BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangPendidikan merupakanusaha sadar untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki menuju kearah
kedewasaan.Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasanabelajardan prosespembelajaranagarpeserta
didiksecara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri,kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, sertaketerampilanyang
diperlukan dirinya danmasyarakat. Pendidikan meliputi
pengajarankeahliankhusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat
tetapi lebih mendalam yaitu
pemberianpengetahuan,pertimbangandankebijaksanaan. Salah satu dasar
utama pendidikan adalah untuk mengajarkebudayaanmelewati
generasi.
B. Rumusan masalah1.Apa yang dimaksud pendidikan seumur
hidup?2.Bagaimana konsep pendidikan seumur hidup?3.Apa hakikat
pendidikan seumur hidup itu?4.Apa pentingnya pendidikan seumur
hidup?
1BAB IIPEMBAHASAN
A.Pendidikan Seumur HidupPendidikan biasanya berawal
saatseorangbayiitu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang
dilakukan oleh banyak orang dengan memainkanmusikdan membaca kepada
bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajarbayi mereka
sebelum kelahiran.Pendidikan Seumur Hidup (Long Life Education)
adalah makna yang seharusnya benar-benar terkonsepsikan secara
jelas serta komprehensif dan dibuktikan dalam pengertian, dalam
sikap, perilaku dan dalam penerapan terutama bagi para pendidik di
negeri kita.Pendidikan seumur hidup atau belajar seumur hidup bukan
berarti kita harus terus sekolah sepanjang hidup kita. Sekolah
banyak diartikan oleh masyarakat sebagai tugas belajar yang
terperangkap dalam sebuah ruang yang bernama kelas, bukan itu yang
dimaksud. Paradigma belajar seperti ini harus segera kita rubah.
Pengertian belajar bukan hanya berada dalam ruangan tapi belajar
disemua tempat, semua situasi dan semua hal.Belajar berarti
memfungsikan hidup, orang yang tidak belajar berarti telah
kehilangan hidupnya, paling tidak telah kehilangan hidupnya sebagai
manusia. Karena hidup manusia itu bukan hanya individu dalam
dirinya saja tapi juga interaksi dengan sesamanya, dengan antar
generasi dan kehidupan secara universal.Dalam Pendidikan atau
Belajar terdapat interaksi antara tantangan (challenge) dari alam
luar diri manusia dan balasan (response) dari daya dalam diri
manusia. Dalam belajar juga terjadi interaksi komunikasi antara
manusia dan berlangsungnya kesinambungan antar generasi serta
belajar melestarikan hidup, mengamankan hidup dan menghindari
pengrusakan hidup. Belajar berarti menghargai hidup kita.2Dalam
agama sering kita dengar kalimat Belajarlah (tuntutlah ilmu) dari
ayunan sampai liang lahat.Belajar merupakan tugas semua manusia,
tua-muda, besar-kecil, kaya-miskin semua mempunyai tugas tersebut.
Kita belajar mengetahui apapun yang ada di dunia ini untuk kemajuan
individu atau universal. Belajar memberi, belajar menerima, belajar
bersabar, belajar menghargai, belajar menghormati dan belajar semua
hal.Pendidikan tidaklah selesai setelah berakhirnya masa sekolah,
tetapi merupakan sebuah proses masa sekolah, tetapi merupakan
sebuah proses yang berlangsung sepanjang hidup. Pendidikan seumur
hidup tidakdiartikan sebagai pendidikan orangdewasa, tetapi
mencakup danmemadukan semua tahapmemadukan semua tahappendidikan
(pendidikan anak usiadini, pendidikan dasar, pendidikanmenengah,
pend. tinggi).B. Konsep Pendidikan Seumur HidupKonsep pendidikan
seumur hidup merupakan gagasan yang universal. Konsep pendidikan
seumur hidup memandang pendidikan sebagai satu sistem yang
menyeluruh yang di dalamya terkandung prinsip-prinisp
penggorganisasian untuk pengembangan pendidikan. Terjadinya
perubahan yang begitu cepat terhadap kehidupan manusia dan keadaan
jaman lebih-lebih dengan timbulnya gejala globalisasi yang
seolah-olah sudah tidak mengenal batas ruang, waktu dan tempat ini
merupakan tantangan tersendiri bagi manusia. Oleh karena itu untuk
bisa bertahan dan menguasai nasib sendiri dalam kehidupan peranan
pendidikan atau belajar sepanjang hayat diperlukan oleh setiap
orang.Dalam hal ini belajar sepanjang hayat menjadi alat untuk
membangun keseimbangan antara belajar dan bekerja, adaptasi yang
terus-menerus untuk sejumlah pekerjaan dan untuk pelaksanaan
kewarganegaraan yang aktif. Berikutnya diungkapkan pula mengenai
empat pilar pendidikan sepanjang hayat, yaitu merupakan empat sendi
atau sokoguru pengetahuan sebagai landasan berpijaknya pendidikan
non formal. Keempat pilar tersebut adalaha.pertama learning to know
yaitu belajar untuk menguasai instrumen-instrumen
pengetahuan.3b.Kedua Learning to do (belajar berbuat) yaitu sebuah
konsepsi bagaimana kita bisa berbuat dan melakukan atau
mempraktekan dari apa yang sudah kita pelajari.c.Ketiga yaitu
Learning to live together (belajar hidup bersama) belajar hidup
berasama orang lain yaitu konsepsi bagaimana kita bisa hidup
bersama dengan orang laing yang memiliki latar, budaya, sosial,
ekonomi dan agama dan keaneka ragaman yang berbeda-beda. Dan pilar
yangd.Keempat adalah learning to be (belajar menjadi seseorang)
artinya adalah bahwa pendidikan harus bisa menyumbangkan
perkembangan yang seutuhnya kepada setiap orang baik dalam jiwa
raga, itelegensia, kepekaan, rasa, estetika tanggung jawab pribadi
dan nilai-nilai spiritual. Keempat pilar pendidikan tersebut
dijadikan landasan untuk pencapaian tujuan pendidikan sepanjang
hayat.C. Hakikat Pendidikan Seumur HidupBelajar merupakan tugas
semua manusia, tua-muda, besar-kecil, kaya-miskin semua mempunyai
tugas tersebut. Kita belajar mengetahui apapun yang ada di dunia
ini untuk kemajuan individu atau universal. Belajar memberi,
belajar menerima, belajar bersabar, belajar menghargai, belajar
menghormati dan belajar semua hal. Dalam kenyataan kehidupan
sehari-hari dari dahulu sudah dapat dilihat bahwa pada hakikatnya
orang belajar sepanjang hidup, meskipun dengan cara yang berbeda
dan melalui proses yang tidak sama. Jelasnya tidak ada batas usia
yang menunjukan tidak mungkinnya dan tidak dapatnya orang belajar.
Jika seorang petani yang sudah tua berusaha mencari tahu mengenai
cara-cara baru dalam bercocok tanam, pemberantasan hama, dan
pemasaran hasil yang lebih menguntungkan, itu adalah pertanda bahwa
belajar itu tidak dibatasi usia.Dorongan belajar sepanjang hayat
itu terjadi karena dirasakan sebagai kebutuhan. Setiap orang merasa
butuh untuk mempertahankan hidup dan kehidupannya dalam menghadapi
dorongan-dorongan dari dalam dan tantangan alam sekitar, yang
selalu berubah.4Tiga komponen yang saling berhubungan satu dengan
lainnya, yaitu individu; masyarakat; dan lingkungan fisik.
perkembangan dan perubahan yang juga mencakup tiga komponen yakni
;1.Tahap-tahap perkembangan individu, meliputi; masa balita, masa
kanak-kanak,masa sekolah, masa remaja, dan masa
remaja;2.Peranan-peranan sosial yang umum dan unik dalam kehidupan,
yang berbeda-beda di setiap lingkungan hidup; dan3.Aspek-aspek
perkembangan kepribadian, meliputi; fisik, mental, sosial, dan
emosional. Pendidikan sepanjang hayat (PSH) atau pendidikan seumur
hidup yang secara operasional sering pula disebut pendidikan
sepanjang raga (long life education) bukanlah sesuatu yang
baru.Pendidikan bukan hanya berlangsung di sekolah. Pendidikan akan
mulai segera setelah anak lahir dan akan berlangsung sampai manusia
meninggal dunia, sepanjang ia mampu menerima pengaruh-pengaruh.
Oleh karena itu, proses pendidikan akan berlangsung dalam keluarga,
sekolah dan masyarakat .1.Keluarga merupakan lingkungan pertama dan
utama bagi proses perkembangan seorang individu sekaligus merupakan
peletak dasar kepribadian anak. Pendidikan anak diperoleh terutama
melalui interaksi antara orang tua anak. Dalam berinteraksi dengan
anaknya, orang tua akan menunjukkan sikap dan perlakuan tertentu
sebagai perwujudan pendidikan terhadap anaknya.2.Pendidikan di
sekolah merupakan kelanjutan dalam keluarga.Sekolah merupakan
lembaga tempat dimana terjadi proses sosialisasi yang kedua setelah
keluarga, sehingga mempengaruhi pribadi anak dan perkembangan
sosialnya. Sekolah diselenggarakan secara formal. Di sekolah anak
akan belajar apa yang ada di dalam kehidupan, dengan kata lain
sekolah harus mencerminkan kehidupan sekelilingnya. Oleh karena
itu, sekolah tidak boleh dipisahkan dari kehidupan dan kebutuhan
masyarakat sesuai dengan perkembangan budayanya.5Dalam kehidupan
modern seperti saat ini, sekolah merupakan suatu keharusan, karena
tuntutan-tuntutan yangdiperlukan bagi perkembangan anak sudah tidak
memungkinkan akan dapat dilayani oleh keluarga. Materi yang
diberikan di sekolah berhubungan langsung dengan pengembangan
pribadi anak, berisikan nilai moral dan agama, berhubungan langsung
dengan pengembangan sains dan teknologi, serta pengembangan
kecakapan-kecakapan tertentuyang langsung dapat dirasakan dalam
pengisian tenaga kerja.3.Pendidikan di masyarakat merupakan bentuk
pendidikan yang diselenggarakan di luar keluarga dan sekolah.
Bentuk pendidikan ini menekankan pada pemerolehan pengetahuan dan
keterampilan khusus serta praktis yang secara langsung bermanfaat
dalam kehidupan di masyarakat.D. Pentingnya Pendidikan Seumur
HidupPerlunya pendidikan seumur hidup dalam beberapa hal :1.
Pertimbangan ekonomiMenurut pandangan tokoh pendidikan seumur
hidup, pembentukan sistem pendidikan berfungsi sebagai basic untuk
memperoleh ketrampilan ekonomis berharga dan menguntungkan. Tidak
berarti mereka menekankan bahwa pendidikan seumur hidup akan dapat
meningkatkan produktivitas pekerja dan akan meningkatkan
keuntungan, tapi hal terpenting adalah untuk meningkatkan kualitas
hidup, memperbesar pemenuhan diri, melepaskan dari kebodohan,
kemiskinan, dan eksplorasi.2. KeadilanKeadilan dalam memperoleh
pendidikan seumur hidup diusahakan oleh pemerintah. Dalam konteks
keadilan pendidikan seumur hidup pada prinsipnya bertujuan untuk
mengeliminasi pesanan sekolah sebagai alat untuk melestaikan
ketidakadilan.63. Faktor peranan keluargaKeluarga berfungsi sebagai
sentral sumber pendidikan pada waktu silam. Pendidikan seumur hidup
dapat memperlengkapi kerangka organisasi yang memungkinkan
pendidikan mengambil alih tugas yang dulunya ditangani keluarga.
Dalam masalah ini harus diperhatikan bahwa penekanan peranan
pendidikn seumur hidup sebagai pembantu keluarga, berarti akan
memperluas sistem pendidikan agar dapat menjangkau anak-anak awal
dan orang dewasa.4. Faktor perubahan peranan sosialPendidikan
seumur hidup harus berisi elemen penting yang kuat dan memainkan
peranan sosial yang amat beragam untuk mempermudah individu
melakukan penyesuaian terhadap perubahan hubungan antara
mereka/orang lain.5. Perubahan teknologiPertumbuhan teknologi
menyebabkan peningkatan penyediaan informasi yang berakibat pada
meningkatnya usia harapan hidup dan menurunnya angka kematian.
Semakin banyaknya tersedia kekayaan materi yang berakibat kenudiaan
dan materialisme menjiwai nilai-nilai budaya dan spiritual serta
berakibat pula kerenggangan dan keterasingan manusia satu dengan
lainnya.6. Faktor vocationalPendidikan vocational diberikan untuk
mempersiapkan tenaga kejuruan yang handal, trampil untuk menghadapi
tantangan masa depan.7. Kebutuhan-kebutuhan orang dewasaOrang
dewasa mengalami efek cepatnya perubahan dalam bidang ketrampilan
yang mereka miliki, maka diupayakan sistem pendidikan yang mampu
mendidik orang dewasa. Secara radikal perubahan pandangan mengenai
kapan seseorang harus disekolahkan dan sekolah apa yang dalam hal
ini memerlukan politik pendidikan seumur hidup.8. Kebutuhan
anak-anak awalMasa anak-anak awal merupakan fase perkembangan yang
mempunyai karakteristik tersendiribukan semata-mata masa penantian
untuk memasuki7periode anak-anak, remaja dan dewasa.Masa anak-anak
awal merupakan basis untuk perkembangan kejiwaan selanjutnya
meksipun dalam tingkat tertentu pengalaman-pengalaman yang datang
belakangan dapat memodifikasi perkembangan yang pondasinya sudah
diletakkan oleh pengalaman sebelumnya.
8BAB IIIPENUTUP
A. SimpulanPendidikan merupakan hak hidup bagi semua orang pada
setiap tahap umur (anak-anak, remaja, dan dewasa), yang dapat
diperoleh baik dalam keluarga, lingkungan, maupun disekolah.
Semenjak dalam kandungan, seorang anak sudah mendapat ajaran dan
pendidikan dasar dari keluarganya, terutama dari seorang ibu.
Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam
kehidupan keluarga, sekolah dan masyarakat. Kewajiban belajar itu
tidak dibatasi oleh umur, oleh karena itu hidup berumah tangga
tidak menghalangi keharusan menuntut ilmu, atau nikah dan belajar
dapat sejalan, tidak harus dipertentangkan. Prinsip pendidikan
dalam Islam adalah pendidikan seumur hidup, long life education:
Tuntutlah ilmu sejak dari ayunan hingga ke liang lahat.
B. SaranDengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber
daya manusia yang terkhir akan semakin baik mutunya maka seorang
siswa lebih termotivasi untuk belajar agar mampu membawa bangsa
bersaing secara sehat dalam segala bidang dan mampu bersaing di
dunia internasional.
9DAFTAR PUSTAKA
Zahara Idris H, pengantar pendidkan,Jakarta: PT Grammedia
WidiasaranaIndonesiaHasbullah,Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan.Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada,2003.Mudyahardjo, Redja.Pengantar
Pendidikan.Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada,2001Www.google.com
Pada zaman Nabi Munammad SAW, 14 abad yang lampau, ide dan
konsep pendidikan sepanjang hayat (PSH) atau sering disebut juga
pendidikan seumur hidup telah disiarkannya dalam bentuk suatu
imbauan;Tuntutlah ilmu mulai sejak di buaian hingga ke liang
lahat.Dalam kenyataan hidup sehari-hari dari dahulu sudah dapat
dilihat bahwa pada hakikatnya orang belajar sepanjang hidup,
meskipun dengan cara yang berbeda dan melalui proses yang tidak
sama. Pendeknya tidak ada batas usia yang menunjukkan tidak
mungkinnya dan tidak dapatnya orang belajar. Jika seorang petani
tua berusaha mencari tahu mengenai cara-cara baru dalam bercocok
tanam, pemberantasan hama, dan pemasaran hasil yang lebih
menguntungkan, itu adalah pertanda bahwa belajar itu tidak dibatasi
oleh usia.
Dorongan belajar sepanjang hayat terjadi karena dirasakan
sebagai kebutuhan. Setiap orang merasa butuh untuk mempertahankan
hidup dalam menghadapi dorongan-dorongan dari dalam dan tantangan
alam sekitar, yang selalu berubah. Sepanjang hidupnya manusia
memang tidak pernah berada di dalam suatu vakum. Mereka dituntut
untuk mampu menyesuaikan diri secara aktif, dinamis, kreatif, dan
inovatif terhadap diri dan kemajuan zaman. Dengan demikian
pendidikan sepanjang hayat (PSH) dapat diartikan sebagai tujuan
atau ide formal untuk pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman
pendidikan. Pengorganisasiannya dan penstrukturan ini diperluas
mengikuti seluruh rentangan usia, dari usia muda sampai paling tua
(Tirtarahardja dan Sulo, 2005: 42--43).
B.Dasar Pemikiran Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH)Menurut Mahmud
(2008) ada bermacam-macam dasar pemikiran yang menyatakan
bahwapendidikan sepanjang hayatsangat penting. Dasar pemikiran
tersebut ditinjau dari beberapa segi antara lain:
1.Tinjauan ideologisSemua manusia dilahirkan di dunia mempunyai
hak yang sama, khususnya hak mendapatkanpendidikandan peningkatan
pengetahuan serta ketrampilan. Menjadi suatu kewajiban
penguasa/tokoh masyarakat untuk menyelamatkan rakyat dari bahaya
kebodohan dan kemelaratan.2.Tinjauan ekonomisSalah satu cara keluar
dari lingkaran kebodohan dan kemelaratan adalah dengan
carapendidikan sepanjang hayat. Dengan cara ini dimungkinkan
seseorang untuk:a.Meningkatkan produktifitas,b.Memelihara dan
mengembangkan sumber-sumber yang dimiliki,c.Memungkinkan hidup
dalam lingkungan yang lebih menyenangkan dan sehat,d.Memiliki
motifasi dalam menyusun dan mendidik anak-anaknya secara tepat
sehingga perananpendidikandalam keluarga menjadi sangat besar dan
penting.3.Tinjauan sosiologisSalah satu masalahpendidikandi negara
berkembang adalah pemborosan yang disebabkan oleh sebagian orang
tua, karena menyadari pentingnyapendidikan. Oleh karena
itupendidikan sepanjang hayatbagi orang tua merupakan pemecahan
masalahpendidikanbagi anak-anaknya.4.Tinjauan politisPada negara
demokrasi hendaknya seluruh rakyat menyadari pentingnya hak-hak dan
kewajibannya disamping memahami fungsi pemerintahan. Karena
itu,pendidikankewarganegaraan perlu diberikan kepada semua
orang.5.Tinjauan teknologisDengan majunya ilmu pengetahuan dan
teknologi, para pemimpin, teknisi, guru dan sarjana dari berbagai
disiplin ilmu senantiasa menyesuaikan perkembangan ilmu teknologi
untuk menambah pengetahuan disamping ketrampilannya.6.Tinjauan
psikologis dan pedagogisTidak dipungkiri lagi bahwa perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi berpengaruh besar
terhadappendidikankhususnya konsep teknik penyampaiannya karena
perkembangan ilmu dan teknologi makin luas dan kompleks, maka tidak
mungkin segalanya itu dapat diajarkan kepada anak di sekolah. Maka
dewasa ini, tugaspendidikanformal yang utama adalah bagaimana
mengajarkan cara belajar, menanamkan motifasi yang kuat kepada anak
untuk belajar terus sepanjang hayatnya. Dan untuk memberikan
ketrampilan itu semua, perlu diciptakan kondisi yang
merupakanpenerapanlife long education.
C.Implikasi Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH)Menurut Mahmud
(2008)implikasi adalah akibat langsung dari konsekuensi suatu
keputusan. Jadi sesuatu yang merupakan tindak lanjut dari suatu
keputusan atau kebijakan. Implikasi pendidikan sepanjang hayat
(PSH) yaitu:1. Pendidikanbaca tulisRealisasi ini memuat dua hal
yaitu memberikan kecakapan membaca, menulis, menghitung bagi anak
didik, dan mengembangkan kecakapan lebih lanjut terhadap apa yang
telah dimilikinya.2. PendidikanprofessionalPara profesional perlu
mengikuti perubahan-perubahan sikapnya terhadap profesi
masing-masing.3. Pendidikanke arah perubahan dan
perkembanganPendidikan yang diberikan berguna untuk memberikan
bekal pada anak didik demi menghadapi perubahan dan perkembangan
zaman.4. Pendidikankewarganegaraan dan kedewasaan politikPendidikan
ini merupakan bagian penting dari pendidikan seumur hidup. Karena
seumur hidup memerlukan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.5. Pendidikankultural dan pengisian waktu luangSeseorang
harus memahami nilai-nilai yang terkandung dalam khazanah hidup dan
juga bermanfaat dalam mengisi waktu luang.D. Alasan Diperlukannya
Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH)Menurut Tirtarahardja dan Sulo
(2005: 4548) ada 5 alasan diperlukannya pendidikan sepanjang hayat
(PSH), yaitu:
1.Alasan KeadilanTerselenggaranya PSH secara meluas di kalangan
masyarakat dapat menciptakan iklim lingkungan yang memungkinkan
terwujudnya keadilan sosial. Masyarakat luas dengan berbagai
stratanya merasakan adanya persamaan kesempatan memperoleh
pendidikan. Selanjutnya berarti pula persamaan sosial, ekonomi, dan
politik.2.Alasan EkonomiPersoalan PSH dikaitkan dengan biaya
penyelenggaraan pendidikan, produktivitas kerja, dan peningkatan
GNP. Di Negara sedang berkembang biaya untuk prluasan dan
meningkatkan kualitas pendidikan hampir-hampir tak tertanggulangi.
Di satu sisi tantangan untuk mengejar keterlambatan pembangunan
dirasakan, sedangkan di sisi lain keterbatasan biaya dirasakan
menjadi penghambat.3.Alasan Faktor SosialFungsi pendidikan yang
seharusnya diperankan oleh keluarga, dan juga fungsi ekonomi, lebih
banyak diambil alih oleh lembaga-lembaga, organisasi-organisasi di
luar lingkungan keluarga, khususnya oleh sekolah. Ketidaksinkronan
konsep pendidikan di lingkungan keluarga dengan pendidikan di
sekolah tersebut menimbulkan kesenjangan. Kesenjangan tersebut
dapat diisi melalui penyelenggaraan pendidikan sepanjang hayat
(PSH) yang sifatnya menembus batas-batas kelembagaan.4.Alasan
Perkembangan IPTEKMunculnya pendekatan-pendekatan baru dan
perubahan orientasi dalam proses belajar mengajar, konsep
pengembangan tingkah laku, perubahan peran guru dan siswa,
munculnya berbagai tenaga kependidikan non guru, pendayagunaan
sumber belajar yang semakin bervariasi. Kesemuanya itu mengandung
potensi yang kaya bagi terselenggaranya pendidikan sepanjang
hayat.5.Alasan Sifat PekerjaanSistem pendidikan yang ada tidak
sanggup menyajikan dua macam kemungkinan bekal kerja sekaligus,
yaitu bekal siap pakai (ibarat kunci pas) dengan risiko cepat
dilanda keusangan, atau bekal dasar yang masih harus dikembangkan
sendiri oleh lulusan ke arah yang diperlukan (ibarat kunci
Inggris). Kondisi seperti digambarkan itu mengandung implikasi
bahwa PSH merupakan alternatif yang dapat mengantisipasi pemecahan
masalah-masalah yang dihadapi oleh pekerja di masa depan.
E. Tujuan Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH)Tujuan pendidikan
sepanjang hayat (PSH) yaitu:1.Mengembangkan potensi kepribadian
manusia sesuai dengan kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh aspek
pembaurannya seoptimal mungin.2.Dengan mengingat proses pertumbuhan
dan perkembangan kepribadian manusia bersifat hidup dinamis, maka
pendidikan wajar berlangsung sepanjang hayat. (Rahman, 2009).
F. Sumber Daya Manusia yang Perlu Pendidikan Sepanjang Hayat
(PSH)Menurut Rahman (2009) sumber daya manusia yang perlu
memperolehpendidikan sepanjang hayatdapat diklasifikasikan dalam
kategori:1.Para petani, hal ini disebabkan oleh dasarpendidikanyang
rendah, maka pendidikan yang diberikan hendaknya dapat menolong
meningkatkan produktifitas, dan mendidik mereka bagaimana untuk
memanfaatkan waktu luang,2.para remaja yang putus sekolah dan
mereka itu perlu diberikan pendidikan yang kultural,3. para pekerja
yang berketrampilan,4. para teknisi dan golongan profesional,5.
para pemimpin masyarakat, dan6. para anggota masyarakat yang sudah
tua.Di Negara Indonesia ini masih banyak sumber daya manusia yang
buta huruf karena tidak pernah bersekolah maupaun putus sekolah.
Untuk itu sumber daya manusia yang seperti ini perlu mendapatkan
pendidikan sepanjang hayat (PSH). Berdsarkan laporan resmi Badan
Sosial Dunia sumber daya manusia di Indonesia yang buta aksara
tahun 2005 dapat di lihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Data Jumlah Sumber Daya Manusia yang Buta Huruf di
Indonesia tahun 2005 (Sumber: Latief, 2012)Usia (th)Jumlah
(juta)
15-443,5
4511,07
Jumlah14,57
Berdasrkan tabel 2.1 itu berarti SDM di Indonesia masih banyak
yang buta huruf, maka dari itu adanya pendidikan sepanjang hayat
sangat diperlukan. Agar SDM di Indonesia tidak ada yang buta huruf
lagi baik yang masih muda maupaun yang sudah tua. Biasanya yang
masih itu buta huruf karena putus sekolah sedangkan yang sudah tua
kebanyakan tidak bersekolah sama sekali. Alasannya karena tidak ada
biaya untuk bersekolah waktu masih muda. Maka dari itu agar tiadk
ada SDM di Indonesia yang buta huruf maka pendidikan sepanjang
hayat hendaknya ditanamkan sejak dini.
BAB IIIPENUTUP
A.KesimpulanDari pembahasanPendidikan Sepanjang Hayat (PSH)
dapat disimpulkan sebagai berikut:1.Pendidikan Sepanjang Hayat
adalahtujuan atau ide formal untuk pengorganisasian dan
penstrukturan pengalaman pendidikan. Pengorganisasiannya dan
penstrukturan ini diperluas mengikuti seluruh rentangan usia, dari
usia muda sampai paling tua.2.Dasarpemikiran pendidikan sepanjang
hayatdapat ditinjau dari berbagai segi yaitu tinjauan ideologis,
ekonomis, sosiologis, politis, teknologis, psikologis dan
pedagogis.3.Implikasipendidikan sepanjang hayatyaitu:pendidikanbaca
tulis,pendidikanprofesional,pendidikanke arah perubahan dan
pengembangan,pendidikankewarganegaraan dan kedewasaan politik,
serta pendidikan kultural dan pengisian waktu luang.4. Alasan
diperlukannya PSH yaitu: alasan keadilan, alasan ekonomi, alasan
faktor sosial, alasan perkembangan IPTEK, alasan sifat pekerjaan.5.
Tujuan PSH yaitu: mengembangkan potensi kepribadian manusia,
manusia bersifat hidup dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung
sepanjang hayat.6. SDM yang perlu PSH yaitu: para petani, remaja
putus sekolah, pekerja terampil, para teknisi dan golongan
profesional, para pemimpin masyarakat dan para anggota masyarakat
yang sudah tua.
B.SaranHendaknyapendidikan sepanjang hayatditanamkan dan
diajarkan sejak dini kepada anak didik agar tercetak generasi
penerus bangsa yang handal yang diharapkan dapat menjadikan bangsa
dan negara yang adil makmur. Selain itu agar tidak ada yang buta
huruf.
BAB IPENDAHULUAN
1.1Latar BelakangAlam semesta yang berkembang, dan seluruh
isinya pun masih terus berkembang dan berubah-ubah. Di sisi itulah
bagian vital dari manusia yang berada didalamnya untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan teknologi-teknologi berkembang lainnya ialah
pendidikan. Dalam hal ini, pendidikan merupakan sebuah aspek
penting didalam sebuah proses dalam menjalani hidup dan untuk
membentuk pendidikan yang berkualitas, kita juga harus bisa
menganalisis situasi pendidikan agar bisa tercapainya proses
pebelajaran yang efektif. Pendidikan adalah kegiatan untuk
mengembangkan potensi diri seiring dengan berkembangnya
perubahan-perubahan yang ada. Tanpa pendidikan, manusia tidak akan
bisa bertahan hidup dan tidak akan bisa menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya. Manusia akan mengalami kesulitan didalam hidupnya
jika mereka tidak memenuhi aspek-aspek yang penting didalam sebuah
proses yang di namakan pendidikan. Pendidikan sepanjang hayat sudah
disepakati oleh para pakar.Jauh sebelum saat ini, Islam adalah
agama yang pertama kali merekomendasikan keharusan dari proses
belajar seumur hidup. Rasulullah Muhammad SAW memotivasi umatnya
dalam hadits: Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim dan
muslimat. Tuntutlah ilmu sejak buaian sampai lubang kubur. Tiada
amalan umat yang lebih utama daripada belajar.
1.2Rumusan MasalahApa yang dimaksud dengan Pendidikan Sepanjang
HayatDan bagaimana Pendidikan Sepanjang Hayat.
1.3TujuanUntuk mengetahui apa yang da bagaimana Pendidikan
Sepanjang Hayat
BAB IIPEMBAHASAN
2.1Pendidikan Sepanjang Hayat
2.1.1Pengertian Pendidikan Sepanjang HayatDalamarti luas
pendidikan sepanjang hayat(Lifelong Education)adalah bahwa
pendidikan tidak berhenti hingga individu menjadi dewasa, tetapi
tetap berlanjut sepanjang hidupnya.Pendidikan sepanjang hayat
menjadi lebih tinggi urgensinya pada saat ini karena manusia perlu
terus menerus menyesuaikan diri supaya dapat tetap hidup secara
wajar dalam lingkungan masyarakatnya yang selalu berubah. Di
sisilain dari pendidikan sepanjang hayat adalah peluang yang luas
bagi seseorang untuk terus belajar agar dapatmeraih keadaan
kehidupan yang lebih baik.Adapun hal-hal yang menyebabkan dan
memungkinkan hal-hal yang demikian itu adalah :a.Majunya ilmu dan
teknologib.Produk-produk teknologi yang perlu dipelajari karena
terkait dengan alat-alat kerjac.Bagi mereka yang menggunakan alat
kerja berbasis teknologid.Perubahan sosial sebagai dampak majunya
ilmu dan teknologi[1]
Pendidikan sepanjang hayat merupakan jawaban terhadap
kritik-kritik yang dilontarkan pada sekolah. Sistem sekolah secara
tradisional mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan kehidupan yang sangat cepat dalam abad terakhir ini dan
tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau tuntutan-tuntutan
manusia yang semakin meningkat. Pendidikan di sekolah hanya
terbatas pada tingkat pendidikan sejak kanak-kanak sampai dewasa,
tidak akan memenuhi persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan dunia
yang berkembang sangat pesat. Dunia yang selalu berubah ini
membutuhkan suatu sistem yang fleksibel. Pendidikan harus tetap
bergerak dan mengenal inovasi secara terus-menerus. Melalui proses
belajar sepanjang hayat inilah manusia mampu meningkatkan kualitas
kehidupannya secara terus-menerus, mampu mengikuti perkembangan
ilmu dan teknologi serta perkembangan masyarakat yang
diakibatkannya dan budaya untuk menghadapi tantangan masa depan,
serta mau dan mampu mengubah tantangan menjadi peluang.
Pengertian pendidikan sepanjang hayat menurut beberapa pakar
pendidikan antara lain:
1.Delker (1974) mengemukakan bahwa pendidikan sepanjang hayat
adalah perbuatan manusia secara wajar dan alamiah yang prosesnya
tidak selalu memerlukan kehadiran guru, pamong, atau pendidik.
Proses belajar tersebut mungkin tidak didasari oleh seseorang atau
kelompok bahwa ia atau mereka telah atau sedang terlibat di
dalamnya. Kegiatan belajar sepanjang hayat terwujud apabila
terdapat dorongan pada diri seseorang atau kelompok untuk memenuhi
kebutuhan belajar dan kepuasan, serta apabila ada kesadaran dan
semangat untuk belajar selama hayat masih di kandung badan.
2.Gestrelius (1977) mengemukakan bahwa pendidikan sepanjang
hayat mencakup interaksi belajar (pembelajaran), penentuan bahan
belajar dan metode belajar, lembaga penyelenggara, fasilitas,
administrasi, dan kondisi lingkungan yang mendukung kegiatan
belajar berkelanjutan. Ke dalam pendidikaan ini termasuk pula
peranan pendidik dan peserta didik yang harus dan saling belajar,
pengelolaan kegiatan belajar, dan faktor-faktor lainnya yang
mendukung terjadinya proses belajar.
2.1.2Empat Pilar Pendidikan UNESCO mengenai Pendidikan Sepanjang
HayatUpaya meningkatkan kualitas suatu bangsa tidak ada cara lain
kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Berangkat dari
pemikiran itu UNESCO mencanangkan empat pilar pendidikan sekarang
dan masa depan yaitu: learning to know, learning to do, learning to
be, dan learning to live together.
a)Learning to knowPendidikan pada hakikatnya merupakan usaha
untuk mencari agar mengetahui informasi yang dibutuhkan dan berguna
bagi kehidupan. Penguasaan yang dalam dan luas akan bidang ilmu
tertentu, termasuk di dalamnya Learning to How. Untuk
mengimplementasikan learning to know (belajar untuk mengetahui),
Guru harus mampu menempatkan dirinya sebagai fasilitator. Di
samping itu guru dituntut untuk dapat berperan ganda sebagai kawan
berdialog bagi siswanya dalam rangka mengembangkan penguasaan
pengetahuan siswa.
b)Learning to doPendidikan juga merupakan proses belajar untuk
bisa melakukan sesuatu (learning to do). Proses belajar
menghasilkan perubahan dalam ranah kognitif, peningkatan
kompetensi, serta pemilihan dan penerimaan secara sadar terhadap
nilai, sikap, penghargaan, perasaan, serta kemauan untuk berbuat
atau merespon suatu stimulus. Pendidikan membekali manusia tidak
sekedar untuk mengetahui, tetapi lebih jauh untuk terampil berbuat
atau mengerjakan sesuatu sehingga menghasilkan sesuatu yang
bermakna bagi kehidupan. Belajar untuk mengaplikasi ilmu, bekerja
sama dalam team, belajar memecahkan masalah dalam berbagai situasi.
Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar seyogjanya memfasilitasi
siswanya untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimiliki, serta
bakat dan minatnya agar Learning to do (belajar untuk melakukan
sesuatu) dapat terrealisasi. Walau sesungguhnya bakat dan minat
anak dipengaruhi faktor keturunan namun tumbuh dan berkembangnya
bakat dan minat juga bergantung pada lingkungan. Seperti kita
ketahui bersama bahwa keterampilan merupakan sarana untuk menopang
kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih dominan daripada
penguasaan pengetahuan semata.
c)Learning to bePenguasaan pengetahuan dan keterampilan
merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be).
Hal ini erat sekali kaitannya dengan bakat, minat, perkembangan
fisik, kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya.
Misal : bagi siswa yang agresif, akan menemukan jati dirinya bila
diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Dan sebaliknya bagi
siswa yang pasif, peran guru sebagai kompas penunjuk arah sekaligus
menjadi fasilitator sangat diperlukan untuk menumbuhkembangkan
potensi diri siswa secara utuh dan maksimal. Menjadi diri sendiri
diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati
diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang
berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil,
sesungguhnya merupakan proses pencapaian aktualisasi diri. Belajar
untuk dapat mandiri, menjadi orang yang bertanggung jawab untuk
mewujudkan tujuan bersama. Pilar ketiga yang dicanangkan Unesco
adalah learning to be (belajar untuk menjadi seseorang).
d)Learning to live togetherBelajar memahami dan menghargai orang
lain, sejarah mereka dan nilai-nilai agamanya. Terjadinya proses
learning to live together (belajar untuk menjalani kehidupan
bersama), pada pilar keempat ini, kebiasaan hidup bersama, saling
menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu dikembangkan
disekolah. Kondisi seperti inilah yang memungkinkan tumbuhnya sikap
saling pengertian antar ras, suku, dan agama. Dengan kemampuan yang
dimiliki, sebagai hasil dari proses pendidikan, dapat dijadikan
sebagai bekal untuk mampu berperan dalam lingkungan di mana
individu tersebut berada, dan sekaligus mampu menempatkan diri
sesuai dengan perannya. Pemahaman tentang peran diri dan orang lain
dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam bersosialisasi di
masyarakat (learning to live together).
Dengan mengaplikasikan pilar-pilar tersebut, diharapkan
pendidikan yang berlangsung di seluruh dunia termasuk Indonesia
dapat menjadi lebih baik, namun yang menjadi masalah adalah dunia
pendidikan di Indonesia yang saat ini masih minim fasilitas,
terlebih lagi di daerah-daerah terpencil, belum meratanya fasilitas
pendidikan, tentunya akan menjadi halangan bagi siswa untuk
mengembangkan diri mereka. Untuk itu semua, pendidikan di Indonesia
harus diarahkan pada peningkatan kualitas kemampuan intelektual dan
profesional serta sikap, kepribadian dan moral. Dengan kemampuan
dan sikap manusia Indonesia yang demikian maka pada gilirannya akan
menjadikan masyarakat Indonesia masyarakat yang bermartabat di mata
masyarakat dunia.
2.1.3Tahap Proses Belajar Pendidikan Sepanjang HayatTahapan
belajar manusia pada dasarnya terdiri dari dua bagian. Bagian yang
pertama ialah proses belajar yang tidak dapat dilihat oleh panca
indera, karena proses belajar terjadi dalam pikiran seseorang yang
sedang melakukan kegiatan belajar. Proses ini sering disebut dengan
proses intern. Bagian yang kedua disebut proses belajar ekstern,
proses ini dapat menunjukkan apakah dalam diri seseorang telah
terjadi proses belajar yang ditandai dengan adanya perubahan ke
arah yang lebih baik.Menurut Suprijanto (2007) proses belajar yang
terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar berlangsung
melalui enam tahapan yaitu :
a)MotivasiYang dimaksud motivasi di sini adalah keinginan untuk
mencapai suatu hal. Apabila dalam diri peserta didik tidak ada
minat untuk belajar, tentu saja proses belajar tidak akan berjalan
dengan baik. Jika demikian halnya, pendidik harus menumbuhkan minat
belajar tersebut dengan berbagai cara, antara lain dengan
menjelaskan pentingnya pelajaran dan mengapa materi itu perlu
dipelajari.
b)Perhatian pada PelajaranPeserta didik harus dapat memusatkan
perhatiannya pada pelajaran. Apabila hal itu tidak terjadi maka
proses belajar akan mengalami hambatan. Perhatian peserta ini
sangat tergantung pada pembimbing.
c)Menerima dan MengingatSetelah memperhatikan pelajaran, seorang
peserta didik akan mengerti dan menerima serta menyimpan dalam
pikirannya. Tahap menerima dan mengingat ini harus terjadi pada
diri orang yang sedang belajar. Ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi penerimaan dan pengingatan ini, seperti struktur,
makna, pengulangan pelajaran , dan interverensi.
d)ReproduksiDalam proses belajar, seseorang tidak hanya harus
menerima dan mengingat informasi baru saja, tetapi ia juga harus
dapat menemukan kembali apa-apa yang pernah dia terima. Agar
peserta didik mampu melakukan reproduksi, pendidik perlu menyajikan
pengajarannya dengan cara yang mengesankan.
e)GeneralisasiPada tahap generalisasi ini, peserta didik harus
mampu menerapkan hal yang telah dipelajari di tempat lain dan dalam
ruang lingkup yang lebih luas. Generalisasi juga dapat diartikan
penerapan hal yang telah dipelajari dari situasi yang satu ke
situasi yang lain.
f)Menerapkan Apa yang Telah Diajarkan serta Umpan BalikDalam
tahap ini, peserta didik harus sudah memahami dan dapat menerapkan
apa yang telah diajarkan. Untuk meyakinkan bahwa peserta didik
telah benar-benar memahami, maka pembimbing dapat memberikan tugas
atau tes yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Tes yang
diberikan pun dapat berupa tes tertulis maupun lisan. Selanjutnya,
pendidik berkewajiban memberikan umpan balik berupa penjelasan mana
yang benar dan mana yang salah. Dengan umpan balik seperti itu,
peserta didik dapat mengetahui seberapa ia memahami apa yang
diajarkan dan dapat mengoreksi dirinya sendiri.
2.2Situasi Pendidikan
2.2.1Pengertian situasi pendidikanSituasi pendidikan merupakan
kondisi yang ditandai dengan adanya sejumlah kandungan pokok yang
terdapat pada kegiatan pendidikan yaitu adanya peserta didik,
pendidik, dan tujuan pendidikan, yang ketiganya terintegrasi
melalui proses pembelajaran.Kualitas pendidikan yang terjadi di
dalam situasi pendidikan itu ditentukan oleh kualitas
komponen-komponen itu masing-masing dan kualitas interaksi komponen
tersebut.
2.2.2.Komponen-Komponen Pokok Situasi Pendidikan
a)Peserta DidikPeserta didik adalah manusia yang sepenuhnya
memiliki harkat dan martabat manusia dengan segenap kandungannya.
Peserta didik dengan harkat dan martabatnya ini berhak hidup dan
mengembangkan diri melalui pendidikan. Dengan kata lain,
pendidikanlah yang akan mengembangkan harkat dan martabat peserta
didik sehingga peserta didik menjadi apa yang disebut sebagai
manusia seutuhnya.
b)PendidikPendidik adalah manusia yang memiliki kualifikasi
akademik dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Seorang pendidik adalahmereka yang mampu tidak saja memberikan ilmu
dan pengetahuan kepada peserta didik, akan tetapi menggunakan
kompetensinya tersebut untuk mengubah tingkah laku peserta didik
agar memiliki akhlak dan sikap berkarakter yang baik.
c)Tujuan PendidikanTujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk
menjadikan manusia yang baik, bertanggungjawab, bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, mengabdi kepada masyarakat, bangsa dan Negara.
Tujuan pendidikan lebih mengarah pada pembentukan kognitif, afektif
dan psikomotorik peserta didik. Kognitif berkenaan dengan kemampuan
individual mengenal dunia sekitarnya yang meliputi perkembangan
intelektual atau mental. Afektif mengenai perkembangan sikap,
perasaan, dan nilai-nilai atau perkembangan emosional dan moral.
Psikomotor menyangkut perkembangan keterampilan yang mengandung
unsur-unsur motoris.
d)Proses PendidikanProses pembelajaran merupakan kegiatan yang
dijalani oleh peserta didik dalam upaya mencapai tujuan pendidikan
di satu sisi, dan di sisi lain merupakan kegiatan yang diupayakan
oleh pendidik agar kegiatan tersebut berlangsung untuk
sebesar-besarnya bermanfaat bagi pencapaian tujuan pendidikan oleh
peserta didik. Proses pembelajaran ini berlangsung dalam interaksi
antar-komponen peserta didik dan pendidik dalam muatan tujuan
pendidikan. Dalam interaksi ini pendidik menyikapi dan
memperlakukan peserta didik sesuai dengan harkat dan martabat
manusia yang melekat pada diri peserta didik, untuk mencapai tujuan
pendidikan yang tidak lain adalah upaya perwujudan harkat dan
martabat manusia pada prikehidupan peserta didik.Keempat komponen
pokok situasi pendidikan ini hendaknya dijalankan dengan seimbang
demi kelancaran situasi pendidikan yang terkendali. Interaksi
antara peserta didik dan pendidik dilakukan untuk mencapai tujuan
pendidikan kedua pihak (pendidik dan peserta didik). Interaksi
keduanya akan mampu dicapai apabila proses pendidikan di sekolah
dijalankan dengan baik dan memenuhi ketiga aspek yaitu aspek
kognitif, aspek afektif, dan psikomotorik.
BAB IIIPENUTUP3.1KesimpulanPendidikan Sepanjang Hayat merupakan
suatu hal yang wajib di perlukan dari setiap manusia. Didalamnya
terdapat 4 pilar penting pendidikan sepanjang hayat yang
dikemukakan oleh UNESCO yang terdiri dari learning to know,
learning to do, learning to be,learning to live together. Keempat
pilar tersebut merupakan sebuah konsep yang diperuntukkan sebagai
sebuah tujuan untuk mengembangkan pendidikan. Disamping pendidikan
sepanjang hayat adapula yang menentukan sebuah kesuksesan dalam
melakukan kegiatan pendidikan yaitu situasi pendidikan.Situasi
pendidikan merupakan aspek yang mendukung keberlangsungan sebuah
proses pendidikan, dimana didalamnya terdapat komponen-komponen
pokok untuk mendukung proses pembelajaran diantaranya terdapat
peserta didik, pendidik, tujuan pendidikan, dan proses pendidikan.
Dimana semua komponen-komponen tersebut merupakan satu kesatuan
system yang saling mendukung satu sama lain guna memperoleh hasil
dari proses pembelajaran yaitu hasil yang baik dan memuaskan dan
bisa sehingga peserta didik memenuhi aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor.3.2SaranPendidikan sepanjang hayat diharapkan akan
mengubah pandangan masyarakat bahwa pendidikan bukan hanya belajar
di sekolah formal saja, melainkan dapat dilakukan di mana saja dan
kapan saja, misalnya di lingkungan keluarga dan masyarakat. Untuk
itu, dibutuhkan peran aktif dari situasi pendidikan yang meliputi
masyarakat dan pemerintah. sehingga pendidikan sepanjang hayat
dapat terealisasikan dengan baik.
MAKALAH
PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN
Dosen: Ilyas Ichsani, S.Hum,MMPd
11/23/2011By:meroz khoten
Di susun:Muhammad MahmudSTAI AL-AQIDAH AL-HASYIMIYAH
AL-ISLAMIYAH JAKARTA2011-2012
KATA PENGANTAR Rasa syukur saya panjatkan pada Allah SWT,atas
perkenan-Nya jua makalah tentang pendidikan seumur hidup ini
akhirnya dapat diselesaikan dengan baik. Walaupun masih banyak
kekurangannya. Makalah ini saya tulis untuk mencari tau makna
sesungguhnya pendidikan seumur hidup dan juga apa arti dari
pendidikan itu sendiri. Mungkin masih banyak yang belum saya
jelaskan, namun saya berusaha untuk lebih bagus lagi.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR2DAFTAR ISI3
BAB IPENDAHULUAN4A.Latar Belakang ...........4B.Batasan
Masalah..4BAB IIPEMBAHASAN...5A.Pendidikan seumur
Hidup..5B.Karakteristikdan factor yang mendorong perlunya
PSH6C.Konsep Islam Tentang Pendidikan Seumur
Hidup...................................7D.Kerangka kerja teoritis
pendidikan seumur Hidup8E.Kerangka kerja opersional pendidikan
Seumur Hidup..9F.Implikasi Konsep Pendidikan Seumur Hidup Bagi
Pendidikan Sekolah...10
BAB IIIPENUTUP.11A.Kesimpulan ...11B.Daftar pustaka ..11
BAB IPENDAHULUAN
A.Latar belakangBahwa manusia adalah makhluk yang tumbuh dan
berkembang. Ia ingin mencapai suatu kehidupan yang optimal. Selama
manusia barusaha untuk meningkatkan kehidupannya, baik dalam
meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, kepribadian, maupun
keterampilannya, secara sadar atau tidak sadar, maka selama itulah
pendidikan masih berjalan terus.Pendididkan adalah modal utama yang
harus dimiliki oleh setiap manusia. Dengan pendidikan akan
meninggikan manusia dan merendahkan manusia yang lain, manusia akan
dianggap berharga bila memiliki pendidikan yang berguna bagi
sesamanya.Masa dari pendidikan sangatlah panjang, banyak orang yang
beranggapan bahwa pendidikan itu berlangsung hanya disekolah saja,
tetapi dalam kenyataanya pendidikan berlangsung seumur hidup
melalui pengalaman-pengalaman yang dijalani dalam kehidupanya.
Islam juga menekankan pentingnya pendidikan seumur hidup, Nabi
pernah bersabda :Tuntutlah ilmu dari buain sampai meninggal
dunia.Hal ini menunjukan bahwa pendidikan berlangsung tanpa batas
yaitu mulai sejak lahir sampai kita meninggal dunia. Selain itu
islam juga mengajarkan untuk mempelajari tidak hanya ayat qouliyah
saja, tetapi ayat-ayat kauniyah, atau kejadian-kejadian di sekitar
kita. Maka jelaslah sudah bahwa pendidikan seumur hidup itu sangat
benar adanya didalam kehidupan kita.B.Rumusan masalah.Dari uraian
diatas kita dapat merumuskan bahwa:Apa itu pendidikan seumur
Hidup?Bagaimana implikasi pendidikan seumur hidup?Bagaimana
pendidikan seumurHidup dalam pandangan Islam ?Kenapa pendidikan itu
wajib bagi manusia?
BAB IIPEMBAHASANPENDIDIKAN SEPANJANG HAYATPendidikan sepanjang
hayat merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang
hidup dalam dunia transformasi, dan di dalam masyarakat yang saling
mempengaruhi seperti saat zaman globalisasi sekarang ini. Setiap
manusia dituntut untuk menyesuaikan dirinya secara terus menerus
dengan situasi baru.Pendidikan sepanjang hayat merupakan jawaban
terhadap kritik-kritik yang dilontarkan pada sekolah. Sistem
sekolah secara tradisional mengalami kesukaran dalam menyesuaikan
diri dengan perubahan kehidupan yang sangat cepat dalam abad
terakhir ini, dan tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau
tuntutan manusia yang makin meningkat. Pendidikan di sekolah hanya
terbatas pada tingkat pendidikan dari sejak kanak-kanak sampai
dewasa, tidak akan memenuhi persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan
dunia yang berkembang sangat pesat. Dunia yang selalu berubah ini
membutuhkan suatu sistem yang fleksibel. Pendidikan harus tetap
bergerak dan mengenal inovasi secara terus
menerus.A.KarakteristikPendidikan seumur Hidup1.KarakteristikHidup,
seumur hidup, dan pendidikan merupakan tiga istilah pokok yang
menentukan lingkup dan makna pendidikan seumur hidup.Pendidikan
tidaklah selesai ssetelah berakhirnya masa sekolah, tetapi
merupakan sebuah proses yang berlangsung sepanjang hidup.Pendidikan
seumur hidup tidak diartikan sebagai pendidikan orang dewasa,
tetapi pendidikan seumur hidup mencakup dan memadukan semua tahap
pendidikan.Pendidikan seumur hidup mencakup pola-pola pendidikan
formal maupun pola-pola pendidikan Non formal.Pendidikan akan mulai
segera setelah anak lahir dan akan berlangsung sampai manusia
meninggal dunia. Oleh karena itu, proses pendidikan akan
berlangsung dalamkeluarga, sekolah dan masyarakat.Keluargamerupakan
lingkungan pertama dan utama bagi proses perkembangan seorang
individu sekaligus merupakan peletak dasar kepribadian anak.
Pendidikan anak diperoleh terutama melalui interaksi antara orang
tuaanak. Dalam berinteraksi dengan anaknya, orang tua akan
menunjukkan sikap dan perlakuan tertentu sebagai perwujudan
pendidikan terhadap anaknya.Pendidikan di sekolahmerupakan
kelanjutan dalam keluarga. Sekolah merupakan lembaga tempat dimana
terjadi proses sosialisasi yang kedua setelah keluarga, sehingga
mempengaruhi pribadi anak dan perkembangan sosialnya. Sekolah
diselenggarakan secara formal. Di sekolah anak akan belajar apa
yang ada di dalam kehidupan, dengan kata lain sekolah harus
mencerminkan kehidupan sekelilingnya. Oleh karena itu, sekolah
tidak boleh dipisahkan dari kehidupan dan kebutuhan masyarakat
sesuai dengan perkembangan budayanya. Dalam kehidupan modern
seperti saat ini, sekolah merupakan suatu keharusan, karena
tuntutan-tuntutan yang diperlukan bagi perkembangan anak sudah
tidak memungkinkan akan dapat dilayani oleh keluarga. Materi yang
diberikan di sekolah berhubungan langsung dengan pengembangan
pribadi anak, berisikan nilai moral dan agama, berhubungan langsung
dengan pengembangan sains dan teknologi, serta pengembangan
kecakapan-kecakapan tertentu yang langsung dapat dirasakan dalam
pengisian tenaga kerja.Pendidikan di masyarakatmerupakan bentuk
pendidikan yang diselenggarakan di luar keluarga dan sekolah.
Bentuk pendidikan ini menekankan pada pemerolehan pengetahuan dan
keterampilan khusus serta praktis yang secara langsung bermanfaat
dalam kehidupan di masyarakat. Phillip H.Coombs (Uyoh Sadulloh,
1994:65) mengemukakan beberapa bentuk pendidikan di masyarakat,
antara lain : (1) program persamaan bagi mereka yang tidak pernah
bersekolah atau putus sekolah; (2) program pemberantasan buta
huruf; (3) penitipan bayi dan penitipan anak pra sekolah; (4)
kelompok pemuda tani; (5) perkumpulan olah raga dan rekreasi; dan
(6) kursus-kursus keterampilan.
B.Konsep Islam Tentang Pendidikan Seumur HidupMenurut konsep
pendidikan sepanjang hayat, kegiatan-kegiatan pendidikan dianggap
sebagai suatu keseluruhan. Seluruh sektor pendidikan merupakan
suatu sistem yang terpadu. Konsep ini harus disesuaikan dengan
kenyataan serta kebutuhan masyarakat yang bersangkutan. Suatu
masyarakat yang telah maju akan memiliki kebutuhan yang berbeda
dengan masyarakat yang belum maju. Apabila sebahagian besar
masyarakat suatu bangsa masih yang banyak buta huruf, maka upaya
pemberantasan buta huruf di kalangan orang dewasa mendapat
prioritas dalam sistem pendidikan sepanjang hayat. Tetapi, di
negara industri yang telah maju pesat, masalah bagaimana mengisi
waktu senggang akan memperoleh perhatian dalam sistem ini.Konsep
pendidikan seumur hidup, sebenarnya sudah sejak lama dipikirkan
oleh para pakar pendidikan dari zaman kezaman. Apalagi bagi umat
islam, jauh sebelum orang-orang barat mengangkatnya, Islam sudah
mengenal pendidikan seumur hidup, sebagai mana dinyatakan oleh
hadits Nabi SAW yang berbunyi:Artinya: tuntutlah ilmu sejak mulai
dari ayunan sampai keliang lahat.Azas pendidikan seumur hidup itu
merumuskan suatu azas bahwa proses pendidikan merupakan suatu
proses kontinue, yang bemula sejak seseorang dilahirkan hingga
meninggal dunia. Proses pendidikan ini mencakup bentuk-bentuk
belajar secara informal, non formal maupun formal baik yang
berlansung dalam keluarga, disekolah, dalam pekerjaan dan dalam
kehidupan masyarakat.C.Kerangka Kerja Teoritis Pendidikan Seumur
Hidup1.Orientasi umumSecara teoritispendidikan seumur hidup terdiri
atas tiga aspek, yaitu:a)Hidup, Hidup ada tiga komponen yang saling
berhubungan, yang terdiri atas:Individu sebagai anggota masyarakat
dengan mempunyai karakteristik tertentu.Masyarakat, yang merupakan
lingkungan hidup sosial, yang bentuknyadapat berupa
kelompok-kelompok psikologis dan organisasi sosial.Lingkungan fisik
atau lingkungan alam tempat hidup (habitat) manusia sebagai
individu dan anggota masyarakat.b)Seumur HidupDalam seumur
hidupnya, setiap individu manusia mengalami:Perkembangan
kepribadianTahap-tahap peerkembanganPeranan-peranan Umum dan
Unikc)PendidikanPendidikan sebagai usaha mencapai perkembangan dan
perubahan tingkah laku setiap individu melalui hidup, mencakup tiga
komponen, yaitu:Landasan-landasan pendidikanCara-cara komunikasiIsi
pendidikan[1]D.Kerangka Kerja Operasional Pendidikan Seumur
Hiduppendidikan seumur hidup yang secara operasional sering disebut
pendidikan sepanjang raga bukanlah sesuatu yang baru. Pada abad 14
yang lampau, tepatnya pada zaman Nabi Muhammad SAW ide dan konsep
itu telah disiarkannya dalam bentuk suatu imbauan, dalam
haditsnya:Artinya:Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi Saw, beliau
bersabdaTuntutlah ilmu oleh kalian mulai sejak di buaian hingga
liang lahat. (H.R. Muslim)[2]
Dalam kenyataan kehidupan sehari-hari dari dahulu sudah dapat
dilihat bahwa pada hakikatnya orang belajar sepanjang hidup,
meskipun dengan cara yang berbeda dan melalui proses yang tidak
sama. Jelasnya tidak ada batas usia yang menunjukan tidak
mungkinnya dan tidak dapatnya orang belajar. Jika seorang petani
yang sudah tua berusaha mencari tahu mengenai cara-cara baru dalam
bercocok tanam, pemberantasan hama dan pemasaran hasil yang lebih
menguntungkan, itu adalah pertanda bahwa belajar itu tidak dibatasi
usia.Dorongan belajar sepanjang hayat itu terjadi karena dirasakan
sebagai kebutuhan. Setiap orang merasa butuh untuk mempertahankan
hidup dan kehidupannya dalam menghadapi dorongan-dorongan dari
dalam dan tantangan alam sekitar, yang selalu berubah. Sepanjang
hidup manusia memang tidak pernah berada di dalam suatu waktu yang
vakum. Mereka dituntut untuk mampu menyesuaikan diri secara aktif,
dinamis, kreatif dan inovatif terhadap diri dan kemajuan
zaman.[3]E.Implikasi Konsep Pendidikan Seumur Hidup Bagi Pendidikan
SekolahImplikasi diartikan sebagai akibat langsung atau konsekuensi
dari suatu keputusan tentang pelaksanaan pendidikan seumur
hidup.Menurut W.P Guruge dalam buku Toward Better Educational
Management, implikasi pendidikan seumur hidup pada program
pendidikan adalah :1.Pendidikan baca tulis fungsional, Pendidikan
baca tulis sangatlah penting bagi masyarakat, baik negara maju
maupun negara berkembang. Realisasi baca tulis fungsional memuat
:Memberikan kecakapan membaca, menulis, menghitung (3M) yang
fungsional bagi anak didik.Menyediakan bahan-bahan bacaan yang
diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut kecakapan yang telah
dimilikinya tersebut.2.Pendidikan vokasional,Pendidikan vokasional
sebagai program pendidikan di luar sekolah bagi anak di luar batas
usia sekolah atau sebagai program pendidikan formal dan non formal
dalam rangka apprentice ship training merupakan salah satu program
dalam pendidikan seumur hidup. Namun pendidikanvokasional tidak
boleh dipandang sebagai jalan pintas tetapi tetap dilaksanakan
secara kontinu.3.Pendidikan profesional Sebagai realisasi
pendidikan seumur hidup,4.Pendidikan ke arah perubahan dan
pembangunan Pendidikan bagi anggota masyarakat dari berbagai
golongan usia agar mereka mampu mengikuti perubahan sosial dan
pembangunan juga merupakan konsekuensi penting dari asas pendidikan
seumur hidup.5.Pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik.
Pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik perlu diberikan
dalam pendidikan seumur hidup bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara baik menjadi rakyat maupun pimpinan.6.Pendidikan kultural
dan pengisian waktu senggang. Pendidikan kultural dan pengisian
waktu senggang perlu diberikan secara konstruktif sebagai bagian
konsep long life education. Dengan cara ini waktu senggang dapat
dimanfaatkan berbasis budaya yang baik sehingga pendidikan seumur
hidup dapat berjalan menyenangkan.Fungsi Dan Tujuan
Sekolaha.Pendidikan sekolah ialah salah satu tangga dari
keseluruhan proses pendidikan yang berlangsug sepanjang
hidup.b.Pendidikan sekolah ialah pendidikan untuk mengembangkan
semua aspek kepribadian, baik kognitif dan afektif maupun
ketempilan.c.Pendidikan sekolah merupakan suatu system
terbuka.d.Tujuan pendidikan sekolah tidak hanya menguasai bahan
pelajaran, tetapi dapat menggunakan apa yang telah dipelajari itu
untuk mampu belajar sendiri dan membina diri kapan pun dan dimana
pun juga, dalam rangka mencapai tujuan PSH mencapai kualitas hidup
pribadi, sosial dan profesional seoptimal mungkin.
BAB IIIPENUTUP
A.KesimpulanPendidikan seumur hidup adalah sebuah system
konsep-konsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan
peristiwa-peristiwa kegiatan belajar mengajar yang berlangsung
dalam keseluruhan kehidupan manusia. proses pendidikan seumur hidup
berlangsung secara kontinue, dan tidak terbatas oleh waktu seperti
pendidikan formal, proses belajar seumur hidup tidak hanya
dilakukan seorang yang terpelajar tetapi semua lapisan masyarakat
bisa melaksanakanya.Penerapan cara berfikir menurut azas pendidikan
seumur hidup itu akan mengubah pandangan kita tentang status dan
fungsi sekolah, dimana tugas utama pendidikan sekolah adalah
mengajar anak didik bagaimana caranya belajar, peranan guru
terutama adalah sebagai motifator, stimulator dan penunjuk jalan
anak didik dalm hal belajar, sekolah adalah pusat kegiatan belajar
masyarakat sekitar. Sehingga dalam rangka pandangan mengenai
pandidikan seumur hidup, maka semua orang secara potensial
merupakan anak didik.
B.Daftar pustaka
1.Imam Muslim,Shahih Muslim, kewajiban pendidikan jilid V, (
Beirut: Al Fikr, t.t), hal. 337.2.Prasetya,Filsafat Pendidikan,
Cet. II, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hal. 97.3.Redja
Mudyahardjo,pengantar pendidikan (pendidikan seumur
Hidup),Hal:169
Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat dan ImplikasinyaDalam GBHN
dinyatakan bahwa Pendidikan berlansung seumur hidup dan
dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan
masyarakat. Karena itu, pendidikan ialah tanggung jawab bersama
antar keluarga, masyarakat, dan pemerintah.Hal ini berarti bahwa
setiap manusia diharapkan supaya selalu berkembang sepanjang hidup,
dan di lain pihak masyarakat dan pemerintah diharapkan agar dapat
menciptakan situasi yang menantang untuk belajar. Prinsip ini
berarti, masa sekolah bukanlah satu-satunya masa bagi setiap orang
untuk belajar, melainkan hanya sebagian dari waktu belajar yang
akan berlansung seumur hidup.Konsep pendidikan sepanjang hayat atau
seumur hidup merumuskan suatu asas bahwa pendidikan adalah suatu
proses yang terus-menerus (continue) dari bayi sampai meninggal
dunia. Konsep ini sesuai dengan konsep islam seperti yang tercantum
dalam hadist Nabi Muhammad SAW., yang menganjurkan belajar mulai
dari buaian sampai ke liang kubur. Sebenarnya ide pendidikan seumur
hidup telah lama dalam sejarah pendidikan, tetapi baru popular
sejak terbitnya buku Paul Langrend An Introduction to Life Long
Education (Sesudah Perang Dunia II). Kemudian diambil alih oleh
International Commision on the Development of Education (UNESCO)
(Dasar-Dasar Kependidikan, Drs. H. Fuad Ihsan, 1995: 40-41).Dalam
kenyataan hidup sehari-hari dari dahulu sudah dapat dilihat bahwa
pada hakikatnya orang belajar sepanjang hidup, meskipun dengan cara
yang berbeda dan melalui proses yang tidak sama. Pendeknya tidak
ada batas usia yang menunjukkan tidak mungkinnya dan tidak dapatnya
orang belajar. Dorongan belajar sepanjang hayat itu terjadi karena
dirasakan sebagai kebutuhan. Setiap orang merasa butuh untuk
mempertahankan hidup dan kehidupannya dalam menghadapi
dorongan-dorongan dari dalam dan tantangan alam sekitar yang selalu
berubah. Sepanjang hidupnya manusia memang tidak pernah berada di
dalam suatu vakum. Mereka dituntut untuk mampu menyesuaikan diri
secara aktif, dinamis, kreatif, dan inovatif terhadap diri dan
kemajuan zaman.Kegiatan mendidik diri setiap saat sepanjang hidup
selalu merupakan kebutuhan terlepas dari hasilnya. Juga bukan
semata-mata sebagai bekal untuk kehidupan di masa datang. Dengan
kata lain pendidikan itu merupakan bagian integral dari hidup itu
sendiri. Prinsip pendidikan seperti itu mengandung makna bahwa
pendidikan itu lekat dengan diri manusia, karena dengan itu manusia
dapat terus-menerus meningkatkan kemandiriannya sebagai pribadi dan
sebagai anggota masyarakat, meningkatkanself fulfillment(rasa
kepenuhmaknaan) dan terarah kepada aktualisasi diri. Dalam hubungan
dengan lingkungan mereka dapat menyesuaikan diri secara adaptatif
dan kreatif terhadap tantangan zaman.PSH yang dalam prakteknya
telah lama berlangsung secara alamiah dalam kehidupan manusia itu
dalam perjalanannya menjadi pudar disebabkan oleh semakin kukuhnya
kedudukan sistem pendidikan persekolahan di tengah-tengah
masyarakat. Sistem pendidikan persekolahan yang polanya mentradisi
membentuk masyarakat tersendiri dan memisahkan diri dari lingkungan
masyarakat luas dengan pagar pekarangan sekolah, memdindingi kelas,
membatasi waktu belajarnya sampai usia tertentu dan jangka waktu
tertentu. Seolah-olah sekolah membentuk masyarakat khusus yang
mempersiapkan diri untuk kehidupan di hari depan, bukan kehidupan
sekarang ini, dengan membekali diri berbagai ilmu pengetahuan dan
keterampilan menurut porsi yang telah ditetapkan dengan keyakinan
bahwa bekal tersebut pasti cocok dengan tuntutan zaman. Kenyataan
menunjukkan bahwa masyarakat selalu berubah dengan membawa tuntutan
baru. Bekal yang telah dipersiapkan secara baku pada saat seseorang
ditempa di sekolah tidak selalu sesuai dengan kebutuhan di lapangan
yang nantinya akan diterjuni. PSH bertumpu pada keyakinan bahwa
pendidikan itu tidak identik dengan persekolahan, PSH merupakan
suatu proses bersinambungan yang berlangsung sepanjang
hidup.Selanjutnya PSH didefinisikan sebagaitujuan atau ide formal
untuk pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman pendidikan.
Pengorganisasiannya dan penstrukturan ini diperluas mengikuti
seluruh rentangan usia dari usia yang paling muda sampai paling
tua.(Cropley: 67).Khususnya di Indonesia respon terhadap konsep PSH
sangat positif dan dituangkan dalam kebijaksanaan negara yaitu
dalam Ketetapan MPR No. IV/MPR1973 jo. Ketetapan MPR No.
IV/MPR/1978 tentang GBHN yang menetapkan prinsip pembangunan
nasional antara lain: Dalam Bab IV bagian pendidikan, butir (d)
berbunyi: Pendidikan berlansung seumur hidup dan dilaksanakan di
dalam lingkungan rumah tangga/keluarga dan masyarakat, karena itu
pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara keluarga,
masyarakat dan pemerintah.Kebijaksanaan pembangunan nasional di
bidang pendidikan mengandung arti bahwa secara konstitusional GBHN
tersebut wajib dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pendidikan formal,
nonformal, dan informal. Fungsi dari masing-masing lembaga tersebut
bersifat komplementer (saling mengisi). Artinya hanya pendidikan
keluarga, hanya pendidikan nonformal, atau hanya pendidikan
informal saja masing-masing tidak cukup, karena itu satu sama lain
harus saling mengisi (Pengantar Pendidikan, Prof Dr. Umar, 2000:
42-44).Implikasi Konsep Pendidikan Sepanjang HayatImplikasi
pendidikan sepanjang hayat pada program pendidikan sebagaimana
dikemukakan oleh Ananda W.P. Guruge, dalam garis besarnya dapat
dikelompokkan dalam enam kategori, sebagai berikut:a.Pendidikan
Baca Tulis FungsionalProgram ini tidak saja penting bagi pendidikan
sepanjang hayat atau seumur hidup karena relevansinya dengan
kondisi yang ada pada negara-negara berkembang karena masih
banyaknya penduduk yang buta huruf, melainkan juga sangat penting
ditinjau dari implementasinya.Jadi melek huruf fungsional itu di
samping merupakan isi program sekaligus juga merupakan sarana
terlaksananya pendidikan seumur hidup. Namun kemampuan membaca
menulis apabila tidak ditunjang oleh tersedianya bahan-bahan bacaan
tidak ada artinya. Sebab itu realisasi baca tulis fungsional itu
harus memuat dua hal, yaitu:1.Memberikan kecakapan membaca menulis
menghitung (3M) yang fungsional bagi anak didik; dan2.Menyediakan
bahan-bahan bacaan yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut
kecakapan yang telah dimilikinya itu (Dasar-Dasar Kependidikan,
Drs. H. Fuad Ihsan, 1995: 48-49).b.Pendidikan VokasionalApakah
pendidikan vokasional itu sebagai program pendidikan di luar
sekolah bagi anak didik di luar batas usia sekolah, ataukah sebagai
program pendidikan formal dan non formal dalam
rangkaapprentice-skip training, merupakan salah satu program
penting dalam rangka pendidikan seumur hidup. Pada kebanyakan
negara berkembang yang sistem pendidikan formal umumnya diambil
dari negara Barat,out putpendidikan sekolah pada umumnya dirasakan
kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang sedang membangun.
Sebab itu program pendidikan yang bersifat remedial agar para
lulusan sekolah itu menjadi tenaga kerja yang produktif dan menjadi
sangat penting (Dasar-Dasar Kependidikan, Drs. H. Fuad Ihsan, 1995:
49-50).c.Pendidikan ProfesionalDalam tiap-tiap profesi hendaknya
telah terciptabuilt-in mechanismyang memungkinkan golongan
profesioanal selalu mengikuti perubahan dan kemajuan dalam metode
perlengkapan, tekhnologi dan sikapprofesionalnya. Ini merupakan
realisasi dari pendidikan seumur hidup (Dasar-Dasar Kependidikan,
Drs. H. Fuad Ihsan, 1995: 50).d.Pendidikan ke Arah Perubahan dan
PembangunanPendidikan bagi anggota masyarakat dari berbagai
golongan usia agar mereka mampu mengikuti perubahan sosial dan
pembangunan merupakan konsekuensi penting daripada asas pendidikan
seumur hidup. Abad ilmu pengetahuan dan tekhnologi itu pengaruhnya
telah menyusup dalam berbagai aspek kehidupan manusia dan
masyarakat (Dasar-Dasar Kependidikan, Drs. H. Fuad Ihsan, 1995:
50).e.Pendidikan Kewargaan Negara dan Kedewasaan PolitikTidak saja
bagi warga negara biasa, melainkan para pemimpin masyarakat pun
sangat membutuhkan pendidikan kewargaan negara dan kedewasaan
politik itu. Dalam alam pemerintahan dan masyarakat yang
demokratis, maka kedewasaan warga negara dan para pemimpinnya dalam
kehidupan bernegara sangat penting. Untuk itu program pendidikan
kewargaan negara dan kedewasaan politik itu merupakan bagian yang
penting dari pendidikan seumur hidup (Dasar-Dasar Kependidikan,
Drs. H. Fuad Ihsan, 1995: 51).f.Pendidikan Kultural dan Pengisian
Waktu LuangSpesialisasi yang berlebih-lebihan dalam masyarakat,
bahkan yang telah dimulai pada usia muda dalam program pendidikan
formal di sekolah, membuat manusia menjadi berpandangan sempit pada
bidangnya sendiri, buta kekayaan nilai-nilai kultural yang
terkandung dalam warisan budaya masyarakat sendiri. Seorang yang
disebut educated man harus memahami dan menghargai sejarah,
kesusastraan, agama, filsafat hidup, seni dan musik bangsa sendiri.
Sebab itu pendidikan kultural dan pengisian waktu senggang secara
kultural dan konstruktif merupakan bagian penting dari pendidikan
seumur hidup (Dasar-Dasar Kependidikan, Drs. H. Fuad Ihsan, 1995:
51).BAB 3. PENUTUP
3.1Kesimpulan1.Wujud Sifat Hakekat Manusiaa.Kemampuan Menyadari
Dirib.Kemampuan Bereksistensic.Kata Hatid.Morale.Tanggung
Jawabf.Rasa Kebebasang.Kewajiban dan Hakh.Kemampuan Menghayati
Kebahagiaan2.Aspek-Aspek Hakekat Manusiaa.Manusia sebagai Mahluk
Tuhanb.Manusia sebagai Kesatuan Badan-Rohc.Manusia sebagai Mahluk
Individud.Manusia sebagai Mahluk Sosiale.Manusia sebagai Mahluk
Berbudayaf.Manusia sebagai Mahluk Susilag.Manusia sebagai Mahluk
Beragama3.Hubungan Hakekat Manusia dengan Pendidikan1. Asas-Asas
Keharusan atau Perlunya Pendidikan Bagi Manusiaa. Manusia sebagai
Mahluk yang Belum Selesaib. Tugas dan Tujuan Manusia adalah Menjadi
Manusiac. Perkembangan Manusia Bersifat Terbuka2. Asas-Asas
Kemungkinan Pendidikana. Asas Potensialitasb. Asas Dinamikac. Asas
Individualitasd. Asas Sosialitase. Asas Moralitas
4.Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat dan ImplikasinyaKonsep
pendidikan seumur hidup merumuskan suatu asas bahwa pendidikan
adalah suatu proses yang terus-menerus (continue) dari bayi sampai
meninggal dunia. Konsep ini sesuai dengan konsep islam seperti yang
tercantum dalam hadist Nabi Muhammad SAW., yang menganjurkan
belajar mulai dari buaian sampai ke liang kubur.Implikasi Konsep
Pendidikan Sepanjang Hayata.Pendidikan Baca Tulis
Fungsionalb.Pendidikan Vokasionalc.Pendidikan
Profesionald.Pendidikan ke Arah Perubahan dan
Pembangunane.Pendidikan Kewargaan Negara dan Kedewasaan
Politikf.Pendidikan Kultural dan Pengisian Waktu
Luang3.2SaranDengan penulisan makalah ini diharapkan masyarakat
agar dapat mengetahui tentang hakekat manusia itu seperti apa dan
bagaimana konsep pendidikan seumur hidup yang sebenarnya beserta
implikasinya. Untuk para pendidik mungkin apa yang dibahas dalam
makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan referensi dalam
praktek mengajar di sekolah. Selain itu dengan mengetahui hakekat
manusia dan pendidikan seumur hidup, diharapkan para pendidik bisa
lebih memahami masing-masing peserta didik dalam hakekatnya sebagai
manusia dan terlebih pula mampu memberikan himbauan untuk dapat
melaksanakan pendidikan seumur hidup melihat betapa pentingnya
pendidikan bagi manusia dan mengingat dalam makalah ini sudah
dibahas mengenai hal tersebut, agar tujuan pendidikan yang memang
dicanangkan dapat memperoleh hasil sesuai harapan yang ada.