ali ‘Imran, bahagian yang mana kamu telah bacakan, membuktikan maksud saya. Keseluruhan ayat kalau dibaca seperti berikut:

dan Allah tidak sekali-kali akan memperlihatkan kepada kamu perkara-perkara yang ghaib akan tetapi Allah memilih dari Rasul-Nya sesiapa yang dikehendaki-Nya (untuk memperlihatkan kepadanya perkara-perkara yang Ghaib). oleh itu berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya; dan kamu beriman dan bertakwa, maka kamu akan beroleh pahala yang besar. [Surah ali ‘Imran 3: 179]

Kedua ayat ini dengan jelas menunjukkan pesuruh Allah telah diberikan pengetahuan pada yang ghaib. Jika tiada siapa melainkan Allah yang memiliki pengetahuan tersebut, rangkai ayat “memilih para rasul yang diredai-Nya” tidak mempunyai sebarang erti .

Allah berfirman dalam surah Hud:

458

Page 459: Sect Comparative In Peshwar Night

(Kisah Nabi Nuh) itu adalah dari perkara-perkara yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Wahai Muhammad), yang engkau dan kaum engkau tidak mengetahuinya sebelum ini. oleh i tu, bersabarlah. sesungguhnya kesudahan yang baik (yang membawa kejayaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat) adalah bagi orang-orang yang bertakwa. [Surah Hud 11: 49]

Dalam Surah al-Syura Allah berfirman:

Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (wahai Muhammad) - Al-Quran sebagai roh (yang menghidupkan hati dengan perintah kami; Engkau tidak pernah mengetahui (sebelum diwahyukan kepadamu): apakah Kitab (Al-Quran) itu dan tidak juga mengetahui apakah iman itu; akan tetapi Kami jadikan Al-Quran: cahaya yang menerangi, Kami beri petunjuk dengannya sesiapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan sesungguhnya engkau (Wahai Muhammad) adalah memberi petunjuk dengan al-Quran itu ke jalan yang lurus, [Surah al-Syura 42: 52]

Jika pengetahuan yang ghaib t idak terdapat di dunia ini, bagaimana Nabi menerangkan perkara yang tidak diketahui dan memberitahu manusia mengenai kehidupan persendirian mereka? Tidakkah terdapat dalam al-Quran ungkapan Nabi Isa kepada Bani Israel?:

dan juga Aku boleh memberitahu kepada kamu tentang apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumah kamu. Sesungguhnya perkara-perkara yang demikian itu, mengandungi satu tanda (mukjizat) bagi kamu (yang membuktikan kebenaran bahawa aku seorang Rasul yang diutus oleh Allah kepada kamu), jika kamu orang-orang yang (mahu) beriman. [Surah ali ‘Imran 3: 49]

Jika saya bacakan semua ayat al-Quran yang menyokong fakta ini ia akan memakan masa yang lama. Setakat ini saya rasa telah mencukupi.

Sheikh: Kenyataan yang sedemikian telah menggalakkan tukang Sihir, pembaca tapak tangan, ilmu bintang, bertenong nasib dan lainnya yang menipu manusia dan memenuhkan poket mereka dengan wang.

KENYATAAN PADA PENGETAHUAN YANG GHAIB MELALUI CARA YANG LAIN ADALAH PENIPU

Shirazi: Kepercayaan kepada kebenaran tidak membawa kepada yang buruk. Adalah kejahilan manusia yang menjadikan mereka mangsa. Jika muslim mengikuti yang mempunyai pengetahuan, menurut arahan yang diberikan Nabi, secara khusus, j ika mereka t idak meninggalkan pintu pengetahuan semenjak mula lagi, mereka tentu tidak akan menjadi mangsa kepada manusia durjana. Al-Quran dengan jelas telah

459

Page 460: Sect Comparative In Peshwar Night

mengatakan: ‘Sesiapa yang Dia pilih dari para Nabi.’ Perkataan ‘Nabi’ dengan jelas menunjukkan bahawa terdapat hamba pilihan Allah yang menerima pengetahuan yang ghaib terus dari-Nya, tanpa mempelajari dari cara yang biasa.

Jika seseorang yang bukan Nabi atau Imam mengatakan dia boleh meramalkan yang ghaib melalui i lmu bintang, tapak tangan, menenong nasib, dia adalah penipu. Muslim sebenar yang mengikuti al-Quran tidak pernah percaya kepada manusia seperti itu, tidak juga mereka menjadi mangsa di atas tipu helah mereka. Muslim sebenar tahu mereka tidak perlu mengikuti sesiapa melainkan al-Quran dan pembawanya serta penterjemah kandungan al-Quran iaitu Nabi dan keturunannya, yang dikatakan sama dengan al-Quran.

Secara ringkas, jika sesiapa selain dari Nabi dan keturunannya yang suci mengatakan bahawa dia mempunyai pengetahuan pada yang ghaib dan mengatakan bahawa dia boleh meramalkan kejadian yang akan datang dia pastinya seorang pendusta, dengan apa juga yang dia gunakan.

WAZIR NABI JUGA MEMPUNYAI PENGETAHUAN GHAIB

Sheikh: Oleh kerana Nabi menerima wahyu Ilahi, mereka mempunyai, dari kenyataan kamu pengetahuan pada yang ghaib. Tetapi adakah Ali seorang Nabi? Atau adakah dia sekutu di dalam urusan kerasulan yang mana dia mengetahui perkara yang ghaib?

Shirazi: Pertama, mengapa kamu memutarkan kata-kata kami dengan menggunakan perkataan ‘menurut dari kenyataan kamu’ Sebaliknya, mengapa kamu tidak menggunakan perkataan ‘menurut dari kenyataan Allah’? Saya tidak mengatakan sesuatu dari kehendak saya sendiri . Saya menyebutkan apa yang terkandung di dalam al-Quran, dan berdasarkan pada kenyataan penterjemah al-Quran iaitu Nabi, saya hanya menyatakan pengertiannya yang betul.

Saya telah nyatakan kepada kamu, pada asas keterangan ayat al-Quran, bahawa Nabi dan Rasul adalah orang yang mulia dan mempunyai pengetahuan pada yang ghaib. Ulama kamu yang terkenal telah menerima fakta ini, dan telah menyampaikan keterangan bahawa Nabi mempunyai pengetahuan pada perkara yang ghaib.

Ibn Abil Hadid al-Muktazili di dalam Syarh Nahjul Balaghah , jil id I, ms 67 [dicetak di Mesir] mengatakan sebuah Hadis dari Nabi bahawa dia berkata kepada Ali , ‘Selepas saya kamu akan berperang menentang Nakithin , Qasitin dan Mariqin.’ Dia mengatakan, ini adalah satu bukti kenabian terhadap Nabi kerana dia dengan jelas meramalkan masa yang akan datang yang tidak diketahui. Peristiwa yang diramalkan berlaku lebih kurang 30 tahun kemudian, sama seperti yang diramalkan.

460

Page 461: Sect Comparative In Peshwar Night

Kedua, Syiah t idak mengatakan bahawa Amirul Mukminin atau Imam yang suci sebagai Nabi. Kami percaya bahawa Muhammad adalah Nabi Allah yang terakhir. Tidak ada sesiapa yang bersekutu dengannya di dalam kenabian. Kami percaya jika sesiapa yang mempunyai kepercayaan yang bertentangan dengan ini dia adalah kafir. Kami juga percaya di dalam anugerah Ilahi terhadap Imamnya Ali dan menganggap sebelas dari keturunannya sebagai Imam yang suci dan pengganti Khalifah yang sebenar bagi Nabi. Kami percaya bahawa Allah telah memberikan kepada mereka pengetahuan pada yang ghaib melalui Nabi.

Kami percaya bahawa penglihatan manusia biasa telah terhijab, maka mereka hanya dapat melihat pada yang zahir sahaja. Perkara yang sama ini juga berlaku kepada para Nabi dan Wazir mereka, melainkan bahawa, menurut pada keadaan dan masa, Allah yang maha berkuasa akan menghapuskan hijab dan menunjukkan keterangan yang diperlukan kepada mereka dari dunia yang ghaib. Dan apabila pengetahuan pada yang ghaib tidak diperlukan, hijab memisahkan mereka juga dari dunia ghaib i tu.

Maka Nabi pernah berkata: ‘Jika saya tahu pada yang ghaib, saya akan dapat banyak faedah.’ Iaitu, dengan jelas, dia t idak mempunyai pengetahuan pada yang ghaib. Dia hanya mengetahui apabila, dengan rahmat Allah, hijab telah diangkatkan.

Sheikh: Bagaimana dan di mana Nabi memberitahu kepada manusia keterangan mengenai yang ghaib?

Shirazi: Pada keterangan ayat al-Quran, yang mana saya telah rujuk, tidakkah kamu menganggap Muhammad Nabi yang akhir, yang Murtada [pilihan] dan Nabi Allah yang sebenar?

Sheikh: Soalan yang pelik. Sudah tentu Nabi adalah yang pil ihan dan yang terakhir.

Shirazi: Maka menurut dari ayat yang suci:

"Tuhanlah sahaja yang mengetahui segala yang ghaib, maka ia t idak memberitahu perkara ghaib yang diketahui-Nya itu kepada sesiapapun, -"Melainkan kepada mana-mana Rasul yang di redai-Nya (untuk mengetahui sebahagian dari perkara ghaib yang berkaitan dengan tugasnya; [Surah al-Jin 72: 26-27]

Nabi mempunyai pengetahuan pada yang ghaib. Ayat ini dengan jelas mengatakan bahawa Allah berikan pengetahuan yang ghaib kepada Nabi pilihan-Nya.

461

Page 462: Sect Comparative In Peshwar Night

Sheikh: Katakanlah bahawa Nabi mempunyai pengetahuan pada yang ghaib, bagaimana ini boleh dikaitkan bahawa Ali mempunyai pengetahuan ini juga?

Shirazi: Sekali lagi jika kamu meneliti Hadis yang sahih dan juga Sunnah Nabi, kamu kan memahami fakta yang berkaitan kepadanya dan banyak isu yang lain lagi.

Sheikh: Jika kebijaksanaan kami adalah terhad, kamu yang mempunyai, dengan kemuliaan Allah, fikiran yang luas dan lidah yang fasih. Sila sampaikan Hadis yang membuktikan bahawa Ali mempunyai pengetahuan pada yang ghaib. Jika pengetahuan pada yang ghaib adalah perlu kepada pengganti Nabi, maka tidak ada pengecualian pada syarat itu. Semua para pengganti , terutama Khalifah yang agung, seharusnya telah memiliki pengetahuan pada yang ghaib, walaupun kami l ihat bahawa tidak ada siapa dari Khalifah yang mengatakan pernah mempunyainya. Bahkan seperti Nabi, mereka mengatakan ketidak mampuan mereka untuk mengetahui. Mengapa kamu menjadikan Ali terkecuali?

Shirazi: Pertama, Saya telah mengatakan kepada kamu bahawa Nabi tidak mempunyai kuasa tersendiri pada mengetahui yang ghaib. Apabila dia mengatakan: ‘Jika saya tahu yang ghaib, sesungguhnya saya akan dapat banyak faedah,’ dia maksudkan bahawa pengetahuan kepada yang ghaib tidak ada di dalam dirinya, sebagaimana ia berada pada Allah. Apabila Allah mengangkatkan hijab dari Nabi, barulah dia mengetahui pada kebenaran yang tersembunyi [pada yang ghaib]

IMAM YANG SUCI ADALAH KHALIFAH YANG SEBENAR DAN MEMPUNYAI PENGETAHUAN GHAIB

Kedua, kamu katakan bahawa jika Ali mempunyai pengetahuan pada yang ghaib, Khalifah yang lain seharusnya memilikinya juga. Kami bersetuju dengan kamu. Kami juga katakan bahawa Khalifah Nabi seharusnya memiliki pengetahuan pada keduanya zahir dan yang ghaib. Fakta yang sebenarnya, kemampuan dan kebolehan Khalifah dan ciri-ciri yang ada padanya hendaklah menyerupai seakan yang dimiliki Nabi di dalam semua perkara, melainkan peranan kenabian dan kerasulan itu sendiri yang termasuk kemampuan pada menerima wahyu secara terus. Sudah tentu kamu memanggil mereka semua Khalifah Nabi yang hanya dilantik oleh sebilangan kecil manusia, walaupun sebenarnya Nabi telah mengutuk mereka; contohnya Muawiyah.

Tetapi kami katakan bahawa Khalifah dan pengganti Nabi adalah mereka yang telah dilantik sebagai Khalifah oleh Nabi sendiri, sebagaimana Nabi yang terdahulu telah melantik pengganti mereka. Maka Khalifah dan pengganti yang dilantik Nabi dengan arahan dari Allah mempunyai kesempurnaan kualiti yang dimiliki oleh Nabi, dan dengan sebab yang demikian mereka mempunyai pengetahuan pada yang ghaib. Duabelas Khalifah tersebut yang nama mereka telah

462

Page 463: Sect Comparative In Peshwar Night

dirakamkan di dalam Hadis kamu. Mereka adalah keluarga Nabi dan termasuk Ali dan sebelas orang dari keturunannya. Dan pada kenyataannya, bahawa mereka yang lain tidak ditauliahkan sebagai Khalifah sebagaimana telah ditunjukkan oleh kenyataan kamu sendiri , yang disahkan oleh ulama kamu yang agung, bahawa mereka kerap menyatakan kejahilan mereka pada perkara yang umum tidak perlulah disebutkan pada perkara yang ghaib.

PINTU ILMU PENGETAHUAN

Ketiga, kamu tanyakan Hadis apa yang membuktikan bahawa Amirul Mukminin, Ali mempunyai pengetahuan pada yang ghaib. Yang sebenarnya terdapat banyak Hadis yang menyokong fakta ini . Satu darinya dipanggil ‘Hadis Madinah al-‘Ilm’ Ia hampir berterusan penyampainya oleh kedua golongan [Sunni dan Syiah] bahawa Nabi berkata pada banyak keadaan mengenai Ali bahawa dia adalah ‘Pintu kepada pengetahuannya’ Ini adalah kata-katanya: ‘Saya adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya. Maka sesiapa yang ingin mencari ilmu hendaklah datang melalui pintunya.’

Sheikh: Hadis itu t idak sahih menurut ulama kami. Walaupun jika terdapat Hadis yang sedemikian, pasti ia adalah penyampai solo (berseorangan) atau Hadis yang lemah.

Shirazi: Amat malang bahawa kamu mengatakan Hadis yang kuat ini dirawikan oleh perawi solo atau Hadis yang lemah. Ulama kamu yang terkenal telah mengesahkannya. Kamu seharusnya merujuk Jam‘ al-Jawami‘ oleh al-Suyuti; Tahdhib al-Athar oleh Muhammad bin Jarir al-Tabari; Tadhkirah al-Abrar oleh Sayyid Muhammad al-Bukhari; al-Mustadrak oleh al-Hakim al-Naisaburi; Naqd al-Sahih oleh Firuzabadi; Kanz al-‘Ummal oleh Ali al-Muttaqi al-Hindi, Kifayah al-Talib oleh Kanji al-Syafii ; dan Tadhkirah al-Mawdu‘at oleh Jamaluddin al-Hindi.

Mereka menulis; ‘Jika sesiapa menolak Hadis ini, dia pastinya telah salah.’ Juga di dalam Raudah al-Nadiyyah oleh Amir Muhammad al-Yamani, Bahr al-Asanid oleh Hafiz Abu Muhammad al-Samarqandi, dan Matalib al-Su’ul oleh Muhammad bin Talhah al-Shafi’i, mereka telah mengesahkan kesahihan Hadis ini.

Hadis ini telah disampaikan dalam berbagai cara dan dari berbagai punca. Kebanyakan dari para Sahabat dan Tabiin telah menyampaikannya, termasuk Ali, Abu Muhammad Hasan bin Ali , cucu Nabi yang tua, Abdullah Ibn Abbas, Jabir Ibn Abdullah al-Ansari, Abdullah Ibn Mas‘ud, Hudhaifah bin al-Yaman, Abdullah Ibn Umar, Anas bin Malik, and Amr bin al-‘As.

Di antara Tabiin [generasi selepas sahabat] yang berikut ini telah menyampaikan Hadis tersebut: Imam Zainul Abidin, Imam Muhammad al-Baqir, Asbagh bin Nabuta, Jarir Azzabi, Harith bin Abdullah al-Hamdani al-Kufi, Sa‘ad bin Ta‘rif al-Hanzali al-Kufi, Sa‘id bin Jabir

463

Page 464: Sect Comparative In Peshwar Night

al-Asadi al-Kufi, Salamah bin Kuhail al-Hadrami al-Kufi, Sulayman bin Mihran al-A‘masy al-Kufi, Asim bin Hamzah Saluli al-Kufi, Abdullah bin Uthman bin Khisam al-Qari al-Makki, Abdul Rahman bin Uthman, Abdullah bin Asilah al-Muradi, Abu Abdullah Sanabahi, dan Mujahid bin Jabir Abu al-Hajjaj al-Makhzumi al-Makki.

Selain ulama Syiah, yang dengan sebulat suara telah berpegang pada Hadis i tu, ramai dari ahli Hadis kamu yang terkenal dan juga ahli sejarah telah menyampaikannya. Saya telah melihat lebih kurang 200 rujukan dari ulama kamu yang telah menyampaikan Hadis yang suci ini. Saya akan menyatakan sebahagian dari ulama yang terkenal itu dengan buku mereka.

ULAMA SUNNI YANG TELAH MENYAMPAIKAN HADIS ‘KOTA ILMU PENGETAHUAN’

1. Abad ketiga pengulas dan ahli sejarah Muhammad bin Jarir al-Tabari (m 310 H.): Tahdhib al-Athar .

2. Al-Hakim al-Naisaburi (m.405 H.): al-Mustadrak , jil id.III, pp. 126,128,226.

3. Abu ‘Isa Muhammad bin Tirmidhi (m 289 H.): al-Jami‘ al-Sahih atau dikenali juga dengan Sunan al-Tirmidhi .

4. Jalaluddin al-Suyuti (m 911 H.): Jam‘u al-Jawami‘ dan Jami‘ al-Saghir , jil id.I, halaman 374.

5. Abu al-Qasim Sulayman bin Ahmad al-Tabrani (m 491 H.): Mu‘jam al-Kabir dan Mu‘jam al-Awsat .

6. Al-Hafiz Abu Muhammad Hasan al-Samarqandi (m 491 H.): Bahr al-Asanid .

7. Hafiz Abu Nu‘aim Ahmad bin Abdullah al-Isfahani (m 410 H.): Ma‘rifat al-Sahabah .

8. Hafiz Abu Amr Yusuf bin Abdullah bin Abdil Barr al-Qurtubi (m 463 H.): al-Isti‘ab , juzuk.II, halaman 461.

9. Abu al-Hasan Faqih al-Shafii Ali bin Muhammad bin Tayyib al-Jalabi Ibn Maghazili (m 483 H.): Manaqib .

10. Abu Shuja’ Shirwaih al-Hamadani al-Dailami (m 509 H.): Firdaus al-Akhbar .

11. Abu al-Muayyid Khatib al-Khawarizmi (m 568 H.): Manaqib , halaman 49 dan Maqtal al-Husain , juzuk I, halaman.43.

12. Abu al-Qasim bin Asakir Ali bin Hasan al-Dimasyqi (m 572 H.): Tarikh al-Kabir .

13. Abu al-Hujjaj Yusuf bin Muhammad al-Andalusi (m 605 H.): Alif-Ba’ , juzuk I, halaman 222.

14. Abu al-Hasan Ali bin Muhammad bin al-Athir al-Jazari (m 630 H.): Usd al-Ghabah , jil id IV, halaman.22.

15. Muhibuddin Ahmad bin Abdullah al-Tabari al-Shafii (m 694 H.): Riyad al-Nadrah , juzuk I, halaman 129 dan Dhakhair al-Uqba , halaman 77.

16. Syamsuddin Muhammad bin Ahmad Dhahabi al-Shafii (m 748 H.): Tadhkirah al-Huffaz , jil id IV, halaman 28.

464

Page 465: Sect Comparative In Peshwar Night

17. Badruddin Muhammad al-Zarkashi al-Misri (m 749 H.): Fayd al-Qadir , jil id III, halaman 47.

18) Hafiz Ali bin Abi Bakar al-Haithami (m 807 H.): Majma‘ al-Zawa’id , jil id IX, halaman 114.

19. Kamaluddin Muhammad bin Musa al-Damiri (m 808 H.): Hayat al-Haiwan , juzuk I, halaman 55.

20. Shamsuddin Muhammad bin Muhammad al-Jazari (m 833 H.): Athnul Matalib , halaman 14.

21. Syahabuddin bin Hajar bin Ahmad bin Ali al-‘Asqalani (m 852 H.): Tahdhib al-Tahdhib , juzuk vii, halaman 337.

22. Badruddin Mahmud bin Ahmad al-‘Aini al-Hanafi (m 855 H.): Umdat al-Qari , juzuk vii, halaman 631.

23. Ali bin Hisamuddin al-Muttaqi al-Hindi (m 975 H.): Kanzul ‘Ummal , jil id vi, halaman 156.

24. Abu al-Ra’uf al-Munawi al-Shafii (m 1031 H.): Fayd al-Qadir Syarh-Jami‘ al-Saghir , juzuk iv, halaman 46.

25. Hafiz Ali bin Ahmad Azizi al-Shafii (m 1070): Siraj al-Munir Jam‘ al-Saghir , juzuk III, halaman 63.

26. Muhammad bin Yusuf al-Syami (m 942 H.): Subul al-Huda wa al-Rasyad fi Asma’ Khair al-‘Ibad .

27. Muhammad bin Ya‘aqub al-Firuz Abadi (m 817 H.): Naqd al-Sahih . 28. Imam Ahmad bin Hanbal (m 241 H.): Musnad . 29. Abu Salim Muhammad bin Talhah al-Shafii (m 652 H.): Matalib al-

Su’ul , p.22. 30. Sheikh al-Islam Ibrahim bin Muhammad Hamawaini (m 722 H.):

Fara’id al-Simtain. 31. Shahabuddin Dawlat Abadi (m 849 H.): Hidayat al-Su‘ada . 32. Allamah Samhudi Sayyid Nuruddin al-Shafi’i (m 911 H.): Jawahir

al-Iqdain . 33. Qadi Fadl bin Ruzbahan al-Shirazi: Ibtal al-Batil . 34. Nuruddin bin Sabbagh al-Maliki (m 855 H.): Fusul al-Muhimmah ,

p.18. 35. Shahabuddin bin Hajar al-Makki (musuh ketat dan fanatik, m 974

H.): Sawa’iq al-Muhriqah . 36. Jamaluddin Ata’ullah al-Shirazi (m 1000 H.): Al-Arba‘in . 37. Ali al-Qari al-Harawi (m 1014 H.): Mirqat Syarh al-Mishkat . 38. Muhammad bin Ali al-Subban (m 1205 H.): Is‘af al-Raghibin ,

hlm.156. 39. Qadi Muhammad bin Ali al-Syawkani (m 1250 H): Fawa’id al-

Majmu‘ah fi al-Ahadith al-Mudu‘at . 40. Shahabuddin Sayyid Mahmud al-Alusi al-Baghdadi (m 1270 H.):

Tafsir Ruh al-Ma‘ani. 41. Imam al-Ghazali: Ihya’ al-Ulum . 42. Mir Sayyid Ali Hamadani Faqih al-Shafi’i: Mawaddah al-Qurba . 43. Abu Muhammad Ahmad bin Muhammad Asimi: Zain al-Fata

(ulasan pada Surah Hal Ata’). 44. Shamsuddin Muhammad bin Abdulrahman al-Sakhawi (m 902 H.):

Maqasid al-Hasanah . 45. Sulayman Balkhi al-Hanafi (m 1293 H.): Yanabi’ al-Mawaddah ,

fasal. xiv.

465

Page 466: Sect Comparative In Peshwar Night

46. Yusuf Sibt Ibn al-Jawzi: Tadhkirah al-Khawas al-Ummah . 47. Sadruddin Sayyid Husain Fauzi al-Harawi: Nuzahat al-Arwah . 48. Kamaluddin Husain Meibudi: Syarh al-Diwan . 49. Hafiz Abu Bakar Ahmad bin Ali Khatib al-Baghdadi (m 463 H.):

Tarikh Baghdad , jil id II, hlm.377, jil id iv, hlm. 348, dan jilid vii, hlm.173.

50. Muhammad bin Yusuf Kanji al-Syafii (m 658 H.): Kifayah al-Talib , penghujung pada bab 58.

Selepas menyebutkan tiga Hadis yang sahih dari Nabi, dia berkata: ‘Secara ringkas, para sahabat yang berpengetahuan tinggi, generasi yang kemudian daripadanya, dan keturunan Nabi telah mengakui kemuliaan, luas pengetahuan dan saksamanya keputusan Ali. Pada menentukan kepastian, Abu Bakar, Umar dan Uthman dan para sahabat yang lain merujuk kepada Ali mengenai perkara agama dan mengikuti nasihatnya di dalam urusan pentadbiran. Mereka mengakui bahawa dialah tertinggi di dalam pengetahuan dan kebijaksanaan. Dan Hadis ini tidak melampaui pada pengukuran terhadap dirinya oleh kerana kedudukannya di sisi Allah dan Nabi dan juga yang beriman adalah lebih t inggi dari itu; Imam Ahmad bin Muhammad bin al-Siddiqi al-Maghribi di dalam pengesahan pada Hadis itu telah menulis sebuah buku; Fath al-Mulk al-Ali bi Sihat al-Hadis Bab al-Madinat al-Ilm , (dicetak oleh al-A‘lamiyyah Press, Egypt, 1354 A.H.) Jika kamu tidak puas dengan yang ini, saya boleh berikan lebih banyak lagi rujukan.

MENYAMPAIKAN KEMULIAAN ALI ADALAH IBADAH

Sayyid Adil Akhtar : (Seorang ulama, penulis dan pemimpin Sunni) Saya kerap melihat di dalam Hadis bahawa Nabi telah berkata bahawa pada mengatakan kemuliaan Ali adalah ibadah. Ulama yang agung, Mir Sayyid Ali Hamadani Shafii , menulis di dalam Mawaddah al-Qurba bahawa Nabi berkata malaikat melihat dengan perhatian yang khusus pada perhimpunan yang mana kemuliaan dan kehormatan Ali diperkatakan. Mereka memintakan rahmat Allah bagi manusia tersebut. Lebih-lebih lagi pada menyatakan Hadis itu sendiri adalah ibadah. Maka saya minta bahawa kamu menyampaikan lebih banyak Hadis supaya perhimpunan ini menjadi pusat bagi kesempurnaan berdoa.

HADIS ‘SAYA ADALAH RUMAH KEBIJAKSANAAN’

Shirazi: Terdapat Hadis yang mungkin telah disampaikan secara turutan. Ahli Hadis dari kedua golongan telah menyampaikannya. Di antara ulama kamu yang telah menyampaikannya adalah Imam Ahmad bin Hanbal dalam Musnad , al-Hakim dalam al-Mustadrak , Mulla Ali al-Muttaqi al-Hindi dalam Kanz al-‘Ummal , juzuk VI, halaman 401, Hafiz Abu Nu‘aim al-Isfahani dalam Hilyat al-Auliya’ , j ilid I, halaman 64, Muhammad bin Sabban al-Misri Is‘af al-Raghibin , Ibn Maghazili Faqih al-Shafii dalam Manaqib , Jalaluddin al-Suyuti dalam Jami‘al-Saghir , Jam‘ al-Jawami‘ dan al-La’ali’ al-Masnu‘ah , Abu ‘Isa al-Tirmidhi dalam Sahih al-Tirmidhi, juzuk.II, halaman 214, Muhammad Bin

466

Page 467: Sect Comparative In Peshwar Night

Talhah al-Shafii dalam Matalib al-Su’ul , Sheikh Sulayman Balkhi al-Hanafi dalam Yanabi‘ al-Mawaddah , Muhammad bin Yusuf Kanji al-Syafii dalam Kifayah al-Talib , Sibt Ibn al-Jawzi dalam Tadhkirah al-Khawas al-Ummah , Ibn Hajar al-Makki dalam Sawa‘iq al-Muhriqah , bab 9, Fasal 2, halaman 75, Muhibuddin al-Tabari dalam Riyad al-Nuzrah , Sheikh al-Islam Hamawaini dalam Fara’id al-Simtain , Ibn Sabbagh al-Maliki dalam Fusul al-Muhimmah , Ibn Abil Hadid al-Mu’tazili dalam Syarh Nahjul Balaghah , dan ramai yang lain lagi. Mereka mengesahkan sahihnya Hadis ini dan telah menyatakan Nabi sebagai berkata: ‘Saya adalah rumah kebijaksanaan dan Ali adalah pintunya; maka jika sesiapa yang berhajat memperoleh pengetahuan, hendaklah datang melalui pintu.’

Muhammad bin Yusuf Kanji al-Syafii telah mengkhususkan bab 21 kepada Hadis ini. Setelah memberikan punca dan rujukannya, dia memberikan ulasannya sendiri mengenainya. Dia berkata bahawa Hadis ini tinggi kedudukannya. Iaitu Allah, punca kebijaksanaan dan pengetahuan bagi segala sesuatu, dan yang telah mengajarkan amalan makruf dan menjauhkan yang mungkar kepada Nabi, yang kemudian telah memberikan hadiah ini kepada Ali . Makanya Nabi berkata: ‘Ali adalah pintu bagi kebijaksanaan saya. Iaitu, jika kamu berhajat untuk mendapat faedah dari kebijaksanaan saya, kamu hendaklah menghadap kepada Ali, supaya kebenaran dapat didedahkan kepada kamu.’

Ibn Maghazili al-Shafii di dalam Manaqib , Ibn Asakir di dalam Tarikh (menulis dari Sheikhnya sendiri), Khatib al-Khawarizmi di dalam Manaqib , Sheikh al-Islam al-Hamawaini di dalam Fara’id , al-Dailami di dalam al-Firdaus , Muhammad Yusuf Kanji al-Syafii di dalam Kifayah al-Talib , bab 58, Sheikh Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam Yanabi’ al-Mawaddah , bab XIV, dan yang lainnya dari ulama kamu telah menyatakan dari Ibn Abbas dan Jabir Ibn Abdullah al-Ansari bahawa Nabi memegang Ali pada tangannya berkata: ‘Ini adalah Ali – ketua dan pemimpin yang mulia dan pembunuh bagi yang kafir. Sesiapa yang menolong dia adalah yang mendapat sokongan, dan sesiapa yang meninggalkan dia, adalah dia sendiri telah ditinggalkan.’ Kemudian Nabi meninggikan suaranya berkata: ‘Saya adalah kota pengetahuan, dan Ali adalah pintunya. Maka jika sesiapa yang berhajat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, dia hendaklah memasuki melalui pintunya.’

Juga Shafii mengatakan bahawa Nabi berkata: ‘Saya adalah kota pengetahuan, dan Ali adalah pintunya. Tidak ada sesiapa yang memasuki ke dalam rumah melainkan melalui pintunya.’

Pengarang Manaqib al-Fakhirah mengatakan dari Ibn Abbas bahawa Nabi berkata: ‘Saya adalah kota pengetahuan, dan Ali adalah pintunya. Maka jika sesiapa yang berhajat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan agama, dia hendaklah memasuki melalui pintunya.’ Kemudia dia berkata: ‘Saya adalah kota pengetahuan, dan Ali adalah pintunya.

467

Page 468: Sect Comparative In Peshwar Night

Berdustalah seseorang yang memikirkan bahawa dia boleh sampai kepada saya melalui cara yang lain selain dari melalui kamu.’

Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , Abu Ishaq Ibrahim bin Sa‘aduddin Muhammad Hamawaini di dalam Fara’id al-Simtain dari Ibn Abbas, Khatib Khawarizmi di dalam Manaqib dari Amr bin al-‘As, Imam al-Haram Ahmad bin Abdullah al-Shafii di dalam Dhakha’ir al-Uqba , Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad , Mir Sayyid Ali al-Hamdani di dalam Mawaddah al-Qurba , dan bahkan fanatik terbesar, Ibn Hajar di dalam Sawa’iq al-Muhriqah , bab IX, Fasal 11, halaman 75, Hadis 9 oleh Bazaz dari Hadis 40 bahawa dia telah merakamkan mengenai kemuliaan Ali, al-Tabrani di dalam al-Ausat dari Jabir Ibn Abdullah al-Ansari , Ibn Adi dari Abdullah Ibn Umar, al-Hakim dan al-Tirmidhi dari Ali telah mengatakan bahawa Nabi Allah berkata: ‘Saya adalah kota pengetahuan, dan Ali adalah pintunya. Maka sesiapa yang mencari pengetahuan hendaklah datang melalui pintunya’.

Kemudian mereka mengatakan mengenai Hadis yang sama:

Manusia yang jahil keberatan untuk menerima Hadis ini dan sebahagian dari mereka telah mengatakan ini adalah Hadis palsu. Tetapi apabila al-Hakim [pengarang al-Mustadrak], yang mana kenyataannya kamu anggap sebagai berpengaruh, mendengar perkara seperti i tu dia berkata: ‘Sesungguhnya itu adalah Hadis yang benar.’

PENJELASAN PADA HADIS ‘PINTU PENGETAHUAN’

Pengarang Abaqat al-Anwar, Allamah Sayyid Hamid Husain Dihlawi Sahib, telah menyusun dua jil id yang menunjukkan punca dan kebenaran Hadis ini. Setiap j ilid adalah sebesar jil id Sahih al-Bukhari .

Saya tidak ingat berapa banyak punca yang beliau telah menyebutnya dari ulama sunni yang terkenal untuk membuktikan bahawa penyampai Hadis ini t idak terputus pada rantaian penyampainya, tetapi sebanyak ini yang saya ingat: apabila saya sedang membacanya, saya doakan untuk manusia terkenal ini, yang begitu terpelajar dan telah bersusah payah pada menyusun buku itu. Buku itu membuktikan bahawa Ali mempunyai kedudukan yang unik di antara para sahabat Nabi.

Sekarang, hanya kerana Allah, berlaku adillah. Adakah wajar untuk menutup pintu pengetahuan yang mana Nabi telah bukakan untuk ummahnya? Adakah wajar pada manusia untuk membuka pintu kepada sesaorang yang mereka pilih, yang tidak punya kaitan pada aras kedudukan pengetahuan Ali?

Sheikh: Kita telah bincang dengan memuaskan pada fakta bahawa Hadis i tu secara umum diterima oleh ulama kami. Walaupun sebahagian dari penyampai telah mengatakan bahawa ia adalah lemah, penyampai solo, sedang yang lain mengatakan ia disampaikan secara turutan.

468

Page 469: Sect Comparative In Peshwar Night

Tetapi apa kaitannya dengan ‘pengetahuan pada yang ghaib’ yang mana Ali dikatakan telah memilikinya?

ALI MEMPUNYAI PENGETAHUAN PADA YANG GHAIB

Shirazi: Tidakkah kamu telah mengaku terdahulu bahawa Nabi yang terakhir adalah manusia paling sempurna yang telah dijadikan? Dan tidakkah al-Quran berkata bahawa Allah tidak mendedahkan rahsia kepada sesiapa, ‘Melainkan kepada seorang Nabi yang Dia pilih?’ Allah mengangkat hijab darinya, dan memberinya pengetahuan pada yang ghaib. Maka selain dari pengetahuan pada perkara yang lainnya dia juga mempunyai pengetahuan pada yang ghaib.

Apabila Nabi mengatakan: ‘Saya adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya,’ semua ilmu kota boleh didapati melalui pintunya. Pengetahuan yang sedemikian termasuklah pengetahuan pada yang ghaib.

ALI MENGETAHUI PENGERTIAN YANG ZAHIR DAN JUGA YANG TERSEMBUNYI AL-QURAN

Di antara yang lain Hafiz Abu Nu‘aim al-Isfahani di dalam Hilyah al-Auliya’ , juzuk 1:.65, Muhammad bin Yusuf Kanji al-Syafii di dalam Kifayah al-Talib , fasal 74, dan Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam Yanabi‘ al-Mawaddah , fasal 14, halaman 74, dari Fasl al-Khitab menyebutkan Abdullah Ibn Mas‘ud, penulis wahyu sebagai berkata: ‘Sesungguhnya al-Quran telah diwahyukan pada tujuh huruf, setiap huruf mempunyai maksud yang terang dan yang tersembunyi. Sesungguhnya Ali memahami keduanya yang jelas dan yang tersembunyi dari al-Quran.’

NABI MEMBUKA 1 000 BAB PENGETAHUAN DI DALAM HATI ALI

Ulama terkenal kamu telah mengakui di dalam buku sahih mereka bahawa Ali mempunyai pengetahuan pada yang ghaib. Selepas Nabi dialah murtada [yang dipilih] di antara semua ummah.

Abu Hamid al-Ghazali , di dalam bukunya Bayan al-‘Ilm al-Ladunni telah mengatakan yang Ali sebagai berkata: ‘Nabi meletakkan lidahnya di dalam mulut saya. Dari air ludah Nabi, 1 000 bab pengetahuan telah disampaikan kepada saya, dan dari setiap bab, 1 000 bab yang lain telah disampaikan kepada saya.’

Pemimpin kamu yang terkenal, Sulayman Balkhi al-Hanafi, di dalam Yanabi‘ al-Mawaddah , fasal XIV, halaman 77 mengatakan dari Asbagh Ibn Nabuta, yang mengatakan dari Amirul Mukminin sebagai berkata: ‘Sesungguhnya Nabi telah mengajarkan kepada saya 1 000 bab pengetahuan, setiap bab yang mana telah membuka 1 000 bab yang

469

Page 470: Sect Comparative In Peshwar Night

lain, menjadikan semuanya sejuta. Makanya saya mengetahui apa yang telah terjadi dan apa yang akan berlaku sehingga kehari pengadilan.’

Di dalam bab yang sama dia megatakan dari Ibn Maghazili pada pengesahan Maghazili sendiri dari Abu al-Sabba, yang menyampaikan dari Ibn Abbas, yang mengatakan Nabi sebagai berkata: ‘Pada malam Mikraj, apabila saya berada pada Allah, Dia berkata kepada ku dengan keyakinan. Apa sahaja yang saya pelajari , saya ajarkan kepada Ali. Dia adalah pintu bagi pengetahuan saya. Penulis terkenal, Mu’affaq bin Ahmad al-Khawarizmi, menyampaikan yang sama dari Nabi dengan cara begini: ‘Jibril membawa kepada ku permaidani dari syurga, saya duduk padanya sehingga saya sampai kehadirat Tuhan ku. Kemudian dia berkata kepada ku dan memberitahu ku perkara yang rahsia. Apa sahaja yang saya pelajari telah disampaikan oleh saya kepada Ali. Dia adalah pintu pada pengetahuan saya.’ Kemudian Nabi memanggil Ali dan berkata: ‘Ali , sesiapa bersama-sama dengan kamu adalah bersama-sama dengan saya, yang menentang kamu samalah dengan yang menentang saya. Kamu adalah pengetahuan yang menyambungkan saya dan ummah saya.’

Hafiz Abu Nu‘aim al-Isfahani di dalam Hilyat al-Auliya’ , Mulla Ali al-Muttaqi al-Hindi di dalam Kanz al-‘Ummal , juzuk VI, halaman 392, dan Abu Ya‘la mengatakan dari Ibn Lahi‘ah, yang mengatakan dari Hayy bin Abd al-Maghafiri, yang mengatakan dari Abdulrahman, yang mengatakan dari Abdullah bin Umar, yang menyampaikan bahawa Nabi yang berada di ranjang kematian berkata: ' ‘Bawakan adik saya kepada saya.’

Apabila Abu Bakar datang kepadanya, Nabi memalingkan mukanya. Sekali lagi dia berkata: ‘Bawakan adik saya kepada saya.’ Kemudian Uthman datang, Nabi memalingkan mukanya juga. Sebahagian yang lain mengatakan bahawa selepas Abu Bakar, Umar datang dan kemudian Uthman.

Selepas itu bagaimana pun Ali dipanggil masuk. Nabi menutupnya dengan selimut dan merihatkan kepalan baginda kepada beliau. Apabila Ali keluar, manusia bertanya kepadanya: ‘Ali , apakah Nabi memberitahu kamu?

Imam berkata: ‘Nabi mengajarkan kepada saya 1 000 bab pengetahuan dan setiap bab mengandungi 1 000 bab yang lain.’

Hafiz Abu Nu‘aim Ahmad bin Abdullah al-Isfahani (m.430 H.) di dalam bukunya Hilyat al-Auliya’ , juzuk I:65, menulis mengenai kemuliaan Ali, Muhammad al-Jazari di dalam Asnul Matalib , halaman 14, dan Muhammad bin Yusuf Kanji al-Syafii di dalam Kifayah al-Talib , fasal 48, telah mengatakan dengan punca yang dipercayai dari Ahmad bin Imran bin Salma bin Abdullah bahawa dia berkata: ‘Kami sedang berada di dalam kumpulan Nabi apabila dia ditanya mengenai Ali Ibn Abi Talib. Nabi berkata: ‘Kebijaksanaan telah dibahagikan kepada

470

Page 471: Sect Comparative In Peshwar Night

sepuluh bahagian; sembilan darinya telah diberikan kepada Ali dan yang satu telah dibahagikan kepada seluruh ummah.’

Juga Muwaffaq bin Ahmad Khawarizmi di dalam Manaqib , Ali al-Muttaqi di dalam Kanz al-‘Ummal , juzuk VI: 156 dan 401 dari kebanyakkan ulama yang terkenal, Ibn Maghazili Faqih al-Shafii di dalam Fada’il dan Sulayman Balkhi di dalam Yanabi‘ al-Mawaddah dengan pengesahan yang sama dari penulis wahyu, Abdullah bin Mas‘ud, Muhammad bin Talhah al-Shafii di dalam Matalib al-Su’ul , halaman 14, dan ramai lagi yang mengatakan dari Hulays bin ‘Alqamah bahawa apabila Nabi ditanya mengenai Ali dia berkata: ‘Kebijaksanaan telah dibahagikan kepada sepuluh bahagian, yang mana sembilan darinya telah berikan kepada Ali , dan seluruh ummah menerima satu bahagian. Dari satu bahagian i tu pun bahagian Ali adalah yang terbesar.’

Juga di dalam Yanabi‘ al-Mawaddah , fasal 14, petikan dari Syarh Risalah Fath al-Mubin oleh Abu Abdullah Muhammad bin Ali al-Hakim al-Tirmidhi bahawa Abdullah bin Abbas mengatakan Hadis yang berikut: ‘Pengetahuan ada sepuluh bahagian, sembilan bahagian khas untuk Ali, dan selebihnya adalah untuk seluruh umah. Dari satu bahagian itu, Ali telah diberikan bahagian yang terbesar.’

Juga Ali al-Muttaqi al-Hindi di dalam Kanz al-‘Ummal , juzuk VI:153, Khatib al-Khawarizmi di dalam Manaqib , halaman 49 dan Maqtal al-Husain , juzuk I, halaman 43, al-Dailami di dalam Firdaus al-Akhbar , dan Sulayman Balkhi di dalam Yanabi‘ al-Mawaddah , fasal III, mengatakan Nabi sebagai berkata: ‘Selepas saya diantara seluruh ummah yang paling terpelajar dan yang paling bijak adalah Ali Ibn Abi Talib.’

MENGAMANAHKAN PENGETAHUAN NABI KEPADA ALI

Kami tidak katakan bahawa Ali Ibn Abi Talib dan sebelas para Imam dari keturunannya, menerima pengetahuan terus dari Allah melalui wahyu sebagaimana Nabi terima. Tetapi kami percaya bahawa Nabi Allah yang terakhir adalah pusat bagi rahmat Allah. Apa sahaja rahmat yang diberikan kepada makhluk datangnya dari Allah melalui Nabi-Nya.

Maka semua pengetahuan, termasuk peristiwa penting yang telah lalu dan yang akan datang, telah diberitahu kepada mereka semasa hidupnya Nabi. Sebahagian pengetahuan telah diamanahkan kepada mereka oleh Nabi apabila baginda hendak meninggalkan dunia ini .

Ulama kamu telah menyebutkan satu Hadis dari Ummul Mukminin Aisyah mengenai maksud ini. Pada penghujungnya dia berkata: ‘Nabi memanggil Ali dan memeluknya dan menutup kepalanya dengan selimut. Saya meletak kepala saya kehadapan dan cuba hendak mendengar kepada mereka, tetapi saya tidak dapat memahami apa-apa.

471

Page 472: Sect Comparative In Peshwar Night

Apabila Ali mengangkat kepalanya, dahinya dipenuhi dengan peluh. Manusia berkata kepadanya, ‘Ali apa yang Nabi katakan kepada kamu dalam waktu yang panjang?’

Kemudian Ali berkata: ‘Sesungguhnya, Nabi mengajarkan kepada saya 1 000 bab pengetahuan, setiap darinya membuka 1 000 bab yang lain.’

Semasa permulaan kenabiannya [sebagaimana saya telah katakan pada malam yang terdahulu], Nabi memberikan jamuan kepada 40 orang dari saudara terdekatnya di rumah Abu Talib. Selepas dia mengisytiharkan kenabiannya, Ali adalah orang yang pertama mengatakan kepercayaannya. Nabi memeluknya dan meletakkan air ludah baginda kemulutnya. Ali kemudian mengatakan tentang kejadian itu, ‘sejurus selepas i tu, pancutan air telah keluar dari dada saya.’ Ulama kamu yang kenamaan telah mengatakan, sedang dia menyampaikan syarahan, Imam telah menunjukkan pada tujuan yang sama. Dia berkata: ‘Tanyakan kepada saya apa yang kamu tidak faham sebelum saya mati. Dada saya adalah tempat simpan ilmu yang tidak terhad.’

Kemudian menunjukkan kepada perutnya sambil berkata: ‘Ini adalah gudang pengetahuan; ini adalah air ludah Nabi; ini adalah apa yang Nabi telah mengenyangkan saya seperti bijirin.

Disepanjang usia dewasanya Nabi memberikan pengetahuan dan rahmatnya kepada Ali di dalam banyak cara. Apa saja ilmu yang Allah berikan kepada Nabi, Nabi letakkannya ke dalam dada Ali .

JAFR AL-JAMI‘AH DAN KANDUNGANNYA

Satu daripada punca rahmat Ilahi yang Ali terima dari Nabi datang melalui Jafr al-Jami‘ah , sebuah buku yang mengandunggi rahsia alam. Ulama kamu mengakui bahawa buku ini adalah pengetahuan yang khas, ia adalah diantara rahmat tertentu pada Ali dan para Imam.

Hujjatul Islam Abu Hamid al-Ghazali menulis bahawa ‘terdapat sebuah buku dari Allah dan ketua orang yang zuhud, Ali Ibn Abi Talib. Tajuknya adalah Jafr al-Jam‘u al-Dunya wa al-Akhirah . Ia mengandungi semua sains, yang jelas, yang terselindung, perkara yang ghaib, zat bagi sesuatu benda dan kesannya, zat pada nama dan hurufnya, yang mana tidak diketahui oleh sesiapa melainkan Ali dan sebelas keturunannya. Yang sebenarnya mereka telah mewarisi dari bapa mereka.’

Begitu juga Sulayman Balkhi di dalam bukunya Yanabi‘ al-Mawaddah , halaman 403, memberikan dengan mendalam ulasan mengenainya dari Muhammad bin Talhah al-Shafii dalam Durru al-Munazzam . Dia kata bahawa Jafr al-Jami‘ah mengandunggi kunci pengetahuan, ia mengandunggi 1 700 muka surat dan kepunyaan Imam Ali Ibn Abi Talib secara khusus.

472

Page 473: Sect Comparative In Peshwar Night

Juga telah dikatakan di dalam Tarikh al-Nigaristan dari Syarh al-Mawaqif bahawa Jafr dan Jami‘ah adalah dua buku milik Ali secara khusus. Ia memberitahu, melalui pengetahuan huruf, semua kejadian sehingga akhirnya dunia ini. Keturunannya juga meramalkan berpandukan pada asas buku tersebut.

Nawab: Sila berikan kami keterangan yang lebih lanjut mengenai buku Jafr.

Shirazi: Pada tahun ke 10 Hijrah, apabila Nabi pulang dari haji yang terakhir, Jibril datang kepadanya dan memberitahu kematiannya. Kemudian Nabi mengangkat tangannya dan berkata: Wahai Tuhan Kamu telah berjanji kepada ku dan Kamu tidak pernah mungkir dari kata-kata Mu.’

Jawapan dari Allah sampai: ‘Bawalah Ali bersama kamu, dan duduk di gunung Uhud dengan belakang kamu di kiblat, panggilah binatang liar. Mereka akan menjawab panggilan kamu. Di antaranya adalah kambing merah, dengan tanduk yang besar. Arahkan Ali menyembeli dan melapahnya, kemudian terbalikkan. Kamu akan dapati warnanya choklat. Kemudian Jibril akan datang dengan pena dan dakwat, yang berbeza dengan dakwat dunia. Suruh Ali menulis apa yang dikatakan oleh Jibril . Tulisan dan kulit itu akan tinggal dalam keadaan serupa dan tidak akan hancur. Ia akan kekal selamat. Bila-bila masa ia dibuka, kamu akan dapatinya segar.

Nabi pergi ke gunung Uhud dan patuh dengan arahan Allah. Jibril datang dan meletakkan pena dan dakwat di hadapan Nabi, yang mengarahkan Ali untuk bersedia menulis.

Jibril mengatakan semua kejadian yang penting dunia kepada Nabi dan baginda mengarahkan Ali untuk merakamkannya pada kulit. Dia juga menulis pada kulit tangan dan juga kaki.

Dia menulis segala yang telah berlaku atau yang akan berlaku sehingga ke hari pengadilan. Dia menulis nama-nama bayinya yang belum lahir dan keturunannya dan nama sahabat dan juga musuh mereka. Dia juga menulis apa sahaja yang akan berlaku kepada mereka sehingga ke hari pengadilan. Kemudian Nabi memberikan buku dan pengetahuan Jafr kepada Ali dan menjadikannya sebagai warisan pada Imamiyyah. Setiap Imam secara giliran akan menyerahkan kepada penggantinya.

Ini adalah buku yang sama mengenainya yang Abu Hamid al-Ghazali berkata: ‘Jafr al-Jami‘ah adalah sebuah buku milik Ali dan sebelas dari keturunan secara khusus. Ia mengandungi segala-galanya.’

Nawab: Bagaimana mungkin segala kejadian di dunia dirakamkan pada kulit kambing?

473

Page 474: Sect Comparative In Peshwar Night

Shirazi: Pertama, hadith mengatakan bahawa itu bukanlah kambing biasa. Ia adalah besar dan telah dijadikan untuk tujuan ini .

Kedua, apa yang ditulis bukanlah penulisan buku biasa, Ia ditulis dengan huruf rahsia dan tanda-tanda.

Saya telah katakan kepada kamu bahawa pengarang Tarikh al-Nigaristan telah mengatakan dari Syarh al-Mawaqif bahawa Jafr dan Jami‘ah mengandungi huruf, melaluinya keterangan telah disampaikan.

Kemudian Nabi Allah menyerahkan kunci rahsia itu kepada Ali yang dengan arahan Nabi, menyerahkannya kepada penggantinya, Imam yang suci.

Hanya mereka yang mempunyai kunci i tu boleh membaca rahsia di dalam buku itu. Jika tidak, t iada siapa yang dapat mengetahui apa-apa pada yang ghaib. Katakanlah raja memberikan kod rahsia kepada menterinya, atau pentadbir, yang dia hantar ke daerah yang lain. Jika kunci pemahaman kod tinggal pada raja atau Menteri, maka tiada sesiapa yang dapat memahami apa yang ditulis. Dengan cara yang sama, t idak ada sesiapa melainkan Ali dan sebelas keturunannya yang boleh memahami buku Jafr al-Jami‘ah .

Satu hari Amirul Mukminin berikan buku itu kepada anaknya Muhammad Hanafiyyah di hadapan semua anak-anaknya yang lain, tetapi dia tidak boleh memahami apa-apa di dalamnya walaupun dia adalah yang terpelajar dan bijak.

Kebanyakan dari arahan yang diberikan oleh yang maksum, atau keterangan yang mereka nyatakan, adalah dari buku yang sama. Manusia yang suci ini faham akan rahsia semua perkara dan boleh mengatakan apa yang akan mereka deritai , keturunan mereka dan juga Syiah mereka, dari buku yang sama. Fakta ini telah dirakamkan dengan mendalam di dalam buku Hadis.

IMAM AL-RIDA MERAMALKAN KEMATIANNYA

Perjanjian secara mendalam diantara Khalifah Makmun al-Rashid al-Abbasi dan Imam Rida telah dirakamkan di dalam Syarh al-Mawaqif . Setelah berutus surat selama enam bulan dan dengan ancaman dari Makmun, Imam Rida telah dipaksa untuk menerima menjadi pengganti Khalifah. Perjanjian telah dituliskan dan Makmun menanda tangani, perjanjian yang mengatakan bahawa selepas Makmun mati Khalifah akan berpindah kepada Imam Rida.

Apabila dokumen diletakkan dihadapan Imam Rida, dia menuliskan catitan yang berikut mengenainya: ‘Saya, Ali bin Musa bin Ja‘afar, dengan ini mengatakan bahawa hamba yang beriman [Makmun al-Rashid], [Semoga dia berdiri teguh pada yang benar dan semoga Allah memandunya ke jalan yang betul] telah mengiktiraf hak kami, yang

474

Page 475: Sect Comparative In Peshwar Night

mana selainnya tidak melakukan; maka dia telah menyambungkan pertalian yang telah dipisahkan; dia memberikan keamanan dan kepuasan kepada mereka yang ditindas dengan kekejaman, bahkan dia mengembalikan semangat mereka apabila ia hampir musnah; dia menjadikan mereka senang dan bersyukur apabila mereka setelah menjalani kehidupan yang menderita, supaya dia boleh mendapat rahmat Allah dan sesungguhnya Allah akan memberikan kepadanya ganjaran yang baik, kepada mereka yang bersyukur kepada-Nya dan Dia tidak mengabaikan ganjaran bagi mereka yang benar. Sesungguhnya dia telah menjadi saya penggantinya dan telah meletakkan pada saya kebesaran emirate j ika saya dapat hidup selepas dia.’

Pada penhujungnya, Imam yang suci menulis: ‘Tetapi Jafr al-Jami‘ah mengatakan yang sebaliknya, [iaitu saya tidak akan selamat] dan saya sendiri t idak tahu bagaimana kamu dan saya akan diperlakukan. Hanya Allah, yang memerintah, yang perintah-Nya adalah benar, dan Hakim yang teragung.’

Sa‘ad bin Mas‘ud bin ‘Umar al-Taftazani di dalam bukunya Syarh Maqasid al-Talibin fi ‘llm Usul al-din , merujuk kepada perkataan yang dituliskan oleh Imam, ‘Jafr wa al-Jami‘ah di dalam perjanjian, mengulas dengan mendalam bahawa maksud Imam menurut dari Jafr dan al-Jami‘ah , Makmun tidak akan memegang pada janji dan dunia melihat apa yang terjadi. Bahawa keturunan Nabi yang dicintai telah syahid kerana diracun. Maka kebenaran terhadap pengetahuan Imam yang suci telah terbukti, dan ia telah diketahui oleh setiap manusia bahawa keluarga yang suci lagi mulia ini tahu semua perkara yang jelas dan tersembunyi.

JIBRIL MEMBAWA BUKU TERTUTUP UNTUK WASI [PENGGANTI] NABI

Satu dari hadiah Allah kepada Ali melalui Nabi adalah buku penamat yang dibawa oleh Jibril . Ulama dan ahli sejarah yang agung, al-Allamah Abu al-Hasan Ali bin al-Husain al-Mas‘udi, yang dihormati oleh Sunni dan Syiah menulis di dalam bukunya Ithbat al-Wasiyyah : ‘Jibril dan malaikat yang diamanahkan membawa dari Allah buku yang tertutup kepada Nabi dan berkata kepadanya: ‘Semua yang hadir di sini bersama kamu melainkan wasi kamu, hendaklah t inggalkan tempat ini supaya saya boleh memberikan Kitab al-Wasiyyah [buku pesanan terakhir].

Kemudian Nabi mengarahkan semua yang hadir supaya beredar melainkan Amirul Mukminin, Fatimah, Hasan dan Husain. Jibril berkata: ‘Wahai Nabi! Allah sampaikan salam-Nya kepada kamu dan mengatakan bahawa dokumen ini yang mana Dia telah menjanjikan kepada kamu dan telah menjadikan malaikat-Nya sebagai saksi kepadanya dan bahawa Dia sendiri adalah saksi kepadanya.’

475

Page 476: Sect Comparative In Peshwar Night

Kemudian Nabi mula menggigil dan berkata: ‘Salam adalah kepunyaan-Nya, dan salam adalah dari-Nya, dan salam kembali kepada-Nya.’

Nabi Mengambil buku itu dari Jibril dan membacanya lalu memberikannya kepada Ali. Nabi berkata: ‘Ini adalah janji dan amanah dari Tuhanku. Sesungguhnya saya telah melaksanakan tugas saya dan telah menyampaikan pesanan Allah.’

Amirul Mukminin berkata: ‘Semoga ibu dan bapaku berkorban nyawa untuk kamu! Saya menjadi saksi kepada kebenaran pesanan ini. Telinga, mata, daging dan darah saya menjadi saksi kepadanya.’

Nabi berkata kepada Ali: ‘Ini adalah wasiat saya dari pihak Allah. Terimalah dan menjadi penjamin padanya di hadapan Allah. Adalah bagi saya pada menjalankan tugas saya.’ Ali berkata: ‘Saya akan menjadi penjamin kepadanya, dan adalah bagi Allah pada menolong saya.’

Di dalam buku itu Amirul Mukminin telah disuruh memenuhi janji yang berikut:

Bersahabat dengan sahabat Allah; bermusuh dengan musuh Allah. Bersabar terhadap penindasan; menanggung dengan penuh sabar dan menahan kemarahan apabila haknya dirampas, apabila dihina dan apabila dia diserang dengan secara zalim.

Amirul Mukminin berkata: Saya terima, dan saya berpuas hati dengannya. Jika yang keji ditunjukkan kepada saya, jika Hadis ditolak, jika arahan al-Quran telah diputar belitkan, jika Kaabah diratakan, dan jika janggut saya dimerahi dengan darah dari kepala saya, walaupun begitu saya akan tabah dan sabar.’

Selepas itu Jibril , Mikail dan malaikat muqarrabin yang lain telah menyatakan kesaksian mereka terhadap Amirul Mukminin. Begitu juga, Hasan, Husain, dan Fatimah telah diamanahkan dengan tanggong jawab yang sama. Keadaan dan masalah yang akan mereka hadapi telah diberitahu kepada setiap mereka dengan terperinchi. Selepas i tu kenyataan dan penyaksian telah ditutup dengan mohor emas mentah dan diberikan kepada Ali. Buku itu mengandungi Hadis Allah, Hadis Nabi, penentangan mereka yang menentang dan penukaran terhadap perintah Allah dan segala kejadian dan bencana yang berlaku selepas Nabi.

Dan inilah yang Allah katakan:

. . . .dan (ingatlah) tiap-tiap sesuatu Kami catitkan satu persatu dalam Imam (Kitab Suratan) yang jelas nyata. (Surah Yasin 36: 12).

Secara ringkas, Nabi sampaikan pengetahuannya kepada Ali dan keturunannya, Imam yang maksum. Jika tidak begitu, Nabi tidak akan memanggil Ali ‘pintu pengetahuan’ dan tidak akan berkata: ‘Jika kamu

476

Page 477: Sect Comparative In Peshwar Night

hendak mengambil faedah dari pengetahuan saya, pergilah kepada pintunya; Ali.’

Jika Imam yang suci t idak mempunyai semua pengetahuan Nabi, dia tidak akan mengatakan dihadapan semua sahabat dan juga musuh" ‘Tanyalah kepada saya apa sahaja yang kamu kehendakki sebelum saya mati dan meninggalkan kamu.’

Tidak ada siapa melainkan Ali yang pernah mengatakan begini untuk dirinya. Apabila mereka yang lain mengatakan mempunyai pengetahuan telah disoal mengenai fakta yang nyata dan yang tersembunyi, mereka akhirnya mendapat malu.

Hafiz Ibn Abdil Barr al-Maghribi al-Andalusi di dalam bukunya al-Isti‘ab fi Ma’rifat al-Ashab berkata, "Sesiapa yang mengucapkan perkataan ‘Tanyalah saya sebelum saya mati dan meninggalkan kamu’ adalah penipu, melainkan Ali Bin Abi Talib." Abdul Abbas Ahmad Ibn Khallikan al-Shafii di dalam al-Wafayat dan Khatib al-Baghdadi di dalam al-Tarikh , jil id 13 halaman 163, mengatakan bahawa satu hari Muqatil bin Sulayman, seorang ulama terkenal, lagi masyhur dengan kebolehannya menjawab soalan yang susah dengan cepat, mengatakan di hadapan perhimpunan manusia: "Tanyalah saya mengenai apa sahaja yang ada di bawah langit."

Seorang bertanyakan kepadanya: "Bilakah Nabi Adam mengerjakan haji? Siapakah yang memotong rambutnya apabila dia selesai?" Muqatil menjadi binggung dan terus membisu.

Seorang lagi bertanya kepadanya: "Adakah semut mengambil makanannya melalui perut atau melalui cara lain? Jika melalui perut, di manakah perut dan ususnya?"

Muqatil sekali lagi terdiam. Dia berkata: "Allah telah meletakkan soalan itu di dalam hati kamu supaya saya mendapat malu dengan kebanggaan, pada pengetahuan yang saya miliki .’

Hanya mereka yang sempurna kemampuannya untuk menjawab semua soalan boleh mengatakan yang sedemikian. Di dalam seluruh ummah, tiada sesiapapun melainkan Ali Ibn Abi Talib yang mempunyai kedudukan sebegitu.

Oleh kerana dia adalah "pintu pengetahuan" Nabi, dia mempunyai segala pengetahuan mengenai perkara yang jelas dan yang tersembunyi sebagaimana yang diketahui Nabi. Makanya, dia boleh mengatakan, ‘tanyalah saya’ dan memberikan jawapan yang tepat dan memuaskan kepada semua soalan. Diantara para sahabat juga tidak ada seorang pun melainkan Ali, yang mengatakan yang sedemikian.

Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad , Muwaffaq bin Ahmad al-Khawarizmi di dalam Manaqib , Khwaja Sulayman Balkhi al-Hanafi di

477

Page 478: Sect Comparative In Peshwar Night

dalam Yanabi‘ al-Mawaddah , al-Baghawi di dalam al-Mu‘jam , Muhibuddin al-Tabari di dalam al-Riyad al-Nadrah , jil id II halaman198, dan Ibn Hajar di dalam Sawa‘iq al-Muhriqah , halaman 76 telah mengatakan dari Sa‘id bin Musayyib sebagai berkata bahawa tidak ada seorang sahabat, melainkan Ali Ibn Abi Talib, pernah berkata: "Tanyalah saya apa sahaja yang kamu suka."

KENYATAAN ALI PADA ‘SALUNI’ TANYALAH SAYA DAN LAPORAN DARI SUNNI

Ramai dari ulama kamu yang terkenal, seperti Ibn Kathir di dalam Tafsir , jil id IV, Ibn Abdil Barr di dalam al-Isti‘ab , Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam Yanabi‘ al-Mawaddah , al-Khawarizmi di dalam Manaqib , Imam Ahmad di dalam Musnad , al-Hamawaini di dalam Fara’id , Ibn Talhah di dalam Durru al-Manzum , Mir Sayyid Ali al-Shafii di dalam Mawaddah al-Qurba , Hafiz Abu Nu‘aim al-Isfahani di dalam Hilyat al-Auliya’ , Muhammad bin Talhah al-Shafii di dalam Matalib al-Su’ul , Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , dan beberapa ulama lain dari kalangan Sunni telah menyampaikan dengan sedikit perbezaan pada perkataan dari Amir bin Wathilah, Ibn Abbas, Abi Sa‘id al-Buhturi, Anas bin Malik, dan Abdullah bin Mas‘ud bahawa Amirul Mukminin menyatakan dari atas mimbar: "Wahai manusia! Tanyalah kepada saya apa sahaja yang kamu suka, sebelum saya mati. Sesungguhnya, hati saya adalah gudang segala pengetahuan. Tanyalah saya, kerana saya mempunyai pengetahuan pada apa yang berlaku terdahulu dan apa yang akan terjadi kemudian.’

Abi Dawud di dalam Sunan , halaman 356, Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad , j ilid.I, halaman 278, al-Bukhari di dalam Sahih , juzuk I, halaman 46 dan juzuk X, halaman 241, telah mengatakan dengan pengesahan bahawa Ali berkata: "Kamu boleh tanya kepada saya apa yang kamu suka; saya memahami segala duduk perkara yang kamu tanyakan mengenainya.’

ALI MENGATAKAN DIA BOLEH MENGAHAKIMI MENURUT TAURAT DAN JUGA INJIL

Sheikh Sulayman Balkhi al-Hanafi , di dalam Yanabi‘ al-Mawaddah, fasal XIV, halaman 74 mengatakan dari Muwaffaq bin Ahmad al-Khawarizmi dan Sheikh al-Islam al-Hamawaini mengatakan dari Abu Sa‘id al-Buhturi bahawa dia (Abu Sa‘id) berkata: "Saya melihat Ali di atas mimbar, dia mengenakan pakaian, pedang dan serban Nabi. Dia membuka dadanya dan berkata: ‘Tanyalah saya apa sahaja yang kamu suka, sebelum saya mati, kerana dada saya mengandungi banyak kebijaksanaan. Ini perut saya, adalah gudang pengetahuan. Ini air ludah Nabi; dan inilah yang Nabi berikan kepada saya sebagai bijiran. Saya bersumpah dengan Allah bahawa jika karpet dibentangkan dan saya duduk di atasnya, sesungguhnya, saya boleh menghukum pengikut Taurat, mengikut perundangan Taurat. Saya akan menghukum pengikut Injil menurut perundangan Inji l, sehingga keduanya Taurat dan Inji l

478

Page 479: Sect Comparative In Peshwar Night

dijadikan boleh berkata-kata dan menjadi saksi pada yang berikut: Ali telah mengatakan yang sebenar dan keputusan yang telah berikannya adalah menurut pada apa yang telah diilhamkan kepadanya. Apabila kamu membaca buku itu kamu tidak memahaminya sebanyak itu.’

PENGETAHUAN ALI MENGENAI AYAT-AYAT AL-QURAN

Sheikh al-Islam al-Hamawaini di dalam Fara’id dan Mu’ayyid al-din al-Khawarizmi di dalam Manaqib mengatakan bahawa Imam mengatakan perkataan itu dari atas mimbar: "Tanyalah saya mengenai apa yang kamu tidak mengerti sebelum saya mati . Saya bersumpah dengan Allah yang membelah benih bij ian dan menjadikan manusia bahawa jika kamu tanyakan mengenai mana-mana ayat al-Quran, kitab Allah, saya akan memberitahu kamu mengenainya – bila ia diwahyukan, diwaktu siang atau malam, pada tempat perhentian atau di dalam perjalanan, pada tanah lapang atau di bukit, mengenai apa ia diwahyukan, pada yang beriman atau terhadap yang munafik, apa yang Allah maksudkan dengannya, dan sama ada ayat i tu umum atau khusus.’ Dengan itu Ibn Kawwas, seorang Kharij i, bangun dan berkata  : Beritahu kami apa Allah maksudkan dengan berkata, « Mereka yang mengesahkan keimanan dan melakukan amalan yang baik adalah manusia yang terbaik.’

Imam yang suci berkata  : « Ayat i tu merujuk kepada kami dan pengikut kami, yang mana wajah tangan dan kaki mereka berkilauan pada hari pengadilan. Mereka akan dikenali pada dahi mereka.’

Imam Ahmad Ibn Hanbal di dalam Musnad dan Sheikh Sulayman Balkhi di dalam Yanabi‘ al-Mawaddah , fasal XIV, halaman 74, mengatakan dari Ibn Abbas bahawa Ali mengatakan perkataan ini dari atas mimbar  : « Tanyalah saya mengenai apa yang kamu tidak tahu sebelum saya mati. Tidak ada ayat al-Quran yang saya t idak tahu lebih dari mereka yang lain. Saya tahu bagaimana dan bila ia diwahyukan. Tanyalah saya mengenai sebarang kekacauan, kerana tidak ada kekacauan yang saya tidak tahu siapa penyebabnya dan siapa yang terbunuh di dalamnya.’

Ibn Sa‘ad di dalam Tabaqat , Abu Abdullah Muhammad bin Yusuf Kanji al-Syafii di dalam Kifayah al-Talib , fasal 52, dan Hafiz Abu Nu‘aim al-Isfahani di dalam Hilyat al-Auliya’ juzuk I, halaman 68, mengatakan dari rujukan yang sahih bahawa Amirul Mukminin berkata  : « Demi Tuhanku, t idak ada ayat yang diwahyukan melainkan saya tahu mengenai siapa ia diwahyukan, dan di mana ia diwahyukan. Sesungguhnya, Allah telah menganugerahkan kepada saya hati yang bijak dan lidah yang fasih,’

Di dalam buku yang sama telah dikatakan bahawa Amirul Mukminin berkata: “Tanyalah saya mengenai kitab Allah. Tidak ada satu ayatpun yang yang diturunkan kecuali saya tahu sama ada ia diwahyukan di bukit atau di tanah lapang.’

479

Page 480: Sect Comparative In Peshwar Night

PENGETAHUAN ALI MENGENAI MANUSIA YANG MENDAPAT PETUNJUK ATAU YANG SESAT

Al-Khawarizmi mengatakan di dalam Manaqib dari al-A‘mash, yang mengatakan bahawa Ubayah bin Raba’i berkata: "Ali selalu mengatakan: ‘Tanyalah saya mengenai apa yang kamu tidak faham sebelum saya mati. Saya bersumpah dengan Tuhan saya bahawa tidak ada padang yang hijau, atau padang pasir, atau sekumpulan manusia yang menyesatkan ratusan manusia atau memberi petunjuk pada ratusan manusia, melainkan saya mengetahuinya. Saya lebih mengetahui dari sesiapa sahaja, siapakah yang memberi petunjuk dan siapa yang menghasut mereka kepada kejahatan sehingga kepada ke hari pengadilan.’

Jalaluddin al-Suyuti di dalam Tarikh al-Khulafa’ halaman 124, Badruddin al-Hanafi di dalam Umdat al-Qari , Muhibuddin al-Tabari di dalam Riyad al-Nadrah , juzuk II halaman 198, al-Suyuti di dalam al-Itqan juzuk II, halaman 319, dan Ibn Hajar al-‘Asqalani di dalam Fath al-Bari , juzuk VIII, halaman 485 dan juga di dalam Tahdhib al-Tahdhib , juzuk VII halaman 338, mengatakan bahawa Ali berkata: "Tanyalah saya apa sahaja yang kamu suka, dan saya bersumpah dengan Allah bahawa saya akan memberitahu kamu semua perkara yang akan berlaku sehingga kepada hari pengadilan. Jika kamu tanyakan mengenai kitab Allah, saya bersumpah dengan Tuhan saya bahawa tidak terdapat satu ayatpun yang saya tidak tahu dengan sempurna. Saya tahu jika ayat itu diwahyukan pada malam atau pada siang hari, pada dataran atau pada bukit.’

Bolehkah sesiapa selain dari dia yang mempunyai pengetahuan pada yang ghaib, boleh mengatakan yang sedemikian di hadapan kawan dan musuh.

RAMALAN BAHAWA SINAN BIN ANAS ADALAH PEMBUNUH IMAM HUSAIN

Ibn Abil Hadid al-Muktazil i telah merakamkan kenyataan yang sama di dalam Syarh Nahjul Balaghah , juzuk I halaman 208 dari Ghgarat oleh Ibn Hilal al-Thaqafi. Dia berkata bahawa seorang telah bangun dan berkata: "Beri tahu saya mengenai rambut dan janggut saya."

Imam yang suci berkata: "Wahai kawan, Nabi telah memberitahu saya bahawa terdapat seorang malaikat pada akar setiap rambut kamu di atas kepala yang mengutuk kamu. Terdapat syaitan disetiap akar janggut kamu, yang menyesatkan kamu. Terdapat seekor anak lembu di dalam rumah kamu yang akan membunuh anak Nabi.’

Orang itu adalah Anas al-Nakha‘iy, yang mana anaknya, Sinan, adalah seorang bayi pada masa ramalan tersebut dibuat. Dalam tahun 61 H. Sinan sampai ke Karbala dan adalah seorang dari pembunuh Imam Husain.

480

Page 481: Sect Comparative In Peshwar Night

Sebahagian penyampai mengatakan bahawa orang yang bertanyakan soalan i tu adalah Sa‘ad bin Abi Waqas dan bahawa anaknya yang terkutuk ‘Umar bin Sa‘ad, seorang pemimpin tentera Yazid, tokoh utama di dalam tragedi Karbala. Ada kemungkinan juga kedua mereka telah bertanya soalan itu pada dua perjumpaan yang berlainan.

Laporan itu bagaimana pun menunjukkan bahawa Imam yang suci mengambil perhatian kepada fakta bahawa dia tahu perkara yang ghaib.

MERAMALKAN PEMBAWA BENDERA HABIB BIN AMMAR

Ulama kamu yang terkenal, seperti Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad dan Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , juzuk I halaman 208 telah mengatakan bahawa semasa Ali menjadi Khalifah, Amirul Mukminin sedang duduk di masjid Kufah bersama dengan sahabatnya apabila seorang berkata bahawa Khalid Ibn Uwaitah telah mati di Wadi al-Qurba. Imam berkata: "Dia tidak mati, dan tidak juga dia akan mati, sehingga dia menjadi pemimpin tentera yang sesat, pembawa benderanya adalah Habib bin Ammar."

Seorang muda berdiri di dalam perhimpunan itu dan berkata: "Saya adalah Habib Ibn Ammar dan seorang kawan kamu yang benar dan ikhlas."

Ali berkata, "Saya t idak pernah berbohong dan tidak mungkin melakukannya. Saya sebagaimana adanya, melihat Khalid, sebagai pemimpin tentera yang sesat, dan kamu adalah pembawa benderanya. Kamu akan memasuki masjid dari sana [menunjukkan kepada Bab al-Fil], dan bendera akan terkoyak oleh pintu masjid.’ Tahun berlalu. Semasa pemerintahan Yazid yang zalim Ubaidullah bin Ziyad menjadi gabenor Kufah dan menghantar tentera yang kuat untuk memerangi Imam Husain. Satu hari ramai di antara mereka yang mendengar ramalan Amirul Mukminin mengenai, Khalid dan Habib Ibn Ammar, sedang duduk di dalam masjid apabila mereka terdengar bisingnya bunyi tentera dan slogan mereka. Manusia melihat bahawa Khalid Ibn Uwaitah, pemimpin tentera yang sesat sedang menuju ke Karbala untuk memerangi anak (cucu) Nabi, memasuki masjid melalui Bab al-Fil yang sama untuk menunjukkan kegagahan mereka. Habib Ibn Ammar sedang membawa panji-panjinya. Apabila Habib masuk ke dalam masjid, benderanya terkoyak disebabkan oleh pintu masjid. Pada si munafik telah ditunjukkan berapa dalamnya pengetahuan Ali dan betapa benarnya ramalan beliau. Tidakkah tanda-tanda dan ramalan membuktikan bahawa Ali mempunyai pengetahuan yang ghaib?

Jika kamu pelajari Nahjul Balaghah dengan teli ti, iai tu susunan syarahan dan kenyataan Ali , kamu akan dapati bahawa terdapat dengan jelas ramalan mengenai bencana dan kekacauan, peristiwa mengenai raja yang agung, pemberontakan oleh orang-orang Zanj, penaklukkan oleh pemerintah Mongol, rejim Genghis Khan, keadaan mengenai Khalifah yang zalim dan penindasan mereka terhadap Syiah.

481

Page 482: Sect Comparative In Peshwar Night

Ibn Abil Hadid membincangkan fakta ini di dalam Syarh Nahjul Balaghah , juzuk I halaman 208-211. Ulama terkenal Sulaiman Balkhi al-Hanafi, di dalam Yanabi‘ al-Mawaddah , juga membincangkan bagaimana Ali kerap menunjukan betapa dalamnya pengetahuan beliau di dalam syarahan dan ramalan.

MERAMALKAN KEZALIMAN MUAWIYAH

Imam juga meramalkan bahawa Muawiyah akan menawan warga Kufah dan mengarahkan mereka supaya menolak beliau (Ali). Sebagai contoh, Imam berkata: "Sejurus selepas saya seorang dengan leher yang besar dan berperut buncit akan menundukkan kamu. Dia akan makan apa sahaja yang didapatinya, jika dia tidak mendapatnya, dia akan paksakan padanya. Maka kamu hendaklah membunuhnya. Tetapi kamu tidak pernah akan membunuhnya. Sesungguhnya, dia akan memerintahkan kamu untuk memanggil saya dengan nama yang keji dan menjauhkan diri dari saya. Maka saya izinkan kamu menghina saya kerana i tu hanya ucapan, yang mana untuk saya adalah punca kesucian dan untuk kamu adalah keselamatan dari bencana orang itu. Tetapi oleh kerana menjauhi dan kebencian adalah dari hati, kamu tidak perlulah membenci dia untuk saya. Saya telah dilahirkan di dalam Islam dan tauhid dan saya telah menjadi orang yang pertama di dalam keimanan dan hjrah.

Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , dan ulama terkenal kamu yang lain mengesahkan fakta bahawa orang yang dimaksudkan itu adalah Muawiyah bin Abi Sufyan. Apabila kedudukannya telah kukuh dia mengarahkan manusia pada menghina dan mencerca Ali. Amalan yang hina ini kekal selama 80 tahun, dan Imam yang suci dihina di setiap masjid, dan juga pada khutbah Jumaat.

Ketika Umar bin Abdul Aziz al-Umawi menjadi Khalifah dia melarang amalan yang hina itu.

Ali meramalkan amalan yang keji ini adalah satu lagi bukti pada menunjukan bahawa dia memiliki pengetahuan pada yang ghaib. Ali meramalkan banyak peristiwa yang disahkan kemudian setelah beberapa tahun berlalu.

MERAMALKAN PEMBUNUHAN DHU AL-THADIYYAH

Sebelum peperangan Nahrwan, Imam yang suci meramalkan pembunuhan terhadap Khawarij dan khususnya bagi Tazmalah, yang dikenali sebagai Dhu al-Thadiyyah . Dia meramalkan juga bahawa kaum Khariji t idak sampai 10 orang yang akan selamat dan bahawa pada pihak muslim tidak lebih dari 10 orang yang akan terbunuh. Ibn Abil Hadid dan ulama agung, Sulaiman al-Balkhi, dan lainnya telah mengatakan bahawa apa yang Imam katakan menjadi kenyataan. Ibn Abil Hadid, di dalam Syarh Nahjul Balaghah , juzuk I, halaman 425 menulis, "Ini adalah satu dari laporan yang disampaikan hampir

482

Page 483: Sect Comparative In Peshwar Night

berterusan. Ia telah diketahui umum dan disebarkan secara meluas. Ia dianggap sebagai salah satu dari keajaiban Imam.’

Maka kamu lihat, besarnya perbezaan diantara Ali dan Khalifah lainnya. Jika dia tidak mempunyai pengetahuan pada yang ghaib, bagaimana dia dapat meramalkan kejadian yang akan berlaku bertahun-tahun kemudian? Sebagai contoh, dia meramalkan Mitham Tammar akan dibunuh oleh Ubaidullah bin Ziyad, Juwairiyyah dan Rashid Hajari di bunuh oleh Ziyad, dan Amr bin Humuq di bunuh oleh kawan-kawan Muawiyah. Dia meramalkan kesyahidan anaknya, Imam Husain kepada manusia ramai.

RAMALAN TERHADAP KESYAHIDANYA DAN MENGENAI IBN MULJAM

Dia juga meramalkan kesyahidannya. Dia mengatakan pembunuhnya adalah Abdulrahman Ibn Muljim al-Muradi, walaupun orang terkutuk itu mengatakan keikhlasan dan juga penyokongnya. Ibn al-Athir menulis di dalam Usd al-Ghabah , fasal IV, halaman 25 dan yang lain juga telah mengatakan bahawa Ibn Muljim datang kepada Imam yang suci, dia membaca beberapa ayat pada memuji Amirul Mukminin di hadapan ramai para sahabat beliau. Dia berkata "Kamu adalah petunjuk yang sebenar, bebas dari segala kesalahan dan keraguan. Kamu adalah pemurah dan baik hati dan anak kepada yang berhati singa dan keturunan pahlawan, yang amat terkenal dengan keberanian semenjak dari mula. Wahai pengganti Nabi! Allah telah berikan kepada kamu kedudukan ini dan menganugerahkan ke atas kamu kemuliaan dan kehormatan yang terkandung di dalam Quran."

Para sahabat amat mengkagumi kepada kepujian dan cinta yang mendalamnya. Kemudian Imam menjawab dengan ayat ini: "Saya nasihatkan kamu untuk mencintai saya dengan hati yang terbuka walaupun saya tahu kamu adalah seorang dari musuh saya."

Ibn Hajar berkata di dalam Sawa’iq al-Muhriqah halaman 82, Imam, menjawab dengan perkataan ini kepada Ibn Muljim: "Saya mahukan dia untuk hidup, tetapi dia mahu membunuh saya. Persahabatan secara zahir ini adalah kepunyaan kaum Murad."

Abdulrahman berkata: "Mungkin kamu telah mendengar nama saya dan tidak suka kepada saya."

Imam berkata: "Tidak, bukanlah begitu, saya tahu dengan tiada keraguan bahawa kamu adalah pembunuh, dan tidak lama lagi kamu akan mengotori janggut saya yang putih dengan darah dari kepala saya."

Ibn Muljim berkata, "Jika begitu, kamu boleh membunuh aku." Para sahabatnya juga mahukan bahawa Ibn Muljim hendaklah dibunuh.

483

Page 484: Sect Comparative In Peshwar Night

Tetapi Imam berkata: "Itu tidak mungkin. Agama saya t idak membenarkan pembalasan sebelum kesalahan dilakukan. Saya tahu dengan pasti bahawa kamu adalah pembunuh saya, tetapi arahan agama untuk bertindak di atas perlakuan yang nyata dan sah. Oleh kerana kamu belum melakukan tindakan yang keji itu, saya tidak boleh menjatuhkan hukuman ke atas kamu."

Thomas Carlyle dari England menulis di dalam rangkaian syarahannya: "Wahai Wira," bahawa Ali bin Abi Talib telah dibunuh kerana keadilannya. Iaitu, jika dia telah bertindak sebelum perlaksanaan perbuatan yang keji, dia pastinya telah terselamat. Ini adalah perkara yang biasa berlaku pada raja-raja dunia ini yang akan terus membunuh sesiapa sahaja – walaupun kerabat terdekat – yang mereka sangka menjadi musuhnya”.

Peristiwa itu adalah satu lagi bukti pada fakta bahawa tiada siapa mempunyai pengetahuan pada yang ghaib melainkan Nabi atau Imam yang maksum (telah terpelihara dari melakukan kesalahan). Jika dia tidak maksum, dia mungkin, setelah mengetahui apa sebenar yang akan berlaku, boleh menyebabkan kekacauan. Tetapi Nabi atau Imam adalah maksum, walaupun setelah mengetahui pembunuhnya, tidak mengambil tindakan sebelum perlaksanaan perbuatan yang keji i tu. Tidakkah contoh itu mencukupi untuk membuktikan bahawa Imam yang suci mengetahui kejadian yang akan datang.

KEUTAMAAN ALI

Sheikh Sulayman Balkhi mengatakan pada permulaan Yanabi‘ al-Mawaddah perkataan oleh Amirul Mukminin yang telah diambil dari Ibn Talhah al-Shafii dalam Durru al-Munazzam . Imam berkata: "Sesungguhnya saya mempunyai pengetahuan yang sempurna pada mula kejadian, dan saya dikatakan sebagai menyembunyi pengetahuan mengenai yang akhir. Saya adalah pembentang pada segala pengetahuan yang tersembunyi dan yang juga t idak dapat dihuraikan. Bersama saya rekod segala yang telah berlaku dahulu dan sekarang. Sesungguhnya saya mengetahui semua perkara besar dan kecil , dan pengetahuan saya merangkumi segala alam.

Imam juga berkata: "Saya boleh membebani 70 unta dengan ulasan surah al-Fatihah."

Nabi telah berkata: "Saya adalah kota i lmu pengetahuan dan Ali adalah pintunya. Juga Allah berkata bahawa kita hendaklah memasuki rumah melalui pintunya. Maka sesiapa yang berhajat untuk mencari pengetahuan hendaklah datang melalui pintunya."

Selain dari fakta tersebut, kenyataan yang dua i tu telah mencukupi untuk membuktikan keutamaan Ali kepada yang lain. Dia seharusnya terus menggantikan Nabi sebagai ketua muslim. Apabila fakta bahawa Ali adalah yang paling berpengetahuan dari semua, adalah ganjil dan

484

Page 485: Sect Comparative In Peshwar Night

pelik untuk menganggap bahawa manusia yang jahil mempunyai hak pada mengetuai dia yang bijaksana.

ALLAH TENTU TIDAK BERHASRAT YANG UTAMA DIKETUAI OLEH MEREKA YANG LEBIH RENDAH

Ibn Abil Hadid di dalam bukunya mengenai syarahan yang pertama berkata: "Seorang yang berkedudukan rendah telah diberikan keutamaan pada mereka yang berkedudukan tinggi" Kenyataan itu adalah pengakuan terhadap keutamaan Imam, tetapi kefanatikannya telah membuat dia menambah, "Allah berhasrat bahawa yang lebih jahil mengetuai orang yang bijaksana."

Kenyataan itu amat malang, datangnya dari seorang seperti Ibn Abil Hadid. Semua orang yang mempunyai fikiran yang waras tidak akan menerimanya. Kenyataannya bertentangan dengan keadilan Allah. Sesungguhnya Allah maha Adil lagi maha Bijaksana. Dia pastinya t idak memberikan keutamaan manusia yang jahil dan membiarkannya mengetuai orang yang lebih berkelayakkan.

Allah berkata di dalam Al-Quran:

"Katakanlah lagi (kepadanya): "Adakah sama orang-orang Yang mengetahui Dengan orang-orang Yang tidak mengetahui?" [Surah al-Zumar 39: 9].

Dia berkata lagi:

Maka adakah yang dapat memberi hidayah petunjuk kepada kebenaran itu, lebih berhak diturut, ataupun yang tidak dapat memberi sebarang petunjuk melainkan sesudah ia diberi hidayah petunjuk? [Surah Yunus 10: 35].

Ibn Abil Hadid dengan jelas mengaku bahawa Ali adalah orangnya yang lebih berhak kepada kedudukan Khalifah. Dia berkata di dalam Syarh Nahjul Balaghah , juzuk I halaman 4: "Sesungguhnya Ali lebih utama dari segala manusia selepas Nabi Allah. Mengenai dengan kedudukan Khalifah, dialah yang lebih berhak dari semua Muslim."

“KOTA ILMU PENGETAHUAN” MEMBUKTIKAN HAK ALI PADA KHALIFAH PERTAMA

Lebih-lebih lagi, kenyataan Nabi dengan jelas pada penghujung Hadis itu telah mengesahkan keutamaan Ali: "Sesiapa yang berhajat untuk mencari pengetahuan hendaklah datang melalui pintunya”. Pintu disini pastinya Ali.

Maka pintu petunjuk yang mana Nabi mengarahkan kita pada mencarinya lebih berharga atau dia yang telah dipilih oleh manusia?

485

Page 486: Sect Comparative In Peshwar Night

Jawapannya adalah jelas. Arahan Nabi hendaklah diikuti. Kedua, Nabi telah adakan kriteria untuk keutamaan dan kecemerlangan, iaitu mempunyai pengetahuan yang tinggi.

Sheikh: Jika Ali mempunyai hak kepada keutamaan oleh kerana pengetahuannya, Nabi Allah tentu telah nyatakan begitu supaya ummah akan tahu bahawa patuh kepadanya adalah wajib. Tetapi tidak ada kenyataan yang sedemikian rupa yang dijumpai.

Shirazi: Saya amat terharu untuk mendengarkan kenyataan yang sedemikian dari kamu. Kamu mempunyai kecenderungan pada menolak apa sahaja – walaupun kebenaran yang nyata – apabila ia bertentangan dengan pandangan peribadi kamu. Saudara yang dihormati, saya telah menyatakan kenyataan itu untuk selama sepuluh malam. Para hadirin dan surat khabar tempatan menjadi saksi kepada fakta kenyataan itu. Tetapi kamu masih mengatakan bahawa kamu tidak melihat sebarang kenyataan yang jelas dari Nabi. Walaupun buku Sahih kamu telah dipenuhi dengan kenyataan yang jelas pada isu itu.

Biar saya tanya kepada kamu ini: Adakah ummah memerlukan kepada pengetahuan Nabi dan Sirah (Hadis dan juga ketetapan hukum)?

Sheikh: Itu adalah fakta yang diketahui. Semua para sahabat dan juga ummah memerlukan kepada petunjuk, pengetahuan dan peraturan Nabi sehingga ke hari pengadilan.

Shirazi: Semoga Allah merahmati kamu! Jika tidak ada Hadis yang lain melainkan Hadis Kota Ilmu, bahkan ini sahaja telah mencukupi untuk membuktikan maksud saya. Nabi dengan jelas mengatakan: "Saya adalah kota pengetahuan dan Ali adalah pintunya, sesiapa yang berhajat mencari pengetahuan hendaklah datang kepada pintunya."

MENURUT NABI, ALI MELEBIHI YANG LAIN DALAM PENGETAHUAN

Kenyataan apakah yang memungkinkan lebih menjelaskan dari Hadis itu, yang mana Nabi berkata bahawa "Sesiapa yang berhajat hendak mendapat faedah dari pengetahuan saya hendaklah datang kepada pintu, iaitu Ali, kerana dia adalah pintu pengetahuan!" Sekarang waktu Subuh hampir t iba. Untuk sepanjang malam saya telah membincangkan secara bersemangat tajuk itu dan telah mengambil masa kamu semua. Tetapi pada masa ini kamu telah meredakan semangat saya. Sama seperti mereka dari kamu yang terdahulu, kamu tidak mahu mendengar, dan berterusan menolak hujah-hujah yang munasabah, kamu telah menafikan kebenaran yang jelas.

Kenyataan apakah yang boleh menjadi lebih utama dari kenyataan pada pengetahuan? Adakah manusia yang mempunyai minda yang waras boleh menolak orang yang bijak dan memilih kepada mereka yang jahil? Pastinya tidak. Maka, kamu kenalah terima maksud saya, ini

486

Page 487: Sect Comparative In Peshwar Night

bukan sahaja maksud saya tetapi juga prinsip yang diterima oleh semua mereka yang mempunyai akal: oleh kerana Ali lebih utama di dalam pengetahuan dan kebijaksanaan di antara seluruh ummah, patuh kepadanya adalah wajib. Disebabkan itu, menurut pada apa yang telah saya katakan, ulama kamu yang terkenal, seperti Imam Ahmad bin Hanbal (Musnad), al-Khawarizmi (Manaqib), dan bahkan si fanatik Ibn Hajar al-Makki di dalam al-Sawa‘iq telah mengatakan bahawa Nabi telah berkata: "Di dalam ummah saya Ali bin Abi Talib lebih tinggi dari semua di dalam pengetahuan."

Tidak terdapat seorang sahabat pun yang boleh dibandingkan dengan Ali di dalam pengetahuan. Ibn Maghazili al-Shafii di dalam al-Manaqib , Muhammad bin Talhah di dalam Matalib al-Su’ul , al-Hamawaini di dalam Fara’id dan Sheikh Sulayman al-Hanafi di dalam Yanabi‘ al-Mawaddah , fasal XIV, mengatakan dari al-Kalbi bahawa ulama terkenal di dalam ummah, Abdullah Ibn Abbas, berkata: "Pengetahuan Nabi adalah dari pengetahuan Allah; pengetahuan Ali adalah dari pengetahuan Nabi. Pengetahuan saya dan pengetahuan semua para sahabat, dibandingkan dengan pengetahuan Ali, adalah umpama seti tik dari tujuh lautan."

Di dalam Nahjul Balaghah , syarahan 108, Ali berkata: "Kami (Imam yang maksum) adalah pokok pada Nabi, tempat simpanan yang selamat bagi pengkhabaran Ilahi, tempat turunnya para malaikat, lombong pengetahuan dan punca kebijaksanaan."

Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , juzuk II halaman 236 mengulas pada syarahan itu, berkata: "Sifat i tu dengan jelas dimiliki oleh Imam yang suci, oleh kerana Nabi Allah telah berkata: "Saya adalah kota pengetahuan dan Ali adalah pintunya, sesiapa yang berhajat mencari pengetahuan hendaklah datang kepada pintunya.’

Juga Nabi berkata: ‘Ali adalah yang paling saksama di antara kamu.’

Ibn Abil Hadid terus berkata: "Keupayaan mempertimbangkan sesuatu memerlukan pada berbagai pengetahuan. Ukuran bagi pengetahuannya amat t inggi yang mana tidak ada sesiapa yang setanding dengannya. Malah t idak ada sesiapa yang hampir padanya. Maka dia bolehlah mengatakan: ‘Kami adalah lombong pengetahuan dan punca kebijaksanaan.’ Maka dengan itu, selepas Nabi tiada siapa yang mempunyai hak yang utama pada mengatakan yang sedemikian pada dirinya’.

Ibn Abdil Barr di dalam al-Isti‘ab , juzuk III, halaman 38, Muhammad bin Talhah di dalam Matalib al-Su’ul , halaman 23, dan Qadi al-Iji di dalam Mawaqif , halaman 276 telah mengatakan Nabi sebagai berkata: "Ali adalah yang paling saksama diantara kamu.’

Al-Suyuti di dalam Tarikh al-Khulafa’ , halaman 115, Hafiz Abu Nu‘aim di dalam Hilyat al-Auliya’ , juzuk I halaman 65, Muhammad al-

487

Page 488: Sect Comparative In Peshwar Night

Jazari di dalam Asna al-Matalib , halaman 14, Muhammad bin Sa‘ad di dalam Tabaqat , halaman 459, Ibn Kathir di dalam Tarikh al-Kabir , juzuk VII, halaman 359, dan Ibn Abdil Barr di dalam al-Isti‘ab , juzuk IV, halaman 38, mengatakan dari Umar Ibn Khattab sebagai berkata: "Ali adalah yang paling saksama di antara kami.’

Telah dikatakan di dalam Yanabi‘ al-Mawaddah bahawa Ibn Talhah, pengarang Durru al-Munazzam berkata: ‘Kamu harus mengetahui bahawa semua rahsia dan keajaiban kitab Allah terkandung dl-dalam al-Quran. Apa sahaja yang terkandung di dalam al-Quran terdapat pada surah al-Fatihah. Apa sahaja yang terkandung di dalam surah al-Fatihah terdapat di dalam ayat ‘Bismillah al-Rahman al-Rahim.’ [Dengan nama Allah yang amat pemurah lagi amat mengasihani]. Apa sahaja di dalam ayat itu, ‘Bismillahir Rahmanir Rahim’ ada di dalam ‘Ba’ pada ‘Bismillah’. Apa sahaja di dalam ‘Ba’ pada ‘Bismillah’ ada terdapat di dalam titik di dawah ‘Ba’ pada ‘Bismillah.’ Ali berkata: ‘Saya adalah tit ik itu dibawah huruf ‘Ba’ pada ‘Bismillah’.

Juga Sulayman Balkhi di dalam Yanabi‘ al-Mawaddah , mengatakan dari Ibn Abbas sebagai berkata: ‘Pada satu malam bulan terang selepas salat Isyak, Ali , memimpin tangan saya dan membawa saya keperkuburan Baqi‘ serta berkata: ‘Abdullah! Baca.’ Saya membaca ayat ‘Bismillahir Rahmanir Rahim.’ Imam yang suci terus memberitahu saya rahsia dan keajaipan ‘Ba’ pada ‘Bismillah’ sehingga subuh.

Kedua golongan semuanya telah setuju mengenai pengetahuannya pada yang ghaib dan dia yang menjadi pewaris pada pengetahuan Nabi, Ali meduduki tempat yang unik di antara para sahabat Nabi.

Muhammad bin Talhah Shafii di dalam Matalib al-Su’ul , Khatib al-Khawarizmi di dalam Manaqib , dan Sulayman Balkhi al-Hanafi di dalam Yanabi‘ al-Mawaddah telah mengatakan dari Ibn Talhah dalam Durr al-Munazzam bahawa Ali berkata: ‘Tanyalah saya mengenai yang ghaib dan keajaipan yang tidak diketahui, kerana sesungguhnya saya adalah pewaris pengetahuan Nabi dan pesuruh Allah.’

Juga Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad , Ibn Abil Hadid di dalam Syarh Nahjul Balaghah , dan Sulayman Balkhi di dalam Yanabi‘ al-Mawaddah mengatakan bahawa Ali mengisytiharkan dari mimbar: ‘Tanyalah saya apa yang kamu tidak tahu sebelum saya mati. Tanyalah saya mengenai laluan yang ada pada langit kerana sesungguhnya, saya lebih tahu mengenai laluan itu dari jalan yang ada dibumi.

Ali menyatakan ini lama sebelum teleskop dicipta. Manusia pernah bertanyakan mengenai hidupan dilangit dan dia menjawab pertanyaan mereka.

KETERANGAN ZON ANGKASA LEPAS BERSAMAAN DENGAN ASTRONOMI SAINS SEKARANG

488

Page 489: Sect Comparative In Peshwar Night

Ulama terkenal dan ahli Hadis Sheikh Ali Ibn Ibrahim al-Qumi, pada abad ketiga Hijrah, di dalam ulasannya pada surah al-Saffat [37], ulama Sheikh Fakhruddin Ibn Tarih al-Najafi , terkenal dengan waraknya di dalam bukunya Kitab al-Lughat Ma‘rifat al-Majma‘ al-Bahrain , yang telah disusun 300 tahun dahulu, dan Allamah Muhammad Baqir al-Majlisi , di dalam Bihar al-Anwar , juzuk XIV, mengatakan bahawa Ali berkata: ‘Bintang d langit telah dihuni dengan kota sebagaimana dunia’. Sekarang dengan kerana Allah, berlaku adillah. Pada masa itu tidak ada pengetahuan mengenai astronomi moden. Dunia menerima teori Ptolemi iaitu bumi adalah pusat angkasa. Jika seseorang mengatakan sesuatu yang baharu mengenai cakrawala dan telah dibuktikan sebagai benar ribuan tahun kemudian, tidakkah kamu katakan dia mempunyai pengetahuan pada yang ghaib?

ALI MENGUASAI SEMUA SAINS

Yang sebenarnya selepas Nabi, Ali yang paling berpengetahuan dalam Falsafah, Nahu, Fqh, Astronomi, Astrologi, Jafr [Ilahiyah], Matematik, Sastera, Rhetoric, dan dalam penyusunan Kamus. Dalam semua sains dia telah memberikan banyak sumbangan yang bererti , yang mana pakar pada bidang tersebut telah dapat mengguna pakai sebagai asas pada penyelidikan seterusnya.

Sebagai contoh, dia memberitahu Abu al-Aswad al-Du‘ali [seorang penulis yang secara umum dikatakan sebagai pencipta tanda bunyi pada tulisan Arab] bahawa terdapat t iga bahagian pada percakapan: kata nama, kata kerja dan sendi nama. Juga dia membentangkan kepada prinsip Nahu dan Sintek kepada bahasa Arab, begitu juga secara mendalam pada sebutan dan vocalbury . Dengan membetulkan sebutan pada penulisan, dia telah menyelamatkan al-Quran dari salah penterjemahan masa yang akan datang.

PENERIMAAN IBN ABIL HADID TERHADAP KEUTAMAAN PENGETAHUAN ALI

Di dalam kata penghantar Syarh Nahjul Balaghah oleh Ibn Abil Hadid al-Muktazil i, kamu akan dapati ulama ini mengaku dan memuji kemuliaan Ali di dalam semua bidang pengetahuan.

Dia berkata: ‘Apa yang boleh saya katakan mengenai orang ini yang mana mempunyai segala sifat kemuliaan, yang menjadi model yang sempurna bagi setiap ummah untuk diikuti, yang dengannya semua orang berhajat hendak dikenali? Dia adalah punca keutamaan bagi segala kemuliaan. Selepas dia, sesiapa yang menerima kehormatan telah mendapat faedah darinya, kerana dia mengikuti jejak langkahnya.’

Ibn Abil Hadid berkata bahawa pengetahuan ahli fiqh yang agung Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Shafii, dan Imam Ibn Hanbal diambil dari pengetahuan Ali. Dia berkata: ‘Para sahabat yang bijak di dalam fiqh telah belajar dari Ali.’

489

Page 490: Sect Comparative In Peshwar Night

Saya tidak mahu mengambil masa kamu lagi dengan menyebutkan dari ulama yang agung. Tetapi saya menyuruh kamu membaca kata penghantar di dalam Syarh Nahjul Balaghah . Kamu akan dapati bagaimana ahli sejarah dan ulama itu telah mengakui kemuliaan Ali. Dia berkata: ‘Kes Ali adalah unik. Disepanjang hidupnya dia t idak pernah mengatakan perkataan ‘Saya tidak tahu.’ Dia mempunyai pengetahuan mengenai semua.’

Pada akhirnya penulis berkata: ‘Fakta ini boleh dianggap sebagai keajaiban Imam yang yang suci. Pengetahuan yang sedemikian di luar pencapaian manusia dan pemahamannya.’

TAHNIAH MALAIKAT KEPADA KELAHIRAN IMAM HUSAIN

Manusia datang menemui Nabi dan mengucapkan tahniah pada kelahiran Imam Husain. Seorang dari mereka berkata: ‘Wahai Nabi! Kami telah melihat sesuatu yang luar biasa pada Ali .’ Nabi bertanya: ‘Apa yang kamu lihat.’ Orang itu berkata: ‘Apabila kami datang untuk menggucapkan tahniah, kami telah ditahan dan diberitahu bahawa 120 000 malaikat telah datang dari langit dan sedang bersama dengan kamu. Kami amat hairan bagaimana Ali boleh tahu ini, dan bagaimana dia dapat mengira mereka.’

Nabi tersenyum dan bertanya kepada Ali bagaimana dia tahu seramai itu malaikat telah datang kepada baginda. Imam berkata: ‘Semoga bapa dan ibu saya mengorbankan nyawa mereka untuk kamu! Setiap malaikat yang datang kepada baginda dan memberi salam kepada kamu berkata di dalam bahasa yang berlainan. Pada pengiraan, saya dapati bahawa mereka telah bertutur di dalam 120 000 bahasa, maka saya tahu bahawa 120 000 telah datang kepada kamu.’

Nabi berkata: ‘Wahai Abul Hasan! Semoga Allah menambahkan lagi pengetahuan dan rendah hati kamu. Kemudian berpaling menghadapi manusia Nabi berkata: ‘Saya adalah kota pengetahuan dan Ali adalah pintunya. Tidak ada kejadian dan petanda yang lebih besar darinya. Dia adalah Imam bagi manusia, makhluk terbaik, kepercayaan Allah dan tempat simpanan ilmu-Nya. Dia adalah ‘manusia yang mengetahui’, diantara perkataan yang Allah menggunakan sebagai rujukkan:

Oleh itu bertanyalah kamu (Wahai golongan musyrik) kepada Ahl al-Dhikr (orang- yang berpengetahuan jika kamu tidak mengetahui. [Surah al-Nahl 16: 34].

Saya adalah perbendaharaan pengetahuan dan Ali adalah kuncinya. Maka sesiapa yang berhajat untuk mendapatkan khazanah hendak pergi kepada kuncinya.’

Jika kamu boleh tunjukkan seorang dari sahabat atau kerabat Nabi yang boleh menentang kemuliaan Ali, saya pasti akan menundukkan kepala saya kepadanya. Tetapi jika kamu tidak boleh, maka telah menjadi

490

Page 491: Sect Comparative In Peshwar Night

tanggong jawab agama kamu pada pada mendampingi yang benar tanpa memperdulikan kepada apa yang difikirkan oleh dunia. [Kemudian mengangkat tangan ke langit dan berdoa kepada Allah] Wahai Allah! Jadi saksilah kepada saya bahawa saya dengan jelas telah menunjukkan kepada jalan kebenaran dan telah melaksanakan tugas agama saya.’

NAWAB SAHIB MENERIMA SYIAH

Nawab: Tuan yang dihormati, beberapa malam yang lalu, kita telah mendengarkan banyak perbincangan pada sesi ini. Sebahagian dari kami akan membincangkan maksud-maksud hujah tersebut di antara kami setiap hari . Saya bersyukur kepada Allah kerana Dia telah menunjukkan kepada kami jalan-Nya. Semua maklumat yang palsu dari penentang telah menyesatkan kami. Sekarang jelaslah bahawa Syiah Imam Duabelas adalah petunjuk yang sebenar.

Kedua golongan, yang menghadiri perjumpaan ini dan ramai lagi dari penduduk kota yang mengikuti perdebatan ini melalui surat-surat khabar telah ditunjukkan kepada kebenaran mengenai Islam. Ya, pastinya semua mereka t idak dapat mengatakan kepercayaan mereka secara umum oleh kerana perhubungan peribadi mereka dengan penentang, tetapi mereka telah mengatakan kepada kami secara individu bahawa mereka telah menerima Syiah.

Tetapi sebahagian dari kami tidak takut kepada sesiapapun untuk menyatakan pada malam-malam tersebut yang kamu mahu menyatakan pertukaran kepercayaan kami. Tetapi tidak terdapat peluang untuk mengatakannya. Kami telah mendengarkan hujah-hujah kamu yang sungguh menyakinkan dan kini kepercayaan kami bertambah kuat.

Izinkan kami untuk membuka tirai. Biarlah nama kami dirakamkan sebagai Syiah dari pemimpin kami Amirul Mukminin dan 12 Imam. Silalah katakan kepada pengikut Syiah bahawa kami adalah dari golongan mereka. Jadi saksilah pada hari pengadilan di hadapan mahkamah keadilan Ilahi dan di hadapan datuk kamu yang mulia bahawa kami mempunyai kepercayaan yang penuh dalam 12 Imam sebagai pengganti dan wazir Nabi Allah.

Shirazi: Saya amat gembira bahawa sebahagian dari kamu telah mengakui kebenaran. Menurut dari Hadis yang dirakamkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya, Ibn Abil Hadid di dalam Sharh Nahjul Balaghah , Muhammad bin Talhah al-Syafii dalam Matalib al-Su’ul , manakala Ibn Maghazili dalam Fada’il , al-Khawarizmi dalam Manaqib , Sulayman al-Hanafi dalam Yanabi‘ al-Mawaddah dan ramai yang lain menegaskan Nabi telah menunjukkan kita kepada jalan ini. Sabdanya: “Jalan Ali adalah jalan yang benar” . Saya berharap semoga saudara Islam saya yang lain akan juga melepaskan kefanatikan mereka.

Nawab: Saya amat berterima kasih di atas kemurahan dan penjelasan kamu terhadap fakta. Tetapi masih terdapat satu lagi ti tik persoalan

491

Page 492: Sect Comparative In Peshwar Night

yang menganggu kami. Ia berkenaan dengan 12 Imam dan nama-nama mereka. Di dalam 10 malam yang lalu, Amirul Mukminin Ali telah menjadi tumpuan perbincangan. Pertama beritahu kami ayat al-Quran yang membuktikan Imam yang 12. Kedua, adakah nama 12 itu dirakamkan dalam buku-buku kami?

Shirazi: Itu adalah soalan yang wajar dan saya amat gembira untuk menjawabnya. Tetapi kini hari telah hampir subuh, dan jawapan saya tidak boleh disingkatkan.

Esok adalah hari ulang tahun cucu Nabi Imam Husain dan keluarga Qizilbash telah mengaturkan untuk menyambutnya di Risaldar Imambara. Mungkin saya akan menjawab soalan kamu pada ketika itu.

Nawab: Saya sangat bersetuju dengan kamu. Sekarang saya akan memperkenalkan kepada saudara orang-orang yang telah mendapat rahmat dari pertemuan ini, memperolehi cahaya keimanan.

ENAM ORANG SUNNI MENGISYTIHARKAN PENERIMAAN MEREKA KEPADA FAHAMAN SYIAH

Nawab: Malam ini satu penyaksian "La il laha l lallah Muhammadur Rasulullah", maka saudara-saudara kita ini telah bersedia untuk mengisytiharkan keimanan mereka kepada Khalifah dan Imamah Ali AS dan sebelas keturunannya:

1. Diri saya sendiri, Abdul Qayyuun. 2. Syed Ahmad Ali Shah, Sahib. 3. Seth Ghulam Imamain, Sahib. 4. Sardar Ghulam Haider Sahib. 5. Abdul Ahad Khan Sahib. 6. Abdul Samad Khan, Sahib.

TAMAT

492