PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT TERHADAP PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA PADA KONSEP USAHA DAN ENERGI (Penelitian Kuasi Eksperimen di SMP NEGERI 48 Jakarta Selatan) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta OLEH: FERDY NOVRIZAL 105016300587 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH MODEL PEMBELAJARANSAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT
TERHADAP PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEPFISIKA PADA KONSEP USAHA DAN ENERGI
(Penelitian Kuasi Eksperimen di SMP NEGERI 48 Jakarta Selatan)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikanpada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
OLEH:
FERDY NOVRIZAL105016300587
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKAJURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUANUIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA1431 H/2010 M
ABSTRAK
Ferdy Novrizal, Perogram Studi Pendidikan Fisika, Jurusan PendidikanIlmu Pengetahuan Alam, Fakultas ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN SyarifHidayatullah Jakarta: Penerapan Model Pembelajaran Sains TeknologiMasyarakat untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa pada Topik Usahadan Energi. Eksperimen di SMPN 48 Jakarta Selatan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model STM untukmeningkatkan penguasaan konsep siswa. Metode yang digunakan adalah metodequasi eksperimen dengan Pretest-posttest Control Group design. Penelitiandilaksanakan di SMP Negeri 48 Jakarta Selatan dengan teknik pengambilansampel secara purposive sampling dan pemilihan kelas dilakukan secara random,didapatkan siswa kelas VIII-1 sebagai kelas eksperimen, dan kelas VIII-3 sebagaikelas kontrol. Instrumen penguasaan konsep berupa test berbentuk pilihan gandayang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hipotesis yang diajukan adalahpenguasaan konsep fisika yang diajarkan dengan menggunakan model STM lebihtinggi dari penguasan konsep fisika yang diajarkan dengan metode konvensional.Analisis data menggunakan uji-t pada taraf signifikansi 5% dan dk= 61, denganhji prasyarat normalitas dan homogenitas. Pengujian hipotesis menggunakan uji-t,dari hasil perhitungan statistik didapatkan harga thitung sebesar 2,22 dan ttabel padataraf signifikansi 5% dan dk = 61 adalah 1,99. maka pada penelitian inididapatkan hasil thitung > ttabel, hal ini menunjukan bahwa hipotesis nol (H0) ditolakdan hipotesis penelitian (Ha) diterima. Dari penelitian ini dapat disimpullanbahwa penguasaan konsep fisika siswa yang diajarkan dengan model STM lebihtinggi daripada penguasan konsep fisika siswa yang diajarkan denganmenggunakan metode konvensional.
Kata kunci: Model Sains Teknologi Masyarakat, Fisika, dan Penguasan Konsep
ABSTRACT
Ferdy Novrizal, Physic Study Program, Majoring of Natural Sciences Education(IPA), Faculty of Tarbiyah and Teaching Sciences State Islamic University (UIN),Syarif Hidayatullah Jakarta, Title: The Application of Model of ScienceTechnology Society for Increase Procurement of Concept Physich Student on theTopic of Business and Energy. This Eksperimen in the SMPN 48 South Jakarta.
This research aims to know the application of model of science technologysociety for increase procurement of concept physich student. Eksperimen methodare used in this resesrch with Preetest-posttest Control Group Design, thisresearch has been executed SMPN 48 with sample technic. The ways of sampletechnic are purposive sampling and choosing of the class with random way. Andget the student of the class (VIII-1) as the exsperiment class and of the class (VIII-3) as control class. The multiple choise is the instrument of this theysis to get theresult. The multiple choise have been tested with validation and reliabitationways. Hipotesis in this research are used result learning of physich subject withscience technology society model more higher than the result learning of physichsubject with convensional method. Analist of data usung t-test. In the significantlevel 5% at dk = 61, with normalitas and homogenitas pre requirement test, withthe calculate statistic result, it gets thit 2,22 value and ttab in the 5% significantlevel and dk = 61 is 1,99 value. So this research gets thit more bigger than ttab, itsshowed that 0 hypothesys (H0) are rejected and hypothesys of research (Ha) areaccepted. The conclusion of this research are the result learning of physichsubject for SMPN 48 student with science technology society model more higerthan convensional method.
Key word : Science Technology Society Model, Physich,Procurement of Concept
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT Yang Maha Tinggi
dan syukur kepada Allah SWT Yang Maha Ghafur, atas karunia yang tak
terdefinisikan nilainya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, teladan terbaik yang menjadi sumber inspirasi umat
manusia di seluruh dunia.
Terucap kata syukur atas terselesaikannya skripsi ini dari penulis, yang
menjadi sebuah karya sederhana bagai tetes kecil di lautan ilmu pengetahuan.
Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana
pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidatullah
Jakarta. Dalam skripsi ini penulis mengambil judul “Pengaru Model Pembelajaran
Sains Teknologi Masyarakat Terhadap Peningkatan Penguasaan Konsep Fisika
Pada Konsep Usaha dan Energi”. Dengan skripsi ini penulis berharap dapat
memberikan kontribusi positif untuk menambah kajian ilmu pengetahuan
khususnya dalam bidang pendidikan. Untuk itu penulis mengharapkan agar para
pembaca yang budiman berkenan memberikan kritik dan saran untuk
kesempurnaan karya ilmiah ini.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, penulis
dengan tulus ingin megucapkan terima kasih yang mendalam kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam.
3. Ibu Erina Hartanti, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Fisika.
4. Bapak Ir Mahmud Siregar, M.Si., Pembimbing I yang telah meluangkan
banyak waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan
penulis dalam penulisan skripsi ini.
5. Ibu Kinkin Suartini, M.Pd., Pembimbing II yang telah meluangkan banyak
waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis
dalam penulisan skripsi ini.
ii
6. Bapak Ibu dosen yang telah memberikan ilmu selama proses perkuliahan di
UIN Syarif Hidayatllah Jakarta Program Studi Pendidikan Fisika
7. Ayahanda Syafrizal dan Ibunda Mulyani, yang sepanjang masa memberikan
cinta dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menjadi pribadi seperti saat
ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan cinta dan kasih sayang-Nya
untuk mereka berdua.
8. Adikku tercinta Delvi Andrizal. Terima kasih telah menghadirkan semangat
dan dukungan bagi penulis. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat
dan karunia bagi kita semua.
9. Darmawati S.Ked, terimakasih atas kesabaran, doa, motivasi, dan bantuannya
yang telah diberikan kepada penulis.
10. Keluarga Besar SMP Negeri 48 Jakarta, khususnya Ibu Mami S.Pd. dan Ibu
Tuti alawiyah S.Pd., Guru IPA (fisika) yang telah banyak membantu penulis
selama penelitian dan juga siswa siswi kelas VIII-1 dan VIII-3 angkatan
2009/2010 yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data.
Tabel 3.4 Kategori Daya Pembeda........................................................... 43
Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian........................................... 49
Tabel 4.2 Rekapitulasi Nilai Kelompok Eksperimen dan Kontrol........... 50
Tabel 4.3 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Non Tes ............................. 53
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Posttest .......................................... 54
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest........................................ 55
Tabel 4.6 Hasil Analisis Uji-t................................................................... 56
1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (iptek) di Era Globalisasi saat ini
berkembang sangat pesat. Perkembangan iptek mendorong terjadinya perubahan
pola pikir manusia. Dalam hal ini ada beberapa manusia yang mengambil nilai
postif dan nilai negatif akan kemajuan iptek. Kemajuan teknologi itu sendiri tak
lepas dari perkembangan akan pengetahuan manusia mengenai apa yang mereka
alami dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan iptek dalam kehidupan sehari-
hari terutama dunia pendidikan khususnya pembelajaran IPA (fisika) sangat
berkaitan sekali. Sebagai contoh banyak sekali alat-alat yang diciptakan karena
kemajuan iptek (televise, radio, hp, dll). Banyaknya alat-alat yang ada dalam
kehidupan sehari-hari karena adanya kemajuan iptek perlu diimbangi dengan
pengetahuan awal siswa mengenai sains (fisika) sehingga siswa dapat memahami
akan fungsi teknologi. Pada saat ini banyak sekali penyalahgunaan kemajuan
iptek yang dilakukan oleh siswa, karena itu diperlukan pengetahuan awal siswa
mengenai sains.
Tidak hanya itu, dalam proses pembelajaran biasanya guru hanya
menjelaskan IPA sebatas produk (yang sudah ada) dan sedikit proses tanpa
pembuktian. Salah satu alasan yang menyebabkan adalah banyaknya materi yang
harus dibahas dan diselesaikan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Padahal,
dalam membahas IPA tidak cukup hanya menekankan pada produk, tetapi yang
lebih penting adalah proses untuk membuktikan atau mendapatkan suatu teori atau
hukum. Oleh karena itu, metode, pendekatan dan alat peraga/praktikum sebagai
alat media pendidikan untuk menjelaskan IPA sangat diperlukan. Tujuan
pembelajaran IPA di SMP secara umum adalah agar siswa memahami konsep IPA
dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari, memiliki keterampilan tentang
alam sekitar untuk mengembangkan pengetahuan tentang proses alam sekitar,
mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala alam dan
2
mampu menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah yang ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari.
Perkembangan sains dan teknologi serta perubahan kondisi masyarakat
yang sangat pesat ini mengharuskan para guru meningkatkan kemampuan dan
mengembangkan keahliannya. Kini tugas guru semakin kompleks dan menantang,
sehingga selalu dituntut untuk mengembangkan kemampuannya, baik secara
individu maupun kelompok. Tugas utama seorang guru adalah membantu siswa
dalam belajar, yakni berupaya menciptakan situasi dan kondisi yang
memungkinkan terjadinya proses pembelajaran.
Paradigma baru dalam pembelajaran sains adalah pembelajaran dimana
siswa tidak hanya dituntut untuk lebih banyak mempelajari konsep-konsep dan
prinsip-prinsip sains secara verbalistis, hafalan, pengenalan rumus-rumus, dan
pengenalan istilah-istilah melalui serangkaian latihan secara verbal, namun
hendaknya dalam pembelajaran sains, guru lebih banyak memberikan pengalaman
kepada siswa untuk lebih memotivasi siswa agar dapat menggunakan pengetahuan
tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Namun pada kenyataannya masih
banyak guru tidak memperhatikan hal tersebut sehingga siswa tidak paham
tentang kosep yang dipelajari.
Melihat kondisi yang cukup memprihatinkan tersebut, agaknya para
pemerhati maupun praktisi dunia pendidikan di Indonesia dituntut untuk segera
melakukan upaya perbaikan. Dalam hal ini, penulis mencoba mengangkat salah
satu pendekatan pembelajaran dalam IPA yaitu Model Sains-Teknologi-
Masyarakat (STM). Model Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan suatu
gerakan reformasi dalam pembelajaran sains di sekolah, sebagai upaya membuat
warga negara melek sains dan teknologi (science and technological literacy) yang
telah dimulai sejak dua decade yang lalu di negara-negara yang telah maju. Di
Amerika Serikat misalnya, pendekatan STM muncul sebagai upaya nyata
reformasi dalam pengajaran sains di sekolah (Yager, 1993b-c; 1992b; 1991).1
1 La Maronta Golib, Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dalam Pembelajaran Sainsdi Sekolah, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 034 Tahun ke-8, Januari 2002, h. 39.
3
Untuk itu pembelajaran sains dengan menggunakan pendekatan STM dapat
mengantisipasi beberapa hal pokok dalam membekali peserta didik, diantaranya :2
a)menghindari ‘materi oriented’ dalam pendidikan tanpa tahumasalah-masalah di masyarakat secara lokal, nasional, maupuninternasional, b) mempunyai bekal yang cukup bagi peserta didikuntuk menyongsong era globalisasi, c) peserta didik mampumenjawab dan mengatasi setiap masalah yang berkaitan dengankelestarian bumi, isu-isu sosial, isu-isu global, misalnya masalahpencemaran, pengangguran, kerusuhan sosial, dampak hasilteknologi dan lain-lainnya hingga pada akhirnya bermuaramenyelamatkan bumi, dan d) Membekali peserta didik dengankemampuan memecahkan masalah-masalah dengan penalaransains, lingkungan, teknologi, sosial secara integral, baik di dalammaupun di luar kelas.Model STM dimaksudkan untuk menjembatani kesenjangan antara
kemajuan IPTEK, membanjirinya informasi ilmiah dalam dunia pendidikan, dan
nilai-nilai IPTEK itu sendiri dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Dengan
model STM ini diharapkan siswa memilki landasan untuk menilai pemanfaatan
teknologi baru dan implikasinya terhadap lingkungan dan budaya ditengah
derasnya arus pembanguan pada era globalisasi. Siswa dibiasakan untuk bersikap
peduli akan masalah-masalah sosial dan lingkungan yang berkaitan dengan
IPTEK.3
Pembelajaran STM dalam pembelajaran sains merupakan perekat yang
mempersatukan sains, teknologi dan masyarakat . Isu-isu sosial dan teknologi di
masyarakat merupakan karakteristik kunci dari STM.4 Isu-isu tersebut dipakai
sebagai titik acuan oleh guru untuk merancang dan mengimplementasikan
program pembelajaran. Melihat dasar pijakan pengembangan model STM
tersebut, maka tidak berlebihan kiranya jika model STM dalam pembelajaran IPA
layak dimunculkan sebagai upaya penguasaan konsep peserta didik. Hal ini bisa
2 http://ilmuwanmuda.wordpress.com/pembelajaran-fisika-dengan-pendekatan-sets/Diakses, tanggal 01 Maret 2010
3 Rusmansyah dan Yudha Irhasyuarna, Implementasi Pendekatan STM dalam PembelajaranKimia di SMUN Kota Banjarmasin, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 040 Th ke-9 Januari2003, h. 114.
4 Rai Sujanem, Penerapan Bahan Ajar yang Berwawasan Pendekatan STM Sebagai UpayaUntuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Praktikum Fisika Dasar, Sikap Ilmiah, Literasi Sainsdan Teknologi Mahasiswa Pendidikan MIPA STKIP Singaraja, Aneka Widya IKIP NegeriSingaraja No. 1 Th. XXXV Januari 2002, h. 124.
dilihat dari hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada seorang guru dan murid
dimana menurut guru ketika mengajar fisika lebih dari 50% murid tersebut tidak
paham mengenai pelajaran tersebut, tetapi ketika guru tersebut menggunakan
model sains teknologi masyarakat dalam proses pembelajaran murid lebih
termotifasi lagi untuk mendalami fisika. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan
murid, ketika guru tersebut menerapkan pendekatan sains teknologi masyarakat
murid jadi mengerti apa fungsi pembelajaran tersebut dan aplikasi apa saja yang
ada di masyarakat ketika belajar fisika.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan di atas,
maka penulis merasa tertarik untuk membahas dan mengangkat masalah tersebut
menjadi sebuah judul skripsi yaitu: “Penerapan Model Pembelajaran Sains
Teknologi dan Masyarakat untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa
pada Topik Usaha dan Energi.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
dapat diidentifikasi adanya beberapa masalah sebagai berikut:
1. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang tidak diimbangi
dengan pengetahuan awal siswa mengenai sains (fisika) sehingga siswa
kurang memahami akan fungsi teknologi.
2. Sebagian besar guru belum mampu menciptakan suasana pembelajaran yang
menarik dan menyenangkan, sehingga siswa kurang termotivasi dan merasa
bosan dalam belajar fisika.
3. Proses pembelajaran fisika lebih menekankan pada pencapaian tuntutan
kurikulum dan penyampaian materi semata, sehingga menyebabkan
rendahnya penguasaan konsep fisika siswa.
C. Pembatasan Masalah
Untuk memokuskan masalah dari penelitian ini, dilakukan pembatasan
masalah sebagai berikut.
5
1. Model pembelajaran yang digunakan dalam eksperimen ini adalah model
sains teknologi masyarakat (STM)
2. Penguasaan konsep yang dimaksud disini adalah dilihat dari hasil belajar pada
ranah aspek kognitif pada tingkatan C1 sampai C5. Pada konsep Usaha dan
Energi.
3. Motivasi siswa yang diukur meliputi kesenangan belajar, rasa ingin tahu, dan
berusaha untuk berprestasi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, permasalahan pada penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah peningkatan penguasaan konsep
siswa setelah penerapan model STM pada pembelajaran konsep energi dan
usaha?”
Pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian ini adalah :
1 Bagaimana penguasaan konsep siswa pada topik Usaha dan Energi sebelum
dan setelah penerapan model pembelajaran STM?
2 Bagaimana motivasi siswa setelah diterapkan model pembelajaran STM pada
topik Usaha dan Energi?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan penguasaan konsep siswa
setelah diterapkan model STM dalam topik Usaha dan Energi.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Bagi peneliti; dapat mengembangkan wawasan tentang model pembelajaran
fisika khususnya model STM serta memberikan pengalaman dalam melakukan
penelitian.
2. Bagi peserta didik; dapat membantu meningkatkan penguasaan konsep pada
topik Usaha dan Energi melalui pembelajaran dengan model STM.
6
3. Bagi guru; dapat memberikan alternatif model pembelajaran yang dapat
mengaitkan antara fenomena atau isu di masyarakat tentang masalah teknologi
dan sosial yang relevan dengan konsep-konsep fisika.
7
7
BAB II
KAJIAN TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN PERUMUSAN
HIPOTESIS
A. Kajian Teoretis
1. Model Sains, Teknologi, dan Masyarakat (STM) dalam Pembelajaran
Fisika
a. Pengertian STM
Model sains teknologi masyarakat sebagai suatu program pendidikan
untuk pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahu 1985. pada tahun
1986, model STM mulai diperkenalkan di Program Pasca Sarjana IKIP
Bandung, sebagai salah satu mata kuliah. Sedangkan penelitian di kelas baru
dilaksanakan pada tahun 1994.1 Sains teknologi masyarakat sebagai suatu
perubahan yang utama di dalam pendidikan ilmu pengetahuan.2 Jadi, dalam
pendidikan ilmu pengetahuan sains teknologi masyarakat merupakan suatu
proses pembelajaran yang dapat mengubah cara berpikir siswa.
Istilah Sains Teknologi Masyarakat diterjemahkan dari bahasa Inggris
“Science Techology Society (STS)”, yaitu pada awalnya dikemukakan oleh
John Ziman dalam bukunya Teaching and Lerning about Science and Society.
Pembelajaran Science Technology Society berarti menggunakan teknologi
sebagai penghubung antara sains dan masyarakat.3 jadi, dalam pembelajaran
menggunakan sains teknologi masyarakat bahwa teknologi dapat digunakan
sebagai penghubung/penerapan antara sains dan masyarakat sehingga siswa
dapat memahami apa yang telah dipelajari.
1 Anna Poedjiadi, Sains Teknologi Masyarakat, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005).h. 111.
2 Elif Bakar, dkk, Preservice Science Teachers Belifes About Science-Technology And TheirImpilication In Society, Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education,Volume 2, Number 3, December 2006. h. 19.
3 Anna Poedjiadi, Op.Cit., h. 99.
8
Menurut James E. Hollenbeck, STS means teaching and learning in the
context of human experience.4 STM dipandang sebagai proses pembelajaran
yang senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman manusia. Dalam model
ini siswa diajak untuk meningkatkan kreatifitas, sikap ilmiah, menggunakan
konsep, dan proses sains dalam kehidupan sehari-hari.5 Definisi lain tentang
STM dikemukakan oleh PENN STATE dalam Sabar Nurohman bahwa STM
merupakan “an interdisciplinary approach which reflects the widespread
realization that in order to meet the increasing demands of a technical society,
education must integrate across disciplines”. 6 Dengan demikian,
pembelajaran dengan model STM haruslah diselenggarakan dengan cara
mengintegrasikan berbagai disiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai
hubungan yang terjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini
berarti bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi
masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap hubungan-
hubungan tersebut menjadi bagian yang penting dalam pengembangan
pembelajaran di era sekarang ini. Menurut Robert E. Yeger ada 5 bidang
dalam model pembelajaran, yaitu: 1) konsep, 2) proses, 3) aplikasi, 4)
kreativitas, dan 5) sikap.7
Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa model
STM adalah suatu pembelajaran yang dimaksudkan untuk mengetahui, dimana
ilmu (sains) dapat menghasilkan teknologi untuk perbaikan lingkungan
sehingga bermanfaat bagi masyarakat, dan bagaimana situasi sosial atau isu
yang berkembang di masyarakat mengenai lingkungan dan teknologi
mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi, yang memberikan
sumbangan terbaru bagi ilmu pengetahuan.
4 James Edward Hollenbeck,(1998) Scince, Technology and Society:an AmericanApproach to Environmental Education in Practice in Lowa Schools, (Europe: A PlenaryPresentation to the Foundation for Environmental), h. 6.
5 Glen S. Aikenhead, Research Into STS Science Education, (Canada : University ofSasakatchewan 2005),. 385.
6 Sabar Nurohman, Penerapan Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat (STM) DalamPembelajaran IPA Sebagai Upaya Peningkatan Life Skills Peserta Didik, (Pendidikan FisikaFMIPA UNY).
7 Robert E. Yeger, Assessment Results with the Science/Technology/Society Approach,Oktober 1999,. h. 35
9
b. Model STM pada Pendekatan Konstruktivisme
Model STM merupakan sebuah model pembelajaran yang merujuk
pada pendekatan konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan cara belajar
yang menekankan peranan siswa dalam membentuk pengetahuannya
sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator yang membantu keaktifan
siswa tersebut dalam membentuk pengetahuannya.8 Teori yang dikenal dengan
constructivist theories of leraning menyatakan bahwa siswa harus menemukan
sendiri dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru
dengan aturan-aturan lama dan merevisi aturan-aturan itu apabila tidak lagi
sesuai. 9
Perkembangan konstruktivisme dalam belajar tidak terlepas dari usaha
keras Jean Piaget dan Vygotsky. Kedua tokoh ini menekankan bahwa
perubahan kognitif kearah perkembangan terjadi ketika konsep-konsep yang
sebelumnya sudah ada mulai bergeser karena ada sebuah informasi baru yang
diterima melalui proses ketidakseimbangan (dissequilibrium). Selain itu, Jean
Piaget dan Vygotsky juga menekankan pada pentingnya lingkungan sosial
dalam belajar dan dengan menyatakan bahwa integrasi kemampuan dalam
belajar kelompok akan dapat meningkatkan pengubahan secara konseptual.
Hakekat dari teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa harus
menjadikan informasi itu miliknya sendiri. Pengetahuan tidak dapat begitu
saja dipindahkan dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain (siswa).
Siswa sendiri yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan
menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka. Tanpa pengalaman,
seseorang tidak dapat membentuk pengetahuan. Pengalaman disini tidak harus
pengalaman fisik, tetapi bisa diartikan juga pengalaman kognitif dan mental.
Banyaknya siswa yang salah menangkap apa yang diajarkan oleh gurunya
(misconseptions), menunjukkan bahwa pengetahuan itu tidak dapat begitu saja
8Pristiadi Utomo, Pembelajaran Fisika dengan pendekatan SETS. http.//IlmuanMuda.Wordpress.com. Diakses tanggal 24 Februari 2010.
9 Muhammad Faiq Dzaki, Teori Konstruktivisme,http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/teori-konstruktivisme_06.html.
10
dipindahkan, melainkan harus dikonstruksikan atau paling sedikit
diinterpretasikan sendiri oleh siswa.
Selama dua puluh tahun terakhir ini, konstruktivisme telah banyak
diterapkan di Amerika, Eropa dan Australia. Prinsip-prinsipnya adalah sebagai
berikut, yaitu a) pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara
personal maupun sosial, b) pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke
murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk bernalar, c) siswa
aktif mengkonstruksi terus-menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep
menuju konsep yang lebih rinci, lengkap sesuai dengan konsep ilmiah, dan d)
guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses
konstruksi siswa berjalan mulus.10
Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran menurut konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan
siswa dalam mengkoordinasikan pengalaman mereka dengan cara
mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui interaksi dengan
lingkungannya. Tujuan pendidikan konstruktivisme adalah menghasilkan
individu yang memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan tiap
persoalan yang dihadapi
Berdasarkan masalah atau isu di masyarakat yang ditemukan oleh
siswa, guru mengarahkan dengan suatu pendekatan dalam pembelajaran
sehingga siswa dapat mengkontruksi pengetahuannya sendiri, misalnya
dengan eksperimen atau diskusi. Dengan cara ini guru telah menerapkan
paham konstruktivisme dalam pembelajaran, yang dewasa ini sedang diminati
para pendidik dan dijadikan dasar pembelajaran melalui model STM.
c. Tujuan Model STM
Berdasarkan pengertian STM sebagaimana diungkapkan di bagian
sebelumnya, maka dapat diungkapkan bahwa yang menjadi tujuan model
STM adalah untuk menghasilkan lulusan yang cukup mempunyai bekal
pengetahuan sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-
masalah dalam masyarakat dan sekaligus dapat mengambil tindakan
sehubungan dengan keputusan yang diambilnya (NSTA, 1991).11 Menurut
Zudan K. Prasetyo, salah satu tujuan dari model STM adalah agar sekolah
mengacu pada kurikulum yang dikaitkan dengan masalah-masalah sehari-hari
yang ada di masyarakat sebagai dampak dari penerapan teknologi.12
Menempatkan pembelajaran sains dalam suatu konteks lingkungan dan
kehidupan masyarakat yang dikaitkan dengan teknologi akan membuat sains
dan teknologi lebih dekat dan relevan dengan kehidupan nyata semua siswa.
Tujuan utama pendidikan sains dengan model STM adalah Mempersiapkan
siswa menjadi warga negara dan warga masyarakat yang memiliki suatu
kemampuan dan kesadaran untuk:
1) Menyelidiki, menganalisa, memahami, dan menerapkan konsep-
konsep/prinsip-prinsip dan proses sains dan teknologi pada situasi nyata.
Dalam hakikatnya pembelajarn model STM terutama dalam fisika
adalah suatu pembelajaran yang mengaitkan antara isu/masalah yang ada
dalam keterkaitannya antara sains, teknologi dan masyarakat. Untuk itu dalam
model pembelajaran ini siswa diharapkan mampu menelidiki, menganalisi dan
memahami isu/masalah tersebut.
2) Melakukan perubahan.
Pembelajaran model STM merupakan model pembelajaran yang
menjembatani anata sains, teknologi, dan masyarakat sehingga dengan adanya
model pembelajaran ini siswa mampu melakukan perubahan dalam
pembelajaran sehari-hari terutama pmata pelajaran fisika.
3) Membuat keputusan-keputusan yang tepat dan mendasar tentang
isu/masalah-masalah yang sedang dihadapi yang memiliki komponen sains
dan teknologi.
11 Purwanto,(2008) Upaya Mengembangkan Kecerdasan Majemuk (Multiple Inelligences)Peserta Didik SMK Melalui Penerapan Pendekatan STM Dalam Pembelajaran Fisika,(Yogyakarta, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta), h. 6.
12 Zhudan k. Prasetyo,(2006) Kapita Selekta Pembelajaran Fisika, (Jakarta: UniversitasTerbuka, 2006), h. 4.32.
12
Dalam pembelarannya siswa diusahakan mampu mengambil keputusan
mengenai isu/masalah-masalah yang ada dalam kaitannya dengan sain
teknologi masayarakat.
4) Merencanakan kegiatan-kegiatan baik secara individu maupun kelompok
dalam rangka pengambilan tindakan dan pemecahan isu-isu atau masalah-
masalah yang sedang dihadapi.
Perencanaan kegiatan dalam pengambilan keputusan dapat dilakukan
baik secara individu maupun secara kelompok sehingga nantinya siswa dapat
memahami mata pelajaran tersebut dan dapat menerapkannya di lingkungan
kehidupan sehari-hari.
5) Bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan dan tindakannya.13
Berdasarkan beberapa pandangan tersebut, maka dapat disederhanakan
bahwa model STM dikembangkan dengan tujuan agar: 1) peserta didik
mampu menghubungkan realitas sosial dengan topik pembelajaran di dalam
kelas, 2) peserta didik mampu menggunakan berbagai jalan/prespektis untuk
menyikapi berbagai isu/situasi yang berkembang di masyarakat berdasarkan
pandangan ilmiah, dan 3) peserta didik mampu menjadikan dirinya sebagai
warga masyarakat yang memiliki tanggungjawab sosial.
d. Karakteristik Model STM
Berdasarkan dengan tujuan model STM, Heath seperti yang di kutip
oleh La Maronta Golib menyatakan bahwa secara operasional pembelajaran
dengan model STM memiliki karakteristik, yaitu:
1) Diawali dengan isu-isu/masalah-masalah yang sedang beredar serta
relevan dengan ruang lingkup isi/materi pelajaran dan perhatian, minat, atau
kepentingan siswa.
2) Mengikutsertakan siswa dalam pengembangan sikap dan keterampilan
dalam pengambilan keputusan serta mendorong mereka untuk
mempertimbangkan informasi tentang isu-isu sains dan teknologi.
13 La Maronta G, (2002) Pendekatan STM dalam Pembelajaran Sains di Sekolah, JurnalPendidikan dan Kebudayaan, h. 47.
13
3) Mengintegrasikan belajar dan pembelajaran dari banyak ruang lingkup
kurikulum
4) Memperkembangkan literasi sains, teknologi , dan sosial.14
Menurut Yager dalam Hidayat seperti yang dikutip oleh ArnieFajar program STM pada umumnya memiliki karakteristik/ciri-ciri sebagai berikut: 1) identifikasi masalah-masalah setempatyang memiliki kepentingan dan dampak, 2) penggunaansumber daya setempat untuk mencari informasi yang dapatdigunakan dalam memecahkan masalah, 3) keikutsertaan yangaktif dari siswa dalam mencari informasi yang dapat diterapkanuntuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari, 4) Fokus kepada dampak sains dan teknologi terhadapsiswa, 5) suatu pandangan bahwa isis daripada sains bukanhanya konsep-konsep saja yang harus dikuasi siswa dalam tes,6) penekanan pada kesadaran karir yang berkaitan dengan sainsdan teknologi, 7) kesempatan bagi siswa untuk berperansebagai warga negara dimana ia mencoba untuk memecahkanisu-isu yang telah diidentifikasi, dan 8) identifikasi bagaimanasains dan teknologi berdampak dimasa depan.15
Model STM dalam pembelajaran IPA merupakan perekat yang
mempersatukan sains, teknologi, dan masyarakat. Isu-isu sosial dan teknologi
yang terdapat di masyarakat merupakan karakteristik kunci dari model STM.16
Melalui model STM, para siswa belajar IPA dalam konteks pengalaman nyata,
yang mencakup penerapan sains dan teknologi.Bentuk korelasi hubungan
timbal balik antar unsur-unsur sains-teknologi-masyarakat dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar 2.1 Interaksi sains-teknologi-masyarakat17
14 Ibid., h. 51.15 Arnie Fajar, Portofolio Dalam Pembelajaran IPS, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya
2004). h. 25-2616 I Wayan Sadia, Pengembangan Buku Ajar IPA Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP) Berwawasan Sains-Teknologi-Masyarakat, (Singaraja: Aneka Widya, 1999) h. 26.17 La Maronta G, Loc.Citt.,
14
Gambar di atas menunjukkan bahwa sains, teknologi, dan masyarakat
sangat erat hubungannya. Siswa berinteraksi dengan lingkungan sosial
(masyarakat), lingkungan alam (dipelajari dengan sains), dan lingkungan
buatan (teknologi). Teknologi ini diciptakan oleh manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Teknologi dan sains saling melengkapi, sebab sains
merupakan pengetahuan yang sistematis tentang alam dimana manusia hidup
sedangkan teknologi merupakan metode sistematis yang dilakukan manusia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dari beberapa karakteristik di atas, dapat disimpulkan bahwa
karakteristik utama model STM adalah pengungkapan masalah atau isu sosial
teknologi diawal pembelajaran. Pembelajaran mengutamakan keaktifan siswa
sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilisator saja. Pengungkapan
permasalahan di awal pembelajaran dapat membantu siswa mengkonstruksi
pengetahuan serta mengenalkan peranan sains dalam kehidupan kepada siswa.
Dengan menganalisis permasalahan yang dihadirkan, diharapkan siswa dapat
membuat suatu keputusan. Belajar dari suatu yang nyata akan membentuk
siswa memahami materi pelajaran. Robert E Yager dan Rustaman Roy
mengemukakan 4 perbandingan kontras antara STM yang dikemukakan oleh
NSTA terhadap pengajaran tradisional seperti terlihat pada tebel 2.118
Tabel 2.1 Perbedaan Model Pembelajaran STM
dengan Model Pembelajaran Tradisional
No Model Pembelajaran STM Model Pembelajaran Tradisional1 Identifikasi masalah dengan
minat/pengaruh yang kuat terhadappembelajaran
Pembelajaran menggunakan bukuteks
2 Menggunakan sumber daya lokaluntuk mengatasi masalah
Menggunakan buku teks dalammengatasi masalah
3 Siswa dengan aktif mencari informasi Siswa bersikap pasif dalampembelajaran
4 Pusat pembelajaran siswa ada padadiri pribadi serta keingintahuan yangkuat
Pusat pembelajaran siswa hanyapada informasi yang diberikan
18 Robert E. Yager and Rustam Roy, STS: Most Pervasive and Most Radical of ReformAppoarches to “Science” Education, The University of Lowa and Pennsylvania State University,2000. h. 9.
15
Rumansyah dan Irhasyuarna merangkum perbedaan antara
pembelajaran sains dengan pendekatan STM dan pembelajaran sains lainnya
seperti terlihat pada tabel 2.2. 19
Tabel 2.2 Perbedaan Pembelajaran Model STM
dengan Pembelajaran Sains Lainnya
No.Pembelajaran pendekatan STM
Pembelajaran sains
lainnya
1. Sesuai dengan kurikulum dan berkaitan
dengan permasalahan yang dihadapi
masyarakat serta berusaha menjawab
permasalahan tersebut.
Konsep berasal dari teks
sesuai kurikulum
2. Multidisipliner, melibatkan berbagai aspek
dan keilmuan dalam pembelajarannya
Monodisipliner dan
diajarkan secara terpisah
3. Topik /arah /fokus ditentukan siswa atau oleh
isu /masalah yang ada di lingkungan sekitar
Topik /arah /fokus
ditentukan oleh guru
4. Pembelajaran dimulai dengan aplikasi sains
(teknologi) dalam masyarakat
Pembelajaran dimulai dari
konsep, prinsip, kemudian
contoh
5. Guru berperan sebagai fasilisator Guru sebagai pemberi
informasi
6. Menggunakan sumber daya yang ada di
lingkungan
Menggunakan sumber daya
yang ada di sekolah
7. Tugas utama siswa adalah mencari,
mengolah dan menyimpulkan
Tugas utama siswa adalah
memahami isi buku teks
e. Tahap Pembelajaran STM
Model STM terdiri dari serangkaian tahap pembelajaran.
Keterlaksanaan setiap tahap sangat mendukung dan menentukan keberhasilan
pembelajaran secara keseluruhan. Pembelajaran STM banyak menggunakan
19 Rumansyah dan irhasyuarna, Prospek Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) Dalam pembelajaran Kimia Di Kalimantan Selatan , Jurnal Pendidikan danKebudayaan. No. 029 Tahun Ke-7,, h. 195.
16
sumber belajar yang ada dimasyarakat yang berhubungan dengan materi dan
permasalahan teknologi yang akan dikaji. Pembelajaran bersifat fleksibel
karena guru leluasa untuk menerapkan berbagai strategi dan metode belajar.
Hal ini memungkinkan pendekatan STM melatih pola pikir yang divergen,
kerja kelompok diskusi kelas yang berpusat pada siswa, pemecahan masalah,
simulasi, pengambilan keputusan, dan debat dengan menggunakan sumber
belajar yang ada di masyarakat. Tahapan pembelajaran STM pada model STM
terdiri dari:
1. Pendahuluan
Tahap ini membedakan STM dengan pendekatan pembelajaran yang
lainnya. Pada tahap ini dikemukakan isu atau masalah yang ada di masyarakat.
Siswa diharapkan dapat menggali masalah sendiri, namun apabila guru tidak
mendapatkan tanggapan dari siswa, maka masalah dapat saja dikemukakan
oleh guru. Guru memfasilitasi siswa untuk lebih mendalami permasalahan.
Dalam tahap ini guru melakukan apersepsi berdasarkan kenyataan yang
dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari. Guru dapat juga melakukan
eksplorasi melalui pemberian tugas untuk melakukan kegiatan diluar kelas
secara berkelompok. Pengungkapan masalah pada awal pembelajaran
memungkinkan siswa mengkonstruksi pengetahuannya sejak awal.
Selanjutnya kostruksi pengetahuan ini akan terus dibangun dan dikokohkan
pada tahap pembentukan dan pemantapan konsep.
2. Pembentukan konsep
Pada tahap pembentukan konsep guru dapat melakukan berbagai
metode pembelajaran misalnya demonstrasi, diskusi, bermain peran, dan
sebagainya. Pendekatan STM juga memungkinkan diterapkannya berbagai
pendekatan seperti pendekatan ketrampilan proses, pendekatan sejarah,
pendekatan kecakapan hidup, dan pendekatan lainnya. Selama melakukan
berbagai aktivitas pada tahap pembentukan konsep siswa diharapkan
mengalami perubahan konsep menuju arah yang benar sampai pada akhirnya
konsep yang dimiliki sesuai dengan konsep para ilmuwan. Pada akhir tahap
17
pembentukan konsep, siswa telah dapat memahami apakah analisis terhadap
masalah yang disampaikan pada awal pembelajaran telah sesuai dengan
konsep para ilmuwan.
3. Aplikasi konsep
Berbekal pemahaman konsep yang benar siswa diharapkan dapat
menganalisis isu dan menemukan penyelesaian masalah yang benar. Konsep-
konsep yang telah dipahami siswa dapat menggunakan produk teknologi
listrik dengan benar karena menyadari bahwa produk-produk listrik tersebut
berpotensi menimbulkan kebakaran atau bahaya yang lain, misalnya bahaya
akibat terjadinya hubungan arus pendek. Contoh yang lain siswa menjadi
hemat dalam menggunakan beraneka sumber energy. Dalam kehidupan sehari-
hari setelah mengetahui terbatasnya energy saat ini.
4. Pemantapan Konsep
Pada tahap ini, guru melakukan pelurusan terhadap konsepsi siswa
yang keliru. Pemantapan konsep ini penting untuk dilakukan mengingat sangat
besar kemungkinan guru tidak menyadari adanya kesalahan konsepsi pada
tahap pembelajaran sebelumnya. Pemantapan konsep penting sebab
mempengaruhi retensi materi siswa.
5. Evaluasi
Kegiatan penilaian dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan
belajar dan hasil belajar yang telah diperoleh siswa. Berbagai kegiatan
penilaian dapat dilakukan mengingat beragamnya hasil belajar yang diperoleh
Aplikasi konsep dalamkehidupan: penyelesaianmasalah atau analisis isu
Penilaian
Pemantapankonsep
Pemantapan konsep
Pemantapan konsep
Isu/masalah
Alur pembelajaran STM dapat dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini.20
Gambar 2.2. Model Pembelajaran STM (Poedjiadi, A. 2006)
Jadi, tujuan yang ingin dicapai dari model STM dalam pembelajaran
adalah model interdisiplin ilmu dalam pembelajaran sains, memberikan siswa
pengetahuan tentang keadaan dunia yang sebenarnya, memberikan
kesempatan siswa untuk membentuk pemahaman yang kritis tentang
hubungan sains, teknologi dan masyarakat, dan mengembangkan kapasitas
dan kepercayaan diri siswa untuk mengaplikasikan sains dalam kehidupan
sehari-harinya.
20 Anna Poedjiadi, Sains Teknologi Masyarakat, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,2005). h. 126.
19
2. Konsep
a. Pengertian Konsep dalam Pembelajaran
Mempelajari fisika pada dasarnya menguasai kumpulan hukum, teori,
prinsip dan tau rumus yang terbangun oleh konsep sesuai kajiannya. Konsep
merupakan buah pemikiran seseorang yang dinyatakan dalam definisi
sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum dan teori.
Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman melalui generalisasi dan
berpikir abstrak.21 Jadi, konsep disini merupakan sesuatu yang nyata sehingga
nantina siswa dapat memahami pembelajaran tersebut.
Dua tujuan utama dari pendidikan adalah meningkatkan ingatan dan
transfer. Ingatan didefinisikan sebagai kacakapan untuk menerima,
menyimpan dan menerima kesan-kesan.22 Sedangkan transfer dalam belajar
atau yang lazim disebut transfer belajar (transfer of learning) mengandung arti
pemindahan keterampilan hasil belajar dari satu situasi kesituasi lainnya
(Reber 1998).23 Kata “pemindahan keterampilan” tidak berkonotasi hilangnya
keterampilan melakukan sesuatu pada masa lalu karena diganti dengan
keterampilan baru pada masa sekarang. Oleh sebab itu, definisi diatas harus
dipahami sebagai pemindahan pengaruh keterampilan melakukan sesuatu
terhadap tercapainya keterampilan melakukan sesuatu lain.24
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ingatan merupakan
suatu kemampuan untuk mengingat atau memanggil kembali materi yang telah
diperoleh dengan cara yang hampir sama seperti saat belajar, sedangkan
transfer adalah kemampuan menggunakan materi yang telah diperoleh untuk
memecahkan masalah baru, menjawab pertanyaan baru atau untuk
mempermudah mempelajari materi baru.
Konsep merupakan dasar bagi proses-proses untuk memecahkan
masalah. Menurut Sutarto, konsep secara sederhana dapat dimengerti sebagai
katagaori suatu rangsangan (stimulus) berdasarkan atribut-atribut yang
21 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 71.22 Ibid, h. 128.23 Muhibbin Syah, PsikologiBelajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 159.24 Ibid.
20
dimilikinya.25 Dengan terkonsepnya rangsangan oleh siswa dengan baik
diharapkan siswa dengan mudah menemui dan memunculkan kembali dalam
bentuk konsep pada situasi dan kondisi yang lain. Jadi, konsep dapat diartikan
menurut penulis sebagai sesuatu fakta, peristiwa dan pengalaman melalui
generalisasi yang merupakan sesuatu gagasan atau ide.
Penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi bertujuan untuk
mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan (content
objectives) berupa materi-materi esensial sebagai konsep kunci dan prinsip
utama. Konsep kunci dan prinsip utama keilmuan tersebut harus dimilki dan
dikuasai siswa secara tuntas, bukan hanya dalam bentuk hafalan.26
Kemampuan individu dalam mengkonsep rangsangan baru memiliki
tingkatan yang berbeda-beda, yang disebut tingkatan pencapaian konsep.
Klausimer mengkategorikan tingkat pencapaian konsep menjadi 4 (empat)
yaitu : tingkat konkrit, tingkat identitas, tingkat klasifikatoris dan tingkat
formal.27
1) Tingkat konktir, yaitu tingkat menghafal hingga diskriminasi,pada tingkat ini individu akan merespon rangsangan bilarangsangan telah dikenal sebelumnya.2) Tingkat identitas, pada tingkat ini individu telah dapatmerespon rangsangan baru berdasarkan konsep-konseprangsangan sejenis yang telah dikenal sebelumnya.3) Tingkat klasifikatoris, pada tingkat ini individu akan nampaktelah dapat mengenal kesetaraan dua atau lebih rangsangan yangberbeda dari kelas yang sama, walaupun pada saat itu merekabelum dapat menentukan criteria atribut atau menentukan namakonsep rangsangan tersebut.4) Tingkat formal, pada tingkat ini individu sudah memilikikemampuan untuk menentukan atribut-atribut yang membatasikonsep suatu rangsangan, dengan demikian pada tingkat inimereka mampu mengkonsep, mendeskriminasi, memberi namaatribut-atribut, dan mengevaluasi rangsangan.
25 Sutarto, Buku Ajaran Fisika dengan Tugas Analisis Foto Kejadian Fisika sebagai AlatBantu Penguasaan Konsep Fisika, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 11 (054), 2005, h. 327
26 Ahmad Sofyan, Tonih Feronika dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPABerbasisi Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press), h. 14.
27 Sutarto, Op.Cit.,h. 332.
21
Penguasaan konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
penguasaan konsep dalam ranah kognitif berdasarkan taksonomi Bloom
yang merupakan penguasaan bahan pelajaran yang berkenaan dengan
kemampuan berfikir setelah pembelajaran.
Bloom dan kawan-kawannya seperti yang dikutip oleh Suharsimi
Arikunto menyusun konsep taraf kompetensi kognitif ke dalam enam jenjang
atau tingkatan yang kompelksitasnya bertingkat.28
1. Mengingat berupa kemampuan untuk mempelajari fakta serta mengingat
kembali materi-ide-prinsip yang sudah dipelajari,
2.Pemahaman berupa kemampuan untuk menjelaskan ide dan konsep,
3.Penerapan yaitu kemampuan menggunakan materi yang sudah dipelajari
dalam situasi baru dan dunia nyata,
4.Menganalisa berupa kemampuan untuk menguraikan materi kedalam
bagian-bagian dan melihat hubungannya termasuk klasifikasi analisa dan
membedakan bagian-bagian,
5.Sintesis berupa kemampuan untuk menyesuaikan keputusan atau
serangkaian tindakan,
6.Evaluasi adalah kemampuan untuk membangkitkan produk baru, ide atau
cara pandang terhadap sesuatu.
Cara paling objektif untuk memperoleh kebenaran suatu konsep adalah
dengan menggunakan metode ilmiah. Suatu konsep dikatakan objektif jika
dapat dikonfirmasikan dengan kenyatannya, artinya symbol yang ada dalam
konsep tersebut dapat dileusuri keberadaanya di alam nyata.29 Dari beberapa
pengertian di atas, penguasaan konsep dapat diartikan kemampuan mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, dan menilai ide atau buah piker
seseorang atau sekelompok orang tentang alam nyata yang diperolehnya dari
fakta peristiwa, dan pengalaman.
28 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Bumi Aksara2006),. h. 117-120
29 http://pkab.wordpress.com/2008/06/21/discovery-inquiry-sts-fisika/Di akses tanggal 20 April 2009
mencapai tujuan yang terletak diluar hal yang dipelajarinya. Misalnya, untuk
mencapai angka tinggi, diploma, gelar, dan sebagainya.38
Perlu ditegaskan bahwa motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang
tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan
agar anak didik mau belajar. Hal ini disebabkan karena kemungkinan besar
keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah dan juga mungkin komponen komponen
lain dalam proses pembelajaran ada yang kurang menarik bagi siswa sehingga
diperlukan motivasi intrinsik.
Berdasarkan penjelasan macam-macam motivasi belajar di atas, baik
motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik, kedua-duanya merupakan
pendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas atau kegiatan yang timbul
karena adanya kebutuhan untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Namun,
tentunya agar aktifitas dalam belajar tersebut memberikan kepuasan atau ganjaran
di akhir kegiatan belajar, maka sebaiknya motivasi yang mendorong siswa untuk
belajar adalah motivasi intrinsik.
5. Hasil Penelitian Relevan
Berdasarkan hasil penelitian yang berhubungan dengan penerapan model
sains teknologi dan masyarakat antara lain adalah sebagai berikut:
I Made Wirata dalam penelitiannya yang berjudul “Implementasi
Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) dengan Bantuan Diagnosis-
Preskriptif dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Fisika Pada Siswa
Kelas I SLTP Negeri 5 Singaraja”. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
terjadina peningkatan hasil belajar siswa dan siswa sudah cukup memahami, dan
mengenal berbagai perkembangan isu-isu sains, teknologi dan sosial, terutama
yang terkait erat dengan keadaan lingkungan di sekitar siswa.39
Ida Bagus Putu Arnyana dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan
Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam Pembelajaran Biologi Kelas III
38 Ibid., h.15139 I Made Wirata, Implementasi Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) dengan
Bantuan Diagnosis-Preskriptif dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Fisika PadaSiswa Kelas I SLTP Negeri 5 Singaraja, Aneka Widya STKIP Singaraja, No. 3 TH. XXXIII Juli2000.
33
Cawu 3 SMU Negeri 4 Singaraja Tahun Pelajaran 1998/1999”. Fokus masalah
yang terdapat dalam penelitian ini dikarenakan kurangnya pemahaman siswa
mengenai pembelajaran biologi karena dirasakan mata pelajaran biologi sebagai
beban yang harus diingat, dihafal, dipahami, dan tidak dirasakan maknanya dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga minat dan motivasi belajar siswa masih sangat
rendah. Untuk itu peneliti menggunakan model STM dalam pembelajaran biologi.
Hasil penelitian ini menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa yang
disebabkan oleh motivasi belajar siswa yang tinggi.40
I Made Rideng dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model
Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat Terhadap
Hasil Belajar Siswa SLTP”. Hasil penelitiannya adalah kualitas proses belajar
mengajar untuk kelompok yang diajar dengan model pembelajaran IPA dengan
pendekatan sains teknologi dan masyarakat lebih baik dibandingkan dengan
kelompok yang diajar dengan pendekatan konvensional. skor rata-rata masing-
masing hasil pengamatan 2,96 dan 1,84 untuk skala 1-4. 41
Ni Ketut Rapi dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan
Literasi Sains dan Teknologi Siswa Melalui Pembelajaran IPA Dengan
Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat di SLTP”. Temuan-temuan penelitian
ini menunjukkan bahwa: (1) tingkat penguasaan siswa kelas eksperimen terhadap
konsep-konsep IPA adalah cukup, sedangkan kelas kontrol adalah kurang sekali.
(2) literasi sains dan teknologi siswa kelas eksperimen berkualitas lebih dari
cukup, sedangkan kelas kontrol adalah kurang. (3) pendekatan STM lebih efektif
daripada pendekatan konvensional dalam pembelajaran konsep suhu dan kalor. 42
40 Ida Bagus Putu Arnyana, Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalamPembelajaran Biologi Kelas III Cawu 3 SMU Negeri 4 Singaraja Tahun Pelajaran 1998/1999,Aneka Widya STKIP Singaraja, No. 3 TH. XXXIII Juli 2000.
41 I Made Rideng,(2000) Pengaruh Model Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Sainsteknologi dan masyarakat Terhadap Hasil Belajar SIswa SLTP, Aneka Widya STKIP Singaraja,no 4 TH. XXIII Januari. h.56
42 Ni Ketut Rapi, Pengembangan Literasi Sains dan Teknologi Siswa MelaluiPembelajaran IPA Dengan Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat di SLTP, Aneka WidyaSTKIP Singaraja, no 1 TH. XXII Januari 1999. h.175
34
B. Kerangka Pikir
Konsep-konsep fisika merupakan konsep yang cukup sulit untuk
dipelajari dan dipahami oleh siswa karena bersifat abstrak, oleh karena itu
diperlukan metode yang menarik minat para siswa agar konsep fisika mudah
diserap dan dipahami oleh setiap siswa. Rendahnya penguasaan atau
pemahaman tidak terlepas dari penggunaan metode, model, atau pendekatan
pembelajaran yang digunakan oleh para pendidik.
Salah satu model pengajaran yang tepat untuk membuat siswa
memahami terhadap konsep-konsep atau prinsip-prinsip fisika, dan juga
menanamkan pemahaman siswa terhadap teknologi yang berkaitan dengan
konsep tersebut, dan kemungkinan penggunaanya di dalam masyarakat atau
dalam kehidupan sehari-sehari yaitu melalui model STM.
Dalam model STM peserta didik mampu menghubungkan realitas
sosial dengan topik pembelajaran di dalam kelas, peserta didik mampu
menggunakan berbagai jalan untuk mensikapi berbagai situasi yang
berkembang di dalam masyarakat berdasarkan pandangan ilmiah dan peseta
didik mampu menjadikan dirinya sebagai warga masyarakat yang memiliki
tanggung jawab sosial.
Dengan demikian dapat diduga bahwa model STM akan dapat
mempertinggi pencapaian penguasaan konsep fisika siswa.
35
Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir
C. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir, maka hipotesis penelitian
dirumuskan sebagai berikut: Terdapat pengaruh penerapan model STM
terhadap peningkatan penguasaan konsep siswa.
Masalah:D 1. Kemajuan IPTEK yang tidak diimbangi dengan pengetahuan awal siswa
mengenai sains (fisika)2. Pembelajaran Usaha dan energy masih belum bersifat kontekstual3. Penguasaan konsep peserta didik pada topic Usaha dan Energi masih rendah
3
Siswa kurang termotivasi belajar fisika
1. Menjembatani antara sains teknologi masyarakat2. Memecahkan isu/masalah yang ada dalam masyarakat3. Siswa lebih cepat menguasai konsep pembelajaran
Penguasaan konsep siswa meningkat
Model pembelajaran yang mengaitkan antara sains, teknologi, dan masayarakat
Motivasi siswa meningkat
36
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode quasi eksperimen
atau eksperimen semu yaitu penelitian yang mendekati eksperimen sungguhan
dimana tidak mungkin mengadakan kontrol atau memanipulasikan semua variabel
yang relevan.1 Jadi, penelitian harus dilakukan secara kondisional dengan tetap
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi validitas hasil penelitian.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP N 48 Jakarta. Adapun waktu yang
diperlukan dalam kegiatan penulisan skripsi ini adalah pada Juli 2009 sampai Mei
2010. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai
Mei 2010.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah “pretest – posttest control group
design”.2 Sebelum proses pembelajaran dimulai dilakukan tes awal (pretest)
untuk kedua kelompok, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan
konsep siswa. Kemudian setelah akhir penelitian (selesai pertemuan pokok
bahasan) diadakan tes akhir (posttest) dengan butir yang sama pada kedua
kelompok. Dalam hal ini teknik yang digunakan adalah model sains teknologi
msayarakat. Setelah mendapatkan data, kemudian dianalisa untuk mengetahui
apakah penggunaan model sains teknologi masyarakat dalam pengajaran fisika
berpengaruh untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa. Skema disain
digambarkan sebagai berikut:
1Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman danPenguasaan Metodologi Penelitian (Malang: UIN Malang Press, 2008), cet. 1, h. 165.
2 Ibid., h. 222.
37
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Subjek Pre-test Perlakuan Pos-test
Kelompok eksperimen X1 XA X2
Kelompok kontrol X1 XB X2
Pada Tabel 1 tersebut, XA adalah perlakuan (treatment) berupa penerapan
pendekatan STM pada kelompok A sedangkan XB adalah perlakuan
(treatment) berupa penerapan model konvensional.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto, populasi adalah keseluruahn subjek
penelitian.3 Dengan demikian yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa SMP N 48 Jakarta Selatan. Populasi dalam penelitian ini dibagi
menjadi 2 bagian yaitu :
Populasi target : Seluruh siswa SMP N 48 Jakarta Selatan.
Populasi terjangkau : Seluruh kelas VIII SMP N 48 Jakrta Selatan yang
berjumlah 7 kelas.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.4 Artinya
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi. Apa yang
dipelajari sampel kesimpulannya dapat diberlakukan untuk populasi. Sampel yang
digunakan dalam penelitian yaitu kelas VIII-1 dan VIII-3 SMP Negeri 48 Jakarta.
E. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi terjangkau melalui teknik
“purposive sampling”, yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan
tertentu sesuai dengan tujuan penelitian.5
3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT RinekaCipta, 2002), edisis revisi IV Cet. Ke-13, h. 1130
4 Ibid., h. 131.5Ibid., h. 139-140.
38
F. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono, “variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat
atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.”6 Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada
dua yaitu variabel x atau variabel bebas (Independent Variabel) dan variabel y
atau variabel terikat (Dependent Variabel).
1. Variable bebas (Independent Variabel) yaitu model sains teknologi
masyarakat (STM)
a) Definisi konseptual model STM adalah pendekatan pengajaran yang
mengacu pada konsep yang terdapat di dalam kurikulum dan yang ada
masalah yang terdapat pada masyarakat sebagai dampak dari penerapan
teknologi.
b) Definisi operasional model STM adalah pengajaran yang diawali
dengan masalah-masalah yang terdapat di dalam masyarakat yang
terkait dengan proses pembelajaran.
2. Variable terikat (Dependent Variable) yaitu penguasaan konsep fisika
a) Definisi konseptual yaitu penguasaan konsep adalah terjadinya
perubahan kepandaian, atau kemampuan seseorang dimana proses
tersebut berubah tahap demi tahap pada mata pelajaran fisika.
b) Definisi operasional yaitu penguasaan konsep adalah skor atau nilai
yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar mengajar pada
mata pelajaran fisika.
6 Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2008), cet.13, h. 3.
39
G. Alur Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan berbagai tahapan sehingga
peneliti dapat mengetahui dengan pasti permasalahan apa yang ada dalam sekolah
tersebut.
Gambar 3.1 Alur Prosedur Penelitian
Akhir
Alur Penelitian
Pendahuluan
Pelaksanaan
Pretest
Penerapan Model Sains TeknologiMasyarakat
Posttest
Analisis Data
Hasil Penelitian
Penarikan Kesimpulan
Uji Coba +Analisis
Membuat Perangkat Pembelajaran
Masalah Pembelajaran
Survei Pendahuluan
Penyusunan Instrumen
40
Alur penelitian yang dibuat peneliti memiliki 3 tahapan, yaitu :
1. Pendahuluan
Dalam pendahuluan terdapat 5 tahapan yang dilakukan peneliti, yaitu a)
peneliti melakukan survei ke sekolah, b) megidentifikasi masalah pembelajaran, c)
melakukan penyusunan instrumen, d) membuat perangkat pembelajaran, dan e)
melakukan uji coba.
2. Pelaksanaan
Pada tahapan ini hasil dari uji coba instrumen diberikan kepada siswa sebelum
diterapkan model STM untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Setelah itu,
diberikan model STM dalam pembelajaran dan terakhir kembali diberikan tes
untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan penerapan model STM dalam
pembelajaran.
3. Akhir
Pada tahapan akhir peneliti membuat analisis data serta hasil penelitian yang
telah dilakukan dah terakhir memberikan kesimpulan terhadap penelitian.
H. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang valid dan aktual, maka peneliti melakukan
pengumpulan data dengan menggunakan dua buah data. Data utama adalah
penguasaan konsep fisika yang diperoleh dari penyelenggaraan pretest dan
posttest. Data penunjang penelitian adalah data hasil angket berupa motivasi yang
dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.
I. Instrumen Penelitian
Jenis tes yang digunakan yaitu tes objektif penguasaan konsep fisika dalam
bentuk pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban, yaitu a, b, c, dan d.
Instrumen yang akan digunakan untuk mengukur sejauh mana efektifitas model
STM untuk meningkatkan penguasaan konsep fisika siswa pada materi usaha dan
41
energi diperlukan data tentang kemampuan penguasaan konsep fisika siswa
sebelum dan sesudah perlakuan. Atas dasar ini, teknik pengambilan data
dilakukan dua kali dengan instrumen pengukuran berupa soal pilihan ganda yang
terdiri dari 20 soal, dengan pensekoran jika benar diberi skor 1 dan jika salah
diberi skor 0. Tes yang diberikan sebelum perlakuan disebut tes awal (pretest),
dan tes yang diberikan setelah perlakuan disebut tes akhir (posttest).
1. Instrumen Tes
Berikut ini tabel penyusunan kisi-kisi instrumen tes untuk mengukur hasil
belajar fisika berdasarkan indikator yang akan dicapai
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penguasaan Konsep
Aspek KognitifNo IndikatorC1 C2 C3 C4
Jumlah
1Menjelaskan pengertianenergi dan contohnya dalamkehidupan sehari-hari.
1* 2* 2
2Mendeskripsika perubahanenergi dan contohnya dalamkehidupan sehari-hari
3* 4* 2
3Membedakan energi kinetikdan energi potensial.
7* 1
4Menghitung besar energikinetik dan energi potensial
8* 10* 2
5Menjelaskan hukumkekekalan energi
12*,13*
15* 3
6
Menjelaskan perbedaanantara sumber energi yangdapat diperbaharui denganenergi yang tidak dapatdiperbaharui.
16* 18* 2
7Menjelaskan pengertianusaha
19*20*,22*
23* 4
8Menganalisis hubunganantara usaha dan energipotensial serta kinetik
25* 26* 2
9Menganalisis hubunganantara usaha dan daya
28* 30* 2
Ket.
Nomor soal bertanda bintang (*) adalah soal yang digunakan dalam penelitian
berdasarkan hasil uji coba instrument yang dilakukan.
42
2. Kalibrasi Instrumen
Instrumen tes hasil belajar yang digunakan untuk penelitian terlebih dulu
harus dilakukan uji kelayakan yaitu: validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan
daya pembeda. Berikut ini adalah langkah-langkah yang ditempuh untuk
mengetahui bahwa tes yang akan dipakai memenuhi keempat kriteria tersebut.
a. Uji Validitas
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan atau dengan kata lain suatu alat evaluasi disebut valid jika ia dapat
mengevaluasi dengan tepat sesuatu yang di evaluasi tersebut. Uji validitas
adalah uji kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang sebenarnya.
Uji coba ini dilakukan dengan mengkorelasikan skor masing-masing item
denmgan skor total. Untuk mengukur validitas soal dalam penelitian ini
digunakan rumus ”point biserial” :7
q
p
SD
MMr
t
tppbi
Keterangan:
rpbi = Koefisien Korelasi Pont Biserial
Mp = Mean skor pada tes yang memiliki jawaban benar
Mt = Mean skor total
SDt = Standar deviasi dari skor total
P = Proporsi peserta tes yang menjawab benar
Q = Proporsi peserta tes yang menjawab salah, q = 1 – p
Perhitungan uji validitas bisa dilihat pada lampiran 8. Berdasarkan hasil
perhitungan tersebut, diperoleh data bahwa dari 30 soal yang diujicobakan
terdapat 21 soal yang dinyatakan valid. Diantara 21 soal yang valid ini
selanjutnya akan dipilih kembali berdasarkan kriteria yang lainnya untuk dapat
digunakan dalam penelitian ini. Adapun butir soal yang valid terdapat pada
tabel 3.2.
7 M. Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah (Bandung: Pustaka Setia, 2001),cet. 1, h. 187.
43
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut
dalam menilai apa yang dinilainya. Uji ini dilakukan dengan menggunakan
rumus Spearman-Brown, yaitu :8
21
21
21
21
11 1
)(2
r
rr
Keterangan:
r11 : koefisien reliabilitas instrument
21
21r : rxy yang disebutkan indeks korelasi antara dua belahan instrumen
Perhitungan uji reabilitis dapat dilihat pada lampiran 9. Metode yang
digunakan dalam perhitungan reliabilitas ini adalah metode ganjil-genap.
Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa nilai reliabilitas instrumen
tes ini adalah 0,91. Nilai ini termasuk kategori tinggi. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan instrumen ini layak untuk digunakan dalam penelitian ini.
c. Taraf Kesukaran
Untuk mengetahui apakah soal-soal yang diberikan termasuk ke dalam
kategori mudah, sedang, atau sukar, maka digunakna perhitungan taraf
kesukaran dengan rumus :9
sJ
Keterangan
P : Indeks kesukaran untuk setiap butir soal
B : Banyak Peserta didikyang menjawab benar
Js : Jumlah seluruh Peserta didikyang mengikuti tes
8 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), ed.Revisi, cet. 8, h. 100-101.
9 Ibid, h 208
44
Penentuan kriteria indeks kesulitan soal sebagai berikut
Tabel 3.3 Katagori Derajat Kesukaran
Rentang Nilai Katagori
0,00 ≤ I < 0,30 Sukar
0,31 ≤ I < 0, 70 Sedang
0,71 ≤ I ≤ 1,00 Mudah
Perhitungan taraf kesukaran bias dilihat pada lampiran 10. Berdasarkan
hasil perhitungan tersebut, diperoleh data bahwa dari 30 soal yang
diujicobakan terdapat 24 soal dinyatakan sedang, dan 6 soal dinyatakan sukar.
Kriteria soal yang dianggap layak untuk digunakan adalah soal yang memiliki
derajat kesukaran sedang atau mudah. Dengan demikian, instrumen ini layak
untuk digunakan dalam penelitian ini.
d. Daya Pembeda Soal
Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk
mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswayang tergolong
mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang mampu
(lemah prestasinya). Cara perhitungan daya pembeda adalah dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:10
D = PA – PB, dimana
PA =A
A
J
B dan PB =
B
B
J
B
Keterangan:
D = daya pembeda
PA = proporsi kelas atas
PB = proporsi kelas bawah
BA = banyak siswakelas atas yang menjawab benar untuk setiap butir soal
BB = banyak siswakelas bawah yang menjawab benar untuk setiap butir soal
JA = jumlah siswakelas atas
JB = jumlah siswakelas bawah
10 Ibid, h. 213
45
Tabel 3.4 Katagori Daya Pembeda
Rentang Nilai Katagori
D < 0,20 jelek (poor)
D = 0,20 – 0,40 cukup (satisfactory)
D = 0,40 – 0,70 Baik (good)
D = 0,7 – 1 Sangat baik (excellent)
Perhitungan daya pembeda bisi dilihat pada lampiran 11. Berdasarkan
hasil perhitungan tersebut, diperoleh data bahwa dari 30 soal yang
diujicobakan terdapat 4 soal yang dinyatakan drop, 6 soal dinyatakan cukup,
12 dinyatakan baik, dan 8 soal dinyatakan baik sekali. Soal-soal yang layak
digunakan adalah soal yang memiliki daya beda yang baik sekali, baik, atau
cukup
3. Instrumen Non Tes
Instrumen non tes dalam penelitian ini yaitu lembar angket motivasi belajar.
Dalam penelitian kuantitatif, lembar angket lebih sering digunakan sebagai alat
pelengkap instrumen lain. Angket pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
motivasi siswa pada pembelajaran model STM.
J. Teknik Analisis Data
Setelah melakukan uji instrumen, maka dilakukan penelitian. Data yang
diperoleh melalui instrumen penelitian selanjutnya diolah dan dianalisis supaya
hasilnya dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan menguji
hipotesis. Dalam pengolahan dan penganalisaan data tersebut digunakan statistik.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penggunaan statistik untuk pengolahan
data tersebut adalah:
46
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat bahwa data yang diperoleh dari
populasi berdistribusi normal atau tidak. Pengujian ini menggunakan tes
kecocokan chi-kuadrat, dengan rumus ;11
Ei
EioiX
22
Simbol Oi pada persamaan tersebut menunjukan frekuensi obserfasi
sedangkan simbol Ei menunjukan frekuensi ekspektasi (harapan). Kriteria
pengujian nilai chi-kuadrat adalah sebagai berikut:
a. Jika X2hitung ≤ X2
tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak (data terdistribusi
normal)
b. Jika X2hitung > X2
tabel, maka Ha ditolak dan Ho diterima ( data tidak terdistribusi
normal)
2. Uji Homogenitas
Sedangkan uju homogenitas varians yang digunakan adalah uji F, yaitu:12
kecilVariansi
besarVariansiF
Kriteria pengujian uji F adalah sebagai berikut :
a. Fhitung < Ftabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak (homogen)
b. Fhitung > Ftabel, maka Ha ditolak dan Ho diterima (tidak homogen)
3. Uji Hipotesis
Setelah prasyarat analisis data dipenuhi, maka hipotesis diuji dengan
uji-t pada taraf signifikansi α = 0,05. Uji-t ini digunakan untuk
membandingkan dua kelompok yang independen dan biasa digunakan
untuk membandingkan akibat dua treatment yang dilakukan pada suatu
penelitian. Uji-t yang digunakan adalah sebagai berikut:
1) Menentukan Uji Statistik13
11 M. Subana dan Sudrajat, Op. Cit., h. 149-150.12 Ibid., h. 161.
47
t =
21
21
11
nndsg
XX
dengan
2
11
21
2211
nn
VnVndsg
Keterangan:
N1 = Jumlah sampel kelompok 1
N2 = Jumlah sampel kelompok 2
V1 = Varians data kelompok eksperimen 1 (sd1)2
V2 = Varians data kelompok kontrol 1 (sd2)2
dsg = nilai deviasi standar gabungan
1X = rata-rata data kelompok 1
2X = rata-rata data kelompok 2
4. Pengujian Hipotesis
Secara statistik hipotesis dinyatakan sebagai berikut:
Ho : µ1 = µ2
H1 : µ1 > µ2
Keterangan:
Ho = Hipotesis nihil
H1 = Hipotesis alternatif
µ1 = Penguasaan konsep peserta didik sesudah diberi pembelajaran dengan model
sains teknologi masyarakat
µ2 = Penguasaan kosep peserta didik sesudah diberi pembelajaran dengan model
konvensional
13Ibid., h. 161-162.
47
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Berdasarkan hasil analisis data pretest diperoleh histogram seperti gambar 4.1
Gambar 4.1 Histogram Tes Penguasaan Konsep (Pretest) Kelas Eksperimendan Kelas Kontrol
Dari histogram di atas terlihat bahwa pada kelas eksperimen tidak terdapat
siswa yang mendapatkan nilai pada interval 15-19, sedangkan pada kelas kontrol
sebanyak 3 siswa yang mendapatkan nilai pada interval tersebut. Pada kelas
eksperimen sebanyak 4 orang mendapatkan nilai pada interval 20-24, pada kelas
kontrol sebanyak 6 orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 9 orang mendapat
nilai pada interval 25-29 pada kelas kontrol sebanyak 7 orang. Pada kelas
eksperimen sebanyak 8 orang mendapatkan nilai pada interval 30-34, pada kelas
kontrol sebanyak 10 orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 8 orang
mendapatkan nilai pada interval 35-39, pada kelas kontrol sebanyak 1 orang. Pada
kelas eksperimen sebanyak 3 orang mendapatkan nilai pada interval 40-44, pada
kelas kontrol sebanyak 4 orang. Dari uraian diatas, dapat kita ketahui bahwa nilai
terendah pada kelas eksperimen adalah 20, sedangkan pada kelas kontrol 15. Nilai
tertinggi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama yaitu 40. Nilai rata-rata
0
2
4
6
8
10
12
15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44
Jarak Antar Kelas
Jum
lah
Sisw
a
Kelas EksperimenKelas Kontrol
48
yang diperoleh oleh kelas eksperimen sebesar 42,6, siswa yang mendapat nilai
diatas rata-rata sebanyak 55%, siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata
sebanyak 45%. Pada kelas kontrol nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 42,7,
siswa yang mendapat nilai diatas rata-rata sebanyak 47,5%, siswa yang mendapat
nilai dibawah rata-rata sebanyak 52,5%.
B. Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Berdasarkan hasil analisis data posttest diperoleh histogram seperti gambar 4.2
Gambar 4.2 Histogram Tes Penguasaan Konsep (Posttest) Kelas Eksperimendan Kelas Kontrol
Dari histogram di atas terlihat bahwa pada kelas eksperimen terdapat 2 siswa
yang mendapatkan nilai pada interval 40-46, sedangkan pada kelas kontrol
sebanyak 2 siswa yang mendapatkan nilai pada interval tersebut. Pada kelas
eksperimen sebanyak 1 orang mendapatkan nilai pada interval 47-53, sedangkan
pada kelas kontrol sebanyak 3 orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 8 orang
mendapat nilai pada interval 54-60 sedangkan pada kelas kontrol sebanyak 8
orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 3 orang mendapatkan nilai pada interval
61-67, pada kelas kontrol sebanyak 9 orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 4
orang mendapatkan nilai pada interval 68-74, pada kelas kontrol sebanyak 5
orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 14 orang mendapatkan nilai pada interval
0
2
4
6
8
10
12
14
16
40-46 47-53 54-60 61-67 68-74 75-81
Jarak Antar Kelas
Jum
lah
Sisw
a
Kelas EksperimenKelas Kontrol
49
75-81, pada kelas kontrol sebanyak 4 orang. Dari uraian diatas, dapat kita ketahui
bahwa nilai terendah pada kelas eksperimen adalah 40, sedangkan pada kelas
kontrol juga 40. Nilai tertinggi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama
yaitu 81. Nilai rata-rata yang diperoleh oleh kelas eksperimen sebesar 68,34,
siswa yang mendapat nilai diatas rata-rata sebanyak 50%, siswa yang mendapat
nilai dibawah rata-rata sebanyak 50%. Pada kelas kontrol nilai rata-rata yang
diperoleh sebesar 62,42, siswa yang mendapat nilai diatas rata-rata sebanyak
47,5%, siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata sebanyak 52,5%.
Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data yang diperoleh selama penelitian.
Tabel 4. 1
Rekapitulasi Data Hasil Instrumen Tes
Pretest PosttestDataEksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
Data pada tabel tersebut di atas dapat divisualisasikan dalam histogram
berikut:
Gambar 4.3 Diagram Batang Penguasaan Konsep
Kelompok Eksperimen dan Kontrol
C. Hasil Instrumen Nontes
Berdasarkan angket motivasi belajar yang telah disebarkan pada akhir
pertemuan, didapatkan bahwa pada saat penerapan model pembelajaran STM
siswa termotivasi sehingga penguasaan konsep siswa meningkat. Hal ini bisa
dilihat pada hasil penyebaran angket motivasi belajar berikut.
Gambar 4.4 Persentase Angket Motivasi Siswa
pada Penerapan Model STM Soal No 1
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas siswa menyatakan
setuju jika waktu pelajaran fisika tiba, yaitu sebanyak 20 orang (62,5%),
sedangkan sebagian kecil siswa yang menyatakan tidak setuju 6 orang (18,75%),
sangat setuju 4 orang (12,5%), dan sangat tidak setuju 2 orang (6,25%). Hal ini
51
menunjukkan bahwa dengan menggunakan model STM siswa dapat termotivasi
dalam belajar fisika, sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep fisika.
Gambar 4.5 Persentase Angket Motivasi Siswa
pada Penerapan Model STM Soal No 2
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas siswa
menyatakan tidak setuju jika waktu pelajaran fisika tiba mereka bercanda, yaitu
sebanyak 19 orang (59,375%), sedangkan sebagian kecil siswa yang menyatakan
sangat tidak setuju 5 orang (15,625%), sangat setuju 3 orang (9,375%), dan setuju
5 orang (15,625%). Hal ini menunjukkan bahwa ketika pelajaran berlangsung
dengan menggunakan model STM siswa antusias dalam belajar fisika.
Gambar 4.6 Persentase Angket Motivasi Siswa
pada Penerapan Model STM Soal No 3
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas siswa menyatakan
sangat antusias bertanya ketika pelajaran fisika, yaitu sebanyak 18 orang
(56,25%), sedangkan sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju 6 orang
(18,75%), tidak setuju 4 orang (12,5%), dan sangat tidak setuju 4 orang (12,5%).
52
Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model STM pada saat
pembelajaran siswa lebih aktif dalam bertanya.
Gambar 4.7 Persentase Angket Motivasi Siswa
pada Penerapan Model STM Soal No 4
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian siswa
menyatakan tidak setuju, jika waktu pelajaran fisika tiba mereka malu untuk
bertanya, yaitu sebanyak 16 orang (50%), sedangkan sebagian siswa yang
menyatakan sangat tidak setuju 8 orang (25%), sangat setuju 3 orang (9,375%),
dan setuju 5 orang (15,625%). Hal ini menunjukkan bahwa ketika pelajaran
berlangsung dengan menggunakan model STM siswa selalu ingin bertanya ketika
ada yang belum dimengerti.
Gambar 4.8 Persentase Angket Motivasi Siswa
pada Penerapan Model STM Soal No 5
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas siswa menyatakan
setuju sebelum pelajaran fisika dimulai siswa belajar lebih dahulu di rumah, yaitu
sebanyak 15 orang (46,875%), sedangkan sebagian siswa yang menyatakan sangat
setuju 5 orang (15,625%), tidak setuju 8 orang (25%), dan sangat tidak setuju 4
53
orang (12,5%). Hal ini menunjukkan bahwa sebelum dimulainya pelajaran fisika
siswa telah lebih dahulu membaca materi yang akan diajarkan.
Gambar 4.9 Persentase Angket Motivasi Siswa
pada Penerapan Model STM Soal No 6
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian siswa
menyatakan tidak setuju, jika siswa belajar pada saat ada ulangan saja , yaitu
sebanyak 17 orang (53.125%), sedangkan sebagian siswa yang menyatakan sangat
tidak setuju 8 orang (25%), sangat setuju 3 orang (9,375%), dan setuju 4 orang
(12,5%). Hal ini menunjukkan bahwa dengan model STM siswa lebih termotivasi
lagi untuk belajar di rumah walaupun tidak ada tugas.
Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data instrumen nontes yang diperoleh
selama penelitian.
Tabel 4. 3
Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Non Tes
Indikator
1
Indikator
2
Indikator
3
Indikator
4
Indikator
5
Indikator
6
Sangat setuju 12,5% 9,375% 18,75% 9,375% 15,625% 9,375%
Setuju 62,5% 15,635% 56,25% 15,625% 46,875% 12,5%
Tidak Setuju 18,75% 59,375% 12,5% 50% 25% 53,125%
Sangat Tidak Setuju 6,25% 15,625% 12,5% 25% 12,5% 25%
54
D. Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
Data variabel penelitian yang dianalisis dengan menggunakan statistik
inferensial melalui uji perbedaan rata-rata dengan analisis varians faktorial satu
jalur harus memenuhi beberapa persyaratan. Diantaranya adalah:
a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan dengan maksud untuk mengetahui
apakah sebaran data dari masing-masing kelompok tidak menyimpang dari
ciri-ciri data yang berdistribusi normal. Pengujian normalitas dilakukan
dengan menggunakan statistik kai kuadrat χ. Berdasarkan hasil pengujian
normalitas posttest dari kelompok eksperimen didapatkan X2hitung adalah
4,0505 dan X2tabel adalah 7,81 (perhitungan lengkap lihat lampiran 26).
Begitu juga pada kelas kontrol didapatkan X2hitung adalah 2,0848 dan X2
tabel
adalah 7,81 Penghitungan uji normalitas untuk data posttest ini disajikan pada
lampiran 24 dan Lampiran 25. Berikut adalah hasinya:
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Posttest
No. Kelompok Χ2hitung Χ2
tabel Keputusan
1 Eksperimen 4,0505 7,81 Data terdisrtibusi normal
2 Kontrol 2,0848 7,81 Data terdisrtibusi normal
Nilai χ2tabel diambil berdasarkan nilai pada tabel konsultasi kai kuadrat
pada taraf signifikansi 5% kolom keputusan dibuat didasarkan pada ketentuan
pengujian hipotesis normalitas yaitu jika X2hitung X2
tabel maka data
dinyatakan data berdistribusi normal. Sebaliknya jika X2hitung > X2
tabel maka
data dinyatakan tidak berdistribusi normal. Pada tabel 4.11 tersebut terlihat
bahwa semua nilai X2hitung data lebih kecil dari nilai X2
tabel maka dinyatakan
semua data berdisrtibusi normal.
55
b. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan dengan maksud untuk mengetahui
apakah sebaran data dari masing-masing kelompok tidak menyimpang dari
ciri-ciri data yang berdistribusi homogen. Pengujian homogenitas dilakukan
uji perbedaan varians δ2 dengan menggunakan statistik F atau uji-F. Pengujian
homogenitas data posttest penguasaan konsep fisika kelompok eksperimen
dan data posttest penguasaan konsep fisika kelompok kontrol menghasilkan
harga Fhtung sebesar 1,3603 sedangkan Ftabel sebesar 1,84. Pengujian homogen
disajikan pada lampiran 26. Berikut ini adalah hasinya:
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest
No Kelompok Varians Fhitung Ftabel Keputusan
1 Eksperimen 127,4641
2 Kontrol 9370241,3603 1,84 Kedua data homogen
Sama halnya dengan penentuan keputusan pada uji normalitas, pada uji
homogenitas juga didasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis homogenitas
yaitu jika nilai Fhitung Ftabel maka semua data memiliki varians homogen.
Sebaliknya jika Fhitung > Ftabel maka semua data memiliki varians tidah
homogen. Tampak bahwa hasil penghitungan tersebut nilai Fhitung Ftabel
sehingga dinyatakan semua data memiliki varians homogen.
Berdasarkan hasil pengujian persyaratan analisis terhadap data dari
kedua kelompok di atas, maka pengujian hipotesis dalam penelitian ini dapat
dianalisis dengan menggunakan uji t dapat dilakukan.
2. Uji Hipotesis
Setelah diketahui dan dinyatakan bahwa data hasil posttest berdistribusi
normal dan homogen, maka dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji t.
Adapun kriterianya adalah:
Ho : µX1 < µX2
H1 : µX1 > µX2
56
Ho : Tidak terdapat pengaruh model sains teknologi masyarakat pada
pembelajaran fisika terhadap penguasaan konsep siswa.
H1 : Terdapat pengaruh model sains teknologi masyarakat pada pembelajaran
fisika terhadap penguasaan konsep siswa.
µX1 :Nilai rata-rata kelas eksperimen
µX2 :Nilai rata-rata kelas kontrol
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji t diperoleh thitung sebesar
2,22 ternyata lebih besar dari ttabel sebesar 1,996 ini berarti H0 ditolak dan H1
diterima pada taraf signifikansi 05,0 . Dengan demikian penelitian ini bisa
menguji kebenaran hipotesis yaitu “terdapat pengaruh penerapan model sains
teknologi masyarakat untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa pada topik
usaha dan energy”. Penghitungan uji hipotesis disajikan dilampiran 27. Hasil
rekap analisis anava satu jalur pada tabel berikut:
Tabel 4.6 Hasil Analisis Uji t
Kelompok N mean Dsg t hitung T tabel Kesimpulan
Eksperimen 32 68,34
Kontrol 31 62,4210,61 2,22 1,996 Ho ditolak
Hasil perolehan posttest pada kelas eksperimen mencapai rata-rata yang
lebih tinggi dari pada rata-rata kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa
peningkatan penguasaan konsep siswa kelas eksperimen setelah diberikan
perlakuan berupa model sains teknologi masyarakat lebih tinggi dari pada
peningkatan penguasaan konsep siswa kelas kontrol yang diberi perlakuan berupa
metode konvensional.
Ternyata perolehan nilai rata-rata yang lebih tinggi oleh kelas eksperimen
diikuti dengan peningkatan nilai deviasi standar. Sehingga nilai deviasi standarnya
justru lebih besar dari pada nilai standar deviasi kontrol. Fakta ini menunjukkan
bahwa keragaman kemampuan siswa kelas eksperimen setelah diberikan
perlakuan model sains teknologi masyarakat lebih tidak merata dari pada kelas
kontrol setelah diberi perlakuan berupa penerapan konvensional. Berbeda dengan
57
itu, kelas kontrol walaupun keragaman kemampuannya lebih merata dari pada
kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan, namun peningkatan
kemampuannya lebih kecil dari pada kelas eksperimen.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Temuan yang diperoleh selama penelitian adalah bahwa kelompok
eksperimen yang menggunakan model STM dalam pembelajaran fisika lebih baik
dari pada kelompok kontrol yang menggunakan model konvensional. Pernyataan
ini didasarkan pada perolehan rata-rata nilai posttest yaitu, untuk kelompok
eksperimen nilai rata-rata sebesar 68,34 dan untuk kelompok kontrol sebesar
62,42.
Sesuai dengan hasil pengujian hipotesis dengan uji-t, terbukti bahwa
hipotesis alternatif (h1) yang diajukan secara signifikan dapat diterima. Hasil
pengujian hipotesis meyimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran
STM terhadap peningkatan penguasaan konsep fisika siswa pada konsep usaha
dan energi, yang ditunjukan dengan perolehan thitung sebesar 2,22 ternyata lebih
besar dari ttabel sebesar 1,996 dengan taraf signifikasi 5 %. Hasil penelitian ini
memberikan informasi khususnya kepada guru fisika bahwa model pembelajaran
STM berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan penguasaan konsep
fisika siswa..
Hal ini terbukti dengan terlihatnya peningkatan penguasaan konsep siswa
dengan menggunakan model STM, yang diperoleh dari nilai normal gain. Nilai
rata-rata masing kelompok yaitu, untuk kelompok eksperimen dengan gain 0,47
dan kelompok kontrol 0,40, walaupun pada pengkategorian kedua kelas
dikategorikan sedang, tetap saja terlihat nilai rata-rata N-Gain kelompok
eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontro.
Hal ini sejalan dengan penelitian Dewi Nur Widayanti1 Hasil
Penelitiannya menunjukkan bahwa: (1) peningkatan penguasaan konsep siswa
1 Dewi Nur Widayanti, Pengaruh Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat (STM)
Pada Proses Pembelajaran IPA Biologi Materi Ekosistem Terhadap Penguasaan Konsep dan
Sikap Positif Siswa Kelas VII SMP N 5 Wates, http://one.indoskripsi.com
58
materi ekosistem menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat (STM)
lebih tinggi dibandingkan kelas yang tidak menggunakan pendekatan STM, dan
(2) jumlah siswa yang memunculkan sikap positif melalui pendekatan STM
materi ekosistem lebih tinggi dibandingkan kelas yang tidak menggunakan
pendekatan STM. Selain itu sejalan juga dengan penelitian Ita Pahitah2, dalam
penelitiannya menyimpulkan bahwa pendekatan sains teknologi masyarakat
memberikan pengaruh yang positif bagi siswa dalam mempelajari konsep reaksi
oksidasi reduksi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan
pendekatan konvensional.
Dari deskripsi data, dapat dilihat bahwa penguasaan konsep siswa yang
diajarkan dengan model sains teknologi masyarakat lebih tinggi daripada siswa
yang diajarkan dengan model konvensional. Seperti telah dijelaskan sebelumnya,
hal ini disebabkan karena siswa yang diajar dengan model sains teknologi
masyarakat mempunyai kesempatan lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Model sains teknologi masyarakat juga melatih siswa untuk
memadukan antara konsep yang telah diperoleh dari penjelasan guru di kelas
dengan konsep yang didapat oleh mereka sendiri baik dari buku-buku maupun
internet. Dalam hal ini siswa diajarkan untuk dapat bekerja sama secara
berkelompok dalam memecahkan masalah dan membuat alternatif untuk
mengatasi permasalahan atau topik yang sedang dikaji.
Data angket menunjukkan bahwa siswa bisa diajak mereformasi strategi
pembelajaran menuju pada pembelajaran yang lebih menekankan pada bagaimana
menggali pengetahuan tidak semata-mata menerima pengetahuan. Artinya dalam
pembelajaran STM siswa berperan aktif dalam menentukan proses pembelajaran.
Dari hasil analisis terhadap butir pernyataan angket menunjukkan bahwa siswa
merasa lebih tertarik belajar fisika dengan model STM karena pembelajaran fisika
dirasakan lebih bermanfaat untuk mempelajari fenomena alam dan teknologi yang
2 Ita Pahitah, (2008) Pengaruh Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat (STM)terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Reaksi Oksidasi Reduksi, Skripsi S1 JurusanPendidikan IPA Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UINSyarif Hidayatullah Jakarta.
ditemukan sehari-hari. Misalkan dari analisis angket soal nomer 1 didapatkan
bahwa ternyata siswa tertarik dengan adanya model pembelajaran STM dalam
kegiatan belajar mengajar dikarenakan dalam model tersebut dikaitkan antara
pembelajaran yg diajarkan di sekolah dengan teknologi yang ada di sekitar
lingkungan.
Model sains teknologi masyarakat merupakan pembelajaran yang
berlandaskan pada teori belajar kontruktivisme, yang pada prinsipnya siswa akan
membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksi dengan
lingkungan sekitarnya. Model pembelajaran STM merupakan suatu inovasi
pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori
secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik empirik serta dapat
mengaplikasikannya kedalam teknologi.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari penguasaan konsep dan
motivasi siswa, disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara
penguasaan konsep dengan motivasi siswa. Sesuai dengan hasil pengujian
hipotesis, terbukti bahwa hipotesis alternatif (h1) yang diajukan secara signifikan
dapat diterima, dengan perolehan nilai t hitung > t tabel. Hasil pengujian hipotesis
meyimpulkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara penguasaan konsep
dengan motivasi siswa. Dengan demikian diketahui bahwa siswa yang memiliki
penguasaan konsep yang tinggi atau peningkatan belajar yang tinggi memiliki
motivasi terhadap pembelajaran STM yang tinggi pula. Sebaliknya jika siswa
memiliki penguasaan konsep yang rendah atau tidak terdapat peningkatan
penguasaan konsep maka, motivasi siswa terhadap pembelajaran STM juga
rendah.
F. Keterbatasan Penelitian
Pada akhir penelitian ini, ada beberapa hal yang perlu disampaikan yang
terkait selama proses penelitian, antara lain:
1. Waktu yang relatif singkat yakni selama kurang lebih satu bulan, sehingga
tidak sepenuhnya menggambarkan keadaan secara utuh kemampuan siswa
secara keseluruhan
60
2. Sarana dan prasarana (alat-alat laboratorium) di sekolah yang kurang
mendukung.
3. Siswa belum terbiasa dengan proses pembelajaran yang berpusat pada mereka,
maka perlu usaha dari guru untuk memfariasikan model atau strategi
pembelajaran agar siswa paham dengan materi yang ada sehingga penguasaan
konsep siswa menjadi lebih baik.
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan di bab sebelumnya,
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Penguasaan konsep fisika peserta didik pada topik Usaha dan Energi
mengalami peningkatan. Hal ini bisa dilihat dari skor pretest yang diperoleh
peserta didik sebesar 39,5 dan setelah diberika tindakan berupa model STM
rerata skor posttest menjadi 68,34. Dilihat dari rerata hasil posttest peserta
didik sudah mencapai standar ketuntasan minimum dalam pembelajaran fisika
(65). Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik pada topik
Usaha dan Energi dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran
STM.
2. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, terbukti bahwa hipotesis alternatif (H1)
yang diajukan secara signifikan dapat diterima. Hasil pengujian hipotesis
menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan penguasaan konsep fisika dengan
menggunakan penerapan model pembelajaran STM, yang ditunjukkan thitung
sebesar 2,22 ternyata lebih besar dari ttabel sebesar 1,996 pada pengujian satu
arah dengan 05,0 . Dan hasilnya thitung = 2,22 > ttabel = 1,996.
3. Model STM ternyata cukup efektif diterapkan pada mata pelajaran fisika
khusunya pada konsep Usaha dan Energi. Hal ini dapat dilihat dari motivasi
yang baik yang dilakukan oleh peserta didik.
B. Saran
Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, maka dapat dikemukakan
beberapa saran sebagai berikut.
1. Model Pembelajaran ini dapat dijadikan salah satu alternatif model
pembelajaran yang menekankan pada pengembangan sains dan teknologi
dalam kehidupan masyarakat.
61
62
2. Setiap guru harus pandai dalam memilih dan menentukan model
pembelajaran, metode, pendekatan, strategi dalam kegiatan belajar mengajar
agar peserta didik tidak selalu menerima informasi hanya dari guru saja.
3. Bagi peneliti lain yang tertarik untuk menerapkan model STM, maka
disarankan untuk meninjau pembelajaran pada ranah afektif atau ranah
psikomotorik.
63
Daftar Pustaka
Arikunto, S. (2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PTRineka Cipta.
A. M, Sadirman. (2007). interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Bagus Putu Arnyana, Ida. (2000). Penerapan Pendekatan Sains TeknologiMasyarakat dalam Pembelajaran Biologi Kelas III Cawu 3 SMU Negeri 4Singaraja Tahun Pelajaran 1998/1999, Aneka Widya STKIP Singaraja,No. 3 TH. XXXIII
Djamarah, S Bahri. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Bakar, E, dkk. (2006). Preservice Science Teachers Belifes About Science-Technology And Their Impilication In Society, Eurasia Journal ofMathematics, Science and Technology Education, Volume 2, Number 3.
Edward Hollenbeck, J. (1998). Scince, Technology and Society:an AmericanApproach to Environmental Education in Practice in Lowa Schools,Europe: A Plenary Presentation to the Foundation for Environmental
E. Yeger, R. (1999). Assessment Results with the Science/Technology/SocietyApproach.
E. Yager, R and Rustam Roy. (2000). STS: Most Pervasive and Most Radical ofReform Appoarches to “Science” Education, The University of Lowa andPennsylvania State University.
Faiq Dzaki, M. TeoriKonstruktivismehttp://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/teorikonstruktivisme_06
Ketut Rapi, Ni. (1999). Pengembangan Literasi Sains dan Teknologi SiswaMelalui Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Sains teknologi danmasyarakat di SLTP, Aneka Widya STKIP Singaraja, no 1 TH. XXII
K. Prasetyo, Z. (2006). Kapita Selekta Pembelajaran Fisika. Jakarta: UniversitasTerbuka Departemen Pendidikan Nasional
Maronta Golib, La. (2002). Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat DalamPembelajaran Sains di Sekolah, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No.034 Tahun ke-8.
Nurohman, S. (2007). Penerapan Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat(STM) Dalam Pembelajaran IPA Sebagai Upaya Peningkatan Life SkillsPeserta Didik, Pendidikan Fisika FMIPA UNY
Poedjiadi, A. (2005). Sains Teknologi Masyarakat, Bandung: PT. RemajaRosdakarya.
Purwanto. (2008). Upaya Mengembangkan Kecerdasan Majemuk (MultipleInelligences) Peserta Didik SMK Melalui Penerapan Pendekatan STMDalam Pembelajaran Fisika, Yogyakarta, Dinas Pendidikan KotaYogyakarta
Rideng, I Made. (2000). Pengaruh Model Pembelajaran IPA Dengan PendekatanSains teknologi dan masyarakat Terhadap Hasil Belajar SIswa SLTP,Aneka Widya STKIP Singaraja, no 4 TH. XXIII
Rumansyah dan Irhasyuarna. (2001). Prospek Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) Dalam pembelajaran Kimia Di KalimantanSelatan , Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 029 Tahun Ke-7.
Rusmansyah dan Yudha Irhasyuarna. (2003). Implementasi Pendekatan STMdalam Pembelajaran Kimia di SMUN Kota Banjarmasin, JurnalPendidikan dan Kebudayaan No. 040 Th ke-9
S. Aikenhead, G. (2005). Research Into STS Science Education, (Canada :University of Sasakatchewan.
Sagala, S. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta.
Sadia, I Wayan. 1999. Pengembangan Buku Ajar IPA Sekolah Lanjutan TingkatPertama (SLTP) Berwawasan Sains-Teknologi-Masyarakat, Aneka WidyaSTKIP Singaraja.
65
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar ProsesPendidikan, Jakarta:Kencana Prenada Media.
Sujanem, R. (2002). Penerapan Bahan Ajar yang Berwawasan Pendekatan STMSebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PraktikumFisika Dasar, Sikap Ilmiah, Literasi Sains dan Teknologi MahasiswaPendidikan MIPA STKIP Singaraja, Aneka Widya IKIP Negeri SingarajaNo. 1 Th. XXXV.
Sofyan, A. dkk. (2006). Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasisi Kompetensi,Jakarta: UIN Jakarta Press.
Subana, M dan Sudrajat. (2001). Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung:Pustaka Setia.
Sugiyono. (2008). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sutarto. (2005). Buku Ajaran Fisika dengan Tugas Analisis Foto Kejadian Fisikasebagai Alat Bantu Penguasaan Konsep Fisika, Jurnal Pendidikan danKebudayaan, 11.
Syah, M. (2008). PsikologiBelajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Utomo, P. Pembelajaran Fisika dengan pendekatan SETS. http.//IlmuanMuda.Wordpress.com. diakses tanggal 15 Januari 2010.
Wirata, I Made. (2000). Implementasi Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat(STM) dengan Bantuan Diagnosis-Preskriptif dalam Upaya MeningkatkanKualitas Pembelajaran Fisika Pada Siswa Kelas I SLTP Negeri 5Singaraja, Aneka Widya STKIP Singaraja, No. 3 TH. XXXIII
66
Lampiran 1
INSTRUMEN PENELITIAN
Petunjuk Pengisian
1. Materi dalam instrumen ini adalah materi pelajaran fisika yang dibatasi hanya
pada konsep zat kelas VIII semester genap tingkat SLTP.
2. Instrumen ini berbentuk pertanyaan pilihan ganda dengan empat alternative
jawaban a, b, c dan d.
3. Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat a, b, c atau d dengan
memberi tanda silang (X) pada lembar pertanyaan dibawah ini.
4. Waktu dalam mengisi instrument ini adalah 90 menit.
5. Instrumen penelitian ini hanya untuk kepentingan ilmiah dan tidak
mempengaruhi nilai siswa.
6. Sebelum menjawab pertanyaan terlebih dahulu tulis nama, kelas dan nama
sekolah dengan lengkap pada kolom dibawah ini.
7. Atas partisipasi dan kerja samanya saya ucapkan terima kasih.
8. Awali pengisian jawaban ini dengan mengucap basmalah.
Nama
Kelas
Sekolah
:
:
:
……………………………………
……………………………………
……………………………………
Jakarta, 26 April 2010
Penulis
67
1. Apabila akan menyalakan kompor diperlukan energi, begitu pula ketika akan
mengayuh sepeda maka kita memerlukan energi agar sepeda itu bergerak.
Jadi, energi adalah . . . (C1)
a. kemampuan benda melakukan gaya
b. kemampuan benda melakukan kerja
c. kemampuan benda melakukan kecepatan
d. kemampuan benda melakukan percepata
2. Ketika kita mendengar nama Negara Belanda maka yang ada dibayangan kita
adalah kicir angin. Jika angin bertiup maka kicir angin akan berputar. Pada
peristiwa ini energi yang terjadi ketika kicir itu berputar adalah. . . . (C2)
a. angin c. listrik
b. air d. matahari
3. Konversi energi adalah . . . . (C1)
a. kemempuan untuk melakukan usaha
b. energi yang dihasilakn oleh gerakan partikel penyusunnya
c. perubahan energi dari satu bentuk ke bentuk lain
d. perubahan energi yang dimiliki benda karena ke adaannya
4. Gambar disamping merupakan kereta api tercepat dunia
dengan kecepatan resmi, 581 km/jam . Kereta super cepat ini
telah menggunakan teknologi Magnetic Levitation (Maglev),
sehingga dapat melayang di atas rel dengan magnet
berkekuatan tinggi. Perubahan energi yang terjadi pada kereta tersebut adalah..
(C2)
a. energi magnet – energi gerak
b. energi magnet – energi bunyi
c. energi listrik – energi magnet
d. energi listrik – energi panas
68
5. Berikut adalah empat dasar pemikiran menyangkut konsversi energi atau
penghematan energi, yaitu . . . .
(1) laju konsumsi energi dewasa ini cenderung meningkat
(2) keterbatasan jumlah energi yang dapat diperbaharui
(3) penggunaan energi yang menurun
(4) ketergantungan masyarakat terhadap energi yang tidak dapat diperbaharui
sangat besar
Pernyataan yang benar adalah . . . . (C2)
a. (1) saja c. (3) saja
b. (2) saja d. (4) saja
6. Gambar disamping merupakan air terjun
Victoria yang terletak di sungai
Zimbabwe. Air terjun ini memiliki lebar
kira-kira 1 mil (1,6 km), dengan
ketinggian 128m (420 kaki). Air terjun
memiliki energi . . . (C1)
a. Kinetik c. Listrik
b. Potensial √ d. Gravitasi
7. Perhatikan gambar disamping.
Sebuah kelereng dalam keadaan diam diletakan di atas.
Ketika kita sentuh dengan menggunakan jari maka kelereng
tersebut akan jatuh ke lantai. Peristiwa jatuhnya kelereng ke
lantai menunjukan bahwa kelereng tersebut memiliki
energi . . . .. (C1)
a. potensial c. kinetik
b. gravitasi d. bunyi
8. Energi potensial adalah . . . . (C1)
a. energi yang timbul karena letak suatu benda
b. energi yang dipunyai oleh suatu benda yang bergerak
69
c. energi yang dihasilkan oleh gerakan partikel penyusun benda
d. energi yang dihasikan oleh arus listrik
9. Sebuah mobil yang massanya 800 kg bergerak dengan kecepatan 10 m/s.
Besar energi kinetik yang dimiliki mobil tersebut adalah . . . . (C2)
a. 4.000 joule c. 40.000 joule
b. 16.000 joule d. 1.600 joule
10. Sebuah mangga tergantung ditangkainya pada ketinggian 7 m di atas tanah (g
= 10m/s2). Jika energi potensial yang tersimpan pada mangga tersebut 350
joule, maka massa benda tersebut adalah . . . . (C3)
a. 50 kg c. 5 kg
b. 500 kg d. 5000 kg
11. Sebuah benda dijatuhkan dari keringgian 5 m di atas tanah. Pada saat
mengenai taanh, benda tersebut memperoleh energi kinetik sebesar 450 joule,
maka massa benda itu adalah . . . . (g = 10 m/s2) (C3)
a. 90 kg c. 100 kg
b. 9 kg d. 10 kg
12. Bunyi hukum kekekalan energi adalah. . . . (C1)
a. energi dapat diciptakan dan dapat berubah bentuk dari satu bentuk ke
bentuk yang lain tanpa mengurangi keseluruhan energi.
b. energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat berubah bentuk dari satu
bentuk ke bentuk lain.
c. energi dapat diciptakan dan tidak dapat berubah bentuk dari satu bentuk
ke bentuk lain.
d. energi tidak dapat diciptakan dan dapat berubah bentuk dari satu bentuk ke
bentuk yang lain tanpa mengurangi keseluruhan jumlah energi.
13. Hubungan antara energi mekanik, potensial dan kinetik secara matematis
ditulis dengan... (C1)
70
a. E kpM EE c. EkEpEm
b. E kpM EE d.Ek
EpEm
14. Sebuah benda dengan massa 1 kg didorong dari permukaan meja hingga
kecepatan pada saat lepas dari bibir meja adalah 2 m/s. Energi mekanik benda
pada saat ketinggian dari tanah 1 m adalah . . . .(g=10m/s 2 ) (C2)
a. 2 joule c. 12 joule
b. 10 joule d. 22 joule
15. Suatu mesin mempunyai energi mekanik sebesar 750 joule pada saat mesin
mempunyai energi potesnsial sebesar 100 joule, maka besar energi kinetik
mesin tersebut adalah . . . . (C3)
a. 850 J c. 650 J
b. 800 J d. 600 J
16. Perbedaan antara sumber energi yang dapat diperbaharui dan tidak dapat
diperbaharui adalah . . . . (C1)
a. sumber energi yang dapat diperbaharui terbatas di alam sedangkan yang
tidak dapat diperbaharui tidak terbatas
b. sumber energi yang dapat diperbaharui tidak terbatas di alam sedangkan
sumber energi yang tidak dapat diperbaharui terbatas
c. sumber energi yang dapat diperbaharui adalah sumber energi yang bisa
dimanfaatkan oleh masyarakat sedangkan sumber energi yang tidak dapat
diperbaharui tidak
d. sumber energi yang dapat diperbaharui adalah sumber energi yang tidak
dimanfaatkan oleh masyarakat sedangkan sumber energi yang tidak dapat
diperbaharui sering dimanfaatkan
17. Contoh penggunaan energi matahari secara langsung oleh manusia adalah. . . .
(C1)
a. setrika listrik c. terjadinya air terjun
71
b. kalkulator d. menjemur pakaian
18. Berikut merupakan beberapa sumber energi.
1 2 3 4
Yang termasuk sumber energi yang dapat diperbaharui adalah. . . . (C2)
a. 1 dan 2 c. 1, 2, dan 4
b. 3 dan 4 d. 2, 3, dan 4
19. Usaha merupakan. . . . (C1)
a. hasil kali antara gaya dengan perpindahan.
b. hasil kali antara gaya dengan kecepatan.
c. hasil kali antara gaya dengan waktu.
a. hasil kali antara gaya dengan percepatan
20. Seekor sapi menarik pedati sejau 2 km pada jalan yang lurus. Jika gaya tarik
sapi kira-kira 5 N, maka usaha yang dilakukan sapi adalah . . . . (C2)
a. 10 J c. 1000 J
b. 10000 J √ d. 100 J
21. Besar suatu usaha yang dilakukan oleh sebuah benda adalah 1000 joule. Jika
massa benda adalah 100 kg dan gaya yang bekerja pada benda adalah 250 N,
maka besar perpindahan yang dilakukan oleh benda adalah . . . . (C3)
a. 2 m c. 4 m
b. 3 m d. 5 m
22. Seorang anak mendorong meja sejauh 2 m dengan gaya 50 N, maka usaha
yang dilakukan anak tersebut untuk mendorong meja adalah . . . . (C2)
a. 100 joule c. 25 joule
72
b. 50 joule d. 75 joule
23. Sebuah bus mogok di tengah jalan. Beberapa orang turun untuk mendorong
bus tersebut. Masing-masing orang mengeluarkan gaya 200 N, 300 N, 400 N,
dan sisanya p N. Jika usaha yang digunakan untuk mengeser bus ke pinggir
jalan sejauh 4 m adalah 4,6 kj, maka harga p adalah . . . . (C4)
a. 200 N c. 300 N
b. 250 N d. 350 N
24. Seorang anak menarik mobil mainan menggunakan tali dengan gaya sebesar
20 N. Tali tersebut membentuk sudut 30o terhadap permukaan tanah. Jika
mobil mainan berpindah sejauh 10 meter dan usaha total yang dilakukan anak
tersebut adalah 153 joule, maka gaya gesekan tanah dengan roda mobil
mainan adalah . . . . (C4)
a. 2 N √ c. 6 N
b. 4 N d. 8 N
25. Energi potensial yang dimiliki pohon kelapa pada ketinggian 8 m di atas
permukaan tanah adalah 320 joule, maka massa kelapa pada pohon tersebut
adalah . . . . (g = 10 m/s2) (C3)
a. 4 N c. 2 N
b. 40 N d. 20 N
26. Usaha total yang dilakukan Ronaldo untuk menendang bola dari keadaan diam
sehingga bergerak lurus menuju gawang dengan kelajuan 30 m/s adalah 67,5
joule, maka massa bola yang ditendang oleh Ronaldo adalah . . . . (C4)
a. 150 meter c. 1,5 meter
b. 15 meter d. 0,15 meter
27. Hubungan dari besarnya usaha dan daya secara matematis dirumuskan
dengan. . . . (C1)
a.t
wp c. wpt
73
b.w
tp d.
w
pt
28. Sebuah pesawat sederhana mempunyai daya 100 watt. Apabila pesawat
melakukan usaha selama 20 s, maka usaha pesawat tersebut adalah . . . (C3)
a. 5 joule c. 120 joule
b. 100 joule d. 2.000 joule
29. Andi yang bermassa 60 kg menaiki tangga selama 4 sekon. Apabila ketinggian
vertikal tangga tersebut adalah 4 meter, maka daya Andi menaiki tangga
tersebut adalah . . . . (g = 10 m/s2) (C2)
a. 400 watt c. 600 watt
b. 500 watt d. 700 watt
30. Seorang anak mampu mendorong meja sejauh 5 meter dengan daya sebesar 5
watt. Jika waktu yang diperlukan anak mendorong meja 30 detik, maka gaya
anak tersebut adalah . . . . (C4)
a. 10 N c. 30 N
b. 20 N d. 40 N
74
Lampiran 2
KUNCI JAWABAN
1 B 11 B 21 C2 A 12 D 22 A3 C 13 A 23 B4 A 14 C 24 A5 A 15 D 25 A6 B 16 B 26 D7 C 17 D 27 A8 A 18 B 28 D9 C 19 A 29 C10 C 20 B 30 C
75
Lampiran 3
SOAL PRETEST DAN POSTES
Nama : ...............................................
Kelas : ...............................................
Sekolah : ...............................................
Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah soal dengan teliti sebelum menjawab.
2. Kerjakan terlebih dahulu soal yang dianggap paling mudah
3. jawaban dikerjakan dengan memberikan tanda silang (X) sesuai dengan
jawaban yang dianggap paling benar.
4. Periksa kembali jawaban sebelum dikumpulkan.
5. Awali pengisian jawaban ini dengan mengucap basmalah.
1. Apabila akan menyalakan kompor diperlukan energi, begitu pula ketika akan
mengayuh sepeda maka kita memerlukan energi agar sepeda itu bergerak.
Jadi, energi adalah . . .
a. kemampuan benda melakukan gaya
b. kemampuan benda melakukan kerja
c. kemampuan benda melakukan kecepatan
d. kemampuan benda melakukan percepata
2. Ketika kita mendengar nama Negara Belanda maka yang ada dibayangan kita
adalah kicir angin. Jika angin bertiup maka kicir angin akan berputar. Pada
peristiwa ini energi yang terjadi ketika kicir itu berputar adalah. . . .
a. angin c. listrik
b. air d. matahari
3. Konversi energi adalah . . . .
a. kemempuan untuk melakukan usaha
76
b. energi yang dihasilakn oleh gerakan partikel penyusunnya
c. perubahan energi dari satu bentuk ke bentuk lain
d. perubahan energi yang dimiliki benda karena ke adaannya
4. Gambar disamping merupakan kereta api tercepat dunia
dengan kecepatan resmi, 581 km/jam . Kereta super cepat ini
telah menggunakan teknologi Magnetic Levitation (Maglev),
sehingga dapat melayang di atas rel dengan magnet
berkekuatan tinggi. Perubahan energi yang terjadi pada
kereta tersebut adalah . . .
a. energi magnet – energi gerak
b. energi magnet – energi bunyi
c. energi listrik – energi magnet
d. energi listrik – energi panas
5. Perhatikan gambar disamping.
Sebuah kelereng dalam keadaan diam diletakan di atas.
Ketika kita sentuh dengan menggunakan jari maka kelereng
tersebut jatuh ke lantai. Peristiwa jatuhnya kelereng ke
lantai menunjukan bahwa kelereng tersebut memiliki
energi . . . ..
a. potensial c. kinetik
b. gravitasi d. bunyi
6. Energi potensial adalah . . . .
a. energi yang timbul karena letak suatu benda
b. energi yang dipunyai oleh suatu benda yang bergerak
c. energi yang dihasilkan oleh gerakan partikel penyusun benda
d. energi yang dihasikan oleh arus listrik
7. Sebuah mangga tergantung ditangkainya pada ketinggian 7 m di atas tanah (g
= 10m/s2). Jika energi potensial yang tersimpan pada mangga tersebut 350
joule, maka massa benda tersebut adalah . . . .
a. 50 kg c. 5 kg
77
b. 500 kg d. 5000 kg
8. Bunyi hukum kekekalan energi adalah. . . .
a. energi dapat diciptakan dan dapat berubah bentuk dari satu bentuk ke
bentuk yang lain tanpa mengurangi keseluruhan energi.
b. energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat berubah bentuk dari satu
bentuk ke bentuk lain.
c. energi dapat diciptakan dan tidak dapat berubah bentuk dari satu bentuk
ke bentuk lain.
d. energi tidak dapat diciptakan dan dapat berubah bentuk dari satu bentuk ke
bentuk yang lain tanpa mengurangi keseluruhan jumlah energi.
9. Hubungan antara energi mekanik, potensial dan kinetik secara matematis
ditulis dengan...
a. E kpM EE c. EkEpEm
b. E kpM EE d.Ek
EpEm
10. Suatu mesin mempunyai energi mekanik sebesar 750 joule pada saat mesin
mempunyai energi potesnsial sebesar 100 joule, maka besar energi kinetik
mesin tersebut adalah . . .
a. 850 J c. 650 J
b. 800 J d. 600 J
11. Perbedaan antara sumber energi yang dapat diperbaharui dan tidak dapat
diperbaharui adalah . . . .
a. sumber energi yang dapat diperbaharui terbatas di alam sedangkan yang
tidak dapat diperbaharui tidak terbatas
b. sumber energi yang dapat diperbaharui tidak terbatas di alam sedangkan
sumber energi yang tidak dapat diperbaharui terbatas
c. sumber energi yang dapat diperbaharui adalah sumber energi yang bisa
dimanfaatkan oleh masyarakat sedangkan sumber energi yang tidak dapat
diperbaharui tidak
78
d. sumber energi yang dapat diperbaharui adalah sumber energi yang tidak
dimanfaatkan oleh masyarakat sedangkan sumber energi yang tidak dapat
diperbaharui sering dimanfaatkan
12. Berikut merupakan beberapa sumber energi.
1 2 3 4
Yang termasuk sumber energi yang dapat diperbaharui adalah. . . .
a. 1 dan 2 c. 1, 2, dan 4
b. 3 dan 4 d. 2, 3, dan 4
13. Usaha merupakan. . . .
a. hasil kali antara gaya dengan perpindahan.
b. hasil kali antara gaya dengan kecepatan.
c. hasil kali antara gaya dengan waktu.
d. hasil kali antara gaya dengan percepatan
14. Seekor sapi menarik pedati sejau 2 km pada jalan yang lurus. Jika gaya tarik
sapi kira-kira 5 N, maka usaha yang dilakukan sapi adalah . . . .
a. 10 J c. 1000 J
b. 10000 J d. 100 J
15. Seorang anak mendorong meja sejauh 2 m dengan gaya 50 N, maka usaha
yang dilakukan anak tersebut untuk mendorong meja adalah . . . .
a. 100 joule c. 25 joule
b. 50 joule d. 75 joule
16. Sebuah bus mogok di tengah jalan. Beberapa orang turun untuk mendorong
bus tersebut. Masing-masing orang mengeluarkan gaya 200 N, 300 N, 400 N,
dan sisanya p N. Jika usaha yang digunakan untuk mengeser bus ke pinggir
jalan sejauh 4 m adalah 4,6 kj, maka harga p adalah . . . .
a. 200 N c. 300 N
79
b. 250 N d. 350 N
17. Energi potensial yang dimiliki pohon kelapa pada ketinggian 8 m di atas
permukaan tanah adalah 320 joule, maka massa kelapa pada pohon tersebut
adalah . . . . (g = 10 m/s2)
a. 4 N c. 2 N
b. 40 N d. 20 N
18. Usaha total yang dilakukan Ronaldo untuk menendang bola dari keadaan diam
sehingga bergerak lurus menuju gawang dengan kelajuan 30 m/s adalah 67,5
joule, maka massa bola yang ditendang oleh Ronaldo adalah . . . .
a. 150 meter c. 1,5 meter
b. 15 meter d. 0,15 meter
19. Sebuah pesawat sederhana mempunyai daya 100 watt. Apabila pesawat
melakukan usaha selama 20 s, maka usaha pesawat tersebut adalah . . .
a. 5 joule c. 120 joule
b. 100 joule d. 2.000 joule
20. Seorang anak mampu mendorong meja sejauh 5 meter dengan daya sebesar 5
watt. Jika waktu yang diperlukan anak mendorong meja 30 detik, maka gaya
anak tersebut adalah . . . .
a. 10 N c. 30 N
b. 20 N d. 40 N
80
KUNCI JAWABAN SOAL PRETEST DAN POSTES
1 A 11 D2 D 12 B3 B 13 B4 D 14 C5 A 15 A6 C 16 C7 B 17 D8 C 18 C9 C 19 D10 B 20 A
81
Lampiran 4
ANGKET MOTIVASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII IPA
SMP N 48 JAKARTA
Petunjuk
Berilah tanda cek list (√) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan apa
yang anda alami dalam belajar fisika dengan memilih salah satu kolom yang telah
disediakan.
SS = Sangat Setuju TS = Tidak Setuju
S = Setuju STS = Sangat Tidak Setuju
Jawaban pernyataanNo Pernyataan
SS S TS STS
1.
Saya sangat antusias dalam belajar fisika karena
dikaitkan langsung dengan penerapannya dalam
bentuk tekonolgi yang ada di sekitar saya.
2.
Saya bercanda dengan teman ketika guru
menyampaikan materi pelajaran fisika karena
penyamapian materi pembelajaran oleh guru
membosankan.
3.
Dalam proses pembelajaran fisika, apabila ada
kesulitan saya selalu bertanya hingga saya
mengerti.
4.
Dalam proses pembelajaran fisika, apabila saya
tidak mengerti maka saya akan diam saja karena
saya malu untuk bertanya.
5.
Saya membaca terlebih dahulu materi atau bahan
yang akan diajarkan oleh guru karena guru selalu
bertanya sebelum proses pembelajaran dimulai.
6.
Saya malas untuk belajar di rumah jika tidak ada
ulangan karena salami ini guru jarang memberikan
tugas.
82
Lampiran 5
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Eksperimen)
Sekolah : SMP Negeri 48 Jakarta
Mata Pelajaran : IPA Fisika
Kelas / Semester : VIII / 2
Tahun Pelajaran : 2009/2010
Pertemuan ke : Satu
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit
A. Standar Kompetensi
5. Memahami peranan usaha, gaya dan energi dalam kehidupan sehari-hari
B. Kompetensi Dasar
5.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan
energi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
C. Materi Pelajaran
Usaha dan Energi
D. Indikator
1. Menjelaskan pengertian energi dan contohnya dalam kehidupan sehari-
hari.
2. Mendeskripsikan perubahan energi dan contohnya dalam kehidupan
sehari-hari
3. Membedakan konsep energi kinetik dan energi potensial
E. Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan pengertian energi.
2. Menyebutkan bentuk-bentuk energi dalam kehidupan sehari-hari.
3. Menyebutkan aplikasi konsep energi dan perubahannya dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Membedakan konsep energi kinetik dan enrgi potensial
83
F. Alokasi Waktu
2 x 40 menit (2JP)
G. Model Pembelajaran
Sains Teknologi Masyarakat
H. Metode Pembelajaran
1. Multimedia
2. Diskusi
3. Eksperimen
I. Langkah-langkah Pembelajaran (Pertemuan 1)
A. Kegiatan Awal
Tahap 1
Seandainya BBM di bumi telah habis, bagaimanakah keadaan bumi?
Dapatkah manusia menciptakan energi?
B. Kegiatan Inti
Tahap 2
1. Guru menjelaskan mengenai energi
2. Peserta didik memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru.
Apabila ada yang belum dipahami peserta didik dibolehkan untuk
bertanya.
3. Guru memberikan pertanyaan kepada murid mengenai energi untuk
mengetahui pemahaman murid.
Tahap 3
4. Guru membimbing peserta didik dalam membuat kelompok
5. Peserta didik mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai isu yang
telah diberikan serta mencari solusi atau isu tersebut.
6. Peserta didik mendiskusikan hasil kelompoknya secara klasikal
7. Guru memberikan kesimpulan mengenai hasil diskusi
Tahap 4
8. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusika perubahan energi
9. Perwakilan tiap kelompok mengembil alat dan bahan yang sudah
disipakan
84
10. Guru mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan eksperimen
mengamati perubahan energi
11. Peserta didik dalam setiap kelompok melakukan eksperimen sesuai
dengan langkah kerja yang telah dijelaskan oleh guru
12. Guru memeriksa eksperimen yang dilakukan peserta didik apakah
sudah dilakukan dengan benar atau belum. Jika masih ada peserta didik
atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar, guru
dapat langsung memberikan bimbingan.
C. Kegiatan Akhir
Tahap 5
1. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki
kinerja dan kerjasama yang baik.
2. Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat
rangkuman
3. Guru memberikan tugas berupa latihan soal.
J. Sumber Belajar
1. Buku IPA Terpadu Jl.2B (Yudhistira) halaman 26-35
2. Buku referensi yang relevan
3. LKS
K. Penilaian Hasil Belajar
Dalam penilaian hasil belajar, guru memberikan soal berupa tes essay untuk
mengetahui apakah siswa sudah memahami mengenai pelajaran yang telah
diberikan. Contoh tes esay yang dibrikan sebagai berikut :
1. Jelaskanlah pengertian konsversi energi! Serta berikan 2 contoh perubahan
energi dalam kehidupan sehari-hari!
Jawab :
Konsversi energi adalah perubahan energi dari satu bentuk ke bentuk lain
Contohnya : Lampu bohlam : energi listrik – energi cahaya
Radio : energi listrik – energi bunyi
85
Jakarta, 01 Maret 2010Mengetahui Kepala SMP Guru MataPelajaran
Ferdy Novrizal
86
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Eksperimen)
Sekolah : SMP Negeri 48 Jakarta
Mata Pelajaran : IPA Fisika
Kelas / Semester : VIII / 2
Tahun Pelajaran : 2009/2010
Pertemuan ke :Dua
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit
A. Standar Kompetensi
5. Memahami peranan usaha, gaya dan energi dalam kehidupan sehari-hari
B. Kompetensi Dasar
5.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan
energi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
C. Materi Pelajaran
Usaha dan Energi
D. Indikator
1. Menghitung besar energi kinetik dan energi potensial
2. Menjelaskan hokum kekekalan energy
3. Menjelaskan perbedaan antara sumber energi yang dapat diperbaharui
dengan energi yang tidak dapat diperbaharui
E. Tujuan Pembelajaran
1. Membedakan konsep energi kinetik dengan energi potensial
2. Menyebutkan bunyi hukum kekekalan energi mekanik
3. Membedakan antara energi yang dapat diperbaharui dengan energi yang
tidak dapat diperbaharui
F. Alokasi Waktu
2 x 40 menit (2JP)
G. Model Pembelajaran
Sains Teknologi Masyarakat
87
H. Metode Pembelajaran
1. Multimedia
2. Diskusi
3. Latihan
4. Pengamatan
I. Langkah-langkah Pembelajaran (Pertemuan 2)
A. Kegiatan Awal
Tahap 1
Pemanasan global yang diyakini sedang terjadi dan akan memasuki
tahap yang mengkhawatirkan juga merupakan dampak penggunaan
energi minyak bumi yang merupakan sumber energi utama saat ini
B. Kegiatan Inti
Tahap 2
1. Guru menjelaskan mengenai energi kinetik dan energi potensial
2. Peserta didik memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru.
Apabila ada yang belum dipahami peserta didik dibolehkan untuk
bertanya.
3. Guru memberikan pertanyaan kepada murid mengenai energi untuk
mengetahui pemahaman murid.
Tahap 3
4. Guru membimbing peserta didik dalam membuat kelompok
5. Peserta didik mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai isu yang
telah diberikan serta mencari solusi atau isu tersebut.
6. Peserta didik mendiskusikan hasil kelompoknya secara klasikal
7. Guru memberikan kesimpulan mengenai hasil diskusi
Tahap 4
8. Guru meminta kepada salah seorang peserta didik untuk menjatuhkan
kelereng yang diletakan diatas meja dengan menggunakan salah satu
jari
9. Peserta didik mengemati apa yang terjadi
10. Guru menjelaskan proses kelereng tersebut ketika jatuh
88
11. Guru menjelaskan mengenai energi potensial, energi kinetik dan energi
mekanik serta memberikan aplikasi contohnya dalah kehidupan sehari-
hari
12. Guru memberikan soal kepada peserta didik mengenai energi
potensial, energi kinetik dan energi mekanik
C. Kegiatan Akhir
Tahap 5
13. Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat
rangkuman
14. Guru memberikan tugas berupa latihan soal.
J. Sumber Belajar
1. Buku IPA Terpadu Jl.2B (Yudhistira) halaman 34-41
2. Buku referensi yang relevan
K. Penilaian Hasil Belajar
Tes Essay
1. Sebuah mobil yang massanya 800 kg bergerak dengan kecepatan 10 m/s.
Besar energi kinetik yang dimiliki mobil tersebut adalah . . . .
Diketahui : m = 800 kg
v = 10 m/s
Ditanya : Ek
Jawab :
joule000.40
1008002
1
108002
12
1
2
2
k
k
k
k
E
E
E
mvE
2. Sebuah mangga tergantung ditangkainya pada ketinggian 7 m di atas tanah
(g = 10m/s2). Jika energi potensial yang tersimpan pada mangga tersebut
350 joule, maka massa benda tersebut adalah . . . .
Diketahui : Ep = 350 Joule
h = 7 m
89
g = 10 m/s2
Ditanya : m
Jawab :
kg5710
350
m
m
gh
Em
mghE
p
p
Jakarta, 01 Maret2010
Mengetahui Kepala SMP Guru MataPelajaran
Ferdy Novrizal
90
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Eksperimen)
Sekolah : SMP Negeri 48 Jakarta
Mata Pelajaran : IPA Fisika
Kelas / Semester : VIII / 2
Tahun Pelajaran : 2009/2010
Pertemuan ke : Tiga
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit
A. Standar Kompetensi
5. Memahami peranan usaha, gaya dan energi dalam kehidupan sehari-hari
B. Kompetensi Dasar
5.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan
energi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
C. Materi Pelajaran
Usaha dan Energi
D. Indikator
1. Menjelaskan pengertian usaha
2. Menganalisis hubungan antara usaha dan energi potensial serta kinetik
3. Menganalisis hubungan antara usaha dan daya
E. Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan pengertian usaha.
2. Menjelaskan kaitan antara energi dan usaha.
3. Membedakan usaha yang bernilai positif dan usaha yang bernilai negatif.
4. Menghitung usaha oleh beberapa buah gaya.
5. Menentukan besarnya daya yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
F. Alokasi Waktu
2 x 40 menit (2JP)
G. Model Pembelajaran
Sains Teknologi Masyarakat
91
H. Metode Pembelajaran
1. Multimedia
2. Diskusi
3. Latihan
4. Pengamatan
I. Langkah-langkah Pembelajaran (Pertemuan ke-3)
A. Kegiatan Awal
Tahap 1
Apakah lifter yang mengangkat beban tergolong melakukan usaha?
B. Kegiatan Inti
Tahap 2
1. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian usaha.
2. Peserta didik memperhatikan cara menentukan rumusan usaha yang
dilakukan suatu benda yang disampaikan oleh guru.
3. Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan usaha yang
disampaikan oleh guru.
4. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru mengenai kaitan usaha dan
energi.
Tahap 3
5. Peserta didik dalam setiap kelompok mendiskusikan perbedaan antara
usaha yang bernilai positif dan usaha yang bernilai negatif.
6. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal.
7. Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan
informasi yang sebenarnya.
8. Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan usaha yang
dilakukan oleh beberapa gaya yang disampaikan oleh guru.
9. Guru memberikan beberapa soal menentukan usaha yang dilakukan oleh
beberapa gaya untuk dikerjakan oleh peserta didik.
10. Guru mengoreksi jawaban peserta didik apakah sudah benar atau belum.
Jika masih ada peserta didik yang belum dapat menjawab dengan benar,
guru dapat langsung memberikan bimbingan.
92
11. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian daya.
12. Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan daya yang
dilakukan suatu benda yang disampaikan oleh guru.
Tahap 4
13. Perwakilan tiap kelompok mengembil alat dan bahan yang sudah
disipakan
14. Guru mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan eksperimen
menyelidiki besarnya usaha yang dilakukan oleh suatu gaya
15. Peserta didik dalam setiap kelompok melakukan eksperimen sesuai dengan
langkah kerja yang telah dijelaskan oleh guru
16. Guru memeriksa eksperimen yang dilakukan peserta didik apakah sudah
dilakukan dengan benar atau belum. Jika masih ada peserta didik atau
kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar, guru dapat
langsung memberikan bimbingan
C. Kegiatan Akhir
Tahap 5
1. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja
dan kerjasama yang baik.
2. Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat
rangkuman.
3. Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal.
J. Sumber Belajar
1. Buku IPA Terpadu Jl.2B (Yudhistira) halaman 41 - 44
2. Buku referensi yang relevan
3. LKS
K. Penilaian Hasil Belajar
Tes Essay
1. Besar suatu usaha yang dilakukan oleh sebuah benda adalah 1000 joule.
Jika massa benda adalah 100 kg dan gaya yang bekerja pada benda adalah
250 N, maka besar perpindahan yang dilakukan oleh benda adalah . . . .
Diketahui : w = 1000 Joule
93
m = 100 kg
F = 250 N
Ditanya : s
Jawab :
ms
s
s
sFW
4250
1000
2501000
Jakarta, 01 Maret2010
Mengetahui Kepala SMP Guru MataPelajaran
Ferdy Novrizal
94
Lampiran 6
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Kontrol)
Sekolah : SMP Negeri 48 Jakarta
Mata Pelajaran : IPA Fisika
Kelas / Semester : VIII / 2
Tahun Pelajaran : 2009/2010
Pertemuan ke : Satu
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit
A. Standar Kompetensi
5. Memahami peranan usaha, gaya dan energi dalam kehidupan sehari-hari
B. Kompetensi Dasar
5.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan
energi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
C. Materi Pelajaran
Usaha dan Energi
D. Indikator
1. Menjelaskan pengertian energi dan contohnya dalam kehidupan sehari-
hari.
2. Mendeskripsikan perubahan energi dan contohnya dalam kehidupan
sehari-hari
3. Membedakan konsep energi kinetik dan energi potensial
E. Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan pengertian energi.
2. Menyebutkan bentuk-bentuk energi dalam kehidupan sehari-hari.
3. Menyebutkan aplikasi konsep energi dan perubahannya dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Membedakan konsep energi kinetik dan enrgi potensial
95
F. Alokasi Waktu
2 x 40 menit (2JP)
G. Model Pembelajaran
Konvensional
H. Metode Pembelajaran
1. Multimedia
2. Latihan
I. Langkah-langkah Pembelajaran (pertemuan ke-1)
1. Kegiatan Awal
Motivasi
Kenapa benda yang dilempar ke atas akan selalu jatuh ke bawah?
2. Kegiatan Inti
a. Guru Menjelaskan pengertian energy
b. Guru menjelaskan bentuk-bentuk energy yang ada dalam kehidupan
sehari-hari
c. Jika ada yang tidak dimengerti peserta didik dipersilakan bertanya oleh
guru
d. Guru bertanya kepada pesrta didik aplikasi konsep energy apa saja
yang ada dalam kehidupan sehari-hari
e. Guru kembali menerangkan apliaksi konsep energy apa saja yang ada
dalam kehidupan sehari-hari
f. Guru menjelaskan kembali mengenai energy kinetic dan energy
potensial
g. Guru memberikan soal kepada peserta didik untuk mengetahui sejauh
mana pengetahuan yang telah didapat oleh peserta didik
3. Kegiatan Akhir
a. Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari hari ini
b. Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk dikerjakan di
rumah
96
J. Sumber Belajar
1. Buku IPA Terpadu Jl.2B (Yudhistira) halaman 26-35
2. Buku referensi yang relevan
K. Penilaian Hasil Belajar
Dalam penilaian hasil belajar, guru memberikan soal berupa tes essay untuk
mengetahui apakah siswa sudah memahami mengenai pelajaran yang telah
diberikan. Contoh tes esay yang dibrikan sebagai berikut :
1. Jelaskanlah pengertian konsversi energi! Serta berikan 2 contoh perubahan
energi dalam kehidupan sehari-hari!
Jawab :
Konsversi energi adalah perubahan energi dari satu bentuk ke bentuk lain
Contohnya : Lampu bohlam : energi listrik – energi cahaya
Radio : energi listrik – energi bunyi
Jakarta, 01 Maret 2010Mengetahui Kepala SMP Guru MataPelajaran
Ferdy Novrizal
97
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Kontrol)
Sekolah : SMP Negeri 48 Jakarta
Mata Pelajaran : IPA Fisika
Kelas / Semester : VIII / 2
Tahun Pelajaran : 2009/2010
Pertemuan ke :Dua
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit
A. Standar Kompetensi
5.Memahami peranan usaha, gaya dan energi dalam kehidupan sehari-hari
B. Kompetensi Dasar
5.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan
energi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
C. Materi Pelajaran
Usaha dan Energi
D. Indikator
1 Menghitung besar energi kinetik dan energi potensial
2 Menjelaskan hukum kekekalan energy
3. Menjelaskan perbedaan antara sumber energi yang dapat diperbaharui
dengan energi yang tidak dapat diperbaharui
E. Tujuan Pembelajaran
1. Membedakan konsep energi kinetik dengan energi potensial
2. Menyebutkan bunyi hukum kekekalan energi mekanik
3. Membedakan antara energi yang dapat diperbaharui dengan energi yang
tidak dapat diperbaharui
F. Alokasi Waktu
2 x 40 menit (2JP)
G. Model Pembelajaran
Konvensional
98
H. Metode Pembelajaran
1. Multimedia
2. Diskusi
3. Latihan
4. Pengamatan
I. Langkah-langkah Pembelajaran (Pertemuan ke-2)
1. Kegiatan Awal
2. Kegiatan Inti
a. Guru menjelaskan mengenai energi kinetik dan energi potensial serta
cara pengitungannya
b. Guru memberi contoh untuk menghitung energi kinetik dan energi
potensial
c. Guru memberikan latihan kepada peserta didik tentang cara
menghitung energi kinetik dan energi potensial
d. Jika ada peserta didik yang belum paham guru membantu peserta didik
untuk menyelesaikan soal tersebut
e. Guru menjelaskan bunyi hukum kekekalan energi
f. Guru menjelaskan perbedaan energi yang dapat diperbaharui dengan
energi yang tidak dapat diperbaharui
g. Peserta didik dibimbing guru untuk menyebutkan apa saja energi yang
dapat diperbaharui dan energi yang tidak dapat diperbaharui
h. Guru memberikan beberapa soal kepada peserta didik
3. Kegiatan Akhir
a. Jika ada peserta didik yang belum paham guru memberikan
kesempatan untuk bertanya
b. Guru dan peserta didik bersama-sama menyimpulkan materi yang telah
dipelajari hari ini
J. Sumber Belajar
1. Buku IPA Terpadu Jl.2B (Yudhistira) halaman 34-41
2. Buku referensi yang relevan
99
K. Penilaian Hasil Belajar
Tes Essay
1. Sebuah mobil yang massanya 800 kg bergerak dengan kecepatan 10 m/s.
Besar energi kinetik yang dimiliki mobil tersebut adalah . . . .
Diketahui : m = 800 kg
v = 10 m/s
Ditanya : Ek
Jawab :
joule000.40
1008002
1
108002
12
1
2
2
k
k
k
k
E
E
E
mvE
Jakarta, 01 Maret 2010Mengetahui Kepala SMP Guru Mata Pelajaran
Ferdy Novrizal
100
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Kontrol)
Sekolah : SMP Negeri 48 Jakarta
Mata Pelajaran : IPA Fisika
Kelas / Semester : VIII / 2
Tahun Pelajaran : 2009/2010
Pertemuan ke : Tiga
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit
A. Standar Kompetensi
5. Memahami peranan usaha, gaya dan energi dalam kehidupan sehari-hari
B. Kompetensi Dasar
5.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan
energi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
C. Materi Pelajaran
Usaha dan Energi
D. Indikator
1. Menjelaskan pengertian usaha
2. Menganalisis hubungan antara usaha dan energi potensial serta kinetik
3. Menganalisis hubungan antara usaha dan daya
E. Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan pengertian usaha.
2. Menjelaskan kaitan antara energi dan usaha.
3. Membedakan usaha yang bernilai positif dan usaha yang bernilai negatif.
4. Menghitung usaha oleh beberapa buah gaya.
5. Menentukan besarnya daya yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
F. Alokasi Waktu
2 x 40 menit (2JP)
G. Model Pembelajaran
Konvensional
101
H. Metode Pembelajaran
1. Multimedia
2. Tanya Jawab
3. Latihan
I. Langkah-langkah Pembelajaran (Pertemuan ke-3)
1. Kegiatan awal
Apersepsi
Guru sedikit bercerita mengenai usaha dalm kehidupan sehari-hari
2. Kegiatan Inti
a. Guru menjelaskan definisi usaha dalam kehidupan sehari-hari dan
usaha dalam fisika dengan memberikan contoh yang ada kaitanya
dalam kehidupan sehari-hari.
b. Guru menjelaskan kaitan antara usaha dengan energi
c. Jika ada yang kurang dimengerti guru mempersilakan peserta didik
untuk bertanya
d. Guru bertanya kepada salah satu peserta didik mengenai usaha
e. Guru menjelaskan cara untuk menghitung besarnya usaha dan daya,
serta memberikan contoh kepada peserta didik
f. Guru memberikan latihan soal kepada peserta didik untuk mengetahui
tingkat pemahamannya
g. Jika masih ada peserta didik yang belum mengerti guru membantu
peserta didik untuk menyelesaikan latihan soal
3. Kegiatan Akhir
a. Guru dan peserta didik bersama-sama memberikan kesimpulan
mengenai pelajaran hari ini
J. Sumber Belajar
1. Buku IPA Terpadu Jl.2B (Yudhistira) halaman 41 – 44
2. Buku referensi yang relevan
L. Penilaian Hasil Belajar
Tes Essay
102
1. Besar suatu usaha yang dilakukan oleh sebuah benda adalah 1000 joule.
Jika massa benda adalah 100 kg dan gaya yang bekerja pada benda adalah
250 N, maka besar perpindahan yang dilakukan oleh benda adalah . . . .
Diketahui : w = 1000 Joule
m = 100 kg
F = 250 N
Ditanya : s
Jawab :
ms
s
s
sFW
4250
1000
2501000
Jakarta, 01 Maret2010
Mengetahui Kepala SMP Guru MataPelajaran
Ferdy Novrizal
103
Lampiran 7
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
Sekolah : SMP Negeri 48 Jakarta
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas : VIII
Semester : 2
Materi Pokok : Usaha dan Energi
A. Tujuan
1. Menyelidiki perubahan energi
B. Alat dan bahan
1. lampu 1 buah
2. baterai 2 buah
3. kabel secukupnya
C. Langkah-langkah kegiatan
1. Tiap-tiap kelompok mengambil alat dan bahan yang telah disediakan
2. Sambungkan kabel dengan batubaterai
3. Ujung kabel yang telah disambungkan dengan baterai disambungkan juga
dengan lampu. Seperti gambar di bawah ini
D. Pertanyaan
1. Apang yang terjadi pada lampu setelah dirangkai?
2. Apakah ada perubahan energi?. Jika ada perubahan energi apa yang
terjadi!
E. Kesimpulan
104
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
Sekolah : SMP Negeri 48 Jakarta
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas : VIII
Semester : 2
Materi Pokok : Usaha dan Energi
Fenomena/MasalahDalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata usaha dan energi.
Berkaitan dengan kata usaha dan energi ini, sering muncul pertanyaan seperti:
apakah orang yang mendorong tembok kokoh dapat dikatakan melakukan usaha?
Seorang pramusaji yang sedang berjalan mengantarkan makanan ke meja
pelanggannya. Apakah pramusaji ini dikatakan melakukan usaha?
Apakah seorang anak yang berjalan sambil menjunjung tas di atas kepalanya
dapat dikatakan melakukan usaha? Demikian pula seorang atlet angkat besi
mengangkat barbel dari lantai. Pada angkatan pertama, atlet sudah mengerahkan
seluruh tenaganya tetapi barbel tidak terangkat dari lantai. Apakah atlet ini telah
melakukan usaha? Pada kasus yang lain, orang sering menanyakan apakah buah
kelapa yang berada di pohon memiliki energi?
B. Tujuan
1. Menyelidiki besarnya usaha yang dilakukan oleh suatu gaya.
C. Alat dan bahan
1. Balok 1 buah
2. Pegas 1 buah
3. Mistar (100 cm)
D. Langkah-langkah kegiatan
1. Angkatlah sebuah benda perlahan-lahan dengan menggunakan neraca
pegas, dari lantai sampai ke atas meja, amati dan baca besar gaya yang
diperlukan untuk mengangkat itu.
105
2. Lakukan seperti kegiatan 1, tetapi sekarang diangkat sampai dua kali,
tingginya semula. Amati juga gaya yang diperlukan untuk mengangkat itu.
Berbedakah besar gaya yang diperlukan pada kegiatan 1 dengan gaya yang
diperlukan pada kegiatan 2. berbedakah besar energi yang diperlukan pada
kegiatan 1 dan kegiatan 2.
E. Pertanyaan
1. Bagaimanakah besar gaya dalam kedua hal di atas?
2. Apakah besarnya sama?
3. Bagaimana dengan energi yang digunakan, apakah sama?
F. Kesimpulan
106
Lampiran 8
Uji Validitas
Perhitungan uji validitas dilakukan dengan menggunakan uji korelasional point
biserial berdasarkan rumus berikut ini.
q
p
SD
MM
t
tp pbir
Dimana:
rpbi = indeks point biserial
Mp = Mean (rata-rata) skor yang dijawab betul oleh testee (peserta tes) pada
butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara
keseluruhan.
Mt = Mean (rata-rata) skor yang dijawab salah oleh testee (peserta tes) pada
butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara
keseluruhan.
SDt = Deviasi standar skor total.
p = proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir soal yang sedang
diuji validitasnya.
q = proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir soal yang sedang
diuji validitasnya
Untuk keperluan perhitungan nilai point biserial tersebut maka dibuatlah tabel
bantu perhitungan uji validitas. Berikut ini adalah ringkasan tabel perhitungan
Perhitungan RealibitasUntuk keperluan perhitungan realibitas instrumen tes ini, digunakan rumus Spearman-Brownberikut ini.
2
1
21
r1N1
rNr n
Simbol-simbol yang terdapat pada persamaan tersebut dijelaskan pada keterangan berikut ini.rn = koefisien korelasi seluruh tesN = perbandingan antara panjang tes secara keseluruhan dengan panjang tes yang
dikorelasikanr½ = koefisien korelasi antara sebagian tes dengan bagian tes lainnyaTabel berikut ini adalah ringkasan perhitungan realibilitas ini.
Tabel Perhitungan Reliabilitas Meode Ganjil-GenapSkor untuk item no Ganjil JumlahNo
Untuk menghitung derajat kesukaran digunakan rumus berikut ini.
%100nn
WWDK
HL
HL
Maksud dari setiap simbol pada persamaan tersebut adalah sebagai berikut.DK = derajat kesukaran (degrees of difficulty)WL = jumlah individu kelompok bawah yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentuWH = jumlah individu kelompok atas yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentunL = jumlah kelompok bawahnH = jumlah kelompok atas
Kategorisasi derajat kesukaran tersebut berdasarkan ketentuan berikut ini.
Mudah : DK ≥ 0,70
Sedang : 0,30 < DK < 0,70
Sukar : DK ≤ 0,30
118
Lampiran 11Daya Beda
Untuk menghitung daya beda setiap soal digunakan rumus berikut ini.
n
WWDB HL
Maksud dari setiap simbol dari persamaan di atas adalah sebagai berikut.DB = Daya Beda (discriminating power, DP)WL = jumlah individu kelompok bawah yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentuWH = jumlah individu kelompok atas yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentun = jumlah kelompok atas atau kelompok bawah
Kategorisasi untuk menentukan daya beda didasarkan ketentuan berikut ini.
Drop : TK < 0
Buruk : 0 ≤ TK < 0,20
122
Cukup : 0,20 ≤ TK < 0,40
Baik : 0,40 ≤ TK < 0,70
Baik Sekali : 0,70 ≤ TK < 1,00
123
Lampiran 12
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes
Item No Validitas TarafKesukaran Daya Pembeda
1 Valid Sdg baik2 Valid Sdg cukup3 Valid Sdg baik sekali4 Valid Sdg baik5 Tidak Valid Sdg drop6 Tidak Valid Sdg drop7 Valid Sdg baik sekali8 Valid Sdg baik9 Tidak Valid Sdg baik
10 Valid Sdg baik sekali11 Tidak Valid Sdg buruk12 Valid Sdg baik13 Valid Sdg baik sekali14 Tidak Valid Sdg cukup15 Valid Sdg baik sekali16 Valid Sdg cukup17 Tidak Valid Skr buruk18 Valid Sdg baik19 Valid Sdg baik sekali20 Valid Skr baik21 Tidak Valid Skr cukup22 Valid Skr baik23 Valid Sdg cukup24 Valid Sdg baik sekali25 Valid Sdg baik26 Valid Sdg baik27 Tidak Valid Skr baik28 Valid Sdg baik sekali29 Tidak Valid Sdg cukup30 Valid Skr baik
Penetapan keputusan disamping didasarkan pada kriteria-kriteria tersebut jugadidasarkan pada keterpenuhan indikator. Artinya, setiap indikator diwakili olehsatu atau lebih soal.
124
Lampiran 13
DATA HASIL PENELITIAN
Kelompok Eksperimen
NilaiNo NamaPretes Postes
1 Adi Joyo Negoro 40 452 Agrishinta Dewi A 50 703 Anas Surya Permana 30 654 Anggreina 45 755 David Hamonangan 30 756 Dea Aprilia 45 507 Desy Murdiah 35 558 Erlando Bandawesa 35 559 Febri Apriansyah 50 75
10 Feri Alfa Prasetia 35 8511 Gusnaelly Fitriyati A 40 7512 Ilham Sampurna 40 7013 Innez Nadia. D 35 5514 Intan Ratna K 45 6515 Laras Otaviani 45 5016 M. Ahya Rosada 35 5517 M. Iqbal Wiguna 45 8018 M. Rahma 40 7519 M. Rifaldi Septian 35 5520 M. Suprada H 30 6021 Neneng Soleka 40 4522 Nissa Rachmani 35 6023 Pracikal Giya P 40 6024 Rasmanah 45 7525 Regita Ardia G 45 8026 Resy Anissa 35 7527 Reza Pratama 40 8028 Rosma Allyka 40 7029 Salman Farish 50 7530 Septiani Rachmawati 45 7531 Utami Insani 35 7032 Yukie Nugraha 30 80