Sasaran Belajar :1. Gangguan psikotik dan skizofrenia (ridhan)2.
Kriteria diagnostic skizofrenia (dinda)3. Gambaran klinis
skizofrenia (gilang)4. Sub-type skizofrenia dan perbedaan (stella,
brahma)5. Diagnosis Banding (gagah dan athifa)6. Penatalaksanaan
dan Terapi7. Prognosis dan Muktiaksial GAF Pembahasan Sasaran
Belajar1. Gangguan Psikotik dan Skizofreniaa. Gangguan
PsikotikPsikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak
mampuan individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat
halusinasi, waham atau perilaku kacau atau aneh dan gangguan
biasanya kurang dari dua minggu.Gangguan psikotik adalah gangguan
mental yang ditandai dengan kerusakan menyeluruh dalam uji realitas
seperti yang ditandai dengan delusi, halusinasi, bicara inkohern
yang jelas, atau perilaku yang tidak teratur atau mengacau,
biasanya tanpa ada kewaspadaan pasien terhadap inkomprehensibilitas
dalam tingkah lakunya, dan biasanya gejalanya kurang dari dua
minggu.Gangguan Psikotik terbagi menjadi dua bagian, yaitu:a)
Gangguan Psikotik AkutGambaran Utama Perilaku yang diperlihatkan
oleh pasien, yaitu: Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya
Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal Kebingungan
atau disorientasi Perubahan perilaku menjadi aneh atau menakutkan
seperti menyendiri, kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri,
orang lain atau lingkungan, bicara dan tertawa serta marah-marah
atau memukul tanpa alasan. Pedoman untuk menegakkan diagnosis
gejala pasti gangguan psikotik akut adalah sebagai berikut :
Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan,
misalnya mendengar suara yang tak ada sumbernya atau melihat
sesuatu yang tidak ada bendanya) Waham (merasa diamati/diawasi oleh
orang lain) Agitasi atau perilaku aneh (bizar) Pembicaraan aneh
atau kacau (disorganisasi) Keadaan emosional yang labil dan ekstrim
(iritabel)b) Gangguan Psikotik KronikUntuk menetapkan diagnosa
medik psikotik kronik, yaitu: Penarikan diri secara sosial, minat
atau motivasi rendah, pengabaian diri Gangguan berpikir dan sulit
berkonsentrasi (tampak dari pembicaraan yang tidak nyambung atau
aneh) Perilaku aneh seperti apatis, menarik diri Perilaku lain yang
dapat menyertai adalah : Melaporkan bahwa individu mendengar
suara-suara aneh Keyakinan yang aneh, tidak masuk akal seperti
memiliki kekuatan supranatural, merasa dikejar-kejar, merasa
menjadi orang hebat/terkenal Bermasalah dalam melaksanakan
pekerjaan atau pelajaran b. Gangguan SkizofreniaSkizofrenia berasal
dari bahasa yunani, schizein yaitu terpisah, phern yaitu jiwa.
Skizofrenia terjad pecahnya atau ketidak serasian antara afeksi,
kognitif, dan perilaku. a) Gangguan Primer Gangguan proses pikiran,
yang terganggua adalah asosiasi, kadang satu ide belum selsai
diutarakan, sudah ada ide yang lain, atau terdapat pemindahan
maksud. Gangguan afek dan mental, penderita sering sekali acuh tak
acuh terhadap dirinya sendiri ataupun keadaan keluarganya, dan
masadepanya. Gangguan kemauan, tidak dapat mengambil keputusan,
tidak dapat bertindak dalam satu alasan. Biasanya selalu memberikan
alasan yang tidak jelas.b) Gangguan Sekunder waham, menurut mayer
gross, membagi dalam dua kelompok yaitu, waham primer, timbul
secara tidak logis, misalnyadunia akan kiamat, sebab ia melihat
anjing mengangkat kaki terhadap pohon untuk kencing dan waham
sekunder, kedengaranya logis dan dapat diikuti. Halusinasi dalam
bentuk suara manusia, ataupun barang-barang yang ada di sekitarnya,
kadang kadang terdapat gangguan halusinasi penciuman, cita rasa.
Misalnya penderita merasa mencium bunga setiap bepergian, atau
merasa dalam makananya terdapat racun. 2. Kriteria Diagnostik
SkizofreniaKriteria diagnosis skizofrenia dalam DSM IV meliputi
beberapa hal, antara lain (Kaplan dan Shadock, 2004):a.
Karakteristik gejalaTerdapat dua atau lebih dari kriteria berikut
yang masing-masing ditemui secara signifikan selama periode satu
bulan dan hanya diperlukan satu gejala dari kriteria A jika muncul
delusi bizarre atau halusinasia) Delusi (waham)b) Halusinasic)
Pembicaraan yang tidak terorganisird) Perilaku yang tidak
terorganisire) Gejala negative lain seperti afek datar dan
alogia.
b. Disfungsi Sosial atau PekerjaanSejan munculnyanya ganggua,
muncul pula ketidakerfungsian satu atau lebih fungsi utama seperti,
pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan diri.c. Di Luar
Gangguan Skizoafektif dan Gangguan MoodDalam skizofrenia tidak
ditemukan episode depresif mayor dan gangguan afektif manik atau
campuran yang terjadi bersamaan dengan gejala fase aktif.d. Di Luar
Kondisi di Bawah Pengaruh Zat TertentuGangguan tidak disebabkan
oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat seperti alcohol dan
obat psikotropika lain.Selain dari DSM IV, kriteria diagnosis untuk
skizofrenia juga disebutkan dalam PPDGJ III, meliputi beberapa hal
di bawah ini (Maslim, 2001).a) Harus ada satu dari beberapa gejala
di bawah ini yang amat jelas, atau biasanya dua gejala jika kurang
tajam atua kurang jelas.b) Thought of echo yang merupakan isi
pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya.
Thougt of insertion/withdrawl yang merupakan isi pikiran aisng yang
masuk dari luar ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya
diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya. Thougt broadcasting
yang merupakan isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain
mengetahuinya.c) Delusion of control yang merupakan waham tentang
dirinya dikendalikan oleh kekuatan tertentu dari luar. Delusion of
influence yang merupakan waham tentang dirinya yang dipengaruhi
suatu kekuatan tertentu dari luar. Delusion of passivity yang
merupakan waham tentang dirinya yang tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar. Delusion of perception yang
merupakan pengalaman inderawi yang tak wajarbiasanya bersifat
mistis.d) Halusinasi auditorike) Waham menetap lain seperti
keyakinan agama atau politik tertentu atau kekuatan di atas
kemampuan manusia biasa seperti mengendalikan angin dan cuaca.e.
Atau paling sedikit dua dari gejala di bawah ini yang selalu ada
secara jelasa) Halusinasi yang menetapb) Arus pikiran yang
terputus, seperti inkoherensi dan neologismec) Perilaku katatonik,
seperti keadaan gaduh-gelisah, posisi tubuh tertentu, mutisme dan
stupor.d) Gejala gejala negative laine) Adanya gejala khas tersebut
di atas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau
lebih.f) Harus ada suatu perubahan konsisten dan bermakna dalam
mutu keseluruhan atau beberapa dari aspek perilaku pribadi.
3. Gambaran Klinis SkizofreniaPerjalanan penyakit Skizofrenia
dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase prodromal, fase aktif,
dan fase residual. Pada fase prodromal biasanya timbul
gejala-gejala non-spesifik, yang lamanya bias minggu, bulan, bahkan
bias tahunan sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut
meliputi, hendanya fungsi pekerjaan, fungsi social, fungsi
penggunaan waktu luang, dan fungsi perawatan diri.
Perubahan-perubahan ini akan mengganggu individu serta membuat
resah keluarga dan teman-temannya, mereka akan mengatakan orang ini
tidak seperti orang yang dulu kita kenal, semakin lama fase
prodromal, semakin buruk prognosisnya. Pada fase aktif gejala
positif / psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku ketatonik,
inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Hamper semua
individu berobat pada fase ini, bila tidak mendapatkan pengobatan
gejala-gejala tersebut dapat hilang spontan suatu saat mengalami
eksaserbasi atau terus bertahan. Fase katif akan diikuti oleh fase
residual, dimana pada fase ini gejala-gejalanya sama dengan fase
prodromal tetapi gejala positif / psikotiknya sudah berkurang.
Disamping gejala-gejala yang terjadi pada fase-fase diatas,
penderita skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa
gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan
eksekutif (atensi, konsentrasi, dan hubungan social)
4. Sub-type Skizofrenia dan Perbedaan (Rica, Brahma)a. Tipe Tak
TerinciPasien mempunyai halusinasi, waham, dan gejala-gejala
psikosis aktif yang menonjol (misalnya;kebingungan,inkoheren) atau
memenuhi kriteria skizofreniatetapi tidak dapat di golongkan pada
tipe paranoid,katatonik,hebefrenik,residual,dan depresi pasca
skizofreniab. Tipe ResidualPasien dalam kedaan remisi dari keadaan
akut tetapi masih memperlihatkan gejala-gejala residual (penarikan
diri secara sosial,afek datar atau tak serasi,perilaku
eksentrik,asosiasi melonggar,atau pikiran tak logis).c. Depresi
pasca skizofreniaBerlangsung lama dan timbul sesudah suatu serangan
penyakit skizofrenia. Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada
tetapi tidak mendominasi gambaran klinisnya. Gejala-gejala yang
menetap tersebut dapat berupa gejala positif atau negatif. Sebagai
pedoman diagnostik adalah :i. Pasien telah menderita skizofrenia
(memenuhi kriteria umum skizofrenia) selama 12 bulan terakhirii.
Berapa gejala skizofrenia masih tetap adaiii. Gejala-gejala
derepsif menonjol dan mengganggu,memenuhi sedikitnya kriteria untuk
suatu episode depresi dan telah ada paling sedikit 2 minggud.
Skizofrenia SimpleksSuatu diagnosis yang sulit di buat karena
bergantung pada pemastian perkembangan yang berlangsung perlahan,
progresif dari gejala negatif yang khas dari skizofrenia residual
tanpa ada riwayat halusinasi,waham atau manifestasi lain tentang
adanya suatu episode psikotik sebelumnya, dan disertai dengan
perubahan yang bermakna pada perilaku perorangan, yang
bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang menjolok, kemalasan,
dan penarikan diri secara sosial.e. Skizofrenia LainnyaTermasuk:
Skizofrenia Senestopatik, gangguan skizofreniform, YTTTermasuk:
Skizofrenia siklik, Skizofrenia Laten, gangguan lir-Skizofrenia
akut5. Diagnosis , Diagnosis Banding (Gagah, Athifa)a. Paranoid
Personality DisorderPPD adalah orang yang memiliki karakteristik
kecurigaan dan ketidakpercayaan yang terus menerus terhadap orang
secara umum. Orang dengan PPD biasanya memiliki sifat untuk
memusuhi banyak orang, mudah tersinggung, marah, kadang-kadang
fanatik dan sering mengumpulkan perasaan ketidakadilan yang dia
terima.EpidemiologiPrevalensi dari PPD adalah sekitar 0,5-2,5
persen dari populasi secara umum. Gangguan kepribadian ini relatif
terjadi pada pasien dengan diagnosis skizofrenia. PPD juga lebih
banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki ketimbang perempuan dan
tidak ada kaitannya secara genetic dengan pola keluarga. Orang
dengan paranoid biasanya tidak sadar bahwa dirinya sakit dan
memerlukan sebuah terapi pengobatan. Penarikan diri terhadap
orang-orang disekitar juga lazim terjadi akibat adanya rasa
ketidakpercayaan. Prevalensi PPD tertinggi terjadi pada orang-orang
yang berasal dari kaum minoritas, imigran, dan orang dengan
kelainan organic seperti tuli.DiagnostikPada pemeriksaan pskiatrik,
pasien dengan paranoid personality disorder memiliki manner yang
baik disertai humorless dan sangat serius, kemudian tingkah lakunya
seperti orang kebingungan. Muscular tension pada pasien ini sangat
kuat dan sulit untuk relaksasi. Argumen-argumen yang dibuat mungkin
saja salah, namun pola pikirnya logis dan bertujuan. b. Epilepsic.
Psikosis yang diinduksi oleh obat-obatanPada psikosis ini terdapat
gangguan psikotik yang terjadi selama atau sesegera setelah
pemakaian zat psikoaktif, dibedakan menjadi kode lima karakter
berikut:a) F1x.50 Lir-skizofrenia (Schizophrenic-like)b) F1x.51
Predominan wahamc) F1x.52 Predominan halusinasi (termasuk
halusinasi alkoholik)d) F1x.53 Predominan polimorfike) F1x.54
Predominan gejala depresif) F1x.55 Predominan gejala manikg) F1x.56
Campurand. Paranoia dan keadaan paranoid involusionalMerupakan
gangguan waham menetap dengan gejala:a) Waham adalah satu-satunya
ciri khas klinis yang harus terjadi minimal 3 bulan, bersifat
pribadi dan bukan merupakan budaya setempatb) Gejala depresif
mungkin timbul secara intermitenc) Tidak ada penyakit otakd) Tidak
ada halusinasi auditorik atau hanya kadang-kadang dan bersifat
sementarae) Tidak ada riwayat gejala skizofrenia seperti waham
dikendalikan, siar pikiran, dan penumpulan afek.e. Gangguan
moodGejala gangguan mood ditandai dengan gangguan mood atau afek
yang lama. Jika dibandingkan dengan skizofrenia, pada pasien
skizofrenia gejala afek atau mood harus relatif singkat terhadap
lama gejala primer skizofrenia.f. Gangguan kepribadianGejala dari
gangguan kepribadian:a) Gejala ringanb) Riwayat gangguan selama
hidup pasienc) Tidak ada onset yang dapat diidentifikasi
6. Penatalaksanaan dan Terapi (Mawar, Yolanda)a. Terapi Somatik
(Medikamentosa)Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati
Skizofrenia disebut antipsikotik. Antipsikotik bekerja mengontrol
halusinasi, delusi dan perubahan pola fikir yang terjadi pada
Skizofrenia. Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis
antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat
antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien. Antipsikotik
pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan terapi
obat-obatan pertama yang efekitif untuk mengobati Skizofrenia.
Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu
antipsikotik konvensional, newer atypical antipsycotics, dan
Clozaril (Clozapine) (National Institue of Mental Health).a)
Antipsikotik KonvensionalObat antipsikotik yang paling lama
penggunannya disebut antipsikotik konvensional. Walaupun sangat
efektif, antipsikotik konvensional sering menimbulkan efek samping
yang serius (National Institue of Mental Health).Contoh obat
antipsikotik konvensional antara lain (National Institue of Mental
Health) : Haldol (haloperidol) Mellaril (thioridazine) Navane
(thiothixene) Prolixin (fluphenazine) Stelazine ( trifluoperazine)
Thorazine ( chlorpromazine) Trilafon (perphenazine)Akibat berbagai
efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik konvensional,
banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical
antipsycotic.-Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotok
konvensional) (National Institue of Mental Health). Pertama, pada
pasien yang sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat
menggunakan antipsikotik konvensional tanpa efek samping yang
berarti. Biasanya para ahli merekomendasikan untuk meneruskan
pemakaian antipskotik konvensional. Kedua, bila pasien mengalami
kesulitan minum pil secara reguler. Prolixin dan Haldol dapat
diberikan dalam jangka waktu yang lama (long acting) dengan
interval 2-4 minggu (disebut juga depot formulations). Dengan depot
formulation, obat dapat disimpan terlebih dahulu di dalam tubuh
lalu dilepaskan secara perlahan-lahan. Sistem depot formulation ini
tidak dapat digunakan pada newer atypic antipsycotic.b) Newer
Atypcal AntipsycoticObat-obat yang tergolong kelompok ini disebut
atipikal karena prinsip kerjanya berbda, serta sedikit menimbulkan
efek samping bila dibandingkan dengan antipsikotik konvensional.
Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia, antara
lain (National Institue of Mental Health) : Risperdal (risperidone)
Seroquel (quetiapine) Zyprexa (olanzopine)Para ahli banyak
merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani pasien-pasien dengan
Skizofrenia.c) ClozarilClozaril mulai diperkenalkan tahun 1990,
merupakan antipsikotik atipikal yang pertama. Clozaril dapat
membantu 25-50% pasien yang tidak merespon (berhasil) dengan
antipsikotik konvensional. Sangat disayangkan, Clozaril memiliki
efek samping yang jarang tapi sangatserius dimana pada kasus-kasus
yang jarang (1%), Clozaril dapat menurunkan jumlah sel darah putih
yang berguna untuk melawan infeksi. Ini artinya, pasien yang
mendapat Clozaril harus memeriksakan kadar sel darah putihnya
secara reguler. Para ahli merekomendaskan penggunaan Clozaril bila
paling sedikit 2 dari obat antipsikotik yang lebih aman tidak
berhasil (Kaplan, 2010).Sediaan Obat Anti Psikosis dan Dosis
Anjuran (Kaplan, 2010)Nama generik, Sediaan, dan Dosis Klorpromazin
Tablet 25 dan 100 mg, 150 - 600 mg/hariinjeksi 25 mg/ml Haloperidol
Tablet 0,5 mg, 1,5 mg, 5 mg, 15 mg/hariInjeksi 5 mg/ml Perfenazin
Tablet 2, 4, 8 mg 12 - 24 mg/hari Flufenazin Tablet 2,5 mg, 5 mg 10
- 15 mg/hari Flufenazin dekanoat Inj 25 mg/ml 25 mg/2-4 minggu
Levomeprazin Tablet 25 mg 25 - 50 mg/hariInjeksi 25 mg/ml
Trifluperazin Tablet 1 mg dan 5 mg 10 - 15 mg/hari Tioridazin
Tablet 50 dan 100 mg 150 - 600 mg/hari Sulpirid Tablet 200 mg 300 -
600 mg/hari 1 - 4 mg/hariInjeksi 50 mg/ml Pimozid Tablet 1 dan 4 mg
1 - 4 mg/hari Risperidon Tablet 1, 2, 3 mg 2 - 6 mg/hariCara
penggunaan (Kaplan, 2010)a) Pada dasarnya semua obat anti psikosis
mempunyai efek primer (efek klnis) yang sama pada dosis ekivalen,
perbedaan terutama pada efek samping sekunder.b) Pemilihan jenis
obat anti psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan
dan efek samping obat. Pergantian obat disesuaikan dengan dosis
ekivalen.c) Apabila obat anti psikosis tertentu tidak memberikan
respon klinis dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu
yang memadai, dapat diganti dengan obat psikosis lain (sebaiknya
dari golongan yang tidak sama), dengan dosis ekivalennya dimana
profil efek samping belum tentu sama.d) Apabila dalam riwayat
penggunaan obat anti psikosis sebelumnya jenis obat antipsikosis
tertentu yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek
sampingnya, dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang.e) Dalam
pengaturan dosis perlu mempertimbangkan: Onset efek primer (efek
klinis) : sekitar 2-4 minggu Onset efek sekunder (efek samping) :
sekitar 2-6 jam Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)
Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak efek
samping (dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak
begitu mengganggu kualitas hidup pasienf) Mulai dosis awal dengan
dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari sampai mencapai dosis
efektif (mulai peredaan sindroma psikosis) dievaluasi setiap 2
minggu dan bila perlu dinaikkan dosis optimal dipertahankan sekitar
8-12 minggu (stabilisasi) diturunkan setiap 2 minggu dosis
maintanance dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi drug
holiday 1-2 hari/mingu) tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4
minggu) stopg) Untuk pasien dengan serangan sndroma psikosis multi
episode terapi pemeliharaan dapat dibarikan palong sedikit selama 5
tahun.h) Efek obat psikosis secara relatif berlangsung lama, sampai
beberapa hari setelah dosis terakhir yang masih mempunyai efek
klinis.i) Pada umumnya pemberian oabt psikosis sebaiknya
dipertahankan selama 3 bulan sampai 1 tahun setelah semua gejala
psikosis mereda sama sekali. Untuk psikosis reaktif singkat
penuruna obat secara bertahap setelah hilangnya gejala dalam kueun
waktu 2 minggu 2 bulan.j) Obat antipsikosis tidak menimbulkan
gejala lepas obat yang hebat walaupun diberikan dalam jangka waktu
yang lama, sehingga potensi ketergantungan obat kecil sekali.k)
Pada penghentian yang mendadak dapat timbul gejala Cholinergic
rebound yaitu: gangguan lambung, mual muntah, diare, pusing,
gemetar dan lain-lain. Keadaan ini akan mereda dengan pemberian
anticholinergic agent (injeksi sulfas atrofin 0,25 mg IM dan tablet
trihexypenidil 3x2 mg/hari)l) Obat anti pikosis long acting
(perenteral) sangat berguna untuk pasien yang tidak mau atau sulit
teratur makan obat ataupun yang tidak efektif terhadap medikasi
oral. Dosis dimulai dengan 0,5 cc setiap 2 minggu pada bulan
pertama baru ditingkatkan menjadi 1 cc setap bulan. Pambarian anti
psikosis long acting hanya untuk terapi stabilisasi dan
pemeliharaan terhadap kasus skizpfrenia.m) Penggunaan CPZ injeksi
sering menimbulkan hipotensi ortostatik pada waktu peubahan posisi
tubuh (efek alpha adrenergik blokade). Tindakan mengatasinya dengan
injeksi nor adrenalin (effortil IM)n) Haloperidol sering
menimbulkan sindroma parkinson. Mengatasinya dengan tablet
trihexyphenidyl 3-4x2 mg/hari, SA 0,5-0,75 mg/hariPemilihan Obat
untuk Episode (Serangan) PertamaNewer atypical antipsycoic merupakn
terapi pilihan untuk penderita Skizofrenia episode pertama karena
efek samping yang ditimbulkan minimal dan resiko untuk terkena
tardive dyskinesia lebih rendah (Expert Consensus Treatment
Guidelines for Schizophrenia).Biasanya obat antipsikotik
membutuhkan waktu beberapa saat untuk mulai bekerja. Sebelum
diputuskan pemberian salah satu obat gagal dan diganti dengan obat
lain, para ahli biasanya akan mencoba memberikan obat selama 6
minggu (2 kali lebih lama pada Clozaril) Expert Consensus Treatment
Guidelines for Schizophrenia).
Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)Biasanya timbul bila
pendrita berhenti minum obat, untuk itu, sangat penting untuk
mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum obat. Terkadang
penderita berhenti minum obat karena efek samping yang ditimbulkan
oleh obat tersebut. Apabila hal ini terjadi, dokter dapat
menurunkan dosis menambah obat untuk efek sampingnya, atau
mengganti dengan obat lain yang efek sampingnya lebih rendah Expert
Consensus Treatment Guidelines for Schizophrenia).Apabila penderita
berhenti minum obat karena alasan lain, dokter dapat mengganti obat
oral dengan injeksi yang bersifat long acting, diberikan tiap 2- 4
minggu. Pemberian obat dengan injeksi lebih simpel dalam
penerapannya Expert Consensus Treatment Guidelines for
Schizophrenia).Terkadang pasien dapat kambuh walaupun sudah
mengkonsumsi obat sesuai anjuran. Hal ini merupakan alasan yang
tepat untuk menggantinya dengan obat obatan yang lain, misalnya
antipsikotik konvensonal dapat diganti dengan newer atipycal
antipsycotic atau newer atipycal antipsycotic diganti dengan
antipsikotik atipikal lainnya. Clozapine dapat menjadi cadangan
yang dapat bekerja bila terapi dengan obat-obatan diatas gagal
Expert Consensus Treatment Guidelines for Schizophrenia).
Pengobatan Selama fase PenyembuhanSangat penting bagi pasien
untuk tetap mendapat pengobatan walaupun setelah sembuh. Penelitian
terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien yang behenti minum obat setelah
episode petama Skizofrenia dapat kambuh. Para ahli merekomendasikan
pasien-pasien Skizofrenia episode pertama tetap mendapat obat
antipskotik selama 12-24 bulan sebelum mencoba menurunkan dosisnya.
Pasien yang mendertia Skizofrenia lebih dari satu episode, atau
balum sembuh total pada episode pertama membutuhkan pengobatan yang
lebih lama. Perlu diingat, bahwa penghentian pengobatan merupakan
penyebab tersering kekambuhan dan makin beratnya penyakit Expert
Consensus Treatment Guidelines for Schizophrenia).
Efek Samping Obat-obat AntipsikotikKarena penderita Skizofrenia
memakan obat dalam jangka waktu yang lama, sangat penting untuk
menghindari dan mengatur efek samping yang timbul. Mungkin masalah
terbesar dan tersering bagi penderita yang menggunakan antipsikotik
konvensional gangguan (kekakuan) pergerakan otot-otot yang disebut
juga Efek samping Ekstra Piramidal (EEP). Dalam hal ini pergerakan
menjadi lebih lambat dan kaku, sehingga agar tidak kaku penderita
harus bergerak (berjalan) setiap waktu, dan akhirnya mereka tidak
dapat beristirahat. Efek samping lain yang dapat timbul adalah
tremor pada tangan dan kaki. Kadang-kadang dokter dapat memberikan
obat antikolinergik (biasanya benztropine) bersamaan dengan obat
antipsikotik untuk mencegah atau mengobati efek samping ini Expert
Consensus Treatment Guidelines for Schizophrenia).Efek samping lain
yang dapat timbul adalah tardive dyskinesia dimana terjadi
pergerakan mulut yang tidak dapat dikontrol, protruding tongue, dan
facial grimace. Kemungkinan terjadinya efek samping ini dapat
dikurangi dengan menggunakan dosis efektif terendah dari obat
antipsikotik. Apabila penderita yang menggunakan antipsikotik
konvensional mengalami tardive dyskinesia, dokter biasanya akan
mengganti antipsikotik konvensional dengan antipsikotik atipikal
Expert Consensus Treatment Guidelines for Schizophrenia).Obat-obat
untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan fungsi seksual,
sehingga banyak penderita yang menghentikan sendiri pemakaian
obat-obatan tersebut. Untuk mengatasinya biasanya dokter akan
menggunakan dosis efektif terendah atau mengganti dengan newer
atypical antipsycotic yang efek sampingnya lebih sedikit Expert
Consensus Treatment Guidelines for Schizophrenia).Peningkatan berat
badan juga sering terjadi pada penderita Sikzofrenia yang memakan
obat. Hal ini sering terjadi pada penderita yang menggunakan
antipsikotik atipikal. Diet dan olah raga dapat membantu mengatasi
masalah ini Expert Consensus Treatment Guidelines for
Schizophrenia).Efek samping lain yang jarang terjadi adalah
neuroleptic malignant syndrome, dimana timbul derajat kaku dan
termor yang sangat berat yang juga dapat menimbulkan komplikasi
berupa demam penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini membutuhkan
penanganan yang segera Expert Consensus Treatment Guidelines for
Schizophrenia).f) Terapi Psikososiala) Terapi perilakuTeknik
perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial
untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri
sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku
adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat
ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa dan pas
jalan di rumah sakit. Dengan demikian, frekuensi perilaku
maladaptif atau menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara
sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan
(Kaplan, 2010)b) Terapi berorintasi-keluargaTerapi ini sangat
berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan dalam
keadaan remisi parsial, keluraga dimana pasien skizofrenia kembali
seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat
namun intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan segera,
topik penting yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses
pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali, anggota
keluarga, didalam cara yang jelas mendorong sanak saudaranya yang
terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur terlalu
cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari
ketidaktahuan tentang sifat skizofreniadan dari penyangkalan
tentang keparahan penyakitnya (Kaplan, 2010).Ahli terapi harus
membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi
terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa
terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam
penelitian terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik.
Angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 -
10 % dengan terapi keluarga (Kaplan, 2010)
c) Terapi kelompokTerapi kelompok bagi skizofrenia biasanya
memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan
nyata. Kelompok mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi
secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok
efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa
persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia.
Kelompok yang memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara
interpretatif, tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia
(Kaplan, 2010)d) Psikoterapi individual2Penelitian yang paling baik
tentang efek psikoterapi individual dalam pengobatan skizofrenia
telah memberikan data bahwa terapi alah membantu dan menambah efek
terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi bagi
pasien skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan terapetik
yang dialami pasien sebagai aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi
oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli
terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang
diinterpretasikan oleh pasien (Kaplan, 2010)Hubungan antara dokter
dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di dalam pengobatan
pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit
dilakukan; pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak
terhadap keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga,
cemas, bermusuhan, atau teregresi jika seseorang mendekati.
Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah sederhana,
kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial
adalah lebih disukai daripada informalitas yang prematur dan
penggunaan nama pertama yang merendahkan diri. Kehangatan atau
profesi persahabatan yang berlebihan adalah tidak tepat dan
kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau
eksploitasi (Kaplan, 2010)g) Perawatan di Rumah Sakit
(Hospitalization)Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk
tujuan diagnostik, menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena
gagasan bunuh diri atau membunuh, prilaku yang sangat kacau
termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar (Kaplan,
2010)Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan
adalah ikatan efektif antara pasien dan sistem pendukung
masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian yang dilakukan pada
perawatan rumahsakit harus direncanakan. Dokter harus juga
mengajarkan pasien dan pengasuhserta keluarga pasien tentang
skizofrenia (Kaplan, 2010)Perawatan di rumah sakit menurunkan stres
pada pasien dan membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka.
Lamanya perawatan rumah sakit tergantung dari keparahan penyakit
pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana
pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah
masalah kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan
hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk
mengikat pasien dengan fasilitas perawatan termasuk keluarga
pasien. Pusat perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang
membantu pasien dalam memperbaiki kualitas hidup (Kaplan,
2010)Selain anti psikosis, terapi psikososial ada juga terapi
lainnya yang dilakukan di rumah sakit yaitu Elektro Konvulsif
Terapi (ECT). Terapi ini diperkenalkan oleh Ugo cerleti
(1887-1963). Mekanisme penyembuhan penderita dengan terapi ini
belum diketahui secara pasti. Alat yang digunakan adalah alat yang
mengeluarkan aliran listrik sinusoid sehingga penderita menerima
aliran listrik yang terputus putus. Tegangan yang digunakan 100-150
Volt dan waktu yang digunakan 2-3 detik (Kaplan, 2010 & Muslim,
1999).Pada pelaksanaan Terapi ini dibutuhkan persiapan sebagai
berikut (Kaplan, 2010 & Muslim, 1999) :a) Pemeriksaan jantung,
paru, dan tulang punggung.b) Penderita harus puasac) Kandung kemih
dan rektum perlu dikosongkand) Gigi palsu , dan benda benda metal
perlu dilepaskan.e) Penderita berbaring telentang lurus di atas
permukaan yang datar dan agak keras.f) Bagian kepala yang akan
dipasang elektroda ( antara os prontal dan os temporalis)
dibersihkan.g) Diantara kedua rahang di beri bahan lunak dan di
suruh agar pasien menggigitnya
Frekuensi dilakukannya terapi ini tergantung dari keadaan
penderita dapat diberi (Muslim, 1999) :a) 2-4 hari berturut - turut
1-2 kali seharib) 2-3 kali seminggu pada keadaan yang lebih
ringanc) Maintenance tiap 2-4 minggud) Dahulu sebelum jaman
psikotropik dilakukan 12-20 kali tetapi sekarang tidak dianut
lagiIndikasi pemberian terapi ini adalah pasien skizofrenia
katatonik dan bagi pasien karena alasan tertentu karena tidak dapat
menggunakan antipsikotik atau tidak adanya perbaikan setelah
pemberian antipsikotik (Muslim, 1999).Kontra indikasi Elektro
konvulsiv terapi adalah Dekompensasio kordis, aneurisma aorta,
penyakit tulang dengan bahaya fraktur tetapi dengan pemberian obat
pelemas otot pada pasien dengan keadaan diatas boleh dilakukan.
Kontra indikasi mutlak adalah tumor otak (Muslim, 1999).Sebagai
komplikasi terapi ini dapat terjadi luksasio pada rahang, fraktur
pada vertebra, Robekan otot-otot, dapat juga terjadi apnue, amnesia
dan terjadi degenerasi sel-sel otak (Muslim, 1999).h) Fase
AkutBertujuan untuk mencegah pasien melukai dirinya atau orang
lain, mengendalikan perilaku yang merusak, mengurangi beratnya
gejala psikotik dan gejala terkait lainnya misalnya agitasi,
agresi, dan gaduh gelisah (PDSKJI, 2012).Langkah pertama dapat
dilakukan dengan berbicara kepada pasien dan memberinya ketenangan.
Langkah kedua dapat dilakukan dengan pemberian obat injeksi atau
obat oral. Obat injeksi yang dapat diberikan (PDSKJI, 2012):a)
Olanzapine, dosis 10mg/injeksi, intramuskulus, dapat diulang setiap
2 jam, dosis maksimum 30mg/hari. b) Aripriprazol, dosis
9,75mg/injeksi (dosis maksimal 29,25mg/hari), intramuskulus. c)
Haloperidol, dosis 5mg/injeksi, intramuskulus, dapat diulang setiap
setengah jam, dosis maksimum 20mg/hari. d) Diazepam 10mg/injeksi,
intravena/intramuskulus, dosis maksimum 30mg/hari. Obat oral yang
dapat diberikan (PDSKJI, 2012):
Selain itu dapat diberikan terapi psikoedukasi atau Electro
Convultion Therapy untuk skizofrenia tipe katatonik atau refrakter
(PDSKJI, 2012).i) Fase Stabilisasii. MedikamentosaSetelah diperoleh
dosis optimal, dosis tersebut dipertahankan selama lebih kurang
8-10 minggu sebelum masuk ke tahap rumatan (PDSKJI, 2012). Tujuan
fase stabilisasi adalah mempertahankan remisi gejala atau untuk
mengontrol, meminimalisasi risiko atau konsekuensi kekambuhan dan
mengoptimalkan fungsi dan proses kesembuhan (recovery) (PDSKJI,
2012). ii. PsikoedukasiTujuan Intervensi adalah meningkatkan
keterampilan orang dengan skizofrenia dan keluarga dalam mengelola
gejala. Mengajak pasien untuk mengenali gejala-gejala, melatih cara
mengelola gejala, merawat diri, mengembangkan kepatuhan menjalani
pengobatan. Teknik intervensi perilaku bermanfaat untuk diterapkan
pada fase ini (PDSKJI, 2012).
j) Fase Rumatani. MedikamentosaDosis mulai diturunkan secara
bertahap sampai diperoleh dosis minimal yang masih mampu mencegah
kekambuhan. Untuk skizofren akut dapat diberikan selama 2 tahun,
sedangkan untuk skizofrenia kronis dapat diberikan untuk 5 tahun
bahkan seumur hidup (PDSKJI, 2012).
ii. PsikoedukasiTujuan Intervensi adalah mempersiapkan pasien
kembali pada kehidupan masyarakat. Modalitas rehabilitasi spesifik,
misalnya remediasi kognitif, pelatihan keterampilan sosial dan
terapi vokasional, cocok diterapkan pada fase ini. Pada fase ini
pasien dan keluarga juga diajarkan mengenali dan mengelola gejala
prodromal, sehingga mereka mampu mencegah kekambuhan berikutnya
(PDSKJI, 2012). Jika didapati efek samping obat antipsikotik
seperti sindrom ekstrapiramidal (dystonia akut atau parkinsonisme)
dapat diberikan obat-obat berikut (PDSKJI, 2012)f) Prognosis (Vivi,
Tiwi)
Daftar PustakaPP PDSKJI. 2012. Pedoman Nasional Pelayanan
Kesehatan Jiwa/ Psikiatri: Skizofrenia.Amir,Nurmiati. 2013. Buku
Ajara Psikiatri Edisi Ke Kedua. Jakarta: FK UIDharmono,Suryo. 2013.
Buku Ajara Psikiatri Edisi Ke Kedua. Jakarta: FK UISumber : Maslim,
Rusdi. 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: PT Nuh
Jaya
Kaplan, Sadock, Grebb. 2010. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan
Prilaku Psikiatri Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara.National
Institue of Mental Health, National Institues of Health.
www.nimh.nih.govExpert Consensus Treatment Guidelines for
Schizophrenia: A Guide for Patients andFamilies. www.nmah.com
.Maslim R. 1999. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat
Psikotropik. Jakarta : PT Nuh Jaya.Maslim, Rusdi Dr. 2001. Buku
Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Jakarta: PT Nuh Jaya.Maramis, Willy F., Maramis, Albert A. 2009.
Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Surabaya. Airlangga
University Press.Markam.1992.Penununtun kejiwaan,edisi 2.Binarupa
Alisan :JakartaSadock, B.J., Sadock, V.A. 2007. Kaplan &
Sadock's Synopsis of Psychiatry:Behavioral Sciences /
ClinicalPsychiatry (10th Ed.). New York: Lippincott Williams &
Wilkins
Kaplan HI, Sadock BJ. 2004. Kaplan & Sadocks Synopsis of
Psychiatry. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.
Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas
PPDGJ-III. Jakarta : PT Nuh Jaya