Top Banner
1. AUDIT TOP DOWN VS. AUDIT BOTTOM UP Bukti audit top down berfokus pada upaya auditor dalam memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri, sasaran dan tujuan manajemen, bagaimana manajemen menggunakan sumberdayanya untuk mencapai sasaran, keunggulan kompetitif organisasi dipasaran. Prosedur audit top down memberikan bukti tentang risiko bisnis strategi yang dihadapi klien, bagaimana kline menghadapi risiko tersebut, dan kelangsungan hidup entitas. Bukti audit bottom up berfokus pada pengujian secara langsung atas transaksi, saldo akun, serta sistem yang mencatat transaksi tersebut yang pada akhirnya menghasilkan saldo akun. Bukti buttom up meliputi beberapa bentuk penarikan sampel terinci yang mendukung saldo akun dan mengevaluasi kewajaran penyajian dari setiap rincian yang terakumulasi dalam laporan keuangan. 2. KEPUTUSAN PENTING TENTANG BUKTI AUDIT Ketika merencanakan Audit, auditor harus membuat empat keputusan penting tentang lingkup dan pelaksanaan audit. Keputusan tersebut meliputi: a. Sifat Pengujian Audit Sifat pengujian audit mengacu pada sifat dan efektivitas pengujian audit yang akan dilaksanakan. Pertama, prosedur audit tersebut harus dapat memberikan bukti tentang kinerja kompetitif suatu entitas atau terkait dengan tujuan audit spesifik yang ingin dicapai auditor. Akhirnya bukti tersebut harus relevan dengan asersi laporan keuangan manajemen. Auditor juga harus mempertimbangkan biaya relatif serta efektivitas prosedur dalam kaitannya dengan tujuan audit yang spesifik. Auditor dapat memilih melaksanakan pengujian guna memperoleh pemahaman yang diperlukan dalam audit, melaksanakan pengujian pengendalian, atau melaksanakan pengujian substantif. Setiap keputusan tersebut mencerminkan
25

Sasaran Audit, Bukti Audit, dan Kertas Kerja

Mar 13, 2023

Download

Documents

Dini Rosyada
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Sasaran Audit, Bukti Audit, dan Kertas Kerja

1. AUDIT TOP DOWN VS. AUDIT BOTTOM UP

Bukti audit top down berfokus pada upaya auditor dalam memperoleh

pemahaman tentang bisnis dan industri, sasaran dan tujuan

manajemen, bagaimana manajemen menggunakan sumberdayanya untuk

mencapai sasaran, keunggulan kompetitif organisasi dipasaran.

Prosedur audit top down memberikan bukti tentang risiko bisnis

strategi yang dihadapi klien, bagaimana kline menghadapi risiko

tersebut, dan kelangsungan hidup entitas.

Bukti audit bottom up berfokus pada pengujian secara langsung

atas transaksi, saldo akun, serta sistem yang mencatat transaksi

tersebut yang pada akhirnya menghasilkan saldo akun. Bukti buttom

up meliputi beberapa bentuk penarikan sampel terinci yang

mendukung saldo akun dan mengevaluasi kewajaran penyajian dari

setiap rincian yang terakumulasi dalam laporan keuangan.

2. KEPUTUSAN PENTING TENTANG BUKTI AUDIT

Ketika merencanakan Audit, auditor harus membuat empat keputusan

penting tentang lingkup dan pelaksanaan audit. Keputusan tersebut

meliputi:

a. Sifat Pengujian Audit

Sifat pengujian audit mengacu pada sifat dan efektivitas

pengujian audit yang akan dilaksanakan. Pertama, prosedur

audit tersebut harus dapat memberikan bukti tentang kinerja

kompetitif suatu entitas atau terkait dengan tujuan audit

spesifik yang ingin dicapai auditor. Akhirnya bukti tersebut

harus relevan dengan asersi laporan keuangan manajemen.

Auditor juga harus mempertimbangkan biaya relatif serta

efektivitas prosedur dalam kaitannya dengan tujuan audit yang

spesifik. Auditor dapat memilih melaksanakan pengujian guna

memperoleh pemahaman yang diperlukan dalam audit, melaksanakan

pengujian pengendalian, atau melaksanakan pengujian

substantif. Setiap keputusan tersebut mencerminkan

Page 2: Sasaran Audit, Bukti Audit, dan Kertas Kerja

pertimbangan audit yang penting tentang sifat pengujian audit

tersebut.

b. Saat Pengujian Audit

Saat mengacu pada kapan auditor akan melaksanakan pengujian

audit serta menarik kesimpulan audit. Dalam bukunya Boynton

menyatakan bahwa pengujian audit pada tanggal interim dapat

memberikan pertimbangan awal tentang masalah-masalah

signifikan yang dapat mempengaruhi laporan keuangan pada akhir

tahun buku (sebagai contoh, transaksi-transaksi pihak-pihak

yang memiliki hubungan istimewa) selain itu, banyak

perencanaan audit yang meliputi upaya memperoleh pemahaman

tentang pengendalian internal, mengukur risiko pengendalian,

dan penerapan pengujian substantive atas transaksi, dapat

dilaksanakan sebelum tanggal neraca.

c. Luas pengujian Audit

Luas prosedur Audit berkaitan dengan keputusan auditor tentang

berapa banyak bukti audit yang harus diperoleh. Bukti yang

lebih banyak diperlukan untuk mencapai suatu tingkat risiko

deteksi yang rendah dibandingkan dengan tingkat risiko yang

tinggi. Sebagai contoh, seorang auditor dapat mengirim

permintaan konfirmasi sebanyak 50% dari akun yang ada dalam

akun piutang usaha atau hanya 10% saja dari akun-akun yang

ada.

d. Penetapan Staf Audit

Auditor harus ditugaskan pada tugas-tugas yang telah

ditetapkan dan disupervisi sesuai dengan tingkat pengetahuan,

keterampilan, dan kemampuannya. Sehingga mereka dapat

mengevaluasi bukti audit yang sedang diperiksa. (AU 316.27),

consideration of fraud in a financial statement Audit SAS no 82, menyatakan

bahwa auditor dapat menanggapi risiko salah saji material yang

disebabkan oleh kecurangan dengan cara penugasan personel.

Page 3: Sasaran Audit, Bukti Audit, dan Kertas Kerja

Tanggung jawab yang ditetapkan harus disesuaikan dengan

pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan personel yang

ditugaskan sesuai dengan penilaian auditor atas tingkat risiko

yang berkaitan dengan tnggung jawab tersebut. Singkatnya

auditor membuat empat pilihan penting yang berkaitan dengan

bukti audit; 1) bukti apa yang akan diperoleh (sifat), 2)

bilamana akan memperoleh bukti (saat), 3) berapa banyak bukti

yang akan diperoleh (luas), 4) siapa yang akan ditugaskan

untuk memperoleh bukti (penetapan staf audit).

3. TUJUAN AUDIT SPESIFIK DAN BUKTI AUDIT

tujuan audit spesifik dikembangkan untuk setiap asersi. Selain

itu, tujuan audit juga dikembangkan untuk (1) transaksi relevan

yang memeranguhi piutang usaha, (2) aspek penting pada saldo akun

piutang usaha sebagaimana dilaporkan pada tanggal neraca.

SA seksi 362 paragraf 03menyebutkan berbagai asersi yang

terkandung dalam laporan keuangan. Asersi (assertions) adalah

pernyataan manajemen yang terkandung di dalam komponen laporan

keuangan. Pernyataan dapat bersifat implisit atau eksplisit.

Asersi manajemen yang disajikan dalam laporan keuangan dapat

diklasifikasikan berdasarkan penggolongan besar berikut ini :

1. Keberadaan atau keterjadian

2. Kelengkapan

3. Hak dan kewajiban

4. Penilaian

5. Penyajian dan pengungkapan

Asersi Keberadaan atau keterjadian

Asersi tentang Keberadaan atau keterjadian berhubungan dengan

apakah aktiva atau utang entitas ada pada tanggal tertentu dan

apakah transaksi yang dicatat telah terjadi selam periode

Page 4: Sasaran Audit, Bukti Audit, dan Kertas Kerja

tertentu. sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa

persediaan produk jadi yang tercantum dalam neraca adalah

tersedia untuk dijual pada tanggal neraca.

Asersi Kelengkapan

Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua

transaksi dan akun yang seharusnya telah disajikan dalam laporan

keuangan. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa semua

pembelian barang dan jasa dicatat dan dicantumkan dalam laporan

keuangan.

Asersi Hak dan Kewajiban

Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan apakah

aktiva merupakan hak perusahaan dan utang merupakan kewajiban

perusahaan pada tanggal tertentu. Sebagai contoh, manajemen

membuat asers bahwa jumlah sewa guna usaha yang dikapitalisasi

di neraca mencerminkan nilai pemerolehan hak perusahaan atas

kekayaan yang disewa-guna-usahakan, dan utang sewa guna usaha

yang bersangkuta mencerminkan suatu kewajiban perusahaan pada

tanggal neraca tersebut.

Asersi Penilaian Atau Alokasi

Asersi tentang penilaian atau alokasi berhubungan dengan apakah

komponen-komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya sudah

dicantumkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang semestinya.

Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa aktiva tetap

dicatata berdasarkan cost pemerolehannya, dan cot pemerolehan

tersebut secara sistematik dialokasikan kedalam periode-periode

akuntansi yang semestinya.

Asesri Penyajian dan pengungkapan

Page 5: Sasaran Audit, Bukti Audit, dan Kertas Kerja

Asersi tentang penyajian dan pengungkapan berhubungan dengan

apakah kompone-komponen tertentu laporan keuangan

diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan semestinya.

Misalnya, manajemen membuat asersi bahwa kewajiban yang

diklasifikasikan sebagai utang jangka panjang d neraca tidak

akan jatuh tempuh dalam waktu satu tahun.

4. Bukti Audit, Informasi Penguat, dan Prosedur Audit

Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka

atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang

dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang layak untuk

meyatakan penadapat.

Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari:

1. Data akuntansi

Salah satu tife bukti audit adalah data akuntansi yaitu

seperti: jurnal, buku besar, dan buku pembantu, serta buku

peoman akuntansi, memorandum dan catatan tidak resmi

2. Semua informasi penguat (corrobating information) yang tersedia

bagi auditor.

Informasi penguat meliputi segala dokumen seperti cek,

faktur, surat kontrak, notulen rapat, konfirmasi, dan

pernyataan tertulis dari pihak yang mengetahui informasi

yang diperoleh auditor melalui permintaan keterangan,

pengamatan, infeksi dan pemerisaan fisik; serta informasi

lain yang dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang

memungkinkannya untuk menarik kesimpulan berdasarkan

alassan yang kuat.

Pertimbangan auditor tentang kelayakan bukti audit yang

dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:

1. Pertimbangan professional

Page 6: Sasaran Audit, Bukti Audit, dan Kertas Kerja

Yaitu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

keseragaman penerapan mutu dan jumlah bukti yang diperlukan

dalam audit.

2. Integritas manajemen

Manajemen juga bertanggung jawab atas asersi yang tercantum

dalam laporan keuangan. Manajemen juga berada dalam posisi

untuk mengendalikan sebagian besar bukti dan data akuntansi

yang mendukung laporan keuangan.

3. Kepemilikan publik versus terbatas

Umumnya auditor memerlukan tingkat keyakinan yang lebih

tinggi dalam audit atas laporan keungan perusahaan publik

(misalnya PT yang go Public) dibandingkan dengan audit atas

laporan keuangan perusahaan yang dimiliki oleh kalangan

terbatas.

4. Kondisi keuangan

Umumnya jika suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan

dan proses kebangkrutan, pihak-pihak yang berkepentingan,

seperti kreditur, akan meletakan kesalahan dipundak

auditor, karena kegagalan auditor untuk memberikan

peringatan sebelumnya mengenai memburuknya kondisi keuangan

perusahaan. Dalam keadaan ini, auditor harus mempertahankan

pendapatnya atas laporan keuangan auditan dan mutu

pekerjaan audit yang telah dilaksanakan.

1. Data Akuntansi dan Informasi Penguat

Ketika auditor mengembangkan perencanaan audit serta merancang

prosedur audit untuk mencapai tujuan audit spesifik, ia harus

mempertimbangkan sifat bukti yang akan diperoleh. Bukti audit

yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi

yang mendasari, dan informasi penguat yang tersedia bagi

auditor.

Page 7: Sasaran Audit, Bukti Audit, dan Kertas Kerja

Bagi yang menekuni bidang auditing, tentunya lebih akrab

dengan komponen dasar dari data akuntansi yang mendasari yaitu

(jurnal, buku besar, kertas kerja, rekonsiliasi dan

sebagainya) semuanya tergolong sebagai bukti yang mendukung

laporan keuangan. Dewasa ini data-data tersebut seringkali ada

dalam bentuk data elektronik.

Data akuntansi yang mendasari saja dianggap tidak cukup

mendukung laporan keuangan. Auditor harus merancang suatu

prosedur audit untuk memperoleh bukti penguat guna mendukung

data akuntansi yang mendasari tersebut. Jenis bukti penguat

tersebut adalah (a) bukti analitis; (b) bukti dokumenter; (c)

bukti elektronik; (d) konfirmasi; (e) bukti matematis; (f)

bukti fisik; (g) representasi tertulis; (h) bukti lisan.

2. Prosedur Audit

Prosedur audit adalah metode yang digunakan oleh para auditor

untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti yang

mencukupidan kompeten.

a. Prosedur Analitis

Prosedur ini meliputi perhitungan dan penggunaan rasio-rasio

sederhana, analisis vertikal dan laporan presentase,

perbandingan jumlah yang sebenarnya dengan data historis

atau anggaran, serta penggunaan model matematis dan

statistik.

b. Inspeksi

Inspeksi meliputi pemeriksaan rinci terhadap dokumen dan

catatan serta pemeriksaan sumberdaya berwujud. Melalui

inspeksi, auditor dapat menilai keaslian dokumen, atau

mungkin dapat mendeteksi keberadaan perubahan atau item-item

yang dipertanyakan.

c. Konfirmasi

Page 8: Sasaran Audit, Bukti Audit, dan Kertas Kerja

Meminta konfirmasi adalah bentuk permintaan keterangan yang

memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung

dari sumber independen diluar organisasi klien.

d. Permintaan Keterangan

Pemintaan keterangan meliputi permintaan keterangan secara

lisan atau tulisan dari auditor. Permitaan keterangan

tersebut biasanya ditujukan kepada manajemen atau karyawan,

umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang timbul setelah

dilaksanakannya prosedur analitis atau permintaan keterangan

yang berkaitan dengan keusangan persediaan atau piutang yang

dapat ditagih.

e. Perhitungan

Dua aplikasi yang paling umum dari perhitungan adalah: (1)

perhitungan fisik sumberdaya berwujud seperti jumlah kas dan

persediaan yang ada. Hal ini akan menyediakan cara untuk

mengevaluasi bukti fisik tentang jumlah yang ada. (2)

akuntansi seluruh dokumen dengan nomor urut yag telah

dicetak. Hal ini dapat meneydiakan cara untuk mengevaluasi

pengendalian internal perusahaan melalui bukti yang objektif

tentang kelengkapan catatan akuntansi.

f. Penelusuran

Dalam penelusuran yang seringkali juga disebut sebagai

penelusuran ulang, auditor (1) memilih dokumen yang dibuat

pada saat transaksi dilaksanakan, dan (2) menentukan bahwa

informasi yang diberikan oleh dokumen tersebut telah dicatat

dengan benar dalam catatan akuntansi (jurnal dan buku besar)

g. Pemeriksaan Bukti Pendukung

Pemeriksaan bukti pendukung meliputi (1) pemilihan ayat

jurnal dalam catatan akuntansi, dan (2) mendapatkan serta

memeriksa dokumentasi yang digunakan sebagai dasar ayat

Page 9: Sasaran Audit, Bukti Audit, dan Kertas Kerja

jurnal tersebut untuk menentukan validitas dan ketelitian

pencatatan akuntansi.

h. Pengamatan

Pengamatan berkaitan dengan memperhatikan dan menyaksikan

pelaksanaan beberapa kegiatan atau proses. Biasanya

pengamatan memberikan bukti bottom-up, dan dengan bukti

bottom-up lainnya auditor dapat terlebih dahulu memahami

konteks ekonomi untuk pengujian audit tersebut.

i. Pelaksanaan Ulang

Auditor juga dapat melaksanakan ulang beberapa aspek

pemrosesan transaksi tertentu untuk menentukan bahwa

pemrosesan awal telah sesuai dengan pengendalian intern yang

telah dirumuskan.

j. Teknik Berbantuan Komputer

Apabila catatan akuntansi klien dilaksanakan melalui media

elektronik, maka auditor dapat menggunakan teknik berbantuan

komputer untuk membantu melaksanakan beberapa prosedur yang

telah diuraikan sebelumnya.

2. Penentuan besarnya sampel

Jika prosedur telah ditetapkan, auditor dapat menentukan

besarnya sampel yang berbeda dari unsur yang satu dengan

unsur yang lain dalm populasi yang diperiksa

3. Penentuan unsur tertentu yang dipilih sebagau anggota

sampel.

Setelah besarnya sampel ditentukan untuk prosedur audit

tertentu, audit harus memutuskan unsur mana yang akan

dipilih sebagai anggota sampel untuk diperksa.

4. Penentuan waktu yang cocok untuk melaksanakan prosedur

audit.

Page 10: Sasaran Audit, Bukti Audit, dan Kertas Kerja

Karena audit terhadap laporan keuangan meliputi suatu jangka

waktu tertentu, biasanya 1 tahun, maka auditor dapat melalui

mengumpulkan bukti audit segera setelah awal tahun.

5. PEMROSESAN DATA ELEKTRONIK DAN PROSEDUR AUDIT

1. Pengaruh atas Saldo Akun dan Golongan Transaksi dan Material

Auditor harus mempertimbangkan implikasi pemrosesan data

elektronik atass saldo akun dan golongan transaksi yang

material. Apabila klien merupakan perusahaan yang padat modal,

seperti persahaan telekomunikasi yang secara berkesinambungan

melakukan investasi dalam bentuk berbagai peralatan baru dan

serat optik, besar kemungkinannya catatan komputer akan

memiliki implikasi audit yang penting. Dalam hal ini,

perhatian utama auditor adalah pada implikasi dokumentasi

elektronik dalam saldo akun dan golongan transaksi yang

berkaitan dengan proses bisni yang signifikan.

2. Pengaruh terhadap Sifat Pengujian Audit

Akan terdapat beberapa implikasi terhadap sifat pengujian

audit apabila klien menyelenggarakan dokumentasi dan bukti

yang penting dalam bentuk elektronik untuk suatu saldo akun

atau golongan transaksi yang material.

3. Pengaruh terhadap Saat Pengujian Audit

Apabila klien menggunakan image processing system untuk melakukan

scanning terhadap dokumen dan dokumen asli tidak dipakai,

auditor akan mempertimbangkan implikasi saat prosedur tersebut

diterapkan berkaitan dengan saldo akun dan siklus transaksi

yang material. Apanila dianggap penting untuk memeriksa

keaslian bukti dokumenter, maka auditor harus merencanakan

saat pengujian yang konsisten dengan keberadaan bukti

dokumenter yang tepat.

Page 11: Sasaran Audit, Bukti Audit, dan Kertas Kerja

4. Pengaruh terhadap Luasnya Pengujian Audit

Apabila klien menyelenggarakan pencatatan dalam bentuk

elektronik, dan auditor dapat secara langsung mengakses

catatan elektronik tersebut, maka keadaan ini dapat memiliki

implikasi signifikan terhadap luasnya prosedur audit.

Penerapan teknik audit berbantuan komputer oleh auditor pada

file data elektronik, telah memungkinkan adanya strategi audit

dimana auditor dapat menetapkn target prosedur pada sub-

populasi yang beresiko tinggi dan melaksanakan prosedur

minimal terhadap subpopulasi yang tingkat kesalahannya sangat

kecil.

5. Pengaruh terhadap Penetapan Staf Audit

Apabila klien memiliki masalah yang signifikan tentang sistem

pemrosesan data elektronik, maka bisanya seorang spesialis

audit komputer akan ditugaskan untuk memahami aspek-aspek

penting yang terdapat pada klien, melaksanakan pengujian

pengendalian atau melaksanakan pengujian substantif.

6. PROGRAM AUDIT

Standar Auditing yang berlaku umum menyatakan bahwa dalam

merencanakan audit, auditor harus mempertimbangkan sifat, luas,

dan saat pekerjaan yang harus dilaksanakan serta harus

mempersiapkan suatu program audit tertylis untuk setiap audit.

Maksud suatu program audit adalah mengatur secara sistematis

prosedur audit yang akan dilaksankan selama audit berlangsung.

Program audit tersebut menyatakan bahwa prosedur audit yang

diyakini oleh auditor merupakan hal yang penting untuk mencapai

tujuan audit. Program audit juga mendokumentasikan strategi

audit. Biasanya auditor berusaha menyeimbangkan prosedur audit

top-down dan bottom-up ketika mengembangkan suatu program audit.

Jenis pengujian yang termasuk dalam program audit meliputi :

Page 12: Sasaran Audit, Bukti Audit, dan Kertas Kerja

a. Prosedur Analitis

Prosedur ini meneliti hubungan yang dapt diterima antara data

keuangan dan data non-keuangan untuk mengembangkan harapan

atas saldo laporan keuangan.

b. Prosedur Awal

Yakni prosedur untuk memperoleh pemahaman atas (1) faktor

persaingan bisnis dan industri klien, (2) struktur

pengendalian internnya. Auditor juga melaksanakan prosedur

awal untuk memastikan bahwa catatan-catatan dalam buku

pembantu sesuai dengan akun pengendali dalam buku besar.

c. Pengujian Estimasi Akuntansi

Pengujian ini meliputi pengujian subtantif atas saldo.

d. Pengujian pengendalian

Adalah pengujian pengendalain intern yang ditetapkan oleh

strategi audit dari auditor.

e. Pengujian transaksi

Adalah pengujian substantif yang terutama meliputi tracing

atau vouching transaksi berdasarkan bukti dokumenter yang

mendasari.

f. Pengujian Saldo

Berfokus pada perolehan bukti secara langsung tentang saldo

akun serta item-item yang membentuk saldo tersebut.

g. Pengujian penyajian dan pengungkapan

Mengevaluasi penyajian secara wajar semua pengungkapan yang

dipersyaratkan oleh GAAP.

7. KERTAS KERJA

1. Konsep Kertas Kerja

a. Definisi

kertas kerja sebagai catatan-catatan yang diselenggarakan

oleh auditor mengenai prosedur audit yang ditempuhnya,

Page 13: Sasaran Audit, Bukti Audit, dan Kertas Kerja

pegujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya,

dan kesimpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya.

b. Isi Kertas Kerja Audit

Kertas kerja biasanya harus berisi dokumentasi yang

memperlihatkan:

1. Telah dilaksankannya standar pekerjaan lapangan pertama

yaitu pemeriksaan telah direncanakan dan disupervisi

dengan baik

2. Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan kedua,

yaitu pemahaman memadai atas struktur pengendalian intern

telah diperoleh untuk merencakan audit dan menentukan

sifat, saat, dan lingkup pengujian yang telah dilakukan.

3. Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan ketiga

yaitu bukti audit telah diperoleh, prosedur audit telah

diterapkan, dan pengujian telah dilaksankan, yang

memberikan bukti kompeten yang cukup sebagai dasar

memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan

auditan

c. Tujuan Pembuatan Kertas Kerja (Mulyadi, 1998:96)

Empat tujuan penting pembuatan kertas kerja adalah untuk;

1. Mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan auditan

2. Menguatkan kesimpulan-kesimpulan auditor dan kompetensi

auditnya.

3. Mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap audit

4. Memberikan pedoman dalam audit berikutnya.

d. Cukup tidaknya bukti audit

Materialitas dan risiko

Faktor ekonomi

Ukuran dan karaakteristik

e. Manfaat Kertas Kerja Audit

Page 14: Sasaran Audit, Bukti Audit, dan Kertas Kerja

1. Merupakan dasar penyusunan laporan hasil hasil audit.

2. Merupakan alat bagi atasan untuk mereview dan mengawasi

pekerjaan para pelaksana audit.

3. Merupakan alat pembuktian dari hasil laporan audit.

4. Menyajikan data untuk keperluan referensi.

5. Merupakan salah satu pedoman untuk tugas audit

berikutnya.

f. Faktor-Faktor yang Harus Diperhatikan oleh Auditor Dalam

Pembuatan Kertas Kerja yang Baik

Kecakapan teknis dan keahlian profesional seoran auditor

independen akan tercermin pada kertas kerja yang dibuatnya.

Untuk membuktikan bahwa seseorang merupakan auditor yang

kompeten dalam melaksanakannya pekerjaan lapangansesuai dengan

standar auditing, ia harus dapat menghasilkan kertas kerja

yang benar-benar bermanfaat. Untuk memenuhi tujuan ini ada

lima faktor yang yang harus diperhatikan:

1. Lengkap. Kertas kerja harus lengkap dalam arti:

a. Berisi semua hal yang pokok. Auditor harus dapat

menentukan komposisi sema data pentingyang harus

dicantumkan dalam kertas kerja.

b. Tidak memerlukan tembahan penjelasan secara lisan. Karena

kertsa kerja akan diperiksa oleh auditor senior untuk

menetukan cukup atau tidaknya pekerjaan audit yang telah

dilaksankan oleh stafnya dan bahkan ada kemungkinan

kertas kerja tersebut akan diperiksa oleh pihak luar,

maka kertas kerja hendaknya berisi informasi yang

lengkap, sehingga tidak memerlukan tambahan penjelasan

lisan.

2. Teliti. Dalam pembuatan kertas kerja, auditor harus

memperhatikan ketelitian dalam penulisan dan perhitungan

Page 15: Sasaran Audit, Bukti Audit, dan Kertas Kerja

sehingga kertas kerjanya bebas dari kesalahan tulis dan

perhitungan.

3. Ringkas. Kadang-kadang auditor yang belum berpengalaman

melakukan kesalah dengan melaksanakan audit dengan tidak

relevan dengan tujuan audit.

4. Jelas. Kejelasan dalam menyajikan informasi kepada pihak-

pihak yang akan memeriksa kertas kerja perlu diusahaka

oleh auditor.

5. Rapi. Kerapian dalam pembuatan kertas kerja dan

keteraturan penyusunan kertas kerja akan membantu

auditor senior dalam me-reviewhasil pekerjaan stafnya

serta memudahkan auditor dalam memperoleh informasi dari

kertas kerja tersebut.

g. Tipe Kertas Kerja

Kertas kerja terdir dari bebagai macam yang secara garis besar

dapat dikelompokan ke dalam 5 tipe kertas kerja berikut ini:

1. Program audit

Yaitu merupakan daftar prosedur audit untuk seluruh audit

unsur tertentu. Program audit Berfungsi sebagai suatu alat

yang bermanfaat untuk menetapkan jadwal pelaksanaan dan

pengawasan pekerjaan audit.

2. Working trial balance

Yaitu suatu daftar yang berisi saldo-saldo akun buku besar

pada akhir tahun sebelumnya.

3. Ringkasan jurnal Adjustment

Dalam proses audirnya, auditor mungkin menemukan

kekeliruan dalam laporan keuangan dan catatan akuntansi

klien. Untuk membetulkan kekeliruan tesebut, auditor

membuat draf jurnal adjustment yang nantinya akan

dibicarakan dengan dengan klien.

4. Skedul utama

Page 16: Sasaran Audit, Bukti Audit, dan Kertas Kerja

Adalah kertas kerja yang digunakan untuk meringkas

informasi yang dicatat dalam skedul pendukung untuk akun-

akun yang berhubungan.

5. Skedul pendukung

Pada waktu auditor melakukan verifikasi terhadap unsur-

unsur yang tercantum dalam laporan keuangan klien, ia

membuat berbagai macam kertas kerja pendukung yang

menguakan informasi keuangan dan operasional yang yang

dikumpulkannya.

2. Jenis Kertas Kerja

Terdapat banyak jenis kertas kerja yang ada di dalam suatu

audit. Jenis-jenis tersebut meliputi (1) kertas kerja neraca

saldo, (2) skedul dan analisis, (3) memoranda audit dan

dokumentasi informasi penguat, dan (4) ayat jurnal penyesuaian

dan reklasifikasi.

a. Kertas Kerja Neraca Saldo

Pada contoh kertas kerja neraca saldo tersedia kolom-kolom

untuk saldo buku besar tahun berjalan (sebelum penyesuaian

dan reklasifikasi audit), penyesuaian, saldo setelah

penyesuaian, reklasifikasi, dan saldo akhir (telah diaudit).

Dicantumkannya saldo akhir (yang tealh diaudit) tahun

sebelumnya akan mempermudah pelaksanaan proses analitis

tertentu.

Kertas kerja neraca saldo merupakan kertas kerja yang paling

penting di dalam audit karena :

i. Menjadi mata rantai penghubung antara akun buku besar

klien dan item-item yang dilaporkan dalam laporan

keuangan

ii. Memberikan dasar untuk pengendalian seluruh kertas

kerja individual

Page 17: Sasaran Audit, Bukti Audit, dan Kertas Kerja

iii. Megindetifikasi kertas kerja spesifik yang memuat

bukit audit bagi setiap item laporan keuangan

Tidak adanya nomor akun untuk Kas menunjukkan bahwa item

laporan keuangan ini merupakan gabungan dari beberapa akun

buku besar kas. Dalam kasus seperti ini, kertas kerja awal

dengan indeks A harus memuat skedul kelompok yang

menunjukkan akun buku besar apa yang telah digabungkan untuk

item atau pos laporan keuangan ini.

b. Skedul dan Analisis

Istilah skedul kertas kerja (working paper schedule) dan

analisis kertas kerja (working paper analysis) digunakan secara

bergantian untuk menggambarkan setiap kertas kerja yang

memuat bukti yang mendukung item-item dalam kertas kerja

neraca saldo. Apabila beberapa akun buku besar digabung

untuk tujuan pelaporan, maka harus disusun sebuah skedul

kelompok (group schedule) atau sering juga disebut sebagai

skedul utama (lead schedule). Selain menunjukkan akun masing-

masing buku besar yang adat dalam kelompok tersebut, skedul

utama juga mengindentifikasi skedul atau analisis kertas

kerja individu yang memuat bukti audit yang diperoleh untuk

masing-masing akun dalam kelompok tersebut.

c. Memoranda Audit dan Informasi Penguat

Memoranda audit (audit memoranda) merujuk pada data tertulis

yang disusun oleh auditor dalam bentuk naratif. Memoranda

meliputi komentar-komentar atas pelaksanaan prosedur-

prosedur audit yang meliputi (1) lingkup pekerjaan, (2)

temuan-temuan, dan (3) kesimpulan audit. Sebagai contoh,

auditor dapat menulis sebuah memo yang berisikan ikhtisar

dari lingkup konfirmasi, tanggapan konfirmasi, temuan-

Page 18: Sasaran Audit, Bukti Audit, dan Kertas Kerja

temuan, dan kesimpulan audit berdasarkan bukti-bukti yang

diperoleh.

Selain itu, auditor juga dapat menyusun memoranda audit

untuk mendokumentasikan informasi penguat sebagai berikut :

i. Salinan risalah rapat dewan direksi

ii. Reprensentasi tertulis dari manajemen dan para pakar

yang berasal dari luar organisasi.

iii. Salinan kontrak-kontrak penting

d. Ayat Jurnal Penyesuaian dan Ayat Jurnal Reklasifikasi

Ayat jurnal penyesuaian (adjusting entries) merupakan koreksi

atas kesalahan klien sebagai akibat pengabaian atau salah

dalam penerapan GAAP (Prinsip akuntansi berlaku umum). Oleh

karena itu, pada akhirnya ayat jurnal penyesuaian secara

sendiri-sendiri atau bersama-sama akan dianggap material,

dengan harapan akan dicatat oleh klien sehingga saldo buku

besar dapat disesuaikan. Sebaliknya, ayat jurnal

reklasifikasi berkaitan dengan penyajian laporan keuangan

yang benar dengan saldo akun yang sesuai. Pada dasarnya ayat

jurnal reklasifikasi hampir sama dengan ayat jurnal

penyesuaian, namun pengaruh material pada ayat jurnal

reklasifikasi masih harus dibuat terlebih dahulu. Ikhtisar

ayat jurnal penyesuaian dan ayat jurnal reklasifikasi pada

awalnya dirancang sebagai “ayat jurnal yang diusulkan”,

karena pertimbangan akhir yang harus dibuat auditor atas

ayat jurnal tersebut mungkin tidak akan terjadi sampai audit

tersebut berakhir. Pada akhirnya susunan setiap ayat jurnal

yang diusulkan tersebut harus dicatat dalam kertas kerja.

Namun, apabila klien menolak untuk membuat ayat jurnal

penyesuaian dan ayat jrunal reklasifikasi yang dianggap

penting oleh auditor, maka auditor akan melakukan modifikasi

seperlunya atas laporan auditor.

Page 19: Sasaran Audit, Bukti Audit, dan Kertas Kerja

3. Menyusun kertas Kerja

Teknik-teknik dasar yang harus diperhatikan untuk menyusun

kertas kerja yang baik adalah sebagai berikut ini :

a. Judul (heading). Setiap kertas kerja harus memuat nama klien,

judul deskriptif yang dapat mengidentifikasi isi dari kertas

kerja tersebut, seperti “Rekonsilisasi Bank-City Nasional

Bank”, serta tanggal neraca atau periode yang menjadi ruang

lingkup audit.

b. Nomor Indeks (index number). Setiap kertas kerja diberi nomor

indeks atau nomor referensi untuk tujuan identifikasi atau

pengarsipan, seperti A-1, B-1, dan seterusnya.

c. Referensi silang (cross-referencing). Data dalam kertas kerja

yang diambil dari kertas kerja lainnya atau yang digunakan

dalam kertas kerja lain harus diberi referensi silang.

d. Tanda koreksi (tick marks). Tanda koreksi berupa simbol-simbol

seperti tanda pengecekan yang digunakan dalam kertas kerja,

menunjukkan dalam auditor telah melaksanakan sejumlah

prosedur pada item-item dimana tanda pengecekan tersebut

diberikan, atau dapat juga berarti bahwa informasi tambahan

tentang item tersebut dapat diperoleh pada bagian lain dalam

kertas kerja tersebut.

e. Tanda tangan dan tanggal (signature and dates). Setelah

menyelesaikan masing-masing tugasnya, penyusun maupun pe-

review kertas kerja tersebut harus membubuhkan paraf dan

tanggal pada kertas kerja tersebut. Hal ini diperlukan untuk

menetapkan tanggung jawab atas pekerjaan dan review yang

dilaksanakan.

4. Me-review Kertas Kerja

Terdapat beberapa tingkatan dalam melakukan review kertas

kerja dalam suatu kantor CPA. Review tingkat pertama dilakukan

oleh supervisor dari penyusun, seperti atasan atau manajernya.

Page 20: Sasaran Audit, Bukti Audit, dan Kertas Kerja

Review dilakukan apabila pekerjaan pada segmen tertentu dalam

suatu audit telah diselesaikan. Pihak yang melakukan review

terutama menekankan perhatian pada lingkup pekerjaan yang

dilakukan, bukti dan temuan yang diperoleh, serta kesimpulan

yang tela dicapai oleh penyusun. Review lainnya dilakukan atas

kertas kerja apabila pekerjaan lapangan telah diselesaikan

semuanya.

5. Pengarsipan Kertas Kerja

Pada umumnya kertas kerja diarsipkan menurut dua kategori

sebagai berikut; (1) file permanen dan (2) file tahun

berjalan. File permanen (permanent file) memuat data yang

diharapkan tetap bermanfaat bagi auditor dalam banyak

perikatan dengan klien di masa mendatang. Sebaliknya, file

tahun berjalan (current file) memuat informasi penguat yang

berkenaan dengan pelaksanaan program audit tahun berjalan

saja.

Pada umumnya item-item yang dijumpai dalam berkas permanen

ialah :

a. Salinan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga klien

b. Bagan akun dan manual atau pedoman prosedur

c. Struktur organisasi

d. Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk-produk utama

e. Ketentuan-ketentuan dalam modal saham dan penerbitan

obligasi

f. Salinan kontrak jangka panjang, seperti sewa guna usaha,

rencana pensiun, perjanjian pembagian laba dan bonus

g. Skedul amortisasi kewajiban jangka panjang serta penyusutan

aktiva pabrik

h. Ikhtisar prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan oleh klien

6. Kepemilikan dan Penyimpanan Kertas kerja

Page 21: Sasaran Audit, Bukti Audit, dan Kertas Kerja

Kertas kerja menjadi milik kantor akuntan, bukan milik klien

atau pribadi auditor. Namun hak kepemilikikan oleh kantor

akuntan tersebut masih tunduk pada pembatasan-pembatasan yang

diatur dalam kode etik profesi auditor itu sendiri. Peraturan

301, code of professional conduct dari AICPA menentukan bahwa seorang

CPA dilarang untuk mengungkapkan setiap informasi rahasia yang

diperoleh selama pelaksanaan penugasan profesional tanpa

seizin klien, kecuali untuk kondisi tertentu sebagaimana

ditetapkan dalam peraturan.

Penyimpanan kertas kerja terletak pada tangan auditor, dimana

ia bertanggung jawab untuk menyimpannya dengan aman. Kertas

kerja yang tergolong sebagai file permanen akan disimpan untuk

waktu yang tak terbatas. Sedangkan kertas kerja yang tergolong

sebagai file tahun berjalan akan disimpan selama file tersebut

dibuuhkan oleh auditor untuk melayani klien atau diperlukan

untuk memenuhi persyaratan hukum sebagai retensi catatan.

Ketentuan mengenai batasan waktu penyimpanan jarang yang

melampui waktu enam bulan.

Hal-hal yang membuat auditor dapat memberikan informasi

tentang klien kepada pihak lain adalah :

a. Jika klien tersebut menginginkannya,.

b. Jika misalnya praktek kantor akuntan dijual kepada akuntan

publik lain, jika kertas kerjanya diserahkan kepada pembeli

harus atas seijin klien.

c. Dalam perkara pengadilan (dalam perkara pidana).

d. Dalam program pengendalian mutu, profesi akuntan publik

dapat menetapkan keharusan untuk mengadakan peer review di

antara sesama akuntan publik. Untuk me-review kepatuhan

auditor terhadap standar auditing yang berlaku, dalam peer

review informasi yang tercantum dalam kertas kerja

diungkapkan kepada pihak lain (kantor akuntan public lain)

Page 22: Sasaran Audit, Bukti Audit, dan Kertas Kerja

tanpa memerlukan izin dari klien yang bersangkutan dengan

kertas kerja tersebut.

Page 23: Sasaran Audit, Bukti Audit, dan Kertas Kerja

DAFTAR PUSTAKA

Boynton, William C., Johnson, Raymond N., dan Kell, Walter G. 2003.

Modern Auditing. Jakarta: Erlangga.

Dase Ira. Tanpa tahun. Bukti Audit, Tujuan Audit, Program Audit dan Kertas Kerja.

(online)

(https://www.academia.edu/5155562/BUKTI_AUDIT_TUJUAN_AUDIT_PROGR

AM_AUDIT_DAN_KERTAS_KERJA. diakses tanggal 8 Oktober 2014)

Mulyadi., Puradiredja, Kanaka. 1998. Auditing. Jakarta: Penerbit

Salemba Empat.

Page 24: Sasaran Audit, Bukti Audit, dan Kertas Kerja

RANGKUMAN MATA KULIAH

BUKTI AUDIT, TUJUAN AUDIT, PROGRAM AUDIT, DAN KERTAS KERJA

MAXYANUS TARUK LOBO’

A311 12 296

MATA KULIAH PENGAUDITAN 1

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2014

Page 25: Sasaran Audit, Bukti Audit, dan Kertas Kerja