Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Satuan Pendidikan
: SMA Negeri 71 Jakarta
Mata Pelajaran
: Biologi
Kelas / Semester
: XII / Genap
Materi Pokok
: EvolusiAlokasi Waktu
: 4 Pertemuan (2 x 45 menit)Tahun Ajaran
: 2014/2015
A. Kompetensi IntiKI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama
yang dianutnya
KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena
dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalahKI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah
konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuanB. Kompetensi Dasar1.1 Mengagumi
keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang keanekaragaman
hayati, ekosistem dan lingkungan hidup.
1.2 Menyadari dan mengagumi pola pikir ilmiah dalam kemampuan
mengamati bioproses1.3 Peka dan peduli terhadap permasalahan
lingkungan hidup, menjaga dan menyayangi lingkungan sebagai
manisfestasi pengamalan ajaran agama yang dianutnya2.1Berperilaku
ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin,
tanggung jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani
dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli
lingkungan, gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat
secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam dalam setiap
tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam
kelas/laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium
2.2Peduli terhadap keselamatan diri dan lingkungan dengan
menerapkan prinsip keselamatan kerja saat melakukan kegiatan
pengamatan dan percobaan di laboratorium dan di lingkungan
sekitar
3.9Menganalisis tentang teori evolusi dan seleksi alam dengan
pandangan baru mengenai pembentukan spesies baru di bumi
berdasarkan studi literature.4.9Mengevaluasi pemahaman diri tentang
berbagai pandangan mengenai evolusi makhluk hidup dan menciptakan
gagasan baru tentang kemungkinan- kemungkinan teori evolusi
berdasarkan pemahaman yang dimilikinya.
C. Indikator1. Mendeskripsikan berbagai pemikiran tentang asal
usul kehidupan dari beberapa tokoh2. Mendeskripsikan teori evolusi
menurut Darwin
3. Menujukkkan bukti-bukti evolusi dan seleksi alam dari
kehidupan sehari-hari4. Menentukan mekanisme evolusi 5.
Mendeskripsikan peranan mutasi bagi proses evolusi
6. Menjelaskan teori evolusi secara isolasi geografik7.
Menjelaskan proses spesiasi di bumi dari studi literatur8.
Menjelaskan teori evolusi secara radiasi adaptif9. Menerapkan hukum
Hardy-Weinberg
10. Menciptakan gagasan baru tentang kemungkinan teori evolusi
dari pemahaman yang dimilikiD. Tujuan Pembelajaran1. Setelah
pembelajaran Teori Evolusi menurut Darwin, siswa mampu menentukan
gagasan tentang teori evolusi menurut pandangan Darwin serta
bukti-bukti evolusinya secara mandiri dari kehidupan sehari-hari
melalui video yang ditayangkan.
2. Setelah pembelajaran Mekanisme Evolusi, siswa mampu
menentukan mekanisme terjadinya evolusi didalam suatu populasi
serta peranan mutasi bagi proses evolusi tersebut secara mandiri
melalui studi literatur dan video yang ditayangkan.3. Setelah
pembelajaran Isolasi Geografik, siswa mampu menentukan terjadinya
spesiasi di bumi dengan proses simpatri dan tidak simpatri secara
berkelompok melalui analisis contoh-contoh makhluk hidup yang sudah
ada didalam kehidupan.4. Setelah pembelajaran Radiasi Adaptif,
siswa mampu menentukan proses terjadinya evolusi dengan penerapan
pada kasus burung Finch secara berkelompok dari pemahaman yang
dimilikinya melalui studi literatur yang telah dilakukan
sebelumnya.5. Setelah pembelajaran Hukum Hardy-Weinberg, siswa
mampu menerapkan Hukum Hardy-Weinberg dengan perhitungan yang ada
dalam kasus evolusi dikehidupan sehari-hari secara mandiri melalui
studi literatur.6. Setelah pembelajaran Evolusi, siswa mampu
menciptakan gagasan baru tentang teori evolusi dari pemahaman yang
dimilikinya secara mandiri dari proses-proses pembelajarannya.E.
Materi AjarPertemuan ke-1
Evolusi secara sederhana didefinisikan sebagai perubahan pada
sifat-sifat atau frekuensi gen suatu populasi organisme dari satu
generasi ke generasi selanjutnya. Walaupun demikian, definisi
"evolusi" juga sering kali ditambahkan dengan klaim-klaim berikut
ini:
1. Perbedaan pada komposisi sifat-sifat antara populasi-polulasi
yang terisolasi selama beberapa generasi dapat mengakibatkan
munculnya spesies baru.
2. Semua organisme yang hidup sekarang merupakan keturunan dari
nenek moyang yang sama.
Teori Evolusi Darwin - Sekitar 50 tahun setelah Lamarck
mengajukan teori evolusinya, Charles Darwin, seorang naturalis asal
Inggris, mengajukan teorinya yang mengubah pemikiran banyak ahli
biologi.
Perjalanan Darwin
Charles Darwin, waktu itu berumur 22 tahun, ikut dalam
perjalanan kapal HMS Beagle. Kapal tersebut ditugaskan untuk
berlayar ke berbagai tempat dan memetakan pesisir Amerika Selatan.
Selama perjalanan ke berbagai tempat, Darwin menemukan berbagai
macam fosil hewan-hewan yang punah. Beberapa di antaranya mirip
dengan hewan yang masih ada. Berdasarkan pengalamannya, Darwin
menemukan banyak variasi dalam bentuk, habitat, dan distribusi
geografis hewan dan tumbuhan.
HMS Beagle yang membawa Darwin ke berbagai tempat.
Perjalanan Darwin akhirnya sampai di kepulauan Galapagos. Di
tempat ini, variasi antarhewan dan tumbuhan terlihat lebih jelas.
Darwin menemukan kura-kura raksasa dan iguana galapagos yang mirip
kadal, tetapi berenang di air dan memakan rumput laut. Darwin
memperlihatkan bahwa terdapat variasi pada hewan tertentu
berdasarkan bentuk tubuh dan fungsinya dari pulau ke pulau. Hal
tersebut terlihat jelas pada populasi burung Finch.
Variasi bentuk paruh dan jenis makanan pada burung Finch yang
diamati Darwin.
Berdasarkan pengamatannya, Darwin mencatat dua konsep
penting.
Perbedaan antara populasi yang berkerabat, memperlihatkan
adaptasi terhadap lingkungan yang berbeda. Dalam biologi, adaptasi
berarti semua ciri makhluk hidup secara genetis yang membuat
individu atau spesies tersebut dapat bertahan hidup pada
lingkungannya.
Variasi dalam bentuk tubuh dan tingkah laku, terakumulasi dalam
kelompok terpisah. Beberapa variasi ini, melalui seleksi alami,
menjadi sifat yang teradaptasi.
Teori DarwinPada tahun 1859 setelah kembali ke Inggris, Darwin
mempublikasikan bukunya yang berjudul The Origin of Species by
Means of Natural Selection. Darwin bukanlah satu-satunya yang
mengungkapkan seleksi alam. Seorang naturalis Inggris lainnya,
Alfred Russell Wallace, yang mempelajari tumbuhan dan hewan di
Brazil dan di Asia Tenggara (Malaysia dan Indonesia) juga memiliki
pendapat yang sama.
(a) Charles Darwin pada usia 31 tahun, dan (b) Alfred Russel
Wallace pada usia 42 tahun.
Seperti halnya Lamarck, Darwin menyatakan bahwa makhluk hidup
secara perlahan berevolusi sebagai adaptasi terhadap lingkungannya.
Namun, Darwin mengajukan mekanisme yang berbeda sebagai penyebab
perubahan dalam spesies.
Berbeda dengan Lamarck, Darwin menyadari adanya variasi dalam
populasi spesies. Variasi inilah yang dapat diwariskan, bukannya
sifat yang didapat seperti yang diajukan Lamarck. Darwin mengamati
bagaimana para petani dan peternak melakukan seleksi terhadap hasil
penyilangan untuk mendapatkan tanaman atau hewan dengan sifat
unggul. Kemudian, tanaman atau hewan unggul inilah yang akhirnya
dikembangkan sehingga didapatkan populasi hewan atau tanaman dengan
sifat unggul. Darwin kemudian mengajukan suatu hipotesis bahwa cara
seleksi yang sama terjadi di alam.
Darwin menamai proses ini dengan seleksi alam (natural
selection). Seleksi alam merupakan hasil dari interaksi antara
populasi dan lingkungannya. Darwin menyadari bahwa di alam banyak
makhluk hidup yang menghasilkan keturunan lebih banyak daripada
yang dapat bertahan hidup. Contohnya, katak menghasilkan ratusan
telur. Akan tetapi, hanya sebagian keturunannya saja yang dapat
menghasilkan keturunan pada generasi selanjutnya. Banyak kejadian
alam seperti predasi dan bencana alam yang menyebabkan sebagian
keturunan tidak dapat bertahan untuk menghasilkan keturunan baru.
Darwin menjelaskan proses ini sebagai kompetisi.
Seleksi alam menurut Darwin. Anggota populasi dengan sifat yang
sesuai dengan lingkungannya akan bereproduksi secara sukses
sehingga akhirnya mendominasi.
Darwin kemudian mengungkapkan bahwa hanya individu yang sesuai
dengan lingkungannya saja yang akan bertahan dan menghasilkan
keturunan. Proses ini disebut survival of the fittest (individu
yang sesuai bertahan hidup). Teori seleksi alam yang dikemukakan
Darwin dapat disimpulkan sebagai berikut :
Spesies memiliki kemampuan untuk menghasilkan keturunan yang
banyak.
Sumber daya alam di bumi terbatas. Oleh karena itu, terjadi
kompetisi untuk bertahan hidup di antara keturunan pada setiap
generasi.
Terdapat variasi dalam populasi makhluk hidup. Tidak terdapat
dua individu yang sama persis. Variasi ini umumnya dapat
diwariskan.
Proses ini berlangsung dari generasi ke generasi. Populasi
lambat laun menjadi teradaptasi lebih baik terhadap
lingkungannya.
Perlu diperhatikan bahwa variasi dalam populasi terjadi secara
acak. Variasi tidak timbul akibat respons terhadap lingkungannya.
Seleksi alam menyeleksi sifat yang telah ada dalam kolam gen (gen
pool). olam gen atau lungkang gen ini merupakan jumlah total
seluruh gen dalam populasi pada suatu waktu tertentu.
Pada saat itu, Darwin tidak mengetahui prinsip genetika modern.
Kini, para ilmuwan mengetahui bahwa mutasi dapat terjadi pada
makhluk hidup. Mutasi sebagai penyebab variasi dapat berguna bagi
lingkungan. Jika mutasi yang terjadi berguna, hal tersebut dapat
meningkatkan kemungkinan bertahan hidup makhluk tersebut.
Seleksi AlamDarwin menjelaskan bahwa evolusi terjadi melalui
seleksi alam. Seleksi alam terjadi pada populasi suatu spesies. Hal
ini karena di dalam populasi terdapat bahan mentah evolusi, yaitu
variasi genotipe dan fenotipe. Terdapat tiga kemungkinan seleksi
alam yang berpengaruh terhadap populasi, yaitu seleksi stabilisasi,
seleksi terarah, dan seleksi memecah belah. Perhatikan Gambar
berikut.
Tiga kemungkinan seleksi alam terhadap populasi tikus.
Pada gambar tersebut, seleksi alam dicontohkan terjadi pada
populasi tikus dengan variasi warna bulu terang hingga gelap.
Grafik paling atas memperlihatkan frekuensi populasi normal
tikus.
1.) Seleksi StabilisasiSeleksi ini menguntungkan varian yang
paling umum. Seleksi ini menghilangkan tikus dengan warna terang
dan gelap. Seleksi ini cenderung mengurangi variasi populasi dan
mempersulit terjadinya evolusi dalam populasi. Seleksi ini
contohnya terjadi pada berat badan bayi manusia yang baru
dilahirkan. Pada bayi, jika berat badan kurang atau lebih dari 34
kg, memiliki tingkat mortalitas tinggi.
2.) Seleksi TerarahPada seleksi ini terjadi tekanan pada salah
satu variasi yang tidak umum sehingga menyebabkan pergeseran jumlah
populasi. Seleksi ini terjadi pada varian tikus warna terang
sehingga rentang populasi bergeser ke varian bulu gelap. Hal ini
contohnya terjadi pada serangga yang terkena insektisida. Hanya
serangga yang kebal terhadap insektisida saja yang dapat
menghasilkan keturunan.
3.) Seleksi Memecah BelahSeleksi ini terjadi ketika kondisi
lingkungan bervariasi sehingga populasi terpecah berdasarkan
kesukaan varian-varian dalam populasi. hal tersebut dapat terjadi
ketika terdapat dua daerah dengan warna tanah berbeda sehingga
menguntungkan dua varian tikus (terang dan gelap) dari predasi
pemangsa. Meskipun jarang terjadi, seleksi memecah belah sangat
penting karena dapat memicu terbentuknya variasi yang sangat
berbeda dalam satu spesies hingga terbentuk spesies baru
(spesiasi).
Pertemuan ke-2
Mekanisme Evolusi
Evolusi menunjukkan perubahan makhluk hidup secara bertahap
dalam jangka waktu yang lama dan perlahan-lahan yang terjadi dari
generasi ke generasi. Mekanisme evolusi berdasarkan tempat
terjadinya evolusi. Pertama, evolusi tidak terjadi di dalam
individu. Contohnya, kalaupun manusia berasal dari makhluk sebelum
manusia (katakanlah sejenis kera), hendaknya jangan dibayangkan
bahwa individu kera berangsur-angsur berubah menjadi individu
manusia. Kedua, evolusi terjadi di dalam populasi. Pada peristiwa
evolusi terjadi estafet pewarisan sifat orang tua kepada anak
melalui ratusan bahkan ribuan generasi populasi yang berbeda.
Populasi itulah yang merupakan tempat terjadinya perubahan
evolusi.
Mutasi Gen merupakan perubahan struktur kimia gen (DNA) yaitu
pada basa nukleotidanya, yang menyebabkan perubahan sifat pada
suatu organisme dan bersifat menurun. Pemahaman mengenai mutasi gen
dapat dijelaskan lebih lanjut dengan mempelajari angka laju mutasi
dan frekuensi gen dalam populasi.Angka laju mutasi merupakan angka
yang menunjukkan banyaknya gen yang bermutasi dari seluruh gamet
yang dihasilkan oleh satu individu suatu spesies. Angka laju mutasi
suatu spesies biasanya sangat rendah, yaitu rata-rata 1 : 100.000.
Hal ini berarti pada setiap 100.000 gamet terdapat satu gen yang
bermutasi. Meskipun angka laju mutasi sangat kecil, namun tetap
menjadi salah satu mekanisme evolusi yang penting. Alasannya : (1)
setiap gamet dapat mengandung beribu-ribu gen; (2) setiap individu
mampu menghasilkan ribuan bahkan jutaan gamet; dan (3) jumlah tiap
generasi dalam suatu populasi individu sangat banyak.
Umumnya mutasi bersifat merugikan. Peluang terjadinya mutasi
yang menguntungkan hanya sekitar 1 : 1.000, yang berarti pada
setiap 1.000 kali mutasi, hanya ada satu mutasi yang menguntungkan.
Meskipun peluang mutasi yang menguntungkan kecil, namun karena
jumlah generasi selama populasi spesies tersebut hidup besar, maka
jumlah mutasi yang menguntungkan juga besar.
Mutasi dikatakan menguntungkan jika mutasi:
1. menghasilkan spesies yang adaptif dan
2. menghasilkan spesies yang mempunyai vitalitas (daya hidup)
dan viabilitas (kelangsungan hidup) yang tinggi.
Sebaliknya, mutasi dikatakan merugikan jika mutasi:
1. menghasilkan alel yang mengakibatkan mutasi letal
(mematikan),
2. menghasilkan spesies yang tidak adaptif, dan
3. menghasilkan spesies yang mempunyai vitalitas rendah.
Mutasi yang menyebabkan timbulnya alel letal, misalnya alel
letal yang bersifat resesif. Pengaruh gen letal resesif ini hanya
tampak bila berada dalam keadaan homozigot, namun tidak tampak pada
keadaan heterozigot. Gen resesif ini akan tetap ada dalam populasi
dan seleksi alam hanya akan bekerja pada individu-individu yang
homozigot.
Perbandingan frekuensi (penyebaran) alel dominan yang non letal
dan alel resesif yang letal dapat diketahui dengan menghitung
frekuensi alel populasinya. Atau, perbandingan frekuensi genotip
homozigot terhadap frekuensi genotip heterozigot pada gen non letal
maupun gen letalnya dapat diketahui dengan menghitung frekuensi gen
(genotip) populasinya.
Frekuensi alel dan frekuensi gen (genotip) populasi
Frekuensi alel merupakan perbandingan alel satu dengan alel yang
lainnya untuk suatu karakter atau sifat tertentu (biasanya
disimbulkan dengan satu huruf misalnya A, a) dalam suatu populasi.
Sebaliknya, frekuensi gen merupakan perbandingan gen satu dengan
gen yang lainnya untuk suatu karakter atau sifat tertentu (biasanya
disimbulkan dengan dua huruf misalnya AA, Aa, aa) dalam suatu
populasi. Setiap populasi mempunyai gene pool masing-masing. Gene
pool populasi merupakan total seluruh (kumpulan gen) di dalam suatu
populasi pada suatu waktu tertentu.Gene pool terdiri dari seluruh
alel pada seluruh lokus gen pada seluruh individu dari populasi.
Pada spesies yang diploid, masing-masing lokusnya diwakilkan dua
kali dalam genom suatu individu, yang mungkin homozigot atau
heterozigot untuk lokus-lokus yang homolog. Jika seluruh anggota
suatu populasi homozigot untuk alel yang sama, maka alel tersebut
dikatakan sebagai alel yang tetap dalam gene pool. Namun biasanya
ada dua alel atau lebih untuk tiap gen, masing-masing mempunyai
suatu frekuensi relative (proporsi) tersendiri dalam gene pool.
Pertemuan ke-3
Isolasi GeografikMayoritas para ahli biologi berpandangan bahwa
faktor awal dalam proses spesiasi adalah pemisahan geografis,
karena selama populasi dari spesies yang sama masih dalam hubungan
langsung maupun tidak langsung gene flow masih dapat terjadi,
meskipun berbagai populasi di dalam sistem dapat menyimpang di
dalam beberapa sifat sehingga menyebabkan variasi intraspesies.
Proses-proses geologis dapat memisahkan suatu populasi menjadi dua
atau lebih terisolasi. Suatu daerah pegunungan bisa muncul dan
secara perlahan-lahan memisahkan populasi organisme yang hanya
dapat menempati dataran rendah; suatu glasier yang yang bergeser
secara perlahan-lahan bisa membagi suatu populasi; atau suatu danau
besar bisa surut sampai terbentuk beberapa danau yang lebih kecil
dengan populasi yang sekarang menjadi terisolasi. Jika populasi
yang semula kontinyu dipisahkan oleh geografis sehingga terbentuk
hambatan bagi penyebaran spesies, maka populasi yang demikian tidak
akan lagi bertukar susunan gennya dan evolusinya berlangsung secara
sendiri-sendiri. Seiring dengan berjalannya waktu, kedua populasi
tersebut akan makin berbeda sebab masing-masing menjalani evolusi
dengan caranya masing-masing.
Pada awalnya isolasi reproduksi muncul sebagai akibat adanya
faktor geografis, yang sebenarnya populasi tersebut masih memiliki
potensi untuk melakukan interbreeding dan masih dapat dikatakan
sebagai satu spesies. Kemudian kedua populasi tersebut menjadi
begitu berbeda secara genetis, sehingga gene flow yang efektif
tidak akan berlangsung lagi jika keduanya bercampur kembali. Jika
titik pemisahan tersebut dapat tercapai, maka kedua populasi telah
menjadi dua spesies yang terpisah. Isolasi geografi dari sistem
populasi diprediksi akan mengalami penyimpangan karena kedua sistem
populasi yang terpisah itu mempunyai frekuensi gen awal yang
berbeda, terjadi mutasi, pengaruh tekanan seleksi dari lingkungan
yang berbeda, serta adanya pergeseran susunan genetis (genetic
drift), ini memunculkan peluang untuk terbentuknya populasi kecil
dengan membentuk koloni baru.
Suatu penghalang (barier) adalah keadaaan fisis ekologis yang
mencegah terjadinya perpindahan-perpindahan spesies tertentu
melewati batas ini dan suatu barier suatu spesies belum tentu
merupakan barier bagi spesies lain. Perubahan waktu yang terjadi
pada isolasi geografis menyebabkan terjadinya isolasi reproduktif
sehingga menghasilkan dua spesies yang berbeda.
Proses spesiasi Simpatri
Spesiasi simpatrik, spesies baru muncul di dalam lingkungan
hidup populasi tetua; isolasi genetik berkembang dengan berbagai
cara, tanpa adanya isolasi geografis. Model spesiasi simpatrik
meliputi spesiasi gradual dan spontan. Sebagian besar model
spesiasi simpatrik masih dalam kontroversi, kecuali pada model
spesiasi spontan dan spesiasi poliploidi yang terjadi pada
tumbuhan.
Hugo de Vries menyatakan bahwa spesiasi simpatrik dengan
autopoliploidi yang terjadi pada tumbuhan bunga primrose (Oenothera
lamarckiana) yang merupakan suatu spesies diploid dengan 14
kromosom. Di mana suatu saat muncul varian baru yang tidak biasanya
diantara tumbuhan itu dan bersifat tetraploid dengan 28 kromosom.
Selanjutnya bahwa tumbuhan itu tidak mampu kawin dengan bunga mawar
diploid, spesies baru itu kemudian dinamai Oenothera gigas.
Mekanisme lain spesiasi adalah alopoliploid yaitu kontribusi dua
spesies yang berbeda terhadap suatu hibrid poliploid. Misalnya
rumput Spartina anglica yang berasal dari hibridisasi Spartina
maritima dengan Spartina alternaflora. Spesiasi simpatrik pada
hewan contohnya serangga Rhagoletis sp.
Model-model spesiasi simpatrik didasarkan pada seleksi terpecah
(distruptive selection), seperti ketika dua homozigot pada satu
atau lebih lokus teradaptasi dengan sumber yang berbeda dan hal itu
merupakan suatu multiple-niche polymorphism. Contohnya pada
serangga herbivora bergenotip AA dan AA teradaptasi dengan spesies
tumbuhan 1 dan 2, dimana genotip AA tidak teradaptasi dengan baik.
Masing-masing homozigot ingin mempunyai fittes lebih tinggi jika
dilakukan mating secara assortative dengan genotip yang mirip dan
tidak menghasilkan keturunan heterozigot yang tidak fit.
Assortative mating mungkin dipertimbangkan adanya lokus B yang
dapat mempengaruhi perilaku kawin maupun mendorong serangga untuk
memilih inang spesifik, yang pada tempat tersebut dapat ditemukan
pasangan dan kemudian dapat bertelur. Jika BB dan Bb kawin hanya
pada inang 2, perbedaan dalam pemilihan inang dapat mendasari
terjadinya pengasingan/ isolasi reproduktif. Banyak dari serangga
herbivora yang merupakan spesies yang berkerabat dekat dibatasi
oleh perbedaan inang, terutama untuk pemenuhan kebutuhan makan,
mating/kawin.
Proses spesiasi tidak SimpatriSpesiasi tidak simpatri adalah
proses spesiasi yang terdapat dalam area geografi yang berbeda
dibandingkan dengan area geografi suatu spesies yang paling
berkerabat. Spesiasi tidak simpatri dapat dibagi tiga, yaitu
spesiasi alopatri (spesiasi yang terjadi di daerah yang berjauhan
atau berlainan dari satu spesies yang paling dekat hubungan
kekerabatannya), spesiasi parapatri (spesiasi terjadi di daerah
yang bersebelahan dengan daerah dari suatu spesies yang paling
dekat hubungan kekerabatannya), spesiasi peripatri (spesiasi yang
terjadi di daerah pinggir dari daerah suatu spesies yang paling
dekat hubungan kekerabatannya).1. Spesiasi Alopatrik (Allopatric
Speciation)Terjadinya spesiasi alopatrik banyak dibuktikan melalui
studi variasi geografi. Spesies yang beranekaragam secara geografis
dari seluruh karakter dapat menghalangi pertukaran gen antara
spesies simpatrik. Populasi yang terpisah secara geografis dapat
terisolasi oleh kemandulan atau perbedaan perilaku dibandingkan
dengan populasi yang berdekatan. Populasi yang terisolasi mungkin
tidak dapat melakukan interbreeding jika mereka bertemu, karena
bentuknya sangat menyimpang (divergent) dan kemudian masuk ke dalam
simpatrik tetapi tidak terjadi interbreeding. Spesiasi alopatrik
merupakan mekanisme isolasi yang terjadi secara gradual.Contoh
bukti perbedaan alopatrik misalnya hewan air tawar menunjukkan
keanekaragaman yang besar di daerah pegunungan yang banyak
terisolasi dengan sistem sungai. Pada suatu pulau suatu spesies
adalah homogen di atas rentang kontinen yang berbeda dalam hal
penampilan, ekologi dan perilaku. Contoh spesiasi alopatrik lainnya
adalah pembentukan spesies burung finch di Kepulauan Galapagos yang
dikemukakan oleh Darwin. Menurut Darwin burung finch berasal dari
satu nenek moyang burung yang sama.Spesiasi alopatrik juga dialami
oleh tupai antelope di Grand Canyon. Di mana pada tebing selatan
hidup tupai antelope harris (Ammospermophillus harris). Beberapa
mil dari daerah itu pada sisi tebing utara hidup tupai antelope
berekor putih harris (Ammospermophillus leucurus), yang berukuran
sedikit lebih kecil dan memiliki ekor yang lebih pendek dengan
warna putih di bawah ekornya. Ternyata di situ semua burung-burung
dan organisme lain dapat dengan mudah menyebar melewati ngarai ini,
tetapi tidak dapat dilewati oleh kedua jenis tupai ini.2. Spesiasi
parapatrik/ Semi geografikJika seleksi menyokong dua alel berbeda
yang berdekatan atau parapatrik, frekuensi sudah dapat ditetapkan.
Dengan cukupnya seleksi pada suatu lokus yang berkontribusi
terhadap isolasi reproduktif, populasi dapat membedakan kepada
spesies yang terisolasi secara reproduktif. Zona bastar yang
biasanya menandai untuk dapat terjadinya kontak sekunder sebenarnya
sudah muncul secara in situ (melalui perbedaan populasi parapatrik
dan spesies yang muncul juga parapatrik).Spesiasi Parapatrik
merupakan spesiasi yang terjadi karena adanya variasi frekuensi
kawin dalam suatu populasi yang menempati wilayah yang sama. Pada
model ini, spesies induk tinggal di habitat yang kontinu tanpa ada
isolasi geografi. Spesies baru terbentuk dari populasi yang
berdekatan. Suatu populasi yang berada di dalam wilayah tertentu
harus berusaha untuk beradaptasi dengan baik untuk menjamin
kelangsungan hidupnya, dan usaha itu dimulai dengan memperluas
daerah ke daerah lain yang masih berdekatan dengan daerah asalnya.
Apabila di area yang baru ini terjadi seleksi, maka perubahan gen
akan terakumulasi dan dua populasi akan berubah menjadi
teradaptasikan dengan lingkungan barunya. Jika kemudian mereka
berubah menjadi spesies lain (spesies yang berbeda), maka
perbatasan ini akan diakui sebagai zona hibrid. Dengan demikian,
dua populasi tersebut akan terpisah, namun secara geografis
letaknya berdekatan sepanjang gradient lingkungan.Di dalam spesiasi
parapatrik tidak ada barier ekstrinsik yang spesifik untuk gene
flow. Populasi berlanjut, tetapi populasi tidak kawin secara acak,
individu lebih mudah kawin dengan tetangganya secara geografis dari
pada individu di dalam cakupan populasi yang berbeda. Artinya bahwa
individu lebih mungkin untuk kawin dengan tetangganya daripada
dengan individu yang ada dalam cakupan Di dalam gaya ini,
penyimpangan boleh terjadi oleh karena arus gen dikurangi di dalam
populasi dan bermacam-macam tekanan pemilihan ke seberang cakupan
populasi.3. Spesiasi peripatrikSpesiasi peripatrik : proses
spesiasi yang terjadi di daerah pinggir dari daerah suatu spesies
yang paling dekat hubungan kekerabatannya. Suatu organisme memiliki
kisaran toleransi tertentu, akibatnya jenis tersebut akan menempati
daerah tertentu. Semakin jauh dari pusat penyebarannya, maka
lingkungannya pun makin berbeda. Dengan demikian spesies yang
menempati daerah tersebut akan semakin berbeda dengan spesies yang
menempati pusat. Dengan demikian, interaksi antara populasi
tersebut dengan populasi satu spesiesnya menjadi sangat
terbatas.Pertemuan ke-4
Radiasi adaptif adalah proses dimana satu spesies berevolusi
menjadi dua atau lebih spesies. Hal ini terjadi sebagai akibat dari
populasi yang berbeda menjadi reproduktif terisolasi satu sama
lain, biasanya dengan beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda.
Pola percabangan evolusi akibat radiasi adaptif dikenal sebagai
cladogenesis.Radiasi adaptif adalah evolusi divergensi anggota
garis keturunan tunggal menjadi berbagai bentuk adaptif yang
berbeda. Biasanya bentuk adaptif berbeda dalam penggunaan sumber
daya atau habitat, dan divergensi ini terjadi dalam interval waktu
yang relatif singkat geologis. Singkatnya, itu adalah kecenderungan
sekelompok hewan untuk berkembang sebagai respon terhadap tekanan
selektif dan beradaptasi dengan lingkungan mereka dengan cara yang
berbeda.Kenyataan yang menunjukkan bahwa dijumpai anekaragam
spesies dewasa ini, sedang fosil yang terekam menunjukkan bahwa
jumlah spesies yang ada dahulu tidak sebanyak itu, membawa orang
pada kesimpulan bahwa terjadi proses Pembelahan Evolutif spesies.
Terjadi radiasi evolusioner, yang juga dapat disebut sebagai
evolusi divergen. Proses evolusi yang terjadi sangat erat
hubungannya dengan kemampuan beradaptasi suatu spesies dilingkungan
yang baru, disamping tidak tidak dimungkinkannya persilangan antara
spesies pendatang dengan spesies yang sudah ada, atau antara sesama
spesies pendatang yang berlainan spesies.
Contoh yang nyata dari radiasi adaptif ini adalah burung Finch
di Galapagos. Orang berteori bahwa burung Finch yang terdapat di
Kepulauan Galapagos berasal dari Amerika Selatan yang berjarak
lebih kurang 900 km, yang secara kebetulan terbuncang angin.
Keadaan yang gersang dan terpencil menyebabkan bahwa antara
penghuni kepulauan tersebut terjadi suatu kompetisi. Spesialisasi
dalam menggunaan bahan makan adalah suatu cara yang terhormat dalam
menghindarkan diri dari kekalahan berkompetisi. Dari sinilah
kemudian lahir bermacam-macam burung Finch, diantaranya yang hidup
di tanah dari biji-bijian yang berbeda. Ini dapat terlihat dari
bentuk paruh yang berbeda. Berparuh pendek sebanyak 3 spesies, dan
yang berparuh panjang 1 spesies, sebagai pemakan biji kaktus. Enam
spesies dikenal sebagai burung yang hidup di pohon, sebagai pemakan
biji, buah, serangga, di samping yang hidup dari madu.
Godfrey Harold Hardy seorang matematikawan Inggris dan Wilhelm
Weinberg seorang dokter dari Jerman secara terpisah menemukan suatu
hubungan matematik dari frekuensi gen dalam populasi, yang kemudian
dikenal dengan hukum Hardy-Weinberg. Hukum Hardy-Weinberg digunakan
sebagai parameter untuk mengetahui apakah dalam suatu populasi
sedang berlangsung evolusi ataukah tidak.
Harold Hardy dan Wilhelm WeinbergHukum ini menyatakan bahwa
dalam suatu kondisi tertentu yang stabil, frekuensi gen dan
frekuensi genotif akan tetap konstan dari satu generasi ke generasi
dalam suatu populasi yang berbiak seksual, bila syarat berikut
dipenuhi:
1. Genotif yang ada memiliki viabilitas (kemampuan hidup) dan
fertilitas (kesuburan) yang sama
2. Perkawinan yang terjadi berlangsung secara acak
3. Tidak ada mutasi gen
4. Tidak terjadi migrasi
5. Tidak terjadi seleksi
Hukum Hardy-Weinberg ini berfungsi sebagai parameter evolusi
dalam suatu populasi. Bila frekuensi gen dalam suatu populasi
selalu konstan dari generasi ke generasi, maka populasi tersebut
tidak mengalami evolusi. Bila salah satu saja syarat tidak dipenuhi
maka frekuensi gen berubah, artinya populasi tersebut telah dan
sedang mengalami evolusi.Bila frekuensi gen yang satu dinyatakan
dengan simbol p dan alelnya dengan simbol q, maka secara matematis
hukum tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
Contoh penggunaan hukum ini adalah sebagai berikut:
1.Bila dalam suatu populasi masyarakat terdapat perasa kertas
PTC 64% sedangkan bukan perasa PTC (tt) 36%,
a. Berapa frekuensi gen perasa (T) dan gen bukan perasa (t)
dalam populasi tersebut?
b. Berapakah rasio genotifnya?
2.Dalam masyarakat A yang berpenduduk 10.000 orang terdapat 4
orang albino.Berapa orang pembawa sifat albino pada masyarakat
tersebut?
F. Metode PembelajaranCeramah, Diskusi kelompok dan
Penugasan
G. Media dan Sumber BelajarMedia: Papan Tulis, Power Point,
Video EvolusiSumber Belajar : D.A , Pratiwi. 2006. Biologi SMA XII.
Jakarta : Erlangga
Campbell, BIOLOGY, 7th edition, 2005H. Langkah-Langkah Kegiatan
PembelajaranPertemuan ke-1
1. Kegiatan Awal (10 menit)
Memberi salam, berdoa, dan mengecek kehadiran siswa.
Melakukan apersepsi dengan menanyakan hal yang berhubungan
dengan materi yang akan dibahas yaitu tentang Teori Evolusi Darwin,
misalnya dengan pertanyaan : " organisme yang hidup sekarang
merupakan keturunan dari nenek moyang yang sama, apakah iya ?"
kemudian mengkaitkan dengan teori evolusi dari berbagai tokoh
Memberikan motivasi kepada siswa dengan memberikan manfaat
mempelajari evolusi untuk memperlihatkan adaptasi makhluk hidup
terhadap lingkungan Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan
2. Kegiatan Inti (70 menit)
KegiatanAktivitas Belajar
2.1 Mengamati (Observing) Siswa mengamati video tentang
kehidupan makhluk hidup dari zaman ke zaman yang ditampilkan
dikelas.
2.2 Menanya (Questioning) Setelah mengamati video tersebut,
siswa menemukan masalah apa perbedaan dari masing-masing makhluk
hidup yang berevolusi dari zaman ke zaman.
2.3 Mengumpulkan Data (Experimenting) Siswa secara berkelompok,
mengumpulkan data yang diperlukan yang berkenaan dengan gagasan
tentang teori evolusi menurut pandangan Darwin serta bukti-bukti
evolusinya melalui video yang ditayangkan.
Melakukan diskusi tentang teori evolusi menurut pandangan Darwin
serta bukti-bukti evolusinya melalui video yang ditayangkan.
2.4 Mengasosiasi (Associating) Siswa secara berkelompok,
menganalisa data tentang teori evolusi menurut pandangan Darwin
serta bukti-bukti evolusinya Siswa mendiskusikan perbedaan makhluk
hidup dari zaman ke zaman yang merupakan ukti-bukti dari
evolusi.
2.5. Mengomunikasikan (Communicating) Siswa merangkum hasil
diskusi untuk memahami teori evolusi menurut pandangan Darwin serta
bukti-bukti evolusinya melalui video yang ditayangkan. Perwakilan
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya.
Memberikan klarifikasi atau penguatan berupa penjelasan sebagai
penyempurnaan hasil presentasi siswa.
3. Kegiatan Akhir (10 menit)
Membimbing siswa membuat kesimpulan mengenai teori evolusi
menurut pandangan Darwin serta bukti-bukti evolusinya melalui video
yang ditayangkan.Memberikan apresiasi kepada siswa.
Memberikan informasi mengenai kegiatan pembelajaran yang akan
datang yaitu Mekanisme Evolusi dan memberikan tugas kepada siswa
secara berkelompok untuk berdiskusi dan mempresentasikan hasil
diskusinya dengan menggunakan model / alat peraga yang
diinginkan.
Memotivasi siswa untuk memperdalam materi teori evolusi menurut
pandangan Darwin serta bukti-bukti evolusinya.yang telah
didiskusikan dan mempelajari materi selanjutnya Mekanisme
Evolusi.
Menutup pembelajaran dengan mengucap salam.
Pertemuan ke-24. Kegiatan Awal (10 menit)
Memberi salam, berdoa, dan mengecek kehadiran siswa.
Melakukan apersepsi dengan menanyakan hal yang berhubungan
dengan materi yang akan dibahas yaitu tentang Mekanisme Evolusi,
misalnya dengan pertanyaan : " Evolusi menunjukkan perubahan
makhluk hidup secara bertahap dalam jangka waktu yang lama dan
perlahan-lahan yang terjadi dari generasi ke generasi, bagaimana
prosesnya ?" kemudian mengkaitkan dengan mekanisme terjadinya
evolusi didalam suatu populasi. Memberikan motivasi kepada siswa
dengan memberikan manfaat mempelajari mekanisme evolusi untuk
memahami peristiwa evolusi yang terjadi karena estafet pewarisan
sifat orang tua kepada anak melalui ratusan bahkan ribuan generasi
populasi yang berbeda. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai dan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
5. Kegiatan Inti (70 menit)
KegiatanAktivitas Belajar
2.1 Mengamati (Observing) Siswa mengamati video-video Evolusi
beberapa spesies yang ditayangkan dikelas sebagai hasil kerja tugas
pertemuan sebelumnya.
2.2 Menanya (Questioning) Setelah mengamati video tersebut,
siswa menemukan masalah apa perbedaan dari masing-masing spesies
pada proses mekanisme evolusinya.
2.3 Mengumpulkan Data (Experimenting) Siswa secara berkelompok,
mengumpulkan data yang diperlukan yang berkenaan dengan perbedaan
dari masing-masing spesies dalam proses mekanisme evolusinya.
Melakukan diskusi tentang masing-masing spesies dalam proses
mekanisme evolusinya didalam suatu populasi serta peranan mutasi
bagi proses evolusi tersebut.
2.5 Mengasosiasi (Associating) Siswa secara berkelompok,
menganalisa data tentang mekanisme terjadinya evolusi didalam suatu
populasi serta peranan mutasi bagi proses evolusi tersebut melalui
studi literatur dan video yang ditayangkan. Siswa mendiskusikan
mekanisme terjadinya evolusi didalam suatu populasi serta peranan
mutasi bagi proses evolusi.
5.5. Mengomunikasikan (Communicating) Siswa merangkum hasil
diskusi untuk memahami mekanisme terjadinya evolusi didalam suatu
populasi serta peranan mutasi bagi proses evolusi melalui studi
literatur dan video yang ditayangkan. Perwakilan masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
Memberikan klarifikasi atau penguatan berupa penjelasan sebagai
penyempurnaan hasil presentasi siswa.
6. Kegiatan Akhir (10 menit)
Membimbing siswa membuat kesimpulan mengenai mekanisme
terjadinya evolusi didalam suatu populasi serta peranan mutasi bagi
proses evolusi.
Memberikan apresiasi kepada siswa.
Memberikan informasi mengenai kegiatan pembelajaran yang akan
datang mengenai Isolasi Geografik dan memberikan tugas kepada siswa
secara berkelompok untuk berdiskusi dan mempresentasikan hasil
diskusinya dengan menggunakan model / alat peraga yang
diinginkan.
Memotivasi siswa untuk memperdalam materi Mekanisme Evolusi yang
telah didiskusikan dan mempelajari materi selanjutnya mengenai
Isolasi Geografik.
Menutup pembelajaran dengan mengucap salam.
Pertemuan ke-3
7. Kegiatan Awal (10 menit)
Memberi salam, berdoa, dan mengecek kehadiran siswa.
Melakukan apersepsi dengan menanyakan hal yang berhubungan
dengan materi yang akan dibahas yaitu tentang Isolasi Geografik,
misalnya dengan pertanyaan : " Isolasi geografik menyebabkan
terjadinya isolasi reproduktif sehingga menghasilkan dua spesies
yang berbeda, seperti apakah isolasi geografik itu ?" kemudian
mengkaitkan dengan terjadinya spesiasi di bumi Memberikan motivasi
kepada siswa dengan memberikan manfaat mempelajari evolusi secra
isolasi geografik untuk menjelaskan terjadinya spesiasi dibumi.
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan kegiatan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
8. Kegiatan Inti (70 menit)
KegiatanAktivitas Belajar
2.1 Mengamati (Observing) Siswa mengamati foto-foto spesies yang
menunjukkan terjadinya evolusi pada spesies tersebut serta
penjelasannya sebagai hasil kerja tugas pertemuan sebelumnya yang
disampaikan dikelas.
2.2 Menanya (Questioning) Setelah mengamati foto-foto spesies
yang menunjukkan terjadinya evolusi pada spesies tersebut serta
penjelasannya, siswa menemukan masalah apa perbedaan dari
masing-masing spesies yang menunjukkan adanya isolasi geografik
sehingga dapat ditentukan terjadinya spesiasi di bumi dengan proses
simpatri dan tidak simpatri
2.3 Mengumpulkan Data (Experimenting) Siswa secara berkelompok,
mengumpulkan data yang diperlukan yang berkenaan dengan perbedaan
masing-masing spesies dalam terjadinya spesiasi di bumi dengan
proses simpatri dan tidak simpatri. Melakukan diskusi tentang
perbedaan masing-masing spesies dalam terjadinya spesiasi di bumi
dengan proses simpatri dan tidak simpatri.
2.2 Mengasosiasi (Associating) Siswa secara berkelompok,
menganalisa data tentang perbedaan terjadinya spesiasi di bumi
dengan proses simpatri dan tidak simpatri.
Siswa mendiskusikan perbedaan terjadinya spesiasi di bumi dengan
proses simpatri dan tidak simpatri
8.5. Mengomunikasikan (Communicating) Siswa merangkum hasil
diskusi untuk memahami perbedaan terjadinya spesiasi di bumi dengan
proses simpatri dan tidak simpatri Perwakilan masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
Memberikan klarifikasi atau penguatan berupa penjelasan sebagai
penyempurnaan hasil presentasi siswa.
9. Kegiatan Akhir (10 menit)
Membimbing siswa membuat kesimpulan mengenai terjadinya spesiasi
di bumi dengan proses simpatri dan tidak simpatri Memberikan
apresiasi kepada siswa.
Memberikan informasi mengenai kegiatan pembelajaran yang akan
datang mengenai Radiasi Adaptif dan Hukum Hardy-Weinberg dan
memberikan tugas kepada siswa secara berkelompok untuk berdiskusi
dan mempresentasikan hasil diskusinya dengan menggunakan model /
alat peraga yang diinginkan.
Memotivasi siswa untuk memperdalam materi isolasi geografik
mengenai terjadinya spesiasi dibumi yang telah didiskusikan dan
mempelajari materi selanjutnya Radiasi Adaptif dan Hukum
Hardy-Weinberg.
Menutup pembelajaran dengan mengucap salam.
Pertemuan ke-4
10. Kegiatan Awal (5 menit)
Memberi salam, berdoa, dan mengecek kehadiran siswa.
Melakukan apersepsi dengan menanyakan hal yang berhubungan
dengan materi yang akan dibahas yaitu tentang Radiasi adaptif dan
Hukum Hardy-Weinberg, misalnya dengan pertanyaan : "Populasi yang
berbeda menjadi reproduktif terisolasi satu sama lain, biasanya
dengan beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda. Bagaimana ini
bisa dijelaskan?" kemudian mengkaitkan dengan radiasi adaptif dan
Hukum Hardy-Weinberg. Memberikan motivasi kepada siswa dengan
memberikan manfaat mempelajari Radiasi Adaptif untuk menentukan
proses terjadinya evolusi dan Hukum Hardy-Weinberg untuk penerapan
perhitungan yang ada dalam kasus evolusi dikehidupan sehari-hari.
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan kegiatan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
11. Kegiatan Inti (80 menit)
KegiatanAktivitas Belajar
2.1 Mengamati (Observing) Siswa mengamati foto dan video evolusi
pada kasus burung Finch dan penjelasannya sebagai hasil kerja tugas
pertemuan sebelumnya yang disampaikan dikelas.
2.2 Menanya (Questioning) Setelah mengamati foto dan video
evolusi pada kasus burung Finch dan penjelasannya, siswa menemukan
masalah bagaimana proses terjadinya evolusi dengan penerapan pada
kasus burung Finch, apa hubungannya dengan radiasi adaptif yang
terjadi pada burung Finch. Apakah kasus evolusi dikehidupan
sehari-hari ada perhitungan secara matematikanya, lalu bagaimana
penerapannya dengan Hukum Hardy-Weinberg
2.3 Mengumpulkan Data (Experimenting) Siswa secara berkelompok,
mengumpulkan data yang diperlukan yang berkenaan dengan menentukan
proses terjadinya evolusi dengan penerapan pada kasus burung Finch
dan perhitungan pada penerapan Hukum Hardy-Weinberg Melakukan
diskusi tentang menentukan proses terjadinya evolusi dengan
penerapan pada kasus burung Finch dan perhitungan pada penerapan
Hukum Hardy-Weinberg
2.3 Mengasosiasi (Associating) Siswa secara berkelompok,
menganalisa data tentang proses terjadinya evolusi dengan penerapan
pada kasus burung Finch dan perhitungan pada penerapan Hukum
Hardy-Weinberg Siswa mendiskusikan proses terjadinya evolusi dengan
penerapan pada kasus burung Finch dan perhitungan pada penerapan
Hukum Hardy-Weinberg
11.5. Mengomunikasikan (Communicating) Siswa merangkum hasil
diskusi untuk memahami proses terjadinya evolusi dengan penerapan
pada kasus burung Finch dan perhitungan pada penerapan Hukum
Hardy-Weinberg Perwakilan masing-masing kelompok mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya.
Memberikan klarifikasi atau penguatan berupa penjelasan sebagai
penyempurnaan hasil presentasi siswa.
12. Kegiatan Akhir (5 menit)
Membimbing siswa membuat kesimpulan mengenai proses terjadinya
evolusi dengan penerapan pada kasus burung Finch dan perhitungan
pada penerapan Hukum Hardy-Weinberg. Memberikan apresiasi kepada
siswa berupa evaluasi tugas menciptakan gagasan baru tentang teori
evolusi dari pemahaman yang dimilikinya secara mandiri dari
proses-proses pembelajarannya. Memberikan informasi mengenai
kegiatan pembelajaran yang akan datang dan memberikan tugas kepada
siswa secara berkelompok untuk berdiskusi dan mempresentasikan
hasil diskusinya dengan menggunakan model / alat peraga yang
diinginkan.
Memotivasi siswa untuk memperdalam materi evolusi yang telah
didiskusikan dan mempelajari materi selanjutnya.
Menutup pembelajaran dengan mengucap salam.
I. Penilaian1. Jenis Penilaian
a. Portofolio (Laporan Hasil Pengamatan dan Rangkuman)
b. Observasi Sikap
2. Instrumen Penilaian
a. Instrumen Penilaian Portofolio
b. Instrumen Penilaian Sikap
c. Instrumen Penilaian Diskusi
Jakarta, 29 Mei 2015
Mengetahui,
Kepala SMA Negeri 71 Jakarta
Guru Mata Pelajaran Biologi
Drs. Syamsul Bahri, M. Pd
Yunida Wulandari, S.Pd.
NIP. 12345678910
NIP. 3415122175
LEMBAR HASIL PENGAMATAN
Nama
:
Kelompok:
Kelas
:
No.Absen:Tujuan Pengamatan
Siswa mampu menentukan gagasan tentang teori evolusi menurut
pandangan Darwin serta bukti-bukti evolusinya secara mandiri dari
kehidupan sehari-hari melalui video yang ditayangkan.
Pengamatan video tentang kehidupan makhluk hidup dari zaman ke
zaman
No.KejadianHasil Pengamatan
Spesies yang berperan :Interaksi yang terjadi :
Perubahan yang terjadi dari awal sampai akhir video :
Spesies yang berperan :
Interaksi yang terjadi :
Perubahan yang terjadi dari awal sampai akhir video :
Spesies yang berperan :
Interaksi yang terjadi :
Perubahan yang terjadi dari awal sampai akhir video :
LEMBAR HASIL PENGAMATAN
Nama
:
Kelompok:
Kelas
:
No.Absen:Tujuan Pengamatan
Siswa mampu menentukan mekanisme terjadinya evolusi didalam
suatu populasi serta peranan mutasi bagi proses evolusi tersebut
secara mandiri melalui studi literatur dan video yang
ditayangkan.Pengamatan video tentang spesies yang mengalami
evolusi
No.KejadianHasil Pengamatan
Spesies yang berperan :
Mekanisme Evolusi :
Spesies yang berperan :
Mekanisme Evolusi :
Spesies yang berperan :
Mekanisme Evolusi :
LEMBAR HASIL PENGAMATAN
Nama
:
Kelompok:
Kelas
:
No.Absen:Tujuan Pengamatan
Siswa mampu menentukan terjadinya spesiasi di bumi dengan proses
simpatri dan tidak simpatri secara berkelompok melalui analisis
contoh-contoh makhluk hidup yang sudah ada didalam
kehidupan.Pengamatan foto-foto spesies yang menunjukkan terjadinya
evolusi
No.KejadianHasil Pengamatan
Spesies yang berperan :
Proses Spesiasi :
Spesies yang berperan :
Proses Spesiasi :
Spesies yang berperan :
Proses Spesiasi :
LEMBAR HASIL PENGAMATAN
Nama
:
Kelompok:
Kelas
:
No.Absen:Tujuan Pengamatan
Siswa mampu menentukan proses terjadinya evolusi dengan
penerapan pada kasus burung Finch secara berkelompok dari pemahaman
yang dimilikinya melalui studi literatur yang telah dilakukan
sebelumnya.Pengamatan video dan foto burung Finch
No.KejadianHasil Pengamatan
Penerapan evolusi yang seperti apa :
Penerapan evolusi yang seperti apa :
Penerapan evolusi yang seperti apa :
SOAL PENERAPAN HUKUN HARDY-WEINBERG
Tujuan :
Siswa mampu menerapkan Hukum Hardy-Weinberg dengan perhitungan
yang ada dalam kasus evolusi dikehidupan sehari-hari secara mandiri
melalui studi literatur.1.Bila dalam suatu populasi masyarakat
terdapat perasa kertas PTC 64% sedangkan bukan perasa PTC (tt)
36%,
a. Berapa frekuensi gen perasa (T) dan gen bukan perasa (t)
dalam populasi tersebut?
b. Berapakah rasio genotifnya?
2.Dalam masyarakat A yang berpenduduk 10.000 orang terdapat 4
orang albino.Berapa orang pembawa sifat albino pada masyarakat
tersebut?
TUGAS EVALUASI AKHIR PEMBELAJARAN EVOLUSITujuan :
Siswa mampu menciptakan gagasan baru tentang teori evolusi dari
pemahaman yang dimilikinya secara mandiri dari proses-proses
pembelajarannya
Tugas : Siswa membuat esay tertulis mengenai gagasan baru
tentang teori evolusi dari pemahaman yang dimilikinya selama proses
pembelajaran evolusi, ditulis dalam selembar folio
bergaris.INSTRUMEN PENILAIAN
PENILAIAN PRESENTASI
NAMA SISWAASPEKTOTAL
KOMUNIKASISISTEM PENYAMPAIANWAWASANKEBERANIAN
Keterangan skor :
1=kurang
2=cukup
3=baik
4=baik sekali
PENILAIAN AFEKTIF DISKUSI
NAMA SISWAASPEKTOTAL
KOMUNIKASISISTEM PENYAMPAIANWAWASANKEBERANIAN
Keterangan skor :
1=tidak ada keberanian
2=kurang berani
3=berani
4=sangat beraniYUNIDA WULANDARI
3415122175
PBR 2012