Salt to the Sea · orang-orang yang tenggelam, mati, dan menghilang. ... kuasi belum dikeluarkan dan siapa pun yang meninggalkan Prusia ... Dor. Salt to the Sea.indd ...

s a l t

to the

s e a

Salt to the Sea haldep.indd 1 1/8/2018 10:00:07 AM

s a l t

to the

s e a

Penerbit Pt elex Media KoMPutindo

R U TA S E P E T Y S


Salt to the Seaby Ruta Sepetys

Text copyright © 2016 by Ruta Sepetys Map illustrations copyright @ 2016 Katrina Damkoehler

All rights reserved including the right of reproduction in whole or in part in any form.

This edition published by arrangement with Philomel Books, an imprint of Penguin Young Readers Group, a division of Penguin Random House LLC.

Salt to the SeaAlih bahasa: Putri Septiana Kurniawati

Editor: Fidyastria SaspidaHak Cipta Terjemahan Indonesia

Penerbit PT Elex Media KomputindoHak Cipta dilindungi oleh Undang-UndangDiterbitkan pertama kali tahun 2018 oleh

Penerbit PT Elex Media KomputindoKelompok Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta

718030194ISBN: 978-602-04-5415-3

Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, JakartaIsi di luar tanggung jawab Percetakan


Untuk ayahku.Pahlawanku.




Kami, para penyintas, bukanlah saksi yang sesungguhnya. Para saksi sesungguhnya, yang tahu kebenaran yang tak terungkapkan, adalah orang-orang yang tenggelam, mati, dan menghilang.

—Primo Levi


S a l t t o t h e S e a 1

joanaRasa bersalah bagaikan seorang pemburu.

Hati nurani mengejekku, mengajakku berkelahi se perti anak kecil yang merajuk.

Ini semua salahmu, bisik suara itu.Aku mempercepat langkah dan menyusul rombong an kecil kami.

Orang-orang Jerman akan menggiring kami ke luar jalan jika mereka menemukan kami. Jalan an dikhususkan untuk militer. Perintah eva-kuasi belum dikeluarkan dan siapa pun yang meninggalkan Prusia Timur akan dicap pembelot. Tapi apa pentingnya itu? Aku sudah jadi pembelot sejak empat tahun lalu, saat melarikan diri dari Lituania.

Lituania.Aku pergi pada tahun 1941. Apa yang sedang ter jadi di rumah?

Apakah cerita-cerita mengerikan yang dibisik kan di jalanan itu benar?Kami mendekati sebuah gundukan di sisi jalan. Anak laki-laki

kecil di depanku merintih lalu menunjuk. Bocah itu bergabung dengan kami dua hari lalu, mengembara dari hutan sendirian dan tanpa banyak bicara mulai meng ikuti kami.

“Halo, Adik kecil. Berapa umurmu?” tanyaku waktu itu.“Enam,” jawabnya.“Dengan siapa kau melakukan perjalanan?”Dia terdiam dan menunduk. “Omi.”Aku berbalik ke arah hutan untuk melihat apakah ne nek nya su dah

muncul. “Sekarang di mana Omi-mu?” tanyaku.Si pengembara kecil mendongak padaku, mata pu cat nya melebar.

“Dia tidak bangun.”Jadi si bocah pun melakukan perjalanan bersama kami, kerap

berjalan sedikit di depan atau di belakang. Dan sekarang dia berdiri, menunjuk ke secarik wol gelap di bawah timbunan salju.

Salt to the Sea.indd 1 1/8/2018 9:59:25 AM

R u t a S e p e t y s2

Aku melambai ke rombongan kami agar mereka terus berjalan, dan saat semuanya sudah ada di depan, aku berlari ke gundukan yang tertutup salju itu. Angin menerbangkan serpihan es dan menampak-kan wajah se orang wanita yang sudah membiru, mungkin berumur dua puluhan. Mulut dan matanya terbuka lebar, ter lihat ketakutan. Kurogoh saku-saku pakaiannya yang mem beku, tapi isinya sudah kosong. Di keliman jaketnya aku menemukan berkas identitas. Aku menjejalkannya ke mantelku untuk diberikan ke Palang Merah nanti, lalu menyeret mayat itu dari jalan ke arah ladang. Wanita itu sudah mati, membeku sepenuhnya, tapi aku tidak tega membayangkan tank melindas jenazahnya.

Aku berlari lagi ke jalan menghampiri rombongan kami. Si pe-ngembara kecil berdiri di tengah jalan, salju turun di sekelilingnya.

“Dia juga tidak bangun?” tanyanya pelan.Aku menggeleng lalu meraih tangannya yang terbungkus sarung

tangan.Kemudian kami berdua mendengarnya di kejauhan.Dor.


S a l t t o t h e S e a 3

florianTakdir bagaikan seorang pemburu.

Suara mesin berdengung keras di atasku. Der Schwarze Tod, ‘Wabah Hitam’, begitulah mereka menyebutnya. Aku bersembunyi di balik pepohonan. Pesawat-pesawat itu tidak terlihat, tapi aku bisa me rasa kannya. Begitu dekat. Karena terjebak oleh kegelapan di depan dan di belakang, aku menimbang-nimbang apa yang harus ku laku-kan. Satu ledakan membahana dan sang kematian me rangkak men-dekat, mengitariku bagaikan jemari yang terbuat dari asap.

Aku berlari.Kakiku goyah, lamban, terpisah dari benakku yang kalut. Aku

memaksanya bergerak, tapi suara hati men jerat pergelangan kakiku dan menariknya keras-keras.

“Kau pemuda berbakat, Florian.” Itulah yang dikata kan Ibu.“Kau orang Prusia. Ambillah keputusanmu sendiri, Nak,” ucap

ayahku.Apakah Ayah akan menyetujui keputusanku, ten tang rahasia yang

sekarang kupanggul di punggungku? Di tengah peperangan antara Hitler dan Stalin, apakah Ibu masih menganggapku berbakat, atau menyebutku penjahat?

Orang Soviet akan membunuhku. Tapi seperti apa mereka nanti akan menyiksaku terlebih dulu? Nazi akan membunuhku, tapi hanya kalau mengetahui ren cana ini. Berapa lama hal ini akan tetap menjadi rahasia? Per tanyaan-pertanyaan itu mendorongku maju, mene robos hutan yang dingin, menghindari cabang-cabang pohon. Kucengke-ram sisi tubuhku dengan satu tangan, pistol ada di tangan satunya. Rasa sakit menyentak di setiap napas dan langkahku, menyem burkan darah hangat dari luka yang masih segar.


R u t a S e p e t y s4

Suara mesin meredup. Aku sudah dalam pelarian selama berhari-hari dan pikiranku terasa selemah kakiku. Pemburu selalu memangsa rasa lelah dan letih. Aku harus istirahat. Rasa sakit melambatkan lariku hingga aku akhirnya berjalan kaki. Dari rimbunnya pepohonan di hutan, kulihat dahan-dahan menyembunyikan sebuah gudang kentang tua. Aku pun melompat masuk.

Dor.


Salt to the Sea · orang-orang yang tenggelam, mati, dan menghilang. ... kuasi belum dikeluarkan dan siapa pun yang meninggalkan Prusia ... Dor. Salt to the Sea.indd ...

Documents