Top Banner
i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik Oleh : Marselina Ase Teme NIM: 121124054 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172

S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

Nov 15, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

i

DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS

DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES

KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG,

YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh :

Marselina Ase Teme

NIM: 121124054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada Para Suster Ursulin (OSU) di manapun

berada yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk belajar dan kepada

seluruh keluarga besar yang telah mendukung saya dengan caranya masing-

masing selama menjalani proses perkuliahan di IPAK Yogyakarta hingga

selesainya penyusunan skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

v

MOTTO

“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu,

perbuatlah demikian juga kepada mereka”

(Mat. 7:12)

“Langkah anda yang pertama senantiasa kembali kepada Yesus Kristus”

(St. Angela Merici)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

viii

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul: DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS

KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN

ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS

BANTENG. Penulis memilih judul ini berdasarkan fenomena kehidupan

keluarga Katolik dewasa ini, termasuk dalam kehidupan sebagian keluarga

Katolik di Lingkungan St. Yohanes Kentungan, Paroki Banteng yang sering

menyimpang dari spiritualitas Keluarga Kudus. Di antara anggota keluarga

semakin jarang berkomunikasi, makan bersama dan doa bersama karena berbagai

alasan tertentu. Sementara Keluarga Kudus merupakan model keluarga yang ideal

mengenai kesatuan hati, saling memahami, ketaatan dan penyangkalan diri bagi

yang lain sebagaimana hati Maria dan Yosef yang disatukan kepada Yesus,

mengarah kepada sikap takut akan Allah. Penelitian ini berupaya untuk

mengetahui deskripsi penghayatan spiritualitas keluarga Kudus dalam keluarga

Katolik di Lingkungan St. Yohanes Kentungan Paroki Keluarga Kudus Banteng.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan penentuan informan

dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Untuk mencapai validitas data

penulis melakukan wawancara beberapa informan tambahan, melakukan

penelusuran terhadap dokumen, dan juga diperkuat oleh pengamatan secara

langsung terhadap perilaku umat dan keluarga di Lingkungan St. Yohanes

Kentungan Paroki Banteng.

Hasil penelitian ini bahwa sebagian keluarga Katolik di Lingkungan

St. Yohanes Kentungan pada umumnya belum memiliki pemahaman yang utuh

tentang spiritualitas Keluarga Kudus. Keluarga Katolik di lingkungan tersebut

lebih terjebak dalam ‘ilusi ketokohan ataupun tindakan’ daripada tokoh Yesus,

Maria dan Yosef. Sementara semangat berserah diri pada kehendak Allah, yang

menjadi substansi dari spiritualitas sendiri belum menjadi perhatian serius dalam

praktek berkeluarga sehari-hari. Demikian halnya dengan upaya keluarga Katolik

untuk menghayati spiritualitas keluarga Kudus juga pada umumnya masih sebatas

mengikuti contoh tindakan yang dilakukan oleh tokoh keluarga Kudus, seperti

aktif dalam kegiatan lingkungan; mengelola pendapatan secara bijaksana di bawah

prinsip kesederhanaan; mengupayakan pendidikan dan perkembangan iman anak;

berusaha untuk membangun komunikasi yang baik dengan sesama anggota

keluarga dan masyarakat; dan berusaha meningkatkan semangat hidup doa dan

menggereja. Hal ini secara nyata menunjukkan bahwa pemahaman dan

penghayatan spiritualitas keluarga Kudus masih sebatas mengikuti tindakan

konkrit dari Yesus, Maria dan Yosef.

Berdasarkan fakta ini, penulis merekomendasikan agar Romo Paroki

Banteng perlu melakukan upaya untuk menginternalisasikan spiritualitas keluarga

Kudus, baik kepada pasangan yang hendak menikah maupun pasangan dalam

keluarga pada umumnya melalui kegiatan rekoleksi sehari, sebagaimana

ditawarkan penulis dalam skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

ix

ABSTRACT

This undergraduate thesis entitles: THE DESCRIPTION OF

REALIZATION OF THE SPIRITUALITY OF HOLY FAILY IN CATHOLIC

FAMILY IN THE REGION ST. JOHN KENTUNGAN, HOLY FAMILY

PARISH, BANTENG, YOGYAKARTA. The writer chose this topic based on the

phenomenon of Catholic family life today, including in the lives of a Catholic

families in St. John Kentungan region, Banteng Parish, which often deviate from

the spirituality of the Holy Family. Among the family members increasingly

rarely communicate, eat together, and pray together for various reasons. While the

Holy Family is a model of the ideal family of the unity of hearts, mutual

understanding, obedience and self-denial for others as the heart Mary and Joseph

are united to Jesus, to lead to the attitude of the fear of God. This research can be

the effort to know well the realization of the Sacred Family Spirituality in their

beings.

This type of research is descriptive qualitative determination of

informants done intentionally (purposive sampling). To achieve with the validity

of the data the writer also interviewed some additional informants, performing a

search for documents, and also confirmed by direct observation of the behavior of

people and families in region St. John Kentungan Banteng Parish.

The result of this research notice some of families in St. John region have

no integrated insight about the spirituality of Sacred Family. The Catolic Families

on that region are isolated by an illusion of the role or the act of Jesus, Mary and

Joseph. Inspite of that, the willing of self-giving to God’s will that is substance of

spirituality itself was not get a serious anttention in their daily lifes. Thus with the

strugle of Catolic family to deepend the spirituality of Sacred Family also,

generally is still only following the example of what the figures of the Sacred

Family did. For examples, participating in region programs, holding the income

wisely in simplicity, responsible for education and children’s faith, and also strive

to develop the spirit of prayer and acclesiastical. These things perform that the

insight and realization of the spirituality of sacred family is still just follow the

concrete action of Jesus, Mary and Joseph.

Based on this facts, the writer recomendate the Parish Priest of Banteng to

care about the internalization of the spirituality of sacred family, either to the

couple that will marry or in all families with recollection, as was ordered by writer

in this thesis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang mahakuasa, berkat kasih dan

penyertaan-Nya, penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul

DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS

DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES

KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG,

YOGYAKARTA.

Keluarga Katolik pada saat ini sering menghadapi tantangan, terutama

dipengaruhi oleh perkembangan zaman yang pesat dewasa ini. Setiap anggota

keluarga cenderung memiliki kesibukan masing-masing. Situasi seperti ini tidak

sedikit membawa dampak merugikan bagi keluarga, di mana semakin jauh dari

penghayatan akan nilai-nilai yang mesti dihidupkan oleh setiap anggota keluarga

seturut spiritualitas yang dihidupkan keluarga Kudus Nasaret. Oleh karena itu,

selain menjadi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, skripsi ini juga dapat

menjadi salah satu referensi bagi keluarga Katolik untuk membagun keluarga

seturut semangat hidup Keluarga Kudus.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini telah melibatkan banyak

pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, dari hati yang

paling dalam penulis mengucapkan terima kasih kepada:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

xi

1. Drs. F.X. Heryatno W.W SJ.,M.Ed selaku Kaprodi IPAK Universitas Sanata

Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh

pendidikan lembaga ini.

2. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ selaku dosen pembimbing utama sekaligus sebagai

dosen pembimbing akademik yang telah memberikan dukungan dan

pendampingan kepada penulis, baik selama perkuliahan maupun selama

penulisan skripsi.

3. F.X. Dapiyanta, SFK., M.Pd. selaku dosen Penguji II sekaligus pembimbing

penelitian, yang penuh kesabaran membimbing penulis sejak persiapan,

pelaksanaan hingga penulisan skripsi ini selesai.

4. Y. Kristianto, SFK., M.Pd. selaku dosen Penguji III yang selalu mendukung

dan memberi masukan kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini.

5. Segenap staf dosen Prodi IPAK, pegawai dan karyawan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang dengan

penuh keramahan membimbing penulis selama menempuh proses perkuliahan.

6. Keluarga-keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes Kentungan, khususnya

para indormasn yang telah membuka hati untuk penulis selama proses

wawancara berlangsung, sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar

tanpa hambatan.

7. Pimpinan Ursulin Indonesia, para Dewan dan semua Suster Ursulin yang telah

memberikan kesempatan, dukungan dan semangat kepada penulis untuk studi

di Prodi IPPAK hingga selesai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

xii

8. Suster-suster Komunitas Ursulin Pandega Padma Yogyakarta yang selalu

mendukung, memberi motivasi, dan semangat kepada penulis serta

meluangkan waktu untuk mendengarkan penulis.

9. Keluarga besar penulis yang selalu mendoakan kesuksesan penulis.

10. Teman-teman Angkatan 2012 yang selalu kompak dan menjadi inspirasi bagi

penulis.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat

diharapkan penulis dengan hati yang terbuka. Penulis juga berharap agar skripsi

ini dapat bermanfaat bagi banyak orang, terutama keluarga-keluarga Katolik di

Lingkungan St. Yohanes Kentungan.

Yogyakarta, 5 Desember 2016

Penulis,

Marselina Ase Teme

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv

MOTO ............................................................................................................ v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA .......................... vii

ABSTRAK ..................................................................................................... viii

ABSTRACT ................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 5

C. Pembatasan Masalah ................................................................................ 6

D. Rumusan Masalah .................................................................................... 6

E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7

F. Manfaat Penulisan/Penelitian ................................................................... 7

G. Metode Penulisan ..................................................................................... 8

H. Sistematika Penulisan .............................................................................. 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 12

A. Spiritualitas Keluarga Kudus ................................................................... 12

1. Pengertian Spiritualitas ...................................................................... 12

2. Spiritualitas Hidup Keluarga Kudus .................................................. 17

3. Tokoh Keluarga Nasaret .................................................................... 21

a. Maria ............................................................................................ 22

b. Yosef ............................................................................................ 23

c. Yesus ............................................................................................ 24

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

xiv

B. Pengertian Keluarga ................................................................................. 29

C. Tujuan Keluarga Kristiani ........................................................................ 33

D. Fungsi Keluarga Kristiani ........................................................................ 34

E. Hak-Hak dan Kewajiban Dasar Keluarga ................................................ 35

F. Ciri-ciri Keluarga Kristiani ...................................................................... 36

G. Peranan Keluarga Kristiani ...................................................................... 37

H. Kewajiban Sesama Anggota Keluarga ..................................................... 39

BAB III METODE PENELITIAN................................................................. 43

A. Jenis Penelitian ......................................................................................... 43

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................... 44

1. Lokasi Penelitian ................................................................................ 44

2. Waktu Penelitian ................................................................................ 45

C. Informan Penelitian ................................................................................. 45

D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 47

1. Wawancara ....................................................................................... 48

2. Observasi.......................................................................................... 48

3. Dokumentasi .................................................................................... 49

4. Instrumen Penelitian ........................................................................ 50

5. Kisi-kisi Panduan Wawancara dan Observasi ................................. 51

E. Teknik Analisis Data ............................................................................... 55

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ......................................... 57

A. Temuan Umum......................................................................................... 57

1. Sejarah Singkat Lingkungan St. Yohanes Kentungan ...................... 57

2. Keadaan Umat Lingkungan St. Yohanes Kentungan menurut Usia .. 58

3. Keadaan Umat Lingkungan St. Yohanes Kentungan menurut

Mata Pencaharian ............................................................................... 60

4. Keadaan Sosial Budaya ...................................................................... 64

B. Temuan Khusus ........................................................................................ 64

1. Bagaimana Pandangan tentang Spiritualitas Keluarga Kudus ........... 64

2. Bagaimana Hidup Keluarga Kudus menjadi Model

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

xv

bagi Keluarga Katolik ....................................................................... 65

3. Bagaimana Keluarga Katolik Mengelola Pendapatan dan

Pengeluaran Keluarga ....................................................................... 67

4. Bagaimana Tanggung Jawab Orangtua Terhadap Pendidikan

dan Perkembangan Iman Anak ......................................................... 68

5. Bagaimana Keluarga Katolik Membangun Komunikasi dengan

Anggota Keluarga dan Masyarakat Sekitar ....................................... 70

6. Bagaimana Keluarga Katolik Menyikapi Perbedaan Cita-cita Anak

dan Keinginan Orangtua.................................................................... 71

7. Bagaimana Keluarga Katolik Membangun Hidup

Doa dan Menggereja ......................................................................... 73

C. Uji Validitas ............................................................................................. 74

D. Pembahasan .............................................................................................. 77

1. Pandangan Keluarga Katolik tentang Spiritualitas

Keluarga Kudus .................................................................................. 77

2. Cara Hidup Keluarga Kudus Menjadi Model

bagi Keluarga Katolik ........................................................................ 80

3. Pengelolaan Pendapatan dan Pengeluaran dalam Keluarga Katolik .. 84

4. Tanggung Jawab Keluarga Katolik terhadap Pendidikan

dan Pengembangan Iman Anak .......................................................... 89

5. Komunikasi Keluarga Katolik dengan Sesama Anggota

Keluarga dan Masyarakat di Sekitarnya ............................................ 94

6. Menyikapi Perbedaan Antara Cita-Cita Anak

dan Keinginan Orangtua .................................................................... 97

7. Hidup Doa, Menggereja dan Hambatan bagi Keluarga Katolik ........ 101

E. Usulan Program Untuk Meningkatkan Penghayatan Penghayatan

Keluarga Katolik terhadap Spiritualitas Keluarga Kudus ........................ 105

1. Latar Belakang ................................................................................... 106

2. Sekilas Pengertian Rekoleksi .............................................................. 107

3. Tujuan Program ................................................................................... 108

4. Usulan Kegiatan Rekoleksi ................................................................. 108

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

xvi

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 125

A. Kesimpulan .............................................................................................. 125

B. Saran ......................................................................................................... 127

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 128

LAMPIRAN

Lampiran 1 Panduan Wawancara .................................................................. (1)

Lampiran 2 Data Wawancara Asli ................................................................. (4)

Lampiran 3 Surat Permohonan Ijin Penelitian ............................................... (24)

Lampiran 4 Hymne Keluarga Kudus dan Santo Yosef ................................. (25)

Lampiran 5 Doa Penyerahan diri kepada Keluarga Kudus Nazaret ............ (26)

Lampiran 6 Gambar Keluarga Kudus ............................................................ (27)

Lampiran 7 Kegiatan Rohani di Lingkungan St. Yohanes Kentungan .......... (28)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

xvii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Semua singkatan dalam skripsi ini mengikuti singkatan Kitab Suci sesuai

daftar singkatan dalam Perjanjian Baru dan Alkitab Katolik Deutrakanonik yang

diterbitkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia.

Mat. : Matius

Luk. : Lukas

Mark. : Markus

Yoh. : Yohanes

Kis. : Kisah Para Rasul

Rom. : Roma

Ams. : Amsal

Ef. : Efesus

B. Singkatan Resmi Dokumen Gereja

AA : Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang

Kerasulan Awan, 7 Desember 1965

AL : Amoris Laetitia, Intisari Ajaran Paus Fransiskus tentang

Perkawinan dan Keluarga, 2014

Art. : Artikel

FC : Familiaris Consortio, Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes

Paulus II tentang Peranan Keluarga Kristen Dalam Dunia

Modern, 22 Nopember 1981

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

xviii

GS : Gaudium Et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang

Gereja di Dunia Dewasa ini, 7 Desember 1965

KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh

Paus Yohanes Paulus II tanggal 25 Januari 1983

KGK : Katekismus Gereja Katolik. Dicetak oleh Percetakan Arnoldus

Ende, 1995

KAS : Keuskupan Agung Semarang

ST : Santa/Santo

C. Singkatan Umum

KK : Kepala Keluarga

PNS : Pegawai Negeri Sipil

IRT : Ibu Rumah Tangga

TK : Taman Kanak-Kanak

SD : Sekolah Dasar

SMTA : Sekolah Menengah Tingkat Atas

IP : Indeks Prestasi

RT : Rukun Tetangga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga Katolik memegang peranan yang

sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai Kristiani. Baik atau buruknya

tingkah laku seorang Kristiani sangat ditentukan oleh situasi hidup dan pendidikan

yang diperoleh dalam keluarga. Demikian halnya dengan keberlanjutan

perkembangan Gereja Katolik sangat ditentukan oleh keberadaan keluarga

Katolik, baik dalam aspek jumlah maupun kualitas. Hal ini berarti bahwa semakin

banyak keluarga Katolik yang berkualitas akan mempengaruhi kualitas kehidupan

umat dalam menggereja secara keseluruhan, yang pada gilirannya layak menjadi

cerminan dari gereja mini di tengah kehidupan masyarakat yang lebih luas.

Seiring dengan perkembangan jaman, fungsi keluarga pun semakin

bergeser dan bahkan berubah. Belum lagi adanya fenomena kehidupan

masyarakat modern yang cenderung individualistis dewasa ini sekurang-

kurangnya mempengaruhi dinamika kehidupan keluarga Katolik, baik langsung

maupun tidak langsung. Salah satu gejala yang melanda hampir semua keluarga,

termasuk keluarga Katolik dewasa ini adalah perubahan pola komunikasi dalam

keluarga, yang sebelumnya dilakukan secara langsung penuh perhatian dan

kehangatan, namun dalam kekinian cenderung menggunakan alat komunikasi

modern. Hal itu diperparah lagi gaya hidup masyarakat kota yang cenderung

mengejar karier demi materi, sehingga waktu untuk membangun komunikasi

dalam nuansa kebersamaan, makan bersama, dan doa bersama dalam keluarga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

2

semakin terbatas. Oleh sebab itu, perhatian orangtua terhadap perkembangan

kepribadian dan iman anak-anak pun seakan menjadi hal yang kurang

diperhitungkan dalam sebagian keluarga modern dewasa ini.

Berdasarkan temuan penelitian bahwa pada para informan umumnya

mengalami hambatan dalam berkomunikasi. Setiap anggota keluarga lebih

memilih mengurus kepentingan masing-masing, sehingga interaksi dalam

keluarga untuk saling berbagi pengalaman cenderung terabaikan. Oleh karena itu,

penanaman nilai-nilai hidup atau spiritualitas Keluarga Kudus Nasaret kepada

sesama anggota keluarga semakin sulit untuk dilakukan oleh orangtua.

Dalam hubungannya dengan hidup doa dan menggereja, pola hubungan

antar personal anggota keluarga Katolik seperti ini menimbulkan kecenderungan

untuk lalai atau kurang terlibat dalam kehidupan menggereja, kegiatan rohani di

lingkungan, dan kurang peduli dengan sesama di sekitarnya. Sebagaimana

pengalaman keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes Kentungan, gejala

seperti ini mulai muncul ketika anggota keluarga mulai jarang berdoa bersama,

makan bersama, dan melakukan pekerjaan rumah secara bersama-sama karena

alasan sibuk dan keterbatasan waktu. Padahal doa bersama dalam keluarga

Kristiani merupakan hal yang sangat penting, selain menjadi momen untuk

membangun hubungan yang mesra dengan Tuhan juga menjadi saat yang tepat

untuk membangun hubungan emosional yang kuat di antara anggota keluarga.

Dalam penutupan Sinode Keluarga, Paus Fransiskus menghimbau agar

keluarga Katolik memahami peran keluarga dalam hidup sehari-hari. Keluarga

harus menjadi tempat belajar mengenal rencana Allah dan saling merangkul satu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

3

sama lain, bukan terjebak atau tergoda dalam ilusi spiritualitas, tidak peduli dan

mengabaikan orang lain. Keluarga Katolik juga diharapkan tidak jatuh pada ‘iman

yang terjadwal’ menjalankan agenda pribadi yang tidak sejalan dengan agenda

gereja. Paus Fransiskus juga menegaskan bahwa panggilan keluarga bertolak dari

refleksi atas kehidupan keluarga Nasaret; Yesus, Maria dan Yusuf yang

mengajarkan cara mengalami sukacita secara sederhana dalam keluarga.

Kehidupan keluarga ditandai dengan kesabaran di tengah aneka kesulitan dan

bertumbuh dalam semangat pelayanan. Demikian halnya dengan persaudaraan

yang ditumbuhkan dalam keluarga mesti berakar pada cinta antara satu dengan

yang lain, semua adalah anggota dari satu tubuh yakni Kristus (Wuarmanuk,

2015: 28-29). Hal ini berarti bahwa keluarga Katolik harus mampu mewujudkan

diri sebagai gereja mini, yakni menjadi persekutuan yang mesra sebagai tubuh

Kristus.

Keluarga yang harmonis adalah keluarga yang mampu memberi

kesempatan kepada setiap anggota keluarga mengambil peran untuk menciptakan

kehidupan rumah tangga yang damai, rukun, saling mendengarkan, menghargai

dan mengasihi satu dengan yang lain. Peran ayah seperti Yosef sebagai kepala

keluarga bertanggung jawab penuh atas kehidupan keluarga. Peran ibu seperti

Maria sebagai pendengar yang setia, bersikap tulus, bijaksana, pendidik dan

pengatur rumah tangga. Peran anak seperti Yesus, mendengarkan orangtua,

menghargai dan menghormati orangtua, taat dan belajar hidup dari orangtua

(KHK: art. 1136). Oleh karena itu, keharmonisan keluarga juga ditentukan oleh

sejauhmana setiap anggota di dalamnya menjalankan perannya secara baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

4

Paus Fransiskus juga mengeluarkan anjuran Apostolik terbaru “Amoris

Laetitia” atau sukacita kasih di Vatikan, yang membahas nilai-nilai fundamental

dalam membangun keluarga. Beliau mengakui bahwa dewasa ini banyak keluarga

masih berjuang keluar dari jerat hidup yang keras, banyak pengangguran, keluarga

gelandangan, para migran, korban kekerasan dan eksploitasi keluarga, yang

berefek negatif pada perkembangan iman anak. Hal ini menjadi tugas gereja untuk

merangkul dan mengembalikan kepercayaan hidup mereka yang telah lama

hilang (Wuarmanuk, 2016: 24). Dengan demikian, semua keluarga yang berada

dalam penderitaan diharapkan akan melihat pancaran sinar kasih Allah.

Dalam konteks kehidupan umat Lingkungan St. Yohanes Kentungan

Paroki Banteng, secara umum kehidupan keluarga di lingkungan ini terlihat

berjalan secara normal. Namun berdasarkan temuan di lapangan bahwa ada

sebagian informan dihadapkan dengan situasi komunikasi di antara anggota

keluarga yang kurang berjalan sesuai harapan. Sebagian orangtua ataupun anak-

anak lebih sibuk bekerja ataupun belajar, sehingga jarang untuk saling berdiskusi

dan membagi kasih atau sekedar berkumpul dan bersenda gurau, makan bersama

dan doa bersama. Dengan kata lain rumah hanya sebagai tempat untuk tidur di

waktu malam, sehingga kebersamaan dan nuansa kekeluargaan dalam keluarga

menjadi hal yang mahal untuk dibangun oleh keluarga.

Di samping itu, dalam kehidupan berkomunitas pun terlihat bahwa

semangat untuk saling kontrol, terutama saling mengingatkan sesama umat yang

kurang aktif dalam menjalankan tugas dan doa bersama masih tergolong rendah.

Oleh karena itu, keterlibatan anak-anak muda dalam kegiatan di lingkungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

5

maupun paroki dapat dikatakan sangat minim. Kondisi demikian setidaknya

menjadi gambaran awal bahwa semangat Keluarga Kudus Nasaret belum

sepenuhnya dihayati oleh semua keluarga di Lingkungan St. Yohanes Kentungan,

sehingga perlu ditelusuri untuk menemukan solusi. Hal ini mendorong penulis

melakukan penelitian yang berjudul: “Deskripsi Penghayatan Spiritualitas

Keluarga Kudus Dalam Keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes Kentungan

Paroki Keluarga Kudus Banteng”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikan

permasalahan penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan keluarga tentang Spiritualitas Keluarga Kudus?

2. Bagaimana hidup Keluarga Kudus menjadi model dalam kehidupan keluarga

Katolik?

3. Bagaimana keluarga Katolik mengelola pendapatan keluarga?

4. Bagaimana tanggung jawab orangtua terhadap pendidikan dan perkembangan

iman anak?

5. Bagaimana strategi keluarga Katolik membangun komunikasi dalam keluarga

dan masyarakat di sekitarnya?

6. Bagaimana keluarga Katolik menyikapi perbedaan antara cita-cita anak dan

keinginan orangtua?

7. Bagaimana keluarga Katolik mengembangkan hidup doa dalam keluarga,

kehidupan menggereja, dan hambatannya?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

6

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari bias dalam pembahasan hasil penelitian ini, maka

ruang lingkup penulisan skripsi ini dibatasi pada deskripsi penghayatan

spiritualitas Keluarga Kudus dalam keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes

Kentungan Paroki Keluarga Kudus Banteng. Dengan demikian, pembahasan

skripsi ini lebih fokus pada obyek dan permasalahan yang diteliti.

D. Rumusan Masalah

Dari beberapa masalah yang diidentifikasikan di atas, maka rumusan

masalah dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penghayatan keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes

Kentungan Paroki Keluarga Kudus Banteng terhadap spiritualitas Keluarga

Kudus Nasaret?

2. Bagaimana upaya-upaya keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes

Kentungan meningkatkan penghayatan terhadap spiritualitas Keluarga Kudus

dalam kehidupan keluarga?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ataupun penulisan skripsi ini sebagai berikut:

1. Mengetahui gambaran tentang penghayatan spiritualitas Keluarga Kudus

Nasaret pada keluarga-keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes

Kentungan, Paroki Keluarga Kudus Banteng.

2. Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh keluarga-keluarga Katolik

dalam meningkatkan penghayatan spiritualitas Keluarga Kudus dalam

kehidupan keluarga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

7

F. Manfaat Penulisan/Penelitian

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat

sebagai berikut:

1. Bagi keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes Kentungan

Menjadi sarana yang membantu setiap keluarga dalam memahami dan

menghayati spiritualitas Keluarga Kudus Nasaret secara utuh, yang pada

gilirannya dijadikan sebagai pedoman dalam hidup berkeluarga.

2. Bagi Keluarga Katolik pada umumnya

Menjadi inspirasi bagi semua keluarga Katolik dalam membangun keluarga

yang baik dan harmonis.

3. Bagi pihak Paroki

Sebagai referensi yang berguna dalam pengembangan program pendampingan

terhadap keluarga-keluarga Katolik di Paroki Banteng, terutama berkaitan

dengan upaya untuk menginternalisasikan semangat Keluarga Kudus dengan

harapan agar seluruh keluarga Katolik memiliki pemahaman yang utuh

tentang spiritualitas keluarga Kudus. Dengan pemahaman yang utuh dimaksud

memungkinkan kehidupan keluarga Katolik semakin selaras dengan

kehidupan keluarga yang dicontohkan oleh keluarga Kudus Nasaret.

4. Bagi penulis sendiri

Menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan tentang seluk-beluk

kehidupan berkeluarga, yang sangat bermanfaat kelak dalam melakukan

pendampingan terhadap keluarga Katolik di tempat perutusan.

G. Metode Penulisan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

8

Penulisan skripsi ini menggunakan metode deskriptif analitis, di mana

metode ini lazim digunakan dalam penelitian kualitatif. Sugiyono (2008)

menyatakan bahwa metode deskriptif analisis merupakan metode atau cara

mengumpulkan data-data sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, kemudian

data-data tersebut disusun, diolah dan dianalisis untuk dapat memberikan

gambaran mengenai masalah yang ada (https://www.pengertian analisis deskriptif

menurut para ahli, diunduh tanggal 11 Nopember 2016 pukul 16:18). Penelitian

ini pun berupaya untuk menggambarkan secara jelas dan mendalam tentang

penghayatan keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes Kentungan terhadap

spiritualitas Keluarga Kudus dengan menggunakan data-data kualitatif yang

diperoleh melalui wawancara sebagai data primer dan dokumentasi serta hasil

observasi sebagai data sekunder (pendukung). Sedangkan untuk membahas hasil

penelitian ini penulis menggunakan beberapa konsep yang berkaitan dengan

spiritualitas Keluarga Kudus, keluarga dan beberapa literatur yang relevan.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulis dalam penulisan skripsi ini, maka dibuat

kerangka atau sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Berisi latar belakang penulisan, identifikasi

masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat

penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Berisi deskripsi spiritualitas Keluarga

Kudus Nasaret yang dihidupkan oleh Yesus, Maria dan Yusuf. Selain itu, peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

9

juga membahas pengertian keluarga Katolik, tujuan keluarga, fungsi keluarga,

hak-hak dasar keluarga dan kewajiban sesama anggota keluarga.

BAB III METODE PENELITIAN. Berisi gambaran tentang metode

penelitian yang digunakan mencakup: jenis penelitian, unit analisis, penentuan

informan, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, lokasi dan waktu

penelitian.

BAB IV PEMAPARAN DATA. Berisi gambaran lokasi penelitian dan

hasil penelitian berupa data verbatim (kata per kata) dari hasil wawancara dengan

informandan hasil observasi serta dokumentasi, yang berkaitan dengan deskripsi

penghayatan spiritualitas Keluarga Kudus dalam keluarga Katolik di Lingkungan

St. Yohanes Kentungan. Kemudian hasil penelitian tersebut dikelompokkan ke

tema-tema yang sama untuk memudahkan penulis dalam membahasnya. Adapun

tema-tema dimaksud, yakni: Pandangan Keluarga tentang Spiritualitas Keluarga

Kudus; Spiritualitas Keluarga Kudus Menjadi Model Bagi Keluarga Katolik;

Pengelolaan Pendapatan dan Pengeluaran serta Hambatannya Bagi Keluarga di

Lingkungan St. Yohanes Kentungan; Tanggung Jawab Orangtua Terhadap

Pendidikan dan Perkembangan Iman Anak; Strategi Untuk Membangun

Komunikasi Dalam Keluarga dan Masyarakat serta Hambatannya; Menyikapi

Perbedaan Antara Cita-Cita Anak Dengan Keinginan Orangtua; dan Hidup Doa,

Menggereja dan Hambatan Bagi Keluarga. Hasil penelitian tersebut menjadi

acuan bagi penulis dalam menganalisis dua topik besar, yang sebelumnya sebagai

rumusan masalah ataupun tujuan penelitian ini, yakni: Gambaran penghayatan

spiritualitas Keluarga Kudus Nasaret dalam kehidupan keluarga Katolik di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

10

Lingkungan St. Yohanes Kentungan dan urgensinya dalam kehidupan keluarga

Katolik pada umumnya; dan upaya keluarga Katolik untuk menghayati

spiritualitas Keluarga Kudus di era globalisasi. Di akhir bagian ini penulis

menyertakan usulan program untuk Paroki dalam rangka meningkatkan

penghayatan spiritualitas Keluarga Kudus Nasaret, yang dilakukan melalui

kegiatan rekoleksi bagi keluarga di setiap lingkungan di wilayah Paroki Banteng.

Melalui kegiatan tersebut diharapkan setiap keluarga dapat menginternalisasikan

semangat hidup Keluarga Kudus Nazaret dalam kehidupan nyata setiap hari.

BAB V PENUTUP, berisi kesimpulan atas hasil pembahasan penulisan

ini. Selain itu, penulis juga memberi saran atau rekomendasi kepada Pastor

Paroki, dewan Paroki, pengurus lingkungan dan seluruh umat di Lingkungan

St. Yohanes Kentungan agar menindaklanjuti hasil penelitian ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Kajian pustaka dalam tulisan ini berkaitan dengan konsep tentang

spiritualitas Keluarga Kudus Nasaret yang dihidupkan oleh Yesus, Maria dan

Yusuf. Konsep-konsep tersebut dikutip dari pendapat beberapa ahli, yakni konsep-

konsep tentang pengertian spiritualitas, spiritualitas Keluarga Kudus, pengertian

keluarga, tujuan dan fungsi keluarga, hak dan kewajiban, ciri-ciri dan peranan

Keluarga Kristiani serta tugas keluarga Kristiani dalam membangun sebuah

keluarga yang baik dan harmonis, di tengah keluarga, masyarakat dan Gereja.

A. Spiritualitas Keluarga Kudus

1. Pengertian Spiritualitas

Kata spiritualitas berasal dari kata Latin ”spiritus” menunjuk sesuatu

yang sangat konkrit berupa tiupan, aliran udara, nafas hidup dan nyawa. Spiritus

dimengerti sebagai ilham, sukma, jiwa, hati dan Roh. Spiritualitas pada umumnya

dimaksudkan sebagai hubungan pribadi seorang beriman dengan Allahnya dan

aneka perwujudannya dalam sikap dan perbuatan. Spiritualitas dapat diartikan

juga sebagai hidup berdasarkan kekuatan Roh Kudus yang mengembangkan iman,

harapan dan cinta kasih, atau sebagai sebuah usaha mengintegrasikan segala segi

kehidupan yang bertumpu pada iman akan Yesus Kristus yang diwujudkan

melalui pengalaman iman Kristiani dalam situasi konkrit (Heuken, 1995: 277).

Dalam Injil Yohanes (16:5-15) menuliskan bahwa umat beriman

dilahirkan kembali dalam Roh dan kebenaran. Dalam hal ini Roh Kudus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

12

menjadikan orang beriman ”ciptaan baru” yakni seorang yang seluruh

keberadaannya terbuka pada kenyataan rohani. Roh yang diterima orang beriman

bukan Roh perbudakan melainkan Roh yang membuat orang menjadi anak-anak

yang berseru dalam hati “Allah ya Bapa”, Roma 8:15 (Heuken, 1995:277).

Kerohanian atau spiritualitas merupakan kenyataan hidup, yang tumbuh

dan berkembang sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia

di dunia. Spiritualitas dimengerti sebagai yang paling fundamental ialah kekuatan

hidup yang harus menciptakan kehidupan yang kudus. Manusia hidup dan

dipanggil untuk berbagi energi kehidupan yang diperoleh dari energi Ilahi yang

bersumber pada Allah (Darminta, 2007:63).

Kerohanian juga menjadi dasar dan pijakan untuk selalu dibangun

bangunan baru atau diperbaharui, seperti yang dikatakan oleh Paulus: “Kamu

bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dengan orang-

orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar

para rasul dan para nabi dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Di dalam Dia

tumbuh seluruh bangunan, rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di

dalam Dia kamu juga turut dibangun menjadi tempat kediaman Allah di dalam

Roh” (Ef., 2: 19-22) (Darminto, 2007:68).

Spiritualitas sejatinya berhubungan dengan roh, yaitu daya yang

menghidupkan dan menggerakkan setiap pribadi untuk mewujudkan,

mempertahankan dan mengembangkan kehidupan. Hidup spiritualitas berarti

hidup berdasarkan Roh Kudus yang membantu mengembangkan iman, harapan,

dan kasih. Spiritualitas memungkinkan seseorang untuk mengintegrasikan segala

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

13

segi kehidupan berdasarkan iman akan Yesus Kristus. Spiritualitas sejati terwujud

dalam kehidupan sosial-budaya, ekonomi dan politik. Dengannya memampukan

manusia untuk bertahan dalam mewujudkan tujuan dan pengharapannya serta

berusaha untuk mencari dan mengenal jalan-jalan Allah (Banawiratma, 1990:57).

Di samping itu, spiritualitas menjadi sumber untuk menghadapi

penganiayaan, kesulitan, penindasan dan kegagalan yang dialami oleh seseorang

atau kelompok tertentu. Spiritualitas Kerajaan Allah tidak bisa bertumbuh dan

berkembang hanya di dalam rumah ibadah melainkan diwujudkan melalui

tindakan yang nyata dalam kehidupan bermasyarakat. Umat Allah dipanggil dan

diutus untuk terlibat serta ambil bagian dalam upaya mewujudkan Kerajaan Allah.

Dalam menjalankan tugas pengutusannya, mitra Allah membutuhkan Roh untuk

bisa tahan uji (Banawiratma, 1990: 58).

Spiritualitas sebenarnya cara orang menyadari, memikirkan dan

menghayati hidup rohani. Spiritualitas Katolik berarti saat seseorang menerima

iman (fides quae creditur) dengan cara melakukan sebuah tindakan iman (fides

qua creditur), maka seseorang menjalankan imannya itu melalui praktek spiritual

(Harjawiyata, 1979: 20-21). Spiritualitas berarti kehidupan yang dijiwai dan

dipimpin oleh roh yaitu Roh Kudus, yang menunjuk pada pola atau gaya hidup

yang dipengaruhi dan dipimpin oleh Roh Kudus (Martasudjita, 2002:11).

Menurut Harjawiyata (1979:22-24) bahwa unsur-unsur pokok dalam

proses pengembangan spiritualitas Kristiani, yaitu:

a. Tawaran Allah yang bersabda. Allah menyingkapkan seluruh maksud dan

rencana-Nya dalam diri Yesus Kristus. Tawaran kasih Allah mendapatkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

14

wujud yang nyata dan konkrit dalam diri Yesus. Seluruh hidup, karya,

sengsara, kematian dan kebangkitan-Nya menyingkapkan betapa besar kasih

setia Allah kepada umat-Nya.

b. Jawaban manusia adalah melalui iman. Ketika Allah bersabda dan

mewartakan kasih-Nya, Ia mengharapkan jawaban dan persetujuan manusia.

Jawaban kita tidak hanya di mulut, tetapi juga harus diwujudkan dalam

tindakan. Jawaban “Ya” ini disebut “iman”. Iman melibatkan seluruh aspek

kehidupan manusia. Iman perlu dihayati dan diamalkan terus-menerus dalam

kehidupan sehari-hari. Iman merupakan dasar hidup rohani dan spiritualitas

Kristiani.

c. Liturgi dan hidup sakramental. Tawaran kasih Allah yang terpusat pada

Kristus dirayakan dan dihadirkan dalam liturgi Gereja. Liturgi merupakan

sumber kehidupan rohani orang Kristen. Hidup yang menimba kekuatannya

dari perayaan sakramen-sakramen dapat disebut ”hidup sakramental”, dan

merupakan unsur mutlak bagi orang kristiani dan membantu untuk

menghayati hidupnya sebagai orang kristiani secara penuh.

d. Kitab Suci. Melalui sabda Allah terjadi dialog yang intens antara Allah dengan

manusia. Hal ini terjadi apabila manusia sedang membaca, mendalami dan

merenungkan kitab suci dalam perayaan liturgi sabda. Perayaan sabda perlu

disiapkan dan diresapkan dalam bacaan suci pribadi atau dalam pendalaman

melalui kelompok kitab Suci.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

15

e. Hidup Doa. Doa diadakan dalam liturgi, baik doa pribadi maupun bersama-

sama. Sikap yang perlu dibina dalam doa adalah mendengarkan Allah yang

bersabda kemudian kita menjawab.

f. Tobat dan asketis. Iman harus mempengaruhi seluruh hidup. Manusia adalah

orang yang lemah, rapuh dan berdosa. Kesediaan untuk diubah disebut

“bertobat”. Tobat merupakan suatu perjuangan yang berlangsung terus-

menerus sepanjang hidup dan perlu melatih diri membuka hati di hadapan

Allah melalui pemeriksaan batin.

g. Persekutuan Kasih. Persekutuan kasih berlandaskan pada perintah Kristus

yang utama yakni cinta kasih. Cinta kasih dapat menjadi hal yang utama

dalam hidup kita, dalam keluarga, masyarakat maupun bangsa dan negara.

Cinta kasih dapat mengalahkan kebencian, iri hati, balas dendam dan

kesombongan.

Dari pengertian-pengertian di atas penulis memahaminya bahwa

spiritualitas adalah kehidupan orang Kristiani yang dikuasai Roh Kudus dan

menjiwai seluruh segi kehidupan manusia. Roh Kudus yang selalu memberi daya

kekuatan Ilahi dan semangat yang baru kepada manusia dalam menjalani seluruh

aspek kehidupannya, memampukan setiap orang untuk semakin bertumbuh dan

berkembang dalam iman kepada Yesus Kristus dengan berpasrah kepada

kehendak Allah.

Melalui rahmat Roh Kudus, seseorang yang menerima tawaran rahmat

itu dibimbing pada kepenuhan, kesempurnaan atau kesucian dalam hubungan

dengan Allah. Perkembangan hidup Kristiani adalah kesempurnaan atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

16

spiritualitas manusia dalam aspek intelektual, kehendak, perasaan, tubuh dan

segala keutuhan sebagai pribadi (Olla, 2010: 44).

2. Spiritualitas Hidup Keluarga Kudus

Gambaran Keluarga Kudus Nasareth ditemukan mulai dari bab-bab awal

Injil Mateus dan Lukas (bab 1 dan 2). Warna kepribadian Maria dan Yusuf

dikonkritkan melalui pergulatan-pergulatan yang dialami sepanjang pertumbuhan

Yesus. Sosok Yusuf sebagai pribadi yang sederhana, taat pada tradisi keagamaan

dan pada kehendak Ilahi dan ia adalah seorang beriman yang tidak menuntut

banyak syarat, tidak ingin mencemarkan nama baik orang lain, dan

bertanggungjawab. Seperti Yusuf, Maria juga beriman dan terbuka akan

bimbingan Ilahi, yang selalu mencoba memahami peristiwa demi peristiwa sekitar

Yesus dengan tidak mengedepankan kepentingan dirinya sendiri. Bagi Maria

panggilan hidup adalah Kasih Karunia Allah. Allah telah memilih Maria menjadi

ibu Tuhan Yesus (Luk 1:30-31) dan Yusuf dipanggil untuk mengambil Maria

sebagai isterinya (Mat 1:20) (Dedi Dismas. Membangun Spiritualitas Keluarga

Kudus. Dalam http://dedismas.blogspot.co.id/membangun-spiritualitas-keluarga-

kudus.html, diakses 7/12/2016).

Selanjutnya, sikap Maria selaras dengan Yusuf yang mendengarkan dan

menerima panggilan Tuhan. Dalam hal ini kesetiaan, hormat, dan kasih menjadi

dasar hidup bersama bagi Kelurga Kudus Nasaret, dan kasih itu membuat orang

berani menjadi korban bahkan diam demi kebaikan orang lain. Seperti yang ditulis

dalam Injil Mateus bahwa setelah Yusuf mengetahui bahwa Maria sudah

mengandung, ia bermaksud “menceraikannya dengan diam-diam” (Mat 1:19).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

17

Namun hal itu tidak dilakukan Yusuf demi kehormatan dan nama baik Maria.

Sikap Yusuf tersebut bermakna bahwa kasih itu membuat orang berani menjadi

korban bahkan diam demi kebaikan orang lain. Di samping itu, di balik perbuatan

Yusuf itu juga mempunyai makna untuk menjaga nama baik orang lain.

Sementara itu, kesetiaan Maria dan Yusuf untuk menjaga Yesus

memungkinkan terjadinya komunikasi batin dan tumbuhnya kepekaan intuisi

untuk bisa mengerti dan memahami orang lain. Kisah pencarian Maria dan Yusuf

terhadap Yesus dengan penuh kecemasan, yang akhirnya ditemukan dalam bait

Allah merupakan suatu kisah kesetiaan Maria dan Yusuf dalam mendampingi

Putera-Nya. Dalam peristiwa ini Maria dan Yusuf menyingkirkan agenda pribadi,

begitu juga dengan Yesus seperti yang ditulis bahwa “pulang bersama-sama

mereka ke Nazareth” (Luk2:51).

Sikap yang dikembangkan oleh Maria, Yusuf, dan Yesus mencerminkan

bahwa Keluarga Kudus Nasaret menjadi tempat yang ideal untuk tumbuhnya

pribadi-pribadi yang dewasa. Keluarga Kudus juga merupakan kesatuan tiga

pribadi yang menjalani hidup berdasarkan gerak hati atas situasi yang ada pada

saat itu, yang selalu berusaha mempertemukan keputusan-keputusan mereka yang

mengarah kepada kehendak Allah. Segi hidup bersama yang dihidupi Keluarga

Kudus menjadi daya dan kebahagiaan untuk saling medukung dalam mencari dan

melaksanakan kehendak Bapa (Dedi Dismas. Membangun Spiritualitas Keluarga

Kudus. Dalam http://dedismas.blogspot.co.id/membangun-spiritualitas-keluarga-

kudus.html, diakses 7/12/2016).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

18

Dalam konteks kelembagaan, keluarga menjadi tempat yang

memungkinkan Yusuf, Maria dan Yesus mengalami dan merasakan kepenuhan

akan kebutuhan jasmani maupun rohani yang sangat mendalam. Latar belakang

kehadiran mereka masing-masing sebagai utusan yang bersatu membentuk sebuah

keluarga baru yang di dalamnya saling memberi dan menerima, mendidik dan

dididik. Keluarga Kudus menjadi wahana saling belajar satu sama lainnya baik

dalam menyelesaikan berbagai macam masalah kehidupan maupun dalam

meningkatkan perkembangan rohani. Walau mereka memiliki keterikatan batin

yang kuat namun ketiganya tetaplah pribadi-pribadi yang tidak melebur dalam

pribadi yang lainnya. Masing-masing tetap memiliki kekhasannya, pribadi yang

mandiri dan utuh serta yang memiliki perannya masing-masing. Dalam

pemahaman yang lebih jauh, mereka memiliki kesamaan problem yang

membutuhkan keterlibatan dari masing-masing pribadi mereka. Kepadanya,

masing-masing mereka harus mampu mengambil sebuah tindakan tegas untuk

ikut serta dalam karya keselamatan Allah atau tidak. Karena itu dalam kebebasan,

tanpa paksaan dari apapun dan siapapun keputusan penting harus mereka ambil.

Sambil berdiri dihadapan misteri Ilahi, mereka menemukan bahwa mereka hanya

mempunyai satu hidup yang harus dihidupi yakni hidup demi Allah. Menerima

kenyataan tersebut dan menghayatinya berarti mereka menerima rahmat dan

menemukan bahwa semua yang dari kehidupan adalah baik. Hal ini menandakan

bahwa kehidupan keluarga yang berlandaskan pada kasih, kepercayaan,

penghormatan dan penghargaan dapat membawa sebuah wahana spiritual. (Viktor

Satu S.S. Keluarga Kudus Nasaret Cermin Pelayanan Kreatif. Dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

19

https://msfmusafir.wordpress.com/keluarga-kudus-nazaret-cermin-pelayan-kreatif,

diakses 7/12/2016.

Dalam konteks keluarga Kristiani pada umumnya, pemaknaan

spiritualitas hidup keluarga sebenarnya semangat hidup yang hanya berpusat pada

Allah sendiri. Hal ini sudah terungkap nyata dalam pribadi Yesus Kristus yang

menjadi utusan-Nya dan menjadi bagian dari keluarga Santu Yosef dan Bunda

Maria. Keluarga Kudus adalah keluarga yang hidup damai, harmonis dengan

berlandaskan hukum cinta kasih. Keluarga Kudus menjadi contoh bagi realitas

hidup keluarga pada zaman sekarang. Sementara keluarga Kudus Nasaret sendiri

adalah “model yang sempurna mengenai kesatuan hati, saling memahami,

ketaatan dan penyangkalan diri bagi yang lain”. Bunda Maria dan Santu Yosef

digambarkan sebagai dua pribadi yang disatukan dan diarahkan kepada Yesus.

Barthier mengungkapkan bahwa hati mereka disatukan kepada Yesus, mengarah

kepada (sikap) takut akan Allah, untuk menyampaikan rasa terima kasih mereka

atas pengampunan dosa dan penebusan umat manusia, sehingga kemuliaan Tuhan

tinggal dalam hati Maria dan Yosef. Yesus, Maria dan Yosef dengan cara yang

paling tinggi menaruh hormat dan berpasrah kepada Allah Bapa dalam Roh dan

kebenaran (Yoh 4:24) (Sutrisnaatmaka, 1999: 240-246).

Nilai hidup ketaatan dan kesetiaan Keluarga Kudus kepada kehendak

Allah ini patut menjadi contoh dan teladan bagi keluarga Kristiani dalam

menumbuhkembangkan iman dan pengharapan kepada Allah. Keluarga Kristiani

hendaknya bercermin kepada kehidupan Keluarga Kudus dalam mengembangkan

seluruh aspek kehidupan, baik jasmani maupun rohani.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

20

3. Tokoh Keluarga Kudus Nasaret

Tokoh dalam keluarga Kudus Nazaret yakni Maria, Yosef dan Yesus.

Ketiga tokoh ini menjadi teladan sekaligus pusat perhatian yang memberi

inspiratif bagi keluarga Kristiani. Oleh karena itu, keluarga seharusnya menjadi

cerminan kasih ilahi, sebab akar dari cinta yang benar adalah Allah sendiri.

Keluarga manusiawi di dunia ini: ibu-bapa dan anak-anak mestinya membawa

pesan dan berita tentang keluarga surgawi.

Keluarga Kudus Nazaret: Yosef, Maria dan Yesus menjadi contoh dan

teladan bagi keluarga-keluarga Kristiani. Setiap orang Kristiani yang hendak

membangun keluarga, hendaknya belajar dari Keluarga Kudus Nazaret. Menjadi

teladan berarti seluruh kehidupan keluarga Yosef, Maria dan Yesus ditiru

keteladanannya dalam hal iman, harapan dan kasih serta berpasrah kepada

kehendak Allah. Keluarga kudus Nazaret adalah guru iman dan guru dalam

kehidupan berkeluarga (Hello, 2016:13).

a. Maria

Maria menggambarkan dirinya sebagai hamba Tuhan (Luk 1:1.48). Kata

hamba Tuhan berarti budak, pelayan atau abdi Tuhan. Selaku seorang hamba ia

menyadari bahwa hidupnya sungguh amat tergantung pada kehendak Allah.

Tuhanlah yang menuntun dan mengatur hidupnya. Ia meletakkan hidupnya

kepada kehendak Allah. Menyebut diri sebagai hamba Tuhan, Maria termasuk

dalam daftar tokoh yang mempunyai peranan penting dalam sejarah keselamatan

Allah. Maria tidak hanya melayani Allah saja, tetapi juga sesama. Hal ini

ditunjukkan dalam kunjungan kepada saudaranya Elisabet. “Ia mengunjungi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

21

Elisabeth, saudarinya, yang mengandung di masa tuanya” (Luk 1:39-45).

Kunjungan Maria kepada Elisabeth membawa kabar sukacita dan kekuatan

kepada Elisabeth. Elisabeth memberi salam kepadanya ”Berbahagialah ia yang

telah percaya sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan akan terlaksana”

(Luk 1:45) (Hardiwiratno, 1996:386). Maria adalah ibu rohani kita dalam

keluarga, layaknya peran seorang ibu yaitu mengasihi, mengasah dan mengasuh.

Maria telah dipercayakan peran untuk mengasihi, mengasah dan mengasuh kita

dalam hidup rohani. Peran ibu yang sedemikian kompleks menentukan hidup

seorang anak, menunjukkan betapa pentingnya peran yang dipercayakan Allah

kepada Maria. Oleh karena itu, umat Kristiani harus mengakui peran Maria dan

menerimanya sebagai anugerah Allah yang sangat berharga (Handoko, 2014:73).

Maria adalah sosok ibu yang rendah hati, tulus dan setia pada kehendak

Allah. Maria adalah seorang pribadi yang menyimpan dan merenungkan segala

perkara di dalam hatinya. “Maria menyimpan segala perkataan itu dalam hatinya

dan merenungkannya” (Luk 2:19) (Leks, 2007:40). Dari ulasan di atas

menunjukkan bahwa spiritualitas yang dimiliki dan dihayati oleh Maria adalah

penyerahan diri secara total pada kehendak Allah, yang terkenal dengan komitmen

imannya dalam ungkapan ‘terjadilah padaku menurut perkataanMu’.

b. Yosef

Santo Yosef berasal dari kata Yunani Ioseph dan kata Ibrani ‘yoseph’

yang merupakan singkatan dari yosep’el yang berarti semoga Allah menambahkan

anak-anak lain kepada anak yang mau lahir. Yosef berasal dari keluarga dan

keturunan Daud, bekerja sebagai seorang tukang kayu. Yosef adalah suami Maria

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

22

dan ayah Yesus. Yosef adalah pelindung keluarga Kristiani dan teladan bagi Bapa

Keluarga.

Dalam Injil Matius tertulis tiga kali tentang ketaatan Keluarga Kudus

kepada Allah. Pertama, Yusuf tidak jadi menceraikan Maria dan diminta

mengambil Maria sebagai isterinya (Mat. 1:18); Kedua, diminta untuk mengungsi

ke Mesir (Mat. 2:13); Ketiga, diminta untuk kembali dari Mesir kembali ke

Nazaret (Mat. 2:19) (Hardiwiratno, 1996:386). Pengalaman krisis mau

menceraikan Maria dan ketulusan hatinya untuk tidak mau mencemarkan nama

baik calon istrinya itu, telah mengantarkan Yusuf kepada sikap kemandirian iman.

Peran yang dimainkan Yusuf sebagai suami Maria dan ayah bagi Yesus memang

amat sangat terbatas. Namun peran terbatas itu justru lebih memberikannya ruang

gerak bagi kewajiban sebagai suami dan ayah dalam keluarganya. Santo Yosef

sebagai pelindung dalam keluarga dan ia adalah sosok yang sederhana, bijaksana,

tulus hati, taat kepada kehendak Allah dan pekerja keras serta bersikap lembut

dalam keluarga (Hello, 2016:19-23). Dengan demikian spiritualitas yang dimiliki

dan dihayati oleh Yosef adalah taat dan berpasrah kepada kehendak Allah.

Teladan Yosef perlu dihayati dalam kehidupan keluarga Katolik pada zaman

sekarang. Seorang ayah sebagai kepala keluarga bertanggungjawab penuh dalam

keluarga, dalam situasi suka dan duka ayah memiliki peran utama untuk

mengatasi kesulitan itu dengan penuh kasih.

c. Yesus

Yesus berarti “Allah menyelamatkan”. Nama ini diberikan oleh malaikat

pada waktu Pewartaan kepada Maria sekaligus mengungkapkan identitas dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

23

misi-Nya” karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka”

(Mat. 1:21). Petrus juga menyatakan ”di bawah kolong langit ini tidak ada nama

lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan”

(Kis. 4:12) (Kompendium Katekismus Gereja Katolik Art.81, 2009:43).

Yesus dibesarkan dalam keluarga Maria dan Yosef, sehingga keluarga

Kudus Nasaret menjadi gambaran historitas Yesus, sejak kanak-kanak sampai Ia

tampil di muka umum. Yesus tidak dilahirkan di istana sebagai putera raja, tetapi

Ia memilih menjadi seorang miskin dan mau dibesarkan di dalam keluarga

sederhana. Maria dan Yosef selalu berusaha untuk menciptakan suasana yang baik

dan serasi di rumah. Sewaktu-waktu mereka juga harus memikirkan bagaimana

memenuhi kebutuhan sehari-hari; tidak hanya makanan, pakaian, peralatan,

melainkan juga kepuasan, kesenangan, kegembiraan, saling menolong.

Hal yang paling utama dalam keluarga Kudus adalah pendidikan

kerohanian, doa bersama, melakukan kewajiban agama. Dan itulah yang

mondorong Yusuf dan Maria untuk mengajak Yesus ke Yerusalem pada hari raya

paskah. Hidup Yesus sendiri dibaktikan bagi pelayanan kepada kehendak Bapa

yaitu pewartaan kerajaan Allah. Pewartaan Injil-Nya terungkap nyata dalam

pelayanan kepada sesama manusia, terutama bagi yang miskin dan tersingkir dari

masyarakat. Dikatakan bahwa “Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan dan

menurut kebiasaan-Nya pada hari sabat Ia masuk ke rumah-rumah ibadat, lalu

berdiri hendak membaca dari Alkitab, Yesus menemukan nas yang tertulis, Roh

Tuhan ada padaku, Ia telah mengurapi Aku untuk menyampaikan kabar baik

kepada orang-orang miskin, Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

24

pembebasan kepada orang-orang tawanan, penglihatan kepada orang buta dan

pembebasan kepada orang-orang tertindas (Luk. 4:16-19) (Komisi Kerasulan

Kitab Suci KAS 2016:15).

Pada umur dua belas tahun Yesus berkata kepada Maria dan Yusuf,

bahwa Ia harus berada di dalam rumah Bapa-Nya (Luk 2:49). Perkataan Yesus ini

menunjukan hubungan erat antara Yesus dan Bapa-Nya. Hubungan dengan Allah

sebagai Bapa-Nya, menentukan seluruh hidup-Nya dan terungkap dalam doa-doa-

Nya “Aku bersyukur pada-Mu Bapa, Tuhan langit dan bumi bahwa semuanya itu

Engkau sembunyikan bagi orang orang bijak dan pandai, tetapi Engkau nyatakan

kepada orang kecil” (Mat. 11:25). Seluruh kehidupan Yesus ditentukan oleh

kesatuan-Nya dengan Allah Bapa-Nya. Yesus menyerahkan hidup-Nya kepada

kehendak Allah (Iman Katolik, 1996:200). Oleh karena itu, inti dari spiritualitas

Keluarga Kudus Nasaret adalah penyerahan diri kepada kehendak Allah Bapa di

Surga.

Keluarga Kudus adalah model yang sempurna mengenai kesatuan hati,

saling memahami, ketaatan dan penyangkalan diri bagi yang lain. Bunda Maria

dan Yosef digambarkan sebagai dua pribadi yang disatukan dan diarahkan kepada

Yesus. Barthier mengungkapkan bahwa hati mereka disatukan kepada Yesus,

mengarah kepada (sikap) takut akan Allah, untuk menyampaikan rasa terima kasih

mereka atas pengampunan dosa dan penebusan umat manusia, sehingga

kemuliaan Tuhan tinggal dalam hati Maria dan Yosef. Yesus, Maria dan Yosef

dengan cara yang paling tinggi menaruh hormat kepada Allah Bapa dalam Roh

dan kebenaran (Yoh.4:24). Keluarga Kudus dapat diperluas cakupannya mengarah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

25

pada seluruh keluarga umat manusia, yaitu keluarga Allah Bapa (Sutrisnaatmaka,

1999: 246).

Dalam membangun sebuah keluarga atas dasar kasih Allah, maka ada

lima hal yang sangat relevan dengan keluarga zaman sekarang antara lain:

Komitmen. Maria dan Yosef mengawali kehidupan keluarga mereka

dengan membangun komitmen terlebih dahulu dengan Allah dan rencana-Nya.

Komitmen Maria ”Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku

menurut perkataan-Mu itu” (Luk. 1:38). Komitmen Yosef, ”sesudah bangun dari

tidurnya, ia berbuat seperti apa yang dikatakan Tuhan kepadanya. Ia mengambil

Maria sebagai istrinya”(Mat. 1:24). Padahal sebelumnya Yosef sudah berencana

untuk menceraikan Maria di muka umum. Di titik ini, perbedaan dan keunikan

terkadang memungkinkan terjadinya konflik, namun sekaligus memperkaya, jika

konflik dihadapi dan dikelola melalui komunikasi yang terbuka dan tanggung

jawab kepada pasangan/orang tua atau anak.

Yosef dan Maria membangun sikap setia. Mereka setia pada komitmen

awal. Walaupun banyak mengalami rintangan dalam keluarga, berakhir dengan

putra-Nya yang tunggal Yesus Kristus, harus mengakhiri hidup-Nya di kayu salib,

demi keselamatan umat manusia. Kesetiaan adalah sebuah nilai hidup yang sangat

penting dan perlu terus diperjuangkan dalam kehidupan berkeluarga.

Yosef dan Maria membangun relasi yang akrab dan mesrah bersama

Allah. Mereka adalah pemeluk agama Yahudi yang saleh. Keakraban dan

kemesraan mereka dengan Allah menjadi sangat nyata dalam kidung magnificat

(Luk. 1:46-56). Maria merasakan dan mengalami penyelenggaraan-Nya, merasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

26

dinomorsatukan oleh Allah, sehingga segala keturunan akan menyebutnya

berbahagia.

Yosef dan Maria membangun sikap kesederhanaan dalam hidup. Dalam

doa magnificat, Maria tidak hanya merasa bahagia, tetapi mengalami perbuatan-

perbuatan besar dari Allah. Kebahagiaan lebih merupakan kepenuhan batin.

Yosef dan Maria adalah pendidik yang berdaya guna. Manusia adalah

makluk yang ‘menjadi’ selalu dalam proses menjadi, sebuah pekerjaan rumah

yang tidak pernah selesai. Dalam menghadapi persoalan yang belum dipahami,

Maria menyimpan semua perkara itu dalam hatinya (Luk 2:19,51). Dengan

menanamkan nilai iman disertai dengan komunikasi yang berdayaguna maka

“Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya dan

makin dikasihi oleh Allah dan manusia (Luk 2:52). Oleh karena itu, keluarga

Kudus Nazaret, hendaknya menjadi pola dan panutan bagi keluarga-keluarga

Kristiani (Nugroho, 2012:6-7).

Orang-orang Yahudi yang saleh diwajibkan untuk datang ke Bait Suci di

Yerusalem pada hari raya Paskah, Pentekosta dan hari raya Pondok Daun. Yosef

dan Maria adalah orang Yahudi, mereka pun taat mengikuti tradisi yang ada.

Dikatakan bahwa “Yosef dan Maria tiap-tiap tahun membawa serta Yesus ke

Yerusalem untuk merayakan Paskah, Yesus berusia dua belas tahun (Luk. 2: 41-

42) (Subagyo, 2011:85).

Orangtua Yesus kembali ke Galilea setelah perayaan berakhir. Yesus

diam-diam pergi ke rumah ibadat. Yosef dan Maria sebagai orangtua diliputi

perasaan sedih dan gelisah. Ketika menemukan Yesus, Maria sebagai orangtua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

27

bertanya kepada-Nya, “Nak, mengapa Engkau berbuat demikian terhadap kami?

Bapa-Mu dan aku mencari Engkau” (Luk. 2:48). Yesus menjawab “Mengapa

kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada di rumah

Bapa-Ku? (Luk.2:49). Jawaban Yesus membuat Maria sebagai Ibu-Nya tidak

mengerti rahasia Putranya, tetapi “Maria menyimpan segala perkara di dalam

hatinya” (Luk. 2:51). Maria sebagai seorang ibu, mengambil sikap yang tepat

yakni bijaksana. Sikap bijaksana ini patut menjadi contoh bagi keluarga kristiani

dalam menghadapi setiap persoalan dalam hidup berkeluarga (Subagyo, 2011:86)

Ketika banyak orang mengerumuni Yesus dan berkata kepada-Nya

“Ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin menemui Engkau“

(Mark, 3:32), Yesus menjawab ”Barangsiapa yang melakukan kehendak Allah,

dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan dan dialah ibu-Ku”

(Mrk. 3:35). Jawaban Yesus ini tidak mengandung pemahaman bahwa Yesus

tidak sopan dan tidak menghargai keluarga-Nya, tetapi Yesus ingin menekankan

bahwa hubungan kekeluargaan tidak hanya sebatas keluarga kecil (orangtua dan

anak). Yesus ingin memperluas hubungan relasi kekeluargaan dengan semua

orang yang mendengarkan Firman Allah. “Yang berbahagia ialah mereka yang

mendengarkan Firman Allah dan memeliharanya” (Luk.11:28) (Subagyo,

2011:92). Hal ini dapat dipahami bahwa spiritualitas yang dihayati oleh Keluarga

Kudus (Yosef, Maria dan Yesus) adalah semangat hidup Keluarga Kudus yang

diwujudkan melalui penyerahan kepada kehendak Allah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

28

B. Pengertian Keluarga

Tidak bisa disangkal bahwa kebahagiaan seseorang sangat tergantung

pada keadaan keluarganya. Kalau keluarganya harmonis, umumnya orang akan

mudah merasakan kebahagiaan dalam hidupnya. Demikian pula, setiap keluarga

Katolik dengan latar belakang yang berbeda, baik yang mapan secara ekonomi

maupun yang hidup pas-pasan memiliki kesempatan yang sama untuk menimba

kebijaksanaan hidup dari teladan Keluarga Kudus Nazaret.

Pribadi yang lahir dari kalangan bangsawan atau kaya dapat belajar dari

keluarga bagaimana untuk hidup sederhana dalam saat-saat kelimpahan dan

bagaimana untuk tetap mempertahankan martabat dalam kesesakan. Mereka dapat

belajar bahwa kepantasan moral lebih berharga daripada kekayaan. Hal ini kiranya

menjadi panduan bagi umat Kristiani selama ini dalam memaknai kelimpahan

ataupun kekurangan yang dialami dalam kehidupan keluarga. Hidup

berkecukupan bukan berarti silau dengan harta tetapi rejeki yang diperoleh

menjadi sarana untuk membantu anggota komunitas lain agar tetap merasa

sebagai bagian dari kesatuan umat Allah. Memiliki mobil kemudian digunakan

untuk memobilisasi anggota koor ke gereja saat ada tanggungan di paroki atau

membawa ibu-ibu mengunjungi orang sakit merupakan salah satu contoh dari

sikap hidup keluarga Kristiani dalam memaknai kekayaan.

Di pihak lain, tidak sedikit pula keluarga yang merasa tidak punya cukup

waktu untuk berbicara dari hati ke hati. Berbeda dengan zaman dahulu, peran

orangtua untuk menanamkan ajaran moral dalam diri putra-putrinya dan

membicarakannya pada saat duduk bersama di rumah, berbaring, dan bahkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

29

selama dalam perjalanan (Ul. 6:6, 7). Orang tua dan anak-anak punya banyak

waktu untuk menjalin komunikasi, sehingga bisa saling memahami kebutuhan,

keinginan, dan kepribadian anak. Demikian sebaliknya, anak-anak pun bisa benar-

benar mengenal orang tua mereka (Stef & Ingrid Tay. Keluarga Kudus: Pola Ilahi

Bagi Keluarga Kita. Dalam https://www.katolisitas.org/keluarga-kudus-pola-

ilahi-bagi-keluarga-kita, diakses 7/12/ 2016) .

Realitas kehidupan keluarga Katolik sekarang, terutama di daerah

perkotaan, anak-anak sudah disekolahkan sejak masih sangat kecil, bahkan

kadang sejak berumur dua tahun. Banyak ayah dan ibu bekerja di tempat yang

jauh dari rumah. Saat orang tua dan anak punya sedikit waktu bersama, perhatian

mereka tersita oleh komputer, televisi, dan perangkat elektronik lainnya. Dalam

banyak keluarga lainnya juga bahwa orang tua dan anak-anak sibuk dengan

kegiatan mereka masing-masing sehingga mereka merasa asing terhadap satu

sama lain atau tidak pernah ada pembicaraan dari hati ke hati.

Menyadari perubahan sosial semacam ini, beberapa keluarga Katolik

bahkan sudah mulai memikirkan untuk sepakat membatasi waktu di depan televisi

atau komputer. Sementara yang lainnya mengupayakan untuk makan bersama

sedikitnya satu kali sehari dan mulai menyisihkan waktu satu jam atau lebih setiap

minggu untuk sekedar mengobrol. Sebelum anak-anak berangkat ke sekolah,

orangtua selalu memberi wejangan sesuatu yang membina dan mengajak berdoa

bersama, yang akan berpengaruh besar atas kegiatannya sepanjang hari itu. Semua

yang dilakukan itu merupakan upaya untuk memaknakan spiritualitas keluarga

Kudus Nasaret, meskipun semangat untuk menyerahkan keluarga pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

30

penyelenggaraan Ilahi kadang masih membutuhkan perjuangan yang panjang. Hal

ini yang membedakan keluarga Kristiani dengan keluarga pada umumnya.

Keluarga menurut ajaran gereja adalah lingkungan primer yang paling

berperan dalam pembentukan watak, moral dan iman anak. Keluarga menjadi

sekolah pertama dan utama, tahap demi tahap anak akan mengerti arti hidup. Lain

perkataan bahwa keluarga menjadi sekolah pertama dan utama bagi anak menjadi

pribadi yang seutuhnya, yakni pribadi yang beriman, berbakti kepada Allah dan

sesama serta memiliki keutamaan hidup (Sutarno, 2013:5).

Paus Yohanes Paulus II, dalam homilinya pada misa di kota Cuenca,

Maret 1985 mengatakan bahwa, “Keluarga merupakan tempat pertama panggilan

kristiani dinyatakan. Setiap panggilan dilahirkan di dalam keluarga, yang

merupakan tempat istimewa bagi benih yang ditanam oleh Allah dalam hati anak-

anak agar dapat berakar dan masak. Keluarga adalah tempat partisipasi orang tua

dalam misi imamat Kristus sendiri dinyatakan dalam derajatnya yang paling

tinggi” (Eminyan, 2001:236).

Keluarga juga merupakan salah satu lembaga terkecil dalam masyarakat.

Demikian pula seorang anak yang baru dilahirkan pertama kali mengenal dan

mengalami kebersamaan dengan setiap orang dalam keluarga. Di samping itu,

keluarga adalah lingkungan pendidikan primer seorang anak, tempat dimana ia

memperoleh dasar-dasar keterampilan (sensomotorik), dasar-dasar kecerdasan

(bahasa, alam pikiran) dan dasar-dasar nilai hidup (agama, adat dan tata

kelakuan). Semntara keluarga berusaha untuk memberikan penghiburan,

perlindungan serta pertolongan kepada anak selama masa kanak-kanak hingga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

31

mencapai kemandirian. Penghiburan yang dimaksudkan misalnya penghiburan

setelah pulang dari sekolah atau pekerjaan atau perlindungan terhadap ancaman

dari luar (Hommes, 2009:137).

Keluarga juga diberikan kepercayaan dan tanggung jawab untuk

merawat, mendidik dan membesarkan anak. Keluarga adalah lingkungan primer

yang paling berperan dalam pembentukan watak, moral dan iman anak. Keluarga

sebagai tempat yang paling tepat untuk belajar mengenal rencana Allah, agar kita

saling merangkul satu sama lain dengan penuh kepercayaan. Keluarga adalah

tempat dimana kita belajar melangkah keluar dari diri sendiri dan menerima orang

lain, memaafkan dan dimaafkan. Keluarga adalah tempat dimana kekudusan Injili

hadir dalam kondisi yang paling biasa. Gereja menyatakan bahwa Gereja Kristiani

adalah persekutuan antar anggota-anggotanya, yang menjadi tanda dan citra

persekutuan Bapa, Putra dan Roh Kudus (Sutarno, 2013: 9-11).

Keluarga-keluarga mempunyai makna yang istimewa bagi Gereja

maupun masyarakat. Para suami-istri Kristiani, bekerjasama dengan rahmat dan

menjadi saksi iman satu bagi yang lain, bagi anak-anak mereka dan bagi kaum

kerabat. Keluarga menerima perutusan dari Allah untuk menjadi sel pertama dan

sangat penting bagi masyarakat (Dokumen Konsili Vatikan II, AA art. 11)

C. Tujuan Keluarga Kristiani

Tujuan mendasar keluarga adalah untuk menciptakan bonum coniugum

(kesejahteraan pasangan), terjabar dalam bonum prolis (terbuka pada kelahiran

dan pendidikan anak-anak), bonum fidei (membangun kesetiaan pasangan dalam

suka dan duka, untung dan malang, sehat dan sakit) serta bonum sacramentum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

32

(menciptakan kesucian dan keluhuran martabat perkawinan agar menjadi tanda

kehadiran dan keselamatan Tuhan pada manusia). Tujuan keluarga tersebut pasti

akan berhadapan dengan tantangan dalam hidup. Namun ketahanan dan

kesanggupan keluarga dalam menghadapi tantangan dapat menjadikan keluarga

semakin berkualitas dan dapat mencapai tujuan keluarga yang direncanakan

(Sutarno, 2013: 26).

D. Fungsi Keluarga Kristiani

Dalam keluarga, orangtua sebagai pewarta iman dan pendidik iman yang

utama. Orangtua dengan kata-kata maupun teladan membantu anak-anak untuk

menghayati hidup Kristiani dan memilih panggilan mereka, memupuk dan

memberi perhatian yang penuh kasih. Orangtua membela martabat dan otonomi

keluarga yang sewajarnya.

Dalam keluarga terdapat beberapa kedudukan atau posisi yang masing-

masing membawa peranan tertentu. Pria dewasa sebagai suami terhadap istri dan

berkedudukan sebagai ayah terhadap anak. Kedudukan sebagai suami membawa

peran yang berbeda dengan peranannya sebagai ayah. Sedangkan wanita dewasa

berkedudukan sebagai isteri terhadap suami dan sebagai ibu terhadap anak.

Keturunan mereka mengambil posisi sebagai anak, kedudukan itu membawa

peranan tertentu terhadap orang tua, yang berbeda dari peranannya terhadap kakak

atau adik kandung. Peranan dari masing-masing kedudukan akan mewarnai

interaksi sosial antara orang-orang yang menempati kedudukan atau posisi itu

(Winkel, 1987:121).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

33

Keluarga dapat berfungsi memenuhi pelbagai kebutuhan manusiawi

mulai dari kebutuhan primer (sandang, pangan dan papan), kebutuhan rasa aman,

kebutuhan untuk mencinta serta dicintai, kebutuhan akan harga diri sampai

dengan kebutuhan aktualisasi diri. Pembagian kebutuhan ini dipaparkan oleh

seorang psikolog Amerika Serikat A.H. Maslow (Hommes, 2009: 137).

E. Hak-Hak dan Kewajiban Dasar Sebuah Keluarga

Keluarga sebagai sel dasar masyarakat dan menjadi prasyarat adanya

masyarakat. Oleh karena itu, keluarga memiliki hak dasar untuk dilindungi

keberadaannya oleh masyarakat atau negara. Setiap keluarga memiliki hak untuk

mengembangkan diri dan memajukan kesejahteraannya tanpa harus dihalangi oleh

negara. Dalam hal tertentu keluarga memiliki hak pribadi antara lain:

a. Keluarga memiliki hak untuk hidup dan berkembang sebagai keluarga artinya

hak setiap keluarga betapapun miskinnya, untuk membantu keluarga serta

memiliki upaya-upaya yang memadai untuk menggunakannya.

b. Keluarga memiliki hak untuk melaksanakan tanggung jawabnya berkenaan

dengan penyaluran kehidupan dan pendidikan anak-anak. Keluarga memiliki

hak untuk mendidik anak-anak sesuai dengan tradisi-tradisi keluarga sendiri,

nilai-nilai religius dan budayanya dengan perlengkapan upaya-upaya serta

lembaga-lembaga yang dibutuhkan.

c. Setiap keluarga yang miskin dan menderita memiliki hak untuk mendapatkan

jaminan fisik, sosial, politik dan ekonomi. Orangtua juga harus

memperhatikan dan menghormati martabat dan hak anak. Martabat manusia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

34

dikenakan pada anak yang adalah manusia. Tetapi dalam kenyataannya

seringkali martabat anak kurang diperhatikan misalnya dalam sikap orangtua

yang memperalat anak untuk tujuan, impian dan obsesinya sendiri.

Menghormati martabat anak dapat dikonkritkan dengan menghormati hak-hak

asasi anak (Wignyasumarto, 2007:25).

F. Ciri-ciri Keluarga Kristiani

Dalam amanat Apostolik tentang Keluarga: Familiaris Concertio, Sri

Paus Yohanes Paulus II (Yohanes Paulus II: 1994), menguraikan mengenai ciri-

ciri dan peranan keluarga Kristiani sebagai berikut:

1. Membentuk persekutuan pribadi-pribadi

Keluarga mempunyai peranan membentuk persekutuan pribadi-pribadi

menjadi suatu komunitas yang berdasar pada cinta kasih. Pribadi yang bersekutu

atau bersatu adalah pertama-tama suami dan istri, orangtua dan anak-anak serta

sanak saudara. Dasar yang mengikat persatuan dalam keluarga adalah cinta kasih.

Cinta kasih merupakan dasar, kekuatan dan tujuan akhir dalam hidup keluarga

(Paus Yohanes Paulus II, 1994: art.18 dalam Kristianto, 2013:96).

2. Monogami dan tak terceraikan

Pernikahan adalah persekutuan yang dibangun oleh seorang pria dan

seorang wanita (monogami). Kesatuan dalam cinta yang ekslusif dan sepenuhnya

hanya dapat terwujud dalam ikatan satu pria dan satu wanita dan berlangsung

sepanjang hidup (kekal tak terceberaikan). Praktek poligami apapun alasannya

bertentangan dengan dengan kehendak Allah sendiri (GS art. 49). Kesatuan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

35

tak terceraikan ini menuntut kesetiaan seutuhnya dari kedua belah pihak baik dari

suami maupun istri dan demi kepentingan anak-anak (GS art.48).

3. Keluarga adalah Gereja mini

Identitas kekristenan keluarga Kristiani mengandung makna bahwa

keluarga sejatinya dipanggil untuk turut serta dalam hidup dan perutusan Gereja.

Keluarga Kristiani wajib mewujudkan dirinya menjadi “Gereja Mini” (Paus

Yohanes Paulus II, 1994; art.49). Sebagaimana cara hidup jemaat perdana,

keluarga kristiani perlu memiliki komitmen yang tinggi terhadap segi iman.

Dalam perjalanan dan pergulatan hidup, hendaknya iman semakin digali unsur

wawasannya, diungkapkan atau dirayakan dalam doa, dihayati dalam hubungan

persaudaraan, diwujudkan dalam tindakan nyata, yang membawa sukacita bagi

sesama.

G. Peranan Keluarga Kristiani

1. Mengabdi Kehidupan

Peranan keluarga Kristiani yang sangat penting adalah mengabdi

kehidupan dari keluarga pertama-tama adalah penyaluran kehidupan, yang

diwujudkan melalui keturunan. Pendidikan anak merupakan hak dan kewajiban

orang tua.Tugas orang tua dalam mendidik anak merupakan tugas yang amat

penting dan tak dapat digantikan oleh siapa pun. Orangtua hendaknya mampu

menciptakan situasi, relasi dan komunikasi yang penuh cinta kasih dan diliputi

semangat cinta kasih kepada Allah dan sesama, sehingga menunjang pendidikan

pribadi termasuk pembinaan iman anak. Maka, keluarga sebagai lingkungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

36

pendidikan yang pertama dan utama sangat dibutuhkan oleh keluarga itu sendiri,

Gereja dan masyarakat (Paus Yohanes Paulus II, 1991; art.36).

2. Keluarga Ikut Serta Dalam Pengembangan Masyarakat

Keluarga sebagai sel masyarakat mempunyai peranan yang pertama dan

amat penting dalam mengembangkan masyarakat yang sehat. Ada tiga syarat yang

menentukan kesehatan keluarga yakni; kesatuan keluarga (monogami), kokohnya

keluarga (tak terceraikan) dan pendidikan yang dilaksanakan oleh orangtua

sebagai pendidik pertama dan utama dengan penuh tanggungjawab (Paus Yohanes

Paulus II; art. 32). Hubungan antara keluarga dan masyarakat menuntut sikap

terbuka dari keluarga dan masyarakat untuk bekerjasama membela dan

mengembangkan kesejahteraan setiap orang.

3. Peran dan Tugas Keluarga Dalam Kehidupan Dan Misi Gereja

Dengan sakramen perkawinan, keluarga Kristiani mengikatkan diri pada

ikatan yang tak terceraikan karena mereka telah dipersatukan oleh Allah dan

melalui kegiatan dalam merayakan Sakramen-sakramen Gereja, diharapkan

semakin memperkaya memperkuat keluarga Kristiani dengan rahmat Kristus,

supaya keluarga dikuduskan demi kemuliaan Bapa.

Di samping itu, keluarga Kristiani mempunyai tugas pokok dalam

mengembangkan misi Gereja yang mengacu pada hidup Yesus sebagai Nabi,

Imam dan Raja:

Tugas kenabian yaitu bersikap kritis terhadap situasi berkenaan dengan

kehendak Allah dengan menyambut dan mewartakan sabda yang terjadi dalam

iman Kristiani yang harus tampak dalam persiapan, peresmian dan penghayatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

37

hidup berkeluarga (Paus Yohanes Paulus II, 1994 art.51). Keluarga sebagai tempat

pertama dan utama bagi hidup anak-anak menjadi tempat subur bagi pewartaan

Sabda Allah, pembinaan iman dan katekese dalam keluarga.

Tugas imamat keluarga Kristiani yaitu menyucikan yang dilaksanakan

lewat pertobatan dan saling mengampuni, serta memuncak dalam penyambutan

Sakramen Tobat ( Paus Yohanes Paulus II, art.58). Tugas pengudusan dari orang

tua dilaksanakan dalam doa bersama yang terpusat pada peristiwa hidup

berkeluarga. Pembinaan hidup doa akan lebih baik melalui teladan oragtua dalam

hidup doa mereka sendiri dan diadakan dalam doa bersama di dalam keluarga.

Tugas rajawi yakni memberi arah dan kepemimpinan dengan melayani

sesama manusia, seperti Kristus Raja (Rm 6:12). Keluarga harus melihat setiap

orang termasuk anaknya sebagai citra Allah terutama mereka yang menderita dan

semuanya harus dilaksanakan dalam cinta kasih (Kristianto, 2013: 95-104).

H. Kewajiban Sesama Anggota Keluarga

1. Kewajiban Anak-Anak

Rasa hormat dari anak-anak yang belum dewasa dan sudah dewasa

terhadap ayah dan ibu bertumbuh dari kecondrongan kodrati yang mempersatukan

mereka satu sama lain (KGK. Art.2214, 1995:565). Penghormatan anak-anak

untuk orangtuanya (kasih sayang sebagai anak, pietas filiasis) muncul dari rasa

terima kasih kepada mereka yang telah memberi kehidupan dan yang

memungkinkan mereka melalui cinta kasih serta usaha supaya bertumbuh dalam

kebesaran, kebijaksanaan dan rahmat (KGK Art. 2216). Kasih sayang kepada

orang tua nyata dalam kepatuhan dan ketaatan yang baik “anak yang bijak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

38

mendengarkan didikan ayahnya (Ams.13:1) (KGK Art.2216), kasih sayang

kepada orang tua mendukung keserasian kehidupan seluruh keluarga juga

mempengaruhi hubungan antar saudara sekandung“hendaklah kamu selalu rendah

hati, lemah lembut dan sabar. Tunjuklah kasihmu dalam hal saling membantu”

(Ef 4:2) (KGK Art.22).

2. Kewajiban Orangtua

Pendidikan oleh orangtua begitu penting sehingga sulit untuk digantikan

(GE 3). Hak maupun kewajiban orangtua mendidik anak bersifat kakiki (KGK

Art.2221). Orangtua adalah orang-orang pertama yang bertanggungjawab atas

pendidikan anak-anaknya. Pendidikan kebajikan dimulai dari rumah. Orangtua

mempunyai tanggungjawab yang besar, memberi contoh yang baik kepada anak

(KGK Art. 2223). Dalam kehidupan keluarga setiap anggota keluarga memiliki

kewajiban masing-masing, baik sebagai orangtua maupun sebagai anak. Maka

diharapkan agar masing-masing bertanggungjawab dalam melaksanakan

kewajibannya. Selanjutnya, konsep-konsep tentang spiritualitas, Spiritualitas

Keluarga Kudus, Pengertian Keluarga, hak dan kewajiban keluarga, serta ciri-ciri

peran keluarga Kristiani, hak dan kewajiban orangtua dan anak digunakan penulis

untuk menganalisis data dan temuan yang diperoleh di lapangan.

Dari ulasan tentang keluarga di atas dapat dipahami bahwa keluarga

merupakan tempat kepenuhan kehendak Allah diwujudkan secara konkrit. Dalam

keluarga sikap saling memberi dan menerima akan dinyatakan dalam tindakan

yang nyata, sehingga di antara pribadi setiap anggota keluarga merasa sebagai

satu kesatuan yang saling bergantung. Di sana terdapat sebuah sikap yang saling

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

39

bertukar pendapat, keyakinan, nilai dan tingkah laku, sharing pengalaman

kegembiraan dan dukacita, keberhasilan dan cobaan, kerinduan untuk

berkomunikasi, bersahabat, keindahan, permainan,dan rekreasi. Hal-hal

tersebut tidak ditemukan dalam kelompok manapun selain mendapat

kepenuhannya yang paling dasar dalam lingkaran orangtua, saudara-saudari dan

sanak kerabat. Keluarga menyediakan sentuhan pribadi, lingkungan insani yang

hangat, persahabatan dan kasih sayang yang sangat dibutuhkan orang dimana saja.

Keluarga adalah rumah tangga iman yang dipanggil untuk mewariskan iman para

leluhur, membudidayakan tradisi keagamaan serta menterjemahkan keyakinan-

keyakinan religius ke dalam kehidupan sehari-hari.

Di pihak lain, keluarga Kudus bukanlah suatu lembaga dengan program

dan sarana yang terencana dan lengkap seperti keluarga modern sekarang.

Keluarga Kudus adalah kesatuan tiga pribadi yang menjalani hidup berdasarkan

gerak hati atas situasi yang ada pada saat itu yang secara kontekstual tentu jauh

berbeda. Selain berusaha untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan nyata sehari-

hari keluarga sekarang ini harus berjuang dan bergulat untuk menjadi dewasa

dalam segi adikodrati yang nyata dalam keutamaan-keutamaan iman dan moral.

Secara ringkas bisa dikatakan, setiap orang dalam keluarga dewasa ini bergulat

dengan panggilan hidup masing-masing, baik sebagai guru, religius, imam,

keluarga, tentara, pejabat, karyawan dan seterusnya yang seakan tidak bisa

ditinggalkan. Oleh karena itu, orang sering tergoda untuk mengerjakan yang

bukan panggilan eksistensial dan berlari ke hal lain yang lebih menghibur namun

sebetulnya tidak berguna dan bahkan membelokkan visi dan misi keluarga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

40

Menyadari akan hal itu, maka kesetiaan pada panggilan pokok itu membuat orang

terus tekun dalam jalur yang sedang dijalani seperti masing-masing pribadi

Keluarga Kudus Nazaret yang setia sampai akhir hidup mereka masing-masing.

Maka dari itu, dari Keluarga Kudus Nasaret setiap keluarga Kristiani

diterangi oleh spiritualitas. Segi hidup bersama yang dihidupi menjadi daya dan

kebahagiaan untuk saling medukung dalam mencari dan melaksanakan kehendak

Allah. Tidak semua profesi secara langsung menuntut hidup bersama, namun

profesi itu menjadi subur dalam lingkungan yang mendukung. Setiap orang

Kristiani memerlukan komunitas, memerlukan komunio karena manusia sebagai

makluk yang penuh dengan kekurangan memerlukan orang lain, terutama sesama

anggota keluarga yang bisa bekerja sama. Kerja sama dalam keluarga juga

berfungsi sebagai kontrol arah perjalanan dan sekaligus sebagai sarana saling

tolong-menolong.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada Bab ini peneliti menguraikan metode penelitian, yang meliputi jenis

penelitian, lokasi dan waktu penelitian, unit analisis, penentuan informan, teknik

pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data. Penggunaan

metode ini bertujuan untuk mendeskripsikan penghayatan spiritualitas Keluarga

Kudus dalam keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes Kentungan Paroki

Keluarga Kudus BantengYogyakarta.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sugiyono (2011:24)

mengatakan bahwa untuk memahami interaksi sosial yang kompleks hanya dapat

diuraikan dengan penelitian kualitatif dengan cara melakukan wawancara

terhadap kelompok sosial tertentu, yang dilandaskan pada filsafat post positivisme

yang tidak menerima hanya satu kebenaran, yang umum digunakan untuk meneliti

suatu obyek pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen).

Umumnya, pengambilan sampel sumber data dalam penelitian kualitatif dilakukan

secara purposive (sengaja) dan wawancara dilakukan secara snowball. Sementara

untuk menguji validitas atau kebenaran fakta dilakukan dengan cara triangulasi

(mengujinya dengan melakukan beberapa metode gabungan). Kemudian analisis

data kualitatif biasanya bersifat induktif/kualitatif dan hasilnya lebih menekankan

makna dari pada generalisasi. Dalam pelaksanaan penelitian ini pun menggunakan

langkah-langkah ilmiah yang dianjurkan oleh Sugiyono di atas, mulai dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

42

penentuan informan, teknik wawancara, observasi dan dokumentasi hingga

menganalisis dan membahasnya untuk mendapatkan suatu kesimpulan akhir.

Oleh karena itu, kesimpulan akhir tentang deskripsi penghayatan

sipritualitas Keluarga Kudus dalam keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes

Kentungan merupakan hasil intepretasi (dimaknai) penulis atas data hasil

penelitian yang sudah diolah. Kemudian untuk menguji validitas data-data,

penulis melakukannya pengecekan dengan mengamati terhadap perilaku umat

dalam kehidupan rumah tangga, keaktifan dalam kegiatan doa mingguan, koor,

dan kegiatan di masyarakat. Pengujian validitas data juga dilakukan dengan cara

mewawancara beberapa informan lain untuk menguji kebenaran data yang

diberikan oleh informan utama.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lingkungan St. Yohanes Kentungan

Paroki Keluarga Kudus Banteng. Penetapan lingkungan ini sebagai tempat

penelitian karena alasan mudah dijangkau, ada kesediaan dari informan untuk

diwawancara, dan di antara peneliti dan informan sudah saling mengenal secara

baik. Selain itu, peneliti adalah anggota lingkungan St. Yohanes Kentungan. Hal

ini menjadi dasar pertimbangan penulis dalam pemilihan tempat atau lokasi

dilakukannya penelitian ini.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan, yakni pada bulan

September 2016. Penetapan waktu penelitian ini didasarkan pada pertimbangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

43

penulis bahwa data-data yang diperoleh sudah mencapai validitas, di mana

jawaban umat lain yang bukan informan cenderung sama dengan apa yang

dikatakan informan. Selain itu, para informan merupakan orang kunci atau dapat

dijadikan representasi dari seluruh keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes

Kentungan. Oleh karena itu, penetapan waktu penelitian pada prinsipnya sesuai

dengan target waktu yang direncanakan sebelumnya oleh penulis.

C. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini ditentukan menggunakan sampling

purposive. Menurut Sugiyono (2015:124) bahwa sampling purposive adalah

teknik untuk menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu. Dalam konteks

penelitian ini, penulis berasumsi bahwa yang menjadi informan adalah keluarga

Katolik yang memahami dan menghayati spiritualitas Keluarga Kudus di

Lingkungan St. Yohanes Kentungan. Selain itu, informan adalah keluarga yang

memiliki usia pernikahan di atas sepuluh tahun dan masih memiliki pasangan

yang lengkap, bukan duda atau janda.

Seperti disinggung sebelumnya bahwa penentuan informan yang menjadi

sumber data yang menggunakan sampling purposive atau secara sengaja

didasarkan pada pertimbangan bahwa yang bersangkutan memiliki otoritas pada

situasi sosial tertentu (Sugiyono, 2009:400). Sedangkan Bungin (2007:117)

mengatakan bahwa informan adalah orang yang diwawancara atau yang diminta

informasi oleh pewawancara.

Merujuk pada pendapat para ahli di atas, maka penulis menempuh

langkah-langkah, sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

44

Pertama, penulis pertama kali mendatangi rumah Ketua Lingkungan untuk

menyerahkan surat ijin penelitian sekaligus berkonsultasi tentang keluarga yang

masuk dalam kriteria penulis atau layak menjadi informan.

Kedua, hasil konsultasi dengan Ketua Lingkungan kemudian menjadi acuan

bagi penulis dalam menjaring informan. Informan dalam penelitian ini adalah

keluarga yang dipandang sebagai informan kunci dengan memiliki usia

pernikahan yang berkisar antara 10 sampai 43 tahun (masing-masing keluarga

yang belum merayakan perak pernikahan dan sudah merayakan perak), memiliki

kemampuan untuk memberikan informasi secara baik kepada penulis, dan

menjadi panutan dalam lingkungan karena aktif dalam doa lingkungan, aktif

mengikuti koor di paroki, dan terlibat aktif dalam kehidupan bermasyarakat.

Ketiga, berdasarkan kriteria tersebut penulis mendapat lima informan dari

25 KK yang ada di lingkungan itu, yang terdiri dari keluarga yang sudah menikah

11 sampai 24 tahun sebanyak 2 KK (informan 2 dan 5) dan keluarga yang sudah

menikah 25 sampai 45 tahun sebanyak 3 KK (informan 1, 3, dan 4).

Keempat, penulis mengunjungi rumah beberapa umat yang dianggap

mampu menjadi informan tersebut dan meminta kesediaan untuk diwawancara

sekaligus menetapkan waktu yang tepat untuk diwawancara. Penulis tidak

mendapatkan hambatan karena para informan yang diminta oleh peneliti

umumnya menyatakan kesediaan untuk diwawancara, meskipun mereka meminta

untuk menyamarkan identitas.

Kelima, melakukan wawancara secara mendalam dengan para informan.

Proses pengambilan data tidak mengalami kesulitan karena mereka umumnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

45

kooperatif karena sudah mengenal penulis secara baik. Informan juga bersedia

untuk direkam oleh penulis selama wawancara berlangsung.

Keenam, menguji validitas data, penulis melakukan wawancara dengan

beberapa keluarga di lingkungan itu, baik yang memiliki usia pernikahan di

bawah 10 tahun maupun beberapa ibu yang sudah berstatus janda, terutama

berkaitan dengan pandangan dan pemahaman mereka tentang spiritualitas

Keluarga Kudus.

D. Teknik Pengumpulan Data

Menurut sumbernya, data penelitian digolongkan sebagai data primer dan

sekunder. Data primer diperoleh langsung dari sumber informasi sedangkan data

sekunder tidak diperoleh secara langsung dari sumbernya (Azwar, 2005:91).

Sementara Sugiyono (2009:326) berpendapat bahwa dalam penelitian kualitatif,

teknik pengumpulan data utama adalah wawancara, observasi dan dokumentasi.

Artinya, sambil melakukan wawancara penulis dapat melakukan observasi dan

studi dokumentasi ataupun sebaliknya. Demikian halnya dengan pengumpulan

data-data selama penelitian ini dilakukan, penulis menggunakan tiga teknik, yaitu:

wawancara, observasi dan dokumentasi.

1. Wawancara

Wawancara adalah teknik penelitian yang biasa digunakan oleh para

peneliti sejak lama dan dianggap paling efektif untuk menentukan mengapa

seseorang bertingkah laku, dengan cara menanyakan langsung dan menggunakan

pendekatan-pendekatan tertentu yang dipandang efektif. Sementara proses tanya

jawab merupakan bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

46

yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2013:180).

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan terhadap beberapa keluarga

Katolik di Lingkungan St. Yohanes Kentungan Paroki Keluarga Kudus Banteng

untuk menggali informasi tentang penghayatan spiritualitas Keluarga Kudus.

Penulis menetapkan wawancara menjadi alat pengumpul data primer, sedangkan

observasi dan dokumentasi sebagai alat pengumpul data sekunder. Data-data yang

dikumpulkan melalui tiga teknik tersebut kemudian dikelompokkan menurut

tema-tema yang sama untuk dibahas dan dianalisis menggunakan beberapa konsep

dan teori yang telah dibahas pada kajian pustaka.

2. Observasi

Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2015: 203) mengatakan bahwa observasi

merupakan proses pengamatan untuk mengumpulkan data yang berkenaan dengan

perilaku manusia, terutama bila informan yang diamati tidak terlalu besar.

Sementara Bungin (2007:115) menuliskan bahwa observasi merupakan

kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui melalui hasil

kerja panca indra mata serta dibantu dengan panca indra lainnya.

Kegiatan observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

Pertama, penulis mengamati perilaku umat, terutama partisipasi umat

dalam setiap kegiatan doa mingguan dan misa di lingkungan, mengikuti latihan

koor, serta beberapa kondisi alamiah keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes

Kentungan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

47

Kedua, penulis mengamati interaksi keluarga yang menjadi informan,

terutama keaktifan dalam mengikuti kegiatan di wilayah dan gereja ataupun di

masyarakat. Selama proses observasi, penulis tidak banyak mengalami kesulitan

karena penulis adalah bagian dari umat di Lingkungan St. Yohanes Kentungan

yang terlibat langsung dalam setiap kegiatan bersama umat. Berdasarkan hasil

pengamatan terhadap perilaku dan aktivitas umat di Lingkungan St. Yohanes

Kentungan diperoleh data-data yang menjadi pendukung bagi penulis dalam

menarik kesimpulan atas hasil penelitian.

3. Dokumentasi

Dokumen dalam suatu penelitian dapat berupa catatan pribadi, notulen

rapat, catatan kasus, rekaman kaset dan video, yang dipandang relevan dengan

tujuan penelitian. Oleh karena itu, dokumen yang dijadikan sebagai alat

pengumpul data harus selektif (Sukandarrumdi, 2004:101). Sedangkan Mulyana

(2013:195) berpendapat bahwa dokumentasi merupakan metode yang digunakan

untuk menelusuri data historis seperti otobiografi, memoar, catatan harian, surat-

surat pribadi, catatan pengadilan berita koran, artikel majalah, brosur, buletin dan

foto-foto.

Sementara dokumen dalam penelitian ini adalah catatan pribadi, rekaman

suara, foto kegiatan umat, dan data umat. Foto-foto kegiatan umat diambil penulis

pada saat ada kegiatan misa lingkungan dan wilayah, latihan koor, doa rosario,

dan doa mingguan yang diperoleh dengan cara memotret langsung di lokasi

kegiatan. Dokumen-dokumen tersebut dipandang relevan dan menunjang penulis

dalam mencapai tujuan penelitian ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

48

4. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen utama adalah

peneliti sendiri atau anggota tim peneliti (Sugiyono, 2009:400). Demikian pula

dengan peran penulis dalam penelitian ini adalah melibatkan diri ke dalam situasi

kehidupan informan, baik dalam kegiatan doa di rumahnnya masing-masing

maupun dalam berbagai kegiatan di tingkat wilayah dan paroki. Hal ini sangat

membantu penulis untuk memperoleh data pada keadaan yang alamiah (tanpa

rekayasa) tentang penghayatan spiritualitas Keluarga Kudus dalam keluarga

Katolik dalam keluarga di Lingkungan St. Yohanes Kentungan Paroki Banteng.

5. Kisi-kisi: Panduan Wawancara dan Observasi

No Aspek Indikator Pertanyaan

1 Keluarga

Kudus

Pandangan

keluarga terhadap

Keluarga Kudus

a. Bagaimana pandangan keluarga

terhadap spiritualitas Keluarga

Kudus?

b. Apakah keluarga memahami

semangat Keluarga Kudus?

c. Apakah semangat hidup Keluarga

Kudus menjadi model dalam

keluarga?

d. Bagaimana keluarga menghayati

semangat keluarga Kudus dalam

hidup berkeluarga?

e. Apa prinsip-prinsip yang membantu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

49

dalam menata kehidupan keluarga?

f. Semangat hidup apa yang menjadi

dasar/prinsip dalam hidup keluarga?

2 Internal Hidup sederhana a. Bagaimana keluarga menata

kehidupan ekonomi: pendapatan dan

pengeluaran? Bagaimana keluarga

memperoleh pendapatan dan

bagaimana mengatur pengeluaran?

(Sakramen: yang bertanggung jawab

ekonomi: suami-istri)

b. Bagaimana pembagian peran dalam

pengaturan keuangan dalam

kehidupan keluarga?

c. Bagaimana keluarga menggunakan

keuangan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga yang pokok dan kebutuhan

tambahan?

d. Apakah barang-barang yang dimiliki

sangat bermanfaat dalam kehidupan

keluarga?

e. Apakah keluarga pernah mengalami

kesulitan dalam keuangan?

Bagaimana usaha yang dilakukan oleh

keluarga dalam menghadapi kesulitan

itu?

Memberi

perhatian penuh

a. Apakah yang menjadi fokus orangtua

terhadap pendidikan iman anak?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

50

kepada

pendidikan anak

b. Bagaimana tanggung jawab orangtua

terhadap perkembangan iman anak?

c. Apakah orangtua merasa puas ketika

menyekolahkan anak di sekolah

katolik?

d. Apakah keluarga mempunyai

pandangan lain terhadap sekolah

negeri?

e. Bagaimana keluarga menentukan

sekolah untuk anak-anak? Apa

harapan orangtua terhadap anak.

f. Bagaimana orangtua memberi

perhatian dan dukungan kepada

pendidikan iman anak?anak

g. Bagaimana orangtua memberi

perhatian kepada anak dalam

mengembangkan pendidikan iman

anak?

Penerimaan

komunikasi

suami-istri,

orangtua-anak,

dan keluarga

besar

a. Komunikasi seperti apa yang

dilakukan oleh Ibu terhadap Bapa dan

sebaliknya?

b. Apa yang dilakukan oleh Ibu ketika

Bapa mengalami permasalahan,

sebaiknya apa yang dilakukan oleh

Bapa ketika Ibu mengalami

permasalahan?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

51

c. Kesulitan-kesulitan apa yang dialami

oleh keluarga dalam menjalin

komunikasi? Apa solusi keluarga

dalam mengatasi kesulitan-kesulitan

itu?

d. Dukungan apa yang dilakukan oleh

Ibu kepada Bapa dan anak dan

sebaliknya?

e. Bagaimana caranya untuk menjalin

komunikasi yang baik antara orangtua

dan anak?

f. Bagaimana caranya untuk menjalin

komunikasi dengan keluarga besar?

g. Tantangan apa yang dialami oleh

keluarga dalam menjalin komunikasi

dengan keluarga besar? Apa solusinya

dalam menghadapi tantangan itu?

h. Mengapa melakukan komunikasi

dalam keluarga?

Sikap orangtua

terhadap anak

yang memiliki

cita-cita yang

berbeda dengan

pendapat orang

tua

a. Tantangan-tantangan apa yang

dialami oleh orangtua ketika

berhadapan dengan anak yang

berbeda pendapat/cita-cita dengan

orangtua?

b. Bagaimana sikap orangtua

menghadapi anak yang memiliki cita-

cita yang berbeda dengan keinginan

orangtua?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

52

c. Usaha-usaha apa yang dilakukan oleh

orangtua terhadap anak yang berbeda

pendapat dengan orangtua?

3 Gereja Mengikuti tradisi

Gereja Katolik

a. Bagaimana menjalankan doa dalam

keluarga? Kapan melakukan doa

bersama dalam keluarga?

b. Kapan saja ke Gereja? Mengapa harus

ke Gereja?

c. Tantangan-tantangan apa yang

dialami oleh keluarga dalam hidup

doa dalam keluarga, lingkungan dan

gereja? Apa usaha keluarga untuk

mengatasi tantangan-tantangan itu?

d. Apakah yang menjadi prinsip

keluarga dalam menjalankan

kehidupan doa dalam keluarga,

lingkungan dan gereja?

4 Masyara-

kat

Menjalin

Komunikasi yang

luas

a. Bagaimana keluarga menjalin

komunikasi dengan masyarakat?

b. Mengapa keluarga perlu menjalin

komunikasi dalam hidup

bermasyarakat?

c. Apa yang menjadi dasar dalam

keluarga untuk menjalin relasi yang

baik dalam kehidupan bermasyarakat?

d. Tantangan-tantangan apa yang

dialami keluarga dalam menjalin

komunikasi dengan masyarakat?

E. Teknik Analisis Data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

53

Menurut Bogdan (1982:145) dalam buku Qualitative Research for

Education: An Introduction to Theory and Methods, mengatakan bahwa, “data

analysis is the process of systematically searching and arranging the interview

transcripts, filednotes, and other materials that you accumulate to increase your

own understanding of them and to enable you to present what you have

discovered to others. Analysis involves working with data, organizing it, breaking

it to manageable units, syntesizing it, searching for patterns, discovering what is

important and what is to be learn, and deciding what you will tell others”.

Bogdan menjelaskan bahwa analisis data adalah proses sistematis mencari dan

menulis transkrip hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang

dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman penulis tentang data dari informan

yang memungkinkan penulis untuk menyajikan apa yang telah ditemukan kepada

orang lain. Lebih lanjut Bogdan dan Biklen (1982) mengatakan analisis data

kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan: mengumpulkan data,

mengorganisasi data, memilah menjadi satuan yang dapat dikelola,

menyintesiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan

dipelajari, memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Bungin,

2015:149).

Dalam penelitian ini, data-data hasil wawancara, observasi, dan

dokumentasi yang diperoleh penulis kemudian diklasifikasikan ke dalam tema

atau topik yang sama (sebagaimana dibahas pada bagian sistematika penulisan)

untuk dianalisis dengan menggunakan kajian pustaka guna memperoleh

kesimpulan akhir tentang gambaran penghayatan spiritualitas Keluarga Kudus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

54

dalam kehidupan keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes Kentungan Paroki

Banteng.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

AB IV

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Temuan Umum

1. Sejarah Singkat Lingkungan St. Yohanes Kentungan

Lingkungan St. Yohanes Kentungan merupakan salah satu lingkungan di

Wilayah St. Yusuf Kentungan Paroki Keluarga Kudus Banteng Keuskupan Agung

Semarang. Lingkungan ini merupakan salah satu dari tiga lingkungan yang

menjadi bagian dari Wilayah St. Yusuf Kentungan, di mana kedua lingkungan

lainnya adalah Lingkungan St. Renya Rosari dan Lingkungan St. Paulus

(Laporan Tahunan Lingkungan St. Yohanes Kentungan, Desember 2015).

Umat Lingkungan St. Yohanes Kentungan pada umumnya memiliki

tempat tinggal tetap, kecuali beberapa orang yang berstatus sebagai penduduk

sementara atau mahasiswa dari luar daerah. Sebagian umat diLingkungan St.

Yohanes Kentungan merupakan penduduk asli yang sudah menetap sejak lama

sejak masa orangtua mereka dan bahkan menjadi pemilik tanah sebelum adanya

pengembangan pemukiman seperti sekarang ini. Oleh sebab itu, sebagian umat di

lingkungan ini masih memiliki hubungan genealogis, baik karena hubungan

darah maupun karena adanya perkawinan antar keluarga.

Sejarah terbentuknya Lingkungan St. Yohanes Kentungan kurang

diketahui oleh umat pada umumnya. Namun menurut cerita Wagiyanto, salah

seorang umat yang sudah lama menetap di lingkungan itu bahwa lingkungan itu

sudah lama terbentuk dan mengalami pergantian kepemimpinan, yakni:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

56

Bapak Yulianus Hadi Samtolo (1973-2003)

Bapak Yohanes Suripto (2003-2016)

Bapak Antonius Sarjiyono (2016-sekarang)

Secara administrasi gereja, wilayah Lingkungan St. Yohanes Kentungan

berbatasan masing-masing:

sebelah Utara dan Barat dengan Lingkungan St. Renya Rosari

sebelah Selatan dengan Lingkungan St. Paulus

sebelah Timur berbatasan Wilayah Sengkan

Namun demikian, lingkungan-lingkungan dimaksud semuanya termasuk dalam

wilayah Paroki Keluarga Kudus Banteng.

2. Keadaan Umat Lingkungan St. Yohanes Kentungan Menurut Usia

Lingkungan St. Yohanes Kentungan terdiri dari 25 KK dengan jumlah

umat sebanyak 87 orang. Mayoritas umat di lingkungan ini adalah para orangtua

yang berusia 40 tahun ke atas dan anak-anak yang masih menempuh pendidikan

di tingkat SMP maupun SLTA atau kuliah. Sementarakeluarga muda yang baru

menikah cenderung memilih untuk mandiri, baik tinggal di rumah kontrakan

maupun membangun rumah milik sendiri di luar wilayah tersebut.

Seperti yang dikatakan oleh Ibu Wagianto bahwa kedua anaknya yang

sudah menikah dan memiliki pekerjaan sudah memiliki rumah, sehingga mereka

hidup sendiri dengan anak-anak lain yang belum menikah atau belum bekerja.

Data umat Lingkungan St. Yohanes Kentungan menurut usia selengkapnya

dipaparkan dalam tabel 1 di bawah ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

57

Tabel 1

Keadaan Umat Lingkungan St. Yohanes Kentungan

Menurut Jenis Kelamin per Golongan Usia

Usia Umat

(tahun)

Jenis Kelamin Jumlah %

Laki-Laki Perempuan

0 sampai 5 2 3 5 5,7

6 sampai 12 2 4 6 6,9

13 sampai 17 2 1 3 3,5

18 sampai 24 4 6 10 11,5

25sampai 34 6 9 15 17,2

35 sampai 40 7 4 11 12,7

40 sampai 59 10 11 21 24,1

> 60 tahun 7 9 16 18,4

Total 40 47 87 100

Sumber Data: Data Umat Lingkungan St. Yohanes, September 2016

Berdasarkan data yang dipaparkan di tabel 1 bahwa umat Lingkungan St.

Yohanes Kentungan terdiri dari 40 orang laki-laki dan 47 orang perempuan. Dari

jumlah tersebut, umat yang berusia produktif (18 sampai 59 tahun) berjumlah 57

orang (65,5%), sedangkan umat yang usia non produktif (anak-anak dan lansia)

berjumlah 30 orang (35,5%), di mana mayoritas dari golongan usia terakhir

adalah lansia. Kondisi umat dengan karakter demikian setidaknya berpengaruh

terhadap kualitas kehidupan berkeluarga ataupun berkomunitas, terutama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

58

keaktifan dalam kegiatan doa mingguan atau tanggungan tugas liturgi di Paroki

Keluarga Kudus Banteng. Berdasarkan observasi dan pengalaman peneliti sendiri

bahwa umat lansia di lingkungan ini justru lebih aktif dalam kegiatan doa

mingguan, doa rosario ataupun koor, dibandingkan dengan umat dari golongan

usia lain, terutama yang memiliki pekerjaan dan kesibukan. Umat yang memiliki

kerja umumnya jarang mengikuti kegiatan tersebut. Hal ini menjadi tantangan

tersendiri bagi keluarga di Lingkungan St. Yohanes Kentungan, terutama dalam

upaya untuk menghidupkan semangat keluarga kudus Nasaret.

3. Keadaan Umat Lingkungan St. Yohanes Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian merupakan salah satu hal pokok dalam kehidupan

umat sehari-hari,yang setidaknya turut menentukan kualitas hidup umat itu

sendiri. Artinya, umat yang memiliki mata pencaharian yang tetap lebih

memungkinkan untuk menyusun ekonomi keluarga secara lebih baik. Dengan

demikian, pemenuhan kebutuhan setiap anggota keluarga, terutama pemenuhan

kebutuhan pangan, sandang, pendidikan, kesehatan, rumah, dan berbagai

kebutuhan lainnya menjadi lebih baik.

Sebaliknya, umat yang tidak memiliki pekerjaan tetap akan mengalami

kesulitan hidup, yang dalam banyak kasus menjadi pemicu untuk melakukan

tindakan yang tidak sesuai dengan norma agama dan semangat keluarga kudus

Nasaret. Selain itu, umat yang tidak memiliki pekerjaan juga cenderung frustrasi,

sehingga pola pergaulan di tengah Lingkungan maupun di masyarakat umumnya

menjadi kurang harmonis, termasuk dalam menghidupkan semangat keluarga

kudus dalam keluargnya masing-masing. Berdasarkan data yang diperoleh dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

59

Ketua Lingkungan St. Yohanes Kentungan, pengelompokkan menurut mata

pencaharian sebagaimana dipaparkan peneliti dalam tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2

Data umat Lingkungan St. Yohanes Kentungan

Menurut Mata Pencaharian

Mata Pencaharian Laki-Laki Perempuan Jumlah %

PNS 3 4 7 8,0

Pegawai Swasta 19 9 28 32,1

Sopir 1 - 1 1,4

Pensiunan 5 2 7 8,0

Penyedia jasa kos-kosan 2 3 5 5,7

Tidak bekerja (anak-anak,

Pelajar dan IRT)

10 29 39 44,8

Total 40 47 87 100

Sumber Data: Data Umat Lingkungan St. Yohanes Kentungan, September 2016

Data umat menurut mata pencaharian di atas menunjukkan bahwa 48

orang (55,2%) umat Lingkungan St. Yohanes Kentungan memiliki pekerjaan.

Sedangkan sisanya atau 39 orang lainnya (44,8%) tidak bekerja, terutama anak-

anak dan para lansia. Namun demikian, berdasarkan hasil pengamatan peneliti

bahwa sejauh ini umat di Lingkungan St. Yohanes Kentungan masih tergolong

memiliki kehidupan yang normal, dalam arti bahwa belum ada umat di

lingkungan ini yang berprofesi sebagai pengamen, pemulung ataupun melakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

60

tindakan yang bertentangan dengan semangat yang diajarkan oleh gereja ataupun

semanngat keluarga kudus sendiri.

Umat di Lingkungan St. Yohanes Kentungan masih memiliki modal

sosial yang terbilang tinggi, terutama kerelaan untuk membantu sesama yang sakit

dan mengalami musibah, termasuk membantu sesama yang beragama lain. Hal ini

menjadi perekat hubungan di antara umat dengan masyarakat di wilayah itu yang

mayoritas beragama Islam.

Tabel 3

Data umat Lingkungan St. Yohanes Kentungan

Menurut Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jenis Kelamin Jumlah %

Laki-laki Perempuan

Play Group 1 4 5 5,7

TK 1 3 4 4,6

SD 1 7 8 9,2

SLTP 4 3 7 8,1

SLTA 13 14 27 31,0

Diploma 7 - 7 8,1

S1 11 12 23 26,4

S2 2 4 6 6,9

Total 40 47 87 100

Sumber data: Data Umat Lingkungan St. Yohanes Kentungan, September 2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

61

Mengacu pada data umat menurut pendidikan pada tabel 3 di atas bahwa

sebagian besar (58,6%) umat di Lingkungan St. Yohanes Kentungan

berpendidikan menengah ke bawah, sementara yang berpendidikan tinggi

(Diploma hingga S2) hanya berjumlah 36 orang (41,4%). Hal ini menunjukkan

bahwa tingkat sumber daya manusia umat di Lingkungan St. Yohanes Kentungan

rata-rata berada di level menengah.

Di pihak lain, karakter mayoritas umat dengan tingkat pendidikan

demikian sekurang-kurangnya berpengaruh terhadap tingkat pemahaman ataupun

kesadaran untuk menghidupkan semangat keluarga kudus dalam keluarga masing-

masing. Artinya bahwa keluarga yang memiliki tingkat pendidikan yang relatif

tinggi lebih mudah untuk mengimplementasikan nilai-nilai dan semangat keluarga

kudus secara sadar dan rasional. Sebaliknya, keluarga dengan tingkat pendidikan

rendah relatif lebih sulit untuk menerjemahkan makna dari tindakannya sehari-

hari meskipun dalam praksis kelompok umat dari golongan ini lebih menunjukkan

penghayatan dalam kehidupan keluarga dan berkomunitas melalui tindakan yang

nyata. Misalnya, berdasarkan pengamatan peneliti bahwa umat yang

berpendidikan tinggi justru kurang aktif dalam kegiatan Lingkungan karena

berbagai alasan tertentu. Berbeda dengan umat yang sederhana dan berpendidikan

rendah justru lebih aktif dalam doa mingguan ataupun koor di gereja. Oleh sebab

itu, tingkat pendidikan umat di satu sisi memungkinkan umat untuk memahami

nilai-nilai dan semangat keluarga kudus tetapi di sisi yang lain tidak dapat

dijadikan sebagai jaminan bagi seseorang atau keluarga untuk secara aktif

menghidupkan semangat keluarga kudus Nasaret dalam kehidupan sehari-hari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

62

4. Keadaan Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya umat di Lingkungan St. Yohanes Kentungan

sangat dipengaruhi oleh nuansa budaya Jawa dan Sunda, selain pengaruh dari

budaya lain meskipun dalam level yang sangat kecil. Budaya seperti menjaga

kesimbangan dalam kehidupan dengan sesama sangat dijunjung tinggi oleh umat

di lingkungan ini. Namun di pihak lain, kehidupan umat yang demikian justru

kurang memungkinkan komunitas untuk saling melakukan kontrol atau koreksi

atas tindakan yang bertentangan dengan kehidupan umat, seperti saling

mengingatkan untuk terlibat aktif dalam kegiatan di lingkunga maupun paroki.

B. Temuan Khusus

Dalam penelitian penulis melakukan wawancara dengan keluarga katolik

di Lingkungan St. Yohanes Kentungan tentang penghayatan spiritualitas Kudus

Nasaret dalam kehidupan keluarga. Informan yang diwawancara oleh penulis

sebanyak lima keluarga dan dua keluarga lainnya untuk mendapatkan data

penunjang (triangulasi).

1) Bagaimana Pandangan Keluarga tentang Spiritualitas Keluarga Kudus?

Informan 1 mengatakan :

‘...semangat hidup keluarga Kudus adalah keluarga yang hidup sederhana,

saling memaafkan, saling berbagi dengan sesama yang kekurangan, saling

melindungi dan menjaga rahasia keluarga agar tidak diketahui oleh orang lain’

(wawancara Selasa, 6 September 2016).

Informan 2 mengatakan:

‘...spiritualitas keluarga Kudus patut menjadi inspirasi bagi setiap keluarga

dalam membangun rumah tangga. Terlebih tokoh Yesus Maria dan Yosef

sampai anak-anak kami diberi nama Maria, Yosef dan Kristo/Yesus’

(wawancara Sabtu,10 September 2016)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

63

Informan 3 mengatakan:

‘...keluarga Kudus Nasaret merupakan contoh bagi semua keluarga Katolik.

Hal yang menjadi keutamaan adalah menyimpan semua perkara dalam hati

yang ditunjukkan oleh Bunda Maria. Semua hal yang terjadi diterima dengan

sangat tulus dan kehidupan keluarga yang sederhana, religius dan kehidupan

sosial masyarakatnya sangat bagus’(wawancara Senin, 12 September 2016).

Informan 4 mengatakan:

‘...kami kagum dengan semangat hidup Keluarga Kudus yang saling melayani

dengan tulus. Keluarga Kudus adalah keluarga yang diberkati Tuhan dan

penuh iman kepada Allah’ (wawancara Selasa,13 September 2016).

Informan 5 mengatakan:

‘....kami belum mengetahui persis semangat Keluarga Kudus, apalagi kami

(suami) baru masuk menjadi Katolik beberapa tahun lalu. Tapi yang kami tahu

keluarga Kudus adalah keluarga yang suci dan taat pada kehendak Allah’.

2) Bagaimana Hidup Keluarga Kudus Menjadi Model bagi Keluarga

Katolik?

Menurut informan 1 mengatakan bahwa:

‘...sejak awal kami berusaha untuk mengikuti contoh hidup keluarga kudus

sebagai model bagi keluarga kami. Namun kami merasa belum sempurna

seperti Keluarga Kudus Nazaret, sehingga hal itu masih merupakan sebuah

perjuangan yang tidak akan selesai’.

Informan 2 mengatakan:

‘...hidup Keluarga Kudus menjadi model bagi keluarga kami. Hidup

sederhana, saling berbagi di antara anggota keluarga dan sesama di sekitar,

rendah hati, dan selalu menghadiri misa untuk mendengarkan sabda Tuhan

menjadi kebiasaan keluarga kami. Sejak awal menikah, kami merencanakan

untuk memiliki tiga anak, yang akan diberi nama Maria, Yosef dan

Yesus/Kristo. Ternyata rencana kami dikabulkan oleh Tuhan.Kami berharap

agar keluarga kami dapat meneladani semangat hidup Keluarga Kudus’.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

64

Informan 3 mengatakan:

‘...semangat Keluarga Kudus Nasaret menjadi pedoman bagi keluarga kami.

Meskipun dalam kehidupan keluarga terkadang mengalami salah paham,

namun semangat Keluarga Kudus memberi kekuatan untuk menyelesaikan

permasalahan. Prinsip dasar yang dihidupkan dalam keluarga adalah cinta

kasih, saling mengampuni, saling memperhatikan di antara anggota keluarga.

Keluarga kami berusaha untuk meneladani semangat hidup Keluarga Kudus,

namun tidak semudah yang diucapkan, perlu iman yang besar’.

Informan 4 mengatakan:

‘....bagi keluarga kami, Keluarga Kudus Nasaret patut menjadi teladan. Kami

menghayatinya dengan cara yang sederhana, yakni sikap saling melayani

dengan tulus’.

Informan 5 mengatakan:

‘...kami selalu menanamkan semangat hidup sederhana dalam keluarga ini.

Kami selalu bersyukur atas apapun yang diberikan oleh Tuhan, seperti yang

diwariskan oleh Mbah Uti dan Kakung “Tidak boleh neko-neko. Ikut jalan

yang lurus. Harus ingat Tuhan Yesus selalu menyertai kita, Tuhan selalu

melihat perbuatan yang kita lakukan”. Tetapi dalam rumah tangga ini kami

berusaha untuk saling menghargai dan mamahami di antara kami sebagai

suami istri maupun dengan anak-anak’

3) Bagaimana Keluarga Katolik Mengelola Pendapatan dan Pengeluaran?

Menurut informan 1:

‘...pendapatan kami dari kos-kosan. Selain untuk bayar uang sekolah anak-

anak juga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kami sejak dulu selalu

merencanakan kebutuhan atau bertanya kepada anak-anak tentang kebutuhan

mereka. Sejauh ini kami tidak mengalami hambatan dalam pengelolaan

keuangan karena selalu mengutamakan kebutuhan yang mendesak’.

Informan 2 mengatakan:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

65

‘...pendapatan kami dari gaji saya dan istri yang bekerja di toko. Kami sepakat

saya (suami) yang mengelola keuangan, tetapi perencanaan belanja selalu

dibicarakan bersama. Kami memprioritaskan kebutuhan pokok dan menabung,

dan menunda kebutuhan yang kurang penting atau kredit. Meskipun

pendapatan tidak besar tetapi kami belum pernah mengalami kesulitan

ekonomi karena prinsip kami suasana kebersamaan merupakan kebahagiaan’.

Sementara informan 3 mengatakan :

‘...pendapatan kami dari gaji pensiun suami dan hasil kerja proyek kecil-

kecilan. Kami membagi pendapatan, untuk kebutuhan sehari-hari dan

membayar cicilan rumah. Kami selalu bersyukur dan berusaha untuk

mengelolanya dengan baik. Sejauh ini belum ada hambatan dalam pengelolaan

keuangan’.

Informan 4 mengatakan :

‘...pengelolaan keuangan diserahkan kepada istri karena saya (suami) masih

sulit untuk mengelola keuangan. Kami saling percaya dalam pengelolaan

keuangan dan mempertimbangkan secara matang kebutuhan-kebutuhan apa

yang mendesak untuk dibelanjakan. Pengalaman keluarga kami adalah pernah

mengalami kesulitan membayar uang sekolah anak. Bersyukur pada waktu itu

anak kami yang sudah berkeluarga dan memiliki pekerjaan yang baik dapat

mengatasi kesulitan keuangan sekolah adiknya’.

Informan 5 mengatakan:

‘...kami hidup dari gaji suami untuk biaya sekolah anak, angsuran motor dan

bayar listrik. Sedangkan pendapatan lain diperoleh dari hasil jualan gudeg oleh

ibu (istri) di pinggir jalan. Kami tetap mensyukuri itu semua dan berusaha

untuk menggunakan secara baik agar dapat memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari. Sementara keluarga kami mengalami kekurangan uang untuk

kuliah anak. Oleh karena itu anak kami yang sulung memutuskan bekerja

untuk membantu adiknya yang masih di bangku SD’.

4) Bagaimana Tanggung Jawab Orangtua terhadap Pendidikan dan

Perkembangan Iman Anak?

Informan 1 mengatakan:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

66

‘....bagi kami, pendidikan dan kemajuan iman anak adalah hal penting. Kami

mendampingi anak-anak sejak TK dan SD serta mendorong mereka untuk

mengikuti sekolah minggu. Kami juga terlibat secara langsung mendampingi

mereka saat belajar. Namun setelah anak-anak mulai sekolah SMP sampai

kuliah, kami hanya memantau, mengingatkan, terus memantau nilai raport

atau IP yang diperoleh dan memberi saran kepada mereka agar terus

berprestasi. Artinya, kami lebih memberi kesempatan kepada anak-anak untuk

mulai mandiri, tetapi kami selalu menghimbau agar tidak melupakan Tuhan.

Dalam hal memilih sekolah, saya dan istri selalu berunding dengan anak dan

memutuskan secara bersama. Selama ini kami selalu memilih sekolah swasta

Katolik dengan harapan pendidikan iman dan pengembangan kepribadian

lebih diperhatikan secara baik’.

Informan 2 mengatakan:

‘... pendidikan dan perkembangan iman anak itu hal yang mutlak atau hal

pokok untuk dipenuhi. Apalagi sebagian besar keluarga kami non Katolik,

tapi kami berharap agar anak-anak ke depan tetap beriman Katolik. Oleh

karena itu, sejak dini anak-anak dilatih untuk menggunakan waktu dengan

baik untuk berdoa, mengkuti kegiatan di Gereja. Bagi kami, pendidikan anak

bisa di mana saja karena pendidikan agama menjadi tanggung jawab orangtua

di rumah, tidak berharap sepenuhnya pada guru di sekolah. Tetapi syukur

sekolah negeri di Yogya ada guru khusus yang mendampingi anak-anak,

sehingga pendidikan agamanya pun bagus. Kami juga selalu mengajar

kesederhanaan dengan melatih mereka berangkat ke sekolah selalu jalan kaki

meskipun ada mobil dan sepeda motor.

Informan 3 mengatakan:

‘....pendidikan merupakan tanggungjawab yang wajib kami penuhi bagi anak

kami untuk membangun masa depan. Kami hanya mengarahkan ke sekolah

Katolik dan kalau memungkinkan sampai S1 supaya kelak tidak tergantung

pada orangtua. Berkaitan dengan pendidikan iman anak, kami mendorong

anak mengikuti sekolah minggu, mengikuti misa di Gereja, menjadi misdinar,

dan diajak berdoa bersama dalam keluarga. Namun sebagian anak kami

sekolah di sekolah negeri favorit. Selain ada pelajaran agamanya yang bagus,

pilihan ini juga bertujuan agar mereka lebih mudah masuk ke perguruan tinggi

negeri. Pengalaman putri kami yang sekolah si sekolah swasta, selain sulit

masuk perguruan tinggi negeri, sekolah Katolik justru kurang memperhatikan

kebersamaan dan kegiatan-kegiatan yang mengikat satu dengan yang lain,

meskipun tidak semua sekolah swasta melakukan hal yang sama’.

Informan 4 mengatakan:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

67

‘... keluarga kami sudah berusaha untuk menyekolahkan semua anak. Kedua

putri kami sudah sukses. Sementara sebagian anak kami yang putra lebih

memilih untuk menyalurkan hobi memelihara burung daripada sekolah.

Sementara pendidikan iman sejauh ini kami terus menghimbau agar ke gereja

pada hari Minggu namun belum direspon, apalagi lingkungan sangat

mempengaruhi kehidupan anak-anak dewasa ini. Pada prinsipnya kami

memberi kebebasan kepada anak-anak dalam memilih sekolah dan memberi

kepercayaan dan tanggungjawab kepada mereka untuk menyelesaikan

studinya. Namun terkadang anak kurang bertanggung jawab dengan

kepercayaan yang kami berikan, sehingga mendapat prestasi yang kurang

memuaskan ataupun harus mengulang mata kuliah’.

Sedangkan informan 5 menjawab dengan sangat sederhana. Mereka mengatakan:

‘... kami ingin anak-anak kami dapat sekolah dan sukses. Anak kami sekolah

di sekolah negeri karena pertimbangan jaraknya dekat dan biayanya juga

murah. Dalam satu sekolah semua Islam kecuali anak kami. Tapi bersyukur,

kehadiran anak kami diterima baik oleh para guru dan siswa/siswi di sekolah

tersebut. Anak kami mengambil bagian dalam memimpin doa secara Katolik.

Kami menanamkan hidup doa sejak usia dini dengan melatih berdoa,

membacakan cerita-cerita orang kudus, mengajak berdoa bersama dan

mengajak ke Gereja. Kami membabtis anak-anak satu bulan setelah lahir.

Anak-anak kami, berusaha melakukan hal-hal yang baik agar tidak

mengecewakan orangtua. Kami selalu berusaha menjadi teladan bagi anak-

anak’.

5) Bagaimana Keluarga Katolik Membangun Komunikasi dengan Anggota

Keluarga dan Masyarakat di Sekitar?

Informan 1 mengatakan:

‘...keluarga kami sudah dibiasakan untuk terbuka. Ibu (istri) selalu memberi

berkat kepada anak-anak sebelum berangkat ke sekolah atau ke kantor dan

mengingatkan mereka agar hati-hati di sekolah. Kami saling bertukar pikiran,

ngobrol antara orangtua dan anak-anak atau bercerita tentang situasi di kantor

atau sekolah. Kemudian komunikasi dengan keluarga besar melalui telepon

selalu kami lakukan dua atau tiga bulan sekali. Keluarga kami juga selalu

menjalin komunikasi dengan masyarakat sekitar dan terlibat aktif dalam setiap

kegiatan yang ada di RT atau Dukuh. Selama ini tidak mengalami kesulitan

dalam berkomunikasi’.

Informan 2 mengatakan:

‘...kami saling memberi perhatian dan saling mendukung, terutama untuk

menemukan solusi bila ada masalah. Ketika salah paham, kami berusaha

menarik diri sejenak agar pikiran menjadi lebih tenang. Dengan mendiamkan

diri sejenak Tuhan akan berbicara dan memberikan solusi terbaik. Komunikasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

68

dengan anak-anak biasanya pada waktu makan bersama karena suasananya

lebih hidup, dan di saat menemani belajar.Komunikasi dalam keluarga tidak

ada hambatan, kecuali dengan keluarga besar, terutama karena keyakinan yang

berbeda. Demikian juga dengan masyarakat sekitar masih lancar. Kami selaku

orangtua selalu mengajak anak-anak untuk terlibat dalam kegiatan masyarakat,

saling memberi perhatian, menyapa, menghargai satu dengan yang lain adalah

kunci menjalin komunikasi yang baik dengan masyarakat setempat’.

Informan 3 mengatakan:

‘...relasi dalam keluarga ini berjalan lancar, terlebih setelah kehadiran cucu

kami sukacita dalam keluarga semakin bertambah. Kami saling diskusi,

bercanda satu sama lain. Saat sedang berjauhan, kami tetap saling telpon.

Ketika salah satu anggota keluarga mengalami masalah menjadi kebiasaan

untuk saling terbuka menceritakan masalah yang dihadapi. Sementara

komunikasi dengan masyarakat sekitar selama ini baik dan lancar. Meskipun

sudah beberapa kali pindah rumah dan hidup di tengah masyarakat yang

berbeda keyakinan tetapi kami berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan

baru. Bagi kami, senyum, sapa dan perhatian adalah kunci untuk menjalin

relasi dengan masyarakat seperti yang diajarkan oleh orangtua. Kami selalu

terbuka untuk menerima tamu ataupun siapa saja yang datang ke rumah ini.

Informan 4 mengatakan:

‘...anggota keluarga kami ada yang banyak berbicara, ada juga yang pendiam.

Saya (suami) jarang berbicara dan ada anak-anak juga ada yang jarang

berbicara, berbeda dengan ibu. Situasi ini menimbulkan suasana kurang

nyaman tetapi komunikasi tetap mengalir karena saling mengerti dan

memahami setiap pribadi, baik antara orangtua maupun anak dan berusaha

untuk saling terbuka dalam menghadapi persoalan atau langsung

menyelesaikan bila terjadi dalam keluarga. Komunikasi dengan masyarakat

baik. Kami selalu terlibat dalam kegiatan RT dan kegiatan masyarakat lainnya.

Keluarga memiliki sikap terbuka bagi sesama, saling menghargai dan

menghormati satu dengan yang lain’.

Informan 5 mengatakan:

‘....kami selalu mengajak anak-anak ngobrol, santai sambil nonton TV. Kami

memberi nasihat pada anak-anak pada saat santai, sehingga suasana

kekeluargaan tetap baik. Komunikasi dengan cara saling memberi perhatian.

Komunikasi keluarga dengan masyarakat sekitar baik, saling membantu dan

menghormati. Kami selalu ikut kegiatan di masyarakat, kecuali bertepatan

dengan waktu kerja. Karena kerjaannya Bapa dan anak kami masih kontrak

maka harus berusaha untuk selalu masuk dan taat aturan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

69

6) Bagaimana Keluarga Katolik Menyikapi Perbedaan antara Cita-Cita

Anak dan Keinginan Orangtua?

Informan 1 mengatakan:

‘...awalnya kami sedikit memaksakan harapan kami, terutama keinginan agar

anak menjadi pemain bola, sehingga kami menyuruh untuk mengikuti kursus

main bola. Tetapi keinginan kami ternyata berbeda dengan minat anak karena

pada saat kuliah dan kerja anak lebih berminat pada desain grafis. Secara

otodidak mereka juga belajar elektronik dan mesin. Melihat minat anak seperti

ini, kami berusaha untuk mendukung, terutama membeli perlengkapan yang

dibutuhkan anak untuk mengembangkan keterampilannya’.

Informan 2 mengatakan:

‘...anak-anak kami masih kecil, jadi belum kelihatan kemauan mereka. Sejauh

ini, anak-anak mudah diajak berbicara. Kalau Maria (anak sulung) sudah

kelihatan ingin menjadi Suster, ingin terlibat aktif dalam kegiatan Gereja.

Terlibat dalam kegiatan di lingkungan (koor, doa, dll). Mengikuti sekolah

Minggu, bahkan sesudah menerima komuni pertama ingin menjadi Putri Altar.

Sekarang masih dalam proses latihan. Jadi soal cita-cita belum menjadi

perhatian dalam keluarga kami, semuanya diserahkan kepada cita-cita mereka.

Informan 3 mengatakan:

‘...pengalaman keluarga kami, cita-cita anak selalu berbeda dengan orangtua.

Misalnya dalam memilih sekolah dan fakultas, menurut kami orangtua jurusan

itu sudah baik tapi bagi anak jurusan yang dipilih kami orangtua tidak sesuai

dengan minat anak. Oleh sebab itu, kami memberikan kebebasan kepada anak

untuk menentukan cita-cita dan kami sebatas mendukung saja. Artinya, kami

orangtua tetap bertanggungjawab untuk memberi perhatian, dukungan kepada

anak atas pilihannya’.

Informan 4 mengatakan:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

70

‘....keluarga kami berusaha menghadapi anak-anak yang berbeda cita-cita

dengan penuh kesabaran. Saya (istri) sudah mengenal kemauan anak-anak

yang berbeda. Kami sebagai orangtua tetap bertanggungjawab mendampingi

dan mengarahkan mereka terutama yang masih di bangku sekolah’.

Informan 5 mengatakan:

‘...kami beryukur, anak-anak kami selama ini bisa diajak bicara dan diatur,

termasuk dalam memilih sekolah. Anak-anak memahami keadaan di dalam

keluarga karena kami selalu memberitahu mereka bahwa kita orang tak

punya’.

7) Bagaimana Keluarga Katolik Membangun Hidup Doa dan Menggereja?

Informan 1 mengatakan:

‘...keluarga kami jarang doa bersama, termasuk waktu untuk makan bersama.

Doa bersama hanya Anjelus, sedangkan doa makan dan doa malam dilakukan

sendiri-sendiri. Berangkat ke Gereja sekali-sekali bersama-sama kalau tidak

sibuk, tetapi anak-anak lebih memilih untuk mencari suasana baru di Paroki

lain, kadang ikut teman-teman. Keluarga kami mengalami hambatan untuk

doa bersama dalam keluarga, termasuk makan bersama semakin susah karena

adanya kesibukan masing-masing’.

Pengalaman informan 2 berbeda dengan informan sebelum. Mereka mengatakan:

‘...kami mengajarkan anak-anak untuk berdoa saat bangun pagi, makan,

belajar dan sebelum tidur. Kami sebagai orangtua memberi teladan,

mengingatkan anak-anak untuk berdoa. Kami memberi berkat kepada anak-

anak sebelum tidur dan berangkat ke sekolah. Doa rosario bersama dalam

keluarga setiap malam minggu sudah berjalan meskipun masih bolong-bolong.

Kami juga membiasakan diri mengikuti misa harian, hari minggu dan hari

raya lainnya secara bersama. Setiap pulang Gereja, pasti saling bertanya

tentang bacaan-bacaan dan kotbah Romo. Kami membiasakan diri untuk misa

pagi, bukan karena dorongan orangtua tetapi dorongan putri kami. Kami

sebagai orangtua sangat mendukung, mengikuti kemauan anak karena bagi

kami ini adalah hal yang baik, demi perkembangan iman anak. Kami selalu

sadar bahwa doa adalah sumber kekuatan dalam keluarga. Hambatan bagi

kami adalah masalah waktu yang kurang pas, terkadang banyak tugas yang

harus diselesaikan, kegiatan-kegiatan lingkungan yang cukup rutin’.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

71

Sementara informan 3 mengatakan:

‘...kami berusaha aktif mengikuti kegiatan di lingkungan, koor dan doa

rosario. Namun berdoa bersama dalam keluarga sudah jarang dilakukan,

meskipun waktu anak-anak masih kecil masih ada doa bersama, doa rosario

bersama. Semenjak anak-anak sudah kuliah semakin susah untuk berdoa

bersama. Selaku orangtua kami tetap mengingatkan untuk berdoa. Saya

sebagai ibu memberi teladan dengan mengikuti misa setiap pagi di seminari

Kentungan. Saya selaku ibu terus berdoa agar Tuhan membuka hati anak-anak

untuk melihat dan belajar dari teladan orangtua dalam membagi waktu dengan

baik, waktu berdoa, rekreasi dan kehidupan berkeluarga. Hambatan bagi kami

waktu yang sangat terbatas, terkadang anak pulang sudah malam dengan

tugas-tugas sekolah yang harus diselesaikan. Anak-anak sudah lelah, tidak

memungkinkan untuk mengajak mereka berdoa bersama’.

Informan 4 juga memiliki pengalaman yang hampir sama dengan informan

terdahulu. Mereka mengatakan:

‘..kehidupan doa dalam keluarga kami dimulai sejak sesudah menikah. Pada

waktu anak-anak masih kecil kami selalu mengajak dan melatih untuk doa

bersama, ke Gereja dan terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan rohani. Tapi

ketika mereka mulai terlibat dalam pergaulan dengan teman-teman justru

sangat mempengaruhi kehidupan rohaninya. Bakan salah satu anak kami

mengikuti suaminya yang beragama Hindu. Kami hanya mendoakan anak-

anak dan menyerahkan kepada kehendak Allah. Hambatan doa keluarga

karena kesibukan masing-masing dan kemauan setiap anak juga sangat

berbeda’.

Informan 5, mengatakan:

‘...kami melatih anak-anak untuk berdoa sejak kecil. Dengan latar belakang

keluarga yang sederhana, kami mengajak anak-anak anak untuk bersyukur

kepada Tuhan atas apapun yang diterima. Keluarga kami pernah mengalami

peristiwa kehilangan saudara kandung dari istri dan anak kandung dalam satu

hari. Saat itu kami benar-benar terpukul. Namun akhirnya kami menjadi kuat

karena berpasrah kepada kehendak Tuhan.

Pengalaman ini membuat kami semakin rajin berdoa, ke Gereja. Kami

semakin mendekatkan diri kepada Tuhan, kami percaya bahwa Tuhan

mempunyai kehendak dan rencana yang indah bagi keluarga kami.Ibu dan

anak yang masih SD yang selalu berdoa bersama. Keluarga kami bersepakat

untuk selalu ke Gereja pada hari Minggu. Hambatannya adalah waktu kerja

kerja yang tidak menentu, kadang pagi kadang malam hari. Kami pernah

mengalami musibah kehilangan dua orang yang dicintai dalam sehari anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

72

kandung dan saudara kandungnya Ibu. Keluarga kami sangat terpukul.

Namun, Bapa yang selalu memberi kekutan kepada saya (Ibu) untuk berpasrah

kepada kehendak Tuhan. Situasi ini yang mendorong keluarga kami semakin

menyerahkan seluruh hidup kepada Tuhan’.

C. Uji Validitas

Untuk menguji validitas data atas hasil wawancara, penulis melakukan

wawancara tidak terstruktur dengan beberapa umat secara pribadi, bertepatan

dengan kegiatan latihan koor dan doa mingguan di Lingkungan St. Yohanes

Kentungan, masing-masing informan 6, 7, dan 8. Dalam wawancara tersebut

penulis tetap menggunakan pedoman wawancara yang sebelumnya digunakan

dalam melakukan wawancara dengan para informan.

1) Bagaimana Pandangan tentang Spiritualitas Keluarga Kudus?

Informan 6 menjawab:

‘menurut saya spiritualitas keluarga Kudus itu lebih mengarah pada

semangat hidup sederhana dan saling mengasihi dalam keluarga Kudus

yang patut menjadi panutan bagi semua keluarga Katolik’.

2) Apakah Keluarga Kudus Menjadi Model bagi Keluarga Katolik?

Giliran informan 7 menjawab yang diamini oleh informan 6,8 bahwa:

‘keluarga Nasaret memang menjadi model bagi keluarga kami sejak

pertama kali membangun rumah tangga. Apalagi sebelum menikah selalu

didahului dengan kursus persiapan perkawinan, di mana salah satu

materinya berbicara tentang keluarga Kudus. Salah satunya adalah sikap

hidup saling berbagi, membangun komunikasi dengan sesama,

membangun hidup doa, dan membangun suasana keluarga yang

harmonis’.

3) Bagaimana dengan Pengelolaan Keuangan Keluarga?

Dari ketiga informan tersebut masing-masing menjawab:

‘pendapatan kami dari usaha warung di rumah, dari usaha angkringan dan

kos-kosan, serta dari gaji sebagai dosen’.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

73

Ketiganya mengakui bahwa dalam mengelola keuangan selalu

mengedepankan hidup sederhana dan berusaha untuk selalu

mengutamakan kebutuhan daripada keinginan.

4) Bagaimana Tanggung Jawab terhadap Pendidikan dan Perkembangan

Iman Anak?

Jawab ketiga informan:

‘anak kami masih kecil tetapi sejak dini sudah ditanamkan nilai-nilai Kristiani.

Kami selalu melatih anak-anak untuk berdoa sebelum makan atau tidur dan

selalu diikutkan untuk mengikuti perayaan misa di gereja’’

5) Bagaimana Membangun Komunikasi Dalam Keluarga dan Masyarakat?

Ketiga informan saling menimpali dan hampir senada:

‘selama ini tidak ada kesulitan bagi kami untuk membangun komunikasi

dengan sesama karena keluarga karena sejak awal dibiasakan untuk

menjalin hubungan sosial dengan masyarakat sekitar. Selain itu, kami

selalu mengkuti kegiatan di lingkungan atau dukuh secara aktif dan

berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan’.

6) Bagaimana Menyikapi Perbedaan antara Cita-Cita Anak dengan

Harapan Orangtua?

Ketiga informan memiliki pendapat yang sama:

‘meskipun anak-anak kami masih kecil tetapi sejak awal kami berniat

untuk menyerahkan semua keputusan kepada anak-anak. Kami hanya

menjadi pengarah, membimbing dan memberi pertimbangan agar mereka

nanti tidak salah dalam menentukan pilihan atau cita-cita. Menurut kami

bahwa saat ini adalah memahami bakat anak-anak dan menyiapkan dana

untuk membiayai pendidikan anak sesuai dengan cita-cita mereka’.

7) Bagaimana Hidup Doa dan Menggereja serta Hambatannya bagi

Keluarga?

Ketiga informan mengakui:

‘doa merupakan hal penting bagi kita. Tetapi seringkali kami tidak dapat

melakukan itu bersama keluarga karena berbagai kesibukan pekerjaan.

Apalagi dalam kondisi fisik yang sudah lelah karena bekerja seharian kami

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

74

kadang berdoa masing-masing sebelum tidur. Tapi ke gereja pada hari

Minggu selalu menjadi perhatian keluarga kami’.

D. Pembahasan

1. Pandangan Keluarga Katolik tentang Spiritualitas Keluarga Kudus

Spiritualitas dapat diartikan sebagai hidup berdasarkan kekuatan roh

Kudus yang mengembangkan iman, harapan dan cinta kasih, atau sebagai sebuah

usaha mengintegrasikan segala segi kehidupan yang bertumpu pada iman akan

Yesus Kristus yang diwujudkan melalui pengalaman iman Kristiani dalam situasi

konkrit (Heuken, 1995: 277). Spiritualitas juga dimengerti sebagai hal yang paling

fundamental, yakni kekuatan hidup yang harus menciptakan kehidupan yang

kudus. Manusia hidup dan dipanggil untuk berbagi energi kehidupan yang

diperoleh dari energi Ilahi yang bersumber pada Allah (Darminta, 2007:63).

Dalam tulisan lain bahwa spiritualitas sejati terwujud dalam kehidupan sosial-

budaya, ekonomi dan politik, yang memampukan manusia untuk bertahan dalam

mewujudkan tujuan dan pengharapannya serta berusaha untuk mencari dan

mengenal jalan-jalan Allah (Banawiratma, 1990:57).

Dari hasil penelitian, hampir semua informan mengatakan, ‘.....semangat

hidup keluarga Kudus adalah hidup sederhana, saling memaafkan, saling berbagi

dengan sesama yang kekurangan, saling melindungi, menjaga rahasia keluarga

agar tidak diketahui oleh orang lain, menyimpan semua perkara dalam hati dan

kehidupan keluarga yang religius, kehidupan sosial masyarakat yang baik’. Ada

juga informan yang lebih tertarik pada tokoh Yesus Maria dan Yosef sampai

anak-anaknya diberi nama Maria, Yosef dan Kristo/Yesus. Sementara jawaban

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

75

dari informan terakhir, yang merupakan keluarga sederhana, justru sangat relevan

dengan konteks pertanyaan penulis, menurut mereka, ‘...keluarga Kudus adalah

keluarga yang suci dan taat pada kehendak Allah’. Sedangkan beberapa informan

yang diminta pendapatnya tentang hal ini juga menjawab bahwa, ‘...spiritualitas

keluarga Kudus itu lebih mengarah pada semangat hidup sederhana dan saling

mengasihi dalam keluarga Kudus yang patut menjadi panutan bagi semua

keluarga Katolik’.

Dari pendapat di atas, sebenarnya ada temuan menarik, yakni jawaban

salah satu informan yang pemaknaan spiritualitas keluarga Kudus justru berangkat

dari pengalaman hidup keluarganya. Pemahaman informan ini tentang spiritualitas

keluarga Kudus bahkan melampaui pengetahuannya sendiri, di mana justru

mengarah pada ketaatan pada kehendak Allah atau dapat dikatakan searah dengan

pendapat Heuken (1995) bahwa spiritualitas dapat diartikan sebagai hidup

berdasarkan kekuatan Roh Kudus yang mengembangkan iman, harapan dan cinta

kasih, atau sebagai sebuah usaha mengintegrasikan segala segi kehidupan yang

bertumpu pada iman akan Yesus Kristus yang diwujudkan melalui pengalaman

iman Kristiani dalam situasi konkrit atau hidup berdasarkan kekuatan Roh Kudus.

Oleh karena itu, pandangan para informan yang bervariasi tentang spiritualitas

keluarga Kudus dan bahkan jauh dari arti yang sebenarnya mencerminkan adanya

keterbatasan pemahaman keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes Kentungan

tentang makna substansial spritualitas keluarga Kudus itu sendiri.

Namun demikian, dari keseluruhan jawaban informan menunjukkan bahwa

keluarga Katolik di lingkungan itu masih cenderung terjebak pada hal-hal lahiriah,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

76

terutama tindakan yang dilakukan oleh para tokoh dalam keluarga Kudus. Hal ini

juga menandakan bahwa hampir semua keluarga di lingkungan itu belum

memiliki pemahaman yang utuh dan mendalam tentang spritualitas keluarga

Kudus.

Sementara semangat yang dihidupkan oleh tokoh Yesus, Maria dan Yosef

justru lebih mengarah pada sikap hidup yang mengandalkan kekuatan dari Tuhan,

sikap hidup penuh penyerahan diri kepada kehendak Allah. Dalam hal ini Roh

Kudus menjadi kekuatan hidup yang menciptakan kehidupan yang kudus yang

memampukan manusia untuk berbagi energi kehidupan yang diperoleh dari energi

Ilahi yang bersumber pada Allah.

Di pihak lain, minimnya pemahaman akan spiritualitas keluarga Kudus

oleh keluarga Katolik setidaknya sangat mempengaruhi pola hidup sehari-hari,

khususnya dalam membangun keluarga seturut ajaran Kristiani. Merebaknya isu

keretakan rumah tangga di kalangan sebagian keluarga Katolik, setidaknya

menjadi salah satu tanda bahwa belum semua keluarga Kristiani memiliki

semangat untuk berserah pada kehendak Allah. Oleh karena itu, peran pemimpin

umat adalah berupaya untuk menanamkan dan menumbuhkembangkan

spiritualitas keluarga Kudus di setiap keluarga. Ada hal menarik yang dapat

menjadi pintu masuk bagi pemimpin umat dalam menginternalisasikan

spiritualitas keluarga Kudus, yakni hampir semua keluarga Katolik di Lingkungan

St. Yohanes Kentungan memiliki keinginan yang besar menjadi keluarga yang

ideal seperti keluarga Kudus. Dengan demikian, spiritualitas keluarga Kudus akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

77

semakin nyata dalam kehidupan konkrit, baik dalam membangun keluarga

maupun dalam membangun gereja dan bangsa.

2. Cara Hidup Keluarga Kudus menjadi Model bagi Keluarga Katolik

Keluarga Kudus merupakan contoh yang senantiasa relevan sampai pada

realitas hidup keluarga di zaman sekarang. Oleh sebab itu, keluarga Kudus

Nasaret sendiri menjadi model yang sempurna, terutama mengenai kesatuan hati,

saling memahami, ketaatan dan penyangkalan diri bagi yang lain. Bunda Maria

dan Santu Yosef digambarkan sebagai dua pribadi yang disatukan dan diarahkan

kepada Yesus. Dalam tulisannnya, Barthier mengungkapkan bahwa hati mereka

disatukan kepada Yesus, mengarah kepada (sikap) takut akan Allah, untuk

menyampaikan rasa terima kasih mereka atas pengampunan dosa dan penebusan

umat manusia, sehingga kemuliaan Tuhan tinggal dalam hati Maria dan Yosef.

Yesus, Maria dan Yosef dengan cara yang paling tinggi menaruh hormat dan

berpasrah kepada Allah Bapa dalam Roh dan kebenaran (Yoh 4:24)

(Sutrisnaatmaka, 1999: 240-246). Oleh karena itu, setiap orang Kristiani yang

hendak membangun keluarga, hendaknya belajar dari Keluarga Kudus Nazaret.

Menjadi teladan berarti seluruh kehidupan keluarga Yosef, Maria dan Yesus ditiru

keteladanannya dalam hal iman, harapan dan kasih serta berpasrah kepada

kehendak Allah. Keluarga kudus Nazaret adalah guru iman dan guru dalam

kehidupan berkeluarga ( Hello, 2016:13).

Sementara hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian keluarga

Katolik di Lingkungan St. Yohanes Kentungan umumnya memiliki keyakinan

bahwa keluarga Kudus memang pantas dan patut menjadi model bagi setiap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

78

keluarga Katolik dalam membangun rumah tangga, meskipun implementasi dalam

kehidupan keluarga masih dihadapkan dengan berbagai kendala dan tantangan.

Menurut para informan umumnya mengatakan, ‘...hidup keluarga Kudus sejak

awal menjadi model bagi keluarga kami, terutama dalam hal kesederhaan, saling

berbagi di antara anggota keluarga dan sesama di sekitar, rendah hati, dan selalu

menghadiri misa untuk mendengarkan sabda Tuhan’. Selain itu beberapa

informan mengatakan, ‘...prinsip dasar yang dihidupkan dalam keluarga Kudus

yakni cinta kasih, saling mengampuni, saling memperhatikan di antara anggota

keluarga dan sikap saling melayani dengan tulus’. Sedangkan informan 5 sendiri

meniru contoh hidup keluarga Kudus, sebagaimana dikatakan, ‘....kami selalu

bersyukur atas apapun yang diberikan oleh Tuhan, seperti yang diwariskan oleh

Mbah Uti dan Kakung “tidak boleh neko-neko. Ikut jalan yang lurus. Harus ingat

Tuhan Yesus selalu menyertai kita, Tuhan selalu melihat perbuatan yang kita

lakukan. Oleh karena itu, dalam keluarga selalu berusaha untuk saling menghargai

dan mamahami di antara suami istri maupun dengan anak-anak’. Demikian pula

dengan uji validasi terhadap beberapa informan terungkap, ‘...keluarga Nasaret

memang menjadi model bagi keluarga kami sejak pertama kali membangun

rumah tangga. Salah satunya adalah sikap hidup saling berbagi, membangun

komunikasi dengan sesama, membangun hidup doa, dan membangun suasana

keluarga yang harmonis’.

Dari pendapat para informan di atas jelas terlihat bahwa upaya keluarga

Katolik di Lingkungan St. Yohanes Kentungan untuk mengikuti contoh kehidupan

keluarga Kudus memang sudah nampak dalam tindakan nyata sehari-hari. Namun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

79

demikian, upaya yang dilakukan itu belum menyentuh hal substansial atau utama

dari model yang ditawarkan oleh keluarga Kudus sendiri, yakni memusatkan

semua perhatian kepada Allah sebagaimana ditunjukkan oleh keluarga Kudus

melalui cara yang paling tinggi, yakni menaruh hormat dan berpasrah kepada

Allah Bapa dalam Roh dan kebenaran (Yoh 4:24).

Komitmen Maria pun jelas terungkap dalam perkataannya ketika

menerima kabar dari Malaikat Gabriel, ”Sesungguhnya aku ini adalah hamba

Tuhan, jadilah padaku menurut perkataan-Mu itu” (Luk 1:38). Komitmen Yosef,

”sesudah bangun dari tidurnya, ia berbuat seperti apa yang dikatan Yesus

kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai istrinya”(Mat 1:24). Dalam konteks

kehidupan keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes Kentungan sendiri,

komitmen untuk taat pada kehendak Allah masih menjadi sebuah usaha yang

panjang, belum final sebagaimana diungkapkan oleh beberapa keluarga bahwa hal

itu membutuhkan iman yang besar.

Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat dipahami bahwa hampir

semua keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes Kentungan berusaha untuk

mengikuti tindakan dari keluarga Kudus atau dengan kata lain terjebak dalam

‘ilusi perilaku’ tokoh keluarga Kudus. Selanjutnya sikap keluarga di lingkungan

tersebut lebih mengarah pada usaha untuk membangun hubungan dengan sesama

di sekitar, baik dengan istri, suami dan anak-anak maupun dengan masyarakat di

sekitarnya. Demikian halnya dengan sikap orangtua yang menerima kenyataan

hidup dan tetap semangat di tengah terpaan masalah keluarga semacam itu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

80

merupakan salah satu bukti bahwa kekuatan atau daya ilahi selalu diberikan oleh

Roh Kudus bagi mereka untuk menanggapi berbagai persoalan hidup.

Adanya sikap yang digambarkan di atas setidaknya merupakan cerminan

bahwa keluarga tersebut mengikuti tindakan yang dilakukan keluarga Kudus yang

berusaha untuk menyimpan semua hal di dalam hati, bukan menghayati

spiritualitas keluarga Kudus. Menyimpan dalam hal ini bukan semata-mata

berpasrah kepada Tuhan tetapi bisa juga untuk menyembunyikan suatu hal yang

buruk. Padahal yang dimaksudkan di sini adalah menghindarkan tindakan tercela

dari keluarga dengan melalui cara hidup yang selaras dengan jalan Allah, yang

dikokritkan dengan senantiasa bertekun dalam doa. Sementara hasil observasi

menunjukkan bahwa keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes belum berhasil

memotivasi kaum muda untuk terlibat dalam kegiatan doa lingkungan. Akibatnya,

anak muda yang sebenarnya menjadi pelopor hidup berkomunitas justru

menghilang dan akhirnya orangtua yang lebih banyak mengambil peran dalam

berbagai kegiatan rohani.

Namun demikian, keinginan yang besar keluarga Katolik di Lingkungan

St. Yohanes untuk menjadikan keluarga Kudus sebagai model dalam membangun

keluarga patut diberi apresiasi. Namun, menjadikan keluarga Kudus sebagai

teladan (Hello, 2016) berarti seluruh kehidupan dan keteladanan keluarga Yosef,

Maria dan Yesus ditiru, terutama dalam hal iman, harapan dan kasih serta

berpasrah kepada kehendak Allah. Dengan demikian komitmen untuk doa

bersama, makan bersama, dan bercanda di antara anggota keluarga, yang selama

ini dihalangi dengan kesibukan masing-masing harus dibangun kembali. Dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

81

semangat tersebut keluarga Katolik akan mampu membangun keluarga seturut

contoh yang ditunjukkan oleh keluarga Kudus Nasaret.

3. Pengelolaan Pendapatan dan Pengeluaran Dalam Keluarga Katolik

Yesus dibesarkan dalam keluarga Maria dan Yosef, sehingga keluarga

Kudus Nasaret menjadi gambaran historitas Yesus, sejak kanak-kanak sampai Ia

tampil di muka umum. Sewaktu-waktu mereka juga harus memikirkan bagaimana

memenuhi kebutuhan sehari-hari; tidak hanya makanan, pakaian, peralatan,

melainkan juga kepuasan, kesenangan, kegembiraan, saling menolong. Oleh

karena itu, setiap keluarga memiliki hak untuk mengembangkan diri dan

memajukan kesejahteraannya tanpa harus dihalangi oleh negara (Wignyasumarto,

2007).

Keluarga Katolik sejak awal diajari untuk hidup dalam semangat

sederhana, sebagaimana diwariskan oleh keluarga Kudus Nasaret. Santu Yosef

yang bekerja sebagai tukang kayu adalah contoh bahwa kerja dan materi adalah

bagian penting dalam kehidupan keluarga. Akan tetapi secara lugas pesan yang

disampaikan Yosef melalui cara hidupnya bahwa materi bukan menjadi tujuan

utama dalam bekerja, tetapi menjadi alat untuk memenuhi pelbagai kebutuhan

manusiawi mulai dari kebutuhan primer (sandang, pangan dan papan), kebutuhan

rasa aman, kebutuhan untuk mencinta serta dicintai, kebutuhan akan harga diri

sampai dengan kebutuhan aktualisasi diri. Hal ini kemudian meenginspirasi

A.H. Maslow, seorang psikolog Amerika Serikat untuk membagi kebutuhan

manusia dalam beberapa kategori (Hommes, 2009: 137).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

82

Dalam membangun keluarga Kudus, Yosef dan Maria membangun sikap

kesederhanaan dalam hidupnya. Dengan hidup sederhana, Yosef dan Maria

menjadi pendidik yang berdaya guna. Hal ini juga menjadi daya tarik bagi

keluarga Katolik untuk meneladani sikap hidup Maria dan Yosef, dalam

membangun keluarga Kristiani sejati (Nugroho, 2012:6-7).

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh penulis menunjukkan bahwa

hampir semua keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes Kentungan memiliki

pekerjaan, baik pekerjaan yang menghasilkan pendapatan besar maupun pekerjaan

serabutan yang sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pada

umumnya para informan mengatakan, ‘...pendapatan keluarga yang diperoleh dari

kos-kosan, gaji dan berbagai hasil usaha yang digunakan secara cermat dengan

prinsip mengutamakan kebutuhan paling mendesak dan menabung serta

menempatkan kebutuhan yang kurang penting pada urutan yang terakhir.

Berapapun pendapatan yang diperoleh harus dikelola dengan baik dan patut

disyukuri atas semuanya itu. Dengan prinsip tersebut, maka pengelolaan keuangan

keluarga tidak mengalami hambatan apalagi prinsip dasar pengelolaan keuangan

adalah mengutamakan kebutuhan yang mendesak dan menabung’. Hal senada

juga diungkapkan oleh beberapa informan dalam uji validitas, yang mengatakan,

‘...pendapatan kami dari usaha warung di rumah, dari usaha angkringan dan kos-

kosan, serta dari gaji sebagai dosen. Dalam mengelola keuangan kami selalu

mengedepankan hidup sederhana dan berusaha untuk selalu mengutamakan

kebutuhan daripada keinginan’.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

83

Hal ini menunjukkan bahwa keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes

Kentungan umumnya memiliki pekerjaan, meskipun sebagian kecil hanya bekerja

serabutan dengan penghasilan yang relatif kecil. Menurut pengamatan dan

pengalaman langsung penulis selama ini bahwa besar kecilnya pendapatan turut

mempengaruhi keaktifan umat di lingkungan atau pun paroki. Keluarga yang

berpenghasilan rendah cenderung menarik diri atau tidak terlibat aktif dalam

lingkungan karena sibuk bekerja atau mencari pekerjaan sampingan. Sedangkan

keluarga yang memiliki penghasilan yang cukup, selain relatif lebih aktif di

lingkungan, juga cenderung lebih mudah untuk mengelola pendapatan mereka.

Kondisi pendapatan yang bervariasi demikian, tentu menjadi bagian dari

perjuangan setiap keluarga, khususnya keluarga yang berpendapatan rendah untuk

mengelola secara bijaksama agar dapat memenuhi seluruh kebutuhan anggota

keluarga secara baik. Oleh karena itu, semangat yang harus dikembangkan di sini

adalah hidup sederhana dan mendahulukan kebutuhan, bukan keinginan dan gaya

hidup mewah.

Dari perspektif spiritualitas keluarga Kudus bahwa keteladanan Maria dan

Yosef yang hidup sederhana setidaknya sudah diikuti oleh keluarga Katolik di

Lingkungan St. Yohanes Kentungan, terutama dalam pengelolaan keuangan

keluarga. Dari hasil wawancara dengan para informan di atas ada hal menarik

yang terungkap, yakni informan pada umumnya selalu bersyukur dengan apa yang

diberikan oleh Tuhan. Terlebih informan yang merupakan keluarga sederhana

secara jujur mengatakan mereka hidup dalam suasana yang berkekurangan.

Namun demikian, bagi mereka keterbatasan materi bukan menjadi halangan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

84

terus berpasrah pada Tuhan, yang dibuktikannya melalui kemampuan untuk

menghadapi musibah, yakni kehilangan orang yang dicintai dalam sehari saja.

Bagi mereka, menghadapi tantangan yang sebesar itu, tidak bisa mengandalkan

materi tetapi justru iman dan hidup sederhana di depan Allah. Hal itu bahkan

sudah dibuktikan oleh Maria dan Yosef sewaktu menempuh perjalanan ke

Yerusalem setiap hari raya yang dilakukan dengan susah payah tanpa mengeluh,

berjalan bersama masyarakat umum yang tidak memiliki banyak harta dan

kendaraan mewah seperti masyarakat modern sekarang ini.

Hasil wawancara tersebut juga dapat dipahami bahwa salah satu aspek

yang menjadi basis bagi keluarga untuk menjalankan roda kehidupan rumah

tangga secara baik adalah pendapatan atau materi. Suatu keluarga yang memiliki

sumber penghasilan yang potensial dan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-

hari lebih dimungkinkan untuk menata hidup keluarga secara lebih baik dan

menjalankan tugas-tugas dan kewajibannya secara baik pula. Sebaliknya, keluarga

yang tidak memiliki sumber penghasilan atau kekurangan materi akan mengalami

kesulitan dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Kondisi kesejahteraan demikian

setidaknya menjadi penyebab bagi keluarga Katolik untuk cenderung melalaikan

tugas dan kewajiban di kelompok maupun paroki karena sibuk untuk mencari

penghasilan tambahan guna menambah pendapatan keluarga.

Dalam konteks kehidupan keluarga Katolik kekinian, materi tetap menjadi

hal yang penting dalam membangun keluarga. Dengan kata lain, pendapatan

memiliki hubungan erat dengan keaktifan suatu keluarga dalam berkomunitas atau

bergereja. Akan tetapi yang menjadi keutamaan bagi keluarga Katolik adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

85

menempatkan materi sebagai hal yang bukan satu-satunya menjadi jaminan bagi

suatu keluarga lebih beriman kepada Allah kalau tanpa usaha untuk hidup

sederhana dan berbagi dengan sesama yang berkekurangan. Kemampuan keluarga

untuk hidup sederhana dan berbagi itulah merupakan gambaran nyata sejauh mana

penghayatan spiritualitas keluarga kudus dalam keluarga tersebut.

Kemudian pengalaman iman dalam menjalankan hidup keluarga seperti ini

setidaknya diamalkan oleh Keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes

Kentungan. Hidup penuh materi maupun berkekurangan tidak menjadi halangan

bagi mereka untuk tetap setia dalam menjalankan panggilan untuk mencari jalan

Allah. Hal ini menunjukkan bahwa spiritualitas keluarga Kudus Nasaret

senantiasa relevan dalam setiap derap perjuangan keluarga-keluarga Katolik

sejagat sampai di jaman modern sekarang ini.

Hal menarik dari hasil pengamatan penulis bahwa hampir sebagian besar

keluarga Katolik yang menjadi informan memiliki mobil, motor dan tempat

tinggal yang layak huni. Namun demikian, keluarga-keluarga ini tetap

menampilkan kehidupan yang sederhana. Fasilitas yang dimiliki seringkali

menjadi sarana untuk memperlancar kehidupan keluarga dalam menjalankan

berbagai aktivitas. Hal yang menarik dari para informan ini adalah sikap saling

berbagi dan kesiapsediaan untuk menolong sesama, misalnya ketika ada rekreasi,

ziarah lingkungan, dan kunjungan orang untuk sakit kendaraan yang dimiliki

tersebut selalu digunakan menjadi sarana pelancar bagi komunitas tersebut dalam

kegiatan-kegiatan semacam itu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

86

4. Tanggung Jawab Keluarga Katolik Terhadap Pendidikan dan

Pengembangan Iman Anak

Hal yang paling utama dalam keluarga Kudus adalah pendidikan

kerohanian, doa bersama, melakukan kewajiban agama. Hal itulah yang

mondorong Yusuf dan Maria untuk mengajak Yesus ke Yerusalem pada hari raya

paskah. Hidup Yesus sendiri dibaktikan bagi pelayanan kepada kehendak Bapa

yaitu pewartaan kerajaan Allah. Pewartaan Injil-Nya terungkap nyata dalam

pelayanan kepada sesama manusia, terutama bagi yang miskin dan tersingkir dari

masyarakat. Dikatakan bahwa “Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan dan

menurut kebiasaan-Nya pada hari sabat Ia masuk ke rumah-rumah ibadat, lalu

berdiri hendak membaca dari Alkitab (Komisi Kerasulan Kitab Suci KAS

2016:15).

Sementara pendidikan tidak terbatas pada pendidikan formal di sekolah

tetapi dapat juga dalam bentuk didikan dari orangtua sebagaimana dalam (Ams.,

13:1) bahwa “anak yang bijak mendengarkan didikan ayahnya (KGK Art.2216).

Oleh karena itu, kewajiban orangtua adalah mengupayakan pendidikan anak

karena hal itu adalah begitu penting sehingga sulit untuk digantikan (GE 3). Hak

maupun kewajiban orangtua mendidik anak bersifat kakiki (KGK Art.2221).

Orangtua adalah orang-orang pertama yang bertanggungjawab atas pendidikan

anak-anaknya. Bapa suci Yohanes Paulus II berkata, keluarga merupakan tempat

pertama panggilan kristiani dinyatakan. Keluarga adalah tempat partisipasi orang

tua dalam misi imamat Kristus sendiri dinyatakan dalam derajatnya yang paling

tinggi (Eminyan, 2001:236). Di samping itu, keluarga Katolik merupakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

87

lingkungan pendidikan primer bagi setiap orang Kristiani, di mana anak

memperoleh dasar-dasar keterampilan (sensomotorik), dasar-dasar kecerdasan

(bahasa, alam pikiran) dan dasar-dasar nilai hidup (agama, adat, tata kelakuan).

Keluarga memberikan penghiburan, perlindungan serta pertolongan. Penghiburan

setelah pulang dari sekolah atau pekerjaan. Perlindungan dan keamanan terhadap

ancaman dari luar (Hommes, 2009:137).

Dari hasil penelitian di Lingkungan St. Yohanes Kentungan umumnya

para informan mengatakan, ‘...pendidikan dan kemajuan iman anak merupakan

hal yang penting. Oleh sebab itu, mengembangkan iman anak telah dimulai sejak

TK dan SD dengan cara mendorong anak-anak untuk mengikuti sekolah minggu,

mendampingi secara langsung saat belajar. Selain itu, perhatian pada pendidikan

anak di usia dini dan pendampingan dalam pengembangan iman juga dilakukan

dengan cara membiasakan mereka untuk berdoa bersama, ke gereja bersama, aktif

dalam doa lingkungan. Semua yang dilakukan pada informan bertujuan agar anak-

anaknya dapat sekolah dan sukses serta menjadi orang yang bertakwa pada

Tuhan’. Hal ini diperkuat lagi melalui uji validitas dengan meminta pendapat

beberapa informan lain, ‘...meskipun anak-anak kami masih kecil tetapi sejak dini

sudah ditanamkan nilai-nilai Kristiani. Kami selalu melatih anak-anak untuk

mengikuti perayaan misa di gereja’.

Dari hasil penelitian, ada hal unik yang diperoleh dari informan yang

merupakan keluarga sederhana di lingkungan itu. Berangkat dari persoalan

keterbatasan ekonomi, maka anak-anak dari keluarga ini disekolahkan di sekolah

negeri yang terdekat dengan pertimbangan biaya yang lebih murah. Ia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

88

mengatakan, ‘....anak kami disekolahkan di SD Negeri karena lebih murah. Di

sekolah itu semua siswa beragama Islam. Namun anak kami sangat berani untuk

memimpin doa secara Katolik ketika diberi kesempatan oleh guru. Hal ini sudah

ditanamkan oleh keluarga sejak dini semangat dan hidup iman dengan melatih

berdoa, membacakan cerita-cerita orang kudus, mengajak berdoa bersama dan

mengajak ke Gereja’.

Pengalaman hidup para informan di atas setidaknya selaras dengan

pernyataan Paus Paulus II di atas yang bermakna bahwa pendidikan merupakan

hal krusial bagi anak-anak di jaman modern ini. Pendidikan tidak semata-mata

berhubungan dengan kehadiran anak di lembaga sekolah tetapi mulai dari rumah

bersama orangtua dan seisi keluarga. Hal ini memungkinkan seorang anak

bertumbuh menjadi pribadi yang unggul, yang diharapkan menjadi orang yang

mampu untuk berinteraksi dengan lingkungan secara baik di kemudian hari,

termasuk dalam urusan dengan membangun hidup yang mandiri penuh iman

kepada Allah. Dengan kata lain, setiap orang berhak untuk mendapatkan

pendidikan guna mencapai eksistensinya sebagai manusia yang mandiri dan dapat

menyumbangkan pikiran maupun karya nyata kepada kemajuan masyarakat

ataupun gereja.

Sementara tantangan bagi keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes

Kentungan dalam mengembangkan iman anak muncul setelah anak-anak mulai

sekolah SMP sampai kuliah. Berdoa atau makan bersama semakin sulit bagi

orangtua untuk diwujudkan karena anak-anak semakin sulit diatur. Kemudian

pergaulan dengan teman-teman di sekitar lingkungan juga menjadi faktor yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

89

menghambat upaya orangtua untuk menghidupkan kembali tradisi doa

sebagaimana diajarkan oleh keluarga Kudus Nasaret.

Dari hasil pembahasan pada bagian ini dapat dipahami bahwa pada

umumnya keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes Kentungan memiliki

kesadaran akan pentingnya pendidikan dan perkembangan iman anak. Hal ini

kemudian diimplementasikan melalui tindakan nyata, yakni mendorong dan

mendampingi anak-anak untuk sekolah dan mengikuti kegiatan rohani di gereja.

Khusus untuk keluarga yang memiliki penghasilan yang cukup, cenderung

memilih sekolah favorit bagi anaknya. Sementara keluarga yang tidak memiliki

penghasilan yang besar lebih memilih sekolah yang murah. Dari hasil pengamatan

sepintas penulis bahwa ada sebagian keluarga di Lingkungan St. Yohanes

Kentungan menjadikan pilihan sekolah kepada anak sebagai indikator

keberhasilan keluarga dalam membangun rumah tangga. Bahkan ada keluarga

yang cenderung memilih sekolah anaknya pada lembaga yang terkenal dengan

asumsi bahwa lembaga tersebut akan membantu perkembangan anak menjadi

lebih cepat, khususnya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Namun demikian,

dalam konteks spiritualitas keluarga Kudus bahwa perhatian para orangtua sudah

selaras dengan apa yang dilakukan Santu Yosef dan Maria di Nasaret, yang mana

telah mendidik dan mendampingi Yesus selama masa kecil hingga remaja. Hal ini

menandakan bahwa semangat keluarga Kudus, terutama dalam hubungannya

dengan pengembangan pendidikan dan iman anak sudah dihayati hampir semua

keluarga di lingkungan tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

90

Selain hal posistif, keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes

Kentungan tidak jarang dihadapkan dengan tantangan yang membutuhkan

kesabaran dan penyerahan kepada kehendak Allah. Di satu sisi, para orangtua

menginginkan anak-anak harus sukses. Namun di sisi lain, anak-anak sendiri lebih

memilih untuk tidak sekolah karena sibuk dengan pekerjaan lain yang

dianggapnya lebih sesuai dengan minatnya. Salah satu pengalaman menarik dari

salah satu informan yang adalah seorang pensiunan salah satu Perguruan Tinggi

Swasta terkenal di Jogja, justru mengeluh bahwa ada sebagian anaknya tidak mau

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena pengaruh pergaulan

dengan teman yang kebanyakan adalah remaja putus sekolah. Meski demikian,

hampir semua keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes memiliki kesadaran

untuk menyekolahkan anak dan mengupayakan pengembangan iman anak.

Bahkan bagi mereka bahwa pendidikan dan perkembangan iman anak merupakan

bagian penting yang harus dipenuhi setiap keluarga Katolik, terutama dalam

mempersiapkan generasi muda menjadi generasi yang berkualitas dan berguna

bagi bangsa dan gereja.

5. Komunikasi Keluarga Katolik dengan Sesama Anggota Keluarga dan

Masyarakat di Sekitar

Keluarga sebagai sel masyarakat mempunyai peranan yang pertama dan

amat penting dalam mengembangkan masyarakat yang sehat. Ada tiga syarat yang

menentukan kesehatan keluarga yakni; kesatuan keluarga (monogami), kokohnya

keluarga (tak terceraikan) dan pendidikan yang dilaksanakan oleh orangtua

sebagai pendidik pertama dan utama dengan penuh tanggungjawab (Paus Yohanes

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

91

Paulus II, art. 32). Hubungan antara keluarga dan masyarakat menuntut sikap

terbuka dari keluarga dan masyarakat untuk bekerjasama membela dan

mengembangkan kesejahteraan setiap orang. Dengan demikian identitas

kekristenan keluarga Kristiani mengandung makna bahwa keluarga sejatinya

dipanggil untuk turut serta dalam hidup dan perutusan Gereja di tengah dunia.

Keluarga Kristiani wajib mewujudkan dirinya menjadi “Gereja Mini” (Paus

Yohanes Paulus II, 1994, art. 49). Sebagaimana cara hidup jemaat perdana,

keluarga kristiani perlu memiliki komitmen yang tinggi terhadap segi iman.

Dalam perjalanan dan pergulatan hidup, hendaknya iman semakin digali unsur

wawasannya, diungkapkan atau dirayakan dalam doa, dihayati dalam hubungan

persaudaraan, diwujudkan dalam tindakan nyata, yang membawa sukacita bagi

sesama di sekitar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga Katolik di Lingkungan

St. Yohanes Kentungan umumnya mampu membangun komunikasi, baik di dalam

keluarga maupun dengan masyarakat, meskipun dalam keluarga sendiri seringkali

menghadapi banyak hambatan, terutama kesibukan masing-masing. Seperti yang

dikatakan oleh para informan, ‘...keluarga kami sudah dibiasakan untuk terbuka,

saling bertukar pikiran, ngobrol antara orangtua dan anak-anak atau bercerita

tentang situasi di kantor atau sekolah, menjalin komunikasi dengan masyarakat

sekitar dan terlibat aktif dalam setiap kegiatan yang ada di RT atau Dukuh.

Komunikasi dalam keluarga belum ada hambatan. Bagi kami, senyum, sapa dan

perhatian adalah kunci untuk menjalin relasi dengan masyarakat seperti yang

diajarkan oleh orangtua. Kami selalu berusaha untuk saling memahami kebutuhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

92

di antara anggota keluarga dan saling memberi perhatian’. Demikian pula hasil

uji validitas dengan tiga informan, ‘..selama ini tidak ada kesulitan bagi kami

untuk membangun komunikasi dengan sesama karena keluarga karena sejak awal

dibiasakan untuk menjalin hubungan sosial dengan masyarakat sekitar. Selain itu,

kami selalu mengkuti kegiatan di lingkungan atau dukuh secara aktif dan

berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan’.

Dari pendapat para informan di atas dapat dimaknakan bahwa dalam

membangun komunikasi dengan sesama di sekitar setidaknya keluarga Katolik di

Lingkungan St. Yohanes sudah mampu mencerminkan penghayatan terhadap

spiritualitas keluarga Kudus, meskipun konsep tentang spirit dimaksud ada yang

belum dipahami seperti yang terungkap di bagian awal pembahasan ini. Hal ini

merupakan hal mendasar yang harus dimiliki manusia sebagai makluk sosial, di

mana setiap orang terlibat dalam interaksi dengan orang lain, baik terjadi melalui

komunikasi maupun dalam perjumpaan sehari-hari. Dengan demikian, komunikasi

menjadi salah satu aspek penting dalam kehidupan keluarga Katolik di

Lingkungan St. Yohanes Kentungan, terutama dalam membangun komunitas

dalam ruang lingkup yang lebih luas.

Temuan lain dari penelitian di lapangan juga menunjukkan hal yang

menarik bahwa keluarga di Lingkungan St. Yohanes Kentungan umumnya selalu

berupaya untuk menjaga keseimbangan dalam hidup bertetangga dan

bermasyarakat, termasuk dalam berkomunikasi. Hal ini sangat dipengaruhi oleh

budaya Jawa, yang merupakan budaya yang dianut sebagian besar umat di mana

selalu berusaha untuk tidak campur dalam urusan orang lain, meskipun dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

93

konteks tertentu hal ini menjadi penghambat, terutama dalam melakukan kontrol

kepada sesama umat lingkungan yang kurang aktif. Dengan demikian, umat di

lingkungan ini bahkan dipandang sebagai teladan bagi tetangga atau searah

dengan harapan Paus di atas yang mengajak seluruh keluarga Katolik agar

menjadi teladan dalam masyarakat. Dengan teladan tersebut, keluarga Katolik

akan semakin mudah untuk membangun komunikasi, terutama dengan masyarakat

yang berkeyakinan berbeda.

Sementara untuk membangun komunikasi dalam keluarga, berdasarkan

hasil wawancara para informan bahkan memulainya dengan cara yang sederhana,

yakni diwujudkan dalam bentuk saling memperhatikan dan mendukung. Menurut

mereka bahwa saling menghargai dan memberi kebebasan kepada anak-anak

untuk mengekspresikan kebutuhan mereka merupakan bentuk komunikasi yang

efektif. Bagi mereka yang berpendidikan rendah, komunikasi sama dengan

mengobrol sambil menasihati anak-anak, sambil nonton TV dan pada saat sedang

santai. Komunikasi pun bukan sekedar basa-basi tetapi harus memuat nilai saling

mendidik, menasihati, mencintai, menghargai orang lain dan saling memberi

perhatian.

Berkaitan dengan pembahasan tentang membangun komunikasi di dalam

keluarga dan masyarakat dipahami bahwa komunikasi merupakan aspek penting

di dalam kehidupan keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes Kentungan.

Namun dalam melakukan komunikasi, setiap keluarga memiliki strategi dan cara

yang berbeda, sesuai dengan karakter keluarga masing-masing. Namun demikian,

tidak dapat disangkal bahwa komunikasi telah berperan sangat penting dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

94

pembiasan nilai-nilai spiritualitas Keluarga Kudus, baik kepada seluruh anggota

keluarga dan masyarakat di sekitar. Komunikasi juga menjadi bagian dari

penghayatan spiritualitas Keluarga Kudus secara konkrit.

6. Menyikapi Perbedaan antara Cita-Cita Anak dan Keinginan Orangtua

Rasa hormat dari anak-anak kepada orangtua atau sebaliknya merupakan

kecenderungan kodrati yang mempersatukan anggota keluarga satu sama lain

(KGK Art.2214, 1995:565). Penghormatan anak-anak untuk orangtuanya (kasih

sayang sebagai anak) muncul dari rasa terima kasih mereka atas kehidupan yang

diberikan oleh orangtua, sehingga memungkinkan mereka bertumbuh dalam

kebebasan, kebijaksanaan dan rahmat (KGK Art. 2216). Kasih sayang kepada

orang tua nyata dalam kepatuhan dan ketaatan yang baik “anak yang bijak

mendengarkan didikan ayahnya (Ams. 13:1) (KGK Art.2216), kasih sayang

kepada orang tua mendukung keserasian kehidupan seluruh keluarga juga

mempengaruhi hubungan antar saudara sekandung” hendaklah kamu selalu

rendah hati, lemah lembut dan sabar. Tunjuklah kasihmu dalam hal saling

membantu” (Ef, 4:2) (KGK Art.22). Didikan orangtua begitu penting sehingga

sulit untuk digantikan (GE 3). Hak maupun kewajiban orangtua mendidik anak

bersifat kakiki (KGK Art.2221). Orangtua adalah orang-orang pertama yang

bertanggungjawab atas pendidikan anak-anaknya. Pendidikan tentang kebajikan

dimulai dari rumah dan orang mempunyai tanggungjawab yang besar, memberi

contoh yang baik kepada anak (KGK Art. 2223).

Dewasa ini, keluarga seringkali dihadapkan dengan hambatan yang tidak

kecil, termasuk dalam hal mewujudkan keinginan terhadap cita-cita dan masa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

95

depan anak-anaknya agar menjadi orang sukses. Di satu sisi, para orangtua tanpa

disadari terkesan memaksakan kehendak kepada anak untuk memilih lembaga

pendidikan maupun jurusan yang sesuai dengan keinginan, tanpa memberi

kesempatan kepada anak untuk memilihnya dengan kehendak bebas. Akibatnya,

anak-anak mengalami kegagalan dan bahkan depresi karena apa yang dikehendaki

orangtua berbeda dengan minat ataupun kemampuan akademis yang mereka

miliki.

Temuan penelitian terkait dengan hal ini setidaknya menarik perhatian

penulis bahwa sebagian keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes Kentungan

pun tidak luput dari tantangan dalam mendidik dan membesarkan ataupun

mengembangkan kepribadian anak, yang mana cita-cita anak seringkali berbeda

dari harapan orangtua. Oleh karena itu, salah paham dan bahkan percekcokan

sering terjadi dalam kehidupan keluarga. Demikian halnya dengan sikap sebagian

anak-anak di lingkungan ini bahkan kurang kooperatif atau tidak searah dengan

keinginan orangtua, termasuk dalam memilih pendidikan atau menuruti keinginan

orangtua untuk melanjutkan pendidikan.

Hal ini diungkapkan oleh para informan, ‘...awalnya kami sedikit

memaksakan harapan kami, terutama keinginan agar anak menjadi pemain bola,

sehingga kami menyuruh untuk mengikuti kursus main bola. Tetapi keinginan

kami ternyata berbeda dengan minat anak karena pada saat kuliah dan kerja anak

lebih berminat pada desain grafis. Secara otodidak mereka juga belajar elektronik

dan mesin. Melihat minat anak seperti ini, kami berusaha untuk mendukung,

terutama membeli perlengkapan yang dibutuhkan anak untuk mengembangkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

96

keterampilannya. Oleh sebab itu, kami memberikan kebebasan kepada anak untuk

menentukan cita-cita dan kami sebatas mendukung saja. Artinya, kami orangtua

tetap bertanggungjawab untuk memberi perhatian, dukungan kepada anak atas

pilihannya’. Kondisi komunikasi demikian tentu berbeda dengan informan dari

keluarga sederhana, yang mengatakan, ‘...kami beryukur, anak-anak kami selama

ini bisa diajak bicara dan diatur, termasuk dalam memilih sekolah. Anak-anak

memahami keadaan di dalam keluarga karena kami selalu memberitahu mereka

bahwa kita orang tak punya’. Sementara pendapat informan lain dalam uji

validitas, ‘....‘meskipun anak-anak kami masih kecil tetapi sejak awal kami berniat

untuk menyerahkan semua keputusan kepada anak-anak. Kami hanya menjadi

pengarah, membimbing dan memberi pertimbangan agar mereka nanti tidak salah

dalam menentukan pilihan atau cita-cita. Menurut kami bahwa saat ini adalah

memahami bakat anak-anak dan menyiapkan dana untuk membiayai pendidikan

anak sesuai dengan cita-cita mereka’.

Dari hasil penelitian di atas dapat dipahami bahwa dalam menyikapi

perbedaan cita-cita anak dengan keinginan orangtua membutuhkan sikap

bijaksana. Orangtua harus lebih sabar untuk memberi masukan kepada anak agar

memilih lembaga pendidikan yang memiliki peluang kerja bagi masa depan anak.

Hal ini sebenarnua juga dialami oleh Maria dan Yosef yang dengan susah payah

menempuh perjalanan jauh untuk kembali mencari Yesus di Yerusalem karena

sedang berdiskusi dengan ahli Taurat. Perjalanan jauh di sini dapat dimaknakan

sebagai upaya yang penuh sabar dan bijaksana, bukan berputus asa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

97

Dari perspektif spiritualitas keluarga Kudus di atas, maka sikap sebagian

orangtua di Lingkungan St. Yohanes Kentungan khususnya dalam konteks ini

setidaknya sudah mencerminkan semangat keluarga Kudus Nasaret. Meski

demikian, hampir semua keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes Kentungan

memiliki kecenderungan untuk memaksakan keinginan kepada anak, termasuk

dalam hal cita-cita, baik melalui pemilihan sekolah maupun kegiatan lain yang

berhubungan dengan pengembangan minat dan bakat. Sebaliknya, anak-anak

justru memiliki pilihan sendiri yang dilandasi dengan alasan sesuai dengan bakat

(passion). Namun di pihak lain, tidak sedikit fakta yang menunjukkan bahwa

banyak juga anak-anak yang gagal dalam mencapai cita-cita karena diberi

kebebasan sepenuhnya oleh orangtua, termasuk dalam menentukan pilihan

sekolah tanpa mempertimbangkan manfaat dari pendidikan dan ketersediaan

lapangan kerja yang sesuai dengan pendidikan yang ditempuh. Oleh karena itu,

pemilihan lembaga maupun jenis pendidikan sesungguhnya menjadi aspek

penting yang harus diperhitungkan secara matang oleh anak-anak bersama

orangtua mengingat persaingan untuk memperoleh pekerjaan dewasa ini semakin

ketat dan cenderung menuntut spesialisasi keilmuan yang sesuai dengan bidang

kerja dimaksud. Hal ini mesti menjadi perhatian bersama antara orangtua dan

anak sepanjang proses untuk mendampingi anak-anak.

7. Hidup Doa, Menggereja dan Hambatannya bagi Keluarga Katolik

Doa biasanya dilakukan dalam liturgi, doa pribadi ataupun doa secara

bersama-sama. Sikap yang perlu dibina dalam doa adalah mendengarkan Allah

yang bersabda kemudian kita menjawab (Harjawiyata 1979). Kemudian identitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

98

kekristenan keluarga Katolik mengandung makna bahwa keluarga tersebut

dipanggil untuk turut serta dalam hidup dan perutusan Gereja yang wajib

mewujudkan dirinya menjadi “Gereja Mini”. Sebagaimana cara hidup jemaat

perdana, keluarga kristiani perlu memiliki komitmen yang tinggi terhadap segi

iman. Dalam perjalanan dan pergulatan hidup, hendaknya iman semakin digali

unsur wawasannya, diungkapkan atau dirayakan dalam doa, dihayati dalam

hubungan persaudaraan, diwujudkan dalam tindakan nyata, yang membawa

sukacita bagi sesama (Paus Yohanes Paulus II, 1994, art.49). Oleh karena itu,

hidup doa dan menggereja menjadi hal yang utama bagi keluarga Katolik dalam

membangun keluarga yang ideal.

Keluarga Kristiani mempunyai tugas pokok dalam mengembangkan misi

Gereja yang mengacu pada hidup Yesus sebagai Nabi, Imam, dan Raja. Tugas

kenabian yaitu bersikap kritis terhadap situasi berkenaan dengan kehendak Allah

dengan mewartakan sabda (Paus Yohanes Paulus II, 1994 art.51). Keluarga

sebagai tempat pertama dan utama bagi hidup anak-anak menjadi tempat subur

bagi pewartaan Sabda Allah, pembinaan iman dan katekese dalam keluarga.

Tugas imamat keluarga Kristiani yaitu menyucikan yang dilaksanakan lewat

pertobatan dan saling mengampuni, serta memuncak dalam penyambutan

Sakramen Tobat (Paus Yohanes Paulus II, art.58). Tugas pengudusan dari orang

tua dilaksanakan dalam doa bersama yang terpusat pada peristiwa hidup

berkeluarga. Hal ini sudah dicontohkan oleh keluarga Kudus dalam membangun

pendidikan kerohanian, doa bersama, melakukan kewajiban agama seperti yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

99

dilakukan Yusuf dan Maria yang mengajak Yesus ke Yerusalem pada hari raya

paskah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian keluarga Katolik di

Lingkungan St. Yohanes Kentungan, khususnya yang memiliki anak yang sudah

dewasa mengatakan, ‘...berdoa bersama dalam keluarga sudah jarang dilakukan,

meskipun waktu anak-anak masih kecil masih ada doa bersama, doa rosario

bersama. Semenjak anak-anak sudah kuliah semakin susah untuk berdoa bersama

keluarga kami jarang doa bersama karena ada hambatan untuk doa bersama dalam

keluarga. Kalau dalam hidup menggereja kami berusaha aktif mengikuti kegiatan

di lingkungan, koor dan doa rosario. Namun hambatan bagi kami waktu yang

sangat terbatas, terkadang anak pulang sudah malam dengan tugas-tugas sekolah

yang harus diselesaikan. Anak-anak sudah lelah, tidak memungkinkan untuk

mengajak mereka berdoa bersama. Hambatan lain karena kesibukan masing-

masing dan kemauan setiap anak juga sangat berbeda. Oleh karena itu, anak-anak

ada yang jarang ke gereja’.

Sementara sebagian keluarga atau informan yang memiliki anak yang

masih kecil mengatakan, ‘..kami mengajarkan anak-anak untuk berdoa saat

bangun pagi, makan, belajar dan sebelum tidur. Kami sebagai orangtua memberi

teladan, mengingatkan anak-anak untuk berdoa. Kami memberi berkat kepada

anak-anak sebelum tidur dan berangkat ke sekolah. Doa rosario bersama dalam

keluarga setiap malam minggu sudah berjalan meskipun masih bolong-bolong.

Kami juga membiasakan diri mengikuti misa harian, hari minggu dan hari raya

lainnya secara bersama’. Khusus untuk informan 5 mengatakan, ‘melalui berdaoa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

100

bersama kami mengajarkan anak-anak untuk selalu bersyukur kepada Tuhan atas

apapun yang diterima. Keluarga kami pernah mengalami peristiwa kehilangan

saudara kandung dari istri dan anak kandung dalam satu hari. Pengalaman ini

membuat kami semakin rajin berdoa dan ke Gereja’.

Sementara uji dalam uji validitas para informan mengungkapkan, ‘..doa

merupakan hal penting bagi kita. Tetapi seringkali kami tidak dapat melakukan itu

bersama keluarga karena berbagai kesibukan pekerjaan. Apalagi dalam kondisi

fisik yang sudah lelah karena bekerja seharian kami kadang berdoa masing-

masing sebelum tidur. Tapi ke gereja pada hari Minggu selalu menjadi perhatian

keluarga kami’.

Dari pengalaman dan gambaran yang diperoleh penulis dari para informan

tentang hidup doa dan menggereja bahwa hampir semua keluarga di Lingkungan

St. Yohanes Kentungan mengalami kesulitan untuk berdoa bersama dalam

keluarga. Selain karena sibuk dengan berbagai urusan, terabaikannya kebiasaan

doa dalam keluarga tersebut lebih disebabkan oleh pengaruh pergaulan anak-anak

di jaman sekarang ini yang cenderung lebih memilih untuk bermain di luar rumah

dari pada berkumpul bersama dengan orangtua. Oleh karena itu, setiap anggota

keluarga merasa tidak memiliki waktu untuk berdoa bersama, diskusi bersama,

dan makan bersama.

Di pihak lain, doa adalah hal yang utama dalam kehidupan keluarga

Katolik. Pengalaman iman seorang informan yang kehilangan dua orang yang

dicintai dalam sehari, namun tetap kuat justru karena doa yang memampukan

mereka tetap tegak untuk menerima kenyataan tersebut. Hal ini mesti menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

101

pelajaran yang patut dipetik maknanya bahwa doa merupakan kekuatan untuk

menghadapi masalah dalam kehidupan berkeluarga. Oleh karena itu, keluarga di

Lingkungan St. Yohanes Kentungan selalu berjuang untuk menghidupkan

semangat doa dalam keluarganya masing-masing, meskipun dihadapkan dengan

tantangan yang besar, terutama setiap anggota keluarga merasa tidak memiliki

waktu yang cukup ataupun sedetikpun untuk berdoa bersama. Hal ini menjadi

modal bagi kehidupan menggereja yang dihidupkan mulai dari setiap keluarga

Katolik dan seluruh umatnya.

Di samping itu, unsur pokok untuk membangun spiritualitas di dalam

kehidupan keluarga adalah iman yang melibatkan seluruh aspek kehidupan

manusia, yang dihayati dan diamalkan terus-menerus dalam kehidupan sehari-hari

yang diawali dengan membangun kebiasan atau tradisi doa dalam keluarga. Hal

ini berarti bahwa meskipun setiap keluarga dibangun di atas landasan iman kepada

Yesus sendiri tetapi tidak diamalkan dalam kehidupan sehari-hari melalui

tindakan konkrit doa, maka sesungguhnya hal itu adalah sia-sia. Artinya, yang

paling utama di sini adalah penghayatan dan pengamalan dalam kehidupan

konkrit, bukan terjebak dalam simbolisasi Yesus semata. Dengan demikian,

spritualitas keluarga Kudus dapat menghasilkan banyak buah yang

dimanifesasikan dalam sikap hidup dan tindakan yang mendatangkan kebahagian

kepada semua orang.

E. Usulan Program Untuk Meningkatkan Penghayatan Keluarga Katolik

Terhadap Spiritualitas Keluarga Kudus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

102

Untuk menindaklanjut temuan penelitian ini, penulis mengajukan usulan

program berupa rekoleksi sehari untuk meningkatkan pemahaman dan

penghayatan terhadap spiritualitas Keluarga Kudus.

1. Latar Belakang

Keluarga yang harmonis merupakan idaman bagi seluruh keluarga,

khususnya keluarga Katolik. Di satu sisi, keluarga Katolik sesungguhnya sudah

memiliki pedoman yang dapat dijadikan sebagai pengarah untuk mencapai

kehidupan keluarga yang harmonis. Dengannya keluarga Katolik dimungkinkan

untuk membangun keluarga Kristiani yang penuh iman dan mengarahkan seluruh

karya dan perutusannya untuk kepenuhan kehendak Allah.

Namun di sisi lain, masih banyak keluarga Katolik yang belum

memahami secara utuh tentang spiritualitas keluarga Kudus. Spiritualitas

Keluarga Kudus seringkali dipahami sebatas tindakan konkrit yang dilakukan oleh

tokoh Yesus, Maria dan Yosef. Sementara semangat untuk berserah sepenuhnya

kepada kehendak Allah justru secara tidak sengaja kurang diberi perhatian yang

serius. Hal ini setidaknya berpengaruh terhadap tindakan ataupun perilaku umat

Katolik umumnya dalam membangun keluarga, yang seringkali jauh dari nilai-

nilai keimanan yang diajarkan oleh Yesus Kristus.

Berangkat dari kondisi tersebut, maka penulis menyusun program untuk

meningkatkan spiritualitas Keluarga Kudus yang dikemas dalam kegiatan

rekoleksi sehari. Melalui kegiatan dimaksud, diharapkan seluruh keluarga Katolik

di Lingkungan St. Yohanes Kentungan semakin memahami inti dari spiritualitas

Keluarga Kudus secara utuh atau menyeluruh. Dengan demikian, penghayatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

103

spiritualitas Keluarga Kudus di dalam keluarga akan semakin sesuai dengan nilai

yang diajarkan atau diteladankan oleh Keluarga Kudus Nasaret.

2. Sekilas Pengertian Rekoleksi

Program rekoleksi yang diusulkan ini sebagai usaha untuk meningkatkan

kualitas kehidupan iman atau rohani, terutama bagi keluarga Katolik di

Lingkungan St. Yohanes Kentungan. Menurut Mangunhardjana, SJ (1985:18),

rekoleksi lebih dimaksudkan untuk meninjau kembali karya Allah dalam diri kita,

cara kerja serta bimbingan-Nya dan tanggapan kita terhadap karya Allah.

Melalui kegiatan rekoleksi ini, keluarga diajak untuk memeriksa dan

merefleksi pengalaman hidup berkeluarga. Artinya, rekoleksi ibarat penyegaran

kembali komitmen pasangan untuk membangun keluarga berdasarkan hidup

keluarga. Menurut Mangunhardjana (1985:7) istilah rekoleksi berasal dari bahasa

Inggris recollection yang berarti usaha untuk mengumpulkan kembali. Dalam hal

ini yang dikumpulkan adalah pengalaman keseharian peserta rekoleksi. Seperti

dalam retret, bahan yang diolah dalam rekoleksi merupakan pengalaman hidup

konkret (Mangunhardjana, 1985:18). Dalam membuat usulan kegiatan rekoleksi

ini, penulis menyusun langkah-langkah yang dapat membantu pelaksanaan

rekoleksi.

3. Tujuan Program

Program yang diusulkan penulis ini memiliki beberapa tujuan, yakni:

a. Untuk menjembatani keluarga Katolik dalam memahami inti dari spiritualitas

Keluarga Kudus secara lebih baik dan utuh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

104

b. Untuk meningkatkan penghayatan keluarga Katolik akan spiritualitas

Keluarga Kudus, yang pada akhirnya dapat dipraktekkan dalam kehidupan

konkrit sehari-hari.

c. Menjadi ajang untuk saling membagi pengalaman di antara keluarga Katolik,

terutama dalam membina dan membangun keluarga yang lebih ideal dan

harmonis.

d. Meningkatkan kesadaran umat dan Keluarga Katolik akan pentingnya hidup

sesuai ajaran iman yang lebih mengutamakan melaksanakan kehendak Allah

daripada materi dan urusan duniawi.

4. Usulan Kegiatan Rekoleksi

a. Tema Umum

Kegiatan rekoleksi ini mengangkat tema: “Membangun Keluarga Katolik

Berlandaskan Spiritualitas Keluarga Kudus Nazaret”. Tema ini diambil untuk

membantu keluarga Katolik agar memiliki pemahaman yang utuh terhadap

spiritualitas Keluarga Kudus Nazaret, sehingga keluarga dapat menghayati

spiritulitas dimaksud dalam kehidupan sehari-hari.

b. Susunan Acara Rekoleksi

No. Waktu Acara Petugas

1. 08.00-08.30 Chek in dan Ice Breaking

Salam dan Pengantar

Pendamping

2. 08.30 -

08.45 Pembuka

Sapaan dan salam

Lagu Pembuka

Doa Pembuka

Pengantar

Pendamping dan

peserta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

105

Sesi I

3. 08.45-10.00 Penggalian Pengalaman Pendamping dan

peserta

4. 10.00-10.20

10.20-10.30

Snack

Ice Breaking

Petugas Khusus

Sesi II

5. 10.30-

12.00

Spiritualitas Keluarga Kudus Pendamping

6. 12.00-1400 Makan siang

Istirahat

Ice Breaking

Pendamping

Sesi III

7. 14.00-15.30 Hakikat Keluarga Kristiani

Menyaksikan Video Nick

Vujicic

Refleksi Pribadi

Pendamping

8. 15.30-15.45 Ice Breaking Petugas Khusus

Sesi IV

9. 16.00-17.00 Meneladani Keluarga Kudus Nazaret

(Sharing Pengalaman Hidup

Berkeluarga 2-3 keluarga)

Pendamping

10. 17.00-17.45 Refleksi dan merumuskan niat Pendamping

11. 17.45-18.00 Doa Penutup

Lagu Penutup

Pendamping

12 18.00- Terima Kasih dan Sayonara Pendamping dan

peserta

c. Tujuan Rekoleksi

Tujuan rekoleksi ialah bersama pendamping peserta semakin memahami

dan mendalami spiritualitas Keluarga Kudus sehingga peserta terdorong untuk

semakin menghayati di dalam kehidupan keluarga, masyarakat dan Gereja.

d. Peserta

Peserta rekoleksi adalah pasangan suami istri Keluarga Katolik di

Lingkungan St. Yohanes Kentungan Paroki Banteng.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

106

e. Tempat dan Waktu

Rekoleksi ini dilaksanakan pada Bulan Januari (Pesta Keluarga Kudus),

bertempat di Aula Paroki Keluarga Kudus Banteng.

f. Bentuk rekoleksi

Rekoleksi dilaksanakan dengan dinamika kelompok, sharing pengalaman,

refleksi, menonton video inspiratif, penyusunan niat, penyampaian materi dan

diakhiri dengan ibadat penutup.

g. Sumber Bahan

Rekoleksi ini dirancang dengan menggunakan berbagai sumber bahan

yang memperkaya dan menunjang. Sumber bahan tersebut di antaranya video

Keluarga Cemara, Video Nick Vujicic, kutipan Kitab Suci dari Luk 2:41-52 dan

Yoh 2:1-11, buku berjudul “Intisari Ajaran Paus Fransiskus: Laudato si’ dan

Amoris Laetitia’, Santo Yosef Pelindung Keluarga Kristiani, dan Madah Bakti,

Devosi kepada Keluarga Kudus.

h. Metode Rekoleksi

Metode yang digunakan dalam rekoleksi ini yaitu penayangan video dan

gambar, ceramah/informasi, Refleksi berbagi pengalaman (sharing) dan diskusi

kelompok.

i. Sarana

Sarana pendukung untuk memperlancar pelaksanaan rekoleksi adalah

laptop, hand out, LCD, dan speaker.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

107

j. Rincian Usulan Program

1. Salam dan Pengantar

Pendamping menyapa selamat pagi dan selamat datang kepada bapak dan

ibu peserta rekoleksi selanjutnya mengucapkan terima kasih atas kesempatan

untuk dapat berkumpul bersama melaksanakan rekoleksi. Pendamping juga

menyampaikan tujuan pelaksanaan rekoleksi agar rekoleksi berjalan dengan

lancar dan memberikan manfaat bagi peserta rekoleksi. Secara umum, rekoleksi

diadakan untuk mengajak Bapa dan Ibu meninjau kembali karya Allah dalam

kehidupan berkeluarga, masyarakat dan Gereja. Dalam rekoleksi ini peserta

diajak untuk mensyukuri karya Allah terhadap panggilan dalam hidup

berkeluarga. Tujuan secara khusus, mengajak peserta untuk semakin memahami

dan mendalami spiritualitas Keluarga Kudus sehingga peserta terdorong untuk

semakin menghayati di dalam kehidupan keluarga, masyarakat dan Gereja.

2. Lagu Pembuka : “Hymne Keluarga Kudus” (Lampiran )

3. Pembukaan

Pendamping: Marilah kita hening sejenak untuk menyiapkan hati, pikiran

dan tindakan kita sebelum mengikuti kegiatan rekoleksi ini. Silahkan bapak/ibu

mengambil posisi duduk yang nyaman, hening sejenak, kita membuka hati di

hadapan Tuhan dan mengundan Tuhan hadir bersama kita sepanjang hari ini.

Doa pembukaan:

Allah yang mahabaik, kami bersyukur dan berterima kasih kepada-Mu karena

pada hari ini Engkau hadir ditengah-tengah kami. Bapa, saat ini kami

berkumpul ditempat ini ingin menggali dan berbagi pengalaman kami tentang

kehidupan keluarga kristiani tertutama menyadari bahwa keluarga yang kami

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

108

bangun adalah berkat kehendak baik-Mu. Ya Bapa, bimbinglah kami dalam

membangun keluarga yang berlandaskan kasih dalam semangat hidup

keluarga Kudus. Bantulah kami agar kami mampu mengikuti semangat hidup

Keluarga Kudus, terutama dalam mendidik anak-anak kami sehingga

keluarga yang kami bangun dapat menjadi saksi Putra-Mu di tengah Gereja

dan masyarakat. Kami mohon penyertaanmu dalam proses acara hari ini

sehingga pada akhir acara nanti dapat membuka hati kami kepada-Mu. Demi

Kristus Tuhan dan pengantara kami yang hidup dan bersatu dengan Roh

Kudus kini dan sepanjang masa. Amin.

4. Sesi I : Penggalian Pengalaman

Tujuan: Peserta bersama pendamping dapat membagi pengalaman hidup

berkeluarga yang sangat berguna dalam mendalami sejauh mana keluarga Katolik

menghayati spiritualitas Keluarga Kudus dalam praktek hidup sehari-hari.

a. Bahan : Video “Keluarga Cemara” dan pengalaman peserta.

b. Metode: menonton video, sharing pengalaman

c. Langkah-langkah:

Pendamping mengajak peserta untuk menonton video “Keluarga

Cemara”. Setelah selesai, pendamping meminta peserta untuk membentuk

kelompok 3-4 keluarga dengan menjawab pertanyaan berikut:

1) Video tersebut menggambarkan situasi seperti apa?

2) Menurut anda, inspirasi apa saja tercermin dari Video tersebut?

3) Bagaimana dengan pengalaman keluarga masing-masing?

Setelah itu, pendamping meminta masing-masing kelompok mengungkapkan hasil

sharing kelompok secara pleno. Berikutnya, pendamping membahas hasil sharing

tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

109

d. Ice Breaking. Pendamping mengajak peserta untuk mencairkan suasana

dengan mengikuti gerak dan lagu “Chicken Dance”.

5. Sesi II: Spiritualitas Keluarga Kudus

Tujuan: Membangun pemahaman peserta terhadap inti dari spiritualitas

keluarga Kudus. Sekilas mengenai Spiritualitas Keluarga Kudus:

a. Pengertian Spiritualitas

Spiritualitas berarti kehidupan yang dijiwai dan dipimpin oleh Roh

Kudus, yang menunjuk pada pola atau gaya hidup manusia yang selaras dengan

kehendak Allah. Roh Kudus yang memberi semangat dan daya kekuatan kepada

manusia dalam menjalankan seluruh aspek kehidupan dalam kehidupan sehari-

hari.

b. Tokoh-tokoh Keluarga Keluarga Kudus dan Spiritualitas Keluarga

Kudus

Tokoh-tokoh Keluarga Kudus adalah : Yesus, Maria, dan Yosef

1) Yesus

Yesus berarti “Allah menyelamatkan”. Nama ini diberikan oleh malaikat

pada waktu Pewartaan kepada Maria sekaligus mengungkapkan identitas dan

misi-Nya” karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka”

(Mat 1:21). Petrus juga menyatakan ”di bawah kolong langit ini tidak ada nama

lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan”

(Kis 4:12) (Kompendium Katekismus Gereja Katolik Art.81, 2009:43).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

110

Yesus dibesarkan dalam keluarga Maria dan Yosef. Yesus tidak

dilahirkan di istana sebagai putera raja, tetapi Ia memilih menjadi seorang miskin

dan mau dibesarkan di dalam keluarga sederhana. Maria dan Yosef selalu

berusaha untuk menciptakan suasana yang baik dan serasi di rumah. Sewaktu-

waktu mereka juga harus memikirkan bagaimana memenuhi kebutuhan sehari-

hari; tidak hanya makanan, pakaian, peralatan, melainkan juga kepuasan,

kesenangan, kegembiraan, saling menolong.

Hidup Yesus sendiri dibaktikan bagi pelayanan kepada kehendak Bapa

yaitu pewartaan kerajaan Allah. Pewartaan Injil-Nya terungkap nyata dalam

pelayanan kepada sesama manusia, terutama bagi yang miskin dan tersingkir dari

masyarakat. Dikatakan bahwa “ Ia telah mengurapi Aku untuk menyampaikan

kabar baik kepada orang-orang miskin, Ia telah mengutus Aku untuk

memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, penglihatan kepada

orang buta dan pembebasan kepada orang-orang tertindas (Luk 4:16-19).

Pada umur dua belas tahun Yesus berkata kepada Maria dan Yusuf,

bahwa Ia harus berada di dalam rumah Bapa-Nya (Luk 2:49). Perkataan Yesus ini

menunjukan hubungan erat antara Yesus dan Bapa-Nya. Hubungan dengan Allah

sebagai Bapa-Nya, menentukan seluruh hidup-Nya dan terungkap dalam doa-doa-

Nya “Aku bersyukur pada-Mu Bapa, Tuhan langit dan bumi bahwa semuanya itu

Engkau sembunyikan bagi orang orang bijak dan pandai, tetapi Engkau nyatakan

kepada orang kecil” (Mat,11:25).

Seluruh kehidupan Yesus ditentukan oleh kesatuan-Nya dengan Allah

Bapa-Nya. Yesus menyerahkan hidup-Nya kepada kehendak Allah. Oleh karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

111

itu, inti dari spiritualitas Keluarga Kudus Nasaret adalah penyerahan diri kepada

kehendak Allah Bapa di Surga.

2) Maria

Maria menggambarkan dirinya sebagai hamba Tuhan (Luk 1:1.48). Kata

hamba Tuhan berarti budak, pelayan atau abdi Tuhan. Selaku seorang hamba ia

menyadari bahwa hidupnya sungguh amat tergantung pada kehendak Allah.

Tuhanlah yang menuntun dan mengatur hidupnya. Ia meletakkan hidupnya

kepada kehendak Allah.

Maria tidak hanya melayani Allah saja, tetapi juga sesama. Hal ini

ditunjukkan dalam kunjungan kepada saudaranya Elisabet. “Ia mengunjungi

Elisabeth, saudarinya, yang mengandung di masa tuanya” (Luk 1:39-45).

Kunjungan Maria kepada Elisabeth membawa kabar sukacita dan kekuatan

kepada Elisabeth. Elisabeth memberi salam kepadanya ”Berbahagialah ia yang

telah percaya sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan akan terlaksana”

(Luk 1:45).

Peristiwa sesudah merayakan hari raya paskah di Yerusalem, orangtua

Yesus pulang sendirian, sedangkan Yesus berdoa di Bait Allah. Sebagai orangtua

yang prihatin dan gelisah bertanya kepada anak-Nya ”Nak, mengapakah Engkau

berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku cemas mencari-Mu”. Jawab

Yesus” mengapa kamu mencari Aku, bukankah Aku harus berada di dalam rumah

Bapa-Ku? Maria adalah sosok ibu yang rendah hati, tulus dan setia pada

kehendak Allah. Maria adalah seorang pribadi yang menyimpan dan merenungkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

112

segala perkara di dalam hatinya. “Maria menyimpan segala perkataan itu dalam

hatinya dan merenungkannya” (Luk 2:19).

3) Yosef

Yosef berasal dari keluarga dan keturunan Daud, bekerja sebagai seorang

tukang kayu. Yosef adalah suami Maria dan ayah Yesus. Yosef adalah pelindung

keluarga Kristiani dan teladan bagi Bapa Keluarga. Dalam Injil Matius tertulis

tiga kali tentang ketaatan Keluarga Kudus kepada Allah. Pertama, Yusuf tidak

jadi menceraikan Maria dan diminta mengambil Maria sebagai isterinya

(Mat. 1:18). Yosef seorang yang rendah hati dan penuh iman serta berani

menanggung resiko. Yosef tidak mau mencemarkan nama baik Maria kepada

semua orang. Kedua, diminta untuk mengungsi ke Mesir (Mat. 2:13); Ketiga,

diminta untuk kembali dari Mesir kembali ke Nazaret (Mat. 2:19). Peran Yosef ini

menunjukkan kewajiban sebagai suami dan ayah dalam keluarganya.

Santo Yosef sebagai pelindung dalam keluarga dan ia adalah sosok yang

sederhana, bijaksana, tulus hati, taat kepada kehendak Allah dan pekerja keras

serta bersikap lembut dalam keluarga.

c. Komitmen-komitmen yang dibangun oleh Keluarga Kudus

Dalam membangun sebuah keluarga atas dasar kasih Allah, maka ada

lima hal yang sangat relevan dengan keluarga zaman sekarang antara lain:

1) Komitmen.

Maria dan Yosef mengawali kehidupan keluarga mereka dengan membangun

komitmen terlebih dahulu dengan Allah dan rencana-Nya. Komitmen Maria

”Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

113

perkataan-Mu itu” (Luk 1:38). Komitmen Yosef, ”sesudah bangun dari

tidurnya, ia berbuat seperti apa yang dikatakan Tuhan kepadanya. Ia

mengambil Maria sebagai istrinya”(Mat 1:24). Di titik ini, perbedaan dan

keunikan terkadang memungkinkan terjadinya konflik, namun sekaligus

memperkaya, jika konflik dihadapi dan dikelola melalui komunikasi yang

terbuka dan tanggung jawab kepada orangtua atau anak.

2) Yosef dan Maria membangun sikap setia.

Mereka setia pada komitmen awal. Walaupun banyak mengalami rintangan

dalam keluarga, berakhir dengan putra-Nya yang tunggal Yesus Kristus, harus

mengakhiri hidup-Nya di kayu salib, demi cintanya pada umat manusia.

3) Yosef dan Maria membangun relasi yang akrab dan mesrah bersama Allah.

Mereka adalah pemeluk agama Yahudi yang saleh. Keakraban dan kemesraan

mereka dengan Allah menjadi sangat nyata dalam kidung magnificat

(Luk 1:46-56). Maria merasakan dan mengalami penyelenggaraan-Nya,

merasa dinomorsatukan oleh Allah, sehingga segala keturunan akan

menyebutnya berbahagia.

4) Yosef dan Maria membangun sikap kesederhanaan dalam hidup.

Dalam doa magnificat, Maria tidak hanya merasa bahagia, tetapi mengalami

perbuatan-perbuatan besar dari Allah. Kebahagiaan lebih merupakan

kepenuhan batin.

5) Yosef dan Maria adalah pendidik yang berdaya guna.

Manusia adalah makluk yang ‘menjadi’ selalu dalam proses menjadi, sebuah

pekerjaan rumah yang tidak pernah selesai. Dalam menghadapi persoalan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

114

yang belum dipahami, Maria menyimpan semua perkara itu dalam hatinya

(Luk 2:19,51).

Dengan demikian spiritualitas yang dimiliki dan dihayati oleh Maria,

Yosef dan Yesus adalah taat dan berpasrah kepada kehendak Allah. Relasi yang

intim dengan Alah sungguh menjadi daya kekuatan bagi Maria, Yosef dan Yesus

dalam mengatasi setiap kesulitan. Spiritualitas Keluarga Kudus perlu dihayati

dalam kehidupan keluarga Katolik pada zaman sekarang. Masing-masing

menjalankan peran baik sebagai seorang ayah, Ibu dan sebagai anak.

Ice breaking: Pendamping mengajak peserta untuk goyang “Pinguin”

6. Sesi III: Hakikat Keluarga Kristiani

Tujuan: Membangun pemahaman keluarga Katolik terhadap hakikat keluarga

Kristiani

a. Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan salah satu lembaga terkecil dalam masyarakat

(GS.52) Ditekankan juga bahwa keluarga menerima perutusan dari Allah untuk

menjadi sel utama dan sangat penting bagi masyarakat (AA. 11). Keluarga

merupakan sekolah nilai-nilai manusiawi yang pertama, dimana anak-anak belajar

menggunakan kebebasan dengan bijaksana. Hasil pembelajaran tersebut

menpengaruhi hidup mereka seumur hidup. Anak-anak dilatih untuk

berkomunikasi dengan orang lain (AL.274,276).

b. Tujuan Keluarga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

115

Tujuan mendasar keluarga adalah untuk menciptakan bonum coniugum

(kesejahteraan pasangan), terjabar dalam bonum prolis (terbuka pada kelahiran

dan pendidikan anak-anak), bonum fidei (membangun kesetiaan pasangan dalam

suka dan duka, untung dan malang, sehat dan sakit) serta bonum sacramentun

(menciptakan kesucian dan keluhuran martabat perkawinan agar menjadi tanda

kehadiran dan keselamatan Tuhan pada manusia).

c. Fungsi Keluarga

Dalam keluarga, orangtua sebagai pewarta iman dan pendidik iman yang

utama. Orangtua dengan kata-kata maupun teladan membantu anak-anak untuk

menghayati hidup Kristiani dan memilih panggilan mereka, memupuk dan

memberi perhatian yang penuh kasih. Orangtua membela martabat dan otonomi

keluarga yang sewajarnya.

d. Tugas-tugas Keluarga Kristiani

1) Membangun Keluarga Penuh Cinta Kasih

Keluarga yang dibangun penuh cinta kasih, membawa dampak yang baik

kepada seluruh anggota keluarga. Keluarga yang penuh cinta tentu

membutuhkan perjuangan dan kekuatan dalam menghadapi tantangan dalam

kehidupan keluarga. Keluarga dikatakan bahagia ketika keluarga yang mampu

mengatasi setiap tantangan dan mengambil makna dari setiap pengalaman

hidup.

2) Mendidik Generasi Muda

Keluarga dipangggil untuk mendidik anak-anak yang dititipkan oleh Allah,

sehingga menjadi generasi penerus bagi keluarga, gerja dan negara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

116

3) Menerima dan Mencintai Kehidupan

Familiars Consortio menegaskan bahwa salah satu tugas dan kewajiban

keluarga Kristiani adalah menerima dan mencintai kehidupan yang

dianugerahkan Tuhan. Keluarga sangat berperan penting dalam mencintai dan

merawat kehidupan.

4) Ikut Membangun Masyarakat

Menciptakan masyarakat yang baik dan harmonis di tengah masyarakat

merupakan suatu tugas yang luhur dan mulia karena ikut serta dalam

pembangunan masyarakat. Suasana masyarakat yang harmonis perlu

dihidupkan di dalam keluarga sehingga dengan mudah menyesuaikan dengan

kehidupan bersama dalam masyarakat.

5) Ikut Membangun Gereja

Keluarga merupakan Gereja Mini atau dalam Familiaris Consortio

menyebuttkan “Kenisah Gereja di Rumah”. Keluarga Kristiani dipanggil

untuk menjadi saksi Allah bagi sesama. Keluarga Kristiani dipanggil untuk

dikuduskan dan mengududskan persekutuan gerejani dan dunia.

e. Kewajiban Orangtua

1. Orang tua merupakan pendidik yang utama dalam keluarga

2. Orangtua sangat berperan dalam perkembangan moral anak

3. Orangtua hendaknya mengembangkan moralitas anak dengan teladan dan

nasehat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

117

4. Orangtua hendaknya menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan yang baik pada

anak dengan dialog dan memperhatikan masalah nilai-nilai, prinsip-prinsip

dan norma-norma.

f. Kewajiban anak

1. Rasa hormat dari anak-anak yang belum dewasa dan sudah dewasa terhadap

ayah dan ibu bertumbuh dari kecondrongan kodrati yang mempersatukan

mereka satu sama lain (KGK Art.2214.

2. Penghormatan anak-anak untuk orangtuanya (kasih sayang sebagai anak,

pietas filiasis) muncul dari rasa terima kasih kepada mereka yang telah

memberi kehidupan dan yang memungkinkan mereka melalui cinta kasih serta

usaha supaya bertumbuh dalam kebesaran, kebijaksanaan dan rahmat (KGK

Art. 2216).

3. Kasih sayang kepada orang tua nyata dalam kepatuhan dan ketaatan yang baik

“anak yang bijak mendengarkan didikan ayahnya (Ams.,13:1) (KGK

Art.2216), kasih sayang kepada orang tua mendukung keserasian kehidupan

seluruh keluarga juga mempengaruhi hubungan antar saudara

sekandung“hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut dan sabar.

Tunjuklah kasihmu dalam hal saling membantu” (Ef 4:2) (KGK Art.22).

g. Himbauan Paus Fransiskus

Paus Fransiskus (Hadiwardoyo, 2016:92) menghimbau setiap anggota

keluarga agar memiliki sikap peduli, penghibur dan saling mendukung (AL. 321-

324). Beliau dalam himbauannya menegaskan bahwa:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

118

1. Kepedulian merupakan bagian penting dari spiritualitas keluarga. Semua

anggota keluarga perlu saling merangkul

2. Setiap anggota dipanggil untuk menjadi gembala, penjala dan penabur benih

bagi yang lain

3. Diharapkan untuk meruh perhatian kepada anggota-anggota yang lain

4. Diharapkan ramah terhadap orang-orang lain di luar rumah, terlebih mereka

yan malang

Sesudah pendamping menyampaikan materi tentang hakekat Keluarga,

peserta diajak untuk menonton video ”Nick Vujjicic”. Setelah selesai,

pendamping meminta peserta untuk refleksi berpasangan (suami dan istri),

dengan menjawab pertanyaan berikut:

1. Video tersebut menggambarkan situasi seperti apa?

2. Menurut anda, inspirasi apa saja yang tercermin dari video tersebut?

3. Bagaimana dengan pengalaman keluarga anda masing-masing?

4. Hal-hal posetif apa yang perlu ditingkatkan dalam keluarga dan hal-hal negatif

apa yang perlu diperbaiki dalam keluarga?

7. Sesi IV: Meneladani Contoh Hidup Keluarga Kudus

Tujuan: Agar keluarga Katolik menjadikan keluarga Kudus sebagai

model dalam membangun keluarga yang harmonis dan ideal.

a. Peserta diajak mengamati gambar patung keluarga Kudus

b. Membaca teks Kitab Suci Lukas 2:41-52 “Yesus pada umur dua belas tahun

dalam Bait Allah”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

119

c. Peserta diajak untuk merefleksikan makna dari patung keluarga Kudus dan

teks kitab suci tersebut dengan panduan pertanyaan:

1) Dengan mengamati gambar patung Keluarga Kudus, menurut bapak/ibu

pesan apa yang diperoleh dari pengamatan terhadap gambar Yosef, Maria,

dan Yesus tersebut?

2) Apakah kesan anda terhadap gambar patung Keluarga Kudus yang

diamati?

3) Dari teks Kitab Suci yang dibacakan, ayat mana yang terkesan, mengapa

terkesan?

4) Bagaimana sikap Maria dan Yosef terhadap Yesus yang digambarkan

dalam Kitab Suci?

5) Bagamana sikap Yesus terhadap orangtuanya?

8. Refleksi berpasangan (Suami dan Istri) dan merumuskan niat

Tujuan: Peserta diharapkan dapat merumuskan rencana tindak lanjut

untuk menghayati spiritualitas keluarga Kudus dalam kehidupan konkrit sehari-

hari.

1. Niat-niat apa yang akan dilakukan dalam keluarga untuk meningkatkan

penghayatan spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari?

2. Pendamping membagikan kertas dalam bentuk jantung dan bolpen untuk

menuliskan aksi konkrit yang akan di jalankan dalam keluarga

3. Pendamping akan membagikan teks Doa Keluarga Kudus kepada setiap

keluarga, dengan harapan untuk didoakan bersama anggota keluarga.

9. Penutup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

120

Doa Penutup : Doa Kepada Keluarga Kudus (Lampiran)

Lagu Penutup “Santo Yosef yang Menjaga” (Lampiran)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Membangun keluarga berdasarkan spiritualitas keluarga Kudus berarti

seluruh elemen dalam keluarga tersebut harus hidup berdasarkan kekuatan Roh

Kudus yang mengembangkan iman, harapan dan cinta kasih dan

mengintegrasikan semua tindakan yang bertumpu pada iman akan Yesus Kristus.

Hal ini menjadi dasar bagi semua keluarga Katolik untuk menyerahkan seluruh

intensi dan suka-dukanya kepada penyelenggaraan atau kehendak Allah sendiri.

Namun demikian, penghayatan spiritualitas Keluarga Kudus Nasaret pada

kehidupan sebagian keluarga Katolik pada umumnya masih jauh dari harapan.

Demikian halnya dengan umat di Lingkungan St. Yohanes Kentungan Paroki

Banteng, di mana berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Penghayatan spiritualitas keluarga Kudus dalam keluarga Katolik di

Lingkungan St. Yohanes Kentungan masih sangat minim, terutama keutamaan

yang terkandung di dalam spiritualitas Keluarga Kudus, yakni pemahaman

tentang penyerahan diri secara total kepada kehendak Allah. Hal ini dapat

secara jelas terlihat dalam praktek hidup sehari-hari, di mana keluarga Katolik

di lingkungan itu cenderung memaknakan spiritualitas Keluarga Kudus

berdasarkan tindakan konkret yang dilakukan oleh para tokoh keluarga Kudus,

bukan semangat penyerahan diri yang total kepada kehendak Allah. Temuan

ini menjadi gambaran bahwa nilai-nilai yang menjadi keutamaan spiritualitas

Keluarga Kudus belum dipahami secara mendalam, sehingga penghayatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

122

terhadap spiritualitas keluarga Kudus pun menjadi kurang utuh atau

menyeluruh sesuai dengan konteks kehidupan keluarga Kudus Nasaret.

2. Sementara upaya keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes Kentungan

untuk meningkatkan penghayatan terhadap spiritualitas Keluarga Kudus dalam

kehidupan keluarga pun masih sebatas mengembangkan sikap hidup hemat

dan selalu bersyukur atas segala rejeki yang diperolah dari hasil kerja, menata

pendidikan dan perkembangan iman anak, terus berjuang untuk

mengembangkan hidup doa dan menggereja serta berusaha untuk membangun

komunikasi yang baik dengan sesama anggota keluarga dan masyarakat

sekitar. Temuan ini seakan mempertegas bahwa penghayatan spiritualitas

Keluarga Kudus oleh keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes seakan

lebih tertuju pada contoh hidup atau tindakan dari para tokoh Keluarga Kudus.

Oleh karena itu, semangat penyerahan keluarga secara total kepada kehendak

Allah harus didorong agar suatu saat kelak semua keluarga Katolik dapat

menjadikannya sebagai pedoman dalam membangun rumah tangga dan

berelasi dengan sesama di sekitar.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran sebagai

berikuti:

1. Kepada Romo dan segenap Dewan Pastoral Paroki Keluarga Kudus Banteng

agar mengembangkan spiritualitas di kalangan keluarga Katolik yang

ditempuh pertama kali dengan menginternalisasikannya kepada seluruh umat,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

123

terutama kepada pasangan yang hendak menikah. Dengan demikian,

kehidupan keluarga Katolik akan semakin mencerminkan kehadiran gereja

mini di tengah masyarakat.

2. Bagi keluarga Katolik umumnya agar terus menghidupkan semangat hidup

doa, persaudaraan, berbagi, kepedulian, saling menghargai dan mengasihi

dalam keluarga, lingkungan, masyarakat dan Gereja. Dengan demikian,

penghayatan spiritualitas keluarga Kudus akan semakin konkrit dalam

tindakan nyata setiap hari.

3. Bagi umat dan keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes Kentungan terus

berupaya untuk membangun komunikasi dalam keluarga dengan cara

menghidupkan kembali tradisi kebersamaan dalam keluarga, sehingga

sosialisasi nilai-nilai spiritualitas keluarga Kudus menjadi semakin mudah

dilakukan oleh orangtua. Dengan demikian, keluarga katolik yang ideal seturut

yang dicontohkan oleh Santu Yosef dan Bunda Maria dapat diwujudkan

menjadi kenyataan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

DAFTAR PUSTAKA

Alfonsus Sutarno. (2013). Catholic Parenting. Yogyakarta: Kanisius

Albertus Purnomo. (2014). Inspirasi Alkitabiah dalam menyikapi problema

kelurga, Yogyakarta: Kanisius

Banawiratma, J.B., SJ (ed). (1990). Spiritualitas Transformatif Suatu

Pergumulan Ekumenis. Yogyakarta: Kanisius

Burhan Bungin. (2012). Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana

Bogdan, Robert C. (1982). Qualitative Research For Education: An Introduction

to Theory and Methods. USA: Sari Knop Biklen

Darminta, J. (2007). Spiritualitas Dasar Kristiani. Yogyakarta: IPPAK

Universitas Sanata Dharma

Deddy Mulyana. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. Bandung: Rosdakarya

Eminyan, Maurice, SJ. (2005). Teologi Keluarga. Yogyakarta: Kanisius

Hardawiryana. R.,1993, Dokumen Konsili Vatikan II, Jakarta: Obor

Heuken, A., SJ. (1995). Ensiklopedi Gereja I-V. Jakarta: Yayasan Cipta Lola

Caraka

Hardiwiratno J. (1996). ROHANI Majalah Religius. Yogyakarta: Basis

Hommes, Anne. (2009). Perubahan Peran Pria & Wanita Dalam Gereja &

Masyarakat. Jakarta: BPK Gunung Mulia bekerja sama dengan Kanisius

Jeannetta L. Suhendro. (2014). Membangun Bangsa Melalui Keluarga. Jakarta:

Grasindo

KWI. (1996). Iman Katolik. Yogyakarta : Kanisius

_____. (1999). Kumpulan Dokumen Ajaran Sosial Gereja Tahun 1891-19991 dari

Rerum Novarum sampai Centesimus Annus (R. Hardawiryana,

Penerjemah). Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI

_____. (2003). Kitab Hukum Kanonik. Jakarta: Obor

_____ . (2011). Pedoman Pastoral Keluarga. Jakarta: Obor

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

125

KGK. (1995). Katekismus Gereja Katolik (Herman Embuiru, penerjemah). Ende:

Arnoldus

Komisi Kerasulan Kitab Suci KAS. (2016). Keluarga Bersaksi dan Mewartakan

Sabda Allah. Yogyakarta: Kanisius

Leks, Stefan. (2011). Menghormati Santa Maria Sepanjang Bulan.Yogyakarta:

Kanisius

Lembaga Alkitab Indonesia. 2002. Kitab Suci Perjanjian Baru. Jakarta: LAI

Martasudjita, E. (2006). Spiritualitas Liturgi. Yogyakarta: Kanisius

Minolyo, B. (2007). Kursus Persiapan Hidup Berkeluarga. Yogyakarta:Kanisius

Mangunhardjana, A.M. (1985). Membimbing Rekoleksi. Yogyakarta: Kanisius

Purwa Hadiwardoyo, Al. (2016). Intisari Ajaran Fransiskus: Laudato si’ &

Amoris Laetitia. Yogyakarta: Kanisius

Program Studi IPAK. (2012). Pedoman Penulisan Skripsi. Yogyakarta: FKIP

Universitas Sanata Dharma

Paus Yohanes Paulus II. (2011). Familiaris Consortio (Keluarga). Jakarta: Seri

Dokumen Gereja No.30. Departemen Dokumen dan Penerangan KWI

______. (2007). Keluarga dan Hak-Hak Asasi. Jakarta: Seri Dokumen Gereja

No.72. Departemen Dokumen dan Penerangan KWI

______. (1994; 2011). Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern.

Yogyakarta:Kanisius

St. Darmawijaya. 1994. Mengarungi Hidup Berkeluarga. Yogyakarta:Kanisius

Sukandarrumdi. (2004). Metode Penelitian, Petunjuk Praktis Untuk Peneliti

Pemula. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Sutrisnaatmaka. (1999). Keluarga Kudus Menimba Spiritualitas Allah Tritunggal,

dalam Majalah Rohani 5 Mei 1999, 240-246. Yogyakarta: Basis

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

_____. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

126

Saifudin Azwar . (2005). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Stanislaus Nugroho. (2012). KANA Majalah Keluarga 01 Tahun VII: Keluarga

Kudus Sebagai Idola Keluarga. Yogyakarta: Sinyal Utama

Stefanus P. Ellu. (2015). Sinode Uskup: Pastoral Kasih Keluarga Masa Kini.

Majalah Hidup. Jakarta: Gramedia

Winkel, W.S. (1987). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia

Yan Olla. (2010). Teologi Spiritual. Yogyakarta: Kanisius

Yusti H. Wuarmanuk. (2015). Penutupan Sionode Keluarga. Majalah Hidup

No. 44, Tahun ke-69 1 Nopember 2015. Hlm. 28. Jakarta: Gramedia

Yoseph Kristianto. 2013. Teologi Moral Katolik (B.A. Rukiyanto; Ignatia Esti

Sumarah, editor). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

Yosef M.L. Hello. (2016). Santo Yosef Pelindung Keluarga Kristiani (Komisi

Teologi Pusat Pastoral Keuskupan Atambua). Yogyakarta: Bajawa Press

Yohanes Subagyo. Buku Pegangan Pokok dan Lengkap tentang Maria.

Jakarta:Obor

Stef & Ingrid Tay. Keluarga Kudus: Pola Ilahi Bagi Keluarga Kita. Dalam

https://www.katolisitas.org/keluarga-kudus-pola-ilahi-bagi-keluarga-kita,

diakses 7/12/ 2016

Dedi Dismas. Membangun Spiritualitas Keluarga Kudus. Dalam http://

dedismas.blogspot.co.id/membangun-spiritualitas-keluarga-kudus.html,

diakses 7/12/ 2016

Anton Satu S.S. Keluarga Kudus Nazareth Cermin Pelayan Kreatif, Dalam

https://msfmusafir.wordpress.com/keluarga-kudus-nazareth-cermin-

pelayan-kreatif/, diakses 7/12/ 2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

(1)

Lampiran 1: Panduan Wawancara

Berdasarkan kisi-kisi di atas, maka penulis menyusun pedoman

wawancara yang digunakan untuk mewawancara informan sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan keluarga terhadap spiritualitas Keluarga Kudus?

2. Apakah keluarga memahami semangat Keluarga Kudus?

3. Apakah semangat hidup Keluarga Kudus menjadi model dalam keluarga?

4. Bagaimana keluarga menghayati semangat keluarga Kudus dalam hidup

berkeluarga?

5. Apa prinsip-prinsip yang membantu dalam menata kehidupan keluarga?

6. Semangat hidup apa yang menjadi dasar/prinsip dalam hidup keluarga?

1. Bagaimana keluarga menata kehidupan ekonomi: pendapatan dan

pengeluaran? Bagaimana keluarga memperoleh pendapatan dan bagaimana

mengatur pengeluaran? ( Sakramen: yang bertanggung jawab ekonomi:

suami-istri)

2. Bagaimana pembagian peran dalam pengaturan keuangan dalam kehidupan

keluarga?

3. Bagaimana keluarga menggunakan keuangan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga yang pokok dan kebutuhan tambahan?

4. Apakah barang-barang yang dimiliki sangat bermanfaat dalam kehidupan

keluarga?

5. Apakah keluarga pernah mengalami kesulitan dalam keuangan? Bagaimana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

(2)

usaha yang dilakukan oleh keluarga dalam menghadapi kesulitan itu?

1. Apakah yang menjadi fokus orangtua terhadap pendidikan iman anak?

2. Bagaimana tanggung jawab orangtua terhadap perkembangan iman anak?

3. Apakah orangtua merasa puas ketika menyekolahkan anak di sekolah

katolik?

4. Apakah keluarga mempunyai pandangan lain terhadap sekolah negeri?

5. Bagaimana keluarga menentukan sekolah untuk anak-anak? Apa harapan

orangtua terhadap sekolah yang menjadi pilihan orangtua dan anak?

6. Bagaimana orangtua memberi perhatian kepada anak dalam

mengembangkan pendidikan iman anak?

1. Komunikasi seperti apa yang dilakukan oleh Ibu terhadap Bapa dan

sebaliknya?

2. Apa yang dilakukan oleh Ibu ketika Bapa mengalami permasalahan,

sebaiknya apa yang dilakukan oleh Bapa ketika Ibu mengalami

permasalahan?

3. Kesulitan-kesulitan apa yang dialami oleh keluarga dalam menjalin

komunikasi? Apa solusi keluarga dalam mengatasi kesulitan-kesulitan itu?

4. Dukungan apa yang dilakukan oleh Ibu kepada Bapa dan anak dan

sebaliknya?

5. Bagaimana caranya untuk menjalin komunikasi yang baik antara orangtua

dan anak?

6. Bagaimana caranya untuk menjalin komunikasi dengan keluarga besar?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

(3)

7. Tantangan apa yang dialami oleh keluarga dalam menjalin komunikasi

dengan keluarga besar? Apa solusinya dalam menghadapi tantangan itu?

8. Mengapa melakukan komunikasi dalam keluarga?

1. Bagaimana sikap orangtua menghadapi anak yang memiliki cita-cita yang

berbeda dengan keinginan orangtua?

2. Usaha-usaha apa yang dilakukan oleh orangtua terhadap anak yang berbeda

pendapat dengan orangtua?

3. Tantangan-tantangan apa yang dialami oleh orangtua ketika berhadapan

dengan anak yang berbeda pendapat/cita-cita dengan orangtua?

1. Bagaimana menjalankan doa dalam keluarga? Kapan melakukan doa

bersama dalam keluarga?

2. Kapan saja ke Gereja? Mengapa harus ke Gereja?

3. Tantangan-tantangan apa yang dialami oleh keluarga dalam hidup doa

dalam keluarga, lingkungan dan gereja? Apa usaha keluarga untuk

mengatasi tantangan-tantangan itu?

4. Apakah yang menjadi prinsip keluarga dalam menjalankan kehidupan doa

dalam keluarga, lingkungan dan gereja?

1. Bagaimana keluarga menjalin komunikasi dengan masyarakat?

2. Mengapa keluarga perlu menjalin komunikasi dalam hidup bermasyarakat?

3. Apa yang menjadi dasar dalam keluarga untuk menjalin relasi yang baik

dalam kehidupan bermasyarakat?

4. Tantangan-tantangan apa yang dialami keluarga dalam menjalin komunikasi

dengan masyarakat? Bagaimana usaha untuk mengatasi tantangan-tantangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

(4)

itu?

Lampiran 2 : Data Wawancara Asli

Informan 1

a. Identitas

Nama : Bapa Yohanes Suripto ( 60 tahun)

Ibu M. Margaretta Sudiarni (58)

Hari / Tanggal : Selasa, 6 September 2016

Waktu : Pukul 17.15-17.45.

b. Hasil Wawancara

Penulis : Bagaimana pandangan keluarga terhadap Spiritualitas Keluarga

Kudus ?

Responden : Keluarga Kudus adalah keluarga yang sederhana, penuh kasih,

keluarga yang sungguh dikasihi Tuhan. Maka, kita sebagai

umatnya berusaha untuk meneladani Ibu Maria yang menyimpan

segala perkara di dalam hatinya, St. Yusuf yang setia pada

keluarganya, mengatur segala keluarganya dan putra-Nya Yesus.

Penulis : Apakah semangat hidup Keluarga Kudus menjadi model bagi

keluarga Bapa da Ibu?

Responden : Ya, sebagai umat-Nya, keluarga berusaha untuk mengikuti apa

yang dilakukan oleh Keluarga Kudus.

Penulis : Bagaimana Bapa dan Ibu menata pendapatan dan pengeluaran

dalam keluarga?

Responden : Pendapatan dalam keluarga dari uang kost. Kami bersyukur karena

kos-kos ini adalah titipan Tuhan untuk kami pelihara dan rawat.

Uang yang kami peroleh digunakan untuk biaya sekolah anak-anak

dan untuk kebutuhan sehari. Sebelum berbelanja Bapa dan Ibu

berunding dan membuat nota belanja mengenai kebutuhan apa

yang perlu dibeli, kami sebagai orangtua bertanya kepada anak-

anak mengenai kebutuhan mereka. Kami belanja untuk persediaan

satu bulan, kecuali kebutuhan tambahan dan sayur-sayuran kadang

seminggu dua kali.

Penulis : Hambatan-hambatan apa yang pernah dialami dalam pengelolaan

keuangan? Usaha usaha apa yang dilakukan untuk mengatasi

hambatan itu?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

(5)

Responden : Sejauh pengalaman kami selama ini, belum pernah mengalami

kesulitan. Karena kami mengutamakan kebutuhan yang lebih

penting, misalnya; makan-minum, uang kuliah dan listrik,

kemudian kami menunda kebutuhan yang tidak terlalu penting,

sehingga semuanya lancar.

Penulis : Apakah yang menjadi fokus orangtua terhadap pendidikan

termasuk pendidikan iman anak? Bagaimana tanggung jawab

orangtua terhadap perkembangan iman anak?

Responden : Waktu anak-anak masih kecil TK dan SD orangtua terlibat lansung

mendampingi saat belajar. Mengajak untuk mengikuti sekolah

minggu. Setelah menginjak masa SMP sampai perkuliahan,

orangtua hanya memantau, membangunkan, menemani belajar dan

melihat dari nilai raport atau IP yang diperoleh anak dan memberi

saran, karena orangtua sendiri tidak mampu untuk memahami

pelajaran anak. Orangtua bersyukur kepada Tuhan, karena anak-

anak sekolahnya lancar dan nilai-nilainya tidak jelek sekali.

Orangtua percaya kepada anak bahwa anak mampu mengatur

waktu belajarnya dengan baik. Orangtua memberi kesempatan

kepada anak untuk memilih sekolah swasta dengan harapan untuk

mendapatkan pendidikan agama Katolik. Setelah besar, anak-anak

sudah memiliki prinsip sendiri, orang tua tetap mengingatkan

untuk ke Gereja. Orangtua memberi kepercayaan kepada anak

bahwa anak selalu percaya kepada Tuhan, memiliki semangat

untuk ziarah. Dalam point ini orangtua merasa masih kurang

perhatian, maka berusaha meningkatkan perhatian kepada anak.

Penulis : Bagaimana pandangan Bapa dan Ibu terhadap sekolah yang dipilih

baik swasta maupun negeri?

Responden : Awalnya kami bingung untuk memilih sekolah swasta atau negeri,

tetapi kami berunding bersama dan memutuskan swasta dengan

harapan akan mendapat perhatian untuk pendidikan iman katolik

juga. Sekolah negeri juga baik tetapi tergantung kehidupan anak,

apakah mampu untuk menyesuaikan diri dengan baik, atau akan

terpengaruh kearah yang kurang baik, yang tidak diharapkan oleh

orangtua

Penulis : Komunikasi seperti apa yang dilakukan oleh Ibu terhadap Bapa dan

anak-anak dan sebaliknya?

Responden : Saling mengingatkan dan memberi perhatian terlebih ketika sakit,

baik terhadap Ibu, Bapa dan anak. Ibu selalu bertanya menu yang

dimasak. Ibu memasak sesuai permintaan Bapa dan anak-anak.

Masakan Ibu selalu enak. Memberi saran kepada anak untuk

mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat. Anak-anak

selalu pamit kepada orangtua ketika ada kegiatan di luar rumah. Ibu

selalu memberi berkat kepada anak-anak sebelum berangkat ke

sekolah atau ke kantor. Kalau ada tenggang waktu, saling bertukar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

(6)

pikiran, ngobrol antara orangtua dan anak-anak. Komunikasi

dengan keluarga besar melalui telepon karena rumah saudara

semua jauh. Kadang dua atau tiga bulan sekali mengadakan

kunjungan keluarga besar sekaligus mengunjungi makam para

leluhur. Tujuan menjalin komunikasi dalam keluarga dengan

keluarga besar agar hubungan kekeluargaan semakin dekat dan

tetap bersatu.

Penulis : Kesulitan-kesulitan apa yang dialami oleh keluarga dalam

menjalin komunikasi? Apa solusi keluarga dalam mengatasi

kesulitan-kesulitan itu?

Responden : Tidak mengalami kesulitan

Penulis : Bagaimana sikap orangtua menghadapi anak yang memiliki cita-

cita yang berbeda dengan keinginan orangtua? Usaha-usaha apa

yang dilakukan oleh orangtua terhadap anak yang berbeda

pendapat dengan orangtua?

Responden : Semenjak kecil orangtua kurang memperhatikan. Orangtua punya

keinginan untuk anak bisa berolah raga (sepak bola) maka

dikursuskan, tetapi anak lebih tertarik dengan menggambar.

Orangtua selalu mendukung mengantarkan ke tempat lomba,

walaupun sering kalah dengan sanggar-sanggar, tetapi anak selalu

memiliki keinginan yang besar. Sampai kuliah dan kerja anak

memilih untuk desain grafis. Sedangkan anak yang kecil selalu

belajar secara otodidak (elektronik, mesin). Usaha yang dilakukan

oleh orangtua, mendukung membelikan perlengkapan yang

dibutuhkan oleh anak untuk mengembangkan keterampilannya.

Penulis : Bagaimana kehidupan doa dalam keluarga dan kehidupan

menggereja?

Responden : Bagi keluarga masih sangat sulit untuk mengadakan doa bersama

dalam keluarga. Terkadang untuk makan bersama saja susah,

karena kesibukan masing-masing. Doa bersama hanya Malaikat

Tuhan (Anjelus). Doa makan dan doa malam dilakukan sendiri-

sendiri. Berangkat ke Gereja kalau tidak ada kesibukan maka

bersama-sama, tetapi terkadang anak ingin mencari suasana yang

baru maka ke Gereja di tempat lain. Orangtua memiliki kerinduan

dan harapan untuk meningkatkan kehidupan doa bersama. Bapa

dan Ibu yang selalu bersama-sama.Keluarga ke Gereja pada hari

minggu dan hari raya. Tujuan ke Gereja untuk bertemu Tuhan,

karena dalam hidup ini banyak kebutuhan, memohon pada Tuhan.

Bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan

Penulis : Hambatan-hambatan yang dialami keluarga dalam hidup

menjalankan hudup doa bersama keluarga, hidup menggereja?

Responden : Masing-masing memiliki kesibukan dan waktu yang berbeda,

sehingga susah untuk berdoa bersama. Terkadang juga mengalami

kesulitan untuk bisa doa bersama ketika makan. Orangtua selalu

mengingatkan untuk berdoa. Bapa dan Ibu akan berusaha untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

(7)

mengajak anak-anak untuk berdoa bersama, terlebih ketika

berziarah ke tempat-tempat suci.

Penulis : Bagaimana keluarga menjalin komunikasi dengan masyarakat?

Mengapa keluarga perlu menjalin komunikasi dalam hidup

bermasyarakat?

Responden : Komunikasi dengan masyarakat lancar, saling menyapa dan

menghargai. Keluarga terlibat aktif dalam setiap kegiatan yang ada

di masyarakat. Tujuan menjalin komunikasi yang baik dengan

masyarakat semakin meningkat hubungan relasi sebagai saudara,

semakin menyatukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

(8)

Hasil Wawancara Responden 2

a. Identitas

Nama : Bapa Albertus Armajaya ( 40 tahun)

Ibu Margaretta Wahyuni Widarti (39 tahun)

Hari / Tanggal : Sabtu, 10 September 2016

Waktu : Pukul 19.00-18.00

b. Hasil Wawancara

Penulis : Bagaimana pandangan keluarga terhadap Spiritualitas Keluarga

Kudus ?

Responden : Keluarga baru pindah dua tahun dari Bandung ke Yogyakarta

khususnya di Paroki Keluarga Kudus Banteng. Pengalaman

pribadi waktu masih di Bandung, kami diajak untuk belajar hidup

dari Keluarga Kudus. Dari awal sudah punya rencana antara Bapa

dan Ibu untuk memberi nama kepada anak-anaknya Maria, Yosef

dan Yesus/Kristo dengan harapan untuk semakin mencontoh

kehidupan Keluarga Kudus. Tuhan menunjukkan jalan akhirnya

pindah ke Paroki yang nama pelindungnya Keluarga Kudus.

Kagum dengan kehidupan Keluarga Kudus, dengan memberi

nama kepada anak-anak. Kita berusaha untuk meneladani Bunda

Maria yang sabar, karena Bapa menyadari sikapnya yang egois,

sombong dan mudah marah. Belajar dari Ibu (istri) yang

membantu mengubah hidup saya (Bapa). Pernyataan Bapa ini

disetujui oleh Ibu, karena sesuai dengan kenyataan yang terjadi.

Penulis : Apakah semangat hidup Keluarga Kudus menjadi model bagi

keluarga Bapa da Ibu?

Responden : Ya, Pasti. Ingin meneladani Keluarga Kudus. Semangat hidup

yang menjadi dasar dan yang perlu diteladani dari Keluarga

Kudus yaitu kesederhanaan, kerendahan hati dan pengendalian

diri. Belajar dari Bunda Maria, seandainya Bunda Maria tidak

mengatakan “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku, menurut

kehendak Tuhan” maka tidak akan terbentuk Keluarga Kudus.

Karena mungkin yang dipilih adalah perempuan yang lain. Bunda

Maria taat kepada kehendak Allah.

Penulis : Bagaimana Bapa dan Ibu menata pendapatan dan pengeluaran

dalam keluarga?

Responden : Pendapatan yang diperoleh dari Ibu bekerja di toko dan

penghasilan dari Bapa mengelola usaha keluarga besar.

Penghasilan tidak menentu, tetapi masih bisa dikelola. Bapa yang

memegang keuangan, tetapi untuk perencanaan pembelanjaan

adalah Bapa dan Ibu, selalu memprioritaskan kebutuhan pokok.

Bapa dan Ibu memiliki prinsip “lebih baik menabung dan

menunda kebutuhan yang tidak mendesak daripada kredit atau

pinjam uang kepada orang lain”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

(9)

Penulis : Hambatan-hambatan apa yang pernah dialami dalam pengelolaan

keuangan? Usaha usaha apa yang dilakukan untuk mengatasi

hambatan itu?

Responden : Sejauh pengalaman kami selama ini, belum pernah mengalami

kesulitan. Bagi keluarga tidak pernah berpikir untuk punya yang

lain-lain, yang penting kebutuhan sehari-hari itu cukup.

Memberikan gizi untuk anak-anak dengan menyediakan nasi,

sayur dan lauk yang sederhana tetapi bergizi. Sesekali anak-anak

diajak menikmati makanan di luar rumah, tetapi cukup di rumah

makan sederhana. Bagi keluarga yang penting adalah suasana

kekeluargaan dan kebersamaan yang menciptakaan kebahagiaan

bagi orangtua dan anak-anak. Orangtua dan anak menikmati

suasana keluarga yang terjadi setiap hari

Penulis : Apakah yang menjadi fokus orangtua terhadap pendidikan

termasuk pendidikan iman anak? Bagaimana tanggung jawab

orangtua terhadap perkembangan iman anak?

Responden : Saya sebagai orangtua ingin agar anak-anak saya tetap beriman

katolik. Keluarga besar Bapa sebagian besar non Katolik,

terkadang belum bisa menerima perbedaan keyakinan ini. Bapa

mengalami perubahan dalam hidupnya, ada yang memanggil

untuk mengikuti Dia, maka saya mengikuti. Hal ini yang menjadi

tantangan dalam keluarga, belum bisa menerima yang berbeda

keyakinan. Namun Bapa sering bertanya, apa yang menjadi

kehendak Tuhan dalam hidup saya? Awalnya saya (Bapa) sering

marah, kecewa dengan situasi yang terjadi namun, Ibu (istri) yang

selalu mengingatkan. Dalam perjalanan waktu saya (Bapa),

menyadari bahwa justru keluarga besar ini yang menjadi guru

bagi saya untuk belajar sesuatu. Belajar tidak harus dari hal-hal

yang baik, tetapi bisa belajar dari hal-hal yang menantang. Bapa

dan Ibu mempunya pengalaman yang unik ketika hari pertama

mau ke Gereja, pintu gerbang terkunci dan kuncinya tidak

kelihatan. Akhirnya nekat lompat pagar bersama anak-anak demi

ke Gereja.

Penulis : Bagaimana pandangan Bapa dan Ibu terhadap sekolah yang

dipilih baik swasta maupun negeri?

Responden : Ibu sendiri sekolah di sekolah negeri. Pandangan Ibu waktu masih

sekolah di sekolah negari adalah ternyata sekolah di sekolah

negeri itu tantangannya lebih besar, miskin, dianiaya, diejek, dan

selalu nomor dua. Pendidikan iman di dalam keluarga, ke Gereja

dan terlibat di lingkungan. Ibu menyadari bahwa yang

membentuk iman keluarga semakin kokoh dan kuat adalah

pengalaman-pengalaman yang negatif, orang-orang tidak

sependapat dan pengalaman hadir di tengah-tengah orang yang

berbeda (sekolah negeri). Intinya menjadi orang katolik tidak

mudah, tetapi selalu ingat pesan Ibu, bahwa kamu jangan takut,

kamu selalu ditemani oleh Yesus sendiri. Bapa adalah orang yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

(10)

keras, tetapi Tuhan menunjukan sesuatu yang unik, ketika

berhadapan dengan orang yang marah, ingin membalas, tetapi

Tuhan membentuk saya untuk menjadi orang yang baik dan

pemaaf bagi orang di lur keluarga saya. Saya (Bapa) lebih senang

anak-anak sekolah di negeri dengan prinsip jaraknya dekat,

nyaman. Perbedaan waktu sekolah di sekolah swasta di Bandung,

orangtua memiliki pandangan negatif terhadap sekolah swasta,

ada perbedaan antara katolik dan non katolik, antar orangtua ada

persaingan. Pandangan lain, ketika anak-anak sekolah di negeri,

pendidikan agama kurang diperhatikan, bahkan pernah anak-anak

diminta mejawab pertanyaan yang isinya mengenai Alquran, saya

sebagai orangtua hanya memeberi tanda tanya. Akhirnya gurunya

sadar, tidak komentar. Perbedaan sekolah negeri di Yogya,

pendidikan agama diberikan, ada guru khusus yang mendampingi,

pendidikan agamanya bagus. Orangtua mendukung anak-anaknya.

Bahkan anak (Maria Agnes, kelas V SD) mengatakan “bukankah

dengan sekolah di negeri itu kita diutus untuk menjadi utusanNya

di tengah yang berbeda, untuk apa di sekolah katolik lagi apa

yang ingin kita bagikan kepada mereka”? Anak-anak selalu jalan

kaki karena jaraknya dekat. Tanggungjawab orangtua terhadap

iman anak saya adalah mutlak, hal yang pokok. Setiap pulang

gereja, pasti ditanya bacaan, kotbah Romo anak-anak menjawab.

Penulis : Komunikasi seperti apa yang dilakukan oleh Ibu terhadap Bapa

dan anak-anak dan sebaliknya?

Responden : Kami saling memberi perhatian, saling menyanyangi, saling

mendukung. Bukan karena tidak ada permasalahan. Kami sudah

menemukan cara untuk menyelesakan permasalahan. Ketika ada

salah paham, masing-masing diam, menarik diri sejenak. Bukan

berarti marah. Kami tidak membicarakan hal yang menjadi

permasalahan itu. Komunikasi dengan anak-anak berjalan seperti

biasa. Ketika masing-masing sudah menemukan jawaban maka

masalah itu diselesaikan dengan hati yang tenang. Keluarga

menemukan makna dari “diam” ketika diam maka Tuhan akan

berbicara. Maka ketika ada salah paham, berdiam sejenak untuk

mendengarkan Tuhan berbicara memberikan solusi yang terbaik.

Komunikasi dengan anak-anak biasanya pada waktu makan

bersama. Suasananya lebih hidup, masing-masing anak dengan

bebas bercerita. Orangtua selalu mengajak untuk makan bersama,

menemani belajar dan memberi waktu untuk bermain sesudah

belajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

(11)

Penulis : Kesulitan-kesulitan apa yang dialami oleh keluarga dalam

menjalin komunikasi? Apa solusi keluarga dalam mengatasi

kesulitan-kesulitan itu?

Responden : Bagi keluarga tidak ada hambatan. Kesulitannya komunikasi

keluarga inti dengan keluarga besar. Berawal dari keyakinan yang

berbeda terlebih dengan adik kandung yang berbeda keyakinan,

selalu mengajak orangtua untuk pergi ke tempat-tempat rekreasi.

Bahkan sampai sekarang sudah tidak ke Gereja dan tidak terlibat

dalam kegiatan-kegiatan Gereja. Maka dalam berkomunikasi

terkadang kurang nyaman karena satu rumah dengan orangtua.

Orangtua berusaha untuk mengajak anak-anak mengikuti ajakan-

ajakan yang kurang bermanfaat. Orangtua mendidik anak untuk

tetap berkomunikasi dengan keluarga besar. Bagi ibu (istri),

berusaha menjalin komunikasi yang baik, mengambil sikap yang

positif dalam berhadapan setiap pribadi. Saya berusaha untuk

menyesuaikan diri dengan situasi yang terjadi.

Penulis : Bagaimana sikap orangtua menghadapi anak yang memiliki cita-

cita yang berbeda dengan keinginan orangtua? Usaha-usaha apa

yang dilakukan oleh orangtua terhadap anak yang berbeda

pendapat dengan orangtua?

Responden : Anak-anak masih kecil, jadi belum kelihatan kemauan mereka.

Sejauh pengalaman kami, anak-anak mudah untuk diajak

berbicara atau didampingi. Kalau yang besar sudah kelihatan

ingin dekat dengan Suster, ingin terlibat aktif dalam kegiatan

Gereja. Terlibat dalam kegiatan di lingkungan (koor, doa, dll).

Mengikuti sekolah Minggu, bahkan sesudah menerima komuni

pertama ingin menjadi Putri Altar. Sekarang masih dalam proses

latihan.

Penulis : Bagaimana kehidupan doa dalam keluarga dan kehidupan

menggereja?

Responden : Doa sudah dibiasakan dari kecil, saat bangun pagi, makan, belajar

sebelum tidur harus berdoa. Orangtua selalu memberi teladan,

mengingatkan anak-anak untuk berdoa. Orangtua selalu memberi

berkat kepada anak-anak sebelum tidur dan sebelum berangkat ke

sekolah. Doa rosario bersama dalam keluarga setiap malam

minggu, perlu kami tingkatkan karena sudah berjalan tetapi

terkadang masih bolong-bolong. Doa adalah sumber kekuatan

dalam keluarga. Kami sekeluarga membiasakan diri mengikuti

misa harian, hari minggu dan hari raya lainnya. Setiap minggu

ketika pulang Gereja, pasti saling bertanya tentang bacaan-bacaan

dan kotbah Romo. Sekarang kami sudah membiasakan diri untuk

misa pagi, bukan karena dorongan orangtua tetapi dorongan Putri

kami Maria Agnes. Kerinduannya untuk ke Gereja harian sangat

besar. Kami sebagai orangtua sangat mendukung, mengikuti

kemauan anak karena bagi kami ini adalah hal yang baik, demi

perkembangan iman anak. Kami sekeluarga mengikuti misa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

(12)

harian, hari minggu dan hari raya lainnya. Doa adalah sumber

kekuatan dalam keluarga. Bapa menyadari bahwa ada suara yang

selalu memanggil untuk mengikuti kehendak-Nya.

Penulis : Hambatan-hambatan yang dialami keluarga dalam hidup

menjalankan hudup doa bersama keluarga, hidup menggereja?

Responden : Waktu yang kurang pas, terkadang banyak tugas yang harus

diselesaikan, kegiatan-kegiatan lingkungan yang cukup rutin.

Karena sebelum berdoa membutuhkan persiapan hati,

menciptakan suasana doa yang baik. Doa rosario bersama dalam

keluarga setiap malam minggu, perlu kami tingkatkan karena

sudah berjalan tetapi terkadang masih bolong-bolong.

Penulis : Bagaimana keluarga menjalin komunikasi dengan masyarakat?

Mengapa keluarga perlu menjalin komunikasi dalam hidup

bermasyarakat?

Responden : Komunikasi dengan masyarakat lancar. Orangtua selalu mengajak

anak untuk terlibat dalam kegiatan masyarakat. Karena tetangga

kiri-kanan rumah hanya ada Bank dan apotik dan restourant, jadi

susah untuk menjalin relasi dengan tetangga. Saling memberi

perhatian, menyapa, menghargai satu dengan yang lain adalah

kunci menjalin komunikasi yang baik dengan masyarakat

setempat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

(13)

Hasil Wawancara Responden 3

a. Identitas

Nama : Bapa Agustinus Sukamto ( 58 tahun)

Ibu Valentina Dayan Srikinarsih (52 tahun)

Hari / Tanggal : Senin, 12 September 2016

Waktu : Pukul 08.00-19.00

b. Hasil Wawancara

Penulis : Bagaimana pandangan keluarga terhadap Spiritualitas Keluarga

Kudus ?

Responden : Semangat hidup yang nyata dalam kehidupan beragama. Dalam

keluarga terbentuknya komunikasi yang baik dalam kehidupan

beragama. Sebagai keluarga mengacu pada keyakinan keagamaan

dan Keluarga Kudus yakni Maria, Yosef dan Yesus merupakan

contoh bagi keluarga. Apapun peristiwanya yang terjadi

diterimanya dengan sangat tulus dan kehidupannya sangat

sederhana, religious dan kehidupan sosial masyarakatnya sangat

bagus.

Penulis : Apakah semangat hidup Keluarga Kudus menjadi model bagi

keluarga Bapa da Ibu?

Responden : Ya, Keluarga Kudus menjadi pedoman bagi hidup rumah tangga.

Dalam kehidupan keluarga terkadang juga mengalami salah

paham, adalah bumbu kehidupan maka semangat Keluarga Kudus

yang memberi kekuatan dalam menyelesaikan permasalan itu.

Bapa dan Ibu juga menyadari bahwa hidup berkeluarga bukan

kehendak manusia semata tetapi merupakan campur tangan

Tuhan. Prinsip dasar yang dihidupkan dalam keluarga adalah

cinta kasih, saling mengampuni, saling memperhatikan

menciptakan persaudaraan dalam keluarga.

Penulis : Bagaimana Bapa dan Ibu menata pendapatan dan pengeluaran

dalam keluarga?

Responden : Pendapatan hanya sumber yaitu dari gaji Bapa. Bapa dan Ibu

memiliki kebiasaan dari dulu setiap bulan membagi untuk

kebutuhan hidup sehari-hari dan sebagian digunakan untuk

membayar cicilan untuk rumah. Bapa dan Ibu mengutamakan

kebutuhan pokok makanan dan kesehatan. Waktu Bapa masih

tinggal di tempat kerja gaji di bagi dengan Bapa dan Ibu bersama

anak-anak. Sekarang pendapatannya hanya uang pensiun. Kami

bersyukur walaupun sedikit tetapi kami berusaha untuk

mengelolanya dengan baik. Ketika di masa pensiun ini, sebagai

orang tua kami fokus kepada kebutuhan sekolahnya anak-anak

dan kesehatan. Belanja kebutuhan pokok selalu Bapa dan Ibu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

(14)

Penulis : Hambatan-hambatan apa yang pernah dialami dalam pengelolaan

keuangan? Usaha usaha apa yang dilakukan untuk mengatasi

hambatan itu?

Responden : Awal-awal membangun kehidupan keluarga, ada kekurangan

tetapi cepat teratasi. Keluarga juga kredit untuk membayar rumah

tetapi itu sudah direncanakan dengan matang dalam keluarga

sehingga Bapa dan Ibu berusaha untuk mengelola keuangan yang

ada dengan baik sehingga dapat terpenuhi kebutuhan-kebutuhan

yang pokok.

Penulis : Apakah yang menjadi fokus orangtua terhadap pendidikan

termasuk pendidikan iman anak? Bagaimana tanggung jawab

orangtua terhadap perkembangan iman anak?

Responden : Pendidikan iman, sejak kecil ikut ke sekolah minggu, diajak ke

Gereja, mengikuti misdinar, mengajak berdoa bersama dalam

keluarga. Pendidikan sekolah sebagai orang tua merupakan

tanggungjawab yang harus dipenuhi, karena sebagai modal/

pegangan untuk masa depan anak. Orangtua mengarahkan ke

sekolah katolik diusahakan sampai S1, supaya anak tidak

tergantung pada orangtua.

Penulis : Bagaimana pandangan Bapa dan Ibu terhadap sekolah yang

dipilih baik swasta maupun negeri?

Responden : Anak saya pernah sekolah di sekolah negeri. Sekolah negeri yang

dipilih adalah sekolah negeri faforit. Pelajaran agamanya ada dan

bagus. Bapa dan Ibu mempunyai tujuan sekolah di sekolah negeri

supaya lebih mudah masuk ke perguruan tinggi. Pengalaman dua

putrinya dari sekolah swasta ke perguruan negeri agak susah.

Bapa dan Ibu memiliki pandangan yang positif terhadap sekolah

negeri walaupun anak sekolahnya waktu SMP tetapi sampai

sekarang masih terus menjalin relasi yang baik dengan teman-

temannya. Mereka masih saling kontak dan terlibat dalam acara

apapun. Adapun perbedaan dengan sekolah swasta jarang sekali

memperhatikan kebersamaan, reuni antar alumni karena

suasananya sama dan berjuang sendiri-sendiri. Padahal semua

beragama Katolik, namun kurang memperhatikan kebersamaan

dan kegiatan-kegiatan yang mengikat satu dengan yang lain, tentu

tidak semua sekolah swasta melakukan hal yang sama. Harapan

orangtua kepada sekolah-sekolah swasta untuk memperhatikan

kegiatan-kegiatan yang mengikat persaudaraan, reuni alumni dan

kegiatan yang menyatukan. Sekolah-sekolah swasta perlu

menyiapkan kegiatan-kegiatan yang membangun kekeluargaan,

saling mendukung, dan tidak menunggu ide dari alumni. Sekolah

perlu menyiapkan fasilitas dan bekerjasama dengan alumni dalam

menyelenggarakan acara yang sudah direncanakan. Saling

mengingatkan, dalam hal berdoa, belajar dan kegiatan-kegiatan

lainnya, karena orangtua memiliki tanggungjawab ter

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

(15)

Penulis : Komunikasi seperti apa yang dilakukan oleh Ibu terhadap Bapa

dan anak-anak dan sebaliknya

Responden : Relasi dalam keluarga, bisasa berjalan lancar. Kalau di rumah

ngobrol-ngobrol, bercanda antara orangtua dan anak. Saat di luar

rumah atau sedang pergi, tetap berkomunikasi lewat handphone.

Ketika salah satu anggota keluarga mengalami masalah kebiasaan

keluarga, saling terbuka menceritakan pengalaman yang

dihadapi.

Penulis : Kesulitan-kesulitan apa yang dialami oleh keluarga dalam

menjalin komunikasi? Apa solusi keluarga dalam mengatasi

kesulitan-kesulitan itu?

Responden : Namanya kehidupan keluarga pasti mengalami kesulitan. Sikap

saling terbuka dalam keluarga yang membantu untuk

menyelesaikan kesulitan yang dihadapi. Sejauh ini komunikasi

dalam keluarga baik-baik saja terlebih dengan kehadiran cucu-

cucu membawa sukacita dalam keluarga. Komunikasi keluarga

inti dengan keluarga besar baik dan aman. Keluarga menjalin

relasi dengan keluarga besar melalui telepon, saling mengunjungi

pada hari-hari besar agama. Tujuan menjalin komunkasi dengan

keluarga besar agar tidak putus hubungan, tetap menjalin

persaudaraan. Orangtua memberi teladan kepada anak-anak untuk

saling mengenal keluarga besar besar. Keluarga Bapa dan Ibu

sebagian besar berbeda keyakinan (Islam) katolik hanya dua

orang. Namun hal ini tidak menjadi hambatan bagi kami dalam

keluarga, kami saling menghormati, menghargai.

Penulis : Bagaimana sikap orangtua menghadapi anak yang memiliki cita-

cita yang berbeda dengan keinginan orangtua? Usaha-usaha apa

yang dilakukan oleh orangtua terhadap anak yang berbeda

pendapat dengan orangtua?

Responden : Dalam keluarga pasti ada perbedaan pendapat antara orangtua dan

anak. Kemauan orangtua tidak sesuai dengan kemauan anak.

Orangtua memilih sekolah dan fakultas bagi orangtua itu baik,

namun tidak sesuai dengan keinginan anak. Akhirnya orantua

mengalah dan memberi kebebasan dan kepercayaan kepada anak

untuk memilih dan tanggungjawab atas pilihannya. Kami

orangtua tetap bertanggungjawab untuk memberi perhatian,

dukungan kepada anak atas pilihannya.

Penulis : Bagaimana kehidupan doa dalam keluarga dan kehidupan

menggereja?

Responden : Waktu masih kecil kami masih ada doa bersama, doa rosario

bersama, orangtua sudah besar terlebih saat kuliah, waktunya

sangat susah untuk berdoa bersama. Sebagai orangtua, merasa ada

sesuatu yang berbeda, ketika kecil mudah sekali diajak untuk

berdoa, sekarang sudah agak sulit. Orangtua tetap mengingatkan,

untuk berdoa. Saya (Ibu) meakukan apa yang menjadi kebiasaan

berdoa, setiap pagi mengikuti misa harian. Semua anggota

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

(16)

keluarga wajib mengikuti misa hari minggu dan hari-hari besar

dan terlibat di dalam kegiatan lingkungan dan Gereja. Harapan

Ibu agar Tuhan membuka hati anak-anaknya untuk melihat dan

belajar dari teladan orangtua dalam membagi waktu dengan baik,

waktu berdoa, rekreasi dan kehidupan berkeluarga. Dengan

berdoa kita semakin dekat dengan Tuhan, menyadari bahwa kita

adalah manusia ciptaan Tuhan yang lemah. Tuhan sebagai

harapan hidup kita, mensyukuri apapun yang kita terima baik

dalam suka maupun dalam duka. Anggota keluarga terlibat aktif

dalam kegiatan lingkungan dan hidup menggereja antara lain;

koor, misdinar, BKS dan selalu bersedia meyiapkan tempat di

rumah untuk latihan koor maupun kegiatan lain.

Penulis : Hambatan-hambatan yang dialami keluarga dalam hidup

menjalankan hudup doa bersama keluarga, hidup menggereja?

Responden : Waktu yang sangat terbatas, terkadang anak pulang sudah malam

dengan tugas-tugas yang harus diselesaikan. Aanak-anak sudah

lelah, tidak memungkinkan untuk mengajak mereka berdoa

bersama. Orangtua mengingatkan untuk selalu berdoa.

Penulis : Bagaimana keluarga menjalin komunikasi dengan masyarakat?

Mengapa keluarga perlu menjalin komunikasi dalam hidup

bermasyarakat?

Responden : Komunikasi dengan masyarakat baik dan lancar. Pengalaman

keluarga Bapa dan Ibu sudah beberapa kali pindah dan hidup di

tengah masyarakat yang berbeda, masyarakat memandang

keluarga Bapa dan Ibu sebagai contoh keluarga yang baik, suka

menyapa, tidak sombong dan rukun. Dalam keluarga tentu ada

permasalahan namun, setiap anggota keluarga berusaha membawa

diri dengan baik. Doa, senyum, sapa dan perhatian adalah kunci

untuk menjalin relasi dengan masyarakat. Tantangan yang

dihadapi terkadang merasa kurang nyaman (iri) dengan situasi

kehidupan keluarga. Karena keluarga saya sejak masih dengan

orangtua sudah diajarkan untuk terbuka kepada siapapun yang

berkunjung ke rumah. Maka ketika berkeluargapun saya

praktekkan di daam kehidupan keluarga. Siapa saja yang datang

kami terbuka untuk menerima dengan hati yang tulus. Melalui

kunjungan itu, kami merasa dikuatkan dan mengalami sukacita

dalam kebersamaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

(17)

Hasil Wawancara Responden 4

a. Identitas Nama : Bapa Tarsisius Wagianto ( 68 tahun)

Ibu Bernadeta Mugianti (61 tahun)

Hari / Tanggal : Selasa, 13 September 2016

Waktu : Pukul 09.25-10.00

b. Hasil Wawancara

Penulis : Bagaimana pandangan keluarga terhadap Spiritualitas Keluarga

Kudus ?

Responden : Saya (Bapa) kagum dengan Keluarga Kudus. Dalam keluarga

perlu saling melayani. Bunda Maria tidak pernah mengeluh.

Bunda Maria menjalakan segala tugasnya dengan tulus, walaupun

harus pergi jauh, Maria tetap kuat demi menyelamatkan kanak-

kanak Yesus. Harapan kami sebagai keluarga mampu meneladani

semangat Keluarga Kudus, namun tidak semudah yang diucapkan

perlu iman yang kuat. Bunda Maria adalah Bunda Allah, sejak

mengandung sudah diberkati Tuhan, Keluarga Kudus sudah

penuh iman. Namun sebagai manusia inginnya mau meneladani

tetapi karena kelamahan manusia terkadang susah untuk

meneladani. Bunda Maria ketika Putranya menghilang ke Bait

Allah Bunda Maria penuh iman menerima Putranya. Orangtua

berusaha untuk meneladani dalam mendidik anak-anak yang

sudah dewasa terkadang mengalami kesulitan

Penulis : Apakah semangat hidup Keluarga Kudus menjadi model bagi

keluarga Bapa da Ibu?

Responden : Ya betul sekali. Keluarga Kudus menjadi contoh yang paling

bagus. Keluarga berusaha untuk meneladani. Keluarga berusaha

untuk saling melayani, saling membantu, dengan tulus. Masing-

masing melaksanakan tugasnya dan tetap setia kepada Tuhan

Yesus, walaupun banyak rintangan tetapi tetap setia, karena

keluarga Kudus hidupnya tidak muluk-muluk. Percaya kepada

kehendak Allah, maka tantangan seberat apapun akan diatasi.

Kemauan dan ketulusan menjadi kunci bagi keluarga dalam saling

melayani. Prinsip-prinsip dasar dalam keluarga adalah berdoa

dan cinta kasih.

Penulis : Bagaimana Bapa dan Ibu menata pendapatan dan pengeluaran

dalam keluarga?

Responden : Bagi Bapa masih sulit. Sejak dulu sampai sekarang yang

mengelola keuangan adalah Ibu. Bapa menyerahkan uang

seutuhnya kepada Ibu yang mengelola. Dalam hal kecil sampai

besar, Bapa tidak pernah ikut terlibat dalam pengelolaan

keuangan. Ibu yang memegang uang dan setiap kali mengajak

Bapa untuk membicarakan kebutuhan-kebutuhan pokok. Ibu yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

(18)

memikirkan semuanya baik pendapatan maupun pengelolaan.

Urusan keuangan sekolah dan kebutuhan-kebutuhan pokok Ibu

yang membagi dan mengajak bicara Bapa. Bapa tidak pegang

uang tetapi mengetahui berapa pemasukan dan pengeluarannya.

Bapa selalu ikut keputusan yang sudah dirincikan oleh Ibu.

Terkadang membuat Ibu bingung Bapa maunya apa. Ibu

mempertimbangkan dengan matang kebutuhan-kebutuhan yang

ingin dibelanjakan.

Penulis : Hambatan-hambatan apa yang pernah dialami dalam pengelolaan

keuangan? Usaha usaha apa yang dilakukan untuk mengatasi

hambatan itu?

Responden : Ya, pernah mengalami kesulitan. Namanya rejeki tidak selalu

mengalir, terkadang terhambat. Ibu mengibaratkan keuangan

keluarga bagaikan air yang terkadang mengalir, terkadang kering.

Namun, Ibu menyimpan segala perkara di dalam hatinya, tidak

pernah marah atau ribut dengan anggota keluarga. Ibu penuh

pengharapan bahwa rejeki belum tiba. Segala sesuatu indah pada

waktunya. Ibu, pernah mengalami tidak punya uang sama sekali,

namun Ibu tetap kuat, sabar dalam menghadapi situasi yang

terjadi. Usaha yang dilakukan oleh Ibu adalah meminjam uang

kepada saudara yang sungguh memberi kepercayaan. Saudara

sendiri pasti selalu memberi pinjaman kepada Ibu. Terkadang

anaknya yang membantu Ibu menopang ekonomi keluarga.

Penulis : Apakah yang menjadi fokus orangtua terhadap pendidikan

termasuk pendidikan iman anak? Bagaimana tanggung jawab

orangtua terhadap perkembangan iman anak?

Responden : Harapan orangtua terhadap anak-anaknya semuanya sukses baik

sukses dalam pendidikan iman maupun pengetahuan. Kembali

kepada anak-anak ada yang penurut ada yang susah untuk diajak

bicara. Sejak kecil orangtua sudah mengarahkan, mendampingi,

membimbing agar imannya bertumbuh baik, namun setelah

dewasa sangat sulit. Anaknya sendiri yang tidak begitu

konsekuen, semaunya sendiri. Terkadang pengaruh pergaulan

dengan teman dan lingkungan, anak-anak perempuan mudah

untuk diatur. Orangtua tetap bertanggungjawab atas iman dan

pendidikan mereka. Kadang anak lebih fokus kepada penyaluran

hobinya sehingga lupa akan hal-hal yang lain. Orangtua memberi

kebebasan dan tetap mengingatkan untuk ke Gereja. Karena kalau

terlalu di kekang malah lebih menjauh dari orangtua dan

melalukan hal-hal yang tidak diinginkan orangtua. Orangtua

memberi kebebasan dan teladan. Bapa dan Ibu selalu memberi

perhatian, mengarahkan mereka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

(19)

Penulis : Bagaimana pandangan Bapa dan Ibu terhadap sekolah yang

dipilih baik swasta maupun negeri?

Responden : Orangtua memberi kebebasan untuk anak-anak memilih sekolah

dan diberi kepercayaan dan tanggungjawab dalam menyelesaikan

studinya. Namun terkadang anak yang salah menggunakan

konsekuensinya. Tidak bertanggungjawab atas kepercayaan yang

diberikan oleh orangtua.

Penulis : Komunikasi seperti apa yang dilakukan oleh Ibu terhadap Bapa

dan anak-anak dan sebaliknya

Responden : Bapa menyadari bahwa dalam keluarga jarang untuk berbicara.

Ibu menyetujui perkataan Bapa, bahwa sejak menikah sampai

sekarang Bapa lebih banyak diam selama (37 tahun). Terkadang

membuat Ibu bingung karena mengajak bicara, Bapa seperti

patung, bicara seperlunya. Bapa tidak ingin untuk berbicara hal-

hal yang tidak penting dan mengakibatkan hal-hal yang tidak

diinginkan. Ibu yang banyak bicara dalam keluarga. Bapa dan

anak-anak diam bukan karena marah, tetapi karena tidak hal yang

ingin dibicarakan. Sikap saling mengenal antara Bapa, Ibu dan

anak-anak ini yang menciptakan suasana yang baik, saling

memahami dan mengerti satu dengan yang lain.

Penulis : Kesulitan-kesulitan apa yang dialami oleh keluarga dalam

menjalin komunikasi? Apa solusi keluarga dalam mengatasi

kesulitan-kesulitan itu?

Responden : Awal membangun kehidupan keluarga, Ibu marah, karena belum

saling mengenal. Bapa dan anak-anak memiliki sikap diam,

jarang berbicara dalam keluarga. Hal ini yang terkadang membuat

Ibu bingung apa maunya Bapa dan anak-anak. Ibu sudah

mengenal mereka maka berusaha untuk memahami maksud

mereka. Komunikasi dalam keluarga mengalir karena saling

mengerti dan memahami setiap pribadi baik antara orangtua

maupun anak. Ibu mempunyai sebuah prinsip yang baik dalam

keluarga, ketika mengalami persoalan Ibu langsung selesaikan.

Karena akan sangat mengganggu suasana batin, kurang nyaman,

tidak bersemangat dalam bekerja dan tidak menikmati hidup. Ibu

menanamkan sikap terbuka dalam menyelesaikan permasalahan

dalam keluarga.

Penulis : Bagaimana sikap orangtua menghadapi anak yang memiliki cita-

cita yang berbeda dengan keinginan orangtua? Usaha-usaha apa

yang dilakukan oleh orangtua terhadap anak yang berbeda

pendapat dengan orangtua?

Responden : Kami biasa-biasa saja, tidak banyak tuntutan terhadap anak-anak.

Sekarang saya (Ibu) sudah menyadari bahwa kemauan anak-anak

berbeda dan sudah selesai kuliah. Anak sudah mampu untuk

menentukan arah hidupnya. Anak yang bungsu yang didampingi

karena masih kuliah, maka harus belajar dan mengatur waktu

dengan baik. Sebenarnya umur anak sudah tua tetapi belum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

(20)

dewasa dalam menata hidupnya. Kami sebagai orangtua tetap

bertanggungjawab mendampingi dan mengarahkan mereka.

Penulis : Bagaimana kehidupan doa dalam keluarga dan kehidupan

menggereja?

Responden : Waktu masih kecil kami masih doa bersama, doa rosario bersama,

namun ketika sudah besar sangat susah. Anak yang bungsu

terkadang ikut temannya ke Gereja. Anak yang lain hanya saat

natal dan paska. Untuk anak perenpuan ada satu yang pindah ke

Budha, yang satu katolik. Bapa dan Ibu selalu berdoa untuk anak-

anaknya agar suatu saat bisa kembali kepada jalan Tuhan yang

benar. Karena anak yang nomor dua nama baptisnya Agustinus

tetapi susah sekali untuk diajak ke berdoa atau ke Gereja. Hari

minggu wajib dan hari-hari besar lainnya. Bapa dan Ibu akan

terus berusaha mendoakan anak-anak mempersembahkan kepada

kehendak Allah. Prinsip dasar dalam keluarga adalah percaya

bahwa Tuhan yang merencanakan dan manusia hanya berusaha.

Kita diharapkan menjadi saksi Allah dimana pun kita berada. Hal-

hal yang baik hanya berasal dari Allah sendiri. Berdoa untuk

mengucap syukur kepada Tuhan karena segala sesuatu berasal

dari Tuhan sendiri.

Penulis : Hambatan-hambatan yang dialami keluarga dalam hidup

menjalankan hudup doa bersama keluarga, hidup menggereja?

Responden : Kesibukan orangtua dan anak sudah berbeda-beda. Kemauan

setiap anak juga sangat berbeda. Orangtua mengalami kesulitan

untuk mengajak mereka. Ada yang sibuk dengan kuliah ada yang

sibuk untuk menyalurkan hobinya

Penulis : Bagaimana keluarga menjalin komunikasi dengan masyarakat?

Mengapa keluarga perlu menjalin komunikasi dalam hidup

bermasyarakat?

Responden : Komunikasi baik. Berusaha mengikuti kegiatan-kegiatan RT dan

kegiatan masyarakat lainnya. Mengadakan kunjungan keluarga

tanpa memandang keyakinan. Keluarga memiliki sikap terbuka

bagi sesama, saling menghargai dan menghormati satu dengan

yang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

(21)

Hasil Wawancara Responden 4

a. Identitas

Nama : Bapa FX. Karep Biyono ( 46 tahun)

Ibu Bernadeta Aris Lestari (44 tahun)

Hari / Tanggal : Selasa, 26 September 2016

Waktu : Pukul 15.25-15.50

b. Hasil Wawancara :

Penulis : Bagaimana pandangan keluarga terhadap Spiritualitas Keluarga

Kudus ?

Responden : Bapa berasal dari keluarga muslim, dibabtis masuk katolik saat

persiapan untuk menikah. Jadi tidak begitu mengenal keluarga

kudus. Tidak memberi jawaban

Penulis : Apakah semangat hidup Keluarga Kudus menjadi model bagi

keluarga Bapa dan Ibu?

Responden : Berusaha meneladani Kehidupan Keluarga Kudus dan terapkan

dalam keluarga kami. Prinsip yang dibangun dalam keluarga adalah

menghayati pesan dan Mbah Kakung “Tidak boleh neko-

neko/macam-macam. Ikuti jalan yang lurus. Harus ingat Tuhan

Yesus selalu menyertai kita, Tuhan selalu melihat perbuatan yang

kita lakukan baik atau buruk Tuhan mengetahui semuanya.

Orangtua tidak punya apa-apa, maka kami selalu hati-hati dalam

melakukan tindakan.

Penulis : Bagaimana Bapa dan Ibu menata pendapatan dan pengeluaran

dalam keluarga?

Responden : Gaji Bapa untuk biaya sekolah anak dan bayar angsuran motor dan

listrik. Ibu menjual Gudeg setiap pagi untuk tambahan kebutuhan

hidup sehari-hari. Setiap pagi Bapa mengantar Ibu dengan

membawa “gudeg” jualan Ibu. Setelah itu mengantar anak ke

sekolah. Sesudah semua beres Bapa istirahat karena masuk kerja

malam. Kami keluarga sederhana, selalu bersyukur dengan apa

yang kami peroleh. Kami mengatur keungan dengan baik, sehingga

cukup untuk hidup sehari-hari.

Penulis : Hambatan-hambatan apa yang pernah dialami dalam pengelolaan

keuangan? Usaha usaha apa yang dilakukan untuk mengatasi

hambatan itu?

Responden : Biaya untuk sekolah anak. Kami tidak punya uang untuk kuliahkan

anak. Anak juga memahami keadaan keluarga. Akhirnya anak

memutuskan untuk kerja, supaya bisa membantu adiknya yang

masih SD. Orangtua dan anak menyadari dan menerima kenyataan

hidup (sederhana), tidak ada yang ingin memiliki sesuatu yang

tidak ada. Keluarga besar Bapa dan Ibu, semua punya mobil, kami

turut bersyukur dan senang, tidak ada rasa iri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

(22)

Penulis : Apakah yang menjadi fokus orangtua terhadap pendidikan

termasuk pendidikan iman anak? Bagaimana tanggung jawab

orangtua terhadap perkembangan iman anak?

Responden : Sejak lahir umur 1 bulan dipermandikan, saya didik pelan-pelan,

dengan membacakan cerita-cerita kudus, mengajak berdoa bersama

dalam keluarga, mengajak ke Gereja. Berdoa sebelum makan dan

sebelum tidur. Ibu dan anaknya Citra yang selalu berdoa berdua

sebelum tidur. Ibu dan Bapa selalu memberi pesan dan kepercayaan

kepada anak. Prinsip anak-anak, malakukan hal-hal yang baik

supaya tidak mengecewakan orangtua. Cara mendidik anak-anak

dengan penuh kelembutan, kesabaran. Kami tidak pernah mendidik

dengan nada yang keras. Bapa dan Ibu santai mendampngi anak,

menyampaikan sesuatu pada waktu yang tepat. Anak melihat dan

melakukan apa yang dilakukan oleh orangtua. Orangtua menjadi

teladan bagi anak-anak.

Penulis : Bagaimana pandangan Bapa dan Ibu terhadap sekolah yang dipilih

baik swasta maupun negeri?

Responden : Kedua anak saya sekolah di sekolah negeri, sama seperti Bapa dan

Ibu. Kecuali yang sulung SMP di Caritas. Kami memilih sekolah

yang jaraknya dekat mudah dijangkau dan murah. Kami memilih

sekolah yang dekat karena anak bisa ditinggal oleh orangtua jualan

gudeg, tidak susah untuk antar dan jemput. Sekolah negeri baik,

ada guru agamanya Kristen. Dalam sekolah yang katolik hanya

anak kami (Citra), tetapi kehadirannya diterima oleh para guru dan

teman-teman Muslim. Citra punya pendirian yang kuat, terkadang

ikut latihan mengaji, hanya sebatas menambah ilmu, Citra tetap

katolik. Citra mendapat giliran berdoa secara katolik. Ada sikap

saling menghargai dan menghormati setiap pribadi.

Penulis : Komunikasi seperti apa yang dilakukan oleh Ibu terhadap Bapa dan

anak-anak dan sebaliknya

Responden : Komunikasi dalam keluarga baik. Orangtua dan anak sangat dekat,

saling menyangi satu dengan yang lain. Bapa dan Ibu berusaha agar

tidak menyakiti hati anak-anak, sebaliknya juga anak-anak

berusaha untuk tidak menyakiti hati orangtua.

Penulis : Kesulitan-kesulitan apa yang dialami oleh keluarga dalam

menjalin komunikasi? Apa solusi keluarga dalam mengatasi

kesulitan-kesulitan itu?

Responden : Tidak ada kesulitan dalam keluarga. Ketika Bapa merasa lelah dan

capek, pasti tidak akan banyak bicara. Solusi yang dilakukan oleh

Bapa adalah istirahat. Ibu dan anak-anak mengambil jarak,

mengerti dan memahami tidak ada yang mengganggu.

Penulis : Bagaimana sikap orangtua menghadapi anak yang memiliki cita-

cita yang berbeda dengan keinginan orangtua? Usaha-usaha apa

yang dilakukan oleh orangtua terhadap anak yang berbeda pendapat

dengan orangtua?

Responden : Tidak ada yang susah diatur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

(23)

Penulis : Bagaimana kehidupan doa dalam keluarga dan kehidupan

menggereja?

Responden : Sejak kecil anak sudah dilatih untuk berdoa. Latar belakang

keluarga miskin/sederhana maka orangtua selalu mengajak anak

untuk bersyukur kepada Tuhan atas apapun yang diterima.

Penulis : Hambatan-hambatan yang dialami keluarga dalam hidup

menjalankan hudup doa bersama keluarga, hidup menggereja?

Responden : Waktu kerja Bapa dan anak sulung yang berbeda, kadang pagi

kadang malam. Ibu dan anak yang masih SD yang selalu berdoa

bersama. Setiap hari minggu kami wajib ke Gereja. Keluarga

pernah mengalami peristiwa yang membuat putus asa. Keluarga

kehilangan saudara kandung dari Ibu dan anak kandung meninggal

dalam satu hari. Keluarga benar-benar terpukul dengan pengalaman

ini. Pengalaman ini justru yang memampukan kami berpasrah

kepada kehendak Tuhan. Kami mau marah kepada siapa, benci

kepada siapa? Karena tidak ada yang salah. Pengalaman ini

membuat kami semakin rajin berdoa, ke Gereja. Kami semakin

mendekatkan diri kepada Tuhan, kami percaya bahwa Tuhan

mempunyai kehendak dan rencana yang indah bagi keluarga kami.

Kami dikaruniakan anak perempuan, jadi satu pasang cowok dan

cewek yang meninggal adalah cowok.

Penulis : Bagaimana keluarga menjalin komunikasi dengan masyarakat?

Mengapa keluarga perlu menjalin komunikasi dalam hidup

bermasyarakat.

Responden : Komunikasi dengan masyarakat baik, terlibat aktif dalam kegiatan

yang dilakukan kecuali bertabrakan dengan waktu kerja. Karena

kerjaannya masih kontrak maka harus berusaha untuk selalu masuk

dan taat aturan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

(24)

Lampiran 3: Surat Ijin Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

(25)

Lampiran 4 : Hymne Keluarga Kudus dan Santo Yosef

Arr : Ig. Tri, MSF

Lihat betapa rukun damai

keluarga di Nazaret.

Hidup penuh cinta dan kasih,

satu dalam bakti.

Yesus, Maria dan Yosef,

pribadi sungguh murni.

Ajarlah kami cinta kasih,

ikut teladan suci.

Kami umat-Mu beriman

dalam keluarga ini.

Mohon kedamaian sejati,

tent’ram untuk s’lamanya

Lagu Santo Yosef

Santo Yusuf yang menjaga keluarga Nazaret

Kau menjaga Bunda Kudus juga Yesus Penebus

Sudilah doakan kami pada Yesus, anak-Mu

dan lindungilah selalu kami sekeluarga

Di tengah marabahaya beri kami harapan

kuatkanlah iman kami agar jangan tersesat

Bapa Yusuf antar kami kehadirat Yesus mu

agar kami berbahagia dalam hidup yang kekal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

(26)

Lampiran 5: Doa Penyerahan diri kepada Keluarga Kudus Nazaret

Keluarga Kudus, Teladan dan Pelindung segenap keluarga Kristiani,

di bawah naunganmu kami serahkan keluarga kami.

Bila hidupmu kami renungkan kembali,

tergeraklah hati kami untuk menimba semangatmu.

Bapa Yusuf dan Bunda Maria, sejak terbentuknya keluargamu,

nyatalah kesediaan untuk saling menerima dan mendukung

yang ditopang oleh tanggapanmu atas panggilan Allah.

Seluruh perjuangan hidupmu diwarnai oleh iman, kelutusan dan kerendahan hati,

ikut membantu menangkap kehendak Allah

yang terwujud dalam tanggung jawab dan cintamu kepada Yesus.

Dalam hidup tersembunyi di Nazaret, Bapa dan Bunda bekerja keras

membanting tulang dan hidup sederhana.

Asuhlah kami untuk menyambut kehadiran Yesus di antara kami;

menciptakan keheningan di tengah kesibukan,

berani menyimpan sabda-Nya di dalam hati

sebagai pegangan hidup persaudaraan sehari-hari;

mau bekerjasama, saling membantu dan meneguhkan dan bukan menambah

penderitaan.

Tuhan Yesus, semoga berkat kedudukan-Mu sebagai titik temu dalam keluarga

kami,

kami bersedia meluangkan waktu untuk saling bertemu,

menjalin relasi manusiawi yang matang,

sehingga rumah kami terasa mengerasankan aman tenteram dan penuh kasih

sayang.

Ajarilah kami untuk mengambil sikap yang tepat

antara tugas dan kepentingan pribadi maupun keluarga.

Keluarga Kudus Nazaret, kami percaya bahwa dengan menimba semangat

hidupmu

semakin terpancarlah dari hidup kami

kesaksian dan pewartaan mengenai kasih sebagai pengikat

yang mempersatukan dan menyempurnakan.

Terpujilah nama Yesus, Maria dan Yusuf,

sekarang dan selama-lamanya.

Amin.

(Dikutip dari buku: Devosi kepada Keluarga Kudus, penyusun: Pusat

Pendampingan Keluarga MSF, (Jakarta: Obor, 2011), hl. 26-28)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

(27)

Lampiran 6: Gambar Keluarga Kudus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: S K R I P S I · 2020. 1. 28. · i DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES KENTUNGAN PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG, YOGYAKARTA

(28)

Lampiran 7: Kegiatan Rohani di Lingkungan St. Yohanes Kentungan

Doa Rosario yang hanya dihadiri oleh orangtua tanpa anak-anak muda

Kegiatan misa di lingkungan tanpa kehadiran kaum muda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI