TINJAUAN ALKITAB TERHADAP AJARAN ADVENT HARI KETUJUH TENTANG HARI SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi Alkitabiah) Ernawati Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta Abstrak Pelaksanaan hukum keempat dalam wujud ibadah persekutuan dalam satu hari yang ditentukan, menjadi perdebatan. Orang Advent Hari Ketujuh tetap memiliki pandangan dan keyakinan bahwa hukum yang keempat adalah hukum Allah yang tidak berubah dan tetap, sebab telah dibuat Allah untuk manusia sejak penciptaan, dan dengan tetap berpegang pada hukum tersebut maka mereka tergolong orang-orang yang diselamatjan. Sedangkan mayoritas orang Kristen melakukan ibadah pada hari Minggu, dengan berpandangan bahwa oleh karena Kristus telah bangkit pada hari pertama maka “hari pertama” itu dipergunakan untuk berkumpul (beribadah). Karya Ilmiah ini disusun untuk mengemukakan bagaimana seharusnya orang Kristen bersikap terhadap ajaran Advent Hari Ketujuh tentang hari Sabat. dengan metode tinjauan alkitabiah. Penulis berorientasi pada pandangan Advent Hari Ketujuh dengan langkah-langka sebagai berikut. Pertama, menjelaskan latar belakang munculnya Ajaran Advent Hari Ketujuh dengan berorientasi pada tokoh-tokohnya, Kedua, menjelaskan hari Sabat yang diberikan Allah kepada orang Kristen dengan meninjau dari pandangan Alkitab Ketiga, sikap orang Kristen terhadap ajaran Advent Hari Ketujuh dalam melaksanakan hari Sabat yang diuraikan secara praktis- teologis sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman dalam penerapan sikap yang benar dalam menanggapi ajaran Advent Hari Ketujuh. Pentingnya penulisan skripsi ini karena memberi manfaat dalam hal: pertama, memberikan kontribusi kepada lembaga pendidikan dalam bidang dogmatika dalam pemhaman hukum keempat. kedua, memberikan kontribusi bagi orang Kristen dalam pemahaman dan pelaksanaan hukum keempat. Ketiga, menolong penulis dalam memahami dengan benar arti hukum keempat (Sabat), sehingga memiliki pondasi dalam pelayanan di tengnh-tengah orang Kristen. Dick Mack dan Marianus T. Waang
40
Embed
SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TINJAUAN ALKITAB TERHADAP AJARAN ADVENT HARI KETUJUH TENTANG HARI
SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi Alkitabiah)
Ernawati
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
Abstrak
Pelaksanaan hukum keempat dalam wujud ibadah persekutuan dalam satu hari yang
ditentukan, menjadi perdebatan. Orang Advent Hari Ketujuh tetap memiliki pandangan
dan keyakinan bahwa hukum yang keempat adalah hukum Allah yang tidak berubah dan
tetap, sebab telah dibuat Allah untuk manusia sejak penciptaan, dan dengan tetap
berpegang pada hukum tersebut maka mereka tergolong orang-orang yang diselamatjan.
Sedangkan mayoritas orang Kristen melakukan ibadah pada hari Minggu, dengan
berpandangan bahwa oleh karena Kristus telah bangkit pada hari pertama maka “hari
pertama” itu dipergunakan untuk berkumpul (beribadah). Karya Ilmiah ini disusun untuk
mengemukakan bagaimana seharusnya orang Kristen bersikap terhadap ajaran Advent Hari
Ketujuh tentang hari Sabat. dengan metode tinjauan alkitabiah. Penulis berorientasi pada
pandangan Advent Hari Ketujuh dengan langkah-langka sebagai berikut. Pertama,
menjelaskan latar belakang munculnya Ajaran Advent Hari Ketujuh dengan berorientasi
pada tokoh-tokohnya, Kedua, menjelaskan hari Sabat yang diberikan Allah kepada orang
Kristen dengan meninjau dari pandangan Alkitab Ketiga, sikap orang Kristen terhadap
ajaran Advent Hari Ketujuh dalam melaksanakan hari Sabat yang diuraikan secara praktis-
teologis sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman dalam penerapan sikap yang
benar dalam menanggapi ajaran Advent Hari Ketujuh. Pentingnya penulisan skripsi ini
karena memberi manfaat dalam hal: pertama, memberikan kontribusi kepada lembaga
pendidikan dalam bidang dogmatika dalam pemhaman hukum keempat. kedua,
memberikan kontribusi bagi orang Kristen dalam pemahaman dan pelaksanaan hukum
keempat. Ketiga, menolong penulis dalam memahami dengan benar arti hukum keempat
(Sabat), sehingga memiliki pondasi dalam pelayanan di tengnh-tengah orang Kristen.
C. Kesimpulan ........................................................................................................
BAB IV IMPLIKASI HARI SABAT BAGI ORANG KRISTEN ...........................................
A. Implikasi Teologis .............................................................................................
B. Implikasi Praktis ................................................................................................
1. Sabat Bukan Perayaan pada Harinya ........................................................
2. Sabat adalah Istirahat Rohani dan Jasmani ...............................................
3. Sabat ada Dalam Diri Orang Kristen .........................................................
BAB V KESIMPULAN .........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penulisan, pentingnya penulisan, hipotesis, ruang lingkup penulisan. metode
penelitian dan penulisan, penjelasan judul, dan sistematika penulisan.
Latar Belakang Masalah
Hukum keempat dari Sepuluh Hukum yang tertera dalam dua loh batu yang
diberikan oleh Allah kepada bangsa Israel melalui Musa di gunung Sinai, berbunyi “ingatlah
dan kuduskalah hari sabat" (Kel. 20:8). Hukum keempat ini mendapat perhatian banyak
orang Kristen, seperti yang ditulis oleh J. Verkuyl :
Firman tentang hari Sabat telah menggerakkan begitu banyak pena dan lidah, karena
dalam zaman PB, Tuhan Yesus Kristus telah bergumul sekuat tenaga melawan orang-
orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang tidak paham akan makna Firman tentang hari
Sabat zaman PL dan yang salh sama sekali menginterpretasikannya.1
Istilah hari Sabat berasal dari bahasa lbrani yaitu “Sabbath" artinya “istirahat”, dalam
pandangan dan perhitungan Yahudi adalah hari terakhir pekan, yang disucikan dengan
ibadah kepada Allah dan berhenti bekerja.2
Pandangan Yahudi tentang hari Sabat ini mempengaruhi kelompok Adventis,
termasuk oleh kelompok Advent Hari Ketujuh. Sesuai pemahaman mereka pada hukum
keempat yang diwujudkan dalam Ibadah pada akhir pekan yaitu hari Sabtu, dengan alasan
bahwa Tuhan Allah melakukan tiga perkara kepada hari ketujuh ini: 1. berhenti; 2 la berkati.
dan 3 la sucikan.3
ltulah sebabnya sampai kini gereja Advent Hari Ketujuh beribadah pada hati sabtu.
Hal ini cukup membuat mereka berbeda dengan orang Kristen atau gereja lain yang
beribadah bukan pada hari sabtu. Mereka begitu kuat berpegang pada pemahaman Sabat
hari ketujuh, hal ini jelas terlihat dalam pasal-pasal pernyataan iman mereka I980 pada ayat
19:
Sang pencipta yang murah hati, setelah enam hari penciptaan, beristirahat pada hari
ketujuh dan menetapkan Sabat bagi semua orang sebagai suatu pengenangan akan
penciptaan. Titah keempat dari Allah, hukum yang tidak boleh diubah itu, menurut
pemeliharaan hari ketujuh ini sebagai hari istirahat, ibadah dan pelayanan, selaras
dengan : pengajaran dan perbuatan Yesus, Tuhan sabat itu. Sabat adalah hari
persekuutan dengan Allah dan sesamanya yang penuh dengan sukacita. itu adalah
lambang penebusan di dalam Kristus, tanda penyucian kita, bukti kesetiaan kita, dan
cicipan pendahuluan akan masa depan kita yang kekal di dalam kerajaan Allah. Sabat
adalah tanda abadi dari Allah atas perjanjian-Nya. Memelihara dengan sukacita waktu
1J. Verkuyl, Etika Kristen Kapita Selekta, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992), 175
2Gerald O'Collins dan Edward G. Farrugia, Kamus Teologi (Yogyakarta: Kanisius, 1996), 282 3W. L. Wilcox, Hari Perhentian (Bandung: Indonesia Publishing House, 1975), 18
yang kudus ini dari senja ke senja, matahari terbenam ke matahari terbenam
merupakan perayaan atas tindakan ciptaan dan penebusan oleh Allah.4
Lebih tegas lagi, salah seorang tokoh Adventis yang benama Hiram Edson
menekankan tentang Sabat ini menghubungkannya dengan kedatangan Kristus kembali.
Menurut Edson orang-orang Kristen yang benar harus merayakan hari Tuhan bukan pada
hari Minggu, melainkan pada hari Sabtu (Sabat) sesuai dengan Sepuluh Hukum. Kristus
belum datang ke dunia kembali karena menunggu sampai seluruh Gereja merayakan Sabat.5
Pernyataan tokoh Advent ini dapat disimpulkan bahwa di luar Advent Hari ketujuh adalah
orang Kristen yang tidak benar, sehingga peralihan hari beribadah Gereja sebagai peringatan
dari hari ketujuh menjadi hari Pertama (Sabtu ke Minggu) adalah salah.6 Pengikut Advent
Hari ketujuh menganggap bahwa, orang Kristen yang menjadikan hari minggu (hari
pertama) sebagai hari kebaktian adalah hal kemurtadan dan usaha untuk menjauhkan diri
dari Yudaisme.7
Pemahaman tentang Sabat oleh golongan Advent Hari ketujuh mengikuti kalender
Israel, bisa juga menjadi salah satu perbedaan pemahaman tentang pelaksanaan hukum
Keempat dengan orang Kristen yang berpatokan pada penanggalan Masehi.
Pemahaman berdasarkan penafsiran yang berbedalah, sehingga dalam
pelaksanaannya berbeda pula. Sebenarnya pelaksanaan pemeliharaan hari Sabat sebagai hari
yang dikuduskan Allah. tidak hanya berlaku bagi bangsa Israel ataupun orang-orang
Adventis saja tetapi semua orang Kristen wajib memenuhi hukum Keempat ini, dengan
perwujudannya dalam ibadah kepada Allah. Sang Pencipta dan Penyelamat.
Orang Kristen yang melaksanakan ibadah bukan pada hari Sabtu mendasarkan pada
pemahaman bahwa, Alkitab menetapkan bahwa satu dari tujuh hari harus diindahkan
sebagai hari suci bagi Allah.8 Pandangan ini tentu berbeda dengan aliran Advent Hari
Kemjuh yang menganggap bahwa, orang Kristen yang tidak berSabat pada hari Sabtu
berarti tidak mengindahkan hukum Keempat. Beribadah pada hari Pertama (hari Minggu),
dianggap tidak memberlakukan satu dari Sepuluh Hukum (Dasa Titah) . Hal inilah yang
memotivasi penulis untuk menulis tentang masalah ini, dengan pertimbangan bahwa
pelaksanaan hari Sabat bagi orang Kristen ini penting untuk diketahui oleh orang Kristen
sehingga memiliki pandangan yang benar dalam pelaksanaan hari Sabat sebagai hari
perhentian yang Tuhan anugerahkan kepada umat-Nya, dan ini tentunya dengan
memandang arti dan makna hari Sabat yang Allah berikan dan sediakan bagi umat-Nya,
sehingga pelaksanaannya benar-benar sesuai dengan Firman Tuhan, Alkitab.
4Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran dan di Sekitar Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 311 5Christian de Jonge, Gereja Mencari Jawab Kapita Selekta Sejarah Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1994), 55-56 6J. Verkuyl, Etika Kristen Kapita Selekta ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992), 176 7Tim Penyusun, Alkitab yang Dilengkapi dengan Penuntun Dasar untuk Pemahaman Alkitab (Jakarta: LAI Oleh Gereja
Masehi Advent Hari Ketujuh, 1985), 31 8Tim Penyusun, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini N-Z (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF,
1996), 335
BAB ll
LATAR BELAKANG, SEJARAH DAN AJARAN ADVENTH HARI KETUJUH TENTANG
HARI SABAT
Setiap agama atau aliran kepercayaan memiliki ajaran. Ajaran itu membuat umatnya
tertarik, sehingga mereka meletakkan kepercayaan atau keyakinan akan ajaran dalam agama
itu. Demikian pula dalam aliran Advent Hari Ketujuh, mengimani beberapa ajaran.
Advent Hari Ketujuh memiliki lebih dari satu ajaran. Dalam buku pengajaran Advent
Hari Ketujuh tercatat ada dua puluh tujuh ajaran.9 Dari dua puluh tujuh ajaran itu nampak
tidak ada perbedaan dari ajaran dalam kekristenan. Hanya saja, pemahaman mengenai
hukum keempat dari Sepuluh Hukum mendapat penekanan yang utama, namun tidak
terlepas dari beberapa ajaran yang cukup menonjol. Ada faktor yang melatarbelakangi
pemahaman Advent Hari ketujuh, diantaranya; latar belakang berdirinya, tokoh-tokoh
Adventis. Inilah yang menjadikan orang Adventis berbeda dengan orang Kristen yang juga
memelihara hari Sabat.
Pada bab II ini akan dibahas latar belakang, sejarah (dengan mengikutseertakan tokoh-
tokoh Adventis serta beberapa ajarannya), dan ajaran tentang hari Sabat yang merupakan
fokus penulis.
A. Latar Belakang Aliran Advent Hari Ketujuh
1. Suasana dan Perkembangan Dunia Keagamaan Abad ke-l9
Mark A. Noll dalam bukunya, A History of Christianity in the United State and
Canada, menyebutkan bahwa abad ke-19 bagi Amerika Serikat sebagai, “The Protestant
Century” artinya pada abad ke-l9 gereja-gereja mengalami perkembangan, sehingga
protestan nampaknya menonjol di Amerika Serikat pada masa itu.10 Catatan sejarah
menyebutkan pada kurun waktu 1790-1840, terjadi pergandaan jumlah penduduk Amerika
Serikat, bertambah kurang dari 4,5 kali lipat. Sementara itu jumlah warga Gereja Katholik
Roma mengalami peningkatan l9 kali. Pertambahan ini terjadi oleh adanya imigran yang
beragama Katholik Roma dari Eropa ke Amerika Serikat, hal inilah yang menyebabkan
hingga kini Gereja Katholik Roma merupakan organisasi gereja yang memiliki jumlah umat
terbesar di Amarika Serikat.11
Adanya suasana dan perkembangan dunia keagamaan pada abad ke-19, dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain
a. Politik-agama
Abad ke-l9 merupakan masa ekspansi geografis orang Amerika Serikat. Tidak bisa
tidak, gereja-gereja di Amerika pun ikut berekspansi. Ekspansi yang dilakukan Amerika,
menguasai seluruh bagian benua dari pantai Atlantik hingga Pasifik.12 Amerika Serikat
merupakan Negara pertama, dimana gereja dan Negara dipisahkan,13 gereja tidak mendapat
9Tim penyusun, Apa yang Perlu Anda Ketahui tentang ..., (Bandung: Indonaia Publishing House, 1992) 10Jan S. Arilonang, Berbagai Aliran dan Di sekitar Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,l996), 290 11Ibid, 29l 12Ibid, 292 13J. H. Van den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2001), 349
dukungan dari negara, demikian pula Negara tidak terlibat atau mencampuri urusan gereja.
Gereja dan Negara mengurus urusannya masing-masing. Keadaan ini mendukung adanya
pertumbuhan keagamaan, atau perhatian pada hal kerohanian, dengan munculnya
denominasi-denominasi berbeda serta aliran-aliran ataupun bidat-bidat juga bermunculan.
Maka tidak mengherankan bila di Amerika Serikat dapat dikatakan.
b. Sosial-ekonomi
Keberhasilan Amerika Serikat dalam menggali dan mengolah sumber daya alam dan
manusia, hal ini membuat mereka menjadi kaya. Individu atau kelompok masyarakat, yang
sudah terbiasa dengan berbagai aktivltas/kerja, terus larut dalam apa yang dikerjakannya.
Dan hal itu akan terus memotivasi untuk terus berusaha dan bekerja lebih keras lagi. Hal ini
terlihat pada masyarakat Amerika Serikat pada abad ke-l9, sehingga menjadikan pola pikir
dan pola hidup warga Amerika pada umumnya, mengarah pada ciri aktivisme.14 Hal ini
menandakan bahwa orang Kristen di Amerika lebih banyak bekerja dan terus bekerja.
Dengan demikian lebih memusatkan pada aktivitas/kerja, akibatnya minat pada berefleksi
(berpikir, merenung dan mengungkapkan hasil) menjadi kurang.15
c. Sosial-agama
Sejak abad ke XVI, banyak orang-orang Kristen dari belahan bumi yang lain, ke
Amerika Serikat untuk suatu hidup yang baru, ada yang disebabkan oleh ketidakadanya
kebebasan dalam beribadah.16 Selain itu, ada satu golongan lagi yang datang ke Amerika
Serikat, orang-orang yang datang dari Afrika yaitu kaum Negro. Namun, posisi kaum Negro
ini beda dengan mereka yang datang daru Eropa, sebab kaum Negro ini datang dengan
keadaan sebagai budak. Meskipun demikian, kaum Negro menerima agama orang kulit
putih, khususnya Gereja Baptis dan Methodis.17 Adanya kebebasan yang berlaku di Amerika
Serikat mengakibatkan sepanjang abad ke-l9 Amerika Serikat merupakan tempat
pertumbuhan, baik dari denominasi-denominasi atapun bidat-bidat.18 Tidak mengherankan
bila masing-masing gereja bergiat dengan melakukan pembaharuan-pembaharuan demi
kemajuan dan perkembangan masing-masing gereja. Kebangunan-kebangunan rohani itu
disertai dengan usaha-usaha agar orang-orang kolonis baru menjadi saleh.19
Dengan demikian, pada abad tersebut perkembangan hal kerohanian atau keagamaan
mendapat perhatian masyarakat, dengan melihat tanggapan mereka terhadap kemunculan
denominasi-denominasi bahkan bidat-bidat yang menawarkan “kebaikan” bagi kehidupan
akhir manusia.
2. Sejarah Advent Hari Ketujuh
14Aritonang. Op. Cit. hlm. 293 15Ibid. hlm. 293 16Christuqn De Jonge dan J an S. Aritonang, Apa dan Bagaimana Gereja? (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
l993). hlm. 45 17Van den End. op. Cit. hlm. 349 18Thomson, Gereja Kristen di Amerika Utara (Jakarta: BPK Gunung Mulia,l973), 170 19de Jonge dan Aritonang, Op.Cit,45
Banyak dari gerakan revival yang berlangsung di Amerika pada abad ke-19, bercorak
ekstrem (kadang disebut ‘ultrais’). Gerakan revival ini sangat gencar dengan menyatakan
bahwa, karya dan tindakan mereka langsung di bawah tuntunan Roh Kudus.20 Tidak
mengherankan apabila terjadi pertikaian antara gereja di masyarakat. Pertikaian terjadi
karena masing-masing membenarkan diri sebab merasa dituntun oleh Roh Kudus.
Pada awal abad ke-l9, di kalangan kaum ‘injili’ (yakni yang bersemangat kebangunan
rohani), terdapat penekanan yang kuat terhadap penelaahan bagian-bagian Alkitab yang
berbicara mengenai Advent Kedua (=Parousia), yakni kedatangan Tuhan Yesus yang kedua
kali dan Eskaton (akhir zaman).21 Akibat semangat penantian kedatangan Tuhan Yesus yang
kedua kali, maka muncul banyak penafsiran yang ditujukan untuk menjawab keinginan
orang banyak pada saat itu.
Advent Hari Ketujuh tidak berbeda dengan aliran yang muncul pada abad ke-l9.
Untuk mengetahui latar belakang atau sejarah Advent Hari Ketujuh, maka perlu
mempelajari beberapa tokoh pelopor, diantaranya:
a. WILLIAM MILLER (1782-1849)
Miller lahir di Pittsfield, Massachusetts, saat perang Amerika Serikat hampir usai. Ahli
dalam perhitungan matematika, juga seorang tentara seperti ayahnya serta pernah menjadi
seorang petani. Miller sempat menjadi pengikut deisme (pemahaman tentang Allah yang
didasarkan pada ratio), setelah menikah dan bergaul dengan sejumlah warga terkemuka
yang menganut deisme. Namun kemudian Miller mengalami kekecewaan dengan deisme,
dan lewat pengalaman berperang kemudian Miller semakin menyadari kodrat manusia
sebagai pendosa.22 Melihat perjalanan hidup kerohanian Miller yang berpindah-pindah
kepercayaan, terlihat rasa kekecewaan dan ketidakpuasan. Lebih dari itu Miller tidak
menemukan kedamaian dalam dirinya? Kemudian pada tahun 1816, Miller bertobat dan
pada tahun 1845 Miller menulis mengenai pertobatannnya itu.
I saw the Bible did bring to view just such a savior as I needed; and I was perplexed to
find how an uninspired book should develop principles so perfectly adapted to the
wants of a fallend world. I was constrained to admit that the scriptures must be a
revelation from God; they become my delight, and in Jesus I found a friend.23 (Saya
melihat Alkitab membawa penglihatan pada hanya seorang penyelamat seperti yang
saya butuhkan : dan saya dibingungkan bagaimana menemukan buku tak
bersemangat akan memperkuat asas juga dengan sempuma menyesuaikan pada
kejatuhan dunia. Saya didesak untuk mengakui bahwa Firman Tuhan harus menjadi
pembuka rahasia dari Allah , menjadi kesenanganku, dan dalam Yesus saya
menemukan seorang teman. Ter-Pen)
Miller mengadakan penyelidikan Alkitab selama dua tahun, dengan maksud untuk
menjawab keinginan hatinya dan juga melihat situasi kerohanian pada masa itu, (dimana
20Aritonang, 0p.Cit, 294 21lbid. 294 22ibid, 296 23Don F. Nevfeld and Julia Neuffer, Seventh-day Adventist Bible Students Source Book Commentary
reference series Volume 9 , (Hegerstown: Review and Herald Publishing Association Washington D C,
1962). 889
orang-orang terfokus pada ajaran parousia), Kegiatan yang dilakukan oleh Miller, dalam
kaitannya dengan penyelidikan Alkitab, ternyata Miller lebih terfokus pada nubuatan-
nubuatan tentang kedatangan Kristus yang kedua kali.24 Dan memusatkan penyelidikannya
pada kitab Daniel (pasal 8 dan 9), kemudian dihubungkan dengan nubuatan dalam kitab
Wahyu 14. Dari hasil penafsiran Miller terhadap angka-angka yang tertera dalam Daniel
yaitu 2300 hari, maka Miller menetapkan bahwa pada tahun 1843 Kristus akan datang
kembali, atau selambat-lambatnya pada tahun 1844. Pernyataan Miller ini, sebenarnya telah
ada sejak tahun 1818, namun Miller baru mulai berani mencetuskannya pada tahun 1823.
Dan oleh desakan dalam hatinya, Miller mulai mengkhotbakan tentang Advent kedua ini.25
Berbicara mengenai kedatangan Kristus pada kali yang kedua, tentulah menjadi suatu
topik yang menarik dan mengundang banyak perhatian. Oleh karena, jika orang Kristen
dapat mengetahui saat Yesus datang kembali, maka mereka dapat mempersiapkan diri
dalam menyambut-Nya. Tidak mengherankan bila ratusan pendeta dan bahkan ribuan
orang Kristen menerima penafsiran Miller ini, dan bahkan meyakininya.26 Namun Gruss
menilai bahwa Miller tidak pernah sempat menjadi seorang Adventis Hari Ketujuh.27
b. HIRAM EDSON (1806-1882)
Berhubung hari yang ditetapkan oleh Miller, sebagai “hari Mulia” kedatangan Kristus
yang kedua kali tidak terwujud, maka banyak golongan Millerit (=pengikut ajaran Miller)
yang mulai mengundurkan diri dari persekutuan kaum Millerit.28 Pengikut-pengikut yang
kecewa itupun kembali ke Gereja asal mereka, namun tidak semua meninggalkan
persekutuan Adventis. Mereka yang masih meyakini Advent kedua tetap bergabung dengan
Miller. Salah satu di antaranya adalah Hiram Edson. Hiram Edson membela penafsiran
Miller, dengan mengatakan bahwa apa yang telah ditafsirkan oleh Miller itu tidak salah.
Kemudian bersama F. B. Hahn (seorang dokter) dan O.R.L. Crozier, mengadakan
penyelidikan Alkitab. Dan hasil penyelidikan ketiga orang tersebut ternyata bahwa, Bait Suci
yang dipulihkan tahun 2300 bukan di bumi, tetapi Bait suci Allah di surga.29 Dengan
pernyataan,
They held that Christ had entered upon the first phase of His ministry at His ascension,
and in line with the long prophecy of Daniel 8:14, that He had entered upon the second
and final phase on oct. 22, 1844. At the close of this final for mankind, man’ s probation
would end, and Christ would soon return to resurrect the righteous dead and translate
the right eous living.30 (Mereka berpegang bahwa Kristus masuk pada phase
pelayanan-Nya yang pertama pada kenaikan-Nya, dan dalam sepanjang nubuatan
Daniel 8:14, bahwa Kristus masuk dalam phase kedua dan phase terakhir pada 22
Oktober 1844. Pada penutupan akhir bagi umat manusia, masa pencobaan manusia
24Ellen G. White, Tulisan-tulisan Permulaan (Bandung: Indonesia Publishing House,), hlm. 14 25Aritonang, op.Cit, him. 297 26Th. Van den End, Ragi Carita 2 (Jakarta: BPK Gunung Mulia,l988), hlm.277 27Aritonang, Op. Cit, hlm. 299 28Ibid 29White, Op. Cit hlm. 28 30Ronald H. A. Seboldt, What IS Seventh-day Adventism?, (: Concordia Publishing House), hlm 6
berakhir dan Kristus akan segera kembali untuk menghidupkan kembali kematian
yang pada tempatnya dan mewujudkan yang pada tempatnya. Ter-Pen)
Pernyataan tersebut kemudian dikembangkan dengan doktrin tentang keselamatan
bagi manusia melalui pelayanan Yesus Kristus dalam karya penebusan, sebagai berikut:
Salib merupakan tahap pertama dari penyelamatan, tahap kedua adalah ketika Kristus
memasuki tempat kudus untuk memulai pekerjaan-Nya pada tahun 1844, dan tahap ketiga
adalah waktu dosa-dosa kita diletakkan pada kambing jantan penghapus dosa yaitu iblis,
pada hari penebusan.31
c. JOSEPH BATES (1792-1872)
Joseph Bates yang lahir di New Bedford, Massachusetts, mempelopori adanya The
Sabbatarian Adventists. Mantan nakhoda kapal ini ikut meyakini apa yang dicetuskan,
diyakini oleh pendahulunya, yaitu Miller dan Edson. Bates setuju akan pandangan adanya
“pembersihan Bait Suci Allah,” dalam kaitan penafsiran kedatangan Kristus pada kali yang
kedua, yang berawal dari nubuatan Miller. Penekanan Joseph Bates juga adalah, hari
perhentian dan peribadatan adalah hari Sabat (Sabtu, hari ketujuh), sesuai dengan Hukum
keempat dalam Sepuluh Hukum. Penekanan lain, khususnya yang berhubungan dengan
“Bait Suci Allah” adalah adanya larangan-larangan, seperti: mencuci pada haru Sabat,
merokok, minuman alkohol, teh dan kopi serta makan daging dari binatang yang menurut
Perjanjian Lama termasuk najis ( Babi, udang, kepiting dll, juga yang mengandung darah).32
Oleh pandangan Bates ini kemudian berkembang menjadi satu pengajaran dalam
Advent Hari Ketujuh tentang larangan memakan daging sehingga hanya mengkonsumsi
sayur-sayuran, sehingga tidak keliru bila mengatakan Advent Hari Ketujuh bertolak atau
berorientasi pada Perjanjian Lama, maka tidak mengherankan bila mereka juga masih
mengikatkan diri pada hukum yang berhubungan dengan makanan. Seperti yang
dikemukakannya dengan menghubungkannya pada pandangan bahwa tubuh adalah
sebagai Bait suci Allah.33 Larangan akan makanan ini berpatokan pada Perjanjian Lama
dalam kitab Imamat, dimana terdapat beberapa hewan dilarang untuk dikonsumsi. Jadi,
tidak salah jika Advent Hari Ketujuh lebih cenderung untuk bervegetarian (mengkonsumsi
hanya sayut-sayuran ).
Pernyataan tersebut tidak terlepas dari pengajaran tentang hukum keempat, bahwa
Advent Hari Ketujuh mengartikan kata “suci’ (dalam hukum Keempat) sama artinya
“seutuhnya” dan “sehat”. Jadi, hari Sabat Allah dapat diterjemahkan dengan bebas sebagai
berikut, ”ingatlah kamu akan hari Sabat supaya kamu tetap sehat“.34 Dengan bervegetarian
maka orang Adventis lebih yakin bahwa diri mereka tetap sehat, bila dibanding
mengkomsumsi makanan dari hewan seperti yang sudah dicatat dalam Perjanjian Lama.
Disucikan maksudnya, diasingkan untuk suatu maksud yang kudus.53 Dengan
demikian Sabat hari Ketujuh yang disucikan Allah menjadi hari yang kudus bagi umat
Advent Hari Ketujuh. Oleh karena hari Ketujuh inilah yang dikehendaki Allah untuk
manusia berbakti kepada Allah secara khusus, maka manusia bisa mengingat kuasa Allah
yang dinyatakan dalam hasil ciptaan alam. Hari Sabat Allah adalah suci, manusia tidak
boleh menginjak-injaknya dan tidak boleh melakukan kesenangan pada hari Sabat (Yes.
58:13), serta tidak boleh menajiskannya (Yeh. 20: 13,21). 54
iii. Allah Berkati
Allah tidak hanya menjadikan hari Sabat, tetapi Allah juga memberkatinya. Dengan
diberkatinya hari Ketujuh itu, berarti itulah menyatakan sebagai hal yang khusus
diperkenan oleg Allah. dan merupakan hari yang mendatangkan berkat bagi makhluk yang
diciptakan-Nya.55 Oleh karena hari Sabat adalah hari yang dikuduskan oleh Allah sebagai
satu hari yang istimewa, maka menurut pandangan Advent Hari ketujuh, orang Kristen
yang mambuat hari itu kudus akan menerima berkat yang istimewa pula.56
b. Sabat di Sinai
Beberapa hal yang perlu diperhatikan, berhubungan dengan peristiwa di Sinai yang
ada kaitannya dengan Sepuluh Hukum dan khususnya pada Hukum Keempat. Menurut
pemahaman dalam Advent Hari Ketujuh, bahwa Sabat pada peristiwa di Sinai memiliki arti
yang menunjuk pada keluarnya bangsa Israel dari Mesir. Bangsa Israel yang mengalami
masa perbudakan di Mesir tentulah dikekang oleh peraturan yang kejam, dan akibatnya
pemeliharaan hari Sabat sukar dilakukan. Dalam doktrin Advent Hari Ketujuh ada dua arti
yang berhubungan dengan Sabat di sini;
i. Sabat dan Manna
Allah memberikan Manna kepada bangsa Israel. Manna yang ajaib, mengajarkan
kepada bangsa Israel untuk melihat betapa pentingnya hari istirahat. Di mana pada hari
keenam Allah menyuruh bangsa Israel untuk mengumpulkan Manna dua kali lipat lebih
banyak dari hari biasanya, supaya bangsa Israel mempunyai cukup makanan untuk hari
berikutnya, yaitu ketujuh.57 Dengan demikian kembali tercipta pola enam hari kerja dan
istirahat pada hari ketujuh.
53Wilcox, Op.Cit, hlm.l9 54LAI GMAHK, Op.Cit, hlm. 99 55Saerang, Op.Cil, hlm. 292 56Mark A. Finley, Hari yang Hampir Dilupakan (Bandung: lndonesia Publishing Home. 1992), 6 57Saerang Op.Cit, hlm. 293
ii. Hari Sabat dan Hukum
Advent Hari Ketujuh menganggap bahwa, Tuhan membedakan perintah hukum
keempat dengan hukum-hukum yang lain dalam Sepuluh Hukum. Alasan yang diberikan
adalah adanya kata “ingatlah” yang berarti mengajarkan kepada manusia bahaya
melupakan hukum keempat tersebut. Advent Hari Ketujuh menganggap hanya Hukum
Keempat itu yang memiliki gambaran ciri-ciri Allah yang benar dengan mencantumkan
nama-Nya: Tuhan, Allahmu. Selain itu Hukum Keempat ini juga dianggap satu-satunya
hukum yang menunjukkan atas kuasa siapa Sepuluh Hukum itu diberikan, sebab “berisi cap
Allah”.58 Lebih khusus, Ellen G. White mengatakan bahwa hukum yang diberikan di atas
gunung Sinai adalah ucapan dari prinsip kasih, suatu pernyataan kepada dunia tentang
hukum Surga.59
c. Hari Sabat dan Kristus
Mereka yang menyebut diri sebagai pengikut Advent Hari Ketujuh, percaya bahwa
Sabat adalah pertanda bagi orang-orang yang menerima Yesus sebagai Pencipta dan
Juruselamat. Orang Advent Hari Ketujuh scndiri mengklaim bahwa Yesus Kristus adalah
seorang Masehi Advent Hari Ketujuh yang baik.60 Pengakuan ini didasarkan atas sikap
Tuhan Yesus terhadap hari Sabat pada masa pelayanan di bumi, di mana sudah menjadi
kebiasaan Yesus untuk berhenti dan beribadah pada hari yang Ia tetapkan pada saat
penciptaan, baik itu saat Yesus Kristus pada Karya penciptaan bersama Bapa, maupun pada
karya penebusan. Yesus Kristus tetap berpegang padai pengajaran hari Sabat (Luk. 4: 16).61
Lebih lanjut lagi Advent Hari Ketujuh berpandangan sesuai Lukas 23:56 bahwa
Hukum Taurat masih berlaku sesudah penyaliban Kristus, di mana perempuan-perempuan
berhenti menyediakan rempah-rempah pada hari Sabat, sementara Yesus berada di kubur.62
d. Hari Sabat dan Para Rasul
Hal yang sama dilakukan oleh para rasul, selaku murid-murid Yesus Kristus yaitu di
mana mereka berbakti pada hari Sabat, Sabtu (hari yang ketujuh). Salah seorang rasul
Kristus yang juga mengikuti kebaktian hari Sabat adalah Paulus. Rasul Paulus begitu gigih
mengadakan penginjilan, baik itu kepada orang Yahudi maupun non Yahudi. Dalam Kisah
Para Pasul 13:42, saat Paulus dan Barnabas sedang menyampaikan Firman Allah pada hari
Sabat, namun pelayanan itu dilanjutkan sampai hari Sabat berikutnya. Menjadi pemikiran
orang Advent Hari Ketujuh adalah, penyampaian Firman Allah memang pada hari Sabat,
tidak pada hari lain termasuk hari Minggu.63
58Ibid. hlm. 294 59Ellen G. White, Khotbah di atas Bukit (Bandung: indonesia Publishing House, 1991), hlm. 55 60E. H. Tambunan, Menerobos Bersama Firman Allah (Bandung: lndonesia Publishing House,1984) hlm.
maka membuktikan kemenangan atas dosa sehingga memberikan bukti nyata untuk
menerima dan merasakan keampunan dari Kristus, damai dan sejahtera.69
c. Tanda: Penyucian, Kesetiaan, Dibenarkan oleh Iman
i. Tanda Penyucian
Keluaran 31:13 “Akan tetapi hari-hari Sabat-Ku harus kamu pelihara, sebab itulah
peringatan antara Aku dan kamu, turun-temurun, sehingga kamu mengetahui bahwa
Akulah Tuhan, Yang menguduskan kamu.” Sesuai nas Firman Tuhan ini, orang Advent Hari
Ketujuh memegang prinsip bahwa jikalau orang Kristen memelihara dan menyucikan Sabat,
maka Allah akan menyucikan orang itu. Prinsip ini diambil berdasarkan penafsiran Advent
Hari Ketujuh pada kitab Yehezkiel 20:12,20.70 Dengan demikian hari ketujuh dapat menjadi
satu tanda dalam memperoleh kehidupan yang baru, di dalam Yesus Kristus yang menjadi
Tuhan atas hari Sabat (Mark. 2:28).
ii. Tanda Kesetiaan
Manusia pertama, yaitu Adam dan Hawa ditempatkan Allah ditaman Eden. Ketika
Allah menempatkan Adam dan Hawa dalam taman Eden, Ia menguji kesetiaan mereka,
namun ternyata Adam dan Hawa jatuh dalam ujian itu ( Kej.3). Hal yang sama juga berlaku
bagi seluruh orang Kristen. Kesetiaan mereka terhadap Allah diuji. Kalau manusia pertama
di taman Eden diuji dengan buah pohon pengetahuan baik dan jahat yang tidak boleh
dimakan, maka orang Kristen selanjutnya diuji dengan hukum hari Sabat, yang ditempatkan
di tengah-tengah Sepuluh Hukum.71 Orang-orang Advent Hari Ketujuh mengklaim diri
bahwa merekalah orang-orang yang setia pada Allah, oleh karena mereka patuh dan tetap
berpegang pada pemeliharaan hari Sabat. Lebih lanjut Advent Hari Ketujuh mengatakan
bahwa orang Kristen tidak mengindahkan hari Sabat, dengan memindahkan perbaktian
ibadah dari hari ketujuh ke hari pertama, adalah orang Kristen yang telah disesatkan oleh
setan.72
iii. Tanda dibenarkan oleh Iman
Pemahaman Advent Hari Ketujuh mengenai iman, seperti yang ditulis oleh Ellen G.
White, adalah pihak kita yang menjalankannya, tetapi perasaan sukacita dan berkat adalah
pihak Allah yang memberikan. Kasih karunia Allah datang kepada jiwa melalui saluran
iman yang hidup, dengan demikian iman adalah di dalam kekuasaan kita untuk
melaksanakannya.73
Dengan demikan, orang Kristen yang memelihara hari ketujuh berdasarkan iman dan
berharap pada Kristus, melakukannya dengan kekuatan yang dimiliki. Pengikut Advent hari
69Ibid. hlm. 298 70Wilcox, Op. Cit, hlm. 20 71Saerang, Op. Cit, hlm 299 72Tambunan Op Cit, hlm. 130 73White, Op Cit. (Tulisan-tulisan Permulaan), him 152
ketujuh memandang bahwa orang percaya dibenarknn oleh Yesus Kristus, karena mereka
memelihara hari Sabat.74
d. Waktu Persekutuan
Manusia sebagai makhluk yang diciptakan Allah, tidak begitu saja lepas dari yang
menciptakannya. Oleh sebab itu perlu tetap terjalin hubungan antar keduanya Advent Hari
Ketujuh memandang pertemuan atau persekutuan antara manusia dengan Allah, sudah
ditetapkan oleh Allah sendiri dari sejak sebelum manusia jatuh ke dalam dosa. Dengan
teladan yang diberikan Allah kepada manusia, yaitu berhenti dari pekerjaan maka Allah
berharap manusia tidak selamanya sibuk dengan pekerjaannya, lalu lupa dengan
penciptanya, tetapi memiliki waktu untuk bersekutu dengan sang Pencipta. Oleh karena itu
Allah berhenti pada hari ketujuh dan menyucikan serta memberkatinya. Maka layaklah bila
hari ketujuh dijadikan saat bersekutu dengan Allah, dan dengan demikian manusia masuk
kedalam perhentian Allah.75
Sabat mendatangkan pengharapan dan kegembiraan. Sabat merupakan kesempatan
bagi orang Kristen untuk merasakan hadirat Allah.76
C. KESIMPULAN
Mengenai Hukum Taurat khususnya Sepuluh Hukum, Advent Hari Ketujuh setuju
bahwa Sepuluh Hukum adalah surat hutang, dan hari-hari Sabat adalah menunjuk pada
Sabat hukum Keempat. Namun Advent Hari Ketujuh tidak setuju dengan pernyataan bahwa
Sepuluh Hukum dan hari Sabat itu sudah “ditiadakan” dan “dipakukan di kayu salib” pada
waktu kristus mati.77
Hukum Keempat bersifat kekal, mempunyai arti dan makna tersendiri serta
mempengaruhi doktrin dalam Advent Hari Ketujuh. Termasuk pemahaman pada ketaatan
dalam menyembah kepada Allah, sebab dianggap hanya orang-orang Kristen yang
memelihara hari ketujuh yang menyembah kepada Allah, dan sekaligus tanda persekutuan
manusia dengan Allah.78
Advent Hari Ketujuh tidak berpusat pada Kebangkitan Kristus, tetapi pada kematian
Kristus. Oleh karena pandangan bahwa Kristus tetap berpegang pada hukum Sabat, maka Ia
beristirahat dalam kubur pada hari Sabat.79 Begitu pentingnya hari Sabat bagi Advent Hari
Ketujuh sehingga lebih terfokus pada Kematian Kristus.
Penglihatan Ellen G.White sebagai nabiah bagi Advent Hari Ketujuh, mengambil
peranan penting sehingga Advent Hari Ketujuh tetap berpegang pada pemeliharaan hukum
Keempat. Ellen G.White melihat hukum Keempat sangat istimewa di antara hukum yang
lain dalam Sepuluh Hukum. Hal ini mempengaruhi Advent Hari ketujuh. Oleh Sebab itu
Advent Hari Ketujuh mengatakan sesat kepada orang Kristen yang tidak beribadah pada
74Saerang. Op. Cit, hlm. 300 75LAI GMAHK, op. Cit, hlm 99 76Saerang, Op. Cit. hlm. 299 77Frank Breaden, Penuntun Alat Peraga Baru (Panduan Pendalaman Alkitab untuk Perorangan, Keluarga,
atau Kelompok), (Bandung: Indonesia Publushing House, 1997), him. 148 78Wilcox. Op. Cit, hlm. 54 79Tambunan. Op. Cit hlm.126
hari Sabtu, sebagai Sabat yang telah ditetapkan oleh Allah. Advent Hari Ketujuh lebih tidak
setuju lagi pada perubahan hari peribadatan (hari Sabtu ke hari Minggu), karena
mengganggap perubahan itu atas otoritas Roma Katholik, dengan pengaruh dari kekaisaran
yaitu penyembahan pada dewa matahari.80
Doktrin tentang keselamatan tidak terlepas dari keterikatan hukum keempat, karena
Adven Hari Ketujuh berkeyakinan bahwa memelihara hukum adalah bukti keselamatan.
Karena Hukum Keempat juga adalah hukum, maka yang memelihara hukum keempat
mempunyai bukti keselamatan.
BAB III
TINJAUAN ALKITAB TERHADAP AJARAN ADVENT HARI
KETUJUH TENTANG HARI SABAT
Dalam bab II, penulis telah menguraikan beberapa pandangan pengajaran Advent
Hari Ketujuh, dengan memfokuskan pada pengajaran tentang hari Sabat. Advent Hari
Ketujuh menguduskan hari Sabat dengan ibadah pada hari ketujuh (Sabtu) dengan berdasar
pada Kejadian 2:2-3, namun orang Kristen yang lain mengadakan ibadah pada hari pertama
(Minggu) dengan berdasar pada kebangkitan Kristus pada hari pertama. Dalam bab III ini
penulis menyampaikan pandangan Alkitab mengenai hukum keempat dan pelaksanaannya.
Sehingga diperoleh interpertasi yang benar tentang hari Sabat dan dalam pelaksanaannya
A. Arti dan Makna Hari Sabat dalam Perjanjian Lama
1. Kitab Kejadian
Kejadian 2:3, “Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada
hari itulah la berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya.”
Pekerjaan penciptaan alam semesta dan isinya. dikerjakan Allah Tritunggal selama
enam hari. Salah satu karya ciptaan Allah adalah manusia (Kej. 1:27; 2:7), dan menjadi
puncak mahkota dan maksud utama penciptaan Allah.81
Manusia diciptakan pada hari terakhir atau hari keenam dalam karya penciptaan,
kemudian pada hari ketujuh Allah berhenti dan memberkatinya serta menguduskannya.
Allah berhenti mencipta kemudian beristirahat, pada saat Allah beristirahat setelah enam
hari menciptakan alam semesta, maka manusia yang baru diciptakan-Nya menghuni bumi
terhitung baru satu hari. Karl Barth mengatakan bahwa, Allah menciptakan manusia pada
hari keenam, jadi sesuai dengan Kejadian 2, maka Sabat adalah hari pertama bagi manusia.82
Dalam Keluaran 20:8,11, “lngatlah dan kuduskanlah hari Sabat... sebab enam hari
lamanya Tuhan menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada
hari ketujuh: itulah sebabnya Tuhan memberkali hari Sabat dan menguduskannya.” Nas ini
dijadikan dasar dan alasan oleh Advent Hari Ketujuh bahwa hari Sabat bagi manusia telah
diberikan sejak penciptaan.
80Saerang, Op Cit, him. 305 81C. J. Haak, Dogmatika Reformasi, 131 82J. Verkuyl, Etika Kristen Kapita Selekta (Jakarta: Badan Penerbit Kristen, 1966), 153
Menjadi pertanyaan, benarkah Sabat bagi manusia telah diberikan sejak penciptaan?
Memang nas ini (Kel. 20: 8-1 1) mengacu pada penciptaan (Kej. 2:3), namun bukan berarti
hari Sabat tersebut telah diberikan.
Sietho mengemukakan bahwa, meskipun bangsa Israel belum resmi menerima segala
hukum dan undang-undang sebelum Musa naik ke gunung Sinai, namun Allah telah
memberikan perintah kepada bangsa Israel untuk tetap tinggal pada hari yang ketujuh di
tempat masing-masing, yaitu tentang bersabat (Kel. 16:21). Oleh karena Allah memilih Israel
sebagai umat pilihan, membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir dan menjadikan
kudus, maka Allah hendak memberikan segala hukum dan undang-undang itu hanya
kepada bangsa israel.83 Pernyataan ini juga diungkapkan lebih mendalam oleh Roland H. A.
Sebold, bahwa Sabat bagi Israel bukan sejak penciptaan (Kej. 2:3), melainkan ketika Allah
memberikan Sepuluh Hukum di gunung Sinai (Kel. 20:l-l7), Allah membuat perjanjian
dengan Israel sebagai umat pilihan-Nya, dan Sabat ini hanya sebagai simbol untuk
mengingatkan Israel Pada kedatangan Mesias, seperti Paulus tulis dalam Kolose 2:16-17.84
Dengan demikian hari Sabat dalam Kejadian 2:2-3 adalah Sabat Allah dari pekerjaan
Penciptaan. bukan Sabat untuk manusia.
2. Kitab Keluaran
Dalam Kelunmn 20: 8-11. Israel diperintahkan untuk mengingat dan menguduskan
hari Sabat. lni adalah bagian dari Sepuluh Perintah Allah kepada bangsa Israel yang disebut
Dasa Titah. Nas ini memuat kehendak dan keinginan Allah bagi bangsa pilihan-Nya.
Perintah menguduskan hari Sabat terdaftar dalam urutan keempat dalam Sepuluh Hukum
Perintah ini bukan hanya sekadar perintah yang tidak ada dasar atau alasannya.
Dalam ayat 9, “Engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu”. lni
dimaksudkan bahwa manusia memiliki waktu untuk bekerja Allah berfirman kepada
manusia pertama setelah dicipta”...Beranakcuculah dan bertambah banyak, penuhilah bumi
dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan
atas segala binatang yang merayap di bumi ( Kej. 1:28). Nas ini dikenal dengan “mandat
budaya” bagi manusia. Allah memberikan tugas dan kewajiban kepada manusia, untuk
mengembangkan dan membudayakan seluruh ciptaan.85 Ketika bangsa Israel dalam
perjalanan dari Mesir ke tanah Kanaan, yaitu ketika Allah memberikan Manna. Bangsa Israel
terlalu sibuk dengan memungut makanan, mereka lebih mementingkan kebutuhan mereka,
tanpa ada kerinduan untuk bersekutu dengan Allah Sang pencipta dan yang telah memberi
kelegaan kepada mereka dari perbudakan di Mesir (Kel. 16:21). Melalui peristiwa itu bangsa
Israel harus belajar untuk percaya kepada Tuhan, tidak perlu khawatir tentang apa yang
akan mereka makan pada hari esok.
Ayat 10 mengandung suatu tinjauan kembali pada peristiwa penciptaan Bahwa Allah
juga “beristirahat” pada hari ketujuh setelah enam hari menciptakan alam semesta (Kej. 2:2-
3; Kel. 20:10). Ini bukan menjadi salu hari ketidakaktifan total, melainkan pelayanan
kerohanian untuk ibadah keagamaan Juga mengingat pada mandat yang Allah berikan pada
manusia untuk bekerja, mengusahakan bumi ini. Selama manusia melaksanakan pekerjaan
83Sietho Soey Yen, Torah dan Rahmat, (HKBP P. Siantar, 1960), h1m.34 84Roland H. A. Sebold, What is Seventh-day Adventism?, (Ttp: Concordia Publishing House).
hlm. l9 85Haak, Op. Cit, hlm. 98
tentulah manusia membutuhkan salu hari untuk mengistirahatkan tubuh agar kembnli
memperoleh kesegaran, untuk kembali melakukan aktivitas kerja. untuk itulah hari Sabat ini
juga bermanfaat bagi tubuh manusia agar beristirahat dari aktivitas kerja sehari-hari. Karena
pelanggaran akan hukum ini maka Allah menjatuhkan hukuman kematian kepada bangsa
Israel (Kel. 31:15; Bil. 15: 32-36).86
Pada ayat 11: “Sebab enam hari lamanya Tuhan menjadikan langit dan bumi, laut dan
segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya Tuhan memberkati hari
sabat dan menguduskannya”. Di sini mengandung suatu alasan, mengapa ada perintah
untuk menguduskan hari sabat.
Advent Hari Ketujuh memandang tiga unsur : berhenti, menguduskan, dan
memberkati. Oleh Advent Hari Ketujuh, ketiga unsur inilah yang mendasari sehingga
mereka sulit untuk beribadah pada hari lain selain hari Sabtu (hari ketujuh), karena orang
Kristen yang beribadah pada hari ketujuh (Sabtu) akan mendapat berkat yang istimewa
(penj. bab II)
Kata “berhenti” dalam bahasa Yunani ada dua : katapausis dan anapausis yang
keduanya mengacu pada kata “Sabbath” dalam bahasa lbrani. Memang kata “berhenti” yang
digunakan dalam Kejadian 2:2-3 juga dipakai dalam Keluaran 20:8-11, dalam LAI. Namun
dalam bahasa Ibrani, untuk Kejadian 2:2-3 kata yang digunakan adalah “Syavat” yang
berarti “berhenti”, sedang dalam Keluaran 20:8 “sabbath day” Ibr. “Sabbath” yang berarti
hari berhenti.87
Dalam Keluaran 20:11, Allah berhenti dan dalam Yohanes 5:17 Allah bekerja sampai
sekarang. Dalam kedua nas ini kelihatannya terdapat perbedaan dan bertentangan.
Mengingat ada dua arti kata “Sabbath” dalam bahasa Yunani yaitu: katapausis dan
anapausis. Katapausis berarti : tempat perhentian, perhentian, istirahat Sedangkan, anapausis
(anapausis) berarti : penghentian, perhentian, ketenangan (anapauo : memberi istirahat,
menyegarkan, menghiburkan, beristirahat.88
“Berhenti” dalam Keluaran 20:11 dan Kejadian 2:3 mengacu pada perhentian suci
setelah penciptaan. Pemazmur mengatakan, “Sebab itu Aku bersumpah dalam murka-Ku:
“Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku” (Mzm. 95:11), juga dalam Ibrani 4:1-11
membahas pokok yang sama, dan ini mengacu pada kata katapausis (tempat perhentian:
sabat kekal).89
Dalam Yohanes 5:17, Allah bekerja sampai sekarang (ini berarti bahwa Allah dari awal
tidak pernah berhenti bekerja sampai sekarang). “Berhenti”-Nya Allah dalam Kejadian 2:2-3
menunjuk pada pekerjaan penciptaan alam semata yang Allah lakukan, setelah berhenti
mencipta Allah tetap terus bekerja dengan pemeliharaan pada karya ciptaan Dengan
demikian “berhenti” yang dimaksud adalah berhenti dalam mencipta.
Firman Tuhan dalam Wahyu 14:13 “...berbahagialah orang-orang mati yang mati
dalam Tuhan, sejak sekarang ini “sungguh”, kata Roh, “supaya mereka boleh beristirahat
dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka”. Dalam nas ini
ada kata beristirahat, menggunakan kata anapausis (penghentian), di mana mereka yang
86John F. Walvoor dan Roy B. luck, The Bible Knowledge Commentary Old testament, ( Canada: Scripture
Press Publications, l987),hlm. 139 87Jay P. Green, Sr, The Interlinear Bible Hebrew Greek English, (ttp: Hendrickson Publisher), hlm. 1&2 88Barclay M. Newman Jr, Kamus Yunani-indonesia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994). hlm. 2 89Spiros Zodhiater, New Testament the Comolete World Study Dictionary, ( World Bible Publisher, 1992),
hlm. 1268
mati dalam Tuhan boleh merasa lega (tenang), karena mereka boleh beristirahat dari kerja
mereka selama hidup sebagai orang Kristen di bumi, karena pekerjaan duniawi orang
Kristen berhenti pada kematian.90 Juga terdapat dalam Matius 11:28 (kelegaan) dan 1 Petrus
4:14.
Dengan demikian kata “berhenti” mengarah pada hari Sabat Allah (tempat
Penghentian, hari perhentian kekal), dan hari Sabat manusia mengarah pada penghentian
dari Pekerjaan duniawi, yaitu berhenti dari dosa dan beristirahat dari pekerjaan sehari-hari.
Spiros mengemukakan
Therefore was a Christian believers enjoy the anapausin (inner rest) which the Lord
gives us while we are here on earth, working and waiting for our katapausin. This is a
similar to the sabbatismos which the Lord enjoyed and which He promises for his
people.91 (Sebab orang Kristen merasa menikmati istirahat (istirahat pribadi) yang
Tuhan berikan pada kita selama di dunia, bekerja dan menunggu perhentian kita. Hal
ini sama dengan sabbatismos yang disukai Tuhan dan yang Tuhan janjikan bagi umat-
Nya).
Tuhan memberkati hari ketujuh dan menguduskannya (menyucikan), karena hari
ketujuh memperingati penyelesaian atau penghehtian kerja penciptaan. Sabat Allah menjadi
satu tema utama Alkitab. Sebab meskipun Allah memberi hukuman kepada bangsa Israel
sebagai umat-Nya, ketika perintah ini resmi diberikan, salah satunya adalah harus berhenti
dari pekerjaan setiap hari ketujuh (Kel. 31:14). Namun hari khuSus bagi Allah tersebut,
sebagai tanda lompatan umat pada Allah oleh perjanjian.92 Advent Hari Ketujuh
mengatakan bahwa dengan memperingati hari Sabat pada hari ketujuh, maka akan
mendapat berkat yang lebih istimewa. Orang Kristen yang mayoritas berhari Sabat pada hari
pertama juga mendapat berkat tersendiri dari istirahat itu, yaitu mendapat kelegaan atau
kesegaran kembali.
Kata “kudus (suci)” dalam bahasa Yunani agios; ta agias; artinya tempat kudus.
Sedang agiazo artinya menguduskan, menganggap kudus, mengkhususkan.93
Jadi, kata kudus dapat juga disebut khusus. Dengan demikian hari ketujuh adalah hari
yang dikhususkan oleh Allah, dipisahkan dari hari yang lain, tanda bahwa umat Allah
melangkah pada Allah dengan perjanjian. 94
Kekudusan hari Sabat ini seringkali disalahartikan orang Kristen termasuk oleh
Advent Hari Ketujuh, menganggap bahwa karena hari itu adalah hari yang dikhususkan,
dikuduskan Allah, maka tidak boleh mengerjakan sesuatu pekerjaanpun, sehingga larangan-
larangan yang pernah ada pada Sabat di Perjanjian Lama tetap dipegang zaman Perjajian
Baru.
Matthew Henry mengemukakan
Sabat merupakan suatu hari istirahat kudus, sehingga itu dapat menjadi hari kerja
kudus. Dari pekerjaan kudus ini, di dalam dunia kita yang santai dan sepi ini, rekreasi fisik
90Ibid 91Ibid, hlm. 1269 9212 Don Fleming, World Bible Dictionary, (United States: World Publishers,l990),381 93Newman Jr, Op.Cit, hlm. 2 94Fleming, op. Cit
dan sukacita keluarga tidak boleh ditinggalkan, tetapi persekutuan Kristen haruslah
diutamakan.95
Dengan demikian, hari Sabat dirayakan yaitu untuk beristirahat dari dosa dan
pekerjaan sehari-hari, namun tetap memperhatikan pelayanan rohani.
3. Kitab Ulangan
Sepuluh Hukum kembali dicatat dalam Ulangan 5:6-22, itu berarti hukum keempat
juga terdapat di dalamnya (Ul. 5:12-15). Dari Kejadian 2:2-3 atau Keluaran 20:8-11, diperoleh
alasan bahwa umat Allah harus memelihara hari Sabat, mengingat pada karya penciptaan
Allah akan dunia dan isinya Namun dalam Ulangan 5:12-15 terdapat alasan yang berbeda,
ini dapat dilihat dalam ayat 15, ”sebab haruslah kamu ingat, bahwa engkaupun dahulu
budak di tanah Mair dan engkau dibawa ke luar dari sana oleh Tuhan Allahmu...; itulah
sebabnya Tuhan, Allahmu, memerintahkan engkau merayakan hari Sabat”, ini berani
mengacu pada peristiwa bebasnya bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Jadi, ada
perbedaan makna dalam inti berita yang sama.
Erns Jenn mengemukakan bahwa, Allah memberikan tanda perjanjian kepada bangsa
Israel (Kel. 31: 13,17), dan tanda itu adalah penetapan peraturan tentang hari Sabat.
Penetapan tanda itu dijelaskan dengan dua cara. Cara yang pertama terdapat dalam kitab
Keluaran 20:8“ yang menunjuk pada karya penciptaan, dan cara yang kedua terdapat dalam
Ulangan 5:6-22. Penetapan tanda dengan cara yang pertama beraspek teologis, sebab
mengacu pada karya penciptaan Allah. Tanda yang kedua, beraspek antropologi sebab
mengacu pada pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir dan pada keperluan-
keperluan sosial manusia.96
Dengan demikian, hukum keempat ini bukan hanya relasi antara Allah sebagai Sang
Pencipta dan Pembebas (aspek teologis), namun juga relasi antar sesama (antropologi)
Sebagai sesama ciptaan.
Hal sama juga dikemukakan oleh G. Von Rad bahwa Keluaran 20:8-11 versi
perintahnya bersifat “sangat teologis” karena didasarkan pada tabiat Allah sebagai Sang
Pencipta, sedang Ulangan 5:12-15 lebih bersifat “psikologis” sebab mengangkat
kepermukaan, manfaat hari perhentian itu bagi manusia dan ternaknya.97
Pandangan Erns Jenn dan Rad memang benar, namun pada dasamya, baik dalam
Keluaran 20:8-11 maupun dalam Ulangan 5:12-15 keduanya mengandung aspek teologis dan
antropologis. Aspek teologis mengacu pada karya Allah yakni mencipta dan membebaskan
bangsa Israel dari perbudakan (Kel.20:11; Ul.5:15), dan aspek antropologis yang mengacu
pada pribadi manusia itu sendiri dan sesamanya untuk berhenti dari pekerjaan (Kel. 20:9-10;
U1. 5: 13-14). Bahwa baik sebagai tuan atas budak dan atas hewan, maupun sebagai budak
dan hewan peliharaan yang membantu pekerjaan tuannya, mereka perlu beristirahat dari
pekerjaan.
Namun juga perintah ini memberi perhentian dari bekerja dengan menyisihkan suatu
waktu tertentu bagi pelayanan ilahi. Perhentian itu membayangkan datangnya perhentian
Sabat kekal (Ibr. 4:9 “katapausin”). Pada bagian ini penulis tidak membahas dengan rinci.
95J. L. Pocker, Kristen Sejati Vol. 4 Sepuluh Hukum (Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1993),
36 96Verkuyl, OP. Cit, hlm. 155 97Davit Atkinson, Kejadian 1-11 (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF,2000), 57
Kalimat “haruslah kau ingat..” (ayat 15), ini mengingatkan keadaan bangsa Israel
ketika menjadi budak di Mesir, dimana selama menjadi budak tidak pernah disisipi Sabat
dalam bentuk apapun juga. Oleh sebab itu bagi bangsa Israel, Sabat ini juga menjadi tanda
penyelamatan mereka dari perbudakan di Mesir dan masuk ke dalam hidup baru yang
mereka nantikan.
B. Arti dan Makna Hari sabat dalam Perjanjian Baru
1. lnjil
a. Yesus dan Hari Sabat
Matius 5:17-18, memuat pernyataan Yesus dalam bentu khotbah, tentang hukum
Taurat, “Yesus datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat, tetapi menggenapinya”.
Bila diperhatikan sepintas lalu, maka perikop tersebut merupakan pernyataan Yesus
yang paling mengherankan, sebab di dalamnya seperti mengukuhkan sifat keabadian
hukum Taurat. Oleh Advent Hari Ketujuh, ini membuktikan bahwa hari Sabat tidak pernah
berubah dan Yesus sendiri tidak berencana untuk mengubahnya.98 Oleh karena hukum
keempat (hari Sabat) merupakan bagian dari Sepuluh Hukum dan juga Hukum Taurat.
Berbicara mengenai hukum tentang hari Sabat, tidak terlepas dari Sepuluh Hukum
dan juga Hukum Taurat. Orang-orang Farisi sangat menjunjung hukum Taurat, sehingga
tidak mengherankan bila hari Sabat itu menjadi seperti sesuatu yang sangat keramat, oleh
karena kekurangpahaman akan makna menguduskan hari Sabat itu Sehingga orang-orang
farisi sangat menjunjung hari Sabat itu sebagai satu hari yang dikuduskan, maka dengan
menambahkan berbagai aturan dalam pelaksanaan hari sabat itu, mereka berpikir bahwa
kekudusan hari itu bisa terpelihara, di mana mereka menambahkan sekitar 39 perbuatan
yang dilarang pada hari Sabat. Di antaranya, dilarang memberi makan pada hewan ,
dilarang merawat orang sakit pada hari Sabat, dilarang menyalakan lampu pada hari sabat,
dilarang berjalan lebih dari jarak tertentu, dll.99
Advent Hari Ketujuh mengatakan bahwa hari Sabat adalah tanda bagi orang-orang
yang menerima Yesus sebagai Pencipta dan Juruslamat. Jika demikian, bagaimana dengan
orang Kristen yang hidup sebelum hukum Taurat tersebut diberikan,100 murid-murid dan
gereja mula-mula yang juga beribadah pada hari Minggu (Kis. 20:7).
Advent Huri Ketujuh mengatakan bahwa Hari Sabat masih tetap berlaku sesudah
penyaliban Kristus, di mana perempuan-perempuan berhenti menyediakan rempah-rempah
pada hari Sabat (Luk.23:56). Perlu diingat bahwa perempuan-perempuan itu adalah orang-
orang Yuhudi, oleh karena itu mereka terikat oleh peraturan-peraturan dalam pengudusan
hari Sabat menurut Yahudi, seperti terdapat dalam Perjanjian Lama, di mana banyak
larangan dalam pemeliharann hari Sabat; tidak boleh keluar pada hari Sabat (Kel. 16:29),
tidak boleh memungut makanan pada hari Sabat (Kel. 16:26), tidak boleh bekerja pada hari
Sabat (Kel. 31: 15; 35:2; Bil. 15:32-36). Oleh sebab itu mereka menghentikan pekerjaan
mereka, karena mereka adalah orang-orang Yahudi dan harus mengikuti peraturan yang
ditetapkan oleh orang Yahudi. Juga dalam Lukas 4:16, di mana Yesus berhenti dan
98Mark A. Finlay, Hari Yang Hampir dilupakan, (Bandung: Indonesia Publishing House.2001). hlm. 24 99Verkuyl, Op.Cit, hlm.159 100J. H. Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah Perjanjian Baru II (Jakarta: Badan Penerbit Kristen, 1969), hlm.
I66
beribadah pada hari Sabat. Hal ini oleh Advent Hari Ketujuh menganggap juga bahwa Yesus
tetap berpegang pada ajaran hari Sabat, sebenarnya Yesus bukan hanya taat pada hari Sabat
tetapi Yesus juga mengikuti aturan sunat (Mat.2:21), hal ini menandakan bahwa Yesus
adalah orang Yahudi.
Lukas 4:16 adalah satu nas yang menjelaskan bahwa Yesus adalah orang Yahudi, dan
Yesus masuk ke rumah ibadah (sinagoge) pada hari Sabat itu karena orang Yahudi
beribadah pada hari Sabat. Tujuan Yesus adalah memberikan pengajaran tentang Firman
Tuhan Apabila Yesus beribadah bukan hari Sabat sesuai kebiasaan orang Yahudi, maka
Firman Tuhan yang diajarkan Yesus tidak ada yang mendengarkan, sebab hanya pada hari
Sabat itulah mereka ada di rumah ibadah.
Dalam nas Firman Tuhan di bagian yang lain, dikatakan bahwa Yesus juga bekerja
pada hari Sabat, selain mengajar. Pekerjaan yang dilakukan Yesus pada hari Sabat adalah
menyembuhkan orang sakit (Mat.12-9-15a; Luk.13:10-14), mencelikkan mata (Yoh 9214),
mengusir setan (Luk. 4:31-36), yang lumpuh bisa berjalan (Yoh. 525-10). Apakah tindakan ini
tidak melanggar, jika dibanding dengan menyiapkan rempah-rempah?
Kecaman yang dilontarkan oleh orang-orang Farisi terhadap Yesus, ketika
muridmurid-Nya memetik gandum pada hari Sabat, ini kembali ditanggapi oleh Yesus
dengan mengingatkan mereka pada apa yang dilakukan oleh Daud di rumah ibadah (I Sam.
21:1-6), dan kemudian Yesus berkata bahwa hari Sabat dibuat untuk manusia, tetapi bukan
manusia untuk hari Sabat (Mrk. 2:27)
Sikap orang-orang Yahudi terhadap cara pengudusan hari Sabat ini yang ingin
ditentang oleh Yesus. Yesus ingin memberikan pemahaman yang benar tentang perintah
pengudusan hari Sabat, bahwa pengudusan hari Sabat yang dimaksudkan tidak seperti
pemahaman orang-orang Yahudi.
Sikap Yesus pada hari Sabat ditentang oleh orang Yahudi, karena Ia menyembuhkan
orang pada hari itu serta membiarkan murid-murid memetik gandum. Yesus memberikan
arti dan makna Sabat kepada orang-orang Farisi dengan memberikan satu ilustrasi, tentang
seekor domba yang jatuh ke lubang pada hari Sabat Bagaimana harus bersikap? Tidak
menolong domba itu karena menaati perintah menguduskan hari Sabat?. Ataukah menolong
domba itu agar selamat? (Luk. 6:9; Mrk. 3:4).
Advent Hari Ketujuh menunjuk pada Keluaran 31:13; Yehezkiel 20:12-20, bahwa hari
Sabat menjadi tanda penyucian, untuk memperoleh hidup yang baru Tetapi dalam 2 Petrus
1:16, orang yang meletakkan segala pengharapan atas kasih karunia, hidup sebagai anak-
anak Allah yang taat, itulah yang disebut orang yang kudus. Pengudusan ini bukan oleh
hukum Taurat ataupun oleh hari Sabat, tetapi oleh pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib.
1 Tesalonika 5:23, manusia tidak bisa menyucikan diri sendiri tetapi Allahlah yang
menyucikan manusia. “Roh Kudus yang menyucikan juga adalah Roh Kristus dan Roh dari
Dia yang membangkitkan Kristus dari kematian.101
Kristus berada di dalam kubur pada hari Sabat memang telah dinubuatkan, dimana
pada hari yang ketiga Dia akan bangkit (Mat. 16:21 ; Mark 8:31 ; Luk. 9:22). Kematian Kristus
bukan karena taat pada hukum Sabat, tetapi pada kehendak Allah. Oleh karena manusia
berdosa, dan hubungan dengan Allah telah terputus oleh dosa, maka hanya oleh kematian
Kristus hubungan manusia dengan Allah dapat diperdamaikan kembali, dan manusia yang
tadinya tidak suci dan kotor dapat tampil di hadirat-Nya sebagai orang-orang yang benar
10121John Murray, Penggenapan dan Penebusan (Surabaya: Momentum, 1999),185
dan saleh.102 Dengan demikian kesucian dianugerahkan kepada orang Kristen, bukan oleh
ketaatan manusia pada hukum.
b. Murid-murid dan Hari Sabat
Dalam Matius 9:18-19 murid-murid berada di rumah ibadah pada hari Sabat, ini
menandakan bahwa murid-murid adalah orang-orang Yahudi, dan nampak ketaatan
mereka pada perintah pengudusan hari Sabat. Namun di sisi lain, nampak ketidaktaatan
murid-murid pada hari Sabat seperti pandangan orang-orang Farisi, di mana mereka
memetik gandum pada hari itu (Mat. 12:1-8; Mark. 2:23-28).
Advent Hari Ketujuh mengatakan bahwa hari Sabat merupakan tanda orang percaya
mengasihi Tuhan, dengan berdasar pada Yohanes 14:15. Mereka menggunakan kata
“hukum-hukum-Ku”, namun LAI menggunakan kata “segala perintah-Ku”.
Dalam bahasa Yunani, Yohanes 14:15 memakai kata "entolas”, bukan memakai kata
”nomon” seperti dalam Matius 5:17. Oleh sebab itu Yohanes 14:15 tidak hanya mengacu
pada Hukum Taurat, yang di dalamnya terdapat hukum tetang hari Sabat. Nas tersebut
mengacu pada “perintah baru” ( Yoh. 13:34 “entolen” = perintah)
“Perintah baru“ (Yoh. 13:34) mula-mula diberikan kepada murid-murid ini, kembali
mengacu pada pertanyaan orang-orang Yahudi tentang hukum yang terutama dalam
hukum Taurat (Mat. 22:34-40). Atas pertanyaan tersebut, Yesus menjawab dengan mengutip
dua ayat dalam Perjanjian Lama, yaitu Ulangan 6:5 dan Imamat 19:18, perintah mengasihi
Tuhan dan mengasihi sesama manusia. J. J. de Heer mengatakan tentang hal ini,
Tuhan Yesus mengatakan bahwa pada kedua hukum itu (tentang mengasihi Tuhan
dan tentang mengasihi sesama manusia) tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para
nabi, sama seperti sebuah pintu bergantung pada dua engsel. Jadi Yesus menekankan baik
kasih terhadap Tuhan maupun kasih terhadap manusia, Ia bukan “horizontal” saja.103
Dengan demikian, bukan ketaatan pada hari Sabat yang menandakan orang percaya
mengasihi Tuhan, tetapi orang yang memelihara dan melakukan perintah-perintah-Nya.
Seperti yang dikatakan oleh J. J. de Heer, bahwa mengasihi Tuhan bukan ditekankan pada
perasaan tetapi pada perbuatan-perbuatan kasih.104
2. Kisah Para Rasul
a. Kisah 13:42-44
Sebagaimana orang-orang percaya masa Perjanjian Lama, berkumpul pada hari Sabat
untuk beribadah, maka kitab Kisah Para Rasul menelusuri transisi di mana orang-orang
Kristen mulai beribadah pada hari Minggu, yaitu hari pertama dari seminggu, atas alasan
dasar kebangkitan Kristus (Yoh. 21:1 ; 19; 26)
Dalam Kisah Para Rasul 13:42-44, Paulus dan Barnabas mengajar Firman Tuhan pada
hari Sabat (ayat 42), dan orang-orang yang mereka ajar meminta mereka untuk kembali
mengajar pada hari Sabat berikutnya. Oleh permintaan orang-orang percaya yang takut
102Yohanes Calvin, lnstitutio, (Jakarta; BPK Gunung Mulia,2003), 122 103J. J. de Heer, Tafsiran Alkitab Injil Matius 13 s/d 22, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,l985),hlm.162 104lbid, h1m.l62
akan Tuhan, maka Paulus dan Barnabas kembali mengajar mereka pada hari Sabat
berikutnya (ayat 44).
Kebiasann orang-orang Yahudi dalam beribadah adalah berkumpul pada hari Sabat,
oleh karena itu Paulus dan Barnabas kembali mengajar pada hari di mana mereka biasa
berkumpul. Jika Paulus dan Barnabas datang untuk mengajar mereka bukan pada hari
Sabat, maka Paulus dan Barnabas tidak akan menjumpai orang-orang untuk diajar Firman
Tuhan.
Tujuan Paulus dan Barnabas adalah memberitakan dan mengajar tentang Firman
Tuhan, oleh karena itu ,tidak mempersoalkan hari yang dipakai dalam memberikan
pengajaran. Dalam surat 1 Korintus 9:19-23, Paulus berusaha untuk menjadi sama seperti
orang-orang yang dilayaninya, sehingga tujuan utama yaitu pemberitaan Firman Tuhan
boleh terlaksana Hal ini tidak berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Yesus, yaitu
mengajar pada hari Sabat (Luk. 4: l6), karena hari itu adalah hari berkumpul orang Yahudi.
b. Kisah 20:7
Telah dikatakan bahwa Kisah Para Rasul menelusuri transisi, dimana orang Kristen
mulai beribadah pada hari Minggu. Dapat dilihat dalam Kisah Para Rasul 20:7 en de te mia
ton sabbaton” pada hari Minggu itu”, murid-murid berkumpul, mereka memecah-mecahkan
roti. Dan kegiatan berkumpul dan memecah-mecahkan roti, ini mengacu pada Perjamuan
Kudus. Katekismus Heidelberg menguraikan beberapa hal yang diperintahkan dalam
hukum keempat, di antaranya adalah berkumpul dan menerima sakramen-sakramen.105
Namun perlu diingat bahwa orang-orang Kristen atau jemaat mula mula, setiap hari “and
they, continuing daily"106 (Kiss. 2:46), dimana mereka berkumpul. berdoa dan memecah-
mecahkan roti serta memuji Tuhan. di dalam Bait Suci.
Masih ada fakta lain, dimana murid-murid mulai berkumpul untuk beribadah, dalam
rangka memperingati kebangkitan Kristus (Yoh. 20:1; 19; 26), mengambil persembahan pada
hari pertama minggu (1 Kor. 16:2), menyanyikan himne yang merupakan bagian dari ibadah
di geneja mula-mula Kor. 14:26 ; Ef. 5:19; Kol. 3:16).107
3. Surat Paulus
a. Roma
Roma 3:23 mengatakan bahwa semua manusia berdosa dan telah kehilangan
kemuliaan Allah, sehingga menusia tidak dapat disebut benar. Tidak ada satupun usaha
manusia yang dapat menjadikannya benar, walaupun dengan melakukan perintah hukum
Taurat. Paulus menjelaskan kepada orang-orang di Roma bahwa manusia dibenarkan
karena iman, bukan karena melakukan hukum Taurat (3:28). Paulus menulis hal ini oleh
karena pada saat itu tajadi perselisihan pemahaman tentang hari-hari khusus (Roma 14).
105Th Van den End, Enam Belas dasar Calvinisme, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2001),
hlm. 221 106Tim Penyusun, The Holy Bible King James Version (Michigan: Zondervan Publishing House. 1962),
613 107Fill Enss, The moody Handbook of Theology (Malang: Departemen Literatur SAAT,
2003), hlm. 439
Dalam Roma 1:17 mengatakan bahwa Krisus adalah perwujudan kebenaran Allah, jika
kalimat ini dihubungkan dengan Kristus adalah penggenapan Hukum Taurat dapat
dijelaskan dengan kalimat "ke dalam kebenaran”, dalam arti bahwa Kristus
bukan menghapuskan kehendak Allah dalam Hukum Taurat, melainkan kedatangan-Nya
menandakan akhir dari Hukum Taurat sehubung dengan dicapainya kebenaran.108
Pembenaran bukan karena melakukan hukum Taurat, termasuk pemeliharaan hari-
hari khusus. Oleh sebab itu muncul pertanyaan, apa fungsi hukum Taurat dan mengapa
harus diberikan, jika tidak dapat membenarkan dan menyelamatkan manusia. Pernyataan
ini juga nampaknya dianggap membatalkan hukum itu sendiri (Rm. 3:31).
Taurat bukan diberikan untuk keselamatan manusia melainkan hanya untuk
membuktikan bahwa manusia sudah melanggar sifat moral Allah yaitu kesucian, kebenaran
dan kebajikan-Nya.109
Hukum Taurat memberikan pengenalan akan dosa dengan membuka pikiran manusia.
Manusia menjadi tahu bahwa ia telah berdosa. Kita sadar bahwa kita berdosa, lalu hati
nurani bagaikan rontgen yang memberitahukan kecelakaan yang akan menimpa kita. Yaitu
kita menuju pada kematian, sehingga kita harus lari kepada Yesus Kristus, untuk mendapat
pertolongan melalui salib dan kebangkitan-Nya.110
Dengan demikian, hukum Taurat tidak dibatalkan, tetapi mengenal akan dosa kita
(3:19-20).
Roma 14:5 “semua hari adalah baik”, memberikan pemahaman baru bagi orang-orang
percaya di Roma tentang hari-hari khusus. Sama seperti permasalahan mengenai hukum
Taurat, demikian juga hari Sabat tidak bisa membenarkan manusia Karena hari Sabat bagian
dari hukum Taurat (Sepuluh Firman). Meskipun nas ini tidak langsung mengacu pada hari
Sabat tetapi mungkin pada hari-hari puasa, namun permasalahan yang sama yaitu mengacu
pada hari yang baik.
Paulus tidak melarang kalau masih ada orang Yahudi Kristen yang masih memenuhi
Sabat seperti orang Yahudi untuk menarik orang-orang Yahudi lainnya, asal hari sabat
tersebut mereka rayakan di dalam Tuhan dan tidak seolah-olah Knistus belum datang ke
dunia. Namun Paulus mempunyai keberatan mendasar jika hari ketujuh itu dibebankan
pada orang-orang Kristen yang berasal dari kafir.111
Sikap yang ditawarkan oleh paulus kepada orang-orang Kristen Yahudi, adalah
bahwa, mereka boleh melaksanakan ibadah pada hari ketujuh atau pada hari pertama di
dalam Tuhan dengan tidak mengabaikan penggenapan yang dikerjakan oleh Yesus.
Mengingat bahwa perayaan hari Sabat ala Yahudi penuh dengan upacara-upacara,
Calvin mengungkapkan pandangannya dengan mengatakan bahwa makna dan kegenapan
istirahat yang benar yang terbayang dalam hari Sabat yang lama, sebenarnya terletak pada
kebangkitan Kristus.112 Oleh sebab itu agar bayangan itu tidak lagi menjadi bayangan tetapi
menjadi sesuatu yang nyata (terwujud) dalam ibadah, maka sebaiknya berfokus pada Sang
penghapus atau penggenap bayangan itu, yaitu Yesus Kristus melalui kematian dan
kebangkitan-Nya. “Karena iman yang menyelamatkan manusia adalah keyakinan yang
108Manfred T. Brauch, Ucapan Paulus yang Sulit, (Malang: SAAT, 1997), hlm. 45 109Stephen Tong, Iman dan Agama, (Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia,2003), hlm. 88 110Stephen Tong, Dosa Keadilan dan Penghakiman (Jakarta: Lembaga Reformed Injili lndonesia, 2003), 95 111J. Verkuyl, 0p.Cit, hlm.98-99 112Yohanes Calvin, Op. Cit, hlm. 102
pasti, yang ditanamkan dalam hati manusia oleh Roh Kudus, kepada kebenaran lnjil dan
suatu kepercayaan yang sesungguhnya pada janji-janji Tuhan dalam Kristus”.113
Bila manusia berpandangan bahwa menguduskan hari Sabat dapat membenarkan
manusia dan dapat menyelamatkan, maka kematian Kristus cuma-cuma.114
Ignatius menulis
Kalau kita masih hidup di bawah hukum-hukum Yahudi, kami mengakui bahwa kami
tidak menerima rahmat. Tetapi marilah, orang-orang yang dididik dalam aturan-
aturan baru dan yang hidup dalam pengharapan baru, janganlah kita memelihara lagi
hari Sabat, melainkan merayakan hari Yesus Kristus, pada hari mana hidup kita
bangkit dari kematian oleh Dia.115
b. Galatia
Kepada orang-orang Galatia, Paulus mengemukakan bahwa Allah telah mengadakan
perjanjian dengan Abraham jauh sebelum memberikan Taurat kepada Musa (Gal. 3:15-18).
Istilah perjanjian yang digunakan adalah diatheke (diatheke: mengadakan perjanjian,
membuat wasiat).116
Paulus mengungkapkan bahwa sebagaimana surat wasiat bualan manusia tidak dapat
diganggu gugat ataupun ditambah, demikian juga perjanjian Allah yang diberikan kepada
Abraham tidak dapat dibatalkan oleh Taurat yang datang kemudian.117 Ketika Allah
memberikan perjanjian kepada Abraham, pada saat itu hukum Taurat belum diberikan.
Namun Abraham dapat dibenarkan oleh karena iman yang ada padanya, bukan oleh
Hukum Taurat (Rm 4: 1-5). Dalam surat ini, Paulus menentang mereka yang
menyombongkan bahwa mereka berpegang kepada Hukum Taurat. Mereka mau melakukan
Hukum Taurat dengan teliti sekali (seperti orang Farisi. Luk. 6: 1-12).
Dalam Galatia 4:10 “Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan,
masa-masa yang tetap dan tahun-tahun”. Nas ini menunjukkan bahwa, pemeliharaan hari-
hari tertentu seperti apa yang diperingatkan kepada orang-orang di Galalia adalah sesuatu
hal yang tidak benar, dianggap mengarah pada perhambaan pada hari. Paulus
menginsafkan mereka orang-orang Galatia akan keanehan kelakuan mereka, dimana mereka
dulunya memperhambakan diri pada unsur-unsur dunia kemudian mereka dimerdekakan
dalam Kristus namun belakangan mereka percaya kepada orang-orang Yudais, sehingga
mereka jatuh kembali kepada titik tolak semula, yaitu perhambaan (bnd. 2 Kor. 11:19-20).118
Galatia 4:21-31 menjelaskan bahwa, hukum Taurat adalah perjanjian perhambaan.
Dengan demikian barangsiapa yang masih hidup oleh aturan-aturan hukum Taurat maka
dianggap berada di bawah hukum Taurat. Jika hidup manusia di bawah hukum Taurat
maka selayaknya manusia itu menaati seluruh aturan dalam hukum Taurat (Gal. 5:3).
Namun pada kenyataannya manusia tidak dapat memenuhi seluruh tuntutan hukum Taurat
113Louis Berkhof, Doktrin Keselamatan 4 (Surabaya: LRlI, 2002), hlm. 201 114Sietho Soey Yen, op. Cit, hlm. 41 115Verkuyl, Op. Cit, hlm. 101 116Newman, Op. Cit, hlm. 40 117George Eldon Ladd, Op. Cit, hlm. 284 118D. S. J. J. W. Gunning, Tafsir Alkitab Surat Galatia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), hlm, 82
oleh karena manusia lemah dan keberdosaannya (Rm. 8:3; 7:23). Dengan alasan tersebut
Paulus menolak ajaran yang diajukan oleh sebagian nabi yang mengatakan bahwa,
dorongan-dorongan jahat dari manusia dapat diatasi dengan mempelajari Taurat, ini juga
mengacu pada sikap pemeliharaan hari-hari tertentu (Gal. 4: I0).
c. Kolose
Kolose 2:16-17 “Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu
mengenai makanan dan minuman atau hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat”. Hal ini
nampaknya kontras dengan tuntutan untuk memelihara hari Sabat, di mana Allah
menyuruh umat-Nya untuk memelihara hari-hari Sabat-Nya (Kel. 31:13). Nas ini kemudian
dijelaskan pada ayat selanjutnya (17), bahwa semuanya itu adalah bayang-bayang dan
wujudnya adalah Kristus. “Agama yang didasarkan atas memakan makanan tertentu dan
meminum minuman tertentu serta agama yang didasarkan atas perayaan Sabat dan
sejenisnya, hanyalah bayang-bayang dari suatu Sabat yang sejati”.119
Menurut Calvin, dengan kedatangan Kristus peraturan-peraturan sejauh menyangkut
upacara-upacara dihapuskan, dengan memandang pada-Nya, yaitu Kristus. Orang Kristen
dapat meninggalkan semua bayangan, sebab Yesuslah kegenapan sejati hari Sabat.120
Perjanjian Lama merupakan persiapan kedatangan Kristus ke dalam dunia, di mana
Allah telah memberikan perjanjian kepada manusia setelah manusia jatuh ke dalam dosa
(Kej. 3215), dan ini menunjuk pada Kristus bukan pada hukum Taurat ataupun pada hari
Sabat. Selama beberapa ratus tahun, setelah Allah menetapkan bangsa Israel sabagai umat
pilihan, di mana dari keturunannya akan lahir Sang Mesias yang telah dijanjikan itu Oleh
sebab itu apa yang telah dicatat (aturan-aturan hukum Taurat) dalam Perjanjian Lama
tergenapi dalam Yesus Kristus. Oleh keadaan ini Stephen Tong menjelaskan bahwa,
persiapan dalam Perjaniian Lama tersebut selama ribuan tahun itu telah tergenapi dalam
satu hari,121 ini mengacu pada kematian Kritus.
d. Wahyu
Dalam Wahyu 1:10, terdapat kata “hari Tuhan” (Kuriake emera). Ada empat
kemungkinan ketika “hari Tuhan” itu diinterpretasikan. Pertama, eskatologi Tuhan. Kedua,
Sabat (sabtu). Ketiga, hari Kebangkitan, dan keempat, hari Minggu.
Bauckhan mengungkapkan pandangannya tentang hal ini, bahwa hari yang dimaksud
adalah hari Minggu atau dari eskatologi Tuhan, kebangkitan ataupun Sabat (hari Ketujuh).122
“Hari Tuhan” dalam bahasa Portugis adalah Dies Dominggo (Dominie= Tuhan), dalam
bahasa Inggris disebut Lord’s Day atau Sunday, sedang dalam bahasa Indonesia disebut hari
Minggu.
Advent Hari Ketujuh mengatakan bahwa asal kata Sunday sendiri berhubungan
dengan ibadah penyembahan oleh Roma Katholik kepada dewa Matahari (Sun=Matahari;
day=hari), dengan demikian ini berkaitan dengan penyembahan berhala Namun perlu
119William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Surat Filipi, Kolose , 1 dan 2 Tesalonika, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2002), h1m.222 120
Calvin, Op.Cit, hlm.100-101 121Stephen Tong, 7 Perkataan Salib, (Surabaya: Lembaga Reformed Injili Indonesia, l992), hlm.112 122Carson, op. Cit, hlm. 383
diingat bahwa Yesus Kristus bangkit pada hari Pertama (hari Minggu). Oleh kebangkitan-
Nya menjadi sesuatu yang bermakna bagi kehidupan manusia secara khususnya yang
berpengharapan di dalam Dia. Jika kembali lagi pada pemahaman bahasa, maka “hari
Minggu” kembali pada hari pertama (Minggu) atauhari Tuhan. Tentang hal ini Justinus
Martyr mengatakan
Kita berkumpul untuk beribadat pada hari yang diberi nama menurut nama matahari.
Apa sebab? Karena pada hari pertama itu dengan mengubah gelap menjadi terang
Tuhan menjadikan dunia, dan karena Yesus Kristus, Djuruslamat kita. Pada hari
itupun, yakni hari pertama dalam pecan, bangkit dari mati. Sebab pada hari sebelum
hari Sabat atau sebelum hari sabtu, Ia mati di kayu salib, dan pada hari sesudah Sabat
IA menampakkan diri kembali kepada rasul-rasul dan murid-murid-Nya.123
Setetah Sang Anak menyelesaikan pekerjaan penebusan dosa, Ia lalu merayakan
rayaan penebusan itu bersama murid-murid-Nya pada hari pertama: Kemudian setiap Injil
menunjuk pada kebangkitan, bukan pada hari Sabat melainkan hari pertama (Yoh. 20:19 ;
Mrk. 16:2 ; Luk. 24:1 mengacu pada kata “mia ton sabbaton")
Ada dua pemahaman tentang “hari Tuhan” dalam Perjanjian Baru. Pertama, adalah
merupakan hari pengadilan atas dunia (1Tes. 5:2; 2 Pet.3210). Kedua, adalah hari yang
dipersembahkan kepada Tuhan dimana pada hari itu diadakan kebaktian memperingati
kebangkitan Yesus (Wah. 1:10;1Kor. 16:2).124
Paulus menggunakan kata “perjamuan Tuhan” dalam surat Korintus dan Yohanes
menggunakan kata “han Tuhan” dalam surat yang ditujukan pada tujuh jemaat di Asia
Dalam Perjanjian Baru hanya dua fakta yang menunjuk pada kepemilikan Tuhan,
yaitu dalam 1 Korintus 11:20 dan dalam Wahyu 1:10. Kata “perjamuan Tuhan” (1 Kor. 11:20),
kata “hari Tuhan” (Wah. 1:10). Keduanya mengacu hari di mana Yesus bangkit, yaitu hari
pertama Minggu. Juga mengingat kelika murid-murid berkumpul pada hari pertama
Minggu dalam kegiatan memecah-mecah roti (Kis. 20:7), serta kegiatan murid dalam
pelayanan diakonia (1 Kor. 16:2).
C. Kesimpulan
Perintah hukum keempat, tercatat dalam Keluaran 20:8-11 dan juga dalam Ulangan
5:12-15. Dalam Keluaran 20:8-11, alasan perintah kempat diberikan kepada bangsa Israel
dengan mengacu pada Kejadian 2:2-3, karya penciptaan, sedang dalam Ulangan 5:12-15
mengacu pada bebasnya bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Jadi, terdapat dua alasan
yang berbeda ketika Allah menyuruh agar bangsa Israel mengingat dan memlihara Hari
Sabat.
Allah berhenti dari pekerjaan penciptaan, dan Allah menguduskan hari di mana la
berhenti dari pekerjaan penciptaan, yaitu hari ketujuh. Hari tersebut adalah hari Sabat bagi
Allah. Karl Barth mengatakan bahwa ketika Allah berhenti pada hari ketujuh dan
menjadikan hari itu sebagai Sabat bagi-Nya, maka pada saat itu adalah hari pertama bagi
manusia Dengan demikian Kejadian 2:2-3 bukan Sabat bagi manusia tetapi Sabat Allah.