Top Banner
KERANGKA PAKET EDUKASI “ PENCEGAHAN CVA BERULANG ” DI RUANG SERUNI RSUD dr. SOETOMO SURABAYA DISUSUN OLEH : MOH. KHOIRUL ANAM 12100068 AJENG AYU R. 12100002 NUR KHOLISATUN 12100076 NOVI KARTIKASARI 12100073 PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
38

Sap Stroke

Apr 16, 2017

Download

Business

Anam Achmad
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Sap Stroke

KERANGKA PAKET EDUKASI

“ PENCEGAHAN CVA BERULANG ”

DI RUANG SERUNI RSUD dr. SOETOMO

SURABAYA

DISUSUN OLEH :

MOH. KHOIRUL ANAM 12100068

AJENG AYU R. 12100002

NUR KHOLISATUN 12100076

NOVI KARTIKASARI 12100073

PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

DEPT. KESEHATAN STIKES SATRIA BHAKTI NGANJUK

2014

Page 2: Sap Stroke

PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIKES SATRIA BHAKTI NGANJUK

DI RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

KERANGKA PAKET EDUKASI

PENCEGAHAN CVA BERULANG

I. Latar Belakang Permasalahan

Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang tinggi mendadak yang

disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak. Stroke sering

menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses

berfikir, dan kecacatan lain sebagai akibat fungsi otak.

Stroke bisa terjadi berulang karena ketidak disiplinan dalam pengobatan dan

terapi, tidak ada kemauan dalam memperbaiki diri, dan adanya permasalahan yang

berkepanjangan dalam hidupnya, dimana permasalahan – permasalahan seharusnya

dinetralisir dalam otak pasien. Serangan Stroke juga bisa menjadi serangan-serangan

berikutnya dimana kerusakan otak bertambah karena serangan sehingga makin lama

akan makin lemah daya tahan tubuhnya.

Saat ini pada tanggal 2 Desember 2014. Pasien yang menderita Stroke

Berulang sebanyak 2 (dua) Pasien di Ruang Seruni.

Oleh karena itu penyuluhan ini mengenai pencegahan stroke (CVA) berulang

sangat diperlukan bagi keluarga yang mendampingi pasien selama dirawat di rumah

sakit maupun dirumah.

Page 3: Sap Stroke

II. Judul

Penyuluhan pencegahan stroke (CVA) berulang

III. Sasaran

Keluarga pasien di Ruang Seruni (Stroke Unit) RSUD dr.Soetomo Surabaya

IV. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah diberikan penyuluhan selama 60 menit diharapkan keluarga pasien

mengerti cara mencegah stroke.

2. Tujuan Khusus

Setelah diberikan penyuluhan diharapkan dapat:

a. Mengerti tentang stroke

b. Mengerti penyebab

c. Mengerti gejala stroke

d. Mengerti tentang pencehan stroke

V. Materi

1. Pengertian stroke

2. Gejala Stroke

3. Penyebab Stroke

4. Penanganan Stroke

5. Pencegahan Stroke

VI. Metode dan Format

1. Metode ceramah dengan format grup yang akan dilakukan diruang pertemuan

Stroke Unit RSUD dr.Soetomo. Penyuluhan dilakukan oleh Mahasiswa Diploma

III Keperawatan Stikes Satria Bhakti Nganjuk pada tanggal 04 Desember 2014

jam 10.00 WIB – selesai.

Page 4: Sap Stroke

2. Pengorganisasian

a. Pembimbing Akademik : Trisnanto,S.Kep. Ns., M.Kes

b. Pembimbing : Upit Natalina,S.Kep.Ners

c. Penyaji : Ajeng Ayu R

d. Moderator : M. Khoirul Anam

e. Observer & Notulen : Novi Kartka Sari

f. Fasilitator : Nur Kholisatun

3. Pelaksanaan

Tahap dan

WaktuKegiatan Pendidikan Kegiatan Peserta Pelaksana

Pendahuluan

: 5 menit

Pembukaan :

1. Mengucapkan salam

dan memperkenalkan

diri.

2. Menjelaskan kontrak

waktu dan mekanisme

kegiatan

3. Menyampaikan tujuan

dan maksud dari

penyuluhan.

4. Menyebutkan materi

penyuluhan yang akan

diberikan.

5. Membagikn soal pre

test dan member

kesempatan peserta

untuk menjawab

1. Menjawab salam dan

memfokuskan perhatian

pada pembawa acara.

2. Mendengarkan kontrak

pembelajaran.

3. Mendengarkan tujuan

dari penyuluhan.

4. Mendengarkan materi

apa saja yang

didengarkan.

5. Mengerjakan soal pre

test

Moderator

Kegiatan

Inti : 20

menit

Pelaksanaan:

1. Penjelasan tentang

definisi terjadinya

stroke.

1. Peserta mendengarkan

dan memperhatikan

penjelasan tentang

Penyaji

Page 5: Sap Stroke

2. Penjelasan tentang cara

pencegahan stroke

berulang.

3. Penjelasan tentang

gejala stroke, penyebab

stroke.

4. Menampilkan gambar

– gambar terapi stroke

5. Memberikan

kesempatan untuk

peserta mengajukan

pertanyaan untuk

materi yang belum

dipahami.

6. Menjawab pertanyaan

yang diajukan oleh

sasaran penyuluhan.

definisi terjadinya

stroke.

2. Peserta mendengarkan

dan memperhatikan

penjelasan tentang

pencegahan stroke

berulang.

3. Peserta mendengarkan

dan memperhatikan

penjelasan tentang

gejala stroke dan

penyebab stroke.

4. Memperhatikan gambar

– gambar terapi stroke

dengan seksama.

5. Peserta mengajukan

pertanyaan tentang

materi yang kurang

dipahami.

6. Mendengarkan jawaban

dari penyaji

Penutup : 10

menit

Evaluasi :

1. Menanyakan kembali

materi yang telah

disampaikan.

2. Penyuluh

menyimpulkan materi

yang telah disampikan.

3. Membaginya soal post

test dan member

1. Peserta menjawab

pertanyaan yang

diberikan penyuluh

2. Peserta mendengarkan

kesimpulan materi yang

disampaikan.

3. Peserta mengerjakan

soal post test .

Moderator

Page 6: Sap Stroke

kesempatan peserta

untuk mengerjakan.

4. Membagikan leaflet

kepada peserta

penyuluhan

4. Peserta penyuluhan

menerima leaflet

VII. Sarana

Sarana yang digunakan dalam menyampaikan penyuluhan pencegahan stroke

(CVA) berulang ini adalah LCD proyektor, power point, dan leaflet.

VIII. Evaluasi

1. Evaluasi isi

a. Seluruh materi tersampaikan kepada peserta

2. Evaluasi proses

1. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.

2. Peserta mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan.

3. Pelaksanaan kegiatan sesuai rundown.

4. Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description.

3. Evaluasi hasil

1. 95% peserta hadir mengikuti penyuluhan.

2. Peserta mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan.

3. Ada peningkatan skor pre test dan post test.

MATERI PENYULUHAN

Page 7: Sap Stroke

PENCEGAHAN STROKE (CVA) BERULANG

1. Pengertian

Penyakit Stroke adalah gangguan fungsi otak yang terjadi secara mendadak,

disebabkan semata mata oleh gangguan pembuluh darah ke otak dan dapat

mengakibatkan kematian. Fungsi kurangnya aliran darah dan oksigen menyebabkan

serangkaian reaksi biokimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel saraf di

otak sehingga menyebabkan kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, penurunan

kesadaran. penurunan kesadaran. Kalau otak tidak teraliri darah (yg membawa oksigen

dan glukosa) selama 4menit maka akan terjadi kerusakan pada otak yg irreversible/tdk

dpt balik, yg mempengaruhi seluruh tubuh. Stroke dibagi menjadi dua yaitu Stroke

Hemoragik (perdarahan) dan Stroke Non Hemoragik (penyumbatan)

a. Stroke Hemoragik

Adalah Stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah sehingga

timbul iskemik dan hipoksia dihilir.

b. Stroke Non Hemoragik

Adalah Proses terjadinya iskemia akibat emboli dan thrombosis serebral

biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi

hari dan tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia ang menimbulkan

hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder.

2. Penyebab stroke

Faktor resiko dari penyebab stroke yang dibedakan menjadi 2 bagian, yakni

faktor resiko yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi.

a. Faktor Resiko yang dapat dimodifikasi

Page 8: Sap Stroke

1) Merokok

2) Diabetes, hipertensi, penyakit jantung

3) Hiperlipidemia/ hiperkolesterol

4) Obesitas

5) Inaktivitas fisik

6) Pola diet buruk

7) Konsumsi alkohol berlebihan

8) Penyalahgunaan narkoba

b. Faktor Resiko yang tidak dapat dimodifikasi

1) Usia

2) Jenis Kelamin

3) Riwayat keluarga / Keturunan

4) Rasa tau Etnis

3. Cara Mengenali Gejala Stroke dengan FAST

FAST merupakan singkatan dari istilah face, arms, speech, dan time.

Berikut uraian penggunaan FAST dalam mengenali awal serangan stroke:

Face (wajah): Mintalah orang yang dicurigai mengalami stroke untuk tersenyum.

Perhatikan apakah wajahnya tampak tidak simetris?

Arms (lengan): Mintalah orang yang dicurigai mengalami stroke untuk

mengangkat kedua lengan lurus ke depan dan menahannya untuk beberapa detik.

Apakah dia hanya dapat mengangkat satu lengan saja? Bila dia dapat mengangkat

kedua lengannya, apakah salah satu lengan terlihat turun?

Speech (bicara): Mintalah orang yang dicurigai mengalami stroke untuk

mengulang beberapa kalimat. Apakah dia mampu berbicara jelas atau terdengar

pelo atu cadel? Akan lebih jelas bila kalimat yang diucapkan mengandung banyak

konsonan huruf R, seperti ular melingkar-lingkar di atas pagar.

Page 9: Sap Stroke

Time (waktu): Setiap detik sangat berharga. Bila ditemukansalah satu gejala di

atas, segera hubungi atau bawa pasien ke instalasi gawat darurat (IGD) rumah sakit

terdekat, yang memiliki fasilitas penanganan stroke terpadu. Golden period untuk

penanganan pasien stroke adalah 3 jam. pencegahan : Kontrol stelah pulang dr RS,

diet, latihan fisik/ berolahraga

4. Gejala stroke FAST (Face, Arms, Speech, Time)

a. Kelemahan tubuh satu sisi kanan atau kiri

b. Sulit menelan

c. Pada pasien stroke perdarahan biasanya disertai muntah, kejang,panas dan

penurunan kesadaran

d. Adanya gangguan bicara dan sulit berbahasa yang ditunjukkan dengan bicara tidak

jelas (PELO), sengau, pelo, gagap dan berbicara hanya sepatah kata bahkan sulit

memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat

e. Vertigo (pusing, puyeng) atau perasaan berputar yang menetap saat tidak aktivitas

f. Menjadi lebih sensitif, mudah menangis ataupun tertawa

g. Gangguan kesadaran, pingsan sampai tak sadarkan diri

h. Muka Merot

5. Pencegahan stroke

Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk mencegah stroke ini. :

a. Mengendalikan tekanan darah. Hipertensi menyumbang 35-50% dari risiko stroke.

Studi epidemiologis menunjukkan bahwa bahkan pengurangan tekanan darah kecil

(5 sampai 6 mmHg sistolik, 2 sampai 3 mmHg diastolik) akan menghasilkan 40%

lebih sedikit stroke.

Menurunkan tekanan darah telah meyakinkan menunjukkan untuk mencegah

stroke iskemik dan baik hemoragik. Hal ini sama pentingnya dalam pencegahan

Page 10: Sap Stroke

sekunder. Sehingga langkah awal kita adalah dengan menjaga tekanan darah kita

dalam keadaan normal pula.

b. Membiasakan diri berolahraga. Manfaat yang besar yang terdapat dalam olahraga

itu sendiri bukan hanya cara mencegah penyakit ini, tetapi juga penyakit-penyakit

lainnya akan bisa dicegah dengan kita rajin berolahraga. Melakukan aktivitas fisik

secara teratur dengan berolahraga termasuk dalam tips membantu menurunkan

tensi darah dan menciptakan keseimbangan lemak yang sehat dalam darah. Riset

menunjukan bahwa mereka yang mulai latihan olahraga pada usia antara 25-40

tahun, risiko terserang stroke berkurang 57%. Sedangkan yang mulai latihan

olahraga pada usia 40-55 tahun, kesempatannya hanya 37%.

c. Menjaga pola makan yang sehat. Sebagian besar jenis penyakit disumbangkan

karena pola makan kita yang tidak sehat. Makanan tinggi serat akan membantu

dalam pencegahan penyakit ini dan juga turut andil mengendalikan lemak dalam

darah. Karena kolesterol juga penyumbang resiko stroke ini. Mengurangi makanan

berlemak dapat menjaga kadar kolesterol jahat dalam batas normal, sehingga dapat

mempertahankan keelastisitasan daripada kondisi dinding pembuluh darah dan hal

ini termasuk cara mencegah stroke yang bisa kita lakukan.

d. Hindari pula kebiasaan-kebiasaan tidak sehat seperti halnya merokok, minum

beralkohol dan kebiasaan-kebiasaan buruk lainnya. Kebiasaan merokok dapat

menyebabkan atherosclerosis (pengerasan dinding pembuluh darah) dan membuat

darah menjadi mudah untuk menggumpal dan darah menggumpal akan

meningkatkan resiko stroke ini.

Sedangkan alkohol dapat menaikkan tekanan darah, sehingga tidak

mengkonsumsinya berarti kita turut andil dalam menghindarkan diri dari tekanan

darah tinggi yang merupakan faktor tertinggi penyumbang stroke

Page 11: Sap Stroke

e. Minum obat yang teratur.

TERAPI LATIHAN PADA PASIEN STROKE

1. Jenis Terapi Latihan

Latihan Passive Range of Motion

Page 12: Sap Stroke

Jenis latihan ini dapat diberikan sedini mungkin untuk menghindari adanya

komplikasi akibat kurang gerak, seperti adanya kontraktur, kekakuan sendi dan lain-

lain. Pemberian PROM dapat diberikan dalam berbagai posisi seperti tidur terlentang,

tidur miring, tidur tengkurap, duduk, berdiri atau posisi sesuai dengan alat latihan

yang digunakan. Latihan dalam gerakan pasif tidak akan berdampak terhadap proses

pembelajaran motorik, akan tetapi sangat bermanfaat sebagai tindakan awal sebelum

aplikasi metode untuk latihan pembelajaran motorik (Irfan, 2010).

(1) Latihan pada anggota gerak atas (upper extremity)

Fleksi dan ekstensi bahu (Shoulder joint)

Gambar 2.1 Gerakan Pasif Fleksi-Ekstensi Bahu (Sumber: Irfan, 2010)

a. Posisi pasien tidur terlentang.

b. Pegangan terapis pada pergelangan tangan dan juga pada lengan bawah (sedikit di

bawah siku). Peletakan tangan pasien sebaiknya menyilang agar mempermudah

gerakan saat ekstensi dilakukan.

c. Posisi awal dari lengan pasien adalah mid position, kemudian lakukan gerakan fleksi,

instruksikan agar pasien rileks.

d. Pada saat bahu membentuk sudut 900 berikan gerakan eksternal rotasi (berputar

keluar) pada lengan hingga membentuk posisi supinasi lengan bawah.

e. Hindari penguluran berlebihan pada bahu yang mengalami kelemahan.

Page 13: Sap Stroke

f. Lakukan pengulangan sebanyak tujuh kali atau sesuai toleransi.

Latihan ini akan mampu mengurangi komplikasi akibat kurang gerak pada

bahu dan terpeliharanya sifat fisiologis jaringan pada area bahu dan lengan. Tujuan

utama latihan ini agar terpeliharanya jarak gerak sendi pada bahu ke arah fleksi.

(2) Ekstensi/hiperekstensi Bahu

Gambar 2.2 Gerakan Pasif Ekstensi Bahu (Sumber: Irfan, 2010)

a. Posisi pasien stroke tidur miring (side lying).

b. Pegangan terapis pada pergelangan tangan dan pada bagian bahu.

c. Posisi lengan pasien semi fleksi dengan lengan bawah mid position.

d. Berikan topangan pada siku atau lengan bawah pasien dengan lengan bawah terapis.

e. Berikan gerakan ekstensi secara penuh.

f. Hindari adanya kompensasi gerak berupa elevasi bahu dengan pemberian stabilisasi.

g. Hindari adanya keluhan nyeri saat gerakan dilakukan.

h. Pertahankan gerakan terjadi pada mid posisi lengan bawah pasien.

i. Lakukan pengulangan minimal tujuh kali atau sesuai toleransi.

Latihan ini ditujukan untuk memelihara jarak gerak sendi bahu, khususnya

pada arah ekstensi dan memelihara elastisitas jaringan pada sisi anterior. Hal ini

Page 14: Sap Stroke

dimungkinkan karena pada latihan ini terdapat regangan di akhir gerakan pada

jaringan-jaringan sisi depan sendi bahu.

Latihan ini hendaknya dilakukan secara perlahan karena sering ditemukan adanya

kelemahan dan penurunan tonus otot.

(3) Abduksi bahu (Shoulder Joint)

Gambar 2.3 Gerakan Pasif Abduksi Bahu (Sumber: Irfan, 2010)

a. Posisi pasien tidur terlentang, dengan siku semi fleksi.

b. Pegangan terapis pada pergelangan tangan dan lengan atas (sedikit di atas siku).

c. Lakukan gerakan abduksi.

d. Awali gerakan dengan posisi pronasi pada lengan bawah, kemudian pada 900

abduksi, lakukan rotasi ke arah supinasi lengan bawah pasien.

e. Berikan instruksi untuk tetap rileks.

f. Lakukan pengulangan sebanyak tujuh kali atau sesuai toleransi.

Latihan ini ditujukan untuk memelihara jarak gerak sendi bahu, khususnya ke

arah abduksi. Selain itu, latihan ini juga akan mengurangi adanya komplikasi berupa

kontraktur jaringan pada sendi bahu.

Hindari adanya gerakan kompensasi pada bahu, sehingga jarak gerak sendi pada

latihan dapat dicapai dengan lebih baik. Adanya kompensasi gerak, merupakan

indikator adanya masalah pada jaringan lunak ataupun jaringan keras di sekitar bahu

yang perlu dilakukan pemeriksaan lebih spesifik.

Page 15: Sap Stroke

(4) Abduksi dan Adduksi Horizontal Bahu (Shoulder Joint)

Gambar 2.4 Gerakan Pasif Abduksi dan Adduksi Horizontal (Sumber: Irfan, 2010)

a. Posisi pasien tidur terlentang dengan bahu membentuk 900 abduksi, dan siku ekstensi

penuh dengan lengan bawah dalam posisi supinasi.

b. Posisikan pasien dalam keadaan rileks.

c. Pegangan terapis pada pergelangan tangan dan juga pada sendi siku.

d. Berikan gerakan ke arah dalam (adduksi) dan ke arah luar (abduksi) pada sendi

bahu.

e. Berikan instruksi agar pasien tetap rileks.

f. Hindari adanya nyeri saat gerakan dilakukan.

g. Lakukan pengulangan sebanyak tujuh kali atau sesuai toleransi.

Latihan ini bermanfaat bagi terpeliharanya jarak gerak sendi, khususnya pada gerakan

horizontal. Pemberian PROM akan menjaga elastisitas jaringan sisi anterior dan

posterior serta memelihara sistem sirkulasi lokal pada jaringan sehingga dapat

menghindari adanya pembengkakan pada ekstremitas atas.

(5) Internal dan Eksternal Rotasi Bahu (Shoulder Joint)

Page 16: Sap Stroke

Gambar 2.5 Gerakan Pasif Eksternal dan Internal Rotasi (Sumber: Irfan, 2010)

a. Persiapkan posisi pasien dengan menghindari adanya hambatan gerak oleh faktor

tempat tidur atau benda lainnya.

b. Posisi pasien tidur terlentang dengan bahu membentuk 900 abduksi, dan siku 900

fleksi.

c. Pegangan terapis pada pergelangan tangan dan juga pada sendi siku sebagai stabilisasi

gerak.

d. Berikan gerakan ke arah eksternal dan internal pada sendi bahu.

e. Berikan instruksi untuk tetap rileks.

f. Perhatikan jarak gerak sendi yang dibentuk, apakah dalam jarak yang normal atau

terbatas.

g. Lakukan pengulangan sebanyak tujuh kali atau sesuai toleransi.

Pada gerakan ini hindari adanya nyeri gerak. Umumnya pada pasien

komplikasi akibat kurang gerak adalah adanya kekakuan sendi. Pada sendi bahu maka

gerakan eksternal rotasi adalah salah satu gerakan yang sering mengalami limitasi

gerak.

(6) Fleksi dan Ekstensi siku (Elbow Joint)

Gambar 2.6 Gerakan Pasif Fleksi-Ekstensi Siku (Sumber: Irfan, 2010)

a. Posisi pasien terlentang dengan posisi tangan pasien supinasi.

b. Tangan terapis berada pada pergelangan tangan dan sendi siku.

Page 17: Sap Stroke

c. Lakukan gerakan fleksi dan ekstensi pada sendi siku.

d. Berikan instruksi agar pasien tetap rileks.

e. Pastikan gerakan yang diberikan berada pada midline yang benar.

f. Perhatikan jarak sendi yang dibentuk apakah dalam jarak yang normal atau terbatas.

Latihan gerak ini sangat penting, karena gerakan ini pada aktivitas fungsional

ekstremitas atas memiliki peran yang dominan.

(7) Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan (Wrist Joint)

Gambar 2.7 Gerakan Pasif pada Fleksi-Ekstensi Ulnar dan Radial Deviasi pada Wrist Joint

(Sumber: Irfan, 2010)

a. Posisi pasien tidur terlentang dengan fleksi siku 900.

b. Tangan terapis diletakkan pada pangkal pergelangan dan pada telapak tangan.

c. Berikan gerakan ke arah luar (ekstensi) dan ke arah dalam (fleksi).

d. Pada saat gerakan fleksi wrist dilakukan, maka sebaiknya jari-jari dalam kondisi

lurus (ekstensi), sedangkan saat dilakukan gerakan ekstensi wrist, maka sebaiknya

jari-jari menggenggam.

e. Berikan instruksi untuk tetap rileks.

Latihan dengan gerakan tersebut sangat penting oleh karena banyaknya

problematik yang ditemukan pada tangan dan jari-jari pasien stroke.

Page 18: Sap Stroke

(8) Elevasi-Depresi dan Protraksi-Retraksi Bahu (Shoulder Joint)

Gambar 2.8 Gerakan Pasif Elevasi-Depresi dan Protraksi Retraksi Bahu (Sumber:

Irfan, 2010)

a. Posisi pasien tidur tengkurap.

b. Tangan terapis diletakkan pada area bahu dan lengan bawah pasien.

c. Berikan gerakan ke arah atas (elevasi) dan ke arah bawah (depresi), ke depan

(protraksi) dan ke belakang (retraksi) pada sendi bahu.

d. Berikan instruksi untuk tetap rileks.

e. Lakukan pengulangan sebanyak tujuh kali atau sesuai toleransi.

Latihan dengan gerakan ini perlu dilakukan untuk mengidentifikasi apakah

terdapat limitasi gerak pada sendi bahu. Limitasi gerak pada sendi bahu akan

menurunkan kemampuan stabilitas pada bahu yang berdampak terhadap sulitnya

melakukan gerakan fungsional pada lengan dan tangan dengan pola yang benar. Jika

stabilitas gerak pada bahu menurun, maka aktivitas gerak pada lengan akan

menimbulkan adanya gerak kompensasi.

Kompensasi gerak merupakan bentuk gerakan yang terjadi akibat

ketidaksesuaian atau kurangnya stabilitas gerak. Kompensasi gerak adalah bentuk

gerak yang tidak efisien dan memerlukan energi lebih besar dibandingkan pada pola

gerak normal. gerakan fleksi (menekuk) sering terjadi pada siku saat melakukan

aktivitas berjalan.

Page 19: Sap Stroke

(9) Latihan pada Anggota Gerak Bawah (Lower Extremity)

Fleksi-Ekstensi Panggul (hip) dan lutut (knee)

Gambar 2.9 Gerakan Fleksi Ekstensi Hip dan Knee (Sumber: Irfan, 2010)

a. Posisi pasien tidur terlentang.

b. Posisi tangan terapis pada tumit serta sisi bawah dan tepi luar lutut pasien.

c. Lakukan gerakan ke atas-depan sehingga membentuk gerakan fleksi hip dan fleksi

knee.

d. Berikan instruksi untuk tetap rileks.

e. Lakukan pengulangan sebanyak tujuh kali atau sesuai toleransi.

Gerakan-gerakan yang dijelaskan sebelumnya dapat diberikan pada pasien oleh

keluarga atau petugas perawatan agar dapat membantu mencegah munculnya

komplikasi akibat kurang gerak.

Aktivitas ini akan sangat membantu proses pemulihan pasien dan merupakan bentuk

latihan persiapan untuk mendapatkan metode latihan khusus yang bersifat relearning

atau re-education.

Latihan Mandiri (Self Excercise)

Pada dasarnya pasien stroke juga dapat melakukan latihan secara mandiri. Hal

ini ditujukan untuk membantu proses pembelajaran motorik. Setiap gerakan yang

dilakukan hendaknya secara perlahan dan anggota gerak yang mengalami

kelumpuhan ikut aktif melakukan gerakan seoptimal mungkin (sesuai kemampuan).

Sedangkan anggota gerak yang tidak mengalami kelemahan hendaknya dapat

Page 20: Sap Stroke

membantu proses terbentuknya gerakan. Bantuan yang diberikan oleh sisi yang tidak

mengalami kelemahan bersifat minimal agar sisi yang lemah dapat tetap aktif.

Sebaiknya sebelum latihan dilakukan, didahului dengan pemeriksaan keadaan umum

pasien, seperti tekanan darah, denyut nadi dan frekuensi nafas per menit (Irfan,

2010:197). Adapun gerakan-gerakan pada latihan aktif yaitu:

(1) Gerakan pertama

Gambar 2.10 Gerakan Fleksi-Ekstensi Bahu (Sumber: Irfan, 2010)

a. Posisi awal pasien tidur terlentang.

b. Bantu lengan yang mengalami kelemahan dengan menggunakan sisi lengan yang

sehat dengan pegangan pada pergelangan tangan.

c. Lakukan gerakan ke atas secara perlahan-lahan kemudian kembali ke posisi awal.

d. Ulang gerakan sebanyak tujuh kali.

Dalam melakukan latihan ini, diberikan bantuan bagi lengan yang mengalami

kelemahan. Luas bidang yang dibentuk (sagital) seluas mungkin dan sebatas nyeri jika

terdapat gejala nyeri.

(2) Gerakan kedua

Page 21: Sap Stroke

Gambar 2.11 Latihan Mandiri Eksternal dan Internal Rotasi Bahu (Sumber: Irfan, 2010)

a. Posisi lengan yang lemah (bahu 900 dan siku 900).

b. Bantu dengan tangan yang sehat, letakkan pegangan pada pergelangan tangan.

c. Lakukan gerakan ke atas dan ke bawah (eksternal dan internal rotasi).

d. Lakukan secara perlahan dengan tujuh kali pengulangan.

Latihan ini diawali pada posisi 900 abduksi bahu dan 900 fleksi siku. Apabila

kondisi pasien tidak memungkinkan oleh karena adanya keterbatasan gerak bahu,

maka posisikan abduksi sebatas lingkup gerak yang bisa dibentuk. Sebaiknya pasien

menggunakan tangan yang tidak mengalami kelemahan sebagai komponen yang aktif.

Ini disebabkan oleh adanya gaya gravitasi yang mengikuti pola gerak yang dilakukan.

(3) Gerakan ketiga

Gambar 2.12 Latihan Mandiri Pada Tangan (Sumber: Irfan, 2010)

a. Gerakan jari-jari pada tangan yang lemah.

b. Lakukan gerakan membuka secara perlahan.

c. Berikan tahapan minimal jika memungkinkan dengan tangan yang sehat.

d. Lakukan dengan tujuh kali pengulangan.

Latihan ini ditujukan pada komponen ekstensor jari-jari. Aktifitas ekstensor

jari-jari tangan akan sangat menentukan kemampuan fungsional tangan. Dalam

melakukan latihan ini, salah satu hal yang penting adalah posisi pergelangan tangan

(wrist joint) 450 ekstensi (dorsal fleksi). Gerakan jari-jari tangan ke arah ekstensi

hanya sebatas pada posisi netral atau dengan kata lain hindari gerakan hiperekstensi.

Page 22: Sap Stroke

(4) Gerakan keempat

Gambar 2.13 Latihan Pada Jari Tangan (Sumber: Irfan, 2010)

a. Genggam jari telunjuk sampai jari kelingking pada tangan yang lemah.

b. Lakukan gerakan membuka pada tangan yang lemah sampai pada sudut 900.

c. Lakukan gerakan perlahan kemudian lanjutkan dengan mobilisasi pasif ke arah

ekstensi pergelangan tangan (wrist joint) hingga membentuk sudut 900.

d. Lakukan dengan tujuh kali pengulangan.

Latihan ini akan meningkatkan kemampuan stabilisasi dan mobilisasi

pergelangan tangan (wrist joint) dan punggung tangan. Sifat stabilisasi dan mobilisasi

terjadi secara bergantian antara kedua bagian tersebut.

(5) Gerakan kelima

Gambar 2.14 Latihan Aktif Thumb dan Lower Arm (Sumber: Irfan, 2010)

a. Posisi awal fleksi siku 900.

b. Berikan pegangan pada sisi luar ibu jari.

Page 23: Sap Stroke

c. Kemudian berikan gerakan ke dalam dan keluar (fleksi-ekstensi thumb) secara

perlahan.

d. Berikan pula gerakan pronasi dan supinasi pada lengan bawah.

Latihan ini juga ditujukan untuk memelihara fleksibilitas dan elastisitas

jaringan anggota gerak atas, sehingga komplikasi akibat adanya mobilisasi dapat

dihindari.

(6) Gerakan keenam

Gambar 2.15 Latihan Aktif Lengan (Sumber: Irfan, 2010)

a. Gunakan tali atau alat bantu lainnya.

b. Posisi lengan tidak lebih dari 900.

c. Tekuk lutut dan hip 900 untuk mengurangi tekanan abdominal.

d. Lakukan gerakan ke arah bawah dengan perlahan.

e. Saat gerakan dilakukan bersama dengan meniup nafas (ekspirasi).

(7) Gerakan ketujuh

Gambar 2.16 Latihan Aktif Fleksi Tungkai (Sumber: Irfan, 2010)

a. Posisikan punggung kaki yang sehat di bawah lutut tungkai yang lemah.

Page 24: Sap Stroke

b. Angkat lutut dengan menggunakan punggung kaki hingga membentuk sudut

optimal.

c. Lakukan secara perlahan dengan tujuh kali pengulangan.

(8) Gerakan kedelapan

Gambar 2.17 Latihan Aktif Fleksi Lengan (Sumber: Irfan, 2010)

a. Posisi pasien duduk di tepi bed.

b. Gunakan tongkat sebagai alat bantu.

c. Lakukan gerakan mengangkat lengan ke atas dengan bantuan lengan yang sehat.

2. Pengaruh Terapi Latihan terhadap Kemandirian Melakukan AKS Pasien

Stroke Iskemik

Proses pemulihan setelah stroke dibedakan atas pemulihan neurologis (fungsi

saraf otak) dan pemulihan fungsional (kemampuan melakukan aktivitas fungsional).

Pemulihan neurologis terjadi di awal setelah terjadinya stroke. Mekanisme yang

mendasari adalah pulihnya fungsi sel otak pada area penumbra yang berada di sekitar

area infark yang sesungguhnya dan atau terbukanya kembali sirkuit saraf yang

sebelumnya tertutup. Kemampuan fungsional pulih sejalan dengan pemulihan

neurologis yang terjadi (Wirawan, 2009).

Wirawan (2009) juga menjelaskan setelah lesi otak menetap pemulihan fungsional

masih dapat terus terjadi sampai batas-batas tertentu, terutama dalam tiga sampai

enam bulan pertama setelah stroke. Hal itulah yang menjadi fokus utama rehabilitasi

Page 25: Sap Stroke

medis, yaitu untuk mengembalikan kemandirian pasien mencapai kemampuan

fungsional yang optimal. Proses pemulihan fungsional terjadi berdasarkan pada proses

reorganisasi atau plastisitas otak melalui:

1. Proses substitusi

Proses ini sangat tergantung pada stimuli eksternal yang diberikan melalui terapi

latihan menggunakan berbagai metode terapi. Pencapaian hasilnya sangat tergantung

pada intaknya jaringan kognitif, visual dan proprioseptif, yang membantu

terbentuknya proses belajar dan plastisitas otak.

2. Proses kompensasi

Proses ini membantu menyeimbangkan keinginan aktivitas fungsional pasien dan

kemampuan fungsi pasien yang masih ada. Hasil dicapai melalui latihan berulang-

ulang untuk suatu fungsi tertentu, pemberian alat bantu, perubahan perilaku atau

perubahan lingkungan.

Proses pemulihan fungsional tersebut terjadi berdasarkan proses plastisitas otak yang

merupakan kemampuan unik yang membedakan sistem saraf dari jaringan lain,

karena neuron tidak memiliki kemampuan seperti jaringan lain untuk melakukan

regenerasi (Price, 2005:1127). Di sisi lain, Irfan (2010) mengungkapkan plastisitas

otak (neuroplasticity) adalah kemampuan otak melakukan reorganisasi dalam bentuk

adanya interkoneksi baru pada saraf. Plastisitas merupakan sifat yang menunjukkan

kapasitas otak untuk berubah dan beradaptasi terhadap kebutuhan fungsional.

Mekanisme ini termasuk perubahan kimia saraf (neurochemical), penerimaan saraf

(neuroceptive), perubahan struktur neuron saraf dan organisasi otak. Plastisitas dapat

terjadi pada level sinaps, level kortikal dan level system.

Sifat plastisitas otak ini memiliki keuntungan dan kerugian dalam pemulihan

kemampuan gerak dan fungsi pada pasien stroke. Keuntungan yang dapat diperoleh

Page 26: Sap Stroke

adalah dimungkinkannya untuk terus dikembangkan, sehingga dengan metode yang

tepat akan menghasilkan pembentukan plastisitas yang tepat berupa gerakan normal,

akan tetapi dapat merugikan jika metode yang diterapkan tidak tepat karena dengan

sifat plastisitasnya akan terbentuk pola gerak yang tidak normal (Irfan, 2010:40).