1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Batubara merupakan salah satu sumber energi yang mengalami pertumbuhan paling cepat di dunia. Hal ini dikarenakan semakin menurunnya berbagai sumber energi alternatif lain seperti gas alam dan minyak bumi. Dengan demikian berbagai perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan perlahan-lahan mulai mencari cara untuk memaksimalkan produksi batubara, tidak terkecuali perusahaan pertambangan yang ada di Indonesia. Menurut data yang dikeluarkan oleh International Energy Agency pada tahun 2012, Indonesia termasuk dalam sepuluh negara penghasil batubara terbesar di dunia yang banyak tersebar di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan. Jumlah yang sangat melimpah di kedua pulau tersebut harus dapat dimaksimalkan dengan baik. Namun dalam kenyataannya sebagian besar perusahaan tambang di Indonesia dalam melakukan eksploitasi lapangan batubara hanya melakukan survey tinjau saja dan langsung melakukan proses penambangan. Dengan demikian prospek batubara tidak dapat diketahui secara rinci. Oleh karena itu diperlukan perhitungan cadangan volume batubara yang akurat sebelum melakukan eksploitasi. Untuk melakukan perhitungan volume cadangan batubara dapat dilakukan dengan menggunakan metode cut and fill ataupun cross section. Kedua metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Perhitungan volume dengan cut and fill menggunakan prisma segitiga. Prisma segitiga tersebut terbentuk dari hasil penggabungan TIN permukaan atas dan bawah. Untuk mendapatkan volume tiap lapisan, volume masing-masing prisma segitiga yang telah terbentuk dihitung dan dijumlahkan. Selain dengan metode cut and fill, volume cadangan batubara dapat juga dihitung menggunakan metode cross section dengan pedoman rule of gradual changes. Dengan metode ini dibutuhkan beberapa penampang untuk tiap lapisan batubara yang selanjutnya dikalikan dengan jarak tiap penampang tersebut. Dasar pertimbangan penggunaan metode cross section dengan pedoman rule of gradual changes adalah karena data titik bor yang tersedia relatif
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Batubara merupakan salah satu sumber energi yang mengalami pertumbuhan
paling cepat di dunia. Hal ini dikarenakan semakin menurunnya berbagai sumber
energi alternatif lain seperti gas alam dan minyak bumi. Dengan demikian berbagai
perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan perlahan-lahan mulai mencari cara
untuk memaksimalkan produksi batubara, tidak terkecuali perusahaan pertambangan
yang ada di Indonesia.
Menurut data yang dikeluarkan oleh International Energy Agency pada tahun
2012, Indonesia termasuk dalam sepuluh negara penghasil batubara terbesar di dunia
yang banyak tersebar di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan. Jumlah yang sangat
melimpah di kedua pulau tersebut harus dapat dimaksimalkan dengan baik. Namun
dalam kenyataannya sebagian besar perusahaan tambang di Indonesia dalam
melakukan eksploitasi lapangan batubara hanya melakukan survey tinjau saja dan
langsung melakukan proses penambangan. Dengan demikian prospek batubara tidak
dapat diketahui secara rinci. Oleh karena itu diperlukan perhitungan cadangan volume
batubara yang akurat sebelum melakukan eksploitasi. Untuk melakukan perhitungan
volume cadangan batubara dapat dilakukan dengan menggunakan metode cut and fill
ataupun cross section. Kedua metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya
masing-masing.
Perhitungan volume dengan cut and fill menggunakan prisma segitiga. Prisma
segitiga tersebut terbentuk dari hasil penggabungan TIN permukaan atas dan bawah.
Untuk mendapatkan volume tiap lapisan, volume masing-masing prisma segitiga yang
telah terbentuk dihitung dan dijumlahkan. Selain dengan metode cut and fill, volume
cadangan batubara dapat juga dihitung menggunakan metode cross section dengan
pedoman rule of gradual changes. Dengan metode ini dibutuhkan beberapa
penampang untuk tiap lapisan batubara yang selanjutnya dikalikan dengan jarak tiap
penampang tersebut. Dasar pertimbangan penggunaan metode cross section dengan
pedoman rule of gradual changes adalah karena data titik bor yang tersedia relatif
2
54
sedikit dan untuk endapan batubara yang memiliki tingkat homogenitas yang tinggi.
Metode ini juga mudah dilaksanakan, dimengerti dan dengan keyakinan yang tinggi.
Seiring dengan berkembangnya teknologi dalam memperhitungkan volume
sumberdaya batubara, semakin banyak perangkat lunak yang dapat digunakan untuk
melakukan perhitungan. Salah satu perangkat lunak yang dapat digunakan adalah
Surpac. Surpac dapat memodelkan cross section dengan pedoman rule of gradual
changes hingga menampilkan luasan-luasan tiap penampang yang selanjutnya akan
digunakan dalam perhitungan volume. Proyek ini mengkaji tahapan dan hitungan
volume sumber daya batubara menggunakan metode cross section dan dilakukan
komparasi hasilnya dengan metode cut and fill.
I.2. Cakupan
Berdasarkan data yang telah diperoleh, maka cakupan penyusunan proyek ini
adalah :
1. Perhitungan volume dilakukan menggunakan perangkat lunak Surpac.
2. Area yang dikaji adalah daerah Kuasa Pertambangan PT. Panca Gemilang
Semesta, Dusun Hilir, Barito, Kalimantan Tengah.
3. Tipe cross section yang digunakan adalah penampang tegak (vertical cross).
4. Penampang melintang dibentuk dari data kontur struktur dan data kontur
topografi dengan jarak antar penampang 10 meter dan 25 meter.
I.3. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah:
1. Mengaplikasikan metode cross section untuk menghitung volume
sumberdaya batubara
2. Membandingkan hasil hitungan volume sumber daya batubara antara metode
cross section dengan metode cut and fill.
I.4. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan tentang cara
perhitungan volume sumber daya batubara dengan metode cross section dan memberi
3
54
gambaran akurasi perhitungan volume metode cross section dibandingkan dengan
metode cut and fill.
I.5. Landasan Teori
I.5.1. Batubara
Batubara adalah batuan sedimen yang mengandung hasil akumulasi material
organik yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang telah melalui proses litifikasi untuk
membentuk lapisan batubara dan telah mengalami kompaksi, ubahan kimia dan proses
metamorfosis oleh peningkatan panas dan tekanan selama periode geologis (BSN
1998). Umumnya proses pembentukan batubara terjadi pada zaman karbon yaitu
sekitar 270 – 350 juta tahun yang lalu. Pada zaman tersebut terbentuk batubara di
belahan bumi utara seperti Eropa, Asia, dan Amerika. Di Indonesia batubara yang
ditemukan dan ditambang umumnya berumur jauh lebih muda yaitu terbentuk pada
zaman tersier. Batubara tertua yang ada di Indonesia berumur Eosen (40 – 60 juta
tahun yang lalu) namun sumber daya batubara di Indonesia umumnya berumur antara
Miosen dan Pliosen (2 – 15 juta tahun yang lalu). Batubara mengandung unsur - unsur
karbon, hidrogen, dan oksigen sebagai unsur utama serta belerang dan nitrogen sebagai
unsur tambahan. Di samping itu terdapat zat lain sebagai penyusunnya, yaitu senyawa
anorganik pembentuk ash dan tersebar sebagai partikel - partikel zat mineral di seluruh
senyawa batubara (Cahyani 2010).
Cadangan batubara di Indonesia tersebar di daerah Sumatera, Kalimantan, Jawa,
Sulawesi, Maluku, dan Papua. Kualitas batubara yang bagus adalah batubara dengan
nilai calorie value yang tinggi, nilai abu yang rendah, kadar sulfur yang rendah, dan
kelembaban yang rendah.
I.5.2. Pengertian Sumber Daya dan Cadangan Batubara
Sumberdaya (Resource) adalah bagian dari endapan batubara yang diharapkan
dapat dimanfaatkan dan dapat meningkat menjadi cadangan apabila telah dilakukan
uji kelayakan. Cadangan (Reserve) adalah bagian dari sumberdaya yang telah diteliti
dan dikaji kelayakannya dan telah dinyatakan layak serta dapat ditambang berdasarkan
kondisi ekonomi dan teknologi pada saat itu. Terdapat empat pengertian cadangan
yang digunakan di dunia pertambangan, yaitu (BSN 1998):
4
54
1. Cadangan di Tempat (In Place Reserve)
Cadangan di tempat adalah jumlah batubara yang terdapat di bawah
permukaan yang telah dihitung dan memenuhi persyaratan ekonomi
pertambangan dalam kondisi tertentu. Secara teknis, cadangan di tempat
tidak seluruhnya dapat ditambang karena bergantung pada teknologi yang
tersedia pada saat itu.
2. Cadangan dapat ditambang (Mineable Reserve)
Cadangan dapat ditambang adalah bagian dari cadangan di tempat (in place
reserve) yang diharapkan akan dapat ditambang dengan teknologi saat ini
dan sesuai kondisi ekonomi saat ini.
3. Cadangan telah ditambang (Recoverable Reserve)
Cadangan telah ditambang adalah cadangan yang berasal dari (Mineable
Reserve) yang telah ditambang atau terambil atas dasar biaya dan kondisi
ekonomi yang telah ditetapkan.
4. Cadangan dapat dijual (Saleable Reserve)
Cadangan dapat dijual adalah cadangan yang berasal dari (Recoverable
Reserve) yang akan dijual langsung atau dilakukan pengolahan terlebih
dahulu dengan pertimbangan kualitas batubara dan permintaan pasar, apabila
kualitas batubara sesuai permintaan pasar tanpa harus dilakukan pencucian
atau blending maka batubara dapat langsung dijual, namun apabila batubara
terlalu banyak pengotor sehingga kualitas batubara tidak sesuai dengan
permintaan pasar maka harus dilakukan pencucian dan blending sehingga
kualitas batubara sesuai dengan permintaan konsumen.
I.5.3. Seam
Lapisan batubara yang berada di bawah permukaan tanah disebut seam. Seam
terdiri dari beberapa lapisan yang berupa suatu tebalan dengan sekat tanah
(interburden) sebagai pembatas tiap lapisan. Lingkungan pengendapan batubara
merupakan salah satu kendali utama yang mempengaruhi pola sebaran, ketebalan,
kemenerusan, kondisi roof dan floor, dan kandungan sulfur pada lapisan batubara
(Horne dkk. 1978). Melalui model pengendapan juga dapat ditentukan lapisan
5
54
batubara ekonomis yang ditandai oleh sebarannya yang luas, tebal, serta kandungan
abu dan sulfur rendah. Artinya, ada hubungan genetik antara geometri lapisan batubara
dan lingkungan pengendapannya (Rahmani & Flores 1984) yang dicerminkan oleh
proses-proses geologi, yaitu:
1. Proses geologi yang berlangsung bersamaan dengan pembentukan batubara,
meliputi perbedaan kecepatan sedimentasi dan bentuk morfologi dasar
pada cekungan, pola struktur yang sudah terbentuk sebelumnya, dan
kondisi lingkungan saat batubara terbentuk.
2. Proses geologi yang berlangsung setelah lapisan batubara terbentuk, meliputi
adanya sesar, erosi oleh proses - proses yang terjadi di permukaan, atau
terobosan batuan beku (intrusi).
Lapisan batubara sering kali terdiri dari beberapa seam yang saling menumpuk
dan disebut multiseam dan lapisan tunggal disebut dengan single seam. Menurut waktu
geologi lapisan yang paling muda adalah lapisan yang terletak pada lapisan paling atas.
Gambar I.1. Seam batubara (http://fisherka.csolutionhosting.net)
I.5.4. Roof dan Floor
Sebuah lapisan (seam) batubara dilapisi oleh dua permukaan yang terdapat pada
permukaan atas (roof) dan permukaan bawah (floor) seam tersebut serta dibatasi oleh
batubara dan lapisan pengotornya (parting). Roof adalah struktur penampang
permukaan atas dari suatu jenis deposit tambang, sedangkan floor adalah struktur
penampang permukaan bawah dari suatu deposit tambang. Suatu roof dan floor yang
hanya dibatasi oleh batubara dan parting-nya disebut sebagai satu seam (Andaru