BAB 1SATUAN ACARA BERMAINMembentuk Plastisin1.1 Pelaksanaan
Kegiatan
Waktu & Tempat
a. Waktu permainan :
1. Lama bermain : 60 menit 2. Hari / Tanggal : Jumat, 27
Desember 20133. Jam
: 10.00 WIB
b. Tempat bermain
Ruang bermain anak IRNA IV
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengurangi hospitalisasi pada anak selama dalam perawatan di
Rumah Sakit.1.2.2 Tujuan Khusus
1. Anak dapat meningkatkan kemampuan berimajinasi melalui terapi
bermain dengan membentuk plastisin sesuai dengan minat dan kreasi
anak.2. Anak dapat mengembangkan kemampuan mengatur motorik kasar
dan halus.
3. Anak lebih dekat dengan perawat dan teman sebayanya sehingga
tidak merasa terisolir
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Anak
a. Dapat mengurangi stress hospitalisasi pada anakb. Anak dapat
membentuk plastisin sesuai kekreatifannyac. Anak dapat
bersosialisasi dengan pasien lainnya dan perawat.d. Memenuhi
kebutuhan bermain anake. Tahap perkembangan anak dapat tetap
terpenuhif. Kesempatan untuk belajar mengenal bentuk dan warna
beberapa alat permainan1.3.2 Bagi Orang tua
Mengurangi tingkat kecemasan orang tua
1.3.3 Bagi Perawat
a. Meningkatkan kepercayaan anak terhadap perawat dan
mahasiswab. Mempermudah dalam melakukan tindakan keperawatan1.3.4
Sasaran
Anak usia toddler yang dirawat di ruang anak 7B RSUD dr. Saiful
Anwar Malang.1.4 Pengorganisasian
Keterangan:= Anak/ orang tua
= Leader
= Co Leader
= Observer
= fasilitator
Leader
: I Wayan RiadaFasilitator
: Yuli Andri WijayaObserver
: Nurma Yunita SariPembimbing
: 1.5 Mekanisme Kegiatan Terapi
BermainFaseKegiatanResponWaktu
Persiapan Kontrak waktu dengan anak/ orang tua
Kontrak waktu dengan perawat
Orang tua & anak menyetujui akan dilaksankan terapi
bermain
Perawat menyetujui akan dilakukan terapi bermain
10 menit
Orientasi1. Persiapan alat dan ruangan
2. Anak dikumpulkan di tempat yang sudah disediakan bila
memungkinkan
3. Perkenalan dengan sesama anak, dan petugas
4. Menjelaskan maksud dan tujuan kepada anak mengenai permainan
yang akan dilaksanakan1. Ruangan sudah tersedia dan peralatan sudah
lengkap ditempatnya
2. Anak datang pada tempat terapi bermain tepat pada
waktunya
3. Anak memperhatikan dari perkenalan petugas
4. Anak memperhatikan saat petugas menjelaskan
maksud dan tujuan kepada anak mengenai permainan
10 menit
Kerja1. Mengatur posisi anak di tempat masing-masing
2. Membagi alat permainan
3. Perawat mengawasi saat anak bermain4. Memberikan reward pada
anak yang dapat menyebutkan nama hewan5. Mulai membentuk plastisin
sesui imajenasi anak1. Anak duduk dengan tenang
2. Anak menerima mainan 3. Anak terpantau dengan baik4. Anak
dapat menyebutkan nama hewan yang ada pada poster 5. Anak mampu
membentuk plastisin sesuai keinginannya.30 menit
Terminasi1. Ucapan terima kasih kepada anak
2. PenutupAnak tampak senang10 menit
BAB 2
MATERI KONSEP BERMAIN2.1 Latar BelakangMasuk rumah sakit bagi
anak merupakan peristiwa yang sering menimbulkan pengalaman
traumatik pada anak, yakni ketakutan dan ketegangan atau stress
hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai faktor,
diantaranya perpisahan dengan orang tua, kehilangan kontrol dan
perlakuan tubuh akibat tindakan invasif yang menimbulkan rasa
nyeri. Akibat perpisahan pada anak akan menimbulkan berbagai reaksi
seperti menolak makan, menangis, teriak, memukul, menyepak, tidak
kooperatif terhadap aktifitas sehari-hari serta menolak tindakan
keperawatan yang diberikan. Bermain di RS merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan yang sangat
berguna untuk merangsang perkembangan anak dan untuk menurunkan
stres akibat hospitalisasi.Untuk memfasilitasi keadaan diatas
diperlukan peeran perawat dalam memberikan aktifitas bermain yang
tepat pada anak sesuai dengan tahap tumbuh kembangnya, tentunya
dengan memperhatikan prinsip-prinsip bermain di rumah
sakit.Anak-anak dengan penyakit yang memerlukan perawatan yang lama
mengalami stresor yang tinggi terutama anak usia sekolah karena
harus meninggalkan kelompoknya dan teman-teman sekolahnya. Untuk
itu penting dilakukan suatu aktifitas bermain cooperatif play untuk
mengekpresikan perasaan mereka dalam upaya peningkatan kesadaran
diri.Perawat bermaksud memfasilitasi terapi bermain diatas pada
anak diruang 7B RSSA Malang dengan berbagai penyakit yang harus
menjalani pengobatan lama, sehingga anak dapat mengikuti
perkembangan motorik halus dan kasarnya sesuai tahapannya.Manfaat
terapi bermain dalam penanganan anak yang dirawat di rumah sakit
adalah salah satunya memudahkan anak menyatakan rasa kecemasan dan
ketakutan lewat permainan, mempercepat proses adaptasi di rumah
sakit, anak dapat berkumpul dengan teman sebayanya di rumah sakit
sehingga tidak merasa terisolir, anak mudah diajak bekerja sama
dengan metode pendekatan proses keperawatan di rumah
sakit.Aktifitas bermain pada anak usia toodler dan pra sekolah
antara lain bermain puzzle sederhana, menggambar, mengenal bentuk
mobil-mobilan, hewan-hewanan, boneka atau bermain bola. Aktivitas
bermain tetap diberikan selama anak dirawat di RS agar proses
perkembangan tidak terhambat meskipun sedang sakit. Bentuk
permainan di RS disesuaikan dengan kondisi anak dan penyakit yang
dialami anak. Karena pentingnya manfaat terapi bermain dalam
penanganan anak sakit, perawat harus mampu melaksanakan hal ini
maka rencana penerapan terapi bermain terhadap anak yang dirawat di
ruang 7B ini perlu dilaksanakan. Dalam hal ini jenis permainan yang
akan diberikan di ruang anak 7B adalah bermain mengenal bentuk
hewan-hewanan dan mewarnai.2.2 Metode
Pembagian Tugas :
a. Leader :
Mengatur jalannya permainan mulai dari pembukaan sampai
selesai.
Mengarahkan permainan.
Memandu proses permainan.
b. Co Leader :
Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang
aktifitas peserta
Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang
c. Fasilitator, tugasnya:
Memfasilitasi anak untuk bermain.
Membimbing anak bermain.
Memperhatikan respon anak saat bermain.
Mengajak anak untuk bersosialisasi dengan temannya.
d. Observer, tugasnya:
Mengawasi jalannya permainan.
Mencatat proses permainan disesuaikan dengan rencana.
Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses bermain.
Menyusun laporan dan menilai hasil permainan deibantu dengan
Leader dan fasilitator.e. Media Sepotong lilin(plastilin) yang
berukuran besar
Tempat untuk lilin (baki)
Celemek plastic
Sepotong kawat untuk memotong lilin Semangkok air dan spons
Tempat mencuci tangan2.3 Pengertian1. Menurut Hurlock (1999)
bermain adalah kegiatan yang dilakuukan untuk kesenangan yang
ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir, bermain dilakukan
secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau
kewajiban.
2. Menurut Depkes RI (1993) bermain merupakan kesibukan anak,
layaknya seperti bekerja bagi orang dewasa , dilakukans ecara
sukarela untuk memperoleh kesenangan.
3. Menurut Foster (1999) bermain adalah kegiatan yang dilakukan
sesuai dengan keinginan sendiri untuk memperoleh kesenangan.4. Jadi
bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan.
2.4 Fungsi BermainMenurut Wong (2003), fungsi bermain bagi anak
meliputi :
1. Perkembangan sensori motorik
Bermain penting untuk mengembangkan otot dan energi. Komponen
yang paling untuk semua umur terutama bayi. Anak mengekslorasi alam
sekitarnya :
a. Bayi melalui stimulasi taktil ( sentuhan ), audio,
visual.
b. Toddler dan prasekolah ; gerakan tubuh dan eksplorasi
lingkungan
c. Sekolah dan remaja : Memodifikasi gerakan tubuh lebih
terkoordinasi dan rumit. Contoh berlari dan bersepeda.2.
Perkembangan Intelektual/ Kognitif
Anak belajar berhubungan dengan lingkungannya, belajar mengenal
objek dan bagaimana menggunakannya. Anak belajar berpikir abstrak
dapat meningkatkan kemampuan bahasa, dapat mengatasi masalah dan
menolong anak membandingkan antara fantasi dan realita.
3. Sosialisasi
Dengan bermain akan mengembangkan dan memperluas sosialisasi
anak sehingga anak cepat mengatasi persoalan yang akan timbul dalam
hubungan sosial. Dengan sosialisasi akan berkembang nilai-nilai
normal dan etik. Anak belajar yang benar dan salah serta
bertanggung jawab atas kehendaknya.
a. Bayi : perhatian dan rasa senangnya akan kehadiran ornag lain
dimana kontak sosial pertama anak adalah figur ibu.
b. Sampai usia 1 tahun : bayi memriksa bayi lain, memriksa objek
dilingkungan.
c. Usia 2 3 tahun : permainan pura-pura dengan ibu dan anak,
dokter dan pasien, penjual dan pembeli. Kemudian meluas teman
sementara dan teman permainannya.
d. Usia pra sekolah : sadar akan keberadaan teman sebaya,
mengidentifikasi ciri yang ada pada setiap bermainnya.
e. Usia sekolah : teman 1 atau 2 orang yang disukai, belajar
memberi dan menerima, belajar peran benar atau salah, nilai moral
dan etik, mulai memahami tanggung jawab dari tindakannya.
4. Kreativitas
Melalui bermain anak menjadi kreatif, anak mencoba ide-ide baru
dalam bermain. Kalu anak merasa puas dari kreativitas baru, maka
anak akan mnecoba pada situasi yang lain5. Nilai terapeutik
Untuk melepaskan stress dan ketegangan
6. kesadara diri
Anak akan sadar akan kemampuan dan kelemahannya serta tingkah
lakunya.7. Nilai Moral
Belajar salah/ benar dari kulutr, rumah, sekolah dan interaksi.
Contoh bila ingin diterima sebagai anggota kelompok, anak harus
mematuhi kode perilaku yang diterima secara kultur, adil, jujur,
kendali dir dan mempertimbangkan kepentingan orang lain.
2.5 Klasifikasi Bermain1. Menurut isi permainan
a. Social Affektif Play, permainan yang membuat anak belajar
berhubungan dengan orang lain. Contoh ; orang tua berbicara,
memeluk, bersenandung, anak memberi respon dengan tersenyum,
mendengkur, tertawa, beraktivitas, dll.
b. Sense Pleasure Play (bermain untuk bersenang-senang), contoh
: Obyek seperti wanita, cahaya, bau, rasa, benda alam dan gerakan
tubuh.
c. Skill Play, bermain yang sifatnya membina ketrampilan
Misalnya berulangkali melakukan dan melatih kemampuan yang baru
didapat, menimbulkan nyeri dan frustasi pada anak. Contoh naik
sepeda.
d. Dramatik Role Play / bermain Dramati/ Simbolik, dimulai pada
akhir masa bayi 11-13 bulan. Contoh ; berpura-pura melakukan
kegiatan keluarga seperti makan, minum dan tidur. Usia Toddler
kegiatan berupa hal-hal yang lebih dikenalnya Usia Prasekolah
kegiatan sehari-hari tetapi lebih rumit.
e. Permainan game, contoh Puzzle, komputer games dan video
2. Menurut Karakteristik Sosial
a. Onlooker Play / mengamati, anak melihat apa yang dilakukan
anak lain tetapi tidak ada usaha untuk ikut bermain. Contoh ;
menonton televisi
b. Solitary / mandiri, anak bermain sendiri. Menyukai kehadiran
orang lain tap tidak ada usaha untuk mendekat atau berbicara. Hanya
terpusat pada aktivitas/ permainanya sendiri.
c. Paralel Play, bermain sendiri di tengah anak lain, tidak ada
asosiasi kelompok. Ciri bermain anak Toddler.
d. Asosiasi Play, bermain dan beraktifitas serupa bersama,
tetapi tidak ada pembagian kerja, pemimpin/ tujuan bersama, Anak
interaksi dengan saling meminjam alat permainan. Ciri Anak
Prasekolah
e. Cooperatif Play, bermain dalam kelompok, ada perasaan
kebersamaan/ sebaliknya, terbentuk hubungan pemimpin dan pengikut.
Ada tujuan yang ditetapkan dan ingin dicapai.
2.6 Faktor factor yang Mempengaruhi Bermain1. Kesehatan
Semakin sehat anak, semakin banyak energinya untuk bermain
aktif, seperti permainan dan olah raga. Anak yang kekurangan tenaga
lebih menyukai hiburan.2. Perkembangan motorik
Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik.
Apa saja yang dilakukan dan waktu bermainnya bergantung pada
perkembangan motorik anak.3. Intelegensi
Pada setiap usia anak, anak yang pandai lebih aktif ketimbang
yang kurang pandai dan permainan mereka lebih menunjukkan
kecerdasan. Anak yang pandai menunjukkan keseimbangan perhatian
bermain yang besar, termasuk upaya menyeimbangkan faktor fisik dan
intelektual yang nyata.4. Jenis kelamin
Pada masa awal kanak-kanak, anak laki-laki menunjukkan perhatian
pada berbagai jenis permainan yang lebih banyak ketimbang
perempuan, tetapi sebaliknya terjadi pada akhir masa kanak-kanak.5.
Status sosisal ekonomi
Anak dari kelompok sosial ekonomi yang libih tinggi lebih
menyukai kegiatan yang mahal sedangkan dari kalangan bawah terlihat
dalam kegiatan yang tidak mahal. Kelas sosial mempengaruhi buku
yang dibaca dan film yang ditonton anak, jenis kelompok rekreasi
yang dimilikinya dan supervisi terhadap mereka.6. Lingkungan
Anak dari lingkungan buruk kurang bermain ketimbang anak lainnya
karena kesehatah yang buruk, kurang waktu, peralatan dan ruang.
Anak yang berasal dari lingkungan desa kurang bermain ketimbang
mereka yang berasal dari lingkungan kota. Hal ini kurangnya
peralatan dan waktu bebas.7. Peralatan bermain
Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi permainannya.
Misalnya, dominasi boneka dan binatang buatan yang mendukung
permainan pura-pura.2.7 Karakteristik Bermain Sesuai Tahap
Perkembangan Anak1. Tradisi
a. Setiap generasi meniru permainan generasi sebelumnya
b. Bentuk permainan yang memuaskan akan dilanjutkan
c. Tergantung dari perubahan musim
2. Bermain mengikuti pola perkembangan yang dapat diramalkan.
Usia bertambah, penggunaan material lebih bermakna, misalnya
balok.
3. Waktu dan usia
a. Ragam kegiatan bermain berkurang dengan tambahnya usia
b. Waktu berkurang sesuai usia
c. Aktifitas fisik berkurang
d. Waktu untuk aktifitas spesifik meningkat
e. Perhatian menyempit tetapi lebih lama
f. Jumlah dan usia teman ( lebih sedikit dan spesifik )
2.8 Jenis dan Syarat Permainan Sesuai dengan Usia Anak1. Umur 0
- 3 bulan
a. Sentuhan, ocehan, kontak mata
b. Perhatian, tersenyum, warna dan suara
2. Umur 3 bulan
a. Sentuhan pensil pada punggung tangan dan ujung jari
anak,melatih menggenggam dan menggerakkan lengan tangan dan tungkai
; gerak kasar.
b. Warna/ cahaya digerakkan ke kiri dan ke kanan; visual dan
gerak halus.
c. Suara; berbicara, tape, dan lain-lain
d. Tertawa dan tersenyum; bergaul dan mandiri
e. Berbicara dengan lembut, memeluk dan mencium, membuai dan
menimang, memupuk cinta kasih sayang dan rasa aman
f. Melatih membalikkan badan dari telentang ke tengkurap
g. Melatih mengangkat kepala, menelungkupkan anak memberikan
benda-benda yang menarik dan digerak-gerakkan
h. Letakkan benda-benda kecil sebesar biji kacang di depan anak,
ambil benda itu sampai anak meniru, awasi.
i. Beri biskuit/ roti hingga anak dapat memasukkan makanan
kedalam mulut.
j. Melatih anak meraih benda.
3. Umur 3 - 6 bulan
a. Gunakan mainan yang dapat menimbulkan suara
b. Pindahkan mainan ke posisi berubah-ubah, bergaul dan
mandiri
c. Melatih mencari sumber suara.
d. Mengoceh pada anak sehingga anak meniru.
e. Melatih menyangga leher
f. Melatih untuk duduk
g. Melatih untuk menyangga badan dan kedua kaki
h. Memberi kesempatan pada anak untuk coret-coret
i. Melatih meniru kata-kata, mengenal suara, lingkungan sekitar,
bergaul
4. Umur 6 - 9 bulan
a. Anak didudukkan dan mempertahankan posisi dengan kepala
tegak
b. Memindahkan benda dari tangan kanan ke tangan kiri
c. Sering diajak bicara
d. Perlihatkan bambar lucu dan menarik
e. Mengajak dirinya dikaca
f. Melatih merangkak, berdiri
g. Melatih memasukkan dan mengeluarkan benda, tepuk
tangan,menepuk beduk dan gendang
h. Mengajak anak mengikuti kegiatan keluarga. Contoh : makan
bersama, jalan-jalan dan rekreasi
5. Umur 9 - 12 bulan
a. Bermain merambat pada meja/ kursi
b. Meraup benda-benda kecil dengan kelima jari-jari
c. Berbicara ( melatih ) dengan dua suku kata
d. Bermain untuk melatih anak memanjat kursi/ tangga secara
bertahap
e. Bermain bola
f. Melatih/ bermain dengan berjalan
g. Menumpuk balok
h. Menggambar
i. Melatih membungkukkan badan saat mengambil sesuatu benda
j. Menyebutkan beberapa nama dari bagian tubuhnya
6. Umur 12 - 18 bulan
a. Bermain mengambil benda kecil dengan ibu jari dan
telunjuk
b. Makan dan minum
c. Berjalan mundur ( dengan menarik mainan )
d. Menangkap, melempar dan menendang bola
e. Memakai dan melepas pakaian
f. Puzzle
g. Perintah sederhana
h. Bercerita ( minta pada anak )
7. Umur 18 - 24 bulan
a. Menggambar dengan pola
b. Menunjukkan dan menyebut salah satu bagian tubuh yang
benar
c. Rumah-rumahan, masak-masakan ( pekerjaan RT )
d. Melatih berjalan jinjit, melompat dan berdiri dengan satu
kaki
e. Bermain dengan lilin/ tanah liat/ adonan kue
f. Memasukkan benda ke lubang yang sesuai
g. Menyebut nama benda - benda dan mengenal sifatnya
h. Cuci tangan dan kaki
i. Memilih baju
8. Umur 2 - 3 tahun
a. Berdiri dengan satu kaki
b. Menggambar
c. Menghitung jumlah benda
d. Mencocokkan gambar dengan benda sesungguhnya
e. Menyebut nama
f. Bercerita dengan dirinya
g. Menyebut lawan kata
h. Permainan dramatik, sopan santun, masak-masakan, mandi,
dll
9. Umur 3 - 4 tahun
a. Menggambar dan menulis
b. Jalan jinjit
c. Menyebutkan warna warni
d. Melompat dengan satu kaki
e. Melempar ke atas
f. Menggunting dan menempel
g. Mengenal huruf dan angka
h. Mengenal bentuk dan warna gambar
i. Membaca
j. Mengenal musim
k. Bermain kredit10. Umur 4 - 5 tahun
a. Melompat dengan satu kaki
b. Mengancingkan baju
c. Bercerita dan mengingat
d. Mengenal tulisan
e. Pertanyaan mengapa
f. Mengenal tanda, simbol dan lambang
g. Bergaul
11. Umur 5 - 6 tahun
a. Main bola ( jarak 1 m )
b. Menggambar ( segi tiga )
c. Angka, huruf, menghitung 0 10
d. Bersepeda
e. Bermain lilin/ tanah liat/ adonan kue
f. Menyebut nama hari, bulan, jumlah hari dalam 1 Minggu dan 1
bulan dan seterusnya
g. Waktu
h. Ukur panjang dan lebar dengan penggaris
i. Masak-masakan2.9 Pengertian PreschoolMenurut Joyce Engel
(1999), yang dikatakan anak usia pra sekolah adalah anak-anak yang
berusia berkisar 3-6 tahun. Ada beberapa aspek yang perlu
diperhatikan untuk mengukur tingkat pertumbuhan dan perkembangan
anak. Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6
tahun ( Wong, 2000), anak usia prasekolah memiliki karakteristik
tersendiri dalam segi pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam hal
pertumbuhan, Secara fisik anak pada tahun ketiga terjadi penambahan
BB 1,8 s/d 2,7 kg dan rata-rata BB 14,6 kg.penambahan TB berkisar
antara 7,5 cm dan TB rata-rata 95 cm.
1. Aspek BahasaPada awal masa prasekolah perbendaharaan kata
yang dicapai jarang dari 900 kata,mengunjak tahun keempat sudah
mencapai 1500 kata atau lebih dan pada tahun kelima sampai keenam
mencapai 2100 kata, mengunakan 6 sampai 8 kata, menyebut 4 warna
atau lebih, dapat menggambar dengan banyak komentar serta
menyebutkan bagiannya, mengetahui waktu seperti hari, minggu dan
bulan, anak juga sudah mampu mengikuti 3 perintah sekaligus.
2. Aspek SosialPada tahun ketiga anak sudah hampir mampu
berpakaian dan makan sendiri, rentang perhatian meningkat,
mengetahui jenis kelaminnya sendiri, dalam permainan sering
mengikuti aturannya sendiri tetapi anak sudah mulai berbagi. Tahun
keempat anak sudah cenderung mandiri dan keras kepala atau tidak
sabar, agresif secara fisik dan verbal, mendapat kebanggaan dalam
pencapaian, masih mempunyai banyak rasa takut. pada akhir usia
prasekolah anak sudah jarang memberontak, lebih tenang, mandiri,
dapat dipercaya, lebih bertanggungjawab, mencoba untuk hidup
berdasarkan aturan, bersikap lebih baik, dalam permainan sudah
mencoba mengikuti aturan tetapi kadang curang.
Personal social :
-Menyatakan keinginan untuk melakukan sesuatu yang ingin
dilakukan supaya di anggap di masyarakat
-Anak mulai mengetahui aturan-aturan, di lingkungan keluarga dan
lingkungan
-Menyadari hak dan kepentingan orang lain
-Mulai dapat bermain dengan teman sebaya
-Keluarga harmonis, komunikasi baik maka anak akan mempunya
kemampuan dan penyesuaian dalam hubungan dengan orang lain.
-Masuk TK akan sangat membantu anak untuk jembatan bergaul dan
sosialisasi dengan teman sebaya.
3. Aspek KognitifTahun ketiga berada pada fase perseptual, anak
cenderung egosentrik dalam berfikir dan berperilaku, mulai memahami
waktu, mengalami perbaikan konsep tentang ruang, dan mulai dapat
memandang konsep dari perspektif yang berbeda. Tahun keempat anak
berada pada fase inisiatif, memahami waktu lebih baik, menilai
sesuatu menurut dimensinya, penilaian muncul berdasarkan persepsi,
egosentris mulai berkurang, kesadaran social lebih tinggi, mereka
patuh kepada orang tua karena mempunyai batasan bukan karena
memahami hal benar atau salah. Pada akhir masa prasekolah anaka
sudah mampu memandang perspektif orang lain dan mentoleransinya
tetapi belum memahaminya, anak sangat ingin tahu tentang factual
dunia.
Motorik halus: Bisa menggunakan gunting, Menggambar lingkaran,
kotak,
Motorik kasar : Melempar bola melewati atas kepala, Memanjat
Menaiki sepeda roda tiga belajar menalikan tali sepatu,
mengkancing, menyikat gigi.2.10 KETERAMPILAN PLASTISINPlastisin
adalah bahan terbaik yang digunakan untuk belajar dengan anak-anak
karena plastisin dapat digunakan untuk mengajak dan untuk terapi.
Kebanyakan anak-anak menemukan bahwa teksture dari plastisin itu
sendiri yang menyenangkan untuk di sentuh dan di manipulasi atau
dirubah. Ini amatlah mudah untuk membentuk sesuatu dengan plastisin
dan merubahnya menjadi bentuk, ukuran, dan tampilan yang lain.
Kebanyakan anak-anak telah siap memakai plastisin dan mereka asik
dalam perasaan, memukul-mukul plastisin, menekan plastisin,
melumpuri plastisin, dan memotong plastisin. Mereka memperoleh
tentang pengalaman yang menyenangkan, memuaskan. Kebanyakan,
plastisin hampir seperti perluasan dari anak-anak, seperti sudah
menjadi bagian dari mereka.
Plastisin memungkinkan anak untuk menjadi kreatif. Selama
aktivitas kreatifnya, dari dalam emosi anak memungkinkan untuk
muncul dan mengalami sesuatu yang jelas dari aktivitas tersebut.
Plastisin membolehkan anak untuk mengekspresikan emosinya : seorang
anak mungkin dengan tenang membanting plastisin, atau dengan
agresif memukul plastisin, atau menarik plastisin sehingga terpisah
seperti sedang frustasi. Emosi-emosi demikian yang mana seorang
anak sedang memegang plastisin, mungkin dijelaskan dari sisi
terluar, dan dengan efek pencuci perut. Karena potongan plastisin
ini membuat plastisin lebih mudah untuk mengubah menjadi potongan
yang baru, medium ini mengajak anak untuk melanjutkan belajar
mereka dengan mengembangkan tema-tema yang ada dan menjelajahi atau
mengembangkan tema-tema yang baru.
Plastisin adalah bahan tiga dimensi. Ini membolehkan anak untuk
memiliki kebebasan untuk berkreativitas yang lebih daripada ketika
mereka dengan dua dimensi seperti melukis atau ketika menggambar.
Dengan plastisin, anak dengan bebas dapat menciptakan
potongan-potongan plastisin menjadi hali yang realistis, imajinasi
atau simbolik. Contohnya misal seperti, seorang anak menciptakan
potongan plastisin tersebut menjadi replica monster. Potongan ini,
mewakili monster, terlihat nyata, dan terlihat seperti binatang,
atau dapat terlihat seperti tokoh fantasi, atau mungkin potongan
itu merupakan suatu symbol yang khusus, atau bahkan mungkin hanya
potongan yang dibentuk kasar.
Belajar dengan plastisin bisa mendapatkan balasan yang khusus
untuk anak-anak yang mana mereka merasakan tidak mencukupi tentang
kemampuan kreativitas mereka, karena plastisin merupakan bahan yang
dapat digunakan dengan kemampuan yang kecil ini memiliki
kemungkinan kegagalan yang kecil. Konselor tidak memerlukan untuk
membantu harapan-harapan atau peraturan-peraturan, sehingga anak
dapat merasakan kebebasan untuk mengekspresikan kondisinya saat itu
dengan bentuk pengalaman-pengalaman dari dalam tanpa pengendalian
yang tida diperlukan.
Karena plastisin merangsang indera peraba dan kinestetik, ini
membolehkan anak-anak yang tertutup atau pendiam mengenai
pengalaman sensorik dan emosinya dengan cara memainkan
plastisin-plastisin itu lagi. Seperti anak-anak dengan menjadi
digunakan sepenuhnya dalam belajar dengan plastisin, dengan
sensitive bertambahnya reaksi kinestetiknya mungkin itu merupakan
hasil yang bermanfaat yaitu ungkapan emosi. Konselor bias
mengharapkan untuk melihat tingkah laku seperti membayangkan proses
yang ada dalam diri anak-anak. Konselor membutuhkan observasi
mengenai respon non verbal dan verbal dari anak-anak, dan juga
merespon pada mereka dengan menggunakan sikap atau cara-cara
konseling yang tepat. Bahan-bahan yang digunakan ketika menggunakan
plastisinLembut, empuk, itulah plastisin yang cocok untuk
digunakan. Ini penting bahwa plastisin janganlah terlalu
lembek/basah atau lengket, karena jika demikian, maka belajar
dengan plastisin itu akan tidak menyenangkan. Plastisin biasa di
beli dalam bentuk balokan/ kotak-kotak, dengan ukuran sekitar 30
cm, 20 cm, atau 10 cm, dari toko yang menjual.
Kita sebaiknya belajar dengan plastisin di lantai, daripada di
bangku/meja, sehingga anak bisa dengan mudah menikmati bermain
dengan plastisin, mereka bisa dengan mudah berpindah-pindah.
Anak-anak dapat bermain dengan plastisin di lantai vinyl, tetapi
setelah itu lantai harus dibersihkan. Biasanya kita bermain pada
tempat plastisin, yang mana dapat dilipat setelah digunakan dan
dibersihkan. Tempat bermain plastisin ini sebaiknya berukuran yang
cukup luas untuk mampu menyediakan ruang bermain, dan memiliki
ruang untuk anak dan konselor untuk duduk dengan nyaman.
Sepotong kawat yang tipis atau kail pancing, kira-kira
panjangnya 40 cm, dengan gagang dari kayu yang ditaruh di setiap
ujung, ini digunakan untuk memotong plastisin menjadi
potongan-potongan plastisin yang lebih kecil. Jika menggunakan
pisau cutter, plastisin dapat dengan mudah dipisahkan menjadi
potongan yang lebih kecil. Kadang-kadang bisa menggunakan peralatan
untuk memahat/membentuk plastisin menjadi bentuk sesuatu, misalnya
dengan cara memasukkan spatula yang terbuat dari kayu, penghapus
lukisan yang kaku, sendok dan garpu dari plastic. Per/ penekan
untuk membentuk plastisin tersebut menjadi sesuatu yang
bernilai.
Plastisin yang telah kering sebelum digunakan, diistimewakan
dalam ruang dimana ruang itu ada untuk memanaskan, AC, atau kipas
angin. Untuk mencegah dari hal yang tidak diharapkan, semangkok
air, dengan spons yang bisa menyerap dan menetes dari plastisin,
ini diperlukan untuk menjaga agar plastisin tetap basah. Beberapa
anak-anak menjadi khawatir karena plastisin itu morat-marit. Unutk
mengatasi masalah ini, kita menyediakan celemek plastic, dan tempat
cuci tangan yang ada air mengalirnya. Manfaat yang diperoleh dari
bermain dengan plastisinMeminta anak-anak untuk membuat
potongan-potongan plastisin mejadi symbol atau replica orang
penting, benda-benda, perasaan-perasaan, atau hal-hal tentang
kehidupan anak-anak, memberikan anak-anak kesempatan untuk
menceritakan tentang pengalamannya. Ketika anak bercerita, konselor
dapat menggunakan teknik konseling untuk membantu anak dan
menyelidiki hubungannya, memahami tentang kejadian lampau yang
terjadi pada anak, dan juga mengembangkan wawasan anak-anak.
Karena plastisin membolehkan anak-anak untuk berekspresi
sepuasnya yang mana merupakan proses internal dimana terjadi
seperti apa yang anak ceritakan, ini menyediakan suatu penghubung
atau jembatan, sambungan proses dari dalam antara anak dengan
konselor, dan membolehkan counselor untuk berbagi secara dekat
seperti teman karib mengenai cerita anak tersebut. Demikian,
konselor memiliki kesempatan untuk mendukung anak untuk
mengekspresikan emosinya dan tentang hal-hal yang terjadi.
Manfaat plastisin secara khusus yaitu untuk menolong anak
tentang apa yang dirasakan, sedikit meninggalkan mengenai yang
ditahan/tertahan. Proyek ini terjadi seperti anak berperan di luar
kendali emosinya. Contohnya, seorang anak dapat memukul plastisin,
atau mengalus atau menggulung-gulung plastisin. Dari hal yang
terjadi, konselor dapat membantu anak untuk mengenali dan merasakan
perasaan yang dialami oleh anak melalui ekspresi fisiknya.
Plastisin sangat bermanfaat ketika bermain dengan anak-anak
dalam kelompok. Dalam kondisi berkelompok, anak-anak bisa saling
mendukung untuk berinteraksi dengan yang lainnya sama seperti
mereka bermain dengan plastisin dan memperoleh wawasan dan
pemahaman mengenai anak-anak yang lainnya dalam kelompok, berbagi
tentang pengalaman. Saling berbagi ini dapat menambah rasa individu
setiap anak termasuk kelompok. Bermain plastisin dapat digunakan
untuk menolong anak-anak untuk menemukan konsekuensi dari setiap
tingkah laku mereka ketika dalam kelompok. Dapat disimpulkan, bahwa
hal terpenting yang didapat ketika bermain dengan menggunakan
plastisin dapat dimasukkan dalam daftar di bawah ini.
a. Hal-hal yang bisa diperoleh dari bermain dengan plastisin
secara individu dan dalam kelompok yaitu : Membantu anak untuk
menceritakan dan berbagi tentang ceritanya dengan menggunakan
plastisin sebagai ilustrasi dalam ceritanya
Memungkinkan anak untuk memikirkan tentang rencana yang
mengandung perasaan-perasaan lewat plastisin sehingga mereka bisa
merasa diakui dan memiliki
Membantu anak untuk mengenali dan mengetahui hal-hal yang sedang
terjadi
Membantu anak untuk menyelidiki hubungan dan untuk mengembangkan
wawasan ke dalam hubungan dengan orang lain
Memungkinkan anak memperoleh pengalaman dan kepuasan dalam
pemenuhan tugas kreativitas
b. Hal-hal yang bisa diperoleh dari bermain dengan plastisin
dalam kelompok : Membantu anak memperoleh wawasan dan memahami
dengan yang lainnya
Dapat menambah rasa individu setiap anak termasuk kelompok
Membantu anak untuk menemukan konsekuensi dari tingkah laku
setiap anak ketika di dalam kelompok.BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masuk rumah sakit bagi anak merupakan peristiwa yang sering
menimbulkan pengalaman traumatik pada anak, yakni ketakutan dan
ketegangan atau stress hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh
berbagai faktor, diantaranya perpisahan dengan orang tua,
kehilangan kontrol dan perlakuan tubuh akibat tindakan invasif yang
menimbulkan rasa nyeri. Untuk itu penting dilakukan suatu aktifitas
bermain cooperatif play untuk mengekpresikan perasaan mereka dalam
upaya peningkatan kesadaran diri. Oleh karena itu, plastisin sangat
bermanfaat ketika bermain dengan anak-anak dalam kelompok. Karena
plastisin membolehkan anak-anak untuk berekspresi sepuasnya yang
mana merupakan proses internal dimana terjadi seperti apa yang anak
ceritakan, ini menyediakan suatu penghubung atau jembatan,
sambungan proses dari dalam antara anak dengan konselor, dan
membolehkan counselor untuk berbagi secara dekat seperti teman
karib mengenai cerita anak tersebut. 3.2 Saran Dan Kritik
Dengan dilakukannya terapi bermain plastisin ini diharapkan
dapat mengurangi stress hospitalisasi pada anak, Anak dapat
membentuk plastisin sesuai kekreatifannya, Anak dapat
bersosialisasi dengan pasien lainnya dan perawat, tahap
perkembangan anak dapat tetap terpenuhi dan kesempatan untuk
belajar mengenal bentuk dan warna beberapa alat permainan.DAFTAR
PUSTAKA
Wong, Donna L, (2003), Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik,
Edisi 4, EGC, Jakarta
Nursalam (2007). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktek
Keperawatan Profesional, Jakarta: Salemba Medika.Staf Pengajar Ilmu
Kesehatan Anak Fak. Kedokteran Universitas Indonesia. 1985. Ilmu
Kesehatan Anak 3. Jakarta
PAGE 10