7
REFLEKSI KASUSOD RUPTUR KORNEA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan melengkapi Salah Satu
SyaratDalam Menempuh Program Pendidikan Profesi DokterBagian Ilmu
Penyakit MataRumah Sakit Tentara Dr. Soedjono Magelang
Disusun Oleh :Syarifa Tris Hidayanti01.210.6282
Pembimbing :dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp.Mdr. Hari Trilunggono,
Sp.M
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM SULTAN
AGUNGSEMARANG2014HALAMAN PENGESAHAN
Nama: Syarifa Tris HidayantiNIM: 01.210.6282Fakultas: Kedokteran
UmumPerguruan Tinggi: Universitas Islam Sultan AgungTingkat:
Program Pendidikan Profesi DokterJudul: OD Ruptur Kornea
Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit MataRST Tingkat II
04.05.01 dr. Soedjono Magelang
Mengetahui dan Menyetujui,Pembimbing,
(dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp. M) (dr. Hari Trilunggono Sp.M)
BAB IKASUS
A. IDENTITAS PASIENNama: Sdr. DSUsia: 15 tahunJenis Kelamin:
Laki-lakiAgama: IslamSuku Bangsa: JawaStatus Perkawinan: belum
menikah Pekerjaan : pelajarAlamat: Desa Tulung RT 04/ RW 01
MagelangTanggal Masuk: 10 September 2014Nomor RM: 08-04-53
B. ANAMNESISAutoanamnesis dilakukan di Poliklinik Mata RST Dr.
Soedjono Magelang. Keluhan Utama : Pasien mengeluhkan mata kanan
tidak bisa melihat jelas (buram). Riwayat Penyakit Sekarang :Pasien
mengeluhkan mata kanan tidak bisa melihat post-kecelakaan sepeda
motor hari sabtu (6/9/2014), dikarenakan mata sebelah kanan terkena
benturan spion dan tidak menggunakan helm ketika kecelakaan
berlangsung. Pasien mengeluhkan mata kanan penglihatanya tidak
jelas (buram) disertai mata merah dan keluar air mata
terus-menerus. Adanya kotoran, perih pada mata dan terasa ada benda
asing seperti serpihan kaca di mata kanan disangkal. Pada mata kiri
pasien menyatakan tidak ada keluhan dan masih bisa melihat dengan
jelas. Sebelumnya belum pernah berobat ke pelayanan kesehatan,
hanya membeli obat tetes mata (visin) di apotik dan keluhan mata
berair dan merah sedikit berkurang, tetapi keluhan tidak bisa
melihat jelas pada mata kanan tetap dirasakan.
Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada riwayat operasi yang
berhubungan dengan mata Tidak ada riwayat terkena bahan kimia pada
mata Tidak ada riwayat infeksi (ulkus kornea) sebelummnya Riwayat
Penyakit Keluarga :Di keluarga pasien tidak ada yang memiliki
keluhan yang sama. Riwayat Sosial Ekonomi :Kesan sosial ekonomi
pasien cukup. Pasien berobat sebagai pasien umum.
C. PEMERIKSAAN FISIKStatus Umum Kesadaran : Compos mentis
Aktivitas: Normoaktif Kooperatif: Kooperatif Status gizi: Baik
Vital Sign TD : 140/80 mmHg Nadi : 76 x/menit RR : 24 x/menit
Suhu : 36,10 C Status Lokalis :Oculus Dexter Oculus Sinister
NoPemeriksaanOculus DexterOculus Sinister
1Visus1/3006/6
2Koreksi--
3Bulbus okuli Gerak bola mata Enoftalmus Eksoftalmus
StrabismusBaik ke segala arah-
-Baik ke segala arah---
4Palpebra Superior : Vulnus laceratum Edema Hematom Hiperemia
Entropion Ektropion Silia Ptosis ------Trikiasis ( -
)-------Trikiasis ( - )-
5Palpebra Inferior : Edema Hematom Hiperemia Entropion Ektropion
Silia-----Trikiasis ( - )-----Trikiasis ( - )
6Konjungtiva : Hiperemi Injeksi konjungtiva Injeksi siliar
Sekret+++-Tidak ditemukanTidak ditemukanTidak ditemukan-
7Kornea : Kejernihan Mengkilat Edema Lakrimasi Infiltrat Keratik
presipitat Ulkus Robekan
Sikatrik Flouresin Test
Fistel Test
- (keruh)- (edem)+++-- robekan kornea jam 9 dan 11-Tidak
dilakukanPemeriksaanTidak dilakukanPemeriksaanjernih+Tidak
ditemukanTidak ditemukanTidak ditemukan--Tidak ditemukan
-Tidak dilakukan pemeriksaanTidak dilakukan pemeriksaan
8COA : Kedalaman
Hifema Hipopion Efek tyndalldangkal (pada bagian prolaps
iris)tidak ditemukan-+ (infiltrtat)Cukup
Tidak ditemukan--
9Iris : Kripta Edema Sinekia Atrofi prolapsNormal -Tidak
ditemukan-+ ( arah jam 9 dan 11)Normal-Tidak ditemukan-Tidak
ditemukan
10Pupil : Bentuk Diameter
Reflek pupil Sinekia IsokorisTidak beraturan2-5 mm (diameter
terlebar arah jam 9 ke jam 11)+--Bulat2 mm
+--
11Lensa: Kejernihan Iris shadowkeruh-jernih-
12Fundus Refleks -+ cemerlang
13FunduskopiSulit dinilaiPapil saraf optik:Merah muda, batas
tegasMakula Lutea: cemerlangVasa : AVR 2:3 Retina : dalam batas
normal
14TIONormalNormal
injeksi konjungtivaD. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Pemeriksaan
Laboratorium Pemeriksaan Darah Lengkap2. Pemeriksaan Radiologi Foto
polos orbita untuk mencari benda asing radioopak. USG orbita pada
keadaan media refraksi keruh untuk mendapatkan informasi tentang
status dari struktur intraokuler, lokalisasi dari benda asing
intraokuler, deteksi benda asing non metalik, deteksi perdarahan
koroid, ruptur sklera posterior, ablasio retina, dan perdarahan sub
retina. CT Scan untuk evaluasi struktur intraokuler dan periorbita,
deteksi adanya benda asing intraokuler atau derajat kerusakan
periokuler, keikutsertaan trauma intrakranial misalnya perdarahan
subdural.
E. DIAGNOSIS BANDINGOculus dextera. OD Ulkus Kornea disingkirkan
karena adanya penurunan tajam penglihatan disertai dengan mata yang
merah dan berair. Tetapi tidak didapatkan fotofobia dan pengeluaran
sekret. Selain itu, pada pemeriksaan oftalmologis, kekeruhan
berwarna putih pada kornea berasal dari lensa dan edem pada
kornea.b. OD Ruptur kornea ditegakan karena didapatkan riwayat
trauma, disertai robekan kornea dan prolaps iris.c. OD Katarak
traumatika ditegakan karena terdapat kesuraman pada lensa akibat
perforasi langsung melalui kornea tanpa ataupun langsung mengenai
lensa.d. OD Ruptur bulbi disingkirkan karena tidak ditemukan
Laserasi seluruh lapisan sklera atau kornea, subconjunctiva
hemoragik, material lensa maupun vitreous di COA dan tekanan
intraokuler yang rendahe. OD Aberasi Kornea disingkirkan karena
adanya luka robekan tidak hanya sebatas membran descemen tetapi
disertai ruptur pada seluruh lapisan kornea
F. DIAGNOSIS KERJAOD Ruptur Kornea dengan Prolaps Iris dan
Katarak traumatika
G. PENATALAKSANAAN1. Medikamentosa:a. Topical : Bacitracin ED BT
I 6 dd gtt I OD Gentamycin ED BT I 6 dd gtt I ODb. Oral :
Ciprofloksasin 500 mgNo. X 3 dd tab I Na diklofenac 50 mg No. XV 2
dd tab I Dexamethason No. XV 3 dd tab 1
2. Non medikamentosa : Operatif : Reposisi iris dan Jahit
KorneaH. EDUKASI a.Pasien harus segera di lakukan tindakan operatif
karena penanganan secara dengan menggunakan obat saja tidak bisa
untuk menangani kasus ruptur kornea dan prolaps iris, karena luka
terbuka ditakutkan bisa terjadi infeksi di mata sebelah
kanan.b.Bila sudah dilakukan tindakan operasi diatas dianjurkan
untuk kontrol teratur dan mengkonsumsi obat yang diberikan agar
proses penyembuhanya cepat dan tidak terjadi komplikasi yang lebih
buruk.c.Bila kondisi penyembuhan kornea dan iris sudah baik
dianjurkan untuk dilakukan operasi untuk menangani katarak yang
ditimbulkan akibat traumanya untuk memperbaiki penglihatan yang
kabur pada mata kanan.d.Untuk menghindari kecelakaan serupa
hendaknya dalam berpergian memakai kendaraan bermotor supaya lebih
berhati-hati dan memakai APD seperti helm.I. PROGNOSISQuo Ad Visam:
ad malam Quo Ad Sanam:Dubia ad BonamQuo Ad Functionam: Dubia ad
MalamQuo Ad Kosmetikam: Dubia ad BonamQuo Ad Vitam: Dubia ad
Bonam
J. KOMPLIKASI Komplikasi sebelum penatalaksanaan, dapat berupa
:1. Terdapatnya benda asing intraokuler bisa memperberat keadaan
menjadi endoftalmitis, panoftalmitis, ablasioretina, perdarahan
intraocular,danptisisbulbi2. Katarak traumatika. Lensa menjadi
putih segera setelah masuk benda asing karena lubang pada kapsul
lensa menyebabkan aquous humour dan kadang-kadang viterus masuk ke
dalam struktur lensa.Komplikasi setelah penatalaksanaan, dapat
berupa :1. Jaringan sikatrik pada kornea 2. Glaukoma sekunder
karena sinekia anterior, atau inflamasi yang diinduksi oleh lensa3.
Pembentukan membran pada pupil4. Kerusakan epitel okular permanen,
timbul ulserasi stromal steril. 5. Downgrowth epitelialEpitelium
bisa tumbuh melewati luka dan terus ke bagian belakang kornea.6.
AstigmatismaPertama, ini karena jaringan korneal yang sifatnya
tidak elastisnya, sutura yang diikat keras bisa mendistorsi bentuk
kornea dan mengakibatkan astigmatisme dan yang keduan karena
terbentuknya fibrosis pada penyembuhan luka .
BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1. TRAUMA MATA2.1.1. DefinisiTrauma mata
adalah trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata
dan rongga orbita, kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga
mengganggu fungsi mata sebagai indra penglihatan. 2.2.2.
KlasifikasiMenurut Birmingham Eye Trauma Terminology (BETT), trauma
mata dibagi menjadi: Tertutup Kontusio: tidak ada luka pada bola
mata Laserasi lamellar: hanya mengenai setengah dari ketebalan
dinding bola mata. Terbuka Laserasi: mengenai seluruh ketebalan
dinding bola mata yang disebabkan benda tajam Penetrasi: satu agen
menyebabkan satu luka masuk Benda asing dalam mata: sama dengan
penetrasi tetapi dikelompokan sendiri karena memerlukan penanganan
berbeda. Perforasi: terdapat luka masuk dan luka keluar Ruptur:
mengenai seluruh ketebalan dinding bola mata yang disebabkan benda
tumpul2.1.3. Etio-PatogenesisBeratnya trauma yang terjadi
ditentukan oleh ukuran benda, komposisi dan kecepatan pada saat
bertumbukan. Benda tajam seperti pisau akan menimbulkan luka
laserasi yang jelas pada bola mata. Berbeda dengan kerusakan akibat
benda asing yang terbang beratnya kerusakan ditentukan oleh energi
kinetik yang dimiliki. Contohnya pada peluru pistol angin yang
besar dan memiliki kecepatan yang tidak terlalu besar memiliki
energi kinetik yang tinggi dan menyebabkan kerusakan mata yang
cukup parah. Kontras dengan pecahan benda tajam yang memiliki massa
yang kecil dengan kecepatan tinggi akan menimbulkan laserasi dengan
batas yang jelas dan beratnya kerusakan lebih ringan dibandingkan
kerusakan akibat peluru pistol angin.Terdapat empat mekanisme yang
menyebabkan terjadi trauma okuli yaitu coup, countercoup,
equatorial, dan global repositioning. Cuop adalah kekuatan yang
disebabkan langsung oleh trauma. Countercoup merupakan gelombang
getaran yang diberikan oleh cuop, dan diteruskan melalui okuler dan
struktur orbita. Akibat dari trauma ini, bagian equator dari bola
mata cenderung mengambang dan merubah arsitektur dari okuli normal.
Pada akhirnya, bola mata akan kembali ke bentuk normalnya, akan
tetapi hal ini tidak selalu seperti yang diharapkan.Trauma pada
mata dapat mengenai organ mata dari yang terdepan sampai yang
terdalam. Trauma tembus bola mata bisa mengenai :1. Palpebra
mengenai sebagian atau seluruhnya jika mengenai levator apaneurosis
dapat menyebabkan suatu ptosis yang permanen.2. Saluran Lakrimalis
dapat merusak sistem pengaliran air mata dari pungtum lakrimalis
sampai ke rongga hidung. Hal ini dapat menyebabkan kekurangan air
mata.3. Congjungtiva dapat merusak dan ruptur pembuluh darah
menyebabkan perdarahan sub konjungtiva.4. Sklera bila ada luka
tembus pada sklera dapat menyebabkan penurunan tekanan bola mata
dan kamera okuli jadi dangkal (obliteni), luka sklera yang lebar
dapat disertai prolap jaringan bola mata, bola mata menjadi
injury.5. Kornea, bila ada tembus kornea dapat mengganggu fungsi
penglihatan karena fungsi corneas ebagai media refraksi. Bisa juga
trauma tembus kornea menyebabkan iris prolaps, korpus vitreum dan
korpus ciliaris prolaps, hal ini dapat menurunkan visus.6. Lensa
bila ada trauma akan mengganggu daya fokus sinar pada retina
sehingga menurunkan daya refraksi dan sefris sebagai penglihatan
menurun karena daya akomodasi tisak adekuat.7. Iris bila ada trauma
akan robekan pada akar iris (iridodialisis), sehingga pupil agak
kepinggir letaknya, pada pemeriksaan biasa terdapat warna gelap
selain pada pupil, tetapi juga pada dasar iris tempat
iridodialisis.8. Pupil, bila ada trauma akan menyebabkan melemahnya
otot-otot sfinter pupil sehingga pupil menjadi midriasis
2.1.4. Manifestasi KlinisTrauma tajam selain menimbulkan
perlukaan dapat juga disertai tertinggalnya benda asing di dalam
mata. Benda asing yang tertinggal dapat bersifat tidak beracun
(seperti pasir, kaca) dan beracun (contohnya logam besi, tembaga
serta bahan dari tumbuhan misalnya potongan kayu). Bahan tidak
beracun dapat pula menimbulkan infeksi jika tercemar oleh
kuman.Bila trauma yang disebabkan benda tajam atau benda asing
lainya masuk kedalam bola mata maka akan mengakibatkan tanda-tanda
bola mata tembus seperti : Tajam penglihatan yang menurun akibat
terdapatnya kekeruhan media refrakta secara langsung atau tidak
langsung akibat trauma tembus tersebut Bentuk dan letak pupil yang
berubah Terlihat adanya ruptur pada kornea atau sclera Terdapat
jaringan yang prolaps, seperti cairan mata, iris, lensa, badan kaca
atau retina Konjungtivis kemotis Mata merah, nyeri, fotofobia,
blefarospasme dan lakrimasi Tekanan bola mata rendah akibat
keluarnya cairan bola mata Bilik mata dangkal akibat perforasi
kornea Adanya hifema pada bilik mata depan2.1.5. DiagnosisAnamnesis
Mekanisme trauma harus ditanyakan dengan detail dan lengkap Bentuk
dan ukuran benda penyebab trauma. Asal dari objek penyebab trauma.
Kemungkinan adanya benda asing pada bola mata dan atau pada orbita.
Keadaan saat terjadinya trauma Waktu dan lokasi terjadinya trauma.
Aksesoris mata yang dapat melindungi atau berkontribusi pada trauma
akut. Keadaan miopia berat menyebabkan mata lebih rentan terhadap
trauna kompresi anterior-posterior. Riwayat medis Riwayat mata
Operasi mata sebelumnya, dapat membuat jaringan lebih mudah ruptur.
Penglihatan sebelum terjadinya trauma pada kedua mata. Penyakit
mata yang ada. Medikasi yang sedang dijalani termasuk obat tetes
mata dan alergi.Pemeriksaan fisik OrbitaPeriksa adanya deformitas
tulang, benda asing, dan dislokasi bola mata. Benda asing pada mata
yang tertanam atau bila terjadi perforasi harus dijaga hingga
dilakukan pembedahan.8 PalpebraPelpebra dan trauma kelenjar
lakrimal dapat menunjukan adanya trauma yang dalam pada mata.
Laserasi pada palpebra dapat menyebabkan perforasi bola mata.
Perbaikan palpebra ditunda hingga trauma bola mata ditentukan
penyebabnya.2,4,8 KonjungtivaLaserasi konjungtiva dapat terjadi
pada kerusakan sklera yang serius. Perdarahan konjungtiva yang
berat dapat mengindikasikan ruptur bola mata. Kornea dan
scleraLaserasi kornea penuh atau yang melibatkan sklera merupakan
bagian dari ruptur bola mata dan harus diperbaiki di kamar operasi.
Dapat terjadi prolapse iris pada laserasi kornea penuh. Tekanan
bola mata umumnya rendah, namun pengukuran merupakan kontraindikasi
untuk menghindari penekanan pada bola mata.4 PupilPeriksa bentuk,
ukuran, refleks cahaya, dan afferent pupillary defect (APD). Bentuk
lancip, tetesan air, atau ireguler bisa terjadi pada ruptur bola
mata. Segmen anteriorPada pemeriksaan dengan lampu sliIt, bisa
ditemukan defek pada iris, laserasi kornea, prolaps iris, hifema,
dan kerusakan lensa.Bilik mata depan dangkal dapat menjadi tanda
ruptur bola mata dengan prognosis yang buruk. Pada ruptur posterior
dapat ditemukan bilik mata depan dalam pada ekstrusi vitreous pada
segmen posterior.8 Temuan lainPerdarahan viteous setelah trauma
menunjukan adanya robekan retina atau koroid, avulsi saraf optikus,
atau adanya benda asing. Robekan retina, edema, ablasio, dan
hemoragi dapat terjadi pada ruptur bola mata.2,7Pemeriksaan
penunjang Foto polos orbita untuk mencari benda asing radioopak.
USG orbita pada keadaan media refraksi keruh untuk mendapatkan
informasi tentang status dari struktur intraokuler, lokalisasi dari
benda asing intraokuler, deteksi benda asing non metalik, deteksi
perdarahan koroid, ruptur sklera posterior, ablasio retina, dan
perdarahan sub retina. CT Scan untuk evaluasi struktur intraokuler
dan periorbita, deteksi adanya benda asing intraokuler metalik dan
menentukan terdapatnya atau derajat kerusakan periokuler,
keikutsertaan trauma intrakranial misalnya perdarahan subdural.2,7
MRI sangat baik untuk menilai jaringan lunak tetapi kontraindikasi
pada benda asing yang terbuat dari metal.7 Pengukuran tekanan IOL
dengan tonography: mengkaji nilai normal tekanan bola mata (normal
12-25 mmHg). Pengkajian dengan menggunakan optalmoskop: mengkaji
struktur internal dari okuler, papiledema, retina hemoragi.
Pemeriksaan Laboratorium, seperti : SDP, leukosit, kemungkinan
adanya infeksi sekunder. Pemeriksaan kultur untuk mengetahui jenis
kumannya. Perlu pemeriksaan tonometri Schiotz, perimetri,
gonioskopi, tonografi, maupun funduskopi.82.1.6.
PenatalaksanaanTeknik yang digunakan tergantung dari beratnya luka
dan adanya komplikasi seperti inkarserasi iris, COA yang datar, dan
kerusakan intraokular. Laserasi kornea kecilTidak membutuhkan
penjahitan karena bisa menyembuh sempurna atau dengan bantuan lensa
kontak yang seperti perban lembut. Laserasi kornea ukuran
mediumBiasanya membutuhkan jahitan terutama jika COA datar. COA
yang datar dapat kembali berubah semula secara spontan jika kornea
telah dijahit, jika tidak, harus dikembalikan dengan solusio garam
seimbang. Bandage contanct lens post operatif juga berguna selama
beberapa hari untuk meyakinkan bahwa COA tetap dalam. Laserasi
kornea dengan inkarserasi irisManajemen tergantung dari durasi dan
luasnya inkarserasi. Kebocoran kecil dari inkarserasi yang baru
terjadi dapat digantikan oleh konstriksi pupil. Inkarserasi iris
yang besar harus di absisi terutama jika iris terlihat non-viabel.
Laserasi kornea dengan kerusakan lensaDiterapi dengan menjahit
laserasi dan memindahkan lensa dengan phacoemulsification atau
dengan vitreus cutter jika vitreus terlibat.Luka pada sklera
anterior dapat berhubungan dengan komplikasi serius seperti prolaps
uvea dan inkarserasi vitreus. Inkarserasi vitreus meskipun dengan
manajemen yang tepat, dapat menimbulkan traksi vitreoretina dan
ablasio retina.
2.1. KOMPLIKASIKomplikasi yang ditentukan setelah trauma okuli
perforans : Infeksi : endoftalmitis, panoftalmitis Katarak
traumatic Galukoma sekunder Oftalmika simpatika Ablasi retina
Perdarahan intraokuler Ptisis bulbiEndoftalmitis dapat terjadi
dalam beberapa jam hingga dalam beberapa minggu tergantung pada
jenis mikroorganisme yang terlibat. Endoftalmitis dapat berlanjut
menjadi panoftalmitis.7Simpatetik oftalmika adalah inflamasi yang
terjadi pada mata yang tidak cedera dalam jangka waktu 5 hari
sampai 60 tahun dan biasanya 90% terjadi dalam 1 tahun.8 Diduga
akibat respon autoimun akibat terekposnya uvea karena cedera,
keadaan ini menimbulkan nyeri, penurunan ketajaman penglihatan
mendadak, dan fotofobia yang dapat membaik dengan enukleasi mata
yang cedera.5
2.2. PROGNOSISPrognosis berhubungan dengan sejumlah faktor
seperti visus awal, tipe dan luasnya luka, adanya atau tidak adanya
ablasio retina, atau benda asing. Secara umum, semakin posterior
penetrasi dan semakin besar laserasi atau ruptur, prognosis semakin
buruk. Trauma yang disebabkan oleh objek besar yang menyebabkan
laserasi kornea tapi menyisakan badan vitreus, sklera dan retina
yang tidak luka mempunyai prognosis penglihatan yang baik
dibandingkan laserasi kecil yang melibatkan bagian posteror. Trauma
tembus akibat benda asing yg bersifat inert pun mempunyai prognosis
yang baik. Trauma tembus akibat benda asing yang sifatnya reaktif
magnetik lebih mudah dikeluarka dan prognosisnya lebih baik. Pada
luka penetrasi, 50-75% mata akan mencapai visus akhir 5/200 atau
lebih baik.
2.2. RUPTUR KORNEA2.1.1. Definisi Ruptur kornea merupakan trauma
pada kornea baik partial- maupun full-thickness. Luka
partial-thickness tidak mengganggu bola mata (abrasi) Luka
full-thickness penetrasi penuh pada kornea, menyebabkan ruptur dari
bola mata 2.2.2.Etiologi Ruptur kornea (luka terbuka atau open
globe) diakibatkan oleh trauma yang bersifat tumpul. Luka terjadi
akibat peningkatan tiba-tiba melalui mekanisme inside-out (dalam ke
luar) sebagai mekanisme cedera. Laserasi adalah luka full thickness
pada dinding mata akibat objek yang tajam. Mekanisme adalah outside
in (luar ke dalam). Termasuk di bawah laserasi adalah luka
perforasi, luka penetrasi, dan akibat benda asing.2.2.3.
PenatalaksaanPenyembuhan Luka KorneaDalam waktu satu jam setelah
trauma, sel epitel parabasilar mulai membelah dan bermigrasi ke
seluruh denudation area secara terus menerus untuk menutup defek.
Penyembuhan yang lengkap, termasuk restorasi ketebalan epitel (4-6
lapis) dan reformasi fibril, membutuhkan waktu 4-6
minggu.Penyembuhan stroma kornea avascular. Tidak sepeti jaringan
lainnya, penyembuhan pada stroma kornea terjadi karena fibrosis
daripada proliferasi fibrovaskular.Epitelium dan endothelium
merupakan bagian yang penting untuk penyembuhan luka. Jika
epitelium tidak menutupi luka dalam waktu beberapa hari,
penyembuhan stroma di bawahnya akan terbatas dan luka akan rapuh.
Factor pertumbuhan dari epitelium merangsang dan meneruskan
penyembuhan. Sel endotel di atas luka menyebrang ke posterior
kornea, beberapa sel diganti melalui aktivitas mitosis. Endothelium
membentang di bawah lapisan tipis yang baru dari membrane Descemet.
Jika batas interna luka tidak ditutupi oleh membrane Descemet,
fibroblast stroma berproliferasi terus-menerus ke ruang anterior
sebagai fibrous ingrowth, atau posterior luka mungkin terbuka
permanen. Kolagen fibrillar pertama diganti oleh kolagen yang lebih
kuat pada pada akhir bulan-bulan penyembuhan. Lapisan Bowman tidak
berdegenerasi ketika luka ataupun hancur. Pada partial-thickness
corneal laceration luka biasanya akan menutup sendiri. Terapi yang
dibutuhkan berupa antibiotik topikal dan siklopegik topikal untuk
mengurangi spasme siliar sehingga nyeri berkurang. Dapat juga
digunakan lensa kontak sebagai pelindung luka. Pada simple
full-thickness lacerations, tatalaksana dilakukan berdasarkan
ukuran luka, kebocoran luka, dan keterlibatan organ okular lain.
Jika ukuran kecil (