SANITASI BANDAR UDARA Oleh : Siti Aisyah, SKM.MKes
SANITASI BANDAR UDARA Oleh : Siti Aisyah, SKM.MKes
PENDAHULUAN
Bandara Udara adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya, dimana umum berkumpul untuk menunggu, naik/turun kapal/ pesawat udara.
Dasar pelaksanaan Penyehatan Lingkungan Bandara Udara adalah Kep. Menkes 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum.
KMK No. 424/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman Upaya Kesehatan Pelabuhan dalam rangka Karantina Kesehatan.
DEFINISI
Bandar Udara atau Bandara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat untuk mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok, dan fasilitas penunjang lainnya.
DEFINISI Next
Simpul dalam jaringan transportasi udara Pintu gerbang kegiatan perekonomian Tempat kegiatan alih moda transportasi Pendorong dan penunjang kegiatan industri,
perdagangan dan/atau pariwisata Pembuka isolasi daerah Pengembangan daerah perbatasan Penanganan bencana
PERANAN BANDARA
Bandar udara umum yaitu bandar udara yang dipergunakan untuk melayani kepentingan umum.
Bandar udara khusus bandar udara yang hanya digunakan untuk melayani kepentingan sendiri untuk menunjang kegiatan usaha pokoknya.
KLASIFIKASI BANDARA
Berdasarkan rute penerbangan yang dilayanimaka bandar udara dibagi menjadi 2 yaitu: Bandar Udara Domestik adalah bandar udara
yang ditetapkan sebagai bandar udara yang melayani rute penerbangan dalam negeri.
Bandar Udara Internasional adalah bandar udara yang ditetapkan sebagai bandar udara yang melayani rute penerbangnan dalam negeri dan rute penerbangan dari dan ke luar negeri.
KLASIFIKASI BANDARA
Tempat parkir Tempat sampah Pencahayaan Ruang tunggu Pembuangan kotoran manusia Pembuangan air limbah Tempat cuci tangan
ASPEK PENILAIAN BANDARA
Di dalam ruang tunggu harus tersedia tempat sampah minimal I buah pada radius 10 meter.Tempat sampah tersebut harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, ringan dan dilengkapi penutup.
Disekitar bandara (ruang terbuka) harus tersedia dengan jumlah yang cukup minimal 1 buah dalam radius 20 meter.Tempat sampah harus dalam keadaan baik, terbuat dari bahan yang kuat, anti karat, ringan, mudah dibersihkan dan dilengkapi penutup.
TEMPAT SAMPAH
Bandara Soekarno-Hatta Produksi 47 Ton Sampah (TEMPO, Kamis, 08 November 2012)
Dalam satu hari Bandara Sokarno-Hatta, Tangerang, Banten, memproduksi lebih dari 40 ton sampah. "Ada 47 ton sampah padat dari airside dan landside," kata Direktur Utama Angkasa Pura II, Tri S. Sunoko, di kantornya, Kamis, 8 November 2012.
Sampah padat airside merupakan sampah padat yang terkumpul di sisi bandara seperti apron dan taxi-way. Ada 27 ton sampah padat dari area tersebut. Sedangkan 20 ton sampah lainnya berasal dari landside bandara seperti area kargo, check-in, boarding, tenant, serta lokasi parkir kendaraan.
Pada 2015, Angkasa Pura II memprediksi kepadatan di Bandara Soekarno-Hatta mencapai 65 juta orang. Dengan jumlah pengunjung sebanyak itu, sampah padat diperkirakan meningkat hingga dua kali lipat dari yang ada saat ini. Saat ini sampah padat diproses di instalasi pembakaran atau incinerator.
Selain sampah padat, Bandara Soekarno-Hatta juga memproduksi 8,8 juta kiloliter sampah cair per hari. Setelah diolah, dari limbah tersebut dihasilkan 5,5 juta kiloliter air bersih. Air tersebut dimanfaatkan untuk perawatan taman.
Menteri Perhubungan, Evert Erenst Mangindaan, mengatakan, telah dilakukan empat langkah untuk mengelola sampah di bandara. Keempat langkah tersebut adalah optimallisasi reduce, reuse, recycle (3R), peningkatan kualitas sumber daya manusia, produksi briket dan kompos, serta pengolahan sampah sejalan dengan grand design Bandara Soekarno-Hatta.
Pencahayaan di dalam ruang tunggu harus lebih dari 100 Lux (≥100 Lux), udara ruangan tidak berbau dan pengap, tingkat kebisingannya harus kurang dari 55 Dba (<55 dBA).
PENCAHAYAAN & KEBISINGAN R. TUNGGU
Air bersih merupakan kebutuhan yang sangat penting dalan proses penyehatan bandara maka air harus tersedia dengan kapasitas yang cukup untuk setiap kegiatan dan kualitas fisik air harus dalam keadaan baik. Kualitas air bersih di bandara di periksa ke lab. secara periodik.
PENYEDIAAN AIR BERSIH
Ketersediaan toilet di bandara minimal 2 toilet dan keadaanya harus bersih, tidak berbau serta dihubungkan dengan sistem pengolahan limbah/IPAL atau septictank.
TOILET & IPAL
Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup salah satunya adalah Pembangunan Bandar Udara.
BANDARA WAJIB AMDAL
Eco-Airport adalah suatu bandar udara dimana telah dilakukan pengukuran terhadap seluruh komponan yang dapat atau berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan untuk menciptakan lingkungan yang sehat di bandara dan lingkungannya.
Di Indonesia dapat kita lihat di Soekarno-Hatta International Airport dimana limbah padat maupun cair dari terminal domestik dan internasional diolah sehingga menjadi air bersih yang dapat dipergunakan untuk keperluan bandara. Sebagai contoh, saat ini air tersebut di gunakan setiap hari untuk penyiraman lapangan Golf Sarwana.
ECO-AIRPORT
PT.(Persero) Angkasa Pura I Cabang Juanda mencanangkan slogan “ Go to an Eco-Airport ”.
KEGIATAN :1. Penanaman pohon di seluruh area bandara2. Proses daur ulang limbah padat sebelum dibakar di
incinerator.3. Pengolahan limbah cair sebelum di alirkan ke sungai.4. Konservasi energi listrik/mekanikal.5. Konservasi energi untuk pendingin ruangan.6. Pembuatan noise contour map guna mengendalikan
dampak kebisingan. Siklus ini terus dilakukan tanpa henti (never ending process)
untuk perbaikan mutu lingkungan hidup di bandar udara.
ECO-AIRPORT
Pasal 31 : Badan Usaha Bandar Udara atau Unit Penyelenggara
Bandar Udara wajib menjaga ambang batas kebisingan dan pencemaran lingkungan di Bandar Udara dan sekitarnya sesuai dengan ambang batas dan baku mutu yang ditetapkan Pemerintah.
Pasal 32 (1) Ambang batas kebisingan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 31 ditetapkan dalam tingkat kebisingan di Bandar Udara dan sekitarnya.
(2) Tingkat kebisingan di Bandar Udara dan sekitarnya ditentukan dengan indeks kebisingan WECPNL atau nilai ekuivalen tingkat kebisingan di suatu area yang dapat diterima terus menerus selama suatu rentang waktu dengan pembobotan tertentu.
PP RI No. 40 Tahun 2012 Tentang Pembangunan Dan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara:
Pasal 34 Tingkat kebisingan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 terdiri atas: a. kawasan kebisingan tingkat I; b. kawasan kebisingan tingkat II; dan c. kawasan kebisingan tingkat III
PP RI No. 40 Tahun 2012 Tentang Pembangunan Dan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara:
NO. JENIS KAWASAN
INDEKS KEBISINGAN
PERUNTUKAN KAWASAN
1. TINGKAT I ≥ 70 – <75 dB
untuk berbagai jenis kegiatan dan atau bangunan kecuali untuk jenis bangunan sekolah dan rumah
2. TINGKAT II ≥ 75– <80 dB
untuk berbagai jenis kegiatan dan/atau bangunan kecuali untuk jenis kegiatan dan/atau bangunan sekolah, rumah sakit, dan rumah tinggal.
3. TINGKAT III ≥ 80 dB tanah dan ruang udara yang dapat dimanfaatkan untuk membangun fasilitas Bandar Udara yang dilengkapi insulasi suara dan dapat dimanfaatkan sebagai jalur hijau atau sarana pengendalian lingkungan dan pertanian yang tidak mengundang burung.
KAWASAN KEBISINGAN
1. Zone A : Daerah dengan tingkatan bising antara 150 dB. Zone ini jangan dimasuki sama sekali.
2. Zone B : Daerah dengan tingkatan bising antara 135 – 150 dB. Di daerah ini orang harus berusaha sesingkat mungkin dan harus memakai ear muff.
3. Zone C : Daerah dengan tingkatan bising antara 115 – 135 dB. Semua orang yang bekerja di sini harus memakai ear muff. Bila hanya sebentar boleh memakai ear plug.
4. Zone D : Daerah dengan tingkatan bising antara 100 – 115 dB. Mereka yang bekerja di sini harus mekakai ear plug terus menerus.
ZONA KEBISINGAN DI SEKITAR PESAWAT
Akibat bising yang paling penting adalah menurunnya pendengaran dan dapat terjadi tuli permanen (sensoric deafness).
Hampir 15% dari awak darat airline mengalami gangguan ini secara tak langsung
Dalam hubungannya dengan pesawat tersebut karyawan dibagi dalam golongan, yaitu :
1. Golongan I : Mereka yang bekerja dekat sekali dengan pesawat (kurang dari 8 meter) selama runs up.
2. Golongan II : Mereka yang relatif dekat (8 – 50 m) pesawat, misalnya maintenance personnel, starting crew, dan trouble line personnel.
3. Golongan lII : Mereka yang kadang-kadang harus bekerja tidak jauh dari pesawat (50 – 120 m), misalnya pramugari darat, personel kargo, dsb.
KEBISINGAN PADA TENAGA KERJA DI BANDARA
Untuk mencegah/mengurangi akibat gangguan bising perlu dilakukan Hearing Conservation Program, dengan cara :
1. Pemeriksaan audiometris secara berkala pada karyawan tersebut di atas.
2. Dilakukan usaha-usaha pencegahannya, di antaranya ialah memakai :
a. Helmet : Dipakai bila bekerja dekat sekali dengan pesawat yang run-up. Diperkirakan sebagian bising diserap oleh tulang-tulang kepala, jadi perlu helmet.
b. Ear muff : Dibuat dari plastik atau karet dengan ukuran small, medium dan large.
c. Golongan I memakai helmet dan ear plug.d. Golongan II memakai ear muff.e. Golongan III cukup memakai ear plug.
Hearing Conservation Program
Pasal 38 : SUMBER PENCEMARAN LINGKUNGAN DI BANDARA :1. Emisi gas buang dan kebisingan pengoperasian pesawat
udara; 2. Emisi gas buang dan kebisingan dari peralatan
dan/atau kendaraan bermotor; 3. Air limbah yang ditimbulkan dari pembangunan, operasional
dan perawatan Bandar Udara dan pesawat udara; 4. Limbah padat yang ditimbulkan dari
pembangunan, operasional dan perawatan Bandar Udara dan pesawat udara; dan
5. Zat kimia yang ditimbulkan dari pembangunan, operasional dan perawatan Bandar Udara dan pesawat udara.
PP RI No. 40 Tahun 2012 Tentang Pembangunan Dan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara:
Pasal 39 : Batas emisi gas buang dan kebisingan
pengoperasian pesawat udara dan emisi gas buang dan kebisingan dari peralatan dan/atau kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf a dan huruf b, merupakan bagian persyaratan sertifikat kelaikan pesawat udara dan peralatan dan/atau kendaraan bermotor yang dioperasikan di Bandar Udara.
PP RI No. 40 Tahun 2012 Tentang Pembangunan Dan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara:
Pasal 40 Limbah dan zat kimia yang ditimbulkan dari
pembangunan, operasional dan perawatan Bandar Udara dan pesawat udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, harus dikelola terlebih dahulu sebelum dibawa ke luar Bandar Udara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 41 Badan Usaha Bandar Udara atau Unit
Penyelenggara Bandar Udara menyediakan tempat dan menetapkan prosedur pengelolaan limbah dan zat kimia pengoperasian pesawat udara dan Bandar Udara.
PP RI No. 40 Tahun 2012 Tentang Pembangunan Dan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara:
Pasal 42 Untuk menjaga ambang batas kebisingan dan
pencemaran lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31, Badan Usaha Bandar Udara atau Unit Penyelenggara Bandar Udara dapat membatasi waktu dan frekuensi, atau menolak pengoperasian pesawat udara.
Pasal 43 Untuk menjaga ambang batas kebisingan dan
pencemaran lingkungan, Badan Usaha Bandar Udara atau Unit Penyelenggara Bandar Udara wajib melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
PP RI No. 40 Tahun 2012 Tentang Pembangunan Dan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara:
Keputusan Menteri Perhubungan Nomer : KM 47 Tahun 2002 tentang Sertifikasi Operasi Bandar Udara.
Permenaker RI No. Per. 04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : Kep. 75/MEN/2002 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor : SNI-04-0225-2000 Mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (Puil 2000) di Tempat Kerja
REGULASI BANDARA
NO ASPEK PENGAMATAN
ITEM PENGAMATAN
1. LETAK -AKSES KE LOKASI-LOKASI BANJIR/TIDAK
2. JARINGAN LISTRIK -SUMBER UTAMA-GENSET-PENANGKAL PETIR
3. JARINGAN AIR -SUMBER AIR-KONTINYUITAS-KRITERIA FISIK AIR
4. PENGELOLAAN SAMPAH -VOLUME SAMPAH TDK LUBER-PEMISAHAN JENIS SAMPAH-JUMLAH TEMPAT SAMPAH-PENGANGKUTAN 3 X SEHARI-KONDISI TEMPAT SAMPAH
5. FASILITAS KEAMANAN -APARAT KEAMANAN-CCTV-APAR & SPRINKLER-ALARM KEBAKARAN
ASPEK YANG DIOBSERVASI DI BANDARA
NO ASPEK PENGAMATAN
ITEM PENGAMATAN
6. AREA PARKIR -Ada parkir untuk roda dua dan roda empat
7. AKSES JALAN 1. Akses jalan masuk cukup untuk 2 mobil2. Penerangan jalan memadai3. Beraspal dan rata
8. KONDISI FISIK LAIN 1. Area kafetaria sangat bersih2. Lantai dibuat dari bahan yang tidak licin3. Ventilasi udara memenuhi standar4. Terdapat beberapa tanaman estetika di sekitar ruang tunggu pengantar
9. FASILITAS UMUM 1. Musholla 2. Toilet 3. Layanan Klinik 4. Smoking Area 5. Trolley 6. Mesin ATM 7. Minimarket dan kafetaria
ASPEK YANG DIOBSERVASI DI BANDARA
Makanan dan minuman harus dalam keadaan segar dan bersih,
Penyajiannya terhindar dari pengotoran lalat dan serangga lainnya.
Tersedianya tempat penampungan sampah sementara yang tertutup, kedap air dengan jumlah yang cukup.
Air yang digunakan harus memenuhi syarat. Karyawan harus memperhatikan kesehatan dan
kebersihan dirinya Disekitar tempat berjualan harus selalu dalam
keadaan bersih.
SYARAT HIGIENE SANITASI MAKANAN DI BANDARA
Air wudhu harus bersih. Kebersihan ditempat berwudhu. Tikar atau alat sembahyang yang digunakan
harus senantiasa bersih. Ruang tempat sembahyang harus dalam
keadaan bersih. Tersedia alat dan perlengkapan untuk P3.K. Terdapat alat pemadam kebakaran
SYARAT MUSHOLLA DI BANDARA
LOKASI PARKIR MOBIL & TEMPAT SAMPAH DI AREA PARKIR
LOKASI PARKIR SEPEDA MOTOR
RUANG TERBUKA HIJAU
PEMISAHAN TEMPAT SAMPAH
MUSHOLA DI BANDARA
KLINIK DI BANDARA
KAFETARIA DI BANDARA