1. Sebutkan cara kerja obat aminofilin Aminofilin merupakan bentuk garam dari teofilin. Mekanisme kerjanya yaitu dengan menghambat enzim fosfodiesterase (PDE) sehingga mencegah pemecahan cAMP dan cGMP masing-masing menjadi 5’-AMP dan 5’-GMP. Penghambatan PDE menyebabkan akumulasi cAMP dan cGMP dalam sel sehingga menyebabkan relaksasi otot polos termasuk otot polos bronkus. (Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007) 2. Sebutkan dosis pemberian aminofilin, maintanance dose, lethal dose dan pemberiannya pada kasus- kasus yang memerlukan pemberian aminofilin Dosis : Dewasa : Asma akut berat yang memburuk dan belum mendapat terapi dengan Teofilin. Injeksi IV pelan : 250-500mg (5 mg/kg) (diinjeksikan lebih dari 20 menit) dengan monitoring ketat, selanjutnya dapat diikuti dengan dosis pada asma akut berat. Dewasa : Asma akut berat : IV infus 500 mcg/kg/jam (dengan monitoring ketat) disesuaikan dengan konsentrasi plasma Teofilin. Anak-anak : Asma akut berat yang memburuk dan belum mendapat terapi dengan Teofilin. Injeksi IV pelan : 5 mg/kg (diinjeksikan lebih dari 20 menit) dengan monitoring ketat, selanjutnya dapat diikuti dengan dosis pada asma akut berat.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1. Sebutkan cara kerja obat aminofilin
Aminofilin merupakan bentuk garam dari teofilin. Mekanisme kerjanya yaitu dengan menghambat enzim fosfodiesterase (PDE) sehingga mencegah pemecahan cAMP dan cGMP masing-masing menjadi 5’-AMP dan 5’-GMP. Penghambatan PDE menyebabkan akumulasi cAMP dan cGMP dalam sel sehingga menyebabkan relaksasi otot polos termasuk otot polos bronkus.
(Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007)
2. Sebutkan dosis pemberian aminofilin, maintanance dose, lethal dose dan pemberiannya pada kasus-kasus yang memerlukan pemberian aminofilin
Dosis :
Dewasa : Asma akut berat yang memburuk dan belum mendapat terapi dengan Teofilin. Injeksi IV pelan : 250-500mg (5 mg/kg) (diinjeksikan lebih dari 20 menit) dengan monitoring ketat, selanjutnya dapat diikuti dengan dosis pada asma akut berat.
Dewasa : Asma akut berat : IV infus 500 mcg/kg/jam (dengan monitoring ketat) disesuaikan dengan konsentrasi plasma Teofilin.
Anak-anak : Asma akut berat yang memburuk dan belum mendapat terapi dengan Teofilin. Injeksi IV pelan : 5 mg/kg (diinjeksikan lebih dari 20 menit) dengan monitoring ketat, selanjutnya dapat diikuti dengan dosis pada asma akut berat.
Anak-anak : Asma akut berat: IV infus: anak usia 6 bulan - 9 tahun 1mg/kg/jam anak usia 10 - 16 tahun 800 mcg/kg/jam disesuaikan dengan konsentrasi teofilin dalam plasma.
Rentang terapeutik teofilin adalah 10 sampai 20 mcg/mL,
Lethal dose mulai menunjukan efek toksik pada rentang 15-20 mcg/ml
Untuk dosis pemeliharaan (maintanance dose), efek yang optimal dapat dipertahankan dengan pemberian infus aminofilin 0,5 mg/kgBB/jam untuk dewasa normal dan bukan perokok. Anak di bawah 12 tahun dan orang dewasa perokok memerlukan dosis yang lebih tinggi yaitu 0,8-0,9 mg/kgBB/jam. Dosis ini diturunkan pada pasien dengan penurunan atau gangguan perfusi hati. Tanpa
mengetahui besarnya kadar obat dalam plasma, pemberian infus tidak boleh melebihi 6 jam.
(Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007)
Di Indonesia, aminofilin tersedia dalam bentuk ampul 10 ml yang mengandung 24 mg aminofilin setiap mililiternya untuk penggunaan IV. Terdapat juga sediaan dalam bentuk tablet 100 mg dan 200 mg dengan naa dagang aminophilin.
(Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007)
(Daftar Obat Standar Edisi vii, PT. JAMSOSTEK, 2005)
4. Jelaskan perbedaan aminofilin dan teofilin
Aminofilin merupakan bentuk garam dari teofilin. Aminofilin berbentuk serbuk berwarna putih atau sedikit kekuningan. Bersifat anhydrous atau tidak mengandung lebih dari 2 molekul air. Aminofilin mengandung tidak kurang dari 84.0% dan tidak lebih dari 87.4% teofilin anhydrous, serta mengandung 13.5% sampai 15% anhydrous ethylenediamine. Larut dalam air (larutan menjadi keruh akibat pengaruh karbon dioksida), tidak larut dalam dehydrated alkohol. Sedangkan teofilin merupakan obat golongan derivat xantin yang memilik gugus metil 1,3-dimetilxantin yang memiliki efek diuresis, merangsang SSP, merangsang otot jantung dan merelaksasikan oto polos terutama bronkus sehingga dapat berfungsi sebagai bronkodilator. Perbedaannya adalah kelarutan aminofilin lebih besar daripada teofilin, tetapi temyata derajat absorpsinya tidak banyak berbeda. Sebagai pedoman, 1,27 gram aminofilin setara dengan 1 gram teofilin. Dalam tubuh aminofilin terurai menjadi teofilin sehingga dalam hal ini setiap pemberian teofilin dalam bentuk aminofilin, dosis harus dinaikkan sebanyak 20% untuk memperoleh kekuatan yang sama
(Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007)
6. Sebutkan sefalosporin generasi 1-4, indikasi dan kontraindikasi
Sefalosporin termasuk golongan antibiotika Betalaktam. Seperti antibiotik Betalaktam lain, mekanisme kerja antimikroba Sefalosporin ialah dengan menghambat sintesis dinding sel mikroba. Yang dihambat adalah reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel. Sefalosporin aktif terhadap kuman gram positif maupun garam negatif, tetapi spektrum masing-masing derivat bervariasi.
Penggolongan SefalosporinHingga tahun 2006 golongan Sefalosporin sudah menjadi 4
generasi, pembedaan generasi dari Sefalosporin berdasarkan aktivitas mikrobanya dan yang secara tidak langsung sesuai dengan urutan masa pembuatannya.
Tabel 1. Penggolongan Sefalosporin
No.Nama Generasi Cara Pemberian Aktivitas Antimikroba
1. Cefadroxil 1 Oral
Aktif terhadap kuman gram
positif dengan keunggulan
dari Penisilin aktivitas nya
terhadap bakteri penghasil
Penisilinase
2. Cefalexin 1 Oral
3. Cefazolin 1 IV dan IM
4. Cephalotin 1 IV dan IM
5. Cephradin 1 Oral IV dan IM
6. Cefaclor 2 Oral Kurang aktif terhadap
bakteri gram postif
dibandingkan dengan
generasi pertama, tetapi
lebih aktif terhadap kuman
gram negatif;
7. Cefamandol 2 IV dan IM
8. Cefmetazol 2 IV dan IM
9. Cefoperazon 2 IV dan IM
misalnyaH.influenza, Pr.
Mirabilis, E.coli, dan
Klebsiella
10. Cefprozil 2 Oral
11. Cefuroxim 2 IV dan IM
12. Cefditoren 3 Oral
Golongan ini umumnya
kurang efektif dibandingkan
dengan generasi pertama
terhadap kuman gram
positif, tetapi jauh lebih
efektif terhadap
Enterobacteriaceae,
termasuk strain penghasil
Penisilinase.
13. Cefixim 3 Oral
14. Cefotaxim 3 IV dan IM
15. Cefotiam 2 IV dan IM
16. Cefpodoxim 3 Oral
17. Ceftazidim 3 IV dan IM
18. Ceftizoxim 3 IV dan IM
19. Ceftriaxon 3 IV dan IM
20. Cefepim 4 Oral IV dan IM Hampir sama dengan
generasi ketiga21. Cefpirom 4 Oral IV dan IM
Indikasi Klinik :
Sediaan Sefalosporin seyogyanya hanya digunakan untuk pengobatan infeksi
berat atau yang tidak dapat diobati dengan antimikroba lain, sesuai dengan
spektrum antibakterinya. Anjuran ini diberikan karena selain harganya mahal,
potensi antibakterinya yang tinggi Adapun indikasi dari masing Sefalosporin
sebagai berikut :
Adapun indikasi dari masing-masing obat golongan sefalosporin yaitu :
1. Cefadroxil dan Cefalexin
Obat golongan Cefalosporin ini yang digunakan untuk mengobati infeksi tertentu
yang disebabkan oleh bakteri pada kulit, tenggorokan, dan infeksi kandung kemih.
Antibiotik ini tidak efektif untuk pilek, flu atau infeksi lain yang disebabkan virus.
2. Cefazolin
Cefazolin digunakan untuk mengobati infeksi bakteri dan penyakit pada infeksi
pada kandung empedu dan kandung kemih, organ pernafasan, genito
urinaria (infeksi pada organ seksual dan saluran kencing), pencegahan infeksi
pada proses operasi dan infeksi kulit atau luka.
3. Cephalotin
Obat golongan Sefalosporin ini yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri
dan penyakit pada infeksi kulit dan jaringan lunak, saluran nafas, genito-urinaria,
pasca operasi, otitis media dan septikemia.
4. Cefaclor dan Cefixim
Cefalosporin ini menghilangkan bakteri yang menyebabkan berbagai macam
penyakit seperti pneumonia dan infeksi pada telinga, paru-paru, tenggorokan,
saluran kemih dan kulit.
5. Cefamandol, Ceftizoxim dan Ceftriaxon
Cefalosporin ini menghilangkan bakteri yang menyebabkan berbagai macam
penyakit pada paru-paru, kulit, tulang, sendi, perut, darah dan saluran kencing.
6. Cefmetazol
Cefmetazol lebih aktif daripada Sefalosporin golongan pertama terhadap gram
positif Proteus, Serritia, kuman anaerobik gram negatif (termasuk B. fragilis) dan
beberapaE.coli, Klebsiella dan P. mirabilis, tetapi kurang efektif dibandingkan
Cefoxitin atau Cefotetan melawan kuman gram negatif.
7. Cefoperazon dan Ceftazidim
Obat Sefalosporin ini menghilangkan bakteri yang menyebabkan berbagai macam
infeksi termasuk paru-paru, kulit, sendi, perut, darah, kandungan, dan saluran
kemih.
8. Cefprozil
Obat Sefalosporin ini mengobati infeksi seperti Otitis Media, infeksi jaringan
lunak dan saluran nafas.
9. Cefuroxim
Cefuroxim digunakan untuk mengobati infeksi tertentu yang disebabkan oleh
bakteri seperti; bronkitis, gonore, penyakit limfa, dan infeksi pada organ telinga,
tenggorokan, sinus, saluran kemih, dan kulit.
10. Cefotaxim
Cefotaxime digunakan untuk mengobati Gonore, infeksi pada ginjal
(pyelonephritis), organ pernafasan, saluran kemih, meningitis, pencegahan infeksi
pada proses operasi dan infeksi kulit dan jaringan lunak.
11. Cefotiam
Memiliki aktivitas spetrum luas terhadap kuman gram negatif dan positif, tetapi
tidak memiliki aktivitas terhadapPseudomonas aeruginosa.
12. Cefpodoxim
Obat Sefalosporin ini menghilangkan bakteri yang menyebabkan berbagai macam
infeksi seperti Pneumonia, Bronkitis, Gonore dan infeksi pada telinga, kulit,
tenggorokan dan saluran kemih.
13. Cefepim
Obat Sefalosporin ini menghilangkan bakteri yang menyebabkan berbagai macam
infeksi seperti Pneumonia, kulit, dan saluran kemih.
14. Cefpirom
Obat Sefalosporin ini menghilangkan bakteri yang menyebabkan berbagai macam
infeksi pada darah atau jaringan, paru-paru dan saluran nafas bagian bawah, serta
saluran kemih
Kontraindikasi :
Obat golongan sefalosporin umumnya bersifat nefrotoksik sehingga
penggunaannya harus lebih diperhatikan pada pasien dengan gangguan ginjal.
membentuk kelompok steroid. Kompelks ini mengalami perubahan
konformasi, lalu bergerak menuju nukelus dan berikatan dengan kromatin.
Ikatan ini menstimuasi transkripsi RNA dan sintesis protein spesifik.
Induksi ini akan menghasilkan efek psikologis steroid.
(Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007)
9. Farmakologi kalmethason
Kortisol merupakan bentuk alami dari glukokortikoid yang disintesis dari kolesterol di dalam korteks adrenal. Dalam keadaan normal, di dalam sirkulasi terdapat kurang dari 5% kortisol bebas yang merupakan bentuk aktif dalam terapi. Sedangkan sisanya dalam bentuk inaktif karena terikat dengan cortisol-binding globulin (CBG, atau yang dikenal sebagai transcortin) (95%) atau berikatan dengan albumin (5%). Sekresi cortisol setiap harinya berkisar antara 10-20 mg, dengan puncak diurnal sekitar pukul 8 pagi. Kortisol memiliki waktu paruh 90 menit. Metabolismenya terutama berlangsung di dalam hepar dan metabolit yang dihasilkan diekskresikan oleh ginjal dan hepar. Mekanisme kerja glukokortikoid melalui difusi pasif melalui membran sel, diikuti dengan ikatan dengan protein reseptor di dalam sitoplasma. Kompleks reseptor hormon kemudian masuk ke dalam nukleus mempengaruhi transkripsi sejumlah gen-gen target yang menyebabkan penurunan sintesis molekul-molekul proinflamasi termasuk sitokin, interleukin, molekul adhesi dan protease.
Glukokortikoid mempengaruhi replikasi dan pergerakan sel serta menimbulkan keadaan monositopenia, eosinopenia dan lymphocytopenia. Efeknya terhadap sel T lebih besar dibandingkan dengan sel B. Lymphocytopenia timbul sebagai akibat redistribusi sel-sel yang bermigrasi dari sirkulasi menuju jaringan lymphoid lainnya, dan diyakini bahwa glukokortikoid menyebabkan apoptosis. Glukokortikoid juga berperan dalam aktivasi, proliferasi dan diferensiasi sel. Fungsi makrofag berkurang oleh kortisol dan penurunan ini memperngaruhi reaksi hipersensitivitas sedang dan lambat. Fungsi monosit dan lymphosit juga turut terpengaruh. Penggunaan glukokortikoid juga menyebabkan produksi antibodi berkurang.
12. Jelaskan mengenai asidosis metabolik, respiratorik, alkalosis metabolik dan respiratorik
a. Asidosis Respiratorik (pH turun pCO2 naik)
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat. Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam. Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.
Penyebab :
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan karbondioksida secara adekuat.Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru,
seperti:
- Emfisema - Pneumonia berat- Edema pulmo.
Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan. Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan.
b. Asidosis Metabolik (pH turun HCO3 turun)
Asidosis metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonatdalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam. Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma.
Penyebab :
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama:
1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam
atau suatu bahan yang diubah menjadi asam. Sebagian besar bahan yang
menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun.. Contohnya adalah
metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).
Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.
Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari
beberapa penyakit; salah satu diantaranya adalah diabetes melitus tipe I.
Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak
dan menghasilkan asam yang disebut keton. Asam yang berlebihan juga
ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari
metabolisme gula.
3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang
asam dalam jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang
normalpun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara
normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis,
yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang
mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.
c. Alkalosis Respiratorik (PH naik PCO2 turun)
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena pernafasan yang cepat dan dalam menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah.
Penyebab :
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah
-rasa nyeri- sirosis hati- kadar oksigen darah yang rendah- demam- overdosis aspirin.
Pengobatan :
Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat pernafasan.Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit ini.
Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri. Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali karbondioksida yang dihembuskannya. Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali. Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik
d. Alkalosis Metabolik (pH naik HCO3 naik)
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat.
Penyebab :
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam.Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut). Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat. Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa darah.
Penyebab utama akalosis metabolik:
1. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
2. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
3. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan kortikosteroid).
13. Sebutkan isi, lokasi, kontraindikasi dan cara pemberian vaksin BCG
Isi
Vaksin BCG berisi bakteri hidup yang dilemahkan berasal dari strain
Mycobacterium bovis
Kontraindikasi
Karena berisi bakteri hidup, pemberian vaksin ini tidak dapat dilakukan
pada pasien yang memiliki ganggun imunitas tubuh atau pada pasien yang
sedang mwngkonsumsi obat-obatan imunosupresan.
Dosis
Umur ≤ 1 tahun : 0,05 cc
Umur > 1 tahun : 0,1 cc
Lokasi penyuntikan BCG
Vaksin BCG diberikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas pada
insersio M.deltoideus sesuai anjuran WHO, tidak ditempat lain (misalnya
bokong, paha). Untuk mendapatkan lokasi deltoid yang baik membuka
lengan atas dari pundak ke siku. Lokasi yang paling baik adalah pada
tengah otot, yaitu separuh antara akromion dan insersi pada tengah
humerus. Bila bagian bawah deltoid yang disuntik, ada risiko trauma saraf
radialis karena saraf tersebut melingkar dan muncul dari otot trisep. Posisi
yang salah akan menghasilkan suntikan subkutan yang tidak benar dan
meningkatkan resiko penetrasi saraf.
Cara penyuntikan BCG
Posisi seorang anak yang paling nyaman untuk suntikan di daerah deltoid
ialah duduk di atas pangkuan ibu atau pengasuhnya. Lengan yang akan
disuntik dipegang dan menempel pada tubuh bayi, sementara lengan
lainnya diletakkan di belakang tubuh orang tua atau pengasuh. Lokasi
deltoid yang benar merupakan hal yang penting supaya vaksinasi
berlangsung aman dan berhasil. Jarum suntik ditusukkan membuat sudut
450 -600 mengarah pada akromion.
(Rahajoe, N.N. et al. Tuberkulosis (Vaksin BCG) dalam Buku Imunisasi di
Indonesia. Edisi kedua. Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jakarta, 2005.)
14. Sebutkan cara penyuntikan,indikasi,kontraindikasi dari semua imunisasi
dasar
1. BCG ( Bacillus Calmette Guerin ) Indikasi :Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap TBC (Tuberculosa).
Cara Pemberian dan Dosis :
Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan dengan 4 ml pelarut NaCl 0,9%. Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril dengan jarum panjang. Dosis pemberian 0,05 ml, sebanyak 1 kali, untuk bayi.
Kontra indikasi :Adanya penyakit kulit yang berat / menahun seperti : eksim, furunkulosis dan sebagainya. Mereka yang sedang menderita TBC.
Efek samping :Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam. 1-2 minggu kemudian akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat suntikkan yang berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan / atau leher, terasa padat, tidak sakit dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan sendirinya.
2. DPT – Hepatitis B
IndikasiUntuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis dan hepatitis B.
Cara pemberian dan dosis :Pemberian dengan cara intra muskuler 0,5 ml sebanyak 3 dosis.Dosis pertama pada usia 2 bulan, dosis selanjutnya dengan interval minimal 4 minggu (1 bulan). Dalam pelayanan di unit statis, vaksin yang sudah dibuka
dapat dipergunakan paling lama 4 minggu dengan penyimpanan sesuai ketentuan :
vaksin belum kadaluarsa vaksin disimpan dalam suhu 2 derajat Celcius sampai dengan 8 derajat
Celcius
tidak pernah terendam air
sterilitasnya terjaga
VVM (Vaksin Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B
Efek samping
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
3. PolioIndikasi Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap Poliomyelitis.
Cara pemberian dan dosis
Diberilan secara oral, 1 dosis adalah 2 (dua) tetes sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.
Di unit pelayanan statis, vaksin polio yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 2 minggu dengan ketentuan :
vaksin belum kadaluarsa vaksin disimpan dalam suhu 2 derajat Celcius sampai dengan 8 derajat Celcius
tidak pernah terendam air
sterilitasnya terjaga
VVM (Vaksin Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B
Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya.
Efek sampingPada umumnya tidak terdapat efek samping.
KontraindikasiPada individu yang menderita “immune deficiency”. Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian OPV pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh.
4. Imunisasi Hepatitis B Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis B.
Tidak dapat mencegah infeksi virus lain seperti virus Hepatitis A atau C atau yang diketahui dapat menginfeksi hati.Cara pemberian dan dosis
Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB.
Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB ADS PID, pemberian suntikkan secara intra muskuler, sebaiknya pada anterolateral paha.
Pemberian sebanyak 3 dosis.
Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval minimum 4 minggu (1 bulan).
5. Campak Indikasi Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit Campak.
Cara pemberian dan dosis
Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan atas, pada usia 9-11 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah cath-up campaign Campak pada anak Sekolah Dasar kelas 1-6.
Vaksin campak yang sudah dilarutkan hanya boleh digunakan maksimum 6 jam. Efek sampingHingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi.
KontraindikasiIndividu yang mengidap penyakit immuno deficiency atau individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia, lymphoma.
15. Kenapa pemberian imunisasi campak dilakukan pada anak usia 9
bulan ?
Anjuran pemerintah program imunisasi dasar dan WHO. Menurut WHO
(1973) imunisasi campak cukup dilakukan dengan 1 kali suntikan setelah
bayi berumur 9 bulan. Lebih baik lagi setelah ia berumur lebih dari 1
tahun. Karena kekebalan yang diperoleh berlangsung seumur hidup, maka
tidak diperlukan revaksinasi lagi.
Pada umumnya vaksinasi pada bayi berumur kurang dari 9 bulan tidak
dapat menghasilkan kekebalan yang baik, karena terganggu oleh antibodi
1. Periksa apakah ada glukosa dalam urin dengan urine dipstick. Jika terdapat glukosuria, maka hal ini dapat menyebabkan hasil false positive, jika feses yang akan diperiksa sudah bercampur dengan urin.
2. Encerkan feses dengan aquadest dengan perbandingan 1:2.3. Jika masih terdapat feses padat, sentrifus selama 2-6 menit.4. Ambil dengan pipet 15 tetes supernatant, masukkan ke dalam tabung reaksi
yang bersih dan kering.5. Masukkan tablet clinitest ke dalam tabung reaksi.6. Panaskan dalam penangas air hingga mendidih. Selama pemanasan, larutan
tersebut jangan diaduk.7. Setelah mendidih, ambil tabung reaksi dari penangas air dengan tang penjepit
dan tempatkan pada rak tabung reaksi.8. Tunggu hingga sekitar 15 detik, kemudian kocok larutan perlahan-lahan.
Perhatikan perubahan warnanya.9. Warna yang terbentuk kemudian dibandingkan dengan warna pada color chart.