BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya besar bagi Bangsa Indonesia untuk meluruskan kembali arah pembangunan nasional yang telah dilaksanakan secara terpadu disegala bidang. Salah satu bidang dalam pembangunan adalah bidang kesehatan. Tuntutan reformasi total tersebut muncul karena masih banyak kesimpangan hasil pembangunan kesehatan antar daerah dan antar golongan. Derajat kesehatan masih tertinggal jauh dan kurangnya kemandirian dalam pembangunan kesehatan merupakan modal utama pembangunan nasional. Maka penting bagi Bangsa Indonesia untuk menerapkan paradigma baru dan paradigma sehat yang merupakan upya untuk lebih meningkatkan kesehatan yang bersifat preventif (Depkes RI, 2009). Melahirkan merupakan puncak peristiwa dari serangkaian proses kehamilan. Oleh karena itu, 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya besar bagi Bangsa Indonesia untuk meluruskan kembali arah
pembangunan nasional yang telah dilaksanakan secara terpadu disegala
bidang. Salah satu bidang dalam pembangunan adalah bidang kesehatan.
Tuntutan reformasi total tersebut muncul karena masih banyak kesimpangan
hasil pembangunan kesehatan antar daerah dan antar golongan. Derajat
kesehatan masih tertinggal jauh dan kurangnya kemandirian dalam
pembangunan kesehatan merupakan modal utama pembangunan nasional.
Maka penting bagi Bangsa Indonesia untuk menerapkan paradigma baru dan
paradigma sehat yang merupakan upya untuk lebih meningkatkan kesehatan
yang bersifat preventif (Depkes RI, 2009).
Melahirkan merupakan puncak peristiwa dari serangkaian proses
kehamilan. Oleh karena itu, banyak wanita hamil merasa khawatir, cemas dan
gelisah menanti saat kelahiran tiba. Setiap wanita menginginkan
persalinannya berjalan lancar dan dapat melahirkan bayi yang sempurna.
Seperti yang telah diketahui, ada dua cara persalinan yaitu persalinan
pervaginam yang lebih dikenal dengan persalinan normal atau alami dan
persalinan dengan operasi caesar dapat disebut juga dengan bedah sesar atau
sectio caesarea (Kompas, 2012).
1
Sectio caesarea adalah suatu pembedahan yang bertujuan melahirkan
anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus. Akan tetapi persalinan
melalui sectio caesarea bukanlah alternatif yang lebih aman karena
diperlukan pengawasan khusus terhadap indikasi dilakukannya sectio
caesarea, karena tanpa pengawasan yang baik dan cermat akan berdampak
pada kematian ibu (Wiknjosastro, 2005).
Namun dewasa ini, sectio caesarea jauh lebih aman daripada dulu
berkat kemajuan dalam antibiotika, transfusi darah, anestesi dan teknik
operasi yang lebih sempurna. Karena itu, saat ini ada kecenderungan untuk
melakukan operasi tanpa dasar indikasi yang cukup kuat (Winkjosastro,
2005).
Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin dan nifas masih
merupakan masalah besar di Negara berkembang termasuk Indonesia. Sekitar
25% – 50% kematian wanita usia subur disebabkan oleh masalah yang
berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas (Kompas, 2011).
Tahun 2005 AKI di Dunia 400/100.000 kelahiran hidup, di Negara
maju 9/100.000 kelahiran hidup dan di Negara berkembang 450/150.000
kelahiran hidup. Berdasarkan laporan WHO, pada tahun 2009 AKI di
Indonesia 230/100.000 kelahiran hidup, sedangkan data Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2009 bahwa AKI sebesar 228/100.000
kelahiran hidup (Depkes RI, 2011).
Dalam upaya pencapaian dan tujuan pembangunan kesehatan,
peningkatan pelayanan kesehatan ibu diprioritaskan yaitu dengan
2
menurunkan AKI (Angka Kematian Ibu) menjadi 102/100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2015 dari 425/100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992
(SKRT). Untuk menurunkan AKI diperlukan upaya-upaya yang terkait
dengan kehamilan, kelahiran dan nifas. Di Negara-negara maju, angka sectio
caesarea meningkat dari 5% pada 25 tahun yang lalu menjadi 15%
sedangkan hasil RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) menunjukkan bahwa
terdapat 15% persalinan dilakukan melalui operasi (Depkes RI, 2011).
Menurut data rekam medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna, daftar sepuluh penyakit terbesar di Ruang Delima yaitu :
Tabel 1.Daftar sepuluh penyakit terbesar Diruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna (Januari - April 2014).
NO Jenis Penyakit Jumlah %1 Abortus Inkomplit 15 23,072 Mioma Uteri 8 12,303 Eklamsia 7 10,764 Gawat Janin 7 10,765 Plasenta Previa 6 9,236 Letak Bokong 5 7,697 Panggul Sempit 5 7,698 Serotinus 4 6,159 Ketuban Pecah Dini 4 6,1510 Letak Lintang 4 6,15
Jumlah 65 100Sumber: Medikal Record Ruang Perawatan Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna 2014.
Tabel 1. Diatas menunjukan bahwa dari 65 jumlah pasien di Ruang
Perawatan Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna, penderita
penyakit sectio caesarea atas indikasi panggul sempit berjumlah 5 orang,
dengan persentase 7,69%, angka kejadian ini merupakan peringkat kedelapan
dari sepuluh penyakit terbesar yang dirawat dalam 4 bulan terakhir di Ruang
Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna.
3
Dari data tersebut memberikan gambaran bahwa masalah penyakit
Sectio Caesarea a/i Panggul Sempit perlu mendapatkan perhatian dan
penanganan yang baik untuk lebih memahami mendalam mengenai penyakit
sectio caesarea dan penerapan proses keperawatan pada penyakit tersebut
serta dari hasil penentuan kasus pada ujian akhir program, maka penulis
menyusun Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Klien
Ny. F P1 A0 dengan Post Op Sectio Caesarea POD 1 a/i Panggul Sempit di
Ruang Delima Rumah Sakit Umum Derah Kabupaten Muna.
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Berdasarkan data dan informasi dari berbagai referensi yang ada,
memberikan gambaran yang cukup jelas bahwa pasien dengan masalah Sectio
Caesarea a/i Panggul Sempit mempunyai resiko yang sangat luas, sehingga
membutuhkan asuhan keperawatan dengan memberikan tindakan yang
maksimal dengan harapan masalah dapat dikurangi atau diatasi. Melihat
masalah pada penyakit sectio caesarea yang cukup luas, maka dalam
penyusunan karya tulis ini penulis hanya membahas tentang “Asuhan
Keperawatan Pada Klien Ny. F P1 A0 dengan Post Op Sectio Caesarea POD 1
a/i Panggul Sempit Di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna.
4
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan asuhan
keperawatan pada klien Ny. F dengan Post Op Sectio Caesarea P1 AO a/i
Panggul Sempit di ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna secara langsung dan komprehensif, meliputi aspek bio,psiko-sosio
dan spiritual dengan pendekatan proses keperawatan pada klien.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian secara komprehensif dengan kasus
Post Sectio Caesarea a/i Panggul Sempit.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas
masalah pada klien dengan kasus Post Op Sectio Caesarea a/i Panggul
Sempit.
c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan pada klien dengan
kasus Post Op Sectio Caesarea a/i Panggul Sempit.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah disusun pada klien dengan kasus Post Op
Sectio Caesarea a/i Panggul Sempit.
e. Mampu mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang dilakukan pada
klien dengan kasus Post Op Sectio Caesarea a/i Panggul Sempit.
f. Mampu mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan yang dilakukan
pada klien dengan kasus Post Sectio Caesaria a/i Panggul Sempit.
5
D. Manfaat
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memperoleh
manfaat yang meliputi :
1. bagi penulis
Sebagai pengalaman berharga dalam rangka menambah wawasan
pengetahuan serta pengembangan diri khususnya dibidang keperawatan.
2. Bagi rumah sakit
Sebagai pedoman dan petunjuk dalam penerapan asuhan keperawatan bagi
tenaga perawat diruangan dalam rangka mengembangkan pengetahuan dan
meningkatkan kualitas pelayananperawatan
3. Bagi institusi
Sebagai bahan bacaan ilmiah ataupun kerangka perbandingan dalam
mengembangkan ilmu keperawatan dan upaya yang mengindikasikan
penyempurnaan dari asuhan keperawatan yang sudah ada dan yang
ditetapkan saat ini
4. Bagi masyarakat
Dapat menjadi tambahan pengetahuan tentang faktot-faktor yang
mempengaruhi terjadinya post op sectio casarea atas indikasi panggul
sempit.
6
E. Metode Telaahan
Metode yang digunakan penulis dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah
yaitu metode analisis deskriptif melalui studi kasus berdasarkan pendekatan
proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam menyusun
Karya Tulis Ilmiah ini adalah :
1. Observasi
Yaitu dengan mengamati keadaan klien secara langsung meliputi bio,
psiko, sosio, dan spiritual.
2. Wawancara
Yaitu pembicaraan terarah yang umumnya diselenggarakan pada
pertemuan tatap muka baik dengan klien maupun keluarga klien dengan
tujuan untuk mengungkapkan dan memperoleh data subjektif yang akurat
dan dapat dipercaya. Wawancara ini dapat dilakukan antara perawat
dengan keluarga klien (allo anamnesa) dan klien dengan petugas
kesehatan (auto anamnesa).
3. Pemeriksaan Fisik
Yaitu pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan fisik secara
persistem pada klien dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
7
4. Study Dokumentasi
yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan melihat catatan
medik dan status pasien baik sekarang maupun yang telah lalu, dengan
tujuan untuk memperoleh data objektif yang lengkap.
5. Study Kepustakaan
Yaitu bahan penunjang dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah yang berasal
dari buku–buku yang berhubungan dengan kasus yang dibahas, sehingga
dapat diperoleh keterangan dan dasar-dasar teori mengenai pengertian
yang bersifat definitif dalam hubungannya dengan kasus yang diambil.
F. Waktu Pelaksanaan
Studi kasus ini dilaksanakan mulai tanggal 07 sampai dengan 10 Mei
2014.
G. Tempat Pelaksanaan
Studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Delima Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Muna/.
H. Sistematika Penulisan
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 4 BAB dengan susunan
sebagai berikut :
BAB 1. Pendahuluan
Menjelaskan Latar Belakang, Ruang Lingkup Pembahasan, Tujuan Penulisan,
Manfaat, Metode Telaahan, Waktu Pelaksanaan, Tempat Pelaksanaan Dan
Sistematika Telaahan.
8
BAB II. Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Dengan Post Op Sectio
Caesarea A/I Panggul Sempit.
Menguraikan tentang Konsep Dasar Medic Sectio Caesarea yang terdiri
dari Pengertian, Anatomi Dan Fisiologi, Etiologi, Patofisiologi, Tanda dan
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 4 hari nyeri hilang dengan kriteria :
- Wajah nampak tenang- Nyeri berkurang dari 3
menjadi 1 (0-10)
1. Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik dan beratnya.
2. Observasi tanda-tanda vital
3. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.
4. Pertahankan istirahat dengan posisi yang nyaman bagi klien.
5. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
1.Membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang kemajuan.perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi dan keefektifan intervensi
2.Tanda-tanda vital dapat berubah akibat nyeri dan merupakan indikator untuk menilai perkembangan penyakit.
3.Teknik nafas dalam dapat mengurangi ketegangan otot, mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri dan mengurangi nyeri
4.Menghilangkan keteganagn abdomen dengan posisi terlentang
5.Analgetik mengambat pengiriman impuls nyeri ke korteks serebri sehingga dapat mengurangi nyeri.
82
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akibat bekas operasi sehingga terjadi keterbatasan aktivitas ditandai dengan :DS : - klien mengatakan berhati-hati saat
bergerak karena nyeri pada area operasi.
DO :- Klien berhati-hati dalam bergerak- Klien nampak dibantu dalam
beraktivitas- Terpasang infud RL 28 tts/menit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 hari gangguan mobilitas fisik teratasi dengan kriteria :- Klien dapat beraktivitas
dengan bantuan minimal.- Klien dapat
menggerakkan anggotaa tubuhnya.
1.Observasi tingkat kemampuan mobilitas klien
2.Bantun klien dalam memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
3.Bantu klien melakukan gerakan-gerakkan sendi secara aktif
4.Anjurkan keluarga klien untuk turut membantu melatih dan memberikan motivasi pada klien
1.Untuk menentukan tingkat aktivitas dan baantuan yang diberikan.
2.Bantuan yang diberikan mampu memenuhi kebutuhan aktivitasnya
3.Mempertahankan funsi sendi dan mencegah penurunan tonus dan kekuatan otot serta mencegah kontraktur
4.Keterlibatan kelurga sangat dalam memberikan dukungan moril klien sehingga klien akan optimis dalam keterbatasannya.
3. Gangguan pemenuhan ADL : personal hygiene berhubungan pergerakkan tidak maksimum yang ditandai dengan :DS :- Klien mengatakan selam di rumah
sakit klien malas memperhatikan kebersihan kuku dan rambut
- Klien mengeluh tidak nyaman pada daerah genetalia
DO :- Rambut tampak kusamKuku tampak panjang dan kotor
Setelah diberikan tindakan keperawatan selam 4 hari gangguan pemenuhanADL : personal hygiene teratasidengan kriteria :- Dapat melakukan
perwatan diri dengan bantuan
- Rambut tampak bersih dan rapi
- Kuku tampak bersih
1.Kaji kemampuan klien dalam perawatan diri dengan cara menanyakan kepada klien apakah klien sudah dapat merawat diri atau belum.
2.Berikan penjelasan pada klien dan keluarga akan pentingnya perawatan diri.
3.Bantu klien melakukan perawatan diri.
4.Bantu klien dalam melakukan perawatan vulva hygiene.
5.Anjurkan keluarga untuk membantu aktivitas perawatan diri
1.Mengetahui sejauh mana klien dapat melakukan perawatan dirisehingga perawat dapat membuat intervensi yang dapat membantu dalam penentuan selanjutnya.
2.Membantu menambah pengetahuan klien akan pentingnya perawatan diri selama proses penyembuhan klien
3.Membantu memenuhi kebutuhan akan perawatan diri selama proses penyembuhan klien.
4.Memberikan rasa aman kepada klien
5.Keterlibatan keluarga merupakkan support bagi klien sehingga klien mau untuk ikut serta dalam perawan diri sampai klien bisa melakukan secara mandiri.
83
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi yang ditandai dengan :DS :-
DO :- Nampak luka operasi didaerah
abdomen yang ditutup verban- Ukuran luka 10 cm dengan 10 jahitan- Luka masih basah
Setelah dilakukan tindakan keperawatn selama 4 hari tidak ada tanda-tanda resiko infeksi dengan kriteria :- Luka jahitan tampak
bersihTidak terdapat tanda-tanda infeksi seperti tumor, rubor, dolor, kolor, fungsiolaesa.
1.Observasi keadaan luka klien
2.Lakukan perawatan luka dengan memperhatikan teknik septik dan aseptik
6. Mengkaji nyeri, catat lokasi, karakteristik dan beratnya dengan cara melihat ekspresi wajah klien dan menyakan kepada klien seperti apa nyeri yang dirasakan.Hasil :Lokasi nyeri pada daerah operasi, skala nyeri 8 (0-10), tipe nyeri berat.
7. Mengobservasi tanda-tanda vital dengan cara :- Mengobservasi tekanan darah dengan manset, tensi
meter pada lengan kiri, dengan posisi klien berbaring terlentang ditempat tidur.
- Mengukur suhu tubuh dengan posisi klien berbaring terlentang ditempat tidur.
- Mengukur suhu tubuh dengan meletakkan termometer pada aksila selama 5 menit
- Menghitung denyut nadi dengan teraba arteri radialis selama 1 menit.
- Menghitung pernapasan dengan memperhatikan pergerakkan klien selama 1 menit
8.Mengajarkan teknik relaksasi dengan cara klien disuruh menarik nafas panjang kemudian dihembuskan secara perlahan-lahan serta teknik distraksi dengan cara klien dapat berbincang-bincang dengan keluarga ketika nyeri
Rabu 13.00 S: - Klien mengatakan nyeri pada daerah luka opearasi
TD : 120/80 mmHg N : 88x/menit P : 24x/menit S : 36,5 0c
-
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4 dan 5
85
08.30
08.40
dirasakan.Hasil :Klien merasa nyaman.
9. Mempertahankan istirahat dengan posisi terlentang Hasil :Klien nyaman dalam posisi terlentang
10. Memberikan injeksi yaitu antrain 1A/IV/8jam dengan cara obat dimasukkan kedalam spoit kemudian disuntikan melalui selang infusHasil : Injeksi antrain 2ml 1A/IV/8 jam.
2. Rabu 09.00
09.10
09.20
09.30
09.40
5.Mengobservasi tingkat kemampuan mobilitas klienHasil :Klien mengatakan belim dapa bergerak secara bebas
6.Membantu klien dalam memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hariHasil :Aktivitas klien masih dibantu oleh keluarga dan perawat jaga
7.Membantu klien melakukan gerakan-gerakkan sendi secara aktifHasil :Klien mau melakukan gerakan-gerakkan sendi dan dibantu perawat
8.Membantu klien dalam melakukan perawatan vulva hygieneHasil :Klien nampak kooperatif
9.Menganjurkan keluarga klien untuk turut membantu melatih dan memberikan motivasi pada klien.Hasil Keluarga klien nampak ikut serta membantu melatih dan memberikan motivasi pada klien
Rabu 13.00 S : - Klien mengatakan aktivitasnya masih dibantu keluarga dan perawat
- Klien mengatakan belum dapat bergerak secara bebas
O : - Klien tampak beristirahat ditempat tidur
- Klien nampak lemah- Kekuatan otot 5 5
4 4A : Tujuan belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4 dan 5
86
3. Rabu 09.45
09.50
10.00
10.05
10.15
6.Mengkaji kemampuan klien dalam perawatan diri dengan cara menanyakan kepada klien apa klien sudah dapat merawat dirinya atau belumHasil :Klien belum mampu merawat dirinya
7.Memberikan penjelasan pada klien dan keluarga akan pentingnya perawatan diri.Hasil : Klien dan keluarga tampak mengerti dan akan menjaga kebersihan diri klien.
8.Membantu klien melakukan perawatan diri seperti merapikan rambut, memotong kuku bila panjang.Hasil : Klien nampak terlihat segar dan kuku nampak bersih
9.Membantu klien dalam melakukan perawatan vulva hygiene.Hasil : Klien nampak nyaman setelah dilakukan perawatan vulva hygiene
10. Menganjurkan keluarga untuk membantu aktivitas perawatan diri klien
Hasil : Klien nampak ikut membantu dalam aktivitas perawatan diri klien.
Rabu 13.00 S : - Klien mengatakan segar setelah di mandikan oleh perawat
- Klien mengatakan nyaman setelah di potong kukunya
- Klien mengatakan nyaman setelah di rapikan rambutnya dan di bersihkan daerah genetalia nya
- Klien dan keluraga mengatakan paham dengan semua penjelasan perawat
O : - Nampak belum dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
- Klien nampak bersih dan rapi
A : Tujuan belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4 dan 5.
4. Rabu 10.20 5.Mengobservasi keadaan luka klien jika terjadi infeksi dengan cara melihat keadaan luka apakah terdapat tanda-tanda seperti bengkak, kemerahan, perubahan bentuk.Hasil :Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi.
6.Melakukan perawatan luka dengan memperhatikan teknik aseptik dan septik dengan cara cuci tangan
Rabu 13.00 S : -
O : - Luka jahitan nampak bersih dan tidak terjadi infeksi
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3 dan 4.
87
sebelum dan sesudah merawat luka dengan menggunakan savlon, mengginakan alat-alat steril ketika merawat luka.Hasil :Luka telah dirawat dengan menggunakan alat-alat steril
7.Mengganti balutan setiap hari dengan cara balutan yang lama dibuka kemudian luka diobservasi keadaanya lalu luka didesinfeksi dengan menggunakan betadine kemudian dibalut dengan kasa steril.Hasil :luka telah diverban dan keadaan luka masih basah
8.Kolaborasi dalam pemberian antibiotik Hasil : Memberikan injeksi antibiotok yaitu ceftriaxone 1gr IV
dengan cara obat dimasukkan dalam spoit kemmudian di suntikan melalui selang infus..
88
89
5. Catatan Perkembangan
Tabel 8. Catatan PerkembanganNo NO
DXHari/Tanggal Jam Catatan Perkembangan Paraf
1. I Kamis08 Mei 2014
08.00
08.10
08.15
S : - klien mengatakan nyerinya berkurang- klien mengatakan nyeri bertambah saat
1. Mengkaji nyeri, catat lokasi, karakteristik dan beratnya dengan cara melihat ekspresi wajah klien dan menyakan kepada klien seperti apa nyeri yang dirasakan.Hasil :Lokasi nyeri pada daerah operasi, skala nyeri 7 (0-10), tipe nyeri berat
2. Mengobservasi tanda-tanda vital dengan cara :- Mengobservasi tekanan darah
dengan manset, tensi meter pada lengan kiri, dengan posisi klien berbaring terlentang ditempat tidur.
- Mengukur suhu tubuh dengan posisi klien berbaring terlentang ditempat tidur.
- Mengukur suhu tubuh dengan meletakkan termometer pada aksila selama 5 menit
- Menghitung denyut nadi dengan teraba arteri radialis selama 1 menit.
- Menghitung pernapasan dengan memperhatikan pergerakkan klien
3.Mengajarkan teknik relaksasi dengan cara klien disuruh menarik nafas panjang kemudian dihembuskan secara perlahan-lahan serta teknik distraksi dengan cara klien dapat berbincang dengan keluarga saat nyeri dirasakan.Hasil : klien dapat melakukan teknik nafas dalam dengan cara menarik nafas panjang kemudian dihembuskan secara perlahan-lahan, klien melakukan teknik distraksi dan nyeri berkurang.
4. Mempertahankan istirahat dengan posisi terlentang Hasil :Klien nyaman dalam posisi terlentang
5. Memberikan injeksi yaitu antrain 1A/IV/8jam dengan cara obat dimasukkan kedalam spoit kemudian disuntikan melalui selang infusHasil : injeksi antrain 1A/IV/8 jam.
E :Masalah belum teratasi
2. II Kamis08 Mei 2014
08.45
08.55
09.00
S: - Klien mengatakan aktivitasnya dibantu
oleh keluarga- Klien mengatakan belum dapat
bergerak bebas karena nyeri bila bergerak
O :- Klien tampak beristirahat di tempat
tidur
A : - Tujuan belum tercapai
P : - Lanjutkan intervensi
I :1. Mengobservasi tingkat kemampuan
mobilitas klienHasil : Klien mengatakan belum dapat bergerak secara bebas
2.Membantu klien dalam memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
91
09.30
09.35
09.45
Hasil : Aktivitas klien masih dibantu oleh keluarga dan perawat jaga
3.Membantu klien melakukan gerakan-gerakkan sendi secara aktifHasil :Klien mengatakan sudah bisa sedikit menekuk lutunya.
4.Membantu klien melakukan perawatan vulva hygieneHasil :Klien nyaman setelah dilakukan perawatan vulva hygiene.
5.Menganjurkan keluarga klien untuk turut membantu melatih dan memberikan motivasi pada klienHasil :Keluarga klien nampak ikut serta membantu melatih dan memberikan motivasi pada klien
E : Masalah belum teratasi3. III Kamis
08 Mei 201409.50 S :
- Klien mengatakan segar setelah dimandikan oleh perawat
- Klien mengatakan nyaman setelah di rapikan rambutnya dan di bersihkan daerah genetalia nya
O :- Penampilan klien nampak bersih dan
rapi- Kuku nampak bersih
A : - Tujuan tercapai
P : Pertahankan intervensi
4. IV Kamis08 Mei 2014
09.55
10.00
S :-
O :- Luka tampak bersih- Luka masih basah- Tidak terdapat tanda-tanda infeksi- Tampak terpasang verban pada daerah
luka
A :- Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
1.Mengobservasi keadaan luka klien jika terjadi infeksi dengan cara melihat
92
10.05
10.15
10.20
13.00
keadaan luka apakah terdapat tanda-tanda seperti bengkak, kemerahan, perubahan bentuk.Hasil :Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi.
2.Melakukan perawatan luka dengan memperhatikan teknik aseptik dan septik dengan cara cuci tangan sebelum dan sesudah merawat luka dengan menggunakan savlon, menggunakan alat-alat steril ketika merawat luka.Hasil :Luka telah dirawat dengan menggunakan alat-alat steril
3.Mengganti balutan setiap hari dengan cara balutan yang lama dibuka kemudian luka diobservasi keadaanya lalu luka didesinfeksi dengan menggunakan betadine kemudian dibalut dengan kasa steril.Hasil :luka telah diverban dan keadaan luka masih basah
4.Kolaborasi dalam pemberian antibiotik Hasil :
Memberikan injeksi antibiotok yaitu ceftriaxone 1gr IV dengan cara obat dimasukkan dalam spoit kemmudian di suntikan melalui selang infus
E : Masalah belum teratsi5. V Jumat
09 Mei 201408.00
08.05
08.10
S :- Klien mengatakan masih merasa nyeri
pada area perut bekas operasi
O :- Ekspresi wajah nampak meringis- Skala nyeri 7(0-10)
A :-Tujuan belum teratasi
P :- Lanjutkan intervensi
1.Mengkaji nyeri, catat lokasi, karakteristik dan beratnya dengan cara melihat ekspresi wajah klien dan menyakan kepada klien seperti apa nyeri yang dirasakan.Hasil :Lokasi nyeri pada daerah operasi, skala nyeri 7(0-10), tipe nyeri berat..
2.Mengobservasi tanda-tanda vital
93
08.20
08.30
08.35
13.00
dengan cara :- Mengobservasi tekanan darah dengan
manset, tensi meter pada lengan kiri, dengan posisi klien berbaring terlentang ditempat tidur.
- Mengukur suhu tubuh dengan posisi klien berbaring terlentang ditempat tidur.
- Mengukur suhu tubuh dengan meletakkan termometer pada aksila selama 5 menit
- Menghitung denyut nadi dengan teraba arteri radialis selama 1 menit.
3.Mengajarkan teknik relaksasi dengan cara klien disuruh menarik nafas panjang kemudian dihembuskan secara perlahan-lahan.Hasil : klien dapat melakukan teknik nafas dalam dengan cara menarik nafas panjang kemudian dihembuskan secara perlahan-lahan
4.Mempertahankan istirahat dengan posisi terlentang Hasil :Klien nyaman dalam posisi terlentang
5.Memberikan injeksi yaitu antrain 2ml 1A/IV/8jam dengan cara obat dimasukkan kedalam spoit kemudian disuntikan melalui selang infusHasil : injeksi antrain 2ml 1A/IV/8 jam.
E : Masalah belum teratasi
94
6. VI Jumat09 Mei 2014
08.40
08.50
09.00
09.15
13.00
S :- Klien mengatakan aktivitasnya di bantu
oleh keluarga- Klien mengatakan sudah bisa sedikit
menekuk lutut tapi masih merasakan nyeri.
O :- Klien tampak beristirahat di tempat
tidur- Klien sudah bisa menekuk lutut P : - Tujuan tercapai sebagianI :- Lanjutkan intervensi1. Mengobservasi tingkat kemampuan
mobilitas klienHasil : Klien sudah dapat menekuk lutut, Membantu klien dalam memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hariHasil : Aktivitas klien masih dibantu oleh keluarga dan perawat jaga
2. Bantu klien melakukan gerakan-gerakkan sendi secara aktifHasil :Klien mampu menekuk sedikit lutut
3. Anjurkan keluarga klien untuk turut membantu melatih dan memberikan motivasi pada klienHasil :Keluarga klien nampak ikut serta membantu melatih dan memberikan motivasi pada klien.
E : Masalah belium teratasi
7. VII Jumat09 Mei 2014
09.20
09.30
S : -
O :- Luka tampak basah- Tidak ada tanda-tanda infeksi- Nampak terpasang verban pada daerah
luka
A :Tujuan tercapai sebagian
P : lanjutkan intervensi
1. Mengobservasi keadaan luka klien jika terjadi infeksi dengan cara melihat keadaan luka apakah terdapat tanda-tanda seperti bengkak, kemerahan,
95
09.35
09.45
09.50
13.00
perubahan bentuk.Hasil :Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi.
2. Melakukan perawatan luka dengan memperhatikan teknik aseptik dan septik dengan cara cuci tangan sebelum dan sesudah merawat luka dengan menggunakan savlon, mengginakan alat-alat steril ketika merawat luka.Hasil :Luka telah dirawat dengan menggunakan alat-alat steril
3. Mengganti balutan setiap hari dengan cara balutan yang lama dibuka kemudian luka diobservasi keadaanya lalu luka didesinfeksi dengan menggunakan betadine kemudian dibalut dengan kasa steril.Hasil :luka telah diverban dan keadaan luka masih basah
4. Kolaborasi dalam pemberian antibiotikHasil :Memberikan injeksi antibiotok yaitu ceftriaxone 1gr IV dengan cara obat dimasukkan dalam spoit kemmudian di suntikan melalui selang infus..
E :Masalah belum teratasi
8. VIII Sabtu10 Mei 2014
08.00 S : - klien mengatakan nyerinya berkurang
O :- Ekspresi wajah nampak tenang- Skala nyeri 5(0-10)
A : - Tujuan tercapai sebagian
P :Pertahankan intervensi
9. IX Sabtu 09.00 S : - Klien mengatakan aktivitasnya di
bantu oleh keluarga- Klien mengatakan sudah bisa
menggerakkan sedikit lutut, menggerakkan badan ke kiri dan ke kanan dan dapat duduk di temapt tidur tapi masih merasakan nyeri.
O :- Klien sudah dapat menggerakkan
96
badan ke kiri dan ke kanan- Klien mengatakan sudah dapat duduk
di atas tempat tidur.
A :- Tujuan tercapai sebagian
P :Pertahankan intervensi
10.
X Sabtu10 Mei 2014
10.00 S : -
O :- Nampakluka operasi didaerah
abdomen yang ditutup verban- Tidak terjadi tanda-tanda infeksi- Luka nampak bersih
A :- Tujuan tercapaiP :- Pertahankan intervensi-
B. Pembahasan
Berdasarakan tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini dan hasil study
kasus yang penulis lakukan dari tanggal 07-10 Mei 2014, maka pada bab ini
dibahas tentang perbandingan teoritis dan fakta yang ada, yang diperoleh
penulis sebagai hasil pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap Ny.F P1A0
dengan post op sectio caesarea POD I a/i Panggul Sempit di Ruang Delima
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna.
Proses keperawatan adalah suatu metode pemecahan masalah
keperawatan secara ilmiah yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah-
masalah klien, merencanakan secara sistematis tindakan keperawatan yang
telajh dilaksanakan. Dalam penerapan proses keperawatan dilakukan
sebelumnya, maka penulis akan mengemukakan kesenjangan yang penulis
dapat sebagai berikut :
97
1. Pengkajian
Dalam pengkajian ini penulis melaksanakan sesuai dengan tahapan-
tahapan yang ada dalam pengkajian tersebut yaitu pengumpulan data,
klasifikasi data dan analisa data yang kemudian dirumuskan menjadi
diagnosa keperawatan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, study dokumentasi dan study
kepustakaan.
Data yang dikumpulkan selain diperoleh dari klien sebagai data
primer, juga diperoleh dari pihak lain yang penulis anggap cukup mewakili
dan akurat untuk kelengkapan data (data sekunder)
a. Data keluarga klien
b. Tenaga kesehatan yang terlibat lansung dalam pemberian pelayanan
kesehatan pada klien
c. Catatan medis klien
d. Hasil pemeriksaan laboratorium
e. Klien sendiri
Dari tinjauan teoritis, data yang bisa didapatkan pada Post Op Sectio
Caesarea a/i Panggul Sempit adalah :
a. Riwayat kesehatan
Keluhan utama :
Pada tinjauan teoritis pada umumnya kleuhan utama yang berkenaan
dengan Post Op Sectio Caesarea a/i Panggul Sempit adalah nyeri
sedangkan pada kasus keluhan utama yang dirasakan klien adalah
98
nyerin pada daerah abdomen akibat luka bekas operasi, nyeri dirasakan
seperti diiris-iris, nyeri menyebar didaerah sekitar operasi terutama bila
klien beraktifitas, ekspresi wajah klien meringis bila nyeri timbul
dengan skala 8(0-10), nyeri dirasakan hilang timbul, nyeri bertambah
bila beraktivitas dan berkurang bila klien beristirahat, upaya yang
dilakukan untuk mengatasi nyeri yaitu dengan istirahat ditempat tidur.
Tidak ada kesenjangan antar teori dan kasus.
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Pada tinjauan teoritis pada umumnya klien dengan Post Op Sectio
Caesarea a/i Panggul Sempit keadaan umunya adalah kelemahan
sedangkan pada tinjauan kasus adalah lemah. Tidak terjadi
kesenjangan anatar keadaan umum.
2) Kesadaran
Pada tinjauan teoritis pada umumnya klien dengan Post Op Sectio
Caesarea a/i Panggul Sempit kesadaranya adalah sadar sepenuhnya
atau compos mentis sedangkan pada tinjauan teori sama dengan
tinjauan kasus yaitu compos mentis.
3) Pemeriksaan persistem
a) Sistem pernapasan
Pada tinjauan teoritis pada umumnya klien dengan PostOp Sectio
Caesatea a/i Panggul Sempit pernapasan mulai dikaji dari bentuk
hidung, bentuk dada simestris atau tidak, pergerakkan dada,
99
auskultasi bunya nafas, frekuensi nafas, taktil fremitus, bunyi
perkusi paru, kembang kempis paru dan adanya pembengkakan
atau tidak sedangkan pada kasus ditemukan bentuk hidung
simetris kiri dan kanan, dapat membedakan bau, tidak terdapat
sekret pada lubang hidung, tidak terdapat lesi pada hidung, tidak
ada pernapasan cuping hdung, tidak terdapat polip, tidak ada
nyeri tekan pada hidung, pergerkkan dada simetris kiri dan kanan,
ekspansi paru simetris, pola nafas normal, tidak terdapat nyeri
tekan pada dada, pergerakkan dada mengikuti pernapasan, suara
paru terdengar vesikuler. Tidak ada kesenjangan yang terjadi
antara teori dan tinjauan kasus.
b) Sistem kardiovaskuler
Pada tinjauan teoritis pada umumnya klien dengan Posy Op
Sectio Caesarea a/i Panggul Sempit pada sistem kardiovaskuler
akan ditemukan konjungtiva merah muda, bibir tidak pucat,
teraba arteri karotis, tidak ada pembesaran vena jugularis, bunyi
jantung S1 (+) dan S2 (+) reguler, tidak ada bunyi jantung
tambahan, CRT : < 2 detik. Sedangkan pada kasus ditemukan
konjungtiva merah muda, bibir tidak pucat, teraba arterin karotis,
tidak ada pembesaran vena jugularis, bunyi jantung S1 (+) dan
S2 (+) reguler, tidak ada bunyi jantung tambahan CRT : < 2 detik.
Kesimpulanya tidak ada kesenjangan anatar teori dan kasus.
100
c) Sistem pencernaan
Pada tinjauan terotis pada umumya klien dengan Post Op Sectio
Caesarea a/i Panggul Sempit pada sistem pencernaan akan
ditemukan bekas luka operasi Sectio Caesarea, selain itu juga
ditemukan adanya penurunan peristaltik usus dan dapat terjadi
konstpasi. Sedangkan pada kasus ditemukan jumlah gigi 32 buah,
tidak ada caries gigi, gusi baik, lidah dapat membedakan rasa,
pergerakkan lidah baik, nampak luka operasi tertutup verban,
bentuk insisi vertikal dengan panjang luka 10 cm, dengan jumlah
jahitan 10 jahitan, keadaan luka masih basah, nyeri tekan sekitar
luka area operasi, bisisng usus 8x/menit, terdengar bunyi timpani.
d) Sistem indra
Pada tinjauan teoritis pada umunya klien dengan Post Op Sectio
Caesarea a/i Panggul Sempit pada sistem indra akan ditemukan
mata simetris kiri dan kanan, bulu mata menyebar rata, alis
simetris kiri dan kanan, tidak ada eedema palpebra, klien dapat
melihat dan menandai perawat dengan baik, lubang hidung
simetris kiri dan kanan, tidak ada sekret pada hidung, telinga
simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen pada telinga, tidak ada
nyeri tekan pada telinga, mampu mendengar dengan baik, lidah
nampak bersih, dapat membedakan rasa. Sedangkan pada tinjauan
kasus ditemukan Bentuk mata simetris kiri dan kanan, sklera
ikterus, pupil isokor, konjungtiva merah muda, lapang pandang
101
normal, pergerakkan bola mata baik, fungsi penglihatan baik.
Posisi telinga simetris kiri dan kanan, funsi pendengaran baik,
lubang telinga nampak kotor, tidan ada penumpukan serumen,
tidak menggunakan alat bantu pendengaran. Hidung nampak
simetris, fungsi penciuman baik. Dapat membedakan rasa pahit,
manis, asam, dan asin. Dapat merasakan sensais panas dan nyeri.
Kesimpulannya tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.
e) Sistem muskuloskeletal
Pada tinjauan teoritis pada umunya klien dengan post op sectio
caesarea a/i panggul sempit pada sistem muskuloskeletal akan
ditemukan kehati-hatian dalam melakukan pergerakkan karena
nyeri, sedangkan pada kasus ditemukan:
1) Ekstremitas atas
Bentukukuran dan kedua ekstremitas simetris kiri dan kanan,
tidak terdapat deformitas tulang dan sendi, tidak terdapat
adanya atrofi otot, tidak terdapat oedema pada kedua
ekstremitas, terpasang infus pada tangan kiri RL 28 tts/menit,
kekuatan otot 5 5 .
2) Ekstremitas bawah
Bentuk simetris kiri dan kanan, tidak ada nyeri tekan pada
kedua ekstremitas, pergerakkan baik, refleks patella (+),
kekuatan otot 4 4. pada dasarnya tidak ada kesenjagan pada
sitem muskuloskeletal.
102
f) Sistem integumen
Pada tinajuan teoritis pada umunya klien dengan Post Op Sectio
Caesarea a/i Panggul Sempit pada sistem integumen akan
ditemukan adanya luka bekas operasi pada abdomen. Sedangkan
pada kasus ditemukan warna hitam, napak kusam dan tidak rapi,
distribusi merata tidak mudah tercabut, warna kulit sawo matang,
kulit nampak kotor, turgor kulit baik dan suhu akral hangat, kuku
warna merah mudah, tidak ada clubing finger, kuku nampak
panjang dan kotor, pada dasarnya tidak ada kesenjagan pada
sistem integumen.
g) Sistem endokrin
Pada tinjauan teoritispada umunya klien dengan Post Op Sectio
Caesarea a/i Panggul Sempit pada sistem endokrin akan di
temukan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan paratiroid,
tidak ada nyeri tekan pada kelenjar tiroid. Sedangkan pada kasus
tidak di temukan pembesaran kelenjar tiroid dan paratiroid, tidak
ada nyeri tekan pada kelenjar tiroid. Pada dasarnya tidak ada
kesenjagan pada sitem endokrin.
h) Sistem persyarafan
Pada tinjauan teoritis pada umumnya klien dengan Post Op Sectio
Caesarea a/i Panggul Sempit pada sistem persyarafan akan di
temukan kesadaran compos mentis, fungsi saraf kranial baik,
sedangkan pada kasus di temukan kesadaran compos mentis,
103
fungsi saraf kranial baik, tes fungsi motorik baik. Pada dasarnya
tidak ada kesenjangan pada sistem persyarafan.
i) Sistem perkemihan
Pada tinjauan teoritis pada umumnya klien denganPost Op Sectio
Caesarea a/i Panggul Sempit pada sistem perkemihan akan di
temukan tidak ada distensi kandung kemih, tidak ada nyeri tekan
pada kandung kemih. Sedangkan pada kasus di temukan tidak ada
distensi kandung kemih, tidak ada nyeri tekan pada kandung
kemih. Tidak ada kesenjangan anatar kasus dan teori.
j) Sistem reproduksi
Pada tinjauan teoritis pada umumnya klie dengan Post Op Sectio
Caesarea a/i Panggul Sempitpada sistem reproduksi akan dikaji
yaitu 24 jam post parum, payudara lunak dan tidak nyeri tekan,
puting bebas dari area pecah-pecah, pembesaran payudara, fundus
uteri kontraksi kuat dan terletak diumbilikus, aliran lochea sedang
dan bebas bekuan. Sedangkan pada kasus ditemukan daerah
umbilikal tampak cembung, terdapat linea nigra, tidak terlihat
adanya diastasis rektus abdominalis, tinggi fundus uteri 2cm
bawah pusat, konsistensi.
k) Sistem endokrin
Pada tinjauan teoritis pada umumnya klien dengan Post Op sectio
Caesarea a/i Panggul Sempit pada sistem imun akan tidak ada
edeme pada kelenjar getah bening sedangkan pada kasus di
104
temukan tidak ada nyeri tekan pada kelenjar limfe. Tidak ada