++ Minggu, 12 Agustus 2018 No. 44 Tahun XIII SARANA KOMUNIKASI ANTAR UMAT REDAKSI : F.X. Soer; Simon S; F. Sugeng M; L.A. Sarwono; Y. S@pt Diterbitkan oleh Dewan Pastoral Paroki St. Teresia Jambi Jln. Raden Mattaher No. 19 Telepon (0741) 23310 Rubrik Minggu ini: Gembala Menyapa ….. 1 Warta Umat ......... 2 Info Kategorial …….. 3 Bacaan dalam Pekan ini ... 4 Daftar Usulan Lagu …….. 4 Wejangan Paus Fransiskus …. 5 Santo -Santa …. 7 MISA HARIAN GEREJA ST. TERESIA : Misa Kudus Harian: Hari Senin, Selasa, dan Rabu Pkl. 06.00. Hari Kamis dan Jumat pkl. 17.30. Gereja St. Maria Ratu Rosario hari Jumat pkl. 18.00. Gembala Menyapa : HARI RAYA S.P MARIA DIANGKAT KE SURGA/B Why 11:19a; 12:1.3-6a, 10ab 1 Kor 15:20-26 Luk 1:39-56 PENGANTAR Pada hari ini kita merayakan Hari Raya S.P. Maria diangkat ke surga. Maria adalah seorang perempuan dan sebagai satu-satunya, yang telah dikandung tanpa noda.Sebab ia dipilih Allah untuk ditugaskan menjadi Ibunda Yesus Kristus yang menjadi Penyelamat umat manusia. Umat manusia yang berdosa diselamatkan oleh Kristus, dan apabila sudah diselamatkan, manusia itu akan didampingi masuk ke surga. Dan Maria adalah orang pertama yang seperti Yesus telah diangkat ke surga. HOMILI Ajaran dogmatis Gereja tentang S.P. Maria diangkat ke surga telah diumumkan oleh Paus Pius XII tahun 1950. Ajaran yang secara resmi diumumkan oleh Paus tersebut bukanlah suatu ajaran baru, melainkan sudah berabad-abad diteruskan dalam tradisi Gereja. Paus Pius XII berkata: “ Adalah suatu kebenaran iman yang diwahyukan oleh Allah, bahwa Maria sebagai Bunda Allah, yang selalu perawan, sesudah menempuh hidupnya di dunia telah diangkat ke kemuliaan surgawi”. Konsili Vatikan II dalam dokumen tentang Gereja meneguhkan lagi ajaran dogmatis tentang Maria tersebut: “Perawan tak bernoda [yaitu Maria], yang tidak pernah terkena oleh segala cemar dosa asal, sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, telah diangkat memasuki kemuliaam di sorga beserta badan dan jiwanya.
8
Embed
SARANA KOMUNIKASI ANTAR UMAT€¦ · Minggu, 12 Agustus 2018 No. 44 Tahun XIII SARANA KOMUNIKASI ANTAR UMAT Telepon (0741) 23310 Rubrik Minggu ini: Gembala Menyapa ….. 1 masuk ke
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
++
Minggu, 12 Agustus 2018 No. 44 Tahun XIII
SARANA KOMUNIKASI ANTAR UMAT
REDAKSI :
F.X. Soer; Simon S; F. Sugeng M; L.A.
Sarwono; Y. S@pt
Diterbitkan oleh
Dewan Pastoral Paroki
St. Teresia Jambi
Jln. Raden Mattaher No. 19
Telepon (0741) 23310
Rubrik Minggu ini: Gembala Menyapa ….. 1
Warta Umat ......... 2 Info Kategorial …….. 3
Bacaan dalam Pekan ini ... 4 Daftar Usulan Lagu …….. 4
Wejangan Paus Fransiskus …. 5 Santo -Santa …. 7
MISA HARIAN
GEREJA ST. TERESIA : Misa Kudus Harian: Hari
Senin, Selasa, dan Rabu Pkl.
06.00. Hari Kamis dan Jumat
pkl. 17.30.
Gereja St. Maria Ratu
Rosario hari Jumat pkl.
18.00.
Gembala Menyapa : HARI RAYA S.P MARIA DIANGKAT KE
SURGA/B Why 11:19a; 12:1.3-6a, 10ab 1 Kor 15:20-26
Luk 1:39-56
PENGANTAR Pada hari ini kita merayakan Hari Raya S.P.
Maria diangkat ke surga. Maria adalah seorang
perempuan dan sebagai satu-satunya, yang telah
dikandung tanpa noda.Sebab ia dipilih Allah untuk
ditugaskan menjadi Ibunda Yesus Kristus yang
menjadi Penyelamat umat manusia. Umat manusia
yang berdosa diselamatkan oleh Kristus, dan apabila
sudah diselamatkan, manusia itu akan didampingi
masuk ke surga. Dan Maria adalah orang pertama
yang seperti Yesus telah diangkat ke surga.
HOMILI Ajaran dogmatis Gereja tentang S.P. Maria
diangkat ke surga telah diumumkan oleh Paus Pius
XII tahun 1950. Ajaran yang secara resmi diumumkan
oleh Paus tersebut bukanlah suatu ajaran baru,
melainkan sudah berabad-abad diteruskan dalam
tradisi Gereja. Paus Pius XII berkata: “ Adalah suatu
kebenaran iman yang diwahyukan oleh Allah, bahwa
Maria sebagai Bunda Allah, yang selalu perawan,
sesudah menempuh hidupnya di dunia telah diangkat
ke kemuliaan surgawi”. Konsili Vatikan II dalam
dokumen tentang Gereja meneguhkan lagi ajaran
dogmatis tentang Maria tersebut: “Perawan tak
bernoda [yaitu Maria], yang tidak pernah terkena oleh
segala cemar dosa asal, sesudah menyelesaikan
perjalanan hidupnya di dunia, telah diangkat
memasuki kemuliaam di sorga beserta badan dan
jiwanya.
2
Ia telah ditinggikan oleh Tuhan sebagai Ratu alam semesta, supaya secara lebih penuh menyerupai
Puteranya, Tuan diatas segala tuan (lih. Why 19:16), yang telah mengalahkan dosa dan maut” (LG
59).
Ajaran dogmatis tentang Maria yang diangkat ke sorga itu diterangkan dan diperdalam dalam
iman umat lewat ungkapan-ungkapan atau lagu-lagu liturgis. Maria yang naik ke sorga menjadi
teladan hidup bagi kita sebagai umat kristiani. Misalnya: Maria adalah “Virgo”, Perawan namun
sekaligus ia adalah juga “Mater”, Ibunda. Maria disebut “Mater Gaudiosa”, Bunda bergembira, tetapi
juga “Mater dolorosa”, Bunda sedih. Kita diajak untuk melihat Maria, yang begitu erat hubungannya
dengan Kristus, sebagai teladan seorang beriman, yang dapat gembira, memang seringkali sedih atau
berduka namun tenang dan mulia dlam hidupnya. Kita mengenal patung Pieta Bunda Maria yang
sangat terkenal, sebagai seorang ibu yang memangku puteranya dlam kematian-Nya. Di situ Maria
menjadi lambang tumpuan kita bagi kita, umat beriman yang juga akan mati. Tetapi, - dan inilah
makna perayaan Maria diangkat ke sorga - , Maria adalah teladan bahwa kita pun seperti dia sendiri
juga dapat diangkat ke sorga. Maka ibaratnya, dalam perjalanan hidup kita melalui samudera luas,
seringkali mengalami ombak besar atau badai, kita tidak perlu khawatir, sebab kita didampingi oleh
Maria sebagai “Stella Maris”, Bintang Laut. Bintang itu akan selalu tampak dan menunjukkan arah
menuju pelabuhan terakhir hidup kita: surga. Kita pun akan ikut naik ke surga, asal kita sungguh mau
dan berani mengikuti teladan iman dan harapan seperti Maria.
Dengan merayakan Hari Raya Maria diangkat ke sorga dalam kemuliaannya kita diingatkan
kembali, bahwa dunia ini bukanlah tanah air kita yang definitif! Kita juga diingatkan supaya perhatian
kita bukan hanya ditujukan kepada kebahagiaan di dunia sekarang ini, tetapi juga kepada kebahagiaan
kita kelak di surga, seperti diperoleh dan dialami oleh Bunda Maria. Jangan sampai kita, di satu pihak
hanya mencari apa yang membahagiakan kita sekarang, tetapi juga jangan kehilangan kejernihan hati
dan harapan, apabila mengalami beribu-ribu kesukaran hidup. Justru apabila kesedihan, penderitaan
dan kekecewaan tampak dalam cakrawala hidup kita, semoga cahaya Bunda Maria di surga akan
bersinar lebih cemerlang. Seperti ketika masih hidup di dunia Maria selalu menyertai Yesus
puteranya, sekarang pun Maria juga Bunda kita selalu menyertai hidup kita. Maria adalah tanda
Agustus 2018 Pkl. 17.30 Sekolah Minggu Gedung paroki
7. PD Corunnum Sabtu, 18
Agustus 2018 Pkl. 19.30
Pujian dan
renungan Gedung paroki
8. Umum Sabtu, 18
Agustus 2018 Pkl. 14.30
Ibadat Kerahiman
Ilahi gereja
Bacaan Dalam Pekan Ini :
Hari dan Tanggal Bacaan Hari dan Tanggal Bacaan
Senin,
13 Agustus 2018
Yeh. 1:2-5,24-2:1a; Mzm.
148:1-2,11-12ab,12c-
14a,14bcd; Mat. 17:22-27.
BcO Yun. 3:1-4:11.
Kamis,
16 Agustus 2018
Yeh. 12:1-12; Mzm.
78:56-57,58-59,61-62;
Mat. 18:21-19:1.
BcO Za. 11:4-12:8.
Selasa,
14 Agustus 2018
Yeh. 2:8-3:4; Mzm.
119:14,24,72,103,111,131;
Mat. 18:1-5,10,12-14;
BcO Za. 9:1-10:2.
Jumat,
17 Agustus 2018
Sir. 10:1-8; Mzm.
101:1a,2ac, 3a,6-7;
1Ptr. 2:13-17; Mat.
22:15-21.
BcO Gal. 5:1-26.
Rabu,
15 Agustus 2018
Yeh. 9:1-7; 10:18-22;
Mzm. 113:1-2,3-4,5-6;
Mat. 18:15-20.
BcO Za. 10:3-11:3.
Sabtu,
18 Agustus 2018
Yeh. 18:1-10,13b,30-
32; Mzm. 51:12-13,14-
15,18-19; Mat. 19:13-
15.
BcO Za. 14:1-21.
Daftar Usulan lagu : 26 Agustus 2018 – Hari Minggu Biasa XXI Tema: Tuhan kepada siapakah kami akan pergi? Sabda-Mu adalah sabda hidup yang kekal. Lagu Pembuka: MB169 / MB 766 (Nias Tengah) Mzm. Tgp.: MTA 857 Alleluya / A.P.I: MTA 956 / MB 642 Persiapan Persembahan: MB 230 / MB 772 (Jawa) Komuni: MB 294 / MB 695 (Flores Lio) Madah Pujian: MB 300 / MB 303 (Timor-Tetum) 02 September 2018 – Hari Minggu Biasa XXII Tema: Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia. Lagu Pembuka: MB170 / MB 607 (Dayak Kenyah)
Mzm. Tgp.: MTA 857 Alleluya / A.P.I: MTA 956 / MB 642 Persiapan Persembahan: MB 232 / MB 668 (Sumba) Komuni: MB 513 / MB 694 (Dayak Benuaq)) Madah Pujian: MB 306 / MB 310 (Flores-Lio) 07 September 2018 – Hari Jumat Pertama Tema: Apabila mempelai diambil, barulah sahabat-sahabat mempelai akan berpuasa. Lagu Pembuka: MB499 / MB 507 (Flores-Nagekeo) Mzm. Tgp.: MTA 571 (Dayak Uud Danum) Alleluya / A.P.I: MTA 956 / MB 644 (Minahasa) Persiapan Persembahan: MB 516 / MB 744 (Maluku) Komuni: MB 293 (Flores Timur) / MB 284 (Taize))
Apakah padang gurun? Padang gurun adalah tempat berkuasanya bahaya dan
ketidakamanan - tidak ada apa pun di padang gurun -, tempat tidak adanya air, makanan, dan
tempat tinggal. Padang gurun adalah gambaran kehidupan manusia, yang kondisinya tidak
menentu dan tidak memiliki berbagai jaminan yang tidak dapat diganggu gugat. Ketidakamanan
seperti itu menimbulkan berbagai kegelisahan utama dalam diri manusia, yang disebutkan Yesus
dalam Injil : “Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang
akan kami pakai?” (Mat 6:31). Ketiganya merupakan kegelisahan utama. Dan padang gurun
memicu kegelisahan-kegelisahan ini. Dan di padang gurun itu terjadi sesuatu yang memicu
penyembahan berhala : “Musa mengundur-undurkan turun dari gunung” (Kel 32:1). Ia tinggal di
sana selama 40 hari dan bangsa Israel menjadi tidak sabar. Titik acuannya tidak ada, yakni Musa
: sang pemimpin, kepala, pemandu yang meyakinkan, dan hal ini menjadi tak tertahankan.
Kemudian bangsa Israel meminta allah yang kasat mata - inilah perangkap yang di dalamnya
bangsa Israel jatuh - yang dapat mereka kenali dan dituntun oleh allah itu. Dan mereka berkata
6
kepada Harun : "Mari, buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami!", "Buatlah untuk kami seorang kepala, buatlah untuk kami seorang pemimpin". Melarikan diri dari bahaya, -
bahaya di padang gurun - sifat manusiawi mengusahakan sebuah agama yang "dilakukan semau
sendiri" : jika Allah tidak menjadikan diri-Nya kasat mata, kami membuat allah menurut ukuran kami.
“Di hadapan berhala, tidak ada resiko kita akan diminta keluar dari rasa aman kita karena berhala
'memiliki mulut, tapi tidak dapat bicara' (Mzm 115:5). Kemudian kita mulai melihat bahwa berhala
ada sebagai sebuah dalih untuk meletakkan diri kita di pusat kenyataan dan memuja pekerjaan kita
sendiri” (Ensiklik Lumen Fidei, 13).
Harun tidak dapat menentang permintaan bangsa itu dan ia menciptakan anak lembu tuangan.
Anak lembu tuangan itu memiliki makna ganda di Timur Dekat kuno : di satu sisi anak lembu tuangan
mewakili kesuburan dan kelimpahan serta, di sisi lain, energi dan kekuatan. Tetapi terutama anak
lembu tuangan terbuat dari emas, oleh karena ia adalah lambang kekayaan, keberhasilan, kekuasaan
dan uang. Kekayaan, keberhasilan, kekuasaan dan uang adalah godaan yang terus menerus! Lihatlah
apa anak lembu tuangan itu : lambang semua keinginan yang memberikan khayalan kebebasan dan
sebaliknya memperbudak, karena sebuah berhala selalu memperbudak. Ada daya tarik dan kita
berjalan karenanya. Pesona si ular, yang melihat burung kecil dan burung kecil itu tetap diam, tanpa
bisa bergerak, dan ular itu memakannya. Harun tidak bisa menentang mereka.
Tetapi, semuanya bermula dari ketidakmampuan untuk percaya terutama kepada Allah,
meletakkan rasa aman kita pada-Nya, membiarkan Dia memberikan kedalaman yang sesungguhnya
bagi keinginan-keinginan hati kita. Hal ini memungkinkan kita malahan menanggung kelemahan,
ketidakpastian dan bahaya. Mengacu kepada Allah membuat kita kuat dalam kelemahan, dalam
ketidakpastian dan juga dalam bahaya. Tanpa mengutamakan Allah, kita mudah jatuh ke dalam
penyembahan berhala dan berbahagia dengan jaminan yang tak memadai. Tetapi inilah sebuah godaan
yang selalu kita baca dalam Kitab Suci. Dan pikirkanlah hal ini baik-baik : membebaskan bangsa
Israel dari Mesir sangat tidak merugikan Allah. Ia melakukannya dengan tanda kuasa <dan> tanda
kasih. Tetapi, karya agung Allah adalah mengenyahkan Mesir dari hati bangsa Israel, yaitu,
mengenyahkan penyembahan berhala dari hati bangsa Israel. Dan Allah kembali terus bekerja untuk
mengenyahkannya dari hati kita. Inilah karya agung Allah : mengenyahkan “Mesir tersebut” yang kita
bawa di dalam diri kita, yang merupakan daya tarik penyembahan berhala.
Ketika kita menyambut Allah dalam diri Yesus Kristus, yang sekalipun Ia kaya menjadi miskin
bagi kita (bdk. 2 Kor 8:9), kita kemudian menyadari bahwa mengenali kelemahan kita bukanlah aib
kehidupan manusia, tetapi merupakan syarat untuk membuka diri kita kepada Dia yang sungguh kuat.
Kemudian, keselamatan Allah masuk melalui pintu kelemahan <kita> (bdk 2 Kor 12:10); karena
dirinya tidak memadai maka manusia terbuka terhadap kebapaan Allah. Kebebasan manusia berasal
dari membiarkan Allah yang benar menjadi satu-satunya Tuhannya. Dan hal ini memungkinkan kita
untuk menerima kerapuhan kita dan menolak berhala-berhala hati kita.
Kita umat kristiani mengalihkan pandangan kita kepada Kristus yang disalibkan (bdk. Yoh
19:37), yang lemah, dicemooh dan dilucuti dari seluruh kepunyaan-Nya. Tetapi, di dalam diri-Nya
terungkap wajah Allah yang sesungguhnya, kemuliaan kasih dan bukan kemuliaan gemerlapnya tipu
daya. Nabi Yesaya berkata : "Oleh bilur-bilur-Nya kita menjadi sembuh" (53:5). Pada kenyataannya
kita disembuhkan oleh kelemahan seorang manusia yang adalah Allah, oleh bilur-bilur-Nya. Dan, dari
kelemahan-kelemahan kita, kita dapat membuka diri terhadap keselamatan Allah. Kesembuhan kita
berasal dari Dia yang menjadikan diri-Nya miskin, yang menerima kegagalan, yang mengakhiri
keadaan bahaya kita guna memenuhinya dengan kasih dan dengan kekuatan. Ia datang kepada kita
untuk mengungkapkan kebapaan Allah; di dalam Kristus kerapuhan kita bukan lagi sebuah kutukan,
tetapi sebuah tempat perjumpaan dengan Bapa dan sumber kekuatan baru dari tempat tinggi.
[Sambutan dalam bahasa Italia] Para peziarah berbahasa Italia, selamat datang!
7
Saya senang menerima Suster-Suster Tersier Kapusin dari Keluarga Kudus. Saya menyapa
kelompok-kelompok paroki, Institut Gembala yang Baik dari Piacenza, Kelompok Pramuka dari
Palermo, para peserta dalam perkemahan sekolah "Hati Kudus" dari Padua, Lembaga "Menantikan
Seorang Malaikat" dan para anggota "Malam Nyala Lilin untuk Perdamaian" dari Val Brembilla :
saya berharap agar masing-masing orang sudi menyebarkan, dengan kegairahan yang dapat dipercaya,
sukacita Injil.
Saya memikirkan secara khusus orang-orang muda, orang-orang tua, orang-orang sakit, dan
para pengantin baru. Hari ini liturgi memperingati Santo Dominikus Guzman, Pendiri Ordo
Pengkhotbah. Semoga teladan dari sang hamba Kristus dan hamba Gereja yang setia ini menjadi
dorongan dan rangsangan bagi kita semua. Selamat khususnya untuk mereka yang menyandang nama
ini. Dan, besok di Eropa dirayakan pesta Santa Teresa Benedikta dari Salib (Edith Stein) - martir,
perempuan yang mantap dalam bertindak, perempuan yang mencari Allah dengan kejujuran, dengan
kasih dan martir perempuan dari orang-orang Yahudi dan umat kristiani. Semoga ia, Sang Santa
Pelindung Eropa, mendoakan dan melindungi Eropa dari kedinginan. Semoga Allah memberkati
kalian semua!
[Ringkasan dalam bahasa Inggris] Saudara-saudari terkasih : Dalam katekese lanjutan kita tentang Dasa Firman, kita sekarang
meninjau pertanyaan tentang penyembahan berhala. Ketika orang Israel berpaling dari Allah untuk
menyembah anak lembu tuangan, mereka melakukannya di padang gurun. Ini sangat penting, karena
padang gurun melambangkan kerapuhan, kelemahan dan ketidakpastian manusiawi kita. Seberapa
sering kita berusaha untuk menghindari rasa takut akan pengalaman gurun kita sendiri dengan
menciptakan berhala-berhala dan berbagai jawaban yang dibuat-buat dalam semacam agama "yang
dilakukan semau sendiri". Seperti bangsa Israel yang diperintahkan oleh Harun untuk mempergunakan
perhiasan emas yang mencolok mata untuk membuat allah tiruan, kita juga dapat tergoda untuk
mencari jatidiri kita dalam khayalan dan berhala-berhala. Tetapi Allah, yang diwahyukan dalam diri
Yesus Kristus, memberitakan cara otentik untuk menanggapi berbagai tantangan padang gurun
tersebut. Hanya Allah yang dapat menjawab dan memenuhi berbagai kerinduan terdalam dari hati
kita. Ia mengajarkan kita hal ini dengan penuh kuasa dari salib, tempat Yesus menunjukkan bahwa
kerapuhan kita tidak lagi dilihat sebagai kutukan, tetapi tempat untuk berjumpa dengan Bapa surgawi
kita, yang menguatkan kita untuk perjalanan itu.
Saya menyambut semua peziarah berbahasa Inggris yang ambil bagian dalam Audiensi hari ini,
khususnya kelompok dari Malta dan Indonesia. Atas kalian semua, dan keluarga-keluarga kalian, saya
memohonkan sukacita dan damai Tuhan kita Yesus Kristus. Tuhan memberkati kalian semua!