BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Perpajakan 2.1.1 Definisi Pajak Sejak dahulu pajak sudah banyak didefmisikan oleh para ahli pajak baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Ada macam-macam definisi tentang pajak menurut para ahli diantaranya adalah: Definisi Pajak menurut Soemitro, dalam Mardiasmo (2011:1): "Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang- undang yang (dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa tirnbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk mernbayar pengeluaran umum". Definisi tersebut kemudian disempurnakan oleh Soemitro menjadi: "Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan "surplus " -nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment". Menurut Adriani dalam Purwono (2010:7) mengatakan bahwa: "Pajak adalah iuran kepadakas negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh mereka yang wajib membayarnya menurut peraturan, tanpa mendapat prestasi kembali yang langstmg dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran umum terkait dengan tugas negara dalam menyelenggarakan pemerintahan". Menurut Undang-undang Nomor 28 Pasal 1 Tahun 2007, menyatakan bahwa: "Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara sebesar-besarnya kemakmuran rakyat" . 6
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Perpajakan
2.1.1 Definisi Pajak
Sejak dahulu pajak sudah banyak didefmisikan oleh para ahli pajak
baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Ada macam-macam
definisi tentang pajak menurut para ahli diantaranya adalah:
Definisi Pajak menurut Soemitro, dalam Mardiasmo (2011:1):
"Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang
undang yang (dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa tirnbal balik
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk mernbayar pengeluaran umum".
Definisi tersebut kemudian disempurnakan oleh Soemitro menjadi:
"Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas
negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan "surplus"-nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai
public investment".
Menurut Adriani dalam Purwono (2010:7) mengatakan bahwa:
"Pajak adalah iuran kepadakas negara (yang dapat dipaksakan) yang
terutang oleh mereka yang wajib membayarnya menurut peraturan,
tanpa mendapat prestasi kembali yang langstmg dapat ditunjuk, dan yang
gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran umum terkait dengan
tugas negara dalam menyelenggarakan pemerintahan".
Menurut Undang-undang Nomor 28 Pasal 1 Tahun 2007,
menyatakan bahwa:
"Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang
Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat".
6
7
Definisi Pajak menurut N.J Feldmann dalam Waluyo (2010:2)
menyatakan bahwa:
"Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang
kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara
umum), tanpa adanya kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk
menutup pengeluaran-pengeluaran umum".
Dari beberapa defmisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang
serta aturan pelaksanaannya.
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya
kontraprestasi individual oleh pemerintah.
3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.
4. Pajak dipemntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah
yang hila dari pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan
untuk membiayai public investment.
2.1.2 Fungsi Pajak
Menumt Resmi (2014:3) terdapat dua fungsi pajak, yaitu fungsi
sumber keuangan negara (budgetair) dan fungsi pengatur (regularend).
1. Fungsi Sumber Keuangan Negara (Budgetair)
Pajak mempunyai fungsi sumber keuangan negara (budgetair),
artinya pajak mempakan salah satu sumber penenmaan
pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun
pembangunan. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah
berupaya memasukk:an uang sebanyak-banyaknya untuk kas
8
negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensiflkasi maupun
intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan
berbagai jenis Pajak Pengbasilan (PPh), Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBm),
Pajak Bumi Bangunan (PBB), dan lain-lain. Contohnya: Gaji PNS,
Pembelian alat-alat negara dan lain-lain.
2. Fungsi Pengatur (Regularend)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan
peme1intah dalam bidang sosial dan ekonomi.
Contoh:
a. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah.
Pajak penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dikenakan pada
saat teijadi transaksi jual beli barang mewah.
b. Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan,
dimaksudkan agar pihak yang memperoleh pengbasilan tinggi
memberikan kontribusi (membayar pajak) yang tinggi pula,
sehingga terjadi pemerataan pendapatan.
c. Tarif pajak ekspor sebesar 0% yang dimaksud.kan agar para
pengusaha terdorong mengekspor basil produksinya di pasar
dunia sebingga dapat memperbaiki devisa negara.
d. Pajak pengbasilan dikenakan atas penyerahan barang basil
industri tertentu seperti industri semen, industri rokok, dan lain-
lain.
9
e. Pembebasan pajak penghasilan atas sisa hasil usaha koperasi;
yang dimaksudkan untuk mendorong perkembangan koperasi
di Indonesia.
f. Pemberlakuan tax holiday: dimaksudkan untuk menarik
investor asing agar menanamkan modalnya di Indonesia.
Kedua fungsi pajak tersebut memiliki keterkaitan yang kuat dan
saling melengkapi untuk dapat mempengaruhi keberhasilan dan
partisipasi masyarakat dalam pemungutan pajak.
2.1.3 Sistem Pemungutan Pajak
Menumt (Waluyo, 2010:17) Sistem pemungutan pajak dapat dibagi
menjadi berikut ini:
1. Sistem Official Assessment
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan
besarnya pajak yang temtang.
Ciri-ciri sistem official assessment adalah sebagai berikut:
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada
fiskus.
b. Wajib pajak bersifat pasif.
c. Uang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak
oleh fiskus.
2. Sistem Self Assessment
10
Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi
wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak
untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan
melaporkan diri sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
3. Sistem Withholding
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut
besamya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
2.1.4 Tata Cara Pemungutan Pajak
Menwut Mardiasmo (2011:6) bahwa pemungutan pajak dapat
dilakukan berdasarkan 3 stelsel yaitu sebagai berikut.
1. Stelsel Nyata (Riel Stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang
nyata), sehingga pemungutannya barn dapat dilakukan pada akhir
tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya
diketahui. Stelsel nyata mempunyai kelebihan atau kebaikan dan
kekurangan. Kebaikan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan
lebih realistis. Sedangkan kelemahannya adalah pajak baru dapat
dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan riil diketahui).
2. Stelsel Anggapan (Fictieve Stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur
oleh undang-undang. Misalnya penghasilan suatu tahun dianggap
sama dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak
11
sudah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun
pajak betjalan. Kebaikan stelsel ini adalah pajak dapat dibayar
selama tahun betjalan, tanpa hams menunggu pada akhir tahun.
Sedangkan kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak
berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya.
3. Stelsel Campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel
anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan
suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak
disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Bila besarnya
pajak menurut kenyataan lebih lebih besar dati pada pajak
menurut anggapan, maka wajib pajak hams menambah.
Sebaliknya, jika lebih kecil kelebihannya dapat diminta kembali.
2.1.5 Jenis Pajak
Menurut Hatjo (2013:12) terdapat berbagai jenis pajak yang dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu pengelompokan menurut golongan,
menurut sifat, dan menurut lembaga pemungutnya.
1. Menurut Golongan
a. Pajak Langsung adalah pajak yang hams dipikul sendiri atau
ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan
atau dilimpahkan kepada orang lain dan harus menjadi beban
langsung Wajib Pajak yang bersangkutan dan pajak ini dipungut
secm·a periodik atau berkala. Contoh: Pajak Penghasilan.
12
b. Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan/digeserkan kepada orang atau
pihak lain. Seperti pajak pertambahan nilai (PPN), pajak bea balik
nama kendaraan bennotor (BBNKB), dan lain-lain.
2. Menurut Sifat
a. Pajak Subyektif adalah pajak yang memperhatikan kondisi
keadaan Wajib Pajak dimana penentuan besarnya pajak harus ada
alasan-alasan objektif yang berhubungan dengan kemampuan
Wajib Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.
b. Pajak Obyektif adalah pajak yang pemungutannya berpangkal
pada objeknya baik bempa benda, keadaan, perbuatan atau
peristiwa yang terjadi dalam wilayah Negara dengan tidak
memperhatikan kondisi objek pajak dimana peristiwa atau
keadaan tadi akan menimbulkan kewajiban membayar pajak.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah.
3. Menurut Lembaga Pemungut
a. Pajak Pusat adalah Pajak yang ditetapkan oleh pemerintah pusat
berdasarkan undang-undang yang kewenangan memungutnya
adalah pemerintah pusat. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak
Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Bea
Materai, Bea Masuk, Pajak Ekspor dan Cukai.
13
b. Pajak Daerah adalah Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh: