Top Banner
Saraswati Annisa 25. hubungan penyakit HIV dengan TBC... a. imunodefisiensi meningkatkan frekuensi tb sekunder b. membuat false positif pemeriksaan tuberkulin c. pada hiv, granul yang ditemukan lebih spesifik d. pada hiv +, diagnosis tb lebih mudah Penjelasan : Pengaruh HIV Penularan infeksidengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) terutama terjadi melalui hubungan seksual, transfuse darah atau penggunaan produk darah lainnya dari ibu ke bayi. Infeksi dengan HIV mengakibatkan kerusakan yang luas dari sistem kekebalan tubuh. Sebagai akibatnya, jika terjadi infeksi opportunistic maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa menyebabkan kematian, dan keadaan ini dikenal dengan AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). Infeksi opportunistic adalah infeksi yang disebabkan oleh kuman tak berbahaya bagi orang yang sistem kekebalan tubuhnya masih baik. Infeksi kuman tuberkulosis yang telah terjadi biasanya tercegah oleh aksi dari sistem pertahanan tubuh. Jika seseorang telah mengidap HIV 10% kemungkin anakan sakit TB dalam waktu satu tahun saja. Bila perlindungan sistem pertahanan tubuh berkurang akibat infeksi HIV, kumant uberkulosis yang tadinya hanya tidur dalam tubuh seseorang yang telah terinfeksi akan mulai berkembang biak menyebabkan sakit tuberkulosis. Bila kedua infeksi tersebut (Tuberkulosis dan HIV) terjadi bersamaan maka jumlah penderita tuberculosis akan meningkat sebagai akibat meningkatnya resiko untuk mudahnya berkembang menjadi tuberkulosis . Peningkatan jumlah penderita tuberculosis akan mengakibatkan peningkatan dari transmisi atau penularan kuman tuberculosis dalam masyarakat untuk menurunkan penularan yang berlebihan ini, adalah sangat penting untuk menemukansedini mungkin dan mengobati sampai sembuhsemua penderita tuberkulosis yang menular mengingat infeksi HIV/AIDS belum ada obatnya.
16

Saraswati Annisa-MCQ Integrasi Blok 12 Dan 13-Soal 25-36

Feb 04, 2016

Download

Documents

sarasanns

mcq
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Saraswati Annisa-MCQ Integrasi Blok 12 Dan 13-Soal 25-36

Saraswati Annisa

25. hubungan penyakit HIV dengan TBC...a. imunodefisiensi meningkatkan frekuensi tb sekunderb. membuat false positif pemeriksaan tuberkulinc. pada hiv, granul yang ditemukan lebih spesifikd. pada hiv +, diagnosis tb lebih mudahPenjelasan :

Pengaruh HIVPenularan infeksidengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) terutama terjadi melalui hubungan seksual, transfuse darah atau penggunaan produk darah lainnya dari ibu ke bayi. Infeksi dengan HIV mengakibatkan kerusakan yang luas dari sistem kekebalan tubuh. Sebagai akibatnya, jika terjadi infeksi opportunistic maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa menyebabkan kematian, dan keadaan ini dikenal dengan AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). Infeksi opportunistic adalah infeksi yang disebabkan oleh kuman tak berbahaya bagi orang yang sistem kekebalan tubuhnya masih baik.

Infeksi kuman tuberkulosis yang telah terjadi biasanya tercegah oleh aksi dari sistem pertahanan tubuh. Jika seseorang telah mengidap HIV 10% kemungkin anakan sakit TB dalam waktu satu tahun saja. Bila perlindungan sistem pertahanan tubuh berkurang akibat infeksi HIV, kumant uberkulosis yang tadinya hanya tidur dalam tubuh seseorang yang telah terinfeksi akan mulai berkembang biak menyebabkan sakit tuberkulosis. Bila kedua infeksi tersebut (Tuberkulosis dan HIV) terjadi bersamaan maka jumlah penderita tuberculosis akan meningkat sebagai akibat meningkatnya resiko untuk mudahnya berkembang menjadi tuberkulosis. Peningkatan jumlah penderita tuberculosis akan mengakibatkan peningkatan dari transmisi atau penularan kuman tuberculosis dalam masyarakat untuk menurunkan penularan yang berlebihan ini, adalah sangat penting untuk menemukansedini mungkin dan mengobati sampai sembuhsemua penderita tuberkulosis yang menular mengingat infeksi HIV/AIDS belum ada obatnya.

26. Pulasan khusus identifikasi BTAA. PASB. MucicarmineC. Ziehl-nielsenD. Fontana MassonPenjelasan :

Page 2: Saraswati Annisa-MCQ Integrasi Blok 12 Dan 13-Soal 25-36

Sumber :https://books.google.co.id/books?id=yrp2i4F9_OMC&pg=PA12&lpg=PA12&dq=m+tuberculosis+bta+ziehl+neelsen&source=bl&ots=zAsMuaqEw0&sig=n3RDZLClTIz6TIs-AX9cMMubTBs&hl=en&sa=X&ved=0CDQQ6AEwBGoVChMIpYGIjrrJyAIVBh-UCh344QFX#v=onepage&q&f=false

27. apakah yang dimaksud dengan TB sekunder...a. TB yang terjadi pada orang dewasab. TB yang terjadi pada host yang telah tersensitisasib. TB yang terjadi pada keluargad. Tb yang terjadi pada penderita HIVPenjelasan :

Page 3: Saraswati Annisa-MCQ Integrasi Blok 12 Dan 13-Soal 25-36

Sumber :http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/05/pustaka_unpad_Gambaran_Tb_Paru_Klasik_Dan_Atipikal_Pada_Foto_Toraks_Dan_Tomografi_Komputer.pdf

28. Apakah yang menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening leher pada Nn.Fanny ?a. Hipertrofi folikel limfoidb. Hiperplasia folikel limfoidc. Neoplasia folikel limfoidd. Edema folikelPenjelasan :

Sumber : http://arijal-ridz-arti.blogspot.co.id/2013/06/limfadenitis.html (maaf dari blogspot)

29. tempat kerja succinilkolin terletak di ....a. neuromuskular junctionb.gangliac. medula spinalisd. ganglia basalisPenjelasan :

Page 4: Saraswati Annisa-MCQ Integrasi Blok 12 Dan 13-Soal 25-36

Sumber : http://ceaccp.oxfordjournals.org/content/4/1/2.full 30. karakteristik dari suksinilkolin adalah KECUALIa. bersifat ultra cepatb. membantu anestesi umum sebagai paralisis umumc. nonkompetitifd. antagonisPenjelasan :Suksinilkolin (diasetilkolin, suxamethonium)

Suksinilkolin terdiri dari 2 molekul asetilkolin yang bergabung. obat ini memiliki onset yang cepat (30-60 detik) dan duration of action yang pendek (kurang dari 10 menit). Ketika suksinilkolin memasuki sirkulasi, sebagian besar dimetabolisme oleh pseudokolinesterase menjadi suksinilmonokolin. Proses ini sangat efisien, sehingga hanya fraksi kecil dari dosis yang dinjeksikan yang mencapaineuromuscular junction. Duration of action akan memanjang pada dosis besar atau dengan metabolisme abnormal, seperti hipotermia atau rendanya level pseudokolinesterase. Rendahnya level pseudokolinesterase ini ditemukan pada kehamilan, penyakit hati, gagal ginjal dan beberapa terapi obat. Pada beberapa orang juga ditemukan gen pseudokolinesterase abnormal yang menyebabkan blokade yang memanjang (Mangku, 2010).

Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41148/4/Chapter%20II.pdf

Page 5: Saraswati Annisa-MCQ Integrasi Blok 12 Dan 13-Soal 25-36

31. yang merupakan indikasi pemberian Succynil choline adalah :A. Kesulitan intubasi trakeaB. Luka bakar (kontraindikasi)C. Penderita Myastenia GravisD. Hiperkalemia (kontraindikasi)Penjelasan :

Sumber : http://core.ac.uk/download/pdf/11714636.pdf http://pionas.pom.go.id/monografi/suksametonium-klorida-suksinilkolin-klorida

32. Berikut ini adalah kontraindikasi pemberian succinylcholine...a. Operasi emergency (non fasting patient)b. Operasi yang membutuhkan pelemas ototc. Electro Compulsive Therapy (ECT)d. Penderita myotoniaPenjelasan :

Page 6: Saraswati Annisa-MCQ Integrasi Blok 12 Dan 13-Soal 25-36
Page 7: Saraswati Annisa-MCQ Integrasi Blok 12 Dan 13-Soal 25-36

Sumber : http://core.ac.uk/download/pdf/11714636.pdf

33. Obat yang berperan sbg aktivitas koligernik disebut :A. ParasimpatomimitikB. ParasimpatolitikC. SimpatomimitikD. SimpatolitiPenjelasan :Obat – obat yang mempengaruhi saraf otonom dibagi dalam dua subgrup sesuai dengan mekanisme kerjanya terhadap tipe neuron yang dipengaruhi. Grup pertama, obat – obat kolinergika bekerja terhadap reseptor yang diaktifkan oleh asetilkolin. Grup kedua obat – obat adrenergik  yang bekerja terhadap reseptor yang dipacu oleh norepinefrin atau epinefrin. Obat kolinergik dan adrenegik bekerja dengan memacu atau menyekat neuron dalam sistem saraf otonom.

Page 8: Saraswati Annisa-MCQ Integrasi Blok 12 Dan 13-Soal 25-36

Kolinergika atau parasimpatomimetika adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi Susunan Parasimpatis (SP), karena melepaskan neurohormon asetilkolin (Ach) diujung – ujung neuronnya.

Obat kolinergika singkatnya disebut kolinergik  juga disebut parasimpatomimetik, berarti obat yang kerja serupa perangsangan saraf parasimpatis. Tetapi karena ada saraf, yang secara anatomis termasuk saraf simpatis, yang transmitornya asetilkolin maka istilah obat kolinergik lebih tepat daripada istilah parasimpatomimetik.

Sumber :

Ganiswarna, 1998. ” Farmakologi dan Terapi  ”, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta

34. Pemeriksaan PA yang sesuai untuk Ny. Fanny adalah...a. core biopsi b. FNAB (untuk karsinoma tiroid)c. Excision d. IncisionPenjelasan :Mungkin yang dimaksud disini adalah pemeriksaan PA untuk pembesaran kelenjar getah bening

BiopsiJarum

Yaitu pengambilan sampel jaringan atau cairan dengan cara disedot lewat jarum. Biasanya cara ini dilakukan dengan bius lokal (hanya area sekitar jarum). Bisa dilakukan secara langsung atau dibantu dengan radiologi seperti CT scan atau USG sebagai panduan untuk membuat jarum mencapai massa atau lokasi yang diinginkan.

Biopsi jarum dibagi atasFNAB (fine needle aspiration biopsy)/BAJAH (Biopsi Aspirasi Jarum halus), dan Core biopsy. Bila biopsy jarum menggunakan jarum berukuranbesar maka disebut core biopsi, sedangkan bila menggunakan jarum kecil atau halus makadisebut fine needle aspiration biopsi. Biopsy aspirasi jarum halus merupakan metode lain untuk 'diagnosis jaringan' - yaitu, sebuahcara sampling sel dalam benjolan mencurigakan atau massa. .Biopsi aspirasi jarum halus sedikit lebih cepat dan kurang invasive dari biopsi inti. Biopsi jarum halus aspirasi tidak memerlukan anestesi local banyak.

Tindakan core biopsi adalah prosedur di mana jarum melewati kulit untuk mengambil sampel jaringan dari suatu massa atau benjolan. Jaringan tersebut kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuksetiap kelainan.Core Biopsi dapatdilakukan ketika sebuah benjolan mencurigakan ditemukan, misalnya benjolan payudara atau pembesaran kelenjar getah bening,

Page 9: Saraswati Annisa-MCQ Integrasi Blok 12 Dan 13-Soal 25-36

atau jika suatu kelainan terdeteksi pada tes pencitraan seperti x-ray , USG atau mamografi .Core biopsy merupakan prosedur lebih invasive daripada biopsi aspirasi jarum halus , Karen amenggunakan biuslokal. Namun, lebih cepat dan kurang invasive dari pada biopsy bedah. Dalam beberapa kasus, hasil biopsi inti akan mencegah tindakan operasi. Sedangkan untuk tehnik suatu tindakan Core Biopsi dijelaskan sebagai berikut dimana lebih awal dilakukan tindakan dengan menggunakan anestesi lokal di mana jarum dimasukkan. Sebuah sayatan kecil (dipotong) dibuat dalam kulit di atas benjolan, dan jarum dimasukkan melalui insisi. Ketika ujung jarumberada di daerah yang akan diperiksa, jarumcekung yang di desain khusus digunakan untuk mengumpulkan sample sel-sel yang hadir. Ini ditampilkandalam diagram di bawah ini. Jarum kemudianditarik, dansampel yang diekstraksi. Hal ini dapat diulang sampai 5 kali, sampai sebua hsampel yang cukup telah dikumpulkan.

Sumber : http://documents.tips/download/link/analisis-dan-li-nlok-13docx

35. Enzim yang memecah Ach menjadi asetil dan colin adalah...a. achetilcholinesterasePenjelasan :

Page 11: Saraswati Annisa-MCQ Integrasi Blok 12 Dan 13-Soal 25-36

36. termasuk volatile anestesi adalah...a. diazepamb. N2Oc. halotthaned. succinylcholinePenjelasan :

Obat Anestesi yang Menguap

Anestetik yang menguap (volatile anesthetic) mempunyai 3 sifat dasar yang sama yaitu

berbentuk cairan pada suhu kamar, mempunyai sfat anestetik kuat pada kadar rendah dan relatif

mudah larut dalam lemak, darah dan jaringan. Kelarutan yang baik dalam darah dan jaringan

dapat memperlambat terjadinya keseimbangan dan terlawatinya induksi, untuk mengatasi hal ini

diberikan kadar lebih tinggi dari kadar yang dibutuhkan. Bila stadium yang diinginkan sudah

tercapai kadar disesuaikan untuk mempertahankan stadium tersebut. Untuk mempercepat induksi

dapat diberika zat anestetik lain yang kerjanya cepat kemudian baru diberikan anestetik yang

menguap.

Umumnya anestetik yang menguap dibagi menjadi dua golongan yaitu golongan eter

misalnya eter (dietileter) dan golongan hidrokarbon halogen misalnya halotan, metoksifluran, etil

klorida, dan trikloretilen.

Contoh obat anestesik yang menguap yaitu :

1)         Eter

Eter merupakan cairan tidak berwarna, mudah menguap, berbau mudah terbakar, mengiritasi

saluran nafas dan mudah meledak. Sifat analgesik kuat sekali, dengan kadar dalam darah arteri

10-15 mg % sudah terjadi analgesik tetapi penderita masih sadar. Eter pada kadar tinggi dan

sedang menimbulkan relaksasi otot karena efek sentral dan hambatan neuromuscular yang

berbeda dengan hambatan oleh kurare, sebab tidak dapat dilawan oleh neostigmin. Zat ini

meningkatkan hambatan neuromuscular oleh antibiotik seperti neomisin, streptomisin,

Page 12: Saraswati Annisa-MCQ Integrasi Blok 12 Dan 13-Soal 25-36

polimiksin dan kanamisin. Eter dapat merangsang sekresi kelenjar bronkus. Eter diabsorpsi dan

disekresi melalui paru dan sebagian kecil diekskresi juga melalui urin, air susu, keringat dan

difusi melalui kulit utuh.

2)         Halotan

Merupakan cairan tidak berwarna, berbau enak, tidak mudah terbakar dan tidak mudah

meledak meskipun dicampur dengan oksigen. Halotan bereaksi dengan perak, tembaga, baja,

magnesium, aluminium, brom, karet dan plastik. Karet larut dalam halotan, sedangkan nikel,

titanium dan polietilen tidak sehingga pemberian obat ini harus dengan alat khusus yang disebut

fluotec. Efek analgesic halotan lemah tetapi relaksasi otot yang ditimbulkannya baik. Dengan

kadar yang aman waktu 10 menit untuk induksi sehingga mempercepat digunakan kadar tinggi

(3-4 volume %). Kadar minimal untuk anestesi adalah 0,76% volume.

3)         Metoksifluran

Merupakan cairan jernih, tidak berwarna, bau manis seperti buah, tidak mudah meledak,

tidak mudah terbakar di udara atau dalam oksigen. Pada kadar anestetik, metoksifluran mudah

larut dalam darah. Anestetik yang kuat dengan kadar minimal 0,16 volume % sudah dapat

menyebabkan anestesi dalam tanpa hipoksia. Metoksifluran tidak menyebabkan iritasi dan

stimulasi kelenjar bronkus, tidak menyebabkan spasme laring dan bronkus sehingga dapat

digunakan pada penderita asma. Metoksifluran menyebabkan sensitisasi jantung terhadap

ketokolamin tetapi tidak sekuat kloroform, siklopropan, halotan atau trikloretilan. Metoksifluran

bersifat hepatoksik sehingga sebaiknya tidak diberikan pada penderita kelainan hati.

4)         Etilklorida

Merupakan cairan tak berwarna, sangat mudah menguap, mudah terbakar dan mempunyai

titik didih 12-13°C. Bila disemprotkan pada kulit akan segera menguap dan menimbulkan

pembekuan sehingga rasa sakit hilang. Anesthesia dengan etilklorida cepat terjadi tetapi cepat

Page 13: Saraswati Annisa-MCQ Integrasi Blok 12 Dan 13-Soal 25-36

pula hilangnya. Induksi dicapai dalam 0,5-2 menit dengan waktu pemulihan 2-3 menit sesudah

pemberian anesthesia dihentikan. Karena itu etilkloretilen sudah tidak dianjurkan lagi untuk

anestetik umum, tetapi hanya digunakan untuk induksi dengan memberikan 20-30 tetes pada

masker selama 30 detik. Etilkloroda digunakan juga sebagai anestetik lokal dengan cara

menyemprotkannya pada kulit sampai beku. Kerugiannya, kulit yang beku sukar dipotong dan

mudah kena infeksi karena penurunan resistensi sel dan melambatnya penyembuhan.

5)         Trikloretilen

Merupakan cairan jernih tidak berwarna, mudah menguap, berbau khas seperti kloroform,

tidak mudah terbakardan tidak mudah meledak. Induksi dan waktu pemulihan terjadi lambat

karena trikloretilen sangat larut dalam darah. Efek analgesic trikloretilen cukup kuat tetapi

relaksasi otot rangka yang ditimbulkannya kurang baik , maka sering digunakan pada operasi

ringan dalam kombinasi dengan N2O. untuk anestesi umum, kadar trikloretilen tidak boleh lebih

dari 1% dalam campuran 2:1 dengan N2O dan oksigen. Trikloretilen menimbulkan sensitisasi

jantung terhadap katekolamin dan sensitisasi pernafasan pada stretch receptor. Sifat lain

trikloretilen tidak mengiritasi saluran nafas.Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41148/4/Chapter%20II.pdf